Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..……………………….. Sefyandy Adi Putra
EVALUASI PRODUKSI SUSU BULANAN SAPI PERAH FRIES HOLLAND DAN KORELASINYA DENGAN PRODUKSI TOTAL SELAMA 305 HARI DI BBPTU-HPT BATURRADEN EVALUATION OF MONTHLY MILK YIELD OF FRIES HOLLAND DAIRY COW AND THEIR CORRELATIONS WITH TOTAL YIELD OF 305 DAYS AT BBPTU-HPT BATURRADEN Sefyandy Adi Putra*, Heni Indrijani** dan Asep Anang** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jl. Bandung-Sumedang Km. 21, Sumedang 45362
*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2015 **Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Purwokerto, Jawa tengah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai koefisien korelasi produksi susu bulanan kumulatif dengan produksi total 305 hari sapi perah Fries Holland. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah catatan produksi susu mulai dari hari ke-8 sampai hari ke-305 dan didapat data produksi susu bulanan kumulatif sebanyak 680 catatan dari ternak sebanyak 34 ekor pada periode laktasi 1 dan 2. Data ini dikoleksi mulai dari tahun 2008 sampai Maret 2015. Hasil penelitian menunjukan rataan produksi susu bulanan tertinggi pada periode laktasi 1 dan 2 terjadi pada bulan ke – 1 sebesar 617 kg dan 665 kg. Hasil analisis koefisien korelasi produksi susu bulanan dengan produksi total 305 hari tertinggi untuk laktasi 1 terjadi pada bulan ke – 4 yaitu 0,89 dan laktasi 2 tertinggi pada bulan ke – 2 yaitu 0,85. Nilai koefisien korelasi tersebut termasuk kategori tinggi. Kata Kunci : Sapi FH, Produksi Susu Bulanan, Produksi Total 305 hari, Koefisien Korelasi.
ABSTRACT The research was conducted at Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Purwokerto, Jawa Tengah. The purpose of this research was to study the correlation of cumulative monthly milk yield with total yield 305 days of Fries Holland dairy cows. The data were collected from day 8th to 305th from 34 cows of first and second lactation, from 2008 to March 2015. The research showed the highest monthly yield at first and second lactation were at first month production of 617 and 665 kg, respectively. The highest correlation between monthly yield and cumulative 305 were 0,89 for first lactation and 0,85 for second lactation which first and second month, respectively. Keywords : FH, Monthly Milk Yield, Total Production 305 days, Coefficient Correlation.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
1
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..……………………….. Sefyandy Adi Putra
PENDAHULUAN Susu merupakan salah satu sumber kebutuhan protein hewani yang berasal dari sapi betina yang telah melahirkan. Umumnya sapi perah yang ada di Indonesia adalah jenis Fries Holland dengan produksi susu sapi sekitar 2.500 – 3.500 kg/laktasi, pada kondisi lingkungan aslinya sapi ini mampu berproduksi susu sebesar 6.000 kg/laktasi. Faktor yang mempengaruhi produksi susu adalah faktor genetik dan lingkungan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi susu sapi yaitu dengan meningkatkan mutu genetik dari sapi perah yang ada di Indonesia. Proses seleksi memerlukan pencatatan (Recording) terutama catatan produksi susu yang dicatat setiap hari karena akan menggambarkan produksi susu sebenarnya. Produksi susu sapi perah umumnya diukur pada satu kali masa laktasi selama 305 hari dan dibutuhkan pencatatan produksi susu harian untuk menggambarkan kemampuan daya produksi yang sebenarnya. Masa laktasi sapi perah di daerah Pangalengan, Lembang dan perusahaan di Surakarta menunjukan lama laktasi yang cukup panjang yaitu 353, 349 dan 250 hari (Subandryo, 1981). Calving interval yang terlalu panjang akan mempengaruhi panjang masa laktasi dari sapi perah sehingga akan mengurangi efisiensi produksi susu yang dihasilkan. Catatan sebulan sekali dapat dimanfaatkan untuk menduga produksi susu selama satu masa laktasi. Untuk menduga total produksi susu dapat digunakan beberapa metode yang sudah banyak digunakan yaitu Test Interval Method (TIM) dan (Centering Date Method) (Kurnianto, dkk., 2004). Cara membaca catatan produksi yang diambil hanya satu kali dalam satu bulan adalah dengan pendugaan produksi atas dasar catatan yang ada sehingga untuk dapat menduga produksi nyata dapat hanya dengan menggunakan dua atau tiga bulan catatan produksi saja. Kombinasi catatan yang disarankan adalah kombinasi catatan bulan laktasi ke-4 dan ke-5 atau ke-4 dan ke-6, serta bulan laktasi ke – 1 dan ke – 8, yang dikombinasikan dengan catatan bulan ke – 2, 3, atau 4 (Pallawaruka,1989). Uji korelasi produksi susu berdasarkan catatan produksi pertengahan periode laktasi mempunyai korelasi yang lebih tinggi dengan produksi susu berdasarkan produksi 305 hari, dibandingkan awal dan akhir periode laktasi (Hilmia, 2005). Pengkoreksian untuk menduga produksi 305 hari perlu dilakukan karena lama laktasi, umur melahirkan pertama dan jumlah pemerahan setiap ternak tidak selalu sama sehingga total produksi susu 305 hari dapat diduga berdasarkan catatan produksi susu bulanan.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
2
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra BAHAN DAN METODE 1. Objek Penelitian Objek penelitan ini menggunakan catatan produksi susu bulanan dari laktasi 1 dan 2 ternak sapi perah yang terdapat di BBPTU - HPT Baturraden. Data sapi yang digunakan pada penelitian ini adalah sapi yang memiliki catatan produksi susu lengkap dari tahun 2008 – Maret 2015. Catatan produksi susu yang digunakan adalah catatan produksi susu mulai dari hari ke – 8 sampai 305 hari. Data yang diperoleh sebanyak 680 catatan produksi susu bulanan kumulatif. 2. Peralatan yang digunakan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, Software Ms.Excel dan SAS.9. 3. (1)
Prosedur Pengambilan Data Pengumpulan data Data yang diambil adalah data produksi susu bulanan kumulatif laktasi 1 dan 2 yang
terdapat di BBPTU - HPT Baturraden dari tahun 2008 – Maret 2015. Data faktor lingkungan yang diambil sebagai data pendukung yaitu formulasi pakan dan suhu kandang. (2)
Tabulasi data Data ditabulasi dalam bentuk tabel yang terdiri dari nomor ternak, catatan produksi susu
bulanan, total produksi susu 305 hari untuk masing – masing laktasi. (3)
Screening data Data yang telah dikumpulkan kemudian di-screen sesuai dengan kriteria yang
dibutuhkan sehingga diperoleh data produksi susu bulanan. Data yang menyimpang dan tidak lengkap tidak dimasukan dalam data penelitian. (4)
Deskripsi data Deksripsi data terhadap nilai minimum, maksimum, rata – rata, standar deviasi dan
koefisien variasi produksi susu. (5)
Analisis data Analisis data yang dilakukan adalah:
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
3
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra 1. Menjumlahkan produksi susu bulanan dengan rentang waktu 30 hari selama satu laktasi. 2. Pendugaan nilai korelasi produksi susu bulanan dengan produksi susu total 305 hari.
4.
Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analisis menggunakan data catatan
produksi susu bulanan yang ada di BBPTU - HPT Baturraden. Data yang menjadi pertimbangan diantaranya adalah silsilah ternak, tanggal lahir, tanggal kering kandang, nomor identitas ternak dan umur laktasi. Adapun hal lain yang diamati meliputi pemeliharaan, pemberian pakan, dan penerapan sistem pencatatan.
5.
Analisis Statistik Performa produksi susu sapi perah dapat diketahui dengan mengetahui produksi susu
bulanan kumulatif dan produksi susu total 305 hari dan dibuat korelasinya. Data yang diperoleh dilakukan perhitungan sebagai berikut: 1.
Standar Deviasi
s=√
n.∑xi2 −(∑xi2 ) n (n−1)
Keterangan : s n xi 2.
= Standar deviasi = banyaknya data = Jumlah produksi susu
Koefisien Variasi
KV =
𝑆 ̅ 𝑋
x 100%
Keterangan : KV = Koefisien Variasi S = Standar Deviasi ̅ 𝑋 = rata – rata produksi susu Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
4
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra 3.
Analisis korelasi Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui berapa nilai korelasi antara produksi susu
bulanan dengan produksi susu total 305 hari terkoreksi di BBPTU – HPT Baturraden. Analisis korelasi dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑟𝑥𝑦 =
𝑛 Σ 𝑥𝑖𝑦𝑖 −(Σ 𝑥𝑖 )(Σ 𝑦𝑖 ) √ {𝑛 Σ 𝑥 𝑖 2 −(Σ 𝑥𝑖 )2 }{𝑛 Σ 𝑦 𝑖 2 −(Σ 𝑦𝑖 )2 }
Keterangan : rxy : Korelasi antara peubah x dan y xi : Peubah prediktor (Produksi susu bulanan) y : Peubah respon (produksi 305 hari) Tabel 1. Penafsiran nilai koefisien korelasi No Nilai 1 >0,00 – 0,20 2 >0,20 – 0,40 3 >0,40 – 0,70 4 >0,70 – 0,90 5 >0,90 – 1,00 Sumber: Surakhmad (1998).
Arti Rendah sekali Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT)
Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada di Indonesia di bawah Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan hewan Kementerian Pertanian Nomor 55/Permentan/OT.140/5/2013 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak. Balai ini memiliki tugas untuk melaksanakan pemuliaan, pemeliharaan, produksi, pengembangan, penyebaran dan pemasaran bibit sapi perah unggul, kambing perah dan hijauan pakan ternak. BBPTU-HPT Baturraden memiliki luas lahan ± 241,687 Ha dengan 4 lokasi farm yang berbeda yaitu lokasi satu Tegal Sari dengan luas 34,802 Ha, lokasi dua Munggang Sari seluas 10,098 Ha, lokasi tiga Limpakuwus 96,787 Ha dan lokasi empat Manggala dengan luas 100 Ha sebagai lokasi Rearing Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
5
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra Unit. Tipe kandang yang digunakan adalah jenis freestall karena dengan kandang ini sapi dapat bergerak bebas dan nyaman. (BBPTU – HPT Baturraden, 2015). Balai ini terletak di bagian selatan gunung Slamet di ketinggan 600 – 700 mdpl dengan curah hujan mencapai 3.000 - 3.500 mm/tahun dan temperatur lingkungan 21-30 oC serta tingkat kelembaban atau Relative Humidity (RH) mencapai 70-80 %. Rata – rata suhu kandang di BBPTU – HPT Baturraden adalah 24 oC dan kelembaban 70 – 80%. Di habitat aslinya sapi perah bangsa Friesian Holstein hidup dengan suhu udara optimum yaitu 10-13 oC untuk dapat mempertahankan nafsu makan dan kesehatan. Pengaruh langsung suhu udara dan kelembaban terhadap kemampuan produksi sapi perah adalah konsumsi pakan karena apabila suhu meningkat akan menyebabkan menurunnya nafsu makan, turunnya gerak laju pakan dalam ransum serta efisiensi penggunaan energi untuk produksi susu dan status faali tubuh. Suhu tubuh normal sapi perah berkisar antara 38 – 39,3 oC dengan rata – rata 38,6 oC (Djaja W. dkk., 2009). Suhu udara dan kelembaban kandang di BBPTU – HPT Baturraden sudah memenuhi standar kenyamanan sapi perah untuk berproduksi secara optimal karena dengan suhu rata – rata 24 oC sapi masih dapat berproduksi dengan baik. Suhu kritis untuk sapi perah yang berada di daerah tropis yaitu 27 oC memperlihatkan produksi susu semakin menurun. 2.
Tatalaksana Pemberian Pakan Manajemen pemberian pakan yang tepat baik dalam jumlah kandungan nutrisi dan waktu
pemberiannya agar dapat memberikan produksi susu yang optimal dan menjaga kondisi kesehatan ternak. BBPTU-HPT Baturraden memberikan pakan sapi perah berupa hijauan rumput gajah (Pennisetum purpureum) dan rumput raja (Pennisetum purpuroides) dan konsentrat dengan kandungan nutrisi yang sudah lengkap berupa energi, protein, mineral dan vitamin. Pemberian pakan di balai ini sebanyak 40 kg/ekor yang diberikan dua kali sehari yaitu pada pagi hari pukul 07.00 dan sore hari pukul 14.00. Selain diberi pakan, sapi perah juga di Grazzing di padang penggembalaan selama 2 jam pada siang hari, hal ini bertujuan agar sapi perah dapat bergerak bebas sehingga akan memperlancar aliran darah dan tetap sehat. Nutrisi pakan yang diberikan berbeda antara sapi yang berproduksi susu tinggi dengan yang rendah. Berikut tabel kandungan nutrisi konsentrat yang diberikan di BBPTU-HPT Baturraden.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
6
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra Tabel 2. Kandungan Nutrisi Konsentrat Sapi Perah BBPTU-HPT Baturraden No Jenis Konsentrat Protein Kasar Bahan Kering TDN …………………...... % ……………………… 1 F1 18,1 83 75 2 F2 15,4 83 73 3 F3/Dara 15,4 82 71 4 Pedet 18,1 84 74 5 Calf Starter 20,3 84 74 Sumber : BBPTU-HPT Baturraden (2013) Keterangan: F1 Dewasa F2 Dewasa F3/Dara Pedet Calf Starter
: untuk sapi perah laktasi dengan produksi tinggi (>20 kg) : untuk sapi perah laktasi dengan produksi sedang (15-20 kg) : untuk sapi perah laktasi dengan produksi rendah (<15 kg), sapi dara dan sapi kering kandang. : untuk anak sapi umur 3 – 6 bulan : untuk anak sapi umur 1 hari – 3 bulan
Kandungan nutrisi berupa protein konsentrat yang diberikan untuk sapi perah F1 sudah memenuhi kebutuhan minimal yaitu 18 % seperti yang terdapat dalam Tabel 2. Jumlah protein kasar dalam ransum sebanyak 18,1 %, sedangkan kandungan protein untuk sapi perah F2 masih belum memenuhi standar minimal protein yaitu sebesar 16 %. Kebutuhan TDN dari konsentrat yang diberikan untuk sapi perah F1 dan F2 masing – masing adalah 75% dan 73%. Menurut Abdullah, dkk., (2009) pemberian konsentrat dengan kandungan TDN 75% dan 60% menunjukan bahwa sapi mengkosumsi bahan pakan berkualitas baik. Semakin tinggi nilai TDN yang terkandung dalam pakan sapi perah maka kualitasnya semakin baik karena dapat meningkatkan efisiensi pencernaan dalam rumen sapi perah. Selain kandungan protein dan nilai TDN perlu diperhatikan juga bahan kering (BK) yang berdapat dalam pakan sapi perah.
3.
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah di BBPTU-HPT Baturraden Data produksi susu yang diambil yaitu catatan produksi susu bulanan lengkap pada
periode laktasi 1 dan 2 dari 34 ekor sapi laktasi mulai dari tahun 2008 - Maret 2015. Data yang memenuhi syarat kemudian dianalisis menjadi produksi susu bulanan kumulatif dan hasilnya dikorelasikan dengan total produksi susu 305 hari periode laktasi 1 dan 2. Frekuesi pemerahan di BBPTU-HPT Baturraden sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu pukul 09.00 dan 16.00, untuk sapi yang berproduksi tinggi jumlah pemerahan ditambah menjadi 3 kali yaitu pada pukul 21.00. Hasil produksi susu pada pemerahan pagi dan malam dicatat setiap hari sehingga didapat catatan lengkap selama satu periode laktasi, dengan interval pemerahan 12 : 12.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
7
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra Tabel 3. Produksi Susu Bulanan Kumulatif Laktasi 1 Sapi Perah di BBPTU-HPT Baturraden Koefisien Produksi Susu Bulanan Bulan Standar n Variasi KeDeviasi Kumulatif Rataan/bulan ……… kg ……… (%) 1 34 20.977 617 125,5 20,3 2 34 20.832 612 128,7 21,0 3 34 19.869 584 119,5 20,5 4 34 17.696 520 117,5 22,6 5 34 16.578 487 89,8 18,4 6 34 15.304 450 97,7 21,7 7 34 13.990 411 88,5 21,5 8 34 13.200 388 95,4 24,6 9 34 12.892 379 85,8 22,6 10 34 11.168 328 69,1 21,0 Jumlah 162.506 4.780 1018 21,4 Rataan 16.250,6 478 101,8 Prod. Susu/Hari 15,9 Tabel 4. Produksi Susu Bulanan Kumulatif Laktasi 2 Sapi Perah di BBPTU-HPT Baturraden Koefisien Produksi Susu Bulanan Bulan Standar n Variasi KeDeviasi Kumulatif Rataan/bulan ………… kg ……… (%) 1 34 22.609 665 163,2 24,5 2 34 21.226 624 144,1 23,1 3 34 18.288 537 123,9 23,0 4 34 16.449 483 113,4 23,4 5 34 14.923 438 117,5 26,8 6 34 13.577 399 101,8 25,5 7 34 12.651 372 81,5 21,9 8 34 11.596 341 82,0 24,0 9 34 11.960 351 79,0 22,5 10 34 10.686 314 62,3 19,8 Jumlah 153.968 4.528 1.069 23,5 Rataan 15.396,8 452,8 106,9 Prod. Susu/Hari 15,1 Berdasarkan pada Tabel 3 dan 4, dari catatan produksi susu bulanan kumulatif pada laktasi 1 dan 2 di BBPTU-HPT Baturraden menunjukan produksi tertinggi dicapai pada bulan ke – 1 dengan rataan produksi susu bulanan masing – masing sebesar 617 dan 665 kg kemudian menurun hingga produksi terendah pada bulan ke – 10 masing – masing sebesar 328 dan 314 kg dengan rata – rata produksi susu laktasi 1 sebesar 15,9 kg/hari dan laktasi 2 sebesar 15,1 kg/hari.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
8
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra Dari hasil pengamatan pada tabel 3 dan 4, jumlah produksi susu total 305 hari periode laktasi 1 di BBPTU – HPT Baturaden lebih tinggi yaitu sebesar 162.512 kg dibandingkan produksi susu total 305 hari pada periode laktasi 2 sebesar 153.968 kg. Rata – rata total produksi susu selama 305 hari periode laktasi 1 sebesar 4.780 kg dan peridoe laktasi 2 sebesar 4.528 kg. Produksi susu di BBPTU – HPT Baturraden termasuk baik karena di Indonesia rata – rata produksi susu sapi perah FH sebesar 3.050 kg/laktasi (Sudono, 2003 dan Talib, 2006). Apabila diasumsikan dengan persentase produksi susu pada laktasi 1 sebesar 100 % maka pada laktasi 2 yaitu sebesar 95 %. Penurunan produksi susu sapi perah yang ada di BBPTU – HPT Baturraden dipengaruhi oleh faktor lingkungan, walaupun balai ini memiliki kondisi iklim yang cukup nyaman di pegunungan dengan rata – rata suhu 24 oC, tetapi sapi FH yang merupakan sapi yang berasal dari daerah sub-tropis ternyata cukup sulit untuk mempertahankan potensi genetik untuk produksi susu karena pada kondisi cekaman tropis di Indonesia, walaupun sapi yang ada di balai ini berasal dari keturunan pejantan yang memiliki potensi genetik produksi susu tinggi. Menurut Banos dan Smith (1991), Penurunan produksi susu anak – anak betina yang berasal dari pejantan unggul dari iklim sedang (dingin) akan mengalami penurunan ketika dipelihara di daerah tropis dan penurunan tersebut semakin besar pada pejantan dengan superioritas yang baik. 4.
Kurva Produksi Susu Bulanan Laktasi 1 dan 2 Secara umum bentuk kurva produksi susu akan naik mulai dari saat setelah melahirkan
menuju puncak produksi pada awal laktasi yang kemudian berangsur – angsur turun sampai akhir laktasi. Tingkat produksi susu kurva produksi pada Ilustrasi 1, menunjukan tingkat produksi susu tinggi pada awal laktasi dan kemudian mengalami penurunan produksi susu hingga bulan ke – 10. Penurunan produksi susu ini diduga karena faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap kuantitas susu yang dihasilkan. Sapi FH yang ada di BBPTU – HPT Baturraden merupakan sapi yang diimpor dari negara beriklim sedang (dingin). Rata – rata produksi susu di BBPTU-HPT Baturraden masih tergolong rendah dibandingkan dengan sapi perah yang ada di tempat aslinya, hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang berbeda dengan lingkungan aslinya, walaupun tempat balai ini berada di ketinggian dengan suhu rata – rata 21 – 30 oC, namun di tempat asalnya sapi perah FH akan berproduksi optimal pada suhu 10 – 13 oC. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
9
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra
Produksi Susu (Kg)
Prod u k si S u su B u l an an 800 600 400 200 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bulan Laktasi Laktasi 1
Laktasi 2
Ilustrasi 1. Kurva Produksi Susu Bulanan Penurunan nafsu makan menyebabkan produksi susu direduksi. Stress panas merupakan faktor yang sangat berpengaruh tinggi terhadap produksi susu terutama pada saat puncak produksi (Kurniawan, 2012).
5.
Nilai Korelasi Produksi Susu Bulanan dengan Produksi Total 305 Hari Pendugaan nilai korelasi pada penelitian ini yaitu untuk melihat keeratan hubungan
produksi susu bulanan kumulatif dengan produksi total 305 hari yang dihitung menggunakan rumus analisis korelasi. Tabel 5. Nilai Korelasi Produksi Susu Bulanan dengan Produksi Total 305 Hari Laktasi 1 dan 2 Bulan laktasi Laktasi Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 305 0,61 0,86 0,86 0,89 0,88 0,83 0,77 0,76 0,77 0,43 2 305 0,74 0,85 0,81 0,80 0,84 0,73 0,66 0,46 0,40 0,45 Dari hari penelitian pada Tabel 5, menunjukan nilai korelasi tertinggi pada laktasi 1 yaitu pada bulan ke – 4 sebesar 0,89 dan pada laktasi 2 nilai korelasi tertinggi pada bulan ke – 2 yaitu sebesar 0,85. Nilai korelasi ini menunjukan nilai korelasi yang tinggi yaitu masuk ke dalam kisaran 0,70 – 0,90. Hal ini sesuai dengan penjelasan Surakhmad (1998), yang menyatakan nilai korelasi 0,0 – 0,20 berarti korelasi sangat rendah; nilai 0,20 – 0,40 berarti korelasi rendah; nilai 0,40 – 0,70 berarti korelasi sedang; nilai 0,70 – 0,90 berarti korelasi tinggi; dan nilai 0,90 – 1,00 berarti korelasi sangat tinggi. Dari hasil analisis juga menunjukan nilai korelasi berdasarkan produksi susu bulanan kumulatif dengan produksi total 305 hari menunjukan nilai yang tinggi pada bulan ke – 2 sampai bulan ke – 5 dibandingkan dengan awal laktasi dan akhir laktasi dengan masing – masing nilai laktasi 1 yaitu 0,86; 0,86; 0,89 dan 0,88 kemudian laktasi 2 yaitu 0,85; 0,81; 0,80 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
10
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra dan 0,84. Van Vleck dan Henderson (1961b) menyatakan bahwa tingginya nilai korelasi pada pertengahan periode laktasi dipengaruhi oleh perbedaan genetik dan lingkungan permanen yang lebih besar diantara sapi dari pada bulan lainnya. Nilai korelasi yang tinggi pada analisis korelasi menunjukan bahwa untuk dapat menduga produksi total 305 hari dapat dilakukan dengan hanya menggunakan beberapa catatan bulanan saja, seperti pada penelitian Pallawaruka (1989), yang menduga produksi nyata dapat hanya dengan menggunakan dua atau tiga bulan catatan produksi saja. Kombinasi catatan yang disarankan adalah kombinasi catatan bulan laktasi ke-4 dan ke-5 atau ke-4 dan ke-6, serta bulan laktasi ke – 1 dan ke-8, yang dikombinasikan dengan catatan bulan ke – 2, 3, atau 4. Hilmia (2005), menyebutkan bahwa nilai korelasi catatan bulanan kumulatif dengan produksi total 305 hari akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya catatan produksi yang digunakan. Nilai korelasi yang tinggi menunjukan bahwa produksi susu bulanan kumulatif memiliki keeratan yang besar dengan produksi total 305 hari. Manajemen pemeliharaan, pemberian pakan dan interval pemerahan yang sama berpengaruh terhadap keeratan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Kesimpulan (1)
Rataan produksi susu bulanan kumulatif tertinggi di BBPTU-HPT Baturraden dari 34 ekor sapi perah periode laktasi 1 dan laktasi 2 dicapai pada bulan ke – 1 masing – masing sebesar 617 kg dan 665 kg.
(2)
Nilai koefisien korelasi tertinggi antara produksi bulanan kumulatif dengan produksi total 305 hari pada laktasi 1 terdapat di bulan ke – 4 yaitu 0,89 dan pada laktasi 2 terdapat di bulan ke – 2 yaitu 0,85. Nilai koefisien korelasi laktasi 1 dan 2 termasuk kategori tinggi.
2.
Saran Rata – rata produksi susu sapi perah FH yang berada di BBPTU – HPT Baturraden sudah
baik, namun untuk lebih meningkatkan produksi susu, maka frekuensi pemberian pakan dan kebutuhan nutrisi bagi sapi awal berproduksi harus ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan produksi susu sapi perah pada masa laktasi selanjutnya.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
11
Produksi Susu Bulanan Sapi Perah FH ………..…………………………. Sefyandy Adi Putra DAFTAR PUSTAKA Banos G, and Smith C. 1991. Selecting bulls across countries to maximize genetic improvement in dairy cattle. J Anim Breed Genetic. 108:174-181. Hilmia, N. 2005. Pendugaan Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Fries Holland Berdasarkan Catatan Bulanan Tunggal dan Kumulatif di Taurus Dairy Farm. Jurnal Ilmu Ternak, Fakultas Peternakan,Universitas Padjadjaran. Sumedang. Vol. 5 Nomor 2, Hal.80 – 87. Kurnianto, E. Sumeidiana, I. dan Yuniara, R. 2004. Perbandingan Dua Metode Pendugaan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Catatan Sebulan Sekali. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro. Semarang. J. Indon.Trop. Anim. Agric.29(4). Kurniawan. 2012. Model Kurva Produksi Susu Sapi Perah Dan Korelasinya Pada Pemerahan Pagi Dan Siang Periode Laktasi Satu. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang Pallawaruka. 1989. Metode Estimasi Produksi Susu 305 Hari Dari Pencatatan Beberapa Hari. Proc.Sem.Ruminansia, Cisarua, Bogor. Subandryo., Sitorus, P. dan Triwulaningsih, E. 1981. Produktivitas Sapi Friesian Pada Peternakan Rakyat di Pangalengan dan Lembang. Bulletin Lembang Penelitian Peternakan No. 27, pp. 1-10. Sudono, R. F., dan Rosdiana, B. S. S. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Edisi VII. Tarsito, Bandung. Talib, C. 2006. Grand Design Perbibitan Sapi di Indonesia. Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Van Vleck L. D. and Henderson C. R. 1961b. Estimates of Genetics Parameters of Some Function of Part Lactation Milk Record. J Dairy Sci 44 : 1073 – 1084.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
12