Nurul Pratiwi dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1):267-275, April 2013
PENGGUNAAN TAKSIRAN PRODUKSI SUSU DENGAN TEST INTERVAL METHOD (TIM) PADA EVALUASI MUTU GENETIK SAPI PERAH DI BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN (ESTIMATION OF MILK PRODUCTION BY USING TEST INTERVAL METHOD (TIM) ON THE EVALUATION OF THE GENETIC QUALITY OF DAIRY CATTLE IN BBPTU SAPI PERAH BATURRADEN) Nurul Pratiwi, A.T. Ari Sudewo dan Setya Agus Santosa Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
[email protected] ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Sapi Perah Baturraden. Materi penelitian adalah 140 catatan produksi susu laktasi pertama periode pencatatan tahun 2006 – 2011. Tujuan penelitian adalah (1) mengetahui deviasi penggunaan TIM dalam penaksiran produksi susu sapi perah dibandingkan dengan produksi susu nyata, dan (2) mengetahui perubahan peringkat individu sapi perah dari hasil evaluasi mutu genetik menggunakan TIM dibandingkan dengan produksi susu nyata. Hasil penelitian menunjukkan produksi susu sapi perah (laktasi 1) rata-rata 4755,73 ± 919,50 liter dan taksiran TIM 5147,93 ± 1057,69 liter, umur ratarata 833,68 ± 102,27 hari, dan jumlah hari pemerahan rata-rata 284,46 ± 76,16 hari. Penaksiran produksi susu sapi perah dengan TIM mendekati produksi susu nyata dengan korelasi 0,97 (P<0,01). Penggunaan taksiran produksi susu dengan TIM tidak mempengaruhi evaluasi mutu genetik sapi perah (P<0,01). Kesimpulan penelitian adalah (1) penaksiran produksi susu sapi perah dengan TIM memberikan tingkat akurasi yang relatif sama dengan produksi susu nyata, dan (2) taksiran produksi susu dengan TIM dapat digunakan untuk keperluan evaluasi mutu genetik sapi perah. Kata kunci : sapi perah, produksi susu, Test Interval Method (TIM), evaluasi mutu genetik ABSTRACT This research was conducted at Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Sapi Perah Baturraden. The research materials were 140 first lactating milk production recording from the year of 2006 to 2011. The research objectives were to know (1) the deviation of TIM use in the assessment of milk production of dairy cows compared to real milk production, and (2) the change of individual ratings of dairy cattle based on genetic evaluation of the quality of the results using the TIM compared to real milk production. The results showed that dairy cow milk production (lactation 1) had an average of 4755.73 ± 919.50 liters and that estimated was TIM 5147.93 ± 1057.69 liters, the average age of 833.68 ± 102.27 days, and the number of days milking average of 284.46 ± 76.16 days. The assessment of milk production of dairy cows using TIM approached real production with correlation of 0.97 (P<0.01). The estimation of milk production by TIM did not affect the evaluation of the genetic quality of dairy cows (P<0.01). The conclusion of the study was that (1) the assessment of milk production by TIM method gives the similar results relative to the level of accuracy of real milk production in dairy cows, and (2) estimated production of milk by the TIM can be used for evaluation of the genetic quality of dairy cows. Key words: dairy cows, milk production, Test Interval Method (TIM), the evaluation of genetic quality
267
dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1): 267-275, April 2013
PENDAHULUAN Produksi susu merupakan salah satu prioritas terpenting pada usaha sapi perah. Produksi susu sapi perah umumnya diukur pada satu kali masa laktasi selama 305 hari dan dibutuhkan pencatatan produksi susu harian untuk menggambarkan kemampuan daya produksi yang lebih tepat. Pencatatan yang diperlukan terutama pada identitas sapi, produksi susu, data reproduksi, dan kesehatan ternak (Karnaen dan Arifin, 2006). Fungsi pencatatan produksi susu dalam evaluasi genetik adalah untuk menaksir nilai pemuliaan (Anggraeni, 2012). Evaluasi mutu genetik sapi perah membutuhkan pencatatan produksi susu harian (Santosa dan Susanto, 2010). Pencatatan produksi susu harian memerlukan waktu yang lama, sehingga berdampak terhadap tenaga kerja yang akan mempengaruhi tingginya biaya produksi peternak. Salah satu alternatif pencatatan untuk meningkatkan efisiensi perusahaan adalah melaksanakan pencatatan produksi susu secara berkala, yang umumnya adalah sebulan sekali (mounthly record) (Kurnianto et al., 2004). Test Interval Method adalah salah satu metode penaksiran produksi susu berdasarkan catatan produksi susu bulanan. Test Interval Method mengestimasi produksi susu mulai sehari setelah tanggal pencatatan sampai hari pencatatan berikutnya (Sargent et al., 1968). Penggunaan TIM dalam penaksiran produksi susu sapi perah mempunyai kelemahan dibandingkan produksi susu nyata. Penaksiran menggunakan TIM dapat terjadi penyimpangan atau deviasi dengan produksi susu nyata. Kelamahan lain yang mungkin muncul yaitu terdapatnya perbedaan keragaman TIM dengan produksi susu nyata. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui deviasi penggunaan TIM dalam penaksiran produksi susu sapi perah dibandingkan dengan produksi susu nyata, dan (2) mengetahui perubahan peringkat individu sapi perah dari hasil evaluasi mutu genetik menggunakan TIM dibandingkan dengan produksi susu nyata. METODE Penelitian menggunakan metode survey yaitu dengan menelusuri catatan produksi dan reproduksi induk sapi perah yang ada di BBPTU Sapi Perah Baturraden. Sampel data diperoleh dengan metode purposive sampling (secara sengaja) yaitu pengambilan sampel didasarkan atas pertimbangan peneliti sendiri. Kriteria data yang digunakan adalah laktasi pertama, catatan dengan jumlah hari pemerahan lebih dari 120 hari (Marti dan Funk, 1994), memiliki tanggal beranak dan tanggal lahir (Santosa dan Susanto, 2010). Langkah-langkah penelitian adalah melakukan penaksiran produksi susu dengan TIM, melakukan koreksi data produksi susu, menaksir nilai pemuliaan, memperingkat (rangking) individu berdasarkan nilai pemuliaan, menghitung penyimpangan, dan menghitung perubahan peringkat individu berdasarkan Nilai Pemuliaan (NP) menggunakan metode koefisien korelasi rank-Spearman. Penaksiran produksi susu dengan TIM menggunakan rumus ICAR, (2011) n
[(Y i 1
i
Yi 1 ) / 2] * hi
(P: taksiran produksi susu satu periode laktasi; h0: interval hari antara saat beranak sampai dengan pencatatan pertama; Y1: catatan produksi susu pertama; Yi: catatan produksi susu ke i; Yi+1: catatan produksi susu ke i + 1; hi: interval hari antara dua pencatatan; hn: interval hari terakhir pencatatan 268
dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1): 267-275, April 2013
sampai masa kering; Yn: catatan produksi susu akhir; n: jumlah pencatatan selama satu periode laktasi). Koreksi data produksi susu nyata dan TIM terhadap umur saat beranak (hari) dan jumlah hari pemerahan (JHP) (hari) menggunakan faktor koreksi lokal (Santosa dan Sudewo, 2007). Penaksiran Nilai Pemuliaan (NP) menggunakan rumus : NPi = h2 (Pi - P ). (NP: nilai pemuliaan individu ke i; h2: heritabilitas produksi susu (0,38); Pi: produksi individu ke i; P : produksi rata-rata populasi). Menghitung penyimpangan atau deviasi antara produksi susu nyata dengan TIM menggunakan formula Sudewo dan Santosa (2008). Deviasi = (Ptaksiran – PN)/PN x 100%. (Ptaksiran: produksi taksiran dengan TIM; PN: produksi susu nyata). Pengujian perubahan peringkat individu berdasarkan Nilai Pemuliaan (NP) menggunakan metode koefisien korelasi rank-Spearman berdasarkan formulasi dalam Siegel (1994). 6 d 12
rs = 1 -
n n 2 1
(rs: koefisien korelasi rank-Spearman; n: jumlah pasangan observasi antara satu variabel terhadap variabel lainnya; di: perbedaan peringkat yang diperoleh pada tiap pasangan observasi). Besarnya rs diuji untuk mengetahui nyata atau tidaknya korelasi tersebut dengan uji t : t H = rs
n2 1 rs
Bila korelasi antara 2 sumber data nyata (tH> (α/2, n-2)), berarti kedua sumber data tersebut tidak berpengaruh terhadap peringkat individu. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Performans produksi sapi perah laktasi pertama yang ada di BBPTU Sapi Perah Baturraden dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Performans Produksi Susu Sapi Perah Laktasi Pertama di BBPTU Sapi Perah Baturraden No.
Variabel
Rata-rata
1 2 3 4
Produksi Susu (l) Produksi Susu TIM (l) Umur (hari) JHP (hari)
3940,31 4261,04 833,68 284,46
Simpang Baku 1311,37 1438,26 102,27 76,16
Maximum
Minimum
7791,50 8260,25 1434,00 517,00
1179,60 1371,00 668,00 122,00
Koefisien Keragaman 33,28 33,75 12,27 26,77
Berdasarkan data pada Tabel 1, rata-rata produksi susu laktasi pertama di BBPTU Sapi Perah Baturraden 3940,31 ± 1311,37 liter dengan koefisien keragaman 33,28%. Rata-rata produksi susu tersebut lebih rendah dibanding produksi susu laktasi pertama yang dilaporkan oleh Kamayanti et al. (2006) yaitu rata-rata produksi susu laktasi pertama selama 1992-1997 di BPT Baturraden berurutan 5191; 4497; 4892; 4626; 4662 dan 4504 kg. Blakely and Bade (1994) menyatakan produksi susu rata-rata sapi perah Friesien Holstein yaitu 5550-6080 liter/tahun. Rataan produksi susu hasil penelitian hampir sama dengan hasil penelitian Mustofa (2003) di BPPT 269
dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1): 267-275, April 2013
Cikole Bandung yaitu sebesar 3938,611 ± 1160,775. Menurut Williamson and Payne (1993) di daerah tropis produksi susu sapi perah sebesar 2974 liter/laktasi. Blakely and Bade (1994) menyatakan peningkatan produksi susu bisa disebabkan oleh manajemen pakan, kandang, kesehatan dan reproduksi yang baik. Menurut Anggraeni (2012) sapi FH yang dikenal sebagai salah satu sapi perah Bos taurus berkemampuan produksi susu tinggi di daerah asalnya, ternyata cukup sulit mempertahankan potensi genetiknya untuk berproduksi susu pada kondisi cekaman tropis Indonesia. Berdasarkan data pada Tabel 1, rata-rata hasil taksiran produksi susu menggunakan TIM 4261,04 ± 1438,26 liter cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan produksi susu nyata 3940,31 ± 1311,37 liter. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Santosa dan Susanto (2010) bahwa rata-rata hasil taksiran produksi susu dengan TIM lebih rendah (under estimate) dibanding dengan produksi susu nyata. Perbedaan tersebut diduga disebabkan karena data dan individu sapi yang digunakan berbeda. Nilai simpang baku dan koefisien keragaman taksiran produksi susu dengan TIM relatif sama dibandingkan produksi susu nyata. Taksiran produksi susu dengan TIM mempunyai koefisien keragaman 33,75% dibandingkan produksi susu nyata 33,28%. Korelasi antara produksi susu nyata dengan TIM menunjukkan nilai yang tinggi (r = 0,98), berarti hasil taksiran produksi susu menggunakan TIM diperoleh nilai produksi yang relatif sama dengan produksi susu nyata. Hasil tersebut relative sama dengan nilai korelasi yang diperoleh Sargent et al. (1968) yaitu sebesar 0,988. Produksi susu nyata pada sapi perah merupakan suatu proses yang dinamik membentuk suatu kurva (Anang et al., 2010). Kurva produksi susu pada awal laktasi akan mengalami kenaikan menuju puncak laktasi yang kemudian berangsur-angsur menurun sampai akhir laktasi (Kurniawan et al., 2012). Produksi susu mengalami peningkatan pada bulan pertama sampai bulan kedua, kemudian menurun bertahap sampai masa kering. Rata-rata produksi susu tiap bulan laktasi pada laktasi pertama di BBPTU Sapi Perah Baturraden dapat dilihat pada Gambar 1.
Rata-rata Produksi Susu (liter)
20.00 18.00 16.00
14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 1
2
3
4
5 6 Bulan Laktasi
7
8
9
Gambar 1. Rata-rata Produksi Susu Tiap Bulan Laktasi pada Laktasi Pertama 270
10
dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1): 267-275, April 2013
Penggunaan TIM dalam penaksiran produksi susu dapat menyebabkan penyimpangan atau deviasi dari produksi susu nyata. Distribusi persentase penyimpangan hasil taksiran produksi susu metode TIM dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 menunjukkan bahwa penyimpangan hasil taksiran produksi susu TIM berkisar antara -7,5% sampai dengan 37,5%. Penyimpangan dengan frekuensi tertinggi ada di kisaran 7,5% sampai dengan 10%. Hasil tersebut berbeda dengan yang dilaporkan Sargent et al. (1968) bahwa frekuensi tertinggi penyimpangan taksiran produksi susu dengan TIM terdapat pada kisaran -0,5% sampai dengan 0,5%. Secara kumulatif 85,71% hasil taksiran produksi susu TIM menunjukkan penyimpangan positif, berarti pada penelitian ini meteode TIM cenderung menghasilkan taksiran produksi susu lebih tinggi dibanding produksi susu nyata. Penyimpangan antara -7,5% sampai dengan 22,5% mencakup 95,00% hasil taksiran produksi susu menggunakan TIM. Nilai koefisien korelasi antara produksi susu nyata dengan TIM pada kondisi tersebut sebesar 0,97, artinya kisaran penyimpangan -7,5% sampai dengan 22,5% masih memberikan hasil taksiran produksi susu TIM mendekati produksi susu nyata.
16 Frekuensi (ekor)
14 12 10 8 6 4 2 0
Persentase Perbedaan (%) Gambar 2. Distribusi Persentase Penyimpangan Hasil Taksiran Produksi Susu TIM Berdasarkan data pada Tabel 1, rata-rata umur saat beranak pertama adalah 833,68 ± 102,27 hari. Menurut Hardjosubroto (1994) umur beranak pertama pada sapi perah FH yang baik adalah 28 bulan, hal tersebut berdasarkan pada kondisi sapi perah yang berumur 18 bulan (umur kawin) telah mencapai ukuran siap bunting dengan bobot badan normal sesuai dengan ukurannya. Menurut Akramuzzein (2009) umur beranak pertama sapi FH adalah pada umur 24 bulan, tetapi harus diimbangi dengan manajemen dan pemberian pakan yang baik. Berdasarkan data pada Tabel 1 rataan jumlah hari pemerahan (JHP) adalah 284,46 ± 76,16 hari dengan koefisien keragaman 26,77%. Jumlah hari pemerahan yang ideal adalah 305 hari dengan lama masa pengeringan (days open) 60 hari (Schmidt dan Van Vleck, 1974). Kisaran jumlah hari pemerahan yang normal adalah 10-12 bulan (Bath et al., 1985). Pada kondisi tersebut diharapkan dalam 365 hari mendapatkan satu ekor anak atau dikenal dengan istilah “one year one calf” (Hardjosubroto, 1994). 271
dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1): 267-275, April 2013
Evaluasi Mutu Genetik Produksi susu perlu dilakukan koreksi untuk kepentingan evaluasi genetik sapi perah. Produksi susu dilakukan koreksi terhadap pengaruh lingkungan yaitu berdasarkan umur dan jumlah hari pemerahan ke basis umur setara dewasa (5 sampai 6 tahun) dan jumlah hari pemerahan 270 - 319 hari. Data produksi susu nyata, taksiran TIM dan produksi susu setelah dilakukan koreksi data dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel2. Produksi Susu Nyata, Taksiran TIM dan Produksi Susu Terkoreksi Rata-rata Simpang Baku Koefisien Keragaman No. Variabel (liter) (liter) (%) 1 Produksi Susu 3940,30 1311,37 33,28 Nyata 4261,04 1438,26 33,75 TIM 2 Produksi Susu Terkoreksi 4755,73 919,50 19,33 Nyata 5147,93 1057,69 20,54 TIM Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil bahwa koreksi data menyebabkan meningkatnya nilai rata-rata produksi susu yaitu 3940,30 liter menjadi 4755,73 liter pada produksi susu nyata dan 4261,04 liter menjadi 5147,93 liter pada produksi susu TIM. Peningkatan rata-rata produksi susu terkoreksi menunjukkan bahwa nilai produksi susu hasil koreksi mencerminkan produksi susu pada umur setara dewasa 5 – 6 tahun. Sedangkan produksi susu sebelum dikoreksi merupakan nilai produksi susu pada umur rata-rata 833,64 hari atau 2,3 tahun (Tabel 1). Warwick dan Legates (1979) menyatakan bahwa produksi susu maksimum akan dicapai pada waktu sapi berumur 6 sampai 8 tahun yaitu dimana pada saat sapi perah mencapai dewasa tubuh, setelah umur tersebut dilalui produksi susu mulai menurun. Peningkatan tersebut juga disebabkan jumlah hari pemerahan telah diseragamkan ke basis 270 -319 hari dibanding dengan sebelum koreksi jumlah hari pemerahan tersebar antara 175 hari sampai di atas 376 hari. Standarisasi pengaruh umur pada produksi susu sapi perah diperlukan karena beberapa alasan, antara lain untuk 1) meminimalkan bias pada saat dilakukan pembandingan produksi susu antara sapi betina dengan umur laktasi berbeda, 2) memperkecil ragam contoh karena umur berbeda, dan 3) memprediksi produksi susu sapi betina pada kondisi lingkungan lainnya sama, kecuali berbeda umur produksi (Miller et al., 1970 dalam Anggraeni, 2003). Namun manfaat penting dari standarisasi umur adalah untuk menghindarkan bias ketika dilakukan pembandingan produksi susu antara sapi betina dengan kondisi umur yang beragam dalam kegiatan evaluasi mutu genetik sapi pejantan (Miller, 1973, Schmidt et al., 1988 dalam Anggraeni, 2003). Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa koreksi data produksi susu menyebabkan turunnya nilai keragaman produksi susu yaitu dari 33,28 % menjadi 19,33 % pada produksi susu nyata dan dari 33,75 % menjadi 20,54 % pada produksi susu TIM. Penurunan nilai keragaman tersebut menunjukkan bahwa koreksi data produksi susu telah berhasil menyeragamkan perbedaan umur dan jumlah hari pemerahan. Kondisi tersebut diperlukan dalam evaluasi mutu genetik sapi perah bahwa data produksi susu sebaiknya memiliki keseragaman pengaruh lingkungan diantaranya umur dan jumlah hari pemerahan, sehingga perbedaan data produksi susu lebih mencerminkan perbedaan genetik. 272
dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1): 267-275, April 2013
Evaluasi mutu genetik dapat dilakukan dengan menaksir nilai pemuliaan (NP). Nilai pemuliaan digunakan untuk memperingkat (ranking) ternak pada seleksi. Nilai pemuliaan ditentukan oleh produksi susu dan nilai heritabilitas, pada produksi susu yang berbeda nilai pemuliaannya juga berubah. Penggunaan taksiran produksi susu dengan TIM dapat menyebabkan perbedaan peringkat bila dibandingkan produksi susu nyata. Berdasarkan analisis korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara peringkat atau rangking nilai pemuliaan produksi susu nyata dengan TIM sebesar 0,97. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa rangking antara nilai pemuliaan produksi susu nyata danTIM sangat erat (P<0,01) atau dapat dikatakan tidak ada perbedaan peringkat nilai pemuliaan antara yang ditaksir menggunakan data produksi susu nyata dengan TIM. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka penggunaan taksiran produksi susu TIM dalam evaluasi mutu genetik diperoleh hasil yang sama jika dibandingkan dengan produksi susu nyata. Hasil analisis tersebut memberi petunjuk bahwa penggunaanaan TIM dalam penaksiran produksi susu berdasarkan catatan bulanan dapat digunakan untuk keperluan evaluasi mutu genetik sapi perah. Menurut Surakhmad (1998), nilai 0,97 artinya mempunyai korelasi tinggi sekali. Nilai koefisien korelasi semakin mendekati nilai 1 makakorelasi semakin kuat. Sarwono (2006) menyatakan koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Kriteria untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dua variabel sebagai berikut: 0 : tidak ada korelasi antara dua variabel, >0 – 0,25: korelasi sangat lemah, >0,25 – 0,5: korelasi cukup, >0,5 – 0,75: korelasi kuat, >0,75 – 0,99: korelasi sangat kuat, dan 1: korelasi sempurna. SIMPULAN Kesimpulan penelitian adalah (1) penaksiran produksi susu sapi perah dengan TIM memberikan tingkat akurasi yang relatif sama dengan produksi susu nyata, dan (2) taksiran produksi susu dengan TIM dapat digunakan untuk keperluan evaluasi mutu genetik sapi perah. DAFTAR PUSTAKA Akramuzzein, 2009. Program Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah Untuk Tingkat Peternak dan Koperasi Menggunakan Microsoft Access. Thesis. Program Pascasarjana IPB, Bogor. Anang, A., H. Indrijani dan D. Tasripin. 2010. Analisis Efek Tetap dalm Evaluasi Genetik Produksi Susu pada Sapi Perah Menggunakan Catatan Test Day di Indonesia. JITV. Vol. 15. No. 2. Hal : 138-146 Anggraeni, A. 2003. Keragaan Produksi Susu Sapi Perah: Kajian Pada Faktor Koreksi Pengaruh Lingkungan Internal. Wartazoa. Vol. 13. No. 1 Anggraeni, A. 2012. Perbaikan Genetik Sifat Produksi Susu dan Kualitas Susu Sapi Friesian Holstein Melalui Seleksi. Wartazoa. Vol. 22. No. 1 Bath, D. L., F.N. Dickerson, HA Tucker dan R.D Appleman. 1985. Dairy Cattle: Principles, Practices, Problems, Profits. Lea and Febigr. Philadelphia. Blakely, J and D. Bade. 1994. Ilmu Peternakan. Edisi ke-4. Terjemahan Bambang Srigandono. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hal: 296. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. Grasindo, Jakarta. 273
dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1): 267-275, April 2013
International Committee for Animal Recording (ICAR). 2011. International Committee for Animal Recording: International Agreement Of Recording Practices. Guidelines approved by the General Assembly held in Riga, Latvia. Kamayanti, Y.D., Palawarukka dan A. Anggraeni. 2006. Pemeriksaan interaksi genetik dan lingkungan dari daya pewarisan produksi susu pejantan Friesian-Holstein impor yang dipakai sebagai sumber bibit pada perkawinan IB. Pros. Lokakarya Nasional Pengelolaan dan Pelindungan Sumberdaya Genetik di Indonesia. Bogor, 20 Desember 2006. Badan Litbang Pertanian. hlm. 149 – 156. Karnaen dan J. Arifin. 2006. Korelasi Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Test Day Laktasi 1, Laktasi 2, Laktasi 3, dengan Gabungannya. Animal Production. Vol. 11 Hal.2 Kurnianto, E., I. Sumeidiana dan R. Yuniara. 2004. Perbandingan Dua Metode Penaksiran Produksi Susu Sapi Perah Berdasarkan Catatan Sebulan Sekali. J.Indon.Trop.Anim.Agric. 29(4). Hal. 4 Kurniawan, H. Indrijani, dan D. S. Tasripin. 2012. Model Kurva Produksi Susu Sapi Perah dan Korelasinya pada Pemerahan Pagi dan Siang Periode Laktasi Susu. e-journal. Vol. 2. No. 1. Hal 3 Marti, C. F. and D.A. Funk. 1994. Relationship Between Production and Days Open at Different Levels of Herd Production. J. Dairy Sci. 75:2984-2989. Mustofa, Z. 2003. Analisis Hubungan Antara Umur Beranak, Days Open dan Calving Interval dengan Produksi Susu Sapi Perah FH di BPPT Sapi Perah Cikole Bandung. Skripsi. FapetUnsoed. Purwokerto. Miller, P. 1973. A Recent Study Of Age Adjusment. J. DairySci. 56 : 952 - 959. Miller, P.D., W.E. Lbntz, and C.R. Henderson. 1970. Joint Influence Of Month And Age Of Calving On Milk Yield Of Holstein Cows In The Northeastern United StBre. J. DairySci. 53: 351-357. Santosa, S. A. dan A. T. A. Sudewo. 2007. Ketepatan Seleksi Sapi Perah Menggunakan Faktor Koreksi Data Lokal. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan UNSOED Santosa, S. A. dan A. Susanto. 2010. Evaluasi Genetik Sapi Perah Menggunakan Catatan Produksi Susu Harian dan Bulanan. Jurnal Ilmiah Inkoma. Vol. 21. No. 3 Sargent, F. D., V. H. Lytton, and O. G. Wall, JR. 1968. Test Interval Method of Calculating Dairy Herd Improvement Association Records. Jurnal Dairy Science. Vol. 51, No. 1. Hal. 170 -179. Sarwono, J. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Schmidt, G.H., L.D. Van Vlect, and Hutjeuns. 1988. Principle of Dairy Science. Second Ed Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Schmidt, G. H. and L. D. Van Vleck. 1974. Principles of Dairy Science. W.H. Freeman and Company. San Fransisco. Siegel, S. 1994. Statistika Nonparametrik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sudewo, A. T. A. dan S. A. Santosa. 2008. Ketepatan Penaksiran Produksi Susu Dengan Test Interval. Method Dan Centering Date Method Terhadap Produksi Susu Nyata Dalam Seleksi Sapi Perah. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan UNSOED Surakhmad W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Edisi VIII. Tarsito. Bandung. Warwick, E.J. and J.E. Legates. 1979. Breeding andImprovement of Farm Animal. Seventh Ed McGraw-Hill Book Company. New York. 274
dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(1): 267-275, April 2013
Williamson, G. and W. J. A. Payne. 1993. An Introduction to Animal Husbandry in the Tropics. 3rd Ed. Longman Group Limited. London.
275