Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 1998
FAKTOR-FAKTOR KOREKSI HARI LAKTASI DAN UMUR UNTUK PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIES HOLLAND ANNEKEANGGRAENI
1 , Am SUDONO 2, PALAWARUKKA 2, dan SUBANDRIYO
1 Batai Penelitian Ternak, P.O . Box 221, Bogor 16002 2 Institut Pertanian Bogor, Jalan Rasamala, Darmaga, Bogor 16680 ABSTRAK Dipergunakan catatan laktasi sapi perah Fries Holland (FH) bersumber dari dua persamaan Taurus Dairy Farm (TDF) clan PT Baru Adjak (BAK) serta satu balai pembibitan BPT Baturraden (BAT) selama tahun pengamatan 1982 sampai 1992 dalam mengestimasi faktor standarisasi hari laktasi dan umur untuk produksi susu . Produksi susu dengan masa laktasi >_ 300 hari dari TDF, BAK dan BAT benlnltan sejumlah 569, 1 .164 dan 388 catatan dipergunakan dalam mengestimasi faktor-faktor koreksi (FK) produksi susu kumulatif sebagian pada selang 15 hari, tiga periode laktasi, di setiap peternakan . Faktor standarisasi hari laktasi diperoleh dengan cara menisbahkan RT produksi susu 305 hari terhadap setiap RT produksi susu kumulatif sebagian yang diturunkan menggunakan Metoda Kuadrat Terkecil (Least Square Method) dalam persamaan tinier dengan faktor tetap meliputi tahun beranak, bulan beranak, dan hari laktasi.
Produksi susu dengan masa laktasi >_ 270 hari dari TDF, BAK, dan BAT benlnltan sejunilah 414, 660, dan 294 catatan dipergunakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap produksi susu 305 hari . Pemeriksaan pengaruh umur pada produksi susu dikaskan untuk s,.:tiap peternakan clan semua peternakan dengan memperhitungkan pengaruh tahun, bulan dan umur beranak pada analisis di setiap peternakan ; serta ditambah pengaruh peternakan pada analisis di semua peternakan . Umur diklaskan ke dalam setiap selang enam bulan, dimulai dari <_ 24 bulan sampai >_ 91 butan . Rataan terkoreksi (RT) produksi susu setiap klas umur diturunkan menggimakan Metoda Kuadrat Terkecil (Least Square Method) . Faktor-faktor koreksi umur didapatkan untuk semua lokasi dengan menisbahkan RT produksi susu umur dewasa terhadap RT produksi susu setiap umur lainnya. Perolehan FK hari laktasi dari ketiga periode laktasi memberikan perubahan Iebill besar untuk BAT dan TDF dibandingkan BAK. Faktor-faktor koreksi hari laktasi bersesuaian untuk laktasi 1, 2 dan z 3 di BAK memberikan perubahan yang besar hanya selama 90 hari pertama laktasi, sedangkan pada BAT dan TDF perubahan besar terjadi sampai 165 hari pertama laktasi . Umur berpengaruh sangat nyata (P<0,001) terhadap produksi susu di TDF, BAK dan semua peternakan; sebaliknya berpengarull tidak nyata (P>0,05) di BAT. Sumbangan peiigaruh umur terhadap keragaman produksi susu di BAT,TDF, BAK, dan semua peternakan benlnitan sebesar 4,99; 11,05; 10,07; dan 6,23 %. FK umur Inengalami perubahan berpola kuadratik dengan bertambahnya umur beranak. Menurun cepat sejak umur <_ 24 bulan, kemudian menunin perlahan sampai mencapai nilai satu pada unuir 61-66 bulan, selanjutnya menaik kembali sampai umur >_ 91 butan.
295
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
PENDAHULUAN Perbaikan genetik pada sapi perah terutama ditujukan untuk meningkatkan hasil produksi susu. Penilaian mutu genetik untuk menseleksi betina bibit biasanya diduga berdasarkan produksi susu yang dihasilkan per periode laktasi, sedangkan keunggulan genetik pejantan biasanya diduga berdasarkan prestasi produksi susu kerabat dcn anak betinanya . Beberapa faktor lingkungan baik internal seperti lama laktasi, umur beranak (periode laktasi), frekuensi pemerahan, dcn masa kosong ; ataupun eksternal seperti peternakan, tahun beranak dan musim beranak dapat memberikan kontribusi terhadap keragaman produksi sllsu per periode laktasi . Keadaan ini akan menutupi keragaman produksi susu yang disebabkan oleh perbedaan genetik . Usaha mengeliminasi bias akibat pengarnh lingkungan internal, pada prosedur evaluasi genetik, umumnya dilakukan dengan membakukan produksi susu kepada laktasi lengkap 305 hari, frekuensi pemerahan dua kali sehari, serta produksi setara umur dewasa . Pembakuan biasanya menggunakan faktor-faktor koreksi (FK) dari Dairy Herd Improvement Association (DHIA), Departemen Pertanian Amerika Serikat (AS) hcsil pengembangan pada awal tahun 1970. Pengaruh lingkungan eksternal umumnya dieliminasi dengan membandingkan antara herdmate atau contemporary sapi betina . Perbedaan iklim dan tatalaksana pemeliharaan antara negara tropis Indonesia dengan negara iklim sedang, seperti Amerika Serikat dan negara empat musim lainnya lainnya tempat dikembangkan banyak bangsa sapi perah Bos Turus, tentunya dapat memberikan perbedaan fisiologi sapi dalam menampilkan kinerja produksi susu. Oleh karenanya guna mendukung program alih teknologi bagi pengembangan sapi perah Fries Holland (FH) sebagai sumber utama ternak penghasil susu, diperlukan pengembangan perangkat FK hari laktasi dan umur sesuai dengan kondisi fisiologis sapi perah lokal. Di dalam upaya mengestimasi FK hari laktasi secara akurat, maka berbagai faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hubungan antara produksi susu parsial dengan produksi susu laktasi lengkap perlu dieliminasi . Demikian pula untuk mengestimasi FK umur secara akurat, perlu dieliminasi berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi hubungan antara umur dengan produksi susu. Faktor lingkungan yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan FK hari laktasi antara lain meliputi umur, periode laktasi, musim, tahap laktasi (stage of lactation), dan peternakan (LAMB dan MCGILLIARD, 1960 ; SUDONO, 1964 ; SARGENT et al., 1967, MCDANIEL et al., 1968; DANELL, 1982 ; HAMIDAH, 1987 ; WHITE et al., 1981) . Sedangkan faktor lingkungan yang perlu dipertimbangan dalam mengembangkan FK umur untuk produksi susu antara lain peternakan, tahun, musim, peruballan waktu (genetik dan lingkungan) wilayall geografis dcn seleksi (WHITE et al., 198l). Penelitian bertujuan mengestimasi FK hari laktasi dan umur beranak atau berawal laktasi dari sapi perah FH dalam kondisi pemeliharaan di perusahaan peternakan sapi perah . MATERI DAN METODE Materi penelitian Materi penelitian merupakan sapi FH betina yang sudah berlaktasi dari BPT Baturraden, Taurus Dairy Farm, dan PT Baru Adjak. Data produktivitas dikumpulkan selanla tallun 19821992. Produksi susu harian dicatat setiap hari (BPT Baturraden dan Taurus Dairy Farm) dan setiap 296
SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1998
minggu (PT Baru Adjak),dengan produksi susu per periode laktasi penelitian dihitung satu minggu setelah kejadian beranak . Metode penelitian Produksi susu BPT Baturraden, Taurus Dairy Farm dan PT Baru Adjak dengan masa laktasi dapat mencapai sediki.tnya 300 hari ataupun masih berlangsung sampai 420 hari masing-masing sebanyak 388, 569, dan 1164 catatan dipergunakan dalam mendapatkan FK hari laktasi . Perangkat FK hari laktasi dikembangkan untuk setiap peternakan pada tiga periode laktasi, meliputi laktasi 1, 2, dan >_ 3 yang dinyatakan sebagai laktasi kelompok 1, 11, dan Ill. Dilakukan pengelompokan karena analisis pendahuluan menunjukkan periode laktasi berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap keragaman produksi susu kumulatif sebagian di setiap peternakan. Diterapkan persamaan model linier dengan mempertimbangkan tahun beranak, bulan beranak, dan hari laktasi sebagai faktor tetap dalam mempengaruhi produksi susu kunuilatif sebagian . Sedangkan produksi kumulatif sebagian merupakan total produksi susu harian secara berurutan pada setiap selang 15 hari, dimulai dari 15 hari pertama sampai ke-420 hari laktasi . Hanya produksi susu sapi laktasi dengan : 1) masa laktasi mencapai sedikitnya 270 hari, 2) dimulai dari laktasi pertama atau kedua, dan 3) tidak kehilangan secara berurutan lebili dari satu periode laktasi dipergunakan dalam mendapatkan FK umur. Dengan mendapatkan pada kriteria tersebut, sejumlah 314, 446, dan 692 catatan produksi susu berurutan pada BPT Baturraden, Taurus Dairy Farm, dan PT Baru Adjak dipergunakan dalam mengembangkan FK umur. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap produksi susu laktasi lengkap 305 hari, dilakukan analisis ragam pada setiap peternakan (intraherd) dan semua peternakan (interherd). Diterapkan model linier dengan faktor tetap meliputi tahun, bulan, dan umur beranak pada analisis di setiap peternakan; serta ditambahkan pula peternakan pada analisis di semua peternakan dalam mempengaruhi produksi susu. Umur diklaskan untuk setiap selang enam bulan dinnilai dari <_ 24 bulan sebagai klas pertama, 25 - 30 bulan sebagai klas kedua sampai >_ 91 bulan sebagai klas terakhir. Dengan demikian diperoleh 13 klas umur beranak. Data dianalisis menggunakan paket program Statistical Analyses Systenr (SAS). Untuk memperoleh rataan terkoreksi (RT) produksi susu bagi setiap klas dari setiap faktor dalam model, diturunkan dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Methotl) . Faktor koreksi perkalian hari laktasi diperoleh dengan cara menisbahkan RT produksi susu laktasi lengkap 305 hari terhadap RT produksi susu kumulatif sebagian setiap hari laktasi lainnya . Sedangkan FK umur didapatkan dengan menisbahkan RT produksi susu umur dewasa terhadap RT produksi susu setiap klas umur lainnya . HASIL DAN PEMBAHASAN Sebaran masa laktasi Masa laktasi merupakan lama hari sejak dimulainya sapi laktasi sampai mengalami kering alami . Sebaran masa laktasi BPT Baturraden, Taurus Dairy Farm, dan PT Baru Adjak berurutan dengan jumlah 644, 905, dan 1 .560 catatan dijelaskan dalam Gambar 1 . Sebaran frekuensi masa laktasi dari kedua peternakan BPT Baturraden dan Taurus Dairy Farm mendekati pola kurva normal, sedangkan PT Baru Adjak lebih menjulur kebagian sisi kanan. Demikian pula frekuensi masa laktasi tertinggi keduanya terjadi pada kisaran 271-300 hari, lebih pendek dibandingkan PT 297
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Baru Adjak yang terjadi pada selang 301-330 hari. Hal ini dikarenakan PT Baru Adjak mempunyai masa kosong paling lama, sehingga selang beranak menjadi panjang dan berakibat pada semakin lamanya masa laktasi dikarenakan sapi terus-menerus diperah sampai mencapai kering alami. BPT Baturraden dan Taurus Dairy Farm mempunyai masa kosong selama 137 dan 153 hari dengan selang beranak 411 dan 427 hari, lebih singkat (P<0,01) dibandingkan PT Baru Adjak dengan masa kosong selama 210 hari clan selang beranak 484 hari.
ca Y
N
cu co r E
250 200 150 -~ 100
II
50
0 -' ~irrn l0
N
O N G'0
0 (V
N
M f?
M
ln
O In_
_9
_t9
1 l~
O
O
t-
Go
00
Interval Masa Laktasi (Hart) p BAT p TDF M BAK
Gambar 1 .
Sebaran frekuensi masa laktasi yang berakhir dengan kering alami di BPT Baturraden (BAT), Taurus Dairy Farm (TDF), dan PT Baru Adjak (BAK)
Sebaran masa laktasi ketiga peternakan diperoleh pada kisaran 91-570 hari . Kisaran tersebut lebih luas bila dibandingkan dengan hasil pengamatan SUBANDRIYO et al. (1982) pada sapi FH dar peranakannya di Jalur susu Semarang-Surakarta yang memperoleh kisaran 179-360 hari. Bila sebaran masa laktasi setiap peternakan dihubungkan dengan masa laktasi lengkap selama 305 hari berdasarkan ketetapan standar internasional, diperoleh hanya sejumlah 313 catatan (49%) di BPT Baturraden dan 463 catatan (51%) di Taurus Dairy Farm yang dapat mencapai atau melebihi masa laktasi pembaku 305 hari. Sementara PT Baru Adjak pada kondisi efisiensi reproduksi yang rendah, memberi peluang lebih besar untuk mencapai atau melebihi masa laktasi 305 hari, yaitu sebanyak 1 .105 catatan atau sekitar 71%. Produksi susu kumulatif sebagian Hasil analisis ragam pengaruh tahun beranak, bulan beranak, dan hari laktasi untuk setiap periode laktasi 1, 2, dan >_ 3 di masing-masing peternakan menunjukkan ketiganya berpengaruh sangat nyata (P<0,001) terhadap keragaman produksi susu kumulatif sebagian . Sekitar 74,59 84,63% keragaman produksi susu disebabkan hari laktasi, sedangkan tahun dan bulan beranali menyumbang hanya sekitar 0,38-5,36% dan 0,25-5,39%, yang menunjukkan hari laktasi berpengaruh besar pada produksi susu kumulatif sebagian . 29 8
Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 1998
Rataan terkoreksi (RT) produksi susu kumulatif sebagian setiap hari laktasi untuk ketiga periode laktasi di masing-masing peternakan tercantum dalam Lampiran la, lb, dan Ic. Nilai-nilai tersebut diperjelas dalam Gambar 2. Pegamatan terhadap kurva produksi susu kumulatif antara ketiga periode laktasi, secara umum menunjukkan pola yang lebih mendekati antara Taunu Dairy Farm dan PT Baru Adjak, sebaliknya BPT Baturraden dengan pola yang cukup berbeda dibandingkan kedua lokasi lainya. Sedangkan pengamatan terhadap tingkat produksi, secara umum menunjukkan kurva produksi laktasi 1 PT Baru Adjak mempunyai tingkat produksi hampir mendekati kurva produksi ketiga laktasi BPT Baturraden. Kurva produksi laktasi 1 Taurus Dairy Farm sedikit melebihi tingkat produksi dari keempat kurva produksi sebelumnya . Sedangkan kurva produksi laktasi 3 dan selanjutnya PT Baru Adjak dengan tingkat produksi lebih rendah dibandingkan kurva produksi laktasi 2 dan selanjutnya Taurus Dairy Farm.
50
100
150
200 250 300 Had Laktasi (Had)
350
-Lakt l BAT -t Lakt 11 BAT ~Lakt .lll BAT -Lakl.l TDF ~Lakt .lp TDF -Lakt .l BAK
Gambar 2.
400
450
-Lakt.ll TDF
--- Lakt .11 BAK -Lakt .10 BAK
Hubungan hari laktasi dengan rataan terkoreksi (RT) produksi susu kunntlatif sebagian untuk kelompok laktasi 1, 2 dan 3 di BPT Baturraden (BAT), Taurus Dairy Fartn (TDF) dan PT Bant Adjak
Faktor-faktor koreksi hari laktasi
Kesembilan perangkat FK hari laktasi meliputi laktasi 1, 2, dan >_ 3 bagi ketiga peternakan dicantumkan dalam Tabel 1 . Untuk mengetahui pengaruh periode laktasi terhadap nilai FK hari laktasi, dilakukan pengamatan secara bersamaan antara ketiga perangkat FK hari laktasi di masing-masing peternakan . Pengamatan pada setiap hari laktasi bersesuaian di BPT Baturraden menlperlillatkan, sampai laktasi betjalan 225 hari diperoleh FK laktasi-1 lebih tinggi terhadap laktasi 2 dan terendah pada laktasi 3 dan selanjutnya . Melewati 225 hari, didapatkan FK laktasi 1 hampir sanla dengan laktasi 2, sedangkan laktasi >_ 3 sedikit lebih rendah dari kedua perangkat lainnya . Perbedaan FK hari laktasi bersesuaian antara laktasi-1 dan laktasi 2 tidak melebihi 0,1, kecuali pada hari laktasi 420 hari diperoleh perbedaan sebesar 0,05. Sementara perbedaan antara laktasi >_ 3 dengan kedua laktasi lainnya didapatkan sekitar 0,01 sampai 0,04. Akan tetapi sebenarnya perangkat FK untuk 299
Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 1998
laktasi 1 dan laktasi 2 sudah tidak memperlihatkan perbedaan besar sejak laktasi berjalan 180 hari, dengan perbedaan antara keduanya tidak melebihi 0,02 . Pengamatan secara bersamaan terhadap semua periode laktasi di PT Baru Adjak memperlihatkan setelah melewati 105 hari laktasi berjalan, diperoleh ketiga perangkat FK hari laktasi hampir sama, dengan perbedaan konstanta pada hari laktasi bersesuaian tidak melebihi 0,02 . Sedangkan pada awal laktasi atau sampai 90 hari laktasi, umumnya didapatkan FK laktasi >_ 3 lebih tinggi daripada laktasi 2 dan terendah pada laktasi 1 . Hasil menunjukkan periode laktasi hanya berpengaruh secara berarti terhadap perangkat FK di awal laktasi (sekitar tiga bulan awal laktasi), tetapi tidak banyak berpengaruh terhadap FK hari laktasi selanjutnya . Pada Taurus Dairy Farm lebih sering terjadi perubahan peringkat FK hari laktasi bagi ketiga periode laktasi bila dibandingkan dengan perolehan perangkat FK di kedua peternakan lainnya. Penerapan perolehan perangkat FK hari laktasi dalam penilaian mutu genetik ternak adalah dalam kepentingan pembakuan produksi susu dikarenakan perbedaan lama hari sapi berlaktasi . Pada PT Baru Adjak cukup dipergunakan satu perangkat FK hari laktasi dengan baik tanpa memberikan bias berarti apabila standarisasi produksi susu dilakukan setelah laktasi melebihi 90 hari . Pada BPT Baturraden diperlukan tiga perangkat FK koreksi hari laktasi untuk membakukan produksi susu 180 hari pertama laktasi, selanjutnya diperlukan hanya dua perangkat FK yaitu satu FK untuk laktasi 1 dan laktasi 2 serta satu FK lainnya untuk laktasi 3 dan selanjutnya . Pada Taurus Dairy Farm diperlukan pula tiga perangkat FK hari laktasi dalam pembakuan 180 hari pertama laktasi, kemudian diperlukan hanya dua perangkat FK meliputi satu FK untuk laktasi 1 dan FK lainnya untuk laktasi kedua dan selanjutnya, terutama sampai laktasi berjalan 345 hari . Pembandingan dengan FK hari laktasi dari DHIA, AS Apabila ketiga perangkat FK hari laktasi dari masing-masing peternakan dibandingkan dengan kedua perangkat FK hari laktasi pada umur muda (< 36 bulan) dan dewasa (>_ 36 bulan) dari Dairy Herd Improvement Association (DHIA), Amerika Serikat (AS) tahun 1970-an (SCHMIDT et al, 1988) (Tabel 1), diketaluii mulai dari lama laktasi 180-360 hari didapatkan FK tunur muda DHIA hampir sama dengan ketiga perangkat FK PT Baru Adjak dan juga FK laktasi 1 dan laktasi2 BPT Baturraden . Perbedaan nilai FK antara hari laktasi yang bersesuaian tidak melebihi 0,03 . Didapatkan pula nilai hampir sama antara FK DHIA unmr dewasa dengan FK laktasi 2 dan laktasi >_ 3 Taurus Dairy Farm mulai laktasi berjalan 180-315 hari . Perbedaan nilai FK antara hari laktasi bersesuaian tidak lebih besar dari 0,02 . Nanum, masili lebih banyak didapatkan perbedaan nilai perangkat FK yang didapatkan dan perbedaan menjadi semakin meningkat pada awal laktasi berjalan . Dalam upaya memperoleh FK hari laktasi secara akurat di setiap peternakan, salah satu segi yang perlu dipertimbangkan adalah menentukan masa laktasi pembaku yang Iebili sesuai dengan kondisi fisiologis sapi betina FH di masing-masing peternakan . Sebagaimana diuraikan sebelumnya, hanya catatan produksi susu dengan masa laktasi sedikitnya dapat niencapai 300 hari disertakan untuk mengestimasi FK hari laktasi. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka hanya sekitar 50% catatan produksi susu yang mewakili perolehan FK hari laktasi sapi FH di BPT Baturraden dan Taurus Dairy Farm . Pada PT Baru Adjak, dengan selang beranak yang panjang telah menambah peluang bagi produksi susu sapi betinanya (sekitar 71%) untuk disertakan dalam mengestimasi FK hari laktasi . Keadaan tersebut tentunya dapat menurunkan tingkat akurasi dari nilai perangkat FK hari laktasi yang didapatkan, tenitama pada BPT Baturraden dan Taurus Dairy
30 0
SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1998
Farm. Berdasarkan kenyataan tersebut tidak tertutup kemungkinan untuk lnemperpendek masa laktasi lengkap 305 hari sebagai pengganti batasan masa laktasi pembaku yang lebill sesuai dengan kondisi fisiologis sapi FH lokal, sehingga akan sangat mendukung tujuan mendapatkan estimasi FK hari laktasi secara lebih akurat . Hubungan umur dengan produksi susu Analisis ragam di setiap peternakan memberikan hasil tahun-, bulan-, dall tunur beranak berpengarah sangat nyata (P<0,01) terhadap keragaman produksi susu laktasi 305 hari di Taurus Dairy Farm dan PT Baru Adjak, sebaliknya hanya tahun yang berpengaruh sangat nyata (P<0,01) pada produksi susu di BPT Baturraden (Lampiran 2). Analisis untuk semua peternakan menunjukkan keempat faktor meliputi peternakan, tahun, bulan, dan umur beranak berpengaruh sangat nyata (P<0,001) pada produksi susu 305 hari. Tabel 1.
Faktor-faktor koreksi (FK) perkalian hari laktasi ke produksi susu laktasi lennkap 305 hari untuk kelompok laktasi 1, 11, dan III di BPT Baturaden (BAT), Taunis Dairy Fann (TDF), dan PT Bani Adjak (BAK); serta FK hari laktasi DHIA berdasarkan timttr beranak
Hari
laktasi (hari)
15 30 45 60 75 90 105 120
I
360 375 390
405 420
II
20,65 8,80 5,65 4,17 3,36 2,81 2,53
17,12 8,14 5,35 4,01 3,33 2,79 2,44 2,15 1,95 1,78 1,63 1,52 1,42 1,34 1,27 1,21
2,23 2,00 1,82 1,68 1,54 1,44 1,36 1,28 1,21 1,15
135 150 165 180 195 210 225 240 255 270 285 300 305 315 330 345
FK perkalian
BAT
1,15 1,11 1,06 1,03 1,00
1,10 1,05 1,02 1,00
0,97 0,95 0,91 0,89 0,86 0,86 0,83 0,82
Keterangan :
0,97 0,96 0,91 0,88 0,86 0,86 0,82 0,77 -
FK DHIA ~)
TDF
III
13,20 6,99 4,79 3,68 3,06 2,62 2,31 2,05 1,85 1,69 1,57 1,46 1,37 1,30 1 .23
1,18 1,13 1,08 1,04 1,01 1,00
0,96 0,92 0.91 0,87 0,85 0,81 0,79 0,76
I
13,49 7,17 4,82 3,70 3,02 2,58 2,26 2,02 1,84 1,69 1,57 1,46 1,38 1,30 1,24 1,18 1 .13 1,09 1,04 1,01 1,00
0,97 0,94 0,91 0,88 0,87 0,85 0,81 0,78
II
10,05 5,83 4,13 3,25 2,70
2,33 2,07 1,86 1,71 1,58 1,48 1,39 1,33 1,26 1,20 1,15 I,11 1,07 1,04 1,01
1,00 0,98 0,96 0,93 0,90 0,85 0,82 0,82 0,81
III
27,34 8,79 5,26 3,81 3,03
2,54 2,19 1,95 1,76 1,62 1,50 1,41 1,33 1,26 1,20 1,15 I,11 1,07 1,04
1,01 1,00 0,98 0,94 0,91 0,86 0,81 0,79 0,79 0,77
I
13,45 7,64 5,34 4,11 3,37
2,86 2,48 2,20 1,98 1,80 1.65 1,53 1,43 1,35 1,27 1,20 1,15 1,10 1,05
1,01 1,00 0,97 0.93
0,90 0,86 0,84 0,81 0,79 0,77
BAK II
16,24 8,24
5,50 4,15 3,36 2,84 2,47 2,19 1,97 1,79 1,65 1.53 1 .43 1,34 1,27 1,20 1,15 1,10
1,05 1,01 1.00 0,97 0,93 0.90 0,87 0.94 0,81 0,79 0,86
III
20,02 8,86 5,74 4,26 3,42
2,87 2,48 2-!) 1,97 1,80 1,65 1,53 1,43 1,35 1,27 1,21 1,15 1,10
1,05 1,01 1,00
0,97 0,94 0,91 0.88 0,85 0,83 0,80
'36 Bln
> 36 Bin
8,32
7,42
4,16
3,74
2.82
2,56
2,16
1 .98
1,77
1,64
1,51
1,41
1,34
1,26
1,19
1.14
1 .08
1,06
1,01 1,00
1,01 1,00 0,98' 0,94' 0,90° 0,87,
0,78
I, 11, dan III berurutan merupakan periode laktasi 1, 2, dan _? 3 *) FK DHIA tahun 1970 dikutip dari WARwiC-K dan LEGATES (1979) dengan a, b, c, din d berurutan merupakan hari laktasi dalam kisaran 313-316, 329-332, 345-348. dan 357-360 hari tanpa pengkiasan berdamrkan umur beranak
30 1
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Selanjutnya umur memberikan kontribusi secara bervariasi bagi keragaman produksi susu pada dap peternakan dan semua peternakan. Umur menyumbang berurutan sebesar 11,05, 10,07, dan 4,99% keragaman produksi susu berurutan di Taurus Dairy Farm, PT Baru Adjak, dan BPT Baturraden . Dengan sumbangannya bagi keragaman produksi susu keseluruhan peternakan sebesar 6,23%. Sumbangan cukup besar dari pengaruh umur terhadap produksi susu 305 hari, memberikan petunjuk perlunya dikembangkan FK umur untuk menstandarisasi produksi susu sapi dengan umur laktasi berbeda . Rataan terkoreksi (RT) produksi susu 305 hari setiap klas umur beranak pada setiap peternakan dan semua peternakan dicantumkan dalam Tabel 2, dan hubungan antara keduanya ditampilkan dalam Gambar 3 . + BAT T TDF
-~ BAK -~c- SP
ti~
3b
0,
t~
hP
60 ,
Ati
I1,
lo<
Ac"
Umur Beranak (Bulan)
Gambar 3.
Hubungan umur beranak dengan rataan terkoreksi (RT) produksi susu 305 hari di BPT Baturraden (BAT), Taunis Dairy Fann (TDF), PT Bani Adjak dan semua peternakan (SP)
Diperoleh fluktuasi menaik dan menurun dalam jumlah kecil produksi susu Taurus Dairy Farm selama kisaran umur pengamatan . Puncak produksi susu tercapai pada kisaran umur 61-66 bulan atau 5,1-5,5 tahun yaitu dengan produksi sebanyak 3.570,69 liter, kenntdian pada umur selanjutnya produksi susu mulai menurun . Produksi susu tertinggi BPT Baturraden terjadi pada umur 73-78 bulan dengan jumlah produksi susu sebanyak 3.161,10 liter . Akan tetapi kisaran umur tersebut bukan merupakan umur dewasa sapi-sapi betina di peternakan ini . Tingginya produksi lebih dikarenakan sedikitnya jumlah catatan pengamatan, sedangkan produksi susu pada kisaran umur lebih muda sudah mulai menunjukkan penurunan . Puncak produksi yang niencerminkan umur kedewasaan dicapai dalam kisaran umur 49-54 bulan atau sekitar 4,1-4,5 talrun dengan produksi susu sebanyak 2.934,74 liter. Bila dibandingkan dengan BPT Baturraden dan Taurus Dairy Farm, maka kurva produksi susu PT Baru Adjak tidak banyak mengalami fluktuasi. Hal ini dikarenakan jumlah keseluruhan catatan pengamatan PT Baru Adjak lebih banyak daripada kedua peternakan lainnya . Pola 302
SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1998
kuadratik produksi susu sehubungan dengan bertambahnya umur berproduksi terlihat dengan jelas di peternakan ini . Produksi susu berangsur meningkat dengan bertambah umur beranak sampai tercapai puncak produksi sebanyak 3.493,25 liter pada umur 67-72 bulan atau 5,6-6,0 tahun, dan selanjutnya produksi susu menurun perlahan . Bila diperhatikan umur dewasa pada saat puncak produksi tercapai di ketiga peternakan ini, umur dewasa BPT Baturraden didapatkan paling awal (4,1-4,5 tahun), diikuti Taurus Dairy Farm dengan umur dewasa satu tahun lebih tua (5,1-5,5 tahun), dan yang paling lama pada PT Baru Adjak (5,6-6,0 Tahun). Sementara umur dewasa keseluruhan peternakan tercapai pada kisaran umur yang sama dengan Taurus Dairy Farm (5,1-5,5 tahun) . Umur dewasa keseluruhan sapi FH ketiga tempat penelitian ini ternyata merupakan batas minimal kisaran umur dewasa sapi FH dari beberapa hasil pengamatan di daerah iklim sedang AS yang mencatat sekitar umur 63-96 bulan atau 5,3-8,0 tahun (MILLER et al., 1977; WIGGANs dan VAN VLECK, 1977 ; NORMAN et al., 1978; COOPER dari HARGROVE, 1982; serta KEOWN dan EVERETT, 1985). Rendahnya umur dewasa sapi FH di ketiga peternakan bila dibandingkan dengan umur dewasa sapi perah Bos taurus di daerah ikliin sedang, kemungkinan disebabkan perbedaan iklim (suhu dan kelembaban), tatalaksana, dan pemberian pakan. Faktor-faktor koreksi umur Adanya perbedaan pola kurva produksi susu dan umur dewasa dari ketiga peternakan, membawa pada pertimbangan perlunya dikembangkan perangkat FK umur bagi setiap peternakan . Keperluan tersebut menjadi semakin penting bagi peternakan Taurus Dairy Farm dan PT Baru Adjak karena umur memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,001) di kedua peternakan ini . Akan tetapi keterbatasan terhadap junilah pengamatan, belum memungkinkan dilakukan pengembangannya untuk setiap peternakan karena dikhawatirkan akan memberikan bias lebih besar pada perangkat FK umur yang akan diestimasi . Dengan demikian hanya saw perangkat FK umur yang dikembangkan yaitu untuk semua peternakan. Faktor koreksi diperoleh dengan menisbahkan RT produksi susu 305 hari pada umur 61-66 bulan terhadap R' produksi susu 305 hari setiap klas umur lainnya . Tabel 2 memperlihatkan adanya persamaan pola perubahan FK penelitian dengan banyak hasil penelitian lainnya, yakni terjadi penurunan konstanta FK sampai menjadi bernilai satu saat umur dewasa tercapai, untuk kemudian meningkat kembali dengan bertambah umur beranak (WIGGANs dari VAN VLECK, 1977; COOPER dan HARGROVE, 1982; KEOWN dan EVERETT, 1985; MORALEs et al., 1989 ; MARTINEZ et al., 1990) . Meskipun demikian masih didapatkan nilai FK yang belum sesuai, pada kisaran umur beranak 31-36 bulan dan 85-90 bulan. Didapatkan FK menaik pada umur 31-36 bulan (1,17) dan menurun pada umur 85-90 bulan (0,97) dikarenakan produksi susu mengalami lonjakan menurun dan menaik bagi kedua umur tersebut. Bila terlebih dahulu dilakukan penghalusan (smoothed curve) terhadap kurva rataan terkoreksi produksi susu sepanjang kisaran umur pengamatan, kemungkinan akan diperoleh nilai FK ada di antara 1,16-1,09 untuk umur 31-36 bulan dan di antara 1,02-1,06 untuk umur 85-90 bulan . Untuk melakukan standarisasi kepada produksi susu dewasa, maka diperlukan FK yang sama antara umur beranak 49-54, 55-60, dan 79-84 bulan yaitu sebesar 1,02. Demikian pula pada umur 67-72, dan 73-78 bulan hanya memerlukan satu FK sebesar 1,01 . Akan tetapi diperlukan FK berbeda bagi kisaran umur lainnya .
Seminar NasionalPeternakan dan Yeteriner 1998 KESIMPULAN DAN SARAN Perangkat FK hari laktasi untuk produksi susu sapi perah FH perlu dikembangkan untuk peternakan BPT Baturraden, Taurus Dairy Farm, dan PT Baru Adjak. Periode laktasi memberikan perbedaan besar terhadap perolehan FK hari laktasi di BPT Baturraden dan Taurus Dairy Farm, sehingga perlu dikembangkan perangkat FK untuk periode laktasi yang berbeda . Sebaliknya pada PT Baru Adjak periode laktasi memberikan pengaruh berarti terhadap FK koreksi hari laktasi hanya selama awal laktasi (sampai 90 hari laktasi), dengan demikian sehingga satu perangkat FK dapat dipergunakan untuk semua periode laktasi setelah melewati 90 hari laktasi berjalan . Meskipun ditemukan perbedaan umur kedewasaan dan pola kurva produksi antara ketiga peternakan, tetapi hanya satu perangkat FK umur yang dikembangkan untuk menstandarisasi produksi susu (305 hari) kepada umur dewasa bagi ketiga peternakan, dikarenakan keterbatasan jumlah produksi susu yang dianalisis . Dalam upaya mengembangkan FK hari laktasi untuk produksi susu lebih lanjut, perlu dikaji kemungkinan mendapatkan masa laktasi pembaku yang lebih sesuai dengan kondisi fisiologis sapi FH lokal, sebagai pengganti masa laktasi pembaku selama 305 hari . Berdasarkan batasan masa laktasi pembaku yang ditetapkan, kemudian diperiksa pengaruh umur serta kemungkinan pengembangan FK-nya untuk produksi susu sapi FH lokal . DAFTAR PUSTAKA COOPER, J.B . and G .L. HARGROVE . 1982 . Age and month of calving adjustments of Holstein protein, milk, and fat lactation yields . J. Dairy Sci. 65 : 1673 - 1678 . DANELL, B . 1982 . Studies on lactation yield and individual tets-day yields of Swedish dairy cows. I. Environmental influence and development of adjustment factors . Acta Agrc. Scand. 32 : 65 - 81 . HA~,IIDAH, I . 1987 . Pendugaan Parameter Genetik Produksi Susu dari Sebagian Laktasi pada Sapi Perah Fries Holland . Tesis Magister Sains . Program Pascasarjana IPB, Bogor . KEOwN, J .F . and R.W . EVERETT . 1985 . Age-month adjustment factors for milk, fat, and protein yields in Holstein cattle . J. Dairy Sci. 68 : 2664 - 2669 . KEowN, J .F . and R .W . EVERETT . 1986 . Effec t of days carried calf, days dry, and weight of first calf heifers on yield . J. Dairy Sci . 69 : 1891 - 1896 . Lm m, R .C . and L .D . MCGILLIARD . 1960 . Variable s affecting ratio factors for estimating 305-day production from part lactation . J. Dairy Sci . 43 : 519 - 528 . MARTINEZ, M.L ., A.J. LEE, and C .Y . LIN . 1990 . Multiplicative age-season adjustment factors by Maximum . Likelihood, Gross Comparison and Paired Comparisons . J. Dairy Sci. 73 :818-825 . MCDANIEL, B .T ., R .H . MILLER, and E .L . CORLEY . 1968. Sources of variation in ratios of total to part yields . J. Dairy Sci. 50 : 1917 - 1924 . MILLER, P .D ., W .E . LENTZ, and C .R . HENDERSON. 1970 . Joint influence of month and age of calving on milk yield of Holstein cows in the Northeastern United State . J. Dairy Sci . 53 : 351 - 357 . MORALES, F ., R .W . BLAKE, T .L. STANTON, and M .V . HANH. 1989 . Effect of age, parity, season of calving, and sire on milk yield of Carora cows in Venezuela . J. Dairy Sci . 72 : 2161-2169 . NORMAN, H .D ., A .L . KUCK, B .G. CASSELL, and F .N . DICKINSON . 1978 . Effect of age and month of calving on solids-non-fat and protein yields for dairy breeds . J. Dairy Sci . 61 : 239 - 245 .
30 4
Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 1998 SARGENT, F .D ., K.R . BUTCHER, and J.E . LEGATES . 1967 . Environmental influences on milk constituents . J. Dairy Sci. 50 : 177 - 184 . SCHMIDT, G.H., L.D . VAN VLECT, and HUTiEUNS . 1988. Principle ofDairy Science. Second Ed . Prentice Hall,
Englewood Cliffs, New Jersey.
SUBANDRIYO, P . SITORUS, dan E. TRIwuLANINGSIH. 1982 . Produktivitas sapi perah Friesian di daerah jalur
susu Semarang-Surakarta, Jawa Tengah . Proceeding Seminar Penelitian Peternakan . Pusat Penelitian dan Pemgembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
SuDoNo, A. 1964 . Evaluating Various Partial and Complete Lactation Records among Holstein and Jersey
Cows . Master of Sience Thesis . Univ. of Kentucky .
y cattle improvement and genetics. J. Dairy Sci. WHITE, J.M ., W.E . VINSON, and R.E . PEARSON . 1981 . Dair 64 :1305-1317 . WiGGANS, G .R., and L.D. VAN VLECK. 1977 . Age-season adjustment factors considering herd feeding practices. J. Dairy Sci. 60 : 1734 - 1738 .
Seminar Nasional Petemakan dan Veteriner 1998
Lampiran la.
Rataan terkoreksi (RT) produksi susu kumulatif sebagian setiap hari laktasi untuk laktasi kelompok I, II, dan III di BPT Baturaden
Hari laktasi (Hr)
N
15 30
131 132 132 133 132 132 132
45 60 75 90 105 120 135 150 165 180 195 210 225 240 255 270
132 132 133 132 133 133 132 133 132 132 132 132 131 129 111 98 85 79 62 42 40 35
285 300 305 315 330 345
360 375 390 405 420 Keterangan :
I
RT
(Liter) 137,82 323,31 503,41 682,29 847,19 1014,02 1125,27 1277,20 1422,55 1565,32 1696,52 1846,56 1972,36 2092,69 2229,26 2345,49 2465,85 2577,61 2700,69 2799,71 2846,42 2921,37 3000,51 3134,82 3205,92 3300,95 3325,53 3410,14 3487,26
II SB 40,89 75,85 113,13 147,72 180,55 209,81 251,96 273,69 294,18 318,50 344,56 375,57 379,86
413,29 420,83 439,26 458,13 474,26 484,82 502,90 499,62 512,73 536,43 532,35 572,29 574,19 641,80 648,36 613,40
N 78 77 78 79 71 70 79 77 79 79 78 79 79 79 79 79 79 79
78 79 69 57 48 40 33 30 26 23 18
RT
(Liter) 171,33 360,28 548,03 729,68 880,22 1049,81 1202,57 1361,30 1507,86 1651,82 1795,35 1928,07 2060,81 2186,59 2310,49 2429,73 2543,98 2648,49 2759,78 2833,67 2932,80 3016,75
3060,75 3215,86 3342,79 3405,28 3421,48 3572,58 3821,18
= Jumlah catatan SB = Simpangan baku 1, II, dan III berurutan merupakan periode laktasi 1, 2, dan > 3 N
SB
N
48,43 99,69 146,25 186,91 229,13 264,02 300,09 335,62 364,97 397,59 433,50 465,15 499,22 530,87 563,89 594,97 625,63 654,04 666,97 709,15 692,60 730,48 796,79 765,73 731,05 770,90 808,41 860,22 788,83
176 176 177 177 163 164 175 175 174 173 172 173 172 170 173 172 172 172 173 172 160 139 114 100 83 69 57 52 42
III RT (Liter) 209,89 397,17 579,30 753,70 906,03 1059,94 1203,35 1352,20 1498,22 1639,28 1765,47 1894,55
2021,82 2140,18 2250,05 2358,52 2462,15 2565,37 2658,65 2745,81 2775,45 2887,24 3010,01 3064,52
3175,84 3267,41 3414,40 3519,14 3648,85
SB 58,22 107,07 155,14 201,63 242,48 288,02 327,77 361,41 383,93 403,91 432,25 463,06 491,46 524,08 549,77 565,92 606,31 633,79 655,98 678,11 696,31 695,01
729,61 762,87 771,15 840,37 873,17 877,22 929,05
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
1Lampiran lb .
Rataan terkoreksi (RT) produksi susu kutnulatif sebagian setiap hari laktasi untuk laktasi 1, ll, dan lII di Taums Dairy Farm
Hari
I
laktasi (Hr)
N
RT
II SB
N
(Liter)
III
RT
SB
N
(Liter)
RT
SB
(Liter)
15
246
30
246
223,36 419,87
50,87
149
343,14
68,00
174
130,67
62,08
97,23
149
591,61
115,44
174
406,41
45
246
624,78
151,67
149
835,05
159,74
174
118,36
60
246
815,03
195,66
149
1062,66
679,51
177,20
75 90
246 246
997,18 1167,22
243,59 273,90
149
1276,38
204,40 246,03
174 174
936,97 1177,74
228,23
105
246
1331,57
310,16
149 149
1478,65
286,43
174
1407,10
280,79 327,56
120
246
1488,79
343,59
149
1669,67
321,81
174
1628,17
370,29
135
246
1639,47
376,47
149
1849,45
354,12
174
1836,50
411,62
150
246
1783,65
406,88
149
2017,16
383,74
174
2027,74
446,12
165
246
1922,90
435,19
149
2177,88 2330,61
408,63
174
2210,74
478,83
180 195
246 246
2056,69
460,78
149
2475,97
431,83 453,35
174 174
2210,05
515,03
2186,29
485,38
149
2600,14
483,98
174
2541,52
542,58
210
246
2313,44
507,22
149
2743,53
488,48
2692,67
572,67
225 240
246
2437,91
527,09
149
2866,00
174
2833,84
601,13
246 246
2555,37
547,42
149
2989,25
503,82 520,87
174
2968,31
631,60
2668,18
564,14
149
3110,12
545,26
174 174
3095,03 3210,70
655,34
285
246 246
2775,42 2884,15
528,61
149
3216,04
562,08
174
3327,99
246
149
3114,85
577,14
174
3431,28
703,11
300
593,73
305
238
2982,85 3012,32
609,22 605,53
149
3409,41
590,01
173
3529,01
315
217
3103,40
621,31
144
3449,03
575,38
167
3572,48
330
194
3221,59
638,16
136
3518,76
565,73
155
3651,11
345
167
113
3601,89
572,72
130
3803,66
360
140
3311,92 3415,60
673,16
91
3727,94
579,45
108
3926,18
375
122
3474,13
708,30
73
3837,70
598,51
89
4130,73
390
104
3532,52
720,03
56
4044,28
596,11
63
4400,38
405
77
695,85
43
4219,39
618,44
46
765,91
33
4227,42
682,33
4548,88
522,09
420
3700,96
52
3866,12
724,01
28
4251,63
36
4579,47
514,48
725,44
32
4615,93
521,13
255 270
Keterangan :
N = Jumlah catattn Sb = Simpangan baku 1, 11, dan III berurutan merupakan periode laktasi 1, 2, dan
1
3
686,29 722,95 743,98 752,95 783,76 760,99 744,18 726,74 548,37
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Rataan terkoreksi (RT) produksi susu kumulatif sebagian setiap hari laktasi untuk laktasi I, II, dan III di PT Baru Adjak
Lampiran lc . Hari
II
I
laktasi (Hr)
N
RT (Liter)
SB
III
N
RT
SB
N
RT
SB
(Liter)
15
345
217,12
38,95
298
(Liter) 200,18
49,90
521
171,07
54,34
30
345
298
394,73
97,14
521
386,60
102,99
45
345
382,30 547,11
75,56 112,36
298
591,64
141,03
521
597,16
146,56
60
345
709,92
150,92
298
793,46
192,91
521
803,48
189,97
75
345
966,59
222,63
521
1002,54
229,37
345
185,92 221,33
298
90
867,66 1023,16
298
1144,39
259,72
521
1195,35
266,69
105
345
1176,32
253,50
298
1317,86
295,52
521
1378,56
300,82
120
345
1496,55
326,01
521
1557,82
332,65
345
288,26 318,08
298
135
1327,25 1478,26
298
1651,34
356,70
521
1735,36
363,15
150 165
345 345
1622,81
346,15
298
1912,87
394,68
521
1765,08
372,45
298
1972,73
415,46
521
1906,63 2074,01
392,85 423,43
180
345
1903,33
398,68
298
2128,32
451 .52
345
2037,70
425,93
298
2280,89
521 521
2235,12
195
444,63 473,99
2391,94
478,76
210
345
2170,90
451,45
298
2426,46
497,97
521
2544,76
506,41
225
345
2302,33
478,42
298
2566,09
524,06
345
2428,01
501,21
298
2702,28
548,66
2692,81 2839,48
530,06
240
521 521
255
345
2549,09
522,25
298
2835,23
571,98
520
2982,24
574,04
270
345
2665,02
542,78
298
2965,24
592,98
520
3118,49
595,97
285
345
2789,40
629,96
298
3088,30
612,99
520
3255,00
617,36
300
345
2879,20
584,72
298
3205,08
633,51
631,39
329
286 271
3251,61 3337,45
649,94 666,42
635,04
480
3513,93
649,17
330
315 282
595,62 610,68
3425,51
315
2921,15 3000,10
520 497
3377,26
305
3130,10
633,37
250
3492,15
686,93
441
3640,72
676,27
345
251
3250,01
653,23
222
3618,99
713,26
391
3763,85
712,11
360
237
3369,84
673,91
200
3749,31
733,53
351
3901,73
725,11
375
215
3487,74
694,70
182
3874,51
735,69
313
4025,84
748,15
390
194
3594,32
691,03
164
4026,64
845,57
284
405
166
3690,55
701,94
145
4123,89
787,97
246
4151,88 4262,95
780,19 806,59
420
140
3791,36
718,84
124
4268,92
816,11
213
4398,00
816,96
Keterangan :
N = Jumlah caUktan SB = Simpangan baku I, II, dan III berurutan merupa can periode laktasi 1, 2, dan > 3
552,35
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Lampiran 2.
Analisis ragam pengaruh lingkungan pada produksi susu 305 hari baik di dalam maupun antara peternakan di BPT Baturraden (BAT), Taurus Dairy Farm (TDF), PT Baru Adjak (BAK) dan Semua Peternakan (SP)
Sumber Keragaman Model
BAT db
BAK
TDF
KT
R' (%)
db
KT
R' (%)
db
SP
KT
R' (-/.)
db
KT
R2 ( 0/6)
30
776996,67**
17,50
32
1925056,12***
26,10
32
4494096,40***
41,76
35
5907943,20***
27,64
Tahun beranak
7
172491,07***
9,07
9
2311790,36***
8,82
9
11209021,60***
29,29
10
11133131,90***
14,88
Bulan beranak
11
417046,25ns
3,44
11
1336900,22***
6,23
11
751195,50**
2,40
11
1295662,80***
1,91
Umurberanak
12
553997,66ns
4,99
12
2174148,35***
11,05
12
2888895,10***
10,07
12
3886999,10***
6,23
-
-
-
-
-
-
-
-
2
17275207,50***
4,62
Galat
283
388232,47
659
304354,10
1416
382305,00
Total terkoreksi
313
Petemakan
db Keterangan : KT R'
413
422299,16
691
445 = Derajat bebas = Kuadrat tengah = Koeftsien determinasi
ns ** ***
= Tidak berbeda nyata (P>0,05) = Sangat berbeda nyata (P<0,01) = Sangat berbeda nyata (P<0,001)
1451