perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EVALUASI PENYELENGGARAAN MODEL PENDIDIKAN SISTEM GANDA PADA SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh: HERNI PUSPITA K 7404087
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EVALUASI PENYELENGGARAAN MODEL PENDIDIKAN SISTEM GANDA PADA SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2011
Oleh: HERNI PUSPITA K 7404087
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Wahyu Adi M.Pd NIP. 196305201989031005
Muhtar S.Pd, M.Si NIP. 196612311994121001
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dra. Sri Witurachmi MM
Sekretaris
: Sohidin SE, M.Si, Ak
Anggota I
: Drs. Wahyu Adi M.Pd
Anggota II
: Muhtar S.Pd, M.Si
............................. ………………. …………………. ..……………….
Disyahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dekan,
Prof Dr Furqon Hidayatullah M.Pd NIP. 196007271987021001 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Herni Puspita. EVALUASI PENYELENGGARAAN MODEL PENDIDIKAN SISTEM GANDA PADA SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2011. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola praktik industri siswa SMK Negeri 2 Surakarta, khususnya untuk siswa yang melakukan praktik kerja di industri tahun 2011/2012 Pola praktik kerja disini yang dimaksudkan meliputi ; pola Majelis Sekolah dalam penyelenggaraan PSG, Pola kerja sama antara SMK Negeri 2 dengan industri, Pola sinkronisasi yang dikembangkan serta pola penyelenggaraan praktik kerja industri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena terjadinya sesuatu dipandang lebih penting dari pada adanya sesuatu. Cuplikan berdasarkan keingintahuan peneliti dengan memilih informan yang dipandang tahu, namun tidak menutup kemungkinan ke informan lain sesuai kebutuhan dan kemantapan peneliti. Data dikumpulkan dengan observasi, wawancara mendalam serta teknik dokumentasi. Pengumpulan data mengikuti tiga langkah utama, yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member check. Untuk memperoleh data yang valid dilakukan penggunaan beberapa metode serta penggunaan sumber data untuk memperoleh data yang sama. Analisis data menekankan pada proses pengaturan urutan data, mengorganisasikan dalam suatu pola, katagorisasi dan satuan uraian dasar. Analisis menggunakan model interaktif dengan menekankan pada empat kegiatan pokok, yaitu : (1) Menelaah seluruh perolehan data, (2) Melakukan reduksi data, (3) Menyajikan data serta (4) Menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) SMK Negeri 2 Surakarta telah menyelenggarakan PSG dengan model sistem blok, (2) Pola kerja Majelis Sekolah mendasarkan pada program kerja yang telah disusun sehingga arahnya lebih terfokus, (3) Pola kerjasama antara SMK Negeri 2 Surakarta dengan industri berdasarkan azas saling menguntungkan dengan naskah perjanjian bersama, (4) Sinkronisasi program diklat menggunakan pendekatan optimasi, (5) Pola penyelenggaraan praktik kerja siswa di industri menggunakan sistem blok yaitu siswa bekerja di industri selama satu semester, setelah itu baru kembali ke sekolah untuk melaksanakan program diklat lagi Saran khusus yang disampaikan adalah : (1) Upayakan agar model penyelenggaraan sistem blok bisa dipertahankan, khususnya bagi siswa yang praktik di PT King’s Surakarta, (2) Kepada SMK Negeri 2 Surakarta, hendaknya mencari terobosan ke industri lain agar bisa mengadopsi model yang dilaksanakan PT King’s Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Herni Puspita. AN EVALUATION ON THE IMPLEMENTATION OF MULTIPLE SYSTEM EDUCATION MODEL IN SMK NEGERI 2 SURAKARTA IN 2011. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University, January 2012. The main objective of research is to find out how the industrial practical pattern of SMK Negeri 2 Surakarta’s students, particularly for those doing work practicing in industry in 2011/2012. The work practice patterns intended here include: School Chamber pattern in implementing PSG, Cooperation pattern between SMK Negeri (Public Vocational School) 2 with industry, synchronization pattern developed as well as industrial work practice implementation pattern. This research employed a qualitative approach, because the incidence of something was considered as more important than the existence of something. The sample was taken based on the author’s curiosity by selecting the knowledgeable informant, but it was not impossible for turning to other informant according to the author’s need and confidence. The data was collected using observation, in-depth interview as well as documentation technique. The data collection followed three main steps: orientation, exploration and member check. For obtaining the valid data, several methods were used, so was the data source for obtaining the similar data. The data analysis emphasized on the data sequence regulation process, organization within a pattern, categorization in one basic elaboration. The analysis was done using an interactive model emphasizing on four main activities: (1) Studying all data obtained, (2) reducing data, (3) presenting data, as well as (4) conclusion drawing. The result of research showed that: (1) SMK Negeri 2 Surakarta had implemented PSG using block system model, (2) School Chamber working pattern relied on the arranged platform so that the directed was more focused, (3) Cooperation pattern between SMK Negeri 2 Surakarta and industry was based on the mutual benefit principle with contract agreement, (4) Synchronization of short course program for industrial students using block system in which the students worked in industry for one semester, and then returned back to school to attend short course anymore. Special recommendations given included: (1) try to maintain the implementation of block system, particularly for the students doing job practice in PT King’s Surakarta, (2) the Headmaster of SMK Negeri 2 Surakarta should look for breakthrough to other industry in order to adopt the model the PT King’s Surakarta had implemented.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO -
Kesulitan akan bertambah jika selalu dihitung-hitung, tetapi akan lenyap setelah diperhatikan. (Imam Malik)
-
Kegagalan bukan berarti kehancuran, tetapi jadikanlah kegagalan itu sebagai batu loncatan menuju sukses. (Pytagoras)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk: Bapak dan Ibu yang Ku Hormati, Teman-temanku yang telah mendoakanku Almamater
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena atas rahmat, hidayah dan taufiq-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EVALUASI PENYELENGGARAAN MODEL PENDIDIKAN SISTEM GANDA PADA SMK NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN 2011
”.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu dengan ini peneliti ucapkan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan Surat Keputusan tentang ijin penyusunan skripsi dan ijin research. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui atas permohonan penulisan skripsi ini. 3. Ketua Program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Drs. Wahyu Adi M.Pd, MM, selaku pembimbing I, yang penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, dorongan, dan pengarahan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Bapak Muhtar S.Pd, M.Si selaku pembimbing II, yang penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, dorongan, dan pengarahan sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Bapak dan Ibu dosen program Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan selama peneliti menempuh kuliah. 7. Drs. Susanta MM selaku kepala SMK N 2 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Bapak /Ibu guru, pustakawan beserta staf tata usaha SMK N 2 Surakarta yang telah memberikan bantuan kepada peneliti sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai. 9. Siswa-siswi SMK N 2 Surakarta, khususnya kelas II yang telah bersedia memberi informasi dalam penelitian ini. 10. Teman-teman kuliah seangkatan
yang telah memberi dorongan kepada
peneliti menyelesaikan skripsi. 11. Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang maha Kuasa memberikan balasan kepada setiap pribadi yang telah membantu peneliti. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, saran dan kritik dari pembaca, sangat diharapkan. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan pendidikan.
Surakarta,
Peneliti,
Herni Puspita
commit to user
Januari
2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………
i
HALAMAN PENGAJUAN …………………………………………....
ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….
iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………..
iv
HALAMAN ABSTRAK……………………………………………………..
v
HALAMAN MOTTO………………………………………………………...
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………….………..
vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………
xii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………
xiii
BAB
I PENDAHULUAN ………………………………………............
1
A.Latar Belakang Masalah ……………………………………....
1
B. Identifikasi Masalah
6
……………………………………….....
C. Fokus Penelitian .........................................................................
7
D.Rumusan Masalah ……………………………………….....
7
E. Tujuan Penelitian
8
F. Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA
….……………………………. ...... …………………………………...... ……………………………….........
8 9
A.Pendidikan Menengah Kejuruan ………………………. ......
9
B. Standar Mutu dan Relevansi Tamatan SMK ……………. ....
11
C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan ……………....….
16
D. Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan
………..
19
BAB III METODE PENELITIAN …………………………………....
21
A. Jenis Penelitian ………………………………………...… commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Kriteria Evaluasi ……………………………………...…
21
C. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………..…..
22
D. Subjek Penelitian, Informan kunci dan Informan ……..…
23
E. Cuplikan (sampling) ……………………………………
23
F. Teknik Pengumpulan data ……………………………….
24
G. Instrumen Penelitian …………………………………….
25
H. Validitas data ……………………………………………
25
I. Analisis Data …………………………………………….
26
BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………
29
A. Diskripsi Lokasi Subjek dan Data Penelitian serta Kriteria Evaluasi
.....................................……………
29
B. Deskripsi Data Penelitian .............................................
39
C. Jawaban Tergadap Permasalahan Penelitian .................
82
D. Kriteria dan Pembahasan Hasil Penelitian .......................
94
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan
………......
………………………………………….
104 104
B. Implikasi hasil Penelitian …………………………………
106
C. Saran saran ………………………………………………..
107
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………...
108
LAMPIRAN ……………………………………………………………
111
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1. Periodisasi Kepemimpinan SMK Negeri 2 Surakarta .......... 30 Tabel 4.2. Profil Bidang Keahlian, Program Keahlian dan Jumlah Siswa Tabel 4.3. Keadaan Kondisi Ekonomi Orang Tua Siswa SMK Negeri 2 Surakarta .............................................................. Tabel 4.4. Jumlah Guru SMK Negeri 2 Surakarta menurut Bidang Keahlian ............................................................................ Tabel 4.5. Jumlah ruang penunjang sarana belajar ............................
31 31 32 32
Tabel 4.6. Daftar buku bacaan di perpustakaan SMK Negeri 2 Surakarta ............................................................................
33
Tabel 4.7. Berbagai peralatan yang dimiliki SMK Negeri 2 Surakarta ........................................................................
34
Tabel 4.8. Jumlah staf pengajar dan administrasi di SMKN 2 Surakarta. .....................................................................
40
Tabel 4.8. Jumlah staf pengajar dan administrasi di SMKN 2 Surakarta. ....................................................................
40
Tabel 4.9. Susunan program kurikulum 1994 di SMK Negeri 2 Surakarta ....................................................................
42
Tabel 4.10 Pemetaan Profil kemampuan berdasarkan kurikulum/ silabi program studi mesin produksi rumpun TPL ...
60
Tabel 4.11 Pemetaan jenis pekerjaan dan program pelatihan keterampilan melalui kerja langsung di PT King’s yang bergerak dalam usaha rekayasa dan konstruksi ...........................................................
62
Tabel 4.12 Sinkronisasi antara silabi di sekolah ddengan pemetaan jenis ketrampilan di industri ...................
63
Tabel 4.13 Bentuk program pengajaran di sekolah setelah malaui proses sinkronisasi antara pemetaan kemampuan dan pemetaan jenis pekerjaan di industri .......... commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. PEMETAAN PROFIL KEMAMPUAN .................................. Lampiran 2. PEMETAAN JENIS PEKERJAAN PADA DUNIA USAHA/DUNIA INDUSTRI/INSTANSI ...
111
112
Lampiran 3. SINKRONISASI KURIKULUM DENGAN PEKERJAAN DI DUNIA USAHA/INDUSTRI/INSTANSI
113
Lampiran 4 .RENCANA PROGRAM DIKLAT DI DUNIA USAHA/INDUSTRI ................................................................
114
Lampiran 5 .PROGRAM DIKLAT DI SEKOLAH ..................................
115
Lampiran 6 .IDENTITAS SISWA .............................................................
116
Lampiran 7 .IDENTITAS DUNIA USAHA/INDUSTRI ........................
117
Lampiran 8 .LAPORAN KEGIATAN SISWA SECARA BERKALA .....
118
Lampiran 9 .LAPORAN KEMAJUAN PRAKTIK KEAHLIAN ....................................................
119
Lampiran 10 .CATATAN SISWA DAN PEMBIMBING ....................
120
PADA LINI PRODUKSI
Lampiran 11 .RENCANA KEGIATAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA …………………………………………………….
121
Lampiran 12 .LAPORAN KEGIATAN PSG (PENDIDIKAN SISTEM GANDA) DARI GURU PEMBIMBING .........................
122
Lampiran 13. LAPORAN KEGIATAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA DARI DUNIA USAHA/INSTANSI ..............................
Lampiran 14. Surat Ijin Penelitian …………………….…………
commit to user
123 125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perubahan kemajuan ekonomi dan sosio-industri menuntut adanya hasil lulusan pendidikan kejuruan sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Artinya, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan tingkat atas hendaknya dapat ditempatkan pada kedudukan yang memenuhi tuntutan dunia kerja. Tuntutan seperti itu mengandung dua sisi pendekatan. Pertama, pendekatan melalui mata diklat yang mengacu pada pemenuhan tuntutan disiplin ilmu. kedua pendekatan kerja yang menghendaki agar siswa disiapkan sebagaimana yang diinginkan oleh dunia kerja. Untuk mewujudkan kemampuan siswa agar sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja, dalam perencanaan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan perlu mengetahui dan memperhatikan : (1) Tugas-tugas pokok yang akan dilakukan di dunia kerja, (2) Kemampuan teori dan praktis yang diperlukan untuk masing-masing tugas, (3) Seberapa banyak frekuensi kemampuan-kemampuan itu dilaksanakan pada masing-masing tugas tersebut. Perencanaan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan yang berorientasi pada dunia
kerja
merupakan
tuntutan,
paling
tidak
harus
diupayakan
adanya
pengembangan agar sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Terdapat beberapa rekomendasi kalangan dunia kerja sebagai institusi pasangan dalam pelaksanaan pendidikan sistem ganda dengan melihat beberapa kelemahan dengan kurikulum, yang meliputi : (a) Kemampuan sekolah membekali siswa masih terbatas pada kegiatan tiruan atau kegiatan simulasi produksi sehingga menghambat proses pembelajaran yang sesungguhnya, (b) Guru sebagai pembimbing belum memiliki wawasan mutu dan sistem kerja industri, sehingga siswa kadang-kadang dibiarkan bekerja seadanya, padahal kerja industri mengacu pada standart mutu, (c) Perlunya penajaman kurikulum bagi siswa agar berkembang jiwa kemandiriannya serta, (d) Dalam penyusunan
kurikulum harus bersifat luwes, dalam arti tanggap dalam commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
perkembangan dunia kerja agar lulusannya tidak kadaluarsa (Agung Sasongko, 1995 : 10-15 ; Hardono, 1996 : 20-25). Sinyalemen itu memberi gambaran betapa penting bagi para pengembang kurikulum untuk selalu berpikir dan memperhatikan dunia kerja sebagai institusi penyerap tenaga kerja. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan hendaknya memberikan pengetahuan teori dan keterampilan praktik sesuai dengan yang ada dengan dunia kerja. Oleh karena itu, isi dari kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan hendaknya didasarkan pada analisis kebutuhan yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
Penyusunan
satuan-satuan
pelajaran
merupakan
salah
satu
aspek
pengorganisasian kurikulum, yang materinya dibagi menjadi unit-unit belajar, baik teori maupun praktik yang secara keseluruhan membentuk kompetensi yang dikehendaki. (Sukamto, 1988 : 10-15). Sementara itu, Amidjaja (1991 : 5-8) mengemukakan bahwa dalam waktu mendatang pendidikan masih tetap berorientasi pada dunia kerja, sehingga harus diadakan re-orientasi kebijaksanaan pendidikan sehingga dapat dikembangkan pendidikan kejuruan sebagai persiapan untuk melaksanakan suatu profesi. Pendidikan hendaknya dapat memberikan latihan khusus yang bekerja sama dengan industri terkait agar tidak selalu ketinggalan dalam mengikuti perkembangan dan tidak terkejar kadaluarsa oleh perkembangan teknologi. Antara dunia pendidikan dan dunia kerja akan selalu terjadi kesenjangan, hal itu harus diupayakan agar kesenjangan dapat ditekan sehingga tidak menimbulkan jurang yang semakin lebar antara keduanya. Untuk kepentingan ini perlu adanya program yang menjembatani kedua dunia tersebut antara lain melalui latihan kerja. Pendidikan membekali seseorang untuk siap dilatih sedang latihan kerja menuntun untuk siap memasuki kerja. Latihan kerja merupakan kelengkapan sistem pendidikan untuk menyiapkan seseorang memasuki pekerjaan karena latihan kerja mengutamakan praktik dibanding teori. (Simanjuntak, 1992 : 6-8). Dari pendapat itu menunjukkan perlunya ada kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia kerja agar kesenjangan dapat diatasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Dalam kenyataannya, upaya menjalin kerja sama dengan dunia kerja tidak selalu berjalan mulus, masih diperlukan peningkatan pemahaman dan pendalaman serta penyebarluasan informasi secara intensif terhadap institusi calon pasangan. Keberhasilan Sekolah Menengah Kejuruan dalam melaksanakan pendidikan sistem ganda sangat ditentukan manajemen dan kreasi sekolah yang bersangkutan (Hardono, 1996 : 6-10). Kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja, pemenuhan tuntutan disiplin keilmuawan, keterampilan dan keahlian tertentu merupakan hal yang harus segera ditangani. Pendidikan menengah kejuruan merupakan salah satu sub sistem pendidikan formal yang secara khusus dipersiapkan sebagai tenaga terampil tingkat menengah guna mengisi kebutuhan usaha dan pembangunan. Tidak bisa dipungkiri bahwa selama lima repelita telah banyak kemajuan fisik, namun sampai akhir pelita V pendidikan menengah kejuruan masih dipersepsikan belum sepenuhnya mampu mewujudkan misinya. Kritik-kritik tajam khususnya masyarakat dunia usaha yang bermuara pada ketidakpuasan terhadap tamatan pendidikan menengah kejuruan masih saja bergulir (Repelita VI, 1994 : 4-5). Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan menengah kejuruan bertalian erat dengan kondisi yang menyangkut konsep maupun pelaksanaannya. Pada tingkat konsep, pendidikan menengah kejuruan belum melibatkan dunia kerja secara sistematis, dunia kerja belum merasa bahwa pendidikan juga merupakan tanggungjawabnya. Pada tingkat pelaksanaan, Sekolah Menengah Kejuruan dihadapkan pada keterbatasan sumber daya. Menyadari hal itu, harus dipikirkan bagaimana upaya untuk memperluas jaringan kerjasama agar pendidikan lebih dekat dengan kebutuhan dunia kerja. Slamet (1993 : 3-6) mengemukakan bahwa antara Sekolah Menengah Kejuruan dan dunia kerja masih terjadi pemilahan budaya, belum terjadi kerja sama dalam mempersiapkan dan mengembangkan tenaga kerja. Keadaan seperti itu membawa dampak kesenjangan antara keduanya. Hasil penilaian Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1993 : 6-7) menyatakan bahwa dari 681 sekolah menengah kejuruan negeri hanya 39,2% yang berfungsi secara memadai, dan dari 2.837 sekolah swasta hanya 6% yang layak berfungsi sebagai Sekolah Menengah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Kejuruan. Kondisi Sekolah Menengah Kejuruan seperti itu sesungguhnya merupakan pemborosan, hal itu bisa diukur dari tingkat balikannya. Tingkat balikan Sekolah Menengah Kejuruan ternyata lebih rendah dibandingkan Sekolah Menengah Umum. Hasil penelitian Mc. Mahon dan Budiono mengemukakan bahwa tingkat balikan Sekolah Menengah Kejuruan dibanding Sekolah Menengah Umum sebesar 6% : 11%. Untuk mengantisipasi keadaan itu peningkatan kualitas Sekolah Menengah Kejuruan mutlak diperlukan (Depdikbud, 1993 : 12). Pertambahan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dengan daya serap masyarakat tidak selalu berjalan seiring , akibatnya banyak angkatan kerja yang belum terserap. Ketimpangan antara keduanya banyak disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya karena rendahnya kualitas, kualifikasi personil yang tidak sesuai, atau memang daya serap masyarakat yang rendah. Akhir-akhir ini tampaknya tudingan itu lebih diarahkan pada kualitas sumber daya manusia yang rendah dan kurang cocok (Depdikbud, 1993 : 11-13). Mantan Mendikbud, Wardiman Djojonegoro (1994 : 6) mengemukakan bahwa salah satu upaya untuk mengefektifkan pendidikan menengah kejuruan yang prasarana dan sarananya terbatas, maka perlu merangsang para pelaksana pendidikan untuk selalu berpikir tentang konsep Link and Match antara dunia pendidikan dan dunia kerja. Program pendidikan sistem ganda menjadi salah satu model pendidikan yang paling efektif dalam mendekatkan kesesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Pendidikan sistem ganda merupakan wujud nyata kebijakan link and match, khususnya pada jenjang pendidikan menengah kejuruan.
Hasil penelitian Tariq
Husain (1993 : 56-57) mengemukakan bahwa praktik kejuruan yang diselenggarakan di perusahaan memberikan tingkat balikan yang lebih besar jika dibandingkan dengan praktik kejuruan di sekolah. Keadaan seperti itu memberikan gambaran bahwa praktik kejuruan di perusahaan lebih efisien dalam mendekatkan dengan dunia kerja. Pendidikan dengan sistem ganda berupaya memadukan tujuan lembaga pendidikan dengan dunia kerja sehingga diharapkan terwujud keterkaitan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
kesepadanan dan saling mengisi kekurangan masing-masing. Pendidikan sistem ganda merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja secara terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja secara terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu (Wardiman Djojonegoro, 1994 : 8-10). Melalui kebijakan link and match, pendidikan menengah kejuruan diharapkan akan berpijak pada landasan yang kokoh. Link dalam perspektif ini merujuk pada suatu proses, yaitu bahwa proses pendidikan selayaknya sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga hasilnya cocok (match) dengan kebutuhan dunia kerja. Untuk mewujudkan implementasi pada dunia kerja merupakan suatu proses sejak persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan baik yang dilakukan pihak sekolah maupun dunia kerja. Untuk kepentingan itu semua perlu dilakukan suatu evaluasi program secara seksama guna menngumpulkan, menyusun dan mengolah fakta, data dan informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, kinerja dan lain-lain mengenai pelaksanaan pendidikan sistem ganda serta menggunakan kesimpulan itu dalam proses pengambilan keputusan, rekomendasi dan perencanaan lebih lanjut. Pelaksanaan pendidikan sistem ganda SMK Negri 2 Surakarta dengan berbagai instansi atau perusahaan pasangan yang tersebar di berbagai wilayah di Pulau Jawa masih banyak menemui kendala, baik menyangkut persiapan, pelaksanaan maupun evaluasi akhir kegiatan terutama yang berkenaan dengan uji sertifikasi kemampuan profesional . Secara khusus pelaksanaan Prakerin di wilayah Surakarta belum banyak yang mengkaji terutama menyangkut evaluasi pelaksanaan program pendidikan sistem ganda yang meliputi pihak sekolah dan industri pasangan secara bersama, sehingga penelitian ini perlu dilakukan. Kepentingan evaluasi ini sejalan dengan pernyataan perlunya evaluasi terhadap pelaksanaan PSG pada Sekolah Menengah Kejuruan baik yang telah maupun yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
sedang berjalan. Hal ini berguna untuk mengembangkan konsep PSG yang sudah ada. Penelitian akan sangat bermanfaat bagi sekolah penyelenggara, dunia kerja, siswa praktikan,
majelis
sekolah
maupun
Dinas
Pendidikan
Nasional
guna
menyempurnakan pelaksaan Pendidikan Sistem Ganda di masa mendatang.
B. Identifikasi Masalah Sebelum program pendidikan sistem ganda dicanangkan, sebenarnya Sekolah Menengah Kejuruan telah melaksanakan kegiatan yang hampir sama yaitu Praktek Kerja Lapangan (PKL). Dilihat dari konsepnya, pendidikan sistem ganda jauh lebih tajam dibandingkan dengan konsep PKL. Kompleksitas itu menyangkut sarana maupun daya pendukungnya. Pengalaman Sekolah Menengah Kejuruan dapat diduga bahwa permasalahan yang muncul pada saat pelaksanaan PKL akan muncul pula pada pelaksanaan PSG bahkan lebih kompleks lagi. Permasalahan itu berkisar : (1) Ketidakseimbangan antara jumlah siswa pelaksana PSG dengan daya tampung dunia usaha/industri. (2) Persepsi dunia usaha/industri yang kurang mendukung program PSG. (3) kKkurangsiapan dunia usaha untuk menerima siswa peserta PSG, (4) Sulitnya mencari dunia usaha sebagai mitra kerja, hal itu akan menyulitkan pihak sekolah jika jadwal pelaksana PSG sudah mendesak, (5) Penerimaan siswa peserta PSG oleh dunia usaha yang tidak sesuai dengan jurusan yang dimiliki siswa, hal itu jelas akan menyulitkan proses pembelajaran siswa, (6) Minimnya dana dan peralatan praktek untuk mendukung pelaksanaan PSG, (7) Pola pelaksanaan yang tepat untuk PSG masih banyak kendala, (8) Kemampuan siswa yang terbatas, (9) Komunikasi pihak sekolah dengan dunia kerja yang masih tersumbat, (10) Ketidaksesuaian kesepakatan antara pihak sekolah dengan dunia usaha dalam masalah penjadwalan, (11) Ketimpangan persepsi antara dunia usaha yang bisa menerima dan menolak program PSG, (12) Faktor-faktor yang mempengaruhi dunia usaha belum bisa diajak sebagai mitra kerja pelaksanaan PSG.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
C. Fokus Penelitian Karena diduga begitu banyak permasalahan dalam pelaksanaan PSG pada SMK Negeri 2 Surakarta, maka dalam penelitian ini permasalahannya difokuskan pada : (1) Persiapan dan pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada SMK Negeri 2 Surakarta serta industri pasangan, (2) Persepsi dunia kerja terhadap program pendidikan sistem ganda, (3) Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada SMK Negeri 2 Surakarta dan pada industri pasangan, (4) Peluang memperluas jaringan kerjasama dengan dunia usaha dalam mendukung pelaksaan pendidikan sistem ganda.
D. Rumusan Masalah Permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah persiapan dan pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada SMK Negeri 2 Surakarta , apabila terdapat perbedaan implementasi dengan program, mengapa hal itu bisa terjadi ? 2. Bagaimanakah persepsi dunia kerja terhadap program pendidikan sistem ganda ? Apabila persepsi dunia kerja positif, mengapa hal itu bisa terjadi ? 3. Bagaimana kesiapan dan pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada dunia kerja ? 4. Faktor apa yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada SMK Negeri 2 Surakarta ? 5. Faktor apa yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada dunia usaha di wilayah Surakarta ? 6. Bagaimana peluang memperluas jaringan kerjasama dengan dunia usaha dalam mendukung pelaksaan sistem ganda ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian disini adalah untuk memecahkan masalah sebagaimana dikemukakan di atas yaitu : 1. Untuk mengetahui gambaran secara umum bagaimana persiapan, pelaksanaan, sampai akhir kegiatan program pendidikan sistem ganda yang dilakukan baik oleh pihak sekolah maupun pihak dunia usaha. 2. Untuk mengetahui bagaimanakah sebenarnya persepsi dunia kerja terhadap pelaksanaan program pendidikan sistem ganda yang dicanangkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 3. Untuk mengetahui apa yang sebenarnya menjadi faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan pendidikan sistem ganda.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini setidaknya akan memberikan manfaat baik untuk pihak sekolah maupun dunia kerja dan siswa, terlebih lagi bagi pihak Depdikbud, yaitu : 1. sebagai bahan pertimbangan dalam persiapan, mengembangkan dan melaksanakan program PSG di masa yang akan datang baik untuk pihak sekolah maupun pihak dunia kerja. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengefektifkan proses belajar mengajar di SMK sebagai upaya persiapan dalam pelaksanaan program pendidikan sistem ganda masa yang akan datang. 3. Secara teoretis kajian ini akan menambah wawasan, terutama untuk memperkaya konsep pendidikan sistem ganda demi penyempurnaan lebih lanjut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Menengah Kejuruan Secara sistematis pendidikan kejuruan merupakan sub sistem dari sistem pendidikan nasional. Berbagai definisi tentang pendidikan kejuruan telah diajukan beberapa ahli. Finch dan Crunkilton (1979 : 10) mengatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang memberikan bekal kepada peserta didik untuk dapat bekerja guna menopang kehidupannya. Definisi tersebut menyiratkan adanya konsekuensi bahwa pendidikan kejuruan berbeda dengan pendidikan pada umumnya. Pendidikan kejuruan berorientasi pada penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja. Pendidikan kejuruan dapat dikatakan sebagai jenis pendidikan yang sifatnya khusus, karena kelompok pelajar dan atau program yang disediakan hanya dipilih oleh peserta didik yang memiliki minat untuk mempersiapkan dirinya memasuki lapangan kerja. Kekhususan program pendidikan kejuruan dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga terampil yang dibutuhkan masyarakat. Menurut Hamalik program kejuruan
merupakan
program
pengembangan,
bukan
program
terminal,
mempersiapkan siswa kepada pilihan maksimal untuk melanjutkan studi atau mendapat pekerjaan (Oemar Hamalik, 1990 : 96). Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan jenis pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja, meskipun tidak menutup kemungkinan dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan tinggi. Pemikiran seperti itu sesuai dengan Undang-undang No 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 11 ayat 3 bahwa pendidikan kejuruan di Indonesia merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, dalam rangka mencari penghidupan maupun meningkatkan kehidupannya. commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Pendidikan kejuruan merupakan suatu bentuk pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Pengertian itu mengandung makna bahwa setiap institusi yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan harus berkomitmen menjadikan tamatannya mampu bekerja dalam bidang tertentu. Pengertian mampu disini bisa berarti mampu memilih karir sesuai bakat, minat serta kesempatan yag ada; mampu memasuki lapangan kerja; mampu berkompetisi serta mampu mengembangkan diri. Pendidikan menengah kejuruan sebagai subsistem pendidikan nasional harus senantiasa mempersiapkan peserta didiknya mampu memilih karir, memasuki lapangan kerja, berkompetisi serta mengembangkan diri. Tercapai tidaknya misi itu sangat tergantung kualitas masukan dan sejumlah faktor dalam proses pendidikan. Salah satu faktor dalam pendidikan adalah adanya keterkaitan dan kerja sama antara sekolah dengan dunia usaha. Semakin erat hubungan itu berarti semakin relevan tamatan sekolah menengah kejuruan dengan kebutuhan masyarakat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menyelenggarakan program pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan pekerjaan (Penjelasan pasal 7 No. 29 tahun 1990). Berkenaan dengan hal itu program pendidikan sekolah menengah kejuruan dikelompokkan menjadi enam, yaitu : (a) kelompok pertanian dan kehutanan, (b) kelompok teknologi dan industri, (c) kelompok bisnis dan manajemen, (d) kelompok kesejahteraan masyarakat, (e) kelompok pariwisata, (f) kelompok seni dan kerajinan. (Depdikbud, 1994 :10). SMK Negeri 2 Surakarta dalam hal ini dikatagorikan dalam kelompok Teknologi dan industri. Dalam kurikulum SMK edisi 1999 memiliki tiga bidang keahlian yaitu : reknik bangunan,Teknik elektro dan teknik mesin,. Penyelenggaraan program pendidikan itu bertujuan mempersiapkan tamatannya untuk dapat bekerja dan mengembangkan profesi diberbagai jenis pekerjaan.. Secara terperinci masingmasing rumpun memiliki tujuan, misi dan karakteristik yang berbeda. Perbedaan itu terletak pada sasaran pencapaian keahlian masing-masing rumpun dimungkinkan dengan spesialisasi program studi tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Secara umum bidang keahlian dan program keahlian yang terdapat pada SMK Negeri 2 Surakarta adalah sebagai berikut :
Bidang keahlian
Program keahlian
1. Teknik bangunan
a. Teknik konstruksi bangunan b. Teknik perkayuan
2. Teknik elektro
a. Teknik audio video b. Teknik listrik instalasi
3. Teknik Mesin
a. Teknik mesin perkakas b. Teknik las c. Teknik mekanik otomotif
Kurikulum 1994 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelompok teknologi dan industri dilaksanakan mulai tahun 1994/1995 secara bertahap dari tingkat I dan dilaksanakan secara serempak di semua SMK baik negeri maupun swasta (Dikmenjur, 1993 : 7).
B. Standar Mutu dan Relevansi Tamatan SMK Salah satu ciri yang membedakan antara pendidikan kejuruan dengan jenis pendidikan lainnya (umum) adalah bahwa pendidikan kejuruan berorientasi pada penyiapan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja. Orientasi secara khusus tersebut dapat dijumpai pada keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 080/U/1993 yang antara lain mengemukakan bahwa tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah : (1) menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional, (2) menyiapkan siswa agar mampu memilih karir, mampu berkompetisi serta mampu mengembangkan diri. Karena tujuan utama SMK adalah menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja, maka yang menjadi tolok ukur kualitas tamatan sekolah menengah kejuruan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
adalah keberhasilan ditempat kerja atau tamatan tersebut mampu berkembang di tempat kerjanya. Dalam kurikulum SMK tahun 1994 juga diperkenalkan satu tolok ukur untuk mengukur tingkat penguasaan keahlian kejuruan sesuai dengan kompetensi. Uji profesi dilaksanakan oleh SMK yang bersangkutan bekerja sama dengan asosiasi profesi, dunia usaha atau industri. Kepada mereka yang berhasil lulus uji profesi akan diberikan sertifikat kompetensi yang diterbitkan bersama oleh sekolah dan orghanisasi profesi tersebut (Dikmenjur, 1993 : 25-29). Konsep yang dicanangkan Depdikbud tentang Link and Match berlaku untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. Konsep itu mengandung makna bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan dan semakin spesifik bidang yang dipelajari maka lembaga pendidikan itu harus semakin tinggi pula derajat Link and Match-nya. SMK dipandang sebagai lembaga yang mempersiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja. Spesifikasi dari SMK menuntut lulusannya harus benar-benar sepadan dan cocok dengan kebutuhan tenaga kerja di pasaran. Mengacu pada konsep itu tamatan SMK dapat dikatakan memiliki relevansi yang tinggi dengan kebutuhan dunia kerja apabila : (1) masa tunggu tamatan sampai memperoleh pekerjaan yang relevan relatif singkat atau pendek, (2) para lulusannya bekerja sesuai dengan program atau bidang keahlian yang diberikan, (3) tingkat partisipasi lulusan di dunia pekerjaan tinggi atau prosentase lulusan yang terserap di dunia kerja tinggi. Pendidikan Menengah Kejuruan memiliki posisi sentral dalam rangka mewujudkan konsep Link and Match, karena memang tujuan penyelenggaraan sekolah menengah kejuruan adalah menyiapkan tenaga terampil di tingkat menengah. Banyak kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah menengah kejuruan, satu diantaranya adalah sebagian besar (hampir 50% dari jumlah SMK di Indonesia) fasilitasnya tidak memadai. Menghadapi hal seperti itu pemerintah berupaya mengadakan penyempurnaan melalui strategi pengembangan SMK dengan lebih menekankan pada program dalam Pelita VI. Dalam penjabaran konsep link and match berkaitan dengan tiga aspek yang lain, yaitu pemerataan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
kualitas dan efisiensi. Link and match antara dunia pendidikan dengan kebutuhan pembangunan serta dunia industri semakin dirasakan karena adanya beberapa kecenderungan, yaitu (a) semakin tingginya tuntutan dunia kerja yang sejalan dengan tuntutan pembangunan fisik secara kuantitatif maupun secara kualitatif., (b) persyaratan dunia kerja yang semakin kompetitif dan mengandalkan keahlian dalam suatu bidang tertentu, (c) perubahan cara berpikir yang memandang bahwa pendidikan semestinya menyiapkan peserta didik secara utuh, dan (d) konsep pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Link berarti keterkaitan atau hubungan interaktif sedang match berarti kecocokan. Dengan begitu link and match merujuk pada suatu model pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan sehingga hasilnya cocok baik dari segi jumlah, mutu, jenis, kualifikasi bahkan waktunya. Konsep link and match identik dengan konsep Demand-Supply. Dalam arti yang luas disatu pihak dunia pendidikan sebagai penghasil sumber daya manusia di lain pihak masyarakat dan dunia usaha sebagai pihak pengguna. Link and match antara pendidikan dan pembangunan perlu mendapatkan tekanan karena kenyataannya pada setiap jenjang, jenis dan jalur pendidikan sekolah sesuai dengan fungsi dan tujuan institusionalnya terdapat dimensi tujuan yang mengandunng pesan keterkaitan dan kesesuaian antara dunia pendidikan dengan dunia usaha. Untuk mewujudkan kebijakan link and match beserta strategi pokok operasionalnya diperlukan sosialisasi kepada lingkungan intern pendidikan dan masyarakat umumnya, yang meliputi penyamaan persepsi, pengembangan komitmen dan penyusunan rencana tindakan. Link and match adalah kebijakan dasar yang dipakai untuk meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan menengah kejuruan dan dunia usaha (Repelita VI, 1994 : 15-17). Pembangunan tidak saja memacu pertumbuhan sektor ekonomi, manun juga sektor pendidikan, meningkatnya kesempatan belajar pada berbagai level, akhirnya dibarengi peningkatan angkatan kerja. Peningkatan angkatan kerja dengan daya serap masyarakat tidak selalu berjalan simultan, akibatnya banyak angkatan kerja yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
belum terserap. Akhir-akhir ini tampaknya tudingan lebih diarahkan pada kualitas sumber daya manusianya. Melalui kebijakan link and match diharapkan dapat meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan dengan sistem ganda (Dual system) merupakan salah satu wujud implementasi kebijakan link and match yang mulai diperkenalkan pada sejumlah SMK mulai tahun 1994/1995. Pendidikan sistem ganda berupaya memadukan lembaga pendidikan dengan dunia usaha-industri sehingga diharapkan terwujud keterkaitan, kesepadanan dan saling mengisi kekurangan-masing-masing. Pendidikan sistem ganda merupakan suatu bentuk penyelengggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja secara terarah untuk mencapai tingkat keahlian profesional tertentu. Lebih lanjut tujuan penyelenggaraan pendidikan sistem ganda adalah : a. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja. b. Memperkokoh link and match antara sekolah dengan dunia kerja. c. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional. d. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. Program pendidikan sistem ganda harus mengacu pada pencapaian kemampuan profesional sesuai dengan tuntutan jabatan pekerjaan atau profesi tertentu yang berlaku di lapagan kerja. Standar profesi yang dimaksud harus mengandung kejelasan tentang ukuran kemampuan dan sekaligus mewujudkan kewenangan untuk melaksanakan tugas tertentu. Untuk mencapai standar profesi tersebut diperlukan suatu proses pendidikan dan pelatihan dengan ukuran isi, waktu dan metode tertentu. Khusus untuk pelaksanaan sistem ganda di SMK, materi atau isi pendidikan dan pelatihan meliputi lima lomponen pokok, yaitu : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
a. Komponen pendidikan umum (normatif) yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang baik, memiliki karakter sebagai warga negara dan bangsa Indonesia. b. Komponen dasar penunjang (adaptif) yaitu memberi bekal penunjang bagi penguasaan
keahlian
profesi
dan
bekal
kemampuan
untuk
mengikuti
perkembangan IPTEK. c. Komponen teori kejuruan ditujukan untuk membekali pengetahuan tentang teknis dasar keahlian kejuruan. d. Komponen praktik dasar profesi, yaitu berupa latihan kerja untuk menguasai teknik bekerja secara baik dan benar sesuai tuntutan persyaratan keahlian profesi. e. Komponen praktik keahlian profesi yang berupa kegiatan bekerja secara terprogram dalam situasi sebenarnya, untuk mencapai tingkat keahlian dan sikap kerja profesional. Menyimak tentang strategi dan metode pelaksanaan pendidikan sistem ganda pada SMK perlu dipertimbangkan hal-hal berikut : a. Program pendidikan sistem ganda pada sekolah menengah kejuruan merupakan program bersama antara sekolah dengan dukungan dunia usaha, sehungga segala sesuatu yang menyangkut penyelenggaraan program itu harus dibicarakan dan disepakati bersama. b. Komponen pendidikan umum (normatif), komponen pendidikan penunjang (adaptif) dan komponen teori kejuruan sepenihnya dilaksanakan pada sekolah menengah kejuruan dan menjadi tanggungjawab sekolah. c. Komponen praktik dasar profesi dapat dilaksanakan di sekolah, di dunia usahaindustri atau pada keduanya. d. Komponen praktik keahlian profesi dilaksanakan di industri/dunia usaha dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dunia industri/usaha yang bersangkutan. e. Model penyelenggaraan dapat berupa sistem harian, sistem blok, sistem jam atau kombinasi ketiganya. Model yang dipilih tergangtung kesepakatan keduanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
Berbagai keuntungan dapat diperoleh pihak sekolah maupun siswa, antara lain : a. Mutu dan relevansi program SMK dapat ditingkatkan. b. Dapat meringankan biaya penyelenggaraan dan pengembangan SMK. c.
SMK dapat mengikuti perkembangan mutakhir IPTEK dari dunia usaha-industri.
d. Meningkatkan wawasan dan kemampuan guru. e. Membantu mempercepat transisi peserta didik SMK dari dunia teoretik ke dunia praktik. f. Pendidikan sistem ganda dapat membantu mempercepat tercapainya tujuan SMK.
C. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor dominan dalam menopang kebutuhan tenaga kerja yang terlatih dan terdidik guna menunjang perkembangan di berbagai sektor, termasuk didalamnya sektor dunia usaha. Pendidikan tidak saja berfungsi sebagai sarana, manun lebih merupakan sasaran strategis guna mencerdaskan kehidupan bangsa dalam kaitannya dengan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam pelaksanaannya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Kerjasama antara ketiganya sesuai porsi dan peran yang dimainkan. Masyarakat dalam hal ini lembaga pengguna tenaga kerja disamping sebagai penyelengggara pendidikan formal, bisa ber[peran sebagai penyelenggara pendidikan yang bersifat terapan, misalnya dalam bentuk pelatihan atau pemagangan. Model itu dimaksudkan agar terjadi interaksi positif antara lembaga pengguna tenaga kerja dengan lembaga pendidikan sehingga ketimpangan keduanya dapat teratasi. Kaufman mengemukakan bahwa pendidikan adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Lembaga pendidikan hendaknya tidak menutup diri, melainkan harus selalu mengadakan kontak hubungan dengan dunia luar. Kaufman menyebut bahwa partner pendidika terdiri dari para guru, para siswa dan masyarakat. (Dalam Made Pidarta, 1988 : 193). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
Ada hubungan saling memberi dan menerima antara lembaga pendidikan dengan masyarakat. Lembaga pendidikan merealisasikan apa yang dicita-citakan oleh warga masyarakat tentang pengembangan putera-puteri mereka, karena hampir tidak mungkin ada orang tua yang mampu membina sendiri putera-puteri mereka agar tumbuh dan berkembang secara total, integratif dan optimal seperti yang dicitacitakan masyarakat dan bangsa, sehingga tepat jika lembaga pendidikan mengambil alih fungsi itu. Lembaga pendidikanmemberikan sesuatu yang sangat berharga kepada masyarakat. Aspirasi, kebutuhan, kemampuan dan kondisi masyarakat selalu berubah sesuai dengan pengaruh masyarakat yang lebih luas. Perubahan masyarakat mengharuskan perubahan pada lembaga pendidikan. Dengan pendekatan situasional, perubahanperubahan dalam lingkungan masyarakat, memungkinkan lembaga pendidikan tegak berdiri. Komunikasi tentang pendidikan kepada masyarakat tidak cukup hanya dengan informasi verbal saja. Informasi itu perlu dilengkapi dengan pengalaman nyata yang ditunjukkan kepada masyarakat, agar timbul citra positif tentang pendidikan dikalangan mereka. Pada negara maju terutama yang menganut sistem desentralisasi, sekolah dikreasikan dan dipertahankan oleh masyarakat. Masyarakat begitu meyakini bahwa pendidikan adalah modal utama bagi peningkatan kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa mereka. Kesadaran mereka sebagai pemilik dan penanggungjawab pendidikan cukup tinggi. partisipasi mereka cukup besar baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun dalam pelaksanaan kontrol pendidikan (Walsh, 1973 : 108). Stoop (1981 : 213) mengemukakan bahwa kerjasama itu mengisyaratkan adanya informasi kontinyu diantara lembaga pendidikan dengan masyarakat. Informasi itu hendaknya berlaku dua arah, yaitu dari lembaga pendidikan kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada lembaga pendidikan. Organisasi sekolah merupakan sistem terbuka yang berarti bahwa lembaga pendidikan hendaknya selalu mengadakan kontak hubungan dengan lingkungan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
Kontak tersebut dibutuhkan agar sistem atau lembaga pendidikan tidak mudah punah. Dengan sistem yang terbuka memungkinkan upaya kontinyu untuk menghalangi kemungkinan terjadinya entropy (Immegart, 1972 : 87). Sebagai organisasi terbuka, sekolah hendaknya selalu mengadakan kerjasama dengan masyarakat. Lembaga pendidikan menyediakan diri sebagai agen pembaharu bagi masyarakat. Banyak hal baru bermanfaat bagi masyarakat bersumber dari lembaga pendidikan. Stoop (1981 : 16) menyebutkan fungsi itu sebagai fungsi layanan dan fungsi pemimpin. Dikatakan fungsi
layanan
karena lembaga pendidikan melayani
kebutuhan-kebutuhan
masyarakat, dikatakan fungsi pemimpin karena lembaga pendidikan memimpin masyarakat disertai dengan penemuan-penemuan untuk memajukan kehidupan masyarakat. Tenaga kerja lulusan lembaga pendidikan diharapkan memiliki konsep dan kompetensi keterampilan tertentu yang diharapkan mampu mengisi lapangan pekerjaan. Namun kenyataannya sering terjadi ketimpangan antara pengetahuan dan keterampilan yang diberikan di lembaga pendidikan dengan yang ada di dunia kerja. Untuk mengatasi ketimpangan itu diperlukan kerjasama antara lembaga pendidikan dengan dunia perusahaan. Pemahaman konsep dan keterampilan yang memadai lebih mudah diwujudkan apabila dunia kerja siap membantu lembaga pendidikan. Semakin banyak dunia kerja yang siap membantu lembaga pendidikan, makin banyak lulusan yang diharapkan siap pakai dan mampu mandiri. Kegiatan proses belajar mengajar bisa berbentuk mencari bahan pelajaran di masyarakat, mengamati obyek-obyek di masyarakat, tanya jawab dengan anggota masyarakat, magang atau melakukan penelitian. Agar kerja sama itu menghasilkan respon yang positif, berjalan efektif. Stoop (1981 : 76) mengusulkan hendaknya bentuk kerjasama itu bersifat jujur, mulia, mencakup semua hal yang diperlukan, komprehensif, sensitif dan dapat dipahami oleh mereka. Amidjaja (1991 : 13) mengemukakan bahwa dalam waktu mendatang pendidikan masih tetap berorientasi kepada dunia kerja, sehingga harus diadakan reorientasi kepada dunia kerja, sehingga harus diadakan re-orientasi kebijaksanaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
pendidikan sehingga dapat dikembangkan pendidikan kejuruan sebagai persiapan untuk melaksanakan suatu profesi. Agar pendidikan tidak selalu ketinggalan dalam mengikuti perkembangan dan tidak terkejar kadaluarsa oleh perubahan teknologi, pendidikan hendaknya dapat memberikan latihan khusus yang bekerja sama dengan industri terkait. Simanjuntak (1992) mengemukakan bahwa antara dunia pendidikan dan dunia kerja akan selalu terjadi kesenjangan, namun harus diupayakan agar kesenjangan itu dapat ditekan sehingga tidak menimbulkan jurang yang makin lebar antara keduanya. Untuk itu perlu adanya program yang menjembatani kedua dunia tersebut antara lain melalui latihan kerja. Pendidikan membekali seseoranng untuk siap latih, sedang latihankerja menuntut untuk siap memasuki kerja. Latihan kerja merupakan kelengkapan sistem pendidikan untuk menyiapkan seseorang memasuki pekerjaan, karena latihan kerja mengutamakan praktik daripada teori.
D. Tinjauan Hasil Penelitian Yang Relevan Pelaksanaan pendidikan dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam bentuk kerja sama pelatihan atau permagangan tidak selamanya berjalan mulus, hal itu disebabkan berbagai kendala baik yang bersumber dari pihak sekolah, siswa maupun pihak perusahaan itu sendiri. Kebijakan link and match yang dicetuskan pemerintah untuk SMK dengan program pendidikan sistem ganda telah diuji cobakan sejak tahun ajaran 1994/1995. Dalam pelaksanaannya, pendidikan sistem ganda yang dijalankan pada sekolah menengah kejuruan, khususnya untuk sekolah kelompok teknologi dan industri masih banyak kendala, hal itu bisa dijumpai pada berbagai temuan hasil penelitian yang berkenaan dengan pendidikan sistem ganda. Hasil penelitian Mutaqin, dkk tentang kesiapan dunia industri tentang pelaksanaan sistem ganda di DIY memaparkan beberapa temuan, yaitu : sulitnya pengaturan jadwal, sulitnya penyediaan pembimbing, daya tampung perusahaan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
sangat terbatas, relevansi jenis pekerjaan dengan disiplin ilmu yang dimiliki peserta PSG, faktor rahasia perusahaan dan segi pendanaan. Hasil penelitian Slamet P.H. tentang studi penelusuran tamatan SMEA di Indonesia kawasan tengah mengemukakan beberapa temuan penting antara lain : (a) 33% lulusan SMEA masih menganggur, diduga karena lemahnya pelaksanaan program bimbingan kejuruan di SMEA; (b) 54,1% alumni SMEA telah bekerja. Dari jumlah itu 78,8% bekerja pada sektor swasta dan wiraswasta; (c) perlunya peningkatan pengajaran dalam pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja; (d) perlunya peningkatan dalam hal kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan teknologi yang ada di lembaga kerja melalui pendidikan tambanhan di lembaga kerja; (e) perlunya penanaman nilai-nilai kerja, etos kerja, disiplin, suka kerja keras dan optimisme. Dari berbagai temuan hasil itu tampak bahwa masih banyak hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan pendidikan sistem ganda. Berbagai hambatan itu perlu diungkap apa yang melatar belakangi sesuai dengan konteksnya. Pemaknaan suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat industri, perlu dipahami secara mendalam agar kebijakan pendidikan bisa dikomunikasikan terhadap mereka, dan akhirnya mereka bisa berpikir untuk selanjutnya memutuskan derajat partisipasinya. Dari penelitian itu terdapat berbagai kontradiksi hasil temuan, hal itu menunjukkan kemungkinan adanya berbagai kelemahan pada pendekatannya. Fenomena dalam masyarakat tidak sepenuhnya bisa ditempuh dengan pendekatan positivistic, sehingga membuka peluang untuk mengungkap berbagai fenomena di masyarakat itu secara kualitatif naturalistik. Implementasi pelaksanaan pendidikan sistem ganda yang selalu terkait dengan institusi dunia kerja, harus senantiasa di dekati secara mendalam dalam arti dunia kerja bisa merasa terpanggil ikut bertanggung jawab dalam fungsi pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Setidaknya ada lima karakteristik berkenaan dengan penggunaan pendekatan kualitatif ini, yaitu : (1) Lebih menekankan pada kedalaman makna sebagai suatu keutuhan bukan pada sisi keluasan pembahasan, (2) Peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data, (3) Analisis data dilakukan secara deskriptif induktif, dimulai dari kenyataankenyataan di lapangan sehingga pada akhirnya diperoleh suatu pola yang utuh, (4) Lebih mementingkan proses dari pada hasil, karena dengan proses dapat diketahui adanya hubungan masing-masing dan antar bagian secara jelas dan utuh, dan (5) Lebih mengutamakan latar alami (perspective emic) melalui sumber data langsung, di mana data dan hasil penelitian disepakati bersama antara penelitian dan subjeknya (Bogdan & Bikken, 1982 : 48 – 55). Penelitian ini merupakan suatu kajian terstruktur yang dilakukan untuk menetapkan nilai (kegunaan) suatu objek tertentu dalam upaya penyempurnaan atau penilaian dampaknya. Penelitian ini juga dimaksudkan sebagai upaya seksama untuk mengumpulkan, menyusun, dan mengolah fakta, data dan informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, kinerja dan lain-lain mengenai sesuatu serta menggunakan kesimpulan itu dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan. Penelitian ini memerlukan judgement dengan acuan tertentu, yaitu menggunakan pengembangan kriteria fidelity.
B. Kriteria Evaluasi Penelitian ini menitik beratkan pada proses pelaksanaan program pendidikan sistem ganda sejak tahap persiapan sampai kegiatan evaluasi baik yang berlangsung commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
di lembaga sekolah maupun pada dunia usaha sebagai mitra kerja. Acuan yang akan dipergunakan sebagai landasan kerja evaluasi proses dikembangkan dari program itu sendiri, yang meliputi : 1. Penyusunan program dan latihan pendidikan sistem ganda. 2. Peran dan fungsi yang dimainkan majelis sekolah dalam program pendidikan sistem ganda. 3. Pembimbingan siswa peserta program pendidikan sistem ganda. 4. Penyusunan dan pengisian jurnal kegiatan siswa peserta pendidikan sistem ganda. 5. Sistem pengujian dan sertifikasi pendidikan sistem ganda. 6. Sinkronisasi/relevansi program pendidikan dan pelatihan pendidikan sistem ganda. 7. Monitoring dan evaluasi program pendidikan sistem ganda (Dikmenjur, 1994).
Kriteria keberhasilan program pendidikan sistem ganda dikembangkan dari program itu kemudian dibandingan dengan pelaksanaan di lapangan. Kriteria-kriteria itu dijabarkan lebih terperinci menjadi beberapa indikator untuk mengukur berbagai aspeknya. Said Hamid Hasan (1988) mengemukakan bahwa dalam pendekatan fidelity tidak mempergunakan kriteria yang bersifat umum, namun kriteria yang dipergunakan dikembangkan dari program itu sendiri.
C. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 2 Surakarta , dunia usaha pasangan serta dunia usaha yang belum menjadi pasangan. Untuk dunia usaha yang belum manjadi pasangan digunakan pendekatan observasi dan diikuti dengan observasi terfokus . Waktu pelaksanaan penelitian dimulai sejak bulan Agustus 2011 sampai sekitar bulan Desember 2011. Dunia usaha yang dijadikan subjek penelitian tersebar dalam satu Karesidenan Surkarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
D. Subjek Penelitian, Informan Kunci dan Informan Subjek penelitian ini adalah pihak sekolah dan institusi pasangan (dunia kerja). Penentuan informan kunci ditetapkan setelah peneliti terjuna ke lapangan berdasarkan tujuan, kebutuhan dan relevansi. Mereka yang dijadikan sasaran informan kunci adalah Wakil kepala sekolah, ketua pelaksana program pendidikan sistem ganda, guru pembimbing, siswa, bagian personalia perusahaan, pembimbing dari perusahaan. Informan lain yang dijadikan subjek penelitian meliputi kepala sekolah, wakasek kurikulum, wakasek kerjasama industri, ketua pokja PENDIDIKAN SISTEM GANDA, pimpinan perusahaan, kepala bagian di perusahaan, karyawan satu unit kerja dengan siswa.
E. Cuplikan (Sampling) Pemilihan cuplikan lebih bersifat selektif, dalam hal ini peneliti menggunakan berbagai pertimbangan berdasar konsep teori, keingintahuan peneliti, dan karakteristik empiris. Oleh sebab itu, cuplikan dalam penelitian ini bersifat “purposive sampling”. Peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam, namun tidak menutup kemungkinan beralih ke informan lain sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Criterion Based Selection”). Dalam penelitian ini informan yang dianggap mengetahui permasalahan secara mendalam antara lain guru pembimbing, ketua kelompok kerja PENDIDIKAN SISTEM GANDA, ketua pelaksana PENDIDIKAN SISTEM GANDA, pembimbing dari perusahaan, bagian personalia, siswa praktikan, meskipun tidak menutup kemungkinan misalnya informan dialihkan kepada kepala sekolah atau ketua majelis sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Untuk memperoleh jumlah dan kualitas data, peneliti juga menggunakan teknik cuplikan yang disebut “Snowball Sampling”. Teknik ini dilakukan dengan cara pemilihan informan di lapangan yang kemudian berdasarkan informan tersebut peneliti menemukan (ditunjukkan) informan baru dan seterusnya sehingga mendapatkan data yang lengkap dan mendalam. Informan dipilih sesuai dengan masalah yang diteliti sampai diperoleh kejenuhan informasi (terdapat kesamaan pola informasi). Sebagai contoh, peneliti ingin mengungkap tentang “Tersumbatnya komunikasi antara sekolah dengan institusi pasangan sehingga mengakibatkan ketidakharmonisan hubungan kerjasama. Terhadap keadaan itu, pertama peneliti memilih guru pembimbing lapangan untuk mengorek data mengapa hal itu bisa terjadi. Ada kemungkinan guru pembimbing lapangan akan mengarahkan kepada ketua pelaksana PENDIDIKAN SISTEM GANDA, ketua pelaksana PENDIDIKAN SISTEM GANDA ada kemungkinan akan mengarahkan lebih lanjut kepada ketua majelis sekolah. Begitu seterusnya sehingga masalah terputusnya komunikasi antara sekolah dan industri pasangan dapat terungkap.
F. Teknik Pengumpulan Data Strategi pengumpulan data dalam penelitian ini dengan metode interaktif dan non interaktif. a. Metode interaktif Dalam metode ini dilakukan dengan wawancara mendalam. Dari pihak sekolah , wakasek kurikulum, wakasek kerjasama industri, ketua pelaksana pendidikan sistem ganda, ketua kelompok kerja, guru pembimbing dan siswa praktikan. Pihak majelis sekolah meliputi ketua, sekretaris dan anggota. Dari dunia kerja meliputi pimpinan perusahaan, kepala bagian personalia, kepala seksi, pembimbing dan rekan kerja siswa. Salah satu cara yang ditempuh dengan metode ini adalah melalui observasi awal, dilanjutkan memilih subyek penelitian ekstrim disesuaikan dengan kondisi lapangan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
b. Metode non interaktif Metode ini meliputi obervasi tak berperan baik secara formal maupun informal beberapa kali untuk menjaga reabilitas data. Dokumen, kumpulan arsip, benda-benda fisik, dilengkapi dengan camera foto dilakukan dengan tujuan membantu serta memperjelas deskripsi berbagai siatuasi dan perilaku subjek dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan masalah dalam penelitian ini. Dokumen yang menjadi obyek penelitian meliputi kurikulum, naskah kerja sama, program kerja, peta profil kemampuan siswa, lembar kegiatan siswa, format-format.
G. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri dengan menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi. Sumber dan metode penelitian. Sumber data dalam penelitian ini dipilih dan diutamakan “Perspective Emic”, artinya mementingkan pandangan responden bagaimana mereka memandang dan menafsirkan konteks dari pendiriannya. Karena penelitian kualitatif lebih bersifat induktif, proses pengumpulan data merupakan proses yang lebih dinamis sebab dari situlah suatu teori sebagai hasil penelitian mungkin bisa disusun.
H. Validitas Data Agar data yang terkumpul memiliki kesahihan dan penafsiran yang sama, maka dilakukan Triangulasi data (penggunaan beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama) serta investigator triangulasi (pengumpulan data oleh lebih dari satu peneliti untuk data yang sama dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan pembantu peneliti. Untuk menjaga validitas data peneliti juga melakukan “Pemanfaatan sumber data ganda” untuk data yang sama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
Sumber data berbeda untuk data yang sama diperoleh dari pihak sekolah, majelis sekolah, dunia kerja dan siswa praktikan. Sebagai contoh misalnya untuk mengetahui masalah relevansi, apakah kebijakan pihak sekolah, dunia kerja, majelis sekolah betul-betul sesuai yang dikerjakan siswa praktikan dilakukan pengecekan langsung pada praktek kerja siswa.
I. Analisis Data Analisis dilakukan dengan model interaktif dari Miles dan Huberman. Data yang terkumpul dari hasil observasi, wawancara, dokumen dan lain-lain yang telah disusun secara teratur kemudian dianalisis. Terdapat tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi, dengan tetap memanfaatkan waktu yang tersisa bagi peneliti. Untuk memperjelas model analisis interaktif tersebut digambarkan sebagai berikut :
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Kesimpulan-kesimpulan Penarikan/verifikasi
Dikutip dari Miles & Huberman (Diterjemahkan Tjejep Rohendi Rohidi Ph. D : 1992 : 20).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
Keterangan 1) Pengumpulan Data Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa dalam penelitian ini teknik pengumpulan
data
yang digunakan
adalah
wawancara
mendalam
dan
dokumentasi. Wawancara meliputi data tentang persepsi dunia kerja terhadap PENDIDIKAN SISTEM GANDA, peluang memperluas jaringan kerja sama dengan industri, hambatan-hambatan dalam pelaksanaan PENDIDIKAN SISTEM GANDA, relevansi dan lain-lain. Dokumentasi dilakukan untuk jenis data : program kerja, profil kemampuan siswa, catatan kegiatan siswa, format-format, prosedur evaluasi dan prestasi siswa. 2) Reduksi Data Diskripsi data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi cukup banyak. Data yang diperoleh dari berbagai sumber ada yang sama ada yang berbeda, ada yang penting dan ada yang tidak penting. dAlam tahap reduksi data ini peneliti mengambil data yang tidak dengan pokok permasalahan saja, sedangkan data yang tidak begitu penting akan dibuang atau sebagai pelengkap. 3) Sajian Data Sajian data dimaksudkan agar data tersebut mudah dipahami. Setelah data direduksi sebagaimana telah dijelaskan di atas, data itu disajikan. Penyajian data dapat berupa tulisan, grafik, flow chart, tabel dan lain-lain. Dalam penyajian data yang terpenting adalah tercapainya tujuan penyajian data agar data yang ada lebih mudah dipahami. 4) Penarikan Kesimpulan Dalam penelitian kualitatif sejak awal peneliti berusaha mencari makna data yang telah terkumpul. Untuk kepentingan itu peneliti mencari pola, tema, hubungan, dan persamaan dari hal-hal yang sering timbul. Sejak data diperoleh peneliti mulai mengambil kesimpulan. Kesimpulan itu bermula dari hal yang tentatif, kabur dan mungkin diragukan. Dengan bertambahnya data, maka kesimpulan akan lebih mendasar (grounded). Kesimpulan dalam penelitian ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung, misalnya mencari data baru. Ke-empat kegiatan di atas saling berkembang dan berlangsung terus selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini analisis berlangsung terus secara kontinyu sejak awal sampai akhir penelitian setelah dirasa segala permasalahan terpecahkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi, Subjek dan data penelitian, serta kriteria evaluasi 1. Diskripsi Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta a. Sejarah Berdiri dan Lokasi Sekolah Dorongan kemajuan jaman dan keinginan para pakar teknologi antara lain ; Ir Frederik Cornalius Lavis Van Olden, Prof Ir Soediro, R.T. Djojo Soeparno, R. Soemardi Djati Sworo serta Letda Soejodo, BA maka kesempatan dan upaya untuk mendirikan Sekolah Teknik Menengah (STM) terus diupayakan. Atas perjuangan dan kerja keras para pendiri di atas maka pada tanggal 1 Juli 1952 berdiri sekolah yang diberi nama STM Solo yang berlokasi di Gendengan Solo dengan jurusan Mesin, Listrik dan Bangunan. Beberapa waktu kemudian, atas perjuangan mereka diterbitkanlah Surat Keputusan Menteri Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan SK No. 3095/BSK tertanggal 1952 dengan nama STM Negeri Solo dengan Kepala Sekolah yang pertama Ir Frederik Cornalius Van Olden. Oleh karena perkembangan dan lokasi yang kurang memadai maka tahun 1959 diberikan area baru di Jl LU Adi Sucipto No. 3 Kalurahan Manahan Kecamatan Banjarsari Kotamadya Surakarta seluas berkisar 2.315 meter persegi. Oleh karena pada tahun 1966 berdiri STM Negeri 2 Solo, maka pada tahun tersebut nama STM Negeri Solo diganti dengan nama STM Negeri 1 Surakarta. Berdasar Surat dari Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan No. 5.1.012.77 tertanggal 6 Januari 1977, STM Negeri 1 ditunjuk untuk melaksanakan Kurikulum 3 tahun dengan jurusan ; Bangunan, Elektronika, Listrik. Mesin dan Otomotif. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
pada tanggal 4 Desember 1986 ditunjuk untuk melaksanakan kurikulum 3 tahun dengan jurusan ; Bangunan Gedung, Gambar Bangunan, Elekronika Komunikasi, Mesin Industri dan Mekanik Otomotif. Perkembangan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong adanya pembaharuan kurikulum. Oleh karena itu pada tahun 1999 dipergunakan Kurikulum edisi 1999 dengan membuka program keahlian ; Teknik Gambar Bangunan, Teknik Konstruksi Bangunan, Teknik Perkayuan, Teknik Audio Video, Teknik Listrik Pemakaian, Teknik Mesin Perkakas dan Teknik Mekanik Otomotif. Sejarah pengelolaan SMK Negeri 2 Surakarta disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.1. Periodisasi Kepemimpinan SMK Negeri 2 Surakarta A. Tahun Periode No. B. Nama Kepala Sekolah Kepemimpinan 1 1952 sampai 1955 Ir. Frederik Cornlius Van Olden 2 1955 sampai 1957 Soediman 3 1957 sampai 1966 Soekamto 4 1966 sampai 1967 RM Soekarso Atmodipuro 5 1967 sampai 1970 R. Iskandar Hasmara 6 1970 sampai 1972 Soekisno Hadi Winoto 7 1972 sampai 1977 Soewito Hadi Pranomo BA 8 1977 sampai 1978 Ridwan B.Sc 9 1978 sampai 1985 Drs. Hadi Wiyono 10 1985 sampai 1994 Soeparno BA 11 1994 sampai 1997 Drs. Soepratno 12 1977 sampai 1998 Drs. Y.Soenargo 13 1998 sampai 2005 Drs. Suwardi 14 2005 sampai 2009 Drs. Rahmat M.Pd 15 2009 sampai sekarang Drs. Susanta MM Sumber : Data SMK N 2 Surakarta diolah Dengan melihat perjalanan waktu yang cukup panjang mka bisa dikatakanbahwa SMK Negeri 2 Surakarta telah memiliki pengalaman dalam pengelolaan pendidikan dan latihan, sehingga sangat wajar jika SMK Negeri 2 menjadi tolok ukur kualitas sekolah kejuruan kelompok teknik untuk kalangan SMK Negeri di wilayah Surakarta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
b. Kondisi Murid Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta SMK Negeri 2 Surakarta memiliki 3 (tiga) bidang keahlian yang terdiri atas 7 (tujuh) program keahlian dengan perincian seperti tabel di bawah ini : Tabel 4.2. Profil Bidang Keahlian, Program Keahlian dan Jumlah Siswa No. Bidang Keahlian Program Keahlian Pria Wnt 1.
Teknik Bangunan
2
Teknik Elektro
3
Teknik Mesin
Teknik Perkayuan Teknik Konstrksi Bangunan Teknik Gambar Bangunan Teknik Audio Video Teknik listrik Pemakaian Teknik Mesin Perkakas Teknik Mekanik Otomotif
93 92 96 308 97 316 317
0 0 10 16 7 0 0
Juml 93 92 106 324 104 316 317
Sumber : Data SMK N 2 Surakarta diolah Dilihat dari asal daerah, peminatnya banyak berasal dari luar kota Surakarta, antara lain dari Boyolali, Karanganyar, Sragen. Wonogiri, Klaten serta Sukoharjo. Keadaan kondisi ekonomi orang tua termasuk berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah sebagaimana tampak pada tabel berikut : Tabel 4.3. Keadaan Kondisi Ekonomi Orang Tua Siswa SMK Negeri 2 Surakarta No. Jenis Pekerjan Orang Tua Besarnya Prosentase 1. 2 3 4
TNI/POLPJ/PNS Petani Buruh Kasar Wiraswasta
0% 10% 70% 10%
Sumber : Data SMK N 2 Surakarta diolah Dengan melihat jumlah program keahlian yang dibuka, ada indikasi bahwa SMK Negeri 2 Surakarta memiliki sumber daya baik tenaga pengajar, fasilitas belajar maupun fasilitas praktik yang memadai. Indikasi itu semakin tampak dengan tingginya minat dari luar wilayah untuk bisa masuk sekolah ini. Msyarakat begitu yakin akan keberadaan SMK meskipun mereka mayoritas datang dari ekonomi buruh kasar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
c. Profil Tenaga Pengajar Jumlah guru SMK Negeri 2 Surakarta termasuk banyak yaitu 160 orang, terdiri atas 140 guru tetap (PNS) dan 20 guru tidak tetap (GTT). Mereka yang menempati golongan IVa sebanyak 56 orang, IIId sebanyak 28 orang, IIIc sebanyak 26 orang, IIIb sebanyak 26 orang dan IIIa sebanyak 4 orang. Ditinjau dari jejang pendidikannya, mayoritas bergelar sarjana, yaitu sebanyak 123 orang, sarjana muda 3 orang, DIII sebanyak 31 orang dan hanya seorang berpendidikan PSLP. Jumlah guru bidang Normatif dan adaptif sebanyak 54 orang, khusus guru bidang keahlian sebanyak 106 orang. Secara terperinci disajikan pada tabel berikut : Tabel 4.4. Jumlah Guru SMK Negeri 2 Surakarta menurut Bidang Keahlian No 1 2
Bidang Keahlian
Program Keahlian
Normf & Adaptif Teknik Bangunan
Semua prgrani keahlian Teknik perkayuan, Teknik Konstruksi, Teknik Gambar Bangunan 3 Teknik Elektro Teknik Audio Video Teknik Listrik Pemakaian 4 Teknik Mesin Teknik Mesin Perkakas Teknik Mekanik Otomotif Sumber : Data SMK N 2 Surakarta diolah
Jmlh 54 27 23 11 25 21
Beban mengajar guru setiap minggu berkisar antara 18 sampai 24 jam. Upaya peningkatan kualitas guru baik Adaptif, Normatif maupun Bidang Keahlian ditempuh melalui penataran misalnya di VEDC Malang, P3GT Matematika, TEDC Bandung. Khusus guru bidang keahlian dimagangkan di perusahaan maupun industri.
d. Sarana Pembelajaran dan Fasilitas Praktik Jumlah siswa SMK Negeri 2 Surakarta sebanyak 1.352 orang yang terbagi dalam 23 kelas. Untuk menunjang sarana pembelajaran didukung ruang teori, ruang praktik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
ruang perpustakaan serta ruang penunjang lainya. Secara terperinci jumlah ruang tersaji dalam tabel berikut : Tabel 4.5. Jumlah ruang penunjang sarana belajar No. Nama ruang 1. Ruang teori/kelas 2 Ruang praktik gambar 3 Ruang praktik teknik bangunan 4 Ruang praktik teknik audio video 5 Ruang praktik teknik listrik pemakaian 6 Ruang praktik teknik mesin perkakas 7 Ruang perpustakaan 8 Ruang praktik teknik mekanik otomotif 9 Ruang sarana penunjang lainnya Sumber : Data SMK N 2 Surakarta diolah
Jumlah ruang 26 2 3 4 3 7 1 3 21
Perpustakaan sebagai sarana pokok penunjang pembelajaran baik teori dan praktik keahlian menyediakan bahan bacaan dan petunjuk praktik bagi siswa dan guru sebagaimana tersaji pada tabel berikut : Tabel 4.6. Daftar buku bacaan di perpustakaan SMK Negeri 2 Surakarta : No.
Bidang Keahlian
1. 2 3 4
Normatif Adaptif Teknik Bangunan Teknik elektro
5
Teknik mesin
Program keahlian Semua program Semua program Teknik Bangunan Teknik audio video Teknik listrik Teknik mesin perkakas Teknik mesin otomotif
Jumlah buku 55.966 1.550 17.064 38.880 7.452 19.764 22.680
Sumber : Data SMK N 2 Surakarta diolah Fasilitas praktik yang dimiliki SMK Negeri 2 Surakarta cukup lengkap baik ditinjau dari sisi jumlah maupun kualitas dengan mengacu pada tuntutan kurikulum 1999. Klasifikasi peralatan praktik terdiri atas ; peralatan tangan (manual), alat tangan yang memiliki daya (power tools), alat ukur, alat mesin ringan, alat mesin berat. Untuk mengoptimalkan penggunaan peralatan disusun jadwal penggunaan alat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
baik alat per kelompok maupun per bengkel. Setiap saat peralatan selalu dicek secara dini melalui perbaikan-perbaikan sehingga pada saat digunakan semua peralatan selalu siap. Secara garis besar jumlah peralatan yang dimiliki SMK Negeri 2 tampak pada tabel berikut :
Tabel 4.7. Berbagai peralatan yang dimiliki SMK Negeri 2 Surakarta No. 1.
Program Keahlian Teknik Bangunan
Jenis Bengkel Praktik Bengkel praktik kerja batu Bengkel praktik plumbing Bengkel praktik kayu tangan Bengkel praktik ukur tanah Bengkel praktik kerja mesin kayu 2 Teknik Audio Video Bengkel pesawat elektronika Bengkel praktik dasar elektronika Bengkel praktik perbaikan pesawat Bengkel laboratorium computer 3 Teknik Listrik Pemakaian Bengkel praktik listrik 4 Teknik Mesin Perkakas Bengkel praktik kerja plat Bengkel praktik pengujian logam Bengkel praktik kerja las Bengkel praktik kerja plat potong Bengkel praktik kerja bangku Bengkel praktik CNC 5 Teknik Mekanik Otomotif Bengkel praktik listrik otomotif Bengkel praktik motor otomotif Bengkel praktik chasis otomotif Bengkel praktik bodi otomotif Sumber : Data SMK N 2 Surakarta diolah
Jumlah alat 19 buah 57 buah 9 buah 89 buah 67 buah 25 buah 71 buah 28 buah 24 buah 107 buah 87 buah 9 buah 70 buah 25 buah 41 buah 18 buah 18 buah 45 buah 62 buah 62 buah
2. Kurikulum SMK Negeri 2 Surakarta dan Proses Pendidikan dan Latihan Kurikulum yang berlaku di SMK Negeri 2 Surakarta adalah kurikulum tahun 1993 sesuai SK MENDIKBUD No. 080/U/1993 yang kemudian disempurnakan menjadi kurikulum edisi 1999. Kurikulum itu menganut prinsip : (a) berbasis kuat, luas
dan
mendasar
/Broad
based
curriculum-BBC,
(b)
Berbasis
kompetensi/Competency based curriculum, (c) Pembelajaran tuntas/mastery commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
learning, (d) Berbasis ganda serta (e) Berkekuatan kemampuan daya suai serta kemandirian pengembangan diri tamatan.. Dalam kurikulum edisi 1999 dipersyaratkan bahwa pendidikan dan latihan diselenggarakan melalui penerapan model Sistem Ganda, artinya bahwa pendidikan dan latihan diselenggarakan di sekolah dan di industri guna mencapai tingkat keahlian tertentu sesuai tuntutan kurikulum dan pasaran kerja. Implementasi kurikulum 1999 di SMK Negeri 2 Surakarta dalam rangka penerapan model Pendidikan Sistem Ganda ditafsirkan secara cermat dan menyeluruh terutama dikonsentrasikan pada unjuk kerja “Total performance management”, dimana kajian secara mendalam dilakukan sejak input, proses dan output. Satu indikator dari komponen input adalah terjadinya perkembangan dalam proses seleksi siswa baru, dari sisi proses dilakukannya pengembangan program pendidikan dan latihan, instrumental input dan sumber pembiayaan sedang dari aspek output SMK Negeri 2 Surakarta melakukan uji kompetensi & sertifikasi maupun pemasaran tamatan serta penelusuran tamatan. Karakteristik pengembangan kurikulum di SMK Negeri 2 Surakarta adalah bahwa : (a) Kurikulum dikembangkan, dilaksanakan dan dievaluasi bersama antara sekolah dan dunia industri, (b) Materi kurikulum diorganisasikan berdasar pada kompetensi serta (c) Kurikulum bersifat dinamis sesuai tuntutan jaman. Dalam upaya peningkatan mutu ketrampilan siswa, sekolah membekali kemampuan normatif, adaptif dan teori kejuruan sebagai dasar pengembangan kemampuan profesional di industri, selanjutnya pihak industri memberikan kemampuan dan ketrampilan secara integratif untuk mencapai tingkat profesional tertentu misalnya : (a) Pemanfaatan waktu sangat ketat, (b) Mengerjakan pekerjaan nyata yang berorientasi pasar, (c) Kegagalan pekerjaan dan keterlambatan dianggap sebagai kerugian, (d) Lingkungan berbau dunia kerja serta (f) Penanaman disiplin melalui pendekatan perilaku yang ada di industri. Kenyataan yang ada bahwa karakteristik industri pasangan memiliki perbedaan antara lain dalam hal skala pekerjaan, kepemilikan, teknologi dan laincommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
lain, oleh karena itu dalam penerapan model Pendidikan Sistem Ganda, pihak sekolah mengantisipasi melalui dua pendekatan, yaitu : a. Pendekatan terstandar Dalam pendekatan ini
pihak sekolah menggunakan standar kompetensi
tertentu yang diakui mempunyai legalitas, memiliki tingkat dan masa berlaku pada tempat (wilayah) tertentu bagi suatu badan atau organisasi maupun asosiasi yang berkompeten. b. Pendekatan optimasi Pendekatan optimasi dilakukan terhadap industri pasangan yang belum memiliki standar baku dan bersifat informal seperti industri kecil atau industri perseorangan. Dalam pendekatan ini pihak sekolah melakukan sinkronisasi dengan pihak industri dengan mengacu pada permintaan pasar, mengupayakan pembentukan wadah konsultasi dan koordinasi dengan pihak terkait dalam rangka memperoleh pengakuan atau legalitas. Pelaksanaan program pendidikan dan latihan di SMK Negeri 2 Surakarta mengacu kurikulum edisi 1999. Pembelajaran siswa tingkat I sifatnya sama dan serentak, baru di tingkat II dan III disesuaikan program keahlian yang dipilih. Penjadwalan mata Diklat di sekolah maupun di industri disesuaikan dengan program yang telah disusun bersama melalui proses sinkronisasi. Dalam program bersama antara sekolah dan industri terdapat beberapa aspek yang menjadi kesepakatan, yaitu : (a) Waktu lamanya praktik di industri, (b) Jenis keahlian dan ketrampilan yang akan diberikan, (c) Pembagian tempat dan waktu pembelajaran antara di sekolah dan di industri, (d) Model penyelenggaraan, (e) Sistem pembimbingan oleh guru dan instruktur serta (f) Model monitoring serta evaluasinya. Pada tingkat III seluruh siswa akan diterjunkan di industri selama enam bulan untuk melakukan praktik kerja industri dengan menggunakan sistem blok yaitu siswa diterjunkan ke industri selama waktu tertentu (enam bulan) kemudian ditarik kembali ke sekolah untuk melanjutkan proses pendidikan dan latihan selanjutnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
3. Majelis Sekolah dan Institusi pasangan Majelis Sekolah merupakan wadah konsultasi kerjasama dan koordinasi yang keanggotaannya terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah dalam rngka berperan serta memelihara, menumbuhkan, meningkatkan dan mengembangkan sekolah dalam rangka penerapan model Pendidikan Sistem Ganda. Pembentukan Majelis Sekolah SMK Negeri 2 Surakarta telah terealisir dengan tercetusnya keputusan bersama dengan Kamar Dagang dan Industri Kota Surakarta tanggal 28 Jnuari 1995 No. 80/I.03.31/STM.01/H.e/1995. Dengan terbentuknya Majelis Sekolah diharapkan penerapan model Pendidikan Sistem Ganda pada SMK Negeri 2 Surakarta mampu merealisir berbagai program pendidikan dan latihan baik yang diselenggarakan di sekolah maupun di industri, sehingga upaya peningkatan ketrampilan lulusan bisa tercapai. Majelis Sekolah diharapkan bisa menjembatani berbagai kepentingan yang selama ini dianggap timpang antara sekolah dan industri. Dengan demikian keberadaan Majelis Sekolah benr-benar dirasakan nilai manfaatnya kedua belah pihak demi peningkatan kualitas pendidikan. Banyak fungsi yang bisa dimainkan oleh Majelis, antara lain (a) Menjadi mitra sekolah dalam berbagai penentuan kebijakan, (b) Menjembatani hubungan kerja sama antara sekolah dengan industri, serta (c) Membantu memberi jalan keluar manakala terjadi kebuntuan dalam proses pengembangan pendidikan dan latihan antara sekolah dan industri. Salah satu fungsi Majelis adalah dalam upaya mencari mitra kerja industri, yang dimulai dari pengembangan kurikulum dan proses sinkronisasi maupun dalam proses penentuan institusi pasangan. Telah banyak hasil yang diperoleh atas peran Majelis Sekolah dalam kegiatan itu. Terdapat kriteria yang harus dipenuhi oleh industri manakala menjadi mitra SMK dalam kaitannya sebagai tempat praktik kerja siswa, yaitu : (a) Memiliki aktivtas/kegiatan serta tuntutan kompetensi yang relevan dengan program keahlian yang dipersyaratkan, (b) Memiliki kepedulian dan perhatian terhadap pengembangan pendidikan, (c) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Memiliki status badan hukum yang jelas, (d) Memiliki sarana dan fasilitas praktik yang relevan dengan tuntutan keahlian, (e) Memiliki instruktur yang mampu membimbing siswa kearah peningkatan ketrampilan. Banyak institusi yang bisa diraih atas kerja sama antara sekolah dengan Majelis Sekolah, hal itu terbukti bahwa pada tahun 2002 hampir sebanyak 205 industri yang tersebar di Pulau Jawa sebagai tempat praktik siswa untuk kelompok bidang keahlian bangunan, elektro dan mesin, sehingga sampai saat ini bagi SMK Negeri 2 Surakarta tidak terlalu kesulitan menempatkan siswa praktik, bahkan terdapat industri yang selalu minta dikirim peserta dari SMK Negeri 2 Surakarta, antara lain : (a) PT Indo Jati, (b) Bintang Motor, (c) Bengawan Abadi Motor , (d) King Motor, (e) Indo pratama plastik, (f) Kubota Diesel dll.
Struktur kepengurusan Majelis sekolah SMK Negeri 2 Surakarta tampak pada gambar berikut : A. Penasehat B. Pembina
Ketua C. Sekretaris D. Bendahara Staf Sekretaris
Bidang I
Bidang II
BidangI II commit to user
Bidang IV
Bidang V
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan kelompok teknologi dan industri SMK Negeri 2 Surakarta serta institusi pasangan sebagai tempat bekerja langsung para siswa. Institusi pasangan terdiri atas perusahaan jasa dan industri, milik badan usaha negara dan instansi pemerintah maupun swasta murni. Institusi pasangan yang dijadikan subjek penelitian sesuai dengan Sekolah Menengah Kejuruan yang bersangkutan, artinya institusi yang dijadikan subjek penelitian sangat tergantung dengan naskah kerja sama yang telah disepakati sebelumnya. Sesuai dengan pertanyaan peneltiian yang diajukan dan tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yang dijadikan subjek penelitian ini adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK Negeri 2 Surakarta) serta berbagai institusi pasangan yang dijadikan mitra kerja Sekolah Menengah Kejuruan. Institusi pasangan yang dijadikan subjek penelitian disesuaikan dengan jenis bidang keahlian dan program keahlian yang terdapat pada Sekolah Menengah Kejuruan. Bidang keahlian yang terdapat pada Sekolah Menengah Kejuruan kelompok Teknologi dan industri terdiri tiga bidang keahlian, yaitu : Teknik bangunan, teknik elektro dan teknik mesin. Sehubungan dengan banyaknya bidang keahlian itu, yang dijadikan subjek dalam penelitian ini meliputi perusahaan jasa dan industri, baik milik negara, atau swasta murni.
B. Deskripsi Data Penelitian Berikut akan disajikan deskripsi data penelitian
dan Pembahasan
Penelitian di SMK Negeri 2 Surakarta serta di nstitusi pasangan. 1. Struktur Organisasi SMK Negeri 2 Surakarta dan Struktur Program Kurikulum Berdasarkan Surat Keputusan Menteri PP & K nomor : 3095/B tanggal 1 Juli 1952 di kota Surakarta didirikan STM dengan Jurusan Mesin, Listrik dan Bangunan. Kemudian pada tanggal 22 Juli 1952 oleh Menteri PP & K Republik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
Indonesia diberi nama STM Negeri I Solo. Selanjutnya mulai tahun 1966 STM Negeri Solo berubah menjadi STM Negeri I Surakarta. Perubahan nama SMK Negeri I menjadi SMK Negeri 2 Surakarta mendasarkan pada urutan berdirinya SMK Negeri di Surakarta, sehingga pengertian SMK Negeri 2 adalah STM Negeri I juga. Mulai tahun 1966 SMKN 2 Surakarta membuka jurusan baru yakni Elektronika dan Otomotif, sehingga sampai saat ini STM Negeri I Surakarta mempunyai 5 jurusan, yakni Bangunan, Elektronika, Listrik, Mesin (TPL), dan Otomotif. SMKN 2 Surakarta berdiri di atas tanah seluas 23.150 meter persegi dengan 18 ruang tepori, 18 bengkel, dan 5 laboratorium berikut perlengkapannya. Saat ini SMKN 2 Surakarta, dipimpin oleh Drs. Susanta MM dan dibantu oleh empat Wakil Kepala Sekolah yaitu bidang Kurikulum, Kesiswaan, Sarana pendidikan, dan Humas, serta lima Kepala Rumpun. Jumlah staf pengajar dan administratif adalah sebagai berikut. Tabel di bawah ini menyajikan kondisi staf pengajar dan administrasi SMKN 2 Surakarta. Tabel 4.8. Jumlah staf pengajar dan administrasi di SMKN 2 Surakarta. Pendidikan No
Jurusan
Jmlh Sarjana
Sarmud/D-3
1 2
Bangunan Elektronika
28 25
16 5
12 20
3
Listrik
11
5
6
4
Mesin
30
10
20
5
Otomotif
20
5
15
6
Umum
34
23
11
commit to user
Keterangan 1 terlatih di luar negeri 1 terlatih di luar negeri 2 terlatih di luar negeri 1 terlatih di luar negeri 1 terlatih di luar negeri
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
Melalui Proyek Pendidikan Kejuruan dan Teknologi Jakarta (ADB Loan No. 1319-INO) akan memberikan bea siswa kepada siswi yang ingin melanjutkan pendidikan di SMKN 2
Surakarta yang memenuhi peryaratan.
Selain itu, SMKN 2 Surakarta merupakan satu diantara tiga SMK Negeri di Jawa Tengah yang ditunjuk Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai STM Negeri unggulan. Di bawah ini akan disajikan nama-nama perusahaan yang telah menerima lulusan SMKN 2 Surakarta tahun ajaran 1994/1995, yakni (1) PT. Oriental Asahi Lyman Carton Box, Jakarta; (2) PT. Top Jaya Sarana Utama, Jakarta; (3) PT. Satya Raya Keramindo Indah, Tangerang; (4) PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corporation, Jakarta; (5) PT. Bengawan Abadi Motor, Surakarta; (6) PT. Istana Hartono elektronik, Kudus; (7) PT. Masaro Indocom, Jakarta; (8) PT. Hexa Computer, Bandung; (9) PT. Palur Raya, Surakarta; (10) PT. Arista Pratama Jaya, Jakarta; (11) PT. Sumber Harapan, Surakarta; (12) PT. Sasami Radya Motor, Surakarta; (13) PT. Olex Cables Indonesia, Tangerang; (14) PT astra Internasional, Semarang; dan (15) PT. Indomobil Suzuki Internasional, Jakarta. Profil Kemampuan Program Studi Mesin Produksi adalah : (1) mengoperasikan mesin perkakas konvensional dari mesin perkakas Computer Numerical Control (CNC); (2) mengerjakan pemotongan penyambungan dan pembentukan logam; (3) melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan mesin perkakas; (4) mengerjakan perlakuan panas dan Finishing logam; (5) melaksanakan kendali mutu bahan dan hasil produksi; (6) merancang dan menggambar mesin produksi; dan (7) menerapkan tata laksana bengkel dan eselamatan kerja. Profil kemampuan program studi mekanik otomotif adalah : (1) menerapkan matematika dan teknik otomotif; (2) menerapkan fisika dan kimia dalam teknik otomotif; (3) berkomunikasi dalam bahasa inggris; (4) mengelola usaha yang terkait dengan pekerjaan mekanik otomotif; (5) menggunakan bahan untuk perbaikan kendaraan; (6) menggambar otomotif; (7) melaksanakan teknik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
pengerjaan logam; (8) melaksanakan perawatan kendaraan; (9) memperbaiki motor otomotif; (10) memperbaiki casis dan pendah tenaga otomotif, dan (11) memperbaiki sistem listrik dan penyejukan ruangan. Profil kemampuan tamatan Program studi listrik pemakaian adalah (1) menggunakan alat-alat pertukangan listrik; (2) menggunakan alat-alat ukur listrik; (3) melakukan pengujian dan pengoperasian mesin listrik; (4) menangani operasi pembangkit tenaga listrik; (5) melakukan pemasangan dan pemeliharaan pengendalian listrik; (7) melakuakan perawatan dan perbaikan peralatan listrik. Profil kemampuan tamatan program Studi Elektronika komunikasi adalah (1) merawat pesawat elektronika kmunikasi; (2) memperbaiki pesawat elektronika komunikasi; dan (3) mengelola usaha yang terkait dengan pekerjaan elektronika komnikasi. Mulai tahun ajaran 1994/1995 SMKN 2 MKN 2 Surakarta menggunakan kurikulum SMK 1994. Kedudukan SMKN 2 Surakarta saat ini temasuk ke dalam kelompok SMK Teknologi dan Industri. Lama pendidikan adalah tiga tahun yang dijabarkan dalam dua belas catur wulan. Adpun susunan program kurikulum 1994 yang digunakan adalah : Tabel 4.9. Susunan program kurikulum 1994 di SMK Negeri 2 Surakarta Beban belajar perminggu No
Mat Diklat
Tingk. I
Tingk. II
Tingk. III
Sem
Sem
Sem
I
II
Ttl
I
II
Ttl
I
II
Ttl
1
Prog umum
15
15
30
15
15
30
15
15
30
2
Prog kejuruan
56
48
104
48
48
96
48
48
96
71
63
134
63
63
126
63
63
126
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
2. Peran Majelis Sekolah (MS) SMK Negeri 2 Dalam Program Pendidikan Sistem ganda Pada tanggal 28 Januari 1995 di Surakarta telah ditetapkan MS SMKN 2 Surakarta. Ketetapan itu didasarkan kepada keputusan bersama antara SMKN 2 Surakarta dengan Kepala Kamar Dagang dan Industri Daerah Tingkat II (KADINDA II) Kotamadya Surakarta nomor 80/1.03.31/STM.01/II.C/1995 dan 006/Kodya/I/1995. Pembentukan MS ini menoimbang beberapa hal antara lain : (10 bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan; (2) bahwa Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional; (3) bahwa kerja sama SMK dengan dunia usaha terutama bertujuan utnuk meningkatkankesesuaian program SMK dengan kebutuhan dunia kerja yang diusahakan dengan asas saling menguntungkan; (4) pelaksanaan pendidikan pada SMK, baik melalui jalur sekolah maupun luar sekolah yang populasinya mencakup masyarakat usia sekolah memerlukan kordinasi pembinaan dengan berbagai pihak yang terkait; dan (5) bahwa untuk memperlancar peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan kejuruan, pelaku peran serta masyarakat dapat mengadakan forum konsultasi, kerjasama dan koordinasi. Hal ini mengingat pad (1) PP nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah Kejuruan; (2) PP nomor 39 tahun 1992 tentang peran serta masyarakat dalam pendidikan nasional; (3) perjanjian kerjasama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Kamar dagang dan Industri (KADIN) nomor 0104 a/u/1994 dan nomor SKEP/019/DPM/IV/1994, tanggal 28 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
April 1994 tentang pelaksanaan PSG SMK; dan (4) keputusan bersama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan KADIN I ndonesia nomor 0217/u/1995 dan 004/SKEP/KU/VIII/94 memutuskan dan menetapkan “ Keputusan Bersama antara SMKN 2 Surakarta dan Ketua Kamar Dagang dan Industri Kotamadya Surakarta tentang Pembentukan Majelis Sekolah (MS)”. MS di SMKN 2 Surakarta ini berfungsi sebagai wahana konsultasi, kerjasama, dan koordinasi yang anggotanya terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah
dalam
rangka
berperan
serta
memelihara,
menumbuhkan,
meningkatkan dan mengembangkan program pendidikan pada SMK. Susunan pengurus MS SMKN 2 Surakarta adalah : (1) Pelindung,Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta; (2) Penasehat adalah Kepala Depdkbud Kotamadya Surakarta; (3) Ketua Umum Kadinda Tingkat II Surakarta; (4) Ketua I Depnaker Kotamadya Surakarta; (5) Ketua II, Depnaker Kotamadya Surakarta; (6) Ketua III, Kasubag PRP Kandepdikbud Kotamadya Surakarta; (7) Ketua IV Bappeda Dat II Surakarta; (8) Ketua V, PT. Telkom Surakarta; (9) Sekretaris Umum adalah
kepala
sekolah
SMKN
2
Surakarta;
(10)
Kelompok
Bidang
Pengembangan Kurikulum, ketua adalah PT. Toyota Bengawan Motor service Ivision, dibantu oleh Ketua Rumpun otomotif; (11) Bidang Pengembangan Hubungan Masyarakat, ketua adalah Direktur Utama PT Jati Agung Arsitama Surakarta, dibantu Kepala Rumpun Bangunan; (12) Bidang Pmasaran Tamatan, ketua adalah SPSI Surakarta dibantu oleh ketua rumpun elektronika; (13) Bidang Pengembangan Sekolah, ketua adalah Bappeda TK. II Surakarta, dibantu oleh Ketua Rumpun Listrik, dan (14) Bidang Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Ketua adalah Depnaker Kotamadya Surakarta, dibantu oleh Ketua Rumpun Teknologi pengerjaan Logam. Anggota meliputi 100 industri, baik yang berada di dalam kota Surakarta hingga ke Semarang, Yogyakarta, Bandung dan Malang. Adapun Struktur Organisasi Majelis Sekolah (MS) SMKN 2 Surakarta seperti tesaji pada gambar di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Pelindung Penasehat
Ketua Umum Ketua
Sekretaris Umum Sekretaris Staf Sekretaris
Bidang I
Bidang II
Bidang III
Bidang IV
Keterangan : Bidang I
: Bidang Pengembangan Kurikulum
Bidang II
: Bidang Penegmbangan Hubungan Masyarakat
Bidang III
: Bidang Pemasaran Tamatan
Bidang IV
: Bidang Pengembangan Sekolah
Bidang V
: Bidang Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan
commit to user
Bidang V
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Pada praktiknya Ketua Umum tidak selalu dapat mengatasi masalah jika sekolah ingin mendekati pihak industri terutama untuk diajak kerjasama. Hal ini disebabkan Ketua Umum adalah Ketua KADINDA Tingkat II Surakarta, duduk sebagai manajer, terkadang tidak mengetahui kondisi lapangan. Hal ini dapat terjadi sebab anggota KADINDA adalah sangat besar. Sebagai seorang manajer, ia sering diundang rapat keluar kota bahkan ke Jakarta, sehingga sekolah akan kesulitan jika membutuhkan sewaktu-waktu. Akan lebih baik dan kental koordinasi antara sekolah dan MS jika, Ketua Umumnya dijabat oleh Asosiasi Perusahaan Indonesia (APINDO). Asosiasi langsung membawai asosiasi yang sejenis, misalnya jenis pekerjaan logam, perkumpulannya dalah diasosiasi pekerjaan logam. Asosiasi inilah yang mengetahui masing-masing industri yang sejenis. Asosiasi ini mempunyai kedekatan emosional yang lebih dekat dibanding dengan KADINDA, memang secara struksural asosiasi ini dibawahnya. Sering pendekatan yang menggunakan struktural kurang berhasil, tetapi yang sifatnya hubungan emosional akan lebih berhasil. Hal ini perlu disadari STM Negeri Surakarta dengan harapan kerjasama berikutnya akan lebih berhasil. Peran dan fungsi MS di SKN 2 Surakarta saat ini belum intensif, anggota MS belum seluruhnya terlibat memikirkan dan mendukung kegiatan praktek industri. Hal ini disebabkan koordinasi seluruh pengurus dan anggota MS jarang dilaksanakan. Menurut perencanaan MS mengadakan pertemuan sekali dalam satu tahun, belum dapat dilaksanakan semenjak penandatanganan kerjasama dengan KADINDA Kotamadya Surakarta hingga sekarang. MS baru dapat mengadakan rapat dua kali, yang terakhir pada tanggal 23-25 September 1996. Terselengaranya rapat itupun jika ada anggaran Proyek dari Direktorat PMK. Inisiatif sendiri pengurus dan anggota MS dalam mengadakan pertemuan secara berkala secara rutin masih belum nampak. Selama ini, jika sekolah akan melaksanakan PSB, pihak sekolah yang aktif datang ke industri. Hal ini dilakukan sambil menyodorkan susunan tes yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
akan diujikan kepada calon siswa. Sekolah menanyakan, apakah tes ketrampilan ini bermakna bagi industri, setelah itu mereka memberikan masukan jika dipandang masih ada kekurangan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Bapak Edy salah seorang sekretaris Pokja PSG SMKN 2 Surakarta “Jadi kita mengadakan validasi instrumen tes melalui kunjungan ke industri, apakah ini di industri bermakna ?”. Di SMKN 2 Surakarta ada dua jenis tes yang digunakahn untuk seleksi calon siswa, tes ini adalah keterampilan dan tes psikologi yang menyangkut tes bakat dan minat. Tes psikologi ini dikembangkan oleh guru dengan merajuk pada tes uyang pernah dilakukan oleh industri dalam menyeleksi siswa menjadi karyawannya. Pengembangan tes ini disesuaikan dengan tujuan yakni menyeleksi siswa. Pengembangan tes ini dilakukan oleh tim guru Bimbingan Penyuluhan SMKN 2 Surakarta. Penempatan siswa dalam praktek industri, biasanya dimulai dari pemberitahuan sekolah kepada industri pasangan, yakni dengan cara guru berkunjung ke industri dan membawa surat pemberitahuan dari Kepala Sekolah. Hal ini dilakukan 2 bulan sebelum penerjunan siswa ke industri. Setelah itu biasanya industri memberitahukan kondisinya, kemudian memutuskan jumlah siswa yang dapat melaksanakan praktik industri. Setelah menginjak hari penerjunan, sekolah menghubungi lagi untuk memberitahukan bahwa pada tanggal tertentu, siswa akan diterjunkan ke industri. Mekanisme ini selalu terjadi dan berulang pada setiap akan menerjunkan siswa ke industri. Mestinya hal ini tidak terjadi, jika pengurus dan anggota MS dapat mengadakan pertemuan 2 kali dalam setahun. MS sudah mmpunyai rencana yang terprogram rapi, sehingga begitu ada pemberitahuan tentang penerjunan siswa, industri sudah siap untuk melayani. Ketiadaan rapat periodik, merupakan kendala informasi bagi MS. Kordinasi antara pengurus dan sekolah tidak berlangsung, sehingga masih sering terjadi salah pengertian, teerutama pada saat penerjunana siswa praktik. Tiba-tiba commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
industri menolak siswa yang akan diteerjunkan, sehingga sekolah kelabakan dalam mencarikan tempat praktik siswa. Pada PSG yang sesungguhnya, MS sudah terlibat sejak Penerimaan Siswa Baru (PSB) yakni sejak penentuan kriteria siswa yang akan diterima. MS juga terlibat dalam memasarkan siswa yang telah lulus. MS bersama-sama guru bidang studi melakukan sinkronisasi kurikulum (silabi). MS bersama-sama sekolah mengawasi pelaksanaan praktik industri. MS bersama-sama sekolah dan industri pasangan melakukan uji profesi dan sertifikasi (Pakpahan, 1994 : 14). Namun pada kenyataannya, hal ini belum dapat dilakukan oleh MS SMKN 2 Surakarta dan industri pasangannya. Kata Bapak Edy bahwa “belum ada kesepakatan yang tuntas, masih sebatas kulit luar saja, yang penting disini ada PSG, di industri ada pekerjaan, kita sepakat bahwa siswa melaksanakan PSG”. Tuntas dalam arti jika dibandingkan dengan PSG murni, artinya keterlibatan MS dalam sinkronisasi silabi sudah menginjak pada berapa % materi industri dan berapa % untuk sekolah. Pelaksanaan praktik industri masih mirip seperti pelaksanaan PKL. Kata Bapak Edy “hanya sekarang sudah dipertajam, sebab jenis-jenis pekerjaan di industri sudah dipetakan”. MS di SMKN 2 Surakarta, juga belum dapat membantu memasarkan lulusan, pada praktiknya justru sekolah yang aktif dalam mencari peluang. Sekolah melakukan Bursa Kerja Khusus (BKK) mendatangi industri untuk memperkenalkan profil lulusan, dengan harapan mereka tertarik untuk mengambil lulusannya sebagai karyawan. Kadang-kadang dari lulusan yang telah bekerja memberitahukan ke sekolah bahwa di industri ini ada lowongan pekerjaan. Yang paling sering adalah industri bukan anggota MS, berkunjung ke sekolah untuk berkeinginan merekrut tenaga kerja lulusan STM Negeri 1 Surakarta. Selama ini industri pasangan belum pernah ada yang terlibat dalam penerimaan tenaga kerja. Jika ada siswa yang bekerja di PT King‟s Surakarta, oleh karena mereka melamar sendiri ke industri itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 Kata Bapak Edy “sebenarnya industri itu tanggap terhadap MS di SMKN 2 Surakarta, kelemahan selama ini adalah belum ada “Tim Negosiasi” yang tangguh untuk mencapai tujuan pelaksanaan PSG di sekolah”. Selanjutnya dikatakan “jika guru dapat bekerja keras, dan MS bekerja secara aktif, SMKN 2 Surakarta tidak kalah dengan STM Negeri Perkapalan Sidoarjo yang telah sukses”. Keyakinan itu didasarkan atas kondisi SDM, sarana dan prasarana di SMKN 2 Surakarta yang sangat mendukung. Disamping itu Surakarta mempunyai industri yang cukup representatif bagi terlaksananya praktik industri. Empat hal inilah yang sebenarnya mendukung suksesnya pelaksanaan PSG di SMKN 2 Surakarta. Pada pelaksanaan praktik industri, siswa dibimbing oleh instruktur dan pembimbing dari sekolah. Di PT King‟s siswa yang praktik industri dibimbing oleh Bapak Slamet, ia adalah karyawan yang sangat kompeten dalam bidang pekerjaan logam, ia adalah lulusan ATMI yang mempunyai lapangan kerja cukup banyak. Biasanya siswa diberi tanggungjawab pada pekerjaan tertentu, di PT King‟s siswa terlibat secara dalam pada pembuatan “lift back” untuk kendaraan roda dua. Alat itu adalah pesanan ASTRA, industri mitra kerja PT King‟s ini adalah salah satu anggota MS. Pembimbingan yang dilakukan sangat efektif dan mendidik, hanya saja aspek kedisiplinan tidak begitu ditekankan, meskipun aturan yang diterapkan kepada siswa adalah untuk karyawan juga. Siswa masuk pukul 08.00 dan pulang pukulp 16.00. Pembimbing dari sekolah hanya beberapa kali menngok, yakni mengadakan tanya jawab kepada siswa maupun pembimbing dari industri. Guru dari sekolah tidak melakukan pengarahan kepada siswa di industri, kata bapak Edy “paling-palingjika ada siswa yang nakal baru guru pembimbing mengarahkan, yang langsung ke pekerjaan tetap kita serakhan sepenuhnya ke industri”. Penilaian juga diserahkan sepenuhnya kepada industri, tugas guru hanya mentransformasikan nilai dari industri ke mata pelajaran-mata pelajaran. MS sebenarnya, juga terlibat dalam pembuatan lembar penilaian, tetapi tidak secara langsung. Srtinya, Tim dari Pokja PSG ke industri dan pengurus untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
meminta masukan terhadap format penilaian yang telah disusun. Selanjutnya pihak MS memberikan masukan-masukan yang dirasa perlu. Selanjutnya Pokja PSG kembali memperbaiki format dan substansi instrumen penilaian. Sebenarnya ada kendala bagi industri dalam memberikan
paenilaian., yaitu bahwa industri
mempunyai patokan bahwa produk yang dibuat itu „go‟ atau „no go‟, jika produk tidak memenuhi syarat pesanan maka diangap „no go‟. Hal ini seperti disampaikan oleh Bapak Edy bahwa „industri tidak mungkin melepas barang yang setengah jadi”. Sementara itu dari sekolah, meminta industri dalam memberikan nilai sesuai dengan format yang diberikan, yakni untuk keterampilan dari 0 hingga 100, meskipun hasil kerja siswa itu tidak layak untuk dipasarkan. Akhirnya kata Bapak Edy, sekolah mengambil jalan tengah bahwa nilai itu hanya untuk pelaksanaan PSG saja. Ujian profesi atau uji kompetensi belum pernah dilakukan di SMKN 2 Surakarta, sebab pelaksanaan PSG secara konsisten baru dilaksanakan pada tahun ajaran 1994/1995, sehingga pelaksanaannya adalah pada tahun ajaran 1996/1997. Sekolah saat ini baru dapat menyusun instrumen uji kompetensi. Instrumen saat ini sudah disetujui oleh semua Rumpun yang ada di sekolah, tetapi belum dimintakan persetujuan kepada industri dan MS. Mekanisme kerja MS SMKN 2 Surakarta dapat digambarkan sebagai berikut : Majelis Sekolah SMKN 2 Surakarta
SMK N 2 Surakarta
PSG 1. Silabi 2. Pelaksanaan praktik industri 3. Penilaian
Lulusan SMKN commit to user 2 Surakarta
Industri Pasangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
3. Pola Kerjasama antara SMK N 2 dengan Industri Pasangannya (PT. King‟s dan PT. Tritama Aji Elekom) Pada tanggal 5 Oktober 1994 telah ditandatangani naskah kerjasama antara SMK N 2 Surakarta dengan PT Tritama Aji Elekom di Surakarta. Yang mewakili STM Negeri 1 Surakarta adalah kepala Sekolah Drs. Supratno, sedangkan pihak PT. Tritama Aji Elekom adalah Drekturnya James Irawan. Surat perjanjian kerjasama itu menyangkut tentrang PSG di SMKN 2 Surakarta dan di PT Tritama Aji Elekom. Bentuk kerjasama yang disepakati oleh kedua belah pihak adalah pelaksanaan PSG, program magang untuk guru dan siswa, dan penyaluran lulusan. Adapun tujuan kerjasama adalah untuk mengembangkan prospektif i kalangan pendidikan dengan dunia usaha dan industri, sehingga pada gilirannya diharapkan dapat tercapai sinkronisasi kemampuan yang dibutuhkan guna menunjang Pembangunan Nasional. Sifat kerjasama adalah kekeluargaan gotong royong dan saling menguntungkan yang mana kedua belah pihak tidak terikat pada suatu imbalan jasa yang mengikat. Kewajiban-kewajiban kedua belah pihak adalah (1) wajib menjaga dan memelihara etika lembaga masing-masing; (2) mengadakan pendekatan secara musyawarah dan mufakat untuk mengatasi setiap permasalahan yang timbul; (3) wajib menerapkan prinsip efisiensidan efektifitas demi kepentingan bersama; (4) wajib menghindari unsur-unsur politik dalam pelaksanaan kegiatan; dan (5) wajib untuk tidak mengambil tindakan-tindaakan lain di luar isi perjanjian kerjasama ini tanpa persetujuan tertulis. Titik berat perjanjian kerjasama ini adalah siswa dalam melaksanakan praktik industri. Disamping itu guru melakukan magang di industri. Melihat format perjanjian kerjasama SMK N 2 Surakarta ini sebenarnya agak trperinci, hal ini seperti yang disarankan oleh P3G Bandung, yang minimal berisi 6 pasal. Pasalpasal itu menyangkut tentang tujuan, tanggung jawab, kewajiban, jumlah peserta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
didik praktik industri, waktu pelaksanaan, sertifikasi dan koordinasi (Anonim, 1994 : 25). Pasal-pasal yang disarankan belum semuanya dikerangkai oleh pasal dalam perjanjian kerjasama antara SMK N 2 Surakarta dan PT Tritama Aji Elekom. Seperti pasal tentang tanggung jawab tidak ada pasal yang secara jelas menyebutkan. Pasal tentang kewajiban sudah ada, tetapi isinya kosong. Yang diharapkan dari Direktorat PMK bahwa kewajiban perlu dipisahkan secara tegas yakni pihak sekolah dan industri. Menurut saran dari P3G Bandung pihak sekolah mempunyai kewajiban (1) melaksanakan Kurikulum yang berlaku; (2) menyiapkan gedung dan perabot sebagai tempat belajar; (3) menyiapkan tenaga pengajar dan merencanakan pengembangan dan peningkatannya; (4) menyiapkan dan mengadakan peralatan yang diperlukan untuk kebutuhan laboratorium dan bengkel-bengkel; (5) menyiapkan dana untuk operasional pendidikan; (6) mengusahakan perpustakaan sekolah; (7) membuat surat perjanjian dengan industri; (8) membuat perjanjian dengan siswa yang melaksanakan PSG; (9) membuat peraturan dan tata tertib bagi siswa. Pihak industri mempunyai kewajiban (1) ikut serta dalam pengembangan kurikulum untuk melaksanakan PSG; (2) menugaskan tenaga yang kompeten untuk membimbing siswa; (3) menyiapkan bahan praktik industri; (4) membuat perjanjian dengan sekolah; (5) menyediakan fasilitas dan biaya bagi sekolah; (6) memberikan masukan ke sekolah tentang kebutuhan tenaga kerja dalam jangka pendek dan jangka panjang; (7) ikut berperan serta dalam penerimaan siswa baru; dan (8) mencatat pelaksanaan kegiatan pendidikan di industri (Anonim, 1994 : 27). Meskipun perjanjian kerjasama antara SMK Surakarta dengan industri pasangannya tidak secara eksplisit menyebutkan membuat perjanjian dengan siswa, dan membuat tata tertib bagi siswa, namun sekolah telah menerbitkan Buku Panduan untuk PSG, yakni pada tahun 1995. Buku panduan ini disusun oleh Tim Pelaksanaan Program PSG SM,KN 2 Surakarta. PKL di dalam panduan ini masih disebutkan, meskipun buku ini disusun pada bulan Juni 1995, yang seebenarnya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
sudah menggunakan Kurikulum SMK 1994, namun pada tahun 1995 dan 1996 masih ada siswa melaksanakan PKL bukan PSG. Di dalam buku panduan itu disebutkan bahwa siswa mempunyai kewajiban : (1) mematuhi peraturan yang berlaku dalam institusi tempat melakukan praktik; (2) berada di tempat praktik 15 menit sebelum praktik dimulai; (3) mengenakan pakaian seragam sekolah dan dalam keadaan tertentu menggunakan pakaian praktik; (4) memberi salam pada waktu datang dan mohon diri pada waktu pulang; (5) memberitahukan kepada pembimbing industri apabila berhalangan hadir atau bermaksud untuk meninggalkan tempat praktik; (6) membicarakan dengan segera pada guru pembimbing, ketua kelompok atau petugas yang ditunjuk jika menemui kesulitan; (7) melaporkan dengan segra kepada petugas yang berwenang apabila terjadi kerusakan; (8) membersihkan dan mengatur kembali alat speti semula; dan (9) menerima, mengisi dan menyerahkan buku agenda harian. Disamping itu ada larangan bagi siswa di industri yakni (1) menghisap rokok di tempat praktik; (2) menerima tamu pribadi pada waktu praktik; (3) menggunakan telepon perusahaan tanpa seijin petugas; (4) pindah tempat kegiatan praktik kecuali atas perintah yang berwenang; dan (5) khusus untuk siswi dilarang memakai rok mini, perhiasan yang menyolok, bersepatu tumit tinggi, dan bertata rias yang kurang pada sesuai dengan kondisi setempat. Juga sekolah mengeluarkan aturan tentang sangsi kepada siswa yang melanggar tata tertib, yakni peringatan secara lisan, tertulis, pengurangan nilai praktik industri, dan dikeluarkan dari tempat praktik. Kewajiban sekolah meskipun tidak secara terperinci disebutkan di dalam perjanjian kerjasama itu, tetapi sekolah telah menyiapkan buku panduan untuk guru. Isi buku panduan itu sudah lengkap yakni mulai dari definisi, rencana program PSG, dan petunjuk pelaksanaan PSG, sampai ke tata cara penilaian untuk industri. Penyusunan buku ini sangat membantu sekolah dalam mengarahkan guru dan siswa dalam melaksankan PSG. Di samping itu bagi industri, buku panduan ini akan lebih memperbaiki persepsi mereka terhadap pelaksanaan PSG. Buku commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
panduan ini melengkapi pada pasal-pasal dalam perjanjian kerjasama yang telah ditandatangani. Industri biasanya meminta agar naskah kerjasama itu sederhana tidak rumit, sehingga mudah dipelajari. Di samping itu jika formatnya sederhana, maka pelaksanaannya akan luwes. Format perjanjian kerjasama antara SMKN 2 Surakarta dengan PT Tritama Aji Elekom dan industri pasangannya mempunyai kelemahan, yakni dalam hal tidak jelasnya butir-butir ketetapan. Hal ini berakibat pada bebasnya pihak industri dalam menafsirkan perjanjian kerjasama itu, yang paling mereka pentingkan adalah pelaksanaan praktik siswa. Di dalam perjanjian kerjasama antara PT Parabola dengan SMKN 2 Surakarta. Di dalam perjanjian kerjasama tidak disebutkan, memberikan kesempatan kepada guru untuuk magang, namun pada kenyataannya mereka melakukan permagangan. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Darminto “bahwa pernah sekolah menugasi salah satu guru untuk magang di PT Parabola, selama 1 bulan, meskipun perjanjian kerjasama tidak ada”. Guru yang magang di PT Parabola, dianggap seperti lazimnya karyawan. Guru memperooleh ongkos untuk transportasi pulang pergi dan makan siang. Pihak PT Parabola merasa beruntung, sebab memperoleh tenaga ahli dan ongkosnya lebih rendah dibanding tenaga yang setara dengan kemampuan guru. Pihak guru dan sekolah juga merasa beruntung, sebab pengalaman guru memperoleh pengetahuan dan pengalaman tambahan. Hal ini juga menguntungkan bagi siswa, sebab pengalaman guru selanjutnya akan ditularkan dalam penyajian materi pelajaran. Pada perjanjian kerjasama industri tidak menyebutkan persetujuan untuk memberikan sponsor dana, meskipun hanya untuk transportasi dan makan siang siswa. Namun pada praktiknya PT. King‟s salah satu industri pasangan SMKN 2 Surakarta, memberikan uang untuk pengganti transportasi sebesar Rp. 5000,setiap hari. Sebenarnya industri tidak ingin terikat saja, sebab jika secara eksplisit disebutkan dapat memberikan dana, maka secara konsekuen harus memberikan. Padahal pesanan produk tidak selalu banyak, kadang-kadang sepi, sehiongga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 industri akan merasa kesulitan dalam menyediakan dana untuk siswa. PT King‟s merasa diuntungkan atas keberadaan siswa praktik. Hal ini seperti dikatakan oleh Bapak Darminto bahwa “ia untung sekali dan selalu meminta setiap saat disediakan tenaga seperrti itu (siswa)”. Bentuk perjanjian kerjasama antara sekolah dan industri pasangan adalah pengenalan industri, praktik industri, magang bagi guru, kunjungan studi, penelusuran lulusan, seleksi PSB, bantuan sarana dan dana, unit produksi, bea siswa, informasi IPTEK, evaluasi belajar, ujian kompetensi, pelatihan karyawan, rekrut tenaga kerja, dan pameran (Amirudin, 1996 : 8). Di SMKN 2 Surakarta bentuk kerjasama itu baru menyangkut praktik industri, magang bagi guru, validasi tes seleksi PSB, dan informasi IPTEKS melalui kunjungan studi. Bentuk kerjasama itu disajikan pada gambar di bawah ini :
Majelis Sekolah (MS)
1. 2. 3. 4.
Pengenalan industri Praktik Industri Magang bagi guru Kunjungan studi Industri Pasangan
STM N Surakarta
1. 2.
Informasi IPTEK Validasi instrumen PSB
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
Industri pasangan sebagai mitra yang telah
mengadakan perjanjian
kerjasama dengan pihak sekolah, dalam keterlaluan penyelenggaraan PSG diharapkan kedua belah pihak secara sungguh-sungguh dapat aktif pada setiap kegiatan yang sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya, yakni mulai dari tahap perencanaan, penyelenggaraan, sampai dengan tahap penilaian. Bentukbentuk kerjasama yang dapat dilaksanakan secara bersama dengan sekolah dalam pelaksanaan PSG antara lain : (1) pembuatan program PSG; (2) penyusunan kurikulum PSG atau silabi; (3) perencanaan waktu, distribusi praktik kerja siswa; (4) pembekalan bagi siswa; (5) melakukan bimbingan terhadap siswa selama praktik; dan (6) melaksanakan penilaian untuk uji kompetensi dan sertifikasi. Bentuk-bentuk kerjasama yang dapat dilakukan dari sekolah ke industri pasangan yaitu pengenalan dunia usaha dan industri, praktik kerja, magang bagi guru, kunjungan industri, dan penelusuran tamatan serta penempatan. Kerjasama dari institusi pasangan ke sekolah yaitu input PSB, informasi IPTEK, bantuan bea siswa, pengembangan kurikulum, input evaluasi belajar, unit produksi, pemanfaatan peralatan praktik, pelatihan karyawan, rekruitmen tenaga kerja, dan bantuan sarana serta dana. Salah satu hal yang penting dalam kaitan dengan industri pasangan adalah upaya menjaga kesinambungan kemitraan. Dalam hal ini ada tuntutan terhadap SMK agar mampu membina kerjasama yang telah dijalin dengan baik. Beberapa kegiatan penting yang perlu diupayakan oleh SMK untuk menjaga kemitraan dengan industri pasangan adalah : (1) melaksanakan konsultasi dalam pertemuan formal dan informal untuk keperluan pengembangan program pendidikan dan pelatihan, penerimaan siswa baru, pengembangan strategi dan metode pelatihan; (2) selalu mengikutsertakan industri pasangan secara aktif dalam penyelenggaraan lomba keterampilan siswa ditingkat sekolah atau tingkat yang lebih tinggi; (3) selalu mengikutsertakan industri pasangan secara aktif dalam penyelenggaraan pameran-pameran di sekolah; (4) selalu menghadirkan personal-personal dari industri pasangan untuk menjadi guru tamu di sekolah; (5) membantu industri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
pasangan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai baru atau lama; (6) memberikan ionformasi tentang perkembangan-perkembangan baru yang menyangkut konsep penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan; dan (7) peningkatan kerjasama unit produksi unit produksi di sekolah dengan industri pasangan. Pembinaan yang berbentuk konsultasi dalam pertemuan formal dan informal, mengikutsertakan industri pasangan secara aktif, dan mengikutsertakan industri pasangan dalam pameran, sudah dilakukan oleh SMKN 2 Surakarta. Untuk pembinaan dalam bentuk selalu menghadirkan personal-personal industri pasangan menjadi guru tamu atau nara sumber, industri merasa kesulitan, sebab mereka tidak mempunyai Departemen Sumber Daya Manusia, semua karyawan berkaitan dengan aspek produksi, sehingga jika dilaksanakan akan mengurangi produktivitas industri. Produktivitas berkaitan dengan keuntungan dan kerugian, jika turun maka yang terjadi adalah kerugian. Langkah pembinaan kerjasama dalam bentuk membantu industri pasangan dalam kegiatan pelatihan bagi karyawan dan memberikan informasi perkembangan-perkembangan baru tentang pendidikan kejuruan, industri di Surakarta rata-rata tidak mempunyai Pendidikan dan Latihan (Diklat), sehingga sifat bentuan itu tidak tersalurkan. Industri pasangan biasanya melatihkan karyawannya di lembaga-lembaga pelatihan profesional baik di dalam negeri atau luar negeri.
4. Pola Sinkronisasi Kurikulum (Silabi) antara SMKN 2 Surkarta dengan PT. King‟s Surakarta Pelaksanaan sinkronisasi program pendidikan dan pelatihan PSG di SMKN 2
Surakarta adalah dimulai dari pemetaan kemampuan, selanjutnya
dilakukan pemetaan jenis pekerjaan di industri, dari kedua pemetaan itu dilakukan sinkronisasi. Setelah sinkron antara pemetaan kemampuan dan pemetaan jenis pekerjaan di industri selanjurnya dipilah, mana materi praktek yang dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
dilaksanakan di industri, kemudian materi praktek mana yang dapat dilakukan di sekolah. Pelajaran praktik yang dilakukan di industri adalah yang berhubungan dengan praktik keahlian produktif, sedangkan di sekolah menyangkut praktik dasar kejuruan. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Bapak Edy bahwa “ mekanisme pemetaan adalah kita mengirim pembimbing, masing-masing jurusan mempunyai pembiimbing; kita kirim ke perusahaan di perusahaan mencari data tentang jenis pekerjaan, seperti apa ? kemudian di bawa ke sekolah dan dicocokkan dengan materi pelkajaran di tiap mata pelajaran; instrumen yang dibawa adalah format dari direktorat”. Pemetaan kemampuan ini dimaksudkan untuk mengidentifikasikan bahan kajian komponen pendidikan, khususnya keterkaitan antara kemampuan pokok atau sub kemampuan dengan mata pelajaran baik pokok bahasan atau sub pokok bahasan. Pemetaan kemampuan ini dirujuk dari Buku II GBPP SMK Kurikulum 1994, tentang profil kemampuan tamatan. Profil kemampuan tamatan Program Studi Listrik Kemampuan adalah : (1) menggunakan alat-alat pertukangan listrik; (2) menggunakan alat-alaat ukur listrik; (3) melakukan pengujian dan pengoperasian mesin listrik; (4) menangani operasi pembangkit tenaga listrik; (5) melakukan
pemasangan
dan
pemeliharaan
pengendalian
industri;
(6)
menggunakan komponen elektronika untuk pengendali motor listrik; (7) melakukan perawatan dan perbaikan peralatan listrik. Profil kemampuan tamatan program studi mesin produksi adalah : (1) mengoperasikan mesin perkakas konvensional dan mesin perkakas komputer numericak kontrol (CNC); (2) mengerjakan
pemotongan
penyambungan
dan
pembentukan
logam;
(3)
melaksankan pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin perkakas; (4) mengerjakan perlakuan panas dan finising logam; (5) melaksanakan pengendali mutu, bahan dan hasil produksi; (6) merancang dan menggambar benda-benda produksi dan; (7) menerapkan tata laksana bengkel dan keselamatan kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
Pemetaan jenis pekerjaan industri dimaksudkan untuk mengidentifikasi jenis ketrampilankerja dari pekerjaan-pekerjaan yang ada di industri. Disamping itu disertakan pula persyaratan yang diperlukan dalam pengurusan ketrampilan yang diidentifikasi. Di Smkn 2 Surakarta pemetaan jenis pekerjaan dilakukan di King‟s dan industri pasangan lainnya. Pekerjaan di PT. King‟s berhubungan dengan program studi las dan fabrikasi logam, ia bergerak dibidang usaha “Enginering and Construction”. Sebelum melakukan pemetaan jenis pekerjaan di industri Bapak Tatuk dan Bapak Arinto, berkunjung ke PT. King‟s Surakarta. Tujuannya adalah mengadakan wawancara dengan Bapak Slamet tentang jenis jabatan yang ada di PT. King‟s dilanjutkan dengan observasi di lapangan pekerjaan. Berikutnya berdasarkan masukan dari industri dan hasil pengamatan di lapangan disusun rancangan pemetaan jeni-jenis pekerjaan di PT.King‟s. Rancangan yang telah disusun dikonsultasikan dengan industri kembali, barangkali masih ada yang belum dimasukkan. Rancangan ditarik dan diperbaiki kembali, selanjutnya dikonsultasikan lagi. Proses sinkronisasi silabi antara Smkn 2 Surakarta dengan PT. King‟s seperti tersaji pada gambar di bawah ini.
Sekolah
PSG
Industri
Silabi Silabi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
Cara atau langkah ini dilakukan, oleh karena belum efektif rapat-rapat yang diadakan oleh MS. Periodisasi rapat sangat tergantung pihak sekolah, baik menyangkut dana maupun waktu penyelenggaraan. Sekolah harus selalu aktif berinisiatif, mengadakan rapat MS padahal dari segi pendanaan masih mengharapkan kucuran dana dari Direktoreat Pendidikan Menengah Kejuruan di Jakarta. Industri yang menjadi pasangan STM Negeri Cilacap masih cenderung pasif menunggu gagasan dari sekolah. Alasannya adalah pemetaan jenis pekerjana di PT. King‟s seperti tersaji pada tabel dibawah ini. Tabel 4.10 Pemetaan Profil kemampuan berdasarkan kurikulum/silabi program studi mesin produksi rumpun TPL Profil Kemampuan/ Sub. Kemampuan 1. Mengoperasikan mesin perkakas konvensional mengoperasikan mesin bubut untuk memproduksi benda kerja menoperasikan mesin frais untuk memproduksi benda kerja mengoperasikan mesin skraf untuk memproduksi benda kerja mengoperasikan mesin bor untuk memproduksi benda kerja menggunakan mesin gergaji untuk memproduksi benda kerja 2. mengerjakan pemotongan, penyambungan dan pembentukan logam memotong dan menyambung logam dengan berbagai cara 3. Melaksanakan
Komponen Materi A TK PDP PKP
Mata Pelajaran
V
V
Kerja mesin
V
V
Kerja mesin
V
V
Kerja mesin
V
V
Kerja bangku/ Kerja mesin
V
Kerja bangku
V
Kerja las
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
pemeliharaan dan perbaikan mesin perkakas melaksanakan pemeliharaan mesin perkakas V 4. menerapkan tatalaksana bengkel dan keselamatan kerja mengelola bengkel mesin meliputi peralatan lingkungan serta personalnya menerapkan keselamatan kerja dalam pekerjaanpekerjaan yang dilakukan di bengkel maupun di luar bengkel
V
M&R
Keselamatan kerja
Keterangan : A
: Adaptif
TK
: Teori Kejuruan
PDP
: Praktik Dasar Profesi
PKP
: Praktik Keahlian Profesi
Pemetaan profil kemampuan, yakni hubungan antara profil kemampuan tamatan dengan mata pelajaran dibuat dalam format tersendiri. Pokja PSG di SMK N 2 Surakarta melakukan sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Edy bahwa “secara administrasi di SMK N 2 Surakarta sudah lengkap dan sudah dijalani sesuaidengan petunjukDirektorat”. Adapun hasil pemetaan jenis pekerjaan program pelatihan ketrampilan melalui kerja langsung di industri seperti tersaji pada tabel di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
Tabel 4.11 Pemetaan jenis pekerjaan dan program pelatihan keterampilan melalui kerja langsung di PT King‟s yang bergerak dalam usaha rekayasa dan konstruksi Bidang pekerjaan Pekerjaan 1. Mesin bubut
Keterampilan Kerja membubut rata membubut tirus membubut tungkat membubut luar membubut rata dalam membubut rata segitiga membubut segi 4
Prasyarat Kemampuan Mampu mengoperasikan mesin bubut dan dapat menghasilkan benda kerja
2. Mesin frais
2.1 2.2 2.3 2.4 2.5
memfrais rata memfrais alur memfrais tingkat memfrais roda gigi memfrais rack roda gigi 2.6 memfrais roda gigi helix 2.7 memfrais begionarn
Mampu mengoperasikan mesin frais dan dapat menghasilkan benda kerja
3. Mesin skraf
3.1 3.2 3.3 3.4
Mampu mengoperasikan mesin skraf dan dapat menghasilkan benda kerja
4. Mesin bor
4.1 mengebor tembus 4.2 mengebor buntu mengebor tingkat
Mampu mengoperasikan mesin bor dan dapat menghasilkan benda kerja
5. Mesin gerinda
5.1 menggerinda rata 5.2 menggerinda tirus 5.3 menggerinda menyudut
Mampu mengoperasikan mesin gerinda dan dapat menghasilkan benda kerja
6. Mesin gergaji
6.1 menggergaji rata 6.2 menggergaji menyudut
Mampu mengoperasikan mesin gergaji dan dapat menghasilkan benda kerja
menyekraf rata menyekraf alur menyekraf tingkat menyekraf rack gigi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
7. Mesin las
7.1
8. Maintenance dan repair
8.1 8.2 8.3 8.4 8.5
las asetelin dan karbit dan ditambah pemotongan dan penyambungan membongkar dan memasang memperbaiki memelihara menganalisis menguji
Mampu mengoperasikan mesin las dan dapat menghasilkan benda kerja Mampu memelihara dan memperbaiki mesin-mesin yang digunakan
Setelah dilakukan pemetaan jenis pekerjaan program pelatihan ketrampilan melalui langsung diindustri, kemudian dilakukan sinkronisasi, silabi atau kurikulum. Sinkronisasi antara silabi di sekolah yang telah disekolah dengan profil kemampuan tamatan dengan pemetaan jenis ketrampilan di industri adalah seperti tersaji pada tabel di bawah ini. Tabel 4.12 Sinkronisasi antara silabi di sekolah ddengan pemetaan jenis ketrampilan di industri Pekerjaan M e m b u b u t
M e n g e f r a i s
1. Mampu mengoperasikan mesin v commit to user
M e n y e k r a f
M e n g e b o r
M e n g e ri n d a
M e n g g e r g a ji
M e s i n l a s
M e n g e l a s
B o n g k a r d a n p a s a n g
M e m p e r b a i k i
M e m e li h a r a
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
bubut untuk memproduksi benda kerja 2. Mampu mengoperasikan mesin
v
frais untuk memproduksi benda kerja 3. Mampu mengoperasikan mesin
v
skraf untuk memproduksi benda kerja 4. Mampu mengoperasikan mesin
v
bor untuk memproduksi benda kerja 5. Mampu mengoperasikan mesin gerinda
untuk
v
memproduksi
benda kerja
6. Mampu mengoperasikan mesin gergaji
untuk
v
memproduksi
benda kerja 7. Mengerjakan pemotongan dan penyambungan
v
serta
pembentukan logam 8. Memotong
dan
menyambung
v
logam dengan berbagai cara 9. Melaksanakan
perbaikan
dan
v
pemeliharaan perkakas 10. Melaksanakan perbaikan mesin perkakas commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Setelah sinkron antara pemetaan kemampuan dan pemetaan jenis pekerjaan di industri selanjutnya dipilah, mana materi praktik yang dapat dilaksanakan di industri, kemudian materi praktik mana yang dapat dilakukan di sekolah. Di bawah ini disajikan materi yang disajikan di sekolah, dalam bentuk program pengajaran di sekolah dalam satu catur wulan. Tabel 4.13 Bentuk program pengajaran di sekolah setelah malaui proses sinkronisasi antara pemetaan kemampuan dan pemetaan jenis pekerjaan di industri . Pokok Bahasan/ Sub pokok bahasan 1. mengoperasikan mesin perkakas konvensional mengoperasikan mesinmesin bubut untuk memproduksi benda kerja Mengoperasikan mesin frais untuk memproduksi benda kerja Pengenalan dan pengoperasian mesin frais 2. Fungsi keselamatan kerja dan prinsi peberapannya Sebab-sebab kecelakaan Alat-alat keselamatan kerja Sikap kerja yang aman 3. Ketetapan penyayatan dan putaran mesin Kecepatan potong Putaran mesin perkakas
Waktu 3x4x45‟
Minggu ke01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 ======
4x4x45‟ 2x4x45‟
=========
======
1x4x45‟
3x4x45‟
==
====
5. Pola Penyelengaran Magang (Praktik Industri) SMKN 2 Surakarta dan Industri Pasangannya Terutama PT. King‟s dan PT. Tritama Aji Elekom
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Mekanisme penyelenggaraan sistem ganda itu dimulai dari pendekatan ke industri dengan menawarkan beberapa ketrampilan yang ada pada mata pelajaran, terutama adalah praktik produktif. Pada kurikulum 1994 SMK ada pengelompokan mata pelajaranmulai dari normatif adaptif, teori, kejuruan, praktik dasar kejuruan dan praktik produktif. Komponen normatif terdiri dari mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Kesehaan serta Sejarah Nasional dan Sejarah Umum. Komponen adaptif adalah Maematika, Bahasa inggris, Pengelolaan Usaha, Fisika dan Kimia. Komponen mata pelajaran teori dan dasar kejuruan adalah gambar teknik, pengetahuan bahan, dan pokok bahasan yang sesuai dengan program studi masing-masing rumpun. Komponen praktik dasar profesi menyangkut ketrampilan dasar kejuruan (kerja bengkel). Komponen praktek keahlian profesi (produktif) adalah ketrampilan produtif dalam bidang speliasisasi yang relevan dengan bidang studi. Setelah menyampaikan atau melakukan penjajagan dengan industri, disusun beberapa ketrampilan, keudian industri memilih yang mana yang dapat dilakukan industri. Setelah industri memilih kemudian diprogramkan. Selama siswa melaksanakan praktik industri tugasnya udah jelas, lengkap dengan waktu yang dibutuhkan. Secara ringkas mekanisme penyelenggaran praktik industri adalah (1) sekolah melakukan pemetaan profil kemampuan; (2) sekolah melakukan pemetaan jenis pekerjaan di idustri; (3) Sinkronisasi kurikulum dengan pekerjaan di industri; (4) penyusunan rencana program pengajaran. Langkah sinkronisasi kurikulum dengan pekerjaan di industri, menimbulkan GBPP alternatif. GBPP inilah yang dijadikan landasan untuk pelaksanaan praktek industri. Di SMKN 2 Surakarta, siswa melaksanakan praktik industri merupakan wujud dari persetujuan bersama yang telah disepakati melalui sinkronisasi kurikulum dengan pekerjaan di industri pada tahap awalnya. Setelah itu diperoleh GBPP alternatif, yakni GBPP yang isinya menyangkut pembelajaran di industri dan di sekolah. Pembelajaran di sekolah di laksanakan oleh guru, jauh sebelum commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
siswa diterjunkan ke industri. Setelah diberikan pembekalan oleh sekolah dan industri baru siswa dapat diterjunkan ke industri untuk melaksanakan praktik industri. Kegitan raktitk industri sesuai dengan kesepakatan bersama, yakni apa yang telah disusun bersama tentang proses pembelajaran di industri. Pembelajatran itu berisi tentang keahlian-keahlian yang diperoleh lewat praktik produksi langsung, untuk SMKN 2 surakarta praktik industri dilaksanakan pada sem 2. Pada sem itu siswa secara khusus melaksanakan semua profil keahlian yang diperoleh dari industri. Menurut program pelaksanaan praktik industri adalah 3 bulan, tetapi sejauh ini tidak bnyak industri yang mampu menampung siswa selama itu. Ratarata industri hanya mampu melaksanakan praktik untuk siswa selama 1 sampai dengan 1 ½ bulan. Untuk mengatasi permasalahan ini, sekolah mengalihkan siswa dari industri yang satu ke industri yang lain, khususnya industri yang telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan STM Negeri I Surakarta. Kata Bapak Darminto “yang dapat menerima siswa praktik selama 3 bulan adalah PT. King‟s”. PT. King‟s adalah mitra kerja ASTRA motor. Kata Bapak Darminto “disana siswa dipekerjakan langsung membuat dongkrak motor, mulai dari ersiapan, perakitan dan pengecatan”. Selanjutnya dikatakan oleh Bapak darminto” Bahkan PT. King‟s memina siswa lagidari sekolah, setelah siswa sebelumnya ditarik, tetapi kami belum dapat memenuhi sebab perlu menyesuaikan program sekolah”. Kendala yang sering dialami oleh siswa peserta praktik industri adalah : sementara ketrampilan yang diperoleh dari industri belum tuntas, sudah harus ditarik kembali ke sekolah untuk mengikuti tes catur wulan. Disisi lain hanya sedikit industri yang bersedia menerima siswa selama 3 bulan. Namun SMKN 2 Surakarta berkeputusan untuk menerjunkan lagi ke PT. King‟s untuk beberpa siswa yang waktunya pun selama masa libur catur wulan. Sebenarnya tes semester bagi siswa yang sedang praktik
industri dapat
dilaksanakan di industri. Pada waktu tes guru mendatangi siswa di industri, kemudian siswa diminta untuk ujian, yang mengawasi adalah guru. Namun oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 Bapak Darminto dikatakan bahwa “ pelakanaan tes di industri banyak menghadpi kendala antara lain, kadang-kadang mereka itu terbentur pada masalah tenaga kepengawasan maupun pelaksanaan”. Selanjutnya dikatakan “kalau kita melaksanakan tes disana otomatis disanapun akan terkurangi waktunya sehingga industri merasa rugi, dengan demikian lebih baik diserahkan ke sekolah”. Sebenaranya waktu yang cocok untuk melaksanakan praktik industri adalah pada semester 1 kelas 12. Pada semester itu , siswa masih duduk di kelas II, dalam struktur progam kurikulum teori kejuruan yang menunjang praktik produktif belum cukup. Dengan demikian pada semester 2 le;as 11 sebenarnya secara material siswa belum siap, sehingga secara mental pun sebenarnya mereka juga belum siap. Pada umumnya industri mengeluh, jika harus membimbing sejak dari dasar, waktunya tidak ada. Pada semester 1 kelas 12 siswa sudah cukup siap, secara mental mereka lebih dewasa, bekal maerial mata pelajaran juga sudah cukup. Siswa yang diterjunkan praktik industri pada semester 1 kelas 12, lebih mudah dibimbing, pembimbing tinggal mengarahkan dan mengembangkan ketrampilannya saja. Hal ini selaras dengan saran dari Direktorat PMK, bahwa komponen teori kejuruan dan praktik dasar kejuruan harus betul-betul diperkuat, terutama pada tahun ke-1 dan ke-2, agar pada tahun le-3 siswa benar-benar dalam keadaan siap untuk memasuki kegiatan produksi (Pakpahan, 1994:12) Di SMKN 2 Surakarta siswa yang praktik industri adalah kelas III dengan pertimbangan mereka sudah sesuai dengan pemintaan industri, jika dilihat dari ketrampilannya, demikian dikatakan oleh Bapak Darminto. Pokja PSG yang diketuai oleh Bapak Tatuk juga menerjunkan siswa pada saat hari libur, sebab tidak mengganggu persiapan siswa dalam menghadapi Ebtanas. Biasanya diadakan pada waktu libur panjang semester 2 kelas 11 Di SMKN 2 Surakarta siswa sejak awal sudah dikenalkan dengan industri, yakni sejak kelas I, mereka diajak berkunjung ke industri. Pada kelas II, dan awal kelas III siswa melaksanakan praktik industri. Hal ini dilakukan dengan harapan siswa dapat menambah tingkat keahlian yaang pernah diperoleh di industri pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
saat praktik , harapan yang kedua adalah agar dapat diserap untuk dijadikan karyawan. Paling tidak siswa dapat mandiri dengan bekal pengetahuannya. Tujuan kunjungan industri kata Bapak Darminto “agar siswa dapat mengetahui kondisi industri itu seperti apa? Perkembangan yang ada di industri itu seperti apa? Perbedaannya dengan disekolah itu seperti apa? Dengan demikian siswa akan mempunyai motivasi dan pengertian bahwa apa yang diperoleh di sekolah itu elum banyak dibandingkan kenyataan yang ada di industri. Dengan demikian keadaan ini akan merangsang siswa untuk menekuni ketrampilan khususnya kejuruan. Sebelum siswa diterjunkan ke indusri, sekolah memberikan pembekalan terlebih dahulu. Biasanya tim pembekalan diberikan oleh Pokja PSG ditambah pembimbing dari lapangan. Tidak semua pembimbing yang akan ditempati praktik industri diundang, tetapi hanya beberapa saja yang diperkirakan dapat mewakili senua jurusan. Materi pembekalan menyangkut etika kerja industri, kondisi industri, dan mental kedewasaan yang dibutuhkan oleh siswa. Di PT. Tritama Aji Elekom jumah siswa STM Negeri I Surakarta yang melaksanakan praktik industri ada 5 orang. Siswa sebanyak itu dibagi ke dalam 2 divisi yakni penelitian dan teknik. Divisi teknik menyangkut produksi, yakni pembuatan telepon umum. Divisi penelitian tuasnya adalah memodifikasi komponen asli yang tidak trssedia di lapangan menjadi komponen baru yang mempunyai fungsi yang sama. 5 siswa itu tidak diputar tugasnya, artinya selam 3 bulan itu mereka tetap pada kdudukannya, menurut Bapak Wardiyo “kita harus mengajari dan membimbing dari awal lagi, sementara perusahan dikerjar taget”. Siswa masuk kantor pada puul 8.00 dan selesai pukul 16.00, diantara itu ada waktu istirahat selama 30 menit. Pada waktu isirahat siswa dierikan makan siang oleh perusahaan. Siswa dikondisikan sperti lazimnya karyawan, artinya biasanya di sekolah mereka pukul 7.00 di perusahaan pukul 8.00, sedangkan pulang pukul 13.00 diperusahaan pukul 16.00. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
PT Tritama Aji Elekom itu bergerak di bidang perbaikan telepon umum. Order kerja, tugas selalu berkait dengan PT Telkom, kadang-kadang order itu banyak sekali, dan terkadang kosong (hari off), jika dalam keadaan kosong mereka tidak langsung bekerja, tetapi hanya memperbaiki peralatan „sound system”. Sistem praktik sering terlibat dalam perbaikan dan penataan alat sound system. Kata Ibu Wiwik “jika hari-hari off, mereka bekerja apa ya? “coro-corone apa adanya‟ mungkin hanya diminta untuk menyoder”. Selanjutnya dikatakan oleh Ibu Wiwik “jika hari-hari „full‟ mereka langsung bekerja seperti lazimnya karyawan. Proses perbaikan telepon umum yang dilakukan PT. Tritama Aji Elekom adalah, perusahaan mengambil telepon umum yang rusak ke PT. Telkom. Telepon umum yang rusak di jalan diambil oleh PT. Telkom, kemudian dikumpulkan, selanjutnya PT Tritama yang mengambil di kantor PT. Telkom. PT Tritama Aji Elekom mengadakan kotrak kerja terlebih dahulu sebelum memperbaiki telepon umum yang rusak itu, umpamanya 15 hari selesai, biasanya dari PT. Telkom sudah dicatat, box ini rusak disini, box itu rusak disitu. Termasuk menguraikan sampai ke komponen yang rusak, selanjutnya perusahaan membuat daftar kerusakan, kemudian diperbaiki dan dikembalikan lagi. Siswa tidak dilibatkan mengambil telepon umum ke Telkom, sebab PT Tritama tidak pernah memperbaiki telepon yang rusak di lapangan, tetapi di semua kantor. Siswa SMK N 2 Surakarta melaksankan praktik industri di PT. Tritama Aji Elekom baru 3 kali. Angkatan ke-1 kata Ibu Wiwik “agak bagus, atinya mudah menanggapi terhadap tugas yang diberrikan”. Angkatan ke-2 tidak dapat memberikan nilai apapun terrhadap perusahaan, demikian dikatakan oleh Ibu Wiwik. Angkatan ke-3 bagus lagi, diberikan pembimbingan yang sedikit saja, mereka sudah mampu, demikian kata Ibu Wiwik. Lazimnya sebuah produk, PT Tritama Aji Elekom juga mempunyai hal yang dirahasiakan. Hal itu misalnya rumus dan skem-skema elektronik. Tim yang ada dikelompokkan ini ada 4 orang, dibawah divisi penelitian. Siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
praktik juga tidak dilibatkan pada tim ini, sebab dikawatirkan dapat membocorkan „trade mark‟ yang dimiliki PT Tritama Aji Elekom. Kata Ibu Wiwik “jadi tidak akan dobocorkan ke orang lain juga siswa praktik industri”. Di divisi penelitian siswa terlibat diperakitan saja, tidak sampai ke percobaan hingga menemukan satu skema baru (modifikasi). Menurut Ibu Wiwik “misalnya kita dalam hal ini merancang suatu meja, bagaimana supaya meja itu dapat berdiri kokoh? Setelah jadi meja, polanya baru, baru siswa dipersilakan untuk mengerjakan”. Siswa yang melaksanakan praktik industri ini, antara lain yang mengadakan pola skema yang telah ditemukan itu. Kata Ibu Wiwik berikutnya “bukan dalam arti merancang, memikirkan, karena ini wilayah PT. Tritama Aji Elekom “. Siswa praktik tidak kesulitan dalam merakit, tetapi pada waktu tes fungsi rangkaian, terkadang banyak mengalami kegagalan; sebab rakitannya ternyata tidak berfungsi. Pesawat telepon umum itu banyak ke arah „mikroprosesor‟, saya kira siswa tidak secara cepat menyerap”. Kata Ibu Wiwik “dalam arti mata pelajaran itu di sekolah belum pernah di peroleh”. Kata Bapak Wadiyo ”di SMK baru dasar-dasarnya saja, dari kita pun belajarnya lama, waktu 3 bulan jika diberikan materi ‟mikroposesor‟, percuma, mereka tidak dapat menguasai”. Di divisi penelitian siswa dapat merakit rangkaian elektronik, bisanya bekerja dengan gambar. Misalkan siswa memperbaiki bagian tertentu dari suatu kerusakan, mereka diberikan diagram blok yang sesuai. Kata Bapak Wardiyo „misalkan memperbaiki sensor coin, kita juga menggunakan skema yang khusus itu saja”. Panilaian yang dilakukan oleh Bapak Wardiyo terhadap siswa praktik adalah ketelitian dan kerapian. Siswa yang terlibat di penelitian tidak perlu terburu-buru untuk segera selesai, tetapi yang terpenting adalah ketelitian, mereka teliti dalam mengerjakan karena apa? Sedikit mereka keliru, maka sasaran tidak akan tecapai. Kerajinan juga penting, sebab kalau malas siswa akan kebingungan dalam menganalisisnya, sudah sampai di mana pekerjaan kemarin, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
sehingga akan kehilangan lacak. Kedisiplinan siswa yang menilai dari divisi Sumber Daya Manusia (divisi SDM), biasanya mengangkut kehadiran. Termasuk dalam penelitian itu adalah ijin keluar, dan istirahat. Kata Bapak Wardiyo ”di divisi penelitian mereka tidak perlu „ngoyo‟, dalam arti harus bekerja terus tanpa berhenti. Penilaian yang menyangkut hasil, kata Bapak Wardiyo “kalau saya sesuai dengan tingkat keberhasilan, mereka dapat mengerjakan ini berapa prosen?”. Menurut Much (1983) ada dua model dalam penyelenggaran pendidikan sistem ganda (PSG), yakni penhgajaran sistem blok (block teaching) dan pengaaran sistem paruh (part time teaching). Pada sistem blok pendidikan berlangsung dalam satu bulan atau catur wulan disekolah, dan selama satu semester atau satu tahun di industri tidak ada selakan untuk belajar di sekolah, sehingga pelajaran di industri berjalan secara penuh. Pada sistem paruh, satu hari belajar di sekolah dalam 6 hari kerja dan sisanya dilakukan di industri untuk belajar sambil bekerja. Jika digambarkan, maka pola penyelenggaraan PSG adalah seperti tersaji pada gambar di bawah ini. Sistem blok
Sistem paruh Industri
I
s
Industri e Sekolah
Kelas II
Industri
Industri
k o
Sekolah Industri
III Industri
l a h
Sekolah 123456
12345
6
Pola penyelenggaraan PSG menurut Munch (1983) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
Pelaksanaan PSG khususnya praktik industri di SMK N 2 Surakarta, jika kita bandingkan dengan pola yan dikemukakan oleh Much (1983), nampak bahwa pola yang digunakan adalah „sistem paruh‟. Pada siswa SMKN 2 Surakarta, semua siswa yang praktik di industri, pada hari Sabtu ditarik ke sekolah untuk memperoleh mata pelajaran program umum, mupun teori kejuruan. Pola pelaksanaan yang disarankan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan adalah (1) pembekalan kemampuan produktif di industri dilaksanakan muali tahun ketiga, sedang kemampuan dasar kejuruan sepenuhnya dilaksanakan di sekolah; (2) pembekalan kemampuan produktif di industri dilaksanakan melalui tahun ketiga, tetapi industri sudah terlibat sejak tahun kedua untuk menangani kemampuan dasar kejuruan; dan (3) keterlibatan industri dimulai sejak tahun pertama, yaitu untuk menangani kemampuan dasar kejuruan, sedang kemampuan produktif sepenuhnya diberikan pada tahun ketiga di industri. Jelas bahwa pola yang dilaksanakan oleh SMKN 2 Surakarta ini jauh dari yang disarankan oleh Direktorat PMK. Di Surakarta pola yang disarankan itu, sulit dilaksanakan, sebab industri yang ada tidak mempunyai Dikat, sedangkan pola yang disarankan oleh Direktorat PMK yaitu pembekalan kemampuan produktif di industri dilaksanakan mulai tahun ketiga, yang pada dasarnya paling sederhana, belum dapat dilakukan oleh pihak sekolah. Pada pelaksanan praktik industri, tidak ada pembimbing yang berasal dari sekolah terlibat di industri. Pembimbing di industri diserahkan kepada pihak industri. Biasanya diserahkan pada supervisor lapangan. Pembimbing dari sekolah hanya memoitoring pelaksanaan saja, tidak membantu mengarahkan terhadap pelaksanaan, masih ada rasa segan terhadap industri, takut dikira memberikan komentar atau kritik terhadap mutu pelaksanaan. Ruang lingkup tugas guru dan pembimbing/instruktur baik pada waktu siswa melaksanakan praktik dasar kujuruan, maupun melaksanakan praktik keahlian pada lini produksi di industri antara lain : (1) mengadakan seleksi bagi calon siswa peserta praktik industri; (2) mengkondisikan siswa peserta praktik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
industri, sebelum melaksanakan kegiatan praktik pada lini produksi di industri, penjelasan yang diberikan kepada siswa antar lain tentang sifat dan oetos kerja sebagai pekrja dan tata tertib dan eraturan yang berlaku, spesifikasi kerja yang akan dialkukan, benda-benda produksi yang telah dihasilkan, dan peralatan serta media yang digunakan; (3) melaksanakan pelatihan dan bimbingan bagi siswa secara sistematis erdasarakan progrm dan jadwal yang telah disepakati, baik pada pelaksanaan program praktik dasar kejuruan maupun program praktik keahlian pada lini produksi di industri; (4) mengadakan seleksi siswa sebelum melaksanakan raktik keahlian pada lini produksi di industri; (5) melakukan penilaian secara kontinyu terhadap kegiatan siswa, baik yang menyangkut aspek kerja pada waktu melaksanakan praktik dasar kejuruan dan praktik keahlian pada lini produksi di industri, serta mengkonversikan nilai perolehan siswa sesuai dengan keperluannya ke dalam mata pelajaran yang relevan dengan raport atau STTB; (6) melakukan uji kompetensi setelah siswa selesai melaksanakan praktik keahlian di lini produksi; (7) memberikan dorongan kepada siswa peserta praktik industri agar selalu tekun serta antusias dalam mengikuti kegiatan praktik keahlian pada lini produksi; dan (8) memberikan peringatan atau hukuman kepada siswa peserta praktikan industri sesuai dengan sifat pelanggaran yang dilakukan. Tidak semua tugas dan fungsi pembimbing di lapangan dapat dilakssanakan oleh pembimbing lapangan dari PT. Tritama Aji Elekom. Melakukan penilaian secara kontinyu terhadap kegiatan siswa, baik aspek kerja maupun berkaitan dengan sikap kerja, ini sulit dilaksanakan, sebab perusahaan dikejar target pekerjaan, biasanya mereka hanya menilai satu kali, hasil itulah yang dikumpulkan ke sekolah. Nilai akhir itu merupakan kesan yang kumulatif, artinya pembimbing sebenarnya telah melakukan pengamatan sejak siswa mengikuti praktik industri, tetapi secara administrasi mereka tidak melakukan secara kontinyu. Ujian kompetensi juga belum dilakukan oleh pihak perusahaan, sebab SMKN 2 Surakarta juga baru memuat konsep ujian kompetensi. Di samping itu pelaksanaan PSG di Jawa Tengah belum ada 3 tahun, sehingga sebenarnya kelas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
III tahun ajaran 1997/1998 adalah yang dikenakan ujian kompetensi. Perusahaan juga merasa kesulitan jika diharuskan ikut melakukan konversi nilai praktik industri ke berbagai nilai teori dan praktik kejuruan yang relevan, mereka tidak mempunyai waktu untuk itu, biasanya, kegiatan ini dilakukan oleh guru pembimbing dari sekolah.
6.
Pola Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMKN 2 Surakarta Pertumbuhan ekonomi dan sosial yang didukung oleh kemajuan teknologi yang cukup pesat akhir-akhir ini telah memberikan dampak positif dan negatif terhadap berbagai sektor kehidupan. Kedua dampak itu juga terasa di bidang pasar kerja. Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi dan sosial mengakibatkan terbukanya lapangan kerja baru, di sisi lain makin tingginya kesadaran memperoleh pendidikan telah mengakibatkan melonjaknya jumlah pencari kerja baru. Ketidak seimbangan antara jumlah penawaran lapangan kerja dengan jumlah pencari kerja baru. Ketidakseimbangan antara jumlah penawaran lapangan kerja dengan jumlah pencari kerja menimbulkan berbagai masalah sosial. Salah satu diantaranya adalah timbulnya bermacam-macam tidakan kejahatan yang berupa penipuan dan pemerasan kepada pencari tenaga kerja (Handoyo dan Kasmadi, 1996 : 3) Untuk mengatasi permasalahan di atas, perlu diciptakan suatu sistem dalam penyaluran para pencaker yang dapat bekerja secara tepat, terus-menerus efektif dan efisien. Bagi lulusan SMK, hal itu akan tercapai jika sekolah diberikan peran dan tanggung jawab yng besar dalam mencari pekerjaan dan dalam menempatkan lulusannya di bidang pekerjaan yang sesuai dengan program studinya. Sistem di atas memberikan keuntungan ganda kepada sekolah yang bersangkutan. Pertama, hubungan antara lulusan dengan sekolah almamaternya akan makin erat dan kuat karena alumni merasa bangga dengan adanya perhatian yang besar dari sekolah almamaternya, kebanggaan itu mengakibatkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
penghargaan sebesar-besarnya kepada sekolah alamamaternya. Hal itu akan mengakibatkan terjalinnya hubungan batin yang kuat antara alumni dengan almamaternya, sekalipun telah meninggalkan sekolah. Kedua, tanggungjawab sekolah pada anak didiknya menjadi makin besar karena sekolah tidak terbatas hanya memberikan perhatian kepada anak didik sewaktu selama menempuh pendidikan, tetapi juga sampai pada saat mencari pekerjaan. Ketiga, sekolah makin tahu akan kebutuhan masyarakat di bidang pengetahuan, ketrampilan dan teknologi sehingga kesenjangan antara lembaga pendidikan dengan dunia kerja dapat diperkecil. Keempat, sekolah dapat membntu lulusannya dalam mencarikan pekerjaan yang tepat tanpa mengeluarkan biaya yang besar dan dapat menghindarkan dari kemungkinanmenjadi korban penipuan atau pemerasan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab (handoyo dan Kasmadi, 1996:3) Sekolah baru dapat menjalankan peran seperti di atas jika telah memiliki lembaga bursa kerja yang berfungsi memperemukan antara lulusan pencaker dan masyarakat pengguna tenaga kerja. Lembaga bursa kerja yang didirikan di sekolah menengah itu disebut Bursa Kerja Khusus (BKK). Tugas BKK adalah melakukan kegiatan pemberian informasi pasar kerja, pendaftaran pencaker, memberikan penyuluhan dan bimbingan jabatan,membantu penyaluran dan penempatan pencaker. BKK di SMKN 2 Surakarta dibentuk berdasarkan surat keputusan Kepala Sekolah
nomor
53/103.31/STM.01/Cf/1996
tentang
Pengelolaan Bursa Kerja Khusus (BKK) SMKN 2
Penetapan
Petugas
Surakarta. Disamping itu
didasarkan Surat Persetujuan Kantor Departemen Teaga Kerja Kotamadya Surakarta nomor 8.579/W.10/K.7/BKK/1996. Adapun Struktur Organisasi BKK SMKN 2 Surakarta seperti tersaji dalam gambar di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
Pelindung 1. Ka. Kanwil Depdikbud Jateng 2. Ka. Kanwil Depnaker Jateng
Pembina : 1. Kakandepdikbud Kodya Ska 2. Ka. Sekolah SMKN 2 Ska Koordinator Wakasek Humas Ketua
Drs. Widodo
Sekretaris
Bendahara
Dra. Dyah Maharsi
Dra. Wahyu Daryati
Info pasar kerja
Analisis Jabatan
Wawancara
Pendaftaran Lowongan
Administr si
Uraian tugas dalam struktur organisasi di atas adalah sebagai berikut. Ketua, mempunyai tugas (1) mengkordinasikan seluruh kegiatan BKK; (2) bekerjasama dengan semua petugas BKK untuk mengadakan hubungan dengan dunia industri pengguna tenaga kerja khususnya lulusan SMKN 2 Surakarta; (3) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
mengadakan komunikasi dengan Kandepnaker Kotamadya Surakarta dalam hal informasi pasar kerja; (4) membuat laporan secara periodik, tentang penyaluran tenaga kerja lulusan SMKN 2 Surakarta, kepada Kandepnaker Kotamadya Surakarta. Sekretaris mempunyai tugas (1) mengadministrasikan seluruh kegiatan BKK;
(2)
menginventarisasikan
mengadministrasikan
data
lulusan
sarana siswa
dan
prasarana
SMKN
2
BKK;
(3)
Surakarta;
(4)
mengadministraikan data alumni SMKN 2 Surakarta yang belum dan telah diserap tenaga kerja; (5) menyusun laporan kegiatan BKK secara berkala kepada Depnaker Kotamadya Surakarta. Bendahara mempunyai tugas (1) menerima dan menyimpan pendapatan penyelenggaran BKK; (2) melaksanakan pembukuan keuangan BKK; (3) melayani penggunaan keuangan guna kebutuhan operasional BKK; (4) membuat laporan keuangan secara berkala (5) menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan kepada ketua pada setiap akhir tahun. Petugas Informasi Pasar Kerja mempunyai tugas (1) mengadakan hubungan dengan ikatan alumni STM Negeri I Surakarta, untuk menawarkan dan memasarkan lulusan, serta informasi pasar kerja; (2) membuat analisis lowongan pekerjaan, sesuai dengan tuntutan penguna tenaga kerja; (3) menyebarluaskan informasi lowongan kerja kepada alumni STM Negeri I Surakarta yang masih mencari pekerjaan, dan ; (4) mengadminisrasikan data-data lowongan pekerjaan. Petugas Pendaftaran Pencari Kerja mempunyai tugas (1) mengumpulkan data-data pencari kerja, khususnya alumni SMKN 2 Surakarta; (2) mencatat pencari kerja yang telah mendaftarkan pada BKK; (3) melayani pencari kerja dalam pengisian kartu tanda pencari kerja (AKI); (4) mengadakan pemanggilan kepada pencari kerja yang sesuai dengan lowongan kerja, serta membuat surat pengantar bagi pencari kerjayang dikirim kepada pengguna tenaga kerja. Petugas analisis Jabatan mempunyai tugas (1) menerima data tentang lowongan pekerjaan; (2) mengklasifikasikan jenis lowongan pekerjaan ke dalam kode klasifikasi jabatan tertentu; (3) mengadministrasikan hasil klasifikasi jabatan, dan (40 mengadakan kordinasi dengan petugas yang lain untuk proses penempatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
tenaga kerja. Petugas awancara mempunyai tugas (1) memberikan informasi tentang lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan pencari kerja dan pngguna tenaga kerja; (2) memberi pengarahan kepada pencari kerja dalam menentukan pilihan suatu pekerjaan tanpa ada unsur paksaan; (3) menggali keterangan yang lebih luas mengenai bakat dan kemampuan pencari kerja; dan (4) mengadministrasikan hasil wawancara dedngan pencari kerja guna memudahkan penyalurannya. Petugas Pendaftaran Lowongan mempunyai tugas (1) mengumpulkan dan mencatat lowongan pekerjaan dari pengguna tenaga kerja; (2) mengisi data lowongan pekerjaan ke dalam kartu lowongan pekerjaan (AK III); (3) mencatat data perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja dari BKK ke dalam Kartu Induk Perusahaan (IPK/I); dan (4) bersama dengan petugas BKK lainnya, mengadakan kunjungan
perusahaan
guna
memperoleh
lowongan
pekerjaan.
Petugas
Administrasi mempunyai tugas (1) melaksanakan seluruh kegiatan administrasi BKK; (2) menyiapkan surat-surat dan blangko guna kelengkapan administrasi BKK (kartu Ak I sampai dengan AK V); (3) menyusun laporan kegiatan BKK untuk dikirimkan ke Depnaker setempat. BKK yang ada di SMKN 2 Surakarta hanya melayani siswa lulusannya sendiri. Siswa yang sudah lulus akan disalurkan ke perusahaan-perusahaan yang membutuhkan, misalnya National Gobel juga sudah pernah membutuhkan siswa lulusan SMKN 2 Surakarta, kemudian Toshiba, Medion Bandung, Summi Rubber pabrik ban di Jakarta. Cara perekrutannya ada yang datang sendiri ke sekolah, dan ada yang menginginkan siswa datang melamar sendiri ke industri yang membutuhkan. Yang datang sendiri biasanya mengadakan tes di sekolah. Mekanisme seleksi yang diadakan di sekolah adalah, biasanya perusahaan mengirimkan pertugas
yang khusus menangani tes. Sekolah kemudian
mengumpulkan lulusan, dengan mempertimbangkan jurusan yang diminta. Sebelumnya tim BKK mengadakan pemanggilan kepada siswa. Biasanya siswa sudah meningalkan alamat lengkap di BKK, sehingga proses pengumpulan lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
mudah. Petugas tes biasanya adalah dari Divisi Sumber Daya Manusia atau „Human Resources Development” (HRD). Sekolah hanya membantu saja, seperti meyiapkan ruangan untuk tes, dan segala administrasi yang dibutuhkan. Instrumen ujin dibuat oleh industri, bentuknya tes psikologi. Selain itu ada tes bentuk lainadalah ketrampilan, lain industri berebda bentuknya, tes ketrampilan yang diminta biasanya adalah menggambar. Proses pemanggilan, pengumpulan siswa, dan pengadan tes membutuhkan dana, meskipun tidak banyak. Biaya pelaksanan tes biasanya ditanggung oleh industri. Setelah selesi tes industri juga sering meninggalkan uang jasa pelayanan dalam mengumpulkan tes kepd sekolah. Menurut Ibu Dyah “besarnya rata-rata Rp. 400.000,-“. Dana rutin untuk kegiatan BKK sementra ini belum ada, Kepala Sekolah untuk tahun 1997 akan mengusulkan kepada BP-3, menurut rencana sisw akan dipungut Rp. 100,00,(seratus rupiah) untuk setiap bulan. Dana ini digunakan untuk mengadakan „jemput bola‟, yakni dengan cara sekolah mengirim beberapa petugas untuk mengunjungi industri, sekaligus mengadakan pendekatan. Dalam pendekatan ini tim memperkenalkan dan menawarkan kepada industri bahwa sekolah mempunyai jurusan otomotif, elektro, elektronika, TPL dan bangunan, kemudian juga dikenalkan profil kemampuannya. Dalam proses pemanggilan sekolah mengunakan jasa siaran iklan radio swasta. Di dalam siaran itu sudah dijelaskan bahwa hanya untuk lulusan SMKN 2 Surakarta. Siswa yang lulus juga diminta meninggalkan kartu pos 3 lembar yang sudah dilengkapai dengan alamat lengkap dan perangko. Disamping itu BKK juga menyediakan waktu untuk menerima telepon dari lulusan yang menanyakan lowongan kerja. Banyak juga siswa yang datang ke sekolah untuk melihat pengumuman pekerjaan, sekolah juga menyediakan papan pengumuman yang ditempatkan di muka sekolah agaar mudah dilihat. Upaya lain adalah menitipkan berita lowongan kerja kepada adik kelas yang saat ini masih menimba ilmu di SMKN 2 Surakarta. Kadang-kadang dari perusahaan mengirim ke alamt rumah lulusan, hal ini dapat terjadi sebab tahun yang lalu mungkin sudah pernah melamar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
tetapi
belum
diterima
karena
tebatasnya
lowongan.
Kemudian
siswa
memberitahukan kepada sekolah bahwa ia dipanggil untuk tes di peusahaan trtentu. Upaya lain adalah usaha guru dalam mengunjungi rumah lulusan yang sulit dijangkau oleh informasi. Kata Ibu Dyah bahwa “kadang-kadang guru juga berkunjung ke rumah lulusan untuk memberitahukan bahwa akan ada tes penerimaan karyawan, hal ini dilakukan jika rumahnya sulit dijangkau dengan surat sedangkan waktunya sangat mendesak”. Dana untuk transportasi guru diambilkan dari kas BKK yang berasal dari perusahaan yang memberikan uang jasa penyelenggaraan tes. Sekolah secara khusus tidak melakukan pendekatan, dengan industri. Mereka sudah mengetahui kualitas SMKN 2 Surakarta, dari lulusan yang bekerja sebelumnya.
Disamping
itu
Direktorat
Pendidikan
Menengah
Kejuruan
mempunyai ranking SMK Negeri di seluruh Indonesia dan jurnal ini dikirimkan ke seluruh industri yang berhubungan. Misalnya peusahaan Ban Dunlop mengetahui kualitas lulusan SMKN 2 Surakarta dari lulusannya yang pernah diterima tahun yang lalu. Data yang dijaring dalam penelitian ini mengacu pada kriteria yang diajukan sebelumnya, yaitu yang berkenaan dengan : (a) Penyusunan program dan latihan Pendidikan Sistem Ganda, (b) Peran dan fungsi yang dimainkan Majelis Sekolah, (c) Pembimbingan siswa peserta program Pendidikan Sistem Ganda, (d) Penyusunan dan pengisian jurnal kegiatan siswa, (e) Sistem pengujian dan sertifikasi, (f) Sinkronisasi/relevansi program Pendidikan Sistem Ganda dan (g) Monitoring dan evaluasi program Pendidikan Sistem Ganda. Semua data yang berkenaan dengan kriteria itu ditempuh dengan tiga metode pokok yaitu wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Ketiga metode itu ditempuh untuk saling melengkapi sesuai dengan permasalahan yang diajukan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
C. Jawaban terhadap Permasalahan Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data, reduksi data, dan katagorisasi data yang berkenaan dengan permasalahan penelitian diperoleh suatu gambaran secara umum bahwa kebijakan Link and Match melalui pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda yang dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK Negeri 2 Surakarta ) serta institusi pasangan berjalan dengan baik, artinya memenuhi kriteria yang dikembangkan dari program itu sendiri. Kriteria yang dikembangkan dalam penelitian ini mengikuti kriteria Fidelity, yaitu kriteria yang dikembangkan dari program itu sendiri (Said Hamid Hasan, 1989 : 64 – 69). Secara umum, jawaban permasalahan penelitian baik yang menyangkut institusi sekolah dan dunia kerja dapat dipaparkan sebagai berikut :
a. Persiapan Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan. Konsep Pendidikan Sistem Ganda merupakan salah satu wujud implementasi kebijakan Link and Match dimana dalam sistem itu diupayakan perpaduan antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha industri sehingga diharapkan adanya keterkaitan, kesepadanan dan saling mengisi kekurangan masing-masing. Pendidikan Sistem Ganda merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja industri secara terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. Dalam persiapan ini telah ditempuh berbagai upaya untuk mendukung persiapan penerjunan siswa ke dunia industri dengan tujuan agar siswa betulbetul memiliki jiwa dan keterampilan kerja industri sehingga diharapkan betulbetul siap secara mental dan fisik. Langkah konkrit yang dilakukan dalam fase persiapan ini meliputi : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
1) Pemberian materi pelatihan/ketrampilan kepada semua siswa secara sistematis baik yang bersifat normatif, adaptif, maupun praktek kejuruan. Langkah ini selalu dimonitor agar kemampuan siswa selalu pada kurikulum yang ada. 2) Dalam proses belajar mengajar siswa dikondisikan untuk berorientasi pada materi, tidak tergantung pada guru. Siswa selalu diberi pengertian betapa penting menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta keterampilan untuk menunjang kerja industri. Wujud konkrit dari kebijakan ini adalah siswa tidak diperkenankan mengajukan mata diklat apabila terjadi jam kosong, namun dikondisikan agar belajar sendiri dengan dipandu guru lain yang berkompeten. Kondisi seperti itu juga diberlakukan oleh guru. 3) Dalam proses belajar mengajar siswa selalu dikondisikan dengan disiplin tinggi. Disiplin itu ditujukan agar siswa terkondisikan dengan kerja industri pada saat praktek penerjunan, karena disadari bahwa lingkungan di sekolah adalah berbeda dengan praktek kerja industri, sehingga hal itu dirasa tuntutan mutlak. Wujud dari kegiatan ini adalah siswa dibebani kerja piket, apel pagi bagi yang akan praktek kerja industri, pemberlakuan seragam berbeda untuk peserta praktek. 4) Siswa sejak kelas I sampai menjelang penerjunan dibekali dengan praktek kerja industri di unit produksi sekolah seminggu sekali secara bergiliran, hal itu dilakukan untuk menunjang disiplin dan situasi kerja industri yang sesungguhnya. 5) Diberikan mata diklat orientasi bisnis oleh guru bagi siswa agar mereka memiliki jiwa usaha dan etos kerja tinggi. 6) Persiapan untuk menyongsong penerjunan siswa ke dunia industri. Dalam fase ini telah banyak dilakukan kegiatan sebagai penunjang pelaksanaan penerjunan siswa melalui kegiatan seperti : (a) Rapat persiapan, (b) Seminar dan lokakarya untuk sinkronisasi, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
(c) Pengajuan surat permohonan dan monitoring serta koordinasi antar kelompok kerja.
b. Pelaksanaan (penerjunan) siswa ke dunia kerja sebagai implementasi program Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri 2 Surakarta. Penerjunan siswa berdasarkan naskah kerja sama yang telah disepakati bersama. Dalam naskah itu selalu diperhitungkan adanya kesediaan, kerja sama saling menguntungkan, sinkronisasi (relevansi) serta prosedur dan mekanisme kerja antar lembaga. Peran kelompok kerja pada pelaksanaan ini sangat besar. Kelompok kerja terdiri atas unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah hubungan industri sebagai koordinator Pendidikan Sistem Ganda, Ketua pelaksana,
sekretaris,
bendahara,
dan
anggota
pelaksana
serta
guru
pembimbing. Dalam pelaksanaan penerjunan siswa ke dunia industri peran utama oleh guru pembimbing sekolah, karena merekalah yang langsung berhubungan dengan siswa praktikan, sehingga segala hambatan dan permasalahan akan dijumpai untuk pertama kali, meskipun sebenarnya dalam pelaksanaan penerjunan siswa adalah kerja tim.
c. Persepsi institusi pasangan terhadap pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Persepsi institusi pasangan terhadap penerjunan siswa dalam Pendidikan Sistem Ganda mengalami pergeseran. Pendidikan Sistem Ganda diperkenalkan sejak tahun ajaran 1994/1995 pada sejumlah Sekolah Menengah Kejuruan termasuk pada SMK Negeri 2 Surakarta. Untuk pertama kalinya sejumlah institusi pasangan masih berpersepsi bahwa penerjunan siswa ke dunia kerja merepotkan dan menyulitkan bagi siswa. Pada fase itu jalinan kerja sama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
didominasi instansi pemerintah, karena dianggap instansi pemerintah memiliki kepentingan nasional yang sama dengan dunia pendidikan sehingga wajar apabila mereka juga berpartisipasi dalam menyukseskan program Pendidikan Sistem Ganda. Kondisi seperti itu sebenarnya kurang menguntungkan bagi pihak sekolah, karena sasaran utamanya adalah dunia usaha swasta. Pergeseran persepsi dunia kerja swasta mulai membaik setelah mereka diajak bicara melalui seminar dan lokakarya. Persepsi yang semakin positif itu dibuktikan bahwa pada tahun ajaran 20100/2011 mitra kerja dunia swasta semakin dominan . Hal itu menunjukkan bahwa sesungguhnya persepsi dunia kerja adalah positif terhadap pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda setelah segala sesuatunya dijelaskan tentang konsep dasar, tujuan, manfaat serta tanggung jawab sosial dunia kerja swasta dalam berpartisipasi membantu penyelenggarakan pendidikan nasional.
d.
Persiapan institusi pasangan dalam menunjang Pendidikan Sistem Ganda Pendidikan Sistem Ganda merupakan program bersama yang dilakukan Sekolah Menengah Kejuruan dan industri. Kemampuan siswa aspek adaptif, normatif, teori kejuruan dibekalkan di sekolah sedang praktik dasar bisa di sekolah atau industri. Untuk praktik keahlian produktif dilakukan di industri. Keadaan seperti itu, sesungguhnya porsi yang dimainkan Sekolah Menengah Kejuruan sangat besar, sehingga wajar bila persiapan yang dilakukan oleh sekolah lebih matang jika dibandingkan oleh dunia industri. Persiapan dunia industri sebenarnya sudah dimulai sejak tahap sinkronisasi antara dunia industri dan pihak sekolah untuk masing-masing profil kemampuan siswa setiap bidangnya, sehingga pada saat penerjunan ke dunia industri, pihak dunia kerja tinggal menempatkan pada pekerjaan yang telah disepakati semula (pada saat sinkronisasi, hal itu juga tertuang pada naskah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
kerja sama). Persiapan yang dilakukan pihak dunia kerja menyangkut penyediaan pembimbing industri, prosedur dan mekanisme kerja siswa praktikan, tata tertib kerja, monitoring serta prosedur evaluasi. Tidak semua dunia industri mempersiapkan dengan matang, hal itu dijumpai pada sejumlah perusahaan menengah ke bawah . Untuk dunia kerja yang telah mapan dan telah terjalin kerja sama yang baik, persiapan itu sudah begitu mapan sehingga tidak terlalu banyak hambatan, karena segala sesuatunya telah dipersiapkan matang dalam naskah kerja sama sebelumnya.
e. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di dunia kerja Penerjunan siswa ke dunia industri sangat tergantung jenis keahlian masing-masing, hal itu telah tertuang dalam naskah kerja sama. Jumlah dan spesifikasi keahlian siswa untuk masing-masing dunia kerja tidak sama, hal itu sangat tergantung kesepakatan dan motivasi yang melandasi. Sejak tahun ajaran 2010/2011 pihak sekolah mengambil kebijakan untuk menempatkan siswa dalam satu industri pasangan tidak lebih dari 5 siswa untuk jenis pekerjaan yang sama, hal itu agar perhatian dan proses pembelajaran bisa berjalan secara intensif sehingga harapan tentang keterampilan dan keahlian profesional siswa bisa terwujud. Dalam proses bekerja langsung di dunia kerja selalu dimonitor oleh guru pembimbing dari sekolah dan pembimbing dari dunia kerja (instruktur) selama dipandang perlu, dengan begitu siswa memiliki sikap dan tanggung jawab tinggi seperti pekerja lain. Hanya dengan kondisi seperti itu, sikap dan tindakan profesional bisa terwujud.
f.
Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda di dunia kerja bagi pihak sekolah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
Berbagai hambatan telah muncul berkenaan dengan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di dunia kerja bagi pihak sekolah, namun hambatan itu berangsur-angsur mulai berkurang. Hambatan seperti itu misalnya kesulitan mencari mitra kerja, sikap siswa rendah diri dan etos kerja siswa yang rendah. Berbagai hambatan itu telah bergeser, dapat diatasi misalnya dengan mengundang dunia kerja diajak memecahkan berbagai hambatan . Tentang sikap siswa yang rendah diri dan etos kerja yang rendah, sepenuhnya disadari pihak sekolah pada mulanya. Melihat kenyataan itu sekolah menempuh langkah dengan melakukan bimbingan karier dan bimbingan kejuruan serta pemberian mata diklat orientasi wirausaha. Pada proses itu, sekolah begitu menekankan perlunya sikap optimis, etos kerja tinggi serta pentingnya sekolah berorientasi pada dunia kerja, demi kepentingan siswa. Melalui metode seperti itu hambatan di atas dapat teratasi. Terdapat hambatan lain yang sifatnya laten dalam pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda sampai tahun diklat 2010/2011. Hambatan-hambatan itu berkisar pada : (a)
Sulitnya dunia kerja yang sebenarnya potensial bisa menerima penjelasan pihak sekolah untuk berpartisipasi menyukseskan Pendidikan Sistem Ganda,
(b)
Masih terdapatnya perlakuan antara dunia kerja yang satu dengan yang lain dalam memberlakukan siswa terutama yang berkenaan dengan kesejahteraan. Ada perusahaan yang memungut biaya terhadap siswa praktek, namun ada pula justru perusahaan yang memberikan honor kepada siswa praktikan. Kondisi seperti itu sangat menyulitkan bagi pihak sekolah untuk bertindak adil terhadap siswa, karena telah menimbulkan rasa kecemburuan diantara siswa,
(c)
Penerjunan ke dunia kerja sangat minim, hal itu menyangkut kesejahteraan kelompok kerja sementara mereka dituntut untuk bekerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
secara ekstra, terutama menyangkut pekerjaan di luar mengajar untuk menyukseskan program Pendidikan Sistem Ganda. Hambatan itu tampaknya klasik, namun hal itu sangat
dirasakan oleh para
penyelenggara di sekolah.
g.
Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda di dunia kerja bagi pihak sekolah. Penerjunan siswa ke dunia kerja selama program Pendidikan Sistem Ganda diterapkan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK Negeri 2 Surakarta ) tersebut telah berlangsung selama beberapa periode. Setidaknya ada beberapa faktor pendukung yang dimiliki oleh Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakara
dalam
pelaksanaan
Pendidikan
Sistem
Ganda,
terutama
implementasinya pada dunia kerja. Faktor-faktor itu terdiri atas : 1) Persiapan yang dilakukan oleh sekolah tersebut cukup matang sehingga pada saat penerjunan dan selama siswa melakukan praktek kerja di dunia kerja sudah agak terlatih, meskipun juga disadari untuk beberapa kasus siswa masih juga ada beberapa kekurangan. Pemberian materi yang menyangkut aspek normatif, adaptif, teori kejuruan, materi orientasi bisnis maupun bimbingan kejuruan sangat mendukung membentuk disiplin dan etos kerja siswa. 2) Kerja sama antar kelompok kerja dalam sekolah relatif kompak. Hal itu tidak lepas dari peran pimpinan sekolah yang mampu mengkoordinasi dan memotivasi para penyelengara telah melahirkan etos kerja tinggi para penyelengara, kondisi seperti itu berdampak positif pada imbasnya iklim disiplin siswa peserta program Pendidikan Sistem Ganda. Semangat untuk berhasilnya program Pendidikan Sistem Ganda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
3) Partisipasi dunia kerja yang tinggi pada saat diundang mengikuti seminar atau lokakarya, sehingga memudahkan pihak sekolah menyampaikan ide-ide serta terjadinya komunikasi dua arah yang positif.
h.
Faktor-faktor penghambat pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di dunia kerja. 1) Meskipun sudah dilakukan sinkronisasi antara dunia kerja dan pihak sekolah, masih saja terjadi kekurangsiapan peserta didik masuk dunia kerja, hal itu terbukti adanya waktu penyesuaian diri kurang lebih selama satu minggu.
2) Pengetahuan dan ketrampilan siswa selama di sekolah tidak sepenuhnya mampu mengikuti perkembangan yang ada di dunia kerja, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang besar. Hal itu sebenarnya telah ditempuh melalui sinkronisasi, namun tetap saja tidak sepenuhnya tuntas teratasi karena fasilitas dan sumber daya yang terbatas. 3) Pada sejumlah dunia kerja ada kekhawatiran rahasia perusahaan diketahui, sehingga kadang-kadang potensi siswa tidak sepenuhnya teraktualisasi dan yang paling parah justru tiudak relevannya keahlian siswa dengan jenis pekerjaan yang diberikan. 4) Jam kerja antara dunia sekolah dengan dunia industri berbeda, sehingga kadang-kadang siswa peserta Pendidikan Sistem Ganda di industri menemui kesulitan untuk menyesuaikan diri. 5) Waktu penerjunan yang terbatas, padahal ada jenis pekerjaan tertentu menuntut lebih lama dari jadwal yang disediakan. Kondisi seperti itu tidak saja akan mementahkan pekerjaan, namun juga akan mengecewakan siswa yang beretos kerja tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
i.
Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di dunia kerja. Faktor yang mendukung pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda di dunia kerja sesungguhnya merupakan faktor penting terhadap keberhasilan program tersebut. Satu faktor pendukung dominan selama penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda tahun diklat 2010/2011 adalah jumlah peserta didik dalam jumlah terbatas untuk setiap jenis pekerjaan untuk setiap rumpun pada setiap dunia pasangan. Kondisi seperti itu didasarkan pada pertimbangan penguasaan keahlian profesional siswa karena dimungkinkan monitoring yang intensif kepada peserta latihan kerja. Faktor pendukung lain yang berperan terhadap keberhasilan pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda adalah telah terjadi penjadwalan di dunia kerja, hal itu akan memudahkan dalam pengaturan praktek kerja dan koordinasi dengan Sekolah Menengah Kejuruan. Secara jujur harus diakui dan perlu diberi penghargaan yang setinggitingginya terhadap beberapa industri yang memiliki kepedulian tinggi atas partisipasi dalam ikut mensukseskan pelaksanaan program pendidikan sistem ganda sebagai mitra SMK Negeri 2 Surakarta tahun 2010/2011, antara lain yaitu sebagai berikut : No
Nama Industri
Program keahlian
1
CV Retno Putro, Solo
Konstruksi Bangunan
2
CV Setama Indra, Solo
Mesin
3
CV Tri Karya, Solo
Elektronika
4
CV Dwi Karya, Solo
Konstruksi Bangunan
5
CV Sarana Mulya, Solo
Mesin
6
CV Bumi Pratama, Solo
Konstruksi Bangunan
7
PT Karya Deka Alam Lestari, SMG
Elektronika
8
CV Fajar Abadi, Cirebon
Mesin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
j.
9
CV Mustika Jaya, Bekasi
Mesin
10
PT Sapto Giri, Bekasi
Konstruksi Bangunan
11
PT Duta Paramindo Setia, Jakarta
Elektronika
12
PT Caga Catra Tama, Jakarta
Mesin
13
PT Kotak Design, Jakarta
Mesin
14
PT Puja tama, Jakarta
Konstruksi Bangunan
Peluang memperluas jaringan kerja sama dengan dunia kerja dalam mendukung pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda. Tahun ajaran 1994/1995 diperkenalkan program Pendidikan Sistem Ganda pada sejumlah Sekolah Menengah Kejuruan. Sejak saat itu sekolah yang ditunjuk berupaya melakukan jalinan kerja sama dengan dunia kerja sebagai wujud keterlibatan antara dunia sekolah dengan dunia kerja. Dalam tahun ajaran 2010/2011 telah terjalin kerja sama dengan dunia kerja sebanyak 116 lembaga, yang terdiri atas perusahaan jasa dan industri, baik milik badan usaha milik negara maupun swasta murni. Jumlah itu masih terlalu sedikit dibandingkan dengan jumlah yang terdaftar pada Dinas Perindustrian . Sejak diujicobakan program Pendidikan Sistem Ganda pada SMK Negeri 2 Surakarta partisipasi dunia kerja mengalami peningkatan. Partisipasi itu lebih menggembirakan telah terjadi pergeseran dan peningkatan. Dari sejumlah dunia kerja yang belum dipergunakan untuk praktek kerja siswa, kebanyakan mereka belum menggetahui secara persis apa itu tentang Pendidikan Sistem Ganda. Selama ini mereka hanya berpikir bahwa dunia kerja untuk menampung tenaga kerja yang tel;ah lulus sekolah, sedang pendidikan adalah tanggung jawab lembaga pendidikan. Mereka berpikir, toh dalam dunia pendidikan juga diajarkan praktek kerja meskipun mereka juga menyadari bahwa lulusan sekolah menengah kejuruan masih harus banyak menyesuaikan diri dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
dunia kerja yang baru dimasuki. Pengakuan mereka setelah mengetahui program Pendidikan Sistem Ganda dengan segala bentuk dan manfaat yang diperoleh kedua pihak menyatakan kesediaannya. Mereka juga berpikir bahwa keberhasilan menjalin kerja sama dengan dunia kerja sangat tergantung dengan kreasi dan pendekatan yang dilakukan pihak sekolah terhadap dunia kerja. Dunia kerja dengan dunia pendidikan adalah berbeda. Dunia kerja berorientasi pada efisiensi, sehingga logis jika justru pihak lembaga pendidikan yang harus mensosialisasikan kepada dunia kerja. Upaya yang dilakukan oleh SMK Negeri 2 Surakarta adalah dengan mengadakan seminar dan lokakarya atau pertemuan sejenisnya dengan mengundang dunia kerja baik yang sudah terjalin maupun yang belum untuk diajak dialog panjang lebar untuk memperoleh persepsi yang sama tentang program Pendidikan sistim ganda. Upaya itu ternyata banyak membawa hasil, hal itu terbukti partisipasi dunia kerja swasta yang semakin meningkat jumlahnya.
k. Peran majelis sekolah dalam pelaksanaan Pendidikan Sistim Ganda. Sebenarnya posisi majelis sekolah sangat strategis dalam menjembatani antara dunia kerja dan lembaga pendidikan. Selama ini peran yang dimainkan majelis sekolah belum maksimal, artinya masih peran yang sebenarnya bisa dilakukan, namun belum bisa terealisisr karena berbagai faktor kendala. Bisa dipahami bahwa kepedulian majelis sekolah terhadap kiprah sekolah dalam pelaksanaan pendidikan sistem ganda belum maksimal. Unsur yang termasuk dalam majelis SMK Negeri 2 Surakarta antara lain kadinda, Dinas perindustrian dan perdangan, dinas Tenaga kerja, asosiasi profesi dan lain-lain. Sebenarya sangat strategis kedudukan majelis sekolah jika dilihat posisi mereka sebagai penentu pengambil kebijakan terutama berkenaan dengan kiprah dunia usaha, sehingga bukan barang mustahil apabila program commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
pendidikan sistem ganda yang dicanangkan Departemen Pendidikan Nasional bisa berhasil apabila peran majelis sekolah betul-betul bisa sepenuhnya terealisisr. Selama ini kendala yang dihadapai pihak sekolah adalah koordinasi yang harus dilakukan antara pihak sekolah dengan anggota Majelis Sekolah seperti disebutkan di atas. Untuk mengkoordinir bukan pekerjaan mudah, hal itu disebabkan karena koordinasi merupakan kerja tim. Untuk membuahkan hasil yang baik memerlukan pengorbanan sarana dan prasarana pendukung, hal itulah yang menyebabkan pihak sekolah belum sepenuhnya bisa mengambil peran yang bisa dimainkan unsur penentu kebijakan di atas. Dengan dimasukkannya berbagai instansi pemerintah yang membawahi kiprah dunia usaha diharapkan akan memudahkan dalam menjalin kerja sama, namun itu semua memerlukan lobying. Dalam melakukan lobi atau pendekatan terhadap mereka tidak cukup hanya sekali dua kali, namun merupakan pekerjaan yang rutin, sehingga tuntutan seperti itu harus ditopang sarana dan prasarana yang memadai. Hal itulah yang belum sepenuhnya dimiliki sekolah selama ini, sehingga peran majelis sekolah belum maksimal. Bagaimanapun juga harus disadari bahwa program Pendidikan Sistem Ganda adalah program yang dipikulkan kepada Sekolah Menengah Kejuruan dengan melibatkan dunia kerja sebagai institusi pasangan, namun dalam hal ini lembaga pendidikan tidak sepenuhnya memiliki kekuatan untuk memuaskan agar dunia kerja mau diajak bekerja sama. Yang ada adalah himbauan dengan memberikan penerangan dan konsep dasar tentang manfaat yang bisa dipetik dari program Pendidikan Sistem Ganda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
D. Kriteria dan Pembahasan Hasil Penelitian Di muka telah dijelaskan bahwa dalam pendekatan Fidelity, kriteria dikembangkan dari program itu sendiri. Kriteria yang menjadi acuan dalam penelitian ini meliputi beberapa aspek, yaitu : (1) Penyusunan program dan latihan, (2) Peran dan fungsi majelis sekolah, (3) Pembimbingan siswa peserta latihan, (4) Penyusunan dan pengisian jurnal kegiatan, (5) Sistem pengujian dan sertifikasi, (6) Sinkronisasi/relevansi program pendidikan dan pelatihan, dan (7) Monitoring dan evaluasi program. Kriteria
keberhasilan
program
Pendidikan
Sistem
Ganda
dan
implementasinya di dunia kerja dikembangkan dari berbagai aspek di atas, kemudian dibandingkan dengan pelaksanaan yang ada di lapangan.
1. Penyusunan program dan latihan Pendidikan Sistem Ganda merupakan bentuk penyelenggaraan sistematis keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja secara terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. Pernyataan seperti itu mengandung makna bahwa Pendidikan Sistem Ganda merupakan keseluruhan program sekolah yang dimulai sejak penerimaan siswa, proses pembelajaran, proses penerjunan ke dunia kerja sampai menghasilkan lulusan. Konsekuensi dari Pendidikan Sistem Ganda ini adalah adanya proses pembelajaran yang dilaksanakan di dua tempat, sebagian dilakukan di sekolah dan sebagaian di dunia kerja. Sebagaimana telah dikemukakan dalam jawaban permasalahan (butir 1) di muka bahwa untuk mendukung program Pendidikan Sistem Ganda menuntut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
beberapa kemampuan baik kemampuan normatif, adaptif, praktik dasar kejuruan/industri dan praktik keahlian produktif di industri. Kemampuan normatif, adaptif, dan praktik dasar kejuruan dilaksanakan di sekolah sedang praktek keahlian produktif di industri dilakukan di dunia kerja. Praktek keahlian produktif di industri dilakukan pada semester V disesuaikan dengan kondisi sekolah dan kesepakatan dunia kerja pasangan, sedang tiga komponen kemampuan lainnya dilaksanakan di sekolah selama empat semester. Persiapan dan pelatihan siswa pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta untuk menyongsong penerjunan siswa di dunia kerja telah melakukan hal yang demikian, sehingga dapat dikatakan bahwa penyusunan program dan latihan telah dijalankan dengan sangat hati-hati sejak penerimaan siswa, proses pembelajaran, penanaman disiplin kerja dan persiapan teknis lainnya guna menunjang keberhasilan penerjunan siswa peserta Pendidikan Sistem Ganda pada institusi pasangan.
2. Peran dan Fungsi Majelis Sekolah Keberadaan Majelis Sekolah merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap Sekolah Menengah Kejuruan yang menyelenggarakan program Pendidikan Sistem Ganda. Majelis sekolah merupakan lambaga yang menjembatani antara pihak sekolah dengan dunia kerja. Majelis Sekolah merupakan organisasi yang mampu mewakili dunia usaha dan industri untuk menjadi pasangan Sekolah Menengah Kejuruan dan melaksanakan Pendidikan Sistem Ganda. Sesuai prinsip keutuhan program pendidikan sistem ganda, majelis sekolah perlu diajak diskusi, tukar pikiran, tukar pendapat dan mendapatkan kesepakatn bersama dalam hal : (a) Penerimaan siswa baru, (b) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan pendidikan di sekolah,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
(c) Menjajagi dan mendapatkan industri untuk menjadi pasangan sekolah dalam pelaksanaan PENDIDIKAN SISTEM GANDA, (d) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan praktik kerja industri didunia kerja, (e) Mengatur pelaksanaan uji kompetensi dan penerbitan sertifikat kompetensi, (f) Memasarkan tamatan, (g) Membantu pengembangan unit produksi sekolah dan (h) Mencari sponsor untuk membantu pembiayaan operasional sekolah. Dalam kenyataannya di lapangan peran seperti itu tidak sepenuhnya terealisir. Sebenarnya peran seperti itu bisa saja dilaksanakan, namun membawa konsekuensi yang tidak ringan. Salah satu contohnya, bahwa agar Majelis Sekolah Merasa dihargai dan diakui serta memiliki program PENDIDIKAN SISTEM GANDA di suatu sekolah maka kepala sekolah dihimbau untuk mengusahakan kantor Majelis Sekolah. Apabila Sekolah Mengenah Kejuruan telah memiliki kelompok kerja PENDIDIKAN SISTEM GANDA sebaiknya kelompok kerja PENDIDIKAN SISTEM GANDA itu sekaligus berfungsi sebagai sekretariat Majelis Sekolah. Dalam butir 11 (hal 57) telah dikemukakan bahwa peran Majelis Sekolah belum sepenuhnya terealisir, hal itu bukan karena peran Majelis Sekolah terlalu idealis namun sebenarnya berkenaan dengan masalah pembiayaan, sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Melihat data lapangan yang ada pada sekolah tersebut dapat dikemukakan bahwa peran Majelis Sekolah belum sepenuhnya terwujud, baru dalam beberapa aspek yang sifatnya memungkinkan dilakukan.
3. Pembimbingan siswa peserta latihan Guru pembimbing sekolah dan pembimbing dari dunia kerja (instruktur) adalah guru/instruktur yang memiliki persyaratan sebagai pembimbing dan instruktur yang melaksanakan tugas mempersiapkan, pengarahan, memotivasi, melatih, menilai dan membimbing siswa Sekolah Menengah Kejuruan peserta commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
program Pendidikan Sistem Ganda dalam melaksanakan kegiatan komponen praktik dasar kejuruan dan praktik keahlian pada lini produksi di dunia kerja. Guru pembimbing dan pembimbing dari dunia kerja yang ditunjuk diharapkan memiliki persyaratan antara lain : (a) Memiliki kepedulian dan kemauan tinggi, (b) Memiliki pengetahuan dan keterampilan tinggi, (c) Memiliki sikap dan etos kerja tinggi, (d) Menghargai profesinya serta (e) Peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam butir 2 (hal. 49) dan butir 5 (hal. 51) telah dikemukakan bahwa dalam pembimbingan siswa peserta program Pendidikan Sistem Ganda di dunia kerja dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak sekolah (oleh guru pembimbing sesuai dengan bidang keahlian) dan pihak dunia kerja (dilakukan oleh pembimbing/instruktur) sesuai dengan bidang keahliannya pula. Mengenai kriteria guru pembimbing dan instruktur disesuaikan dengan persyaratan yang ada, dalam arti sangat memperhatikan bidang keahlian dan memiliki kepedulian serta kemauan tinggi dalam bidangnya. Disadari pula bahwa tidak semua dunia kerja menempatkan instruktur secara formal, hal itu terjadi pada dunia kerja yang sifatnya menengah ke bawah . Dengan kebijakan baru, yaitu upaya untuk mencari dunia kerja menengah ke atas sebagai institusi pasangan diharapkan masalah pembimbingan bisa terarah dan terwujud secara baik.
4. Penyusunan dan pengisian jurnal kegiatan Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda sebagai wujud kebijakan Link and Match dilaksanakan di dua tempat, yaitu lembaga pendidikan (sekolah) dan dunia kerja. Upaya ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu lulusan Sekolah Menengah Kejuruan sehingga sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
Disamping keahlian profesional, siswa juga diharapkan memiliki etos kerja tinggi yang meliputi kemampuan bekerja, motivasi kerja, inisiatif, kreativitas, hasil kerja yang berkualitas, disiplin waktu serta rajin dalam bekerja. Untuk mendeteksi perkembangan siswa peserta program Pendidikan Sistem Ganda di dunia industri diperlukan suatu perangkat yang dapat memberikan informasi tentang kualifikasi dan jenis kegiatan praktik siswa. Perangkat yang dimaksud berupa jurnal kegiatan dan laporan kegiatan siswa peserta PENDIDIKAN SISTEM GANDA. Perangkat itu dipakai sebagai format pertanggungjawaban untuk kerja siswa selama praktik di dunia industri. Yang berkepentingan terhadap jurnal kegiatan dan laporan kegiatan adalah siswa, guru pembimbing dan instruktur. Dengan adanya jurnal kegiatan dan laporan kegiatan kerja siswa diharapkan praktik kerja siswa betul-betul terkoordinasi, sehingga tujuan program bisa tercapai. Dalam butir 2 (hal. 49) dan butir 5 (hal. 51) telah dikemukakan bahwa dalam pelaksanaan kerja praktik siswa dibimbing oleh guru dan instruktur. Peran guru pembimbing dan instruktur dalam pengisian jurnal kegiatan dan laporan kegiatan siswa terwujud dalam format ini, artinya guru pembimbing dan instruktur melakukan kegiatan bimbingan pengisian jurnal dan membuat laporan kegiatan siswa praktik sesuai bidang keahlian. Kepentingan lain dari jurnal kegiatan dan laporan kegiatan siswa praktik adalah dengan bidang mengetahui tentang relevansi keahlian itu sangat berguna untuk menindaklanjuti penempatan siswa pada penerjunan berikutnya. Secara umum siswa peserta program Pendidikan Sistem Ganda telah melakukan kegiatan itu begitu pula instruktur selalu membuat laporan pertanggungjawaban kegiatan siswa praktikan untuk mengetahui perkembangan keahlian siswa praktikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
5. Sistem pengujian dan sertifikasi Selama siswa melaksanakan pekerjaan di dunia kerja, kegiatan mereka merupakan bagian dari program Pendidikan Sistem Ganda secara keseluruhan. Untuk kepentingan itu diperlukan pedoman penilaian dan pemberian sertifikat dari proses dan hasil pekerjaan siswa selama bekerja di dunia kerja. Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan penilaian, yaitu : (a) Aspek penilai, (b) Aspek yang dinilai, (c) Kriteria penilaian (d) Sertifikat kemampuan dan (e) Konversi nilai Sistem pengujian merupakan suatu bentuk evaluasi hasil belajar yang melibatkan/dilakukan oleh pihak pemakai tamatan dan lembaga-lembaga profesi sebagai strategi untuk memperoleh tamatan yang memiliki kemampuan produktif sesuai standar yang dipersyaratkan pemakai. Aspek yang diukur meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Tim penguji terdiri atas : (a) Tenaga-tenaga profesional di bidangnya, (b) Asosiasi profesi, (c) Kadin/Kadinda, (d) Dunia kerja pemakai langsung, (e) Depnaker (f) Unsur sekolah dan (g) Instansi terkait. Setifikasi pada dasarnya membuat surat keterangan yang menjelaskan kemampuan kejuruan tertentu yang telah dimiliki oleh pemegang sertifikat. Sertifikat ada dua macam, pertama setifikat profesi yang menjelaskan kemampuan sesuai dengan standar kemampuan yang telah dibakukan pada profesi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
yang bersangkutan. Kedua sertifikat kompetensi yang menjelaskan bahwa pemegang sertifikat telah memiliki kemampuan atau kompetensi seperti yang dijelaskan pada sertifikat tersebut. Sampai saat ini standar profesi belum selesai dibakukan (sedang disusun oleh kelompok bidang keahlian MKPN), maka belum ada dasar untuk menerbitkan sertifikat profesi. Dalam akhir pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda, para peserta diberikan sertifikat kompetensi, yaitu sertifikat yang didalamnya menjelaskan kemampuan yang telah dimiliki siswa yang dikeluarkan oleh masing-masing dunia kerja. Konsekuensi dari penerbitan sertifikat itu adalah belum adanya standar tentang kemampuan siswa, namun hal itu sepenuhnya disadari oleh pihak Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa setiap institusi pasangan program Pendidikan Sistem Ganda SMK Negeri 2 Surakarta
telah melaksanakan penilaian kemampuan siswa peserta program
Pendidikan Sistem Ganda dalam bentuk sertifikat kompetensi sesuai bidang yang dikerjakan masing-masing siswa, jadi sifatnya relatif.
6. Sinkronisasi/relevansi program pendidikan dan pelatihan Sinkronisasi program pendidikan dan pelatihan pada program Pendidikan Sistem Ganda adalah keterampilan antara pemetaan kemampuan yang ada di sekolah dengan jenis pekerjaan yang terdapat di dunia kerja yang disusun dan diprogramkan secara bersama-sama oleh pihak Sekolah Menengah Kejuruan dan dunia kerja. Program pendidikan dan pelatihan yang dimaksud harus mengandung kejelasan tentang ukuran materi (isi), waktu dan metode (model) penyelenggaraan dalam kegiatan belajar mengajar baik yang dilakukan di sekolah maupun di dunia kerja dalam rangka mencapai suatu jenis keahlian profesi tertentu yang telah disepakati. Untuk menjamin efektivitas dan relevansinya, program pendidikan dan pelatihan yang akan diselenggarakan dirancang, direncanakan, disusun dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
diprogramkan secara bersama-sama oleh pihak Sekolah Menengah Kejuruan dan dunia usaha pasangannya di bawah koordinasi Majelis Sekolah. Untuk menyusun program pendidikan dan latihan yang mengacu pada kemampuan tamatan dilakukan langkah-langkah : (a) Pemetaan profil kemampuan, (b) Pemetaan jenis pekerjaan di industri, (c) Sinkronisasi dengan pekerjaan di dunia usaha industri dan (d) Penyusunan rencana program pengajaran. Dalam mewujudkan langkah sinkronisasi program pendidikan dan latihan, SMK Negeri 2 Surakarta berulang kali melakukan seminar dan lokakarya dengan mengundang dunia kerja baik yang telah menjadi pasangan maupun yang belum. Seminar dan lokakarya ditujukan untuk memperoleh titik temu antara dunia pendidikan (Sekolah Menengah Kejuruan) dan dunia kerja sehingga diperoleh suatu gambaran, strategi dan model pelaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda sesuai situasi dan kondisi yang ada. Telah banyak dibeberkan tentang upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam mempersiapkan program Pendidikan Sistem Ganda sejak penerimaan siswa baru, proses pengajaran dan persiapan penerjunan.
7. Monitoring dan evaluasi program Yang dimaksud dengan monitoring adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh pembimbing untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan program Pendidikan Sistem Ganda yang telah disepakati bersama antara pihak sekolah dengan dunia kerja. Sedang yang dimaksud evaluasi di sini adalah kegiatan untuk mengetahui sejauh mana siswa peserta program Pendidikan Sistem Ganda mencapai kemampuan/tujuan yang diharapkan. Monitoring dan evaluasi sangat diperlukan oleh dunia kerja maupun pihak sekolah, di mana sasaran monitoring dan evaluasi meliputi beberapa hal, yaitu (a) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
tingkat penguasaan keterampilan siswa dalam menyelesaikan pekerjaannya dan (b) sikap serta perilaku siswa selama menjalankan program Pendidikan Sistem Ganda. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilakukan secara bersama-sama antara guru pembimbing dari sekolah dan instruktur dari dunia kerja. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan pada saat siswa berada di dunia kerja. Monitoring dilaksanakan oleh pembimbing dari Sekolah Menengah Kejuruan secara periodik sedangkan evaluasi dilaksanakan pada akhir program Pendidikan Sistem Ganda oleh pembimbing dari Sekolah Menengah Kejuruan dan instruktur dari dunia kerja. Pelaksnaan monitoring dan evaluasi menggunakan format yang disepakati bersama antara pihak sekolah dan dunia kerja yang meliputi materi pokok : (a) Presensi kehadiran, (b) Disiplin kerja, (c) Keterampilan, (d) Prestasi kerja, (e) Inisiatif, (f) Ketekunan, (g) Etika, (h) Kerjasama, dan (i) Tanggung jawab. Tahap pengolahan data dan pelaporan adalah untuk mengetahui sejauh mana program Pendidikan Sistem Ganda di dunia kerja itu dilaksanakan. Apakah program berjalan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat atau tidak. Dalam kenyataan di lapangan pihak sekolah sering menemui kejanggalan dalam hal ketidaksesuaian antara bidang keahlian siswa dengan jenis pekerjaan yang diberikan dunia kerja terhadap siswa praktik. Menghadapi kenyataan itu pihak sekolah mengambil langkah pendekatan untuk meluruskan sesuai kesepakatan semula, jika tidak diperoleh kesepakatan tidak jarang
pihak sekolah dengan
terpaksa menarik siswa dan menempatkan pada institusi lain yang sesuai. Dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
adanya monitoring dan evaluasi kegiatan akan diketahui ketidaksinkronan antara keahlian yang dimiliki siswa dan jenis pekerjaan yang diterima siswa. Dengan kegiatan monitoring dan evaluasi itu telah banyak kemajuan yang diperoleh SMK Negeri 2 Surakarta
terutama dalam upaya menunjang keberhasilan program
Pendidikan Sistem Ganda bagi peserta didiknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dimuka maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut
A. Simpulan a. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta sebagai salah satu SMK Negeri di Wilayah Surakarta menyelenggarakan model pendidikan sistem ganda, yaitu model pendidikan yang memadukan secara sinkron antara pendidikan di sekolah dan di industri dengan model blok selama satu semester di industri. Model itu ditempuh karena dipandang paling efektif, sehingga pencapaian keahlian bisa lebih terfokus. b. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta sebagai salah satu SMK Negeri bisa dikatakan sebagai sekolah yang memiliki fasilitas dan sumber daya manusia yang cukup baik, hal itu diakui oleh masyarakat misalnya dalam hal permintaan penggunaan fasilitas yang dimiliki SMK N 2 oleh industri yang kebetulan belum memiliki sarana yang memadai, misalnya pengolahan kayu dan sebagainya. c. Pola kerja yang dilaksanakan oleh Majelis Sekolah sebagai wadah konsultasi untuk menjembatani kepentingan sekolah dengan industri bisa dikatakan sudah lumayan baik. Indikator dari penilaian seperti itu adalah bahwa selama ini Majelis sekolah telah memiliki program kerja yang dibuat secara bersama antara sekolah dan industri, sehingga setiap tahapan kegiatan memiliki landasan yang kuat dan terarah. d. Pola kerjasama
antara SMK Negeri 2 Surakarta dengan ndustri pasangan
berdasarkan naskah kerja sama yang saling menguntungkan. Kenyataannya selama kerjasama berlangsung hingga tahun terakhir penerjunan siswa praktik, keuntungan itu sangat dirasakan oleh sedikitnya tiga pihak. Pertama pihak commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
sekolah, bahwa dengan kerjasama seperti itu pihak sekolah berhasil menjalin kerjasama sehingga kelemahan yang selama ini dirasakan pihak sekolah bisa dijembatani melalui industri sehingga teknologi sekolah bisa terdukung dengan teknologi yang berkembang di industri. Kedua, pihak perusahaan telah merasa diuntungkan dengan keterlibatan siswa praktik, hal itu diakui sepenuhnya oleh industri. Indikator penghargaan itu antara lain bahwa pihak industri selalu minta peserta praktik dari SMK Negeri 2 Surakarta setiap periode disamping setiap peserta praktik diberikan insentif. Hal itu menunjukkan bahwa pihak industri merasa diuntungkan. Ketiga, bagi siswa yang praktik mereka memiliki pengalaman langsung yang selama ini tidak diperoleh di sekolah. Dengan pengalaman seperti itu ada pengakuan yang konkrit dari industri bahwa mereka yang praktik ternyata mampu untuk bekerja. e. Sinkronisasi kurikulum yang dikembangkan oleh SMK Negeri 2 Surakarta dengan ndustri pasangan
menggunakan pola pendekatan optimasi. Artinya,
program pendidikan dan latihan yang dikembangkan mengacu pada pencapaian kompetensi seperti yang dituntut kurikulum, akan tetapi juga mempertimbangkan tuntutan keahlian yang diberlakukan industri. Dengan pendekatan optimasi maka kelemahan yang selama ini dialami pihak sekolah bisa di lengkapi pihak industri, sehingga tuntutan keahlian yang dituntut oleh masyarakat bisa terpenuhi. f. Pola penyelenggaraan praktik kerja di industri menggunakan sistem blok, artinya siswa bekerja langsung di industri selama masa tertentu, baru setelah itu siswa kembali ke sekolah untuk menyelesaikan
program pendidikan dan laitahan
sebagaimana tuntutan kurikulum. Selama praktik kerja di industri siswa dibimbing oleh guru dan instruktur, tentu saja diikuti dengan proses monitoring dan evaluasi agar target penerjunan siswa praktik bisa tercapai. Salah satu alat monitoring yang dipergunakan adalah melalui berbagai blangko, antara lain catatan kemajuan siswa, jurnal harian maupun lembar monitoring oleh guru maupun instruktur industri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
g. Kendala yang dihadapi pihak sekolah adalah koordinasi yang harus dilakukan antara pihak sekolah dengan majelis sekolah. Untuk mengkoordinir bukan pekerjaan mudah, karena koordinasi merupakan kerja tim. Untuk membuahkan hasil yang baik perlu pengorbanan sarana dan prasarana pendukung, hal itulah yang menyebabkan pihak sekolah belum sepenuhnya bisa mengambil peran yang bisa di mainkan unsur penentu kebijakan diatas. h. Secara keseluruhan dari kriteria yang dikembangkan terdapat kecenderungan bahwa sebagian besar kriteria yang dijadikan acuan telah terlaksana dengan baik oleh pihak sekolah maupun pihak dunia kerja. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan program pendidikan sistem ganda pada SMK Negeri 2 Solo secara kuantitas (mekanisme dan prosedur penyelenggaraan) adalah baik, begitu pula pada sebagian besar institusi pasangannya.
B. Implikasi Hasil Penelitian Hasil penelitian ini akan berimplikasi baik secara teoritis maupun secara praktis. a. Secara teoritis, hasil penelitian ini bisa dipakai sebagai acuan pengembangan penelitian lebih lanjut, sehingga konsep pendidikan sistem ganda yang secara konsep memiliki keunggulan namum dalam implementasinya masih dijumpai banyak kendala perlu di kaji lebih lanjut.. Banyaknya kendala muncul pada setiap penerjunan terutama manakala bersentuhan dengan industri-industri yang belum memiliki kepedulian terhadap model pendidikan sistem ganda. b. Secara praktis, model pendidikan sistem ganda yang diterapkan oleh SMK Negeri 2 Surakarta bersama industri pasangan (PT King’s) merupakan contoh konkrit yang bisa dikembangkan bagi institusi pasangan lainnya, karena kenyataannya tidak semua industri pasangan dari SMK Negeri 2 Surakarta memiliki karakter dan kebijakan seperti PT King’s. Paling tidak apa yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 dilakukan dan menjadi kebijakan SMK Negeri 2 bersama PT King’s bisa dijadikan model.
C. Saran Saran Terdapat beberapa saran yang perlu disampaikan dari hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut : a. Kepada pihak Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta, hendaknya model penyelenggaraan sistem ini bisa dipertahankan, bahkan bisa dikembangkan untuk institusi lain yang menjadi mitra kerja. Paling tidak apa yang dilakukan industri pasangan
terhadap para peserta praktik kerja
merupakan kepedulian dunia industri. b. Kepada industri pasangan hendaknya kebijakan seperti itu bisa dipertahankan sehingga untuk masa-maa mendatang model dan kesepakatan yang selama ini sudah berjalan baik bisa ditingkatkan kembali. c. Kepada pihak yang bergabung dengan Majelis Sekolah hendaknya lebih membuka diri untuk segera membenahi mekanisme kerja lebih konkrit karena secara konsep peran yang dimainkan Majelis Sekolah sangat strategis, terutama dalam menjembatani pihak sekolah dengan pihak dunia kerja. d. Masalah pendidikan bukan semata-mata tanggungjawab pemerintah dan orang tua namun juga tanggung jawab masyarakat. Dalam hal ini masyarakat bisa berpartisipasi ikut mensukseskan PSG dengan memberi kesempatan pada peserta didik ikut terlibat dalam proses produksi dengan prinsip saling menguntungkan kedua pihak, terutama masyarakat dunia usaha.
commit to user