EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BANK CENTRAL ASIA, TBK
Nastiti Rizkia Hayuningtyas, Gen Norman Thomas Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530
[email protected]
ABSTRACT BCA offers loans in the form of working capital loans. The procedures and customer credit policies are needed to know. This study was conducted to determine the procedures and policies of working capital loan which is KUK and SME credit in the BCA KCU Solo Slamet Riyadi as well as to determine the internal controls that run in the BCA is already in line with the internal control in accordance with COSO. The research method performed by field research and library research. Fieldwork was conducted by means of direct observation to the company, conduct interviews and questionnaires, as well as documentation. Library research done by reading, understanding, and collecting books, literature, journals, and previous research. Constraints in credit supply, namely the lack of information about the debtor and the credit limit negotiations. Interviews, observations, and questionnaires showed that lending policies and procedures are clear and comprehensively written. For internal control is accordance with COSO and already implemented. However, there are still weaknesses such as no special unit monitoring and risk management unit. NRH Keywords: working capital loans, internal control
ABSTRAK BCA menawarkan peminjaman dana berupa kredit modal kerja. Adapun prosedur dan kebijakan kredit yang nasabah perlu ketahui. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prosedur dan kebijakan pemberian kredit modal kerja yaitu kredit KUK dan SME pada BCA KCU Solo Slamet Riyadi serta untuk mengetahui pengendalian internal yang berjalan di BCA apakah sudah sesuai dengan pengendalian internal menurut COSO. Metode peneilitian dilakukan dengan penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Penelitian lapangan dilakukan dengan cara observasi langsung ke perusahaan, melakukan wawancara dan pengisian kuesioner, serta melakukan dokumentasi. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara membaca, memahami, dan mengumpulkan buku, literatur, jurnal, dan penelitian terdahulu. Kendala dalam pemberian kredit yaitu kurangnya informasi mengenai debitur dan negosiasi plafon kredit. Hasil wawancara, observasi, dan kuesioner menunjukkan bahwa prosedur dan kebijakan pemberian kredit sudah jelas dan tertulis secara lengkap. Untuk pengendalian internal telah sesuai dengan COSO dan sudah dilaksanakan dengan baik. Namun masih terdapat kelemahan yaitu tidak ada unit khusus monitoring dan unit manajemen risiko. NRH
Kata kunci : kredit modal kerja, pengendalian internal
PENDAHULUAN Indonesia pernah mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997 dan sejak saat itu dunia perbankan selalu mengalami permasalahan yang tak kunjung usai. Beberapa bank banyak dilikuidasi, dan kepercayaan nasabah terhadap bank apalagi bank swasta menurun dengan pesat dan menyebabkan Bank BCA mengalami rush besar-besaran. Namun kondisi perekonomian Indonesia saat ini sudah mulai meningkat dan kepercayaan serta kesetiaan nasabah terhadap Bank BCA juga ikut meningkat. Dengan meningkatnya perekonomian Indonesia maka semakin banyak nasabah yang memakai jasa perbankan untuk menyimpan dalam bentuk tabungan atau deposito, atau meminjam sejumlah uang dalam bentuk kredit dan produk peminjaman uang yang ditawarkan oleh bank, serta nasabah juga akan mendapatkan bunga dari bank tersebut. Dalam melakukan peminjaman pada bank akan ada batas waktu dan jaminan yang ditentukan oleh bank, salah satunya peminjaman dalam bentuk kredit. Bank dengan nasabah memiliki hubungan yang saling menguntungkan, sumber dana bank diperoleh dari kegiatan menyimpan uang oleh nasabah, kemudian nasabah akan mendapatkan keuntungan seperti bunga, sedangkan dana yang sudah masuk ke bank tersebut akan dijadikan dana kredit. Contoh sederhana kredit seperti hampir setiap nasabah di Bank BCA memiliki kartu kredit agar saat bertransaksi nantinya akan menjadi mudah dan sederhana, tidak perlu membawa sejumlah uang yang banyak, hanya dengan menggunakan kartu kredit nasabah dapat melakukan transaksi dengan efektif dan efisien. Ada juga nasabah yang meminjam kredit untuk modal usaha. Usaha dari nasabah dapat berupa usaha kecil ataupun menengah. Namun harus diketahui apakah nasabah tersebut dapat membayar kembali tagihan kartu kreditnya, atau apakah nasabah dapat dipercaya untuk mengembalikan modal usaha tersebut kepada bank, karena apabila bank tidak menganalisa nasabah terlebih dahulu maka dapat terjadi nasabah tidak dapat membayar tagihan atau modal tersebut yang biasanya disebut dengan kredit macet. Dalam prakteknya pemberian kredit untuk nasabah ini sering kali ditemui kendala seperti kredit macet tersebut. Hal ini dapat terjadi dikarenakan nasabah tidak mau atau tidak dapat membayar serta melunasi kredit yang telah diterima. Juga peruntukkan kredit dan kebutuhan modal kerja yang tidak sesuai, yang berkaitan dengan kurang telitinya analisa yang dilakukan oleh account officer baik dalam analisa laporan keuangan dan kegiatan usaha ataupun saat menganalisa karakter nasabah seperti dalam prinsip 5C serta pengawasan yang kurang. Untuk mengatasi ini maka bank akan menerapkan suatu prosedur untuk nasabah mengajukan kredit usaha kecil (KUK) dan kredit small and medium enterprise (SME). Prosedur tersebut harus memenuhi standar perbankan dan juga harus sudah sesuai dengan pengendalian intern yang diterapkan oleh bank. Selain menerapkan dan memperhatikan standar prosedur dan pengendalian intern, bank juga harus memperhatikan prinsip 5C yaitu Character, Capital, Collateral, Capacity, dan Condition of Economy. Prinsip ini sangat penting karena prinsip ini juga menjadi pertimbangan bank dalam memberikan persetujuan pemberian credit. Juga dengan diterapkannya pengendalian intern dalam bank maka akan mencegah atau meminimalisir terjadinya kredit macet yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan bank. Setelah melakukan semua prosedur maka untuk selanjutnya account officer harus melakukan pengawasan, tidak hanya mengawasi laporan keuangan dan kegiatan bisnisnya saja, namun account officer harus mengunjungi tempat usaha (on the spot) untuk memeriksa kebenaran kegiatan usaha serta transaksi-transaksi yang terjadi sehingga account officer dapat menganalisa dan menimbang apakah nasabah tersebut dapat diberikan pinjaman kredit. Selanjutnya setelah permohonan kredit dari nasabah diterima maka nasabah tersebut dapat menerima pinjaman kreditnya. Tidak sampai disitu saja, setelah bank memberikan kredit kepada nasabah maka akan dilakukan pengendalian internal atas pemberian kredit tersebut. Dalam pelaksanaan pengendalian internal tersebut akan dilakukan pengawasan kepada nasabah dan akan ditelusuri apakah ada nasabah yang tidak dapat mengembalikan kredit dan juga akan di temukan apa saja yang menyebabkan nasabah tidak dapat mengembalikan kreditnya atau disebut kredit macet serta solusi dari kendala tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, kiranya penulis ingin meneliti mengenai apa saja prosedur bank dalam memberikan kredit, dan apakah prosedur tersebut sudah sesuai dengan pengendalian intern bank, maka penulis mengambil penelitian berjudul “EVALUASI PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PROSES PEMBERIAN KREDIT PT. BANK CENTRAL ASIA, TBK”.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas, penulis mengidentifikasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut : 1.
Bagaimana kebijakan dan prosedur dalam pelaksanaan pemberian kredit KUK dan SME kepada nasabah?
2.
Apa saja kendala yang dihadapi oleh Bank BCA pada saat proses pemberian kredit KUK dan SME?
3.
Apakah pengendalian internal terhadap pemberian kredit yang berlaku pada Bank BCA telah sesuai dengan pengendalian internal oleh COSO?
Tujuan Penelitian 1.
Untuk mengerti serta memahami kebijakan dan prosedur dalam pelaksanaan pemberian kredit KUK dan SME kepada nasabah.
2.
Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh Bank BCA pada saat proses pemberian kredit KUK dan SME.
3.
Untuk mengevaluasi prosedur dan pengendalian internal terhadap proses pemberian kredit Bank BCA.
Tinjauan Pustaka Berdasarkan jurnal yang dibuat oleh Iza Azmi A (2014) yang berjudul Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pada Proses Pemberian Kredit UMKM (Studi pada PT. BPR Nusumma Jatim), penelitian ini menjelaskan bahwa sistem pengendalian internal pada PT BPR Nusumma Jatim sudah baik dan sesuai dengan prosedur ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Namun tetap ditemukan adanya ketidakkonsistenan antara prosedur yang berlaku dengan kenyataan pada lapangan untuk hal-hal tertentu seperti pemberian kredit dengan jumlah yang kurang dari yang ditentukan. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan dengan penulis adalah prosedur yang terdapat pada BCA KCU Solo Slamet Riyadi sudah tertulis dengan jelas dan konsisten sehingga tidak terjadi ketidakkonsistenan prosedur dengan lapangan. Apabila terjadi maka pihak manajemen akan segera memberikan peringatan. Penelitian oleh Febriana Marcha (2014) yang berjudul Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Terhadap Proses Pemberian Kredit Mikro Pada Bank DKI dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal pada pemberian kredit mikro telah memadai setelah dibandingkan dengan komponen pengendalian internal dari COSO. Hasil penelitian juga menemukan kelemahan-kelemahan seperti grup auditor internal belum terlibat dalam analisis dan penilaian risiko terhadap proses pemberian kredit, kemudian Bank DKI seharusnya melakukan tukar informasi dengan debitur agar memperlancar dan mengamankan kegiatan usaha bank serta untuk menghindari risiko debitur yang mempunyai reputasi buruk. Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, internal auditor pada BCA KCU Solo Slamet Riyadi akan terlibat setelah kredit cair. BCA KCU Solo Slamet Riyadi memang tidak melakukan tukar menukar informasi debitur dengan bank lain dikarenakan bank juga harus menjaga kerahasiaan mengenai seluruh informasi debitur.
METODE PENELITIAN Berdasarkan jenisnya penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dan Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu : a.
Penelitian Lapangan (Field Research) 1.
Inquiries of the client Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, dilakukan wawancara atau tanya jawab langsung kepada narasumber yaitu Senior Account Officer atau Account Officer untuk
mendapatkan informasi dan pemahaman mengenai gambaran umum perusahaan dan prosedur pemberian kredit. 2.
Observation Dalam penelitian ini akan dilakukan observasi yaitu pengamatan terhadap prosedur kredit yang dijalankan perusahaan mulai dari pemasaran produk kredit, pengolahan data debitur, pemantauan, dan yang terakhir relationship.
3.
Documentation Metode dokumentasi ini untuk mengumpulkan bukti-bukti yang terkait dengan penelitian seperti dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk pemberian kredit, contoh : form Daftar (Calon) Debitur Potensial, form Perencanaan Kunjungan, dll.
b. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian dilakukan dengan membaca, memahami, dan mengumpulkan buku-buku, literatur, jurnal, dan penelitian terdahulu yang mempunyai kaitan erat serta relevan dengan skripsi ini. Penelitian kepustakaan ini juga dilakukan agar peneliti mendapatkan berbagai referensi untuk mendukung skripsi ini.
HASIL DAN BAHASAN Berdasarkan objek penelitian, maka evaluasi pengendalian internal yang akan dibahas adalah evaluasi pengendalian internal terhadap proses pemberian kredit pada BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi. 1.
Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Level top management atau manajemen puncak berperan penting untung menentukan pengendalian internal yang akan diberlakukan di perusahaan dengan cara memperhatikan seluruh tindakan operasi perusahaan dan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan karena perilaku manajemen dapat mencerminkan bagaimana keadaan organisasi tersebut. Menurut COSO lingkungan pengendalian dapat diuraikan menjadi beberapa subkomponen yaitu : 1.
2.
3.
Intergritas dan nilai etika Dari hasil penelitian penulis melihat bahwa Bank Central Asia telah memiliki integritas dan nilai etika, diantaranya sikap narasumber yang bersedia meluangkan waktunya diantara kesibukannya untuk wawancara serta mengisi kuesioner mengenai topik skripsi yang akan dibahas. Bank Central Asia memiliki buku pedoman (manual of operation) mengenai pemberian kredit lengkap mulai dari kebijakan umum sampai detailnya. Buku pedoman tersebut juga sudah memadai untuk pelaksanaan pemberian kredit. Bank Central Asia memiliki budaya perusahaan yang baik dalam pelaksanaan pemberian kredit KUK dan SME. Dalam Bank Central Asia biasa disebut dengan Tata Nilai BCA. Komitmen terhadap kompetensi Bank Central Asia berkomitmen untuk menjaga kepercayaan dan harapan nasabah, serta senantiasa memberikan layanan dan solusi terbaik untuk nasabahnya. Salah satunya yaitu memberikan layanan pemberian kredit KUK dan SME. Demi mencapai visi dan misi perusahaan , BCA dituntut untuk memiliki komitmen saling mendukung antar sumber daya manusia yang telah dimiliki yang kemudian dikembangkan dalam diri masing-masing karyawan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kompetensi para karyawan. Dalam hal proses pemberian kredit maka yang bertanggung jawab melaksanakan pemberian kredit adalah AO (Account Officer). Bank Central Asia mewajibkan setiap Account Officer untuk training dalam setahun minimal menjalani 2 (dua) kali training dan diperbolehkan untuk training lebih dari 2 (dua) kali. Dewan komisaris dan komite audit
4.
5.
6.
7.
2.
Pada saat pemberian kredit KUK dan SME dewan komisaris dan komite audit tidak ikut berperan serta dalam proses pemberian kredit dari awal sampai kredit cair. Namun setelah kredit disetujui dan diberikan kepada debitur maka dewan komisaris dan komite audit akan melakukan review terhadap kinerja pemberian kredit KUK dan SME. Sebelum permohonan kredit sampai kepada pemutus kredit, kredit dianalisis terlebih dahulu oleh reviewer kemudian dianalisa kembali oleh Kepala Pengembangan Bisnis Cabang, sehingga permohonan kredit tersebut melewati beberapa tahap sebelum diberikan kepada debitur. Komite audit akan mengevaluasi kinerja setelah pemberian kredit dan juga mengaudit pemberiannya. Filosofi dan gaya operasi manajemen Bank Central Asia memiliki filosofi dan gaya operasi manajemen yang terdapat dalam visi dan misi yang menjadi tolak ukur prestasi manajemen. Sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki, filosofi yang ditetapkan Bank Central Asia lebih memfokuskan kepada nasabah, yaitu dapat memahami kebutuhan nasabah dan memberikan layanan terbaik demi tercapainya kepuasan nasabah. Dengan begitu nasabah akan menaruh kepercayaan kepada BCA dan BCA menjadi bank pilihan utama setiap nasabah. Filosofi perusahaan akan disampaikan kepada para karyawan melalui gaya operasional manajemen. Struktur Organisasi Struktur organisasi telah diatur sedemikian rupa agar perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan kegiatan operasi perusahan dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Bank Central Asia telah memiliki struktur organisasi yang baik dan jelas serta pemisahan tugas sesuai dengan divisi dan tim masing-masing. Semua struktur organisasi dan pemisahan tugas sudah tertulis di buku pedoman. Untuk struktur organisasi kantor cabang telah diatur oleh kantor pusat dan struktur organisasi tersebut berlaku bagi seluruh kantor cabang BCA di Indonesia. Penetapan wewenang dan Tanggung jawab Dapat diartikan bahwa penetapan wewenang dan tanggung jawab termasuk bagaimana dan siapa yang menjalankan wewenang dan tanggung jawab tersebut untuk seluruh kegiatan entitas. Penetapan wewenang dan tanggung jawab merupakan perluasan lebih lanjut dari struktur organisasi. Dengan penetapan tugas dan tanggung jawab yang jelas dan sesuai maka perusahaan akan dapat mengalokasikan sumber daya yang dimiliki dengan optimal dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Kepala Kantor Cabang Utama bertanggung jawab dengan kantor wilayah, dan juga Kepala KCU berperan sebagai pejabat tinggi dalam pengambilan keputusan. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia Setiap personel yang terlibat dalam proses pemberian kredit KUK dan SME pastinya terlebih dahulu diberikan pelatihan dan pengarahan mengenai kebijakan dan prosedur pemberian kredit yang telah berlaku. Tujuan pelatihan dan pengarahan dilakukan agar para analis kredit (AO) dapat menganalisis kredit yang diajukan oleh debitur. Untuk BCA AO diwajibkan untuk mengikuti training agar kompetensi AO dapat berkembang dan dapat menaikkan prestasi serta kinerja.
Penaksiran Risiko (Risk Assessment) Penilaian risiko kredit dilakukan dengan metode kualitatif (yang tidak dapat diukur) dan kuantitatif (yang dapat diukur). Metode kualitatif diukur dengan cara menganalisa debitur sesuai prinsip 5C dalam kredit yaitu character, capacity, capital, collateral, dan condition of economy. Dalam analisa kualitatif terdapat dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada dalam kendali perusahaan sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar perusahaan dan perushaan tidak memiliki kemampuan sama sekali untuk mengendalikan faktor tersebut. Sedangkan untuk metode kuantitatif diukur menggunakan rasio-rasio seperti liquidity ratio, return on investment (ROI), return on asset (ROA), profitability ratio, juga menggunakan laporan keuangan dan angka-angka kemampuan debitur. Untuk sistem penilaian risiko BCA telah menggunakan aplikasi sehingga pemutusan kredit lebih cepat dan efektif. Pada saat penandatanganan perjanjian kredit disaksikan oleh pihak yang berwenang dan biasanya debitur akan datang ke kantor untuk menandatangani perjanjian tersebut sehingga dapat meminimalisir risiko manipulasi tanda tangan. Dari hasil analisis 5C yang dilakukan oleh AO maka selanjutnya AO akan menginput informasi-informasi dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan kepada suatu aplikasi yaitu
ICOS KUK/SME. Aplikasi ini dapat menghitung risiko atau credit risk rating setiap debitur yang telah dianalisa oleh AO. Sistem ini dirancang untuk mendukung proses persetujuan kredit. Proses persetujuan yang didukung oleh komputer akan menghasilkan suatu pendekatan risiko standar atau terpadu di lingkungan bank. Proses teresbut juga akan menentukan bobot risiko pada pinjaman. Berdasarkan informasi yang AO berikan, sistem permohonan untuk kredit KUK atau SME akan menetapkan salah satu dari tiga kode warna yang dipertimbangkan dari segi risiko kredit. Kepala KCU atau Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) akan memberi keputusan berdasarkan wewenangnya. Tiga kode warna yaitu : 1. Putih (White), risiko yang dapat diterima atau disetujui. 2. Abu-abu (Grey), analisa lebih lanjut diperlukan, dikirim ke Grup Analisa Risiko Kredit. 3. Hitam (Black), risiko yang tidak dapat diterima atau ditolak. Hasil input oleh AO kemudian akan di review oleh Kepala Pemasaran Cabang. Pejabat mempunyai wewenang yang berbeda tergantung hasil dari tiga kode warna tersebut. Apabila hasilnya White maka Kepala KCU dan/atau Kakanwil akan memberi keputusan dari sisi bisnis. Apabila hasilnya Grey maka keputusan diberikan oleh Senior Credit Analyst/Credit Advicer dan Kepala KCU dan/atau Kakanwil. Apabila hasilnya Black maka secara sistem harus ditolak, namun untuk kasus tertentu dapat dianalisa lebih lanjut dan diputuskan oleh Senior Credit Analyst/Credit Advicer dan Kakanwil. Dalam pemutusan pemberian kredit BCA telah menetapkan prinsip four eyes principles. Jadi pemutusan kredit tidak dilakukan oleh satu orang saja, namun minimal dilakukan oleh dua orang atau dua sisi yaitu sisi marketing dan sisi bisnis. Proses persetujuan kredit melewati beberapa pejabat bank untuk di review terlebih dahulu sehingga apabila terdapat permasalahan dapat dideteksi lebih awal. 3.
Aktivitas Pengendalian (Control Activity) 1. Authorization Control Otorisasi proses pemberian kredit yang dilakukan oleh BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwewenang. Peraturan mengenai persetujuan kredit telah tertulis pada buku pedoman pemberian kredit. Proses otorisasi kredit dimulai dari pejabat-pejabat yang berwenang melakukan review kembali atas permohonan pemberian kredit debitur yang telah di analisa oleh AO. Semua dokumendokumen akan diperiksa kelengkapannya dan analisa AO di cek kembali untuk mengetahui layak tidaknya seorang debitur. Setelah mendapatkan hasil baik dari hasil analisa, pengolahan, dan hasil credit scoring kemudian pejabat yang berwenang akan memberikan keputusan kredit. Pejabat-pejabat yang berwenang yaitu Kakanwil, Kepala KCU, Kepala Pengembangan Bisnis Cabang dan Senior AO. 2. Segregation of Duties Dalam pemisahan fungsi pada BCA sudah cukup baik dalam proses pemberian kredit. Pemisahan fungsi yaitu untuk proses pemberian kredit dari pemasaran hingga monitoring dilakukan oleh AO, untuk wewenang pemberi keputusan pemberian kredit diberikan kepada pejabat-pejabat bank yang terkait seperti Kepala KCU dan Kepala Pengembangan Bisnis Cabang. Setelah kredit disetujui maka semua dokumen-dokumen dan hasil pengolahan akan di dokumentasikan oleh bagian administrasi kredit. Bagian administrasi kredit juga bertugas untuk mengoreksi data yang telah masuk ke dalam aplikasi ICOS, dan yang menangani kegiatan pengurusan surat perjanjian hingga tanda tangan oleh debitur dan notaris. Dan yang terakhir adalah teller. Fungsi teller pada pemberian kredit adalah melakukan pelayanan terhadap penarikan dana oleh debitur dan menerima pembayaran kembali dana oleh debitur. 3. Information Processing Control Bank melaksanakan verifikasi terhadap akurasi dan kelengkapan dari transaksi dan melaksanakan prosedur otorisasi, sesuai dengan ketentuan internal. Kegiatan pengendalian pemrosesan informasi pada BCA mulai dari permohonan kredit dari debitur, kemudian pengumpulan informasi dan dokumen-dokumen yang terkait dengan analisis kredit akan didokumentasikan oleh bagian administrasi kredit, berkas-berkas dan perjanjian kredit disiapkan juga oleh administrasi kredit. Fungsi administrasi kredit ini untuk memeriksa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan transaksi pemberian kredit, apakah dokumen tersebut sudah lengkap dan sesuai dengan prosedur internal perusahaan serta memastikan data-data yang dimasukkan pada aplikasi ICOS sudah akurat. 4. Physical Controls
5.
4.
Pengendalian fisik meliputi pengamanan yang memadai, fasilitas dijaga dengan baik, otoritas akses ke program komputer, dan pengarsipan data. Pengendalian fisik dilaksanakan untuk menjamin keamanan terhadap aset bank. BCA telah memiliki pengendalian aset fisik yang memadai karena seluruh dokumen penting telah didokumentasikan dengan lengkap dan disimpan aman oleh bagian administrasi kredit. Untuk salinan dokumen penting tersebut diberikan dan disimpan oleh AO dalam bentuk dosir. Dosir adalah sekumpulan dokumen yang berkaitan dengan proses kredit dan analisa. Setiap satu AO memegang dosir debitur masing-masing. Semua dokumen dalam dosir sebelumnya akan dibandingkan dahulu dengan dokumen yang asli. Akses untuk dokumen penting tersebut juga terbatas mulai dari Kepala KCU sampai administrasi kredit. Performance Review Evaluasi yang dilakukan oleh BCA dapat dikatakan baik, dilihat dari pejabat-pejabat bank yang selalu melakukan review pemberian kredit kepada debitur. Sehingga analisa kredit dan hasil pengolahan yang dilakukan oleh AO melewati beberapa reviewer terlebih dahulu dan dapat diteliti. Apabila terdapat penyimpangan dapat segera diatasi.
Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Sistem informasi yang telah dilaksanakan pada BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi berupa akses berbasis web yang berisi informasi mengenai berbagai SOP dan beritaberita mengenai BCA. Laman web tersebut yaitu mybca.co.id dan hanya dapat diakses oleh karyawan-karyawan BCA seluruh Indonesia. Apabila karyawan BCA merasa kesulitan dalam melakukan suatu aktivitas perbankan maka dapat melihat atau mengunduh SOP pada website tersebut. Untuk proses pemberian kredit BCA menggunakan aplikasi ICOS yang digunakan untuk menghitung risiko atas pemberian kredit. Pengaksesan aplikasi ICOS terbatas yaitu hanya untuk AO, Administrasi Kredit, Kepala Pengembangan Bisnis Cabang, dan pejabatpejabat yang me-review pemberian kredit seperti yang sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya. BCA juga mempunyai komite yang bertanggung jawab terhadap sistem informasi dan komunikasi yang dijalankan di BCA yaitu divisi Sistem Informasi Wilayah atau Management Information System (MIS) yang sebagai pengolah data dalam hal perkreditan misalnya divisi MIS ingin menarik data mengenai kredit, contoh informasi mengenai jatuh tempo kredit per cabang, per kantor wilayah, ataupun per AO dan contoh lain menarik data tentang rata-rata pemakaian kredit per-AO.
5.
Pemantauan (Monitoring) Pada proses pemberian kredit, BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi tetap melakukan pemantauan debitur yang kreditnya sudah cair, pemantauan tersebut dilakukan oleh AO dan unit-unit lain yang mendukung seperti Tim Pengendalian Kualitas Kredit dan Pengawasan Internal Cabang. Pada dasarnya apabila debitur memiliki kredit yang lancar tidak akan dipantau, AO hanya sekedar menanyakan kabar dan keadaan debitur tersebut, dan dapat dilihat dari rekening korannya apakah debitur tersebut memiliki kredit yang lancar. Apabila debitur sudah memiliki kesulitan dan bermasalah dalam pelunasan pinjaman kredit maka AO yang bersangkutan akan terus memantau debitur tersebut dan berusaha agar debitur tersebut melunasi kreditnya. Kategori kredit bermasalah berdasarkan tingkat kolektibilitas yang ditetapkan BCA adalah sebagai berikut : 1. Kolektibilitas 1, yakni kategori Lancar (L). Dalam kolektibilitas kategori ini debitur melakukan transaksi, baik pengambilan dana maupun pengembalian dana, secara tertib, dan disiplin hingga masa jatuh tempo kredit. 2. Kolektibilitas 2, yakni kategori Dalam Perhatian Khusus (DPK). Dalam kolektibilitas kategori ini, tidak terjadi transaksi oleh debitur mulai dari sehari sebelum jatuh tempo kredit hingga 60 hari kemudian (<1 hari – 60 hari). 3. Kolektibilitas 3, yakni kategori Kurang Lancar (KL). Dalam kolektibilitas kategori ini, tidak terjadi transaksi debitur sejak 60 hari setelah jatuh tempo hingga 90 hari kemudian (> 60 hari – 90 hari). 4. Kolektibilitas 4, yakni Diragukan (D). Dalam kolektibilitas kategori ini, tidak terjadi transaksi debitur sejak 90 hari setelah jatuh tempo kredit hingga 180 hari kemudian (> 90 hari – 180 hari).
5. Kolektibilitas 5, yakni Macet (M). Dalam kolektibilitas kategori ini, tidak terjadi transaksi debitur hingga lebih dari 180 hari setelah jatuh tempo. Kendala-kendala dalam Proses Pemberian Kredit : Kurangnya informasi mengenai nasabah dan kurangnya pengalaman dari AO di lapangan. Apabila terjadi kredit macet dapat disebabkan oleh usahanya turun, ada masalah keluarga, ditipu, tempat usahanya terbakar, dsb maka solusinya adalah agunan debitur akan dijual atau dilelang. Tergantung negosiasi debitur dengan bank. Dapat juga debitur meminjam uang kepada kerabatnya dahulu untuk melunasi kredit di bank, atau dapat pinjam ke bank-bank tertentu yang berani mengambil risiko lebih tinggi. Risiko kredit macet dan uangnya tidak kembali adalah kreditnya dihapus kemudian dimasukkan biaya dan mengurangi laba. Untuk nasabah yang terkena bencana alam, BCA memberi pinjaman dengan sumber dana dari pihak ketiga dengan prinsip pinjaman harus kembali. Keringanan yang diberikan seperti potongan-potongan, keringanan denda, pelunasan bertahap, dsb. Temuan Penelitian : 1. 2. 3.
4.
BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi tidak memiliki unit manajemen risiko sendiri. AO (Account Officer) memiliki peran ganda sebagai analis dan marketing. Penolakan permohonan kredit KUK dan SME dilakukan secara lisan oleh AO yang bersangkutan kepada debitur dengan membawa SPK dan mengembalikan dokumen-dokumen debitur. BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi tidak memiliki unit khusus untuk melakukan monitoring.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan data-data hasil wawancara dan kuesioner yang telah dilakukan oleh penulis mengenai evaluasi pengendalian internal terhadap proses pemberian kredit KUK dan SME pada Bank Centra Asia Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi dapat disimpulkan bahwa : 1.
2.
Kebijakan dan prosedur dalam pelaksanaan pemberian kredit KUK dan SME adalah KUK mempunyai plafon kredit tidak melampaui Rp 500.000.000,- sedangkan SME mempunyai plafon kredit mulai dari Rp 500.000.000,- sampai Rp 10M. Adapun prosedur pemberian kredit KUK dan SME yaitu AO mencari calon debitur melalui database bank, kemudia mendatangi calon debitur yang telah ditunjuk. Calon debitur yang berminat mengajukan permohonan kredit selanjutnya melakukan formulir pengisian SPK, kemudian diserahkan kepada AO yang berwenang untuk menangani permohonan kreditnya dilengkapi dengan dokumen yang dibutuhkan. Seluruh dokumen yang telah diserahka calon debitur akan di cek kelengkapannya, apabila dokumen belum lengkap maka akan dikembalikan untuk dilengkapi. AO melakukan identifikasi dengan mengumpulkan informasi calon debitur dengan cara BI Checking dan dari pihak ketiga. Setelah semua informasi terkumpul AO akan melakukan analisa 5C dan four eyes principle. Setelah melakukan analisa, data akan diolah oleh aplikasi ICOS untuk mengetahui risiko kredit yang ditimbulkan kemudian akan direview oleh pejabat bank yang berwenang. Dan yang terakhir kredit akan di setujui oleh Kepala KCU atau Kepala Pengembangan Bisnis Cabang. Otorisasi kredit berdasarkan hasil risiko. Kendala-kendala yang dihadapi pada saat proses pemberian kredit adalah a. Kurangnya informasi yang diberikan oleh calon debitur. Dokumen yang diberikan kurang lengkap, latar belakang debitur, tidak banyak referensi mengenai calon debitur. Solusi dari bank adalah melakukan probing, yaitu menelusuri lebih dalam informasi mengenai calon debitur dengan cara mencari informasi dari sumber lain atau pihak ketiga. b. Permintaan plafon kredit dan agunan. Terkadang debitur menginginkan plafon yang besar namun dari pihak bank tidak dapat memberikan karena bank mempertimbangkan batasan antara bisnis dan risiko. Solusi yang diberikan oleh
3.
bank yaitu menawarkan jasa yang lain atau dapat diberikan fasilitas kefleksibilitas transaksi. c. Experience atau pengalaman kerja AO. Apabila AO masih baru maka kemampuan analisis masih belum sekuat dan seteliti AO yang pengalaman lapangannya banyak. Solusi yang diberikan oleh bank yaitu mengadakan training agar dapat meningkatkan kinerja dan kemampuan menganalisa. d. Terjadi kredit macet. Kredit macet dapat disebabkan beberapa hal yaitu omset usahanya turun, ada masalah keluarga, ditipu, tempat usahanya kebakaran, dsb. Solusi yang diberikan oleh bank adalah agunan debitur akan dijual atau dilelang. Dapat juga debitur meminjam dana dari kerabat atau dari bank lain. e. Debitur mengalami bencana alam seperti kebakaran, kebanjiran, dsb. Solusi yang diberikan bank adalah bank akan memberikan pinjaman dengan sumber dana dari pihak ketiga dengan prinsip pinjaman harus kembali. Pengendalian internal terhadap pemberian kredit yang berlaku pada BCA sudah sesuai dengan pengendalian internal menurut COSO yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, infomasi dan komunikasi, dan pemantauan. Pengendalian internal akan dijabarkan sebagai berikut : a. Dalam lingkungan pengendalian di BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi dapat dikatakan memadai karena sudah terdapat pedoman dan standar tertulis yang mengatur mengenai keseluruhan proses pemberian kredit dan juga kegiatan operasional bank, kemudian BCA juga memiliki visi, misi, serta tata nilai yang dijadikan sebagai budaya kerja bagi seluruh karyawan BCA. Struktur organisasi BCA sudah diatur dengan jelas dan tertulis. b. Dalam penilaian risiko BCA sudah baik karena sudah memiliki tools atau sarana untuk menilai risiko kredit yaitu berupa aplikasi ICOS. BCA juga menerapkan prinsip four eyes principles dan analisis 5C secara ketat dan baik. Namun masih terdapat kelemahan dalam penilaian risiko yaitu : 1. Tidak terdapat unit manajemen risiko pada BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi. Unit manajemen risiko hanya ada pada kantor pusat saja. Unit manajemen risiko ini bertugas untuk menilai dan mengawasi risiko pada pemberian kredit. Apakah seorang debitur layak atau tidak untuk diberikan kredit. 2. Audit internal tidak ikut serta dalam penilaian risiko dalam proses pemberian kredit. Grup audit internal hanya akan berperan serta pada saat kredit sudah dicairkan. Audit internal akan memeriksa segala proses pemberian kredit dan kualitas kredit, juga disesuaikan dengan standar yang sudah diatur. c. Aktivitas pengendalian dalam BCA sudah baik dilihat dari setiap bagian yang berperan di dalam proses pemberian kredit mempunyai uraian tugas dan wewenang yang jelas, namun masih terdapat kelemahan yaitu adanya penumpukan tugas AO (Account Officer) mulai dari pemasaran, analisa, hingga pemantauan. Hal ini akan menyebabkan tertundanya pekerjaan dan proses pemberian kredit akan berjalan lebih lama dan apabila ada AO yang tidak jujur akan menilai debitur secara subyektif dan memunculkan kemungkinan adanya konflik kepentingan. Surat Permohonan Kredit yang hanya satu lembar saja dan kemudian dijadikan arsip bank, debitur hanya dapat mengisi saja namun tidak dapat menyimpan surat permohonan kredit tersebut. d. Untuk informasi dan komunikasi, BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi sudah mempunyai sistem informasi yang baik. BCA memiliki intranet dan menyediakan laman web mybca.co.id yang hanya dapat diakses oleh karyawan BCA di seluruh Indonesia. Komunikasi juga berjalan dengan baik dan lancar dengan diadakaannya rapat secara rutin dan juga melakukan gathering dengan karyawan juga debitur. Dalam proses pemberian kredit BCA juga sudah memiliki sistem tersendiri yaitu aplikasi ICOS dan aplikasi tersebut selalu dikembangkan dengan tools yang baru. e. Dalam kegiatan pemantauan, BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi sudah cukup memadai. Dilihat dari debitur yang selalu dipantau setelah kredit cair dan apabila debitur terlambat membayar akan segera diketahui kemudian langsung dihubungi. Untuk pelaksanaan pemantauan dilakukan oleh AO dan didukung oleh Tim Pengawasan Internal Cabang dan Audit Internal. Unit-unit tersebut akan saling membantu satu sama lain dan juga bertukar informasi mengenai aktivitas debitur.
Namun masih terdapat kelemahan dalam pemantauan ini yaitu BCA tidak memiliki unit khusus yang bertugas untuk melakukan pemantauan saat proses pemberian kredit dan pada saat kredit cair. Seluruh pemantauan dilakukan oleh AO dan unitunit pendukung.
Saran Berdasarkan evaluasi yang sudah dilaksanakan masih terdapat beberapa kelemahan dari kesimpulan yang telah diuraikan diatas. Untuk langkah perbaikan yang perlu dilakukan oleh Bank Central Asia Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi demi menanggulangi kelemahan yang ditemukan dalam evaluasi pengendalian internal terhadap proses pemberian kredit KUK dan SME, penulis ingin memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat untuk BCA, antara lain sebagai berikut : 1. Sebaiknya BCA Kantor Cabang Utama Solo Slamet Riyadi memiliki unit manajemen risiko agar kedepannya dapat membantu AO dalam menganalisis dan menilai risiko pemberian kredit suatu debitur. 2. BCA sebaiknya melakukan pemisahan fungsi AO dari pemasaran, analisa, dan pemantauan sehingga proses pemberian kredit dapat dilakukan dengan lebih efektif, AO tidak mengalami work overload, dan penilaian atas pemberian kredit bisa lebih objektif. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan adanya suatu kekeliruan pada saat pelaksaan pemberian kredit (human error) dan juga conflict of interest. 3. Pada saat kredit calon debitur ditolak, sebaiknya pihak bank tidak hanya menyampaikan dengan lisan saja. Hendaknya informasi penolakan kredit tersebut disertai dengan surat penolakan resmi dari bank untuk calon debitur. 4. Diharapkan BCA memiliki unit khusus independent yang bertugas dan bertanggung jawab untuk mengawasi proses pemberian kredit dan juga untuk memantau debitur yang kreditnya sudah cair. Sehingga dapat mendeteksi lebih cepat apabila terjadi suatu kejanggalan dalam proses maupun terjadi debitur tidak dapat membayar kewajibannya. Unit khusus pengawasan ini dimaksudkan sebagai unit yang melakukan kegiatan preventif untuk mencegah atau meminimalisir kemungkinan debitur tidak dapat membayar kewajibannya.
REFERENSI Alfinovita, Iza Azmi. (2014). Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Pada Proses Pemberian Kredit UMKM (Studi pada PT. BPR Nusumma Jatim). Malang : Universitas Brawijaya Arens, Alvin A. Beasley, Mark S. Elder, Randal J. (2015). Auditing and Assurance Services: An Integrated Approach. 15th Edition. New Jersey: Pearson Education Boynton, William C. Johnson, Raymond N. (2006). Modern Auditing. 8th Edition. USA: JWS Ikatan Bankir Indonesia. (2014). Mengelola Bank Komersial. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Ikatan Bankir Indonesia. (2013). Memahami Bisnis Bank, Modul Sertifikasi Tingkat 1, General Banking. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Irmayanto, Juli dkk. (2009). Bank dan Lembaga Keuanangan. Jakarta: Universitas Trisakti Jopie, Jusuf. (1997). Panduan Dasar Untuk Account Officer. Jakarta : Intermedia Kasmir. (2013). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Lampiran SE No. 55/22/DPNP tanggal 29 September 2003 Bank Indonesia tentang Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern Bagi Bank Umum. Lazerson, Jeffrey M. (2008). Credit/Financing Process. http://google.com/patents/US7366694 diakses pada 23 Januari 2015. Marcha, Febriana. (2014). Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Terhadap Proses Pemberian Kredit Mikro Pada PT. Bank DKI. Jakarta : Universitas Bina Nusantara Octavia, Evi. Yuliani, Ria. (2011) Role of Internal Audit in Supporting Effectiveness of Internal Control Micro Credit, http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/1950 diakses pada 23 Januari 2015 Peraturan Bank Indonesia Nomor : 11/25/PBI/2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor : 5/8/2003 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Priyono, Joko. Syarbini, Husin. (2014). UKM Naik Kelas. Jakarta : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Rivai V., Viethzal A.P., Viethzal A.P. (2013). Credit Management Handbook, Manajemen Perkreditan Cara Mudah Menganalisis Kredit: Teori, Konsep, Prosedur, Aplikasi, serta Panduan Praktis Bankir, Mahasiswa, dan Nasabah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Saraswati, Rosita Ayu. (2012). Peranan Analisis Laporan Keuangan, Penilaian Prinsip 5C Calon Debitur dan Pengawasan Kredit Terhadap Efektifitas Pemberian Kredit Pada PD BPR Bank Pasar Kabupaten Temanggung. Jurnal Nominal/Volume 1 Nomor 1. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Zainul, Yuswar. Nugroho, Mahendro. (2009). Usaha mikro, kecil, dan menengah : dinamika dan pengembangan. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti.
RIWAYAT PENULIS Nastiti Rizkia Hayuningtyas lahir di kota Solo pada 06 Juli 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam jurusan Akuntansi pada tahun 2015.