Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
EVALUASI PENERAPAN MATCHING PRINCIPLE DALAM LAPORAN LABA RUGI PADA PT.MEGATRANS BUANA SAMUDRA
Yesie Norfitri
[email protected] Farida Idayati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of the research to determine the application of the method of revenue recognition and measurement as well as the matchind principle to the income statement on PT. Megatrans Buana Samudra in Surabaya. This research uses descriptive qualitative research with a case study approach. From these results, the measurement of income using historical cost based on the fair value of the consideration received or to be received in cash and cash equivalents. The company uses the accrual method recognize income that recognize revenue when services are rendered to customers. Application of the matching principle applied by the company using a causal relationship, the revenue that would be obtained due to a cost of using the accrual basis method has the right, while the cash basis method the company will experience overstate/understate earnings. Keyword: Income Measurement, Income Recognition, Matching Principle. ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mengetahui penerapan metode pengakuan dan pengukuran pendapatan serta matching principle terhadap laporan laba rugi pada PT. Megatrans Buana Samudra di Surabaya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Dari hasil penelitian ini, pengukuran pendapatan menggunakan cost historis yang berdasarkan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang akan diterima dalam bentuk kas dan setara kas. Perusahaan menggunakan metode accrual basis dalam mengakui pendapatan yaitu mengakui pendapatan ketika jasa diberikan kepada pelanggan. Penerapan matching principle yang diterapkan oleh perusahaan menggunakan hubungan sebab akibat, suatu pendapatan yang yang akan didapat karena adanya suatu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Untuk menanding suatu pendapatan dengan biaya menggunakan metode accrual basis telah tepat, sedangkan metode cash basis perusahaan akan mengalami overstate/understate laba. Kata kunci: pengukuran, pengakuan, matching principle
PENDAHULUAN Tujuan dasar yang sama setiap perusahaan yaitu mendapatkan laba seoptimal mungkin. Dalam mendapatkan laba yang optimal perusahaan harus melakukan pengelolaan keuangan yang baik yaitu mampu menyajikan informasi keuangan yang berkualitas dan bermanfaat bagi suatu perusahaan dalam mengambil suatu keputusan ekonomi. Pengelolaan keuangan tidak lepas dari akuntansi yang merupakan proses pencatatan yang berasal dari sebuah data-data yang diolah menjadi suatu laporan keuangan untuk suatu informasi keuangan suatu entitas ekonomi. Informasi keuangan yang disajikan dalam
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
2
bentuk laporan keuangan, laporan laba rugi adalah salah satu dari laporan keuangan yang dalam penyajiannya disajikan secara wajar. Laporan laba rugi yang relevan dan disajikan secara wajar sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil keputusan dalam perencanaan laba dan pengendalian beban biaya dalam rangka pencapaian tujuan dasar perusahaan yaitu mendapatkan laba seoptimal mungkin dan mengendalikan beban usaha seefisien mungkin. Manajemen perusahaan pada umumnya menggunakan laporan laba rugi sebagai alat untuk mengukur kinerja efisiensi perusahaan dan keberhasilan manajemen dalam menetapkan strategi bisnis. Laporan laba rugi yang disajikan secara wajar pada setiap periode akuntansi, terdapat pendapatan dan biaya yang menjadi elemen utama dalam pembuatan laporan laba rugi. Pembuatan laporan laba rugi yang harus diperhatikan cara pengukuran, pengakuan dan prinsip penanding (matching principle). Prinsip penanding (matching principle) yang tepat atas pendapatan dan biaya juga diterapkan dengan baik dalam menunjang kewajaran penyajian laporan laba rugi periodik perusahaan. Dalam prinsip penandingan (matching principle), pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode harus ditandingkan dengan beban yang terjadi dalam periode yang sama. Menurut Muqodim (2005:149) terdapat tiga metode penandingan beban terhadap pendapatan yaitu berasosiasi atas dasar sebab akibat, alokasi sistematis dan rasional, serta pengakuan segera. PT. Megatrans Buana Samudra di Surabaya merupakan perusahaan jasa pelayaran ( shipping company) yang melayani pengiriman keseluruh wilayah Indonesia. Menurut UU no.17 tahun 2008 pasal 1 menyatakan pelayaran yaitu satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhan, keselamatan dan keamanan serta perlindungan maritim. Pengangkutan perairan yang dimaksudkan ialah kegiatan yang mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal. Menurut PP no.82 tahun 1999 dan KM tahun 2001 ruang lingkup pelayaran sebagai berikut: 1. Usaha pokok pelayaran berupa penyelenggaraan angkutan barang menggunakan kapal 2. Usaha keagenan yang merupakan usaha pelayaran atas kapal lain 3. Usaha penunjang kegiatan pelayaran. Tingkat lalu lintas yang padat dan persiangan yang sangat ketat pada bisnis ini membuat keakuratan informasi keuangan sangat penting bagi PT. Megatrans Buana Samudra dalam mengambil keputusan bisnis secara tepat agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan lainnya yang sejenis. Dalam kontrak perjanjian PT. Megatrans Buana Samudra dengan pelanggan pada tahun 2012 menggunakan sistem penagihan dengan menerbitkan dua kali tagihan, yaitu 80% dan 20%. Tagihan pertama sebesar 80% ditagih dari nilai kontrak yang diakui sebagai pendapatan ketika selesai muat dan kapal berangkat, tagihan kedua 20% dari nilai kontrak yang diakui sebagai pendapatan ketika kapal telah bongkar muatan di pelabuhan tujuan atau sampai di gudang pemilik barang. Pada transaksi perusahaan yang sedang memasuki periode berikutnya, mengalami sedikit kendala. Hal ini diakibatkan rentang waktu yang cukup lama dari keberangkatan kapal hingga sampai ditujuan untuk dilakukan proses bongkar muatan. Waktu yang terkadang tidak bisa diprediksi sesuai jadwal yang sudah direncanakan sebelumnya. Hal tersebut diakibatkan karena berbagai faktor yang bisa menjadi kendala antara lainkemacetan di daerah dermaga, kapal rusak, cuaca buruk, hingga resiko terjadinya kecelakaan. Kondisi seperti ini yang membuat manajemen menjadi ragu terhadap kewajaran laporan laba rugi yang disajikan pada periode tersebut. Ketidaktepatan pengukuran, pengakuan, dan prinsip penanding (matching principle) antara pendapatan dengan biaya akan sangat mempengaruhi kewajaran dari penyajian laporan keuangan sehingga informasi keuangan khususnya laporan laba rugi menjadi kurang berkualitas.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
3
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan metode pengakuan dan pengukuran pendapatan serta mengetahui penerapan prinsip penanding (matchimg principle) pada PT. Megatrans Buana Samudra. TINJAUAN TEORITIS Pendapatan Menurut Smith (1991:123) mendefinisikan pendapatan adalah “Arus masuk atau menambah atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban – kewajibannya (atau kombinasi keduanya), yang berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau aktivitas – aktivitas lain merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas”. Menurut Belkaoui (2006:278) pendapatan telah diinterprestasikan sebagai berikut: 1). Arus masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa; 2). Arus keluar barang atau jasa dari perusahaan kepelanggannya dan; 3). Produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan barang atau jasa oleh usaha selama periode waktu tertentu. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 (2007:23.2) Pendapatan adalah “Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas – aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”. Pendapatan secara umum yaitu sebagai hasil dari suatu perusahaan yang biasanya bisa diukur dengan suatu harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui saat kejadian penting atau saat proses penjualan pada dasarnya dapat diselesaikan (Hendriksen, 1988:165). Karakteristik Pendapatan Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan pendapatan secara keseluruhan disebut earning process. Secara garis besar earning process menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positif atau pendapatan dan keuntungan dan pengaruh negative atau beban dan kerugian. Selisih dari keduanya nantinya menjadi laba dan rugi. Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik tersebut antara lain: (a) sumber pendapatan yaitu jumlah rupiah aktiva bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan, misal transaksi modal, laba dari penjualan aktiva yang bukan barang dagangan seperti aktiva tetap, surat berharga, ataupun penjualan produk perusahaan, hadiah, sumbangan atau penemuan, revaluasi aktiva tetap, dan penjualan produk perusahaan; (b) produk dan kegiatan utama perusahaan yaitu bisa berupa barang ataupun jasa; (c) jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan yaitu jumlah rupiah dari harga jual persatuan kali kuantitas terjual dan biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan dengan pendapatan maka terlihatlah jumlah rupiah laba atau pendapatan.
Jenis-Jenis Pendapatan Pendapatan terdiri dari beberapa jenis, sebagai berikut: (a) pendapatan bersih (disposable income) adalah pendapatan seseorang sesudah dikurangi pajak langsung; (b) pendapatan diterima di muka (unearned revenues) adalah uang muka untuk pendapatan yang belum dihasilkan; (c) pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang berasal dari sumbersumber diluar kegiatan utama perusahaan, tidak termasuk dalam pendapatan operasi; (d) pendapatan permanen (permanent income) adalah pendapatan rata-rata yang diharapkan rumah tangga konsumsi selama hidupnya; (e) pendapatan uang (money income) adalah pendapatan rumah tangga konsumsi atau rumah tangga produksi dalam bentuk suatu kesatuan moneter; (f) pendapatan usaha (operating revenue) adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan; (g) Pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue or
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
4
income) antara lain: (a) Pendapatan (atau penghasilan) yang diterima di muka tetapi belum diakui sebagai pendapatan (dicatat sebagai utang pendapatan) pada saat penerimaannya, dan baru akan diakui sebagai pendapatan manakala perusahaan telah menyelesaikan kewajibannya berupa pengiriman barang atau penyerahan jasa kepada pihak yang bersangkutan pada waktu yang akan datang; (b) pendapatan dari sumber-sumber selain jasa-jasa pribadi; (h) pendapatan yang masih harus diterima (accrued revenues or accrued receivable) adalah pendapatan yang sudah dihasilkan (earned) walaupun piutang yang bersangkutan belum jatuh tempo (belum saatnya ditagih). Pengakuan Pendapatan Pengakuan merupakan proses secara formal pencatatan jumlah rupiah pendapatan dan memasukan suatu pos dalam akun serta laporan keuangan entitas. Pengakuan meliputi penjelasan suatu pos baik dengan kata – kata maupun angka serta jumlah itu termasuk dalam angka total laporan keuangan. Oleh karena itu secara konseptual pendapatan dapat diukur jika memenuhi kualitas pengukuran dan keandalan maka kualitas tersebut harus dioperasikan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan. Berkaitan dengan pernyataan diatas dan menurut Kiesso (2002:3) ada beberapa yang perlu diketahui tentang prinsip pengakuan pendapatan yang menyatakan pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika: (a) pendapatan dihasilkan yaitu bila entitas secara substantial telah menyelesaikan proses pendapatan pada umumnya barang telah dikirim atau jasa yang diberikan; (b) pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi yaitu Bila barang atau jasa ditukar dengan kas dan kesanggupan untuk membayar kas aktiva lain yang dapat ditukar dengan kas. Secara teori titik waktu dari pengakuan pendapatan dilakukan pada berbagai saat yaitu sebagai berikut: (a) pengakuan pendapatan sebelum penyerahan; (b) pengakuan pendapatan setelah penyerahan; (c) pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan); (d) pengakuan pendapatan diakui pada saat penerimaan kas. Dari dua dasar pengakuan pendapatan diatas akan dijelaskan lebih terperincin oleh Kiesso dkk (2004:599) mengatakan bahwa pengakuan pendapatan dapat dilakukan dengan empat cara: (a) pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan) yaitu penjualan barang biasanya dianggap realisasi pada waktu produk yang dijual telah meninggalkan perusahaan dan diganti dengan suatu asset yang lain; (b) pengakuan pendapatan pada saat sebelum penjualan (penyerahan) yaitu aktivitas pemerolehan pendapatan yang berhubungan dengan jangka waktu, serta jumlah pendapatan yang harus diakui dalam proses atau aktivitas produktifnya; (c) pengakuan pendapatan pada saat sesudah penjualan (penyerahan) yaitu pendapatan diakui setelah penyediaan jasa dan penyerahan barang benar terjadi; (d) pengakuan pendapatan pada saat penjualan khusus yaitu mengakui pendapatan setelah consignor menerima pemberitahuan penjualan dan dilakukan pengiriman kas dari consignee. Menurut Soemarso (2003:275) mengatakan bahwa ada empat kejadian yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan saat pengakuan pendapatan, yaitu: (a) Pada saat dilakukannya penjualan, pendapatan biasanya diakui pada saat barang diserahkan kepada pembeli; (b) pada saat pembayaran telah diterima yaitu pendapatan baru diakui pada saat pembayaran atas penjualan diterima; (c) pada saat tahan produksi diselesaikan, pada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi, pekerjaan yang harus diselesaikan dapat berlangsung sampai tiga atau empat tahun atau bahkan lebih. Dalam keadaaan demikian pendapatan dapat diakui dengan menggunakan metode persentase penyelesaian atau kontrak selesai; (d) pada saat selesainya produksi, untuk barang yang nilai pasarnya sudah tertentu dan pemasarannya terjamin atau untuk barang yang sudah dipastikan akan terjual dengan harga tertentu berdasarkan kontrak penjualan, pendapatan dapat diakui pada saat selesainya produksi.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
5
Dyckman dkk (2000:239) mengatakan bahwa pendapatan didasarkan pada tiga kategori waktu yang luas, yaitu: (a) pendapatan diakui pada saat pengiriman produk atau jasa (titik penjualan), menurut metode ini, pengakuan pendapatan dilakukan apabila transaksi telah memenuhi dua kondisi pengakuan pendapatan, yakni ketika pendapatan direalisasikan atau tidak dapat direalisasikan dan ketika dihasilkan, biasanya dipenuhi pada saat barang dan jasa dikirim; (b) pendapatan diakui setelah pengiriman produk atau jasa. Pengukuran Pendapatan Harahap (2011:96) menyatakan bahwa pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca
atau laporan laba rugi. Riahi dan Belkaoui (2006:56) menyatakan bahwa pengukuran memiliki arti pemberian angka-angka kepada objek atau kejadian-kejadian menurut aturanaturan tertentu. Menurut Ghozali dan Anis Chariri (2007:299) menyatakan bahwa pendapatan diukur dalam satuan nilai tukar produk/ jasa dalam suatu transaksi yang bebas (arm’s length transaction). Nilai tukar tersebut menunjukan ekuivalen kas atau nilai diskonto tunai dari uang di terima atau akan diterima dari transaksi penjualan. Ada lima dasar pengukuran pendapatan menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No. 5 yaitu : (a) cost historis (historical cost) yaitu harga tunai ekuivalen yang dipertukarkan untuk barang atau jasa pada tanggal perolehan atau akuisisi; (b) cost penggantian terkini (current replacement cost) yaitu harga tunai yang akan dibayarkan sekarang untuk membeli atau mengganti jenis barang atau jasa yang sama yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban; (c) nilai pasar terkini (current market value) yaitu harga tunai ekuivalen yang dapat diperoleh dengan menjual suatu aktiva dan likuidasi yang dilaksanakan secara terarah; (d) nilai bersih yang dapat direalisasi (net realisable value) yaitu jumlah kas yang diharapkan akan diterima atau dibayarkan dari hasil pertukaran aktiva atau kewajiban dalam kegiatan normal perusahaan; (e) nilai sekarang yang didiskontokan (current discounted value) yaitu aktiva yang dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal kewajiban dinyatakan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha. Biaya Menurut Supriyono (2000;16), biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Simamora (2002;36), biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi. Menurut Mulyadi (2001;8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Jenis-Jenis Biaya Menurut Mulyadi (2005:13), ada 5 jenis biaya. Jenis-jenisnya adalah: (a) menurut objek pengeluaran; (b) menurut fungsi pokok dalam perusahaan; (c) menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai; (d) menurut perilaku dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan; (e) menurut jangka waktu manfaatnya. IAI (1994), misalnya dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan menyatakan: “Beban diakui dalam laporan rugi laba kalau penurunan manfaat ekonomi masa datang yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal”.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
6
Pengukuran Biaya Sejalan dengan penilian aktiva dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang (Chariri dan Imam, 2001:279-280). Oleh karena itu pengukuran biaya dapat didasarkan pada: (a) cost histori yaitu jumlah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperoleh aktiva; (b) cost pengganti/cost masukan terkini (replacement cost/current input cost) yaitu jumlah rupiah harga pertukaran yang harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama; (c) setara kas (cash equivalent) yaitu jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan normal. Laporan Laba-Rugi Horngren (2006:20) mendefinisikan Laporan laba rugi adalah “Labaran laba rugi merupakan ikhtisar atau yang menyajikan rangkuman pendapatan, beban, penghasilan bersih atau kerugian suatu entitas periode tertentu disebut juga laporan pendapatan atau operasi”. Kiesso (2002:150) mendefinisikan Laporan Laba Rugi adalah ”Merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut juga seringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas dan aktiva yang disamakan dengan kas di masa yang akan datang”. Kewajaran Menurut Andersen (1960:31) mendefinisikan Kewajaran Laporan Keuangan sebagai berikut: salah satu dalil akuntansi yang mendasari prinsip – prinsip akuntansi dapat dinyatakan sebagai kewajaran – kewajaran bagi seluruh segmen dari masyarakat bisnis (manajemen, tenaga kerja, pemegang saham, kreditor, konsumen, publik) ditentukan dan diukur dari segi ekonomi serta mode – mode pemikiran dan kebiasaan dari segmen tersebut sampai akhirnya prinsip – prinsip akuntansi dapat menghasilkan akuntansi keuangan bagi hak dan kepentingan ekonomi yang telah diterbitkan secara resmi yang menjadi wajar untuk semua segmen. Bukti pentingnya hal ini adalah referensi oleh Committee on Auditing Procedures dari American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) sehubungan dengan kewajaran laporan keuangan kriterianya : penyajian secara wajar dimana sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengungkapan, konsisten, dan dapat diperbandingkan serta dalam laporan yang wajar tanpa pengecualian menyajikan secara wajar memiliki konotasi telah mengikuti prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku dan standar audit yang berlaku. Prinsip Penanding (Matching Principle) Niswonger dkk (1999:98) menyatakan “konsep penanding adalah konsep akuntansi yang mendukung pelaporan pendapatan dan beban terkait pada periode yang sama.” Sedangkan Chariri dan Imam (2001:282) mengatakan “konsep penanding adalah konsep untuk mencari dasar hubungan yang tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya.” Biaya yang terjadi dengan pendapatan yang muncul sebagai akibat dari adanya biaya tersebut. Adanya prinsip matching principle yaitu: (a) adanya laporan laba rugi merupakan langkah kongkret dari penerapan matching principle; (b) Adanya jurnal adjustment (jurnal penyesuaian) yaitu menyesuaikan antara pendapatan dan biaya dalam satu periode yang sama.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
7
Dasar Penandingan Dasar penandingan itu ada tiga dasar penanding yang biasa digunakan untuk mencari hubungan antar biaya dengan pendapatan dalam satu periode tertentu; (a) hubungan sebab akibat yaitu pengakuan biaya harus dihubungkan dengan pendapatan dan dilaporkan dalam periode yang sama denga periode pengakuan dan pendapatan; (b) alokasi sistematik dan rasional yaitu sering disebut dengan dasar penanding periodik atau penanding tidak langsung. Dasar konsep penanding ini, ukuran penandingan yang digunakan bukan produk / unit fisik tetapi periode. Sehingga biaya yang diakui dan dihubungkan dengan pendapatan pada periode terjadinya; (c) pembebanan segera yaitu cost yang langsung dapat dibebankan pada periode terjadinya, (Chariri dan Imam, 2001:284-285). Evaluasi Terhadap Konsep Penanding Hubungan sebab dan akibat merupakan bahan terbaik untuk membandingkan biaya dan pendapatan namun sebenarnya tidak mungkin untuk diterapkan karena konsep cost attach tidak memilik alasan/argument yang kuat. Oleh karena itu, akuntan tidak menghubungkan secara langsung biaya dengan pendapatan tetapi atas dasar interval waktu. Hubungan sebab akibat memiliki implikasi bahwa jumlah rupiah pendapatan tertentu harus dihubungkan dengan jumlah rupiah biaya. Apabila suatu aktiva memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan dasar penandingan hubungan sebab dan akibat tidak dapat diterapkan, maka biaya aktiva dapat dialokasikan dalam periode-periode secara sistematis. Kemudian, Thomas (1969,1975) mengatakan bahwa banyak akuntan menghasilkan laporan yang hanya omong kosong belaka dan tidak bermanfaat. Informasi yang dihasilkan hampir seluruhnya didasarkan pada proses alokasi, yang tidak dapat dijustifikasi secara teoritis. Alokasi yang secara teoritis bisa memuaskan bila memenuhi beberapa kriteria, antara lain: (a) penambahan (Additivity) yaitu alokasi harus melibatkan keseluruhan jumlah yang ada, sehingga jumlah bagian-bagiannya sama dengan jumlah keseluruhannya, tidak kurang tidak lebih; (b) Ketidak Ambiguan (unambiguity) yaitu metode alokasi harus menghasilkan alokasi yang unik dengan menggunakan satu dasar alokasi yang jelas dan cara alokasinya juga harus jelas; (c) Mampu Bertahan (Defensibility) yaitu Metode alokasi yang dipilih harus lebih baik dari pada metode alokasi lainnya. Akuntan mempertahankan penggunaan alokasi berdasarkan dua alasan. Pertama, sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan akan memberikan manfaat pada periode sekarang dan masa mendatang. Kedua, data alokasi memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemakaian laporan keuangan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode penelitian studi kasus (case study research). beberapa alasan yang menjadi pertimbangan sebagai berikut: (a) untuk menjawab pertanyaan “bagaimana” dalam rumusan masalah; (b) penelitian ini dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang terjadi dalam perusahaan yang menjadi subjek penelitian melalui pengamatan di lapangan; (c) hanya bertindak sebagai pengamat, tidak ikut berperan dalam aktifitas yang dilakukan oleh objek penelitian dan tidak mempunyai kendali terhadap objek penelitian untuk mengontrol, mengatur dan mempengaruhi; (d) memfokuskan penelitian pada peristiwa kontemporer yaitu pada penerapan prinsip penandingan pada perusahaan pelayaran; (e) Simpulan yang dihasilkan tidak dapat digeneralisasikan karena menggunakan penelitian tunggal; (f) penelitian ini tidak bertujuan untuk menguji hipotesis. Data kualitatif menurut Bungin (2008:6) “…yaitu fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan. Kemudian menganalisanya dan berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu”. Proses penelitian tersebut tidak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
8
bertujuan menguji hipotesis, lebih menitikberatkan pada pemahaman, pemikiran dan persepsi peneliti dalam memahami suatu fenomena yang diteliti. Menurut Yin (2005:1), “secara umum studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaannya suatu penelitian berkenaan dengan “how” atau “why”, bila penelitian hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bila fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata”. Penelitian skripsi ini dilaksanakan pada PT. Megatrans Buana Samudra Surabaya yang merupakan perusahaan jasa pengurusan transportasi dan pelayaran (shipping company). Dalam penelitian ini, terdapat pembatasan pada ruang lingkup penelitian. Hal ini dilakukan agar penelitian lebih fokus pada masalah yang telah dirumuskan dan tidak melebar pada masalah yang lain. Adapun batasan ruang lingkup itu adalah sebagai berikut: (a) subyek penelitian adalah perusahaan forwarding PT. Megatrans Buana Samudra Surabaya. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi penerapan prinsip penandingan pada perusahaan lain, namun terbatas pada PT. Megatrans Buana Samudra Surabaya; (b) obyek penelitian adalah penerapan prinsip penandingan (matching principle) dalam menunjang kewajiban penyajian laporan laba rugi periodik pada perusahaan pelayaran PT. Megatrans Buana Samudra Surabaya. Membatasi penelitian pada pos-pos (akun) pendapatan utama dan biaya yang berkaitan untuk menghasilkan pendapatan utama pada kegiatan usaha pelayaran. Laporan keuangan yang digunakan sebagai unit evaluasi adalah laporan laba rugi komersial periode tahun kerja 2012. Teknik Pengumpulan Data Pada skripsi ini untuk data yang digunakan: (a) data primer, yaitu data dan informasi penelitian yang berhubungan langsung dengan penelitian dimana data diperoleh dari dokemun perusahaan yang mengenai penerapan pengakuan pendapatan dan prinsip penanding. (b) data sekunder, yaitu Data yang diperoleh secara tidak langsung. Data tersebut bisa didapatkan dari buku, jurnal, literature yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. Pengumpulan data dilakukan yaitu dengan cara: (a) studi lapangan yaitu dengan cara memperoleh data dengan melakukan penelitian langsung di perusahaan tempat penelitian dilakukan; (b) Observasi yaitu memperoleh informasi dengan melakukan peninjauan langsung ke lokasi dari objek penelitian yang berhubungan dengan masalah yang di teliti; (c) Wawancara, dalam teknik wawancara secara langsung dengan pihak yang berwenang untuk memperoleh informasi yang yang berkenaan dengan masalah yang akan dibahas; (d) Dokumentasi yaitu dalam penelitian ini data data yang diperoleh dengan mencatat data yang sudah ada pada subyek penelitian dengan mempelajari kebijakan perusahaan, sejarah perusahaan, dalam rangka penerapan pengakuan pendapatan dan beban terhadap kewajaran laporan keuangan. Satuan Kajian Karena adanya batasan pengamatan yang dilakukan dalam penelitian yang didasarkan pada pertanyaan penelitian yang telah diajukan sebelumnya, maka dalam penelitian ini yang menjadi satuan kajian adalah laporan keuangan komersial tahun 2012, meliputi: a) laporan laba rugi tahun 2012 b) laporan pembayaran uang muka/termin kepada rekanan penyedia jasa transportasi dan pembayaran uang maka/termin dari Pemberi Kerja (pengirim barang) pada tahun 2012. c) Rekap transaksi penjualan jasa selama tahun 2012. d) Rekap transaksi pembelian jasa selama tahun 2012.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
9
Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data mengenai subyek penelitian untuk memperoleh gambaran umum bidang usaha PT Megatrans Buana Samudra di Surabaya. 2. Mengumpulkan data akuntansi yang berhubungan dengan pembahasan dalam penelitian di PT. Megatrans buana Samudra. 3. Melakukan penelitian, mengamati dan mengumpulkan data tentang pendapatan, pengakuan, serta penerapan prinsip penanding terhadap kewajaran laporan laba rugi yang di sajikan PT. Megatrans Buana Samudra di Surabaya pada tahun 2012 4. Membandingkan data yang diperoleh dengan teori yang telah diuraikan dalam tinjauan teoritis 5. Melakukan pemeriksaan perhitungan pendapatan dan biaya yang dalam pembayaran terminnya lebih dari satu bulan atau memasuki periode berikutnya terkait waktu pengakuan dan pembebanannya 6. Melakukan analisis perhitungan pada laporan laba rugi selama tahun 2012. 7. Menarik kesimpulan serta memberikan saran yang dianggap perlu dan bermanfaat bagi perusahaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Pengukuran Pendapatan Nilai tukar merupakan ukuran terbaik untuk mengetahui hasil perolehan dari penjualan dan pemberian jasa. Nilai tukar tersebut diukur dalam rupiah, bukan dalam dolar ataupun dalan mata uang asing. PT. Megatrans Buana Samudra mempraktekkan bahwa nilai tukar saat pemberian jasa adalah ukuran yang akan diterima pada saat diterima. Biasanya yang diterima perusahaan dalam bentuk tunai, cek, atau giro, atau bisa langsung transfer ke rekening perusahaan, tujuannya agar bisa segera direalisasi menjadi nilai tukar rupiah. Pendapatan dari hasil penjualan jasa tersebut dinilai wajar. PT Megatrans Buana Samudra mendapatkan pendapatan terbesar dari jasa pengiriman barang. Di dalam transaksi jasa pengiriman antara konsumen dan perusahaan terdapat proses kesepakatan terlebih dahulu. Setelah dicapai kesepakatan diantara dua belah pihak, maka terjadilah transaksi bisnis jasa pengiriman. Proses kesepakatan antara PT Megatrans Buana Samudra dengan perusahaan konsumen diilustrasikan sebagai berikut.
Gambar 1 Alur terjadinya transaksi
Sumber: internal perusahaan Di dalam pengukuran pendapatan menurut SFAC (statement of Financial Acounting Concepts) no.5 PT. Megatrans Buana Samudra menggunakan pengukuran cost historis dimana aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) atau sebesar nilai wajar imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
10
Berdasarkan standar akuntansi keuangan no.23 bahwa perusahaan dapat membuat estimasi yang handal terhadap pendapatan yang akan diterima setelah perusahaan mencapai persetujuan dengan pihak lain dalam hal berikut: a. Hak masing-masing pihak yang pelaksanaanya dapat dipaksakan dengan kekuatan hukum berkenaaan dengan jasa yang diberikan dan diterima pihak-pihak tersebut. b. Imbalan yang harus dipertukarkan. c. Cara dan persyaratan pembayaran serta penyelesaian. Dari keterangan diatas, unsur teknis dan objektivitas yang terjadi dapat dijadikan sebagai pengukuran pendapatan yang akan dijadikan data akuntansi yang objektif bagi perusahaan. Pengukuran pendapatan dilakukan berdasarkan jumlah uang yang diterima dikurangi beban-beban atau pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang akan diterima perusahaan. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan pemakai jasa tersebut. Pada perusahaan, beban yang timbul dari pendapatan yaitu beban atau biaya konsumsi untuk bahan bakar kapal. Sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang menyatakan kriteria pendapatan dari penjualan jasa dapat diakui apabila dipenuhi keadaan atau dalam kondisi-kondisi tertentu. Kondisi-kondisi yang berhubungan dengan timbulnya pendapatan perusahaan, yaitu beban atau biaya operasional yang timbul dalam perjalanan pengiriman barang yang dimasukkan dalam perhitungan yang dipengaruhi tarif yang akan dibayar dan dianggap sebagai harga pokok yang terjadi. Kemudian jumlah pendapatan yang diterima dan diukur dengan satuan mata uang dalam rupiah dan penerimaanya bisa berupa uang, cek atau giro. Kondisi-kondisi di atas telah memberikan gambaran yang telah diidentifikasi dari sebuah transaksi atas jasa pengiriman barang atau service yang telah disesuaikan dengan standar akuntansi keuangan, karena selama ini perusahaan mengakui pendapatan berdasarkan satuan rupiah. Dalam menjalankan operasinya perusahaan tersebut mengukur nilai pendapatan, jika telah ada persetujuan dari pelanggan. Kemudian, hal ini akan dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan yaitu laporan laba rugi tahun berjalan. Analisis Pengakuan Pendapatan Manajemen PT. Megatrans Buana Samudra menerapkan prinsip akrual basis dalam mengakui pendapatan jasa. Artinya pendapatan akan diakui pada saat jasa telah selesai diberikan, kas akan menerima pembayaran dari pelanggan jika barang telah sampai dengan baik di gudang penerima. Dalam proses penerimaan kas PT. Megatrans melakukan penagihan yang sesuai dengan perjanjian dengan pelanggan yaitu 80% untuk penagihan pertama dan 20% untuk penagihan ke dua. Tagihan pertama dilakukan apabila kondisi kapal sudah berangkat dan dokumen tagihan disesuaikan dengan tanggal BL, dan tagihan ke dua dilakukan apabila selesai pembongkaran barang pada gudang penerima dan tanggal dokumen berdasarkan tanggal berita acara pembongkaran. Menurut hasil wawancara dengan salah satu karyawan di devisi akuntansi berpendapat bahwa pendapatan yang diakui oleh PT. Megatrans Buana Samudra ketika jasa telah di berikan yaitu selesainya barang dimuat di atas palka dan setelah barang tersebut tiba di pelabuhan tujuan/ gudang tujuan hingga dilakukan pembongkaran muatan. Pencatatan dan pengakuan pendapatan yang dilaksanakan PT. Megatrans Buana Samudra sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya. Kegiatannya meliputi pembuatan nota debet kepada pelanggan yang dilakukan setelah pemberian jasa pengiriman barang. Kemudian pelanggan akan melakukan pembayaran setelah menerima bukti yang menerangkan bahwa perjalanan yang telah dilaksanakan atau pelayanan telah diberikan. Setelah itu pelanggan akan membayar kepada perusahaan atau memberikan cek, giro
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
11
ataupun uang tunai. Bukti-bukti transaksi yang ada akan dibukukan oleh bagian accounting dan akan digunakan kembali untuk mengontrol penjualan atas jasa tersebut. Oleh karena itu, kegiatan yang sangat penting dalam proses pengakuan pendapatan PT. Megatrans Buana Samudra yaitu kegiatan pembuatan nota debet kepada pelanggan. Dengan dibuatnya nota debet tersebut berarti jumlah nilai yang ditawarkan telah diterima oleh pembeli. Pendapatan dari penjualan jasa ini dapat diestimasi dengan andal sehubungan dengan transaksi tersebut diakui pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Pengakuan pendapatan pada PT. Megatrans Buana Samudra telah sesuai dengan PSAK No.23 paragraf 19, dimana kondisinya sebagai berikut: 1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal 2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. 3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal. 4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. Untuk perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman barang, saat pengakuan pendapatan merupakan saat yang paling jelas dan objektif dari dasar lain. Dari sisi hukumnya, untuk mencapai tujuan penjualan jasa dapat terjadi apabila perpindahan hak dan tuntutan pembayaran timbul oleh karena itu dari segi teknisnya PT. Megatrans Buana Samudra merasa kesulitan untuk melaksanakannya, karena PT. Megatrans Buana Samudra hanya berpedoman pada pandangan umum dan akuntansi yang lazim digunakan oleh perusahaan-perusahaan lainnya. Kebijaksanaan perusahaan yang tidak membuat penyisihan untuk waktu menunggu tagihan diterima, memang bisa diterima dan hal ini tidak menyalahi prinsip akuntansi yang lazim dipakai umum. Berdasarkan hal itu pula PT. Megatrans Buana Samudra menaruh kepercayaan yang besar kepada pelanggan dengan memberikan tengang waktu dalam melakukan pembayaran tanpa menerapkan kelebihan bayar atas tengang waktu yang telah diberikan setelah diterbitkannya nota debet. Apabila ditinjau dari segi hubungan baik dengan pelanggan hal ini sangat wajar, dan hal ini pula yang diharapkan oleh pelanggan tersebut. Namun, apabila ditinjau dari sudut keuangannya seharusnya perusahaan menetapkan adanya penyisihan dari total keseluruhan tagihan yang akan diterima sebagai pendapatan dari waktu menunggu tagihan tersebut dibayar. Alasannya adalah agar uang yang tertanam pada pelanggan tersebut dapat menghasilkan pendapatan yang disebut dengan pendapatan bunga walaupun jumlanya relative kecil. Berdasarkan tabel 1 pendapatan jasa pengiriman yang dilakukan oleh PT. Megatrans Buana Samudra pada periode Desember 2011 sebesar Rp.926.475.520,- pendapatan yang diperoleh bulan Januari 2012 sebesar Rp651.146.648,- Jumlah Biaya dalam metode akrual basis pada bulan Desember 2011 sebesar Rp. 662.839.000,- dan besarnya biaya bulan Januari 2012 dengan metode akrual basis sebesar Rp. 515.846.343,-
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
12
Tabel 1 Perhitungan Pendapatan Secara Akrual Basis Bulan Desember 2011-Januari 2012 Pada PT. Megatrans Buana Samudra Nama Kapal KM. CITRA MILENIUM KM. INTAN SAMUDRA KM. HENGHENG
KM. SHORYU
KM. YOKOHAMA KM. SELVI PERTIWI KM. DEWI SAMUDRA
Tgl Berangkat/ Bongkar
Tagihan Tahap
Jumlah Pendapatan
PPh pasal 15 (1,2%)
PPN
Pendapatan Bersih
Tgl Bayar
Desember 2011
5/12/11
80%
204.000.000
2.448.000
20.400.000
221.952.000
26/12/11
221.952.000
20/12/11
20%
51.000.000
612.000
5.100.000
55.488.000
05/1/12
55.488.000
11/12/11
80%
260.000.000
3.120.000
26.000.000
282.880.000
03/1/12
282.880.000
3/1/12
20%
65.000.000
780.000
6.500.000
70.720.000
20/1/12
22/12/11
80%
299.200.000
3.590.400
29.920.000
325.529.600
12/1/12
20/1/12
20%
74.800.000
897.600
7.480.000
81.382.400
06/2/12
22/12/11
80%
115.940.000
1.391.280
11.594.000
126.142.720
12/1/12
7/1/12
20%
28.985.000
347.820
2.898.500
31.535.680
28/1/12
30/12/11
80%
125.400.000
1.504.800
12.540.000
136.435.200
21/1/12
12/1/12
20%
31.350.000
376.200
3.135.000
34.108.800
31/1/12
34.108.800
8/1/12
80%
111.348.300
1.336.179,6
11.134.830
121.146.950
29/1/12
121.146.950
12/1/12
20%
27.837.075
334.044,9
2.783.707,5
30.286.738
31/2/12
30.286.738
26/1/12
80%
259.160.000
3.109.920
2.5916.000
281.966.080
14/2/12
281.966.080
8/2/12
20%
64.790.000
777.480
6.479.000
70.491.520
27/2/12
1.718.810.375
20.625.724,5
171.881.037,5
1.870.065.688
TOTAL
Januari 2012
70.720.000 325.529.600 81.382.400 126.142.720 31.535.680 136.435.200
926.475.520
651.146.648
Sumber : Data yang diolah penulis
Tabel 2 Perhitungan Biaya Secara Akrual Basis Bulan Desember 2011- Januari 2012 Pada PT. Megatrans Buana Samudra Nama Kapal KM. CITRA MILENIUM
KM. INTAN SAMUDRA
KM. HENGHENG
KM. SHORYU
KM. YOKOHAMA KM. SELVI PERTIWI
KM. DEWI SAMUDRA
Uraian Biaya Freigth Biaya Freigth Biaya Freigth Biaya Freigth Biaya Freigth Biaya Freigth Biaya Freigth Biaya Freigth Biaya Keagenan Olie Biaya Freight Biaya Freight Biaya Freight Biaya Freight TOTAL
Tgl Berangkat /Bongkar
Tagihan Tahap
Jumlah Biaya
PPh pasal 15 (1,2%)
PPN
5/12/11
80%
184.000.000
2.208.000
18.400.000
20/12/11
20%
46.000.000
552.000
4.600.000
11/12/11
80%
225.680.000
3/1/12
20%
56.420.000
22/12/11
80%
20/1/12
Tgl Bayar
Desember 2011
181.792.000
30/12/11
181.792.000
45.448.000
12/1/12
45.448.000
-
225.680.000
3/1/12
225.680.000
-
-
56.420.000
30/1/12
272.000.000
3.264.000
27.200.000
268.736.000
17/1/12
20%
68.000.000
816.000
6.800.000
67.184.000
16/2/12
22/12/11
80%
106.950.000
-
-
106.950.000
19/1/12
7/1/12
20%
26.737.000
-
-
26.737.000
30/1/12
30/12/11
100%
16.025.000
-
-
16.025.000
27/1/12
12/1/12
100%
4.895.500
-
-
4.895.500
9/2/12
4.895.500
7/1/12
80%
94.193.800
1.130.325,6
9.419.380
30/1/12
93.063.474,40
12/1/12
20%
23.548.450
282.581,4
2.354.845
23.265.868,60
1/2/12
23.265.868,60
26/1/12
80%
244.280.000
-
-
244.280.000
23/2/12
244.280.000
8/2/12
20%
61.070.000
-
-
61.070.000
27/2/12
1.429.800.250
8.252.907
68.774.225
Sumber : Data yang diolah penulis
-
Biaya Bersih
93.063.474,40
1.421.547.343
Januari 2012
56.420.000 268.736.000 67.184.000 106.950.000 26.737.000 16.025.000
662.839.000
515.846.343
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
13
Dari hasil penelitian diperusahaan, PT. Megatrans Buana Samudra mengakui pendapatan telah tepat. Pendapatan dan biaya yang diakui dalam bulan Desember 2011 telah dicatat secara tepat, dan penulis mengilustrasikan untuk jurnal pendapatan dalam metode akrual basis sebagai berikut: Piutang Usaha xxx Pendapatan Jasa xxx Dan jurnal untuk mencatat biaya jasa pada accrual basis adalah Biaya Usaha xxx Hutang Usaha xxx Pada akhir tahun PT. Megatrans Buana Samudra membuat jurnal penutup,sebagai berikut: Pendapatan Jasa xxx Ikhtisar Laba Rugi xxx Ikhtisar Laba Rugi Biaya Usaha
xxx xxx
Ikhtisar Laba Rugi xxx Modal Usaha
xxx
Alternatif Pengakuan Pendapatan Dan Biaya Jasa Dengan Cash Basis pengakuan pendapatan dan biaya untuk jasa pengangkutan selain menggunakan metode akrual basis, ada juga menggunakan metode alternatif dalam pengakuan pendapatan yaitu metode cash basis. Artinya pendapatan akan diakui pada saat kas diterima dan biaya diakui ketika ada transaksi pada kas. Kembali pada rincian pendapatan periode bulan Desember 2011 dan bulan Januari 2012. Tabel 3 Perhitungan Pendapatan Secara Cash Basis Bulan Desember 2011-Januari 2012 Pada PT. Megatrans Buana Samudra Tgl Berangkat/ Bongkar
Tagihan Tahap
Jumlah Pendapatan
PPh pasal 15 (1,2%)
PPN
Pendapatan Bersih
Tgl Bayar
Desember 2011
5/12/11
80%
204.000.000
2.448.000
20.400.000
221.952.000
26/12/11
221.952.000
20/12/11
20%
51.000.000
612.000
5.100.000
55.488.000
05/01/12
55.488.000
11/12/11
80%
260.000.000
3.120.000
26.000.000
282.880.000
03/01/12
282.880.000
3/1/12
20%
65.000.000
780.000
6.500.000
70.720.000
20/01/12
70.720.000
KM. HENGHENG
22/12/11
80%
299.200.000
3.590.400
29.920.000
325.529.600
12/01/12
325.529.600
20/1/12
20%
74.800.000
897.600
7.480.000
81.382.400
06/02/12
KM. SHORYU
22/12/11
80%
115.940.000
1.391.280
11.594.000
126.142.720
12/01/12
7/1/12
20%
28.985.000
347.820
2.898.500
31.535.680
28/01/12
31.535.680
KM. YOKOHAMA
30/12/11
80%
125.400.000
1.504.800
12.540.000
136.435.200
21/01/12
136.435.200
12/1/12
20%
31.350.000
376.200
3.135.000
34.108.800
31/01/12
34.108.800 121.146.950
Nama Kapal KM. CITRA MILENIUM KM. INTAN SAMUDRA
KM. SELVI PERTIWI KM. DEWI SAMUDRA
8/1/12
80%
111.348.300
1.336.179,6
11.134.830
121.146.950
29/01/12
12/1/12
20%
27.837.075
334.044,9
2.783.707,5
30.286.738
31/02/12
26/1/12
80%
259.160.000
3.109.920
2.5916.000
281.966.080
14/02/12
8/2/12
20%
27/02/12
TOTAL
64.790.000
777.480
6.479.000
70.491.520
1.718.810.375
20.625.724,5
171.881.037,5
1.870.065.688
Januari 2012
126.142.720
221.952.000
1.183.986.950,40
Sumber : Data yang diolah penulis
Pencatatan pendapatan bulan Desember 2011 sebesar Rp. 1.183.986.950,40 dan mencatat pendapatan bulan Januari 2012 sebesar Rp. 221.952.000,- Jadi pendapatan jasa
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
14
pengiriman yang seharusnya diakui oleh pihak menejemen PT. Megatrans Buana Samudra pada bulan Januari 2012 sebesar Rp. 532.840.302,4 karena perusahaan mencatat pendapatan sebesar Rp. 1.183.986.950,4 sebagai pendapatan bulan Januari 2012 sehingga pendapatan pada bulan Desember 2011 menjadi understate atau terlalu kecil dan pendapatan bulan Januari 2012 menjadi overstate atau terlalu besar pendapatan yang seharusnya diakui oleh PT. Megatrans Buana Samudra pada bulan Januari adalah Rp. 532.840.302,4 ( Rp. 1.183.986.950,4 – Rp. 651.146.648 ). Sedangkan untuk biaya yang terliat pada tabel 4 PT. Megatrans Buana Samudra untuk bulan Desember 2011 mencatat Rp. 181.792.000,- di bulan Januari mencatat sebesar Rp.839.059.974,4 Biaya Jasa pengiriman yang seharusnya diakui oleh pihak menejemen PT. Megatrans Buana Samudra pada bulan Januari 2012 sebesar Rp. 323.213.631,4 karena perusahaan mencatat biaya sebesar Rp. 839.059.974,4 sebagai biaya bulan Januari 2012 sehingga biaya pada bulan Desember 2011 menjadi understate atau terlalu kecil dan biaya bulan Januari 2011 menjadi overstate atau terlalu besar pendapatan yang seharusnya diakui oleh PT. Megatrans Buana Samudra pada bulan Januari adalah Rp.323.213.631,4 (Rp.839.059.974,4 – Rp.515.846.343). Tabel 4 Perhitungan Biaya Secara Cash Basis Bulan Desember 2011- Januari 2012 Pada PT. Megatrans Buana Samudra Nama Kapal
Uraian
KM. CITRA MILENIUM
Biaya Freigth Biaya Freigth Biaya Freigth Biaya Freigth Biaya Freigth Biaya Freigth
KM. INTAN SAMUDRA
KM. HENGHENG
KM. SHORYU
KM. YOKOHAMA KM. SELVI PERTIWI
KM. DEWI SAMUDRA
Biaya Freigth Biaya Freigth Biaya Keagenan Olie Biaya Freight Biaya Freight Biaya Freight Biaya Freight TOTAL
Tgl Berangkat /Bongkar
Tagiha n Tahap
Jumlah Biaya
PPh pasal 15 (1,2%)
PPN
5/12/11
80%
184.000.000
2.208.000
18.400.000
20/12/11
20%
46.000.000
552.000
4.600.000
11/12/11
80%
225.680.000
3/1/12
20%
56.420.000
22/12/11
80%
20/1/12
Tgl Bayar
Desember 2011
181.792.000
30/12/11
181.792.000
45.448.000
12/1/12
45.448.000
-
225.680.000
3/1/12
225.680.000
-
-
56.420.000
30/1/12
56.420.000
272.000.000
3.264.000
27.200.000
268.736.000
17/1/12
268.736.000
20%
68.000.000
816.000
6.800.000
67.184.000
16/2/12
22/12/11
80%
106.950.000
-
-
106.950.000
19/1/12
106.950.000
7/1/12
20%
26.737.000
-
-
26.737.000
30/1/12
26.737.000
30/12/11
100%
16.025.000
-
-
16.025.000
27/1/12
16.025.000
12/1/12
100%
4.895.500
-
-
4.895.500
9/2/12
7/1/12
80%
94.193.800
1.130.325,6
9.419.380
12/1/12
20%
23.548.450
282.581,4
2.354.845
26/1/12
80%
244.280.000
-
-
8/2/12
20%
-
61.070.000
-
-
1.429.800.250
8.252.907
68.774.225
Biaya Bersih
93.063.474,40
30/1/12
23.265.868,60
1/2/12
244.280.000
23/2/12
61.070.000
20/2/12
1.421.547.343
Januari 2012
93.063.474,40
181.792.000
839.059.974,4
Sumber : Data diolah oleh penulis
PT. Megatrans Buana Samudra merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayaran. Menurut UU no. 17 tahun 2008 pasal 1 pelayaran yaitu satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhan, keselamatan dan keamanan serta perlindungan lingkungan maritim. Pengangkutan perairan yang dimaksudkan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
15
menggunakan kapal. Menurut PP no.82 tahun 1999 dan KM tahun 2001 ruang lingkup pelayaran sebagai berikut: 1. Usaha pokok pelayaran berupa penyelenggaraan angkutan barang mempergunakan kapal. 2. Usaha keagenan yang merupakan usaha pelayanan atas kapal orang lain. 3. Usaha penunjang kegiatan pelayaran. PT. Megatrans Buana Samudra dimana pendapatan diperoleh dari pengakutan pupuk ke berbagai wilayah Indonesia yang mana memiliki kapal sendiri dalam satu periode akuntansi alur perjalanannya tercantum dalam PP no.20 tahun 2010 pasal 1 yaitu line charter dan tramp charter. Trayek tetap atau teratur yaitu dalam perjalanannya satu alur saja (line charter) misal tujuan gresik ke Pontianak atau pun dalam satu periode akuntansi bisa lebih dari satu tujuan (tramp charter) misal dari tujuan gresik ke lembar, dan gresik ke kumai. Pengertian trayek menurut UU no.17 tahun 2008 pasal 1 mengatakan bahwa rute atau lintasan pelayanan angkutan dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. Berikut ini penyajian laporan laba rugi PT. Megatrans Buana Samudra tahun 2010, dan 2011 sebagai berikut: Tabel 5 PT. MEGATRANS BUANA SAMUDRA LAPORAN LABA RUGI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2010
Pendapatan kapal sewa Pendapatan kapal milik Total Pendapatan Biaya langsung : Kapal sewa : Biaya sewa kapal (freight) Biaya pemuatan/pembongkaran Biaya BBM & pelumas Kapal milik : Biaya gaji crew kapal Biaya BBM, pelumas, & air Biaya pemuatan Biaya pelabuhan Biaya pembongkaran Biaya kapal Biaya tidak langsung : Biaya gaji karyawan kantor Biaya listrik, air & telepon Biaya perawatan gedung Biaya penyusutan gedung Biaya alat tulis kantor Biaya perjalanan dinas Biaya pemeliharaan aktiva tetap Biaya assuransi kapal Biaya penyusutan aktiva tetap Biaya operasional kantor Total Biaya Laba (rugi) Bersih Sumber: Data diolah oleh penulis
17.168.688.910 6.461.587.184 23.630.276.094
17.629.936.879 305.501.040 392.817.600 783.302.400 611.177.659 409.057.878 5.760.000 31.707.000 67.459.320 202.176.000 76.150.619 10.838.988 53.893.797 4.855.068 9.768.672 4.782.971 275.065.000 341.686.597 14.871.384 21.230.808.871 2.399.467.223
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
16
Tabel 6 PT. MEGATRANS BUANA SAMUDRA LAPORAN LABA RUGI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011
Pendapatan kapal sewa Pendapatan kapal milik Total Pendapatan Biaya langsung : Kapal sewa : Biaya sewa kapal (freight) Biaya pemuatan/pembongkaran Biaya BBM & pelumas
25.525.824.118 4.012.021.000 29.537.845.118
22.037.4215.009 381.876.300 491.022.000
Kapal milik : Biaya gaji crew kapal Biaya BBM, pelumas, & air Biaya pemuatan Biaya pelabuhan Biaya pembongkaran Biaya kapal Biaya tidak langsung : Biaya gaji karyawan kantor Biaya listrik, air & telepon Biaya perawatan gedung Biaya penyusutan gedung Biaya alat tulis kantor Biaya perjalanan dinas Biaya pemeliharaan aktiva tetap Biaya asuransi kapal Biaya penyusutan aktiva tetap Biaya operasional kantor Total Biaya Laba (rugi) Bersih
979.128.000 763.972.074 511.322.347 7.200.000 39.633.750 84.324.150 252.720.000 95.188.273 13.548.735 53.893.797 6.068.835 12.210.840 5.978.714 275.065.000 341.686.597 18.589.230 26.370.849.740 3.166.995.378
Sumber: Data diolah oleh penulis
PT. Megatrans Buana Samudra dalam memenuhi permintaan dengan menggunakan kapal sendiri biaya yang timbul adalah biaya keagenan, biaya bahan bakar, pelumas, biaya perbaikan kapal, biaya gaji crew kapal, biaya pelabuhan, biaya pemuatan/pembongkaran, biaya kapal dan biaya penyusutan kapal. Apabila PT. Megatrans buana berperan sebagai penyewa kapal pengeluaran yang akan timbul sebagai biaya adalah biaya sewa kapal (freight charter),dan biaya pemuatan/pembongkaran. Pemberian jasa kepada pelanggan yang diberikan oleh PT. Megatrans Buana Samudra yang berdasarkan kontrak perjanjian antara kedua belah pihak. Berikut penyajian laporan laba rugi PT. Megatrans Buana Samudra tahun 2012, sebagai berikut:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
17
Tabel 7 PT. MEGATRANS BUANA SAMUDRA LAPORAN LABA RUGI UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
Pendapatan kapal sewa Pendapatan kapal milik Total Pendapatan Biaya langsung : Kapal sewa : Biaya sewa kapal (freight) Biaya pemuatan/pembongkaran Biaya BBM, & pelumas
28.749.090.438 5.022.656.080 33.771.746.518
24.486.023.443 424.307.000 545.580.000
Kapal milik : Biaya gaji crew kapal Biaya BBM, pelumas, & air Biaya pemuatan Biaya pelabuhan Biaya pembongkaran Biaya kapal Biaya Tidak Langsung : Biaya Gaji Karyawan Kantor Biaya listrik, air & telepon Biaya perawatan gedung Biaya penyusutan gedung Biaya Alat Tulis Kantor Biaya Perjalanan Dinas Biaya pemeliharaan aktiva tetap Biaya Asuransi Biaya penyusutan aktiva tetap Biaya Operasional Kantor Total Biaya Laba (rugi) Bersih
1.087.920.000 848.857.860 568.135.941 8.000.000 44.037.500 93.693.500 280.800.000 105.764.748 15.054.150 53.893.797 6.743.150 13.567.600 6.643.015 275.065.000 341.686.597 20.654.700 29.226.428.001 4.545.318.517
Sumber: Data yang diolah penulis
Analisis Pemilihan Alternative Pengakuan Pendapatan dan Biaya Jasa yang sesuai dengan Prinsip Penanding Prinsip penanding yang dikemukakan oleh Chariri dan Imam (2001:282) adalah konsep untuk mencari dasar hubungan yang tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya. Beban usaha yang timbul merupakan beban usaha yang harus di tanggung oleh PT. Megatrans Buana Samudra pada tahun 2012 sebesar Rp. 28.106.555.244,- dan pendapatan sebesar Rp.33.771.746.518,- dengan rincian sebagai berikut: Pendapatan kapal sewa Rp.28.749.090.438 Pendapatan kapal milik Rp. 5.022.656.080 Total Pendapatan Rp.33.771.746.518
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
18
Biaya kapal sewa: Biaya sewa kapal Rp.24.486.023.443 Biaya pemuatan/bongkar Rp. 424.307.000 Biaya BBM & pelumas Rp. 545.580.000 Biaya kapal milik: Biaya gaji crew kapal Rp. 1.087.920.000 Biaya BBM, pelumas,& air Rp. 848.857.860 Biaya pemuatan Rp. 568.135.941 Biaya pelabuhan Rp. 8.000.000 Biaya bongkar Rp. 44.037.500 Biaya Kapal Rp. 93.693.500 Total Biaya Rp. 28.106.555.244 Beban tersebut diakui oleh PT. Megatrans Buana Samudra karena timbul adanya pendapatan yang akan diterima ketika kapal selesai muat/ selesai bongkar. Tanpa adanya pendapatan yang diterima tidak mungkin perusahaan mengeluarkan biaya tersebut pada periode yang sama sehingga menimbulkan adanya hubungan sebab akibat antara beban dan pendapatan. Penerapan pengakuan pendapatan dan biaya yang menerapkan prinsip penanding antara pendapatan dan biaya yang saling berkaitan tersebut diharapkan mampu menunjang penyajian laporan keuangan yang wajar dan meminimalkan terjadinya overatated maupun understated. Dalam sub bab ini akan dilakukan analisis dan perbandingan antara metode pengakuan pendapatan dan biaya dalam menerapkan prinsip penanding yang telah diterapkan oleh PT. Megatrans Buana Samudra dengan kedua alternatif yang telah dibahas sebelumnya untuk mengetahui metode mana yang lebih tepat untuk di terapkan pada PT. Megatrans Buana Samudra. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Perbandingan Pendapatan dan Biaya yang Diakui menurut Metode yang Berbeda
Metode Metode akrual basis Metode cash basis
Desember 2011
Januari 2012
Pendapatan
Biaya
Pendapatan
Biaya
926.475.520
662.839.000
651.146.648
515.846.343
221.952.000
181.792.000
1.183.986.950,4
839.059.974,4
Sumber: Data yang diolah penulis Tabel 9 Perbandingan Laba/Rugi yang Diakui Menurut Metode yang Berbeda Laba/Rugi Desember 2011 Metode Akrual Basis 263.636.520 Metode Cash Basis 40.160.000 Sumber: Data yang diolah penulis Metode
Laba/Rugi Januari 2012 135.300.305 344.926.976
Pada tabel perbandingan diatas terliat bahwa metode pengukuran pendapatan dan biaya serta penerapan prinsip penanding pendapatan dan biaya utamanya oleh manajemen PT. Megatrans Buana Samudra yang menggunakan metode cash basis mengalami
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
19
understated. Metode Accrual Basis dan Metode Cash Basis bisa menjadi alternatif yang baik untuk menghasilkan laporan laba rugi yang lebih wajar dan relevan. Metode Akrual Basis mengakui pendapatan pada saat jasa telah diberikan telah tepat dalam penerapan Macthing Principle SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN Simpulan Simpulan dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) PT. Megatrans Buana Samudra Surabaya dalam mengakui pendapatan dan biaya menggunakan akrual basis lebih baik daripada menggunakan metode cash basis; (2) Penerapan prinsip penanding (matching principle) pada PT. Megatrans Buana Samudra telah menggunakan metode akrual, pendapatan jasa yang diakui ketika pemberian jasa tersebut di berikan dan di bandingkan dengan biaya jasa yang sudah di biayakan untuk kegiatan tersebut, sedangkan ketika menggunakan cash basis akan mengalami understate maupun overstatate; (3) Koreksi laporan laba rugi tahun 2011 di lakukan dengan membuat jurnal koreksi pada akhir tahun. Namun jika pembukuan tahun 2012 sudah ditutup maka tidak perlu dibuat jurnal koreksi karena sudah saling menyeimbangkan; (4) PT. Megatrans Buana Samudra dalam melakukan penagihan dengan presntase 80% dan 20% telah bisa mencakup seluruh biaya yang berhubungan dengan kegiatan usaha. Saran Dari kesimpulan di atas, berikut ini ada beberapa saran yang dapat dijadikan bahan masukan sebagai berikut : (1) Bagi pihak manajemen PT. Megatrans Buana Samudra lebih baik menggunakan akrual basis daripada cash basis dalam mengakui pendapatan dan biaya; (2) PT. Megatrans Buana Samudra seharusnya menyadiakan pos untuk piutang tak tertagih dalam penyajian neraca agar dalam penyajian laporan keuangan menjadi wajar; (3) Melakukan jurnal koreksi jika terdapat perbedaan pengakuan pendapatan dan biaya yang seharusnya; (4) Untuk pembaca, yang telah membaca hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini dengan memperdalam pembahasan mengenai metode prinsip penanding (matching principle). Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah harus ada batasan waktu untuk pelanggan untuk melunasi hutangnya ke pada PT. Megatrans Buana Samudra. Apabila dalam kurun waktu yang sudah dui tentukan tagihan masih belum dapat ditagih maka akan masuk ke dalam akun cadangan piutang tak tertagih dan hasil yang diperoleh masih jauh dari kesempurnaan. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan lebih dapat dikembangkan lagi dalam penerapan prinsip penanding (matching principle) untuk menilai suatu kewajaran laporan laba rugi suatu perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Andersen, A. dan Co. 1960. The postulate of Accounting. New York Belkoui, A. R. 2006. Intermediate Accounting, Edisi Ketujuh. Salemba Empat. Jakarta ___. 2006. Teori Akuntasi. Edisi Kelima, Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta Bungin, M. B. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik. dan Ilmu Sosial Lainnya. Edisi Pertama. Kencana. Jakarta Chariri, A. M. dan I. Ghozali. 2001. Teori Akuntansi, Edisi Pertama. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang Dyckman, T. R., Roland E. D., dan Charles J. 2000. Akuntansi Intermediate, Jilid Satu, Edisi Ketiga. Terjemahan Munir Ali. Erlangga. Jakarta El-nino, J. 2013. Perusahaan Pelayaran. http:pelaut-lusiana.blogspot.com. diakses tanggal 30 Nopember 2014
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 1 (2014)
20
FASB. 1978. “Elements of Financial Statements”, Statement of Financial Accounting Concepts No.6. Stamford Connecticut:FASB Harahap, S. S. 2011. Teori Akuntansi. Edisi Refisi 2011. Rada Grafindo Persada. Jakarta Hendriksen, E. S. 1988. Teori Akuntasi. Edisi Keempat. Jilid 1. Erlangga. Jakarta Henry, S.2002. Akuntansi Manajemen. Salemba Empat. Jakarta Herbert T. H. 2005. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan pada PT. Sharp Yasonta Antarnusa Cabang Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan Horngren, C. T. 2006. Akuntansi. Edisi Keenam. Jilid 1. Indeks. Jakarta Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta Kam, V. 1990. Accounting Theory. Second Edition. John Wiley And Sons, Inc. New York Kiesso, D. E. 2001. Akuntansi Intermediate. Edisi Kesepuluh. Jilid 3. Erlangga. Jakarta Kieso, D. E., W. Jery dan Terry D. 2004. Akuntansi Intermediate. Edisi Kesepuluh. Jilid Tiga. Terjemahan Gina Gania dan Ichsan Setyo Budi. Erlangga. Jakarta Lesmana, A. 2007. Penerapan Matching Konsep dalaam Menghitung Laba Rugi pada Peternakan (studi kasus). Skripsi. Universitas Airlangga. Surabaya Maharani, Y. R. 2010. Penerapan Metode Pengakuan Pendapatan dan Beban terhadap Kewajaran Laporan Keuangan pada PT. Sari Rajut Indah Surabaya. Skripsi. STIE Perbanas. Surabaya Muqodim. 2005. Teori Akuntansi. Ekonisia. Yogyakarta Mulia, B. 2001. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No.23 pada PT. Raya Utama Travel Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi ke-6. STIE YKPN. Yogyakarta Niswonger, C. R., Carls S. W., James M. R., Philip E. Fess. 1999. Prinsip-PrinsipAkuntansi. Erlangga. Jakarta Riahi, A. dan Belkaoui. 2006. Accounting Theory, Teori Akuntansi. Edisi Lima. Salemba Empat. Jakarta SFAC. 1980. Recognition and Measurement in Financial Statement of Financial of Business Enterprises. Stamford Connecticut: FASB Sivvi, R. 2013. Shipping/ Pelayaran Dan Kepabeanan. http:sekantongcoklat.wordpress.com/tag/pengertian-shpping/. Diakses tanggal 20 Desember 2013 Soemarso. 2003. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Kelima. Salemba Empat. Jakarta Smith, M. J. 1991. Akuntansi Intermediate, Volume Komprehensif. Edisi Kesembilan. Jilid kedua. Terjemahan Nugroho Widjayanto. Erlangga. Jakarta SPAP. 1994. Pernyataan Standar Profesional Akuntansi Publik. PT. Salemba. Jakarta Supriyono. 2000. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi dua. BPFE. Yogyakarta Thomas, A. L., 1969, “The FAB and The Allocation Problem”. Journal of Accountancy, November Warren, C, R. James M. dan F. Philip. 2005. Pengantar Akuntansi. Edisi 21. Salemba Empat. Jakarta Yin, R. K. 2003. Studi Kasus Desain dan Metodc. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta