JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 4 No. 1, April 2004 : 11 – 24
EVALUASI ATAS AKUNTANSI PERSEDIAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA RUGI DALAM LAPORAN KEUANGAN PD. USAHA MEUBEL oleh Hastoni Dosen Pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan
ABSTRAK Metode penilaian persediaan menggunakan metode LIFO untuk memberikan suatu laporan laba rugi perspektif artinya laba bersih diukur dengan menggunakan LIFO yang menggabungkan harga jual dan biaya akuisisi yang sekarang. LIFO memungkinkan manajemen mempengaruhi laba dengan menetapkan waktu pembelian suatu item persediaan. Kesalahan perhitungan persediaan mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi. Sebagai contoh, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan mengakibatkan kekeliruan persediaan akhir, aktiva lancar, dan total aktiva pada neraca. Penentuan persediaan memainkan peranan penting dalam menandingkan beban dengan pendapatan dalam suatu periode tertentu. Keywords : Akuntansi Persediaan; Laba Rugi; Laporan Keuangan.
PENDAHULUAN Latar Belakang Secara umum, tujuan utama dari suatu perusahaan adalah mencapai keuntungan sebesarsebesarnya guna mempertahankan kelangsungan/kesinambungan hidupnya (going concern) di tengah persaingan era globalisasi. Persediaan biasanya dianggap sama dengan stock barang dagangan, meskipun perhitungan akuntansi untuk arus barang dagangan biasanya dianggap lebih penting. Namun pada dasarnya persediaan barang merupakan aset yang sangat penting, baik dalam jumlah maupun peranannya dalam kegiatan dari banyak perusahaan. Penilaian atas persediaan ini, misalnya, akan mempunyai akibat langsung terhadap penentuan laba rugi. Pokok pikiran mengenai klasifikasi dan penilaian persediaan secara langsung berkaitan dengan pengertian bagaimana informasi tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan yang dipergunakan untuk pengambilan keputusan.
Salah satu tujuan yang penting dari penilaian adalah untuk menyajikan informasi yang bisa membantu para investor dan pemakai lainnya untuk memprediksi arus kas di masa yang akan datang bagi perusahaan. Pelaporan persediaan yang akurat dan relevan sangat penting kalau ingin memberikan informasi yang berguna dalam laporan. Dan pelaporan persediaan secara akurat juga sangat penting bagi para pengambil keputusan dalam perusahaan dan para pengambil keputusan di luar perusahaan. Terutama sangat berkepentingan dengan persoalan seperti memutuskan kapan harus melakukan pemesanan persediaan dan berapa banyak persediaan akan dibeli setiap kali melakukan pemesanan. Unit ini menitikberatkan pada pengaruh pelaporan persediaan terhadap laporan keuangan, yang dipergunakan oleh investor dan kreditor di luar perusahaan. Tetapi jika persediaan tidak diukur dan dilaporkan menurut dasar yang tepat dan benar dapat menyesatkan pengambilan keputusan mengenai laba, aset dan ekuiti perusahaan. Jika 11
persediaan dilaporkan terlalu kecil akan mempunyai pengaruh terhadap pelaporan harga pokok penjualan barang menjadi terlalu besar, pelaporan laba bersih menjadi terlalu kecil, pelaporan asset dan total modal menjadi terlalu rendah. Sedangkan jika dilaporkan terlalu besar akan mempunyai pengaruh sebaliknya. Jadi bila persediaan dilaporkan salah pada akhir periode maka laba bersih dari periode tersebut akan dilaporkan salah, demikian juga laba bersih untuk periode berikutnya. Unsur-unsur analisis dalam pelaporan persediaan erat hubungannya dengan akuntansi persediaan yang berbeda-beda. Memang tidaklah masuk akal apabila kita menarik kesimpulan mengenai kebijaksanaan akuntansi hanya dari pengkajian-pengkajian yang terbatas sampai saat ini, namun demikian, paling tidak ada suatu kesimpulan bahwa adanya bermacam-macam metode untuk penilaian persediaan, dapat menyebabkan lebih banyak kerugian dari pada manfaat dan bahwa metode pelaporan informasi mengenai persediaan ini seharusnya disempurnakan. Ada satu alasan yang membenarkan penggunaan metode penilaian yang berbeda untuk persediaan, yakni bahwa setiap metode seharusnya mencerminkan keadaan ekonomis yang berbedabeda. Oleh karena itu perusahaan kadang kala mengubah metode persediaan mereka pada saat terjadi perubahan perekonomian. Apabila persediaan merupakan pos yang cukup material, perubahan metode persediaan yang dilakukan perusahaan akan dapat merusak komparabilitas (daya banding) laporan keuangan perusahaan dengan tahun-tahun sebelumnya dan dengan laporan keuangan badan usaha lainnya. Perubahan tersebut harus dipertimbangkan secara cermat dan baru bisa dilakukan apabila menunjukkan secara jelas keunggulan dari metode yang akan digunakan. Pendapat ini ditekankan oleh Accounting Principles Board dalam Opinion No. 20 yang dikutip oleh Jay M. Smith dan K. Fred Skousen (1993,361).
METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan data atau pengumpulan informasi bagi penulisan penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah:
12
Penelitian Kepustakaan (Library Research) Tekhnik pengumpulan data atau informasi dalam penelitian dengan menggunakan buku-buku referensi baik secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan objek dan masalah yang dibahas, serta bacaan-bacaan dan bahanbahan lain yang berhubungan. Data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan ini merupakan data sekunder. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian dilaksanakan secara langsung untuk memperoleh data-data dan informasi dari perusahaan guna menunjang penulisan penelitian ini, yang dilakukan melalui pencatatan data-data, dokumen-dokumen dan informasi perusahaan sebatas yang dapat diberikan dan diizinkan oleh pimpinan perusahaan serta tidak menyangkut kerahasiaan perusahaan. Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan data primer. Jenis dan sumber data dapat dilihat lebih jelas pada tabel 3.1. Alat dan Teknik Pengumpulan Data Alat serta teknik yang penulis gunakan dalam pengumpulan data selama penelitian ini yaitu : 1. Wawancara. Yaitu mengumpulkan data dengan cara mengadakan tatap muka secara langsung dengan pihak PD. Usaha Meubel dan mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan objek penelitian. 2. Observasi Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian dengan cara mencatat temuan datadata. 3. Hipotesa Hipotesa merupakan kesimpulan atau jawaban sementara atas masalah yang sedang diteliti untuk menjelaskan kondisi-kondisi yang diperhatikan dan untuk membimbing penelitian lebih lanjut. Maka hipotesa yang penulis dapat ungkapkan adalah : persediaan merupakan asset penting perusahaan karena persediaan merupakan unsur paling aktif dalam operasi perusahaan. Akuntansi persediaan yang digunakan
4.
5.
perusahaan haruslah tepat karena akan mempengaruhi pelaporan, termasuk di dalamnya perolehan laba rugi. Dan hubungan antara persediaan dengan laporan laba rugi bisa dikatakan searah dan positif karena penilaian persediaan tersebut akan mempengaruhi jumlah laba rugi dalam pelaporan. Asumsi Asumsi merupakan pernyataan atau fakta yang menggambarkan arah penelitian yang dilakukan oleh seseorang serta memberikan pembatasan masalah sehingga masalah yang diteliti tidak terlalu berkembang luas, dan asumsi yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut: 1. Akuntansi persediaan yang digunakan oleh PD. Usaha Meubel cukup memadai karena mampu memudahkan para pengambil keputusan untuk melakukan pemesanan. 2. Kemampuan PD. Usaha Meubel mengukur biaya persediaan telah berhasil membantu perusahaan dalam mengimbangi biaya persediaan yang mungkin timbul dengan pendapatan yang akan diperoleh. 3. Akuntansi persediaan yang telah ditetapkan oleh para pengambil keputusan mampu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. 4. Akuntansi persediaan tersebut telah membantu PD. Usaha Meubel menghasilkan suatu cara yang sistematis dan memudahkan dalam pelaporan. Sehingga kesalahan dalam pelaporan hanya sedikit kemungkinannya. 5. Akuntansi persediaan tersebut juga mempunyai pengaruh besar dalam perolehan laba rugi karena persediaan yang tersedia tidak menumpuk sehingga harga persediaan merupakan harga terbaru dan terakhir. Premis Premis merupakan sesuatu yang dianggap benar sehingga suatu keputusan yang diterima adalah suatu kebenaran. Dalam penelitian ini, premis yang ingin penulis kemukakan adalah : 1. Penerapan akuntansi persediaan yang tepat dengan kondisi perusahaan akan memudahkan perusahaan dalam proses
2.
3.
pencatatan, pengklasifikasian dan pengukuran atas pendapatan dan biaya yang timbul. Dengan menerapkan akuntansi persediaan yang mampu dijalankan dengan baik, perusahaan akan mampu meningkatkan permintaan konsumen. Akuntansi yang digunakan oleh perusahaan diharapkan mampu mencapai tujuan utama perusahaan yaitu memperoleh laba yang sebesar-besarnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persediaan pada PD. Usaha Meubel 1.
Jenis Persediaan PD. Usaha Meubel
Persediaan dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori, tergatung pada jenis kegiatan perusahaan. PD. Usaha Meubel merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan furniture. PD. Usaha Meubel memiliki tiga transaksi utama dalam siklus usahanya seperti pada perusahaan dagang umumnya, yaitu : (1) PD. Usaha Meubel membeli barang dagangan dan lantas menyimpannya di gudang sebagai persediaan, (2) memindahkan persediaan dari gudang dan mengirimnya atau menjualnya kepada para pelanggan, (3) pelanggan membayar kepada PD. Usaha Meubel atas barang yang dibelinya. Ketiga jenis transaksi ini terjadi berulang-ulang sepanjang tahun. PD. Usaha Meubel memiliki banyak jenis persediaan yang berbeda. Jenis-jenis ini mempunyai dua karakteristik : (1) jenis-jenis tersebut dimiliki oleh perusahaan, (2) jenis-jenis tersebut dalam bentuk siap untuk dijual kepada pelanggan dalam kegiatan normal PD. Usaha Meubel. Maka dari itu, PD. Usaha Meubel hanya memiliki satu klasifikasi persediaan, yaitu persediaan barang dagangan. Persediaan barang dagangan yang dapat ditemui pada PD. Usaha Meubel adalah persediaan barang jadi yang meliputi produkproduk olahan yang siap dijual kepada para pelanggan yang berupa kursi, meja, lemari, tempat tidur, meja belajar, dan produk furniture atau meubel lainnya
13
2.
Fungsi Persediaan bagi PD. Usaha Meubel
Persediaan barang dagangan adalah salah satu rekening yang muncul pada neraca maupun laporan laba rugi. Sehingga salah satu aktiva lancar yang paling besar bagi PD. Usaha Meubel adalah persediaan barang dagangan. Persediaan barang dagangan tersebut dikonversikan ke dalam kas dalam siklus operasi perusahaan dan oleh karena itu dianggap sebagai aktiva alncar. Jumlah persediaan PD. Usaha Meubel mempunyai pengaruh langsung terhadap pelaporan solvensi perusahaan di neraca. Sebagai suatu faktor dalam penentuan harga pokok penjualan, banyaknya persediaan memiliki pengaruh langsung terhadap profitabilitas kegiatan perusahaan sebagaimana yang disajikan dalam laporan laba rugi. Dengan demikian arti penting persediaan tidak dapat disepelekan bagi PD. Usaha Meubel. Fungsi persediaan bagi PD. Usaha Meubel yaitu sebagai Batch Stock atau Lot Size Inventory. Yaitu persediaan yang diadakan karena membeli dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian yang dilakukan untuk jumlah besar, sedang penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan barang yang dilakukan lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Jadi keuntungan yang diperoleh dari adanya batch stock atau lot size inventory ini antara lain : a. Memperoleh potongan harga dari harga pembelian b. Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economies) karena adanya operasi atau “production run” yang lebih lama. c. Adanya penghematan di dalam biaya angkutan. Selain itu, persediaan bagi PD. Usaha Meubel juga merupakan sumber pendapatan utama, karena persediaan tersebut merupakan produk paling produktif dalam menghasilkan pendapatan. 3.
Penerapan Metode Pencatatan Persediaan pada PD. Usaha Meubel
Catatan persediaan dapat dilakukan secara sistem persediaan periodik yang memerlukan inventorisasi fisik, yaitu perhitungan, pengukuran, atau penimbangan barang pada akhir periode akuntansi untuk menetapkan kuantitas yang ada
14
dalam perusahaan maupun sistem persediaan perpetual yang memerlukan pengelolaan catatan yang menyajikan ikhtisar berlanjut atas pos-pos persediaan yang ada pada perusahaan. Metode pencatatan persediaan yang digunakan dan diterapkan PD. Usaha Meubel yaitu metode fisik karena metode ini tidak membutuhkan catatan persediaan atau harga pokok penjualan harian walaupun kepala gudang sudah membuat laporan persediaan setiap hari. Harga pokok penjualan dan saldo persediaan yang terbaru hanya dihitung pada akhir periode akuntansi, ketika perhitungan fisik persediaan dilakukan. Metode fisik, di mana persediaan barang dagangan ditentukan dengan menghitung, menimbang, atau mengukur unsur-unsur persediaan yang ada di gudang. Sistem fisik menyesuaikan saldo persediaan hanya pada akhir periode akuntansi. Rekening persediaan tidak terpengaruh oleh pembelian maupun penjualan persediaan selama satu periode berjalan. Dalam sistem persediaan fisik, hanya pendapatan saja yang dicatat setiap kali terjadi penjualan. Tidak ada ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat harga pokok penjualan pada waktu terjadi penjualan tersebut. Dalam sistem persediaan fisik, PD. Usaha Meubel tidak melakukan pencatatan secara berkesinambungan terhadap saldo persediaan. Biaya perolehan pembelian selama tahun berjalan didebit ke rekening pembelian, bukan ke rekening persediaan. Pada saat barang dagangan dijual kepada pelanggan, dibuat entri jurnal yang mengakui timbulnya pendapatan, namun tidak ada entri jurnal untuk mengurangi rekening persediaan atau pun untuk mengakui biaya pokok penjualan. Setiap pembelian persediaan selama satu periode akuntansi dicatat dengan mendebit rekening pembelian. Jumlah rupiah dalam rekening pembelian ini pada akhir periode akuntansi kemudian ditambahkan ke biaya pokok saldo persediaan pada awal periode guna menentukan jumlah pokok biaya pokok barang yang tersedia untuk dijual. Saldo persediaan pada akhir periode ditentukan dengan melakukan perhitungan fisik, dan biaya pokok persediaan akhir ini dikurangi dari biaya pokok barang yang tersedia untuk dijual. Dengan sistem fisik, PD. Usaha Meubel mencatat pembelian persediaan dalam rekening pembelian. Rekening persediaan awal mencatat
saldo awal yang berasal dari akhir periode sebelumnya. Pada akhir periode akuntansi, rekening persediaan awal mesti dimutakhirkan untuk penyusunan laporan keuangan. Ayat jurnal untuk menggantikan saldo awal tadi dilakukan dengan mengkredit rekening persediaan awal dan mendebit rekening ikhtisar laba rugi. Ayat jurnal kedua adalah untuk mencatat persediaan akhir, berdasarkan perhitungan fisik yang dilakukan pada akhir periode akuntansi. Kesulitan yang dialami atau akibat dari penggunaan metode ini bagi PD. Usaha meubel yaitu menyebabkan keterlambatan laporan keuangan karena perhitungan fisik memakan waktu lama apabila barang yang dimiliki banyak. PD. Usaha Meubel mungkin perlu mengetahui jumlah persediaan apabila tidak menyelenggarakan catatan persediaan perpetual dan tidak praktis untuk melakukan perhitungan fisik. PD. Usaha Meubel perlu membuat laporan laba rugi bulanan, tetapi melakukan perhitungan fisik persediaan setiap bulan mungkin tidak ekonomis (terlalu mahal). 5.
Penerapan Metode Penilaian Persediaan pada PD. Usaha Meubel
Penilaian persediaan penting karena dalam banyak perusahaan, persediaan mewakili aktiva kini dengan angka rupiah yang paling besar. Pada saat yang sama, penilaian persediaan mempengaruhi secara langsung jumlah laba atau rugi bersih yang dilaporkan untuk periode pelaporan. Laba kotor dihitung sebagai perbedaan antara penjualan bersih dan biaya pokok penjualan, sedangkan biaya pokok penjualan diukur dengan mengurangkan persediaan akhir dari biaya pokok barang tersedia untuk dijual. Karena hubungan-hubungan inilah, maka semakin tinggi biaya pokok persediaan akhir, akan semakin rendah biaya pokok penjualan dan kian tinggi laba kotornya. Begitu pula sebaliknya. Metode penilaian persediaan yang digunakan PD. Usaha Meubel adalah metode LIFO untuk memberikan suatu laporan laba rugi perspektif artinya laba bersih diukur dengan menggunakan LIFO yang menggabungkan harga jual sekarang dan biaya akuisisi yang sekarang. LIFO memungkinkan manajemen mempengaruhi laba dengan menetapkan waktu pembelian suatu item persediaan.
Metode ini juga menghasilkan suatu gambaran laba yang cenderung hanya melaporkan laba operasi dan menangguhkan pengakuan keuntungan pemilikan persediaan sampai harga atau kuantitas menurun. Dan juga tujuan pajak, jika laba bersih rendah maka pajak yang akan dibayar lebih kecil. Banyak pihak yang meyakini bahwa biaya kini persediaan haruslah dikaitkan seerat mungkin dengan rupiah penjualan sekarang. Kegagalan melakukan hal ini berarti bahwa laporan laba rugi gagal mengakui biaya yang lebih tinggi dari barang dagangan yang terjual. Sistem yang mereka anggap lebih konsevatif dan realistik adalah metode LIFO. Ternyata pendapat ini pun diyakini oleh pimpinan PD. Usaha Meubel. Pada saat metode LIFO dipakai, maka persediaan yang tersedia dianggap terdiri dari biaya-biaya perolehan yang paling awal. 6.
Penyusunan Laporan Laba Rugi pada PD. Usaha Meubel
Laporan laba rugi adalah menunjukkan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan-pendapatan dan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh perusahaan. Laporan laba rugi PD. Usaha Meubel di susun secara single step (Lampiran 4.3) dimana semua pendapatan dan keuntungan yang diidentifikasikan sebagai pos-pos operasi ditempatkan pada bagian pertama perhitungan laba rugi, diikuti dengan semua beban dan kerugian yang diidentifikasikan sebagai pos-pos operasi. Selisihnya dilaporkan sebagai laba dari operasi. Jika tidak terdapat pospos tidak biasa non-operasi atau pos-pos luar biasa, perbedaan ini bisa disebut sebagai laba bersih. Secara garis besar komponen unsur-unsur laporan laba rugi PD. Usaha Meubel terdiri dari : Pendapatan. Yaitu arus masuk atau penambahan lain atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban-kewajibannya yang berasal dari penjualan barang yang merupakan aktivitas utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas. Beban. Yaitu arus keluar atau pemakaian lain aktiva atau terjadinya kewajiban yang berasal dari penjualan barang dagangan yang merupakan 15
operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas. Keuntungan. Kenaikan entitas yang berasal dari transaksi periferal (sesuatu yang bersifat sampingan/tidak merupakan hal yang utama pada suatu entitas dan dari transaksi lain dan kejadian serta situasi lain yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi pemilik. Kerugian. Yaitu penurunan ekuitas yang berasal dari transaksi periferal atau utama pada suatu entitas dan dari transaksi lain dan kejadian serta situasi lain yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari beban atau distribusi kepada pemilik. Sedangkan unsur-unsur terkait dalam laporan laba rugi adalah sebagai berikut : Pendapatan dari penjualan Jumlah yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang dagang yang dijual, baik secara tunai maupun kredit, dilaporkan pada seksi ini. Retur dan potongan penjualan serta diskon penjualan dikurangkan dari jumlah ini untuk mendapatkan penjualan bersih. Harga Pokok Penjualan Harga pokok atau biaya dari barang dagang yang dijual selama periode tersebut bisa juga disebut sebagai harga pokok penjualan (cost of goods sold atau cot of sales). Laba Kotor Kelebihan penjualan bersih terhadap harga pokok barang dagang yang dijual disebut laba kotor (gross profit). Kadang hal itu disebut sebagai laba kotor atas penjualan (gross profit on sales) atau marjin kotor (gross margin). Beban Operasi Kebanyakan perusahaan dagang mengklasifikasikan beban operasi sebagai beban penjualan atau beban administrasi. Beban yang timbul secara langsung dalam rangka penjualan barang dagang disebut beban penjualan (selling expenses). Beban ini meliputi gaji wiraniaga, perlengkapan toko yang digunakan, penyusutan peralatan toko, dan iklan. Beban yang timbul dalam administrasi atau operasi umum perusahaan
16
diebut beban administrasi (administrative expenses) atau beban umum (general expenses). Contohcontohnya meliputi gaji pegawai kantor, penyusutan peralatan kantor, dan perlengkapan kantor yang digunakan. Beban kartu kredit lazimnya juga diklasifikasikan sebagai beban administrasi. Beban yang terkait dengan penjualan maupun administrasi bisa dibagi diantara kedua klasifikasi tersebut. Namun, pada perusahaan kecil, beban seperti sewa asuransi, dan pajak umum dilaporkan sebagai beban administrasi. Transaksi yang menyangkut beban dalam jumlah kecil dan jarang terjadi acap kali dilaporkan sebagai beban penjualan rupa-rupa atau beban administrasi rupa-rupa. Laba operasi Kotor Kelebihan laba kotor terhadap total beban operasi disebut laba dari operasi (income from operations) atau laba operasi (operating income). Rasio atau perbandingan laba operasi terhadap total aktiva dan terhadap penjualan bersih merupakan faktor penting dalam menilai efisiensi dan profitabilitas operasi. Bila beban operasi lebih besar dari pada laba kotor, maka kelebihan tersebut disebut kerugian dari operasi (loss from operation). Pendapatan Lain-lain dan Beban lain-lain Pendapatan dari sumber lain di luar aktivitas operasi yang utama disebut pendapatan lain-lain (other income). Untuk perusahaan dagang, hal itu mencakup pendapatan, sewa dan keuntungan dari penjualan aktiva tetap. Beban yang tidak dapat dikaitkan langsung dengan operasi disebut beban lain-lain (other expenses). Beban bunga yang timbul dari aktivitas pendanaan dan kerugian dalam pelepasan aktiva tetap merupakan contoh dari beban lain-lain. Pendapatan dan beban lain-lain dikurangkan satu sama lain dalam laporan laba rugi. Bila jumlah pendapatan lain-lain melebihi beban lain-lain, maka selisihnya ditambahkan ke laba operasi. Laba Bersih Angka terakhir pada laporan laba rugi disebut laba bersih (net income) atau kerugian bersih (net loss). Hal itu merupakan kenaikan bersih (atau penurunan bersih) terhadap ekuitas pemilik sebagai akibat penciptaan laba selama periode bersangkutan.
Dalam laporan laba-rugi langsung (single-step income statement), hasil penjumlahan semua beban dikurangkan sekaligus dari hasil penjumlahan semua pendapatan. B. Evaluasi atas Akuntansi Persediaan pada PD. Usaha Meubel 1.
Evaluasi atas Metode Pencatatan Persediaan pada PD. Usaha Meubel
Seperti yang telah dibahas di atas, pengunaan metode pencatatan fisik dinilai kurang efisien dan efektif karena perhitungan dan pelaporan memerlukan waktu yang lama dan dapat menyulitkan manajemen dalam kegiatan operasi perusahaan. Oleh sebab itu, penulis menyarankan PD. Usaha Meubel menggunakan metode perpetual karena menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu, walaupun lebih mahal. Sedangkan metode fisik kurang akurat, khususnya untuk laporan bulanan atau kuartalan. Sistem ini lebih murah karena tidak ada pemrosesan dari hari kehari atas harga pokok penjualan. Akan tetapi, jika pencurian atau akumulasi barang dagangan yang usang terjadi, maka metode fisik akan menjadi lebih mahal dalam jangka panjang. Sistem persediaan perpetual menggunakan pencatatan terus menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan dengan basis harian. Catatan ini membantu manajer mengendalikan tingkat persediaan dan membuat laporan keuangan intern. Meskipun demikian, perhitungan fisik persediaan harus dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun untuk mengecek keakuratan catatan. Jadi, penjualan dan pengurangan persediaan dicatat secara simultan. Dibandingkan dengan metode fisik, metode perpetual merupakan cara yang memudahkan penyusunan neraca dan laporan laba rugi, serta dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang. Selain itu metode perpetual digunakan untuk mendapatkan informasi saldo persediaan setiap saat selama periode akuntansi. Dengan informasi yang selalu mutakhir, perusahaan dapat merespon secara lebih efektif pertanyaan-pertanyaan pelanggan seputar ketersediaan barang dan dengan demikian, menghindari terjadinya kehabisan barang. Informasi seperti ini memungkinkan
para manajer lebih memiliki pengawasan atas persediaan barang dagangan dan menentukan biaya pokok penjualan untuk periode-periode yang lebih singkat dari pada satu tahun, tanpa harus sering melakukan penghitungan fisik persediaan. Karena alasan seperti itulah perusahaan memakai sistem persediaan perpetual. Dalam sistem persediaan perpetual (perpetual inventory system), perusahaan menyelenggaran catatan yang berkesinambungan untuk setiap jenis persediaan. Catatan-catatan ini memperlihatkan saldo persediaan sepanjang waktu. Catatan-catatan perpetual berfaedah dalam menyusun laporan keuangan bulanan, kuartalan, ataupun tahunan. Perusahaan dapat menentukan biaya pokok penjualan sacara langsung dari rekening-rekening buku besar tanpa harus menghitung fisik persediaan barang dagangan. Sebuah formulir yang dipakai untuk memperlihatkan jenis persediaan, kuantitas yang diterima, kuantitas yang dijual, dan saldo persediaan disebut dengan kartu persediaan (stock record). Perusahaan membuat kartu persediaan yang terpisah untuk setiap jenis persediaan yang ada. Arsip kartu persediaan untuk semua persdiaan yang ada di tangan perusahaan disebut buku pembantu persediaan (stock ledger). Ketika perusahaan menjalankan sistem persediaan perpetual, dibuat entri-entri pada kartu perediaan dengan maksud memperlihatkan informasi berikut ini: 1. Kenaikan kuantitas saldo persediaan pada saat diterima tambahan persediaan barang. 2. Penurunan kuantitas saldo persediaan pada waktu persediaan barang dijual. 3. Saldo persediaan barang setelah kenaikan atau penurunan dicatat. Kuantitas saldo persediaan adalah jumlah terakhir dalam kolom saldo kartu gudang tersebut. Metode perpetual mempunyai beberapa keunggulan penting. Pertama, dibuat catatan rinci untuk setiap jenis persediaan yang berfaedah dalam memutuskan kapan dan berapa banyak persediaan yang akan dipesan kembali serta dalam menganalisis permintaan pelanggan atas jenis persediaan tersebut. Di banyak toko yang memakai point of sale terminals dengan alat pemindai (scanners), data penjualan dipakai sebagai masukan untuk model-model komputer yang secara otomatis menyiapkan pesanan-pesanan di gudang pusat guna mengisi kembali persediaan di rak-rak toko. Hal ini membantu menghidari kehabisan persediaan (stockout) dan persediaan yang 17
berlebihan dari berbagai jenis persediaan yang dijual perusahaan. Kedua, sistem perpetual menawarkan kadar pengawasan yang tinggi karena catatan-catatan persediaan senantiasa mutakhir. Di masa lalu, perusahaan memakai sistem perpetual terutama untuk persediaan–persediaan yang mahal harganya, contohnya persediaan mobil. Walaupun demikian, akhir-akhir ini telah ramai pula perusahaan yang beralih ke sistem perpetual dikarenakan semakin terjangkaunya harga perangkat lunak komputer akuntansi. Ketiga, sistem persediaan perpetual memiliki sistem pengecekan terpasang yang tidak mungkin ada dalam sistem persediaan periodik. Dalam sistem periodik, perhitungan fisik persediaan pada akhir periode merupakan bagian yang penting dari kalkulasi biaya pokok penjualan. Perbedaan antara barang yang tersedia untuk dijual dan saldo persediaan yang ada di gudang dianggap merupakan biaya pokok penjualan. Asumsi ini tidak selalu benar karena beberapa barang persediaan mungkin saja dicuri, hilang, terbuang, atau terlewatkan ketika dilakukan penghitungan fisik. Secara kolektif, barang-barang tadi tidak ada dalam persediaan, namun tidak dijual, dan membentuk penciutan persediaan (inventory shrinkage) dalam periode berjalan. Dalam sistem perpetual, penghitungan fisik persediaan yang ada di gudang dapat dipakai sebagai pengecekan akurasi catatan-catatan akuntansi persediaan. Dengan demikian, penciutan persediaan dapat diidentifikasi secara terpisah ketimbang terbenam tanpa angka pasti dalam akun biaya pokok penjualan (sebagaimana terjadi dalam sistem periodik/fisik). Keempat, dalam sistem persediaan perpetual, laporan laba rugi dapat disusun tanpa harus melakukan penghitungan fisik. Dengan demikian, laporan laba rugi dapat disusun setiap bulan, dengan akurasi yang lebih tinggi karena akurasi persediaan dicek melalui penghitungan fisik persediaan pada setiap semester atau setiap akhir tahun. Dalam sistem persediaan perpetual, semua kenaikan dan penurunan barang dagang dicatat dengan cara yang sama seperti mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan stok pada tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit persediaan barang dagang dan mengkredit kas atau utang
18
usaha. Pada tanggal penjualan, harga pokok barang yang terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan mengkredit persediaan barang dagang. Dalam sistem persediaan perpetual, perusahaan tidak mempunyai akun/rekening pembelian dan rekening-rekening yang terkait dengan pembelian. Alih-alih, perusahaan membuat semua entri yang melibatkan pembelian persediaan barang dagangan untuk dijual kembali kepada pelanggan dalam rekening persediaan barang dagangan. Dengan demikian, pada waktu melakukan transaksi pembelian, perusahaan akan mendebit rekening persediaan barang dagangan. Pada waktu perusahaan melakukan penjualan, maka dibuat dua entri jurnal. Perusahaan mencatat penjualan dengan mendebit rekening Kas atau Piutang Dagang dan mengkredit rekening Pendapatan Penjualan ebear harga jual barang/jasa tersebut. Selain itu, perusahaan juga mendebit rekening Biaya Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold account) dan mengkredit Persediaan Barang Dagangan. Pendebitan ke rekening Persediaan Barang Dagangan (untuk mencatat pembelian barang dagangan) dan pengkreditan ke rekening Persediaan Barang Dagangan (untuk mencatat penjualan barang dagangan) menjadikan catatan saldo persediaan senantiasa mutakhir. Rekening Persediaan dan rekening Biaya Pokok Penjualan mencatat saldo kini selama periode tersebut. 2.
Evaluasi atas Metode Penilaian Persediaan pada PD. Usaha Meubel
Setiap kesalahan dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi baik neraca maupun laporan laba rugi. Sebagai contoh, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan mengakibatkan kekeliruan persediaan akhir, aktiva lancar, dan total aktiva pada neraca. Hal ini disebabkan karena perhitungan fisik persediaan merupakan dasar bagi pembuatan ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat penciutan persediaan. Selain itu, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan menimbulkan kekeliruan harga pokok penjualan, laba kotor, dan laba bersih pada laporan laba rugi. Selanjutnya, karena laba bersih ditutup ke ekuitas pemilik pada akhir periode, maka ekuitas pemilik juga akan salah (Tabel 4.1). Kesalahan ekuitas pemilik ini akan setara dengan
kesalahan persediaan akhir, aktiva lancar, dan total aktiva. Jadi menurut kesimpulan penulis dan analisis yang penulis dapatkan saat melakukan penelitian di PD. Usaha Meubel, penulis simpulkan bahwa dalam menentukan metode manakah yang terbaik untuk menilai persediaan, PD. Usaha Meubel sebaiknya memilih metode yang mampu menjawab pertanyaan berikut : (1) Metode manakah yang melaporkan harga beli yang paling mencerminkan harga beli sekarang dalam neraca ? (2) Bagaimana pengaruh metode-metode penilaian tersebut terhadap pajak penghasilan ? Banyak pihak yang meyakini bahwa biaya kini (current cost) persediaan haruslah dikaitkan seerat mungkin dengan rupiah penjualan sekarang. Kegagalan melakukan hal ini berarti bahwa laporan laba rugi gagal mengakui biaya yang lebih tinggi dari barang dagangan yang terjual. Sistem yang penulis anggap lebih konservatif dan realistik adalah metode LIFO. Pada saat metode masuk terakhir keluar pertama (last-in, fist-out method, LIFO) yang dipakai, maka persediaan yang tersisa dianggap terdiri atas biaya-biaya perolehan yang paling awal. Metode LIFO ini mengasumsikan bahwa barang dagangan yang dibeli atau yang diproduksi terakhir akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau diproduksi terdahulu. Asumsi dasar metode LIFO adalah bahwa pembelian yang paling akhir adalah yang paling pertama dijual dan pembelian yang paling lama tetap bertahan dalam persediaan. Asumsi ini tidak sejalan dengan arus fisik barang dagangan, walaupun demikian, terdapat argumen yang kuat dalam pemakaian metode LIFO ini. Untuk tujuan pengukuran laba, sebagian akuntan menganggap bahwa arus biaya (flow of cost) lebih penting ketimbang arus fisik (flow of physical) barang dagangan. Pendukung LIFO menganggap bahwa metode ini menghasilkan pengaitan yang lebih akurat antara pendapatan dan beban dibandingkan metode-metode lainnya. Manakala perusahaan menggunakan LIFO, laporan laba rugi melaporkan pendapatan penjualan dan biaya pokok penjualan pada nilai rupiah sekarang. Pendukung metode LIFO menganggap bahwa pengukuran laba haruslah didasarkan pada kondisi pasar yang paling kini. Oleh karena itu, pendapatan penjualan kini haruslah dikurangkan oleh biaya kini dari barang dagangan yang dijual.
Dalam metode LIFO, biaya yang dikenakan kepada biaya pokok penjualan relatif baru karena berasal dari pembelian yang paling akhir. Sungguhpun demikian, pertimbanganprtimbangan pajak penghasilan memberikan dasar pokok atas populeritas metode LIFO ini. Metode LIFO mengenakan biaya pembelian persediaan yang paling baru kepada biaya pokok penjualan. Dalam situasi di mana kenaikan harga lazim terjadi, biaya pembelian yang paling baru ini juga merupakan biaya yang paling tinggi. Dengan melaporkan biaya pokok penjualan yang lebih tinggi ketimbang metode lain, metode LIFO ini biasanya menghasilkan pajak penghasilan yang lebih rendah. Ringkasnya, bila mana biaya persediaan melonjak naik, perusahaan dapat mengurangi jumlah kewajiban pajak penghasilannya dengan menerapkan metode LIFO dalam pelaporan pajaknya. Terdapat sebuah kelemahan signifikan metode LIFO. Penilaian aset persediaan didasarkan pada biaya perolehan persediaan yang paling lama. Setelah perusahaan berkiprah selama beberapa tahun, biaya yang paling lama ini dapat menyajikan terlalu rendah (understate) biaya ganti kini (current replacement cost) persediaan. Maka dari itu, manakala persediaan dinilai dengan metode LIFO, perusahaan juga harus mengungkapkan biaya ganti kini dari persediaan dalam catatan atas laporan keuangannya. Sedangkan Manfaat LIFO dapat diikhtisarkan sebagai berikut : Manfaat Pajak. Sebagimana telah dibahas di atas, penangguhan sementara atau permanen atas pajak penghasilan dapat dicapai dengan menggunakan LIFO, yang mengasilkan penghematan dari kas berjalan. Penangguhan ini terus berlanjut sepanjang tingkat harga terus meningkat dan kuantitas persediaan tidak menurun. Arus kas yang lebih baik akan memungkinan suatu perusahaan untuk mengurangi pinjamannya dan menurunkan biaya bunga, ataupun menginvestasikan dana yang ada guna menghasilkan pendapatan. Pengukuran Laba yang Lebih Baik. Karena LIFO mengalokasikan biaya yang terjadi paling belakangan kepada harga pokok penjualan, metode ini menggunakan suatu gambaran laba yang cenderung hanya melaporkan laba operasi dan menangguhkan pengakuan keuntungan
19
pemilikan persediaan sampai harga atau kuantitas menurun. Kelemahan LIFO lebih rumit daripada manfaatnya. Kelemahan-kelemahan tersebut di antaranya : Memperkecil Laba. Penerapan harga terbaru terhadap pendapatan periode berjalan akan menghasilkan penurunan laba bersih dalam suatu periode inflasi. Jika tujuan manajemen adalah memaksimalkan laba yang dilaporkan, maka pengunaan LIFO akan menimbulkan hasilhasil yang berlawanan dengan tujuan tersebut. Saldo Persediaan yang Tidak Realistis pada Neraca. Alokasi biaya persediaan yang sudah menua pada neraca dapat mengakibatkan nilai-nilai persediaan ditetapkan terlalu rendah. Dengan berlalunya waktu, maka berbagai lapisan LIFO akan terbentuk, dan jika harga meningkat tajam, nilai persediaan yang dilaporkan akan jauh lebih rendah daripada harga pasar atau nilai ganti periode berjalan. Laba yang Tidak Diantisipasikan Karena Kuantitas Persediaan Tidak Dipertahankan. Manfaat laba yang diikhtisarkan di atas akan menjadi kenyataan hanya jika tingkat kuantitas persediaan dipertahankan. Jika kuantitas persediaan akhir menurun, biaya LIFO yang terhapus akan dibebankan ke pendapatan periode berjalan. Jika biaya persediaan jauh lebih rendah daripada nilai ganti saat ini, laba yang dilaporkan secara semu akan meningkat karena tingkat persediaan tidak dipertahankan. Asumsi Arus yang Tidak Realistis. Pembebanan biaya yang dihasilkan dari penggunaan LIFO biasanya tidak dapat dijadikan alat untuk memperkirakan gerakan fisik barang dalam perusahaan. 3.
Evaluasi atas Pengaruh Metode Penilaian Persediaan terhadap Laporan Laba Rugi PD. Usaha Meubel
Untuk menentukan besarnya jumlah persediaan yang paling efisien, perusahaan sering melakukan analisis pembelian, penjualan, dan catatan-catatan persediaan. Banyak perusahaan yang menderita kerugian karena terlalu banyak atau sedikit menyimpan persediaan barangnya. Perusahaan yang menyimpan persediaan
20
barangnya yang tidak memenuhi permintaan pelanggannya juga kemungkinan akan gagal. Persediaan barang dagangan yang lebih banyak daripada yang dibutuhkan akan dapat mengerogoti laba bersih perusahaan karena beberapa sebab : 1. Persediaan barang yang berlebihan mengharuskan perusahaan megucurkan dana yang lebih besar untuk ruang toko atau gudang; 2. Persediaan barang yang berlebihan menyedot modal usaha yang sebenarnya dapat ditanamkan ke dalam asset lainnya guna meraup penghasilan atau keuntungan bagi perusahaan; 3. Persediaan barang yang berlebihan mengharuskan perusahaan mengalirkan lebih banyak dana untuk beban-beban, seperti pajak dan premi asuransi, yang tentunya akan semakin mendongkrak biaya persediaan barang tersebut; 4. Persediaan barang yang berlebihan dapat menyebabkan barang tersebut menjadi usang atau tidak laku dijual. Sebaliknya, persediaan barang dagangan yang lebih sedikit daripada yang dibutuhkan dapat pula memangkas laba bersih perusahaan dikarenakan : 1. Penjualan dapat melayang ke tangan perusahaan pesaing lainnya apabila barangbarang yang dibutuhkan pelanggan ternyata tidak tersedia; 2. Penjualan dapat berpindah ke tangan pesaing lainnya bilamana terjadi kekurangan keanekaan produk untuk memuaskan selera atau kebutuhan pelanggan; 3. Apabila perusahaan sering memesan barang dagangan dalam partai kecil, maka harga yang harus dibayarkan per unitnya biasanya lebih mahal daripada jika dilakukan pemesanan dalam partai besar. Barang dagang, yang secara terus menerus dibeli dan dijual, merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi usaha untuk perusahaan dagang. Penjualan barang dagang merupakan sumber utama pendapatan bagi PD. Usaha Meubel. Pada saat menetapkan laba bersih, harga pokok barang yang dijual merupakan pengurangan terbesar dari penjualan tersebut. Memang dalam kenyataannya, harga pokok lebih besar dari gabungan semua pengurangan lainnnya. Di samping itu, bagian terbesar dari sumber daya perusahaan tertanam dalam persediaan. Dan
biasanya persediaan merupakan bagian terbesar dari aktiva lancar untuk PD. Usaha Meubel. Penentuan persediaan memainkan peranan penting dalam menandingkan beban dengan pendapatan dalam suatu periode tertentu. Total harga pokok barang dagang yang tersedia untuk dijual selama periode tertentu harus dipisahkan menjadi dua bagian pada akhir periode tersebut. Unsur lainnya, yaitu harga pokok barang yang dijual, akan dilaporkan dalam perhitungan laba rugi sebagai pengurangan terhadap penjualan bersih untuk mendapatkan laba kotor. Kesalahan dalam penentuan angka persediaan pada akhir suatu periode akan mengakibatkan pelaporan laba kotor dan laba bersih yang salah dengan jumlah yang sama, dan jumlah yang dilaporkan untuk aktiva dan modal pemilik dalam neraca akan salah dengan jumlah yang sama. Persediaan pada akhir suatu periode akan menjadi persediaan pada awal periode berikutnya. Jadi, bila persediaan dinilai salah pada akhir suatu periode, maka laba bersih untuk periode tersebut juga akan dilaporkan salah, demikian juga laba bersih untuk periode berikutnya. Jumlah dalam kedua penyajian yang salah akan sama, tetapi berbanding terbalik. Oleh sebab itu, pengaruh persediaan yang dinilai salah terhadap laba bersih, apabila tidak diperbaiki, hanya terbatas untuk periode terjadinya kesalahan dan periode berikutnya. Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagang disajikan baik di neraca maupun perhitungan rugi laba. Persediaan barang dagang yang tercantum di neraca mencerminkan nilai barang dagang yang ada pada tanggal neraca, yang biasanya juga merupakan akhir dari suatu periode akuntansi. Di perhitungan rugi laba, persediaan barang dagang muncul dalam harga pokok penjualan. Seperti pernah dibicarakan sebelumnya, harga pokok penjualan dihitung sebagai persediaan barang dagang awal periode ditambah pembelian bersih selama periode dikurangi persediaan barang dagang akhir periode. Ada saling hubungan antara persediaan barang dagang di neraca dan perhitungan laba rugi (Gambar 4.1). Bahkan, ada saling hubungan antara persediaan barang dagang pada tahun berjalan dengan tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang. Dari adanya saling hubungan ini, terlihat betapa pentingnya akun ini dalam menentukan laba (rugi) dan posisi keuangan perusahaan, tidak saja terhadap tahun berjalan, tetapi juga terhadap
tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang. Kesalahan dalam menentukan nilai persediaan barang dagang akan mempengaruhi tidak saja perhitungan laba rugi (Gambar 4.3) dan neraca (Gambar 4.2) tahun berjalan tetapi juga neraca dan laba rugi tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang. Pengaruh dari terlalu rendahnya pada akhir tahun berjalan adalah terlalu rendahnya laba bersih, total aktiva, total laba ditahan, dan total modal tahun tersebut. Dalam tahun berikutnya, laba bersih, menjadi terlalu tinggi. Total laba ditahan dan modal menjadi normal karena terlalu rendahnya laba bersih di tahun berjalan telah diimbangi dengan terlalu tingginya laba bersih tahun berikutnya. Sebaliknya, pengaruh dari terlalu rendahnya persediaan yang ada pada awal tahun berjalan adalah terlalu tingginya laba bersih pada tahun tersebut serta terlalu rendahnya laba bersih, total aktiva, total laba ditahan, dan total modal tahun sebelumnya. Apabila persediaan barang dagang dinyatakan terlalu tinggi, maka pengaruhnya merupakan kebalikan dari apa yang telah diterangkan di muka. Dalam menentukan metode manakah yang terbaik untuk menilai persediaan, pada dasarnya ada tiga pertanyaan yang dapat kita ajukan : (1) Sampai sejauh mana dapat dilakukan pemaduan antara harga pokok penjualan dengan penjualan dalam laporan laba rugi ? (2) Metode manakah yang melaporkan harga beli yang paling mencerminkan harga beli sekarang dalam neraca ? (3) Bagaimana pengaruh metode-metode penilaian tersebut terhadap pajak penghasilan ? Untuk memadukan harga pokok penjualan dengan pendapatan, metode LIFO akan memberikan hasil yang paling baik. Dalam metode LIFO, yang akan menjadi beban perusahaan dalam harga pokok penjualan adalah harga beli yang paling akhir. Dalam periode dimana harga-harga naik, penggunaan metode LIFO akan menghasilkan jumlah yang lebih kecil untuk persediaan pada akhir periode, jumlah harga pokok penjualan yang lebih tinggi dan jumlah laba kotor yang lebih rendah. Alasannya ialah bahwa harga pokok barang yang paling akhir adalah yang paling mendekati harga pengganti dari barang tersebut, dan harga pokok barang yang terakhir itu lebih tinggi dibandingkan harga pokok barang yang paling awal. Jadi, dapat dikemukakan bahwa penggunaan metode LIFO akan lebih tepat untuk 21
memperbandingkan harga pokok yang berlaku dengan pendapatan periode berjalan. Selama periode dimana harga-harga meningkat, penggunaan metode LIFO memberikan penghematan pajak penghasilan. Penghematan pajak penghasilan dihasilkan karena metode LIFO melaporkan jumlah laba bersih yang rendah. Dalam hubungannya dengan pajak penghasilan, maka dalam keadaan inflasi, dimana harga–harga meningkat, metode LIFO akan menghasilkan pembayaran pajak yang paling rendah, sedangkan dalam keadaan harga-harga turun, pembayaran pajak akan menjadi paling rendah jika kita menggunakan metode FIFO. Kesalahan persediaan dapat terjadi dari berbagai sumber. Suatu kesalahan persediaan, yang tidak ditemukan biasanya mempengaruhi dua periode pelaporan. Hal ini akan diseimbangkan oleh proses akuntansi yang biasa pada periode berikutnya. Yaitu, kesalahan tersebut mempengaruhi laba dengan jumlah pengoffsetan yang sama. Suatu kesalahan persediaan yang tidak ditemukan akan mempengaruhi neraca pada akhir periode pertama tetapi tidak pada akhir periode kedua. Jika persediaan akhir ditetapkan terlalu rendah, maka laba ditahan akan ditetapkan terlalu rendah. Dan sebaliknya, jika persediaan akhir ditetapkan terlalu tinggi, maka laba ditahan akan ditetapkan terlalu tinggi. Hubungan ini jelas dari sudut pandang persamaan akuntansi. Persediaan yang ditetapkan terlalu rendah akan menyebabkan harga pokok penjualan ditetapkan terlalu tinggi dan oleh karena itu menurunkan laba tahun berjalan dan juga pajak. Manfaat utama LIFO adalah bahwa dalam suasana inflasi, LIFO menunda pajak penghasilan dengan mengurangi laba. Maka arus kas yang diperbaiki dapat ditanamkan secara lebih menguntungkan atau digunakan untuk mengurangi pinjaman. Namun, di samping menangguhkan pajak penghasilan, LIFO mempunyai banyak pertimbangan teoritis. Dengan menandingkan biaya masa berjalan terhadap penjualan masa berjalan, LIFO menghasilkan angka laba lebih benar, yakni kualitas laba yang dihasilkan dari penggunaan LIFO lebih tinggi karena hal itu lebih mendekati laba yang dapat digunakan. Sekalipun manfaat LIFO yaitu mengurangi pembayaran pajak merupakan fungsi dari laba
22
yang lebih rendah, pengaruh laba yang negatif secara ironis terus menyelubungi keputusan pimpinan PD. Usaha Meubel mengenai penggunaan LIFO. Masalah lain tentang LIFO yang sering diungkapkan oleh pimpinan PD. Usaha Meubel dan juga oleh manajer perusahaan lainnya adalah kesalahan menetapkan persediaan pada neraca menurut LIFO. Khususnya selama periode kuantitas dan harga persediaan yang meningkat pesat, penggunaan LIFO dapat mengakibatkan penilaian persediaan yang secara signifikan lebih kecil dari pada harga pengganti masa berjalan. Namun, kesalahan penetapan dapat diperkecil dengan menyajikan persediaan yang dinilai atas dasar non-lifo dan mengurangkan penyisihan penilaian LIFO untuk mengurangi persediaan di neraca pada jumlah LIFO, sebagai berikut: Persediaan Dikurangi pengurangan ke harga pokok lifo Total
xxx xxx xxx
Metode LIFO adalah cara yang terbaik untuk perhitungan laba rugi karena memberikan perimbangan pendapatan dengan harga pokok penjualan yang terbaik. Metode LIFO lebih mendekati penyajian laba bersih yang didasarkan pada biaya sekarang. Oleh sebab itu banyak perusahaan menggunakan metode LIFO untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar.
KESIMPULAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pada PD. Usaha Meubel, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut 1. Metode pencatatan persediaan yang digunakan dan diterapkan PD. Usaha Meubel yaitu metode fisik. Kesulitan yang dialami atau akibat dari penggunaan metode pencatatan fisik bagi PD. Usaha meubel yaitu menyebabkan keterlambatan laporan keuangan karena perhitungan fisik memakan waktu lama apabila barang yang dimiliki banyak, PD. Usaha Meubel perlu membuat laporan laba rugi bulanan yang menyebabkan tidak ekonomis (terlalu mahal).
2.
3.
Metode penilaian persediaan yang digunakan PD. Usaha Meubel adalah metode LIFO untuk memberikan suatu laporan laba rugi perspektif artinya laba bersih diukur dengan menggunakan LIFO yang menggabungkan harga jual sekarang dan biaya akuisisi yang sekarang. LIFO memungkinkan manajemen mempengaruhi laba dengan menetapkan waktu pembelian suatu item persediaan. Setiap kesalahan dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi baik neraca maupun laporan laba rugi. Sebagai contoh, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan mengakibatkan kekeliruan persediaan akhir, aktiva lancar, dan total aktiva pada neraca. Hal ini disebabkan karena perhitungan fisik persediaan merupakan dasar bagi pembuatan ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat penciutan persediaan. Selain itu, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan menimbulkan kekeliruan harga pokok penjualan, laba kotor, dan laba bersih pada laporan laba rugi. Selanjutnya, karena laba bersih ditutup ke ekuitas pemilik pada akhir periode, maka ekuitas pemilik juga akan salah. Kesalahan ekuitas pemilik ini akan setara dengan kesalahan persediaan akhir, aktiva lancar, dan total aktiva. Sehingga penentuan persediaan memainkan peranan penting dalam menandingkan beban dengan pendapatan dalam suatu periode tertentu. Total harga pokok barang dagang yang tersedia untuk dijual selama periode tertentu harus dipisahkan menjadi dua bagian pada akhir periode tersebut. Unsur lainnya, yaitu harga pokok barang yang dijual, akan dilaporkan dalam perhitungan laba rugi sebagai pengurangan terhadap penjualan bersih untuk mendapatkan laba kotor. Kesalahan dalam penentuan angka persediaan pada akhir suatu periode akan mengakibatkan pelaporan laba kotor dan laba bersih yang salah dengan jumlah yang sama, dan jumlah yang dilaporkan untuk aktiva dan modal pemilik dalam neraca akan salah dengan jumlah yang sama.
DAFTAR PUSTAKA Assauri, Sofjan. “ Manajemen Produksi dan Operasi”. Edisi 4. Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI, 1993.
Baridwan, Zaki. “Intermediate Accounting”. Edisi 7. Yogyakarta : BFPE, 1992. Handoko, T. Hani. “Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi”. Edisi 1. Yogyakarta : BPFE, 1997. Hendrikson, Eldon S. “Accounting Theory”. Diterjemahkan oleh Nugroho Widjojanto, Drs, A.K. Jilid 2. Edisi 4. Jakarta : Erlangga, 1994. Horngren, Harison, Robinson & Secokusumo. “Akuntansi di Indonesia”. Buku 1. Jakarta : Penerbit Salemba 4, 1997. Horngren, Sundem and Elliot. “Pengantar Akuntansi Keuangan”. Jilid 1. Edisi keenam. Jakarta : Erlangga, 1998. Ikatan Akuntan Indonesia. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan”. Jakarta : Salemba 4, 2002. Needles/Anderson/Caldwell. “Prinsip-prinsip Akuntansi”. Edisi ke-2. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga, 1986. Niswonger-Fess-Warren. “Prinsip-prinsip Akuntansi”. Diterjemahkan oleh Marianus Sinaga. Jilid 1. Edisi 14. Jakarta : Erlangga, 1992. Rangkuti, Freddy. “Manajemen Persediaan”. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 1998. Simamora, Henry. “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis”. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Salemba 4, 2000. Smith and Skousen. “Intermediate Accounting”. 12th edition. Ohio : South Western Publishing. Co, 1995. _______________. “Intermediate Accounting”. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Erlangga. Jilid 1. Edisi 9. Jakarta : Erlangga, 1993. S.R. Soemarso. “Akuntansi Suatu Pengantar”. Edisi 4. Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992. Sudjana. “Metoda Statistika”. Edisi 6. Bandung : Tarsito, 1996. Thacker, Ronald J. “Dasar-dasar Akuntansi”. Diterjemahkan oleh St. Dianjung. Jilid 1. Edisi 2. Jakarta : PT. Aksara Persada Indonesia, 1990. _______________. “Dasar-dasar Akuntansi”. Diterjemahkan oleh St. Dianjung. Jilid 2.
23
Edisi 2. Jakarta : PT. Aksara Persada Indonesia, 1990. Tuanakotta, Theodorus M. “Teori Akuntansi”. Buku Satu. Edisi 2000. Jakarta : LPFEUI, 2000. ______________________. “Teori Akuntansi”. Buku Dua. Edisi 2000. Jakarta : LPFEUI, 2000. Yusup, Haryono AL. “Dasar-dasar Akuntansi”. Jilid 1. Edisi ke-5. Yogyakarta : Bagian Penerbitan STIE YKPN, 1997.
24