EVALUASI PENDIDIKAN Oleh: M. Nabil; M. Rizqie Ridhowy; M. Saiful Anam; Tsalsabila Untsa Anshari
A. Pendahuluan Dalam pendidikan, evaluasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Karena evaluasi merupakan cara untuk mengetahui sampai sejauh mana peserta didik berkembang dalam sebuah pembelajaran. Kita tidak akan mengetahui kecerdasan dan perkembangan belajar pada peserta didik jika tidak melalui tes atau evaluasi. Maka dari itu evaluasi merupakan hal yang perlu diadakan dalam pembelajaran. Begitu pula dalam ajaran Islam, evaluasi merupakan pemahaman yang tidak asing lagi, artinya evaluasi merupakan suatu ajaran yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam baik individu maupun kelompok. Dalam ajaran Islam, landasan evaluasi menggunakan yaitu berupa Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW. Banyak hadits-hadits yang membahas tentang evaluasi dalam pendidikan, baik hadits tentang evaluasi pada ranah kognitif, afektif , maupun psikomotorik, serta hadits tentang kualitas ujian sesuai dengan tingkat keberagaman. Beberapa ranah yang disebut kan diatas merupakan bagian-bagian dari evaluasi yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain nya. Jadi seorang pendidik harus bisa mengevaluasi peserta didik dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Evaluasi Pendidikan, yang bekenaan dengan pengertian evaluasi, pengertian evaluasi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, kemudian kualitas ujian sesuai dengan tingkat keberagamaan, serta fungsi dan tujuan evaluasi dalam pendidikan. B. Pembahasan 1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran Evaluasi dapat diartikan sebagai sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Fungsi 1
utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran. Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan aturan-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam kegiatan evaluasi. Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, dan hasil. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.1 2. Evaluasi Ranah Kognitif Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Ranah kognitif mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif
berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk
didalamnya
menghafal,
1
kemampuan
memahami,
mengaplikasi,
menganalisis,
Sudijoono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan
2
mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah: a) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge): Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal kosa kata, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Bahasa Inggris di sekolah. b) Pemahaman (comprehension) : Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashr secara lancar dan jelas. c) Penerapan (application): Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
3
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. d) Analisis (analysis) : Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam. e) Sintesis (syntesis) : Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsurunsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu hasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam. f) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) : Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya
4
sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kedisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang wajib dilaksanakan dalam sehari-hari.2 3. Evaluasi Ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila seseorang tersebut telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap pelajaran agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti pelajaran agama di sekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama yang diterimanya, dan penghargaan atau rasa hormat terhadap guru agama. Sehubungan dengan ranah ini, ditemukan hadits sebagaimana yang tertera sebagai berikut.
َ َّ ُ َ ْ َ َ ْ َ َّ َ َ َّ َ ّ َّ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ ّ َّ َ ّ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ ُل السق ِم عن جبير قال قال رسو الل ِه صلى الله علي ِه وسلم ِإن الله عز وجل يبت ِلى عبده ِب َ َْ ُ َح َّتى ُيك ِّف َر َع ْن ُه ك َّل ذن ِب ِه
Artinya : Jubair berkata, “Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menguji seorang hamba-Nya dengan suatu penyakit hingga Dia mengampuni semua dosanya’. “ (HR Ath-Thabrani)
َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َ َّ َ ّ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ ال َما ُيص َ صب َو َال َو َ الم ْسل َم م ْن َن ُ َ ُ ص ٍب َوال ب ي ق م ل س و ه ي ل ع الله ى ل أ ِبى هريرة ع ِن الن ِب ِي ص ِ ِ ِ ِ ٍ َ َّ َ ّ َ َ َ ً َ َ َ َ ّ َ َ ُ ْ ن ُ الش ْو َكة ُي َش ُاك َها إ َّال َك َّف َر ُالله ب َها م ْن َخ َط َاياه ه ٍم وال حز ٍ وال أذى وال غ ٍم حتى ِ ِ ِ ِ Artinya : Dari Abu Hurairah, dari Nabi, beliau bersabda, “Setiap musibah yang menimpa seorang muslim yang berupa kelelahan, penyakit kronis, kegalauan pikiran, kegelisahan hati, sampai kena duri; akan dihapus Allah kesalahannya.” (HR Al-Bukhari) 2
Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar evaluasi Pendidikan
5
Semua materi ujian dalam hadits ini berada di wilayah domain afektif, yaitu kesabaran. Apabila seorang muslim penuh kesabaran dalam menerima ujian tersebut, maka Allah SWT akan menghapus kesalahan-kesalahan/dosa-dosa yang telah ia perbuat. Itu merupakan hadiah/ganjaran dari Allah bagi hamba-Nya yang lulus.3 Dalam Good tahun 1973, menjelaskan bahwa domain afektif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan pada pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi. Pendidikan afektif yang semula hanya mencakup perasaan dan emosi, sekarang telah berkembang lebih luas yakni menyangkut moral, nilai-nilai, budaya dan keagamaan. Dalam Krathwohl dkk, merencanakan tujuan pembelajaran afektif dengan membedakannya menjadi lima tingkat dari yang sederhana sampai pada tingkatan kompleks, yaitu menerima (receiving), menjawab (responding), menilai (valuing), mengorganisasi
(organizing),
mengkarakterisasi
atas
dasar
nilai
kompleks
(characterization by value or value complex). Kelima tingkatan ini juga ditunjukkan dengan beberapa kata kerja. Guru dapat menyusun tujuan afektif debgan memperhatikan kemudian memilih kata-kata kerja tersebut sesuai dengan tingkat materi pembelajaran yang hendak diberikan kepada para siswanya. Kata kerja yang berorientasi perilaku pada domain afektif.4 Tingkatan
Verb (kata kerja)
Menerima (receiving)
Menerima, peduli, mendengar
Menjawab (responding)
Melengkapi, melibatkan, sukarela
Menilai (valuing)
Menunjukkkan
lebih
senang,
menghargai, menyatakan peduli Mengorganisasi (organizing)
Berpartisipasi, mempertahankan, menyatukan (sintesis)
3
4
Bukhari Umar, Hadits Tarbawi, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 195. Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta Timur: PT Bumi Aksara, 2011),
hlm. 75.
6
Mengkarakterisasi atas dasar nilai
Menunjukkan
kompleks (characterization by value or menunjukkan value complex)
harapan,
empati, mengubah
tingkah laku
Berikut penjelasan tentang kemampuan dalam doamain afektif: a) Menerima (receiving) Diharapkan siswa peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu yaitu bahwa ia mau menerima. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran, kemampuan untuk menerima dan perhatian. Kata operasional yang dapat digunakan adalah menanyakan, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasi, menunjukkan. b) Menjawab (responding) Setelah siswa menerima fenomena tertentu, diharapkan memberi reaksi terhadap fenomena tersebut dengan cara tertentu. Hasil belajar dalam jenjang ini dapat merekam kemauan untuk menjawab atau kepuasan dalam menjawab. Kata operasional yang dapat digunakan ialah menjawab, membantu, mendiskusikan, melakukan, melaporkan, menghafalkan, menceritakan. c) Menilai (valuing) Dalam jenjang ini, diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena atau tingkah laku tertentu. Siswa menunjukkan tingkah laku ini dengan cukup konsisten pada situasi yang cocok sehingga ia menjadi sadar dalam memegang suatu nilai. Kata operasional yang digunakan adalah melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang, menggabung, mengusulkan, mengambil bagian, melaporkan. d) Mengorganisasi (organizing) Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah diantara nilai-nilai itu, dan nilai membentuk suatu sistem nilai yang konsisten secara internal. Kata operasional yang digunakan adalah mengubah,
mengatur,
membandingkan,
mampertahankan,
memodifikasi,
mengidentifikasikan.5 5
Endang Poerwanti dkk, Evaluasi Pendidikan, (Malang: UMM Press, 1999), hlm. 39.
7
4. Evaluasi Ranah Psikomotorik a) Pengertian Evaluasi Ranah Psikomotorik Ranah Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima materi pelajaran. Prilaku ini lebih kepada keterampilan secara fisik. Ada perbedaan makna antara skill (keterampilan) dan abilities (kemampuan). Keterampilan lebih terkait dengan psikomotorik, sedangkan kemampuan terkait dengan kognitif 6. Aspek-aspek ini mencakup tahapan: menirukan, memanipulasi, artikulasi dan naturalisasi. Tahap menirukan adalah siswa berupaya untuk menirukan suatu tindakan seperti yang diajarkan. Tahap memanipulasi, dalam tahap ini siswa sudah dapat meragakan suatu keterampilan seperti yang diajarkan. Tahap artikulasi merupakan tahap dimana siswa mampu mengkoordinasikan tindakannya secara teratur dengan menempuh langkah-langkah secara tepat. Sedangkan tahap naturalisasi dimana siswa sudah mampu melakukan tindakan secara alami dengan menggunakan energi yang minimum, seperti seorang supir yang sudah mahir mengendarai, atau pemain bola professional7. Hasil belajar ranah psikomotorik dikemukakan oleh Simsoon (1956) yang menyatakan bahwa ranah psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan hasil belajar afektif. b) Hadits tentang Evaluasi Psikomotor
َّ َّ َ َّ َ ُ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ ٌالل ُه َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َد َخ َل ْال َم ْسج َد َف َد َخ َل َر ُجل عن أ ِبي هريرة أن رسول الل ِه صلى ِ َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َّ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ ّ َّ َ َ َ َّ َ َ َّ َ َ ص ِ ّل ف ِإ َّن َك ل ْم فصلى فسلم على الن ِب ِي صلى الله علي ِه وسلم فرد وقال ار ِجع ف َ َّ َّ َ ّ َّ َ َ َ َّ َ َ َ َ َّ ُ َّ َ َ َ ّ َ ُ َ َ َ َ ّ َ ُ َّ صلى الل ُه َعل ْي ِه َو َسل َم تص ِل فرجع يص ِلي كما صلى ثم جاء فسلم على الن ِب ِي
6 7
Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bina Aksara, 1989), hlm. 53. Drs. H Uyu Wahyudin, Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung : UPI Press, 2006)
8
ُ ْ َ َّ َ َ َ ً َ َ ّ َ ُ ْ َ َ َّ َ ّ َ َ ْ ْ َ َ َ ال َوال ِذي َب َعث َك ِبال َح ِ ّق َما أ ْح ِس ُن فقال ار ِجع فص ِل ف ِإنك لم تص ِل ثَلثا فق َ ْ ْ َ َ َ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َّ ُ ْ ّ َ َ َ َّ ُ َ َ َ َ ْ َّ َ ََُْ ُ ْ ال ِإذا ق ْم َت ِإلى الصَل ِة فك ِبر ثم اقرأ ما تيسر معك ِمن القر ِآن غيره فع ِلم ِني فق
Artinya : “Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW masuk masjid lalu masuk pula seorang laki-laki yang kemudian shalat dan memberi salam kepada Nabi SAW, beliau menjawab salam dan berkata, “ulangi shalatmu karena sesungguhnya kamu belum shalat.” Laki-laki itu mengulangi shalatnya tadi. Kemudian ia datang mengucapkan salam kepada Nabi, lalu Nabi berkata lagi, “ulangi shalatmu karena sesungguhnya kamu belum shalat.” Begitulah sampai tiga kali, lalu laki-laki tersebut berkata, “demi dzat yang telah mengutus ku dengan benar, sungguh aku tidak dapat berbuat yang lebih baik dari pada itu. Oleh karena itu ajarilah aku.” Lalu Nabi bersabda, “apabila kamu berdiri untuk shalat, maka takbirlah. Lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudian ruku’lah hingga tuma’ninah. Kemudian bangkitlah sehingga I’tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah hingga tuma’ninah dalam keadaan sujud. Kemudian bangkitlah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud. Kemudian berbuatlah yang demikian itu dalam semua shalatmu.” (HR. Al-Bukhari) Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menguji sahabat dalam mendirikan shalat. Ini berada di wilayah psikomotor. Teknik yang digunakan Rasulullah SAW adalah observasi. Beliau mengamati shalat yang dilakukan oleh sahabat. Setelah adanya kekeliruan, beliau langsung menyuruhnya untuk mengulangi. Jadi segera ada perbaikan setelah terjadinya kesalahan. Dari hadits diatas juga dapat diambil pelajaran bahwa Rasulullah SAW telah menggunakan observasi sebagai tes kemampuan ranah psikomotor dalam bentuk yang sederhana, dan belum menggunakan perencanaan tertulis dan pencatatan lapangan.
9
Pada zaman modern ini, observasi digunakan sebagai instrumen pengukuran kemampuan kerja seseorang dan dilengkapi dengan catatan-catatan yang diperlukan. c) Ciri-ciri Evaluasi Ranah Psikomotorik Ranah psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapainnya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan aktifitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat, dan lain sebagainya8. Jadi ranah psikomotorik erat kaitannya dengan hal-hal yang menggunakan kerja otot yang menjadi penggerak tubuh dan bagianbagian lainnya. d) Strategi Evaluasi Ranah Psikomotorik Cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotorik adalah melalui observasi. Observasi, dalam hal ini dapat diartikan sebagai tes yang menjelaskan peristiwa, tingkah laku, atau fenomena lain dengan pengamatan langsung. Namun observasi harus dibedakan dari eksperimen karena eksperimen pada umumnya dipandang sebagai salah satu cara observasi 9. Seorang guru yang hendak melakukan observasi perilaku psikomotorik siswasiswanya seharusnya mempersiapkan langkah-langkah yang cermat dan sistematis menurut pedoman yang terdapat dalam lembar format observasi yang sebelumnya sudah disediakan baik oleh sekolah maupun oleh guru sendiri. 5. Kualitas Ujian Sesuai dengan Tingkat Keberagaman a) Kualitas Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu 10 . b) Ujian
8
http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/tes-pengekuran-ranah-penilaian.html Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 214. 10 https://id.wikipedia.org/wiki/Kualitas 9
10
Ujian
merupakan
cara
terbatas
untuk
mengukur
kemampuan
seseorang. Pelaksanaan ujian dimaksudkan untuk mengukur pengetahuan seseorang atau peserta didik
11.
Ujian juga dijadikan sebagai alat evaluasi untuk menilai berapa
jauh pengetahuan sudah dikuasai dan ketrampilan yang sudah diperoleh. Ujian dapat mendorong seseorang dalam kegiatan pembelajaran baik itu secara wawasan atau pun pengetahuan lainnya 12. Ujian dapat diberikan secara kertas atau pun komputer sebagai contoh ujian menggunakan kertas seperti ujian nasional yang ada di Indonesia yang bertujuan untuk penilaian pencanpaian kemampuan dengan standar lulusan secara
nasional
pada
pelajaran
tertentu
dalam
kelompok
mata
pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi. Di Indonesia salah satu contoh ujian yang diberlakukan untuk mengukur kemampuan diri seseorang yaitu ujian nasional yang berfungsi sebagai penentu kelulusan peserta didik dalam lembaga pendidikan seperti sekolah 13. Salah satu bentuk ujian yang dapat menguji kemampuan diri seseorang yang diberlakukan di Indonesia selain ujian seperti ujian
nasional terdapat pula ujian psikologi yang
bertujuan salah satunya untuk mengetahui potensi secara mendasar diri seseorang 14 c) Kualitas Ujian Sesuai dengan Tingkat Keberagaman Ujian sendiri bisa di katakan sebuah evaluasi pembelajaran, Evaluasi ini sangat penting dalam proses pendidikan dengan tujuan untuk mencapai hasil yang baik dari segi pemahaman. beberapa evaluasi yang dilakukan Rosulullah saw yaitu evaluasi ranah kognitif, afektif, psikomotorik, dan yang terakhir adalah kualitas ujian sesuai dengan tingkat keberagaman. Sebagaimana sabda Rosulullah saw dalam memberikan evaluasi.
ُص َحاب ُم َعاذ ْبن َج َبل إ َّن َر ُس ْول ْ َع ْن ُأ َناس ّم ْن َا ْهل َح َمص م ْن َأ َّالله َلما ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ َْ َ َ ٌ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ََْ َ ً َ ُ َ َ َْ ْ َ َ ََ ْ أق ِض ى:ض ِإذاعرض لك قضاء؟ قال ِ كيف تق:أراد أن يبعث معاذا ِالي اليم ِن قال َ َ َ َ َ َ َ َفإ ْن َل ْم َتج ْد في ك:ال َ ْ َفب ُس َّنة َر ُس:ال َ َ ل ف ِإ ْن ل ْم:ال ق.الله و ق الله؟ اب ت ق .الله ِ ِ ِ ِ ِ اب ِ ِ ِ ِ ِ ِب ِكت ِ 11
Bernadette Tynan, Melatih Anak berpikir seperti Jenius,(Penerbit:PT Gramedia Pustaka Utama, 2004 ),
hlm. 29-31 12 13 14
Tim Redaksi Kanisius, Paradigma Pedagogi Reflektif, (Penerbit:Kanisius, 2010), hlm. 63 Sri Saptina H dkk, Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional, (Penerbit:Grasindo, 2008) Dina Astuti, Sukses Menjalani Wawancara Kerja, hlm. 4
11
َ َتج ْد في ُس َّنة َ ُس ْول الله َوَال في ك َ َف. َا ْج َته ُد َ ْايئ َوَال ُآل ْو:ال َ الله؟ َق ض َر َب َر ُس ْو ُل اب ت ر ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِر ِ ِ ِ ِ َ َ َ َُ ْ َ ْ َا ْل َح ْم ُدل َّله َّال ِذ ْي َو َّف َق َر ُس ْو َل َر ُس:ال َ الله ل َّما َي ْر َض ي َر ُس ْو ُل ل و ق الله صدره و ِ ِ ِ ِ ِ
.)الله (رواه ابوداود ِ Artinya: “Diriwayatkan dari penduduk homs, sahabat Muadz ibn Jabal, bahwa Rasulullah saw. Ketika bermaksud untuk mengutus Muadz ke Yaman, beliau bertanya: apabila dihadapkan kepadamu satu kasus hukum, bagaimana kamu memutuskannya?, Muadz menjawab:, Saya akan memutuskan berdasarkan Al-Qur’an. Nabi bertanya lagi:, Jika kasus itu tidak kamu temukan dalam AlQur’an?, Muadz menjawab:,Saya akan memutuskannya berdasarkan Sunnah Rasulullah. Lebih lanjut Nabi bertanya:, Jika kasusnya tidak terdapat dalam Sunnah Rasul dan Al-Qur’an?,Muadz menjawab:, Saya akan berijtihad dengan seksama. Kemudian Rasulullah menepuk-nepuk dada Muadz dengan tangan beliau, seraya berkata:, Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada utusan Rasulullah terhadap jalan yang diridloi-Nya.”(HR.Abu Dawud)
َّصب َو َال َه ّم َو َال ُح ْزن َو َال َأ ًذى َو َال َغ ّم َحتى َ صب َو َال َو َ لم م ْن َن َ يب ْال ُم ْس ُ َما ُيص ٍ ِ ِ ٍ ٍ ٍ ٍ َ َ َّ ُ الش ْو َكة ُي َش ُاك َها إ َّال َك َّف َر الله ِب َها ِم ْن خط َاي ُاه ِ ِ Artinya : “Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.” (Muttafaqun alaih)
ٰ َّ َأ َش ُّد َّ الناس َب ََل ًء ْا َأل ِن ْب َي ُاء ُث َّم ْا َأل ْم َث ُل َف ْا َأل ْم َث ُل ُي ْب َت َلى الر ُج ُل َعلى َح ًس ِب ( َو ِفي ِ ُ ٌَ ٰ َ ص َل ًبا ا ْش َت َّد َب ََل ُؤ ُه َوإ ْن َك َ ر َو َاية َق ْدر ) د ْي ُن ُه َفإ ْن َك َ ان د ْي ُن ُه ان ِفي ِد ْي ِن ِه ِرقة ا ْب ُت ِل ُي َعلى ِ ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ َُ َ َ ْ َح َسب ِد ْي ُن ِه َف َما َي ْب َر ُح ْا َلب ََل ُء ب ْال َع ْب ِد َح ٰتى َي ْت ُر َك ُه َي ْم ِش ْي َع َلى ْا َأل . ض َما َعل ْي ِه خ ِط ْيئة ر ِ ِ ِ
12
Artinya: “Manusia yang paling dashyat cobaannya adalah para anbiya’ kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran (dalam suatu riwayat ‘kadar’) agamanya. Jika agama kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya.
Maka
cobaan
akan
selalu
menimpa
seseroang
sehingga
membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi.”15
6. Tujuan Evaluasi Ada beberapa tujuan dilakukannya evaluasi diantaranya, yaitu : 1) Bagi seorang guru, evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa,
mengetahui
kelebihan
dalam
cara
belajar
mengajar
untuk
dipertahankan, kelemahan-kelemahannya diperbaiki, dan selain itu juga berguna untuk menentukan kelulusan murid dalam jenjang waktu. 2) Bagi seorang murid biasanya
evaluasi bertujuan untuk mengetahui
kemampuan belajar, untuk memperbaiki cara belajar, dan menumbuhkan motivasi belajar 16. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mengetahui segi-segi yang mendukung dalam pembelajaran dan segi-segi yang tidak mendukung dalam pembelajaran. Segi-segi yang mendukung harus dikembangkan, dan segi-segi yang tidak mendukung harus diperbaiki. Baik dari seorang pendidik maupun peserta didik, karena evaluasi tidak hanya berlaku kepada peserta didik melainkan juga berlaku kepada seorang pendidik. 7. Fungsi Evaluasi Evaluasi berfungsi sebagai feed back (umpan balik) terhadap kegiatan pembelajaran. Umpan balik ini berguna untuk hal-hal sebagai berikut : a) Ishlah Yaitu, perbaikan terhadap semua komponen pendidikan, termasuk perbaikan perilaku, wawasan, dan kebiasaan-kebiasaan peserta didik. 15 16
http://labcomputer32al.blogspot.co.id/2014/02/resensi-hadis-tarbawi.html Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2005), hlm. 183
13
b) Tazkiyah Yaitu, penyucian terhadap semua komponen pendidikan. Artinya, melihat kembali program-program pendidikan yang dilakukan, apakah program tersebut penting atau tidak dalam kehidupan peserta didik. c) Tajdid Yaitu, memodernisasi semua kegiatan pendidikan. Kegiatan yang tidak relevan untuk kepentingan internal maupun eksternal perlu diubah dan dicarikan penggantinya yang lebih baik. d) Ad-Dakhil Yaitu, masukan sebagai laporan bagi orang tua peserta didik, berupa rapor, ijazah, piagam, dan sebagainya 17 C. Penutup Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajaran adalah suatu proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secara sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran. Dalam evaluasi pendidikan ada tiga ranah yang harus diperhatikan, yaitu evaluasi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Ranah kognitif mencakup kegiatan mental (otak). Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya apabila seseorang tersebut telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Kemudian yang terakhir yaitu ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima materi pelajaran. Prilaku ini lebih kepada keterampilan secara fisik. Setelah macam-macam ranah evaluasi, pendidikan juga harus mengetahui kualitas ujian sesuai dengan tingkat keberagamaan. Kualitas atau mutu adalah tingkat 17
Novan Ardy Wiyani, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 235.
14
baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu. Ujian sendiri bisa di katakan sebuah evaluasi pembelajaran. Jadi pendidik harus mengetahui evaluasi peserta didik dari aspek ranah evaluasi dan kualitas ujian. Tujuan evaluasi bagi seorang guru yaitu untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, mengetahui kelebihan dalam cara mengajar yang layak untuk dipertahankan, dan kelemahan-kelemahan cara mengajar yang harus diperbaiki. Bagi seorang murid evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan belajar, untuk memperbaiki cara belajar, dan menumbuhkan motivasi belajar. Evaluasi berfungsi sebagai feed back (umpan balik) terhadap kegiatan pembelajaran. Fungsi-fungsi dari evaluasi antara lain; Islah, Tazkiyah, Tajdid, dan Ad-Dakhil. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 1989. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara. Astuti, Dina. Sukses Menjalani Wawancara Kerja. http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/tes-pengekuran-ranah-penilaian.html https://id.wikipedia.org/wiki/Kualitas http://labcomputer32al.blogspot.co.id/2014/02/resensi-hadis-tarbawi.html Nata, Abudin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Gaya Media Pratama. Novan Ardy Wiyani. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Poerwanti, dkk. 1999. Evaluasi Pendidikan. Malang: UMM Press. Sudijoono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta Timur: PT Bumi Aksara. Sri Saptina H, dkk. 2008. Cara Mudah Menghadapi Ujian Nasional, Penerbit:Grasindo Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Tim Redaksi Kanisius. 2010. Paradigma Pedagogi Reflektif. Penerbit:Kanisius. Tynan, Bernadette. 2004. Melatih Anak Berpikir seperti Jenius. Penerbit:PT Gramedia Pustaka Utama. Umar, Bukhari. 2012. Hadits Tarbawi. Jakarta: Amzah. Wahyudin, Uyu. 2006. Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung : UPI Press.
15