Evaluasi Pelayanan Puskesmas Terhadap Jangkauan Aksesibilitas Penduduk di Kecamatan Kuranji
Anton Sujarwo, Tomi Eriawan, Ezra Aditia Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Bung Hatta, Padang
[email protected],
[email protected] ,
[email protected]
Abstrak Mengingat Puskesmas berperan dalam meningkatkan mutu masyarakat di bidang kesehatan, maka kemudahan untuk menjangkau lokasi Puskesmas merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan tersebut. Puskesmas yang memadai tidak hanya memperhatikan jumlah atau kapasitas pelayanannya tetapi juga meperhatikan tingkat aksesibilitasnya. Terkait dengan pentingnya keterjangkauan Puskesmas dan melihat kondisi Puskesmas yang ada di Kecamatan Kuranji maka perlu dilakukan studi evaluasi pelayanan puskesmas terhadap jangkauan aksesibilitas penduduk di Kecamatan Kuranji. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pelayanan puskesmas terhadap jangkauan aksesibilitas penduduk. Metode analisis yang digunakan pada studi ini yaitu metode analisis deskriptif. Tiga analisis utama yang dilakukan yaitu identifikasi wilayah pelayanan Puskesmas, analisis kesesuaian daerah pelayanan ,analisis kesesuaian lokasi terhadap jangkauan pelayanan di Puskesmas. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perjalanan masyarakat menuju puskesmas di Kecamatan Kuranji. Analisis yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi perjalanan masyarakat menuju puskesmas di Kecamatan Kuranji yaitu faktor waktu tempuh, faktor angkutan umum dan faktor waktu menunggu angkutan umum, Kata kunci : Daerah Pelayanan Puskesmas, Kesesuaian Lokasi Terhadap Jangkauan Pelayanan Puskesmas
Abstrac Considering public healty clinic role in improving the quality of public health, that means easy to reach location of health centers is one of the important things that need to be considered to improve the health service. public healty clinic adequate attention not only to the number or capacity of the service but also due attention to the level of accessibility. Related to the importance of the affordability of the health center and see the condition of health centers in the district Kuranji it is necessary to study to evaluate the health center services to reach the accessibility of the population in Sub Kuranji. This study aimed to evaluate the health center services to the range of accessibility. The analytical method used in this study is descriptive analysis method. Three major analysis done of identification of the areas of health center services, service area suitability analysis, site suitability analysis of the range of services at the health center. This analysis aims to determine the factors that affect people traveling to the health centers in the district Kuranji. The analysis carried out lead to the conclusion that the factors affecting travel to the community health centers in the district Kuranji ie travel time factor, the factor of public transport and the factors of time waiting for public transport, Keywords: Regional Health Center Services, Compliance Outreach Location Against Health Center, Akssibilitas
I.
PENDAHULUAN
Kecamatan Kuranji merupakan salah satu kecamatan di Kota Padang dengan Jumlah penduduk Kecamatan Kuranji tahun 2015 sebanyak 13.8584 jiwa dengan kepadatan penduduk 2.413,93, dari data 10 tahun terakhir (2005–2015) laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Kuranji sebesar 2,52% ratarata per 10 tahun. Jika di lihat Fasilitassaranapelayanankesehatandi Kecamatan Kuranjisecarakuantitassudah sangatmemadai Puskesmas merupakan salah satu hal penting yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan tersebut. Puskesmas yang memadai tidak hanya memperhatikan jumlah atau kapasitas pelayanannya tetapi juga meperhatikan tingkat aksesibilitasnya. Tingkat aksesibilitas tersebut tentunya mempengaruhi minat masyarakat untuk mengunjungi Puskesmas. Setiap kota selalu berupaya melakukan peningkatan pelayanan kesehatan bagi masyarakatnya, dengan tujuan untuk memberi pelayanan secara lebih merata dan berkualitas kepada seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut telah dilakukan peningkatan, pemerataan, dan perluasan jangkauan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas. Namun demikian, upaya tersebut belum sepenuhnya dapat memberikan pelayanan kesehatan yang prima. Bahkan pelayanan fasilitas kesehatan yang diberikan tidak dapat dirasakan oleh beberapa golongan masyarakat. Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat, tentunya Puskesmas harus memiliki mutu pelayanan yang baik, terutama kemudahan untuk dijangkau dari aspek lokasinya. Selain itu sering pula
dijumpai Puskesmas yang seharusnya mampu memberikan pelayanan optimal bagi masyarakat justru tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dikarenakan wilayah pelayanannya yang terlalu luas. Salah satu tanggung jawab seluruh jajaran kesehatan adalah menjamin tersediannya pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata, dan terjangkau oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat luas. Namun pada kenyataannya tetap saja banyak masyarakat yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Ketidakter jangkauan umumnya terjadi karena jauhnya jarak tempuh dan terlampau besarnya jumlah masyarakat yang menjadi tanggung jawab sebuah Puskesmas. Melalui penjabaran di atas, dapat disarikan bahwa lokasi Puskesmas harus memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi. Wilayah pelayanan Puskesmas akan sangat dipengaruhi oleh tingkat aksesibilitasnya. Lokasi Puskesmas yang mudah untuk dijangkau dari segi transportasi, tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mengunjunginya. Hal ini mengakibatkan wilayah pelayanan Puskesmas melebihi wilayah kerja yang telah ditentukan oleh pemerintah setempat. Dari penjelasan di atas yang telah di sebutkan, dalam rangka pemenuhan kebutuhan aksesibilitas masyarakat menuju puskesmas, maka di perlukan evaluasi pelayanan puskesmas terhadap jangkauan aksesibilitas penduduk di kecamatan Kuranji. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kriteria Tingkat PelayananFasilitasKesehatan Dalam merencanakan fasilitas kesehatan perlu di pertimbangkan faktorfaktor penting, menurut Djoko Sujarto dalam perencanaan pusat kesehatan dalam
bubungannya dengan perkembangan kota ( 1978 ), faktor-faktor yang harus di perhatikan dalam perencanaan fasilitas kesehatan adalah : 1. Distribusi kepadatan penduduk Fasilitas kesehatan terutama untuk melayani kebutuhan seluruh penduduk, daerah-daerah padat merupakan konsentarasi penduduk kota terbanyak. Oleh karena itu dalam pemilihan lokasi fasilitas kesehatan distribusi kepadatan penduduk merupakan pertimbangan pokok. 2. Aksesibilitas Pemilihan lokasi fasilitas kesehatan harus sedemikian rupa sehingga mudah di hubungan dan dijangkau,dalam hal ini maka pertimbangan keadaan transportasi sangat penting. 3. Ketersediaan lahan Lahan merupakan faktor yang penting di mana fasilitas ini dibangun, dalam hal ini berkaitan pertimbangan dengan penggunaan lahan pada rencana kota dalah penting. 4. Aspek lingkungan Pemilihan lokasi suatu fasilitas kesehatan harus dipertimbangan dengan lingkungan sekitarnya, semuanya yang berkaitan dengan lingkungan seperti ketenangan, udara yang baik, kebersihan lingkungan dan sebagainya merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan. Seiring dengan berjalannya waktu terjadinya perkembanganperkembangan baru sehingga keempat faktor yang harus di perhatikan dalam perencanaan fasilitas kesehatan tersebut
kemudian diinterpretasikan menjadi kriteria-kriteria tingkat penyediaan fasilitas kesehatan. 2.2 Radius Pencapaian Fasilitas Kesehatan Untuk radius pelayanan kessehatan ini dapat dilihat berdasarkan jarak pencapaian, dimana radius pelayanan kesehatan di dasarkan pada standar yang di tetapkan oleh SNI-03-1733-2004. Radius pelayanan fasilitas kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Puskesmas pembantu radius pelayanan maksimum 1.000 m 2. Apotek dengan radius pelayanan maksimum 1.000 m 3. Puskesmas dengan radius pelayanan maksimum 3.000 m 4. Rumah bersalin dengan radius pelayanan maksimum 2.000 m Jarak tempuh ini juga di pengaruhi oleh aksesibilitas. Aksesibilitas dapat juga diartikan sebagai suatu kemudahan usaha masyarakat untuk mengatasi hambatan antara suatu lokasi dengan lokasi lainnya. Kemudahan ini juga dapat meyakinkan aksesibilitas penggunaan lahan di gambarkan sebagai rintangan pada kegiatan transportasi ( Chiara, 1975 :54 ). Penentuan lokasi fasilitas tersebut dari unit-unit hunian adalah tergantung pada kesediaan penduduk berjalan kaki untuk pencapaian lokasi fasilitas tersebut ( Chiara 1975 :69 ). Penempatan lokasi fasilitas dari unit hunian dalam kawasan perumahan adalah berbanding lurus dengan ketersediaan penduduk berjalan kaki paling jauh untuk mencapai lokasi fasilitas ( chiara, 1975:56 ).
Fasilitas kesehatan harus berada pada wilayah dengan aksesibilitas baik yang akan mempermudah dalam mencapainya.
2.3
Aksesibilitas dan Mobilitas Aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna lahan secara gerografis dengan sistem jaringan transportasi yang menghubungkannya. Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain dan “mudah” atau “susah”nya lokasi tersebut dicapai melalaui sistem jaringan transportasi (Black, 1981). Pernyataan “mudah” atau “susah” merupakan hal yang sangat “subjektif” dan “kualitatif”. Mudah bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain, begitu juga dengan pernyataan susah. Oleh karena itu diperlukan kinerja kuantitatif (terukur) yang dapat menyatakan aksesibilitas atau kemudahan. Sedangkan mobilitas adalah suatu ukuran kemampuan seseorang untuk bergerak yang biasanya dinyatakan dari kemampuannya membayar biaya transportasi. Ada yang menyatakan bahwa aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak. Jika suatu tempat berdekatan dengan tempat lainnya, dikatakan aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya, jika kedua tempat itu sangat berjauhan, aksesibilitas antara keduanya rendah. Jadi, tata guna lahan yang berbeda pasti mempunyai aksesibilitas yang berbeda pula karena aktivitas tata guna lahan tersebut tersebar dalam ruang secara tidak merata (heterogen). Akan tetapi, peruntukan lahan tertentu seperti bandara, lokasinya tidak
bisa sembarangan dan biasanya terletak jauh dari kota (karena ada batasan dari segi keamanan, pengembangan wilayah, dan lain-lain). Dikatakan aksesibilitas ke bandara tersebut pasti akan selalu rendah karena letaknya yang jauh di luar kota. Namun, meskipun letaknya jauh, aksesibilitas ke bandara dapat ditingkatkan dengan menyediakan sistem jaringan transportasi yang dapat dilalui dengan kecepatan tinggi sehingga waktu tempuhnya menjadi pendek. Oleh sebab itu, penggunaan “jarak” sebagai ukuran aksesibilitas mulai diragukan orang dan mulai dirasakan bahwa penggunaan “waktu tempuh” merupakan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan “jarak” dalam menyatakan aksesibilitas. Dapat disimpulkan bahwa suatu tempat yang berjarak jauh belum tentu dikatakan mempunyai aksesibilitas rendah atau suatu tempat yang berjarak dekat mempunyai aksesibilitas tinggi karena terdapat faktor lain dalam menentukan aksesibilitas yaitu waktu tempuh. Beberapa jenis tata guna lahan mungkin tersebar secara meluas (perumahan) dan jenis lainnya mungkin berkelompok (pusat pertokoan). Beberapa jenis tata guna lahan mungkin ada di satu atau dua lokasi saja dalam suatu kota seperti rumah sakit dan bandara. Dari sisi jaringan transportasi, kualitas pelayanan transportasi pasti juga berbeda-beda; sistem jaringan transportasi di suatu daerah mungkin lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya baik dari segi kuantitas (kapasitas) maupun kualitas (frekuensi dan pelayanan). Contohnya pelayanan angkutan umum biasanya lebih baik di pusat pertokoan dan pada beberapa jalan utama transportasi dibandingkan dengan di daerah pinggiran kota.
Skema sederhana yang memperlihatkan kaitan antara berbagai hal
yang diterangkan mengenai aksesibilitas dapat dilihat pada Tabel 2.1. (Black, 1981)
Tabel 2.1 Klasifikasi Tingkat Aksesibilitas Jarak
Jauh Dekat Kondisi prasarana
Aksesibilitas rendah Aksesibilitas menengah Sangat jelek
Aksesibilitas menengah Aksesibilitas tinggi Sangat baik
Sumber : Black (1981)
Apabila tata guna lahan saling berdekatan dan hubungan transportasi antar tata guna lahan tersebut mempunyai kondisi baik, maka aksesibilitas tinggi. Sebaliknya jika aktivitas tersebut saling terpisah jauh dan hubungan transportasinya jelek, maka aksesibilitas rendah. Beberapa kombinasi diantaranya mempunyai aksesibilitas menengah. 2.4 Hubungan Transportasi Tabel 2.1. menggunakan faktor hubungan transportasi yang dapat diartikan dalam beberapa hal. Suatu tempat dikatakan “aksesibel” jika dapat dicapai, yang dalam artian sempit sering dimaksud sangat dekat dengan tempat lainnya, dan “tidak aksesibel” jika sulit untuk dicapai. Ini adalah konsep yang paling sederhana; hubungan transportasi (aksesibilitas) dinyatakan dalam bentuk “jarak” (km). Seperti telah dijelaskan, jarak merupakan peubah yang tidak begitu cocok dan diragukan. Jika sistem transportasi antara kedua buah tempat diperbaiki (disediakan jalan baru atau pelayanan bus baru), maka hubungan transportasi dapat dikatakan akan lebih baik karena waktu tempunya akan lebih singkat. Hal ini sudah jelas berkaitan dengan kecepatan sistem jaringan transportasi tersebut. Oleh karena itu, “waktu tempuh” menjadi ukuran yang lebih baik dan sering digunakan untuk aksesibilitas. Selanjutnya, misalkan terdapat pelayanan bus yang baik antara dua tempat dalam
suatu daerah perkotaan. Akan tetapi, bagi orang miskin yang tidak mampu membeli karcis, aksesibilitas antara kedua lokasi tersebut tetap rendah. Jadi “biaya perjalanan” (Rp) menjadi ukuran yang lebih baik untuk aksesibilitas dibandingkan dengan jarak dan waktu tempuh. Mobil pribadi hanya akan dapat memperbaiki akasesibilitas dalam hal waktu bagi orang yang mampu membeli dan menggunakan mobil. Dengan alasan diatas, moda dan jumlah transportasi yang tersedia dalam suatu kota merupakan hal yang penting untuk menerangkan aksesibilitas. Beberapa moda transporatasi lebih cepat (waktu tempuh kurang) dibandingkan dengan moda lain, dan mungkin juga ada yang lebih mahal. Akhirnya, hubungan transportasi dapat dinyatakan sebagai ukuran untuk memperhatikan mudah dan sukarnya suatu tempat dicapai, dinyatakan dalam bentuk hambatan perjalanan. Semuanya selanjutnya dinyatakan dalam bentuk jarak, waktu dan biaya. Untuk meningkatkan tata guna lahan yang akan terhubungkan oleh sistem jaringan transportasi, dilakukanlah investasi pembangunan sistem jaringan transportasi. Tetapi, meskinpun tata guna lahan itu sudah mempunyai aksesibilitas yang tinggi (atau mudah dicapai) karena terhubungkan oleh sistem jaringan transportasi yang baik, belum tentu dapat menjamin mobilitas yang tinggi pula. Tidak akan ada pembangunan sistem jaringan transportasi
jika tidak dapat dinikmati, karena orang tidak mampu membayar transportasinya (tidak mempunyai mobilitas) sehingga investasi yang dibenamkan menjadi tidak akan ada artinya (mubazir). Kemampuan seseorang membayar transportasi sangat bervariasi khususnya di Indonesia, pengembangan sistem jaringan transportasi harus diarahkan bukan hanya pada peningkatan aksesibilitasnya tetapi harus pula dapat menjamin setiap orang mampu membayar biaya transportasinya dengan menyediakan banyak alternatif sistem jaringan transportasi. III.
2.
METODOLOGI
Metodeanalisisdatayangdigunakandala m pengolahan data yang telah didapat dari hasil survey primer maupun skunder. Dalam studi ini metodeanalisis yang di gunakan yaitu menggunkan metode analisis deskriptif 3.1 Metode Analisis Analisis yang di gunakan dalam pembahasan Evaluasi Pelayanan Puskesmas Terhadap Jangkauan Aksesibilitas Penduduk di Kecamatan Kuranji yaitu sebagai berikut : 1. Analisis penduduk pendukung Merupakan suatu analisis yang membandingkan antara standar SNI-03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan dengan penduduk cakupan pelayanan puskesmas. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui terpenuhi atau tidak terpenuhinya penduduk pendukung cakupan pelayanan puskesmas.
Analisis Asal pengunjung Dilakukan untuk menilai tingkat jumlah pengunujung yang datang di puskesmas yang ada di Kecamatan Kuranji sesuai dengan asal kelurahannya. Tujuan Analisis asal pengunjung ini nantinya akan menghasilkan di kelurahan mana jumlah pengunjung yang paling tinggi, jumlah pengunjung yang paling rendah serta jarak yang terjauh dan terdekat. Analisis ini menggunkan rumus simpangan baku, adapun rumus simpangan baku sebagai berikut :
S= 3.
∑(𝐗𝐢 − 𝑿)² 𝑁
Analisis kesesuaian daerah pelayanan Analisis ini merupakan analisis yang menilai kesesuaian daerah pelayanan puskesmas dengan jangkauan pelayanan, yang nantinya akan menilai ketidak sesuaian responden yang berkunjung dengan daerah pelayanan. 4. Analisis kesesuaian lokasi puskesmas dengan jangkauan pelayanan Analisis ini merupakan analisis yang menilai kesesuaian lokasi puskesmas dengan jangkauan pelayanan, yang nantinya akan menilai ketidak sesuaian responden yang berkunjung dengan cakupan pelayanan. 5. Analisis fasilitas sarana puskesmas, analisis ini merupakan analisis perbandingan antara permenkes No 75 tahun 2014
dibandingkan dengan fasilitas eksisting ke 3 puskesmas yang ada di Kecamatan Kuranji, dari perbandingan fasilitas tersebut nantinya dapat di bandingkan ke 3 puskesmas yang ada di Kecamatan Kuranji yang mana puskesmas yang paling lengkap fasilitasnya.
IV. HASILDAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Penduduk Pendukung Dari data jumlah penduduk dari masing-masing cakupan pelayanan puskesmas di atas, dapat dianalisis melalui standar jumlah penduduk pendukung suatu puskesmas untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya penduduk cakupan pelayanan puskesmas .
di Kecamatan Kuranji. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1. Analisi Penduduk Pendukung Puskesmasdi Kecamatan Kuranji No
Puskesmas
1 2 3
Ambacang Kuranji Belimbing
Satandar penduduk pendukung (min) 120.000 120.000 120.000
Penduduk Eksisting
Penilaian
48.552 26.983 61.093
Tidak Sesuai Tidak Sesuai Tidak Sesuai
Sumber : Hasil Analisis Tahun 2016
Dari hasil analisis yang dilakukan atas, untuk cakupan layanan penduduk di dapat dilihat perbandingan jumlah setiap puskesmas yang ada di Kecamatan penduduk eksisting dengan standar Kuranji tidak sesuai dengan SNI-03-1733layanan penduduk puskesmas berdasarkan 2004. Dari hasil analisis diatas seharusnya SNI-03-1733-2004 tentang tata cara di Kecamatan Kuranji hanya perencanaan lingkungan perumahan di membutuhkan 1 unit puskesmas. perkotaan. Berdasarkan standar tersebut di 4.2 Analisis Asal Pengunjung di Puskesmas Kuranji Tingkat Pengunjung di Puskesmas Kuranji No Kelurahan Jumlah Penilaia Pengunjung n 1 Korong Gadang 10.197 Tinggi 2 Kuranji 7.905 Sedang 3 Kalumbuk 6.682 Rendah Sunber : Analisis Tahun 2016 Dari tabel 4.7 tentang tingkat Dari analisis asal pengunjung pengunjung di Puskesmas Kuranji diatas dapat di simpulkan bahwasanya ditemukan bahwasa kelurahan dengan pengunjung yang paling tinggi terdapat di jumlah pengunjung terbanyak terdapat Kelurahan Pasar Ambancang dengan pada kelurahan Korong Gadang dengan jumlah kunjungan 11.357 jiwa dan jarak jumlah kunjungan sebesar 10.197 jiwa, 2,09 Km sedangkan pengunjung yang sedangkan jumlah pengunjung sedikit paling rendah terdapat di Kelurahan terdapat pada Kelurahan Kalumbuk Sungai Sapih dengan jumlah Kunjungan sebesar 6.682 jiwa. 2.993 jiwa .
4.2
Analisis Kesesuaian Daerah Pelayanan Analisis kesesuaian daerah pelayanan puskesmas merupakan suatu analisis yang menilai sesuai atau tidak sesuainya daerah pelayanan puskesmas berdasarkan jarak puskesmas di hitung dari alamat responden terdekat. Berdasarkan hasil analisis kesusiaan daerah pelayanan puskesmas di Kecamatan Kuranji dari 90 responden ditemukan bahwasanya kesesuaian daerah terhadap pelayanan puskesmas dari ketiga puskesmas di Kecamatan Kuranji dapat di peresentasekan sesuai atau tidak sesuai. Berdasarkan analisis yang sesuai sebanyak 78 responden dengan peresentase sebesar 86,7 % dan yang tidak sesuai sebanyak 12 responden dengan peresentase sebesar 13,3 %.
V. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis evaluasi terhadap jangkauan aksesibilitas penduduk di Kecamatan Kuranji di peroleh kesimpulan antara lain. Penduduk di kecamatan kuranji untuk cakupan pelayanan penduduk di setiap puskesmas yang ada tidak sesuai dikarnakan jumlah penduduk belum memenuhi standar minimum SNI-031733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan. Oleh karena itu dikecamatan Kuranji dari segi kependudukan hanya membutuhkan 1 unit Puskesmas. Ketidak sesuaian kunjungan responden yang berkunjung berdasarkan cakupan pelayanan puskesmas di karnakan faktor waktu tempuh, faktor angkutan umum dan faktor waktu menunggu angkutan umum.
4.2 Analisis Kesesuaian Lokasi Puskesmas Terhadap Jangkauan Pelayanan Analisis kesesuaian lokasi puskesmas terhadap jangkauan pelayanan merupakan suatu analisis yang menilai sesuai atau tidak sesuainya daerah pelayanan puskesmas berdasarkan jarak puskesmas di hitung dari alamat responden terdekat. Berdasarkan hasil analisis kesusiaan lokasi puskesmas terhadap pelayanan puskesmas di Kecamatan Kuranji dari 90 responden ditemukan bahwasanya kesesuaian lokasi terhadap pelayanan puskesmas dari ketiga puskesmas di Kecamatan Kuranji dapat di peresentasekan sesuai atau tidak sesuai. Berdasarkan analisis yang sesuai sebanyak 59 responden dengan peresentase sebesar 65,6 % dan yang tidak sesuai sebanyak 31 responden dengan peresentase sebesar 34,4 %.
SARAN Berdasarkan hasil peneitian dan pembahasan,peneliti menemukan beberapa permasalahan yang di hadapi masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya, serta memberikan beberapa saran, antara lain : 1. Dari hasil penelitian di lapangan ditemukan permasalahan mengenai rute angkutan umum sehingga masyarakat dalam menjangkau fasilitas puskesmas harus melakukan dua kali naik angkutan umum dan berdampak pada waktu tempuh yang lama. Penulis memberikan saran kepada pihak pemerintah dan pihak terkait agar memperhatikan dan mengatur kembali rute angkutan umum demi kelancaran akses bagi masyarakat dalam memproleh pelayanan umum.
2. Dari hasil penelitian di lapangan ditemukan permasalahan mengenai lokasi fasilitas puskesmas yang berada jauh dari jalan utama sehingga sulit di jangkau oleh masyarakat. Penulis memberi saran agar kedepannya pembangunan fasilitas puskesmas supaya memperhatikan dan mempertimbangkan lokasi yang mudah di jangkau oleh masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Aji,Silalahi (2006). Analisis aksesibilitas puskesmas di monokwari.Tugas Akhir Dinas Kesehatan Kota Padang (2016). Kriteria fungsi pelayanan Kesehatan Djoko Sujarto (1979). Perencanaan pusat kesehatan dalam hubungan dengan perkembangan kota. Miro,F (2004), Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga SNI-03-1733-2004. Petunjuk Perencanaan Kota.