Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BAPETEN
Yusri Heni Nurwidi Astuti Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga nuklir ABSTRAK
EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU BAPETEN Badan Pengawas Tenaga Nuklir telah menerbitkan Sistem Manajemen Mutu Pengawasan Tenaga Nuklir disebut dengan SIJAMUPATEN yang digunakan sebagai perangkat untuk mewujudkan pengawasan tenaga muklir yang bermutu. Evaluasi terhadap pelaksanaan sistem manajemen mutu BAPETEN ini untuk melihat sejauh mana SIJAMUPATEN ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Evaluasi terhadap mutu SIJAMUPATEN ini ditinjau berdasarkan hasil kajian tinjauan terhadap dokumendokumen IAEA TE1090 ” Quality Assurance for Regulatory Body ” , IAEA PDRP6 ”Quality Manajemen for Regulatory Body”, ISO 9001:2000 dan IAEA PDRP 4 ” Effektivness of regulatory Body ”, GSR.3 ” Manajemen Sistem for activity and Facility” dan pelaksanaannya di BAPETEN. Berdasarkan kajian atau evaluasi terhadap pelaksanaan SIJAMUPATEN dihasilkan 47 rekomendasi untuk meningkatkan implementasi SIJAMUPATEN dari 15 prinsip manajemen mutu untuk regulatory body yang mengacu pada Quality Assurance Within Regulatory Body dan Effectiveness of Regulatory Body. Hasil evaluasi ini diharapkan dapat memberikan usulan perbaikan untuk meningkatkan implementasi SIJAMUPATEN yang bermutu. Kata kunci : SIJAMUPATEN, BAPETEN ABSTRACT EVALUATION OF BAPETEN QUALITY MANAGEMENT SYSTEM IMPLEMENTATION. Nuclear Energy Regulatory Agency has published quality management system of nuclear regulatory body called SIJAMUPATEN as tool to realize the high quality in controlling nuclear energy. Evaluation to implementation of quality management system is to see how far this enforceable SIJAMUPAETEN effectively and efficient. Evaluation to quality of this SIJAMUPATEN based on result of assessment to IAEA documents TE1090 ” Quality Assurance for Regulatory Body ”, IAEA PDRP6 ” Quality Manajemen for Regulatory Body”, ISO 9001:2000 and IAEA PDRP 4 ” Effektivness of regulatory Body ”, GSR3 ” Management of System for activity and Facility” and its current implementation in BAPETEN. Based on this assessment or evaluation to the implementation of SIJAMUPATEN is resulted 47 recommendations to enhanced implementation SIJAMUPATEN from 15 quality management principle of regulatory body referring to Quality Assurance Within Regulatory Body and Effectiveness of Regulatory Body. Result of this evaluation expected able to give refinement suggestion to enhanced the quality of SIJAMUPATEN implementation Keyword : SIJAMUPATEN, BAPETEN
1
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Sebelas tahun sudah BAPETEN berkarya dan mengabdi pada bangsa dan negara untuk melaksanakan amanah rakyat yang dituangkan dalam UU no 10 tahun 1997 tentang ketenaganukliran yaitu untuk melaksanakan pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia. Kegiatan pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir salah satunya ditujukan untuk menjamin keselamatan, keamanan / ketentraman pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup terhadap akibat yang ditimbulkan karena pemanfaatan tenaga nuklir. Pertanyaannya adalah, apakah kegiatan pengawasan yang kita lakukan sudah layak dan berani dikategorikan dalam peringkat memberikan jaminan ?. Setapak demi setapak melangkah mantap dan pasti, kita semua wajib membantu mewujudkanya, dan dengan lugas menyatakan berani memberikan jaminan keselamatan dan keamanan / ketentraman tersebut, kalau pengawasan yang kita lakukan memang sudah bermutu. Perangkat yang sangat penting dan berperan untuk mewujudkan pengawasan yang bermutu tersebut, dilakukan dengan program jaminan mutu BAPETEN, yang saat ini disebut sebagai Sistem Manajemen Mutu Pengawasan Tenaga Nuklir atau SIJAMUPATEN. Mari kita lihat sejauh mana SIJAMUPATEN ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien untuk menjadikan BAPETEN yang bermutu. Adalah kewajiban kita semua yang ada di BAPETEN ini untuk melaksanakan SIJAMUPATEN yang bermutu, sebagai pedoman bagi semua individu dan organisasi di BAPETEN dalam memberikan jaminan keselamatan dan keamanan karena kualitas pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia dilaksanakan oleh SDM yang bermutu dengan cara yang bermutu pula.
BAB II Teori Sistem Manajemen Mutu Pengawasan Tenaga Nuklir Berdasarkan IAEA Safety series No. GSR1 tentang Infrastruktur Badan Pengawas Tenaga Nuklir, merekomendasikan agar Badan Pengawas Tenaga Nuklir
2
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
menetapkan, menerapkan, memelihara dan melakukan kaji ulang Sistem Manajemen Mutu Internal, maka BAPETEN telah menyusun sistem manajemen mutu dengan sasaran terwujudnya sistem manajemen lembaga untuk mendukung pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir pada program utama Pengembangan SDM pengawas dan sarana prasarana pengawasan, serta Renstra Badan Pengawas Tenaga Nuklir 2005 ~ 2009. Sistem Manajemen Mutu Pengawasan Tenaga Nuklir (SIJAMUPATEN), merupakan sistem yang mengakomodasi kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu. SIJAMUPATEN memadukan semua unsur organisasi ke dalam satu koordinasi manajemen yang menyeluruh untuk memungkinkan semua sasaran organisasi tercapai. Unsurunsur ini meliputi struktur, personil, peralatan, sumber daya lainnya dan budaya organisasi, terutama proses dan kebijakan organisasi tersebut. SIJAMUPATEN merupakan persyaratan sistem manajemen mutu di Badan Pengawas Tenaga Nuklir yaitu : (1) untuk menunjukkan kemampuan organisasi secara konsisten dalam menyediakan produk pengawasan yang memenuhi persyaratan pelanggan internal dan pemangku kepentingan serta memenuhi peraturan yang berlaku. (2) meningkatkan kepuasan pelanggan internal dan pemangku kepentingan melalui aplikasi sistem secara efektif, termasuk proses perbaikan yang berkesinambungan dari sistem dan pemenuhan persyaratanpersyaratan yang telah ditetapkan. Sedangkan Manual Mutu adalah dokumen acuan utama bagi semua kegiatan yang berkaitan dengan mutu, menguraikan sistem manajemen mutu yang diterapkan dalam kegiatan Badan Pengawas Tenaga Nuklir dan dipakai sebagai dasar untuk keperluan Penilaian Kesesuaian Mutu (PKM) internal Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Karakteristik SIJAMUPATEN harus : 1. Mampu membakukan prosesproses (tata cara pelaksanaan kegiatan) Badan 2. Pengawas Tenaga Nuklir secara komprehensif dan jelas. 3. Mampu menetapkan batasbatas tanggungjawab dan wewenang (struktural) serta produk (output) kinerja masingmasing unit kerja maupun satuan kerja. 4. Mampu menstandardisasi sistem dokumentasi dan pengendalian rekaman. 5. Mampu menjamin diterapkannya persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan peraturan perundangundangan pada kegiatan untuk menghasilkan produk pengawasan (realisasi produk). 6. Mampu menjamin akuntabilitas kinerja Badan Pengawas Tenaga Nuklir sehingga dapat
3
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
memuaskan (diterima oleh) pemerintah, masyarakat, dan pemegang izin. 7. Membantu mewujudkan pembelajaran dan penguatan kelembagaan Badan Pengawas Tenaga Nuklir melalui peningkatan kompetensi SDM, pengukuran, analisis dan perbaikan berkelanjutan.
BAB III METODOLOGI
Evaluasi terhadap mutu SIJAMUPATEN ini dilakukan melalui kajian terhadap implementasi SIJAMUPATEN dibandingkan dengan hasil kajian terhadap dokumen dokumen IAEA TE1090 ” Quality Assurance for Regulatory Body ” , IAEA PDRP6 ”Quality Manajemen for Regulatory Body”, ISO 9001:2000 dan IAEA PDRP 4 ” Effektiness of regulatory Body ”, GSR.3 ” Manajemen Sistem for activity and Facility”. Dari hasil evaluasi diharapkan dapat memberikan usulan perbaikan SIJAMUPATEN secara berkelanjutan dan meningkatkan implementasi SIJAMUPATEN agar bapeten yang kita cintai dan tempat kita mengabdi dan berkarya ini menjadi semakin bermutu.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Mengingat manual mutu merupakan pedoman terhadap pelaksanaan sistem manajemen mutu pengawasan tenaga nuklir atau SIJAMUPATEN, maka hasil evaluasi dan pembahasan adalah sebagai berikut : 4.1. Umum SIJAMUPATEN mempunyai Manual Mutu dan Rincian Tugas dan Produk (RTP), kedua dokumen ini saling melengkapi yang dapat digunakan sebagai acuan pelaksanaan program jaminan mutu atau sistem manajemen mutu BAPETEN. Penyusunan program Jaminan mutu untuk Badan Pengawas Tenaga Nuklir seharusnya mempertimbangkan 3 acuan utama yaitu TE1090 QA for Regulatory Body, PDRP6 Quality Manajemen for Regulatory Body, ISO 2000 dan yang terakhir adalah GSR3 yang juga berlaku untuk regulatory Body. Pada saat penyusunan SIJAMUPATEN, GS 4
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
R3 sudah terbit sehingga seharusnya BAPETEN juga sudah mempertimbangkan beberapa aspek pada GSR3. Sementara BHO juga mengeluarkan GSR3 yang diadopsi menjadi pedoman ORTALA BAPETEN, padahal muatannya adalah sistem manajemen dan BAPETEN punya SIJAMUPATEN. Jadi iniiiiiii si pedoman maunya apa ? mana yang diacu SIJAMUPATEN atau Pedoman Sistem Manajemen Fasilitas dan Aktivitas yang diadopsi dari GS.R3 ? 4.2. Evaluasi terhadap Kerangka Penulisan. Secara rinci manual mutu BAPETEN penulisannya mengacu pada ISO 9001 : 2000 tentang Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan , seperti terlihat pada lampiran table 1. Acuan ini dipilih kemungkinan karena sudah diadopsi dalam bentuk SNI 199001 2001 ”Sistem Manajemen MutuPersyaratan”. Dari evaluasi tabel – 1 tersebut didapatkan bahwa : 1. Kerangka penulisan dalam isi SIJAMUPATEN sama dengan ISO9001:2000 meskipun ada sedikit modifikasi disesuaikan dengan fungsi BAPETEN tetapi muatannya tetap sama misalnya pada butir 1.1. tugas dan fungsi BAPETEN , butir 1.2. Proses dan produk pengawasan BAPETEN , 7.5. Pelaksanaan Kegiatan. 2. Pada ISO9001:2000 butir 2 Lingkup memasukkan unsur acuan normatip, seharusnya pada SIJAMUPATEN menuliskan acuan normatipnya adalah ISO9001:2000 yang sudah diadopsi dengan SNI 199001:2001 “ Sistem Manajemen Mutu –Persyaratan” , sehingga apabila akan di sertifikasi dengan ISO9001:2000 lebih jelas. Namun demikian pada SIJAMUPATEN memasukkan pada bagian terakhir menuliskan Daftar Referensi. Meskipun SIJAMUPATEN sudah disusun dengan acuan normatip ISO 9001: 2000, seharusnya halhal mendasar yang ada di acuan utama dimasukkan pada item yang sesuai, mengingat halhal yang sudah dituangkan dalam TE1090, PDRP6 merupakan good atau bahkan best practice yang sudah dilakukan oleh Badan Pengawas Nuklir di beberapa Negara yang sudah pengalaman, lesson learn dari beberapa Negara akan berguna bagi peningkatan mutu pengawasan.
5
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
TABEL 1 : Perbandingan kerangka penulisan Manual Mutu BAPETEN dengan ISO 9001:2000 ISO 9001:2000 Manual Mutu BAPETEN 1. PENDAHULUAN 1.1. Tugas dan fungsi BAPETEN
1. PENDAHULUAN 1.1. Umum
1.2. Proses & produk pengawasan BAPETEN
1.2. Pendekatan proses
2. LINGKUP
2. Lingkup umum aplikasi Acuan normatif 3. Istilah & definisi
3. DEFINISI 4. SIJAMUPATEN 4.1. Persyaratan Umum 4.2. Persyaratan Dokumentasi 4.2.1. Umum 4.2.2. Manual Mutu 4.2.3. Pengendalian Dokumen 4.2.4. Pengendalian Rekaman 5. TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN
4. Sistem manajemen mutu Persyaratan Umum Persyaratan Dokumentasi Umum Manual Mutu Pengendalian Dokumen Pengendalian Rekaman 5. TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN 5.1. Komitmen Manajemen 5.2. Fokus pada Pelanggan
5.1. Komitmen Manajemen 5.2. Fokus pada Pelanggan internal dan Pemangku kepentingan 5.3. Kebijakan Mutu 5.3. Kebijakan Mutu 5.4. Perencanaan 5.4. Perencanaan 5.4.1. Sasaran Mutu 5.4.1. Sasaran Mutu 5.4.2. Perencanaan Manajemen 5.4.2. Perencanaan Manajemen mutu 5.5. Tanggung Jawab, Wewenang dan 5.5. Tanggung Jawab, Wewenang dan Komunikasi Komunikasi 5.5.1. Tanggungjawab, wewenang, komunikasi 5.5.1. Tanggungjawab, wewenang, komunikasi 5.5.2. Komunikasi Intern 5.5.2. Wakil manajemen 5.5.3. Pengendalian Informasi 5.5.2. Komunikasi Intern 5.6. Tinjauan Manajemen 5.6. Tinjauan Manajemen 5.6.1. umum 5.6.2. Masukan utk tinjauan manajemen 5.6.3. Keluaran dr tinjauan manajemen 6. PENGELOLAAN SUMBER DAYA 6. PENGELOLAAN SUMBER DAYA
6
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
6.1. Penyediaan Sumber Daya
6.1. Penyediaan Sumber Daya umum kompetensi, kesadaran, dan pelatihan 6.2. Sumber Daya Manusia 6.2. Sumber Daya Manusia 6.3. Sarana dan Prasarana 6.3. Sarana dan Prasarana 6.4. Lingkungan Kerja 6.4. Lingkungan Kerja 7. KEGIATAN UNTUK MENGHASILKAN 7.REALISASI PRODUK PRODUK MANAJEMEN PENGAWASAN (REALISASI PRODUK) 7.1. Perencanaan Pelaksanaan kegiatan 7.1. Perencanaan realisasi produk 7.2. Proses Berkaitan dengan Pelanggan 7.2. Proses Berkaitan dengan Pelanggan Internal dan Pemangku kepentingan 7.2.1. Penyusunan Persyaratan 7.2.1. Penetapan Persyaratan yg berkaitan dg produk 7.2.2. Komunikasi dengan Pelanggan internal 7.2.2.Tinjauan persyaratan yg berkaitan dg dan Pemangku Kepentingan produk 7.2.3. Tinjauan penyusun persyaratan 7.2.3. Komunikasi dengan Pelanggan Pengawasan 7.2.4. Penetapan Persyaratan 7.3. Pengembangan 7.3. Desain dan Pengembangan 7.4. Pembelian 7.4. Fasilitas Penunjang 7.5. Produksi dan penyediaan jasa 7.5. Pelaksanaan Kegiatan 7.6. Pengendalian Peralatan Pemantauan 7.6. Pengendalian sarana Pemantauan dan Pengukuran dan Pengukuran 8. Pengukuran, analisis dan perbaikan. 8. ANALISIS DAN PENILAIAN MUTU
7
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
4.3. Evaluasi terhadap prinsip ISO,
•
IAEA
manajemen pengawasan ( Realisasi
SS50C/SGQ,
Kegiatan menghasilkan produk
Produk )
SIJAMUPATEN. Delapan prinsip manajemen mutu yang
Penilaian ( Assesment )
diperkenalkan oleh ISO yaitu :
•
Analisis dan penilaian mutu
1. Fokus Pelanggan
Fokus SIJAMUPATEN pada Pelanggan
2. Kepemimpinan
internal dan Pemangku kepentingan
3. Keterlibatan Masyarakat
Perbandingan Perbedaan fokus antara
4. Pendekatan proses
IAEA SS50C/SGQ dengan ISO
5. Pendekatan Sistem terhadap
9001:2000 yang diadopsi oleh
manajemen
SIJAMUPATEN adalah sebagai berikut :
6. Perbaikan berkesinambungan 7. Pendekatan faktual dalam pengambilan keputusan 8. Hubungan dengan pemasok secara saling menguntungkan. Kemudian pada ISO9001 : 2000 direposisi menjadi 5 bab utama yaitu : 1. Sistem Manajemen Mutu 2. Tanggungjawab manajemen 3. Manajemen Sumber daya 4. Realisasi Produk 5. Pengukuran , analisis dan peningkatan. Lima Bab utama ini lah yang juga diadopsi dalam SIJAMUPATEN Mengingat SIJAMUPATEN mengacu pada ISO maka unsur Manajemen – Performance – Assesment pada SUJAMUPATEN
sesuai dengan
kerangka yg dibuat oleh ISO yaitu : Kinerja ( Performance )
8
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
4.4. EVALUASI SIJAMUPATEN
sebagai berikut :
UNTUK
P.1. Mengorganisir keberhasilan
TINDAK
LANJUT
melalui kelompok yg
PELAKSANAAN
interdependence”
BAPETEN telah menerbitkan SIJAMUPATEN
“
Prinsip ini sangat pas untuk menjadi
yang dilengkapi
dengan Manual Mutu dan Rincian Tugas
perhatian manajemen BAPETEN.
dan Produk , namun demikian dokumen
1.
tersebut seolah tidak tersentuh oleh
mematuhi RTP yang sudah ditetapkan,
individu maupun organisasi dalam hal ini
sehingga jelaas . Pepatah yang
adalah unit kerja untuk melaksanakan
mengatakan “ Siapa saja, dimana saja,
kegiatannya dengan berpedoman pada
kapan saja dapat melakukan apa saja “
SIJAMUPATEN.
tidak berlaku kalau RTP ini disepakati
SIJAMUPATEN ini dapat dilaksanakan
secara
Dimulai dengan setiap unit kerja
dan dipatuhi
efektif
2.
Koordinasi antar unit kerja terkait
menggunakan 15 prinsip jaminan mutu
perlu ditingkatkan, mulai perencanaan
yang ada di TE1090 dan PDRP6,
kegiatan dilanjutkan pembentukan
9
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
yang
dimengerti dan diterima. Kebijakkan
besar atau spesifik. Selain itu di unit kerja
mutu adalah komitmen pimpinan, oleh
juga sesuai dengan RTP nya membentuk
karena pada setiap kesempatan pimpinan
kelompok interdependence suatu topik
harus menunjukkan komitmen dan
kegiatan, untuk suatu keahlian
keseriusannya untuk menerapkan
khusus. Misalnya kelompok yg
SIJAMUPATEN.
kelompok “interdependence”
6.
menyelesaikan masalah gelembung di
membawa dan menjadikan BAPETEN
diperlukan kelompok diskusi dari
bermutu, sehingga pimpinan memang
keahlian thermohidrolika reaktor yang
yang pertama dan utama untuk serius
ada di BAPETEN dan melibatkan pakar
mengarahkan
yang
SIJAMUPATEN.
inspeksi untuk tindaklanjut.
7.
kelompok
oleh BHO, tetapi seharusnya kepala
lembaga dan sebagai bagian dari sasaran
mendampingi dan menyatakan akan
keberhasilan organisasi.
mengimplementasikan SIJAMUPATEN,
P2. Tetapkan Kebijakan dan Tujuan.
dan selalu memonitor kemajuannya
Kebijakan mutu sudah ditetapkan
sehingga unit kerja juga serius untuk
dalam manual mutu BAPETEN, tetapi
melaksanakannya.
sangat sederhana tidak memberikan arah
8.
dan pedoman bagi pelaksanaan kegiatan
jelas, sederhana
menerapkan Sistem Manajemen Mutu
9.
Indonesia”
akan dapat
dari sebagian besar staff.
terhadap pemanfaatan tenaga nuklir di Mutu
SIJAMUPATEN
meningkatkan motivasi dan dukungan
dalam menyelenggarakan pengawasan
disampaikan dengan atraktif/menarik ,
adalah sbb “ BAPETEN bertekad
Kebijakan
Sosialisasi
untuk seluruh staff BAPETEN yang
yg bermutu. Kebijakan Mutu BAPETEN
5.
Untuk dimengerti dan diterima
sebetulnya sudah pernah disosialisaikan
merupakan penyelesaian masalah
4.
pelaksanaan,
semua kegiatan sesuai dengan
hasilnya disampaikan ke perijinan dan Keberhasilan
mengendalikan, dan memonitor agar
dikoordinir oleh pusat pengkajian,
3.
merupakan
alat/tool pimpinan BAPETEN, untuk
Reaktor Triga Bandung hal seperti ini
thermohidrolika dari univ
SIJAMUPATEN
Setiap
tahun
tentunya
SIJAMUPATEN akan ada penambahan
perlu
atau penyempurnaan, oleh karenanya
disempurnakan dan diperjelas , agar 10
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
BHO mewakili Pimpinan BAPETEN
produknya akan umum terus begitu.
membuat agenda “INDOKTRINASI
12.
SIJAMUPATEN” yang harus diikuti
performance indicator hasil kegiatan
oleh seluruh pegawai BAPETEN tidak
yang spesifik dari sasaran tahunan atau
terkecuali termasuk eselon I. Bisa
renstra, sehingga kemajuan hasil kerjanya
diagendakan misalnya 5 kali dalam
jelasssss begitu. Sehingga perlu dibuat
setahun diumumkan diawal tahun, setiap
Rincian Kinerja tahunan atau lima
pegawai dapat memilih kapan akan
tahunan.
mengikuti. Hal seperti ini dilakukan di
P4. Mulai dan kembangkan
WESTINGHOUSE untuk indoktrinasi
keterlibatan
QAP.
pemberdayaan
P3. Menetapkan Peran dan
13.
Tanggungjawab
struktural, kemajuan tergantung keaktifan
10.
Didalam SIJAMUPATEN, peran
dan kepedulian pejabat struktural
dan tanggungjawab dari kepala sampai
maupun keaktifan para staff yg memang
eselon IV sudah ada didalam Rincian
berbedabeda.
Tugas dan Produk BAPETEN ( RTP ).
14.
Sedangkan untuk staff sebaiknya
prinsip ini, dapat dilakukan survey,
dibuat oleh masingmasing unit kerja,
hasilnya dinilai dan dibuat radar chart.
sebagai contoh di BATAN setiap staff
Yang baik dipertahankan, yang nilainya
mempunyai rincian tugas masingmasing
rendah ditingkatkan.
dan di tempel pada setiap meja kerja
P5. Promosikan konsep akuntabilitas
staff. BAPETEN dapat menyiapkan ini,
15.
materi dasar dapat dikembangkan dan
dimulai dengan program pemerintah
disempurnakan dari bahan Remunerasi
bahwa setiap lembaga harus menyusun
pegawai BAPETEN yg sudah disusun.
LAKIP.
11.
16.
RTP dibuat berdasarkan rincian
Untuk produk seharusnya dibuat
pegawai
melalui
Sudah dilakukan masingmasing
Untuk mengetahui kemajuan
Di BAPETEN konsep ini sudah
Kualitas hasil kinerja dalam
tugas yang ada di OTK kemudian dibuat
LAKIP kelihatannya perlu ditingkatkan,
produk dari rincian tugas, sehingga kalau
masih umum, misalnya capaian kinerja
dilihat yaaaaa berlaku sepanjang OTK
untuk setiap kegiatan dinilai realisasi
belum berubah atau belum ada
dana yang digunakan.
reorganisasi.
17.
Dengan
demikian 11
Untuk meningkatkan kualitas
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
LAKIP,dalam hal ini Biro Perencanaan
belum terstruktur, karena Balai Diklat
dan Inspektorat sebaiknya belajar dari
masih dalam taraf menampung usulan
Departemen lain yang akuntabilitasnya
unit kerja, sehingga kalau unit kerja tidak
baik untuk kegiatan yg sejenis,
memikirkan kompetensi SDM nya karena
ke
menganggap itu pekerjaan Balai Diklat,
Departemen Lingkungan Hidup/
kebutuhan kompetensi SDMnya tidak
BAPEDAL.
memadai.
P6. Memastikan kompetensi melalui
21.
pelatihan
seharusnya dibuat workshop yang
18.
Dalam butir 6.2 manual Mutu
menyajikan hasil TIM RENBANG SDM
BAPETEN tentang Pengelolaan Sumber
dan presentasi usulan unit kerja kemudian
daya manusia dinyatakan bahwa: SDM
dirumuskan oleh Tim yang betulbetul
BAPETEN harus memiliki kemampuan,
tahu kebutuhan kompetensi SDM
atas dasar pendidikan dan pelatihan,
sehingga cepat terwujud dan memenuhi
ketrampilan dan pengalaman yang sesuai.
kebutuhan lembaga.
Perencanan dan pengembangan SDM
22.
BAPETEN dilaksanakan dengan
dapat dilakukan dengan ”Knowlegde
berpedoman pada dokumen RENBANG
Management ” yaitu pengetahuan
SDM dan dokumen ANJAB. BAPETEN
eksplisit diperoleh dari kursus sekolah,
menetapkan
melaksanakan
dan pengetahuan tasit diperoleh dari
kompetensi unit kerja dan kompetensi
pengalaman dan coaching serta
individu.
pembimbingan pengetahuan khusus yang
19.
RENBANG SDM sampai saat ini
dimiliki senior ke yunior. Hal ini perlu
belum selesai. Seharusnya BAPETEN
dimasukkan dalam pengembangan
menentukan
kompetensi SDM BAPETEN.
melakukan
studi banding
dan
kompetensi
dasar
Pembuatan RENBANG SDM
Peningkatan kompetensi SDM
pengawasan tenaga nuklir seperti
23.
Proteksi radiasi dan Diklat Keahlian
menyentuh pada diklat untuk tingkat
dasar keselamatan nuklir atau radiasi,
manajemen. Hal ini penting mengingat
baru kemudian diklat keahlian khusus
para manajer adalah nahkoda untuk
yang lain boleh diikuti sesuai dengan
menjadikan BAPETEN yg bermutu.
kebutuhan kompetensi setiap unit kerja.
Contoh training:
20.
Diklat keahlian khusus ini masih
Program pelatihan belum
a.
12
Strategis planning and
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
good management practices
BAPETEN sudah mempunyai
b. Seven habits of highly
RENSTRA Lembaga, dijabarkan dalam
effective people
RKT unit kerja. Pengendalian sudah
c.
dilakukan dengan rapat monev langsung
Managing change
d. Management
self
oleh Kepala setiap bulan. Untuk
assessment
meningkatkan mutu perencanaan dan
e.
pengendalian kegiatan beberapa dapat
Conducting effective
meeting and communicating
diupayakan:
effectively
25.
f.
atau 3 tempat yaitu BP, Inspektorat, dan
Performance
Monev di BAPETEN ini ada di 2
measurement and work
BHO untuk SIJAMUPATEN. Perlu
scheduling
penegasan tentang perbedaan monev
g. How to manage client
yang dilakukan oleh ketiga unit kerja tsb
relations
agar tidak tumpang tindih.
h. Independent assesment
26.
Balance Score card merupakan
P7. Stress bagi individu dan
salah model yg dapat digunakan untuk
manajemen
mengidentifikasi masalah yg penting dari
24.
faktor keberhasilan sistem manajemen
Perlu difikirkan tindakan
preventif untuk mencegah terjadinya
dan menentukan ukuran yg sesuai dan
stress baik oleh pekerja maupun manajer
mengendalikan.
yang dapat terjadi karena :
27.
RENSTRA
merupakan
Suasana atau iklim kerja
perencanaan 5 tahunan, BAPETEN
yang tidak kondusif. Perlu
seharusnya juga mempunyai Rencana
Ice breaking untuk membuat
Jangka Panjang biasanya 25 tahun
iklim kerja yg baik
minimal 15 tahun misalnya dibuat dalam
b. Manajer memang tidak
bentuk
mumpuni
Pemanfaatan
a.
untuk
melaksanakan tugas . c.
Komunikasi
Blue Print Pengawasan
tenaga
Nuklir
menghadapi Era PLTN, dibuat untuk antar
setiap tantangan lembaga.
manajemen maupun antar
P9. Saling setuju pada harapan
pekerja tidak harmonis.
28.
P8. Rencana dan Kendali Pekerjaan
Ini bisa dilaksanakan, kalau satu
sama lain saling kompak. Dibutuhkan
13
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
komitmen pimpinan untuk membuat
sudah dilakukan misalnya ke Jepang,
semua kompak dan semua mempunyai
Korea, ironisnya studi bandingnya ke
pegangan dan harapan yang sama, saling
TSO ( KINS dan JNES ) tetapi justru
membantu untuk mewujudkan harapan.
TSO di BAPETEN yang embrionya di
Dalam hal harapan untuk menjadikan
pengkajian kurang dikembangkan dan
BAPETEN yang bermutu dan dapat
kurang diperhatikan dan yang studi
diharapkan betul, maka perlu dibuat
banding bukan dari pengkajian.
budaya organisasi. Disinilah Visi, Misi,
33.
strategi, harapan dan nilainilai serta
mengembangkan
etika organisasi dibuat, dimengerti,
keselamatan yang dapat digunakan
diterima dan akhirnya dikompakkan.
untuk komunikasi dengan publik.
P10. Fokus pada harapan pertemuan
Pengalaman badan pengawas tersebut
dengan menetapkan standar
sangat baik diadopsi di tempat kita untuk
pelayanan
meningkatkan kepercayaan publik
29.
BAPETEN perlu mendiskusikan
terhadap kinerja pengawasan dan
peran pemangku kepentingan atau
memberikan jaminan keselamatan
stakeholder
pekerja dan masyarakat.
dan harapan mereka,
Beberapa badan pengawas telah indikator kinerja
kemudian menetapkan standar pelayanan.
34.
30.
BAPETEN perlu membahas
untuk Regulatory Body harus menjadi
interfaces dengan institusi lain ,
pertimbangan manajemen BAPETEN
misalnya dengan pemegang ijin atau
untuk pengembangan mutu pengawasan.
nasional regulator lain kemudian dibuat
P12. Buat keputusan didasarkan
standar pelayanannya.
pada komunikasi yang efektif
31.
Norma untuk interface perlu
35.
Pentingnya kegiatan R & D
Komunikasi
dan
dialog
dibuat sebagai standar pelayanan.
diperlukan tidak hanya di tingkat
P11. Mencari dan menggunakan
manajemen tetapi pekerja dg manajemen
pengalaman yang relevan
diperlukan.
32.
Belajar
dari
36.
pengalaman
Keputusan yang dibuat didasarkan
pekerjaan yg sejenis atau instansi yg
komunikasi yang efektif , berarti
sejenis didalam maupun di luar negeri,
keputusan dapat diimplementasikan
melalui kegiatan studi banding. Hal ini
karena sesuai dengan kondisi di lapangan. 14
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
37.
Komunikasi efektif pengambil
dapat dilakukan self assesment dengan
keputusan, misalnya kepala BAPETEN
cara survey. Hasil survey akan
makan di kantin bersama karyawan
menunjukkan kelemahan dan kekuatan
sambil mengamati dan komunikasi
organisasi.
kondisi yg ada, sudah dilaksanakan oleh
43.
Ka. BAPETEN. Namun demikian kalau
terhadap kinerja BAPETEN juga dapat
tahu kondisi yg sebenarnya jangaaaan
dilakukan untuk mengetahui kepercayaan
dibiarkan saja dooong , keputusan harus
publik terhadap kinerja pengawasan.
dibuat yang sesuai kondisi lapangan agar
P14. Usaha keras untuk melakukan
dapat dilaksanakan.
perbaikan
38.
BAPETEN perlu
membuat
44.
Survey terhadap persepsi publik
Sangat dipengaruhi oleh kemauan
communication protocol terutama untuk
kuat dari pimpinan dan manajemen.
kepentingan komunikasi dengan publik.
Perbaikan dapat dilakukan dari hasil
P13. Mengukur dan mereview kinerja
Balance Score Card atau hasil Survey.
39.
Perbaikan secara berkelanjutan dan
Belum dilakukan dengan cara
yang terstruktur.
pendekatan pembelajaran perlu dilakukan
40.
.
Pengukuran kinerja sistem
manajemen yang baik salah satunya
P15. Memastikan catatan/rekaman di
dapat dilakukan dengan menggunakan
buat dan pelihara.
Balance Score card terhadap indikator
45.
kinerja yg dicapai.
rekaman dibuat dan dipelihara
41.
BP, BHO, Inspektorat perlu bahu
seharusnya dilakukan audit, dalam hal ini
membahu mempelajari BSC ini dan
BHO sebagai unit satminkalnya
membuat rencana pelaksanaannya di
SIJAMUPATEN , tetapi seperti kita
BAPETEN.
ketahui bersama hal ini tidak pernah
Buat Model Project
Untuk memastikan catatan dan
misalnya untuk unit teknis satu dan unit
dilakukan oleh BHO, kenapa yaaaaa ?
non teknis satu. Hasil model project
46.
digunakan sebagai acuan pelaksanaan
pengawas seharusnya mempunyai
BSC unit kerja yang lain...begitu
documen control yang menyimpan dan
dooooong.
memelihara dokumen dan rekaman
42.
Untuk mengetahui efektifitas
penting. Di BAPETEN disimpan oleh
sistem manajemen dan staff performance
Unit kerja dan kalau dicari tidak mesti
15
Setiap lembaga apalagi Badan
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
ada. 47.
rekomendasi dari 15 prinsip Di BAPETEN ada sub bagian
manajemen mutu untuk regulatory
dokumentasi , mestinya ini bisa
body yang mengacu pada Quality
digunakan sebagai tempat documen
Assurance Within Regulatory Body
control BAPETEN atau di BHO
dan Effectiveness of Regulatory
pusatnya SIJAMUPATEN, selain unit
Body.
kerja masingmasing punya.
DAFTAR PUSTAKA
BAB V
1.
KESIMPULAN
tentang Sistem Manajemen Mutu Pengawasan Tenaga Nuklir
• BAPETEN telah menerbitkan
2.
SIJAMUPATEN dengan Rincian
Dilingkungan Badan Pengawas
digunakan sebagai pedoman awal
Tenaga Nuklir
pelaksanaan sistem manajemen mutu.
3.
• SIJAMUPATEN merupakan alat
untuk
PERKA No. 7 / 2006
tentang Rincian Tugas dan Produk
Tugas dan Produk yang dapat
pimpinan
PERKA No / 2007
ISO9001:2000 Tentang
Sistem Manajemen Mutu –
menjadikan
Persyaratan.
BAPETEN yang bermutu, oleh
4.
karenanya diperlukan komitmen dan
Management Of Regulatory Body”
keseriusan pimpinan
5.
agar
IAEA PDRP 6 ” Quality IAEA PDRP5 “
SIJAMUPATEN dapat dilaksanakan
Effectiveness of Regulatory Body”
secara efektif dan effisien.
6.
• Untuk pelaksanaan SIJAMUPATEN
Quality
IAEA TECDOC1090 ”
Assurance
Within
masih perlu dilakukan perbaikan.
Regulatory Body”
Berdasarkan hasil kajian atau
7.
evaluasi terhadap pelaksanaan
Management System for facility and
SIJAMUPATEN dihasilkan 47
activity”
16
IAEA GSR3 “The