EVALUASI PELAKSANAAN SAFETY INSPECTION PADA DRILLING OPERATION DI PT. SURVEYOR INDONESIA – DRILLING & COMPLETION SAFETY COMPLIANCE AUDIT DURI – RIAU TAHUN 2012
Dhilaryazti*, Chandra Satrya* Abstrak Kecelakaan kerja menyebabkan terhentinya proses bekerja. Kondisi tidak aman di tempat kerja, atau praktik yang tidak aman dari sesama karyawan, dapat mengganggu orang dan merusak kinerja mereka. Salah satu upaya perusahaan dalam mencegah terjadinya kecelakaan adalah dengan melakukan safety inspection. Skripsi ini membahas tentang evaluasi pelaksanaan safety safety inspection di area kerja drilling oleh PT. Surveyor Indonesia – Drilling & Completion Safety Compliance Audit pada tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian semi kuantitatif. Untuk melakukan evaluasi, digunakan International Safety Rating System edisi ke-enam tahun 1996, yaitu elemen ketiga mengenai safety inspection. Kerangka konsep penelitian ini diambil dari variabel- variabel yang ada pada ISRS. Secara keseluruhan hasil penilaian safety inspection di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA adalah 100 %, bahwa semua sasaran, target, serta pelaksanaan safety inspection sudah sesuai dengan elemen-elemen yang ada dalam International Safety Rating System. Kata Kunci: Evaluasi, Inspeksi, ISRS
Abstract Workplace injury causes the cessation of the work process. Unsafe conditions in the workplace, or unsafe actions from the workers, could disturb and damage the work performance. One of the company’s efforts to prevent accidents in to do a safety inspection program.This thesis discusses the evaluation of the safety inspection in area of work drilling by PT. Surveyor Indonesia- Drilling & Completion Safety Compliance Audit in 2012. This research is a semi-quantitative. To perform the evaluation, use the International Safety Rating System (ISRS) the sixth edition 1996, the third element of the safety inspection. Conceptual framework were taken from the variables that exist in the ISRS. Overall, of safety inspection at PT. Surveyor Indonesia - DCSCA is 100%, that all goals, targets, and implementation of safety inspection is in accordance with the elements that exist in the International Safety Rating System. Keywords: Evaluation, Inspection, ISRS
* Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (email:
[email protected])
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia, pengusaha minyak dan gas difungsikan untuk memperoleh hasil sebesar-besarnya untuk membantu kemakmuran rakyat sebagaimana yang telah diamanatkan UUD 1945 pasal 33. Oleh karena itu diperlukan kemampuan yang baik dan besar dalam memproduksi serta memenuhi kebutuhan energi, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk kepentingan ekspor ke luar negeri. Operasi ataupun eksplorasi pertambangan minyak dan gas pada umumnya berlokasi di daerah terpencil di kawasan Indonesia dengan didukung oleh teknologi canggih yang terus berkembang serta investasi yang sangat besar. Namun hal tersebut juga sebanding dengan nilai risiko bahaya kecelakaan, keselamatan, dan kesehatan yang dihadapi perusahaan maupun pekerja. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus, serta terlindungi dalam lingkungan pekerjaan yang sehat dan aman serta terjamin keselamatannya. Sehat dan rasa aman merupakan hak azazi manusia. Hal ini sesuai dengan isi United Nations Declaration on Human Rights yang dirumuskan di Helzinki pada tahun 1948. Deklarasi ini menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak azasi untuk bekerja, bebas memilih jenis pekerjaan dan mendapatkan kondisi pekerjaan yang adil dan membuatnya sejahtera. Pernyataan ini selaras dengan United Nations International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (1976) yang menyebutkan tentang perlunya kondisi kerja yang selamat dan sehat sebagai hak azasi setiap orang. Kedua pernyataan tersebut ditegaskan pula oleh International Labor Organisation (ILO) sebagai organisasi pekerja sedunia yang menyatakan pentingnya tempat kerja yang produktif dan layak (productive and decent work place). Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan masalah dunia, ILO melaporkan bahwa pada tahun 2002 dari 2,8 milyar tenaga kerja di dunia, dalam satu tahun terjadi 2,2 juta kematian yang terkait dengan pekerjaan, 270 juta kecelakan kerja, 160 juta penyakit terkait kerja, menimbulkan kerugian 4% dari GDP global (30 triliun US dolar) . Di Indonesia, PT Jamsostek melaporkan bahwa pada Desember 2005 dari 8 juta peserta Jamsostek terdapat sekitar 150 orang korban meninggal akibat kecelakaan kerja, 95.418 kasus kecelakaan sepanjang tahun 2004 dan 75.667 kasus pada Januari sampai September 2005, padahal angka tersebut belum menggambarkan keadaan seluruh pekerja yang berjumlah sekitar 40 juta di sektor formal, bahkan berjumlah 104 juta pekerja di semua sektor. Oleh karena itu, untuk menurunkan angka kecelakaan kerja perlu diadakan program pencegahan kecelakaan kerja dengan melaksanakan inspeksi keselamatan kerja untuk meminimalkan potensi dan faktor bahaya yang ada sehingga kecelakaan kerja dapat dicegah. Inspeksi merupakan salah satu tools yang ada untuk mencari masalah yang ada dan menilai risiko sebelum kecelakaan dan loss yang dapat terjadi. Loss exposures muncul dari aktivitas dari hari ke hari oleh sebuah organisasi atau perusahaan. Inspeksi diperlukan untuk mendeteksi eksposur tersebut pada waktu yang tepat. Inspeksi juga memberikan umpan balik tentang apakah pembelian peralatan dan pelatihan karyawan sudah memadai. Perlu diketahui bahwa kondisi, orang, peralatan, material, dan lingkungan terus berubah. Beberapa perubahan menghilangkan hazard sebelumnya, sementara perubahan yang lain membuat hazard yang baru. Sebuah filosofi manajemen mengatakan bahwa "semua masalah adalah hasil dari perubahan". Inspeksi fokus pada perubahan ini dan membantu mengidentifikasi dan memecahkan masalah.
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
Kecelakaan kerja menyebabkan terhentinya proses bekerja. Kondisi tidak aman di tempat kerja, atau praktik yang tidak aman dari sesama karyawan, dapat mengganggu orang dan merusak kinerja mereka. Inspeksi adalah kesempatan untuk menemukan dan menindaklanjuti masalah ini lebih awal, sebelum hal itu menjadi lebih besar lagi. Metode Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan bersifat semi kuantitatif karena merupakan perpaduan antara skoring ISRS (International Safety Rating System) dengan analisis deskriptif untuk mendapatkan tinjauan mengenai program safety inspection di rig drilling operation. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan panduan lembar wawancara atau ceklis sesuai dengan ISRS (International Safety Rating System). Untuk melakukan evaluasi, penulis menggunakan International Safety Rating System edisi ke-enam tahun 1996, yaitu elemen ketiga mengenai safety inspection. Kerangka konsep penelitian ini diambil dari variabel- variabel yang ada pada ISRS (International Safety Rating System) yaitu: (1) Perencanaan inspeksi umum, (2) Sistem tindak lanjut, (3) Analisis laporan inspeksi, (4) Bagian/item kritis, (5) Perawatan pencegahan, (6) Sistem khusus inspeksi, (7) Inspeksi peralatan sebelum penggunaan, (8) Alternatif sistem pelaporan kondisi substandar, dan (9) Pemenuhan persyaratan. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT Surveyor Indonesia, Drilling & Completion Safety Compliance Audit Duri – Riau dan dilaksanakan pada bulan November – Desember 2012. Objek Penelitian Semua aspek yang berkaitan dengan Safety Inspection, seperti SDM yang terlibat, peralatan, dan sistem/metode inspeksi yang digunakan oleh PT. Surveyor Indonesia. Teknik Pengumpulan Data dan Manaje men Data Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan panduan lembar wawancara atau ceklis sesuai dengan ISRS (International Safety Rating System). Data Primer didapatkan melalui wawancara kepada pihak terkait yang melakukan inspeksi. Data sekunder didapatkan dengan mengumpulkan data dari catatan, laporan, dan arsip perusahaan. Analisa data dilakukan secara kuantitatif dengan menghitung nilai yang didapat berdasarkan penilaian tiap elemen sesuai dengan kerangka konsep yang dibuat. Hasil analisa disajikan dalam bentuk deskriptif. Dalam melakukan scoring ada empat kriteria yang menjadi acuan: 1. Kode “XO”, yaitu pertanyaan yang memerlukan jawaban ya atau tidak, nilainya penuh (maksimal) apabila sesuai dengan kriteria (ya) dan nilainya nol bila tidak sesuai dengan kriteria (tidak). Contoh: (XO-10), jika Ya bernilai 10, namun jika tidak bernilai 0. 2. Kode “Part/Whole”, yaitu pertanyaan yang mempunyai beberapa kemungkinan jawaban maka masing- masing jawaban mempunyai nilai sendiri. Contoh: (5/80),
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
terdapat 16 item yang diaudit, jumlah nilai keenambelas item sebesar 80, jadi masingmasing setiap item adalah 5. 3. Kode “%”, yaitu pertanyaan dengan jawaban atas tingkat pemenuhan secara parsial maka nilai jawaban adalah persentase perkalian dengan score yang terpenuhi. Contoh: (_% x 50), nilai maksimal 50 jika terpenuhi 100 %. 4. Kode “PJ”, yaitu pertanyaan yang memerlukan jawaban dengan pertimbangan keahlian, maka nilai diberikan berdasarkan pertimbanga n keahlian peneliti dengan pertimbangan menggunakan standar dan peraturan terkait. Contoh: (PJ-10), penilaian diberikan dari 0 sampai nilai maksimal 10, jika semua elemen terpenuhi, maka nilai yang didapat yaitu 10. Dengan rincian pembobotan untuk masing- masing elemen dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Penilaian Evaluasi Pelaksanaan Safety Inspection Berdasarkan ISRS Ele ment 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Possible Score 140 100 50 100 100 60 50 40 50 690
Non Applicable
Available Score
Actual Sore
Hasil Penelitian 1. Sub-elemen Pe rencanaan Ins peksi Umum berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA Tabel 6. 1 Hasil Penilaian Perencanaan Inspeksi Umum
NO.
PERENCANAAN INSPEKSI UMUM BERDASARKAN ISRS
3. 3. 1 Organisasi telah menggunakan pendekatan sistematik dalam melakukan identifikasi (10/20) 1. Semua area/struktur memenuhi rencana inspeksi umum? 2. Hal-hal spesifik yang akan dilihatberkaitan dengan setiap
PERENCANAAN INSPEKSI UMUM DI PT. POSSIBLE SURVEYOR SCORE INDONESIA DCSCA Organisasi telah 20 Poin menggunakan pendekatan sistematik dalam melakukan identifikasi semua area / struktur sehingga telah memenuhi perencanaan umum inspeksi, dan hal- hal spesifik yang akan dilihat berkaitan dengan setiap area/ struktur juga telah sesuai dengan perencanaan
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
ACTUAL SCORE 20
(10)
(10)
area/struktur sesuai umum inspeksi. dengan perencanaan 3. 1. Petugas yang bertanggung 1. 1. jawab untuk melaksanakan perencanaan inspeksi umum telah menerima pelatihan formal mengenai teknik-teknik inspeksi (PJ15) 3. 1. 2 Inspeksi umum yang direncanakan dilaksanakan pada semua area/struktur yang dibutuhkan;penanggung jawab, batas waktu, pelaksana inspeksi, dan penggunaan checklist? (_%Yes x (50) Ya/Tidak 3. 1. 3 Semua kondisi substandard diobservasi selama perencaaan laporan inspeksi umum disusun (XO-20)
Petugas yang bertanggung Max. 15 poin jawab untuk melaksanakan perencanaan inspeksi umum telah menerima pelatihan formal mengenai teknikteknik inspeksi
3. 1. 4 Seluruh pelaksanaan kegiatan substandar diobservasi selama perencaaan laporan inspeksi umum disusun (XO-10) 3. 1. 5 Pengakuan secara positif diberikan secara lisan dan dilaporkan dalam bentuk tulisan ketika kondisi atau pelaksanaan kegiatan standar diobservasi selama perencaaan inspeksi umum dilakukan (XO-10) 3. 1. 6 Semua kondisi dan pelaksanaan kegiatan substandar tercatat selama perencanaan inspeksi umum untuk diklasifikasikan sebagai potensial bahaya (XO-10) 3. 1. 7 Checklist inspeksi dan daftar dari semua area/struktur sesuai dengan
Seluruh pelaksanaan 10 poin kegiatan substandar telah diamati dan diobservasi selama perencaaan laporan inspeksi umum disusun.
10
Pengakuan secara positif 10 poin diberikan secara lisan dan dilaporkan dalam bentuk tulisan.
10
Semua kondisi dan 10 poin pelaksanaan kegiatan substandar telah tercatat selama perencanaan inspeksi umum untuk diklasifikasikan sebagai potensial bahaya. Checklist inspeksi dan 5 poin daftar dari semua area/struktur sudah sesuai
10
Inspeksi umum yang Max. direncanakan dilaksanakan poim pada semua area/struktur telah menetapkann penanggung jawab, batas waktu, pelaksana inspeksi, dan penggunaan checklist sesuai panduan, dan pelaksaan inspeksi yang terjadwal. Semua kondisi substandard 20 poin telah diamati dan diobservasi selama perencaaan laporan inspeksi umum disusun.
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
15
50 100%x50 = 50
20
5
inspeksi terbaru seperti dengan inspeksi terbaru. fasilitas, peralatan, dan perubahan proses (XO-5) Total
140
140
2. Sub-elemen Sistem Tindak Lanjut berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA Tabel 6. 2 Hasil Penilaian Sistem Tindak Lanjut
NO.
SISTEM TINDAK LANJUT BERDASARKAN ISRS
3. 2. 1 Ada salinan dari inspeksi umum yang direncanakan yang diberikan kepada orang yang diberikan tanggung jawab untuk melakukan tindakan perbaikan (XO-20) 3. 2. 2 Ada penggolongan bahaya untuk kondisi dan pelaksanaan kegiatan substandar yang digunakan untuk mendapat perhatian dari tingkat manajemen untuk mengadakan tindakan perbaikan (XO20) 3. 2. 3 Setiap orang yang bertanggungjawab yang membantu dapat bertanggung jawab untuk melihat bahwa semua item yang berada dibawah tanggung jawabnya telah diperbaiki secara tepat waktu sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan (XO-20) 3. 2. 4 Penulisan laporan inspeksi umum bersamaan dengan semua detail dari tindakan perbaikan yang diambil atau alas an keterlambatan yang dipresentasikan kepada manajemen minimal tiga bulan sekali
SISTEM TINDAK LANJUT DI PT. POSSIBLE SURVEYOR SCORE INDONESIA DCSCA Telah terdapat salinan dari 20 poin inspeksi umum yang direncanakan yang diberikan kepada orang yang diberikan tanggung jawab untuk selanjutnya melakukan tindakan perbaikan. Terdapat penggolongan 20 poin bahaya untuk kondisi dan pelaksanaan kegiatan substandar yang digunakan untuk mendapat perhatian dari tingkat manajemen untuk mengadakan tindakan Perbaikan. Setiap orang yang 20 poin bertanggungjawab yang membantu dapat bertanggung jawab untuk melihat bahwa semua item yang berada dibawah tanggung jawabnya telah diperbaiki secara tepat waktu sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan Penulisan laporan inspeksi 15 poin umum telah dilakukan bersamaan dengan semua detail dari tindakan perbaikan yang diambil atau alas an keterlambatan yang dipresentasikan kepada manajemen minimal tiga
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
ACTUAL SCORE 20
20
20
15
(XO-15) 3. 2. 5 Komite keselamatan dan kesehatan dan atau perwakilan keselamatan dan kesehatan mengetahui mengenai ukuran perbaikan yang diambil dan pertimbangan alasan untuk semua keterlambatan (XO-15) 3. 2. 6 Ada suatu file pusat dari seluruh laporan inspeksi umum yang direncanakan pada semua area kerja (XO-10) Total
bulan sekali. Komite keselamatan dan 15 poin kesehatan dan atau perwakilan keselamatan dan kesehatan telah mengetahui mengenai ukuran perbaikan yang diambil dan pertimbangan alasan untuk semua keterlambatan. Telah terdapat suatu file 10 poin pusat dari seluruh laporan inspeksi umum yang direncanakan pada semua area kerja. 100
15
10
100
3. Sub-elemen Analisis Laporan Inspeksi berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA Tabel 6. 3 Hasil Penilaian Analisis Laporan Inspeksi ANALISIS LAPORAN NO. INSPEKSI BERDASARKAN ISRS 3. 3. 1 Pembuatan analisis dari laporan inspeksi umum dilakukan minimal 6 bulan sekali untuk mengidentifikasi kondisi substandar yang berulang atau yang dapat menyebabkan bahaya. (XO-25) 3. 3. 2 Ada tindakan untuk mengendalikan penyebab dari kondisi-kondisi substandard yang diidentifikasi dari laporan inspeksi umum (XO-15)
LAPORAN INSPEKSI DI POSSIBLE PT. SURVEYOR SCORE INDONESIA DCSCA Pembuatan analisis dari 25 poin laporan inspeksi umum telah dilakukan minimal 6 bulan sekali untuk mengidentifikasi kondisi substandar yang berulang atau yang dapat menyebabkan bahaya. Telah terdapat tindakan 15 poin untuk mengendalikan penyebab dari kondisikondisi substandard yang diidentifikasi dari laporan inspeksi umum.
15
3. 3. 3 Hasil dari analisis laporan inspeksi umum dikomunikasikan kepada personil terkait pada semua level (XO-10) Total
Telah dilakukan komunikasi 10 poin hasil dari analisis laporan inspeksi umum kepada personil terkait pada semua level. 50
10
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
ACTUAL SCORE 25
50
4. Sub-elemen Bagian / Ite m Kritis berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA Tabel 6. 4 Hasil Penilaian Bagian / Item Kritis ANALISIS NO. BAGIAN/ITEM KRITIS BERDASARKAN ISRS 3. 4. 1 Ada sistem yang komprehenshif untuk mengidentifikasi, memeriksa, dan mengendalikan bagian / item kritis pada: (5/80) 1. Semua area 2. Semua struktur 3. Semua peralatan 4. Semua material 3. 4. 2 Ada sistem untuk mengidentifikasi bagian/item kritis termasuk penilaian dari kesesuaian antara peralatan, material, struktur, dan area (XO-10) 3. 4. 3 Daftar bagian/item kritis direview secara sistematis ditinjau untuk menentukan apakah datanya terbaru atau lengkap 1. Setiap tahun (10) 2. Setiap 1,5 tahun (6) 3. Setiap 2 tahun (3) 4. Tidak dilakukan (0) Total
BAGIAN/ITEM KRITIS POSSIBLE DI PT. SURVEYOR SCORE INDONESIA DCSCA Telah terdapat sistem yang 80 komprehenshif untuk mengidentifikasi, memeriksa, dan mengendalikan bagian / item kritis pada semua area, struktur, peralatan, serta material.
ACTUAL SCORE 5 x 16 = 80
Terdapat sistem untuk 10 poin 10 mengidentifikasi bagian/item kritis termasuk penilaian dari kesesuaian antara peralatan, material, struktur, dan area. Daftar bagian/item kritis 10, 6, 3, dan 10 telah direview secara 0 poin sistematis ditinjau untuk menentukan apakah datanya terbaru atau lengkap.
100
100
5. Sub-elemen Perawatan Pencegahan berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA Tabel 6. 5 Hasil Penilaian Perawatan Pencegahan ANALISIS PERAWATAN PERAWATAN PENCEGAHAN DI PT. POSSIBLE ACTUAL NO. PENCEGAHAN SURVEYOR SCORE SCORE BERDASARKAN ISRS INDONESIA DCSCA 3. 5. 1 Ada sistem perawatan Sistem perawatan Max 60 60 pencegahan termasuk pencegahan telah termasuk: poin (10/60) 1. Identifikasi dan prioritas (10) 1. Identifikasi dan dari semua peralatan prioritas dari semua atau sistem yang peralatan atau sistem dibutuhkan untuk yang dibutuhkan untuk perawatan pencegahan.
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
perawatan pencegahan. 2. Metode identifikasi dari perawatan dan prosedur yang dibutuhkan dari bagian masing- masing peralatan atau sistem. 3. Pemimpin yang bertanggung jawab dan frekuensi dilaksanakannya 4. Ada pelaporan yang dibutuhkan 5. Ada sistem recordkeeping 6. Ada sebuah sistem dari dasar rencana kerja berdasarkan frekuensi dan prioritas yang dilaksanakan 3. 5. 2 Ada sebuah sistem yang dilakukan oleh personal untuk mengidentifikasi dan merekam semua kerusakan pada saat dilakukan perbaikan (XO-10) 3. 5. 3 Ketika kerusakan teridentifikasi ketika dilakukan proses perawatan, maka dilakukan investigasi kejadian untuk menentukan penyebab dan biaya dari kerugian tersebut (XO-10) 3. 5. 4 Seberapa sering gangguan dan kejadian dievalusi untuk menentukan keefektifan sistem perawatan pencegahan 1. Setiap 3 bulan (10) 2. Setiap 6 bulan (6) 3. Setiap tahun (3) Tidak dilakukan (0) 3. 5. 5 Inspeksi dan pemeliharaan dijadwalkan secara teratur untuk ditinjau dan dimodifikasi beradasarkan informasi yang tersedia (XO-10)
2. Metode identifikasi dari perawatan dan prosedur yang dibutuhkan dari bagian masing- masing peralatan atau sistem. 3. Pemimpin yang bertanggung jawab dan frekuensi dilaksanakannya 4. Pelaporan yang dibutuhkan 5. Sistem record-keeping 6. Sistem dari dasar rencana kerja berdasarkan frekuensi dan prioritas yang dilaksanakan.
(10)
Telah terdapat sebuah 10 poin sistem yang dilakukan oleh personal untuk mengidentifikasi dan merekam semua kerusakan pada saat dilakukan perbaikan. Ada accident/incident 10 poin investigation yang melibatkan tim lain untuk mennetukan penyebab dan total biaya daro kejadian tersebut.
10
(10)
(10) (10) (10)
10
Setiap 1 (satu) bulan 10, 6, 3, dan 10 gangguan dan kecelakaan 0 poin dievaluasi untuk menentukan keefektifan dari sistem perawatan dan pencegahan.
Inspeksi dan perawatan 10 poin telah dijadwalkan secara teratur.
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
10
Total
100
100
6. Sub-elemen Sistem Khus us Inspeksi berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA Tabel 6. Hasil Penilaian Sistem Khusus Inspeksi
NO.
ANALISIS SISTEM KHUSUS INSPEKSI BERDASARKAN ISRS
3. 6. 1 Sistem khusus inspeksi mempunyai suatu tinjauan ulang yang dilaksanakan pada semua peralatan, mesin, alat untuk mengidentifikasi seluruh fungsi dari perlindungan keselamatan, kesehatan, dan lingkungan (XO-20) 3. 6. 2 Inspeksi yang dilakukan untuk semua peralatan termasuk keselamatan, kesehatan atau lingkungan (_%Yes x 40) Total
SISTEM KHUSUS INSPEKSI DI PT. POSSIBLE ACTUAL SURVEYOR SCORE SCORE INDONESIA DCSCA Sistem khusus inspeksi telah 20 poin 20 mempunyai suatu tinjauan ulang yang dilaksanakan pada semua peralatan, mesin, alat untuk mengidentifikasi seluruh fungsi dari perlindungan keselamatan, kesehatan, dan lingkungan. Inspeksi dilakukan untuk Max 40 40 semua peralatan termasuk poin keselamatan, kesehatan atau lingkungan. 60
60
7. Sub-elemen Ins peksi Peralatan Sebelum Penggunaan berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA Tabel 7. Hasil Penilaian Inspeksi Peralatan Sebelum Penggunaan ANALISIS INSPEKSI PERALATAN NO. SEBELUM PENGGUNAAN BERDASARKAN ISRS 3. 7. 1 Organisasi menggunakan pendekatan sistematis untuk identifikasi (5/10) 1. Semua alat gerak, material, dan peralatan manual-handling diinspeksi sebelum digunakan 2. Semua peralatan lain diinspeksi sebelum digunakan 3. 7. 2 Sistem inspeksi sebelum digunakan pada suatu
INSPEKSI PERALATAN SEBELUM POSSIBLE PENGGUNAAN DI PT. SCORE SURVEYOR INDONESIA DCSCA Organisasi telah 10 poin menggunakan pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi semua alat gerak, peralatan material handling dan pperalatan lain yang menuntut pre-use inspection.
ACTUAL SCORE 10
(5)
(5)
Sistem inspeksi sebelum 20 poin penggunaan meliputi:
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
20
tempat termasuk (4/20) : 1. Siapa yang memimpin inspeksi 2. Apa saja yang diinspeksi, untuk setiap bagian pada peralatan 3. Kapan inspeksi dilaksanakan 4. Tindakan apa yang harus diambil ketika hasil identifikasi dari item inspeksi dalam kondisi substandard 5. Tindak lanjut untuk memastikan bahwa semua item dalam kondisi substandard sudah diperbaiki sesuai dengan kebutuhan 3. 7. 3 Persentase dari peralatan yang diinspeksi sebelum digunakan yang menggunakan form (_%x10) 3. 7. 4 Sistem inspeksi peralatan sebelum digunakan dievaluasi (2/10) 1. Tahun terakhir dilakukan 2. Sewaktu-waktu ada peralatan yang baru, dirubah atau dimodifikasi 3. Mengikuti penilaian bahaya fisik 4. Mengikuti penilaian risiko yang relevan 5. Bagaimana tindakan ketika ada accident major/yang mempunyai potensi yang tinggi atau insiden yang terjadi dimana identifikasi inspeksi peralatan sebelum digunakan merupakan penyebab utama Total
1. Yang melakukan pemeriksaan adalah inspector 2. Apa yang sebaiknya diperiksa untuk masingmasing peralatan 3. Pemeriksaan sebelum peralatan digunakan 4. Tindakan yang harus diambil dengan mengehentikan pemakaian peralatan dan diserahkan kembali kepada personil untuk perbaikannya. 5. Tindak lanjut untuk memasikan bahwa semua bagian/hal substandard telah dikoreksi. Persentase peralatan yang 10 poin menuntut inspeksi sebelum digunakan adalah sebesar 100%
(4)
Sistem pre-use inspection / 10 poin inspeksi peralatan sebelum digunakan sudah cukup dievaluasi.
10
(4)
(4) (4)
(4)
100% x 10 = 10
(2) (2)
(2) (2) (2)
50 poin
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
50
8. Sub-elemen Alternatif Sistem Pelaporan Kondisi Substandar berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA Tabel 8. Hasil Penilaian Alternatif Sistem Pelaporan Kondisi Substandar ANALISIS ALTERNATIF SISTEM NO. PELAPORAN KONDISI SUBSTANDAR BERDASARKAN ISRS 3. 8. 1 Ada sebuah sistem yang mendorong individu melaporkan secara tertulis setiap hari, apapun risiko atau kondisi substandard yang teramati (XO-20) 3. 8. 2 Departemen yang berakitan dengan loss control diberikan salinan mengenai laporan tentang kondisi substandar atau berbahaya (XO-10) 3. 8. 3 Ada sistem tindak lanjut pada suatu tempat yang dalam hubungannya dengan kondisi substandar atau berbahaya yang dilaporkan (XO-10) Total
ALTERNATIF SISTEM PELAPORAN KONDISI POSSIBLE SUBSTANDAR DI PT. SCORE SURVEYOR INDONESIA DCSCA Terdapat sebuah sistem 20 poin yang mendorong individu melaporkan secara tertulis setiap hari, apapun risiko atau kondisi substandard yang teramati. Selain DCSCA, HES di 10 poin RIG, yang menerima laporan adalah HES Drilling PT. Chevron Pacific Indonesia Ada sistem tindak lanjut 10 poin pada suatu tempat yang dalam hubungannya dengan kondisi substandar atau berbahaya yang dilaporkan 40
ACTUAL SCORE 20
10
10
40 poin
9. Sub-elemen Pemenuhan Persyaratan berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA Tabel 6. 9 Hasil Penilaian Pemenuhan Persyaratan ANALISIS ALTERNATIF SISTEM NO. PELAPORAN KONDISI SUBSTANDAR BERDASARKAN ISRS 3. 9. 1 Organisasi secara sistematis telah melakukan semua inspeksi yang sesuai dengan peraturan dan kebutuhan organisasi (XO10) 3. 9. Seberapa sering organisasi 1. 1 meninjau dan memperbaharui daftar periksa inspeksi untuk memastikan sesuai dengan
ALTERNATIF SISTEM PELAPORAN KONDISI POSSIBLE SUBSTANDAR DI PT. SCORE SURVEYOR INDONESIA DCSCA Organisasi secara sistematis 10 poin telah melakukan semua inspeksi yang sesuai dengan peraturan dan kebutuhan organisasi.
ACTUAL SCORE 10
Organisasi meninjau dan 10, 5, 2, dan Setiap memperbaharui daftar 0 poin tahun = 10 periksa setiap tahun.
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
peraturan dan kebutuhan organisasi 1. Setiap tahun (10) 2. Setiap 1,5 tahun (5) 3. Setiap 2 tahun (2) Tidak dilakukan (0) 3. 9. 2 Seberapa sering evaluasi komprehensif yang diikuti oleh individu berkualitas untuk menentukan apakah telah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan, kode dan standar industri untuk kondisi fisik secara umum 1. Setiap 2 tahun (20) 2. Setiap 3 tahun (10) 3. Setiap 5 tahun (5) Tidak dilakukan (0) 3. 9. Ada sistem tindak lanjut 2. 1 untuk memastikan bahwa tindakan perbaikan telah dilakukan (XO-10)
Evaluasi menyeluruh 20, 10, 5, 20 dilakukan setiap 1 tahun dan 0 poin sekali.
Terdapat sistem tindak 10 poin lanjut untuk memastikan bahwa tindakan perbaikan telah dilakukan.
Total
50
10
50 poin
Total Skor Hasil Penilaian berdasarkan Elemen 3 International Safety Rating System (ISRS) di PT. Surveyor Indonesia – Drilling & Completion Safety Compliance Audit, Tahun 2012 Tabel 10. Total Skor Hasil Penilaian SUB-ELEMENT
POSSIBLE SCORE
ACTUAL SCORE
PERSENTASE
3. 1
140
140
100 %
3. 2
400
100
100 %
3. 3
50
50
100 %
3. 4
100
100
100 %
3. 5
100
100
100 %
3. 6
60
60
100 %
3. 7
50
50
100 %
3. 8
40
40
100 %
3. 9
50
50
100 %
Total 690 690 100 % Percentage Score for element 3 – Planned Inspection and Maintenance : 690/690 x 100 % = 100 %
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
Pembahasan 1. Perencanaan Inspeksi Umum Dalam elemen ini, aspek yang dibahas adalah tentang perencanaan inspeksi yang sistematis dilakukan pada semua area/struktur, personil yang bertanggung jawab, observasi kondisi substandar, perencanaan laporan observasi kondisi substandar dalam bentuk tulisa n, pengakuan oleh manajemen secara lisan dan tulisan, klasifikasi kondisi substandar sebagai potensial bahaya, dan adanya checklist dan perubahan terbaru. Dari hasil penelitian, pemenuhan perencanaan inspeksi umum berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia,DCSCA diperoleh nilai 140 poin dari 140 poin (100%). Perencanaan safety inspection PT. Surveyor Indonesia – DCSCA, mengacu pada Sistem Manajemen Terpadu PTSI Pekanbaru, serta Prosedur Operasional perusahaan. Dalam perencanaan safety inspection juga mengacu kepada manual SMK3 atau OHSAS. Dalam pelaksanaannya, safety inspection dilaksanakaan pada semua area RIG dan fasilitasnya, dibagi 2 yaitu Equipment Inspection dan Behavior Inspection. Untuk Equipment Inspection area rig beserta fasilitasnya yang diperiksa yakni: Dog house; PPE; Driller Console; Cathead; Drum & Hoist; Tongs and Slips; Rig Floor; Derrick Board Area; Derrick; Floors; Stairs & Handrails; Mud Tank Area Mud Pump Area; Substructure; Hand Tools; Cranes; Bull Dozer; BOP Chokes & Kill Pressure Equipment; Electrical & Generator Engine; Pipe Rack area; Safety Equipment & Warning Signs; Miscellaneous; Hazardous Materials; Safe Welding Area; Fire Fighting Equipment; Drills and Alarm System; Pollution Prevention; RIG Site Waste Management; Safety Procedures and Records. Sedangkan untuk pelaksanaan Behavior Inspection atau inspeksi perilaku, hal-hal yang dilihat adalah:
Deskripsi perilaku (posisi badan, menggunakan badan, peralatan dan perkakas, area kerja, pemeliharaan lingkungan, APD)
Perilaku berisiko
Pemenuhan SOP, JSA, PJM Conducted, PTW.
Petugas yang melaksanakan inspeksi di area kerja disebut dengan inspector dengan dikoordinir oleh safety coordinator. Hasil dari inspeksi kemudian di rekapitulasi, dibuat menjadi laporan kemudian diserahkan kepada mitra kerja yang lain, yang kemudian di presentasikan pada morning meeting. Seluruh personil yang terlibat dalam inspeksi telah mengikuti pelatihan formal mengenai K3 dan teknik-teknik inspeksi secara umum. Perusahaan telah cukup baik dalam melakukan identifikasi terhadap kondisi-kondisi yang substandar, sehingga mampu menggolongkan bahaya-bahaya yang ada untuk mendapat pengakuan dan perhatian dari manajemen untuk mengadakan tindakan perbaikan, hal ini dilakukan untuk mencegah agar kejadian terulang tidak terjadi kembali. 2. Sistem Tindak Lanjut
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
Dalam elemen ini, aspek yang dibahas adalah tentang salinan inspeksi umum, penggolongan bahaya untuk mendapat perhatian dari manajemen, orang yang bertanggung jawab, penulisan laporan inspeksi dan presentasi, komite K3 mengetahui ukuran perbaikan, dan file terpusat untuk seluruh laporan inspeksi. Dari hasil penelitian, pemenuhan sistem tindak lanjut berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA diperoleh nilai 100 poin dari 100 poin (100 %). Salinan untuk setiap laporan perencanaan inspeksi diberikan kepada HES Officer yang bertanggung jawab dan ditanda tangani oleh penerima laporan. Perbaikan terhadap kondisi substandard dilakukan oleh kontaktor Rig terkait dan diawasi oleh pihak HES dari PT. Chevron Pacific Indonesia. Setiap petugas mempunyai tanggung jawab untuk melaporkan kondisi substandard. Verifikasi dilakukan dengan melihat hasil dari Finding Report yang ada di lapangan. Laporan ditulis dengan semua detail serta tindakan yang harus diambil untuk menangani kondisi substandard yang ada. Perusahaan telah melakukan sistem file terpusat dengan baik sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan oleh ISRS, dimana perusahaan telah membuat file terpusat secara hard copy dan soft copy. 3. Analisis Laporan Inspeksi Dalam elemen ini, aspek yang dibahas adalah tentang pembuatan dan analisis laporan inspeksi, tindakan untuk mengendalikan kondisi substndar, dan komunikasi hasil analisis laporan inspeksi. Dari hasil penelitian, pemenuhan analisis laporan inspeksi berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA diperoleh nilai 50 poin dari 50 poin (100 %). Perusahaan telah membuat analisis laporan hasil inspeksi secara periodic setiap bulan dalam bentuk Monthly Report dan HES Performance. Untuk Finding Report Analisis laporan inspeksi memungkinkan pengidentifikasian secara berualng- ulang untuk hal- hal substandar dan penyebab utama dan pengendaliannya. Hal tersebut dapat membantu untuk memecahkan atau mencari jalan keluar dari masalah yang ada. Semua hal tersebut merupakan bagian dari perencanaan inspeksi yang dilakukan oleh PT. Surveyor Indonesia – DCSCA, sehingga untuk sub elemen analisis laporan inspeksi telah sesuai dengan ISRS dan perusahaan telah melakukannya dengan baik. 4. Bagian/Item Kritis Dalam elemen ini, aspek yang dibahas adalah tentang sistem yang komprehenshif untuk mengidentifikasi, memeriksa, dan mengendalikan bagian/item kritis, sistem untuk mengidentifikasi bagian/item kritis termasuk penilaian dari kesesuaian antara peralatan, material, struktur, dan area, dan review terhadap daftar bagian/item kritis. Dari hasil penelitian, pemenuhan bagian/item kritis berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA diperoleh nilai 100 poin dari 100 poin (100 %). ISRS mensyaratkan bagian kritis adalah komponen yang sering digunakan dari peralatan atau struktur yang seringkali ada dalam sebuah kerugian yang besar (orang, properti, proses, dan lingkungan).
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
Seluruh item kritis yang ada di area rig telah tercantum di dalam ceklis inspeksi. Sama seperti di elemen Perencanaan Inspeksi Umum. PT. Surveyor Indonesia – DCSCA telah melakukan identifikasi, pemeriksaan, dan pengendalian terhadap bagian/item kritis dengan baik dan selalu melakukan tinjau ulang terhadap informasi yang baru yang berhubungan bagian/item kritis sehingga untuk s ub elemen bagian/item kritis telah sesuai dengan ISRS dan perusahaan telah melakukannya dengan baik. 5. Perawatan Pencegahan Dalam elemen ini, aspek yang dibahas adalah tentang sistem perawatan pencegahan (identifikasi dan prioritas dari semua peralatan atau sistem, metode identifikasi perawatan, dan prosedur yang dibutuhkan, pemimpin yang bertanggung jawab dan frekuensi dilaksanakannya, pelaporan yang dibutuhkan, Ada sistem record-keeping, sistem dari dasar rencana kerja berdasarkan frekuensi dan prioritas yang dilaksanakan), sistem yang dilakukan oleh personal untuk mengidentifikasi dan merekam semua kerusakan pada saat dilakukan perbaikan, investigasi kejadian untuk menentukan penyebab dan biaya dari kerugian, dan penjadwalan insepksi dan pemeliharaan. Dari hasil penelitian, pemenuhan perawatan pencegahan berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA diperoleh nilai 100 poin dari 100 poin (100 %). Untuk perawatan pencegahan, di Rig sendiri dilakukan maintenance secara periodic tiap bulan, baik maintenance berupa service berkala, mesin (per hour), dan kendaraan (per km). Beberapa program keselamatan yang ada yaitu, ARU (At Risk Unsafe), BBS (Behavior Based Safety), dan PTI untuk inspeksi terhadap kendaraan seperti crane unit, dozer unit. Jika terjadi kerusakan yang bertugas untuk menindak lanjutinya adalah kontraktor yang ada di Rig. Tanggung jawab dari PT. Surveyor Indonesia – DCSCA adalah untuk mengontrol program keselamatan yang dilaksanakan. Semua hal tersebut merupakan bagian dari perencanaan inspeks i yang dilakukan oleh PT. Surveyor Indonesia – DCSCA, sehingga untuk sub elemen perawatan pencegahan telah sesuai dengan ISRS dan perusahaan telah melakukannya dengan baik. 6. Sistem Khusus Inspeksi Dalam elemen ini, aspek yang dibahas adalah tentang tinjauan ulang yang dilaksanakan pada semua peralatan, mesin, alat untuk mengidentifikasi seluruh fungsi dari perlindungan keselamatan, kesehatan, dan lingkungan dan inspeksi yang dilakuakan untuk semua peralatan termasuk keselamatan, kesehatan atau lingkungan. Dari hasil penelitian, pemenuhan sistem khusus inspeksi berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA diperoleh nilai 60 poin dari 60 poin (100 %). Dalam pelaksanaannya perusahaan menggunakan checklist yang ada untuk melihat peralata, prosedur, serta lingkungan dari sistem khusus tersebut. Untuk inspeksi selanjutnya dilihat apakah ada perbaikan, jika belum maka itu dikategorikan ke dalam repetitive finding yang memiliki konsekuensi nya tersendiri.
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
Semua hal tersebut merupakan bagian dari perencanaan inspeksi yang dilakukan oleh PT. Surveyor Indonesia – DCSCA, sehingga untuk sub elemen sistem khusus inspeksi telah sesuai dengan ISRS dan perusahaan telah melakukannya dengan baik. 7. Inspeksi Peralatan Sebelum Penggunaan Dalam elemen ini, aspek yang dibahas adalah tentang inspeksi terhadap Semua alat gerak, material, peralatan manual-handling, peralatan lain, inspeksi peralatan sebelum digunakan pada suatu tempat, persentase dari peralatan yang diinspeksi sebelum digunakan yang menggunakan form, dan evaluasi terhadap sistem inspeksi peralatan. Dari hasil penelitian, pemenuhan inspeksi peralatan sebelum penggunaan berdasarkan ISRS PT. Surveyor Indonesia – DCSCA diperoleh nilai 50 poin dari 50 poin (100 %). Di Rig setiap sebelum memulai pekerjaan selalu dilakukan inspeksi visual terhadap peralatan kerja, contoh: housekeeping, kondisi lapangan kerja, dan lain- lain. Inspeksi dilaksanakan oleh petugas masing- masing sesuai area kerjanya (derrickman, crane unit, dan lain- lain.) inspeksi oleh personil ini tidak ada panduan namun dilakukan sendiri-sendiri dan tetap membuat laporan (ARU) jika ditemukan adanya kondisi substandard. Semua hal tersebut merupakan bagian dari inspeksi peralatan sebelum penggunaan yang dilakukan oleh ISRS PT. Surveyor Indonesia – DCSCA, sehingga untuk sub elemen sistem khusus inspeksi telah sesuai dengan ISRS dan perusahaan telah melakukannya dengan baik. 8. Alternatif Pelaporan Kondisi Substandar Dalam elemen ini, aspek yang dibahas adalah tentang sistem yang me ndorong individu melaporkan secara tertulis setiap hari, apapun risiko atau kondisi substandar yang teramati, salinan mengenai laporan tentang kondisi substandar atau berbahaya, dan sistem tindak lanjut pada suatu tempat yang dalam hubungannya dengan kondisi substandar atau berbahaya yang dilaporkan. Untuk pelaporan ini, perusahaan memakai program yang telah dibentuk oleh PT. CPI sebagai pemilik usaha, yaitu ARU, PTI, dan BBS. BBS (Behavior Based Safety) ini mendorong para pekerja baik kontraktor seperti PT. Surveyor Indonesia maupun karyawan PT. CPI sendiri untuk menemukan dan membuat laporan mengenai kondisi substandard yang ada di sekitar baik di area kerja maupun lingkungan lainnya. Di tiap bulannya bagi pekerja yang telah mengumpulkan BBS sebanyak-banyak dan melebihi target yang telah ditetapkan, maka akan diberi reward pada saat Monthly Meeting, yang dihadiri oleh seluruh Business Partner. Sebagai pedoman untuk menemukan kondisi subtandar, digunakanlah tools yaitu HAZID (Hazard Identification). Semua hal tersebut merupakan bagian dari perencanaan inspeksi yang turut dilakukan oleh PT. Surveyor Indonesia - DCSCA sehingga untuk sub elemen alternatif sistem pelaporan kondisi sub standar telah sesuai dengan ISRS dengan mencapai skor sebesar 100%. 9. Pemenuhan Persyaratan Dalam elemen ini, aspek yang dibahas adalah tentang organisasi melakukan semua inspeksi yang sesuai dengan peraturan dan kebutuhan organisasi, organisasi meninjau dan memperbaharui daftar periksa inspeksi, evaluasi komprehensif, dan Ada sistem t indak lanjut
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
untuk memastikan bahwa tindakan perbaikan telah dilakukan. Dari hasil penelitian, pemenuhan persyaratan berdasarkan ISRS di PT. Surveyor Indonesia - DCSCA diperoleh nilai 100%. Peraturan dan perundang-undangan yang ada, baik secara nasional maupun lokal telah diadopsi dengan baik oleh perusahaan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. PT. Surveyor Indonesia – DCSCA juga telah memenuhi persyaratan dan ketetapan yang ada dari PT. Chevron Pacific Indonesia sendiri. Selain itu, perusa haan juga senantiasa melakukan tinjau ulang terhadap daftar inspeksi yang ada, yang dikembangkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kebutuhan pemilik usaha. Setiap tahunnya dilakukan internal audit perusahaan dan juga review prosedur kerja (SOP), untuk kemudian melakukan corrective action yang mengacu kepada OHSAS. 10. Pelaksanaan Safety Inspection Secara Keseluruhan PT. Surveyor Indonesia – DCSCA telah memenuhi 100 % terhadap pemenuhan safety inspection yang disyaratkan oleh International Safety Rating System ISRS). Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan safety inspection di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA telah sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh ISRS. Hal ini tidak lain merupakan upayaupaya proaktif yang dilakukan oleh perusahaan dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Perusahaan telah mempunyai komitmen untuk mengurangi hilangnya waktu kerja sampai ke tingkat tanpa kecelakaan (zero accident). Kesimpulan PT. Surveyor Indonesia – DCSCA telah melaksanakan proses safety inspection di lingkung drilling operation dengan baik jika ditinjau dari elemen ketiga International Safety Rating System (ISRS), yaitu Planned Inspection and Maintenance. Namun sistem penilaian menggunakan ISRS ini hanya menilai sistem safety inspection secara administrative, sedangkan teknis pelaksanaan di lapangan tidak diukur secara tepat. Secara keseluruhan hasil penilaian safety inspection di PT. Surveyor Indonesia – DCSCA adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan inspeksi umum:100% dilaksanakan sesuai dengan ISRS. 2. Sistem tindak lanjut:100% dilaksanakan sesuai dengan ISRS. 3. Analisis laporan inspeksi:100% dilaksanakan sesuai dengan ISRS. 4. Bagian/item kritis: 100% dilaksanakan sesuai dengan ISRS. 5. Perawatan pencegahan: 100% dilaksanakan sesuai dengan ISRS. 6. Sistem khusus inspeksi: 100% dilaksanakan sesuai dengan ISRS. 7. Inspeksi peralatan sebelum penggunaan: 100% dilaksanakan sesuai dengan ISRS. 8. Alternatif sistem pelaporan: 100% dilaksanakan sesuai dengan ISRS. 9. Pemenuhan persyaratan: 100% dilaksanakan sesuai dengan ISRS. 10. PT. Surveyor Indonesia – DCSCA telah memenuhi 100% (690 dari 690 poin) dari seluruh persyaratan yang ditetapkan oleh ISRS. Dari 9 elemen yang dipersyaratkan oleh ISRS dimana keseluruh elemennya mencapai nilai maksimal.
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
Berdasarkan penilaian dari ini maka sudah dapat dilihat bahwa semua sasaran, target, serta pelaksanaan safety inspection sudah sesuai dengan elemen-elemen yang ada dalam International Safety Rating System. Dilihat secara keseluruhan pun dapat dikatakan pelaksanaannya sudah sangat baik
Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Perusahaan untuk tetap mempertahankan nilai- nilai maksimal pada tiap elemen penilaian. 2. Inspektor yang melaksanakan audit dan inspeksi untuk tetap menambah wawasan, pengetahuan, serta mengasah skill agar tetap terlaksananya inspeksi yang efektif, efisien, dan mencapai tujuan yang diinginkan berrsama. 3. Penelitian hanya dilakukan pada elemen ketiga ISRS, yaitu safety inspection. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian-penelitian lanjutan yang berhubungan dengan ISRS pada elemen-elemen yang lain. 4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan safety inspection dengan memakai metode selain ISRS, seperti menggunakan OHSAS (Occupational Health and Safety Assessment Series) dan Permenaker 05/Men/1996. 5. Adanya continual improvement untuk pelaksanaan inspeksi. 6. Lebih fleksibel melihat kondisi substandard yang ada di lapangan dan tidak terlalu terpaku terhadap ceklis.
Kepustakaan 1. API. Operation, Inspection, Maintenance, and Repair of Drilling and Well Servicing Structures Upstream Segment API Recommended Practice 4G Fourth Edition, XXXX 201X Ballot 1 - March 2011 API 4G 4th Edition Draft 1. Maret, 2011
2. Bird, Frank E. and Germain, George L. Practical Loss Control Leadership. Atalanta USA, 1990 3. Buku Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Untuk Praktek Dan Praktikum Program D3 Teknik Kesehatan Gigi Fakultas Kedokteran Gigi 4. Canadian Centre for Occupational Health and Safety. Effective Workplace Inspection. 1 Maret 2009 < http://www.ccohs.ca/oshanswers/prevention/effectiv.html> 5. Chevron, IBU FSWP Guidebook. Chevron IndoAsia BU. 2011 6. DNV. International Safety Rating System Sixth Edition (UK Version). United Kingdom: DNV Management Services, 1996
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013
7. DNV. ISRSTM For The Health of Your Business. Diakses dari [15 Januari 2013] 8. Hamdi, Skripsi; Analisis Tingkat Pemenuhan Safety Inspection Ditinjau Dari International Safety Rating System (Isrs) Di Pt. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant Site Cirebon Jawa Barat Tahun 2009. Jakarta. Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, 20009 9. Nurina, Desy Listya. Proposal Kerja Lapangan. FKM UI. 2011 10. Occupational Health & Safety Management Systems, Proceedings of the First National Conference. Work Cover NSW 2001. 11. OSHAcademy Course 716 Study Guide. Safety Management System Evaluation. 20002011. 12. Ramli, Soehatman. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja 0HSAS18001. Dian Rakyat, 2009 13. Ridley, John. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008 14. Safety Audit/Inspection Manual, A Publication of the American Chemical Society Commitee on Chemical Safety. 2000 15. The Workplace (Health, Safety and Welfare) Regulations 1992, 16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,<www.hukumonline.com> 17. Universitas Airlangga SURABAYA -2008 Diakses dari 18. Work Safe BC. Safety Inspection. Februari 2009. < http://www.worksafebc.com/publications/health_and_safety/by_topic/assets/pdf/safety_in spections.pdf>
Evaluasi pelaksanaan..., Dhilaryazti, FKM UI, 2013