EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara) Oleh: JHON SUMIHARJO HUTABARAT 030903023
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dalam suka cita penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi
ini
yang
berjudul:”Evaluasi
Pelaksanaan
Program
Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara) Skripsi ini merupakan suatu penilaian yang penulis lakukan terhadap pelaksanaan program pengembangan perumahan di Tapanuli Utara sejak dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara periode 2004-2009. Penulis merasakan perlunya melakukan penilaian terhadap program-program yang dilakukan oleh pemerintah daerah Tapanuli Utara, dan salah satunya adalah program pengembangan perumahan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam tulisan ini banyak terdapat kekurangan dalam penulisan, isi dan penyampainnya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara; 2. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A., selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara; 3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP., selaku Dosen Wali penulis; 4. Ibu Dra. Nurlela Ketaren, M.SP., selaku Dosen Pembimbing penulisan skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini; 5. Bapak/Ibu dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara, pegawai tata usaha beserta staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU; 6. Bapak
Tongam
Hutabarat,
selaku
Kepala
Dinas
Permukiman
dan
Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara; Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman, Dinas Kimbangwil Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Taput; Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala BAPPEDA Tapanuli Utara; dan Bapak Ihsar, selaku Developer (pengembang) perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara); 7. Buat K’ Sondang Pane, yang telah banyak memberi bantuan yang sangat berarti buat penulis; 8. Bapak/ Ibu guru SD No. 174566, Hutabarat Partali Julu, Tarutung; Bapak/Ibu guru SMP Swasta St. Maria Tarutung; Bapak/Ibu guru SMU N 1 Tarutung; 9. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis: Ayahanda H. Hutabarat dan Ibunda R. Simorangkir, yang telah membina, membesarkan, mendidik sehingga
penulis
dapat
duduk
di
bangku
perkuliahan
dan
dapat
menyelesaikannya; 10. Buat abang-abangku, Sanggam Hutabarat, S.Pd, Sandro Hutabarat, S.Si; adikadikku: Indra Hutabarat, Patar Hutabarat, Poppy Hutabarat, terima kasih buat doa dan motivasinya guna penyelesaian studiku; 11. Rekan-rekan mahasiswa AN’ 03: Ezra, Edoe, Edward, Rikardo, Rein, Anggara, Saor, Elvin, Tarida, Melly, d....l....l... 12. Saudara/saudariku di GMKI Komisariat FISIP-USU: Berkatdo, Rahmawana, Martin, Sarjani, Novita, Fernando, Melki, Heri, Frans, Rudi, Alex, Roni, Sandrakh, Susi, Yhonatan, Sertha, Sastri, Marisa, Yehezkiel, B’ Hotler ’Zidane’, B’ Marganda, K’ Debora, K’ Santi, dan yang lainnya yang tidak dapat kusebutkan satu per satu: UT OMNES UNUM SINT, SYALOM........... 13. Buat rekan-rekan alumni SMUNTA ’03: Angga, Jack Alles, Hardi, Robin, Amri, Jefri, Ronal, Elly, Langlang, Oka, Seprina, Irene, Atha, Handra, Saut, Marganti, DNA ( Dohot Na Asing ); 14. Buat adek angkatku Indah, Sandra, ”ditunggu kedatangannya di alam perkuliahan”; Anggraeni ”Titin’, jangan contoh aku yang lama tamat ini ya; 15. Adagio, Angra, Annihilator, Apocalyptica, Ark Storm, Arthemis, Athena, Avantasia, Benedictum, Casiopea, Concerto Moon, Dark Moor, Death, Dragonforce, Dragonhammer, Dreamaker, Dream Theater, Edguy, Epica, Evergrey, Freedom Call, Full Strike, Galloglass, Gamma Ray, Gordian Knot, Haggard, Hammerfall, Heavenly, Helloween, Hour Glass, Human Fortrees, Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Imperia, Insania, Iron Maiden, Judas Priest, Kamelot, Kenziner, Labyrinth, Lost Horizon, Loudness, Majestic, Martir, Master Plan, Metallium, Morifade, Nightwish, Opeth, Pagan’s Mind, Persuader, Powergod, Pyramaze, Rhapsody, Shaman, Silent Eedge, Sinergy, Sonata Aarctica, Storm, Stratovarius, Stryper, Sun Caged, Syhmpony X, Thunderstone, Thy Majesty, Tristania, Vision Divine, Vision Of Atlantis, Watch Tower, Within Temptation, Zero Hour ( The METAL WARRIORS) ” Wellcome to the Metal Zone” 16. Last but not least………….., seseorang yang jauh disana S. R. R. K. M, yang selalu mengawasi, memotivasi, mendokan aku: “ sehat kau disitu, ya!!!!!!!”
Penulis tidak dapat membalas semua kebaikan-kebaikan yang telah diterima dari berbagai pihak. Semoga Tuhan lah yang membalas segala kebaikan mereka dan memberikan berkatNya, dan skripsi ini juga dapat bermanfaat kepada pembacanya.
Medan,
April 2009
Penulis
Jhon S. Hutabarat NIM: 030903023
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI ABSTRAK………………………………………………………………………........i DAFTAR ISI……………………………………………………………………........ iii DAFTAR TABEL........................................................................................................ iv BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................... 1 A. Latar Belakang…………………………………………………………... 1 B. Perumusan Masalah……………………………………………….…….. 8 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….….. 8 D. Manfaat Penelitian…………………………………………….……….... 9 E. Kerangka Teori…………………………………………………..…….... 9 E. 1. Evaluasi……………………………………………………..……... 9 E. 1. 1. Pengertian Evaluasi…………………………………..…….. .9 E. 1. 2. Jenis-jenis Evaluasi………………………………….…….... 15 E. 1. 3. Proses Evaluasi…………………………………….……….. 20 E. 1. 4. Pendekatan Dalam Evaluasi…………………………..……. 22 E. 2. Pengembangan Perumahan………………………………….... 24 E. 2. 1. Pengertian Perumahan……………………………….…….. 24 E. 2. 2. Aspek-aspek Perencanaan Perumahan……………….…….. 25 E. 2. 3. Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman……... 27 E. 2. 4. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman........................................................................................ 32 E. 3. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan…….... 36 F. Definisi Konsep…...…………………………………………………...... 37 G. Definisi Operasional……………………………………………………. 38 H. Sistematika Penulisan…………………………………………………… 39 BAB II: METODE PENELITIAN……………………………………………….... 40 A. Bentuk Penelitian……………………………………………………..... 40 B. Lokasi Penelitian……………………………………………………..... 40 C. Populasi dan Sampel………………………………………………..…. 40 D. Teknik Pengumpulan Data………………………………………..…… 41 Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
E. Teknik Analisa Data……………………………………………..…….. 42 BAB III: DESKRIPSI LOKASI PENELTIAN…………………………………… 43 A. Profil Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara……………………………………………………..….. 43 A. 1.1. Struktur Organisasi……………………………………………. 43 A. 1. 2. Tugas Pokok dan Fungsi………………………………………45 A. 1. 4. Perencanaan Stratejik………………………………………… 46 A. 1. 4. A. Tujuan………………………………………………… 48 A. 1. 4. B. Kebijakan…………………………………………….... 50 A. 1. 4. C. Program Kerja………………………………………… 51 B. Sekilas Tentang Kabupaten Tapanuli Utara…………………………... 52 B. 1. 1. Gambaran Umum Kondisi Daerah…………………………… 52 B. 1. 2. Sejarah Kabupaten Tapanuli Utara…………………………... 60 B. 1. 3. Visi dan Misi Kabupaten Tapanuli Utara................................. 65 B. 1. 4. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah.......................... 66 BAB IV: PENYAJIAN DATA………………………………………………...… 69 A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan................................. 69 B. Program Pengembangan Perumahan...................................................... 78 C. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan........... 83 BAB V: ANALISA DATA…………………………………………………….... 86 A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan………………..….. 86 B. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan.….…. 91 BAB VI: KESIMPULAN dan SARAN…………………………………………. 96 A. Kesimpulan………………………………………………………….. 96 B. Saran………………………………………………………………….. 97 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 99
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Eselon, Fungsional, dan Staf Tahun 2008........................................................................... ............. 72 Tabel 2 : Jumlah Pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Berdasarkan Jenjang Pendidikan............ 73 Tabel 3 : Jumlah Dana Untuk Program Pengembangan Perumahan................... 74
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara) Nama NIM Departemen Judul
Dosen Pembimbing
: Jhon Sumiharjo Hutabarat : 030903023 : Ilmu Administrasi Negara : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara) : Dra. Nurlela Ketaren, M.SP
ABSTRAK Penelitian ini berjudul ” Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara”. Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam situasi apapun orang pasti berupaya memiliki rumah sebagai tempat tinggal bagi dirinya dan keluarganya, mengembangkan hubungan sosial dan membangun lingkungan permukimannya. Rumah sangat bermakna bagi eksistensi seorang manusia, baik sebagai pribadi, keluarga dan masyarakat. Perumahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah pengembangan sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial yang tertib, juga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri perumahan sebagai penyedia lapangan kerja pendorong pembentukan modal yang besar. Dengan berpijak pada peningkatan dan pemenuhan kebutuhan terhadap perumahan dan permukiman, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, aktif berperan serta dalam setiap program pembangunan, serta mampu meningkatkan upaya untuk menghimpun modal dan program pembangunan selanjutnya. Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara dimulai pada pertengahan tahun 1990-an dan masih berlangsung sampai dengan sekarang. Hal yang mendasari pelaksanaan program ini adalah karena keterbatasan dari masyarakat terutama PNS untuk memiliki rumah tinggal sendiri. Sehingga pemerintah memasukkan program pengembangan perumahan ini ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara, untuk mengetahui kendalakendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini dan juga untuk mengetahui sudah sejauh mana keberhasilan program pengembangan perumahan ini. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan informan kunci yaitu Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Kepala Bagian Perumahan dan Permukiman, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara, dan Developer (Pengembang) Perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara. Dan peneliti juga melakukan wawancara dengan masyarakat yang tinggal Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
di perumahan yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara. Kemudian data yang diperoleh dari penelitian tersebut dianalisa dengan metode analisa deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan perumahan yang dibangun di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat di tiga lokasi yang berbeda yaitu di Desa Hutabarat, Kecamatan Tarutung; Desa Silangkitang, Kecamatan Sipoholon; Desa Sitabo-tabo, Kecamatan Siborong-borong. Dari ke tiga kawasan perumahan tersebut belum ada yang selesai tahap pembangunannya disebabkan karena pembangunan yang bertahap yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Lokasi perumahan PNS Pagar Beringin Permai di Kecamatan Sipoholon berjarak ± 12 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun sebanyak 237 unit, luas tanah per unit 200 m², pembangunan untuk tahap lanjutan seluas 30.844 m². Pembangunan rumah dilokasi ini masih berlangsung karena permintaan akan rumah oleh masyarakat masih tinggi. Dari 237 unit rumah yang dibangun, semuanya ditempati. Hal ini dipengaruhi karena harga rumah yang masih terjangkau oleh masyarakat terutama PNS yaitu sekitar 50 juta rupiah dan pembayaran dapat dicicil 2 kali dalam setahun. Hal lain yang membuat permintaan akan rumah di lokasi ini cukup tinggi karena luas tanah per unit cukup luas yaitu 200 m². Lokasi perumahan perumahan PNS Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung berjarak ± 7 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun 135 unit, luas per unit bervariasi yaitu tipe 36 s/d 45, pembangunan untuk tahap lanjutan seluas ± 7 Ha. Pembangunan rumah dilokasi ini juga masih berlangsung baik untuk pembangunan rumah yang baru, perbaikan/perawatan rumah. Dari 135 unit yang sudah dibangun, hanya 57 unit yang ditempati oleh masyarakat, 75 unit kosong akan tetapi masih dalam kondisi baik sedangkan 3 rumah lagi rusak. Dari 75 unit yang kosong semuanya sudah ada yang memiliki. Akan tetapi karena jarak lokasi perumahan yang cukup jauh dan terletak di kawasan hutan dan juga karena sarana transportasi yang sangat terbatas, sehingga mereka tidak jadi menempati rumah tersebut. Sedangkan harga per unitnya 35 juta rupiah dan pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil sekitar 2 juta rupiah per tahun. Lokasi Perumahan PNS Sitabo-tabo Kecamatan Siborong-borong yang sudah mulai tahap pembangunan dengan lahan yang sudah tersedia seluas ± 5 Ha terletak di Desa Sitabo-tabo, Kecamatan Siborong-borong, jumlah rumah yang akan dibangun sebanyak ± 215 unit dengan tipe 27/150 dan tipe 36/150. Kondisi perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara juga cukup memprihatinkan karena belum memiliki prasarana dan sarana yang memadai seperti jalan, air bersih, sebagian rumah yang layak huni dan sanitasi yang baik, tahapan pembangunan drainase dan saluran pembuangan sanitasi masih kurang baik jika dibandingkan dengan kebutuhan terhadap kelengkapan perumahan dan permukiman yang ada. Disamping itu, rumah yang sudah dibangun di kawasan perumahan tersebut masih ada yang belum ditempati sehingga banyak yang rusak yang nantinya akan membutuhkan dana yang cukup besar untuk melakukan perbaikan, dan lahan yang sebelumnya digunakan untuk perumahan masih ada yang kosong sehingga dijadikan sebagai lahan pertanian, seperti yang terjadi di Perumahan Barat Indah Permai. Dari hasil temuan dilapangan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara belum terlaksana Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
dengan baik sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Kata Kunci: Evaluasi, Program Pengembangan Perumahan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam menjalani kehidupannya, manusia tidak pernah terlepas dari hal-hal yang berhubungan dengan tempat dimana dia tinggal dalam kehidupannya sehari-hari. Bagi manusia kebutuhan akan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar (basic need), disamping kebutuhan akan sandang dan pangan. Tempat tinggal memang sangat vital bagi kehidupan manusia. Tanpa tempat tinggal yang cukup, manusia tidak akan dapat hidup dengan layak. Manusia tidak cukup dengan terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan, meskipun kenyataannya terdapat peringkat pemenuhan akan kebutuhan itu dari kebutuhan yang minimum hingga kebutuhan yang tidak terbatas. Teori Maslow menyebutkan bahwa sesudah manusia terpenuhi kebutuhan jasmaninya, yaitu sandang, pangan, dan kesehatan, kebutuhan akan rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu motivasi untuk pengembangan kehidupan yang lebih tinggi lagi. Tempat tinggal pada dasarnya merupakan wadah bagi manusia atau keluarga dalam melangsungkan kehidupannya. Perumahan dan permukiman selain berfungsi sebagai wadah pengembangan sumber daya manusia dan pengejawantahan dari lingkungan sosial yang tertib, juga memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri perumahan sebagai penyedia lapangan kerja pendorong pembentukan modal yang besar. Dengan berpijak pada peningkatan dan pemenuhan kebutuhan terhadap perumahan dan permukiman, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, aktif berperan Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
serta dalam setiap program pembangunan, serta mampu meningkatkan upaya untuk menghimpun modal dan program pembangunan selanjutnya. Dalam hal pembangunan di segala bidang khususnya pembangunan perumahan dan permukiman, masyarakat berperan sebagai pelaku utama, sementara pemerintah mempunyai kewajiban sebagai pihak yang berkewajiban yang bertugas mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana kondusif. Demi tercapainya tujuan pembangunan nasional maupun daerah, kegiatan masyarakat dan pemerintah harus saling mendukung dan melengkapi sehingga terjadi satu kesatuan langkah. Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam situasi apapun orang pasti berupaya memiliki rumah sebagai tempat tinggal bagi dirinya dan keluarganya,
mengembangkan
hubungan
sosial
dan
membangun
lingkungan
permukimannya. Rumah sangat bermakna bagi eksistensi seorang manusia, baik sebagai pribadi, keluarga dan masyarakat. Tanpa campur-tangan pihak lain dari luar lingkungan, mereka pun akan mengusahakan penyelenggaraan rumah dan permukimannya sendiri secara mandiri dan berdaulat. Terjadi dikotomi antara aksesibilitas terhadap sumber daya perumahan dan permukiman yang semakin terbatas dan mahal, dengan kebutuhan akan lokasi tempat tinggal yang aksesibel pada tempat kerja dan usaha, fasilitas umum dan pusat layanan publik. Diperkuat realitas tekanan sosial, ekonomi dan kependudukan, maka situasi inilah yang mendorong terjadinya konsentrasi perumahan dan permukiman yang padat, miskin dan kumuh. Penguasaan dan penggunaan lahan oleh warga masih banyak yang lemah dari sisi hukum dan administrasi; seperti: bantaran sungai, pinggiran rel, tanah makam, tanah in-absentia atau menganggur maupun lahan dalam status penguasaan atau pemilikan pihak lain. Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Dalam paradigma lama dan kepentingan konvensional pembangunan perkotaan, lingkungan demikian sering berhadapan dengan masalah penggusuran. Hal tersebut menjadi salah satu bentuk konflik sosial pembangunan dan pengingkaran hak dasar atas perumahan dan permukiman di daerah perkotaan. Kebutuhan akan perumahan dan permukiman sebagai hak asasi dan hak dasar setiap manusia diakui secara universal, menjadi landasan hukum internasional dan dituangkan dalam DUHAM (Deklarasi Umum Hak-hak Asasi Manusia) Pasal 25 ayat (1), yang berbunyi “ Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan standar hidup yang layak atas kesehatan dan kehidupan serta keluarganya, termasuk makanan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang dibutuhkan, dan hak untuk diperlakukan sama” Kesepakatan universal telah mengelompokkan rumah sebagai bagian dari hak dasar bersama dengan layanan kesehatan dan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya, termasuk kebutuhan dasar pangan, sandang, perumahan, layanan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan sosial lainnya terutama ketika mengalami pemutusan hubungan kerja, sakit, cacat, menjanda, masa tua dan atau kondisi ketidakberdayaan di luar kendali dirinya. Deklarasi hak dasar ini telah diratifikasi oleh 108 negara termasuk Indonesia, dan membawa konsekwensi kepada negara negara tersebut untuk mengambil langkahlangkah yang diperlukan dalam rangka merealisasikan hak tersebut. Deklarasi ini selanjutnya diperkuat oleh Deklarasi PBB tentang pembangunan dan kemajuan sosial tahun 1969, deklarasi permukiman Vancouver tahun 1976 dan deklarasi PBB di Istanbul tahun 1996. Indonesia telah menetapkan dalam pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Dasar RI Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
tahun 1945, bahwa setiap orang memiliki hak hidup sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Oleh karenanya, rumah sebagai wadah tempat tinggal perseorangan ataupun dalam entitas sosial baik dalam bentuk keluarga atau lainnya merupakan hak setiap orang. Secara fungsional rumah dijadikan sebagai wadah untuk berlindung dari tantangan alam dan ancaman binatang, sekaligus wadah interaksi sosial keluarga dan pada kasus tertentu mewadahi aktivitas ekonomi penghuninya. Hak perumahan secara nasional didefinisikan sebagai hak bagi setiap orang untuk mendapatkan akses menghuni rumah yang layak dalam suatu komunitas yang aman dan bermartabat secara berkelanjutan. Lebih jauh kelayakan didefinisikan sebagai kelengkapan rumah dengan jaminan keamanan dan hukum, jaminan perolehan prasarana, sarana dan utilitas dasar, akses pada pembiayaan, dan atau hal lain untuk memenuhi martabatnya sebagai manusia. Menghuni rumah yang layak berarti pengakuan status legal kependudukan yang membuka identitas sosial, akses pada program peningkatan kesejahteraan serta peluang usaha yang membutuhkan kredibilitas hunian. Apabila dilihat secara makro, dalam pembangunan khususnya pembangunan perumahan dan permukiman, seharusnya dilakukan sinkronisasi antara dua sistem, yaitu perkotaan dan pedesaan. Hal ini harus diupayakan guna menghindari terjadinya over load (kelebihan beban) pada lingkungan perumahan dalam wilayah perkotaan yang dapat menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi wilayah perkotaan maupun wilayah di belakangnya (hinterland), yang biasanya adalah wilayah pedesaan. Oleh karena itu perencanaan pembangunan sebuah perumahan memegang peranan yang sangat penting dalam mengendalikan laju pembangunan agar berdampak Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
positif dan berkesinambungan. Perencanaan itu harus dimulai dari perencanaan rumahrumah hingga perencanaan lingkungan permukiman, ruang perkotaan, dan skema wilayahnya. Pembangunan di bidang yang berhubungan dengan tempat tinggal beserta sarana dan prasarananya memang perlu mendapatkan prioritas mengingat tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Sudah selayaknya apabila untuk pembangunan perumahan dan permukiman itu pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan tentang perumahan dan permukiman yang dimaksudkan untuk memberikan arahan (guide line) bagi pembangunan sektor perumahan dan permukiman. Peraturan perundang-undangan itu antara lain tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 24 tahun 1992. Salah satu landasan yang digunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan peran kelembagaan dalam pembangunan perumahan dan permukiman adalah Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman. Undang-Undang itu menyebutkan bahwa perumahan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi sarana dan prasarana lingkungan, sedangkan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan hutan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun kawasan pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Pembangunan perumahan dan permukiman sebagai bagian dari program pembangunan nasional sebetulnya sudah dicanangkan semenjak pemerintahan orde baru dalam Pembangunan Jangka Panjang tahap I, dengan target terpenuhinya kebutuhan akan Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
sarana dan prasarana dasar serta meningkatnya mutu lingkungan perumahan dan permukiman baik di perkotaan maupun di pedesaan. Adapun realisasi dari pembangunan perumahan dan permukiman dalam PJP I itu dilaksanakan melalui berbagai program antara lain program perumahan rakyat, program penyediaan air bersih, dan program penyehatan lingkungan permukiman dan juga dilaksanakan program penunjang yang berupa pengembangan sistem pembiayaan, pengembangan teknologi perumahan dan permukiman yang memberi dukungan operasional dalam rangka pembangunan fisik perumahan dan permukiman, serta pemantapan dan peningkatan kelembagaan maupun penyiapan peraturan perundang-undangannya. Program pengembangan perumahan yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM NAS.) dijadikan acuan daerah baik tingkat satu maupun tingkat dua dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Hal inilah yang mendasari pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara menetapkan program ini menjadi salah satu program pembangunannya, yang pada dasarnya dilatarbelakangi pada keterbatasan masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki rumah tinggal sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya program ini diharapkan masyarakat akan memiliki rumah tinggal sendiri. Pada Kabupaten ini, program Pengembangan Perumahan termasuk kategori Multy Years Program, artinya program ini selalu termasuk ke dalam program kerja tahunan Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Ada dua tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara berkaitan dengan program pengembangan perumahan tersebut, yaitu: pertama, mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah; kedua, meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang produktif secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman yang sehat, harmonis, dan berkelanjutan. Di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat tiga kawasan perumahan yaitu, di Desa Hutabarat Partali Julu dan Parbaju Julu (Kecamatan Tarutung), Desa Silangkitang (Kecamatan Sipoholon), dan di Desa Sitabo-tabo (Kecamatan Siborong-borong). Dari ketiga kawasan perumahan tersebut, belum ada yang selesai tahap pembangunannya. Perumahan di Desa Silangkitang mulai dibangun pada pertengahan tahun 1990-an, akan tetapi belum semua rumah yang sudah dibangun tersebut ditempati. Sedangkan perumahan yang terdapat di Desa Hutabarat masih dalam tahap pembangunan yang dimulai sekitar tahun 2002, dan perumahan yang terdapat di Desa Sitabo-tabo masih dalam tahap perencanaan dan pembangunannya akan dimulai pada bulan Januari 2008. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan perumahan tersebut terletak pada pendanaan sehingga pembangunan perumahan tersebut terkadang dihentikan untuk sementara waktu seperti pada pembangunan perumahan di Desa Hutabarat yang sering kali terhenti sehingga pemerintah terkesan tidak serius dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
dengan
judul
:
“EVALUASI
PELAKSANAAN
PROGRAM
PENGEMBANGAN PERUMAHAN” ( Studi Pada Kantor Dinas Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara). Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
B. Perumusan Masalah Dalam mengadakan pembahasan terhadap permasalahan tertentu maka selalu terdapat masalah yang menyebabkan perlunya diadakan pembahasan, demikian juga halnya dengan pelaksanaan program pengembangan perumahan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan di kabupaten Tapanuli Utara sejak dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2004-2009”. C. Tujuan Penelitian Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk
mengetahui
bagaimana
pelaksanaan
program
pengembangan
perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan c. Untuk mengetahui sudah sejauh mana keberhasilan program pengembangan perumahan di kabupaten Tapanuli Utara
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir dalam menganalisa fenomena-fenomena yang terjadi dalam lingkup
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
pemerintahan daerah melalui penerapan teori-teori yang diperolah selama perkuliahan. b. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/Departemen Ilmu Administrasi Negara, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai bahan kajian dan perbandingan bagi para mahasiswa yang tertarik terhadap masalah evaluasi program pembangunan. E. Kerangka Teori E.1. Evaluasi Pada dasarnya evaluasi merupakan suatu pemeriksaan terhadap pelaksanaan suatu program
yang
telah
dilakukan
yang
akan
digunakan
untuk
meramalkan,
memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan program kedepannya agar jauh lebih baik. Dengan demikian evaluasi lebih bersifat melihat ke depan daripada melihat kesalahan-kesalahan di masa lalu, dan diarahkan pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program. E.1.1. Pengertian Evaluasi Evaluasi merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di depan. Menurut O.Jones (1994:357), evaluasi adalah suatu aktifitas yang dirancang untuk menimbang manfaat program dan semua proses pemerintahan. Ia bervariasi dalam spesifikasi kriteria, teknik pengukuran, metode analisis, dan bentuk rekomendasi. Spesifikasi mengacu pada identifikasi tujuan-tujuan serta criteria yang harus dievaluasi. Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Pengukuran mengacu pada pengumpulan informasi yang relevan dengan tujuan dan analisis adalah penerapan dan penggunaan informasi yang dikumpulkan guna membuat kesimpulan, sedangkan rekomendasi adalah suatu penentuan mengenai apa yang akan dilakukan selanjutnya. Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapain hasil kemajuan, dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan di masa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (outputs), hasil (outcomes), dan dampak (impacts) dari pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu, dalam perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan penyusunan indicator kinerja pelaksanaan rencana yang sekurang-kurangnya meliputi;(i) indikator masukan, (ii) indikator keluaran, dan (iii) indikator hasil (dalam Penjelasan PP No.39 tahun 2006, pasal 12). Selain definisi di atas, ada sepuluh pertanyaan yang harus dijawab untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan evaluasi (Robert O. Brinkerhoff, dalam Farida Yusuf Tayibnapis, 2000, 3), yaitu: 1. Apa arti evaluasi ? Banyak definisi evaluasi dapat diperoleh dari buku-buku yang ditulis oleh ahlinya, antara lain definisi yang ditulis oleh Ralph Tyler, yaitu evaluasi adalah proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pembangunan perumahan dapat dicapai (Tyler, 1950:63). Menyediakan informasi untuk pembuat keputusan, dikemukakan oleh Cronbach (1963), Stufflebeam (1971), juga Alkin (1969). Malcolm, Provus, pencetus
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Diseperancy Evaluation (1971), mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Kelompok Konsorsium Evaluasi Standford menolak definisi evaluasi yang menghakimi (judgemental definition of evaluation) karena menurut mereka bukanlah tugas evaluator menentukan apakah suatu program berguna atau tidak. Evaluator tidak dapat bertindak sebagai wasit terhadap orang lain. Maka definisi yang tidak menghakimi (non judgemental definition of evaluation) tampaknya lebih dapat diterima. 2. Untuk apa evaluasi ? Scriven (1967) orang pertama yang membedakan antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi yang utama . Kemudian Stufflebeam membedakan evaluasi atas Proactive Evaluation untuk melayani pemegang saham, dan Retroactive Evaluation untuk keperluan pertanggungjawaban. Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi formatif, evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan (program, orang, produk, dan sebagainya). Fungsi sumatif, evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, menambah motivasi dan dukungan dari mereka yang terlibat. 3. Apakah objek evaluasi ? Hampir semua unit training dapat dijadikan objek suatu evaluasi. Programprogram pembangunan yang telah dirancang oleh pemerintah dapat dijadikan objek evaluasi terhadap kinerja pemerintah. Penting sekali menentukan dan mengetahui apa yang akan dievaluasi. Hal ini akan menolong menentukan apa informasi yang Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
dikumpulkan dan bagaimana menganalisanya. Hal ini akan membantu pemfokusan evaluasi. Rumusan tujuan yang jelas akan menghindari salah tafsir dan kesalahpahaman 4. Aspek dan dimensi objek apa yang akan dievaluasi ? Setelah memilih objek evaluasi, maka harus ditentukan aspek-aspek apa saja dari objek tersebut yang akan dievaluasi. Masa lalu evaluasi berfokus pada kebanyakan atas hasil yang dicapai. Akan tetapi pada saat ini usaha evaluasi ditujukan untuk memperluas dan memperbanyak variabel evaluasi dalm bermacam-macam model evaluasi (Stake, 1967: Stufflebeam, 1959,1974; Alkin, 1969; Provus, 1971) 5. Kriteria apa yang dipakai untuk menilai suatu objek ? Memilih kriteria yang akan dipakai untuk menilai objek evaluasi merupakan tugas yang paling sulit dalam evaluasi. Apabila yang dievaluasi hanya pencapai tujuan maka ini merrupakan pekerjaan yang mudah, namun ini baru sebagian daripada kriteria evaluasi. Pencapaian tujuan-tujuan yang penting memang merupakan salah satu kriteria yang penting. Kriteria yang lainnya yaitu identifikasi kebutuhan dari klien yang potensial, nilai-nilai sosial, mutu dan efisiensi dibandingkan dengan objek-objek alternatif lainnya. Tampaknya ada persetujuan di antara ahli evaluasi bahwa kriteria yang dipakai untuk menilai suatu objek tertentu hendaknya ditentukan dalam konteks objek tertentu dan fungsi evaluasinya. Jadi hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria penilaian suatu objek adalah: a. Kebutuhan ideal dan nilai-nilai b. Penggunaan yang optimal dari sumber-sumber dan kesempatan c. Ketepatan efektivitas training d. Pencapaian tujuan yang telah dirumuskan dan tujuan penting lainnya Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
6. Siapa yang harus dilayani oleh evaluasi ? Supaya evaluasi betul-betul bermanfaat, maka evaluasi itu harus berguna untuk klien atau audiensi khusus. Kebanyakan literatur evaluasi tidak menyarankan audiensi khusus. Namun ada tiga hal yang diusulkan penulis sehubungan dengan tulisan ini, yaitu: a. Evaluasi dapat mempunyai lebih dari satu audiensi b. Masing-masing audiensi mempunyai kebutuhan yang berbeda c. Audiensi khusus kebutuhannya harus dirumuskan dengan jelas pada waktu memulai rencana evaluasi 7. Apa langkah-langkah dan prosedur yang dilakukan dalam evaluasi Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang dianut. Namun evaluasi harus memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan dengan fungsi evaluasi, yaitu: a. Memfokuskan evaluasi b. Mendesain evaluasi c. Mengumpulkan informasi d. Menganalisa informasi e. Melaporkan hasil evaluasi f. Mengelola evaluasi g. Mengevaluasi evaluasi 8. Metode apa yang digunakan dalam evaluasi ? Kiranya pendekatan electic (memilih berbagai metode dari beberapa pilihan sesuai dengan kebutuhan) merupakan cara yang terbaik. Yang dipilih hendaknya sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Provus (1971) dan Stufflebeam (1971) Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
memperkenalkan beberapa variasi metode evaluasi, disamping disain eksperimen dan kuasa eksperimen yang tradisional (Campbell & Stanley,1981; Patton, 1980), dengan metode Naturalistic (Gubu & Lincoln, 1981; Patton,1980), Jury trial (Wolf,1975) dengan analisa sistem, dan yang lainnya merupakan metode yang sudah lazim dipakai dalm evaluasi program. 9. Siapa yang akan melakukan evaluasi ? Untuk menjadi kelompok professional evaluator dituntut mempunyai ciri-ciri tertentu yang mempunyai latihan yang memadai. Untuk menjadi seorang evaluator yang kompeten dan dapat diandalkan ia harus mempunyai berbagai ciri, antara lain: mengetahui dan mengerti teknik pengukuran dan metode penelitian, mengerti tentang kondisi sosial, dan hakikat objek evaluasi, mempunyai kemampuan human relation, jujur dan bertanggungjawab. Karena sulit mencari orang yang mempuyai begitu banyak kemampuan, maka sering dilakukan oleh satu kelompok. 10. Apa standar untuk menilai evaluasi ? Akhir-akhir ini telah dicoba pengembangan standar untuk kegiatan evaluasi. Standar yang paling komprehensif dan dikembangkan oleh Committee on Standart Educational Evaluation Committee (1981) dengan ketuanya Daniel Stufflebeam, yaitu: a. Utility (bermanfaat dan praktis) b. Accuracy (secara teknik tepat) c. Feasibility (realistik yang teliti) d. Prosperity (dilakukan dengan tegar dan etik)
E.1.2. Jenis-jenis Evaluasi Secara umum, evaluasi dibagi menjadi atas tiga jenis yaitu : Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
1. Evaluasi pada tahap perencanan Kata “ evaluasi” sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam rangka mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternative dan kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk itu diperlukan berbagai teknik yang dapat dipakai oleh perencana. Satu hal yang patut dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah bahwa metode-metode yang ditempuh dalam pemilihan prioritas tidak selalu sama untuk setiap keadaan, melainkan berbeda menurut hakekat dari permasalahannya sendiri. 2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan Pada tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan melakukan analisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana. Terdapat perbedaan antara evaluasi menurut pengertian ini dengan monitoring/ pengendalian. Monitoring menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai sudah tepat dan bahwa proyek tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Monitoring melihat apakah pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana dan bahwa rencana tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan. Sedangkan evaluasi melihat sejauh mana proyek masih tetap dapat mencapai tujuannya, apakah tujuan tersebut sudah berubah.,apakah pencapaian hasil proyek tersebut akan memecahkan masalah pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi juga mempertimbangkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan proyek tersebut, baik membantu atau menghambat. 3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan Disini pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian pada tahap pelaksanaan, hanya perbedaannya yang dinilai dan dianalisa bukan lagi tingkat kemajuan Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
pelaksanaan dibanding rencana, tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dari ketiga jenis evaluasi di atas, penelitian ini merupakan evaluasi pada tahap pelaksanaan program pengembangan perumahan yang telah ditunagkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara, dimana penelitian ini nantinya akan menilai sejauh mana pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara. Di samping itu, penelitian ini merupakan evaluasi implementasi kebijakan yang telah dituangkan ke dalam program-program pembangunan. Maksudnya bahwa penelitian ini nantinya berusaha untuk mengetahui apakah kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan apakah telah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dilakukan untuk
memperoleh umpan
balik
agar dapat
dikenali secara dini
peyimpanganpenyimpangan pelaksanaan dari rencana pembangunan, dan kemudian dapat dirumuskan langkah-langkah perbaikan yang tepat sasaran dan tepat waktu. Evaluasi dilakukan dengan merujuk pada lintasan sebab akibat, melalui penetapan indikator kinerja. Di dalam ilmu evaluasi program, ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Meskipun antara satu dengan yang lainnya berbeda, namun maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berhubungan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut program.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi beberapa model (dalam Subarsono, 2005, 189) yaitu : 1.Goal Oriented Evaluation Model Merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditentukan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan, terus-menerus mencek sejauh mana tujuan tersebut sudah terlaksana di dalam proses pelaksanaan program. 2. Goal Free Evaluation Model Model ini dapat dikatakan berbeda dengan Goal Oriented Evaluation Model karena dalam melakukan evaluasi, evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program akan tetapi bagaimana kerjanya program dengan jalan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal yang positif (yaitu hal yang diharapkan) maupun hal-hal yang negatif (yang sebetulnya tidak diharapkan). Alasan mengapa tujuan program tidak perlu diperhatikan karena ada kemungkinan evaluator terlalu rinci mengamati tiap-tiap tujuan khusus. Jika masing-masing tujuan khusus
tercapai,
memperhatikan
artinya sejauh
terpenuhi
mana
dalam
masing-masing
penampilan, penampilan
tetapi
evaluator
tersebut
lupa
mendukung
penampillan akhir yang diharapkan oleh tujuan umum, maka akibatnya jumlah penampilan khusus itu tidak banyak manfaatnya. 3. Formatif-Sumatif Evaluation Model Model ini menunjuk pada adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (evaluasi sumatif ). Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui sejauh mana program yang dirancang dapat berlangsung sekaligus mengidentifikasi hambatan. Dengan mengetahui hambatan-hambatan, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapain tujuan. Sedangkan evaluasi sumatif bertujuan untuk mengatur ketercapaian program. Fungsi evaluasi sumatif dalam evaluasi program dimaksudkan sebagai sarana untuk mengetahui posisi/kedudukan individu di dalam kelompoknya. Menurut Finance (1994:4 dalam Hanif Nurcholis;2007,276) ada empat tipe evaluasi yaitu: 1. Evaluasi kecocokan, yaitu menilai apakah kebijakan yang ditetapkan memang cocok untuk dipertahankan, perlukah diganti dengan kebijakan lain, dan apakah kebijakan ini cocok dilakukan oleh pemerintah daerah dan bukan oleh swasta 2. Evaluasi efektifitas, yaitu melakukan penilaian apakah kebijakan yang dilaksanakan tersebut telah menghasilkan hasil dan dampak sesuai dengan tujuan yang diharapkan 3. Evaluasi efisiensi, yaitu melakukan penilaian berdasarkan tolok ukur ekonomis yaitu seberapa jauh tingkat manfaat dibandingkan dengan biaya dan sumber daya yang dikeluarkan. Dengan kata lain apakah input yang digunakan sebanding dengan output yang diharapkan, dan apakah cukup efisien penggunaan keuangan publik dalam mencapai dampak kebijakan. 4. Evaluasi meta, yaitu melakukan penilaian terhadap proses evaluasi itu sendiri. Apakah evaluasi yang dilakukan oleh pihak yang berwenang sudah professional ? Apakah evaluasi yang dilakukan tersebut sensitif terhadap kondisi sosial, kultural dan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
lingkungan ? Apakah evaluasi tersebut menghasilkan laporan yang mempengaruhi pilihan-pilihan manajerial. Sedangkan dalam P.P. No.39 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, evaluasi dibedakan atas tiga jenis, yaitu: 1. Evaluasi pada tahap perencanaan (ex-ante), yaitu evaluasi dilaksanakan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan dengan tujuan untuk memilih dan menentukan skala prioritas dari berbagai alternatif dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. 2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan (on-going), yaitu evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan rencana pembangunan untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. 3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan (ex-post), yaitu evaluasi yang dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, yang diarahkan untuk melihat apakah pencapaian
(keluaran/hasil/dampak)
program
mampu
mengatasi
masalah
pembangunan yang ingin dipecahkan. Evaluasi ini digunakan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program. E.1.3. Proses Evaluasi Proses evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika internal berjalannya suatu program. Mereka menfokuskan pada jenis-jenis pertanyaan sebagai berikut : Faktor apa yang hadir bersamaan yang membuat seperti apa program itu ? Apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan program itu ? Bagaimana klien dibawa ke
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
dalam program dan bagaimana mereka bergerak melalui program sekaligus mereka sebagai peserta ? Interaksi seperti apa yang trejadi pada staf dan klien ? Proses evaluasi kebanyakan memerlukan deskripsi rinci tentang berjalannya suatu program. Setiap deskripsi biasa jadi berdasarkan pada observasi atau wawancara dengan staf, klien, dan petugas administrasi program. Banyak proses evaluasi terpusat pada bagaimana program itu dirasakan oleh peserta dan oleh staf. Berupaya membangkitkan penggambaran secara tepat dan rinci jalannya suatu program terutama membiarkan diri menggunakan metode kualitatif. “Proses” sebagai fokus dalam evaluasi berimplikasi pada bagaimana dalam melihat bagaimana hasil atau keluaran itu dihasilkan daripada hanya melihat hasilnya semata; itulah , suatu analisis proses dengan mana suatu program membuahkan hasil. Proses evaluasi itu berkembang, deskriptif, berkesinambungan, luwes, dan induktif. Evaluator proses mengedepankan pemahaman dan mendokumentasikan realitas dari hari ke hari suatu program selama pengkajian. Evaluator mencoba mengurai apa yang sesungguhnya terjadi pada suatu program dalam suatu pencarian pola utama dan nuansa penting yang memberi karakter program. Proses evaluasi mensyaratkan adanya kepekaan baik
kualitatif
maupun
kuantitatif
yang
berubah
dalam
program
selama
perkembangannya; artinya menjadi sangat akrab dengan hal rinci suatu program. Proses evaluasi memandang tidak hanya aktifitas formal dan hasil yang diharapkan, tetapi juga menyelidiki pola-pola tidak formal dan akibat yang tidak diharapkan dalam konteks yang penuh dari implementasi program dan perkembangannya. Akhirnya, proses evaluasi biasanya memasukkan persepsi orang yang dekat dengan program mengenai bagaimana
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
semuanya berjalan. Variasi perspektif bisa dilihat dari orang, dalam hubungannya yang tidak sama dengan program – dari dalam dan dari luar sumber. Proses evaluasi mengijinkan pengambil keputusan dan pengguna informasi memahami dinamika berjalannya suatu program. Setiap pemahaman memungkinkan orang memutuskan tentang luasan program yang berjalan seperti seharusnya dijalankan. Proses evaluasi pada umumnya berguna untuk menyatakan cakupan yang disitu program dapat dikembangkan, seperti halnya menyoroti kekuatan program yang harus dipelihara. Proses evaluasi juga berguna dalam memungkinkam masyarakat untuk tidak terlibat secara dekat dalam program– sebagai contoh pemberi dana dari luar, pegawai pemerintah, dan agensi dari luar– untuk memahami bagaimana program berjalan. Ini memungkinkan orang luar untuk membuat keputusan yang lebih cerdas tentang tanggungjawab mereka sendiri mengenai suatu program. Akhirnya, proses evaluasi pada umumnya berguna untuk menyebarluaskan gagasan dan meniru program dibawah suatu kondisi dimana program itu telah dilakukan sebagai proyek percontohan atau dipertimbangkan sebagai model yang berguna untuk ditiru di tempat lain. E.1.4. Pendekatan Dalam Evaluasi Pengetahuan tentang evaluasi akan mempengaruhi jawaban tentang evaluasi. Kualifikasi ini penting karena tidak ada satu definisi pun yang paling tepat untuk menyatakan evaluasi jika tidak ada prosedur yang paling tepat untuk melakukan evaluasi. Ada beberapa konsep tentang evaluasi dan bagaimana melakukannya, yang dinamakan pendekatan evaluasi. Istilah pendekatan evaluasi ini diartikan sebagai beberapa pendapat tentang apa tugas evaluasi dan bagaimana dilakukan, dengan kata lain tujuan dan prosedur evaluasi. Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Michael Schriven mengemukakan beberapa pendekatan dalam evaluasi (dalam Farida Yusuf Tayibnapis, 2000, 64) , yaitu: a. Pendekatan experimental Yang dimaksud dengan pendekatan experimental yaitu evaluasi yang berorientasi pada penggunaan eksperimental science dalam program evaluasi. Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik. Tujuan evaluator yaitu untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu yang mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program. Evaluator berusaha menggunakan metode saintifik sebanyak mungkin. b. Pendekatan yang berfokus kepada keputusan Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya. Sesuai dengan pandangan ini, informasi akan amat berguna apabila dapat membantu para pengelola program membuat keputusan. Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan untuk keputusan program. c. Pendekatan yang responsif Dalam pendekatan ini, evaluasi berarti mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandang semua orang yang terlibat, yang berminat, dan yang berkepentingan dengan evaluasi. Evaluator tidak percaya ada satu jawaban untuk suatu evaluasi program yang dapat ditemukan dengan tes, kuesioner, atau analisa statistik. Tapi setiap orang yang dipengaruhi oleh program merasakannya secara unik, dan evaluator mencoba menolong menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan melukiskan atau Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
menguraikan pertanyaan melalui pandangan orang-orang tersebut. Tujuan evaluator adalah berusaha mengerti urusan program melalui berbagai sudut pandang yang berbeda. d. Pendekatan Evaluasi bebas dari tujuan Evaluasi
program
secara
tradisional
artinya
mengukur
pencapaian
suatu
tujuan,berdasarkan perangkat yang dibuat sebelumnya secara hati-hati dari tujuan yang dapat diukur. Evaluasi bebas dari tujuan artinya mengumpulkan data secara langsung tentang pengaruh dan efektifitas program tanpa dibatasi oleh focus sempit yang dinyatakan sebagai tujuan. Pada umumnya, evaluasi bebaas dari tujuan mesyaratkan evaluator menduga penilaian tentang apakah program itu mencoba melakukan sesuatu dan malah menfokuskan pada temuan apa yang sebenarnya terjadi dalam program dan sebagai akibat dari program. Evaluator selanjutnya dapat menjadi terbuka apakah data muncul dari fenomena suatu program. E.2.Pengembangan Perumahan E.2.1.Pengertian Perumahan Dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, perumahan diartikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana. Secara fisik perumahan merupakan sebuah lingkungan yang terdiri dari kumpulan unit-unit rumah tinggal dimana dimungkinkan terjadinya interaksi sosial diantara penghuninya, serta dilengkapi prasarana sosial, ekonomi, budaya, dan pelayanan yang
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
merupakan subsistem dari kota secara keseluruhan. Lingkungan ini biasanya mempunyai aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan serta sistem nilai yang berlaku bagi warganya. Pengertian perumahan sering dikaitkan dengan pembangunan sejumlah rumah oleh berbagai instansi baik pemerintah atau swasta dengan disain unit-unit rumah yang sama atau hampir sama. Jumlah rumah dan kelompok perumahan ini tidak tertentu, dapat terdiri dari dua atau tiga rumah atau dapat juga sampai ratusan rumah. Bentuknya pun tidak terbatas hanya pada bangunan satu lantai saja, yang berderet secara horizontal, melainkan dapat juga merupakan bangunan bertingkat yaitu merupakan rumah susun. E.2.2. Aspek-aspek Perencanaan Perumahan Untuk membuat sebuah perencanaan perumahan yang betul-betul dapat menjawab tuntutan pembangunan perumahan dan permukiman maka perlu dipertimbangkan secara matang aspek-aspek perencanaannya. Dengan memperhatikan aspek-aspek perencanaan sepanjang pembangunannya, diharapkan baik arah maupun laju pembangunan perumahan akan dapat mencapai suatu kondisi dimana jumlah dan kualitasnya sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Adapun aspek-aspek yang mendasari perencanaan pembangunan perumahan tersebut antara lain : 1.Lingkungan Hal utama yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan perumahan adalah manajemen lingkungan yang baik dan terarah. Karena lingkungan perumahan merupakan aspek yang sangat menentukan dan keberadaannya tidak dapat diabaikan. Hal tersebut dapat terjadi karena baik buruknya kondisi lingkungan akan berdampak terhadap penghuni perumahan.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Pertimbangan terhadap faktor-faktor lingkungan dalam perencanaan lingkungan perumahan mutlak diperlukan karena pada hakekatnya proses terbentuknya lingkungan perumahan merupakan akumulasi dari unit-unit rumah sebagai pembentuk perumahan tersebut. Oleh karena itu dalam perencanaan perumahan diperlukan juga perencanaan terhadap lingkungan perumahan tersebut, terkait secara mikro (perencanaan secara detail terhadap unit-unit rumah) serta makro (perencanaan dan pencermatan terhadap lingkungan dimana perumahan tersebut berada). 2. Daya Beli (Affortability) Perencanaan bangunan diharapkan dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan yang telah dicanangkan sesusi dengan programnya. Didalam perencanaan perumahan selalu dipikirkan kesesuaian antara ukuran bangunan, kebutuhan ruang, konstruksi bangunan, ataupun bahan bangunan yang digunakan dengan jangkauan pelayanannya. Hal itu perlu diantisipasi karena kemampuan rata-rata (kemampuan daya beli) masyarakat pada wilayah yang satu dengan yang lain tidak sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat antar lain : a. Pendapatan per kapita sebagian besar masyarakat yang masih rendah (di bawah standar) ; b. Tingkat pendidikan sebagian masyarakat, terutama di daerah pedesaan yang masih relatif rendah ; c. Pembangunan yang belum merata pada berbagai daerah sehingga memicu timbulnya kesenjangan sosial dan ekonomi ;
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
d. Situasi politik dan keamanan yang cenderung tidak stabil sehingga mempengaruhi minat dan daya beli masyarakat untuk berinvestasi dan mengembangkan modal ; e. Inflasi yang tinggi yang menyebabkan naiknya harga bahan bangunan yang berdampak dengan melambungnya harga rumah. 3. Kelembagaan Keberhasilan pembangunan perumahan dalam suatu wilayah, baik di perkotaan maupun di pedesaan, tidak terlepas dari peran pemerintah sebagai pihak yang berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang kondusif bagi terciptanya keberhasilan itu. Masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan memegang peran penting dalam setip program pembangunan yang dijalankan. Apabila dikaji lebih jauh tentang unsur pelaku pembangunan perumahan, maka peran swasta dalam hal ini pengembang (kontraktor) sangatlah
menentukan
terciptanya arah dan laju pembangunan menuju masyarakat yang adil dan sejahtera dengan tercukupinya segala kebutuhan, termasuk kebutuhan perumahan. E.2.3. Program Pembangunan Perumahan dan Permukiman Program yang dijalankan dalam pembangunan perumahan dan permukiman oleh pemerintah, terdiri dari program pokok dan program pendukung (Dinas Kimbangwil Taput, Buku Panduan Penyusunan Program Pengembangan Perumahan, 2004), yaitu: 1. Program Pokok Program pokok merupakan yang dijalankan dalam rangka mewujudkan berbagai sasaran dan melaksanakan berbagai kebijakan dalam GBHN 1993 yang meliputi program
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
penyediaan dan perbaikan perumahan dan permukiman, program penyehatan lingkungan, penyediaan dan pengelolaan air bersih, penataan kota dan penataan ruangan. 1.1. Program Penyediaan Perumahan dan Permukiman Pada prinsipnya program pembangunan perumahan dan permukiman bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan keluarga dan masyarakat serta meningkatkan kemandirian, kesetiakawanan sosial masyarakat. Program ini dibagi menjadi dua kegiatan yaitu pembangunan perumahan dan permukiman di perkotaan, dan pembangunan perumahan dan permukiman di pedesaan. Program pembangunan perumahan dan permukiman di perkotaan meliputi beberapa yaitu : a. Perintisan kawasan permukiman skala dalam bentuk penyediaan kawasan siap bangun (kasiba), lingkungan siap bangun (lisiba) di wilayah kota yang sudah terbangun atau di wilayah pengembangan yang berupa pengembangan kota baru; b. Perintisan pola kerja sama pemerintah dengan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dalam skala besar; c. Penyiapan dan pengadaan rumah susun sewa di perkotaan; d. Penyiapan pengadaan rumah yang meliputi rumah inti, rumah sederhana, dan rumah sangat sederhana; e. Pengembangan dan pemantapan pola pembinaan khusus bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan memanfaatkan dana pemerintah dan dana masyarakat melalui fasilitas hipotek sekunder, kredit pemilikan rumah, kredit perbaikan rumah, kredit pemilikan kapling siap bangun, kredit pemilikan rumah usaha, kredit pembangunan rumah, dan kredit rumah sewa Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Program pembangunan perumahan dan permukiman di pedesaan, meliputi beberapa kegiatan yaitu : a. Pembangunan rumah percontohan dengan pengadaan rumah desa melalui pengembangan swadaya masyarakat dalam bentuk sistem arisan serta sistem perguliran; b. Pengembangan penyuluhan dan pergerakan pasrtisipasi masyarakat dalam kegiatan swadaya; c. Penyediaan sarana dan prasarana pedesaan. 1.2. Program perbaikan perumahan dan permukiman Program perbaikan perumahan dan permukiman dilakukan dengan pendekatan Tribina (bina manusia, bina lingkungan, dan bina usaha), yang juga dilaksanakan oleh berbagai instansi terkait untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kemampuan pengelolaan dan pemaliharaan sarana dan prasarana yang telah dibangun. Program ini terdiri dari beberapa kegiatan yaitu : a. Perbaikan dan peremajaan kawasan perumahan dan permukiman di perkotaan. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan dan kehidupan masyarakat terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah, melalui perbaikan lingkungan dan penyediaan prasarana dasar; b. Pemugaran perumahan dan permukiman di pedesaan. Kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan pembangunan perumahan dan lingkungan secara terpadu yang mencakup perumahan, permukiman, jalan desa, dan listrik. 1.3. Program penyehatan lingkungan permukiman Program ini dilaksanakan dalam beberapa kegiatan, yaitu:
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
a.Pengelolaan air limbah, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungannya; b. Pengelolaan persampahan, yaitu kegiatan yang ditujukan untuk mengendalikan, mengumpulkan, dan membuanng atau memusnahkan limbah padat guna menghasilkan lingkungan yang bersih, sehat, dan aman; c. Penanganan drainase, yaitu suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman, baik terhadap genangan maupun luapan air sungai, serta banjir yang diakibatkan oleh hujan. 1.4. Program penyediaan dan pengelolaan sarana air bersih Program ini terbagi dalam dua kegiatan, yaitu : a. Penyediaan dan pengelolaan air bersih di perkotaan Kegiatan ini meliputi peningkatan pengelolaan air bersih perpipaan melalui upaya penurunan kebocoran pada PDAM, peningkatan dan perluasan prasarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk serta menunjang perkembangan ekonomi kota dan kawasan pertumbuhan melalui sistem perpipaan dan non perpipaan, peningkatan pemanfaatan kapasitas produksi yang sudah terpasang melalui perluasan jaringan distribusi, sambungan rumah, hidran umum, serta peningkatan efisiensi pengelolaan dan pengusahaan PDAM; b. Penyediaan dan pengelolaan air bersih di pedesaan Kegiatan ini direalisasikan dengan cara pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna untuk penyediaan air bersih, peningkatan swadaya masyarakat dalam penyediaan dan pengelolaan air bersih, peningkatan penyuluhan tentang pentingnya
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
penggunaan air bersih bagi kesehatan masyarakat, pengoperasian sarana dan prasarana air bersih di pedesaan. 1.5. Program Penataan Kota Program penataan kota dilaksanakan dalam berbagai kegiatan, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Penyiapan dan penyusunan rencana program jangka menengah (PJM) dalam rangka pelaksanaan pembangunan prasarana kota terpadu yang mengacu pada rencana tata ruang dan rencana pengembangan wilayah; b. Rintisan pengadaan sistem data dan informasi penataan kota yang membantu informasi dalam rangka pengadaan perumahan dan permukiman. Pada prinsipnya program penataan kota bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penyedian, pelayanan prasarana dan sarana perkotaan yang mendorong pemantapan fungsi kawasan-kawasan kota sehingga dapat meningkatkan produktivitas kota dengan tidak mengesampingkan aspek-aspek pemerataan, lingkungan, dan budaya. 1.6. Program Penataan Bangunan Program penataan bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan tata bangunan dan lingkungan yang terkendali sebagai wujud struktural pemanfaatan ruang perkotaan yang tertib dan keselamatan bangunan, serta terpeliharanya bangunan dan lingkungan yang mempunyai nilai, tradisi serta sejarah yang luhur. Program penataan bangunan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu: a. Pengendalian ketertiban dan keselamatan bangunan melalui penyusunan peraturan daerah;
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
b. Perintisan penyusunan pedoman teknis dan prosedur pembangunan serta standar bangunan dan lingkungan; c. Pemasyarakatan dan penyuluhan produk hukum ataupun produk teknis yang telah dibuat. 2. Program Pendukung Program pendukung dalam pembangunan perumahan dan permukiman mutlak diperlukan karena program inilah yang akan mendukung pelaksanaan pembangunan dan permukiman. Program pendukung dalam pembangunan perumahan dan permukiman antara lain berupa Program Penelitian dan Pengenbangan Perumahandan Permukiman serta Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air. 1. Program Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Program penelitian dan pengembangan perumahan dan permukiman bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pendayagunaan kemajuan ilmu pengetahuan terapan, terutama yang sedang berkembang pesat dan diperhitungkan memiliki pengaruh yang besar bagi pembangunan. Disamping itu juga diharapkan akan dikembangkan teknologi tepat guna serta pendayagunaan sepenuhnya bahan baku total yang dilaksanakan oleh pusat-pusat penelitian dan pengembangan permukiman, termasuk perguruan tinggi. 2. Program Penyelamatan Hutan, Tanah, dan Air Program Penyelamatan hutan, tanah, air bertujuan untuk melestarikan fungsi dan kemampuan sumber daya hayati dan non hayati serta lingkungan hidup. Penyediaan dan pengelolaan air bersih dalam pembangunan perumahan dan permukiman merupakan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
suatu hal yang utama sehingga perlu dilakukan pemberdayaan kegiatan pengembangan sistem tata guna serta alokasi air bagi pembangunan. E.2.4. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman Ada 3 (tiga) kebijakan dan strategi nasional perumahan dan permukiman yang dituangkan dalam S.K. Menteri Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP), yaitu: 1. Melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan melibatkan masyarakat (partisipatif) sebagai pelaku utama, melalui strategi: a.
Penyusunan,
pengembangan
dan
sosialisasi
berbagai
produk
peraturan
perundangundangan dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman. b. Pemantapan kelembagaan perumahan dan permukiman yang handal dan responsif. c. Pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung dan lingkungan. 2. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh
lapisan
masyarakat, melalui strategi: a. Pengembangan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan (primer dan sekunder), meliputi (a) Peningkatan kualitas pasar primer melalui penyederhanaan perijinan, sertifikasi hak atas tanah, standarisasi penilaian kredit, dokumentasi kredit, dan pengkajian ulang peraturan terkait; (b) Pelembagaan pasar sekunder melalui SMF (Secondary Mortgage Facilities), biro kedit, asuransi kredit, lembaga pelayanan dokumentasi kredit; dan lembaga sita jaminan. b. Pengembangan pembangunan perumahan yang bertumpu keswadayaan masyarakat, meliputi (a) Pelembagaan pembangunan perumahan bertumpu pada kelompok masyarakat (P2BPK); (b) Pengembangan dan pendayagunaan potensi keswadayaan Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
masyarakat; (c) Pemberdayaan para pelaku kunci perumahan swadaya; serta (d) Pengembangan akses pembiayaan perumahan swadaya. c. Pengembangan berbagai jenis dan mekanisme subsidi perumahan, dapat berbentuk subsidi pembiayaan; subsidi prasarana dan sarana dasar lingkungan perumahan dan permukiman; ataupun kombinasi kedua subsidi tersebut. d.
Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin, meliputi (a) Pemberdayaan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan usaha dan hidup produktif; (b) Penyediaan kemudahan akses kepada sumber daya serta prasarana dan sarana usaha bagi keluarga miskin, serta (c) Pelatihan teknologi tepat guna, pengembangan kewirausahaan, serta keterampilan lainnya.
e. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak bencana alam dan kerusuhan sosial, meliputi (a) Penanganan tanggap darurat; (b) Rekonstruksi dan rehabilitasi bangunan, prasarana dan sarana dasar perumahan dan permukiman; serta (c) Pemukiman kembali pengungsi. Penanganan tanggap darurat merupakan upaya yang harus dilakukan dalam rangka penanganan pengungsi, penyelamatan korban dampak bencana alam atau kerusuhan sosial, sebelum proses lebih lanjut seperti pemulangan, pemberdayaan, dan pengalihan (relokasi). f.
Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, melalui pembinaan teknis penyelenggaraan dan pengelolaan aset bangunan gedung dan rumah negara.
3. Mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan guna mendukung pengembangan jatidiri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat, melalui strategi:
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
a. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman, dengan prioritas kawasan permukiman kumuh di perkotaan dan pesisir, meliputi (a) Penataan dan rehabilitasi kawasan permukiman kumuh; (b) Perbaikan prasarana dan sarana dasar permukiman; serta (c) Pengembangan rumah sewa, termasuk rumah susun sederhana sewa (rusunawa). b.
Pengembangan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, meliputi (a) Pengembangan kawasan siap bangun (Kasiba) dan lingkungan siap bangun (Lisiba); dan (b) Pengembangan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri, yang berdasarkan RTRW Kabupaten atau Kota, dan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) yang telah ditetapkan melalui peraturan daerah. Kasiba dan Lisiba tersebut dimaksudkan untuk mengembangkan kawasan permukiman skala besar secara terencana dan terpadu dalam manajemen kawasan yang efektif. Dalam pengembangan Kasiba dan Lisiba serta kaitannya dengan pengelolaan tata guna tanah, juga perlu dipertimbangkan pengembangan Bank Tanah untuk lebih mengendalikan harga tanah.
c.
Penerapan tata lingkungan permukiman, meliputi (a) Pelembagaan RP4D, yang merupakan pedoman perencanaan, pemrograman, pembangunan dan pengendalian pembangunan jangka menengah dan panjang secara sinergi melibatkan kemitraan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat; (b) Pelestarian bangunan bersejarah dan lingkungan permukiman tradisional; (c) Revitalisasi lingkungan permukiman strategis; serta (d) Pengembangan penataan dan pemantapan standar pelayanan minimal lingkungan permukiman untuk mencegah perubahan fungsi lahan, menghindari upaya penggusuran,
mengembangkan pola
hunian berimbang,
menganalisis dampak lingkungan melalui Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
(AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), serta Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) secara konsisten.
E. 3. Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan Perubahan kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang sangat fundamental menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif dan mengarah kepada
perwujudan
transparansi,
demokratisasi,
desentralisasi,
dan
partisipasi
masyarakat, yang pada akhirnya dapat menjamin pemanfaatan dan pengalokasian sumber dana pembangunan yang semakin terbatas menjadi lebih efisien dan efektif serta berkelanjutan. Salah satu upaya untuk merespon tuntutan tersebut, pemerintah telah mengundangkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN),
yang
didalamnya diatur sistem perencanaan
pembangunan yang baru yang terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) penyusunan rencana; (2) penetapan rencana; (3) pengendalian pelaksanaan rencana; (4) evaluasi pelaksanaan rencana. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana merupakan bagian-bagian dari fungsi manajemen yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Program-program pembangunan khususnya program pengembangan perumahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada saat ini memerlukan suatu pengevaluasian untuk mengetahui sudah sampai sejauh mana pelaksanaannya karena hal ini berkaitan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
dengan aspek transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan ini dilakukan untuk menilai pencapaian pelaksanaan program tersebut, efektifitas, efisiensi, manfaat, dampak, dan keberlanjutan dari program tersebut. Pengevaluasian ini juga menggunakan indikator-indikator yang digunakan dalam penyusunan program pengembangan perumahan ini yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tapanuli Utara. Dan apakah program ini telah sesuai dengan apa yang menjadi tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu terpenuhinya kebutuhan akan rumah yang sehat, aman, serasi dengan lingkungan, terjangkau masyarakat terutama yang berpenghasilan menengah dan rendah dan juga meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan komunitas lembaga yang ada dalam rangka peningkatan kualitas sosial kemaasyarakatan. F. Definisi Konsep Menurut Masri Singarimbun (1989;17), konsep merupakan unsur penelitian yang paling penting dan merupakan definisi yang akan dipakai untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial. Berdasarkan uraian di atas, konsep penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Evaluasi, merupakan proses penilaian untuk menentukan sampai sejauh mana tujuan suatu program dapat tercapai. 2. Pelaksanaan Program, merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu pejabat atau kelompok baik pemerintah atau swasta untuk melaksanakan aktifitas yang telah dirancang untuk mencapai sasaran kebijaksanaan secara keseluruhan. Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
3. Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan, merupakan penilaian yang dilakukan terhadap pelaksanaan program pengembangan perumahan sejak dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara. G. Definisi Opoerasional Evaluasi pelaksanaan program pengembangan perumahan diukur dengan indikator : 1. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan a. Kemampuan organisasi melaksanakan program, meliputi : - Kemampuan sumber daya manusia - Kemampuan mengatur dan menggunakan sumber dana - Kemampuan mengatur dan menggunakan sumber daya manusia b. Memasyarakatkan program, meliputi : - Adanya koordinasi antar instansi yang terkait - Dukungan dari masyarakat 2. Program Pengembangan Perumahan Tersedianya komponen penyelenggara program, yaitu : - Pelaksana program - Penilaian Masyarakat - Sarana dan prasarana yang digunakan - Peraturan dan ketentuan yang mendukung program pengembangan perumahan 3. Keberhasilan pelaksanaan,dengan indikator : - Target dan realisasi pelaksanaan program pengembangan perumahan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
H. Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini terdiri atas Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep, Definisi Operasional, dan Sistematika Penulisan.
BAB II
: METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpilan Data, dan Teknik Analisa Data.
BAB III
: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini merupakan gambaran umum tentang penelitian ini, sehingga didalamnya akan dijelaskan mengenai: Gambaran umum tentang kantor Dinas Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, sejarah berdirinya, struktur organisasi, dan tata kerjanya.
BAB IV
: PENYAJIAN DATA Bab ini berisikan tentang data-data yang diperoleh dari hasil penelitian
BAB V
: ANALISA DATA Bab ini berisikan interpretasi dari data-data yang diperoleh sehingga menjawab permasalahan yang dirumuskan
BAB VI
: PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dan saran
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan analisa kualitatif. Menurut Hadari Nawawi (1990;64), metode deskriptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian ata masalah yang bersifat actual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, dan mencoba menganalisa untuk memberi kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2004:90). Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pegawai di Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yang berjumlah 50 orang. 2. Sampel Menurut Sugiyono (2004:91), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sedangkan menurut Arikunto (2004:109) Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik penentuan sampel yang digunakan yaitu Proposive Sampling. Menurut Arikunto Proposive Sampling diambil berdasarkan tujuan penelitian. Berdasarkan kutipan di dalam penelitian ini adalah responden yang dianggap mengetahui secara mendalam tentang permasalahan penelitian. Dimana cara pengambilan sampel bukan atas strata, pedoman atau wilayah, tetapi berdasarkan atas adanya tujuan tertentu dan memakai informan kunci. Adapun yang menjadi informan kunci disini adalah Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, Kabid Perumahan dan Permukiman. Dan untuk menambah perbendaharaan data, penulis mengambil sampel dari masyarakat dengan menggunakan teknik sampling insedental, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yakni siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti yang dapat digunakan sebagai sampel. D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan data yang diperlukan, penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Primer Yaitu perolehan data melalui kegiatan penulis langsung untuk mendapatkan data yang lengkap yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan dengan cara: a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan menanyakan langsung kepada responden tentang permasalahn yang berhubungan dengan penelitian ini. b. Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian. Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
2. Pengumpulan Data Sekunder Yaitu cara pengumpulan data melalui studi kepustakaan, dokumentasi, dan bahan lain yang relevan dengan objek penelitian.
E. Teknik Analisa Data Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif, yaitu analisa data terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi. Jadi teknik analisa data dilakukan dengan penyajian data yang terdapat melalui keterangan yang diperoleh dari responden, selanjutnya diinterpretasikan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. PROFIL DINAS PERMUKIMAN dan PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI UTARA 1. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara No.03 tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara adalah instansi yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati Tapanuli Utara. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dipimpin oleh seorang Kepala Dinas (Eselon IIb). Kepala Dinas ini dibantu oleh 4 (Empat) orang pejabat struktural, yaitu: Bagian Tata Usaha, yang membawahi 2 sub bagian, yaitu : 1. Sub Bagian Umum Kepegawaian; 2. Sub Bagian Keuangan Bagian program, Yang membawahi 2 Seksi, yaitu : 1. Seksi Perencanaan Teknis Konstruksi dan Arsitektur; 2. Seksi Pendataan, Evaluasi dan Pelaporan Bagian Perumahan Permukiman, yang membawahi 2 Seksi yaitu: 1. Seksi Sarana Pemugaran dan Permukiman 2. Seksi Perumahan dan Permukiman Bagian Penertiban dan Registrasi, yang membawahi 2 Seksi yaitu: 1. Seksi Pengawasan, Perijinan dan Penertiban Bangunan 2. Seksi Inventarisasi dan Registrasi 2. Sumber Daya Manusia Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Jumlah SDM per 31 Desember 2006 untuk memdukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli adalah sebanyak 50 orang yang terdiri dari: Klasifikasi Struktural 1) Pejabat Eselon II
1
orang
2) Pejabat Eselon III
4
orang
3) Pejabat Eselon IV
8
orang
4) Staff PNS
27
orang
5) PTT
5
orang
6) Tenaga Honorer
5
orang
Jumlah
50
orang
22
orang
6
orang
3) SMA Sederajat
20
orang
4) SMP Sederajat
2
orang
50
orang
1) Golongan IV
3
orang
2) Golongan III
31
orang
6
orang
Klasifikasi Pendidikan 1) S1 2) D III
Jumlah Klasifikasi Golongan
3) Golongan II
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
4) PTT
5
orang
5) Tenaga Honorer
5
orang
50
orang
Jumlah 3. Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Keputusan Bupati Tapanuli Utara Nomor 22 Tahun 2004 tentang tugas dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara mengemban tugas membantu Bupati Tapanuli Utara dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah di bidang Permukiman dan Pengembangan Wilayah dengan fungsi sebagai berikut: 1. Melaksanakan pembinaan terhadap bidang kewenangan Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah dan peningkatan sarana dan prasarana permukiman; 2. Merumuskan kebijakan pedoman teknis pembinaan penyuluhan perumahan dan permukiman; 3. Merumuskan kebijakan pedoman teknis perencanaan, kontruksi bangunan perumahan dan permukiman baik milik Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat; 4. Merumuskan kebijakan tata ruang wilayah dan mempersiapkan perencanaan pemanfaatan ruang; 5. Merumuskan kebijakan teknis pengendalian bidang pembangunan perumahan permukiman; 6. Mengkoordinasikan dan mengkonsultasikan penerimaan daerah di bidang permukiman dan pengembangan wilayah yang bersumber dari Pemerintah Pusat, Propinsi, Daerah, dan Pihak Lain;
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
7. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain dalam pembangunan perumahan dan permukiman; 8. Pengelolaan Izin Mendirikan Bangunan (IMB); 9.
Pelaksanaan penanggulangan bencana alam;
10. Pengelolaan administrasi umum meliputi ketatausahaan dinas, kepegawaian, keuangan, peralatan/perlengkapan dan organisasi serta ketatalaksanaan dinas. 4. Perencanaan Strategik Perencanaan stratejik merupakan rencana pembangunan jangka panjang dan rencana pembangunan jangka menengah Dinas Permukiman dan Pengembang Wilayah Kabupaten Tapanuli Utarayang dibuat secara bersama-sama antara pimpinan dan seluruh komponen organisasi. Perencanaan stratejik bersifat adaptif terhadap perubahanperubahan yang berasal dari internal maupun dari lingkungan eksternal organisasi VISI dan MISI Visi merupakan cara pandang jauh ke depan, yang merefleksikan cita-cita, yakni hendak menjadi apa Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara di masa depan, dan sekaligus menentukan arah perjalanan institusi ini. Karena Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara merupakan bagian internal dari pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara, secara logis visinya merupakan turunan dari/dan mendukung visi Kabupaten Tapanuli Utara. Penetapan Visi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara sangat penting sebagai sumber acuan pelaksanaan tugas yang diemban Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
oleh seluruh jajaran pimpinan dan staff dinas. Visi tersebut digali dari keyakinan dasar dan nilai-nilai yang dianut seluruh anggota organisasi, dengan mempertimbangkan factor lingkungan sekitarnya. Adapun visi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara adalah: PERUMAHAN/PERMUKIMAN DAN LINGKUNGAN YANG SEHAT, AMAN, DAN TERATUR Penjelasan dari Visi tersebut di atas adalah sebagai berikut: 1. Perumahan / Permukiman Yang Sehat, Aman, dan Teratur, artinya a) Terciptanya Perumahan/Permukiman yang murah serta layak huni; b) Perumahan/Permukiman yang didukung oleh peraturan-peraturan yang berlaku serta kebijakan daerah; c) Ramah lingkungan. 2. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah yang dimaksud adalah Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Untuk mewujudkan visi Dinas Permukiman dan Pemgembangan Wilaayah Kabupaten Tapauli Utara tersebut, perlu dirumuskan misi yang menggambarkan amanah apa yang harus dituntaskan oleh organisasi/dinas agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan visi yang ditetapkan. Dengan adanya Misi diharapkan seluruh pegawai dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dapat mengenal Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Kabupaten Tapanuli Utara dan mengetahui peran dan program-program serta hasil yang akan diperoleh di masa akan datang. Adapun misi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara yaitu: 1) Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur agar mampu mewujudkan pelayanan prima; 2) Mewujudkan lingkungan perumahan/permukiman sehat, aman, dan teratur; 3) Membessrdayakan dalam masyarakat pembangunan dan pengembangan wilayah melalui penyelenggaraan peraturan, pembinaan dan pengawasan pembangunan. A. Tujuan Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dai misi dan merupakan sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu tertentu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun (kapan harus dicapai). Karakteristik tujuan adalah sebagai berikut : a. Idealistik : mengandung nilai-nilai keluhuran dan keinginan kuat untuk menjadi baik dan berhasil; b. Jangkauan ke depan dicapai dalam waktu 5 tahun atau lebih sebagaimana yang ditetapkan oleh suatu organisasi; c. Abstrak belum dapat dilihat secara kuantitas karena pencapaian tujuan dapat berlangsung secara berkesinambungan. Berdasarkan uraian di atas, maka Dinas permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menetapkan tujuan sebagai berikut: Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
MISI PERTAMA “Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur agar mampu mewujudkan pelayanan prima” Dengan tujuan : 1) Meningkatkan Keterampilan dan Keahlian Aparatur; 2) Menigkatkan Kesejahteraan Aparatur. MISI KEDUA “Meningkatkan sarana dan prasarana perumahan /permukiman” Dengan tujuan : 1) Meningkatkan sarana dan praasarana Permukiman dan Perumahan; 2) Meningkatkan sarana dan prasarana Gedung Pemerintah; 3) Meningkatkan sarana dan prasarana pasar. MISI KETIGA “Memberdayakan Masyarakat dalam Pembangunan dan Pengembangan Wilayah
melalui penyelenggaraan perturan, pembinaan, dan
pengawasan pembangunan” Dengan tujuan : 1) Meningkatkan partisipasi masyrakat dalam pembangunan dan pengembangan wilayah melalui penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan pembangunan. B. Kebijakan Strategi pencapaian tujuan menentukan keberhasilan organisasi. Strategi tersebut dirumuskan dalam kebijakan yang menggambarkan bagaimana Program, dan kegiatan organisasi dapat dicapai. Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Berdasarkan pengertian di atas, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menetapkan kebijakan sebagai berikut : 1. Kebijakan Teknis : - Memberikan Pedoman Teknis Perencanaan Sarana dan Prasarana dan Ketentuan Perizin. 2. Kebijakan Personalia : - Meningkatkan Kesejahteraan dan Kualitas SDM yang didukung dengan Sarana dan Prasarana yang memadai 3. Kebijakan Pelayanan : - Memberikan pelayanan yang cepat dan murah serta yang terbaik bagi setiap pemohon IMB. 4. Kebijakan Publik : -
Memberdayakan
masyarakat
untuk
mampu
merencanakan,
melaksanakan dan memelihara pembangunan. Keijakan tersebut diatas akan diimplementasikan dalam bentuk surat-surat keputusan dan akan dijadikan : -
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan.
-
Mengatur mekanisme kegiatan lanjutan.
-
Mengarahkan setiap pejabat dan pelaksana bahwa merreka memperoleh dukungan untuk bekerja dan mengimplementasikan keputusan.
C. Program Kerja
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Program merupakan kumpulan kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh Bidang-Bidang dan Badan pada Dinas guna mencapai tujuan dan sasaran. Hal-hal yang menjadi landasan penetapan program kerja Dinas Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Utara Kabupaten Tapanuli Utara adalah : -
Memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.
-
Memperhatikan kepentingan masing-masing Bidang dan Bagian yang terdapat pada Dinas Pemukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara.
-
Mempertimbangkan keadaan masa lampau, kini dan masa yang akan datang.
-
Memperhatikan skala prioritas yang menunjang visi dan misi.
Program ini bersifat jangka menengah sampai dengan 5 tahun dan dapat dilanjutkan apabila hasil evaluasi diperlukan untuk kelanjutannya (dapat bersifat jangka menengah dan jangka panjang). Program Perencanaan Strategis Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut : 1. Pemberdayaan usaha mikro. 2. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi. 3. Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Mineral dan Energi, Sumber Daya Alam. 4. Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam. Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
5. Penataan Ruang. 6. Pengembangan Kecamatan dan Pengembangan Desa Tertinggal. 7. Pengembangan dan Pemeliharaan Prasarana Transportasi Udara. 8. Pengembangan Perumahan. 9. Pemberdayaan Komunitas Perumahan. 10. Lingkungan Sehat. 11. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, 12. Pembangunan/ Perbaikan Pekan dan Fasilitas Umum. 13. Peningkatan Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Aparatur. 14. Pengurusan IMB dan Registrasi Rumah di Kabupaten Tapanuli Utara. B. SEKILAS TENTANG KABUPATEN TAPANULI UTARA B. 1. 1 Gambaran Umum Kondisi Daerah Kabupaten Tapanuli Utara secara geografis terletak di bagian tengah Provinsi Sumatera Utara, terletak pada 1°20’ - 2°41’ Lintang utara dan 9841’ Lintang utara dan 98°05’ - 99°16’ Bujur timur pada peta bumi. Kabupaten Tapanuli Utara berada pada ketinggian 300 – 1500 meter di atas permukaan laut dan kemiringan tanah antara 15 - 44 persen. Berdasarkan letak geografis ini maka daerah Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang memiliki topografi dan kontur tanah yang beragam yaitu datar, berombak, bergelombang, dan terjal dengan batas-batas administratif yaitu: •
Sebelah Utara
: Kabupaten Toba Samosir
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
•
Sebelah Timur
: Kabupaten Labuhan Batu
•
Sebelah Selatan
: Kabupaten Tapanuli Selatan
• Sebelah Barat
: Kabupaten Tapanuli Tengah dan Humbang Hasundutan
Sedangkan luas Kabupaten Tapanuli Utara yaitu 3.800,31 Km², yang terdiri dari luas daratan 3.793,71 Km² (379.371 Ha) dan perairan Danau Toba yang berada di Kecamtan Muara dengan luas 6,60 Km². Dari luas wilayah 379.371 Ha terdapat luas wilayah yang dapat digunakan untuk lahan sawah seluas 30.376 Ha dan untuk lahan kering seluas 348.788 Ha, dimana daratannya dipergunakan untuk permukiman, sarana dan prasarana sosial, ekonomi dan budaya, pertanian dalam arti luas, perhubungan, pertambangan khususnya bahan galian C, dan hutan semak belukar. Menurut status pemilikan, kurang lebih 288.922,97 Ha atau 76,20% dari luas wilayah Kabupaten Tapanuli Utara merupakan tanah adat/marga, sebagian lainnya yakni sekitar 70,34 atau sekitar 18,62% merupakan tanah Negara, sedangkan selebihnya merupakan tanah hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan.
Kabupaten Tapanuli Utara terkenal dengan kesuburan tanah dan keindahan alamnya. Hal ini karena ditunjang oleh banyaknya gunung-gunung, baik yang masih aktif maupun dalam kondisi sudah tidak aktif, sekaligus merupakan daerah tangkapan air dan menciptakan hulu-hulu sungai bagi sungai besar dan kecil yang tersebar di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten Tapanuli Utara yang letaknya berbatasan pada Sebelah Utara dengan Kabupaten Toba Samosir, pada Sebelah Selatan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan & Tapanuli Tengah, pada Sebelah Barat dengan Kabupaten Humbang Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Hasundutan dan pada Sebelah Timur dengan Kabupaten Labuhan Batu, mempunyai posisi yang strategis dan memberikan dampak positif maupun negatif yang cukup besar terhadap kondisi dan perkembangan Sumatera Utara baik dari aspek ekonomi, Sumber Daya Manusia maupun kelestarian lingkungan hidup.
Dampak lain yang dirasakan oleh Kabupaten Tapanuli Utara adalah peluang pasar, baik Dalam Negeri maupun Luar Negeri. Meningkatnya investasi yang masuk sangat membantu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Kedudukan strategis tersebut menjadi salah satu peluang di dalam membantu meningkatkan laju pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara dalam Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan fisik di Kabupaten Tapanuli Utara pada Pembangunan Jangka Panjang Pertama telah menghasilkan banyak kemajuan dalam segenap aspek kehidupan dan telah meletakkan dasar yang cukup untuk pengembangan selanjutnya. Pada kawasan pertanian dan perkebunan di Kabupaten Tapanuli Utara adalah produktif dalam menghasilkan komoditi pertanian dan perkebunan sehingga masih cukup potensial untuk tetap dipertahankan.
Perkembangan pemanfaatan ruang tumbuh dengan pesat selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama.Hal tersebut selain meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah juga berimplikasi pada timbulnya permasalahan ruang, antara lain lingkungan, kesenjangan pertumbuhan antar wilayah, perubahan fungsi lahan dan peningkatan kebutuhan akan prasarana serta sarana. Perkembangan transportasi selama Pembangunan jangka Panjang Pertama telah dapat mendukung perkembangan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara.Transportasi jalan raya masih mendominasi pelayanan pergerakan angkutan barang dan penumpang antar pusat pertumbuhan. Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Perkembangan prasarana dan sarana pengairan selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama diindikasikan dengan meningkatnya penyediaan prasarana irigasi, dan pemenuhan kebutuhan akan air bersih melalui penyediaan air yang belum seimbang dengan penyediaannya walaupun potensi sumber daya air masih memungkinkan
PENDIDIKAN Pembangunan sektor pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan merupakan asset utama yang sangat strategis dalam menggerakkan laju pembangunan. Keberhasilan sektor pendidikan salah satunya dapat dilihat dari indikator meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah (APS). Peningkatan Angka Partisipasi Sekolah haruslah didukung oleh penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Ditingkat Sekolah Dasar (SD) jumlah sekolah pada tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 390 unit termasuk 4 unit diantaranya Madrasah Ibtidaiyah, dengan jumlah guru sebanyak 2.671 orang dan banyaknya murid 46.238 siswa. Pada tingkat SMP/ MTS jumlah sekolah sebanyak 65 unit dimana dua diantaranya adalah MTS. Jumlah tenaga guru sebanyak 1.254 orang dan siswa yang menuntut ilmu sebanyak 20.864 orang. Pada tahun ajaran 2006/2007, jumlah Sekolah Menengah Umum (SMU) sebanyak 25 unit termasuk Madrasyah Aliyah sebanyak 1 unit, jumlah tenaga guru sebanyak 679 orang dan murid sebanyak 12.391 siswa. Untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada tahun ajaran 2006/2007 ini tercatat jumlah sekolah 18 unit, guru 398 orang, dan 4.774 siswa. Rasio murid SD/MI terhadap sekolah pada tahun ajaran 2006/2007 Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
sebesar 119 dengan perkataan lain setiap SD/MI di Kabupaten Tapanuli Utara rata-rata menampung sekitar 119 murid. Untuk masing-masing tingkat SMP/MTS dan SMU/MA rasionya adalah sebesar 321 dan 496 sedangkan pada tingkat SMK 265. Rasio murid terhadap guru SD/MI tercatat sebesar 17 artinya rata-rata setiap guru mendidik sekitar 17 murid. Untuk tingkat SMP/MTS, SMU/MA dan SMK masingmasing memiliki rasio sebesar 17 ; 18 dan 12.
EKONOMI
Dilihat dari kontribusinya terjadi penurunan di sektor pertanian dan peningkatan di sektor industri, yaitu pada akhir Pelita I sektor pertanian sebesar 38,83 % dan sektor industri 8,81%, sedangkan tahun ke II Pelita V kontribusi sektor pertanian turun menjadi 18,78% dan sektor industri meningkat menjadi 21,30%. Hal ini berarti struktur ekonomi di Kabupaten Tapanuli Utara telah bergeser dari ekonomi pertanian ke ekonomi industri.
Meskipun kontribusi sektor pertanian makin menurun dibandingkan sektor industri tetapi kesempatan kerja masih tetap didominasi oleh sektor pertanian, yaitu pada tahun 1971 di sektor pertanian sebesar 58,40%, sektor industri 2,84% dan sektor lain 38,76% sedangkan pada tahun 1990 kesempatan kerja di sektor pertanian sebesar 43,84, sektor industri 14,20% dan sektor lainnya 41,96%.
Pendapatan perkapita Kabupaten Tapanuli Utara, baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan makin meningkat, demikian juga distribusinya relatif merata. Berdasarkan harga berlaku pendapatan perkapita pada akhir Pelita I sebesar Rp 61.200,00 dan pada akhir Pelita V mencapai Rp 1.025.930,00. Dilihat dari segi pemerataannya Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat relatif masih merata, tetapi antar daerah Tingkat II masih belum merata. Kabupaten Tapanuli Utara masih mempunyai peluang untuk meningkatkan pendapatan pada masa mendatang, mengingat banyak potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal, antara lain potensi kawasan industri yang telah dialokasikan seluas 18.000 ha, disamping adanya zona-zona industri.
Selain itu masih terdapat potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal, diantaranya potensi pariwisata dengan obyek-obyek wisata alam dan kebudayaan khas Kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara yang besar merupakan
potensi
bagi
pemasaran
hasil
produksinya.
Selain
itu
semangat
kewiraswastaan masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara dapat dijadikan modal bagi pembangunan di masa mendatang. Jumlah penduduk miskin secara keseluruhan menunjukkan penurunan. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tapanuli Utara menurut hasil Susenas pada tahun 1984 tercatat sebanyak 5.626.569 orang, pada tahun 1987 turun menjadi 5.010.071 orang dan menurun lagi menjadi 4.786.478 orang pada tahun 1990. Bila dilihat dari penyebarannya, penduduk miskin di perkotaan menunjukkan peningkatan, walaupun proporsinya terhadap total penduduk perkotaan berkurang, sedangkan penduduk miskin di perdesaan terus berkurang AGAMA Sesuai dengan Falsafah Negara, pelayanan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan ditingkatkan. Di Kabupaten Tapanuli Utara kerukunan antar umat beragama terjalin dengan sangat baik. Sarana ibadah umat beragama di Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2006 adalah
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
sebagai berikut: Gereja Protestan 805 unit, Gereja Katolik 76 unit, Mesjid 60 unit, dan Langgar/Surau 16 unit. KESEHATAN Jumlah Rumah Sakit Umum yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2006 sebanyak 1 buah yang berlokasi di Kecamatan Tarutung, sedangkan sarana kesehatan lainnya pada tingkat kecamatan terdapat sebanyak 18 unit puskesmas (5 unit diantaranya Puskesmas berstatus rawat inap) dan 59 unit puskesmas pembantu. Polindes sebanyak 156 unit, posyandu ada sekitar 362 unit, apotek sebanyak 6 unit, toko obat sebanyak 14 unit, klinik bersalin swasta 2 unit dan Balai Pengobatan Swasta sebanyak 4 unit. Jumlah dokter di Kabupaten Tapanuli Utara (tidak termasuk RSU) pada tahun 2006 sebanyak 45 orang yang terdiri dari dokter umum sebanyak 38 orang dan dokter gigi sebanyak 7 orang, sedangkan tenaga medis bidan tersedia 364 orang, perawat sebanyak 105 orang. Banyaknya Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2006 sebanyak 32.853 PUS dengan akseptor aktif sebanyak 18.062 atau sekitar 54,98 %. Pada tahun 2006 terdapat 7.014 akseptor baru atau sekitar 98,51 % dari jumlah Pemenuhan Permintaan Masyarakat (PPM). AIR MINUM Air minum merupakan salah satu kebutuhan utama masyarakat, sehingga pemerintah selalu berupaya membangun sarana air minum. Penyediaan air minum bisa diusahakan sendiri oleh masyarakat atau perusahaan. Menurut data dari PDAM Mual Natio Tarutung pada tahun 2006, jumlah pelanggan air minum sebanyak 5.539 pelanggan. Volume air minum yang dikonsumsi pelanggan sebanyak 1.549.668 m3 dan nilai penjualan Rp. 1,619 miliar rupiah. Kategori/Pelanggan air minum dibedakan Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
menurut golongan yaitu Golongan Sosial, Non Niaga dan Niaga. Pelanggan yang terbanyak yaitu Golongan Non Niaga sebanyak 4.733 pelanggan terdiri dari 4.666 golongan rumahtangga dan 67 golongan pemerintah. Sementara Golongan Niaga sebanyak sebanyak 644 pelanggan dan Golongan Sosial sebanyak 162 pelanggan. C. SEJARAH KABUPATEN TAPANULI UTARA I.
Pada Masa Penjajahan Belanda dan Jepang Pada masa Hindia Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk Kabupaten Dairi
dan Toba Samosir yang sekarang termasuk dalam keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang Residen Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Keresidenan Tapanuli yang dulu disebut Residentie Tapanuli terdiri dari 4 Afdeling (Kabupaten) yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang Sidempuan, Afdeling Sibolga dan Afdeling Nias. Afdeling Batak Landen dipimpin seorang Asisten Residen yang ibukotanya Tarutung yang terdiri 5 Onder Afdeling(Wilayah) yaitu Onder Afdeling Silindung (Wilayah Silindung) ibukotanya Tarutung. Onder Afdeling Hoovlakte Van Toba (Wilayah Humbang) ibukotanya Siborong-borong. Onder Afdeling Toba (Wilayah Toba) ibukotanya Balige. Onder Afdeling Samosir (Wilayah Samosir) ibukotanya Pangururan. Onder Afdeling Dairi Landen (Kabupaten Dairi sekarang) ibukotanya Sidikalang. Tiap-tiap Onder Afdeling mempuyai satu Distrik (Kewedanaan) dipimpin seorang Distrikchoolfd bangsa Indonesia yang disebut Demang dan membawahi beberapa Onder Distrikten (Kecamatan) yang dipimpin oleh seorang Asisten Demang. Menjelang Perang Dunia II, distrik-distrik di seluruh keresidenan Tapanuli dihapuskan dan beberapa Demang yang mengepalai distrik-distrik sebelumnya Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
diperbantukan ke kantor Controleur masing-masing dan disebut namanya Demang Terbeschingking. Dengan penghapusan ini para Asisten Demang yang ada di kantor Demang itu ditetapkan menjadi Asisten Demang di Onder Distrik bersangkutan. Kemudian tiap Onder Distrik membawahi beberapa negeri yang dipimpin oleh seorang kepala Negeri yang disebut Negeri Hoofd. Pada waktu berikutnya diubah dan dilaksanakan pemilihan, tetapi tetap memperhatikan asal usulnya. Negeri-negeri ini terdiri dari beberapa kampung, yang dipimpin seorang kepala kampung yang disebut Kampung Hoafd dan juga diangkat serupa dengan pengangkatan Negeri Hoofd. Negeri dan Kampung Hoofd statusnya bukan pegawai negeri, tetapi pejabat-pejabat yang berdiri sendiri di negeri/kampungnya. Mereka tidak menerima gaji dari pemerintah tetapi dari upah pungut pajak dan khusus Negeri Hoofd menerima tiap-tiap tahun upah yang disebut Yoarliykse Begroting. Tugas utama Negeri dan Kampung Hoofd ialah memelihara keamanan dan ketertiban, memungut pajak/blasting/rodi dari penduduk Negeri/Kampung masingmasing. Blasting/rodi ditetapkan tiap-tiap tahun oleh Kontraleur sesudah panen padi. Pada waktu pendudukan tentara Jepang Tahun 1942-1945 struktur pemerintahan di Tapanuli Utara hampir tidak berubah, hanya namanya yang berubah seperti Asistent Resident diganti dengan nama Gunseibu dan menguasai seluruh tanah batak dan disebut Tanah Batak Sityotyo.Demang-demang Terbeschiking menjadi Guntyome memimpin masing-masing wilayah yang disebut Gunyakusyo.Asisten Demang tetap berada di posnya masing-masing dengan nama Huku Guntyo dan kecamatannya diganti dengan nama
Huku
Gunyakusyo.Negeri
dan
Kampung
Hoofd
tetap
memimpin
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Negeri/Kampungnya masing-masing dengan mengubah namanya menjadi Kepala Negeri dan Kepala kampung.
II. Masa Pemerintahan Indonesia Sampai Dengan Sekarang Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah mulailah membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di daerah. Dengan diangkatnya Dr. Ferdinand Lumbantobing sebagai Residen Tapanuli, disusunlah struktur pemerintahan dalam negeri di Tapanuli khususnya di Tapanuli Utara sebaga iberikut: Nama Afdeling Batak Landen diganti menjadi Luhak Tanah batak dan sebagai luhak pertama diangkat Cornelis Sihombing. Nama Budrafdeling diganti menjadi Urung dipimpin Kepala Urung, Para Demang memimpin Onder Afdeling sebagai Kepala Urung. Onder Distrik diganti menjadi Urung kecil dan dipimpin Kepala Urung Kecil yang dulu disebut Asisten Demang. Selanjutnya dalam waktu tidak begitu lama terjadi perubahan, nama Luhak diganti menjadi kabupaten yang dipimpin Bupati, Urung menjadi Wilayah yang dipimpin Demang, serta Urung Kecil menjadi Kecamatan yang dipimpin oleh Asisten Demang. Pada tahun 1946 Kabupaten Tanah Batak terdiri dari 5 (lima) wilayah yaitu Wilayah Silindung, Wilayah Humbang, Wilayah Toba, Wilayah Samosir dan Wilayah Dairi yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang. Kecamatan-kecamatan tetap seperti yang ditinggalkan Jepang. Pada Tahun 1947 terjadi Agresi I oleh Belanda dimana Belanda mulai menduduki daerah Sumatera Timur maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan strategis dan Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
untuk memperkuat pemerintahan dan pertahanan, Kabupaten Tanah Batak dibagi menjadi 4 (empat) kabupaten. Wilayah menjadi kabupaten dan memperbanyak kecamatan.Pada tahun 1948 terjadi Agresi II oleh Belanda, untuk mempermudah hubungan sipil dan Tentara Republik, maka pejabat-pejabat Pemerintahan Sipil dimiliterkan dengan jabatan Bupati Militer, Wedana Militer dan Camat Militer. Untuk mempercepat hubungan dengan rakyat, kewedanaan dihapuskan dan para camat langsung secara administratip ke Bupati. Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada permulaan tahun 1950 di Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten Tapanuli Utara (dulu Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan (dulu Kabupaten Padang Sidempuan), Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten Sibolga) dan Kabupaten Nias (dulu Kabupaten Nias). Dengan terbentuknya Kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten yang dibentuk pada tahun 1947 dibubarkan. Disamping itu ditiap kabupaten dibentuk badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang anggotanya dari anggota partai politik setempat. Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Tapanuli Utara meliputi Dairi pada waktu itu, maka untuk meningkatkan daya guna pemerintahan, pada tahun 1956 dibentuk Kabupaten
Dairi
yang
terpisah
dari
Kabupaten
Tapanuli
Utara.
Salah satu upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan stabilitas keamanan adalah dengan jalan pemekaran wilayah. Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998 tentang Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal. Kemudian pada tahun 2003 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan kembali menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan Undang-undang No. 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Setelah Kabupaten Tapanuli Utara berpisah dengan Kabupaten Humbang Hasundutan jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan. Kecamatan yang masih tetap dalam Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Tarutung, Kecamatan Siata Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Purbatua, Kecamatan Simangumban, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Garoga, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborong-Borong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Muara. Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup terkenal di kawasan Nusantara, terutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya. Potensi alam antara lain luasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan membangun irigasi. Sebahagian perairan Danau Toba yang dimiliki dan sungai yang cukup banyak untuk dimanfaatkan potensinya untuk irigasi, pengembangan perikanan maupun pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama khususnya Pulau Sibandang di kawasan Danau Toba di Kecamatan Muara, dan Wisata Rohani Salib Kasih. Kekayaan seni budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya mengembangkan kepariwisataan Nasional.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Potensi lain terdapat berbagai jenis mineral seperti Kaolin, Batu gamping, Belerang, Batu besi, Mika, Batubara, Panas bumi dan sebagainya. Potensi sumber daya manusia sudah tidak diragukan lagi bahwa cukup banyak putera-puteri Tapanuli yang berjasa baik di pemerintahan, dunia usaha dan sebagainya.Sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka tulang punggung perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara didominasi oleh sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan rakyat, menyusul sektor perdagangan, pemerintahan, perindustrian dan pariwisata. Pada era informasi dan globalisasi peranan pemerintah maupun pihak swasta semakin nyata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di berbagai sektor/bidang sehingga pendapatan masyarakat semakin meningkat. D. 2. Visi dan Misi Kabupaten Tapanuli Utara D. 2. 1. Visi Adapun visi pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara yang telah disepakati menjadi acuan dalam penyelenggaraan pembangunan yaitu:“ Mewujudkan kemakmuran masyarakat berbasis pertanian” Visi ini telah dijadikan pegangan dan arah dalam menjalankan pembangunan dengan berbagai hasil yang telah dicapai. Keberhasilan yang dicapai itu mengisyararkan bahwa visi pembangunan masih relevan secara substansial. D. 2. 2. Misi Untuk mencapai visi tersebut disusun misi Kabupaten Tapanuli Utara sebagai berikut: Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
1. Menempatkan sektor pertanian sebagai andalan perekonomian rakyat yang didukung sektor pariwisata, agroindustri, pertambangan dan energi. 2. Meningkatkan sektor pendidikan dan kesehatan guna penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas dan handal. 3. Menciptakan kondisi yang dinamis bagi terjaminnya kesatuan dan persatuan yang harmonis. 4. Terciptanya pemerintahan yang baik (good governance) bagi terjaminnya pelayanan masyarakat yang optimal. 3. Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah 3.1. Strategi pembangunan daerah Dalam rangka pencapaian visi dan misi tersebut di atas, maka ditetapkan strategi pembangunan daerah Kabupaten Tapanuli Utara sebagai berikut 1. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan 2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dan derajat kesehatan 3. Peningkatan sarana dan prasarana 4. Optimalisasi kemitraan 5. Peningkatan inisiatif dan prakarsa serta kerukunan hidup masyarakat 6. Peningkatan profesionalisme aparatur. 3.2. Kebijakan pembangunan daerah Berdasarkan visi, misi dan strategi pembangunan daerah Kabupaten Tapanuli Utara di atas, serta berdasarkan Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD) Provinsi Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Sumatera Utara dan RPJM Nasional, maka disusun Agenda Pembangunan Kabupate Tapanuli Utara sebagai berikut: 1.
Agenda Pertama: Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat, dengan arah kebijakan: a) Pembangunan pertanian b) Pembangunan industri berbasis pertanian c) Pembangunan investasi d) Percepatan pembangunan desa tertinggal e) Pembangunan kepariwisataan f) Pembangunan koperasi dan usaha kecil mikro dan menengah g) Peningkatan pengelolaan sumber daya alam dan pengelolaan lingkungan hidup
2.
Agenda Kedua: Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas dan Handal, dengan arah kebijakan: a) Pembinaan kualitas kehidupan beragama b) Peningkatan pendidikan yang berkualitas c) Peningkatan kualitas kesehatan d) Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi e) Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas dan pemuda dan olah raga.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
3.
Agenda Ketiga: Meningkatkan Kemampuan Aparatur Pemerintah dan Pelayanan kepada Masyarakat, dengan arah kebijakan: a) Pembinaan aparatur pemrintah menjadi aparatur yang bersih dan berwibawa b) Melaksanakan sistem pemerintahanyang transparan dan tanggap c) Peningkatan kesadaran masyarakat akan taat hokum d) Peningkatan kemampuan penanggulangan keamanan dan ketertiban dan penanggulangan bencana e) Percepatan pembangunan prasarana dan sarana f) Pembangunan sarana komunikasi g) Peningkatan dan pengembangan teknologi informasi
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
BAB IV PENYAJIAN DATA Dalam penelitian ini memerlukan data-data yang dapat diperoleh melalui dokumen, wawancara mendalam dan observasi. Pada tahap awal peneliti memperoleh data melalui dokumen atau database yang ada pada Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Selain data langsung dari Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, data juga dapat diperoleh melalui akses internet yang kemudian akan diinterpretasikan. Untuk menambah wacana dalam skripsi ini maka diperlukan data berupa wawancara kepada orang-orang yang memiliki hubungan dengan permasalahan penelitian. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam kepada orang yang tertentu. A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan Program pengembangan perumahan yang merupakan salah satu program pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara untuk periode 2004-2009. Tujuan program pengembangan perumahan ini yaitu: pertama, mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah; kedua, meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar tercipta masyarakat yang produktif secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman yang sehat, harmonis, dan berkelanjutan. Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Di Kabupaten Tapanuli Utara terdapat tiga lokasi perumahan dimana pembangunannya masih berlangsung sampai sekarang. Pembangunan yang dilakukan berupa membangun rumah yang baru atas permintaan dari masyarakat, perawatan bangunan atau perbaikan rumah yang belum ditempati dan juga pembangunan sarana dan prasarana pendukung perumahan seperti parit/drainase, jalan, sekolah, rumah ibadah, sarana olah raga dan juga rumah toko/ruko. Ketiga lokasi perumahan tersebut adalah: 1. Lokasi perumahan PNS Pagar Beringin Permai di Kecamatan Sipoholon berjarak ± 12 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun sebanyak 237 unit, luas tanah per unit 200 m², pembangunan untuk tahap lanjutan seluas 30.844 m². Pembangunan rumah dilokasi ini masih berlangsung karena permintaan akan rumah oleh masyarakat masih tinggi. Dari 237 unit rumah yang dibangun, semuanya ditempati. Hal ini dipengaruhi karena harga rumah yang masih terjangkau oleh masyarakat terutama PNS yaitu sekitar 50 juta rupiah dan pembayaran dapat dicicil 2 kali dalam setahun. Hal lain yang membuat permintaan akan rumah di lokasi ini cukup tinggi karena luas tanah per unit cukup luas yaitu 200 m². 2. Lokasi perumahan perumahan PNS Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung berjarak ± 7 Km dari Kota Tarutung, jumlah rumah yang sudah dibangun 135 unit, luas per unit bervariasi yaitu tipe 36 s/d 45, pembangunan untuk tahap lanjutan seluas ± 7 Ha. Pembangunan rumah dilokasi ini
juga masih berlangsung baik untuk
pembangunan rumah yang baru, perbaikan/perawatan rumah. Dari 135 unit yang sudah dibangun, hanya 57 unit yang ditempati oleh masyarakat, 75 unit kosong akan tetapi masih dalam kondisi baik sedangkan 3 rumah lagi rusak. Dari 75 unit yang kosong Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
semuanya sudah ada yang memiliki. Akan tetapi karena jarak lokasi perumahan yang cukup jauh dan terletak di kawasan hutan dan juga karena sarana transportasi yang sangat terbatas, sehingga mereka tidak jadi menempati rumah tersebut. 3. Lokasi Perumahan PNS Sitabo-tabo Kecamatan Siborong-borong yang sudah mulai tahap pembangunan dengan lahan yang sudah tersedia seluas ± 5 Ha terletak di Desa Sitabo-tabo, Kecamatan Siborong-borong, jumlah rumah yang akan dibangun sebanyak ± 215 unit dengan tipe 27/150 dan tipe 36/150. Untuk lokasi ini pembangunan yang dilakukan masih pada tahap pembukaan jalan ke lokasi perumahan, pembukaan lahan yang akan dijadikan lokasi perumahan. Dari data di atas dapat dilihat bahwa permintaan akan rumah di Kabupaten Tapanuli Utara terutama oleh PNS tergolong cukup tinggi. Ini menandakan bahwa program pengembangan perumahan merupakan salah satu program yang penting di Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam wawancara dengan bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara mengenai seberapa pentingkah program pengembangan perumahan diterapkan di Kabupaten Tapanuli Utara, beliau mengatakan sebagai berikut Program pengembangan perumahan ini diterapkan mengingat perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, maka perlu diciptakan kondisi yang dapat mendorong pembangunan perumahan untuk menjaga kelangsungan penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, masih belum mampu tinggal di rumah yang layak, sehat, aman, serasi, teratur. Pernyataan dia atas diperkuat oleh Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara sebagai berikut Program ini sangat penting karena kawasan perumahan yang dibangun di Kabupaten Tapanuli Utara pada dasarnya ditujukan bagi pegawai negeri sipil Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
(PNS) baik yang berasal dari Kabupaten ini atau yang merupakan pindahan dari daerah lain karena kemampuan untuk memiliki rumah sangat terbatas, sehingga pemerintah melalui Bappeda dan Dinas Kimbangwil Taput menetapkan rencana ini dalam RPJMD Taput. Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan sumber daya manusia dan juga dana yang cukup banyak. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah untuk menggunakan sumber daya tersebut dengan baik. Jumlah pegawai di Dinas ini per 31 Desember 2007 untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara adalah sebanyak 50 orang yang terdiri dari Tabel 1 Jumlah Pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara No. Uraian Jumlah 1
Pejabat Eselon II
1 orang
2
Pejabat Eselon III
4 orang
3
Pejabat Eselon IV
8 orang
4.
Staff PNS
27 orang
5
PTT
5 orang
6
Tenaga Honorer
5 orang
Jumlah
50 orang
Sumber : Dinas Kimbangwil Kabupaten Tapanuli Utara, 2008. Untuk mendukung segala kinerja pada Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara maka diperlukan pelatihan dan pendidikan yang nantinya akan dimanfaatkan untuk pencapaian visi dan misi Dinas. Menurut Bapak Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah mengatakan bahwa: Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat, oleh sebab itu diklat yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wialayah dilakukan berdasarkan rencana yang sudah ditentukan oleh Pemda Tapanuli Utara yang dilakukan sekali setahun. Pada pendidikan dan pelatihan tersebut Dinas ini selalu berpartisipasi atau ikut serta dalam kegiatan tersebut. Dengan pendidikan dan pelatihan tersebut pegawai akan dibantu dalam memahami tugas dan tanggungjawabnya sebagai pelayan masyarakat. Berdasarkan data dari Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah bahwa jenjang pendidikan para pegawai adalah sebagai berikut: Tabel 2 Persentase Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
No. 1.
S.1
22
44
2.
D. III
6
12
3.
D.II
-
-
4.
D.I
-
-
5.
SMA/Sederajat
20
40
6.
SMP/Sederajat
2
4
7.
SD
-
-
50
100
Jumlah
Sumber: Dinas Kimbangwil Kabupaten Tapanuli Utara, 2008. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jenjang pendidikan S.1 dan SMA/Sederajat merupakan jumlah yang paling dominan atau persentase yang sangat besar untuk mengisi jabatan di Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Oleh sebab itu untuk jenjang pendidikan yang ada pada Dinas Permukiman dan
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara menjadi faktor yang penting untuk mengisi jabatan yang ada pada dinas tersebut. Disamping sumber daya manusia, program pengembangan perumahan ini juga membutuhkan sumber dana yang besar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Permukiman dan Pengembangan Wialayah Kabupaten Tapanuli Utara, jumlah dana yang dibutuhkan dalam program ini mencapai Rp. 51.020.000.00,-, seperti yang ditunjukkan tabel berikut: Tabel 3 Jumlah Dana untuk Program Pengembangan Perumahan No URAIAN I II LOKASI PERUMAHAN PNS PAGAR BERINGIN PERMAI, KECAMATAN SIPOHOLON 1. Pembangunan Prasarana Penerangan Jalan 2. Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Bersih (PSAB) di lokasi perumahan 3. Pembuatan drainase/parit di lokasi perumahan 4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan Total I…………………………………………….. LOKASI PERUMAHAN PNS BARAT INDAH PERMAI, KECAMATAN TARUTUNG 1. Pembangunan Prasarana Penerangan Jalan 2. Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Bersih (PSAB) di lokasi perumahan 3. Pembuatan drainase/parit di lokasi perumahan 4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan Total II……………………………………………. LOKASI PERUMAHAN PNS SITABO-TABO, KECAMATAN SIBORONG-BORONG 1. Pembangunan Prasarana Penerangan Jalan 2. Peningkatan dan Pembangunan Prasarana dan Sarana Air Bersih (PSAB) di lokasi perumahan 3. Pembuatan drainase/parit di lokasi perumahan 4. Pembangunan prasarana dan sarana jalan Total III……………………………………………..
JUMLAH (Rp.) III
Total I+II+III………………………………………..
51.020.000.000,-
1.750.000.000,4.300.000.000,4.100.000.000,7.900.000.000 18.050.000.000,-
2.800.000.000,3.800.000.000,2.670.000.000,7.650.000.000,16.920.000.000,-
2.500.000.000,4.500.000.000,4.050.000.000,5.000.000.000,16.050.000.000,-
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Sumber: Dinas Kimbangwil Kabupaten Tapanuli Utara, 2008. Besarnya jumlah dana untuk pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi salah satu kendala pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman berikut: Kendala yang sering dihadapi yaitu masih minimnya dana/anggaran dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini, hal ini diakibatkan karena disamping anggaran yang memang cukup besar untuk pelaksanaan program ini, pemerintah dan juga Dinas ini harus memikirkan anggaran untuk programprogram kerja yang lain, juga diakibatkan karena terkadang jumlah biaya yang kita ajukan kepada pemerintah pusat (Kementerian Perumahan Rakyat) tidak sesuai dengan yang kita minta, jadi pelaksanaan pembangunan perumahan ini sering terkendala.
Untuk mengatasi masalah dana yang mengakibatkan pelaksanaan program pengembangan perumahan sering berhenti, maka pemerintah daerah Tapanuli Utara melalui Dinas Kimbangwil melaksanakan pembangunan perumahan secara bertahap, artinya jumlah rumah yang akan dibangun tersebut berdasarkan jumlah peminat pada satu kawasan perumahan dan tetap memperhatikan kapasitas keuangan yang dimiliki oleh Dinas Kimbangwil maupun Pemerintah Daerah. Menurut Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian Perumahan dan Permukiman, untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul pada pelaksanaan program pengembangan perumahan ini, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wialayah Kabupaten Tapanuli Utara melakukan diskusi dengan pihak terkait, seperti yang beliau paparkan berikut ini, Untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan program ini, kita mengundang seluruh instansi yang terkait dalam pelaksanaan program ini, seperti Pemerintah Daerah, Bappeda, Dinas-dinas yang lain, PLN, PDAM, Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Developer, Bapertarum, KORPRI, kita memecahkan masalah yang timbul secara bersama-sama. Pernyataan ini didukung oleh Bapak Ihsar Lubis, selaku Pihak Pengembang kawasan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara berikut, Selama ini, untuk mengatasi masalah yang kita hadapi, kita sering mengadakan rapat dengan Dinas Kimbangwil Taput, pemda Taput karena bagaimanapun juga mereka tetap sebagai koordinator dalam pelaksanaan pembangunan perumahan ini. Atau kita juga sering meminta saran dari developer yang sebelumnya pernah menjadi pelaksana pembangunan perumahan di kabupaten ini Dalam pelaksanaan program ini, Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara membutuhkan dukungan dari Dinas lain maupun dari masyarakat karena keberhasilan dari pelaksanaan program ini juga ditentukan oleh kerja sama yang dilakukan oleh Dinas ini, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah: Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan kerjasama dan koordinasi dengan dinas atau instansi lain, disamping karena keterbatasan dinas ini dalam pelaksanaan program ini, kawasan perumahan yang akan dibangun membutuhkan sarana dan prasarana pendukung seperti listrik, jalan, maupun air bersih, Dan penyediaan sarana dan prasarana tersebut kita serahkan kepada dinas atau instansi lain. Sedangkan menurut Bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian Perumahan dan Permukiman, dinas atau instansi yang terlibat dalam pelaksanaan program ini yaitu: 1. Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, yang mengurus pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan fasilitasnya; 2. Dinas Pekerjaan Umum, yang mengurus infrastruktur jalan ke kawasan perumahan yang akan dibangun; 3. Pengurus KORPRI, yang mendata PNS yang berminat untuk mendapat perumahan; 4. PLN, yang mengurus aliran listrik di kawasan perumahan, baik untuk lampu jalan maupun listrik ke tiap-tiap rumah; Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
5. PDAM Mual Na Tio, yang mengurus ketersediaan air bersih di kawasan perumahan Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini juga membutuhkan dukungan dari masyrakat baik masyarakat yang berprofesi sebagai PNS yang nantinya akan menempati kawasan perumahan tersebut maupun masyarakat yang bersedia memberikan tanahnya untuk dijadikan sebagai kawasan perumahan. Hal ini dipertegas oleh Bapak Tongam Hutabarat, selaku kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah kabupaten Tapanuli Utara, yang mengatakan bahwa: Masyarakat terutama yang tinggal di dekat lokasi perumahan sangat mendukung, ini dapat dilihat dari kemauan masyarakat untuk memberikan sebagian dari tanah mereka untuk dijadikan menjadi kawasan perumahan tanpa banyak ‘permintaan’, kemungkinan ini berkaitan dengan dibukanya jalan ke kawasan perumahan, mereka akan semakin mudah membuka lahan pertanian yang baru di lokasi yang selama ini masih kosong di dekat lokasi perumahan tersebut. Dan biasanya apabila pemerintah akan membuka kawasan perumahan yang baru, masyarakat yang berprofesi sebagai PNS sangat antusias mendengarnya karena dengan demikian mereka memperoleh kesempatan untuk memiliki rumah sendiri karena pada dasarnya perumahan yang dibangun di Kabupaten ini masih ditujukan untuk PNS.
Pernyataan di atas juga dipertegas oleh Bapak Ihsar Lubis, selaku pihak Developer perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara yang mengatakan bahwa: Kita melibatkan masyarakat mulai dari penyedian lahan mereka untuk dijadikan kawasan perumahan, juga kita melibatkan mereka dalam pembangunan unit-unit rumah, istilahnya kita menggunakan jasa tenaga mereka selama pembangunan perumahan tersebut. Berdasarkan pernyataan tersebut, masyarakat sangat mendukung pelaksanaan program pengembangan perumahan ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kemampuan yang terbatas dari masyarakat terutama PNS untuk memiliki rumah tinggal sendiri. Program ini juga membawa dampak positif bagi masyarakat yang tinggal di dekat kawasan perumahan karena dengan adanya program ini mereka semakin mudah untuk Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
membuka areal pertanian/perkebunan yang baru di lahan yang selama ini masih kosong (belum digarap). Hal ini dapat dilihat dari antusias masyarakat yang tinggi untuk menjual tanahnya kepada pemerintah tanpa mengalami banyak kendala.
B. Program Pengembangan Perumahan Di dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini dibutuhkan komponen pendukung seperti pelaksana program, sarana dan prasarana pendukung program dan juga peraturan dan ketentuan yang mendukung program pengembangan perumahan. Dalam wawancara dengan bapak Arnol Poltak Sitorus, selaku Kepala Bagian Perumahan dan Permukiman, mengatakan bahwa: Yang menjadi pelaksana program pengembangan perumahan ini yaitu: 1. Bapertarum, yang akan menentukan Developer yang menjadi pelaksana pembangunan perumahan tersebut; 2. Bank pelaksana (sudah harus berstatus Bank Syariah), yang akan menyediakan dana untuk pembangunan perumahan sesuai dengan anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan perumahan tersebut; 3. Developer (Pengembang), yang menjadi pelaksana pembangunan kawasan perumahan tersebut; 4. Pemerintah Kabupaten, yang akan mengawasi pelaksana pembangunan perumahan
Sedangkan menurut bapak Saul Situmorang, selaku Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara mengatakan bahwa: Pelaksanaan program pengembangan perumahan, disamping melibatkan pihak Bapertarum, Bank Pelaksana, Developer, dan pemerintah daerah, juga melibatkan Badan Perencana Pembangunan Daerah Tapanuli Utara untuk memprogramkan kegiatan pendukung pelaksanaan program ini, dan juga ikut dalam penentuan anggaran yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program ini.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Untuk menciptakan kondisi kondusif maka diperlukan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan dalam melaksanakan tugas para pegawainya. Fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung kinerja dari Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dalah sebagai berikut (data dari Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara): a) Tanah milik Pemda Tapanuli Utara sekitar 950 m² b) Bangunan Kantor 853 m² c) Kendaraan Dinas c. 1. Kendaraan Roda 4 sebanyak 4 unit c. 2. Kendaraan Roda 2 sebanyak 6 unit d) Alat-alat Kantor d. 1. Komputer 10 unit d. 2. Mesin Tik 5 unit d. 3. Mesin cetak gambar 1 unit d. 4. Meja gambar 4 unit d. 5. Muebelair kantor Dengan fasilitas yang ada pada dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah inilah yang akan membantu para pegawai di Dinas ini dalam melaksanakan tugasnya dan hal ini dikatakan juga oleh bapak Arnol Poltak Sitorus selaku Kepala Bagian Perumahan dan Permukiman yaitu: Sarana-sarana ataupun fasilitas yang ada di Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah sangat membantu dalam melaksanakan tugas-tugas para pegawai dan yang paling berpengaruh pada pelaksanaan pendataan dan teknis. Sarana yabg ada pada dinas masih memadai walaupun fasilitas tersebut sering kali tidak dipakai. Dengan adanya sarana yang mempermudah pekerjaan tersebut telah banyak memberikan kontribusi pada Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini membutuhkan suatu pedoman pelaksanaan. Disamping Undang-Undang No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, program ini juga dilaksanakan berdasarkan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP). Dalam wawancara dengan Bapak Saul Situmorang, selaku Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara, mengatakan bahwa: Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman merupakan arahan dasar yang masih harus dijabarkan secara lebih operasional oleh berbagai pihak yang berkepentingan di bidang penyelenggaraan perumahan dan permukiman sehingga pada akhirnya visi yang diharapkan dapat dicapai. Sedangkan menurut Bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemrogaman, dan kegiatan yang berada dan/atau terkait dalam bidang penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman baik di lingkungan Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah, Masyarakat, maupun dunia usaha. Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan permukiman tahun 2002, dirumuskan berdasarkan berbagai pertimbangan dari kondisi lingkungan strategis yang ada pada saat ini dan kecenderungan perkembangan ke depan (2020). Kebijakan nasional ini dirumuskan dalam 3 (tiga) struktur pokok, yaitu berkaitan dengan kelembagaan, pemenuhan kebutuhan perumahan, dan pencapaian kualitas permukiman. Sedangkan strategi untuk melaksanakan kebijakan dirumuskan terutama untuk dapat mencapai secara signifikan substansi strategis dari masing-masing kebijakan. Pertama, melembagakan sistem penyelenggaraan perumahan dan permukiman dengan pelibatan masyarakat sebagai pelaku utama, melalui strategi pengembangan peraturan perundangJhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
undangan dan pemantapan kelembagaan dibidang perumahan dan permukiman serta fasilitas pelaksanaan penataan ruang kawasan permukiman yang transparan dan partisipatif. Kedua, mewujudkan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi seluruh laisan masyarakat, sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, melalui pemenuhan kebutuhan rumah yang layak dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat dan berpendapatan rendah. Dan ketiga, mewujudkan permukiman yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan guna mendukung pengembangan jati diri, kemandirian, dan produktivitas masyarakat, melalui perwujudan kondisi lingkungan permukiman yang responsif dan berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan operasional pembangunan perumahan dan permukiman maka diperlukan rencana pembangunan yang dirumuskan ke dalam Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D). Dengan ini pemerintah memberikan solusi dalam penyelesaian pembangunan perumahan dan permukiman melalui pelaksanaan RP4D dengan melihat sumber daya manusia yang ada dan kebutuhan masyarakat akan rumah. Adapun pedoman dalam penyusunan RP4D ini adalah (Deputi Bidang Pengembangan
Kawasan,
Kementerian
Negara
Perumahan
Rakyat,
Strategi
Pengembangan Kawasan Perumahan dan Permukiman Skala Besar, Batam, 2 Desember 2005) 1. Legalisasinya
berdasarkan
Keputusan
Menteri
Negara
Perumahan
dan
Permukiman Nomor 09/KPTS/M/IX/1999 Tentang Pedoman Penyusunan RP4D;
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
2. Pedoman tersebut merupakan acuan kerja bagi pemerintah daerah dalam penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah; Dengan pedoman tersebut, maka pemerintah, swasta, dan masyarakat dapat melakukan kerja sama dengan baik agar visi dan misi yang diterapkan dapat dicapai. Selain itu kedudukan RP4D adalah: 1. Pada tingkat Kabupaten/Kota merupakan acuan untuk mengatur penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman secara teratur, terencana, dan terorganisasi; 2. Pada tingkat Propinsi merupakan acuan untuk mengatur dan mengkoordinasikan pembangunan perumahan dan permukiman khususnya yang menyangkut dua atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan; 3. Pada tingkat Pusat merupakan masukan daerah dalam penyempurnaan kebijakan, srategi, dan program nasional di bidang pembangunan perumahan dan permukiman. Dalam Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D) harus berdasarkan peraturan-peraturan yang ada dan melihat kondisi sosial masyarakat serta kebutuhan masyarakat akan rumah. Oleh sebab itu dalam RP4D harus memiliki: 1. Penjabaran kebijakan pembanguan perumahan dan permukiman di daerah; 2. Rincian program, target dan sasaran kegiatan dan lokasi dari setiap sektor terkait; 3. Kelembagaan yang mengatur pelaksanaan sampai dengan tingkat desa/kelurahan; 4. Rincian rencana pembiayaan dan sumber dananya; 5. Rincian jadwal pelaksanaan program, kegiatan dan pelakunya (Masyarakat, Badan Usaha, Pemerintah); Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
6. Mekanisme pemantauan, pengawasan, dan pengendalian program dan kegiatan; 7. Mekanisme penyaluran aspirasi para pelaku terkait; 8. Mekanisme pemberdayaan masyarakat; 9. Daftar skala prioritas penanganan kawasan perumahan dan permukiman; 10. Daftar kawasan terlarang (negative list) untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman baru.
C. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan Suatu program dapat dikatakan berhasil dilihat dari target dan realisasi dari program tersebut. Demikian juga dengan program pengembangan perumahan ini. Keberhasilan dari program ini dapat dilihat dari jumlah rumah yang sudah dibangun, jumlah rumah yang sudah ditempati oleh masyarakat, sarana-prasarana yang sudah ada. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan yaitu di Perumahan Pagar Beringin Permai dan Barat Indah Permai, sarana dan prasarana pendukung seperti pendidikan, peribadatan, dan transportasi masih sangat minim. Seperti yang diungkapkan oleh bapak B. Hutabarat, yang tinggal di Perumahan Barat Indah Permai berikut ini Sarana dan prasarana yang ada masih sangat kurang, yang ada masih untuk pendidikan itupun masih untuk tingkat SLTP, sedangkan untuk SD harus ke desa terdekat seperti desa Hutabarat Partali Julu atau ke kota Tarutung dan SMU harus ke kota Tarutung, demikian juga untuk ibadah kita harus ke desa terdekat seperti desa Partali Julu, Aek Na Sia, Siarang-arang, sarana transportasi belum ada jadinya kita sering menyewa kendaraan. Hal ini dipertegas oleh bapak K. Sipahutar, yang tinggal di Perumahan Pagar Beringin Permai Sarana pendukung untuk perumahan ini masih sangat sedikit, seperti untuk pendidikan, mulai dari tingkat SMP sampai SMU belum ada bangunannya jadi kita menyekolahkan anak-anak kita ke kota Tarutung atau ke Sipoholon, parit maupun jalan ke kawasan perumahan ini sudah banyak yang rusak
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Terkhusus di Perumahan Pagar Beringin Permai, pemerintah sudah membangun ruko, akan tetapi pembangunannya tidak dilanjutkan karena terjadi sengketa tanah antara pemerintah dengan keluarga pemelik tanah tersebut. Hal ini sangat disesalkan oleh masyarakat yang tinggal di perumahan tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Ibu O. Boru Napitupulu berikut Ruko yang berada di depan lokasi perumahan ini sudah lama tidak dilanjutkan pembangunannya karena ada sengketa antara keluarga pemilik tanah itu dengan pemerintah. Masyarakat sangat berharap sengketa itu cepat selesai karena ruko itu sangat penting, selama ini untuk membeli kebutuhan sehari-hari kita harus ke pasar di kota Tarutung atau pasar tradisional di Sipoholon yang jaraknya lumayan jauh.
Keterbatasan sarana dan prasarana pendukung perumahan tersebut juga diakui oleh bapak Tongam Hutabarat, selaku Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah berikut ini Untuk sementara kita belum bisa mengatakan kalau sarana dan prasarana yang telah dibangun sudah sesuai rencana karena pelaksanaan pembangunan perumahan tersebut masih berjalan, pembangunan yang kita lakukan juga secara bertahap dan tetap melihat kapasitas keuangan yang ada dalam pelaksanaan pembangunan perumahan tersebut. Sedangkan menurut Bapak Ihsar Lubis, selaku pihak Pengembangan kawasan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara, pelaksanaan program pengembangan perumahan di Tapanuli Utara, beliau mengatakan bahwa, Pelaksanaannya cukup baik dan walaupun terdapat kendala dalam pelaksanaan program ini, pihak Developer tidak terlalu terbebani karena kami hanya pelaksana pembangunan perumahan, dan kendala yang biasanya ada berasal dari pihak pemerintah atau lahan yang menjadi sengketa antara pemerintah dengan masyarakat pemilik tanah.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
BAB IV ANALISA DATA Pada bab ini, peneliti akan menganalisa data-data yang telah disajikan pada bab sebelumnya yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan informan kunci dan juga dengan masyarakat yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian. A. Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan Program pengembangan perumahan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tapanuli Utara (PEMDA TAPUT) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah baik untuk tingkat nasional maupun daerah ditujukan pada pemenuhan rumah bagi masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi lemah ataupun kurang mampu untuk memiliki rumah sendiri. Terkhusus di Kabupaten Tapanuli Utara, perumahan yang dibangun oleh pemerintah masih ditujukan untuk pegawai negeri sipil. Hal ini disebabkan karena kemampuan para pegawai negeri sipil untuk memiliki rumah sendiri sangat terbatas. Ada dua tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara berkaitan dengan program pengembangan perumahan tersebut yang disusun di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tapanuli Utara periode 2004-2009, yaitu: pertama, mendorong pemenuhan kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, dan terjangkau dengan menitikberatkan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah; kedua, meningkatkan kualitas perumahan melalui penguatan lembaga komunitas dalam Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
rangka pemberdayaan sosial kemasyarakatan agar terciptanya masyarakat yang produktif secara ekonomi dan berkemampuan mewujudkan terciptanya pemukiman penduduk yang sehat, harmonis, dan berkelanjutan. (Dokumen Ringkasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2004-2009) Sedangkan sasaran utama dari pelaksanaan program ini adalah pemenuhan kebutuhan hunian bagi masyarakat melalui terciptanya pasar primer yang sehat, efisien, akuntabel, tidak diskriminatif dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang efisien dan akuntabel; dan terbentuknya pola subsidi yang tepat sasaran, tidak mendistorsi pasar, akuntabel dan mempunyai kepastian dalam hal ketersediaan setiap tahun. (Dokumen Ringkasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 20042009). Dilihat dari tujuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah Tapanuli Utara, program pengembangan perumahan ini mempunyai tujuan dan sasaran yang jelas dimana pelaksanaan program pengembangan perumahan ini pada dasarnya ditujukan kepada masyarakat miskin dan berpendapatan rendah yang memiliki keterbatasan untuk mempunyai rumah tinggal sendiri, dan sasaran dari pelaksanaan program ini yaitu pemenuhan kebutuhan akan rumah oleh masyarakat. Pelaksanaan program ini juga memiliki peraturan yang mendukung pelaksanaannya seperti Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, S.K. Menteri Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tapanuli Utara. Ini
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
menunjukkan bahwa dari segi perencanaan, program ini telah memenuhi karakteristik perencanaan yang baik. (Malayu Hasibuan dalam Nurlela Ketaren;70)
Dalam pelaksanaan program ini, juga telah tersedia sumber-sumber yang akan dipergunakan dalam pelaksanaan program ini seperti sumber daya manusia yaitu pegawai Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, Kabupaten Tapanuli Utara, sumber dana yang berasal dari APBD Tapanuli Utara dan dari pemerintah pusat, dan juga fasilitas-fasilitas yang ada di kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah yang sangat membantu dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini. (hasil wawancara dengan Kabid Perumahan dan Permukiman, 26 Juni 2008). Program pengembangan perumahan ini mempunyai pasar yang lumayan banyak yaitu masyarakat yang mempunyai keterbatasan memiliki rumah tinggal sendiri dan juga pegawai negeri sipil yang juga memiliki keterbatasan memiliki rumah. Pembangunan perumahan di Tapanuli Utara masih ditujukan untuk PNS, akan tetapi kenyataan di lapangan yang menempati rumah-rumah tersebut kebanyakan masyarakat non PNS seperti di Perumahan Barat Indah Permai. Hal ini disebabkan karena jarak yang cukup jauh, bangunan yang tidak sesuai dengan standar, prasarana dan sarana yang masih kurang memadai sehingga masyarakat kurang termotivasi untuk tinggal di perumahan tersebut. (hasil wawancara dengan Bapak Ihsar Lubis, tanggal 28 Juni 2008) Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara masih dilaksanakan oleh pemerintah daerah setempat tanpa bantuan dari pihak swasta. Pembangunan yang dilakukan juga mengandalkan dana dari APBD dan APBN. Hal ini dilakukan agar masyarakat mampu membeli rumah karena harga yang masih relatif bisa Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
dijangkau. Jika dibandingkan dengan harga rumah yang dibangun oleh swasta yang tinggi. Keadaan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara masih kurang bagus karena disebabkan kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara maupun pemerintah daerah, baik pengawasan terhadap pembangunan rumah yang mengakibatkan rumah yang dibangun tidak sesuai dengan standar rumah yang layak huni sehingga banyak rumah yang sudah dibangun cepat rusak dan juga tidak laku karena tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat selaku konsumen, dan juga kurangnya pengawasan terhadap lahan yang akan dijadikan sebagai lokasi perumahan sehingga lahan tersebut sebagian dijadikan sebagai lahan pertanian oleh masyarakat. Pada hal tanah tersebut sudah menjadi milik pemerintah. Dampak dari kurangnya pengawasan tersebut mengakibatkan pembangunan perumahan lebih terfokus pada perbaikan/rehabilitasi rumah-rumah yang rusak sehingga pembangunan sering terhenti. Ini mengakibatkan anggaran yang seharusnya ditujukan untuk pembangunan rumah baru dialokasikan ke perbaikan rumah. Apabila Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program pengembangan perumahan ini maka proses pelaksanaannya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah direncanakan, dapat menghemat penggunaan biaya pembangunan rumah, dan tujuan dari pelaksanaan program ini dapat tercapai sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah seharusnya bersifat Cocurent. Pengawasan ini dilakukan secara bersamaan dengan Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
pelaksanaan program pengembangan perumahan ini. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui terlebih dahulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kegiatan tersebut dilakukan untuk mencapai suatu ketepatan dari pelaksanaan program. (T. Hani Handoko dalam Nurlela Ketaren;113) Dilihat dari segi target dari pelaksanaan program ini dimana perumahan yang dibangun masih ditujukan bagi PNS, akan tetapi kejadian dilapangan yang menempati perumahan tersebut didominasi oleh masyarakat non PNS seperti di perumahan Barat Indah Permai. Dari 57 keluarga yang tinggal di perumahan tersebut, sekitar 38 keluarga merupakan masyarakat dari berbagai profesi seperti petani, purnawirawan TNI/POLRI, pengusaha, dan pedagang. Sedangkan di Perumahan Pagar Beringin Permai, sebagian rumah disewakan oleh masyarakat setempat kepada mahasiswa dan yang menempati perumahan tersebut juga sebagian merupakan petani, pedagang, supir, pengusaha. Hal ini menandakan bahwa pengawasan terhadap masyarakat yang menempati perumahan tersebut masih sangat kurang. Ini berdampak pada tujuan dari pelaksanaan pembangunan perumahan yang masih di luar dari yang telah ditentukan sebelumnya, dimana perumahan yang dibangun masih untuk PNS yang ada di Tapanuli Utara. Hal ini menunjukkan kurangnya sosialisasi pelaksanaan program ini kepada masyarakat sehingga tidak ada kejelasan apakah perumahan yang dibangun tersebut ditujukan kepada masyarakat biasa seperti pedagang, petani, pengusaha, purnawirawan TNI/POLRI, atau PNS. Apabila dilihat dari segi pengorganisasian, yang menjadi pelaksana program pengembangan perumahan ini antara lain Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, yang mengurus pelaksanaan pembangunan dan pengembangan perumahan dan Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
fasilitasnya; Dinas Pekerjaan Umum, yang mengurus infrastruktur jalan ke kawasan perumahan; BAPPERTARUM, yang menentukan Developer yang menjadi pelaksana pembangunan perumahan; KORPRI, yang mendata PNS yang berminat untuk mendapat rumah; PLN, yang mengurus pasokan listrik ke tiap-tiap rumah dan lampu jalan; Bank Pelaksana, yang menyediakan dana untuk pembangunan perumahan sesuai dengan anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan perumahan; PDAM, yang mengurus ketersediaan sarana air bersih di lokasi perumahan termasuk sambungan ke tiap-tiap rumah; pemerintah daerah, yang mengawasi pelaksanaan pembangunan; dan Developer (Pengembang), yang menjadi pelaksana pembangunan. Pembagian tugas dari masingmasing Dinas/Instansi tersebut sangat jelas. Dengan adanya pembagian tugas yang jelas tersebut maka diharapkan pelaksanaan program pengembangan perumahan ini berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. (hasil wawancara dengan Kabid Perumahan dan Permukiman, 26 Juni 2008) Keikutsertaan Dinas/Instansi yang lain tersebut dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan dikarenakan jumlah sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam program ini cukup banyak dan program pendukung pelaksanaan program ini tidak dapat ditangani sendiri oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara. Ini menunjukkan adanya koordinasi antar Dinas/Instansi yang serasi (adanya perbandingan yang cocok antara beban tugas dengan pelaksanaan tugas), selaras (adanya sinkronisasi antara staf dengan pimpinan pada hal-hal yang dikehendaki), dan seimbang (adanya pembebanan yang proporsional serta sinkronisasi pelaksanaan tugas di masing-masing bagian dalam unit organisasi). (www.google.com, ”teori-teori motivasi dalam manajemen SDM, diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.10 WIB) Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu aspek internal yang akan mendukung pelaksanaan program pengembangan perumahan. Disamping strategi yang digunakan dan prioritas pembangunan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah. Aspek sumber daya manusia ini dilihat dari segi jumlah sumber daya manusia yang memadai, yang dapat dilihat dari segi kuantitas pegawai yang dimiliki oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, adanya tugas pokok dan fungsi Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah kabupaten Tapanuli Utara dalam menyelenggarakan tata pemerintahan yang baik. Pelaksanaan program pengembangan perumahan ini juga memiliki peluang dalam usaha pemenuhan permintaan akan rumah. Peluang tersebut antara lain: a) Letak Kabupaten Tapanuli Utara di jalur lintas sumatera sanagat memerlukan perencanaan tata ruang yang baik dan ramah lingkungan. Pembangunan kawasan perumahan ditujukan untuk pemenuhan rumah terutama PNS menuntut adanya perencanaan tata ruang untuk meningkatkan kebersihan dan kerapian lingkungan. b) Dari aspek ekonomi, pembangunan perumahan di Kabupaten tapanuli Utara memiliki peluang yang besar dalam kestabilan ekonomi. Dengan adanya penataan kawasan perumahan yang baik, maka setiap kegiatan ynag dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat dapat dilakukan dengan baik. Disamping itu, dengan penataan lingkungan yang baik akan mengundang investor untuk menanamkam modalnya di Kabupaten Tapanuli Utara.
B. Keberhasilan Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Suatu program dapat dikatakan berhasil apabila target dan realisasi dari program tersebut sudah tercapai dengan baik, sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Demikian juga dengan program pengembangan perumahan yang ditetapkan dalam RPJMD Tapanuli Utara periode 2004-2009, dimana perumahan yang dibangun masih untuk PNS. Dari hasil pengamatan di Perumahan Pagar Beringin Permai di Kecamatan Sipoholon dan Perumahan Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung, masih banyak kekurangan seperti sarana ibadah, pendidikan, jalan ke perumahan tersebut banyak yang rusak, drainase/parit banyak yang sudah rusak sehingga perumahan tersebut masih terkesan kurang teratur dan semrawut. Jumlah rumah yang sudah dibangun di Perumahan Pagar Beringin Permai sebanyak 237 unit. Permintaan akan rumah di lokasi ini masih tergolong cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari pembangunan Perumahan Pagar Beringin Permai tahap ke dua di Kecamatan Sipoholon masih berlangsung. Ini didasari karena harga rumah per unit masih dapat dijangkau, luas lahan untuk tiap rumah yang cukup luas yaitu 200 m². Ini sesuai dengan Teori Kepuasan (Content Theory), dimana dalam teori ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan, mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilakunya. Pada dasarnya teori ini mengemukakan bahwa seseorang akan bertindak atau semangat untuk dapat memenuhi kebutuhannya (inner needs). (Malayu S.P. Hasibuan dalam Nurlela Ketaren;96) Untuk perumahan Barat Indah Permai di Kecamatan Tarutung, masyarakat kurang termotivasi untuk tinggal disana karena disebabkan letak lokasi yang kurang strategis yaitu jarak yang cukup jauh dan sarana pengangkutan umum yang ada sangat terbatas. Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Hal ini mengakibatkan jumlah rumah yang ditempati sangat sedikit jika dibandingkan dengan rumah yang kosong dan juga dibandingkan dengan jumlah rumah yang dibeli ataupun dihuni. Sedangkan perumahan PNS Sitabo-tabo di Kecamatan Siborong-borong, pembangunan yang dilaksanakan adalah masih pada tahap perbaikan lahan yang akan dijadikan kawasan perumahan, pembukaan jalan ke kawasan perumahan, dan jumlah rumah yang akan dibangun adalah sebanyak ± 215 unit. Melihat kenyataan di lapangan, program ini masih belum dapat dikatakan berhasil karena program ini masih berjalan dan juga sarana dan prasarana pendukung seperti sarana pendidikan, peribadatan, sarana olah raga pada perumahan ini masih sangat kurang, seperti yang diungkapkan bapak B. Hutabarat yang tinggal di perumahan Barat Indah Permai Sarana dan prasarana yang ada masih sangat kurang, yang ada masih untuk pendidikan itupun masih untuk tingkat SLTP, sedangkan untuk SD harus ke desa terdekat seperti desa Hutabarat Partali Julu atau ke kota Tarutung dan SMU harus ke kota Tarutung, demikian juga untuk ibadah kita harus ke desa terdekat seperti desa Partali Julu, Aek Na Sia, Siarang-arang, sarana transportasi belum ada jadinya kita sering menyewa kendaraan. Pembangunan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara yang masih berjalan sampai sekarang memang belum optimal karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurang meratanya sumber daya manusia pada Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah sehingga kurang melibatkan bawahan dalam membuat kebijakan, kurang memadainya dana yang tersalurkan sehingga pembangunan dilakukan secara bertahap, fasilitas penunjang dalam melaksanakan tugas masih dianggap kurang memadai, belum optimalnya kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dengan pihak swasta dalam pengadaan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara, kurangnya sosialisasi tentang Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
program pengembangan perumahan yang dilakukan oleh Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masih adanya masyarakat menempati perumahan PNS.
BAB VI KESIMPULAN dan SARAN A. Kesimpulan Dari hasil analisa data dan juga hasil pengamatan langsung yang peneliti lakukan di lapangan, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Program pengembangan perumahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Tapanuli Utara melalui Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah masih perlu dimasukkan ke dalam RPJMD periode selanjutnya mengingat masih terbatasnya kemampuan masyarakat terutama yang berprofesi sebagai PNS untuk memiliki rumah sendiri; 2. Masih lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Tapanuli Utara maupun Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah sehingga masyarakat yang tidak berprofesi sebagai PNS dapat tinggal di perumahan yang disediakan untuk PNS; 3. Pelaksanaan program pengembangan perumahan di Kabupaten Tapanuli Utara masih sering mengalami kendala yang pada dasarnya diakibatkan oleh keterbatasan dana sehingga pemerintah terkesan tidak serius dalam pelaksanaan program ini; Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
4. Masih
adanya
masalah
yang
menggangu
pelaksanaan
program
pengembangan perumahan ini seperti sengketa tanah di perumahan Pagar Beringin Permai sehingga pembangunan perumahannya terbengkalai; 5.
Koordinasi
antar
instansi/dinas
dalam
pelaksanaan
program
pengembangan perumahan ini sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya instansi/dinas yang terlibat dalam program ini dan melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik; 6. Masih kurangnya perhatian terhadap lahan yang akan dijadikan sebagai kawasan perumahan sehingga dijadikan areal pertanian oleh masyarakat padahal lahan tersebut sudah menjadi milik pemerintah; 7. Tingkat kebersihan yang ada di setiap kawasan perumahan dan permukiman belum tertangani dengan baik, tahapan pembangunan drainase dan saluran pembuangan sanitasi masih sangat kurang sehingga pertumbuhan perumahan dan permukiman di Kabupaten Tapanuli Utara masih terkesan kurang teratur dan semrawut. B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Untuk mengurangi beban pemerintah terutama dalam penyediaan dana, ada baiknya pemerintah melibatkan pihak swasta dalam pelaksanaan program ini/penyediaan perumahan di Tapanuli Utara; 2. Untuk pembangunan perumahan di Tapanuli Utara di masa yang akan datang perlu memperhatikan lokasi perumahan tersebut seperti jaraknya dengan ibukota
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
kabupaten atau kecamatan karena ini akan mempengaruhi jumlah masyarakat yang akan tinggal di perumahan tersebut; 3. Perlunya sosialisasi kepada masyarakat tentang program pengembangan perumahan ini agar tepat sasaran, seperti apakah perumahan yang dibangun adalah untuk masyarakat biasa, PNS, atau Purnawirawan TNI/POLRI; 4. Masih perlunya pembangunan sarana dan prasarana pendukung perumahan seperti ruko, tempat ibadah, sarana pendidikan dan juga transportasi yang lebih memadai; 5. Masih perlunya pengawasan terhadap lahan yang selama ini belum dibangun agar tidak dijadikan sebagai areal pertanian oleh masyarakat.
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2004 Bastian, Indra, Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah Di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2006 Hasibuan, Malayu S.P, Manajemen, Dasar, Pengertian, dan Masalah (edisi revisi cet.1), Bumi Aksara, Jakarta, 2001. Jones, Charles, O, Pengantar Kebijakan Publik, P.T.Radja Grafindo Persada,Jakarta,1994 Ketaren, Dra. Nurlela, Bahan Kuliah Azas-Azas Manajemen, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, USU, Medan, 2002. Kuswartojo, Tjuk, Suyurti Amir Salim, Perumahan dan Permukiman yang Berwawasan Lingkungan,--, Medan, 1998 Moleong, J, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Rosda, Bandung, 2005 Nawawi, Hadari, Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada Press, Yogyakarta, 1990 Quinn, Michael Patton, Metode Evaluasi Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,2006 Sastra, Suparno, Endy Marlina, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, Andi, Yogyakarta, 2006 Singarimbun, Masri, Sofian Efendi,Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta,1989 Soenarko, H, Public Policy (Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah), Airlangga University Press, Surabaya, 2000 Subarsono, A.G, Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005 Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2004 Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Syahrin, Alvi, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berkelanjutan, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003
Tayibnapis, Farida Yusuf, Evaluasi Program, Rineka Cipta, Jakarta, 2000 Wibawa, Samodra, Yuyun Purbokusumo, Agus Pramusinto, Evaluasi Kebijakan Publik, Raja Grafindo, Jakarta, 1994 Williams, Chuck, Manajemen, Salemba Empat, Jakarta, 2001.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan S.K. Menteri Kimpraswil Nomor 217/2002 tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) Sumber-sumber lain www.penataanruang.net/taru/makalah/sekjen_140604.pdf, diakses tanggal 26 September 2008, pukul 15.00 WIB www.kemenpera.go.id/detail_brt.asp?id=59, diakses tanggal 26 September 2008, pukul 15.10 WIB www.sumut.bps.go.id/taput/file/publikasi/kcda/2007/060.tarutung.pdf, diakses 16 Desember 2008, pukul 16.30 WIB
tanggal
www.google.com, “teori hierarki kebutuhan abraham maslow” diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.06 WIB www.google.com, ”akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teorimotivasi,diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.00 WIB www.google.com, ”teori-teori motivasi dalam manajemen SDM, diakses tanggal 26 Maret 2009, pukul 21.10 Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
Daftar pertanyaan wawancara penelitian
I.
Kepala Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah, Kabupaten Tapanuli Utara: 1. Seberapa pentingkah program pengembangan perumahan ini diterapkan di Kabupaten ini, mengingat masyarakat pada umumnya memiliki lahan yang cukup untuk mendirikan rumah pribadi tanpa terpengaruh dampak kenaikan harga-harga bahan bangunan? 2. Sejauh manakah peranan masyarakat terhadap pelaksanaan program ini ? Apakah hanya terbatas pada kebersediaan memberikan tanahnya untuk dijadikan kawasan perumahan atau hanya
sebatas
membeli
rumah
yang
telah
disediakan
pemerintah? 3. Apa kendala yang sering dihadapi Dinas ini dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini? 4. Menurut Bapak apakah peraturan yang sekarang sudah mendukung pelaksanaan program pengembangan perumahan ini secara makro?
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
5. Apakah sarana dan prasarana yang dibangun sebagai bagian dari
perumahan
tersebut
sudah
sesuai
dengan
yang
direncanakan sebelumnya? 6. Apa saja usaha yang dilakukan Dinas ini untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul selama pelaksanaan program ini? 7. Bagaimana sistem tender yang dilakukan oleh Dinas ini dalam mencari Developer yang akan membantu pelaksanaan program pengembangan perumahan ini?
II.
Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman : 1. Dinas apa saja yang terkait dalam pelaksanaan program ini dan sejauh peranan Dinas-Dinas tersebut dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini? 2. Siapa saja pihak-pihak yang menjadi pelaksana program ini? 3. Apakah sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang dimiliki Dinas ini sudah dapat mendukung pelaksanaan program ini mengingat begitu banyaknya program yang menjadi tugas Dinas ini? 4. Apa saja kendala yang dihadapi Dinas ini ketika adanya sosialisasi program ini terutama sosialisasi kepada masyarakat yang memiliki profesi sebagai PNS? 5. Apakah sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas ini sudah mencukupi
dalam
pelaksanaan
program
pengembangan
perumahan ini?
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
6. Apa saja proyek atau kegiatan pendukung yang ditetapkan Dinas ini untuk mendukung pelaksanaan program ini? 7. Secara umum apakah pembangunan perumahan di Kabupaten ini sudah berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam RPJMD Taput periode 2004-2009?
III.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tapanuli Utara: 1. Apakah program pengembangan Perumahan ini akan tetap dimasukkan ke dalam RPJMD periode selanjutnya mengingat pelaksanaan program ini masih sering mengalami kendala pada tahap pelaksanaannya? 2. Bagaimana
menurut
Bapak
pelaksanaan
program
pengembangan Perumahan ini, apakah sudah sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan program ini yang dituangkan dalam RPJMD Taput periode 2004-2009? 3. Apakah target dan realisasi dari pelaksanaan program pengembangan perumahan ini sudah dapat dicapai? 4. Sejauh mana peranan Bappeda Taput dalam pelaksanaan program pengembangan Perumahan ini, apakah sebatas merencanakan atau mengawasi pelaksanaan program ini? 5. Menurut Bapak, secara umum apakah pelaksanaan program pengembangan perumahan ini telah berjalan dengan baik ataukah masih perlu dilakukan peningkatan pelaksanaannya?
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
6. Apa saja usaha yang dilakukan oleh Bappeda Taput untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan program pengembangan perumahan ini? 7. Apakah ada subsidi yang diberikan pemerintah melalui Bappeda kepada masyarakat agar dapat memiliki rumah? Kalau ada, dalam bentuk apa subsidi yang diberikan tersebut?
IV.
Pengembang (Developer) Perumahan: 1. Apa saja kendala yang Anda hadapi sebagai Developer yang dipercaya
Pemda
Taput
dalam
melaksanakan
program
pengembangan Perumahan ini? 2. Bagaimana tanggapan Anda mengenai pelaksanaan program ini yang sering mengalami kendala pada tahap pelaksanaannya? 3. Apa saja usaha-usaha yang Anda lakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut? 4. Sejauh mana peranan Dinas Kimbangwil Taput, Bappeda Taput, dan Pemda Taput untuk meminimalisir masalah yang Anda hadapi sebagai Developer pada tahap pelaksanaan pembangunan perumahan? 5. Sejauh mana Anda melibatkan masyarakat dalam membantu Anda melaksanakan pembangunan kawasan perumahan ini? 6. Seberapa besar target yang dibebankan kepada Anda sebagai Developer untuk pembangunan kawasan perumahan ini?
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009
7. Selain dengan Dinas Kimbangwil Taput, Bapedda Taput, Anda sebagai Developer apakah melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam membangun kawasan perumahan ini? Kalau ada, pihak mana saja yang terlibat tersebut?
Jhon Sumiharjo Hutabarat : Evaluasi Pelaksanaan Program Pengembangan Perumahan (Studi Pada Kantor Dinas Permukiman dan Pengembangan Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara), 2008. USU Repository © 2009