EVALUASI KESELARASAN UPAYA REGULASI DAN PERBANKAN TERHADAP FINANSIAL INKLUSIF USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) JAKARTA PUSAT Agnes Ariya
Yen Shun
Parung Serab, Gg. Swadaya VI, Rt03/Rw05 No. 40, Ciledug-Tangerang, 15153
[email protected]
Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, 11530
[email protected]
ABSTRAK Latar belakang dari penelitian ini adalah rendah nya finansial inklusif masyarakat Indonesia di tengah banyak nya upaya yang telah dilakukan oleh regulasi dan perbankan untuk mewujudkan finansial inklusif. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keselarasan upaya yang telah dilakukan oleh regulasi dan perbankan terhadap finansial inklusif UMKM Jakarta Pusat serta untuk memberikan solusi agar finansial inklusif di Indonesia bisa semakin meningkat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode riset statistik deskriptif. Objek dari penelitian ini adalah regulasi (Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia), perbankan (Bank Danamon, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank CIMB Niaga), serta UMKM Jakarta Pusat. Hasil yang dicapai pada penelitian ini adalah finansial eksklusif yang ada di UMKM Jakarta Pusat masih tergolong tinggi dengan hambatan yang paling menonjol adalah price exclusion. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh OJK, BI dan perbankan namun UMKM masih merasa ada hambatan untuk mengakses perbankan. Hal ini dikarenakan adanya kesenjangan informasi antara UMKM dengan regulasi dan perbankan. Solusi untuk meningkatkan finansial inklusif di Indonesia adalah dengan mengadakan penyuluhan yang lebih gencar ke seluruh pelosok Indonesia secara merata. (AA) Kata Kunci: Regulasi, Perbankan, UMKM, Finansial Inklusif
ABSTRAC Financial inclusive in Indonesia is low eventhough there are so many efforts from regulator and banking to improve Indonesia’s financial inclusion. This research is bacground of that reason. The purpose of this research are for evaluate the harmony of regulator and banking efforts on MSME’s financial inclusive on center of Jakarta and for giving any solution to improve Indonesia’s financial inclusive. This research uses qualitative approach with statistic descriptive as the research method. Objec from this research are regulation (Otoritas Jasa Keuangan and Bank Indonesia), banking (Danamon, Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, CIMB Niaga), Central of Jakarta MSME. Result from this research are financial exclusive on Central of Jakarta MSME is still relative high with the most barrier from price exclusion. Many attempts have been made by OJK, BI and banking, but MSME still feel any barriers to access banking. This is because assymetry information between MSME with regulation and banking. Solution for Indonesia’s financial inclusive improvement is outreach from regulation and banking to all corners of Indonesia. Key Words: Regulation, Banking, MSME, Financial Inclusion
PENDAHULUAN Menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, masyarakat Indonesia membutuhkan literasi keuangan yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraannya dan mencegah terkena penipuan di bidang keuangan. Literasi keuangan menjadi penting karena dengan literasi keuangan, finansial inklusif dapat tercipta. Yang dimaksud dengan finansial inklusif yakni memperkecil jurang pemisah antara masyarakat golongan menengah ke atas dengan masyarakat golongan menengah ke bawah. Dengan demikian, literasi keuangan diperuntukan bagi siapa saja terutama bagi masyarakat menengah ke bawah yang memang membutuhkan pengetahuan lebih atas jasa keuangan dan instrumen keuangan, namun literasi keuangan masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Dari survei yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2013, literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya sebesar 21,8% dengan tingkat utilisasi produk lembaga keuangan sebesar 59,7% yang kebanyakan berasal dari sektor perbankan. Rendahnya literasi keuangan masyarakat Indonesia menjelang MEA 2015 juga disadari oleh pemerintah, baik oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ataupun Bank Indonesia (BI). OJK berupaya untuk meningkatkan literasi keuangan dengan menjalankan program cetak biru Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) yang diluncurkan pada 19 November 2013. Lewat SNKI, OJK berharap masyarakat Indonesia semakin mengenal keuangan, terutama bagi para ibu rumah tangga serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menjadi sasaran literasi keuangan di tahun 2014. Begitupula dengan BI yang terus berupaya untuk meningkatkan finansial inklusif dengan cara menciptakan produk inovatif yang dapat digunakan oleh seluruh kalangan tanpa terkecuali agar seluruh masyarakat Indonesia dapat mengakses perbankan. UMKM penting untuk dijadikan sasaran finansial inklusif karena UMKM merupakan salah satu ujung tombak perekonomian negara yang mampu menciptakan lapangan kerja baru dan memberikan daya serap sumber daya manusia lebih tinggi lagi, sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran serta tindak kriminalitas. Dengan demikian, finansial inklusif perlu ditingkatkan bagi para pelaku UMKM sehingga perekonomian negara bisa terangkat lewat usaha-usaha mandiri yang ada. Hal ini juga seperti yang dilakukan oleh Grameen Bank di Bangladesh yang menggunakan pendekatan microfinance dalam operasionalnya. Grameen Bank memberikan kepercayaan kepada kaum miskin untuk melakukan simpanan dan menerima kredit tanpa agunan dalam upaya peningkatan taraf hidup mereka. Grameen Bank berupaya untuk meningkatkan finansial inklusif di Bangladesh dengan cara mengadakan produk perbankan yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat di Bangladesh. Tentu hal ini tidak berhasil jika hanya dijalankan oleh Grameen Bank sendirian. Grameen Bank beserta regulasi bekerja sama untuk menciptakan keadaan kondusif bagi masyarakat agar memiliki kemampuan untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Rafiqur Rahman dan Quang Nie (2011) dalam penelitian yang berjudul “The Synthesis of Grameen Bank Microfinance Approaches in Bangladesh” melakukan penelitian untuk menganalisa penyebab kesuksesan dari Grameen Bank. penelitian dilakukan dengan metode deskriptif yang menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil pengamatan dan wawancara, sedangkan data sekunder didapatkan dari artikel, konferensi, Microfinance Regulatory Authority (MRA) di Bangladesh, International Poverty Reduction Centre in China (IPRCC), dan situs Grameen Bank. Grameen Bank bisa berjalan sukses karena Grameen Bank mampu memberikan produk inovatif dengan manajemen yang efektif dan efisien. Mohammad Shafi dan Ali Hawi Medabesh (2012), “Financial Inclusion in Developing Countries: Evidences from an Indian State”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mempelajari seberapa banyak masyarakat Jammu & Kashmir yang masih eksklusif terhadap keuangan, mempelajari penyebab spesifik dari permasalahan finansial eksklusif di daerah J&K, kemudian memberikan saran untuk perbaikan finansial inklusif ke arah yang lebih baik lagi di J&K. Penelitian ini mendapatkan fakta bahwa masih ada 54% dari survei yang memperlihatkan bahwa responden belum memiliki akses terhadap perbankan, yang kebanyakan berasal dari daerah pedesaan. Sebanyak 88% dari hasil survei juga memperlihatkan bahwa masyarakat pedesaan belum memliki akses terhadap kredit dibanding masyarakat perkotaan yang hanya 12%. Untuk meningkatkan finansial inklusif di daerah tersebut, maka J&K Bank Ltd., melakukan upaya pertama yang berfokus untuk membuat masyarakat yang tadinya tidak memiliki akses perbankan untuk menjadi nasabah perbankan setidaknya dengan melakukan tabungan pada perbankan. Demi tercapainya strategi ini, J&K Bank Ltd., mengijinkan masyarakat untuk melakukan simpanan tanpa harus melakukan pembukaan rekening akun bank terlebih dahulu. Untuk pencapaian tersebut, bank juga mengadakan kampanye untuk mengajak
masyarakat menabung dan menempatkan karyawan-karyawan nya di pedesaan sebagai bentuk mobilisasi perbankan ke pedesaan. Perbankan juga mengadakan pertemuan untuk menilai kemajuan dari upaya finansial inklusif yang telah dilakukan guna terus mengadakan perbaikan agar hasil yang diinginkan dapat tercapai. Sedangkan untuk pinjaman, bank melakukan upaya dengan menawarkan pinjaman kepada para petani di mana persetujuan pinjaman tersebut dapat langsung diberikan di tempat. Dalam penelitian tersebut juga terdapat beberapa solusi yang diajukan, yakni seperti pengadaan pelatihan untuk memberikan pengetahuan keuangan agar finansial inklusif dapat diterima oleh masyarakat sehingga masyarakat dapat mulai merencanakan dan mengendalikan keuangan yang mereka miliki. Solusi lain yang diajukan adalah pengadaan Micro Credit Plans (MCP) yang memberikan pinjaman terhadap masyarakat dalam jumlah terbatas, namun tetap memenuhi kebutuhan spesifik para peminjamnya, serta dengan bunga yang longgar tanpa adanya agunan. Audil Rashid Khaki dan Prof. Mohi-ud-Din Sangmi (2012), “Financial Inclusion in Jammu & Khasmir: A Study on Banker’s Initiatives”. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji berbagai macam inisiatif finansial inklusif yang dijalankan oleh bank-bank di Jammu & Kashmir, serta mengevaluasi perkembangan finansial inklusif di daerah tersebut. Penelitian ini menuliskan bahwa finansial inklusif bertujuan untuk menghubungkan orang-orang dengan lembaga keuangan resmi dan bukan hanya sekedar membuka rekening bank saja, tetapi benar-benar memastikan bahwa layanan keuangan bisa dimanfaatkan oleh siapa saja termasuk masyarkaat miskin. Untuk mencapai finansial inklusif maka diupayakan beberapa inisiatif yang dilakukan oleh perbankan seperti menjadi nasabah bank dan memanfaatkan jasa perbankan tanpa perlu memiliki akun rekening bank. Bank juga memberikan keringanan lainnya yakni dengan tidak menentukan saldo minimum setoran awal serta memberikan biaya administrasi yang lebih ringan kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah. Perbankan juga mengupayakan pemberian kredit mikro dan lanjutan kepada masyarakat miskin. Bank juga memperbaiki tekhnologi yang mereka miliki untuk bisa memperluas jangkauan finansial inklusif yang harus mereka jalankan. Finansial inklusif yang mereka jalani juga tidak lepas dari ikut campur pemerintahan. Pemerintah ikut memantau perkembangan finansial inklusif di setiap daerah lewat kerjasamanya dengan perbankan lewat aturan-aturan yang diterapkan seperti pendirian cabang perbankan di kawasan masyarakat yang terisolir dengan layanan perbankan. Ram A. Cnaan, M.S. Moodithaya, dan Femida Handy (2012) “Financial Inclusion: Lessons from Rural South India”. menyebutkan ada 6 hambatan yang dapat mengakibatkan finansial eksklusif, yakni physical exclusion, access exclusion, condition exclusion, price exclusion, marketing exclusion, dan self exclusion. Untuk memecahkan permasalahan finansial eksklusif yang ada di India, disarankan bahwa bank harus beroperasi dan diregulasi secara ketat dengan diberi kewajiban agar masyarakat dijangkau seluas-luasnya untuk bisa mengenal perbankan. Pemerintah juga dapat memberikan insentif kepada bank berupa pengurangan pajak ataupun persetujuan produk keuangan baru. Solusi lainnya juga diajukan agar pemerintah dapat membuat lingkungan kondusif untuk mekanisme perbankan agar dapat mengurangi biaya bank dalam melakukan literasi keuangan. Menurut Lisa Xu dan Bilal Zia (2012), literasi keuangan adalah kesadaran dan pengetahuan tentang produk-produk keuangan, institusi keuangan, dan konsep mengenai keterampilan keuangan seperti kemampuan untuk menghitung pembayaran bunga majemuk serta kemampuan keuangan yang lebih umum seperti pengelolaan uang dan perencanaan keuangan. literasi keuangan menurut Sandra J. Huston (2009) adalah pengukuran seberapa baik seorang individu dapat memahami dan menggunakan informasi yang terkait dengan keuangan. Ram A. Cnaan, M.S. Moodithaya dan Femida Handy (2012), mengatakan bahwa finansial eksklusif terjadi ketika masyarakat tidak memiliki akses terhadap perbankan atau buta terhadap keuangan yang dapat disebabkan oleh hambatan fisik, akses, kondisi, harga, pemasaran, dan diri. Sedangkan yang dimaksud dengan finansial inklusif adalah keadaan yang memungkinkan masyarakat miskin untuk mendapatkan akses layanan keuangan dengan biaya lebih rendah sehingga pada akhirnya dapat mengurangi kemiskinan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur seberapa besar masalah finansial eksklusif para UMKM Jakarta Pusat, hambatan-hambatan yang menyebabkan UMKM mengalami kesulitan mengakses perbankan, mengukur upaya yang dapat mendorong UMKM untuk mengakses layanan dan produk perbankan, mengulas upaya yang dilakukan oleh perbankan dan regulasi untuk mewujudkan finansial inklusif, mengevaluasi keselarasan upaya yang dilakukan oleh regulasi dan perbankan terhadap UMKM untuk mewujudkan finansial inklusif, memberikan solusi agar ada titik
temu diantara regulasi (OJK dan BI), perbankan dan UMKM sehingga finansial inklusif di Indonesia bisa tumbuh lebih baik lagi.
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode riset deskriptif. Data berasal dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 100 UMKM yang berdagang di pasar Jakarta Pusat yang dikelola oleh PD. Pasar Jaya, dan lewat hasil wawancara dengan pihak OJK dan BI. Data sekunder diperoleh dari observasi yang dilakukan terhadap laporan keuangan tahun 2013 dan situs resmi perbankan. Kuesioner disebarkan untuk mengukur seberapa besar masalah finansial eksklusif yang terjadi, mengukur hambatan apa yang menyebabkan UMKM sulit untuk mengakses perbankan, dan mengetahui upaya apa yang dapat mendorong UMKM untuk mengakses perbankan. Kuesioner diolah menggunakan bantuan SPSS versi 2.0 dan Microsoft Excel 2007. Observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai upaya-upaya yang telah dilakukan oleh bank dan OJK beserta BI untuk mewujudkan finansial inklusif. Setelah semua data terkumpul barulah dilakukan pembahasan lebih lanjut untuk memberikan evaluasi dan solusi guna perbaikan finansial inklusif di Indonesia.
HASIL DAN BAHASAN 1. Hasil Pengukuran Masalah Finansial Eksklusif Para UMKM Jakarta Pusat Dari pengolahan kuesioner, 68 responden belum memiliki rekening bank dan 32 lainnya sudah memiliki rekening bank. Responden sudah cukup mengenal tabungan, kredit, dan Anjungan Tunai Mandiri (ATM), sedangkan untuk deposito masih ada 58 responden yang belum mengenalnya.
Gambar 1 Gambaran Finansial Eksklusif Untuk Pengetahuan Produk Perbankan Dari 32 responden pemilik rekening bank, ternyata hanya 12 responden yang yang pernah melakukan kredit di bank, hanya 26 orang yang pernah menggunakan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM), dan hanya 3 orang yang pernah memiliki deposito. Dari 32 responden hanya 2 orang yang pernah memiliki deposito dan kredit, hanya 9 orang yang pernah memiliki kredit dan menggunakan ATM, hanya 3 orang yang pernah menggunakan ATM dan memiliki deposito, serta hanya 2 orang yang pernah memiliki deposito, kredit dan menggunakan ATM. 32 Responden Pemilik Rekening
Deposito
Kredit 2
3
2 Total 3 Responden
3
9
Total 12 Responden
16 Total 26 Responden
ATM
Gambar 2 Gambaran Penggunaan Produk Perbankan Dari Responden Bankable
2. Hasil Pengukuran Hambatan-Hambatan Finansial Inklusif Dari keenam hambatan, price exclusion memiliki rata-rata tertinggi dengan nilai rata-rata sebesar 68. Kemudian condition exclusion sebesar 64, marketing exclusion sebesar 50, access exclusion sebesar 50, self exclusion sebesar 37, dan yang terakhir adalah physical exclusion dengan nilai rata-rata sebesar 16 seperti.
Gambar 3 Mean Dari Setiap Hambatan Finansial Inklusif
3. Hasil Pengukuran Upaya Yang Dapat Mendorong Para UMKM Untuk Mengakses Layanan dan Produk Perbankan Dari 100 responden, 61 diantaranya mengatakan bahwa mereka mau mengakses perbankan jika memang bank mudah ditemukan, namun setelah diamati lebih lanjut sudah ada beberapa bank yang terletak disekitar pasar, maka yang lebih tepat bagi kebutuhan para pedagang di pasar adalah pelayanan bank yang dapat dinikmati tanpa harus meninggalkan tempat mereka berjualan. 63 responden menjawab mereka mau membuka rekening di bank jika memang persyaratannya dipermudah. Banyak dari para pedagang yang ingin menabung di bank, namun terkendala pada saat pembukaan rekening. Kendala tersebut seperti perbedaan alamat KTP dengan alamat domisili mereka sehingga sulit untuk memenuhi persayaratan pembukaan rekening. Banyak responden yang ingin menabung di bank namun tidak ingin uang mereka tergerus oleh biaya administrasi bank. Hal ini terlihat dari hasil survei yang menyatakan bahwa 65 responden tertarik untuk melakukan tabungan jika biaya administrasi bank relatif kecil atau tidak ada sama sekali. Minat responden tergolong rendah terhadap kebutuhan kredit. Karena hanya ada 33 responden yang tertarik melakukan KTA. Hal dikarenakan banyak dari responden yang merasa belum membutuhkan kredit, takut tidak mampu melunasi hutang, dan takut ada penyitaan harta benda yang mereka miliki. Berikutnya, 54 responden yang bersedia untuk medengarkan sosialisasi dari bank mengenai layanan dan produk perbankan. Para pedagang bersedia untuk mendengarkan sosialisasi dari perbankan selama mereka tidak sedang sibuk melayani pembeli. Terakhir, responden relatif sudah merasa nyaman dengan keadaan bank secara fisik. Tidak ada lagi masalah mengenai dekorasi bank, yang menjadi permasalahan adalah rasa tidak kenal atau rasa tidak dekat mereka terhadap bank yang menyebabkan para pedagang pasar enggan untuk mengakses bank.
1. Apakah para pedagang mau mengenal dan memanfaatkan layanan serta produk perbankan jika bank mudah ditemukan? 2. Apakah para pedagang mau membuka rekening bank jika persyaratannya dipermudah? 3. Apakah para pedagang mau menabung di bank jika biaya administrasi tabungan kecil? 4. Apakah para pedagang tertarik untuk mengajukan kredit jika bank menyediakan KTA? 5. Apakah para pedagang bersedia untuk menghadiri atau mendengarkan sosialisasi dari bank mengenai layanan serta produk perbankan? 6. Apakah para pedagang mau untuk mengenal bank lebih baik lagi jika tampilan atau dekorasi bank lebih merakyat? Gambar 4 Gambaran Hasil Pengukuran Upaya Yang Dapat Mendorong Para UMKM Untuk Mengakses Layanan dan Produk Perbankan
4. Upaya Yang Telah Dilakukan Oleh Regulasi dan Perbankan Untuk Mewujudkan Finansial Inklusif Banyak upaya yang telah dilakukan oleh OJK, BI dan perbankan untuk mewujudkan finansial inklusif. Upaya-Upaya tersebut tertuang dalam bentuk program ataupun produk seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Upaya Regulasi dan Perbankan Regulasi
OJK Edukasi keuangan Pembuatan Kurikulum Kampanye Volunteer SNKI Financial Customer Care Akses Website SiMolek Pengembangan Produk
BI LKD FIN
PERBANKAN Danamon
Tab.Si Pinter, Tab.SME, TabunganKu, DP50, Duta DSP.
Mandiri
KUR, KUM, Program Kemitraan Mandiri. KUR, Program Kemitraan, BNI Financial Board Game. Simpedes, TabunganKu,
BNI BRI CIMB Niaga
Kupedes, Program Kemitraan. TabunganKu, Tabungan Usaha, Special Lending UKM, Rekening Ponsel.
5. Evaluasi Keselarasan Upaya Antara Regulasi dan Perbankan Terhadap UMKM Untuk Mewujudkan Finansial Inklusif Tabel 2 Evaluasi Keselarasan Upaya Antara Regulasi dan Perbnakan Terhadap UMKM Untuk Mewujudkan Finansial Inklusif HAMBATAN KESENJANGAN Physical Untuk menemukan bank dan ATM, khsusnya di Jakarta Pusat sudah cukup mudah. Bagi responden yang masih merasa sulit untuk menemukan bank ataupun ATM itu dikarenakan sikap mereka sendiri yang menutup diri terhadap perbankan atau mungkin mereka hanya mengetahui rute dari tempat mereka tinggal menuju pasar dan dari pasar menuju tempat tinggal mereka saja. LKD juga merupakan produk inovatif untuk Indonesia yang ditawarkan oleh BI, namun hal ini masih tergolong baru sehingga masih butuh waktu dalam pengimplementasiannya. Access Memang tidak semua persyaratan pembukaan rekening tabungan dan pengajuan kredit mudah, tetapi bukannya tidak ada. Bank memiliki TabunganKu dan KUR, yang mana kedua produk tersebut adalah hasil penggodokan BI. Yang menjadi masalah adalah, para UMKM tidak mengetahui adanya produk ini. Dengan kata lain, ada kesenjangan informasi dari sisi pengguna layanan dengan sisi penyedia layanan. Ada pedagang yang ber-KTP daerah, sehingga sulit untuk bisa membuka tabungan ataupun mengajukan kredit di Jakarta. Untuk itu BI mengajak lembaga keuangan terutama bank dan perusahaan telekomunikasi untuk menjalankan branchless banking. LKD pada saat ini sudah bisa dijalankan, tetapi masih perlu untuk melakukan edukasi terlebih dahulu. Keadaan masyarakat unbanked juga bisa dipecahkan ketika FIN sudah diluncurkan, sayangnya FIN masih dalam tahap pembuatan business model. Baik LKD dan apalagi FIN, masih membutuhkan waktu untuk pengimplementasiannya. Condition Tidak mungkin jika bank harus memberikan layanan cash pick up untuk seluruh produknya karena hal tersebut pasti menimbulkan biaya tambahan bagi bank. Bank sebenarnya memiliki produk yang memberikan layanan cash pick up. Hanya saja masyarakat tidak mengetahuinya. Untuk cash pick up juga ada bank yang menetapkan ketentuan lainnya seperti lokasi usaha yang terletak kurang dari 5 meter dengan kantor cabang bank (Mikro Madya Loan), sehingga pedagang yang berlokasi di luar itu tidak bisa menikmati layanan cash pick up. Layanannya sudah ada, tetapi tidak semua masyarakat mengetahuinya. Hal ini menandakan adanya kesenjangan informasi. LKD masih diprioritaskan untuk daerah-daerah yang sulit dijangkau karena infrastruktur nya yang belum memadai. Price Hanya tabungan tertentu yang tanpa admninistrasi bulanan. Kebanyakan, pinjaman membutuhkan agunaan dengan nilai melebihi pokok pinjaman ataupun pokok ditambah bunganya. LKD masih butuh waktu untuk pengimplementasiannya, sedangkan FIN masih dalam proses penggodokan. Sudah ada produk TabunganKu dan KUR, tetapi sayangnya masih ada masyarakat yang tidak mengetahuinya. Itu berarti ada informasi yang tidak sampai kepada masyarakat. Marketing Edukasi keuangan seperti seminar, pelatihan ataupun program kemitraan tidak bisa dirasakan oleh seluruh UMKM. Pengadaan edukasi tersebut dilakukan pada daerah-daerah tertentu yang telah dipilih sesuai dengan pilihan perbankan. Biasanya pada daerah-daerah yang memiliki potensi tetapi secara infrastruktur sulit untuk dijangkau. Sukarelawan dan SiMolek belum bisa dilakukan di seluruh penjuru Indonesia, masih terbatas. Masyarakat kecil belum bisa memanfaatkan internet secara optimal sebagai salah satu sumber menggali informasi.
Self
Tidak semua masyarakat bisa merasakan kegiatan yang diadakan oleh bank dan regulator. Ada juga masyarakat yang sudah terlalu takut dan menutup diri terhadap bank, sehingga apapun yang ditawarkan oleh bank mereka tidak mau mendengarnya.
Masih ada responden yang merasakan hambatan-hambatan dari sisi fisik ketersediaan layanan perbankan, dari sisi akses, kondisi, harga, pemasaran, ataupun alasan pribadi mereka, yang membuat mereka sulit atau enggan untuk mengakses layanan dan produk perbankan. Jika dilihat dari analisis evaluasi keselarasan upaya yang dilakukan oleh perbankan dan regulator, maka dapat dilihat bahwa kebutuhan para UMKM sudah bisa dipenuhi oleh program-program dan produk-produk yang dimiliki oleh regulasi dan perbankan. Hanya saja masih terjadi kesenjangan informasi antara UMKM dengan perbankan dan regulator. UMKM tidak mengetahui jika bank memiliki produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga pemanfaatan dari produk-produk tersebut menjadi kurang optimal.
6. Solusi Untuk Meningkatkan Finansial Inklusif Para UMKM Untuk mengatasi kesenjangan informasi di kalangan UMKM khususnya di wilayah Jakarta Pusat, baik perbankan ataupun regulator harus lebih gencar dalam mengadakan penyuluhan. Penyuluhan harus dilakukan secara merata ke seluruh pelosok Indonesia. Penyuluhan diadakan untuk memberi edukasi mengenai keuangan ataupun pengenalan produk-produk perbankan dan atau lembaga keuangan lainnya. Kesenjangan informasi juga bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan sukarelawan misalnya mahasiswa dan pihak lainnya untuk melakukan penyuluhan. Sukarelewan juga bisa diberdayakan untuk terjun langsung memberikan penyuluhan kepada masyarakat atau memberitakan produk-produk perbankan dengan cara kreatif seperti lewat media sosial. Agar bukan hanya para pedagang yang mendapatkan informasi, tetapi masyarakat secara lebih luas. Karena penggunaan internet bisa menghemat biaya dan memperluas jangkauan publikasi.
SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengolahan kuesioner finansial eksklusif UMKM Jakarta Pusat masih tinggi. Dari 100 responden, hanya 32 diantaranya yang sudah memiliki rekening bank. Dari hasil pengelolaan kuesioner juga diketahui bahwa banyak pedagang yang sudah mengetahui produk perbankan seperti tabungan, kredit, dan mesin ATM, tetapi untuk deposito masih terdengar asing bagi para pedagang karena ada 58 dari 100 responden yang tidak mengatahui deposito. Untuk penggunaan produk perbankan juga dirasakan masih kurang optimal, karena dari 32 responden yang memiliki rekening bank hanya 26 diantaranya yang menggunakan ATM, hanya 12 diantaranya yang pernah memiliki pinjaman bank, dan hanya 3 diantaranya yang pernah memiliki deposito. Dari keseluruhan, hanya 2 dari 32 responden yang pernah memiliki deposito, kredit, dan menggunakan ATM. Finansial inklusif yang masih tergolong rendah ini dikarenakan masih adanya beberapa hambatan yang dirasakan oleh para pedagang. Hal ini terlihat dari hasil pengelolaan bagian ketiga kuesioner yang digunakan untuk mengukur hambatan-hambatan finansial inklusif yang terjadi kepada para UMKM. Hasilnya, price exclusion lah yang memiliki nilai rata-rata terbesar dibandingkan dengan hambatan lainnya, yakni dengan nilai rata-rata sebesar 68. Untuk condition exclusion memiliki nilai rata-rata sebesar 64, marketing exclusion sebesar 50, access exclusion sebesar 50, self exclusion sebesar 37, dan yang terakhir adalah physical exclusion sebesar 16. Ada beberapa hal yang dapat mendorong para pedagang agar tertarik untuk mengakses perbankan, yakni dengan ada layanan yang dapat dinikmati oleh para pedagang tanpa perlu meninggalkan tempat dagangan mereka dalam waktu lama. Para pedagang juga tertarik untuk mengakses perbankan jika perysaratan terhadap produk-produk perbankan tidak rumit. Para pedagang juga tertarik untuk mengakses perbankan jika memang ada manfaat yang dirasakan dari pemanfaatan jasa perbankan. Para pedagang juga tertarik untuk mengakses perbankan jika memang sudah ada rasa kedekatan atau rasa mengenal bank, sehingga mereka memiliki kepercayaan untuk menggunakan jasa dan produk perbankan. Untuk mewujudkan finansial inklusif, perbankan juga melakukan banyak upaya seperti dengan menyediakan kantor cabang dan ATM di banyak daerah di Indonesia, memberikan persyaratan kredit yang lebih sederhana dan pencairannya juga tidak perlu menunggu lama, layanan cash pick up,
TabunganKu, KUR, mengupayakan LKD, melakukan program kemitraan, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan pihak regulator, baik OJK dan BI telah mengupayakan banyak cara untuk mendorong finansial inklusif, seperti pengadaan SiMolek, mengadakan edukasi bagi komunitas-komunitas tertentu, menyiapkan kurikulum bagi pelajar mengenai keuangan, melakukan pengembangan produk seperti LKD dan FIN. Baik perbankan dan regulator sudah menyediakan produk yang cukup sesuai bagi para UMKM, namun, masih ada kesenjangan informasi antara UMKM dengan perbankan dan regulator yang menyebabkan para pedagang tidak mengetahui bahwa bank sudah menyediakan produk-produk yang bermanfaat bagi para UMKM. Kesenjangan informasi ini dapat direntaskan dengan cara penyuluhan merata ke seluruh pelosok Indonesia. Penyuluhan juga bisa dilakukan dengan bantuan pemberdayaan sukarelawan. Para sukarelawan bisa langsung terjun ke lapangan untuk memberikan penyuluhan atau dengan cara kreatif lewat media sosial dan internet.
REFERENSI Banks, Erik. (2007). Finance the Basics. USA & Canada: Routledge. Cnaan, Ram A., M.S. Moodithaya., & Femida Handy. (2012). Financial Inclusion: Lessons from Rural South India. Cambridge University Huston, Sandra J. (2011). Measuring Financial Literacy. Rochester: SSRN Working Paper Series. Investor. (2014). 50 Best Banks 2014. Investor – Referensi Investasi, Vol. XVI (No. 252), 38. Khaki, Audil Rashid., & Mohi-ud-Din Sangmi. (2012). Financial Inclusion in Jammy & Kashmir: A Study on Banker’s Initiatives. Researchers World. Kurniati, Iin. (2013). Enam Pilar Strategis Financial Inclusion. Media Keuangan, Vol. VIII (No. 73), 14-16. Ledgerwood, Joannya., Julie Earne, and Candace Nelson. (2013). The New Microfinance Handbook – A Financial Market System Perspective. Washington DC: The World Bank. Lusardi, Annamaria. (2012). Financial Literacy and Financial Decision-Making in Older Adults. San Francisco: American Society on Aging. Rahman, Rafiqur., & Qiang Nie. (2011). The Synthesis of Grameen Bank Microfinance Approaches in Bangladesh. Canadian Center of Science and Education. Rahmat, H. (2013). Statistika Penelitian. Bandung: Pustaka Setia. Shafi, Mohammad., & Ali Hawi Medabesh. (2012). Financial Inclusion in Developing Countries: Evidences from an Indian State. Canadian Center of Science and Education. Siregar, Syofian. (2012). Statistika Deskriptif Untuk Penelitian, Dilengkapi Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada. www.bi.go.id www.bankmandiri.co.id www.bni.co.id www.bri.co.id www.cimbniaga.com www.danamon.co.id www.ojk.go.id www.worldbank.org Xu, Lisa., dan Bilal Zia. (2012). Financial Literacy around the World – An Overview of the Evidence with Practical Suggestions for the Way Forward. The World Bank: Finance and Private Sector Development.
RIWAYAT PENULIS
DATA PERSONAL NIM Nama Lengkap E-mail Alamat
: : : :
No. Telepon Jenis Kelamin Tempat, Tanggal Lahir Warga Negara Status Agama
: : : : : :
1401075076 Agnes Ariya
[email protected] Parung Serab Gg. Swadaya VI Rt03/Rw05 No. 40 Ciledug – Tangerang Banten 15153 0899 89 46068 / 021-7311573 Perempuan Jakarta, 16 April 1992 Indonesia Single Buddha
FORMAL EDUCATION 2010 – 2014
: Universitas Bina Nusantara, Jakarta S1 – Akuntansi – IPK: 3,75
2007 – 2010
: SMK Tarakanita, Jakarta SMK – Akuntansi
2004 – 2007
: SMPK Sang Timur, Ciledug-Tangerang SMP
PENGALAMAN ORGANISASI 2011 – 2012 : Mentor – Binus Student Learning Community
PENGALAMAN KERJA 2013-2014
: PT. Ambara Mitra Cemerlang, Jakarta Magang (Input Data, Menyusun Laporan Keuangan)