EVALUASI KAPASITAS PERENCANAAN EMBUNG UNTUK KEBUTUHAN PERENCANAAN IRIGASI DI DESA SEIFULU SIMEULUE TENGAH NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD) Dita melisa¹ dan Boas Hutagalung² ¹ Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email:
[email protected] ²Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil,Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU medan Email:
[email protected]
ABSTRAK Embung sebagai salah satu sarana pemanfaatan sumber daya air mempunyai fungsi untuk penyimpanan dan penyedia air, salah satunya untuk kebutuhan irigasi yang merupakan komponen yang sangat penting guna meningkatkan produksi pertanian. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan besar debit andalan yang dibutuhkan embung Seifulu dan menghitung berapa besar kebutuhan air di irigasi dalam menentukan pola tanam yang terbaik. Metode dalam penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan survei data primer dan data sekunder kemudian pengamatan sumber air,sistem irigasi, kedalaman embung dengan menggunakan alat bathrimetri (kontur dasar embung) kemudian dianalis berdasarkan analisis volume tampungan, analisis curah hujan, analisis kebutuhan air irigasi dan debit andalan. Penelitian ini memberikan kesimpulan dari hasil analisa curah hujan maksimum rata-rata terjadi pada bulan november sebesar 200 mm dan terendah pada bulan juli 50 mm, dari hasil analisis dengan menggunakan 24 alternatif pola tanam didapat nilai NFR yang terbesar 2,05 mm/hari dan yang terkecil yaitu sebesar 1,77 mm/hari dan alternatif ke-20. Dari hasil analisa debit andalan yang didapatkan 1,03 m³/detik. Berdasarkan analisa maka didapt volume tampungan pada embung Seifulu maka didapat volume tampungan 52810,763 m³. Kata Kunci : Perencanaan embung, curah hujan, pola tanam
ABSTRACT Embung as one means of utilization of water resources has functions for storage and water providers, one for irrigation needs are very important components in order to increase agricultural production. The purpose of this research is to obtain the required large ponds discharge mainstay Seifulu and calculate how much irrigation water needs to determine the best cropping pattern. The method used in this research is to conduct a survey of primary data and secondary data, then observations of water sources, irrigation systems, ponds depth using tools bathrimetri (basic contour ponds) then dianalis bin volume analysis, analysis of rainfall, irrigation water demand analysis and discharge mainstay. This study provides conclusions from the analysis the maximum rainfall occurred on average in November amounted to 200 mm and the lowest in July 50 mm, from the results of the analysis using 24 alternative cropping patterns obtained NFR greatest value 2.05 mm / day and a the smallest is equal to 1.77 mm / day and an alternative to-20. From the analysis mainstay obtained discharge 1.03 m³ / sec. Based on the analysis of the volume didapt bin on the importance of the ponds Seifulu bin 52810.763 m³ volume. Keywords: Planning Embung, rainfall, cropping pattern
1.PENDAHULUAN Pada musim kemarau sebagian besar wilayah di Simeulue Tengah sering mengalami kekeringan, sungai-sungai yang pada musim penghujan banyak terdapat air, pada musim kemarau menjadi berkurang airnya dan sebagian kawasan terkadang menjadi kering. Sungai Sebuluh adalah salah satu sungai yang pada musim kemarau mengalami kekeringan. Alternatif pemecahan yang melanda desa Seifulu dan sekitarnya maka pemerintah Kabupaten Simeulue Tengah, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum merencanakan Embung di desa Seifulu Kabupaten Simeulue Tengah. dengan adanya perencanaan embung Seifulu ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan air untuk kebutuhan persawahan setempat. Sistim pekerjaan peningkatan dan pemeliharaan jaringan pembangunan Embung Seifulu yang sesuai standar sangat di perlukan dalam usaha meningkatan produksi beras.
pada daerah-daerah embung tersebut diatas dan sekaligus memudahkan pelaksanaan exploitasi dan Pemeliharaan (E&P) yang efektif dan efisien, sehingga didapatkan tingkat maksimum usia teknis dan waktu dari embung tersebut yang sesuai dengan disain dan pelaksanaan program pola tanam dan tertib tanam, serta menjamin pendayagunaan pengadaan air yang dibutuhkan cukup untuk meningkatkan pendayagunaan areal Irigasi sekaligus untuk melipat gandakan produksi dalam upaya mencapai kecukupan pangan yang kesinambungan. Oleh sebab itu di perlukan suatu studi guna menyusun alternatif pemecahan masalah dan perencanaan teknis untuk mendapatkan fungsi dan manfaat dari sistem pengelolaan air yang baik, sehingga roda kehidupan dan perekonomiaan masyarakat dengan memanfaatkan dan pengembangan lahan ada. Adapun permasalahan-permasalahan yang di hadapi bangsa Indonesia pada umumnya khususnya di Kabupaten Simeulue saat ini, adalah masalah pangan yang produktif. Hal ini disebabkan, terjadinya pertukaran fungsi lahan, terjadinya keausan lahan, perluasan lahan yang lambat, dan lain-lainnya. Embung merupakan suatu bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpasan (run off) serta air lainnya untuk mendukung usaha pertanian dan perkebunan Daerah simeulue Tengah. Daerah Irigasi terletak di Kabupaten Simeulue Tengah, dengan luas lahan berkisar 60 Ha. Untuk mencapai Daerah Embung Seifulu dari Kabupaten Simeulue dapat di tempuh dengan kendaraan roda empat dan roda dua dengan jarak tempuh ± 70 km. Sumber air daerah embung Seifulu dengan Catchment Area seluas 4 km².
1.1 Dasar Teori Hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan “siklus hidrologi”. Siklus Hidrologi adalah suatu proses yang berkaitan, dimana air diangkut dari lautan ke atmosfer (udara), ke darat dan kembali lagi ke laut, Hujan yang jatuh ke bumi baik langsung menjadi aliran maupun tidak langsung yaitu melalui vegetasi atau media lainnnya akan membentuk siklus aliran air mulai dari tempat yang tinggi (gunung, pegunungan) menuju ke tempat yang rendah baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah yang berakhir di laut. Air hujan sebagian mengalir meresap kedalam tanah atau yang sering disebut dengan infiltrasi, dan bergerak terus kebawah. Air hujan yang jatuh ke bumi sebagian menguap (evaporasi dan transpirasi) dan membentuk uap air. Sebagian lagi mengalir masuk kedalam tanah (infiltrasi, perkolasi, kapiler). Air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang – ruang antara butir – butir tanah dan di dalam retak – retak dari batuan. Dahulu disebut air lapisan dan yang terakhir disebut air celah (fissure water). Aliran air tanah dapat dibedakan menjadi aliran tanah dangkal, aliran tanah antara dan aliran dasar (base flow). Disebut aliran dasar karena aliran ini merupakan aliran yang mengisi sistem jaringan sungai. Hal ini dapat dilihat pada musim kemarau, ketika hujan tidak turun untuk beberapa waktu, pada suatu sistem sungai tertentu aliran masih tetap dan kontinyu
1.1.1 Definisi Embung Embung adalah bangunan yang berfungsi untuk menampung air hujan dan digunakan pada musim kemarau bagi suatu kelompok masyarakat desa, atau embung didefenisikan sebagai konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpasan (run off) serta sumber air lainnya untuk mendukung usaha pertanian, perkebunan dan peternakan. Embung Seifulu ini memakai beton struktur, dan memakai berupa tanggul dari timbunan tanah pilihan. Embung Seifulu dari muka tanah berjarak 5 meter dengan beton struktur dan urug dengan timbunan pilihan. Panjang tanggul embung Seifulu ini berkisar 200 meter, rata-rata muka tanah permukaan air minimum 7 meter.
1.1.2 Curah Hujan Rata-Rata Areal Curah hujan rata–rata adalah tinggi air hujan yang jatuh pada suatu wilayah, dihitung setiap periode waktu (perbulan atau pertahun). Data hujan yang tercatat di setiap stasiun penakar hujan adalah tinggi hujan di sekitar stasiun tersebut. Ada tiga cara untuk menghitung hujan rata-rata daearah aliran yang bisa dilakukan, yaitu Metode Arithmetic Mean biasanya cara ini digunakan pada daearah datar dan banyak stasiun penakar hujannya dan dengan anggapan bahwa di daerah tersebut sifat curah hujannya adalah merata. Perhitungan dengan cara ini lebih obyektif daripada cara isohyet, dimana faktor subyektif masih turut menentukan.
R = 1n (R1 + R2 + ... + Rn )
(1)
dengan R : Area Rainfall (mm), n : Jumlah stasiun pengamat, R1 ,R2 , ..., Rn : Point Rainfall stasiun ke-i (mm). Metode Poligon Thiessen cara ini memasukkan faktor pengaruh daerah yang diwakili oleh stasiun penakar hujan yang disebut weighting factor atau disebut juga Koefisien Thiessen. Cara ini biasanya digunakan apabila titik-titik pengamatan di dalam daerah studi tidak tersebar secara merata. Metode Theissen akan memberikan hasil yang lebih teliti daripada cara aljabar tetapi untuk penentuan titik pengamatannya dan pemilihan ketinggian akan mempengaruhi ketelitian yang akan didapat juga seandainya untuk penentuan kembali jaringan segitiga jika terdapat kekurangan pengamatan pada salah satu titik pengamatan.
1.1.3 Debit Andalan Debit andalan (dependable flow) adalah debit yang selalu tersedia sepanjang tahun yang dapat dipakai untuk irigasi. Dalam penelitian ini debit andalan merupakan debit yang memiliki probabilitas 80%. Debit dengan probabilitas 80% adalah debit yang memiliki kemungkinan terjadi di bendung sebesar 80% dari 100% kejadian. Jumlah kejadian yang dimaksud adalah jumlah data yang digunakan untuk menganalisis probabilitas tersebut. Jumlah data minimum yang diperlukan untuk analisis adalah lima tahun dan pada umumnya untuk memperoleh nilai yang baik data yang digunakan hendaknya berjumlah 10 tahun data. Debit andalan 80% ialah debit dengan kemungkinana terpenuhi 80% atau tidak terpenuhi 20% dari periode waktu tertentu. Untuk menentukan kemungkinan terpenuhi atau tidak terpenuhi, debit yang sudah diamati disusun dengan urutan dari terbesar menuju terkecil.
1.1.4 Pengertian Evapotranspirasi Evapotranspirasi atau disebut penguapan adalah gabungan dari dua peristiwa yakni evaporasi dan transpirasi yang terjadi secara bersamaan disebut juga peristiwa evapotranspirasi. Kedua proses ini sulit untuk dibedakan karena keduanya terjadi secara simultan. Faktor iklim yang sangat mempengaruhi peristiwa ini, diantaranya adalah suhu, udara, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara,dan sinar matahari. Banyak rumus tersedia untuk menghitung besarnya evapotranspirasi yang terjadi, salah satunya adalah Metode Penman.
1.1.5 Perhitungan Evapotranspirasi Metode ini pertama kali dibuat oleh H.L Penman (Rothamsted Experimental Station, Harpenden, England) tahun 1984. Metode Penman pada mulanya dikembangkan untuk menentukan besarnya evaporasi dari permukaan air terbuka (E0). Dalam perkembangannya, metode tersebut digunakan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi potensial dari suatu vegetasi dengan memanfaatkan data iklim mikro yang diperoleh dari atas vegetasi yang akan menjadi kajian. Banyak rumus tersedia untuk menghitung besarnya evapotranspirasi yang terjadi salah satunya adalah Metode Penman. ETO = c [ w Rn + (1 – w) f(u) (ea – ed)
(2)
1.1.6 Curah Hujan Efektif Turunnya curah hujan pada suatu areal lahan mempengaruhi pertumbuhan tanaman di areal tersebut. Curah hujan tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk mengganti kehilangan air yang terjadi akibat evapotranspirasi, perkolasi, kebutuhan pengolahan tanah dan penyiapan lahan. Curah hujan efektif merupakan curah hujan yang jatuh pada suatu daerah dan dapat digunakan tanaman untuk pertumbuhannya. Jumlah hujan yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman tergantung pada jenis tanaman. Namun, tidak semua jumlah curah hujan yang turun pada daerah tersebut dapat dipergunakan untuk tanaman dalam pertumbuhannya, maka disini perlu diperhitungkan dan dicari curah hujan efektifnya. Curah hujan efektif (Reff) ditentukan berdasarkan besarnya R80 yang merupakan curah hujan yang besarnya dapat dilampaui sebanyak 80% atau dengan kata lain dilampauinya 8 kali kejadian dari 10 kali kejadian. Artinya, bahwa besarnya curah hujan yang terjadi lebih kecil dari R80 mempunyai kemungkinan hanya 20%. Untuk menghitung besarnya curah hujan efektif berdasarkan R80 = Rainfall equal or exceeding in 8 years out of 10 years, dinyatakan dengan rumus sebagai berikut R80 = (n/5) + 1 (3) dengan Reff = R80 = curah hujan efektif 80 % (mm/hari), n/5) + 1 = Rangking curah hujan efektif di hitung dari curah hujan terkecil, n = jumlah data. Menghitung curah hujan efektif dengan rumus :
Reff =
mm
(4)
Dengan R80 = Curah jhujan dengan probabilitas 80 %.
2. METODOLOGI Dalam penelitian, data merupakan hal yang memiliki peranan penting sebagai alat penelitian hipotesis pembuktian untuk mencapai tujuan penelitian. Data yang dibutuhkan pada dasarnya dibagi dalam dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder. Data primer ini diperoleh dengan cara melakukan pengamtan/ pengukuran langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait atau badan-badan tertentu.
2.1 Analisa Data Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dalam suatu perhitungan untuk memperoleh hasil penelitian yang selanjutnya akan diambil kesimpulan dari tujuan penulisan ini. Adapun cara analisis penelitian ini adalah : 1. Menganalisa curah hujan yaitu dengan mengambil data curah hujan 2. Pengamatan Kedalaman embung yaitu untuk mengamati langsung kedalaman embung sebaiknya langsung mengamati dilapangan dengan menggunakan alat untuk mengukur kedalaman danau bathimetri ( kontur dasar danau atau embung). 3. Pengamatan sumber air embung berasal dari aliran sungai Seifulu dan air hujan. 4. Menghitung volume tampungan embung tersebut. 5. Menganalisa kebutuhan air irigasi, yaitu berapa banyak air yang dibutuhkan untuk irigasi setempat. 6. Menghitung debit andalan, yaitu berapa debit air yang tersedia sepanjang tahun yang dipakai untuk kebutuhan irigasi. 7. Mendokumentasikan gambar bangunan embung sebagai bukti bahwa penulis telah mengamati keadaan embung tersebut dilapangan. 8.
Kesimpulan dan saran.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisa Curah Hujan Dalam penelitian ini data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan dari stasiun Bandara Lasikin simeulue yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika selama10 tahun. Tabel 1. Curah Hujan Rata-rata DAS embung Seifulu Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Ratarata
Jan 194 181 88 155 144 191 156 254 142 198
Feb 99 156 128 41 148 28 52 140 68 88
Mar 86 121 234 139 151 123 133 118 102 217
Apr 114 121 77 115 127 93 88 197 221 189
Mei 68 7 120 121 66 214 72 89 202 78
Juni 14 47 143 130 126 95 15 28 190 20
Juli 48 56 47 39 38 53 45 8 99 70
Agst 49 106 35 32 23 31 56 132 78 74
Sep 70 82 178 94 126 59 70 117 90 121
Okt 222 265 107 178 182 112 89 76 107 80
Nov 194 169 215 209 204 182 203 158 265 207
Des 105 149 198 200 146 197 217 164 184 212
170
95
142
134
104
81
50
61
100
142
200
177
3.2 Curah Hujan Efektif Tabel 2. Curah Hujan Efektif Nomor Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 R-80 R-eff (mm) R-eff (mm/hari)
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agst
Sep
Okt
Nov
Des
Prob
254 198 194 191 181 156 155 144 142 88
156 148 140 128 99 88 68 52 41 28
234 217 151 139 133 123 121 118 102 86
221 197 189 127 121 115 114 93 88 77
214 202 121 120 89 78 72 68 66 7
190 143 130 126 95 47 28 20 15 14
99 70 56 53 48 47 45 39 38 8
132 106 78 74 56 49 35 32 31 23
178 126 121 117 94 90 82 70 70 59
265 222 182 178 112 107 107 89 80 76
265 215 209 207 204 203 194 182 169 158
217 212 200 198 197 184 164 149 146 105
10%
144,0
51,5
117,5
93,0
67,5
20,0
38,5
31,5
69,5
88,5
182,0
148,5
105,1
37,6
85,8
67,9
49,3
14,6
28,1
23,0
50,7
64,6
132,9
108,4
7,0
2,5
5,7
4,5
3,3
1,0
1,9
1,5
3,4
4,3
8,6
7,2
20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Curah hujan efektif yang diperoleh probabilitas 80 % yang nilainya terbesar adalah R-80 = 182 pada bulan november. Pada tabel 4.3 analisa curah hujan efektif diperoleh dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut : Contoh pada perhitungan berikut ini dipakai R-80 = 182 pada bulan november. R-eff =
0,73x
1 x( R 80) 15
= 0,73 x x 182 = 8,85 hari/mm
3.3 Evapotranspirasi Berikut ini adalah tabel evapotranspirasi untuk kebutuhan dasar bagi tanaman yang harus dipenuhi oleh sistem irigasi berikut : Tabel 3. Tabel Evapotranspirasi
Besaran
Jan.
Feb.
Mar.
Apr.
Mei
Jun.
Jul.
Agt.
Sep.
Okt.
Nov.
Des.
Temperatur, t ( C ) Kec. Angin, U (knots) Kec. Angin, U (km/hari) f(U)=0.27(1+U/100) Sunshine, n/N (%) RH (%) ea (mbar) (Tabel ) ed = ea x RH/100 ea – ed W (Tabel ) 1–W Ra (Tabel ) Rs = (0.25 + 0.5 n/N) Ra Rns = (1 - a) Rs ; a=0.25 f(T) (Tabel ) f(ed) = 0.34 - 0.044 Ved
26,25
25,25
25,96
25,98
26,98
26,39
25,72
27,20
25,59
25,92
25,67
25,79
5,5
6,29
4,08
5,09
4,72
5,26
4,88
3,57
3,58
4,71
4,12
5,59
109,87
114,34
112,9
113,47
123,7
115,34
129,48
129,49
117,61
109,73
104,98
107,46
0,58 51,40 0,86 33,60 29,33 4,76 0,75 0,25 14,03
0,59 56,50 0,86 34,02 28,77 4,72 0,75 0,25 14,87
0,59 47,40 0,87 34,02 29,06 4,39 0,75 0,25 15,43
0,62 55,20 0,86 35,28 28,91 4,62 0,75 0,25 15,40
0,62 54,00 0,88 36,96 29,99 4,24 0,75 0,25 15,03
0,66 66,80 0,85 38,95 29,36 5,02 0,75 0,25 14,60
0,64 57,00 0,86 37,11 28,34 4,71 0,75 0,25 14,80
0,64 60,80 0,87 36,12 28,49 4,71 0,75 0,25 15,17
0,59 49,50 0,87 35,49 28,64 4,15 0,75 0,25 15,30
0,57 38,90 0,87 35,07 28,96 4,46 0,75 0,25 15,03
0,55 48,60 0,88 34,02 28,99 4,05 0,75 0,25 14,30
0,56 40,30 0,87 34,44 28,78 4,39 0,75 0,25 13,83
7,11
7,92
7,52
8,10
7,82
8,53
7,92
8,40
7,61
6,68
7,05
6,25
5,05
5,64
4,74
5,19
4,82
4,89
4,89
4,35
4,43
4,91
4,46
5,00
15,96
15,89
15,88
15,96
15,99
15,83
15,85
15,79
15,79
15,88
15,81
15,84
0,11
0,10
0,10
0,10
0,10
0,11
0,11
0,11
0,11
0,11
0,10
0,10
f(n/N)= 0.1 + 0.9 n/N Rn1 = f(T).f(ed).f(n/N) Rn = Rns - Rn1 U (m/det) U siang/ U malam C (konstanta) ET=C(W.Rn+(1W)(ea-ed).f(U)) ET (mm/bulan)
0,56
0,61
0,53
0,60
0,59
0,70
0,61
0,65
0,55
0,45
0,54
0,46
0,81
0,91
0,63
0,75
0,67
0,75
0,73
0,57
0,57
0,71
0,64
0,83
4,24 1,27 1,00 0,96
4,72 1,32 1,00 0,96
4,11 1,31 1,00 0,93
4,45 1,31 1,00 0,95
4,15 1,43 1,00 0,93
4,14 1,33 1,00 0,94
4,07 1,50 1,00 0,93
3,78 1,49 1,00 0,91
3,86 1,36 1,00 0,06389
4,21 1,27 1,00 0,94
3,82 1,22 1,00 0,93
4,17 1,24 1,00 0,94
3,66
4,08
3,43
3,81
3,51
3,61
3,52
3,27
3,24
3,57
3,19
3,54
113,51
118,38
107,91
114,21
108,81
108,35
109,16
101,36
97,16
110,79
95,57
109,86
3.4 Analisa Kebutuhan Air Irigasi Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan 24 alternatif pola tanam didapat nilai NFR (Net Farm Ratio) yang terkecil yaitu 1,77 mm/hari, dimana alternatif yang digunakan adalah alternatif ke-20. Dengan awal Land Preparation pada periode Okteber II. Tabel 4. Analisa Kebutuhan Air Irigasi untuk Alternatif-20
Bulan 1 Jan I II Feb I II Mar I II Apr I II Mei I II Juni I II Juli I II Ags I II Sep I II Okt I II Nop I II Des I II
Re mm/hari 2 7,01 7,01 2,51 2,51 5,72 5,72 4,53 4,53 3,29 3,29 0,97 0,97 1,87 1,87 1,53 1,53 3,38 3,38 4,31 4,31 8,86 8,86 7,23 7,23
Eto mm/hari 3 3,66 3,66 4,08 4,08 3,43 3,43 3,81 3,81 3,51 3,51 3,61 3,61 3,52 3,52 3,27 3,27 3,24 3,24 3,57 3,57 3,19 3,19 3,54 3,54
P mm/hari 4 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00
Kebutuhan Air Maksimum
WLR mm/hari 5 2,20 1,10 1,10
1,10 1,10 2,20 1,10 1,10
1,10 1,10
Koefisien Tanaman C1 C2 C3 C 6 7 8 9 0,95 1,05 1,05 1,02 0,00 0,95 1,05 0,67 0,00 0,95 0,32 LP LP LP LP 1,10 LP LP LP 1,10 1,10 LP LP 1,05 1,10 1,10 1,08 1,05 1,05 1,10 1,07 0,95 1,05 1,05 1,02 0,95 1,05 0,67 0,95 0,32 0,50 0,17 0,95 0,50 0,48 0,96 0,95 0,50 0,80 1,05 0,96 0,95 0,99 1,02 1,05 0,96 1,01 0,95 1,02 1,05 1,01 0,95 1,02 0,66 0,95 0,32 LP LP LP LP 1,10 LP LP LP 1,10 1,10 LP LP 1,05 1,10 1,10 1,08 1,05 1,05 1,10 1,07 Padi-I Padi-II Jagung
Etc mm/hari 10 3,72 2,44 1,29 10,43 9,97 9,97 4,13 4,06 3,57 2,34 1,14 0,60 1,70 2,83 3,23 3,30 3,26 2,13 1,13 10,06 9,80 9,80 3,84 3,78
NFR mm/hari 11 0,91 0,00 1,89 9,92 6,25 6,25 2,70 2,64 4,48 2,16 3,27 1,63 1,83 2,95 3,69 3,77 1,88 0,75 0,00 7,75 2,94 2,94 0,00 0,00 2,05 4,71 2,06
DR ltr/dtk/ha 12 0,16 0,00 0,34 1,77 1,11 1,11 0,48 0,47 0,80 0,38 0,58 0,29 0,33 0,53 0,66 0,67 0,33 0,13 0,00 1,38 0,52 0,52 0,00 0,00 1,77 0,84 0,37
3.5 Analisa Debit Andalan Dari data debit bulanan tersebut diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil dalam sepuluh tahun pengamatan tersebut. Karena pengamatan dilakukan selama 10 tahun, maka nilai debit andalan berada pada urutan ke-8 dari sepuluh tahun. Kemungkinan terpenuhinya 80% dalam satu tahun. Berikut adalah hasil pengurutan datanya. Tabel 5. Nilai Debit Andalan Urutan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agst
Sept
Okt
Nov
Des
9,52
3,87
2,32
Debit Bulanan (m³/detik) 1,88 1,49 1,33 1,13
1,13
0,97
0,77
0,56
0,14
9,38
3,65
2,31
1,87
1,48
1,29
1,29
1,12
0,92
0,72
0,46
0,08
7,56
3,46
2,25
1,83
1,47
1,23
1,23
1,11
0,89
0,71
0,47
0,07
6,64
3,19
2,15
1,74
1,46
1,22
1,22
1,11
0,89
0,68
0,44
0,06
5,71
3,03
2,04
1,71
1,45
1,21
1,21
1,09
0,87
0,66
0,38
0,06
5,42
2,93
2,04
1,70
1,45
1,25
1,25
1,05
0,86
0,66
0,38
0,55
5,1
2,87
2,04
1,56
1,44
1,20
1,20
1,03
0,84
0,60
0,37
0,50
4,51
2,82
1,19
1,55
1,41
1,17
1,17
1,03
0,82
059
0,23
0,45
4,21
2,59
1,97
1,55
1,41
1,16
1,16
1,03
0,80
0,57
0,20
0,40
3,88
2,39
1,92
1,54
1,35
1,14
1,14
0,99
0,79
0,57
0,18
0,02
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 6. Probabilitas Kejadian Debit dalam 10 tahun PROB
No
0,826446
2
Debit m³/det 9,52 t 9,38
21
Debit m³/det 2,59
PROB
No
41
Debit m³/det 1,54
PROB
No
61
Debit m³/det 1,16
PROB
No
81
Debit m³/det 0,99
1,652893
17,35537
22
2,39
18,18182
33,8843
42
1,49
34,71074
50,41322
62
1,14
51,23967
66,94215
82
0,97
67,7686
3
7,36
2,479339
23
2,32
19,00826
43
1,48
35,53719
63
1,13
52,06612
83
0,92
4 5
6,64
3,305785
24
5,71
4,132231
25
2,32
19,83471
44
2,31
20,66116
45
1,47
36,36364
64
1,46
37,19008
65
1,29
52,89256
84
1,25
53,71901
85
6
5,42
4,958678
26
2,25
21,4876
46
1,45
38,01653
66
1,23
54,54545
7
5,1
5,785124
27
2,15
22,31405
47
1,45
38,84298
67
1,22
8 9
4,51
6,61157
28
4,21
7,438017
29
2,09
23,1405
48
2,04
23,96694
49
1,45
39,66942
68
1,44
40,49587
69
10
3,88
8,264463
30
1,97
24,79339
50
1,41
41,32231
11
3,65
12
3,46
9,090909
31
1,92
9,917355
32
1,88
25,61983
51
1,41
26,44628
52
1,35
13
3,19
10,7438
33
1,87
27,27273
53
14
3,03
11,57025
34
1,83
28,09917
15
3,19
16
3,03
12,39669
35
1,74
13,22314
36
1,71
17
2,93
14,04959
37
18
2,87
14,87603
19
2,82
20
2,59
No 1
101
Debit m³/det 0,57
83,47107
102
0,56
84,29752
68,59504
103
0,47
85,12397
0,89
69,42149
104
0,44
85,95041
0,89
70,24793
105
0,38
86,77686
86
0,87
71,07438
106
0,38
87,60331
55,3719
87
0,86
71,90083
107
0,37
88,42975
1,21
56,19835
88
0,84
72,72727
108
0,23
89,2562
1,2
57,02479
89
0,82
73,55372
109
0,2
90,08264
70
1,17
57,85124
90
0,8
74,38017
110
0,18
90,90909
42,14876
71
1,16
58,67769
91
0,79
75,20661
111
0,14
91,73554
42,97521
72
1,14
59,50413
92
0,77
76,03306
112
0,08
92,56198
1,33
43,80165
73
1,13
60,33058
93
0,72
76,8595
113
0,07
93,38843
54
1,29
44,6281
74
1,12
61,15702
94
0,71
77,68595
114
0,06
94,21488
28,92562
55
1,23
45,45455
75
1,11
61,98347
95
0,68
78,5124
115
0,06
95,04132
29,75207
56
1,22
46,28099
76
1,11
62,80992
96
0,66
79,33884
116
0,55
95,86777
1,7
30,57851
57
1,21
47,10744
77
1,09
63,63636
97
0,66
80,16529
117
0,5
96,69421
38
1,56
31,40496
58
1,25
47,93388
78
1,05
64,46281
98
0,6
80,99174
118
0,45
97,52066
15,70248
39
1,55
32,2314
59
1,2
48,76033
79
1,03
65,28926
99
0,59
81,81818
119
0,4
98,34711
16,52893
40
1,55
33,05785
60
1,17
49,58678
80
1,03
66,1157
100
0,57
82,64463
120
0,02
99,17355
PROB
PROB
Gambar 1. Grafik Flow Duration Curve
12
10
Debit (m³/detik)
8
6 Series1 4
2
0 0
20
40
60
80
100
120
Probabilitas
3.6 Perhitungan Volume Tampungan Untuk menghitung volume tampungan Embung Seifulu, maka rumus yang di gunakan menghitung volume tersebut adalah :
Dimana :
A = Luas Section Lx = Jarak antara Potongan X1 dan Potongan X2
Dari gambar potongan melintang Embung Seifulu maka dapat dihitung luas penampang Embung Seifulu dengan cara menghitung luasan tiap-tiap section pada potongan Embung. Cara yang dilakukan untuk mengitung luasan tersebut dengan menggunakan aplikasi autocad 2007. Berikut adalah hasil perhitungannya : Potongan I-I Luas potongan I-I dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi autocad 2007 dengan perintah “Area”. Maka diketahui luas potongan I-I adalah 371,815 m². Potongan II-II Luas potongan II-II dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi autocad 2007 dengan perintah “Area”. Maka diketahui luas potongan II-II adalah 545,649 m². Potongan III-III Luas potongan III-III dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi autocad 2007 dengan perintah “Area”. Maka diketahui luas potongan III-III adalah 167,188 m². Potongan IV-IV Luas potongan IV-IV dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi autocad 2007 \dengan perintah “Area”. Maka diketahui luas potongan IV-IV adalah 125,764 m². Potongan V-V Luas potongan V-V dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi autocad 2007 dengan perintah “Area”. Maka diketahui luas potongan V-V adalah 36,809 m². Potongan VI-VI
Luas potongan VI-VI dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi autocad 2007 dengan perintah “Area”. Maka diketahui luas potongan VI-VI adalah 10,617 m². Potongan VII-VII Luas potongan VII-VII dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi autocad 2007 dengan perintah “Area”. Maka diketahui luas potongan VII-VII adalah 1,35 m². Potongan VIII-VIII Luas potongan VIII-VIII dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi autocad 2007 dengan perintah “Area”. Maka diketahui luas potongan VIII-VIII adalah 1,15 m². Potongan IX-IX Luas potongan IX-IX dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi autocad 2007 dengan perintah “Area”. Maka diketahui luas potongan IX-IX adalah 54,68 m². Potongan X-X Luas potongan X-X dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi autocad 2007 dengan perintah “Area”. Maka diketahui luas potongan X-X adalah 95,43 m². Potongan XI-XI Luas potongan XI-XI dapat dihitung dengan menggunakan aplikasi autocad 2007 dengan perintah “Area”. Maka diketahui luas potongan XI-XI adalah 118,92 m². Gambar 2. Potongan Embung Seifulu
Maka, V total = Pot I+ Pot II + Pot III + Pot IV + Pot V + Pot VI + Pot VII+ Pot VIII+ Pot IX + Pot X + Pot XI = 25230,26 +16751,66 + 2929,52 + 2845,02 + 616,538 + 197,455 + 37,5 + 837,45 + 150,11 + 3215,25 = 52810,763 m³ Dari hasil perhitungan Volume tampungan Embung Seifulu Simeulue Tengah yang didapatkan adalah 52810,763 m³
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut : 1.
2.
3. 4. 5.
Dari Analisis Data Curah Hujan didapat curah hujan maksimum rata – rata terlihat bahwa curah hujan maksimum rata-rata terjadi di bulan November sebesar 200 mm dan terendah terjadi di bulan Juli sebesar 50 mm. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan 24 alternatif pola tanam didapat nilai NFR ( Net Farm Ratio ) yang terkecil yaitu sebesar 1,77 mm/hari, dimana alternatif yang digunakan adalah alternatif ke-20. Dengan awal Land Preparation pada periode Oktober II. Berdasarkan hasil analisa, maka didapat volume tampungan pada Embung Seifulu adalah 52810,763 m³. Berdasarkan dari hasil debit andalan yang didapatkan dari perhitungan untuk memenuhi kebutuhan irigasi Seifulu adalah 1,03 m³/detik. Berdasarkan hasil analisa berdasarkan alternatif kebutuhan air tanam NFR dan DR pada irigasi Seifulu terjadi meningkat pada bulan Okteber dan Nopember.
4.2 Saran 1. 2. 3.
Untuk dapat meningkatkan luas areal irigasi Seifulu diperlukan pemanfaatan air dengan optimal sehingga debit air yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan debit untuk peningkatan lahan. Diharapkan pengembangan lahan dapat diiringi dengan kegiatan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi baik oleh pemerintah maupun oleh P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air). Melakukan optimalisasi pemanfaatan air Embung untuk kebutuhan irigasi dan kebutuhan air minum bagi masyarakat setempat.
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jendral Pengairan,Departemen Pekerjaan Umum, 1986. Standar Perencanaan Irigasi: Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi (KP-01), Jakarta. Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, 1986. Standar Perencanaan Irigasi: Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan (KP-04), Jakarta. Kohler, M.A, Linsley, R.K dan Paulhus, J.L.H, 1996. Hidrologi Untuk Insinyur, Penebit Erlangga, Jakarta. Soedibyo. 2003. Teknik Bendungan, Pradnya Paramita, Jakarta. Soemarto, C.D, 1999. Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta. Sri, Harto, BR. 1993. Analisis Hidrologi, Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Sosrodarsono, Suyono. 1983. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita, Jakarta. Triatmodjo, Bambang. 2009. Hidrologi Terapan. Penerbit Beta Offset, Yogyakarta.