EVALUASI ELEKTROKARDIOGRAM DOMBA LOKAL (Ovis aries) PASCA PENANAMAN IMPLAN TULANG BIFASIK KALSIUM FOSFAT PADA KERUSAKAN SEGMENTAL TULANG
RIZAL EKO KURNIAWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Evaluasi Elektrokardiogram Domba Lokal (Ovis aries) Pasca Penanaman Implan Tulang Bifasik Kalsium Fosfat pada Kerusakan Segmental Tulang” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2015 Rizal Eko Kurniawan NIM B04100035
ABSTRAK RIZAL EKO KURNIAWAN. Evaluasi Elektrokardiogram Domba Lokal (Ovis aries) Pasca Penanaman Implan Tulang Bifasik Kalsium Fosfat pada Kerusakan Segmental Dibimbing oleh RIKI SISWANDI dan GUNANTI. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas elektrokardiografi jantung domba lokal (Ovis aries) setelah penanaman implan tulang Bifasik Kalsium Fosfat (BKF). Penelitian menggunakan 12 ekor domba lokal jantan berumur 1.5 tahun dengan berat badan ±23 kg (22.93±2.75 kg) yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menerima perlakuan dengan penanaman implan tulang BKF I (HAp 60%:β-TKF 40%) dan kelompok kedua menerima perlakuan dengan implantasi implan tulang BKF II (HAp 70%:β-TKF 30%). Perlakuan dilakukan secara aseptis pada sepertiga proximal medial os tibia. Perekaman EKG dilakukan dalam keadaan hewan teranestesi pada hari ke-0, 7, 30, dan 60 setelah operasi. Amplitudo P, Durasi P, Amplitudo R, interval QRS, interval PR, interval QT dan nilai aksis tidak berbeda nyata. Segmen ST berbeda nyata pada kedua kelompok pada hari 30 dan 60. Frekuensi jantung cenderung menurun. Nilai rataan aksis pada domba +56.07° lebih berada pada posisi kanan. Secara keseluruhan, penanaman implan tulang BKF tidak berpengaruh terhadap aktivitas jantung. Kata kunci: Bifasik Kalsium Fosfat, Domba lokal (Ovis aries), Elektrokardiogram, implan tulang.
ABSTRACT RIZAL EKO KURNIAWAN. Electrocardiogram Evaluation of Local Sheep (Ovis aries) after Bifasic Calcium Phospate Bone Graft implantation on Segmental Bone Defect. Supervised by RIKI SISWANDI and GUNANTI. This study was aimed to evaluate the electrocardiographic activity of Local Sheep (Ovis aries) following biphasic calcium phosphate bone graft implantation. Twelve rams aged 1.5 years and ±23 kgs (22.93±2.75 kgs) of body weight were used in present experiment and divided into two groups. The first group received BCP I implant which contains 60% hydroxyapatite (HA) and 40% betha tricalcium phospate (β-TCP). The other group received BCP II implant which contains 70% HA and 30% β-TCP. Bone implantation was made aseptically in one-third proximal medial of tibial bone. The electrocardiogram examination was done in anesthetized condition on day 0, 7, 30, and 60. P amplitudo, P duration, R amplitudo, QRS interval, PR interval, QT interval and electrical axis were not significantly different. ST Segment were significantly different (P<0.05) in both groups in the 30 to 60 days. Heart rate values tended to be decreased. The MEA values +56.07° tended to have right axis deviation. Overall, heart activity was not affected by bone implantation. . Keywords: Biphasic Calcium Phosphate, Bone Graft, Electrocardiogram, Local Sheep (Ovis aries).
EVALUASI ELEKTROKARDIOGRAM DOMBA LOKAL (Ovis aries) PASCA PENANAMAN IMPLAN TULANG BIFASIK KALSIUM FOSFAT PADA KERUSAKAN SEGMENTAL TULANG
RIZAL EKO KURNIAWAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala karuniaNya sehingga dapat menyusun skripsi. Judul yang dipilih dalam penelitian ini berjudul “Evaluasi Elektrokardiogram Domba Lokal (Ovis aries) Pasca Penanaman Implan Tulang Bifasik Kalsium Fosfat Pada Kerusakan Segmental Tulang”. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung Hibah BOPTN lintas Departemen Institut Pertanian Bogor Tahun 2013 dengan judul “Penggunaan Bahan Implan Tulang Kombinasi Betha-Trikalsium Fosfat dan Bifasik Kalsium Fosfat sebagai materi substitusi pada kerusakan segmental tulang”. Penulis mengetahui bahwa karya ini belum sempurna, sehingga bimbingan dan arahan yang membangun sangat diharapkan demi hasil penelitian yang lebih baik. Penulis ucapkan terima kasih kepada Drh Riki Siswandi, MSi selaku pembimbing I, Dr Drh Gunanti, MS selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi, dan Drh Herwin Pisestyani, MSi sebagai pembimbing akademik. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr Ki Agus Dahlan, Dr Drh Ariyani Sismin Satyaningtyas MSc yang selalu memberikan nasihat penulis, Adik (Risfani Fajar Irawan), BEM FKH IPB Kabinet Strategis, DKM An Nahl, Musyrif Rumah Quran, rekan rekan Rumah Quran dan keluarga IMPATA yang selalu mendukung dan mendoakan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ridzki M Luthfi atas kerjasamannya selama pembuatan skripsi. Semoga penulis dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca.
Bogor, Februari 2015 Rizal Eko Kurniawan
DAFTAR ISI _Toc407167238DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
TINJAUAN PUSTAKA
2
Bifasik Kalsium Fosfat
2
Penggunaan Domba sebagai Hewan Model
2
Jantung
3
Elektrokardiografi
3
METODE
4
Tempat dan Waktu
4
Alat
4
Bahan
4
Prosedur Penelitian
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Gelombang P
6
Kompleks QRS
7
Interval PR
8
Interval QT
9
Segmen ST
9
Frekuensi Jantung
10
Rataan Nilai Aksis 100 SIMPULAN
10
SARAN
11
DAFTAR PUSTAKA
11
RIWAYAT HIDUP
14
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Amplitudo gelombang P (mV) Durasi gelombang P (s) Amplitudo gelombang R (mV) Durasi kompleks QRS (s) Durasi interval PR (s) Interval QT (s) Durasi segmen ST (s) Frekuensi Jantung (bpm) Nilai Aksis
6 7 7 8 8 9 10 10 11
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4
Domba lokal (Ovis aries) Grafik EKG Pemasangan lokasi elektroda EKG pada domba Lubang Implantasi dan Operasi
3 4 5 6
PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap tahun kebutuhan subtitusi tulang terus bertambah, karena meningkatnya kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang, penyakit bawaan dan non bawaan (Ficai et al. 2011). Kebutuhan allograft tulang semakin meningkat setiap tahunnya seperti trauma, tumor, ataupun patah tulang (Murugan dan Ramakrishna 2004) sehingga dibutuhkan berbagai bahan sintetis untuk bahan implan tulang walaupun secara komersil sudah tersedia, namun tidak ada satupun bahan sintetis produksi dalam negeri. Allograft tulang merupakan salah satu jenis dan sumber jaringan pada implan tulang yang berasal dari berbagai material termasuk polimer alam, polimer sintetik, keramik, dan komposit (Laurencin 2009). Pada penelitian ini implan terbuat dari bahan Bifasik Kalsium Fosfat. Bifasik Kalsium Fosfat (BKF) merupakan jenis kalsium yang mengandung dua fase yaitu hidroksiapatit (HA) dan trikalsiumfosfat (TKF). Berbagai studi menyebutkan bahwa hidroksiapatit ini bersifat osteoinduktif dan menyokong osteointegrasi (Hua et al. 2005). Penggunaan bahan implan tulang dapat menyebabkan Bone cement implantation syndrome (BCIS). Salah satu metode diagnosa yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya BCIS akibat penanaman implan tulang adalah dengan menggunakan elektrokardiografi (EKG). Pada kasus BCIS penggunaan implan tulang akan menghasilkan tekanan intramedula yang tinggi pada saat implan tulang disisipkan dalam tulang akibat emboli yang terjadi pada jantung (PAPSRS 2006), sehingga EKG digunakan untuk melihat fungsi jantung melalui aktivitas listrik jantung domba pasca penanaman impan tulang BKF. Interpretasi elektrokardiografi terhadap hewan model ditujukan untuk melihat pada perubahan grafik yang terjadi setelah penanaman tulang.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas elektrokardiografi jantung domba (Ovis aries) setelah penanaman implan tulang BKF pada kerusakan segmental tulang serta mengetahui pengaruhnya terhadap aktifitas jantung. Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberikan gambaran terhadap biokompatibilitas pasca penanaman implan Bifasik Kalsium Fosfat. Bifasik Kalsium Fosfat tersebut akan digunakan sebagai subtitusi tulang pada kerusakan segmental tulang pada manusia.
2
TINJAUAN PUSTAKA Bifasik Kalsium Fosfat Jenis dan sumber jaringan pada implan tulang dapat dibagi menjadi autograft (tulang berasal dari individu penerima implan tersebut), allograft (tulang berasal dari individu pendonor dengan spesies yang sama), xenograft (tulang substitusi berasal dari spesies lain seperti sapi. Bahan material lain yang dapat digunakan antara lain polimer alam, polimer sintetik, keramik dan komposit (Laurencin 2009). Keramik bioaktif komersial yang digunakan untuk perbaikan tulang terdiri atas kombinasi kalsium karbonat (CaCO3, dalam bentuk aragonit), kalsium sulfat (CaSO4.2H2O), kalsium fosfat, dan gelas bioaktif. Keramik kalsium fosfat termasuk diantaranya beta-trikalsium fosfat [β-TKF, Ca3(PO4)2], hidroksiapatit [HA, Ca10(PO4)6(OH)2], dan Bifasik Kalsium Fosfat (BKF). Bifasik Kalsium Fosfat terbuat dari campuran inti HA dan β-TKF. Melalui kombinasi dari tingkat yang seimbang antara tahap yang lebih stabil (HA) dan yang lebih mudah larut (β-TKF), adalah mungkin untuk merumuskan BKF dengan laju disolusi terkontrol dan sifat mekanik yang berbeda (LeGeros dan Daculsi 1997). Penggunaan Domba sebagai Hewan Model ISO 10993-6 1994 menentukan bahwa dalam penelitian ortopedik, salah satu hewan coba yang dianggap layak untuk percobaan implantasi material sebagai model bagi manusia adalah domba (Pearce et al. 2007). Penelitian orthopedik dunia pada periode 1990-2001, dilaporkan sebanyak 9-12% menggunakan domba sebagai hewan model penelitian fraktur, osteoporosis, dan osteoarthritis (Martini et al. 2001). Penggunaan domba dewasa memiliki keunggulan karena berat badan yang hampir menyerupai manusia, dan juga memiliki tulang panjang dengan dimensi yang dapat digunakan untuk aplikasi implan dan prosthesis manusia. Tulang domba dan manusia memiliki pola serupa dalam pertumbuhan tulang (bone ingrowth) terhadap poros implan (Pearce et al. 2007), kesamaan densitas (0.43 g/cm3) (Nafei et al. 2000), dan komposisi mineral tulang domba dan manusia tidak menunjukan perbedaan yang signifikan (Ravaglioli et al. 1996). Domba yang dipakai pada saat penelitian adalah domba lokal Indonesia dengan spesies Ovis aries. Domba yang digunakan sebagai hewan coba dalam penelitian ini adalah domba lokal. Klasifikasi domba lokal menurut Herren (2000), yaitu : Kingdom : Animalia Fillum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Artiodactyla Famili : Bovidae Genus : Ovis Spesies : Ovis aries
3
Gambar 1 Domba sebagai objek penelitian Jantung Jantung sebagai pompa menyalurkan darah keseluruh tubuh dipisahkan dari organ-organ dalam thoraks lainnya oleh perikardium. Perikardium adalah sebuah kantung yang secara normal berisi cairan jernih yang melumasi jantung dan memungkinkannya berkontraksi tanpa banyak mengalami gesekan. Jantung bagian miokardium ditutupi oleh jaringan fibrosa yaitu epikardium (Ganong 2002). Jantung terdiri atas dua pompa yang terpisah, yakni jantung kanan yang memompakan darah ke paru-paru dan jantung kiri memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung memiliki dua ruang pompa yang dapat berdenyut, terdiri atas atrium dan ventrikel. Atrium terutama berfungsi sebagai pompa primer yang lemah bagi ventrikel, yang membantu mengalirkan darah masuk kedalam ventrikel. Ventrikel selanjutnya menyediakan tenaga utama yang dapat dipakai untuk mendorong darah ke sirkulasi pulmonal atau sirkulasi perifer. Sistem konduksi jantung dihantarkan mulai dari nodus sinoatrial (nodus SA) melalui nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His hingga ke serabut Purkinje. Impuls jantung dihantarkan oleh nodus SA yang terletak di perbatasan vena cava superior dengan atrium kanan menuju nodus AV yang terletak di posterior kanan septum intraatrial. Nodus SA dan nodus AV dihubungkan oleh tiga serabut. Pada bagian anterior terdapat serabut Bachman, di tengah terdapat serabut Weckenbach dan pada bagian posterior terdapat serabut Thorel. Impuls yang mencapai nodus AV dihantarkan menuju ke serabut His dan terbagi menjadi dua cabang yaitu cabang kanan dan kiri. Impuls dilanjutkan melalui bundel otot yang berjalan subendokardial melewati septum kemudian terhubung melalui berkas Purkinje sehingga impuls akan tersebar ke seluruh ventrikel dan menyebabkan kontraksi jantung (Barret et al. 2010). Elektrokardiografi Elektrokardiografi (EKG) adalah hasil aktivitas listrik otot jantung berupa suatu sinyal (Shirley 2007). Teknik perekaman EKG yang sering digunakan, yaitu teknik monitoring standar ekstremitas (metode Einthoven) atau bipolar limb leads. Metode perekaman EKG dilakukan pada 3 tempat pada penelitian ini yakni sadapan I dengan sudut orientasi 0º dibentuk dengan membuat elektroda positif pada lengan
4 kiri (LA-left arm) dan elektroda negatif pada lengan kanan (RA-right arm). Sadapan II dengan sudut orientasi 60º dibentuk dengan membuat elektroda positif pada kaki kiri (LL-left leg) dan elektroda negatif pada lengan kanan (RA- right arm). Sadapan III dengan sudut orientasi 120º dibentuk dengan membuat elektroda positif pada kaki kiri (LL-left leg) dan elektroda negatif pada lengan kiri (LA-left arm).
Gambar 2 Grafik EKG (Barret et al. 2010)
METODE Tempat dan Waktu Pembuatan implan tulang dilakukan di Laboratorium Biofisika Material, Departemen Ilmu Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB. Operasi penanaman implan tulang dilakukan di Laboratorium Divisi Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, bulan Juli hingga November 2013. Pemeliharaan hewan dilakukan di kandang Unit Pengelolaan Hewan Laboratorium (UPHL) FKH-IPB.
Alat Peralatan yang digunakan adalah perlengkapan anestesi per-injeksi, bor tulang, mesin EKG Portable (Fukuda M-E cardisuny D300®), termometer, stetoskop, syringe, alat cukur, dan kamera digital yang digunakan untuk mendokumentasikan, peralatan bedah minor, bor tulang dengan mata bor ukuran 5 mm, wadah plastik untuk pakan dan minum, ember, selang air, dan gunting. Bahan Penelitian menggunakan domba sebagai model hewan. Domba yang dipakai adalah domba jantan ekor gemuk berjumlah 12 (dua belas ekor) yang dipilih secara acak dan dibagi kedalam dua kelompok perlakuan. Umur domba berkisar 1.5 tahun dengan rata-rata bobot badan ±23 kg (22.93±2.75). Bahan lain yang digunakan
5 yaitu air, pakan (konsentrat dan rumput). Perbandingan komposisi hidroksiapatit (HA) dan β-Trikalsiumfosfat (TKF) yang digunakan pada penelitian ini adalah 60%:40% yang selanjutnya disebut Bifasik Kalsium Fosfat (BKF) I dan 70%:30% Bifasik Kalsium Fosfat (BKF) II berbentuk pelet silinder dengan diameter 4 mm dan tinggi 7 mm, Intermectin® 10 mg/ml (Ivermectin, PT.Tekad Mandiri Citra), Albentack-900® (Albendazole, Biotek Indonesia), Aludonna® 0.25 mg/ml (Atropin Sulfat, PT. Armoxindo Farma), Xylazil® 20 mg/ml (Xylazine, Troy Laboratories), Ketamil® 100 mg/ml (Ketamin HCl, Troy Laboratories), Flunixin® 50 mg/ml, Roxine® 100 mg/ml (Enrofloxacine, Sanbe Farma), Ephinephrine® (Ephinephrine hydrochlorida, Phapros), povidone iodine 2.5%, alkohol 70%, plester, kapas, kasa, tampon, benang jahit Catgut Chrom® 3-0 (Catgut, Bbraun), Vicryl® 6-0 (Polygactin, Ethicon), jarum spoid ukuran 24G dan 27G, spoid ukuran 1 ml, dan spoid ukuran 3 ml serta label. Prosedur Penelitian Domba yang dipilih secara acak dibagi kedalam dua kelompok perlakuan. Pada kelompok pertama domba diimplan dengan implan BKF I. Kelompok kedua diimplan dengan implan BKF II. Operasi implantasi dilakukan sesuai dengan prosedur bedah aseptis. Sebelum operasi, domba menerima premedikasi aludonna® 0.25%. Anasthesi dilakukan dengan induksi xylazil® 2% intramuskular (IM) dan rumatan menggunakan Ketamil® 10% (Plumb 2005). Perekaman EKG menggunakan tiga sandapan bipolar standar (Lead 1, 2, dan 3) dan tiga sandapan unipolar (Lead aVR, aVL, dan aVF) direkam dengan klip EKG (crocodile clips) sebagai elektroda EKG dengan prinsip base apex. Elektroda EKG berjumlah empat buah (merah, kuning, hijau, dan hitam). Tempat untuk meletakkan elektroda EKG dicukur menggunakan alat cukur dan diberikan gel EKG. Pencukuran dilakukan pada carnial dorso scapula dextra untuk meletakkan elektroda EKG yang berwarna merah. Pencukuran pada intercostae sinistra keempat untuk meletakkan elektroda EKG yang berwarna kuning. Pencukuran didaerah persendian antara femur dan tibia fibula untuk meletakkan elektroda elektrokardiograf yang berwarna hitam untuk kaki belakang sebelah kanan dan warna hijau pada kaki sebelah kiri.
Gambar 3 Pemasangan elektroda EKG pada domba Pemasangan implan dilakukan pada bagian medial dari tulang tibia kanan menggunakan bor tulang untuk membuat lubang sesuai dengan ukuran pelet implan tulang. Luka sayatan operasi ditutup dengan penjaitan perosteum otot, subkutan, dan kulit dengan jahitan sederhana. Operasi dilakukan oleh operator yang sama untuk mencegah variasi operasi. Domba kemudian menerima suntikan antibiotik
6 Roxine® 100 mg/ml (Enrofloxacine, Sanbe Farma) dengan dosis 4 mg/kgBB, dan analgesia merk Flunixin® 50 mg/ml dengan dosis 2 mg/kgBB sekali sehari selama lima hari sesudah operasi.
Perekaman EKG dilakukan dalam keadaan terbius, sebelum domba memperoleh perlakuan penanaman implan tulang (pada keadaan normal) hari ke-0, 7, 30, dan 60 setelah operasi. Perekaman elektrokardiogram (EKG) digunakan mesin elektrokardiograf (EKG) (Fukuda ME Cardiosunny D300®) yang telah dikalibrasi 1 mV = 10 mm dengan kecepatan kertas 50 mm/detik. Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu amplitudo P, durasi P, durasi interval QRS, amplitudo R, durasi interval QRS, durasi interval PR, durasi interval QT, durasi segmen ST, frekuensi jantung, dan nilai aksis. Data yang diperoleh dinyatakan dalam rataan dan simpangan baku. Data diolah menggunakan Piranti lunak Microsoft Excel 2007 dan IBM Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 21. Data variabel dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode One Way analyse of variant (ANOVA), kemudian dilanjutkan dengan uji Duncan pada selang kepercayaan 95%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gelombang P Gelombang P terjadi karena adanya potensial listrik yang dicetuskan sewaktu atrium berdepolarisasi (Guyton dan Hall 2006) sehingga amplitudo P dapat diinterpretasikan sebagai pembesaran atrium pada jantung (Widjaja 1990). Tabel 1 Amplitudo P (mV) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan waktu Hari 0 7 30 60
BKF I 0.100 ± 0.019ax 0.122 ± 0.017ax 0.085 ± 0.015ax 0.090 ± 0.019ax
Amplitudo P (mV) BKF II 0.096 ± 0.023ax 0.116 ± 0.018ax 0.085 ± 0.016ax 0.110 ± 0.023ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05) dalam kelompok perlakuan.
7 Dilatasi atrium kanan mengakibatkan besarnya impuls nodus Sinoatrial (SA) yang dikeluarkan dan menjalar ke nodus Atrioventrikular (AV) (Guyton dan Hall 2006). Berdasarkan hasil penelitian, amplitudo P tidak terdapat perbedaan nyata diantara kedua kelompok (Tabel 1). Amplitudo P pada penelitian ini berada pada kisaran nilai normal 0.130 ± 0.02 mV. Gelombang P pada domba dalam beberapa kasus tidak bisa diukur. Keberadaan gelombang P ada namun tidak jelas (Ahmed dan Sanyal 2008) dan perbedaan nilai diduga sebagai variasi normal. Tabel 2 Durasi P (detik) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan waktu Hari 0 7 30 60
Durasi P (detik) BKF I 0.035 ± 0.005ax 0.037 ± 0.006ax 0.041 ± 0.005ax 0.037 ± 0.002ax
BKF II 0.040 ± 0.005ax 0.039 ± 0.006ax 0.036 ± 0.001ax 0.041 ± 0.002ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05) dalam kelompok perlakuan.
Pengukuran durasi P dilakukan untuk mengetahui waktu depolarisasi atrium. Durasi P pada EKG tidak menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) pada kelompok I dan kelompok II (Tabel 2). Pada penelitian ini nilai durasi P masih berada pada kisaran normal. Menurut Ahmed dan Sanyal (2008), rata-rata durasi P pada domba adalah 0.040±0.004 detik. Pada durasi P menunjukkan tidak adanya gangguan pada aktivitas atrium akibat penanaman bahan implan (Widjaja 1990). Berdasarkan kertas rekaman EKG pada sadapan II juga tidak ditemukan adanya kelainan bentuk durasi P, sehingga perbedaan nilai diduga sebagai variasi normal. Kompleks QRS Kompleks QRS menunjukkan aktivitas depolarisasi otot ventrikel jantung. Kompleks QRS terdiri atas gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S (Thaller 2007). Amplitudo R merupakan defleksi positif pertama dari komplek QRS. Pengukuran amplitudo menggambarkan fase depolarisasi ventrikel. Menurut Widjaja (1990), nilai amplitudo R dapat menandakan adanya hipertrofi ventrikel dan gambaran amplitudo R menunjukkan tanda–tanda Bundle-Branch Block (BBB). Berdasarkan hasil penelitian, tidak terdapat perbedaan nyata. Menurut Haryati (2010) nilai amplitudo kompleks R pada penelitian ini berkisar dengan nilai standar domba normal yaitu 0.802±0.438 mV. Hal ini menandakan adanya tidak adanya kelainan (Guyton dan Hall 2006). Tabel 3 Amplitudo R (mV) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan waktu Hari 0 7 30 60
Amplitudo R (mV) BKF I 0.536 ± 0.200ax 0.648 ± 0.195ax 0.600 ± 0.248ax 0.583 ± 0.164ax
BKF II 0.583 ± 0.166ax 0.533 ± 0.210ax 0.325 ± 0.126ax 0.372 ± 0.075ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05) dalam kelompok perlakuan
8 Pada kasus BCIS penggunaan implan tulang menurut PAPSRS (2006) akan meningkatkan tekanan arteri pulmonal dan resistensi pembuluh darah pulmonal akibat adanya emboli yang mengakibatkan dinding ventrikel kanan berdilatasi. Pada penelitian ini nilai kenaikan amplitudo R tidak menunjukkan adanya kelainan sehingga perbedaan nilai diduga hanya sebagai variasi normal. Tabel 4 Durasi Interval QRS (detik) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan waktu Hari 0 7 30 60
Durasi QRS (detik) BKF I 0.040 ± 0.007ax 0.034 ± 0.004ax 0.034 ± 0.005ax 0.038 ± 0.001ax
BKF II 0.038 ± 0.005ax 0.036 ± 0.003ax 0.037 ± 0.004ax 0.041 ± 0.003ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b,c) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05) dalam kelompok perlakuan.
Durasi Interval QRS diukur mulai dari awal gelombang Q hingga akhir gelombang S. Interval QRS menggambarkan waktu yang dibutuhkan impuls listrik untuk menyebar ke seluruh miokardium ventrikel (Goodner dan Roth 1995). Pengukuran interval QRS mampu menunjukkan adanya hipertrofi jantung. Hipertrofi ventrikel akan meningkatkan durasi interval QRS karena penambahan massa otot jantung (Sari 2005). Menurut Fakour et al. (2013) nilai standar interval QRS domba 0.063 detik, pada penelitian ini semua nilai interval QRS berada pada kisaran normal. Perbedaan nilai durasi dipengaruhi oleh variasi ras (breed) hewan (Mohan et al. 2005) serta umur (Montes et al. 1994). Interval PR Pengukuran interval PR dimulai dari permulaan gelombang P sampai permulaan kompleks QRS. Interval PR menggambarkan waktu antara onset impuls listrik dari nodus sinoatrium (nodus SA) melalui nodus atrioventrikular (nodus AV), turun ke berkas His, cabang berkas, dan berkas Purkinje. Interval PR berfungsi mengukur waktu dari permulaan depolarisasi atrium sampai mulai depolarisasi ventrikel (Morris et al. 2003). Pada penelitian ini tidak terjadi perbedaan nyata pada kedua kelompok (Tabel 5). Interval PR merupakan penjumlahan waktu depolarisasi atrium dan waktu perambatan dari simpul AV (Widjaja 1990). Pemanjangan interval PR pada rekaman EKG merupakan akibat dari perlambatan konduksi dari atrium, nodus AV atau sistem His-Purkinje. Interval PR dapat mengalami percepatan yang terjadi karena adanya aritmia yang berhubungan dengan gangguan impuls jantung. Pada penelitian ini tidak terjadi percepatan interval PR.
9 Tabel 5 Durasi interval PR (detik) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan waktu Hari 0 7 30 60
Durasi PR (detik) BKF I 0.127 ± 0.009ax 0.119 ± 0.014ax 0.144 ± 0.035ax 0.119 ± 0.023ax
BKF II 0.123 ± 0.020ax 0.117 ± 0.009ax 0.132 ± 0.006ax 0.127 ± 0.020ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05) dalam kelompok perlakuan
Interval QT Interval QT merupakan jarak antara permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang T yang menggambarkan periode dari awal depolarisasi ventrikel sampai repolarisasi ventrikel (Widjaja 1990). Kelainan pada interval QT dapat berupa pemanjangan dan pemendekan interval QT. Menurut Mozkovitz et al. (2013), pemanjangan interval QT seringkali disebabkan oleh kongenital, induksi obatobatan (seperti procainamid, quinidin dan phenothiazin), antihistamin (terfenadin dan astemizol), peningkatan aktivitas sistem syaraf simpatis dan abnormalitas elektrolit seperti hipokalsemia, hipokalemia dan hipomagnesemia. Hipokalemia seringkali terjadi pada penderita dengan hipomagnesemia. Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan nyata pada kedua kelompok (Tabel 6). Pemendekan dan pemanjangan daerah interval QT juga tidak ditemukan. Pemanjangan QT dapat terjadi akibat ketidakseimbangan elektrolit seperti hipokalsemia dan hiperfosfatemia akibat distribusi asam basa darah yang berubah (Thrall et al. 2004) Tabel 6 Durasi interval QT (detik) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan waktu Hari 0 7 30 60
Durasi QT (detik) BKF I 0.359 ± 0.034ax 0.348 ± 0.036ax 0.382 ± 0.019ax 0.326 ± 0.012ax
BKF II 0.328 ± 0.043ax 0.349 ± 0.032ax 0.347 ± 0.048ax 0.342 ± 0.044ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05) dalam kelompok perlakuan
Segmen ST Segmen ST menunjukkan ukuran waktu antara akhir depolarisasi ventrikel sampai pada mulainya repolarisasi ventrikel. Pada penelitian ini ditemukan perbedaan nyata (P<0.05) nilai durasi segmen ST pada kedua kelompok pada hari ke 30 dan hari ke 60 pada kelompok BKF I (Tabel 7). Nilai durasi segmen ST pada
10 penelitian berkisar pada nilai normal (Haryati 2010). Pada penelitian ini tidak ditemukan elevasi atau depresi segmen ST. Tabel 7 Durasi Segmen ST (detik) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan waktu Hari 0 7 30 60
Durasi Segmen ST (detik) BKF I 0.310 ± 0.016ax 0.304 ± 0.036ax 0.232 ± 0.103bx 0.196 ± 0.049bx
BKF II 0.322 ± 0.015ax 0.314 ± 0.040ax 0.202 ± 0.088bx 0.271 ± 0.025ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b,c,d) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05) dalam kelompok perlakuan.
Frekuensi Jantung Frekuensi jantung dapat diukur melalui interval RR antar satuan waktu (detik) dan dapat diketahui sebagai ventricular rate. Menurut Ahmed dan Sanyal (2008) frekuensi jantung domba bervariasi 75 sampai 115 denyut per menit dengan rata rata 85±2.8 denyut per menit. Peningkatan frekuensi jantung di hari ke-0 (Tabel 8) diakibatkan kondisi stress pada saat pertama kali menerima perlakuan. Tabel 8 Rata – rata frekuensi jantung (bpm) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan waktu Hari 0 7 30 60
Frekuensi Jantung (bpm) BKF I 87.67 ± 9.72bx 68.56 ± 13.14ax 64.33 ± 13.50ax 64.33 ± 22.27ax
BKF II 82.56 ± 11.67bx 74.44 ± 14.76ax 60.33 ± 9.23ax 72.33 ± 13.86ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05) dalam kelompok perlakuan.
Rataan Nilai Aksis Rataan nilai aksis atau Mean Electrical Axis (MEA) merupakan rataan vektor gaya listrik yang menentukan letak kemiringan jantung di dalam rongga dada (Levick 1995). Perubahan yang dapat terjadi pada MEA adalah right axis deviation, left axis deviaton dan indeterminate axis. Nilai aksis jantung pada domba lebih mengambil posisi kanan (Right Axis Deviation) dengan MEA +56.07º. Perbedaan MEA disebabkan perbedaan posisi kemiringan jantung pada rongga dada yang terkait dengan pertumbuhan (Suprayogi et al. 2008). Penyebab penyimpangan axis juga dapat disebabkan oleh kelainan kongenital, posisi jantung dalam rongga dada, hipertrofi otot jantung, perubahan konduksi dan ketidakseimbangan elektrik (Kuhn dan Rose 2008). Pembesaran atrium maupun ventrikel jantung juga dapat menyebabkan pergeseran nilai MEA (Thaler 2007). Hasil evaluasi MEA pada
11 kondisi pra dan pasca-operasi maupun antar kelompok perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda tidak nyata (Tabel 9). Tabel 9 Rataan Nilai Aksis (-◦) domba yang diimplan BKF I dan BKF II berdasarkan waktu Hari 0 7 30 60
Nilai aksis (-◦) BKF I 50.39 ± 6.86ax 66.83 ± 42.69ax 42.50 ± 2.50ax 54.17 ± 10.54ax
BKF II 53.09 ± 5.10ax 63.94 ± 28.98ax 51.00 ± 3.00ax 52.50 ± 13.86ax
Keterangan: Huruf superscipt (a,b,c,d) yang berbeda pada baris yang sama menyatakan adanya perbedaan nyata (P<0.05) antar kelompok perlakuan. Huruf superscript (x,y) yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan adanya perbedaan yang nyata (P<0.05) dalam kelompok perlakuan.
SIMPULAN Penanaman implan tulang BKF tidak berpengaruh terhadap aktivitas jantung pada 60 hari pengamatan.Peningkatan frekuensi jantung tidak berkaitan erat dengan penanaman implan tulang, melainkan proses penanganan hewan.
SARAN Perlu dilakukan penelitian dalam waktu yang lebih dari 60 hari terhadap penggunaan implan tulang. Perlu dilakukan penelitian penggunaan implan tulang pada hewan model lain yang memiliki kekerabatan yang dekat dengan manusia untuk melihat pengaruh terhadap atrium maupun ventrikel. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan area kerusakan dan penanaman implan tulang yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA Ahmed JA, Sanyal S. 2008. Electrocardiographic studies in garol sheep and black bengal goats. Res J Cardiol. (1):1–8. Barret K, Heddwen B, Scott B, Susan B. 2010. Ganong’s Review of Medical Physiology. Ed ke-23. New York (US): McGraw-Hill Companies Brady WJ, Korin BH, Robin N, Amita S, Steven HM, Jeffrey DF, Robert CR. 2013. The ECG in Prehospital Emergency Care. Sussex (UK): Blackwell Publishing. Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. Ed ke-3. Philadelphia: (US): WB Saunder Company. Fakour Sh, Mokhber DMR, Nadalian MG, Rezakhani A, Lotfollah ZS. 2013. Electrocardiographic parameters of Markhoz goat using base apex lead and six standard limb leads. Ir. J. Vet. Res. 14:241-244. Ficai A, Andronescu E, Voicu G, Ficai D. 2011. Advances in Collagen Hidroxyapatite Composite Materials. Ed ke-1. Bucharest (ROM): Politehnica
12 University of Bucharest. Faculty of Applied Chemistry and Materials Science. Ganong WF. 2002. Fisiologi Kedokteran Ed ke-20. Jakarta (ID): Kedokteran EGC. Goodner B, Roth LS. 1995. Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. Cetakan 1. Penerjemah: Yasmin Asih, Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari The Nurse Survival Guide. Guyton DC, Hall EJ. 2006. Textbook of Medical Physiology. Philadelphia (US): Elsevier Saunders. Haryati, RAD. 2010. Profil Elektrokardiogram Pada Domba Lokal (Ovis Aries) Setelah Penanaman Implan Semen Tulang Hidroksiapatit-Kitosan Dan HidroksiapatitTrikalsium Fosfat Pada Tulang Tibia.[Skripsi]. Bogor. (ID). Institut Pertanian Bogor Hua Y, Ning C, Xiaoying L, Buzhong Z, Wei C, Xiaoling S. 2005. Natural hydroxyapatite/chitosan composite for bone substitute materials. Med Biol Soc. 5:4888-91. Herren R. 2000. The Science of Animal Agriculture Ed ke-2. Virginia Polyinstitute and State University. Virginia (US): Delmar Publishers. Kuhn L, Rose L. 2008. ECG Interpretation part 1: understanding mean electrical axis. J Emerg Nurs. 34(6): 530-534. Laurencin CT. 2009. Bone Graft Substitutes. West Conshohocken (US): American Society for Testing and Materials. LeGeros RZ, Daculsi G. 1997. In vivo transformation of biphasic calcium phosphate ceramics: ultrastructural and physic - chemical characterizations. Di dalam: Yamamuro T, Wilson-Hench J, editor. Handbook of Bioactive Ceramics. Boca Raton, USA. Fla (US): CRC Pr. 11:17-28. Levick JR. 1995. An Introducion to Cardiovascular Physiology. Ed ke-2. Oxford (UK). Butterworth-Heinemann Ltd Linacra House Jordan Hill. Martini L, Fini M, Giavaresi G, Giardino R. 2001. Sheep model in orthopedic research: A literature review. J. Comp. Med. 5:292-299. Mohan NH, Niyogi D, Singh HN. 2005. Analysis of normal electrocardiograms of Jamunapari goats. J. Vet. Sci. 6:295-298. Montes AM, Bernal LJ, Bayon A, Palacio MJF, Sotillo J, Ayala I, Trenti F. 1994. A study of ECG in goats. Proc. 18th World Buiatrics Congress. Italy.1201-1024 Morris F, June E, William JB, John C. 2003. ABC of Clinical ECG. London (UK): BMJ books Mozkovitz JB, Bryan DH, Joseph PM, Amal M, William JD. 2013. Electrocardiographic implications of the prolonged QT interval. Am J Emerg Med. 31: 866-871. Murugan R, Ramakrishna S. 2004. Bioresorbable composite bone paste using polysaccharide based nano hydroxiapatite. J Biomaterial. 25:3829-3835. Nafei A, Danielsen CC, Linde F, Hvid I. 2000. Properties of growing trabecular bovine bone. part I: mechanical and physical properties. J Bone Joint Surg Br. 82: 910920. [PAPSRS] Pennsylvania Patient Safety Reporting System. 2006. Bone cement implantation syndrom. Patient Safety Advisory 3 (4). Pearce A, Richards RG, Milz S, Schneider E, Pearce SG. 2007. Animal models for implant biomaterial research in bone: a review. J. Europ. Cells. and Mater. 13:110 Plumb DC. 2005. Plumb’s Veterinary Drug Handbook. Ed ke-5. Wisconsin (US): Pharma Vet.
13 Ravaglioli A, Krajewski A, Celotti GC, Piancastelli A, Bacchini B, Montanari L, Zama G, Piombi L. 1996. Mineral evolution of bone. Biomaterials (17): 617-622. Sari SI. 2005. Nilai diagnostik beberapa kriteria hipertrofi ventrikel kiri secara elektrokardiografik pada penderita hipertensi dibanding dengan ekokardiografi. [Tesis]. Semarang (ID): Unversitas Diponegoro. Shirley AJ. 2007. ECG Success: Exercises In ECG Interpretation. Philadelphia (US): FA David Company. Suprayogi A, Sumitro, Megawati I, Rika S, Huda SD. 2008. Perbandingan nilai kardiorespirasi dan suhu tubuh dugong dewasa dan bayi. Jurnal Veteriner 8 (4):175 Thaller MS. 2007. The Only EKG Book You’ll Ever Need. Ed ke-5 Philadelphia (US): Lippincott Williams & Willkinsy. Thrall MA, Baker DC, Campbell TW, De Nicola D, Fettman MJ, Lassen ED, Rebar A, Weiser G. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Philadelphia (US): Lippincot Williams dan Wilkins. Widjaja S. 1990. Segi praktik EKG. Jakarta. (ID): Binarupa Aksara
14
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 6 Agustus 1992 anak pertama dari 2 bersaudara, dari (alm) bapak Sudarsono dan (almh) Ibu Sofiah. Penulis tinggal di Magetan, Jawa Timur sampai saat ini. Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri Kalirejo 5 Lawang dan lulus pada tahun 2004, dilanjutkan ke SMP Negeri 1 Lawang Malang lalu pindah ke SMP Negeri 1 Magetan dan lulus tahun 2007. Tahun 2010, Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Magetan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Fakultas Kedokteran Hewan sebagai bidang studinya. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi sebagai Ketua Dewan Keluarga Musholla (DKM) ANNAHL FKH IPB periode 2013-2014, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB Kabinet Strategis (BEM FKH IPB) periode 2012-2013, Anggota Himpunan Profesi Ruminansia FKH IPB 2011-2012, Staff Kajian Strategis Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia Pengurus Cabang IPB (IMAKAHI PC IPB) periode 2011-2012, Forum for Scientific Studies (FORCES) periode 2011-2012, Organisasi Mahasiswa Daerah Magetan (OMDA IMPATA), Forum Indonesia Muda angkatan 14 dan DPM TPB periode 2010 - 2011. Selain aktif organisasi, penulis juga berhasil mendapatkan prestasi dalam bidang kompetisi ilmiah antara lain peneliti terbaik kedua Youth Research Competition Universitas Negeri Padang pada tahun 2012 dan mendapatkan peringkat pertama pada tahun 2013 pada ajang yang sama. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kompetisi penulisan karya tulis ilmiah di tingkat Nasional dan Universitas. Penulis juga memperoleh beasiswa BIDIK MISI, Program Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS), serta Beasiswa Aktivis Nusantara (BAKTI NUSA).