EVALUASI DAMPAK HARI BEBAS KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP POLUTAN BERDASARKAN KONSENTRASI DAN FAKTOR METEOROLOGI DI DKI JAKARTA (Studi Kasus Jalan M.H. Thamrin-Jalan Jend. Sudirman)
HENGKY HARIADI
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRACT HENGKY HARIADI. Evaluation of Car Free Day Impact on Pollutant Based on The Concentration and Meteorology Factor in DKI Jakarta (Case Study of M.H. Thamrin Street-Jend Sudirman Street). Supervised by SOBRI EFFENDY and RINA SURYANI. One of the main problems at several cities in developing countries is air pollution, for example is Jakarta. The biggest source of air pollution comes from the transportation sector. The increasing number of motor vehicle every year in Jakarta will increase the air pollution. The parameters of gas pollutant from motor vehicle are dust particulate < 10µm (PM10), carbon monoxide (CO) and nitric oxide (NO). The Car Free Day Program (CFD) is held to recovery the air quality. The goal of this research are analyzing the trend of pollutant concentration, analyzing air quality at Jakarta from the Air Quality Index (AQI) and studying the impact of CFD program based on pollutant concentration & meteorology factor in Jakarta from 2006 to 2009. This research is conducted by using continued data perception result of air ambient, sampling the air at some location where CFD was held, and then compare the result with data perception from mobile station on workday, holiday and by the time CFD was held. According to the perception from 2006 to 2008, the air quality of the roadway in Jakarta can be categorized as “Good” for 45 days in 2006, 73 days in 2007 and 148 days int 2008. This result show the increase of air quality in Jakarta. The concentration of PM10, CO, and NO parameter had been lower during CFD, compared to workdays. The decreasing level of pollutant concentration during CFD in 2009 are 38%, 63%, and 71% for PM10, CO and NO respectively. The correlation between PM10 parameter with the wind speed is -0,737 – 0,919. The correlation between CO parameter with the wind speed is -0,054 – 0,512. Meanwhile, the correlation between NO parameter with the wind speed is -0,11 – 0,856. The result of this research indicates that the CFD program helps recovering the air condition of roadway in Jakarta especially at M.H. Thamrin street and Jend. Sudirman street.
Key Word : Air Pollution, Air Quality, Car Free Day, PM10, CO, NO.
ABSTRAK HENGKY HARIADI. Evaluasi Dampak Hari Bebas Kendaraan Bermotor Terhadap Polutan Berdasarkan Konsentrasi dan Faktor Meteorologi di DKI Jakarta (Studi Kasus Jalan M.H. Thamrin-Jalan Jend. Sudirman). Dibimbing oleh SOBRI EFFENDY dan RINA SURYANI. Salah satu permasalahan utama pada kota-kota besar di negara berkembang adalah pencemaran udara. Salah satu contohnya adalah kota Jakarta. Sumber pencemaran yang terbesar adalah berasal dari sektor transportasi. Semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Jakarta setiap tahunnya menyebabkan pencemaran udara meningkat. Parameter gas polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor diantaranya adalah partikulat debu < 10µm (PM10), karbon monoksida (CO), dan nitrogen oksida (NO). Untuk memulihkan kualitas udara maka diadakan program Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB). Tujuan penelitian ialah menganalisis kecenderungan konsentrasi polutan di Jakarta 2006-2009, menganalisis kualitas udara di Jakarta berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), mengkaji pengaruh program HBKB berdasarkan konsentrasi polutan dan faktor meteorologi. Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan data hasil pengamatan kontinu udara ambien di wilayah Jakarta dan dengan melakukan pengambilan sampel pada lokasi di beberapa titik sekitar lokasi HBKB lalu membandingkannya dengan data hasil pengamatan stasiun mobile pada saat HBKB, hari kerja, dan hari libur. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 2006-2008 kualitas udara jalan raya di Jakarta untuk kategori “Baik” dari 45 hari pada 2006 menjadi 73 hari pada 2007 dan 148 hari pada 2008. Ini menunjukkan terjadinya peningkatan kualitas udara. Besarnya konsentrasi parameter PM10, CO, dan NO selama HBKB berlangsung selalu lebih rendah dibandingkan pada saat hari kerja. Serta besarnya penurunan konsentrasi polutan pada saat HBKB 2009 untuk parameter PM10 sebesar 38%, untuk CO 63%, dan NO 71%. Besarnya korelasi antara konsentrasi polutan PM10 dengan kecepatan angin -0,737 – 0,919. Korelasi antara konsentrasi CO dengan kecepatan angin -0,054 – 0,512. Korelasi antara NO dengan kecepatan angin -0,11 – 0,856. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa HBKB membantu memulihkan kondisi udara jalan raya di Jakarta terutama di jalan M.H. Thamrin dan jalan. Jend. Sudirman. Kata kunci : pencemaran udara, kualitas udara, hari bebas kendaraan bermotor, PM10, CO, NO.
EVALUASI DAMPAK HARI BEBAS KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP POLUTAN BERDASARKAN KONSENTRASI DAN FAKTOR METEOROLOGI DI DKI JAKARTA (Studi Kasus Jalan M.H. Thamrin-Jalan Jend. Sudirman)
HENGKY HARIADI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Geofisika dan Meteorologi
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
LEMBAR PENGESAHAN Judul : Evaluasi Dampak Hari Bebas Kendaraan Bermotor Terhadap Polutan Berdasarkan Konsentrasi dan Faktor Meteorologi di DKI Jakarta (Studi Kasus Jalan M.H. Thamrin-Jalan Jend. Sudirman) Nama : Hengky Hariadi NIM
: G24051434
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Sobri Effendy, M.Si. NIP 19641124 199003 1 001
Ir. Rina Suryani, MT. NIP 470063370
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Rini Hidayati, MS. NIP 19600305 198703 2 002
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah SWT, yang tak dapat terhitung jumlahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam tak lupa tercurahkan untuk teladan dan panutan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang tetap istiqomah hingga akhir zaman. Penelitian ini dilaksanankan di Laboratorium Meteorologi dan Pencemaran Atmosfer Departemen Geofisika dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor serta di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta. Semoga apa yang telah penulis kerjakan pada penelitian ini, yang berjudul ” Evaluasi Dampak Hari Bebas Kendaraan Bermotor Terhadap Polutan Berdasarkan Konsentrasi dan Faktor Meteorologi di DKI Jakarta (Studi Kasus Jalan M.H. Thamrin-Jalan Jend. Sudirman)”, dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat buat para pembaca. Selain itu penulis ingin memberikan terima kasih yang khusus, antara lain untuk : 1. Bapak, Mama, Mbak Kiki, Mas Herlan serta semua kakak-ku yang telah dahulu pergi, dan keluarga besar yang tak henti-hentinya dan tak kenal lelah untuk selalu mendoakan agar bisa menyelesaikan kuliah di IPB serta Fahri dan Salsabila yang selalu menjadi pelangi saat mulai jenuh. Mbak Rini yang sering memberikan semangat dan motivasi lewat sms. 2. Bapak Dr. Ir. Sobri Effendy, M. Si. dan Ibu Rina Suryani, MT. selaku dosen pembimbing yang telah banyak mencurahkan tenaga dan waktunya serta banyak memberikan segala kritik dan saran untuk hasil yang lebih baik lagi. 3. Semua guru-guru (terutama Bu Helly) dari TK-Kuliah yang telah mengajarkan banyak hal tentang ilmu dan kehidupan ini, semoga ilmunya bermanfaat dan Allah memberikan balasan yang setimpal. 4. Prof. Ahmad Bey, (Alm) Bapak Imam Santosa dan Ibu Ana Turyanti yang banyak memberikan inspirasi, menambah wawasan dan untuk diskusinya. 5. Ibu Rini Hidayati sebagai pembimbing akademik di GFM atas semua nasehatnya. 6. Semua staf pegawai GFM yang banyak memberikan kelancaran teknis dan non teknis kuliah. 7. Pak Joni Tagor, MM Kepala Bidang Pencemaran dan Sanitasi Lingkungan atas izinnya untuk melakukan penelitian di BPLHD 8. Ibu Rahmawati, Pak Dermawan, Pak Housein, Pak Rizky, Pak Kamin, Bu Mustika dan Staf bagian Laboratorium Udara BPLHD DKI Jakarta khususnya Pak Budi atas bantuan dan diskusinya selama ini, Pak Andi atas izinnya menggunakan data, Pak Thamrin, Pak Oki dan seluruh staf BPLHD yang banyak membantu pengambilan sampel di lapangan. 9. Ibu Ida, Pak Trimo dan semua pegawai BMKG wilayah II Ciputat atas data curah hujannya. 10. Cucu, Warno, Obi, Mita dan anggota Biro Kestari (Putri, Nita, Widia, Gesang, Dede) atas semua cerita, nasehat dan semangat hingga kini sejak di BEM FMIPA Sinergis 2008, semoga silaturahim tetap terjaga. 11. Teman-teman 42 di FMIPA selain GFM terutama Fuad, Taufiqurrahman, Fakhri, Saad, Awi, Sapto, Eko, Herman, Fahmi Hasan, Nanto (TIN) dan banyak lagi. 12. Hermawan, Fahmilu, Fathoni, Desca, Mizan, Furqon, dan Haryanto untuk semua tawa, canda, tangis, haru selama 2-3 tahun kebersamaan. 13. Heri Kusaeri, Galih Charita, Wahyu Suprapto, dan Dewy Suryani yang selalu memberikan semangat, masukan dan saran pada penelitian ini. 14. Seluruh Metraperz 42 atas kebersamaannya : Anton, Dori, Tigin, Nizar, Dani, Zahir, Yudi, Haviez, Victor, Franz, Indra, Irvan, Singgih, Ari, Ghulam, Budi, Gito, Ivan, Tumpal, Aan, Robert, Hardie, Cici, Tanjung, Ningrum, Anis, Lisa, Nancy, Wita, Veza, Rifa, Indah, Devita, dan Pipop. 15. Semua kakak dan adik kelas di FMIPA khususnya di GFM yang banyak memberikan warna. 16. Seluruh pihak yang belum disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan mengisi hari-hari penulis selama ini, penulis ucapkan banyak terima kasih. Dengan segala kekurangannya, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu besar harapannya agar ada kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan penelitian selanjutnya. Akhir kata semoga bermanfaat dan terima kasih. Bogor, Mei 2010
Hengky Hariadi
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak terakhir dari dua bersaudara yang lahir di Bukittinggi pada tanggal 29 Juli 1987 dari pasangan Mudjiman, SH dan RR. Herutami Putranti. Penulis mulai pendidikannya di TK Al-Fida, lalu dilanjutkan di SDN Malaka Jaya 07 Pagi Jakarta Timur tahun 1993-1999. Kemudian di SLTPN 213 Jakarta pada tahun 1999-2002 dan SMAN 12 Jakarta tahun 2002-2005. Penulis masuk IPB pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan masuk program studi mayor Meteorologi Terapan Departemen Geofisika dan Meteorologi pada tahun 2006 dengan sistem Mayor Minor. Selama kuliah di IPB, penulis juga aktif di beberapa organisasi dan kepanitiaan. Pada tahun 20052007 penulis bergabung di LDK Al-Hurriyah sebagai staf divisi Soskemas. Penulis juga aktif di UKM bela diri Aikido sebagai anggota dan Humas pada tahun 2006-2008. Tahun 2006-2007, penulis menjadi anggota kesekretariatan Himpunan Mahasiswa Agrometeorologi (HIMAGRETO) dan tahun 2007-2008, penulis menjabat Kepala Biro Kesekretariatan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA Sinergis. Penulis juga menjabat ketua kerohanian islam (ROHIS) mahasiswa Geofisika dan Meteorologi IPB angkatan 42 serta sebagai ketua ROHIS mahasiswa GFM IPB. Kepanitiaan yang pernah diikuti penulis antara lain METRIK 2006 dan 2007, Birunya Langitku 2007, kompetisi olahraga FMIPA (COSMIC) 2007, Pesta Sains 2008, Masa Perkenalan Fakultas MIPA (G-Force) 2007 sebagai koordinator sie Publikasi, Dekorasi, Dokumentasi, G-Force 2008 sebagai koordinator Creative Center, G-Force 2009 sebagai PJK Keluarga Stokastik. Pada Juli 2008, penulis melakukan magang di Stasiun Meteorologi Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
vii
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................... xi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ................................................................................................................... 1 1.2. Tujuan ................................................................................................................................ 1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum DKI Jakarta ............................................................................................. 1 2.2. Definisi Pencemaran Udara ................................................................................................ 2 2.3. Baku Mutu Udara Ambien ............................................................................................ .....2 2.4. Sumber dan Jenis Pencemaran Udara................................................................................. 2 2.5. CO (karbon monoksida) ..................................................................................................... 3 2.6. NOx (nitrogen oksida) ........................................................................................................ 3 2.7. SPM (Suspended Particulate Matter) ................................................................................ 3 2.8. ISPU ................................................................................................................................... 4 2.9. Pengaruh Faktor Meteorologi ............................................................................................. 4 2.10. Hari Bebas Kendaraan Bermotor...................................................................................... 4 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................................................. 5 3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................................... 5 3.3. Metode................................................................................................................................ 5 3.3.1. Pengamatan Konsentrasi Polutan dan Baku Mutunya .............................................. 5 3.3.2. Perhitungan ISPU ..................................................................................................... 5 3.3.3. Analisis Hari Bebas Kendaraan Bermotor dengan Konsentrasi Polutan .................. 6 a. di jalan M.H. Thamrin-jalan Jend. Sudirman ........................................................ 6 b. di jalan-jalan alternatif .......................................................................................... 6 3.3.4. Hubungan Faktor Meteorologi dengan Konsentrasi Polutan.................................... 6 3.3.5. Asumsi ..................................................................................................................... 6 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kecenderungan Konsentrasi Polutan di DKI Jakarta ......................................................... 6 4.1.1. Pengamatan Konsentrasi PM10 ................................................................................. 6 4.1.2. Pengamatan Konsentrasi CO .................................................................................... 8 4.1.3. Pengamatan Konsentrasi NO.................................................................................... 8 4.2. Kualitas Udara Berdasarkan ISPU ..................................................................................... 8 4.3. Analisis HBKB dengan Konsentrasi Polutan ..................................................................... 9 4.3.1. Pengamatan Parameter PM10, CO, dan NO Selama Pelaksanaan HBKB................. 9 4.3.2. Pengamatan Setiap Jam Parameter PM10, CO, dan NO Selama Pelaksanaan HBKB .................................................................................................. 9 4.3.3. Perbandingan Konsentrasi Polutan di Sekitar Lokasi HBKB................................. 13 4.3.4. Besarnya Penurunan Konsentrasi Ketika HBKB ................................................... 16 4.4. Faktor-Faktor Meteorologi yang Mempengaruhi Konsentrasi Polutan ........................... 16 4.4.1. Kecepatan Angin .................................................................................................... 16 4.4.2. Curah Hujan ........................................................................................................... 16 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 17 5.2. Saran ............................................................................................................................ 17
viii
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 17 LAMPIRAN ................................................................................................................................... 20
ix
DAFTAR TABEL Halaman
1 2 3 4 5 6 7
Luas wilayah kota admisitratif di Jakarta .................................................................................... 1 Baku mutu udara ambien ............................................................................................................. 3 Angka dan kategori ISPU ............................................................................................................ 4 Metode dan alat sampel udara di jalan-jalan alternatif di sekitar lokasi HBKB .......................... 6 Nilai ISPU DKI Jakarta 2006 – 2008 .......................................................................................... 9 Lokasi pengamatan di sekitar lokasi pelaksanaan HBKB ......................................................... 13 Curah hujan dan konsentrasi polutan......................................................................................... 17
x
DAFTAR GAMBAR Halaman
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Skema ilustrasi pencemaran udara di Atmosfer ......................................................................... 2 Lokasi pelaksanaan HBKB dan pengukuran di jalan-jalan alternatif ......................................... 5 Rata-rata konsentrasi PM10 di Senayan ...................................................................................... 7 Rata-rata konsentrasi CO di Senayan ......................................................................................... 7 Rata-rata konsentrasi NO di Senayan ......................................................................................... 7 Perbandingan konsentrasi PM10 selama HBKB, hari kerja dan hari libur tahun 2008 ............. 10 Perbandingan konsentrasi CO selama HBKB, hari kerja dan hari libur tahun 2008 ................ 10 Perbandingan konsentrasi NO selama HBKB, hari kerja dan hari libur tahun 2008 ................ 10 Perbandingan konsentrasi PM10 selama HBKB, hari kerja dan hari libur Februari 2009 ......... 11 Perbandingan konsentrasi CO selama HBKB, hari kerja dan hari libur Februari 2009............ 11 Perbandingan konsentrasi NO selama HBKB, hari kerja dan hari libur Februari 2009 ........... 11 Konsentrasi PM10 di beberapa lokasi ........................................................................................ 12 Konsentrasi CO di beberapa lokasi .......................................................................................... 12 Konsentrasi NO di beberapa lokasi .......................................................................................... 12 Penurunan konsentrasi HBKB 2009 ......................................................................................... 14 Konsentrasi NO dengan kecepatan angin 24 Februari 2008 ..................................................... 14 Konsentrasi PM10 dengan kecepatan angin 24 Februari 2008 .................................................. 14 Konsentrasi NO dengan kecepatan angin 24 Februari 2008 ..................................................... 14 Konsentrasi PM10 dengan kecepatan angin 27 Juli 2008 .......................................................... 15 Konsentrasi NO dengan kecepatan angin 27 Juli 2008 ............................................................ 15 Konsentrasi CO dengan kecepatan angin 27 Juli 2008............................................................. 15
xi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1 2 3
Gambar diagram alir penelitian ................................................................................................ 21 Gambar rata-rata bulanan konsentrasi PM10, CO, dan NO di JAF 1, JAF 4, dan JAF 5 .......... 22 Tabel nilai konsentrasi maksimum PM10, CO, dan NO di JAF 1, JAF 4, dan JAF 5 serta tabel waktu pelaksanaan HBKB, hari kerja, dan hari libur...................................................... 23 4 Gambar rata-rata tahunan konsentrasi PM10, CO, dan NO di JAF 1 dan JAF 4 ....................... 24 5 Gambar perbandingan konsentrasi parameter PM10, CO, dan NO pada HBKB 2009 dengan hari kerja dan hari libur ............................................................................................................ 25 6 Peta lokasi HBKB jalan M.H. Thamrin-jend. Sudirman (tanpa skala) ..................................... 26 7 Peta lokasi pengukuran road side pada jalan-jalan alternatif (tanpa skala) .............................. 27 8 Gambar konsentrasi SO2 dan NO2 pengukuran road side di jalan-jalan alternatif ................... 29 9 Gambar hubungan korelasi antara konsentrasi polutan dengan kecepatan angin selama HBKB 2008 .............................................................................................................................. 30 10 Gambar curah hujan bulanan Stasiun BMKG Kemayoran Jakarta 2006-2008 ......................... 32
1
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan dan makhluk hidup merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan. Untuk dapat melakukan aktivitas, makhluk hidup memerlukan suatu lingkungan yang dapat mendukung kegiatan kehidupannya. Namun demikian, kegiatan yang dilakukan oleh manusia juga dapat mempengaruhi keadaan lingkungan di sekitarnya. Sebagai contoh adalah kualitas udara yang semakin menurun akibat meningkatnya pencemaran. Kota besar seperti Jakarta, menurunnya kualitas udara banyak dipengaruhi oleh kegiatan transportasi dan industri. Pencemaran udara akibat transportasi terutama terpusat di sekitar daerah perkotaan dan pada prinsipnya disebabkan oleh lalu lintas di perkotaan. Kendaraan bermotor yang berhenti dan berjalan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam emisi gas-gas hidrokarbon dan karbon monoksida dari kendaraan (Sukarto 2006). Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang sangat cepat dan sangat terbatasnya teknologi untuk mengontrol pengendali emisinya maka kendaraan bermotor menjadi sumber terbesar dalam penyumbang polusi udara di daerah perkotaan di negara berkembang. Selain menjadi sumber pencemar udara, meningkatnya jumlah kendaraan bermotor juga mengakibatkan meningkat pula anggka kecelakaan, kebisingan, meningkatnya konsumsi energi dan juga peningkatan emisi gas rumah kaca (Faiz et al. 1996). Salah satu bentuk pemulihan kondisi udara di Jakarta adalah dengan diadakannya program Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) yang dikenal juga dengan istilah Car Free Day. Program ini rutin diadakan setiap bulannya di DKI Jakarta. Efektivitas program ini akan diketahui setelah program dilaksanakan dan pengukuran kualitas udara ambien dilakukan (Sadat et al. 2003). Parameter yang menjadi indikator pencemaran udara oleh kendaraan bermotor adalah PM10, CO, dan NO. Ketiga parameter tersebut merupakan gas yang dihasilkan dari proses pembakarannya. Dengan melakukan pengukuran konsentrasi terhadap tiga parameter tersebut pada stasiun-stasiun pengamatan di Jakarta, maka dapat diketahui besarnya konsentrasi polutan dari kendaraan
bermotor dan kualitas udara yang dihasilkan. Pengukuran konsentrasi selama pelaksanaan HBKB lalu dibandingkan dengan pengukuran pada hari libur dan hari kerja. Maka akan dapat diketahui besar penurunannya. 1.2 Tujuan 1. Menganalisis kecenderungan konsentrasi polutan di DKI Jakarta dari 2006-2009 2. Menganalisis kualitas udara di DKI Jakarta berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara 3. Mengkaji pengaruh program Hari Bebas Kendaraan Bermotor terhadap konsentrasi polutan 4. Menganalisis faktor meteorologi yang berperan dalam besarnya jumlah konsentrasi polutan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Umum DKI Jakarta DKI Jakarta merupakan ibukota dari negara Indonsia. Keberadaaan Jakarata sangat penting bagi Indonesia, karena selain sebagai pusat pemerintahan Jakarta juga merupakan indikator bagi kota-kota lainnya di Indonesia. Wilayah Jakarta termasuk dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut. Secara astronomis terletak pada posisi 60o 12’ LS dan 106o 48’ BT. Tabel 1 Luas wilayah kota administratif di Jakarta Kotamadya
Luas (Km2)
Jakarta Selatan
145,73
Jakarta Timur
187,73
Jakarta Pusat
47,9
Jakarta Barat
126,15
Jakarta Utara
154,01
Sumber :
Departemen Pemukiman Prasana Wilayah (2003)
dan
Luas wilayah Propinsi DKI Jakarta berdasarkan SK. Gubernur Nomor 1227 tahun 1989 adalah berupa daratan seluas 661.52 km2 dan berupa lautan seluas 6.977,5 km2, terdapat tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu. Batas wilayahnya di sebelah utara adalah berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur dan selatan dengan Propinsi Jawa Barat, serta di sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Banten.
2
Gambar 1 Skema ilustrasi pencemaran udara di atmosfer (Sumber : Mayer 1999) lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan Wilayah Jakarta dibagi menjadi 5 kota manusia, sehingga mutu udara turun sampai Administratif (Tabel 1) dengan 43 kecamatan ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara dan 265 Kelurahan. Luas wilayah yang ambien tidak dapat memenuhi fungsinya”. terbesar adalah Jakarta Timur dan yang Permasalahan pencemaran udara saat ini terkecil adalah Jakarta Pusat. sudah menjadi perhatian utama di dunia. Ini Wilayah Indonesia yang berada di daerah disebabkan oleh semakin menurunnya kualitas beriklim tropis di sekitar Garis Khatulistiwa udara dan meningkatnya aktivitas manusia umumnya mendapatkan penyinaran matahari yang menyebabkan polusi udara. Sehingga yang relatif konstan sepanjang tahun. perlu diadakan pemantauan terhadap mutu Akibatnya, Jakarta dengan suhu maksimum udara terutama di kota-kota besar. udara berkisar 30 °C dan suhu minimum udara Pengendalian pencemaran udara ini dilakukan berkisar 26 °C. Curah hujan sepanjang tahun agar dapat menanggulangi polusi serta 2001 mencapai 1.599 mm dengan tingkat memulihkan mutu udara. kelembaban udara mencapai 77 % dan kecepatan angin rata-rata mencapai 2,8 m/detik. Jumlah penduduk DKI Jakarta pada 2.3. Baku Mutu Udara Ambien Menurut PP No 41 tahun 1999, baku tahun 2001 berjumlah 7,42 juta jiwa dan pada mutu udara ambien adalah besarnya batas zat 2008 sebesar 9,06 juta jiwa dengan kepadatan pencemar yang diperbolehkan keberadaannya penduduknya sebesar 13,7 ribu jiwa/km2 (BPS 2009). di udara bebas. Penentuan baku mutu ini dilakukan untuk mencegah pencemaran yang melebihi baku mutu yang dapat 2.2. Definisi Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah zat pencemar membahayakan kesehatan manusia. Setiap yang masuk ke atmosfer dan melewati propinsi menetapkan baku mutu udara ambien ambang batasnya serta dapat mengganggu salah satunya ialah DKI Jakarta (Tabel 2). kehidupan makhluk hidup (Soemarno 1999). Menurut PP No 41 tahun 1999 tentang 2.4. Sumber dan Jenis Pencemaran Udara Pengendalian Pencemaran Udara, Pencemaran udara dapat bersumber “Pencemaran udara adalah masuknya atau secara alami, seperti debu vulkanik, pancaran dimasukkannya zat, energi, dari komponen garam dari laut, asap kebakaran, dan debu
3
kosmis; dan non alami (dampak aktivitas manusia), seperti limbah pabrik, limbah industri, gas buang kendaraan bermotor, asap rumah tangga, dan penggalian serta penambangan (Soemarno 1999). Jenis pencemar dapat dibedakan menjadi dua, yakni primer dan sekunder. Pencemar primer merupakan pencemar yang berasal langsung dari sumbernya. Sedangkan pencemar sekunder berasal dari reaksi pencemar primer di atmosfer. Emisi yang banyak dihasilkan oleh kegiatan transportasi adalah CO, NOx, VOC, PM10, dan CO2 (Wang, Bai, dan Ogden 2008). Tabel 2 Baku Mutu Udara Ambien Parameter
Waktu Pengukuran 1 Jam 24 Jam
900 ug/Nm3 260 ug/Nm3
CO
1 Tahun 1 Jam
60 ug/Nm3 26 000 ug/Nm3
NO2
24 Jam 1 Jam
9 000 ug/Nm3 400 ug/Nm3
24 Jam 1 Tahun
92.5 ug/Nm3 60 ug/Nm3
1 Jam 1 Tahun 24 Jam 24 Jam
200 ug/Nm3 30 ug/Nm3 150 ug/Nm3 65 ug/Nm3
1 Tahun
15 ug/Nm3
SO2
O3 PM10 PM2.5
Baku Mutu
Sumber : Kepgub Propinsi DKI No 551/2001
2.5. CO (karbon monoksida) Senyawa CO umumnya tidak berbau, tidak berasa, dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Senyawa ini memiliki daya distribusi yang luas dan emisinya yang terbesar diantara polutan lainnya. Karbon monoksida termasuk pencemar udara primer karena merupakan hasil pembakaran dari karbon dan oksigen. Gas CO merupakan gas yang sangat stabil dan memiliki waktu tinggal di atmosfer sekitar 2-4 bulan. Gas ini sangat berbahaya bagi manusia karena membentuk ikatan yang kuat dengan hemoglobin (Godish 1997). Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah maupun dari kegiatan manusia. Kendaraan bermotor menjadi penghasil 75% CO dan partikulat (Afroz, Hassan,Ibrahim 2003). Hasil penelitian Supriyadi (2009), nilai maksimum emisi CO pada hari libur adalah 36,97 mg/m.s. Sedangkan Satria (2006), emisi
CO maksimum pada hari libur adalah 38,70 mg/m.s. Dari kedua hasil tersebut terlihat adanya penurunan jumlah emisi yang mengindikasikan meningkatnya kualitas udara. Selain itu, menurut Luthfi (2008), konsentrasi tertinggi CO pada data tahun 2002 tertinggi di wilayah pengukuran Senayan yakni 10 mg/m3. Konsentrasi CO pada hari minggu yang tertinggi adalah 3,42 mg/m3 (Satria 2006). 2.6. NOx (nitrogen oksida) Nitrogen oksida (NOx) merupakan polutan udara yang penting pada proses pembentukan ozon dan kabut fotokimia (Arya 1999). Bentuk yang dominan pada atmosfer berupa NO dan NO2. Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali jika berada dalam konsentrasi tinggi dan akan menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga menjadi gas NO2 (Saputra 2009). Sumber utama konsentrasi NO2 adalah kendaraan bermotor (Hamonangan et al 2008). Besarnya emisi NO2 dengan kontribusi terbanyak dihasilkan oleh sumber transportasi yaitu sekitar 91,68 %, sektor industri sebesar 8,31 %, dan sisanya adalah sektor domestik yaitu sekitar 0,01 % (Hadiwidodo dan Huboyo 2006). 2.7. SPM (Suspended Particulate Matter) Partikel tersuspensi merupakan campuran material padatan dan cairan yang mengambang di udara dengan diameter < 500 mikron. Sifat dari partikel tersuspensi adalah berfungsi sebagai katalis yang menyerap energi sinar dan cahaya (BMG 2007). Berdasarkan nilai ukuran partikulat dinyatakan dalam 4 jenis ukuran yakni, PM2.5, PM10, PM20, PM30. Partikulat diemisikan dari berbagai sumber, termasuk pembakaran bahan bakar minyak, pencampuran dan penggunaan pupuk dan pestisida, konstruksi, proses-proses industri seperti pembuatan besi dan baja, pertambangan, pembakaran sisa pertanian (jerami), dan kebakaran hutan. Partikel yang terhisap ke dalam sistem pernafasan akan disisihkan tergantung dari diameternya.
4
Partikel berukuran besar akan tertahan pada saluran pernafasan atas, sedangkan partikel kecil akan masuk ke paru-paru dan bertahan di dalam tubuh dalam waktu yang lama. Nilai yang umum berasal dari kendaraan bermotor adalah PM2.5 dan PM10. PM10 merupakan partikulat dengan diameter < 10 um serta berada di udara dalam jangka waktu yang cukup lama. PM10 diketahui dapat meningkatkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pernafasan. Besarnya konsentrasi PM10 di udara bergantung pada kondisi meteorologi. Menurut Iksan (2008) pada bulan terbasah konsentrasi rata-rata PM10 berkisar 38,96 µg/m3 – 52,22 µg/m3 dan bulan terkering antara 90,90 µg/m3 – 97,21 µg/m3. 2.8. ISPU Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) menurut keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 45/MENLH/10/1997 adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara pada waktu dan tempat tertentu berdasarkan dampaknya terhadap kesehatan manusia (BAPEDAL 1999). Parameter yang diukur ISPU adalah PM10, SO2, CO, O3, dan NO2. Tabel 3 Angka dan Kategori ISPU Indeks 1 – 50 51 – 100 101 – 199 200 – 299 300 – lebih
Kategori Baik Sedang Tidak Sehat Sangat Tidak Sehat Berbahaya
Sumber : BAPEDAL 1999 Pedoman teknis tentang ISPU melibatkan instansi terkait dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 serta Bupati atau Walikota. Melalui nilai yang tertera pada ISPU dapat diketahui seberapa baik kualitas udara di suatu tempat pada waktu tertentu. Nilai ISPU yang dilaporkan ke media massa adalah nilai ISPU yang tertinggi dan berlaku selama 24 jam (Tabel 3). 2.9. Pengaruh Faktor Meteorologi Atmosfer adalah tempat berkumpulnya zat pencemar serta bertindak sebagai pelarut zat pencemar bahkan pendaur ulang zat pencemar tersebut (Tjasyono 2008). Masalah pencemaran udara dipengaruhi juga oleh parameter meteorolgis. Parameter meteorologi ini lebih berperan terhadap penyebaran,
pengangkutan, dan perubahan polutan yang ada. Faktor meteorologi merupakan faktor yang berperan penting dalam penyebaran zatzat pencemaran di atmosfer. Faktor tersebut antara lain pergerakan angin, perubahan suhu, dan cuaca. Hal ini menyebabkan bahan-bahan pencemar di udara terdispersi dari sumbernya dan menyebabkan perubahan konsentrasinya. (Hamonangan et al. 2008). Menurut Tjasyono (2008), parameter meteorologi yang mempengaruhi terhadap dispersi pencemar adalah angin, gradien suhu vertikal, tinggi campuran, curah hujan, kabut, dan radiasi matahari. Angin berperan dalam arah penyebaran zat polutan dan fluktuasi konsentrasinya di atmosfer. Selain itu, angin digunakan untuk menentukan kelas stabilitas atmosfer. Pada kondisi angin yang tenang/calm dan atmosfer stabil maka konsentrasi polutan menjadi tinggi, begitu pula sebaliknya. Persebaran polutan di DKI Jakarta mengikuti arah angin serta tertinggi pada wilayah bagian selatan (Iksan 2008). Curah hujan memberikan efek pencucian atmosfer dan mengurangi zat pencemar. Pada daerah dengan konsentrasi polutan tinggi biasanya jika terjadi hujan akan mengurangi konsentrasinya. Namun demikian, hujan yang terjadi akan bersifat asam yang dikenal dengan hujan asam. Pada musim hujan konsentrasi polutan lebih kecil dibandingkan musim kemarau (Iksan 2008). 2.10. Hari Bebas Kendaraan Bermotor Sejak September 2002 di Jakarta tepatnya di jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman diadakan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) dalam rangka World Car Free Day. Para pemilik kendaraan bermotor sedunia dihimbau untuk tidak menggunakan kendaraan bermotor mereka selama rentang waktu yang ditentukan. Dengan World Car Free Day ini, pemerintah DKI berharap dapat memberikan kesempatan agar udara yang kita hirup ini sejenak bersih dari zat-zat kimia berbahaya dan menurunkan tingkat pencemaran udara di kota Jakarta. Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha memulihkan kondisi udara di Jakarta akibat polusi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Fokus Utama kegiatan HBKB pada hari minggu setiap akhir bulannya adalah penutupan jalan, pemulihan kualitas udara yang diikuti dengan pengukuran kualitas udara, dan untuk
5
mengkampanyekan penyadaran masyarakat tentang pentingnya udara bersih dan segar di kota Jakarta. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat agar menggunakan kendaraan pribadinya secara bijaksana dan efisien. Berdasarkan hasil evaluasi pengukuran kualitas udara di ruas jalan pada saat pelaksanaan HBKB selama ini, didapatkan bahwa pelaksanaannya dinilai efektif sebagai upaya pemulihan mutu udara di kawasan tertentu. Hal itu dapat terlihat dari persentase penurunan konsentrasi pencemar yang cukup signifikan, yaitu pada parameter debu (PM10) sebesar 34%, Karbon Monoksida (CO) sebesar 67%, dan Nitrogen Monoksida (NO) sebesar 80%, dimana ketiga parameter tersebut merupakan pencemar primer yang bersumber dari kendaraan bermotor (BPLHD Jakarta 2009). Pada pelaksanaan HBKB September 2007 besarnya penurunan CO di Jakarta mencapai 30% (Dillon dan Damantoro 2008).
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Meteorologi dan Pencemaran Atmosfer Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB, jalan M.H. Thamrin-jalan Jend. Sudirman (garis panjang warna biru pada Gambar 2), dan BPLHD Provinsi Jakarta mulai September 2009-Februari 2010.
2.
3.
4.
Data kualitas udara berdasarkan ISPU (sumber : BPLHD Jakarta) tahun 2006-2008 Data Curah Hujan DKI Jakarta 20062008 (sumber : Stasiun BMKG Ciputat) Seperangkat komputer dengan Microsoft Office
3.3 Metode 3.3.1 Pengamatan Konsentrasi Polutan dan Baku Mutunya Data hasil pengamatan konsentrasi polutan oleh BPLHD pada lokasi stasiun pemantauan di Jakarta dianalisis terhadap besarnya konsentrasi polutan pada stasiun pemantauan. Besar nilai yang didapat dari stasiun tersebut dibandingkan dengan nilai baku mutu. Data pada stasiun pengamatan yang digunakan adalah dari 2006 (tahun sebelum diadakannya Hari Bebas Kendaraan Bermotor) sampai 2009 (tahun selama Hari Bebas Kendaraan Bermotor). Penelitian ini menggunakan data hasil pengamatan udara ambien yang kontinu agar data lebih akurat dan terpercaya. Pemantauan kualitas udara ambien dengan metode kontinu dilakukan di beberapa stasiun pengamatan BPLHD yang mewakili beberapa daerah di Jakarta. Lokasi tersebut antara lain JAF 1 (Walikota Jakarta Timur), JAF 4 (Walikota Jakarta Barat), dan JAF 5 (Gelora Bung Karno). 3.3.2 Perhitungan ISPU Indeks Standar Pencemar Udara dapat digunakan sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang kualitas udara pada waktu dan lokasi tertentu. Hasil data ISPU dapat dilihat dengan jumlah hari dengan kategori baik, sedang, dan tidak sehat. Perhitungan ISPU menurut Keputusan Kepala BAPEDAL , No.Kep-107/KABAPEDAL/11/1997, yaitu :
I =
Gambar 2 Lokasi pelaksanaan HBKB dan pengukuran di jalan-jalan alternatif 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan adalah : 1. Data pengukuran konsentrasi polutan dan unsur meteorologi (sumber : BPLHD Jakarta) tahun 2006-2009
Ia − Ib ( Xx − Xb ) + Ib Xa − Xb
Keterangan : I = ISPU terhitung Ia = ISPU batas atas Ib = ISPU batas bawah Xa = Ambien batas atas Xb = Ambien batas bawah Xx = Ambien hasil pengukuran
6
3.3.3 Analisis Hari Bebas Kendaraan Bermotor dengan Konsentrasi Polutan a. di jalan M.H. Thamrin-jalan Jend. Sudirman Data hasil pengamatan konsentrasi polutan ketika hari kerja dan hari libur dibandingkan dengan selama diadakannya program HBKB tersebut kemudian dianalisis seberapa besar pengaruhnya terhadap penurunan konsentrasi polutan. Dengan lokasi pengamatan diadakannya HBKB yakni jalan M.H. Thamrin-jalan Jend. Sudirman dari pukul 06.00-12.00 WIB.. Pengukuran konsentrasi polutan selama kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) menggunakan data dari stasiun mobile. Stasiun ini merupakan stasiun pengukuran yang dapat berpindah-pindah lokasinya. Pengukuran pada stasiun ini menggunakan metode yang kontinu setiap 30 menit. b.
di jalan-jalan alternatif di sekitar lokasi HBKB Pengukuran road side pada jalan-jalan alternatif dilakukan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan HBKB terhadap lokasi di sekitar pelaksanaan HBKB. Lokasinya pada beberapa titik, yakni Jalan Sabang (titik A pada Gambar 2), Hotel Shangri-La (Titik B pada Gambar 2), Hotel Sultan (titik C pada Gambar 2), dan Diklat Deplu (titik D pada Gambar 2). Pengukuran dilakukan selama 3 hari yakni ketika hari minggu (18 Oktober 2009), hari minggu saat pelaksanaan HBKB (25 Oktober 2009), dan hari kerja (29 Oktober 2009). Pengukuran ini mengambil sampel udara mulai dari pukul 06.00-12.00 WIB. Tabel 4 Metode dan alat sampel udara di jalan-jalan alternatif di sekitar lokasi HBKB Parameter
Metode
Peralatan Sampel
NO
Saltzmann
5 Gas Sampler
NO2
Saltzmann
5 Gas Sampler
SO2
Pararosanilin
5 Gas Sampler
CO
NDIR
CO Analyzer
PM10
Gravimetri
High Volume Sampler
3.3.4 Hubungan Faktor Meteorologi Dengan Konsentrasi Polutan Data konsentrasi polutan yang didapatkan dari stasiun pemantauan dianalisis hubungannya dengan faktor cuaca yang terjadi saat pengamatan selama waktu pemantauan.
Data polutan dan meteorologi diinformasikan dalam sebuah grafik dengan polutan sebagai respons (y) dan faktor meteorologi sebagai prediktor (x). 3.3.5 Asumsi Pada penelitian ini asumsi yang digunakan adalah : 1. Faktor emisi yang dihasilkan oleh tiap jenis kendaraan diabaikan (tidak diperhitungkan). 2. Konsentrasi polutan seragam di sepanjang lokasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kecenderungan Konsentrasi Polutan di DKI Jakarta Pengukuran konsentrasi polutan di DKI Jakarta yang dilakukan oleh BPLHD dilakukan pada 5 lokasi stasiun pemantauan dengan metode kontinu. Semua lokasi tersebut tersebar di wilayah Jakarta dan masingmasing berada di setiap kotamadya. Selain dengan metode kontinu, pengukuran konsentrasi polutan juga menggunakan metode sesaat. Jumlah stasiun pengamatan untuk metode sesaat terdapat 9 lokasi. Selain itu terdapat pula stasiun mobile yang dapat berpindah-pindah tempat pengukurannya. Sejak 2006 jumlah stasiun pengamatan yang masih beroperasi untuk pengukuran secara kontinu yakni di 3 lokasi, Jakarta Timur (JAF 1), Jakarta Barat (JAF 4), dan Jakarta Pusat (JAF 5). 4.1.1 Pengamatan Konsentrasi PM10 Partikulat adalah padatan atau likuid di udara dalam bentuk asap, debu dan uap, yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke ke dalam sistem pernafasan yang mengakibatkan gangguan pernafasan dan kerusakan paru-paru. Partikulat juga merupakan sumber utama haze (kabut asap) yang menurunkan visibilitas. Partikulat yang berukuran <10 µm dikenal dengan PM10. Nilai baku mutu untuk PM10 selama 24 jam adalah 150 µg/m3. Konsentrasi rata-rata harian untuk tiap tahunnya masih berada di bawah baku mutu (Gambar 3). Ini menunjukkan bahwa kondisi udara di daerah tersebut masih aman. Data yang tercatat pada setiap wilayah stasiun pengamatan menunjukkan perbedaan nilai rata-rata maksimumnya (Lampiran 2).
7
Konsentrasi (ug/m3)
160 140 120 100 80 60 40 20 0 2006
2007
2008
2009
Tahun PM-10
Baku Mutu
Gambar 3 Rata-rata konsentrasi PM10 di Senayan
Konsentrasi (mg/m3)
10 8 6 4 2 0 2006
2007
2008
2009
Tahun CO
Baku Mutu
Gambar 4 Rata-rata konsentrasi CO di Senayan
Konsentrasi (ug/m3)
16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 2006
2007
2008
2009
Tahun NO
Gambar 5 Rata-rata konsentrasi NO di Senayan
8
Untuk wilayah Jakarta Timur dan Senayan pada 2006 tertinggi pada bulan September sedangkan wilayah Jakarta Barat pada bulan Juni. Pada 2007, wilayah Jakarta Timur dan Senayan rata-rata maksimumnya pada bulan Juli dan wilayah Jakarta Barat pada bulan September. Untuk 2008, data terlengkap hanya pada stasiun Jakarta Barat dimana nilai rata-rata maksimumnya terjadi pada bulan Juli. Hal ini ada hubungannya dengan musim kering dan musim basah yang terjadi di Indonesia. Konsentrasi PM10, menurut Chuersuwan (2008) lebih tinggi pada musim kering dibandingkan pada musim basah. Hasil penelitian Iksan (2008) menunjukkan pada bulan terbasah konsentrasi rata-rata PM10 berkisar 38,96 µg/m3 – 52,22 µg/m3. Pada bulan terkering antara 90,90 µg/m3 – 97,21 µg/m3. Ini agak berbeda dengan hasil yang didapatkan dimana pada tahun 2008 rata-rata konsentrasi maksimum di wilayah Jakarta Barat pada bulan Juli (bulan terkering) sebesar 69,98 µg/m3 dan minimum pada bulan Februari (bulan terbasah) 36,07 µg/m3. Nilai maksimum PM10 yang tercatat di Jakarta (Lampiran 3) adalah sebesar 379,13 µg/m3 pada 2006 dan 151,54 µg/m3 pada 2007 untuk Jakarta Timur, 119,37 µg/m3 pada 2008 untuk Jakarta Barat, dan 160,90 µg/m3 pada 2009 untuk Jakarta Pusat (Senayan). Berdasarkan nilai maksimum yang tercatat menunjukkan bahwa kondisi PM10 di udara melebihi baku mutu udara ambien dan dapat membahayakan kesehatan manusia. Namun secara keseluruhan rata-rata harian kondisi udara untuk parameter PM10 di Jakarta masih dapat dikategorikan aman dan cenderung turun tiap tahunnya (Lampiran 4). 4.1.2 Pengamatan Konsentrasi CO Gas karbon monoksida (CO) adalah gas yang dihasilkan dari proses oksidasi bahan bakar yang tidak sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna dan tidak berbau. Gas ini terbentuk dari karbon dan oksigen dari hasil pembakaran yang tidak sempurna. Kendaraan bermotor menjadi penyumbang terbesar sekitar 75% dari total CO dan Partikulat (Afroz, Hassan, Ibrahim 2003). Besarnya konsentrasi rata-rata harian parameter CO untuk setiap tahunnya masih di bawah baku mutu udara ambien. Pada tahun 2008 data CO untuk wilayah Senayan ratarata maksimum pada Maret dan minimum pada Januari (Lampiran 2). Untuk keseluruhan wilayah Jakarta nilai maksimum yang tercatat pada 2006 adalah 4,73 mg/m3, 3,30 mg/m3
tahun 2007, 2,12 mg/m3 tahun 2008, dan 2,30 tahun 2009 (Lampiran 3). Menurut Luthfi (2008) konsentrasi tertinggi CO tahun 2002 adalah 2,28 mg/m3 dan terendah 0,73 mg/m3. Hasil pengamatan parameter CO untuk stasiun pengamatan Senayan selama 20062009 (Gambar 4) secara umum terlihat adanya penurunan konsentrasi polutan yang mengindikasikan adanya peningkatan kualitas udara. 4.1.3 Pengamatan Konsentrasi NO Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai 2 bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NO. Sifat gas NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf yang mengakibatkan kejangkejang. Bila keracunan ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan menjadi lebih berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehinggga menjadi gas NO2. Tingkat konsentrasi NO untuk wilayah Senayan (Gambar 5) terjadi kecenderungan penurunan rata-rata konsentrasi NO setiap tahunnya. Konsentrasi rata-rata yang maksimum tercatat pada wilayah Senayan yakni bulan Februari 2006 serta minimum pada bulan Juni (Lampiran 2). Nilai tertinggi yang tercatat untuk NO di Jakarta adalah sebesar 584,07 µg/m3 pada 2006, 304,99 µg/m3 pada 2007, 37,02 µg/m3 pada 2008 dan pada 2009 sebesar 102,44 µg/m3 (Lampiran 3). 4.2 Kualitas Udara Berdasarkan ISPU Indeks Standar Pencemar Udara bertujuan untuk menampilkan kualitas udara ambien pada suatu wilayah. Dengan indeks tersebut dapat diketahui seberapa besar kualitas udara ambien yang terukur guna mengetahui dampaknya terhadap kesehatan manusia. Nilai indeks yang ditampilkan berkisar dari 0-500. Parameter polutan yang diukur adalah PM10, SO2, CO, O3, dan NO2 (BAPEDAL 1999). Di Jakarta, nilai indeks didapatkan dari hasil pengukuran udara ambien yang dilakukan oleh masing-masing stasiun. Nilai indeks tersebut akan menunjukkan kualitas udara di Jakarta pada waktu tertentu yang kemudian diakumulasikan setiap bulannya selama satu tahun guna mengetahui kecenderungan kualitas udara setiap tahunnya.
9
Besar kecenderungan kualitas udara, jumlah hari yang tergolong kategori Baik di Jakarta terjadi peningkatan yakni dari 45 hari pada 2006 menjadi 73 hari pada 2007 dan 148 hari pada 2008 (Tabel 5). Untuk kategori Sedang dan Tidak Sehat terjadi penurunan jumlah harinya. Ini menunjukkan bahwa kualitas udara di Jakarta tiap tahunnya adanya perbaikan. Tabel 5 Nilai ISPU DKI Jakarta 2006 – 2008 Kategori Baik Sedang Tidak Sehat
Jumlah Hari 2006
2007
2008
45
73
148
266
243
199
51
49
19
Sangat Tidak Sehat
0
0
0
Berbahaya
0
0
0
362
365
366
jumlah hari
Meningkatnya jumlah hari dengan kualitas baik di Jakarta sejak 2006 menunjukkan adanya usaha untuk memulihkan kualitas udara oleh pemerintah daerah. Hal ini tidak lepas dengan diadakannya program HBKB yang dimulai sejak akhir 2007. Nilai ISPU yang terukur pada suatu wilayah akan menunjukkan kualitas udara ambien pada wilayah tersebut. Hal ini mengakibatkan akan terjadi perbedaan nilai ISPU untuk masing-masing wilayah. Nilai ISPU yang terukur bersifat lokal dan tidak dapat diartikan secara global. Wilayah yang berbeda karakteristiknya dipengaruhi oleh kondisi iklim yang akan mempengaruhi pula perbedaan polusi udara, sehingga tidak tepat mengasumsikan nilai ISPU sama untuk seluruh dunia (Murena 2004). 4.3 Analisis HBKB dengan Konsentrasi Polutan Pada penelitian ini yang digunakan sebagai lokasi pengamatan untuk konsentrasi polutan selama HBKB adalah di jalan Thamrin-jalan Sudirman dengan menggunakan data hasil pengukuran Stasiun Mobile. Lokasi stasiun pengukuran tersebut biasanya berada di jalan M.H Thamrin tepatnya di depan Gedung ESDM atau di depan Grand Indonesia. Pengukuran dimulai sejak pukul 06.0012.00 sesuai dengan pelaksanaan HBKB. Pengukuran ini dilakukan sekaligus sebagai pemantauan kondisi kualitas udara selama HBKB berlangsung.
4.3.1 Pengamatan Parameter PM10, CO, dan NO Selama Pelaksanaan HBKB Parameter yang sebagai acuan polutan selama HBKB berlangsung yakni PM10, CO, dan NO. Ketiga parameter tersebut merupakan gas yang dihasilkan selama proses pembakaran oleh kendaraan bermotor. Pengamatan untuk setiap pelaksanaan HBKB dibandingkan dengan hari kerja dan hari libur pada lokasi yang sama. Hal ini untuk membandingkan besarnya perubahan konsentrasi polutan. Pengamatan PM10 selama HBKB tahun 2008 (Gambar 6) menunjukkan besarnya konsentrasi PM10 selama HBKB selalu lebih rendah dibandingkan saat hari kerja. Jika dibandingkan dengan hari libur nilainya bervariasi namun sebagian besar masih lebih tinggi dibandingkan saat HBKB. Pengamatan konsentrasi CO untuk tahun 2008 (Gambar 7) menunjukkan besarnya nilai konsentrasi masih di bawah baku mutu udara ambien. Nilai konsentrasi saat pelaksanaan HBKB masih lebih rendah dibandingkan pada saat hari kerja dan juga hari libur. Hal yang sama juga berlaku untuk pengamatan NO (Gambar 8). 4.3.2 Pengamatan Setiap Jam Parameter PM10, CO, dan NO Selama Pelaksanaan HBKB Konsentrasi PM10 tertinggi pada hari kerja terjadi pada pukul 07.00, pada hari libur pukul 09.30, dan saat HBKB pada pulul 06.00 (Gambar 9). Konsentrasi CO pada saat yang bersamaan (Gambar 10) tertinggi pada pukul 08.00 (hari kerja), pukul 09.00 (hari libur) dan pukul 06.00 (HBKB). Konsentrasi NO (Gambar 11) yang tertinggi pada pukul 08.00 (hari kerja), pukul pukul 09.00 (hari libur), dan pukul 06.00 (HBKB). Ini menunjukkan bahwa konsentrasi polutan maksimum terjadi pada jam-jam kerja dimana kondisi jalan mulai ramai dengan kendaraan bermotor. Menurut Latif et al. (2006) konsentrasi CO maksimum terjadi pada pukul 08.00 saat kondisi jalan mulai ramai. Berdasarkan data pengamatan Satria (2006) antara pukul 06.0012.00 untuk jalan M.H Thamrin, konsentrasi CO pada hari kerja tertinggi antara pukul 06.00-08.00 yang berkisar antara 3,79 mg/m36,11 mg/m3, sedangkan pada hari minggu tertinggi pada pukul 07.00-08.00 sebesar 4,25 mg/m3. Berdasarkan data Supriyadi (2008) konsentrasi tertinggi pada hari kerja mulai pada pukul 06.30-09.00 yang berkisar antara 2,41mg/m3-4,74 mg/m3. Hal ini tidak jauh
Konsentrasi (ug/m3)
10
200 160 120 80 40 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul Agu Sep Okt Nov Des
Bulan HBKB
Hari Kerja
Hari Libur
Baku Mutu PM 10
Gambar 6 Perbandingan konsentrasi PM10 selama HBKB, hari kerja dan hari libur tahun 2008
10
Konsentrasi (mg/m3)
8 6 4 2 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Bulan HBKB
Hari Kerja
Hari Libur
Baku Mutu CO
Gambar 7 Perbandingan konsentrasi CO selama HBKB, hari kerja dan hari libur tahun 2008
140 K o n s e n t ra s i ( u g /m 3 )
120 100 80 60 40 20 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Bulan HBKB
Hari Kerja
Hari Libur
Gambar 8 Perbandingan konsentrasi NO selama HBKB, hari kerja dan hari libur tahun 2008
11
Konsentrasi (ug/m3)
160 140 120 100 80 60 40 20 0 06:00
07:00
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
Jam HBKB
Hari Kerja
Hari Libur
Baku Mutu PM-10
Konsentrasi (mg/m3)
Gambar 9 Perbandingan konsentrasi PM10 selama HBKB, hari kerja dan hari libur Februari 2009
8 6 4 2 0 06:00
07:00
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
Jam HBKB
Hari Kerja
Hari Libur
Baku Mutu CO
Gambar 10 Perbandingan konsentrasi CO selama HBKB, hari kerja dan hari libur Februari 2009
Konsentrasi (ug/m3)
100 80 60 40 20 0 06:00
07:00
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
Jam HBKB
Hari Kerja
Hari Libur
Gambar 11 Perbandingan konsentrasi NO selama HBKB, hari kerja dan hari libur Februari 2009
12
Konsentrasi (ug/m3)
600 500 400 300 200 100 0 Jl. Sabang
Hotel Shangri-La
Hotel Sultan Diklat Deplu
Mobile
Lokasi 25 Oktober 2009
29 Oktober 2009
18 Oktober 2009
Baku Mutu PM-10
Gambar 12 Konsentrasi PM10 di beberapa lokasi
Konsentrasi (mg/m3)
10 8 6 4 2 0 Jl. Sabang
Hotel Shangri-La
Hotel Sultan Diklat Deplu
Mobile
Lokasi 25 Oktober 2009
29 Oktober 2009
18 Oktober 2009
Baku Mutu CO
Gambar 13 Konsentrasi CO di beberapa lokasi
Konsentrasi (ug/m 3)
100 80 60 40 20 0 Jl. Sabang
Hotel Shangri-La
Hotel Sultan Diklat Deplu
Mobile
Lokasi 25 Oktober 2009
29 Oktober 2009
18 Oktober 2009
Gambar 14 Konsentrasi NO di beberapa lokasi
13
berbeda dengan hasil yang didapatkan, dimana konsentrasi tertinggi terjadi pada pukul 08.00 saat hari kerja sebesar 3,28 mg/m3. Menurut Mayer (1999), konsentrasi NO pada pagi hari akan lebih tinggi dibandingkan siang dan sore hari serta konsentrasi NO cenderung tinggi pada hari kerja dibandingkan dengan hari libur. Hasil yang didapatkan (Gambar 6-11) untuk semua parameter menunjukkan konsentrasi yang lebih rendah saat pelaksanaan HBKB setiap bulannya dibandingkan dengan pengukuran pada hari kerja dan jika dibandingkan dengan hari libur lebih bervariasi. Ini terkait dengan pelaksanaan HBKB dimana jumlah kendaraan yang melintas sangat sedikit sekali dibandingkan pada hari biasanya. 4.3.3 Perbandingan Konsentrasi Polutan di Sekitar Lokasi HBKB Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di jalan M.H. ThamrinJend. Sudirman belum sepenuhnya berlangsung bebas dari kendaraan bermotor. Ini terkait dengan peraturan pelaksanaannya dan adanya pengalihan arus lalu lintas selama berlangsungnya HBKB. Pada pelaksanaannya masih dibolehkan kendaraan bermotor terutama angkutan umum terutama Bus Way melintas di jalan tersebut. Sedangkan kendaraan umum lainnya dan juga kendaraan pribadi dialihkan dan hanya dibolehkan melewati jalur lambat di jalan Jend. Sudirman. Pengamatan yang dilakukan untuk membandingkan konsentrasi polutan PM10, CO, dan NO pada stasiun pengukuran mobile dan empat lokasi pengamatan lainnya. Pengamatan tersebut membandingkan konsentrasi rata-rata selama jam 06.00 – 12.00 (jam pelaksanaan HBKB). Pengamatan pada tanggal 18 Oktober 2009 tidak dapat dibandingkan dengan lokasi jalan Thamrin dan Sudirman karena pada saat bersamaan dilakukan pengukuran HBKB di wilayah Jakarta Timur. Tabel 6 Lokasi pengamatan di sekitar lokasi pelaksanaan HBKB Lokasi Jalan Sabang Hotel Shangri-La Hotel Sultan Diklat Deplu
Parameter PM10, CO, SO2, NO2, NO PM10, CO, SO2, NO2, NO PM10, CO, SO2, NO2, NO PM10, CO, SO2, NO2, NO
Pengamatan PM10 (Gambar 12) menunjukkan bahwa nilai konsentrasi pada
semua lokasi pengamatan telah melewati baku mutu udara ambien. Hal yang sama juga berlaku pada saat HBKB (25 Oktober 2009). Perbandingan konsentrasi pada saat HBKB dengan hari kerja (29 Oktober 2009) untuk pengamatan PM10, pada lokasi jalan Sabang dan hotel Shangri-La menunjukkan nilai konsentrasi yang lebih tinggi pada HBKB dibandingkan hari kerja. Sedangkan parameter NO cenderung lebih tinggi pada hari libur jika dibandingkan dengan hari kerja. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa konsentrasi PM10 berkisar antara 200 µg/m3-500 µg/m3. Ini tidak jauh berbeda dengan hasil pengukuran road side Martono (2003) dan Sugiarta (2008) pada lokasi jalan raya yang cukup padat lalu lintasnya. Menurut Martono et al. (2003), pengambilan sampel udara pada hari kerja di jalan Sudirman untuk PM10 sebesar 522,56 µg/m3. Untuk daerah Denpasar pada hari kerja, Sugiarta (2008) mendapatkan konsentrasi debu (termasuk PM10) pada 4 lokasi berkisar 289,89 µg/m3398,55 µg/m3. Ini menunjukkan pada pengukuran road side di kota besar untuk parameter PM10 semua nilai yang didapatkan berada di atas baku mutu. Pengamatan CO (Gambar 13) menunjukkan nilai konsentrasi yang lebih tinggi pada HBKB jika dibandingkan dengan hari kerja yakni pada lokasi pengamatan di Hotel Shangri-La. Untuk pengamatan NO (Gambar 13) pada lokasi jalan Sabang dan Hotel Sultan menunjukkan kondisi yang berbeda. Besarnya konsentrasi NO (Gambar 14) selama hari kerja yaitu 14,5 µg/m3-44,7 µg/m3. Untuk pengamatan pada hari libur (18 Oktober 2009) parameter PM10 dan CO menunjukkan nilai yang lebih rendah jika dibandingkan pada hari kerja. Hasil pengukuran road side di Denpasar yang dilakukan oleh Sugiarta (2008) untuk CO pada hari kerja di 4 lokasi mendapatkan hasil antara 1,01 mg/m3-1,28 mg/m3. Ini sedikit berbeda untuk wilayah Jakarta, dimana hasil yang didapatkan antara 1,76 mg/m3-4,21 mg/m3. Berdasarkan pengamatan jumlah kendaraan yang melintasi pada setiap lokasi pada hari kerja dari jam 06.00-12.00 yakni di Hotel Sultan rata-rata 55.306 kendaraan, jalan Sabang 13.032 kendaraan, Hotel Shangri-La 20.648 kendaraan, dan Diklat Deplu 31.930 kendaraan. Sedangkan pada saat HBKB mencapai setengah dari jumlah saat hari kerja. Untuk hari libur tidak jauh berbeda jumlahnya pada saat HBKB. Jumlah kendaraan yang dassadasdsad
14
90 71 63
Persentase
70 50
40
38
30 6
10
-6
-10
PM-10
CO
NO
Parameter hari kerja
hari libur
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
2.0 1.8 1.6 1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 06:00
07:00
08:00
09:00
10:00
11:00
Kecepatan (m/s)
Konsentrasi (ug/m3)
Gambar 15 Penurunan konsentrasi HBKB 2009
12:00
Jam NO
Angin
45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
2.0 1.5 1.0 0.5
kecepatan (m/s)
Konsentrasi (ug/m 3)
Gambar 16 Perbandingan konsentrasi NO dengan kecepatan angin 24 Februari 2008
0.0 06:00
07:00
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
Waktu PM-10
Angin
Gambar 17 Perbandingan konsentrasi PM10 dengan kecepatan angin 24 Februari 2008 2.0
0.6 1.5
0.5 0.4
1.0
0.3 0.2
0.5
0.1 0.0
Kecepatan (m/s)
Konsentrasi (mg/m3)
0.7
0.0 06:00
07:00
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
Waktu CO
Angin
Gambar 18 Perbandingan konsentrasi NO dengan kecepatan angin 24 Februari 2008
240
3.0
200
2.5
160
2.0
120
1.5
80
1.0
40
0.5
0
Kecepatan (m/s)
Konsentrasi (mg/m3)
15
0.0 06:00
07:00
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
Waktu PM-10
Angin
30
3.0
25
2.5
20
2.0
15
1.5
10
1.0
5
0.5
0
Kecepatan (m/s)
Konsentrasi (mg/m3)
Gambar 19 Perbandingan konsentrasi PM10 dengan kecepatan angin 27 Juli 2008
0.0 06:00
07:00
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
Waktu NO
Angin
2.00
3.00
1.60
2.50 2.00
1.20
1.50 0.80
1.00
0.40
0.50
0.00
Kecepatan (m/s)
Konsentrasi (mg/m3)
Gambar 20 Perbandingan konsentrasi NO dengan kecepatan angin 27 Juli 2008
0.00 06:00
07:00
08:00
09:00
10:00
11:00
12:00
Waktu CO
Angin
Gambar 21 Perbandingan konsentrasi CO dengan kecepatan angin 27 Juli 2008
16
melewati Jalan M.H Thamrin pada jam 06.0012.00 digunakan data dari penelitian Supriyadi (2008) yakni pada hari kerja sebesar 38.900 kendaraan. Hasil semua lokasi menunjukkan bahwa konsentrasi polutan cenderung lebih tinggi dibandingkan konsentrasi pada lokasi HBKB. Ini menunjukkan bahwa jumlah kendaraan yang melewati lokasi pengamatan mempengaruhi konsentrasi polutannya. Serta tingginya konsentrasi polutan pada semua lokasi pengambilan sampel tidak terlalu mempengaruhi konsentrasi polutan di lokasi pelaksanaan HBKB.
kecepatan angin dan curah hujan. Ini karena kedua faktor tersebut jika dibandingkan dengan faktor lainnya mempunyai pengaruh yang besar dan nyata terhadap jumlah konsentrasi polutan.
4.3.4 Besarnya Penurunan Konsentrasi Ketika HBKB Besarnya penurunan konsentrasi yang dihitung selama pengukuran digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kegiatan HBKB terhadap konsentrasi polutan. Ini dapat dilihat besarnya penurunan konsentrasi polutan, yang didapatkan dari hasil pengukuran rata-rata (selama jam 06.0012.00) pada hari kerja atau hari libur dikurangi rata-rata pengukuran pada saat HBKB lalu hasilnya dibandingkan dengan rata-rata pengukuran selama hari kerja atau hari libur. Menurut Dillon dan Damantoro (2008), besarnya penurunan CO pada saat pelaksanaan HBKB Internasional (September 2007) di Jakarta adalah sebesar 30%. Sedangkan selama pelaksanaan HBKB 2008, besarnya penurunan adalah PM10 sebesar 34%, CO sebesar 67%, dan NO sebesar 80% (BPLHD 2009). Besarnya penurunan konsentrasi polutan selama HBKB 2009 terjadi penurunan yang cukup besar pada hari kerja (Gambar 15), yakni PM10 sebesar 38%, CO sebesar 63%, dan NO sebesar 71%. Penurunan pada hari libur untuk parameter NO sebesar 40% dan parameter CO 6% sedangkan parameter PM10 justru mengalami peningkatan. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka jumlah penurunan semakin besar untuk tiap parameter pada tahun 2009 kecuali parameter NO.
4.4.1 Kecepatan Angin Angin mempunyai pengaruh terhadap konsentrasi polutan. Ini disebabkan oleh partikel-partikel polutan yang berada di udara akan terakumulasi atau terdistribusi ke suatu daerah akibat angin yang bertiup. Selain itu kondisi kestabilan atmosfer juga mempengaruhi konsentrasinya. Data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor meteorologi terhadap konsentrasi tiap parameter adalah data pada HBKB 24 Februari 2008 dan 31 Agustus 2008. Pada tanggal 24 Februari selama HBKB rata-rata kecepatan anginnya adalah 1,05 m/s dengan arah dominan dari Barat. Tanggal 27 Juli rata-rata kecepatan anginnya adalah 1,05 m/s dengan arah dominan dari timur laut. Jika semakin besar kecepatan angin maka besarnya konsentrasi polutan akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan konsentrasi polutan akan menjadi semakin kecil akibat percampurannya yang juga semakin kecil. Sebaliknya jika kecepatan angin rendah maka percampuran antar polutan semakin tinggi sehingga konsentrasinya juga akan meningkat (Tjasyono 2008). Pengaruh kecepatan angin terhadap konsentrasi polutan cenderung berbanding terbalik terutama pada parameter CO dan NO (Gambar 16-21). Nilai korelasi yang didapatkan untuk parameter PM10 bervariasi yakni berkisar -0,737 – 0,919 (Lampiran 9). Namun, secara umum nilai korelasi PM10 dengan kecepatan angin berkorelasi positif. Parameter CO dan NO cenderung berkorelasi negatif dengan nilai -0,054 – 0,512 dan -0,11 – 0,856 (Lampiran 7). Ketika kecepatan angin tinggi, maka konsentrasi polutan cenderung lebih rendah. Hal ini sedikit berbeda dengan Turyanti dan Santikayasa (2006), dimana korelasi PM10 dan CO terhadap kecepatan angin di Jakarta yakni -0,47 dan -0,59.
4.4 Faktor-Faktor Meteorologi yang Mempengaruhi Konsentrasi Polutan Faktor meteorologi mempunyai peran yang sangat besar terhadap konsentrasi polutan. Untuk mengetahuinya maka dilakukan perbandingan antara konsentrasi polutan dengan faktor meteorologi. Sebagai faktor meteorologi yang digunakan adalah
4.4.2 Curah Hujan Hubungan curah hujan terhadap konsentrasi polutan yakni sebagai pencuci polutan di udara. Ini berkaitan dengan konsentrasi polutan selama di udara. Jika tidak terjadi hujan maka konsentrasi polutan akan cenderung lebih tinggi jika dibandingkan saat hujan (Tabel 7)
17
Ketika terjadi hujan, butiran air hujan yang jatuh akan mengikat partikel-partikel polutan yang ada di udara. Sehingga jumlah konsentrasi polutan di udara pada saat yang bersamaan akan cenderung kecil. Namun selain mengurangi konsentrasi polutan, air hujan yang jatuh ke bumi akan cenderung bersifat lebih asam dari biasanya. Sehingga sering disebut dengan istilah hujan asam. Tabel 7 Curah hujan dan konsentrasi polutan Tanggal
CH (mm)
PM10 (ug/m3)
CO (mg/m3)
NO (ug/m3)
27-Jan-08
0
61.3
1.2
44.8
24-Feb-08
11.3
28.6
0.7
15.1
30-Mar-08
0
78.8
1.1
4.2
27-Apr-08
0
46.9
0.8
17.6
25-Mei-08
0
82.4
1.0
25.1
29-Jun-08
0
81.2
0.6
5.3
27-Jul-08
9.5
132.0
1.6
55.1
31-Agu-08
24.6
93.0
1.3
36.7
28-Sep-08
0
47.2
0.4
8.2
26-Okt-08
0
69.5
0.5
4.8
30-Nov-08
0
64.6
0.9
3.2
28-Des-08
0
21.5
0.1
5.3
kering dan basah. Pada saat bulan terkering konsentrasi polutan terutama PM10 lebih tinggi dibandingkan bulan lainnya dan pada bulan terbasah menjadi lebih rendah. 5.2 Saran Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak pelaksanaan HBKB di lokasi lain di Jakarta dengan menghitung beban emisi yang dihasilkan kendaraan serta pengukuran road side yang disertai pengamatan faktor meteorologi secara bersamaan pada beberapa lokasi sebagai pembandingnya. Selain itu, perlu juga diperhatikan penyebab lainnya selain kegiatan HBKB yang juga membantu mengatasi polusi udara terutama di Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Afroz R, Hassan MN, Ibrahim NA. 2003. Review Of Air Pollution And Health Impacts In Malaysia. Journal Environmental Research 92:71–77. Arya PS. 1999. Air Pollution Meteorology and Dispersion. New York : Oxford University Press.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Di Jakarta sejak 2006-2009 mengalami kecenderungan penurunan tingkat polusi terutama di jalan raya untuk wilayah Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Senayan. Hal ini tak lepas dari kebijakan pemerintah yang berupaya memulihkan kondisi udara, salah satunya dengan program HBKB. Nilai ISPU di Jakarta untuk kategori “Baik” mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni 73 hari pada 2007 dan 148 hari pada 2008. Berdasarkan hasil ISPU tersebut maka kualitas udara, khususnya jalan raya di wilayah Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Senayan, di Jakarta menunjukkan peningkatan yang semakin baik. Melalui program HBKB terjadi penurunan jumlah konsentrasi polutan dibandingkan hari kerja pada lokasi jalan Thamrin-Sudirman selama 2009 yakni 38% untuk PM10, 63% untuk CO, dan 71% untuk NO. Kecepatan angin mempunyai korelasi negatif terhadap polutan CO dan NO serta berkorelasi positif pada PM10. Pengaruh hujan terhadap polutan berhubungan dengan musim
[BAPEDAL]. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 1999. Himpunan Peraturan Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta : BAPEDAL. [BMG]. Badan Meteorologi dan Geofisika. 2007. Buku Kualitas Udara Indonesia. Jakarta : BMG. Boedisantoso R. 2003. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Peningkatan Temperatur. Surabaya : ITS. [BPLHD]. Badan Pengelola Lingkungan Hidup Jakarta. 2009. Hari Bebas Kendaraan Bermotor Rutin Jl. Sudirman-Thamrin. [terhubung berkala]. http://bplhd.jakarta.go.id/beritaDetail.p hp?&idg=49 [Agustus 2009]. BPS. [Badan Pusat Statistik]. 2009. Jakarta Dalam Angka. Jakarta : BPS Provinsi DKI Jakarta. Chuersuwan N, Nimrat S, Lekphet S, Kerdkumrai T. 2008. Levels And
18
Major Sources of PM2.5 And PM10 In Bangkok Metropolitan Region. Journal Environment International 34:671– 677. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. 2003. Buku Profil Penataan Ruang Propinsi DKI Jakarta. Jakarta: Dirjen Penataan Ruang. Dillon HS, Darmantoro T. 2009. How Effective is Car Free Day In Improving Urban Air Quality? A Case Study of Jakarta. [terhubung berkala] http://www.baq2008.org/system/files/st ream2_Dillon+poster.pdf [September 2009].
Departemen Geofisika Meteorologi FMIPA IPB.
dan
Martono H, Sukana B, Sulistiyani N. 2003. Kandungan TSP dan PM-10 di Udara Jakarta dan Sekitarnya. Jurnal Ekologi Kesehatan 2 (3):255-262. Mayer H. 1999. Air Pollution in Cities. Journal Atmospheric Environment 33:4029-4037. Murena F. 2004. Measuring Air Quality Overlarge Urban Areas: Development and Application of An Air Pollution Index at The Urban Area of Naples. Journal Atmospheric Environment 38:6195-6202.
Godish T. 1997. Air Quality. Lewis Publisher. Sadat Hadiwidodo M dan Huboyo HS. 2006. Pola Penyebaran Gas NO2 di Udara Ambien Kawasan Utara Kota Semarang Pada Musim Kemarau Menggunakan Program ISCST3. Jurnal Presipitasi Vol 1 No 1 September : 19-24. Hamonangan, Lestari, Purwanti, Situmorang, dan Mulianingsih. 2008. Pemantauan Kualitas Udara Ambien di 30 (tiga puluh) Kota Menggunakan Passive Sampler tahun 2005, 2006, 2007. Prosiding Seminar Scientific Jurnal Club BMKG Edisi 2: 47-58. Faiz A, Weaver S, Walsh P. 1996. Air Pollution from Motor Vehicles Standards and Technologies for Controlling Emissions. The World Bank Washington, D.C. Iksan P. 2008. Analisis Pencemaran Udara O3 Dan PM10 Pada Bulan Terbasah Dan Bulan Terkering (Studi Kasus : DKI Jakarta). [Skripsi]. Bogor : Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB. Latif MT, Othman MR, Johnny Z. 2006. Kajian Kualiti Udara di Bandar Kajang, Selangor. The Malaysian Journal of Analytical Sciences 10 (2):275-284. Luthfi RM. 2008. Analisis Beban Pencemar dan Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) di DKI Jakarta. [Skripsi]. Bogor :
DH, Hanif F, Napitupulu L, Soejachmoen MH, Murhajanti P, Syahril SMF, Husin S. 2003. Udara Bersih Hak Kita Bersama. [terhubung berkala] http://www.pelangi.or.id/publikasi/200 3/Booklet-CA.pdf [14 Sep 2009].
Saputra YE. 2009. Dampak Pencemaran dan Nitrogen Oksida (NOx) Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. [terhubung berkala] http://www.chemistry.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan /dampak-pencemaran-nitrogen-oksidanox-dan-pengaruhnya-terhadapkesehatan/ [Februari 2010]. Satria
N. 2006. Pendugaan Konsentrasi Karbonmonoksida (CO) dari Sumber Garis (Transportasi) Menggunakan Box-Model “Street Canyon”. [Skripsi]. Bogor : Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB.
Soemarno SH. 1999. GM-422 Meteorologi Pencemaran Udara. Bandung : Penerbit ITB. Sugiarta, AAG. 2008. Dampak Bising dan Kualitas Udara pada Lingkungan Kota Denpasar. Jurnal Bumi Lestari 8 (2):162-167. Sukarto H. 2006. Transportasi Perkotaan dan Lingkungan. Jurnal Teknik Sipil 3 (2): 93-99.
19
Supriyadi E. 2009. Pemodelan Matematis Dispersi Polutan Sumber Garis Untuk Pencemar CO Dan NOx Menggunakan Finite Length Line Source - Model (Studi Kasus: JL. M.H. Thamrin, DKI Jakarta). [Skripsi]. Bogor : Departemen Geofisika dan Meteorologi FMIPA IPB. Tjasyono B. 2008. Meteorologi Terapan. Bandung : Penerbit ITB. Turyanti A, dan Santikayasa IP. 2006. Analisis Pola Unsur Meteorologi dan Konsentrasi Polutan di Udara Ambien Studi Kasus : Jakarta dan Bandung. Jurnal Agromet Indonesia 20:25-37. Wang G, Bai S, dan Ogden JM. 2008. Identifying Contributions Of On-Road Motor Vehicles To Urban Air Pollution Using Travel Demand Model Data. Journal Transportation Research Part D14:168–179.
LAMPIRAN
21 JAF 1
JAF 4
Konsentrasi Polutan DKI Jakarta
JAF 5
Sampling Road Side
Mobile Station
Pengukuran HBKB
Pengukuran Non-HBKB
Pengukuran HBKB
Pengukuran Non-HBKB
ISPU
Analisis Konsentrasi Polutan Analisis Kualitas Udara
Selesai
Lampiran 1 Gambar diagram alir penelitian
Analisis Road Side
22 JAF 4 (Jakarta Barat)
JAF 5 (Senayan)
160
160
140
140
140
120 100 80 60 40 20
Konsentrasi (ug/m3)
160
Konsentrasi (ug/m3)
Konsentrasi (ug/m3)
JAF 1 (Jakarta Timur)
120 100 80 60 40 20
Jan
Feb Mar Apr
Mei
Jun
Jul
Agu Sep Okt
80 60 40 20 0
Jan
Nov Des
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Jan
Nov Des
2006
2007
2006
Baku Mutu
2007
PM10
2008
2009
2006
Baku Mutu
1
0 mei
jun
jul
agu
sep
okt
nov
2
1
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
2008
Jun
2006
CO
Jul
Agu
Sep
Okt
Jan
60 30
2007
2008
feb
mar
apr
mei
jun
jul
agu
sep
okt
nov
des
2006
2007
2008
2009
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
2006
Baku Mutu
Okt
Nov Des
2007
2008
2009
CO 40
16 12 8 4
30 20 10 0
Jan
Feb Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu Sep Okt
Nov Des
Jan
Feb
2009
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu Sep Okt
Nov Des
Bulan
Bulan
Bulan
NO
Feb
2009
0
0
2008
Bulan
Konsentrasi (ug/m3)
Konsentrasi (ug/m3)
90
Nov Des
1
Nov Des
20
120
Okt
2
CO
150
jan
2007
Bulan
2007
Agu Sep
0
des
Bulan 2006
Jul
3
0
apr
Jun
PM10
Konsentrasi (mg/m3)
Konsentrasi (mg/m3)
2
mar
Mei
Bulan
3
feb
Apr
PM10
3
jan
Feb Mar
Bulan
Bulan
Konsentrasi (mg/m3)
100
0
0
Konsentrasi (ug/m3)
120
2006
2007
2008
2006
2009
NO
Lampiran 2 Gambar rata-rata bulanan konsentrasi PM10, CO, dan NO di JAF 1, JAF4, dan JAF 5
NO
2007
2008
2009
23 Lampiran 3
Tabel nilai maksimum parameter di JAF 1, JAF 4, dan JAF 5 serta tabel lokasi pengukuran dan waktu pelaksanaan HBKB, hari kerja, dan hari libur
Tabel nilai maksimum parameter di JAF 1 (Jakarta Timur) Parameter 2006 2007 379,13 151,54 PM10 (ug/m3) 4,73 2,41 CO (mg/m3) 584,07 304,99 NO (ug/m3)
2008 -0,72 11,58
2009 --11,14
Tabel nilai maksimum parameter di JAF 4 (Jakarta Barat) Parameter 2006 2007 177,83 131,76 PM10 (ug/m3) 2,78 3,02 CO (mg/m3) 29,99 30,90 NO (ug/m3)
2008 119,37 2,12 28,18
2009 101,42 2,30 15,03
Tabel nilai maksimum parameter di JAF 5 (Senayan) Parameter 2006 140,33 PM10 (ug/m3) 4,37 CO (mg/m3) 135,16 NO (ug/m3)
2008 79,20 1,66 37,02
2009 160,90 1,51 102,44
2007 135,47 3,30 53,78
Tabel lokasi pengukuran dan waktu pelaksanaan HBKB, hari kerja, dan hari libur Lokasi pengukuran mobile station Hari Bebas Kendaraan Bermotor Hari Kerja Depan Departemen ESDM 27 Januari 2008 24 Januari 2008 Depan Departemen ESDM 24 Februari 2008 25 Februari 2008 Depan Departemen ESDM 30 Maret 2008 1 April 2008 Depan Departemen ESDM 27 April 2008 29 April 2008 Depan Departemen ESDM 25 Mei 2008 21 Mei 2008 Depan Departemen ESDM 29 Juni 2008 24 Juni 2008 Depan Grand Indonesia 27 Juli 2008 28 Juli 2008 Depan Grand Indonesia 31 Agustus 2008 28 Agustus 2008 Depan Departemen ESDM 28 September 2008 23 September 2008 Depan Grand Indonesia 26 Oktober 2008 27 Oktober 2008 Depan Departemen ESDM 30 November 2008 1 Desember 2008 Depan Departemen ESDM 28 Desember 2008 24 Desember 2008 Depan Departemen ESDM 25 Januari 2009 --Depan Departemen ESDM 22 Februari 2009 19 Februari 2009 Depan Departemen ESDM 29 Maret 2009 24 Maret 2009 Depan Departemen ESDM 26 April 2009 27 April 2009 Depan Departemen ESDM 31 Mei 2009 27 Mei 2009 Depan Departemen ESDM 28 Juni 2009 29 Juni 2009 Depan Departemen ESDM 26 Juli 2009 23 Juli 2009 Depan Departemen ESDM 30 Agustus 2009 27 Agustus 2009 Depan Grand Indonesia 27 September 2009 29 September 2009 Depan Grand Indonesia 25 Oktober 2009 19 Oktober 2009 Bunderan HI* 29 November 2009 1 Desember 2009 Bunderan HI* 27 Desember 2009 22 Desember 2009 Keterangan : * = stasiun pemantau kualitas udara Jakarta (fixed station)
Hari Libur 20 Januari 2008 17 Februari 2008 29 Maret 2008 20 April 2008 18 Mei 2008 22 Juni 2008 20 Juli 2008 30 Agustus 2008 21 September 2008 12 Oktober 2008 ------15 Februari 2009 26 Maret 2009 25 April 2009 24 Mei 2009 27 Juni 2009 25 Juli 2009 29 Agustus 2009 26 September 2009 31 Oktober 2009 22 November 2009 20 Desember 2009
24
160 140 120 100 80 60 40 20 0
Konsentrasi (mg/m3)
Konsentrasi (ug/m 3)
JAF 1 (Jakarta Timur)
2006
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
2007
2006
2007
Tahun PM-10
2008
Tahun CO
Baku Mutu
PM10
Baku Mutu
CO
Konsentrasi (ug/m3)
60 50 40 30 20 10 0 2006
2007
2008
2009
Tahun NO
NO JAF 4 (Jakarta Barat) Konsentrasi (mg/m3)
Konsentrasi (ug/m3)
160 140 120 100 80 60 40 20 0 2006
2007
2008
2009
2006
2007
2008
2009
Tahun
Tahun PM-10
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
CO
Baku Mutu
PM10
CO
12
Konsentrasi
10 8 6 4 2 0 2006
2007
2008
2009
Tahun NO
NO
Lampiran 4 Gambar rata-rata tahunan konsentrasi PM10, CO, dan NO di JAF 1 dan JAF 4
Baku Mutu
Konsentrasi (ug/m3)
25
250 200 150 100 50 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Nov
Des
Nov
Des
Bulan HBKB
Hari Kerja
Hari Libur
Baku Mutu PM 10
PM10
Konsentrasi (mg/m3)
10 8 6 4 2 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Okt
Bulan HBKB
Hari Kerja
Hari Libur
Jul
Sep
Baku Mutu
CO
Konsentrasi (ug/m3)
100 80 60 40 20 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Agu
Okt
Nov
Des
Bulan
HBKB
Hari Kerja
Hari Libur
NO
Lampiran 5 Gambar perbandingan konsentrasi parameter PM10, CO, dan NO pada HBKB 2009 dengan hari kerja dan hari libur
26
Lampiran 6 Peta lokasi HBKB jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman (tanpa skala) Sumber : Google Map (2010)
27 Jalan H. Agus Salim (Sabang)
= lokasi pengukuran road side
Depan Hotel Shangri-La
= lokasi pengukuran road side
Lampiran 7 peta lokasi pengukuran road side pada jalan-jalan alternatif (tanpa skala) Sumber : Google Map (2010)
28
Depan Hotel Sultan
= lokasi pengukuran road side
Depan Diklat Deplu
= lokasi pengukuran road side
Lampiran 7 Lanjutan
29
Konsentrasi (ug/m3)
300 250 200 150 100 50 0 Jl. Sabang
Hotel Shangri-La
Hotel Sultan
Diklat Deplu
Lokasi 25 Oktober 2009
29 Oktober 2009
18 Oktober 2009
Baku Mutu SO2
Konsentrasi (ug/m3)
SO2
160 140 120 100 80 60 40 20 0 Jl. Sabang
Hotel Shangri-La
Hotel Sultan
Diklat Deplu
Lokasi 25 Oktober 2009
29 Oktober 2009
18 Oktober 2009
Baku Mutu NO2
NO2
Lampiran 8 Gambar konsentrasi SO2 dan NO2 pengukuran road side di jalan-jalan alternatif
30 PM10 Januari
CO Januari
NO Januari
Korelasi = -0,737
Korelasi = -0,744
Korelasi = -0,500
Februari
Februari
Februari
Korelasi = 0,132
Korelasi = -0,563
Korelasi = -0,601
Maret
Maret
Maret
Korelasi = 0,222
Korelasi = -0,069
Korelasi = 0,856
April
April
April
Korelasi = -0,013
Korelasi = -0,661
Korelasi = 0,094
Mei
Mei
Mei
Korelasi = 0,358
Korelasi = -0,739
Korelasi = -0,703
Lampiran 9 Gambar hubungan korelasi antara konsentrasi polutan dengan kecepatan angin selama HBKB 2008
31 Juni
Juni
Juni
Korelasi = -0,623
Korelasi = -0,763
Korelasi = -0,471
Juli
Juli
Juli
Korelasi = 0,309
Korelasi = -0,831
Korelasi = -0,446
Agustus
Agustus
Agustus
Korelasi = 0,092
Korelasi = -0,054
Korelasi = 0,110
September
September
September
Korelasi = 0,919
Korelasi = 0,512
Korelasi = -0,116
Keterangan : Konsentrasi PM10 dan NO = µg/m3 Konsentrasi CO = mg/m3 Kecepatan angin = m/s
Lampiran 9 Lanjutan
Curah Hujan (mm)
32 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Jan Feb Mar Apr Mei
Jun
Jul Agust Sep Okt
Nov Des
Bulan CH
2006
800 Curah Hujan (mm)
700 600 500 400 300 200 100 0 Jan Feb Mar Apr Mei
Jun
Jul Agust Sep Okt
Nov Des
Bulan CH
2007
Curah Hujan (mm)
800 700 600 500 400 300 200 100 0 Jan Feb Mar Apr Mei
Jun
Jul Agust Sep Okt
Nov Des
Bulan CH
2008
Lampiran 10 Gambar curah hujan bulanan Stasiun BMKG Kemayoran Jakarta 2006-2008