SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
Evaluasi Adaptasi Banjir Pantai dalam Konteks Perubahan Iklim di Pesisir Surabaya Vilas Nitivattananon1, Rimadewi Supriharjo2, Ariyaningsih2 1)
Urban Environmental Management, Asian Institute of Technology, Thailand 2) Urban and Regional Planning, FTSP-ITS, Indonesia e-mail: 1)
[email protected]
ABSTRAK Bertambahnya populasi dan pertumbuhan perkotaan telah megonvert ruang terbuka (faktor noniklim), kemudian Surabaya mempunyai morfologi berbentuk delta system, curah hujan yang tinggi(faktor iklim ), dan karakteristik dataran rendah yang menyebabkan banjir di kota Surabaya. Selain itu, adaptasi yang dilakukan pemerintah tidak tepat, karena adaptasi diterapkan sebagian besar didasarkan pada bahaya yang sifatnya mendadak. Ada banyak keterbatasan dalam evaluasi yang ada di penelitian adaptasi perubahan iklim. Jadi, penelitian ini mencoba untuk mengevaluasi adaptasi risiko banjir di Surabaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dalam keberhasilan suatu adaptasi. Enam belas sub-kriteria yang diidentifikasi dalam kajian literatur dan telah diperiksa dengan para pemangku kepentingan (stakeholders). Multi kriteria analisis (MCA) digunakan untuk mengukur keberhasilan strategi adaptasi setelah menemukan kriteria evaluasi dengan menggunakan analisis Delphi. Input data untuk evaluasi adalah dari tinjauan literatur dan hasil wawancara dari delapan stakeholder yang dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Langkah-langkah adaptasi yang dipilih untuk dievaluasi adalah kawasan konservasi bakau, meninggikan lantai rumah, dan meningkatkan soft skill dari masyarakat setempat. Berdasarkan hasil analisis, persentase keberhasilan bakau Konservasi, meninggikan lantai, dan meningkatkan soft skill adalah 57,57%, 61,61%, dan 57,14%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada maladaptation di daerah pesisir Surabaya karena nilai evaluasi dekat dengan target. Selain itu, masyarakat setempat memiliki kesadaran yang cukup untuk menghadapi banjir. Mereka tidak lagi merasakan banjir sebagai salah satu ancaman, tetapi mereka dianggap sebagai batasan masalah yang mereka hadapi setiap hari. Kata kunci: : adaptasi, adaptasi banjir, adaptasi perubahan iklim, evaluasi, evaluation, perubahan iklim, keberhasilan adaptasi.
ABSTRACT Increased population and urban growth have made converting open spaces (non- climate factors) that can cause flooding as well as Surabaya has delta system of coastal morphology, high rainfall (climate factors) and it also has a characteristic of low land. In addition, adaptation that government done is not appropriate, because applied adaptation is mostly based on sudden-onset hazards. There are serious limitations in existing evaluations of climate change adaptation. So, this research tries to evaluate flood risk adaptation in Surabaya to get better understanding in term of successful adaptation measure. Mixed qualitative and quantitative method is used in this study. Sixteen sub-criteria were identified in literature review and had been cross checked with stakeholders. Multi- criteria analysis (MCA) was used to measure the success of adaptation strategies after finding evaluation criteria by using Delphi Analysis. The data input for evaluation is from literature reviews and interview results of eight stakeholders that chosen by using purposive sampling. The selected adaptation measures that will be evaluated are mangrove conservation area, elevating house floor, and enhancing soft skill of local people. Based on analysis result, the percentage of success for Conservation mangrove, elevating floor, and Enhancing soft skill are 57.57%, 61.61%, and 57.14% respectively. The result shows that there is no maladaptation in Surabaya coastal area because the evaluation value is close to the target. Moreover, local people have enough awareness to face flooding. They no longer feel the flood as one of the threats, but they considered it as a matter limitation that they face every day. Keywords: adaptation measure, climate change, climate change adaptation, evaluation, flood risk adaptation, successful adaptation SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
1027
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
Pendahuluan Urbanisasi dan pertumbuhan perkotaan membuat konsentrasi populasi manusia ke tersebar ke daerah daerah yang berjauhan bahkan daerah baru. Hal ini dapat menyebabkan koversi lahan yang semula adalah lahan kosong dijadikan untuk komersial, industri, transportasi dan tujuan perumahan. Kota Surabaya merupakan pusat Jawa Timur dan salah satu kota pantai di Indonesia yang memiliki sistem delta morfologi pantai dan juga memiliki karakteristik daratan rendah sehingga daerah yang memiliki kerentanan terhadap banjir (Pamungkas, 2006). Topografi Surabaya adalah dataran rendah dengan ketinggian sekitar 1-6 meter di bawah permukaan laut (Master Plan Surabaya, 2013). Kondisi tersebut membuat kawasan pesisir di Surabaya memiliki potensi banjir. Selain itu, Menurut IPCC (Intergovermental Panel on Climate Change) laporan, rata-rata iklim global telah meningkat sekitar 0,3-0,6 ˚C sejak 19 abad sampai tahun 2100 dan suhu bumi diperkirakan meningkat sekitar 1, 4-5,8˚C (IPCC, 2007). Hal tersebut merupakan bukti dari fenomena peningkatan yang disebabkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut. IPCC telah meramalkan bahwa kenaikan permukaan air laut meningkat sekitar 15-90 cm dengan pasti meningkat setinggi 48 cm selama 100 tahun dari tahun 2000. Permukaan laut meningkat akan merendam beberapa pulau dan dataran rendah. Meningkatnya suhu global mempengaruhi perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut. Efek pemanasan global telah mengakibatkan intensitas curah hujan yang tinggi dan mengakibatkan meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir. Frekuensi dan intensitas banjir diperkirakan terjadi 9 kali lebih besar pada dekade berikutnya di mana 80% peningkatan banjir terjadi di Asia Selatan dan Tenggara (termasuk Indonesia) dengan luas genangan banjir mencapai 2 juta mil persegi (IPCC). Efek Banjir akan merusak beberapa aspek dengan kerusakan berat sebagai berikut: aspek populasi (korban yang meninggal), terluka, hanyut, hilang, dan terserang penyakit, dll), aspek ekonomi (hilangnya mata pencaharian, kerusakan pasar tradisional, kerusakan dan kerugian properti, ternak dan gangguan perekonomian masyarakat), aspek infrastruktur (kerusakan rumah, jembatan, jalan, gedung perkantoran, fasilitas umum, instalasi listrik, air dan jaringan komunikasi), aspek lingkungan (kerusakan ekosistem, pariwisata, pertanian lahan, air, dan irigasi) (Departemen Bencana Manajemen, 2007). Adanya konflik antara manajemen risiko, adaptasi perubahan iklim dan pembangunan perkotaan di wilayah pesisir Surabaya bisa dilihat dari sejumlah besar korban banjir di daerah itu. Adaptasi bahwa pemerintah dilakukan tidak sesuai, hal ini karena adaptasi diterapkan dalam hanya ada berdasarkan bahaya yang datangnya tiba-tiba, tidak strategi jangka panjang. Kemudian, seperti Greivingvet.al (2006) menyebutkan bahwa salah satu penelitian peran penataan ruang dalam manajemen risiko bencana alam di beberapa negara Eropa menemukan beberapa kesimpulan yang sangat menarik yang menyimpulkan peran penataan ruang dalam pengelolaan bahaya besar seperti miskin digunakan untuk, misalnya membatasi pembangunan di daerah rawan bahaya. Kemudian dari itu, dalam banyak kasus, multi-bahaya mendekati sana karena ada begitu banyak organisasi yang berhubungan dengan jenis bahaya yang berbeda untuk bekerja secara independen. Mereka juga menemukan kurangnya kegiatan dikoordinasikan antara para pemangku kepentingan yang terlibat.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Metode Kuantitatif dan Kuantitatif. Kuantitatif digunakan untuk mengidentifiasi pembobotan kriteria. Selain itu, Metode kualitatif digunakan untuk mengeksplorasi kriteria yang diberikan oleh para pemangku kepentingan menggunakan Analisis Delphi. Gambar 1 menunjukkan metodologi penelitian dalam tiga tahapan yang dilakukan untuk mengevaluasi langkahlangkah adaptasi di mana data primer dan sekunder akan digunakan untuk mendukung evaluasi dari keberhasilan adaptasi.
Gambar 1. Methodological Framework SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
1028
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
Hasil dan Pembahasan Kriteria untuk Evaluasi Kriteria yang ditemukan dari studi literatur perlu crosschecked kepada pemangku kepentingan untuk mendapatkan kriteria yang tepat untuk evaluasi. Sebelum didistribusikan ke para pemangku kepentingan, kriteria telah dieksplorasi untuk mendapatkan sub-kriteria analisis deskriptif dari studi literatur. Kemudian, stakeholder akan memeriksa anak-kriteria untuk mendapatkan evaluasi subkriteria. Setiap kriteria dan penjelasannya dapat dilihat di lampiran 1. Selain itu, untuk menentukan kriteria evaluasi, Analisis Delphi telah dilakukan. Ada tiga fase untuk mendapatkan kriteria yang tepat untuk mengevaluasi langkah adaptasi. Berdasarkan analisis Delphi, untuk mendapatkan konsensus pada anak-kriteria untuk mengevaluasi langkah-langkah adaptasi, subkriteria yang tepat menurut stakeholder adalah : Enhancing policy, planning for adaptation measure Legal and regulatory Integration with development, policies and planning Institutional mechanism, capacities and structures Hazards risk Scientific and technical capacities, and innovation Impact data Environmental and natural resources Livelihood Culture, attitudes, education Financial instruments Cost recovery for adaptation Maintenance and Operation Cost Public awareness, knowledge, skill. Information management and sharing Learning and research A. Evaluasi Keberhasilan Adaptasi Banjir Langkah-langkah adaptasi yang dipilih yang akan dievaluasi adalah kawasan konservasi bakau, meningkatkan rumah lantai, dan meningkatkan soft skill masyarakat di wilayah pesisir Surabaya. Untuk mengevaluasi langkah adaptasi ini, digunakan kriteria dari bagian sebelumnya (bagian A) yang telah crosschecked oleh para pemangku kepentingan. Proses menilai keberhasilan adaptasi dalam penelitian ini dilakukan dengan multi-kriteria menggunakan metode AHP. Dalam AHP, dekomposisi perlu dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dengan kriteria dan sub-kriteria yang digunakan. Tabel kriteria dan sub-kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan strategi adaptasi menunjukkan pada Lampiran 2. Analisis multi-kriteria ini membuat proses hirarki analisis, dengan tujuan utama (tujuan) berada di posisi teratas, diikuti oleh kriteria utama, sub-kriteria, dan isu-isu alternatif. Gambar 2 merupakan dasar untuk penyusunan kuesioner dan pengolahan data.
Gambar 2. Hirarki Kriteria dan Sub Kriteria dalam AHP
Adapun hasil dari kombinasi dari semua kriteria dan sub kriteria pembobotan ditunjukkan sebagai Gambar 3. Hirarki ini di Gambar 4 menunjukkan setiap kriteria dan sub-kriteria dengan bobot (lihat lampiran 3 untuk AHP kuesioner). Pembobotan ini akan dihitung dengan skor untuk mengetahui keberhasilan kriteria berdasarkan persepsi stakeholders. SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
1029
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
Untuk mendapatkan skor atau nilai, "skala penilaian" digunakan untuk membantu dalam analisis multikriteria ini. Dalam metode ranking, setiap pertimbangan kriteria peringkat diurutankan berdasarkan preferensi stakeholders. Pada dasarnya, evaluasi langkah-langkah adaptasi adalah untuk membandingkan indikator kinerja pencapaian target yang ditetapkan oleh peneliti. Dalam bagian ini akan membuat lembar kerja untuk memberikan penilaian dan evaluasi dalam ukuran adaptasi. Tetapi untuk memberikan nilai untuk masing-masing sub-kriteria, penentuan nilai dilakukan sesuai dengan langkah-langkah adaptasi yang akan dievaluasi. Setiap langkah adaptasi memiliki nilai masing-masing.
Gambar 3. Hasil Pembobotan dari Expert Choice
Gambar 4. Hasil Pembobotan dalam Hirarki Dalam skala penilaian, sejumlah pertanyaan yang dirumuskan dan dijawab oleh para pemangku kepentingan yang dipilih. Jumlah pertanyaan adalah 16, sesuai dengan jumlah sub-kriteria. Dalam setiap respon yang diberikan oleh nilai. Dengan purposive sampling, ukuran sampel adalah delapan orang. Maka nilai maksimum untuk pertanyaannya adalah 16 x 8 = 128 dan minimum adalah 8 skor akhir diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka untuk setiap jawaban. Jumlah atau nilai maksimum untuk 16 pertanyaan adalah 8 x 16 = 128 poin dan minimum adalah 16 poin. Jadi nilai berkisar 16-128 dari jumlah ini akan dikalikan dengan berat dan akan memperoleh tingkat keberhasilan program terhadap tujuan dan sasaran yang telah dicapai. Nilai tersebut akan digunakan untuk menghitung persentase keberhasilan tindakan adaptasi. Di sub-bagian berikutnya, nilai akan dikalikan dengan bobot untuk mendapatkan persentase. Menurut perhitungan pada Tabel 1 dan Tabel 2, dapat diketahui bahwa langkah adaptasi yang paling sukses adalah mengangkat lantai. Adaptasi ini diadopsi oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Kriteria Keberlanjutan adalah nilai tertinggi dalam adaptasi ini, dan kemudian dilanjutkan dengan fleksibilitas yang memiliki skor dengan 13,8%. Kemudian untuk menilai keberhasilan, sistem lampu lalu lintas standar yang digunakan.
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
1030
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 Tabel 1. Nilai dan Pembobotan Kriteria
Tabel 2. Persentase Keberhasilan Adaptasi Banjir Pesisir
Sistem traffic light menggunakan tiga warna: hijau dengan ambang batas lebih dari 68% berarti bahwa pencapaian kriteria yang telah dicapai, warna kuning dengan ambang 52% sampai 68% berarti bahwa pencapaian langkah adaptasi tidak tercapai belum meskipun nilai ini dekat dengan target, sehingga pihak-pihak terkait harus dengan cermat dengan berbagai peluang dan ancaman. Warna merah dengan ambang kurang dari 52% yang berarti bahwa pencapaian program adaptasi sebenarnya di bawah target yang ditetapkan dan membutuhkan perbaikan segera. Ambang batas yang ditentukan berdasarkan karakteristik kriteria keseluruhan skor. Untuk penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa tiga langkah adaptasi yang dipilih adalah warna kuning. Ini berarti semua tindakan adaptasi telah mencapai target tetapi skor kriteria ini di ambang batas bewarna kuning. Dari hasil analisis, itu menunjukkan bahwa tidak ada maladaptation di daerah pesisir Surabaya karena nilai evaluasi dekat dengan target. Selain itu, langkah-langkah adaptasi saat ini belum berhasil meskipun kriteria keberlanjutan termasuk penelitian memiliki persentase yang tinggi pada rata-rata. Mengangkat lantai adalah langkah-langkah adaptasi yang paling sukses di Surabaya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan. Salah satunya adalah biaya. Misalnya masyarakat setempat menggunakan uang mereka sendiri untuk meningkatkan lantai mereka untuk menghindari banjir. Karena ukuran adaptasi ini berada di household level sehingga mudah untuk pemeliharaan atau menerapkan. Bukti-bukti dapat dilihat pada prosentase kriteria fleksibilitas termasuk biaya serta fleksibilitas memiliki prosentase tertinggi untuk meninggikan lantai. Namun, langkah-langkah adaptasi yang terjadi di city level seperti kawasan konservasi hutan mangrove dan meningkatkan soft skill masyarakat setempat memiliki prosentase keberhasilan yang berbeda. Kawasan konservasi Mangrove memiliki kekuatan pada kriteria efektivitas termasuk kebijakan dan perencanaan karena ukuran adaptasi ini telah dikaitkan dengan pelaksanaan rencana tata ruang yang melibatkan pengendalian penggunaan lahan di kawasan konservasi magrove. Peran pemerintah untuk meningkatkan kebijakan dan perencanaan yang lebih dibutuhkan. Sebenarnya, meningkatkan soft skill masyarakat setempat tidak berhubungan langsung dengan ukuran adaptasi risiko banjir. Langkah adaptasi ini mencoba untuk menemukan kegiatan ekonomi lainnya, terutama ketika banjir berisiko datang begitu masyarakat setempat dapat bertahan dan terus hidup mereka. Adaptasi ini dapat mengurangi vulnarability sosial masyarakat, itu sebabnya kriteria SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
1031
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
keberlanjutan yang meliputi kesadaran masyarakat, pengetahuan, dan keterampilan orang memiliki precentage tinggi.
Kesimpulan Untuk menentukan kriteria evaluasi, kajian literatur dan Analisis Delphi telah dilakukan. Identifikasi kriteria evaluasi yang dilakukan berdasarkan studi literatur dan telah crosschecked dengan para pemangku kepentingan untuk mengetahui kondisi yang ada dalam evaluasi. Sub-kriteria yang ditemukan dalam literatur adalah lima belas sub-kriteria, tapi setelah dilakukan Delphi dengan tiga tahap, kesepakatan stakeholder ditemukan dengan satu sub-kriteria baru. Jadi, untuk mengevaluasi kinerja langkah adaptasi, kriteria enam belas telah diidentifikasi. Mengevaluasi keberhasilan langkah-langkah adaptasi dilakukan dengan analisis MCA. Hasil analisis mengidentifikasi bahwa tidak ada maladaptation di daerah pesisir Surabaya. Hasilnya menunjukkan persentase keberhasilan bakau konservasi, mengangkat lantai, dan meningkatkan soft skill yang 57,57%, 61,61%, dan 57,14% masing-masing. Menurut traffic light ambang, semua langkah adaptasi yang dipilih adalah warna kuning. Ini berarti bahwa pencapaian langkah adaptasi tidak tercapai belum sekalipun nilai dekat dengan target.
Daftar Pustaka 1.
2.
3.
4. 5. 6.
Greiving, S., M. Fleischhauer, et al. (2006). Management of natural hazards in Europe: The role of spatial planning in selected EU member states.Journal of Environmental Planning and Management 49(5): 739-757.Hyogo Framework for Action 2005–2015, 2005 IPCC.2001. Climate Change (2001). Impacts, Adaptation & Vulnerability: Contribution of Working Group II to the Third Assessment Report of the IPCC. In J. J. McCarthy, O. F. Canziani, N. A. Leary, D. J. Dokken and K. S. White, eds. Cambridge, UK: Cambridge University Press. 1000 pp IPCC Summary for Policymakers. (2007). The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change Cambridge University Press Pamungkas, A. .(2006). Feasibility Assessment of Flood Disaster Mitigation Techniques in Indonesian Context. Surabaya Saaty, T. L. (1993), Decision Making for Leader : The Analytical Hierarchy Process for Decisions in Complex World. Pittsburgh : University of Pittsburgh. UNDP.(2008). ‗Fighting Climate Change: Human Solidarity in a Divided World‘, Human Development Report 2007/2008, United Nations Development Programme, available from http://hdr.undp.org/en/reports/global/ hdr2007-8/ Appendix
Lampiran 1 Measure Effectiveness: Achieving objectives
Description
Sub-Criteria
An effective adaptation intervention will achieve its stated objectives, be these to reduce vulnerability or risk, increase adaptive capacity, or achieve an enhanced level of protection. Evaluation against this criterion should therefore be relatively straightforward, providing that measurable objectives have been stated and clearly defined at the outset. Whilst effectiveness relates to adaptation outcomes, it also relates to the adaptation process, including capacity building, information exchange and social learning.
Enhancing policy, planning for adaptation measure Legal and regulatory Integration with development policies and planning Institutional mechanism, capacities and structures
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
1032
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 Flexibility: How far can we adapt?
Climate change is uncertain, due partly to an incomplete understanding of climate science, and partly to the fact that climate change will impact upon a future world. The large uncertainty around climate change means that it is likely we will either do too much, or too little, adaptation.
Hazards risk Scientific and technical capacities and innovation
Equity: Inequality dimensions to adaptation
Adaptation aims to reduce vulnerability to climate change shocks and stresses. However, vulnerability also depends on socioeconomic factors, which implies that any given adaptation may reduce vulnerability inconsistently across groups. Adaptation can reinforce existing inequalities, or it could be designed in such a way as to protect especially vulnerable groups
Impact data Environmental and natural resources Livelihood Culture, attitudes, education
Efficiency: Cost-effectiveness
Efficiency or cost-effectiveness is typically used to compare the costs of alternative ways of producing the same or similar results, i.e.to assess the least- cost path to reaching a given target.
Financial
Sustainability: The wider implications of adaptation
Sustainability of an adaptation is concerned with looking beyond the immediate sphere of the intervention’s impact. It considers the longerterm viability of the intervention (e.g. how far are the benefits of an activity likely to continue after donor funding has been used up or withdrawn). It also considers the broader environmental, social and economic impacts of implementing an intervention. Sustainable adaptation is likely to include strong elements of partnership building, community engagement, education andawareness-raising, as well as focusing on interventions which are ‘mainstreamed’ into existing development processes andmechanisms, and cutting across key sectors (water management, agriculture, health and education).
instruments Cost recovery for adaptation
Public awareness, knowledge, skill Information management and sharing Learning and research
Lampiran 2 No
Main Criteria
Criterion Code
Sub-Criteria
Sub Criterion Code
1.
Effectiveness
C1
Enhancing policy, planning
SC1
Legal and regulatory
SC2
Integration with development policies and planning
SC3
Institutional mechanism, and structures
SC4
2
Flexibility
C2
capacities
Hazards risk
SC5
Scientific and technical capacities and innovation
SC6
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
1033
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534 3.
4.
5.
Inequality
C3
Efficiency
C4
sustainability
C5
Inequality
Efficiency
SC8
Livelihood to people surrounding
SC9
Culture, conditions
SC10
attitudes,
education
Financial instruments
SC11
Cost recovery for adaptation
SC12
Maintenance and Operation Cost
SC13
Public awareness, knowledge, skill to people surrounding
SC14
Information management and sharing
SC15
Learning and research related enhancing adaptation measure
SC16
Score 1 2 3
Same important Between 1-3 A little bit important
4
Between 3-5
5
More important 2 2 2 2
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
to
4 4 4 4
5 5 5 5
Flexibility Inequality Efficiency Sustainability
5 5 5 5
4 4 4 4
3 3 3 3
2 2 2 2
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
4 4 4 4
5 5 5 5
Effectiveness Inequality Efficiency Sustainability
5
4
3
2
1
2
3
4
5
Effectiveness
5 5 5
4 4 4
3 3 3
2 2 2
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
Flexibility Efficiency Sustainability
5 5 5 5
4 4 4 4
3 3 3 3
2 2 2 2
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
4 4 4 4
5 5 5 5
Effectiveness Flexibility Inequality Sustainability
5 5 5 5
Effectiveness Flexibility Inequality Efficiency
5 5 5 5
Sustainability
SC7
Environmental and natural resources
Lampiran 3 Note
I. Weighting Main Criterion 5 4 3 Effectiveness 5 4 3 5 4 3 5 4 3
Flexibility
Impact data for flooding
4 4 4 4
3 3 3 3
2 2 2 2
1 1 1 1
2 2 2 2
3 3 3 3
4 4 4 4
II. Weighting Sub-Criterion Effectiveness SC1
5
4
3
2
1
2
3
4
5
SC2
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
SC3 SC4
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
1034
SEMINAR NASIONAL TEKNOLOGI 2015 Institut Teknologi Nasional Malang ISSN: 2407 – 7534
SC2
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
SC1 SC2
5
4
3
2
1
2
3
4
5
SC3
5
4
3
2
1
2
3
4
5
SC1
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
SC2 SC4
5
4
3
2
1
2
3
4
5
SC1
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
SC2 SC3
4
3
2
1
2
3
4
5
SC6
Inequality 5 4 5 4
3 3
2 2
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
SC8 SC9
SC3
SC4
Flexibility SC5 SC7
5
5
4
3
2
1
2
3
4
5
SC10
SC8
5 5 5
4 4 4
3 3 3
2 2 2
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
SC7 SC9 SC10
SC9
5 5 5
4 4 4
3 3 3
2 2 2
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
SC7 SC8 SC10
SC10
5 5 5
4 4 4
3 3 3
2 2 2
1 1 1
2 2 2
3 3 3
4 4 4
5 5 5
SC7 SC8 SC9
Efficiency SC11
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
SC12 SC13
SC12
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
SC11 SC13
SC13
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
SC11 SC12
Sustainability SC14
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
SC15 SC16
SC15
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
SC14 SC16
SC16
5 5
4 4
3 3
2 2
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
SC14 SC15
SENATEK 2015 | Malang, 17 Januari 2015
1035