POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
Maret 2012
EVA SEBAGAI ALTERNATIF PENGUKURAN KINERJA MANAJEMEN 1
Sri Yuliati, 2Huriyah
Jurusan Akuntansi Politeknik Pratama Mulia Surakarta, 57149, Indonesia
ABSTRACT This paper reviews the concept of EVA as a tool of management performance measurement. EVA based to concept that management objective is creating value for shareholder. With EVA, management has to be selective in identifying and chooses value added activity and minimizing non value added activities. EVA is the Adjusted Net Operating Tax After Tax (NOPAT) for a period minus the capital charge of the investment over that period. Management called create value for shareholder when EVA positive and destroyed value when EVA negative. EVA also applied as management based incentives compensation. The idea that management will be given more bonus or incentives when their action or strategies maximize shareholders wealth by increasing EVA. Study about EVA still debatable. Many research done to test which measurement that is most precise, accurate and most compatible applied in measuring management performance. Even a lot supports to EVA, there’s critics about EVA too. Keyword: economic value added, value added activities,management compensation.
PENDAHULUAN Tujuan investor menginvestasikan dananya pada sebuah perusahaan dengan harapan mendapat pengembalian yang sesuai atas investasinya itu. Harapan itu harus di tangkap oleh manajemen sebagai dasar dalam menjalankan operasi perusahaan. Setiap aktivitas yang dilakukan Eva sebagai alternatif…
harus memberikan nilai kepada pemegang saham. Konsep manajemen berbasis nilai ini kemudian menjadi dasar bagi manajer dalam mengelola perusahaan. Manajer harus bisa menganalisa setiap aktivitas yang akan dilakukan. Melaksanakan Aktivitas yang akan memberikan
18
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
nilai dan mengurangi aktivitas yang tidak memberikan nilai. Muncul persoalan ketika pemilik/investor akan menilai sejauhmana manajemen berhasil mengelola aktifitas operasi perusahaan. Berbagai macam cara dilakukan untuk mengukur kinerja manajemen. Pengukuran kinerja keuangan diperlukan untuk menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan laporan keuangan banyak dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan. Kelemahan pengukuran kinerja manajemen dengan menggunakan rasio-rasio adalah metode tersebut tidak dapat mengukur kinerja manajemen secara akurat. Hal ini disebabkan karena data yang digunakan adalah data akuntansi yang tidak terlepas dari penafsiran/estimasi yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam bias sehingga kinerja keuangan manajemen tidak terukur secara tepat dan akurat. Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam pengukuran kinerja keuangan berdasarkan data akuntansi, maka muncul konsep pengukuran kinerja keuangan berdasarkan nilai (value based). Pengukuran tersebut dapat dijadikan dasar bagi manajemen dalam pengelolaan modal Eva sebagai alternatif…
Maret 2012
perusahaan, rencana pembiayaan, wahana komunikasi dengan pemegang saham serta dapat digunakan dalam merencanakan kompensasi manajemen, Tunggal dalam Pradhono & Christiawan (2004). Konsep tersebut dikenal dengan Economic Value Added (EVA). Di Indonesia konsep itu dikenal dengan NITAMI (Nilai Tambah Ekonomi), yakni suatu metode dalam pengukuran laba ekonomi dalam suatu perusahaan yang mendasarkan atas konsep bahwa perusahaan akan menghasilkan nilai tambah ekonomis ketika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi dan biaya modal. EVA dipopulerkan dan dipatenkan oleh Stewart & Company. EVA menghitung nilai ekonomis, bukan nilai akuntansi. EVA mengukur nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini dihasilkan ketika laba operasi lebih besar dari pada biaya modal perusahaan, Pradhono & Christiawan (2004). David Young (2001) mengartikan EVA sebagai pengukur perbedaan, dalam hal keuangan antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal keseluruhan, baik hutang maupun ekuitas. EVA dihitung dari laba operasi bersih sesudah
19
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal. EVA didasarkan atas konsep bahwa tujuan utama dari manajemen dalam menjalankan operasi perusahaan adalah untuk menciptakan kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada pemegang saham. Seperti yang diungkapkan oleh Worthinton dan West (2001) bahwa tugas utama manajer adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham dengan cara efisiensi terhadap alokasi sumber daya. Dengan demikian setiap aktivitas yang dilakukan oleh manajemen harus menghasikan nilai (value) dan tidak menyia-nyiakan investasi yang telah dilakukan oleh pemegang saham. EVA adalah metode yang digunakan untuk mengukur apakah operasi perusahaan dalam suatu siklus operasi telah menciptakan nilai bagi pemegang saham. MENGHITUNG EVA Konsep EVA menjelaskan seberapa besar perusahaan memberikan nilai atas modal yang telah diinvestasikan oleh investor. Oleh karenanya, konsep untuk menghitung EVA adalah dengan mengurangkan laba operasi setelah pajak (NOPAT) dengan biayabiaya (charges) atas modal yang diinvestasikan (invested capital). Dalam capital charges tidak Eva sebagai alternatif…
Maret 2012
hanya memperhitungkan charges (berbentuk bunga) yang harus dibayarkan ke kreditor, tetapi juga biaya-biaya yang seharusnya dibayarkan ke pemegang saham, yang selama ini tidak tercermin dalam laporan akuntansi, David Young (2001). Lebih jauh dijelaskan bahwa untuk menghitung capital charges adalah dengan mengalikan modal yang diinvestasikan perusahaan dengan rata-rata tertimbang dari biaya modal (WACC). WACC merupakan biaya rata-rata atas struktur modal yang membiayai investasi perusahaan. Secara umum terdiri dari biaya utang (cost of debt) dan biaya ekuitas (cost of equity). Karena biaya hutang (bunga) memiliki sifat yang tax deductible, maka Cost of debt dihitung sebagai biaya hutang setelah pajak. Sedangkan untuk menghitung biaya ekuitas dapat menggunakan pendekatan Capital Asset Pricing Model (CAPM), yakni model yang didasarkan atas proporsi setiap tingkat pengembalian atas saham yang diperlukan adalah sama dengan tingkat pengembalian bebas resiko ditambah dengan premi resiko yang hanya mencerminkan resiko yang ada setelah didiversifikasi, Brigham & Houston (2001). Secara matematis EVA dapat ditulis sebagai berikut: 20
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
EVA = NOPAT – Capital Charges Dimana Capital Charges merupakan perkalian antara WACC dengan Invested Capital NOPAT atau Net Operating Profit After Tax dihitung dengan terlebih dahulu melakukan penyesuaian-penyesuaian. Tim MarkPlus&Co (2001) menyatakan bahwa dalam penghitungan NOPAT tidak mengikutsertakan faktor-faktor nonoperasional, misalnya laba/rugi penjualan aktiva tetap (gain/loss on fixed asset), laba/rugi dari penghentian usaha (gain/loss from discontinued operation), dan laba/rugi dari penjualan investasi (gain/loss from sale of investment). Beberapa akun dalam laba/rugi lain-lain sama sekali tidak berhubungan dengan kegiatan operasional rutin perusahaan, dan tidak ada keterangan jelas dalam catatan atas laporan keuangan, juga tidak diikutsertakan dalam penghitungan NOPAT. Hal ini memberikan penekanan bahwa laba yang dihitung adalah benar-benar dari hasil aktifitas operasi perusahaan. Penyesuaian juga dilakukan di neraca maupun laporan laba/rugi perusahaan. Tujuannya, untuk memperoleh nilai EVA yang lebih andal, lebih mencerminkan economic profit yang diciptakan perusahaan, dan memperbaiki Eva sebagai alternatif…
Maret 2012
bias/distorsi yang mungkin ditimbulkan oleh kecenderungan manajer merekayasa laporan keuangan. Hal senada di ungkapkan oleh Bhattacharyya & Phani (2000) yang menyatakan bahwa tujuan dilakukan penyesuaian dalam pengitungan EVA adalah: agar pengukuran terhadap modal menjadi lebih sesuai dengan nilai sesungguhnya, untuk menghitung semua investasi yang diperlakukan sebagai biaya periodik seperti biaya R&D, dan akhirnya membuat nilai EVA mendekati dengan nilai sesungguhnya dari arus kas perusahaan. Tim MarkPlus&Co (2001) memberikan contoh penyesuaianpenyesuaian itu antara lain: (1) penyesuaian terhadap successful efforts accounting (”akuntansi upaya keberhasilan”) yakni suatu pemikiran bahwa dalam neraca seharusnya hanya memasukan investasi yang berhasil, akunakunnya antara lain: biaya riset dan pengembangan serta biaya promosi dan iklan yang selama ini langsung dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran. Biayabiaya tersebut dikapitalisasi dan diamortisasi sesuai dengan perkiraan umur ekonomisnya masing-masing. Kapitalisasi dan amortisasi itu dikarenakan manfaat ketiga cost yang ditimbulkan baru 21
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
terasa di masa mendatang, sehingga dapat menggambarkan economic profit yang dihasilkan perusahaan secara lebih akurat. (2) Membatasi kemampuan manajemen merekayasa pendapatan, dengan mengeliminasi akrual untuk bad debt dan warranties. Mengeliminasi noncash charges, seperti amortisasi goodwill dan defered tax (beban pajak yang ditangguhkan). Amortisasi goodwill periode berjalan dikeluarkan dari laporan laba rugi dan ditambahkan kembali ke modal yang diinvestasikan, untuk menghilangkan asumsi yang salah tentang masa manfaat aktiva. Pajak penghasilan yang ditangguhkan seharusnya diabaikan karena bukan merupakan suatu biaya tunai. Stewart dalam Pradhono & Christiawan (2004) menambahkan beberapa contoh penyesuaian yang lain: (1) Operating lease expenses dimana transaksi sewa guna usaha, baik operating lease maupun capital lease, akan diperlakukan dengan cara yang sama, yaitu mengakui adanya hutang atau modal yang diinvestasikan (invested capital) (2) Penyesuaian nilai persediaan (LIFO), dimana penerapan perhitungan biaya persediaan berdasarkan LIFO akan menyebabkan nilai perusahaan yang terlalu rendah, yang Eva sebagai alternatif…
Maret 2012
kemudian pada gilirannya akan mengakibatkan modal yang diinvestasikan juga terlalu rendah. Dalam banyak kasus, pengaruh dari penyesuaian di atas akan menghasilkan NOPAT dan capital base yang lebih besar, tetapi tidak berdampak besar terhadap perhitungan EVA. Penyesuaian EVA perlu dibuat hanya jika jumlahnya signifikan, memiliki dampak material ® terhadap EVA , dapat dipahami oleh orang yang menggunakan dan jika informasi yang diperlukan mudah diperoleh. Dengan penghitungan EVA diatas akan diperoleh kesimpulan : jika EVA > 0 atau positif berarti perushaan memberikan nilai tambah kepada investor karena laba operasi perusahaan melebihi biaya atas modal yang diinvestasikan. Dan sebaliknya, jika EVA< 0 atau negatif maka tidak ada nilai tambah yang dihasilkan oleh perusahaan kepada investor, yang berarti laba operasi perusahaan lebih kecil dari biaya atas modal yang diinvestasikan. EVA SEBAGAI MODEL KOMPENSASI MANAJEMEN Seperti telah di awal pembahasan, bahwa EVA juga bisa dijadikan sebagai perencanaan atas kompensasi bagi manajemen. Pemberian kompensasi didasarkan 22
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
pemikiran bahwa manajemen akan diberikan bonus atau insentif lebih jika tindakan atau strategi yang dilakukannya menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan yang pada akhirnya menambah kemakmuran bagi investor/pemilik. Kompensasi bagi manajemen yang didasarkan atas rasio-rasio keuangan memiliki beberapa kelemahan, diantaranya rawan terhadap kecurangankecuarangan karena adanya celah untuk dimanipulasi dengan perubahan metode akuntansi, sehingga rasio-rasio itu memberikan informasi yang bias antara angka-angka dalam buku (nilai buku) dengan nilai sesungguhnya (nilai ekonomis). Oleh karenanya, dalam penghitungan EVA seperti telah diulas sebelumnya, dilakukan penyesuaian-penyesuaian (adjustment) terhadap laporan keuangan yang dilaporkan dengan harapan mampu mengurangi terhadap manipulasi-manipulasi yang mungkin dilakukan sehingga benar-benar mencerminkan nilai ekonomis perusahaan. Metode kompensasi didasarkan atas EVA berarti manajemen diberikan insentif atau bonus berdasarkan penciptaan nilai yang telah ia lakukan. Penciptaan nilai kepada investor itu diukur dengan seberapa besar EVA yang dihasilkan oleh perusahaan dalam Eva sebagai alternatif…
Maret 2012
suatu siklus operasi perusahaan. Semakin besar EVA yang dihasilkan, semakin besar pula bonus yang diberikan kepada manajemen. Metode ini dinilai oleh sebagian pakar merupakan metode kompensasi yang tepat dan paling menguntungkan bagi investor atau pemilik perusahaan. Joel Stern dalam Riceman et.al (1998) menyatakan bahwa perencanaan kompensasi berdasarkan EVA lebih baik dari pada perencanaan kompensasi berdasarkan akuntansi tradisional karena dengan kompensasi berdasarkan EVA lebih menjamin penjajaran kepentingan antara manager dan pemegang saham. Pendapat ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Irala & Reddy (2006) di India yang menyatakan bahwa meskipun bukan sebagai ”obat mujarab” EVA dapat mengurangi perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Senada dengan hal itu, Bhattacharyya & Phani (2000) menyatakan bahwa kelebihan EVA sebagai alat pengukuran kinerja dari pada alat yang lain adalah: EVA lebih mendekati dengan nilai arus kas perusahaan, EVA mudah dipahami dan dihitung, EVA memiliki korelasi yang tinggi terhadap nilai pasar perusahaan, dan dengan kompensasi manejer 23
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
yang didasarkan EVA, akan mengurangi perilaku menyimpang seorang manajer. Pendapat itu didukung oleh David Young (2001) yang menyatakan bahwa EVA diatas segala sistem pengukuran dengan mengukur penciptaan nilai lebih langsung daripada pengukuran akuntansi konvensional. EVA dapat membantu perusahaan untuk memotivasi dengan lebih baik manejernya untuk melakukan hal yang benar bagi pemegang saham. Penelitian yang dilakukan oleh Profesor Stephen S. Riceman et.al (1998) semakin menguatkan beberapa pendapat di atas. Dalam penelitian itu Profesor Stephen S. Riceman meneliti apakah dengan model kompensasi berdasarkan EVA, manajer akan memiliki kinerja lebih baik daripada model kompensasi tradisional. Sampel diambil dari 117 manajer diperusahaan di New Zeland yang terdiri atas 52 perusahaan yang memberikan kompensasi berdasar EVA dan 65 perusahaan memberikan kompensasi tradisional. Hasilnya mengindikasikan bahwa selama manejer paham akan konsep EVA, kinerja manejer yang diberikan kompensasi berdasarkan model EVA memiliki kinerja lebih baik dari pada manajer dengan kompensasi didasarkan model Eva sebagai alternatif…
Maret 2012
tardisional. Penelitian serupa yang mendukung penelitian itu juga dilakukan di Australia oleh Evans (1998) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara insentif kompensasi dan EVA. KRITIK TERHADAP EVA Meskipun banyak yang mendukung EVA sebagai pengukuran yang dinilai paling tepat, akan tetapi sampai sekarang masih terjadi perdebatan tentang ukuran yang paling akurat dan paling sesuai untuk mengukur kinerja perusahaan. Penelitianpenelitian yang mengkitik tentang EVA antara lain : yang diutarakan oleh Fernandez (2001) seorang profesor dari IESE Universitas Navarra Barcelona, dalam penelitiannya ia menyimpulkan bahwa EVA tidaklah mengukur penciptaan nilai bagi pemegang saham. Hal ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan terhadap 582 dari 1000 perusahan di AS dengan menggunakan data EVA, MVA, NOPAT dan WACC dari Stern Stewart periode 1987-1997. Dari kalkulasinya, 296 perusahaan memiliki korelasi antara kenaikan MVA dan NOPAT setiap tahun yang lebih besar daripada korelasi antar kenaikan MVA dan EVA setiap tahun. Bahkan 210 dari 582 perusahaan yang dianalisis ternyata memilki korelasi negatif antara kenaikan MVA setiap tahun 24
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
dan EVA setiap tahun. Hal ini berarti bahwa kenaikan EVA tidak serta merta akan meningkatkan nilai pasar suatu perusahaan. Dengan demikian secara tidak langsung penelitian ini membantah terhadap pendapat yang mendukung terhadap superioritas EVA sebagai alat pengukur kinerja perusahaan. Senada dengan penelitian di atas, penelitian yang dilakukan oleh. Ramana (2004) Doktor dari Xavier Institute of Management India yang meneliti hubungan antara MVA dengan EVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran-ukuran akuntansi konvensional lebih memiliki hubungan yang signifikan terhadap respon pasar dari pada respon pasar tehadap EVA. DR. Ramana juga menghimbau agar hati-hati dalam menggunakan EVA untuk memproxy-kan MVA, karena dalam studinya tidak ada bukti yang mendukung bahwa pemegang saham/pasar lebih memperhatikan EVA dari pada ukuran-ukuran lain. Penelitian yang lain dilakukan oleh Kyriazis and Anastassis (2007) yang meneliti pengaruh antara EVA dengan stock return dan market firm dibandingkan dengan ukuran-ukuran akuntansi seperti net and operating income. Penelitian dilakukan di pasar berkembang di Eropa yang Eva sebagai alternatif…
Maret 2012
terdaftar dalam ASE (Athens Stock Exchange). Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran-ukuran akuntansi (net and operating income) lebih memiliki pengaruh yang kuat terhadap stock return dan market firm. Dengan demikian penelitian ini membantah terhadap pendapat yang menyatakan bahwa EVA memiliki korelasi yang kuat terhadap nilai pasar suatu perusahaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemungkinan kegagalan EVA dalam meningkatkan nilai pasar disebabkan oleh beberapa hal, yakni: (1) Adanya asumsiasumsi dasar di dalam menaksir ukuran resiko beta, biaya utang dan WACC, yang mungkin berbeda dari yang digunakan oleh pasar. (2) Berhubungan dengan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan terhadap operating profit dan invested capital. Penyesuaian ini bertujuan untuk mendekatkan kepada nilai ekonomis perusahaan, dengan penyesuaian itu justru mengurangi informasi-informasi penting yang mungkin dibutuhkan oleh pasar untuk dianalisa. (3) Dalam kasus ini, mungkin saja mayoritas investor tidak terlalu mempertimbangkan ukuran ekonomis, karena mereka tidak faham akan pentingnya pengukuran atas biaya modal yang 25
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
Maret 2012
berimbas terhadap biaya ekuitas dan biaya hutang, dan
return maupun dalam menentukan harga pasar saham.
(4) Adanya fakta bahwa EVA menghitung nilai ekonomis suatu perusahaan sedangkan stock return merupakan apresiasi pasar terhadap berbagai kemungkinan arus kas perusahaan di masa depan.
Penelitian lain, Sasongko & Wulandari (2006) meneliti hubungan EVA dan rasio-rasio lain (ROA,ROE,ROS,EPS,BEP) terhadap harga saham. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2001-2002. Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa earning per share (EPS) berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang diterima pada taraf signifikansi 5% (p<0,05). Artinya EPS dapat digunakan untuk menentukan nilai perusahaan. Hasil uji t parsial menunjukkan bahwa return on asset, return on equity, return on sale, basic earning power, dan economic value added tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang ditolak pada taraf signifikansi 5% (p>0,05). Dengan demikian ROA, ROE, ROS, BEP, dan EVA tidak cocok digunakan untuk menentukan nilai perusahaan.
Di Indonesia, beberapa penelitian tentang EVA antara lain : Pradhono & Christiawan (2004) yang meneliti pengaruh antara EVA, residual income, earning dan arus kas operasi terhadap return yang diterima oleh pemegang saham. Penelitian dilakukan terhadap laporan keuangan 34 perusahaan publik yang terdaftar di BEJ. Hasil penelitin itu menunjukan bahwa EVA memilki korelasi positif dengan penerimaan return, akan tetapi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return. Yang memiliki pengaruh terhadap return saham adalah arus kas operasi dan earning meskipun dengan tingkat signifikansi yang rendah. Dengan demikian, pengukuran kinerja bukan merupakan pertimbangan utama dalam pembagian return kepada pemegang saham. Faktor – faktor lain semisal ekspektasi investor dimasa mendatang menjadi pertimbangan tersendiri dalam penentuan pembagian
Eva sebagai alternatif…
Dari penelitian-penelitian di atas, menunjukan bahwa bagi beberapa pelaku pasar EVA belum menjadi pertimbangan utama dalam mengambil keputusan saham. Hal ini dikarenakan disatu ® sisi EVA memberikan pengukuran yang akurat, akan 26
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
tetapi disisi lain EVA juga memiliki beberapa kelemahan. Mirza dalam Iramani & Febrian (2005) menyatakan beberapa kelemahan EVA antara lain: (1) EVA hanya mengukur hasil akhir (result), tidak mengukur aktivitasaktifitas penentu. (2) EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham tertentu padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan. PENUTUP EVA tidak hanya sebuah alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Selain sebagai alat untuk mengukur kinerja perusahaan, EVA juga merupakan konsep yang mendasarkan pemikiran bahwa tujuan manajemen adalah menciptakan nilai kepada pemegang saham. Penciptaan nilai bisa dilakukan ketika manajemen mampu menghasilkan laba operasi yang melebihi dari biaya modalnya. Penciptaan nilai dilakukan dengan mengidentifikasi dan menghilangkan semua aktivitas yang tidak menghantarkan nilai (non value added), dan meningkatkan efisiensi semua aktivitas yang dapat menghantarkan nilai (value Eva sebagai alternatif…
Maret 2012
added). Suatu sistem pengukuran kinerja dalam perusahaan harus dapat membedakan aktivitas yang value added dari aktivitas yang non-value added. Pembagian ini diperlukan sehingga manajemen organisasi dapat berfokus untuk mengurangi biaya-biaya yang timbul akibat aktivitas yang tidak menambah nilai. Dengan mengkomunikasikan dari awal bahwa tujuan perusahaan adalah maksimalisasi nilai, bukan laba, para manajer dituntut lebih fokus pada penciptaan nilai dan bukan mengejar laba besar. Hal ini juga merupakan langkah awal dalam membangun komunikasi kepada seluruh jajaran manajemen bahwa penciptaan nilai lebih penting daripada pemerolehan laba besar. Dengan demikian tujuan itu teraplikasikan dalam upaya untuk mendorong proses-proses yang menambah nilai dan mengurangi proses-proses yang tidak menambah nilai. Penetapan tujuan dan visi awal yang tepat menjadi pedoman arah bagi aktivitas atau strategi manajemen. Fokus sebuah perusahaan atau organisasi untuk memperoleh laba yang besar hanyalah tujuan jangka pendek, akan tetapi tujuan jangka panjang perusahaan adalah maksimalisasi nilai (value). Manajemen dapat melakukan banyak hal untuk menciptakan 27
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
nilai tambah, dari analisa rumus untuk menghitung EVA yang telah dibahas sebelumnya, EVA dapat ditingkatkan dengan cara: (1) Meningkatkan laba operasi (NOPAT) dengan tanpa menambah modal yang akan mengakibatkan biaya atas modal (capital charges). Meningkatnya laba operasi tanpa adanya tambahan modal berarti manajemen dituntut untuk menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. (2) Menginvestasikan modal baru ke dalam project yang mendapat return lebih besar dari biaya modal yang ada. Dengan demikian peningkatan NOPAT akan lebih besar daripada capital charges yang akan mengakibatkan EVA menjadi lebih tinggi. Dengan berinvestasi ke project-project yang menerima return lebih besar daripada biaya atas modal (cost charges) yang digunakan, berarti manajemen dituntut untuk selektif dalam mengambil project yang bermutu. (3) Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan. Hal ini berarti menaarik project yang menghasilkan NOPAT kecil tetapi membutuhkan capital charges yang lebih besar. Hal ini mendorong manajemen untuk berfokus pada proses dalam perusahaan yang menambah nilai Eva sebagai alternatif…
Maret 2012
dan mengeliminasi aktivitas atau proses yang tidak menambah nilai. Sampai sekarang masih banyak terdapat perdebatan mengenai pengukuran manakah yang paling tepat dan akurat untuk mengukur kinerja perusahaan. Penelitian-penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa banyak yang mendukung EVA sebagai pengukuran yang paling tepat, akan tetapi juga tidak sedikit penelitian yang membantah superioritas EVA sebagai pengukuran kinerja diantara pengukuran-pengukuran lain. Bahkan di beberapa penelitian, EVA ”dikalahkan” oleh pengukuran berbasis akuntansi konvensional. Dari penelitianpenelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat kecendrungan bahwa keberhasilan implementasi EVA didukung oleh asumsi-asumsi khusus, misalnya wilayah demografis perusahaan, pengetahuan manajer akan konsep EVA, jenis perusahaan, ekspektasi pelaku pasar di masa depan, kondisi makro ekonomi pasar, serta faktor-faktor lain. Makalah ini memiliki keterbatasan karena merupakan studi literatur yang tidak menguji secara empiris kasus-kasus yang terjadi di perusahaan. Kedepan perlu di adakan penelitian empiris yang lebih mendalam mengenai 28
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
EVA dan alat pengukuran lain yang sering digunakan dalam menilai kinerja perusahaan. Bukan bermaksud untuk memihak, akan tetapi lebih kepada mencari dan meneliti tentang pengukuran yang paling tepat, akurat dan yang paling cocok digunakan untuk mengukur kinerja manajemen di perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. REFERENSI : Bhattacharyya, Asish. K & Phani B.V.(2000), Economic Value Added A General Perspective, Social Science Research Network Electronic Paper Collection, http://papers.ssrn.com/sol3/pap ers.cfm?abstract_id=545444 Brigham, Eugene F.& Houston, Joel F (2001), Manajemen Keuangan, Erlangga, Jakarta. Evans, John & Evans, Robert (1998), An Examination of Economic Value Added and Executive Compensation, Social Science Research Network Electronic Paper Collection, http://papers.ssrn.com/sol3/pap ers.cfm?abstract_id=313974 Fernández, Pablo (2003), EVA And Cash Value Added Do NOT Measure Shareholder Value Creation, Social Science Research Network Electronic Eva sebagai alternatif…
Maret 2012
Paper Collection, http://papers.ssrn.com/sol3/pap ers.cfm?abstract_id=270799 Irala Lokanandha. R & Reddy, Raghunatha (2006), Performance Evaluation, Economic Value Added and Managerial Behaviour, PES Business Review Vol. 01 No. 01, Social Science Research Network Electronic Paper Collection, http://papers.ssrn.com/sol3/pap ers.cfm?abstract_id=944425 Iramani, Rr. & Febrian, Erie (2005), Financial Value Added: Suatu Paradigma Dalam Pengukuran Kinerja Dan Nilai Tambah Perusahaan, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7, No. 1, http://puslit.petra.ac.id/~puslit/j ournal/ Kyriazis, Dimitris & Anastassis, Christos (2007), The Validity of the Economic Value Added Approach: an Empirical Application, European Financial Management, Journal compilation, Vol. 13, No. 1, Blackwell Publishing Ltd, http://papers.ssrn.com/sol3/pap ers.cfm?abstract_id=955555 Pradhono & Christiawan, Yulius.J, (2004), ”Pengaruh Economic Value Added, Residual 29
POLITEKNOSAINS VOL. XI NO. 1
Income, Earnings Dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Yang Diterima Oleh Pemegang Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta)” Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 6, No. 2, http://puslit.petra.ac.id/~puslit/j ournal/ Ramana, D.V.(2004), Market Value Added and Economic Value Added: Some Empirical Evidences, Research Network Electronic Paper Collection, http://papers.ssrn.com/sol3/pap ers.cfm?abstract_id=871404 Riceman, Stephen. S., Cahan Steven. F., & Lal, Mohan (1998), Do Managers Perform Better Under EVA Bonus Schemes?, Social Science Research Network Electronic Paper Collection,
Eva sebagai alternatif…
Maret 2012
http://papers.ssrn.com/paper.taf ?abstract_id=242780 Sasongko, Noer & Wulandari, Nila (2006), Pengaruh Eva Dan Rasio-Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saha, Empirika, Vol. 19 No. 1. http://eprints.ums.ac.id/179/1/ N.Sasongko.pdf Tim MarkPlus&Co (2001), Metodologi Penghitungan EVA, SWA 20/XVII/4, http://www.swa.co.id/cetak.ph p?cid=1&id....... Worthington, Andrew C. & West, Tracey (2001), Economic Value-Added: A Review of the Theoretical and Empirical Literature, Asian Review of Accounting 9(1), http://eprints.qut.edu.au/archiv e/00002568/01/2568.pdf
30