PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE ANTARA ZONA HIJAU DAN ZONA MERAH (Community Attitude in Preventing Dengue Hemorargic Fever between Green and Red Zone) Eros Siti Suryati, Rosidawati, R.Siti Maryam Jurusan Keperawatan Poltekkes Jakarta III Email :
[email protected] ABSTRAK Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang secara endemis berada di Indonesia dan telah menimbulkan persoalan kesehatan masyarakat. Infeksi virus DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aesdes albovirus. Di DKI Jakarta tahun 2009 jumlah kasus DBD sebanyak 28.361 meninggal sebanyak 26 orang (CFR 0,09%). Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya gambaran perilaku pencegahan penyakit DBD antara zona hijau dan zona merah pada masyarakat di Puskesmas Kecamatan Pulogadung tahun 2012. Desain penelitian cross sectional, populasi adalah seluruh keluarga di puskesmas kecamatan Pulogadung dengan sampel adalah orang tua yang dapat diwakilkan kepala keluarga atau pasangannya, anggota keluarga yang sudah dewasa sehat jasmani dan rohani, sebanyak 196 responden. Tehnik data menggunakan kuesioner yang diisi langsung oleh responden, kemudian dianalisa menggunakan chi square, Hasil penelitian menunjukkan yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit DBD pada zona hijau adalah variabel pengetahuan, sikap dan keterpaparan informasi sedangkan yang pada zona merah adalah variabel Keterpaparan Informasi. Pada penelitian ini disarankan melalui Dinas kesehatan Jakarta Timur untuk meningkatkan perilaku pencegahan DBD pada masyarakat melalui berbagai jalur komunikasi yang ada. Kata kunci : Demam berdarah dengue, zona hijau, zona merah, perilaku pencegahan ABSTRACT Dengue Hemorargic Fever (DHF) is a disease caused by virus infection which is endemic in Indonesia and brings many health problems in the community. The virus transmits a disease to human bodies by biting of Aedes aegypti and Aesdes albovirus mosquitoes. In Jakarta, in 2009, there were 28,361 cases with afect to death of 26 people (CFR 0.09%). The purpose of this research was to gain description of preventive behavior due to DHF between green and red zones at the community of Community Health Center of Pulogadung in 2012. The research design was cross sectional, in which the populations were all families in the work area of Community Health Center of Pulogadung, with the samples were parents whom can be represented by the head of families or the spouses, adult family members and healthy of physical and spiritual. It iwere 196 respondents. The data collection used the questioner which directly filled up by respondents, then analyzed using chi square. The result showed the data which related to preventive behavior of DHF at green zone are variables of knowledge, attitude and carried out of information, meanwhile at red zone is carried out of information. The recommendation of this study for Health District Officier of East Jakarta is to enhance the preventive behavior of DHF in the community by using all the available communication pathways. Key words: Dengue hemoragic fever, green zone, red zone, preventive behavior 67
68
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 67-76
serta ada yang meninggal dunia akibat
PENDAHULUAN Berdasarkan
(IR)
DBD, angka bebas jentik (ABJ) kurang
Kementerian
dari 90%. Sedangkan menurut Kepala
Kesehatan tahun 2010, DKI Jakarta masuk
Dinas Kesehatan DKI Jakarta, zona merah
peringkat kedua provinsi yang paling
adalah
banyak ditemukan kasus penyakit demam
komunitas masyarakat yang berjumlah
berdarah (DBD) setelah Bali. Data dari
100.000 warga, 43,6 orang terjangkit
Surveilans
juga
DBD. Sedangkan yang termasuk dalam
menyebutkan DBD ditemukan hampir di
kategori zona hijau adalah wilayah yang
seluruh wilayah DKI Jakarta. Tahun 2010
tidak terdapat satu pun penderita DBD.
secara
Incidence
nasional
Aktif
data
Rumah
Rate
Sakit
ditemukan jumlah kasus sebanyak 18.006
jika
Hasil
dalam
Penelitian
satu
kelompok
Nasution,
et.al,
dengan IR sebesar 202,4 per 100.000
(2008) di kecamatan Pulogadung dengan
penduduk, tak memenuhi target yang telah
sampel 112 responden ditemukan rerata
ditetapkan yakni kurang dari 150 per
skor
100.000 penduduk serta Case Fatality
maksimal=39), rerata skor perilaku 6,75
Rate (CFR) sebesar 0,2 persen dari target
(skor maksimal=22), dan sikap yang
kurang
secara
dari1,0
persen
pengetahuan
umum
9,79
sesuai
dengan
(skor
yang
(http://jakarta.tribunnews.com, diakses tgl
diharapkan. Analisis terhadap sebaran
22 Juni 2011).
pengetahuan
Hasil studi awal di Kecamatan Pulo
responden
menunjukkan
terdapat pemahaman yang salah terutama
Gadung Jakarta Timur pada periode
pengetahuan
Januari sampai dengan Desember 2009
sebagai obat yang dapat diberikan sebagai
ditemukan sebanyak 130 kasus DBD, pada
penatalaksanaan awal (p=0,000) dan air
periode Januari sampai dengan Desember
selokan yang tidak mengalir sebagai
2010 sebanyak 37 kasus. Di Kecamatan
tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti
Pulo Gadung, periode Januari sampai
(p=0,013),
April 2010, tercatat insiden rate adalah 108
mengenai
jamu
angkak
Hasil wawancara dengan penanggung
kasus. Zona merah atau wilayah rawan
jawab
penyakit
DBD
di
DBD, adalah wilayah yang dinyatakan
Kecamatan
endemis apabila 20-25 rumah ditemukan
observasi didapatkan gambaran perilaku
dua kasus positif, selain itu juga dalam 2-3
masyarakat
pekan dari pengamatan petugas terdapat
pencegahan penyakit DBD masih kurang
minimal tiga kasus DBD disetiap pekan
optimal dimana
Pulogadung
dalam
Puskesmas dan
hasil
penanggulangan
masih ada pendapat
69
Eros Siti Suryati, Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Antara Zona Hijau Dan Zona Merah
menguras bak mandi dapat dilakukan
merah
pada masyarakat
lebih dari satu minggu dengan alasan ada
Puskesmas Pulo Gadung.
di wilayah
pemborosan air, masih terdapat pakaian yang habis dipakai tergantung dibeberapa tempat, selain itu juga masih terdapat air
METODE Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional),
yang tergenang di beberapa area.
dilaksanakan di Kecamatan Pulo Gadung DBD adalah penyakit yang ditandai dengan demam tinggi mendadak, tanpa sebab
yang
jelas,
berlangsung
terus
menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan, konjunctiva, perdarahan
epistaksis, mukosa,
ekimosis,
perdarahan
gusi,
hematomisis melena, hematuri) termasuk uji torniquet (Rumple Leede) positif, peningkatan
hematorit
>
100.000/uI,
hemoconsentrasi (peningkatan hematokrit > 20% dan disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali). (Depkes RI, 2007)
Jakarta Timur dimana merupakan daerah endemik (zona merah) yaitu Kelurahan Jatinegara Kaum sejumlah 98 responden, sedangkan Wilayah zona hijau DBD adalah Kelurahan Pulo Gadung sebanyak 98 responden. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus sampel uji hipotesis beda dua proporsi (Lemeshow, dkk, 1997). Waktu penelitian dilaksanakan September
sampai
dengan
bulan
Nopember
2012. Analisis statistik yang digunakan adalah univariat dan bivariat menggunakan uji Kai Kuadrat. Sampel dipilih dengan kriteria inklusi yaitu orang tua yang dapat
Angka Kesakitan (Incident Rate) per
diwakilkan kepala keluarga (KK) atau
100.000 jumlah penduduk di wilayah
pasangannya, anggota keluarga yang sudah
Kecamatan Pulo Gadung, paling tinggi
dewasa sehat jasmani maupun rohani,
adalah di Kelurahan Pulo Gadung yaitu
sudah tinggal di Kelurahan Pulo Gadung
98.9, sedangkan yang paling rendah adalah
Jakarta Timur minimal selama satu tahun,
kelurahan Jatinegara Kaum yaitu 30.7
dan bersedia mengisi kuesioner
(laporan tahunan Puskesmas Pulo Gadung
diberikan.
tahun 2012).
responden yang drop out, sampel ditambah
Melihat permasalahan tersebut di atas, maka penulis melakukan penelitian untuk memperoleh informasi perbedaan perilaku masyarakat dalam pencegahan Demam Berdarah Dengue
zona hijau dan zona
Untuk
yang
mengantisipasi
10 % dari jumlah sampel yang diambil sehingga jumlah total 196 responden. Data
dikumpulkan
melalui
data
primer yang diambil secara langsung dari
70
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 67-76
responden dengan bantuan penanggung
responden, dengan karakteristik responden
jawab program yang ada di puskesmas
yang hampir sama dan hasilnya bahwa
kelurahan dan bantuan kader kesehatan
kuesioner valid dan riliabel, hanya ada satu
dari
item yang tidak valid sehingga tidak
tiap-tiap
RW
serta
mahasiswa.
Adapun cara pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner
dipergunakan.
untuk
mendapatkan data karakteristik demografi
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis univariat dilakukan
responden (umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan), pengetahuan, sikap, dan keterpaparan dilakukan cobakan
informasi.
penelitian, terlebih
Sebelum
kuesioner
dahulu
pada
diuji 30
untuk mengetahui distribusi karakteristik responden
yang
terdiri
dari
umur,
pendidikan,
pekerjaan,
penghasilan,
pengetahuan,
sikap
keterpaparan
dan
informasi tentang DBD. Tabel 1. Distribusi Responden menurut Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, Pengetahuan, Sikap, dan Keterpaparan informasi antara Zona Hijau dan Merah di Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung Jakarta Timur, Tahun 2012 (n=196) Variabel
Zona Hijau
Zona Merah
N
%
N
%
Umur < 35 th > 35 th
23 75
23,5 76,5
71 27
72,4 27,6
Pendidikan Tinggi Rendah
40 58
40,8 59,2
34 64
34,7 65,3
Pekerjaan Kerja Tidak kerja
68 30
30,6 69,4
53 45
54,1 45,9
Penghasilan Tinggi Rendah
28 40
41,2 58,8
15 38
15,3 38,8
Pengetahuan Tinggi Rendah
38 60
38,8 61,2
30 68
30,6 69,4
Sikap mendukung Tidak mendukung
72 26
73,5 26,5
63 35
64.3 35.7
Penghasilan Tinggi Rendah
28 40
41,2 58,8
15 38
15,3 38,8
Keterpaparan informasi Tidak terpapar Terpapar
12 86
12,2 87,6
19 79
19,4 80,6
71
Eros Siti Suryati, Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Antara Zona Hijau Dan Zona Merah
Tabel 1. menunjukkan mayoritas
disebabkan
pendewasaan
(maturation)
responden berumur > 35 tahun berada di
dimana semakin bertambah usia atau
zona hijau sebesar 76,5 %; tingkat
dewasa seseorang akan sangat cepat
pendidikan yang rendah berada di zona
beradaptasi
merah
sehingga
sebanyak
65,3
%;
mayoritas
responden yang tidak kerja berada di zona
dengan dapat
lingkungannya
mempertimbangkan
keuntungan dan kerugiannya.
hijau sebesar 69,4 %; pengetahuan yang
Pendidikan tinggi juga terdapat di
rendah berada di zona merah sebanyak
zona hijau sehingga peneliti berasumsi
69,4 %; persentase sikap yang mendukung
diharapkan dengan pendidikan yang tinggi
dalam pencegahan penyakit DBD yang
dapat memiliki perilaku yang baik terkait
paling banyak tampak
pada zona hijau
pencegahan DBD dan hal ini sesuai
73,5 %; responden pada
dengan penelitian Zaeri (2008) tentang
zona hijau dan zona merah mayoritas
perilaku pencegahan DBD yaitu orang
sama-sama
yang berpendidikan tinggi berperilaku
yaitu sebesar
sudah
terpapar
informasi
tentang DBD, dimana pada zona hijau
lebih baik
sebesar 87,6 % dan zona merah sebesar 80,
yang berpendidikan rendah.
6 %.
Hasil
dibandingkan dengan orang
analisis
hubungan
antara
Umur responden > 35 tahun sesuai
pengetahuan dengan perilaku responden
dengan penelitian Budioro (1998) yang
terhadap pencegahan DBD antara zona
mengungkapkan
hijau dan zona merah dapat digambarkan
bahwa
perilaku
(pengetahuan, sikap dan praktik) seseorang
pada tabel 2. berikut ini.
Tabel 2. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Pencegahan Penyakit DBD antara Zona Hijau & Zona Merah di Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur, Tahun 2012 (n=196) Perilaku Pencegahan DBD zona hijau dan zona merah Pengetahuan
Rendah Tinggi Jumlah
Tabel
2.
Kurang Baik Hijau Merah N % N % 17 44,7 8 26,7 6 10 14 20,6 23 23,5 22 15,3
menunjukkan
Total
p value
Baik Hijau N % 21 55,3 54 90 75 76,5
mayoritas
Merah N % 22 73,3 54 79,4 76 77,6
memiliki
Hijau N 38 60 98
Merah N 30 68 98
perilaku
Hijau
Merah
0,000
0,688
pencegahan
baik
responden baik di zona hijau maupun zona
terhadap penyakit DBD. Hasil uji statistik
merah memiliki pengetahuan tinggi dan
diperoleh nilai p = 0,000 di zona hijau dan
72
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 67-76
0,688
di
zona
disimpulkan
merah,
ada
maka
dapat
hubungan
yang
Asumsi gulangan
peneliti
pencegahan
dalam
penang
penyakit
DBD
signifikan antara pengetahuan dengan
diperlukan pengetahuan yang tinggi untuk
perilaku pencegahan DBD pada responden
merubah perilaku masyarakat. Penelitian-
yang
penelitian ini tidak sesuai dengan hasil
berada
di
zona
hijau,
tetapi
responden yang berada di zona merah
analisis
tidak ada hubungan antara pengetahuan
mengungkapkan
dengan Perilaku pencegahan penyakit
hubungan antara pengetahuan responden
DBD . Hasil uji statistik pada zona hijau
dengan
ini, sesuai dengan hasil
penelitian
pencegahan DBD. Pada masyarakat di
sebelumnya yang telah dilakukan Zaeri
zona merah hasilnya berbeda ternyata
(2008)
pengetahuan yang tinggi
bahwa ada
hubungan antara
pada
zona
merah
bahwa
perilaku
yang
tidak
responden
ada
terhadap
tidak selalu
pengetahuan dengan praktik pencegahan
menunjukkan perilaku yang baik dalam
penyakit
Hasil
pencegahan penyakit DBD dibuktikan
juga
dengan pernyataan tentang pemberantasan
pengetahuan
sarang nyamuk dan 3 M plus merupakan
DBD
penelitian
di
masyarakat.
Rambey
mengungkapkan
(2003)
bahwa
tinggi tentang DBD akan berpeluang berperilaku
baik
dibanding
tugas dan tanggung jawab pemerintah.
dengan
pengetahuan yang rendah. Tabel 3. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Pencegahan Penyakit DBD antara Zona Hijau dan Zona Merah di Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur, Tahun 2012 (n=196)
Sikap Tidak mendukung Mendukung Jumlah
Perilaku Pencegahan DBD zona hijau dan zona merah Kurang Baik Baik Hijau Merah Hijau Merah N % N % N % N %
Hijau N
Merah N
15 57,7
7
20
11
42,3
28
80
36
35
8
11,1
15
23,8
64
88,9
48
76,2
72
63
23 23,5
22
22,4
75
76,5
76
77,6
98
98
Total
P value Hijau
Merah
0,000
0,857
Tabel 3. menunjukkan pada zona hijau
pencegahan penyakit DBD, sedangkan
sebanyak 57,7%
dari 36 responden
pada zona merah, sebanyak 20% dari 35
mempunyai
tidak
responden
sikap
mendukung,
mempunyai perilaku kurang baik dalam
yang
sikapnya
tidak
mendukung, mempunyai perilaku kurang
73
Eros Siti Suryati, Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Antara Zona Hijau Dan Zona Merah
baik dalam pencegahan penyakit DBD.
menggambarkan bahwa masyarakat yang
Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000
memiliki sikap baik didapatkan pula
di zona hijau dan 0,857 di zona merah,
perilaku baik terhadap PSN/ DBD, begitu
maka dapat disimpulkan ada hubungan
pula
yang signifikan antara sikap dengan
menemukan
perilaku pencegahan DBD pada responden
masyarakat dalam pencegahan DBD di
yang berada di zona hijau, tetapi tidak ada
Kecamatan
hubungan antara sikap terhadap perilaku
Lampung
pencegahan penyakit DBD pada responden
memiliki sikap yang baik. Hasil penelitian-
yang
berada
Zaeri
bahwa
perilaku
Kedaton karena
(2008) baik
Kota
Bandar
masyarakat
tersebut
Hasil
penelitian ini bertentangan dengan hasil
oleh
hasil
penelitian pada masyarakat yang berada di
penelitian sebelumnya yang dilakukan
zona merah dimana tidak ada hubungan
oleh Mourbus (2000) di pelabuan Teluk
antara sikap dan perilaku masyarakat
Bayur Padang,
terhadap
ini
zona
penelitian
merah.
penelitian
di
hasil
didukung
bahwa masyarakat yang
pencegahan
DBD.
Hal
ini
memiliki sikap baik juga memiliki perilaku
disebabkan masyarakat yang berada pada
baik
sarang
zona merah . Hal ini dibuktikan dalam
dengue
pertanyaan sikap yaitu pemberantasan
terhadap
nyamuk
pemberantasan
demam
berdarah
(PSN/DBD).
sarang nyamuk dan 3 M plus merupakan
Hasil penelitian Rambey (2004) yang dilakukan
di
Kota
Jambi
tugas dan tanggung jawab pemerintah.
juga
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Keterpaparan Informasi, Perilaku Pencegahan Penyakit DBD antara Zona Hijau Zona Merah di Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung, Tahun 2012 (n=196) Perilaku Pencegahan DBD Zona Hijau dan Zona Merah Kurang Baik Baik Hijau Merah Hijau Merah
Sikap
N Tidak Terpapar Terpapar Jumlah
%
N
%
N
%
N
%
Total
p value
Hijau
Merah
N
N
8
66,7
8
42,1
4
33,3
11
57,9
12
19
15
17,4
14
17,7
71
82,6
65
82,3
86
89
23
23,5
22
22,4
75
76,5
76
77,6
98
98
Hijau 0,001
Merah 0,048
Tabel 4. menggambarkan sebanyak 66.7 %
tentang DBD yang berada di zona hijau
dari 12 responden yang tidak terpapar
berperilaku kurang baik dalam pencegahan
74
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 67-76
penyakit DBD, sedangkan 42.1 % dari 19
SIMPULAN
responden yang tidak terpapar tentang
Hasil penelitian didapatkan bahwa
DBD berada di zona merah berperilaku
umur semakin tua semakin bagus dalam
kurang baik dalam pencegahan penyakit
pencegahan penyakit DBD, begitu juga
DBD. Hasil uji statistik diperoleh nilai
dilihat dari sikap yang mendukung berada
p=0.001 di zona hijau dan 0.048 di zona
di zona hijau, sedangkan pengetahuan
merah, maka dapat disimpulkan
yang
hubungan
yang
keterpaparan
signifikan
informasi
tentang
ada
tinggi
mempengaruhi
perilaku
antara
pencegahan DBD terlihat di zona hijau
DBD
dibanding di zona merah. Keterpaparan
dengan yang tidak terpapar informasi
informasi
tentang
perilaku
signifikan untuk zona merah dan hijau
pencegahan penyakit DBD baik yang
artinya keterpaparan informasi sangat
berada di zona hijau maupun
diperlukan dalam perilaku pencegahan
DBD
terhadap
di zona
merah.
DBD
sama-sama
penyakit DBD. Ada hubungan
Hasil penelitian Rambey (2003) dan hasil
mengenai
penelitian
(2008)
signifikan dengan perilaku pencegahan
yang
penyakit DBD yang berada pada zona
mengungkapkan bahwa ada hubungan yan
hijau adalah pengetahuan, sikap dan
signifikan antara keterpaparan penyuluhan
keterpaparan informasi
dengan
sedangkan
praktek
Zaeri
yang
responden
dalam
PSN/DBD. Demikian juga dengan hasil penelitian Resmiyati, Cita.& Susilo (2000) tentang pengaruh
penyuluhan
demam
pada
zona
tentang DBD, merah
hanya
keterpaparan informasi. Keterlibatan
tokoh
masyarakat,
terutama kader kesehatan menjadi penting
berdarah terhadap perilaku ibu rumah
untuk
tangga
yang
peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap
signifikan dengan nilai p=0,000. Asumsi
serta terpaparnya informasi. Implikasinya
peneliti adalah keterpaparan informasi
bagi keperawatan khususnya bagi institusi
sangat penting dalam merubah perilaku
pendidikan adalah pada pembelajaran
masyarakat hal ini tidak terlepas dari peran
praktik lapangan bagi mahasiswa dalam
tenaga kesehatan (dokter,perawat,petugas
memberikan penyuluhan kesehatan kepada
puskesmas), media cetak (surat kabar,
masyarakat
leaflet,
promosi kesehatan dalam meningkatkan
menunjukkan
brosur,
hubungan
poster,
dll),
media
elektronik (TV,radio,internet,film dll), dan tokoh masyarakat (Kader Kesehatan, RT, RW, Lurah, dll ).
ikut
berpartisipasi
terkait
dengan
perilaku hidup sehat masyarakat.
dalam
program
Eros Siti Suryati, Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Demam Berdarah Dengue Antara Zona Hijau Dan Zona Merah
PLP Depkes September 1998).
DAFTAR RUJUKAN AmruL, H. 2007. Hubungan pembe rantasan sarang nyamuk DBD (PSN-DBD) dan pencegahan gigitan nyamuk (Aedes Aegypti) dengan kejadian demam berdarah Dengue. Tesis. Program Pascasarjana FKM-UI. Depok Anton. 2008. Hubungan Perilaku Tentang PSN dan Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian DBD di Kecamatan Medan Panjang Kota Medan.Tesis. Program Pascasarjana UNDIP. Semarang Andjaparidze. 1998. Guidelines for Treatment of Dengue Fever/Dengue Haemorrhagic Fever in Small Hospital. WHO Regional Office for South EastAsia. September. Ariawan. I. 1998. Besar dan Metoda Sampel Pada Penelitian Kesehatan Jurusan Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat. UI. Depok Ariawan. I. 2008. Analisis Data Katagorik. Jurusan Biostatistdik dan Kependudkan Fakultas Kesehatan Masyarakat. UI. Depok. Bachtiar. A., dkk. 2000. Metode Penelitian. Program Pasca Sarjana FKM UI. Jakarta. Budioro. 1998. Pengantar Pendidikan (penyuluhan) Kesehatan Masyarakat. BP Undip Semarang. Chaerulfatah, A. 1998. Pengelolaan kasus Demam Berdarah Dengue di Bagian Ilmu Kesehatan Anak, RS. Dr. Hasan Sadikin/FK UNPAD. Bandung. (Dipresentasikan pada Lokakarya Tatalaksana DBD Subdit Arbovirosis Dit.Jen PPM &
RI,
75 Cibogo,
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1998. Demam Berdarah Dengue di Bagian Ilmu Kesehatan Anak, RS dr. Kariadi, UNDIP, Semarang Dipresentasikan pada Lokakarya Tatalaksana DBD Subdit Arbovirosis Dit.Jen. PPM & PLP Depkes RI, Cibogo, September. Holani,
A. 1997. Variabel yang mempengaruhi Partisipasi Ibu rumah Tangga dalam pelaksanaan pemberan tasan sarang Nyamuk. Jakarta: Sub.Dit Arbovirosis.DepKes RI.
Imari, S., dkk. 2008. Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku/KPP (Communications for Behavioral Impact/COMBI). Direk torat Pengendalian Penyakit Bersum ber Binatang. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Depkes RI. Kandung.I.N.2004. Peran Masyarakat dalam Pemberantasan DBD, http //www.suarapembaharuan,com. Lameshow, S. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehataan. Gajah Mada University Press. Notoatmodjo. 2002. Metodologi dan Penelitian Kesehatan, Rineka Cipata, Jakarta
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 67-76
Notoatmodjo. 2007. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Perilaku. Andi Ofset. Jakarta. Resmiati, Cita, Y.P, & Susilo,A. 2009. Pengaruh Penyuluhan Demam Berdarah terhadap Perilaku Ibu Rumah Tangga, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Volume3, No.6 Soetaryo. Pengelolaan Kasus Demam Berdarah Dengue di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS. Sardjito/FK. UGM, Jogyakarta. Dipresentasikan pada Lokakarya Tatalaksana DBD.Subdit Arbovirosis Dit.Jen. PPM & PLP Depkes RI, Cibogo, September 1998. Sugiyono. 2007. Statistik untuk penelitian. Alfabeta Cetakan ke12. Bandung Suryati, E.S. 2011. Determinan yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit demam berdarah dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamat an Pulogadung Jakarta Timur. Tesis. Program Pascasarjana FKM-UI. Depok.
76
Xeng Xioming & Mikael Wagner. 2004. Biomedical, University of Pittburg and Computer-based surveilance, Biomedical Institut of Pittburg and .Carnegia Mellon University (http://dev.pitt.edu, diperoleh Januari 2010) Zaeri. 2008. Faktor-faktor yang berhu bungan dengan perilaku masyarakat dalam pencegahan penyakit demam berdarah dengue,Tesis Program Pascasarjana FKM-UI. Depok. Zulkarnaen, I. dkk. 1998. Protokol Penatalaksanaan Deman Berdarah ,Dengue di Bagian Penyakit Dalam RSUP. Dr. Cipto Mangunku sumo/FK. UI., Jakarta. Dipresen tasikan pada Lokakarya Tatalaksana DBD Subdit Arbovirosis Dit. Jen PPM & PLP Depkes RI, Cibogo, September 1998.