PENINGKATAN KEMAMPUAN KADER KESEHATAN DALAM MELAKUKAN DETEKSI TUMBUH KEMBANG BALITA MELALUI PELATIHAN (The Increaseness of Health Cadre Ability in Implementing Early Detection of Children Under Five Years Growth and Development Trough Training) Yenny Sianturi, Eviana S Tambunan, Ratna Ningsih Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Email:
[email protected]
ABSTRAK Pemantauan dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini merupakan bagian tugas dari para kader posyandu di wilayah kerjanya masing-masing. Oleh karena itu sangat diharapkan pemahaman dan keterampilan setiap kader dalam melakukan teknik stimulasi tumbuh kembang balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Pelatihan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kader. Untuk itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana pelatihan deteksi tumbuh kembang balita pada kader kesehatan terhadap kemampuan kader dalam melakukan deteksi tumbuh kembang balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegara, tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimental dengan rancangan pre dan post-test control group design. Populasi adalah seluruh kader kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Jatinegara. Sampel penelitian adalah populasi yang terpilih secara purpossive dengan pertimbangan bersedia mengikuti pelatihan. Sampel yang terpilih akan dibagi menjadi kelompok yang mendapat perlakuan dan kelompok kontrol. Uji statistik yang digunakan adalah chi square, independent sample t-test, paired t-test. Uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk untuk menganalisis normalitas data. Hasil penelitian didapatkan kader kesehatan yang mendapatkan pelatihan mengalami peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang cukup bermakna. Meningkatnya keterampilan kader kesehatan berkaitan dengan peningkatan pengetahuan kader kesehatan dalam melakukan deteksi tumbuh kembang balita. Kata Kunci: Kader kesehatan, tumbuh kembang, pelatihan
ABSTRAK Monitoring and detecting of growth and development are part of the duties of health cadre in their working areas. Therefore, it is expected the understanding and skills of each cadre in growth stimulation techniques for toddlers in Working Area of Jatinegara Public Health Centre. Training is one way to improve knowledge, skills and attitudes of cadres. Therefore, researchers wanted to know the extent of cadres can detect growth and development of young children. This study used a quasi experimental design with pretest and posttest control group design. The populations were a whole cadre of health in the Working Area of Jatinegara Public Health. The research sample was selected from population as purposive. The selected sample has divided into groups that received treatment and control groups. Statistical test used was chi-square, independent sample t-test, and paired t-test. Analyzing the data used statistical tests for normality Kolmogorov-Smirnov and Shapiro-Wilk. The result showed that the health cadres who have received training to increase their knowledge and skills were significant. The increase of cadres’ skills was associated with raising knowledge of health cadres on implementing of early detection of toddlers’ growth and development. Keywords : Health Cadre, Growth and development, Training
12
13
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 12-19
Pelatihan merupakan salah satu cara
PENDAHULUAN Masa balita sering disebut sebagai
untuk meningkatkan pengetahuan, kete
periode kritis. Periode ini diperlukan
rampilan dan sikap kader. Zainul dan
rangsangan atau stimulasi yang berguna
Nasution (2005) dalam Sukiarso (2007)
agar
berkembang.
menyatakan bahwa keberhasilan suatu
Perkembangan balita dilakukan dengan
pelatihan dapat menjadi motivasi untuk
memantau kesehatan balita secara dini,
mempertahankan dan meningkatkan hasil.
termasuk
Pelatihan merupakan suatu proses belajar
potensi
balita
pemahaman
mengenai
karakteristik tumbuh kembang balita dan
mengajar
keterampilan dalam mendeteksi secara
keterampilan tertentu serta sikap agar
dini. Posyandu sebagai bentuk partisipasi
peserta semakin terampil dan mampu
masyarakat yang beraktifitas di bawah
melaksanakan tanggung jawabnya dengan
Kementerian Kesehatan merupakan salah
semakin baik, sesuai dengan standar
satu tatanan pelaksanaan pendidikan dan
(Tanjung, 2003).
pemantauan kesehatan masyarakat.
dalam Sukiarso, 2007) mendefinisikan
Pemantauan
dan
deteksi
terhadap
pengetahuan
dan
Kirk Patrick (1994
tumbuh
pelatihan sebagai upaya meningkatkan
kembang anak usia dini merupakan bagian
pengetahuan, mengubah perilaku, dan
dari tugas para kader posyandu di wilayah
mengembangkan
kerjanya masing-masing. Kader kesehatan
belajar
mempunyai potensi yang sangat besar
dievaluasi.
karena kader sangat dekat (dari sisi
dari
keterampilan.
pelatihan
Hasil
harus
dapat
Peningkatan pengetahuan
dan
geografis dan sosial) dengan masyarakat di
keterampilan akan terjadi antara sebelum
wilayah sendiri. Tugas kader tersebut
dan
menjadi sangat penting dan komplek
keberhasilan
karena persoalan tumbuh kembang anak
motivasi bagi kader untuk melakukan
ternyata
pemantauan
bukan
semata
terarah
pada
sesudah
pelatihan. ini
dapat
perkembangan
menjadikan
balita
wilayah
melainkan
pada
disampaikan oleh Zainul dan Nasution
perkembangan psikis anak balita. Oleh
(2005) dalam Sukiarso (2007) bahwa
karena itu sangat diharapkan pemahaman
keberhasilan suatu pelatihan dapat menjadi
dan keterampilan setiap kader dalam
motivasi
melakukan
meningkatkan hasilnya. Menurut Noto
teknik
kembang balita.
komprehensif
stimulasi
tumbuh
untuk
Sebagaimana
di
pertumbuhan dan kesehatan fisik saja, juga
kerjanya.
Kondisi
mempertahankan
yang
dan
atmodjo (2005), pelatihan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan pengetahuan
Yenny Sianturi, Peningkatan Kemampuan Kader Kesehatan Dalam Melakukan Deteksi Tumbuh Kembang Balita Melalui Pelatihan
dan
keterampilan
sebagai
kriteria
keberhasilan program kesehatan secara keseluruhan.
Tujuan
kader posyandu kemampuan
umum
kader
sangat penting bagi pembentukan perilaku seseorang.
pelatihan
adalah meningkatkan posyandu
14
Puskesmas di wilayah Jakarta Timur telah
berupaya
seoptimal
mungkin
dalam
menangani balita yang mengalami masalah
mengelola dan menyampaikan pelayanan
tumbuh kembang, namun kader kesehatan
kepada masyarakat (Tim Penggerak PKK
di
Pusat, 1999 dalam Sukiarso, 2007).
Jatinegara
wilayah
Puskesmas
belum
Kecamatan
pernah
mendapat
Pengetahuan dapat diukur dengan
pelatihan tentang deteksi tumbuh kembang
wawancara atau angket yang menanyakan
balita. Tujuan dari penelitian adalah
tentang isi materi yang diukur dari subjek
mengetahui pengaruh pelatihan
penelitian
tumbuh
atau
responden
dalam
kembang
balita
pada
kader
pengetahuan yang ingin diketahui atau
kesehatan
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan
melakukan deteksi tumbuh kembang balita
tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003).
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan
Keterampilan
Jatinegara pada tahun 2012.
adalah
melaksanakan
kemampuan
tugas/pekerjaan
kerja yang tersedia. Tiga jenis kemampuan dasar bersifat manusia (human skill), kemampuan teknik (technical skill), dan kemampuan membuat konsep (conceptual skill). Keterampilan kader kesehatan lebih kepada keterampilan teknis (technical dalam
kegiatan
posyandu.
Peningkatan pengetahuan dan keteram pilan kader sangat dipengaruhi adanya pelatihan. Kader yang mendapat pelatihan diharapkan dapat mengelola posyandu sesuai kompetensinya, karena pengetahuan atau
kognitif
psikomotor
dan
keterampilan
merupakan
kemampuan
dengan
menggunakan anggota badan dan peralatan
skill)
terhadap
deteksi
domain
atau yang
METODE Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimental dengan rancangan pre dan post-test dengan observasi
with
control
melakukan awal
group
pengukuran sebelum
design, atau
perlakuan
diberikan (Pratiknya, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kader kesehatan yang berada di wilayah
kerja
Puskesmas
Jatinegara.
Sampel penelitian adalah populasi yang terpilih secara purpossive. Sampel yang terpilih dibagi menjadi kelompok yang mendapat
perlakuan
dan
kelompok
kontrol. Kriteria inklusi sampel adalah (1) kader kesehatan yang aktif dalam kegiatan posyandu dengan masa kerja minimal
15
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 12-19
2 tahun, (2) pendidikan minimal tamat
Mata (TKM) bagi Anak Prasekolah.
SMP,
dan
Pengukuran Berat Badan menurut Umur
bertempat tinggal di wilayah Puskesmas
(BB/U) menggunakan Kartu Menuju Sehat
Kecamatan
Balita (KMS Balita).
(3)
merupakan
Jatinegara,
penduduk
(4)
bersedia
menjadi responden, (5) berusia 20-40
Tahap pelaksanaan kegiatan, kelom
tahun. Kriteria eksklusi adalah kader yang
pok
dalam 6 bulan terakhir tidak aktif dalam
mengikuti
kegiatan posyandu.
dilaksanakan pre-test pengetahuan dan
Perhitungan besar sampel,
bila
perlakuan
dan
kontrol
pelatihan
keterampilan
sebelum
terlebih
kader
dahulu
kesehatan.
Data
diketahui S1 = 1 dan S2 = 2 maka δ2 = 2,5
pengetahuan dikumpulkan melalui tes
dengan
perkiraan
rata-rata
nilai
dengan
menggunakan
kuesioner,
pengetahuan kelompok perlakuan
μ1 =
sedangkan
untuk data keterampilan di
70 dan kelompok kontrol μ2 = 68, maka
kumpulkan melalui pengamatan langsung
jumlah sampel tiap-tiap kelompok adalah
dengan daftar tilik yang meliputi kegiatan
22
secara
penimbangan dan pemantauan pertum
kelompok
buhan balita (menggunakan buku panduan
perlakuan dan kelompok kontrol adalah 44
KPSP). Pelatihan dilaksanakan selama
kader.
1 (satu) hari di Balai Pertemuan RW.
kader.
keseluruhan
Jumlah baik
sampel untuk
Alat ukur yang digunakan dalam
Pelatihan
diawali
pemberian
penelitian adalah 1) kuesioner, merupa kan
materi
suatu alat ukur dalam bentuk daftar
demonstrasi melakukan stimulasi tumbuh
pertanyaan untuk mengukur kemampuan
kembang balita dalam kelompok kecil (5
subjek dalam hal pengetahuan kader gizi
kelompok).
dalam kegiatan posyandu. Kuesioner yang
melakukan latihan dan redemonstrasi pada
digunakan adalah diadaptasi dari Pedoman
2 orang anak balita. Setelah selesai
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita, 2)
mengikuti
daftar
adalah
kembali ke wilayahnya dan melakukan
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang
kegiatan deteksi tumbuh kembang balita di
Balita yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI
area
(2011) meliputi : Pengukuran Lingkaran
dilakukan
Kepala Anak (PLKA),
mengikuti pelatihan.
tilik,
yang
digunakan
Kuesioner Pra
yang
dengan dilanjutkan
Masing-masing
pelatihan,
kerjanya. 2
kader
Pengukuran (dua)
minggu
dengan
kelompok
kesehatan
post-test setelah
Skrining Perkembangan (KPSP), Kue
Pengolahan data dilakukan dengan
sioner Perilaku Anak Prasekolah (KPAP),
program komputer. Uji statistik chi square
Tes Daya Lihat (TDL) dan Tes Kesehatan
digunakan untuk melihat homogenitas
16
Yenny Sianturi, Peningkatan Kemampuan Kader Kesehatan Dalam Melakukan Deteksi Tumbuh Kembang Balita Melalui Pelatihan
karakteristik
responden
pendidikan,
status
pekerjaan, pelatihan
lama yang
kelompok
seperti
umur,
perkawinan,
status
menjadi pernah
perlakuan
kader diikuti
dan
dan pada
kelompok
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik kelompok
responden
perlakuan
pada
adalah
kader
posyandu yang berusia diantara 30 sampai dengan
40
tahun,
memiliki
tingkat
kontrol. Uji statistik independent t-test
pengetahuan tinggi, tidak bekerja, lama
untuk melihat perbedaan pengetahuan dan
menjadi kader diatas 2 tahun dan pernah
keterampilan antara kelompok kontrol
mengikuti pelatihan lain di posyandu.
dengan kelompok perlakuan pada kondisi
Karakteristik responden pada kelompok
awal, post-test 1 dan post-test 2. Uji
kontrol adalah kader posyandu yang
statistik paired t-test digunakan untuk
berusia diantara 30 tahun sampai dengan
menganalisis
perbedaan
pengetahuan
dan
rerata
skor
40 tahun, memiliki tingkat pengetahuan
keterampilan
tiap
tinggi, tidak bekerja, lama menjadi kader
tahapan pre-test, post-test 1, post-test 2
diatas 2 tahun
pada
mengikuti pelatihan lain di posyandu.
masing-masing
kelompok,
uji
dan belum pernah
statistik dalam penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Tabel 1. Rata-Rata Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan Deteksi Tumbuh Kembang Balita pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol di Wilayah Jakarta Timur, Tahun 2012 Perlakuan Mean SD SE Mean
Kontrol Mean SD
Variabel
n
Tk Pengetahuan Sebelum (Pre) Sesudah (Post)
22 22
12.68 36 23.32
2.46 3.53 1.07
0.52 0.75
22 22
16.55 38.45 21.9
1.68 2.65 0.97
0.36 0.56
Ketrampilan Sebelum (Pre) Sesudah (Post)
22 22
8.23 9.59
2.35 2.59
0.50 0.13
22 22
6.59 6.59
2.49 2.30
0.53 0.49
1.36
0.24
0
0.19
n
SE Mean
Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata skor
mean sebesar 23.32 poin dengan selisih
tingkat
deteksi
nilai standar deviasi 1.07, sedangkan pada
tumbuh kembang balita pada kelompok
kelompok kontrol didapatkan peningkatan
perlakuan
tumbuh
nilai mean sebesar 21.9 poin dengan
kembang balita didapatkan peningkatan
selisih nilai standar deviasi sebesar 0.97.
pengetahuan
pelatihan
tentang
deteksi
17
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 12-19
Nilai rata-rata skor keterampilan dalam
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
deteksi tumbuh kembang balita pada
sebelum dilakukan pelatihan.
kelompok perlakuan pelatihan deteksi
Demikian juga terhadap keterampilan
tumbuh
didapatkan
kader, ditemukan rerata skor kemampuan
peningkatan mean sebesar 1.36 poin
kader dalam melakukan deteksi tumbuh
dengan selisih nilai standar deviasi 0.24,
kembang balita di posyandu, menunjukkan
sedangkan pada kelompok kontrol tidak
tidak ada perbedaan yang bermakna antara
ada perbedaan nilai mean dengan selisih
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
nilai standar deviasi sebesar 0.19. Hasil uji
sebelum
statistik
dilakukan pelatihan didapatkan rerata skor
kembang
balita
menunjukkan
rata-rata
skor
dilakukan
tingkat pengetahuan dan keterampilan
pengetahuan
kader
kesehatan
kesehatan
antara
kelompok
dan pada
pelatihan.
Setelah
keterampilan kelompok
kader
perlakuan
perlakuan dan kelompok kontrol tidak ada
dengan kelompok kontrol menunjukkan
perbedaan
ada
bermakna,
artinya
keterampilan
kedua
pengetahuan setelah pelatihan dapat dilihat
kelompok tersebut mempunyai kondisi
pada tabel 2. Nilai t pada kelompok
awal
pengetahuan
yang dan
perbedaan.
Perubahan
tingkat
yang
sama,
dengan
demikian
perlakuan lebih kecil (-6.723) dari nilai t
karakteristik
pada
kedua
kelompok
kontrol
(-3.179), sedangkan nilai proba
tersebut adalah setara. Menurut Green
bilitas kelompok perlakuan lebih kecil (α =
(2000) karakteristik merupakan salah satu
0.000) dari nilai probabilitas kelompok
faktor predisposisi yang mempengaruhi
kontrol (α = 0.005). Berda sarkan data
pengetahuan,
tersebut maka dapat disimpulkan terdapat
seseorang.
sikap,
dan
tindakan
Pengaruh pelatihan terhadap
pengaruh
yang
signifikan
pemberian
pengetahuan kader kesehatan, didapatkan
pelatihan deteksi tumbuh kembang balita
hasil
terhadap
analisis
pengetahuan perbedaan
statistik
menunjukkan yang
rerata tidak
bermakna
skor ada
tingkat
pengetahuan
kader
posyandu pada kelompok perlakuan.
antara
Tabel 2. Pengaruh Pelatihan Deteksi Tumbuh Kembang Balita terhadap Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu di Wilayah Jakarta Timur, Tahun 2012 Variabel Tingkat Pengetahuan Perlakuan Kontrol
Mean
-3.86 -2.45
SD
SE
2. 70 3. 62
0.57 0.77
T
-6.723 -3.179
P-Value
0.000 0.005
17
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 12-19
Hasil ini sesuai dengan temuan dari
Peningkatan
pengetahuan
kader
pelatihan
sangat
Sukiarso (2007) yang mendapatkan hasil
kesehatan
terjadinya peningkatan sebesar 63,3% pada
diperlukan agar kader kesehatan mampu
kader
melakukan
gizi
yang dilakukan
pelatihan
melalui
deteksi
pertumbuhan
dan
dengan metode BBM (belajar berdasarkan
perkembangan balita di wilayah kerjanya
masalah). Sesuai juga dengan hasil temuan
sesuai dengan kemampuannya, karena
Widodo (1998), bahwa pelatihan dengan
pengetahuan merupakan domain yang
metode diskusi kelompok meningkatkan
sangat
kader usaha kesehatan gigi masyarakat
tindakan seseorang.
penting
dalam
pembentukan
desa. Diperkuat oleh temuan Kurrachman
Sementara perubahan keterampilan
(2003 dalam Sukiarso, 2007), bahwa
setelah pelatihan dapat dilihat pada tabel 3.
pelatihan dengan metode ceramah yang
Nilai t perlakuan lebih kecil (-2.709) dari
disertai diskusi, simulasi, dan praktik dapat
nilai t kontrol
meningkatkan
mahasiswa
probabilitas kelompok perlakukan lebih
dalam melakukan kegiatan penimbangan
kecil (α = 0.013) dari nilai probabilitas
balita di posyandu. Temuan
ini juga
kelompok kontrol ( α = 1.000). Dari data
yang
tersebut maka dapat disimpulkan terdapat
sesuai
pengetahuan
dengan
pernyataan
(0.000) sedangkan nilai
dikemukakan Notoatmojo (2003), bahwa
pengaruh yang signifikan
pendidikan kesehatan dalam jangka waktu
pelatihan deteksi tumbuh kembang balita
pendek dapat menghasilkan perubahan dan
terhadap keterampilan kader posyandu
peningkatan
pada
pengetahuan
individu,
kelompok
pemberian
perlakuan.
kelompok, dan masyarakat. Tabel 3. Pengaruh Pelatihan Deteksi Tumbuh Kembang Balita terhadap ketrampilan Kader Posyandu di Wilayah Jakarta Timur, Tahun 2012 Variabel
Mean
Ketrampilan Perlakuan Kontrol
-1.36 0.00
SD
2.36 3.44
Keterampilan kader dalam penelitian ini dilihat dari kemampuan kader dalam
SE
T
0.50 0.73
P-Value
-2.709 0.000
0.013 1.000
melakukan deteksi tumbuh kembang balita di
posyandu.
Hasil
penelitian
18
Yenny Sianturi, Peningkatan Kemampuan Kader Kesehatan Dalam Melakukan Deteksi Tumbuh Kembang Balita Melalui Pelatihan
menunjukkan tidak ada perbedaan yang
bahwa pelatihan dengan metode ceramah
bermakna antara kelompok perlakuan dan
yang disertai diskusi, simulasi dan praktik
kelompok kontrol pada saat pretest, namun
dapat
pada post-test yang dilakukan 2 minggu
mahasiswa dalam melaku kan kegiatan
setelah pelatihan, didapatkan ada pengaruh
penimbangan balita di posyandu.
yang signifikan pada kelompok perlakuan. Meningkatnya
keterampilan
kader
meningkatkan
Peningkatan keterampilan
pengetahuan
pengetahuan
dan
kesehatan
dalam
kader
kesehatan berkaitan dengan peningkatan
melakukan deteksi tumbuh kembang balita
pengetahuan
harus
kader
melakukan
deteksi
kesehatan tumbuh
dalam kembang
balita.
diimbangi
dengan
adanya
pemantauan kegiatan di posyandu oleh petugas kesehatan. Junaedi (1990 dalam
Depkes (1993) menunjukkan bahwa
Sukiarso,
2007),
menyatakan
bahwa
untuk mengubah komponen perilaku perlu
bimbingan dan supervisi dari petugas
dipilih metode yang tepat. Metode untuk
kesehatan
mengubah pengetahuan dapat digunakan
peningkatan
metode ceramah, tugas baca, panel dan
keterampilan kader.
konseling. Sedangkan untuk mengubah
Pada
akan
berpengaruh
terhadap
pengetahuan
dan
penelitian
ini
tidak
dapat
sikap dapat digunakan metode curah
dikendalikan adanya pengaruh dari luar
pendapat, diskusi kelompok, tanya-jawab
penelitian seperti informasi dari media
serta
massa dan sumber lain, yang dapat
pameran.
Metode
pelatihan
demonstrasi lebih tepat untuk mengubah
mempengaruhi
keterampilan.
keterampilan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sukiarso, (2007)
yang men
pengetahuan responden.
dan
Keterbatasan
penilitian terjadi dalam pengumpulan data. Penilai untuk pengetahuan dan pengamat
dapatkan adanya peningkatan rerata skor
uji
keterampilan yang cukup tinggi pada kader
dilakukan
gizi yang diberikan pelatihan dengan
sehingga
metode BBM. Sementara hasil penelitian
subjektivitas dalam penilaian tersebut.
Mujianto
pelatihan
Untuk mengatasi subjektivitas sebenar nya
terhadap
dapat dilakukan dengan cara penilai
keterampilan kader dalam memonitoring
ditunjuk bukan dari tim pelatih dan
tekanan darah pada
dilakukan dengan cara double blind.
partisipatif
Sesuai
(1998)
bahwa
berpengaruh
dengan
usia
lanjut. temuan
Kurrachman (2003 dalam Sukiarso, 2007),
keterampilan oleh
tim
kader
kesehatan
pengumpul
dimungkinkan
data
adanya
19
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 12-19
SIMPULAN Hasil kader
penelitian
kesehatan
perlakuan
dan
menggambarkan antara
kelompok
kelompok
kontrol
mempunyai kondisi awal yang sama baik untuk pengetahuan maupun keterampilan. Setelah
dilakukan
pelatihan
kader
kesehatan yang mendapatkan pelatihan mengalami peningkatan pengetahuan dan keterampilan
yang
cukup
bermakna.
Peningkatan keterampilan kader kesehatan berkaitan dengan peningkatan pengetahuan
Kemenkes RI. (2011). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Mujianto. 1998. Pengaruh Pelatihan Partisipatif Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Keteram pilan Kader Dalam Monitoring Tekanan Darah Usia Lanjut Di Kabupaten Sleman. Tesis tidak diterbitkan. FKM Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Rineka Cipta.
kader kesehatan dalam melakukan deteksi tumbuh kembang balita. Pemantauan dari petugas kesehatan, dalam hal ini Puskesmas terhadap kader kesehatan
dalam
melakukan
deteksi
tumbuh kembang balita akan membantu
Sukiarso, Edy. 2007. Pengaruh Pelatihan dengan Metode Belajar Berdasarkan Masalah terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader Gizi dalam Kegiatan Posyandu. Tesis tidak diterbitkan. FKM Universitas Diponegoro, Semarang.
kader kesehatan untuk mempertahankan dan meningkatkan melakukan
deteksi
keterampilan dalam tumbuh
kembang
balita. DAFTAR RUJUKAN Green, LW. 2000. Health Education Promotion Planning, Copyright by.Mayfield Publishing Company. Junaedi, P. 1990. Kader Dalam Program Upaya Perbaikan Gizi Keluarga,Keluaran, Kemampuan dan Popularitasnya, Prosising KPIG dan Konggres VIII. Persagi. Jakarta.
Siahaan, Romaul. 2006. Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru, Kecamatan Medan Per juangan Tahun 2005. FKM USU, Medan Widodo. 1998. Perbandingan Pengaruh Pelatihan dengan Diskusi Kelompok Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan kader Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD) dalam Meningkatkan Cakupan Kegiatan. Tesis tidak diterbitkan. FKM Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
