PERILAKU SPIRITUAL DAN KEMAMPUAN PSIKOMOTOR KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN HALUSINASI (Spiritual Attitude and Psychomotor Ability of Family in Caring Client with Hallucination) Nurhalimah, Ermawati, Omi Haryati Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Email :
[email protected] ABSTRAK Keluarga sebagai caregiver utama memiliki peranan yang sangat penting didalam merawat pasien halusinasi. Karena pasien memiliki keterbatasan dan ketergantungan pasien yang sangat tinggi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini menyebabkan rasa bosan dan keputusasaan keluarga sehingga tingkat keberhasilan keluarga dalam merawat pasien menjadi rendah, angka kekambuhan meningkat yang pada akhirnya akan berdampak terhadap perilaku spiritual. Perilaku spiritual memegang peran penting bagi keluarga dalam memberikan perawatan, karena merupakan salah satu strategi koping bagi keluarga dalam merawat pasien dengan halusinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku spiritual keluarga dalam merawat pasien halusinasi. Disain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif non eksperimental dengan pendekatan Cross Sectional. Lokasi penelitian di RS Marzuki Mahdi dengan jumlah sampel 278 responden. Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga dengan kemampuan psikomotor baik memiliki perilaku spiritual yang baik. Karena kemampuan psikomotor yang baik berpeluang 33,352 kali untuk berperilaku spiritual baik. Implikasi penelitian ini adalah perlu ditingkatkan kemampuan keluarga dengan diadakannya pertemuan keluarga dan terapi aktifitas kelompok untuk keluarga secara rutin. Kata kunci : halusinasi, keluarga, kemampuan psikomotor, perilaku spiritual ABSTRACT Family as the main caregiver plays important role to involve in taking care of Hallucination clients because of the limitation and level of dependent of clients to do the activity of daily living. The highest level of dependent causes tiresome and misery within the family, thus the successful level to take care becomes lower, the relapse cases become higher which at the end it will impact to spiritual behavior. The spiritual behavior plays significant role for family to take care because it is one of coping mechanisms to deal with hallucination. This study purposed to find factors related to family spiritual behavior in taking care of hallucination clients. The research design used Non-Experimental quantitative with Cross Sectional approach. This research was held at Marzuki Mahdi Hospital with 278 numbers of respondent samples. The data collecting tool used a questioner. The result showed that the family with the good psychomotor ability had good spiritual behavior as well, because it had 33,352 times of chance to be good spiritual behaviors. The implication of this study is the needed to enhance the ability of family through family meetings and group activity therapies regularly Keywords: hallucination, family, psychomotor ability, spiritual behaviour
20
21
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 20-30
ketergan tungan dan relaps pasien yang
PENDAHULUAN Angka kejadian gangguan
jiwa di
Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. survei
Hal ini dibuktikan dengan
tahun 2005 oleh
Departemen Kesehatan
menyimpulkan sekitar 20% dari seluruh penduduk dewasa Indonesia saat ini
tinggi merupakan salah satu dampak yang dirasakan keluarga. Pendapat lain yang diutarakan
menyatakan bosan, ketakutan, dan rasa malu merupakan dampak yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien halusinasi. Dampak lain yang dapat diiden
menderita gangguan jiwa. Peningkatan angka kejadian gangguan jiwa juga tampak dari
hasil
penelitian
yang dilakukan
Maramis tahun 2006 yang menyimpulkan ada sekitar 12-16 persen atau 26 juta dari total
populasi
penduduk
Indonesia
mengalami gejala-gejala gangguan jiwa. Sedangkan
hasil riset kesehatan dasar
(riskesdas) menyimpulkan hal yang sama, pada tahun 2007 ada 0,46% ini berarti ada 4
tifikasi adalah perasaan tidak berdaya, stres berat, gangguan emosional, sosial dan finansial. Ini diperkuat dengan hasil studi Bank Dunia pada tahun 2001 yang dikutip oleh Siswono (2001) burden
satu gangguan jiwa yang paling sering ditemukan
adalah
gangguan
ini
halusinasi.
tampak
dari
Gejala adanya
perubahan perilaku seperti sering tertawa sendiri, mengatakan mendengar sesuatu, dan tampak sedang berbicara sendiri (Stuart and Laraia, 2005). Dampak yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien halusinasi sangat besar seperti peningkatan beban keluarga, timbulnya gangguan yang bersifat kronis dan hilangnya waktu produktif keluarga (Maramis 2006).
Menurut Mavin dan
Stephen (2002) menyatakan bahwa tingkat
of
disease
bahwa global akibat
masalah
kesehatan jiwa mencapai 8,1 persen jauh lebih tinggi dari tuberklosis (7,2%), kanker (5,8%), dan penyakit jantung (4,4%). Dampak negatif yang dihadapi oleh
dari 100 orang penduduk Indonesia
yang mengalami gangguan jiwa. Salah
Brandy dan McCain (2004)
keluarga dalam merawat pasien halusinasi akan
mempengaruhi perilaku keluarga
dalam
merawat
termasuk
didalamnya
perilaku spiritual keluarga dalam rangka mempertahankan Keseimbangan
keseimbangan hidup
dapat
hidup. diartikan
sebagai interaksi antara variabel fisik, psikologis, sosial dan spiritual di setiap kehidupan untuk menjaga perasaan yang sehat dan keyakinan dalam kehidupan yang sehat (Carson, 2000). Anderson & Tomlinson (1992 dalam Mohr, 2006), menyatakan bahwa keseim bangan hidup dalam keluarga tidak dapat dilepaskan dari lima peran keluarga dalam mencapai
kesehatan
keluarga
yaitu
22
Nurhalimah, Perilaku Spiritual Dan Kemampuan Psikomotor Keluarga Dalam Merawat Pasien Halusinasi
bertanggung jawab terhadap kebutuhan
sangat
setiap
pelayanan
anggota
keluarga,
kemampuan
bermanfaat
bagi
peningkatan
keperawatan yang adekuat
koping dalam menghadapi permasalahan
sampai pada tingkatan keluarga dan
dan
masyarakat.
stresor
kehidupan,
kemampuan
menyelesaikan tugas keluarga dengan pembagian beban tugas yang sama, serta mendorong keluarga
interaksi dalam
mendukung
setiap
anggota
masyarakat
pelaksanaan
dan
kesehatan
anggota keluarga secara positif
hidup
adalah
dimensi
spiritual. Makna spiritual dapat dijelaskan secara luas yaitu melalui pendekatan horisontal dan vertikal (Dobratz, 2005). Komponen vertikal lebih digambarkan sebagai hubungan antara manusia dengan sesuatu yang ada diluar manusia yaitu Tuhan atau kekuatan yang maha tinggi. Komponen horisontal lebih menekankan pada hubungan antar sesama manusia. Keseimbangan spiritual
dan
antara
kemampuan
perilaku psikomotor
keluarga dalam merawat pasien halusinasi belum banyak dilakukan penelitian. Hal tersebut didukung oleh Swinton (2001) yang
menyatakan
bahwa
spiritual
merupakan salah satu dimensi yang sering diabaikan dalam asuhan keperawatan jiwa holistik. Hal tersebut menarik untuk
melakukan
keluarga merupakan
Desain penelitian adalah kuantitatif non ekperimental
dengan pendekatan
cross sectional. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku spiritual
Salah satu komponen penting dari keseimbangan
METODE
penelitian
peneliti karena
sistem pendukung
bagi anggota keluarga yang mengalami halusinasi. Selain itu hasil penelitian ini
keluarga
sedangkan
variabel
independennya terdiri dari sosial budaya, intensitas
stressor,
frekuensi
kambuh,
strategi koping keluarga, dan kemampuan merawat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang merawat pasien halusinasi. Sedangkan responden dalam penelitian
ini adalah keluarga
yang
merawat pasien halusinasi di rumah. Penelitian dilakukan di RS Marzuki Mahdi pada bulan September s/d Desember 2011. Perhitungan
sampel
penelitian
dilakukan dengan menggunakan
tabel
Krejcie dan Morgan(1970, dalam Uma Sekaran, 2006) dengan jumlah populasi 1000
maka
jumlah
sampel
dalam
penelitian ini adalah 278. Penggumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu perawat poliklinik psikiatri RS Marzuki Mahdi. Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner yang
diberikan kepada responden. Selain itu
23
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 20-30
peneliti juga melakukan wawancara untuk
rendah,
mengetahui permasalahan yang dirasakan
rendah. Usia responden yang berada pada
keluarga.
periode
Dalam
penelitian
menerapkan
ini
peneliti
etika penelitian terhadap
partisipan dengan melakukan informed consent dan memberikan hak kepada
bekerja dengan
dewasa
penghasilan
berdampak
positif
terhadap perilaku spiritual keluarga dalam memberikan perawatan
pada pasien
halusinasi. Menurut peneliti
perilaku spiritual
responden dalam hal self determination,
yang ditunjukkan keluarga terhadap pasien
autonomy,
halusinasi dikarenakan pada periode ini
privacy,
confidentiality.
anonymity
Data
yang
serta
diperoleh,
responden
berada
kepercayaan
kerahasiaan subjek penelitian serta peneliti
menahami, mengerti serta kuat dalam
catat dan dimasukkan ke dalam file arsip
menghadapi permasalahan yang sedang
selama penelitian.
terjadi. Hamid (1999) mengatakan pada data
menggunakan
yang
tingkatan
peneliti dokumentasikan dengan menjamin
Pengolahan
diri
dalam
tinggi
untuk
periode dewasa seorang individu memiliki
analisa univariat, bivariat dan multivariat.
pemahaman
Analisis
untuk
sendiri. Selain itu pada periode ini seorang
atau
individu memiliki sikap percaya diri dan
univariat
memperoleh
bertujuan gambaran
yang tinggi terhadap diri
mendeskripsikan masing-masing variabel.
ketenangan
Sedangkan untuk mengetahui hubungan
menyelaraskan dan menyalin hubungan
antara variabel independen dan variabel
yang harmonis dengan orang lain.
dependen
peneliti
melakukan
analisis
Lebih
pikiran
lanjut
serta
mampu
Hamid
(1999)
bivariat dengan uji chi-square. Untuk
mengatakan pada periode ini individu
mengetahui variabel independen yang
memiliki kemampuan dalam management
paling
waktu dan mampu memberikan perawatan
berhubungan
dengan
variabel
dependen peneliti menggunakan analisis
pada orang sakit.
Kelebihan lain pada
multivariat dengan uji Regresi Logistik
periode
Ganda.
keyakinan yang tinggi dalam memaknai
dewasa,
individu
memiliki
kehidupan dan kematian. Pendapat Hamid HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
analisis
sesuai dengan hasil penelitian ini, bahwa univariat
menggambarkan sebagian besar responden berusia lebih dari 25 tahun berpendidikan
sebagian
responden
mampu
merawat
pasien halusinasi dengan baik. Selain
itu
menyimpulkan
penelitian responden
ini
juga dengan
24
Nurhalimah, Perilaku Spiritual Dan Kemampuan Psikomotor Keluarga Dalam Merawat Pasien Halusinasi
pendidikan
tinggi memiliki perilaku
spiritual baik.
Menurut peneliti dengan
gangguan
jiwa
adalah
mengembangkan
hobi,
dengan rekreasi
pendidikan tinggi seseorang memiliki
kegiatan
kemampuan untuk menerima informasi
Sullivan dan Walton (2004) aktifitas
dan melakukan perawatan dengan baik.
pengalihan sesuai dengan tahapan living
Selain itu dengan pendidikan yang tinggi
day by day yaitu bentuk tahapan dimana
seseorang memiliki keinginan yang besar
seorang
untuk memanfaatkan pengetahuan dan
menghargai kehidupan dengan melakukan
keterampilan. Hasil penelitian ini sesuai
aktivitas sehari-hari.
dengan pendapat Gibson (1996) bahwa individu
dengan
pendidikan
kemasyarakatan.
dan
individu
Menurut
memaknai
dan
Pendapat senada diurakan oleh Tuck
tinggi
et.al (2006) yang mengatakan bahwa
umumnya lebih mampu dan bersedia
dengan melakukan kegiatan sosial, akan
menerima tanggung jawab.
Pendapat
mampu menurunkan tingkat emosi dan
senada diuraikan Siagian (2002) dalam
kecemasan serta peningkatan penerimaan
penelitian Usman dan Tafal (2002) yang
diri. Pemilihan strategi koping yang baik
menyimpulkan
juga mampu
ada
hubungan
antara
tingkat pendidikan dengan motivasi. Selain
itu
menyimpulkan responden mampu baik.
penelitian bahwa
ini
sebagian
melakukan ventilasi, mencari solusi dan juga besar
dalam tiga bulan terakhir menerapkan
Strategi
strategi koping.
koping
baik
menjadikan media untuk
dalam
pertukaran ide terhadap permasalahan yang sedang dihadapi
dengan orang
disekitar individu. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tuck,
et
al
(2006)
tentang
penelitian ini tampak dari tidak adanya
implementasi dari perilaku spiritual salah
hambatan responden untuk melakukan
satunya
adalah
perawatan
dengan
orang
terhadap
diri,
melakukan
menjalin lain
kegiatan sosial di masyarakat, mampu
mendapatkan
melakukan
penyelesaian masalah.
aktifitas fisik dan aktifitas
sehari-hari. Hasil penelitian ini sesuai dengan
variabel
dalam
pengetahuan
Hasil analisis independen
hubungan rangka dan
hubungan antara dengan
perilaku
pendapat Sullivan dan Walton (2004) yang
spiritual keluarga dalam merawat pasien
mengatakan bahwa
aktivitas
halusinasi dengan menggunakan uji chi-
pengalihan yang dilakukan oleh keluarga
square, dapat dilihat pada tabel 1. berikut
dalam mengatasi kebosanan dan beban
ini :
bentuk
yang dirasakan dalam merawat pasien
25
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 20-30
Tabel 1. Hubungan Variabel Independen dengan Perilaku spiritual Keluarga dalam Merawat Pasien Halusinasi di RS Marzuki Mahdi Bogor, Tahun 2011 Variabel
Katagori
Perilaku spiritual Keluarga dalam merawat Pasien Halusinasi di Rumah Kurang baik
OR
p value
Baik
N
%
N
%
Kekambuhan
>1 kali ≤1 kali
75 39
50,3 30,2
74 90
49,7 69,8
2,336
0,001
Pemahaman dan konsentrasi
Berat Sedang
57 57
53,3 33,3
50 114
46,7 66,7
2,280
0,002
Bergaul dgn org lain
Berat Sedang
57 57
53,3 33,3
50 114
46,7 66,7
2,280
0,002
Kegiatan social
Berat Sedang
57 57
53,3 53,3
50 114
46,7 66,7
2,280
0,002
Kemampuan kognitif
Kurang baik Baik
66 48
71,7 25,8
26 138
28,3 74,2
7,298
0,000
Kemampuan psikomotor
Kurang baik Baik
87 27
85,3 15,3
15 149
14,7 84,7
32,007
0,000
dan
konsentrasi
Tabel 1. menggambarkan keluarga dengan
pemahaman
pasien yang mengalami kekam buhan ≤ 1
perilaku
kali memiliki perilaku spiritual baik
hubungan bermakna (p value = 0,002)
dibandingkan dengan keluarga dengan
Responden yang mengalami gangguan
pasien yang mengalami kekam buhan ≥ 1
konsentrasi
kali.
2,280 kali berperilaku spiritual lebih baik Dengan
nilai
OR
2,336
artinya
spiritual
sedang
keluarga
dengan
ditemukan
memiliki
peluang
dalam merawat anggota keluarga di rumah
kekambuhannya ≤ 1 kali mempunyai
dibanding
peluang 2,336 kali untuk berperilaku
gangguan tingkat tinggi.
dengan
responden
dengan
spiritual lebih baik dibanding dengan
Penelitian ini juga menyimpulkan ada
kekambuhan > 1 kali dalam tiga bulan
hubungan yang bermakna antara kesulitan
terakhir.
melakukan hubungan dengan orang lain
Demikian
juga
hubungan
26
Nurhalimah, Perilaku Spiritual Dan Kemampuan Psikomotor Keluarga Dalam Merawat Pasien Halusinasi
dengan perilaku spiritual keluarga. Akibat
dengan
merawat
keluarga
memiliki perilaku spiritual baik, dengan
mengalami kesulitan dalam melakukan
nilai OR 32,002 artinya kemampuan
kegiatan sosial. Keluarga yang mengalami
psikomotor
kesulitan
mempunyai
peluang 32,002 kali untuk berperilaku
peluang 2,280 kali berperilaku spiritual
spiritual baik dalam merawat pasien
lebih baik dari pada keluarga yang
halusinasi
mengalami kesulitan berat.
psikomotor yang kurang baik.
pasien
tingkat
Penelitian
halusinasi
sedang
ini
juga
menunjukkan
kemampuan
yang
psikomotor
baik
baik mempunyai
dibanding
kemampuan
Untuk mengetahui faktor yang paling
bahwa responden dengan kemampuan
berhubungan dengan
kognitif baik memiliki perilaku spiritual
keluarga dalam merawat pasien halusinasi
yang lebih baik dibandingkan dengan
dilakukan analisa multivariat. Variavel
responden yang memiliki kemampuan
yang masuk dalam model multivariat yang
kognitif kurang baik dalam merawat
memiliki nilai p>0.250 yaitu kekambuhan,
pasien dengan halusinasi. Dengan nilai
pemahaman dan konsentrasi, kemampuan
OR
kognitif
7,298
artinya
kognitif
baik
dan
perilaku spiritual
kemampuan
psisomotor.
mempunyai peluang 7,298 kali berperilaku
Setelah dilakukan analisis dengan uji
spiritual baik dalam merawat pasien
Regresi
halusinasi dibanding kemampuan kognitif
analisis multivariat dengan
yang kurang baik. Selain itu, responden
akhir dapat dilihat pada tabel berikut :
Logistik
Ganda, maka hasil
Tabel 2. Model Akhir Multivariat : Faktor Determinan yang Berhubungan dengan Perilaku Spiritual Keluarga dalam Merawat Pasien Halusinasi di RS Marzuki Mahdi Bogor, 2011 Variabel
P value
OR
Kekambuhan
0.004
3.055
Pemahaman dan Konsentrasi
0.008
2.806
Kemampuan Kognitif
0.000
7.072
Kemampuan Psikomotor
0.000
33.532
Constant
-4.199
permodelan
27
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 20-30
Tabel 2. menggambarkan bahwa faktor
tenaga kesehatan dengan keluarga yang
yang paling dominan adalah variabel
merawat pasien halusinasi dan
kemampuan psikomotor 33,352 artinya
optimalnya
kemampuan
baik
kesehatan mengakibatkan tingginya angka
mempunyai peluang 33,352 kali untuk
kekambuhan pasien. Ini sesuai dengan
berperilaku spiritual baik
temuan penelitian ini bahwa pasien yang
dengan baik
psikomotor
yang
dibanding
kemampuan psikomotor
kurang
dalam
merawat
mengalami kekambuhan lebih dari satu
pasien
kali dalam tiga bulan terakhir berdampak terhadap
penelitian yaitu 41% responden dengan
keluarga.
perilaku spiritual kurang baik disebabkan kemampuan spiritual mereka kurang baik. Menurut peneliti kemampuan psiko responden
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Barker (2003) yang menyatakan bahwa
tidak
dihadapkan pada rasa bosan dan putus asa.
mendapatkan efek positif dari tindakan
Hal senada diuraikan oleh Saunder (1999)
tenaga kesehatan yang profesional serta
yang
kurang berjalannya sistem pendukung
pasien
pelayanan kesehatan.
psikologis pada keluarga yang
antara
keluarga
Selain itu rasio
jumlah tenaga kesehatan dengan
pasien merupakan salah satu penyebab kurangnya
kemampuan
keluarga
dalam
psikomotor
merawat
pasien
relaps
yang
mengatakan
akhirnya
akan
akan
tinggi
akibat
tingkat
karena
kurang
timbulnya koping maladaptif
baik
disebabkan
yang
pelayanan
yang
halusinasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil
motor
pemanfaatan
belum
keluarga
kekambuhan
menimbulkan
pada distress
mempengaruhi
pada tingkat
keberfungsian keluarga. Teschinsky (2000) memperkuat hasil penelitian ini,
karena sebagian besar
halusinasi. Faktor lain yang menye babkan
responden mengalami kesulitan tingkat
perilaku spiritual keluarga kurang baik
sedang dalam menentukan strategi koping
dikarenakan
ketika merawat pasien halusinasi. Hal ini
keluarga
belum
memanfaatkan fasilitas kesehatan secara
mengakibatkan
optimal. Hal ini teridentifikasi berda
perasaan bosan akibat merawat pasien
sarkan
halusinasi . Perilaku yang tampak adalah
pernyataan
rekapitulasi
kunjungan
keluarga ke
dan
poliklinik
keluarga
munculnya gangguan dalam
dihinggapi
melakukan
maupun kunjungan keluarga ke pasien
aktifitas fisik, gangguan dalam melakukan
yang sedang dirawat.
perawatan diri, hambatan dalam bergaul
Menurut peneliti akibat sesuaian
perbandingan
antara
ketidak jumlah
dengan orang lain,
hambatan dalam
28
Nurhalimah, Perilaku Spiritual Dan Kemampuan Psikomotor Keluarga Dalam Merawat Pasien Halusinasi
beraktifitas dan mengalami isolasi sosial
rendahnya
partisipasi keluarga melibat
akibat adanya stigma dimasyarakat.
kan dan mengikutsertakan pasien untuk
Kemampuan psikomotor yang kurang
melakukan aktivitas seperti sosialisasi
pada keluarga dalam merawat pasien
(bergaul dengan orang lain dilingkungan
halusinasi
sekitar), rekreasi, olahraga dan seni.
mengakibatkan
mampuan dalam
ketidak
meningkatkan potensi
Menurut peneliti dengan
mengopti
yang dimiliki pasien. Akibatnya pasien
malkan
menjadi beban bagi keluarga. Beban yang
dan pelayanan kesehatan bagi keluarga dan
dirasakan keluarga bertambah berat akibat
pasien halusinasi,
beban finansial seperti kebutuhan sehari-
kemampuan kognitif dan psiko motor.
hari pasien dan ketidakmampuan keluarga
Pemahaman yang tinggi dalam merawat
dalam
pelayanan
pasien halusinasi tampak dari perilaku
kesehatan seperti keterbatasan biaya untuk
spiritual keluarga terhadap pasien seperti
menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan,
memanfaatkan
karena
melakukan aktivitas keagamaan bersama
mengoptimalkan
sebahagian
keluarga
memiliki
tingkat penghasilan yang rendah.
serta
Dampak lain yang tidak kalah penting adalah
ketegangan
berkontribusi
hidup
yang
mengakibatkan
distres
spiritual akibat keputusasaan keluarga
pemberian asuhan keperawatan
akan meningkat kan
waktu luang bersama,
peningkatan
peningkatan dan
spirit
pasien,
mengajarkan pasien
untuk melakukan ADL secara mandiri serta pemberian kasih sayang. Berdasarkan uraian diatas, peneliti
dalam merawat anggota keluarga dengan
menyimpulkan
halusinasi (Stuart & Laraia, 2005).
pendidikan yang rendah mengakibatkan
Hasil penelitian ini senada dengan
bahwa
akibat
tingkat
keluarga kurang memiliki keyakinan diri
konsep yang disampaikan oleh Anderson
sehingga
dan Tomlinson (1992, dalam Mohr (2006)
psikomotor keluarga kurang. Hal tersebut,
tentang
sangat
lima
mencapai
peran
keluarga
kesehatan
Ketidakmampuan memberikan
keluarga
perawatan
dalam
kemampuan
mempengaruhi
kognitif
keber
dan
hasilan
keluarga.
keluarga dalam merawat pasien halusinasi
dalam
yang tercermin dari perilaku spiritual
ditunjukkan
keluarga.
dengan bentuk-bentuk perawatan yang diberikan di rumah. Bentuk perilaku spiritual halusinasi
keluarga tampak
terhadap dari
pasien
terbatasnya
komunikasi antara pasien dan keluarga ,
SIMPULAN Perilaku spiritual keluarga sangat dipengaruhi oleh kemampuan psikomotor. Untuk
meningkatkan
kemampuan
29
JKep. Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, hlm 20-30
psikomotor
perlu adanya
peningkatan
kognitif keluarga. Peningkatan tersebut akan tercapai bila keluarga mendapatkan pelayanan yang optimal dari petugas kesehatan yang profesional. Perubahan perilaku spiritual yang terjadi merupakan dampak negatif ketika seseorang tidak mendapatkan efek positif dari tindakan health professional. Perbandingan helath profesional dengan tidak
sesuai
jumlah pasien yang
merupakan
salah
satu
DAFTAR RUJUKAN Brady, N., & McCain, G.C. 2004. Living with schizophrenia: A family perspective. Online J Issues Nurs. 10(1):7. diakses tanggal 2 Oktoberi 2011 Burns,
N., & Grove, K.T. 2003. Understanding nursing research. (2nd ed). Philadelphia: WB Saunders Company.
Carson, V.B. 2000. Mental Health Nursing: The nurse-patient journey. (2th ed.). Philadelphia: W.B. Sauders Company.
penyebab kurangnya kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan halusinasi. Kemampuan memberikan
keluarga
perawatan
dalam
pada
pasien
halusinasi ditunjukkan dengan bentuk peningkatan komunikasi keluarga dan lingkungan dengan pasien. Keluarga perlu memotivasi dan mengikut sertakan pasien melakukan aktifitas rekreasi, olahraga, waktu
luang,
keagamaan,
sosial, aktifitas seni untuk mengisi
peningkatan peningkatan
aktivitas ADL
dan
pemberian kasih saying. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman tentang teori perilaku spiritual sehingga akan melandasi penyusunan asuhan keperawatan jiwa. Disamping itu, perlu dilakukan penelitian lanjut terkait pengembangan kelompok swabantu bagi keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa sebagai bentuk pemberdayaan keluarga.
Dep.Kes (2005). Jumlah Penderita Gangguan Jiwa Terus Bertambah. (online), (http://depkes.org), diakses tanggal 2 Oktober 2011. Dobratz, D. 2005. The Meaning of spirituality: A literature review. Journal of Advance Nursing. 26(6), 1183-1188. Hamid, A.Y.S. 1999. Aspek Spiritual dalam Keperawatan. Jakarta: Widya Medika. Maramis. 2006. Mengurangi resiko gangguan jiwa. (online), (http://www.suarakaryaonline.com/news.html), diakses tanggal 2 Oktober 2011. Marvin, I.HM.D., & Stephen R.M.M.D. 2002. Schizophrenia: Comprehen sive treatment and management. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Mohr, W. K. 2006. Psychiatric mental helath nursing. (6th ed.). Philadhelpia: Lippincott Williams Wilkins.
Nurhalimah, Perilaku Spiritual Dan Kemampuan Psikomotor Keluarga Dalam Merawat Pasien Halusinasi
30
NANDA. 2005. Nursing diagnoses: Definitions & clacification 20052006. Philadelphia USA: NANDA International
Swinton, J. 2001. Spirituality and mental Health care: Rediscovering a forgotten dimension. London: Jessica Kingsley.
Riskesdas. 2007. Diakses Oktober 2011.
Tuck, I., Alleyne, R., dan Thinganjana, W. 2006. Spirituality and stress management in healthy adults. Journal of holistic nursing, 24, 245-253.
tanggal
2
Saunder, J.C. 1999. Family functioning in families providing care for a family member with schizophrenia. Online J Issues Nurs. 20(2):95-113. diakses tanggal 2 Oktober 2011) Siswono. 2001. Sangat besar, beban akibat gangguan jiwa. (online), (Gizi.net), diakses tgl 2 Oktober 2011. Stuart,G.W. & Laraia, M.T. 2005. Principles and Practice of th psychiatric nursing. (7 edition). St Louis: Mosby.
Uma Sekaran 2006. Metode Penelitian . Jakarta : Salemba Empat. Varcorolis, E.M. 2000. Psychiatric Nursing Clinical Guide: assessment tools and diagnosis. Philadelphia: W.B.Saunders Comp.