PENGARUH FAKTOR DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON EQUITY DAN TOTAL ASSETS TERHADAP PRICE EARNING RATIO (PER) PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF DAN KOMPONEN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA(BEI)
Elon Davit Riadi1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Email :
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh debt to equity ratio, return on equity dan total assets terhadap price earning ratio (PER). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2010 yang berjumlah 12 perusahaan. Sedangkan sampel dalam penelitian ini berjumlah 7 perusahaan. Analisis dilakukan dengan menggunakan model regresi panel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio (sig. 0,0404), return on equity berpengaruh negatif dan signifikan terhadap price earning ratio (sig. 0,0000), total assets berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio (sig. 0,0021). Kata Kunci: debt to equity ratio, return on equity, total assets, price earning ratio. Abstract: The purpose of this research is to examine the effect of debt to equity ratio, return on equity
and total assets to price earning ratio. The populations of this research are all of the otomotif and components companies which listed in Indonesia Stock Exchange in periode 2005 until 2010. The sample in this reseacrh is determined by purposive sampling. The analysis method is using panel regression model. The result shows that debt to equity ratio to be significant and positive determinant of the price earning ratio (sig. 0,0404), return on equity to be significant and negative determinant of the price earning ratio (sig. 0,0000) and total assets to be significant and positive determinant of the price earning ratio (sig. 0,0021). Keywords : Debt to equity ratio, return on equity, total assets, price earning ratio.
1
. Alumni Fakultas Ekonomi UNP
1
Dalam berinvestasi, seorang investor tidak hanya melihat pada hasil jangka pendek saja tetapi juga melihat prospek jangka panjang yaitu prospek pertumbuhan perusahaan, prospek kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba maupun peningkatan nilai saham. Untuk melakukan penilaian prospek saham dengan pendekatan PER, pemodal dan analis sekuritas diharapkan memahami faktor-faktor fundamental perusahaan sebagai pedoman dalam menilai PER sehingga kewajaran harga saham perusahaan dapat dinilai juga. Gagaring dalam Fery (2005) menyebutkan di Indonesia kebanyakan investor cenderung menggunakan sumber informasi yang berasal dari laporan keuangan perusahaan untuk menentukan keputusan investasi. Analisis yang dilakukan untuk menganalisa laporan keuangan perusahaan dikenal dengan analisis fundamental. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa analisis fundamental dengan berdasarkan data yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan telah menjadi pilihan para investor dalam mempertimbangkan keputusan dalam berinvestasi. Analisis fundamental juga menyediakan indikator yang dapat mengukur tingkat profitabiitas, likuiditas, pendapatan, pemanfaatan aset dan kewajiban perusahaan (Mnunawir, 2004). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah debt to equity ratio, return on equity, dan total assets . Suad (2001:315) menyebutkan dalam analisis fundamental harga saham ditentukan atas dasar faktor-faktor fundamental dan mencoba untuk memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperolah taksiran harga saham. Sedangkan menurut Jogianto (2003:89) analisis fundamental merupakan suatu analisis untuk menghitung nilai instrinsik dari suatu saham dengan
2
menggunakan data keuangan perusahaan. Salah satu Model penilaian saham yang sering digunakan para sekuritas adalah price earning ratio (PER). Eduardus (2001:191) pendekatan Price Earning Ratio (PER) disebut juga dengan pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali nilai laba yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap laba perusahaan. Jones dalam Nany (2000) mengemukakan bahwa PER merupakan aspek yang paling menarik bagi analis keuangan. pendekatan ini merupakan yang paling sering digunakan dibandingkan dengan metode lain. Keunggulan pendekatan ini adalah kemudahan dan kesederhanaan dalam penerapannya, namun seperti halnya metode yang lain pendekatan ini memerlukan penaksiran terhadap masa depan yang tidak pasti. PER juga memberikan standar yang baik dalam membandingkan harga saham untuk laba per lembar saham yang berbeda dan kemudahan dalam membuat estimasi yang digunakan sebagai input PER. analisis terhadap faktorfaktor yang mempengaruhi price earning ratio mempunyai arti penting bagi investor sebelum mengambil suatu keputusan investasi, semakin tinggi price earning ratio suatu perusahaan, semakin banyak investor yang akan menanamkan modalnya. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi PER salah satunya adalah DER. Menurut Lukas (2003) Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya dengan ekuitas pemegang saham. Dari rasio ini pemodal dapat melihat apakah perusahaan dalam keadaan mampu atau tidak dalam membayar hutang, sehingga semakin tinggi nilai DER, maka semakin rendah PER perusahaan. Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi besarnya nilai PER adalah
ROE. Return on Equty (ROE) menunjukan besarnya laba bersih yang dihasilkan untuk setiap ekuitas atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Adanya pertumbuhan ROE diharapkan terjadi kenaikan harga saham yang lebih besar dari pada kenaikan earning karena adanya prospek perusahaan yang semakin baik, sehingga akan meningkatkan PER. Subramanyam (2010: 211) ROE dianggap sebagai penggerak nilai (value driver) karena ROE merupakan variabel yang mempengaruhi harga saham secara langsung. Return on equity (ROE) merupakan perbandingan laba setelah pajak dengan modal sendiri. ROE mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Perusahaan dengan ROE tinggi akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut karena keuntungan yang akan mereka terima besar sehingga dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Perusahaan-perusahaan yang sudah berada dalam tahap maturity memiliki size yang besar. Menurut Mpaata dan sartono (1997) salah satu pengukur size perusahaan adalah total assets. Selanjutnya faktor yang mempengaruhi besarnya nilai PER adalah total assets. Ukuran yang didapat dari total assets ini merupakan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan, yang terdiri dari dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Total assets yang besar dimiliki perusahaan menunjukan kemampuan dalam mendanai investasi-investasi yang menguntungkan, menunjukan kemampuan dalam mendanai aktivitas perusahaan, dan juga kemampuan memperluas pangsa pasar, sehingga membawa prospek pertumbuhan earnings dan dividen di masa mendatang yang semakin baik. Maka, semakin besar total assets, berpengaruh positif terhadap semakin besarnya nilai PER perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA Price Earning Ratio PER merupakan rasio harga saham terhadap earning per share (EPS), dengan kata lain menunjukkan seberapa besar pemodal menilai harga saham terhadap kelipatan dari earnings (Jogianto, 2003:105). Eduardus (2001:191) pendekatan Price Earning Ratio (PER) disebut juga dengan pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai laba yang tercermin dalam harga suatu saham. Dengan kata lain, PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap laba perusahaan. Return on Equity (ROE) Menurut Bringham (2001:91) rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa mengukur pengembalian atas saham biasa(return on common equity atau ROE), atau tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Return on equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham yang dimiliki perusahaan. ROE digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Jika rasio ini meningkat manajemen cenderung dipandang lebih efisien dari sudut panadang pemegang saham. ROE merupakan perbandingan antara laba bersih yang dihasilkan dengan modal sendiri atau equity. Menurut Agus (2001: 124) Return on equity (ROE) dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Adanya pertumbuhan ROE diharapkan terjadi kenaikan harga saham yanglebih besar daripada kenaikan earning karena adanya prospek perusahaan yang semakin baik, sehingga akan meningkatkan PER. Dengan demikian 3
diprediksikan bahwa terdapat pengaruh yang positif ROE terhadap PER. Debt Equity Ratio(DER) Horne dan Wachoviz dalam Michell (2004) “Debt to equity is computed by simply dividing the total debt of the firm (lincluding current liability) by its shareholders equity”. Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Maksudnya adalah rasio ini memperlihatkan seberapa besar hutang yang digunakan dalam operasional perusahaan yang dibandingkan dengan modal sendiri. Semakin besar jumlah hutang yang digunakan dari pada modal sendiri maka resiko yang ditanggung oleh perusahaan juga semakin besar. Debt to equity ratio menggambarkan perbandingan antara total hutang dan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai pendanaan usaha. Semakin besar DER menunjukkan bahwa struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan dengan ekuitas. Semakin besar DER mencerminkan solvabilitas perusahaan semakin rendah sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar hutang nya rendah, hal ini menyebabkan resiko perusahaan relatif tinggi. Adanya resiko yang tinggi mennyebabkan investasi pada suatu saham akan kurang menarik, akibatnya harga saham akan turun sehingga PER akan turun pula. Dengan demikian diprediksikan bahwa DER memiliki hubungan negatif dengan PER. Trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Menurut Brigham dan Houston (2001:5) kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan (trade-off) antara risiko dengan tingkat pengembalian : 1. Menggunakan lebih banyak utang berarti memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham. 2. Menggunakan lebih banyak utang juga memperbesar tingkat pengembalian yang 4
diharapkan. Meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikan harga saham. Total Assets Perusahaan-perusahaan yang sudah berada dalam tahap maturity memiliki size yang besar. Menurut Mpaata dan sartono (1997) salah satu pengukur size perusahaan adalah total assets. Total assets adalah mencerminkan ukuran dari perusahaan. Perusahaan besar akan mempunyai total assets besar demikian juga sebaliknya, perusahaan kecil akan mempunyai total assets kecil. Ukuran perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan melakukan kegitan usaha untuk menghasilkan laba yang akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Ukuran yang didapat dari total assets ini merupakan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan, yang terdiri dari dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Total assets yang besar dimiliki perusahaan menunjukan kemampuan dalam mendanai investasi-investasi yang menguntungkan, menunjukan kemampuan dalam mendanai aktivitas perusahaan, dan juga kemampuan memperluas pangsa pasar, sehingga membawa prospek pertumbuhan earnings dan dividen di masa mendatang yang semakin baik. Maka, semakin besar total assets, berpengaruh positif terhadap semakin besarnya nilai PER perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : H1: Terdapat pengaruh negatif dan signifikan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap PER pada perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di BEI. H2: Terdapat pengaruh positif dan signifikan Return On Equity (ROE) terhadap PER pada perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di BEI. H3 : terdapat pengaruh positif dan signifikan
Total Assets terhadap PER pada perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di BEI. METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan Otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode pengamatan (2005-2010) dengan jumlah populasi sebanyak 12 perusahaan. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling yaitu pemilihan sampel yang tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria tersebut yaitu memiliki EPS yang positif untuk menghindari nilai PER negatif. Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh jumlah sampel sebanyak 7 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yaitu sumber data penelitian yang dipero-leh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Dari waktu pengumpulan data dalam penelitian ini tergolong ke dalam data panel yaitu data yang bersifat time series dan cross section. Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi panel. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Price Earning Ratio PER menunjukan rasio harga saham terhadap Earning Per Share (EPS), dengan kata lain menunjukan seberapa besar pemodal menilai harga saham terhadap kelipatan dari earning. Investor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai laba yang tercermin dalam harga suatu saham. Rumus yang digunakan dalam menghitung Price Earning Ratio adalah:
Debt to Equity Ratio Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan ekuitas pemegang saham. DER juga menggambarkan perbandingan antara total hutang dan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai pendanaan usaha. Adapun rumus untuk menghitung DER adalah:
Return On Equity Return On Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham yang dimiliki perusahaaan. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Adapun rumus untuk menghitung ROE adalah: Total Assets Total assets adalah mencerminkan ukuran dari perusahaan.Ukuran yang didapat dari total assets ini merupakan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan, yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif Hasil deskriptif dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Statistika Deskriptif N PER DER ROE TA
42 42 42 42
Min
Max
Mean
SDV
3,54 843,64 51,55 129,42 0,23 27,04 3,19 3,02 0,23 35,15 14,97 1,42 190,225 112,857,000 13,092,013 7816339.12
5
Analisis Induktif Pemilihan Model Regresi Panel Uji Chow-Test (Likelihood Ratio Test) Tabel 2 Hasil Uji Chow-test
Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Prob. Cross-section F 0.0052 Cross-section Chisquare 0.0008 Sumber: Hasil regresi panel dalam program eviews 6 (data diolah tahun 2012)
Berdasarkan hasil uji Chow-Test dengan menggunakan Eviews, didapat probability sebesar 0,0052 dan 0,0008. Nilai probability lebih kecil dari pada level signifikan (α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa modal Ho untuk model ini ditolak dan Ha diterima, sehingga estimasi yang lebih baik digunakan dalam model ini adalah fixed effect Uji Hausman Test Tabel 3 Hauman Test
Cross-section random
Prob. 0.0977
Sumber: Hasil regresi panel dalam program eviews 6 (data diolah tahun 2012)
Berdasarkan hasil Hausman test dengan menggunakan Eviews, didapatkan nilai probability sebesar 0,0977. Nilai probability lebih besar dari pada level signifikan (α = 0,05), maka Ho untuk model ini diterima dan Ha ditolak, sehingga estimasi yang lebih baik digunakan dalam model ini adalah Random Effect.
6
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Jarque Bare Test (JB). Jika nilai probability > 0,05 maka data berdistribusi normal. Gambar 1 Hasil Uji Normalitas Test 10
Series: Standardized Residuals Sample 2005 2010 Observations 42
8
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM Test cross-section random effects Test Summary
Uji Asumsi Model Karena model yang digunakan adalah General Least Square maka dalam uji asumsi model tidak perlu lagi dilakukan uji heterokedastisitas dan autokorelasi. Hal ini dikarenaka Model General Least Square sudah mengatasi masalah ini. Dan dalam model ini uji yang perlu dilakukan adalah uji normalitas.
4
2
0
5.50e-16 -0.133484 2.057965 -1.095568 0.755533 0.712010 3.024007
Jarque-Bera 3.549719 Probability 0.169507 -1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
Dari Gambar 1 terlihat bahwa hasil uji normalitas menyatakan bahwa nilai Jarque Bera Test (JB) sebesar 3,549719 dengan probabilitas 0,169507. Dengan hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini telah terdistribusi normal, karena nilai probabiity > 0,05.
Model Regresi Panel Tabel 4 Hasil Estimasi Regresi Panel dengan Model Random Effect
pengujian ini, parameter yang digunakan adalah nilai t hitung yang harus lebih besar dari t tabel atau probabilitas nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05
C -2.469224 LOG(DER?) 0.340010 ROE? -0.099354 LOG(TA?) 0.436198 Sumber: Hasil regresi panel dalam program Eviews 6 (data diolah tahun 2012)
Tabel 6 Hasil Pengujian Hipotesis
Variable
Coefficient
Model Persamaan Regresi Random Effect Y = – 2,4692 + 0,3400X1 – 0,0994X2 + 0,4362X3
Goodness of Fit Test Goodness of Fit Test menunjukkan proporsi yang diterangkan oleh variabel independen dalam model terhadap variabel terikatnya, sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini, formulasi model yang keliru dan kesalahan eksperimen. Tabel 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.594179 0.562140 0.678918 18.54576 0.000000
Hal ini menunjukkan bahwa price earning ratio (PER) pada perusahaan otomotif dan komponen yang terdaftar di BEI dapat dijelaskan oleh variabel bebasnya yakni debt to equity ratio (DER), return on equity (ROE) dan total assets sebesar 59,4%, sementara sisanya 40,6% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Uji Hipotesis Pengujian ini bertujuan untuk melihat variabel bebas mana yang mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel terikat dan sekaligus merupakan pengujian hipotesis. Dengan melihat nilai t hitung atau tingkat signifikansi setiap variabel. Dalam
Variable
Prob.
Kesimpulan
C 0.1982 LOG(DER?) 0.0404 Hipotesis ditolak ROE? 0.0000 Hipotesis ditolak LOG(TA?) 0.0021 Hipotesis diterima Sumber: Hasil regresi panel dalam program Eviews 6 (data diolah tahun 2012)
Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Price Earning Ratio Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh negatif dan signifikan DER terhadap PER. Dari hasil pengujian diperoleh pengaruh DER terhadap PER selama periode 2005-2010 adalah positif dengan koefisien regresi sebesar 0,340 dengan sig = 0,040 < α = 0,05. Apabila DER meningkat satu persen, maka PER juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,340 persen. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Bringham (2001:5) dalam teori trade off bahwa menggunakan lebih banyak hutang dapat memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan dan juga memperbesar resiko yang ditanggung pemegang saham. Meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikan harga saham. Kesimpulannya adalah semakin besar hutang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga sahamnya tapi hanya sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan. Dalam hal ini biaya bunga hutang yang terlalu besar mengakibatkan besarnya kemungkinan bagi perusahaan untuk membayar kewajiban tetap berupa bunga dan pokoknya yang mengakibatkan besarnya pada resiko kebangkrutan dan penurunan nilai perusahaan. Nilai koefisien DER menunjukan nilai yang positif dan signifikan ini sejalan 7
dengan tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2009) yang menyatakan terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap PER. Begitu juga dengan hasil penelitian Harry (2001) dan penelitian Nurul (2010) yang menyatakan DER mempunyai pengaruh negatif terhadap PER. Para investor tidak lagi beranggapan bahwa penambahan hutang akan menambah resiko pada perusahaan karena pada saat perusahaan menambah hutangnya investor melihat masih adanya prospek perusahaan di masa mendatang karena perusahaan menambah hutangnya dengan tujuan untuk perluasan usaha. Sehingga penambahan hutang bisa memberikan dampak positif terhadap PER perusahaan walaupun penambahan hutang menyebabkan penambahan resiko bagi perusahaan, karena sebagian investor yang memiliki sifat risk taker yang percaya akan konsep hight risk hight return. Pengaruh Return On Equity terhadap Price Earning Ratio Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan ROE terhadap PER. Dari hasil pengujian diperoleh pengaruh ROE terhadap PER selama periode 2005-2010 adalah negatif dengan koefisien regresi sebesar -0,099 dengan sig = 0,000 < α = 0,05. Apabila ROE meningkat satu persen, maka PER akan mengalami penurunan sebesar 0,099 persen. Nilai koefisien ROE menunjukan nilai yang negatif dan signifikan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fery (2005) dan Meygawan (2012) yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PER. Hal ini menerangkan bahwa bertambahnya ROE malah menurunkan PER. berarti kemampuan perusahaan memperoleh laba masih diragukan oleh investor dalam mengambil keputusan. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2010) dan Supriyanto (2009) yang
8
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan singnifikan terhadap PER. Ditolaknya hipotesis yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh positif dan signifikan dapat dapat dijelaskan dengan melihat faktorfaktor yang mempengaruhi PER. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi PER yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari dari luar perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Pada penelitian ini faktor eksternal tersebut merupakan krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Alasannya adalah dengan terjadinya krisis global investor sangat berhatihati untuk berinvestasi di pasar modal karena investor tidak menyukai risiko. Akibatnya, kenaikan ROE direspon secara asimetris oleh investor. Jadi, walaupun ada prospek pertumbuhan laba dimasa mendatang namun investor tidak mau mengambil resiko. Sehingga kelesuan yang terjadi pada pasas saham menyebabkan harga saham anjlok yang juga berakibat pada turunnya nilai PER perusahaan. Penyebab lainnya yang menyebabkan ROE berpengaruh negatif terhadapa PER dapat dijelaskan dengan menelaah dari PER itu sendiri. Secara teoritis rumus PER adalah harga per lembar saham dibagi laba per lembar saham (EPS). Sedangkan rumus ROE adalah laba setelah pajak dibagi dengan modal sendiri. Kedua rumus ini memiliki persamaan dimana kedua variabel ini sama-sama dipengaruhi oleh laba setelah pajak (EAT), akan tetapi perubahan laba setelah pajak memberikan pengaruh berbeda pada kedua variabel. Pada variabel ROE peningkatan laba setelah pajak menyebabkan ROE meningkat. Sedangkan pada variabel PER peningkatan laba setelah pajak menyebabkan perubahan pada EPS juga akan meningkat. Peningkatan EPS menyebabkan hasil pembagian harga per lembar saham dengan EPS menjadi menurun, sehingga hal ini menyebabkan nilai PER menurun.
Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan (Price Book Value) Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara total assets terhadap PER. Pengaruh total assets terhadap PER selama periode 2005-2010 adalah positif dengan koefisien regresi sebesar 0,436 dengan sig = 0,002 < α = 0,05. Apabila total assets meningkat satu persen, maka PER akan mengalami kenaikansebesar 0,436 persen. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ukuran perusahaan secara umum menunjukan kemampuan perusahaan dalam mendanai operasi dan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan. Sehingga semakin besar sebuah perusahaan, maka akan semakin besar pula penjualannya. Investor yang mengharapkan pengembalian yang lebih besar akan cenderung memilih perusahaan yang berukuran besar sehingga akan mempengaruhi nilai saham perusahaan dan dapat meningkatkan nilai PER. Nilai koefisien total assets menunjukan nilai yang positif dan signifikan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (2009) dan Chandra (2001) yang menunjukan bahwa total assets mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap PER. Ukuran perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan melakukan kegiatan usaha untuk menghasilkan laba yang akan berpengaruh terhadap harga saham. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indra (2009) yang menunjukan total asstes mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap PER. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengujian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa 1) Debt To Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio (PER). 2) Return On Equity (ROE) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap price earning
ratio (PER). 3) Total Asstes berpengaruh positif dan signifikan terhadap price earning ratio (PER). Bagi investor, hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga variabel yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga ke tiga variabel tersebut DER, ROE, dan total assets merupakan indikasi preferensi pelaku pasar modal dan perlu diperhatikan investor sebelum memulai investasi. Bagi Peneliti selanjutnya, dengan penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi PER. Dengan menambah periode penelitian, menganti objek penelitian pada sektor atau indeks tertentu dan menambah variabel penelitian seperti Dividend Payout Ratio, Rate of Return, Pertumbuhan dividen dan faktor fundamental lain. Bagi Perusahaan, lebih memperhatikan kesejahteraan pemegang saham dan meningkatkan kinerja perusahaan seperti dalam hal kebijakan dalam pendanaan kegiatan perusahaan, laba bersih perusahaan sebab akan berpengaruh terhadap prospek saham kedepan. Sehingga prospek perusahaan juga meningkat dan menarik investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. . DAFTAR KEPUSTAKAAN Agus Sartono. (2001). Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE. Bringham, Eugene F, Gapenski, louis C, dan Ehrnart, Michel C. (2001). Financial Manajement Theory And Practice. Orlando: The Dryden Press. Eduardus Tandelilin. (2001). Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio. Yogyakarta: PT.BPFE. fery Kurniawan. (2005). Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham Perusahaan 9
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia 2001-2003. Thesis. Universitas Diponegoro.
Dan Property di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, Vol. 11, No.1.
Chandra Pambangun. (2001). AnalisisFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.Thesis.Universitas Diponegoro.
Suad Husnan. (2001). Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: AMP YPKN.
Indra Widjaja. (2009). Pengaruh Firm Size dan Capital Structure Terhadap Prospek Saham Perusahaan. Jurnal Organisasi dan Manajemen. Hlm. 21-30
Supriyanto.(2007). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PER pada Perusahaan Emiten yang Tergabung dalam KelompokLQ45 di BEI.Jurnal Manajemen Mutu,Vol. 6, No. 2
Harry
Jogiyanto, (2003). Analisis Sekutitas dan Analisis Portofolio. Yogyakarta: PT. BPFE. Lukas Setia Atmaja. (2003). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi Meygawan dan Irene Rini. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio. Journal of Management. Vol. No 1. Hlm. 382-391 Michell Suharly.(2004). Studi Empiris Terhadap Dua Faktor yang Memperngaruhi Return Saham pada Industri Food & Bevereges di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntasi & Keuangan, vol.7, no.2. Mpaata K.A dan Sartono A. 1997. Factor Determining Price-Earning (P/E) Ratio. Kelola No. 15/VI. Munawir.(2004). Analisis Laporan Keuangan. Liberty: Yogyakarta. Nany Nuraini. (2000). Analisis Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Saham-Saham di Bursa Efek Jakarta.Thesis. Universitas Gadjah Mada. Nurul Hayati. (2010). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio Sebagai Salah Satu Kriteria Keputusan Investasi Saham Perusahaan Real Estate 10
Subramanyam K. R dan John J. Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan(Buku 2) . Jakarta: Salemba Empat.
www. idx.co.id