PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DILENGKAPI DENGAN LKS TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENANGANI SURAT/DOKUMEN KELAS X PKAP2 DI SMKN 2 BUKITTINGGI
Oleh BURNALIZA BP/NIM: 2008/05661
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Wisuda Periode Juni 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DILENGKAPI DENGAN LKS TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENANGANI SURAT/DOKUMEN KELAS X PKAP2 DI SMKN 2 BUKITTINGGI. ( IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING TYPE TWO STAY TWO STRAY MODEL WITH ACRIVITIES AND WORKSHEET TO INCREASE STUDENTS LEARNING OUTCOMES TO HANDLE LETTER OR DOCUMENT PKAP 2 IN FIRST GRADE IN SMKN 2 BUKITTINGGI).
Burnaliza Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) dilengkapi dengan LKS pada mata diklat menangani surat/dokumen siswa kelas X PKAP2 SMK N 2 Bukittinggi. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini berhasil mencapai indikator yang ditargetkan dalam dua siklus penelitian yang terdiri atas perencanaan (Planning), pelaksanaan (Action), pengamatan (Observation) dan refleksi (Reflection). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X PKAP2 SMKN 2 Bukittniggi yang berjumlah sebanyak 35 orang. Instument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi untuk melihat peningkatan aktivitas belajar siswa, dan soal tes untuk mengukur hasil belajar siswa. Dari pengolahan data primer, didapatkan hasil untuk tiap-tiap variabel yaitu aktivitas belajar dan juga hasil belajar. Aktivitas positif belajar siswa meningkat dari 60% pada siklus I menjadi 72,24% pada siklus II. dan Aktivitas negatif belajar siswa menurun dari 21,14% pada siklus I menjadi 14.27% pada siklus II. Hal ini menunjukkan selama mengikuti proses pembelajaran siswa menunjukkan aktivitas dan kemampuan yang tinggi. Untuk variabel hasil belajar siswa, nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan dari 38,46% sebelum perlakuan, menjadi 82,86% setelah diberi perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) dilekngkapi dengan LKS. Disarankan kepada guru agar dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dilengkapi dengan LKS dalam mengajar pada mata diklat Menangani Surat/Dokumen yaitu pada kompetensi dasar menerima dan mendistribusikan surat keluar. Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray, dilengkapi dengan LKS, Aktivitas belajar, hasil belajar. ABSTRACT The aim of this research is to improve the activities and students learning output through application of cooperative model teaching type two stay two stray (TSTS) completed with student work sheet/ Lembar Kerja Siswa (LKS) in diklat handling letter or document student in class ten PKAP2 at state vacational schoool number 2 Bukittinggi. This research is a class room action research/ penelitian tindakan kelas (PTK). This research can reach the targeted indicator in two circles research consisted of Planning, Action, Observation, and reflection. The subjects in this research are all of students in class ten at state vacational school number 2 Bukittinggi that number 35 students. The instrument used in this research is observation sheet to see the improvement of students activity in study and question of test to measure student output. From the date prime analysis, it is gotten the result of each variables, that is learning activity and learning output. Students positive learning activity from 60% in first circle become 72,24% in second circle, and students negative learning activity decrease from 21,14% in first circle to 14,27% in second circle. It shows that the hight activity and ability. To student learning output variable, the average of student learning output also increase from 38,46% before treatment to 82,86% after treatment by applying cooperative model teaching type two stay two stray (TSTS) completed with student work sheet/ Lembar Kerja Siswa (LKS).suggested for teachers to use ciooperative learning TSTS model with LKS in teaching and training to handle a letter or document in the basis of competence receiving and distributing mail out. Key word: cooperative model teaching type two stay two stray (TSTS), student work sheet/ Lembar Siswa (LKS), learning activity, learning output.
Kerja
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengubah tingkah laku ke arah yang lebih baik. dalam dunia pendidikan, adanya proses belajar mengajar. Mengajar dan belajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Proses belajar mengajar yang berkembang di kelas umumnya ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai individu-individu yang terlibat langsung di dalam proses tersebut. Hasil belajar siswa itu sendiri sedikit banyak tergantung pada cara guru menyampaikan pelajaran pada anak didiknya. Oleh karena itu kemampuan serta kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting bagi keberhasilan proses belajar mengajar pada siswa. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan antara metode mengajar dengan keaktifan belajar siswa.
komunikasi yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah, sehingga proses belajar mengajar banyak yang berpusat pada guru, dan siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru. Penerapan metode pembelajaran yang ada selama ini membuat siswa tidak terpancing untuk mengembangkan kreatifitas mereka. Siswa menjadi jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga minat dan aktivitas mereka dalam belajar menjadi sangat rendah. Selain fenomena di atas juga terdapat fakta yang menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil Ulangan Harian (UH) dalam mata pelajaran Menangani Surat dan Dokumen di SMKN 2 Bukittinggi semester 2 tahun ajaran 2011/2012 dalam tabel di bawah ini: Tabel 1: Rata-rata Nilai Ulangan Harian Semester 2 Mata Diklat Menangani Surat dan Dokumen siswa kelas X PKAP SMKN 2 Bukittinggi Tahun Ajaran 2011/2012. N o
Untuk dapat membuat suasana belajar yang menyenangkan secara tidak langsung guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam pelaksanaan pengajaran, karena gurulah yang memimpin dan bertanggungjawab penuh atas pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Untuk itu guru selain berperan sebagai salah satu sumber keilmuan, guru juga dituntut mampu sebagai motivator, mengorganisir serta menciptakan situasi belajar yang menantang kegiatan belajar siswa. Memajukan kegiatan belajar siswa dengan metode yang tepat guna. Namun kenyataan yang ditemui saat ini, masih terdapat permasalahanpermasalahan yang dapat menghambat kelancaran proses pembelajaran seperti penggunaan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang disampaikan. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMKN 2 Bukittinggi, terlihat bahwa metode mengajar yang digunakan guru dalam pemberian meteri bersifat metode yang hanya menumpuk informasi kepada siswa. Guru relatif lebih banyak menggunakan metode ceramah. Dengan penggunaan metode ceramah,
1
2 3
Kelas X PKAP1 X PKAP2 X PKAP3
Ketuntasan
Jm h Sis wa
KK M
Nilai RataRata Kelas
Tunt as
37
75
55,17
18
39
75
52,91
15
38
75
61,32
21
% 48,64 % 38,46 % 55,26 %
Tidak Tunta s 19
24 17
% 51,35 % 61,53 % 44,73%
Sumber: Guru SMKN 2 Bukittinggi Tahun Ajaran 2011/2012.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Ulangan Harian pada mata diklat Menangani Surat/Dokumen pada kelas X kurang maksimal. Dimana tidak ada satu kelaspun yang rata-rata nilainya diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMKN 2 Bukittinggi diperoleh kesimpulan sementara bahwa rendahnya hasil belajar siswa dalam mata diklat Menangani Surat/Dokumen disebabkan oleh faktor pembelajaran salah satunya yaitu penggunaan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang disampaikan dan bahan pembelajaran yang digunakan. Upaya mengatasi permasalahan tersebut dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah diantaranya adalah dengan menerapkan model 1
pembelajaran yang baru. Model pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dengan berbagai variasi sehingga siswa terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana yang nyaman dan menyenangkan. Model penyampaian pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam memahami materi yang diberikan guru. Model pembelajaran biasanya dijadikan sebagai parameter untuk melihat sejauh mana siswa dapat menerima dan menerapkan materi yang disampaikan guru dengan mudah dan menyenangkan. Menurut Wahab (2008:52) model pembelajaran merupakan sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan. Pada penelitian ini, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) dilengkapi dengan LKS, diharapkan dengan penerapan model pembelajaran ini aktivitas siswa untuk belajar menjadi meningkat, sehingga hasil belajar yang didapat juga akan semakin baik. Menurut Rusman (2011:204) pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa didalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) atau Dua Tinggal Dua Tamu yang dikembangkan oleh (Spencer Kagan 1992 dalam Anita lie, 2010:61) teknik ini bisa digunakan pada mata pelajaran yang bersifat teori atau praktek seperti pada mata diklat menangani surat/dokumen. Untuk memudahkan siswa serta guru dalam balajar maka penulis melengkapi atau memandu penelitian ini dengan lembar kerja siswa (LKS). Menurut Juariyah dalam Anggaryani, (2006:8) LKS adalah “Lembar Kerja Siswa merupakan lembar kegiatan yang bersifat perintah atau pertanyaan yang harus diselesaikan oleh siswa untuk mengemukakan suatu konsep yang disajikan dalam bentuk kegiatan di kelas”. Dari kutipan di atas
disimpulkan bahwa lembar kerja siswa dapat memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan dalam proses pembelajaran dan membantu guru dalam memberikan petunjuk kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan dalam proses pembelajaran, sehinga aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Hipotesis Tindakan Hipotesis penelitian ini adalah penerapan Model pembelajaran kooparatif tipe two stay two stray dilengkapi dengan LKS dapat meningkatkan Aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata diklat menangani surat/dokumen. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Menurut Kunandar (2009:45) “penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas”. Menurut Arikunto (2010:130) menjelaskan penelitian tindakan kelas melalui paparan definisi dari ketiga kata “Penelitian, Tindakan, Kelas” sebagai berikut: Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan atau metodologi tertentu untuk memperoleh data/informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian ini berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Tempat, Waktu dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 2 Bukittnggi Jl. Syekh Jamil Jambek Bukittinggi, Telp/Fax. (0752) 22673, pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X PKAP2 SMKN 2 Bukittinggi yang berjumlah 35 orang siswa. Alasan penulis memilih kelas ini karena dari sekian banyak kelas yang ada, kelas X 2
PKAP2 adalah kelas dengan nilai rata-rata kelas terendah dan dirasa perlu untuk ditingkatkan. Sasaran Tindakan Sasaran dari penelitian yaitu perubahan yang diharapkan dari subjek yang diberikan tindakan, yaitu target yang diharapkan, yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penerapan metode pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray dilengkapi dengan LKS. Rancangan Tindakan Rencana tindakan merupakan gambaran tentang langkah-langkah nyata yang akan dilakukan dalam tindakan. Ada 4 tahap yang akan dilalui dalam penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Instrument Penelitian Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian sebagai pengumpul data adalah: 1. Lembar Observasi a. Lembar observasi aktivitas siswa dalam belajar. digunakan untuk melihat aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran b. Lembar observasi aktivitas guru dalam mengajar. Lembar observasi aktivitas guru dalam mengajar digunakan untuk melihat aktivitas dan kemampuan guru dalam mengajar. 2. Tes Tes yang diberikan berbentuk pertanyaan dengan pilihan ganda. Guru memberikan penilaian terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dijawab siswa dengan jawaban yang betul. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi yang disampaikan. Indikator Keberhasilan Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila aktivitas siswa telah mencapai hasil yang maksimal dengan persentase di atas 65% untuk aktivitas positif dan dibawah 25% untuk aktivitas negatif serta hasil belajar dikatakan berhasil apabila rata-rata hasil belajar siswa telah melebihi standar ketuntasan klasikal yaitu nilai di atas 75 maka siklus dihentikan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I 1. Perencanaan (Planning) Sebelum hari penelitian, penulis merencanakan dan mempersiakan hal-hal yang diperlukan, diantaranya : a. Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yaitu tentang pengurusan surat keluar sistem buku agenda b. Mempersiapkan LKS untuk dikerjakan pada saat diskusi kelompok dengan metode TSTS c. Mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan sewaktu penelitian seperti alatalat tulis d. Mempersiapkan lembaran observasi aktivitas siswa e. Mempersiapkan lembaran observasi aktivitas guru f. Pengisian lembar observasi adalah dengan cara chek klist pada kolom yang telah disediakan oleh observer g. Menentukan pembagian kelompok untuk siswa yang terdiri dari 4 orang berdasarkan kemampuan akademik yaitu tinggi, sedang dan rendah h. Mempersiapkan soal objektif untuk dikerjakan di akhir jam pelajaran 2.
Pelaksanaan (Action) Pelaksanaan pertemuan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2012, dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 19 Desember 2012. Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dilengkapi dengan LKS. Penulis membagi siswa kedalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa. Setelah siswa duduk dikelompoknya masing-masing penulis membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk diklerjakan disetiap kelompok. Setelah 15 menit berdiskusi penulis mengumumkan kepada seluruh siswa untuk kegiatan bertamu adan menerima tamu selama 15 menit pula. Setelah selesai kegiatan tersebut siswa kembali kekelompoknya masing-masing untuk mendiskusikan kembali 3
tentang hasil yang didapat dari kegiatan bertamu dan menerima tamu tersebut. Setelah kegiatan diskusi selesai siswa ditunjuk untuk mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas, ini sebagai modifikasi saja tujuannya untuk menambah pemahaman mereka terhadap materi yang disampaikan. 3. Pengamatan (Observation) a. Aktivitas Selama proses pembelajaran berlangsung aktivitas siswa diamatai oleh observer dan aktivitas penulis diamati oleh guru mata diklat menangani surat/dokumen. Tabel 1: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe TSTS dilengkapi dengan LKS Kelas X PKAP2 SMKN 2 Bukittinggi, Siklus I No
Akativitas Siswa
1
Membaca, menyimak soal yang di LKS
2
Siswa terlibat dalam menyelesaikan LKS
3
Siswa bertamu dan menerima dengan tertip
4
6
Tamu mempertanyakan hasil diskusi tuan rumah Tuan rumah menjelaskan hasil diskusi kepada tamu Tamu menginformasikan ulang dengan kelompoknya setelah bertamu
7
Siswa menyimpulkan materi pelajaran
8
Keluar masuk pembelajaran
9
Meribut
10
Siswa mengerjakan pekerjaan saat proses pembelajaran
11
Mengantuk (tidur-tiduran)
12
Bercerita dengan teman sebangkunya
5
kelas
saat
proses
Angka dan Persen 23 orang 65,71% 29 orang 82,85% 33 orang 94,28% 15 orang 42,85% 16 orang 45,71% 16 orang 45,71% 15 orang 42,85% 8 orang 22,85% 10 orang 28,57% 5 orang 14,28% 6 orang 17,14% 8 orang 22,85%
Sumber : Pengolahan data primer 2013.
Dari tabel 1 di atas, bisa dilihat bahwa untuk aktivitas siswa dalam belajar masih berada dalam rentang klasifikasi cukup. aktivitas positif siswa membaca menyimak soal di LKS adalah sebanyak 23 orang dengan persentase 65,71% dengan kategori baik. Siswa yang terlibat dalam menyelesaikan LKS adalah 29 orang dengan persentase 82,85% dengan kategori baik sekali, Aktivitas siswa bertamu dan menerima tamu dengan tertib adalah 33 orang dengan persentase 94,28% dengan katergori baik sekali. Aktivitas tamu mempertanyakan hasil diskusi tuan rumah
adalah sebanyak 15 orang dengan perentase 42,85% dengan kategori cukup. Aktivitas tuan rumah menjelaskan hasil diskusi kepada tamu adalah 16 orang dengan persentase 45,71% dengan kategori cukup. Aktivitas tamu menginformasikan ulang dengan kelompoknya setelah bertamu adalah 16 orang dengan persentase 45,71% aktivitas ini tergolong cukup. Aktivitas siswa menyimpulkan materi pelajaran pada siklus I terdapat 15 orang dengan persentase 42,85% dikategorikan cukup. Aktivitas negatif siswa saat proses pembelajaran yaitu keluar masuk kelas saat proses pembelajaran yaitu sebanyak 8 orang dengan persentase 22,85% siswa yang meribut adalah 10 orang dengan persentase 28,57% siswa mengerjakan pekerjaan lain adalah 5 orang dengan persentase 14,28% siswa mengantuk dan tidur-tiduran adalah 6 orang dengan persentase 14,14% siswa bercerita adalah 8 orang dengan persentase 22,85%. Secara keseluruhan aktivitas negative ini tergolong banyak. b. Hasil belajar Tabel 2:Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas X PKAP2 SMKN 2 Bukittinggi Siklus I
nilai
fi
%fi
84-91 76-83 68-75 60-67 52-59 44-51
6 17 5 5 1 1
17,14% 48,57% 14,28% 14,28% 2,85% 2,85%
Jumlah Mean/Ratarata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Ketuntasan Klasikal
keterangan tuntas Tidak tuntas
35 74,28 88 44 65,71 %
Sumber : Pengolahan data primer 2013.
Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui hasil belajar siswa kelas X PKAP2 setelah dilakukan tes pada siklus I, Nilai rata-rata kelas adalah sebesar 74,28 Siswa yang tuntas sebanyak 23 orang dari 35 siswa dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 12 orang dari 35 siswa. Sedangkan ketuntasan klasikal kelas X PKAP2 adalah sebesar 65,71%. Menurut BSNP suatu kelas dikatakan tuntas jika persentase ketuntasan klasikal minimal 75%. Hal ini menunjukkan 4
bahwa kelas X PKAP2 pada siklus I belum bisa dikatakan tuntas dan dilanjutkan pada siklus II. 4. Refleksi (Reflection) Berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh serta aktivitas yang diamati dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dilengkapi dengan LKS pada siklus I, peneliti menemukan beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki dalam proses pembelajaran selanjutnya. Kelemahan tersebut adalah: a. Rata-rata aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang belum mencapai indikator yang diharapkan b. Adanya terdapat kelompok yang tidak kompak dan tidak serius c. Penggunaan waktu yang kurang efisien. Untuk mengatasi kekurangan yang terjadi pada siklus I, maka hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Mengefisienkan waktu sebaik-baiknya pada kegiatan pembelajaran berlangsung b. Dalam menerapkan model TSTS, peneliti memberikan variasi dengan menyiapkan terlebih dahulu anggota kelompok yang akan bertamu ke kelompok lain c. Mengelola kegiatan diskusi atau mengontrol siswa yang tidak serius dalam diskusi lebih ditingkatkan d. Peneliti memberikan motivasi pada siswa agar lebih aktif dalam kegiatan bertamu atau menerima tamu. Siklus II Pelaksanaan dan hasil penelitian pada siklus II 1.
Perencanaan (Planning) Siklus II ini pada dasarnya sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I, namun materi pelajarannya kelanjutan dari kompetensi dasar yang lalu yaitu tentang menerima dan mendistribusikan surat keluar. Berdasarkan refleksi pada siklus I dapat diketahui bahwa siswa belum seluruhnya aktif dalam proses pembelajaran. Semua kekurangan dari siklus I yang telah direfleksikan akan lebih diperbaiki pada siklus kedua.
Dari analisis dan refleksi siklus I dilakukan siklus II dengan persiapan atau perencanaan sebagai berikut: a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) b. Mempersiapkan bahan ajar tentang prosedur pengurusan surat keluar rahasia c. Mempersiapkan alat-alat tulis, bahan pembelajaran dan laptop yang akan digunakan saat penelitian d. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas guru dan lembaran observasi untuk aktivitas siswa e. Mempersiapkan anggota kelompok yang berbeda tingkatan akademiknya yaitu tinggi, sedang, dan rendah f. Memberikan reward pada siswa yang aktif g. Untuk melaksanakan tindakan inti yaitu dua dari anggota kelompok yang tinggal (two stay) dan dari kelompok yang akan bertamu kekelompok lain (two stray) ditunjuk oleh guru secara acak. 2.
Pelaksanaan (Action) Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 9 januari 2013 pada jam pelajaran ke 1-2 (selama 90 menit). Pada pertemuan ini guru/peneliti menyampaikan pada siswa bahwa peneliti dan observer akan mengamati kembali setiap aktivitas dan tindakan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Semua aktivitas siswa akan direkam oleh teman sejawat. Setelah itu peneliti memulai dengan mengabsen siswa dan jumlah siswa yang hadir adalah berjumlah 35 orang. Tindakan yang dilakukan pada siklus II sesuai dengan hasil refleksi dari siklus I dan model pembelajaran yang telah dirancang dalam RPP dan LKS yang telah disiapkan. Pada siklus II ini terdapat beberapa langkah yaitu: Sebelum peneliti memulai diskusi kelompok, siswa telah duduk dikelompok masing-masing, peneliti menjelaskan kembali pada siswa bahwa model pembelajaran yang akan digunakan adalah kooperatif tipe TSTS dan dilengkapi dengan LKS. Selain itu peneliti juga menyampaikan bahwa bagi siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung akan mendapat bonus nilai dan bagi siswa yang mendapat nilai tertinggi saat post test. 5
Selama diskusi berlangsung hingga akhir diskusi selesai, aktivitas peneliti diamati oleh guru mata diklat menangani surat/dokumen sedangkan aktivitas siswa diamati oleh teman sejawat. 3.
Pengamatan (Observation) a. Aktivitas Peningkatan aktivitas siswa pada siklus II ini dapat dilihat dengan membandingkan aktivitas pada siklus I. Namun dalam hal peningkatan aktivitas siswa ini tak luput dari aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Berikut hasil pengamatan aktivitas belajar siswa yang tergambar dalam Tabel di bawah ini. Tabel 3: Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe TSTS +LKS Kelas X PKAP2 SMKN 2 Bukittinggi, Siklus II No
Akativitas Siswa
1
Membaca, menyimak soal yang di LKS
2
Siswa terlibat dalam menyelesaikan LKS
3
Siswa bertamu dan menerima dengan tertip
4 5 6
Tamu mempertanyakan hasil diskusi tuan rumah Tuan rumah menjelaskan hasil diskusi kepada tamu Tamu menginformasikan ulang dengan kelompoknya setelah bertamu
7
Siswa menyimpulkan materi pelajaran
8
Keluar masuk pembelajaran
9
Meribut
10
Siswa mengerjakan pekerjaan saat proses pembelajaran
11
Mengantuk (tidur-tiduran)
12
Bercerita dengan teman sebangkunya
kelas
saat
proses
Angka dan Persen 34 orang 97,14% 35 orang 100% 34 orang 97,14% 17orang 48,57% 18 orang 51,42% 17 orang 48,57% 22 orang 62,85% 1 orang 2,85% 2 orang 5,71% 2 orang 5,71%
Sumber : pengolahan data primer 2013
Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya minat siswa terhadap pembelajaran kooperatif yang diterapkan sangat baik (positif). Pada umumnya siswa sudah terbiasa dengan belajar berdiskusi/bekerjasama. Dalam kelompok untuk memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa bersemangat berdiskusi/bekerjasama dalam kelompok ketika telibat dalam tugas membuat surat, Serta dalam menyelaikan LKS. Sikap siswa lebih positif tidak ada siswa yang mengerjakan pekerjaan lain saat proses pembelajaran
berlangsung dan tidak ada siswa yang mengantuk atau malas dalam diskusi. Siswa tampak disiplin, tertib dan ceria dalam belajar dan siswa lebih tepat waktu dalam menyelesaikan tugas. Secara keseluruhan penurunan aktivitas negatif siklus II ini tergolong baik sekali untuk itu pengamatan aktivitas negatif pada siklus II dapat dikatakan berhasil dan penelitian dapat dihentikan. b. Hasil Belajar Hasil belajar siswa X PKAP2 SMKN 2 Bukittinggi pada siklus II dapat dilihat dari tabel di bawah ini. Tabel 4:Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas X PKAP2 SMKN 2 Bukittinggi Siklus I nilai 96-101 90-95 84-89 78-83 72-77 66-71 60-65 Jumlah Mean/Ratarata Nilai Tertinggi Nilai Terendah Ketuntasan Klasikal
fi
%fi
2 8 8 2 13 1 1
5,71% 22,85% 22,85% 5,71% 37,14% 2,85% 2,85 %
keterangan tuntas
Tidak tuntas
35 82,28 96 60 82,86%
Sumber : pengolahan data primer 2013.
Berdasarkan Tabel 4 di atas diketahui hasil belajar siswa kelas X PKAP2 setelah dilakukan tes di akhir siklus II. Nilai rata-rata kelas adalah sebesar 82,28 Siswa yang tuntas sebanyak 29 orang dari 35 siswa dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 6 orang dari 35 siswa. Sedangkan ketuntasan klasikal kelas X PKAP2 adalah sebesar 82,86 %. Menurut BSNP suatu kelas dikatakan tuntas jika persentase ketuntasan klasikal minimal 75%. Hal ini menunjukkan bahwa kelas X PKAP2 pada siklus II dikatakan tuntas dan tidak perlu dilanjutkan kesiklus beriktunya atau dengan kata lain penelitian bisa dihentikan. 4. Refleksi (Reflection) Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II yang disajikan dalam Tabel 28 di atas dapat diketahui bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar siswa sudah meningkat dan tergolong sangat baik. 6
Peningkatan ini hasil perbaikan dari kelemahankelamahan yang terjadi pada siklus I. Hasil yang sudah dicapai adalah sebagai berikut: a. Aktivitas positif siswa saat tamu mempertanyakan hasil diskusi tuan rumah sudah meningkat sedikit yaitu sebanyak 17 orang dengan persentase 48,57%. Aktivitas ini dikategorikan cukup. Kategori cukup dalam aktivitas ini adalah sudah pencapaian yang maksimal. karena setiap anggota kelompok dengan metode TSTS dilengkapi dengan LKS sudah melakukan aktivitas dengan sangat baik. b. aktivitas positif siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran sudah meningkat dibandingkan dengan siklus I. c. Untuk aktivitas negatif siswa secara keseluruhan sudah menurun dari siklus sebelumnya. Secara umum aktivitas belajar siswa yang dicapai pada siklus II mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase perubahan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II seperti yang disajikan tabel berikut ini. Tabel 5: Persentase Perubahan Aktivitas Positif Siswa Kelas X PKAP2 SMKN 2 Bukittinggi Siklus I dan Siklus II N o 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Aktivitas positif Siswa Aktivitas membaca, menyimak soal di LKS Siswa terlibat dalam menyelesaikan LKS Siswa bertamu dan menerima tamu dengan tertib Tamu mempertanyakan hasil diskusi tuan rumah Tuan rumah menjelaskan hasil diskusi kepada tamu Tamu menginformasikan ulang dengan kelompoknya Menyimpulkan materi pelajaran
Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Siklus (%) II (%)
Penin gkata n (%) 31,43 % 17,15 %
65,71%
97,14%
82,85 %
100%
94,28%
97,14%
2,89%
42,85%
48,57%
5,75%
45,71%
51,42%
5,71%
45,71% 42,85%
48,57% 62,85%
2,86% 20%
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Tabel 6: Persentase Perubahan Aktivitas negatif Siswa Kelas X PKAP2 SMKN 2 Bukittinggi Siklus I dan Siklus II Data aktivitas Penu belajara siswa runa N Jenis aktivitas siswa o n Siklu Sikl % sI us II Siswa keluar masuk saat proses 22,85% 2,85% 20% 1 pembelajaran 28,57 % 5,71% 16,86% Siswa meribut 2 14,28% Siswa mengerjakan pekerjaan lain 14,28% 3 saat PBM 17,14% 17,14% Siswa mengantuk (tidur-tiduran) 4 22,85% 5,71% 17,14% Siswa bercerita saat PBM 5 Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Berdasarkan perubahan aktivitas belajar pada siklus I dan siklus II maka peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dilengkapi dengan LKS merupakan salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan selanjutnya juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa pada siklus II secara keseluruhan telah mencapai indikator keberhasilan. PEMBAHASAN Pemilihan model pembelajaran yang tepat adalah salah satu hal yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan tujuan pembelajaran ini dapat terlihat dari siswa yang terlibat secara aktif dan langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Gagne dan Briggs dalam Ali (2008:13) mengatakan bahwa pentingnya proses belajar siswa secara aktif dalam pengajaran, yang penting dalam mengajar bukan upaya guru menyampaikan bahan, tetapi bagaiman siswa dapat mempelajari bahan sesuai tujuan. Jadi aktivitas yang menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Rousseau dalam Sardirman, (2009:96) yang memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknisis. Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif, tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
sampai
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I ke siklus II pelaksanaan pembelajaran 7
menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe two stay two stray (TSTS) dilengkapi dengan LKS pada mata diklat Menangani Surat/Dokumen pada kompetensi dasar menerima dan mendistribusikan surat keluar di kelas X PKAP2 SMKN 2 Bukittinggi menunjukkan aktivitas dan hasil belajar yang baik.
Jadi pada siklus II jika dilihat dari rata-rata aktivitas positif dan aktivitas dapat dikatakan banyak sekali siswa yang melakukan aktivitas positif dan sedikit sekali siswa yang melakukan aktivitas negatif. Selain aktivitas guru dan siswa, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari perubahan hasil belajar siswa pada tabel di bawah ini.
Oemar (2004:175) mengatakan penggunaan aktivitas besar nilainya dalam pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses pembelajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa, siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri, siswa dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dapat mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup sehingga kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan hasil yang telah dicapai pada siklus II yang menunjukkan peningkatan untuk semua aktivitas positif dan penurunan pada aktivitas negatif. Keberhasilan penerapan model pembelajaran ini tidak terlepas dari aktivitas guru yang selalu ditingkatkan dari siklus I sampai siklus II. Di bawah ini dapat dilihat rata-rata perubahan aktivitas guru dari siklus I sampai siklus II.
Tabel 8: Data Perubahan Hasil Belajar Siswa Bukittinggi Siklus I dan Siklus II Siklus I NO Keterangan Jml % 1 Siswa yang tuntas 23 65,71% 2 Siswa yang tidak 12 34,29 tuntas Jumlah 35 100 Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Tabel 7: Persentase Perubahan Aktivitas Siswa Dalam Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe TSTS + LKS Siklus I dan II N o 1 2 3 4 5 6 7
1 2 3
Jenis Aktivitas Belaja r Siswa Aktivitas Positif Aktivitas membaca, menyimak soal di LKS Siswa terlibat dalam menyelesaikan LKS Siswa bertamu dan menerima tamu dengan tertib Tamu mempertanyakan hasil diskusi tuan rumah Tuan rumah menjelaskan hasil diskusi kepada tamu Tamu menginformasikan ulang dengan kelompoknya Menyimpulkan materi pelajaran Aktivitas Negatif Siswa keluar masuk pembelajaran Siswa meribut
saat
proses
4
Siswa mengerjakan pekerjaan lain saat PBM Siswa mengantuk (tidur-tiduran)
5
Siswa bercerita saat PBM
Sumber : Pengolahan Data Primer 2013
Persentase Siklus Siklus I (%) II (%)
Keteranga n
65,71 % 82,85 % 94,28 % 42,85 % 45,71 % 45,71 % 42,85 %
97,14 % 100%
Mening kat Mening kat Mening kat Mening kat Mening kat Mening kat Mening kat
22,85 % 28,57 % 14,28 % 17,14 % 22,85 %
2,85%
97,14 % 48,57 % 51,42 % 48,57 % 62,85 %
5,71% 5,71%
Menuru n Menuru n Menuru n Menuru n Menuru n
X PKAP2 SMKN 2
Siklus II Jml % 29 82,86% 6 17,14 35
100
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat kita ketahui peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus II. Menurut BSNP suatu kelas dikatakan tuntas jika persentase ketuntasan klasikal minimal kelas tersebut adalah 75%. Dari tabel di atas, diketahui bahwa pada siklus I kelas X PKAP2 belum bisa dikatakan tuntas karena ketuntasan klasikalnya hanya 65,71%. Selanjutnya pada siklus II ketuntasan klasikal naik sebesar 17,15% menjadi 82,86%. Hasil ini sudah mencapai ketentuan yang ditetapkan BSNP, sehingga kelas X PKAP2 dapat dikatakan tuntas secara klasikal. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu aktivitas positif dalam proses pembelajaran mencapai >60% dan aktivitas negatif <25%. Ketercapaian aktifitas positif siswa yaitu siswa menjadi aktif dan saling bekerjasama yang baik. Aktivitas negatif siswa menjadi menurun yaitu siswa tidak lagi ditemukan yang meribut, dan keluar masuk pada saat pembelajaran. Ketercapaian dalam keberhasilan yang akan dicapai juga menuntut keterampilan dan keprofesionalan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Cici Yandes (2008), yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Fisika terhadap Peningkatan Aktivitas Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA N 3 Solok.” 8
Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dapat meningkatkan hasil belajar. Setelah peneliti melakukan penelitian juga diperoleh bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dilengkapi dengan LKS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe TSTS dilengkapi dengan LKS dapat diterapkan dalam proses pembelajaran siswa disekolah untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan selanjutnya meningkatkan hasil belajar siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada mata diklat menangani surat/dokumen pada siswa kelas X PKAP2 SMKN 2 Bukittinggi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. SARAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang telah penulis laksanakan di SMKN 2 Bukittinggi, pada Guru disarankan agar dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dilengkapi dengan LKS dalam mengajar pada mata diklat Menangani Surat/Dokumen yaitu pada kompetensi dasar menerima dan mendistribusikan surat keluar. Dalam menerapkan metode kooperatif tipe TSTS harus sesuai dengan indikator pembelajaran yang benar-benar bisa diterapkan. Disarankan guru lebih aktif dalam mengontrol dan memotivasi siswa saat pembelajaran berlangsung agar siswa tidak ada lagi keluar masuk kelas, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Azis, Wahab. (2009). Metode dan ModelModel Mengajar. Bandung: Alfabeta. Anita, Lie. (2002). Kooperatif Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Djaafar, Tengku Zahara. (2001). Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Padang: UNP. Kunandar. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Mira, Anggaryani. (2006). Pengembangan LKS Pesawat Sederhana yang di sesuaikan dengan KBK untuk kelas VII. Tesis. Surabaya: UNS. Muhammad, Ali. (2008). Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Oemar, Hamalik. (2004). Proses Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Belajar
Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: Raja Grasindo Persada. Sardiman. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Cici yandes. (2008). Penerapan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Fisika terhadap Peningkatan Aktivitas Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA N 3 Solok. Skripsi. Padang: UNP.
Dalam melaksanakan penelitian yang lebih lanjut hendaknya observer lebih dari satu orang agar hasil lebih valid. 9