VII. ANALISIS PRIORITAS KEGIATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT
7.1
Analisis Hasil Pengolahan Horisontal Analisis pengolahan horisontal terbagi menjadi tiga bagian yaitu pada
tingkat 2, 3, dan 4. Pada tingkat 2 dilakukan pengolahan horisontal terhadap elemen tujuan yang ingin dicapai Lembaga Pertanian Sehat dalam pegambilan keputusan supply chain management, pada tingkat 3 merupakan elemen faktor yang mempengaruhi pengambilan kegiatan supply chain management, pada tingkat 4 merupakan elemen sub faktor yang mempengaruhi kegiatan supply chain management. Pengolahan horisontal ini untuk melihat prioritas suatu pada elemen pada suatu tingkat terhadap satu tingkat yang berada di atasnya. Data hasil pengisian kuisioner kemudian diolah secara horizontal dengan menggunakan software expert choice Version 2000 7.1.1
Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Elemen Tujuan Pengolahan pada tingkat 2 pada struktur model hirarki dilakukan untuk
mengetahui prioritas tujuan prioritas yang ingin dicapai oleh Lembaga Pertanian Sehat. Berdasarkan hasil pengolahan dapat dilihat bahwa tujuan utama yang ingin dicapai oleh Lembaga Pertanian Sehat dalam pengambilan keputusan supply chain management adalah mempertahankan kualitas beras dengan bobot terbesar yaitu sebesar (0,591). Tujuan selanjutnya yang ingin dicapai Lembaga Pertanian Sehat adalah mendapatkan jalur distribusi yang lebih efisien dengan bobot sebesar (0,409). Tabel 9. Susunan Bobot dan Prioritas Hasil Pengolahan Horisontal Antar Elemen Pada Tingkat 2 Elemen Tujuan Mempertahankan Kualitas Beras Mendapatkan Jalur Distribusi yang Lebih Efesien Rasio Inkonsistensi
Bobot 0,591 0,409
Prioritas 1 2 0,00
Hal tersebut menjadi prioritas utama dikarenakan Lembaga Pertanian Sehat konsisten dengan produk-produk yang mereka hasilkan yang merupakan produk-produk sehat dan ramah lingkungan. Hal ini sesuai dengan salah satu misi 85
di Lembaga Pertanian Sehat yaitu meneliti, mengembangkan dan merakit teknologi-teknologi sarana produksi pertanian (saprotan) yang menggunakan bahan baku lokal, murah, sehat dan ramah lingkungan. Oleh karena itu Lembaga Pertanian Sehat selalu mempertahankan kualitas produk-produknya terutama Beras SAE dikarenakan Beras SAE merupakan salah satu produk unggulan Lembaga Pertanian Sehat. Lembaga Pertanian Sehat juga selalu mengevaluasi standar mutu Beras SAE setiap bulannya untuk dapat mengukur kualitas Beras SAE apakah sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, jadi fokus Lembaga Pertanian Sehat adalah pada rantai supplier dan manufacturer, karena semua kegiatan yang berkaitan dengan kualitas beras berada di rantai supplier dan manufacturer. Dengan kualitas bibit yang berkualitas dan proses budidaya yang terkontrol diharapkan dapat menghasilkan beras yang berkualitas baik, begitu juga dengan proses pencampuran beras dan pengemasan di rantai manufacturer memberikan kontribusi yang besar dalam menentukan kualitas beras yang dihasilkan. Prioritas yang kedua yang ingin dicapai Lembaga Pertanian Sehat adalah mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien. Hal ini berkaitan dengan biayabiaya yang dikeluarkan dalam proses pengiriman. Lembaga Pertanian Sehat sendiri masih menggunakan saluran distribusi lama (old distribution). Saluran distribusi lama adalah armada penjualan dan perantara mencakup pengecer hingga distributor (Sukardi 2009). Permasalahan yang dihadapi dalam saluran distribusi lama adalah distribusi produk yang lambat, belum ada media promosi untuk program yang terkoordinir. Dari prioritas yang kedua ini yaitu mendapatkan jalur distribusi yang lebih efisien menjadi fokus tujuan jangka panjang bagi Lembaga Pertanian Sehat, sedangkan tujuan jangka pendeknya adalah mempertahankan kualitas beras. 7.1.2 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen Faktor Kegiatan Supply Chain Management Hasil pengolahan ini merupakan pengolahan hirarki pada tingkat tiga untuk mengetahui faktor-faktor yang diprioritaskan dalam kegiatan supply Chain Management terhadap masing-masing tujuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari setiap tujuan merupakan faktor-faktor gabungan yang terkait, baik itu di 86
rantai supplier, manufacturer maupun di rantai distributor. Hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil pengolahan Horizontal Elemen Kegiatan Supply Chain Management Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Sumber Mendapatkan Jalur Distribusi Pembuatan Agen yang Efesien Transportasi Penjualan Perencanaan Sumber Mempertahankan Pembuatan Kualitas Beras Agen Transportasi Penjualan Tujuan
Bobot 0,252 0,069 0,037 0,173 0,122 0,347 0,192 0,252 0,221 0,125 0,071 0,139
Prioritas 2 5 6 3 4 1 3 1 2 5 6 4
Rasio Inkonsistensi 0,08
0,02
Hasil pengolahan menunjukkan bahwa pada tujuan mendapatkan jalur distribusi yang efesien, faktor penjualan menempati urutan pertama dengan bobot sebesar 0,347. Dengan jalur distribusi yang lebih efisen, Lembaga Pertanian Sehat mengharapkan penjualan beras SAE dapat meningkat karena selama ini penjualan Beras SAE hanya dilakukan kepada agen yang bekerja sama dan tidak melakukan penjualan dengan pihak supermarket-supermarket besar dikarenakan kebutuhan perputaran modal yang cukup cepat dengan agen dibandingkan dengan pihak supermarket-supermarket besar yang ada di Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi. Faktor perencanaan menempati urutan kedua setelah penjualan dengan bobot sebesar 0,252. Sebagai sebuah lembaga yang mandiri dan profesional dalam bidang penelitian dan pemberdayaan pihak Lembaga Pertanian Sehat sangat memperhitungkan segala sesuatunya dengan matang sehingga faktor perencanaan sangat diperhitungkan di Lembaga Pertanian Sehat dalam memproduksi Beras SAE. Perencanaan dibuat oleh orang yang bertanggung jawab dibidangnya kemudian di rapatkan. Setelah hasil rapat tersebut ditanda-tangani oleh Direktur barulah perencanaan dapat dijalankan sesuai dengan rencananya masing-masing.
87
Faktor agen menempati urutan ketiga dari prioritas kegiatan supply chain management dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien dengan bobot sebesar 0,173. Pihak Lembaga Pertanian Sehat menilai bahwa dengan adanya agen maka saluran distribusi sedikit lebih efisien dibandingkan tanpa menggunakan agen. Agen inilah yang nantinya akan mendistribusikan Beras SAE ke konsumen akhir. Faktor transportasi menempati urutan keempat dari prioritas kegiatan supply chain management dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien dengan bobot sebesar 0,122. Faktor transportasi dinilai dapat mempengaruhi langsung jalur distribusi yang lebih efisien, karena di transportasi ada beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya pemilihan jalan, sarana pengangkutan dan pengarahan pengiriman sehingga diharapkan saluran-saluran yang ada menjadi lebih efisien. Sarana Pengangkutan yang layak juga menjadi timbangan bagi pihak Lembaga Pertanian Sehat, karena dengan sarana pengangkutan yang layak dan tidak sering bermasalah pengiriman Beras SAE dapat terdistribusikan dengan tepat waktu. Prioritas kelima dari kegiatan supply chain management dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang efisien adalah sumber dengan bobot sebesar 0,069. Sumber disini yang dimaksudkan adalah para petani binaan Lembaga Pertanian Sehat yang menghasilkan beras. Beras yang dihasilkan petani binaan biasanya dikumpulkan dalam satu tempat untuk setiap gabungan kelompok taninya (gapoktan), hal ini dikarenakan belum tersedianya tempat yang cukup besar untuk menampung beras yang dihasilkan petani binaan. Walaupun demikian menurut pihak Lembaga Pertanian Sehat cara tersebut sudah efisien. Prioritas terakhir dari kegiatan supply chain management dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang efisien adalah pembuatan dengan bobot sebesar 0,037. Kegiatan pembuatan (produksi) merupakan faktor
yanng harus
diperhatikan dalam kegiatan supply chain management. Pembuatan Beras SAE yang tidak menggunakan bahan-bahan campuran kimia yang berbahaya bagi kesehatan memberikan kegiatan pembuatan jadi lebih efisien. Hal ini juga sesuai dengan misi Lembaga Pertanian Sehat yang memproduksi produk-produk yang
88
sehat dan ramah lingkungan. Hal ini juga terkait efisiensi waktu dan biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi Beras SAE. Berdasarkan
hasil
pengolahan
horizontal
kegiatan
supply
chain
management untuk tujuan yang kedua yaitu mempertahankan kualitas beras didapat prioritas yang utama adalah sumber dengan bobot sebesar 0,252. Pihak manajemen menilai dengan sumber yang berkualiatas dan bermutu baik maka produk yang dihasilkan juga akan bermutu baik, oleh karena itu pihak Lembaga Pertanian Sehat mempunyai standar mutu yang mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang beras giling dan hasil pengukuran kemurnian rata-rata beras yang dihasilkan oleh penggilingan yang menjadi mitra Lembaga Pertanian Sehat. Bagi Lembaga Pertanian Sehat, standar mutu Beras SAE ini memberikan kejelasan kualitas yang bagaimana yang diinginkan, dan mendapat kejelasan beras yang bagaimana yang harus mereka hasilkan dengan petani binaan mereka, sedangkan bagi konsumen mereka akan mendapatkan beras sesuai mutu yang diinginkan. Sumber yang dimaksud disini adalah penggunaan benih padi yang bersertifikat yang telah diuji oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat dan beberapa pestisida yang ramah lingkungan yang juga telah diuji oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat. Faktor pembuatan menempati urutan kedua setelah sumber yang memiliki bobot sebesar 0,221. Keterkaitan antara sumber dan pembuatan merupakan hal tidak bisa dilepaskan, karena setelah sumber yang dihasilkan bermutu baik sedangkan cara pembuatan yang dilakukan tidak benar maka produk yang dihasilkan akan bermutu jelek dan tidak sesuai dengan harapan atau tidak sesuai dengan standar mutu yang telah telah yang telah ditetapkan oleh Lembaga Pertanian Sehat. Proses pembuatan disini sangat terkait dengan proses penggilingan, dimana di proses penggilinganlah terjadi pencampuran beras dari berbagai petani binaan yang menghasilkan Beras SAE. Berhubung pihak Lembaga Pertanian Sehat tidak memiliki penggilingan sendiri sehingga bekerja sama dengan pihak mitra penggilingan maka pihak Lembaga Pertanian Sehat selalu melakukan kontrol dikegiatan pembuatan ini. Faktor perencanaan menempati urutan ketiga yang memiliki bobot sebesar 0,192. Semua kegiatan untuk mempertahankan kualitas beras sebelumnya 89
merupakan melalui proses perencanaan. Proses perencanaan dibuat oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat untuk menghemat biaya-biaya yang dikeluarkan, karena dengan perencanaan yang matang pihak Lembaga Pertanian Sehat dapat mengedepankan kegiatan yang penting terlebih dahulu. Proses perencanaan disini dibuat oleh manager-manager yang terkait dengan produksi Beras SAE. Manager yang dimaksud disini adalah manager produksi dan bisnis (probis). Dari departemen produksi dan bisnis membawahi lagi tiga divisi yaitu : divisi produksi, divisi pemasaran dan divisi pengadaan, dapat dilihat pada Lampiran 1. Setelah semua perencanaan dibuat oleh tiap-tiap divisi maka dilakukan rapat untuk melihat apakah ada kegiatan yang tidak dibutuhkan atau kegiatan yang kurang dari perencanaan yang dibuat. Prioritas keempat dari kegiatan supply chain management dengan tujuan mempertahankan kualiatas beras adalah penjualan dengan bobot sebesar 0,139. Kegiatan penjualan yang dimaksud disini adalah memberikan harga yang bersaing sesuai dengan kualiatas yang diberikan oleh pihak Lembaga Pertanian. Harga yang diberikan oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat juga mempertimbangkan harga yang beredar di pasaran yang berlaku. Pihak Lembaga Pertanian Sehat memberikan harga yang tidak begitu tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang menjual beras organik juga dikarenakan pihak Lembaga Pertanian Sehat membutuhkan perputaran modal yang cepat untuk menutupi semua kegiatan produksi. Faktor
agen
menempati
urutan
yang
kelima
dengan
tujuan
mempertahankan kualitas beras yang memiliki bobot sebesar 0,125. Faktor agen yang dimaksud disini untuk tujuan mempertahankan kualitas beras adalah dengan memperhatikan segala sesuatunya agar Beras SAE yang dia jual tidak mengalami penurunan mutu setelah Beras SAE yang dia terima dari pihak Lembaga Pertanian Sehat. Memperhatikan segala sesuatunya diantaranya adalah tidak menerima Beras SAE dari pihak Lembaga Pertanian Sehat dalam keadaan yang mengalami kebocoran di karung, memperhatikan kebersihan tempat penyimpan Beras SAE yang akan dia jual, dan juga memperhatikan sirkulasi udara di tempat penjualan. Kebersihan dan sirkulasi dimaksudkan agar Beras SAE yang akan di jual tidak
90
kotor dan berkutu. Dengan sirkulasi yang baik, Beras SAE yang akan dijual akan tetap terjaga kualitasnya. Prioritas terakhir dari kegiatan supply chain management dengan tujuan mempertahankan kualitas beras adalah transportasi yang memiliki bobot sebesar 0,071. Transportasi disini yang dimaksud adalah kebersihan armada pengangkutan Beras SAE dari gudang pihak Lembaga Pertanian Sehat sampai ke agen-agen yang menjual Beras SAE, jangan sampai Beras SAE yang sudah dikarungin (packing) di Lembaga Pertanian Sehat benar-benar dalam keadaan baik dan bersih menjadi jorok dan bocor di dalam perjalanan menuju tempat agen-agen penjual Beras SAE. Oleh karena itu pihak Lembaga Pertanian juga memperhatikan kebersihan armada pengangkutan Beras SAE sebelum berangkat ke agen-agen penjual Beras SAE agar kualitas Beras SAE dapat dipertahankan. 7.1.3 Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen SubFaktor Kegiatan Supply Chain Management. Hasil pengolahan ini merupakan pengolahan hierarki pada tingkat empat untuk menentukan prioritas masing-masing subfaktor dari hirarki tingkat tiga yaitu faktor yang sesuai dengan tujuan kegiatan supply chain management yang ingin dicapai oleh Lembaga Pertanian Sehat, sama halnya dengan hasil pengolahan horizontal antar elemen faktor kegiatan supply chain management hasil pengolahan horizontal antar elemen subfaktor ini juga merupakan subfaktor gabungan yg terkait di rantai supplier, manufacturer, dan distributor. Hasil pengolahan horizontal dengan tujuan untuk mendapatkan jalur distribusi yang efesien dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen Subfaktor Untuk Tujuan Mendapatkan Jalur Distribusi yang Efesien. Faktor Perencanaan
Sumber
Subfaktor Keuangan Strategi Organisasi Pengukuran/Pengontrolan Strategi Organisasi/SDM Proses
Bobot 0,453 0,150 0,110 0,287 0,267 0,102 0,370
Prioritas 1 3 4 2 2 4 1
Rasio Inkonsistensi 0,00
0,08
91
Pembuatan
Agen
Transportasi
Penjualan
Teknologi Penilaian Resiko Strategi Organisasi/SDM Proses Ukuran dan Kontrol Penilaian Resiko Strategi Organisasi/SDM Manajemen Persediaan Barang Penilaian Resiko
0,196 0,064 0,106 0,060 0,379 0,289 0,167 0,164 0,414 0,297 0,125
3 5 4 5 1 2 3 3 1 2 4
Strategi Perencanaan Pengarahan Pengiriman Pemilihan Jalan dan Tarif Sarana Pengangkutan Evaluasi Keberhasilan Strategi Organisasi/SDM Proses Ukuran dan Kontrol Penilaian Resiko
0,194 0,327 0,183 0,078 0,052 0,167 0,277 0,095 0,294 0,222 0,111
2 1 3 5 6 4 2 5 1 3 4
0,07
0,08
0,01
0,01
Berdasarkan hasil tabel pengolahan diatas dapat dilihat bahwa keuangan merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0,453 dari faktor perencanaan dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang efesien. Hal ini dikarenakan keuangan menjadi tolak ukur yang utama dalam semua kegiatan, termasuk kegiatan perencanaan ini. Merencanakan keuangan menjadi prioritas, karena Lembaga Pertanian Sehat ingin mengetahuai alokasi biaya yang dibutuhkan. Merencanakan keuangan dalam hal pemberian tugas pendistribusian beras SAE ke agen-agen yang menjalin kerja sama dengan Lembaga Pertanian Sehat. Pengukuran/pengontrolan menjadi prioritas kedua dengan bobot sebesar 0,287. Hal ini berkaitan dengan semua faktor yang telah direncanakan harus dilakukan pengukuran dan pengontrolan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui mana yang sudah berjalan dengan benar dan mana yang harus ditambahkan. Pengontrolan jalur distribusi yang telah dilakukan dan yang akan dilaksanakan. Strategi menempati urutan ketiga dari faktor perencanaan dengan bobot sebesar 0,150. Dengan strategi perencanaan yang matang diharapkan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien dapat dilakukan. Disini strategi yang dimaksud diantaranya perencanaan kegiatan, perencanaan bisnis, persedian 92
barang dan distribusi. Organisasi atau sumberdaya manusia menjadi prioritas terakhir dari faktor perencanaan dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien dengan bobot sebesar 0,110. Pihak Lembaga Pertanian Sehat menilai organisasi yang ada sekarang sudah tergolong baik sehingga itu belum menjadi prioritas yang lebih penting, karena setiap orang memiliki job description masingmasing yang sudah berjalan sebelumnya. Proses menjadi prioritas yang utama dari faktor sumber dengan bobot sebesar 0,370.
Proses yang dilakukan dari sumber utama menjadi langkah
kedepannya agar tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien dapat tercapai. Proses sumber jalur transportasi yang dilakukan Lembaga Pertanian Sehat menjadi tolak ukur dari berhasilnya tujuan mendapatkan jalur distribusi yang efisien. Di prioritas kedua dari faktor sumber ada strategi dengan bobot sebesar 0,267. Strategi seperti apa yang dijalankan di sumber ini agar jalur distribusi yang lebih efesien tercapai adalah keinginan pihak Lembaga Pertanian Sehat, karena dengan strategi yang matang diharapkan tujuan diatas tercapai. Teknologi yang digunakan menjadi prioritas ketiga dari faktor sumber dengan bobot sebesar 0,196. Dengan penggunaan teknologi diharapkan aktivitas yang memakai tenaga manusia jadi berkurang dan lebih efesien biaya,waktu dan jalur distribusi yang sebelumnya ada menjadi lebih efesien lagi. Di prioritas keempat dari faktor sumber adalah organisasi dengan bobot sebesar 0,102. Organisasi yang sederhana dibuat oleh pihak Lembaga Pertanian Sehat juga beralasan karena pihak Lembaga Pertanian Sehat tidak menginginkan adanya kegiatan yang tidak bermanfaat dan semua kegiatan sesuai dengan prosedur sehingga tujuan untuk mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien pun dapat tercapai juga. Prioritas yang terakhir dari faktor sumber adalah penilaian risiko dengan bobot sebesar 0,064. Penilaian risiko terhadap sumber dilakukan untuk memberikan gambaran seperti apa risiko yang akan muncul dari faktor sumber ini agar tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien tercapai. Proses merupakan prioritas yang utama dari faktor pembuatan dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien yang memiliki bobot sebesar 0,379. Proses pembuatan jalur yang sederhana diharapkan memberikan 93
jalur distribusi yang sederhana juga, karena Beras SAE tidak menggunakan bahan-bahan kimia jadi jalur distribusi untuk penggunaan bahan kimia pun menjadi tidak ada. Sehingga Lembaga Pertanian Sehat bisa lebih memfokuskan jalur distribusi produk akhirnya. Di prioritas yang kedua adalah ukuran dan kontrol dengan bobot sebesar 0,298. Mengukur dan mengawasi merupakan kegiatan yang penting agar apa yang telah dijalankan dapat dinilai. Terkait dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien mengukur dan mengawasi tidak hanya di faktor pembuatan ini saja, tetapi di semua faktor. Penilaian risiko di prioritas yang ketiga dengan bobot sebesar 0,167. Setelah dilakukan pengawasan tahap selanjutnya adalah menilai risiko yang akan muncul seperti apa dari faktor pembuatan ini. Diharapkan dengan mengetahui risiko yang muncul dari faktor pembuatan, tujuan untuk mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien tercapai. Prioritas yang keempat dari faktor pembuatan adalah strategi dengan bobot sebesar 0,106. Pada aspek ini dilakukan evaluasi ketepatan strategi yang digunakan, seperti melakukan ketepatan penyelesaian produksi sesuai dengan penjadwalan dan ketepatan penyerahan bahan baku dari petani. Prioritas yang terakhir dari faktor pembuatan adalah organisasi/sumber daya manusia dengan bobot sebesar 0,060. Pada aspek ini dilihat beberapa hal antara lain tingkat kehandalan alat penghubung, pengintegrasian
sistem
produksi
dengan
sistem
pesanan
masuk,
dan
pengintegrasian sistem produksi dengan sisitem layanan pelanggan. Subfaktor organisasi atau sumber daya manusia merupakan prioritas yang utama dari faktor agen dengan bobot sebesar 0,414. Sub faktor ini berguna untuk melihat keadaan organisasi dan sumber daya manusia yang terdapat dalam agen. Didalamnya terkait apakah terdapat pertemuan-pertemuan antar agen ataupun dengan pihak Lembaga Pertanian Sehat, dengan pengorganisasian jalur distribusi yang terencana Lembaga Pertanian Sehat mengharapkan distribusi menjadi lebih efisien .Di prioritas yang kedua adalah manajemen persedian barang dengan bobot sebesar 0,297. Sub faktor ini melihat lebih jauh bagaimana agen menerapkan manajemen persedian barangnya. Prioritas yang ketiga dari faktor agen adalah strategi dengan bobot sebesar 0,164. Adapun strategi tersebut berkaitan dengan ada atau tidaknya kerjasama 94
antar agen, penggunaan gudang bersama. Penilaian risiko menjadi prioritas yang terakhir dari faktor agen dengan bobot sebesar 0,125. Sub faktor ini melihat seberapa banyak sumber daya yang dikeluarkan dalam kegiatan penjualan, kecukupan informasi dalam menilai sumber daya yang keluar, dan melakukan penilaian untuk melihat apakah agen melakukan pengintegrasian antara sistem penyimpanan dengan sistem pesanan yang masuk atau dengan sistem layanan pelanggan. Perencanaan menjadi prioritas yang utama dari faktor transportasi dengan tujuan mencapai jalur distribusi yang lebih efesien dengan bobot sebesar 0,327. Pada sub faktor perencanaan ini dilihat apakah terdapat perencanaan untuk mengelompokkan pesanan dan melihat apakah terdapat rencana pemuatan untuk dapat menentukan waktu pengiriman. Di prioritas yang kedua adalah strategi dengan bobot sebesar 0,122. Pada sub faktor ini melihat adanya ketersediaan data informasi kegiatan perusahaan dan melihat tingkat keberhasilan sistem transportasi sejalan dengan kegiatan perusahaan. Pengarahan pengiriman menjadi prioritas yang ketiga dari faktor transportasi dengan bobot sebesar 0,183. Pada subfaktor pengarahan pengiriman dilihat mengenai pembentukan rute dengan pengangkut dan melihat ada atau tidaknya prosedur yang digunakan dalam menggunakan rute tersebut. Prioritas yang keempat dari faktor transportasi adalah evaluasi keberhasilan pengangkutan dengan bobot sebesar 0,052. Subfaktor ini berguna untuk dapat mengetahui keberhasilan pengangkut dalam proses pengiriman. Prioritas kelima adalah pemilihan jalan dan tarif pengiriman dengan bobot sebesar 0,078.
Pada subfaktor ini melihat apakah terdapat proses negosiasi tarif
pengangkutan, ada atau tidaknya pembuatan daftar biaya pengangkutan, melihat apakah terdapat pergerakan transportasi, melihat cara pemberian daftar biaya ke bagian akuntansi atau keuangan. Sarana pengangkutan, dokumen pengiriman produk menjadi prioritas yang terakhir dengan bobot sebesar 0,052. Pada subfaktor ini melihat bagaimana prosedur pendaftaran ulang pelanggan, cara penurunan barang, pemeriksaan sarana sebelum mengangkut. Subfaktor proses merupakan prioritas yang utama dari faktor penjualan dengan tujuan mendapatkan jalur distribusi yang lebih efesien dengan bobot 95
sebesar 0,294. Pada subfaktor ini dilihat bagaimana cara memeriksa kredit, bagaimana peramalan dibuat, bagaimana cara memberi pengertian pelanggan terhadap barang yang dapat di kembalikan. Prioritas yang kedua adalah adalah strategi dengan bobot sebesar 0,277. Subfaktor ini berfungsi untuk memperoleh keberhasilan penjualan dalam hal melayani pelanggan agar dapat sejalan dengan kegiatan perusahaan lainnya, mengetahui peramalan yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Pengukuran dan pengontrolan menjadi prioritas yang ketiga dari faktor penjualan dengan bobot sebesar 0,22. Dalam subfaktor ini melihat bagaimana cara melakukan pengukuran dan pengontrolan, seperti apakah terdapat kebijakankebijakan khusus terhadap pelanggan, bagaimana perusahaan merespon barang yang dikembalikan. Sub faktor penilaian risiko menjadi prioritas keempat dari faktor penjualan dengan bobot sebesar 0,111. Pada subfaktor ini dilihat apakah proses penjualan sejalan dengan sumber, bagaimana keberhasilan pemenuhan pesanan yang ada, apakah Lembaga Pertanian Sehat khususnya sistem penjualan dapat memahami kebutuhan pasar, bagaimana hasil dari adanya pengintegrasian antara kegiatan penjualan dengan pemberian layanan terhadap pelanggan. Prioritas terakhir dari faktor penjualan adalah organisasi/sumber daya manusia dengan bobot sebesar 0,095. Subfaktor ini melihat apakah terdapat informasi klaim dengan departemen lain, dan apakah organisasi memiliki informasi yang cukup mengenai pesanan atau kebutuhan pelanggannya. Hasil pengolahan horizontal dengan tujuan untuk mempertahankan kualitas beras dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini. Tabel 12. Hasil Pengolahan Horizontal Antar Elemen Subfaktor Untuk Tujuan Mempertahankan Kualitas Beras. Faktor Perencanaan
Sumber
Subfaktor Keuangan Strategi Organisasi Pengukuran/Pengontrolan Strategi Organisasi/SDM Proses Teknologi
Bobot 0,173 0,300 0,132 0,395 0,087 0,145 0,341 0,317
Prioritas 3 2 4 1 5 3 1 2
Rasio Inkonsistensi 0,03
0,02
96
Pembuatan
Agen
Transportasi
Penjualan
Penilaian Resiko Strategi Organisasi/SDM Proses Ukuran dan Kontrol Penilaian Resiko Strategi Organisasi/SDM Manajemen Persediaan Barang Penilaian Resiko Strategi Perencanaan Pengarahan Pengiriman Pemilihan Jalan dan Tarif Sarana Pengangkutan Evaluasi Keberhasilan Strategi Organisasi/SDM Proses Ukuran dan Kontrol Penilaian Resiko
0,109 0,108 0,308 0,191 0,267 0,126 0,313 0,239 0,306 0,142 0,107 0,233 0,154 0,110 0,148 0,248 0,298 0,184 0,276 0,124 0,117
4 5 1 3 2 4 1 3 2 4 6 2 3 5 4 1 1 3 2 4 5
0,01
0,09
0,02
0,05
Berdasarkan tabel pengolahan diatas dapat dilihat bahwa pengukuran atau pengontrolan menjadi prioritas utama dari faktor perencanaan dengan tujuan mempertahankan kualitas beras dengan bobot sebesar 0,395. Hal ini dikarenakan dengan pengukuran dan pengontrolan di tahap perencanaan yang mana tahap perencanaan merupakan tahap awal dari semua tahap, dapat mengukur dari semua kegiatan dari bulan-bulan atau tahun-tahun sebelumnya. Apabila belum sesuai maka pengontrolan dilakukan secara ketat, begitu juga apabila sudah sesuai pengontrolan masih dilakukan secara ketat, sehingga diharapkan pihak Lembaga Pertanian Sehat dapat mempertahankan kualitas beras sesuai dengan standar yang ada. Prioritas kedua dari fakor perencanaan dengan tujuan mempertahankan kualitas beras adalah strategi dengan bobot sebesar 0,300. Dengan strategi yang terencana dan fokus untuk mempertahankan kualitas Beras SAE pihak Lembaga Pertanian Sehat dapat menjalankan semua kegiatannya dengan lancar dan sesuai dengan strategi yang telah direncanakan. Keuangan menjadi prioritas yang ketiga dari faktor perencanaan dengan bobot sebesar 0,173. Hal ini disebabkan karena semua kegiatan yang telah direncanakan akan dilakukan apabila keuangannya juga lancar, karena dengan terhambatnya subfaktor keuangan ini semua strategi 97
yang telah dibuat akan sia-sia. Organisasi atau sumber daya manusia merupakan prioritas yang terakhir dari faktor perencanaan dari tujuan mempertahankan kualitas beras dengan bobot sebesar 0,132. Dengan pengorganisasian yang tepat dan sumber daya manusia yang berkompeten di bidangnya, pihak Lembaga Pertanian Sehat dapat menjalankan semua kegaiatan-kegiatannya tanpa ada kendala yang tidak bisa dipecahkan. Dengan demikian tujuan mempertahankan kuliatas beras pun tercapai dengan baik sesuai dengan standart yang telah ditentukan. Subfaktor proses merupakan prioritas yang utama dari faktor sumber dengan tujuan mempertahankan kualitas beras dengan bobot sebesar 0,341. Lembaga Pertanian Sehat sangat memperhatikan sumber yang bermutu agar kualitas beras dapat terjamin. Penggunaan teknologi menjadi prioritas yang kedua dengan bobot sebesar 0,317. Penggunaan teknolgi yang sederhana, ramah lingkungan dan tersedia banyak di lingkungan merupakan salah satu misi pihak Lembaga Pertanian Sehat agar produk yang mereka hasilkan berkualitas baik. Penggorganisasian atau sumber daya manusia menjadi prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0,145. Dengan sumber daya manusia yang berkompeten di bidangnya pihak Lembaga Pertanian Sehat berusaha menjaga kualitas Beras SAE tetap terjamin dan bermutu. Prioritas keempat dari faktor sumber adalah penilaian risiko dengan bobot 0,109. Menilai semua risiko yang akan terjadi kedepannya agar produk yang dihasilkan pihak Lembaga Petanian Sehat dapat bersaing di pasaran, termasuk risiko kesehatan yang akan terjadi apabila produk yang dihasilkan Lembaga Pertanian Sehat tidak Sehat dan tidak aman. Strategi menjadi prioritas terakhir dari faktor sumber dengan tujuan mempertahankan kualitas beras dengan bobot 0,087. Merencanakan strategi yang tepat dalam bidang kualitas produk diharapkan pihak Lembaga Pertanian Sehat dapat fokus dengan produk yang dihasilkan. Organisasi atau sumber daya manusia menjadi prioritas yang utama dari faktor pembuatan dengan tujuan mempertahankan kualitas beras dengan bobot sebesar 0,308. Pihak Lembaga Pertanian Sehat berusaha membagi-bagi setiap karyawannya dengan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya sehingga diharapkan para karyawan dapat menerapkan ilmu yang diperolehnya di 98
Lembaga Pertanian Sehat sehingga produk yang dihasilkan lebih terjamin dan bermutu. Ukuran dan dan kontrol menjadi prioritas yang kedua dari faktor faktor pembuatan dengan bobot sebesar 0,267. Dengan selalu melakukan pengukuran dan pengontrolan dari tahapan pembuatan, pihak Lembaga Pertanian Sehat berusaha selalu menjaga dan mempertahankan kualitas Beras SAE. Proses pembuatan yang benar dan sesuai dengan standar yang telah diterapkan diharapkan dapat mempertahankan kualitas beras. Sub faktor proses dalam faktor pembuatan ini menjadi prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0,191. Penilaian risiko menjadi prioritas yang keempat dengan bobot sebesar 0,126. Setiap kegiatan selalu memperhatikan segala risiko yang akan muncul sehingga fokus pada tujuan utama dari setiap faktor dapat terwujud. Sub faktor strategi dalam faktor pembuatan menjadi prioritas yang terakhir dengan bobot sebesar 0,108. Strategi pembuatan seperti apa yang dijalankan dan direncanakan selalu mengacu pada tujuan yang utama yaitu mempertahankan kualiatas beras yang dihasilkan, karena memberikan kualitas yang baik menjadi nilai tambah produk dipasaran. Sub faktor strategi menjadi prioritas yang utama dari fakor agen dengan bobot sebesar 0,313. Strategi agen ikut andil dalam mempertahankan kualitas beras, karena konsumen akhir lebih banyak berada di rantai agen ke bawah. Dengan
pengarahan
dari
pihak
Lembaga
Pertanian
Sehat
mengenai
mempertahankan kualitas beras, diharapkan agen dapat membuat strategi sendiri yang sesuai dengan keadaan lingkungan mereka. Manajemen persediaan barang menjadi prioritas kedua dengan bobot sebesar 0, 306. Manajemen persediaan yang baik dari agen yang sesuai dengan keadaan lingkungannya diharapkan dapat mencapai tujuan mempertahan kualitas beras. Manajemen disini terkait dengan manajemen waktu dan manajemen penyimpanan. Pengorganisasian dan sumber daya manusia menjadi prioritas yang ketiga dengan bobot sebesar 0,239. Walaupun agen memiliki organisasi yang berbeda dengan Lembaga Pertanian Sehat, tetapi pihak Lembaga Pertanian Sehat tidak lepas tangan begitu saja. Lembaga Pertanian Sehat memberikan pengarahan tentang sumber daya manusia para agen-agennya. Penilaian risiko menjadi prioritas yang terakhir dari faktor agen dengan bobot sebesar 0,142. Para agen juga diharapkan mampu melihat 99
risiko yang akan muncul di usaha yang dijalankannya. Pihak Lembaga Pertanian Sehat memberikan solusi yang tepat dari setiap risiko yang akan muncul di rantai agen-agennya. Mengevaluasi terlebih dahulu kemungkinan keberhasilan pengangkutan menjadi prioritas yang utama dari faktor transportasi dengan bobot sebesar 0,248. Menilai kembali pengangkutan yang telah dijalankan apakah sudah sesuai dengan target atau belum, kalaupun belum masih melakukan evaluasi yang lebih intensif. Perencanaan menjadi prioritas yang kedua dengan bobot sebesar 0,233. Merencanakan transportasi yang bersih dan higienis di dalam kabin diharapkan dapat mempertahankan kualitas beras. Pengarahan pengiriman di prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0,154. Pengarahan pengiriman di sampaikan kepada supir dan staff yang mendampinginya agar selalu melakukan kegiatan sesuai dengan standar yang telah ditentukan termasuk kebersihan dalam kabin mobil pengangkut. Sarana pengangkut, dokumen pengiriman produk menjadi prioritas keempat dengan bobot sebesar 0,148. Dengan sarana pengangkut yang layak pakai dan terjaga kebersihannya, pihak Lembaga Pertanian Sehat berusaha mempertahankan kualitas berasnya. Begitu juga dengan dokumen produk yang jelas, agar tidak ada perjalanan yang salah dan boros biaya. Pemilihan jalan dan tarif pengiriman menjadi prioritas yang kelima dengan bobot sebesar 0,110. Pemilihan jalan yang benar dan tidak banyak jalan yang rusak agar beras yang ada di dalam kabin mobil pengangkut tidak hancur sehingga kualitas pun tetap terjaga, sedangkan tarif pengiriman dibuat sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara agen atau pembeli dengan pihak Lembaga Pertanian Sehat. Strategi menjadi prioritas yang terakhir dari faktor transportasi dengan bobot sebesar 0,107. Pada dasarnya secara keseluruhan strategi di faktor transportasi ini adalah kebersihan mobil pengangkut dan kemahiran si supir dalam menjalankan tugasnya agar produk yang diterima agen atau pembeli masih sama kualitasnya pada saat beras berada di pihak Lembaga Pertanian Sehat. Strategi menjadi prioritas yang utama dari faktor penjualan dalam mempertahankan kualitas beras dengan bobot sebesar 0,298. Strategi yang dilakukan dalam bidang penjualan adalah memberikan arahan kepada bagian penjualan agar memberitahukan kepada konsumen bahwa pihak Lembaga 100
Pertanian Sehat memberikan jaminan kualiatas beras yang bermutu. Proses menjadi prioritas yang kedua dengan bobot sebesar 0,276. Proses yang dimaksud adalah membuat brosur atau iklan di website Lembaga Pertanian Sehat dengan mencantumkan kata-kata yang mempertahankan kualitas, karena dengan melakukan seperti itu diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan pihak Lembaga Pertanian Sehat tetap fokus terhadap kualitas yang diberikan. Pengorganisasian atau sumber daya menjadi prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0,184. Dengan sumber daya manusia yang berkompeten dan pengorganisasian yang baik di bidang penjualan dengan tetap memfokuskan pada mempertahankan kualitas beras diharapkan angka penjualan juga semakin meningkat. Ukuran dan kontrol menjadi prioritas yang keempat dengan bobot sebesar 0,124. Selalu mengukur dan mengontrol di kegiatan penjualan terutama dalam memberikan pengarahan kepada bagian penjualan atau promosi untuk selalu memberikan yang terbaik juga bukan hanya di iklan atau brosur saja. Penilaian risiko menjadi prioritas yang terakhir dari faktor penjualan dengan tujuan
mempertahankan
kualitas
beras
dengan
bobot
sebesar
0,117.
Mengantisipasi semua risiko yang akan terjadi dari kegiatan penjualan terutama yang berkaitan kualitas beras. Salah satunya adalah memberikan jaminan apabila kualitas yang diterima agen atau konsumen pada saat penerimaan barang tidak sesuai dengan yang ada di brosur penjualan atau web pihak Lembaga Pertanian Sehat. 7.2
Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Analisa pengolahan secara vertikal bertujuan untuk melihat pengaruh
setiap elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus perusahaan. Hasil pengolahan vertikal pada dasarnya hampir sama untuk pengolahan horizontal. Perbedaannya hanya pada tingkat 3 dan tingkat 4. Untuk tingkat 2, hasil pengolahan horizontal dan vertikal memberikan hasil prioritas yang sama, sedangkan hasil pengolahan vertikal untuk tingkat 3 yaitu faktor yang mempengaruhi kegiatan supply chain management diutamakan pada faktor sumber dengan bobot 0.252. Dengan sumber yang baik diharapkan produk yang dihasilkan pun baik juga. Sumber yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Baik itu sumber benih padi yang berkualitas, sumber pengolahan dan 101
sumber pengemasan. Proses memberikan kontribusi yang besar dalam faktor sumber, dengan proses pembuatan yang sesuai dengan standar kerja diharapkan Lembaga Pertanian Sehat dapat menghasilkan beras SAE yang berkualitas baik. Penggunaan teknologi di sumber pembuatan seperti pembudidayaan yang ramah lingkungan dan penggunaan teknologi pencampuran beras yang ramah lingkungan juga diharapkan dapat mempertahankan kualitas beras. Pembuatan menjadi faktor yang kedua yang mempengaruhi kegiatan untuk mempertahankan kualitas beras. Peran sumber daya manusia yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing dalam proses pembuatan diharapkan dapat mempertahankan kualitas beras SAE, seperti sarjana agronomi yang paham akan masalah budidaya beras dan sarjana teknologi pertanian dalam kegiatan pengemasan beras yang ramah akan lingkungan. Penggunaan teknologi menjadi subfaktor yang kedua dalam faktor pembuatan. Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dalam bidang budidaya dan pengemasan diharapkan beras SAE yang yang dihasilkan dapat berkualitas dengan itu Lembaga Pertanian Sehat dapat mempertahankan kualitas berasnya. Faktor ketiga yang mempengaruhi dalam mempertahankan kualitas beras adalah perencanaan dengan pengontrolan yang menjadi sub faktornya. Perlakuan pengawasan dan pengontrolan di kegiatan perencanaan dilakukan agar perencanaan yang telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan harapan dan tujuan, yaitu mempertahankan kualitas beras. Sub faktor kedua yang mempengaruhi dari faktor perencanaan adalah strategi. Strategi perencanaan yang dibuat sebaik dan sesederhana untuk mempertahankan kualitas beras.
102
Identifikasi Faktor-Faktor Kegiatan Supply Chain Management Beras SAE
Mendapatkan Jalur Distribusi yang Lebih Efesien 0.086
PLAN 0.192
Keuangan
SOURCE
0.252
Mempertahankan Kualitas Beras 0.050
MAKE 0.221
AGENT 0.125
TRSPT 0.071
SELL
0.139
0.020
Strategi 0.013
Strategi 0.014
Strategi 0.023
Strategi 0.004
Strategi 0.025
Strategi 0.034
SDM 0.022
SDM 0.040
SDM 0.018
Plan 0.010
SDM 0.015
SDM
Proses 0.051
Proses 0.025
MPB 0.023
PP 0.006
Proses 0.023
Tekno 0.047
Kontrol 0.035
Risk 0.010
PJTP 0.005
Kontrol 0.010
Risk 0.016
Risk 0.017
SPDPP 0.006
Risk 0.010
0.015
Control
0.045
Rasio Inkonsistensi : 0.00
EKP 0.010
Keterangan : Plan = Perencanaan SDM = Sumber Daya Manusia Source = Sumber Tekno = Teknologi Make = Pembuatan Risk = Risiko Agent = Agen MPB = Manajemen Persedian Barang TRSPT = Transportation PP = Pengarahan Pengiriman PJTP = Pemilihan Jalan dan Tarif Pengiriman SPDPP = Sarana Pengangkutan, Dokumen Pengiriman Produk EKP = Evaluasi Keberhasilan Pengangkutan
Gambar 9. Hasil Pengolahan Vertikal
103