BAB II PEMBELAJARAN CALISTUNG ANAK PRASEKOLAH DAN PERKEMBANGAN BAKAT
A. Pembelajaran Calistung Anak Prasekolah 1. Pengertian Pembelajaran Calistung Menurut Suekamto dkk. mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalahKerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.1 Menurut Diana Mutiah, model pembelajaran adalah desain atau rancangan yang menggambarkan proses perincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri anak. Adapun komponen model/tema, langkah-langkah, metode, alat/sumber belajar dan teknik evalusi.2 Namun pengertian strategi pembelajaran bagi anak usia dini lebih berorientasi pada: (1) tujuan yang mengarah pada tugas-tugas perkembangan di setiap rentangan usia anak, (2) materi yang diberikan harus mengacu dan sesuai dengan karakteristik
1
serta
kebutuhan
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi anak usia dini TK/RA dan anak usia awal SD /MI( Jakarta :Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm.142 – 143. 2 Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm.120.
17
18
perkembangan anak, (3) metode yang dipilih seharusnya bervariasi sesuai dengan tujuan kegiatan belajar dan mampu melibatkan anak secara aktif dan kreatif serta menyenangkan, (4) media dan lingkungan bermain yang digunakan
haruslah aman, nyaman dan menimbulkan
ketertarikan bagi anak, (5) evaluasi yang terbaik dan dianjurkan untuk dilakukan adalah rangkaian sebuah assesment melalui observasi partisipatif apa yang dilihat, didengar, dan di perbuat oleh anak.3 Menurut Trianto ada beberapa Asas Pembelajaran PAUD untuk menumbuhkan minat anak dalam poses pembelajaran dalam sehari-hari, antara lain sebagai berikut : a. Asas Apersepsi Keberhasilan anak mengolah hasil belajar dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman awal yangdimiliki sebelumnya, pembelajaran guru memerhatikan pengetahuan anak agar bisa mencapai hasil belajar secara optimal. b. Asas Konkretan Anak berada dalam taraf konkret, pembelajaran yang diberikan terhadap anak perlu menggunakan alat peraga, agar yang dipelajari anak menjadi konkret sehingga anak mudah mempelajarinya.
3
Uyu Wahyudin.dan Mubiar Agustin, Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini (Panduan Untuk Guru, Tutor, Fasilitas, dan Pengelola Anak Usia Dini) (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hlm. 10.
19
c. Asas motivasi Belajar akan lebih optimal jika anak memiliki dorongan atau motivasi dari guru dan orang tua untuk belajar, pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan minat anak. d. Asas bekerja sendiri Dengan membiasakan anak untuk bekerja sendiri akan
membuat
anak terlatih mandiri dan memecahkan masalahnya sendiri. e. Asas kerja sama Dengan bekerja sama keterampilan sosial anak berkembang optimal, pembelajaran dapat mengembangkan ketrampilan sosial anak, misalnya pendapat anak lain, aktif dalam kerja kelompok, membantu anak lain. f. Asas individualisasi Setiap anak berbeda dengan anak lain, oleh sebab itu pembelajaran hendaknya memerhatikan perbedaan individu, misalnya perbedaan minat, gaya belajar agar anak mencapai hasil belajar secara optimal.4
4
Trianto,op.cit.,hlm.76 – 77.
20
Setelah
pembahasan
pembelajaran
dideskripsikan,
maka
selanjutnya pembahasan mengenai kalimat dariCalistung. Calistung merupakan akronim dari belajar membaca, belajar menulis dan belajar menghitung,
pengabungan
kalimat
Calistung
karena
program
pembelajaran yang diterapkan untuk anak didik dalam proses belajar, berikut pengertian secara terinci : a. Baca, membaca, artinya : 1) Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati. 2) Melisankan atau melafalkan apa yang tertulis. 3) Mengucapkan. 4) Mengetahui , meramalkan. 5) Memperhitungkan, memahami.5 Menurut Marhnis Yamin, membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat, gagasan, teori-teori, dan menjadi pengetahuan siswa, kemudian pengetahuan tersebut dapat diserap dalam berpikir, menganalisis, bertindak dan dalam pengambilan keputusan membaca membutuhkan ketrampilan, kebiasaan dan konsentrasi, penguasaan kata dan kecepatan membaca.6
5
Qonita, Alya, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar( Jakarta: PT Indah Jaya Adipratama, 2009 ), hlm. 45 6 Marhnis Yamin, Kiat pembelajaran siswa(Jakarta:Putra Grafika,2007),hlm.106.
21
b. Tulis, menulis, artinya : 1) Membuat huruf (angka) dengan pena (pensil, kapur,dsb) 2) Melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. 3) Membatik (kain).7 c. Hitung, menghitung, artinya : Membilangkan
(menjumlahkan,
mengurangi,
membagi
dan
memperbanyak).8
Dalam sistem pendidikan nasional (sisdiknas) Undang-Undang No. 20 tahun 2003. Termuat dalam bab III pasal 4 ayat 5 mengenai “pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan menghitung bagi segenap warga masyarakat”.9 Tahap
pertama dalam belajar membaca disebut “kesiapan
membaca dari sejak lahir sampai sekitar usia 6-7 tahun, kesiapan membaca meliputi berbagai kesiapan belajar diantaranya kesiapan fisik meliputi penglihatan dan pendengaran yang baik, kesiapan intelektual meliputi persepsi visual anak bisa menyerap dan mengingat kata-kata dan huruf, kesiapan bahasa meliputi kemampuan berbicara dengan jelas, kesiapan kepribadian meliputi kemampuan bekerja sama dengan anak
7
Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar (Jakarta: Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2011), hlm. 576. 8 Qonita,Alya, op.cit., hlm812. 9 UU Sisdiknas No 20 tahun 2003, hlm. 13.
22
lain. Yang paling penting diperhatikan usaha percepatan biasanya justru merusak mental, anak belum siap membaca menjadi frustasi jika dipaksa untuk belajar dan perasaan ini mungkin akan terbawa ke jenjang pendidikan selanjutnya.10 Jika anak diharapkan memiliki kemampuan membaca dengan cara pemaksaan, maka hal itu tidak sehat. Hal ini karena pemaksaan terhadap
anak akan berdampak negatif. Dampak yang paling buruk
adalah akan menurunkan IQ anak pada usia produktif. Namun sebenarnya, anak usia balita yang belajar membaca tidak bisa dikatakan sepenuhnya salah. Hal ini boleh-boleh saja asalkan orang tua mampu melihat kemampuan dan minat anak. Kalau anak itu mampu dan berminat, maka hal itu menjadi tidak masalah.11 Berdasarkan beberapa pengertian Pembelajaran Calistung diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran Calistung adalah proses membuat orang belajar, guru bertugas membantu anak belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran yang ada, belajar tanpa beban pada diri siswa dan yang paling memungkinkan proses belajar siswa berjalan secara optimal mengenai pemahaman dalam belajar membaca, menulis dan menghitung dengan menggunakan alat peraga (fonik) dan media yang disesuaikan pada karakteristik anak-anak untuk menumbuhkan minat baca dari kecil. 10
Mortimer J.Adler dan Charles Van Doren, , (Ed.), “Irene Pontoh dkk”, How To Red A Book Cara Jitu Mencapai Tujuan Membaca ( Indonesia: PT Indonesia Publishing,2007), hlm. 28 11 Maimunah Hasan, Pendidikan Anak Usia Dini (Jogjakarta:DIVA Press,2010), hlm. 313.
23
2. Pengertian Pendidikan Anak Prasekolah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. 12 Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun menurut Biechler dan sowman, anak biasanya mengikuti program prasekolah dan kindergarten. Sedangkan di Indonesia umumnyajenjang (tingkat) sekolah sebelum sekolah dasar, mengikuti program
tempat
penitipan anak (usia 3–5 tahun), kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan usia 4–6 tahun mengikuti program Taman Kanak-kanak.13 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa prasekolah adalah jenjang (tingkat) sekolah sebelum sekolah dasar; Taman KanakKanak.14Adapun dalam sistem pendidikan Nasional,Pendidikan anak usia dini telah dimasukan secara tegas dalam pasal tersendiri yakni pasal 28 UU sistem pendidikan Nasional atau UU No 20 tahun 2003. Dalam pasal 1 ayat 14 disebutkan bahwa pendidikan anak usia adalah suatu upaya
12
Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, ( Bandung : PT Rosdakarya,2000), hlm. 132. 13 Soemiarrti Patmonodewo, Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Anak Prasekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta 2000),hlm. 20. 14 Tim penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta , 1988), hlm. 699.
24
pembinaan yang ditujukan pada anak sejak lahir hingga umur 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.15 Kliam tokoh Montessori bahwa anak-anak usia empat dan lima tahun “mengalami ledakan spontan dalam kemampuan menulis”, Montessori melihat menulis dan membaca berkembang dalam hubungan yang erat. Untuk mendorong kesiapan membaca dan menulis, dia merancang huruf-huruf dari kertas karton yang dilapisi dengan ampelas.16 Tujuan dari pendidikan montessori yaitu perkembangan anak secara individual. Dalam kenyatannya belajar pada anak tidak lebih penting dari perkembangan mental atau intelektual anak, tentang perkembangan
konsentrasi,
ketrampilan
menggamati,
kesadaran
memahami tingkatan dan urutan, koordinasi, kesadaran dalam melakukan persepsi dan ketrampilan praktis, konsep yang bersifat matematis, ketrampilan berbahasa, ketrampilan membaca dan menulis, dan seni yang kreatif. Dengan kata lain program Montessori kenyataan
sangat
bertanggung jawab terhadap perkembangan fisik, sosial, emosional dan intelektual anak.17 Menurut Maimunah Hasan, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang
15
UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14, hlm. 10. Gerald Lee Gutak, Metode Montessori, alih bahasa Ahmad Lintang Lazuardi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm. 30. 17 Soemiarrti Patmonodewo, op.cit., hlm 94. 16
25
merupakan suatu pembianaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhandan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan
pada jalur formal,
nonformal, dan informal. Maimunah Hasan mendeskripsikan mengenai Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan satu bentuk penyelenggaraan pendidikan pada anak prasekolah yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke beberapa arah, antar lain sebagai berikut : a). Pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar) b).Kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual). c). Sosioemosional (sikap dan prilaku serta agama) bahasa dan komunikasi yang disesuaikan dengan keunikan dan tahap – tahap perkembangan.18 3. Tujuan Pendidikan Prasekolah Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan.19
18 19
42.
Maimunah Hasan, op. cit., hlm. 15-16. Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar( Jakarta: Rineka Cipta,2006 ), hlm. 41-
26
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus tujuan pendidikan anak usia dini atau anak prasekolah adalah sebagai berikut : 1) Terciptanya tumbuh kembang anak usia dini yang optimal melalui peningkatan pelayanan prasekolah. 2) Terciptanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap orang tua dalam upaya membina tumbuh kembanganak secara optimal. 3) Mempersiapkan anak usia dini kelak siap masuk pendidikan dasar. Sedangkan berdasarkan tinjauan aspek didaktis psikologis tujuan pendidikan pada pendidikan anak usia dini yang utama adalah: 1) Menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan agar mampu
menolong diri sendiri (self help), yaitu
mandiri
dan
bertanggung jawab terhadap diri sendiri seperti mampu merawat dan menjaga kondisi fisiknya, mampu mengendalikan emosinya dan mampu membangun hubungan dengan orang lain. 2) Meletakkan dasar-dasar tentang sesuai bagaimana seharusnya belajar(leaning how to learn). Hal ini sesuai dengan perkembangan paradigma baru dunia pendidikan melalui empat pilar pendidikan yang dirancang oleh UNESCO, yaitu leaning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together yang dalam implementasinya
di Taman Kanak-Kanak
dilakukan
melalui
27
pendekatan
learning
by planning, belajar
yang menyenangkan
(joyful learning) serta menumbuh-kembangkan keterampilan hidup (life skills) sederhana sedini mungkin. 20 B. Perkembangan Bakat Anak Prasekolah 1. Pengertianbakat Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas yang sedikit tidak sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.21 Dalam
buku
“Tumbuhkan
Minat
Kembangkan
Bakat”
memberikan pendapatnya tentang pengertian bakat. Menurutnya, bakat adalah apa yang ada dalam teori psikologi disebut aptitude, yaitu sebuah faktor bawaan yang berupa potensi yang di aktualisasikan membutuhkan interaksi dengan faktor-faktor dalam lingkungan.22 Adapun didalam kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, menjelaskan mengenai pengertian dari bakat, antara lain: a) Bakat ( seperti keepandaian, kecerdasan). -
Alam, bakat yang sudah ada sejak lahir.
-
Terpendam,
bakat
yang
belum
diketahui
dan
dikembangkan.
20
. Uyu Wahyudin dan. Mubiar Agustin, op. cit., hlm. 9 -10. Sumadi suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo,2002), hlm. 167.
21
22
Harun Iskandar, Tumbuhkan MinatKembangkan Bakat (Jakarta: ST Book, 2010), hlm. 14.
28
b) Berbakat, mempunyai dasar kepandaian yang dibawa sejak lahir.23 Menurut Woodwer dan Marquis yang dikutip oleh Sumadi Suryabrata, bakat di masukan dalam kemampuan (ability), ability mempunyai 3 arti, antara lain: a) Achievement (prestasi) yang merupakan actual ability yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu. b) Capacity (kecakapan) yang merupakan potentially ability yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman. c) Aptitude yaitu kualitas yang hanya dapat di ungkap dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu. 24 Jadi dapat disimpulkan bahwa, bakat merupakan talen untuk membangun kekuatan pribadi anak dimasa mendatang, anak yang mempunyai kompetensi tinggi akan mudah belajar dari lingkungan, senang mengekplorasi, mempelajari ketrampilan-ketrampilan baru juga tidah mudah frustasi. Seseorang mempunyai kemampuan terhadap kegiatan tertentu ketika ia merasakan gembira mengerjakannya dan membicarakanya karena atas dasar keinginannya.
23 24
Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., hlm38. Sumadi Suryabrata, op.cit.,hlm. 163-164
29
2. Jenis-jenis Bakat Anak. Adapun beberapa jenis-jenis bakat anak meliputi bakat alam, bakat keturunan dan bakat kebiasaan : a) Bakat alam adalah bakat yang sudah ada sejak kita dilahirkan. Bakat ini mulai kelihatan karena melakukan suatu hal dengan sangat cepat, tentunya dengan proses latihan. b) Bakat keturunan adalah bakat dari keturunan orang tua atau keluarga. c) Bakat kebiasaan, bakat ini muncul karena kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus. Tanpa disadari, anda telah mengasah kemampuan yang terpendam selama ini.25
3. Memonitor Bakat atau Potensi Anak Sejak Bayi Bakat atau potensi memegang peranan sangat vital dalam menempuh roda kehidupan dari bakat, seseorang dapat menekuni karir secara maksimal, tanpa rasa tertekan dan jemu serta setahap dem setahap terus melaju bersama pekatnya bakat yang dimiliki. Seharusnya, bakat yang dimiliki seorang anak bisa terlihat sejak anak masih balita bahkan semenjak usia 2 atau 3 tahun, bukan hanya tampak disaat sudah duduk di bangku perguruan tinggi.26
25
Jamal Ma’mur Asmani, Kiat Mengembangkan BakatAnak di Sekolah (Jogyakarta: Diva Press, 2012), hlm 22-23. 26 Maimunah Hasan, op.cit., hlm. 246.
30
Dalam membantu anak mewujudkan kreativitas pada anak, anak perlu dilatih keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat atau talenta anak. Pendidikan terutama orang tua perlu menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif anak, serta menyiapkan saran dan prasarana.27 4.
Ciri-ciri Bakat Anak. Anak yang berbakat ternyata memiliki ciri dan karakteristik tersendiri, yang jauh berbeda sebagai anugerah Tuhan dan terpaan alam. Untuk mengetahui bakat anak, ada beberapa aspek yang menunjang dari perilaku balita sehari-hari, yang di pakai untuk mengetahui bakat-bakatnya: a)
Pengamatan yang siaga dan cermat. Seorang
bayi
memperhatikan
apa
yang
berlangsung
dalam
lingkungan. Ia melakukannya tidak saja dengan gerak-gerik, tetapi juga melalui pandangan mata. b)
Bahasa. Anak berbicara lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak sebayanya. Ia mampu menggunakan kata-kata yang lebih sulit dan kalimat-kalimat yang lebih majemuk.
27
Utami Munandar, Pengembangan KreativitasAnakBerbakat ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 77.
31
c)
Ketrampilan Motorik. Anak dapat menanggapi atau meraih benda dengan lebih cepat dan tidak cepat menjatuhkannya.
d) Membaca. Sudah dapat membaca sebelum masuk sekolah dasar, dan biasanya belajar sendiri. Ketika masih bayi, tidak pernah memegang buku gambar terbalik. Gambar-gambar itupun sepertinya dibaca dari kiri ke kanan. e) Mamematika. Anak cepat menunjukan perhatian pada waktu, ukuran, dan hitungmenghitung. f)
Ingatan. Anak mempunyai ingatan yang baik tentang pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh.
g)
Rasa Ingin Tahu dan Keuletan. Anak mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tau yang tinggi mengenai suatu hal.
h) Semangat Mereka biasanya menunjukan semangat dan energi yang sangat besar. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika minat dan kegiatannya beragam hingga mengakibatkan kurang tidur.
32
i) Persahabatan. Mereka mempunyai teman-teman yang lebih tua atau senang berada bersama orang dewasa.28 Menurut Agnes Tri Harjaningrum, menyatakan mengenai ciri bakat anak yang dapat diidentifikasi secara umum melalui karakteristik sebagai berikut: a) Anak akan dengan mudah melakukan/mempelajari hal yang menjadi bakatnya tanpa ada campur tangan orang lain. b) Anak senang/tak merasa terbebani untuk berlatih atau mencoba berkreasi dengan lebih bersemangat. c) Anak menyukai kreasi dan memiliki apresiasi yang tinggi terhadap hal yang menjadibakat dan minatnya. d) Anak tidak pernah merasa bosan dan selalu mencari kegiatan yang berhubungan dengan keberbakatanya. e) Anak biasanya mempunyai kemampuan pada bidang tersebut yang amat menonjol sekali dibanding dengan kemampuan lainnya. f)Tanpa digali, kemampuan sudah muncul sendiri.29 Didalam buku” Panduan Mendidik Anak dengan Kecerdasan di Atas Rata-rata”, menandai anak yang berbakat dan anak yang genius yang
28
Maimunah Hasan, op.cit., hlm. 246-247. Agnes Tri Harjaningrum, Peranan Orang Tua dalam Membantu Tumbuh Kembang AnakBerbakat Melalui Pemahaman Teori dan Tren Pendidikan (Jakarta: Prenada Media Gruop, 2007), hlm. 77. 29
33
memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Karakteristik unik yang anak tampilkan sebagai berikut: a)
Ketertarikan pada berbagai bidang.
b)
Kualitas memori (ingatan) yang kuat.
c)
Kemampuan berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama.
d)
Kemampuan memecahkan masalah .
e)
Kemampuan belajar yang tinggi.
f)
Menunjukan perkembangan kemampuan berbahasa yang diatas ratarata.
g)
Gila baca.
h)
Imajinasinya jelas dan tertata, dll.30 Menurut Utami Munandar bahwa dasar pertimbangan untuk
pendidikan anak berbakat yang mana memberikan kesempatan pelayanan pendidikan khusus bagi yang berbakat perlu, yaitu: a) Keberbakatan tumbuh dari proses interaktif antara lingkungan yang merangsang dan kemampuan pembawaan dan prosesnya. b) Pendidikan atau seklah hendaknya memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya (bakat-bakatnya) sepenuhnya. c) Jika kebutuhan anak berbakat dipertimbangkan, dan dirancang program untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka sejak awal, maka mereka menunjukan peningkatan yang nyata dalam prestasi.
30
Dion Yulianto, Panduan Mendidik dengan Kecerdasan di Atas Rata-rata (Jogjakarta: Javalitera, 2012), hlm. 28.
34
d) Mereka yang berbakatbjika diberi kesempatan dan pelayanan pendidikan yang sesuai akan dapat memberi sumbangan yang bermakna kepada masyarakat dalam semua bidang usaha manusia.
5. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengembangan Potensi Anak Menurut Lusi Nuryanti mengutip pendapat Reni Akbar-Hawadi, faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan potensi anak dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat di dalam diri anak sendiri. Sementara itu, faktor ekternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu atau berasal dari lingkungan.
a. Faktor Internal Faktor
internal
yang
memengaruhi
pengembangan
pengembangan potensi anak meliputi taraf kecerdasan, konsep diri, motivasi berprestasi, minat, bakat, sikap, dan sistem penilaian: 1) Taraf Kecerdasan Taraf kecerdasan menunjukan kemampuan berpikir anak, kemampuan menggunakan nalar dan kemampuan memecahkan masalah menggunakan logika. Salah satu cara yang biasanya digunakan untuk mengetahui taraf kecerdasan ini adalah dengan menggunakan tes kecerdasan.
35
2) Konsep diri Konsep diri menunjukan cara seseorang memandang dirinya sendiri dan kemampuannya. Anak yang memandang dirinya seacar positif dan menilai dirinya secara positif dan menilai dirinya mampu akan lebih berhasil di sekolah. 3) Motivasi Berprestasi. Motivasi berprestasi adalah dorongan pada diri seseorang untuk meraih yang terbaik bidang tertentu, khususnya bidang akademik. Motivasi berprestasi yang tinggi akan membuat seorang anak untuk tekun belajar, berusaha menyelesaikan tugas, dan bertanya jika tidak paham. 4) Minat. Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu, atau bisa dikatakan apa yang disukai seseorang untuk dilakukan. Belajar dalam keadaan hati senang tentu saja akan lebih mudah daripada anak belajar dengan suasana hati yang terpaksa. 5) Bakat. Bakat adalah kapasitas untuk belajar dan baru akan muncul setelah melalui proses latihan dan usaha pengembangan. Setelah anak diberi kesempatan untuk berlatih dan mencoba barulah bakat anak dapat terlihat dan dapat dikembangkan. Anak berbakat akan memberikan hasil yang jauh lebih baik daripada anak yang sejak awal tidak menyimpan bakat dalam bidang tersebut.
36
6) Sikap. Sikap adalah cara seseorang menerima atau menolak sesuatu yang didasarkan pada cara dia memberikan penilaian terhadap objek tertentu yang berguna ataupun tidak bagi dirinya. 7) Sistem Nilai. Sistem nilai adalah keyakinan yang dimiliki seseorang tentang bertingkah laku dan hasil akhir yang diinginkannya dari tingkah lakunya.31
b. Faktor Eksternal Faktor eksternal yang memengaruhi pengembangan potensi anak meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan kelompok teman sebaya. 1) Lingkungan keluarga. Alasan tentang pentingnya peranan keluarga bagi perkembangan anak adalah: a.
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak.
b.
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang mengenalkan nila-nilai kehidupan kepada anak .
c. Orang tua dan anggota keluarga lainnya.
31
Lusi Nuryanti, Psikologi Anak(Klaten: PT Indeks, 2008), hlm. 56-63.
37
d. Keluarga sebagai institusi yang menfasilitasi kebutuhan dasar insani. e. Anak
banyak
menghabiskan
waktu
di
lingkungan
keluarga.32 2). Lingkungan Sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis
melaksanakan
program
bimbingan,
pengajaran, dan pelatihan dalam rangka membantu para siswaagar amapu mengembangkan potensinya secara optimal. 3). Kelompok Teman Sebaya. Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi perkembangan anak, melalui kelompok sebaya, anak dapat memenuhi perkembangannya untuk belajar berinteraksi. Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap anak bisa positif atau negatif, berpengaruh positif apabila teman sebaya memiliki sikap dan perilaku yang positif. Sementara yang negatif, apabila para teman sebaya berperilaku menyimpang, kurang memiliki tatakrama.33
32
Syamsu Yusuf, Perkembangan Peserta Didik ( Jakarta: PT Raja Grafiindo Persada, 2011),
hlm. 23 33
Ibid., hlm. 41.
38
6. Karakteristik Anak Prasekolah Menurut tokoh Biechler dan Snowman menegaskan
anak usia
prasekolah yaitu anak yang berusia 3-6 tahun, pemerintah Indonesia menetapkan bahwa anak TK dan RA adalah anak yang berada dalam rentang usia 4 tahun sampai 6 tahun. Berdasarkan usia ini dapat dikenali karakteristik fisik, sosial, emosi, dan kognitifnya : a. Ciri fisik
:
1) Sangat aktif, melakukan banyak kegiatan. 2) Otot-otot besar lebih dahulu berkembanga dari otot yang lebih kecil ( jari ). 3) Koordinasi tangan kaki dan mata belum sempurna, tubuh. 4) Tubuh lentur sehinnga mudah bergerak. 5) Anak laki-laki umumnya lebih besar dari pada anak perempuan. b. Ciri sosial
:
1) Bersahabat hanya pada satu atau dua orang dan mudah berganti. 2) Bermain dalam kelompok yang kecil. 3) Anak yang lebih muda bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar. 4) Pola bermain bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan gender. 5) Sering terjadi perselisihan dan mudah berbaikan kembali. 6) Telah menyadari peran jenis kelamin.
39
c. Ciri emosi: 1) Mengekpresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah lebih sering diperhatikan. 2) Iri hati pada anak yang lain, selalu memperebut perhatian orang dewasa di dekatnya (gurunya). d. Ciri kognitif : 1) Umumnya terampil dalam berbahasa. 2) Memiliki pikiran secara terbuka dan spontan.34
34
Anita Yus, Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm.16-17.
40
Tabel 1 Karakteristik Anak Usia Prasekolah Menurut Para Ahli No. 1.
Tokoh Bowlby ( menunjukan perkembangan aspek psikososial)
Ciri Umum Membentuk kerja sama.
2.
Piaget ( menunjukan perkembangan kognitif)
Kemampuan menggunakan simbol (fungsi simbolik ).
3.
Montessoeri (pengindraan)
4.
Frobel
Indra berkembang dengan menangkap rangsangan yang kemudian diorganisasikan dalam pekiran – nya sehingga membentuk persepsi. Daya abstraksi anak mulai berkembang.
Ciri Khusus Anak sudah dapat terpisah untuk waktu yang tidak terlalu lama dan mengerti mengapa harus berpisah ; ia dapat diajak kerja sama. Penggunaan simbol dan penyusunan tanggapan internal, misalnya dalam permainan, bahasa ,dan peniruan. Anak sensitive untuk belajar membaca.
Anak belajar tentang bentuk, ukuran, warna, serta konsep yang diperoleh melalui menghitung, mengukur, membedakan, dan membandingkan.
Sumber : Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak.35
35
Ibid., hlm 19.