UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASES DI RUANG PERAWATAN UMUM LANTAI 6 RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO, JAKARTA PUSAT
Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Ners
KARYA ILMIAH AKHIR Elda Lunera Hutapea 08063333833
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI REGULER DEPOK, JULI 2013
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus karena dengan kasih dan bantuanNyalah saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini tepat pada waktunya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat untuk meraih gelar Ners. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini. Penulis memberikan ucapan terima kasih terutama kepada: 1. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI); 2. Ibu Dra. Junaiti Sahar, PhD selaku Wakil Dekan FIK UI; 3. Ibu Riri Maria, M.ANP selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah Akhir FIK UI; 4. Bapak Agung Waluyo, PhD selaku pembimbing dalam pembuatan Karya Ilmiah Akhir ini; 5. Ibu Ns. Siti Annisah, S.Kep.,ETN selaku kepala ruang di Ruang Perawatan Umum 6 di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta Pusat; 6. Pasien Tn B dan keluarga yang telah mendukung penelitian dan praktik profesi; 7. Perawat di ruang Perawatan Umum 6 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta, yang telah mendukung praktik profesi ; Akhir kata, saya berharap Tuhan berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 11 Juli 2013
Peneliti
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Elda Lunera Hutapea : Ilmu Keperawatan : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Chronic Kidney Diseases Di Ruang Perawaan Umum Lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Chronic Kidney Disease (CKD) atau yang biasa dikenal dengan gagal ginjal kronis adalah penyakit gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit dimana pada akhirnya menyebabkan uremia. Praktik profesi dilakukan di ruang perawatan umum 6 RSPAD Gatot Soebroto pada pasien Tn B dengan CKD. Masalah keperawatan utama pada pasien adalah kelebihan volume cairan tubuh. Intervensi keperawatan yang telah dilakukan adalah restriksi cairan yang dikombinasikan dengan perhitungan balans cairan dan pengukuran berat badan setiap harinya untuk mengetahui kefektifan intervensi restriksi cairan. Intervensi ini efektif untuk mengatasai maslaah kelebihan volume cairan tubuh ditandai dengan balans cairan yang mendekati positif dan penurunan berat badan klien. Kata Kunci: CKD, Restriksi cairan, Balans cairan
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
ABSTRACT Name Study Program Title
: Elda Lunera Hutapea : Nursing Science : Analysis Of Urban Nursing Clinical Practice towards Chronic Kidney Diseases patient at Ruang Perawatan Umum 6th Floor Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Central Jakarta.
Chronic Kidney Disease (CKD) is a progressive and irreversible renal function disturbance that caused the failure of human body to maintain the metabolism proccess and the balance of fluid and electolyte. The Internship was held at Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto towards Mr. B, a patient with CKD. The main nursing problem of the patient is the excess of body fluid volume. Intervention that was given to the patient was fluid restriction combined with body fluid balance and wieght measurement. This intervention was effective to solve the problem which was shown by the positif body fluid balance and the decreasing of the patient’s weight. .
Keywords: CKD, Fluid restriction, Body fluid balance.
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH…………. ABSTRAK………………………………………………………………… ABSTRACK………………………………………………………………… DAFTAR ISI ................................................................................................ DAFTAR TABEL…………………………………………………………. DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan ............................. 2.2 Gagal Ginjal Kronik (GGK)…………………………………… .... 3. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CKD .......... 3.1 Pengkajian Keperawatan ................................................................ 3.2 Diagnosis Keperawatan…………………………………………… 3.3 Rencana Asuhan Keperawatan ....................................................... 3.4 Catatan Perkembangan Pasien…………………………………….. 4. ANALISIS KASUS ............................................................................... 4.1 Profil Lahan Praktik ........................................................................ 4.2 Analisis Masalah Keperawatan ...................................................... 4.3 Analisis Intervensi Keperawatan .................................................... 4.4 Alternatif Penyelesaian Masalah ....................................................
i ii iii iv v vi vii viii ix x 1 1 3 3 4 5 5 5 14 14 21 22 22 26 26 27 28 30
5. PENUTUP……………………………………… .................................... 7.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 7.2 Saran…………………………………………………………………
32 32 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. .
34
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Data Pengkajian Pasien……………….........………....................……. 19 Tabel 3.2 Data Hasil Laboratorium................………………………………......... 20 Tabel 3.3 Terapi Medikasi………................................................………….......... 20 Tabel 3.4 Analisis Data………………………………………………………….
22
Tabel 3.5 Catatan Perkembangan Pasien………….....………………………….... 25
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Asuhan Keperawatan
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Ginjal adalah organ tubuh yang berperan dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Selain menjalankan fungsi pengaturan tersebut, ginjal juga berfungsi untuk mengeluarkan berbagai zat sisa metabolik yang bersifat toksik dan senyawa-senyawa asing lainnya dari tubuh (Sherwood, 2001). Fungsi ginjal dapat terganggu jika dipengaruhi oleh beberapa hal seperti penyakit radang ginjal, tumor ginjal, hipertensi, penyakit jantung, diabetes militus, faktor gaya hidup seperti mengkonsumsi minuman yang mengandung zat kimia, dan lain lain. Penyakit ginjal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gagal ginjal bersifat kronik dan akut.
Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit dimana pada akhirnya menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).
Angka kejadian penyakit GGK cenderung meningkat setiap tahunnya. Angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan bukan hanya di Indonesia bahkan di negara maju. Di Amerika Serikat misalnya, angka kejadian gagal ginjal meningkat tajam pada sepuluh tahun terakhir. Tahun 1990 terjadi 166 ribu kasus, tahun 2000 menjadi 372 ribu kasus. Angka tersebut diperkirakan terus naik. Tahun 2010 diestimasikan lebih dari 650 ribu. Selain data tersebut 6 juta sampai 20 juta individu di AS diperkirakan mengalami gagal ginjal kronis. Di Malaysia, dengan populasi 18 juta, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal setiap tahunnya. Di Negara berkembang seperti Indonesia insiden penyakit gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 40 sampai 60 kasus setiap tahunnya.
1 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia (Perneftri), diperkirakan terdapat 70.000 penderita gagal ginjal di Indonesia. Angka ini diperkirakan terus meningkat dengan angka pertumbuhan sekitar 10% setiap tahun (Suwitra, 2007). Tahun 2007 jumlah pasien gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai 2148 orang, kemudian tahun 2008 meningkat menjadi 2260 orang. Hal ini di sebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini penyakit gagal ginjal kronik. Selain itu, banyaknya obat yang dijual bebas di pasaran saat ini, mengakibatkan penderita penyakit gagal ginjal terus bertambah (Pernyataan Prof. Dr. HM Rachmat Seolaeman dr. SpPD-KGH Sub Bagian Ginjal Hipertensi Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unpad RS Hasan Sadikin Bandung pada jumpa pers dalam rangka Hari Ginjal Sedunia di Bandung Maret 2009).
Angka kejadian penyakit GGK di kota besar terkhusus Jakarta tergolong cukup tinggi. Hal ini dapat digambarkan dari statistik RSPAD Gatot Soebroto yang merupakan rumah sakit rujukan untuk TNI AD. Hasil rekam medik bulan Februari hingga April 2013 RSPAD Gatot Soebroto menunjukkan bahwa angka kejadian GGK termasuk kedalam 5 besar dalam penyakit dengan frekuensi paling sering di Sub Instalasi Rawat inap. Angka kejadian GGK dari bulan februari hingga April juga meningkat, yaitu 28 pasien pada bulan Februari dan Maret serta 38 pasien pada bulan April. Penyakit GGK banyak diderita oleh penduduk urban atau penduduk di kotakota besar. Hal ini disebabkan oleh tingginya konsumsi minuman bersoda di kota-kota besar. Berdasarkan penelitian dari Brigham and Women’s Hospital, Boston, AS yang dimuat dalam Koran Republika, peneliti menemukan bahwa partisipan yang mengonsumsi minuman bersoda lebih dari satu porsi/hari berpotensi mengalami pembentukan batu ginjal sebesar 23 persen daripada partisipan yang hanya mengonsumsi minuman bersoda seminggu sekali. Bahkan menurut The New York Times, minuman bersoda
2 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
mengandung kadar asam fosfat yang tinggi, sebuah zat yang dapat memperbesar risiko gagal ginjal. Diakibatkan tingginya angka kejadian GGK maka hal ini menjadi penting untuk diketahui pembaca untuk dapat mengetahui tanda, gejala, dan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin dihasilkan oleh GGK Terkhususnya penyakit GGK dalam masalah kesehatan masyarakat perkotaan. Keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan adalah mata ajar yang membahas penyakit-penyakit yang umunya timbul dalam masyarakat perkotaan dan bagaimana asuhan keperawatan yang dapat diberikan terhadap masalah yanga da dalam lingkup preventif dan promotif. Dalam bab selanjutnya akan dibahasa mengenai teori dan konsep masyarakat perkotaan dan landasan teori mengenai GGK.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana tingkat keefektifan restriksi cairan dalam upaya penyelesaian masalah kelebihan volume cairan tubuh pada pasien dengan CKD di Ruang Perawatan Umum Lantai 6 RSPAD Gatot Soebroto
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui keefektifan peran terapi restriksi cairan untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan tubuh pada pasien dengan CKD di Ruang Perawatan Umum Lanai 6 RSPAD Gatot Soebroto.
1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengetahui profil lahan praktik 1.3.2.2 Mengetahui tingkat kejadian CKD sebagai salah satu masalah kesehatan pada masyarakat perkotaan
3 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
1.3.2.3 Melakukan intervensi keperawatan evidence based nursing pada pasien kelolaan dengan masalah CKD dengan intervensi fokus utama restriksi cairan 1.3.2.4 Menganalisis kefektifan intervensi keperawatan restriksi cairan berdasarkan evidence based nursing pada pasien kelolaan dengan masalah CKD
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Masyarakat Memberikan informasi terkait CKD sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat perkotaan dan intervensi keperawatan yang efektif untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh pasien dengan CKD
1.4.2
Penelitian Selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai keefektifan restriksi cairan untuk menyelesaikan masalah kelebihan volume cairan tubuh pada pasien dengan CKD
1.4.3
Praktek keperawatan Memberikan informasi terkait keefetifan restriksi cairan untuk
menyelesaikan masalah kelebihan volume cairan tubuh pada pasien dengan CKD
4 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (KKMP) Keperawatan Kesehatan Masyarakat perkotaan adalah konsep keperawatan kesehatan masyarakat yang berfokus pada kesehatan masyarakat perkotaan. Halhal yang biasanya terdapat diperkotaan dan dapat menyebabkan masalah kesehatan adalah Gaya hidup seperti; Merokok, makanan tinggi lemak tersaturasi, kepadatan penduduk, distress psikologis, minuman dan makanan mengandung zat-zat kimia tinggi. Resiko Kerja yaitu; Keracunan toksik di tempat kerja, bahaya pengoperasian mesin, lokasi kerja yang banyak terpapar zat karsinogenik. Kualitas Udara yaitu; gas polutan, efek rumah kaca, penipisan lapisan ozon, dan udara yang terpapar pestisida dan herbisida. Kualitas air yaitu; kontaminasi sumber air minum oleh sampah manusia, tumpahan minyak di perairan, infiltrasi pestisida dan herbisida di sumber mata air, dan kontaminasi polutan industri. Tempat tinggal, yaitu; gelandangan, tempat tinggal yang buruk, dan kepadatan rumah. Kualitas makanan yaitu; malnutrisi, makanan yang terkontaminasi bakteri atau virus, makanan dengan bahan kimia karsinogenik. Kontrol sampah yaitu; penggunaan plastik yang tidak bisa didaur ulang, sistem pembuangan sampah yang tidak adekuat, transpor dan penyimpanan sampah berbahaya, dan pembuangan sampah industri yang ilegal
2.2 Gagal Ginjal Kronik (GGK) 2.2.1
Definisi Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001).
5 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. Gagal ginjal kronik biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap . Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun.
2.2.2
Etiologi
2.2.2.1 Glomerulonefritis Glomerulonefritis adalah peradangan ginjal bilateral, biasanya timbul pasca infeksi streptococcus. Manifestasinya adalah proteinuria dan atau hematuria. Terdapat dua jenis glomerulonefritis yaitu akut dan kronik. Pada glomerulonefritis akut, gangguan fisiologis utamanya dapat mengakibatkan ekskresi air, Na dan zat-zat nitrogen berkurang, sehingga timbul edema dan azotemia. Peningkatan aldosteron menyebabkan retensi air dan Na. Penyebab kerusakan ginjal diduga adanya kompleks antigen (unsur membran plasma streptokokal spesifik)-antibodi dalam darah dan bersirkulasi ke dalam glomerulus, kemudian
terperangkap
dalam
membran
basalis.
Selanjutnya
komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan peradangan yang menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endotel dan membran basalis glomerulus (GBM), sehingga terjadi proliferasi sel endotel. Semakin meningkatnya kebocoran (kerusakan) kapiler glomerulus, menyebabkan protein dan sel darah merah keluar bersama urin.
Pada glomerulonefritis kronik, biasanya timbul tanpa diketahui asal usulnya. Ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif lambat, akan tampak ginjal mengkerut, berat lebih kurang 50 gram dengan permukaan bergranula. Ini disebabkan jumlah nefron
6 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
berkurang karena iskemia, karena tubulus mengalami atropi, fibrosis interstisialis
dan
penebalan
dinding
arteri.
Menurut
stadium
penyakitnya, gejala yang mungkin timbul antara lain poliuria atau oliguria, protenuria, hipertensi, azotemia progresif, dan kematian akibat uremia.
2.2.2.2 Penyakit Ginjal Herediter & Kongenital 2.2.2.2.1 Penyakit Ginjal Polikistik Ditandai dengan kista-kista multiple yang berisi cairan jernih atau hemoragik, bilateral yang mengadakan ekspansi dan lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan. Kista tersebut mudah terjadi komplikasi seperti infeksi berulang, hematuria, poliuria, dan mudah membesar.
2.2.2.2.2 Asidosis tubulus ginjal Gangguan ekskresi H+ dari tubulus ginjal/kehilangan HCO3- dalam kemih walaupun GFR yang memadai tetap dipertahankan. Akibatnya timbul asidosis metabolik (pH urin diatas 5,3 dan pH tubuh dibawah 5,3). Konsentrasi osmotik urin dan konservasi K+ terganggu, sehingga menimbulkan hipokalemia dan poliuri. Asidosis kronis menyebabkan mobilisasi garam Ca++ dari tulang dan hiperkalsiuria. Sehingga dapat menyebabkan osteomalasia (dewasa) atau penyakit rakitis dan hambatan pertumbuhan (anak-anak). Garam-garam Ca++ dapat mengalami
pengendapan
secara
difus
pada
parenkim
ginjal
(nefrokalsinosis) atau dalam sistem pengumpul, yang menyebabkan timbulnya batu. Pengendapan CaHPO4 pada ginjal ditunjukkan oleh rendahnya kadar sitrat urine (yang secara normal menghambat kristalisasi) dan peningkatan pH urine. Akhirnya gagal ginjal dapat terjadi.
7 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
2.2.2.2.3
Hipertensi Esensial Merupakan penyakit primer dan menyebabkan kerusakan pada ginjal. Sebaliknya GGK dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme retensi Na dan H2O, pengaruh vasopressor dari sistem renin angiotensin dan defisiensi prostaglandin, keadaan ini merupakan salah satu penyebab utama GGK, terutama pada populasi bukan orang kulit putih. Dampak hipertensi lama pada organ
ginjal
adalah
terjadi
arteriosklerosis
ginjal
yang
menyebabkan nefrosklerosis benigna. Gangguan ini merupakan akibat langsung iskemia karena penyempitan lumen pembuluh darah intrarenal. Ginjal dapat mengecil, biasanya simetris, dan mempunyai permukaan yang berlubang-lubang dan bergranula. Penyumbatan arteria dan arteriol (aferen adalah yang paling sering terjadi) akan menyebabkan kerusakan glomerulus, sehingga seluruh nefron rusak. Pelepasan renin juga semakin meningkatkan tekanan darah tersebut sehingga perubahan lokal akan semakin meluas desertai pembentukan trombus, perdarahan glomerulus, infark seluruh nefron, dan kematian yang cepat dari semua sel ginjal.
2.2.2.2.4 Uropati Obstruktif Obstruksi aliran urine yang terletak di sebelah proksimal vesika urinaria dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini saja sudah cukup untuk mengakibatkan atrofi hebat pada parenkim ginjal (hidronefrosis). Di samping itu, obstruksi yang terjadi di bawah vesika urinaria sering disertai refluk vesikoureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi ginjal adalah jaringan parut ginjal atau uretra, batu, neoplasma, BPH, kelainan kongenital pada leher vesika urinaria dan uretra serta penyempitan uretra.
8 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
2.2.2.2.5
Infeksi Saluran Kemih Dan Ginjal (Pielonefritis) ISK
dinyatakan
bila
terdapat
bakeriuria
yang
bermakna
5
(mikroorganisme patogen 10 /ml pada urine pancaran tengah yang dikumpulkan dengan benar). ISK bagian atas adalah pielonefritis akut dan ISK bagian bawah adalah uretritis, sistitis, dan prostatitis. Sistitis akut dan pielonefritis akut jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif. Pielonefritis kronik adalah cidera ginjal progresif yang menunjukkan kelainan parenkimal pada pemeriksaan IVP, disebabkan oleh infeksi berulang/infeksi menetap pada ginjal. Diperkirakan
bahwa
kerusakan
ginjal
pada
pielonefritis
kronik/nefropati refluks, diakibatkan oleh refluks dari kandung kemih yang terinfeksi kedalam ureter kemudian masuk kedalam parenkim ginjal. Menurut teori hemodinamik intrarenal atau hipotesa hiperfiltrasi, infeksi awal penyebab kerusakan nefron mengakibatkan
kompensasi
peningkatan
tekanan
kapiler
glomerulus dan hiperperfusi pada sisa nefron yang masih relatif normal.
Hipertensi
intraglomerulus
ini
yang menyebabkan
menimbulkan cedera pada glomerulus dan akhirnya menyebabkan sklerosis. Pada pielonefritis kronik, karena menyerang interstisial medula maka kemampuan ginjal untuk memekatkan urin sudah mengalami kemunduran pada awal perjalanan penyakit sebelum terjadi kemunduran GFR yang bermakna. Akibatnya, poliuri, nokturia, dan urin berberat jenis rendah merupakan gejala dini yang menonjol. Akibatnya akan kehilangan banyak garam melalui urin. Pielonefritis kronik lanjut sering memperlihatkan gejala azotemia, meskipun perkembangan sampai menjadi gagal ginjal biasanya bersifat progresif lambat. Organisme penyebab infeksi antara lain: E.
Coli,
golongan
pseudomonas
serta
proteus, oranisme
klebsiella, gram
enterobacter,
positif
dan
staphylococcuc
saprophyticus
9 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
2.2.2.2.6 Nefropati Diabetik Glomerulosklerosis diabetik difusi adalah lesi yang paling sering terjadi, terdiri dari penebalan difus matriks mesangial dengan bahan eosinofilik disertai penebalan membran basalis kapiler. Kelainan non glomeroulus pada nefropati diabetik adalah nefritis tubulointertitial kronik, nekrosis papilaris, hialinosis arteri aferen dan eferen, serta iskemia.
2.2.2.2.7 Nefropati Toksik Ginjal rentan terhadap efek toksik, obat-obatan, dan bahan-bahan kimia karena ginjal menerima 25% dari curah jantung sehingga sering dan mudah kontak dengan zat kimia dalam jumlah besar. Selain itu, interstisium
yang
hiperosmotik
memungkinkan
zat
kimia
dikonsentrasikan pada daerah yang relatif hipovaskular dan ginjal merupakan jalur ekskresi obligatorik untuk sebagian besar obat, sehingga insufisien ginjal mengakibatkan penimbunan obat dan meningkatkan
konsentrasi
dalam
cairan
tubulus
sehingga
meningkatkan kerja ginjal yang dapat berujung pada kerusakan ginjal.
2.2.3
Patofisiologi Ketika terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh mengalami hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala
10 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% – 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu ( Barbara C Long, 1996). Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001).
2.2.4
Manifestasi Klinis Manifestasi klinik dari GGK menurut Long (1996) antara lain gejala dini berupa lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi dan gejala yang lebih lanjut seperti anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik
menurut Brunner dan Suddarth antara lain adalah
hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistem RAA), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sistem kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema, edema periorbital, pembesaran vena leher, friction sub pericardial. Sistem Pulmoner: krekel, nafas dangkal, kusmaull, sputum kental dan liat. Sistem gastrointestinal: anoreksia, mual dan muntah, perdarahan saluran GI, ulserasi dan pardarahan mulut, nafas berbau amonia. Sistem muskuloskeletal: kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang. Sistem Integumen: warna kulit abu-abu mengkilat,
11 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
pruritis, kulit kering bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar. Sistem Reproduksi: amenore, atrofi testis
2.2.5
Pemeriksaan Penunjang 1. Urine Produksi volume urnie biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau anuri dengan warna abnormal yaitu urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat/urat. Sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin, forfirin. Berat Jenis urin sebesar < 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat). Osmolalitas urin < 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, dan rasio urine/serum sering 1:1. Kliren kreatinin mungkin agak menurun. Kadar Natrium lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium dan terjadi proteinuria secara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus. Selain itu hal yang bisa dijadikan data dari pemeriksaan urin adalah PH, Glukosa, Keton, SDP dan SDM
2. Darah -
BUN: Urea adalah produksi akhir dari metabolisme protein. Peningkatan Bun dapat merupakan indikasi dehidrasi, kegagalan pre renal, atau gagal ginjal.
-
Kreatinin: Produksi katabolisme otot dari pemecahan kreatinin otot dan kreatinin posfat. Bila > 50% nefron rusak maka kadar kreatinin meningkat. Kreatinin merupakan indicator penyakit ginjal yang lebih spesifik dari BUN dalam mengevaluasi fungsi glomerulus
Data pemriksaan
Darah lainnya yang dapat dijadikan data
penunjang adalah elektrolit yaitu: Natrium, Kalium, Calsium, Phospat, Hematologi yaitu : Hb, trombosit, Ht, leukosit, protein/antibody yaitu: Protein loss : hipoalbuminemia (nefrotik)
12 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
dan Imonoglobulin, Glomeruloneefritis, analisa gas darah untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa. - Pielogram retrograd: menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter. - Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, massa. - Sistouretrogram ginjal: menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks ke dalam ureter, retensi. - Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas. - Biopsi ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis. - Endoskopi ginjal, nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria, dan pengangkatan tumor selektif. - EKG:
mungkin
abnormal
menunjukkan
ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa. - Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal, dan tangan: dapat menunjukkan demineralisasi, kalsifikasi.
2.2.6
Penatalaksanaan Medis 1. Dialisis (cuci darah) 2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih) 3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat 4. Transfusi darah 5. Transplantasi ginjal
13 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CKD
3.1. Pengkajian Keperawatan Nama
: Tn. B
Usia
: 46 Tahun
Tanggal Lahir : 7 Agustus 1967 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama
: Islam
Tanggal Masuk: 21 Mei 2013 dari IGD Riwayat Penyakit Sekarang: Klien datang ke IGD pada tanggal 21 Mei 2013 dengan keluhan sesak memberat sejak 1 hari SMRS. Sesak sudah lama dirasakan sejak klien didiagnosa sakit ginjal. Perut membesar (+), kaki begkak (+), batuk (+), klien juga mengatakan bahwa dirinya tidak bisa tidur. Ketika klien masuk di ruang rawat pada tanggal 22 Mei 2013, didapatkan pengkajian; klien mengeluh sesak memberat karena perut yang semakin membesar. Sesak dirasakan berkurang jika dalam posisi duduk, dan mika/miki ketika berbaring. Mual (+), muntah (+), nafsu makan menurun (+). HD rutin setiap Rabu dan Sabtu. Minum air sebanyak kira-kira 3 botol aqua (1800ml) perhari. BAK 3x/hari (sekitar 350ml) dan BAB normal. Riwayat Penyakit terdahulu: DM sejak tahun 1999 dengan gula darah terkontrol dan hipertensi. AKTIVITAS/ ISTIRAHAT Gejala (subjektif)
- Pekerjaan : Ketika masih sehat, klien bekerja sebagai TNIAD, namun saat ini klien dibebas tugaskan karena sakit
14 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
- Keterbatasan karena kondisi : Gampang lelah ketika melakukan aktifitas sehari-hari - Tidur : Aktifitas tidur dalam posisi setengah duduk dikarenakan sesak napas ketika berbaring. Durasi tidur dari jam 10 malam hingga 5 pagi, namun tidur sering terbangun. Aktifitas tidur siang tidak ada. - Kebiasaan : Sehari-hari ketika di rumah sakit, klien hanya duduk dan mengobrol dengan teman sekamar dan juga isteri.
-
Kekuatan otot : 5555 5555
Tanda (objektif)
5555 5555 -
Rentang gerak: Sempurna di empat ekstermitas
-
Deformitas : Tidak ada
-
Tremor : Tidak ada
SIRKULASI Gejala (subjektif)
- Edema: klien mengatakan bahwa kaki terasa bengkak serta perut tarasa begah - Keluhan pusing dirasakan klien ketika melakukan aktifitas
Tanda (objektif) - TD 130/80 mmHg; N : 80 x/menit - nadi karotis : kuat. - Jantung : bunyi S1/S2 +/+ S3 (-), irama: sinus rhythm - CRT: >2 detik - Konjungtiva: anemis (+) - Sklera: ikterik (+) - Distensi JVP: Tidak ada - Varises: Tidak ada - Membran mukosa: bibir agak kering
15 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
INTEGRITAS/ EGO Gejala (subjektif)
- Masalah finansial : Biaya rumah sakit ditanggung oleh askes. - Status hubungan : sudah menikah. - Agama : Katolik - Klien mengatakan bahwa dirinya telah menerima penyakitnya namun terkadang klien merasa bosan dengan terapi yang dirasa tidak ada manfaatnya.
Tanda (objektif)
- Status emosional : tenang, klien tampak menerima keadaannya, saat ini klien tampak lebih banyak memberi nasihat dan berbagi tentang pengalaman tentang penyakit yang dialaminya
ELIMINASI Gejala (subjektif)
Pola BAB : klien tidak mengalami perubahan BAB . Penggunaan laksatif : tidak ada. Karakter feses : lunak, berwarna coklat, berbau tidak menyengat. Riwayat perdarahan : Tidak ada. Konstipasi : tidak ada. Diare : Tidak ada Pola BAK : Klien merasa jarang BAK sejak sakit, namun setelah diberi lasix, klien BAK sebanyak kirakira dua atau tiga kali/hari. warna : kuning pekat.
Tanda (objektif)
Abdomen : Tampak membesar . Bising usus : 6x/menit shifting dullnes (+)
16 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
MAKANAN/ CAIRAN Gejala (subjektif)
Pola Diet : diet ginjal 1900Kkal dan 1,5 gr/bb. Jumlah makan (per hari) : klien makan makanan yang disediakan oleh rumah sakit. Selera makan : Normal. mual/ muntah : Tidak ada. Nyeri ulu hati : tidak ada. Alergi/intoleransi makanan : Tidak ada. Minum tanpa batasan
Tanda (objektif)
TB sekarang : 59kg, TB: 162cm .Turgor kulit : kenyal (bagus). Edema : pitting edema ektremitas kanan dan kiri bawah derajat 1 asites : (+), shifting dullness (+). Membrane mukosa : agak kering. Kulit tampak kering dan terdapat pruritus.
HIGIENE Gejala (subjektif)
Aktivitas sehari-hari : Mandiri. Waktu mandi yang disukai: sore hari.
Tanda (objektif)
Penampilan umum : bersih dan rapi. kondisi kulit kepala : bersih. adanya kutu : tidak ada
NEURO SENSORI Gejala (subjektif)
Sakit kepala : klien mengatakan terkadang mengalami sakit kepal jika beraktifitas terlalu lama. Riwayat Stroke : tidak ada. Pandangan: Normal: Pendengaran : tidak ada masalah pendengaran.
Tanda (objektif)
Status mental : GCS E5M4V6. Kesadaran : CM. kaca mata : tidak ada. kontak lensa : tidak ada. Alat bantu dengar : tidak ada. ukuran/ reaksi pupil : isokor : +/+.
17 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
genggaman tangan : +/+. paralisis :Tidak ada.
NYERI/TIDAK NYAMAN Gejala (subjektif)
Luka: Tidak ada, Nyeri: Tidak ada
Tanda (objektif)
Tidak tampak luka di tubuh klien. Wajah tampak rileks dan tenang.
PERNAPASAN Gejala (subjektif)
Klien mengalami sesak jika berbaring dan ketika melakukan aktifitas. Riwayat bronchitis : tidak ada. Asma : Tidak ada.
Tanda (objektif)
Penggunaan alat bantu napas : tidak ada. Pernapasan : frekwensi : 24x/menit. kedalaman : dangkal. Bunyi napas : ronchi (+/+).
KESELAMATAN Gejala (subjektif)
Alergi :Tidak ada. Fraktur : tidak ada. arthritis/ sendi : tidak ada.
Tanda (objektif) Diaforesis : tidak ada. jaringan parut : tidak ada. Kemerahan : tidak ada. laserasi : tidak ada.
SEKSUALITAS
Selama sakit klien mengatakn tidak melakukan hubungan seksual dikarenakan libido menurun.
INTERAKSI SOSIAL Gejala (subjektif)
Status perkawinan : sudah menikah.
Tanda (objektif)
komunikasi verbal/nonverbal dengan keluarga : komunikasi baik dengan keluarga. Komunikasi dengan
18 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
pasien lain tampak baik
PENYULUHAN/
Bahasa dominan : indonesia. melek huruf : +
PEMBELAJARAN Pertimbangan pemuluangan : Belum ada perencanaan pulang Tabel 3.1 Tabel Data Pengkajian Pasien Diagnosa Medis: -
CKD Stage V on HD
-
Ascites Overload
-
Sirosis Hepatis
-
HCAP
Pemeriksaan Diagnostik: - Thoraks Photo: Kardiomegali berat dengan efusi pleura kiri. Terdapat infiltrat di perihile kanan. Tampak Pneumonia - USG: Hepatosplenomegali, contracted, kidney disease, Ascites. - Hasil Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan
21/5/13
25/5/13
26/5/13
27/5/13
28/5/13
Nilai Normal
Haemoglobin 10,7
8,2
10,6
-
9,4
13-18
Hematokrit
35
25
33
-
28
40-52%
Eritrosit
4 Juta
3 Juta
4 juta
-
3,4
4,3-6 Juta/uL
Trombosit
113.000 -
101.000
-
-
150.rb400rb/ul
Limfosit
17
-
-
-
-
20-40%
Monosit
8
-
-
-
-
2-8%
-
-
5,9
-
8,5 g/dl
Protein Total 8,6
19 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Globulin
5
-
-
-
-
2,5-3,5 g/dl
Ureum
126
133
73
164
131
20-50 mg/dl
Kreatinin
7,9
7,1
6,6
7,8
6
0,5-1,5 mg/dl
Asam Urat
10,3
-
-
8,6
-
3,5-7,4 mg/dl
7,2
Kalsium
-
-
-
-
8,6-10,3 mg/dl
Kalium
5,1
-
-
-
-
3,5-5 mg/dl
PH
7,369
7,399
7,45
3,99
-
7,37-7,45
PCO2
21,5
22,5
30,5
19,9
-
33-44
PO2
143,7
93,5
75,7
103
-
71-104
HCO3
12,5
14
21,4
12,4
-
22-29
BE
-10,4
8,7
-1,4
-10,7
-
-2-3
Sat O2
99%
97%
95,4%
97,3%
-
94-98%
HCV
Reaktif
-
-
-
-
Non reaktif
Albumin
3,3
-
-
3,1
-
3,5-5 g/dl
Tabel 3.2 Data Hasil Laboratorium Terapi Medikasi Nama Obat
Dosis
Lasix Bicnat
3 x 500mg
B12
3 x 500 mg
CaCO3
3 x mg
As Folat
1 x 15 mg
Flumicyl
3x1
Ceftazidime
2 x 500mg
Cefotaxime
2 x 500mg
Inhalasi ventolyn Tabael 3.3 Terapi Medikasi
20 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
3.2 Diagnosis Keperawatan Analisis Data Data
Masalah Keperawatan
DS: -
Klien
mengatakan
kaki
terasa
bengkak -
Perut terasa begah
-
BAK 350cc/hari
-
Input cairan: 1800cc Kelebihan Volume Cairan Tubuh
DO: -
Udeme tungkai (+/+)
-
Ascites (+)
-
Shifting dullness (+)
-
Perut tampak membesar
DS: -
Klien mengatakan sesak masih ada
-
Sesak
terasa
membaik
jika
dalam posisi duduk -
Sesak dirasakan lebih berat jika
Ketidakefektifan Pola Napas bd Peningkatan tekanan intraabdominal
beraktivitas DO: -
RR: 24x/menit
-
Napas klien tampak terengahengah
-
Klien dalam posisi duduk
21 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
DS: DO: - PH: 7,369
Gangguan asam basa tubuh
- PCO2: 21,5
(Asidosis metabolik terkompensasi
- HCO3: 12,5
sebagian)
- PO2: 143,7 - BE: -10,4 - RR: 24x/menit - Napas klien tampak cepat dan dangkal DS:Klien mengatakan mudah lelah ketika beraktifitas dan merasa sesak
Intoleransi Akifitas
DO: klien tampak cenderung duduk di tempat tidur Tabel 3.4 Analisis Data 3.3 Rencana Intervensi Keperawatan Terlampir
3.4 Catatan Perkembangan Pasien Tindakan keperawatan yang dlakukan oleh mahasiswa kepada Tn. B adalah tindakan restriksi cairan berdasarkan perhitungan balans cairan tubuh untuk menyelesaikan masalah kelebihan volume cairan tubuh klien.
Catatan
perkembangan yang dituliskan dibawah ini adalah catatan perkembangan terkait tindakan keperawatan fokus yang dilakukan oleh mahasiswa. Tanggal 22/5/13
Diagnosa
Intervensi
Kelebihan
- Mengkaji derajat
volume cairan
udeme dan ascites
Evaluasi S: Klien mengatakan bahwa; - Perut terasa begah dan
22 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
tubuh bd
klien
penurunan
- Menimbang berat
fungsi ginjal
badan - Melakukan
tampak membesar - Kedua kaki terasa bengkak - Tidak membatasi diri
perhitungan input dan output cairan perhari
untuk minum - Urin output sedikit
- Melakukan kontrak untuk melakukan
sekitar 300 cc/hari O:
tampung urin 24 jam
- BB: 59 kg
dan perhitungan
- Pitting udeme: Gr I
minum secara akurat
- Ascites: (+)
- Memotivasi klien
- Shifting dullness: (+)
untuk tetap
- TD: 130/90
melakukan restriksi
- Balans Cairan: +800
cairan
- Kreatinin: 7,9 mg/dl
- Menganjurkan klien
- Albumin: 3,3
makan es batu untuk
- Ureum: 126mg/dl
mengurangi dahaga A: Terdapat masalah kelebihan Volume cairan tubuh
P: -
Pantau TTV
-
Restriksi cairan (600cc/hari)
-
Timbang berat badan setiap hari
-
Hitung balans cairan setiap hari
25/5/13
Peningkatan
- Melakukan
Volume
perhitungan balans
S: Klien mengatakan bahwa; - Perut masih terasa
23 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Cairan Tubuh
ciran
begah namun agak
bd penurunan
- Menimbang berat
merasa berkurang
fungsi ginjal
badan
sedikit
- Memotivasi klien
- Kedua kaki masih bengkak
untuk tetap melakukan
- Minum sebanyak
pembatasan asupan cairan
1000cc/hari - Klien mengatakan
- Menganjurkan klien
memakan dan
untuk tetap
menghabiskan makanan
mempertahankan
O:
asupan diet ginjal;
- BB: 57,5 kg
kalori: 1900Kkal,
- Urin output: 200cc/hari
protein sebesar
- Pitting udeme: Gr I
1,5g/bb
- Ascites: (+) - Shifting dullness: (+) - TD: 140/80 - Balans Cairan: +245cc - Kreatinin: 7,1 mg/dl - Ureum: 133mg/dl A: Masalah kelebihan volume cairan tubuh teratasi sebagian P: -
Pantau TTV
-
Restriksi cairan (600cc/hari)
-
Timbang berat badan setiap hari
-
Hitung balans cairan setiap hari
24 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
28/5/13
Kelebihan
- Melakukan
volume cairan
perhitungan balans
tubuh bd
ciran
penurunan
- Menimbang berat
fungsi ginjal
badan - Memotivasi klien
S: Klien mengatakan bahwa; - Perut terasa masih begah - Kedua kaki terasa bengkak - Minum sebanyak 600cc
untuk tetap melakukan pembatasan asupan
sesuai anjuran perawat - Sesak sedikit berkurang O:
cairan
- BB: 57 kg
- Menganjurkan klien
- Pitting udeme: Gr I
untuk tetap
- Ascites: (+)
mempertahankan
- Shifting dullness: (+)
asupan diet ginjal;
- TD: 130/100
kalori: 1900Kkal,
- Balans Cairan: -230
protein sebesar
- Kreatinin: 6 mg/dl
1,5g/bb
- Ureum: 131mg/dl
A: Masalah kelebihan Volume cairan tubuh teratasi sebagian
P: -
Restriksi cairan (600cc/hari)
-
Timbang berat badan setiap hari
-
Hitung balans cairan setiap hari
Tabel 3.5 CatatanPerkembangan Pasien
25 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
BAB 4 ANALISIS KASUS 4.1 Profil Lahan Praktik Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto adalah rumah sakit tentara pusat yang khusus didirikan untuk merawat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi khusus untuk TNI AD. RSPAD Gatot Soebroto berlokasi di Jalan Abdul Rahman Saleh nomor 24 Jakarta Pusat.Hal yang menjadi visi RSPAD Gatot Soebroto adalah untuk
menjadi
rumah
sakit
kebanggaan
prajurit
dengan
misi
utama
menyelenggarakan fungsi perumahsakitan tingkat pusat dan rujukan tertinggi bagi rumah sakit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD). Misi lainnya yang dimiliki oleh RSPAD Gatot Soebroto adalah menyelenggarakan dukungan dan pelayanan kesehatan yang profesional dan bermutu serta menyeluruh bagi prajurit/PNS TNI AD dan keluarganya dalam rangka meningkatkan kesiapan dan kesejahteraan dan menjadi sub sistem kesehatan nasional yang ikut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui program pelayanan masyarakat umum (RSPAD Gatot Soebroto, 2013).
Ruang Perawatan Umum lantai 6 (PU 6) adalah ruangan yang dipergunakan mahasiswa untuk melakukan praktik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan. Hal yang menjadi karakteristik ruangan ini adalah ruang perawatan umum kelas 3 yang terdiri dari 11 kamar. Kamar 601 adalah ruang perawatan masalah kesehatan onkologi, 602 ruang perawatan masalah kesehatan ginjal hipertensi, 603 ruang perawatan masalah kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT), 604 ruang perawatan masalah kesehatan endokrin, 605 ruang perawatan masalah kesehatan neurologi, 606 ruang masalah kesehatan hepatik, 607 ruang masalah kesehatan imunokompresi, 608 ruang masalah kesehatan integumen, 609 ruang masalah kesehatan digestif, 610 ruang masalah
26 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
kesehatan penyakit tropis, dan 611 ruang pengawasan khusus. Ruang perawatan lantai 6 merupakan unggulan dalam melakukan perawatan pasien-pasien dengan penyakit diabetes melitus.
4.2 Analisis Masalah Keperawatan Praktik Keperawatan masalah perkotaan mengacu kepada pemberian asuhan keperawatan pada masyarakat perkotaan. Sebagaiana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masalah kesehatan yang biasa terjadi di perkotaan salah satunya adalah dipengaruhi oleh gaya hidup. Gaya hidup di perkotaan cenderung serba praktis dan cepat. Masyarakat perkotaan juga umumnya banyak mengkonsumsi makanan ataupun bahan kimia yang bebas dijual dimana saja dan mudah unutk dijangkau. Minuman berkarbonasi dan mengandung zat kimia umunya menjadi pilihan masyarakat perkotaan dikarenakan mengandung rasa dan biasanya disajikan dalam keadaan dingin dimana diyakini dapat menghilangkan dahaga dengan cepat dan memiliki rasa yang enak.
Minuman yang mengandung bahan-bahan kimia tinggi dapat merusak ginjal. Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Ginjal rentan terhadap efek toksik, obat-obatan, dan bahan-bahan kimia karena ginjal menerima 25% dari curah jantung sehingga sering dan mudah kontak dengan zat kimia dalam jumlah besar. Selain itu, interstisium yang hiperosmotik memungkinkan zat kimia dikonsentrasikan pada daerah yang relatif hipovaskular dan ginjal merupakan jalur ekskresi obligatorik untuk sebagian besar obat, sehingga insufisien ginjal mengakibatkan penimbunan obat dan meningkatkan konsentrasi dalam cairan tubulus sehingga meningkatkan kerja ginjal yang dapat berujung pada kerusakan ginjal.
Data hasil wawancara klien, menyebutkan bahwa klien suka minum-minuman bersoda dan hasil data lab ureum dan kretainin menunjukkan angka 126mg/dl dan 7,9 mg/dl
secara berturut-turut. Angka ureum dan kreatinin tersebut dapat
menunjukkan tingkat keparahan ataupun kerusakan glomeruslus ginjal Tn. B.
27 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Selain faktor gaya hidup langsung, riwayat penyakit diabetes melitus yang diderita Tn. B mempengaruhi perjalanan peyakit CKD yang diderita oleh Tn.B. Pasien dengan diabetes melitus cenderung mengalami gangguan dalam perfusi jaringan yang pada akhirnya akan mengacu kepada nefropati diabetikum. Nefropati diabetikum adalah penurunan aliran darah ke nefron-neron ginjal yang pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan pada nefron ginjal.
Setelah dilakukan perhitungan GFR, didapati hasil bahwa Tn.B saat ini berada di stage 5 dengan penanganan medis yang mungkin diberikan adalah hemodialisis atau transplantasi ginjal. Penanganan tambahan yang bisa memperbaiki kondisi Tn. B adalah restriksi cairan dan diet tinggi protein dan kalori.
4.3 Analisis Intervensi Intervensi utama yang menjadi fokus mahasiswa dalam penyelesaian maslaah gangguan volume cairan pada Tn. B dengan CKD adalah restriksi cairan. Restriksi cairan diikuti juga dengan intervensi perhitungan balans cairan setiap hari per 24 jam dan perhitungan berat badan setiap hari. Perhitungan balans cairan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan intervensi restriksi cairan yang telah dilakukan kepada Tn.B.
Pemasukan cairan maksimal perharinya yang dapat dikonsumsi oleh Tn.B adalah sebanyak 600cc/hari. Tn.B mengatakan bahwa jumlah tersebut sangat sedikit sehingga tidak mungkin dapat dilakukan. Mahasiswa menganjurkan untuk menghilangkan dahag dengan cara menghisap es batu jika diperlukan. Namun pada kenyataannya, klien tidak melakukan dan hanya meminum sesuai dengan anjuran mahasiswa.
Alternatif kepatuhan restriksi cairan disiasati mahasiswa dengan menerapkan bahwa klien hanya boleh minum dari botol air mineral yang disediakan oleh mahasiswa dan tidak boleh bercampur dengan yang lainnya. Namun terkadi kendala dalam melakukan intervensi ini yaitu klien terkadang merasa kondisi lingkungan yang panas membuat dirinya mudah merasa haus karena kepanasan.
28 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Intervensi pertama dilakukan pada tanggal 22 Mei 2013. Mahasiswa melakukan perhitungan balans cairan secara kasar yaitu dengan memperkirakan masukan dan pengeluaran berdasarkan data subjektif klien. Dari pengkajian didapati bahwa masukan cairan klien sebesar 1800cc/hari dan pengeluaran dari urin sebesar 350cc/hari. Pengeluaran urin kemudian ditambah dengan IWL klien yang didapat dari perhitungan 10cc per kologram berat badan klien. Berat badan klien pada saat itu adalah 59kg sehingga didapati IWL sebesar 590cc. Total pengeluaran cairan tubuh Tn.B pada tanggal ini adalah 940cc. Mahasiswa kemudian menghitung balans cairan tubuh Tn.B yaitu sebesar +860cc. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 860cc cairan yang tidak dapat dikeluarkan oleh tubuh pasien yang menyebabkan peningkatan keseriusan masalah kelebihan volume cairan tubuh klien.
Mahasiwa kemudian menganjurkan klien untuk melakukan restriksi cairan yaitu sebesar 600cc/hari. Pada hari pertama restriksi cairan, klien minum air putih lebih dari yang seharusnya sehingga intervensi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pada hari ke-dua balans cairan Tn. B adalah +225cc dengan berat badan sebesar 57,5kg dari hasil perhitungan hari kedua tersebut, didapati penurunan berat badan. Maka dapat dikatakan bahwa meskipun klien tidak sepenuhnya mematuhi aturan restriksi cairan sebesar 600cc/hari, namun masalah teratasi sebagian yang ditunjukkan oleh adanya penurunan berat badan. Penurunan berat badan yang signifikan setiap harinya dapat mengindikasikan penurunan cairan di interstisial.
Perhitungan balans cairan tetap dilakukan mahasiswa dan pada hari terakhir intervensi mahasiswa melakukan intervensi restriksi cairan, didapati bahwa pemasukan cairan sesuai dengan program restriksi caran yaitu sebesar 600cc/hari dan urin output ditambah dengan IWL klien yaitu sebesar 730cc dari perhitungan balans cairan didapati balans cairan klien adalah -230. Mahasiswa juga melakukan pengukuran berat badan. Berat badan Klien pada hari tersebut adalah 57kg dapat dilihat bahwa terjadi penurunan berat badan pada klien dan dari data subjektif didapati bahwa sesak klien berkuran. Mahasiswa melakukan pengkajian pitting
29 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
edema dan didapati hasil pitting udema positif, namun dari hasil balans cairan, menunjukkan bahwa intervensi restriksi cairan berhasil dilakukan dan terbukti efektif untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan tubuh pada pasien dengan CKD.
4.4 Alternatif Penyelesaian Kasus
Kendala yang ditemui oleh mahasiswa dalam melakukan intervensi restriksi cairan seperti yang telah disebutkan diatas adalah kondisi rumah sakit yang cenderung panas membuat klien merasa kepanasan yang akhirnya berujung pada keinginan untuk minum lebih dari program restriksi cairan yang telah disepakati. Ruangan klien memiliki dua kipas angin yang berada di tengah ruangan namun, aliran udar tidak mengena keseluruh ruangan. Terdapat jendela di ujung ruangan dan pintu, namun aliran udara juga tidak sepenuhnya bisa masuk. Pada malam hari AC akan dinyalakan dan dimatikan pada pagi dini hari.
Alternatif penyelesaian masalah yang ditawarkan oleh mahasiswa untuk masalah ini adalah penyedian fasilitas kipas angin satu kipas angin untuk satu pasien pada pasien CKD untuk mengatasi masalah kondisi cuaca yang panas tersebut. Mahasiswa menyadari pengadaan fasilitas tentunya tidak mudah dalam proses pengurusan administrasi dan proposal, untuk itu mahasiswa menganjurkan untuk kepada rumah sakit untuk mengatur posisi pasien CKD yang membutuhkan restriksi caran untuk diberikan lokasi tempat tidur yang berdekatan dengan jendela sehingga akses aliran udara dapt dengan mudah masuk dan klien tidak meraakan kegerahan dan diharapkan kebutuhan pemasukan cairan dapat berkurang.
Alternatif penyelesaian masalah yanv lain yaitu mahasiswa menganjurkan kepada pihak rumah sakit untuk memberlakukan peraturan khusus kepada kamar pasien dengen CKD yaitu menghidupkan AC sepanjang hari. Pengeluaran cairan tubuh melalui IWL dan SWL akan berkurang jika pasien berada dalam ruangan dengan AC. Klien yang berada dalam ruangan yang menggunakan AC juga pastinya tidak akan merasa kegerahan dan keinginan untuk minum cairan akan berkurang. Hal
30 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
ini dirasa mahasiswa akan sangat membantu program intervensi restriksi cairan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan tubuh pada pasien dengan CKD.
31 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Chronic kidney failure (CKD) adalah salah satu penyakit dimana angka kejadian yang termasuk dalam lima besar penyakit yang paling sering terjadi di ruang perawatan umum RSPAD Gatot Soebroto 2. CKD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat perkotaan dikarenakan gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung suka minum-minuman berkarbonasi dan juga mengandung zat-zat kimia yang bersifat toksik pada ginjal. 3. Masalah utama yang biasanya dialami oleh pasien-pasien yang menderita CKD adalah ketidakefektifan pola napas yang diakibatkan oleh kelebihan volume cairan tubuh dan juga usaha kompensasi untuk mencapai keseimbangan asam dan basa tubuh. 4. Perhitungan BB setiap hari perlu dilakukan pada pasien dengan CKD dengan tujuan untuk mengetahui kefektifan terapi yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan tubuh pasien. Peningkatan BB secara tajam per harinya menunjukkan bhwa terjadi peningkatan cairan tubuh di dalam ruang interstisia tubuh klien. 5. Restriksi cairan perlu dilakukan pada pasien yang menderita CKD untuk menyelesaikan masalah kelebihan volume cairan tubuh dan juga masalah ketidakefektifan pola napas. Restriksi cairan diharaokan tidak akan menambah volume cairan tubuh secara tajam dan akan meminimalkan akibat akan kelebihan cairan.
32 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
5.2 Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Hasil Tulisan diharapkan dapat menjadi bahan bacaan untuk masyarakat perkotaan untuk meningkatkan kesadaran akan tingginya angka kejadian CKD di perkotaan khususnya daerah Jakarta. 2. Hasil Tulisan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pola gaya hidup yang dapat meningkatkan angka kejadian resiko CKD 3. Hasil Tulisan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pasien dalam melakukan pembatasan cairan dan menambah pengetahuan klien untuk melakukan cara yang dapat dijalani untuk menghilangkan haus, namun masih di jalur program restriksi cairan 4. Hasil Tulisan diharapkan dapat meningkatkan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan untuk melakukan monitoring input dan output cairan tubuh klien 5. Hasil Tulisan diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penulisan selanjutnya misalnya kefektifan program penyelesaian masalah kelebihan volume cairan tubuh dengan cara restriksi cairan dan kepatuhan diet tinggi protein pada klien dengan CKD.
33 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Anderson & Mc Farlen. 2007. Buku ajar keperawatan komunitas teori dan praktik. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC Brunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC http://ccn.aacnjournals.org/content/26/4/17.full.pdf+html http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-dinameitas-6381-1babipe-n.pdf http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_anemia/pdf/AnemiaInCKD .pdf ://www.who.int/bulletin/volumes/86/3/07041715/en/http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1keperawatan/0810712005/bab1. pdf
34 Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
No. 1.
Diagnosa Keperawatan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal
Tujuan & Kriteria Hasil Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7x 30 menit volume cairan klien dapat mencapai keseimbangan. Kriteria Hasil: - Menunjukkan haluaran urin yang baik - BJ urin mendekati normal (1,015) - Volume urin normal - BB stabil - Tanda-tanda vital dalam batas normal: TD tidak lebih dari 150/100 mmHg RR 16-20 x/menit Nadi 60-100 x/menit - Tidak ada edema - Intake cairan=output cairan
1.
Intervensi Awasi denyut jantung,TD.
2.
Hitung balans cairan
3.
Awasi berat jenis urin.
4.
Berikan minuman yang disukai sepanjang 24 jam. Berikan bervariasi contoh panas, dingin, beku.
Membantu menghindari periode tanpa cairan, minimalkan kebosanan pilihan yang terbatas dan menurunkan rasa kekurangan dan haus.
5.
Timbang berat badan tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama.
Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status cairan terbaik. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/hari diduga ada retensi cairan.
6.
Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk edema. Evaluasi derajat edema (pada skala +1 sampai +4)
Edema terjadi terutama pada jaringan yang tergantung pada tubuh, contohnya tangan, kaki, areal lumbo sakral. BB pasien dapat meningkat sampai 4,5 kg cairan sebelum edema pitting terdeteksi. Edema periorbital dapat menunjukan tanda perpindahan cairan ini, karena jaringan rapuh ini mudah terdistensi oleh akumulasi cairan walaupun minimal.
7.
Auskultasi paru dan bunyi jantung
Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru dan gagal jantung kongestif dibuktikan oleh terjadinya bunyi napas tambahan, bunyi jantung ekstra.
8.
Kaji tingkat kesadaran : selidiki perubahan mental dan adanya gelisah.
Dapat menujukan perpindahan cairan, akumulasi toksin, asidosis, ketidakseimbangan elektrolit, atau terjadinya hipoksia.
9.
Kolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium: BUN, Kreatinin, natrium dan kreatinin urine, Natrium serum, Kalium serum, Hb/Ht.
Kreatinin adalah indikator yang menunjukkan fungsi ginjal. Hiponatremia dapat diakibatkan dari kelebihan cairan atau ketidakmampuan ginjal untuk menyimpan natrium. Hipernatremia menunjukkan defisit cairan
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Rasional Takikardia dan hipertensi terjadi karena kegagalan ginjal untuk mengeluarkan urine dan perubahan pada sistem renin-angiotensin. Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan, dan penurunan risiko kelebihan cairan.
Mengukur kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urine. Berat jenis biasanya sama/kurang dari 1,010 menunjukan kehilangan kemampuan untuk memekatkan urine.
tubuh total . Kekurangan ekskresi ginjal dan/atau retensi selektif kalium untuk mengekskresikan kelebihan ion hidrogen (memperbaiki asidosis) menimbulkan hiperkalemia.
2.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7x30 menit masalah intolerasi aktivitas klien dapat teratasi. Kriteria Hasil: 1. Berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri 2. Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan, dan kelelahan. 3. Tanda vital dalam batas normal selama aktivitas Td= 120/80 mmHg Nadi=80-100x/menit RR=16-20x/menit Suhu=36 – 37,50C
3.
Ketidakefektifan pola napas bd peningkatan tekanan intraabdomen
Tujuan: Setelah 7 x 30 menit pemberian asuhan keperawatan, pasien akan:
10. Kolaborasi untuk pembatasan cairan
Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi.
11. Kolaborasi pemberian diuretik sesuai indikasi
Melebarkan lumen tubular dari debris, menurunkan hiperkalemia, dan meningkatkan volume urine adekuat.
12. Modifikasi diet tinggi protein
Protein akan diprses menjadi albumin untuk meningkatkan tekanan onkotik di dalam vaskuler darah Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat keletihan.
1.
Kaji faktor yang menimbulkan keletihan seperti anemia, ketidak seimbangan cairan dan elektrolit, retensi produk sampah, depresi.
2.
Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan/dibutuhkan.
Mengidentifikasi kebutuhan individu dan membantu pemilihan interfensi.
3.
Tingkatkan kemandirian klien dalam melakukan aktivitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.
Meningkatkan aktivitas ringan/ sedang dan memperbaiki harga diri.
4.
Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat ditoleransi.
5.
Awasi kadar elektrolit termasuk kalsium, magnesium, dan kalium.
Ketidak seimbangan dapat mengganggu fungsi neuromuskuler yang memerlukan peningkatan penggunaan energi untuk menyelesaikan tugas
Mandiri 1. Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernafasan.
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Pernafasan dangkal cepat/dispnea mungkin ada sehubungan dengan hipoksia dan/atau akumulasi
1. 2. 3.
Mempertahankan pola pernafasan efektif dengan RR: 12-20 Bebas dispnea dan sianosis Nilai AGD dan kapasitas vital paru dalam rentang normal
2. Auskultasi bunyi nafas. Catat crackles, mengi, ronchi. 3. Selidiki perubahan tingkat kesadaran 4. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi (semi fowler). Posisi miring.
cairan dalam abdomen. Menunjukkan terjadinya komplikasi (contoh adanya bunyi tambahan menunjukkan adanya akumulasi cairan/sekresi; tak ada/menurunkan bunyi atelektasis) Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal pernafasan, yang sering disertai koma Memudahkan pernafasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran aspirasi sekret.
Kolaborasi 1. Awasi seri GDA, nadi oksimetri, ukur kapasitas vital, foto dada. 2. Berikan tambahan O2 sesuai indikasi.
4
Gangguan asam basa bd penurunan fungski Ginjal
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 7x30 menit masalah gangguan asam basa teratasi Kriteria Hasil: 1. PH: 7,37-7,45 2. PCO2: 33-44 3. RR: 12-20 4. HCO3: 22-29 5. BE: -2-3 6. Penurunan kesadaran tidak terjadi 7. Napas kusmaul hilang
Menunjukkan data perburukan atau perbaikan pernapasan Mungkin perlu untuk mengobati/mencegah hipoksia. Bila pernapasan/oksigenasi tidak adekuat, ventilasi mekanik sesuai kebutuhan.
1.
Monitor TTV
Menggambarkan perburukan kondisi asam basa tubuh
2.
Pantau Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran menunjukkan bahwa gangguan asam basa semakin buruk
3.
Monitor AGD, serum elektrolit
Kadar GAD dan elektrolit darah dapat dipergunakan untuk memantau perbaikan dan memberikan terapi pengobatan
4.
Kolaborasi koreksi biknat
Analisis praktik ..., Elda Lunera, FIK UI, 2013
Untuk perbaikan kondisi asidosis tubuh