FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN DALAM ANTENATAL CARE OLEH BIDAN PRAKTIK SWASTA DI KECAMATAN PADANG SELATAN KOTA PADANG TAHUN 2010 Ulvi Mariati, Elda Yusefni, Erwarni
ABSTRAK Kematian ibu hamil di kecamatan Padang Selatan tahun 2008 sebanyak 2 oarang dan ini merupakan kejadian teringgi di kota Padang. Kesehatan dan Kelangsungan hidup ibu dan bayinya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pelayanan kebidanan diantaranya mutu pelayanan kebidanan. Asuhan yang bermutu harus sesuai dengan kewenangan dan standar pelayanan kebidanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan standar pelayanan kebidanan dalam pelayanan antenatal care oleh bidan praktek swasta di kecamnatan Padang Selatan kota Padang tahun 2010. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan desain cross sectional. Penelitian dilaksanakan tanggal 1 Oktober s.d 10 November 2010. Jumlah sampel 30 bidan praktik swasta yang ada di kecamatan Padang Selatan kota Padang.Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner dan daftar tilik dengan teknik wawancara dan observasi.Pengolahan data dengan cara komputerisasi dan dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian BPS dengan penerapan SPK dengan baik sebanyak 73,3 %, Tingkat pendidikan bidan rendah sebanyak 40 %, masa kerja < 7 tahun 33,3 %, yang belum pernah pelatihan SPK 30 % dan sikap negatif 50 % dan yang kurang mendapatkan supervisi dari DKK dan IBI 10 %. Dari analisa bivariat ditemukan terdapat hubungan yang bermakna pendidikan (p=0,034), pelatihan (p=0,000), supervisi(p=0,014), sikap (p=0,002) dengan penerapan SPK dalam Antenatal Care, sedangkan masa kerja tidak berhubungan denga penerapan SPK.Sedangkan faktor yang paling berpengaruh terhadap penerapan SPK oleh BPS adalah faktor pelatihan (p= 0.000). Pendidikan, pelatihan, sikap dan supervisi berhubungan dengan penerapan standar pelayanan antenatal care. Faktor yang paling dominan mempengaruhi adalah pelatihan . Diharapkan bidan dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dalam pelayanan antenatal care. Kata Kunci : penerapan standar, ANC, bidan praktek swasta
Alamat Korespondensi : Ulvi Mariati, SKp, M.Kes. Elda Yusefni, M.Keb Erwarni, M.Kes Dosen Poltekkes Kemenkes Padang Poltekkes Kemenkes Padang Jurusan Kebidanan Jl. Gajah Mada - Padang
P ENDA HUL UA N Pembangunan Kesehatan secara berkesinambungan telah dimulai sejak dicanangkannya Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama pada tahun 1969 yang secara nyata telah berhasil mengembangkan berbagai sumber daya kesehatan serta melaksanakan upaya kesehatan yang berclampak pada peningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1994 dan tahun 1997 menunjukan bahwa terdapat penurunan angka kematian ibu (AKI) dari 390 menjadi 3334 per 100.000 kelahiran hidup namun Indonesia masih menjadi negara dengan angka kematian ibu tertinggi di Asia Tenggara. Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus (Salmah Dkk, 2006). Winkjosastro dalam Sarwono (2001) menyatakan bahwa kematian ibu yang terbanyak disebabkan karena perdarahan (34,3%), Toksemia Gravidarum (23,7%) dan Infeksi (10,5%). Selain itu, penyebab kematian ibu tidak langsung antara lain adalah gangguan pada kehamilan seperti Anemia, Kekurangan Energi Protein (KEP), dan Kekurangan Energi Kronis (KEK). Prevalensi anemia pada ibu hamil adalah 51% (SKRT 1995). Meski sudah menunjukkan tren penurunan dibandingkan tahuntahun sebelumnya, angka tersebut masih jauh dari memuaskan dan dilihat dari kecenderungannya, maka target millennium development goals Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup tidak akan tercapai tanpa upaya percepatan. Tahun 2006 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah sebesar 255 per 100.000 kelahiran hidup dan meningkat tahun 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup dengan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 29,1 per 1000 kelahiran hidup dan menurun menjadi 26.9 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2008). Untuk Sumatera Barat angka kematian ibu tahun 2006
sebesar 230 per 100.000 kelahiran hidup dan menurun tahun 2007 sebesar 229 per kelahiran hidup dengan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 2,7 per 1000 kelahiran hidup dan meningkat menjadi 16.5 per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Sumatera Barat, 2007). Di kota Padang pada tahun 2006 angka kematian ibu sebanyak 7 orang dari 15. 586 kelahiran hidup (45/100.000 KH) dan meningkat pada tahun 2007 sebanyak 20 orang dari 14.264 kelahiran hidup (140/100.000 KH). Penyebab utama kematian ibu di kota Padang adalah Pre-Eklamsi/Eklamsi (40%), Perclarahan (20%), dan lain-lain (40%). Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 42 orang dari 15.586 kelahiran hidup (2,7/1000 KH) pada tahun 2006 dan meningkat pada tahun 2007 menjadi 235 orang dari 14.264 kelahiran hidup (16.5/1000 KH). Penyebab terbanyak kematian bayi di kota Padang adalah Asfiksia (26,8%), BBLR (20,1%) (Laporan PWS KIA kota Padang, 2008). Berdasarkan Laporan PWS KIA kota Padang tahun 2008, pada tahun 2008 di kota Padang, angka kematian ibu sebanyak 15 orang dari 15.693 kelahiran hidup (95.6/100.000 KH) dengan angka kematian ibu hamil sebanyak 4 orang. Dari 4 orang kematian ibu hamil tersebut 2 orang dari 1.339 kelahiran hidup (149/100.000 KH) terclapat di keeamatan g Padan Selatan yaitu di puskesmas Seberang Padang dan ini merupakan angka kematian ibu hamil tertinggi di kota Padang. Berdasarkan Laporan PWS KIA kota Padang tahun 2008, angka kejadian ibu hamil anemia juga masih tinggi di kota Padang yaitu sebanyak 1515 dari 19657 Drano ibu hamil (7.71%). Angka kejadian anemia pada ibu hamil di keeamatan Padang Selatan yaitu sebesar 187 dari 1472 orang ibu hamil (12.7%) dan ini merupakan angka kejadian anemia nomor dua tertinggi di kota Padang. Kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan bayinya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor pelayanan kebidanan, antara lain asuhan kebidanan yang diberikan oleh tenaga bidan melalui pendekatan
manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan merupakan pelayanan kesehatan utama yang diberikan kepada ibu, anak, keluarga dan masyarakat. Setiap ibu hamil akan menghadapi resiko yang mengancam jiwanya. O l e h s e b a b i tu, seti app ib u h a mil memerluk an asu h an selama m as a kehamilaruiya/Asuhan Antenatal (Salamah Dkk, 2006: 1) Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang meliliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka K e m a t ia n Bayi ( AKB) . Bidan me m b e r ik a n p e la y a n a n kebid an an yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa, siap melayani siapa saja yang membutuhkanya, kapan dan di manapun dia berada. Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu Standar pelayanan sebagai acuan dalam melaksanakan segala tindakan dan asuhan yang diberikan. Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu dicapai berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001: 53). Standar Pelayanan Kebidanan merupakan acuan standar yang harus digunakan dalam memberikan pelayanan obstetri dan neonatal. Standar Pelayanan Kebidanan yang digunakan didasarkan kepada praktek terbaik dari pengalaman praktisi di seluruh dunia, hasil penelitian dan kepustakaan yang sudah disesuaikan dengan keanekaragaman tingkat perkembangan program dan situasi serta kondisi setempat. Untuk itu, tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan obstetric dan neonatal khususnya bidan harus mampu dan terampil
memberikan dan melaksanakan pelayanan yang berrnutu dan profesional sesuai standar yang ditetapkan. Hal ini penting sehubungan dengan arus globalisasi dimana bidan dituntut memberikan pelayanan sesuai dengan profesionalismenya (PP IBI, 2006: 3) Di wilayah kecamat an Padang Selatan jumlah Bidan Praktek Swasta Sebanyak 35 orang dengan tingkat pendidikan yang terdiri dari D I sebanyak 16 orang dan D III sebanyak 19 orang dan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebeluinnya baru 71,8% Bidan Praktek Swasta yang menerapkan Standar Pelayanan Kebidanan dalam pelayanan Antenatal Care. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melihat "Faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan dalam pelayanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan kota Padang tahun 2009".
METODE PENELITIAN 1
Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey yang bersifat analilik yang men ggambarkan kinerja bidan dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care (Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal, Standar 5: Palpasi abdominal dan Standar 6: Pengelolaan Anemia dalam Kehamilan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel independent dan variabel dependen diteliti dalam waktu yang bersamaan. 2
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan kepada seluruh Bidan Praktek Swasta yang berada di kecamatan Padang Selatan Kota Padang pada tanggal 01 Oktober sampai dengan 10 November 2010. 3 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh Bidan Praktek Swasta yang berada di kecamatan
Padang Selatan yang berjumlah 30 orang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu semua Bidan Praktek Swasta yang berada di kecamatan Padang adang Selatan dengan Tatar belakang pendidikan DI dan DIII, yang memberikan pelayanan Antenatal care yang berjumlah 30 orang. 4. 4.1
Analisa Data Analisis Univariat Untuk variabel sikap dianalisa dengan menggunakan Skala likert Selanjutnya variabel sikap ini diinterpretasikan menggunakan skor standar, yaitu skor T. Remus yang digunakan adalah : T = 50 + 10
x-x S
Keterangan : x : Skor responden pada Skala yang hendak dirubah menjadi skor T x : Mean skor dalam kelompok S : Standar deviasi (deviasi Standar skor kelompok) Kemudian dilanjutkan dengan analisa univariat untuk menggambarkan diribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti 4.2 Analisis Bivariat Analisa bivariat digtuiakan untuk melihat hubungan antara variabel
indepenent yaitu tingkat pendidikan, masa kerja, pelatihan, sikap clan supervise yang pernah dilakukan terhadap bidan dengan variabel dependent yaitu penerapan Standar Pelayanan Kebianan Antenatal Care (Standar 4: Pemeriksaan clan Pemantauan Antenatal, Standar 5: Palpasi abdominal clan Standar 6: Pengelolaan Anemia dalam Kehamilan) oleh BPS dengan menggunakan rumus Chi Square Untuk melihat kemaknaan penghitungan sta tistik digun akan batasan kemaknaan 0,05. Sehingga bila p < 0,05 maka hasil perhitun g an statistic dinilai , '- erinakna, yang berarti terdapat hubungan antara variabel independent dan variable dependent (Ha diterima). Jika hasil p > 0,05 maka hasil perhitungan atatistic dinilai tidak bermakna yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independent dan variable dependent ( Ha ditolak). 4.3
Analisa Multivariat Proses analisa multivariat dilakukan dengan cara menghubungkan beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen pada waktu yang bersamaan. Analis a ini digunakan untuk mengetahui faktor man a yang pa ling dominan mempengaruhi penerapan Standar Pelayanan Kebidanan oleh Bidan Praktek Swasta dengan g meng unakan uji regresi logistik ganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care
Tabel
1
Distribusi frekuensi berdasarkan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Sedang Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan Kota Padang Tahun 2010
Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care
f
Kurang Baik JUMLAH
%
8
26.7%
22 30
73.3% 100 %
Berdasarkan tabel 1 diatas, dari 30 kasus pengamatan yang dilakukan sebagian besar (73.3%) responden baik dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care dan sebagian kecil (26.7%) responden kurang dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care. Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu Standar Pelayanan Kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. (Depkes RI, 2001: 53) Standar pelayanan kebidanan mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:
Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Untuk melindungi masyarakat. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menialankan praktek sehari-hari. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan pendidikan (Depkes RI, 2001: 2).
2. Tingkat Pendidikan Bidan Praktek Swasta Tabel 2 Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat pendidikan Bidan Praktek Swasta di Kecamatan Padang Selatan kota Padang tahun 2010 Tingkat pendidikan Rendah
f 12
% 40 %
Tinggi
18
60 %
30
100 %
JUMLAH Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat gambaran bahwa dari 30 responden yang diamati, ditemukan lebih dari separoh (60%) responden tingkat pendidikannya tinggi dan hampir separoh (40%) responden yang pendidikannya masih rendah .
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kckuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat (GBIIN, 2001:70)
3. Masa Kerja Bidan Praktek Swasta T a b e l 3 Distribusi frekuensi berdasarkan masa kerja Bidan Praktek Swasta di g, Kecamatan Padang Selatan kota Padan Tahun 2010 Masa kerja < 7 tahun
f 20
% 66.7 %
≥ 7 tahun
10
3 3.3 %
JUMLAH Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat gambaran bahwa dari 30 responden yang diamati, sebagian besar (66.7%) responden yang masa kerjanya ≥ 7 tahun dan sebagian kecil (33,3%) responden yang masa kerjanya < 7 tahun Masa bekerja mempakan periode waktu yang ditempuh seseorang untuk
30
100 %
mengabdi disuatu instansi sesuai dengan keahlian dari masing-masing individu. menurut Michel dalam Ilyas (1999) pengalaman kerja turut menentukan bagaimana bidan menjalankan fungsinya sehari-hari, semakin lama bidan bekerja semakin terampil dan berpengalaman dalam menghadapi masalah.
4. Pelatihan yang pernah diikuti oleh Bidan Praktek Swasta. T a b e l 4 Distribusi frekuensi berdasarkan pelatihan yang pernah diikuti oleh Bidan Praktek Swasta di Kecamatan Padang Selatan , Kota Padang Tahun 2010. f
%
Tidak pernah
9
30.%
Pernah
21
70.%
Pelatihan
JUMLAH Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat gambaran bahwa dari 30 responden yang diamati, sebagian besar (70%) responden sudah pernah mengikuti pelatihan tentang Standar Pelayanan Kebidanan dan sebagian kecil (30%) responden belum pemah mengikuti pelatihan tentang Standar Pelayanan Kebidanan Menurut Yusuf dalam Maryati (2006) pendidikan non formal bersifat fungsional dan praktis serta pendekatanya lebih fleksibel, lebih luas dan terintegrasi. Oleh sebab itu peserta dapat belajar lebih lanjut berdasarkan ketrampilan pertama yang telah mereka peroleh, Berta mengisi segala kekurangan
30
100 %
yang menghambat usaha mereka kearah hidup yang lebih baik. Dengan kata lain pendidikan non formal merupakan komplemen untuk pendidikan formal. Menurut Edwin B. Flippo dalam Hasibuan (2008: 70) latihan adalah merupakan suatu usaha meningkatkan pengetahuan dan keahlian seseorang untuk mengerjakan pekerjaan tertentu. Menurut Andrew F. Sikula dalam Hasibuan (2008: 70) latihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan tekhnik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu.
5.Sikap Bidan Praktek Swasta T a b e l
5 Distribusi frekuensi berdasarkan sikap Bidan di keccamatan Padang Selatan kota Padang tahun 2010. Sikap
Praktek
Swasta
Negatif
f 15
% 50 %
Positif
15
50 %
30
100 %
JUMLAH Berdasarkan tabel 5 diatas dapat dilihat gambaran bahwa dari 30 responden yang diamati, separuh (50%) responden memiliki sikap yang positif terhadap penerapan Standar Pelayanan Kebidanan dan separohnya lagi (50%) responden memiliki sikap yang negatif terhadap penerapan Standar Pelayanan Kebidanan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo, 2007: 142). Menurut Bruno dalam (Syah, 2000: 120) sikap adalah kecengdrungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap sebagai suatu kecendrungan untuk bertindak dengan cara
tertentu.
Sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan, pemikiran, dan predisposisi tindakan seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Sikap juga dikatakan sebagai kecenderungan untuk bertindak, berfikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau. nilai. Sikap bukal-dah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berprilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok (Kreitner, 2005: 182-185).
6. Supervisi terhadap Bidan Praktek Swasta T a b e l 6 Distribusi frekuensi berdasarkan supervisi terhadap Bidan Praktek Swasta di Kecamatan Padang Selatan Kota Padang Tahun 2010 supervisi Kurang Baik JUMLAH
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat dilihat gambaran bahwa dari 30 responden yang diamati, sebagian besar (90 %) responden yang sudah mendapatkan supervisi dari Organisasi profesi (IBI) atau DKK dan sebagian
f
%
3
10%
27 30
90 % 100 %
kecil (10 %) responden yang kurang mendapatkan supervisi dari Organisasi profesi (IBI) atau DKK. Supervisi adalah proses yang memaeu anggota unit kerja untuk berkontribusi secara positif agar tujuan organisasi tercapai.
Kemampuan penyelia (Supervisor) untuk secara efektif memperkerjakan personel agar mencapai tujuan depertemen adalah penting bagi kesuksesan penyelia (Ilyas, 1999: 132). Untuk mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu diperlukan
adanya pembinaan dan pengawasan dari Dinas Kesehatan Kota dan organisasi profesi Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Kegiatan pembinaan dan pengawasan yang dilaksanakan dalam kegiatan supervisi bertujuan agar bidan dapat melaksanakan asuhan antenatal dengan hasil sesuai standar
7. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care Oleh Bidan Praktek Swasta. Tabel 7 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang selatan Kota Padang tahun 2010 Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan TOTAL Antenatal Care Tingkat Kurang Baik Pendidikan f % f % f % Rendah 6 50 % 6 50 % 12 100 % Tinggi
2
11.1 %
16
88.9 %
18
100 %
JUMLAH
8
26.6 %
22
73.3 %
.30
100 %
p = 0.034 Dar i t abe l 7 d apa t dilih at da r i 1 2 o ra ng r espo nden yan g tingk at pendidikannya rendah, separoh (50%) responden kurang dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care. Dare 18 responden yang pendidikannya. tinggi, hanya sebagian kecil (11.1%) responden yang kurang dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care. Setelah dilakukan uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan Kota Padang tahun 2009 dengan p < 0,05 yaitu p = 0,034. Penelitian ini menunjukkan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care dipengaruhi oleh tingkat pendidikan bidan. Tingkat kemampuan intelektual yang dimiliki bidan dicapai melalui jenjang pendidikan yang ditempuh. Hal ini sesuai dengan teori
OR 8.000 yang dikemukakan Hasibuan (2008: 69) pendidikan merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan, dengan latar belakang pendidikan pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu jabatan. Tingkat pendidikan yang dimiliki bidan berhubungan erat dengan kinerja bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan. Standar Pelayanan Kebidanan adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan. Standar Pelayanan Kebidanan berisi langkahlangkah pokok yang perlu diikuti oleh bidan dalam memberikan asuhan. Dalam kurikulum D III Kebidanan, Standar Pelayanan Kebidanan sudah merupakan materi pokok yang harus dikuasai oleh mahasiswa kebidanan.
8. Hubungan Masa kerja dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care Oleh Bidan Praktek Swasta T a b e l 8 Hubungan Masa Kerja dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan kota Padang tahun 2010 penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care
Masa kerja
TOTAL
< 7 tahun
f 2
Kurang % 20%
≥ 7 tahun
6
30 %
14
70 %
20
100 %
8
26.7 %
22
73.3 %
30
100 %
JUMLAH p = 0.682
Dari tabel 8 dapat dilihat dari 10 responden yang masa kerjanya < 7 tahun, hanya sebagian kecil (20%) responden yang kurang dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care. Dari 20 responden yang masa kerjanya ≥ 7 tahun hanya sebagian keeil (30%) responden yang kurang dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care Setelah dilakukan uji statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Masa Kerja dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan Kota Padang tahun 2009 dengan p > 0,05 yaitu p = 0, 682
Baik f 8
% 80%
f 10
% 100%
OR =.583 Penelitian ini menunjukkan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care tidak dipengaruhi oleh masa kerja bidan. Hal ini ticlak sesuai dengan teori yang dikemukakan Bahar dalam Maryati (2006), mengungkapkan bahwa hubungan masa kerja (pengalaman), berpengaruh terhadap pelaksanaan memberikan pelayanan, dimana pengalaman bidan dalam melakukan pekerjaannya merupakan faktor penting dan pengalaman yang dimilikinya dapat menunjang pekerjaannya, lebih besar kemungkinan merasa berprestasi dalam pekerjaan yang dilakukan yang cenderung berpengaruh terhadap kinerja bidan tersebut.
9. Hubungan Pelatihan yang pernah diikuti oleh bidan dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care Oleh Bidan Praktek Swasta. Tabel 9 Hubungan Pelatihan dengan Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan Padang kota Padang tahun 2010 Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care
Pelatihan
Belum pernah
f 7
Kurang % 77.8 %
f 2
Sudah pernah
1
4.8 %
JUMLAH
8
26.7 %
p = 0.00 0 Dari tabel 9 dapat dilihat dari 9 responden yang belum pemah mengikuti pelatihan tentang Standar Pelayanan Kebidanan, sebagian besar (77.8%) responden kurang dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care. Dari 21 responden yang sudah pernah mengikuti pelatihan tentang Standar Pelayanan Kebidanan, hanya sebagian kecil (4.8%) responden yang kurang dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care. Setelah dilakukan uji statistik terdapat hubungan yang berlainan antara. Pelatihan tentang Standar Pelayanan Kebidanan dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan kota Padang tahun 2009 dengan < 0,05 yaitu p = 0,000 Penelitian ini menunjukkan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care dipengaruhi oleh pelatihan tentang Standar Pelayanan Kebidanan yang diikuti bidan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Yusuf
TOTAL
Baik % 22.2 %
f 9
100%
20
95.2 %
21
100%
22
73.3 %
30
100%
OR = 70.000 dalam Maryati (2006). pendidikan non formal bersifat fungsional dan praktis Berta pendekatanya lebih fleksibel, lebih luas dan terintegrasi. Oleh sebab itu peserta dapat belajar lebih lanjut berdasarkan ketrampilan pertama yang telah mereka peroleh, Berta mengisi segala kekurangan yang menghambat usaha mereka kearah hidup yang lebih baik. Dengan kata lain pendidikan non formal merupakan komplemen untuk pendidikan formal . Hal ini juga sesuai dengan teori Alex S. Nitisemito yang mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku clan pengetahuan, sesuai dari keinginan indiviclu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam pe ng er t ia n y a n g l eb ih l u as , d a n t id a k t e r b a t a s se mata-mata h an y a untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan saja. (karya-ilmiah.um. ac.id/index.php/manajemen/article/lview/2498: 2009)
10. Hubungan Sikap dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care Oleh Bidan Praktek Swasta T a b e l 1 0 Hubungan Sikap dengan Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di keeamatan Padang Selatan kota Padang tahun 2010 Penerapan No. Sikap Standar Pelayanan Kebidanan TOTAL Antenatal Care Kurang Baik f % f % f % 1. 8 53.3 % 7 46.7 % 15 100 % Negatif 2. JUMLAH
Positif
0
0%
15
100
%
15
100 %
8
26.7 %
22
73.3
%
30
100 %
p = 0.002 Dari tabel 10 dapat dilihat, dari 15 responden yang memilild sikap negatif terhadap Standar Pelayanan Kebidanan, lebih dari separoh (53.3%) responden kurang dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care. Dari 15 responden yang memiliki sikap yang positif terhadap Standar Pelayanan Kebidanan tidak ada (0%) responden yang kurang dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care. Setelah dilakukan uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara sikap bidan dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan kota Padang tahun 2009 dengan p < 0,05 yaitu p = 0,002. Penelitian ini menunjukkan penerapkan
Standar Pelayanan Kebidanan dipengaruhi oleh sikap bidan terhadap Standar Pelayanan Kebidanan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Azwar (2005: 5) yaitu bahwa sikap adalah sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan terhadap objek sikap dari kontinum perasaan mendukung atau memihak (favorable) sampai perasaan tidak mendukung (unfavorable). Dikatakan sebagai respon evaluatif karena seseorang dalam menentukan sikapnya terhadap suatu objek dapat melalui penilaian-penilaian yang terjadi di dalam perasaannya. Pcnilaian-penilaian tersebut ada yang memihak, dan ada yang memiliki derajat afek negatif, artinya perasaanya tidak mendukung. Selain itu, sikap merupakan kesiapan atau keeenderungan potensial terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan dengan stimulan.
11. Hubungan supervisi dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta Tabel 11. Hubungan Supervisi yang dilakukan terhadap bidan dengan Penerapan Standar pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan kota Padang tahun 2010 Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care
Supervisi
Kurang
TOTAL
Baik
Kurang
f 3
% 100 %
f 0
% 0%
f 3
% 100 %
Baik
5
18.5%
22
81.5%
27
100%
JUMLAH
8
26.7 %
22
73.3 %
30
100 %
p=0 .014 Dari tabel 11 dapat dilihat dari 3 responden yang kurang mendapatkan supervisi dari organisasi profesi (IBI) atau DKK, semuanya (100%) responden kurang dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care. Dari 27 responden yang baik mendapatkan supervisi dari organisasi profesi (IBI) atau DKK, hanya sebagian kecil (18.5%) responden kurang dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care Setelah dilakukan uji statistik terdapat hubungan yang bermakna antara Supervisi dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan Kota Padang tahun 2009 dengan p < 0,05 yaitu p = 0,014 Penelitian in i menun jukkan pener apan S tandar Pelayanan Kebidanan
dipengaruhi oleh supervisi dari organisasi profesi (IBI) atau DKK. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Ilyas, (1999:132) Supervisi adalah proses yang memacu anggota unit kerja untuk berkontribusi secara positif agar tujuan organisasi tercapai. Kemampuan penyelia (Supervisor) untuk secara efektif memperkerjakan personel agar mencapai tujuan depertemen adalah penting bagi kesuksesan penyedia. Kegiatan supervisi bertujuan untuk mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu, untuk itu diperlukan adanya pembinaan dan pengawasan dari Dinas Kesehatan Kota dan organisasi profesi Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Kegiatan pembinaan dan pengawasan yang dilaksanakan dalam kegiatan supervisi bertujuan agar bidan dapat melaksanakan asuhan antenatal dengan baik sesuai standar.
12. Hasil analisa bivariat antara variabel tingkat pendidikan, masa kerja, pelatihan, sikap dan supervisi dengan Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care. T a b e l 1 2 Hasil analisa bivariat antara variabel tingkat pendidikan, masa kerja, pelatihan, sikap dan supervise dengan Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang tahun 2010 Variabel
G
Log Likehood
P value
Pendidikan
29.193a
5.601
.018
Masa kerja
34.441a
.352
.553
17.5752a
17.220
.000
Sikap
20.728a
14.067
.000
Supervisi
25.875a
8.920
.003
Pelatihan
Berdasarkan tabel 12 di atas maka variabel independen yang terpilih menjadi kandidat model hanya variabel Pendidikan, Pelatihan, Sikap dan Supervisi karena p value < 0.25 13. Model Akhir Hasil Analisa Multivariat Regresi Logistik faktor-faktor yang berhubungan dengan Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta T a b e l 1 3 Model Akhir Hasil Analisa Multivariat Regresi Logistik faktor-faktor yang hubungan dengan Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan kota Padang tahun 2010 p wald Variabel B OR 95% CI Pelatihan 3.738 .014 42.000 2.136-825.715 Sikap 20.573 .998 8.609E8 .000 -2 Log likelihood = 11.770' Dari 5 variabel independen yang diduga berhubungan dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care oleh Bidan Praktek Swasta hanya dua variabel yang signifikan berhubungan dengan perilaku bidan yaitu variabel pelatihan dan Sikap. Faktor (variabel) pelatihan dengan nilai OR sebesar 42.000 artinya Bidan Praktek Swasta yang berpendidikan tinggi memiliki kecendrungan 42.000 (95% CI 2.136825.715) lebih besar untuk menerapkan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care dibandingkan dengan Bidan Praktek Swasta
G = 14.067
p value =.000
yang berpendidikan rendah, setelah dikontrol dengan variabel sikap. Faktor (variabel) sikap dengan nilai OR sebesar 8.609E8 artinya Bidan Praktek Swasta yang memiliki sikap positif memiliki kecendrungan 8.609 E8 kali (95% CI 000) lebih besar untuk menerapkan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care dibandingkan dengan Bidan Praktek Swasta yang memiliki sikap negatif, setelah dikontrol dengan variabel pelatihan. Dapat disimpulkan faktor (variabel) yang paling dominan berhubungan dengan perilaku
bidan dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care adalah variabel pelatihan dengan p value .000 dan OR = 42.000 Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu Standar Pelayanan Kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat. (Depkes RI, 2001: 53) Standar pelayanan kebidanan mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut: Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Untuk melindungi masyarakat. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menialankan praktek sehari-hari. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan pendidikan (Depkes RI, 2001: 2). Menurut Edwin B. Flippo dalam Hasibuan (2008: 70) latihan adalah merupakan suatu usaha meningkatkan pengetahuan dan keahlian seseorang untuk mengerjakan
pekerjaan tertentu. dan Andrew E Sikula dalam Hasibuan (2008: 70) latihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu Alex S. Nitisemito mengungkapkan tentang tujuan pelatihan sebagai usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku clan pengetahuan, sesuai dari keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang lebih luas, dan tidak terbatas semata-mata hanya untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan saja. (karyailmiah. um. ac. id/lindex.php/manajemen/article/view/2498: 2009) Hal ini sesuai dengan pendapat Hasibuan (2008: 70) bahwa pelatihan merupakan proses untuk memperbaiki kinerja/ performance orgarlisasi. Tujuan yang dapat dicapai dari suatu pelatihan adalah memperoleh pemahaman sehingga lebih mampu melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan, kecepatan yang telah ditentukan dan aman dalam keadaan normal. Kemudian Notoadmodjo (2007: 38) mengemukan bahwa pelatihan adalah penyempurnann prestasi tenagatenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktivitas tertentu.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian yang penulis lakukan pada Bidan Praktek Swasta di Wilayah Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang tahun 2010, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
2.
Sebagian kecil Bidan Praktek Swasta belum menerapkan Standar Pelayanan Kebidanan dalam. Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal, Palpasi Abdominal dan Pengelolaan Anemia dalam Kehamilan. Hampir separuh Bidan Praktek Swasta
masih berpendidikan rendah. 3.
Sebagian besar Bidan Praktek Swasta menjalankan praktek dengan masa kerja ≥ 7 tahun dan sebagian kecil lagi dengan masa kerja masib. < 7 tahun.
4.
Sebagian kecil Bidan Praktek Swasta belum pernah mengikuti pelatihan tentang Standar Pelayanan Kebidanan.
5.
Separoh dari Bidan Praktek Swasta memiliki sikap yang negatif terhadap penerapan SPK.
6.
Masih ada sebagian keen Bidan Praktek Swasta yang belum
mendapatkan supervise dari Organisasi profesi (1131) atau DKK. 7.
8.
9.
kecamatan Padang Padang. tahun 2010.
Selatan
kota
Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan. penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care (Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal, Palpasi Abdominal dan Pengelolaan Anemia dalam Kehamilan) oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan kota Padang. tahun 2010. Terdapat hubungan antara masa. kerja dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care (Pemeriksaan dan. Pemantauan Antenatal, Palpasi Abdominal dan Pengelolaan Anemia dalam Kehamilan) oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan kota Padang. tahun 2010.
12. Faktor (variabel) yang paling dominan mempengaruhi perilaku bidan dalam penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care (Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal, Palpasi Abdominal dan Pengelolaan Anemia dalam Kehamilan) adalah pelatihan. Adapun saran yang dapat diberikan adalah 1. Bagi bidan yang diteliti
Terdapat hubungan antara pelatihan yang pemah diikuti oleh bidan dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care (Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal, Palpasi Abdominal dan Pengelolaan Anemia dalam Kehamilan) oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan kota Padang Tahun 2010.
Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan oleh Bidan Praktek Swasta dengan menggunakan variabel yang lainnya.
10. Terdapat hubungan antara sikap dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care (Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal, Palpasi Abdominal dan Pengelolaan Anemia dalam Kehamilan) oleh Bidan Praktek Swasta di kecamatan Padang Selatan kota Padang. Tahun 2010. 11. Terdapat hubungan antara supervise yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota dan Ikatan Bidan Indonesia (1131) cabang Padang terhadap Bidan Praktek Swasta dengan penerapan Standar Pelayanan Kebidanan Antenatal Care (Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal, Palpasi Abdominal dan Pengelolaan Anemia dalam Kehamilan) oleh Bidan Praktek Swasta di
Bagi Bidan Praktek Swasta yang memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk lebih meningkatkan pelayanan yang diberikan dan memberikan asuhan antenatal dengan baik sesuai standar. 2. Bagi peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Agus,
Dharma. 2004.Manajemen Supervise (Petunjuk Praktis Bagi Para Supervisor), Jakarta: Raja Grafindo
Azwar, S. 2000. Sikap Manusia, Teori don Pengukurannya, Jakarta : Balai Pustaka. Depkes R1.2001 Standar Pelayanan Kebidanan. Hasibuan, Malaya. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara Heidjrahman dan Husnan. Pesonalia. Jogyakarta : BPFE.
1999.Manajemen
Hidayat, Aziz. 2007.Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Surabaya : Salemba Medika Ryas, Yasis. 1999Kinerja Teori, Penilaian dan
Penelitian, Jakarta : Pusat ekonomi kesehatan FKM UI IBI,
kajian
2006. 50 Tahun IBI, Jakarta : PPIBI.2006Standar Pelayanan Kebidanan, Instrumen Audit, Jakarta : PPIBI
Kasjono, Heru Subaris dkk. 2009 Analisis Multivariat, Jogyakarta : Mitra Cendikia Press. Kreitner, Robert. 2005 Jakarta : Salemba Empat.
Perilaku
Organisasi,
Mochtar, Rustam. 1998 Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC. Mariati, Ulvi.2006 Kinerja Bidan Dalam Penerapan 5 Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan Normal Ditinjau Dari Karakieristik Bidan,. Jogjakarta: UGM
Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta Rabe, Thomas. 2003. Buku Sahu Ilmu kebidanan, Jakarta : Hipocrates Syah, Muhibbin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosdakarya. Salmah Dkk. 2006 Asuhan Kebidanan Antenatal, Jakarta : EGC Sarwono. 2002. Ilmu kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Saifuddin A, Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. , 2006. UURI Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta UURI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, Bandung: Citra Umbara.
Neneng, S. 2007 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Lama Bekerja Bidan Dengan Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal Oleh Bidan Praktek Swasta Di Kota Padang, Padang : FK UNAND
Yulaikhah, Lily. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehan7ilan. Jakarta : EGC
Notoadmodjo. 2005.Metodologi Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Penelitian
Nitisemito , Alex S. 2009 karya-iltniah. um. ac. idlindex.php/manajemen/article/view/2498
_______________ .2006. Prinsip-Prinsip Dasar IInzu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta: Rineka ________ Cipta
Din Kes Provinsi Sumatra Barat. 2007 Profil Kesehatan Sumatra Bharat.
.2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Din Kes Kota Padang. 2008. Laporan tahunan Seksi Kesehatan Abu da Ana.