PENGARUH INDEPENDENSI, PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN PEMAHAMAN GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA AUDITOR (Studi Kasus Pada Auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat) Muknisa Elda Dripani 1), Dudi Pratomo2) 1)
Program Studi Akuntansi, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi, Terusan Buah Batu, Bandung 40257 email:
[email protected] 2) Program Studi Akuntansi, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi, Terusan Buah Batu, Bandung 40257 email:
[email protected]
Abstrak - Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor BPK harus menjunjung tinggi independensi sehingga pendapat, simpulan dan rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan sesuai fakta. Selain itu penerapan teknologi informasi juga sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan dan juga pemahaman auditor terhadap good governance atau tata kelola yang baik sehingga pemeriksaan dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan pemeriksaan yang berkualitas dan peningkatan kinerja auditor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh independensi auditor, penerapan teknologi informasi dan pemahaman good governance terhadap kinerja auditor. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan convenience sampling dengan 50 responden. Populasi penelitian ini adalah auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. Data yang diolah adalah data primer melalui penyebaran kuesioner. Data kemudian dianalisis menggunakan garis kontinum untuk mendeskripsikan data, setelah itu dilakukan uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, koefisien determinasi dan pengujian hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa independensi auditor, penerapan teknologi informasi dan pemahaman good governance secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Secara parsial, independensi auditor dan pemahaman good governance tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, karna jika dilihat dari distribusi jawaban responden sebesar 20% tidak menyetujui pernyataan yang dipaparkan, sedangkan penerapan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Kata Kunci :
Independensi, Pemahaman Good Governance, Penerapan Teknologi Informasi, Kinerja Auditor.
1
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Laporan keuangan negara pada dasarnya harus dikelola secara transparan dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundangundangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tantangan yang dihadapi saat ini yaitu bagaimana menghasilkan suatu laporan yang relevan, dapat dipertanggungjawabkan, dan dapat ditelusuri. Dalam beberapa tahun terakhir, permasalahan hukum terutama berkaitan dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan wewenang, penyuapan, pemberian uang pelicin, pungutan liar, pemberian imbalan atas dasar kolusi dan nepotisme serta penggunaan uang negara untuk kepentingan pribadi telah menjadi perhatian masyarakat dan menjadi permasalahan besar negara saat ini. Tuntutan masyarakat akan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN menghendaki adanya pelaksanaan fungsi pengawasan dan sistem pengendalian intern yang baik atas pelaksanaan pemerintahan dan pengelolaan keuangan negara untuk menjamin bahwa pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan serta untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan efektif.Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan suatu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri. Audit yang dilakukan pemerintah dilaksanakan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan Negara Republik Indonesia (BPK-RI) sebagai auditor eksternal. Perhatian pemangku kepentingan, baik dari lembaga perwakilan, pemerintah, maupun masyarakat umum terhadap hasil pemeriksaan BPK juga semakin meningkat. Banyak pihak menantikan dan memperhatikan opini BPK atas laporan keuangan pemerintah. Dalam menjalankan fungsi audit eksternal tersebut, maka BPK perlu didukung oleh kinerja auditornya. Auditor memiliki peran penting dalam menjalankan fungsi pemeriksaan. Fungsi audit akan efektif dan optimum apabila kinerja auditor ditentukan oleh perilaku auditor tersebut.Kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar), dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan kuantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu,
dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan (Trisnaningsih, 2007) Fenomena yang terjadi terkait dengan independensi auditor di BPK yakni seperti kasus korupsi yang melibatkan oknum BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat, terjadi di Kota Bekasi. Pemkot Bekasi telah melakukan korupsi penggunaan dana APBD periode 2010 untuk melakukan penyuapan demi memperoleh Adipura 2010, untuk kota terbersih. Untuk mendapatkan Adipura tersebut Pemkot Bekasi menyuap auditor BPK. Saat penangkapan, penyidik menemukan barang bukti uang tunai Rp272 juta di lokasi. Uang itu terkait dengan upaya agar mendapatkan penilaian wajar tanpa pengecualian dari BPK.(http://politik.news.viva.co.id, 2014) Dengan munculnya kasus KKN tersebut, masyarakat mulai mempertanyakan eksistensi dari BPK yang seharusnya sebagai lembaga independen mampu menjaga komitmennya untuk tidak terlibat dalam KKN dengan segala praktiknya seperti penyalahgunaan wewenang, penyuapan, pemberian uang pelican, pungutan liar, kesalahan prosedur serta kolusi dan nepotisme. Oleh karenanya, dengan tuntutan tersebut auditor BPK RI mulai meningkatkan kinerjanya. Keberhasilan kinerja auditor juga tidak terlepas dari tersedianya teknologi informasi (TI) yang dibutuhkan dalam pelaksanaan audit. Dalam melakukan audit, auditor berhadapan dengan sebuah sistem pengendalian intern dimana pada saat ini auditee sudah banyak yang menerapkan sistem teknologi informasi yang berbeda-beda. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kini mulai memakai teknologi informasi dalam pengumpulan data terkait pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Teknologi informasi tersebut terkait pengembangan dan pengelolaan sistem informasi untuk akses data dalam rangka pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang disebut e-audit. Dengan eaudit BPK menggabungkan data elektronik BPK (e-BPK) dengan data elektronik auditee (eauditee).(www.bandung.bpk.go.id, 2014). Auditor mempunyai peranan penting dalam penyediaan informasi keuangan yang handal bagi pemerintah, investor, kreditor, pemegang saham, karyawan, debitur, juga bagimasyarakat dan pihakpihak lain yang berkepentingan, selain itu, timbulnya kasus - kasus menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak terutama terhadap tata kelola perusahaan atau yang lebih dikenal dengan
2
corporate governance yang mengakibatkan terungkapnya kenyataan bahwa mekanisme good corporategovernance yang baik belum diterapkan. Peran profesi akuntan selama ini masih belum optimaldalam mewujudkan good governance. Oleh karena itu, tuntutan terhadap terwujudnyagood governance (tata kelola yang baik)sangat diperlukan, baik oleh perusahaan bisnis manufaktur maupun non manufaktur, sector publik termasuk BPK dan KAP. Beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan penelitian dengan variabel-variabel pada penelitian ini. Namun hasil penelitian tersebut tidak konsisten atau berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan Trisnaningsih (2007) menyatakan bahwa pemahaman good governance tidak berpengaruh lansung terhadap kinerja auditor. Namun independensi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Sedangkan penelitian yang dilakukan E.Wati dkk (2010) menyatakan bahwa independensi dan pemahaman good governanceberpengaruh positif terhadap kinerja auditor. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Gautama (2010) menyatakan bahwa penerapan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Pengaruh Independensi Auditor, Penerapan Teknologi Informasi, dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor (Studi Kasus pada Auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat)”.
II. LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 1. Audit dan Auditor Menurut Arens et.al. (2008:4) auditing adalah Pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Menurut UU RI No 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Pasal 1, disebutkan bahwa pemeriksaan atau auditing adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan professional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Auditor digolongkan menjadi tiga kategori(Mulyadi, 2011:28), yaitu: 1. Auditor Independen: Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. 2. Auditor Pemerintah: Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. 3. Auditor Internal: Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas kegiatan organisasi serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. 2.
Independensi Independensi menurut Arens et al.(2008:83) dapat diartikan cara pandang yang tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian, evaluasi atas hasil pemeriksaan dan penyusunan laporan audit. Independensi menurut Mulyadi (2011:26) adalah sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Dalam Pernyataan standar umum kedua (SPKN, 2007:24) menyatakan bahwa independensi yaitu : “Dalam semua hal yangberkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harusbebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”. 3.
Penerapan Teknologi Informasi Teknologi informasi adalah satu dari banyak alat yang digunakan untuk menghadapi perubahan. Proses perancangan, pengembangan, implementasi, dukungan, atau manajemen sistem informasi berbasis komputer, khususnya aplikasi perangkat lunak dan perangkat keras komputer. (Loudon, 2007: 21).
3
BPK saat ini menerapkan teknologi informasi e-audit dalam melaksanakan pemeriksaannya. Dengan diimplementasikannya e-audit, BPK RI diharapkan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara lebih efektif dan efisien yaitu melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara dan mendukung terwujudnya tata kelola yang baik atas pelaksanaan tugas utama BPK RI. (Hartoyo, 2011) 4. Pemahaman Good Governance Good governance adalah tata kelola yang baik pada suatu usaha yang dilandasi oleh etika profesional dalam berusaha/berkarya. Good Governance juga dimaksudkan sebagai suatu kemampuan manajerial untuk mengelola sumber daya dan urusan suatu negara dengan cara-cara terbuka, transparan, akuntabel, equitable, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat (Widyananda, 2008). 5.
Kinerja Auditor Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu. (Trisnaningsih, 2007). Kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja kelompok (Mangkunegara, 2005:15). 2.2 Kerangka Pemikiran
1.
Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kinerja Auditor Menurut Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN, 2007:24), dalam pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Pemeriksa harus bebas dari gangguan pribadi, gangguan ekstern, dan gangguan organisasi yang dapat mempengaruhi independensi nya.Dalam E.Wati, dkk (2010) mengungkapkan bahwa semakin independen seorang auditor pemerintah dalam melakukan audit, maka hasil pemeriksaannya akan sesuai dengan fakta-fakta yang ada sehingga kinerja auditor pemerintah akan semakin baik, dan dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. 2. Pengaruh Penerapan Teknologi Informasi terhadap Kinerja Auditor Penerapan teknologi informasi oleh auditor akan memberikan kemudahan serta mempercepat proses penyelesaian pemeriksaan, dengan demikian akan memberikan manfaat dalam peningkatan kinerjanya. Penelitian yang dilakukan Gautama dan Arfan (2010) membuktikan bahwa penerapan teknologi informasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, artinya peningkatan kinerja auditor dapat tercapai dengan adanya penerapan teknologi informasi. 3. Pengaruh Pemahaman Good Governance terhadap Kinerja Auditor Penerapan good governance dalam akuntan publik berarti membangun kultur, nilai-nilai serta etika bisnis yang melandasi pengembangan perilaku profesional akuntan.Seorang akuntan yang memahami good governance secara benar maka akan mempengaruhi perilaku profesional akuntan dalam berkarya dengan orientasi pada kinerja yang tinggi untuk mencapai tujuan akhir sebagaimana diharapkan oleh berbagai pihak (Trisnaningsih, 2007). Berdasarkan uraian di atas bahwa seorang auditor pemerintah yang memahami good governance dengan baik maka dia akan bekerja sesuai dengan aturan yang ada, sehingga kinerja auditor pemerintah akan menjadi lebih baik. Penelitian E.Wati, dkk (2010) menyatakan bahwa
4
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja auditor. 2.3 H1:
H2: H3: H4: III. 3.1 1.
2.
Hipotesis Penelitian Independensi Auditor, Penerapan Teknologi Informasi dan Pemahaman Good Governance berpengaruh secara simultan terhadap kinerja auditor. Independensi Auditor berpengaruh secara parsial terhadap kinerja auditor. Penerapan Teknologi Informasi berpengaruh secara parsial terhadap kinerja auditor. Pemahaman Good Governanceberpengaruh secara parsial terhadap kinerja auditor. METODE PENELITIAN Variabel Operasional Variabel Independen Menurut Sugiyono (2010:59) variabel bebas adalah variabel yang memperngaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah: (1) Independensi, (2) Penerapan Teknologi Informasi, (3) Pemahaman Good Governance Variabel Dependen Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Tujuan peneliti adalah memahami dan membuat variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya, atau memprediksinya.Dengan kata lain, variabel terikat merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi (Sekaran, 2011:118). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja Auditor.
3.2 Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah karyawan dari subbagian auditor pada Badan Pemeriksa Keuangan Provinsi Jawa Barat. Jumlah populasi pada subbagian auditor BPK berjumlah 90 orang. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang sama setiap populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2010:82) dengan metode pemilihan sampel incidental atau yang disebut juga convenience sampling. Convenience Sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkab kebetulan, yaitu siapa sajaa yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
3.3 Teknik Analisis Data 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono, 2010: 147).Untuk melihat tingkat gradasi dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju pada tiap indikator digunakan alat ukur yaitu garis kontinum 2. Uji Asumsi Klasik Pada penelitian ini digunakan tiga buah alat uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas 3. Analisis Regresi Linear Berganda Mengingat penelitian ini menggunakan empat variabel bebas, maka persamaan regresinya sebagai berikut : Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
4.
5.
Keterangan: Y = Kinerja Auditor β0 = Bilangan Konstanta β1…β3 = Koefisien arah regresi X1 = Independensi Auditor X2 = Penerapan Teknologi Informasi X3 = Pemahaman Good Governance Pengujian Hipotesis a. Uji Statistik t. Pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individu dalam menerangkan variasi variabel dependen. b. Uji Statistik F. Pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen/terikat. Analisis Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Statistik Deskriptif Hasil pengujian statistik deskriptif dari penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Rata-rata auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat yang diteliti, sebesar 87,75% menyutujui pernyataan yang dipaparkan mengenai independensi auditor. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat memiliki independensi
5
2.
3.
4.
yang tinggi. Karena secara garis besar dapat dilihat bahwa auditor telah dapat menjaga independensinya dari gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi. Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat yang diteliti sebanyak 91,94% menyetujui pernyataan yang dipaparkan mengenai penerapan teknologi informasi. Secara garis besar auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat telah menerapkan Teknologi Informasi dalam melaksanakan pemeriksaannya. Dilihat dari indikator perangkat lunak dan perangkat keras komputer auditor telah menggunakan teknologi informasi tersebut dengan baik. Dan menurut auditor tersebut penerapan teknologi informasi dapat memberikan manfaat dalam pemeriksaan seperti pemeriksaan dapat dilakukan dengan lebih cepat, efektif dan efisien dan dapat meningkat kualitas hasil pekerjaan auditor. Auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat yang diteliti sebanyak 89,70% menyutujui pernyataan yang dipaparkan mengenai pemahaman good governance. Hal ini menggambarkan bahwa pemahaman good governance telah dilakukan dengan cukup baik dalam melaksanakan tugas pemeriksaan oleh para auditor. Auditor di BPK RI Perwakilan Jawa Barat yang diteliti sebanyak 85,12% menyutujui pernyataan yang dipaparkan mengenai kinerja auditor. Hal ini berarti kinerja auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan pemeriksaan dapat dikatakan sangat baik.
4.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk memeriksa apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)(Ghozalli, 2013: 164). Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan dengan SPSS, penulis memperoleh hasil uji normalitas sebagai berikut: Tabel 2
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (Asympt. Sig 2-tailed) sebesar 0,124. Dapat dilihat bahwa nilai signifikasi lebih besar dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas. 2.
Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi apakah ada korelasi yang erat diantara variabel indpenden dalam model regresi. Ada beberapa cara mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai VIF ≥ 10 dan nilai tolerance ≥ 0,1. Berikut ini tabel 3 yang menunjukkan hasil uji multikolinearitas: Tabel 3 Hasil Uji Multikolinearitas
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai tolerance ketiga variabel independen lebih daro 0,10 dan nilai VIF masing-masing kurang dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model regresi. 3.
Uji Heterokedesitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat masalah heterokedesitas atau tidak, yaitu untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Gambar 2 berikut ini menyajikan grafik Scatterplot yang menunjukkan hasil uji Heteroskedastisitas Gambar 2 Hasil Uji Heterokedesitas
6
Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa titik-titik tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Titiktitik menyebar diatas dan dibawah angka 0 dan sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heterokedesitas dalam model regresi.
Berdasarkan output pada Tabel 4.16, diperoleh nilai F hitung sebesar 10,452. Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1 (jumlah variabel-1) atau 4-1 yaitu sebesar 3, dan df 2 (n-k-1) atau 50-3-1 yaitu sebesar 46, maka diperoleh F tabel sebesar 2,806. Karena F hitung > F tabel (10,452 > 2,806), maka H0ditolak dan H1diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwaindependensi auditor, penerapan teknologi informasi dan pemahaman good governance secara simultan berpengaruh terhadap kinerja auditor.
4.3 Koefisien Determinasi Tabel 4 Uji Koefisien Determinasi
2.Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial(Uji t) Tabel 6 Uji Regresi Linear Berganda
Sumber:Output SPSS (2014)
Berdasarkan output pada Tabel 4, diperoleh angka R square sebesar 40,5%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen mencapai 40,5%. Atau variasi variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel kinerja auditor sebesar 40,5%. Sedangkan sisanya sebesar 59,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
4.4 Pengujian Hipotesis 1. Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji F) Tabel 5 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Sumber: Output SPSS (2014)
3.
Pengaruh Independensi Auditor (X1) terhadap Kinerja Auditor (Y) secara parsial Berdasarkan tabel 6 dari hasil pengolahan software SPSS, diperoleh tingkat signifikansi variabel independensi (X1) sebesar 0,705 lebih besar dari α = 0,05, dengan t hitung 0,381 < dari 2,012, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha1ditolak dan H01diterima. Hal ini berarti secara parsial independensi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Independensi auditor tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor, ini berarti bahwa jika auditor mempertahankan independensinya atau tidak, kinerja auditor nya tetap baik. Ketidakgsignifikan ini jika dilihat dari distribusi jawaban responden dengan jawaban tidak setuju sekitar 20% untuk beberapa pernyataan. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian E.Wati dkk (2010) yang menyatakan independensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor, namun penelitian ini sejalan dengan penelitian A. Ningrum(2012) dan Rina Ani (2011) yang menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor tetapi memiliki arah hubungan yang positif. 4.
Pengaruh Penerapan Teknologi Informasi (X2) terhadap Kinerja Auditor (Y) secara parsial
7
Berdasarkan tabel 6 dari hasil pengolahan software SPSS, diperoleh tingkat signifikansi variabel penerapan teknologi informasi (X2) sebesar 0,021 lebih kecil dari α = 0,05 dengan t hitung > t tabel yaitu 2,390 > 2,012, sehingga dapat disimpulkan bahwa H02ditolak dan Ha2diterima, hal ini berarti secara parsial penerapan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Penelitian ini juga menunjukkan arah hubungan yang positif, yaitu penerapan teknologi informasi memiliki arah positif terhadap kinerja auditor. Artinya semakin baik penerapan teknologi informasi bagi auditor maka semakin tinggi pula kinerja auditor yang dihasilkan. Hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Gautama (2010) yang menyatakan bahwa penerapan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini dikarenakan bahwa penerapan teknologi informasi diperlukan auditor dalam melaksanakan pemeriksaan.
5.
Pengaruh Pemahaman Good Governance (X3) terhadap Kinerja Auditor (Y) secara parsial Berdasarkan tabel 4.14 dari hasil pengolahan software SPSS, diperoleh tingkat signifikansi variabel pemahaman good governance (X3) sebesar 0,437 lebih besar dari α = 0,05, dengan t hitung < t tabel yaitu 0,784 < 2,012, sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha3 ditolak dan H03 diterima, hal ini berarti secara parsial pemahaman good governance tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Pemahaman good governance tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor dapat dilihat dari poin-poin pernyataan kuesioner, pada indikator-indikator pemahaman good governance tidak memiliki pengaruh pada indikator-indikator kinerja auditor, jika dilihat dari pernyataan kuesioner pada pemahaman good governance tidak memiliki keterkaitan atau hubungan dengan pernyataan kuesioner pada kinerja auditor. Maka dari itu hasil penelitian pada variabel pemahaman good governance tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Trisnaningsih (2007) dan Elizabeth (2013) yang menyatakan bahwa pemahaman good governance memiliki arah positif terhadap kinerja auditor namun tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Independensi Auditor, Penerapan Teknologi Informasi, Pemahaman Good Governance dan Kinerja Auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat a. Kemampuan para auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat dalam mempertahankan sikap independensi dapat dikatakan sangat baik dengan persentase sebesar 87,75%. Ini berarti mereka tetap menjaga independensinya dari gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi. b. Auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat sudah sangat baik dalam penerapan teknologi informasi dalam melaksanakan auditnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase sebesar 91,94% auditor telah menggunakan penerapan teknologi informasi dalam dengan baik. Dapat disimpulkan bahwa penerapan teknologi auditor sudah cukup baik dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan. c. Pemahaman Good Governance pada auditor BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat dapat dikatakan sangat baik dengan persentase sebesar 89,70%. Dapat disimpulkan bahwa auditor telah memahami tata kelola atau good governance dengan cukup baik dalam melaksanakan tugas pemeriksaan sehingga dapat melaksanakan pemeriksaan dengan baik dan memberikan laporan hasil pemeriksaan yang handal. d. Kinerja auditor di BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat termasuk kategori sangat baik dengan persentase 85,12%. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja auditor dalam melaksanakan pemeriksaan sudah cukup baik sehingga dapat melaporkan hasil pemeriksaan yang tepat waktu, sesuai dengan fakta dan bertanggungjawab. 2.
Pengaruh Independensi Auditor (X1), Penerapan Teknologi Informasi (X2) dan Pemahaman Good Governance(X3) terhadap Kinerja Auditor (Y) secara Simultan. Secara simultan variabel independensi auditor, penerapan teknologi informasi dan pemahaman good governance mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Dan kemampuan
8
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen mencapai 40,5%. Sedangkan sisanya sebesar 59,5% dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. 3.
a.
b.
c.
Pengaruh Independensi Auditor (X1), Penerapan Teknologi Informasi (X2) dan Pemahaman Good Governance(X3) terhadap Kinerja Auditor (Y) secara Parsial Berikut ini adalah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial: Variabel independensi auditor (X1) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor (Y) dan menunjukkan arah hubungan positif. Variabel penerapan teknologi informasi (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor (Y) dan menunjukkan arah hubungan yang positif. Variabel pemahaman good governance(X3) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor (Y) dan menunjukkan arah hubungan yang positif.
5.2 Saran 1. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya a. Memperluas objek penelitian, dengan melakukan penelitian di BPK Perwakilan provinsi lain dan BPK RI pusat. b. Disarankan untuk melakukan penelitian bukan pada musim pucak audit (April – Mei) agar jumlah responden yang dijadikan sampel dapat eningkat sehingga generalisasi simpulannya lebih baik. c. Penelitian selanjutnya disarankan untuk dapat menambahakan variabel lain yang mempengaruhi kinerja seperti kompetensi, profesionalisme, integritas, sistem pengendalian internal BPK, penerapan kode etik dan lain-lain 5.3 Saran Bagi BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat dan Auditor a. BPK RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat sebagai organisasi pemeriksa disarankan untuk dapat lebih bebas dari pengaruh pihak-pihak ekstern yang dapat mengganggu independensi auditor. Dengan begitu auditor dapat mempertahankan independensinya sehingga mampu memberikan penilaian yang objektif dan tidak memihak terhadap semua hal yang
b.
c.
d.
terkait dalam pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan. BPK sebagai organisasi bagi auditor disarankan untuk dapat lebih memberikan motivasi untuk para auditor agar auditor lebih termotivasi berbuat yang terbaik dalam melaksanakan tugas pemeriksaannya Auditor diharapkan dalam melakukan pemeriksaan harus bebas dari gangguangangguan yang dapat mempengaruhi independensinya. Auditor dapat memberitahu atau melaporkan pada organisasi atau atasannya apabila merasa terdapat gangguan pribadi, gangguan ekstern dan gangguan organisasi dalam melaksanakan pemeriksaan, Auditor diharapkan dapat lebih termotivasi dari apa yang diperoleh atau diberikan organisasi sehingga dapat melaksanakan tugas pemeriksaan dengan baik dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja auditor dan kualitas hasil pemeriksaan sehingga dapat memberiksan laporan hasil pemeriksaan yang aktual dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya. DAFTAR PUSTAKA
Amijaya, Gilang Rizky. (2010). Pengaruh Teknologi Informasi, Kemudahan, Risiko dan Fitur Layanan terhadap Minat Ulang Nasabah dalam Menggunakan Internet Banking. Semarang: UniversitasDiponegoro. Arens, Alvin A, Elder, Randal J., & Beasley, Mark S. (2008). Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi. (Edisi Kedua Belas). Jakarta: Erlangga Arista,
Ningrum Rizky. (2012). Pengaruh Independensi, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan, dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor. STIE Perbanas Surabaya.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2007). Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Jakarta Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2007). Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan RI. Badan
Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat. (2011). Profil Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Jawa Barat. Bandung.
9
Donald R. Cooper, Pamela S. Schindler. (2011). Bussiness Research Methods – II/E. New York: McGraw Hill.
Sekaran, Uma. (2011). Research Method ForBussines Methodology, Penelitian Untuk Bisnis. (Buku 1 Edisike 4). Jakarta: Salemba Empat.
Elmansyah, Rio. (2012). Pengaruh Independensi, Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimipinan dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor. Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau.
Sekaran, Uma. (2011). Research Method ForBussines Methodology, Penelitian Untuk Bisnis. (Buku 2 Edisike 4). Jakarta: Salemba Empat.
Gautama, Ibnu.,Arfan, M. (2010). Pengaruh Kepuasan Kerja, Profesionalisme, dan Penerapan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Auditor. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi Vol. 3 No. 2. Juli 2010.
Sevilla, Consuelo G. et. al (2007). Research Methods. Rex Printing Company. Quezon City. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21, (Ed 7). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Sugiyono. (2012). Stataistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Hanna, Eizabeth.,Firnanti Friska. (2013). Faktorfaktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol. 14, No.1. Juni 2013. STIE Trisakti. Hartoyo, Dwi Agung. (2011). Upaya Peningkatan Kinerja Pemeriksaan BPK RI Menggunakan Computer Assisted Audit Techniques. Jurnal e-Indonesia Initiative. Konferensi Teknologi Informasi dan Komunikasi. 14-15 Juni 2011. Bandung Ikatan Akuntan Publik Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: SalembaEmpat. Irham fahmi(2010). Manajemen Kinerja Teori dan Aplikasi. Bandung: CV Alfabeta. Irham Fahmi (2012). Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi. Bandung: CV Alfabeta. Kadir, Abdul., Terra CH Triwahyuni. (2007) Pengenalan Teknologi Informasi. Yogyakarta: ANDI. Kenneth C.Loudon.(2007). Sistem Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Informasi
Mangkunegara.(2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Mulyadi. (2011). Auditing. (Buku 1 Edisi Keenam). Jakarta: Salemba Empat. Robbins, Timothi A. Judge (2009). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. Sapariyah, Rina. (2011). Pengaruh Good Governance dan Independensi Auditor Terhadap Kinerja Auditor dan Komitmen Organisasi. STIE “AUB” Surakarta.
Sunyoto, Danang. (2009). Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta: Media Pressindo. Sutarman. (2009). Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Bumi Aksara. Suwatno dan Priansa.(2011). Manajemen SDM dalam Organisasi Publik dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta. Trisnaningsih, Sri. (2007). Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X. Unhas Makasar. Undang-undang No.4. (2010). Jabatan Fungsional Pemeriksa pada Badan Pemeriksa Keuangan. Bandung. Undang-Undang No. 15. (2006). Tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Jakarta. Undang-Undang No. 15. (2004). Tentang Pemeriksaan dan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Jakarta. Wati,
Elya.,Lismawati, Aprilla Nila. (2010). Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organiasi, Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntasnsi XIII. Universitas Jendral Soedirman Purwokerto. Wibowo, Muhammad Prabu. (2008). Analisis Tingkat Kematangan (Maturity Level) Pengawasan dan Evaluasi Kinerja Teknologi Informasi Otomasi.
10
Widoyoko, Eko Putro. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Etos Kerja Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Widyananda, Herman. 2008. Revitalisasi Peran Internal Auditor Pemerintah Untuk Penegakan Good Governance di Indonesia. Publikasi, Seminar, makalah, dan Sambutan. Universitas Padjadjaran.
www.bpk.go.id,23 Maret 2014
Yuskar. Devisia, Selly. (2011). Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi, Pemahaman Good Governance, Integritas Auditor, Budaya Organisasi, dan
www.harianterbit.com, 8 April 2014
www.bandung.bpk.go.id, 23 Maret 2014 www.detiknews.com, 8 April 2014
www.kompasiana.com, 8 April 2014 www.politik.news.viva.co.id, 23 Maret 2014
11