KAJIAN MORFOLOGI DAN KIMIA KAYU AKWAY (Drymis sp) SEBAGAI AFRODISIAK ENDEMIK PAPUA
ELDA KRISTIANI PAISEY
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis yang berjudul : Kajian Morfologi dan Kimia Kayu Akway (Drymis sp) sebagai Afrodisiak Endemik Papua Merupakan hasil penelitian saya bersama tim pembimbing. Hak atas kepemilikan intelektual data dan hasil dari penelitian ini merupakan milik peneliti dari Institut Pertanian Bogor dengan mempertimbangkan kontribusi tim peneliti, publikasi, dan pemanfaatan data yang didapat. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Agustus 2008
Elda Kristiani Paisey NRP : A151060091
ABSTRACT ELDA KRISTIANI PAISEY. (Study of Morphology and Chemical Akway Wood (Drymis sp) as Papua Endemic Aphrodisiacs). Advised by HERDHATA AGUSTA, MUHAMMAD SYAKIR. Drymis plants are used as medicine in Arfak ethnic, Papua, to increase aphrodisiac. These plants grow in Arfak mountains. The local people use it continuously harvested from the forest without carrying out the cultivation of these plants which can endanger its existence. The objectives of this study were to describe morphological characteristics of Drymis species growing at different altitudes to analyze the chemical content and to provide scientific support to which growing different altitudes, to analyze the chemical content and support to local knowledge for the use of Drymis as aphrodisiac. This study used single compartment method which determine purposively to describe Drymis species growing at 1200 m, 1600 m, 2000 m, 2400 m above sea level and it also used GC-MS to analyze its chemical content. There were 3 species of Drimys found; Drymis winterii. Forst, Drymis piperita. Hook, and Drymis beccariana. Gibbs. There were morphological differences of the species ; on leaf size, tree height, amount of branches, stem diameter, appearance of crown, stem color, shoot color, outside of bark, direction of stem grow, trees architecture model, leaf formation, leaf shape and leaf apex There is differences in leaf apex between species at different elevation. Phenantren 9,10-dimety, although there are differences in chemical profile and content of the stigmaterol, sitosterol among the three species. It concentration at 1600 m above sea level is higher than at 1200 m above sea level. This study also showed that morphological characteristic and secondary metabolite compounds are influenced by the altitudes.
RINGKASAN ELDA KRISTIANI PAISEY. Kajian Morfologi dan Kimia Kayu Akway (Drymis sp) sebagai Afrodisiak Endemik Papua. Dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA dan MUHAMMAD SYAKIR. Drymis sp merupakan tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat suku Arfak di Papua. Tumbuhan ini hidup di kawasan hutan pegunungan Arfak dengan nama daerah yaitu Kayu Akway. M asyarakat menggunakan tumbuhan ini sebagai obat untuk meningkatkan vitalitas seksual pada kaum lelaki suku Arfak dan juga sebagai peningkat stamina untuk beraktivitas. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan morfologi species Drymis sehingga dapat digunakan sebagai alat identifikasi diajukan sebagai varietas lokal Papua untuk pengembangan lebih lanjut; menganalisis kandungan kimia akway (Drymis sp.) yang dijumpai; memberikan dukungan ilmiah kepada masyarakat tentang penggunaan kayu akway sebagai afrodisiak dan peningkatan stamina. Lokasi penelitian dilakukan di Distrik Menyambouw pada ketinggian 1200 mdpl, 1600 mdpl, 2000 mdpl dan 2400 mdpl. Metode yang digunakan adalah petak tunggal berdasarkan fase pertumbuhan yang ditentukan secara purposive dibuat sebanyak 3 petak pada setiap ketinggian tempat sehingga di peroleh 12 petak percobaan dimana masing-masing petak diambil 3 sampel untuk masing-masing spesies yang ditemukan. Kemudian diukur 27 karakter morfologi yang terdiri atas 23 variabel ordinal dan 4 variabel pengukuran. Analisis komponen kimia dilakukan pada setiap spesies yang ditemukan yang dibagi atas analisis bagian akar, batang, kulit batang dan akar dari masing-masing spesies yang tumbuh pada ketinggian 1200 mdpl dan 1600 mdpl dengan menggunakan GC-MS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di kawasan penelitian diperoleh tiga jenis tanaman kayu akway (Drymis sp) diantaranya tanaman kayu akway putih (Drymis winterii. Forst), kayu akway merah besar (Drymis piperita. Hook) dan kayu akway merah kecil (Drymis beccariana. Gibbs). Perbedaan morfologi diantara ketiga spesies tersebut adalah tinggi pohon, jumlah cabang, diameter batang, penampilan tajuk, warna batang dan warna pucuk. Adapula perbedaan morfologi ujung daun pada setiap ketinggian. Sedangkan perbedaan morfologi pada species yang berbeda ditunjukkan pada pepagan bagian luar, arah tumbuh cabang, model arsitektur pohon, warna pucuk, warna daun, susunan daun, bentuk helaian daun dan tepi daun. Hasil analisis kimia kandungan kayu akway memberikan dukungan ilmiah kepada pengetahuan tradisonal masyarakat suku Arfak yaitu terdapat senyawasenyawa untuk meningkatkan hormon pria seperti stigmasterol, γ-sitostreol, Phenanthrene, 9,10-dimethyl dengan kosentrasi yang lebih tinggi pada elevasi 1600 mdpl dibandingkan 1200 mdpl. Kayu akway merah besar memiliki jumlah komponen kimia peningkat stamina dan seksual yang lebih tinggi dibandingkan dengan spesies lainnya.
Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2008 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KAJIAN MORFOLOGI DAN KIMIA KAYU AKWAY (Drymissp) SEBAGAI AFRODISIAK ENDEMIK PAPUA
ELDA KRISTIANI PAISEY
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Agronomi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008
Judul Tesis
:
Kajian Morfologi dan Kimia Kayu Akway (Drymis sp) Sebagai Afrodisiak Endemik Papua
Nama Mahasiswa
:
Elda Kristiani Paisey
Nomor Pokok
:
A151060091
Program Studi
:
Agronomi
Diketahui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Herdhata Agusta Ketua
Dr. Ir. M. Syakir, MS Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Agronomi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Munif Ghulamahdi, MS
Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 6 Agustus 2008
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala anugrah dan karuniaNya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan studi S2 di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs IPB). Tesis yang berjudul, “Kajian Morfologi Dan Kimia Kayu Akway (Drymis Sp) Sebagai Afrodisiak Endemik Papua”, merupakan tugas akhir studi magister di SPs IPB. Dalam pelaksanaan penelitian penulis banyak mendapatkan bantuan baik perorangan maupun lembaga atau instansi tertentu. Oleh karena itu penulis mengucapkan Terimakasih kepada : 1. Departemen Pertanian dan Institut Pertanian Bogor atas kerjasamanya dalam program KKP3T sehingga penulis memperoleh dana penelitian. 2. Balai Tanaman Obat dan Aromatik khususnya kepada ibu Dr. Nurliani Bermawi, Pak Ma’mun, Ibu Novi atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama penelitian. 3. Universitas Negeri Papua yang telah memberikan pinjaman peralatan lapangan. 4. Bupati Kabupaten Manokwari, Kepala Distrik Menyambouw, Kepala Desa Menyambouw serta masyarakat desa Indabri dan sekitarnya yang telah memberikan ijin dan membantu dalam pelaksanaan penelitian. 5. Semua rekan-rekan SPs IPB PS Agronomi 2006 dan rekan-rekan SPs IPB asal Unipa yang telah membantu dan memberikan semangat. Ucapan terimakasih dan penghargaan secara khusus kepada Komisi Pembimbing Dr. Herdhata Agusta dan Dr. M. Syakir atas bimbingan dan arahan akademis yang diberikan selama penelitian dan penulisan tesis. Terimakasih dan Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Mama Tercinta atas doa, semangat dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis dan juga kepada Bapak (almarhum). Penulis juga berterimakasih kepada semua Keluarga Paisey (k’feny sekeluarga, k’foris&k’igi, k’li sekeluarga, bunda&bang jek, ninik, marice) atas bantuan materil, tenaga dan doanya hingga terselesainya studi S2 kami. Penulis juga sangat berterimakasih kepada k’syarif atas dukungan, tenaga, pikiran yang diberikan dari awal sampai selesainya penelitian ini.
Penulis tidak dapat membalas semua curahan bantuan materil, tenaga, pikiran dan semangat tetapi hanya doa yang penulis panjatkan semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang diberikan kepada penulis. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Terimakasih.
Bogor, Agustus 2008
Elda Kristiani Paisey
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi PENDAHULUAN .....................................................................................................1 Latar Belakang ..................................................................................................1 Tujuan Penelitian ..............................................................................................3 Hipotesis............................................................................................................3 Ruang Lingkup ..................................................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kandungan Drymis SP ...................................................................6 Gambaran Umum Kabupaten Manokwari ........................................................7 Iklim ..................................................................................................................8 Ekologi Pegunungan Arfak ...............................................................................9 Sosial Ekonomi Suku Arfak ..............................................................................11 Morfologi Tumbuhan ........................................................................................11 METODE PENELITIAN Karakterisasi Morfologi Tempat dan Waktu............................................................................................27 Bahan dan Alat .................................................................................................27 Metode Penelitian .............................................................................................27 Pengamatan .......................................................................................................29 Analisis kimia akwai dari bebarapa agroekologi Tempat dan Waktu............................................................................................31 Bahan dan Alat .................................................................................................31 Metode Penelitian .............................................................................................31 Analisis Data ....................................................................................................34 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Morfologi Drymis sp ..................................................................35 Keadaan umum daerah Menyambouw.........................................................35 Karakteristik morfologi Kayu akway...........................................................36 Sifat Kimia Tanah dan Iklim tempat tumbuh Kayu akway .........................45 Asosiasi Kayu akway dan tumbuhan lain ....................................................47 Penyebaran Kayu akway ..................................................................................47 Analisis Fitokimia Drymis sp ...........................................................................54 Fitokimia D. winterii Forst pada 1200 mdpl ................................................57 Fitokimia D. piperita Hook pada 1200 mdpl ...............................................61 Fitokimia D. beccariana Gibbs pada 1200 mdpl .........................................65
Fitokimia D. winterii Forst pada 1600 mdpl ................................................69 Fitokimia D. piperita Hook pada 1600 mdpl ...............................................74 Fitokimia D. beccariana Gibbs pada 1600 mdpl .........................................81 Perbandingan kandungan senyawa kimia bagian kulit batang, batang, daun dan akar pada ketiga spesies yang tumbuh di ketinggian 1600 mdpl................................................................................ ............................86 Pengaruh unsur hara tanah pada elevasi 1200 mdpl dan 1600 mdpl terhadap kandungan kimia kayu akway (Drymis sp) ..................................94 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ..................................................................................................100 Saran ............................................................................................................101 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................102 LAMPIRAN ...............................................................................................................106
DAFTAR TABEL 1. Sifat morfologi Drymis sp dan ketegori pengukuran ...........................................29 2. Rata-rata tinggi pohon, jumlah cabang, ukuran daun, diameter batang pada Drymis sp .............................................................................................................40 3. Rata-rata tinggi pohon, jumlah cabang, ukuran daun, diameter batang pada ketinggian berbeda ...............................................................................................40 4. Nilai Rata-rata tinggi pohon masing-masing kayu akway ..................................41 5. Nilai Rata-Rata Jumlah Cabang masing-masing kayu akway .............................41 6. Nilai Rata-Rata Diameter Batang masing-masing kayu akway ...........................42 7. Nilai Rata-Rata Ukuran Daun masing-masing kayu akway ................................42 8. Rata-rata pepagan luar, arah tumbuh cabang, model arsitektur dan warna pucuk pada tiga species Drymis ...........................................................................43 9. Rata-rata warna daun, susunan daun, bentuk helaian dauan dan tepi daun pada tiga species Drimys sp .................................................................................44 10. Species Dominan yang ditemukan tumbuh bersama dengan Drimys sp..............47 11. Penyebaran Populasi spesies Drymis winterii Forst pada beberapa ketinggian ..48 12. Penyebaran Populasi spesies Drymis piperita.Hook pada beberapa ketinggian ..50 13. Penyebaran Populasi spesies Drymis beccariana Gibss pada beberapa ketinggian .............................................................................................................52 14. Rata-rata jumlah pohon akway (Drymis sp) perelevasi pada luasan 6.348m2 ....54 15. Hasil Analisis Mutu Tanaman Drymis sp pada 1200 mdpl..................................54 16. Hasil Uji Fitokimia Drymis sp .............................................................................56 17. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. Winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl..........................................................................................57 18. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. Winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. ................................................................................58 19. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl..........................................................................................60 20. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl..........................................................................................61 21. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. ................................................................................62 22. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl..........................................................................................64 23. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl .................................................................................65
24. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1200 mdpl ..................................................................................67 25. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1200 mdpl ..................................................................................68 26. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D.winterii yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl..........................................................................................69 27. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl..........................................................................................71 28. Jenis dan komposisi senyawa kimia kulit batang D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ................................................................................72 29. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl..........................................................................................73 30. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. Piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl..........................................................................................75 31. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. Piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ................................................................................77 32. Jenis dan komposisi senyawa kimia kulit batang D. Piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ...................................................................78 33. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. Piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ................................................................................80 34. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl .................................................................................81 35. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ................................................................................83 36. Jenis dan komposisi senyawa kimia kulit batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ...................................................................84 37. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl .................................................................................84 38. Perbandingan senyawa kimia yang dimiliki pada bagian kulit batang ketiga species 86 39. Perbandingan senyawa kimia yang dimiliki pada bagian batang species Drymis sp .............................................................................................................88 40. Perbandingan senyawa kimia yang dimiliki pada bagian daun ketiga species ....90 41. Perbandingan senyawa kimia yang dimiliki pada bagian akar ketiga species .....92 42. Rata-rata sifat kimia tanah pada elevasi 1200 m dpl dan 1600 m dpl..................94
DAFTAR GAMBAR 1. Bagian Daun D.winterii. Forst, D. beccariana. Gibbs, D.piperita Hook ..............45 2. Bagian Batang D. winterii. Forst, D. piperita. Hook, D. beccariana. Gibbs.........45 3. Bagian Akar D. winterii, Forst, D. beccariana. Gibbs., D. piperita Hook ............45 4. Hasil Pengujian kadar air dan rendemen bahan pada akar, batang, kulit dan daun Drymis winterii. Forst .................................................................................55 5. Hasil Pengujian kadar air dan rendemen bahan pada akar, batang, kulit dan daun Drimys piperita. Hook.................................................................................55 6. Hasil Pengujian kadar air dan rendemen bahan pada akar, batang, kulit dan daun Drimys beccariana. Gibbs...........................................................................56 7. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. Winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl..........................................................................................58 8. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. Winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. ................................................................................59 9. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl..........................................................................................60 10. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl..........................................................................................62 11. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. ................................................................................63 12. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. ................................................................................65 13. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. ................................................................................66 14. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. ................................................................................67 15. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. ................................................................................69 16. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D.winterii yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl..........................................................................................70 17. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl..........................................................................................71 18. Jenis dan komposisi senyawa kimia kulit batang D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ................................................................................73 19. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl..........................................................................................74 20. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. Piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ................................................................................76
21. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. Piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ................................................................................77 22. Jenis dan komposisi senyawa kimia kulit batang D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl ....................................................................79 23. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl..........................................................................................80 24. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ................................................................................82 25. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ................................................................................83 26. Jenis dan komposisi senyawa kimia kulit batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ...................................................................84 27. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. ................................................................................85 28. Kandungan senyawa kimia tertinggi pada bagian kulit batang pada Drymis sp ..88 29. Kandungan senyawa kimia tertinggi pada bagian batang pada Drymis sp. .........90 30. Kandungan senyawa kimia tertinggi pada bagian daun Drymis sp.....................92 31. Kandungan senyawa kimia tertinggi pada bagian akar Drymis sp. ....................94 32. Perbandingan senyawa atsiri, seskuiterpen dan asam lemak pada Drymis winterii.Forst di 1200 mdpl dan 1600 mdpl .........................................................95 33. Perbandingan senyawa atsiri, seskuiterpen dan asam lemak pada Drymis piperita.Hook di 1200 mdpl dan 1600 mdpl ........................................................97 34. Perbandingan senyawa atsiri, seskuiterpen dan asam lemak pada Drymis beccariana.Gibbs di 1200 mdpl dan 1600 mdpl ..................................................98
DAFTAR LAMPIRAN 1. Uji Ragam Bartllet’s Karakter Morfologi D. winterii Wine Pada 4 Lokasi Pengamatan dan skor Pengukurannya. .........................................106 2. Analisis covarian (ANOVA) pada sifat morfologi kuantitatif .............................107 3. Kruskal-Wallis Test pada sifat morfologi kualitatif ................................................109 4. Hasil analisis tanah dibeberapa titik......................................................................125 5. Kondisi Iklim Pada Lokasi Penelitian ...................................................................126 6. Rangkuman senyawa dengan kandungan (di atas 5 %) tertinggi dari ketiga jenis akway ............................................................................129 7. Peta Lokasi Penelitian Distrik Menyambouw dan Penyebaran Drymis sp ............134 8. Karakter Morpologi yang bersifat kualitatif ..........................................................135
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Manokwari pada tanggal 22 Desember 1979 dari ayah Yohanes Paisey dan ibu Suniati. Penulis merupakan putri kelima dari enam bersaudara. Tahun 1998 penulis lulus SMA Negeri I Manokwari dan pada tahun yang sama penulis lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Negeri Cenderawasih (UNCEN) yang saat ini telah menjadi Universitas Negeri Papua (UNIPA). Penulis memilih program studi agronomi pada Fakultas Pertanian dan teknologi Pertanian. Penulis menyelesaikan program Strata satu pada tahun 2003 dan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pada tahun 2004 di Universitas Negeri Papua. Penulis diberi kesempatan Oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi (DIKTI) untuk melanjutkan program Strata dua di Institut Pertanian Bogor tahun 2006.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Tumbuh-tumbuhan di Indonesia yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, salah satunya adalah sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Di Indonesia telah diketahui terdapat 1.000 jenis dari 30.000 jenis yang bisa dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat (Badan POM, 2004). Secara lengkap PT Eisei (1995) mengungkapkan bahwa terdapat lebih dari 2.500 tumbuhan yang berpotensi sebagai obat, dan 1.845 yang telah diidentifikasikan memiliki potensi medis. Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia biasanya hanya berdasarkan pada pengalaman dan pengetahuan tradisional yang diturunkan oleh nenek moyang. Salah satu pemanfaatan tumbuhan obat adalah sebagai obat kuat oleh masyarakat Papua khususnya suku Arfak. Tumbuhan obat yang digunakan untuk meningkatkan vitalitas seksual pada kaum pria suku Arfak adalah kayu akway (Drymis sp). Bermawie et al. (2006, tidak dipublikasi) menduga terdapat dua jenis Drymis yang digunakan sebagai obat yaitu Drymis piperita. Hook dan
Drymis beccarina. Gibbs. Tumbuhan
Drymis sp. yang dimanfaatkan oleh masyarakat di kawasan pegunungan Arfak tahun 2007 diperkirakan setiap bulannya mencapai ± 640 pohon pada satu desa. Tumbuhan ini digunakan untuk konsumsi keluarga dan juga dikomersilkan ke pasar lokal. Drymis yang tumbuh di daerah Arfak diperkirakan 11,5 juta pohon dengan rata-rata populasi 180 pohon/ha pada satu desa. Kerapatan pertumbuhan di alam yang minim menyebabkan tumbuhan ini telah jarang ditemui pada saat sekarang.
2
Tumbuhan Drymis terdapat pada pegunungan Arfak yang merupakan Cagar Alam (CA) terletak di daerah kepala burung Pulau Papua, 25 km dari Manokwari kearah Tenggara. Cagar Alam ini luasnya 63.750 ha dan berada di ketinggian 15 m hingga ketinggian 2.940 m di atas permukaan laut (dpl). Pegunungan Arfak memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi dan tak ternilai. Meskipun sebagian besar dari kawasan ini berupa pegunungan namun wilayah ini memiliki koridor ke daerah dataran rendah, sehingga membentuk unit ekologi yang lengkap (Craven dan de Fretes, 1987). D’Albertis dan Beccari pada tahun 1872-1873 telah melakukan identifikasi terhadap tumbuhan yang tumbuh pada daerah ini termasuk Drymis sp., dua jenis Drymis yang ditemukan hanya arfakinensis dan beccariana Gibbs (Gibbs, 1916). Tumbuhan Obat yang mempunyai bahan aktif yang bersifat afrodisiak akan berfungsi untuk meningkatkan hormon testosteron (Poedjaidi, 1994). Pada umumnya tumbuhan atau
tanaman yang berkhasiat sebagai afrodisiak
mengandung senyawa-senyawa turunan sterol, saponin, alkaloid, tanian
dan
senyawa lain yang berkhasiat sebagai penguat tubuh dan memperlancar peredaran darah. Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya cincin siklopentana perihidrofenantrena yang tidak hanya terdapat pada hewan tetapi juga pada tumbuhan tingkat tinggi. Senyawa ini terdiri dari stigmasterol, β-sitosterol dan kampesterol yang sangat berperan dalam peningkatan hormon pria yaitu testosteron (Harborne, 2006). Pada batang kayu akway (Drymis sp) ditemukan senyawa-senyawa golongan fenantren sehingga pemanfaatan Drymis sp sebagai tanaman obat oleh masyarakat suku Arfak dapat dibuktikan secara empiris, (Bermawie et al. 2006, tidak dipublikasi)
3
Pemanfaatan secara terus-menerus tanpa adanya usaha budidaya untuk melestarikan dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati Papua khususnya pegunungan Arfak. Oleh karena itu perlu adanya usaha konservasi untuk mengurangi kepunahan species Drymis. Adapun usaha tersebut adalah mengeksplorasi Drymis sp dengan mendeskripsikan morfologi, menganilisis kandungan kimia, mengkaji aspek agronomi merupakan cara awal yang dapat ditempuh untuk membudidayakan Drymis sp agar tetap lestari. Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk (1) mendeskripsikan morfologi sehingga dapat digunakan sebagai alat identifikasi species Drymis untuk pengembangan lebih lanjut; (2) menganalisis kandungan kimia akway (Drymis sp.) yang dijumpai; (3) memberikan informasi ilmiah mengenai kandungan kimia untuk mendukung penggunaan kayu akway sebagai afrodisiak dan peningkatan stamina. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah : (1) terdapat perbedaan morfologi sehingga dapat digunakan untuk identifikasi (2) terdapat perbedaan morfologi pada tumbuhan akway (Drimys sp) yang tumbuh berbeda pada kondisi lingkungan yang berbeda (3) perbedaan kandungan senyawa kimia sebagai afrodisiak pada ketiga species Drimys pada ketinggian 1200 mdpl dan 1600 mdpl; (4) terdapat perbedaan kosentrasi senyawa afrodisiak pada bagian daun, batang, kulit batang dan akar dari tiga jenis Drimys di ketinggian 1200 mdpl dan 1600 mdpl. Ruang Lingkup dan Kerangka pemikiran. Penelitian ini meliputi beberapa kegiatan dan tahapan yang saling terkait untuk mencapai tujuan yang diharapkan, Karakterisasi sifat morfologi tanaman
4
kayu akway dan analisa parameter ekologi dalam kaitannya dengan mutu (komposisi kimia) penyimpanan metabolit sekuder. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yaitu Karakterisasi sifat morfologi dari kayu akway yang ditemukan dan karakterisasi komponen kimia kayu akway yang berasal dari dua tipe atau zona agroekologi dataran tinggi. Selain itu sebagai pendukung dilakukan analisis terhadap sifat fisik dan kimia tanah dari lokasi penelitian yang merupakan tempat tumbuh dari kayu akway tersebut. Hal ini dilakukan karena penyebaran Drymis sp. cukup luas di dataran tinggi.
5
Kerangka pemikiran :
DRYMIS SP MER UPAKAN SALAH SATU KEANAKARAGAMAN HAYATI TANPA BUDIDAYA PEMANFAATAN SECARA LANGSUNG
SEBAGAI AFRODISIAK
KURANGNYA PLASMA NUTFAH
USAHA PEMECAHAN
DILAKUKAN BUDIDAYA
PELESTARIAN
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN
KAJIAN AGRONOMI
KAJIAN MORFOLOGI
6
TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Kandungan Drymis SP Tumbuhan
ini
berasal
dari
family
Magnoleacea
(Winteraceae).
Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan aromatik. Beberapa spesies yang berada di Papua adalah : Drimys arfakensis Gibbs, Drimys beccariana Gibbs. Drimys brassii A.C. Sm., Drimys bullata, Drimys calothyrsa Diels, Drimys coriacea Pulle, Drimys crassifolia Baill, Drimys cyclopum Diels Drimys densifolia Ridl, Drimys dictyophlebia Diels, (plantencyclo, 2007). Berdasarkan hasil analisis kimia yang dilakukan oleh Bermawie et al. (2006), pada batang kayu akway (Drymis sp) ditemukan 12 senyawa dengan kosentrasi dari 0,57-16,72 %, dengan senyawa tertinggi yang ditemukan adalah 7,11-Epoksi isogomakron sebanyak 16,72%; 9,10-Dimetil penatren: 8,12%; 2,5Dimetil-3-etilfuran : 7,36% ; 7,8-Isopropiliden dioksi bisiklo (4,2) : 3,43% dan 5Sedranon sekitar 1,87%. Pemanfaatan tumbuhan ini adalah sebagai obat kuat pada kaum lelaki suku Arfak. Pemakaiannya secara langsung dari batang yang telah mengering, kemudian dikikis bagian kulit dan diseduh menggunakan air panas (tradisional knowledge). Metabolit sekunder merupakan senyawa yang disintesis tanaman yang digolongkan menjadi lima yaitu glikosida, fenol, flavonoid, dan alkaloid. Senyawa-senyawa tersebut bermanfaat bagi tanaman itu sendiri maupun bagi serangga, hewan dan manusia. Fungsi senyawa metabolit sekunder sangat penting antara lain :
7
1. Sistem pertahanan terhadap virus, bakteri dan jamur 2. Sistem pertahanan terhadap serangga 3. Sistem pertahanan terhadap tanaman lain melalui allelopati 4. Atraktan serangga untuk membantu polinasi 5. Sistem pertahanan terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya kekeringan, adanya logam berat dan keadaan yang terlalu panas atau terlalu dingin. 6. Sebagai obat, food additive, flavor, pewarna dan pestisida nabati (Vickery dan Vickery, 1981). Gambaran Umum Kabupaten Manokwari Kabupaten Manokwari terdiri dari 12 Kecamatan dan 132 Desa. Kabupaten Manokwari sering juga disebut kota buah-buahan karena disini tanahnya sangat subur untuk berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Penduduk Asli Kabupaten Manokwari terdiri dari beberapa suku seperti suku Sough, suku Karon, suku Hatam, suku Meyeh dan suku Wamesa, suku-suku ini mempunyai budaya yang unik dan berbeda satu sama lain. Luas wilayah Kabupaten Manokwari 37.901 km2 terletak di bagian kepala burung Pulau Papua. secara geografis Kabupaten ini terletak antara 0015 Lintang Utara dan 3025 Lintang Selatan dan terbentang dari 132035 sampai 134045 Bujur Timur. Batas-batas Kabupaten Manokwari adalah sebagai berikut: -
Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Nabire dan Kabupaten Paniai.
-
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Biak Numfor dan
8
-
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sorong. Topografi Kabupaten Manokwari pada umumnya adalah daerah berbukit
dan dataran tinggi, atau sekitar 80% dari luas wilayahnya terdapat di bagian tengah yakni Kecamatan Kebar, Anggi dan Merdey dan selebihnya 20% merupakan dataran rendah yang terdapat di bagian Selatan yakni di Kecamatan Bintuni dan Babo. Puncak-puncak gunung yang terdapat di kabupaten ini adalah: Gunung Umsini 2950 m, Gunung Borai 2340 m, Gunung Wondi 2390 m, dan gunung-gunung lain yang tingginya hampir sama. Jenis flora di Kabupaten Manokwari sama dengan jenis flora di Australia seperti Arancavis, Darydrum, Lybfocedrus, Tristanea, dan lain-lain. Bagian terbesar dari kawasan ini tertutup oleh hutan hujan tropis. Jenis Pohon yang terdapat di Kabupaten Manokwari adalah pohon Matoa, Aghtis, Rhizopora, Instsia Bugeira dan lain-lain. Dari 819 species anggrek yang tumbuh di Papua, banyak terdapat di daerah Manokwari seperti jenis Debrobium Speclabile JJS. Tumbuhan yang menjadi makanan sehari-hari termasuk pisang, buah keluwih/sukun, pohon kelapa, sagu, pepaya, nanas dan kentang. Iklim Kabupaten Manokwari tergolong daerah beriklim basah, curah hujan cukup tinggi, rata-rata 2688 mm pertahun, hutan rata-rata 123 hari pertahun. Suhu antara 260C sampai 320C dan kelembaban rata-rata 84,7% dan intensitas panas matahari 54,3%.
9
Ekologi Pegunungan Arfak Lokasi pegunungan Arfak secara geografis terletak pada
Timur Laut
semenanjung kepala burung, dengan Distrik Manokwari, kurang lebih 25 km Barat Daya kota Manokwari. Sebelah Barat Gunung Arfak dibatasi oleh Sungai Ransiki, dan sebalah Barat Laut dibatasi oleh Sungai Prafi, sebelum meluas bagian Tenggara kaki gunung dan dataran rendahnya mengarah ke pesisir pantai. Dapat dilalui dengan kendaraan dari Manokwari dan Ransiki, sedangkan melalui udara menuju ke sebalah Barat , pada 1°00'-1°29'S, 133°53'-134°15'E. Iklim wilayahnya adalah tropical basah dengan kelembaban relatif antara 85% sampai 90% pada level pantai dan akan turun menjadi 75% sampai 85% pada ketinggian 2.050 m. Rata-rata temperatur maksimum pada level pantai adalah 31oC dan rata-rata minimum adalah 24oC. Rata-rata temperatur maksimum dan minimum adalah 22.5oC dan 16oC berturut-turut pada 2.050 m. Variasi geografi memberikan efek perbedaan curah hujan, telah dicatat bahwa curah hujan di Ransiki adalah 1404 mm dan di Manokwari adalah 3038 mm. Pada periode kering dari Juli sampai Oktober dan periode basah dari bulan Januari sampai Mey. (Craven and de Fretes, 1987). Vegetasi dominan pada 1500 m adalah pohon dengan spesies Lithocarpus spp. dan Lauraceae spp., sedangkan Nothofagus spp. berada diantara 1,500 m dan 2,800 m. Diatas ketinggian 2,000 m adalah gingers Zingiberaceae, ferns and epiphytes seperti Selaginellaceae and Thelypteridaceae.Other epiphytes termasuk orchids Dendrobium spp. dan pandan panjat Pandanus spp. Bagian timur (antara 300 m and 1.000 m) sebagai kaki gunung tercatat Genera pohon predominan diantaranya Ficus, Alstonia, Canarium, Syzygium, Araucaria, Terminalia, dan
10
Myristica. Pohon yang bernilai ekonomi diantaranya Pometia spp., Palaquium spp. and Intsia spp. Selain itu didominasi pula oleh gingers, palms dan pakis Cyathea spp. Sebagian kecil dataran rendah hutan hujan teropis ini juga terdapat berbagai tipe spesies. Genera pohon yang dominan diantaranya Mallotus, Aglaia, Albizia, dan Ficus. Pandanus adalah sumber yang sangat penting karena merupakan bahan makanan dan bahan bangunan, sedangkan Pometia spp., Intsia spp.dan Palaquium spp. telah dieksploitasi guna komersil. Aristolochia spp., sebagai tumbuhan makanan kupu-kupu dan burung, tumbuhan berkantong Nepenthes spp dan beberapa Piper spp. Epiphytes termasuk Antrophyum reticulum dan Asplenium nidus. Termasuk pakis atau paku-pakuan Stenosemia aurita, pohon pakis Cyathea spp dan bunga-bunga Amorphophallus paeoniifolius (Craven and de Fretes, 1987). Keragaman aneka tanaman Papua termasuk salah satu yang terbesar di dunia dengan sekitar 2700 spesies anggrek. Selain dari pada itu, Papua juga kaya akan pohon pakis, lianas dan berbagai tumbuhan obat-obatan. Pegunungan Arfak memiliki keanekaragaman yang tinggi dan tak ternilai. Meskipun sebagian besar dari kawasan ini berupa pegunungan, wilayah ini memiliki koridor ke daerah dataran rendah, sehingga membentuk unit ekologi yang lengkap. Eksplorasi secara intensif oleh d’Albertis dan Beccari pada tahun 1872-1873 (Gibbs, 1916) menemukan sedikitnya 320 jenis burung, 350 jenis kupu-kupu dan 110 jenis mamalia. Vegetasi di kawasan ini diantaranya matoa (Pometia spp), nyatoh, rotan, dll. Pegunungan Arfak dikenal pula sebagai pusat keanekaragaman hayati untuk kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera spp.), yang memiliki sayap yang besar dan indah. Selain itu, terdapat pula jenis endemik
11
seperti burung pintar (Amblyornis innornatus), kanguru pohon, landak papua dan lain-lain. Sosial ekonomi Suku Arfak Di Pegunungan Arfak hidup empat suku asli , yaitu Hatam, Moule, Sough, dan Meyakh, yang mendiami 25 desa dengan total populasi 12 ribu jiwa. Ekonomi masyarakat Arfak umumnya masih subsisten. Kebutuhan pangan dipenuhi dari berladang, berburu dan mengambil hasil hutan. Secara adat masyarakat diperbolehkan mengambil hasil hutan berupa kayu, kulit kayu, dan daun pandan untuk membangun rumah serta kayu bakar. Masyarakat Arfak secara adat telah memiliki konsep pengelolaan kawasan, yang disebut Igya Ser Hanjop (padanan kata konservasi dalam bahasa Hatam), serta zonasi. Ada zona Bahamti (daerah konservasi), Nimahanti (daerah wisata terbatas/daerah penyangga), dan Susti (daerah pemanfaatan). Konsep Igya Ser Hanjop inilah yang dicoba diangkat kembali, sebagai dasar pengelolaan keanekaragaman hayati yang bertumpu pada masyarakat di Arfak. Morfologi Tumbuhan Perbedaan pohon
di hutan
Indonesia dapat dibedakan berdasarkan
perbedaan morfologi yang terdiri atas morfologi batang, tajuk dan dahan, daun, akar, bunga, buah dan biji. Deskriptor untuk membuat deskripsi tanaman pohon berdasarkan PROSEA, 1998. A. MORFOLOGI BATANG A. Pohon 1.1. Penampilan umum : 1. Batang silindris
12
2. Batang berlekuk atau berbaling 3. Batang berbuncak 1.2 Penampilan pangkal batang 1. Batang mulus 2. Batang berbanir 1.3 Penampilan pepagan luar 1. Berdamar, 2. Licin 3. Berlekah 4. Bersisik 5. Lepas berkotak 6. Berpuru 7. bergelang dan berbaris melintang 8. Berduri 9. Mengelupas 10. Retak-retak 1.2. Morfologi bagian dalam. Secara umum variasi sifat morfologi bagian dalam batang pohon sebagai berikut : 1. Pepagan bergetah, meliputi : a. Pepagan bergetah putih b. Pepagan bergetah kuning c. Pepagan bergetah merah d. Pepagan bergetah hitam
13
2. Pepagan tanpa getah. a. Pepagan berlapis b. Pepagan berserat c. Pepagan mamasir d. Pepagan bermiang e. Pepagan bercorak daging 3. Bau Pepagan terdiri atas : a. Bau harum b. Bau resin dan aromatik c. Bau kamper d. Bau bawang e. Bau kacang f. Bau asam jawa g. Bau kepinding 4. Arah tumbuh batang a. Tegak lurus b. Menggantung c. Berbaring d. Menjalar e. Serong ke atas f. Mengangguk g. Memanjat h. Membelit ke kanan atau ke kiri
14
B. MORFOLOGI TAJUK DAN DAHAN 1. Penampilan tajuk secara umum Tajuk pohon dewasa yang umumnya dijumpai di hutan Indonesia antara lain : a. Tajuk bertingkat atau berbentuk pagoda b. Tajuk bentuk kubah c. Tajuk bulat d. Tajuk bentuk payung e. Tajuk bulat silinder f. Tajuk bentuk kerucut g. Tajuk bentuk kubus 2. Pola percabangan a. Perkembangan batang pokok - Perkembangan simpodial, yaitu perkembangan batang pokok (utama) yang terbagi dua atau lebih. Selanjutnya disebut batang simpodial. - perkembangan monopodial, yaitu perkembangan batang pokok yang tidak terbagi. Selanjutnya disebut batang monopodial b. perkembangan cabang - Latak cabang pada batang pokok dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu 1. Percabangan ritmik, yaitu apabila beberapa cabang tumbuh pada ketinggian tertentu pada batang pokok secara berulang dengan jarak antara kelompok cabang yang satu dengan kelompok cabang berikutnya jelas terlihat.
15
2. Percabangan menerus, yaitu apabila satu cabang tumbuh pada ketinggian tertentu pada batang pokok, diikuti cabang-cabang lain, demikian seterusnya dan tidak jelas berulangnya. - Arah pertumbuhan cabang ada dua macam, yaitu : 1. cabang ortotropik, apabila arah pertumbuhannya menuju ke atas dan bagian kuncup ujung cabang ataupun ujung ranting tampak menghadap ke atas. 2. cabang palgiotropik, apabila arah pertumbuhannya menuju ke samping dan kuncup ujung menghadap ke samping atau terkulai ke bawah. - pembagian meristem cabang atau ranting 1. Cabang simpodial, apabila pertumbuhan terbagi pada setiap modul atau cabang tumbuh terminal kemudian cabang berikutnya tumbuh pada bagian bawah ujungnya. 2. cabang monopodial, apabila pertumbuhan cabang terus berlanjut pada satu cabang, tanpa meristem yang terbagi. c. Latak bunga atau pembungaan - Bunga di ujung batang, cabang atau ranting (bunga terminal) - Bunga di bagian samping batang, cabang atau ranting (bunga lateral) d. Deskripsi singkat model arsitektur 1. Model Koriba Batang simpodial dengan beberapa bagian batang tumbuh secara plagiotropik kecuali satu diantaranya tumbuh secara ototropik. Selanjutnya batang yang plagiotropik itu berubah fungsinya menjadi cabang dan berkembang lagi secara plagiotropik, sedangkan bagian yang
16
ototropik tmbuh menjadi batang ke dua yang selanjutnya terbagi lagi seperti kejadian sebelumnya. Pada batang pokok tampak letak kelompok cabang yang pertama bertentangan arah dengan kelompok cabang kedua dan seterusnya, sehingga pertumbuhan batang tampak zig-zag. Jadi cabang simpodial dan plagiotropik. 2. Model Sccarone Batang monopodial, percabangan ritmik. Cabang simpodial dan ototropik. 3. Model Rauh Batang monopodial, percabangan ritmik. Cabang monopodial dan ototropik 4. Model Attims Batang monopodial dengan cabang-cabang yang tidak ritmik (disebut cabang menerus) pada batang. Cabang monopodial dan ototropik. 5. Model Massart Batang monopodial dan ototropik, percabangan ritmik. Cabang monopodial dan plagiotropik. 6. Model Aubreville Batang monopodial dengan pertumbuhan tahap demi tahap bersamaan dengan pertumbuhan cabang-cabang yang ritmik. Cabang-cabangnya yang simpodial bersifat terminal terkenal dengan istilah percabangan terminallia. Model arsitektur ini dikenal dengan nama model pagoda.
17
7. Model Prevost Batang simpodial dan ototropik. Pada model ini terlihat adanya batang yang tumbuh proleptik dibagian bawah percabangan batang utama. Batang tersebut merupakan batang kedua dan seperti pada batang pertama, batang kedua inipun berhenti disusul oleh pertumbuhan cabang. 8. Model Roux Batang monopodial dan ototropik. Berbeda dengan model Massart, pada model Roux cabang-cabang pohon tidak ritmik, tetapi menerus pada batang. 9. Model Troll Batang tumbuh plagiotropik. Setelah itu pada bian batang yang melengkung tumbuh batang baru secara plagiotropik juga dan seterusnya tumbuh demikian. Cabang-cabang monopodial dan plagiotropik. C. MORFOLOGI DAUN 1. Komposisi daun, terdiri atas : a. Daun tunggal, yakni daun yang tangkainya hanya terdapat satu helai daun. b. Daun majemuk, yakni apabila pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helai daun. Daun majemuk yang biasa dijumpai banyak ragamnya, yaitu : 1. Daun majemuk menjari, yakni daun majemuk yang terdiri atas beberapa helai anak daun (leaflet) yang terkumpul pada ujung tangkai sehingga membentuk jari-jari. 2. Daun majemuk bersirip, yakni daun majemuk yang terdiri atas beberapa helai anak daun yang terletak sepanjang kiri-kanan tangkai daun. Daun majemuk bersirip ada dua macam, yaitu
18
bersirip ganjil jika pada ujung daun terdapat 1 atau 3 anak daun. Dan bersirip genap jika diakhiri dengan dua anak daun. 3. Daun majemuk bersirip ganda, yakni daun majemuk bersirip yang setiap siripnya terbagi lagi menjadi beberapa helai anak daun sehingga menjadi 2 kali bersirip. 2. Susunan daun, terdiri atas : a. Berhadapan, yaitu bila daun-daun pada posisi berhadapan secara berpasangan pada ranting. Pasangan yang satu dengan pasangan berikutnya dapat sebidang atau berlainan bidang. Kadang-kadang susunan daun berhadapan sebidang. b. Terpusar, yakni bila daun-daun mengelilingi ranting pada suatu lingkaran. c. Berselang, yakni bila daun-daun tersusun seacra berselang di kiri dan di kanan bagaian ranting dan jika dirapikan daun-daun tersebut tampak terletak pada satu bidang d. Tersebar, yakni bila daun-daun bersusun secara berselang, mengelilingi ranting yang secara teratur membentuk suatu spiral. 3. Kuncup daun dan stipula Secara garis besar terdapat dua macam kuncup daun yaitu kuncup telanjang dan kuncup terbungkus stipula. a. Kuncup telanjang, yakni kuncup bakal daun tanpa pembungkus. b. Kuncup berstipula, yakni kuncup bakal daun yang terbungkus stipula. Stipula adalah bagian yang menutup dan membungkus kuncup daun, yang disebut pula menumpu. Pada pepohonan dijumpai beberapa macam bentuk stipula yaitu :
19
1. Stipula bentuk tudung, yang tampak runcing pada ujung ranting. Bagian pangkal leher membungkus seluruh bagian kuncup. Sesungguhnya tudung tersebut terdiri atas dua helaian yang saling menutupi sangat kuat. Jika kuncup mengembang, tudung akan terbuka dan terbagi menjadi dua bagian yang lepas dan meninggalkan lampang (bekas) berupa garis yang melingkari ranting, yang dikenal sebagai berkas cincin pada ranting 2. Stipula bentuk bumbung yang tumpul pada bagian ujung dan pangkalnya tidak melebar. Bumbung ini terdiri atas dua helaian yang saling menutupi pada waktu kuncup masih sangat muda. Jika kuncup mengembang, stipula terbagi menjadi dua helaian yang berragam bentuknya, memanjang seperti selendang dan setelah lepas akan meninggalkan berkas cincin pada ranting. 3. Stipula bentuk helaian biasa, terdiri atas dua helaian yang bervariasi baik dalam ukuran maupun bangunnya. 4. Stipula bentuk jarum, yang runcing pada pangkal dan ujungnya. 5. Stipula bentuk pelana, yang terdiri atas dua helaian yang menutupi kuncup yang tampak pipih seperti pelana. 6. Stipula bentuk sayap, sebagai pelebaran bagian tangkai daun. 4. Tangkai, helaian dan pertulangan daun. a. Tangkai daun. Tangkai daun adalah bagian daun yang melekat langsung pada ranting. Berdasarkan ukurannya, Kartawinata (1983) menggolong-golongkan tangkai daun sebagai berikut :
20
1. Pendek, berukuran kurang dari 2,5 cm 2. Sedang, berukuran antara 2,5 – 5 cm 3. Panjang, berukuran lebih dari 5 cm b. Helai daun Halai daun dapat dibedakan atas sifat bangun umumnya, bagian ujung, bagian pangkal dan bagian tepinya. 1. Bangun umum helai daun Secara garis besar, bangun umum helai daun yang dijumpai pada pepohonan adalah sebagai berikut : - Bentuk lanset (lanceolet) menyerupai mata lembing - Jorong (elliptical) - Bundar telur (ovate) - Bundar telur sungsang (obovate) - Lonjong (oblong) - Bentuk lanset sungsang (oblanceolet) 2. Bangun ujung daun. Daun-daun pepohonan hutan umumnya memiliki helai daun yang ujungnya berkisar antara lancip, luncip, tumpul, membundar, dan berlekuk. 3. Bangun pangkal daun Pertemuan helai daun dengan tangkai daun akan memperlihatkan aneka ragam bentuk yang umunya berkisar antara bentuk pasak, senjang (tumpul), bentuk jantung, bundar, tirus dan bentuk perisai. 4. Bangun tepi daun
21
Secara umum, tepi daun pepohonan dapat rata, bergerigi, berombak, berlekuk atau bercangap. c. Pertulangan daun Pertulangan daun pada umumnya terdiri atas tulang pertama atau tulang tengah (midrib), pertulangan kedua (secindary nerves) dan pertulangan ke tiga (tertiary nerves) atau juga disebut urat daun Berdasarkan letaknya pada helai daun yang dijumpai pada pepohonan adalah sebagai berikut : 1. Menyirip, yakni bila pertulangan kedua tersusun di kiri dan kanan tulang tengah. Jika jarak antara tulang-tulang kedua tersebut hampir sama maka disebut pertulangan yang menyirip sempurna, dan jika jaraknya tidak sama maka disebut menyirip tidak sempurna. 2. Menjari, yakni bila pertulangan daun memperlihatkan bentuk seperti jari tangan, tulang pertama seolah-olah terbagi menjadi 3 atau 5 yang berpusat pada titik pertemuan antara helai daun dan tangkai daun. 3. Sejajar, yang serupa dengan bentuk menyirip namun pertulangan kedua sejajar dan rapat, tegak lurus terhadap tulang pertama. 4. Bertulang tiga (trinerved), yaitu bentuk pertulangan yang seolah-olah pertulangan kedua terdiri atas satu pasang sehingga dengan tulang pertama akan nampak sebagai segi tiga tulang saja. 5. Driobalanoid, yakni serupa dengan pertulangan menyirip atau sejajar, namun diantara pertulangan kedua terdapat tulang yang tidak sampai ke tepi daun.
22
6. Sejajar tepi (intramarginal), yakni pada bagain dalam menjelang tepi daun, yang seolah-olah merupakan penghubung antara ujung-ujung pertulangan kedua, mulai dari bagian pangkal sampai ujung daun. 7. Bentuk jerat, yakni menyerupai jerat yang menghubungkan ujungujung pertulangan kedua, tidak sejajar dengan tepi daun. 8. Bentuk tangga, yakni tersusun secara teratur menyerupai tangga (scalariform). 9. Bentuk jala, yakni tersusun seperti jala atau jaring, tidak teratur. d. Organ lain pada daun. Organ-organ lain yang biasa terdapat pada seranting daun ialah : 1. Indumentum, yakni organ yang berupa bulu halus, bulu kasar, bulu seperti wol, atau berupa sisik, yang dterdapat di atau menutupi bagian ranting, kuncup, tangkai daun atau helai daun. Apabila bagian ini tidak terdapat pada tumbuhan maka sifat ini dinamakan lokos (glabrous) 2. Kelenjar, yakni organ menyerupai bintil yang tampak pada tangkai daun tau helai daun. 3. Domatia, yakni organ yang hampir serupa dengan kelenjar namun tampak titik yang jelas dan kdang-kadang tertutup oleh bulu halus. 4. Lapisan lilin, biasanya terdapat pada daun dan memudahkan identifikasi. D. MORFOLOGI AKAR 1. Percabangan akar tunggang terbagi atas : a. Berbentuk sebagai tombak (fusiformis), pangkalnya besar meruncing ke ujung dengan serabut-serabut akar sebagai percabangan.
23
b. berbentuk gasing (napiformis), pangkal akar besar membulat, akar-akar serabut sebagai cabang hanya pada ujung yang sempit meruncing. c. Berbentuk benang (filiformis), jika akar tunggang kecil panjang seperti akar serabut saja dan juga sedikit sekali bercabang. 2. Sifat dan tugas khusus akar terbagi atas : a. Akar udara atau akar gantung (radiks aereus), menggantung di udara dan tumbuh ke dalam tanah. b. Akar penggerek atau akar penghisap (haustorium), akar yang terdapat pada tumbuhan yang hidup sebagai parasit dan berguna untuk menyerap air dan makanan dari inang. c. Akar pelekat (radix adligans), akar-akar yang keluar dari buku-buku batang tumbuhan memanjat untuk menempel pada penunjangnya saja. d. Akar pembelit (cirrhus radicalis), juga untuk memanjat tetapi dengan memeluk penunjangnya. e. Akar nafas (peneumatophora), yaitu cabang-cabang akar yang tumbuh tegak lurus ke atas hingga muncul dari permukaan tanah atau air tempat tumbuh tumbuhan. f. akar tunjang, akar yang tumbuh dari bagian bawah batang ke segala arah seakan-akan menunjang batang jangan sampai rebah, karena batang tumbuhan yang yang mempunyai akar demikian ini terdapat diatas tanah atau air. g. Akar lutut, bagian akar yang tumbuh ke atas kemudian membengkok lagi masuk ke dalam tanah.
24
h. Akar banir, yaitu akar yang berbentuk seperti papan-papan yang diletakkan miring untuk memperkokoh berdirinya batang pohon yang tinggi besar. E. MORFOLOGI BUNGA, BUAH DAN BIJI 1. Bunga dan perbungaan Tipe-tipe perbungaan yang biasa dijumpai pada pepohonan hutan di Indonesia antara lain sebagai berikut : a. Bulir (spike), jika bunga-bunga tersusun sepanjang gagang perbungaan dan bunga-bunga tersebut hampir duduk atau tanpa gagang bunga. b. Tandan (raceme) jika bunga-bunga tersusun berselang-seling pada gagang perbungaan yang memanjang tak terbatas dan bunga-bunga tersebut bergagang c. Malai (panicle), seperti tandan tetapi perbungaan ini bercabang; masingmasing cabang memiliki bunga yang bertangkai, yang bergantian mekarnya dari bawah ke atas. d. Payung (umbel), jika bunga-bunga dan gagangnya tersusun terpusat pada ujung gagang perbungaan. e. Bongkol (head), jika bunga-bunga tersusun pada permukaan perbungaan yang bulat seperti kepala dan biasanya bunga-bunga tersebut tidak bergagang. f. Bunga tunggal (solitary), jika terdapat hanya satu bunga pada gagang, tidak berupa gabungan beberapa bunga.
25
Selain tipe bunga yang diamati pula adalah mahkota bunga untuk mempermudah pengenalan jenis-jenis Drymis sp. Bentuk-bentuk daun mahkota yang biasa dijumpai pada pepohonan hutan antara lain : a. Bentuk bibir b. Bentuk buyung c. Bentuk corong d. Bentuk kincir e. Bentuk kupu-kupu f. Bentuk lonceng g. Bentuk tabung h. Bentuk terompet. i. Bentuk zigomorf j. Bentuk aktinomorf. Perlu pula diketahui letak bakal buah antara lain : a. Bakal buah superior jika terletak di atas kelopak b. Bakal buah inferior jika terletak di bawah kelopak. 2. Buah Macam-macam buah yang biasa dijumpai pada pepohonan hutan di Indonesia antara lain : a. Buah batu (drupe), yakni buah yang bagian luar dindingnya berdaging sedangkan bagian dalamnya membentuk lapisan yang berkayu dan berserat. b. Buah buni (berry), yakni buah yang dindingnya berdaging lunak, berair dan biasanya berbiji lebih dari satu.
26
c. Buah kotak (capsule), yakni buah kering yang merekah yakni berasal dari beberapa daun buah dan berisi banyak biji. d. Buah longkah (achene), yakni buah kering berbiji tunggal yang tidak pecah, berasal dari satu daun buah. e. Buah polong (legume), yakni buah yang berasal dari suku leguminosae, berbentuk pipih, terdiri atas dua belahan yang dapat dibuka bila kering, berbiji satu atau lebih. 3. Biji Biji merupakan bagian dari buah, menurut Kamil (1982), bahwa biji umumnya terdiri atas dua lapisan yaitu sebelah luar yang tebal dan keras, serta sebelah dalam yang tipis dan lunak.
27
METODE PENELITIAN Penelitian I.
Karakterisasi Morfologi Drimys sp. Tempat dan Waktu
Drymis sp. yang diamati untuk karakterisasi morfologi berada di Kecamatan Menyambo yang terletak di Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Berlangsung dari bulan September sampai November tahun 2007. Bahan dan Alat Bahan yang akan diindentifikasi adalah spesimen akway (Drymis beccarina Gibbs, Drymis piperita HOOK dan Drymis winterii Forst) sedangkan peralatan yang dipergunakan adalah kaliper, lux meter, munsel color, haga hipsometer, GPS. Metode penelitian Karakterisasi Morfologi dan Penyeberan Populasi. 1.
Penentuan sampel tanaman dilakukan dengan menggunakan metode petak tunggal yang ditentukan secara purposife dengan menggunakan plot-plot sesuai fase pertumbuhan, 5 x 5 m2 untuk fase pertumbuhan pancang, 10 x 10 m2 untuk fase tiang. Sampel yang akan menjadi spesimen sebanyak 3 untuk masing-masing species disetiap ketinggian sehingga terdapat 36 sampel.
2.
Penyebaran populasi kayu akway ditentukan pula secara purposife dengan menggunakan metode petak tunggal sesuai dengan fase pertumbuhan yaitu plot ukuran 2 x 2 m2 untuk fase pertumbuhan semai, 5 x 5 m2 untuk fase pertumbuhan pancang, 10 x 10 m2 untuk fase tiang dan 20 x 20 m2 untuk fase pertumbuhan pohon yang akan diperbesar hingga ukuran minimum
28
sesuai kurva species area atau penambahan jenis kurang dari 10 % jumlah jenis yang tercatat (Ishemat dan Indrawan, 2005). 3.
Petak pengamatan dibuat pada masing-masing ketinggian sebanyak 3 petak pada setiap ketinggian. A : ketinggian 1200 m dpl B : ketinggian 1600 m dpl C : ketinggian 2000 m dpl D : ketinggian 2400 m dpl
Identifikasi Kayu Akway 1.
Kayu akway yang dijadikan sampel identifikasi berasal dari sampel karakterisasi morfologi. Sebanyak 3 sampel pada masing-masing spesies kayu akway yang ditemukan pada lokasi penelitian.
2.
Bagian tumbuhan yang diambil untuk identifikasi adalah bagian ranting atau cabang berserta dengan daun dan bunga. Bagian tersebut dibuat herbarium untuk diidentifikasikan.
3.
Kayu akway yang ditemukan berdasarkan hasil eksplorasi dari lolasi penelitian kemudian dilakukan identifikasi pada Laboratorium Herbarium Universitas Negeri Papua.
Maka terdapat 12 petak pengamatan. Selanjutnya data akan di skoring dan akan diujikan ragam Bartllet’s untuk melihat keragaman antara spesies disetiap ketinggian.
29
Pengamatan 1. Bagian morfologi yang diamati meliputi data kualitatif dan kuantitatif dari akar, batang, daun dan biji Drymis sp berdasarkan Pedoman Pengenalan Hutan Indonesia (PROSEA, 1998) Tabel 1. Sifat-sifat morfologi Drymis sp dan kategori pengukurannya Sifat Morfologi Skor/pengukuran Deskripsi Bentuk batang 1,2,3,4 1 = silindris; 2 = berlekuk; 3 = berrongga; 4 = berbuncak Pangkal batang 1,2 1= mulus; 2 = berbanir Pepagan bagian luar 1,2,3 1= halus; 2 =sedang; 3 =kasar Pepagan bagian dalam 1,2,3,4 1 = bergetah putih; 2 = bergetah kuning; 3 = bergetah merah; 4 = bergetah hitam Bau pepagan
1,2,3,4,5,6,7
Arah tumbuh cabang terhadap batang Penampilan tajuk secara umum Pola perkembangan batang pokok
1,2,3
Pola perkembangan cabang Arah pertumbuhan cabang Model arsitektur
1,2
1 = ritmik; 2 = menerus
1,2 1,2,3,4,5,6,7,8,9
Warna pucuk
1,2
Ukuran daun Warna daun tua
Indeks 1,2,3
Komposisi daun
1,2,3,4
Susunan daun
1,2,3,4
Panjang tanggkai daun
1,2,3
1 = ortotropik; 2 = palgiotropik 1 = koriba; 2 = sccarone; 3 = rach; 4 = roux; 5 = massart; 6 = aubreville; 7 = provost; 8 = attims; 9 = troll 1=hijau (GY); 2=orange (YR) Panjang daun dibagi lebar 1 = hijau muda; 2 = hijau; 3= hijau tua 1 = tunggal; 2 = menjari; 3 = bersirip; 4 = berganda 1 = bertumpu; 2 =decussate; 3 = berselang; 4 = tersebar 1 = pendek < 2,5 cm; 2 =
1,2,3 1,2
1 = harum; 2 = resin dan aromatic; 3 = kamper; 4 = bawang; 5 = kacang; 6 = asam jawa; 7 = kepinding 1 = <450; 2 = 450-900; 3 = > 900 1 = kubah; 3 = payung; 5 = kerucut 1 = simpodial; 2 = monopodial
30
Bentuk helai daun
1,2,3,4,5,6
Bangun ujung daun
1,2,3,4,5
Bangun pangkal daun
1,2,3,4,5,6
Bangun tepi daun
1,2,3,4
Pertulangan daun
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Bentuk percabangan akar Sifat dan tugas khusus akar
1,2,3
Tinggi pohon
kuantitatif
Diameter batang
kuantitatif
Jumlah percabangan
kuantitatif
1,2,3,4,5,6,7,8
sedang > 2,5 cm dan < 5 cm; 3 = panjang > 5 cm 1 = lanset; 2 = elliptical; 3 = ovate 4 = obovate; 5 = oblong; 6 = oblanceolet 1 = lancip; 2 = luncip; 3 = tumpul; 4 = membundar; 5 = berlekuk 1 = pasak; 2 = tumpul; 3 = jantung; 4 = bundar; 5 = tirus; 6 = perisai 1 = rata; 2 = bergerigi; 3 = berombak; 4 = berlekuk 1 = menyirip sempurna, 2 = menyirip tidak sempurna; 3 = menjari; 4 = sejajar; 5 = bertulang tiga; 6 = driobalanoid; 7 = sejajar tepi; 8 = bentuk jerat; 9 = bentuk tangga; 10 = bentuk jala 1 = fusiformis; 2 = napiformis; 3 = filiformis 1 = akar udara; 2 = penggerek/penghisap; 3 = pelekat; 4 = pembelit; 5 = nafas; 6 = tunjang; 7 = lutut; 8 = banir Pengukuran dalam sentimeter Pengukuran dalam sentimeter Menghitung jumlah cabang primer dan sekunder
Pengamatan kuantitatif meliputi : 1. Tinggi pohon, yang diukur dengan menggunakan christen hipsometer 2. Diameter batang, diukur dengan menggunakan kaliper 3. Jumlah percabangan, dengan menghitung cabang primer dan sekunder 4. Luas daun.
31
Penelitian II. Analisis kimia akway dari elevasi 1200 mdpl dan 1600 mdpl Tempat dan waktu Analisis kimia akan dilakukan di laboratorium Fisiologi Hasil, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, yang dimulai pada bulan SeptemberOktober 2007. Bahan dan alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah spesies Drymis yang terdiri tasa bagian kulit batang, batang, akar dan daun,
alkohol. Alat yang
digunakan untuk ekstraksi bahan adalah mesin penggiling kasar dan halus, pengaduk listrik, vakum rotary evaporator. Metode penelitian I.
Penentuan sampel analisis kandungan kimia 1. Bahan yang diamati berasal dari petak pada fase pertumbuhan tingkat pancang dan tingkat tiang pada masing-masing jenis kayu akway yang dianggap berbeda oleh masyarakat setempat. Sampel yang diperoleh ini berasal dari ketinggian yang berbeda yaitu pada elevasi 1200 mdpl dan 1600 mdpl. 2. Bagian yang menjadi bahan analisis adalah bagian dari akar, batang, dan daun dari masing-masing jenis kayu akway yang berbeda, dimana masing-masing jenis ditentukan sebanyak 3 sampel.
32
II. Pengujian senyawa-senyawa kimia pada kayu akway Bahan yang digunakan diekstrak dengan cara : 1.
Sampel daun, batang , kulit batang dan akar dikeringkan dengan suhu 400C500C selama ± 3-4 hari untuk mencapai kadar air 12 % agar kandungan tidak rusak dan dapat bertahan dalam waktu yang lama.
2.
Bahan yang telah kering digiling dengan mesin penggiling kasar dan halus dengan ukuran 60 mes untuk mencapai rendemen yang tinggi.
3.
Bahan yang telah digiling tersebut diekstrak dengan menggunakan alcohol 95% dengan perbandingan bahan dan alcohol adalah 1:5, campuran tersebut diaduk dengan pengaduk listrik selama 2 Jam, setelah itu ekstrak didiamkan selama 1 malam.
4.
Ekstrak tersebut disaring sehingga menghasilkan ekstrak I
5.
Sisa saringan ekstrak I diekstrak lagi dengan menggunakan alcohol dengan perbandingan 1:2 dan diaduk selama 30 menit kemudian disaring. Hasil saringan ini adalah ekstrak II.
6.
Hasil eksrtak I digabung dengan hasil ekstrak II kemudian dievaporasi dengan menggunakan vakum rotary evaporator dengan tujuan untuk menguapkan alcohol pada suhu dan tekanan yang sama sehingga dihasilkan ekstrak pekat. Kemudian 8 sampel ekstrak pekat dianalisis GC-MS di Laboratorium
Kesehatan Daerah Jakarta.
33
2. Pengujian senyawa –senyawa lain. a. Uji alkaloid Ekstrak diberi 10 kloroform dan beberapa tetes amonia. Fraksi kliroform dipisahkan den diasamkan dengan H2SO4 2M. Fraksi asam diambil, kemudian ditambahkan dengan pereaksi meyer, Dragendorf, dan Wagner secara sendirisendiri. Jika terdapat endapan putih dangan pereaksi Meyer, endapan merah jingga dengan Dragendorf dan endapan coklat dengan pereakasi Wagner maka dinyatakan positif terdapat alkalod. b. Uji saponin. Sampel ditambahkan dengan air secukupnya dan dipanaskan selama 5 menit lali didinginkan dan dikocok kuat. Adanya saponin ditandai dengan timbulnya busa stabil selama 10 menit. c. Uji Flavonoid Sampel ditambahkan air sekucupnya dan dipanaskan selama 5 menit, kemudian ditambahkan serbuk Mg 0,2 ml HCL pekat, dan beberapa tetes amil alkohol. Larutan dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid ditandai dengan terbentuknya warna coklat pada lapisan amil alkohol. d. Uji tanin Sampel ditambahkan air secukupnya dan dipanaskan selama 5 menit. Filtrat ditambahkan FeCl3 1% jika terbentuk warna biru tua atau hijau kehitaman berarti positif mengandung tanin. Pada semua lokasi pertumbuhan tanaman akway akan dianalisis sifat fisik dan kimia tanah.Analisis tanah akan dilakukan di Laboratorium Tanah IPB pada bulan Sepetember 2007. Bahan yang digunakan adalah tanah yang berasal dari 3
34
ketinggian tempat yang berbeda yaitu 1200 m dpl, 1600 mdpl, 2000 mdpl, 2200 mdpl masing-masing diambil 5 titik sample yang berjarak 100 m pada 2 lapisan permukaan tanah yaitu pada kedalaman 10 cm dan 20 cm Analisis tanah meliputi: a. Sifat fisik tanah b. Sifat kimia tanah, meliputi : 1. unsur hara makro 2. unsur hara mikro 3. pH tanah 4. Kapasitas Tukar Kation (KTK) 5. RH (kelembaban) tanah C. Data iklim berupa : suhu, intensitas matahari, serta kelembaban yang diukur selama tiga kali dalam sehari (06.00-09.00; 12.00-15.00; 18.00 wit) selama penelitian September sampai November 2007 di Distrik Menyambouw Kabupaten Manokwari. Provinsi Papua Barat. Analisis Data Kesamaan sifat morfologi antarlokasi sampling yang didasarkan pada kesamaan ragam atau varian diuji menggunakan uji Bartlett. Morfologi yang bersifat kuantiatif dianalisis dengan menggunakan Anova SAS dan uji nilai tengah Duncan. Sedangkan morfologi yang bersifat kualitatif dianalisis dengan menggunakan Kruskal-Wallis. Kandungan senyawa kimia dianalisis dengan menggunakan tabulasi.
35
HASIL DAN PEMBAHASAN I. Karakterisasi Morfologi Drimys sp. 1.1. Keadaan Umum Daerah Menyambouw. Distrik Menyambow merupakan salah satu Distrik yang berada di Kabupaten Manokwari. Daerah ini terletak pada 133o52 BT – 133o54 BT serta 01006’ LS-01o08 LS. Daerah ini berada pada ketinggian mulai 1300 m dpl dengan luas wilayah ± 1.050 km2. Secara adminitrasi keadaan wilayah daerah tersebut belum terealisasikan namum berdasarkan batas alam maka dapat dicirikan sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Distrik Prafi Sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Merdey Sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Warmare Sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Anggi Distrik Menyambouw dapat ditempuh dengan perjalanan darat yaitu dengan berjalan kaki selama 8-12 Jam dari daerah Prafi Kampung, dan dapat ditempuh dengan angkutan umum (Toyota Hardtop) selama ± 4 Jam dari Kota Manokwari. Daerah ini memiliki Flora berupa jenis vegetasi hutan primer dan hutan sekunder. Vegetasi hutan primer yaitu berupa : Kayu besi (Intisia djuga sp), gympas (Trispangia sp), miyantoh (Palaiuiun spp), Kayu cina (Podocarpus sp), Cemara (Casuarina spp), Pinus (Pinus merkusii). Sedangkan
vegetasi hutan
sekunder antara lain yaitu : Kayu Arwob (Dodonaea pisbosa), Disuwei (Alphitonia spp), Sirih Hutan (Piper andeuncum), Mata Rangga (Macarangga
36
spp),
Lamtoro (Leucacensa, Leucocsphala), Anggrek Tanah (Spathoglottis
tlicata), Alang-alang (Interata sp). Distrik Menyambow memiliki Fauna yaitu beberapa jenis burung diantaranya, Cenderawasi (Epimachus meyer), burung Pintar (Laboparadicea fericeae), burung Kaka Tua Putih (Cacatus galerita). Selain burung terdapat pula beberapa hewan mamalia yaitu Kus-Kus (Phalanyer spp) dan Tikus Tanah (Bandicot sp). Distrik Menyambow juga memiliki Kupu-Kupu bersayap Burung yaitu (Ornithoptera spp). 1.2. Karateristik Morfologi Kayu Akway a. Identifikasi jenis-jenis kayu akway yang ditemukan Kayu akway merah besar Tumbuhan obat berfungsi sebagai peningkat stamina yang disebut sebagai kayu akway merah besar paling banyak digunakan oleh masyarakat setempat. Karakter morfologi yang merupakan ciri dari kayu akway ini adalah memiliki tinggi rata-rata 3,09 meter dengan model arsitekturnya adalah sccarone, rata-rata jumlah cabang perpohonnya adalah sebanyak 4 cabang. Tumbuhan ini memiliki rata-rata ukuran daun 3,43 meter dan rata-rata diameter batangnya adalah 2 cm. Pepagan bagian luar batang atau kulit luar adalah halus dengan arah pertumbuhan cabang terhadap batang adalah 450-900. Tumbuhan ini memiliki bentuk helaian oblong dengan warna daun hijau tua dan susunan daun adalah deccusate dan berlekuk pada bagian ujung daun serta memiliki pucuk yang berwarna orange (yellow red).
37
Tumbuhan ini setelah diidentifikasikan pada laboratorium herbarium Universitas Negeri Papua dapat diklasifikasikan ke dalam: Kingdom : Spermatophyta Devisi
: Magnoliophyta
Klas
: Magnoliopsida
Subklas : Asteridae Ordo
: Canenalles
Family
: Winteraceae
Genus
: Drymis
Species : D. piperita Kayu akway merah kecil Jenis kayu akway lainnya yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat suku Arfak adalah kayu akway merah kecil. Disebut demikian karena memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingan dengan kayu akway merah besar atau Drymis piperita. Hook. Tinggi rata-rata tumbuhan ini hanya 2,39 meter dengan jumlah cabang 3 perpohon dan memiliki rata-rata diameter 1,77 cm serta pepagan bagian luarnya halus.
Tumbuhan ini memiliki model arsitektur rouh, arah tumbuh
cabang terhadap batang utama adalah < 450. Kayu akway merah kecil memiliki ukuran daun sebesar 4,38 cm dengan warna daun hijau (7,5 green yellow), susunan daun adalah bertumpu, bentuk helaian daun lanset serta bagian tepi daun rata. Memiliki bunga berwarna merah muda yang terdapat pada bagian terminal dengan biji yang berbulir. Bunga dari tumbuhan ini adalah hemaprodit.
38
Kayu akway merah kecil ini kemudian diaidentifikasikan pada laboratorium herbarium UNIPA dan menghasilkan : Kingdom : Spermatophyta Devisi
: Magnoliophyta
Klas
: Magnoliopsida
Subklas : Asteridae Ordo
: Canenalles
Family
: Winteraceae
Genus
: Drymis
Species : D. beccariana Drymis beccariana pertama kali diidentifikasikan oleh Gibbs sehingga disebut dengan Drymis beccariana. Gibbs. Kayu akway putih Kayu akway yang ditemukan pada lokasi penelitian Distrik Menyambouw dan dikenal masyarakat sebagai kayu akway putih. Karakter morfologi yang dimiliki oleh kayu akway putih ini adalah rata-rata tinggi pohon adalah 2,34 m dengan model arsitektur sccarone. Rata-rata diameter batang adalah 2,15 cm dengan pepagan bagian luar batang sedang, jumlah cabang perpohon adalah 3-4 cabang. Arah tumbuh cabang terhadap batang utama adalah 450-900. Kayu akway putih ini memiliki ukuran daun 3,80 cm dengan susunan daun adalah deccusate dan warma daun adalah hijau (green yellow 7,5). Bentuk helain daun adalah lanset dengan perbandingan panjang dan lebar adalah 3-5 cm:1cm, bagian tepi daunnya adalah rata.
39
Kayu akway putih ini diindentifikasikan untuk mengetahui nama ilmiah atau nama latin tumbuhan tersebut. Hasil identifikasi dari tumbuhan akway putih ini adalah : Kingdom : Spermatophyta Devisi
: Magnoliophyta
Klas
: Magnoliopsida
Subklas : Asteridae Ordo
: Canenalles
Family
: Winteraceae
Genus
: Drymis
Species : D. winterii Tumbuhan ini disebut dengan nama latin sebagai Drymis winterii. Forst, tumbuhan ini tumbuh pula di Negara-negara lain seperti Australia, Argentina dan juga diguna sebagai obat kanker, sumber vitamin C. Drymis winterii. Forst yang tumbuh di Argentina memiliki tinggi pohon yang berkisar dari 4-10 meter, memiliki bunga yang hemaprodit. (http/www.plantencyclo.com/). Nama umum yang biasa digunakan adalah Drymis de Winter, Nama latinnya adalah Drymis Winteri Forst, Synonimnya adalah Wintera winterana Thell. (lampiran 7) b. Karakter morfologi yang bersifat kuantitatif Sebanyak 31 sifat morfologi yang terdiri atas 4 variabel pengukuran dan 27 variabel ordinal yang diamati dan diskor/diukur pada 4 lokasi di Distrik Menyambouw. Sampel yang ukur berasal dari 4 ketinggian yaitu 1200 m dpl, 1600 m dpl, 2000 m dpl dan 2400 mdpl. Masing-masing ketinggian dibuat 3 lokasi pengambilan sebagai ulangan, dan masing-masing diambil 3 pohon sebagai
40
sampel. Dengan demikian terdapat 36 sampel pada setiap species diseluruh ketinggian. Tidak terdapat perbedaan morfologi antara ketiga species Drymis kecuali yang ditunjukkan pada ukuran daun. Ukuran daun pada kayu akway merah kecil berbeda dengan ukuran daun pada Kayu akway merah besar dan kayu akway putih Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan morfologi. Keragamaan morfologi pada masing-masing species pada ketinggian 1200, 1600, 2000 dan 2400 m dpl hanya terlihat pada tinggi pohon, jumlah cabang dan diameter batang. Selain itu sifat morfologi berupa penampilan tajuk, warna batang dan warna pucuk diantara ketiga species yaitu kayu akway putih, kayu akway merah besar dan kayu akway merah kecil juga beragam di setiap ketinggian yang diamati (lampiran 1). Hal ini merupakan penciri dari perbedaan diantara ketiga species tersebut selain dari bunga yang dimiliki. Tabel 2. Rata-rata tinggi pohon, jumlah cabang/pohon, ukuran daun, diamater batang pada kayu akway (Drymis sp) Variabel Tinggi Jumlah Ukuran Diameter pohon (m) cabang/pohon daun (cm2) batang (cm) Species D.beccariana. Gibbs 2.39a 3.50a 4.38a 1.77a D. piperita. Hook 3.09a 4.19a 3.43b 1.80a D. winterii. Forst 2.34a 3.69a 3.80b 2.15a Ket : Angka dengan huruf yang sama berbeda tidak nyata pada DMRT 0,05 Tabel 3. Rata-rata tinggi pohon, jumlah cabang/pohon, ukuran daun, diameter batang pada kayu akway (Drymis sp) pada elevasi berbeda Variabel Elevasi Tinggi pohon Jumlah Ukuran daun Diameter batang 2 (m) cabang/pohon (cm ) (cm) 1200 2.83a 3.75a 3.88a 2.12a 1600 2.62a 3.67a 3.88a 2.04a 2000 2.23a 3.92a 3.87a 1.50a 2400 2.74a 3.83a 3.86a 1.99a Ket : Angka dengan huruf yang sama berbeda tidak nyata pada DMRT 0,05
41
Tabel 4. Nilai Rata-rata tinggi pohon (m) pada masing-masing kayu akway D.beccariana. D. piperita. D. winterii. Gibbs Hook Forst Rata-rata 1200 2.53 2.63 3.33 2.83 1600 2.27 3.27 2.33 2.62 2000 2.27 3.30 1.13 2.23 2400 2.50 3.17 2.57 2.74 Rata-rata 2.39 3.09 2.34 Tabel 4 diatas menunjukkan perbedaan rata-rata tinggi pohon pada masing-masing perlakuan dimana tanaman tertinggi terdapat pada Drymis piperita. Hook. Tetapi berdasarkan hasil uji lanjutan Duncan, tidak menyatakan perbedaan yang nyata antar elevasi (lampiran 2). Hal ini sesuai sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ken Fern (http://www.Ethnobotany Database. Org.) yang menyatakan bahwa rata-rata tinggi dari Drymis winterii. Forst adalah 6-7,5 meter karena Drymis sp merupakan kelompok tumbuhan tingkat pancang, (F:\Drymis winterii database.htm). Standar deviasi tinggi pohon tiga species pada elevasi yang berbeda tertinggi terdapat pada Drymis beccariana. Gibbs (0,14) dan juga pada elevasi 2000 m dpl (1,08), hal ini menunjukkan bahwa pada elevasi 2000 mdpl keragaman tinggi pohon cukup luas. Tabel 5. Nilai rata-rata jumlah cabang pada masing-masing kayu akway D. winterii. D.beccariana. D. piperita. Forst Rata-rata Gibbs Hook 1200 3,00 3.75 4.50 3.75 1600 3,00 4.50 3.50 3.67 2000 4.25 4.75 2.75 3.92 2400 3.75 3.75 4,00 3.83 Rata-rata 3.50 4.19 3.69 Tabel 5 diatas menunjukkan perbedaan rata-rata jumlah cabang pada masing-masing perlakuan dimana rata-rata jumlah cabang terbanyak dari tiga species yang berada pada elevasi yang berbeda terdapat pada Drymis winterii.
42
Forst pada 1200 m dpl. Tetapi berdasarkan hasil uji lanjutan Duncan, jumlah cabang tidak berbeda nyata diantara ketiga species di ketinggian yang berbeda (lampiran 2). Standar deviasi tertinggi jumlah cabang terdapat pada
Drymis
piperita. Hook (0,52) pada ketinggian 2000 mdpl (1,04). Hal ini menunjukkan bahwa keragaman jumlah cabang sempit. Tabel 6. Nilai rata-rata diameter batang (cm) pada masing-masing kayu akway D.beccariana. D. piperita. D. winterii. Gibbs Hook Forst Rata-rata 1200 1.83 2.03 2.50 2.12 1600 2.10 1.60 2.42 2.04 2000 1.57 1.30 1.63 1.50 2400 1.60 2.30 2.07 1.99 Rata-rata 1.77 1.81 2.15 Tabel 6 diatas menunjukkan perbedaan rata-rata diameter pohon pada masing-masing perlakuan, dimana rata-rata diameter terlebar dari tiga species yang berada pada elevasi yang berbeda terdapat pada Drymis winetrii. Forst pada 1200 m dpl. Tetapi berdasarkan hasil uji lanjutan Duncan, diameter batang tidak berbeda nyata diantara ketiga species di ketinggian yang berbeda. Standar deviasi tertinggi diameter batang terdapat pada Drymis beccariana. Giibs (0,25) dan pada ketinggian 2000 mdpl (0,17). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keragaman yang sempit. Tabel 7. Nilai rata-rata ukuran daun (cm2) pada masing-masing kayu akway D.beccariana. D. piperita. D. winterii. Gibbs Hook Forst Rata-rata 1200 4.74 3.39 3.49 3.88 1600 4.41 3.39 3.86 3.88 2000 4.19 3.54 3.89 3.87 2400 4.18 3.41 3.98 3.86 Rata-rata 4.38 3.43 3.80 Dari Tabel 7 diatas menunjukkan perbedaan rata-rata ukuran daun pada masing-masing perlakuan dimana rata-rata daun terlebar dari tiga species yang
43
berada pada elevasi yang berbeda terdapat pada Drymis beccariana. Gibbs pada 1200 m dpl. Berdasarkan hasil uji lanjutan Duncan (lampiran.2), ukuran daun berbeda nyata diantara ketiga species di ketinggian yang berbeda. Standar deviasi tertinggi ukuran daun terdapat pada Drymis winterii. Forst (0,21) dan pada ketinggian 2000 mdpl (0,33). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat keragaman yang cukup luas dibandingkan dengan yang
lainnya. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kondisi lingkungan atau ekologi tempat tumbuh ketiga spesies yang berbeda-beda dan juga dapat disebabkan oleh factor genetik, namun species Drymis merupakan tumbuhan yang hidup di dataran tinggi oleh karena itu perbedaan ukuran daun bukanlah merupakan adaptasi atau stress yang disebabkan ketinggian melainkan merupakan faktor genetik. b. Karakter morfologi yang bersifat kualitatif Dari hasil pengujian Kruskal-Wallis (lampiran 3) diperoleh bahwa terdapat perbedaan hanya pada ujung daun di setiap ketinggian. Perbedaan morfologi pada spesies yang berbeda ditunjukkan pada pepagan bagian luar, arah tumbuh cabang, model arsitektur, warna pucuk, warna daun, susunan daun, bentuk helaian daun dan tepi daun. Hasil karakter morfologi yang bersifat kualitatif terdapat pada lampiran 8. Tabel 8. Rata-rata pepagan luar, arah tumbuh cabang, model arsitektur dan warna pucuk pada tiga species Drymis Species
Pepagan luar
D.Beccaraian. Gibbs D.Piperita. Hook.f D. Winterii. Forst
Halus Halus Sedang
Arah tumbuh cabang < 45 0 45 0- 90 0 45 0- 90 0
Model arsitektur Rauh Sccarone Sccarone
Warna pucuk Hijau (GY) Orange (YR) Hijau (GY)
44
Tabel 9. Rata-rata warna daun, susunan daun, bentuk helaian dauan dan tepi daun pada tiga species Drimys Species
Warna daun
Susunan daun
D.Beccaraian. Gibbs
Hijau (7,5 GY)
Bertumpu
D.Piperita. Hook.f
Hijau tua (10 GY)
Decussate
D. Winterii. Forst
Hijau (7,5 GY)
Decussate
Bentuk helaian daun Lanset (P:L,35:1) Oblong (P:L, 21/2-3 : 1)
Tepi daun Rata
Berlekuk pada ujung Lanset (P:L,3- Rata 5:1)
Untuk karakter pembungaan tidak ditemui pada saat dilakukan penelitian, menurut (Doust, 2001) pembungaan Drymis winterii. Forst atau Drymis winterii var chilensis terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim panas atau pada saat musim berbunga yaitu pada bulan Juli-Oktober. Struktur bunga tumbuhan Drymis winterii. Forst antara lain terdiri atas bunga terminal dan bunga lateral. Bunga Drymis sama halnya dengan bunga lainnya yaitu memiliki petal, carpel, stamen. Pada saat dilakukannya pengamatan hanya D. beccariana Gibbs yang sedang berbunga sehingga bisa diperoleh bunga dan buah. Bunga D. beccariana Gibbs berwarna merah muda dengan buah yang bergerombol dalam setiap tangkainya. Buah yang belum masak berwarna hijau sedangkan yang telah masak berwarna merah kehitaman.
45
Dibawah ini dapat dilihat perbedaan sifat morfologi dari daun, batang dan akar dari masing-masing species pada ketianggian 1600 m dpl.
Gambar 1. Bagian Daun D.winterii. Forst, D. beccariana. Gibbs, D.piperita Hook
Gambar 2. Bagian Batang D. winterii. Forst, D. piperita. Hook, D. beccariana. Gibbs
Gambar 3. Bagian Akar D. winterii, Forst, D. beccariana. Gibbs., D. piperita Hook,
1.3.
Sifat Kimia Tanah dan Iklim tempat tumbuh Drymis sp Tumbuhan Dymis sp. tumbuh di hutan primer dengan ketinggian humus ±
1 m. Humus yang merupakan hasil dekomposisi dedaunan sangat bermanfaat bagi tumbuhan Drymis sp yaitu menyediakan hara yang dibutuhkan baik makro maupun mikro, maupun menyimpan air pada saat musim kering. Hasil analisis tanah yang telah diperoleh dari lokasi penelitian rata-rata kandungan unsur hara makro antara lain pHH2O 4,89; pHKCl 3,93; C-organik
46
3,95%; N Total 0,34% dan Phospor 13,16 ppm (Lampiran 4). Kandungan unsur hara makro tersebut sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan Drymis sp. Dari hasil analisis tanah diketahui pula Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan nilai rata-rata 18,33 me/100g yang berarti bahwa KTK pada tanah tempat Drymis sp. tersebut tumbuh sangat baik dimana proses pertukaran kation sedang. Demikian pula halnya unsur hara mikro yang tersedia pada tanah tersebut sangat mendukung dalam proses pertumbuhan. Iklim daerah tersebut juga sangat mempengaruhi pertumbuhan Drymis sp. Tumbuhan ini terdapat di dataran tinggi dimana suhu rata-ratanya adalah 18,5oC dan Kelembaban relatifnya (RH) adalah 70% dengan jumlah intesitas matahari sebesar 898 candle (lampiran 5). Suhu rata-rata pada lokasi penelitian adalah sebesar 18,4oC, suhu ini sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan Drimys sp. Hal ini sesuai dengan pernyataan Højgaard, A., J. Jóhansen, and S. Ødum (eds) 1989, yang menyebutkan bahwa Drymis Winterii. J. Forst hidup pada suhu dibawah 20oC Menurut (Marzuki I, 2007), variasi karakter agronomi yang terjadi antar species dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan seperti kesuburan tanah, penyinaran matahari, suhu udara dan ketersediaan lengas tanah adalah faktor yang dominan yang secara langsung berhubungan dengan produksi tanaman. Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa faktor lingkungan ekologis bersama-sama dengan faktor genetik tanaman membentuk fenotipe dengan karakteristik tertentu tanaman.
47
1.4. Asosiasi Drymis sp dengan Tumbuhan lain Drymis sp. merupakan tumbuhan perdu yang hidup di bawah naungan dari tumbuhan lain yang hidup di hutan primer sehingga berasosiasi dengan berbagai jenis tumbuhan lain. Tabel 10. Species Dominan yang ditemukan tumbuh bersama dengan Drymis sp No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. II.
Nama Jenis Castanopsis acuminatissima Lithocarpus rufovillosus Litsea sp Ficus nodonsa Fagraea lanceolata Amomum sp Lecanpteris cariosa Asplenium sp Tristania suaveolens
Famili Fagaceae Fagaceae Lauraceae Moraceae Loganiaceae Zingeraceae Polypodiaceae Polypodiaceae Myrtaceae
Penyebaran Kayu Akway pada 1200 mdpl, 1600 mdpl, 2000 mdpl, dan 2400 mdpl. Berdasarkan hasil penemuan ketiga species kayu akway (Drymis sp) yang
menyebar pada empat ketinggian yang berbeda yaitu 1200 mdpl, 1600 mdpl, 2000 mdpl dan 2400 mdpl diketahui bahwa pada semakin tinggi elevasi maka diperoleh jumlah spesies kayu akway putih atau Drymis winterii. Forst semakin meningkat dibandingkan dengan species lainnya lainnya. Sedangkan pada kayu akway merah besar atau Drymis piperita Hook pada setiap elevasi memiliki jumlah yang relative sama dengan rata-rata setiap ketinggiannnya adalah 10 pohon perluasan 1.587 m2. Pada species Drymis beccariana Gibbs diperoleh bahwa semakin tinggi elevasi semakin sedikit ditemukan. Tumbuhan ini lebih banyak terdapat dielevasi 1200 mdpl dibandingkan dengan elevasi lainnya.
48
Tabel 11. Penyebaran Populasi spesies Drymis winterii.Forst pada beberapa ketinggian Lokasi 1
2
3
Jumlah Rata-rata 4
5
6
Jumlah Rata-rata
Ketinggian 1640
1660
1670
1656.67 1210
1225
1239
1224.67
Azimut
petak
Jumlah Akwai
jenis akwai
2x2
1
Akwai putih
5x5
1
Akwai putih
10x10 20x20 40x40
1 0 0
Akwai putih
2x2
1
Akwai putih
5x5
1
Akwai putih
10x10 20x20 40x40
1 1 0
Akwai putih
2x2
1
Akwai putih
5x5
1
Akwai putih
10x10
2
Akwai putih
20x20 40x40
1
Akwai putih
2x2 5x5 10x10 20x20 40x40 2x2 5x5 10x10 20x20 40x40 2x2 5x5 10x10 20x20 40x40
13 0 1 1 2 akwai putih 0 1 1 0 2 1 1 1 0 0 11 0
Nama latin Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii
Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii
Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii
Drimys winterii
Akwai putih Akwai putih
Drimys winterii Drimys winterii
akwai putih akwai putih Akwai putih akwai putih
Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii
49
7
8
9
1995
2x2
2005
5x5 10x10 20x20 40x40 2x2
2011
5x5 10x10 20x20 40x40 2x2 10x10 5x5 20x20 40x40
Jumlah 10
11
12
2398
2401
2408
2x2
10x10 20x20 40x40 2x2 5x5 10x10 20x20 40x40 2x2 10x10 20x20
1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 11
akwai putih Akwai putih akwai putih Akwai putih
Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii
akwai putih
Drimys winterii
Akwai putih Akwai putih
Drimys winterii Drimys winterii
akwai putih akwai putih Akwai putih
Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii
Akwai putih
Drimys winterii
1 1 1 1 1
akwai putih Akwai putih Akwai putih akwai putih akwai putih
Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii
1 1 1 2 1
akwai putih Akwai putih Akwai putih akwai putih akwai putih
Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii
1 3 1 1
akwai putih akwai putih akwai putih
Drimys winterii Drimys winterii Drimys winterii
40x40 Jumlah
16
Dari hasil temuan kayu akway putih atau Drymis winterii. Forst yang diperoleh dari seluruh lokasi penelitian adalah sejumlah 51 pohon perluasaan 6.348 m2. Dengan kenaikan jumlah pada pada kenaikan elevasi. Semakin tinggi elevasi maka kayu akway putih ini semakin tinggi jumlahnya. Hal ini sebabkan karena jenis ini banyak digunakan oleh masyarakat setempat sehingga pada bagian elevasi dibawah 2400 mdpl memiliki jumlah yang berkurang.
50
Tabel 12. Penyebaran Populasi spesies Drymis piperita.Hook pada beberapa ketinggian Lokasi 1
2
3
Ketinggian 1640
1660
1670
Azimut
petak 2x2
1
5x5
1
10x10 20x20 40x40
1 0 0
2x2
1
5x5
1
10x10 20x20 40x40
1 0 0
2x2
1
5x5
1
10x10 20x20 40x40
1 0
Jumlah 4
5
6
jenis akwai Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar
Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar
Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar
Nama latin Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita
Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita
Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita
9 1210
1225
1239
2x2
1
5x5
1
10x10
1
20x20 40x40
1
2x2
1
5x5
1
10x10
1
20x20
1
40x40
1
2x2
1
5x5
1
10x10 20x20 40x40 Jumlah 7
Jmlh Akwai
1995
2x2
1 0 0 12 1 1
Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar
Akwai merah besar Akwai merah besar
Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita
Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita
Drimys piperita Drimys piperita
51
8
2005
5x5
1
10x10 20x20 40x40
1 0 0
2x2
1
5x5
1
10x10
1 1
2x2
1 0 0 9 0
10x10
1
5x5
1
20x20
1
20x20 40x40 jumlah 9
2011
40x40 10
11
12
Jumlah
2398
2401
2408
2x2
1
10x10
1 0
20x20
1
40x40 2x2
1 0 0
10x10
1
20x20
1 0
40x40
1
2x2
1
10x10
1 0
20x20
1
Akwai merah besar Akwai merah besar
Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar
Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar
Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar Akwai merah besar
Drimys piperita Drimys piperita
Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita
Drimys piperita
Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita
Drimys piperita Drimys piperita
Drimys piperita Drimys piperita
Drimys piperita Drimys piperita Drimys piperita
Drimys piperita
13
Jumlah akway merah besar yang ditemukan pada luasan 6.348 m2 adalah sebanyak 43 pohon. Jumlah ini tergolong sangat sedikit dimana setiap elevasi
52
hanya memiliki rata-rata jumlah 10 pohon perluasan 1.587 m2. Hal ini dapat disebabkan perbanyakan atau perkembangbiakan dari jenis ini yang menggunakan anakan yang keluar dari akar tumbuhan utama sangat lambat dan minim. Tabel 13. Penyebaran Populasi spesies Drymis beccariana Gibbs pada beberapa ketinggian. Lokasi 1
Ketinggian 1640
2
1660
3
1670
Azimut
petak 2x2 5x5 10x10 20x20 40x40 2x2 5x5 10x10 20x20 40x40 2x2 5x5 10x10 20x20 40x40
Jumlah
Jumlah 7
4
1210
5
1225
6
1239
1995
2x2 5x5 10x10 20x20 40x40 2x2 5x5 10x10 20x20 40x40 2x2 5x5 10x10 20x20 40x40
2x2
5x5 10x10 20x20
jmlh akwai
jenis akwai Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil
Nama latin drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana
Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil
drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana
Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil
drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana
Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil
drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana
Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil
drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana
Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil
drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana
17 1
Akwai merah kecil
drimys beccariana
1 1 1 1
Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil
drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana
2 1 2 1 0 1 1 2 1 1 1 1 0 0 14 0 2 1 2 1 2 1 2 1 0 1 2 1 1
53
8
2005
40x40 2x2 5x5 10x10
20x20 40x40 9
2011
2x2 5x5 10x10 20x20 40x40
Jumlah 10
12
Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil
drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana
Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil
drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana
1 1 2 1 1
Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil
drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana
1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 12
Akwai merah kecil
drimys beccariana
Akwai merah kecil Akwai merah kecil
drimys beccariana drimys beccariana
Akwai merah kecil Akwai merah kecil Akwai merah kecil
drimys beccariana drimys beccariana drimys beccariana
0 1 1 1 15
2398
2x2 10x10 20x20
11
0 1 1 1 1 1 2 0 0
2401
2408
40x40 2x2 5x5 10x10 20x20 40x40 2x2 5X5 10x10 20x20 40x40
Jumlah
Dari hasil penemuan kayu akway merah kecil atau Drymis beccariana Gibbs pada luasan 6.348 m2 diperoleh 58 pohon. Dimana semakin rendah elevasi maka jumlah kayu akway yang diperoleh semakin banyak. Hal ini dapat disebabkan jenis ini tumbuh hanya pada elevasi yang sedang sampai rendah tapi tidak pada elevasi yang tinggi.
54
Tabel 14. Rata-rata jumlah pohon akway (Drymis sp) perelevasi pada luasan 6.348 m2 1200
1600
2000
2400
Jumlah Akway Putih
11
13
11
17
Jumlah akway merah besar
12
9
9
13
Jumlah akway merah kecil
17
14
15
12
Species Akway
III.
Analisis Fitokimia Drimys sp yang tumbuh pada elevasi 1200 mdpl dan 1600 mdpl
Hasil analisa mutu kadar air bahan dan rendemen ekstrak ditampilkan pada Tabel 15. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan pada kadar air bahan dan rendemen ekstrak. Rendemen ekstrak terendah terdapat pada batang dan tertinggi pada daun pada D. Pipertita. Hook dan D. Beccariana. Gibbs Tabel 15. Hasil analisis mutu bahan tiga Drymis sp. dari ketinggian 1200 m dpl Hasil Pengujian No
Jenis
Kadar air dari
Rendemen
bahan (%)
ekstrak (%)
I
D. winterii (akway putih)
1
Akar
8,66
8,66
2
Batang
3,51
0,79
3
Kulit batang
10,34
6,50
4
Daun
6,54
7,74
II
D. piperita (akway merah besar)
5
Akar
9,37
2,01
6
Batang
5,11
1,38
7
Kulit batang
7,52
6,96
8
Daun
11,29
25,79
III
D. beccariana (akway merah kecil)
9
Akar
9,36
8,32
10
Batang
7,87
3,44
11
Kulit batang
9,94
19,27
12
Daun
sampel tidak cukup
25,00
55
Hasil analisis GC-MS dari ekstrak etanol pada empat bagian tananaman (akar, batang, kulit batang dan daun) dari tiga jenis Drymis sp., yaitu D. Winterii. Forst, D. Piperita. Hook dan D. Beccariana. Gibbd terdapat perbedaan pada jenis, komposisi dari senyawa dan luas area puncak dari setiap senyawa. Selain bagian tanaman, ketinggian tempat juga menghasilkan komposisi kimia yang berbeda. Gambar. 4. Hasil Pengujian kadar air dan rendemen bahan pada akar, batang, kulit dan daun Drymis winterii. Forst Has il pengujian Drim ys Winterii 12 10
10.34 8.66 8.66
Persen
8
7.74 6.54
6.5
kadar air
6
rendem en bahan
3.51
4 2
0.79
0 1
2
3
4
akar, batang, kulit, daun
Berdasarkan gambar 4 diatas diketahui bahwa kadar air tertinggi pada Drymis winterii. Forst terdapat pada kulit batang, sedangkan terrendah terdapat pada batang. Rendemen bahan tertinggi terlihat pada akar sedangkan terendah terdapat pada batang. Gambar. 5. Hasil Pengujian kadar air dan rendemen bahan pada akar, batang, kulit dan daun Drimys piperita. Hook Has il Pengujian Drim ys Piperita 30
25.79
Persen
25 20 Kadar Air
15 10
11.29
9.37 5.11
5
2.01
Rendem en Bahan
7.526.96
1.38
0 1
2
3
4
Akar, batang, kulit, daun
Pada gambar garfik balok 5, diatas dapat dilihat bahwa kadar air tertinggi terdapat pada bagian daun dari Drymis piperita dan terendah pada bagian batang,
56
sedangkan rendemen bahan tertinggi terdapat pada bagian daun dan terendah terdapat pada batang. Gambar. 6. Hasil Pengujian kadar air dan rendemen bahan pada akar, batang, kulit dan daun Drimys beccariana. Gibbs Hasil Pengujian Drimys Beccariana 30 25 Persen 20 Kadar Air
15
Rendemen Bahan
10 5 0 1
2
3
4
Akar, batang, kulit, daun
Sedangkan pada gambar 6 menunjukkan bahwa kadar air tertinggi terdapat pada bagian kulit Drymis Beccariana dan kadar air terendahnya terdapat pada baian batang D. Beccariana. Gibbs. Namun untuk rendemen terbanyak dihasilkan pada bagian daun. Tabel 16. Hasil Uji Fitokimia Tanaman Drymis sp No
Jenis Contoh (No.contoh/kode)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Fitokimia Ekstrak Akwai Ekstrak daun putih Ekstrak akar putih Ekstrak Kulit batang putih Ekstrak batang putih Ekstrak daun merah kecil Ekstrak akar merah kecil Ekstrak kulit merah kecilk Ekstrak batang merah kecil Ekstrak daun merah besar Ekstrak akar merah besar Ekstrak kulit merah besar Ekstrak batang merah besar
Hasil pengujian/Pemeriksaan Alkaloid Saponin Tanin
*Fenolik
Falvonoid
*Triterpenoid
*Steroid
Glokosida
++++ +++ ++++ ++ +++ +++ ++ ++ + +++ ++ ++++
+ ++++ ++++ ++++ ++ ++++ ++++ ++++ + ++++ + ++++
++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++
++++ ++++ ++++ +++ ++++ ++++ ++++ + ++++ ++++ ++++
++++ + ++++ -
++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++ ++++
++ ++ ++ +++ ++++ ++ ++++ ++ ++ ++ + ++
+++ ++ ++++ +++ ++++ ++++ ++++ + ++ ++
Keterangan : * = tidak termasuk dalam lingkup akreditasi : Negatif + : Positif lemah ++ : Positif +++ : Positif kuat ++++ : Positif kuat sekali Berdasarkan hasil analisis uji fitokimia kayu akway mengandung senyawa yang berkhasiat sebagai afrodisiak. Senyawa tersebut misalnya senyawa turunan
57
saponin, alkaloid, senyawa yang berkaitan dengan steroid, misalnya stigmasterol dan sitosterol dan senyawa-senyawa lain yang dapat berkhasiat sebagai penguat tubuh serta memperlancar peredaran darah (Hernani dan Yuliani, 1991). 3.1 Fitokimia D. winterii. Forst (Akwai putih) pada 1200 m dpl 1. Akar Pada akar dari D. winterii terdapat 42 senyawa yang diperoleh dari ketinggian 1200 m sedangkan dari ketinggian 1600 m hanya 20 senyawa yang terdeteksi. Dari akar yang diperoleh dari ketinggian 1200 m terdapat 2,6dimethoxi phenol (7,20%), 4-Hidroxi, 3-metyl-asam benzenaacetate (5,77%) yang tergolong dalam asam asetat dan elemol 4.37%. Tabel 17. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. Winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Komponen Para Cymene 4-etenyl-1,2-dimetyl-Benzene 1,2,3-Propanatriol Bicycloheptenon 1,2-Benzenediol 3-metoxi acetopenon 2,6-dimetoxi phenol Asam cinnamat Alfa calacorene Elemol Caryofillen Oxide Viridiflorol Benzaldehide 6 cetil, 7 hidroxi-Dimetilbeen Beta Eudesmol 4-Hidroxi, 3-metyl-asam benzenaacetate Etil Vanilil Ether 2,6-dimetoxi-4-propenylphenol 4-Terpincol Asam butirat Aristolone
% 1,21 0,25 0,54 1,43 0,70 0,64 7,20 1,87 1,39 4,37 1,48 1,33 3,62 2,03 1,33 5,77
No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Komponen Morpholine 2,3,5-Trimetil-6-butyl Pyrazine Benzothiodiazole Benzena Asam Hexadecanoat Ethanone Isodrimenin Lumazine Aristolenepoxide Germacrene Cyclopropane Gamma Elemene Benzenemethanol Asam linoleat Heptadecene Asam cinnamat
% 2,62 1,54 0,32 2,05 1,12 1,53 1,06 0,65 0,82 2,85 0,78 1,73 3,01 0,75 1,06 0,63
1,47 1,07
38 39
Beta ionone Butanone
0,89 2,85
0,42 0,84 2,31
40 41 42
Cyclohexenone Isopropyl Bitylbenzene Benzoilcloride
0,40 0,66 1,69
58
Gambar 7. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. Winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. Komposisi Senyawa Kimia Akar Drymis winterii pada 1200 mdpl 7.2
8 7 6 Persen 5 4 3 2 1 0
5.77 4.37
2,6-dimetoxi phenol
Elemol
4-Hidroxi, 3-metylasam benzenaacetate
Komponen Senyawa Kimia
2. Batang Berdasarkan hasil GCMS bahwa batang D. winterii Forst dari ketinggian 1200 m mengandung Benzothiazol ethione 12,62%, 2,6-dimethoxy phenol (5,63%) dan Xylitol (5,62%) serta beberapa senyawa lainnya. Senyawa Dimethoxy phenol merupakan golongan phenol yang berfungsi sebagai dalam menyusun Tanins, Lignin, Coumarine, Phenol glycoside, dan Flavonoid (Wiley and Sons, 1992). Tabel 18. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. Winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. No 1
Komponen 2-6-dimethyl piperidine
% 0,30
No 28
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
2-methoxy phenol Benzenadiol Cyclohexenone 4-vinyl-2-methoxy phenol 2,6-dimethoxi phenol Carveol Trimethyl boroxine Vanillin Trans decalone Endo borneol Beta ionone Propiovanillone Guanosine Asam-4hydroxy-3-methyl benzene asetat
0,49 0,32 1,81 0,20 5,62 0,99 1,75 0,65 0,65 0,61 0,45 0,46 0,34 2,83
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Komponen Asam-4-hydroxy-3,5dimethyl benzoat Trindane Benzena-11-methylenebis Beta sedo luptitol 2,3,4,5-Tetrahydroxypentanol 2,2-diformyl biphenyl Xylitol Benzothiazol ethione Triazine Dihydro-beta ionone 3,5,7,7-trymethy metylidine Asam-3-nitrobenzoat Cyclo mono geraniol Benzothiazol ethione Globulol
% 1,11 2,36 3,78 3,15 0,96 2,17 5,62 12,62 2,96 2,07 2,98 1,67 0,82 1,62 1,86
59
16 17 18
Benzaldehida Pyridin methanol Asam-alfahydroxi benzene asetat Asam tridecanoat Butanone 7,8-epoxy-alpfa-ionone Beta eudesmol Beta ionone Ethyl isovanillilmandelate Oplopenone 7,11-epoxyisogermacrone Valerenol
19 20 21 22 23 24 25 26 27
2,08 0,55 1,00
43 44 45
Asam glutarat Tetrahydroaraucaralone Etyl vanilil ether
1,67 2,33 3,69
0,62 1,99 1,63 2,40 0,90 3,78 1,04 1,24 0,82
46 47 48 49 50 51
Benzofurandiol Dimethoxy napthalene Hydroxy butanone Phenyl benzo napthiridin Aplysteryl acetate 4,5,7-try methoxy coumarin
0,82 0,52 2,61 1,12 0,24 0,28
Gambar 8. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. Winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl.
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia batang Drimys Winterii pada 1200 mdpl 14 12 10 8 6 4 2 0
12.62
5.62
5.62
2,6-dimethoxi phenol
Xylitol
Benzothiazol ethione
Komponen senyaw a kimia
3. Daun Pada daun D. winterii Forst dari ketinggian 1200 m dpl senyawa dengan kandungan tertinggi adalah aristolone (32,41%); Asam Linoleat (8,22%); stigmasterol (5,25%) dan Asam Hexadecanoat (5,92%). Aristolone adalah senyawa merupakan golongan senyawa sesquiterpenoid yang dikenal memiliki khasiat untuk ,meningkatkan produksi resin, (Croutau et al, 2000).
Asam
Hexadecanoat adalah asam lemak jenuh yang bertujuan menurunkan LDLkolestrol darah sedangkan stigmasterol merupakan golongan triterpenoid juga menurunkan kolestrol. Selain itu stigmasterol tersebut mempunyai gugus OH terikat pada atom karbon ke 3 dari inti siklopentano perihidrofenanteren, sehingga mampu mengadakan ikatan dengan oligosakarida yang membentuk saponin
60
steroid. Ikatan glikosida tersebut menyebabkan senyawa kimia mudah larut dalam air (Dewick, 1997). Hal tersebut diduga sebagai salah satu pemicu timbulnya perilaku seksual setelah menggunakan ekstrak kayu akway. Tabel 19. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. No 1
% 0,91
No 24
Komponen Asam octanoat
% 0,17
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Komponen 2,3-dihidro-3,5-dihidroxy-6methy pyranone Coumaranone 5-Hydroxy methyl furfural Beta elemene Alfa guaiene Ar curcumene Sativen Elemol Megastigamatrienone Sylvenone Spathulenol Caryophyllene oxide Viridiflorol Fonenol Beta Eudesmol Germacrene Beta Tumerone
0,38 0,30 0,82 0,87 0,58 0,49 0,47 0,93 0,42 1,02 1,22 0,45 0,89 0,67 1,34 2,91
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1,74 0,17 0,96 1,11 5,92 2,70 0,43 3,00 8,22 3,91 0,39 0,59 0,59 0,33 0,76 2,18
18
Alpha Tumerone
1,11
41
Asam nonanoat Asam decanoat Hexa ethyl benzene Asam palmitat Asam hexadecanoat Globulol Methyl tanol Phytol Asam linoleat Ethyl linolealat Asam octadecanoat Beta oplopenone Propenone Ethyl vanillil ether Alpha eudesma Asam-2-hydroxi hexadecanoaat Asam benzenedicarboxilat
19 20 21 22 23
Valerenol Aristolone Alpha copaeneol Asam quinat Asam butanoat
2,16 32,41 1,51 0,38 0,78
42 43 44 45 46
Phenyl dodecadiene Monolinolenin Benzoxathiole 5-hydroxi benzopyranone Stigmasterol
0,97 0,73 0,37 0,55 5,25
Gambar 9.
Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl.
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia daun Drymis winterii pada 1200 mdpl 35 30 25 20 15 10 5 0
0,75
32.41
8.22
Aristolone
Asam linoleat
5.92
5.25
Asam hexadecanoat
Stigmasterol
Komponen senyawa kimia
61
3.2 Fitokimia D. piperita Hook (Akwai merah besar) pada 1200 m dpl 1. Akar Pada Tabel 20 ditampilkan data analisis kimia akar D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl.
Ada 66 jenis senyawa kimia yang
terdeteksi dari akar, dan senyawa dengan luas area puncak di atas 5 % yang terdapat pada akar adalah Cyclohexadiena dan Elemol. Cyclohexadiena (9,52%) adalah golongan phytosteron sebagai penghasil horman progesteron, Elemol (7,11%), 2,4-dimethyl phenol (3,30%), Alfa Eudesmol (4,35% ), asam Linoleat (3,03%) yang terbentuk melalui jalur malonat yang menghasilkan asam-asam lemak, tetra Hydropyran (2,94%) dan beberapa senyawa lainnya. Tabel 20. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 23 24
Komponen Cyclohexadiena Elemol Alfa Eudesmol 2,4-dimethyl phenol Asam linoleat Tetra Hidropyran Butylidene pthalide Aristolone 3-phenyl asam propenoat 1,2-Benzenediol 2,6-Dimethoxy Phenol Elemicin Caryophyllen oxide Viridiflorol Guaiol Alfa guaiene Valencene Delta selinene
% 9,52 7,11 4,35 3,30 3,03 2,94 2,69 2,69 2,24
No 22 35 36 37 38 39 40 41 42
Komponen Napthalen diol 1,2 2,5-dimethyl anisole 1-cloro-1-butenyl-cyclohexane Benzimidazole Benzene Metyl Asam hexadecanoat Napthalene Asam benzene propanoat Asam hexadecanoat
% 1,40 0,55 1,64 0,65 0,86 0,34 1,48 1,22 0,94
1,51 1,72 0,39 0,85 2,30 1,26 0,20 0,54 1,51
43 44 45 46 47 48 49 50 51
Cyclopentanone Heptadiene 1,3 Asam sinnamat Alfa calacorene Asam-9-octadecanoat Asam octadecanoat Cyclopropane Colorata Dienolide 3,5-dimethoxy Benzene-methanol
0,54 1,58 0,94 0,27 1,94 0,34 1,36 0,62 1,00
Beta Eudesmol Beta Elemene Ethyl Vanililether 1,2,3,4-tetrahidro naptalene 2-amino-3-hidroxi asam benzoate
2,63 0,50 2,04 2,53
52 53 54 55
10-methyl asam dodecanoat Asam-1,2-benzene di carboxilat Beta meyhoxicarbonil 3,4-dihyroxi Benzaldehide
1,06 0,47 0,26 1,05
0,32
56
1,2,3,4-tetrahidro naptalen
0,51
62
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Delta careen Aromadendrena Xanthorrizol Azulene Longifolenaldehide Thymol Methyl Ether Benzenamine Velerenol Ethyl Benzofuran Bis(3-thienyl)Sulfide
0,35 1,01 0,74 0,82 0,53 1,69 0,74 0,60 1,24 2,67
57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
1,3-Indandione Etyl Cinnamat Deuteriotetrahyhdropenantrene Cinnamyl cinnamat Isovalerilglicine 5-metyhoxy-1-metyl indole 1,2-Bis Penta Methyl Phenil Etane 2-cloro-3-metyl-Butanon 1 Butiropropenon Pyridine
0,93 0,41 0,35 0,41 1,08 0,53 0,82 0,94 0,97 1,39
Gambar 10. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl.
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia akar Drimys piperita pada 1200 mdpl 9.52
10
7.11
8 6
4.35
4 2 0 Cyclohexadiena
Elemol
Alfa Eudesmol
Komponen senyawa kimia
2. Batang Senyawa yang benyak terkandung pada batang D. piperita Hook (Tabel 21) dari ketinggian 1200 m dpl yaitu Asam methoxy carbonat (7,27%) dan 2,6dimethoxy phenol (5,72%) adalah salah satu senyawa phenol. Dan juga senyawa terbanyak yang terkandung adalah Asam-2,4-haxadiena dioat (6,41%) serta betaeudesmol yang merupakan golongan senyawa terpenoid. Tabel 21. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. No
Komponen
%
No
Komponen
%
1 2 3
Bisyclo heptenone Cyclopentanatrione 2,6-Dimethoxy phenol
0,70 1,58 5,72
24 25 26
1,84 3,37 4,42
4
Trans-sobrerol
1,26
27
Oplopenone Benzene sulfonamide 2-amino-4-benzimido thiopene Norhalkendin
3,72
63
5 6
16 17 18
Benzenathiol 4-hydroxy-3-methoxy Benzaldehyde Alpha Pinenoxide Elemol Dodecadienal Beta ionone Viridiflorol Beta Eudesmol Aromadendrene Asam-4-hydroxy-3-methyl benzene acetate 4-hydroxy-3,5-dimethyl benzaldehyde 2,6-Dimethoxy Phenol Buthylidene phtalide Try methyl cyclo hexene
19 20 21 22 23
Beta eudesmol Spathulenol Propyl decanoat Valerenol Asam methoxycarbamat
7 8 9 10 11 12 13 14 15
2,94 1,44
28 29
Dicarboxy methyl furan Dihydroalfa ionone
1,07 1,15
0,93 1,63 1,44 1,76 1,24 0,74 1,38 2,93
30 31 32 33 34 35 36 37
Dihydro fluorene 2,2-diformyl bhypenil Asam propanoat Lactaropallidin Dehydro aromadendrene Asam-3,4-hexadienedioat Benzothiazolethione Dioxaborin
0,98 1,81 1,49 0,70 0,50 6,41 3,01 2,46
1,02
38
Tetra methyuridin
1,92
0,59 0,86 2,34
39 40 41
Epoxybenzena Trimethyl bicycle benzene Asam barbiturat
0,96 2,09 0,59
5,86 1,70 1,29 1,34 7,27
42 43 44 45
1-hexyl-4 mitro benzene Naphtylmale imide Nitroindole 3-nitro benzaldehyda
4,09 5,19 2,11 0,17
Gambar 11. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl.
imide
5.19
Naphtylmale
eudesmol
5.86
Beta
oat
Asam-3,4-
6.41
hexadienedi
bamat
methoxycar
7.27
8 6 4 2 0 Asam
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia batang drimys piperita pada 1200 mdpl
komponen senyawa kimia
4 Daun Pada daun D. Piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 mdpl terdapat beberapa senyawa yang paling banyak terkandung adalah aristolone (32,41%), asam linoleat (8,22%), asam heksadekanoat dan stigmastenol (5,25%). Ketiga senyawa tersebut merupakan golongan terpenoid. Senyawa-senyawa
64
tersebut merupakan golongan asam lemak atau steroid yang dapat meningkatkan stamina dan hormon testosteron. Senyawa saponin steroid tersusun dari suatu aglikon steroid yang terikat pada suatu ologisakharida. Senyawa ini bisa digunakan sebagai bahan dasar industry pada produk hormone seks dan sebagai suatu anabolic (Wilmana, 1980; Dewick, 1997). Tabel 22. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. No 1
% 0,91
No 24
Komponen Asam Octanoat
% 0,17
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Komponen 2,3-dihydro-3,5-dihydroxy6-methyl pyranone Coumaranone 5-Hydroxy methylfurfural Beta Elemene Alfa Guinene Ar Curcumene Satisen Elemol Mega Stigmatrioenone Syljenone Spathulenol Caryophyllene oxide Viridiflorol Fonenol Beta Eudesmol Germacrene Beta Tumerone
0,38 0,30 0,82 0,87 0,58 0,49 0,47 0,93 0,42 1,02 1,22 0,45 0,89 0,67 1,34 2,91
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1,74 0,17 0,96 1,16 5,92 2,70 0,43 3,00 8,22 3,91 0,39 0,59 1,54 0,33 0,76 2,18
18
Alpfa Tumerone
1,11
41
19 20 21 22 23
Valerenol Aristolone Alpha Copaeneol Asam Quinat Asam Butanoat
2,16 32,41 1,51 0,38 0,78
42 43 44 45 46
Asam nonanoat Asam Decanoat Hexa Ethyl Benzena Asam Palmitat Asam Hexadecanoat Globulol Methyl Tanol Phytol Asam Linoleat Ethyl Linoleat Asam Octadecanoat Beta Oplopenone Propenone Ethyl Vanillil Ether Alpha Endesma Asam-2-hydroxi Hexadecanoat Asam Benzene Dicarboxilat Phenyl Dodecadiene Monolinoleunin Benzoxathiole 5-hydroxi Benzopyranone Stigmastenol
0,75 0,97 0,73 0,37 0,55 5,25
65
Gambar 12. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl.
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia daun Drimys piperita pada 1200 mdpl 35 30 25 20 15 10 5 0
32.41
8.22
Aristolone
Asam Linoleat
5.92
5.25
Asam Hexadecanoat
Stigmastenol
Komponen senyawa kimia
3.3 Fitokimia D. beccariana Gibbs (Akwai merah kecil) pada 1200 mdpl 1. Akar Hasil GCMS pada sampel akar D. beccariana yang diperoleh darim ketinggian 1200 m dpl (Tabel 23), senyawa yang paling banyak terkandung adalah
3,5-dimethyl
phenol
(25,27%),
Asam
Tetradecanoat
(12,19%),
Heptadecene (7,97%), Asam linoleat (7,60%), (Tabel 20). Senyawa 3,5-dimethyl phenol merupakan golongan phenol yang berfungsi dalam menghasilkan senyawa-senyawa aromatik (aromatic amino acid) melalui methylasi ataupun glikosidasi dan akan menghasilkan pula Asam cinnamat, (Wiley and Sons, 1992). Selain itu bagian akar dari D. Beccariana Gibbs ini juga mengandung stigmast-5en-3-ol sebanyak 2,41% yang berpean dalam peningkatan hormon pria. Tabel 23. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. No 1 2 3
Komponen 1,2-Benzenediol 2,6-Dimethoxy Phenol Beta Elemene
% 3,12 1,24 1,47
No 18 19 20
4 5 6 7 8
Asam cinnamat Beta Selinene Curcumene Methyldodecanoate Elemol
1,72 0,66 0,90 1,48 2,07
21 22 23 24 25
Komponen Aristolone Xanthorrhizol 2,4-Dihydro Fluorene Asam hexadecanoate 2-methyl Quinolinon 3,4-Epoxy-6-methyl-isopropen 1-ethyl-4-fluoro benzene Asam-9-octadecenoat 3,5-dimethyl Phenol
% 1,72 1,84 1,30 0,94 1,81 2,69 0,58 25,27
66
9 10 11 12 13
Calarene Beta Eudesmol Viridiflorol Para Cymene Isobarbatene
1,47 0,76 1,45 1,23 0,90
26 27 28 29 30
14
1,18
31
15 16
2,6-dimethoxy-2propenyl Phenol 5-methoxy Carbonyl
0,59 0,85
32 33
17
Asam tetradecanoate
12,19
5,6,7,8-Tetrahydroquinoline Asam linoleat Heptadeene Asam stearat 6-ethyl-5-hydroxy-7methoxynapthol Asam-1,2-Benzena dicarboksilat Stigmast-5-en-3-ol 5-Methyl amino-2,3-Dyhydro Endeneon
1,99 7,60 7,97 1,23 0,69 1,33 2,41 1,38
Gambar 13. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl.
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia akar Drimys beccariana pada 1200 m dpl 30 25 20 15 10 5 0
25.27 12.19
3,5-dimethyl Phenol
Asam tetradecanoate
7.97
7.6
Heptadeene
Asam linoleat
komponen senyawa kimia
2. Batang Berdasarkan hasil GCMS pada sample batang D. beccarian Gibbs, diperoleh senyawa yang paling banyak terkandung adalah 5,6,7,8-Tetrahydro-2,2Dimethyl Butanone (15,46%) dan 2-Propyl Cyclo Propane (7,35%) (Tabel 20). 2-Propyl Cyclo Propane merupakan golongan senyawa-senyawa Lipid (asam lemak) secara khusus masuk dalam golongan stearolic yaitu asam acetylenic pada tumbuhan yang berfungsi sebagai energi dan sumber karbon untuk pertumbuhan biji, dan dapat dimanfaatkan untuk industri makanan maupun bukan makanan. Industri makanan antara lain margarin, minyak goreng dan indistri bukan makanan yaitu sabun, detergen, resins, kosmetik, pharmaseutikal atau obat-obatan (Vickery dan Vickery, 1981).
67
Tabel 24. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. No Komponen % No Komponen % 1 Thienylethanal 0,52 18 Farnesene 2,57 2 2,6-dimethoxy phenol 2,34 19 1-methoxy-2-methyl 2,87 benzene 5,6-dimethyl-2nerylpyrazine 3 Trns-sobrerol 0,29 20 Asam linoleat 1,80 4 Elemol 0,57 21 9,17-octadecadienal 2,65 5 Megastigmatrienone 0,65 22 Asam octa decanoat 1,98 6 Exobornylacetate 0,48 23 8-methoxy-5-methyl-5,6- 3,46 dihydro benzen 7 Viridiflorol 0,49 24 Iso propyl naptol 3,35 8 Ethyl vanilil ether 1,52 25 2-propyl cyclo propane 7,35 9 Aristolone 4,11 26 Benzene Methanol 2,89 10 Ethyl iso vanilil mandelate 1,34 27 Alpha longipinene 4,16 11 2,3,4,5-tetra hidroxy 2,17 28 Peroxy dihydro 3,09 costunolide 12 Pentanal 4,75 29 5,6,7,8-tetrahydro-2,215,46 dimethyl butanone 13 Napthalene 8,9-dihydro-9- 1,55 30 Asam-1,2-benzena0,56 formyi-cycloisolongi dicarboxylat 14 Asam hexadecanoat 3,12 31 Beta methoxy carbonyl 1,39 15 Asam benzene acetate 2,36 32 4-benzylideneamino0,93 diphenyl amine 16 Benzo dioxole 1,57 33 Asam valerenat 2,28 17 4-ethoxy-2,5-dimethoxy1,46 34 Ethanone 1,11 benzaldehide Gambar 14. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl.
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia batang Drimys beccariana pada 1200 m dpl 20
15.46
15 7.35
10 5 0 5,6,7,8-tetrahydro-2,2-dimethyl butanone
2-propyl cyclo propane
komponen senyawa kimia
68
3. Daun Aristolone (29,27%) adalah senyawa paling tinggi terkandung dalam daun D. beccariana. Senyawa ini merupakan golongan senyawa sesquiterpenoid yang juga berfungsi memproduksi resin, (Croutau et al, 2000). Sedangkan senyawa lain yang banyak terdapat adalah asam linoleat (6,92%). Senyawa ini merupakan golongan asam lemak tak jenuh (Vickery dan Vickery, 1981). Selain itu terdapat pula Stigmasterol (4,56%) yang merupakan senyawa-senyawa penyusun hormone testosterone pada mahluk hidup (Poejiadi, 1994). Tabel 25. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl. No 1 2 3
Komponen Para cymene Coumaranon 5-hidroximetil furfurae
% 0,17 0,34 0,49
No 28 29 30
% 1,67 0,36 0,84
43 44 45
Komponen Asam quinat Neo phytadiene 1,2,3,5-tetra metyl cyclo hexane Asam octanone 5-Isopropyliden Asam penthadekanot Asam palmitat Asam hexadecanoat Globulol Asam oleat Phytol Asam linoleat Asam stearat Etyl linoleat 2,3-Dehydro-4-oxobetaionol Butanone Propenone 2-Metoxyphenol
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Etanone Beta elemene Beta selinene Curcumene 1,2-Dideuteuroxietyl furan Metil undecanoate Elemol Mega stigmatrienone 2-amino-4-acetamino anisole Spathulenol Caryophyllene oxide Viridiflorol
0,79 0,78 0,60 0,60 0,57 0,37 0,42 1,04 0,39 1,05 1,29 0,55
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
16 17 18
Alpha guaiene Trans decalone Beta Eudesmol
0,54 0,91 0,60
19 20 21 22 23 24 25 26 27
Alpha selinene Gamma Elemene Beta tumerone Caryophillenol Alpha tumerone Vulgarol Aristolone Benzene 4-methyl decene
1,18 0,38 2,55 0,46 1,04 2,0 29,27 1,37 0,43
46 47 48 49 50 51 52 53 54
2-hydroxi hexadecanoat Asam benzene dicarboxilat 1-chloro heptadecyne Cylohexane Benzoxathiole Bormyl cinnamat Benzopyranone Vitamin E Stigmasterol
1,94 0,64 0,85 0,46 0,33 0,25 0,45 1,06 4,56
2,19 2,18 2,51 1,09 4,24 1,98 0,25 2,80 6,92 0,35 3,81 0,50 0,20 1,19 0,27
69
Gambar 15. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1200 m dpl.
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia daun Drymis beccariana pada 1200 m dpl 35 30 25 20 15 10 5 0
29.27
6.92
Aristolone
4.56
Asam linoleat
Stigmasterol
Komponen senyawa kimia
. 3.4 Fitokimia D. winterii. Forst (Akwai putih) pada 1600 m dpl 1.
Akar Pada ketinggian 1600 m hanya 20 senyawa yang terdeteksi, senyawa yang
tertinggi adalah dehydro aeromadendere (16,24 %), drimenol (13,04%), selajutnya caryophellene oksida, asam heksadekanoat dan beta elemen sekitar 5-7 %. Senyawa
tersebut
berfungsi
sebagai
antialergi
dan
anti-inflammatory
(http:\\www.cascadeanta.htm) Tabel 26. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D.winterii yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. No 1
% 2,30
No 11
Komponen Dehydroaromadendrene
% 16,24
2
Komponen (E) -4-[2-methyl-4(2,6,6-trimethyl Trans-Caryophyllene
3,30
12
3,18
3 4 5 6 7 8 9 10
Aromadendrene + calarene (-)- beta Elemene Euasarone Caryophyllene oxyde Guaiol 1,6-Bis (trimethylsilyl) Aromadendrene
4,07 1,20 5,16 2,05 7,19 4,53 5,07 3,10
13 14 15 16 17 18 19 20
(3S, 4R, 5S, 6R, 7S)Aristol-9-en-3-ol Drimenol Pentadecanoid acid 2H-1-Benzopyran Hexadecanoid acid Cyclopentane 16-Octadecenoid acid terd Tidak teridentifikasi
13,04 4,73 3,09 6,10 3,68 3,20 3,77 5,00
70
Gambar 16. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D.winterii yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl.
16.24
id acid
Hexadecano
Driminol
Dehydroaro
Caryophylle
6.1
madendrene
5.16
(-)- beta
13.04
7.19
ne oxyde
20 15 10 5 0
Elemene
Persen kandungan
Komposisi senyawa kimia akar Drimys winetrii pada 1600 mdpl
Komponen Senyawa Kimia
2. Batang Pada batang dari ketinggian 1600 m mengandung phenantren 14,91 %, driminol 12,97 %, alfa-sitosterol 9.77 % serta senyawa lain 7-8 % yaitu 4,11,11trimethyltricyclo
14,19%
atau
yang
disebut
sebagai
muzigadial,
asam
heksadekanoat dan 1-methoxy-2-tert-butyl-4-propyl-6-, juga terdapat Stigmasta5,23-dien-3.beta.-ol sebanyak 2,4% dan Stigmast-5-en-3-ol atau γ-sitosterol sebanyak 9,77%. Senyawa golongan fenantren, stigmasterol termasuk kedalam golongan steroid yang berfungsi dalam meningkatkan hormon pria
dan
peningkatan stamina. Dari data ini pada D. winterii kandungan senyawa steroid lebih tinggi pada batang yang tumbuh dari ketinggian 1600 dpl, pada ketinggian yang lebih rendah. Senyawa drimenol ditemukan juga pada akar D.winterii Forst dari ketinggian 1600 m dpl. Drymis winetrii. Forst dikenal pula sebagai tanaman obat tradisional Negara Chili yang banyak mengandung Polygodial dan Drimenol berfungsi
sebagai
antimicrobial
dan
antinociceptive
(http:\\www.sciencedirect.com). Senyawa ini juga sama fungsinya seperti yang terdapat pada Daun dewa (Gynura pesudochina (L)DC) memiliki Bahan aktif berupa flavonoid serta
71
beberapa zat kimia lain seperti alkaloid, tannin, saponin, polifenol, munyak atsiri serta delapan asam fenolat (Ratnaningsih et al. 1985, Soetarno, 2000) Flavonoid merupakan senyawa antioksidan dan mempunyai aktifitas antibacterial, anti inflammatory, antialergik, anti mutagenic, anti viral, anti neoplastik, anti trombotik, dan anti vasodilatory (Miller, 1996). Tabel 27. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. No 1
% 1,06
No 11
2,83
12
1,04 3,61
13 14
5
Komponen Phenol, 2,4-bis (1,1dimethylethyl) 1H-2-Benzopyran-1-one, 3, 4dihydro Elmicin 6-Acetyl-7-hydroxy-2,2dimethylben Driminol
12,97
15
6
Phenol,
2,53
16
7
1-Octadecene
1,35
17
8 9 10
Phenanthrene (5.alpha., 5a.alpha., 9a.beta.)-4,5 Phenol, 2,6-bis (1,1dimethylethyl)
14,91 3,18 2,41
18 19 20
2 3 4
Komponen Phenol, 2,6-bis (1,1dimethylethyl) 1-methoxy-2-tert-butyl-4propyl-6Hexadecanoic acid 4,11,11-trimethyltricyclo (5.3.1.0) (5A ALPHA, (A ALPHA)4,5,5A,6,7,8,9,9 3.5-Heptadien-2-one-6methyl, Syn-tricyclo [4.2.1.1. (2.5)] decan-9 Stigmasta-5,23-dien-3.beta.-ol (E.E)-.alpha.-farnesene Stigmast-5-en-3-ol
% 2,41 6,99 6,74 7,88 3,12 3,61 3,69 2,84 1,56 9,77
Gambar 17. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl.
persenkandungan
Komposisi senyawa kimia batang Drimys winterii pada 1600 mdpl 20 14.91 15
12.97 9.77
10 5 0 Phenanthrene
Driminol
Stigmast-5-en-3-ol
kompone n se nya w a kimia
3. Kulit Batang Masyarakat di pegunungan Arfak umumnya memanfaatkan bagian dalam dari kulit batang kayu akway. Analisis kulit batang dilakukan pada sampel dari ketinggian 1600 m dpl (Tabel 28). Hasil analisis menunjukkan pada kulit batang
72
kayu akwai terdapat 5-propyl-10,11-dihydro-5H-dibenzo sekitar 26,59 % dengan nama lain sebagai Warbuganal mempunyai fungsi yang hampir sama dengan Polygodial
yaitu
sebagai
antibacterial.
(http://www.mbao.org)
isopropylideneoxybicyclo [4.2] sebesar 29,39 %.
dan
7,8-
Senyawa tersebut termasuk
golongan seskuiterpenoid. Dari data ini pada kulit batang D. winterii hanya terdapat stigmast-5-en-ol atau γ-sitosterol sebanyak 0,10% senyawa steroid yang berfungsi untuk meningkatkan aktivitas hormon pria. Tabel 28. Jenis dan komposisi senyawa kimia kulit batang D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. No 1
Komponen Alpha-tripinolene
% 0,41
No 22
2 3
Linalyl acetate Bicyclo [2.2.1] heptan-2ol,1,7,7-t 2-acetylcyclopentanone ELEMICIN d-Nerolidol Spathulenol
0,20 0,12
23 24
0,17 1,56 0,56 0,07
25 26 27 28
0,06
29
0,28 1,27
30 31
VULGAROL B 6-[180]-Acetyl-7-hydroxy-2,2dimethyl 3-Fluoro-o-xylene 4,8,8-trimethyl –3-oxa-bicyclo AROMADENDRENE
0,20 0,87
32 33
0,09 0,08 0,40
34 35 36
Humuladienone 1-formyul-2,2,6-trimthyl-3-cis (3-m Driminol 8-methoxy-5-methyl-5,6dihydrobenzene 1- (2,5-dimethylphenyl) butanone 4,4,8,8tetramethylspiro[2.5]octan
0,09 0,37
37 38
3,74 1,77
39 40
0,50
41
0,61
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Spiro [5.5] undec-2-ene, 3,7,7,trime LIGUHODGSONAL Phenol
Komponen 9-phenyl-1,2,3,4,5,6,7,8octahydro Anthracene, 9, 10-dimethyl7,8isopropylideneoxybicyclo[4.2 VULGAROL A Ledane Phenol 2-methoxy-6-allyloxy-7methyl-7H-p 5-Propyl-10,11-dihydro-5Hdibenzo Velleral 1-methyl-2-cyano-3-ethyl-4pivaloy Cyercene 1-methoxy-2-tert-butyl-4propyl-6Cyercene (Z,1’RS,3’SR)-1-(2’3’-epoxy 9-isopropenyl-7,7,8-trimethyl4-ox Cyercene 4 2,6-dimethylphenyl isocyanate
% 0,32 6,66 29,39 0,34 1,08 0,22 3,82 26,59 0,22 0,25 0,32 0,56 0,97 6,00 2,41 0,12 0,89 1,13 3,14
42
1-(2-pyrazinyl)-1-ethanol Methyl-(endo-tricyclo[2.2.0.0 (2,6) 4-[5-methyl-2-(1methylethylidene) (cyanomethyl) cyclopentane
43
Stigmast-5-en-3-ol,
0,10
1,69 0,35
73
Gambar 18. Jenis dan komposisi senyawa kimia kulit batang D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl.
35 30 25 20 15 10 5 0
29.39
26.59
(2’3’-epoxy
(Z,1’R S ,3’S R )-1-
dibenzo
dihydro-5H -
5-P ropyl-10,11-
bicyclo[4.2
7,8-
6 isopropylideneoxy
persenkand ung an
Komposisi senyawa kimia kulit batang Drimys winterii pada 1600 mdpl
kompone n se nya w a kimia
4. Daun Sedangkan
dari
ketinggian
1600
mdpl
mengandung
1,8-
dimethylphenanthrene 17,01 % dan 2H-1-Benzopyran sekitar 9 %. Senyawa 1,8dimethylphenanthrene merupakan senyawa aromatik polisiklik dari golongan fenantren
yang
memiliki
(Harbone,1987), sedangkan
fungsi
meningkatkan
aktivitas
hormon
pria
2H-1-Benzopyran atau ageratochromene, atau
dikenal sebagai precocone 2 merupakan golongan sesquiterpenoid yang banyak dimanfaatkan sebagai anti insektisida. Dari data ini pada D. winterii batang dan daun dari ketinggian 1600 m dpl yang memiliki senyawa aktif yang berfungsi untuk meningkatkan hormon pria sehinga dapat dimanfaatkan sebagai afrodisiak. Selain itu senyawa tertingginya adalah Drimenol sebanyak 17,39%. Tabel 29. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. No 1 2 3
Komponen Linalool Linalyl acetate Trans-caryophyllene
% 1,99 0,22 0,18
No 21 22 23
4 5
Germacrene-d Elemicin
0,29 0,79
24 25
6 7
d-Nerolidol Caryophyllene oxide
1,86 1,03
26 27
8 9
1H-Pyrrolo [2,3-b]pyridine Phenol
0,42 0,94
28 29
Komponen Neophytadiene 1,8-dimethylphenanthrene 4,11,11-trimethyltricyclo [5.3.1.0] Bicyclo[3.2.1] oct-2-ene 7,8-dimethoxy-2,2-dimethyl2H-chro 2H-1-Benzopyran 1-(6,6-dimethyl-2-methylene3-cycl 2-N-pentylbenzothiazole Phenol
% 0,49 17,01 10,12 1,11 2,19 8,69 0,18 0,32 0,46
74
10 11 12
Aromadendrenepoxide-(II) Ethanone 1 beta, 4,4-trimethyl-bicyclo
0,42 1,89 0,29
30 31 32
13
(3E)-5-isopropylidene-2,7dimethyl Aromadendrenepoxide-(I) Vulgarol B
0,28
33
0,79 0,21
34 35
0,63 17,39 1,01 0,58 0,40
14 15 16 17 18
Alloaromadendrene Driminol 3-Hydroxy-5,7-dimethoxy2-methyl-1 Cycloisolongifolene 2-methoxy-4-methhylphenol
19 20
Cyercene Anthracene, 9,10-dimethyl (5A Alpha, 9A Alpha) -4, 5, 5A, 6,7,8,9,9 3-methylindole-2 (3H)-one
0,55 7,26 3,84
3,57 7,72
36 37 38
2,4-Heptadiene,2,6-dimethyl 5,6,7,8-tetrahydrothieno[2,3b] quinone 2-Hexadecen-1-ol 2-Propen-1-one 1,2-Benzenedicarboxylic acid
39 40
(Cyanomethyl) cyclopentane Stigmast-5-en-3-ol
0,86 0,65
1,39
0,30 1,42 0,26
Gambar 19. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D.winterii Forst yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl.
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia daun Drimys winterii pada 1600 mdpl 20
17.39
17.01
15 8.69
10 5 0 Driminol
1,8dimethylphenanthrene
2H-1-Benzopyran
Komponen senyawa kimia
3.5 Fitokimia D. Piperita Hook (Akwai merah besar) pada 1600 mdpl 1. Akar Senyawa kimia yang terdapat akar D. piperita Hook pada ketinggian 1600 mdpl (Tabel 30) adalah Ergosta-5,7-dien-3-ol (32.74%) dan Stigmast-5-en-3-ol atau γ-sitosterol (23,58%). Senyawa kimia Ergosta-5,7-dien-3-ol (32.74%) berfungsi sebagai mineral yang penting dalam pembentukan tulang dan gigi terutama pada masa pertumbuhan dan pada usia lanjut diperlukan dalam penyempurnaan penyerapan usus. Stigmast-5-en-3-ol (γ-sitosterol) (23,58%) berfungsi pula untuk menurunkan kolestrol dan mencegah resiko penyakit kanker.
75
Juga terdapat Ergost-4-en-3-one, 12-hydroxy atau stigmasterol yang terdapat dalam jumlah yang rendah hanya sekitar 1,49%. Senyawa ini merupakan peningkat hormone testosterone.
Tabel 30. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. Piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. No 1 2
Komponen Beta – caryophyllene Alloaromadendrene
% 0,42 0,46
No 25 26
3 4
Dihydrocarvyl acetate Elemicin
0,46 0,41
27 28
5
d-Nerolidol
0,44
29
6
Caryophyllene oxide
0,74
30
7
0,59
31
0,15
32
1,05 1,62
13
(+)- Calarene or (+)- beta gurjune 5-isopropylidene-1,3dimethyltricy Hymenoquinone-diacetate (3S, 4R, 5S, 6R, 7S)-Aristol9-en-3-ol (3S, 4R, 5S, 6R, 7S)-Aristol9-en-3-ol (Z)-2-(AMinomethylene)-3,3dimethyl Benzeneacetaldehyde
14
8
Komponen 8-Nonynoic acid 2,3,6,7-tetramethyl-10-(4methylph 2-Isononenal Cyclopentaneundecanoic acid Cyclopentaneundecanoic acid 2,3,67-tetramethyl-10- (4methylph Isopropyl dodecanoate
% 0,43 0,40 0,46 0,67 0,98 0,38 0,14
33 34
1- (pent-4’-enyl) cyclopentene Phenol Ergost-5-en-3-ol
1,32 1,22
0,43
35
Moronic acid
0,84
1,60
36
2,28
0,47
37
Hexadecanoid acid
0,59
38
15 16
Palmitic acid Hexadecanoid acid
1,23 0,67
39 40
17 18
Hexadecanoid acid Hexadecanoid acid
0,94 0,74
41 42
19
Hexadecanoid acid
2,10
43
20 21 22
DI-2-Benzothiazole Disulfane Cyclopentaneundecanoic acid 2-Cyclopentene-1undecanoid acid 2-Cyclopentene-1-undecanoic acid 5,9-Cyclododecadiene
0,45 0,67 0,41
44 45 46
0,92
47
1,69
48
1-(2’-nitro-2’-propenyl) cycloocten 3 beta, 19diacetoxyspongia-13 (16) 4ª-homo-3-oxa-5 alphacholestan-2 Ergosta-5,7-dien-3-ol 17 beta, 19-diacetoxy-4,4dimethyl Cholest-5-en-3-ol (3 beta)Sandaracopimar-15-ene8.beta.-YL-A 3,7-dimethyl-7-(4-methyl3-penteny Stigmast-5-en-3-ol Methyl lithocholate Alpha trasnssesquicyclogeraniol Ergost-4-en-3-one, 12hydroxy(3S, all-E)-2,6,10,14tetramethhyl-1
9 10 11 12
23 24
0,86
2,34 1,29 32,74 0,85 1,26 0,98 3,08 23,58 1,41 1,16 1,49 0,20
76
Gambar 20. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. Piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl.
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia akar Drymis piperita pada 1600 mdpl 35 30 25 20 15 10 5 0
32.74 23.58
3.08 Ergosta-5,7-dien-3-ol
Stigmast-5-en-3-ol
3,7-dimethyl-7-(4methyl-3-penteny
Komponen senyawa kimia
2. Batang Berikut ini berturut-turut senyawa yang banyak terkandung pada batang D piperita yang tumbuh pada ketinggian 1600 mdpl (Tabel 31), yaitu 7,8isopropylidenedioxybicyclo
(16,91%),
sesquiterpenoid dan berfungsi
senyawa
ini
merupakan
golongan
sebagai katalitika dan anti jamur; Driminol
(11,90%) juga merupakan senyawa golongan sesquiterpenoid dan berfungsi sebagai antioksidan, diuretik, antipiretik, dan juga dapat digunakan sebagai pewarna rambut; 2-methoxy-6-allyloxy-7-methyl-7H-p (11,36%) berguna sebagai neurotransmitter; 7,8-dimethoxy-2 (7,33%) adalah golongan flavonoid serta berfungsi sebagai antioksi dan dan antimikroba ; Delta 9 (12)-capnellene-10 alpha (6,33%), biasa disebut juga Cyclopentanodienilcarboxyl yang merupakan golongan monoterpenoid monosiklik yang berfungsi sebagai protein reseptor. Pada bagian batang juga mengadung γ-sitosterol dalam jumlah yang rendah yaitu 1,44%.
77
Tabel 31. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. Piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. No 1 2
Komponen 2-acetylcyclopentanone Elemicin
% 1,25 0,94
3
1,6,10-Dodecatrien-3-ol,
0,69
4
Spathulenol
0,98
5
1,8-dihydroxy-2-acetyl-3methylnap Phenol
0,81
6 7 8 9 10
Ethanone,1,1’ Phenol Alpha-selinene 2,6,10,14,18,22Tetracosahexaene Driminol
11 12
1,46 3,50 0,89 1,38 0,73
11,90 26
3,3,5,6,7-Pentamethyl-4-nitro2-in Ethanone Pyrrolidide 7,8isopropylidenedioxybicyclo
13 14 15
No Komponen 16 4,11,11-Trimethyltricyclo 17 (1.alpha., 3a.beta., 8 beta., 9a.alpha) 18 2-methoxy-6-allyloxy-7methyl-7H-p 19 2-methoxy-6-allyloxy-7methyl-7H-p 20 (E,E)-2,5-Diphenyl-2,4hexadiene 21 5,7-dimethoxy-2,2-dimethyl2H-chro 22 (5A Alpha, 9A Alpha) 23 7,8-dimethoxy-2 24 (5Alpha, 9A Alpha) 25 Benzene
2,37
27
1,99 28 1,63 29 16,91 30
(Z)-3-Methyl-4-(2’6’,6’Trymethyl) Delta 9 (12)-capnellene-10 alpha 1,4-Napthalenedione (Cyanomethyl) cyclopentane Stigmast-5-en-3-ol
% 2,38 0,91 3,93 11,36 0,92 3,19 2,17 7,33 2,19 2,66 3,48 6,33 3,10 1,18 1,44
Gambar 21. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. Piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl.
16.91 11.36 6.33
Delta 9 (12)-
7,8-
dimethoxy-2
methyl-7H-p
2-methoxy-
6-allyloxy-7-
Driminol
clo
nedioxybicy
7,8-
7.33
10 alpha
11.9
capnellene-
20 15 10 5 0
isopropylide
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia batang Drimys piperita pada 1600 mdpl
Komponen senyaw a kimia
3. Kulit Batang Pada kulit batang D. piperita Hook dari ketinggian 1600 m dpl dua senyawa dengan kandungan tertinggi adalah Phenanthrene, 9,10-dimethyl (20,76 %) atau dengan nama lain disebut sebagai polygodial yang berfungsi sebagai anti
78
kanker pada manusia. Polygodial ini pertama kali
diisolasi dari tanaman
Polygonum Hydropiper (Barnes et al. 1962) (http:\\wholeapproach.com). Senyawa ini digunakan oleh Jepang sebagai anti kanker (Fukuyama et al. 1982). (http:\\wholeapproach.com).dan 1,8-dimethylphenanthrene (9,20 %), keduanya adalah senyawa dari golongan aromatik polisiklik (fenantrena) yang memiliki fungsi untuk meningkatkan aktivitas hormon pria (Harbone,1978), sehingga kulit batang D. Piperita memiliki kandungan tertinggi untuk senyawa fenanter, yang mendukung klaim masyarakat sebagai afrodisiak. Menurut Manuchair Ebadi (2002), senyawa-senyawa alkaloid seperti morphine, codeine dan baine disusun oleh phenantheren. Selain itu terdapat pula senyawa kimia lainnya yaitu Benzene (19,73%) dengan sinonimnya adalah Methoxyphenyl. Senyawa ini merupakan golongan dari Hidrokarbon aromatik (Minyak atsiri) yang berguna sebagai anti fungi, optical brightening agent dan dyes. Selain itu terdapat pula
Driminol
(7,20%) juga merupakan senyawa golongan sesquiterpenoid dan berfungsi sebagai antioksidan, diuretik, antipiretik, dan juga dapat digunakan sebagai pewarna rambut. Tabel 32 Jenis dan komposisi senyawa kimia kulit batang D. Piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. No 1 2 3 4 5 6 7 8
Komponen Alpha terpinolene 1,6-Octadien-3-ol,3,7dimethyl (-)-BORNYL ACETATE Phenol 2-acetylcyclopentanone
9
SABINYL Acetate 1-Ethyl-3-pyrrolidinol 3,4-Pentadienal, 2,2,dimethyl ELEMICIN
10
Farnesol
% 0,22 0,20
No Komponen 26 Propane 27 Hydrocinnamic acid, ester with 2-m 0,21 28 1,8-dimethylphenanthrene 0,10 29 Phenanthrene, 9,10-dimethyl 0,52 30 5,7-dihydroxy-4-(1methylpropyl) 0,08 31 Nonanoic acid, 5-phenyl0,20 32 Benzenemethanol, 2-iodo0,12 33 Benzene
9,20 20,76 0,15
0,95
34
4,22
0,58
35
1-Methoxy-2-tert-butyl-4propyl-6 Benzene
% 1,80 0,75
0,22 1,16 0,23
19,73
79
11 12
15
(+) spathulenol Benzene, tris (1methylethyl)Cyclohexane 2-(8-methoxy-1-naphthyl)propan-2 Phenol
16
(+) CYCLOISOSATIVENE
0,35
41
17
Ethanone
1,21
42
18 19
4-flouro-1,2,-xylene Aromadendrene
0,11 0,13
43 44
20 21 22
Gamma-Selinene Lingipinanol Drim-8-en-11-al
0,17 0,16 0,09
45 46 47
23
1-(3’HYDROXY-PROP-1’INYL)-CYCLOD Driminol
0,59
48
7,20
49
8-Methoxy-5-Methyl-5,6Dihydrobenzene
1,37
50
Cyercene 2H-1-Benzopyran, 6,7dimethoxy-2,2 (E,E)-2,5-Diphenyl-2,4hexadiene 9,10-dihydro-9-spiro (cyclopropanea) 4,11,11-trimethyltricyclo [5.3.1.0) 1-oxa-3,8-cyclodecadiyne (E,E)-2,5-Diphenyl-2,4hexadiene 3-methylindole-2(3H)-one 1-(2-Pyrazinyl)-1-ethanol (Z)-TRANS- alphaBERGAMOTENE (e)-2,4,4-Trimethyl-3-(3’Methyl-1) 1-Methel-2-(3-Methyl-2buten-1-YL) E,E-alpha-FARNESENE
51
-3,3,7-Trimethyl-2,9-dioxtri
13 14
24 25
0,24 0,12
36 37
Velleral o-Tolyl isorhiocyanate
0,33 0,37
0,06 0,19
38 39
0,60 1,04
1,34
40
1,67 3,99 2,99 3,08 0,42 1,52 1,70 5,51 0,14 0,14 1,00 0,22
Gambar 22. Jenis dan komposisi senyawa kimia kulit batang D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl.
9.2
7.2
Driminol
19.73
1,8dimethylphe nanthrene
20.76
Benzene
25 20 15 10 5 0
Phenanthren e, 9,10dimethyl
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia kulit batang Drimys piperita pada 1600 mdpl
Komponen senyawa kimia
80
4
Daun Pada Tabel 33 dibawah ini, dapat diketahui bahwa kandungan tertinggi
diatas 5 % pada daun D. Piperita yang tumbuh pada elevasi 1600 mdpl adalah (3S, 4R, 5S, 6R, 7S)- Aristol-9-en-3-ol (25,40%) dan Caryophyllene (22,78%). Pada daun juga mengandung γ-sitosterol dalam jumlah yangrendah yaitu 2,51%. Tabel 33. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. No 1
Komponen Beta-caryophyllene
% 2,54
No 13
2 3
Beta-selinene Gamma-cadinene
2,62 1,67
14 15
4
Elemol
3,03
16
5 6
d-Nerilidol Caryophyllene
1,59 22,78
17 18
7
3-(2-methylenecyclohexyl) propanal Beta-eudesmol Caryophyllene oxide (3S, 4R, 5S, 6R, 7S)- Aristol-9en-3-ol (R,S) – (1/, 2u, 5u, 7u) – 2 – Hydroxy- 7 - me 1,2-pentanediol
2,92
19
1,38 2,85 25,40
20 21 22
2,25 1,76
8 9 10 11 12
piperita Hook yang % 3,31
23
Komponen (3S, 4R, 5S, 6R, 7S) – Aristol9-en-3-ol Solavetivone 4-Pentenoic acid, 2-acetyl-4methy 4-pentenoic acid, 2- acetyl-4methyl Cis-limonene oxide (1R*, 2S*, 4S*)-1,6,6trimethyl – 10 - o Anti, anti, anti – 3, 3, 6, 6, 9, 9, 12, 12 - 0 Neophytadiene Aromadendrenepoxide-(II) (E, 1RS, 5RS)-5-methoxy-2,2dimetyhyl Hexadecanoid acid
24
Stigmast-5-en-3-ol
2,51
2,31 1,91 1,57 4,02 1,86 3,06 2,67 2,34 1,85 1,81
Gambar 23. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. piperita Hook yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl.
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia daun Drimys piperita pada 1600 m dpl 30 25 20 15 10 5 0
25.4
22.78
4.02
(3S, 4R, 5S, 6R, 7S)Aristol-9-en-3-ol
Caryophyllene
Cis-limonene oxide
Komponen senyawa kimia
81
3.6 Fitokimia D. Beccariana Gibbs (Akwai merah kecil) pada 1600 mdpl 1. Akar Pada akar dari ketinggian 1600 m dpl (Tabel 34) senyawa dengan kandungan tertinggi adalah 1 (5), 3-aromadenedradiene (16,7%) merupakan golongan seskuiterpenoid yang berguna sebagai antitermitik. Stigmast-5-en-3-ol, (3 beta, 24 S) atau γ-sitosterol (8,72 %) adalah senyawa golongan triterpenoid (steroid) yang berfungsi menurunkan kolestrol, mencegah resiko kanker, somatik agent; Guaiol (7,92%) adalah golongan sesquiterpenoid, berfungsi sebagai antimikotik, antifungi, antimikroba, dan antiinflamsi. Sedangkan senyawa tertinggi pada bagian akar ini adalah 1 (5), 3-aromadenedradiene dengan nama lain adalah Trans-Decalone-8-aldehid. Trans-Decalone-8-aldehid merupakan golongan seskuiterpen yaitu derivate yang mempunyai unit isoprene dengan atom C sebanyak 15, sama halnya dengan monoterpenes, kebanyakan seskuiterpenes adalah komponen dari minyak esensial yang terdapat di tumbuhan. Golongan ini berfungsi sebagai anti kanker dan anti malaria (Cseke.L.J, et all. 2006). Tabel 34. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. No 1 2 3 4
Komponen Gamma.,Cadinene Myristcin Hedycaryol Benzene
% No 3,10 9 4,37 10 8,84 11 5,78 12
5
Trans-caryophyllene
5,50
13
6 7
Guaiol HYMENOQUINONEDIACETATE Beta – Eudesmol
7,92 3,59
14 15
2,20
16
8
17
Komponen Beta-Eudesmol 2-Propwnoic acid 1 (5), 3-aromadenedradiene 1,3-Benzodioxole, 4, 7dimethoxy-51-(2’-Aminophenyl) pyrazole Hexadecanoic acid Cyclopropane
% 3,82 3,69 16,66 6,36
Ergosta-5,7-dien-3-ol, (3 beta) Stigmast-5-en-3-ol, (3 beta., 24 S)
4,91
4,31 5,06 5,19
8,72
82
Gambar 24. Jenis dan komposisi senyawa kimia akar D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl.
16.66
Guaiol
7.92
beta., 24 S)
Hedycaryol
radiene
en-3-ol, (3
8.72
Stigmast-5-
8.84
1 (5), 3-
20 15 10 5 0
aromadened
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia akar Drimys beccariana pada 1600 m dpl
Komponen senyawa kimia
2. Batang Pada batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl (Tabel 35), senyawa dengan kandungan tertinggi adalah 6-methyl – 3,5dithioxo-1,2,4-triazi (13,21 %), diikuti oleh asam heksadaekanoat (12,22%) atau asam palmitat yang berfungsi untuk menurunkan LDL-kolestrol darah, lalu stigmast-5-en-3-ol atau
alfa-sitosterol, fucosterol,clinasterol, fukodin, yang
termasuk golongan hidrokarbon alisiklik.
Hasil ini sangat berbeda dengan
kandungan senyawa tertinggi pada ketinggian 1200 m dpl. Perbedaan ini kemungkinan
berhubungan
dengan
kondisi
lingkungan
tumbuh
yang
mempengaruhi produksi metabolit sekunder. Produksi senyawa metabolit sekunder pada tanaman mempunyai variabilitas yang tinggi karena sangat tergantung pada kondisi iklim, hama dan penyakit serta kondisi fisiologis dari tanaman tersebut (Darwati, 2007). Disamping itu terdapat pula senyawa γsitosterol dengan jumlah yang cukup tinggi yaitu 10,62% dan stigmasterol (vellerdiol) sebesar 6,91%. Hal ini merupakan dukungan ilmiah kepada masyarakat tentang penggunaan tumbuhan ini sebagai obat kuat.
83
Tabel 35. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. No 1 2
7
Komponen % No 1, 4-Benzenediol 5,39 9 METHYL- P- TERT-BUTYL 4,78 10 PHENYL ACETATE Elemol 4,18 11 Spiro [2.4] heptane, 1,55,09 12 dimethyl-6 1,6-Bis (trimethylsilyl)-1,3,5- 4,74 13 hexa 6-methyl – 3,5-dithioxo13,21 14 1,2,4-triazi Phenol 3,60 15
8
9-Aristolen-1.alpha-ol
3 4 5 6
2,70
16 17
Komponen 3-Fluoro-o-xylene Hexadecanoic acid
% 4,23 12,22
(-)-Isopulegol 8 beta., 12-Epoxy13,14,15,16,17,18 3-Fluoro-o-xelene
5,00 4,71
Bicyclo [6.5.1] tetradec-1 (2)-ene [(2R, 4aR, 5aR, 11aS, 12R,12 aR) -4ª, 42 Stigmast-5-en-3-ol Vellerdiol
6,37
3,05
3,21 10,62 6,91
Gambar 25. Jenis dan komposisi senyawa kimia batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl.
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia batang Drimys beccariana pada 1600 m dpl 13.21
14 12 10 8 6 4 2 0
12.22
6-methyl – 3,5dithioxo-1,2,4-triazi
Hexadecanoic acid
10.62
Stigmast-5-en-3-ol
Komponen senyawa kimia
3. Kulit Batang Demikian pula dengan senyawa pada kulit batang D. beccariana. Gibbs senyawa dengan kandungan tertinggi adalah cycloisolongifolene dan elemol (isocaryophyllene).
elemol termasuk golongan seskuiterpenoid yang bersifat
sebagai atraktan untuk serangga, serta mengandung sejumlah asam lemak seperti asam heksadekanoat sebanyak 8,92%; asam pentadekanoat 4,66; juga mengandung γ-sitosterol (6,09%). (Tabel 36).
84
Tabel 36. Jenis dan komposisi senyawa kimia kulit batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. No 1 2 3 4
Komponen Trans-caryophyllene Gamma-gurjunene Delta-cadinene Elemol
% 5,82 3,31 3,80 12,54
No 7 8 9 10
5 6
Caryophyllene oxide Guaiol
7,27 7,86
11 12 13
Komponen 1H-Indene Gamma-gurjunene Cycloisolongifolene (3S, 4R, 5S, 6R, 7S)Aristol-9-en-3-ol Pentadecanoic acid Hexadecanoic acid γsitosterol
% 4,58 6,60 23,51 5,40 4,66 8,92 6,09
Komposisi senyawa kimia kulit batang Drimys beccariana pada 1600 m dpl 23.51
e
Trans-
5.82 caryophyllen
Gamma-
6.6 gurjunene
neoxide
7.27 Caryophylle
7.86
ic acid
Elemol
Hexadecano
8.92
Guaiol
12.54
gifolene
25 20 15 10 5 0
Cycloisolon
persenkandungan
Gambar 26. Jenis dan komposisi senyawa kimia kulit batang D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl.
komponen senyaw a kimia
4. Daun Daun D. beccariana Gibbs dari ketinggian 1600 m dpl dapat digunakan sebagai afrodisiak karena mengandung senyawa golongan fenantren yang cukup tinggi yaitu 14,89%. Selain itu juga mengandung γ-sitostreol dalam jumlah yang rendah yaitu 1,44%. Tabel 37. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl. No 1 2
% 0,70 1,13
No Komponen 25 Napthelene 26 Driminol
% 0,83 2,40
0,62
27
1,55
4 5
Komponen 1,8-Nonadiyne Bicyclo [2.2.1] hept-2-en-7ol Bicyclo [3.1.1.] hept-3-en-2one 1,3,6-Octatriene 3-Cyclohexene-1-methanol
1,26 0,72
28 29
6 7
2-acetylcyclopentanone 1-Benzylcyclobutanol-1
1,22 1,28
30 31
3
7-methoxy-2,3,6triazaphenothiazin Alpha phellandrene 4H-Furo[3,2-c] [1] benzopyran-4-one Beta Myrcene Neophytadiene
1,59 7,05 0,98 1,68
85
8 9 10
Carvenone beta-farnesene Myristicin
0,42 0,58 1,18
32 33 34
11 12
2,3,4-Trimethylfuran 2-butyl-3-methylpyrazine
0,53 0,71
35 36
13
Aromadendrene
0,26
37
14 15 16 17
Elemicin d-Nerolidol Euasarone (+)-Cycloisosativene
2,05 1,31 3,65 0,56
38 39 40 41
18
Widdrol
0,62
42
19
Benzoic acid
1,96
43
20
Alpha,-Muurolene
0,50
44
21
(1RS, 2SR, 4 SR, 9 SR)1,6,6-trimethyl 1 (5),3-aromadenedradiene Gamma-selinene
0,70
45
0,82 1,89
46 47
0,57
48
22 23 24
4-(2’,2’,6’-trimethyl-1’,6’epoxy
49
Phenanthrene 5,9-Cyclododecadiene 2,3,5,6tetramethyllidenenorborane 5-Benzocyclooctenol 6-[180]-acetyl-7-hydroxy2,2-dimetyhl 2-methoxy-6-allyoxy-7methyl-7H-p 5,7-dimethoxy-2 Palmitic acid Hexadecanoid acid 4,4-dimethyl-3-ethylidene-2(2’-,me (5A Alpha, 9A Alpha)4,5,5A, 6,7,8,9,9 3,6-Dihydropyrrolo [3,2-e] indazole 3,6-dihydropyrrolo [3,2e]indoleEthanone
14,89 0,65 0,70
Phytol isomer (7R, 8S)-cis-anti-cis-7,8epoxytric 9 beta-hydroxy-4,11 (13)eudesmadi Stigmast-5-en-3-ol
0,65 2,14
1,70 1,31 1,57 5,87 3,65 1,05 4,03 2,92 1,90 1,90 4,91
7,81 1,44
Gambar 27. Jenis dan komposisi senyawa kimia daun D. beccariana Gibbs yang tumbuh pada ketinggian 1600 m dpl.
persen kandungan
Komposisi senyawa kimia daun Drimys beccariana pada 1600 m dpl 20
14.89
15 10 5
7.81
7.05
5.87
9 beta-hydroxy4,11 (13)eudesmadi
4H-Furo[3,2-c] [1] benzopyran4-one
5,7-dimethoxy-2
0 Phenanthrene
komponen senyawa kimia
86
Dari data di atas dapat disimpulkan senyawa dengan kandungan tertinggi dari masing-masing jenis, bagian tanaman dan ketinggian tempat berbeda. Hasil rangkuman senyawa dengan kandungan tertinggi ditampilkan pada (lampiran 6). 3.7 Perbandingan kandungan senyawa kimia bagian kulit batang, batang, daun dan akar pada ketiga spesies yang tumbuh di ketinggian 1600 mdpl. Dari hasil analisis diatas lebih lanjut dapat dibandingkan senyawasenyawa yang banyak terkandung dimasing-masing bagian pada masing-masing species, sehingga dapat diketahui bagian-bagian yang paling banyak mengandung senyawa-senyawa yang bermanfaat bagi tubuh manusia. Tabel 38. Perbandingan senyawa kimia yang dimiliki pada bagian kulit batang ketiga species
Komponen Kimia
Kulit Batang D.Piperita
Limpahan (%) Kulit Batang D. winterii
Kulit Batang Beccariana -
Atsiri Elemicin
0.95
1.56
γ-Selinen Trans kariofilen
0.71
-
-
-
-
5.82
β-Kariofilen
-
-
-
β-Selinen Linalool
-
-
-
-
-
-
Spathulenol
0.24
0.07
-
D-Nerolidol
0.58
0.56
-
-
-
-
0.13
-
-
Guaiol
-
-
-
γ-Gurjunen
-
-
7.86
γ-Kadinen Elemol
-
-
3.31
-
-
3.8
Metoksieugenol
1.34
1.27
12.54
Kariofilen oksida
-
-
7.27
α-Oktadesen Hedycaryol
-
-
-
-
-
-
β-Eudesmol Euasaron
-
-
-
-
α-Fellandren
-
Miristin Aromadendren
87
Seskuiterpen Drimenol
7.2
3.74
-
Polygodial
20.76
30.47
-
Warbuganal
4.22
26.59
-
Muzigadial
1.67
-
-
-
-
-
Epoksi muzigadial Confertifolin
-
-
-
Isodrimenol
5.51
3.14
-
Drimenin
1.16
3.82
-
Asetoksi drimenin Panudial Trans-Decalone-8-aldehid
-
-
-
1.52
-
-
-
-
28.55
-
-
Aldehid
-
Mukadial
-
Decalone
-
-
-
Apiol
-
-
-
Cinnamodial
-
-
5-Hidroksi-7metoksiflavanon metoksiflavanon
-
polygone
-
Asam heksadekanoat
-
-
8.92
Metil heksadekanoat
-
-
4.66
Asam lemak
15-Nonacosanol
-
-
-
14-Heptacosanol
-
-
-
Oktakosanol
-
-
15-Nonakosanon
-
-
11-Eikosanol
-
6,10,14 Trimetil pentadekanon-2 Phytol
-
γ-Sitosterol Stigmasterol
-
-
-
-
-
6.09
-
-
Dari perbandingan senyawa kimia yang terkandung pada kulit batang Drymis sp diatas (Tabel 38), dapat dilihat bahwa pada bagian kulit batang Drymis piperita dan Drymis winteri banyak mengandung Polygodial sebesar 20,76% dan 30,47%. Polygodial dapat berfungsi sebagai anti alergi, anti asma, anti inflammatory,
antinociceptive,
dan
antibacteri,
(http:\\www.cat.inist.com).
88
Sedangkan senyawa yang berperan dalam afrodisiak yaitu
γ-Sitosterol dan
Stigmasterol tidak terdapat pada bagian kulit batang D. piperita dan D. winteri tetapi hanya terdapat pada D. beccariana sebesar 6,09 % γ-Sitosterol. Gambar 28. Kandungan senyawa kimia tertinggi pada bagian kulit batang pada Drymis sp.
Tabel 39. Perbandingan senyawa kimia yang dimiliki pada bagian batang species Drymis sp Limpahan (%) Komponen Kimia
Batang D.Piperita
Batang D. winterii
Batang Beccariana
1.04
-
Atsiri Elemicin
1.04
γ-Selinen Trans kariofilen
-
-
-
-
-
-
β-Kariofilen
-
-
-
β-Selinen Linalool
-
-
-
-
-
-
Spathulenol
-
-
-
D-Nerolidol
-
-
-
Miristin
-
-
-
Aromadendren
-
-
-
Guaiol
-
-
-
γ-Gurjunen
-
-
-
γ-Kadinen Elemol
-
-
-
-
-
4.18
Metoksieugenol
-
-
3.6
Kariofilen oksida α-Oktadesen Hedycaryol
-
-
-
1.35
1.35
-
-
-
-
β-Eudesmol Euasaron
-
-
-
-
-
α-Fellandren
-
-
89
Seskuiterpen Drimenol
12.97
12.97
4.23
Polygodial
18.09
18.09
-
Warbuganal
9.4
9.4
-
Muzigadial
7.88
7.88
3.05
-
-
-
Confertifolin
3.69
3.69
-
Isodrimenol
3.12
3.12
-
Drimenin
-
-
-
Asetoksi drimenin
-
-
6.37
Panudial
-
-
-
Trans-Decalone-8aldehid Aldehid
-
-
13.21
Mukadial
-
-
-
Decalone
-
-
3.6
Epoksi muzigadial
Apiol
-
Cinnamodial
-
5-Hidroksi-7metoksiflavanon metoksiflavanon
-
polygone
2.7 Asam lemak
Asam heksadekanoat
6.74
6.74
5
Metil heksadekanoat
-
-
-
15-Nonacosanol
-
-
-
14-Heptacosanol
-
-
3.21
Oktakosanol
3.05
15-Nonakosanon
-
11-Eikosanol
6,10,14 Trimetil pentadekanon-2 Phytol
γ-Sitosterol Stigmasterol
-
-
-
9.77
9.77
10.62
7.9
7.9
6.91
Berdasarkan Tabel 39 diatas, diketahui bahwa kandungan senyawa kimia tertinggi yang berada pada bagian batang species D. piperita, dan D. winteri adalah sama yaitu Polygodial sebesar 18,09%. Senyawa ini merupakan golongan seskuiterpenes dimana perkusornya dalah farnesyl pyrophosphate (Charles C.
90
Sell. 2003). Kandungan terbanyak pada bagian batang D. beccariana adalah Trans-decalone-8-aldehid (13,21%). Sedangkan senyawa lain sebagai penciri tumbuhan ini sebagai afrodisiak adalah sitosterol dan stigmasterol. Kandungan senyawa sitosterol pada D. beccariana lebih tinggi (10,62%) dibandingkan pada D. piperita dan D. winteri (9,77%). Gambar 29. Kandungan senyawa kimia tertinggi pada bagian batang pada Drymis sp.
Tabel 40. Perbandingan senyawa kimia yang dimiliki pada bagian daun ketiga species Limpahan (%) Komponen Kimia
Daun D.Piperita
Daun D. winterii
Daun Beccariana
0.79
2.05
1.89
0.18
2.54
Atsiri γ-Selinen Trans kariofilen β-Kariofilen β-Selinen Linalool
2.62
Spathulenol
1.99
D-Nerolidol
Miristin
1.59
1.86
1.31
Aromadendren
1.18
Guaiol
γ-Gurjunen
γ-Kadinen Elemol
1.67
Metoksieugenol
3.03
Kariofilen oksida
0.94
α-Oktadesen Hedycaryol
22.78
1.03
β-Eudesmol
1.67
91
Euasaron
1.38
3.65
17.39
2.4
3.06
1.11
1.31
10.88
7.44
3.84
2.92
Epoksi muzigadial
2.14
Confertifolin
7.72
4.91
Isodrimenol
Drimenin
1.91
Asetoksi drimenin
α-Fellandren
Seskuiterpen
Drimenol Polygodial Warbuganal Muzigadial
3.31
Panudial
1.48
Trans-Decalone-8-aldehid
Aldehid
25.4
Mukadial
1.86
Decalone
Apiol
Cinnamodial
1.42
2.25
5-Hidroksi-7-metoksiflavanon metoksiflavanon polygone
Asam lemak
Asam heksadekanoat
1.81
1.39
4.7
Metil heksadekanoat
2.34
15-Nonacosanol
14-Heptacosanol
Oktakosanol
15-Nonakosanon
11-Eikosanol
6,10,14 Trimetil pentadekanon2 Phytol
2.51
1.49
γ-Sitosterol Stigmasterol
Dari Tabel diatas diketahui bahwa senyawa kimia yang banyak terkandung pada bagian daun Drymis sp adalah sebagai berikut, pada daun D piperita mengandung 25,40% Aldehid, daun D. winteri banyak mengandung 17,30% Drimenol, sedangkan pada daun D. beccariana mengandung warbuganal 7,44%.
92
Gambar 30. Kandungan senyawa kimia tertinggi pada bagian daun Drymis sp.
Tabel 41. Perbandingan senyawa kimia yang dimiliki pada bagian akar ketiga species
Komponen Kimia
Akar D.Piperita
Limpahan (%) Akar D. winterii
Akar D Beccariana
Atsiri γ-Selinen Trans kariofilen
β-Kariofilen
3.3
β-Selinen Linalool
Spathulenol
D-Nerolidol
5.78
1.62
Miristin
Aromadendren
4.37
Guaiol
4.07
γ-Gurjunen
4.53
7.92
γ-Kadinen Elemol
3.1
Metoksieugenol
Kariofilen oksida
α-Oktadesen Hedycaryol
7.19
β-Eudesmol Euasaron
8.84
2.2
2.05
α-Fellandren
Seskuiterpen
Drimenol
1.6
13.04
Polygodial
Warbuganal
3.09
Muzigadial
93
Epoksi muzigadial
1.69
3.2
Confertifolin
Isodrimenol
Drimenin
Asetoksi drimenin
Panudial
Trans-Decalone-8-aldehid
19.42
16.66
Aldehid
Mukadial
Decalone
Apiol
6.36
Cinnamodial
3.68
5-Hidroksi-7-metoksiflavanon
metoksiflavanon
-
6.1
-
polygone Asam heksadekanoat Metil heksadekanoat
Asam lemak -
4.73
-
15-Nonacosanol
1.41
-
-
14-Heptacosanol
32.74
3.77
-
Oktakosanol
-
-
-
15-Nonakosanon
-
-
4.91
11-Eikosanol
-
4.31
6,10,14 Trimetil pentadekanon2 Phytol
-
5.19
3.63
-
-
23.58
5
8.72
1.49
-
γ-Sitosterol Stigmasterol
Dari hasil analisis yang termuat pada tabel 41 diatas, dapat diketahui bahwa pada akar D.piperita banyak mengandung 14- Heptacosanol sebesar 32,74%. Sedangkan pada akar D. winteri dan D. Beccariana Gibbs banyak mengandung Trans Decalone-8-aldehid sebanyak 19,42% dan 16,66%. Tetapi selain itu bagian akar D. piperita juga banyak mengandung γ-sitosterol sebesar 23,58% dan Stigmasterol sebesar 1,49%. Pada akar D beccariana mengandung juga 8,72% sitosterol. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
94
Gambar 31. Kandungan senyawa kimia tertinggi pada bagian akar Drymis sp
IV.
Pengaruh unsur hara tanah pada elevasi 1200 mdpl dan 1600 mdpl terhadap kandungan kimia kayu akway (Drymis sp). Berdasarkan hasil analisis kimia tanah yang dilakukan pada sampel tanah
yang berasal dari tiga titik didua elevasi yaitu 1200 mdpl dan 1600 mdpl menunjukkan bahwa rata-rata kandungan hara tertinggi terdapat tanah dengan elevasi 1200 mdpl dibandingan pada tanah pada elevasi 1600 mdpl. Hanya beberapa unsure hara tanah seperi Na, Fe, Al dan Cu pada elevasi 1600 mdpl lebih tinggi dibandingkan pada 1200 mdpl. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 42. Rata-rata sifat kimia tanah pada elevasi 1200 mdpl dan 1600 mdpl Sifat Kimia Tanah C‐organik (%) N‐total (%) P (ppm) Ca (me/100g) Mg (me/100g) K (me/100g) Na (me/100g) KTK (me/100g) Al (me/100g) H (me/100g) Fe(ppm) Cu (ppm) Zn (ppm) Mn (ppm)
1200 mdpl 5.62 0.47 19.07 9.85 1.96 0.14 0.14 22.72 0.00 0.07 4.93 0.83 15.76 44.04
1600 mdpl 3.67 0.40 10.00 2.81 1.32 0.137 0.16 16.86 1.07 0.26 8.72 1.08 6.91 37.44
95
a. Pengaruh unsur hara pada 1200 mdpl dan 1600 mdpl terhadap senyawa kimia atsiri, seskuiterpen dan asam lemak pada Drymis winterii. Forst Dalam proses metabolisme sekunder tumbuhan sangat dipengaruhi oleh lingkungan cahaya.
antara lain faktor biotik, nutrisi tanah, air, temperatur, dan juga
Terdapat
perbedaan
kosentrasi
kandungan
unsur
hara
dapat
mempengaruhi kandungan senyawa yang dihasilkan dari proses metabolisme sekunder. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Endang Hadipoentyanti dan Sitti Fatimah Syahid (2007), bahwa kandungan kurkumin pada temulawak tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa pupuk 4,1% sedangkan pada perlakuan pupuk kambing 2 kg/tanaman ditambahkan pupuk kandang menghasilkan kurkumin 3,9% serta pupuk kandang kambing ditambah pupuk buatan menghasilkan atsiri yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya 9,8%. Demikian pula halnya kandungan senyawa-senyawa seperti atsiri, seskuiterpen dan asam lemak pada Drymis sp. dipengaruhi pula oleh unsur hara yang terdapat dalam tanah tempat tumbuhan tersebut tumbuh. Gambar 32. Perbandingan senyawa atsiri, seskuiterpen dan asam lemak pada Drymis winterii. Forst di 1200 mdpl dan 1600 mdpl
Pada gambar 32 grafik balok diatas terlihat bahwa Drymis winterii. Forst yang terdapat pada elevasi 1600 memiliki rata-rata kandungan atsiri, seskuiterpen dan asam lemak yang lebih tinggi dibandingkan pada 1200 mdpl. Jika dihubungkan dengan hara tanah yang terdapat pada kedua lokasi tersebut seperti
96
ditampilkan pada tabel 39 maka dapat dijelaskan bahwa pada unsur hara yang terdapat pada tanah elevasi 1200 mdpl. lebih tinggi dibandingkan dengan unsur hara yang terdapat pada tanah di elevasi 1600 mdpl sehingga mempengaruhi kandungan kimia yang terdapat pada Drymis winterii yang tumbuh dikedua wilayah tersebut. Diketahui bahwa rata-rata kadar N-total pada elevasi 1200 lebih tinggi 0.47 dibandingkan nilai N-total pada 1600 mdpl 0.47 (ppm) daripada (ppm). Rata-rata nilai phosphor pada 1200 mdpl lebih tinggi 19.07 (me/100g) dibandingka pada 1600 mdpl hanya 10 (me/100g). Sedangkan jumlah Kalium sama pada kedua level tersebut yaitu 0,14 (me/100g). Dari hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah unsur hara yang pada elevasi 1600 lebih rendah dibandingkan dengan elevasi 1200 mdpl namun Drymis winterii. Forst yang tumbuh pada 1600 mdpl memiliki produk sekunder yang lebih tinggi dibandingkan yang tumbuh pada 1200 mdpl. Hal ini disebabkan bahwa pembentukan produk sekunder sangat dipengaruhi oleh kosentrasi unsur hara, tidak semua unsur hara yang maksimum dapat meningkatkan produk sekunder tetapi dibutuhkan unsur hara dalam jumlah yang optimum bagi tumbuhan untuk meningkatkan produk sekunder. Menurut Vagujfalvi (1967) dalam John Wiley dan Sons (1992) mengemukkan bahwa Jumlah Nitrogen yang tinggi dapat meningkat massa tumbuhan Datura innoxia tetapi alkaloid yang terakumulasi tertinggi terdapat jumlah Nitrogen yang medium. Lintasan yang dilalui untuk menghasilkan produk sekunder seperti phenol, polyketida, terpenoid adalah melalui
siklus
penthosaphosphat.
Pada
siklus
ini
akan
menghasilkan
menghasilkan asetyl coenzim A yang merupakan perkusor utama dalam pembentukan seskuiterponoid dan tergolong dalam terpenoid, (John Wiley dan
97
Sons, 1992). Lintasan tersebut sangat dipengaruhi oleh CO2 dan H2O serta garamgaram mineral. b. Pengaruh unsur hara pada 1200 mdpl dan 1600 mdpl terhadap senyawa kimia atsiri, seskuiterpen dan asam lemak pada Drymis piperita. Hook Pada gambar dibawah ini memperlihatkan bahwa senyawa sekunder yang digolongkan dalam atsiri, seskuiterpen dan asam lemak pada Drymis piperita Hook yang tumbuh pada elevasi 1600 mdpl lebih tinggi kandungannya dibandingkan pada Drymis piperita. Hook yang tumbuh pada elevasi 1200 mdpl. Gambar 33. Perbandingan senyawa atsiri, seskuiterpen dan asam lemak pada Drymis piperita. Hook di 1200 mdpl dan 1600 mdpl.
Rendah dan tingginya kandungan senyawa metabolit sekunder dipengaruhi oleh jumlah unsure hara yang dimiliki pada tanah tempat Drymis piperita. Hook tersebut tumbuh serta iklim atau temperature dari lokasi tersebut. Atsiri pada ketinggian 1600 lebih tinggi 2,13% dibandingkan pada 1200 mdpl 1,14%. Hal ini disebabkan bahwa pembentukan produk sekunder sangat dipengaruhi oleh unsur Nitrogen, pada elevasi 1200 memiliki jumlah N-total yang lebih tinggi (0,47%) dibandingkan dengan elevasi 1600 mdpl (0,40%) sehingga jumlah Nitrogen yang optimum cukup untuk meningkatkan senyawa sekunder pada Drymis piperita. Hook. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh John Wiley dan Sons (1992) bahwa jumlah Nitrogen yang diberikan dengan dosis 50 mg/vessel pada Valleriana
98
officinalis adalah merupakan dosis optimum yang dapat meningkatkan esensial oil dibandingan dosis yang medium dan tinggi yaitu 100-800 mg/vessel. Begitu halnya dengan dosis Phospor 100 mg/vessel adalah dosis optimum yang dapat meningkatkan esensial oil pada Valleriana officinalis dibandingkan dengan dosis Phospor yang mencapai 200-400 mg/vessel dapat menurunkan kandungan esensial oil tersebut. c. Pengaruh unsur hara pada 1200 mdpl dan 1600 mdpl terhadap senyawa kimia atsiri, seskuiterpen dan asam lemak pada Drymis beccariana. Gibbs Berdasarkan penggolongan sejumlah senyawa kimia hasil metabolit sekunder ke dalam kelompok atsiti, seskuiterpen dan asam lemak pada tumbuhan Drymis beccariana. Gibbs menunjukkan bahwa senyawa golongan atsiri lebih tinggi 4,39% pada elevasi 1600 mdpl dibandingkan pada elevasi 1200 mdpl yang hanya 0,46%. Selain itu seskuiterpen pada elevasi 1600 mdpl lebih tinggi 5,65% dibandingkan pada elevasi 1200 mdpl yang hanya 1,80%. Begitu pula halnya dengan senyawa yang tergolong dalam asam lemak lebih tinggi 7,07% pada elevasi 1600 mdpl dibandingkan dengan asam lemak yang dikandung pada Drymis beccariana. Gibbs yang tumbuh pada elevasi 1200 mdpl Gambar 33. Perbandingan senyawa atsiri, seskuiterpen dan asam lemak pada Drymis beccariana.Gibbs di 1200 mdpl dan 1600 mdpl.
Sitosterol, stigmasterol atau saponin terbentuk melalui lintasan mevalonat dimana prekusor utama untuk membentuk senyawa tersebut adalah asam
99
mevalonat (Vickery dan Vickery, 1981). Perbedaan kandungan senyawa metabolisme sekunder ini dapat disebabkan oleh iklim, cahaya dan juga perbedaan unsur hara. Unsur hara N,P dan K dalam tanaman bersama-sama berperan sebagai unsur penting dalam pembentukan klorofil daun, pembentukan metabolit sekunder dan proses translokasi dalam tanaman (Jones 1998, Malkin dan Niyogi 2000, Marschner 1995 dalam Nirwan 2007). Sulfur dalam bentuk (SO4) menstimulasi pembentukan senyawa asetil CoA dan selanjutnya memacu pembentukan senyawa-senyawa metabolit sekunder (Vickery dan Vickery, 1981).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
100
1. Pada kawasan penelitian (Menyambouw) terdapat sedikitnya tiga jenis Drymis yaitu Drymis winterii. Forst, Drymis piperita. Hook.f, Drymis beccariana. Gibbs yang tumbuh di ketinggian 1200 mdpl, 1600 mdpl, 2000 mdpl dan 2400 mdpl. 2. Berdasarkan uji Barttlets skor/pengukuran sifat morfologi diketahui bahwa keragaman ketiga species Drimys secara statistik tidak berbeda nyata pada ketinggian yang berbeda. Kecuali tinggi pohon, jumlah cabang, diameter batang, penampilan tajuk, warna batang dan warna pucuk, tepi daun menunjukkan perbedaan yang nyata diantara ketiga species yaitu D. Winterii Forst, D. Piperita Hook dan D. Beccariana Gibbs pada setiap ketinggian yang diamati. Pada morfologi yang bersifat kuantitatif tidak terdapat perbedaan kecuali pada ukuran daun Drymis beccariana Gibbs yang lebih besar dibandingkan Drymis piperita. Hook.f dan Drymis winterii. Forst 3. Dari hasil pengujian Kruskal-Wallis diperoleh bahwa terdapat perbedaan hanya pada ujung daun di setiap ketinggian. Sedangkan perbedaan morfologi pada species yang berbeda diperoleh bahwa ada perbedaan morfologi yang ditunjukkan pada pepagan bagian luar, arah tumbuh batang, model arsitektur, warna pucuk, warna daun, susunan daun, bentuk helaian daun, tepi daun. 4. Kandungan senyawa kimia tertinggi pada ketiga species Drymis yang tumbuha pada 1200 mdpl adalah Polygodial pada D. Piperita Hook dan D. Winterii Forst serta metoksieugenol pada D. Beccariana Gibbs yang terdapat bagian kulit batang. Sedangkan pada ketinggian 1600 mdpl, kandungan tertinggi adalah 7,8-isopropylideneoxybicyclo[4.2]
pada D. Winterii Forst yang
terdapat di bagian kulit batang, Ergosta-5,7-dien-3-ol pada D. Piperita Hook
101
dibagian akar, Cycloisolongifolene pada D. Beccariana Gibbs di bagian kulit batang. 5. Senyawa-senyawa untuk meningkatkan hormone pria tertinggi seperti stigmasterol, γ-sitostreol, Phenanthrene, 9,10-dimethyl dan Ergosta-5,7-dien3-ol terdapat pada Drymis piperita. Hook.f dan paling banyak terkandung pada bagian akar Drymis piperita. Hook.f yang tumbuh pada ketinggian 1600 mdpl dibandingan pada semua spesies yang tumbuh di 1200 mdpl. Saran 1. Perlu adanya pengamatan tentang waktu pembungaan sehingga dapat memberikan informasi tentang hubungan pembungaan dan iklim didaerah tempat tumbuh Drimys sp. 2. Perlunya dilakukan penelitian mengenai proses perbanyakan tumbuhan ini agar masyarakat yang mengkonsumsi tidak melakukan tebas habis. 3. Sebaiknya dapat dilakukan pula penelitian mengenai kandungan senyawa kimia yang terdapat pada ketiga species yang berasal dari ketinggian 2000 mdpl dan 2400 mdpl. 4. Penggunaan untuk konsumsi sebaiknya diambil pada bagian daun dan kulit batang, dari Drymis piperita Hook yang berada pada ketinggian 1600 mdpl, karena mempunyai kandungan sitosterol dan stigmasterol yang tinggi, tidak disarankan pada bagian akar karena dapat menyebabkan berkurangnya populasi tumbuhan tersebut. Sehingga konservasi dari tumbuhan tersebut dapat terjaga.
102
DAFTAR PUSTAKA Ashari Sumeru. 1995. Aspek Budidaya Hortikultura. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 485 hal. Betram H, W.B. Thomas, and A.K. John. 2003. Forest Mensuration. John Wiley and Sons. Inc. New Jersey. Badan POM. 2004. Monografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia (Volume 1). Jakarta : Badan POM. Cannelle de Magellan. 2000. Drymis de Winter. http://www.plantencyclo.com/. [14 Februari 2007]. Craven I and de Fretes, Y. 1987. Arfak Mountains Nature Conservation Area, Irian Jaya: management plan 1988 to 1992. WWF Project 3770. World Wildlife Fund. Bogor, Indonesia. 175 pp. http://www.papuaweb.org/dlib/up/muller-ngb/2of2.rtf. [14 Feb 2007]. Charles S. Sell. 2003. A Fragrant Introduction to Terpenoid Chemestry. Royal Society of Chemestry. United Kingdom. Hlm 38-39 (410 Hal). Cseke JL, Ara Kirakosyan, Kaufman PB, Warber SL, Duke JA, Brelmann HL. 2006. Natural Products From Plants. Second Edition. CRC Press, Taylor and Francis Group. United State Of America. Hlm 10-19. Darwati.I., 2007. Kultur Kalus dan Kultur Akar Rambut Purwoceng (Pimpinella pruatjan. Molk) Untuk Menghasilkan Metabolit Sekunder [Tesis]. Bogor : Fak Pertanian. IPB. Hlm 11. Dewick PM. 1997. Medical Natural Products a Biosynthetic Approach. New York: J Wiley. Dust AN. 2001. The Developmental Basis of Floral Variation in Drimys Winteri (Winteraceae). The University of Chicago Press. International Journal of Plant Science. Volume 162, Nomor. 4. Hal 697-717. Elfahmi. 2006. Phytochemical And Biosynthetic Studies Of Lignans With A Focus On Indonesian Medicinal Plants. Que Project Batch II. ITB. Bandung. El Sayah M., Cechinel V. Filho., Yunes R. A., Pinheiro T. R., Calixto J.B. 1998. Action of Polygodial a sesquiterpene isolated from Drymis Winetri in the guinea-pig ileum and trachea in vitro. European Journal of Pharmacology (Eur.j.parmacol.) ISSN 0014-2999 CODEN EJPHAZ. Vol 344 n 2-3 pp 215-221 (22 ref). http://www. cat.inist.htm. [24 Januari 2008].
103
Endang Hadipoentyanti dan Sitti Fatimah Syahid. 2007. Respon Temulawak (curcuma xanthorrhiza. Roxb) Hasil Rimpang Kultur Jaringan Generasi Kedua terhadap Pemupukan. Jurnal LITTRI. Volume 13, No. 3. Hal 106110.http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/upload.files/File/publikasi/jurnal/ Jurnal%202007/Artikel%2013_3_5-ENDANG%20H.pdf. Ethnobotany Data (common names, uses, countries) from the Ethonobotany Database. http://www.ethnobotany database.org. [13 Februari 2008]. Gardner.F.P., Pearce.R.B., Mitchell.R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 427 hal. Gembong. T. 1997. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 268 hal. Gibbs LS. 1916. A Contribution to The Phytogeography and Flora of The Arfak Mountains. London. Hayani E, Sukmasari M. 2005. Teknik Pemisahan Komponen Ekstrak Purwoceng Secara Kromatografi Lapis Tipis. Buletin Teknik Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Volume 10. Nomor. 2. Hal 83. Harbone JB. 2006. Metode Fitokimia (Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan). Cetakan ke -4. ITB Press. Bandung. 345 Hal. Hernani, Yuliani S. 1991. Obat-obat Afrodisiaka Yang Bersumber Dari Bahan Alam. Di dalam Zuhud, E.A.M., editor. Pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat dari hutan tropis Indonesia. Bogor: Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan.,Fakultas Kehutanan IPB dan IWF. Hlm 130-134. Hornok L., 1992. Cultivation and Processing of Medical Plant. University of Horticultural Sciences, Budapest. 331 Hal. Manuchair Ebadi. 2002. Pharmocodynamic Basic of Herbal Medicine. CRC Press LCC. School of Medicine and Health Science. University of North Dakota Grand Forks. United Stated of America. New York. Hal 617-679 Marzuki, IM, MHB. Djoefri, Sandra AA, Herdhata A, M. Surahman and H. Ehara. 2006. Morphological and Essential oil characterization of the Banda Nutmeg (Myristica fragrans HOUTT.) of Mollucas and North Molluccas ecotypes. Gakuryoku XIII. Mariem ES, Valdir CF, Rosendo AY and João B, Calixto. 1997. Action of the extract of drymis winteri on contraction induced by inflammatory mediators, compound 48/80 and ovalbumin of the guinea-pig trachea in vitro. Elsevier. ScienceDirect.Volume 28, May 1997, Hlm 699-704.
104
Miller AL. 1996. Antioxidant Flavonoids: structure, function and clinical usage. Alt Med Rev. Volume.1 Nomor. 2. Hal 103-111. Ngigi AN. Paul KN. Evaluation of Natural Products as Possible Alternatives to Methyl Bromide in Soil Fumigation. Departement of Chemestry MOI University. Kenya. http://www.mbao.org. [13 Februari 2008]. Nirwan. 2007. Produksi Flavonoid Daun dewa (Gynura pesudochina (L)DC) asal kultur in vitro pada kondisi naungan dan pemupukan. [Disertasi] Fak: Pertanian. Hlm 2. Poedjiadji, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Puji Astuti. 2000. The Effect of Cutting Material Dissection During and Rootone F Consentration on the Growth of Coffee Robusta Cuttings (Coffea Robusta). Frontir Nomor 31. PT. Eisai Indonesia. 1995. Indeks Tumbuh-tumbuhan Obat di Indonesia. Edisi ke2. PT. Eisai Indonesia. Hal 1732-1794. Rachmawati RY. 2004. Pengaruh naungan dan jenis pagagan (Centella asiatica L (Urban)) terhadap pertumbuhan, produksi dan kandungan triterpenoidnya sebagai bahan obat (Skripsi). Bogor : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Ratnaningsih I, Dyatmiko, Santa IGP. 1985. Studi Pendahuluan Fitokimia Gynura procumbens Back. Purwokerto : prosiding I seminar Pembudidayaan Tanaman Obat 17-18 Oktober 1985. 8 Hal. Sassenrath-Cole GF, Pearcy RW. 1994. Regulation of Photosynthetic Induction State by The Magnitude and Duration of Low Light Exposure. Plant Physol. 105:1115-1123. Taiz L, Zeigher E. 1991. Plant Physiology. California. The Benyamin/cummings. Pub.Co.,Inc. 559p Taylor SF, Maciej AZ, Maichael JD, Michele NH. Departemen of Organismic and Evolutoinary Biology, Harvard University. Procceding National Academic of Sciences USA. Vol 95,pp 14256-14259. November 1998. The Science of polygodial. 2008. http:\\ www.Wholeapproach.com. [24 Januari 2008]. Tropical Plant Data Base. Casca de Anta (Drimys winteri). 2005. http://www. Cascadeanta. Htm [24 Januari 2008]. Uhaedi S. Kalima T, Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Hutan Di Indonesia. Prosea. Bogor.
105
Vickrey. LM, and Vickrey B. 1981. Secondary Plant Metabolism. The Macmillan Press LTD. London and Basingstoke. 328 Hal. Wilmana PF. 1980. Androgen Dan Anti Androgen. Di dalam Gan S et al, editor. Farmakologi danTerapi. Jakarta : Fak. Kedokteran-Universitas Indonesia. Hlm. 339-344.
106 Lampiran 1. Uji Ragam Bartllet’s Karakter Morfologi Drymis sp Pada 4 Lokasi Pengamatan dan skor Pengukurannya. Keragaman Sifat Morfologi Tinggi pohon Jumlah cabang Diameter Ukuran daun Bentuk batang Pangkal batang Pepagan Luar Pepagan dalam Bau Pepagan Arah Tumbuh batang Penampilan tajuk Pola perkembangan batang Pola perkembangan cabang Warna Batang Arah pertumbuhan cabang Model Arsitektur Warna pucuk Warna daun Komposisi daun Susunan daun Helaian daun Ujung daun Pangkal daun Tepi daun Pertulangan daun Percabangan akar Sifat&tugas khusus akar
1200 Beccariana Piperita 1.123 2.643 1.000 4.000 0.443 0.253 0.275 0.011 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.278 0.250 0.000 0.000 0.000 0.000 0.111 0.278 0.000 0.250 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.194 0.000 0.000 0.000 0.000 2.250 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Winterii 0.583 1.000 1.000 0.004 0.278 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.250 0.000 0.000 0.111 0.278 0.000 0.000 0.250 0.000 0.000 2.250 0.000 1.111 0.000
1600 Beccariana Piperita 0.103 4.043 1.000 1.000 0.310 0.840 0.336 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.778 0.000 0.000 0.000 0.000 0.194 0.000 0.250 0.194 0.000 0.000 0.000 0.000 0.278 0.111 0.000 0.000 0.000 0.000 2.250 2.250 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Winterii 2.333 2.333 1.083 0.036 0.250 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.778 0.000 0.000 0.278 0.000 0.000 0.194 0.250 0.000 0.000 0.194 0.000 0.000 1.000 0.000 0.000 0.000
2000 Beccariana Piperita 0.823 11.370 2.333 2.333 1.343 0.970 0.142 0.008 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.278 0.250 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.194 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.250 0.000 0.111 0.250 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.500 2.250 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Winterii 0.263 4.333 1.823 0.033 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 4.000 0.000 0.000 0.250 0.000 0.000 0.111 0.250 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.250 0.000 1.111 0.000
2400 Beccariana Piperita 0.840 2.333 1.000 4.000 0.970 0.490 0.413 0.001 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.111 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.194 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.111 0.000 0.000 0.000 0.000 2.250 1.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
Bartlett's test Winterii 2.863 2.333 0.263 0.006 0.250 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 4.000 0.000 0.000 0.194 0.000 0.000 0.111 0.194 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 1.750 0.000 1.111 0.000
* * * tn tn tn tn tn tn tn * tn tn * tn tn * * tn tn * tn tn * tn tn tn
107 Lampiran 2. Analisis covarian (ANOVA) pada sifat morfologi kuantitatif 1. Tinggi Pohon General Linear Model: Tinggi versus Ketinggian, Spesies Factor Ketinggian Spesies
Type fixed fixed
Levels 4 3
Values 1200, 1600, 2000, 2400 Beccariana, Piperita, Winterii
Analysis of Variance for Tinggi, using Adjusted SS for Tests Source Ketinggian Spesies Ketinggian*Spesies Error Total
S = 1.56321
DF 3 2 6 24 35
Seq SS 1.890 4.220 6.651 58.647 71.408
R-Sq = 17.87%
Adj SS 1.890 4.220 6.651 58.647
Adj MS 0.630 2.110 1.109 2.444
F 0.26 0.86 0.45
P 0.855 0.434 0.835
R-Sq(adj) = 0.00%
2. Jumlah Cabang General Linear Model: Jumlah Cabang versus Ketinggian, Spesies Factor Ketinggian Spesies
Type fixed fixed
Levels 4 3
Values 1200, 1600, 2000, 2400 Beccariana, Piperita, Winterii
Analysis of Variance for Jumlah Cabang, using Adjusted SS for Tests Source Ketinggian Spesies Ketinggian*Spesies Error Total
S = 1.49071
DF 3 2 6 24 35
Seq SS 0.556 5.389 18.611 53.333 77.889
R-Sq = 31.53%
Adj SS 0.556 5.389 18.611 53.333
Adj MS 0.185 2.694 3.102 2.222
F 0.08 1.21 1.40
P 0.968 0.315 0.257
R-Sq(adj) = 0.14%
3. Diameter General Linear Model: Diameter versus Ketinggian, Spesies Factor Ketinggian Spesies
Type fixed fixed
Levels 4 3
Values 1200, 1600, 2000, 2400 Beccariana, Piperita, Winterii
Analysis of Variance for Diameter, using Adjusted SS for Tests Source Ketinggian Spesies Ketinggian*Spesies Error
DF 3 2 6 24
Seq SS 2.0656 0.9406 1.5528 19.5800
Adj SS 2.0656 0.9406 1.5528 19.5800
Adj MS 0.6885 0.4703 0.2588 0.8158
F 0.84 0.58 0.32
P 0.483 0.569 0.922
108 Total
35
S = 0.903235
24.1389
R-Sq = 18.89%
R-Sq(adj) = 0.00%
4. Ukuran Daun General Linear Model: Ukuran daun versus Ketinggian, Spesies Factor Ketinggian Spesies
Type fixed fixed
Levels 4 3
Values 1200, 1600, 2000, 2400 Beccariana, Piperita, Winterii
Analysis of Variance for Ukuran daun, using Adjusted SS for Tests Source Ketinggian Spesies Ketinggian*Spesies Error Total
S = 0.324778
DF 3 2 6 24 35
Seq SS 0.0074 9.6908 1.9359 2.5315 14.1657
R-Sq = 82.13%
Adj SS 0.0074 9.6908 1.9359 2.5315
Adj MS 0.0025 4.8454 0.3227 0.1055
F 0.02 45.94 3.06
R-Sq(adj) = 73.94%
Uji Lanjut Duncan Duncan's Multiple Range Test for Ukuran_daun Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 0.1055 Duncan Grouping Mean N Interaksi A 6.3279 3 1200*Beccariana A B A 5.8763 3 1600*Beccariana B B C 5.5902 3 2000*Beccariana B C B C 5.5682 3 2400*Beccariana B C B C D 5.3040 3 2400*Wintenii C D E C D 5.1909 3 2000*Wintenii E C D E C D 5.1447 3 1600*Wintenii E D E F D 4.7171 3 2000*Piperita E F E F 4.6556 3 1200*Wintenii F F 4.5520 3 2400*Piperita F F 4.5301 3 1200*Piperita F
P 0.995 0.000 0.023
109
Lampiran 3. a. Kruskal-Wallis Test pada sifat morfologi kualitatif 1. Bentuk batang Kruskal-Wallis Test: Bentuk batang versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Bentuk batang Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 0.99
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 1.000 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 57.5 55.5 49.5 55.5 54.5
Z 0.57 0.19 -0.96 0.19
P = 0.803
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.99, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari keempat kondisi ketinggian tersebut. 2. Pangkal Batang Kruskal-Wallis Test: Pangkal Batang versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Pangkal Batang Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 0.00
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 1.000 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara keemapat kondisi ketinggian tersebut. 3. Pepagan luar Kruskal-Wallis Test: Pepagan luar versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Pepagan luar Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 6.28
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Interpretasi :
Median 1.000 2.000 2.000 2.000
Ave Rank 41.5 57.5 59.5 59.5 54.5
P = 0.099
Z -2.49 0.57 0.96 0.96
110 Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=6.28, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari keempat kondisi ketinggian tersebut. 4. Pepagan dalam Kruskal-Wallis Test: Pepagan Dalam versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Pepagan Dalam Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 0.00
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 1.000 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara keemapat kondisi ketinggian tersebut. 5. Bau pepagan Kruskal-Wallis Test: Bau Pepagan versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Bau Pepagan Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 0.00
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 2.000 2.000 2.000 2.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 2. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara keemapat kondisi ketinggian tersebut. 6. Arah tumbuh batang Kruskal-Wallis Test: Arah Tumbuh batang versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Arah Tumbuh batang Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 6.47
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Interpretasi :
Median 1.000 2.000 1.000 2.000
Ave Rank 45.0 63.0 49.0 61.0 54.5
P = 0.091
Z -1.82 1.63 -1.05 1.25
111 Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=6.47, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari keempat kondisi ketinggian tersebut. 7. Penampilan tajuk Kruskal-Wallis Test: Penampilan tajuk versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Penampilan tajuk Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 4.11
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 3.000 3.000 3.000 1.000
Ave Rank 61.2 58.5 53.2 45.2 54.5
Z 1.28 0.77 -0.26 -1.79
P = 0.250
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=4.11, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari keempat kondisi ketinggian tersebut. 8. Pola perkembangan batang Kruskal-Wallis Test: Pola perkembangan batang versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Pola perkembangan batang Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 0.00
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 2.000 2.000 2.000 2.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 2. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara keemapat kondisi ketinggian tersebut. 9. Pola perkembangan cabang Kruskal-Wallis Test: Pola perkembangan cabang versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Pola perkembangan cabang Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 0.00
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 2.000 2.000 2.000 2.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi :
112 Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 2. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara keemapat kondisi ketinggian tersebut. 10. Warna batang Kruskal-Wallis Test: Warna batang versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Warna batang Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 0.92
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 2.000 2.000 2.000 2.000
Ave Rank 52.0 52.7 53.9 59.4 54.5
Z -0.47 -0.35 -0.11 0.93
P = 0.821
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.92, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari keempat kondisi ketinggian tersebut. 11. Arah pertumbuhan cabang Kruskal-Wallis Test: Arah pertumbuhan cabang versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Arah pertumbuhan cabang Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 0.00
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 1.000 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara keemapat kondisi ketinggian tersebut. 12. Model Arsitektur Kruskal-Wallis Test: Model Arsitektur versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Model Arsitektur Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 6.69
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Interpretasi :
Median 4.000 4.000 4.000 4.000
Ave Rank 68.0 50.0 50.0 50.0 54.5
P = 0.083
Z 2.59 -0.86 -0.86 -0.86
113 Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=6.69, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari keempat kondisi ketinggian tersebut. 13. Warna pucuk Kruskal-Wallis Test: Warna pucuk versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Warna pucuk Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 2.72
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 1.000 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 46.0 58.0 58.0 56.0 54.5
Z -1.63 0.67 0.67 0.29
P = 0.436
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=2.72, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari keempat kondisi ketinggian tersebut. 14. Warna daun Kruskal-Wallis Test: Warna Daun versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Warna Daun Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 3.48
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 2.000 2.000 2.000 2.000
Ave Rank 45.5 59.4 54.1 59.1 54.5
Z -1.73 0.94 -0.09 0.88
P = 0.324
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=3.48, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari keempat kondisi ketinggian tersebut. 15. Komposisi daun Kruskal-Wallis Test: Komposisi daun versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Komposisi daun Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 0.00
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 1.000 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi :
114 Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara keemapat kondisi ketinggian tersebut. 16. Susunan daun Kruskal-Wallis Test: Susunan daun versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Susunan daun Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 6.69
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 2.000 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 68.0 50.0 50.0 50.0 54.5
Z 2.59 -0.86 -0.86 -0.86
P = 0.083
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=6.69, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari keempat kondisi ketinggian tersebut. 17. Helaian daun Kruskal-Wallis Test: Helaian daun versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Helaian daun Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 2.28
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 1.000 2.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.0 62.0 52.0 50.0 54.5
Z -0.10 1.44 -0.48 -0.86
P = 0.516
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=3.48, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari keempat kondisi ketinggian tersebut. 18. Ujung daun Kruskal-Wallis Test: Ujung daun versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Ujung daun Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 11.23
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Interpretasi :
Median 1.000 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 44.5 66.5 62.5 44.5 54.5
P = 0.011
Z -1.92 2.30 1.53 -1.92
115 Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=11.23, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H > χ2 maka tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan antara keempat kondisis ketinggian tersebut. 19. Pangkal daun Kruskal-Wallis Test: Pangkal daun versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Pangkal daun Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 0.00
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 1.000 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara keemapat kondisi ketinggian tersebut. 20. Tepi daun Kruskal-Wallis Test: Tepi daun versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Tepi daun Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 3.96
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 4.000 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 60.5 44.5 56.5 56.5 54.5
Z 1.15 -1.92 0.38 0.38
P = 0.265
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=3.96, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari keempat kondisi ketinggian tersebut. 21. Pertulangan daun Kruskal-Wallis Test: Pertulangan daun versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Pertulangan daun Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 0.00
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 1.000 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi :
116 Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara keemapat kondisi ketinggian tersebut. 22. Percabangan akar Kruskal-Wallis Test: Percabangan akar versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Percabangan akar Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 1.87
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 1.000 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 55.5 47.5 57.5 57.5 54.5
Z 0.19 -1.34 0.57 0.57
P = 0.599
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=1.87, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =3 adalah 7.815. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari keempat kondisi ketinggian tersebut. 23. Sifat dan tugas khusus akar Kruskal-Wallis Test: Sifat dan tugas akar versus Ketinggian Kruskal-Wallis Test on Sifat dan tugas akar Ketinggian 1200 1600 2000 2400 Overall H = 0.00
N 27 27 27 27 108 DF = 3
Median 6.000 6.000 6.000 6.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 6. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara keemapat kondisi ketinggian tersebut.
3. b. Kruskal-Wallis Test pada sifat morfologi Ketiga Species 1. Bentuk Batang Kruskal-Wallis Test: Bentuk Batang versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Bentuk Batang Spesies Beccariana Piperita Winterii
N 36 36 36
Median 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 49.5 49.5 64.5
Z -1.17 -1.17 2.35
117 Overall H = 5.50
108 DF = 2
54.5 P = 0.064
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=5.50, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari ketiga spesies tersebut. 2. Pangkal Batang Kruskal-Wallis Test: Pangkal Batang versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Pangkal Batang Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 0.00
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 3. Pepagan luar Kruskal-Wallis Test: Pepagan Luar versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Pepagan Luar Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 50.42
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 2.000 2.000 1.000
Ave Rank 76.5 61.5 25.5 54.5
Z 5.16 1.64 -6.80
P = 0.000
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=50.42, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H > χ2 maka tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 4. Pepagan dalam Kruskal-Wallis Test: Pepagan Dalam versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Pepagan Dalam Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 0.00
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5
P = 1.000
Z 0.00 0.00 0.00
118 * NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 5. Bau Pepagan Kruskal-Wallis Test: Bau Pepagan versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Bau Pepagan Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 0.00
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 2.000 2.000 2.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 2. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 6. Arah tumbuh batang Kruskal-Wallis Test: Arah Tumbuh Batang versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Arah Tumbuh Batang Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 43.65
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 2.000 2.000 1.000
Ave Rank 73.5 63.0 27.0 54.5
Z 4.46 1.99 -6.45
P = 0.000
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=43.65, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H > χ2 maka tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 7. Penampilan Tajuk Kruskal-Wallis Test: Penampilan Tajuk versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Penampilan Tajuk Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 55.12
N 36 36 36 108 DF = 2
Interpretasi :
Median 1.000 3.000 5.000
Ave Rank 23.5 64.5 75.5 54.5
P = 0.000
Z -7.27 2.35 4.93
119 Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=55.12, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H > χ2 maka tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 8. Pola perkembangan Batang Kruskal-Wallis Test: Pola Perkembangan Batang versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Pola Perkembangan Batang Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 0.00
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 2.000 2.000 2.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 2. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 9. Pola Perkembangan cabang Kruskal-Wallis Test: Pola Perkembangan cabang versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Pola Perkembangan cabang Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 0.00
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 2.000 2.000 2.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 2. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 10. Warna Batang Kruskal-Wallis Test: Warna Batang versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Warna Batang Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 4.03
N 36 36 36 108 DF = 2
Interpretasi :
Median 2.000 1.000 2.000
Ave Rank 61.9 54.5 47.1 54.5
P = 0.133
Z 1.74 -0.00 -1.74
120 Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=4.03, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari ketiga spesies tersebut. 11. Arah pertumbuhan cabang Kruskal-Wallis Test: Arah Pertumbuhan Cabang versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Arah Pertumbuhan Cabang Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 0.00
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 12. Model Arsitektur Kruskal-Wallis Test: Model Arsitektur versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Model Arsitektur Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 40.13
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 4.000 2.000 4.000
Ave Rank 68.0 27.5 68.0 54.5
Z 3.17 -6.33 3.17
P = 0.000
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=4013, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H > χ2 maka tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 13. Warna Pucuk Kruskal-Wallis Test: Warna Pucuk versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Warna Pucuk Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 36.17
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 1.000 2.000 1.000
Ave Rank 44.0 80.0 39.5 54.5
Z -2.46 5.98 -3.52
P = 0.000
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=36.17, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H > χ2 maka tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan antara ketiga spesies tersebut.
121
14. Warna Daun Kruskal-Wallis Test: Warna Daun versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Warna Daun Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 40.23
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 2.000 3.000 2.000
Ave Rank 51.3 79.3 32.8 54.5
Z -0.74 5.83 -5.08
P = 0.000
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=40.23, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H > χ2 maka tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 15. Komposisi daun Kruskal-Wallis Test: Komposisi daun versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Komposisi daun Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 0.00
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 16. Susunan daun Kruskal-Wallis Test: Susunan daun versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Susunan daun Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 57.96
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 1.000 1.000 2.000
Ave Rank 32.0 45.5 86.0 54.5
Z -5.28 -2.11 7.39
P = 0.000
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=57.96, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H > χ2 maka tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 17. Helai daun
122 Kruskal-Wallis Test: Helai daun versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Helai daun Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 41.67
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 1.000 2.000 1.000
Ave Rank 40.0 82.0 41.5 54.5
Z -3.40 6.45 -3.05
P = 0.000
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=41.67, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H > χ2 maka tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 18. Ujung daun Kruskal-Wallis Test: Ujung daun versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Ujung daun Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 1.16
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 56.0 50.0 57.5 54.5
Z 0.35 -1.06 0.70
P = 0.561
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=1.16, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H < χ2 maka terima H0 yang berarti tidak ada perbedaan dari ketiga spesies tersebut. 19. Pangkal daun Kruskal-Wallis Test: Pangkal daun versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Pangkal daun Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 0.00
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 20. Tepi daun Kruskal-Wallis Test: Tepi daun versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Tepi daun
123
Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 13.05
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 1.000 4.000 1.000
Ave Rank 50.0 69.5 44.0 54.5
Z -1.06 3.52 -2.46
P = 0.001
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=13.05, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H > χ2 maka tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 21. Pertulangan daun Kruskal-Wallis Test: Pertulangan daun versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Pertulangan daun Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 0.00
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00
P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 1. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 22. Percabangan akar Kruskal-Wallis Test: Percabangan akar versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Percabangan akar Spesies Beccariana Piperita Winterii Overall H = 10.79
N 36 36 36 108 DF = 2
Median 1.000 1.000 1.000
Ave Rank 47.5 47.5 68.5 54.5
Z -1.64 -1.64 3.28
P = 0.005
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=10.79, sedangkan nilai tabel χ2 dengan df =2 adalah 5.991. Karena H > χ2 maka tolak H0 yang berarti terdapat perbedaan antara ketiga spesies tersebut. 23. Sifat dan tugas khusus akar Kruskal-Wallis Test: Sifat dan tugas akar versus Spesies Kruskal-Wallis Test on Sifat dan tugas akar Spesies Beccariana Piperita Winterii
N 36 36 36
Median 6.000 6.000 6.000
Ave Rank 54.5 54.5 54.5
Z 0.00 0.00 0.00
124 Overall H = 0.00
108 DF = 2
54.5 P = 1.000
* NOTE * All values in column are identical.
Interpretasi : Dari hasil output minitab diatas dapat diketahui bahwa nilai dari uji kruskal-wallis yaitu H=0.00, hal ini dikarenakan nilai dari seluruh data identik yaitu 6. Jadi kesimpulannya pasti tidak ada perbedaan antara ketiga spesies tersebut.
125
Lampiran 4. Hasil analisis tanah dibeberapa titik No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
No lap
I II III I II III I II III Rata2
pH 1:1
H2O
KCL
4.60 4.90 5.20 4.70 4.60 4.60 5.10 4.70 5.60 4.89
3.70 3.90 4.00 3.80 3.80 3.70 4.00 3.70 4.80 3.93
Walkley & Black C-Org % 8.70 4.04 4.12 3.46 5.11 2.44 3.89 3.09 0.74 3.95
Kjeldhal
Bray I
N-Total % 0.75 0.32 0.36 0.32 0.64 0.24 0.40 0.35 0.08 0.34
P (ppm) 35.5 17.1 4.6 8.9 4.7 16.4 8.2 10.9 3.1 13.16
HCL 25%
N NH4OAC pH7,0
Ca Mg (me/100g) 11.41 2.40 7.67 1.95 10.46 1.52 3.72 1.50 2.99 1.43 1.72 1.03 7.29 1.63 2.38 0.68 4.72 1.20 5.82 1,48
K
Na
KTK
0.15 0.13 0.13 0.15 0.18 0.08 0.18 0.10 0.10 1.33
0.17 0.09 0.17 0.17 0.22 0.09 0.17 0.22 0.13 1.16
31.12 16.55 20.50 13.83 23.81 12.94 20.01 15.86 10.37 18.33
K N KCL B
0,05 N HCL
% AL H (me/100g) tr 0.12 tr 0.05 tr 0.05 0,74 0.24 1.08 0.29 1.40 0.26 Tr 0.08 1.28 0.27 0.04 4.48 tr 0.65
Fe (ppm) 2.27 8.40 4.12 18.36 2.96 4.84 5.88 2.68 1.28 5.64
Tekstur
Cu
Zn
Mn
0.68 1.04 0.76 1.20 0.88 1.16 0.80 1.20 3.72 1.27
12.56 21.48 13.24 8.60 8.12 4.00 4.56 4.32 11.56 9.83
48.44 52.76 30.92 52.72 40.28 19.32 12.92 22.40 67.35 38.57
Pasir % 61.42 79.78 66.95 63.78 70.20 71.72 64.11 67.04 13.62 62.07
Debu
Liat
25.96 13.73 27.00 21.27 11.51 14.47 22.44 18.75 19.03 19.35
12.62 6.49 6.05 14.95 18.23 13.71 13.45 14.21 tr 12.46
126
Lampiran 5. Kondisi Iklim Pada Lokasi Penelitian diketinggian 1600 mdpl Suhu (C) Hari
pagi
siang
sore
Ratarata
Kelembaban (%) pagi
siang
sore
Ratarata
Intensitas cahaya (Candlle) pagi
siang
sore
70.3
1631
1721
233
Mean 1195
74
68
1095
1234
381
903.333
76
74.6
890
1052
256
732.667
65
74
76
1209
1104
301
871.333
80
63
77
73.3
986
1213
221
806.667
35
50
78
54.3
1307
1427
230
988
80
45
79
68
1252
1524
321
1032.33
66
80
75.3
812
1341
241
798
56
75
71
950
1123
351
808
60
78
72.6
875
1541
105
840.333
79
58
70
69
956
1622
602
1060
65
60
75
66.6
989
1709
560
1086
83
66
78
75.6
978
1561
203
914
1
15
22
17
18
85
53
73
2
20
22
18
20
61
69
3
16
20
15
17
80
68
4
17
20
16
17.6
89
5
17
20
14
17
6
30
28
16
24.6
7
15
25
16
18.6
8
16
21
15
17.3
80
9
17
22
15
18
82
10
15
20
14
16.3
80
11
16
23
16
18.3
12
20
24
15
19.6
13
18
21
14
17.6
14
15
20
17
17.3
80
65
79
74.6
1102
1421
130
884.333
15
17
23
17
19
79
65
76
73.3
1006
1321
423
916.667
16
16
23
15
18
78
60
77
71.6
1203
1523
589
1105
17
20
25
16
20.3
77
55
70
67.3
1201
1543
650
1131.33
18
15
21
14
16.6
75
56
75
68.6
1100
1325
256
893.667
19
17
20
17
18
65
60
79
68
987
1305
482
924.667
20
19
24
14
19
61
59
67
62.3
897
1402
395
898
21
18
25
17
20
63
56
66
61.6
860
1201
612
891
22
15
22
15
17.3
63
60
78
6.7
1056
1302
594
984
23
16
23
16
18.3
62
55
79
65.3
986
1112
136
744.667
24
16
21
18
18.3
58
58
75
63.6
978
1124
562
888
25
15
20
17
17.3
81
60
71
70.6
968
1231
452
883.667
26
20
26
14
20
68
50
70
62.6
562
2325
560
1149
27
18
25
12
18.3
70
56
73
66.3
756
1328
580
888
28
17
21
14
17.3
75
58
75
69.3
890
1821
123
944.667
29
15
20
15
16.6
85
60
78
74.3
898
1564
236
899.333
30
14
20
14
16
85
61
79
75
1002
1234
253
829.667
31
18
25
17
20
70
49
74
64.3
1005
1241
560
935.333
32
20
27
15
20.6
79
48
76
67.6
1015
1321
456
930.667
33
17
25
16
19.3
75
45
74
64.6
789
1021
520
776.667
34
16
25
15
18.6
78
49
78
68.3
890
1094
333
772.333
35
17
24
14
18.3
84
52
73
69.6
968
1086
350
801.333
36
18
24
17
19.6
70
50
70
63.3
972
1625
420
1005.67
37
19
25
16
20
68
53
70
63.6
974
1420
156
850
38
17
24
16
19
70
50
73
64.3
1051
1233
563
949
39
16
23
15
18
72
56
75
67.6
1071
1624
138
944.333
40
14
23
14
17
85
52
74
70.3
750
1654
265
889.667
41
16
23
14
17.6
79
51
79
69.6
891
1580
245
905.333
127
Suhu (C) Hari
pagi
siang
sore
Ratarata
Kelembaban (%) pagi
siang
sore
86
53
76
Ratarata 71.6
Intensitas cahaya (Candlle) pagi
siang
sore
520
1380
325
Mean
42
13
22
13
16
741.667
43
14
23
15
17.3
85
55
75
71.6
872
1691
245
936
44
16
22
16
18
75
60
74
69.6
920
1140
246
768.6
45
13
20
16
16.3
85
65
77
75.6
960
1242
216
806
46
19
26
15
20
68
59
78
68.3
1058
1243
420
907
47
17
20
14
17
70
65
79
71.3
840
1232
321
797.6
48
16
23
14
17.6
76
59
80
71.6
988
1322
340
883.3
49
17
24
18
19.6
73
55
81
69.6
1045
1051
240
778.6
50
18
23
16
19
68
59
83
70
1057
1097
260
804.6
51
20
20
15
18.3
60
62
84
68.6
1221
1124
291
878.6
52
20
25
16
20.3
59
45
82
62
1321
1162
281
921.3
53
19
21
15
18.3
62
67
79
69.3
1421
1328
246
998.3
54
17
23
17
19
65
64
80
69.6
1321
1348
351
1006.6
55
20
25
15
20
58
64
78
66.6
1611
1405
410
1142
56
16
24
17
19
75
63
76
71.3
1542
1602
319
1154.3
57
15
22
17
18
79
68
75
74
987
1091
467
848.3
58
15
24
14
17.6
78
59
80
72.3
856
1082
301
746.3
59
16
22
16
18
80
61
78
73
758
1093
312
721
60
17
22
15
18
70
60
77
69
586
1324
256
722
61
16
24
13
17.6
75
59
80
71.3
890
1325
450
888.3
62
18
20
14
17.3
69
63
82
71.3
786
1315
511
870.6
63
19
24
17
20
65
54
79
66
1056
1318
162
845.3
64
14
20
18
17.3
82
68
79
76.3
762
1225
435
807.3
65
15
20
16
17
85
64
78
75.6
715
1056
562
777.6
66
16
21
17
18
74
63
75
70.6
890
1087
621
866
67
14
22
13
16.3
83
62
79
74.6
965
1681
322
989.3
68
14
23
14
17
82
62
81
75
912
1492
439
947.6
69
15
23
18
18.6
79
60
75
71.3
987
1012
351
783.3
70
15
21
13
16.3
80
59
86
75
759
1089
362
736.6
71
16
21
15
17.3
79
65
85
76.3
1012
1520
371
967.6
72
16
21
16
17.6
75
56
79
70
1043
1623
264
976.6
73
17
23
17
19
70
58
78
68.6
108
1541
281
643.3
74
19
24
15
19.3
58
54
72
61.3
987
1602
291
960
75
20
28
17
21.6
56
52
73
60.3
879
1507
321
902.3
76
14
30
14
19.3
79
56
82
72.3
798
1800
129
909
77
17
25
15
19
69
60
75
68
812
1695
670
1059
78
18
25
16
19.6
63
61
71
65
916
1376
640
977.3
79
19
25
17
20.3
60
63
72
65
914
1385
610
969.6
80
20
30
18
22.6
62
68
71
67
874
1456
501
943.6
81
20
27
19
22
60
56
76
64
1218
1231
460
969.6
82
17
24
18
19.6
76
59
79
71.3
459
1251
350
686.6
83
17
20
17
18
77
59
78
71.3
1031
1681
355
1022.3
128
Suhu (C) Hari
pagi
siang
sore
Ratarata
Kelembaban (%) pagi
siang
sore
Ratarata
Intensitas cahaya (Candlle) pagi
siang
sore
84
16
20
15
17
79
60
75
71.3
1056
1496
365
Mean
85
16
21
16
17.6
78
64
78
73.3
1239
1089
412
913.3
86
15
23
17
18.3
78
59
79
72
964
1126
222
770.6
87
16
22
15
17.6
79
60
80
73
1018
1195
251
821.3
88
18
23
14
18.3
70
52
80
67.3
1009
1378
271
886
89
16
22
18
18.6
75
67
75
72.3
897
1598
125
873.3
90
17
24
16
19
70
63
84
72.3
1321
1475
164
986.6
91
18
23
17
19.3
68
61
78
69
1320
1362
291
991
92 Ratarata
19
25
16
20
60
63
79
67.3
568
1141
381
696.6
16.935
22.935
16
18.4
73
58.7
77
69.5
976
1361
357
898.1
972.3
129
Lampiran 6. Rangkuman senyawa dengan kandungan (di atas 5 %) tertinggi dari ketiga jenis akway Bagian tanaman 1. Akar
D. winterii 2,6-dimetoxi phenol (7,20%) Elemol (4,37%)
Jenis senyawa (%) Ketinggian 1200 m dpl D. piperita Cyclohexadiena (9,52%)
D. beccariana 3,5-dimethyl Phenol (25,27%)
D. winterii Dehydroaromadendrene (16.24%)
Jenis senyawa (%) Ketinggian 1600 m dpl D. piperita Ergosta-5,7-dien-3-ol (32.74%)
Elemol (7,11%)
Asam tetradecanoate (12,19%)
Driminol (13.04%)
Stigmast-5-en-3-ol (23.58%)
Heptadeene (7,97%)
Caryophyllene oxyde (7.19%)
Asam linoleat (7,60%)
Hexadecanoid acid (6.10%)
4-Hidroxi, 3-metylasam benzenaacetate (5,77%)
2. Batang
Benzothiazol ethione (12,62%)
Asam methoxycarbamat (7,27%)
Xylitol (5,62%)
Asam-3,4hexadienedioat (6,41%)
2,6-dimethoxi phenol (5,62%)
Beta eudesmol (5,86%)
5,6,7,8-tetrahydro2,2-dimethyl butanone (15,46%) 2-propyl cyclo propane (7,35%)
(-)- beta Elemene (5.16%) 1,6-Bis (trimethylsilyl) (5.07%) Phenanthrene (14.91%)
Driminol (12.97%)
Stigmast-5-en-3-ol (9.77%)
D. beccariana 1 (5), 3aromadenedradiene (16.66%) Hedycaryol (8.84%) Stigmast-5-en-3-ol, (3 beta., 24 S) (8.72%) Guaiol (7.92%)
7,8isopropylidenedioxybicyc lo (16.91%) 2-methoxy-6-allyloxy-7methyl-7H-p (11.36%)
6-methyl – 3,5dithioxo-1,2,4-triazi (13.21%)
Driminol (11.90%)
Stigmast-5-en-3-ol (10.62%)
Hexadecanoic acid (12.22%)
130
3. Kulit Batang
Tidak ada
2,6-Dimethoxy phenol (5,72%)
7,8-dimethoxy-2 (7.33%)
Naphtylmale imide (5,19%)
Delta 9 (12)-capnellene10 alpha (6.33%) Phenanthrene, 9,10dimethyl (20.76%)
Tidak ada
Tidak ada
7,8isopropylideneoxybicyc lo[4.2 (29.39%)
5-Propyl-10,11dihydro-5H-dibenzo (26.59%) (Z,1’RS,3’SR)-1-(2’3’epoxy (6.00%)
Cycloisolongifolene (23.51%)
Benzene (19.73%)
Elemol (12.54%)
1,8-dimethylphenanthrene (9.20%)
Hexadecanoic acid (8.92%)
Driminol (7.20%)
Guaiol (7.86%) Caryophyllene oxide (7.27%) Gamma-gurjunene (6.60%) Trans-caryophyllene (5.82%) (3S, 4R, 5S, 6R, 7S)Aristol-9-en-3-ol (5.40%)
131
4. Daun
Aristolone (32,41%)
Aristolone (32,41%)
Aristolone (29,27%)
1,8dimethylphenanthrene (17.01%)
(3S, 4R, 5S, 6R, 7S)Aristol-9-en-3-ol (25.40%)
Phenanthrene (14. 89 %)
Asam linoleat (8,22%)
Asam Linoleat (8,22%)
Asam linoleat (6,92%)
Driminol (17.39%)
Caryophyllene (22.78%)
Asam hexadecanoat (5,92%)
Asam Hexadecanoat (5,92%)
Stigmasterol (5,25%)
Stigmastenol (5,25%)
9 beta-hydroxy-4,11 (13)-eudesmadi (7. 81 %) 4H-Furo[3,2-c] [1] benzopyran-4-one (7.05 %) 5,7-dimethoxy-2 (5.87 %
2H-1-Benzopyran (8.69%)
132
Tabel 21. Limpahan senyawa-senyawa kimia yang terkandung pada species Drymis yang tumbuh pada 1200 mdpl Komponen kimia KB.MB DMB Atsiri Elemicin γ-Selinen Trans kariofilen β-Kariofilen β-Selinen Linalool Spathulenol D-Nerolidol Miristin Aromadendren Guaiol γ-Gurjunen γ-Kadinen Elemol Metoksieugenol Kariofilen oksida α-Oktadesen Hedycaryol β-Eudesmol Euasaron α-Fellandren Seskuiterpen Drimenol Polygodial Warbuganal
0,95 0,71 0,24 0,58 0,13 1,34 -
2,54 2,62 1,59 1,67 3,03 22,78 1,67 1,38 -
7,20 20,76 4,22
3,06 -
AMB
DP
DMK
Limpahan (%) AP KB.P
1,62 -
0,79 0,18 1,99 1,86 0,94 1,03 -
2,05 1,89 1,31 1,18 3,65 1,59
3,30 4,07 4,53 7,19 2,05 -
1,60 -
17,39 1,11 10,88
2,40 1,31 7,44
13,04 3,09
KB.M K
BMK
AMK
BMB
BP
1,56 0,07 0,56 1,27 -
5,82 7,86 3,31 3,80 12,54 7,27 -
4,18 3,60 -
5,78 4,37 7,92 3,10 8,84 2,20
0,94 0,89 -
1,04 -1,35 -
3,74 30,47 26,59
-
4,23 -
-
11,90 19,29 15,29
12,97 18,09 9,40
133
Muzigadial Epoksi muzigadial Confertifolin Isodrimenol Drimenin Asetoksi drimenin Panudial Trans-Decalone-8aldehid Mukadial Decalone Apiol Cinnamodial 5-Hidroksi-7metoksiflavanon Polygone Asam lemak Asam heksadekanoat Metil heksadekanoat 15-Nonacosanol 14-Heptacosanol Oktakosanol 15-Nonakosanon 11-Eikosanol 6,10,14 Trimetil pentadekanon-2 Phytol γ-Sitosterol Stigmasterol
1,67 5,51 1,16 1,52 -
1,91 3,31 25,40 1,86 -
1,69 -
3,84 7,72 -
2,92 2,14 4,91 1,48 -
3,20 19,42
3,14 3,82 -
-
1,42
-
3,68 -
-
28,55 -
3,05 6,37 13,21
16,66
2,19 6,33 2,66 -
7,88 3,69 3,12 -
3,60 -
6,36
-
-
2,25 -
-
2,70
-
1,81 2,34 -
1,41 32,74 -
1,39 -
4,70 -
6,10 4,73 3,77 -
-
8,92 4,66 -
5,0 3,21 3,05 -
4,91 4,31 5,19
-
6,74 -
-
2,51 -
3,63 23,58 1,49
-
1,49 -
5,0 -
-
6,09 -
10,62 6,91
8,72
1,44
9,77 7,90
142
Lampiran 7. Peta Lokasi Penelitian Distrik Menyambouw Dan Penyebaran Drymis sp
135
Lampiran 8. Karakter Morfologi yang bersifat kualitatif Sifat morfologi 5 Bentuk Batang 1 2 1200 Beccariana 1 1 Piperita 1 1 Winterii 1 1 1600 Beccariana 1 1 Piperita 1 1 Winterii 1 1 2000 Beccariana 1 1 Piperita 1 1 Winterii 1 1 2400 Beccariana 1 1 Piperita 1 1 Winterii 1 2 6 Pangkal Batang 1200 Beccariana 1 1 Piperita 1 1 Winterii 1 1 1600 Beccariana 1 1 Piperita 1 1 Winterii 1 1 2000 Beccariana 1 1 Piperita 1 1 Winterii 1 1 2400 Beccariana 1 1 Piperita 1 1 Winterii 1 1
3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1
4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Skor pengukuran 5 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2
8 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
136
7 Pepagan Luar 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii 8 Pepagan dalam 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii
1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1
1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
137
9
10
Bau Pepagan 1200 Beccariana 2 2 Piperita 2 2 Winterii 2 2 1600 Beccariana 2 2 Piperita 2 2 Winterii 2 2 2000 Beccariana 2 2 Piperita 2 2 Winterii 2 2 2400 Beccariana 2 2 Piperita 2 2 Winterii 2 2 Arah tumbuh cabang terhadap batang utama 1200 Beccariana 2 2 Piperita 1 1 Winterii 1 1 1600 Beccariana 2 2 Piperita 2 2 Winterii 1 1 2000 Beccariana 2 1 Piperita 2 1 Winterii 1 1 2400 Beccariana 2 2 Piperita 2 2 Winterii 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1
2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1
2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1
2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1
2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1
138
11
12
Penampilan Tajuk Secara Umum 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii Pola perkembangan batang pokok 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii
1 3 5 1 3 1 1 3 1 1 3 1
1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5
1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 1
1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 1
1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 1
1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 5
1 3 5 1 3 5 1 3 1 1 3 5
1 3 5 1 3 5 1 3 1 1 3 1
1 3 5 1 3 5 1 3 5 1 3 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
139
13
14
Pola perkembangan cabang 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii Warna batang 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1
2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 2
2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2
2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 3 1
2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 3 1
2 1 2 2 3 1 2 1 2 2 3 1
1 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 1
1 2 1 2 1 2 2 3 2 2 3 1
1 2 1 2 1 2 1 3 2 2 3 1
140
15
16
Arah pertumbuhan cabang 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii Model Arsitektur 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2
4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2
4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2
4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2
4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2
4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2
4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2
4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2
4 2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 2
141
17
18
Warna Pucuk 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii Warna daun 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii
1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1
1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1
1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1
1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1
2 3 1 3 3 2 3 3 2 2 3 2
2 2 2 2 3 1 2 2 1 2 3 1
2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 1
2 2 1 2 3 2 2 3 1 2 3 2
2 2 1 2 3 2 2 3 1 2 3 2
2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2
2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2
2 3 1 3 2 1 2 2 2 2 3 2
2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 3 2
142
19
20
Komposisi daun 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii Susunan daun 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2
143
21
22
Bentuk helaian daun 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii Bangun ujung daun 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii
1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1
1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1
1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1
1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1
1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1
1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1
1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1
1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
144
23
24
Bangun pangkal daun 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii Bangun tepi daun 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 4 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1
1 4 4 4 1 1 4 4 4 1 4 4
1 4 1 1 4 1 1 4 1 1 4 1
1 4 1 4 1 1 1 4 1 1 4 1
1 4 1 4 1 1 1 4 1 1 4 1
1 4 1 1 1 1 1 4 1 1 4 4
4 4 1 1 4 1 4 1 1 1 4 1
4 4 4 1 4 1 4 1 4 4 4 1
1 4 4 1 1 4 4 4 4 4 1 1
145
25
26
pertulangan daun 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii Bentuk percabangan akar 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1
1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3
1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3
1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3
1 1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 3
1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3
1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1
146
27
Sifat dan tugas khusus akar 1200 Beccariana Piperita Winterii 1600 Beccariana Piperita Winterii 2000 Beccariana Piperita Winterii 2400 Beccariana Piperita Winterii
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6