March 5th, 2012
Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy
Ekonomi Global Peringkat Utang Yunani Kembali Dipangkas Setelah Fitch dan Standard & Poor’s memangkas peringkat utang Yunani pada Februari lalu menjadi satu peringkat di atas default, kini Moody’s mengambil langkah serupa dengan memangkas peringkat Yunani dari Ca menjadi C yang merupakan titik terendah peringkat utang Moody’s. Pemangkasan utang ini lantaran Moody's menilai ada risiko gagal bayar terhadap utang Yunani karena adanya perubahan rencana penyelesaian utang. Perubahan rencana penyelesaian utang itu diperkirakan akan menyebabkan investor kehilangan 70% investasinya. Rating C merupakan yang terendah dan biasanya mengarah pada default dengan peluang untuk perbaikan utang pokok dan bunga utang yang sangat kecil.
Penyediaan Dana Bailout Dipercepat oleh Eropa Setelah G20 menolak tambahan bailout melalui IMF untuk memberikan kesempatan pada Eropa menyelesaikan krisis utang di wilayahnya sendiri, akhirnya para pemimpin Eropa setuju untuk menyediakan tambahan modal sebagai dana permanen bailout di wilayahnya. Bahkan penyediaan tambahan modal tersebut kemungkinan akan dipercepat dengan menyediakan dana tahap pertama sebesar €500 miliar atau sekitar US$666 miliar. Tambahan bailout ini akan dilakukan dalam dua tahap sepanjang 2012. Krisis utang yang dilanda beberapa negara Eropa dikhawatirkan akan memiliki dampak yang sistemik ke negara-negara lainnya di kawasan tersebut, sehingga tambahan dana bailout dianggap perlu untuk mencegah terjadinya krisis yang meluas. Satu hal yang penting adalah dalam beberapa waktu ke depan Eropa berencana akan membangun suatu badan pendanaan permanen bernama European Stability Mechanism yang akan mendukung European Financial Stability Facility. Nilai pendanaan tunainya mencapai €80 miliar dengan cadangan dana darurat senilai €620 miliar.
1|Page
Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy
March 5th, 2012
Penjualan Ritel Jerman Turun, Inflasi Meningkat Sepanjang Januari 2012, penjualan ritel Jerman menurun sebesar 1,6 persen (mom), padahal di akhir 2011 lalu penjualan ritel berhasil naik 0,1% (mom). Angka Januari 2012 ini juga benar-benar di luar perkiraan para ekonom yang memprediksi akan terjadi kenaikan sebesar 0,5% (mom).
Penjualan Ritel Jerman (%, YoY) 2,8
3
2 1
0,6
0,6
0,5
0,2
0
0,1
0 -0,5
-1 -2
-0,2 -0,3
-1,2
-1,9
Sumber: Bloomberg
-1,6
Sementara itu, laju inlasi Jerman mengalami peningkatan dari 2,1% (yoy) pada Januari 2012 menjadi 2,3% (yoy) pada Februari 2012. Tingginya biaya energi serta perlambatan pertumbuhan menjadi salah satu penyebab mulai meningkatnya
laju inflasi di Jerman tersebut.
Ekspor Minyak AS Melampaui Impor Sepanjang 2011, kinerja ekspor minyak Amerika Serikat (AS) mencapai 439.000 barel setiap harinya. Hal ini menjadikan AS sebagai net eksportir minyak karena ekspor telah melampaui impornya dan ini merupakan kali pertama sejak tahun 1949. Ekspor terjadi karena kelebihan produksi akibat menurunnya permintaan minyak di dalam negeri Amerika Serikat. Departemen Energi Amerika Serikat mencatat produksi bensin melonjak 44% dibandingkan 2010 lalu. Sementara, permintaan bensin turun 2,9% menjadi 8,736 juta barel sehari. Total permintaan atas produk minyak turun 9,5% menjadi 18,8 juta barel setiap hari. Di sisi lain, kebutuhan di luar negeri membengkak. International Energi Agency mencatat, permintaan minyak di Amerika Latin akan naik sebesar 2,5% menjadi 6,64 juta barel. Begitu pula di Eropa yang naik sebesar 2,5% dan 0,5% di Amerika Utara.
2|Page
Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy
March 5th, 2012
Departemen Energi AS memperkirakan, ekspor hasil sulingan minyak akan terus berlanjut dan dalam jangka pendek, AS akan mampu mengekspor 350.000 barel produk minyak setiap hari pada tahun ini. Sedangkan, untuk tahun 2013, Departemen Energi Amerika Serikat memperkirakan kinerja ekspor akan menurun sedikit mennjadi 320.000 barel setiap harinya. Tingkat Pengangguran Jepang Meningkat Tingkat pengangguran di Jepang meningkat dari 4,5% menjadi 4,6% pada bulan Januari 2012. Padahal, produksi industri naik sebesar 2% (mom) pada bulan Januari dan belanja untuk barang modal juga mengalami peningkatan sebesar 7,6% pada triwulan empat 2011. Pemulihan rantai pasokan pascabanjir Thailand dan rekonstruksi yang sedang berlangsung di daerah Tsunami diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap aktivitas perekonomian dan pertumbuhan lapangan kerja dalam beberapa bulan mendatang.
Perekonomian China Tetap Optimis, Namun Pertumbuhan Dipangkas
54
PMI China
53 52
50,3 50,5
51
50 49 48
47 46
49
51
Meskipun perekonomian China masih harus menghadapi risiko perlambatan akibat menurunnya permintaan Eropa, aktivitas manufaktur di bulan Februari menunjukkan terjadinya peningkatan. Purchasing Managers’ Indices (PMIs) China meningkat dari 50,5 menjadi 51 pada Februari 2012. Kenaikan ini merupakan yang tertinggi sejak bulan September 2011. Data tersebut menunjukkan China bisa mempertahankan perekonomiannya di tengah krisis utang Eropa dan lemahnya pasar properti domestik.
Meskipun demikian, pertumbuhan produksi China masih akan terbatas akibat ada sinyal melemahnya permintaan domestik dan terjadi kenaikan harga input rata-rata. Bank Sentral China diharapkan dapat memberi dukungan pelonggaran moneter untuk mendorong aktivitas perekonomian China. Sumber: Bloomberg
3|Page
March 5th, 2012
Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy
Seiring dengan hal tersebut Pemerintah Cina mengumumkan revisi target pertumbuhan ekonominya yang dipangkas menjadi 7,5%, padahal sebelumnya Cina menargetkan pertumbuhan di atas 8 persen selama delapan tahun terakhir. Sementara, inflasi dipatok pada level 4%. Namun, perlambatan di AS dan Eropa telah mempengaruhi ekspor Cina dan menekan pertumbuhan. Karenanya, Pemerintah Cina akan mendorong Belanja Pemerintah untuk pelayanan sosial dan meningkatkan pendapatan bagi kelompok menengah dan berpenghasilan rendah, serta memperluas kredit konsumen.
Eksposur Cina Pada Obligasi AS Menurun Investasi China di surat berharga AS per 31 Desember 2011 tercatat senilai US$1,15 triliun. Jumlah tersebut mengalamai penurunan sekitar US$ 10 miliar jika dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya yang sebesar US$ 1,16 triliun. Angka ini sekaligus merevisi data yang dilaporkan sebelumnya, yang menyebutkan China memegang US$ 51 miliar di surat berharga AS.
Filipina Memangkas Overnight Rate Setelah memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada Januari 2012 lalu, kini Bank Sentra Filipina memangkas tingkat bunga pinjaman overnight-nya sebesar 25 basis poin menjadi 4,0%. Hal ini dilakukan untuk mendorong permintaan domestik yang masih melemah di tengah prospek inflasi yang relatif masih stabil. Inflasi diperkirakan tetap dalam kisaran target 3% – 5%. Perkembangan Nilai Tukar dan Indeks Harga Saham Global Nilai tukar Asia bergerak mix pada minggu ini dengan penguatan masih dipimpin oleh Baht Thailand memimpin penguatan terhadap dollar AS sebesar 1,05 persen (mom). Yen Jepang masih mengalami pelemahan 6,91 persen (mom). Bank Sentral Jepang tampaknya masih mengintervensi nilai tukarnya untuk menggairahkan sektor perdagangan internasional Jepang. Sementara itu, nilai tukar Rupiah juga terdepresiasi terhadap dollar AS sebesar 1,46 persen (mom). Kenaikan harga minyak dunia dan kemungkinan meningkatnya inflasi turut menekan pergerakan Rupiah. Sentimen positif masih terjadi di mayoritas bursa saham dunia. Hampir seluruh indeks harga saham dunia rata-rata menunjukkan perkembangan yang positif dibandingkan bulan 4|Page
Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy
March 5th, 2012
sebelumnya. Nikkei dan SET mencetak kenaikan tertinggi yakni sebesar 10,14% (mom) dan 6,73% (mom). Kebijakan likuiditas lanjutan dari Bank Sentral Eropa menjadi sentimen eksternal yang menopang penguatan indeks saham global. Data-data ekonomi terbaru Amerika Serikat juga menyertai optimisme pelaku pasar saham.
Perkembangan Nilai Tukar per 2 Mar 2012 (%, MoM) Thailand Malaysia Euro Korea China Philipina Singapura Indonesia Jepang -6,91
-8,00
Perkembangan Indeks Saham per 2 Maret 2012 (%, MoM) Jepang Thailand Philipina Singapura Malaysia Korea Amerika Inggris India Indonesia
1,05 0,46 0,36 0,25
0,06 -0,04 -0,42
-1,46
-4,00
0,00
4,00
-8,00
10,14 6,73 4,03 3,19 3,04 2,54 2,14 1,99 1,18
-0,30 0,00
8,00
Di sisi lain, IHSG justru mengalami penurunan 0,30% (mom). Meskipun demikian, persentase penurunan ini tidak sebesar sebelumnya karena IHSG berhasil menembus angka 4000 dan secara mingguan IHSG tercatat menguat ditopang oleh rilis kinerja emiten 2011.
Ekonomi Domestik Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Inflasi Hanya Sementara Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi Sarwono, mengungkapkan bahwa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi akan memberikan dampak pada meningkatnya angka 5|Page
16,00
March 5th, 2012
Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy
inflasi. Akan tetapi, kenaikan inflasi yang tinggi hanya terjadi saat harga BBM tersebut dinaikkan dan perlu dijaga agar dampak lanjutannya (second round effect)-nya tidak terlalu besar. Menurut Hartadi, angka inflasi bisa tembus dari 5,5%, namun biasanya akan menurun dalam bulan-bulan berikutnya. Dengan kata lain dampaknya terhadap inflasi hanya sesaat. Hasil penelitian Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa inflasi bulanan (mom) biasanya akan turun kembali dalam waktu tiga bulanan. Sementara, untuk angka inflasi tahunan (yoy) belum bisa kelihatan penurunannya karena ada dampak baseline yakni inflasi tahun lalu rendah sedangkan inflasi tahun ini tinggi. Sementara itu, di tempat terpisah ekonom Tony Prasetiantono menilai dua opsi kenaikan harga BBM bersubsidi yang ditawarkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sama beratnya dalam memberikan dampak ke masyarakat. Ia berpendapat masyarakat belum siap menerima kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1.500 per liter yang diajukan dalam salah satu opsi tersebut. Tony menambahkan bahwa seharusnya kenaikan harga BBM paling besar Rp 1.000 per liter bukan Rp 1.500 seperti yang tertera di salah satu opsi. Karena, kata dia, inflasi yang disebabkan dengan kenaikan harga minimal Rp 1.500 akan menimbulkan kenaikan inflasi lebih dari 1 persen.
Target Bank Indonesia Terhadap Inflasi Tetap Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyatakan, Bank Indonesia (BI) tetap menargetkan angka 3,5-5,5% sebagai kisaran angka inflasi yang harus dicapai pada tahun 2012 ini. Angka tersebut tetap akan dicapai sekalipun ada perkiraan inflasi bisa naik seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menyatakan bahwa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi akan berdampak langsung dan tidak langsung terhadap inflasi. Hasil simulasi BPS menunjukkan bahwa setiap kenaikan BBM bersubsidi sebesar Rp500 maka akan terjadi inflasi langsung sebesar 0,31 persen dan dampak tidak langsungnya sebesar 1,5-2 kali inflasi pengaruh langsungnya.
6|Page
March 5th, 2012
Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy
APBN Perubahan 2012 Pemerintah berencana menambah utang maksimal sebesar Rp 50 triliun pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2012. Hal tersebut akan dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selama bulan Maret 2012. Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo menyatakan, utang itu diperoleh dengan penerbitan surat utang negara baru. Sedangkan, defisit APBN akan dipatok plus minus 0,2 dari 2,2% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam APBN 2012, defisit ditetapkan sebesar Rp 124 triliun sehingga dalam usul perubahan APBN 2012 defisit diperkirakan akan melonjak Rp 61 triliun. Rencana tambahan utang tersebut telah diperhitungkan berdasarkan prinsip keberlanjutan sehingga APBN Perubahan 2012 diharapkan tetap kredibel. Pada tahun 2012 ini, Pemerintah harus memperpanjang Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo sekaligus menambah jumlah SBN neto. Dalam APBN 2012, SBN neto pemerintah direncanakan senilai Rp 134,6 triliun dan SBN bruto senilai Rp 212,75 triliun. Rencana penerbitan SBN baru maksimal senilai Rp 50 triliun tersebut akan menambah akumulasi utang pemerintah melalui SBN. Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menjelaskan bahwa Pemerintah mengusulkan asumsi nilai tukar Rupiah dalam rancangan APBN-P 2012 dari asumsi awal Rp 8.800 per dollar AS menjadi Rp 9.000 per dollar AS. Hal ini diharapkan dapat mendorong kenaikan ekspor yang pada gilirannya dapat memperbaiki neraca pembayaran Indonesia yang sudah semakin tipis surplusnya. Dengan nilai tukar Rp 9.000 per dollar AS, inflasi diperkirakan bisa ditahan pada 6-7 persen dan pertumbuhan ekonomi 2012 diperkirakan 6,5-6,7 persen.
7|Page
Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy
March 5th, 2012
Penurunan Kinerja Ekspor Perlu Diwaspadai 20,000
80%
Pertumbuhan Ekspor YoY
18,000 Nilai
16,000
60%
Pertumbuhan
14,000
40%
12,000 10,000
20%
8,000 6,000 4,000
0% -20%
2,000 0
-40%
Nilai total ekspor Indonesia pada Januari 2012 mencapai 15,49 miliar dolar AS atau tumbuh 6,07 persen. Pertumbuhan ekspor ini jauh lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 2011 yang mencapai 24,65 persen. Hal ini perlu diwaspadai karena pertumbuhan ekspor memang cenderung melemah sejak Oktober 2011. Pelemahan pertumbuhan ekspor tersebut merupakan imbas dari krisis fiskal yang terjadi di Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat.
Sektor Finansial Pengawasan Multifinance Semakin Ketat Bapepam-LK memperketat pengawasan terhadap perusahaan pembiayaan (multifinance) terutama pada rasio kesehatan keuangan. Tingkat kesehatan perusahaan pembiayaan akan dipetakan termasuk dari aspek permodalannya. Untuk itu, Bapepam-LK telah meminta semua perusahan pembiayaan untuk melaporkan kondisi keuangan terakhir. Laporan ini digunakan untuk bahan audit secara mendalam oleh Bapepam-LK. Pada bulan Maret ini, Bapepam-LK 8|Page
March 5th, 2012
Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy
juga akan segera mengeluarkan aturan pembatasan uang muka (down payment/DP) dan loan to value (LTV) atau nilai pinjaman bagi kredit kendaraan bermotor. Sebelumnya, Bapepam-LK mengukur tingkat kesehatan multifinance dengan kriteria modal minimal Rp 100 miliar, nilai piutang produktif sebesar 40% dari jumlah aset, dan gearing ratio 10 kali jumlah ekuitas. Selanjutnya rasio kualitas piutang dikelompokkan menjadi kategori lancar, bermasalah, dan pembiayaan yang perlu dihapusbukukan. Sebelum diberlakukannya aturan baru ini, Bapepam-LK akan mengadakan sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku usaha. Peraturan Gadai Emas Peraturan gadai emas yang diterbitkan pada bulan Februari lalu mengatur bahwa nasabah wajib mencantumkan secara jelas tujuan penggunaan dana yang didapatkan dari gadai emas pada formulir aplikasi produk. Nasabah yang menggadaikan emas juga harus sudah memiliki emas tersebut saat mengajukan pembiayaan. Dalam aturan gadai emas tersebut, jumlah pembiayaan per nasabah dibatasi maksimal sebesar Rp. 250 juta dengan jangka waktu paling lama selama empat bulan dan dapat dilakukan perpanjangan sebanyak dua kali. Sedangkan untuk Usaha Menengah dan Kecil (UMK) diberikan plafon khusus per nasabah. Untuk UKM ini, jumlah pembiayaan maksimal sebesar Rp 50 juta per nasabah dan jangka waktu maksimal satu tahun dengan angsuran setiap bulan serta tidak dapat diperpanjang. Dengan aturan ini, BI berharap kesempatan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah untuk bisa mengakses pembiayaan, khususnya di perbankan syariah, semakin besar. Bank Indonesia juga berharap tidak ada lagi celah bagi para spekulan. Penerapan Aturan Rekening Dana Investor (RDI) Setelah diterapkannya aturan pembentukan Rekening Dana Investor (RDI), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menemukan ribuan nasabah tanpa identitas yang jelas. PT KSEI menemukan dana sejumlah Rp 2 miliar yang berasal dari sekitar 10.000 akun investor yang
9|Page
March 5th, 2012
Ministry of Finance, Fiscal Policy Office Center for Macroeconomic Policy
gagal dikembalikan oleh perusahaan efek melalui rekening nasabah di bank. Rekening tersebut sudah tidak aktif dan keberadaan pemiliknya tidak diketahui. Dana tersebut akan tetap disimpan di KSEI karena perusahaan perusahaan efek enggan menampung kembali dana tersebut, karena akan menurunkan nilai Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) sehingga terkena sanksi tambahan. Namun demikian, dana yang belum tersalurkan tersebut tetap akan tetap dikembalikan ke nasabah oleh KSEI dan Bapepam-LK.
10 | P a g e