PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS Kinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia Menghadapai Asean Economic Community 2015
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG
VALUASI EKONOMI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA TANAMAN KEDELAI DI JAWA TENGAH ECONOMIC VALUATION OF CLIMATE CHANGE IMPACT ON SOYBEAN PLANT IN CENTRAL JAVA Efriyani Sumastuti Universitas PGRI Semarang.
[email protected] Nuswantoro Setyadi Pradono Dinpertan TPH Provinsi Jawa Tengah.
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melakukan valuasi ekonomi dampak perubahan iklim khususnya untuk tanaman kedelai di Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah. Untuk analisis data digunakan statistik deskriptive dan analisis Benefit-Cost. Perubahan iklim di sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura pada umumnya mempunyai tiga dampak, yaitu : Banjir, Kekeringan dan Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Dampak ketiga hal tersebut di atas mengakibatkan sektor pertanian, khususnya kedelai mengalami penurunan produksi (kuantitas maupun kualitas) atau bahkan kegagalan panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerugian rata-rata akibat banjir untuk tanaman kedelai di Jawa Tengah ; kerugian akibat kekeringan adalah dan OPT yang menyerang tanaman kedelai di Jawa Tengah terdiri dari . Kerugian akibat banjir, kekeringan dan serangan OPT Kata kunci : valuasi ekonomi, perubahan iklim, kedelai, Jawa Tengah Abstract This research aims to carry out a valuation of economic impacts of climate change, especially for soybean plants in Central Java. The Data used are secondary data coming from the Department of agriculture food crops and horticulture, Central Java province. The data used for the analysis of statistics and analysis deskriptive Benefit-Cost. Climate change in the agricultural sector of food crops and horticulture in general have three effects, namely: flooding, drought and Pest Plant Organisms Attack (OPT). The impact of the above three things lead to the agricultural sector, in particular the soybean decreased production (quantity or quality) or even crop failures. The results showed that the average loss due to flooding to plant soybeans in Central Java; loss due to drought is and OPT who attacked the plant soybeans in Central Java consists of. Loss due to floods, drought and bouts of OPT Keywords: climate change, economic valuation, soybean, Central Java Sabang sampai dengan Merauke dengan 17.000 lebih pulau yang posisinya pun tidak seragam, sering dikaitkan dengan rumitnya persoalan prediksi musim di Indonesia. Fenomena El Nino dan La Nina sangat berpengaruh terhadap kondisi cuaca/iklim di wilayah Indonesia dengan geografis kepulauan.
PENDAHULUAN Perubahan iklim global merupakan isu yang saat ini menjadi perhatian bagi banyak kalangan, terutama setelah diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 1992. Perubahan iklim adalah keniscayaan yang tidak dapat dibantah. Luas Indonesia dari 1
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS Kinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia Menghadapai Asean Economic Community 2015
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG
Sirkulasi antara benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Atlantik sangat berpengaruh, sehingga wilayah Indonesia sangat rentan terhadap dampak dari perubahan iklim. Hal ini diindikasikan dengan terjadinya berbagai peristiwa bencana alam yang intensitas dan frekuensinya terus meningkat. Fenomena El Nino adalah naiknya suhu di Samudera Pasifik hingga menjadi 31°C, sehingga akan menyebabkan kekeringan yang luar biasa di Indonesia. Dampak negatifnya antara lain adalah peningkatan frekuensi dan luas kebakaran hutan, kegagalan panen, dan penurunan ketersediaan air. Fenomena La Nina merupakan kebalikan dari El Nino, yaitu gejala menurunnya suhu permukaan Samudera Pasifik, yang menyebabkan angin serta awan hujan ke Australia dan Asia Bagian Selatan, termasuk Indonesia. Akibatnya, curah hujan tinggi disertai dengan angin topan dan berdampak pada terjadinya bencana banjir dan longsor besar (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2008). Perubahan iklim mempunyai dampak yang cukup besar bagi Indonesia. Banyak peristiwa yang sudah terjadi di Indonesia sebagai akibat dari perubahan iklim dan pemanasan global seperti : perubahan pola dan distribusi curah hujan. meningkatnya kejadian kekeringan, banjir dan tanah longsor. menurunnya produksi pertanian /gagal panel, meningkatnya kejadian kebakaran hutan, meningkatnya suhu di daerah perkotaan, naiknya permukaan air laut. Pola dan distribusi curah hujan yang terjadi mempunyai kecenderungan bahwa daerah kering menjadi makin kering dan daerah basah menjadi makin basah yang mengakibatkan kelestarian sumber daya air menjadi terganggu. Kejadiankejadian ekstrim seperti turunnya hujan dengan intensitas yang cukup tinggi tapi dalam waktu singkat mengakibatkan terjadinya banjir dan tanah longsor. Di sisi lain terjadinya musim kemarau berkepanjangan mengakibatkan kekeringan dan terjadinya krisis air serta memicu terjadinya kebakaran hutan. Ketidakstabilan hujan yang terjadi seperti datangnya awal musim yang terlambat dan berakhirnya lebih cepat membawa dampak pada sektor pertanian yaitu menurunnya produktifitas pertanian bahkan ada yang sampai gagal panen.
Sesuai studi UNDP (2007), perubahan dalam pola curah hujan akan bervariasi bergantung pada lokasi. Para petani yang akan paling sengsara adalah mereka yang tinggal di wilayah dataran tinggi yang dapat mengalami kehilangan lapisan tanah akibat erosi. Hasil tanaman pangan dataran tinggi seperti kedelai dan jagung bisa menurun 20 hingga 40%. Namun, nyaris seluruh petani akan merasakan dampaknya. Sekarang saja, sudah banyak petani kesulitan menentukan waktu yang tepat untuk memulai musim tanam, atau sudah mengalami gagal tanam karena hujan yang tidak menentu atau kemarau panjang. Yang paling kesusahan biasanya adalah mereka yang bertani di wilayah paling ujung saluran irigasi yang pada saat kelangkaan air tidak mendapatkan jatah air karena sudah lebih dulu digunakan oleh para petani di daerah hulu irigasi. Jawa Tengah merupakan salah satu daerah sentra pangan di Indonesia. Tanaman pangan unggulan di Jawa Tengah menurut Susilowati (2009), adalah Padi, jagung, kedelai dan hortikultura (sayuran). Penelitian tersebut menjadi dasar dalam penentuan jenis komoditas penelitian ini. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang diperoleh dari dinas/ institusi, seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari buku, jurnal dan publikasi terkait. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Statistik Deskriptif untuk menentukan/ menghitung kerugian adanya perubahan iklim. HASIL PENELITIAN Valuasi Ekonomi Dampak Perubahan Iklim Perubahan iklim di sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura akan mempunyai tiga dampak, yaitu : 1. Banjir 2. Kekeringan 3. Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) 2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS Kinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia Menghadapai Asean Economic Community 2015
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG
Dampak ketiga hal tersebut di atas mengakibatkan dalam kondisi normal. Untuk lahan yang masuk sektor pertanian mengalami penurunan produksi dalam kategori puso berarti bahwa lahan tersebut (kuantitas maupun kualitas) atau bahkan kegagalan tidak menghasilkan sama sekali, sehingga kerugian panen. yang diderita oleh petani adalah 100 %. Sebagai dasar untuk memperhitungkan kerugian pada Kerugian Akibat Banjir Adanya banjir akan memberikan dampak tanaman kedelai dalam nilai rupiah, digunakan hasil pada produksi tanaman pangan, dalam hal ini penelitian dari Tjetjep Nurasa dan Adreng Purwoto tanaman kedelai. Dampak produksi ini dibedakan (2011) . Berdasarkan penelitian tersebut apabila menjadi dua kategori, yaitu: dalam kondisi normal , tanaman kedelai dapat 1. Terkena memberikan pendapatan sebesar 6,6 juta rupiah/ Ha 2. Puso (Tjetjep Nurasa, 2010). Untuk lahan yang terkena banjir, masih ada hasil Kerugian kakibat banjir di Provinsi Jawa yang dapat dinikmati oleh petani. Dalam penelitian Tengah selama 5 tahun terakhir (2008-2012) dapat ini diasumsikan untuk lahan yang terkena banjir dilihat pada Tabel 5.4. mengalami kerugian sebesar 25 % daripada yang Tabel 5.4. Kerugian Tanaman Kedelai Akibat Banjir (Juta Rupiah) 2008 2009 2010 2011 2012 Terkena Puso
209,5 112,2
9.929,7 112,2
14.419 28.149
Jumlah 321,7 10.041,9 42.568 Sumber : Dinpertan TPH (2013) , diolah Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa kerugian tanaman kedelai secara ekonomi dari tahun ke tahun berfluktuasi. Hal ini terjadi karena program-program yang dilakukan pada tanaman kedelai tidak seintensif tanaman Padi. Disamping itu, berdasarkan hasil wawancara dengan petani di daerah penelitian, pada umumnya petani lebih senang menanam komoditas lain dengan berbagai alasan antara lain : 1. Dalam proses pengelolaan, tanaman kedelai memerlukan waktu yang lebih lama dan tahapan proses pengelolaan lebih banyak 2. Pendapatan dari tanaman kedelai lebih rendah daripada tanaman palawija lain seperti jagung 3. Tidak ada jaminan harga seperti halnya pada tanaman padi
260,7 45.071
34,65 211,2
45.331,7
245,85
Kekeringan hampir selalu terjadi di Jawa Tengah. Kerugian akibat kekeringan dibedakan dalam empat kategori yaitu : 1. Ringan 2. Sedang 3. Berat 4. Puso Dasar perhitungan secara ekonomi seperti pada kerugian akibat banjir tetapi skore per kategori berbeda. Skor yang diberlakukan untuk menghitung kerugian secara ekonomi per kategori adalah sebagai berikut : 1. Ringan = 25 % 2. Sedang = 50 % 3. Berat = 75 % 4. Puso = 100% Berdasarkan skor tersebut di atas maka kerugian akibat kekeringan pada tanaman kedelai di Jawa Tengah selama 5 tahun (2008-2012) dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Kerugian Akibat Kekeringan
Tabel 5.5. Kerugian Tanaman Kedelai Akibat Kekeringan (Juta Rupiah) 2008 2009 2010 2011 2012 Ringan 6.479,6 320,1 Tidak ada 130,4 282,15 Sedang 102,3 155,1 data 85,8 148,5 Berat 598,95 0 0 311,85 3
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS Kinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia Menghadapai Asean Economic Community 2015
Puso
1.386
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG
85,8
66
132
Jumlah 8.566,85 561 282,2 874,5 Sumber : Dinpertan TPH (2013) , diolah Kerugian Akibat Serangan OPT Berdasarkan pada Tabel 5.5 diketahui Serangan OPT selalu terjadi pada tanaman bahwa kerugian akibat kekeringan pada tanaman kedelai di Jawa Tengah. Kerugian akibat serangan kedelai sangat berfluktuasi dari tahun yang satu ke OPT dibedakan dalam empat kategori yaitu : tahun berikutnya. Apabila dilihat dari tahun 2008 ke 1. Ringan tahun 2009 dan 2011, ada penurunan kerugian yang 2. Sedang cukup signifikan. Tetapi pada tahun 2012 terjadi 3. Berat peningkatan yang sangat tajam. Hal ini 4. Puso menunjukkan bahwa pada pengelolaan tanaman Dasar perhitungan kerugian akibat serangan OPT, kedelai sosialisasi dan antisipasi adanya perubahan sama dengan pada perhitungan kekeringan. Secara iklim belum dilakukan secara maksimal. finansial, kerugian akibat serangan OPT dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Kerugian Tanaman Kedelai Akibat Serangan OPT (Juta Rupiah) 2008 2009 2010 2011 2012 Ringan 3.770,25 4.253,7 2.918,85 2.331,45 2.872,65 Sedang 382,8 330 161,7 125,4 42,9 Berat 0 0 0 0 0 Puso 0 72,6 0 0 125,4 Jumlah 4.153,05 4.656,3 3.080,55 2.456,85 3.040,95 Sumber : BPTPH Provinsi Jawa Tengah (2013) , diolah Dari Tabel 5.6 diketahui bahwa besarnya yang terkait mengenai antisipasi serangan OPT. kerugian karena serangan OPT selama lima tahun Jenis OPT yang menyerang tanaman kedelai dari terakhir berfluktuasi. Hal ini menunjukkan belum tahun ke tahun selalu berbeda meskipun ada yang dilakukan sosialisasi secara maksimal oleh instansi sama, seperti pada Tabel 5.7. Tabel 5.7. Jenis OPT pada Tanaman Kedelai Tahun 2008-2012 2008 2009 2010 2011 2012 1. Kepik pie 2. Penggerek polong 3. Ulat tanah 4. Tikus 5. Penghisap polong 6. Lalat kacang 7. Kepik hijau 8. Ulat grayak 9. Kumbang Kedelai 10. Kutu daun 11. Kumban g tanah
1. Kepik pie 2. Penggerek polong 3. Ulat tanah 4. Tikus 5. Penghisap polong 6. Lalat kacang 7. Kepik hijau 8. Ulat grayak 9. Kumbang Kedelai 10. Kutu daun 11. Kumbang tanah
1.Penggerek polong 2.Lalat kacang 3.Ulat grayak 4.Kumbang kedelai 5.Kutu daun 6.Kutu kebul 7.Penggerek pucuk 8.Penggulung daun 9.Mozaik kuning 10. Ulat jengkal Ulat 4
1. Penggerek polong 2. Lalat kacang 3. Ulat grayak 4. Kumbang kedelai 5. Kutu daun 6. Penggerek pucuk 7. Penggulung daun 8. Mozaik kuning 9. Ulat jengkal
1. Penggerek polong 2. Lalat kacang 3. Ulat grayak 4. Kumbang kedelai 5. Kutu daun 6. Penggerek pucuk 7. Penggulung daun 8. Mozaik kuning 9. Ulat jengkal
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS Kinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia Menghadapai Asean Economic Community 2015
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG
kuning 12. Kutu kebul 13. Pengger ek pucuk 14. Penngul ung daun 15. Nemato da layu akar 16. Hawar bakteri
kuning buah 10. Ulat buah 12. Kutu kebul 11. Tikus 11. Tikus 13. Penggerek 12. Karat 12. Karat pucuk 13. Belalang 13. Belalang 14. Penngulung 14. Ulat daun 14. Ulat daun daun 15. Daun jingga 15. Hawar 16. Bercak bergaris bakteri 17. Lalat daun 16. Penggerek 18. Nematoda batang 17. mozaik kuning 18. Penyakit kerdil 19. Bisul bakteri 20. Ulat Jengkal 21. Ulat buah 22. Virus Mozaik 23. Belalang Sumber : BPTPH Provinsi Jawa Tengah (2013) , diolah
10. Ulat buah 11. Tikus 12. Karat 13. Belalang 14. Ulat daun 15. Daun jingga 16. Bercak bergaris 17. Lalat daun 18. Nematoda 19. Kutu kebul
Berdasarkan Tabel 5.7. diketahui bahwa jenis OPT terbanyak pada tanaman kedelai terjadi pada tahun 2009 dan terendah pada tahun 2010. Serangan OPT, dari segi jumlah yang di serang dan jenis OPT sangat tergantung pada perubahan iklim yang terjadi.
Sosialisasi dan penyuluhan yang intensif untuk antisipasi perubahan iklim khususnya yang berkaitan dengan proses pengelolaan tanaman kedelai.
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA Dinpertan TPH, 2013. Antisipasi Musim Kemarau dan Musim Penghujan. Semarang Jawa Tengah dalam Angka, 2013. BPS, Semarang Nazir, 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Uphoff, 2003. Some Analytical Issue in Measurement Empowerment for the Poor, with Concern for Community and Local Government. Paper Pressented at the Workshop on Measurering Empowerment. Payne, 1997. Social Work and Community Care. McMillan, London Rencana Strategis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Tahun 2010– 2014. BMKG. Jakarta. Sekaran, Umi. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Salemba Empat: Jakarta
Perubahan iklim di sektor pertanian tanaman pangan, khususnya kedelai memberikan dampak secara : 1. Langsung, yang dapat kita rasakan, meliputi banjir, kekeringan dan serangan OPT 2. Tidak langsung berupa penurunan kualitas kehilangan produksi baik sebagian maupun seluruhnya (puso= gagal panen) 3. Besarnya kerugian rata-rata selama 5 tahun terakhir akibat banjir, kekeringan dan serangan OPT, berturut-turut adalah Rp19.701.830.000,- ; Rp 2.571.137.000,dan Rp 3.477.540.000,Untuk menghindari kerugian yang semakin besar, maka diperlukan : 5
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & CALL FOR PAPERS Kinerja Perbankan, Bisnis dan Ekonomi Indonesia Menghadapai Asean Economic Community 2015
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG
Susilowati dkk, 2009. The shock of Climate change towards the vulnerable Small scale Fisheries Sector in Central java Province- Indonesia : The Way Forward. Makalah Fifth International Conference di Global Academy of Business & Economic Research, Malaysia. Sumastuti dan Sucihatiningsih, 2011. Adaptation of Agricultural Sector to Climate Change In Central Java. Makalah Symposium On Economic Impacts Of Global Warming. UNNES, Semarang Sumastuti dan Susilowati, 2011. Managing Natural Disaster and Climate Change Without Management ? An Empirical Evidence of
Adaptation and Mitigatioan in The Fisheries Sector, Central Java Province-Indonesia. Symposium On Coastal Resources Management and Development. UNDIP, Semarang. Sumastuti, Karyadi dan Nuswantoro, 2013. The Level Of Empowerment Competitive Food Crop Farmers For Anticipation Climate Change : Pilot Project in Central Java, Indonesia.The 2nd Waswac World Conference, Chiang Rai, Thailand Suryana, A, 2004. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. BPFE, Yogyakarta.
6