EFEKTIVITAS STRATEGI PENGUATAN MASYARAKAT SIPIL (CIVIL SOCIETY) PADA BASICS PROJECT – CIDA DI SULAWESI
EFFECTIVENESS OF STRENGTHENING CIVIL SOCIETY STRATEGY (CIVIL SOCIETY) IN PROJECT BASICS - CIDA IN SULAWESI
Suharni, Nurdin Brasit, Mursalim Nohong
Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin
Alamat Koresponden: Magister Manajemen Universitas Hasanuddin Makassar 90245 Hp. 08124148414 Email:
[email protected]
Abstrak BASICS adalah sebuah proyek yang didanai oleh Canadian International Development Agency (CIDA). Penelitian ini bertujuan untuk : a) mengetahui tahapan dan mekanisme formulasi strategi penguatan masyarakat sipil (civil society) oleh BASICS Project - CIDA; b) menggambarkan efektivitas implementasi rencana strategik yang telah ditetapkan oleh BASICS Project – CIDA. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif untuk menganalisis efektivitas implementasi strategi penguatan masyarakat sipil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) BASICS Project telah mengadopsi tahapan perencanaan yang utuh dengan menyelenggarakan pertemuan dengan mitra OMS dalam penyusunan rencana strategic organisasi; 2) Strategi penguatan masyarakat sipil melalui penguatan kapasitas OMS dengan dukungan pelatihan teknis yang mencakup keterampilan dan pengetahuan, sehingga OMS local dapat memberikan/menawarkan pengetahuan local kepada pemerintah. Namun kemampuan OMS mitra BASICS untuk berfungsi sebagai penyedia jasa kepada pemerintah daerah masih sangat terbatas.Saat ini hanya beberapa OMS yang bekerja di tingkat propinsi dan tidak ada yang di tingkat kabupaten/kota yang memiliki kemampuan organisasi yang dapat berkelanjutan dan memasarkan diri kepada pemerintah sebagai penyedia jasa; 3) Strategi penguatan masyarakat sipil melalui promosi inovasi dan inisiatif OMS belum berjalan dengan efektif. Belum termuat buku praktek cerdas yang memuat informasi atau data keberhasilan OMS sebagai hasil dari memfasilitasi OMS di bursa pengetahuan (baik di BASICS, Kementerian maupun Lembaga Donor); 4) Secara umum, strategi penguatan OMS belum berjalan secara efektif jika dikaitkan dengan kemandirian dalam memberikan layanan teknis. BASICS Project telah mendukung OMS dalam memberikan jasa teknis kepada pemerintah daerah dan propinsi, namun ini tidak menjadi pendorong bagi pemerintah daerah untuk menganggarkan layanan OMS tersebut. Kata kunci: efektivitas, strategi, penguatan masyarakat sipil, organisasi masyarakat sipil
Abstract BASICS is a project funded by the Canadian International Development Agency (CIDA). This study aims to: a) determine the stages of strategy formulation and mechanism of strengthening civil society (civil society) by BASICS Project - CIDA; b) illustrates the effectiveness of the implementation of the strategic plan that has been set by the BASICS Project - CIDA. The method used is descriptive qualitative to analyze the effectiveness of the implementation strategy of strengthening civil society. The results showed that: 1) BASICS Project has adopted the planning stages complete with a meeting with CSO partners in the preparation of the strategic plan of the organization; 2) Strategy strengthening civil society by strengthening the capacity of CSOs to support technical training that includes the skills and knowledge, so that local CSOs can give / offer local knowledge to the government. However, the ability of CSOs BASICS partners to serve as a provider of services to the local government is still very terbatas.Saat only a few CSOs working in the province and no one at the district / city organization that has the ability to be sustainable and market themselves to the government as a provider services; 3) Strategies strengthening civil society through the promotion of innovation and initiative, CSOs do not work effectively. Yet contained intelligent practice book containing the information or data as a result of the success of OMS OMS facilitates the exchange of knowledge (both in BASICS, Ministry and Donor); 4) In general, CSOs strengthen strategy is not effective if it is associated with independence in providing technical services. BASICS Project has been supporting the CSO in providing technical services to local and provincial governments, but this is not an incentive for local governments to allocate these CSO services. Keywords: effectiveness, strategy, strengthening civil society, civil society organizations
PENDAHULUAN BASICS adalah sebuah proyek yang didanai oleh Canadian International Development Agency (CIDA). Proyek ini dilaksanakan dengan bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Dalam Negeri dan Cowater International Inc. yang merupakan pelasana yang berperan memberikan jasa layanan teknis dan manajemen untuk BASICS.BASICS bertujuan untuk membantu Indonesia memperbaiki kualitas dari layanan kepada publik yang terdesentralisasi secara adil dan responsif gender, (Rahmat, 2003). Maksud dari proyek adalah untuk memperkuat dan mengaitkan proses perencanaan dan penganggaran secara partisipatif (melibatkan berbagai pihak), pro rakyat miskin, setara gender dan memperhatikan kelestarian lingkungan yang bertujuan meningkatkan pelayanan sosial di beberapa kabupaten/kota terpilih di Sulawesi. Salah satu program BASICS adalah penguatan OMS yang dilakukan dalam konteks kemitraan.
BASICS
membentuk kemitraan untuk mencapai tujuan
yang disepakati
bersama.Kemitraan mencakup berbagai hubungan dengan ide-ide partisipasi dan pengembangan kapasitas, kemitraan membutuhkan pengaturan organization learning dengan baik, (Juwaini, 2012). Pada hasil kajian visibility study, BASICS Project melihat kenyataan bahwa OMS di Sulawesi sangat memerlukan manajemen program, perencanaan, penyusunan, penetapan program pengembangan masyarakat dan evaluasi kegiatan program dengan baik yang dituangkan dalam bentuk program kegiatan penguatan OMS yang didalamnya mencakup strategi-strategi penguatan OMS. Tujuan penelitian ini adalah Menggambarkan efektivitas implementasi rencana strategik yang telah ditetapkan oleh BASICS Project - CIDA
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan pada kantor BASICS Project – CIDA(Canadian Aid Managed by Cowater International Inc. on behalf of The Canadian Government), Jalan Ratulangi No. 102 Makassar, pada rentang waktu bulan Januari-May2014. Selain pada kantor BASICS Project - CIDA, penelitian ini juga dilakukan pada komunitas di kabupaten/kota, Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara untuk memperoleh gambaran mekanisme kerja dan pelibatan organisasi non pemerintah lokal.
Jenis dan Sumber Data Data Kualitatif adalah Data yang diperoleh berupa keterangan-keterangan yang mendukung penelitian ini seperti alur penyusunan rencana strategik, mekanisme perencanaan, susunan keanggotaan BASICS Project – CIDA, keterangan-keterangan lain yang berhubungan dengan sejarah pendirian, pertemuan anggota hingga perkembangan BASICS Project – CIDA. Data Kuantitatif adalah Data berupa angka-angka. Data kuantitatif yang akan digunakan yaitu jumlah susunan pengurus dan keanggotaan, jumlah peserta pertemuan, nilai anggaran operasional tahunan dan data tertulis lainnya. Data primer adalah Data mengenai kegiatan BASICS Project – CIDA dalam mendorong penguatan masyarakat sipil dengan menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara terbuka. Data sekunder adalah Data yang diperoleh berupa informasi tertulis dan wawancara yang diperoleh dari BASICS Project – CIDA, internet, buku, laporan-laporan proyek, maupun jurnal yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kepustakaan (Library Research), Penelitian kepustakaan ini dilakukan melalui pengumpulan dan penelaahan literature-literatur yang relevan dengan permasalahan yang dikaji untuk mendapatkan kejelasan dalam upaya penyusunan landasan teori yang sangat berguna dalam pembahasan selanjutnya.Literatur tersebut dapat berupa buku, laporan atau majalah, internet dan lainnya yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian. Penelitian Lapangan (Field Research), Pengumpulan data melalui penelitian lapangan dilakukan dengan cara observasi ke lokasi penelitian. Teknik yang digunakan dengan cara ini adalah wawancara dan daftar pertanyaan. Teknik wawancara merupakan alat pengumpulan data untuk memperoleh informasi cara berkomunikasi secara langsung (tatap muka) dengan responden. Sementara teknik pertanyaan dilakukan melalui pemberian beberapa pertanyaan kepada sejumlah responden yang menjadi target penelitian.
HASIL Penilaian mengenai efektivitas strategi ditujukan pada bagaimana penggambaran terwujudnya partisipasi masyarakat sipil dalam kaitannya dengan perbaikan kapasitas sumberdaya manusia yang ada, bagaimana peran OMS dan relevansi pada issu pemberdayaan aspek pendidikan, kesehatan dan kesetaraan gender.
Implementasi rencana strategik berdasarkan pada (Table 1) secara sederhana dapat dijelaskan bahwa BASICS Project memediasi para anggota untuk menghadiri rapat pleno organisasi dengan membicarakan visi misi organisasi, kemudian pengurus yang terpilih menyelenggarakan
“Lokakarya
Rencana Strategik”
atau suatu
mekanisme
formulasi
pengambilan keputusan, sekaligus pedoman operasional terkait prioritas strategi hingga pelaksanaan kegiatan. Namun secara spesifik terkait organisasi masyarakat sipil, ada empat kriteria yang dapat menguraikan dan menganalisis sejauhmana strategi penguatan masyarakat sipil di Indonesia berhasil atau sukses dalam memenuhi fungsi-fungsi pokoknya. Dimensi dampak mempunyai empat subdimensi yaitu: (1). Mempengaruhi kebijakan publik (pemerintah dan masyarakat). (2). Mendorong akuntabilitas Negara dan kerjasama dengan mitra yang akuntabel dan kredibel. (3). Memenuhi kebutuhan sosial masyarakat. (4). Memberdayakan masyarakat. Secara khusus BASICS Project – Program OMS dibuat untuk: (1). Memfasilitasi
dan
memediasi hubungan kerjasama antar OMS dalam aspek informasi, komunikasi dan advokasi; (2). Meningkatkan fungsi dan peran kelembagaan serta sumberdaya manusia masing-masing anggota; (3). Mengembangkan model alternatif pemberdayaan masyarakat yang responsif gender dan sensitif terhadap masalah lingkungan hidup guna meningkatkan kemampuan agar efektif terlibat dengan pemerintah kabupaten/kota. Strategi ini merupakan yang paling dominan dan sangat efektif karena terkait dengan misi melakukan perubahan pada tingkat kebijakan publik mengenai pelayanan dasar dibidang pendidikan dan kesehatan dan juga merupakan wujud dari pemihakan OMS kepada masyarakat luas utamanya dibidang pendidikan dan kesehatan. Pada table 2 terlihat bahwa Penguatan Kapasitas OMS Selama kurun waktu 2009-2013 terdapat beberapa kegiatan yang merupakan penjabaran strategi penguatan OMS.Pelaksanaan kegiatan ini berlangsung secara sukarela karena terlaksana atas berjalannya jaringan kerja dan ketersediaan sumberdaya organisasi yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Kemitraan OMS dengan Pemerintah, OMS bermitra dengan pemerintah dalam penyusunan APBD. Analisis APBD yang dilakukan oleh OMS di kabupaten dan kota telah disambut baik oleh pihak DPRD. Kegiatan ini telah terbukti efektif dalam mendorong kemampuan masyarakat (publik) untuk menuntut kualitas layanan kesehatan dan pendidikan yang berbasis MDG/SPM.
Mempromosikan Inovasi dan Inisiatif OMS, Sebagai fungsi mediasi informasi dan komunikasi di Sulawesi, maka menjadi tugas BASICS Project untuk terus menjalankan program kegiatan promosi dan mendorong OMS untuk melakukan sosialisasi kegiatan kepada OMS yang lain. Sinergi OMS dengan donor/proyek lain, Kolaborasi antaraBASICS Project dan ACCESS Project adalah dengan mengadopsi prinsip-prinsip berikut ini dan menjadi dasar pendekatan bagi OMS yaitu: (1). Inklusif gender dan sosial (Gender and Social Inclusion /GSI).(2). Pendekatan berbasis aset dan pemberdayaan. (3). Keberlanjutan. (4). Kerja sama dan kolaborasi. (5). Transparansi, akuntabilitas dan partisipasi. (6). Pemebelajaran terus menerus.
PEMABAHASAN Pada penelitian ini terlihat bahwa Strategi penguatan masyarakat sipil melalui kemitraan OMS dengan pemerintah telah berjalan dengan baik, dimana OMS di kabupaten dan kota telah disambut baik oleh pihak DPRD dan pemerintah. Para mitra dari OMS telah mengembangkan dan menggunakan berbagai perangkat yang dapat membantu meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam berhubungan dengan pihak legislatif dan eksekutif. Secara khusus BASICS Project – Program OMS dibuat untuk: (1). Memfasilitasi dan memediasi hubungan kerjasama antar OMS dalam aspek informasi, komunikasi dan advokasi; (2). Meningkatkan fungsi dan peran kelembagaan serta sumberdaya manusia masing-masing anggota. (3). Mengembangkan model alternatif pemberdayaan masyarakat yang responsif gender dan sensitif terhadap masalah lingkungan hidup guna meningkatkan kemampuan agar efektif terlibat dengan pemerintah kabupaten/kota,( Bryson M. 2000). Strategi ini merupakan yang paling dominan dan sangat efektif karena terkait dengan misi melakukan perubahan pada tingkat kebijakan publik mengenai pelayanan dasar dibidang pendidikan dan kesehatan dan juga merupakan wujud dari pemihakan OMS kepada masyarakat luas utamanya dibidang pendidikan dan kesehatan. Menurut Koordinator Program-OMS BASICS Project, evaluasi atas kualitas bantuan pelatihan/bantuan teknis yang diberikan kepada OMS pada Desember 2012-Januari 2013, dilakukan melalui kuisioner dan wawancara. Dua puluh tujuh orang dari 27 OMS yang berbeda diminta untuk menilai bantuan teknis yang diterima dari BASICS Project. 89% menyatakan bahwa pelatihan dan bantuan teknis yang diterima adalah “baik” dan 11% menilainya “sangat
baik”. Mereka juga diminta untuk memberi komentar mengenai ‘apa manfaat pelatihan ini” dan menyatakan bahwa “pelatihan tersebut adalah praktis dan mudah diterapkan di lapangan”. Contoh kemitraan OMS dengan pemerintah adalah: (1). OMS memberikan umpan balik terkait APBD dan melakukan analisis seberapa responsif APBD terhadap SPM kesehatan dan pendidikan, serta responsif gender secara umum; (2). OMS memberikan masukan yang bermanfaat guna mendukung persiapan penyusunan Perda yang mensyaratkan perencanaan dan penganggaran layanan kesehatan dan pendidikan yang beriorentasi pada MDG, SPM dan responsif gender; (3). OMS membina hubungan dengan pihak pemerintah (eksekutif) dan pihak DPRD (legislative) dengan pola komunikasi yang lebih baik, dengan beriorentasi pada solusi dan secara kolaboratif; (4). OMS melakukan survey kepuasan warga (secara agak independen) dan menghasilkan temuan dan rekomendasi yang menjadi bahan pertimbangan pihak pemerintah dan legislative, (Handoko, 2013). Berdasarkan informasi dari Koordinator Program-OMS BASICS Project, pernah dilaksanakan wawancara dengan 21 anggota DPRD dan 32 pejabat pemerintah pada akhir 2013. 56% pejabat pemerintah menilai kualitas bantuan yang diberikan oleh OMS adalah “baik” atau “sangat baik”. 93% dari pejabat pemerintah menyatakan bahwa para OMS telah responsif gender, (Hermawan, 2013). 21 responden legislatif ditanya apakah layanan teknis yang diberikan OMS telah memenuhi kebutuhan mereka.Hanya 60% memberikan respon positif (44% “baik” dan 16% “sangat baik”).Sisa 40% memberi tanggapan bahwa masukan dari OMS hanya dinilai “cukup” hingga “kurang”.87% dari 21 responden DPRD menyatakan bahwa bantuan teknis yang diberikan telah responsif gender. Meskipun target kuantitatif untuk mengadakan/memperkuat mekanisme keterlibatan telah tercapai, namun data hasil BASICS Project menunjukkan bahwa masih terdapat ruang untuk terus memperbaiki hasil, penerapan dan keterbukaan dari mekanisme pembinaan kepada forum OMS. Terkait strategi ini, BASICS Project telah melakukan sosialisasi dan diseminasi produk terdokumentasi terkait pengalaman dan pembelajaran dari program BRI (BASICS Responsive Initiative) yang merupakan salah satu program BASICS Project selain OMS. Namun BASICS Project belum mencoba untuk menggali informasi atau data keberhasilan OMS yang kemudian dipaket
menjadisuccess story/praktek cerdas sebagai hasil dari memfasilitasi OMS,
(Ardhanariswari, dkk., 2009).
Inklusif gender dan sosial (Gender and Social Inclusion /GSI), Prinsip Keterlibatan Perempuan dan Orang Miskin Pentingnya meningkatkan kapasitas kaum muda supaya menjadi warga negara yang sadar akan demokrasi, (Pearce II, et al., 1997). Strategi-strategi proaktif dan perangkat praktis akan dipergunakan agar kegiatan-kegiatan lebih dipusatkan pada kelompokkelompok yang secara tradisional terpinggirkan dan kebijakan-kebijakan afirmatif akan dipromosikan kepada mitra-mitra strategis, (Imam, 2000). Pendekatan berbasis aset dan pemberdayaan Pendekatan terkait dengan interaksi dinamis (engagement) secara khusus mengacu pada prinsip bahwa solusi atas kondisi yang ingin diubah oleh masyarakat dan warga, pertama-tama harus berasal dari dalam masyarakat itu sendiri, bukan dari luar. Prinsip ini juga meyakini bahwa pencarian masalah hanya akan mengarah pada munculnya perasaan tak berdaya (disempowerment). Keberlanjutan, Prinsip-prinsip dasar proyek yaitu kesetaraan, transparansi dan fleksibilitas, serta fokus pada inklusivitas sosial, semuanya berhubungan dengan tujuan keberlanjutan. Berfokus terhadap terbentuknya proses-proses pengambilan keputusan yang inklusif secara terus menerus (di semua tingkatan untuk memastikan suatu pendekatan lingkup kabupaten). Proses-proses tersebut akan meliputi mekanisme konsultasi yang terstruktur, pengarusutamaan gender, tersedianya cara-cara yang konstruktif dan efektif dalam interaksi dinamis, melalui lobi dan advokasi, serta kesempatan-kesempatan lain untuk melakukan interaksi yang konstruktif antara pemerintahan dan warga negara. Kerjasama dan kolaborasi, ACCESS menganut pendekatan kemitraan yang mendorong upaya-upaya kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama yaitu tata kepemerintahan lokal yang demokratis. Transparansi, akuntabilitas dan partisipasi, Prinsip transparansi, akuntabilitas dan partisipasi adalah aspek-aspek dasar dari tata kepemerintahan yang baik, dan akan diterapkan dalam cara kerja OMS, serta secara aktif akan dipromosikan kepada mitra-mitra, masyarakat, dan stakeholder lainnya, (Nugroho, 2010). Pembelajaran terus menerus, Siklus ‘aksi – refleksi – adaptasi – aksi’ yang telah diadopsi melalui ACCESS akan dijalankan. Hal inilah yang akan memungkinkan seluruh stakeholder untuk mengidentifikasi perbaikan terhadap organisasi dan lembaganya berdasarkan pemahaman bersama yang baru yang timbul dari proses-proses tersebut, serta memungkinkan program untuk
dapat beradaptasi terhadap perubahan kondisi serta meningkatkan kinerja dan hasil-hasil programnya, (Mulyadi, 2001).
KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum, strategi penguatan OMS belum berjalan secara efektif jika dikaitkan dengan kemandirian dalam memberikan layanan teknis. BASICS Project telah mendukung OMS dalam memberikan jasa teknis kepada pemerintah daerah dan propinsi, namun ini tidak menjadi pendorong bagi pemerintah daerah untuk menganggarkan layanan OMS tersebut. Mitra OMS harus berkomitmen dalam menggali sumber-sumber pembiayaan dan mendorong penguatan masyarakat sipil tanpa tergantung pada donor luar.
DAFTAR PUSTAKA Ardhanariswari, dkk., (2009). Pengelolaan Organisasi Masyarakat Sipil, “Pembelajaran dari NGO Management Certificate Program (2002-2009). PACIVIS-NDI Jakarta Bryson, John M. (2000). Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Handoko Soetomo, (2013). Strategi Memajukan Peran dan Keberlanjutan OMS di Indonesia. http://infid.org/pdfdo/1386733352.pdf. Diakses Mei 2014 Hermawan Dedy, (2013). Kontrol Publik terhadap LSM.http://keuanganlsm.com/.../5.-KontrolPublik-terhadap-LSM, diakses April 2014 Imam, Shahed, (2000). Corporate Social Performance Reporting in Bangladesh.Managerial Auditing Journal. Pp. 133-141 Juwaini Ahmad, (2012). Social Enterprise. Halaman 71-74. http://keuanganlsm.com/penguatankelembagaan, diakses Februari 2014 Mulyadi, Johny Setiawan, (2001). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Salemba Empat. Jakarta Nugroho, Riant, (2010). Perencanaan Strategis in Action. Jakarta: Elex Media Komputindo Pearce II, John A & Robinson, Richard B. Jr. (1997). Manajemen Strategik: Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. Jilid satu, Grogol Rahmat Abdi, (2003). Peran LSM dalam Penguatan Civil Society di Indonesia: Studi Kasus WALHI. http://www/digilib.ui.ac.id, diakses Februari 2014
Tabel 1. Penjabaran Rencana Strategik 1
2
Aspek SPM/MDGs: pendidikan, kesehatan, kesetaraan gender; pengambilan keputusan serta dinamika yang menyertainya Mekanisme formulasi SPM/MDGs: pendidikan, kesehatan, kesetaraan gender
3
Penganggaran; kelayakan penganggaran
4
Pengalokasian sumber daya organisasi; staff, fasilitas dan keuangan
5
Materialisasi rencana kegiatan
6
Penilaian kinerja atau bentuk nyata visi pemimpin dalam organisasi
Dalam melahirkan rencana strategik secara konsisten menyelenggarakan “Lokakarya Rencana Strategik” setiap tahun
Melaksanakan konsultasi dengan mitra OMS dan mendistribusikn hasil lokakarya Rencana Strategik. Menggiatkan konsultasi dengan mitra OMS dan mitra potensial Selain melaksanakan kegiatan rutin organisasi, bekerjasama dengan donor untuk memperoleh anggaran program Formulasi kegiatan dilakukan dengan mengundang mitra OMS atau mitra program baik dengan lokakarya maupun pertemuan rutin Merupakan perwujudan operasional program (implementasi) dengan mengoptimalkan fungsi sumber daya dan memantau setiap dimensinya Penilaian atas rencana strategis selain melalui mekanisme internal organisasi juga dipaparkan dalam bentuk laporan proyek (secara berkala)
Tabel 2. Strategi, Cakupan Kegiatan dan Sasaran No
Strategi
Cakupan Program
1
Penguatan Kapasitas OMS
a. Pelatihan anggaran/ budget tracking b. Jurnalisme warga c. Survey kepuasan warga d. Bantuan teknis untuk menjadi penyedia jasa teknis yang berkelanjutan
2
Kemitraan OMS dengan pemerintah/ multi pemangku kepentingan
a. OMS bermitra dengan pemerintah dalam penyusunan APBD b. Pertemuan multi pihak
3
Mempromosikan inovasi dan inisiatif OMS
4
Sinergy OMS dengan donor/proyek lain
Sasaran Internal OMS, terbangunnya kemampuan dan keterampilan dalam proses perencanaan dan proses penganggaran
Meningkatnya kepercayaan publik dan pemerintah akan keberadaan OMS dalam memberikan umpan balik terkait APBD a. Pendokumentasian Inovasi OMS menjadi inovasi dan inisiatif OMS model stakeholder b. Replikasi inovasi dan yang direplikasi inisiatif OMS c. Fasilitasi perlindungan inovasi-inovasi OMS Kolaborasi dengan ACCESS Networking antar Project dalam penguatan OMS untuk OMS memastikan terjadinya interaksi dinamis (pertautan) yang lebih efektif antara OMS dengan para stakeholder yang lain