EUIS SUNARTI | Tantangan Gerakan Perempuan dalam Penguatan Civil Society Di Indone Copyright Euis Sunarti
[email protected] http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/tantangan-gerakan-perempuan-dalam-penguatan-civil-society-di-in donesia/
Tantangan Gerakan Perempuan dalam Penguatan Civil Society Di Indonesia Bahan Diskusi Bulanan Indonesian Institut for Civil Society (INCIS) Jakarta 28 Mei 2003
PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA: Tantangan Gerakan Perempuan dalam Penguatan Civil Society Di Indonesia 1)
Oleh
Dr. Ir. Euis Sunarti, MS 2)
A. TANTANGAN BANGSA
Globalisasi merupakan era kompetisi yang menuntut kompetensi dan kualitas manusia yang tinggi, demiian juga produktivitas tenaga kerja yang prima bahkan “ zero mistakes” pada bidang pekerjaan tertentu. Era globalisasi dengan free trade area menuntut kualitas produk yang unggul utuk bisa memasuki pasaran dunia. Kondisi tersebut menuntut penngetahuan mengenai quality control, syarat-syarat
page 1 / 10
EUIS SUNARTI | Tantangan Gerakan Perempuan dalam Penguatan Civil Society Di Indones Copyright Euis Sunarti
[email protected] http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/tantangan-gerakan-perempuan-dalam-penguatan-civil-society-di-ind onesia/
perdagangan, dan berbagai special treatment khusus untuk produk pertanian dari Indonesia. Era globalisasi tidak mengijinkan penolakan terhadap masuknya tenaga kerja asing di berbagai sektor, bahkan sebagai pekerja kelas menengah dan bawah yang bekerja di hotel dan kapal pelayaran. Kondisi tersebut semakin memperpuruk dan meningkatkan tingkat pengangguran tenaga kerja Indonesia. Era globalisasi bersamaan dengan era teknologi dan informasi sedikit banyak telah mengubah wajah masyarakat Indonesia untuk berbaur dengan nilai, noma, dan budaya yang sekarang sudah tidak menjadi asing lagi.
Desentralisasi. Era otonomi daerah dimana sistem regulasi belum sepenuhnya disiapkan (apalagi disosialisasikan), berbenturan dengan kesiaapan SDM daerah yang sangat beragam. Ditengarai bahwa SDM di daerah belum siap menerima pelimpahan wewenang, tapi lebih meihat otonomi daerah sebagai pelimpahan power yang besar kemungkinan bisa disalahgunakan.
Kualitas Penduduk Indonesia. Potret / keragaan masyarakat tergambar dari statistik sebagai berikut : TPAK 60 %, 40 – 50 % penduduk miskin, rata-rata lama pendidikan formal masih rendah (6,5 tahun), 14 % BBLR, 51 % Bumil anemia, UHH 65 – 67 tahun, tingginya KEP pada Balita dan Bumil.
Secara makro data kualitatif menunjukkan besarnya hutang luar negeri, KKN yang semakin merajalela dan sulit diberantas, law-enforcement sangat lemah ditambah political will pemerintah dalam menyelesaikan masalah-masalah besar bangsa sangat lemah. Berbagai Program pembangunan unggulan yang seharusnya menjadi program rutin suatu atau lintas beberapa departemen, djadikan proyek dengan administrasi pertanggungjawaban dana proyek yang mengikat dan membatasi, dan seringkali tidak mencapai sasaran.
Semakin tipisnya persediaan cadangan minyak negara, sementara pengelolaan sumberdaya gas yang melimpah belum optimal. Perusakan hutan tropis sebagai paru-paru dunia sangat tidak terkendali, sementara reboisasi lambat dilakukan. Demikian juga sekitar 80 % terumbu karang telah rusak, sementara diperlukan waktu yang lama dan dana yang besar untuk recovery kondisi tersebut. Laju peralihan lahan pertanian yang subur di Jawa sangat tinggi, tidak memadai dengan penggantian lahan di luar Jawa yang tingkat kesuburannya rendah, perambahan hutan lindung menyebabkan cadangan air tanah menipis yang menyebabkan kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim hujan. Peralihan lahan pertanian untuk kawasan industri menurunkan produksi produk pertanian dan
page 2 / 10
EUIS SUNARTI | Tantangan Gerakan Perempuan dalam Penguatan Civil Society Di Indones Copyright Euis Sunarti
[email protected] http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/tantangan-gerakan-perempuan-dalam-penguatan-civil-society-di-ind onesia/
meningatkan ketergantungan import yang menguras devisa negara.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia hampir 6 tahun ini masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikannya. Bahkan bersamaan dengan krisis ekonomi tersebut masalah-masalah sosial seperti konflik antar etnis dan golongan semakin merebak, demikian juga tawuran antar warga dan antar pelajar. Kuantitas dan kualitas kriminalitas disinyalir meningkat secara tajam.
Hal tersebut membuat kita merenung dan mempertanyakan faktor latent apa yang membuat bangsa Indonesia terpuruk seperti ini ? Disinyalir bahwa krisis yang melanda bangsa Indonesia bukan hanya berkaitan dengan dimensi ekonomi saja, melainkan krisis multidimensi, termasuk didalamnya krisis moral, etika, dan karakter bangsa.
B. KARAKTERISTIK CIVIL SOCIETY YANG TANGGUH
Konsep masyarakat aktif (The active society ) (Amitai Etziony, 1968) adalah masyarakat yang mampu menguasai dan mengendalikan masyarakat mereka sendiri. Kebalikannya adalah masyarakat pasif, yaitu masyarakat yang dikehendaki oleh kekuatan dari luar masyarakat yang bersangkutan.
Konsep masyarakat aktif kemudian dikembangkan John Friemann menjadi konsep komunitas aktif yaitu masyarakat yang mampu memperjuangkan kepentingannya melalui proses politik. Komunitas aktif adalah masyarakat aktif yang mengorganisasikan energinya menjadi suatu gerakan yang efektif.
Selanjutnya Bryant & White mengelaborasi konsep tersebut menjadi masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat yang kemampuannya untuk memilih dan memberi respons terhadap perubahan semakin meningkat sehingga ia berkuasa untuk mengendalikan masa depannya. Kondisi tersebut dapat tercapai jika
page 3 / 10
EUIS SUNARTI | Tantangan Gerakan Perempuan dalam Penguatan Civil Society Di Indones Copyright Euis Sunarti
[email protected] http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/tantangan-gerakan-perempuan-dalam-penguatan-civil-society-di-ind onesia/
masyarakat memiliki : 1) kapasitas atau kemampuan, 2) kebersamaan, kemerataan berdasarkan keadilan (equity), 3) kekuasaan (power), dan 4) kemandirian agar berkelanjutan (sustainability), serta ketergantungan (interdependence).
Menurut Thomas Hobbes, sebagai suatu sistem, masyarakat memiliki empat masalah fungsional yang berkaitan dengan keseimbangan dan keberlangsungan sistem itu sendiri. Keempat masalah fungsional tersebut adalah Adaptation, Goal Attaintment, Integration, dan Latency, AGIL).
Masalah adaptasi mengacu pada perolehan sumberdaya atau fasilitas yang cukup dari lingkungan luar sistem, dan kemudian mendistribusikannya di dalam sistem. Masalah pencapaian tujuan mengacu kepada gambaran sistem aksi dalam menetapkan tujuan, memotivasi dan memobilisasi usaha dan energi dalam sistem untuk mencapai tujuan. Masalah integrasi mengacu kepada pemeliharaan ikatan dan solidaritas, dan melibatkan elemen tersebut dalam mengontrol, memelihara subsistem, dan mencegah gangguan utama dalam sistem. Masalah latency mengacu kepada proses dimana energi dorongan disimpan dan didistribusikan di dalam sistem, melibatkan dua masalah saling berkaitan yaitu pola pemeliharaan dan pengelolaan masalah atau ketegangan (Hamiton, 1987; Winton, 1995). Jika sebuah sistem tidak menjalankan keempat fungsi tersebut, maka sistem tersebut akan runtuh.
Masyarakat sipil sebagai suatu sistem dicirikan oleh adanya elemen yang saling berhubungan, hanya dapat dimengerti sebagai keseluruhan, seluruh sistem dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya.
Sebuah sistem sosial meliputi empat elemen yaitu adanya struktur sosial, fungsi, equilibrum (keseimbangan), dan survival. Ketanggungan masyarakat sipil terkait dengan pemeliharaan struktur yang dapat menjamin seluruh fungsi kehidupan terpenuhi atau berjalan, dan senantiasa memelihara keseimbangan agar dapat survive dan berkelanjutan (sustainability).
page 4 / 10
EUIS SUNARTI | Tantangan Gerakan Perempuan dalam Penguatan Civil Society Di Indones Copyright Euis Sunarti
[email protected] http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/tantangan-gerakan-perempuan-dalam-penguatan-civil-society-di-ind onesia/
C. BAGAIMANA GERAKAN PEREMPUAN MENGUATKAN CIVIL SOCIETY?
Pembangunan civil society menyangkut seluruh aspek dan dimensi kehidupan. Diperlukan upaya dan komitmen untuk menguatkan masyarakat. Kerjasama diperlukan karena tidak ada fihak, organisasi, lembaga atau apapun bahkan pemerintah sekalipun yang dapat melaksanakannya sendirian.
Pemilihan aspek, bidang, atau dimensi yang menjadi fokus suatu gerakan adalah hal yang wajar dan tak terhindarkan, karena selalu ada limitasi. Memandang setiap area gerakan perempuan sebagai potongan puzzle bagi penguatan sistem keseluruhan akan membawa kepada rasa hormat, support, dan kesiapan untuk bekerjasama antar berbagai gerakan perempuan.
Sesutau yang alami jika terjadi keragaman keragaan gerakan perempuan di Indonesia. Evaluasi diri dengan menganallisis arah, kekuatan, kelemahan, tantangan, dan ancaman, serta teknik dan metode gerakan perempuan senantiasa perlu dilakukan. Efisiensi dan efektivitas gerakan perlu mendapat perhatian agar kinerja gerakan sinergis dengan tuntutan yang melahirkan gerakan itu sendiri.
Konflik merupakan salah satu proses sosial yang pada hakekatnya timbul karena kelangkaan sumberdaya, dan dapat menghantarkan sistem sosial menjadi mature. Namun demikian pemilihan teknik, metode dan strategi gerakan yang tidak menimbulkan konflik akan jauh lebih efektif dan efisien.
Setiap dalam society terdapat faktor yang mendukung perubahan dan terdapat kelompok yang ingin mempertahankan status quo. Stratifikasi sosial merupakan hal yang alami. Pendekatan koersif dalam gerakan perubahan sering membawa kepada gerakan perlawanan sebagai counter-attack terhadap arah perubahan itu sendiri.
Perempuan sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki potensi, hak, dan tanggungjawab yang sama untuk menjamin terselenggaranya kehidupan yang berkualitas. Gerakan perempuan hendaknya diarahkan untuk menjamin tercapainya suatu masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan, melalui serangkaian
page 5 / 10
EUIS SUNARTI | Tantangan Gerakan Perempuan dalam Penguatan Civil Society Di Indones Copyright Euis Sunarti
[email protected] http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/tantangan-gerakan-perempuan-dalam-penguatan-civil-society-di-ind onesia/
proses menguatkan elemen-elemen dari masyarakat agar kokoh dan berfungsi.
Dengan demikian gerakan perempuan diarahkan pada dua sasaran yaitu : a) penguatan individu-individu menjadi insan yang berakhlak mulia, jujur, amanah, dapat dipercaya, bertanggungjawab, disiplin, etos kerja tinggi, mampu bekerjasama, toleransi dan cinta kedamaian. Individu yang sehat dan produktif dan memiliki keterampilan hidup sehingga memberi manfaat banyak bagi lingkungannya, serta b) penguatan struktur sosial agar berfungsi, survive, seimbang, dan berkesinambungan. Penguatan individu-individu
D. KARAKTER : VARIABEL LATENT SUATU ACTIVE SOCIETY
“The Great Hope of Society is Individual Character” (Lord Channing)
“That, in the end, there is only one fundamental political issue :
How We raise our children “ (William Bennet)
Banyak Pakar menyatakan bahwa ambruknya sistem komunisme yang diawali oleh runtuhnya negara pelopor komunisme, Uni Soviet, menunjukkan bahwa persaingan antar ideologi telah berakhir. Pertentangan ideologi yang mewarnai peradaban manusia abad ke-20 pada intinya adalah berkutat pada bagaimana membuat suatu tatanan politik dunia yang dapat mendatangkan kesejahteraan manusia (Hutington).
page 6 / 10
EUIS SUNARTI | Tantangan Gerakan Perempuan dalam Penguatan Civil Society Di Indones Copyright Euis Sunarti
[email protected] http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/tantangan-gerakan-perempuan-dalam-penguatan-civil-society-di-ind onesia/
Berbagai kajian menunjukkan bahwa kemajuan suatu bangsa terutama di era globalisasi ditentukan oleh karakter bangsanya. Kunci sukses keberhasilan suatu negara sangat ditentukan oleh sejauh mana suatu negara mempunyai budaya yang kondusif untuk maju. Faktor budaya yang dicerminkan oleh karakter dan perilaku masyarakatnya sering disebut modal sosial (social capital) yang pertamakali diperkenalkan Francis Fukuyama (Trust: The Social Virtues, and The Creation of Prosperity, 1995). Modal sosial tinggi meliputi rasa kebersamaan, saling percaya (vertikal maupun horizontal), serta rendahnya tingkat konfik. Hal tersebut seiring dengan penemuan yang mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang 80% ditentukan oleh kecerdasan emosinya (Goleman, 2000). Demikian juga kajian Thurow dalam Head to Head (1992) membuktikan bahwa communitarian capitalism yang diterapkan Jerman dan Jepang telah menghantarkan pertumbuhan ekonomi negaranya jauh lebih tinggi dibandingkan di Amerika dan Inggris dengan individualistic capitalism
Karakter individu merupakan faktor laten penguatan civil society, mengapa ? Karena penegakkan hukum, pembangunan ekonomi dan kesejahteraan membutuhkan individu individu yang cinta kebenaran, disiplin, bekerja keras, percaya diri, jujur, tangung jawab, dan karakter baik lainnya.
Karakter individu merupakan hasil akumulasi dari proses pembelajaran (emotion regulation) sejak awal kehidupan. Masa emas pembangunan karakter adalah pada tahun-tahun pertama kehidupan (The Golden Years) yang terjadi di keluarga, merupakan masa peletakkan konsep diri dan rasa percaya terhadap lingkungan. Bonding dan secure attachment merupakan lingkungan yang kondusif bagi pembangunan karakter.
Anak sepenuhnya merupakan penentu masa depan bangsa walaupun populasinya hanya sekitar 25 %. Kesadaran akan hal tersebut telah mendorong begitu banyak kajian-kajian bagaimana upaya mengotimalkan pertumbuhan dan perkembangannya. Stimulasi fisik dan mental melalui pengasuhan yang hangat ( warmth), menerima (accepted), memberikan rasa aman, tidak stressfull, kondusif bagi pembangunan karakter anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuhan dan perlakuan yang baik menyebabkan anak yang hidup di daerah marjinal bisa berprestasi (Zeitlin : Positive deviance). Gangguan terhadap lingkungan yang dibutuhkan berupa konflik perkawinan, perceraian, atau bahkan pengasuhan bukan oleh orang tua telah ditengarai beresiko terhadap prestasi, kompetensi, dan karakter anak (Weib, 2000; Zuckerman, 2000; Violato & Russel, 2001, Rohner, 1986).
page 7 / 10
EUIS SUNARTI | Tantangan Gerakan Perempuan dalam Penguatan Civil Society Di Indones Copyright Euis Sunarti
[email protected] http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/tantangan-gerakan-perempuan-dalam-penguatan-civil-society-di-ind onesia/
Keluarga, Sekolah, Masyarakat sama-sama bertanggungjawab dalam pembangunan karakter individu. Kenyataannya sampai sekarang pendidikan karakter anak di sekolah formal relatif terabaikan. Sistem Pendidikan Nasional (sebelum diberlakukan KBK: Kurikulum Berbasis Kompetensi) lebih menekankan pada kemampuan otak kiri, dimana nilai-nilai moral hanya menjadi bahan hafalan, terlalu banyak muatan kurikulum, rangking mania, kurang memberikan pemahaman dan keterampilan hidup. Sementara itu perubahan sosial berdampak terhadap perubahan struktur keluarga (extended menjadi nuclear family) dan support dalam pengasuhan anak. Hampir 40 % rumahtangga berada pada kondisi ekonomi yang “survival strategy level” sehingga tidak memiliki pilihan yang lebih baik. Namun demikian bagi yang memiliki pilihan lebih baikpun, keterbatasan yang paling dirasakan adalah kekurangtahuan bagaimana harusnya bersikap yang tepat dan benar dalam pendidikan karakter. Selain berdampak terhadap kinship di keluarga, perubahan sosial juga berdampak terhadap komunitas diantaranya terhadap dukungan sosial dan pertetanggaan (neighborhood).
Pengabaikan pendidikan karakter membawa kepada situasi dimana anak sekarang tidak sensitif dalam membedakan benar dan salah (character disorder) yang berdampak terhadap kejahatan (juvenile delinquency) (David & Goble, 1997). Mack, Dana (1997) dalam bukunya “ The Assault on Parenthood. How our culture undermines the family” mengkaji apa yag harus dilakukan society, komuniti, agar menjamin child-welfare reform melalui solusi “The new families” dan “ family-friendly work” . Sedangkan Penelope Leach (1994) dalam bukunya “ Children First. What Society must do and is not doing for children today” menyarankan integrasi antara peran pengasuhan dan pekerjaan yang bernilai ekonomi dengan “Putting children at the center would re-value parenting and open up new solutions to conflicts between working and caring”.
Kesadaran pentingnya karakter individu bagi kelangsungan sistem sosial (bangsa) hendaknya mengembalikan kesadaran akan pentingnya pengasuhan. Pengasuhan yang baik di keluarga akan memberi manfaat dan keuntungan bagi society. Pembangunan karakter individu yang dimulai di keluarga merupakan upaya latent penguatan civil society di Indonesia.
Thomas Lickona seorang Professor pendidikan dari Cortland University mengemukakan terdapat “tanda-tanda jaman” yang harus diwaspadai, karena kalau tanda-tanda ini sudah ada, sebuah bangsa menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda tersebut adalah : (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku yang merusak diri seperti
page 8 / 10
EUIS SUNARTI | Tantangan Gerakan Perempuan dalam Penguatan Civil Society Di Indones Copyright Euis Sunarti
[email protected] http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/tantangan-gerakan-perempuan-dalam-penguatan-civil-society-di-ind onesia/
narkoba, sex bebas, dan alkohol, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buru, (6) penurunan etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orangtua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggungjawab idividu dan warga negara, (9) ketidakjujuran yang telah membudaya, dan (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian diantara sesama. Bagaimana di Indonesia ?
E. INDONESIA HERITAGE FOUNDATION: MENYEMAI BENIH BANGSA
May The Seeds of Today, Be the Fruits of Tomorrow.
IHF adalah organisasi nirlaba dengan visi membangun karakter bangsa, membangun masyarakat yang harmoni dan demokratis (masyarakat yang rajin, bertanggungjawab, percaya diri, toleransi, jujur, dan dipercaya)
Misi IHF adalah : 1) Menemukan model dan metode pembangunan karakter yang efektif di keluarga, sekolah (mulai TK, SD, SLTP dan SLTA) dan komunitas luas, 2) menjadi pusat kajian, pengembangan penelitian pembangunan karakter, 3) memfasilitasi upaya pendidikan karakter melalui penyediaan guru, material pelatihan dan konsultasi, 4) Menjadi agen pembaharuan menuju masyarakat lebih baik melalui pemasaran sosial seperti publikasi buletin, kampanye sosial, seminar, dll.
Kurikulum pendidikan karakter dikembangankan didasarkan pada sembilan pilar karakter yaitu : 1) cinta kebenaran, 2) tanggungjawab, kedisiplinan dan kemandirian, 3) Amanah, 4) hormat dan santun, 5) kasih sayang, kepedulian dan
page 9 / 10
EUIS SUNARTI | Tantangan Gerakan Perempuan dalam Penguatan Civil Society Di Indones Copyright Euis Sunarti
[email protected] http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/tantangan-gerakan-perempuan-dalam-penguatan-civil-society-di-ind onesia/
kerjasama, 6) percaya diri, kreatif, pantang menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan, 8) baik dan rendah hati, 9) toleransi dan kedamaian.
Saat ini IHF telah membuka TK Karakter dan “Semai Benih Bangsa” di beberapa lokasi di Bogor dan Jakarta. SBB merupakan pendidikan karakter bagi masyarakat miskin yang memiliki banyak keterbatasan dana, informasi, pengetahuan dan keterampilan pendidikan karakter anak. SBB dirancang menjadi kegiatan masyarakat yang menuntut partisipasi masyarakat untuk survival dan sustainability-nya.
Kami mengundang berbagai fihak untuk bersama-sama mendidik karakter bangsa agar terbentuk masyarakat yang tertib, harmoni, dan sejahtera.
Bogor, 28 Mei 2003.
1) Makalah disajikan pada diskusi bulanan INCIS (Indonesian Institut for Civil Society) di Jakarta 28 Mei 2003
2) Staf Pengajar Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga IPB, Pendiri dan Pengurus Yayasan Indonesia Heritage Foundation (IHF), Lembaga nilaba yang bergerak di bidang pembangunan karakter bangsa.
page 10 / 10