EFEKTIVITAS PROMOSI PRODUK MINUMAN COKLAT “CHOCOFAZA” MELALUI MEDIA SOSIAL FACEBOOK
SRI AGUSTIN MAULANI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Efektivitas Promosi Produk Minuman Coklat “Chocofaza” Melalui Media Sosial Facebook” adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi berasal dari atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis ini kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Sri Agustin Maulani NIM I34120019
ABSTRAK SRI AGUSTIN MAULANI. Efektivitas Promosi Produk Minuman Coklat “Chocofaza” Melalui Media Sosial Facebook. Di bawah bimbingan ANNA FATCHIYA. “Chocofaza” merupakan salah satu produk minuman coklat yang menggunakan media sosial facebook dalam mempromosikan produknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas promosi produk “Chocofaza” melalui facebook serta menganalisis hubungan karakteristik pengguna facebook, karakteristik media sosial facebook, dan perilaku penggunaan media sosial dengan efektivitas promosi (dengan konsep AIDA) melalui fanpage facebook “Chocofaza”. Metode pengumpulan data melalui kuesioner online yang disebar kepada pengguna facebook yang telah me-like akun fanpage “Chocofaza” dengan data yang terkumpul sebanyak 50 responden. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan uji beda Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan media sosial facebook kurang efektif dalam mendorong responden untuk membeli produk, tetapi efektif dalam meningkatkan perhatian, ketertarikan serta keinginan responden untuk membeli produk. Faktor yang berhubungan dengan efektivitas promosi adalah usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, frekuensi penyampaian informasi, frekuensi feedback pesan, daya tarik pesan, dan kejelasan informasi. Kata Kunci: Coklat, efektivitas, facebook, media sosial, promosi ABSTRACT SRI AGUSTIN MAULANI. The Effectiveness of “Chocofaza” Chocolate Drink Products Promotional Through Social Media Facebook . Supervised by ANNA FATCHIYA. "Chocofaza" is one of the chocolate drink product that uses social media facebook in promoting its products. The purpose of this study are to analyze the effectiveness of “Chocofaza” promotional through facebook and to analyze the relationship between the characteristics of facebook users, the characteristics of social media facebook, and the behavior of social media users with the effectiveness of promotional (the concept of AIDA) through facebook fanpage of "Chocofaza". Data were collected through an online questionnaire that was distributed to users who have liking fanpage facebook of "Chocofaza" with the data collected as many as 50 respondents. Data were analyzed using the Rank Spearman correlation test and Chi-Square difference test. The results showed social media facebook less effective in encouraging respondents to buy the product, but it is effective in improving attention, interest and desire of the respondent to buy the product. Factors related to the effectiveness of the promotion is age, education level, income level, frequency of delivery of information, the frequency of feedback messages, the appeal of the message, and clarity of the information. Keyword: Chocolate, effectiveness, facebook, promotion, social media
EFEKTIVITAS PROMOSI PRODUK MINUMAN COKLAT “CHOCOFAZA” MELALUI MEDIA SOSIAL FACEBOOK
SRI AGUSTIN MAULANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Efektivitas Promosi Produk Minuman Coklat “Chocofaza” Melalui Media Sosial Facebook”. Skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Anna Fatchiya, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini; 2. Ibu Dedah Judliah, S.Pd, M.Si dan Bapak Supyadi, S.T orang tua tercinta, serta Gustian Permana sebagai kakak, Oktaviani Anugrah, dan Alifah Nurul Kamila sebagai adik, yang selalu berdoa serta senantiasa melimpahkan kasih sayangnya untuk penulis; 3. Dosen di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan akademis; 4. Sahabat diperantuan, Azkiyyatus Syariifah, Alia Nisfi Jayanti, Citra Pratiwi, Dijako Rizki J, Egi Nurridwan, Muhammad Syukur, Yosafat Manalu, dan Widya Amaliah yang telah membantu memberikan dukungan yang tiada henti-hentinya; 5. Sahabat satu atap Tri Nugroho Wicaksono, Raden Irinne DA, Abednego Giovanni, Almira Devina WP, Nyayu Zahra, Dinda Saraswati, Alvian Rizky, Yudhiansyah ES, Ferdhian Irvandiaz, Ahmad Zikri F, Vany Ardianto, Falahuddin Rachman, Ridho Risali, Rezky Eka serta Iqbal Syahroni yang selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi; 6. Teman sebimbingan, Kharin Faradiba dan Nabila Rahma I yang selalu memberikan dukungan dan bimbingan bersama-sama; 7. Serta teman-teman KPM angkatan 49 keluarga selamanya dan temanteman Puri Hapsara yang telah memberikan kenangan terindah selama penulis berada di kampus, Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Juni 2016
Sri Agustin Maulani NIM. I34120019
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Usaha Kecil dan Menengah Promosi Media Sosial Sebagai Media Promosi Facebook Sebagai Media Promosi Karakteristik dan Perilaku Pengguna Media Sosial Efektivitas Promosi Melalui Media Sosial Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pemilihan Responden dan Informan Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data GAMBARAN UMUM Sejarah dan Perkembangan Usaha “Chocofaza” Media Promosi Minuman Coklat “Chocofaza” KARAKTERISTIK PENGGUNA FACEBOOK, MEDIA SOSIAL FACEBOOK, DAN PERILAKU PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL Karakteristik Pengguna Facebook Usia Jenis Kelamin Jenis Pekerjaan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Karakteristik Media Sosial Facebook Frekuensi Penyampaian Informasi Frekuensi Feedback Pesan
ix x x 1 1 3 3 3 5 5 5 6 8 10 12 13 15 15 16 21 21 21 21 22 23 25 25 26 33 33 33 34 34 34 35 35 37 38
Daya Tarik Pesan Kejelasan Informasi Perilaku Penggunaan Media Sosial Aktivitas Penggunaan Media Sosial Motivasi Akses Media Sosial EFEKTIVITAS PROMOSI PRODUK MINUMAN COKLAT “CHOCOFAZA” Tahap Attention Tahap Interest Tahap Desire Tahap Action HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGGUNA FACEBOOK, KARAKTERISTIK MEDIA SOSIAL FACEBOOK, DAN PERILAKU PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN EFEKTIVITAS PROMOSI Hubungan Karakteristik Pengguna Facebook dengan Efektivitas Promosi Hubungan Karakteristik Media Sosial Facebook dengan Efektivitas Promosi Hubungan Frekuensi Penyampaian Informasi dengan Efektivitas Promosi Hubungan Frekuensi Feedback Pesan dengan Efektivitas Promosi Hubungan Daya Tarik Pesan dengan Efektivitas Promosi Hubungan Kejelasan Penyampaian Informasi dengan Efektivitas promosi Hubungan Perilaku Penggunaan Media Sosial dengan Efektivitas Promosi Hubungan Aktivitas Penggunaan Media Sosial dengan Efektivitas Promosi Hubungan Motivasi Akses Media Sosial dengan Efektivitas Promosi PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
40 42 45 46 47 49 50 51 52 53 55
55 56 56 58 59 60 61 61 62 65 65 65 67 73 84
DAFTAR TABEL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Perbandingan Promosi Melalui Cara Konvensional dan Media Sosial Log book kegiatan promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui media sosial facebook Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik pengguna media sosial Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan karakteristik media sosial facebook Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator frekuensi pesan melalui fanpage facebook “Chocofaza” Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator frekuensi feedback pesan melalui fanpage facebook “Chocofaza” Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator daya tarik pesan fanpage facebook “Chocofaza” Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator kejelasan informasi melalui fanpage facebook “Chocofaza” Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan perilaku pengguna media sosial Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan aktivitas penggunaan media sosial Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan motivasi responden dalam mengakses media sosial facebook Jumlah dan persentase responden dalam mencapai tahap AIDA Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan efektivitas promosi Jumlah dan persentase penilaian responden terhadap indikatorindikator pada tahap attention Jumlah dan persentase penilaian responden terhadap indikator pada tahap interest Jumlah dan persentase penilaian responden terhadap indikator pada tahap desire Jumlah dan persentase penilaian responden terhadap indikator pada tahap action Nilai koefisiensi korelasi dan signifikansi antara karakteristik pengguna media sosial dengan efektivitas promosi (AIDA) Nilai koefisiensi Chi-Square dan signifikansi antara karakteristik pengguna media sosial dengan efektivitas promosi (AIDA) Nilai koefisien korelasi dan signifikansi antara frekuensi penyampaian pesan dengan efektivitas promosi (AIDA) Nilai koefisien korelasi dan signifikansi antara frekuensi feedback pesan dengan efektivitas promosi (AIDA) Nilai koefisien korelasi dan signifikansi antara daya tarik pesan dengan efektivitas promosi (AIDA) Nilai koefisien korelasi dan signifikansi antara daya tarik pesan dengan efektivitas promosi (AIDA)
9 29 33 36 37 39 40 42 45 46 47 49 50 50 51 52 53 55 56 57 58 59 60
24 25
Nilai koefisiensi korelasi dan signifikansi antara aktivitas penggunaan media sosial dengan efektivitas promosi (AIDA) Nilai koefisiensi korelasi dan signifikansi antara motivasi akses media sosial dengan efektivitas promosi (AIDA)
62 62
DAFTAR GAMBAR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kerangka Pemikiran Logo Produk Minuman Coklat “Chocofaza” Kemasan Minuman Coklat “Chocofaza” Tampilan Facebook Produk “Chocofaza” Contoh Postingan Promosi “Chocofaza” Posting-an Informasi Produk “Chocofaza” “Chocofaza” Membalas Komentar Contoh Profile Picture “Chocofaza” Informasi varian rasa produk “Chocofaza” Informasi Menjadi Agen/Reseller Informasi giveaway, salah satu promosi produk “Chocofaza”
16 25 26 27 28 38 39 41 43 44 45
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8
Peta lokasi rumah produksi “Chocofaza” Jadwal pelaksanaan penelitian Daftar Responden Panduan pertanyaan wawancara informan Tampilan kuesioner online Dokumentasi penelitian Hasil uji statistik Rank Spearman Hasil uji statistik Chi-Square
75 76 77 79 80 81 82 83
PENDAHULUAN
Latar Belakang Industri makanan dan minuman di Indonesia telah memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menurut Kemenperin1, pertumbuhan industri makanan dan minuman nasional mencapai 8,16 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan industri non migas. Selain itu, industri makanan dan minuman nasional memberikan sumbangan nilai ekspor yang terus mengalami kenaikan hingga mencapai USD456,6 juta pada Januari 2015. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah pelaku usaha yang masuk dan berinvestasi di sektor industri makanan dan minuman. Peluang bisnis yang cukup besar akan permintaan makanan dan minuman serta kenaikan daya beli masyarakat menjadi salah satu faktor utama para pelaku usaha menjalankan bisnis tersebut. Jumlah penduduk Indonesia yang diperkirakan lebih dari 250 juta telah meningkatkan nilai konsumsi, baik makanan maupun minuman. Tahun 2012 produksi makanan dan minuman dengan bahan baku pertanian maupun perkebunan saat ini mulai meningkat. Salah satunya adalah kakao. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya bagi penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara (Maswadi 2011). Indonesia sendiri merupakan salah satu penghasil kakao terbesar ketiga di dunia setelah Ghana dan Pantai Gading. Tahun 2012, komoditas kakao telah menyumbang devisa sebesar USD1.053.446.947 dari ekspor biji kakao dan produk kakao olahan (CSP 2014). Saat ini, kakao banyak dimanfaatkan sebagai bahan untuk agribisnis dengan produk kakao olahan. Salah satu produk olahan dari kakao adalah coklat. Menurut BPS, produksi coklat di Indonesia pada tahun 2014 adalah sebanyak 57,80 ton. Salah satu produk olahan coklat yang saat ini banyak digemari masyarakat adalah produk minuman coklat. Produk minuman coklat termasuk ke dalam kategori pangan olahan. Menurut Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan, menunjukkan pengertian pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan makanan. Produk minuman coklat tidak hanya diproduksi oleh perusahaan dengan skala yang besar melainkan diproduksi juga oleh perusahaan dengan skala kecil atau UMKM. Beragamnya produk minuman coklat yang diproduksi oleh UMKM di Indonesia membuat persaingan semakin ketat. Beberapa produsen memberikan ide tradisional khas sebagai ciri dari produk minuman coklat buatannya. Menurut Sharief (2008), adanya persaingan yang ketat menuntut pelaku usaha untuk menggunakan strategi yang tepat dalam memperkenalkan produknya melalui pesan kreatif. Dalam hal ini, kegiatan pemasaran perlu dilakukan sebagai cara dalam pengembangan usaha. Menurut Kusumastuti (2009) komunikasi pemasaran adalah aplikasi komunikasi yang bertujuan untuk membantu kegiatan pemasaran. 1
Dikutip dari Siaran Pers Kemenperin edisi 26 Mei 2015. Dapat diakses di: http://www.kemenperin.go.id/artikel/12124/Menperin:-Triwulan-I-tahun-2015,-Industri-Makanandan-Minuman-Capai-8,16
2
sebuah perusahaan. Dalam hal ini adalah promosi produk suatu usaha sebagai cara dalam memperkenalkan produk-produk yang dihasilkan Menurut Anggreni (2013), tujuan dilakukannya kegiatan promosi adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat sebagai konsumen akan keberadaan suatu produk. Industri produk minuman coklat baik dalam skala kecil maupun besar bersaing dalam menciptakan promosi yang dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap coklat. Menurut Tambunan (2009), promosi merupakan permasalahan utama yang sering dihadapi oleh usaha kecil dan menengah dalam memperkenalkan produknya. Hal ini dikarenakan pelaku usaha produk minuman coklat terpaku menggunakan media promosi konvensional dengan informasi sekilas serta adanya keterbatasan modal. Padahal saat ini media internet (media sosial seperti facebook, twitter, instagram dan lain-lain) telah berkembang dan pelaku usaha mulai melirik penggunaan media internet sebagai media promosi. Menurut Jauhari (2010) pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau yang dikenal dengan istilah Information and Communication Technology (ICT) dan internet telah merambah berbagai bidang kehidupan tidak terkecuali bidang bisnis dan perdagangan, salah satunya dalam pemasaran. Internet terutama media sosial memberikan peluang yang baik bagi pelaku usaha dalam memasarkan produknya. Hasil penelitian Siswanto (2013) mengungkapkan bahwa media sosial terbukti mampu memberikan fasilitas yang tidak kalah menarik dan mampu menarik calon konsumen serta tidak membutuhkan biaya yang terlalu mahal. Miller dan Lammas (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa kegiatan pemasaran terutama promosi melalui media sosial membuka hubungan untuk berkomunikasi dengan calon konsumen. Media sosial dengan mudah memberikan kesempatan untuk berkomunikasi kepada calon konsumen potensial secara langsung. Dengan kelebihan yang telah diuraikan, pelaku usaha dapat mempertimbangkan penggunaan media sosial dalam kegiatan promosi. Media sosial yang dapat dijadikan sebagai media promosi diantaranya menurut Zarella (2010) adalah facebook, twitter, website, blog, MySpace, youtube dan media sosial lainnya. Chocofaza merupakan salah satu produk minuman coklat asli produksi Indonesia yang didirikan oleh empat mahasiswa IPB, yaitu Aldi Maulidiansyah, Zakki Mubarok, Famulla Royaldi dan Taufik Nugraha Agassi. Pembuatan formula produk Chocofaza dilakukan sejak April 2013. Saat ini terdapat enam varian rasa minuman coklat yang ditawarkan dari Chocofaza, yaitu dark chocolate, original chocolate, milk chocolate, oat chocolate, chocolate milk dan black chocolate. Dalam kegiatan pemasarannya, produk Chocofaza ini telah memanfaatkan beragam media sosial seperti Blackberry Messenger, Path, Instagram. Twitter, Facebook dan LinkedIn. Kegiatan pemasaran yang salah satunya adalah promosi dilakukan secara rutin melalui Facebook dan media sosial lainnya. Penggunaan media sosial sebagai media promosi ini memberikan kemudahan kepada para konsumen dalam menentukan pilihannya terhadap makanan ringan. Selain itu, pemasaran melalui media sosial yang dilakukan oleh Chocofaza dapat membuka jalan bagi pelaku usaha untuk mengembangkan penjualannya ke seluruh wilayah Indonesia bahkan mancanegara. Berdasarkan uraian diatas, efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui media sosial facebook dirasa relevan untuk diteliti lebih lanjut.
3
Masalah Penelitian Usaha “Chocofaza” yang dirintis sejak tahun 2013 ini merupakan usaha yang memproduksi minuman dari coklat dengan varian rasa. Saat ini produk Chocofaza melakukan kegiatan promosi secara rutin melalui berbagai media sosial yang tersedia terutama facebook. Penggunaan promosi melalui media sosial ini dilakukan karena adanya keterbatasan modal sehingga tidak memungkinkan untuk membuka gerai produk minuman “Chocofaza”. Melalui facebook, pelaku usaha dapat memberikan informasi terkait produk minuman coklat yang dihasilkan oleh Chocofaza kepada konsumen dengan biaya yang lebih murah. Selain itu, promosi melalui media sosial juga memberikan peluang kepada Chocofaza dalam meningkatkan penjualan dan pembelian oleh konsumen ke seluruh wilayah Indonesia. Media sosial facebook saat ini juga tergolong efektif sebagai media promosi karena ditengah-tengah pilihan media sosial lain, facebook masih menjadi pilihan utama pengguna media sosial. Oleh karena itu, promosi dilakukan secara terus-menerus dengan meningkatkan kreatifitas dalam mengemas pesan produk minuman coklat Chocofaza kepada konsumen agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh sehingga konsumen dapat mempertimbangkan pembelian produk. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui media sosial facebook ini efektif dalam meningkatkan perhatian, ketertarikan, keinginan untuk membeli dan tindakan pembelian oleh konsumen? 2. Bagaimana hubungan antara karakteristik pengguna media sosial, karakteristik media sosial serta perilaku penggunaan media sosial dengan efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui media sosial facebook?
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Menganalisis efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui media sosial facebook dalam meningkatkan perhatian, ketertarikan, keinginan untuk membeli dan tindakan pembelian. 2. Menganalisis hubungan antara karakteristik pengguna media sosial, karakteristik media sosial serta perilaku pengguna media sosial dengan efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui media sosial facebook.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi beberapa pihak, yakni: 1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan komunikasi bisnis terutama promosi. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan dari penelitian ini. 2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mengenal produk minuman coklat di Indonesia terutama dalam bidang minuman. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
4
dijadikan sebagai sebuah penilaian masyarakat mengenai pengaruh promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui media sosial seperti facebook. 3. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan oleh dalam rangka meningkatkan promosi produk “Chocofaza” sehingga semakin dikenal oleh masyarakat.
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) Usaha mikro, kecil, dan menengah (UKM) di Indonesia telah memberikan kontribusi yang sangat signifikan terutama ketika krisis yang dialami pada periode 1998 sampai dengan tahun 2000. Konsep UKM suatu Negara sangat berbeda dengan UKM di Negara lainnya. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pengertian UMKM dijabarkan sebagai berikut. 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha mikro memiliki asset paling banyak Rp50 juta atau dengan hasil penjualan tahunan paling besar Rp300 juta dan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Usaha kecil memiliki nilai aset lebih dari Rp50 juta sampai dengan paling banyak Rp500 juta atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300 juta hingga maksimum Rp2,5 miliar dan jumlah pekerja tetap antara 5 sampai 19 pekerja. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Usaha menengah memiliki nilai kekayaan lebih dari Rp500 juta hinga paling banyak Rp10 miliar atau memiliki hasil penjualan tahunan diatas 2,5 miliar sampai paling tinggi Rp50 miliar dan jumlah pekerja tetap dari 20 sampai 99 orang pekerja tetap. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sekitar 53,57 persen dari semua UKM bergerak pada bidang pangan dan pertanian. Karena itu, pengindustrian aneka pangan lokal perlu diarahkan pada pengembangan dan pemberdayaan UKM bidang pangan dan pengolahan hasil pertanian, sehingga pangan yang aman, bermutu dan bergizi bagi masyarakatnya bisa disediakan. Secara nasional, Hariyadi (2011) mengatakan bahwa pengembangan dan pemberdayaan UKM perlu dilakukan dengan fokus pada penciptaan nilai tambah sehingga pangan lokal mempunyai nilai (nilai gizi, nilai ekonomi, nilai budaya, nilai, kebangsaan) yang sama, bahkan jika mungkin lebih tinggi dari pada produk yang berbasis impor yang saat ini mulai mendominasi menu pangan Indonesia.
6
Promosi Promosi merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan untuk memperkenalkan produk kepada masyarakat luas dalam rangka peningkatan penjualan. Menurut Kotler dan keller (2009), promosi merupakan bagian dari strategi pemasaran yang sering dikenal dengan istilah four P’s yaitu produk (product), harga (price), distribusi (place) dan promosi (promotion). Michael (1982) dalam Morissan (2010) mendefinisikan promosi sebagai “the coordination of all seller-iniated efforts to set up channels of information and persuasion to sell goods and services or promote an idea” (koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai oleh pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan). Pada hakikatnya, menurut Tjiptono (2008) kegiatan promosi adalah suatu bentuk dalam komunikasi pemasaran yang tujuannya adalah berusaha untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Morissan (2010), terdapat enam ragam bauran promosi, yaitu iklan (advertising), pemasaran langsung (direct marketing), pemasaran interaktif, promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation), dan penjualan pribadi (personal selling). Sedangkan Kotler (2003), menjabarkan ragam bauran promosi ke dalam lima ragam, yaitu iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relation) dan pemasaran langsung (direct selling). Ragam bauran promosi tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Iklan (Advertising) Menurut Kotler dan Keller (2009), periklanan adalah semua bentuk terbayar atas presentasi nonpribadi dan promosi ide, barang, atau jasa oleh sponsor yang jelas. Iklan bisa menjadi cara yang efektif dari segi biaya untuk mendistribusikan pesan, baik dengan tujuan membangun preferensi merek atau mendidik orang. Kemampuannya dalam menarik massa dan jangkauan penyebarluasan informasi yang luas dan cepat membuat iklan menjadi instrument promosi yang tepat untuk suatu usaha memperkenalkan produknya. Iklan melalui media cetak telah banyak dilakukan oleh pelaku UKM, penelitian Nourmaulina (2013) mengungkapkan bahwa iklan berbentuk cetak seperti leaflet, banner, dan memuat halaman di tabloid dan majalah trubus cukup efektif dalam menjangkau konsumen. 2. Pemasaran langsung (Direct Marketing) Upaya yang dilakukan suatu perusahaan untuk berkomunikasi secara langsung dengan calon pelanggan sasaran dengan maksud untuk menimbulkan tanggapan dan/atau transaksi penjualan. Dalam penggunaannya, perusahaan menggunakan telemarketing untuk menelepon pelanggan secara langsung dan berusaha menjual produknya. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), pemasaran langsung dapat dilakukan dengan cara mengirim surat langsung, telepon, televisi respon langsung. Cara-cara tersebut merupakan metode pemasaran konvensional. 3. Promosi Penjualan (Sales Promotion) Promosi penjualan adalah kegiatan pemasaran yang memberikan nilai tambah atau insentif kepada tenaga penjualan, distributor atau konsumen yang
7
diharapkan dapat meningkatkan penjualan. Promosi penjualan dibedakan menjadi dua bagian, diantaranya: a. Promosi penjualan berorientasi kepada konsumen b. Promosi penjualan yang berorientasi pada perdagangan Menurut Kotler dan Keller (2009), bahan inti dalam kampanye pemasaran terdiri atas koleksi alat insentif, sebagian besar jangka pendek, yang dirancang untuk menstimulasi pembelian yang lebih cepat atau lebih besar atas produk atau jasa tertentu oleh konsumen atau perdagangan. Sejumlah manfaat promosi penjualan mengalir ke produsen dan konsumen. Promosi mendorong konsumen untuk mencoba produk baru dan menimbulkan format eceran lebih beragam, seperti penetapan harga yang lebih murah dan penetapan harga promosi. 4. Hubungan Masyarakat (Public Relation) Hubungan masyarakat merupakan suatu komunikasi yang terencana, baik ke dalam suatu organisasi atau perusahaan maupun ke luar antara suatu organisasi atau perusahaan dengan semua khalayak dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Menurut Dominick dan Morissan (2010), ada beberapa hal yang mencakup hubungan masyarakat, diantaranya: a. Humas memiliki kaitan erat dengan opini publik; b. Humas memiliki kaitan erat dengan komunikasi; c. Humas merupakan fungsi manajemen. 5. Penjualan Pribadi (Personal Selling) Penjualan pribadi yaitu suatu bentuk komunikasi langsung antara seorang penjual dengan calon pembelinya. Dalam hal ini, penjual berupaya untuk membantu atau membujuk calon pembeli untuk membeli produk yang ditawarkan. Penjualan pribadi ini melibatkan kontak langsung antara penjual dengan calon pembeli. Penjelasan lebih lengkap mengenai penjualan pribadi akan dipaparkan pada subbab berikutnya. Menurut Kotler dan Keller (2009) pemasaran dari mulut ke mulut yaitu komunikasi lisan, tertulis dan antarmasyarakat yang berhubungan dengan keunggulan dan pengalaman membeli atau menggunakan produk atau jasa juga termasuk ke dalam promosi. Kelima bauran promosi yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya merupakan bauran promosi secara konvensional. Menurut Jauhari (2010), pelaku usaha tidak seharusnya secara terus-menerus melakukan promosi melalui media konvensional. Pelaku usaha dapat memanfaatkan perkembangan Information and Communication Technology (ICT) untuk meningkatkan daya saing dan mendapatkan peluang ekspor serta bisnis, yaitu melalui e-commerce. Menurut Kautsarina (2013), e-commerce merupakan metode bisnis modern yang memenuhi kebutuhan organisasi, pedagang dan konsumen untuk memangkas harga sambil terus memperbaiki kualitas barang dan jasa dan meningkatkan pelayanan pengiriman, dengan menggunakan internet. Kepentingan promosi suatu produk merupakan salah satu bentuk antisipasi dampak era globalisasi yang sudah pasti akan berimbas pada pangsa pasar. Oleh karena itu, kegiatan promosi perlu direncanakan terlebih dahulu. Perencanaan promosi dapat dilakukan dengan menyesuaikan keadaan finansial pelaku usaha. Perancangan strategi untuk promosi harus mengombinasikan berbagai elemen
8
yang terdapat dalam bauran promosi dengan memperhitungkan kelemahan dan kelebihan pada setiap bauran promosi. Strategi dalam memperoleh hasil yang maksimal, menurut Syarif (2008), promosi harus dilakukan secara profesional dalam artian pelaku usaha harus dapat memilih bentuk promosi yang memiliki efektivitas dan efisiensi tinggi. Beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam perencanaan promosi usaha adalah bentuk promosi, tempat dan besaran promosi, jenis barang yang akan dipromosikan, peluang pasar, pesaing, barang substitusi dan komplementer atas barang tersebut, selera konsumen, trend atau mode dan faktor-faktor eksternal lainnya. Media Sosial Sebagai Media Promosi Penerapan teknologi terutama penggunaan media sosial dalam dunia pemasaran menjadi perhatian utama baik dari pemerintah maupun masyarakat. Pemasaran yang dilakukan melalui internet dikenal dengan sebutan e-commerce. E-commerce merupakan metode bisnis modern yang memenuhi kebutuhan organisasi, pedagang dan konsumen untuk memangkas harga sambil terus memperbaiki kualitas barang dan jasa dan meningkatkan pelayanan pengiriman, dengan menggunakan internet (Kautsarina 2013). Aktivitas e-commerce memiliki ragam jenis antara lain e-banking, online billing dan yang tidak kalah penting adalah pemasaran online, baik yang dilakukan oleh perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Media sosial yang dapat diakses menggunakan jaringan internet ini ternyata telah memberikan kemudahan bagi penggunanya. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya pengguna internet di Indonesia. Dari tahun ke tahun, pengguna internet di Indonesia mengalami peningkatan yang semakin pesat. Riset yang telah dilakukan oleh Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2013 terdapat 71.19 juta pengguna internet di Indonesia. Keberadaan dan keanekaragaman media sosial saat ini dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan bisnis, terutama pebisnis yang memiliki biaya yang kurang mendukung promosi melalui media promosi konvensional (Jauhari 2010). Hal inilah yang melatarbelakangi perubahan promosi konvensional menjadi modern dan serba digital. Menurut Rahmana (2009) media sosial telah membantu pelaku usaha kecil dan menengah dalam membangun hubungan merek yang lebih kuat dengan konsumen serta berbagai stakeholder lainnya melalui komunikasi dua arah. Melihat banyaknya masyarakat yang mengakses media sosial di Indonesia melalui smartphone bisa menjadi peluang bisnis yang baik. Hal ini bisa dilakukan oleh para pelaku usaha untuk menggunakan media sosial sebagai media promosi. Penggunaan promosi melalui media sosial dirasa memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan melakukan promosi melalui cara konvensional. Perbedaan promosi melalui cara konvensional dengan cara promosi melalui media sosial dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan perbandingan pada Tabel 1 dapat dilihat walaupun kedua promosi tersebut sama-sama memiliki kekurangan atau resiko dalam pelaksanannya, promosi melalui media sosial memiliki beberapa keuntungan yang tidak dimiliki oleh promosi konvensional. Menurut Kurniawan (2015) promosi melalui media sosial telah memberikan kemudahan bagi calon pembeli dalam mencari informasi dan melakukan pembelian produk. Calon pembeli hanya perlu
9
jaringan internet agar bisa mengakses media sosial dan mencari informasi terkait dengan produk yang diinginkan maupun dibutuhkan. Selain itu, calon pembeli juga tidak harus pergi dari tempatnya untuk membeli suatu produk. Media sosial juga berfungsi dalam membujuk konsumen potensial untuk melakukan pembelian yang ditandai oleh respon positif konsumen terhadap iklan yang diberikan. Tabel 1 Perbandingan Promosi Melalui Cara Konvensional dan Media Sosial No. Jenis Promosi Karakteristik Promosi Konvensional - Promosi dan pemasaran dilakukan secara tatap muka 1. - Jangkauannya terbatas - Perlu memikirkan pengeluaran biaya promosi (contoh: poster dan leaflet) yang harus disebarkan - Penyebaran informasi terbatas - Akses konsumen terbatas - Waktu promosi terbatas - Resiko rendah - Tempat promosi hanya dilakukan di satu titik Media Sosial - Promosi dan pemasaran dilakukan kapan saja selama 2. tersambung dengan jaringan internet - Jangkauan luas dan tak terbatas - Dapat memilih beragam sosial media yang ada - Penyebaran informasi cepat - Akses konsumen mudah - Waktu promosi 24 jam - Rawan akan resiko - Biaya promosi rendah karena tidak perlu mencetak poster atau memasang iklan di media (contoh: televisi atau radio) Sumber: Kurniawan (2015)
Karakteristik media sosial yang berbeda-beda memungkinkan pelaku usaha untuk memilih media sosial mana yang lebih efektif digunakan untuk kepentingan promosi produk usahanya. Media sosial yang semakin beragam menunjukkan adanya inovasi dalam memporomosikan suatu produk yang dilakukan oleh pelaku usaha. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Siswanto (2013) yang menyatakan bahwa kebanyakan para pelaku usaha memilih tidak hanya satu media sosial melainkan pemilihan media yang beragam. Beberapa keuntungan penggunaan media sosial untuk promosi antara lain calon konsumen dapat mempelajari produk kapan saja dan pelaku usaha dapat menghemat uang. Hasil penelitian Riyantoro dan Harmoni (2013) mengenai Efektivitas Iklan Melalui Jejaring Sosial sebagai Salah Satu Strategi Pemasaran Keripik Pedas Maicih menunjukkan bahwa media sosial telah memberikan informasi dan membuat konsumen menyadari keberadaan produk yang ditawarkan melalui iklan dan sebagai alat untuk membujuk konsumen potensial. Menurut Siswanto (2013) pelaku usaha dapat mempertimbangkan ragam media sosial yang akan dipilih dan dirasa efektif untuk melakukan pemasaran produk dilihat dari sisi kemudahan mengakses, berinteraksi dan popularitas dari media sosial. Dalam penggunaannya untuk promosi, pelaku usaha harus memperhatikan beberapa aspek dalam penyampaian promosi. Ekasari (2014) dalam penelitiannya menggunakan message atau pesan sebagai salah satu aspek utama yang harus diperhatikan dalam mengukur efektivitas promosi melalui media sosial. Menurut Bayne dan Cianfrone (2013) kejelasan dan kelengkapan informasi harus disampaikan dan ditata semenarik mungkin. Selain kejelasan dan
10
kelengkapan infromasi, frekuensi penyampaian promosi juga perlu diperhatikan dan dilakukan sesering mungkin untuk memberikan kemudahan pada calon konsumen mendapatkan informasi mengenai produk yang ditawarkan. Hal ini memungkinkan calon konsumen memahami pesan yang disampaikan. Menurut Kusumastuti (2009), daya tarik pesan perlu dirancang sedemikian rupa untuk menarik perhatian khalayak agar membaca ataupun memperhatikan pesan yang disampaikan. Setelah penyampaian pesan dilakukan dengan memperhatikan frekuensi penyampaian pesan, kejelasan dan kelengkapan informasi serta merancang daya tarik pesan, pelaku usaha perlu memberikan umpan balik kepada calon konsumen jika calon konsumen memberikan respon terhadap pesan yang telah disampaikan. Menurut Aer (2014), penggunaan media sosial sebagai media promosi memberikan peluang kepada pelaku usaha untuk menjalin hubungan dengan calon konsumen dengan memberikan feedback secara langsung kepada calon konsumen. Konsep dalam menentukan karakteristik media sosial ini diambil dari penelitian Pradiptarini (2011) mengenai Social Media Marketing: Measuring It’s Effectiveness and Identifying the Target Market dengan menggunakan variabel frekuensi penyampaian pesan, interaksi dengan calon konsumen melalui pemberian feedback pesan yang disampaikan oleh konsumen dan kualitas isi pesan termasuk daya tarik pesan yang disampaikan serta kejelasan pesan. Berikut merupakan penjelasan dari setiap variabel. 1. Frekuensi penyampaian pesan, banyaknya pesan yang disampaikan melalui media sosial tertentu dalam waktu yang telah ditentukan. Biasanya pesan yang disampaikan biasa berulang-ulang dengan pesan yang sama atau berulang-ulang dengan pesan yang berbeda-beda. 2. Frekuensi feedback yang dilakukan oleh pelaku usaha adalah banyak dan rutinnya pelaku usaha dalam memberikan respon kepada konsumen yang berhubungan dengan informasi produk yang telah disampaikan. 3. Kualitas isi pesan yang terdiri atas daya tarik pesan dan kejelasan informasi. Daya tarik pesan merupakan pengemasan pesan yang kretaif dan persuasif untuk menarik calon konsumen. Sedangkan kejelasan informasi adalah lengkap atau tidaknya suatu pesan yang disampaikan sehingga calon konsumen dapat memahami isi pesan yang disampaikan. Hasil penelitian Pradiptarini (2011) menunjukkan frekuensi penyampaian pesan secara teratur dalam waktu yang tepat, interaksi yang berjalan dengan baik antara pelaku usaha dengan calon konsumen, kualitas pesan dengan pesan-pesan yang kreatif dan persuasif serta kelengkapan informasi produk dtelah meningkatkan penjualan. Selain itu, interasik yang terjalin dapat membangun hubungan antara pelaku usaha dengan calon konsumen. Facebook Sebagai Media Promosi Facebook termasuk ke dalam salah satu media sosial yang memiliki pengikut paling banyak di dunia. Keberadaan facebook menjadi salah satu jalan dalam membuka komunikasi dengan khalayak yang lebih luas dan besar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Facebook muncul setelah adanya situs Friendster pada bulan februari tahun 2004 dan saat ini masih menjadi situs jaringan pilihan masyarakat (Zarella 2010). Awalnya, situs ini hanya dibatasi untuk mahasiswa luar negeri saja, kemudian ke negara bagian di Amerika Serikat
11
dan hingga kini sudah marak digunakan di dunia termasuk di Indonesia. Menurut Ristania dan Justianto (2012), pengguna facebook di Indonesia sudah mencapai 42.684.840 user dan menempati peringkat 4 di dunia. Penggunaan facebook saat ini semakin meningkat karena facebook memiliki fitur yang sangat menarik dan merupakan situs jaringan sosial yang mempunyai aplikasi beragam, seperti chatting, game dan lain-lain. Selain itu, pengguna juga dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah tingkat atas, tempat kerja atau wilayah geografis. Facebook telah mengembangkan berbagai ragam aplikasi yang dapat diinstal oleh para penggunanya. Aplikasi-aplikasi inilah yang memberikan nilai tambah bagi facebook. Aplikasi yang dikembangkan oleh facebook banyak mendukung kegiatan bisnis dan pekerjaan seperti menjual atau membeli barang. Hal ini disebut sebagai facebook marketing. Menurut Muttaqin (2011), facebook marketing adalah aktivitas pemasaran yang menggunakan semua fasilitas yang disediakan oleh facebook dengan tujuan meningkatkan penjualan (sales) dan menjalin komunikasi yang lebih akrab dengan pelanggan (customer relationship). Menjamurnya media sosial seperti facebook ini membuka peluang yang sangat baik bagi siapa saja untuk melakukan aktivitas marketing dengan lebih baik dan biaya yang relatif murah. Diamod (2015) menerangkan bahwa terdapat dua jenis laman yang dapat dibuat di facebook yaitu laman pribadi dan laman bisnis, hal utama yang membedakan antara keduanya yaitu pelaku usaha yang memanfaatkan laman bisnis tidak harus menyetujui setiap orang, siapapun bisa menyukai laman bisnis pelaku usaha tersebut untuk melihat kontennya. Selain itu, penggunaan facebook untuk kegiatan bisnis ini dapat dapat menyebarkan informasi apapun yang diinginkan dalam setiap waktu . Pelaku usaha dapat dengan mudah mengunggah gambar-gambar terkait dengan produk yang ditawarkannya secara bersamaan dan tidak dibatasi berapa banyaknya gambar yang harus diunggah serta posting-an informasi tidak dibatasi oleh banyaknya karakter seperti dalam jejaring sosial twitter. Berdasarkan hasil penelitian Triyono (2011) mengenai ‘Pengaruh Situs Jejaring Sosial Facebook sebagai Media Alternatif untuk Promosi’ menyatakan bahwa peran facebook dalam promosi adalah sebagai personal branding. Personal branding menjadi salah satu cara untuk menarik lebih banyak teman dengan jalan aktif membentuk persepsi publik terhadap produk yang ditawarkan melalui postingan-postingan kreatif yang dilakukan oleh pelaku usaha. Menurut Yang (2014), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pelaku usaha dalam menjalankan promosi melalui facebook, diantaranya yaitu : 1. Memahami rencana promosi termasuk tujuan dari promosi itu sendiri, strategi promosi, aktivitas pengukuran dan integrasi 2. Perencanaan promosi harus jelas 3. Memahami karakteristik audiens 4. Identifikasi tujuan promosi 5. Mengembangkan strategi promosi 6. Melakukan pengukuran pada setiap progress dan memperbaharui strategi
12
7. Memperhatikan konten facebook seperti profile picture, header, video, caption, dan link yang menyambungkan konsumen ke website produk lainnya. Selain itu, sangat penting untuk pelaku usaha untuk mengembangkan strategi penempatan konten facebook dan tetap memperbaharui dengan desain-desain yang dapat menarik perhatian konsumen. Memperbaharui konten-konten yang terdapat pada laman facebook terkait dengan produk yang ditawarkan dapat membantu pelaku usaha mendapatkan opini dari konsumen terkait dengan produknya. Pelaku usaha yang melakukan promosi melalui facebook harus dapat mengontrol setiap pesan yang akan disampaikan di akun fanpage produknya. Menurut Mu’ani (2014), pengontrolan pesan dilakukan untuk melihat bagaimana respon dari konsumen terhadap produk yang ditawarkannya melalui kritik yang disampaikan konsumen di fanpage suatu produk. Promosi melalui facebook memiliki kelebihan tersendiri dikarenakan terdapat beragam aspek atau alat yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk berkreasi dan berinovasi menciptakan pesan yang semenarik mungkin kepada konsumen. Menurut Mu’ani (2011) konsumen juga membawa pengalaman online mereka ke dalam media sosial mereka sendiri daripada terlibat langsung di website perusahaan. Selanjutnya, mereka juga berpendapat bahwa media sosial, terutama facebook menjadi semakin terkenal dan paling banyak digunakan dikalangan anak muda maupun orang tua. Karakteristik dan Perilaku Pengguna Media Sosial Pesatnya perkembangan dunia teknologi dan informasi dalam beberapa tahun terakhir telah menjadikan internet sebagai alat komunikasi yang banyak diminati oleh masyarakat. Perkembangan ini pun semakin pesat setelah internet mulai dapat diakses melalui telepon seluler yang juga semakin canggih dengan sebutan smartphone. Hal inilah yang membuat masyarakat tidak terlepas dari penggunaan internet dan menjadikan internet sebuah jaringan yang tidak bisa dilekapskan. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2014 menyatakan bahwa pada tahun 2013 pengguna internet di Indonesia adalah sebesar 71.19 juta pengguna. 51 persen pengguna internet di Indonesia adalah perempuan dan 49 persen lainnya merupakan laki-laki. Alasan utaman masyarakat di Indonesia menggunakan internet adalah sebagai sarana komunikasi yang diwakilkan oleh media sosial. Media sosial yang saat ini marak digunakan oleh masyarakat di Indonesia telah dijadikan sebagai media untuk kegiatan promosi oleh pelaku usaha. Menurut Anggraeni (2012) efektivitas promosi dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Karakteristik tersebut dapat mempengaruhi kegiatan pemasaran dan keputusan pembelian (dalam model AIDA adalah tindakan) yang dilakukan oleh konsumen. Berikut ini merupakan penjelasan karakteristik individu berdasarkan demografi yang disampaikan oleh Morissan (2010). 1. Usia. Diklasifikan dalam beberapa golongan usia anak, usia remaja, usia dewasa dan usia orang tua sehingga sebuah komunikasi pemasaran atau promosi disesuaikan dengan umur sasaran pasar. Media sosial ditujukan untuk semua usia, namun biasanya media sosial digunakan oleh individu berusia
13
muda. Hal ini sesuia dengan hasil survei APJII tahun 2014 bahwa 49 persen masyarakat Indonesia yang menggunakan media sosial berusia 18-25 tahun. 2. Jenis kelamin. Sebuah produk yang diciptakan akan memiliki fungsinya masing-masing. Misalnya, produk dibuat untuk laki-laki ataupun untuk perempuan saja, tetapi tidak untuk masing-masing jenis kelamin saja. Ada banyak produk yang diciptakan multifungsi untuk laki-laki dan perempuan. Survei APJII menunjukkan bahwa 51 persen pengguna internet di Indonesia adalah perempuan dan 49 persen lainnya merupakan laki-laki. 3. Pekerjaan. Setiap individu memiliki jenis pekerjaan yang beragam sehingga ada beberapa kebutuhan yang berbeda. Hal tersebut berpengaruh terhadap pemilihan produk yang akan digunakan oleh individu. Individu akan mempertimbangkan jenis produk apa yang sesuai untuk pekerjaan, apakah dibutuhkan dalam pekerjaan atau tidak. 4. Pendidikan. Individu dapat pula dikelompokkan menurut tingkat pendidikan yang telah dicapai. Individu memiliki tingkat pendidikan yang berbeda. Individu dengan tingkat pendidikan yang berbeda memiliki tingkat selektifitas yang tinggi terhadap suatu produk, baik dari kualitas maupun kuantitas. Tingkat intelektualitas juga dapat menentukan penggunaan media sosial sesuai dengan kebutuhannya. 5. Pendapatan. Produk dengan harga yang masuk ke dalam perhitungan individu akan lebih menjadi prioritas. Pemilihan produk dilakukan melalui seleksi sesuai dengan budget yang dimiliki oleh individu. Hal ini bisa diasumsikan jika pengguna media sosial memiliki pendidikan yang tinggi maka pendapatannya juga akan tinggi. Karakteristik individu yang telah dijelaskan sebelumnya dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam menggunakan media sosial. Selain kelima karakteristik individu tersebut, keterampilan dan skill juga berpengaruh dalam penggunaan media sosial. Individu yang telah lama menggunakan internet bisa dikatakan sebagai wakil dari keterampilan melek digital. Menurut Novianto (2010), perilaku pengguna internet bisa dilihat dari intensitas pengguna dalam mengakses internet dan motivasi pengguna dalam mengakses internet. Intensitas pengguna internet menurut Horrigan (2002) dapat diamati dari frekuensi internet yang sering digunakan dan lama menggunakan internet tiap kali mengakses media sosial yang dilakukan oleh pelaku internet. Sedangkan motivasi pengguna dalam mengakses internet bermacam-macam. Motivasi yang sering dijadikan alasan dalam mengakses internet adalah sebagai berikut. 1. Penggunaan media internet bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat spesifik dan kebutuhan tersebut berkembang di dalam lingkungan. 2. Penggunaan media internet dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan informasi yang diinginkan. Dengan demikian individu tersebut akan terlibat dalam suatu penelusuran informasi menggunakan internet. Efektivitas Promosi Melalui Media Sosial Efektivitas dapat dikatakan sebagai unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Menurut Wahyuni (2014), efektivitas komunikasi adalah salah satu elemen yang menjadi indikator komunikasi.
14
Komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan oleh pengirim berkaitan erat dan identik atau sama dengan rangsangan yang diterima dan dipahami oleh penerima. Resa (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa efektivitas dapat diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam proses pencapaian semua tujuan. Dengan kata lain, efektivitas merupakan hasil dari pencapaian akhir suatu tujuan. Shimp (2003) dalam bukunya menyatakan bahwa mengukur efektivitas internet (dalam hal ini media sosial) dapat dilihat melalui keterdedahan media sosial yang dialami oleh seseorang yang dapat dilihat dari frekuensi kunjungan seseorang terhadap suatu akun media sosial produk tertentu, frekuensi pesan dan feedback, tingkat daya tarik pesan, lama kunjungan serta teknologi yang digunakan untuk mengakses media sosial tertentu. Menurut Amalia (2012), efektivitas promosi dapat dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu rancangan pesan, ragam media yang digunakan (bauran promosi) dan frekuensi penyampaian. Salah satu variabel yang menentukan keberhasilan dari promosi yaitu pemilihan media untuk promosi. Selain itu, efektivitas promosi melalui media sosial juga dapat diukur melalui model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Menurut Kusumastuti (2009), penjelasan aspek-aspek AIDA adalah sebagai berikut. 1. Perhatian (Attention) Perhatian adalah tahap pertama dari menilai suatu efektivitas promosi yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Perhatian ini diperoleh konsumen melalui penyampaian pesan promosi yang disampaikan melalui beragam media promosi. Pesan yang dirancang harus memiliki keunikan tersendiri dan komunikatif sehingga memberikan gambaran kepada konsumen akan suatu produk. Misalnya dengan penggunaan layout yang menarik dan bahasa yang jarang didengar. 2. Ketertarikan (Interest) Penggunaan perangkat yang tidak kreatif tidak akan menimbulkan ketertarikan terhadap suatu produk. Ketertarikan muncul saat konsumen telah memiliki perhatian dan mungkin akan melakukan pencarian informasi yang lebih lengkap mengenai produk yang ditawarkan sebagai rasa ketertarikan. Rasa tertarik pada konsumen dapat dimunculkan dengan menampilkan gambar-gambar produk yang disertai dengan keterangan dan kalimat-kalimat menraik lainnya. Desain yang khas dengan paduan warna yang selaras juga dapat memunculkan rasa ketertarikan pengguna media sosial. 3. Keinginan (Desire) Setelah konsumen tertarik akan promosi yang disebar melalui media sosial, konsumen juga harus dibuat tertarik dan terdorong untuk menginginkan produk yang ditawarkan. Pelaku usaha harus mampu memberikan keunikan tersendiri akan produk unggulannya kepada pengguna media sosial. Penggunaan foto atau testimoni dari pembeli sebelumnya juga dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan keinginan pengguna media sosial untuk mebeli produk. Selain itu, keinginan juga timbul karena adanya proses pertukaran, di mana apabila konsumen membeli produk tersebut maka yang mereka peroleh akan sebanding atau lebih baik dari harga yang telah mereka bayarkan. 4. Tindakan (Action)
15
Tindakan adalah tahap terakhir dari model AIDA. Dalam tahap ini, pengguna media sosial sudah mulai melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan. Hal ini dilakukan karena pengguna media sosial yang juga berperan sebagai konsumen merasakan kebutuhan maupun keinginan yang sangat dalam untuk merasakan produk yang ditawarkan. Tindakan pembelian juga bisa saja dilakukan hanya karena ada rasa penasaran yang dirasakan oleh konsumen. Penelitian Irfan (2014) menunjukkan penggunaan media sosial sebagai media komunikasi pemasaran Strike! Courier di Samarinda diukur melalui ternyata efektif dalam meningkatkan perhatian, ketertarikan, keinginan dan tindakan penggunaan jasa Strike! Courier. Khalayak menjadi tahu atau sadar tentang keberadaan layanan jasa Strike! Courier. Khalayak juga menjadi tertarik dan berkeinginan untuk mencoba menggunakan jasa Strike! Courier sebagai keberhasilan dari efek viral marketing melalui mdia sosial. Kerangka Pemikiran Promosi produk minuman coklat “Chocofaza” telah dilakukan selama tiga tahun dari awal pelaku usaha merintis produk hingga saat ini. Promosi dilakukan melalui media sosial facebook yang dipilih karena dapat mengurangi biaya untuk promosi secara konvensional. Pemilihan media sosial facebook sebagai media promosi dirasa efektif dalam mendorong perhatian (attention), ketertarikan (interest), keinginan konsumen (desire) untuk membeli produk serta tindakan pembelian (action) produk minuman “Chocofaza” oleh konsumen. Diduga efektivitas promosi produk minuman “Chocofaza” melalui media sosial facebook memiliki hubungan dengan karakteristik pengguna facebook, karakteristik media sosial facebook, serta perilaku penggunaan media sosial. Hubungan karakteristik pengguna facebook dengan efektivitas promosi dilihat dari aspek usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan serta tingkat pendapatan. Hubungan karakteristik media sosial facebook dengan efektivitas promosi dilihat dari aspek frekuensi penyampaian informasi, frekuensi feedback pesan, daya tarik pesan, serta kejelasan informasi. Sedangkan hubungan perilaku penggunaan media sosial dengan efektivitas promosi dilihat dari aspek aktivitas penggunaan media sosial dan motivasi dalam mengakses media sosial. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dibuat pada Gambar 1, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan antara jenis kelamin dan jenis pekerjaan dari karakteristik pengguna facebook dengan efektivitas promosi dalam meningkatkan perhatian, ketertarikan, keinginan untuk membeli dan tindakan membeli produk minuman coklat “Chocofaza”. 2. Terdapat hubungan positif signifikan antara karakteristik pengguna media sosial facebook (usia, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan) dengan efektivitas promosi (attention, interest, desire, action) produk minuman coklat “Chocofaza”.
16
3. Terdapat hubungan positif signifikan antara karakteristik media sosial facebook (frekuensi penyampaian informasi, frekuensi feedback, daya tarik pesan, kejelasan informasi) dengan efektivitas promosi (attention, interest, desire, action) produk minuman coklat “Chocofaza”. 4. Terdapat hubungan positif signifikan antara perilaku penggunaan media sosial facebook (aktivitas penggunaan media sosial, motivasi mengakses media sosial) dengan efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza”.
Karakteristik Pengguna Facebook (X1) X1.1 Usia X1.2 Jenis kelamin X1.3 Jenis pekerjaan X1.4 Tingkat pendidikan X1.5 Tingkat pendapatan Karakteristik Media Sosial Facebook (X2) X2.1 Frekuensi penyampaian informasi X2.2 Frekuensi feedback pesan X2.3 Tingkat daya tarik pesan X2.4 Kejelasan penyampaian informasi
Efektivitas Facebook Sebagai Media Promosi (Y1) Y1.1 Attention Y1.2 Interest Y1.3 Desire Y1.4 Action
Perilaku Penggunaan Media Sosial (X3) X3.1 Aktivitas penggunaan media sosial X3.2 Motivasi akses media sosial Keterangan: : Berhubungan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Definisi Operasional Penelitian ini terdiri atas beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator diberi batasan terlebih dahulu sehingga dapat ditemukan skala pengukurannya. Definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut. 1. Karakteristik pengguna media sosial merupakan faktor-faktor yang terdapat di dalam diri seseorang dan memberikan pengaruh terhadap setiap sikap maupun keputusan dalam diri nya sendiri. Karakteristik konsumen dapat diukur melalui beberapa variabel. Variabel tersebut meliputi usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. a. Usia adalah lama hidup konsumen yang dihitung sejak tanggal kelahiran hingga saat penelitian berlangsung yang dinyatakan dalam tahun. Pengukuran usia dinyatakan dalam tahun dan dimasukkan ke dalam skala ordinal. Kategori usia ini nantinya akan dikategorikan ulang sesuai dengan data di lapangan. Usia dikategorikan menjadi Muda, Sedang, dan Dewasa. b. Jenis kelamin merupakan sifat fisik konsumen yang tercatat dalam kartu identitas, yaitu laki-laki atau perempuan. Jenis kelamin diukur
17
menggunakan skala nominal dan dibedakan menjadi laki-laki (diberi kode 1) dan perempuan (diberi kode 2). c. Jenis pekerjaan merupakan kegiatan utama sehari-hari yang dilakukan oleh konsumen untuk memperoleh pendapatan. Jenis pekerjaan diukur menggunakan skala nominal. Jenis pekerjaan dibedakan sebagai berikut. 1. PNS (Guru/Dosen/TNI/ABRI/POLISI) 2. Pengawai Swasta 3. Wiraswasta 4. Ibu Rumah Tangga/Pelajar/Mahasiswa 5. Lain-lain. d. Tingkat pendidikan merupakan jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh konsumen sampai dengan waktu penelitian dilaksanakan. Kategori tingkat pendidikan nantinya akan dikategorikan ulang sesuai dengan data di lapangan. Tingkat pendidikan termasuk ke dalam skala ordinal dan dikategorikan menjadi Rendah, Sedang, dan Tinggi. e. Tingkat pendapatan terbagi menjadi dua yaitu pendapatan untuk responden yang sudah bekerja dan pendapatan untuk responden yang belum bekerja (pelajar atau mahasiswa). Pendaatan untuk responden yang sudah bekerja merupakan pendapatan responden dalam jangka waktu tertentu sampai dengan waktu saat penelitian berlangsung. Sedangkan pendapatan untuk responden yang tidak bekerja (pelajara atau mahasiswa) adalah uang saku responden yang didapatkan dari orang tua. Tingkat pendapatan tersebut termasuk ke dalam skala ordinal dan dikategorikan menjadi Rendah, Sedang, dan Tinggi. 2. Karakteristik media sosial adalah ciri khusus dan intensitas penyampaian informasi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui media sosial untuk mengkomunikasikan produk-produk unggulannya kepada konsumen agar konsumen dapat mengetahui keberadaan produk tersebut. Karakteristik media sosial ini meliputi frekuensi penyampaian informasi terbaru, frekuensi feedback, daya tarik pesan dan kejelasan informasi. a. Frekuensi penyampaian informasi adalah banyaknya update informasiinformasi terbaru mengenai produk yang dilakukan oleh “Chocofaza” sehingga konsumen mendapatkan informasi secara terus-menerus. Pengukuran dilakukan dengan memberikan satu pertanyaan dengan pilihan jawaban pertama 1 kali (skor 1), 2 kali (skor 2), 3 kali (skor 3), 4 kali (skor 4), dan >4 kali (skor 5). Akumulasi jawaban akan dikategorikan Rendah, Sedang dan Tinggi. b. Frekuensi feedback pesan adalah banyak dan rutinnya admin dalam memberikan respon kepada konsumen yang berhubungan dengan informasi produk dan promosi produk “Chocofaza”. Frekuensi feedback dilihat dari kesigapan admin akun “Chocofaza” dalam memberikan tanggapan kepada konsumen seperti me-reply, memberikan komentar kembali dan lamanya dalam memberikan tanggapan tersebut. Pengukuran dilakukan dengan memberikan tiga pertanyaan dengan pilihan jawaban ditentukan menggunakan skalalikert dengan pilihan jawaban pertama diberi skor 1, pilihan jawaban kedua diberi skor 2, pilihan jawaban ketiga diberi skor 3, pilihan jawaban keempat diberi skor 4 dan pilihan jawaban
18
kelima diberi skor 5. Hasil akumulasi jawaban kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi. c. Daya tarik pesan adalah kemampuan admin akun “Chocofaza” dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada konsumen. Daya tarik pesan dapat dilihat darilogo “Chocofaza”, profile picture, bio, desain foto atau gambar sehingga mendapatkan respon yang baik terhadap kegiatan promosi. Pengukuran dilakukan dengan memberikan enam pertanyaan dengan pilihan jawaban pertama diberi skor 1, pilihan jawaban kedua diberi skor 2, pilihan jawaban ketiga diberi skor 3, pilihan jawaban keempat diberi skor 4 dan pilihan jawaban kelima diberi skor 5.. Hasil akumulasi jawaban kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Rendah, Sedang dan Tinggi. d. Kejelasan penyampaian informasi merupakan cara penyampaian pesan melalui media sosial untuk kegiatan promosi melalui facebook yang dapat dipahami dan bersifat persuasif. Pengukuran dilakukan dengan memberikan enam pertanyaan dengan pilihan jawaban pertama diberi skor 1, pilihan jawaban kedua diberi skor 2, pilihan jawaban ketiga diberi skor 3, pilihan jawaban keempat diberi skor 4 dan pilihan jawaban kelima diberi skor 5. Hasil akumulasi jawaban kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Rendah, Sedang dan Tinggi. 3. Perilaku pengguna media sosial adalah tanggapan konsumen terhadap kehadiran media sosial yang dimiliki dan digunakan. Perilaku penggunaan media sosial dapat dilihat melalui aktivitas penggunaan media sosial dan motivasi akses media sosial. a. Aktivitas penggunaan media sosial merupakan banyaknya atau intensitas seseorang dalam mengakses media sosial dalam jangka waktu tertentu. Hasil akumulasi jawaban kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Rendah, Sedang dan Tinggi. b. Motivasi akses media sosial merupakan suatu kebutuhan yang kuat yang datang dari diri individu untuk mengarahkan konsumen agar dapat mencari kepuasan atas keinginan atau kebutuhannya, dalam hal ini yaitu alasan dalam mengakses media sosial. Hasil akumulasi jawaban kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Rendah, Sedang dan Tinggi. 4. Efektivitas dapat dikatakan sebagai unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Setiap perusahaana baik besar maupun perusahaan kecil pasti memiliki tujuan dalam menjalankan sebuah usaha. Efektivitas promosi mempengaruhi sikap konsumen dalam merespon pesanpesan yang disampaikan melalui media sosial facebook atau twitter. Pengukuran variabel efektivitas ini menggunakan model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). a. Attention merupkan bentuk perhatian dan kesadaran akan keberadaan suatu produk. Attention dapat dilihat melalui tingkat kesadaran dan perhatian konsumen akan produk “Chocofaza” setelah konsumen mengunjungi dan melihat-lihat pesan yang disampaikan oleh “Chocofaza” melalui media sosial facebook atau twitter. Pengukuran dilakukan dengan memberikan satu pertanyaan dengan pilihan jawaban terbuka. Hasil akumulasi jawaban kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Rendah, Sedang dan Tinggi.
19
b. Interest merupakan ketertarikan yang terdapat dalam diri konsumen yang telah mengunjungi dan melihat-lihat pesan promosi melalui media sosial facebook atau twitter. Ketertarikan muncul karena konsumen telah sadar dan terdedah dengan promosi yang disampaikan. Interest dapat dilihat melalui tingkat keingintahuan konsumen yang muncul setelah melihat pesan promosi produk “Chocofaza”. Pengukuran dilakukan dengan memberikan tujuh pertanyaan dengan pilihan jawaban pertama diberi skor 1, pilihan jawaban kedua diberi skor 2, dan pilihan jawaban ketiga diberi skor 3. Hasil akumulasi jawaban kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Rendah, Sedang dan Tinggi. c. Desire adalah keinginan yang muncul dalam diri konsumen untuk membeli produk setelah melihat aktivitas promosi melalui media sosial facebook atau twitter. Pengukuran dilakukan dengan memberikan enqm pertanyaan dengan pilihan jawaban pertama diberi skor 1, pilihan jawaban kedua diberi skor 2, dan pilihan jawaban ketiga diberi skor 3. Hasil akumulasi jawaban kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Rendah, Sedang dan Tinggi. d. Action merupakan tindakan akhir dari diri konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan melalui media sosial facebook atau twitter yang berupa keputusan pembelian. Action dapat dilihat melalui aktivitas membeli produk “Chocofaza” oleh konsumen setelah mengunjungi dan melihat pesan promosi melalui media sosial facebook atau twitter. Pengukuran dilakukan dengan memberikan tiga pertanyaan dengan pilihan jawaban pertama diberi skor 1, pilihan jawaban kedua diberi skor 2, dan pilihan jawaban ketiga diberi skor 3. Hasil akumulasi jawaban kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu Rendah, Sedang dan Tinggi.
20
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian Penelitian mengenai efektivitas media promosi melalui media sosial ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Pendekatan kuantitatif diperlukan untuk pengambilan data berupa angka yang diperoleh melalui metode survei. Menurut Singarimbun dan Effendi (2008), penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer. Penelitian kualitatif digunakan untuk pengambilan data yang bersifat deskriptif yakni berupa gejala-gejala sosial yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya, seperti foto, dokumen terkait dengan promosi produk, dan catatan harian saat penelitian dilakukan. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi kegiatan promosi melalui facebook, dan penelusuran dokumen. Unit analisis penelitian adalah individu. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah usaha Chocofaza yang berjalan di bidang minuman coklat. Chocofaza ini dirintis oleh mahasiswa IPB pada tahun 2013. Chocofaza menawarkan enam varian rasa minuman coklat. Pemilihan produk minuman coklat “Chocofaza” sebagai objek penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan beberapa pertimbangan meliputi: 1. Produk minuman coklat “Chocofaza” merupakan salah satu jenis usaha yang bergerak di bidang minuman dengan bahan baku coklat. 2. Produk minuman coklat “Chocofaza” menggunakan media sosial facebook sebagai media promosi dalam pemasaran produknya baik untuk penyampaian informasi terkait produk yang dihasilkan, pemesanan dan media interaksi dengan konsumen. 3. Penggunaan media sosial facebook tergolong aktif dari saat pembukaan penjualan produk “Chocofaza” hingga saat ini dan sudah memiliki lebih dari 9.000 fans di fanpage-nya. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2016 sampai dengan Juni 2016. Penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Sementara konsumen yang dijadikan responden yaitu adalah likers atau fans dari fanpage facebook “Chocofaza” yang menggunakan media sosial facebook untuk mengakses informasi mengenai produk minuman coklat “Chocofaza”. Teknik Pemilihan Responden dan Informan Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan prosedur accidental sampling. Menurut Sumanto (2014) teknik accidental sampling adalah teknik yang dilakukan dengan mengambil atau memilih sampel secara spontan (acak) atau siapa saja yang dianggap dapat mewakili populasi. Pemilihan teknik accidental sampling ini dilakukan karena jumlah populasi tidak diketahui sehingga peneliti tidak dapat menentukan sampling
22
frame. Selain itu, teknik ini dipilih dengan pertimbangan menghemat waktu, biaya, serta memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman responden dalam mengukur kegiatan promosi melalui media sosial. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 50 responden yaitu pengguna facebook yang pernah melakukan like pada akun fanpage facebook “Chocofaza”. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner online pada akun fanpage facebook “Chocofaza” dan menghubungi beberapa responden yang terlihat telah melakukan like pada akun fanpage facebook “Chocofaza”. Kuesioner yang terisi oleh responden yaitu sebanyak 50 responden sehingga keseluruh data yang ada dari 50 responden tersebut diambil untuk diolah datanya. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang dapat memberikan keterangan sekaligus penjelasan mengenai informasi dan data sebanyak mungkin mengenai produk minuman coklat “Chocofaza” serta bersedia untuk diawancarai. Informan yang memenuhi kriteria tersebut yaitu pemilik usaha “Chocofaza” serta tim marketing dari akun facebook “Chocofaza”. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung. Data primer diperoleh melalui observasi kegiatan promosi melalui media sosial, kuesioner yang disebar secara online dan wawancara mendalam kepada responden yang dipilih secara acak dan informan (pemilik dan tim marketing “Chocofaza” yang dipilih secara sengaja. Sebelum diterapkan pada responden yang sebenarnya, kuesioner online akan diujicoba terlebih dahulu kepada 10 responden. Data sekunder diperoleh dari pemilik usaha “Chocofaza” berupa profil usaha “Chocofaza”, letak geografis, data media partner yang berkerja sama dengan usaha “Chocofaza”, strategi promosi yang dilakukan usaha “Chocofaza”. Penelitian dilaksanakan secara survei dalam periode waktu satu bulan, yaitu dari April 2016 sampai dengan Mei 2016. Penelitian ini menggunakan kuesioner online yang disebar secara online. Pembuatan kuesioner online menggunakan aplikasi google drive dimulai dari tahap penyusunan pertanyaan sampai dengan penyebaran alamat url atau link kuesioner online yang disebarkan kepada calon responden. Pada periode waktu tersebut kuesioner elektronik (online) berupa link dikirim kepada pengguna media sosial facebook dengan cara mengirimkan comment dan message sebanyak-banyaknya kepada pengguna media sosial facebook terkait dengan penelitian yang sedang dilakukan di akun pribadi peneliti maupun di akun fanpage “Chocofaza”. Selain itu, kuesioner online juga disebar melalui jaringan pribadi (japri) dengan media sosial lainnya. Pengguna facebook yang bersedia mengisi kuesioner online dapat langsung membuka atau url atau link di alamat http://goo.gl/forms/vLGfX1ueib5vPMN43. Setelah penyebaran kuesioner selama tiga minggu, terdapat 50 kuesioner yang direspon oleh pengguna facebook. Pengumpulan data kualitatif didapatkan melalui observasi dan wawancara mendalam. Dalam tahap observasi, dilakukan pengamatan pada aktivitas promosi yang dilakukan oleh “Chocofaza” melalui media sosial facebook. Data primer didapatkan melalui kuesioner online diberikan kepada responden yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sebelumnya (memiliki akun facebook serta mengikuti fanpage “Chocofaza” dengan melakukan penyebaran kuesioner secara acak serta permohonan izin kepada setiap responden yang dituju untuk mengisi
23
kuesioner secara online. Wawancara terstruktur dilakukan kepada beberapa responden, sedangkan wawancara mendalam dilakukan kepada informan yang dipilih secara sengaja melalui daftar pertanyaan. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang dapat memberikan keterangan sekaligus penjelasan mengenai informasi dan data sebanyak mungkin mengenai produk minuman coklat “Chocofaza” serta bersedia untuk diwawancarai. Informan yang memenuhi kriteria tersebut adalah pemilik serta tim marketing dari akun facebook “Chocofaza”. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan setelah hasil kuesioner dari responden yang membalas kuesioner online terkumpul. Seluruh data di entry ke dalam computer dengan menggunakan program Microsoft Excel 2013 dan SPSS (Statistical Program for Social Sciences) 20.0 for windows. Kuesioner penelitian ini diuji reliabilitas dan mendapatkan angka cronbach alpha sebesar 0.568 yang berarti bahwa kueionser penelitian reliable digunakan untuk uji selanjutnya. Data kemudian dianalisis menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan uji beda Chi-Square. Melalui uji Rank Spearman ini dapat diketahui angka korelasi positif (+) yang memiliki arti hubungan kedua variabel searah dan negatif (-) yang memiliki hubungan kedua variabel tidak searah. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden (usia, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan), karakteristik media sosial, dan perilaku penggunaan media sosial dengan efektivitas promosi melalui media sosial facebook. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin dan jenis pekerjaan dari karakteristik responden dengan efektivitas promosi menggunakan analisis data Chi-square. Data-data hasil wawancara kemudian digunakan sebagai penunjang dan data pendukung untuk melengkapi hasil statistik tersebut. Namun dalam penelitian ini, terdapat kelemahan karena menggunakan system online dalam pelaksanaan penelitiannya, yaitu data kualitatif yang didapatkan kurang kuat untuk dimasukkan ke dalam hasil penelitian sehingga perlu mencari lebih dalam lagi untuk mendapatkan data kulitatif yang menunjang penelitian.
24
GAMBARAN UMUM MINUMAN COKLAT “CHOCOFAZA” Sejarah dan Perkembangan Usaha “Chocofaza” Minuman coklat “Chocofaza” adalah salah satu produk minuman berbahan baku coklat siap saji yang diolah dengan berbagai rasa pilihan untuk dipadukan bersama dengan coklat. Pemasaran produk minuman coklat “Chocofaza” ini hanya dilakukan secara online. Usaha minuman coklat “Chocofaza” ini bermula dari inisiatif empat mahasiswa IPB Departemen Teknologi Industri Pertanian yang saat itu mendapatkan mata kuliah teknologi bahan penyegar. Keempat mahasiswa ini mulai memberanikan diri untuk membuat inovasi baru dengan menggunakan bahan penyegar untuk dijadikan sebagai produk yang bisa dijual. Keempat mahasiswa tersebut memilih coklat sebagai salah satu bahan penyegar untuk diolah menjadi minuman siap saji. Alasan memilih coklat sebagai bahan penyegar utama yang akan diolah adalah karena sebagian besar coklat yang berada di Indonesia diolah di negara lain. Keempat mahasiswa ini juga berinisiatif untuk terjun ke dunia wirausaha, khususnya menjadi Technopreneur, wirausaha yang berbasiskan teknologi. Pembuatan minuman coklat “Chocofaza” ini tidaklah mulus. Keempat mahasiswa yang bisa dibilang sebagai owner ini harus melakukan tester selama kurang lebih tujuh bulan untuk memastikan produk minuman coklat ini sesuai dengan cita rasa lidah orang Indonesia. Pembuatan ini dilakukan sejak April 2013. Dalam pembuatannya, pemilik sering mencoba berbagai bahan baku coklat lain agar dapat menciptakan produk minuman coklat alami dan tanpa pemanis buatan. Setelah hampir tujuh bulan, akhirnya pemilik berhasil menciptakan produk minuman coklat siap saji yang sempurna, alami dan tanpa pemanis buatan yang diberi nama “Chocofaza”. Kata “Faza” sendiri merupakan akronim dari keempat nama mahasiswa yang berhasil menciptakan produk ini,yaitu Famulla, Aldi, Zakki dan Agassi.
Gambar 2 Logo produk minuman coklat “Chocofaza”
Produk minuman coklat “Chocofaza” pada akhirnya bisa dipasarkan namun dengan jumlah yang terbatas karena keterbatasan tenaga dan marketing. Diperjalanan usahanya, kedua pendiri memutuskan untuk mengundurkan diri dan tidak lagi terlibat dalam produksi maupun marketing produk minuman coklat “Chocofaza”. Tersisa dua pendiri, yaitu Aldi dan Zakki yang saat itu memutar otak agar produksi minuman coklat “Chocofaza” ini terus berjalan. Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk merekrut satu anggota untuk mengisi kursi marketing, yaitu Ninta yang merupakan mahasiswa IPB Departemen Agribisnis. Ninta dipercaya untuk mengurus semua kepentingan marketing.
26
Kegiatan pemasaran produk “Chocofaza” dilakukan melalui beragam media sosial oleh tim marketing yang berkerja sama dengan digital marketing sehingga kegiatan pemasaran bisa dilakukan lebih baik dan teratur. Selain itu, tim marketing juga mempekerjakan tiga orang freelance untuk membantu kegiatan pemasaran. Produk minuman coklat “Chocofaza” ini berbahan dasar bubuk cokelat yang didapatkan dari supplier yang berada di Tangerang. Kemudian bubuk cokelat tersebut dicampurkan dengan bahan lainnya seperti gula dan bubuk perasa lainnya sehingga mendapatkan varian rasa yang berbeda. Pengolahan bahan-bahan dasar tersebut dilakukan di Desa Jabon, Parung, Bogor oleh tiga karyawan yang merupakan warga desa tersebut. Terdapat enam varian rasa yang berhasil diproduksi, diantaranya dark chocolate, original chocolate, milk chocolate, oat chocolate, chocolate milk, dan black chocolate (gambar 9). Setiap harinya, kegiatan produksi minuman coklat “Chocofaza” bisa memproduksi sekitar 100 kemasan per hari dengan bentuk kemasan yang berbeda. Selama kurang lebih tiga tahun perjalanan produksi dan pemasaran, produk “Chocofaza” telah mengganti kemasan produk sebanyak empat kali, mulai dari kemasan plastik polos hingga kemasan seperti sekarang yang memiliki desain yang menarik dengan perpaduan warna hitam, putih, dan emas. Harga dari minuman coklat “Chocofaza” ini cukup beragam, mulai dari Rp.30.000 hingga Rp.175.000. Dalam penjualannya, pemilik membagi tiga sistem harga yang diberlakukan. Tiga sistem harga tersebut adalah agen, reseller, dan n-user (konsumen akhir). Hal ini dilakukan untuk membagi keuntungan dari masingmasing penjual dan pembeli. Sedangkan omset yang didapatkan dari penjualan minuman coklat “Chocofaza” ini adalah kurang lebih 50 juta per bulannya. Namun, omset tersebut masih bisa berubah tergantung dari penjualan bulanan.
Gambar 3 Salah satu kemasan minuman coklat “Chocofaza”
Media Promosi Minuman Coklat “Chocofaza” Minuman coklat “Chocofaza” melakukan promosi produknya tidak melalui jalur konvensional melainkan melalui cara online, yaitu lewat media sosial. Media sosial yang digunakan oleh “Chocofaza” meliputi facebook, twitter, Instagram, line, dan website. Namun dari semua media sosial yang dimiliki oleh “Chocofaza”, facebook merupakan media sosial yang memiliki likers (fans)
27
terbanyak serta paling aktif digunakan untuk kegiatan promosi. Saat ini, lebih dari 9.000 likers (fans) yang melakukan like pada akun fanpage “Chocofaza”. Penggunaan facebook sebagai media promosi memudahkan para pengguna media sosial yang aktif di facebook untuk melihat produk minuman coklat “Chocofaza” yang ditawarkan. Akun fanpage “Chocofaza” ini dioperasikan oleh tim marketing dan digital marketing. Terdapat beberapa alasan pemilihan media sosial facebook sebagai media utama promosi produk minuman coklat “Chocofaza”. Pertama, media sosial merupakan media yang efektif dan efisien untuk promosi produk karena penggunaannya gratis dan dapat menjangkau khalayak yang luas. Facebook dewasa ini masih menjadi media sosial yang paling banyak digunakan oleh berbagai kalangan dibandingkan dengan media sosial lainnya seperti twitter, Instagram, line, whatsapp, dan media sosial lainnya. Selain itu, facebook dapat diakses dengan mudah melalui komputer ataupun telepon genggam (smartphone) serta dapat digunakan sebagai media untuk berinteraksi langsung dengan konsumen sehingga dapat membangun dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk. Kegiatan promosi produk “Chocofaza” melalui facebook dilakukan dengan menjelaskan informasi mengenai produk minuman dengan bahan baku coklat, manfaat coklat, varian rasa, harga, contact person, tata cara pemesanan produk, promo atau event, serta tata cara menjadi agen/reseller. Penggunaan facebook sebagai media promosi produk telah memberikan keuntungan tersendiri bagi pihak “Chocofaza” karena tidak memerlukan biaya yang cukup besar. Selain itu, promosi melalui facebook dirasa menguntungkan konsumen karena konsumen secara langsung mendapatkan informasi produk dari pemilik secara langsung dan dapat melihat secara visual (seperti kemasan) produk yang ditawarkan. Akun fanpage “Chocofaza” rata-rata mem-posting minimal satu kali sehari dengan waktu yang berbeda-beda.
Gambar 4 Tampilan facebook produk “Chocofaza”
Facebook “Chocofaza” mempromosikan produk minuman coklatnya dalam bentuk gambar dengan penjelasan yang menjelaskan kualitas produk minuman, ukuran kemasan, harga, varian rasa minuman coklat, informasi seputar
28
coklat, dan lainnya. Promosi yang dilakukan tidak hanya sekedar mempromosikan produk, melainkan memberikan psotingan mengenai motivasi, manfaat seputar coklat, fakta mengenai coklat serta informasi lainnya yang dirasa bisa menambah pengetahuan pengguna media sosial facebook yang telah melakukan like pada fanpage facebook “Chocofaza”. Kegiatan promosi produk minuman coklat “Chocofaza” dilakukan hampir setiap hari dengan minimal satu kali promosi dalam satu kali postingan. Namun, memungkinkan juga admin fanpage “Chocofaza” memposting berbagai promosi dalam satu kali postingan.
Gambar 5 Contoh postingan promosi “Chocofaza”
Promosi yang dilakukan dengan memposting informasi seputar produk dapat dibagikan kepada pengguna facebook lainnya dengan mengklik share yang berada tepat dibawah postingan. Hal ini juga menjadi salah satu keuntungan promosi melalui facebook karena pesan promosi dapat menjadi viral. Dalam setiap postingan, pengguna facebook juga dapat menanyakan berbagai hal seputar produk melalui kolom komentar yang berada tepat dibawah postingan pesan. Hal ini memudahkan pengguna sebagai konsumen untuk berinteraksi langsung dengan tim inti marketing “Chocofaza”. Laporan atau log book kegiatan promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui facebook dapat dilihat pada Tabel 2. Selain melalui media sosial, promosi produk minuman coklat “Chocofaza” juga dilakukan melalui agen, reseller, word of mouth (WOM) dan melalui bazaar atau pameran. Bagi pemilik usaha, agen dan reseller dinilai penting karena sebagai perpanjangan tangan dalam pemasaran produk sehingga pemilik usaha sangat membuka lebar bagi orang yang ingin menjadi agen maupun reseller produk minuman coklat “Chocofaza”. Pemilik serta tim marketing juga aktif dalam mengikuti bazaar atau pameran baik di wilayah Bogor maupun di luar Bogor sebagai salah satu ajang promosi secara langsung kepada konsumen.
29
Tabel 2 Log book kegiatan promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui media sosial facebook No.
Tanggal Posting
Pesan
Foto/Gambar
1.
11 2016
April Pemberian giveaway Chocofaza
2.
12 2016
3.
15 2016
April Sapaan untuk Chocolovers
4.
15 2016
April Sapaan untuk Indonesia
5.
16 2016
April Pengumuman pemenang giveaway Chocofaza
6.
17 2016
April Ajakan menjadi agen Chocofaza, promo pembelian dan tester produk
7.
18 2016
April Update tampilan cover fanpage
Pemberitahuan/remembering April untuk mengikuti giveaway Chocofaza
Chocolovers
30
No.
Tanggal Posting
Pesan
Informasi coklat
tentang
Foto/Gambar
8.
1 Mei 2016
air
terjun
9.
2 Mei 2016
10.
2 Mei 2016
Informasi cokelat
11.
3 Mei 2016
Regram dari Instagram tentang kemasan baru Chocofaza
12.
3 Mei 2016
Motivasi tentang 4 orang sukses dengan kebiasaan pagi harinya
13.
3 Mei 2016
Informasi tentang 5 manfaat mengonsumsi coklat
14.
4 Mei 2016
Sapaan untuk memulai long weekend
15.
4 Mei 2016
Motivasi tentang 4 orang sukses dengan kebiasaan pagi harinya
Informasi motivasi 4 orang sukses dengan kebiasaan pagi harinya
tentang
manfaat
31
No.
Tanggal Posting
Pesan
tentang
Foto/Gambar
16.
4 Mei 2016
Informasi kakao
17.
5 Mei 2016
Motivasi tentang 4 orang sukses dengan kebiasaan pagi harinya
18.
5 Mei 2016
Informasi tentang manfaat dan kegunaan coklat
19.
8 Mei 2016
Informasi coklat
20.
9 Mei 2016
Informasi tentang menjadi agen atau reseller Chocofaza
21.
9 Mei 2016
Informasi tentang fakta coklat
22.
10 Mei 2016
Informasi tentang menjadi agen atau reseller Chocofaza
23.
10 Mei 2016
Informasi tentang menjadi agen atau reseller Chocofaza
tentang
mutu
biji
asal-usul
32
KARAKTERISTIK PENGGUNA FACEBOOK, MEDIA SOSIAL FACEBOOK, DAN PERILAKU PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL
Karakteristik Pengguna Facebook Responden dalam penelitian ini adalah pengguna media social facebook yang pernah melakukan like pada fanpage facebook “Chocofaza” dan mengisi kuesioner online yang dilakukan sejak 20 April 2016 sampai dengan 7 Mei 2016. Karakteristik pengguna media sosial facebook dapat dilihat dari segi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan. Pengguna media sosial tersebut diasumsikan sudah pernah melakukan like pada fanpage facebook “Chocofaza” dan menyadari adanya pemberian informasi yang merupakan promosi melalui facebook sebagai media promosinya. Karakteristik pengguna media sosial facebook lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah dan persentase responden berdasarkan karakteristik pengguna facebook Karakteristik Pengguna Facebook Usia
Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendapatan
Jenis Pekerjaan
Kategori Muda (<20 tahun) Sedang (20-25 tahun) Dewasa (>25 tahun) Laki-laki Perempuan Rendah (SMP/MTS/Sederajat) Sedang (SMA/SMK/MAN) Tinggi (Sarjana/Magister/Doktor) Rendah (<520000) Sedang (520000 – 3200000) Tinggi (>3200000) PNS Pegawai Swasta Wiraswasta IRT/Pelajar/Mahasiswa
Jumlah (n)
Persentase (%)
3 43 4 15 35 0 26 24
6 86 8 30 70 0 52 48
3 41 6 2 7 3 38
6 82 12 4 14 6 76
Usia Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa pengguna media sosial facebook yang paling dominan berada di kategori usia sedang (20-25 tahun). Hal ini disebabkan karena saat ini kalangan yang berada di kategori usia sedang merupakan kalangan yang aktif dalam menggunakan media sosial terutama facebook. Hal ini juga sesuai dengan hasil survei APJII tahun 2014 yang menyatakan bahwa pengguna media sosial yang dominan saat ini berada dikisaran usia 18-25 tahun. Artinya, dapat dikatakan bahwa segmen pengguna media sosial di Indonesia adalah mereka yang termasuk ke dalam kategori ‘digital natives’ (APJII 2014). Pada kategori usia muda terdapat 3 responden. Pada kategori usia ini rata-rata pengguna
34
media sosial adalah seorang pelajar dan mahasiswa. Sementara itu, untuk kategori usia dewasa kebanyakan berasal dari PNS maupun wiraswasta. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan sifat fisik pengguna media sosial yang tercatat dalam kartu identitas, yaitu laki-laki atau perempuan. Berdasarkan tabel diperoleh data bahwa jenis kelamin pengguna media sosial facebook mayoritas adalah perempuan sebanyak 35 pengguna (70%) dan laki-laki sebanyak 15 pengguna (30%). Hal ini dikarenakan wanita cenderung lebih aktif dalam menggunakan media sosial dengan berbagai macam alasan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan merupakan kelompok konsumen yang mudah tertarik, mudah terbujuk iklan, dan impulsif (Triyaningsih 2011). Menurut survei yang dilakukan oleh APJII tahun 2014 terlihat bahwa pengguna internet khususnya media sosial berjenis kelamin perempuan dengan persentase 51% lebih banyak daripada pengguna internet yang berjenis kelamin laki-laki dengan persentase 49%. Menurut survei tersebut, kebanyakan dari pengguna media sosial ini merupakan individu yang tinggal di daerah urban. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna media sosial facebook tinggal di daerah Bogor dan sekitarnya yang merupakan daerah urban. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan merupakan kegiatan utama sehari-hari yang dilakukan oleh pengguna media sosial untuk memperoleh pendapatan. Dalam penelitian ini, jenis pekerjaan dibedakan menjadi 1) PNS (TNI/ABRI/POLRI/Guru/Dosen/dll), 2) Pegawai swasta, 3) Wiraswasta, 4) Tidak bekerja (IRT/Pelajar/Mahasiswa). Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa sebagian besar pengguna media sosial facebook adalah tidak bekerja yang mayoritasnya berprofesi sebagai pelajar dan mahasiswa yang berjumlah 38 orang dengan frekuensi 76%. Hal ini dikarenakan pelajar dan mahasiswa dianggap sudah “melek” teknologi sehingga responsif terhadap segala bentuk penggunaan internet terutama media sosial. Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang individu (Sumarwan 2011). Dalam hal ini, perkerjaan seseorang akan menentukan pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut akan memengaruhi keputusan dan pola konsumsi seseorang. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti oleh pengguna media sosial sampai dengan waktu penelitian dilaksanakan. Tingkat pendidikan tersebut terbagi menjadi lima jenjang, yaitu: SMP/MTS/Sederajat, SMA/SMK/MAN/Sederajat, Diploma, Sarjana/D4, Magister, dan Doktor. Berdasarkan table, terlihat bahwa sebagian besar pengguna media sosial memiliki pendidikan yang sedang, yaitu SMA/SMK/MAN/Sederajat dengan jumlah 26 orang (52%). Sedangkan 24 responden (48%) berada di tingkat pendidikan yang tinggi yaitu Sarjana/Magister/Doktor. Survei APJII juga menyatakan bahwa rata-rata pengguna internet di Indonesia memiliki tingkat pendidikan setara dengan SMA/SMU/sederajat dengan persentase 64,7%
35
mewakili seluruh pengguna internet di Indonesia. Hal ini didukung dengan pernyataan Sumarwan (2011) bahwa individu yang memiliki pendidikan lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi dan pendidikan juga akan mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan terbagi menjadi dua yaitu pendapatan untuk responden yang sudah bekerja dan pendapatan untuk responden yang belum bekerja (pelajar atau mahasiswa). Pendapatan untuk responden yang sudah bekerja merupakan pendapatan responden dalam jangka waktu tertentu sampai dengan waktu saat penelitian berlangsung. Sedangkan pendapatan untuk responden yang tidak bekerja (pelajara atau mahasiswa) adalah uang saku responden yang didapatkan dari orang tua. Tingkat pendapatan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pendapatan rendah (
Rp.3200000). Berdasarkan tabel, mayoritas pendapatan pengguna media sosial facebook berada kategori sedang sebanyak 43 pengguna (86%). Hal ini dikarenakan kebanyakan dari responden berprofesi sebagai pelajar dan mahasiswa yang mendapatkan uang saku untuk keperluan sehari-harinya dari orang tua maupun usaha kecil-kecilan Pendapatan adalah sumberdaya yang sangat penting karena dengan pendapatan inilah individu bisa membiayai konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan daya beli seseorang. Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk atau jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seorang konsumen dan seluruh anggota keluarganya (Sumarwan 2011).
Karakteristik Media Sosial Facebook Karakteristik media sosial facebook adalah ciri khusus dari suatu media sosial untuk dapat mengkomunikasikan suatu pesan agar pengguna media sosial lainnya dapat mengetahui ataupun memahami pesan-pesan yang disampaikan. Media sosial tidak hanya dijadikan sebagai media untuk mendapatkan informasi atau menambah relasi, melainkan juga dapat diandalkan sebagai media promosi suatu produk. Dalam penggunaannya sebagai media promosi, pelaku usaha dituntut untuk kreatif dalam menciptakan pesan yang sesuai dengan kalangan masyarakat pengguna media sosial terutama facebook. Kegiatan promosi merupakan salah satu faktor penting dalam pemasaran produk karena melalui promosi inilah pelaku usaha dapat melakukan komunikasi dengan konsumen melalui media sosial sebagai perantaranya. Selain itu, kegiatan promosi melalui media sosial ini juga tidak membutuhkan modal yang tinggi sehingga banyak dipilih oleh pelaku usaha dengan modal yang berkecukupan. Promosi yang dilakukan lewat media sosial dirancang untuk menstimulasi terjadinya kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), dan berakhir dengan tindakan pembelian (purchase) yang dilakukan oleh konsumen terhadap suatu produk atau jasja (Kotler 2003). Aktivitas promosi yang dilakukan oleh pelaku usaha ini nantinya akan dilihat oleh pengguna media sosial lainnya sehingga menimbulkan perubahan sikap dari tidak menyadari keberadaan suatu produk hingga benar-benar tertarik pada produk tersebut.
36
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur efektivitas media sosial facebook “Chocofaza” dalam mempromosikan produk minuman coklat ‘Chocofaza” yang dilihat dari perubahan sikap konsumen yang merupakan pengguna media sosial facebook yang melakukan like pada fanpage facebook “Chocofaza”. Aktivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” ini dilakukan oleh admin dengan melakukan posting informasi terkait dengan produk “Chocofaza” yang dilengkapi dengan penjelasan promosi, foto-foto produk, aktivitas membalas komentar dari pengguna media sosial yang merupakan calon konsumen di fanpage facebook “Chocofaza” dalam upaya merubah sikap pengguna media sosial sampai dengan terjadinya pembelian produk. Efektivitas media sosial facebook kemudian dilihat melalui empat tahapan dari unsur AIDA, yaitu attention (perhatian), interest (ketertarikan), desire (keinginan), dan action (tindakan). Aktivitas promosi melalui media sosial facebook yang dilakukan oleh produk minuman coklat “Chocofaza” diukur dengan menggunakan empat karakteristik dari media sosial, meliputi frekuensi penyampaian pesan, frekuensi feedback pesan, daya tarik pesan, dan kejelasan informasi. Berikut ini adalah Tabel 4 yang menyajikan data jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan karakteristik media sosial facebook “Chocofaza”. Tabel 4 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan karakteristik media sosial facebook Penilaian Responden Karakteristik Media Sosial Frekuensi penyampaian pesan Frekuensi feedback pesan Tingkat daya tarik pesan Tingkat kejelasan penyampaian informasi
Rendah
Sedang
Total
Tinggi
n
%
n
%
n
%
N
%
7
14
20
40
23
46
50
100
3
6
16
32
31
62
50
100
0
0
14
28
36
72
50
100
1
2
23
46
26
52
50
100
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa semua variabel dari karakteristik media sosial berada pada kategori tinggi. Frekuensi penyampaian pesan tergolong intens karena penilaian responden yang menganggap penyampaian pesan selalu terlihat di beranda facebook masing-masing responden. Sedangkan untuk penilaian frekuensi feedback juga tergolong intens karena menurut sebagian besar responden, admin akun facebook “Chocofaza” selalu menanggapi komentar dari calon konsumen dengan cepat dan baik. Hasil penilaian responden terhadap dua variabel tersebut didukung oleh pernyataan dari tim marketing “Chocofaza” yang sekaligus menjadi informan pada penelitian ini. “…Update info kita minimal 1 hari sekali ya kalo aku dan digital marketing nya lagi sibuk ya minimal 2 hari sekali. Tapi itu ya, kalo
37
sekali update kita bisa kasih 1 sampai 2 info yang di update. Terus sebisa mungkin hp dan paket data harus on jadi kalo ada yang komentar, review atau apapun bisa langsung dibales. Kalo kelamaan dibales nanti lupa..” (NNT, Marketing “Chocofaza”)
Variabel berikutnya meliputi tingkat daya tarik pesan dan tingkat kejelasan informasi produk minuman coklat “Chocofaza” dinilai responden tinggi. Responden menilai bahwa penyampain pesan melalui postingan sudah menarik dan mudah diingat. Sementara itu, pada variabel tingkat kejelasan informasi responden menilai pesan yang disampaikan melalui postingan jelas dan mudah dipahami serta sesuai dengan kondisi atau informasi yang nyata. Kedua variabel tersebut merupakan hal yang sangat diperhatikan dan penting bagi pengguna media sosial facebook dan bagi konsumen minuman coklat “Chocofaza”, dibandingkan dengan rutinnya pemberian informasi. Frekuensi Penyampaian Informasi Frekuensi penyampaian informasi terbaru adalah banyaknya update informasi-informasi terbaru mengenai produk yang dilakukan oleh “Chocofaza” sehingga konsumen mendapatkan informasi secara terus-menerus. Frekuensi penyampaian pesan merupakan salah satu bagian dari aktivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza”. Menurut Yang (2014), frekuensi penyampaian pesan harus sering dilakukan oleh pelaku usaha dan diimbangi dengan membuat strategi dalam merancang pesan yang akan disampaikan guna memberikan kesadaran kepada para pengguna facebook akan adanya suatu produk. Frekuensi penyampaian pesan mencakup intensitas fanpage faecbook “Chocofaza” dalam memposting pesan terkait dengan produk, gambar, atau informasi lainnya yang berkenaan dengan produk minuman coklat “Chocofaza”. Pengukuran frekuensi pesan dilihat dari banyaknya postingan pesan yang diposting oleh admin dalam satu minggu. Hal ini dilakukan untuk melihat seberapa sering informasi maupun promosi yang diposting oleh admin dalam satu minggu. Berikut ini Tabel 5 yang menyajikan data jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator frekuensi pesan yang di-posting oleh “Chocofaza”. Tabel 5 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator frekuensi pesan melalui fanpage facebook “Chocofaza” Frekuensi Kemunculan Pesan Dalam Satu Minggu Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) 7 20 23 50
Persentase (%) 14 40 46 100
Seperti yang telah diuraikan pada Tabel 5, frekuensi penyampaian pesan yang dilakukan oleh fanpage facebook “Chocofaza” dapat diukur melalui banyaknya postingan yang di-posting oleh admin dalam kurun waktu satu minggu. Sebanyak 23 responden (46%) menjawab bahwa fanpage facebook “Chocofaza”
38
mem-posting pesan baik promosi maupun informasi produk lebih dari empat kali dalam satu minggu. Hal ini mengindikasikan bahwa frekuensi penyampaian informasi yang dilakukan oleh admin fanpage facebook “Chocofaza” sangat intens karena penilaian responden menunjukkan frekuensi penyampaian pesan masuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan salah satu responden dalam penelitian ini. “…Karena suka buka fb kapan aja, dan udah ngelike fanpage Chocofaza nya juga jadi otomatis setiap ada info dari Chocofaza ya suka liat aja di beranda fb aku. Terus kan suka ada yang share biasanya juga masuk ke beranda, jadi sering banget liat update-an info nya…” (DNF, 37 tahun)
Selain itu, tingginya intensitas update informasi yang dilakukan admin fanpage facebook “Chocofaza” karena adanya penyesuaian waktu update di mana banyak orang melakukan akses ke facebook. Seperti pada hasil penelitian Wulandari (2015), kebanyakan orang akan mengakses media sosial pada saat prime time (sekitar jam 7-10 malam) sehingga aka nada peluang terbacanya update-an informasi yang dilakukan oleh admin suatu media sosial.
Gambar 6 Posting-an informasi produk minuman coklat “Chocofaza”
Frekuensi Feedback Pesan Promosi melalui media sosial dilakukan untuk membangun jembatan komunikasi dua arah antara pelaku usaha dengan calon konsumen (Divya dan Regi 2014). Frekuensi feedback adalah banyak dan rutinnya admin dalam memberikan respon kepada konsumen yang berhubungan dengan informasi produk dan promosi produk “Chocoofaza”. Kecepatan umpan balik pesan (feedback) merupakan bagian dari aktivitas promosi yang terdapat di fanpage
39
facebook “Chocofaza”. Feedback pesan diukur melalui seringnya admin dalam melakukan balas komentar yang diberikan oleh konsumen. Selain itu, pemberian like pada komentar yang di-posting oleh konsumen juga dijadikan sebagai pengukuran. Kecepatan admin dalam membalas komentar yang masuk dari konsumen juga menjadi salah satu indicator yang diukur dalam frekuensi feedback pesan. Berikut ini merupakan jumlah dan penilaian responden berdasarkan indikator frekuensi feedback pesan yang dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa 36 responden (72%) menilai bahwa fanpage facebook “Chocofaza” selalu membalas komentar yang masuk dari konsumen dan masuk dalam kategori tinggi. Membalas komentar konsumen merupakan salah satu cara dari pelaku usaha untuk berkomunikasi langsung dengan calon konsumen agar menciptakan hubungan yang lebih dekat dari kedua belah pihak serta memberikan kenyamanan kepada calon konsumen. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Sukma (2012) yang menyatakan bahwa hal-hal yang mendukung kualitas dalam pelayanan (quality of service) termasuk didalamnya membangun komunikasi antara pelaku usaha dan konsumen diperlukan karena akan meningkatkan penjualan. Tabel 6 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator frekuensi feedback pesan melalui fanpage facebook “Chocofaza” Indikator
Rendah
Admin selalu melakukan balas komentar Admin memberikan like pada setiap komentar yang masuk Respon dalam membalas komentar sangat cepat
Sedang
Tinggi
Total
n
%
n
%
n
%
N
%
0
0
14
28
36
72
50
100
0
0
27
54
23
46
50
100
0
0
17
34
33
66
50
100
Gambar 7 “Chocofaza” membalas komentar Indikator berikutnya yang dimasukkan dalam pengukuran frekuensi feedback pesan adalah seringnya admin dalam memberikan like pada komentar konsumen yang masuk. Sebanyak 27 responden (54%) termasuk ke dalam kategori sedang dan menyatakan bahwa admin tidak selalu memberikan like pada
40
komentar. Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari tim marketing “Chocofaza”. “…Kita sih kadang-kadang aja kasih like ke komentar yang masuk. Tapi lebih seringnya ya cuma balas komentar aja soalnya komentar lebih penting buat dijawab secara langsung. Nanti kalau ga dijawab kan bisa bikin kesel konsumen. Kalau masalah kasih like ke komentar konsumen mah ya ga terlalu sering. Pasti hp aku harus terus on biar kalo ada notif komentar masuk bisa langsung balas komentarnya…” (NNT, tim marketing “Chocofaza”)
Indikator terakhir dalam melihat frekuensi feedback pesan adalah dengan pernyataan respon admin dalam melakukan balas komentar sangat cepat. Sebanyak 33 responden (66%) menilai bahwa admin fanpage facebook “Chocofaza” selalu cepat dalam membalas komentar dan penilaian tersebut masuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini juga didukung oleh pernyataan tim marketing yang telah diuraikan di atas. Kecepatan dalam membalas komentar sangat diperlukan karena biasanya konsumen membutuhkan jawaban yang pasti dari admin. Jika admin tidak merespon secara cepat konsumen akan mencari pilihan produk lain dan akan mengurangi peluang terjadinya pembelian suatu produk (Yang 2014). Daya Tarik Pesan Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun sebuah pesan persuasif, salah satunya adalah daya tarik (Kusumastuti 2009). Daya tarik pesan merupakan salah satu karakteristik dalam aktivitas promosi yang terdapat pada pesan guna menarik minat konsumen akan suatu produk tertentu. Semakin menarik pesan yang disampaikan melalui facebook akan semakin menarik perhatian calon konsumen untuk melihat sampai dengan membeli produk yang ditawarkan. Seorang admin memegang peranan penting dalam merancang pesan yang akan disampaikan kepada konsumen. Biasanya, pesan yang disampaikan didampingi oleh beberapa foto yang dapat memberikan kejelasan yang mungkin akan menarik perhatian konsumen. Daya tarik pesan diukur melalui empat indikator yang meliputi tagline produk, profile picture produk di fanpage, desain logo produk, dan kualitas foto bersamaan dengan pesan yang di-posting. Berikut adalah Tabel 7 yang menyajikan data jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator daya tarik pesan fanpage facebook “Chocofaza”. Tabel 7 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator daya tarik pesan fanpage facebook “Chocofaza” Indikator
Nama akun menarik Tagline produk menarik Profile picture menarik Caption pesan menarik Desain logo menarik
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n
%
n
%
n
%
N
%
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
14 17 24 26 13
28 34 48 52 26
36 33 26 24 37
72 66 52 48 74
50 50 50 50 50
100 100 100 100 100
41
Kualitas foto sangat jelas
0
0
8
16
42
84
50
100
Berdasarkan Tabel 7, nama akun “Chocofaza” termasuk kategori tinggi dan dinilai menarik oleh sebagian besar responden. Pemberian nama yang unik untuk akun media sosial yang digunakan sebagai media promosi suatu produk harus diperhatikan dan sebisa mungkin bisa menimbulkan perhatian dari responden (Divya dan Regi 2014). Tagline produk “Chocofaza” dinilai menarik yang termasuk ke dalam kategori tinggi. Pemberian tagline “Coklatnya gak Bercanda” dirasa menarik karena dengan tagline tersebut dapat memberikan gambaran tentang rasa dari produk minuman coklat “Chocofaza”. “…Nama akunnya menarik dan beda menurutku, pertama liat ya dari sharing postingan temen, buka-buka eh ternyata produk minuman coklat. Sampai saat ini sih belum pernah beli. Liat juga logo sama foto-fotonya, iseng-iseng liat kemasannya dan lucu. Beda aja sama coklat yang lain..”. (SAM, 21 tahun)
Sebanyak 26 responden (52%) menilai bahwa profile picture fanpage facebook “Chocofaza” menarik dan termasuk ke dalam kategori tinggi. Profile picture yang digunakan oleh fanpage facebook “Chocofaza” adalah gambar kemasan produk “Chocofaza” yang diatur sedemikian rupa dan menarik lalu dijadikan sebagai “face” fanpage facebook “Chocofaza”. Responden menilai bahwa penggunaan profile picture memberikan gambaran kemasan produk minuman coklat “Chocofaza”. Menurut Yang (2014), pergantian profile picture secara berkala dapat menstimulasi perhatian konsumen dan disesuaikan dengan aktivitas promosi produk yang terbaru. Sedangkan untuk caption pesan yang berisi informasi seputar produk dinilai biasa saja dan masuk dalam kategori sedang. Penilaian responden terhadap caption yang dibuat oleh admin fanpage facebook “Chocofaza” menyatakan bahwa caption yang dibuat terlalu panjang sehingga kadang-kadang responden hanya membaca sebagaian pesan yang tampak di beranda facebook miliknya. “…Menurut aku kadang captionnya terlalu panjang dan aku kadang jadi suka males juga bacanya, paling liat fotonya aja. Tapi kadangkadang kalo lagi mood ya dibaca, lumayan nambah pengetahuan juga. Soalnya ga cuma posting produk minuman coklatnya aja, tapi info seputar coklatnya juga...” (MAA, 21 tahun)
Profile Picture
42
Gambar 8 Contoh Profile Picture “Chocofaza”
Indikator ketiga dari daya tarik pesan adalah desain logo dari “Chocofaza” sebagai ciri khas produk. Hasil penilaian responden pada indikator desain logo “Chocofaza” termasuk ke dalam kategori tinggi yang mengindikasikan bahwa desain logo “Chocofaza” sangat menarik. Hasil penelitian Kurniawan (2015) menyatakan bahwa logo adalah ciri pematenan produk dan didesain unik sehingga mudah diingat oleh konsumen. Logo “Chocofaza” memiliki banyak warna yang diterapkan dan disesuaikan dengan warna kemasan. Hal ini membuat logo tidak terlihat membosankan karena memiliki perpaduan warna yang unik. Indikator terakhir dari daya tarik pesan adalah kualitas foto yang di-posting oleh admin. Penilaian terhadap indikator ini termasuk ke dalam kategori tinggi yang mengindikasikan bahwa kualitas foto yang di-posting baik, tajam dan sangat jelas. Menurut Yang (2014) kualitas foto yang jelas dan baik memang lebih disukai oleh orang yang melihatnya terutama jika facebook tersebut memang memasarkan sebuah produk dengan mengedepankan foto produk untuk memberikan kesan yang baik di mata konsumen. Kejelasan Penyampaian Informasi Kejelasan dalam penyampaian informasi merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan aktivitas promosi. Semakin jelas informasi yang disampaikan maka akan semakin menarik perhatian calon konsumen (Wulandari 2015). Kejelasan dalam penyampaian informasi diukur dengan melihat beberapa indikator, yaitu informasi varian rasa, harga produk, contact person, tata cara pemesanan, tata cara menjadi agen/reseller, dan promo/event pembelian produk. Penilaian untuk indikator kejelasan informasi sudah dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan pilihan jawaban sangat tidak jelas, tidak jelas, kurang jelas, jelas, dan sangat jelas. Berikut ini merupakan Tabel 8 yang menyajikan data jumlah dan persentase penilaian responden terkait dengan kejelasan informasi yang disampaikan oleh fanpage facebook “Chocofaza”. Tabel 8 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan indikator kejelasan informasi melalui fanpage facebook “Chocofaza” Indikator
Informasi varian rasa produk Informasi harga produk Informasi contact person Informasi tata cara pemesanan Informasi tata cara menjadi agen/reseller Informasi promo/event pembelian
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n
%
n
%
n
%
N
%
0 3 0 0 0
0 6 0 0 0
9 40 9 11 14
18 80 18 22 28
41 7 41 39 36
82 14 82 78 72
50 50 50 50 50
100 100 100 100 100
0
0
11
22
39
78
50
100
Berdasarkan Tabel 8, sebanyak 41 responden (82%) menilai bahwa informasi varian rasa produk “Chocofaza” sangat jelas sehingga mudah dipahami oleh konsumen. Pencantuman varian rasa ini memudahkan responden dan memberikan informasi yang baru terhadap produk. Selain itu, pencantuman varian
43
rasa produk “Chocofaza” dilakukan agar konsumen tidak hanya terpaku dengan satu rasa saja, tetapi banyak varian rasa dari produk minuman coklat “Chocofaza”. Hal tersebut diutarakan oleh salah seorang responden dalam penelitian ini. “…Pertama liat, kirain cuma asli minuman coklat ga pake embelembel rasa lainnya karena kan di fb nya udah ditulis minuman coklat. Eh taunya mereke (admin) update status tentang varian rasa, ternyata coklatnya dicampur lagi sama bahan perasa lainnya. Mungkin biar ga flat kali ya coklat doang gitu rasanya…” (UWW, 21 tahun)
Gambar 9 Informasi varian rasa produk “Chocofaza”
Indikator selanjutnya yang diukur adalah informasi harga produk. Penilaian responden pada indikator ini termasuk ke dalam kategori sedang yang mengindikasikan bahwa harga produk yang di-posting kurang jelas. Hal ini membuat konsumen harus menanyakan kembali dan mengira-ngira harga produk minuman coklat “Chocofaza”. Pencantuman harga produk pada posting-an informasi merupakan hal yang sangat intim dalam sebuah usaha jual beli karena dapat mempengaruhi calon konsumen untuk memutuskan membeli produk tersebut atau tidak (Kurniawan 2015). Semakin terjangkaunya harga suatu produk maka semakin menarik bagi calon konsumen yang tentunya diimbangi dengan kualitas produk yang baik. “…Kalau harga aku jarang liat ya. Lebih sering liat info-info sekitar produk aja, katanya sih kalo mau tau harga ya chat langsung ke cp yang ada atau tanya via komentar di facebook. Harusnya sih harga dulu yang sering dipromote biar yang lain langsung tau sih…” (DSP, 23 tahun)
Informasi mengenai contact person dan tata cara pemesanan produk termasuk kategori tinggi dengan masing-masing indikator mendapatkan jawaban sangat jelas dan responden sebanyak 41 responden (82%) dan 39 responden (78%) untuk setiap indikator. Pencantuman informasi contact person dan tata cara pembelian hal yang sangat penting dalam melakukan penjualan. Semakin jelas informasi contact person dan tata cara pemesanan yang dicantumkan maka
44
semakin memudahkan calon konsumen untuk menghubungi pelaku usaha baik hanya sekedar bertanya mengenai produk maupun melakukan pembelian. Calon konsumen yang merasa tertarik dengan suatu produk biasanya akan mencoba menghubungi contact person yang tercantum untuk menanyakan beberapa informasi lain yang dibutuhkan oleh calon konsumen. Tata cara pemesanan tersebut penting untuk diketahui karena memang prosedur pemesanan setiap usaha online memang tidak selalu sama. Hal ini juga diungkapkan oleh salah satu responden dalam penelitian ini. “…Aku pernah liat kan kaya lagi ada giveaway sama promo yang gratis ongkir, terus yaudah aku tanya aja langsung ke cp yang ada, info cp tuh penting banget buat konsumen lain. Kan biasanya kalau lewat fb suka banyak yang nanya, jadi mending tanya langsung ke cp yang ada aja deh biar cepet. Responnya juga bagus…” (MIR, 17 tahun)
Indikator yang kelima adalah informasi tata cara menjadi agen/reseller (Gambar 10) termasuk ke dalam katerogi tinggi dan mendapatkan jawaban sangat jelas. Informasi tata cara menjadi agen/reseller ini dilakukan untuk meluaskan wilayah penjualan produk minuman coklat “Chocofaza”. Pencantuman tata cara menjadi agen/reseller juga menjadi salah satu trik dari pelaku usaha dalam menarik calon konsumen untuk manjadi bagian adari “Chocofaza”. Selain itu banyak keuntungan yang didapat oleh agen/reseller, yaitu mendapatkan harga yang jauh lebih murah. Indikator terakhir dari kejelasan dalam penyampaian informasi adalah informasi promosi/event (Gambar 11) pembelian produk yang masuk dalam kategori tinggi yang mengindikasikan bahwa informasi promosi/event pembelian produk sangat jelas. Promosi/event pembelian produk merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan hubungan baik antara pelaku usaha dengan konsumen. Salah satu promosi yang sering dilakukan oleh “Chocofaza” adalah giveaway produk “Chcocofaza” secara gratis dengan syarat-syarat tertentu. Promosi ini bertujuan untuk memberikan citra yang baik terhadap produk. Menurut salah satu responden, pemberian produk “Chocofaza” secara cuma-cuma ini menjadi hal yang sering ditunggu-tunggu dari penjualan suatu produk, terutama untuk seseorang yang belum pernah menggunakan produk dan ingin sekali menggunakan produk tersebut. Perhatian pengguna media sosial facebook perlahan-lahan mulai memberikan perhatiannya pada suatu produk yang melakukan promo/event pembelian.
Gambar 10 Informasi menjadi agen/reseller
45
Gambar 11 Informasi giveaway, salah satu promosi produk “Chocofaza”
Perilaku Penggunaan Media Sosial Perilaku penggunaan media sosial merupakan salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi konsumen terhadapa efektivitas promosi melalui media sosial yang dilihat dari respon atau tindakan individu terhadap suatu rangsangan dari luar yang dalam hal ini adalah promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui facebook. Perilaku penggunaan media sosial diukur dalam dua indikator, yaitu aktivitas penggunaan media sosial dan motivasi dalam mengakses media sosial. Penilaian responden berdasarkan perilaku penggunaan media sosial dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan perilaku penggunaan media sosial Indikator Aktivitas penggunaan media sosial Motivasi dalam mengakses media sosial
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n 3
% 6
n 34
% 68
n 13
% 26
N 50
% 100
10
20
25
50
15
30
50
100
Berdasarkan data hasil penilaian responden pada Tabel 9, dapat dilihat sebanyak 34 responden (68%) dalam melakukan aktivitas penggunaan media sosial dalam melihat promosi sampai dengan membeli produk minuman coklat “Chocofaza” masih tergolong sedang. Hal ini dikarenakan pada kepentingan individu yang merasa bahwa kegiatan utama tidak hanya untuk melakukan aktivitas di media sosial, melainkan juga aktivitas di kehidupan nyata seperti bekerja dan belajar. Sementara indikator motivasi pengguna dalam mengakses media sosial juga masih tergolong sedang dengan 25 responden (50%).
46
Penggunaan media sosial ini dapat menimbulkan ketergantungan pada media sosial yang menyebabkan hilangnya kepercayaan diri seseorang pada dunia nyata. Oleh karena itu penggunaan media sosial harus dibatasi (Soliha 2015). Aktivitas Penggunaan Media Sosial Aktivitas penggunaan media sosial merupakan salah satu indikator penting dalam penilaian efektivitas promosi melalui media sosial facebook. Aktivitas penggunaan media sosial seringkali menyebabkan hilangnya kepercayaan diri pada dunia nyata dan menyebabkan ketergantungan pada media sosial (Soliha 2015). Aktivitas penggunaan media sosial dapat diukur dengan menggunakan tiga pertanyaan, yaitu media sosial yang dimiliki responden, media sosial yang aktif digunakan responden dan waktu responden dalam mengakses media sosial tersebut. Dua pertanyaan mengenai media sosial yang dimiliki responden dan media sosial yang aktif digunakan responden memiliki varian jawaban yang berbeda-beda dan responden dapat memilih jawaban lebih dari satu jawaban. Sedangkan pertanyaan waktu responden dalam mengakses media sosial memiliki tiga jawaban dan responden hanya dapat memilih satu jawaban saja. Pengkategorian jawaban akhir dibagi menjadi tiga kategori, yaitu 1) Rendah (skor 3-8), 2) Sedang (skor 9-15), 3) Tinggi (skor 16-21). Penilaian responden terkait dengan aktivitas penggunaan media sosial ini dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan hasil penilaian responden pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa indikator media sosial yang dimiliki responden termasuk ke dalam kategori tinggi. Hal ini dikarenakan perangkat yang sudah canggih dan responden dapat dengan mudah masuk ke dalam suatu media sosial hanya dengan mendaftarkan email serta no handphone responden. Media sosial yang banyak dimiliki oleh responden adalah facebook karena keberadaan facebook yang lebih awal dibandingkan dengan media sosial lainnya. Tabel 10 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan aktivitas pengguna media sosial Indikator
Media sosial yang dimiliki responden Media sosial yang aktif digunakan responden Waktu mengakses media sosial
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n
%
n
%
n
%
N
%
4
8
21
42
25
50
50
100
15
30
27
54
8
16
50
100
2
4
21
42
27
54
50
100
Indikator media sosial yang aktif digunakan oleh responden termasuk ke dalam kategori sedang. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua media sosial yang dimiliki oleh responden selalu aktif digunakan responden. Hal ini juga dibuktikan dengan pernyataan salah satu responden dalam penelitian ini. “…Karena sekarang banyak medsos baru dan booming, jadi ya ikut bikin juga soalnya fiturnya beda. saya punya banyak banget akun medsos tapi yang dipake paling ya facebook, whatsapp, line, bbm
47
pokoknya yang bisa digunain buat komunikasi sama orang banyak itu yang aku pake…” (DNF, 27 tahun)
Indikator terakhir adalah waktu responden dalam mengakses media sosial ini termasuk ke dalam kategori tinggi dengan responden sebanyak 27 responden (54%). Waktu yang dipilih responden dengan jawaban yang tertinggi adalah setiap saat. Dalam kegiatan apapun, responden selalu mengakses media sosial yang dimilikinya baik untuk sekedar bersantai maupun meng-update kegiatan responden saat itu. Motivasi Akses Media Sosial Motivasi merupakan suatu kebutuhan yang kuat yang datang dari diri individu untuk mengarahkan konsumen agar dapat mencari kepuasan atas keinginan atau kebutuhannya yang dalam hal ini adalah alasan individu dalam mengakses media sosial terutama facebook. Motivasi responden ini diukur menggunakan satu pertanyaan dengan pilihan jawaban yang beragam dan responden dapat memilih jawaban lebih dari satu jawaban. Terdapat enam pilihan jawaban dengan penilaian akhir, yaitu: 1) Rendah (1-2 jawaban), 2) Sedang (3-4 jawaban), 3) Tinggi (5-6 jawaban). Hasil penilaian terkait motivasi responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan motivasi responden dalam mengakses media sosial facebook Motivasi dalam mengakses media sosial Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) Persentase (%) 10 20 25 50 15 30 50 100
Berdasarkan data terkait indikator motivasi responden dalam mengakses media sosial facebook termasuk ke dalam kategori sedang dengan responden sebanyak 25 responden (50%). Rata-rata responden memilih jawaban sebanyak 34 jawaban dan kriteria ini termasuk ke dalam kategori sedang. Alasan responden dalam mengakses media sosial facebook ini adalah untuk menambah dan mencari informasi. Hal ini dibuktikan dengan salah satu pernyataan responden dalam penelitian ini. “…Kalau buka fb ya buat cari info sih, apalagi kalo mahasiswa kan butuhnya yang praktis. Di fb kan suka banyak pilihannya tuh, kadang ada lowongan kerja, beasiswa, info sukarelawan gitu deh…” (AH, 22 tahun)
Menurut Luik (2011) motivasi setiap orang dalam mengakses media sosial berbeda-beda karena setiap diri masing-masing individu memiliki konstruksi diri yang berbeda-beda pula. Luik (2011) menambahkan bahwa media sosial digunakan untuk menunjang aktivitas rutin pengguna atau aktivitas lainnya sesuai dengan kebutuhan atau keinginan seseorang. Misalnya, beberapa perusahaan atau individu menggunakan media sosial untuk melancarkan bisnisnya. Selain itu, media sosial dapat digunakan sebagai wadah untuk saling berbagi karya dan memberi masukkan.
48
EFEKTIVITAS PROMOSI PRODUK MINUMAN COKLAT “CHOCOFAZA”
Efektivitas dapat dikatakan sebagai unsur pokok untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dalam suatu organisasi. Dalam penelitian ini, efektivitas yang akan diukur adalah efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui media sosial facebok. Berhasil atau tidaknya kinerja promosi melalui facebook dapat dilihat dari sikap pengguna facebook yang merespon pesan-pesan yang disampaikan. Efektivitas promosi ini bertujuan untuk meilaht kinerja media sosial facebook melalui karakteristik responden, karakteristik media sosial serta perilaku pengguna media sosial. Perubahan sikap tersebut merupakan tolak ukur bagi keberhasilan promosi melalui facebook. Pengukuran efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” dilakukan dengan melihat keempat tahapan AIDA, yaitu attention (perhatian), interest (ketertarikan), desire (keinginan), dan action (tindakan). Setiap responden mengisi kuesioner online produk minuman coklat “Chocofaza” harus melewati setiap tahapannya sesuai dengan pengalaman responden. Efektivitas dilihat dari tahapan mana yang memiliki banyak jawaban dari responden. Penjelasan rinci dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Jumlah dan persentase responden dalam mencapai tahap AIDA Efektivitas Promosi Melalui Facebook Attention (perhatian) Interest (ketertarikan) Desire (keinginan) Action (tindakan)
Jumlah
Persentase (%)
50 36 18 13
100 72 36 26
Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahawa tidak semua responden mencapai tahap action (tindakan). Sedangkan sebanyak 50 responden (100%) mencapai tahapan attention (perhatian). Hal ini dikarenakan responden diasumsikan melihat dan memperhatikan posting-an baik promosi atau informasi lainnya yang diposting oleh admin akun “Chocofaza”. Sementara itu, terdapat pengurangan jumlah responden dari tahap satu ke tahap yang lain. Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa pengurangan jumlah responden terbanyak dari setiap tahap berada pada tahap interest (ketertarikan) ke tahap desire (keinginan). Sementara pengurangan jumlah responden paling sedikit dari setiap tahap berada dari tahap desire (keinginan) ke tahap action (tindakan). Kemmpat tahapan tersebut dibagi menjadi tiga kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Berikut adalah Tabel 13 yang menyajikan data jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan efektivitas promosi. Berdasarkan Tabel 13, tidak seluruh responden menilai keempat tahap tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi. Hasil penilaian responden terhadap efektivitas promosi pada tahap attention, sebanyak 36 responden (72%) menilai bahwa promosi melalui facebook dalam menarik perhatian pengguna facebook sudah baik. Tahap interest menunjukkan hasil yang sama dengan tahap action dan masuk kategori tinggi dengan indikasi bahwa promosi melalui facebook dalam
50
telah menimbulkan ketertarikan pengguna facebook pada produk minuman coklat “Chocofaza”. Berbeda dengan tahap desire, sebanyak 18 responden (36%) menilai bahwa promosi melalui facebook dalam menumbuhkan keinginan untuk membeli masuk ke dalam kategori sedang. Tahap terakhir, action mendapatkan hasil yang masuk dalam kategori rendah dengan responden sebanyak 13 responden (26%) menilai promosi melalui facebook belum mampu menimbulkan tindakan pengguna facebook untuk membeli bahkan merekomendasikan kepada teman maupun kerabat termasuk kategori tinggi. Tabel 13 Jumlah dan persentase penilaian responden berdasarkan efektivitas promosi Indikator Attention (perhatian) Interest (ketertarikan) Desire (keinginan) Action (tindakan)
Rendah n 0 1 1 8
% 0 2 2 16
Sedang
Tinggi
n 14 13 10 5
n 36 22 7 0
% 28 26 20 10
Total % 72 44 14 0
N 50 36 18 13
% 100 72 36 26
Tahap Attention Attention adalah bentuk perhatian calon konsumen terhadap kehadiran suatu produk. Attention dalam penelitian ini adalah bentuk kesadaran dan perhatian responden terhadap keberadaan produk minuman coklat “Chocofaza” melalui media sosial facebook. Bentuk perhatian tersebut bisa dirancang melalui media-media komunikatif sehingga dapat menginformasikan berbagai macam keunikan produk (Muskitta et al 2014). Bentuk penngetahuan dan perhatian responden terhadap produk minuman coklat “Chocofaza” diukur dengan memberikan satu pertanyaan dengan pilihan jawaban yang beragam dan responden dapat memilih jawaban lebih dari satu jawaban. Penilaian akhir dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah (1-2 jawaban), sedang (3-5 jawaban), dan tinggi (6-10 jawaban). Berikut ini adalah Tabel 14 yang menyajikan gambaran penilaian responden terhadap tahap attention. Tabel 14 Jumlah dan persentase penilaian responden terhadap indikator-indikator pada tahap attention Attention (Perhatian) Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (n) Persentase (%) 0 14 36 50
0 28 72 100
Berdasarkan data penilaian pada tahap attention terlihat bahwa perhatian responden terhadap keberadaan produk minuman coklat “Chocofaza” termasuk dalam kategori tinggi dengan responden sebanyak 36 responden (72%). Sebanyak 41 responden memilih foto kemasan yang mereka ketahui dari produk minuman coklat “Chocofaza”. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna facebook memberi
51
perhatian pada posting-an promosi maupun informasi lain terkait produk minuman coklat “Chocofaza” yang muncul di beranda facebook responden. Pencapaian responden pada tahap attention merupakan langkah awal untuk dapat mencapai ke tahapan selanjutnya. Sejauh ini, aktivitas promosi yang dilakukan oleh admin fanpage facebook “Chocofaza” dinyatakan efektif karena seluruh responden memperhatikan konten pesan yang dikirimkan melalui facebook.
Tahap Interest Tahap interest dalam sebuah promosi sebuah produk diartikan sebagai tahap dimana calon konsumen memiliki ketertarikan pada suatu produk untuk mengetahui lebih jauh karena telah melihat aktivitas promosi melalui facebook. Indikator yang digunakan untuk mengukur ketertarikan responden pada promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalaui facebook diantaranya adalah responden membuka lebih lanjut fanpage facebook ‘Chocofaza”, responden membaca setiap informasi atau promosi produk, responden membaca komentar dari calon konsumen lain, responden memberikan like pada posting-an promosi atau informasi lainnya, responden membuka foto produk yang di-posting, responden memberikan komentar, dan responden men-share posting-an produk. Pada tahap interest ini telah terjadi pengurangan responden sebanyak 14 responden karena hanya baru sampai dengan tahap attention sehingga total responden pada tahap ini berjumlah 36 orang. Penilaian responden pada tahap interest dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Jumlah dan persentase penilaian responden terhadap indikator pada tahap interest Indikator
Responden membuka lebih lanjut fanpage facebook ‘Chocofaza” Responden membaca setiap informasi atau promosi produk Responden membaca komentar dari calon konsumen lain Responden memberikan like pada posting-an promosi atau informasi lainnya Responden membuka foto produk yang di-posting Responden memberikan komentar Responden men-share postingan produk
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n
%
n
%
n
%
N
%
0
0
14
28
22
44
36
72
0
0
16
32
20
40
36
72
2
4
20
40
14
28
36
72
0
0
16
32
20
40
36
72
0
0
16
32
20
40
36
72
5
10
19
38
12
24
36
72
0
0
22
44
14
28
36
72
Berdasarkan Tabel 15, penilaian responden pada tahap interest tinggi karena empat dari indikator berada di dalam kategori tinggi. Pada indikator responden membuka lebih lanjut fanpage facebook ‘Chocofaza”, responden
52
membaca setiap informasi produk, memberikan like pada posting-an promosi atau informasi lainnya, dan membuka foto produk yang di-posting termasuk ke dalam kategori tinggi. Sedangkan pada indikator responden membaca komentar dari calon konsumen lain, responden memberikan komentar dan responden men-share posting-an produk termasuk pada kategori sedang. Tahap interest merupakan tahap lanjutan setelah tahap attention, yaitu saat responden tidak hanya mengetahui dan memberi perhatian akan promosi produk, tetapi juga mulai memiliki ketertarikan terhadap produk yang dipromosikan melalui fanpage facebook “Chocofaza”.
Tahap Desire Tahap desire merupakan keinginan yang timbul dari diri pengguna media sosial karena merasa tertarik dengan memiliki keinginan untuk membeli produk dengan mencari tahu lebih lanjut produk tersebut. Tahap desire merupakan tahap ketiga dalam efektivitas promosi dan tahan ini berada setelah tahap interest. Tahap desire dapat dilihat dari hasrat yang muncul dari konsumen untuk bertanya lebih dalam sebelum melakukan pembelian produk minuman coklat “Chocofaza”. Indikator yang digunakan dalam mengukur tahapan desire, yaitu responden menanyakan ketersediaan produk, responden menanyakan seputar menjadi agen/reseller produk, responden menanyakan harga pasti produk, responden menanyakan tata cara pemesanan produk, responden menanyakan seputar promo/event pembelian, dan responden bertanya tentang daerah asal produk. Pada tahap ini, responden mengalami sebanyak 18 responden karena belum sampai pada tahap desire sehingga total responden berjumlah 18 orang. Jumlah perubahan tersebut merupakan perubahan sikap yang paling besar dibandingkan dengan perubahan sikap dari tahap lainnya. Pada tahapan inilah facebook berperan besar dalam mengubah sikap responden. Penilaian responden pada tahap desire dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Jumlah dan persentase penilaian responden terhadap indikator pada tahap desire Indikator
Responden menanyakan ketersediaan produk Responden menanyakan seputar menjadi agen/reseller produk Responden menanyakan harga pasti produk Responden menanyakan tata cara pemesanan produk Responden menanyakan seputar promo/event pembelian Responden menanyakan daerah asal produk
Rendah
Sedang
Tinggi
Total
n
%
n
%
n
%
N
%
1
2
4
8
13
26
18
36
18
36
3 1
6 2
5 1
10 2
10 16
20 32
18
36
18
36
18
36
18
36
3
6
9
18
6
12
0 1
0 2
5 9
10 18
13 8
26 16
53
Berdasarkan Tabel 16, indikator responden menanyakan ketersediaan produk, responden menanyakan seputar menjadi agen/reseller, responden menanyakan harga pasti, dan responden menanyakan seputar promo/event pembelian termasuk kategori tinggi. Pada indikator responden menanyakan ketersediaan produk dilakukan oleh sebagian responden yang memiliki keinginan untuk membeli dan memastikan produk yang aka dibelinya masih tersedia. Pada indikator responden menanyakan seputar menjadi agen/reseller produk dilakukan oleh sebagian besar responden yang memiliki minat untuk membeli produk dan akan dipasarkan kembali di daerah maisng-masing responden menetap. Indikator responden menanyakan harga pasti ini banyak dilakukan oleh sebagian besar responden karena pencantuman harga produk minuman coklat “Chocofaza” yang kurang jelas sehingga membuat responden harus menghubungi pihak “Chocofaza” secara langsung. Indikator terakhir yang masuk dalam kategori tinggi adalah responden menanyakan seputar promo/event pembelian ini dilakukan oleh responden yang memiliki keinginan untuk membeli dengan mencari promo/event pembelian produk. Dua indikator lainnya pda tahap desire masuk ke dalam kategori sedang, yaitu indikator responden menanyakan tata cara pemesanan produk dan responden menanyakan asal daerah produk. Pada indikator responden menanyakan tata cara pemesanan produk ini jarang dilakukan oleh sebagian responden karena responden sebagian besar merasa jelas dengan informasi yang dicantumkan oleh admin fanpage facebook “Chocofaza”. Sedangkan indikator responden menanyakan asal daerah produk juga jarang ditanyakan oleh sebagian besar responden karena responden yang berdomisili di Bogor sudah mengetahui asal produk.
Tahap Action Tahapan terakhir dalam mengukur efektivitas promosi melalui facebook adalah tahapan action. Tahap action merupakan tindakan membeli yang dilakukan oleh responden terhadap suatu produk. Tidak hanya membeli, tindakan setelah membeli juga dapat dikategorikan ke dalam tahapan action. Tindakan membeli ini dilakukan karena ada rasa penasaran yang dirasakan oleh calon konsumen untuk mencoba suatu produk. Pada tahap ini, terjadi pengurangan responden sebanyak 5 responden karena kelima responden tersebut belum pernah sampai pada tahap action, yaitu melakukan pembelian produk minuman coklat “Chocofaza” sehingga total responden yang mencapai tahap action berjumlah 13 responden atau sebesar 26% dari jumlah responden awal. Pengukuran efektivitas promosi pada tahap action diukur dengan menggunakan indikator-indikator, yaitu responden melakukan pembelian produk, responden memberikan testimoni produk setelah membeli dan responden mem-post-ing serta merekomendasikan produk kepada teman maupun kerabat. Penilaian responden terhadap tahap action dapat dilihat pada Tabel 17.
54
Tabel 17 Jumlah dan persentase penilaian responden terhadap indikator pada tahap action Indikator
Rendah n % pembelian 0 0
Responden melakukan produk Responden memberikan testimoni setelah melakukan pembelian Responden mem-post-ing serta merekomendasikan produk kepada teman maupun kerabat
Sedang n % 1 2
Tinggi n % 12 24
Total N % 13 26
0
0
2
4
11
22
13
26
0
0
2
4
11
22
13
26
Berdasarkan data penilaian pada tahap action, dapat dilihat bahwa semua indikator mendapatkan penilaian baik, mulai dari pembelian produk minuman coklat “Chocofaza”, memberikan testimoni produk setelah pembelian sebanyak, dan mem-post-ing serta merekomendasikan produk minuman coklat “Chocofaza” kepada teman maupun kerabat yang berarti bahwa responden sudah sering melakukan pembelian produk, memberika testimoni, dan merekomendasikan produk kepada teman maupun kerabat. Hal ini dilakukan sebagian besar responden karena kepuasan responden pada produk pasca pembelian. Sumber informasi yang paling banyak didengar dan terpercaya adalah dari orang dekat dengan calon pembeli seperti teman, keluarga, maupun rekan kerja (Prisgunanto 2014).
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PENGGUNA FACEBOOK, KARAKTERISTIK MEDIA SOSIAL FACEBOOK, DAN PERILAKU PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DENGAN EFEKTIVITAS PROMOSI
Hubungan Karakteristik Pengguna Facebook dengan Efektivitas Promosi Karakteristik responden yang merupakan pengguna media sosial facebook “Chocofaza” terdiri atas lima variabel diantaranya, usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Kelima variabel tersebut dibagi menjadi dua golongan yaitu, variabel dengan pengukuran nominal dan variabel dengan pengukuran ordinal. Variabel dengan pengukuran nominal yaitu jenis kelamin dan jenis pekerjaan yang kemudian data hasil penelitian diolah dengan menggunakan Chi-square untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin dan jenis pekerjaan terhadap efektivitas promosi melalui facebook. Sedangkan tiga variabel lainnya, yaitu usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan diukur secara ordinal yang data hasil penelitiannya kemudian diolah menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk dilihat korelasi atau hubungannya dengan efektivitas promosi yang terdiri atas empat tahap AIDA (attention, interest, deseire, action). Hasil uji hubungan karakteristik responden dengan efektivitas promosi dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Nilai koefisiensi korelasi dan signifikansi antara karakteristik pengguna media sosial dengan efektivitas promosi (AIDA) Karakteristik Pengguna Media Sosial Usia
Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendapatan
Efektivitas Promosi Attention Interest Desire Action Attention Interest Desire Action Attention Interest Desire Action
Koefisien Korelasi 0.154 -0.021 0.293 0.201 0.064 -0.176 -0.037 -0.220 -0.120 -0.256 0.179 0.365
Signifikansi 0.287 0.902 0.238 0.511 0.658 0.304 0.885 0.471 0.406 0.132 0.476 0.221
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Rank Spearman pada SPSS, untuk variabel usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan ternyata tidak memiliki hubungan (tidak berkorelasi) yang nyata dan signifikan terhadap efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui fanpage facebook. Hal tersebut menggambarkan bahwa usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan tidak menentukan tingginya efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui facebook sehingga hipotesis uji antar variabel (variable X1 terhadap variable Y) ditolak. Sama halnya dengan ketiga variabel lainnya, pada uji perbedaan jenis kelamin dan perbedaan jenis perkerjaan juga tidak memiliki hubungan yang nyata
56
dengan efektivitas promosi. Hal tersebut dikarenakan nilai signifikansi dari pengolahan data menunjukkan angka yang lebih besar dari α (0.05). Hasil uji perbedaan jenis kelamin dan jenis pekerjaan dengan efektivitas promosi minuman coklat “Chocofaza” menggunakan Chi-Square dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Nilai koefisiensi Chi-Square dan signifikansi antara karakteristik pengguna media sosial dengan efektivitas promosi (AIDA) Karakteristik Pengguna Media Sosial Jenis Kelamin
Jensi Pekerjaan
Efektivitas Promosi Attention Interest Desire Action Attention Interest Desire Action
Koefisien Korelasi ChiSquare
Signifikansi
0.019 5.944 1.469 0.124 1.192 2.208 2.031 2.438
0.891 0.051 0.480 0.725 0.755 0.900 0.730 0.296
Penggunaan Rank Spearman dan Chi-Square dengan α sebesar 0.05 menghasilkan data dengan nilai dan koefisien korelasi yang tidak berhubungan nyata. Oleh sebab itu, karakteristik pengguna media sosial facebook sebagai responden yang terdiri atas usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, perbedaan jenis kelamin dan jenis pekerjaan tidak memiliki hubungan yang nyata terhadap efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui keempat tahapan AIDA (attention, interest, desire, action). Atau dengan kata lain karakteristik responden tidak menggambarkan keefektivitasan promosi yang dilakukan pihak “Chocofaza” melalui media sosial facebook. Hubungan Karakteristik Media Sosial Facebook dengan Efektivitas Promosi Hubungan karakteristik media sosial facebook dengan efektivitas promosi adalah hubungan frekuensi penyampaian pesan, frekuensi feedback pesan, daya tarik pesan dan kejelasan dalam penyampaian informasi yang digunakan dalam menyebarkan informasi mengenai produk minuman coklat “Chocofaza” dengan efektivitas promosi yang dilihat dari attention, interest, desire, dan action. Keempat variabel dari karakteristik media sosial facebook menggunakan pengukuran ordinal dan diolah menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan dari kelima variabel tersebut dengan efektivitas promosi melalui tahapan AIDA (attention, interest, desire, dan action). Hubungan Frekuensi Penyampaian Informasi dengan Efektivitas Promosi Komunikasi yang persuasif adalah bentuk komunikasi yang dibutuhkan dalam dalam suatu komunikasi bisnis. Menurut Kusumastuti (2009), komunikator harus benar-benar merancang pesan yang disampaikan agar menjadi pesan persuasif yang mampu memengaruhi sikap orang lain. Frekuensi penyampaian informasi harus dilakukan dan diimbangi dengan membuat strategi dalam merancang pesan yang akan disampaikan guna memberikan kesadaran kepada para pengguna facebook akan adanya suatu produk (Yang 2014). Selain rancangan
57
pesan, frekuensi penyampaian pesan yang akan disampaikan oleh pelaku usaha memiliki peranan penting dalam menjalankan sebuah promosi di media sosial facebook. Penyampaian pesan harus direncanakan dan disampaikan pada waktu tertentu di mana banyak pengguna facebook mengakses media sosial tersebut. Hubungan frekuensi penyampaian informasi dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek attention, interest, desire, dan action dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi antara frekuensi penyampaian pesan dengan efektivitas promosi (AIDA) Karakteristik Media Sosial Frekuensi Penyampaian Informasi
Efektivitas Promosi Koefisien Korelasi Signifikansi Attention Interest Desire Action
0.560 0.487 -0.097 -0.101
0.000** 0.003** 0.702 0.742
Keterangan: ** signifikan pada selang kepercayaan 99%
Berdasarkan hasil data hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dengan efektivitas promosi dapat dilihat signifikansi pada aspek attention dan interest memiliki nilai lebih kecil dari nilai α (0.05) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa frekuensi penyampaian pesan memiliki hubungan nyata positif dan signifikan dengan efektivitas promosi hanya pada aspek attention dan interest. Hubungan antara frekuensi penyampaian informasi dengan attention dan interest didorong oleh banyaknya update-an pesan yang berisi informasi produk maupun informasi lainnya seputar produk. Seringnya admin fanpage facebook dalam meng-update informasi seputar produk telah memberikan dampak pada responden, yaitu responden menyadari dan memperhatikan (tahap attention) keberadaan produk “Chocofaza” di beranda facebook milik responden. Menurut Riyanto et al. (2010), stimulus yang menerpa seseorang secara berulang-ulang pda akhirnya akan membangkitkan perhatian. Hal tersebut juga didukung hasil penelitian Wulandari (2015) yang menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi pesan maka semakin tinggi tingkat perhatian responden. Frekuensi penyampaian informasi juga berhubungan nyata positif dan signifikan dengan aspek interest (ketertarikan). Informasi yang disampaikan secara terus-menerus dan intens lambat laun akan membuat responden tertarik untuk membuka lebih lanjut akun fanpage facebook “Chocofaza”. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu semakin tinggi frekuensi pesan maka semakin tinggi tingkat ketertarikan responden. Pelaku usaha juga harus memperhatikan waktu untuk meng-update informasi pada waktu-waktu tertentu di mana banyak pengguna facebook mengakses media sosial. Hal ini dilakukan agar pesan yang disampaikan dapat dikenali oleh banyak pengguna facebook lainnya untuk meningkatkan popularitas dari suatu produk sehingga para pengguna media sosial tertarik untuk mengunjungi laman media sosial produk yang ditawarkan (Rahadi dan Abdillah 2013). Sementara itu, frekuensi penyampaian pesan tidak memiliki hubungan nyata dan tidak signifikan dengan aspek desire dan action. Hal ini menunjukkan bahwa seringnya pelaku usaha dalam meng-update informasi seputar produknya
58
tidak memberikan dampak apapun terhadap keinginan untuk membeli maupun tindakan membeli produk minuman coklat “Chocofaza” dari responden. Melihat uraian hubungan antara frekuensi penyampaian pesan dengan efektivitas promosi melalui tahapan AIDA dapat disimpulkan bahwa uji kedua variabel tersebut dapat diterima hanya pada aspek attention dan interest. Sedangkan hipotesis uji kedua variabel tidak dapat diterima atau ditolak pada aspek desire dan action. Hal ini mengindikasikan bahwa frekuensi penyampaian pesan tidak menentukan tinggi rendahnya efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza” melalui facebook pada aspek desire dan action. Hubungan Frekuensi Feedback Pesan dengan Efektivitas Promosi Promosi melalui media sosial dilakukan untuk membangun jembatan komunikasi dua arah antara pelaku usaha dengan calon konsumen (Divya dan Regi 2014). Adanya feedback antara pelaku usaha dan calon konsumen akan menimbulkan keintiman hubungan antara kedua belah pihak (Kurniawan 2015). Promosi melalui media sosial facebook dapat dilakukan dengan selalu membalas komentar dan memberikan like pada setiap komentar yang datang dari calon konsumen terkait dengan informasi yang berhubungan dengan produk minuman coklat “Chocofaza”. Hubungan frekuensi feedback pesan dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek attention, interest, desire, dan action dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi antara frekuensi feedback pesan dengan efektivitas promosi (AIDA) Karakteristik Media Sosial Frekuensi Feedback Informasi
Efektivitas Promosi Attention Interest Desire Action
Koefisien Korelasi 0.403 0.515 0.160 0.228
Signifikansi 0.004** 0.001** 0.527 0.453
Keterangan: **Signifikan pada selang kepercayaan 99%
Indikator untuk mengukur frekuensi feedback pesan adalah admin selalu membalas komentar, admin memberikan like pada setiap komentar, dan respon admin dalam membalas komentar. Admin facebook melakukan interaksi dengan calon konsumen lainnya dengan cara menanggapi komentar yang dikirimkan oleh calon konsumen yang dalam penelitian ini adalah responden. Bentuk atensi yang dilakukan responden adalah dengan melihat komentar-komentar balasan yang dilakukan oleh admin. Menurut Yang (2014), frekuensi feedback atau membalas komentar dalam facebook mempengaruhi frekuensi seseorang untuk mengakses facebook lebih sering dan mengakses media sosial tersebut dalam jangka waku yang panjang. Frekuensi feedback informasi memiliki hubungan yang nyata positif dan signifikan dengan tahap interest. Hal ini dikarenakan terjadinya perubahan sikap yang ditandai dengan ketertarikan responden setelah melihat komentar balasan yang dikirimkan oleh admin facebook “Chocofaza”. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini dan didukung oleh hasil penelitian dari Wulandari (2015), yaitu semakin tinggi frekuensi feedback pesan maka semakin tinggi tingkat
59
ketertarikan responden. Salah satu responden menyatakan dengan adanya komentar balasan yang dikirim oleh admin facebook membuat responden semakin penasaran untuk membuka dan melihat-lihat lebih lanjut akun fanpage facebook “Chocofaza” untuk sekedar memenuhi rasa penasaran tentang apa itu produk “Chocofaza”. Sementara itu, frekuensi feedback informasi dalam penelitian ini tidak memiliki hubungan nyata dan tidak signifikan dengan tahap desire dan action. Hal tersebut dapat diasumsikan bahwa sering atau jarangnya feedback yang dilakukan oleh admin facebook “Chocofaza” tidak menentukan responden dalam memiliki keinginan untuk membeli produk dan tindakan pembelian produk. Salah satu responden mengatakan bahwa adanya frekuensi feedback yang dilakukan oleh admin hanya sebagai informasi tambahan terkait produk sehingga tidak menimbulkan rasa keinginan untuk membeli apalagi tindakan pembelian. Selain itu, ketertarikan untuk membeli dengan tindakan pembelian hanya akan dilakukan jika mereka merasa benar-benar ingin mencoba produk tersebut dan bergantung pada mood masing-masing responden. Melihat uraian hubungan antara frekuensi feedback pesan dengan efektivitas promosi dapat disimpulkan bahwa hipotesis uji kedua variabel dapat diterima hanya sampai dengan tahap interest. Hal ini mengindikasikan bahwa frekuensi feedback informasi efektif dalam menarik perhatian dan menimbulkan ketertarikan untuk mencari tahu informasi lebih lanjut tentang produk minuman coklat “Chocofaza”. Hubungan Daya Tarik Pesan dengan Efektivitas Promosi Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun sebuah pesan persuasif, salah satunya adalah daya tarik (Kusumastuti 2009). Daya tarik diperlukan untuk memberikan kesan yang dapat menarik perhatian calon konsumen terhadap suatu produk. Menurut Yang (2014), daya tarik yang dapat dibentuk dalam melakukan promosi melalui facebook adalah dengan memperhatikan profile picture, tagline produk, desain logo produk, caption, dan video. Dalam penelitian ini, profile picture, tagline produk, dan desain logo produk menjadi fokus utama dalam membentuk daya tarik produk minuman coklat “Chocofaza”. Hubungan daya tarik pesan dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek attention, interest, desire, dan action dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi antara daya tarik pesan dengan efektivitas promosi (AIDA) Karakteristik Media Sosial Efektivitas Promosi Koefisien Korelasi Attention 0.405 Daya Tarik Pesan 0.423 Interest 0.160 Desire 0.228 Action Keterangan: **Signifikan pada selang kepercayaan 99% *Signifikan pada selang kepercayaan 95%
Signifikansi 0.004** 0.010* 0.527 0.453
60
Berdasarkan hasil data pada Tabel 22, tingkat daya tarik pesan memiliki hubungan nyata positif dan signifikan dengan attention (perhatian). Tagline, profile picture, nama akun, desain logo dan kualitas foto yang jelas, menarik dan mudah diingat dapat meningkatkan perhatian responden dalam menyadari dan melihat setiap informasi yang dibagikan. Selain itu, tingkat daya tarik pesan memiliki hubungan nyata positif dan signifikan dengan interest (ketertarikan). Salah satu responden mengatakan bahwa saat informasi muncul di beranda facebook miliknya, yang pertama kali dilihat adalah nama produk, profile picture dan foto karena responden lebih tertarik kedua indikator tersebut lalu pada akhirnya akan membaca informasi yang ada. Menurut Yang (2014), ciri khas yang melekat pada akun suatu produk yang dipasarkan melalui facebook akan membuat pengguna media sosial merasa penasaran terhadap akun tersebut. Hal ini akan memunculkan rasa keingintahuan dari pengguna untuk membuka akun fanpage tersebut untuk mencari tahu lebih dalam. Melihat uraian hubungan antara daya tarik pesan dengan efektivitas promosi dapat disimpulkan bahwa hipotesis uji kedua variabel dapat diterima hanya sampai pada tahap interest. Hal ini mengindikasikan bahwa daya tarik pesan menentukan tinggi rendahnya efektivitas promosi produk melalui facebook sampai pada tahap interest saja dan tidak efektif dalam meningkatkan keinginan responden untuk membeli. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian dari Wulandari (2015) yang menyatakan bahwa semakin menarik pesan yang dikemas pada suatu media sosial maka semakin tinggi pula efektivitas promosi yang dihasilkan. Hubungan Kejelasan Penyampaian Informasi dengan Efektivitas Promosi Kejelasan dalam penyampaian informasi merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan aktivitas promosi. Semakin jelas informasi yang disampaikan maka akan semakin menarik perhatian calon konsumen (Wulandari 2015). Konsumen tidak akan melakukan pembelian tanpa adanya kejelasan dan jaminan yang memadai karena jika konsumen merasa tidak adanya kejelasan dan jaminan akan memunculkan kekhawatiran pada konsumen tersebut (Sukma 2012). Hubungan antara kejelasan penyampaian informasi dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek attention, interest, desire, dan action dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi antara kejelasan penyampaian informasi dengan efektivitas promosi (AIDA) Karakteristik Media Sosial
Efektivitas Promosi Koefisien Korelasi Signifikansi Attention 0.445 0.001** Kejelasan Penyampaian 0.439 0.007** Interest Informasi -0.097 0.702 Desire -0.101 0.742 Action Keterangan: **Signifikan pada selang kepercayaan 99%
Berdasarkan hasil data pada Tabel 23, tingkat kejelasan informasi memiliki hubungan nyata positif dan signifikan dengan tahap attention (perhatian). Menarik perhatian pengguna media sosial dapat dilakukan dengan
61
menyajikan konten dan persiapan matang dalam membuat rancangan pesan yang akan disampaikan. Menurut Helianthusonfri (2014) seperti dikutip dalam Wulandari (2015) menyatakan bahwa konten yang berkualitas dan terencana merupakan inti pemasaran melalui media sosial. Konten berkualitas tersebut salah satunya adalah kejelasan dalam penyampaian informasi melalui facebook. Hal tersebut sesuai dengan hasil pada penelitian ini yaitu semakin tinggi (jelas) kejelasan dalam penyampaian informasi maka semakin tinggi tingkat perhatian pengguna facebook selaku responden. Tingkat kejelasan penyampaian informasi juga memiliki hubungan nyata positif dan signifikan dengan tahap interest (ketertarikan). Tanggapan mengenai kejelasan penyampaian informasi menurut responden adalah mereka merasa tertarik dengan informasi yang disampaikan karena sangat jelas dan detail serta dilengkapi dengan foto yang kualitas nya jelas sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami. Hal ini mengindikasikan bahwa kejelasan penyampaian informasi yang dilakukan oleh admin fanpage facebook “Chocofaza” mampu meningkatkan ketertarikan responden terhadap post-ingan informasi yang di-posting oleh admin fanpage facebook “Chocofaza”. Sementara itu, tingkat kejelasan penyampaian informasi tidak memiliki hubungan nyata dan signifikan dengan efektivitas promosi pada tahap desire dan action. Variabel kejelasan dalam penyampaian informasi yang dilakukan oleh “Chocofaza” berdasarkan hasil penilaian responden tergolong tinggi, namun tidak menunjukkan korelasi dengan tahap desire dan action. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kejelasan penyampaian informasi yang diberikan “Chocofaza” hanya mampu menarik perhatian dan ketertarikan responden namun tidak membangkitkan keinginan untuk membeli maupun tindakan membeli. Dalam hal ini, hipotesis uji kedua variabel dapat diterima hanya sampai pada tahap interest.
Hubungan Perilaku Penggunaan Media Sosial dengan Efektivitas Promosi Perilaku penggunaan media sosial ini terdiri atas dua variabel, yaitu aktivitas penggunaan media sosial dan motivasi akses media sosial. Hubungan perilaku penggunaan media sosial dengan efektivitas adalah hubungan antara aktivitas penggunaan media sosial dan motivasi akses media sosial dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek AIDA, yaitu attention, interest, desire, dan action. Kedua variabel tersebut menggunakan pengukuran ordinal dan diolah dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk melihat hubungan kedua variabel dengan efektivitas promosi. Hubungan Aktivitas Penggunaan Media Sosial dengan Efektivitas Promosi Aktivitas penggunaan media sosial dalam penelitian ini adalah intensitas responden dalam mengakses media sosial bukan hanya saja facebook, melainkan media sosial lainnya yang mereka miliki. Selain itu, aktivitas penggunaan media sosial melihat intensitas keseringan responden dalam mengakses media sosial sesuai waktu, apakah responden mengakses media sosial hanya pada waktu tertentu dengan tingkat kejarangan yang tinggi, pada waktu tertentu atau mengakses media sosial tersebut setiap saat. Aktivitas penggunaan media sosial seringkali menyebabkan hilangnya kepercayaan diri pada dunia nyata dan
62
menyebabkan ketergantungan pada media sosial (Soliha 2015). Hubungan antara aktivitas penggunaan media sosial dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek attention, interest, desire, dan action dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24 Nilai koefisiensi korelasi dan signifikansi antara aktivitas penggunaan media sosial dengan efektivitas promosi (AIDA) Perilaku Penggunaan Media Sosial Aktivitas Penggunaan Media Sosial
Efektivitas Promosi Attention Interest Desire Action
Koefisien Korelasi -0.002 -0.119 0.164 0.201
Signifikansi 0.990 0.488 0.516 0.511
Berdasarkan hasil data pada Tabel 24, dapat dilihat hubungan antara aktivitas penggunaan media sosial dengan efektivitas promosi dari semua aspek ternyata tidak memiliki hubungan nyata (hubungan negatif). Hal ini mengindikasikan bahwa indikator yang terdapat dalam variabel aktivitas penggunaan media sosial seperti media sosial yang dimiliki responden, media sosial yang aktif digunakan dan waktu akses media sosial tidak menentukan tinggi rendahnya efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza”. Menurut pernyataan salah satu responden, saat mereka mengakses media sosial mereka tidak hanya melihat satu informasi saja, melainkan melihat banyak informasi di media sosial yang mereka miliki. Selain itu, waktu dalam mengakses media sosial yang mereka miliki juga berbeda-beda, bergantung pada mood responden untuk memilih media sosial mana yang akan diakses terlebih dahulu. Responden tidak selalu terus mengakses facebook karena menurut mereka, media sosial yang sedang tren-lah yang akan mereka sering akses. Sementara itu, pada aspek action, aktivitas penggunaan media sosial memiliki hubungan nyata positif namun tidak signifikan dengan semua unsur dalam aspek action. Hubungan Motivasi Akses Media Sosial dengan Efektivitas Promosi Motivasi dalam mengakses media sosial merupakan keinginan atau kebutuhan yang datang dari dalam diri responden untuk mencari kepuasan dengan cara mengakses media sosial yang dalam hal ini adalah facebook. Menurut Luik (2011) motivasi setiap orang dalam mengakses media sosial berbeda-beda karena setiap diri masing-masing individu memiliki konstruksi diri yang berbeda-beda pula. Hubungan antara motivasi akses media sosial dengan efektivitas promosi yang dilihat dari aspek attention, interest, desire, dan action dapat dilihat pada Tabel 25.
63
Tabel 25 Nilai koefisiensi korelasi dan signifikansi antara motivasi akses media sosial dengan efektivitas promosi (AIDA) Perilaku Penggunaan Media Sosial Motivasi Akses Media Sosial
Efektivitas Promosi Attention Interest Desire Action
Koefisien Korelasi -0.042 -0.397 0.061 0.188
Signifikansi 0.772 0.076 0.811 0.538
Berdasarkan hasil data pada Tabel 25, dapat dilihat bahwa antara motivasi akses media sosial dengan efektivitas promosi dari seluruh aspek ternyata tidak memiliki hubungan yang nyata (hubungan negatif). Hal ini mengindikasikan bahwa motivasi dalam mengakses media sosial tidak menentukan rendah tingginya efektivitas promosi produk minuman coklat “Chocofaza”. Menurut pernyataan salah satu responden, mereka tidak memiliki motivasi yang pasti saat akan mengakses media sosial. Motivasi mereka sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan informasi yang mereka dapatkan saat mengakses media sosial.
64
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dibuat beberapa kesimpulan seperti berikut: 1. Promosi yang dilakukan oleh pelaku usaha produk minuman coklat “Chocofaza” melalui facebook kurang efektif dalam mendorong responden untuk melakukan pembelian produk, tetapi promosi tersebut efektif dalam meningkatkan perhatian, ketertarikan responden serta keinginan responden untuk membeli produk minuman coklat “Chocofaza”. 2. Terdapat hubungan antara karakteristik media sosial facebook dengan efektivitas promosi melalui facebook. Karakteristik media sosial facebook ini meliputi frekuensi penyampaian pesan, frekuensi feedback pesan, daya tarik pesan, dan kejelasan penyampaian informasi. a. Semakin sering pesan atau informasi yang terkait dengan produk yang di-posting semakin tinggi pula tingkat perhatian dan ketertarikan pengguna facebook terhadap produk minuman coklat “Chocofaza”. b. Semakin tinggi feedback yang diberikan oleh admin “Chocofaza” semakin tinggi pula tingkat perhatian dan ketertarikan pengguna facebook terhadap produk minuman coklat “Chocofaza”. c. Semakin menarik konten halaman dan informasi yang disampaikan semakin tinggi tingkat perhatian dan ketertarikan pengguna facebook terhadap produk minuman coklat “Chocofaza”. d. Adapun semakin jelas pesan atau informasi yang di-posting semakin tinggi pula tingkat perhatian dan ketertarikan pengguna facebook terhadap produk minuman coklat “Chocofaza”.
Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, beberapa saran yang diajukan kepada pemilik usaha “Chocofaza” adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan pemasaran online harus didukung dengan pemasaran offline seperti pembuatan leaflet dan pembukaan gerai produk minuman coklat “Chocofaza”. Hal ini dilakukan untuk menjangkau konsumen yang tidak menggunakan media sosial dan memudahkan konsumen dalam mendapatkan produk secara langsung. 2. Admin fanpage “Chocofaza” perlu membuat informasi yang lebih sederhana agar pengguna media sosial facebook membaca keseluruhan informasi yang disampaikan dan mudah dipahami serta mencantumkan harga produk secara berkala agar pengguna media sosial facebook tidak kebingungan saat akan mencara daftar harga produk minuman coklat “Chocofaza”.
66
DAFTAR PUSTAKA
[APJII]. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. 2014. Profil pengguna internet Indonesia tahun 2014. [internet]. [diunduh tanggal 3 Februari 2016]. Tersedia pada: http://puskakomui.or.id/publikasi/rilis-pers-hasil-survei-profilpengguna-inter net-di-indonesia-2014-oleh-apjii-bekerja-sama-dengan-pusatkajian-komunikasi-universitas-indonesia.html [BPS] Badan Pusat Statistika. 2015. Jumlah konsumsi makanan jadi di Indoensia. [Internet]. [dikutip pada 22 Februari 2016]. Tersedia pada http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/937. Jakarta (ID): BPS [BPS] Badan Pusat Statistika. 2015. Produksi Perkebunan Besar menurut Jenis Tanaman, Indonesia. [Internet]. [dikutip pada 15 April 2016]. Tersedia pada: http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1666. Jakarta (ID): BPS [CSP] Cocoa Sustainability Partnership. 2014. Coklat: The Advancement of communication. [Artikel]. [dikutip pada 15 April 2016]. Tersedia pada: http://www.swisscontact.org/fileadmin/images/Country_Subpages/Indonesia/ publications/Cokelat_Mar-May2014_Indonesia.pdf. Makassar (ID): CSP [Kemenperin] Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. 2015. Menperin: triwulan i tahun 2015, industri makanan dan minuman capai 8,16% lebih tinggi dari pertumbuhan industri non migas dan ekonomi nasional. [internet]. [dikutip pada 17 Februari 2016]. Tersedia pada: http://www.kemenperin.go.id/artikel /12124/Menperin:-Triwulan-Itahun2015,-Industri-Makanan-dan-Minuman-Capai-8,16. [Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan Pangan]. [Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Mengengah]. Aer Y. 2014. Analisis media sosial path sebagai media informasi di kalangan klub basket total e&p Indonesie Balikpapan. Jurnal Ilmu Komunikasi [internet]. [diunduh pada 20 Februari 2016]. Tersedia pada: http://ejournal.ilkom.fisipunmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2014/11/Jurnal%20Yosie%20aer%20%2 8iLK OM%29%20%2811-10-14-06-21-43%29.pdf. Amalia. 2012. Hubungan efektivitas komunikasi pemasaran agrowisata kebun raya cibodas dengan perilaku pengunjung. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Anggreni F. 2013. Pengelolaan dan pengembangan usaha distribusi makanan ringan pada CV. Timur Jaya Raya Lombok, Nusa Tenggara Barat. [internet]. [diunduh tanggal 17 Februari 2016]. Tersedia pada: http://studentjournal.petra.ac.id/ index.php/manajemenbisnis/article/download/464/402. Bayne, Cianfrone. 2013. The effectiveness of social media marketing: the impact of facebook status updates on a campus recreation event. Recreational Sports Journal [internet]. [diunduh pada 28 Februari 2016]. Tersedia pada:
68
http://www.naspspa.org/AcuCustom/Sitename/Documents/DocumentItem/14_Cia nfrone_RSJ_20130014_147-159.pdf. Diamond S. 2015. The Visual Marketing Revolution: 26 Kiat Sukses Pemasaran di Media Sosial. Jakarta (ID): Serambi Ilmu Semesta. Divya S, Regi B. 2014. An empirical study on effectiveness of social media as a marketing tool. International Journal [internet]. [diunduh pada 20 Mei 2016]. Tersedia pada: http://www.ijcrar.com/vol-2 3/S.Divya%20and%20 Bulomine %20Regi.pdf. Ekasari N. 2014. Pengaruh promosi berbasis sosial media terhadap keputusan pembelian produk jasa pembiayaan kendaraan pada PT. BFI Finance Jambi. Jurnal Penelitian Seri Humaniora [internet]. [diunduh pada 20 Februari 2016]. Tersedia pada: http://online-journal.unja.ac.id/index.php/humaniora /article/viewFile/2040/1386. Hariyadi P. 2011.Riset dan Teknologi Pendukung Peningkatan Kedaulatan Rakyat. Jurnal Diplomasi [nternet]. [diunduh pada 2 Februari 2016]; 3(3): 100. Tersedia pada: https://seafast.ipb.ac.id/publication/journal/ph-jurnaldiplomasi-september-2011.pdf. Horrigan JB. 2002. New internet users: what they do online, what they don’t and implications for the net’s future. [internet]. [diunduh pada 19 Ferbruari 2016]. Tersedia pada: http://www.pewinternet.org/pdfs/New_Users_Report.pdf. Irfan M. 2014. Efektivitas penggunaan media sosial twitter sebagai media komunikasi pemasaran strike! courier di Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi [internet]. [diunduh pada 19 Februari 2016]. Tersedia pada: http://ejournal.ilkom.fisipunmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/ 05/Journal%20_final_%20%2805-12-14-09-15-22%29.pdf. Jauhari J. 2010. Upaya pengembangan usaha kecil dan menengah (ukm) dengan memanfaatkan e-commerce. Jurnal Sistem Informasi [internet]. [diunduh pada 16 Februari 2016]. Tersedia pada: http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jsi/ index. Kautsarina. 2013. Pemasaran elektronik melalui aplikasi jejaring sosial. jurnal studi komunikasi dan media. Jurnal Komunikas [internet]. [diunduh tanggal 3 Februari 2016]. Tersedia pada: http://jurnal.kominfo.go.id/index.php/ jskm/article/viewFile/118/109. Kotler P. 2003. 80 Konsep yang Harus Dipahami Setiap Manajer. Jakarta (ID): Erlangga. Kotler P, Amstrong G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Ed ke-12 Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid 2. Jakarta (ID): PT. Erlangga. Ed ke-13. Kurniawan H. 2015. Efektivitas media sosial instagram sebagai media promosi batik solo “inasinul”. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kusumastuti YI. 2009. Komunikasi Bisnis. Bogor (ID): IPB Press.
69
Manurung AH. 2008. Modal untuk Bisnis UKM. Jakarta (ID): PT Gramedia. Maswadi. 2011. Agribisnis kakao dan olahannya berkaitan dengan kebijakan tarif pajak di Indonesia. Jurnal Teknologi Perkebunan & PSDL [internte]. [dinduh pada 15 April 2016]. Tersedia pada: http://download.portalgaruda.org/article. php?article=33455&val=2340. Miller, Lammas. 2011. Social media and its implication for viral marketing. Asia Pacific Public Relation Journal [internet]. [diunduh pada 28 Februari 2016]. Tersedia pada: https://blogs.deakin.edu.au/apprj/wp-content/uploads /sites/33/2010/02 /11-miller-lammas.pdf. Morissan. 2010. Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta (ID): Prenada Media Grup. Ed ke-1. Mu’ani L. 2014. Facebook as a marketing communications tool. International Journal of Business and Social Sciences [internet]. [diunduh pada 21 Mei 2016]. Tersedia pada: http://ijbssnet.com/journals/Vol_5_No_4_Special _Issue_March_2014/25.pdf. Muskitta MLD, Bangsa PG, Martien. 2014. Perancangan promosi dan media pendukung pariwisata bahari di Ambon. [internet]. [diunduh tanggal 18 September 2015]. Tersedia pada: http://studentjournal.petra.ac.id/index.php /dkv/article/view/1975. Muttaqin Z. 2011. Facebook Marketing dalam Komunikasi Pemasaran Modern. Jurnal Teknologi [internet]. [diunduh tanggal 2 Februari 2016]. Tersedia pada: http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/teknologi/article/ viewFile/63/52 . Nourmalina AA. 2013. Efektivitas komunikasi pemasaran agrowisata PT. Godong Ijo Asri, Sawangan, Depok Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Novianto I. 2010. Perilaku penggunaan internet di kalangan mahasiswa. [internet]. [diunduh pada 19 Februari 2016]. Tersedia pada: http://journal.unair.ac.id/filer PDF/Jurnal%20IIK%20Novianto.pdf . Pradiptarini. 2011. Social media marketing: measuring it’s effectiveness and identifying the target market. Journal of Undergraduate Research [internet]. [diunduh pada 28 Februari 2016]. Tersedia pada: https://www.uwlax.edu/urc/JUR-online/PDF/2011/pradiptarini.MKT.pdf. Prisgunanto I. 2014. Komunikasi Pemasaran Era Digital. Jakarta (ID): Prisani Cendekia. Rahmana A. 2009. Peranan teknologi informasi dalam peningkatan daya saing usaha kecil menengah. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi [internet]. [diunduh pada 2 Februari 2016]. Tersedia pada: http://download .portalgaruda.org/article.php?article=14129&val=951. Resa R. 2013. Efektivitas komunikasi pemasaran pada produk olahan pertanian lapis Bogor sangkuriang. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ristania N, Jerry J. 2012. Analisa pengaruh harga, promosi dan viral marketing terhadap keputusan pembelian pada “online shop” s-nexian melalui facebook.
70
[internet]. [diunduh tanggal 2 Februari 2016]. Tersedia http://journal.binus.ac.id/index.php/JBSE/article/view/772/743.
pada:
Riyanto S, Lubis DP, Mugniesyah SS, Purnaningsih N, Kusumastuti YI, Hadiyanto, Saleh A, Sumardjo, Sarwititi, Amanah S, Fatchiya A. 2010. Dasar-dasar komunikasi. Bogor (ID): Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB Press. Riyantoro B, Harmoni A. 2013. Efektivitas iklan melalui jejaring sosial sebagai salah satu strategi pemasaran keripik pedas maicih. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil) [internet]. [diunduh pada 28 Februari 2016]. Tersedia pada: http://www.ejournal.gunadarma.ac.id/ index.php/pesat/article/viewFile/923/813. Sharief DA. 2008. Analisis ekuitas merek (brand equity) kripik kentang merek le di wilayah Kota Bandung. [thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Shim TA. 2003. Periklanan Promosi, Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga. Ed ke-5. Singarimbun M, Effendi S. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES. Siswanto T. 2013. Optimalisasi media sosial sebagai media pemasaran usaha kecil menengah. Jurnal Liquidity [internet]. [diunduh pada 19 Ferbuari 2016]. Tersedia pada: http://www.liquidity.stiead.ac.id/wp-content/uploads/2013/04/ 10.-Tito-Siswanto.pdf. Soliha SF. 2015. Tingkat ketergantungan pengguna media sosial dan kecemasan sosial. Jurnal Interaksi [internet]. [diunduh pada 21 Mei 2016]. Tersedia pada: http://ijbssnet.com/journals/Vol_5_No_4_Special_Issue_March_2014/25.pdf. Sukma A A. 2012. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian melalui social networking websites. [internet]. [diunduh tanggal 29 September 2015]. Tersedia pada: http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/61 51/1/JURNAL.pdf. Sumanto MA. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta (ID): CAPS (Center of Academic Publishing Service). Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Ed ke-2 Syarif T. 2008. Kajian efektivitas model promosi pemasaran produk umkm. [internet]. [diunduh tanggal 5 Oktober 2015]. Tersedia pada: http://www.smecda.com/kajian/files/Jurnal_3_2008/01_T.Syarif.pdf. Tambunan TTH. 2009. UKM di Indonesia. Nazwar A, editor. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Tjiptono F. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi. Ed ke-3 Triyaningsih SL. 2011. Dampak online marketing melalui facebook terhadap perilaku konsumtif masyarakat. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan [internet]. [diunduh pada 1 Februari 2016]. Tersedia pada:
71
http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/manajemenbisnis/article/download /464/402. Triyono A. 2011. Pengaruh situs jejaring sosial facebook sebagai media alternatif untuk promosi. [internet]. [diunduh pada 27 Februari 2016]. Tersedia pada: http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/dian/article/view/6/5. Wahyuni S. 2014. Efektivitas media komunikasi pemasaran agrowisata Kuntum Nurseries (Jl. Raya Tajur No. 291, Bogor). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Wulandari YS. 2015. Efektivitas promosi melalui twitter pada perusahaan pariwisata bahari “ibu penyu”. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yang D. 2014. Using facebook for marketing. [tesis]. Finlandia (FD): Lahti University of Applied Sciences. Zarella D. 2010. The Social Media Marketing Book. Jakarta (ID): PT Serambi Ilmu Semesta.
72
LAMPIRAN
74
Lampiran 1 Peta lokasi rumah produksi “Chocofaza”
76
Lampiran 2 Jadwal pelaksanaan penelitian Kegiatan Penyusunan Proposal Kolokium Perbaikan Proposal Pengambilan data lapang Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Uji Petik Sidang skripsi Perbaikan laporan penelitian
Januari Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
77
Lampiran 3 Daftar Responden No . 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Timeset Pengisian Kuesioner 2016/04/20 2:43:48 2016/04/20 4:42:58 2016/04/20 4:44:37 2016/04/20 4:44:41 2016/04/20 4:54:16 2016/04/20 5:33:04 2016/04/20 5:34:40 2016/04/20 5:48:03 2016/04/20 5:48:41 2016/04/20 6:07:37 2016/04/20 6:18:29 2016/04/20 7:14:26 2016/04/20 7:54:02 2016/04/20 8:39:12 2016/04/20 7:08:28 2016/04/21 11:39:59 2016/04/22 12:13:03 2016/04/22 12:27:47 2016/04/22 12:31:46 2016/04/22 12:37:50 2016/04/22 12:38:13 2016/04/22 3:13:56 2016/04/22 3:27:38 2016/04/22 8:35:41 2016/04/22 5:11:12 2016/04/23 12:31:27 2016/04/23 6:22:07 2016/04/24 6:09:28 2016/04/25 8:41:45 2016/04/25 9:26:42 2016/04/25 5:16:47 2016/04/25 8:18:07 2016/04/25 9:37:50 2016/04/26 1:51:05 2016/04/26 5:27:50 2016/04/26 5:40:13 2016/04/26 10:52:19 2016/04/26 11:10:28 2016/04/26 12:18:43 2016/04/26 8:31:31 2016/04/26 9:03:19 2016/04/27 4:36:53
Nama Responden UWW MAR AEP MH ALA MES CP FAD EW NAB ARH INP NUF AMZ VAN DAA AH OA SAM SOF DBP ida NAL MKH NIK MSY RAM WH BIM FAR MIR MHA AZP DTP AH IQH KFG NBL NMA MAA FKU ADS
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan
P P P P P P P L L P L P P P P L P P P P L P P L P L P P L P L P L L L P P P P L P P
21 22 20 21 21 20 22 24 20 21 22 21 20 21 20 20 22 18 21 24 20 35 21 22 21 21 21 22 25 36 17 21 21 20 22 21 22 21 21 21 21 19
SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA Sarjana/D4 SMA/SMK/MA Sarjana/D4 Sarjana/D4 SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA Sarjana/D4 SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA Sarjana/D4 Sarjana/D4 SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA Sarjana/D4 SMA/SMK/MA Sarjana/D4 Sarjana/D4 SMA/SMK/MA Sarjana/D4 SMA/SMK/MA Sarjana/D4 Sarjana/D4 Sarjana/D4 SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA Sarjana/D4 Sarjana/D4 Sarjana/D4 SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA Sarjana/D4 Sarjana/D4 Sarjana/D4 SMA/SMK/MA
78
43 44 45 46 47 48 49 50
2016/05/02 9:10:39 2016/05/04 1:37:21 2016/05/04 4:20:48 2016/05/07 5:49:02 2016/05/07 7:35:05 2016/05/08 8:47:20 2016/05/09 10:25:15 2016/05/10 8:03:23
ASW DNF ANJ DSP SMA RID ABG DJU
P P P L P P L P
21 27 21 23 22 22 21 47
Sarjana/D4 Sarjana/D4 Sarjana/D4 Sarjana/D4 SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA SMA/SMK/MA Sarjana/D4
79
Lampiran 4 Panduan pertanyaan wawancara informan Pedoman Wawancara dengan Tim Marketing Produk Minuman Coklat “Chocofaza” Hari/Tanggal Wawancara Lokasi Wawancara Nama Informan Pekerjaan/Jabatan Pertanyaan Penelitian
: : : : :
Gambaran tentang Produk Minuman Coklat ‘Chocofaza” 1. Mengapa nama “Chocofaza” dipilih sebagai nama dari produk minuman coklat ini? 2. Apa visi, misi, dan tujuan dibuatnya usaha produk minuman coklat “Chocofaza”? 3. Bagaimana asal-usul produk minuman coklat “Chocofaza” ini terbentuk? 4. Bagaimana struktur dari usaha produk minuman coklat “Chocofaza”? 5. Bagaimana pembagian kerja di antara karyawan-karyawan nya? 6. Bagaimana bentuk kerja sama dari “Chocofaza” dengan penyuplai bahan baku produk minuman coklat ini? 7. Dengan siapa saja usaha produk minuman coklat “Chocofaza” ini bekerja sama? 8. Apa saja varian rasa dan berapa harga yang terdapat dalam produk minuman coklat “Chocofaza”? 9. Mengapa melakukan promosi dan penjualan hanya media sosial? 10. Mengapa “Chocofaza” tidak membuat gerai tersendiri di Bogor? 11. Bagaimana perkembangan pemasaran produk minuman coklat “Chocofaza” melalui media promosi tersebut? 12. Berapa omset yang didapatkan dari penjualan produk minuman coklat “Chocofaza”?
80
Lampiran 5 Tampilan kuesioner online
81
Lampiran 6 Dokumentasi penelitian
Penyebaran kuesioner online melalui fanpage “Chocofaza”
Salah satu balasan responden yang telah mengisi kuesioner online
Penyebaran kuesioner online dengan memberikan pesan chat kepada responden
Salah satu balasan responden
82
Lampiran 7 Hasil uji statistik Rank Spearman Reliability Statistics Cronbach's
N of Items
Alpha .568
35
Correlations Usia Correlation Coefficient Usia
ATTENTION
1.000
.154
.
.287
50
50
Correlation Coefficient
.154
1.000
Sig. (2-tailed)
.287
.
50
50
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho ATTENTION
N
Correlations Pendapatan Correlation Coefficient Pendapatan
DESIRE
1.000
.179
.
.476
50
18
Correlation Coefficient
.179
1.000
Sig. (2-tailed)
.476
.
18
18
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho DESIRE
N
Correlations Frekuensi_pes ATTENTION an Correlation Coefficient Frekuensi_pesan
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Correlation Coefficient ATTENTION
Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1.000
.560**
.
.000
50
50
.560**
1.000
.000
.
50
50
83
Lampiran 8 Hasil uji statistik Chi-Square JK * INTEREST Crosstabulation INTEREST Rendah Count
Sedang
Total Tinggi
0
1
10
11
0.0%
2.8%
27.8%
30.6%
1
12
12
25
2.8%
33.3%
33.3%
69.4%
1
13
22
36
2.8%
36.1%
61.1%
100.0%
Laki-Laki % of Total JK Count Perempuan % of Total Count Total % of Total
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
5.944a
2
.051
Likelihood Ratio
6.949
2
.031
Linear-by-Linear Association
5.473
1
.019
Pearson Chi-Square
N of Valid Cases
36
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .31.
84
RIWAYAT HIDUP
Sri Agustin Maulani dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 8 Agustus 1994. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara yang terlahir dari pasangan Supyadi, ST dan Dedah Judliah, M.Si. Penulis memulai pendidikannya di TK PGRI Serang pada tahun 1999-2000, SDN 20 Serang pada tahun 20002006, SMPIT Al-Izzah Serang pada tahun 2006-2009, MAN 2 Kota Serang pada tahun 2009-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Masuk Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur Undangan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selama penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, selain aktif belajar, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Pada Tingkat Persiapan Bersama, penulis menjadi anggota Bina Desa BEM KM IPB 2013 divisi Public Relation and Fundraising (PRF). Penulis juga bergabung dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Banten (KMB) sebagai sekertaris pada tahun 2012-2013 dan aktif menjadi anggota KMB hingga sekarang. Pada tingkat dua, penulis menjadi anggota di Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) di divisi Public Relation (PR) periode 2013-2014 dan ikut serta dalam kepanitiaan pada acara Communication Day (COMDAY) untuk mata kuliah Komunikasi Bisnis tahun 2014. Pada tingkat tiga, penulis mengikuti kepanitian di acara Indonesia Ecology Expo (INDEX) BEM FEMA tahun 2015.