Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
12 Pages
ISSN 2302-0253 pp. 1- 12
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN JALAN GAMPONG SEBAGAI JALUR EVAKUASI BENCANA TSUNAMI KOTA BANDA ACEH(STUDI KASUS JEULINGKE, TIBANG, DEAH RAYA) Abrar Akbar1, M. Isya2, Eldina Fatimah3 1) Magister 2,3) Prodi
Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 23111, Indonesia Email
[email protected]
Abstract: Banda Aceh has a total area of 61.36 km2 with an average height of 0.80 meters above sea level. The hillside location is quite far from the coast (Β± 13 Km), this poses a serious problem when where the earthquake and tsunami struck this town, which is when citizens tried to escape to the hills or other high plains. This study aims to determine the condition of the road Gampong Jeuligke, Tibang and Deah Raya used as evacuation routes, determine public perceptions of the effectiveness of evacuation paths available, and analysis of the effectiveness of the use of rural roads as evacuation routes in the event of a disester. This research was carried out by observing and measuring directly in the research sites, distributed questionnaires to determine the respondent's perception. Processing and data analysis using descriptive analysis. The results showed that the width and road conditions Jeuligke, Tibang and Deah Raya studied qualify as an evacuation route as required by SDC (Sea Defence Consultant) and research Slamet Sulaiman. Based on the analysis of the calculation of travel time to evacuate assuming a speed of 30 km/h, 35 km/h and 40 km/h for each village is still in the safe category which ranged from under 10 minutes. From the results of research conducted can be recommended, among others, should be held socialization of the importance of evacuation in the event of an earthquake and the introduction of the public about the village roads are effective for use as an evacuation route. Keywords : evacuation routes, earthquake and tsunami, descriptive qualitative
Abstrak: Kota Banda Aceh mempunyai luas wilayah 61,36 Km2 dengan tinggi rata-rata 0,80 meter diatas permukaan laut. Lokasi bukit yang cukup jauh dari pinggir pantai (Β±13 Km), hal ini menimbulkan masalah yang serius bila mana bencana gempa bumi dan tsunami melanda kota ini, yaitu pada saat warga berusaha menyelamatkan diri ke bukit atau dataran tinggi lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi jalan Gampong Jeuligke, Tibang dan Deah Raya yang digunakan sebagai jalur evakuasi, mengetahui persepsi masyarakat terhadap efektivitas jalur evakuasi yang tersedia, dan analisis tingkat efektivitas penggunaan jalan desa sebagai jalur evakuasi pada saat terjadibencana. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung di lokasi penelitian, membagikan quesioner untuk mengetahui persepsi persepsi masyarakat Gampong Jeulingke, Tibang dan Deah Raya sebagai responden. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebar dan kondisi jalan Gampong Jeuligke, Tibang dan Deah Raya yang diteliti memenuhi kriteria sebagai jalur evakuasi sebagaimana disyaratkan oleh SDC (Sea Defence Consultant) dan penelitian Slamet Sulaeman. Berdasarkan analisis perhitungan waktu tempuh untuk melakukan evakuasi dengan asumsi kecepatan 30 km/jam, 35 km/jam dan 40 km/jam untuk masing-masing gampong masih dalam kategori aman yaitu berkisar dibawah 10 menit. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disarankan antara lain perlu diadakan sosialisasi mengenai pentingnya melakukan evakuasi pada saat terjadi gempa bumi dan pengenalan kepada masyarakat mengenai jalan gampong yang efektif untuk digunakan sebagai jalur evakuasi. Kata kunci : Jalur evakuasi, gempa bumi dan tsunami, deskriptif kualitatif.
1-
Volume 4, No. 1, Februari 2015
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala evakuasi mendasari latar belakang penulis
PENDAHULUAN Kota Banda Aceh mempunyai luas
untuk melakukan penelitian ini, dengan objek
wilayah 61,36 km2 dengan tinggi rata-rata 0,80
penelitian adalah jalan-jalan desa di Gampong
meter diatas permukaan laut.Lokasi dataran
Jeulingke, Tibang dan Deah Raya Kecamatan
tinggi yang cukup jauh dari pinggir pantai (+ 13
Syiah Kuala Kota Banda Aceh.
km), menimbulkan masalah yang serius jika tsunami
melanda
kota.
Musibah
tsunami
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana
kondisi
jalur
evakuasi
merupakan bencana dengan efek kerusakan
bencana di Gampong Jeulingke, Tibang dan
yang begitu besar, laju kekuatan hempasan air
Deah Raya dan bagaimana persepsi masyarakat
laut
terhadap
yang
bergerak
ke
daratan
nyaris
efeksivitas
jalur
evakuasi
yang
menghancurkan apapun yang di lewatinya
tersedia serta bagaimana tingkat efektivitas
sehingga menimbulkan korban harta bahkan
penggunaan jalan desa sebagai jalur evakuasi
korban jiwa.
pada saat terjadinya bencana.
Terjadinya gempa bumi dan tsunami di
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
Aceh tidak terlepas dari letak Indonesia secara
untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi
geologis yang merupakan daerah pertemuan
kondisi jalur evakuasi bencana di Gampong
tiga
Jeulingke, Tibang dan Deah Raya, untuk
lempeng
convergence)
(Triple yakni
junction
Lempeng
plate Eurasia,
mengetahui
persepsi
masyarakat
terhadap
Lempeng Samudera Pasifik dan Lempeng
efeksivitas jalur evakuasi yang tersedia dan
Hindia Australia. Dampak dari pertemuan
untuk
ketiga
penggunaan jalan desa sebagai jalur evakuasi
lempeng
tersebut
mengakibatkan
wilayah di Indonesia sangat rawan terhadap bencana
gempa
bumi
dan
tsunami.
(Diposatono, 2008:XV).
menganalisis
tingkat
efektivitas
pada saat terjadinya bencana. Penelitian ini menggambarkan kondisi jalan yang digunakan sebagai jalur evakuasi
Berdasarkan pengalaman bencana gempa
bencana di Gampong Jeulingke, Tibang dan
dan tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember
Deah Raya adalah baik dan mempunyai lebar
2004,
sangat
yang bervariasi yaitu 5, 6 dan 8 meter.
mengalami kesulitan pada saat melarikan diri
Gampong Jeulingke merupakan daerah yang
dari gelombang tsunami karena terjadinya
relatif pada penduduk dibandingkan dengan
kemacetan
yang
Gampong Tibang dan Deah Raya sehingga
disebabkan oleh besarnya arus lalu lintas yang
mempengaruhi kelancaran terhadap evakuasi
bergerak secara, sehingga banyak korban jiwa
bencana tsunami.
kenyataannya
pada
setiap
masyarakat
ruas
jalan
yang tidak bisa dihindari. Belum tersedianya qanun atau peraturan mengenai standarisasi dalam penggunaan jalur Volume 4, No. 1, Februari 2015
-2
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala KAJIAN PUSTAKA
Perencanaan Jalur Evakuasi
Bencana Tsunami
Berdasarkan
buku
panduaan
dari
Tsunami adalah gelombang air yang
Kementerian Negara Riset dan Teknologi,
sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-
Pedoman Pembuatan Peta Jalur Evakuasi
macam gangguan di dasar samudra. Gangguan
Bencana Tsunami (2007). Jalur evakuasi di
ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran
rencanakan
lempeng, atau gunung meletus. Gelombang
disarankan tidak melintas sungai dan jembatan,
tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan
di daerah padat penduduk dirancang jalur
peristiwa pasang surut air laut. Karena itu untuk
evakuasi
menghindari pemahaman yang salah, para ahli
pergerakan masa di setiap blok tidak tercampur
oseanografi
dengan
sering
menggunakan
istilah
menjauhi
berupa
blok
garis
sistem
lainnya
pantai
blok,
untuk
dan
dimana
menghindari
gelombang laut seismik (seismic sea wave)
kemacetan.
untuk menyebut tsunami, yang secara ilmiah
direkomendasikan
lebih akurat. Tsunami dapat dipicu oleh
evakuasi sementara (evakuasi vertikal), dan
bermacam-macam
(disturbance)
setiap jalur evakuasi diperlukan rambu-rambu
berskala besar terhadap air laut, misalnya
evakuasi untuk memandu pengungsi ke titik
gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya
aman.
gangguan
Bangunan/ aman
gedung
sebagai
tempat
gunung berapi di bawah laut, atau tumbukan
Perencanaan peta jalur evakuasi bencana
benda langit. Tsunami dapat terjadi apabila
gempa dan tsunami adalah untuk memberikan
dasar laut bergerak secara tiba-tiba dan
informasi kepada masyarakat tentang rute atau
mengalami perpindahan vertikal.
jalur evakuasi yang akan memandu masyarakat menuju
Bottle Neck
tempat-tempat
aman
tepat
pada
waktunya (GTZ, 2010).
Berdasarkan kajian Safrizal (2013) Bottle
Darwanto (2005) menyatakan jalur-jalur
Neck merupakan suatu keadaan yang sangat
jalan untuk mitigasi perlu disesuaikan dengan
serius dan panik ketika terjadi bencana di suatu
struktur
wilayah
/
masyarakat dapat mengamankan diri menuju
kemacetan pada saat warga berusaha untuk
tempat-tempat penyelamatan sementara atau
menyelamatkan diri menuju daerah yang lebih
permanen dengan cepat. Coburn, dkk (1994)
aman. Terjadinya problem bottle neck yang
menyatakan pelebaran jalan-jalan di daerah
disebabkan karena jalur evakuasi Tsunami yang
perkotaan yang memiliki kepadatan tinggi
belum begitu memadai dan belum layak untuk
untuk memudahkan proses evakuasi. Hendrik
dijadikan sebagai sebuah jalur yang aman dan
(2010) menyatakan bahwa evakuasi pada
cepat dalam berevakuasi.
prinsipnya memindahkan atau mengungsikan
dimana
terjadi
penyumbatan
bangunan
yang
ada
sehingga
manusia dari tempat berbahaya ke tempat lain 3-
Volume 4, No. 1, Februari 2015
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang lebih aman.
aliran dan kecepatan. Aliran dan volume sering
SDC (Sea Defence Consultant) (2007)
dianggap sama, meskipun istilah aliran lebih
menyatakan untuk perencanaan lebar jalur
tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan
evakuasi dapat digunakan beberapa jalan raya
mengandung pengertian jumlah kendaraan yang
pada perkotaan yaitu :
terdapat dalam ruang yang diukur dalam satu
1. Arteri Primer : lebar minimum 10 meter
interval waktu tertentu. Konsentrasi dianggap
2. Arteri Sekunder : lebar minimum 8 meter
sebagai jumlah kendaraan pada suatu panjang
3. Kolektor Sekunder : lebar minimum 8
jalan tertentu, tetapi konsentrasi ini kadang-
meter.
kadang menunjukkan kerapatan (kepadatan).
4. Lokal Sekuder : lebar minimum jalan 4 meter.
Volume Lalu Lintas
5. Lingkungan : lebar minimum jalan 4 meter .
Morlok
(1985)
menyatakan
bahwa
volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan Slamet
Sulaeman,
dkk
(2008)
menyatakan dalam hasil penelitian :
ruas jalan tertentu dalam satu satuan waktu
1. Jalur evakuasi dirancang menjauhi garis pantai dan menjauhi aliran sungai;
sungai atau jembatan.
biasa
dinyatakan
dalam
satuan
dapat meliputi hanya tiap macam moda lalu lintas saja, seperti pejalan kaki, mobil, bis, atau
3. Supaya tidak terjadi penumpukan massa,
berpenduduk
mobil
barang,
atau
kelompokβkelompok
campuran moda. Periode β periode waktu yang
dibuat jalur evakuasi parallel. daerah
tertentu,
kend/jam. Jumlah pergerakan yang dihitung
2. Jalur evakuasi diusahakan tidak melintang
4. Untuk
yang melewati suatu titik tertentu dalam suatu
padat,
dipilih tergantung pada tujuan studi dan
dirancang jalur evakuasi berupa system
konsekuensinya,
tingkatan
ketepatan
yang
blok, dimana pergerakan massa setiap blok
dipersyaratkan akan menentukan frekuensi,
tidak tercampur dengan blok lainnya untuk
lama, dan pembagian arus tertentu.
menghindari kemacetan. 5. Untuk daerah yang landai dimana tempat
Kecepatan Lalu Lintas
tinggi cukup jauh, dibuat sistem kawasan aman sebagai tempat evakuasi sementara.
Morlok
(1985)
berpendapat
bahwa
kecepatan lalu lintas adalah jarak yang dapat ditempuh dalam satuan waktu tertentu, biasa dinyatakan dalam satuan km/jam. Pemakai
Karakteristik Arus Lalu Lintas Morlok (1985) berpendapat bahwa ada beberapa
cara
yang
dipakai
untuk
jalan
dapat
memperpendek
menaikkan waktu
kecepatan
untuk
perjalanan,
atau
mendefinisikan arus lalu lintas, tetapi ukuran
memperpanjang jarak perjalanan. Kecepatan
dasar yang sering digunakan adalah konsentrasi
didefinisikan sebagai suatu laju pergerakan, Volume 4, No. 1, Februari 2015
-4
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala seperti jarak per satuan waktu, umumnya dalam
ruas yang diamati adalah l, dan terdapat n
mil/jam atau kilometer/jam. Karena begitu
kendaraan, maka kepadatan k dapat dihitung
beragamnya kecepatan individual dalam aliran
sebagai berikut:
lalu lintas, maka kita biasanya menggunakan kecepatan
rata-rata.
Sehingga
jika
waktu
tempuh t1, t2, t3,.....,tn diamati unuk n kendaraan yang melalui suatu raus jalan sepanjang l, maka kecepatan tempuh rataπ βπ π=1
π‘π π
πβπ π=1 π‘π
= βπ
(1)
n = jumlah kendaraan pada l;
Kepadatan sulit diukur secara langsung,
keterangan : v =
k = kepadatan;
l = panjang ruas jalan.
ratanya adalah : π£=
π
π = π (2) keterangan :
kecepatan tempuh rata-rata atau kecepatan rata-rata ruang (km/jam);
l = panjang ruas jalan (km); ti = waktu tempuh dari kendaraan i untuk melalui pajang jalan l (jam);
besarnya
parameter
volume
ditentukan dan
dari
kecepatan,
dua yang
mempunyai hubungan sebagai berikut: π
π = π£ (3) keterangan : k = kepadatan rata-rata (kend/km); q = volume lalu lintas (kend/jam);
n = jumlah waktu tempuh yang diamati.
v = kecepatan rata-rata ruang (km/jam).
Tabel 2.1 Panjang lintasan pengamatan yang dianjurkan Perkiraan Kecepatan rata-rata arus lalu lintas (km/jam) < 40
sehingga
Analisis Jaringan Kerja Jalan Suatu sistem transportasi ditunjukkan sebagai suatu jaringan kerja untuk menerangkan
Panjang Lintasan (m)
komponen- komponen tersendiri dari sistem transportasi tersebut, dan hubungan antar
25
komponen tadi. Beberapa karakteristik utama
40 - 60
50
dari sistem itu adalah waktu perjalanan dan
< 60
75
biaya. Waktu perjalanan rata-rata dalam menit
Sumber : Direktorat pembinaan jalan kota 1990
tercantum pada setiap jalur. Waktu perjalanan
Kepadatan Lalu Lintas
dari pusat 1 ke pusat 8, lewat jalur-jalur (1,10),
Sebuah pendapat lain dikemukakan oleh Morlok (1985) mengenai kepadatan lalu lintas (density)
adalah
jumlah
kendaraan
yang
menempati panjang ruas jalan tertentu atau lajur, yang umumnya
dinyatakan sebagai
jumlah kendaraan per kilometer. Jika panjang
5-
Volume 4, No. 1, Februari 2015
(10,24), (24,23) dan (23,8) adalah 5+10+25+10 = 50 menit. (Morlok, 1985).
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala teknik pengambiln sampel yaitu : Sampel Probabilitas (Probability Sampling) dan Sampel Nonprobabilitas
(Nonprobability
Sampling).
Probability Sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel. Jalan utama Pertemuan / simpang
Populasi dan Sampel
Pusat-pusat daerah (country)
Menurut
Gambar 2.1 : Jaringan kerja jalan San Francisco Sumber : Morlok, 1985
Noor
(2012),
populasi
digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen / anggota dari suatu wilayah yang menjadi sasaran penelitian atau merupakan keseluruhan
Statistik Deskriptif Menurut
Arikunto
(2010),
istilah
deskriptif berasal dari bahasa inggris to describe
yang
berarti
memaparkan
atau
menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lainlain. Dengan demikian penelitian deskriptif untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian.
dari objek penelitian. Menurut Nazir (2011), sampel adalah bagian dari populasi. Survei sampel adalah suatu prosedur dimana hanya sebagian dari populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari populasi. Selain itu berdasarkan Roscoe tahun 1982 (dikutip dari Sugiono 2010) menyebutkan jumlah sampel minimal setiap kategori adalah 30 (tiga puluh) orang.
Teknik Pengumpulan Data Sugiyono (2005) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dapat dilakukan
Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan rumus Slovin (Noor,2012) : π =
π (4) 1+(ππ₯π 2 )
dengan observasi (pengamatan), wawancara
Dimana :
(interview), kuesioner (angket), dan gabungan
n = Jumlah elemen / anggota sampel;
ketiganya.
N = Jumlah elemen / anggota populasi; e = Error Level (tingkat kesalahan)
Teknik Sampling Menurut Noor (2012), ada 2 (dua) cara Volume 4, No. 1, Februari 2015
-6
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data-data penelitian yang telah diperoleh selanjutnya dilakukan proses pengolahan dan analisis
dengan
menggunakan
A. Identifikasi
dan
Inventarisasi
Kondisi
Jalur Evakuasi Bencana
pendekatan
Lokasi penelitian dilakukan di tiga jalan
deskriptif kualitatif. Hasil analisis tersebut di
utama Gampong Jeulingke Tibang dan Deah
bandingkan dengan teori-teori di Bab II.
Raya. Dimana jalan tersebut merupakan jalur
Sehingga terjawab efektifitas ketersediaan jalur
estafet yang menghubungkan ketiga gampong
evakuasi Gampong Jeulingke, Tibang dan Deah
tersebut.
Raya sehingga dapat disimpulkan sesuai dengan konsep perumusan permasalahan.
Gampong Jeulingke
Data yang diperlukan dalam penelitian
Jalur evakuasi bencana di Gampong
ini meliputi data primer dan data sekunder.
Jeulingke dilakukan pada jalan utama dengan
Data primer berupa data dari observasi,
titik awal jalur evakuasi yaitu jalan Tgk. Syarif.
pengukuran dan penyebaran angket kepada
Pada saat bencana, kepanikan melanda warga
responden.
dan mereka spontan menuju ketempat aman
Data sekunder diperoleh dari instansi-
secara bersamaan dan berkumpul di meunasah
instansi terkait, adapun data sekunder meliputi
Gampong Jeulingke. Kemudian warga berlari
peta dan data jumlah penduduk.
melintasi jalan Tgk. Syarif menuju ke jalan T.
Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan rumus Slovin yaitu : π =
8.931 8.931 π₯ (0,12 )+1
= 98,893 β 99
Nyak Arif selanjutnya menuju ke jalan Prada sebagai daerah yang aman. Keseluruhan rute tersebut adalah jalan aspal yang bagus dengan lebar lingkungan yang memenuhi syarat sebagai
Proporsi jumlah sampel menurut gampong adalah sebagai berikut : 1. Jumlah sampel pada Gampong Jeulingke : 99
π = 8.931 π₯ 6.469 = 71,70 β 72 2. Jumlah sampel pada Gampong Tibang : 99
π = π₯ 1.492 = 16,53 β 16 8.931 3. Jumlah sampel pada Gampong Deah Raya : π =
99 π₯ 8.931
970 = 10,75 β 11
jalur evakuasi yaitu diatas 4 meter.
Gampong Tibang Jalur evakuasi bencana Gampong Tibang dilakukan pada jalan utama dengan titik awal jalur evakuasi yaitu jalan Tgk. Meurah. Pergerakan
warga
dimulai
dari
mesjid
Gampong Tibang menuju Gampong Jeulingke yaitu jalan Tgk. Syarif selanjutnya jalan T. Nyak Arif, kemudian menuju ke jalan Prada Utama yang merupakan daerah yang aman terhadap tsunami. Keseluruhan rute tersebut adalah jalan aspal dan kondisi jalan bagus
7-
Volume 4, No. 1, Februari 2015
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dengan lebar lingkungan yang memenuhi syarat
diatas 4 meter.
sebagai jalur evakuasi yaitu diatas 4 meter. B. Persepsi Masyarakat terhadap Efektifitas Gampong Deah Raya
Jalur Evakuasi yang Tersedia
Jalur evakuasi bencana di Gampong
Pembangunan jalur evakuasi bencana di
Deah Raya dilakukan pada jalan utama dengan
Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh
titik awal jalur evakuasi yaitu jalan Mesjid.
dilakukan
Pergerakan
mesjid
masyarakat yang tinggal di pesisir pantai yang
Gampong Deah Raya menuju ke jalan Syiah
dikategorikan sebagai daerah rawan bencana
Kuala, Lorong Seukon, Jalan Teungoh, menuju
tsunami untuk melakukan evakuasi ke daerah
Gampong Tibang yaitu Jalan Tgk. Meurah
yang dianggap aman ketika bencana tsunami
kemudian menuju Gampong Jeulingke yaitu
terjadi. Sebagai solusi awal penyediaan jalur
jalan Tgk. Syarif selanjutnya jalan T. Nyak Arif,
evakuasi, jalan desa yang digunakan warga
dilanjutkan ke jalan Prada Utama. Keseluruhan
sebagai prasarana transportasi sehari-hari bisa
rute tersebut adalah jalan aspal dan kondisi
digunakan sebagai jalur evakuasi pada saat
jalan bagus dengan lebar lingkungan yang
terjadinya bencana.
warga
dimulai
dari
untuk
memudahkan
akses
memenuhi syarat sebagai jalur evakuasi yaitu
Persepsi Masyarakat Gampong Jeulingke Tabel Persepsi Masyarakat Gampong Jeulingke Tentang Jalur Evakuasi.
No.
Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Perlu tidaknya evakuasi Melakukan evakuasi Waktu yang lama untuk evakuasi Tersedia rambu evakuasi Hambatan dalam proses evakuasi Lebar jalan memadai untuk evakuasi Jalan gampong untuk evakuasi berliku Mudah dilalui oleh kendaraan roda dua Mudah dilalui oleh kendaraan roda empat Transportasi kendaraan roda dua Transportasi kendaraan roda empat Bagusnya kondisi fisik jalan evakuasi
Jawaban Ya Tidak org % org % 47 65,3 25 34,7 69 95,8 3 4,2 47 65,3 25 34,7 52 72,2 20 27,8 26 36,1 46 63,9 68 94,4 4 5,6 63 87,5 9 12,5 65 90,3 7 9,7 55 76,4 17 23,6 62 86,0 10 14,0 34 47,2 38 52,8 67 93,1 5 6,9
Jlh 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72 72
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa
melakukan evakuasi ketika terjadi bencana
sebagian besar masyarakat Gampong Jeulingke
gempa 11 April 2012 yaitu sebanyak 95,8%,
melakukan upaya penyelamatan diri dengan
dan sebanyak 65,3% menyatakan butuh waktu Volume 4, No. 1, Februari 2015
-8
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala yang lama untuk melakukan evakuasi. Sebagian
roda dua sebagai sarana transportasi sehari-hari
besar masyarakatnya menggunakan kendaraan
yaitu sebesar 86,0%.
Persepsi Masyarakat Gampong Tibang Tabel Persepsi Masyarakat Gampong Tibang Tentang Jalur Evakuasi.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pertanyaan
Jawaban Tidak % org % 75,0 4 25,0 87,5 2 12,5 81,3 3 18,7 93,7 1 6,3 43,7 9 56,3 93,7 1 6,3 81,3 3 18,7 93,7 1 6,3 87,5 2 12,5 87,5 2 12,5 31,3 11 68,7 93,7 1 6,3
Ya org 12 14 13 15 7 15 13 15 14 14 5 15
Perlu tidaknya evakuasi Melakukan evakuasi Waktu yang lama untuk evakuasi Tersedia rambu evakuasi Hambatan dalam proses evakuasi Lebar jalan memadai untuk evakuasi Jalan gampong untuk evakuasi berliku Mudah dilalui oleh kendaraan roda dua Mudah dilalui oleh kendaraan roda empat Transportasi kendaraan roda dua Transportasi kendaraan roda empat Bagusnya kondisi fisik jalan evakuasi
Jlh 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
Dari tabel diatas, terlihat bahwa 87,5%
yang lama untuk melakukan evakuasi. Sebagian
masyarakat Gampong Tibang melakukan upaya
besar masyarakatnya menggunakan kendaraan
penyelamatan diri dengan melakukan evakuasi
roda dua sebagai sarana transportasi yaitu
ketika terjadi bencana gempa 11 April 2012,
sebesar 87,5%.
dan sebanyak 81,3% menyatakan butuh waktu Persepsi Masyarakat Gampong Deah Raya Tabel Persepsi Masyarakat Gampong Deah Raya Tentang Jalur Evakuasi. No
Ya
Pertanyaan org
9-
Jawaban Tidak % org %
Jlh
1
Perlu tidaknya evakuasi
9
81,8
2
18,2
11
2
Melakukan evakuasi
9
81,8
2
18,2
11
3
Waktu yang lama untuk evakuasi
10
90,0
1
9,0
11
4
Tersedia rambu evakuasi
10
90,0
1
9,0
11
5
Hambatan dalam proses evakuasi
3
27,3
8
72,7
11
6
Lebar jalan memadai untuk evakuasi
9
81,8
2
18,2
11
7
Jalan gampong untuk evakuasi berliku
8
72,7
3
27,3
11
8
Mudah dilalui oleh kendaraan roda dua
9
81,8
2
18,2
11
9
Mudah dilalui oleh kendaraan roda empat
9
81,8
2
18,2
11
10
Transportasi kendaraan roda dua
10
90,0
1
9,0
11
11
Transportasi kendaraan roda empat
3
27,3
8
72,7
11
12
Bagusnya kondisi fisik jalan evakuasi
8
72,7
3
27,3
11
Volume 4, No. 1, Februari 2015
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa
masyarakat
Jeulingke,
93,7%
masyarakat
sebagian besar masyarakat melakukan evakuasi
Tibang dan 81,4% masyarakat Deah Raya
ketika terjadi bencana gempa 11 April 2012
menjawab bahwa lebar jalan gampong memadai
yaitu sebanyak 81,8% dan sebanyak 90,0%
digunakan sebagai jalur evakuasi.
menyatakan butuh waktu yang lama untuk melakukan
evakuasi.
Secara
dominan
masyarakatnya menggunakan kendaraan roda dua sebagai sarana transportasi yaitu sebesar 90,0%.
Kemudahan jalan gampong dilalui oleh kendaraan roda dua Sebanyak 90,3% masyarakat Gampong Jeulingke, 93,7% masyarakat Gampong Tibang dan 81,8% masyarakat Gampong Deah Raya
C. Analisis Tingkat Efektifitas Penggunaan Jalan Desa sebagai Jalur Evakuasi pada
menjawab kendaraan roda dua mudah untuk melalui jalan gampong pada saat jalur evakuasi.
saat Terjadinya Bencana Analisa efektifitas penggunaan jalan gampong sebagai jalur evakuasi dihasilkan berdaasrkan jawaban 72 responden Gampong
Kemudahan jalan gampong dilalui oleh kendaraan roda empat Sebanyak 76,4% masyarakat Jeulingke,
Jeulingke, 16 responden Gampong Tibang dan
87,5%
masyarakat
Tibang
dan
81,8%
11 responden Gampong Deah Raya.
masyarakat Deah Raya menjawab bahwa kendaraan roda empat mudah untuk melalui jalan gampong pada saat jalur evakuasi.
Hambatan pada saat evakuasi Masyarakat Jeulingke, Tibang dan Deah Raya beranggapan bahwa tidak ada hambatan
Kondisi fisik jalan gampong
yang berarti dalam proses evakuasi pada 26
Mengenai kondisi fisik jalan gampong,
Desember 2004 dan 11 April 2012. Hal ini
93,1% masyarakat Gampong Jeulingke, 93,7%
tergambar pada persentase jawaban responden
masyarakat Tibang dan 72,7% masyarakat
yaitu hanya 36,1% masyarakat Jeulingke,
Deah Raya menjawab bahwa jalan gampong
43,7%
yang digunakan untuk jalur evakuasi dalam
masyarakat
Tibang
dan
27,3%
masyarakat Deah Raya yang menyatakan
kondisi bagus.
terjadinya hambatan pada saat proses evakuasi. KESIMPULAN DAN SARAN Lebar jalan yang memadai sebagai jalur
Berdasarkan
evakuasi Umumnya
Kesimpulan
responden
beranggapan
bahwa lebar jalan gampong cukup memadai
pembahasan
dapat
hasil
analisa
diambil
dan
beberapa
kesimpulan , yaitu :
digunakan sebagai jalur evakuasi., 94,4% Volume 4, No. 1, Februari 2015
- 10
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 1. Jalan
desa
yang
digunakan
warga
1. Perlu dipertahankan kondisi perkerasan
Gampong Jeulingke, Tibang dan Deah
jalan desa yang tersedia sehingga tidak
Raya sebagai jalur evakuasi bencana
cepat
mempunyai lebar jalan yang bervariasi
terhambatnya proses evakuasi.
yaitu 5, 6 dan 8 meter.
rusak
yang
mengakibatkan
2. Perlu dibuat bangunan tinggi yang kokoh
2. Secara fisik, keseluruhan jalan desa yang
bagi masyarakat Gampong Deah Raya
digunakan sebagai jalur evakuasi bencana
sebagai tempat untuk melakukan evakuasi
adalah perkerasan aspal dengan kondisi
sementara
bagus.
gampong tersebut terletak di bibir pantai.
3. Umumnya Jeulingke,
masyarakat Tibang
dan
Gampong Deah
Raya
melakukan evakuasi pada saat terjadi gempa bumi dengan goncangan yang
atau
permanen,
mengingat
3. Perlu adanya penelitian lanjutan dalam hal menghindari kemacetan saat evakuasi dan upaya memaksimalkan proses evakuasi. 4. Perlu
adanya
sosialisasi
mengenai
relatif besar derdasarkan pengalaman pada
pentingnya evakuasi pada saat gempa bumi
26 Deseember 2004.
terjadi dengan skala tertentu dan memilih
4. Gampong Jeulingke merupakan daerah yang relatif padat penduduk sehingga mempengaruhi
kelancaran
rute yang efektif untuk menghindari banyaknya korban jiwa.
terhadap
evakuasi bencana tsunami. 5. Waktu tempuh evakuasi warga Gampong Jeulingke dengan asumsi kecepatan 30 km/jam, 35 km/jam dan 40 km/jam adalah 1,75 menit, 1,5 menit dan 1,31 menit. 6. Waktu tempuh evakuasi warga Gampong Tibang dengan asumsi kecepatan 30 km/jam, 35 km/jam dan 40 km/jam adalah
DAFTAR KEPUSTAKAAN Arikunto, S 2010, Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Badan Pusat Statistik, 2013, Banda Aceh dalam Angka 2013, Banda Aceh. Bappeda Kota Banda Acehk, 2013, Peta Kota Banda Aceh 2013, Banda Aceh. Fitra Rifwan 2012, βStudi Evaluasi Efektivitas
6,51 menit, 5,58 menit dan 4,89 menit.
Penggunaan Jalur Evakuasi pada Zona
7. Waktu tempuh evakuasi warga Gampong
Berpotensial Terkena Bencana Tsunami
Deah Raya dengan asumsi kecepatan 30
di Kota Padang, Jurnal, Universitas
km/jam, 35 km/jam dan 40 km/jam adalah
Andalas, Padang.
9,26 menit, 7,94 menit dan 6,95 menit.
GTZ-GITEWS, 2010. Panduan Perencanaan untuk Evakuasi Tsunami. Hendrik 20105, Evakuasi dan Penyelamatan
Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian dan pembahasan, yaitu : 11 -
Volume 4, No. 1, Februari 2015
Akibat Bencana Kebakaran, 2:1
Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Morlok, K, Edward, 1985, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Penerbit Erlangga, Jakarta. SDC-R-70022 (Sea Defence Consultant), 2007. Pedoman
Perencanaan
Pengungsian
Tsunami. Sugiyono
2005,
Metode
Penelitian
Administrasi, Edisi ke 12, Bandung. Syafrizal
2013,
βTingkat
Pengetahuan,
dan
Partisipasi
Kesiapsiagaan
Masyarakat dalam Pembangunan Jalur Evakuasi Tsunami di Kota Padang, Jurnal,
Universitas
Negeri
Padang,
Padang. Kompas, 2012, Gempa Bumi Kembar 11 April 2012, (http://kompasnews.com/2012/4/12/). Wildan Seni 2013, βKajian Kajian Jalur Evakuasi Berpotensi
Bencana
Gempa
Tsunami
Bumi Berbasis
Masyarakat, Tesis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Zainal Abidin 2013, βKajian Jalur Evakuasi dan Titik Evakuasi Bencana Gempa Bumi Berpotensi Tsunami, Tesis, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Volume 4, No. 1, Februari 2015
- 12