Vol. 2 No. 1 Hal. 197 - 214 Januari – Juni 2014
ISSN (Print) : 2337-6198 ISSN (Online) : 2337-618X
Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntungan Johannes Kepala Sekolah SDN 065012 Medan Tuntungan E-mail:
[email protected] ABSTRAK ”Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Di Kelas V SD Negeri 065012 Kec. Medan Tuntungan”. Rumusan masalah: 1).Apakah Model Pembelajaran Jigsaw Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Di Kelas V SDN 065012 Kec. Medan Tuntungan? 2). Bagaimana Model Pembelajaran Jigsaw Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Di Kelas V SDN 065012 Kec. Medan Tuntungan? Tujuan Penelitian:1).Untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui Model Pembelajaran Jigsaw di Kelas V SD Negeri 065012 Kec.Medan Tuntungan .2). Untuk mengetahui bagaimana penerapan Model Pembelajaran Jigsaw di KelasI V SDN 065012 Kec. Medan Tuntungan .Manfaat Penelitian:1).Untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kec. Medan Tuntungan. 2).Untuk meningkatkan kualitas pengajaran guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). 3).Untuk kelengkapan usul peneliti naik pangkat ke golongan IV/c. Penelitian Tindakan dilaksanakan melalui dua siklus dengan prosedur penelitian terdiri dari 1).Planning/ Perencanaan; 2).Acting/Tindakan; 3).Observing/Pengamatan; 4).Reflekting/Refleksi; Hal-hal yang masih merupakan aspek kelemahan direfleksikan pada siklus berikutnya. Hasil Penelitian Tindakan: berdasarkan data pada setiap siklus dapat di simpulkan bahwa: 1).Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan Aktivitas Belajar siswa karena ternyata nilai rata-rata aktifitas belajar mengalami peningkatan dari 62,14% pada Siklus I menjadi 77,14% pada Siklus II. 2).Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa,karena ternyata jumlah siswa pada kategori hasil belajar Kurang mengalami pengurangan dari 21,74 % pada Siklus I menjadi 8,69 % pada Siklus II; demikian juga jumlah siswa pada kategori hasil belajar Sedang mengalami pengurangan dari 52,17 % pada Siklus I menjadi 26,09 % pada Siklus II; sementara disisi lain terdapat peningkatan pada jumlah siswa kategori hasil belajar Baik bertambah dari 21,74 % pada Siklus I menjadi 39,13 % pada Siklus II; demikian juga jumlah siswa pada kategori hasil belajar Baik Sekali bertambah dari 4,35 % pada Siklus I menjadi 26,09 % pada Siklus II. Dengan demikian hipotesis tindakan yang berbunyi:”Melalui Model Pembejajaran Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 065012 Kecamatan Medan Tuntungan” dapat diterima. Kata Kunci : Model Pembelajaran Jigsaw, Meningkatkan Hasil Belajar IPA, SDN 065012 Medan Tuntungan ABSTRACT ‘The effectiveness of jigsaw instruction model to increase natural science learning result of fifth year of SD Negeri 065012 Medan Tuntungan”. The problems of the study are : 1) Can the jigsaw model increase Natural Science learning result of fifth year of SD Negeri 065012 Medan Tuntungan? 2) How can the jigsaw model increase Natural Science learning result of fifth year of SD Negeri 065012 Medan Tuntungan? The objectives of the study are : 1) to increase Natural Science learning result of fifth year of SD Negeri 065012 Medan Tuntungan through jigsaw model; and 2) to know how the jigsaw model can increase Natural Science learning result of fifth year of SD Negeri 065012 Medan Tuntungan. The significance of the study are : 1) to increase Natural Science learning result of fifth year of SD Negeri 065012 Medan Tuntungan; 2) to increase the instruction quality of science teacher; and 3) to fulfill one of the promotion requirements from IV/b to IV/c of the researcher. The action research was conducted through 2 cycles that consist of four research procedures, namely Planning, Acting, Observing and
197
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga Reflecting. The result of the action research can be formulated as the following : 1) jigsaw model can increase the result of students’ natural science learning since the students’ average score 62.14 in cycle I became 77.14 in cycle II; 2) jigsaw model can increase students’ learning result since the number of students with “poor” category decresed from 21.74 % in cycle I to 8.69 % in cycle II, the number of students with “medium” category decreased from 52.17 % in cycle I to 26.09 % in cycle II; whereas the number of students with “good” category increased from 21.74 % in cycle I to 39.13 % in cycle II and the number of students with “very good” category increased from 4.35 % in cycle I to 26.09 % in cycle II. Therefore, the hypothesis “ Jigsaw model can increse science learning result of fifth year students of SD Negeri 065012 Medan Tuntungan” is accepted. Keywords : Jigsaw Model, Science Learning result, SD Negeri 065012 Medan Tuntungan
I. Pendahuluan A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu bidang studi yang sangat besar pengaruhnya untuk menciptakan manusia yang berkualitas dalam pendidikan di Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar dan memberikan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan materi pelajaran IPA adalah memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman produk serta teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada sikap siswa yang mempelajari IPA. Fungsi Mata Pelajaran IPA adalah: (1).Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa.,(2).Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.,(3).Mempersiapkan siswa menjadi warganegara yang melek IPA dan teknologi dan (4).Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Depdiknas; 2004) Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan strategi pembelajaran yang tepat yang dapat melibatkan siswa seoptimal mungkin baik secara intelektual maupun emosional, karena pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pengalaman belajar. Keberhasilan pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah guru dan siswa. Selain menguasai materi seorang guru juga dituntut untuk menguasai strategipenyampaian materi dan mampu menciptakan suasana kelas yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga respon siswa dalam proses pembelajaran sangat tinggi. Apabila guru berhasil menciptakan suasana yang menyebabkan siswa termotivasi aktif dalam belajar akan memungkinkan terjadi peningkatan hasil belajar. Guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntungan selalu merasa tidak puas dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hambatan yang ditemui antara lain adalah kelas selalu pasif, motivasi siswa untuk belajar sangat rendah dan sangat sulit untuk menimbulkan interaksi baik antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru, sehingga kelas selalu didominasi oleh guru dan hasil belajar siswa tidak memuaskan. Berdasarkan kenyataan diatas maka penulis sebagai Kepala SDN.065012 Kecamatan Medan Tuntungan melakukan Penelitian Tindakan dengan judul:” Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntungan”
198
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Sejauh manakah efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw dapat Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Di Kelas V SDN.065012 Kecamatan Medan Tuntungan? 2. Bagaimana Model Pembelajaran Jigsaw dapat Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Di Kelas V SDN.065012 Kecamatan Medan Tuntungan? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw pada matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan. 2. Untuk mengetahui sejauhmana efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntungan . D. Manfaat Penelitian 1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntungan. 2. Untuk meningkatkan profesionalisme guru Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Negeri 065021 Kecamatan Medan Tuntungan. 3. Untuk Kelengkapan Usul Penelitian Naik Pangkat/Jabatan ke Golongan IV/c.
II. Kajian Teori dan Hipotesis Tindakan A. Kajian Teori
1. Hakekat Model Pembelajaran Jigsaw Jigsaw adalah merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang pertama kali dikembangkan dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Robert E. Slavin di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Pada Model pembelajaran Jigsaw siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997). Jigsaw dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian siswa saling bergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. (Lie,A,1994) Pada Model Pembelajaran Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan asal dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan
199
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Penerapan model pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut: 1). Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal disesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari lima siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal, memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok, baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal. 2). Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. 3). Guru Memberikan kuis untuk siswa secara individual 4). Guru memberikan penghargaan pada kelompok asal yang nilai rata-ratanya tinggi 5). Sebaiknya materi yang dipelajari sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya sehingga di kelas hanya membutuhkan sedikit waktu untuk meneruskannya.
2. Hakekat Hasil Belajar Belajar disebabkan oleh berbagai bentuk stimulus yang datang dari lingkungan siswa. Tercapainya kadar tujuan siswa disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar ini dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi antara individu dan lingkungannya, yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap (Purba, 2003). Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar. Hasil belajar untuk sebagian pendapat adalah berkat tindak guru dan pencapaian tujuan pembelajaran. Pada bagian lain, hasil belajar merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak diukur (seperti tertuang dalam angka raport) dan dampak pengiring ( terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar , (Dimyati, 2002).
200
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
Untuk mengetahui hasil belajar, siswa diberi tes yang mengukur banyaknya pengetahuan dari suatu bahan pengajaran pada tingkat tertentu. Kegiatan belajar untuk mengetahui ada tidaknya hasil belajar individu disebut evaluasi belajar.
3. Hakekat Pelajaran IPA Pelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar dan memberikan pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Fungsi Mata Pelajaran IPA adalah: (1).Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan yang Maha Esa., (2).Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.,(3).Mempersiapkan siswa menjadi warganegara yang melek IPA dan teknologi dan (4).Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. (Depdiknas ; 2004).Tujuan pembelajaran IPA adalah : (1).Menanamkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa ber-dasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2).Memberikan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, prinsip dan konsep IPA, serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (3).Memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan dan melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah, (4).Meningkatkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam dan (5).Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut pembelajaran IPA harus dilaksanakan melalui pendekatan kertampilan proses berupa keterampilan-keterampilan yang dimiliki untuk menghasilkan produk IPA yang satu sama lain sebenarnya tak dapat dipisahkan. Keterampilan-keterampilan yang dimaksud dijelaskan berikut ini (Rustaman, 2003). a. Mengamati Untuk dapat mencapai keterampilan mengamati siswa harus menggunakan sebanyak mungkin inderanya, yaitu indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba. Dengan demikian ia dapat mengumpulkan dan menggunakan fakta-fakta yang relevan dan memadai. b. Menafsirkan pengamatan (interpretasi) Untuk dapat menafsirkan pengamatan, siswa harus dapat mencatat setiap pengamatan, lalu menghubung-hubungkan pengamatannya sehingga ditemukan pola atau keteraturan dari suatu seri pengamatan. c. Mengelompokkan (klasifikasi) Dalam proses pengelompokan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. d. Meramalkan (prediksi) Keterampilan prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi atau belum diamati berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. e. Berkomunikasi Untuk mencapai keterampilan berkomunikasi, siswa harus dapat berdiskusi dalam kelompok tertentu serta menyusun dan menyampaikan laporan tentang kegiatan yang dilakukannya secara sistematis dan jelas. Siswa juga harus dapat menggambarkan data yang diperolehnya dalam bentuk grafik, tabel atau diagram.
201
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
f. Berhipotesis Berhipotesis dapat berupa pernyataan hubungan antar variabel atau mengajukan perkiraan penyebab terjadinya sesuatu. Dengan berhipotesis terungkap cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara untuk mengujinya. g. Merencanakan percobaan atau penelitian Agar siswa dapat merencanakan percobaan, ia harus dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan. Selanjutnya siswa harus dapat menentukan variabel yang dibuat tetap dan variabel yang berubah, menentukan apa yang dapat diamati, diukur atau ditulis, serta menentukan cara dan langkah-langkah kerja. Selain itu siswa juga harus dapat menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk menarik kesimpulan. h. Menerapkan konsep atau prinsip Dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki, siswa seharusnya dapat menerapkan konsep tersebut pada peristiwa atau pengalaman baru yang terkait dengan cara menjelaskan apa yang terjadi. i. Mengajukan pertanyaan Pertanyaan yang diajukan dalam mengembangkan keterampilan ini dapat meminta penjelasan tentang apa, mengapa, bagaimana atau menanyakan latar belakang hipotesis. Pertanyaan tentang latar belakang hipotesis menunjukkan bahwa siswa memiliki gagasan atau perkiraan untuk menguji atau memeriksanya. Dengan mengajukan pertanyaan diharapkan siswa tidak hanya sekedar bertanya tetapi melibatkan proses berpikir. B. Kerangka Berfikir Meningkatkan hasil belajar siswa memiliki dimensi penyajian kompetensi dasar dalam pembelajaran secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Oleh karena itu pembelajaran menuntut siswa untuk aktif dalam belajar agar tercapai prestasi belajar yang optimal. Tapi kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum seperti yang diharapkan. Untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 065012 Kecamatan Medan Tuntungan diperlukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat dan menarik, salah satu diantaranya ialah dengan Model Pembelajaran Jigsaw. Bekaitan dengan hal tersebut peneliti melakukan Tindakan Kelas untuk mengetahui sejauhmana efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SD Negeri 065012 Kecamatan Medan Tuntungan. Diduga melalui penerapan Model Pembejajaran Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 065012 Kecamatan Medan Tuntungan . C. Hipotesis Tindakan Melalui Model Pembejajaran Jigsaw diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa di Kelas V Sekolah Dasar Negeri .065012 Kecamatan Medan Tuntungan . III. Metode dan Prosedur Penelitian A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian Penelitian direncanakan selama tiga bulan pada Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014 dimulai dari bulan Februari sampai dengan April 2014. 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Sekolah Dasar Neger 065012 Kecamatan Medan Tuntungan.
202
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
Alasan peneliti memilih lokasi ini adalah: a).karena sepanjang pengetahuan penulis belum pernah dilakukan penelitian pada objek yang sama; b).karena peneliti sebagai Kepala Sekolah di tempat tersebut. B. Subjek Penelitian Sebagai subjek dalam penelitian adalah siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 065012 Kecamatan Medan Tuntungan dengan jumlah siswa 30 orang. C. Sumber Data Sumber data adalah siswa Kelas V SD Negeri 065012 Kecamatan Medan Tuntungan dan guru guru disekolah tersebut . D. Teknik dan Alat Pengumpul Data 1. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data: Observasi, Wawancara dan Dokumentasi . 2. Alat pengumpulan data Untuk memperoleh data yang diperlukan secara efektif dan efisien, pengumpulan data dilakukan melalui: Instrumen Observasi: digunakan dalam pengamatan langsung di dalam kelas oleh pengamat yang sudah ditentukan, dengan fokus observasi terhadap aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan Model Pembelajaran Jigsaw. Panduan Wawancara: wawancara dilakukan terhadap pengamat untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan penampilan guru mengajar. Evaluasi atau Tes
: dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa.
Catatan Lapangan
: peneliti mencatat hal-hal yang muncul diluar skenario yang ditetapkan dalam instrumen penelitian.
Dokumentasi
: Menggunakan kamera untuk mengambil foto pada kegiatan proses pembelajaran.
E. Analasis Data Analisis data dilakukan secara deskriptif komparatif yaitu membandungkan data antar siklus atau dengan indikator kinerja. Setelah data penelitian dikumpulkan, data tersebut diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1). Tahap mentabulasi data, semua data yang diperoleh ditabulasikan. 2). Tahap pengolahan data, semua data yang terkumpul diklasifikasikan, dianalisis kemudian disimpulkan. 3). Tahap penulisan laporan.
F. Indikator Kinerja Tindakan di asumsikan berhasil jika hasil belajar siswa dalam matapelajaran IPA mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) =70, dengan presentase jumlah siswa yang Tuntas Belajar mencapai 85 % atau lebih.
203
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
G. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode tindakan kelas terdiri dari 2 siklus. Langkah–langkah penelitian pada setiap siklus adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti bersama dengan kolaborator melakuakan persiapan antara lain: 1) Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Bahan Ajar yang akan disajikan pada proses pembelajaran. 2) Menyusun Skenario Pembelajaran berdasarkan Model Pembelajaran Jigsaw. 3) Menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi, panduan diskusi dan perangkat tes hasil belajar. 2. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini peneliti melaksanakan Tindakan Kelas atau praktek mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Kegiatan Pendahuluan Guru melakukan apersepsi, memberitahukan tujuan pembelajaran, menjelaskan langkah pembelajaran yang dilakukan dan mengkondisikan kelas supaya siap untuk belajar. 2) Kegiatan Inti a). Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok, terdiri dari 3-4 siswa dengan kemampuan yang berbeda, disebut kelompok asal. b). Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. c). Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal, memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok, baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal. d). Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. e). Guru Memberikan kuis untuk siswa secara individual f). Guru memberikan penghargaan pada kelompok asal yang nilai rata-ratanya tinggi g). Sebaiknya materi untuk dipelajari sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya sehingga di kelas hanya membutuhkan sedikit waktu untuk meneruskannya. 3) Kegiatan Penutup a). Guru menyimpulkan pelajaran b). Guru melakukan Evaluasi c). Guru memberikan PR 3. Pengamatan/Evaluasi Pengamatan dilakukan terhadap aktifitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh 2 orang obsrver. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengadakan diskusi dengan pengamat tentang teknis pelaksanaan pengamatan. Diskusi juga dilakukan setelah pengamatan selesai untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan proses pembelajaran yang sudah berlangsung. Pada akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan menggunakan tes. 4. Analisis dan Refleksi Semua data yang terkumpul dari hasil pengamatan,evaluasi dan diskusi dianalisis dan dideskrpsikan secara objektif sehingga diketahui kelebihan dan kekurangannya.
204
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Pada Siklus I 1. Perencanaan Pada siklus I guru melakukan tiga kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan yang dilakukan meliputi kegiatan guru memberikan orientasi berupa penyampaian sekilas tentang kompetensi dasar yang diajarkan yaitu; “Melakukan percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak”. Berikutnya guru mengawali materi pelajaran dengan menunjukkan gambar jungkat jungkit, katapel dan traktor di papan tulis, dengan tujuan memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa tentang keterkaitan materi yang disajikan. Dengan demikian siswa akan tertarik untuk menggali informasi dari gambar yang diamati. 2. Pelaksanaan Tindakan PelaksanaanTindakan Siklus I dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 03 April s/d 11 April 2014 dengan waktu satu kali pertemuan (2 x 35 menit). Langkah – langkah pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Pendahuluan Guru melakukan apersepsi, memberitahukan tujuan pembelajaran ,menjelaskan langkah pembelajaran yang dilakukan dan mengkondisikan kelas supaya siap untuk belajar. b. Kegiatan Inti 1). Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok asal (beranggotakan 3-4 siswa) dan di beri nomor kepala A,B,C,D. 2). Memberikan tugas kepala setiap kelompok asal dan masing-masing nomor kepala mendapat tugas yang berbeda 3). Membentuk kelompok baru yaitu kelompok ahli yang anggotanya dari kelompok asal dengan nomor kepala yang sama. Dengan demikian terbentuk 4 kelompok ahli yang masing-masing beranggotakan 3-4 siswa. 4). Masing-masing kelompok ahli berdiskusi membahas LKS melalui percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak yang sudah dibagikan menjadi tugasnya. 5). Siswa kembali ke kelompok asal dan masing-masing anggota mennyampaikan materi yang telah di diskusikan di kelompok ahli. 6). Setiap kelompok menyusun laporan secara tertulis. 7). Guru melakukan pengundian salah satu kelompok untuk memprestasikan hasil diskusi di kelompok asal. 8). Guru mengadakan kuis secara individual dan selanjutnya memberikan penghargaan kepada kelompok yang nilai rata-rata kelompoknya tertinggi. c. Kegiatan Penutup 1). Guru menyimpulkan pelajaran 2). Guru melakukan Evaluasi 3). Guru memberikan PR 3. Kegiatan Pengamatan a). Pengamatan Aktivitas Siswa Dengan berada pada tempat yang strategis, pengamat melakukan tugasnya dengan bantuan instrumen yang di berikan. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer pada siklus I terhadap aktivitas siswa dalam kelompok pada kegiatan pembelajaran Jigsaw terdapat pada tabel berikut.
205
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
Tabel 1. Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I Hasil Pengamatan No
Kategori Pengamatan Ya
Tidak
1
Jumlah siswa yang terlibat aktif dalam kelompok 1 – 2 orang.
√
2
Jumlah siswa yang terlibat aktif dalam kelompok 3 – 4 orang
√
3
Jumlah siswa yang terlibat aktif dalam kelompok 5 – 6 orang.
√
4
Ada pembagian tugas anggota kelompok.
√
5
Tidak ada pembagian tugas anggota dalam kelompok.
√
6
Tidak ada pembagian tugas anggota dalam kelompok.
√
7
Tugas dilaksanakan tidak sesuai dengan langkah – langkah.
√
8
Terdapat perilaku anggota kelompok yang tidak relevan
√
√
Berdasarkan data tersebut setelah melakukan diskusi dengan pengamat dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa yang terlibat dalam kelompok masih di dominasi 1 sampai 2 orang saja. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa belum dapat menempatkan dirinya dalam kelompok untuk bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan guru sehingga hanya beberapa orang saja yang terlibat secara aktif dalam penyelesaian tugas. Pada pembagian tugas anggota kelompok, menunjukkan sebagian besar siswa belum memberikan tugas kepada anggota-anggotanya dan hanya sebagian kecil saja yang sudah ada pembagian tugas anggota dalam kelompok. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa belum memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru dimana siswa mengambil peran dalam kelompoknya dengan membagi tugas sehingga pekerjaan kelompok dapat selesai sebagaimana mestinya. Kondisi kerjasama yang dilakukan tercermin pada prosedur kerja yang dilakukan, dimana sebagian besar kelompok belum melaksanakan tugas sesuai dengan langkah–langkah yang telah ditetapkan oleh guru. Hal ini sangat berpengaruh kepada hasil hasil belajar siswa yang belum mencapai nilai KKM. Pada aktivitas tentang perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar, menunjukkan persentase yang cukup besar.Hal ini mengindikasikan masih banyak siswa yang berperilaku menyimpang dari kegiatan yang dilakukan. Dari hasil pengamatan masih banyak siswa di dalam kelompok yang tidak fokus belajar. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pengawasan guru dan kemampuan guru untuk memberikan motivasi dan bimbingan yang lebih optimal tentang perlunya bekerja sama di dalam satu kelompok kerja.
206
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
b). Pengamatan Aktivitas Guru Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer pada siklus I terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran Jigsaw terdapat pada tabel berikut:
Tabel 2. Aktivitas Guru Pada Siklus I Hasil Pengamatan No
Kategori Pengamatan Ya
1
Menyampaikan pendahuluan
√
2
Menjelaskan materi
√
3
Membagi kelompok siswa
√
4
Membagikan kertas kerja kepada kelompok
√
5
Membimbing siswa
√
6
Menunjuk siswa untuk persentase
√
7
Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
√
8
Memberikan tes tertulis
√
9
Memberikan penguatan
√
10
Menyimpulkan materi
√
11
Perilaku yang tidak relevan
√
Tidak
Berdasarkan data tersebut setelah melakukan diskusi dengan pengamat dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang dilakukan guru belum sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer bahwa aktivitas guru dalam menyampaikan pendahuluan telah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan . Pada aktivitas menjelaskan materi dan mendemonstrasikan keterampilan, guru melakukannya dengan waktu yang tepat. Membagi kelompok dan membagikan LKS telah sesuai, meminta siswa untuk mempersiapkan alat tulis dan memberikan instruksi telah sesuai tetapi untuk aktivitas mengamati kegiatan siswa dalam kelompok dan memberikan umpan balik terhadap keluhan siswa belum efisien. Selanjutnya mengenai aktivitas kegiatan evaluasi yang diberikan guru terhadap hasil kerja kelompok siswa sudah sesuai. Dari hasil pengamatan observer ini sebenarnya guru belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Jigsaw, namun hal tersebut masih dalam batas yang dapat ditolerir. Pada siklus I guru masih ada melakukan aktivitas di luar kegiatan KBM, dimana dari data observer menunjukkan bahwa aktivitas yang tidak relevan dengan KBM terutama
207
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
kegiatan menertibkan siswa yang ribut karena belum terbiasa belajar berkelompok. Ini mengindikasikan bahwa guru belum konsisten menggunakan waktu dengan efektif. c). Evaluasi Pada akhir pembelajaran, peneliti melakukan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi belajar bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) setelah belajar dengan Model pembelajaran Jigsaw. Hasil evaluasi belajar pada Siklus I diklasifikasikan dan disajikan pada tabel berikut: Tabel 3. Nilai Belajar Siswa Pada Siklus I
No
Klasifikasi Nilai
Kriteria
Jumlah Siswa
%
1
< 59
Kurang
3
21,43 %
2
60 – 75
Sedang
7
50 %
3
76 – 89
Baik
3
21,43 %
4
90 – 100
Baik Sekali
1
7,14 %
14
100 %
Jumlah
Bedasarkan tabel diatas dapat dinyatakan bahwa dari 14 orang siswa, ternyata 3 orang (21,43 %) mencapai nilai Kurang; 7 orang (50 %) mencapai nilai Sedang; 3 orang (21,43 %) mencapai nilai Baik dan 1 orang ( 7,14 %) mencapai nilai Baik Sekali. Dengan demikian sebagian besar siswa berada dalam kategori perbaikan nilai. 4. Refleksi Siklus I Analisis terhadap hasil pengamatan, catatan guru, dan simpulan angket respon siswa, dijadikan bahan untuk menentukan tindakan selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tindakan refleksi ditunjukkan pada aktivitas guru dan siswa yang dilakukan selama siklus I. Setelah melakukan koloborasi antara observer dengan guru, maka diperoleh hasil refleksi sebagai berikut: 1. Aspek keberhasilan • Siswa sangat aktif dan termotivasi belajar dengan model pembelajaran Jigsaw. • Model pembelajaran Jigsaw memudahkan siswa belajar secara kelompok. • Sebagian besar siswa telah mengetahui langkah–langkah atau prosedur dalam pembelajaran model pembelajaran Jigsaw. • Pembelajaran yang disajikan memudahkan guru mengelola kegiatan belajar siswa 2. Aspek kelemahan • Keterlibatan siswa dalam kelompok dengan model pembelajaran Jigsaw masih rendah. • Hasil kerja kelompok masih belum sempurna. • Pembagian tugas anggota kelompok dalam model Jigsaw belum merata dilakukan sehingga masih ditemukannya perilaku yang tidak relevan dengan aktivitas pembelajaran. • Bimbingan dan motivasi terhadap siswa agar mampu bekerja sama dalam satu kelompok perlu ditingkatkan. • Guru belum terbiasa dengan model pembelajaran Jigsaw. • Waktu yang digunakan guru belum efektif artinya belum sesuai dengan waktu yang direncanakan dalam RPP
208
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
B. Hasil Penelitian Pada Siklus II 1. Perencanaan Pada siklus II guru melakukan tiga kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan pendahuluan yang dilakukan meliputi kegiatan guru memberikan orientasi yang dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari hari itu. Berikutnya guru mengawali materi pelajaran dengan menyajikan kompetensi dasar yang diajarkan. 2. Pelaksanaan Tindakan PelaksanaanTindakan Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 April s/d 27 April 2014 dengan waktu satu kali pertemuan (2 x 35 menit). Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Kegiatan Pendahuluan Guru melakukan apersepsi, memberitahukan tujuan pembelajaran ,menjelaskan langkah pembelajaran yang dilakukan dan mengkondisikan kelas supaya siap untuk belajar. b. Kegiatan Inti 1). Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok asal (beranggotakan 3-4 siswa) dan diberi nomor kepala A, B, C, D. 2). Memberikan tugas kepala setiap kelompok asal dan masing-masing nomor kepala mendapat tugas yang berbeda. 3). Membentuk kelompok baru yaitu kelompok ahli yang anggotanya dari kelompok asal dengan nomor kepala yang sama. Dengan demikian terbentuk 4 kelompok ahli yang masing-masing beranggotakan 3-4 siswa. 4). Masing-masing kelompok ahli berdiskusi membahas LKS melalui percobaan untuk menyelidiki hubungan antara gaya dan gerak yang sudah dibagikan. menjadi tugasnya. 5). Siswa kembali ke kelompok asal dan masing-masing anggota mennyampaikan materi yang telah di diskusikan di kelompok ahli 6). Setiap kelompok menyusun laporan secara tertulis. 7). Guru melakukan pengundian salah satu kelompok untuk memprestasikan hasil diskusi di kelompok asal. 8). Guru mengadakan kuis secara individual dan selanjutnya memberikan penghargaan kepada kelompok yang nilai rata-rata kelompoknya tertinggi.. c. Kegiatan Penutup 1). Guru menyimpulkan pelajaran 2). Guru melakukan Evaluasi 3). Guru memberikan PR 3. Kegiatan Pengamatan a). Pengamatan Aktivitas Siswa Dengan berada pada tempat yang strategis,pengamat melakukan tugasnya dengan bantuan instrumen yang diberikan. Hasil pengamatan aktifitas belajar siswa yang dilakukan oleh observer pada siklus II terhadap aktivitas siswa dalam kelompok pada kegiatan pembelajaran Jigsaw terdapat pada tabel berikut.
209
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
Tabel 4. Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II Hasil Pengamatan
No
Kategori Pengamatan
1
Jumlah siswa yang terlibat aktif dalam kelompok 1 – 2 orang.
√
2
Jumlah siswa yang etrlibat aktif dalam kelompok 3 – 4 orang
√
3
Jumlah siswa yang terlibat aktif dalam kelompok 5 – 6 orang.
√
4
Ada pembagian tugas anggota kelompok.
√
5
Tidak ada pembagian tugas anggota dalam kelompok.
√
6
Tidak ada pembagian tugas anggota dalam kelompok.
√
7
Tugas dilaksanakan tidak sesuai dengan langkah – langkah.
√
8
Terdapat perilaku anggota kelompok yang tidak relevan
√
Ya
Tidak
Berdasarkan data tersebut setelah melakukan diskusi dengan pengamat dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa telah terlibat dalam pembelajaran kelompok . Hal ini mengindikasikan sebagian besar siswa telah dapat menempatkan dirinya dalam kelompok untuk bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan guru sehingga semuanya terlibat secara aktif dalam penyelesaian tugas . Pada pembagian tugas anggota kelompok, menunjukkan semuanya telah memberikan tugas kepada anggota-anggotanya. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa sudah memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru dengan mengambil peran dalam kelompoknya sebagaimana mestinya. Kondisi kerjasama yang dilakukan tercermin pada prosedur kerja yang dilakukan, dimana sebagian besar kelompok telah melaksanakan tugas sesuai dengan langkah– langkah yang telah ditetapkan oleh guru. Hal ini sangat berpengaruh kepada hasil belajar siswa yang telah menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan siklus I. Pada aktivitas perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar, menunjukkan persentase nihil. Hal ini mengindikasikan tidak ada lagi siswa yang berperilaku menyimpang dari kegiatan yang dilakukan. b). Pengamatan Aktivitas Guru Hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer pada siklus II terhadap aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran Jigsaw terdapat pada tabel berikut.
210
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
Tabel 5. Aktivitas Guru Pada Siklus II No
Hasil Pengamatan
Kategori Pengamatan
Ya
1
Menyampaikan pendahuluan
√
2
Menjelaskan materi
√
3
Membagi kelompok siswa
√
4
Membagikan kertas kerja kepada kelompok
√
5
Membimbing siswa
√
6
Menunjuk siswa untuk persentase
√
7
Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya
√
8
Memberikan tes tertulis
√
9
Memberikan penguatan
√
10
Menyimpulkan materi
√
11
Perilaku yang tidak relevan
√
Tidak
Berdasarkan data tersebut setelah melakukan diskusi dengan pengamat dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang dilakukan guru telah sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat, dimana semua aktivitas pembelajaran telah dilakukan. Pada siklus II guru tidak ada melakukan aktivitas di luar kegiatan KBM. Ini mengindikasikan bahwa guru memang benar–benar menggunakan waktu dengan efektif dan telah menguasai langkah-langkah pembelajaran dengan model Jigsaw.. c). Evaluasi Pada akhir pembelajaran,peneliti melakukan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi belajar bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) setelah belajar dengan Model pembelajaran Jigsaw. Hasil evaluasi belajar pada Siklus II diklasifikasikan dan disajikan pada tabel berikut:
No
Tabel 6. Nilai Belajar Siswa Pada Siklus II Klasifikasi Nilai Kriteria Jumlah Siswa
%
1
< 59
Kurang
1
7,14 %
2
60 – 75
Sedang
3
21,43 %
3
76 – 89
Baik
6
42,86 %
4
90 – 100
Baik Sekali
4
28,57 %
14
100 %
Jumlah
Bedasarkan tabel diatas dapat dinyatakan bahwa dari 14 orang siswa, ternyata 1 orang (7,14 %) mencapai nilai Kurang; 3 orang (21,43 %) mencapai nilai Sedang; 6 orang (42,86 %) mencapai nilai Baik dan 4 orang ( 28,57 %) mencapai nilai Baik Sekali. Dengan demikian sebagian besar siswa berada pada kategori Baik dan Baik Sekali.
211
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
C. Pembahasan Semua siswa menyatakan senang belajar dengan Model Pembelajaran Jigsaw. Aktivitas belajar siswa juga meningkat melalui diskusi kelompok dan penyajian hasil kerja kelompok di depan kelas. Demikian juga guru sangat menyenangi metode ini, membuat mereka menjadi fasilitator yang sejati. Model Pembelajaran Jigsaw juga dapat menumbuhkan aktivitas dan prestasi belajar siswa, keseriusan belajar dan menyenangkan. Untuk jelasnya bagaimana perbandingan aktivitas siswa pada setiap siklus, perhatikan tabel berikut.
No. 01. 02. 03. 04.
Tabel 7. Aktivitas Belajar Siswa Antar Siklus SIKLUS I SIKLUS II AKTIVITAS NILAI KATAGORI NILAI KATAGORI Partisipasi siswa dlm pembelajaran Respon siswa terhadap Uraian tugas Respon siswa terhadap uraian temannya Aktivitas siswa dlm mengikuti pembelajaran
60
Aktif
80
Sangat aktif
55
Kurang aktif
80
Sangat aktif
55
Kurang aktif
70
Aktif
70
Aktif
80
Sangat aktif
05.
Aktivitas siswa dlm berdiskusi
70
Aktif
90
Sangat aktif
06.
Ketekunan siswa dlm belajar
55
Kurang aktif
60
Aktif
07.
Perhatian terhadap kegiatan pembelajaran
70
Aktif
80
Sangat aktif
Jumlah
435
Rata-rata
62,14
540 Aktif
77,14
Aktif
Berdasarkan tabel diatas dapat dinyatakan bahwa rata-rata nilai aktivitas siswa pada siklus I mengalami peningkatan dari 62,14 menjadi 77,14 pada siklus II. Berarti terjadi peningkatan aktivitas belajar dengan model pembelajaran Jigsaw. Tentang hasil belajar dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Hasil Belajar Siswa Antar Siklus Siklus I
Siklus II
%
%
Kurang
21,43 %
7,14 %
60 – 75
Sedang
50 %
21,43 %
03.
76 – 89
Baik
21,43 %
42,86 %
04.
90 – 100
Baik Sekali
7,14 %
28,57 %
100 %
100 %
No.
Klasifikasi Nilai
Kriteria
01.
< 59
02.
Jumlah
212
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
Berdasarkan tabel diatas dapat dinyatakan bahwa jumlah siswa yang termasuk kategori hasil belajar Kurang ada 21,43 % pada Siklus I; kemudian berkurang menjadi 7,14 % pada Siklus II. Selain itu jumlah siswa yang termasuk kategori hasil belajar Sedang ada 50 % pada Siklus I berkurang menjadi 21,43 % pada Siklus II. Pengurangan ini terjadi karena terdapat pertambahan jumlah siswa yang termasuk kategori hasil belajar Baik dari 21,43 % pada Siklus I menjadi 42,86 % pada Siklus II. Demikian juga terdapat pertambahan jumlah siswa yang termasuk kategori hasil belajar Baik Sekali dari 7,14 % pada Siklus I bertambah menjadi 28,57 % pada Siklus II. Berdasarkan analisis data tersebut dapat dinyatakan bahwa Metode Pembelajaran Jigsaw telah dapat meningkatkan hasil belajar siswa di di Kelas V SDN.065012 Kecamatan Medan Tuntungan . V. Kesimpulan Dan Saran A. Kesimpulan Dari deskripsi data pada setiap siklus dapat di simpulkan bahwa : 1. Aktivitas belajar siswa Kelas V SDN.065012 Kecamatan Medan Tuntungan mengalami peningkatan dalam Model Pembelajaran Jigsaw terbukti dengan rata-rata nilai aktifitas siswa pada Siklus I mengalami peningkatan dari 62,14 menjadi 77,14 pada Siklus II. 2. Prestasi belajar siswa Kelas V SDN.065012 Kecamatan Medan Tuntungan mengalami peningkatan setelah mengikuti Model Pembelajaran Jigsaw terbukti dengan berkurangnya jumlah siswa yang termasuk kategori hasil belajar Kurang dari 21,43 % pada Siklus I menjadi 7,14 % pada Siklus II. Demikian juga jumlah siswa yang termasuk kategori hasil belajar Sedang berkurang dari 50 % pada Siklus I menjadi 21,43 % pada Siklus II. Pengurangan ini terjadi karena terdapat pertambahan jumlah siswa yang termasuk kategori hasil belajar Baik dari 21,43 % pada Siklus I menjadi 42,86 % pada Siklus II. Demikian juga terdapat pertambahan jumlah siswa yang termasuk kategori hasil belajar Baik Sekali dari 7,14 % pada Siklus I bertambah menjadi 28,57 % pada Siklus II. B. Saran 1. Kepada guru-guru di SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntungan disarankan agar menerapkan Model Pembelajaran Jigsaw pada bidang studinya masing-masing sesuai dengan materi pelajaran yang relevan. 2. Kepada Pengawas Sekolah agar memberikan bimbingan dan arahan lebih intensive kepada guru-guru supaya lebih terampil mengelola pembelajaran di sekolah. 3. Kepada Dinas Pendidikan dan Komite Sekolah agar menyediakan anggaran seperlunya untuk kegiatan Penelitian Tindakan Kelas bagi guru-guru SD.
Daftar Pustaka Ali, H. Muhammad, Drs. 2002. “Guru dalam Proses Belajar Mengajar” Jakarta: Rineka Cipta Bahri, Djamarah Syaiful, Zain Aswan (2006). Strategi Belajar Mengajar (Cetakan Ke-3). Dahar, R.W. 1991,Teori-teori Belajar, Erlangga, Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta
213
Johannes: Efektivitas Model Pembelajaran Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Kelas V SDN 065012 Kecamatan Medan Tuntunga
Suharsimi, Arikumto, Suharjono, Supandi (2008). Penelitian Tindakan kelas (cetakan ke–7). Slameto,1998.”Belajar dan Pustaka,Jakarta.
Faktor-faktor
yang
214
mempengaruhinya.”
Bina
Aksara