perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS MODEL BLENDED E-LEARNING COOPERATIVE APPROACH TIPE TGT DILENGKAPI MODUL TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh : DIAN PRATIWI K3308003
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA November 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Dian Pratiwi
NIM
: K3308003
Jurusan/Program Studi
: P.MIPA / Pendidikan Kimia
Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul BLENDED
e-LEARNING
COOPERATIVE
EFEKTIVITAS MODEL APPROACH
TIPE
TGT
DILENGKAPI MODUL TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X SEMESTER II SMA ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta,
November 2012
Yang membuat pernyataan
Dian Pratiwi K3308003
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS MODEL BLENDED E-LEARNING COOPERATIVE APPROACH TIPE TGT DILENGKAPI MODUL TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh : DIAN PRATIWI K3308003
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA November 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. H. Sugiharto, Apt, M.S
Dra. Bakti Mulyani, M.Si
NIP. 19490317 197603 2 002
NIP. 19590725 195803 2 008
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mandapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: Senin
Tanggal
: 26 November 2012
Tim Penguji Skripsi : Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. J.S. Sukardjo, M.Si
Sekretaris
: Dr. rer.nat Sri Mulyani, M.Si
Anggota I
: Drs. Sugiharto, Apt., MS
Anggota II
: Dra. Bakti Mulyani, M.Si
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Dian Pratiwi. EFEKTIVITAS MODEL BLENDED e-LEARNING COOPERATIVE APPROACH TIPE TGT DILENGKAPI MODUL TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. November 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri 5 Surakarta pada materi pokok Hidrokarbon kelas X semester II tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain penelitian Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta tahu n pelajaran 2011/2012 sebanyak 9 kelas. Sampel terdiri dari 2 kelas, yaitu kelas X.2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.3 sebagai kelas kontrol yang dipilih secara cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes objektif untuk prestasi belajar kognitif dan metode angket untuk prestasi belajar afektif. Teknik analisis data menggunakan uji tpihak kanan. Model pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen adalah model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul. Pembelajaran tatap muka Model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) dalam penelitian ini dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran dunia maya dilakukan dengan E-learning menggunakan media jejaring sosial facebook. Sedangkan model pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah model konvensional. Model konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru untuk mengajar di SMA Negeri 5 Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMA Negeri 5 Surakarta pada materi pokok Hidrokarbon kelas X semester II tahun ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata selisih prestasi belajar kognitif dan afektif siswa kelas eksperimen (model pembelajaran Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) dilengkapi modul) yang masing-masing sebesar 47,4830 dan 106,3438 lebih tinggi daripada rata-rata selisih prestasi belajar kognitif dan afektif siswa kelas control (model konvensional) yang masingmasing sebesar 40,0738 dan 99,9698. Kata Kunci: Model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA), Model Konvensional, Modul, Prestasi Belajar, Hidrokarbon
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Dian Pratiwi. THE EFFECTIVENESS OF BLENDED e-LEARNING COOPERATIVE APPROACH (BeLCA) MODEL TGT TYPE COMPLETED BY MODULE TOWARD THE CHEMISTRY LEARNING ACHIEVEMENT ON THE SUBJECT MATTER OF HYDROCARBON FOR GRADE X OF SMA NEGERI 5 SURAKARTA IN ACADEMIC YEAR 2011/2012. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. 2012. The aim of this research was to know the effectiveness of Blended Elearning Cooperative Approach (BeLCA) model TGT type completed by module toward the chemistry learning achievement on the subject matter of hydrocarbon for grade X of SMA Negeri 5 Surakarta in second semester of academic year 2011/2012. This research used the experimental method with Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. The population were the grade X students of SMA Negeri 5 Surakarta in academic year 2011/2012.The number of the population class was 9 classes. The sample consists of 2 classes, which were X.2 class as experiment class (the BeLCA model completed by module) and X.3 class as control class (the conventional learning model). The sampling technique of this research was cluster random sampling. The data collection technique used objective test method to measure the cognitive learning achievement and questionnaire method to measure the affective achievement. The data analysis technique in this research was right tail t- test. The learning model that was used in experimental class was Blended Elearning Cooperative Approach (BeLCA) model TGT type completed by module. In this experiment, the face to face learning of Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) used the cooperative learning model TGT type and the virtual world learning used the e-learning method using social network facebook. On the other hand, the learning model that was used in control class was the conventional model. The conventional model is a learning model that is commonly used by teachers to teach in SMA Negeri 5 Surakarta. Based on the result of research, it could be concluded that Blended eLearning Cooperative Approach (BeLCA) model TGT type completed by module was effective to improve the student learning achievement of SMA Negeri 5 Surakarta on the subject matter of hydrocarbon for grade X in academic year 2011/201 affective achievement in experiment class were respectively 47,4830 and 106,3438 higher than in control class respectively 40,0738 and 99,9698.
Keywords: Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) Model, Conventional Learning Models , Module, Learning achievement, Hydrocarbon.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) dan hanya kepada Tuhan(Q.S Al-Insyirah: 6-8)
pernah melakukan kesalahan, maka dia tidak pernah
(Albert Einstein)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Makalah skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapak , Ibu , dan kakakku tercinta 2. Mukhtarus Bahroinuddin yang selalu memberikan dukungan dan motivasi 3. Teman-teman kimia angakatan 2008 4. Almamater. 5. Semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur hanya bagi Allah SWT yang telah melimpahkan banyak rahmat, nikmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis sehingga pada waktu-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, saran, dorongan dan perhatian dari berbagai pihak, skrpsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Program Kimia Jurusan P. MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan perhatian yang luar biasa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Bapak Drs. Sugiharto, Apt, M.S., selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dorongan dan perhatian yang luar biasa sehingga memperlancar penulisan skripsi ini. 5. Bapak Sajidan, S.Pd, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 5 Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian. 6. Bapak Drs. Ari Harnanto, M.Si, Selaku guru mata pelajaran kimia SMA Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan bimbingan,pengarahan dan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Siswa-siswi kelas X.2 dan X.3 SMA Negeri 5 Surakarta atas bantuan dan kerjasamanya. 8. sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UNS 2008. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi yang telah dikerjakan ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis
berharap semoga karya ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Surakarta, November 2012
Penulis
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL .................................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... ii HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vi HALAMAN ABSTRACT ............................................................................ vii HALAMAN MOTTO ................................................................................... viii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix KATA PENGANTAR .................................................................................. x DAFTAR ISI ................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah......................................................................... 7 C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 7 D. Rumusan Masalah ........................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 9 F. Manfaat Penelitian ........................................................................... 9 BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 10 A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 10 1. Efektivitas .................................................................................. 10 2. Belajar dan Pembelajaran ........................................................... 11 3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ............................................ 19 4. e-Learning .................................................................................. 23 6. Facebook .................................................................................... 25
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Blended Learning ....................................................................... 28 8. Blended e-Learning Cooperative Approach (BeLCA) ................. 32 9. Modul......................................................................................... 35 10. Pembelajaran konvensional ....................................................... 38 11. Prestasi Belajar ......................................................................... 39 12. Materi Pokok Hidrokarbon ....................................................... 43 13. Penelitian yang Relevan............................................................ 58 B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 60 C. Perumusan Hipotesis ...................................................................... 62 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 63 A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 63 1. Tempat Penelitian ....................................................................... 63 2. Waktu Penelitian ........................................................................ 63 B. Metode Penelitian ........................................................................... 64 1. Variabel Penelitian ..................................................................... 65 2. Prosedur Penelitian ..................................................................... 65 C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ...................................... 66 1. Populasi ...................................................................................... 66 2. Teknik Pengambilan Sampel....................................................... 66 D. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. 66 1. Metode Tes ................................................................................. 67 2. Metode Angket ........................................................................... 67 E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 67 1. Instrumen Penilaian Kognitif ...................................................... 67 2. Instrumen Penilaian Afektif ........................................................ 73 F. Teknik Analisis Data ...................................................................... 76 1. Uji Prasyarat ....................................................................... 76 2. Uji-t .................................................................................... 78 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 80 A. HASIL PENELITIAN .................................................................... 80 1. Prestasi Belajar Kognitif Siswa ................................................. 80
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Prestasi Belajar Afektif Siswa ................................................... 83 3. Uji Prasyarat Analisis ............................................................... 84 4. Pengujian Hipotesis .................................................................. 86 B. PEMBAHASAN ............................................................................ 88 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .................................. 102 A. Kesimpulan .................................................................................... 102 B. Implikasi ........................................................................................ 102 C. Saran .............................................................................................. 103 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 104 LAMPIRAN ................................................................................................. 109
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Hal
2.3
Delapan Nama Senyawa Alkana .......................................................
47
2.4
Delapan Nama Senyawa Alkena ........................................................
46
2.5
Delapan Nama Senyawa Alkuna ................................................
48
2.6
Nama dan Struktur Gugus Alkil
.
49
3.1
Waktu dan Tahap Pelaksanaan Penelitian ..................................
63
3.2
Rancangan Penelitian Randomized E-Learning Cooperative Approach Pretest-Postest Design ..............................................
64
3.3
Rangkuman Hasil Validitas Item Tryout Soal Kognitif...............
68
3.4
Rangkuman Hasil U ji Validitas Isi Soal Kognit if
....
69
3.5
Rangkuman Hasil Reliabilitas Tryout Soal Kognitif
...
71
3.6
Rangkuman Hasil Penentuan Tingkat Kesukaran Tryout Soal 71
3.7
Kognitif Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Kognit if
3.8
Skor Penilaian Afektif
3.9
Rangkuman Hasil Validitas Item Tryout Angket Afektif
3.10
Rangkuman Hasil Uji Validitas Isi Soal Afektif .
75
3.11
Rangkuman Hasil Reliabilitas Tryout Angket Afektif
76
4.1
Rangkuman Data Induk Penelitian Kognitif
4.2
Distribusi Frekuensi Pretest Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan
.
Kelas Kontrol 4.3
.
..
....
73 74
80
81
Distribusi Frekuensi Postest Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
4.4
73
...
81
Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
82
4.5
Rangkuman Data Induk Penelitian Afektif
4.6
Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan
83
Kelas Kontrol
83
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
4.7
digilib.uns.ac.id
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognit
.
4.8
85
4.9
Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Nilai Afektif..
85
4.10
Ringkasan Hasil Uji t-pihak kanan Selisih Nilai Kognitif Kelas
85 86
4.11
Ringkasan Hasil Uji t-pihak kanan Nilai Afektif Kelas Eksperimen 87
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Hal
1.1
Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA)
3
2.1
Tipe Interaksi Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA)..
33
2.2
Rantai Karbon
44
2.3
Ikatan Antar Atom Karbon
44
2.4
Kerangka Berpikir
4.1
Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Siswa Kelas
.......
Eksperimen dan Kelas Kontrol 4.2
.....
82
Histogram Perbandingan Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan ....
4.3 4.4
60
84 91
Diskusi Siswa dengan Guru
92
4.5
93
4.6
95
4.7
Contoh Sumber Belajar yang dapat Dia
commit to user xvii
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Hal Lampiran 1.
Silabus ......................
109
Lampiran 2.
112
Lampiran 3.
Pembagian Kelompok Belajar Siswa...
Lampiran 4.
Lembar Validasi Modul Kelompok......................................
Lampiran 5.
Nilai KKM Hidrokarbon SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011....
......
145 146
.....................................................
149
Lampiran 6.
Hasil Wawancara Kesetaraan Kelas....................................
150
Lampiran 7.
Piagam Penghargaan
151
...........................................
Lampiran 8.
152
Lampiran 9.
Kisi-Kisi Soal Kognitif
.......
...
153
Lampiran 10.
Kisi-Kisi Soal Kognitif
.......
...
175
Lampiran 11.
Soal Kognitif
.......
.....
195
Lampiran 12.
Soal Kognitif
.......
...
196
Lampiran 13.
Indikator dan Kisi-Kisi Aspek Afektif
.......
...
209
Lampiran 14.
Angket Aspek Afektif
.......
...
210
Lampiran 15.
220
Lampiran 16.
.......
...
223
Lampiran 17.
.......
...
227
Lampiran 18.
.......
...
231
Lampiran 19.
Data Induk Penelitian
.
Lampiran 20.
235
.......
...
236
Lampiran 21.
Uji Homogenitas.......................
246
Lampiran 22.
Uji t-
Lampiran 23.
Uji t-
........
252
Lampiran 24.
Nilai Mid Semester Genap Kelas X-2 dan X-3...................
254
Lampiran 25.
Hasil Angket Respon Siswa terhadap Modul.......................
255
Lampiran 26.
Hasil Angket Respon Siswa terhadap e-Learning.................
258
Lampiran 27.
Hasil Angket Respon Siswa terhadap Facebook...................
259
...... ......
commit to user xviii
251
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 28.
Dokumentasi Pembelajaran e-Learning................................
264
Lampiran 29
Link Sumber Belajar dalam e-Learning..............................
272
Lampiran 30
Game Facebook
Lampiran 31
Dokumentasi Pembelajaran Tatap Muka.............................
281
Lampiran 32
Modul Hidrokarbon..............................................................
282
Lampiran 33
Lembar Diskusi Kelompok..................................................
322
Lampiran 34
Tata Cara dan Aturan Permainan Kartu Domino.................
330
Lampiran 35
Soal-Soal dalam Kartu Domino............................................
331
.............................. 278
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah
meningkatkan mutu pendidikan di setiap jenjang
pendidikan yang ada. Meningkatkan mutu pendidikan pada dasarnya adalah meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk mewujudkan tujuan nasional pendidikan, dilakukan pengembangan kurikulum dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Dalam penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pelajaran kimia merupakan kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi di SMA/MA/sederajat yang wajib diajarkan. Pelajaran kimia merupakan salah satu pelajaran yang memiliki karakteristik tersendiri dan memerlukan keterampilan dalam memecahkan masalah-masalah ilmu kimia yang berupa teori, konsep, hukum, dan fakta. Salah satu tujuan pembelajaran ilmu kimia di SMA adalah agar siswa memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitanya serta penerapanya baik dalam kehidupan sehari-hari maupun teknologi. Oleh sebab itu, siswa diharapkan mampu memahami dan menguasai konsep-konsep kimia.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
SMA Negeri 5 Surakarta merupakan salah satu Sekolah Menengah atas Negeri yang ada di kota Surakarta. Salah satu permasalahan yang terjadi di sekolah tersebut adalah masih banyaknya siswa yang memperoleh nilai ulangan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam materi pokok Hidrokarbon. Hal ini dimungkinkan terjadi karena tidak sesuainya model pembelajaran yang diterapkan dengan karakteristik materi Hidrokarbon dan karakteristik siswa. Model pembelajaran
yang diterapkan di SMA tersebut adalah model
konvensional. Model konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran dengan menggunakan model yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Dalam model tersebut pembelajaran berpusat pada guru, siswa hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru. Oleh sebab itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam materi Hidrokarbon. Hidrokarbon merupakan salah satu materi kimia yang diajarkan di SMA kelas X semester genap. Hidrokarbon memiliki karakteristik materi yang umumnya tidak disukai dan dirasa sulit oleh para siswa. Karakteristik materi hidrokarbon adalah sebagai berikut : 1. Materi hidrokarbon berisi fakta-fakta istilah yang jumlahnya banyak dan bervariasi yang harus dihafalkan siswa. 2. Istilah-istilah dalam materi hidrokarbon umumnya berupa nama-nama senyawa, sangat asing bagi siswa karena tidak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari 3. Materi
hidrokarbon
merupakan
materi
yang
padat,
sehingga
membutuhkan waktu yang lebih panjang dalam penyampaian materi di dalam kelas.
(I Wayan Subagia, 1998 : 45)
Dengan karakteristik materi diatas, diperlukan model pembelajaran yang cocok agar siswa lebih menyukai dan lebih mudah dalam menangkap materi hidrokarbon. Karakteristik
siswa
juga
berpengaruh
terhadap
pemilihan
model
pembelajaran. Siswa SMA termasuk ke dalam kelompok usia remaja. Dalam perkembangan sosial, remaja mempunyai kecenderungan membentuk kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
dengan teman sebaya dan kecenderungan kegiatan berkelompok. Pengaruh teman sebaya dalam hal sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku sangat besar selama masa remaja dan lebih dominan daripada pengaruh keluarganya. Selain berkelompok, anak usia SMA juga mempunyai kecenderungan aktif dan tertarik mengikuti perkembangan zaman khususnya di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Karakteristik-karakteristik siswa tersebut perlu diperhatikan dalam pemilihan model pembelajaran karena siswa merupakan subjek dalam pembelajaran. Model Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) merupakan model alternatif yang diharapkan dapat
membantu untuk
memecahkan
permasalahan pembelajaran yang terjadi pada materi pokok Hidrokarbon. Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA)
adalah pengembangan dari model
Blended learning yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran lewat dunia maya. Dalam Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA), pembelajaran tatap muka dilakukan dengan cooperative learning dan pembelajaran dunia maya dilakukan dengan E-learning.
Pembelajaran Tatap muka Cooperative Learning
BeLCA
Pembelajaran dunia maya e-Learning
Gambar 1.1 Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA) Keunggulan dari model Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA) diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran berlangsung dengan lebih efektif dan efisien karena pembelajaran dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja 2. Menciptakan iklim belajar mengajar siswa yang aktif pembelajaran kooperatif di kelas
commit to user
melalui
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
3. Model Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA) dapat mengatasi kelemahan dari model pembelajaran kooperatif yakni mengenai waktu, dimana proses pembelajaran kooperatif memakan waktu lama sehingga biasanya terjadi kekurangan jam pelajaran, untuk mengatasi kekurangan jam pelajaran dapat diatasi dengan e-learning. 4. Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi antara guru dan siswa (mitra belajar), serta membantu proses percepatan pengajaran 5. Siswa lebih mudah dalam mengakses pengetahuan 6. Mendekatkan hubungan antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa karena komunikasi dalam pembelajaran berlangsung lebih intensif. Pembelajaran kooperatif adalah proses pembelajaran
dimana siswa
melakukan semua aktifitas pembelajaran secara kelompok Dalam penelitian ini, tipe model pembelajaran kooperatif di kelas tatap muka yang digunakan adalah TGT (Teams Games Tournament). Keunggulan TGT dibandingkan dengan tipe pembelajaran kooperatif lain adalah adanya permainan akademik dalam proses pembelajaran yang dapat menambahkan dimensi kegembiraan pada siswa yang membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Proses pembelajaran yang menyenangkan akan membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga siswa dapat lebih mudah menangkap materi pelajaran. Pembelajaran dunia maya dalam Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA), dilakukan dengan e-learning. E-Learning dalam pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran pada peserta didik dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi serta berfungsi sebagai pendukung proses pembelajaran bagi peserta didik yang dapat meminimalkan kendala waktu, jarak, dan ruang.. Dalam penelitian ini, e-learning dilakukan dengan media facebook. Media facebook dipilih karena banyaknya siswa SMA Negeri 5 Surakarta yang mempunyai akun ini dan sering aktif di dalamnya sehingga menjadi lebih efektif karena salah satu cara proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif adalah menyampaikan materi pembelajaran dengan media yang sering digunakan oleh para siswa. Selain itu,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
dipilihnya facebook dikarenakan fasilitas komunikasi online yang banyak memberikan potensi manfaat. Menurut Muh. Tamimuddin H. dan Marfuah (2011 : 64), potensi manfaat dari fasilitas komunikasi online facebook antara guru dengan siswa adalah sebagai berikut: 1. Kebanyakan siswa telah terbiasa menggunakan Facebook, sehingga menggunakan Facebook untuk pembelajaran akan memberi kenyamanan mereka untuk berpartisipasi aktif. Kenyamanan ini tercipta juga karena Facebook lebih bersifat informal dibanding pembelajaran di kelas. Komunikasi melalui Facebook memberi peluang lebih pada siswa
2. Facebook mendukung kolaborasi antarsiswa dalam suatu aktifitas pembelajaran melalui pertukaran informasi, foto, video, diskusi, dan lainlain. 3.
Facebook, semakin sering mereka bernalar dan terlibat di pembelajaran tersebut walau tidak melalui tatap muka. 4. Melatih kepedulian. Hal ini merupakan sisi positif paling utama dari suatu jejaring sosial. Dengan terhubung melalui Facebook, seorang siswa dapat mengetahui apa yang sedang dialami oleh siswa lain. 5. Melatih tanggung jawab individual. Melalui penggunaan Facebook untuk pembelajaran, Anda selaku guru dapat menanamkan etika berkomunikasi di Facebook yang pada akhirnya memberi kesadaran siswa bahwa setiap individu bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya di Facebook. Dengan melihat karakteristik materi hidrokarbon dan karakteristik siswa di atas, model Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA) dapat menjadi pilihan yang tepat, karena karakteristik dan keunggulan dari model ini sesuai dengan karakteristik materi hidrokarbon dan karakteristik siswa. Karakteristik materi yang banyak hafalan dan banyak mengandung istilah-istilah sulit dapat diatasi dengan pembelajaran aktif dalam Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA), dalam keadaan siswa yang aktif, ia dapat membangun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
pengetahuannya sendiri sehingga materi yang sifatnya hafalan dapat di ubah menjadi logika-logika pemikiran yang mudah diingat. Karakteristik siswa SMA yang lebih suka berkelompok dan cenderung tertarik mengikuti perkembangan teknologi juga sesuai dengan Model Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) yang menerapkan pembelajaran kooperatif dan memanfaatkan teknologi internet dalam proses pembelajarannya. Kemudian, mengenai kendala waktu dalam pembelajaran hidrokarbon juga dapat diatasi dengan model Blended elearning Cooperative Appoach (BeLCA) karena dengan model ini pembelajaran dapar berlangsung di mana saja dan kapan saja. Untuk mendukung pembelajaran mandiri siswa seperti yang diamanatkan dalam KTSP (kurikulum Tingkat satuan Pendidikan) dimana dalam KTSP, siswa diharapkan belajar secara mandiri, dan guru hanya sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam pembelajaran, maka diperlukan sumber belajar yang mendukung berupa modul. Modul didefinisikan sebagai sebagai suatu kesatuan self- instruction belajar yang disusun di dalam modul dapat dipelajari siswa secara mandiri dengan bantuan yang terbatas dari guru atau orang lain (Depdiknas,2002:5). Dengan keberhasilan siswa belajar mandiri diharapkan prestasi belajar sebagai proses dari hasil belajar siswa dapat lebih baik. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis bermaksud me BLENDED
E-LEARNING
EFEKTIVITAS MODEL COOPERATIVE
APPROACH
TIPE
TGT
DILENGKAPI MODUL TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA MATERI POKOK HIDROKARBON KELAS X SEMESTER II SMA
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Salah satu permasalahan yang terjadi di SMA Negeri 5 Surakarta adalah masih banyaknya siswa yang memperoleh nilai ulangan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam materi pokok Hidrokarbon. 2. Model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran Hidrokarbon di SMA Negeri 5 Surakarta masih menggunakan model konvensional. 3. Hidrokarbon memiliki karakteristik materi yang umumnya tidak disukai dan dirasa sulit oleh para siswa, sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang dapat mendorong ketertarikan siswa dan membuat siswa mudah menangkap materi tersebut. 4. Model Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA) mempunyai karakteristik dan keunggulan yang sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi hidrokarbon sehingga perlu dibuktikan apakah metode tersebut dapat efektif meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon di SMA Negeri 5 Surakarta.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian mempunyai arah yang jelas dan pasti maka perlu adanya pembatasan masalah. Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada: 1. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri 5 Surakarta kelas X semester II tahun pelajaran 2011/2012 2. Model Pembelajaran a. Model pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen adalah model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul. Pembelajaran tatap muka Model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) dalam penelitian ini dilakukan dengan model
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pembelajaran dunia maya dilakukan dengan E-learning menggunakan media jejaring sosial facebook. b. Model pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol adalah model konvensional. Model konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru untuk mengajar di SMA Negeri 5 Surakarta. 3. Prestasi Belajar Prestasi belajar yang diukur adalah prestasi belajar dari aspek kognitif dan afektif. 4. Materi Ajar Penyampaian materi dibatasi pada materi pokok Hidrokarbon. 5. Efektif Efektif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apabila kenaikan prestasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan besarnya selisih antara nilai pretest dan posttest siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Blended Elearning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: efektif penggunaan model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMA Negeri 5 Surakarta pada materi pokok Hidrokarbon kelas X semester II tahun ajaran 2011/2012?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : efektivitas model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri 5 Surakarta pada materi pokok Hidrokarbon kelas X semester II tahun ajaran 2011/20
F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan masukan kepada guru dalam usaha mencari suatu model pembelajaran yang tepat dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Memberikan masukan kepada peneliti lain untuk menggunakan dan mengembangkan
model Blended E-learning Cooperative Approach
(BeLCA) pada materi pokok yang lain. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan bantuan kepada siswa sebagai usaha peningkatan hasil belajar kimia khususnya materi pokok Hidrokarbon. b. Memberikan informasi kepada guru untuk menggunakan model Blended Elearning Cooperative Approach (BeLCA) dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Efektivitas Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008:284) , efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif, pengaruh atau akibat, bisa diartikan sebagai kegiatan yang bisa memberikan hasil yang memuaskan, dapat dikatakan juga bahwa efektivitas merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Jadi pengertian efektivitas adalah pengaruh yang ditimbulkan/disebabkan oleh adanya suatu kegiatan tertentu untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam setiap tindakan yang dilakukan. Sutikno (2005:33) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai. Model pembelajaran yang tepat dan efektif akan dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Model yang tepat adalah model yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan, sedangkan model pembelajaran yang efektif adalah model yang memanfaatkan semua potensi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tingkat efektivitas model pembelajaran dapat ditinjau dari prestasi belajar yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Hasil yang mendekati sasaran berarti makin tinggi efektivitasnya. Efektivitas pengajaran dapat diukur dengan tiga cara yaitu: a. Pendekatan analisis, penelitian menentukan standar minimal yang dapat dicapai siswa.
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
b. Pendekatan deskriptif, memberi tahu kepada evaluator tentang tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam belajarnya. c. Pendekatan eksperimen, dengan cara membandingkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok control dengan catatan kondisi kedua kelompok yang tidak berbeda. ( Gilbert Sax dalam Suharsimi, 1995:160) Dalam pembelajaran guru dituntut harus memiliki pengetahuan bidang studi yang cukup, mengetahui cara mengajar yang efektif dan efisien, memiliki sifat terbuka, agar proses belajar mengajar pada diri siswa dapat berlangsung serta dapat mengatur kondisi ruang kelas dan laboratorium yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar.
2. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang belajar. Pertama, ia adalah makhluk yang berada dalam proses menjadi (to be). Ia bukan makhluk ng membuat program bagi dirinya untuk menjadi segala sesuatu yang diinginkannya. Untuk itu, ia telah diberi perlengkapan yang sempurna berupa potensi-potensi yang dapat
ia
kembangkan.
Dan
belajar
adalah
bentuk
kegiatan
untuk
mengembangkan potensi itu. Kedua, ia adalah makhluk yang berada di dalam dunia tetapi tidak terikat kepada dunia. Ia selalu berada di dalam suatu interaksi dengan dunia sekitarnya, dan dalam interaksi itu ia selalu memberi respon tertentu. Proses interaksi tersebut merupakan proses belajar yang berlangsung secara terus menerus (W.Gulo, 2004 : 24). Proses interaksi sebagai proses belajar berlangsung dalam lingkungan social dimana seseorang terlibat kegiatan belajar membutuhkan orang lain, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Orang lain yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar ini adalah guru. Bantuan guru dalam mengembangkan kegiatan belajar seseorang ialah untuk membuat kegiatan belajar itu berlangsung secara optimal. Untuk maksud itu perlu diciptakan situasi yang memberikan rangsangan belajar, mengarahkan kegiatan belajar,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
dan mengelola kegiatan belajar secara efisien. Kegiatan inilah yang kita sebut dengan mengajar. Robert M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan bahwa :
in human disposition or
capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to . Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh factor dari luar dan factor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah mekanisme di mana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas. Kemampuankemampuan tersebut diperoleh peserta didik dari stimulus dan lingkungan dan proses kognitif. Slameto (2003:2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Proses perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena proses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan perilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu aktivitas psikis / mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relative konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik Banyak teori belajar yang telah disusun oleh para ahli. Setiap teori belajar
mempunyai
keunggulan
dan
commit to user
kelemahan
sehingga
dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
pelaksanaannya perlu menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Beberapa teori yang dapat dijadikan acuan, antara lain : 1) Teori Belajar Kognitif Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan membimbing tingkah laku anak. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Beberapa tokoh yang mengemukakan tentang teori belajar kognitif, diantaranya yaitu : a) Ausubel David Ausubel menyatakan bahwa teori belajar merupakan titik berangkat untuk menemukan prinsip-prinsip umum tentang mengajar yang efektif. Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat memudahkan proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif orang yang belajar. b) Piaget Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan syaraf. Semakin bertambah umurnya, maka kemampuan seseorang akan semakin meningkat. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. c) Gagne Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
pengalaman. Ada lima bentuk belajar yang diungkapkan oleh Gagne yaitu: (1) belajar responden, (2) belajar kontiguitas, (3) belajar operant, (4) belajar observasional, (5) belajar kognitif. Pada belajar responden terjadi perubahan emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Bentuk belajar seperti ini dapat membantu kita memahami bagaimana siswa dapat menyenangi dan tidak menyenangi sekolah atau bidang studi tertentu. Bentuk belajar kontinguitas yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan dengan yang lain pada suatu waktu. Belajar operant berarti kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku mempengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. Belajar observasional berarti pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. Sedangkan belajar kognitif berarti kita dapat melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita dan dapat menyelami pengertian. (Ratna Wilis Dahar, 1989: 12-18) 2) Teori Belajar Konstruktivis Jean Piaget dan para konstruktivis pada umumnya berpendapat bahwa mengajar bukan sebagai proses pada siswa, melainkan sebagai proses untuk mengubah gagasan si anak yang sudah ada yang mungkin salah (Ratna Wilis Dahar, 1989: 167). Belajar adalah proses asimilasi dan akomodasi. Individu mengkonstruk pengetahuan barunya dari pengalaman-pengalaman belajarnya. Individu mengasimilasi framework (kognisi) yang diperoleh dengan framework (kognisi) yang telah diperoleh sebelumnya untuk membangun framework (kognisi) baru. Konstruktivisme menghendaki pebelajar aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan berusaha bersama dengan guru untuk menemukan atau mengkonstruk pengetahuan barunya. Teori
konstruktivis
dibedakan
menjadi
dua
yaitu
cognitive
constructivism dan social constructivism. Vygotsky (1962) menyatakan bahwa social constructivism menekankan pada pentingnya hubungan siswa dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
guru dan siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu catatan Vygotsky bahwa penerapan pembelajaran yang sesuai dengan social constructivism berkolaborasi dan
theory
adalah peer collaboration. Siswa diharapkan
berdiskusi untuk menyelesaikan tugas secara bersama.
Dalam penelitian ini, metode pembelajaran yang digunakan adalah cooperative learning. Metode pembelajaran ini menghendaki siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran, berinteraksi dan bekerjasama dengan teman dalam kelompoknya untuk mencapai kesuksesan kelompok. 3) Teori Motivasi Perspektif
motivasional pada pembelajaran
kooperatif terutama
memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja. Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi dimana satusatunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah jika kelompok mereka bisa sukses. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan personal mereka, anggota kelompok harus membatu teman satu timnya untuk melakukan apapun guna membuat kelompok mereka berhasil, dan mungkin yang lebih penting, mendorong anggota satu kelompoknya untuk melakukan usaha maksimal. Dengan kata lain, penghargaan kelompok yang didasari pada kinerja kelompok (atau penjumlahan dari kinerja individual) menciptakan struktur
penghargaan
interpersonal
dimana
anggota
kelompok
akan
memberikan atau menghalangi pemicu-pemicu sosial (seperti pujian dan dorongan) dalam merespons usaha-usaha yang berhubungan dengan tugas kelompok (Slavin, 2005: 34 - 35). Kemudian mengenai tujuan belajar, Robert M.Gagne mengelompokkan kondisi-kondisi belajar (system lingkungan belajar) sesuai dengan tujuantujuan belajar yang ingin dicapai. Gagne mengemukakan delapan macam, yang kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar, sehingga pada gilirannya, membutuhkan sekian macam kondisi belajar (atau sistem lingkungan belajar) untuk pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut adalah :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
a) Keterampilan intelektual ( yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan skolastik). b) arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah. c) Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang. d) Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya. e) Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki
seseorang,
sebagaimana
dapat
disimpulkan
dari
kecenderungannya bertingkah laku terhadap orang, barang, atau kejadian. Kelima macam hasil belajar tersebut di atas menyarankan, bahkan mempersyaratkan kondisi-kondisi belajar tertentu sehingga daripadanya dapat dijabarkan strategi-strategi belajar mengajar yang sesuai. ( Hasibuan dkk, 1985:5). Strategi belajar mengajar, menurut J.R David dalam Teaching Strategies for College Class Room (1976), ialah a plan, method, or series of activities designed to achieves
a particular educational goal .Menurut
pengertian ini, strategi belajar mengajar meliputi rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Kadang-kadang metode pengajaran sering dikacaukan dengan strategi belajar mengajar (W.Gulo, 2004 : 3). Untuk melaksanakan suatu strategi tertentu diperlukan seperangkat metode pengajaran. Suatu program pengajaran yang diselenggarakan oleh guru dalam satu kali tatap muka, bisa dilaksanakan dalam berbagai metode seperti ceramah, diskusi kelompok maupun tanya jawab. Keseluruhan metode itu termasuk media pendidikan yang digunakan untuk menggambarkan strategi balajar mengajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
b. Pembelajaran Pembelajaran adalah usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu upaya untuk menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik. Pembelajaran disebut juga kegiatan pembelajaran (instruksional) adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar peserta didik membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu. Dengan demikian, inti dari pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para peserta didiknya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 20, mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Depdiknas, 2003 : 7) . Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi
pelajaran
yang
diajarkannya
dan
memahami
berbagai
model
pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Pembelajaran
menurut
Gagne
hendaknya
mampu
menimbulkan
peristiwa belajar dan proses kognitif. Peristiwa pembelajaran (instructional events) adalah peristiwa dengan urutan sebagai berikut : 1) menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran, 2) menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik tahu apa yang diharapkan dalam belajar itu, 3) mengingat kembali konsep / prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang merupakan prasyarat, 4) menyampaikan materi pembelajaran, 5) memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, 6) membangkitkan timbulnya unjuk kerja (merespon) pesrta didik, 7) memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas (penguatan), 8) mengukur atau mengevaluasi hasil belajar, dan 9) memperkuar retensi dan transfer belajar (Bambang Warsita, 2008:66).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Ada beberapa prinsip pembelajaran dari teori Gagne, yaitu antara lain berkaitan dengan : 1) perhatian dan motivasi belajar peserta didik, 2) keaktifan belajar dan keterlibatan langsung / pengalaman dalam belajar, 3) pengulangan belajar, 4) tantangan semangat belajar, 5) pemberian balikan dan penguatan belajar, serta 6) adanya perbedaan individual dalam perilaku belajar. Selain itu yang terpenting menurut Gagne adalah penciptaan kondisi belajar, termasuk lingkungan belajar khususnya kondisi yang berbasis media, yaitu meliputi jenis penyajian yang disampaikan kepada peserta didik dengan penjadwalan, pengurutan, dan pengorganisasiannya. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Oleh karena itu, perlu diciptakan proses pembelajaran yang menantang dan merangsang otak (kognitif), menyentuh dan menggerakkan perasaan (afektif), dan mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan (motorik) serta bila memungkinkan peserta didik mempraktekkan pengetahuan dan keterampilan dalam suasana konkrit. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi peserta didik (Bambang Warsita, 2008:72). Proses
pembelajaran
pada
setiap
satuan
pendidikan
supaya
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik ( Pasal 19, PP No. 19 th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ). Dalam proses pembelajaran, seorang pendidik dituntut untuk dapat membangkitkan motivasi belajar pada diri peserta didik. Seseorang tidak akan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
pernah belajar jika tidak termotivasi untuk itu. Orang tidak dapat dipaksa untuk belajar. Artinya harus mempunyai keinginan untuk belajar. Maksudnya peserta didik harus termotivasi untuk melibatkan diri dalam proses belajar. Motivasi dan usaha mempengaruhi belajar dan unjuk kerja peserta didik.
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournaments) Menurut Sugiyanto (2009:37), pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong / pembelajaran kooperatif dalam pendidikan adalah falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan Teori Darwin, falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi, atau sekolah. Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa manfaat.Menurut Anita Lie (2004: 2) beberapa manfaat proses pembelajaran kooperatif, yaitu : siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk bekerjasama dengan siswa yang lain, siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan, partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat, mengurangi kecemasan siswa (kurang percaya diri), meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif, dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Keunggulan dan kelemahan model belajar kooperatif menurut Slavin dan Karweit (1984), Davidson (1990), Dansereau (1985) (dalam Bedriati Ibrahim, 2008 : 2068-2069 ) adalah sebagai berikut : Keunggulan meliputi : a. Meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen dan menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya b. Menciptakan iklim (suasana) belajar mengajar siswa yang aktif dan interaktif serta meningkatkan keakraban
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
c. Memberikan pengaruh positif dalam mencapai semua kontent akademik, sosial dan tujuan afektif d. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat kembali materi pelajaran atau berkurangnya belajar menghapal. e. Meningkatkan kemampuan untuk menemukan sendiri materi pelajaran f. Meningkatkan motivasi belajar siswa Kelemahan meliputi : a. Persiapan memerlukan waktu, tenaga, dan pikiran b. Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang cukup memadai c. Membutuhkan pengorganisasian yang profesional Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa variasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Lima prinsip metode belajar kooperatif yang dikembangkan dan terus dilakukan serta diperbaiki antara lain: a. STAD (Student Teams Achievement Division); b. TGT (Teams Games Tournament); c. Jigsaw; d. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition); e. TAI (Team Assisted Individualization). Dalam penelitian ini pembelajaran tatap muka dilakukan dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. TGT (Teams Games Tournaments) merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan turnamen akademik untuk mengaktifkan siswa. Pembelajaran model TGT ( Team Games Tournaments) merupakan suatu pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan kerjasama antar personal. Dalam pembelajaran ini terdapat penggunaan teknik bermain. Dalam permainan ini mengandung persaingan menurut aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam permainan diharapkan tiaptiap kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan ketrampilannya untuk bersaing agar memperoleh suatu kemenangan. Teams Games Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Metode ini hampir sama dengan STAD, hanya saja dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
TGT menggantikan kuis dengan turnaman mingguan, dimana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Menurut Slavin (2008:14), TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD tetapi menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan
permainan.Teman
satu
tim
akan
saling
membantu
dalam
mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa akan berusaha bertanding dalam sebuah turnamen dengan lawan yang memiliki kemampuan sama dalam meja turnamen. Hasil dari turnamen yang diperoleh akan menjadi nilai untuk kelompok mereka masing-masing. Dalam turnamen, siswa akan berusaha menuliskan kembali pengetahuan yang telah diperoleh dari hasil diskusi dengan teman sekelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Menurut Slavin (2008 :166-167) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode TGT, yaitu : a. Presentasi Kelas Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru ataupun presentasi audiovisual. Pada saat presentasi kelas siswa harus memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru. Hal ini akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja tim dan pada saat turnamen karena skor turnamen akan menentukan skor tim mereka. b. Belajar Tim (Kelompok) Tim terdiri dari 4 atau 5 siswa yang heterogen yaitu dalam hal kemampuan akademik , jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Setiap tim terdiri dari siswa yang level kinerjanya berkisar dari yang rendah, sedang dan tinggi. Fungsi tim adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
optimal pada saat turnamen. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Kegiatan tim adalah diskusi antar anggota, saling membandingkan jawaban dan mengoreksi miskonsepsi anggota tim. Tim merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran kooperatif metode TGT. Selama belajar dalam tim, masing-masing siswa mempelajari lembar kerja yang diberikan oleh guru dan saling membantu bila ada anggota kelompoknya yang belum menguasai materi pelajaran. c.Game Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim. d. Turnamen Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Dalam turnamen ini para siswa ditempatkan pada meja-meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing
masing. Dalam setiap meja
permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Hasil dari turnamen yang diperoleh akan menjadi nilai untuk kelompok mereka masingmasing. e. Rekognisi Tim (Penghargaan Tim) Guru
kemudian
mengumumkan
kelompok
yang
menang
dan
memberikan penghargaan. Kelompok yang menang adalah kelompok yang memiliki skor tim tertinggi. skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
anggota tim. Jadi, skor tiap-tiap anggota kelompok dalam meja turnamen yang berbeda-beda akan memberikan kontribusi bagi skor tim atau kelompoknya.
5. E -Learning Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat mendorong berbagai lembaga pendidikan memanfaatkan sistem e-learning untuk meningkatkan efektivitas dan fleksibilitas pembelajaran. Jaya Kumar C. Koran (2002),
mendefinisikan
e-learning
sebagai
sembarang
pengajaran
dan
pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan
atau
singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Internet, Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Pengajaran boleh disampaikan waktu
yang
berbeda).
Materi
pengajaran
dan
pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga harus menyediakan kemudahan untuk onal dalam bidangnya. Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-learning yaitu kelas
menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learni waktu tertentu e-
fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada
dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. akan
commit to user
Suasana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha, dan inisiatif sendiri. Khoe Yao Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran guru dalam arti sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia. Cisco (2001) dalam Kamarga (2002) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas siswa amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar conten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik. Sedangkan Karakteristik e-learning, antara lain. Pertama, Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler. Kedua, Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks). Ketiga, Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya. Keempat, Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer. Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang elearning, yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan system e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem elearning-nya. Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
6. Facebook Facebook adalah salah satu situs jejaring social yang paling popular selain Friendster, Myspace, Multiply, dan lain-lain. Tidak ada situs jejaring social lain yang mampu menandingi daya tarik facebook terhadap user. Pada tahun 2007, terdapat penambahan 200.000 account baru per harinya. Lebih dari 25.000.000 user aktif menggunakan facebook setiap harinya. Lebih dari 25 juta user aktif menggunakan facebook setiap harinya. Rata-rata user menghabiskan waktu sekitar 19 menit per hari untuk melakukan berbagai aktivitas di facebook. (Wahana Komputer, 2010) Facebook
merupakan
sebuah layanan
jejaring social
yang
bisa
menghubungkan seseorang dengan saudara, rekan, bahkan berbagai orang lain yang ada di belahan dunia lain untuk bias saling berkomunikasi.salah satu jaringan sosial dimana para pengguna dapat berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia. Dengan facebook semua hal bisa dilakukan dengan mudah, mulai berbagi informasi , berbagi foto, video, dan hal-hal menarik lainnya. Indonesia merupakan negara kedua terbanyak pengguna Facebook setelah Amerika Serikat. Pengguna Facebook Indonesia mencapai lebih dari 35 juta, dan didominasi oleh pengguna berusia 13-25 tahun (data Inside Facebook, September 2010). Hal ini menunjukkan sebagian besar pelajar sudah tidak asing lagi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
menggunakan Facebook. Namun kecenderungan yang terjadi saat ini Facebook hanya digunakan sebagai sarana hiburan, bukan pembelajaran. Padahal, facebook juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Menurut Muh. Tamimuddin H. dan Marfuah (2011 : 64), potensi manfaat dari fasilitas komunikasi online facebook antara guru dengan siswa dengan adalah sebagai berikut: a. Kebanyakan siswa telah terbiasa menggunakan Facebook, sehingga menggunakan Facebook untuk pembelajaran akan memberi kenyamanan mereka untuk berpartisipasi aktif. Kenyamanan ini tercipta juga karena Facebook lebih bersifat informal dibanding pembelajaran di kelas. Komunikasi melalui Facebook memberi peluang lebih pada siswa
b. Facebook mendukung kolaborasi antar siswa dalam suatu aktifitas pembelajaran melalui pertukaran informasi, foto, video, diskusi, dan lainlain. c. Penggunaan Facebook
Facebook, semakin sering mereka bernalar dan terlibat di pembelajaran tersebut walau tidak melalui tatap muka. d. Melatih kepedulian. Hal ini merupakan sisi positif paling utama dari suatu jejaring sosial. Dengan terhubung melalui Facebook, seorang siswa dapat mengetahui apa yang sedang dialami oleh siswa lain. e. Melatih tanggung jawab individual. Melalui penggunaan Facebook untuk pembelajaran, Anda selaku guru dapat menanamkan etika berkomunikasi di Facebook yang pada akhirnya memberi kesadaran siswa bahwa setiap individu bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya di Facebook. Dalam perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi memberikan dampak positif dalam pengembangan bidang pendidikan yang lebih baik karena menyediakan media untuk proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pendidikan. Facebook sebagai produk teknologi informasi dan komunikasi dapat dioptimalkan untuk mendukung proses belajar mengajar sebagai salah satu media
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
belajar dan mengajar. Fitur dan aplikasi di Facebook dapat dioptimalkan sebagai tambahan belajar mengajar dan media untuk memberikan bahan belajar dan latihan dalam bentuk kuis, permainan, dan sinkronisasi untuk weblog. Facebook memang memiliki dampak negatif bagi para remaja dan pelajar tetapi facebook juga memiliki manfaat bagi mereka yaitu sebagai media dalam pembelajaran sehingga ketika mereka mengakses facebook bukan hanya kenikmatan semata yang mereka dapatkan tetapi juga ilmu pengetahuan. Proses pembelajaran seharusnya dilaksanakan dengan cara yang efektif dan salah satu caranya adalah menyampaikan materi pembelajaran dengan media yang sering digunakan oleh para siswa. Perkembangan teknologi informasi dikuasai oleh generasi muda dan menjadi sesuatu yang dekat dengan kehidupan mereka. Contohnya adalah Facebook yang hampir semua siswa menggunakan situs ini. Dengan membuat hyperlink weblog dari facebook, guru dapat menceritakan secara tidak langsung bahan inti materi. facebook sebagai media pembelajaran tambahan memiliki banyak potensi dan keunggulan, terutama karena banyaknya pengguna facebook dari kalangan pelajar disamping kaya dengan fitur dan aplikasi yang dapat dikembangkan oleh guru, serta kemampuan web ini untuk dapat diakses dari handphone. Kegitan mensurving Facebook dalam kegiatan pendidikan adalah dengan cara menjalankan beberapa aplikasi fitur-fitur berikut ini ,seperti : a. Facebook Share, Ini merupakan fitur dasar di facebook. Fitur ini pastinya juga bisa digunakan sebagai sarana untuk membantu pembelajaran. Siapapun bisa men-share apapun (tulisan singkat, link, gambar, video dsb) ke semua teman-temannya. b. Facebook Quiz, saat ini sudah banyak quiz-quiz yang beredar di facebook. Rata-rata hanya quiz yang dibuat untuk sekedar iseng. Fitur ini sejatinya bisa dipakai untuk melakukan quiz online. Sang guru bisa membuat quiznya dengan mudah kemudian menyuruh seluruh muridnya untuk mengerjakan quiz tersebut. c. Facebook Note, Dengan sarana ini sang guru bisa memancing muridmuridnya saling berdiskusi mengenai topik tertentu. Sang guru cukup
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
membuat note disana kemudian men-tag seluruh muridnya untuk memancing diskusi. d. Facebook Apps, Dengan fitur ini hampir segalanya bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan membuat sebuah game edutainment pada platform facebook Apps ini. Salah satu contoh Facebook Apps game edutainment yang cukup terkenal dan banyak dimainkan adalah Geo Challenge. Sebuah aplikasi game untuk menguji pengetahuan geografis dari pemainpemainnya. Paling tidak itu empat contoh pemanfaatan facebook sebagai media bantu pembelajaran. Tentunya pemanfaatan facebook ini pasti akan digandrungi oleh para murid karena disana mereka bisa belajar sambil bersenang-senang. Kelebihan bagi para guru adalah dalam tingkat jejaringnya, misalnya seorang guru meng add / submit teman guru lain atau menjadi fans dari Perhimpunan Guru Sulawesi padahal Sang Guru berada di Jogjakarta, akhirnya mereka dapat dengan mudah bertukar informasi yang sedang hangat. Hampir semua fitur facebook dapat dimanfaat sebagai media pembelajaran Fitur seperti update status, bila guru sering mengupdate perubahan status tentang bahan belajar maka wall akan berisi koleksi bahan ajar serta memungkinkan guru dan siswa yang online dalam waktu yang sama untuk berinteraksi dan merespon atau memberi komentar tentang status atau tugas yang juga berhubungan dengan materi pembelajaran. Melalui fitur ini guru dapat meng-upload album dan foto yang mendukung materi pembelajaran. Lalu guru dapat menandai foto untuk siswa untuk membahas tentang hal itu. Catatan atau notes memungkinkan guru untuk berbagi banyak bahan pembelajaran dalam konten teks dan mengajak siswa untuk membacanya dan memberi komentar. Instant messenger memungkinkan kedua siswa dan guru untuk mengirim dan respon pesan online melalui Facebook.
7. Blended learning Blended learning merupakan istilah yang berasal dari bahasa inggris, yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended merupakan campuran, kombinasi yang baik. Sedangkan learning merupakan pembelajaran. Menurut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
Harding, Kaczynski dan Wood (2005), Blended learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa . Pelaksanaan pendekatan ini memungkinkan penggunaan sumber belajar online, terutama yang berbasis web, dengan tanpa meninggalkan kegiatan tatap muka. Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh. Menurut Dzakiria, Mustafa, dan bakar (2006:12) di dalam jurnal yang berjudul Moving Forward With Blended learning (BL) As A Pedagogical Alternative To Traditional Classroom Learning, mengungkapkan bahwa : (blended learning) constitutes multiple teaching and learning activities which include face-to-face (f2f) meetings,e-learning, e-portals, e-mailing, case studies , problem based learning (PBL), independent work and self-paced learning Blended learning merupakan beragam aktivitas belajar-mengajar yang meliputi pengajaran tatap muka, e-learning, e-portals, e-mailing, studi kasus, pembelajaran berbasis masalah, kerja mandiri, dan pembelajaran mandiri. Jadi blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka (pembelajaran secara konvensional, dimana antara pebelajar dan pemelajar saling berinteraksi secara langsung, masing-masing dapat bertukar informasi mengenai bahan-bahan pegajaran), belajar mandiri (belajar dengan berbagai modul yang telah disediakan) serta belajar mandiri secara online. Penerapan blended learning tidak terjadi begitu saja. Tapi,terlebih dulu harus ada pertimbangan karakteristik tujuan pembelajaran yang ingin kita capai, aktifitas pembelajaran yang relevan serta memilih dan menentukan aktifitas mana yang relevan dengan konvensional dan aktifitas mana yang relevan untuk online learning
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Dari perspektif
guru,
pendekatan
blended
learning
memerlukan
keterampilan baru agar pembelajar dapat menyerap sebanyak-banyaknya dari pelajaran yang diberikan. Martyn (2003) mengatakan bahwa suatu lingkungan blended e-learning yang dapat berhasil terdiri dari satu pertemuan awal yang sepenuhnya tatap muka (face to face), penugasan online mingguan disertai dengan komunikasi (konsultasi) online, e-mail, dan ditutup dengan satu ujian akhir yang berupa tatap muka atau ujian tulis di kelas dengan dibantu pengawas. Dengan demikian, pembelajar akan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri, meningkatkan kompetensi sosialnya, meningkatkan kepercayaan diri siswa, meningkatkan keterampilan menggali informasi dan meraih prestasi. Selain itu, guru juga akan lebih menghargai berbagai perbedaan dalam gaya dan kecepatan belajar yang dimiliki masing-masing siswa serta mendorong komunikasi, baik antarsiswa sendiri maupun antara siswa dan guru. Menurut Jared A. Carman (2005), ada lima kunci untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan blended learning: a. Live Event. Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama. Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan. Pola ini, juga bisa saja mengkombinasikan teori behaviorisme,
kognitivism
dan
konstructivism
sehingga
terjadi
pembelajaran yang bermakna. b. Self-Paced Learning. Yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta belajar belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
konteks saat ini dapat didelivered secara online (via web maupun via mobile dovice dalam bentuk: streaming audio, streaming video, e-book, dll) maupun offline (dalam bentuk CD, cetak, dll). c. Collaboration. Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta belajar yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang blended learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi anatar teman sejawat atau kolaborasi antar peserta belajar dan pengajar melalui tool-tool komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog, listserv, mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving, project-based learning, dll. d. Assessment. Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk dll. Disamping itu, juga perlu mempertimbangkan ramuan antara bentuk-bentuk assessmen online dan assessmen offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan assessmen tersebut. e. Performance Support Materials. Jika kita ingin mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual, pastikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online . Atau, jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning/Content Management System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan lain sebagainya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
8. Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA) Blended e-learning cooperative approach merupakan pengembangan dari model blended learning. Blended learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa . Dalam blended learning ini, model pembelajaran tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang dimaksudkan masih dalam arti luas, sedangkan dalam Blended e-learning cooperative approach ini telah dipersempit,
dimana pembelajaran tatap
muka dilakukan
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif ( cooperative learning ), sedangkan pembelajaran jarak jauh dilakukan dengan e-learning. Pembelajaran kooperatif adalah proses pembelajaran
dimana siswa melakukan semua aktifitas
pembelajaran secara kelompok. E-learning adalah bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media internet dan jaringan computer. Menurut Mustardhiyah (2009 : 51), pengertian dari Blended e-learning cooperative approach adalah pendekatan atau metode pembelajaran yang memadukan antara face to face learning, penggunaan media teknologi dalam pembelajaran, dan aktivitas pembalajaran secara berkelompok. Heba ELDeghaidy & Ahmed Nouby ( 2008 : 200), dalam jurnalnya yang berjudul Effectiveness of a Blended e-learning cooperative approach in an Egyptian teacher education programme framework is based on an eclectic view of theories underpinning cooperative learning. Three types of interaction: social, content and teacher are integrated in the BeLCA
Kerangka teori BeLCA bertumpu pada proses pembelajaran variatif
yang mendukung lancarnya pembelajaran kooperatif. Pendekatan ini mencakup tiga jenis interaksi yang seharusnya dilaksanakan secara integratif, yaitu interaksi sosial, cakupan isi, dan interaksi guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Gambar 2.1. Tipe Interaksi Blended e-learning cooperative approach (BeLCA) Pada blended e-learning cooperative approach, dalam interaksi guru, guru memfasilitasi terciptanya proses pembelajaran yang aktif dengan interaksi face to face. Guru seharusnya mendesain dan mengelola sedemikian rupa tahapantahapan pembelajaran serta memilih media pembelajaran yang tepat sebelum berinteraksi dengan siswa. Interaksi berikutnya adalah cakupan isi materi yang merupakan interaksi kognitif antara konsep dan keahlian yang disajikan pada proses pembelajaran. Interaksi yang terakhir adalah interaksi social dimana siswa merasa sebagai bagian yang penting dalam proses pembelajaran. Interaksi semacam ini terjadi selama para siswa bekerja sama dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Interaksi social dimaksudkan sebagai kemampuan pembelajar (siswa) untuk mempersepsikan diri mereka sebagau sebuah komunitas yang saling bergantung secara positif (positive interdependent, cooperation). Interaksi demikian itu dapat terjadi di keseluruhan proses pembelajaran karena mereka saling berbagi referensi dan ketika mereka mengerjakan tugas-tugas yang menuntut kerjasama. Sebagaimana diketahui, dimensi interaksi antarmanusia dalam keseluruhan proses pembelajaran sangatlah penting. Makna dan pengertian yang terbangun pada akhirnya akan muncul melalui interaksi (diskursus social). Makna ini kemudian dibagi di antara anggota-anggota kelompok yang ikut membangun pengetahuan bersama melalui tanggapan antar mereka sendiri. Ini sudah merupakan pencapaian level kognitif yang tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Penggunaan ICT (Information and Communication Technology) dalam BeLCA dapat juga mengacu pada model dari Harmon dan Jones, tentang 5 level penggunaan ICT dalam pembelajaran yaitu : 1. Level 1 : Information Pada level ini bahan-bahan pembelajaran tidak terlalu banyak disajikan melalui ICT tetapi terbatas pada bahan yang sifatnya informasi untuk menunjang proses pembelajaran bahkan cenderung bersifat administrative, misalnya silabus, jadwal, dan disediakan juga tempat untuk penyimpanan informasi bagi guru. 2. Level 2 : Supplemental Pada level ini sudah mulai memasukkan bahan pembelajaran, namun sifatnya masih terbatas, belum menguraikan isi pembelajaran secara lengkap, materi yang disajikan pokok-pokoknya saja. Misalnya bahan pembelajaran bagi guru disajikan melalui presentasi powerpoint, acrobat reader, dan file html yang sudah ditempatkan di web untuk diakses dan direview oleh para guru. 3. Level 3 : Essential Dalam level ini hampir semua materi pembelajaran disediakan di dalam web. Aktifitas belajar para guru/peserta didik tidak akan berjalan baik jika tidak
menggunakan
fasilitas
web.
Dengan
demikian
sudah ada
ketergantungan penggunaan ICT dalam pembelajaran. 4. Level 4 : Communal Pada level ini mengkombinasikan pola tatap muka di kelas atau penggunaan web secara online. Begitu halnya dengan penyajian bahan pembelajaran disajikan melalui cara langsung di kelas dan disajikan online. Pada pola ini, dituntut kemandirian dari para guru untuk mencari dan mengembangkan bahan belajarnya secara mandiri, materi-materi pelajaran yang dikuasainya maupun materi tentang kependidikan. 5. Level 5 : Immersive Pada level ini pembelajaran dilangsungkan secara virtual. Seluruh isi materi pembelajaran disajikan secara online. Level ini memandang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
pembelajaran mulai dari perekrutan, proses pembelajaran, sistem evaluasi dan kelulusan dilangsungkan secara virtual.
9. Modul Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada pebelajar keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. Untuk merancang materi pembelajaran, terdapat lima kategori kapabilitas yang dapat dipelajari oleh pebelajar, yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual,strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran terdiri dari tiga tahapan proses berpikir, yaitu pembentukan konsep, intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip. Strategi-strategi tersebut memegang peranan sangat penting dalam mendesain pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat siswa lebih tertarik dalam belajar, siswa otomatis belajar bertolak dari prerequisites, dan dapat meningkatkan hasil belajar. (I Wayan Santyasa, 2009 : 8) Menurut E. Mulyasa (2003: 98), Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai pedoman penggunaannya . Dalam proses pembelajaran, modul dapat digunakan antara lain, untuk : a. Memfasilitasi
pembaca
mempelajari
materi
tanpa
didampingi
guru/dosen/fasilitator secara fisik b. Membiasakan pembaca siap menghadapi pertemuan tatap muka dengan telah terlebih dahulu membaca dan mempelajari materi yang akan dibahas. Pada umumnya modul terdiri dari beberapa komponen, yaitu lembar kegiatan siswa, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban. Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
a. Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut. b. Tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan. c. Tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana ia harus memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari atau tidak modul tersebut. d. Pengalaman Belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya. e. Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik. f. Tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul. Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan. b. Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : 1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya 2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
3) memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur. c. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari. e. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi dan berdiskusi. d. Materi pembelajaran disajikan untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar Selain harus memenuhi karakteristik seperti yang diuraikan di atas, pelaksanaan pembelajaran dengan modul memiliki perencanaan kegiatan sebagai berikut: a. Modul dibagikan kepada siswa paling lambat seminggu sebelum pembelajaran. b. Penerapan modul dalam pembelajaran menggunakan metode diskusi model pembelajaran kooperatif konstruktivistik. c. Pada setiap akhir unit pembelajaran dilakukan tes penggalan, tes sumatif dan tugas-tugas latihan yang terstruktur. d. Hasil tes dan tugas yang dikerjakan siswa dikoreksi dan dikembalikan dengan feeddback yang terstruktur paling lambat sebelum pembelajaran unit materi ajar berikutnya. e. Memberi kesempatan kepada siswa yang belum berhasil menguasai materi ajarberdasarkan hasil analisis tes penggalan dan sumatif, dipertimbangkan sebagi hasil diagnosis untuk menyelenggarakan program remidial pada siswa di luar jam pembelajaran. (I Wayan Santyasa, 2009 : 9) Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan materi tertentu yang disusun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
secara sistematis dan terdiri atas berbagai komponen. Dengan sistem modul, siswa yang mengikuti pembelajaran kimia lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar kimia secara mandiri, membaca uraian, dan petunjuk dari lembar kegiatan, menjawab pertanyaan-pertanyaan, serta melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan baik secara individu maupun secara kelompok.
10. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional yang dimaksud
secara umum
adalah
pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Ceramah merupakan salah satu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi searah dari pembaca kepada pendengar. Penceramah mendominasi seluruh kegiatan, sedang pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya. Kelemahan dari pembelajaran konvensional antara lain: a. pelajaran berjalan membosankan, peserta didik hanya aktif membuat catatan saja. b. Kepadatan konsep-konsep yang diajarkan dapat berakibat peserta didik tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan. c. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan. d. Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi benar menghafal yang tidak menimbulkan pengertian. Kelebihan
dari
pembelajaran
konvensional
adalah
peserta
didik
lebih
memperhatikan guru dan pandangan peserta didik hanya tertuju pada guru. Burrowes (2003) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: a. pembelajaran berpusat pada guru, b. terjadi passive
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
learning, c. interaksi di antara siswa kurang, d. tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan e. penilaian bersifat sporadis. Menurut Brooks & Brooks (1993), penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, sehingga belajar dilihat sebagai
pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar. Jika dilihat dari tiga jalur modus penyampaian pesan pembelajaran, penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus telling (pemberian informasi), ketimbang modus demonstrating (memperagakan) dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung). Dalam perkataan lain, guru lebih sering menggunakan strategi atau metode ceramah dan/atau drill dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Guru berasumsi bahwa keberhasilan program pembelajaran dilihat dari ketuntasannya menyampaikan seluruh materi yag ada dalam kurikulum. Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut. Jadi, pembelajaran konvensional kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands-on activities).
11. Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut W.S Winkel (1983 :161), prestasi adalah bukti usaha yang dpat dicapai. Menurut Sutartinah Tirtonegoro (1984 : 94), prestasi adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu . Sedangkan pengertian belajar banyak dikemukakan para ahli, diantaranya adalah Soemadi Suryabrata (1987 : 50), yang menyatakan bahwa belajar adalah segenap rangkaian
kegiatan
yang
dilakukan
secara
sadar
oleh
seseorang
dan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya sedikit banyak permanen. Kemudian Hamalik ( 2000 : 122) mengungkapkan pengertian prestasi belajar sebagai suatu bentuk perubahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
atau pertumbuhan dalam diri siswa yang dinyatakan dalam cara berperilaku baru berkat pengalaman dan latihan. Perilaku itu dapat berupa pengertian, sikap, penghargaan, kecakapan dan lain sebagainya. Dari pengertian prestasi belajar dan belajar di atas maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa berupa perubahan/penambahan dan peningkatan kualitas perilaku dan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dicapai melalui aktivitas siswa dalam proses belajar. Prestasi belajar dapat menunjukkan tingkat keberhasilan, karena prestasi belajar merupakan hasil evaluasi ( Suryabrata, 1987 : 1). Evaluasi dilakukan dengan dua cara, yaitu tes dengan cara menyajikan soal-soal dari materi pelajaran yang telah diajarkan, sedangkan non tes dilakukan dengan cara observasi. Hasil dari tes yang diberikan guru tertuang dalam bentuk skor yang diperoleh anak di sekolah. Suatu kenyataan berhasil tidaknya prestasi belajar seseorang sangat ditentukan oleh beberapa factor yang berpengaruh di dalamnya. Menurut Mahfudh Shalahudin (1990:57), faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. a. Faktor endogen ialah hambatan yang timbul dari anak itu sendiri. Hal ini dapat bersifat biologis maupun psikologis. Biologis, yaitu hambatan yang bersifat kejasmanian, seperti kesehatan, cacat badan, kurang makan, dan lain sebagainya. Psikoligis, yaitu hambatan yang bersifat psikis seperti perhatian, minat, bakat, intelegensi, emosi dan gangguan psikis, motivasi. b. Faktor eksogen ialah hambatan yang dapat timbul dari luar diri anak misalnya factor lingkungan keluarga, factor lingkungan sekolah, dan factor lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan keluarga, yaitu tempat dimana seseorang anak mendapat bimbingan, pendidikan dari kecil hingga dewasa atas lingkungan keluarganya sendiri, terutama kedua orang tuanya, walaupun masih dalam taraf sederhana. Faktor lingkungan sekolah, yaitu hambatan yang terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah, dalam arti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
kemampuan anak untuk berinteraksi terhadap lingkungan sekolah (guru, bahan pelajaran, hubungan antar murid, media pendidikan, keadaan fisik sekolah, metode belajar, disiplin sekolah dan lain-lain). Faktor lingkungan masyarakat
yaitu pengaruh dari luar yang bisa menghambat kemajuan
belajar anak baik berupa massmedia, teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat dan pola lingkungan sekitarnya (tetangga). Pendapat yang tidah jauh beda juga diungkapkan oleh W.S Winkel. Menurut W.S Winkel (1983), factor-faktor yang menghambat pencapaian prestasi belajar adalah factor yang berasal dari diri siswa itu meliputi factor psikis yang terdiri dari factor pada diri siswa sendiri dan factor dari luar diri siswa yaitu sekolah. Faktor yang berasal dari diri siswa itu meliputi factor psikis yang terdiri dari factor psikis yang intelektual dan factor psikis yang non intelektual. Faktor psikis intelektual itu misalnya taraf inteligensi, kemampuan belajar dan cara belajarnya. Faktor psikis non intelektual itu misalnya motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, kondisi akibat keadaan social dan juga cultural. Dan factor yang berasal dari diri siswa yang lain adalah factor fisiknya yaitu kondisi fisik dari siswa itu sendiri dalam usahanya belajar. Faktor yang berasal dari luar diri siswa yaitu factor lingkungan sekolah yang meliputi factor-faktor pengaruh proses belajar di sekolah, misalnya kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, efektivitas guru pengajar, fasilitas belajar dan pengelompokan siswa. Faktor lingkungan sekolah yang kedua adalah factorfaktor social sekolah, misalnya hubungan antara siswa, guru, dan sekolah. Faktor lingkungan sekolah yang terakhir adalah factor situasional sekolah, misalnya keadaan politik ekonomi, waktu dan tempat serta musim dan iklim
psikomotori a. Aspek kognitif Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir atau intelektual siswa. Mimin Haryati (2007 : 22) mengungkapkan bahwa menurut taksonomi Bloom kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir hirarkis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir sederhana, yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Menurut Wina Sanjaya (2005: 35) keenam tingkatan tersebut adalah : 1) Tingkatan menghafal secara verbal mencakup kemampuan menghafal tentang materi pembelajaran secara fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. 2) Tingkatan
pemahaman
meliputi
kemampuan
membandingkan
(menunjukkan persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasi, dan menyimpulkan. 3) Tingkatan aplikasi mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil, atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan. 4) Tingkatan
analisis
meliputi
kemampuan
mengklasifikasi,
menggolongkan, merinci dan mengurai suatu obyek. 5) Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau komponen, menyusun, dan lain sebagainya. 6) Tingkatan evaluasi penilaian, meliputi kemampuan menilai (jugment) terhadap obyek studi menggunakan kriteria tertentu. b. Aspek afektif Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang komplek yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Terdapat lima tipe karakteristik afektif yang penting antara lain sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Sikap merupakan perasaan positif atau negative terhadap suatu objek. Minat merupakan keingintahuan seseorang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
tentang keadaan suatu objek. Konsep diri merupakan suatu pernyataan tentang kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran. Nilai merupakan suatu keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek. Dan moral merupakan suatu tindakan yang dianggap baik dan tidak baik (Depdiknas. 2003: 7-18). c. Aspek psikomotor Menurut Nana Sudjana (2005: 31) ranah psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman
belajar
tertentu.
Pengukuran
keberhasilan
pada
aspek
keterampilan ditujukan pada keterampilan kerja dan ketelitian dalam mendapat hasil. Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki siswa bertujuan mengukur sejauh mana siswa dapat menguasai teknik praktikum, khususnya dalam penggunaan alat dan bahan, pengumpulan data, meramalkan, dan menyimpulkan.
12. Materi Pokok Hidrokarbon Hidrokarbon merupakan materi pokok bidang studi kimia yang diberikan kepada siswa SMA kelas X semester genap. Standar Kompetensi materi pokok ini adalah memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul. Sub pokok bahasan hidrokarbon dijelaskan sebagai berikut: a. Kekhasan Atom Karbon 1) Karbon dapat Membentuk Empat Ikatan Kovalen Dalam Sistem Periodik Unsur (SPU), karbon memiliki nomor atom (Z 12 = 6) dan nomor massa (A = 12); dengan 6 Csimbol
, yang berarti terdapat 6
elektron, 6 proton dan 6 netron. Konfigurasi atom karbon adalah 6C = 2 4 yang berarti terdapat 2 elektron di kulit pertama dan 4 elektron di kulit kedua, sehingga dalam SPU atom karbon terletak pada golongan IV A dan periode ke-2 (Sunardi, 2007: 223). Dengan menggunakan struktur Lewis, elektron terluar (elektron valensi) dari atom karbon adalah empat. Atom karbon memerlukan empat elektron lagi dari atom lain untuk mencapai kestabilannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Sebagai contoh pada senyawa metana yang memiliki rumus CH 4, terdapat empat elektron dari atom karbon yang mengikat empat elektron dari empat atom
hidrogen,
sehingga
membentuk
empat
ikatan
kovalen
C-H
(Pudjaatmaka, 2002: 160). 2) Atom Karbon dapat Membentuk Rantai Panjang Atom-atom karbon dapat saling berikatan untuk membentuk rantai karbon lurus, bercabang, dan melingkar atau siklik (membentuk cincin). Bentuk rantai dari atom karbon dapat dilihat pada gambar 2.2
H H C
CH
C C
CH 2
CH 3
H H H
CH 3
C
H
CH 3
CH 2
H H H
lurus
CH
CH 3 CH
CH
CH
CH CH
bercabang
siklik
Gambar 2.2 Rantai Karbon b. Atom C Primer, Sekunder, Tersier dan Kuarterner Atom karbon dapat dibedakan menjadi atom karbon primer, atom karbon sekunder, atom karbon tersier dan atom karbon kuarterner. Definisi macammacam atom karbon dapat dijelaskan menggunakan ikatan antar atom kabon yang disajikan dalam gambar 2.3 Atom C kuarterner CH 3
C CH 2
Atom C sekunder
Atom C tersier
CH 3 CH 2
CH
CH 3
CH 3
CH 3
Atom C primer
Gambar 2.3 Ikatan Antar Atom Karbon Atom karbon primer adalah atom karbon yang diikat oleh satu atom C lainnya. Atom karbon sekunder adalah atom karbon yang diikat oleh dua atom C
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
lainnya. Atom karbon tersier adalah atom karbon yang diikat oleh tiga atom C lainnya. Atom karbon kuartener adalah atom karbon yang diikat oleh empat atom C lainnya. c. Senyawa Hidrokarbon Senyawa hidrokarbon adalah senyawa-senyawa kimia yang hanya terdiri dari atom-atom hidrogen dan atom-atom karbon. Penggolongan senyawa hidrokarbon berdasarkan jenis ikatan dan bentuk rantai, yaitu: 1) Senyawa Hidrokarbon Alifatik, Alisiklik, dan Aromatik Senyawa hidrokarbon alifatik merupakan senyawa hidrokarbon yang membentuk rantai karbon terbuka (lurus maupun bercabang). Senyawa hidrokarbon alisiklik dan aromatik merupakan senyawa hidrokarbon yang membentuk rantai karbon melingkar (tertutup). Perbedaan diantara keduanya adalah senyawa aromatik mempunyai ikatan konjugasi (selang-seling antara ikatan tunggal dan rangkap) sedangkan alisiklik tidak memiliki ikatan konjugasi. 2) Senyawa Hidrokarbon Jenuh dan Tak Jenuh Senyawa hidrokarbon jenuh adalah senyawa hidrokarbon yang semua atom C dalam senyawa tersebut berikatan tunggal. Senyawa hidrokarbon tak jenuh adalah senyawa hidrokarbon yang salah satu atau lebih atom C pada senyawa tersebut berikatan rangkap dua atau rangkap tiga. d. Alkana. Alkena, dan Alkuna 1) Alkana Alkana merupakan golongan senyawa hidrokarbon yang semua ikatan antaratom karbonnya merupakan ikatan tunggal dan membentuk rantai karbon terbuka. Oleh karena itu, alkana dapat dikelompokkan ke dalam hidrokarbon alifatik jenuh. Karena alkana memiliki kemiripan sifat dan juga mempunyai rumus umum yang sama yaitu C nH2n+2 , maka senyawa alkana termasuk deret dari alkana dituliskan dalam tabel 2.3.
commit to user
Contoh nama senyawa
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Tabel 2.3. Delapan Nama Senyawa Alkana Jumlah
Rumus
Atom
Alkana
Rumus Struktur
Nama
H H
1 CH 4
2
3
4
5
6
7
8
H
H
C 3H8
C4H10
C5H12
C7H16
C8H18
H
H
C 2H6
C6H14
Metana
C
H
H
C
C
H
H
Etana H
H
H
H
C
C
C
H
H
H
H
H
H
H C
C
C
C
H
H
H
H
H
H
H C
C
C
C
H
H
H
H
H
H
H C
C
C C
H
H
H
H
H
H
H
H C
C
C C
H
H
H
H
H
H
H C
C
C
C
H
H
H
H
H
Pentana
H H
H
H
C
C
Heksana H
H
H
H
H
C
C
C
H
H
H
H
Butana
C
H
H
H
H
H
H
Propana
Heptana H
H
H
H
H
C
C
C
C
H
H
H
Oktana H
(Sumber : Michael Purba, 2007: 108) 2) Alkena Alkena merupakan golongan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua dan ikatan antaratom karbonnya membentuk rantai karbon
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
terbuka. Oleh karena itu, alkena dapat dikelompokkan ke dalam hidrokarbon alifatik tak jenuh. Karena alkena memiliki kemiripan sifat dan juga mempunyai rumus umum yang sama yaitu CnH2n, maka senyawa alkana termasuk deret homolog sehingga pe
-
nama senyawa dari alkena dituliskan dalam tabel 2,4. Tabel 2.4 Delapan Nama Senyawa Alkena Jumlah
Rumus
Atom
Alkana
Rumus Struktur
H
C
C
H
H
2 C2H4
Nama
Etena
H
H
3
4
H
C3H6
H
C4H8
C
C
C
H
H
H
5
6
7
C5H10
H
C6H12
C7H14
H
C8H16
H
H
H
1-butena
C
C
C
H
H
H
H
H
H
H
H
C
C
C
C
C
H
H
H
H
H
H
H
C
C
H
H
2H
H
H
H
C
C
C
C
H
H
H
H
pentena
3heksena
H
H
H
H
H
H
C
C
C
C
C
C
C
H
H
H
H
H
H
H
H 8
H
C
H H
Propena
1H
H
H
H
H
H
C
C
C
C
C
C
C
C
H
H
H
H
H
H
H
H
heptena
2-oktena H
(Sumber : Michael Purba, 2007: 118)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
3) Alkuna Alkuna merupakan golongan senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga dan ikatan antaratom karbonnya membentuk rantai karbon terbuka. Oleh karena itu, alkuna dapat dikelompokkan ke dalam hidrokarbon alifatik tak jenuh. Karena alkuna memiliki kemiripan sifat dan juga mempunyai rumus umum yang sama yaitu CnH 2n-2, maka senyawa alkana Contoh nama senyawa dari alkuna dituliskan dalam tabel 2.5. Tabel 2.5. Delapan Nama Senyawa Alkuna Jumlah
Rumus
Atom
Alkana
2
Rumus Struktur
H
C2H2
C
C
Nama
Etuna
H H
3
C3H6
C
H
Propuna H
C
C
H
4
C4H8
C
H
H
H
C
C
H
H
C
H 5
C5H10
C
C
H
C
C
H
C
C
H C7H14 H
C
C H
H
C
C
2pentena
H
H H
C
C
C
H H
H
H
7
H
H
H C6H12
H
H H
H
6
1-butuna
C
2H
H
H H H
C
C
C
C
H
H
H
H
commit to user
heksuna
2H
heptuna
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
8
C8H16
H
H
H
C
C
H
H
C
H
H H
H H
C
C
C
C
C
H H
H
H
H
2-oktuna H
(Sumber : Michael Purba, 2007: 122)
e. Tata Nama Senyawa Hidrokarbon Senyawa-senyawa hidrokarbon seperti alkana, alkena dan alkuna tidak selalu membentuk rantai karbon yang lurus, tetapi senyawa-senyawa tersebut dapat membentuk rantai karbon yang bercabang. Oleh karena itu, untuk membedakan senyawa-senyawa alkana, alkena, dan alkuna (khususnya pada rantai bercabang), digunakan aturan sistematis. Senyawa hidrokarbon bercabang terdiri dari rantai karbon induk (rantai terpanjang) dan gugus cabang. Gugus cabang yang terikat pada rantai hidrokarbon induk umumnya berupa gugus alkil. Rumus umum gugus alkil adalah CnH2n-1. Gugus cabang (alkil) untuk tatanama senyawa hidrokarbon bercabang disajikan pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Nama dan Struktur Gugus Alkil Gugus Alkil CH 3-
Nama Alkil Metil
C2H5C3H7-
Etil Propil
C4H9C5H 11CH3 CH 3
Butil Amil (bukan pentil) Isopropil
CH CH3 CH2 CH
Isobutil
CH3 (Sumber : Michael Purba, 2007: 111) 1) Tatanama Alkana a) Alkana rantai lurus Contoh :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
H
H
H
H C
C
C C
H
H
H C
n-pentana
H
H H H
b) Alkana rantai bercabang Aturan IUPAC untuk penamaan alkana bercabang adalah sebagai berikut: (1) Nama alkana bercabang Bagian pertama, dibagian depan yaitu nama cabang. Bagian kedua, di bagian belakang, yaitu nama rantai induk. Contoh :
CH3
CH2
CH2
CH2
2-Metil butana Cabang Induk
CH CH3
CH3 Induk Cabang
(2) Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul. Bila terdapat rantai terpanjang maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak. Induk diberi nama alkana bergantung pada panjang rantai. (3) Cabang diberi nama alkil, yaitu nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi il. (4) Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu dinomori. Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian rupa sehingga posisi cabang mendapat nomor terkecil. Contoh : 6
5
4
3
2
1
CH3
CH2
CH2
CH2
CH
CH3
CH3 (5) Jika terdapat 2 atau lebih cabang yang sama, hal ini dinyatakan dengan awalan di,tri, tetra dan penta dan seterusnya. Contoh : 6
CH 3
5
CH 2
4
3
2
1
CH 2
CH
CH
CH 3
commit to CHuser 3 CH 3
2,3-dimetil heksana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
6
5
CH3
CH2
4
3
CH2
CH3 2 C
CH
1
2,3,3-trimetil-heksana
CH3
CH3 CH3 (6) Cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai urutan abjad dari nama cabang itu. Misalnya pada struktur berikut : 7 6 5 4CH3 3 2
CH3
CH2
CH2
C
CH
CH2
1
CH3
CH3 C2H5 Nama struktur diatas adalah 3-etil-4,4-dimetil heptana. Dari nama struktur diatas menunjukan bahwa penempatan gugus etil ditulis lebih dahulu daripada metil. (7) Jika penomoran ekivalen dari kedua ujung rantai induk, maka harus dipilih sehingga cabang harus ditulis terlebih dahulu dan mendapat nomor terkecil. Contoh : CH 3
CH 2
CH
CH
CH 2
CH 2
CH3
CH 3 C 2H 5 Nama struktur diatas adalah 4-etil-3-metil heptana Berdasarkan aturan tersebut di atas, penamaan alkana dapat dilakukan dengan mengikuti langkah sebagai berikut: a. Memilih rantai induk, yaitu: rantai terpanjang yang mempunyai cabang terbanyak. b. Memberi penomoran, dimulai dari salah satu ujung sehingga cabang mendapat nomor terkecil. c. Menuliskan nama dimulai dengan nama cabang yang disusun menurut abjad, kemudian diakhiri dengan nama rantai induk. Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Antara angka dengan angka dipisahkan dengan tanda koma (,) dan antara angka dengan huruf dipisahkan dengan tanda jeda (-).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
2) Tatanama Alkena a) alkena rantai lurus
CH3
CH
CH3
CH2
CH2
CH CH2
CH3
2-pentena
CH2
CH
1-pentena
b) alkena rantai bercabang (1) Nama alkena didapat dari nama alkana yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi ena. Contoh : C2H4 = etena C3H6 = propena (2) Rantai induk dipilih rantai perpanjang yang mengandung ikatan rangkap. (3) Penomoran dimulai dari salah satu ujung rantai induk sedemikian ikatan rangkap mendapat nomor kecil. (4) Posisi ikatan rangkap ditunjukan dengan awalan angka, yaitu nomor dari atom karbon berikatan rangkap yang paling pinggir (nomor terkecil). 1
3
2
CH 2 2
3
CH
CH 3
CH 3
CH 2
CH
1
4
CH
4
1-butena 5
CH 2
2-pentena
CH3
(5) Penulisan cabang-cabang sama seperti pada alkana.
Contoh 1: 6
7
CH
CH 3
4
5
CH 2
3
CH 2
CH
2
CH
1
CH 3
CH3 Nama struktur diatas adalah 6-metil-2-heptena Contoh 2 : 2
CH3 1
C
CH2
3
CH2
4
CH
5
CH3
2,4-dimetil pentena
CH3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
5
4
CH3
CH
CH
CH
1
2
3
CH2
1,3-pentadiena
Contoh 3: CH 3
C
3
4
CH
C
CH3
CH 2
C
2
1
C
CH2
5
CH2
CH2
6
CH3
CH3
C2 H 5
C 2H 5
CH
2-etil-4-metil-1,3-heksadiena 3) Tatanama Alkuna Nama alkuna diturunkan dari nama alkuna yang sesuai dengan mengganti akhiran ana menjadi una. Contoh : C2H2 = etuna C3H4 = propuna C4H6 = butuna Tanama alkuna bercabang sama seperti penamaan alkena. Contoh 1 :
1
CH 3
2
3
4
C
C
CH
5
CH 3
4-metil-1-butuna
CH 3 Contoh 2 :
1
CH3
C
C
CH
CH3
CH 3
2
3
4
C
C
CH
C2H5
5
CH 2
6
CH 3
4-metil-2-heksuna Contoh 3 : 1
CH
2
C
3
CH
4
C
5
C
6
CH 3
3-propil-1,4-heksadiuna
C3 H 7
commit to user
CH 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
f. Isomer Senyawa yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi berbeda struktur atau rumus bangunnya disebut isomer (Yunani iso = sama, meros = bagian). Dengan kata lain isomer adalah senyawa-senyawa yang berbeda strukturnya, tetapi mempunyai rumus molekul yang sama. 1) Isomer Alkana Alkana dengan jumlah atom karbon 1 sampai 3 tidak memiliki isomer. Jadi, alkana yang mulai mempunyai isomer adalah butana (C4H10) dan seterusnya. Keisomeran alkana mempunyai keisomeran kerangka, karena perbedaan struktur terletak pada kerangka atom karbonnya. Makin banyak atom karbonnya, makin banyak pula kemu menyebabkan
perbedaan
sifat
dari
masing-masing
senyawa.
Ada
dua
kemungkinan struktur yang diperoleh dari senyawa butana yaitu: a) n-butana yang memiliki titik didih = -0,5°C H H H H
H C
C
C C
H H H
H
b) Isobutana yang memiliki titik didih = -10°C
H H C
H H C
H H C
C H
H H
H 2) Isomer Alkena Keisomeran pada alkena dapat berupa keisomeran struktur (karena perbedaan cara atom-atom saling berkaitan, apa mengikat apa). Pada alkena isomer ini dapat terjadi karena perbedaan posisi ikatan rangkap atau perbedaan kerangka atom karbon. Sebagai contohnya pada senyawa butena yang mempunyai tiga isomer, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
H H
C H
C
H
H
C
C
H
H
H H
C
H
H
H
(i) 1- butena
C H
H
H
C
C
H
H H
H
C
C
C
H H
C
H H
H
H
(ii) 2-butena
(iii) 2-metil-propena Keisomeran pada alkena juga dapat berupa keisomeran ruang, yang terjadi karena perbedaan susunan ruang atom-atom molekulnya. Keisomeran ruang tergolong isomer geometris, karena perbedaan orientasi gugus-gugus di sekitar ikatan rangkap. Pada 2-butena dikenal: cis-2-butena dan trans 2-butena. Keduanya memiliki struktur sama tapi berbeda konfigurasinya (orientasi gugus-gugusnya). Pada cis-2-butena, kedua gugus metil terletak pada sisi yang sama dari ikatan rangkap sedangkan pada trans-2-butena, kedua gugus metil terletak pada sisi yang berseberangan.
CH3
H3C C
H3C
H C
C
H
CH3
H
H
cis-2-butena
C
trans-2-butena
3) Isomer Alkuna Keisomeran
alkuna
tergolong
keisomeran
struktur,
alku na
tidak
mempunyai keisomeran geometris. Keisomeran pada alkuna mulai terdapat pada butuna yang mempunyai 2 isomer. CH
C
(i) 1-butuna
CH 2
CH 3
CH 3
C CH 3 (ii) 2-butuna
commit to user
C
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
g. Sifat-Sifat Senyawa Hidrokarbon 1) Sifat Fisik Senyawa Hidrokarbon a) Kelarutan Senyawa Hidrokarbon Pada umumnya, senyawa-senyawa hidrokarbon sukar atau kurang larut dalam air atau pelarut polar tetapi mudah larut dalam pelarut non polar seperti tetraklorometana. Sebagai contoh bensin dengan jumlah atom C dari 5 sampai 12 tidak dapat larut dalam air. b) Titik Didih dan Titik Lebur Senyawa Hidrokarbon Semakin besar massa molekul relatif alkana makin tinggi titik didih, t itik leleh, dan massa jenisnya.
Senyawa-senyawa hidrokarbon tak jenuh
mempunyai titik didih lebih rendah daripada senyawa hidrokarbon jenuh, meskipun jumlah atom C-nya sama. Sebagai contoh, etana mempunyai titik didih -88,6°C sedangkan etena mempunyai titik didih -104°C (Sunardi, 2007: 256- 258). Isomer hidrokarbon rantai bercabang mempunyai titik didih lebih rendah dibandingkan dengan hidrokarbon rantai lurus. Sebagai contoh, n-butana mempunyai titik didih sebesar -0,5°C dan isobutana mempunyai titik didih sebesar -10°C. 2) Sifat Kimia Sifat-sifat kimia senyawa hidrokarbon seperti alkana, alkena dan alkuna dapat mengalami reaksi-reaksi kimia dengan zat lain dan membentuk zat baru. Sebagai contoh alkana yang merupakan parafin (sukar beraksi) dapat mengalami reaksi-reaksi kimia seperti reaksi pembakaran, subtitusi dan perekahan (cracking), sedangkan alkena dan alkuna dapat bereaksi untuk membentuk senyawa lain diantaranya melalui reaksi-reaksi pembakaran, adisi dan polimerisasi. Berikut ini beberapa contoh reaksi senyawa-senyawa hidrokarbon. a) Reaksi alkana (1) Reaksi pembakaran yang menghasilkan karbondioksida dan uap air. Misalnya pembakaran propana sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
C3H8 (g) + 5 O2 (g)
3 CO2 (g) + 4 H2O (l)
(2) Reaksi substitusi metana menghasilkan klorometana atau metil klorida. Reaksi ini disebut klorinasi. CH4 + Cl2
CH 3Cl + HCl
(3) Reaksi perekahan etana menghasilkan etena dan gas hidrogen yang digunakan dalam industri. Contoh reaksi perekahan etana sebagai berikut: cracking C2H6
C2H4 + H2
b) Reaksi alkena (1) Reaksi pembakaran Seperti halnya alkana, alkena suku rendah mudah terbakar. Reaksi pembakaran etena menghasilkan karbon dioksida dan air. C2H4 + 3 O2
2 CO2 + 2 H2O
(2) Reaksi adisi (a) Misalnya propena dengan air untuk menghasilkan alkohol.
CH2
CH2
+ H2O
CH 3
CH 2OH
(b) Reaksi adisi propena dengan HCl untuk menghasilkan 2-kloropropana
CH2
CH
CH3 + HCl
CH3
CHCl CH3
(c) Polimerisasi etena menghasilkan polietena n CH2
CH2
(
CH 2
CH 2
)n
c) Reaksi alkuna Reaksi antara etuna dengan gas hidrogen membentuk etana. C 2H2 + 2 H2
C 2H6 (Michael Purba, 2007: 137-140)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
B. Penelitian yang Relevan 1.
Heba EL-Deghaidy & Ahmed Nouby ( 2007), dalam jurnalnya yang berjudul Effectiveness of a Blended e-learning cooperative approach in an Egyptian teacher education programme , menyatakan bahwa Model Blended elearning cooperative approach (BeLCA) efektif meningkatkan prestasi belajar mahasiswa progam ilmu pendidikan di Suez Canal University Mesir, baik aspek kognitif maupun afektif, dibandingkan dengan model konvensional.
2.
Dzakiria, Mustafa, dan Bakar (2006) di dalam jurnal yang berjudul Moving Forward With Blended learning (BL) As A Pedagogical Alternative To Traditional Classroom Learning, hasil penelitiannya adalah sebagai berikut : a. Komunikasi yang efektif merupakan hal yang penting untuk model blended learning. Penggunaan unsure belnded learning dalam pendidikan dapat menstimulasi hubungan antara mahasiswa dan dosen, sehingga dapat mendukung pembelajaran yang lebih baik guna memfasilitasi belajar mahasiswa b. Dengan
adanya
blended
learning,memudahkan
mahasiswa
untuk
mengakses materi di manapun tempatnya. Mahasiswa yang diwawancarai dalam penelitian ini, telah menyatakan puas dengan pengalaman belajar mereka. 3.
Blended ELearning Cooperative Approach (Belca) Sebagai Upaya Peningkatan Blended ELearning Cooperative Approach (Belca) merupakan salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru bahasa untuk memvariasikan pembelajaran bahasa di kelas. Pemaduan antara e-Learning dan face to face learning dengan cooperative learning justru akan menghindarkan siswa dari situasi belajar yang membosankan.
4.
Dyah Purwaningsih dan Pujianto (2009), dalam jurnal yang berjudul Blended Cooperative e-Learning (BCel) sebagai Sarana Pendidikan Penunjang Learning Community
orasi cooperative
learning dan e-learning menjadi Blended Cooperative e-Learning (BCeL)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
dapat digunakan sebagai suatu alternatif jenis pembelajaran yang tidak hanya efektif, efisien, dan menarik sarana menunjang learning community bagi siswa, karena dalam BCeL selain terdapat interaksi guru dan interaksi muatan juga
terdapat
interaksi
social
yang
memungkinkan
siswa
dapat
mempersepsikan diri mereka sebagai sebuah komunitas yang saling bergantung secara positif ( positif interdependent, cooperation). Dalam jurnal ini, Penulis menyebut BeLCA dengan istilah Blended Cooperative e-Learning (BCel). 5.
Studi komparasi penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) antara dilengkapi modul dan dilengkapi peta konsep terhadap prestasi belajar kimia ditinjau dari motivasi belajar siswa pada materi pokok unsur, senyawa dan camp
. Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan
adanya perbedaan prestasi belajar antara penggunaan metode pembelajaran TGT yang dilengkapi dengan modul dan yang dilengkapi peta konsep pada materi pokok unsur, senyawa, dan campuran. Penggunaan metode pembelajaran TGT yang dilengkapi modul lebih baik daripada metode pembelajaran TGT yang dilengkapi peta konsep.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut : Banyaknya nilai siswa yang dibawah KKM pada materi Hidrokarbon di SMA Negeri 5 Surakarta dimungkinkan terjadi karena model pembelajaran konvensional yang diterapkan kurang sesuai dengan karakteristik materi dan kondisi siswa. Model pembelajaran konvensional cenderung membuat siswa pasif, siswa hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru, dengan suasana belajar yang monoton sehingga membuat proses pembelajaran menjadi membosankan, padahal model pembelajaran yang sesuai untuk karakteristik materi hidrokarbon dan karakteristik siswa adalah model pembelajaran aktif dengan suasana belajar yang menyenangkan agar dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Materi Hidrokarbon merupakan materi yang dianggap sulit bagi siswa karena banyak mengandung konsep, teori dan istilah asing yang harus dihafalkan. Untuk memproses hafalan agar mudah ditangkap dan terus diingat oleh siswa diperlukan proses ingatan yang bermakna. Proses ingatan yang bermakna dapat diperoleh apabila siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran, dan akan lebih mudah diperoleh dalam suasana belajar yang menyenangkan. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang tepat. Untuk memilih model pembelajaran yang tepat juga perlu diperhatikan karakteristik siswa usia SMA yang cenderung lebih suka berkelompok. Melihat dari karakteristik materi dan karakteristik siswa tersebut, model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran kooperatif yang merupakan model pembelajaran aktif , dimana siswa melakukan aktifitas pembelajaran dengan berkelompok. Namun, model ini memiliki kelemahan dari segi waktu. Untuk menerapkan model ini, diperlukan waktu pembelajaran yang lebih lama dalam menyelesaikan isi materi, padahal alokasi waktu pembelajaran di kelas sangat terbatas, sehingga diperlukan tambahan pembelajaran di luar kelas. Untuk itu, model pembelajaran yang paling sesuai adalah model pembelajaran yang
dapat
menggabungkan
pembelajaran
commit to user
kooperatif di
kelas
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
pembelajaran di luar kelas. Model tersebut disebut model Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA). Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA) merupakan model pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif di kelas tatap muka dengan pembelajaran di luar kelas lewat e-learning. Model ini efektif, karena dapat mengambil keunggulan dari pembelajaran kooperatif sekaligus mengatasi kelemahan dari pembelajaran kooperatif dengan e-learning. Dalam model ini, siswa diajak terlibat secara langsung dalam pembelajaran, sehingga dengan keterlibatan ini materi hidrokarbon yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai siswa akan mudah diterimanya. Dalam penelitian ini, tipe pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah TGT (Teams Games Tournament). TGT dipilih karena dalam langkah pembelajarannya terdapat permainan akademik yang dapat menambahkan dimensi kegembiraan pada diri siswa sehingga motivasi belajar siswa dapat meningkat. Untuk elearning, digunakan media facebook. Media facebook dipilih karena banyaknya siswa usia remaja khususnya siswa SMA Negeri 5 Surakarta yang memiliki akun facebook sehingga pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif, karena salah satu cara proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif adalah menyampaikan materi pembelajaran dengan media yang sering digunakan oleh para siswa. Untuk lebih mendukung pembelajaran, digunakan modul sebagai pedoman siswa untuk belajar mandiri. Bertolak dari pemikiran bahwa model Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA) menggunakan tipe TGT merupakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi Hidrokarbon, maka dapat diprediksi bahwa model pembelajaran Blended E-learning Cooperative Appoach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMA Negeri 5 Surakarta pada materi pokok Hidrokarbon kelas X semester II tahun ajaran 2011/2012, sehingga model ini diharapkan dapat mengatasi salah satu permasalahan yang terjadi di SMA Negeri 5 Surakarta. Adapun alur pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Pembelajaran Hidrokarbon menggunakan model Blended e-learning Cooperative Appoach Tipe TGT dilengkapi modul
Pembelajaran Hidrokarbon menggunakan model konvensional (ceramah)
Kondisi siswa menjadi pasif dan motivasi belajar rendah sehingga siswa sulit memahami konsep hidrokarbon Waktu pembelajaran terbatas
Model pembelajaran tidak sesuai dengan karakteristik materi dan karakteristik siswa
Kondisi siswa menjadi aktif dan motivasi belajar tinggi sehingga siswa mudah memahami konsep hidrokarbon Waktu pembelajaran tidak terbatas
Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan karakteristik siswa
Prestasi belajar rendah (Pembelajaran kurang efektif)
Prestasi belajar meningkat (Pembelajaran yang efektif)
Gambar 2.4 Kerangka Berpikir D.Perumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut : Blended E-learning Cooperative Appoach Tipe TGT dilengkapi modul efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMA Negeri 5 Surakarta pada materi pokok Hidrokarbon kelas X semester II tahun ajaran 2011/20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6363
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Surakarta kelas X semester II tahun ajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahaptahap pelaksanaannya sebagai berikut: Tabel 3.1 Waktu dan Tahap Pelaksanaan Penelitian Bulan No
Kegiatan Februari
1
Maret
Persiapan a. Observasi Awal b. Pengajuan Judul
2
Penyusunan Proposal
3
Pembuatan Instrumen
4
Analisis Instrumen
5
Pengumpulan Data
6
Pengolahan Data
7
Penyusunan Laporan
commit to user 63
April
Mei
Juni
JuliSelesai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
B. Metode penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. Subyek penelitian terdiri dari dua kelas, yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, pembelajarannya dilakukan dengan model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul dan pada kelas kontrol, pembelajarannya dilakukan dengan model konvensional. Pada akhir eksperimen kedua kelas tersebut diukur hasil belajarnya dengan menggunakan alat ukur yang sama, yaitu tes kognitif bentuk objektif, dan angket afektif. Ranca
Randomized Kontrol Group Pretest-
Posttest Design Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Randomized Kontrol Group Pretest-Posttest Design Group
Pretest
Treatment
Posttest
Eksperimen
Y1
X1
Y2
Kontrol
Y1
X2
Y2
Keterangan: Y1 = Pretest terhadap penguasaan materi pokok Hidrokarbon. Y2 = Posttest terhadap penguasaan materi pokok Hidrokarbon. X1 = Pembelajaran dengan model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul. X2 = Pembelajaran dengan model konvensional. Rancangan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Memberikan pretest
Y1 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk
mengukur rata-rata prestasi belajar siswa sebelum diberi perlakuan. 2. Memberikan perlakuan X1 pada kelas eksperimen berupa pembelajaran dengan model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul. 3. Memberikan perlakuan X2 pada kelas kontrol berupa pembelajaran dengan model konvensional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
4. Memberikan posttest Y2 pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengukur rata-rata prestasi belajar siswa setelah materi selesai diberikan. 5. Menentukan selisih nilai antara Y1
dan Y2 (prestasi belajar) pada kelas
eksperimen untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest. 6. Menentukan selisih nilai antara Y1 dan Y2 (prestasi belajar) pada kelas kontrol untuk mengukur rata-rata selisih nilai pretest dan posttest. 7. Membandingkan prestasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk menentukan perbedaan yang timbul sebagai akibat perlakuan. 8. Menerapkan uji statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan tersebut signifikan, yaitu dengan uji-t pihak kanan.
1. Variabel Penelitian Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah: a. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon ranah kognitif dan afektif. b. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul.
2. Prosedur Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap dengan urutan sebagai berikut: a. Melakukan observasi pada siswa SMA N 5 Surakarta, yaitu meliputi obyek penelitian, pembelajaran dan fasilitas yang dimiliki. b. Melakukan uji coba soal pretest pada siswa kelas X. c. Menentukan dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian secara random
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
d. Memberikan test awal dengan instrumen yang telah diujicobakan. e. Melaksanakan penelitian yaitu
mengajar
materi pokok Hidrokarbon
menggunakan model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul pada kelas eksperimen dan model konvensional pada kelas kontrol. f. Memberikan test akhir. g. Mengolah dan menganalisis data penelitian. h. Menarik kesimpulan.
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 5 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 9 kelas dan ratarata jumlah siswa tiap kelas adalah 32 siswa.
2. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling.
Dalam teknik ini, sampel merupakan unit dalam
populasi yang mendapat peluang yang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa secara individual tetapi kelas. Sembilan kelas yang ada di kelas X SMA Negeri 5 Surakarta memiliki karakteristik yang sama antara kelas satu dengan kelas yang lain, sehingga dari kesembilan kelas ini dapat dilakukan pengambilan secara random dua kelas untuk dijadikan sampel dalam penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
D. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data bermanfaat dalam proses pengujian hipotesis. Data yang diambil adalah data prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon yang meliputi dua aspek penilaian yaitu aspek kognitif dan afektif. Penilaian aspek kognitif diperoleh langsung dari siswa dengan menggunakan tes bentuk obyektif, yang diberikan sebelum dan sesudah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
perlakuan. Penilaian aspek afektif dilakukan dengan menggunakan angket yang diisi langsung oleh siswa, yang diberikan sesudah perlakuan. Berikut ini merupakan sumber data penelitian berupa metode tes dan metode angket. 1. Metode Tes Tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan individu, yang dalam penelitian ini untuk mengukur prestasi belajar kognitif pada materi pokok hidrokarbon kelas X SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. 2. Metode Angket Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar afektif.
E. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini terdiri atas dua instrumen yaitu instrumen penilaian kognitif dan afektif. 1. Instrumen Penilaian Kognitif Untuk penilaian kognitif menggunakan bentuk tes obyektif. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Untuk mengetahui kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu ditinjau aspek kelayakannya, yang diuji dengan statistik sebagai berikut: a. Validitas Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Di dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation yang ditulis oleh Scarvia B.Anderson dan kawan-
A test is valid is . Atau jika diartikan lebih kurang
demikian : sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur ( Suharsimi Arikunto, 2005 : 65 ). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas item/butir soal dan validitas isi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
1) Validitasi Item Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Dalam penelitian ini bentuk soal yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Jenis data yang diperoleh dari hasil uji coba adalah jenis data dikotomi (pada pilihan ganda skor benar = 1 dan salah =0). Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas item dalam penelitian ini adalah rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut : N
rxy N
X2
XY
X X
2
N
Y Y2
Y
2
Keterangan: rxy = koefisien validitas N = jumlah subyek X = skor butir item soal yang dijawab benar Y = skor total Koefisien korelasi product moment menunjukkan validitas item dari tes bentuk pilihan ganda yang selanjutnya disebut sebagai r xy. Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel Kriteria item dinyatakan tidak valid jika r xy
rtabel
Rangkuman hasil penentuan validitas item terhadap soal kognitif pretes dan postes dapat dilihat pada tabel 3.3, sedangkan hasil yang lebih rinci untuk hasil tryout soal kognitif pretest dapat dilihat pada Lampiran 16, dan untuk hasil tryout soal kognitif pretest dapat dilihat pada Lampiran 17. Tabel 3.3 Rangkuman hasil Validitas Item Tryout Soal Kognitif Variabel Soal Pretest Materi Hidrokarbon Soal Postest Materi Hidrokarbon
Jumlah Soal
Kriteria
40
Valid 34
Invalid 6
40
35
5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
2) Validitas Isi Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat ukur hasil belajar yaitu : sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representative terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan (Anas Sudijono, 2008:164). Untuk mengetahui apakah secara isi, validitas instrument memenuhi syarat atau tidak digunakan formula Gregorry. Formula ini digunakan untuk mengetahui validitas isi secara keseluruhan. Pada formula ini, diperlukan dua orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokan dengan butir-butirnya. Formula Gregorry adalah sebagai berikut :
Keterangan : A : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B : jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II C :jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang relevan menurut panelis II D : jumlah item yang relevan menurut kedua panelis Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan (Robert J.Gregory, 2007: 123). Dari hasil uji validitas isi dengan dua panelis di peroleh hasil yang terangkum dalam tabel 3.4 dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 15. Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Validitas Isi Soal Kognitif Variabel
Item kurang relevan Item kurang relevan Conten Validity menurut panelis 1 menurut panelis II Soal pretest 6 5 0,775 Soal postest 5 5 0,8 Dari tabel 3.4 terlihat bahwa CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
b. Reliabilitas Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berulang-ulang. Untuk mengukur reliabilitas instrumen, maka dilakukan uji reliabilitas menggunakan rumus Kuder Richason (KR-20) sebagai berikut: r11
n
S2
n 1
pq S
2
Keterangan: r11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
n
= banyaknya item
S
= standar deviasi dari tes
p
= proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q
= proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 pq
p)
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
Adapun acuan penilaian reliabilitas suatu butir soal atau item adalah sebagai berikut: 0,91
1,00
: Sangat Tinggi (ST)
0,71
0,90
: Tinggi (T)
0,41
0,70
: Cukup (C)
0,21
0,40
: Rendah (R)
Negatif
0,20 : Sangat Rendah (SR) (Masidjo, 2010: 209).
Rangkuman hasil penentuan reliabilitas terhadap soal kognitif pretes dan postes dapat dilihat pada tabel 3.5, sedangkan hasil yang lebih rinci untuk hasil tryout soal kognitif pretest dapat dilihat pada Lampiran 16, dan untuk hasil tryout soal kognitif pretest dapat dilihat pada Lampiran 17.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Tabel 3.5 Rangkuman hasil Reliabilitas Tryout Soal Kognitif Variabel Soal Pretest Materi Hidrokarbon Soal Postest Materi Hidrokarbon
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
40
0,902
Tinggi
40
0,887
Tinggi
c. Indeks Kesukaran Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang menjawab benar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar atau bisa dikatakan bahwa soal yang baik adalah soal dengan kategori sedang. Untuk mengukur tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan rumus :
P
B Js
(Suharsimi Arikunto, 2002 : 212)
dimana : P = tingkat kesukaran item soal B = jumlah siswa yang menjawab benar Js = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes kriteria tingkat kesukaran soal : 0,71
1,00 = Mudah (M)
0,31
0,70 = Sedang (Sd)
0,00
0,30 = Sukar (S)
(Depdiknas, 2009 :10)
Rangkuman hasil penentuan tingkat kesukaran terhadap soal kognitif pretes dan postes dapat dilihat pada tabel 3.6, sedangkan hasil yang lebih rinci untuk hasil tryout soal kognitif pretest dapat dilihat pada Lampiran 16, dan untuk hasil tryout soal kognitif pretest dapat dilihat pada Lampiran 17. Tabel 3.6 Rangkuman Hasil PenentuanTingkat Kesukaran Tryout Soal Kognitif Variabel Soal Pretest Materi Hidrokarbon Soal Postest Materi Hidrokarbon
Jumlah Soal 40
Mudah 14
40
12
commit to user
Kriteria Sedang 22 23
Sukar 4 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
d. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan yang berkemampuan kurang. Suatu soal yang mempunyai daya pembeda tinggi mengisyaratkan bahwa soal tersebut dapat membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Untuk menentukan daya pembeda butir, digunakan formula point biserial. Formula rumus korelasi point biserial : Mp pbi
Mt St
p q
Keterangan : pbi
Mp
= koefisien korelasi biserial = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.
Mt
= rerata skor total
St
= standar deviasi dari skor total
p
= proporsi siswa yang menjawab benar
p
=
q
= proporsi siswa yang menjawab salah
q
= 1
banyaknya siswa yang menjawab benar jumlah seluruh siswa
p
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut : Kurang dari 0,20
: jelek (J)
0,20
0,40
: cukup (C)
0,40
0,70
: baik (B)
0,70
1,00
: baik sekali (BS)
Bertanda negatif
: jelek sekali (JS) (Anas Sudijono, 2005:389)
Rangkuman hasil penentuan daya beda soal kognitif pretes dan postes dapat dilihat pada tabel 3.7, sedangkan hasil yang lebih rinci untuk hasil tryout soal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
kognitif pretest dapat dilihat pada Lampiran 16, dan untuk hasil tryout soal kognitif pretest dapat dilihat pada Lampiran 17. Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda Soal Kognitif Jumlah Soal
Variabel Soal-Soal Pretest Materi Hidokarbon Soal-Soal Postest Materi Hidrokarbon
40 40
J 6
C 5
4
6
Kriteria B BS 28 1 29
-
JS 1
2. Instrumen Penilaian Afektif Instrumen penilaian afektif yang digunakan berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-item angket. Penyusun item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Tabel 3.8 Skor Penilaian Afektif Nilai Skor untuk aspek yang dinilai (+)
(-)
SS
Sangat Setuju
4
1
S
Setuju
3
2
TS
Tidak Setuju
2
3
STS
Sangat Tidak Setuju
1
4 (Depdiknas, 2003: 25)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket. a. Validitas Validitas dari instrumen angket ini adalah validitas item dan validitas isi. 1) Validitas Item Untuk menghitung validitas butir soal angket digunakan rumus Pearson Product moment sebagai berikut: N
rxy N
X2
XY
X X
2
N
Y Y2
Y
2
Keterangan: rxy = koefisien validitas N = jumlah subyek X = skor butir item soal yang dijawab benar Y = skor total kriteria item soal dinyatakan valid jika r xy
rtabel . Sedangkan kriteria item
dinyatakan tidak valid jika rxy < r tabel. Rangkuman hasil penentuan validitas item terhadap angket afektif dapat dilihat pada tabel 3.9, dan hasil yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 18. Tabel 3.9 Rangkuman hasil Validitas Item Tryout Angket Afektif Variabel Angket Afektif
Jumlah Soal 40
Kriteria Valid 35
Invalid 5
2) Validitas Isi Untuk mengetahui apakah secara isi, validitas instrument memenuhi syarat atau tidak digunakan formula Gregorry. Formula ini digunakan untuk mengetahui validitas isi secara keseluruhan. Pada formula ini, diperlukan dua orang panelis untuk memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen, dalam bentuk menilai relevan atau kurang relevan masing-masing indikator butir bila dicocokan dengan butir-butirnya. Formula Gregorry adalah sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
Keterangan : A : jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis B : jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II C :jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang relevan menurut panelis II D : jumlah item yang relevan menurut kedua panelis Kriteria yang digunakan adalah jika CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan (Robert J.Gregory, 2007: 123). Dari hasil uji validitas isi dengan dua panelis di peroleh hasil yang terangkum dalam tabel 3.4 dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 15. Tabel 3.10 Rangkuman Hasil Uji Validitas Isi Soal Afektif Variabel
Item kurang Item kurang Conten Validity relevan relevan menurut panelis 1 menurut panelis II Angket afektif 10 0 0,75 Dari tabel 3.4 terlihat bahwa CV > 0,700 maka analisis dapat dilanjutkan. b. Reliabilitas Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subyek yang sama (Nana Sudjana, 2005: 16) Untuk mengetahui tingkat reliabilitas digunakan rumus Koefisien Alpha yaitu sebagai berikut: r11
n 1 n -1
S2 St
2
Keterangan: r11
= koefisien reliabilitas suatu tes
n
= jumlah item S
2
= jumlah kuadrat S dari masing-masing item
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
St2
= kuadrat dari S total keseluruhan item
kriteria reliabilitasnya adalah : 0,91
1,00
: sangat tinggi
0,71
0,90
: tinggi
0,41
0,70
: cukup
0,21
0,40
: rendah
negatif
0,20 : sangat rendah
(Masidjo, 1995: 209)
Rangkuman hasil penentuan Reliabilitas terhadap angket afektif dapat dilihat pada tabel 3.11, dan hasil yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 18. Tabel 3.11 Rangkuman Hasil Reliabilitas Tryout Angket Afektif Variabel Soal Pretest Materi Hidrokarbon
Jumlah Soal
Reliabilitas
Kriteria
40
0,897
Tinggi
F. Teknik Analisis Data Tujuan analisis data adalah untuk menjawab atau mengkaji kebenaran hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data nilai kognitif dan afektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-t pihak kanan. Oleh karena itu perlu dipenuhi persyaratan analisisnya. 1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: LO = |F(zi)
S(zi)|
Dimana: F(zi)
= peluang z n yang lebih kecil atau sama dengan zi
S(zi)
= proporsi cacah z n yang lebih kecil atau sama dengan zi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
( xi - x ) ; dengan s adalah standar deviasi s
zi
=
LO
= koefisien Liliefors pengamatan
Langkah-langkah uji Liliefors adalah sebagai berikut: 1) Menghitung rata-rata dan simpangan bakunya
xi
x
s
2
n n
xi 2
xi
2
n n -1
2) Menghitung nilai z i 3) Mencari nilai z i pada daftar F 4) Menghitung S(zi) S(zi) =
bany akny a z 1 , z 2 , ...., z n y ang n
5) Menghitung selisih F(zi)
zi
S(zi)
6) Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut (Lo) 7) Kriteria pengujian adalah terima Ho jika Lo maks < L
tabel
berarti sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. (Sudjana, 1996: 466-469) b. Uji Homogenitas Untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi homogen / tidak homogen digunakan Uji Bartlett dengan rumus sebagai berikut : X2 dengan : X2 ~ X2 (k
2,303 f log RKG C
f j log s 2j
1)
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel k
f=N
f j = derajat kebebasan untuk RKG = N
k= j 1
fj = derajat kebebasan untuk Sj 2 = ni
1
commit to user
k
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran) nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j
C 1
1 3(k -1)
serta SS j
1 fj X
2
j
1 f
dan RKG
Xj nj
fj
2
n j 1 s 2j
SS j
dimana s 2 j
SS j
(Budiyono, 2004 : 176
nj 1
177)
kriteria : X2 < X2tabeel , maka sampel berasal dari populasi yang homogen X2 X2tabeel , maka sampel berasal dari populasi yang tidak homogen.
2. Uji-t
kanan dengan kriteria : Ho :
1
H1 :
1
2
>
2
Keterangan : Ho =
Prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan model Blended Elearning Cooperative Approach (BeLCA) dilengkapi modul lebih rendah atau sama dengan prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan model konvensional.
H1 =
Prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan model Blended Elearning Cooperative Approach (BeLCA) dilengkapi modul lebih tinggi dari pada prestasi belajar siswa pada pengajaran kimia dengan model konvensional.
1
=
nilai rata-rata kelas eksperimen
2
=
nilai rata-rata kelas kontrol
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
Kriteria pengujian : Terima Ho jika thit < t tab Tolak Ho jika thit > t tab Rumus yang digunakan adalah : x1
t s
1 n1
x2 1 n2 2
s
(n 1 1) s 1 (n 2 1)s 2 (n1 n 2 ) 2
2
Keterangan: x1
= nilai rata-rata tes kognitif kelas eksperimen
x2
= nilai rata-rata tes kognitif kelas kontrol
n1
= jumlah sampel pada kelas ekspeimen
n2
= jumlah sampel pada kelas kontrol
S
= simpangan baku gabungan
S
= varians sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol
S1 2
= varians kelas eksperimen
S2 2
= varians kelas kontrol
(Sudjana, 1996: 239)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Data penelitian yang diperoleh dari penelitian ini merupakan hasil prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon yang meliputi aspek kognitif dan afektif. Data prestasi belajar aspek kognitif yang berupa nilai pretest dan posttest, dan data prestasi belajar afektif yang berupa nilai postest, diambil dari 1 kelompok kelas eksperimen (model BeLCA tipe TGT dilengkapi modul) dan 1 kelompok kelas kontrol (model konvensional). Jumlah total siswa yang dilibatkan pada penelitian ini adalah 64 siswa yang terdiri dari 32 siswa kelas X-2 (sebagai kelas eksperimen) dan 32 siswa kelas X-3 (sebagai kelas kontrol) SMA N 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012. 1. Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol Data induk penelitian mengenai prestasi belajar siswa aspek kognitif pada materi pokok Hirokarbon dari 32 siswa kelas eksperimen dan 32 siswa kelas kontrol, selengkapnya dapat dilihat di lampiran 19. Secara ringkas, data induk penelitian mengenai prestasi belajar siswa aspek kognitif disajikan dalam tabel 4.1 Tabel 4.1 Rangkuman Data Induk Penelitian Penilaian Pretest Kognitif Postest Kognitif Selisih Nilai Kognitif
Nilai Rata - Rata Kelas Eksperimen (X-2) Kelas Kontrol (X-3) 36,3713 39,5266 83,8544 79,6003 47,4831 40,0738
Untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian, data penelitian dipaparkan dalam set distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi nilai pretest dan posttest kognitif dari kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel 4.2. Sedangkan distribusi frekuensi selisih nilai pretest dan posttest kognitif dari kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam tabel 4.3. 80
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pretest Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Interval
19,00 24,09 29,18 34,27 39,36 44,45 49,54
24,08 29,17 34,26 39,35 44,44 49,53 54,62
Median
21,54 26,63 31,72 36,81 41,90 46,99 52,08
Jumlah
Kelas Eksperimen (X-2) f % % Relatif Kumulatif 5 15,63 15,63 1 3,13 18,75 8 25,00 43,75 4 12,50 53,13 8 25,00 81,25 2 6,25 87,50 4 12,50 100
0 4 7 3 9 4 5
32
32
100
f
Kelas Kontrol (X-3) % % Relatif Kumulatif 0 0 12,50 12,50 21,88 34,38 9,38 43,75 28,13 71,88 12,50 84,38 15,63 100 100
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Postest Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Interval
66,00 70,17 74,34 78,51 82,68 86,85 91,02
70,16 74,33 78,50 82,67 86,84 91,01 95,18
Jumlah
Median
68,08 72,25 76,42 80,59 84,76 88,93 93,10
Kelas Eksperimen (X-2) f % % Relatif Kumulatif 1 3,13 3,13 1 3,13 6,25 4 12,50 18,75 3 9,38 28,13 15 46,88 75 5 15,63 90,63 3 9,38 100
3 4 5 8 9 1 2
32
32
100
commit to user
f
Kelas Kontrol (X-3) % % Relatif Kumulatif 9,38 9,38 12,50 21,88 15,63 37,50 25 62,50 28,13 90,63 3,13 93,75 6,25 100 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Interval
25,00 31,01 31,02 35,64 35,65 40,27 40,28 44,9 44,91 49,53 49,54 54,16 54,17 58,79 58,80 63,42 63,43 68,05 Jumlah
Median
28,005 33,33 37,96 42,59 47,22 51,85 56,48 61,11 65,74
Kelas Eksperimen (X-2) f % % Relatif Kumulatif 2 6,25 6,25 0 0 6,25 7 21,88 28,125 6 18,75 46,88 1 3,13 50 8 25 75 5 15,63 90,63 1 3,13 93,75 2 6,25 100 32 100
Kelas Kontrol (X-3) % % Relatif Kumulatif 6 18,75 18,75 1 3,13 21,88 9 28,13 50 10 31,25 81,25 1 3,13 84,38 5 15,63 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 100 f
Perbandingan selisih nilai pretes dan posttest kognitif kelas eksperimen dapat digambarkan seperti pada gambar 4.1
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Selisih Nilai Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
2. Prestasi Belajar Afektif Siswa Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol Data induk penelitian mengenai prestasi belajar siswa aspek afektif pada materi pokok Hirokarbon dari 32 siswa kelas eksperimen dan 32 siswa kelas kontrol, selengkapnya dapat dilihat di lampiran 19. Secara ringkas, data induk penelitian mengenai prestasi belajar siswa aspek afektif disajikan dalam tabel 4.1 Tabel 4.5 Rangkuman Data Induk Penelitian Penilaian Afektif
Nilai Rata - Rata Kelas Eksperimen (X-2) Kelas Kontrol (X-3) 106,3438 99,9698
Distribusi frekuensi nilai afektif siswa kelas Eksperimen dengan kelas kontrol pada materi pokok Hidrokarbon disajikan dalam tabel 4.6 dan histogramnya dapat dilihat pada gambar 4.2. Tabel 4.6 Disribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol. Interval
75 83 91 99 107 115 123
82 90 98 106 114 122 130
Median
78,5 86,5 94,5 102,5 110,5 118,5 126,5
Jumlah
Kelas Eksperimen (X-2) f % % Relatif Kumulatif 0 0 0 2 6,25 6,25 3 9,38 15,63 11 34,38 50 9 28,13 78,13 6 18,75 96,88 1 3,13 100
Kelas Kontrol (X-3) f % % Relatif Kumulatif 3 9,38 9,38 2 6,25 16,63 9 28,13 43,75 11 34,38 78,13 3 9,38 87,5 3 9,38 96,88 1 3,13 100
32
32
100
100
Perbandingan nilai afektif kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat digambarkan seperti pada gambar 4.2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
3. Uji Prasyarat Analisis Sebelum melakukan analisis uji t-pihak kanan, terlebih dahulu perlu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Lilefors dengan rumus yang telah disebutkan pada bab III. Hasil uji normalitas untuk nilai kognitif dan nilai afektif secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 20. Secara ringkas, hasil uji normalitas untuk nilai kognitif disajikan dalam tabel 4.7 dan hasil uji normalitas untuk nilai afektif disajikan dalam tabel 4.8.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Kognitif No
Kelompok siswa
Data
1
Kelas Eksperimen
2
Kelas Kontrol
Pretest Postest Selisih Pretest Postest Selisih
Harga L Hitung Tabel 0.1018 0.1566 0.0929 0.1566 0.1399 0.1566 0.1111 0.1566 0.1204 0.1566 0.0946 0.1566
Kesimpulan Berdistribusi Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Nilai Afektif No 1 2
Kelompok siswa Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Harga L Hitung Tabel 0.0550 0.1566 0.1100 0.1566
Kesimpulan Berdistribusi Normal Normal
Dari tabel 4.7 dan 4.8 dapat diketahui bawa harga statistik uji L hitung kurang dari L
tabel
, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
b.Uji Homogenitas Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Bartlet dengan taraf signifikasi 5%. Hasil uji homogenitas untuk nilai afektif serta nilai kognitif secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 21. Secara ringkas, hasil uji homogenitas untuk nilai kognitif dan nilai afektif disajikan dalam tabel 4.9 Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Nilai Kognitif dan Afektif Prestasi Kognitif Afektif
Data Pretest Postest Selisih
S2 82.3899 38.3327 72.202 107.2611
B 118.7858 98.1832 115.227 125.8848
X2 hitung 0.4998 1.1345 1.2851 1.255
commit to user
X2 tabel 3.841 3.841 3.841 3.841
Kesimpulan Homogen Homogen Homogen Homogen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa harga X2
hitung kurang
dari X2
tabel
atau berada di
luar daerah kritik , sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.
4. Pengujian Hipotesis Uji hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini adalah Uji t-pihak kanan dengan taraf signifikansi 5 %. a. Uji Hipotesis Selisih Nilai Kognitif antara kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji hipotesis dilakukan dengan uji t- pihak kanan, dengan hipotesis sebagai berikut : HO: rata-rata prestasi belajar kognitif kognitif siswa kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan siswa kelas kontrol H1 : rata-rata prestasi belajar kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 23, dapat dibuat tabel sebagai berikut: Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Uji t-pihak kanan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelompok Sampel Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Rata-Rata 47,4830 40,0738
Variansi 86,7902 57,6137
t 3,4878 3,4878
Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 3,4878 dan setelah dikonsultasikan dengan tabel distribusi t pada taraf signifikasi 5% didapat harga ttabel= 1,9989. Jadi, keputusan uji yang diperoleh adalah t hitung > t tabel (3,4878 >1,9989) sehingga hipotesis nol (H0) ditolak. Dengan demikian, rata- rata prestasi belajar kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
b. Uji Hipotesis Nilai Afektif antara kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uji hipotesis dilakukan dengan uji t- pihak kanan, dengan hipotesis sebagai berikut : HO: rata-rata prestasi belajar afektif siswa kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan siswa kelas kontrol Hi : rata-rata prestasi belajar afektif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan dapat dibuat tabel sebagai berikut: Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji t-pihak kanan Selisih Nilai Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelompok Sampel elas Eksperimen K elas K K ontrol
Rata-Rata 106,3438 99,9698
Variansi 85,8458 128,6764
t 2,4622 2,4622
Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 2,4622 dan setelah dikonsultasikan dengan tabel distribusi t pada taraf signifikasi 5% didapat harga ttabel= 1,9989. Jadi, keputusan uji yang diperoleh adalah t hitung > t tabel (2,4622 >1,9989) sehingga hipotesis nol (H0) ditolak. Dengan demikian, rata- rata prestasi belajar afektif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol. Berdasarkan hasil uji hipotesis terhadap prestasi belajar siswa, menunjukkan bahwa kenaikan prestasi belajar
siswa kelas eksperimen (model pembelajaran
Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul) lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa kelas kontrol (model konvensional). Hal tersebut ditunjukkan dengan rata-rata selisih prestasi belajar kognitif dan afektif siswa kelas eksperimen yang masing-masing sebesar 47,4830 dan 106,3438 lebih tinggi daripada rata-rata selisih prestasi belajar kognitif dan afektif siswa kelas kontrol yang masing-masing sebesar 40,0738 dan 99,9698.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
B. Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri 5 Surakarta pada materi pokok Hidrokarbon kelas X semester II tahun ajaran 2011/2012. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cluster random sampling. Sebelum random dilakukan, terlebih dahulu dilakukan wawancara terhadap guru mengenai kesetaraan masing-masing-kelas. Untuk menyakinkan bahwa 2 kelas hasil random (kelas eksperimen dan kelas kontrol) yakni kelas X-2 dan X-3 memiliki kesetaraan yang sama, maka dilakukan uji t-Matching berdasaran nilai mid semester genap siswa kelas X-2 dan X-3 SMA Negeri 5 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Berdasarkan uji t-Matching diperoleh ttabel < thitung < t tabel atau -1.9989 < -0.995 < 1.9989 atau berada di luar daerah kritik, maka H0 diterima sehingga kesimpulan dari uji t-Matching tersebut adalah rata-rata nilai mid semester genap siswa kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol. Hal tersebut berarti kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kesetaraan yang sama. Kelas eksperimen adalah kelas X-2 yang diberi perlakuan pembelajaran dengan model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul, sedangkan kelas kontrol adalah kelas X-3 yang diberi perlakuan pembelajaran dengan model konvensional. Dalam penelitian ini, sebelum dilakukan pembelajaran materi pokok Hidrokarbon terlebih dahulu dilakukan pretest dan setelah pembelajaran materi pokok Hidrokarbon selesai, dilakukan posttest. Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi pokok hidrokarbon, sedangkan posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah diberi pengajaran mengenai materi hidrokarbon. Postest dilakukan untuk kedua aspek prestasi belajar siswa yakni aspek kognitif dan afektif, sedangkan pretest hanya dilakukan untuk aspek prestasi belajar kognitif saja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Berdasarkan data induk penelitian, untuk prestasi belajar kognitif, rata- rata nilai pretest siswa kelas eksperimen adalah 36,3713 sedangkan kelas kontrol adalah 39,5266. Untuk nilai posttest, rata- rata nilai postest kelas eksperimen adalah 83,8544 sedangkan untuk kelas kontrol adalah 79,6003. Dari rata- rata nilai pretest
postest
tersebut dapat dicari selisih nilai kognitif yang menunjukkan peningkatan prestasi belajar siswa sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 47,4831, sedangkan pada kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 40,0738. Hal tersebut menunjukkan bahwa, kenaikan prestasi belajar kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripa kelas kontrol. Dari hasil analisis uji t-pihak kanan , prestasi belajar siswa untuk aspek kognitif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh harga t lebih besar dari harga t-
tabel
hitung
= 3,4878
= 1,9989, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata- rata
prestasi belajar kognitif siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol. Rata- rata selisih nilai kognitif kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol hal ini dikarenakan model pembelajaran Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) yang diterapkan di kelas eksperimen memiliki karakteristik yang sesuai dengan karakteristik siswa dan karakteristik materi Hidrokarbon. Karakteristik materi yang banyak hafalan dan banyak mengandung istilah-istilah sulit dapat diatasi dengan pembelajaran aktif dalam Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA), dalam keadaan siswa yang aktif, ia dapat membangun pengetahuannya sendiri sehingga materi yang sifatnya hafalan dapat di ubah menjadi logika-logika pemikiran yang mudah diingat. Karakteristik siswa SMA yang lebih suka berkelompok dan cenderung tertarik mengikuti perkembangan teknologi juga sesuai dengan Model Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) yang menerapkan pembelajaran kooperatif dan memanfaatkan teknologi internet dalam proses pembelajarannya. Kemudian, mengenai kendala waktu dalam pembelajaran hidrokarbon juga dapat diatasi dengan model Blended e-learning
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
Cooperative Appoach (BeLCA) karena dengan model ini pembelajaran dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja. Model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) adalah model pembelajaran yang menggabungkan pembelajaran kooperatif di kelas tatap muka dan e-learning. Dalam penelitian ini, pembelajaran tatap muka dilakukan model pembelajaran kooperati tipe TGT, sedangkan e-learning dilakukan dengan menggunakan media jejaring sosial facebook dengan memanfaatkan fasilitas group. Model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) dapat mengambil keunggulan dari pembelajaran kooperatif sekaligus mengatasi kelemahan dari pembelajaran kooperatif dengan e-learning, dimana kekurangan jam pelajaran yang biasa terjadi pada pembelajaran kooperatif di kelas tatap muka dapat diatasi dengan elearning. Dalam model ini, siswa diajak terlibat secara langsung dalam pembelajaran, sehingga dengan keterlibatan ini materi hidrokarbon yang dibahas akan selalu teringat dalam pemikirannya dan konsep yang harus dikuasai siswa akan mudah diterimanya. Pembelajaran tatap muka yang dilakukan dengan model kooperatif t ipe TGT akan memberikan suasana belajar yang menyenangkan karena terdapat permainan akademik yang dapat menambahkan dimensi kegembiraan pada diri siswa sehingga motivasi belajar siswa dapat meningkat. Dengan motivasi belajar yang tinggi, siswa akan lebih mudah menangkap dan menyerap materi pelajaran yang diberikan. Adanya tahap belajar kelompok dalam pembelajaran tatap muka juga sangat menguntungkan, karena adanya semacam tutorial teman sebaya yang dilakukan oleh siswa berkemampuan tinggi kepada teman-teman satu kelompoknya yang belum paham, hal ini biasanya lebih efektif karena bahasa yang digunakan teman sebaya biasanya lebih mudah dipahami oleh teman yang lain dan tidak ada kecanggungan sehingga siswa leluasa dalam bertanya hal-hal yang belum dipahami. Pembelajaran e-Learning yang dilakukan dengan media facebook juga berlangsung efektif karena media ini sudah tidak asing lagi bagi siswa dan kebanyakan siswa sudah terbiasa menggunakannya sehingga proses pembelajaran yang berlangsung di dunia maya menjadi lebih mudah dan memberikan kenyamanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
bagi siswa untuk berpartisipasi aktif, terutama bagi siswa pemalu yang biasanya tidak berani mengungkapkan pendapatnya di kelas tatap muka. Kenyamanan ini juga tercipta karena facebook lebih bersifat informal dibanding pembelajaran di kelas. Fasilitas group dalam facebook dalam penelitian ini dijadikan sebagai ruang kelas elearning. Anggota group tersebut adalah peneliti yang berperan sebagai guru, 32 orang siswa dalam kelas eksperimen dan guru kelas X yang berperan sebagai pemantau jalannya pembelajaran.
Dengan adanya e-Learning ini, siswa menjadi lebih intensif dalam belajar. Pembelajaran tidak hanya berlangsung di dalam kelas tatap muka seperti pada umumnya, tapi juga berlangsung di luar jam pelajaran kelas sehingga materi yang dikuasainya menjadi semakin mendalam. Dengan adanya pembelajaran e-learning, siswa menjadi semakin sering mengakses konten pembelajaran melalui facebook, semakin sering bernalar dan terlibat di pembelajaran tersebut walau tidak melalui tatap muka Dalam e-learning, siswa dapat menambah pengetahuan dengan sumbersumber belajar yang diberikan oleh guru dan juga dapat berdiskusi dengan teman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
serta guru melalui media chatting di facebook, sehingga dapat mempermudah komunikasi diantara mereka. Dalam e-learning, pekerjaan rumah siswa juga dikerjakan di media facebook sehingga dapat meminimalisir kecurangan-kecurangan yang biasa dilakukan oleh siswa seperti mencontek pekerjaan milik teman. Adanya modul, akan lebih membantu siswa dalam belajar mandiri di rumah tanpa harus didampingi pengajar karena dalam modul sudah terdapat petunjuk petunjuk pada setian bagian modul sehingga proses belajar siswa lebih terarah. Dengan penggabungan model kooperatif tipe TGT, e-learning dengan facebook, dan ditambah dengan modul dapat menjadikan proses pembelajaran hidrokarbon menjadi lebih intensif, menyenangkan dan terarah sehingga prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) dilengkapi modul lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa yang diajar dengan model konvensional yang biasanya diterapkan oleh guru.
Gambar 4.4 Diskusi Siswa dengan Guru melalui Media Chatting Facebook Pada pembelajaran di kelas tatap muka pada kelas eksperimen, tahap pertama yang dilakukan adalah pembentukan kelompok. Kelompok dibentuk berdasarkan nilai mid semester genap. Kelompok yang dibentuk adalah kelompok heterogen, dimana dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan sedang, tinggi, dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
rendah. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa yang berkemampuan tinggi dapat membimbing teman satu kelompoknya yang kurang paham sehingga terjadi transfer ilmu antara satu siswa dengan teman yang lain. Pembentukan kelompok ini diupload dalam media facebook sebelum pembelajaran dimulai sehingga siswa sudah mengetahui anggota kelompoknya sebelum masuk kelas.
Gambar 4.5 Pembagian Kelompok dalam Media Facebook Tahap kedua dalam pembelajaran tatap muka adalah presentasi kelas. Untuk pertemuan pertama, kegiatan presentasi kelas dilakukan oleh guru dengan menyampaikan materi secara garis besarnya saja, dan untuk pertemuan selanjutnya kegiatan presentasi kelas dilakukan oleh siswa secara berkelompok. Materi yang dibahas pada kelas tatap muka, sebelumnya telah diupload guru di media facebook. Guru memberikan link menuju sumber belajar di media facebook. Sumber belajar berupa macromedia flash dengan animasi-animasi menarik dan terdapat latihan soal di setiap akhir pembahasan sehingga dapat membangkitkan semangat belajar siswa. Rencana pembelajaran untuk kegiatan kelas tatap muka juga ditulis guru di media facebook sehingga sebelum masuk kelas siswa sudah mempunyai bayangan kegiatan apa yang akan dilaksanakan di kelas.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
Tahap ketiga dalam pembelajaran kelas tatap muka adalah belajar kelompok. Dalam belajar kelompok, guru memberikan lembar diskusi yang harus dikerjakan siswa secara berkelompok. Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan dalam lembar diskusi. Dalam belajar kelompok ini, teman yang lebih paham dapat mengajari teman lainnya dalam satu kelompok yang belum paham, sehingga akan terjadi semacam tutorial teman sebaya. Tutorial oleh teman sebaya biasanya lebih efektif karena bahasa yang digunakan teman sebaya biasanya lebih mudah dipahami dan tidak ada kecanggungan sehingga siswa leluasa dalam bertanya hal-hal yang belum dipahami. Tahap selanjutnya dalam kelas tatap muka adalah game dan turnamen. Game merupakan bagian dari kegiatan turnamen yang akan dimainkan oleh siswa. Game yang dilakukan pada penelitian ini adalah permainan kartu domino. Dalam masingmasing kartu domino terdapat dua kolom atas dan bawah. Kolom atas berisi pertanyaan dan kolom bawah dikosongi sebagai tempat siswa dalam menjawab pertanyaan. Dalam kegiatan turnamen, terjadi pertandingan antar kelompok dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari kelompoknya melawan anggota kelompok yang lain. Jadi, kelompok turnamen berbeda dengan kelompok belajar. Dalam kelompok ternamen berisi wakil-wakil siswa dari masing-masing kelompok belajar. Kelompok turnamen bersifat homogen, anak-anak berkemampuan tinggi akan berkumpul dalam satu kelompok turnamen, begitu pula dengan anak-anak berkemampuan sedang dan rendah sehingga dalam turnamen terjadi persaingan yang adil dalam setiap kelompok turnamen. Siswa-siswa dalam kelompok turnamen tersebut bersaing untuk memperebutkan skor tertinggi utnuk menyumbangkan skor bagi kelompok belajarnya. Jadi skor kelompok belajar adalah skor total dari skor masing-masing anggotanya yang bermain pada meja turnamen yang berbeda-beda. Kelompok belajar yang memperoleh skor tertinggi akan keluar sebagai pemenang. Untuk pembagian kelompok turnamen, diumumkan melalui media facebook sehingga ketika pembelajaran tatap muka dengan agenda turnamen di kelas, siswa sudah mengetahui anggota kelompoknya. Tahap terakhir dalam kelas tatap muka adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
penghargaan kelompok yang diberikan kepada kelompok belajar pemenang turnamen. Dalam kelas e-learning, kegiatan utama siswa adalah mengerjakan tugas individu dan tugas kelompok yang langsung dikerjakan lewat media facebook. Di akhir pembelajaran materi hidrokarbon, guru memberikan semacam quiz berupa games/permainan di facebook. Dalam pembelajaran e-learning, siswa dapat bertanya langsung kepada guru mengenai materi yang belum mereka pahami melalui media chatting di facebook. Hal ini sangat menguntungkan bagi siswa yang bersifat pemalu yang biasanya tidak berani bertanya langsung di kelas tatap muka.
Gambar 4.6 Game dalam Media Facebook Selain sebagai tempat mengerjakan tugas, media facebook juga diperuntukkan sebagai pendukung kegiatan tatap muka di kelas, misalnya untuk mengumumkan pembagian kelompok dan rencana pembelajaran di kelas tatap muka. Guru juga memberikan link-link sumber belajar melalui media facebook sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa. Berdasarkan angket respon siswa terhadap facebook, sebesar 59,375 % siswa menyatakan sangat setuju bahwa sumber belajar macromedia flash dari Pustekkom Depdiknas yang diberikan guru melalui media facebook, dapat meningkatkan pemahaman mereka dalam mempelajari materi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
Hidrokarbon, sedangkan sisanya 40,625 % siswa setuju bahwa sumber belajar macromedia flash dari Pustekkom Depdiknas yang diberikan guru melalui media facebook, dapat meningkatkan pemahaman mereka dalam mempelajari materi Hidrokarbon.
Gambar 4.7 Contoh Sumber Belajar yang dapat Diakses Melalui Facebook Modul sebagai pendukung pembelajaran juga dapat didownload melalui media facebook. Modul merupakan pedoman siswa dalam belajar mandiri di rumah. Jadi, selain belajar di sekolah, siswa juga dapat belajar di rumah, walaupun tanpa didampingi oleh guru. Berdasarkan angket respon siswa terhadap modul, sebesar 62,5 % siswa menyatakan sangat setuju bahwa modul hidrokarbon sangat membantu mereka dalam belajar mandiri di rumah, dan sisanya 37,5% siswa setuju bahwa modul hidrokarbon sangat membantu mereka dalam belajar mandiri di rumah. Model pembelajaran yang diterapkan di kelas kontrol adalam model konvensional menggunakan metode ceramah, latihan soal, tanya jawab, dan pemberian tugas seperti pada pembelajaran kimia yang biasa dilakukan guru sehari-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
hari. Jumlah alokasi waktu dan materi pokok yang disampaikan di kelas eksperimen dan kelas kontrol sama, yang membedakan hanyalah perlakuan model pembelajaran yang diterapkan di kelas kontrol dan eksperimen. Dalam kegiatan ceramah pada kelas kontrol, guru menyampaikan seluruh materi pokok Hidrokarbon. Jadi tidah hanya materi hidrokarbon secara garis besarnya saja, melainkan seluruh materi. Setelah materi selesai disampaikan, guru memberikan latihan soal kepada siswa untuk menguji pemahaman mereka mengenai materi yang telah disampaikan oleh guru. Dalam kegiatan tanya jawab, siswa dapat bertanya pada guru mengenai materi pembelajaran yang belum dipahami dan pemberian tugas dilakukan guru dengan memberikan PR (pekerjaan rumah) kepada siswa. Model pembelajaran konvensional yang diterapkan di kelas kontrol cenderung membuat siswa pasif, siswa tidak terlibat secara langsung dalam pembelajaran, meraka hanya duduk diam mendengarkan penjelasan dari guru, dengan suasana belajar
yang
monoton,
sehingga
membuat
proses
pembelajaran
menjadi
membosankan, padahal model pembelajaran yang sesuai untuk karakteristik materi hidrokarbon dan karakteristik siswa adalah model pembelajaran aktif dengan suasana belajar yang menyenangkan agar dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, selain itu pembelajaran juga berlangsung kurang intensif, karena hanya berlangsung di dalam kelas, ditambah lagi dengan tidak adanya pedoman belajar mandiri siswa di rumah menjadikan siswa yang ingin belajar mandiri di rumah menjadi kurang terarah. Oleh sebab itu, prestasi belajar siswa yang diajar dengan model konvensional lebih rendah daripada prestasi belajar siswa yang diajar dengan model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) dilengkapi modul. Untuk prestasi belajar aspek afektif siswa, rata- rata nilai pretest untuk kelas eksperimen adalah 106,3438 sedangkan pada kelas kontrol adalah 99,9698. Dari hasil analisis uji t-pihak kanan, prestasi belajar siswa untuk aspek afektif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh harga t tabel
hitung =
2,4622 lebih besar dari harga t
= 1,9989, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata- rata prestasi belajar afektif
siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
Aspek afektif menyangkut sikap, minat, perasaan, emosi dan nilai dari siswa. Seorang siswa akan sulit mencapai keberhasilan studi yang optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada pelajaran tersebut. Dari sini dapat diketahui bahwa kompetensi siswa pada aspek afektif menjadi penunjang keberhasilan pada aspek pembelajaran yang lain, yaitu kognitif. Bila siswa memiliki minat belajar yang tinggi maka prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Prestasi belajar afektif pada kelas eksperimen(yang diajar dengan model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul lebih dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar materi pokok hidrokarbon daripada kelas kontrol. Tingginya prestasi belajar afektif siswa pada kelas eksperimen yang diajar dengan model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dibanding siswa pada kelas control yang diajar dengan model konvensional dikarenakan model BeLCA tipe TGT memberikan suasana belajar yang menyenangkan akibat adanya permainan akademik dan media facebook sehingga akan membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran dan sikap keaktifan siswa terhadap pembelajaran menjadi meningkat. Dari hasil pengamatan di lapangan juga menunjukkan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT siswa menjadi lebih aktif bertanya kepada guru bila ada kesulitan dalam memahami materi ataupun dalam menyelesaikan tugas. Siswa tidak hanya diam mendengarkan penjelasan guru, tetapi lebih aktif berdiskusi dalam kelompoknya karena setiap siswa merasa mempunyai tanggungjawab terhadap kelompoknya masing-masing. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (1995: 73) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit melalui diskusi dan bila dibandingkan dengan pembelajaran individual, pembelajaran kooperatif lebih dapat mencapai kesuksesan akademik dan sosial siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
Siswa-siswa dalam kelas eksperimen aktif berdiskusi materi dan saling memberikan pendapat mengenai jawaban soal diskusi dengan teman satu kelompoknya, siswa aktif berpikir kritis untuk menyelesaikan soal-soal diskusi yang diberikan oleh guru dan saat mereka mengalami kesulitan dalam memahami materi mereka tidak takut untuk bertanya kepada guru dan lebih termotivasi untuk memahami materi guna membantu kelompoknya meraih penghargaan terbaik selain itu didukung media facebook yang menarik sehingga dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar dibandingkan dengan metode konvensional, karena pada metode konvensional tidak terdapat penghargaan dan media yang digunakan kurang menarik maka motivasi siswa cenderung rendah serta minat siswa terhadap proses pembelajaran juga rendah, hal ini terlihat pada pelaksanaan saat awal pelajaran siswa masih antusias dalam belajar akan tetapi saat memasuki pertengahan pelajaran dan seterusnya beberapa siswa sudah mulai asyik berbicara sendiri-sendiri bahkan ada beberapa siswa yang tidur dikelas, saat diberi kesempatan untuk bertanya dari sekian banyak siswa hanya beberapa anak yang berani bertanya, hal ini secara tidak langsung menyebabkan prestasi afektif siswa pada pembelajaran dengan metode konvensional cenderung lebih rendah. Dalam pembelajaran model BeLCA tipe TGT terdapat turnamen atau lomba yang diadakan setelah diskusi kelompok. Pada tahap turnamen ini, setiap siswa bertanggung jawab menyumbang skor sebanyak-banyaknya untuk kemenangan kelompoknya. Kelompok yang mempunyai rata-rata skor tertinggi mendapat hadiah dari guru. Hal ini dapat memotivasi belajar siswa. Beberapa siswa yang kurang berani berpendapat, dengan dukungan temannya, ternyata siswa tersebut menjadi berani. Jadi dengan model pembelajaran ini, dapat menimbulkan keberanian siswa. Pada saat turnamen, siswa yang semula dianggap tidak mampu, ternyata bisa menjawab pertanyaan dan memberikan poin sehingga menambah skor kelompok. Pengakuan terhadap apa yang mereka raih membuat siswa tersebut percaya diri. Dalam model pembelajaran dengan model BeLCA, sikap kepedulian siswa juga meningkap karena selama pembelajaran siswa belajar dalam kelompok. Dalam kelompok tersebut, siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
saling bantu membantu dalam memahami setiap materi pelajaran. Siswa yang lebih pandai mengajari teman lainnya yang belum dapat memahami materi pelajaran. Sikap kepercayaan diri dan kepedualian yang dimiliki oleh siswa kelas eksperimen menyebabkan prestasi belajar afektif siswa kelas eksperimen cenderung lebih tinggi daripada kelas control. Berdasarkan uraian pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan model Blended E-learning Cooperative Approach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul memiliki pengaruh yang lebih baik dibandingkan model konvensional, baik terhadap prestasi kognitif maupun afektif. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon. Dalam pembelajaran menggunakan model Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) pada penelitian ini, meskipun sudah direncanakan dengan matang namun dalam pelaksanaannya masih mengalami kendala-kendala khususnya dalam pembelajaran menggunakan facebook. Adapun kendala-kendala dalam pembelajaran menggunakan facebook adalah sebagai berikut : 1. Belum semua siswa memiliki fasilitas internet di rumah sehingga kesulitan untuk mengakses facebook.
Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti
memberikan jadwal tambahan bagi siswa yang belum memiliki fasilitas internet di rumah, sehingga ketika siswa tersebut online, peneliti sebagai guru juga online sehingga dapat memaksimalkan komunikasi antara siswa dengan peneliti. Dengan demikian, siswa yang belum memiliki fasilitas internet di rumah tidak ketinggalam informasi dan materi pelajaran dengan teman yang lainnya. Selain itu, peneliti juga memberikan sumber-sumber belajar yang dapat diakses siswa lewat handphone, sehingga siswa dapat membuka sumber belajar di facebook lewat handphone. 2. Tingginya kemungkinan gangguan belajar antara lain siswa membuka situssitus di luar konteks pembelajaran dan mempergunakan facebook lebih banyak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
hanya untuk main-main. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti membuat jadwal e-learning facebook khusus, pada jadwal tersebut siswa diharuskan membuka situs facebook dan mengerjakan tugas dari peneliti sebagai guru. Pada waktu jadwal e-learning facebook tersebut, peneliti selalu mengajak komunikasi siswa untuk meminimalisasi siswa membuka situs-situs diluar konteks pembelajaran dan mempergunakan facebook lebih banyak hanya untuk main-main. Selain itu, peneliti membuat grup facebook semenarik mungkin dengan menyediakan sumber-sumber belajar yang menarik dan memberikan games facebook sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk selalu membuka grup facebook meskipun di luar jadwal e-learning. 3. Peneliti tidak dapat mengontrol kegiatan e-learning (facebook) siswa secara langsung di luar jam tatap muka. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti setiap hari membuka grup facebook untuk mengamati kegiatan siswa pada grup facebook serta sering berkomunikasi dengan siswa baik ketika jadwal elearning facebook maupun di luar jadwal e-learning.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa Model pembelajaran Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) tipe TGT dilengkapi modul efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMA Negeri 5 Surakarta pada materi pokok Hidrokarbon kelas X semester II tahun ajaran 2011/2012. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata selisih prestasi belajar kognitif dan afektif siswa kelas eksperimen (model pembelajaran Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) dilengkapi modul) yang masing-masing sebesar 47,4830 dan 106,3438 lebih tinggi daripada rata-rata selisih prestasi belajar kognitif dan afektif siswa kelas control (model konvensional) yang masing-masing sebesar 40,0738 dan 99,9698.
B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat dikemukakan implikasi secara teoritis dan praktis. 1. Implikasi Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dalam penelitian selanjutnya serta memberikan informasi pada guru kimia bahwa model pembelajaran Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada materi pokok hidrokarbon. 2. Implikasi Praktis Secara praktis, berdasarkan hasil penelitian, model pembelajaran Blended elearning Cooperative Appoach (BeLCA)
dapat digunakan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
103
C. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan sebagai berikut: 1. Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) dapat digunakan sebagai model pembelajaran alternatif dalam mengajar materi pokok Hidrokarbon. 2. Dalam menerapkan model Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) sedapat mungkin dilakukan perencanaan secara matang, terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung dan kondisi siswa yang akan diajar. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan model pembelajaran Blended e-learning Cooperative Appoach (BeLCA) pada materi pokok kimia yang lain.
commit to user