ISSN 2089-8673 Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI) Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Model Konseptual Pemanfaatan Teori Flow Dalam eLearning Paulus Insap Santosa Jurusan Teknik Elektro & Teknologi Informasi, FT UGM
[email protected] Abstrak Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa pengaruh pada cara penyampaian materi kuliah. Kuliah yang secara tradisional disampaikan secara tatap muka, saat ini banyak yang disampaikan lewat bantuan situs Web yang dikenal dengan sebutan eLearning. Tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa ketika “menyerap” pengetahuan yang disampaikan secara tatap muka berbeda dengan ketika mahasiswa “menyerap” pengetahuan yang sama eLearning. Kemampuan Makalah ini menyajikan model konseptual pemanfaatan teori flow dalam eLearning untuk memperoleh tingkat kinerja mahasiswa yang tinggi. Dalam makalah ini disampaikan sejumlah proposisi yang menunjukkan relasi antar konstruk dalam model konseptual. Kata kunci: teori flow, tantangan, kemampuan, antecedent, eLearning
1. Pengantar Dengan perkembangan dan ketersediaan Internet yang makin luas, banyak aktifitas, termasuk pendidikan, dilakukan secara online. Dengan semakin banyaknya kuliah yang dilakukan secara online, semakin banyak mahasiswa yang dapat menghadiri kuliah secara virtual, sehingga mereka dapat memperoleh gelar yang mereka inginkan tanpa harus secara fisik hadir di tempat kuliah. Dengan semakin mudahnya menyiapkan materi kuliah pada eLearning, yang pada dasarnya merupakan sistem pembelajaran berbasis Web, Clark dan Lyons (1999) meramal bahwa sistem pembelajran berbasis Web merupakan masa depan dari semua tipe pembelajaran jarak jauh. Web dan teknologi Internet menawarkan kemudahan dalam hal pengembangan dan penyampaikan materi kuliah secara online. Tetapi, pengembangan materi berbasis Web butuh pertimbangan yang menyeluruh karena teknologi dan peranti bantu untuk authoring dan penyampaian materi kuliah berevolusi sangat cepat (Benyon dkk, 1997). Sebagai tambahan, meskipun secara umum Internet menawarkan informasi dalam jumlah yang besar, tetapi tidak semua informasi yang tersedia sesuai dengan materi yang diperlukan oleh mahasiswa. Sehingga, semua keunggulan yang dimiliki oleh Internet sebagai media penyampaian materi secara online, dapat tertutupi oleh kurangnya disiplin mahasiswa, karena mereka dengan mudah terganggu oleh materi lain yang lebih menarik. Konsekuensinya, kinerja mahasiswa dapat terganggu, meskipun kinerja mahasiswa juga tergantung dari ragam pembelajaran (Raven dkk, 1993).
2. Teori Flow: Antecedent, Gejala, dan Konsekuensi Flow didefinisikan sebagai kondisi psikologis ketika seseorang merasa dalam situasti kognitif yang efisien, termotivasi, dan senang (Moneta dan Csikszentmihalyi, 1996). Situasi ini merujuk kepada perasaan yang sangat menyenangkan ketika seseorang sedang melakukan aktifitas yang memerlukan keterlibatan, konsentrasi dan kesenangan secara total, dan mengalami suatu perasaan terdistorsinya waktu selama melakukan aktifitas tersebut (Chen et al., 1999). Hoffman dan Novak (1996) mengatakan bahwa ketika seseorang berada pada kondisi (flow), pikiran dan persepsi yang tidak relevan akan diabaikan, kesadaran diri akan hilang, perasaan akan waktu akan terdistori, dan seseorang akan berada dalam keadaan pikiran yang sangat
24
ISSN 2089-8673 Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI) Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
menyenangkan. Dalam kondisi flow, satu waktu akan mengalir secara holistik ke waktu berikutnya tanpa disadari. Kondisi ini akan menuju kepada perasaan self-efficacy yakni kepuasaan yang sangat tinggi (Csizkszentmihalyi, 1990). Ada dua aspek penting dari teori flow (Moneta dan Csikszentmihalyi, 1996). Pertama, pengalaman flow didefinisikan sebagai dua peubah eksperimental subjektif: tantangan (challenge) dan kemampuan/keahlian (skill). Csikszentmihalyi (1990) menyebutkan bahwa agar terjadi flow, tantangan harus sepadan dengan kemampuan (atau sebaliknya) yang dimiliki oleh setiap orang yang akan melakukan aktifitas tertentu. Tantangan dan keahlihan harus dilihat sebagai kondisi dinamis; jika tidak, seseorang dapat menjadi apatis. Dengan demikian, tantangan dan kemampuan merupakan antecedent dari flow. Kedua, pengalaman individu ketika melakukan aktifitas tertentu tidak mempunyai titik maksimum atau titik keseimbangan. Teori flow mengasumsikan bahwa tidak ada batasan karena lewat pengalaman flow, seseorang cenderung untuk mencari kompleksitas dan kesenangan yang lebih tinggi. Flow cenderung terjadi ketika seseorang menghadapi tujuan yang jelas yang memerlukan tanggapan yang sesuai (Csikszentmihalyi, 1997). Tujuan dan aturan2 yang mengikutinya memungkinkan pemain untuk melakukan apa yang harus mereka kerjakan tanpa bertanyatanya apa yang harus mereka kerjakan. Flow biasanya terjadi tidak ketika seseorang sedang bersenang-senang, tetapi ketika seseorang sedang terlibat dalam tugas yang sulit yang memerlukan kemampuan fisik dan mental yang kuat (Jellinghaus, 1995). Karena alas an inilah, flow akan susah didapatkan ketika tidak ada usaha yang keras. Flow tidak hanya sekedar “menghabiskan waktu.” Seseorang akan mengalami semacam kebahagiaan atau pengalaman optimal ketika mereka mengejar tujuan yang menantang tetapi dapat dicapai (Donner dan Csikszentmihalyi, 1992). Dengan penjelasan di atas, Csikszentmihalyi (1997) menambahkan tujuan yang jelas dan umpan balik, untuk melengkapi tantangan dan kemampuan, sebagai antecedent dari flow. Para peneliti sudah mengidentifikasi konsekuensi positif dari flow. Trevino dan Webster (1992) melaproan bahwa flow berasosiasi positif dengan sikap pekerja dan outcome tugas-tugas yang berhubungan dengan komunikasi. Sikap positif juga dilaporkan oleh Baronas dan Louis (1988). Hoffman dan Novak (1996) melaporkan bahwa pelanggan yang mengalami kondisi flow dalam CME hypermedia diperkirakan mempunyai perceived behavioral control disbanding mereka yang tidak mengalaminya
3. Model Konseptual Tantangan dan kemampuan merupakan dua antecedent yang penting dari flow. Dalam eLearning, tantangan berasal dari materi kuliah yang ingin dipelajari oleh para mahasiswa dan sistem eLearning yang digunakan untuk menampilkan materi kuliah. Kemampuan berasal dari pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa (prior knowledge). Kemampuan dapat dikelompokkan menjadi pengetahuan tentang ilmu yang terkait dengan materi kuliah prasyarat dari mata kuliah yang akan diambil, dan pengelaman mahasiswa tersebut menggunakan eLearning (yang biasanya diimplementaskan dalam sebuah Web). Gambar 1 menunjukkan model konseptual dari pemanfaatan teori flow dalam eLearning. Model konseptual yang diusulkan tersaji pada Gambar 1. 3.1 Pengetahuan Sebelumnya dan Pengalaman Menggunakan Web Pengetahuan sebelumnya (prior knowledge) didefinisikan sebagai pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa tentang mata kuliah tertentu. Pengetahuan sebelumnya memegang peran penting dalam proses belajar ketika seseorang secara aktif berusaha memahami kejadiankejadian dengan terlibat dalam pembentukan dan interpretasi pengalaman individu (Pope dan Gilbert, 1983). Pengetahuan sebelumnya berisi sejumlah konsepsi alternatif yang akan mempengaruhi pembelajaran berikutnya (Tsai, 2001).
25
ISSN 2089-8673 Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI) Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
Gambar 1. Model konseptual pemanfaatan teori
3.2 Navigasi Web dan Materi Kuliah Para peneliti, misalnya Nielsen (1999) setuju bahwa isi situs web dan kemudahan navigasi merupakan dua faktor yang sangat penting dalam rancangan situs web. Konsistensi antarmuka juga merupakan faktor yang penting yang dapat memberikan kinerja yang lebih tinggi dan laju kesalahan yang lebih rendah (Ozok dan Salvendy, 2001), yang dapat meningkatkan kepuasan pengguna. Navigasi adalah proses incremental yang bersifat real-time yang menggabungkan aktifitas fisik (disebut locomotion) dan pembuatan keputusan (Jul dan Furnas, 1997). Navigasi tidak hanya sekedar perpindahan secara fikik, tetapi juga melibatkan aktifitas kognisi. Menurut Kim dan Hirtle (1995), pengguna harus melakukan sejumlah tugas secara bersamaan ketika mereka terlibat dalam aktifitas yang berkaitan dengan Web. Beberapa tugas ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori: tugas navigasi (merencanakan rute perjalanan dan mengeksekusinya), tugas informasi (membaca dan memahami isi yang disajikan dalam sebuah Web dan kaitan antara satu isi dengan isi yang lain), dan tugas pengelolaan (mengkoordinasi tugas navigasi dan informasi). Tugas-tugas yang harus dilakukan secara serentak merupakan tantangan bagi mahasiswa agar mereka dapat mempelajari materi kuliah yang disajikan dalam situs eLearning. Isi situs web merujuk kepada informasi, fitur, atau layanan yang ditawarkan lewat situs web (Huizingh, 2000). Dalam eLearning, yang diimplementasikan ke dalam situs Web, materi mata kuliah yang menjadi isi dari situs eLearning tersebut. Dengan cara seperti ini tantangan bagi mahasiswa yang menggunakan eLearning adalah materi kuliah.
3.3 Perceived Control dan Konsentrasi Perceived control dan konsentrasi merupakan dua gejala flow yang dialami oleh seseorang
26
ISSN 2089-8673 Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI) Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
yang berada dalam kondisi flow (Csizkszentmihalyi, 1990). Dalam keadaan flow, pikiran dan persepsi yang tidak relevan akan diabaikan dan mahasiswa secara penuh memfokuskan dirinya pada interaksi dengan situs Web tempat mahasiswa tersebut mempelajari materi kuliah. Ketika mahasiswa berada pada kondisi flow, konsentrasi mereka akan mengabaikan hal-hal lain yang tidak penting (Hoffman dan Novak, 1996). 3.4 Pengalaman Flow dan Kinerja Mahasiswa Kinerja mahasiswa sering digunakan untuk mengukur efektifitas pembelajaran (Lu dkk., 2003). Kinerja mahasiswa didefinisikan sebagai prestasi yang diperoleh mahasiswa setelah melewati evaluasi atas serangkaian test terhadap materi kuliah yang disajikan menggunakan bantuan situs Web. Kinerja mahasiswa dapat diukur berdasarkan jumlah kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan test evaluasi. Kinerja mahasiswa yang lebih tinggi dinyatakan dengan jumlah kesalahan yang lebih sedikit. Dalam evaluasi menggunakan MCQ, penghitungan mahasiswa dapat dilakukan dengan sangat mudah. Tetapi jika pertanyaannya berupa soal essay, jawaban “terstandarisasi” menjadi salah satu kendala dalam penilaiannya. Dengan berbekal pada sejumlah argumen di atas, maka disusunlah tiga proposisi untuk menunjukkan relasi dari beberapa seperti ditunjukkan dalam Gambar 1, Dengan telah disampaikannya sejumlah argumen P1a. Ketika mahasiswa menggunakan menggunakan eLearning, perceived control akan dipengaruhi oleh tantangan yang dihadapi mahasiswa dan kemampuan yang dimiliki mahasiswa P1.b. Ketika mahasiswa menggunakan menggunakan eLearning, konsentrasi mahasiswa dalam menangkap pengetahuan baru akan dipengaruhi oleh tantangan yang dihadapi mahasiswa dan kemampuan yang dimiliki mahasiswa P2. Flow yang dialami oleh mahasiswa akan memperngaruhi kinerja mahasiswa.
4. Diskusi Satu keuntungan nyata dari eLearning adalah bahwa mahasiswa tidak harus datang ke kampus secara fisik untuk ‘hadir’ kuliah. Mahasiswa dapat belajar materi kuliah yang baru dari kenyamanan tempat tinggalnya. Tetapi, karena mahasiswa dapat dengan mudah terganggu dari aktifitas utamanya, perancang eLearning harus menyadari bahwa rancangan mereka harus memotivasi mahasiswa untuk tetap fokus pada materi yang disampaikan. Hal ini merupakan tantangan yang berat dari perancang karena masing-masing mahasiswa pasti mempunyai karakteristik yang berbeda, yang kesemuanya memerlukan perhatian yang seksama. Pemahaman terhadap struktur Web dapat meminimalisir waktu navigasi untuk berpindah dari satu halaman ke halaman lain pada sebuah situs Web. Hal ini memberikan keuntungan lebih pada mahasiswa yang sudah akrab dengan struktur Web yang digunakan dibandingkan dengan mereka yang kurang akrab. Dengan demikian, perancang eLearning, khususnya untuk bagian navigasi, harus berusaha keras agar rancangannya selalu konsisten, sehingga mahasiswa yang kurang pengalaman dapat terbantu dengan adanya rancangan yang konsisten.
Daftar Pustaka Baronas, A.K. dan Louis, M.R., Restoring a sense of control during implementation, MIS Quarterly, 12, pp. 111-123. Benyon, D, Stone, D. dan Woodroffe, M. (1997), Experience with developing multimedia courseware for the World Wide Web: the need for better tools dan clear pedagogy,
27
ISSN 2089-8673 Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI) Volume 1, Nomor 1, Maret 2012
International Journal of Human Computer Studies, 47, pp. 197-218. Chen, H., Wigand, R.T. dan Nilan, M.S. (1999), Optimal experience of Web activities, Computers in Human Behaviour, 15, pp. 585-608. Clark, R & Lyons, C. (1999), Using Web-based training wisely, Training, 36, pp. 51-56. Csikszentmihalyi, M. (1990), Flow: the psychology of optimal experience, New York: Harrer dan Row. Csikszentmihalyi, M. (1997), Finding Flow, Psychology Today, 30, pp. 46-48. Donner, E. J. dan Csikszentmihalyi, M. (1992), Transforming Stress to Flow, Executive Excellent, Provo, 9, pp. 16-18. Hoffman, D.L. dan Novak, T.P. (1996), Marketing in Hypermedia Computer-Mediated Environments Conceptual Foundations, Journal of Marketing, 60, pp. 50-68. Huizingh, E.K.R.E. (2000), The Content and Design of Web sites: an Empirical Study, Information & Management, 37, pp. 123-134. Jellinghaus, R. (1995), Flow: What’s worth living for, (tersedia di http://www.unrealties. com/essays/flow.htm, diakses pada tanggal 20 Oktober 2002). Jul, S. dan Furnas, G.W. (1997), “Navigation in Electronic Worlds: A CHI 97 Workshop”, ACM SIGCHI Bulletin, Vol. 29, No. 4, (tersedia di http://www/acm.org/sigchi/bulletin/1997.4/ jul.html, diakses pada tanggal 17 Juli 2002). Kim, H. dan Hirtle, S.C. (1995), Spatial metaphors and disorientation in hypertext browsing, Behavior and Information Technology 14 (1995) pp. 239-250. Lu, J., Yu, C-S. dan Liu, C., (2003) Learning style, learning patterns, and learning performance in a WebCT-based MIS course, Information & Management, 40, pp. 497-507. Moneta, G.B., dan Csikszentmihalyi, M. (1996), The effect of perceived challenges and skills on the quality of subjective experience, Journal of Personality, 64, pp. 275-310. Nielsen, J. (1999), Differences between Print Design and Web Design, (tersedia di http://www.useit.com/alertbox/990124.html, diakses pada tanggal 24 Maret 2001). Ozok, A.A. dan Salvendy, G. (2001), How Consistent is Your Web Design? Behaviour & Information Technology, 20, pp. 433-447. Pope, M. dan Gilbert, J. (1983), Personal experience and the construction of knowledge in science, Science Education, 67, pp. 193–203 Raven, M.T., Cano, J., Garton, B.L., dan Shelhamer, V. (1993), A comparison of learning styles, teaching styles, and personality styles of pre-service Montana and Ohio agriculture teachers, Journal of Agriculture Education, 31, pp. 40-50. Trevino, L. E. dan Webster, J. (1992), Flow in Computer-Mediated Communication, Communication Research, 19, pp. 539-573. Tsai, C-C. (2001), The interpretation construction design model for teaching science and its applications to Internet-based instruction in Taiwan. International Journal of Educational Development, 21, pp. 401–415.
28