EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN PADA PRODUK EDUKASI LINGKUNGAN ECOFUNOPOLY
INNA RAHMAWATI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Efektivitas Komunikasi Pemasaran Pada Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagaian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis ini kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Inna Rahmawati NIM I34120119
iii
ABSTRAK INNA RAHMAWATI. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Pada Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly. Dibawah bimbingan YATRI INDAH KUSUMASTUTI. Produk edukasi lingkungan merupakan produk yang berfungsi untuk memberikan manfaat edukasi tentang lingkungan bagi para penggunanya. Ecofunopoly merupakan salah satu produk edukasi lingkungan yang mengajarkan bagaimana menjadi seseorang yang ramah lingkungan. Pemasaran pada produk ini masih terus dikembangkan. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi karakteristik komunikasi pemasaran dan efektivitas komunikasi pemasaran dan menganalisis hubungan karakteristik komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif, afektif dan konatif. Metode pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas komunikasi pemasaran pada Ecofunopoly sudah cukup efektif. Selain itu, terdapat hubungan antara karakteristik komunikasi pemasaran pada intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Kata kunci: efektivitas komunikasi pemasaran, media, produk edukasi lingkungan.
ABSTRACT INNA RAHMAWATI. Effectivenes of Marketing Communication On Environmental Education Product Ecofunopoly. Supervised by YATRI INDAH KUSUMASTUTI. Environmental education product is a product that serves to provide education about environmental benefits for its users . Ecofunopoly is one product of environmental education products that teaches how to be someone who is environmentally friendly. Marketing of this product is still being developed. The purpose of research is to identify the characteristics of marketing communication and the effectiveness of marketing communication and to analyze the correlation between the characteristics of marketing communication with the effectiveness of marketing communications from the aspects of cognitive, affective and conative . Methods in this research using quantitative and qualitative approaches . The results of this research show that the effectiveness of marketing communications Ecofunopoly is quite effective . In addition , there is a correlation between the characteristics of marketing communication on the intensity of use of media with the effectiveness of marketing communications at the cognitive aspect. Keywords: effectiveness of marketing communications, media, environmental education products.
iv
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN PADA PRODUK EDUKASI LINGKUNGAN ECOFUNOPOLY
INNA RAHMAWATI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
vi
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya serta kesempatan sejomhha peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efektivitas Komunikasi Pemasaran Pada Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly dengan sebaik-baiknya. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada pihakpihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, diantaranya: 1. Ir Yatri Indah Kusumastuti, Msi sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan saran, motivasi, dan kesabarannya selama proses penulisan studi pustaka hingga penyelesaian skripsi ini. 2. Pihak Ecofunopoly yang telah memberikan izin dan informasi yang dibutuhkan untuk keperluan proses penulisan skripsi dan seluruh pembeli Ecofunopoly yang bersedia untuk mengisi kuesioner yang diberikan. 3. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Apendi Arsyad dan Ibu Sudarijati serta adik Fathia Nurul Izzah dan kakak Annisa yang selalu mendoakan, memotivasi dan memberi semangat kepada penulis. 4. Teman-teman seperjuangan SKPM 49 atas kebersamaannya dan menemani selama proses perkuliahan beberapa tahun ini, terutama teman seperjuangan penulis, Nensi, Amalia, Mega, Audina, Fenny, Aprina, Lici, Fina, Astrid yang telah memberi semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi. 5. Teman seperbimbingan Muhammad Syukur dan Inez Kania yang selalu menyemangati untuk bimbingan dan memotivasi sekaligus menghibur dalam penulisan skripsi ini. 6. Teman-teman di UKM Paduan Suara IPB Agria Swara yang telah mendukung, menyemangati, menghibur, dan memotivasi pada penulisan skripsi khususnya 49 squad Lintang, Rini, Utari, Mukhlas, Yahdi, Meidah, Silvana, Ario, Zaman, Dewi dan Fima. 7. Teman-teman Best 10 Mia, Vida, Ummu, Hamidah, Dina, Aini, Yusi, Fenia, Risna yang sudah berteman dari SMP hingga saat ini, yang selalu menghibur dikala penulis sedang jenuh dan selalu menyemangati dan memotiviasi penulis. 8. Segala pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Bogor, Juni 2016
Inna Rahmawati
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Masalah Penelitian
2
Tujuan Penelitian
3
Kegunaan Penelitian
3
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka
5 5
Komunikasi Pemasaran
5
Bauran Promosi
5
Media Promosi
7
Efektivitas Komunikasi Pemasaran
9
Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly
10
Karakteristik Konsumen
11
Hipotesis Penelitian PENDEKATAN LAPANGAN
12 15
Metode Penelitian
15
Lokasi dan Waktu
15
Teknik Pengumpulan Data
15
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
16
GAMBARAN UMUM ECOFUNOPOLY
19
Sejarah Ecofunopoly
19
Jenis Ecofunopoly
20
Komunikasi Pemasaran Produk Ecofunopoly
21
KARAKTERISTIK KONSUMEN
25
Usia
25
Jenis Kelamin
26
Tingkat Pendidikan
27
Tingkat Pendapatan
27
Jenis Pekerjaan
28
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI PEMASARAN PADA PRODUK EDUKASI LINGKUNGAN ECOFUNOPOLY Ragam Bauran Promosi
31 31
viii
Intensitas Penggunaan Media EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN EDUKASI LINGKUNGAN ECOFUNOPOLY
33 PADA
PRODUK 35
Aspek Kognitif
35
Aspek Afektif
36
Aspek Konatif
38
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KONSUMEN DENGAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI PEMASARAN
41
Hubungan Usia dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Ragam Bauran Promosi
41
Hubungan Usia dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Intensitas Penggunaan Media
42
Hubungan Jenis Kelamin dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Ragam Bauran Promosi
43
Hubungan Jenis Kelamin dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Intensitas Penggunaan Media
44
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Karakteristik Pemasaran Pada Ragam Bauran Promosi
Komunikasi 45
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Karakteristik Pemasaran Pada Intensitas Penggunaan Media
Komunikasi 46
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Ragam Bauran Promosi
46
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Intensitas Penggunaan Media
47
Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Ragam Bauran Promosi
48
Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Intensitas Penggunaan Media
49
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN
51
Hubungan Antara Ragam Bauran Promosi Dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Pada Aspek Kognitif
51
Hubungan Antara Ragam Bauran Promosi Dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Pada Aspek Afektif
52
Hubungan Antara Ragam Bauran Promosi Dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Pada Aspek Konatif
53
ix
Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media Dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Pada Aspek Kognitif
53
Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media Dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Pada Aspek Afektif
55
Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media Dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Pada Aspek Konatif
56
PENUTUP
59
Simpulan
59
Saran
59
DAFTAR PUSTAKA
61
RIWAYAT HIDUP
76
x
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Profil Kategori Media Utama Jumlah responden Ecofunopoly berdasarkan kategori usia tahun 2016 Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan kategori usia tahun 2016 Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan kategori jenis kelamin Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan kategori tingkat pendidikan Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan kategori tingkat pendapatan Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan kategori jenis pekerjaan Jumlah responden yang mendapatkan informasi melalui ragam bauran promosi Ecofunopoly Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan ragam bauran promosi pada karakteristik komunikasi pemasaran Penilaian responden pada intensitas penggunaan media Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan intensitas penggunaan media pada karakteristik komunikasi pemasaran Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan aspek kognitif, afektif dan konatif pada efektivitas komunikasi pemasaran. Jumlah persentase penilaian responden terhadap aspek kognitif pada efektivitas komunikasi pemasaran Jumlah persentase penilaian responden terhadap aspek afektif pada efektivitas komunikasi pemasaran Jumlah persentase penilaian responden terhadap aspek konatif pada efektivitas komunikasi pemasaran Persentase hubungan usia dengan ragam bauran promosi Persentase hubungan usia dengan intensitas penggunaan media Persentase hubungan jenis kelamin dengan ragam bauran promosi Persentase hubungan jenis kelamin dengan intensitas penggunaan media Persentase hubungan tingkat pendidikan dengan ragam bauran promosi Persentase hubungan tingkat pendidikan dengan intensitas penggunaan media Persentase hubungan tingkat pendapatan dengan ragam bauran promosi Persentase hubungan tingkat pendapatan dengan intensitas penggunaan media
8 25 26 26 27 28 29 31 32 33 34 35 35 37 39 41 42 43 44 45 46 47 47
xi
24 25 26 27 28 29 30 31
Persentase hubungan jenis pekerjaan dengan ragam bauran promosi Persentase hubungan jenis pekerjaan dengan intensitas penggunaan media Persentase hubungan antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif Persentase hubungan antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif Persentase hubungan antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif Persentase hubungan antara intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif Persentase hubungan antara intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif Persentase hubungan antara intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif
48 49 51 52 53 54 55 56
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Proses Perencanaan Media (Shimp, 2009) Produk Ecofunopoly Jenis Jejak Karbon Kerangka Analisis Memperkenalkan Ecofunopoly di Jerman Papan Ecofunopoly jenis jejak karbon Artikel Ecofunopoly di Media Cetak Facebook Ecofunopoly Twitter Ecofunopoly Website Ecofunopoly Instagram Ecofunopoly
7 10 12 20 21 22 22 22 23 23
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Denah Lokasi Penelitian Produsen Ecofunopoly di Ciawi, Kota Bogor, Jawa Barat Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2016 Daftar Nama Responden Panduan pertanyaan wawancara untuk informan (Pihak produsen Ecofunopoly) Dokumentasi Hasil Uji Korelasi Rank Spearman dan Chi-Square
64 65 66 67 69 72
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Namun, pada akhir-akhir ini banyak terjadinya musibah yang memberi dampak pada sumber daya alam di negara ini. Beberapa kejadian musibah tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan. Musibah hutan gundul yang menyebabkan erosi tanah, permasalahan polusi udara di kota besar dikarenakan meningkatnya penggunaan kendaraan bermotor, sikap penduduk yang masih membuang sampah sembarangan dan masih banyak penyimpangan perilaku yang dapat menurunkan kualitas lingkungan. Catatan dari laman Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup di alamat www.menlh.go.id mengatakan bahwa hingga saat ini, jumlah peningkatan timbulan sampah di Indonesia telah mencapai 175.000 ton/hari atau setara 64 juta ton/tahun. Tantangan terbesar pengelolaan sampah adalah penanganan sampah plastik yang tidak ramah lingkungan. Menurut Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, paradigma pengelolaan sampah harus dirubah dari kumpul-angkut-buang menjadi pengurangan di sumber dan daur ulang sumberdaya. Pengelolaan sampah harus mendekati prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), tanggung jawab produsen atau extended producer responsiblity (EPR), daur ulang material (material recovery), daur ulang energi (energy recovery), pemanfaatan sampah, dan pemrosesan akhir sampah di TPA berwawasan lingkungan. Prinsip tersebut dilaksanakan dari hulu saat barang belum dimanfaatkan, sampai hilir saat barang dan kemasan mencapai akhir masa gunanya. Oleh karena itu, perlu adanya pemanfaatan limbah menjadi suatu produk yang memiliki nilai edukasi dan ekonomi. Salah satunya dengan membuat produk edukasi yang berbahan dasar dari limbah bekas seperti kertas, plastik, kayu, dan lainnya. Saat ini sudah mulai munculnya permainan edukasi lingkungan yang berbahan dasar ramah lingkungan. Usaha pemasaran produk edukasi lingkungan yang dilakukan oleh sebuah produsen atau perusahaan adalah untuk mempromosikan produk atau jasa dari gaya hidup “hijau” dan meningkatkan perusahaan dengan menggunakan aktivitas lingkungan. Saat ini sudah cukup banyak konsumen yang mengenal dan membeli berbagai produk edukasi lingkungan seperti permainan papan edukasi, boneka sebagai media tanam, dan sebagainya. Dalam proses pemasaran produk, penting bagi perusahaan untuk menguasai komunikasi pemasaran karena segala aspek pemasaran bisa berinteraksi dengan baik jika proses komunikasi yang ada berjalan secara efektif. Menurut Shimp (2003) komunikasi pemasaran adalah proses penyampaian pikiran, pemahaman dan nilai-nilai antara perusahaan dan organisasi lainnya kepada pelanggannya. Melalui komunikasi pemasaran produk edukasi lingkungan, bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan ketertarikan konsumen pada produk edukasi lingkungan yang memberikan dampak positif terhadap lingkungan.
2
Salah satu produk edukasi lingkungan yang ada di Indonesia yaitu permainan edukasi Ecofunopoly. Ecofunopoly adalah permainan edukatif berbasis lingkungan yang akan memberikan wawasan dan pengalaman kepada pemainnya tentang bagaimana cara untuk mengetahui jejak karbon (carbon footrpint) yang dihasilkan oleh aktivitas pemain sehari-hari. Jejak karbon merupakan segala aktivitas yang menghasilkan karbon yang umumnya berasal dari polusi kendaraan, sampah yang dapat menyebabkan pemanasan global. Sehingga Ecofunopoly mengajarkan masyarakat untuk melestarikan lingkungan, yang secara keseluruhan bertujuan untuk mengubah perilaku manusia terhadap lingkungan. Permainan ini dapat dijadikan sebagai alat atau media untuk mengenalkan anak-anak tentang dunia lingkungan hidup dan bagaimana cara menjadi seseorang yang ramah lingkungan. Ecofunopoly merupakan produk industri rumahan yang memberdayakan tenaga kerja para ibu rumah tangga. Permainan ini menggunakan bahan dasar kertas bekas dan kayu yang diubah menjadi sebuah komponen permainan edukasi lingkungan Ecofunopoly. Berbagai usaha pemasaran yang telah dilakukan oleh produsen Ecofunopoly yaitu dengan mengikuti pameran, mempromosikan melalui media sosial, demonstrasi memainkan produk, penjualan personal dan lain-lain. Saat ini sudah cukup banyak produk Ecofunopoly dikenal oleh berbagai masyarakat khususnya masyarakat pecinta lingkungan maupun aktivis-aktivis yang tertarik dengan produk lokal yang memiliki manfaat tersendiri. Pengenalan produk Ecofunopoly belum secara meluas masyarakat tahu mengenai manfaat apa yang diperoleh jika membeli produk ini. Media pemasaran yang digunakan Ecofunopoly pun sudah cukup banyak seperti media website, media sosial, hingga pemasaran langsung. Namun, hingga saat ini pihak Ecofunopoly belum pernah mengadakan evaluasi mengenai pemasarannya. Selain itu, omset penjualan Ecofunopoly sudah tiga tahun belum pernah mengalami perkembangan secara pesat karena produk ecofunopoy belum terpasarkan secara luas dan Ecofunopoly tidak menetapkan target penjualan per bulannya sehingga jumlah pesanan Ecofunopoly masih stagnan atau tidak bergerak secara meningkat. Oleh karena itu, peneliti menganalisis efektivitas komunikasi pemasaran pada produk edukasi lingkungan Ecofunopoly. Namun, pada penelitian ini memiliki keterbatasan pada perolehan ekspresi dan feedback dari responden karena penelitian ini menggunakan kuesioner secara online.
Masalah Penelitian Produk edukasi lingkungan memiliki peran yang penting untuk melestarikan dan memelihara lingkungan. Meskipun sudah cukup banyak produk edukasi lingkungan yang beredar namun belum semua masyarakat mengenal produk edukasi lingkungan. Sehingga produk edukasi lingkungan Ecofunopoly memerlukan suatu komunikasi pemasaran melalui bauran promosi dan penggunaan media komunikasi pemasaran untuk terus berkembang. Berdasarkan permasalahan di atas maka rumusan masalah yang akan diteliti, antara lain:
3
1. Bagaimana karakteristik komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh produsen permainan edukasi lingkungan Ecofunopoly? 2. Bagaimana efektivitas komunikasi pemasaran produk edukasi lingkungan yang dilakukan oleh produsen permainan edukasi lingkungan Ecofunopoly? 3. Bagaimana hubungan karakteristik komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada produk edukasi lingkungan Ecofunopoly? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian bertujuan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik komunikasi pemasaran yang digunakan oleh produsen permainan edukasi lingkungan Ecofunopoly. 2. Menanalisis efektivitas komunikasi pemasaran produk edukasi lingkungan yang dilakukan oleh produsen permainan edukasi lingkungan Ecofunopoly. 3. Menganalisis hubungan karakteristik komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada produk edukasi lingkungan Ecofunopoly. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah dorongan untuk mendukung pemasaran produk edukasi karya anak bangsa. 2. Bagi produsen, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi produsen dalam menerapkan strategi komunikasi pemasaran. 3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai efektivitas komunikasi pemasaran 4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk lebih memilih dan membeli produk dalam negeri.
4
5
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka Komunikasi Pemasaran Komunikasi pemasaran merupakan salah satu proses pemasaran yaitu dengan menyampaikan pesan kepada publik mengenai suatu produk. Dalam proses pemasaran suatu produk, penting bagi perusahaan untuk menguasai komunikasi pemasaran karena segala aspek pemasaran bisa berinteraksi dengan baik jika proses komunikasi yang ada berjalan secara efektif. Menurut Shimp (2003) komunikasi pemasaran adalah proses penyampaian pikiran, pemahaman dan nilai-nilai antara perusahaan dan organisasi lainnya kepada pelanggannya. Komunikasi pemasaran menurut Duncan dan Moriarty dalam Morissan (2010) mengatakan bahwa seluruh pesan harus disampaikan dan diterima secara konsisten dalam upaya untuk menciptakan persespi yang utuh diantara pelanggan dan perusahaan. Sehingga memerlukan kesatuan pesan komunikasi pemasaran dan fungsi berbagai fasilitator promosi seperti biro iklan, hubungan masyarakat, tenaga promosi penjualan, perusahaan perancang produk. Kotler dan Keller (2009) mengartikan bahwa komunikasi pemasaran adalah sarana dimana perusahaan berusahan menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung maupun tidak langsung tentang produk yang mereka jual. Strategi pemasaran sangat penting dilakukan oleh sebuah perusahaan yang akan memasarkan produknya. Terdapat tiga tahap strategi pemasaran menurut Rangkuti (2009): 1. Memilih komunikasi pemasaran dan media yang tepat dengan menggunakan bauran komunikasi pemasaran sesuai startegi yang ditetapkan. Kegiatan yang paling penting adalah menentukan jenis komunikasi, jenis media, frekuensi, jangkauan serta pesan yang efektif untuk disampaikan. 2. Memilih ide yang kreatif. Hal ini bertujuan untuk mendukung strategi yang telah ditetapkan agar mampu menarik perhatian pembeli serta memotivasi agar pembeli mencoba mneggunakan produk yang ditawarkan. 3. Menjual strategi dengan alasan yang kuat. Pemasar harus mampu menjelaskan secara jelas kepada pembeli atau calon pembeli. Pemasar harus mampu mentransfer ide atau pesan kepada calon pembeli atau pembeli agar mereka paham atas manfaat dari produk dan memecahkan masalah yang dihadapi pelanggan. Dalam hasil penelitian Almaulidta, et.al (2015) keputusan pembelian pada konsumen dipengaruhi oleh manfaat dari produk green brand yang memiliki manfaat untuk mendukung produk ramah lingkungan. Bauran Promosi Promosi digunakan oleh perusahaan untuk mengadakan komunikasi dengan calon konsumennya dengan tujuan memberikan informasi dan manfaat mengenai produk yang dijual agar meyakinkan calon pembeli untuk membeli
6
produk tersebut. Menurut Rangkuti (2009) promosi adalah kegiatan penjualan dan pemasaran dalam rangka menginformasikan dan mendorong permintaan terhadap produk, jasa dan ide dari perusahaan dengan memengaruhi konsumen agar mau membeli produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Kegiatan promosi menggunakan bauran promosi. Bauran promosi merupakan alat yang digunakan untuk mempromosikan suatu produk atau jasa. Bauran promosi dapat disebut juga sebagai bauran komunikasi pemasaran. Terdapat enam bauran promosi menurut Morissan (2010), yaitu 1) Pemasaran iklan di media massa (media advertising). Iklan adalah bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis atau ide yang dibayar oleh sebuah sponsor. Kotler (1994) mengatakan bahwa periklanan adalah bentuk penyajian dan promosi mengenai produk atau jasa yang dibayar oleh sebuah sponsor tertentu. Periklanan melalui media sangat penting karena dapat menarik perhatian konsumen untuk membeli suatu produk perusahaan. Keberhasilan pemasaran iklan ditentukan oleh intensitas iklan, pengenalan merek produk, kesesuaian desain produk. 2) Pemasaran langsung (direct marketing) adalah usaha perusahaan untuk berkomunikasi secara langsung kepada pelanggannya untuk menimbulkan tanggapan dan transaksi penjualan. Keberhasilan pemasaran langsung menggunakan bermacam-macam media komunikasi seperti media cetak, media penyiaran, atau surat yang langsung kepada calon pelanggan dan pelanggannya. 3) Promosi penjualan (sales promotion). Menurut Kotler (1994) promosi penjualan merupakan insentif jangka pendek untuk meningkatkan pembelian atau penjualan produk atau jasa. Shimp (2003) mengatakan bahwa promosi penjualan mencoba merangsang calon pelanggan dan pelanggan untuk membeli produk dalam waktu singkat. Promosi penjualan dapat dibedakan menjadi dua yaitu promosi penjualan yang berorientasi kepada konsumen dan kepada perdagangan. Promosi penjualan yang berorientasi kepada konsumen mencakup pemberian kupon, pemberian sampel produk, potongan harga, undian berhadiah, dsb. Sedangkan pada perdagangan mencakup pemberian dana promosi, penyesuaian harga jual produk, pameran yang bertujuan untuk mendorong pedagang mempromosikan produknya. 4) Penjualan personal (personal selling) menurut Shimp (2003) adalah bentuk komunikasi dimana penjual menginformasikan, mendidik, dan melakukan persusasi kepada calon pembeli untuk membeli produk perusahaan.Cara ini melibatkan kontak langsung antara penjual dengan calon pembeli dan mendapatkan tanggapan langsung dari pembeli. 5) Pemasaran interaktif yaitu melakukan pemasaran produk dengan menggunakan media interaktif atau internet yang dapat memberikan arus informasi timbal balik yang memungkinkan pengguna dapat menerima dan mengubah informasi dan gambar, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan melakukan pembelian. 6) Hubungan masyarakat (public relations). Menurut Kotler (1994) hubungan masyarakat yaitu perusahaan membangun hubungan baik dengan membangun
7
citra perusahaan yang baik dan menangani atau menghilangkan kabar angin, cerita,dan suatu peristiwa. Selain keenam bauran komunikasi pemasaran tersebut, terdapat dua tambahan bauran komunikasi menurut Kotler dan Keller (2009) yaitu acara dan pengalaman yang merupakan kegiatan yang disponsori perusahaan yang dirancang untuk menciptakan interaksi harian atau yang berhubungan dengan merek tertentu dan yang terakhir yaitu pemasaran dari mulut ke mulut yang merupakan komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik antar masyarakat yang berhubuungan dengan keunggulan atau pengalaman membeli atau menggunakan produk. Delapan bauran komunikasi pemasaran tersebut merupakan salah satu faktor pembentuk komunikasi pemasaran yang efektif. Media Promosi Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Dalam mencapai tujuan komunikasi pemasaran yang efektif, perlu adanya pemilihan media komunikasi yang tepat untuk produk dan jasa yang ditawarkan. Kusumastuti (2009) mengemukakan pendapat bahwa komunikasi pemasaran membagi media atas tiga kelompok, antara lain: 1. Media massa, terdiri atas media massa elektronik dan media cetak. 2. Media kelompok, biasa digunakan pada kegiatan-kegiatan yang melibatkan kelompok tertentu, misalnya video presentasi, dan 3. Media personal, seperti katalog, profil korporat, dan folder. Proses perencanaan media merupakan susunan rencana penjadwalan yang menunjukkan bagaimana waktu dan ruang periklanan akan mencapai tujuan pemasaran. Perencanaan media meliputi tiga tingkat perumusan startegi yaitu strategi pemasaran, startegi periklanan, dan startegi media. Strategi Pemasaran
Strategi Periklanan
Tujuan Iklan Anggaran Iklan
Strategi Media: Pemilihan Audiens Sasaran Spesifikasi Tujuan Pemilihan Media dan Sarana Pembelian Media
Strategi Pesan Strategi Media
Gambar 1. Proses Perencanaan Media (Shimp, 2009) Strategi pemasaran memberi tekanan dan arah pilihan pemasangan iklan serta strategi media. Strategi periklanan meliputi tujuan periklanan, anggaran, dan pesan serta strategi media--yang lebih luas dari keseluruhan strategi pemasaran. Menurut Cangara (2006) media yang efektif untuk mencapai sasaran komunikasi adalah media yang sesuai dengan pemilikan media pada khalayak. Jika media banyak dimiliki oleh khalayak, infromasi yang disampaikan akan langsung mengenai sasaran dan efektif.
8
Tabel 1. Profil Kategori Media Utama Media Surat Kabar
Televisi
Radio
Majalah
Direct Mail
Keunggulan Fleksibilitas, tepat waktu, mampu menangkap pasar lokal dengan baik, jangkauan penerimaan yang luas, tingkat kepercayaan tinggi. Informasi bisa dilihat, didengar dan gambar yang bergerak menarik untuk ditonton, perhatian tinggi, jangkauan luas.
Keterbatasan Umur informasi pendek, kualitas gambar dan cetakan jelek, sedikit audiens yang meneruskan informasi (small “pass-along” audience)
Mempunyai banyak pendengar, selektivitas geografi dan demografi yang tinggi dengan biaya yang rendah.
Audiens hanya mendengarkan saja, perhatian yang lebih rendah dibandingkan televisi, pemaparan yang cepat berlalu.
Biaya tinggi, kebingungan yang tinggi, tingkat pemaparan yang cepat berlalu dan audiens kurang mempunyai daya seleksi
Selektivitas demografi dan Waktu tunggu yang lama, waktu geografi yang tinggi, sirkulasi terbuang, dan tidak ada prestise dan kredibilitas, jaminan posisi yang lebih baik. hasil cetakan berkualitas tinggi, berumur panjang, jumlah pembaca yang meneruskan informasi cukup baik. Memiliki selektivitas Biaya relatif tinggi dan kesan atau audiens, tidak ada iklan citra surat sampah pesaing dalam media yang sama, bersifat pribadi.
Sumber: Kotler & Fox (1995) dalam Kusumastuti (2009), “Komunikasi Bisnis”, edisi Pertama, Bogor 2009, hal. 173 Dengan mengetahui karakteristik berbagai media, hal ini akan memudahkan proses seleksi media, dalam menentukan media apa yang tepat untuk mewujudkan tujuan periklanan perusahaan, sesuai dengan sasaran yang dituju, sehingga pada akhirnya tujuan media mampu mewujudkan keinginan dan harapan dari sasaran.
9
Efektivitas Komunikasi Pemasaran Efektivitas komunikasi pemasaran merupakan salah satu faktor keberhasilan dari pemasaran sebuah produk atau jasa perusahaan. Menurut Tubbs dan Moss (1996), komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim berkaitan erat dan identik atau sama dengan rangsangan yang diterima dan dipahami oleh penerima. Shimp (2003) mengatakan bahwa komunikasi pemasaran menjadi efektif ketika tanda-tanda yang memiliki arti bagi konsumen dipahami dengan baik oleh konsumen. Tanda-tanda tersebut misalnya pengiklan, wiraniaga dan komunikator pemasaran lainnya. Menurut Kotler dan Keller (2009) pengembangan komunikasi efektif melibatkan delapan langkah: 1) mengidentifikasi pemirsa sasaran, 2) menentukan tujuan komunikasi, 3) merancang komunikasi, 4) memilih saluran komunikasi, 5) menetapkan total anggaran komunikasi 6) memutuskan bauran komunikasi, 7) mengukur hasil komunikasi, dan 8) mengelola proses komunikasi pemasaran terintegrasi. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat dilihat dengan menggunakan tiga aspek, yaitu sebagai berikut (Shimp, 2003) 1. Aspek kognitif yaitu mengacu pada kepercayaan yang dimiliki oleh seseorang (pengetahuan dan pemikirannya) mengenai sebuah produk 2. Aspek afektif yaitu mengacuu pada sikap seseorang yang memengaruhinya untuk melakukan sesuatu pada produk tersebut 3. Aspek konatif yaitu kecenderungan untuk melakukan tindakan pada produk tersebut. Pada penelitian Winistuti (2001) menganalisis efektivitas pemasaran Honey Madoe diukur dari tingkat kognitif (pengetahuan), afektif (kesukaan) dan konatif (tingkah laku) yang hasilnya rendah karena masih minimnya publikasi tentang produk Honey Madoe kepada masyarakat. Pemasaran Produk Edukasi Produk menurut Abdullah dan Tantri (2012) merupakan barang yang berwujud meliputi fisik, pelayanan, orang, tempat, organisasi, gagasan, atau bauran dari semua wujud tersebut. Produk edukasi adalah barang yang berwujud dapat dilihat yang memiliki manfaat untuk memberikan edukasi atau memberikan informasi/ wawasan atas pengetahuan tertentu dan fungsi sebagai alat pengajar. Strategi pemasaran pada produk edukasi sudah banyak dilkakukan secara online maupun offline. Target pemasaran produk edukasi harus dketahui secara tepat untuk siapa produk edukasi akan dipasarkan contohnya orang tua, komunitas khusus, guru-guru SD hingga anak-anak karena menurut Kotler dan Armstrong (1997) setiap perusahaan harus membagi-bagi pasar total, memilih segmen paling baik, dan mendesain strategi untuk melayani yang baik dengan tetap mengasilkan laba.Usman et al (2010) mengatakan bahwa perusahaan perlu mempertimbangkan usia anak yang mengkonsumsi produk tersebut agar dapat memenuhi fungsinya sebagai mainan edukatif yang secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan (potensi) anak sesuai dengan usianya. Hasil penelitian Usman et al (2010), atribut produk mainan edukatif yang berpengaruh nyata terhadap kepuasan pelanggan produk Shofia Toys adalah (1) daya tahan (tidak mudah rusak); (2) ketelitian pengerjaan produk; (3) kehalusan
10
pengerjaan produk; (4) kesesuaian fungsi produk dengan usia anak; (5) kemampuan untuk meningkatkan kreativitas anak; dan (6) suara (bunyi) produk. Perusahaan harus selalu meningkatkan kinerja mutu pada produk-produk edukasi yang dipasarkan agar konsumen tidak bosan dan selalu puas pada produk edukasi yang dibelinya. Promosi sangat memegang peran penting pada penjualan produk. Berdasarkan hasil penelitian Dongoran et al (2015) untuk meningkatkan volume penjualan produk mainan anak-anak dari limbah kayu dilakukan strategi promosi seperti pemberian hadiah seperti gantungan kunci kepada konsumen yang telah berbelanja pada jumlah tertentu, mengembangkan promosi melalui personal selling, yaitu melakukan interaksi langsung penjual dengan sekolah TK potensial, misalnya pada saat sekolah mengumpulkan orang tua, promosi melalui hubungan masyarakat dan publisitas, melalui penyediaan berita komersial tentang produk Rumah Abia di suatu media yang disiarkan di TV atau radio atau panggung (biasanya pada saat pameran tanpa dibayar sponsor), mengembangkan promosi melalui iklan pada majalah anak-anak seperti Bobo, Donald Bebek dan Tabloid Kids. Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Produk menurut Tjiptono (2008) merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk edukasi lingkungan adalah produk yang berfungsi untuk memberikan manfaat edukasi tentang lingkungan bagi para penggunanya. Pada umumnya, bahan dasar yang digunakan pada produk edukasi lingkungan merupakan bahan yang ramah lingkungan. Bahan ramah lingkungan tersebut seperti daur ulang sampah kertas menjadi sebuah miniatur, daur ulang kayu-kayu bekas menjadi sebuah alat, dan sebagainya. Salah satu produk edukasi lingkungan yaitu permainan edukasi Ecofunopoly.
Gambar 2. Produk Ecofunopoly Jenis Jejak Karbon Ecofunopoly adalah permainan edukatif berbasis lingkungan yang bertujuan untuk mengubah perilaku manusia. Permainan ini diciptakan oleh Annisa Hasanah yaitu seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009. Ecofunopoly adalah permainan edukatif berbasis lingkungan yang akan memberikan wawasan dan pengalaman kepada pemainnya tentang bagaimana cara untuk mengetahui jejak karbon (carbon footrpint) yang dihasilkan oleh aktivitas pemain sehari-hari. Jejak karbon merupakan segala aktivitas yang
11
menghasilkan karbon yang umumnya berasal dari polusi kendaraan, sampah yang dapat menyebabkan pemanasan global. Permainan ini dapat dijadikan sebagai alat atau media untuk mengenalkan anak-anak tentang dunia lingkungan hidup dan bagaimana cara menjadi seseorang yang ramah lingkungan. Munculnya permainan ini adalah melihat kurangnya pendidikan lingkungan hidup bagi anakanak Indonesia. Ecofunopoly merupakan produk industri kreatif mengusung prinsip socioentrepreneur yaitu beberapa ibu-ibu rumah tangga yang menganggur diberdayakan dengan melakukan daur ulang kertas sehingga hasil daur ulang akan dipakai sebagai material permainan Ecofunopoly. Permainan ini menggunakan bahan dasar kertas bekas yang diubah menjadi sebuah komponen permainan edukasi lingkungan Ecofunopoly. Ecofunopoly telah mendapat berbagai penghargaan baik tingkat nasional maupun internasional, diantaranya: Best Project Danamon Young Leaders Awards 2009, ASHOKA Young Changemakers 2009, BAYER Young Environmental Envoy 2010 di Leverkusen, Jerman, Kandidat 3 besar Yahoo! Indonesia 17 kategori Hijau, Young Environmental Leaders Program (YELP) 2013 di Tokyo, Jepang, Penerima beasiswa Bussiness PlanBank Mandiri 2011, dan menerima Kreativitaet im Studium Award dari Univeristy of Goettingen, Germany tahun 2014. Melalui program Kreativitaet im Studium Award ini, Ecofunopoly telah memiliki jenis bahasa Jerman dan sudah diujicobakan ke anak-anak sekolah dasar di Jerman. Ecofunopoly ini juga telah diakui secara internasional melalui forum-forum anak muda, diantaranya Future Leader Summit 2011 di Semarang, UNEP TUNZA International Conference 2011 di Bandung, Indonesia, BAYER Young Environmental Envoy Ecocamp 2011, Bogor, Indonesia, YELP Open Forum di Oubirin Unijenisty, Tokyo, Jepang, World Youth Congress di Istanbul, Turki, Nacht des Wissens (Night of Science) di Unijenisty of Goettingen, Germany. Karakteristik Konsumen Karakteristik konsumen dilihat berdasarkan karakteristik demografinya. Karakteristik demografi adalah ciri yang menggambarkan perbedaan masyarakat berdasarkan usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografi, dan kelas sosial. Karakteristik demografi perlu diketahui untuk menentukan segmentasi pasar produknya dan juga dapat mengidentifikasi target market, memberikan informasi tentang trend yang sedang terjadi, selain itu dapat melihat perubahan permintaan aneka produk dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kampanye-kampanye pemasaran. Kerangka Pemikiran Efektivitas komunikasi pemasaran produk edukasi lingkungan Ecofunopoly dapat dilihat hubungannya dengan menggunakan karakteristik komunikasi pemasarannya. Pada karakteristik konsumen memiliki hubungan langsung pada proses komunikasinya yaitu pada karakteristik komunikasi pemasaran produk edukasi lingkungan. Karakteristik konsumen dapat dilihat dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Sedangkan pada karakteristik komunikasi pemasaran dapat dikur melalui ragam bauran promosi
12
dan intensitas penggunaan medianya. Efektivitas komunikasi pemasaran pada produk edukasi lingkungan Ecofunopoly dapat diukur pada aspek kognitif (pengetahuan), afektif (kesukaan) dan konatif (tingkah laku) berdasarkan karakteristik komunikasi pemasarannya.
Karakteristik Konsumen 1.Usia 2.Jenis Kelamin 3.Tingkat Pendidikan 4.Jenis Pekerjaan 5.Tingkat Pendapatan
Karakteristik Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly 1. Ragam Bauran Promosi 2. Intensitas Penggunaan Media
Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly -Kognitif -Afektif - Konatif
Keterangan: : Berhubungan Gambar 3. Kerangka Analisis
Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan signifikan antara karakteristik konsumen dengan karakteristik komunikasi pemasaran Ecofunopoly 2. Terdapat hubungan signifikan antara karakteristik komunikasi pemasaran Ecofunopoly dengan efektivitas komunikasi pemasaran.
Definisi Operasional Karakteristik Konsumen Merupakan ciri-ciri yang menggambarkan konsumen, dimana hal tersebut mempengaruhi pelaksanaan komunikasi pemasaran. Karakteristik ini dapat dilihat dari beberapa variabel, yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan. 1. Usia adalah lamanya hidup konsumen pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak dia dilahirkan yang akan dikategorikan setelah mendapat data dari responden keseluruhan berdasarkan sebaran normal. Diukur menggunakan skala ordinal dan dikategorikan menjadi tiga, yaitu: Pengelompokkan usia menurut Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2009) membagi kategori usia, yaitu dewasa awal berusia 18 – 29 tahun,
13
usia pertengahan berusia 30 – 50 tahun, dan usia tua berusia lebih dari 50 tahun. Namun, kategori usia dimodifikasi karena kondisi lapang, yaitu 1. Usia muda < 18 tahun 2. Usia Pertengahan: 19-30 3. Usia Tua: > 30 tahun 2. Jenis kelamin adalah sifat fisik responden yang tercatat dalam kasus identitas yang dimiliki oleh konsumen. Diukur menggunakan skala nominal. 1. Laki-laki 2. Perempuan 3. Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti konsumen sampai dengan saat penelitian. Tingkat pendidikan dikelompokkkan ke dalam beberapa kategori dan diukur dalam skala ordinal. 1. Rendah : Lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2. Sedang : Lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) 3. Tinggi : Lulusan Perguruan Tinggi 4. Tingkat pendapatan adalah jumlah pemasukan uang rupiah atau pendapatan yang diperoleh konsumen dalam satu bulan. Pengelompokkan pendapatan berdasarkan UMR Jawa Barat tahun 2016 yaitu Rp 2.250.000,00. Hal ini ditentukan karena sebagian besar konsumen Ecofunopoly adalah berasal dari prov. Jawa Barat. Diukur menggunakan skala ordinal dan dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi berdasarkan sebaran normal. 1. Rendah : Rp 800.000,00 – Rp 2.240.000,00 2. Sedang : Rp 2.250.000,00 – Rp 4.200.000,00 3. Tinggi : > Rp 4.210.000,00 5. Jenis pekerjaan adalah mata pencaharian yang secara rutin dilakukan oleh konsumen pada saat penelitian berlangsung. Jenis pekerjaan dibedakan dan diukur dengan skala nominal. 1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2. Pegawai swasta 3. Wiraswasta 4. Ibu rumah tangga 5. Mahasiswa Karakteristik Komunikasi Pemasaran Merupakan bentuk komunikasi yang diterima oleh pembeli Ecofunopoly dari produsen Ecofunopoly untuk memasarkan produknya yang mencakup ragam bauran promosi dan intensitas penggunaan media yang dapat diukur dengan: 1. Ragam bauran promosi adalah banyaknya alat promosi yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari produsen kepada konsumen dengan upaya pemasaran iklan, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, skema
14
kerjasama, dan pemasaran dari mulut ke mulut. Diukur dengan skala ordinal. 1. Rendah (skor 20-26) 2. Sedang (skor 27-33) 3. Tinggi (skor 34-40) 2. Intensitas penggunaan media adalah seberapa sering responden mengakses bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak Ecofunopoly. 1. Rendah (skor 10-16) 2. Sedang (skor 17-23) 3. Tinggi (skor 24-30) Efektivitas Komunikasi Pemasaran Merupakan tingkat keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan menggunakan media pemasaran dalam upayanya untuk mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat dilihat melalui aspek kognitif, afektif, dan konatif. 1. Aspek kognitif yaitu komponen yang berhubungan dengan pengetahuan konsumen mengenai informasi produk mainan Ecofunopoly yang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun berbagai sumber lain. Komponen kognitif diukur berdasarkan jawaban responden. Data ini diukur dengan skala ordinal. Kategori apek kognitif digolongkan menjadi: 1. Rendah (skor 9-12) 2. Sedang (skor 12-15) 3. Tinggi (skor 16-18) 2. Aspek afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan keinginan, sikap suka atau tidak suka terhadap produk mainan Ecofunopoly dan kepuasan pada pelaksanaan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Ecofunopoly yang ditunjukkan oleh responden. Kategori aspek kognitif digolongkan menjadi: 1. Rendah (skor 9-17) 2. Sedang (skor 18-26) 3. Tinggi (skor 27 – 36) 3. Aspek konatif yaitu tindakan konsumen untuk membeli produk mainan Ecofunopoly. Diukur dengan skala ordinal. Kategori komponen konatif digolongkan menjadi: 1. Rendah (skor 6-11) 2. Sedang (skor 12-28) 3. Tinggi (skor 19 – 24)
15
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Pendekatakan kuantitaif yang digunakan adalah dengan metode sensus. Metode sensus merupakan metode yang mengambil seluruh populasi menjadi responden. Pendekatan kuantitatif ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner kepada responden. Selain pendekatan kuantitatif, penelitian ini menggunakan data kualitatif yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan pihak informan. Data kualitatif dikumpulkan dengan menggunakan instrumen panduan pertanyaan wawancara mendalam kepada produsen Ecofunopoly.
Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian ini dilaksanakan di rumah produksi Ecofunopoly yang terletak di Ciawi, Kota Bogor, Jawa Barat (Lampiran 1). Namun, pada penyebaran kuesioner akan dilakukan secara online dan disebarkan kepada para konsumen Ecofunopoly di Pulau Jawa dan Luar Pulau Jawa. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa sebagian besar konsumen Ecofunopoly memakai media sosial online untuk pembelian produk sehingga pembelian dapat dijangkau ke seluruh Indonesia. Penyebaran kuesioner online ini dilakukan agar responden mudah dijangkau oleh peneliti. Penelitian lapangan dilaksanakan dalam waktu lima bulan (Lampiran 2) dengan pertimbangan kegiatan meliputi penyusunan proposal skripsi, uji petik, kolokium, pengambilan dan pengolahan data lapang, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui kuesioner online kepada seluruh konsumen Ecofunopoly. Data primer tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai ragam bauran promosi, intensitas penggunaan media, efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif, afektif dan konatif. Kuesioner online dimaksudkan sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden serta ditujukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Selain wawancara terstruktur menggunakan kuesioner online, pengumpulan data penelitian ini juga menggunakan wawancara mendalam dengan pihak produsen Ecofunopoly untuk
16
mengkaji tentang pelaksanaan komunikasi pemasaran, dan tujuan dari komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak Ecofunopoly. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen produsen Ecofunopoly, serta literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu buku, jurnal penelitian, skripsi, dan internet. Data yang telah dikumpulkan nantinya akan diolah dan disimpulkan. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten. Seluruh hasil penelitian dituliskan dalam rancangan skripsi. Penelitian ini telah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas kuesioner dahulu kepada 7 orang. Namun uji reliabilitas dilakukan secara online. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 60 responden yaitu seluruh konsumen yang pernah melakukan transaksi pembelian Ecofunopoly sehingga metode yang digunakan adalah menggunakan metode total sampling atau sensus. Setelah 60 responden dihubungi untuk mengisi kuesioner, kuesioner yang terisi oleh responden yaitu sebanyak 43 kuesioner sehingga total responden pada penelitian ini yaitu sebanyak 43 responden. Prosedur permintaan konsumen Ecofunopoly untuk menjadi responden yaitu dengan menghubungi calon responden menggunakan media sosial facebook, media sosial Whatsapp, dan melalui email untuk memberikan alamat website yang berisikan kuesioner penelitian. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data kuesioner yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif. Setelah seluruh data terkumpul adalah melakukan pengkodean data. Kegiatan ini bertujuan untuk menyeragamkan data. Setelah pengkodean, tahap selanjutnya adalah perhitungan persentase jawaban responden yang dibuat dalam bentuk tabulasi silang. Data yang dianalisis secara statistik deskriptif yaitu variabel karakteristik konsumen seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis pekerjaan. Selain karakteristik konsumen, karakteristik komunikasi pemasaran dan efektivitas komunikasi pemasaran yang terdiri dari ragam bauran komunikasi dan intensitas penggunaan media. Sedangkan efektivitas komunikasi pemasaran terdiri dari kognitif, afektif, dan konatif. Uji statistik menggunakan uji korelasi rank spearman yang digunakan untuk melihat hubungan yang nyata antar variabel dengan data berbentuk ordinal, seperti untuk menentukan karakteristik konsumen seperti usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan karakteristik komunikasi pemasaran seperti ragam bauran promosi dan intensitas penggunaan media dengan penilaian terhadap pelaksanaan komunikasi pemasaran (skala ordinal). Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah secara statistik deskriptif dengan mengunakan software SPSS (Statistical Program for Social Sciences) for Windows jenis 20.0. Serta pengujian hubungan antar variabel uji korelasi Chi-Square dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel yang salah satu variabelnya nominal seperti pada jenis pekerjaan dan jenis kelamin. Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner dimasukkan dalam tabel frekuensi, diuji, kemudian dianalisis secara statistik deskriptif menggunakan software Microsoft Excel 2007. Sedangkan pada data kualitatif dilakukan dengan mendapatkan informasi dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar
17
peneliti dengan informan. Data kualitatif akan direduksi data dengan menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Hasil analisis diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan.
18
19
GAMBARAN UMUM ECOFUNOPOLY Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum Ecofunopoly yang terdiri dari sejarah Ecofunopoly, jenis-jenis Ecofunopoly, dan komunikasi pemasaran Ecofunopoly. Sejarah Ecofunopoly Ecofunopoly adalah merupakan UKM yang diciptakan oleh Annisa Hasanah, mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni tahun 2009. Berdirinya usaha permainan ini berawal dari ia melihat banyaknya orang-orang diluar sana membuang sampah sembarangan karena kurangnya pendidikan lingkungan hidup bagi masyarakat. Sehingga Annisa mencetuskan permainan ini untuk mengenalkan permainan kepada masyarakat khususnya anak-anak agar tumbuh kesadaran untuk menjaga lingkungan sejak dini. Ecofunopoly merupakan produk industri kreatif mengusung prinsip socio-entrepreneur yaitu beberapa ibuibu rumah tangga yang bekerja serabutan diberdayakan dengan melakukan daur ulang kertas bekas sehingga hasil daur ulang akan dipakai sebagai material permainan Ecofunopoly. Permainan ini menggunakan bahan dasar kertas bekas yang diubah menjadi sebuah komponen permainan edukasi lingkungan Ecofunopoly. Permainan Ecofunopoly sudah mendapatkan hak cipta dan hak merek pada tanggal 23 Mei 2011. Awal nama dari Ecofunopoly adalah Ecomonopoly kemudian diganti menjadi Ecofunopoly untuk dijadikan hak merek. Ecofunopoly memiliki arti yaitu dari kata “ecology” yaitu ilmu tentang lingkungan atau eco yang berarti berarti alam, “fun” yang artinya menyenangkan dan “poly” yaitu banyak, dapat disimpulkan bahwa Ecofunopoly merupakan wadah permainan yang memiliki banyak hal yang menyenangkan dari lingkungan. Saat ini, jumlah pegawai yang bekerja berjumlah 7 orang yaitu terdiri dari lima orang ibu- ibu rumah tangga, satu orang bendahara dan satu orang pemiliki dari Ecofunopoly. Visi dari Ecofunopoly yaitu menjadi papan permainan lingkungan terkemuka di Indonesia dan menjadi pelopor lingkungan. Sedangkan misinya yaitu memberikan pengetahuan tentang lingkungan hidup kepada seluruh generasi indonesia, memberikan penyadaran kepada masyarakat terhadap perilaku kepada lingkungan, dan menjadi basis bentuk usaha yang memiliki konsep 3P (people, planet, profit). Modal usaha Ecofunopoly dari awal tahun 2009 yaitu Rp 9.000.000 untuk produksi awal sebanyak 500 set Ecofunopoly. Modal yang didapatkan berasal dari dana bantuan hibah wirausaha dari Bank Mandiri dan bantuan dari orang tua. Selain itu, Annisa mendapatkan hibah wirausaha dari Ashoka Young Change Maker di tahun 2010 dan Kementrian koperasi di tahun 2015. Hambatan pada usaha Ecofunopoly dari segi produksi yaitu sumberdaya manusia yang masih kurang, belum memiliki tempat yang menetap, dan belum mendapatkan investor yang cocok. Hingga saat ini, omset penjualan Ecofunopoly sebesar 12 juta per tahunnya. Sudah 500 unit Ecofunopoly ukuran kecil terjual hingga saat ini dan 10 unit Ecofunopoly ukuran raksasa.
20
Ecofunopoly telah mendapat berbagai penghargaan baik tingkat nasional maupun internasional, diantaranya: Best Project Danamon Young Leaders Awards 2009, ASHOKA Young Changemakers 2009, BAYER Young Environmental Envoy 2010 di Leverkusen, Jerman, Kandidat 3 besar Yahoo! Indonesia 17 kategori Hijau, Young Environmental Leaders Program (YELP) 2013 di Tokyo, Jepang, Penerima beasiswa Bussiness PlanBank Mandiri 2011, dan menerima Kreativitaet im Studium Award dari Univeristy of Goettingen, Germany tahun 2014. Melalui program Kreativitaet im Studium Award ini, Ecofunopoly telah memiliki jenis bahasa Jerman dan sudah diujicobakan ke anak-anak sekolah dasar di Jerman. Ecofunopoly ini juga telah diakui secara internasional melalui forum-forum anak muda, diantaranya Future Leader Summit 2011 di Semarang, UNEP TUNZA International Conference 2011 di Bandung, Indonesia, BAYER Young Environmental Envoy Ecocamp 2011, Bogor, Indonesia, YELP Open Forum di Oubirin Unijenisty, Tokyo, Jepang, World Youth Congress di Istanbul, Turki, Nacht des Wissens (Night of Science) di Unijenisty of Goettingen, Germany dan masih banyak lagi.
Gambar 4. Memperkenalkan Ecofunopoly di Jerman Jenis Ecofunopoly Ecofunopoly memiliki empat jenis permaian yaitu sebagai berikut: 1. Ecofunopoly jenis Ecocity (kota-kota ramah lingkungan di dunia). Jenis ini merupakan permainan yang diciptakan pertama kali oleh Annisa namun tidak dijual. 2. Ecofunopoly jenis Taman Nasional. Ini adalah jenis kedua yang diciptakan oleh Annisa pada. Konten permainan Ecofunopoly jenis taman nasional ini adalah keanekaragaman hayati di Indonesia namun tidak dijual. 3. Ecofunopoly jenis Jejak Karbon. Pada tahun 2010, jenis ini dikeluarkan oleh Annisa Hasanah dengan konsep baru dan unik. Jenis ini adalah satusatunya jenis yang dipasarkan secara umum dan diproduksi skala besar. 4. Ecofunopoly jenis Arsitektur Lanskap. Jenis ini diciptakan setelah jenis Jejak Karbon dan diciptakan untuk mengajari anak-anak tentang bagaimana cara menjadi seorang arsitek lanskap yang baik dengan membuat penataan ruang.
21
Gambar 5 Papan Ecofunopoly jenis jejak karbon Saat ini Annisa masih berfokus pada pemasaran produk edukasi lingkungan Ecofunopoly jenis Jejak Karbon yang berisikan 1 (satu) papan permainan, 6 (enam) buah pion daun berwarna-warni, 100 (seratus) buah pion karbon abu-abu, 10 (sepuluh) buah pion bibit pohon, 22 lembar kartu perilaku, 18 kartu Hijaukan, 18 kartu Panas, 1 (satu) kartu pemanasan global, 15 kartu Bumi Berbicara, 2 (dua) buah dadu kayu, dan 1 (satu) ember kocok. Permainan ini juga dilengkapi dengan tutorial bermain. . Ecofunopoly jenis Jejak Karbon memiliki dua ukuran yang ditawarkan kepada pembeli, yaitu ukuran kecil (40×40 cm) dan ukuran raksasa (4 meter x 4 meter). Harga satu set Ecofunopoly ukuran kecil yaitu Rp 85,000 dan satu set Ecofunopoly ukuran raksasa yaitu Rp 900.000.
Komunikasi Pemasaran Produk Ecofunopoly Cara pemasaran yang dilakukan secara online dan pemasaran mulut ke mulut. Secara online dapat dilakukan melalui media sosial, website, danecommerce yaitu toko online yang saat ini Ecofunopoly memasarkan produknyayaitu www.agrowing.co.id. Konsumen Ecofunopoly umumnya yaitu penggiat lingkungan, aktivis di lsm-lsm, kolektor mainan, orang pemerintahan. Ecofunopoly sudah dipasarkan seluruh Indonesia. Saat ini pun turis dari Jepang, Australia, dan Jerman pernah membeli permainan Ecofunopoly karena tertarik pada produk Ecofunopoly dan merasa produk ini unik. Kemudian perusahaan besar yang pernah memakai produk ini yaitu PT Garuda Food untuk bagian CSR,LPM Equator yaitu lembaga yang bergerak dalam bidang jasa konsultasi, dan IPB yaitu bagian CRC. Mayoritas komunitas lingkungan yang berminat untuk membeli permainan ini seperti Indonesia Mengajar, untuk mahasiswa yang sedang melaksanakan KKP. Saat ini, perkembangan penjualan Ecofunopoly masih stabil yaitu setiap tahunnya tidak menurun atau meningkat secara drastis. Namun, UKM ini masih belum ada pencatatan secara rinci. Media pemasaran yang digunakan adalah instagram, facebook, website, twitter, dan brosur. Pengelola media tersebut merupakan pemilik Ecofunopoly dan salah satu volunteer dari ecofuncomunity. Respon konsumen terhadap pemasaran permainan ini cukup baik namun masih
22
banyak pembeli yang berharap bahwa produk Ecofunopoly dapat ditemukan di toko-toko terdekat. Pembaharuan informasi mengenai pemasaran Ecofunopoly dilakukan seminggu 2-3 kali. Ecofunopoly berencana akan menambah pemasarannya ke toko-toko seperti toko buku, toko mainan, hingga dijadikan sebagai oleh-oleh dari Kota Bogor. Strategi penjualan produk Ecofunopoly bermacam-macam. Selain memasarkan produknya di media-media sosial, Annisa seringkali diundang untuk presentasi di berbagai tempat seperti di perkantoran, perusahaan, di universitas dan juga di sekolah-sekolah seperti di SD. Selain presentasi Annisa pun sekaligus mempromosikan produknya dengan membawa beberapa produk untuk dijual dan juga ia memberikan kontak melalui kartu nama ataupun flyer jika ada yang berminat untuk memesan. Permainan ini masih terus dikenalkan kepada khalayak. Selain presentasi, Annisa pun pernah diliput di beberapa media televisi seperti Net Tv, SCTV, Metro TV, DAAI TV dan diliput untuk artikel di media cetak untuk memperkenalkan produk yang Annisa ciptakan.
Gambar 6. Artikel Ecofunopoly di Media Cetak Cara pembayaran produk Ecofunopoly sangat mudah, apabila sudah mengonfirmasi pesanan kepada Annisa bisa membayar dengan cara mengirimkan uang melalui ATM atau bisa juga dengan memberikan uang secara langsung deng sistem Cash On Delivery (COD). Selain promosi produk Ecofunopoly di media sosial yang digunakan, Annisa pun memperbaharui media sosial Ecofunopoly dengan informasi-informasi mengenai lingkungan supaya tidak hanya produk yang khalayak dapat tetapi juga menambah pengetahuan tentang lingkungan.
Gambar 7. Facebook Ecofunopoly
Gambar 8. Twitter Ecofunopoly
23
Gambar 9. Website Ecofunopoly
Gambar 10. Instagram Ecofunopoly
Ecofunopoly merupakan sebuah produk inovasi. Produk Ecofunopoly memberikan nilai ekonomi yaitu dengan harga yang relatif terjangkau pembeli mendapatkan manfaat yang baik untuk lingkungan dan produk Ecofunopoly menggunakan daur ulang limbah kertas bekas sehingga membantu mengurangi timbulan sampah yang saat ini semakin meningkat. Pembeli membeli produk Ecofunopoly ini sebagian besar mempertimbangkan manfaatnya dan juga produk ini ada dilihat dari permasalahan sampah yang ada di lingkungan saat ini sehingga produk ini diciptakan juga bertujuan untuk melakukan perubahan sosial pada permasalahan sosial. Proses pembuatan komponen produk Ecofunopoly masih cukup rumit karena komponen utama yaitu produksi pion-pionnya masih menggunakan tangan tidak dengan mesin, pada papan dan kartu-kartu harus mencetak di percetakan, dan pada kayu harus dipotong dengan alat khusus sehingga proses pembuatannya cukup lama. Ecofunopoly sudah dimainkan dibeberapa tempat seperti di sekolah dasar, di acara komunitas lingkungan, dan lain lain. Cara memainkan Ecofunopoly tidak rumit karena setiap pembelian produk Ecofunopoly, pembeli sudah mendapatkan lembar cara bermain, selain itu pembeli juga bisa membuka media sosial youtube untuk mengetahui cara bermain Ecofunopoly sebelum membelinya. Kendala dari pemasaran Ecofunopoly yaitu sumberdaya manusia untuk membantu publikasi di media karena sampai saat ini publikasi masih dilakukan oleh pemilik Ecofunopoly, kemudian tingginya biaya promosi di iklan karena permainan ini belum banyak orang yang mengetahui sehingga belum adanya alokasi dana penjualan untuk biaya iklan. Ecofunopoly hanya pernah promosi melalui iklan di majalah kampus IPB. Ecofunopoly masih mengandalkan dari segi mulut ke mulut saja, selain itu masih sulitnya masuk ke birokrasi pemerintahan seperti kementrian pendidikan untuk dijadikan alat peraga karena birokrasi yang cukup rumit.
24
25
KARAKTERISTIK KONSUMEN
Usia Usia merupakan lamanya hidup responden pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak dia dilahirkan yang akan dikategorikan setelah mendapat data dari responden keseluruhan. Usia responden pada penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu usia muda (< 18 tahun), usia pertengahan (19-30 tahun), dan usia tua (>30 tahun). Usia responden Ecofunopoly dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah responden Ecofunopoly berdasarkan kategori usia tahun 2016 Usia (tahun)
Jumlah Responden 22 21 25 28 19 24 26 27 29 34 18 20 30 32 33 37 40 46 52 54
Total
8 6 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 43
Berdasarkan hasil jumlah responden berdasarkan kategori usia, mayoritas usia pembeli Ecofunopoly berada pada usia 22 tahun yang berjumlah 7 responden dan 21 tahun yang berjumlah 6 responden. Hal ini dikarenakan mayoritas pembeli merupakan mahasiswa atau mahasiswi di perguruan tinggi. Usia terendah responden berada pada usia 18 tahun dan usia paling tinggi berada pada responden yang berusia 54 tahun.
26
Tabel 3 Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan kategori usia tahun 2016 Usia Usia Muda (< 18 Tahun) Usia Pertengahan (19-30 Tahun) Usia Tua (> 30 Tahun)
Jumlah 1 33 9
Persentase( persen) 2,3 76,7 21,0
43
100,0
Total
Berdasarkan Tabel 3 responden pembeli produk Ecofunopoly mayoritas pembeli produk Ecofunopoly tergolong pada kategori usia pertengahan yaitu pada umur 19-30 tahun yakni berjumlah 33 orang atau sebesar 76,7 persen. Hal ini terjadi karena pada umumnya pembeli merupakan mahasiswa S1 dan S2 yang umumnya berada pada usia 19-30 tahun yang umumnya membeli produk Ecofunopoly untuk kebutuhan KKN (Kuliah Kerja Nyata) dan kebutuhan komunitas-komunitas lingkungan yang diikuti oleh pembeli. Selain itu terdapat pula responden yang berprofesi sebagai wiraswasta hingga Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang masih tergolong pada umur 19-30 tahun. Sementara yang termasuk pada usia muda (<18 tahun) hanya berjumlah 1 orang yaitu seorang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang memiliki rasa penasaran pada produk Ecofunopoly. Sedangkan terdapat 9 orang pembeli pada usia tua (> 30 tahun) terdapat 9 orang yang membeli untuk anaknya, untuk kebutuhan media di sekolah hingga perusahaan, atau untuk komunitas tertentu. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan sifat fisik responden yang tercatat dalam kasus identitas yang dimiliki oleh konsumen. Jenis kelamin dibagi menjadi dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan kategori jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Jumlah 10 33 43
Persentase( persen) 23,3 76,7 100,0
Berdasarkan Tabel 4, pembeli produk mainan Ecofunopoly lebih didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 33 orang (76,7 persen) . Sedangkan pada laki-laki hanya berjumlah 10 orang (23,3 persen). Latar belakang pembeli umumnya yaitu tertarik pada manfaat produknya sehingga hal ini tidak ada yang membedakan pada alasan bahwa perempuan lebih banyak membeli produk Ecofunopoly dibandingkan laki-laki.
27
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti pembeli sampai dengan saat penelitian. Tingkat pendidikan dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, yaitu pendidikan rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan tingkat pendidikan ini dadasarkan pada jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh pembeli Ecofunopoly. Pendidikan rendah untuk mereka yang tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), pendidikan sedang untuk mereka yang tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan pendidikan tinggi untuk mereka yang tamat pada perguruan tinggi. Responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan kategori tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Perguruan Tinggi Total
Jumlah 10 33 43
Persentase( persen) 23,3 76,7 100,0
Berdasarkan Tabel 5 pembeli produk Ecofunopoly mayoritas tergolong pada kategori pendidikan yang tinggi yaitu tamat pada perguruan tinggi, yaitu berjumlah 33 orang atau sebesar 76,7 persen. Hal ini karena mayoritas pembeli Ecofunopoly umumnya merupakan guru, dosen, mahasiwa pascasarjana, pns yang telah selesai menempuh pendidikan sarjana minimal Strata-1 (S1). Tingkat pendidikan pada pembeli produk Ecofunopoly sudah tergolong tinggi karena produk Ecofunopoly memiliki sasaran pembelinya yang memiliki cara berpikir, cara pandang, dan nilai-nilai terhadap lingkungan saat ini dan ingin memiliki perubahan pada perilaku buruk manusia terhadap lingkungan dan menanamkan perilaku melestarikan lingkungan kepada anak-anak sejak dini. Kemudian mereka yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki pendapatan yang lebih besar yang digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat. Hal ini menyebabkan tidak adanya pembeli pada tingkat pendidikan yang rendah yaitu tamat sekolah menengah pertama (SMP). Sedangkan pada tingkat pendidikan yang sedang yaitu berjumlah 10 orang yang notabennya merupakan mahasiswa aktif S1 yangmembeli Ecofunopoly untuk kebutuhan kuliah dan kebutuhan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan adalah jumlah pemasukan uang rupiah atau pendapatan yang diperoleh konsumen dalam satu bulan. Pengelompokkan pendapatan berdasarkan UMR Jawa Barat tahun 2016 yaitu Rp 2.250.000,00. Hal ini ditentukan karena sebagian besar konsumen Ecofunopoly adalah berasal dari provinsi Jawa Barat. Tingkat pendapatan pada responden Ecofunopoly dapat dilihat pada Tabel 5.
28
Tabel 6 Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan kategori tingkat pendapatan Tingkat Pendapatan Rendah (Rp 800.000,00 - Rp 2.240.000,00) Sedang (Rp 2.250.000,00 - Rp 4.200.000,00) Tinggi (> Rp 4.210.000,00) Total
Jumlah
Persentase ( persen)
22
51,2
8
18,6
13 43
30,2 100,0
Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh, menunjukan bahwa tingkat pendapatan yang paling dominan adalah pada kategori rendah dengan jumlah 22 orang dengan persentase 51,2 persen. Di samping itu, responden dengan tingkat pendapatan sedang berjumlah 8 orang dengan persentase 18,6 persen dan responden dengan tingkat pendapatan yang tinggi sebesar 13 orang dengan persentase 30,2 persen. Pada kategori rendah merupakan responden yang pendapatannya diperoleh sebesar Rp 800.000,00 - Rp 2.240.000,00 per bulannya. Responden tersebut biasanya merupakan mahasiswa yang belum memiliki pendapatan dan hanya mendapatkan uang saku, dan juga responden yang memiliki pekerjaan sebagai Ibu rumah tangga. Sedangkan pada tingkat pendapatan sedang yaitu pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 2.250.000,00 Rp 4.200.000,00 yang didominasi oleh pegawai swasta hingga Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kemudian pada tingkat pendapatan yang tinggi yaitu pendapatan yang diperoleh sebesar >Rp 4.210.000,00 yang di dominasi oleh responden yang bekerja sebagai wiraswasta. Produk Ecofunopoly memiliki target pasar yang tergolong cukup tinggi yaitu mahasiswa hingga orang yang telah bekerja. Hal ini dilihat dari harga Ecofunopoly yang seharga Rp 85.000,00 untuk satu mainan Ecofunopoly ukuran kecil yang dapat dikatakan harga tersebut cukup tinggi bagi pembelinya namun kualitas yang diberikan oleh produk tersebut cukup baik karena material yang dipakai merupakan material ramah lingkungan yaitu kertas, bahan kertas bekas yang didaur ulang dan kayu sehingga pembeli pun memahami dengan harga tersebut ia mendapatkan produk mainan yang bermanfaat. Produk Ecofunopoly memiliki target pasar yang tergolong cukup tinggi yaitu mahasiswa hingga orang yang telah bekerja. Hal ini dilihat dari harga Ecofunopoly yaitu Rp 85.000,00 untuk satu mainan Ecofunopoly ukuran kecil yang dapat dikatakan harga tersebut cukup tinggi bagi pembelinya namun kualitas yang diberikan oleh produk tersebut cukup baik karena material yang dipakai merupakan material ramah lingkungan yaitu kertas, bahan kertas bekas yang didaur ulang dan kayu sehingga pembeli pun memahami dengan harga tersebut ia mendapatkan produk mainan yang bermanfaat. Jenis Pekerjaan Jenis pekerjaan adalah mata pencaharian yang secara rutin dilakukan oleh konsumen pada saat penelitian berlangsung. Jenis pekerjaan dibagi menjadi lima
29
kategori yaitu PNS, pegawai swasta, siraswasta, ibu rumah tangga, dan mahasiswa. Jenis pekerjaan pada responden Ecofunopoly dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan kategori jenis pekerjaan Jenis Pekerjaan PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Mahasiswa Total
Jumlah 4 12 5 2 20 43
Persentase 9,3 27,9 11,6 4,7 46,5 100,0
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa mayoritas responden pembeli produk Ecofunopoly yaitu berprofesi sebagai mahasiswa sebanyak 20 responden atau sebesar 46,5 persen dan diikuti oleh responden yang bekerja sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 12 responden dan wiraswasta sebanyak 5 responden. Sedangkan pada pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdapat 4 responden dan sebagai ibu rumah tangga hanya terdapat 2 responden. Hal tersebut berhubungan dengan pembahasan sebelumnya pada bagian tingkat usia yang mayoritas pada usia pertengahan yaitu 19-30 tahun yang cenderung termasuk ke dalam kategori mahasiswa pegawai swasta dan PNS. Oleh karena itu, berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa konsumen yang memiliki profesi sebagai mahasiswa lebih cenderung memiliki ketertarikan dalam membeli produk mainan Ecofunopoly karena mahasiswa memiliki alasan membeli yang bervariasi seperti untuk sarana media permainan pada komunitas yang diikutinya, digunakan pada saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan turun lapang.
30
31
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI PEMASARAN PADA PRODUK EDUKASI LINGKUNGAN ECOFUNOPOLY
Ragam Bauran Promosi Ragam bauran promosi adalah banyaknya alat promosi yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari produsen kepada konsumen dengan upaya pemasaran iklan, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, skema kerjasama, dan pemasaran dari mulut ke mulut. Tabel 8 Jumlah responden yang mendapatkan informasi melalui ragam bauran promosi Ecofunopoly Ragam Bauran Promosi Kerabat Facebook Presentasi penjualan Instagram Website Liputan video di Youtube Sampel Pameran demonstrasi. Leaflet atau brosur Artikel Ecofunopoly di media cetak Leaflet atau brosur Potongan harga khusus Liputan Ecofunopoly di televisi Twitter Penurunan harga. Bazaar dan pameran dagang. Saudara
Jumlah 29 20 18 11 11 10 10 10 10 8 6 6 5 4 4 4 2
Berdasarkan Tabel 8, responden yang mendapatkan informasi tentang Ecofunopoly paling banyak diperoleh dari kerabat yaitu sebanyak 29 responden memilih kerabat. Hal ini dapat dikatakan bahwa pemasaran dari mulut ke mulut efektif untuk menarik responden untuk membeli Ecofunopoly. Pada media sosial, facebook merupakan media sosial yang mayoritas dipilih oleh responden. Pada responden yang mendapatkan promosi penjualan, mayoritas pada presentasi penjualan responden mendapatkan promosi pada Ecofunopoly. Mayoritas responden memilih informasi dari kerabat, media sosial facebook dan presentasi dari produsen Ecofunopoly sebagai pilihan mereka mengetahui informasi produk Ecofunopoly dan mendapatkan promosi Ecofunopoly. Selain media sosial facebook dan pemasaran mulut ke mulut melalui kerabat, ragam bauran promosi lainnya yang mayoritas dipilih oleh responden yaitu website, media sosial instagram, pameran, dan brosur.
32
Ragam bauran promosi yang hanya sedikit dipilih oleh responden yaitu pada media sosial twitter, artikel media cetak, liputan produk di youtube, dan potongan harga. Hal ini membuktikan bahwa konten pada media sosial facebook lebih sering diperbaharui setiap minggunya dibandingkan media sosial lainnya yang digunakan Ecofunopoly dan pada pemasaran mulut ke mulut dapat dikatakan lebih efektif karena 29 dari 43 responden memilih kerabat sebagai ragam media promosi yang digunakan. Penggunaan media sosial lainnya yang belum secara rutin karena faktor sumber daya manusia yang maish kurang karena pemilik Ecofunopoly tidak hanya memproduksi tetapi mengendalikan, dan mempublikasikan sehingga publikasi tidak dilakukan secara maksimal. Tabel 9 Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan ragam bauran promosi pada karakteristik komunikasi pemasaran Ragam Bauran Promosi Rendah
Jumlah
Persentase
31
72,1
Sedang
12
27,9
Total
43
100,0
Berdasarkan hasil data dari 43 responden yang dapat dilihat pada Tabel 9 menunjukkan bahwa ragam bauran promosi yang digunakan oleh responden masih rendah yaitu sebanyak 31 responden dari 43 responden atau dengan persentase sebesar 69,8 persen. Hal ini dapat dilihat bahwa responden tidak banyak menggunakan ragam bauran promosi yaitu hanya 1-4 media promosi dari 19 ragam bauran promosi yang digunakan oleh Ecofunopoly. Sedangkan pada kategori sedang terdapat 12 responden atau sebesar 27,9 persen yang cukup banyak menggunakan ragam bauran promosinya. Berdasarkan hasil data yang didapat, 98 persen atau sebanyak 42 dari 43 responden mengatakan bahwa pesan yang disampaikan dalam media promosi Ecofunopoly sudah baik. “...aku suka aksesnya lewat facebook karena lebih sering update di facebook sih, suka ada di timeline juga. Selain facebook yang aku tau instagram tapi aku jarang update di ig...” (YR, perempuan, 32 tahun) “... lebih sering lihat facebook ownernya sih ya bukan official pagenya Ecofunopoly karena di facebook ownernya juga sering update...” (BN, perempuan, 26 tahun) “...produk Ecofunopoly kurang dikenal sehingga promosi perlu ditingkatkan..” (IY, perempuan, 52 tahun) “...media promosi sudah banyak dan beragam, tapi promosinya dirasa kurang...” (ENA, perempuan, 18 tahun)
33
Intensitas Penggunaan Media Intensitas penggunaan media adalah seberapa sering responden mengakses bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pihak Ecofunopoly. Intensitas penggunaan media dapat dilihat melalui intensitas penggunaan pada media promosi Ecofunopoly. Tabel 10 Penilaian responden pada intensitas penggunaan media Penilaian (n) No
Media Promosi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Liputan di Televisi Artikel di Koran Presentasi Gathering Komunitas Media personal Website Facebook Twitter Instagram Youtube
Tidak Pernah 30 27 18 27 5 20 12 32 22 20
< 2 kali 9 10 16 9 22 10 9 4 8 16
3 – 6 kali 1 4 4 3 9 11 13 4 5 5
> 6 kali 3 2 5 4 7 2 9 3 8 2
Berdasarkan Tabel 10 pada penilaian responden terhadap intensitas penggunaan media promosi Ecofunopoly, mayoritas responden memilih media sosial facebook yang paling sering digunakan oleh responden yaitu lebih dari 6 kali membuka media sosial tersebut. Pada intensitas penilaian 3-6 kali, yang paling banyak dipilih pun sama yaitu media sosial facebook dan dilanjutkan pada media website. Hal ini dapat dikatakan bahwa media sosial facebook merupakan media promosi yang paling efektif untuk mempromosikan produk Ecofunopoly. Selanjutnya, terdapat 32 responden yang memilih tidak pernah membuka media sosial twitter. Hal ini karena media sosial twitter belum efektif dalam memberikan informasi mengenai Ecofunopoly karena menurut pemilik Ecofunopoly, media sosial twitter Ecofunopoly sudah tidak pernah digunakan sejak tahun 2015. Media promosi yang umumnya sudah pernah diakses oleh responden yaitu pada media personal karena hanya terdapat 5 responden yang tidak pernah menggunakan media personal sebagai media promosi Ecofunopoly.
34
Tabel 11 Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan intensitas penggunaan media pada karakteristik komunikasi pemasaran Intensitas Penggunaan Media Rendah
Jumlah
Persentase
32
74,4
Sedang
6
14,0
Tinggi
5
11,6
Total
43
100,0
Tabel 11 menunjukkan bahwa intensitas penggunaan media pada responden masih berada dalam kategori rendah, yaitu sejumlah 32 responden atau 74,4 persen. Hal ini disebabkan karena penyampaian informasi yang dilakukan oleh pihak Ecofunopoly melalui seluruh media promosinya belum dilakukan secara berkala atau rutin sehingga responden tidak secara rutin mendapatkan informasi mengenai produk Ecofunopoly. Pada kategori sedang terdapat 6 responden atau dengan persentase sebesar 14 persen dan kategori tinggi sebanyak 5 responden atau sebesar 11,6 persen. Berdasarkan penelusuran media yang digunakan Ecofunopoly, pihak Ecofunopoly hanya aktif pada beberapa media saja seperti website, facebook dan instagram namun masih dalam jangka waktu tiga sampai empat kali dalam seminggu. Sedangkan pada media massa seperti koran dan televisi, masih minimnya liputan atau artikel pada media tersebut sehingga tidak banyak responden yang melihat pada media massa. “...update informasinya lebih baik berkala tapi di jam-jam tertentu misalkan jam istirahat jadi timingnya harus diperhatikan juga...” (UW, perempuan, 22 tahun) “...menurutku ecofun cukup beberapa kali sih dalam seminggu yang pas waktunya untuk supaya orang-orang banyak yang share info ecufun, trus info yang dihare sudah bagus kok..” (AAP, perempuan, 22 tahun) Berdasarkan hasil data, responden lebih banyak membuka informasi melalui media sosial website,facebook dan instagram hal ini karena media sosial tersebut menempati skor tertinggi pilihan responden pada frekuensi intensitas media yang digunakan Ecofunopoly. “...saya lebih sering lihat pemasaran dari fb account founder dibanding fanpage nya. sehingga sebaiknya fanpagenya lebih menarik dan bukan hanya repost dari foundernya/sebaliknya. Info-info seputar lingkungan: posting tentang cara menghemat listrik/air, dsb ala ecofun community atau umum juga sepertinya akan membuat orang lebih tertarik untuk melihat fanpage...” (LAS, perempuan, 27 tahun) “...lebih adain kuis juga sih biar orang-orang sering liat media sosialnya Ecofunopoly kayak bikin kuis untuk hadiahnya Ecofunopoly atau misalnya goodie bag yang lebih murah dengan logo ecofun...” (EP, perempuan, 24 tahun)
35
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN PADA PRODUK EDUKASI LINGKUNGAN ECOFUNOPOLY
Efektivitas komunikasi pemasaran merupakan tingkat keberhasilan pelaksanaan komunikasi pemasaran dengan menggunakan media pemasaran dalam upayanya untuk mencapai tujuan-tujuan komunikasi pemasaran. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat dilihat melalui aspek kognitif, afektif, dan konatif. Tabel 12 Jumlah dan persentase responden Ecofunopoly berdasarkan aspek kognitif, afektif dan konatif pada efektivitas komunikasi pemasaran. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Kognitif
Afektif
Konatif
Kategori
Jumlah
Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi
Persentase 6 30 7 0 4 39 0 21 22
14,0 69,8 16,3 0,0 9,3 90,7 0,0 48,8 51,2
Total 100,0
100,0
100,0
Aspek Kognitif Aspek kognitif merupakan aspek yang berkaitan dengan pengetahuan responden mengenai informasi produk Ecofunopoly. Tabel 13 Jumlah persentase penilaian responden terhadap aspek kognitif pada efektivitas komunikasi pemasaran Pernyataan
Jawaban Responden Benar (%) Salah (%)
Pengetahuan produk Ecofunopoly
39,5
60,5
Ukuran Ecofunopoly
69,8
30,2
Sumber mengetahui Ecofunopoly
83,7
16,3
Manfaat Ecofunopoly Harga Ecofunopoly
55,8 55,8
44,2 44,2
Cara membeli Ecofunopoly
83,7
16,3
Bahan dasar yang digunakan Ecofunopoly
55,8
44,2
Perbedaan Ecofunopoly dengan produk lain
37,2
62,8
Media promosi Ecofunopoly
34,9
65,1
36
Pada aspek kognitif, pertanyaan untuk responden merupakan pertanyaan terbuka, kemudian jawaban tersebut digolongkan berdasarkan kunci jawaban yang sudah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian, dilihat pada Tabel 13 dari 43 responden, sebesar 39,5 persen yang mengetahui benar produk Ecofunopoly dan sebesar 55,8 persen yang mengetahui manfaat dari produk Ecofunopoly. Mayoritas responden sudah mengetahui ukuran, cara membeli, bahan dasar dan harga dari produk Ecofunopoly. Sedangkan pada perbedaan produk Ecofunopoly dengan produk lainnya dan media-media promosi Ecofunopoly hanya 37,2 persen dan 34,9 persen responden yang mengetahuinya. Aspek kognitif dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Aspek kognitif pada responden produk Ecofunopoly dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel tersebut menunjukkan bahwa aspek kognitif atau aspek pengetahuan responden produk Ecofunopoly tergolong pada kategori sedang yaitu sebanyak 30 responden atau 69,8 persen. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 7 responden atau 16,3 persen dan responden yang memiliki pengetahuan rendah sebanyak 6 responden atau 14 persen. Masih sedikit responden yang mengetahui informasi produk Ecofunopoly khususnya pada manfaat dari produk Ecofunopoly dan perbedaan produk Ecofunopoly dibandingkan produk edukasi lainnya. Namun, responden sudah cukup banyak yang mengetahui media promosi apa saja yang digunakan oleh pihak Ecofunopoly namun dalam segi informasi mengenai produknya masih terdapat responden yang kurang informasi mengenai hal tersebut. “...berbeda karena dengan bermain Ecofunopoly, banyak pengetahuan baru tentang lingkungan yang mudah dimengerti oleh anak-anak..” (MN, laki-laki, 19 tahun) “...selain bahan bakunya yang memanfaatkan limbah kertas, permainan ini juga dapat menambah wawasan kita tentang pentingnya memelihara lingkungan hidup...”(DAP, perempuan, 25 tahun) “...manfaat Ecofunopoly itu menurut saya mengisi waktu luang sekaligus sarana edukasi...” (LRM, perempuan, 27 tahun) Penyampaian informasi mengenai produk Ecofunopoly masih belum efektif sehingga harus dilakukan secara rutin. Ecofunopoly masih kurang dalam hal promosi melalui iklan-iklan atau bekerjasama dengan media seperti radio untuk mempromosikan produknya Selain itu, produk Ecofunopoly lebih dikenalkan kepada lsm hingga institusi yang dapat dijadikan kerja sama untuk mempromosikan produknya. Hal ini harus dilakukan agar Ecofunopoly dikenal secara luas oleh masyarakat, penerima informasi atau calon pembeli dapat mengetahui dan mengingatinformasi-informasi secara rinci mengenai produk edukasi lingkungan Ecofunopoly.
Aspek Afektif Aspek afektif adalah aspek yang berhubungan dengan keinginan, sikap suka atau tidak suka terhadap produk edukasi lingkungan Ecofunopoly dan
37
kepuasan pada pelaksanaan komunikasi pemasaran pada produk Ecofunopoly yang ditunjukkan oleh responden. Tabel 14 Jumlah persentase penilaian responden terhadap aspek afektif pada efektivitas komunikasi pemasaran
Pernyataan Ecofunopoly ini menarik untuk dimainkan oleh semua kalangan umur Ecofunopoly menarik dan memiliki keunikan sendiri Ecofunopoly dapat dimainkan oleh semua kalangan usia Ecofunopoly memiliki manfaat untuk melestarikan lingkungan Ecofunopoly tidak menggunakan bahanbahan yang merusak lingkungan Harga Ecofunopoly yang ditawarkan sesuai dengan manfaatnya Ecofunopoly mengandung material yang unik Ecofunopoly merupakan produk yang berkualitas baik Ecofunopoly dapat menambah pengetahuan tentang lingkungan
Sangat Tidak Setuju (%)
Penilaian Tidak Setuju Setuju (%) (%)
Sangat Setuju (%)
0,0
18,6
39,5
41,9
0,0
0,0
48,9
51,1
0,0
16,3
51,1
32,6
0,0
0,0
14,0
86,0
0,0
0,0
46,5
53,5
0,0
9,4
69,7
20,9
0,0
0,0
58,1
41,9
2,3
4,6
48,9
44,2
0,0
0,0
23,2
76,8
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 43 pembeli yang menjadi responden telah mencapai aspek afektif atau aspek sikap yang tinggi. Pada Tabel 14 pembeli sangat tertarik dengan manfaat ecofunopoly yang dapat menambah pengetahuan tentang lingkungan dan untuk melestarikan lingkungan. Responden pun tertarik dengan harga Ecofunopoly yang ditawarkan sudah sesuai dengan manfaat dari produk secara keseluruhan. Namun terdapat penilaian dari 7 responden yang menurutnya permainan ini belum cocok jika dimainkan untuk semua kalangan usia karena konten pertanyaan dan isi permainan ini terdapat materi yang perlu penyederhaan bahasa.
38
“...lebih disederhanakan lagi bahasa materi yang disampaikannya, terlebih jika permainan tersebut dimainkan oleh kalangan usia kurang dari 9 tahun..” (SW, perempuan, 22 tahun) Aspek afektif dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tabel 12 menunjukkan bahwa mayoritas responden Ecofunopoly dilihat dari aspek afektif termasuk dalam kategori tinggi, yaitu sebanyak 39 responden atau dengan persentase sebesar 90,7 persen. Hal ini dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden tertarik dan bersikap suka dengan produk edukasi lingkungan Ecofunopoly. Informasi yang disampaikan oleh Ecofunopoly sudah cukup berhasil membuat responden memiliki ketertarikan yang tinggi pada produknya. Responden merasa manfaat dari produk Ecofunopoly dan material yang digunakannya membuat mereka menjadi tertarik dan ingin lebih mengetahui produk tersebut karena membedakan dari produk mainan lainnya. “...saya senang dengan produk Ecofunopoly karena sangat mengedukasi. Saran saya, mungkin kedepannya bisa dikembangkan juga dalam bentuk program aplikasi mobile...”(NE, laki-laki, 28 tahun) “...menurutku sih info yang diposting Ecofunopoly belum cukup membuat calon pembeli untuk membeli contohnya pemasaran langsung itu kan calon konsumen bisa merasakkan pengalaman langsung main Ecofunopoly gak lewat media aja supaya teringat memori memainkan Ecofunopoly dan memperbesar rasa ketertarikan untuk beli...” (DAP, perempuan, 25 tahun)
Aspek Konatif Aspek konatif merupakan aspek yang berhubungan dengan tindakan responden untuk membeli produk mainan Ecofunopoly. Aspek konatif merupakan aspek yang berhubungan dengan tindakan responden untuk membeli produk mainan Ecofunopoly. Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa mayoritas responden pada aspek konatif termasuk ke dalam kategori tinggi, yakni sebanyak 22 responden atau sebesar 51,2 persen sedangkan pada kategori sedang hanya berelisih satu yaitu 21 responden atau 48,8 persen. Hal ini dapat dilihat bahwa sebagian dari responden Ecofunopoly merasa tertarik sehingga mereka melakukan tindakan seperti memelihara produk, menginformasikan kembali, mengajak kerabat dan saudara untuk membeli produk Ecofunopoly. Namun mayoritas responden tidak setuju untuk melakukan pembelian kembali produk Ecofunopoly..
39
Tabel 15 Jumlah persentase penilaian responden terhadap aspek konatif pada efektivitas komunikasi pemasaran
Pernyataan
Memelihara produk Ecofunopoly yang sudah dibeli dengan baik. Menginformasikan kembali pengetahuan kepada kerabat tentang produk Ecofunopoly Mengakses informasi mengenai produk tersebut di berbagai media Mengajak sanak saudara dan kerabat untuk membeli produk Ecofunopoly Menceritakan kepada orang lain tentang keunggulan produk Ecofunopoly Membeli lagi produk Ecofunopoly
Sangat Tidak Setuju (%)
Penilaian Tidak Setuju Setuju (%) (%)
Sangat Setuju (%)
0,0
0,0
60,5
39,5
2,3
2,3
55,9
39,5
0,0
18,6
65,1
16,3
2,3
7,0
69,8
20,9
0,0
2,3
58,1
39,5
2,3
39,5
51,2
7,0
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 43 pembeli yang menjadi responden telah mencapai aspek afektif atau aspek sikap yang tinggi. Hal ini dilihat pada Tabel 15, mayoritas responden setuju dengan memelihara, menginformasikan kembali, mengakses informasi di media, mengajak sanak suadara untuk membeli, dan menceritakan kepada orang lain tentang produk Ecofunopoly. Hal ini karena responden merasa bahwa Ecofunopoly memiliki manfaat yang baik jika masyarakat memainkannya. “...dari segi materi sangat bagus meskipun peraturan permainan bisa dikurangi sehingga lebih praktis dan mudah dimengerti anak-anak. Harapan saya juga semua orang bisa ikut main, tidak harus ada guru yang membimbing/mengatur jalannya permainan...” (LAS, perempuan, 27 tahun)
40
41
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KONSUMEN DENGAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI PEMASARAN Pada pembahasan ini menganalisis mengenai hubungan antara karakteristik konsumen degan karakteristik komunikasi pemasaran pada produk edukasi lingkungan Ecofunopoly. Karakteristik konsumen meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan. Karakteristik komunikasi pemasaran diukur berdasarkan ragam bauran promosi dan intensitas penggunaan media. Hubungan Usia dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Ragam Bauran Promosi Usia menjadi salah satu karakteristik konsumen pada penelitian ini yang diukur berdasarkan lamanya hidup konsumen dihitung sejak hari kelahiran dan dikategorikan menjadi usia muda yang berusia <18 tahun, usia pertengahan yang berusia 19-30 tahun dan usia tua yaitu konsumen yang berusia >30 tahun. Tabel 16 dibawah ini merupakan hasil pengujian hubungan antara usia dengan karakteristik komunikasi pemasaran pada ragam bauran promosi yang disajikan dalam tabulasi silang. Tabel 16 Persentase hubungan usia dengan ragam bauran promosi
Ragam Bauran Promosi
Usia Usia Pertengahan (persen)
Usia Muda (persen)
Usia Tua (persen)
Total
Rendah
0
77,4
22,6
100
Sedang
8,3
75,0
16,7
100
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = -0.131 Nilai Signifikansi = 0.403 Hasil tabulasi silang pada Tabel 16 menunjukkan tidak ada responden yang berada pada ragam bauran promosi yang tinggi. Responden pada usia pertengahan memiliki ragam bauran promosi rendah yaitu sebesar 77,4 persen. Responden pada kategori usia tua memiliki ragam bauran promosi yang rendah dengan persentase sebesar 22,6 persen dan pada usia muda memiliki ragam bauran promosi yang sedang dengan persentase sebesar 8,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden pada kategori usia pertengahan dan usia tua masih memiliki ragam bauran promosi yang minim jika dibandingkan dengan ragam bauran promosi yang sedang. Hasil pengujian statistik menggunakan uji korelasi rank spearman antara usia dengan ragam bauran promosi pada karakteristik komunikasi pemasaran Ecofunopoly. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara umur dan ragam bauran promosi yaitu sebesar 0.403 dan nilai korelasinya
42
yaitu sebesar -0.131. Hal ini dapat dikatakan jika nilai signifikansi lebih besar dari taraf α (0.05) yaitu 0.403 > 0.05 maka nilai tersebut menunjukkan bahwa umur konsumen Ecofunopoly tidak memiliki hubungan yang nyata antara umur dengan ragam bauran promosi dan nilai negatif menyatakan bahwa nilai korelasi yang negatif dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak searah atau terbalik. Usia tidak berhubungan dengan ragam bauran promosi yang digunakan. Semakin tua umur responden tidak berarti orang tersebut menggunakan banyak ragam bauran promosi Ecofunopoly. Ragam bauran promosi Ecofunopoly yang digunakan responden tidak menentukan batasan umur untuk memiliki ragam bauran promosi karena siapa saja bisa mendapatkan ragam bauran promosinya.
Hubungan Usia dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Intensitas Penggunaan Media Tabel 17 dibawah ini merupakan hasil pengujian hubungan antara usia dengan karakteristik komunikasi pemasaran pada intensitas penggunaan media yang disajikan dalam tabulasi silang. Tabel 17 Persentase hubungan usia dengan intensitas penggunaan media Intensitas Penggunaan Media
Usia Usia Pertengahan (persen)
Usia Muda (persen)
Usia Tua (persen)
Total
Rendah
3,1
71,9
25,0
100
Sedang
0
83,3
16,7
100
Tinggi 0 100 0 100 Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = -0.147 Nilai Signifikansi = 0.346 Hasil tabulasi silang pada Tabel 17 menunjukkan bahwa karakteristik pada usia pertengahan mayoritas memiliki intensitas penggunaan media pada kategori sedang yaitu sebesar 83,3 persen. Kemudian pada usia muda dan tua memiliki intensitas penggunaan media yang rendah yaitu sebesar 3,1 persen dan pada usia tua sebesar 25 persen. Hasil tabulasi silang tersebut menyatakan pembeli pada usia pertengahan memiliki intensitas penggunaan media yang sedang dan pembeli usia muda dan tua masih rendah dalam mengakses bauran promosi Ecofunopoly. Hasil uji statistik pada Tabel 17 menggunakan uji korelasi rank spearman antara usia dengan intensitas penggunaan pada karakteristik komunikasi pemasaran Ecofunopoly. Dilihat dari nilai korelasinya yaitu -0.417 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang moderat. Menurut Sarwono (2009) jika nilai korelasi berada diantara 0.30-0.49 maka terdapat hubungan yang moderat. Nilai negatif yang ada ada nilai korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara umur konsumen dengan intensitas penggunaan media memiliki variabel
43
yang tidak searah atau terbalik. Pada Tabel 17 nilai signifikansi hubungan antara umur dengan intensitas penggunaan media pada karakterisitik komunikasi pemasaran yaitu 0.346 yang dapat dikatakan bahwa nilai tersebut tidak menunjukkan adanya hubungan antara umur dengan intensitas penggunaan media karena nilai signifikansi lebih dari taraf α (0.05) . Usia tidak berhubungan dengan intensitas penggunaan media yang dimiliki karena siapapun dapat mengakses dan membuka media-media yang digunakan Ecofunopoly untuk menggali informasi tentang produk Ecofunopoly dan pada era ini tidak ada batasan umur siapa saja yang dapat menggunakan media seperti media sosial sudah banyak pengguna media sosial seperti instagram, facebook yang digunakan oleh pengguna usia muda hingga usia tua.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Ragam Bauran Promosi Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai hubungan jenis kelamin dengan ragam bauran promosi pada karakteristik komunikasi pemasaran. Jenis kelamin dibedakan berdasarkan laki-laki dan perempuan. Tabel tabulasi silang dibawah ini merupakan hasil pengujian hubungan antara jenis kelamin dengan ragam bauran promosi. Tabel 18 Persentase hubungan jenis kelamin dengan ragam bauran promosi Ragam Bauran Promosi
Laki-laki
Jenis Kelamin Perempuan
Total
Rendah
12,9
87,1
100
Sedang
50,0
50,0
100
Hasil uji Chi-Square (𝑥2= 6.671** ; p= 0.01) Hasil tabulasi silang pada Tabel 18 menunjukkan tidak adanya ragam bauran promosi yang tinggi berdasarkan jenis kelamin responden. Pada ragam bauran promosi yang rendah memiliki skor tertinggi yaitu sebesar 87,1 persen pada jenis kelamin perempuan. Sedangkan pada ragam bauran promosi yang sedang terbagi ke dalam jumlah yang sama yaitu masing-masing sebesar 50 persen pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil uji statistik pada Tabel 18 menggunakan uji beda chi-Square antara jenis kelamin dengan ragam bauran promosi pada karakteristik komunikasi pemasaran Ecofunopoly diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.01. Nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata yaitu 0.05 (0.01 < 0.05). Nilai tersebut menunjukksn bahwa terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan ragam bauran promosi. Kemudian jika nilai chi-square hitung lebih besar dari chisquare tabel maka terdapat hubungan yang signifikan. Nilai chi-square hitung antara jenis kelamin dengan ragam bauran promosi yaitu 6.671 lebih besar dari nilai chi-square tabelnya yaitu 3.84 (pada df=1).
44
Jenis kelamin memiliki hubungan nyata dengan ragam bauran promosi pada karakteristik komunikasi pemasaran. Hal ini terjadi karena pada responden laki-laki memiliki ragam bauran komunikasi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Ragam bauran komunikasi pada responden berjenis kelamin perempuan masih rendah yaitu sebanyak 27 dari 33 responden perempuan masih berada pada kategori rendah dan ragam bauran promosi pada laki-laki terdapat 4 responden dari 10 yang rendah dan 6 responden dari 10 yang berada di kategori sedang. Hubungan Jenis Kelamin dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Intensitas Penggunaan Media Tabel 19 dibawah ini merupakan hasil pengujian hubungan antara jenis kelamin dengan karakteristik komunikasi pemasaran pada intensitas penggunaan media yang disajikan dalam tabulasi silang. Tabel 19 Persentase hubungan jenis kelamin dengan intensitas penggunaan media Intensitas Penggunaan Media Rendah Sedang
Laki-laki
Tinggi Hasil uji Chi-Square (𝑥2= 2.086; p= 0.352)
Jenis Kelamin Perempuan 28,1 16,7 0
71,9 83,3 100
Total 100 100 100
Hasil tabulasi silang pada Tabel 19 menunjukkan bahwa intensitas penggunaan media pada kategori tinggi dimiliki oleh perempuan yaitu sebesar 100 persen karena pada responden laki-laki tidak ada yang menempati intensitas penggunaan media yang tinggi. Intensitas penggunaan media berada pada kategori rendah terdapat 71,8 persen oleh perempuan. Diikuti pada intensitas penggunaan media kategori sedang perempuan mendominasi sebesar 83,3 persen dibandingkan dengan responden laki-laki yaitu 16,7 persen. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda chi-Square antara jenis kelamin dengan intensitas penggunaan media pada karakteristik komunikasi pemasaran diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.352. Nilai signifikansi lebih besar dari taraf nyata yaitu 0.05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin konsumen Ecofunopoly tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan intensitas penggunaan media. Kemudian jika nilai chi-square hitung yang lebih kecil dari chi-square tabel yaitu 2.086 lebih kecil dari 5.99 (pada df=2) maka tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut. Jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan intensitas penggunaan media pada responden. Hal ini disebabkan karena penerima informasi yang diberikan oleh Ecofunopoly pada media dapat diakses oleh semua orang sehingga yang tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dan produk Ecofunopoly cocok untuk dimainkan oleh semua orang, tidak ada jenis kelamin tertentu untuk mengakses informasi tentang produk Ecofunopoly di media.
45
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Ragam Bauran Promosi Pembahasan pada sub bab ini menjelaskan mengenai hubungan tingkat pendidikan dengan karakteristik komunikasi pemasaran pada ragam bauran promosi. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi tiga yaitu rendah (SMP), sedang (SMA) dan tinggi (perguruan tinggi). Berikut ini adalah hasil tabulasi silang yang disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Persentase hubungan tingkat pendidikan dengan ragam bauran promosi Ragam Bauran Promosi
SMA
Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi
Total
Rendah
25,8
77,4
100
Sedang
8,3
75,0
100
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.097 Nilai Signifikansi = 0.536 Hasil tabulasi silang pada Tabel 20 menunjukkan bahwa tidak ada responden yang memiliki ragam bauran promosi yang tinggi. Persentase pada ragam bauran promosi yang rendah sebesar 77,4 persen pada tingkat pendidikan yang tinggi dan pada ragam bauran promosi yang sedang sebesar 75 persen pada tingkat pendidikan pada perguruan tinggi. Pada ragam bauran yang sedang, tingkat pendidikan SMA hanya memiliki 8,3 persen responden. Hasil uji statistik pada tabel 20 menggunakan uji korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan dengan karakteristik komunikasi pemasaran pada ragam bauran promosi diperoleh nilai korelasi sebesar 0.097. Nilai korelasi ini menurtu Sarwono (2009) jika berada diantara 0.01-0.09 yang artinya terdapat hubungan yang sangat lemah atau kurang berarti. Nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0.536 yang nilai tersebut melebih taraf nyata yaitu 0.05. Jika nilai tersebut lebih dari taraf nyata maka hubungan kedua variabel tersebut tidak signifikan. Maka variabel tingkat pendidikan dengan ragam bauran promosi tidak memiliki hubungan yang nyata. Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan ragam bauran promosi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat pendidikan yang mendapatkan promosi melalui ragam bauran promosi baik itu SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Mereka yang ingin mendapatkan informasi mengenai produk Ecofunopoly bebas mendapatkan informasi pada ragam bauran promosi yang digunakan pihak Ecofunopoly.
46
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Intensitas Penggunaan Media Hubungan antara tingkat pendidikan dengan intensitas penggunaan media akan dijelaskan pada tabulasi silang yang disajikan pada Tabel 21. Tabel 21 Persentase hubungan tingkat pendidikan dengan intensitas penggunaan media Intensitas Penggunaan Media Rendah
SMA
Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi 28,1
Total
71,9
100
Sedang
16,7 83,3 100 Tinggi 0 100 100 Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.209 Nilai Signifikansi = 0.179 Hasil tabulasi silang pada Tabel 21 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi memiliki intensitas penggunaan media yang tinggi yaitu sebesar 100 persen. Intensitas penggunaan media yang sedang berada pada tingkat pendidikan kategori tinggi perguruan tinggi yaitu sebesar 71,9 persen dan sama halnya pada intensitas penggunaan media yang sedang yaitu sebesar 83,3 persen pada tingkat pendidikan kategori perguruan tinggi. Hasil uji statistik pada Tabel 21 menggunakan uji korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan dengan karakteristik komunikasi pemasaran pada intensitas penggunaan media diperoleh nilai korelasi sebesar 0.209. Hal ini menurut Sarwono (2009) jika nilai korelasi berada diantara 0.1-0.29 maka terdapat hubungan yang lemah. Sedangkan pada nilai signifikansinya yaitu sebesar 0.179 yang berarti kedua variabel tersebut tidak signifikan karena melebihi dari taraf nyata yaitu 0.05. Maka, variabel tingkat pendidikan dengan intensitas penggunaan media pada karakteristik komunikasi pemasaran tidak memiliki hubungan yang nyata. Berdasarkan hasil data pada Tabel 21, tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan intensitas penggunaan media pada responden. Pihak Ecofunopoly tidak membatasi tingkat pendidikan pada responden untuk mengakses atau membuka media-media promosi yang digunakan Ecofunopoly memasarkan produknya atau hanya untuk menginformasikan hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Ragam Bauran Promosi Pembahasan pada sub bab ini menjelaskan hubungan antara tingkat pendapatan dengan ragam bauran promosi. Tingkat pendapatan dikategorikan menjadi rendah (Rp 800.000,00 - Rp 2.240.000,00), sedang (Rp 2.250.000,00 - Rp
47
4.200.000,00) dan tinggi (>Rp 4.200.000,00). Hasil tabulasi silang disajikan pada Tabel 22. Tabel 22 Persentase hubungan tingkat pendapatan dengan ragam bauran promosi Ragam Bauran Promosi
Tingkat Pendapatan Sedang Rendah (persen) (persen)
Tinggi (persen)
Total
Rendah
48,4
22,6
29,0
100
Sedang
58,3
8,3
33,3
100
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = -0.041 Nilai Signifikansi = 0.793 Hasil tabulasi silang pada Tabel 22 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan pada responden kategori rendah memiliki ragam bauran promosi yang sedang yaitu sebesar 58,3 persen. Sedangkan pada ragam bauran promosi yang rendah juga dimiliki oleh responden tingkat pendapatan yang rendah yaitu sebesar 48,8 persen. Selain itu, ragam bauran promosi yang sedang diperoleh presentase sebesar 8,3 persen pada tingkat pendapatan sedang. Hasil uji statistik pada Tabel 22 menggunakan uji korelasi rank spearman antara tingkat pendapatan dengan ragam bauran promosi pada karakteristik komunikasi pemasaran Ecofunopoly. Tabel tersebut menunjukkan nilai korelasi yang diperoleh yaitu sebesar -0.041. Sarwono (2009) menyatakan bahwa jika nilai korelasi berada diantara 0.01-0.09 maka terdapat hubungan yang sangat lemah. Nilai korelasi yang negatif memiliki arti bahwa hubungan kedua variabel terbalik. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0.793 melebihi dari taraf nyata yaitu 0.05 maka kedua variabel tidak signifikan. Sehingga variabel tingkat pendapatan dengan karakteristik komunikasi pemasaran pada ragam bauran promosi tidak memiliki hubungan yang nyata. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Intensitas Penggunaan Media Hubungan tingkat pendapatan dengan intensitas penggunaan media disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Persentase hubungan tingkat pendapatan dengan intensitas penggunaan media Tingkat Pendapatan Intensitas Sedang Penggunaan Total Tinggi Rendah (persen) (persen) (persen) Media Rendah 46,9 18,8 34,4 100 Sedang 50,0 33,3 16,7 100 Tinggi 80,0 0 20,0 100 Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = -0.174 Nilai Signifikansi = 0.264
48
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel 23 menunjukkan bahwa pada intensitas penggunaan media yang tinggi dimiliki oleh responden yang tingkat pendapatannya rendah yaitu sebesar 80 persen dan pada intensitas penggunaan media yang sedang dan rendah juga dimiliki oleh responden yang tingkat pendapatannya rendah yaitu sebesar 46,9 persen dan 50 persen. Berdasarkan hasil uji statistik pada Tabel 23 menggunakan uji korelasi rank spearman antara tingkat pendapatan dengan intensitas penggunaan media pada karakteristik komunikasi pemasaran Ecofunopoly. Tabel tersebut menunjukkan nilai korelasi sebesar -0.174 yang artinya terdapat hubungan yang sangat lemah dan negatif yaitu berhubungan terbalik. Nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0.264. Nilai signifikansi antara tingkat pendapatan degan intensitas penggunaan media lebih besar dari taraf nyata yaitu 0.05 yang artinya kedua variabel tersebut tidak signifikan. Sehingga variabel tingkat pendapatan dengan intensitas penggunaan media tidak memiliki hubungan yang nyata. Tingkat pendapatan tidak dapat menentukan intensitas penggunaan media oleh responden karena dalam mengakses media promosi yang digunakan Ecofunopoly tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan responden. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Ragam Bauran Promosi Pada sub bab ini membahas hubungan jens pekerjaan dengan ragam bauran promosi. Jenis pekerjaan dibedakan menjadi lima yatu PNS, pegawai swasta, wiraswasta, ibu rumah iangga, dan mahasiswa. Hasil uji tabulasi silang antara jenis pekerjaan dengan ragam bauran promosi disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 Persentase hubungan jenis pekerjaan dengan ragam bauran promosi Ragam Bauran Promosi
Jenis Pekerjaan PNS
Rendah
12,9
Sedang
0
Ibu Rumah Tangga
Pegawai Swasta
Wiraswasta
29,0
9,7
3,2
45,2
100
25,0
16,7
8,3
50,0
100
Mahasiswa
Total
2
Hasil uji Chi-Square (𝑥 = 2.491; p= 0.646) Hasil tabulasi silang pada Tabel 24 menunjukkan bahwa ragam bauran promosi yang sedang diperoleh persentase sebesar 50 persen pada mahasiswa dengan selisih hanya sedikit pada ragam bauran promosi yang rendah yaitu sebesar 45,2 persen. Sedangkan pada jenis pekerjaan ibu rumah tangga memiliki ragam bauran promosi yang rendah yaitu sebesar 3,2 persen dibandingkan jenis pekerjaan yang lainnya dan pada pegawai swasta memiliki ragam bauran promosi yang sedang tidak dimiliki oleh jenis pekerjaan PNS. Hasil uji statistik pada Tabel 24 menggunakan uji beda chi-square antara jenis kelamin dengan ragam bauran promosi pada karakteristik komunikasi pemasaran Ecofunopoly diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.646. Nilai
49
signifikansi lebih besar dari taraf nyata yaitu 0.05 (0.646 > 0.05). Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan ragam bauran promosi. Kemudian jika nilai Chi-square hitung lebih kecil dari chi-square tabel maka tidak terdapat hubungan yang signifikan. Nilai chi-square hitung antara jenis pekerjaan dengan ragam bauran promosi yaitu 2.491 lebih kecil dari nilai chi-square tabelnya yaitu 9.49 (pada df=4). Jenis pekerjaan tidak dapat menentukan ragam bauran promosi yang digunakan oleh responden. Hal ini disebabkan ragam bauran promosi oleh Ecofunopoly dapat diakses oleh seluruh konsumen dari karakteristik jenis pekerjaan apapun dengan syarat konsumen sudah memiliki salah satu media promosi yang dipakai oleh Ecofunopoly untuk mengakses informasi produk Ecofunopoly. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Karakteristik Komunikasi Pemasaran Pada Intensitas Penggunaan Media Hubungan jenis pekerjaan dengan intensitas penggunaan media akan diuji menggunakan tabulasi silang yang disajikan pada Tabel 25. Tabel 25 Persentase hubungan jenis pekerjaan dengan intensitas penggunaan media Intensitas Penggunaan Media Rendah Sedang
Jenis Pekerjaan PNS
Pegawai Swasta
Wiraswasta
9,4 21,9 15,6 0 66,7 0 Tinggi 20,0 20,0 0 2 Hasil uji Chi-Square (𝑥 = 9.977; p= 0.267)
Ibu Total Rumah Mahasiswa Tangga 3,1 50,0 100,0 0 33,3 100,0 20,0 20,0 100,0
Uji tabulasi silang pada Tabel 25 menunjukkan bahwa intensitas penggunaan media yang rendah dimiliki oleh responden yang bekerja sebagai mahasiswa yaitu sebesar 50 persen. Intensitas penggunaan media yang sedang ditunjukkan oleh responden yang bekerja sebagai pegawai swasta dengan persentase sebesar 66,7 persen dan intensitas penggunaan media yang tinggi dimiliki oleh semua responden namun tidak termasuk wiraswasta yang masing masing sebesar 20 persen. Hasil uji statistik pada Tabel 25 menggunakan uji beda chi-Square antara jenis kelamin dengan intensitas penggunaan media pada karakteristik komunikasi pemasaran Ecofunopoly diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.267. Nilai signifikansi lebih besar dari taraf nyata yaitu 0.05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan intensitas penggunaan media. Jika nilai chi-square hitung lebih kecil dari chisquare tabel maka tidak terdapat hubungan yang signifikan. Nilai chi-square hitung antara jenis pekerjaan dengan intensitas penggunaan media yaitu 9.977 lebih kecil dari nilai chi-square tabelnya yaitu 15.51 (pada df=8).
50
Jenis pekerjaan tidak berhubungan dengan intensitas penggunaan media oleh responden. Dalam mengakses media yang digunakan Ecofunopoly untuk mempromosikan atau memasarkan produknya, tidak adanya karakteristik jenis pekerjaan yang khusus sehingga seluruh jenis pekerjaan dapat menngakses atau membuka media promosi Ecofunopoly secara bebas. Konten atau isi dari media yang digunakan Ecofunopoly adalah untuk seluruh responden yang memang memiliki ketertarikan pada produk atau hanya sekedar ingin tahu mengenai produk Ecofunopoly.
51
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN
Hubungan antara karakteristik komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada produk Ecofunopoly merupakan keberhasilan pelaksanaan strategi pemasarannya untuk mencapai tujuan dalam komunikasi pemasaran. Hal ini dapat dilihat dari efektivitas komunikasi pemasarannya. Efektivitas komunikasi pemasaran dapat diketahui melalui tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Pada karakteristik komunikasi pemasarannya dapat diketahui melalui ragam bauran promosi dan intensitas penggunaan media. Hubungan Antara Ragam Bauran Promosi Dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Pada Aspek Kognitif Pembahasan pada subbab ini menjelaskan mengenai hubungan antara variabel ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Efektivitas komunikasi pemasaran pada tingkat kognitif dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Tabel 26 Persentase hubungan antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif Tingkat Kognitif
Ragam Bauran Promosi Rendah (persen) Sedang (persen)
Total
Rendah
83,3
16,7
100,0
Sedang
73,3
26,7
100,0
Tinggi
57,1
42,9
100,0
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.163, Nilai Signifikansi = 0.297 Hasil tabulasi silang pada Tabel 26 menunjukkan bahwa tingkat kognitif responden rendah pada ragam bauran promosi yang rendah yaitu sebesar 83,3 persen. Hal ini terjadi juga pada tingkat kognitif yang sedang dan tinggi berada pada ragam bauran promosi yaang rendah yaitu sebesar 73,3 persen dan 57,1 persen. Berdasarkan hal tersebut bahwa ragam bauran yang rendah tidak berhubungan dengan tingkat kognitif. Tabel 26 menunjukkan hasil olahan uji hubungan antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif. Dilihat dari nilai koefisien korelasi dari aspek kognitif yaitu sebesar 0,163. Angka ini menunjukkan bahwa hubungan antara ragam bauran komunikasi pemasaran dengan aspek kognitif pada efektivitas komunikasi pemasaran cenderung lemah karena nilai 0,163 jauh dari nilai satu. Sarwono (2009) menjelaskan bahwa jika hasil uji berada diantara nilai 0.10-0.29 maka terdapat korelasi atau hubungan
52
yang lemah. Hasil olahan uji hubungan antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif memiliki nilai signifikansi sebesar 0.297, nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata yaitu 0.05. Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif atau aspek pengetahuan tidak memiliki hubungan yang nyata. Hal ini dikarenakan responden merasa cukup dengan satu atau beberapa media saja untuk mendapatkan informasi tentang Ecofunopoly. Informasi yang diberikan media pemasaran khususnya media sosial yang digunakan oleh Ecofunopoly memiliki informasi yang sama di setiap informasi terbarunya. Informasi yang diberikan pun tidak secara berkala, dan informasinya tidak hanya seputar produk Ecofunopoly namun terdapat juga informasi-informasi tentang lingkungan hidup, informasi mengenai isu lingkungan saat ini. Sehingga informasi yang diberikan pada media sosial Ecofunopoly tidak secara fokus kepada promosi Ecofunopoly saja. “... saya sih lihat dari facebook saja sudah cukup mbak karena informasinya juga sama saja di setiap media sosial...” (RPA, Laki-laki, 20 tahun) Hubungan Antara Ragam Bauran Promosi Dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Pada Aspek Afektif Hubungan antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif diuji pada tabulasi silang. Hasil uji tabulasi silang disajikan pada Tabel 27. Tabel 27 Persentase hubungan antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif Tingkat Afektif
Ragam Bauran Promosi Rendah(persen) Sedang(persen)
Total
Sedang
100,0
0
100,0
Tinggi
69,2
30,8
100,0
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.199, Nilai Signifikansi = 0.200 Hasil tabulasi silang pada Tabel 27 menunjukkan bahwa ragam bauran promosi yang rendah memiliki tingkat afektif yang sedang yaitu sebesar 100 persen. Hal ini juga terjadi pada tingkat afektif yang tinggi dengan ragam bauran promosi yang rendah yaitu sebesar 69,2 persen. Berdasarkan hal tersebut, ragam bauran promosi Ecofunopoly yang masih rendah, sudah dapat menjadikan tingkat afektif pada responden pada kategori sedang dan tinggi. Pada tabel 27 menunjukkan hasil uji olahan hubungan antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif memiliki nilai korelasi sebesar 0,199 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang lemah. Menurut Sarwono (2009) menjelaskan bahwa jika hasil uji berada diantara nilai 0.10–0.29 maka terdapat korelasi atau hubungan yang lemah. Sedangkan nilai signifikansi pada hubungan antara ragam bauran
53
promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif sebesar 0.2, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05). Oleh karena itu, tidak terdapat hubungan yang nyata antara antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif. Mayoritas responden dengan ragam bauran promosi yang kategorinya rendah sudah memberikan ketertarikan, penilaian dan respon yang baik pada pengembangan produk edukasi lingkungan Ecofunopoly. Mereka merasa bahwa informasi yang terdapat pada media komunikasi pemasarannya sudah mampu membuat pembeli menjadi tertarik untuk mencari informasi lebih dalam tentang produk Ecofunopoly. Hubungan Antara Ragam Bauran Promosi Dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Pada Aspek Konatif Hubungan antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif diuji pada tabulasi silang. Hasil uji tabulasi silang disajikan pada Tabel 22. Tabel 28 Persentase hubungan antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif Ragam Bauran Promosi Total Rendah (persen) Sedang (persen) Sedang 81,0 19,0 100,0 Tinggi 63,6 36,4 100,0 Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.193, Nilai Signifikansi = 0.215 Tingkat Konatif
Hasil uji tabulasi silang pada Tabel 28 menunjukkan bahwa tingkat konatif pada responden berada pada kategori sedang berada pada ragam bauran promosi yang rendah yaitu sebesar 81 persen. Hal ini sama terjadi pada tingkat konatif yang tinggi berada pada ragam bauran promosi yang rendah yaitu sebesar 63,6 persen. Berdasarkan hasil tabulasi silang, tidak terdapat tingkat konatif pada kategori rendah. Adapun pada Tabel 28 dijelaskan hasil uji olahan hubungan antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif memiliki nilai korelasi sebesar 0,193 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang lemah. Menurut Sarwono (2009) menjelaskan bahwa jika hasil uji berada diantara nilai 0.10–0.29 maka terdapat korelasi atau hubungan yang lemah. Kemudian pada nilai signifikansi sebesar 0.215, nilai tersebut lebih besar dari α (0.05), artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara ragam bauran promosi dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif. Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media Dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Pada Aspek Kognitif Hubungan antara intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif dilihat berdasarkan uji tabulasi silang. Hasil dari uji tabulasi silang disajikan pada Tabel 29.
54
Tabel 29 Persentase hubungan antara intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif Tingkat Kognitif
Intensitas Penggunaan Media Sedang Tinggi Rendah (persen) (persen) (persen)
Total
Rendah
100,0
0
0
100,0
Sedang
80,0
13,3
6,7
100,0
Tinggi 28,6 28,6 42,9 100,0 Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.475**, Nilai Signifikansi = 0.001 (α=0.01) Berdasarkan hasil uji tabulasi silang pada Tabel 29 didapatkan data bahwa pada tingkat kognitif yang rendah memiliki bauran promosi yang rendah yaitu sebesar 100 persen. Pada tingkat kognitif yang sedang memiliki ragam bauran promosi yang sedang yaitu sebesar 80 persen dan pada tingkat kognitif yang tinggi memiliki ragam bauran promosi yang tinggi yaitu sebesar 42,9 persen. Berdasarkan hal tersebut tingkat kognitif pada responden dapat ditentukan melalui intensitas penggunaan media pada responden. Berdasarkan Tabel 29 hasil penelitian menggunakan uji korelasi rank spearman antara intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif, afektif, dan konatif. Pada hubungan intensitas penggunaan media dengan aspek kognitif menunjukkan bahwa nilai korelasi sebesar 0.475. Nilai tersebut menjelaskan bahwa terdapat korelasi atau hubungan yang signifikan. Hal ini dilihat dari antara intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek kognitif memiliki nilai signifikansi sebesar 0,001 nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata atau α sebesar 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa antara intensitas penggunaan media dengan aspek kognitif pada efektivitas komunikasi pemasaran terdapat hubungan yang nyata, memiliki korelasi yang kuat dan signifikan antar kedua variabel. Berdasarkan hasil uji statistik kedua variabel tersebut dapat dikatakan bahwa intensitas penggunaan media yang lebih tinggi akan meningkatkan pengetahuan atau aspek kognitif dari responden karena mereka menggali informasi secara rutin pada media yang digunakan oleh pihak Ecofunopoly. Responden akan lebih mengingat mengenai informasi produk maupun pesanpesan tentang lingkungan yang disampaikan pada media tersebut. Kemudian pada responden yang intensitas penggunaan media masih rendah akan mendapatkan informasi yang kurang atau cukup informasi namun pengetahuan mereka kurang beragam.
55
Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media Dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Pada Aspek Afektif Hubungan antara intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif dilihat berdasarkan uji tabulasi silang. Hasil dari uji tabulasi silang disajikan pada Tabel 30. Tabel 30 Persentase hubungan antara intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif Intensitas Penggunaan Media Tingkat Afektif
Rendah (persen)
Tinggi (persen)
Sedang (persen)
Total
Sedang
100
0
0
100,0
Tinggi
71,8
15,4
12,8
100,0
Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = 0.186, Nilai Signifikansi = 0.233 Hasil uji tabulasi silang pada Tabel 30 menunjukkan bahwa tingkat afektif yang sedang memiliki intensitas penggunaan media yang rendah yaitu 100 persen. Kemudian pada tingkat afektif yang tinggi memiliki intensitas penggunaan media yang sama rendahnya yaitu sebesar 71,8 persen. Sedangkan pada intensitas penggunaan media yang tinggi hanya terdapat 12,8 persen pada tingkat afektif yang tinggi. Pada uji korelasi rank spearman antara intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek afektif dapat dilihat bahwa nilai korelasi sebesar 0.186. Hal ini menurut Sarwono (2009) menjelaskan bahwa jika hasil uji nilai korelasi berada diantara nilai 0.1-0.29 maka terdapat korelasi atau hubungan yang lemah. Selain itu, nilai signifikansinya ialah sebesar 0.233, nilai tersebut lebih besar dari taraf nyata sebesar 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut tidak signifikan. Sehingga variabel intensitas penggunaan media dengan aspek afektif pada efektivitas komunikasi pemasaran tidak memiliki hubungan yang nyata. Hal ini mrnunjukkan bahwa mayoritas responden dengan intensitas penggunaan media yang rendah, sedang, dan tinggi sudah memiliki ketertarikan pada produk Ecofunopoly. Informasi yang terdapat pada media pemasaran Ecofunopoly sudah cukup untuk menarik perhatian dan menilai produk Ecofunopoly.
56
Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media Dengan Efektivitas Komunikasi Pemasaran Produk Edukasi Lingkungan Ecofunopoly Pada Aspek Konatif Hubugan antara intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif diuji berdasarkan uji tabulasi silang. Hasil dari tabulasi silang disajikan pada Tabel 31. Tabel 31 Persentase hubungan antara intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif Intensitas Penggunaan Media Tingkat Konatif Total Rendah (persen) Sedang (persen) Tinggi (persen) Sedang 71,4 19,0 9,5 100,0 Tinggi 77,3 9,1 13,6 100,0 Uji Rank Spearman: Nilai Koefisien Korelasi = -0.047, Nilai Signifikansi = 0.767 Hasil tabulasi silang pada Tabel 31 menunjukkan bahwa tingkat konatif pada responden di kategori sedang berada pada intensitas penggunaan media yang rendah yaitu sebesar 71,4 persen. Kemudian pada tingkat konatif yang tinggi juga sama memiliki intensitas penggunaan media yang rendah. Pada Tabel 31 dijelaskan hasil uji korelasi antara ragam intensitas penggunaan media dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada aspek konatif memiliki nilai korelasi sebesar -0.047. Menurut Sarwono (2009) jika nilai tersebut berada pada nilai 0.01-0.09 maka terdapat korelasi atau hubungan yang sangat lemah atau yang kurang berarti. Nilai tersebut memiliki hubungan yang negatif. Nilai korelasi yang negatif dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel tersebut tidak searah atau terbalik. Pada nilai signifikansinya menunjukkan angka sebesar 0,767, nilai tersebut merupakan lebih besar dari taraf nyata sebesar 0.05. Hal ini dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut tidak signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa antara intensitas penggunaan media dengan aspek konatif pada efektivitas komunikasi pemasaran tidak memiliki hubungan yang nyata. Intensitas penggunaan media pada responden tidak menentukan tingkat aspek konatif atau aspek sikap responden. Tingkat intensitas penggunaan media pada kategori rendah, sedang, maupun tinggi telah memberikan tindakan yang positif seperti menginformasikan kembali, membeli kembali produk Ecofunopoly.
57
Pada penelitian ini, efektivitas komunikasi pemasaran tidak semata-mata hanya ditentukan oleh ragam bauran promosi dan intensitas penggunaan media karena ditemukan beberapa pendapat dari responden bahwa identitas produk seperti logo produk, kemasan produk, desain produk, ukuran produk yang dapat membuat calon konsumen tertarik dan memiliki keinginan untuk membeli produk Ecofunopoly. “...selain unik, produk Ecofunopoly juga salah satu produk yg dapat memanfaatkan barang2 bekas dan memberi dampak pengetahuan terhdap lingkungan...” (SW, perempuan, 22 tahun) “...desainnya sudah bagus dan menarik terlebih untuk anak anak...” (MRA, perempuan, 21 tahun)
58
59
PENUTUP
Simpulan Hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Karakteristik komunikasi pemasaran Ecofunopoly yang diukur berdasarkan ragam bauran promosi memiliki ragam bauran promosi yang rendah karena tidak banyak yang menggunakan seluruh ragam bauran promosi Ecofunopoly. Ragam bauran promosi yang cukup banyak digunakan yaitu hanya media sosial facebook, informasi dari kerabat, dan presentasi dari produsen Ecofunopoly. Pada karakteristik komunikasi pemasaran Ecofunopoly yang diukur berdasarkan intensitas penggunaan media masih berada dalam kategori rendah karena responden tidak secara rutin mendapatkan informasi tentang Ecofunopoly dan Ecofunopoly memberikan perbaharuan informasi-informasi yang sama pada setiap media yang digunakan. 2. Efektivitas komunikasi pemasaran pada Ecofunopoly sudah cukup efektif dalam mencapai tujuan komunikasi pemasarannya. Hal ini dilihat pada aspek kognitif yang berada di kategori sedang, aspek afektif dan konatif berada di kategori tinggi. 3. Hasil penelitian mengenai hubungan karakteristik komunikasi pemasaran dengan efektivitas komunikasi pemasaran pada Ecofunopoly menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara ragam bauran promosi dengan aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif. Pada karakteristik komunikasi pemasaran pada intensitas penggunaan media memiliki hubungan dengan apsek kognitif pada efektivitas komunikasi pemasaran. Hal ini karena semakin banyak konsumen menggali informasi tentang Ecofunopoly maka akan meningkatkan pengetahuannya. Sedangkan pada intensitas penggunaan media dengan aspek afektif dan aspek konatif tidak memiliki hubungan yang nyata. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran yang dapat diberikan yaitu sebagai berikut: 1. Ragam bauran promosi dan intensitas penggunaan media yang yang masih rendah dapat ditingkatkan dengan melakukan penggunaan jasa-jasa iklan yang berbayar seperti pada media cetak majalah atau koran untuk meningkatkan minat pada calon pembeli sekaligus mengenalkan permainan edukasi lingkungan karya anak Indonesia. Selain itu, Pihak Ecofunopoly menggencarkan promosinya dengan melakukan kerjasama pada instansi pemerintah, LSM, dan institusi. Permainan Ecofunopoly ini cocok untuk anak-anak hingga dewasa sehingga alangkah baiknya mempromosikan dengan mengunjungi sekolah-sekolah.
60
2. Untuk meningkatkan tingkat kognitif, pihak Ecofunopoly sebaiknya menyampaikan informasi pada media promosinya secara berkala atau setiap hari dengan penempatan waktu yang tepat dan isi dari informasi tersebut diharapkan bervariatif tidak hanya mempromosikan produk saja namun lebih banyak menginformasikan tentang hal-hal yang berhubungan mengenai lingkungan seperti hari lingkungan, isu-isu lingkungan, tips dan trik agar calon pembeli/pembeli tidak hanya mendapatkan informasi namun pengetahuan mengenai lingkungan dan memperluas pemasarannya pada toko-toko sehingga pembeli tidak harus mendapatkan produk secara online saja namun bisa langsung membeli di tempat. 3. Meskipun pemasaran Ecofunopoly sudah cukup efektif, produk mainan Ecofunopoly sebaiknya meningkatkan promosi dengan membuat beberapa event online seperti diskon pada hari-hari khusus, memberikan bonus jika meembeli lebih dari satu buah hingga mengadakan giveaway di media sosialnya untuk mengenalkan produk ini secara lebih luas sehingga masyarakat yang tidak mengenal produk ini menjadi tertarik hingga ingin membeli produk Ecofunopoly.
61
DAFTAR PUSTAKA Abdullah T, Tantri F. 2012. Manajemen Pemasaran. Jakarta (ID): Rajawali Press. 255 hal. Almaulidta, a, Suharyono, Yulianto E. 2015. Pengaruh Green Brand Terhadap Keputusan Pembelian Dan Kepuasan Konsumen. [Internet]. [Diunduh tanggal 21 September 2015]. 3(1). Dapat diunduh dari: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=119337&val=5455 Cangara, H. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta (ID) Raja Grafindo Persada Dongoran N, Sarma M, Suharjo B. 2015. Strategi Pemasaran Produk Mainan Anak-Anak dari Limbah Kayu PT Safira Tumbuh Berkembang. [Internet]. [diunduh tanggal 8 September 2015]. 10(1) : 59-72. Dapat diunduh dari: Http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/article/viewFile/9472/10-8 Kotler P, Armstrong G. 1997. Dasar-dasar Pemasaran Principles of Marketing 7e. Edisi Ke-7 (Alih bahasa dari Bahasa Inggris oleh Alexander Sindoro). Edisi 7, Jilid 1. Jakarta(ID)PT Prenhallindo. [Judul asli: Principles of Management, Seventh Edition]. 385 hal. Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi Ke-13 (Alih bahasa dari Bahasa Inggris oleh Sabran B). Edisi 13. Jilid 2. Jakarta (ID): Erlangga. [Judul asli: Marketing Management, Thirteenth Edition]. 306 hal. Kusumastuti YI. 2009. Komunikasi Bisnis. Bogor (ID): IPB Press. 201 hal Morissan. 2007. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Tangerang(ID): Ramdina Perkasa Mugniesyah, SS. 2009. Materi Kuliah Pendidikan Orang Dewasa 3 Maret 2009 (Hasil Revisi Buku Tahun 2006) Rangkuti F. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif. Jakarta(ID)PT Gramedia Pustaka Utama. 287 hal. Sarwono J. 2009. Statistik Itu Mudah: Panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta (ID): Andi Offset. Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Edisi ke-5 (Alih bahasa dari Bahasa Inggris oleh Dwi Kartini Yahya). Edisi 5. Jilid 2. Jakarta(ID): Erlangga. [Judul asli: Supplemental Aspect of Integrated masrketing Communications, 5th Ed] Tjiptono F. 2008. Strategi Pemasaran. Yogyakarta(ID): CV Andi Offsset. 588 hal. Tubbs, Stewart L and Moss Sylvia. 1996. Human Communication. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2009 tentang pengelolaan sampah. 2009. [Internet]. [Diunduh tanggal 8 November 2015]. Dapat diunduh dari : http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/fl58282/node/29086 Usman YV, Suharjo B, Kadarisman D. 2010. Analisis Kepuasan Pelanggan Dalam Meningkatkan Kinerja Mutu Atribut Produk Mainan Edukatif (Studi Kasus: Produk „Shofia Toys‟). [Internet]. [Diunduh tanggal 22 September 2015]. 5(2): 90-99. Dapat diunduh dari: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/5975
62
Winistuti, DR. 2011. Efektivitas Komunikasi Pemasaran Honey Madoe Di Lingkungan Kampus IPB Dramaga [Skripsi]. Bogor[ID]: Institut Pertanian Bogor.
63
LAMPIRAN
64
Lampiran 1 Denah Lokasi Penelitian Produsen Ecofunopoly di Ciawi, Kota Bogor, Jawa Barat
Rumah produksi Ecofunopoly Ciawi, Bogor, Jawa Barat.
65
Lampiran 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2016 Kegiatan Penyusunan Proposal Skripsi Uji Petik dan Revisi Proposal Skripsi Kolokium Pengambilan Data Lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi
Januari
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
66
Lampiran 3Daftar Nama Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Nama HK JPS SW MRA DS LAS AMA MAH SS LIM WRD RPA CR DAP NLA IY SM YR SW LRM MY MN GML DH DAP CD EP DJI BN ASP YN NE FH HF BR BJ UW ENA DA DHZ AF ENA AAP
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan
Usia 30 18 22 21 21 27 21 21 21 22 22 20 29 25 24 52 28 32 40 27 37 19 25 34 25 33 24 28 26 21 22 28 29 29 26 34 22 18 54 22 46 18 22
67
Lampiran 4. Panduan pertanyaan wawancara untuk informan (Pihak produsen Ecofunopoly) Hari/Tanggal Wawancara : Lokasi Wawancara
:
Nama Informan
:
Pekerjaan/Jabatan
:
Pertanyaan Penelitian
:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Bagaimana sejarah awal berdirinya Ecofunopoly ini? Apa visi dan misi Ecofunopoly ini? Apa arti dari nama merek Ecofunopoly itu sendiri? Berapa modal awal anda dalam memulai usaha ini? Apa saja kesulitan atau hambatan saat menjalankan usaha ini? Berapa omset penjualan produk Ecofunopoly buah per tahunnya? Berapakah keuntunganyang anda dapatkan dalam periode waktu satu tahun? Berapa pekerja yang mengelola dan membuat produk Ecofunopoly? Dari mana saja asal para pekerja tersebut? Apakah anda pernah mendapatkan bantuan dana hibah wirausaha? Seperti apa cara pemasaran yang dijalankan oleh pihak produsen Ecofunopoly ? Apa kendala dalam pemasaran produk Ecofunopoly? Siapa saja sasaran pembeli produk Ecofunopoly? Sudah sampai mana atau sejauh mana produk Ecofunopoly dipasarkan? Apakah produk Ecofunopoly anda menyiapkan ready stock? Apakah penjualan produk Ecofunopoly selalu meningkat per-tahunnya? Apakah Anda mendapatkan pelatihan mengenai pemasaran dari instansi – instansi atau perusahaan tertentu? Apakah pemasaran produk Ecofunopoly dikatakan unik? Jika Ya, mengapa? Media-media apa saja yang digunakan dalam pemasaran produk Ecofunopoly? Apa saja media sosial yang anda gunakan untuk pemasaran produk Ecofunopoly? Siapakah yang mengelola media-media tersebut? Berapa frekuensi intensitas pembaharuan informasi produk Ecofunopoly pada media sosial? Apakah anda akan menambah media pemasaran produk Ecofunopoly? Bagaimana respon konsumen yang anda terima tentang media pemasaran yang anda gunakan saat ini? Bagaimana perkembangan pemasaran produk Ecofunopoly melalui media-media promosi? Dilihat dari cara pencatatan nama-nama pembeli Ecofunopoly, apakah anda mempertahankan ikatan antara produsen dengan pembeli Ecofunopoly? Mengapa?
68
27. Apa inovasi yang akan anda kembangkan untuk pengembangan produk Ecofunopoly selanjutnya?
69
Lampiran 5. Dokumentasi
Logo Ecofunopoly
Produk Ecofunopoly
Proses pembuatan produk Ecofunopoly
70
Perkenalan Ecofunopoly kepada anak-anak di dalam negeri dan luar negeri
Bentuk-bentuk promosi Ecofunopoly
71
Media pemasaran Ecofunopoly
72
Lampiran 6. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman dan Chi-Square
Correlations Bauran_Total Correlation Coefficient Bauran_Total
Kognitif_Total
1,000
,163
.
,297
43
43
Correlation Coefficient
,163
1,000
Sig. (2-tailed)
,297
.
43
43
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Kognitif_Total
N
Correlations Bauran_Total 1,000
,199
.
,200
43
43
Correlation Coefficient
,199
1,000
Sig. (2-tailed)
,200
.
43
43
Correlation Coefficient Bauran_Total
Afektif_Total
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Afektif_Total
N
Correlations Bauran_Total 1,000
,193
.
,215
43
43
Correlation Coefficient
,193
1,000
Sig. (2-tailed)
,215
.
43
43
Correlation Coefficient Bauran_Total
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Konatif_Total
Konatif_Total
N
73
Correlations
Correlation Coefficient Intensitas_Total
Intensitas_Total
Kognitif_Total
1,000
,475
Sig. (2-tailed) N
.
,001
43
43
**
1,000
,001
.
43
43
Spearman's rho Correlation Coefficient Kognitif_Total
Sig. (2-tailed) N
**
,475
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations Intensitas_Total Correlation Coefficient Intensitas_Total
Afektif_Total
1,000
,186
.
,233
43
43
Correlation Coefficient
,186
1,000
Sig. (2-tailed)
,233
.
43
43
Intensitas_Total
Konatif_Total
Sig. (2-tailed) N
Spearman's rho Afektif_Total
N
Correlations
Correlation Coefficient Intensitas_Total
Sig. (2-tailed) N
1,000
-,047
.
,767
43
43
-,047
1,000
,767
.
43
43
Spearman's rho Correlation Coefficient Konatif_Total
Sig. (2-tailed) N
74
Chi-Square Tests Value
Pearson Chi-Square Continuity Correction
df
Likelihood Ratio
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
,010
4,754
1
,029
6,165
1
,013
6,671 b
Asymp. Sig. (2-
Fisher's Exact Test
,017
Linear-by-Linear
6,516
1
,011
Association N of Valid Cases
43
a. 1 cells (25,0 persen) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,79. b. Computed only for a 2x2 table
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
a
2
,352
Likelihood Ratio
3,211
2
,201
Linear-by-Linear
2,021
1
,155
Pearson Chi-Square
2,086
Association N of Valid Cases
43
a. 4 cells (66,7 persen) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,16.
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
a
4
,646
Likelihood Ratio
3,485
4
,480
Linear-by-Linear
,733
1
,392
Pearson Chi-Square
2,491
Association N of Valid Cases
43
a. 7 cells (70,0 persen) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,56.
,017
75
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2sided)
a
8
,267
Likelihood Ratio
9,923
8
,270
Linear-by-Linear
,372
1
,542
Pearson Chi-Square
9,977
Association N of Valid Cases
43
a. 13 cells (86,7 persen) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,23.
76
RIWAYAT HIDUP Inna Rahmawati dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 Oktober 1994 adalah anak kedua dari pasangan Apendi Arsyad dan Sudarijati. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah SD Amaliah periode 2000-2004, SDN Lawanggintung 1 Bogor periode 2005-2006, SMPN 1 Ciawi periode 2007-2009, SMAN 1 Ciawi 2009-2012. Pada tahun 2012, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Tulis. Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif dalam mengikuti kegiatan di dalam kampus. Penulis aktif sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara IPB Agria Swara yang pernah menjabat sebagai anggota divisi PSDM pada masa kepengurusan periode 2013-2014. Penulis juga aktif sebagai penyanyi di berbagai acara yang diikuti oleh PSM IPB Agria Swara dan aktif menjadi panitia dalam kegiatan yang diadakan oleh Agria Swara yaitu sebagai Ketua Divisi Hubungan Masyarakat (Humas) pada tahun 2013 dan 2014, , anggota Divisi Logistik dan Kesra pada tahun 2014, anggota Divisi Acara pada tahun 2014, anggota Divisi Dana Usaha (danus) pada tahun 2014, Ketua Divisi Logistik dan Kesra pada tahun 2015 dan anggota Divisi Kesejahteraan Masyarakat (Kesra) pada tahun 2015. Perlombaan paduan suara yang diikuti bersama Agria Swara antara lain : “50th Montreux Choral Festival di Montreux, Swiss dan 60th Fleischmann International Trophy Competition”di Cork, Irlandia tahun 2014 dan berhasil meraih juara ke-3 di Swiss &P.E.A.C.E Award di Irlandia, kemudian Lomba Paduan Suara Dewasa Wanita pada Festival Paduan Suara ITB XXIV di Bandung tahun 2015 yang berhasil meraih Medali Emas dan “The 13th International Choir Contest of Flanders – Maasmechelen”di Belgia tahun 2015 yang berhasil meraih juara ke-3. Penulis pun pernah mendapat penghargaan mahasiswa berprestasi mewakili Fakultas Ekologi Manusia pada Tahun 2013-2014.