PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DENGAN LUAS PENAMPANG FUNGSI POSISI BERPENAMPANG KAPSUL KASUS SATU DIMENSI PADA KEADAAN TAK TUNAK
SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin
oleh : ANDREW WILLIAM MAYOR NIM : 125214087
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFFECTIVENESS AND EFFICIENCY OF ONE DIMENSIONAL CAPSULE FIN WITH SECTIONAL AREA FUNCTION OF POSITION IN UNSTEADY STATE CONDITION
FINAL PROJECT As partial fullfilment of the requirement to obtain Sarjana Teknik Mesin degree
by : ANDREW WILLIAM MAYOR Student Number : 125214087
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2016
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DENGAN LUAS PENAMPANG FUNGSI POSISI BERPENAMPANG KAPSUL KASUS SATU DIMENSI PADA KEADAAN TAK TUNAK
Disusun oleh :
Andrew William Mayor NIM : 125214087
Telah disetujui oleh : Dosen Pembimbing Skripsi
Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T.
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI SIRIP DENGAN LUAS PENAMPANG FUNGSI POSISI BERPENAMPANG KAPSUL KASUS SATU DIMENSI PADA KEADAAN TAK TUNAK Dipersiapkan dan disusun oleh : NAMA
: ANDREW WILLIAM MAYOR
NIM
: 125214057
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 18 Juli 2016 Susunan Dewan Penguji Nama Lengkap
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Drs. Vet. Asan Damanik , M.Si.
..............................
Sekretaris
: Budi Setyahandana, S.T., M.T.
..............................
Anggota
: Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T.
..............................
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Yogyakarta, 18 Juli 2016 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Dekan
Sudi Mungkasi, Ph.D.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah digunakan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 18 Juli 2016
Andrew William Mayor
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama
: Andrew William Mayor
Nomor Mahasiswa
: 125214087
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul : Efektivitas dan Efisiensi Sirip dengan Luas Penampang Fungsi Posisi Berpenampang Kapsul Kasus Satu Dimensi Pada Keadaan Tak Tunak Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media yang lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya namun memberikan royalty kepada saya selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 18 Juli 2016 Yang menyatakan,
Andrew William Mayor
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Sirip merupakan piranti yang sangat penting dalam proses kerja suatu mesin. Sirip berfungsi sebagai media pelepas kalor atau media pendingin pada mesin yang bekerja dengan cara memperbesar luasan suatu mesin. Dengan luasan mesin yang semakin besar, maka perpindahan panas yang terjadi pun semakin cepat. Tujuan dari penelitian ini adalah a) Mengetahui pengaruh panjang sisi dua dasar penampang sirip terhadap distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk kasus 1 dimensi, keadaan tak tunak dengan luas penampang kapsul yang berubah terhadap posisi. b) Mengetahui pengaruh sudut kemiringan sirip terhadap distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk kasus 1 dimensi, keadaan tak tunak dengan luas penampang kapsul yang berubah terhadap posisi. c) Mengetahui pengaruh jenis material bahan sirip terhadap distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk kasus 1 dimensi, keadaan tak tunak dengan luas penampang kapsul yang berubah terhadap posisi. Perhitungan distribusi suhu pada penelitian dilakukan dengan menggunakan metode komputasi, dengan metode beda cara hingga eksplisit. Sirip mempunyai massa jenis ρ,konduktivitas termal bahan k, dan kalor jenis c yang diasumsikan homogen dan tidak berubah terhadap suhu. Suhu dasar sirip, Tb = 100 ̊C dan dipertahankan tetap dari waktu ke waktu, pada saat t=0, suhu awal disetiap volume kontrol merata sebesar T=Ti=100 ̊C, dan suhu fluida diasumsikan 30 ̊C. Variasi dari penelitian ini adalah panjang sisi dua dasar penampang sirip, sudut kemiringan sirip, dan material bahan sirip. Hasil penelitian terhadap sirip dengan penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi adalah a) Semakin besar panjang sisi dua dasar sirip, maka laju aliran kalornya akan semakin besar, namun efisiensi dan efektivitasnya semakin rendah. b) Semakin besar sudut kemiringan suatu sirip, maka laju aliran kalornya akan semakin kecil, dan nilai efisiensi pada awal-awal lebih rendah dibandingkan sirip dengan sudut kemiringan kecil, namun seiring berjalannya waktu hingga keadaan tunak nilai efisiensinya justru semakin tinggi, sedangkan nilai efektivitasnya dari waktu ke waktu hingga mencapai keadaan tunak semakin kecil. c) Semakin besar difusivitas termal suatu bahan, maka laju aliran kalor yang didapat sirip semakin besar pula. Selain nilai laju aliran kalor yang semakin besar, semakin besar difusivitas termal suatu bahan juga akan menghasilkan nilai efisiensi dan efektivitas yang semakin besar pula. Kata kunci : perpindahan kalor, sirip, distribusi suhu
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Fin is one of the most important device in a machine. Fin serves as a media release heat or cooling medium and also Fin can extend the surface of the machine, so machine can cooling down faster than before while it make some works. If the machine’s surface extended, the heat transfer can occur faster than before. The purposes of this experiment are : a) Determine the effect of fin’s two base length on heat distributions, heat transfers, efficiency, and effectiveness in drop-shaped capsule fin in one dimensional case and in unsteady state condition. b) Determine the effect of fin’s oblique angle on heat distributions, heat transfers, efficiency, and effectiveness in drop-shaped capsule fin in one dimensional case and in unsteady state condition. c) Determine the effect of fin’s materials on heat distributions, heat transfers, efficiency, and effectiveness in drop-shaped capsule fin in one dimensional case and in unsteady state condition. The calculation of heat distributions in this experiment was done by computational method and numerical simulation, with finite-difference method. Fin’s material have density ρ, thermal conductivity k, and specific heat c which are considered uniform and unchanging from time to time. The temperature of fin’s base, Tb =100˚C and remained unchanging as the time goes by. At t=0 s, the initial temperature in every control volume of fin are considered uniform, which are T=Ti, while the temperature of air around the fin is fixed at T∞ = 30˚C. Variations used in this experiment are fin’s two base length, fin’s oblique angle, and fin’s materials. The experiment of this rectangular drop-shaped fin gave the exact results :a) the longer fin’s base length, the higher heat transfers but the efficiency and effectiveness of the fin become lower. b) the higher fin’s oblique angle, the higher the fin’s efficiency, while heat transfers and effectiveness of the fin shows decreased trends. c) the higher the thermal difusivity of fin’s materials, the value of heat transfer, efficiency, and effectiveness of the fin shows increased trends. Key words : heat transfer, fin, heat distributions.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib bagi setiap mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma untuk mendapatkan gelar S1 Teknik Mesin. Berkat bimbingan, nasihat, dan doa yang diberikan oleh berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan, penulis mengucapkan terima kasih sbesar-besarnya kepada : 1. Sudi Mungkasi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi . 3. Lodwyk Mayor dan Sri Utami sebagai kedua orang tua saya yang selalu memberi semangat baik berupa materi maupun spiritual. 4. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma atas semua ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama perkuliahan. 5. Seluruh Tenaga Kependidikan Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi yang telah membantu penulis selama perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi ini
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
Griffith Rendy Patileuw, Ignatius Rio C.B, Bernardus Morgan W, Daniel Hutahaean, Karel Giovani, Laurensius Praba A, Tito Dwi Nugroho, Santayan Pangaribuan, Yosef Supriadi dan semua teman-teman Teknik Mesin dan pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan moril maupun material sehingga proses penyelesaian skripsi ini berjalan dengan lancar. Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidaklah
sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini di kemudian hari. Akhirnya, besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 18 Juli 2016
Penulis
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
TITLE PAGE ..............................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................
vi
ABSTRAK .................................................................................................
vii
ABSTRACT ………………………………………………………………
viii
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ix
DAFTAR ISI .............................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xvi
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xxii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1
1.1
Latar Belakang ....................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah ...............................................................
2
1.3
Tujuan Penelitian .................................................................
3
1.4
Batasan Penelitian ...............................................................
4
1.4.1
Benda Uji ................................................................
4
1.4.2
Model Matematik ....................................................
5
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.4.3
Kondisi Awal ..........................................................
6
1.4.4
Kondisi Batas ..........................................................
6
1.4.5
Asumsi ....................................................................
7
Manfaat Penelitian ...............................................................
8
BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA ..........................
9
1.5
2.1
Definisi Perpindahan Panas .................................................
9
2.2
Perpindahan Panas Konduksi ..............................................
10
2.3
Konduktivitas Termal Material ...........................................
11
2.4
Perpindahan Panas Konveksi ..............................................
12
2.4.1
Konveksi Bebas ......................................................
15
2.4.1.1
Bilangan Rayleigh ……………………..
16
2.4.1.2
Bilangan Nusselt …………………….....
17
Konveksi Paksa .......................................................
17
2.4.2.1
Aliran Laminer ………………………...
18
2.4.2.2
Aliran Turbulen ………………………..
18
2.4.2.3
Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Paksa …...................................................
19
2.5
Perpindahan Panas Radiasi ..................................................
21
2.6
Sirip .....................................................................................
22
2.7
Persamaan Numerik ............................................................
23
2.7.1 Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol .........
23
2.7.2 Persamaan Numerik Untuk Perhitungan Suhu ........
25
2.4.2
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.8
2.7.2.1
Persamaan Numerik Pada Dasar Sirip .....
26
2.7.2.2
Persamaan Numerik di Tengah Sirip .......
27
2.7.2.3
Persamaan Numerik Pada Ujung Sirip ....
32
Penerapan Rumus Dalam Persoalan ....................................
38
2.8.1
Mencari Sisi dan Luas Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi .........................................
38
Mencari Luas Selimut Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi .........................................
40
Mencari Volume Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi .........................................
41
Laju Perpindahan Panas ......................................................
42
2.10 Efisiensi Sirip ......................................................................
43
2.11 Efektivitas Sirip ...................................................................
44
2.12 Tinjauan Pustaka .................................................................
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................
47
2.8.2
2.8.3
2.9
3.1
Obyek Penelitian .................................................................
47
3.2
Alur Penelitian .....................................................................
48
3.3
Alat Bantu Penelitian ...........................................................
50
3.4
Variasi Penelitian ................................................................
50
3.5
Langkah- Langkah Penelitian ..............................................
51
3.6
Cara Pengambilan Data .......................................................
52
3.7
Cara Pengolahan Data .........................................................
52
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3.8
Cara Menyimpulkan ............................................................
53
BAB IV HASIL PENELITIAN, PERHITUNGAN, DAN PEMBAHASAN..........................................................................
54
4.1
Hasil Perhitungan dan Pengolahan Data ............................. 4.1.1
4.1.2
54
Hasil Perhitungan untuk Variasi Material Bahan Sirip........................................................................
54
4.1.1.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Material Bahan Sirip …..........................................
55
4.1.1.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Material Bahan Sirip ……………..........................
58
4.1.1.3 Efisiensi untuk Variasi Material Bahan Sirip .........................................................
59
4.1.1.4 Efektivitas untuk Variasi Material Bahan Sirip.........................................................
60
4.1.1.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Material Bahan Sirip Saat Keadaan Tunak …..................................................
61
Hasil Perhitungan untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip....................................................
64
4.1.2.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip .....................................
65
4.1.2.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip ….................................
68
4.1.2.3 Efisiensi untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip......................................
69
4.1.2.4 Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip …………………….....
70
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4.1.2.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Saat Keadaan Tunak …..................................................
71
Hasil Perhitungan untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip .........................................
74
4.1.3.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip ………
75
4.1.3.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip ………
78
4.1.3.3 Efisiensi untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip ………...............
79
4.1.3.4 Efektivitas untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip ……………
80
4.1.3.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Saat Keadaan Tunak...............................
81
Pembahasan .........................................................................
84
4.2.1
Pembahasan untuk Variasi Material Bahan Sirip..
84
4.2.2
Pembahasan Perhitungan untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip ………………………………...
90
Pembahasan Perhitungan untuk Variasi Sisi Dua Dasar Penampang Sirip ………............................
94
Pembahasan Perbandingan Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Literatur dan Hasil Penelitian Untuk Keadaan Tunak………………....................
99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
106
4.1.3
4.2
4.2.3
4.2.4
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5.1
Kesimpulan ..........................................................................
106
5.2
Saran ....................................................................................
108
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
110
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Geometri Benda Uji ..........................................................
5
Gambar 2.1
Proses Perpindahan Panas Konduksi ................................
10
Gambar 2.2
Proses Perpindahan Kalor Konveksi ................................
13
Gambar 2.3
Aliran Laminer, Transisi dan Turbulen ............................
19
Gambar 2.4
Berbagai Jenis Bentuk Sirip .............................................
22
Gambar 2.5
Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol Sirip .........
24
Gambar 2.6
Pembagian Volume Kontrol Dalam Sirip ………............
26
Gambar 2.7
Kesetimbangan Energi Pada Node di Dasar Sirip atau di Batas Kiri Sirip..................................................................
27
Gambar 2.8
Kesetimbangan Energi Pada Node di Dalam Sirip ……..
28
Gambar 2.9
Kesetimbangan Energi Pada Node yang Terletak di Batas Kanan atau Diujung Sirip .......................................
33
Pengecilan Sisi Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi ................................................................
38
Luas Selimut Sirip Penampang Kapsul yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi ..................................................
40
Volume Sirip Berpenampang Kapsul yang Luasnya Luasnya Berubah Terhadap Posisi ...................................
41
Gambar 2.13
Efisiensi Sirip Silinder, Segi-tiga, dan Siku-empat ..........
44
Gambar 3.1
Obyek Penelitian ...............................................................
47
Gambar 2.10
Gambar 2.11
Gambar 2.12
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 3.2
Diagram Alir Penelitian .....................................................
49
Gambar 4.1
̊ Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 1s........................................................................
55
̊ Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 25s......................................................................
56
̊ Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 50s.....................................................................
56
̊ Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 75s......................................................................
57
̊ Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 100s....................................................................
57
̊ Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 120s...................................................................
58
Laju Aliran Kalor Dari Waktu Ke Waktu dengan Variasi Material Bahan Sirip; h = 250 W/m2 ̊ C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m; L = 0.099 m.....
59
Efisiensi dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Material ̊ Bahan Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m; L = 0.099 m ……………………………………...
60
Efektivitas dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Material ̊ Bahan Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m ; L = 0.099 m ……………………………………..
61
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Gambar 4.19
Distribusi Suhu Saat Keadaan Tunak Pada Sirip; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m ; L = 0,099 m; ………………………...........
62
Laju Aliran Kalor Saat Kondisi Tunak dengan Variasi ̊ Material Bahan Sirip; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m ; L = 0.099 m....
63
Efisiensi Saat Kondisi Tunak dengan Variasi Material Bahan Sirip; h = 250 W/m2 ̊ C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m ; L = 0.099 m …………..
63
Efektivitas Saat Kondisi Tunak dengan Variasi Material Bahan Sirip; h = 250 W/m2 ̊ ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m ; L = 0.099 m …………..
64
Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium ; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 1 s ……………………........
65
Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 25 s ……………………………...
66
Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium ; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 50 s …………………………
66
Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 75 s ……………………….
67
Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 100 s ………………………
67
Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0.01 m; L = 0.099 m saat t = 120 s ………………………...
68
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.20
Gambar 4.21
Gambar 4.22
Gambar 4.23
Gambar 4.24
Gambar 4.25
Gambar 4.26
Gambar 4.27
Gambar 4.28
Laju Aliran Kalor dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0.01 m; L = 0.099 m ………………..............................
69
Efisiensi dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0.01 m; L = 0.099 m …………………………………….
70
Efektivitas dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0.01 m; L = 0.099 m …………………………………….
71
Distribusi Suhu Saat Keadaan Tunak Pada Sirip; Bahan ̊ Alumunium; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; ……………….
72
Laju Aliran Kalor Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0.01 m; L = 0.099 m …………………..........................
73
Efisiensi Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0.01 m; L = 0.099 m …………………………………….
73
Efektivitas Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0.01 m; L = 0.099 m ……………………………………..
74
Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium ; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 1 s …………………........................
75
Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 25 s …………………………..........
76
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.29
Gambar 4.30
Gambar 4.31
Gambar 4.32
Gambar 4.33
Gambar 4.34
Gambar 4.35
Gambar 4.36
Gambar 4.37
Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 50 s ………………………...............
76
Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 ̊ W/m2 C; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 75 s ………………………………...
77
Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 100 s …………………………….....
77
Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 ̊ W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 120 s ………………………………
78
Laju Aliran Kalor dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan ̊ Alumunium ; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m ……………………......
79
Efisiensi dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan ̊ Alumunium ; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m ......................................
80
Efektivitas dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan ̊ Alumunium ; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m ……………………
81
Distribusi Suhu Pada Saat Tunak; Bahan Alumunium ; h ̊ = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; ……………………………………..
82
Laju Aliran Kalor Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan ̊ Alumunium; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0.099 m ………………………
83
xxi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.38
Gambar 4.39
Gambar 4.40
Gambar 4.41
Gambar 4.42
Efisiensi Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan ̊ Alumunium; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0.099 m …………....................
83
Efektivitas Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan ̊ Alumunium ; h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0.099 m ………………………
84
Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip Silinder, Segi-tiga dan Siku-empat dari Buku Cengel (1998) …….
102
Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip Berpenampang Kapsul yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi yang Ditinjau Dalam Penelitian …………………
103
Perbandingan Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip Berpenampang Kapsul yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi yang Ditinjau Dalam Penelitian dengan Sirip Silinder yang Terdapat Pada Literatur ……………
103
xxii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Nilai Konduktivitas Termal Berbagai Bahan ....................
12
Tabel 2.2
Nilai Kira-Kira Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi ...
14
Tabel 2.3
Nilai Konstanta C dan n Untuk Bentuk Silinder ................
20
Tabel 2.4
Nilai Konstanta C dan n pada Benda dengan Bentuk Penampang bukan Lingkaran..............................................
20
Tabel 4.1
Laju Aliran Kalor untuk Variasi Material Bahan Sirip........
58
Tabel 4.2
Efisiensi untuk Variasi Material Bahan Sirip......................
59
Tabel 4.3
Efektivitas untuk Variasi Material Bahan Sirip ..................
60
Tabel 4.4
Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Material Bahan Sirip saat Kondisi Tunak ...........................
62
Tabel 4.5
Laju Aliran Kalor untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip...
68
Tabel 4.6
Efisiensi untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip ................
69
Tabel 4.7
Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip .............
70
Tabel 4.8
Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Saat Keadaan Tunak ………........
72
Laju Aliran Kalor untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip ................................................................
78
Efisiensi untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip ................................................................
79
Efektivitas untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip ................................................................
80
Nilai Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Saat Keadaan Tunak …..............................................................
82
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
xxiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.13
Tabel 4.14
Nilai Konduktivitas Termal, Massa Jenis, Kalor Jenis, dan Difusivitas Termal Masing-Masing Variasi Bahan Material Sirip yang Ditinjau ……………………………..
85
Perbandingan Nilai Efisiensi Pada Sirip yang Ditinjau Dalam Penelitian dengan Sirip Silinder Yang Terdapat Dalam Buku Cengel (1998) ……………………………..
104
xxiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperatur pada suatu mesin menjadi salah satu faktor penyebab seringnya terjadi gangguan karena saat suatu mesin bekerja atau beroperasi perubahan yang nyata terjadi dan dapat diketahui secara langsung adalah perubahan yang signifikan terhadap temperatur mesin tersebut. Ketika mesin beroperasi atau melakukan suatu pekerjaan dapat dipastikan temperatur mesin tersebut meningkat dan terjadi perbedaan antara temperatur mula-mula dimana saat mesin belum bekerja dan setelah mesin tersebut bekerja. Meningkatnya temperatur suatu mesin saat melakukan kerja dapat disebabkan karena adanya kalor yang mengalir dari penggerak utama mesin tersebut (motor bakar). Usaha untuk mengendalikan temperatur pada suatu mesin sangat dibutuhkan dalam teknologi saat ini. Kalor yang berlebih pada suatu mesin yang tidak dapat dipindahkan dan tetap mengendap di dalam mesin akan mengakibatkan beberapa masalah. Mesin dapat mengalami overheat atau kelebihan panas, seperti piston yang terkunci (lock) pada silinder dikarenakan terjadi pemuaian pada piston, atau melambatnya kerja komputer akibat terlalu panas. Pada umumnya agar proses perpindahan kalor dapat berjalan dengan lancar dan mesin dapat bekerja dengan baik serta tidak memunculkan masalah overheat, maka dipasang suatu peralatan yang berfungsi untuk membuang kalor. Peralatan yang biasa di gunakan adalah sirip. Sirip banyak digunakan di peralatan-peralatan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
elektronik, air conditioner, mesin-mesin pendingin, menara pendingin motor bakar, komputer, evaporator, kondensor, maupun radiator. Sirip merupakan piranti yang berfungsi sebagai sistem pendingin pada suatu mesin. Prinsip penggunaan sirip ini adalah memperluas permukaan bidang untuk melepas kalor. Adanya banyak celah-celah pada mesin akan membuat semakin luasnya permukaan yang melepas kalor ke udara/fluida pendingin dan kalor yang dihasilkan oleh kerja mesin akan semakin cepat terbuang ke lingkungan sehingga mesin menjadi cepat dingin. Penelitian mengenai sirip hingga saat ini belum banyak dilakukan dikarenakan sarana untuk menghitung distribusi suhu sirip secara akurat dan dalam waktu yang singkat masih terbatas. Sumber referensi mengenai rumus-rumus maupun cara memperoleh efisiensi dan efektivitas juga masih terbatas pada bentukbentuk sirip yang sederhana. Berdasarkan persoalan di atas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian terkait dengan perhitungan laju aliran panas, efisiensi dan efektivitas dengan metode komputasi. Adapun beberapa variasi yang akan dicari, yaitu (1) panjang sisi dua dasar penampang sirip, (2) sudut kemiringan sirip, dan (3) jenis material bahan yang bentuknya belum ada dalam buku-buku maupun literatur, yaitu sirip dengan bentuk penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi dengan menggunakan prinsip kesetimbangan energi. 1.2 Rumusan Masalah Perhitungan efisiensi dan efektivitas untuk sirip dengan luas penampang yang tidak tetap atau berubah terhadap posisi sulit untuk ditentukan. Hal ini dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
terbatasnya referensi yang menyediakan sirip dengan luas penampang yang tidak tetap. Untuk bentuk sirip dengan luas penampang tetap, dapat dibantu dengan grafik-grafik yang ada di buku-buku referensi. Bagaimanakah menghitung efisiensi dan efektivitas sirip berpenampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi, pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak dengan metode komputasi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: a. Mengetahui pengaruh panjang sisi dua dasar penampang sirip terhadap distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk kasus 1 dimensi, keadaan tak tunak dengan luas penampang berbentuk kapsul yang berubah terhadap posisi. b. Mengetahui pengaruh sudut kemiringan sirip terhadap distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk kasus 1 dimensi, keadaan tak tunak dengan luas penampang berbentuk kapsul yang berubah terhadap posisi. c. Mengetahui pengaruh jenis material bahan sirip terhadap distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk kasus 1 dimensi, keadaan tak tunak dengan luas penampang berbentuk kapsul yang berubah terhadap posisi. d. Mengetahui perbandingan efisiensi terhadap ξ untuk sirip kasus 1 dimensi, pada saat keadaan tunak, dengan luas penampang berbentuk kapsul yang berubah terhadap posisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
1.4 Batasan Masalah
Sirip dengan penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi memiliki kondisi awal berupa suhu yang seragam di setiap node atau titiknya, sama dengan suhu pada dasar sirip, yang ditetapkan memiliki suhu sebesar Tb. Sirip dengan penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi dengan nilai konduktivitas termal k ini dikondisikan pada lingkungan yang baru yang memiliki suhu fluida T∞ dengan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h dan dalam keadaan tak tunak (unsteady state) atau suhunya selalu berubah dari waktu ke waktu. Suhu fluida dan koefisien perpindahan kalor diasumsikan memiliki nilai yang tetap dari waktu ke waktu. Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah distribusi suhu pada sirip, jumlah kalor yang dilepas oleh sirip, efisiensi sirip, dan efektivitas sirip dari waktu ke waktu untuk variasi-variasi sirip yaitu (1) panjang sisi dua dasar penampang sirip, (2) sudut kemiringan sirip, dan (3) jenis material bahan dari sirip serta mengetahui perbandingan efisiensi terhadap ξ untuk sirip kasus 1 dimensi, pada saat keadaan tunak, dengan luas penampang berbentuk kapsul yang berubah terhadap posisi.
1.4.1
Benda Uji Geometri dari benda uji berupa sirip dengan penampang berbentuk kapsul
yang luasnya berubah terhadap posisi disajikan dalam Gambar 1.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
𝑇∞ , h
(α
x
Gambar 1.1 Geometri Benda Uji Keterangan Gambar 1.1 : Tb
= suhu dasar sirip, °C
𝑇∞
= suhu fluida, °C
L
= panjang sirip, m
α
= sudut kemiringan sirip
S1
= panjang sisi satu dasar sirip, m
S2
= panjang sisi dua dasar sirip, m
1.4.2
Model Matematik Model matematik digunakan untuk mendapatkan distribusi suhu pada
keadaan tak tunak di setiap volume kontrol pada sirip, dinyatakan dengan persamaan (1.1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2T x, t 1 dAcd T x, t 1 h dAcv T x, t T 1 1 dV T x, t 2 x Acd k dx Acd dx t x Acd dx ........................................................................................................................(1.1) 1.4.3 Kondisi Awal Kondisi awal sirip memiliki suhu yang seragam dan merata sebesar T = Ti dan memiliki persamaan kondisi awal seperti Persamaan (1.2). T (x,t) = T (x,0) = Ti ; untuk 0 ≤ x ≤ L, t = 0..........................................(1.2) 1.4.4 Kondisi Batas Penelitian ini memiliki dua kondisi batas, yaitu kondisi batas pada dasar sirip dan kondisi batas pada ujung sirip yang dinyatakan pada Persamaan (1.3) dan (1.4). Kondisi Batas Dasar Sirip T(x,t) = T(0,t) = Tb ; x = 0 , t > 0 .............................................................(1.3) Kondisi Batas Ujung Sirip T x, t T x, t hAs T T x, t hAs i T T x, t kA ; x L, t 0 cV t x
........................................................................................................................(1.4) Keterangan dari Persamaan (1.1) hingga (1.4) : T(x,t) = suhu sirip pada posisi x, pada waktu t, °C Ti
= suhu awal sirip, °C
T∞
= suhu fluida, °C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Tb
= suhu dasar sirip, °C
As
= luas selimut sirip , m2
As i
= luas selimut volume kontrol sirip pada posisi i, m2
Acd
= luas penampang sirip , m2
ρ
= massa jenis sirip, kg/m3
c
= kalor jenis sirip, J/kg°
t
= waktu, detik
x
= posisi node yang ditinjau dari dasar sirip, m
k
= konduktivitas termal sirip, W/m°C
h
= koefisien perpindahan kalor konveksi sirip, W/m2°C
L
= panjang total sirip, m
dAcv = perubahan luas permuakaan sirip terhadap perubahan x dx dV dx
= perubahan volume terhadap perubahan x
1.4.5 Asumsi Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Temperatur fluida dan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h di sekitar sirip diasumsikan seragam dan tidak berubah terhadap waktu. b. Tidak terjadi perubahan bentuk sirip (tidak mengalami penyusutan ataupun mengalami pembesaran).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
c. Sifat material sirip diasumsikan seragam atau homogen (massa jenis ρ, konduktivitas termal bahan k, dan kalor jenis c) dan tidak berubah terhadap waktu. d. Tidak ada pembangkitan energi dari dalam sirip. e. Kondisi sirip dalam keadaan tak tunak. f. Perpindahan kalor konduksi di dalam sirip terjadi hanya dalam satu arah, arah sumbu x. g. Penelitian yang dilakukan hanya terbatas dengan menggunakan metode numerik dan tidak dilakukan dengan metode analitis dan eksperimen dikarenakan adanya keterbatasan sarana dan keterbatasan waktu.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai referensi bagi penulis maupun pihak lain yang ingin meneliti dengan lebih dalam mengenai proses atau cara mengetahui efektifitas dan efisiensi pada suatu sirip dengan bentuk yang kompleks . b. Hasil penelitian dapat dipergunakan untuk menambah kasanah kepustakaan di perpustakaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perpindahan Panas Panas merupakan salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari satu sistem ke sistem yang lain karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan panas adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara sistem fisik atau material. Ilmu tentang perpindahan panas tidak hanya menjelaskan mengenai bagaimana energi panas dapat berpindah dari satu material ke material lain, tetapi juga dapat memperkirakan laju perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Ilmu perpindahan panas juga erat kaitannya dengan hukum termodinamika hanya saja yang membedakan antara ilmu perpindahan kalor dan ilmu termodinamika adalah masalah
laju
perpindahan.
Termodinamika
membahas
sistem
dalam
kesetimbangan, ilmu ini dapat digunakan untuk memprediksi energi yang dibutuhkan untuk mengubah sistem dari suatu keadaan setimbang ke keadaan setimbang yang lain, tetapi tidak dapat mengetahui seberapa cepat atau kecepatan perpindahan panas yang terjadi. Hal ini dikarenakan perpindahan panas yang terjadi berlangsung pada keadaan sistem yang tidak setimbang. Jenis-jenis perpindahan panas antara lain adalah perpindahan panas secara konduksi, perpindahan panas secara konveksi, dan perpindahan panas secara radiasi.
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2.2 Perpindahan Panas Konduksi Konduksi adalah proses perpindahan panas melalui benda padat dari satu bagian ke bagian yang lain dengan perubahan temperatur sebagai parameternya tanpa diikuti oleh perpindahan partikelnya, dan disertai perpindahan energi kinetik dari setiap molekulnya. Perpindahan panas konduksi ini dapat terjadi apabila ada media rambat yang bersifat diam.
Gambar 2.1 Proses Perpindahan Panas Konduksi Persamaan perpindahan panas secara konduksi menurut Fourier dinyatakan dengan Persamaan (2.1).
q kA
T T2 T =kA 1 ............................................................................... (2.1) x x
Pada Persamaan (2.1) : q
= laju perpindahan kalor konduksi, W
k
= konduktivitas termal bahan, W/m°C
A
= luas penampang tegak lurus terhadap arah rambatan panas, m2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
ΔT
= perbedaan suhu antara titik perpindahan panas, °C
Δx
= jarak antar titik perpindahan panas, m
Tanda minus pada persamaan perpindahan panas secara konduksi tersebut dimaksudkan agar persamaan di atas memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu panas akan mengalir dari suhu yang tinggi ke suhu yang rendah. Jika dilihat secara seksama, persamaan perpindahan panas secara konduksi Fourier ini mirip dengan persamaan konduksi elektrik milik Ohm, jika pada persamaan Fourier terdapat nilai k yang merupakan konduktivitas termal maka pada persamaan milik Ohm terdapat ρ yang merupakan resistensi elektrik. Dikarenakan kesamaan bentuk persamaan, maka dapat dianalogikan bahwa konduktivitas termal panas memiliki kemiripan dengan model elektrik milik Ohm. 2.3 Konduktivitas Termal Material Konduktivitas termal bahan k bukanlah sebuah konstanta yang selalu bernilai konstan, tetapi nilai konduktivitas termal bahan ini dapat berubah sesuai fungsi temperatur. Walaupun berubah sesuai fungsi temperatur, dalam kenyataannya perubahannya sangat kecil sehingga diabaikan. Suatu nilai konduktivitas termal menunjukkan seberapa cepat kalor mengalir dalam suatu bahan tertentu. Bahan yang memiliki nilai konduktivitas tinggi dinamakan konduktor dan bahan yang memiliki nilai konduktivitas rendah dinamakan isolator. Dapat dikatakan bahwa konduktivitas termal bahan merupakan suatu besaran intensif material yang menunjukkan kemampuan material menghantarkan panas. Nilai konduktivitas termal beberapa bahan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Tabel 2.1 Nilai Konduktivitas Termal Beberapa Material pada 0 ºC (J.P. Holman, 1995, hal 7) Bahan Logam Perak (murni) Tembaga (murni) Alumunium (murni) Nikel (murni) Besi (murni) Baja karbon, 1% C Timbal (murni) Baja Krom-Nikel (18%Cr, 8% Ni) Non Logam Magnesit Marmer batu pasir Kaca, jendaela Kayu mapel atau Ek Serbuk gergaji Wol kaca Zat Cair Air raksa Air Amonia Minyak lumas, SAE 50 Freon 12
W/(m ˚C)
BTU/(hr ft ̊F)
410 385 207 93 73 43 35 16,5
237 223 117 54 42 25 20,3 94
4,15 2,08-2,94 1,83 0,78 0,17 0,059 0,038
2,4 1,2-1,7 1,06 0,45 0,096 0,034 0,022
8,21 0,556 0,4 0,147 0,073
4,74 0,327 0,312 0,085 0,042
0,175 0,141 0,024 0,0206 0,0146
0,101 0,081 0,0139 0,0119 0,0084
Gas
Hidrogen Helium Udara Uap air jenuh Karbondioksida
2.4 Perpindahan Panas Konveksi Konveksi adalah proses perpindahan panas dengan kerja gabungan dari konduksi panas, penyimpanan energi, gerakan mencampur oleh fluida cair atau gas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Gerakan fluida merupakan hasil dari perbedaan massa jenis dikarenakan perbedaan temperatur. Awalnya perpindahan panas konveksi diawali dengan mengalirnya panas secara konduksi dari permukaan benda padat ke partikel-partikel fluida yang berbatasan dengan permukaan benda padat tersebut, yang diikuti dengan perpindahan partikelnya ke arah partikel yang memiliki energi dan temperatur yang lebih rendah dan hasilnya, partikel-partikel fluida tersebut akan bercampur.
T∞
U∞
q
A
Tw
Gambar 2.2 Proses Perpindahan Panas Konveksi Persamaan perpindahan panas secara konveksi dinyatakan dengan Persamaan (2.2) q = h A (Tw-T∞) .................................................................................................(2.2) Pada Persamaan (2.2): q
: laju perpindahan panas konveksi, W
h
: koefisien perpindahan kalor konveksi material, W/m2°C
A
: luas permukaan yang bersentuhan dengan benda, m2
Tw
: temperatur permukaan benda, °C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
T∞
: temperatur fluida di sekitar benda, °C Di sini laju perpindahan kalor dihubungkan dengan beda suhu menyeluruh
antara dinding dan fluida, dan luas permukaan A. Perhitungan analitis atas h dapat dilakukan dengan beberapa sistem. Untuk situasi yang rumit, h harus ditentukan dengan percobaan. Koefisien perpindahan kalor kadang-kadang disebut konduktans film (film conductance) karena hubungannya dengan proses konduksi pada lapisan fluida diam yang tipis pada muka dinding. Perpindahan kalor konveksi bergantung pada viskositas fluida di samping ketergantungannya kepada sifat-sifat termal fluida itu (konduktivitas termal, kalor spesifik, densitas). Hal ini dikarenakan viskositas mempengaruhi profil kecepatan, dan karena itu, mempengaruhi laju perpindahan energi di daerah dinding. Nilai kirakira koefisien perpindahan kalor konveksi ditunjukkan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Nilai Kira-Kira Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi
Modus
h W/m2°C
Konveksi bebas, ΔT = 30 C Plat vertical tinggi 0,3 m (1 ft) di udara
4,5
Silinder horizontal, diameter 5 cm di udara
6,5
Silinder horizontal, diameter 2 cm di dalam air
890
Konveksi paksa Aliran udara 2 m/s di atas plat bujur sangkar 0,2 m
12
Aliran udara 35 m/s di atas plat bujur sangkar 0,75 m
75
Udara 2 atm mengalir di dalam tabung diameter 2,5 cm, kecepatan 10 m/s Air 0,5 kg/s mengalir di dalam tabung 2,5 cm
65 3500
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tabel 2.2 Nilai Kira-Kira Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi (lanjutan) Aliran udara melintas silinder diameter 5 cm, kecepatan 50 m/s
180
Air mendidih Dalam kolam atau bejana
2500-35000
Mengalir dalam pipa
5000-100000
Pengembunan uap air, 1 atm Muka vertical
4000-11300
Di luar tabung horizontal
9500-25000
Menurut cara menggerakan alirannya, konveksi diklasifikasikan menjadi dua,yaitu (1) konveksi bebas (free convection) dan (2) konveksi paksa (forced convection). 2.4.1 Konveksi Bebas Konveksi bebas terjadi dikarenakan adanya perbedaan massa jenis yang disebabkan oleh perbedaan temperatur. Misalkan ada sebuah benda disambung dalam suatu fluida yang suhunya lebih tinggi atau lebih rendah daripada suhu benda tersebut. Akibat adanya perberdaan suhu, kalor mengalir diantara benda sehingga fluida yang berada dekat benda mengalami perubahan rapat massa. Perbedaan rapat massa ini akan menimbulkan arus konveksi. Fluida dengan rapat massa yang lebih kecil akan mengalir ke atas dengan fluida dengan rapat massa yang lebih besar dan turun ke bawah. Jika gerakan fluida ini terjadi hanya disebabkan adanya perbedaan rapat massa akibat adanya perbedaan suhu, maka mekanisme perpindahan kalor seperti inilah yang disebut konveksi bebas. Untuk menghitung besarnya perpindahan kalor konveksi bebas, perlu diketahui terlebih dahulu koefisien perpindahan kalor konveksi h dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
memanfaatkan bilangan Nusselt. Untuk mencari besarnya bilangan Nusselt, perlu diketahui terlebih dahulu besar bilangan Rayleigh. 2.4.1.1 Bilangan Rayleigh (Ra) Bilangan Rayleigh (Ra) dapat dicari dengan menggunakan Persamaan (2.3) g Ts T 3 Ra Gr Pr Pr ...............................................................(2.3) v2
Dengan
T T 1 dan T f s Tf 2
Pada Persamaan (2.3) : Pr
= bilangan Prandtl
Gr
= bilangan Grashof
g
= percepatan gravitasi, m/s2
δ
= panjang karakteristik, untuk silinder horizontal δ = L, m
Ts
= suhu dinding, K
T∞
= suhu fluida, K
Tf
= suhu film, K
v
= viskositas kinematik, m2/detik Bilangan Rayleigh dapat di pergunakan untuk menentukan Bilangan Nusselt
yang akan di pergunakan dalam perhitungan koefisien perpindahan kalor konveksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2.4.1.2 Bilangan Nusselt (Nu) Bilangan Nusselt (Nu) untuk konveksi bebas dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan (2.4). Untuk Ra ≤ 1012 , yang berlaku pada kasus dinding vertikal. 1 6 0 , 387 Ra Nu 0,60 8 9 27 16 1 0,559 Pr
2
...........................................................(2.4)
Dari bilangan Nusselt (Nu), dapat diperoleh nilai koefisien perpindahan kalor konveksi.
Nu
h Nu k atau h ............................................................................(2.5) k
Pada Persamaan (2.5) : Nu
= bilangan Nusselt
k
= konduktivitas termal fluida, W/m ̊ C
h
= koefisien perpindahan kalor konveksi fluida, W/m2 ̊ C
2.4.2 Konveksi Paksa Konveksi paksa adalah proses perpindahan kalor konveksi yang terjadi dikarenakan adanya perbedaan suhu yang ditandai dengan adanya fluida yang bergerak yang disebabkan oleh adanya alat bantu seperti kipas dan pompa. Koefisien perpindahan kalor ini lebih besar dibandingkan dengan konveksi bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
sehingga proses pendinginan berlangsung lebih cepat. Untuk menghitung laju peprindahan kalor konveksi paksa perlu diketahui terlebih dahulu nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h yang dapat dihitung menggunakan bilangan Nusselt. Bilangan Nusselt dapat dicari dengan menggunakan Bilangan Reynold. Bilangan Nusselt yang hendak dipakai harus sesuai dengan aliran fluidanya, karena nilai bilangan Nusselt untuk setiap aliran fluida berbeda-beda (laminer, transisi atau turbulen). 2.4.2.1 Aliran Laminer Syarat aliran laminer pada plat atau bidang datar adalah Rex < 5 x 105 dan bilangan Reynold dapat dicari dengan menggunakan Persamaan (2.6). Re x
U L ............................................................................................(2.6)
Untuk persamaan Nusselt rata-rata dengan X = 0 sampai dengan X = L 1
Nu
1 hL 0,644 Re L 2 Pr 3 .......................................................................(2.7) kf
2.4.2.2 Aliran Turbulen Syarat aliran turbulen adalah 5 x 105 < Rex <107 dan persamaan Nusselt dengan x = 0 sampai dengan x = L adalah: 1
4 hL Nu 0,037 Re L 5 Pr 3 .......................................................................(2.8) kf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gambar 2.3 Aliran Laminer, Transisi dan Turbulen 2.4.2.3 Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Paksa Untuk berbagai macam bentuk geometri benda, koefisien perpindahan panas rata-rata dapat dihitung dengan Persamaan (2.9) n
U L hL C Pr 3 ...............................................................................(2.9) v kf f 1
Pada Persamaan (2.6) hingga Persamaan (2.9) : Re
= bilangan Reynold
Nu
= bilangan Nusselt
Pr
= bilangan Prandtl
vf
= viskositas kinematik fluida, m2/detik
L
= panjang dinding, m
U∞
= kecepatan fluida, m/s
μ
= viskositas dinamik, kg/m s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kf
= konduktivitas termal fluida, W/m ̊ C
h
= koefisien perpindahan kalor konveksi fluida, W/m2 ̊ C
Besar bilangan C dan n dapat diperoleh melalui Tabel 2.3 yaitu untuk kasus benda dengan bentuk silinder (berpenampang lingkaran). Tabel 2.3 Nilai Konstanta C dan n untuk bentuk silinder (2.9) Redf
C
n
0,4-4 4-40 40-4000 400-40000
0,989 0,911 0,683 0,193
0,33 0,385 0,446 0,618
40000-400000
0,0266
0,805
Sedangkan untuk mengetahui koefisen koefisien perpindahan kalor paksa pada bentuk yang bukan silinder, nilai konstanta diperoleh melalui Tabel 2.4 Tabel 2.4 Nilai Konstanta C dan n pada Benda dengan Bentuk Penampang Bukan Lingkaran (J.P.Holman, 1995, hal 271)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2.5 Perpindahan panas radiasi Radiasi merupakan proses perpindahan panas tanpa melalui molekul perantara. Proses perpindahan panas ini terjadi melalui perambatan gelombang elektromagnetik. Semua benda memancarkan radiasi secara terus menerus tergantung pada suhu dan sifat permukaannya. Energi radiasi bergerak dengan kecepatan 3x108 m/s. Radiasi ini biasanya dalam bentuk Gelombang Elektromagnetik (GEM) yang berasal dari matahari. Sinar Gelombang Elektromagnetik tersebut dibedakan berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya. Semakin besar panjang gelombang semakin kecil frekuensinya. Energi radiasinya tergantung dari besarnya frekuensi dalam arti semakin besar frekuensi semakin besar energi radiasinya. Sinar Gamma adalah gelombang elektromagnetik dan sinar radioaktif dengan energi radiasi terbesar. Dalam kasus ini, terdapat hal yang disebut radiasi benda hitam, yang memaparkan bahwa semakin hitam benda tersebut maka energi radiasi yang dikenainya juga makin besar. Oleh karena itu, warna hitam dikatakan sempurna menyerap panas, sedangkan warna putih mampu memantulkan panas atau cahaya dengan sempurna sehingga emisivitas bahan (kemampuan menyerap panas) untuk warna hitam e = 1 . Persamaan perpindahan panas secara radiasi dapat dilihat pada Persamaan (2.10)
q A T14 T 2 4 ..............................................................................(2.10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Pada Persamaan (2.10) : q
= laju perpindahan panas radiasi, W
ε
= emisivitas bahan
σ
= konstanta Boltzmann (5,67x10-8), W/m2 K
A
= luas penampang benda, m2
T1
= suhu mutlak, K
T2
= suhu fluida, K
2.6 Sirip Sirip merupakan suatu piranti yang berfungsi untuk mempercepat proses pembuangan kalor dengan cara memperluas luas permukaan benda. Ketika suatu benda mengalami perpindahan panas secara konveksi, maka laju perpindahan panas dari benda tersebut dapat dipercepat dengan cara memasang sirip sehingga luas permukaan benda semakin luas dan pendinginannya dapat dipercepat. Berbagai jenis bentuk sirip dapat dilihat pada Gambar 2.4
Gambar 2.4 Berbagai Jenis bentuk Sirip
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Prestasi sirip yang maksimum tidak didapatkan berdasarkan panjang sebuah sirip. Namun, efisiensi maksimum suatu sirip bisa didapatkan dari kuantitas material sirip (massa, volume, atau biaya), dan proses untuk meningkatkan efisiensi ini jelas mampu dapat menigkatkan pula laju aliran kalor yang dapat dibuang sirip dan sekaligus mempunyai arti ekonomi. Perlu dicatat pula bahwa sirip yang dipasang pada muka perpindahan kalor tidak selalu mengakibatkan peningkatan laju perpindahan kalor. Jika nilai h, koefisien konveksi, besar sebagaimana pada fluida berkecepatan tinggi atau zat cair mendidih, maka sirip malah dapat mengakibatkan berkurangnya perpindahan kalor. Hal ini disebabkan karena dibandingkan dengan tahanan konveksi, tahanan konduksi merupakan halangan yang lebih besar terhadap aliran kalor. 2.7 Persamaan Numerik 2.7.1 Kesetimbangan Energi Pada Volume Kontrol Sirip dengan penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi memiliki kondisi awal berupa suhu yang seragam di setiap node atau titiknya, setara dengan suhu pada dasar sirip, yang ditetapkan memiliki suhu sebesar 100°C. Sirip dengan penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi dengan nilai konduktivitas termal k ini dikondisikan pada lingkungan yang baru yang memiliki suhu fluida T∞ dengan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h dan dalam keadaan tak tunak (unsteady state) atau suhunya selalu berubah dari waktu ke waktu. Suhu fluida dan koefisien perpindahan kalor diasumsikan tetap nilainya dari waktu ke waktu dengan perubahan selang waktu sebesar ∆t . Untuk menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
persoalan ini, digunakan prinsip kesetimbangan energi pada volume kontrol yang dinyatakan dengan Persamaan (2.11) Ein Eq ES Eout
Ein Eout Eq Es ......................................................................................(2.11)
qkonv
Tb
S1
L T∞, h
Gambar 2.5 Keseimbangan Energi Pada Volume Kontrol Sirip Pada Persamaan (2.11) Ein q xt t Eout q xt dx qkonv
Eq 0 , karena dalam penelitian ini tidak ada energi yang dibangkitkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
T
E S cV
t t
T t T n 1 T n cV t t
Sehingga dari Persamaan (2.11) bisa didapatkan Persamaan (2.12)
q q t x
t x dx
q
t konv
cV T
t q xt q xt dx q konv cV
T
t t
T t T n 1 T n cV t t
t t
T t T n 1 T n cV ..................................(2.12) t t
Persamaan (2.12), untuk volume kontrol ke i dapat dinyatakan dengan
Ti t 1 Ti t 1 i x 2
q x kA
T n T n kA 1 i 1 1 i x 2
Ti t 1 Ti t 1 i x 2
q x dx kA
T n T n kA 1 i 1 1 i x 2
qkonv hAsi T Ti t hAsi T Ti n
Dari Persamaan (2.12) didapat Persamaan (2.13a) atau Persamaan (2.13b)
Ti t 1 Ti t 1 i x 2
T n T t kA 1 i 1 i i x 2
T t t T t ....(2.13a) hAsi T Ti t cV t
Ti t 1 T1n 1 i x 2
T n T n kA 1 i 1 1 i x 2
T n1 T n ...(2.13b) hAsi T Ti n cV t
kA
kA
2.7.2 Persamaan Numerik Untuk Perhitungan Suhu Langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan persoalan distribusi suhu pada sirip adalah dengan cara membagi benda uji, dalam hal ini adalah sirip,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kedalam elemen-elemen kecil yang disebut volume kontrol dan panjang setiap volume kontrolnya adalah ∆x .
T∞, h
∆x
∆x/2
∆x/2
Tb Tb 1
2
99
100
∆x
Gambar 2.6 Pembagian Volume Kontrol Dalam Sirip Dalam penelitian yang dilakukan, sirip akan dibagi ke dalam 100 bagian kecil atau volume kontrol. Semakin banyak pembagian volume kontrol pada sirip dan semakin kecil panjang setiap volume kontrolnya, maka distribusi suhu yang dapat diketahui dari benda uji semakin presisi dan akurat. 2.7.2.1 Persamaan Numerik Pada Dasar Sirip Suhu dasar sirip merupakan suhu pada volume kontrol di dasar sirip, dimana suhu dasar sirip sudah diketahui dari persoalan yang diberikan,yaitu sebesat Tb.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
T∞ , h q2
Ai+0,5
Tb i
i+1
i+2
q1
∆x/2 ∆x
Gambar 2.7 Kesetimbangan Energi Pada Node di Dasar Sirip atau di Batas Kiri Sirip
Suhu pada volume kontrol untuk i = 1 atau yang terletak pada batas kiri atau pada dasar sirip (T1) ditentukan oleh Persamaan (2.14) T (x,t) = T (0,t) = Tb, sehingga Ti n+1 = Tb ..........................................................(2.14) 2.7.2.2 Persamaan Numerik di Tengah Sirip Kesetimbangan energi untuk volume control di posisi tengah sirip disajikan dalam gambar seperti Gambar 2.8 Kesetimbangan energi pada volume kontrol dapat dinyatakan dalam Persamaan (2.15) TIn 1 Ti n T qi mc Vc ....................................................................(2.15a) t t i 1 n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
T∞, h
Ai+0,5
q3
q1
i-1
Ai+0,5
q2
i
∆x
∆x/2
i+1
Asi
Gambar 2.8 Kesetimbangan Energi Pada Node di Dalam Sirip Pada Persamaan (2.15a) : 3
q i 1
i
q1 q 2 q3 ........................................................................................(2.15b)
Pada Persamaan (2.15b) q1 kA
i
q 2 kA
1 2
Ti n1 Ti n x
1 2
Ti n1 Ti n x
i
q3 hAsi T Ti n
m Vi
Keterangan : q1
= perpindahan kalor konduksi dari volume kontrol i-1 ke volume kontrol i, W
q2
= perpindahan kalor konduksi dari volume kontrol i+1 ke volume kontrol i, W
q3
= perpindahan kalor konveksi pada volume kontrol i, W
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
m
= massa sirip, kg
ρ
= massa jenis bahan sirip, kg/m3
Vi = volume kontrol sirip pada posisi i, m3 Diperoleh n
qi mc i 1
Vi c
T n 1 Ti n T n Ti n T n Ti n T Vc I kA 1 i 1 kA 1 i 1 hAsi T Ti n i i t t x x 2 2
Ti n 1 Ti n ..............................................................................................2.16 t
Jika Persamaan (2.16) dikali dengan
x maka akan diperoleh Persamaan (2.17) kA 1 i
A n i 1
T
Ti n
i
A
i
1 2
A n i 1
T
1 2
1 2
i
A
i
Ti n
1 2
2
hx Asi n hx Asi c Vi x Ti n 1 Ti n Ti T k A 1 k A 1 k A 1 t i
i
2
i
2
2
..........................................................................................................................(2.17) Diketahui
k sehingga dari Persamaan (2.17), didapat Persamaan (2.18) c
dengan cara mensubstitusi A n i 1
T
Ti n
i
A
i
1 2 1 2
A n i 1
T
i
A
i
k dengan . c 1 2 1 2
Ti n
Vi x n1 hx Asi n hx Asi Ti Ti T A 1 t k A 1 k A 1 i
2
i
2
i
2
Vi x n Ti .................................................................................................(2.18) A 1 t i
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Dari Persamaan (2.18) dapat dicari nilai Tin+1 dengan cara memindahkan ruas sedemikian rupa dari Persamaan (2.18) sehingga diperoleh unsur yang terdapat Tin+1 dalam ruas yang berbeda seperti yang terlihat pada Persamaan (2.19).
n i 1
T
A 1 A 1 i i Vi x n hx Asi hx Asi n 1 n 2 2 1 T i Ti Ti 1 A 1 k A 1 A 1 t A 1 k A 1 i i i i i 2 2 2 2 2
Vi x T ....................................................................................................(2.19) A 1 t i
2
Diketahui Bilangan Biot Bi
hx sehingga dari Persamaan (2.19), dapat diperoleh k
Persamaan (2.20) dengan cara mensubstitusikan
n i 1
T
hx dengan Bilangan Biot. k
A 1 A 1 i i Vi x Asi Vi x n A n 2 2 Ti n 1 1 Bi Bi si T Ti Ti 1 A 1 A 1 A 1 t A 1 A 1 A 1 t i i i i i i 2 2 2 2 2 2
..........................................................................................................................(2.20) Melalui Persamaan (2.20), maka dapat diketahui nilai Tin+1 seperti yang tertera pada Persamaan (2.21). A 1 t A 1 A 1 n 1 i i A A V x n n si si i 2 2 2 T Bi T T 1 Bi Ti n1 = Ti i 1 i 1 Vi x A 1 A 1 A 1 A 1 A 1 t i i i i i 2 2 2 2 2
..........................................................................................................................(2.21)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Persamaan (2.21) merupakan persamaan yang digunakan untuk menentukan besarnya distribusi suhu pada setiap node atau volume kontrol yang terletak di dalam sirip. Syarat Stabilitas Persamaan (2.21) dapat dicari dengan cara sebagai berikut : A 1 i Asi Vi x 2 1 Bi 0 ..............................................................(2.22) A 1 A 1 A 1 t i i i 2 2 2
A 1
i
A
i
1 2 1 2
Bi
Asi Vi x ....................................................................(2.23) A 1 A 1 t i
2
i
A 1 i A 2 A 1 t 1 Bi si i A 1 A 1 2 i i 2 2
t
2
Vi x ...............................................................(2.24)
Vi x A 1 i A 2 A 1 1 Bi si i A 1 A 1 2 i i 2 2
.......................................................................(2.25)
Syarat stabilitas pada Persamaan (2.25) merupakan syarat yang menentukan besarnya selang waktu ∆t dari n ke n+1 dalam Persamaan (2.21). Jika ∆t lebih kecil daripada syarat stabilitas, maka hasil atau data yang didapat semakin akurat. Tetapi bila ∆t lebih besar dari syarat stabilitas, maka hasilnya tidak konvergen atau hasilnya tidak masuk akal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Keterangan : n Ti+1
= suhu pada volume kontrol i+1, pada saat n, °C
n Ti−1
= suhu pada volume kontrol i-1, pada saat n, °C
Tin
= suhu pada volume kontrol i, pada saat n, °C
Tin+1
= suhu pada volume kontrol i, pada saat n+1, °C
T∞
= suhu fluida, °C
∆t
= selang waktu, detik
∆x
= panjang volume kontrol, m
k
= konduktivitas termal sirip, W/m°C
h
= koefisien perpindahan kalor konveksi sirip, W/m2°C
α
= difusivitas termal
Bi
= bilangan Biot
Vi
= volume kontrol sirip pada posisi i, m3
k , m2/s c
hx k
Ai+1/2 = luas penampang volume kontrol sirip pada posisi i+1/2, m2 Ai-1/2
= luas penampang volume kontrol sirip pada posisi i-1/2, m2
As i
= luas selimut volume kontrol sirip pada posisi i, m2
ρ
= massa jenis bahan sirip, kg/m3
c
= kalor jenis bahan sirip, J/kg°C
2.7.2.3 Persamaan Numerik Pada Ujung Sirip Kesetimbangan energi pada volume kontrol di posisi ujung sirip disajikan seperti Gambar 2.9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Asi
Ai
Gambar 2.9 Kesetimbangan Energi Pada Node yang Terletak di Batas Kanan atau di Ujung Sirip Kesetimbangan energi pada volume kontrol dapat dinyatakan seperti Persamaan (2.26). Ti n 1 Ti n 1 T qi mc vc ...................................................................(2.26a) t t i 1 n
Pada Persamaan (2.26a) 3
q i 1
i
q1 q 2 q3 ........................................................................................(2.26b)
Pada Persamaan (2.26b) : q1 kA
i
1 2
Ti n1 Ti n x
q2 hAi T Ti n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
q3 hAsi T Ti n
m Vi
Keterangan : q1 = perpindahan kalor konduksi dari volume kontrol i-1/2 ke volume kontrol i, W q2
= perpindahan kalor konveksi yang keluar melalui penampang ujung sirip, W
q3
= perpindahan kalor konveksi yang keluar melalui selimut ujung sirip, W
m
= massa sirip, kg
ρ
= massa jenis bahan sirip, kg/m3
Vi = volume kontrol sirip pada posisi i, m3 Diperoleh n
qi mc i 1
Vi c
T n 1 Ti n 1 T n Ti n T vc i kA 1 i 1 hAi T Ti n hAsi T Ti n i t t x 2
Ti n 1 Ti n ..............................................................................................2.27 t
Jika Persamaan (2.27) dikali dengan
x maka akan diperoleh Persamaan (2.28) kA 1 i
Ti n1 Ti n
2
hx Ai hx Asi c Vi x Ti n1 Ti n T Ti n T Ti n k A 1 k A 1 k A 1 t
i
2
i
2
i
2
..........................................................................................................................(2.28)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Diketahui
k sehingga dari Persamaan (2.28), didapat Persamaan (2.29) c
dengan cara mensubstitusi
n i 1
T
k dengan . c
Vi x Ti n 1 Ti n hx Ai hx Asi n n ........(2.29) Ti T Ti T Ti k A 1 k A 1 A 1 t
n
i
i
2
i
2
2
Dari Persamaan (2.29) dapat dicari nilai Tin+1 dengan cara memindahkan ruas sedemikian rupa dari Persamaan (2.29) sehingga diperoleh unsur yang terdapat Tin+1 dalam ruas yang berbeda seperti yang terlihat pada Persamaan (2.30). Ti n1 Ti n
hx Ai hx Ai n hx Asi hx Asi n T Ti T Ti k A 1 k A 1 k A 1 k A 1 i
i
2
i
2
2
Vi x V x n 1 Ti n i Ti .............................................................................(2.30) A 1 t A 1 i
i
2
2
Diketahui Bilangan Biot Bi
hx sehingga dari Persamaan (2.30), dapat diperoleh k
Persamaan (2.31) dengan cara mensubstitusikan
Ti n1 Ti n Bi
hx dengan Bilangan Biot. k
Ai A A A Vi x T Bi i Ti n Bi si T Bi si Ti n Ti n A 1 A 1 A 1 A 1 A 1 t i
i
2
2
i
2
i
2
i
2
i
2
Vi x n 1 Ti .....................................................................................................(2.31) A 1 i
2
Melalui Persamaan (2.31), maka dapat diketahui nilai Tin+1 seperti yang tertera pada Persamaan (2.32) dan (2.33).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
A 1 t i
Ti n 1
2
Vi x
Asi n Vi x Ai n n n Bi A Ti A t Ti Ti 1 T Bi A T 1 1 1 i i i 2 2 2
Ai n Asi Bi Ti Bi T ................................................................................(2.32) A 1 A 1 i i 2 2
A 1 t Ti n 1
i
2
Vi x
n Ai Asi A A T Bi T Bi T 1 Bi i Bi si i 1 A 1 A 1 A 1 A 1 i i i i 2 2 2 2
Vi x n Ti ................................................................................................(2.33) A 1 t i 2 Persamaan (2.33) merupakan persamaan yang digunakan untuk menentukan besarnya distribusi suhu pada node yang terletak diujung bagian sirip. Syarat stabilitas Persamaan (2.33) dapat dilihat pada Persamaan (2.37). Ai Asi Vi x 1 Bi Bi 0 .........................................................(2.34) A 1 A 1 A 1 t i i i 2 2 2
1 Bi
Ai A Vi x Bi si ...............................................................(2.35) A 1 A 1 A 1 t i
2
i
2
A A A 1 t 1 Bi i Bi si i A 1 A 1 2 i i 2 2
i
2
Vi x ..........................................................(2.36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
t
Vi x A A A 1 1 Bi i Bi si i A 1 A 1 2 i i 2 2
.................................................................(2.37)
Syarat stabilitas pada Persamaan (2.37) merupakan syarat yang menentukan besarnya selang waktu ∆t dari n ke n+1 dalam Persamaan (2.33). Jika ∆t lebih kecil daripada syarat stabilitas, maka hasil atau data yang didapat semakin akurat, tetapi jika ∆t lebih besar dari syarat stabilitas, maka hasilnya akan konvergen, atau hasilnya tidak masuk akal. Keterangan : n Ti+1
= suhu pada volume kontrol i+1, pada saat n, °C
n Ti−1
= suhu pada volume kontrol i-1, pada saat n, °C
Tin
= suhu pada volume kontrol i, pada saat n, °C
Tin+1
= suhu pada volume kontrol i, pada saat n+1, °C
T∞
= suhu fluida, °C
∆t
= selang waktu, detik
∆x
= panjang volume kontrol, m
k
= konduktivitas termal sirip, W/m°C
h
= koefisien perpindahan kalor konveksi sirip, W/m2°C
α
= difusivitas termal
Bi
= bilangan Biot
Vi
= volume kontrol sirip pada posisi i, m3
k , m2/s c
hx k
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Ai+1/2 = luas penampang volume kontrol sirip pada posisi i+1/2, m2 Ai-1/2
= luas penampang volume kontrol sirip pada posisi i-1/2, m2
As i
= luas selimut volume kontrol sirip pada posisi i, m2
ρ
= massa jenis bahan sirip, kg/m3
c
= kalor jenis bahan sirip, J/kg°C
2.8 Penerapan Rumus Dalam Persoalan 2.8.1 Mencari Sisi dan Luas Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi Untuk mencari luas pada sirip berpenampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi, dapat dipecahkan dengan melihat Gambar 2.10 serta melalui Persamaan (2.38)
Gambar 2.10 Pengecilan Sisi Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Pada Gambar 2.10, sisi yang panjangnya berubah terhadap posisi pada setiap volume kontrol dapat dipecahkan dengan menggunakan Persamaan (2.38a) dan Persamaan (2.38b). sisi1 i 1 sisi1 i 2 x ...................................................................................(2.38a) sisi2 i 1 sisi2 i 2 x ...................................................................................(2.38b)
Pada Persamaan (2.38a) & (2.38b):
x tan x Sehingga untuk mengetahui luas pada sirip berpenampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi dapat diketahui melalui persamaan (2.39). 1 2 Ai sisi1 i sisi2 i sisi1 i 4 1 2 Ai 1 sisi1i 1 sisi2 i 1 sisi1i 1 ......................................................(2.39) 4
Pada Persamaan (2.38) hingga Persamaan (2.39) : Sisi1i = panjang sisi1 penampang sirip kapsul pada posisi i, m Sisi2i = panjang sisi2 penampang sirip kapsul pada posisi i, m Sisi1i+1 = panjang sisi1 penampang sirip kapsul pada posisi i+1, m Sisi2i+1 = panjang sisi2 penampang sirip kapsul pada posisi i+1, m Ai
= luas penampang sirip kapsul pada posisi i, m2
Ai+1
= luas penampang sirip kapsul pada posisi i+1, m2
α
= kemiringan sudut sirip
x
= panjang pengecilan sisi sirip kapsul, m
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
∆x
= panjang volume kontrol, m
2.8.2 Mencari Luas Selimut Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi Untuk mendapatkan luas selimut sirip kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi dapat dicari dengan melihat Gambar 2.11. Pada Gambar 2.11, dapat dilihat bahwa sirip kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi memiliki 4 buah elemen trapesuim yang dimana terdapat 2 buah trapesium dan 2 trapesium yang panjang sisinya dicari dengan menggunakan rumus keliling lingkaran, sehingga untuk mencari luas selimut sirip kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi dapat dipecahkan melalui Persamaan (2.40).
Gambar 2.11 Luas Selimut Sirip Penampang kapsul yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi
sisi2 i sisi2 i 1 sisi1 i sisi1 i 1 Asi 2 r r 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
sisi2 i sisi2 i 1 x sisi1 i sisi1 i 1 x .....(2.40) Asi 2 2 2 cos cos 2.8.3 Mencari Volume Pada Sirip yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi Untuk mencari volume pada sirip yang luasnya berubah terhadap posisi berpenampang kapsul dapat dipecahkan melalui Persamaan (2.41).
Gambar 2.12 Volume Sirip Penampang Kapsul yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi
Vi
x Ai Ai 1 Ai Ai 1 ....................................................................(2.41) 3
Keterangan : Vi
= volume sirip berpenampang kapsul pada posisi i, m3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Δx
= jarak titik node ke i hingga i+1, m
Ai
= luas penampang pada posisi ke i, m2
Ai+1
= luas penampang pada posisi ke i+1, m2
2.9 Laju Perpindahan Panas Laju perpindahan panas merupakan jumlah panas yang dilepas oleh setiap volume kontrol dari sirip ke lingkungan secara konveksi yang dinyatakan melalui Persamaan (2.42) dan Persamaan (2.43) n
q qi ..........................................................................................................(2.42) i 1
n
q q1 q 2 q3 ..... q n qi ....................................................................(2.43) i 1
Atau dapat dinyatakan dengan Persamaan (2.44) n
q h Asi Ti T ......................................................................................(2.44) i 1
Pada Persamaan (2.42) hingga Persamaan (2.44) q
= laju perpindahan panas, W
h
= koefisien perpindahan kalor konveksi bahan, W/m2°C
n
= jumlah volume kontrol pada sirip
Asi
= luas permukaan sirip yang bersentuhan dengan fluida di posisi i, m2
Ti
= suhu permukaan sirip pada volume kontrol i, °C
𝑇∞
= suhu fluida di sekitar sirip, °C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2.10 Efisiensi Sirip Efisiensi sirip merupakan perbandingan antara panas yang dilepas sirip sesungguhnya dengan panas maksimum yang dapat dilepas oleh sirip dan dapat dinyatakan dengan Persamaan (2.45). n
h Asi Ti T i 1 n
h Asi Tb T
....................................................................................(2.45)
i 1
Pada Persamaan (2.45) :
= efisiensi sirip
h
= koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2°C
n
= jumlah volume kontrol
Asi
= luas permukaan sirip dari volume kontrol yang bersentuhan dengan fluida, di posisi i m2
Ti
= suhu permukaan sirip pada volume kontrol i, °C
𝑇∞
= suhu fluida di sekitar sirip, °C
Tb
= suhu dasar sirip, °C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 2.13 Efisiensi Sirip Silinder, Segi-tiga, dan Siku-empat
2.11 Efektivitas Sirip Efektivitas sirip merupakan perbandingan antara panas yang dilepas sirip sesungguhnya dengan panas yang dilepas seandainya tidak ada sirip atau tanpa sirip dan dapat dinyatakan dengan Persamaan (2.46). h
h Asi Ti T i 1
hAd Tb T
......................................................................................(2.46)
Pada Persamaan (2.46) : ε
= efektivitas sirip
h
= koefisien perpindahan kalor konveksi, W/m2°C
n
= jumlah volume kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Asi
= luas permukaan sirip dari volume kontrol yang bersentuhan dengan fluida, di posisi i, m2
Ad
= luas penampang pada dasar sirip, m2
Ti
= suhu permukaan sirip pada volume kontrol ke i, °C
𝑇∞
= suhu fluida di sekitar sirip, °C
Tb
= suhu dasar sirip, °C
2.12 Tinjauan Pustaka Vahabzadeh, Ganji dan Abbasi (2014) meneliti seberapa banyak peningkatan efisiensi dengan peningkatan bidang sirip yang bersentuhan dengan fluida. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, efektivitas meningkat seiring dengan semakin luasnya bidang yang bersentuhan dengan fluida. Pada keadaan fully-wet atau terkena fluida cair seluruhnyalah yang menunjukkan hasil efisiensi yang optimal. Moitsheki, R.J. dan Rowjee, A. (2011) meneliti konduktivitas termal bahan dan koefisien perpindahan kalor konveksi yang bergantung pada perubahan suhu, serta energi yang dibangkitkan sirip penampang segiempat dalam kondisi dua dimensi denga menggunakan transformasi Kirchoff. Mereka berhasil menganalisa dengan metode matematika dan solusi eksak. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa angka Biot memiliki kaitan dengan distribusi suhu dan bila faktor perluasan sirip bertambah, distribusi suhu bertambah pula. Selain itu, juga terdapat reduksi suhu secara signifikan ketika kalor menjalar semakin mendekati ujung sirip. Wang, F., Zhang, J., dan Wang, S. (2012) meneliti karakterisitik laju perpindahan panas di dalam sebuah ruangan berbentuk segiempat yang dipasangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sirip dengan berbagai macam variasi bentuk, seperti sirip mengerucut, silinder, dan elips. Bilangan Reynolds divariasikan mulai dari 4800 hingga 8200. Hasil penelitiannya, semakin kecil kemiringan dari sirip yang mengerucut, maka semakin baik untuk menekan pemisahan aliran fluida yang dapat menyebabkan menurunnya aerodinamika jika dibandingkan sirip berbentuk silinder. Menilik dari performanya, sirip dengan bentuk mengerucut merupakan alternatif yang lebih menjanjikan bila dibandingkan dengan sirip berbentuk silinder. Pujianto, A. (2008) meneliti hubungan ξ dengan efisiensi pada sirip silinder lurus dengan metode numerik beda hingga cara eksplisit. Pada penelitian ini nilai h, suhu dasar, suhu lingkungan, suhu awal, massa jenis, kalor jenis, panjang sirip, diameter sirip dianggap tidak berubah terhadap perubahan suhu. Prosedur perhitungan adalah mencari distribusi suhu, menghitung laju kalor yang dilepas sirip, menghitung laju kalor yang dilepas sirip jika suhu seluruh permukaan sirip sama dengan suhu dasar sirip, menghitung efisiensi dan ξ, lalu mengubahnya kedalam bentuk grafik. Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa semakin besar nilai ξ maka efisiensi yang dihasilkan semakin turun, untuk sifat bahan dan panjang sirip tertentu, besar nilai h berbanding lurus dengan nilai ξ dan berbanding terbalik dengan efisiensi. Selain itu untuk sifat bahan dan nilai h tertentu, besar diameter sirip berbanding lurus dengan efisiensi dan berbanding terbalik dengan nilai ξ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek Penelitian adalah sirip berpenampang kapsul dengan penampang yang luasnya berubah terhadap posisi. Gambar dari sirip yang akan ditinjau dalam penelitian disajikan pada Gambar 3.1. Panjang sirip L = 0,99 m. Salah satu panjang sisi dasar sirip divariasikan, sudut kemiringan sirip divariasikan dan bahan sirip divariasikan. Nilai Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi lingkungan, h = 250 W/m2 °C. Suhu lingkungan T∞ = 30°C.
Gambar 3.1 Obyek Penelitian
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Kondisi Awal : Kondisi awal sirip ditetapkan dengan suhu yang seragam. T (x,t) = T (x,0) = Ti ; 0 ≤ x ≤ L, t = 0 dimana Ti merupakan suhu awal sirip dan ditetapkan sebesar 100 ̊ C Kondisi Batas : Kondisi batas pada dasar sirip, ditetapkan tidak berubah dari waktu ke waktu. T(x,t) = T(0,t) = Tb ; x = 0 , t ≥ 0 dimana Tb merupakan suhu dasar sirip dan ditetapkan sebesar 100 ̊ C Kondisi batas pada ujung sirip Kondisi pada ujung sirip berbatasan dengan fluida lingkungan di sekitar sirip. T x, t T x, t hAs T T x, t hAsi T T x, t kA ; x L, t 0 cV t x
Sedangkan suhu lingkungan (T∞) ditetapkan seragam dan tetap dari waktu ke waktu sebesar 30 ̊ C. 3.2 Alur Penelitian Alur penelitian mengikuti alur penelitian seperti diagram alir yang tertera pada Gambar 3.2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Mulai
Persiapan dan penurunan persamaan numerik yang berlaku pada setiap volume kontrol
Pembuatan program untuk perhitungan : Distribusi suhu Laju aliran kalor yang dilepas sirip Laju aliran kalor yang dilepas jika seluruh permukaan sirip sama dengan suhu dasar
Tidak Baik Uji coba program : Laju aliran kalor jika tidak ada sirip Efisiensi dan Efektivitas
Baik Pengambilan data dengan berbagai variasi penelitian
Hasil penelitian, perhitungan, pengolahan data, dan pembahasan
Kesimpulan dan saran
Selesai
Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3.3 Alat Bantu Penelitian Alat bantu penelitian yang digunakan selama proses penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu perangkat keras/hardware dan perangkat lunak/software yang dapat dirinci sebagai berikut: a.
Perangkat keras/hardware 1. Laptop 2. Printer Canon MP145
b.
Perangkat lunak/software 1. Microsoft office word 2013 2. Microsoft office excel 2013 3. SolidWorks 4. Paint
3.4 Variasi Penelitian Variasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dipaparkan sebagai berikut: a.
Panjang sisi dua dasar penampang sirip (S2), m : 0,01 m; 0,03 m; 0,05 m; 0,08 m; dan 0,1 m dengan bahan Alumunium, nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h = 250 W/m2°C, sudut kemiringan sirip α = 2 ̊ , dan panjang sirip L = 0,099 m.
b.
Sudut kemiringan sirip (α) : 1,5 ̊ ; 1,75 ̊ ; 2 ̊ ; 2,25 ̊ ; dan 2,5 ̊ dengan bahan Alumunium, nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h = 250 W/m2°C,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
panjang masing-masing sisi dasar sirip = 0,01 m, dan panjang sirip L = 0,99 m. c.
Jenis material bahan sirip yang digunakan : Alumunium, Tembaga, Besi, Seng, dan Kuningan, dengan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h = 250 W/m2°C, panjang masing-masing sisi dasar sirip = 0,01 m, sudut kemiringan sirip α = 2 ̊ , dan panjang sirip L = 0,099 m.
3.5 Langkah-langkah Penelitian Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah dengan menggunakan metode komputasi. Langkah - langkah yang dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian dengan menggunakan metode komputasi dipaparkan sebagai berikut : a.
Benda uji dibagi menjadi elemen-elemen kecil yang dinamakan volume kontrol. Volume kontrol dari masing-masing elemen sirip memiliki suhu yang seragam.
b.
Menuliskan rumus persamaan pada setiap node dengan menggunakan metode komputasi, dengan memperhatikan prinsip kesetimbangan energi.
c.
Membuat program sesuai dengan bahasa pemrograman yang diperlukan.
d.
Memasukkan data-data yang diperlukan untuk mengetahui distribusi suhu sirip pada setiap volume kontrol.
e.
Menghitung laju aliran kalor yang dilepas oleh setiap volume kontrol dan laju aliran kalor total yang dilepas sirip.
f.
Menghitung laju aliran kalor yang dilepas jika benda tidak dipasangi sirip.
g.
Menghitung besarnya efisiensi dan efektivitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
h.
Memvariasikan nilai panjang sisi dua dasar penampang sirip, sudut kemiringan sirip, dan jenis material bahan sirip.
3.6 Cara Pengambilan Data Cara pengambilan data yang digunakan adalah dengan membuat program terlebih dahulu. Setelah selesai membuat program, input program diberikan, kemudian dieksekusi untuk mendapatkan data-data hasil perhitungan, (1) distribusi suhu pada sirip, (2) laju aliran kalor yang dilepas sirip, (3) laju aliran kalor yang dilepas jika seluruh permukaan sirip suhunya sama dengan suhu dasar sirip, dan (4) laju aliran kalor yang dilepas bila benda tidak dipasangi sirip untuk masing-masing variasi. Setelah itu akan didapatkan nilai efektivitas dan efisiensi. Selanjutnya, hasil-hasil perhitungan yang telah didapat dicatat untuk memperoleh data-data penelitian.
3.7 Cara Pengolahan Data Dari hasil perhitungan dengan menggunakan pemrograman Microsoft Office Excel dengan memperhatikan persamaan numerik yang sesuai akan didapatkan distribusi suhu pada setiap volume kontrol pada sirip. Distribusi suhu pada volume kontrol sirip tesebut kemudian diolah untuk mencari laju aliran kalor yang dilepas oleh setiap volume kontrol sirip sehingga didapatkan laju aliran kalor yang dilepas sirip keseluruhan, nilai efisiensi dan efektivitas. Data-data tersebut kemudian diolah dengan memvariasikan sudut kemiringan, panjang sisi dua dasar penampang sirip, dan jenis bahan sirip. Kemudian tampilan data diubah ke dalam bentuk grafik antara distribusi suhu terhadap volume kontrol, efisiensi terhadap waktu, efektivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
terhadap waktu, dan laju aliran kalor terhadap waktu. Dari grafik tersebut, dapat dilakukan analisis pembahasan beserta kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
3.8 Cara Menyimpulkan Setelah pengolahan data, dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian. Pembahasan yang dilakukan harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai di dalam penelitian. Saat pembahasan dilakukan, perlu memperhatikan hasil-hasil penelitian orang lain. Dari pembahasan yang telah dilakukan, akan diperoleh kesimpulan yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perhitungan dan Pengolahan Data 4.1.1 Hasil Perhitungan untuk Variasi Material Bahan Sirip Variasi material bahan sirip yang digunakan untuk proses perhitungan laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini adalah Aluminium, Tembaga, Besi, Kuningan, dan Seng. Untuk setiap variasi material bahan sirip, nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h ditetapkan sebesar 250 W/m2 °C, sudut kemiringan sirip ditetapkan 2˚, panjang masing-masing sisi dasar sirip ditetapkan 0,01 m , dan panjang sirip L ditetapkan sepanjang 0,099 m. Suhu dasar sirip Tb = 100˚C, suhu fluida di sekitar sirip T∞ = 30˚C, suhu mulamula sirip Ti = 100˚C. Hasil perhitungan suhu di posisi sirip, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini disajikan dalam bentuk grafik. Grafik disajikan dalam hubungan: (1) suhu dan waktu, (2) laju aliran kalor dan waktu, (3) efisiensi dan waktu, dan (4) efektivitas dan waktu. Waktu yang ditinjau dimulai dari keadaan mula-mula sampai dengan kadaan tunak sirip tercapai.
54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
4.1.1.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Material Bahan Sirip Suhu di setiap posisi sirip dengan berbagai macam bahan sirip pada saat t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Gambar 4.1 hingga Gambar 4.6. 100 99 98
Suhu (˚C)
97 96
aluminium
95
tembaga
94
besi kuningan
93
seng 92 91 90 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke̊ Gambar 4.1 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2 C; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m, L = 0,099 m saat t = 1 s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
100
90
Suhu (˚C)
80 aluminium tembaga
70
besi 60
kuningan seng
50
40 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke̊ Gambar 4.2 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2 C; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m, L = 0,099 m saat t = 25 s
100 90
Suhu (◦C)
80 aluminium
70
tembaga 60
besi kuningan
50
seng
40 30 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke̊ Gambar 4.3 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2 C; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m, L = 0,099 m saat t = 50 s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
100 90
Suhu (˚C)
80 70
aluminium tembaga
60
besi
50
kuningan
40
seng
30 20 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke̊ Gambar 4.4 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2 C; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m, L = 0,099 m; saat t = 75 s
100 90
Suhu (˚C)
80 70
aluminium tembaga
60
besi
50
kuningan
40
seng
30 20 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke̊ Gambar 4.5 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2 C; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m, L = 0,099 m; saat t = 100 s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
100 90
Suhu (˚C)
80 70
aluminium tembaga
60
besi
50
kuningan
40
seng
30 20 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke̊ Gambar 4.6 Distribusi Suhu Pada Sirip; h = 250 W/m2 C; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m, L = 0,099 m; saat t = 120 s
4.1.1.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Material Bahan Sirip Laju aliran kalor untuk setiap variasi material bahan sirip pada waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.1 dan dari waktu ke waktu pada Gambar 4.7 Tabel 4.1 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Material Bahan Sirip Bahan Aluminium Tembaga Besi Kuningan Seng
1s 56,4404 57,1780 57,1118 56,9426 56,6797
Laju Aliran Kalor Pada Saat t (W) 25 s 50 s 75 s 100 s 37,2388 35,5916 35,4640 35,4541 43,6834 42,4800 42,3830 42,3752 34,5930 27,5049 25,3700 24,7262 35,1388 30,0563 28,9422 28,6979 33,9460 29,7114 28,9760 28,8483
120 s 35,4534 42,3746 24,5548 28,6497 28,8281
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 4.7 Laju Aliran Kalor dari waktu ke waktu dengan Variasi Material Bahan ̊ Sirip, h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; 4.1.1.3 Efisiensi untuk Variasi Material Bahan Sirip Efisiensi untuk setiap variasi material bahan sirip pada waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.2 dan dari waktu ke waktu pada Gambar 4.8. Tabel 4.2 Efisiensi untuk Variasi Material Bahan Sirip Bahan
Efisiensi Pada Saat t 1s
25 s
50 s
75 s
100 s
120 s
Aluminium
0,9533
0,6290
0,6012
0,5990
0,5988
0,5988
Tembaga
0,9658
0,7378
0,7175
0,7159
0,7157
0,7157
Besi
0,9647
0,5843
0,4646
0,4285
0,4176
0,4147
Kuningan
0,9618
0,5935
0,5077
0,4889
0,4847
0,4839
Seng
0,9574
0,5734
0,5018
0,4894
0,4873
0,4869
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Gambar 4.8 Efisiensi dari waktu ke waktu dengan Variasi Material Bahan Sirip, h ̊ = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; 4.1.1.4 Efektivitas untuk Variasi Material Bahan Sirip Efektivitas untuk setiap variasi material bahan sirip pada waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.3 dan dari waktu ke waktu pada Gambar 4.9. Tabel 4.3 Efektivitas untuk Variasi Material Bahan Sirip Bahan Aluminium Tembaga Besi Kuningan Seng
1s
25 s
18,0641 18,3002 18,2790 18,2249 18,1407
11,9185 13,9812 11,0717 11,2464 10,8647
Efektivitas Pada Saat t 50 s 75 s 11,3913 13,5960 8,8031 9,6197 9,5093
11,3505 13,5650 8,1198 9,2631 9,2740
100 s
120 s
11,3473 13,5625 7,9138 9,1850 9,2331
11,3471 13,5623 7,8589 9,1695 9,2266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gambar 4.9 Efektivitas dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Material Bahan Sirip, ̊ h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; 4.1.1.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Material Bahan Sirip Saat Keadaan Tunak Distribusi suhu untuk setiap variasi material bahan sirip yang ditinjau pada saat keadaan tunak disajikan pada Gambar 4.10. Sedangkan nilai laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk setiap variasi material bahan sirip yang ditinjau pada saat keadaan tunak disajikan dalam Tabel 4.4 dan berturut-turut pada Gambar 4.11, Gambar 4.12, dan Gambar 4.13.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
100 90
Suhu (˚C)
80 70
aluminium
60
tembaga besi
50
kuningan 40
seng
30 20 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
̊ Gambar 4.10 Distribusi Suhu Saat KeadaanTunak Pada Sirip; h = 250 W/m2 C; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; sisi = 0,01 m, L = 0,099 m;
Tabel 4.4 Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Material Bahan Sirip Saat Kondisi Tunak Pada Saat Tunak Bahan
Q Aktual (Watt)
Efisiensi
Efektivitas
Aluminium
35,4533
0,5988
11,3470
Tembaga
42,3746
0,7157
13,5622
Besi
24,5548
0,4147
7,8589
Kuningan
28,6497
0,4839
9,1695
Seng
28,8280
0,4869
9,2266
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
45 40
Laju Aliran Kalor (W)
35 30 aluminium 25
tembaga
20
besi kuningan
15
seng
10 5 0
Bahan
Gambar 4.11 Laju Aliran Kalor Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Material ̊ Bahan Sirip, h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
0,8 0,7
Efisiensi, η
0,6 0,5
aluminium tembaga
0,4
besi kuningan
0,3
seng 0,2 0,1 0
Bahan
Gambar 4.12 Efisiensi Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Material Bahan Sirip, ̊ h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
16 14
Efektivitas, ε
12 10
aluminium tembaga
8
besi kuningan
6
seng 4 2 0
Bahan
Gambar 4.13 Efektivitas Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Material Bahan Sirip, ̊ h = 250 W/m2 C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
4.1.2 Hasil Perhitungan untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Variasi sudut kemiringan sirip yang digunakan untuk proses perhitungan laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini ditetapkan sebesar 1,5 ̊, 1,75 ̊, 2 ̊, 2,25 ̊, dan 2,5 ̊. Untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip, bahan sirip yang dipilih adalah Aluminium dengan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h ditetapkan sebesar 250 W/m2°C, panjang masingmasing sisi dasar sirip ditetapkan 0,01 m , dan panjang sirip L ditetapkan sepanjang 0,099 m. Suhu dasar sirip Tb = 100˚C, suhu fluida di sekitar sirip T∞ = 30˚C, suhu mula-mula sirip Ti = 100˚C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Hasil perhitungan suhu di posisi sirip, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini disajikan dalam bentuk grafik. Grafik disajikan dalam hubungan (1) distribusi suhu dan waktu, (2) laju aliran kalor dan waktu, (3) efisiensi dan waktu, dan (4) efektivitas dan waktu. Waktu yang ditinjau dimulai dari keadaan mula-mula sampai dengan keadaan tunak sirip tercapai. 4.1.2.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Suhu di setiap posisi sirip dengan berbagai macam sudut kemiringan sirip pada saat t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Gambar 4.14 hingga Gambar 4.19. 100
98
Suhu (˚C)
96 α = 1,5˚ α = 1,75˚
94
α = 2˚ α = 2,25˚
92
α = 2,5˚ 90
88 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.14 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t=1s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
100
90
Suhu (˚C)
80 α = 1,5˚ α = 1,75˚
70
α = 2˚ α = 2,25˚
60
α = 2,5˚ 50
40 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.15 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊C ; T∞ = 30 ̊C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 25 s 100
90
Suhu (˚C)
80 α = 1,5˚ α = 1,75˚
70
α = 2˚ α = 2,25˚
60
α = 2,5˚ 50
40 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.16 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 50 s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
100
90
Suhu (˚C)
80 α = 1,5˚ α = 1,75˚
70
α = 2˚ α = 2,25˚
60
α = 2,5˚ 50
40 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.17 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 75 s 100
90
Suhu (˚C)
80 α = 1,5˚ α = 1,75˚
70
α = 2˚ α = 2,25˚
60
α = 2,5˚ 50
40 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.18 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; saat t = 100 s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
100
90
80
Suhu (˚C)
α = 1,5˚ α = 1,75˚
70
α = 2˚ α = 2,25˚
60
α = 2,5˚ 50
40 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.19 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0.01 m; L = 0.099 m saat t = 120 s 4.1.2.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Laju aliran kalor untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip pada waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.5 dan dari waktu ke waktu pada Gambar 4.20. Tabel 4.5 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip α
Laju Aliran Kalor Pada Saat t 1s
25 s
50 s
75 s
100 s
120 s
1,5 °
64,4414
41,5992
38,5051
38,1186
38,0702
38,0646
1,75 °
60,4168
39,3312
37,0120
36,7790
36,7556
36,7534
2°
56,4404
37,2388
35,5916
35,4640
35,4541
35,4534
2,25 °
52,5143
35,3298
34,2315
34,1688
34,1652
34,1650
2,5 °
48,6444
33,6035
32,9180
32,8904
32,8893
32,8893
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 4.20 Laju Aliran Kalor dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Aluminium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
4.1.2.3 Efisiensi untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Efisiensi untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip pada waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.6 dan dari waktu ke waktu pada Gambar 4.21. Tabel 4.6 Efisiensi untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip α
Efisiensi Pada Saat t 1s
25 s
50 s
75 s
100 s
120 s
1,5 °
0,9561
0,6172
0,5713
0,5656
0,5648
0,5648
1,75 °
0,9548
0,6216
0,5849
0,5812
0,5809
0,5808
2°
0,9533
0,6290
0,6012
0,5990
0,5988
0,5988
2,25 °
0,9518
0,6403
0,6204
0,6193
0,6192
0,6192
2,5 °
0,9502
0,6564
0,6430
0,6425
0,6425
0,6425
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Gambar 4.21 Efisiensi dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Aluminium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
4.1.2.4 Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Efektivitas untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip pada waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.7 dan dari waktu ke waktu pada Gambar 4.22. Tabel 4.7 Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip α
Efektivitas Pada Saat t 1s
25 s
50 s
75 s
100 s
120 s
1,5 °
20,6249
13,3141
12,3238
12,2001
12,1846
12,1828
1,75 °
19,3368
12,5882
11,8459
11,7714
11,7639
11,7632
2°
18,0641
11,9185
11,3913
11,3505
11,3473
11,3471
2,25 °
16,8075
11,3076
10,9560
10,9360
10,9348
10,9347
2,5 °
15,5690
10,7550
10,5356
10,5268
10,5264
10,5264
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Gambar 4.22 Efektivitas dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Alimunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
4.1.2.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Saat Keadaan Tunak Distribusi suhu untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip yang ditinjau pada saat keadaan tunak disajikan pada Gambar 4.23. Sedangkan laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip yang ditinjau pada saat keadaan tunak disajikan dalam Tabel 4.8 dan berturut-turut pada Gambar 4.24, Gambar 4.25, dan Gambar 4.26.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
100
90
Suhu (˚C)
80 α = 1,5˚ α = 1,75˚
70
α = 2˚ α = 2,25˚
60
α = 2,5˚ 50
40 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.23 Distribusi Suhu Saat Keadaan Tunak Pada Sirip; Bahan Aluminium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
Tabel 4.8 Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Saat Keadaan Tunak Pada Saat Tunak α 1,5 °
Q aktual (w)
Efisiensi
Efektivitas
38,0646
0,5648
12,1828
1,75 °
36,7534
0,5808
11,7632
2°
35,4534
0,5988
11,3471
2,25 °
34,1650
0,6192
10,9347
2,5 °
32,8893
0,6425
10,5264
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
39 38
Laju Aliran Kalor (W)
37 36
α = 1,5˚
35
α = 1,75˚
34
α = 2˚ α = 2,25˚
33
α = 2,5˚
32 31 30
α
Gambar 4.24 Laju Aliran Kalor Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Aluminium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m; 0,66 0,64
Efisiensi, η
0,62 α = 1,5˚ 0,6
α = 1,75˚ α = 2˚
0,58
α = 2,25˚ α = 2,5˚
0,56 0,54 0,52
α
Gambar 4.25 Efisiensi Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Aluminium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
12,5
12
Efektivitas, ε
11,5
α = 1,5˚ α = 1,75˚
11
α = 2˚ α = 2,25˚
10,5
α = 2,5˚
10
9,5
α
Gambar 4.26 Efektivitas Saat Keadaan Tunak dengan Variasi Sudut Kemiringan Sirip dengan Bahan Aluminium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; sisi = 0,01 m; L = 0,099 m;
4.1.3 Hasil Perhitungan untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip yang digunakan untuk proses perhitungan laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini ditetapkan sebesar 0,01 m, 0,03 m, 0,05 m, 0,08 m, dan 0,1 m. Untuk setiap variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip, bahan sirip yang dipilih adalah Alumunium dengan nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h ditetapkan sebesar 250 W/m2°C, sudut kemiringan sirip α ditetapkan sebesar 2 ̊ , dan panjang sirip L ditetapkan sepanjang 0,099 m. Suhu dasar sirip Tb = 100˚C, suhu fluida di sekitar sirip T∞ = 30˚C, suhu mula-mula sirip Ti = 100˚C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Hasil perhitungan suhu di posisi sirip, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk sirip dengan bentuk penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini disajikan dalam bentuk grafik. Grafik disajikan dalam hubungan (1) distribusi suhu dan waktu, (2) laju aliran kalor dan waktu, (3) efisiensi dan waktu, dan (4) efektivitas dan waktu. Waktu yang ditinjau dimulai dari keadaan mula-mula sampai dengan keadaan tunak sirip tercapai. 4.1.3.1 Distribusi Suhu untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Suhu di setiap posisi sirip dengan berbagai macam panjang sisi dua dasar penampang sirip pada waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Gambar 4.27 hingga Gambar 4.32. 100 99
Suhu °C
98 sisi 2 = 0,01 m
97
sisi 2 = 0,03 m 96
sisi 2 = 0,05 m sisi 2 = 0,08 m
95
sisi 2 = 0,1 m
94 93 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.27 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 1 s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
100 95 90
Suhu °C
85 80
sisi 2 = 0,01 m
75
sisi 2 = 0,03 m
70
sisi 2 = 0,05 m sisi 2 = 0,08 m
65
sisi 2 = 0,1 m 60 55 50 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.28 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 25 s 100 95 90 85
Suhu °C
80 sisi 2 = 0,01 m
75
sisi 2 = 0,03 m 70
sisi 2 = 0,05 m
65
sisi 2 = 0,08 m
60
sisi 2 = 0,1 m
55 50 45 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.29 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 50 s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
100 95 90 85
Suhu °C
80 sisi 2 = 0,01 m
75
sisi 2 = 0,03 m 70
sisi 2 = 0,05 m
65
sisi 2 = 0,08 m
60
sisi 2 = 0,1 m
55 50 45 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.30 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 75 s 100 95 90 85
Suhu °C
80 sisi 2 = 0,01 m
75
sisi 2 = 0,03 m 70
sisi 2 = 0,05 m
65
sisi 2 = 0,08 m
60
sisi 2 = 0,1 m
55 50 45 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.31 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 W/m2 ̊ ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 100 s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
100 95 90 85
Suhu °C
80 sisi 2 = 0,01 m
75
sisi 2 = 0,03 m 70
sisi 2 = 0,05 m
65
sisi 2 = 0,08 m
60
sisi 2 = 0,1 m
55 50 45 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.32 Distribusi Suhu Pada Sirip; Bahan Alumunium; h = 250 W/m2 ̊ ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; saat t = 120 s
4.1.3.2 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Laju aliran kalor untuk setiap variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip pada waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.9 dan dari waktu ke waktu pada Gambar 4.33. Tabel 4.9 Laju Aliran Kalor untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Laju Aliran Kalor Pada Saat t (W)
Sisi 2 1s
25 s
50 s
75 s
100 s
120 s
0,01 m
56,4404
37,2388
35,5916
35,4640
35,4541
35,4534
0,03 m
124,6147
80,8015
74,8238
74,0773
73,9841
73,9733
0,05 m
192,6870
124,3419
114,1096
112,7045
112,5115
112,4871
0,08 m
294,7696
189,6388
173,0535
170,6508
170,3027
170,2563
0,10 m
362,8193
233,1667
212,3526
209,2829
208,8302
208,7688
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gambar 4.33 Laju Aliran Kalor dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m;
4.1.3.3 Efisiensi untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Efisiensi untuk setiap variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip pada waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.10 dan dari waktu ke waktu pada Gambar 4.34. Tabel 4.10 Efisiensi untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Sisi 2
Efisiensi Pada Saat t 1s
25 s
50 s
75 s
100 s
120 s
0,01 m
0,9533
0,6290
0,6012
0,5990
0,5988
0,5988
0,03 m
0,9562
0,6200
0,5741
0,5684
0,5677
0,5676
0,05 m
0,9565
0,6172
0,5664
0,5595
0,5585
0,5584
0,08 m
0,9566
0,6154
0,5616
0,5538
0,5527
0,5525
0,10 m
0,9567
0,6148
0,5599
0,5518
0,5506
0,5505
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 4.34 Efisiensi dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m;
4.1.3.4 Efektivitas untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Efektivitas untuk setiap variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip pada waktu t = 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s dan 120 s disajikan pada Tabel 4.11 dan dari waktu ke waktu pada Gambar 4.35. Tabel 4.11 Efektivitas untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Efektivitas Pada Saat t
Sisi 2 1s
25 s
50 s
75 s
100 s
120 s
0,01 m 0,03 m
18,0641 18,8113
11,9185 12,1975
11,3913 11,2951
11,3505 11,1824
11,3473 11,1683
11,3471 11,1667
0,05 m 0,08 m 0,10 m
19,0319 19,1727 19,2228
12,2814 12,3347 12,3536
11,2707 11,2559 11,2508
11,1319 11,0996 11,0882
11,1129 11,0770 11,0642
11,1104 11,0740 11,0609
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Gambar 4.35 Efektivitas dari Waktu ke Waktu dengan Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m;
4.1.3.5 Distribusi Suhu, Laju Aliran Kalor, Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Saat Keadaan Tunak Distribusi suhu untuk setiap variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip yang ditinjau pada saat keadaan tunak disajikan pada Gambar 4.36. Sedangkan laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk setiap variasi panjang sisi dasar sirip yang ditinjau pada saat keadaan tunak disajikan dalam Tabel 4.12 dan berturut-turut pada Gambar 4.37, Gambar 4.38, dan Gambar 4.39.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
100 95 90 85
Suhu °C
80 sisi 2 = 0,01 m
75
sisi 2 = 0,03 m 70
sisi 2 = 0,05 m
65
sisi 2 = 0,08 m
60
sisi 2 = 0,1 m
55 50 45 0
20
40
60
80
100
Volume Kontrol Ke-
Gambar 4.36 Distribusi Suhu Pada Sirip Saat Keadaan Tunak; Bahan Alumunium; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m; Tabel 4.12 Laju Aliran Kalor (Q Aktual), Efisiensi, dan Efektivitas untuk Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Pada Keadaan Tunak Pada Saat Tunak Sisi 2
Q Aktual (W)
Efisiensi
Efektivitas
0,01 m
35,4534
0,5988
11,3471
0,03 m
73,9733
0,5676
11,1667
0,05 m
112,4871
0,5584
11,1104
0,08 m
170,2563
0,5525
11,0740
0,10 m
208,7688
0,5505
11,0609
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
250
Laju Aliran Kalor (W)
200
0,01 m
150
0,03 m 0,05 m 100
0,08 m 0,10 m
50
0
sisi 2
Gambar 4.37 Laju Aliran Kalor Saat Keadaan Tunak Pada Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m;
0,61 0,6 0,59
Efisiensi, η
0,58 0,01 m 0,57
0,03 m
0,56
0,05 m 0,08 m
0,55
0,10 m
0,54 0,53 0,52
sisi 2
Gambar 4.38 Efisiensi Saat KeadaanTunak Pada Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
11,4 11,35 11,3
Efektifitas, ε
11,25 0,01 m
11,2
0,03 m 11,15
0,05 m
11,1
0,08 m
11,05
0,10 m
11 10,95 10,9
sisi 2
Gambar 4.39 Efektivitas Saat Keadaan Tunak Pada Variasi Panjang Sisi Dua Dasar Penampang Sirip dengan Bahan Alumunium ; h = 250 W/m2 ̊C ; Tb = 100 ̊ C ; Ti = 100 ̊ C ; T∞ = 30 ̊ C ; α = 2 ̊ ; L = 0,099 m;
4.2 Pembahasan 4.2.1 Pembahasan untuk Variasi Material Bahan Sirip Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh grafik distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip penampang dengan bentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi untuk variasi material bahan sirip yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 hingga Gambar 4.13. Grafik laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk masing-masing variasi material bahan sirip dibandingkan terhadap waktu pada keadaan tak tunak, yaitu 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s, 120 s, dan juga pada keadaan tunak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Dari masing-masing grafik variasi material bahan sirip yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa material bahan sirip memiliki pengaruh yang besar terhadap nilai laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi. Nilai difusivitas termal merupakan hal yang sangat mempengaruhi, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas untuk variasi material bahan sirip. Difusivitas termal merupakan kemampuan suatu material untuk menyalurkan panas dibandingkan dengan kemampuannya untuk menyimpan panas. Material yang memiliki niali difusivitas termal tinggi akan semakin cepat menyalurkan panas dari satu bagian ke bagian lainnya. Untuk mencari difusivitas termal, dibutuhkan nilai konduktivitas termal, massa jenis, dan kalor jenis masingmasing bahan. Rumus untuk mendapatkan difusivitas termal adalah k/(ρ.c). Data difusivitas termal masing-masing variasi bahan yang ditinjau dilihat pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Nilai Konduktivitas Termal, Massa Jenis, Kalor Jenis, dan Difusivitas Termal Masing-Masing Variasi Bahan Material Sirip yang Ditinjau Bahan
k (W/m ̊ C)
ρ (kg/m3)
c (j/kg ̊ C)
difusivitas termal (m2/s)
Alumunium
202
2700
900
8,3127 × 10-5
Tembaga
385
8900
390
11,0919 × 10-5
Besi
73
7900
450
2,0534 × 10-5
Seng
116
7140
390
4,1657 × 10-5
Kuningan
110
8520
385
3,412 × 10-5
Pada detik-detik awal (pada t = 1 s) untuk laju aliran kalor, dari grafik yang telah diperoleh bahwa, laju aliran kalor dari masing-masing variasi material bahan sirip cenderung seragam. Hal ini disebabkan karena pada detik t = 1 s, sirip dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
semua variasi bahan material, yang memiliki difusivitas termal tertinggi hingga yang terrendah, nilai suhunya tidak mengalami banyak perbedaan terhadap suhu dasar sirip Tb, perlu diketahui bahwa pada masing-masing variasi, pada t = 0 s suhu di setiap volume kontrol ditentukan oleh kondisi awalnya, yaitu T = Ti = 100 ̊ C. Saat waktu telah menunjukkan t = 25 s hingga keadaan tunak, perbedaan antara variasi material yang memiliki difusivitas termal tinggi dan rendah sudah dapat terlihat. Sirip dengan variasi material berdifusivitas tinggi, contohnya Tembaga dan Alumunium, memiliki kemampuan untuk tetap mempertahankan suhu di setiap volume kontrolnya. Sirip dengan variasi material berdifusivitas tinggi memiliki nilai suhu yang lebih tinggi hal ini disebabkan oleh kecepatan perambatan panas yang tinggi secara terus menerus dari suhu dasar Tb, yang dipertahankan tetap 100 ̊ C dari waktu ke waktu, di setiap volume kontrol sirip hingga volume kontrol di ujung sirip yang paling kanan. Dikarenakan memiliki nilai suhu yang tinggi, dengan melihat rumus laju aliran kalor q = h As (T-T∞), maka perbedaan suhu antara suhu sirip dengan suhu fluida di sekitar sirip semakin tinggi sehingga membuat laju aliran kalornya menjadi besar. Berbeda halnya ketika sirip dengan variasi material yang berdifusivitas termal rendah. Sirip dengan material yang berdifusivitas termal rendah, contohnya Besi dan Kuningan, tidak mampu mempertahankan suhu di setiap volume kontrolnya sehingga nilai suhunya rendah, terutama diujung volume kontrol, cenderung rendah. Nilai suhunya cenderung rendah dikarenakan material berdifusivitas rendah memiliki kecepatan rambat panas dari dasar sirip hingga ke ujung sirip yang lambat sehingga suhu pada volume kontrol ujung sirip terus mengalami penurunan karena terus menerus bereaksi dengan suhu fluida yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
berada di sekitar sirip yang lebih rendah serta pada volume kontrol ujung sirip terlalu lama mendapatkan pasokan distribusi panas dari suhu dasar Tb. Ketika nilai suhu sirip rendah, maka perbedaan suhu sirip dengan suhu fluida sekitar sirip menjadi rendah pula, hal ini yang menyebabkan sehingga laju aliran kalor pada material berdifusivitas rendah menjadi rendah pula. Untuk nilai efisiensi, dari grafik yang telah diperoleh didapatkan hasil dengan pola yang sama dengan nilai laju aliran kalor. Pada detik-detik awal (pada t = 1 s), nilai efisiensi dari masing-masing variasi material bahan sirip cenderung seragam. Hal ini disebabkan karena pada detik t = 1 s, masing-masing sirip dengan variasi material bahan yang memiliki difusivitas termal tinggi dan rendah belum banyak mengalami perbedaan suhu terhadap suhu dasar Tb (100 ̊ C) , yaitu pada t = 0 s suhu disetiap volume kontrol ditentukan oleh kondisi awalnya, yaitu T = Ti = 100 ̊ C. Saat suhu pada masing-masing volume kontrol belum banyak mengalami perubahan terhadap suhu dasar Tb dan suhu awal Ti, maka laju aliran kalor yang didapat pada masing-masing variasi material bahan sirip mendekati laju aliran kalor maksimalnya. Namun ketika waktu telah menunjukkan t = 25 s hingga keadaan tunak, baru terlihat perbedaan nilai efisiensi dari masing-masing variasi material bahan sirip. Sirip dengan variasi material bahan yang memiliki difusivitas termal paling tinggi, Tembaga dan Alumunium memiliki nilai efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan sirip dengan variasi material bahan yang memiliki difusivitas rendah, yaitu Besi dan Kuningan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sirip dengan material bahan yang berdifusivitas tinggi memiliki kemampuan untuk mempertahankan nilai suhu di setiap volume kontrol yang dikarenakan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
cepatnya proses perambatan panas dan hantaran panas yang baik dari ujung dasar sirip Tb, yang nilainya dipertahankan 100 ̊ C dari waktu ke waktu, hingga ujung sirip yang paling kanan sehingga nilai suhunya menjadi lebih tinggi. Nilai suhu yang lebih tinggi akan berdampak pada perbedaan suhu sirip dan suhu fluida dalam rumus q = h As (T-T∞) sehingga nilai laju aliran kalor yang didapatkan menjadi lebih tinggi. Diketahui bahwa niali efisiensi adalah perbandingan antara laju aliran kalor yang dilepas sirip, dengan laju aliran kalor aktual dimana sirip telah terkena pengaruh pendinginan oleh fluida yang berada di sekitar sirip. Berdasarkan definisi tersebut didapatkan kesimpulan ketika nilai laju aliran kalor aktual yang didapatkan tinggi, maka perbedaan antara laju aliran kalor aktual dan laju aliran kalor maksimalnya menjadi lebih kecil sehingga diperoleh nilai efisiensi yang semakin tinggi. Ketika sirip dengan material bahan yang berdifusivitas rendah, maka sirip tersebut tidak memiliki kemampuan yang bagus untuk mempertahankan suhu di setiap volume kontrol dikarenakan kecepatan perambatan panas yang lambat dari ujung dasar sirip Tb hingga ke volume kontrol sirip yang berada di paling ujung kanan sehingga nilai suhu disetiap volume kontrol menjadi rendah dikarenakan suhu sirip terus mengalami reaksi dengan suhu di sekitar sirip yang menyebabkan perpindahan kalor pada sirip dan pasokan panas yang didapat dari ujung dasar sirip sangat lambat. Ketika nilai suhu rendah, maka perbedaan suhu sirip dengan suhu fluida menjadi rendah yang membuat nilai laju aliran kalor aktual yang didapatkan rendah. Ketika nilai laju aliran kalornya rendah, maka perbedaan nilai laju aliran kalor aktual dan maksimal menjadi semakin besar dan membuat nilai efisiensinya menjadi rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Untuk nilai efektivitas, dari grafik yang telah diperoleh, didapatkan hasil dengan pola yang juga tidak jauh berbeda dengan grafik pada nilai laju aliran kalor dan juga efisiensi dimana pada detik-detik awal (t = 1 s) belum begitu terlihat perbedaan nilai efektivitas hal ini dikarenakan nilai suhu pada setiap volume kontrol sirip belum mengalami banyak perubahan dibandingkan dengan suhu awalnya, Ti = 100 ̊ C. Sama seperti pada nilai laju aliran kalor dan juga nilai efisiensi, perbedaan nilai efektivitas dari masing-masing variasi material bahan sirip mulai terlihat dari detik t = 25 s hingga keadaan tunak, dimana material bahan sirip berdifusivitas tinggi seperti Tembaga dan Alumunium memiliki nilai efektivitas yang paling tinggi sedangkan sirip dengan variasi material bahan yang berdifusivitas rendah, seperti Besi dan Kuningan memiliki nilai efektivitas paling rendah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sirip dengan difusivitas tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mempertahankan nilai suhu di masing-masing volume kontrol dikarenakan kecepatan perambatan panas yang cepat dan sifat hantaran panas yang baik sehingga nilai suhu masing-masing volume kontrol sirip menjadi tinggi. Seperti yang telah dijelaskan juga bahwa nilai suhu yang tinggi akan membuat nilai laju aliran kalor yang didapatkan semakin besar. Diketahui bahwa efektivitas merupakan perbandingan laju aliran kalor ketika benda dipasang sirip dengan laju aliran kalor ketika benda tidak dipasangi sirip. Semakin besar laju aliran kalor suatu sirip, maka nilai efektivitasnya semakin besar pula. Sedangkan untuk sirip dengan variasi material bahan yang berdifusivitas rendah tidak memiliki kemampuan mempertahankan nilai suhu di setiap volume kontrolnya dengan baik dikarenakan kecepatan perambatan panas yang lambat sehingga nilai suhu disetiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
volume kontrol sirip cenderung rendah. Ketika nilai suhu di setiap volume kontrol sirip rendah, maka sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya, nilai laju aliran kalor yang didapatkan juga akan lebih rendah dibandingkan dengan sirip yang nilai suhunya tinggi sehingga nilai efektivitas yang didapatkan sirip dengan variasi material bahan berdifusivitas rendah lebih kecil dibandingkan dengan sirip yang memiliki variasi material bahan berdifusivitas tinggi. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan grafik yang ditampilkan, maka didapat suatu kesimpulan bahwa semakin besar nilai difusivitas suatu material bahan sirip, maka laju aliran kalornya akan semakin besar, efisiensi dan efektivitasnya pun akan semakin besar. 4.2.2 Pembahasan Perhitungan untuk Variasi Sudut Kemiringan Sirip Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh grafik distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi untuk variasi sudut kemiringan sirip yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.14 hingga Gambar 4.26. Grafik laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk setiap variasi sudut kemiringan sirip dibandingkan terhadap waktu pada keadaan tak tunak, yaitu 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s, 120 s dan juga pada keadaan tunak. Dari grafik yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa sudut kemiringan memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip. Untuk laju aliran kalor, dari grafik yang telah diperoleh didapat bahwa variasi sudut kemiringan terbesar, yaitu 2,5 ̊ , memiliki laju aliran kalor yang paling kecil dari waktu ke waktu hingga keadaan tunak, kemudian disusul sudut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
kemiringan 2,25 ̊ , 2 ̊, 1,75 ̊ , hingga yang memiliki laju aliran kalor terbesar adalah 1,5 ̊. Hal tersebut disebabkan ketika sudut sirip semakin besar, maka bentuk sirip juga akan semakin lancip dan ketika bentuk sirip semakin lancip, maka luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar juga akan semakin kecil. Diketahui untuk mendapatkan laju aliran kalor ditentukan dalam rumus q = h As (T-T∞). Dari rumus tersebut didapatkan hubungan yang berbanding lurus antara luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar (As) dengan laju aliran kalor sehingga saat luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar semakin kecil, maka laju aliran kalor yang didapat juga akan semakin kecil pula nilainya dan juga sebaliknya, ketika luasan sirip semakin besar, maka laju aliran kalor yang didapat juga akan semakin besar pula nilainya. Untuk nilai efisiensi, dari grafik yang telah diperoleh terlihat adanya perubahan posisi efisiensi dari waktu ke waktu pada variasi kemiringan sudut. Dari Tabel 4.6 dan Gambar 4.21 diperlihatkan bahwa ketika waktu (t) = 1s, variasi sudut kemiringan sirip 1.5 ̊ memiliki efisiensi paling tinggi disusul berturut-turut 1,75 ̊ , 2 ̊ , 2,25 ̊, dan 2,5 ̊. Namun ketika memasuki t = 15 s hingga keadaan tunak, terjadi perubahan urutan nilai efisiensi dari yang tertinggi hingga yang terendah. Pada saat t = 15 s hingga keadaan tunak, variasi sudut kemiringan 2,5 ̊ memiliki nilai efisiensi yang paling tinggi disusul 2,25 ̊, 2. ̊, 1,75 ̊, dan variasi sudut kemiringan 1,5 ̊ justru memiliki nilai efisiensi yang paling kecil. Dari grafik distribusi suhu yang telah ditampilkan pada gambar 4.14 hingga gambar 4.19, terlihat bahwa variasi sudut kemiringan 2,5 ̊ memiliki nilai suhu yang paling rendah. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya hal tersebut dikarenakan sudut kemiringan yang besar akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
membuat bentuk sirip menjadi semakin lancip dan luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar semakin mengecil. Ketika luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar semakin kecil, maka semakin kecil luasan sirip yang harus didinginkan oleh fluida sekitar sirip dan hasilnya, distribusi suhu menjadi semakin cepat untuk mencapai keadaan tunak dan nilai suhu sirip menjadi semakin rendah. Dikarenakan cepat mencapai keadaan tunak, maka penurunan suhu sirip dari waktu ke waktu memang drastis pada awal dan hal tersebut membuat perbedaan laju aliran kalor ketika sirip terkena pengaruh fluida (q aktual) dan laju aliran kalor ketika suhu sirip diasumsikan sama dengan suhu dasar sirip (q maksimal) begitu jauh diawal, yang membuat efisiensi sirip menjadi rendah. Tetapi begitu memasuki t = 15 s hingga keadaan tunak, dikarenakan suhu sirip mendekati keadaan tunak, maka perbedaan penurunan suhu semakin kecil bahkan cenderung tetap sehingga perbedaan q aktual dan q maksimal menjadi tidak terlalu besar perbedaanya dan membuat efisiensi penurunannya tidak terlalu signifikan. Berbeda halnya dengan sudut kemiringan semakin kecil, maka luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar akan semakin besar dan semakin besar pula luasan sirip yang harus didinginkan fluida sehingga nilai suhunya tinggi dan juga semakin lama mencapai suhu tunak. Nilai suhu yang tinggi membuat perbedaan q aktual dan q maksimal diawal lebih rendah jika dibandingkan sirip dengan sudut kemiringan besar sehingga nilai efisiensinya lebih besar. Namun, sirip dengan sudut kemiringan kecil memiliki luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar yang lebih besar sehingga membuat suhunya lebih lama mencapai keadaan tunak. Hasilnya, ketika pada t =15 s hingga t =120 s, sirip dengan sudut kemiringan besar telah lebih dulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
mencapai keadaan tunak dan mempertahankan nilai efisiensinya, sirip dengan sudut kemiringan kecil terus menerus menurun nilai suhunya hingga nilai suhunya hampir sama dengan sirip yang memiliki sudut kemiringan besar dan hasilnya, perbedaan q aktual dan q maksimal dari waktu ke waktu semakin jauh dan membuat nilai efisiensinya terus menerus menurun, bahkan menjadi lebih rendah dibandingkan sirip bersudut kemiringan besar. Untuk nilai efektivitas, dapat dilihat dari Tabel 4.7 dan Gambar 4.22 diperoleh hasil sirip dengan variasi sudut kemiringan terbesar, yaitu 2,5 ̊ memiliki nilai efektivitas yang paling kecil dari waktu ke waktu hingga keadaan tunak, disusul 2,25 ̊ , 2 ̊, 1,75 ̊, dan variasi sudut kemiringan 1,5 ̊ memiliki nilai efektivitas tertinggi. Hal tersebut dikarenakan ketika sudut kemiringan sirip semakin kecil, maka semakin besar luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar pada setiap volume kontrol dan juga ketika sudut kemiringan semakin besar, maka semakin kecil luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar pada setiap volume kontrol. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, diketahui bahwa efektivitas merupakan perbandingan laju aliran kalor ketika benda dipasangi sirip dengan laju aliran kalor ketika benda tidak dipasangi sirip. Ketika luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar pada setiap volume kontrolnya semakin besar, maka semakin besar laju aliran kalor suatu sirip, dengan melihat rumus laju aliran kalor q = h As (T-T∞), sehingga nilai efektivitasnya semakin besar pula dan begitu juga sebaliknya. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan grafik yang ditampilkan untuk sirip dengan variasi sudut kemiringan, maka didapat suatu kesimpulan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
semakin besar sudut kemiringan suatu sirip, maka laju aliran kalornya akan semakin kecil, dan nilai efisiensi pada awal-awal lebih rendah dibandingkan sirip dengan sudut kemiringan kecil, namun seiring berjalannya waktu hingga mencapai keadaan tunak nilai efisiensinya justru semakin tinggi, sedangkan nilai efektivitasnya dari waktu ke waktu hingga mencapai keadaan tunak semakin kecil. 4.2.3 Pembahasan Perhitungan untuk Variasi Sisi Dua Dasar Penampang Sirip Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh grafik distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi untuk variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.27 hingga Gambar 4.39. Grafik laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip untuk setiap variasi panjang sisi dasar sirip dibandingkan terhadap waktu pada keadaan tak tunak, yaitu 1 s, 25 s, 50 s, 75 s, 100 s, 120 s dan juga pada keadaan tunak. Dari grafik yang diperoleh, terlihat bahwa panjang sisi dua dasar penampang sirip memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip. Untuk laju aliran kalor, dari grafik yang telah ditampilkan terlihat bahwa laju aliran kalor dengan variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip terkecil, yaitu 0,01 m memiliki nilai yang paling kecil, diikuti dengan variasi panjang sisi dasar sirip 0,03 m, 0,05 m, dan 0,08 m. Sedangkan variasi panjang sisi dasar sirip terbesar, yaitu 0,1 m memiliki nilai laju aliran kalor yang terbesar dari waktu ke waktu hingga keadaan tunak. Hal ini disebabkan karena ketika panjang sisi dasar sirip semakin besar, maka luas permukaan sirip yang bersentuhan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
udara di sekitar sirip akan semakin besar pula. Sesuai dengan rumus laju aliran kalor q = h As (T - T∞), dimana dalam rumus tersebut terlihat bahwa laju aliran kalor memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan luas permukaan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar (As), saat luas permukaan sirip yang bersentuhan dengan fluida sirip semakin besar, maka laju aliran kalor yang dikeluarkan sirip akan semakin besar pula. Untuk nilai efisiensi, dari grafik yang telah diperoleh terlihat adanya perubahan posisi efisiensi dari waktu ke waktu pada variasi sisi dua dasar penampang sirip. Dari Tabel 4.10 dan Gambar 4.34 diperlihatkan bahwa ketika waktu (t) = 1s, variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,1 m memiliki efisiensi paling tinggi disusul berturut-turut 0,08 m, 0,05 m, 0,03 m, dan 0,01 m. Namun ketika memasuki t = 15 s hingga keadaan tunak, terjadi perubahan urutan nilai efisiensi dari yang tertinggi hingga yang terendah. Pada saat t = 15 s hingga keadaan tunak, variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,01 m memiliki nilai efisiensi yang paling tinggi disusul 0,03 m, 0,05 m, 0,08 m, dan variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,1 justru memiliki nilai efisiensi yang paling kecil. Dari grafik distribusi suhu yang telah ditampilkan pada gambar 4.27 hingga gambar 4.32, terlihat bahwa variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,01 memiliki nilai suhu yang paling rendah. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya hal tersebut dikarenakan sisi dua dasar penampang pada sirip 0,01 m memiliki luasan yang kecil yang bersentuhan dengan fluida sekitar. Ketika luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar semakin kecil, maka semakin kecil luasan sirip yang harus didinginkan oleh fluida sekitar sirip dan hasilnya, distribusi suhu menjadi semakin cepat untuk mencapai keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
tunak dan nilai suhu sirip menjadi semakin rendah. Dikarenakan cepat mencapai keadaan tunak, maka penurunan suhu sirip dari waktu ke waktu memang drastis pada awal dan hal tersebut membuat perbedaan laju aliran kalor ketika sirip terkena pengaruh fluida (q aktual) dan laju aliran kalor ketika suhu sirip diasumsikan sama dengan suhu dasar sirip (q maksimal) begitu jauh diawal, yang membuat efisiensi sirip menjadi rendah. Tetapi begitu memasuki t = 15 s hingga keadaan tunak, dikarenakan suhu sirip mendekati keadaan tunak, maka perbedaan penurunan suhu semakin kecil bahkan cenderung tetap sehingga perbedaan q aktual dan q maksimal menjadi tidak terlalu besar perbedaanya dan membuat efisiensi penurunannya tidak terlalu signifikan. Berbeda halnya dengan sisi dua dasar penampang sirip yang mempunyai nilai besar, maka luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar akan semakin besar dan semakin besar pula luasan sirip yang harus didinginkan fluida sehingga nilai suhunya tinggi dan juga semakin lama mencapai suhu tunak. Nilai suhu yang tinggi membuat perbedaan q aktual dan q maksimal diawal lebih rendah jika dibandingkan sirip dengan sisi dua dasar penampang sirip bernilai kecil sehingga nilai efisiensinya lebih besar. Namun, sirip dengan sisi dua dasar penampang yang nilainya lebih besar memiliki luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar yang lebih besar sehingga membuat suhunya lebih lama mencapai keadaan tunak. Hasilnya, ketika pada t =15 s hingga t =120 s sirip dengan sisi dua dasar penampang yang lebih kecil telah terlebih dulu mencapai keadaan tunak dan mempertahankan nilai efisiensinya, sirip dengan sisi dua dasar penampang yang nilainya lebih besar terus menerus menurun nilai suhunya, hingga nilai suhunya hampir sama dengan sirip yang memiliki nilai sisi dua dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
penampang sirip yang kecil dan hasilnya, perbedaan q aktual dan q maksimal dari waktu ke waktu semakin jauh dan membuat nilai efisiensinya terus menerus menurun, bahkan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan sirip yang bernilai kecil pada sisi dua dasar penampangnya. Untuk nilai efektivitas, dari grafik yang telah diperoleh terlihat adanya perubahan posisi efektivitas dari waktu ke waktu pada variasi sisi dua dasar penampang sirip. Dari Tabel 4.11 dan Gambar 4.35 diperlihatkan bahwa ketika waktu (t) = 1s, variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,1 m memiliki efektivitas paling tinggi disusul berturut-turut 0,08 m, 0,05 m, 0,03 m, dan 0,01 m. Namun ketika memasuki t = 35 s hingga keadaan tunak, terjadi perubahan urutan nilai efektivitas dari yang tertinggi hingga yang terendah. Pada saat t = 35 s hingga keadaan tunak, variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,01 m memiliki nilai efektivitas yang paling tinggi disusul 0,03 m, 0,05 m, 0,08 m, dan variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,1 justru memiliki nilai efektivitas yang paling kecil. Dari grafik distribusi suhu yang telah ditampilkan pada gambar 4.27 hingga gambar 4.32, terlihat bahwa variasi sisi dua dasar penampang sirip 0,01 memiliki nilai suhu yang paling rendah. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya hal tersebut dikarenakan sisi dua dasar penampang pada sirip 0,01 m memiliki luasan yang kecil yang bersentuhan dengan fluida sekitar. Ketika luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar semakin kecil, maka semakin kecil luasan sirip yang harus didinginkan oleh fluida sekitar sirip dan hasilnya, distribusi suhu menjadi semakin cepat untuk mencapai keadaan tunak dan nilai suhu sirip menjadi semakin rendah. Saat memasuki t = 35 s hingga keadaan tunak, dikarenakan suhu sirip mendekati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
keadaan tunak, maka perbedaan penurunan suhu semakin kecil bahkan cenderung tetap sehingga perbedaannya menjadi tidak terlalu besar dan membuat efektivitas penurunannya tidak terlalu signifikan. Berbeda halnya dengan sisi dua dasar penampang sirip yang mempunyai nilai besar, maka luasan sirip yang bersentuhan dengan fluida sekitar akan semakin besar dan semakin besar pula luasan sirip yang harus didinginkan fluida sehingga nilai suhunya tinggi dan juga semakin lama mencapai suhu tunak. Hasilnya, ketika pada t =25 s hingga t =120 s sirip dengan sisi dua dasar penampang yang lebih kecil telah terlebih dulu mencapai keadaan tunak dan mempertahankan nilai efektivitasnya, sirip dengan sisi dua dasar penampang yang nilainya lebih besar terus menerus menurun nilai suhunya. Diketahui bahwa efektivitas merujuk pada perbandingan laju aliran kalor ketika benda dipasang sirip dengan laju aliran kalor ketika benda tidak dipasangi sirip. Sirip dengan variasi panjang sisi dasar yang kecil, seperti yang telah dibahas tentunya akan memiliki laju aliran kalor yang kecil pula. Ketika benda dengan panjang sisi dasar yang kecil tidak dipasang sirip, maka laju perpindahan panas dari benda ke lingkungan menjadi sangat rendah dan ketika benda tersebut dipasang sirip, otomatis luasan benda akan bertambah besar yang membuat laju aliran kalor menjadi bertambah besar. Hal yang sama juga berlaku untuk benda dengan panjang sisi dasar yang besar. Namun, benda yang memiliki panjang sisi dasar yang besar walaupun tidak dipasang sirip pun telah memiliki laju aliran kalor yang cukup besar dan dengan pemasangan sirip, laju aliran kalor memang dapat menjadi semakin besar tetapi pengaruhnya tidak akan sebesar ketika sirip dipasang pada benda yang memiliki panjang sisi dasar kecil. Pemasangan sirip lebih dibutuhkan ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
panjang sisi dasarnya kecil karena dengan adanya sirip, laju aliran kalor dapat bertambah besar secara signifikan dibandingkan dengan ketika panjang sisi dasarnya besar. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan dan grafik yang diperoleh, maka didapat suatu kesimpulan bahwa semakin besar panjang sisi dasar sirip, maka laju aliran kalornya akan semakin besar, namun efisiensi dan efektivitasnya semakin rendah. 4.2.4 Pembahasan Perbandingan Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Literatur dan Hasil Penelitian
Penelitian sirip dengan bentuk penampang kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi pada kasus satu dimensi keadaan tak tunak ini dilakukan dengan menggunakan metode komputasi, dengan metode beda hingga cara eksplisit yang telah dirumuskan dengan menggunakan Microsoft Excel. Untuk membuktikan kebenaran dan keakuratan dari program yang telah dibuat dengan metode numerik, maka tentu diperlukan adanya suatu pembanding antara hasil penelitian dengan hasil yang telah dilakukan oleh para ahli dengan menggunakan metode analitis, yang dalam hal ini akan dibandingkan dengan penelitian efisiensi sirip silinder yang terdapat pada Cengel (1998). Nilai ξ dari Cengel (1998) untuk sirip berbentuk silinder dapat dinyatakan dengan Persamaan (4.1).
1 4
L D 2
Pada Persamaan (4.1) : L
= panjang sirip, m
h ...............................................................(4.1) kD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
D
= diameter sirip dengan penampang lingkaran, m
h
= koefisien perpindahan kalor konveksi, W/ m2C
k
= konduktivitas termal bahan, W/mC Untuk sirip dengan penampang kapsul, nilai D dapat disubstitusikan dengan
Dbaru. Jika luas penampang lingkaran disamadengankan dengan luas kapsul, maka akan didapatkan Dbaru untuk penampang kapsul seperti yang terdapat pada Persamaan (4.6). sisi 1a sisi 1b sisi 1 = 2
.........................................................................(4.2a)
sisi 2 a sisi 2 b sisi 2 = .......................................................................(4.2b) 2
Pada persamaan (4.2a) dan (4.2b) : sisi 1 = sisi satu penampang rata-rata pada sirip kapsul, m
sisi 2 = sisi dua penampang rata-rata pada sirip kapsul, m
sisi 1a = sisi satu penampang pada dasar sirip kapsul, m sisi 1b = sisi satu penampang pada ujung sirip kapsul, m sisi 2a = sisi dua penampang pada dasar sirip kapsul, m sisi 2b = sisi dua penampang pada ujung sirip kapsul, m Sehingga dengan menggunakan panjang sisi rata-rata sirip kapsul dapat dicari nilai Dbaru dengan menyamadengankan luas penampang sirip silinder dengan luas penampang sirip berbentuk kapsul seperti pada Persamaan (4.6). L penampanglingkaran L penampangkapsul ..................................................................(4.3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
2 1 2 Dbaru sisi 1 sisi 2 sisi 1 .....................................................(4.4) 4 4
sisi 1 sisi 2 14 sisi 1 2
2 Dbaru
........................................................(4.5)
0,25
sisi 1 sisi 2 14 sisi 1 2
Dbaru
0,25
.....................................................(4.6)
Dengan Persamaan (4.6), maka dapat dicari nilai ξ pada sirip penampang berbentuk kapsul dan dapat dibandingkan dengan hasil penelitian mengenai efisiensi sirip silinder yang terdapat dalam Cengel (1998). Setelah dilakukan proses perhitungan, penelitian ini menghasilkan grafik antara efisiensi dan ξ yang tidak berbeda jika dibandingkan dengan penelitian yang terdapat pada buku Cengel (1998) yang tertera pada Gambar 4.40.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Gambar 4.40 Grafik Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip Silinder, Segi-tiga dan Siku-empat dari Buku Cengel (1998) Sedangkan grafik hubungan efisiensi dan ξ yang telah diperoleh berdasarkan hasil perhitungan pada penelitian disajikan pada Gambar 4.41. Grafik yang disajikan pada Gambar 4.41 memiliki Bahan Alumunium dengan suhu dasar,Tb = 100 ̊ C ; suhu awal,Ti =100 ̊ C ; suhu fluida di sekitas sirip, T∞ = 30 ̊ C ; sudut kemiringan,α = 2 ̊ ; masing-masing panjang sisi di dasar sirip = 0.01 m; dan panjang sirip, L = 0.099 m pada saat keadaan tunak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
1 0,9 0,8
Efisiensi
0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0
0,5
1 1,5 1 h L D 2 4 kD
2
2,5
Gambar 4.41 Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip Penampang Berbentuk kapsul yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi yang Ditinjau Dalam Penelitian
1 0,9 0,8
Efisiensi
0,7 0,6 0,5 Hasil Penelitian
0,4 0,3
Grafik pada Cengel (Sirip Silinder)
0,2 0,1 0 0
0,5
1
1,5 1 h L D 2 4 kD
2
2,5
Gambar 4.42 Perbandingan Hubungan Efisiensi dan ξ Pada Sirip Penampang Berbentuk kapsul yang Luasnya Berubah Terhadap Posisi yang Ditinjau Dalam Penelitian dengan Sirip Silinder yang Terdapat Pada Literatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tabel 4.14 Perbandingan Nilai Efisiensi Pada Sirip yang Ditinjau Dalam Penelitian dengan Sirip Silinder Yang Terdapat Dalam Buku Cengel (1998) ξ
η (Penelitian)
η (Cengel)
η (Perbedaan)
η (% Perbedaan)
0
1
1
0
0,00
0,1
0,9900
0,9800
0,0100
1,00
0,2
0,9774
0,9506
0,0268
2,68
0,3
0,9585
0,9176
0,0409
4,09
0,4
0,9348
0,8824
0,0524
5,24
0,5
0,9048
0,8471
0,0577
5,77
0,6
0,8725
0,8018
0,0707
7,07
0,7
0,8392
0,7624
0,0768
7,68
0,8
0,8037
0,7235
0,0802
8,02
0,9
0,7690
0,6824
0,0866
8,66
1
0,7355
0,6400
0,0955
9,55
1,1
0,7023
0,5965
0,1058
10,58
1,2
0,6711
0,5576
0,1135
11,35
1,3
0,6419
0,5241
0,1178
11,78
1,4
0,6138
0,5012
0,1126
11,26
1,5
0,5878
0,4776
0,1102
11,02
1,6
0,5630
0,4541
0,1089
10,89
1,7
0,5407
0,4306
0,1101
11,01
1,8
0,5189
0,4118
0,1071
10,71
1,9
0,4993
0,3902
0,1091
10,91
2
0,4807
0,3718
0,1089
10,89
2,1
0,4635
0,3529
0,1106
11,06
2,2
0,4472
0,3353
0,1119
11,19
2,3
0,4320
0,3200
0,1120
11,20
2,4
0,4179
0,3059
0,1120
11,20
2,5
0,4045
0,2941
0,1104
11,04
Dari perbandingan grafik yang disajikan pada Gambar 4.41 dan Gambar 4.42, maka dapat dilihat bahwa profil grafik yang dihasilkan dalam penelitian ini memberikan hasil yang tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh para ahli sehingga dapat disimpulkan bahwa proses perhitungan dengan Microsoft Excel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dan hasil penelitian yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dari perbandingan profil grafik yang disajikan pada Gambar 4.42, dapat dilihat bahwa perbandingan efisiensi dan ξ pada sirip penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi lebih tinggi jika dibandingkan dengan sirip berbentuk silinder atau berpenampang lingkaran. Dikarenakan perbedaan efisiensi diantara kedua sirip yang mencapai 11,7 %, maka dapat disimpulkan bahwa sirip penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi tidak dapat diwakilkan oleh sirip berbentuk silinder.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil penelitian yang telah dilakukan dan akhirnya telah diketahui pengaruh variasi (1) panjang sisi dua dasar penampang sirip, (2) sudut kemiringan sirip, (3) material bahan sirip, untuk sirip kasus 1 dimensi, terhadap distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip, dengan luas penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi dan (4) perbandingan efisiensi terhadap ξ untuk sirip kasus 1 dimensi. Hasil penelitian yang telah dilakukan memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut : a.
Semakin besar panjang sisi dua dasar penampang sirip, maka laju aliran kalornya akan semakin besar, namun efisiensi dan efektivitasnya akan semakin rendah. Hal tersebut dibuktikan bahwa pada detik ke-120, sirip dengan bahan alumunium dengan suhu dasar,Tb = 100 ̊ C ; suhu awal,Ti =100 ̊ C ; suhu fluida di sekitas sirip, T∞ = 30 ̊ C ; sudut kemiringan, α =2 ̊ ; h= 250 W/m2 ̊C; dan panjang sirip, L = 0.099 m untuk variasi panjang sisi dua dasar penampang sirip 0,01 m; 0,03 m; 0,05 m; 0,08 m; dan 0,10 m menghasilkan laju aliran kalor berturut-turut sebesar 35,4534 W; 73,9733 W; 112,4871 W; 170,2563 W; 208,7688 W dan menghasilkan efisiensi berturut-turut sebesar 0,5988; 0,5676; 0,5548; 0,5525; 0,5505 serta efektivitas sebesar 11,3471; 11,1667; 11,1140; 11,0740; dan 11,0609.
106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
b.
Semakin besar sudut kemiringan suatu sirip, maka laju aliran kalornya akan semakin kecil, untuk nilai efisiensi pada awal-awal lebih rendah dibandingkan sirip dengan sudut kemiringan kecil, tetapi seiring denga berjalannya waktu hingga sirip mencapai keadaan tunak nilai efisiensinya justru semakin tinggi, sedangkan untuk nilai efektivitasnya dari waktu ke waktu hingga sirip mencapai keadaan tunak semakin kecil. Hal tersebut dibuktikan bahwa pada detik ke-120, sirip dengan bahan alumunium dengan suhu dasar,Tb = 100 ̊ C ; suhu awal,Ti =100 ̊ C ; suhu fluida di sekitas sirip, T∞ = 30 ̊ C ; h= 250 W/m2 ̊C ̊ ; panjang sisi di dasar sirip = 0.01 m; dan panjang sirip,L = 0.099 m untuk variasi sudut kemiringan sirip 1,5 ̊; 1,75 ̊ ; 2 ̊ ; 2,25 ̊ ; 2,5 ̊ menghasilkan nilai laju aliran kalor berturut-turut sebesar 38,0646 W; 36,7534 W; 35,4534 W; 34,1650 W; 32,8893 W;, dan nilai efisiensi sebesar 0,5648; 0,5808; 0,5988; 0,6192; 0,6425; serta nilai efektivitas sebesar 12,1828; 11,7632; 11,3471; 10,9347; dan 10,5264.
c.
Untuk masing-masing variasi material bahan sirip yang memberikan nilai laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas sirip dari yang terbesar hingga terkecil berturut-turut adalah Tembaga, Alumunium, Seng, Kuningan, dan Besi. Berdasarkan besarnya nilai difusivitas termal suatu bahan, maka laju aliran kalor yang didapat sirip semakin besar pula. Selain nilai laju aliran kalor yang semakin besar, semakin besar difusivitas termal suatu bahan juga akan menghasilkan nilai efisiensi dan efektivitas yang semakin besar pula. Hal tersebut dubuktikan bahwa pada detik ke-120, sirip dengan suhu dasar,Tb = 100 ̊ C ; suhu awal,Ti =100 ̊ C ; suhu fluida di sekitas sirip, T∞ = 30 ̊ C ; h=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
250 W/m2 ̊C ̊ ; sudut kemiringan, α =2 ̊; panjang sisi di dasar sirip = 0.01 m; dan panjang sirip,L = 0.099 m untuk variasi bahan sirip Tembaga, Alumunium, Seng, Kuningan, dan Besi menghasilkan nilai laju aliran kalor berturut-turut sebesar 42,3746 W; 35,4533 W; 28,8280 W; 28,6497 W; 24,5548 W, dan menghasilkan efisiensi sebesar 0,7157; 0,5988; 0,4869; 0,4839; 0,4147, serta nilai efektivitas sebesar 13,5622; 11,3470; 9,2266; 9,1695; 7,8589. d.
Dapat dilihat bahwa perbandingan efisiensi dan ξ pada sirip penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi lebih tinggi dibandingkan dengan sirip berbentuk silinder atau berpenampang lingkaran seperti yang terdapat dalam buku Cengel (1988). Perbedaan efisiensi diantara kedua sirip ialah sebesar 11,7% sehingga dapat dikatakan bahwa sirip penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi lebih baik dibandingkan dengan sirip berbentuk silinder atau berpenampang lingkaran.
5.2 Saran Setelah penelitian ini dilakukan guna untuk mengetahui besarnya efisiensi dan efektivitas sirip dengan penampang berbentuk kapsul yang luasnya berubah terhadap posisi, dapat diberikan beberapa saran yang sekiranya dapat membantu para pembaca yang ingin meneliti sirip dengan topik serupa sebagai berikut : a.
Agar memperoleh hasil penelitian besarnya distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas pada sirip yang diteliti luasnya berubah terhadap posisi secara akurat, maka salah satu caranya adalah memperbanyak jumlah node sehingga jarak antar volume kontrolnya (∆x) akan semakin kecil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
b.
Selain memperbanyak jarak antar volume kontrolnya, cara lain untuk memperoleh nilai distribusi suhu, laju aliran kalor, efisiensi, dan efektivitas pada sirip secara akurat adalah memperkecil selang waktu (∆t), namun harus memenuhi syarat stabilitasnya.
c.
Pada penelitian serupa pergunakanlah tekhnologi komputer yang memadai guna membantu dalam proses komputasi sehingga dapat mempersingkat waktu pengerjaan dan mempermudah dalam pengolahan data-data hasil variasi pengujian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Cengel, Y.A. (1998). “Heat and Transfer a Practical Approach”. New York : McGraw-Hill Holman, J.P. (1988). " Perpindahan Kalor ". Jakarta : Erlangga. Moitsheki, R.J., and Rowjee, A. (2011). : Steady Heat Transfer through a TwoDimensional Rectangular Straight Fin, Journal of Mathematical Problems in Engineering, 2011, 1-13. Nugroho, T.D. (2016). ” Efektivitas Dan Efisiensi Sirip Dengan Luas Penampang Fungsi Posisi Berpenampang Belah Ketupat Kasus Satu Dimensi Pada Keadaan Tak Tunak”, Tugas Akhir, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pujianto, A. (2008). "Efisiensi Sirip Silinder ( Kasus 1 Dimensi pada Keadaan Tak Tunak dengan Nilai k=k(T) )", Tugas Akhir, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Purwadi P.K., (2008). ”Efektivitas Sirip Longitudinal Profil Segitiga Keadaan Tak Tunak dengan Nilai k = k (T)”, Prosiding Seminar Nasional, Universitas Petra Surabaya. Wang, F., Zhang, J., Wang, S. (2012). : Investigation on Flow and Heat Transfer Characteristics in Rectangular Channel With Drop Shaped Pin Fins, Journal of Propulsion and Power Research, 1, 64-70. Winastwan, M.R. (2016). “Efektivitas Dan Efisiensi Sirip Dengan Luas Penampang Fungsi Posisi Berpenampang Segiempat Kasus Satu Dimensi Pada Keadaan Tak Tunak”, Tugas Akhir, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
110