EFEKTIFITAS STRATEGI DIVERSIFIKASI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA (PERSERO) DARI SEGI KINERJA FINANSIAL Tyas Ambar Prativi, Dr.Ir. Patdono Suwignjo M.Eng.Sc, Naning Aranti Wessiani ST., MM Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected] ;
[email protected] ;
[email protected] Abstrak Perkembangan ekonomi yang semakin pesat di segala bidang, memaksa setiap pelaku bisnis mempertahankan pangsa pasar, atau bahkan memperluas daerah pemasarannya agar bisa bertahan. Salah satunya adalah dengan membuka cabang perusahaan di beberapa tempat. Perusahaan yang ingin memperluas daerah pemasaran dengan cara tersebut sangat membutuhkan analisa yang cermat untuk memperhitungkan efektifitas dari perluasan pangsa pasarnya dari segi kelayakan finansial, risiko pengaruh eksternal, dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan. Studi kasus yang diangkat dalam penelitian ini adalah diversifikasi yang akan dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO), sebagai usaha untuk meningkatkan profit secara keseluruhan (terkonsolidasi). Diversifikasi dilakukan dengan membangun beberapa kedai kopi di beberapa kota besar di Pulau Jawa. Proyek ini membutuhkan investasi yang sangat besar, sehingga perlu dilakukan analisa dari segi finansial agar tidak terjadi keterlanjuran penanaman modal yang besar untuk kegiatan yang tidak menguntungkan. Untuk mengetahui efektifitas dari sistem ini, perlu dilakukan uji kelayakan proyek dan analisa finansial perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa menguntungkan diversifikasi terhadap finansial perusahaan. Analisa meliputi beberapa factor eksternal yaitu price, cost, dan demand terhadap kelayakan proyek. Untuk mengetahui efektifitas dari proyek tersebut, maka terlebih dahulu dibuat model finansial untuk mengidentifikasi indikator-indikator keuangan kinerja proyek. Simulasi dilakukan dengan mengestimasi distribusi indikator-indikator kinerja keuangan proyek dengan adanya ketidakpastian variabel-variabel inputnya. Kemudian dalam model simulasi tersebut dimasukkan input hasil distribusi total income terkonsolidasi. Begitu juga dengan total income perusahaan induk tanpa melakukan diversifikasi. Dengan demikian akan diketahui efektifitas diversifikasi bagi kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO). Kata kunci : Diversifikasi, Konsolidasi, Risiko Finansial, Simulasi ABSTRACT The economical fast-growth in every aspects, force every business player to maintain their market target, or even expand their marketing area to survive. One way to do it is to establish branches in several places. A company that expand their market area with that method, needs a precise analysis that consider effectiveness of their marketing area expansion from financial aspect, external influence risks, and the effects to the company financial performance. Case study of this research is a diversification that will be conducted by PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO), as an effort to raise overall profit (consolidated). Diversification is conducted by building several coffee shop in big cities in Java Island. This project needs a very huge investment, so it is necessary to analyze form financial aspects so unprofitable capital cultivation for big project would not occurred. To know the effectiveness of this system, we have to do a project feasibility study and company financial analysis.
This research is being held to know how profitable a diversification to a company finance is. The analysis includes several external factors such as price, cost, and demand to project eligibility. To know the effectiveness of that project, we have to make a financial model first to identify the project financial performance indicators. The simulation is being done by estimating the distribution of the project financial indicators with the uncertainty of the input variables. Then the consolidated total income distribution result is put inside the simulation model. So does the main company total income without doing diversification. With all that process, the effectiveness of diversification for PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) finance performance would be discovered. Keywords : Diversification, Consolidated, Finance Risk, Simulation. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan komoditas dagang nomor dua setelah minyak bumi, dan Negara Indonesia merupakan Negara pengekspor kopi terbesar nomor empat di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa hasil perkebunan kopi melimpah di Indonesia, tetapi konsumsi kopi di Indonesia masih sangat rendah. Setelah jaringan kopi Starbuks masuk ke Indonesia, bisnis Coffee Shop mulai berkembang. Padahal, bahan baku kopi yang digunakan oleh Starbucks sebagian besar merupakan hasil alam Indonesia. Kopi bukan lagi minuman kebutuhan, tetapi minum kopi sudah menjadi life style ketika Starbucks lebih menonjolkan pelayanannya dari pada produknya, padahal harga setiap cangkir kopi yang disajikan sangat mahal. Konsep bisnis yang seperti ini lah yang menjadikan acara minum kopi di sebuah coffee shop merupakan sebuah prestige tersendiri bagi kalangan menengah atas. Perkebunan kopi di Indonesia sebagian besar dikelola oleh Negara melalui PT. Perkebunan Nusantara, salah satunya adalah PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO). Melihat animo masyarakat terhadap kopi dan persaingan bisnis yang semakin ketat, memaksa PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) melebarkan bisnis dengan melakukan strategi diversifikasi yaitu mendirikan beberapa coffee shop di beberapa kota besar. Namun di sini perlu dilihat apakah pendirian coffe shop tersebut layak, dan bagaimana pengaruh pendirian beberapa coffee shop ini terhadap laporan keuangan konsolidasi PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO). Selain itu juga dilihat bagaimana pengaruh tingkat
pengembalian modal jika terjadi perubahan price, cost, dan demand. 1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitan ini adalah: 1.
Bagaimanakah kelayakan strategi diversifikasi yang dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO)? 2. Bagaimanakah pengaruh diversifikasi ini terhadap kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO) terkonsolidasi? 3. Bagaimanakah risiko kelayakan diversifikasi jika terjadi perubahan cost, price, dan demand? 1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah : 1
2
3
Untuk mengukur kelayakan strategi diversifikasi PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO). Untuk mengetahui pengaruh diversifikasi terhadap profitabilitas PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO) terkonsolidasi. Mengetahui perubahan IRR Café pada setiap lokasi jika terjadi perubahan cost, price, dan demand.
2.
Metodologi Penelitian Perangkat yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini murni berbasis spreadsheet. Tahap-tahap pengolahan data tersebut antara lain :
2.1 Penentuan Asumsi Dasar Asumsi yang digunakan terdiri dari asumsi pemasaran, asumsi opersional, dan asumsi keuangan. Asumsi pemasaran adalah
2
penetapan harga jual produk Café dan harga komoditas perusahaan induk, penetapan proporsi penjualan produk non-minuman terhadap penjualan minuman, dan rasio antara pelanggan Café terhadap Pengunjung Mal di semua lokasi. Asumsi operasional adalah penetapan biaya yang berkaitan dengan kegiatan operasional Café dan perusahaan induk. Asumsi keuangan adalah penetapan besar modal dan pinjaman, bunga pinjaman, tingkat pengembalian modal sendiri, dan term of payment utang perusahaan. 2.2 Analisa Kelayakan Café Indikator kelayakan kinerja investasi Café yang digunakan adalah IRR, NPV, dan Payback Period. Untuk mengetahui kelayakan Café, dilakukan penyusunan laporan keuangan Café di seluruh lokasi. Revenue yang didapatkan adalah hasil total penjualan minuman dan produk non-minuman. Setiap produk dikalikan dengan harga jual, kemudian dikalikan dengan jumlah demand (Demand = jumlah pengunjung Mal x rasio antara jumlah pelanggan Café terhadap pengunjung Mal). Dengan asumsi yang telah ditetapkan, akan diketahui besarnya beban pada setiap item penjualan, sehingga didapatkan net profit setiap Café. Kemudian dilakukan penyusunan cash flow. Perlu dicatat bahwa dasar evaluasi adalah menggunakan cash flow dan bukan menggunakan pendapatan, karena hanya kas-lah yang dapat dipergunakan oleh perusahaan
kelak untuk membayar dividen atau dipergunakan untuk investasi kembali. Dari cash flow akan didapatkan berapa angka IRR, NPV, dan Payback Period yang dibutuhkan setiap Café. Selain itu juga menyusun balance sheet untuk mengetahui posisi asset Café. 2.3
Penyusunan Laporan Gabungan Café
Keuangan
Setelah diketahui Café mana saja yang dinyatakan feasible, dilakukan penggabungan laporan keuangan seluruh Café yang feasible. Dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui perkiraan total pendapatan dan pendanaan yang dibutuhkan seluruh Café.
2.3
Proyeksi Laporan Keuangan Perkebunan Nusantara (PERSERO) Tanpa Proyek.
PT. XII
Dari neraca actual tahun 2008 diketahui posisi keuangan perusahaan, sehingga angkaangka tersebut dapat diproyeksi menggunakan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan. Revenue yang didapat sebelum proyek berasal dari penjualan komoditas local dan ekspor perusahaan induk. 2.4 Laporan Keuangan Konsolidasi Laporan keuangan konsolidasi adalah menggabungkan laporan keuangan yang terdiri dari cash flow, income statement, dan balance sheet milik Café keseluruhan dengan laporan keuangan perusahaan induk yang telah diproyeksi. Kemudian sangat perlu dilakukan eliminasi pada entity tertentu pada laporan keuangan gabungan, agar tidak terjadi double costing yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi pada keuangan perusahaan. Eliminasi dilakukan pada cash flow. Laporan konsolidasi adalah laporan yang telah dieliminasi. Dari laporan tersebut dapat dibandingkan besarnya net margin sebelum dan sesudah konsolidasi. 2.5 Simulasi Monte Carlo Terhadap Variabel Demand Konsep dari simulasi Monte Carlo adalah penggunaan data random berdistribusi normal untuk menentukan probabilitas IRR pada setiap Café. Dengan simulasi ini dapat diketahui batas jumlah pengunjung Café sehingga Café menjadi tidak layak, dan berapa peluangnya. Selain itu juga dapat diketahui jumlah pengunjung terburuk pada selang kepercayaan tertentu. 2.6 Analisa Sensitivitas Variabel Harga Terhadap Indikator Kinerja Investasi Analisa sensitivitas pada variable harga mengunakan eskalasi sebesar angka inflasi. Pada setiap kenaikan akan dihitung indicator investasinya, yang dalam analisa ini diwakili oleh satu indicator saja, yaitu IRR atau NPV. Dalam analisa sensitivitas terhadap variable harga, ketika harga naik setingkat inflasi, biaya juga mengalami kenaikan yang konstan.
3
2.7
Analisa Sensitivitas Variabel Biaya Terhadap Indikator Kinerja Investasi Analisa sensitivitas terhadap variable biaya menggunakan inflasi sebagai eskalasi. Pada setiap kenaikan akan dihitung indicator investasinya, yang dalam analisa ini diwakili oleh satu indicator saja, yaitu IRR atau NPV. Dalam analisa sensitivitas terhadap variable biaya, ketika biaya naik setingkat inflasi, harga juga mengalami kenaikan yang konstan. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.1 Pengumpulan Data Langkah awal dalam penelitian ini adalah penetapan lokasi, dimana Café Rollaas akan didirikan. Asumsi yang digunakan adalah jumlah pengunjung Mal yang dipilih melebihi jumlah pengunjung Mal eksisting, pada setiap kota besar yang laju pertumbuhan ekonominya minimal 5,5% pada akhir tahun 2007. Lokasi yang ssuai karakteristik tersebut adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tunjungan Plasa – Surabaya Senayan City – Jakarta Mal Taman Anggrek – Jakarta Paris van Java – Bandung Braga City Walk – Bandung Grage Mal dan Hotel – Yogyakarta Malioboro – Yogyakarta Java Supermal – Semarang Plasa Simpang Lima – Semarang Summarecon Mal – Tangerang
Tabel 3.1 Asumsi Harga Jual Produk Café Rollaas dan PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO)
Setelah dikatahui harga jual setiap produk, dihitung proporsi penjualan setiap produk agar revenue dapat diperkirakan. Proporsi produk dapat dilihat pada tabel 3.2 : Tabel 3.2 Proporsi Penjualan Produk Café Rollaas dan PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO)
3.1.2 Data Operasional Data opersional adalah data yang berkaitan dengan kegiatan operasional Café Rollaas, yang nantinya digunakan sebagai dasar asumsi operasional. Data ini juga didapatkan dari hasil pengolahan data actual Cafe Rollaas Eksisting di City of Tomorrow. Berikut asumsi operasional ditampilkan oleh tabel 3.3 : Tabel 3.3 Asumsi Operasional Café Rollaas
Setelah lokasi ditentukan, dilakukan pengumpulan data financial dari Café Rollaas Eksisting. Data yang didapatkan adalah laporan keuangan Café Rollaas selama 3 bulan operasi. Data berupa laporan penjualan, bahan baku, dan beban Café Rollaas. Dari data tersebut dilakukan pengolahan sehingga didapatkan data asumsi. 3.1.1 Data Pemasaran Data pemasaran adalah data berkaitan dengan proses pemasaran Rollaas. Data ini didapatkan dari pengolahan data actual, ditampilkan pada 3.1 berikut :
yang Café hasil tabel
Selain penetapan asumsi Café Rollaas, juga dilakukan penetapan asumsi operasional
4
PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO), dtampilkan pada tabel 3.4 : Tabel 3.4 Asumsi Operasional PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO)
rd = suku bunga pinjaman re = tingkat pengembalian. Hasil dari perhitungan (1) adalah tingkat pengembalian modal PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) tanpa melakukan proyek. Prosentase tersebut digunakan sebagai batas pengembalian modal yang diharapkan dari proyek. Jika tingkat pengembalian modal dari proyek kurang dari prosentase WACC, artinya proyek merugikan perusahaan. 3.2.2
Setelah asumsi operasional diketahui, maka dapat dihitung besar pengeluaran yang harus dipenuhi Café Rollaas dan PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO). 3.1.3 Data Keuangan Data keuangan adalah data yeng digunakan sebagai asumsi dasar pendanaan dan pajak Café Rollaas dan PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO). Berikut ditampilkan asumsi keuangan pada tabel 3.5 : Tabel 3.5 Asumsi Keuangan
Penyusunan Proyeksi Laporan Keuangan Laporan keuangan yang pertama kali dibuat adalah Laporan Rugi Laba. Setelah Laporan Rugi Laba, kemudian menyusun Cash Flow dan Balance Sheet. Laporan Laba Rugi mencatat pemasukan dan pengeluaran yang berkaitan dengan penjualan Café. Antara lain COGS, GA Expenses, Marketing and Sales Expenses, dan Income Taxes. Cash Flow mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan uang tunai Café. Laporan Rugi Laba mencatat seluruh transaksi meskipun berupa kredit, sedangkan Cash Flow hanya mencatat berapa uang tunai yang diterima dari setiap transaksi. Balance Sheet menunjukkan posisi asset dan kewajiban Cafe. Sehingga dari Balance Sheet dapat diketahui berapa hutang yang belum terbayar, piutang yang belum tertagih, nilai asset, dan deviden.
Setelah penetapan asumsi dasar pemasaran, operasional, dan keuangan, maka proyeksi laporan keuangan Café Rollaas dan PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) dapat dilakukan.
Rumus-rumus yang digunakan untuk melakukan proyeksi antara lain :
3.2 Pengolahan Data 3.2.1 Penentuan Proporsi Biaya Modal Sebelum menyusun laporan keuangan, dilakukan penentuan proporsi biaya modal yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO). Perhitungannya adalah : WACC = (D x rd) + ( E x re).................... (1) Dimana : D = prosentase dana yang dibiayai oleh hutang E = prosentase dana yang dibiayai oleh modal sendiri (saham)
5
Dengan menggunakan perhitungan (2) sampai (22), maka penyusunan laporan keuangan akan dapat dilakukan, sehingga indicator kinerja investasi dapat diketahui, apakah Café di lokasi bersangkutan layak atau tidak. 3.2.3
Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan Laporan keuangan Café Rollaas yang dinyatakan layak digabungkan, sehingga dapat diketahui berapa total investasi dan perkiraan pengeluaran yang dibutuhkan untuk keseluruhan Café. Laporan keuangan gabungan Café dapat dilihat pada tabel 3.6 ; 3.7 ; dan 3.8 berikut ini :
6
Tabel 3.6 Laporan Gabungan Rugi Laba Café Rollaas
Tabel 3.7 Laporan Arus Kas Gabungan Café Rollaas
7
Tabel 3.7 Laporan Arus Kas Gabungan Café Rollaas (Lanjutan)
Tabel 3.8 Balance Sheet Gabungan Café Rollaas
Tabel 3.8 Balance Sheet Gabungan Café Rollaas (Gabungan)
8
3.2.4
maka
Proyeksi Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara XII. (PERSERO) Dengan Asumsi yang telah ditetapkan, laporan keuangan PT. Perkebunan
Nusantara XII (PERSERO) dapat dilakukan. Proyeksi laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) ditampilkan pada tabel 3.9 ; 3.10; dan 3.11 :
Tabel 3.9 Proyeksi Laporan Rugi Laba PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO)
Tabel 3.9 Proyeksi Laporan Rugi Laba PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) (Lanjutan)
9
Tabel 3.10 Laporan Arus Kas PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO)
Tabel 3.10 Laporan Arus Kas PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) (Lanjutan)
Tabel 3.11 Balance Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO)
10
Tabel 3.11 Balance Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) (Lanjutan)
Tabel 3.11 Balance Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) (Lanjutan)
11
Tabel 3.11 Balance Sheet PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) (Lanjutan)
Laporan keuangan yang ditampilkan pada tabel 3.9, 3.10, dan 3.11 adalah laporan keuangan tanpa menjalankan proyek. 3.2.5
Profitabilitas PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Setelah laporan keuangan PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) disusun, selanjutnya adalah menggabungkan laporan keuangan gabungan Café Rollaas dengan Laporan PT. Perkebunan Nusantara XII
(PERSERO). Kemudian dilihat profitabilitasnya, bagaimana pengaruh pelaksanaan proyek terhadap kinerja financial PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO). Profitabilitas PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) sebelum dan setelah menjalankan proyek dapat dlihat pada tabel 3.12 :
Tabel 3.12 Profitability Margin PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Sebelum dan Sesudah Proyek
Selain profit yang didapatkan, PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) juga menanggung beban akibat pembangunan proyek. Posisi utang PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) sebelum dan sesudah Proyek dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.13 :
12
Tabel 3.13 Posisi Uang terhadap Ekuitas dan EBITDA PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Sebelum dan Sesudah Proyek
3.2.6
Simulasi Monte Carlo Terhadap Variabel Demand Simulasi Monte Carlo dilakukan dengan men-generate bilangan random berdistribusi normal. Dengan menggunakan simulasi dapat diketahui berapa jumlah pelanggan minimal yang harus didapatkan setiap Café Rollaas, dan dibandingkan dengan hasil simulasi, berapakah peluang Café Rollaas bisa mendapatkan jumlah minimal tersebut dan berapakan jumlah pelanggan dengan frekuensi terbesar. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.14 : Tabel 3.14 Jumlah Pelanggan Café Rollaas Minimal dan Jumlah Pelanggan Dengan Frekuensi Terbanyak dari Hasil Simulasi
3.2.7
Uji Sensitivitas Variabel Harga Terhadap Indikator Kinerja Investasi Café Rollaas Uji ini dilakukan dengan merubah variable harga dengan eskalasi sesuai inflasi. Ketika harga dinaikkan sesuai eskalasi yang ditetapkan, biaya juga dinaikkan dengan tingkat yang konstan.
3.2.8
Uji Sensitivitas Variabel Biaya Terhadap Indikator Kinerja Investasi Café Rollaas
Uji ini dilakukan dengan merubah variable biaya dengan eskalasi inflasi. Ketika biaya dinaikkan sesuai inflasi, harga juga dinaikkan dengan tingkat yang konstan. 4. Analisa dan Interpretasi Data Setelah didapatkan hasil dari pengolahan data, maka dilakukan analisa setiap hasil perhitungan. 4.1 Analisa Kelayakan Café Rollaas Berdasarkan perhitungan pada pengolahan data didapatkan angka IRR pada Café Rollaas Eksisting di City of Tomorrow dan Café Rollaas Java Supermal tidak melebihi WACC (IRR > 12,10%), dan NPV negatif. Hal ini mengindikasikan Café Rollaas tersebut tidak layak dijalankan. Jika dilihat dari hasil proyeksi, jumlah penjualan tidak dapat menutupi biaya penjualan dan investasi. Dari segi marketing, Café Rollas perlu melakukan strategi untuk menghindari kesalahan marketing Myopia, yaitu kesalahan perusahaan karena terlalu focus pada produk yang ditawarkan daripada nilai dan manfaat produk itu sendiri. Karena jumlah kompetitor semakin banyak, sebaiknya Café Rollaas memberikan value added pada produknya, meskipun bukan dalam bentuk fisik. Café Rollaas City of Tomorrow dan Café Rollaas Java Supermal tidak feasible, karena itu dalam penelitian laporan keuangannya tidak ikut dikonsolidasikan.
13
4.2 Analisa Profitabilitas PT. Perkebunan Nusantara XII (PERSERO) Net margin pada tabel (3.12) menunjukkan laba yang terdapat pada setiap rupiah penjualan setelah pajak. Perbedaan net margin terdapat pada tahun 2008. Net margin sebelum konsolidasi tahun 2008 adalah 0.119059527. Sedangkan setelah konsolidasi adalah 0.119083654. Peningkatan net margin yang terjadi hanya sebesar 0.02%. Gross margin merupakan margin yang tersedia untuk menutupi beban operasi dan menghasilkan laba. Gross margin sebelum konsolidasi pada tahun 2008 adalah 0.508240637, sedangkan setelah konsolidasi menjadi 0.503652247. Penurunan ini menunjukkan beban operasi setelah konsolidasi lebih besar daripada sebelum konsolidasi. Operating margin merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh tanpa memperhitungkan bunga. Operating margin PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO) sebelum konsolidasi pada tahun 2008 adalah 0.22059728. Sedangkan operating margin setelah konsolidasi adalah 0.219330926. Berdasarkan perbedaan operating margin sebelum dan sesudah konsolidasi, tingkat keuntungan tanpa memperhitungkan pajak dan bunga lebih besar pada operating margin sebelum konsolidasi. Hal ini disebabkan beban operasi ketika menjalankan proyek lebih besar. Debt to Equity pada tabel (3.13) menunjukkan keseimbangan antara utang dan ekuitas didalam struktur keuangan jangka panjang perusahaan. Tahun 2007 Café Rollaas mulai melakukan persiapan operasional. Jika PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO) tidak menjalankan proyek, debt to equity-nya adalah 0.921395802, sedangkan jika menjalankan proyek adalah 0.931224357. artinya posisi hutang terhadap ekuitas PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO) semakin bertambah dengan adanya proyek. Jika dibandingkan antara laporan Rugi Laba PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO) sebelum dengan sesudah konsolidasi, terdapat perbedaan angka net profit 4% lebih besar setelah konsolidasi pada tahun 2008.
4.3 Simulasi Monte Carlo pada Variabel Demand Berdasarkan hasil simulasi dengan jumlah iterasi sebanyak 100 kali, didapatkan pada Café Rollaas Braga Citi Walk, Café Rollaas Java Supermal dan Café Rollaas Summarecon Mal berpeluang tidak layak lebih besar dari pada Café Rollaas di Lokasi lain. Hal ini terlihat dari probabilitas jumlah pelanggan kurang dari jumlah minimal lebih besar dari pada probabilitas peraihan jumlah pelanggan minimal. 4.4 Analisa Sensitivitas Variabel Harga Terhadap IRR Café Rollaas Dari hasil uji sensitivitas didapatkan perbedaan angka IRR pada setiap eskalasi. Ketika kenaikan harga semakin kecil dengan kenaikan biaya konstan, IRR-nya menjadi semakin kecil. Hasil yang didapatkan dengan mengasumsikan jumlah penjualan tetap. Hasil akan berbeda ketika harga turun tetapi kuantitas penjualan ditingkatkan, maka IRR bisa lebih tinggi. 4.5 Analisa Sensitivitas Biaya Terhadap IRR Café Rollaas. Hasil analisa sensitivitas biaya terhadap IRR Café Rollaas merupakan kebalikan proses uji sensitivitas harga terhadap IRR. Semakin besar kenaikan biaya dengan harga konstan, IRR semakin kecil. Hal ini dikarenakan hasil penjualan tidak dapat menutupi pengeluaran. Untuk mengatasi permasalahan seperti ini tidak dapat dilakukan dengan menambah kuantitas penjualan, karena beban akan terus bertambah. Pemecahannya adalah dengan melakukan penelitian lebih mendalam terhadap pricing produk, atau menganalisa lebih mendalam pada pengeluaran operasional Café. 4. Kesimpulan 1 Berdasarkan asumsi prosentase demand adalah 1.02% pada Café Rollaas eksisting dan 0.92% pada lokasi yang direncanakan, didapatkan lokasi yang layak adalah Café Rollaas Tunjungan Plasa, Café Rollaas Senayan City, Café Rollaas Mal Taman Anggrek, Café Rollaas Paris van Java, Café Rollaas Braga City Walk, Café Rollaas Grage Mal dan Hotel, Café Rollaas Malioboro, Café Rollaas Plasa Simpang Lima, dan Café Rollaas Summarecon Mall, dengan IRR
14
2
3
4
5
total 45%, sehingga strategi diversifikasi dapat dikatakan layak. Pengaruh strategi diversifikasi terhadap kinerja keuangan PT. Perkebunan Nusantara (PERSERO) yaitu terjadi peningkatan net margin selama masa proyeksi sebesar 3% pada laporan keuangan konsolidasi. Perubahan demand yang dilakukan pada simulasi menyebabkan perubahan revenue, COGS, dan office rental, tetapi tidak mempengaruhi general and administrative expenses, sales ekspenses, dan pendanaan investasi. Jika revenue tidak dapat menutupi keseluruhan beban dan investasi, IRR akan lebih kecil dari WACC atau bahkan negative, sehingga Café menjadi tidak layak untuk dijalankan. Kenaikan dan penurunan harga dan biaya setingkat inflasi tidak banyak berpengaruh pada kelayakan Café Rollaas, karena tidak terjadi fluktuasi yang drastis yang menyebabkan IRR naik atau turun secara drastis.
6. Daftar Pustaka Ardikani, Nadia ,2006. “Analisa Risiko Fluktuasi Nilai Tukar Terhadap Kinerja Finansial Proyek dan Penetapan Nilai Hedging yang Optimum Sebagai Upaya Mitigasi Risiko Dengan Metode Simulasi (Studi Kasus : Proyek Pembangunan Kapal Tanker X Pda PT PAL Indonesia”.
Laporan Tugas Akhir. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. David, Fred.R. 2005. Manajemen Strategis. Diterjemahkan oleh : Ichsan S. Budi. Jakarta : Salemba Empat. Evans, J.R., Olson, D.L ., 2002. Introduction to Simulation and Risk Analysis, 2nd edition, NJ : Prentice Hall. Ghozali, Imam. 2007. Manajemen Risiko Perbankan. Semarang : Universitas Diponegoro. Grant, EugeneL., Bell, Lawrence F. Basic Accounting and Cost Accounting. 2nd edition. USA : McGraw Hill Book Company. Gunarta, I.K., 2006. “Analisis Resiko Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Pada Pembangunan Pabrik Semen Baru dengan Menggunakan Simulasi Monte Carlo Studi Kasus : PT. Semen X”. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M., Hermawa, Ancella. 1997. Akuntansi Manajemen, jilid 2. Jakarta : Erlangga. Husnan, Suad., Muhammad, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : UPP AMP YKPN. Nasution, Arman Hakim., Baihaqi, Imam. 2007. Simulasi Bisnis. Yogyakarta : Andi. Pujawan, I Nyoman. 1995. Ekonomi Teknik. Jakarta : PT. Guna Widya. Tofik, Moch. 2008. Membuat Aplikasi Akuntansi dengan Microsoft Office Excel 2007. Jakarta : Madia Kita.
15