EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN MENGGUNAKAN METODE IQRA’ (Studi Kasus di SMK Triguna Utama Ciputat) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH
LAILATUL BAROAH NIM : 106011000112
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Lailatul Baroah
Tempat / Tgl Lahir
: Jakarta, 8 Juni 1987
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi
: Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dengan Menggunakan Metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat
Dosen Pembimbing
: 1. Prof. Dr. H. Salman Harun 2. H. Abdul Ghofur, MA
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 20 April 2011
LAILATUL BAROAH NIM. 106011000112
ABSTRAK Lailatul Baroah. Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dengan Menggunakan Metode Iqra’ pada Siswa Kelas X SMK Triguna Utama Ciputat. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Al-Qur’an merupakan pedoman bagi umat Islam. Namun bagaimana seorang umat bisa mengamalkan ajaran yang ada di dalam Al-Qur’an jika tidak bisa membacanya. Oleh karena itu, kemampuan membaca Al-Qur’an sangat urgen dan harus dimiliki oleh setiap umat Islam. Dalam hal ini sekolah mengambil peranannya yaitu dengan mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada para siswa. Untuk memudahkan proses belajar mengajar membaca Al-Qur’an dibutuhkan sebuah metode, gunanya yaitu agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat efektif sehingga tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran dapat tercapai. Dalam hal ini metode Iqra’lah yang digunakan dalam praktek membaca Al-Qur’an. Metode Iqra’ dianggap mudah dan tepat untuk digunakan dalam pembelajaran karena dalam metode ini terdapat beberapa prinsip yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran Al-Qur’an yang memudahkan para siswa untuk mampu membaca Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ pada siswa kelas X di SMK Triguna Utama Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Triguna Utama Ciputat pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Teknik yang digunakan sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah teknik angket, observasi dan wawancara. Penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terdiri dari siswa kelas X. Data penelitian efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ diperoleh dengan menggunakan alat ukur berupa angket yang terdiri dari 43 item pertanyaan. Setelah diperoleh hasil angket tentang efektifitas pembelajaran membaca Alqur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat, lalu penulis menghitung kedua variabel tersebut dengan menggunakan rumus product moment. Hal ini untuk mengetahui tingkat korelasi kedua variabel tersebut. Setelah penelitian dilakukan maka penulis memperoleh hasil penelitian dengan angka 0,519 yang berarti terdapat korelasi positi antara efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat, yang mana korelasi tersebut tergolong sedang atau cukup karena korelasinya berada antara 0,40-0,70.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Teriring pula shalawat serta salam kepada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh manusia, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sadari, bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini sudah tentu penulis banyak mengalami kesulitan. Hal ini karena keterbatasan dan kemampuan yang belum sempurna. Namun, berkat adanya bantuan, motivasi, bimbingan, dari berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah penulis dalam kesempatan ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dari awal hingga terselesainya skripsi ini. Maka dengan ketulusan hati yang paling dalam penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Bahrissalim, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Bapak Drs. Sapiuddin Shiddiq, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas waktu luang yang telah diberikan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada kami selaku mahasiswa. 3. Bapak Prof. Dr. H. Salman Harun dan Bapak H. Abdul Ghofur, MA selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih tidak terkira untuk kesediaannya berbagi ilmu, dan telah meluangkan waktunya kepada
ii
penulis untuk memberikan petunjuk dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga penulis selesai dalam menyusun skripsi ini. 4. Ibu Dra. Hj. Eri Rossatria, M. Ag selaku dosen penasehat akademik. Terima kasih tidak terkira atas kesediannya memberikan saran dan nasehatnya kepada penulis. 5.
Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama masa perkuliahan.
6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang memberikan fasilitas dan kenyamanan kepada penulis dalam mencari sumber-sumber yang dibutuhkan. 7.
Kepala sekolah, guru dan semua staf di SMK Triguna Utama Ciputat yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian khususnya Bapak Drs. Robbani, AR selaku guru Alqur‘an yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam melakukan penelitian.
8. KH. Mahfudz Asirun selaku pimpinan pondok pesantren Al-Itqon dan Ustj. Hj. Masyrifah selaku pimpinan asrama santri putri pondok pesantren Al-Itqon dan para guru-guru. Terima kasih atas limpahan kasih sayang dan ilmu yang sudah diberikan kepada penulis selama 6 tahun, semoga menjadi manfaat dunia dan akhirat. 9. Bapak tercinta Amin dan Umi tersayang Holilah yang tulus ikhlas mengorbankan
dan
mencurahkan
perhatiannya
untuk
mendidik,
mengasuh serta memberikan motivasi yang tinggi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Kakak tercinta Nurmayanti, S.Pd serta suami Jamalulail, S.HI dan adikadikku tersayang Raihanul Jannah, Maulana Yusuf, Aida Handayani, dan Lukman Nul Hakim. Terima kasih atas do’a, semangat dan motivasi yang selalu kalian berikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
iii
11. Teman-teman mahasiswa PAI FITK angkatan 2006 kelas C yang selalu memberikan kenangan manis saat menjalani hari-hari kuliah, khususnya untuk sahabatku Fera, Dasho, Dadut, Maria, Ikeng, Isma dan lesti. Terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini. 12. Muhammad Amin beserta keluarga, Siti Marqiyah, S.Pd.I, Ahmad Ridwan Fauzi beserta istrinya dan Aisyah, S.Pd.I yang selalu membantu dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan 13. Siti Zubaedah, S.Ag beserta keluarga, bunda Joice dan bunda Dewi. Terima kasih atas pengajaran pemahaman tarjamah Al-Qur’annya. Semoga menjadi manfaat bagi penulis. 14. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam skripsi ini yang tidak penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis menghambakan diri dan memohon pertolongan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Jika ada yang benar dalam penulisan ini adalah semata-mata datangnya dari Allah apabila di dalamnya terdapat suatu kesalahan, maka itu dari kekhilafan diri penulis sebagai hamba Allah yang dhaif, mudah-mudahan maksud dan tujuan penulis dapat tercapai sesuai dengan apa ya ng penulis harapkan dan cita-citakan. Amin. Pada akhirnya, tiada yang lebih berarti selain menjadi pribadi yang berguna bagi orang lain. ”Khoirunnas Anfa’uhum linnas”.
Jakarta, 20 April 2011
Lailatul Baroah
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ i KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................................. v DAFTAR TABEL ....................................................................................................vii
BAB I
: PENDAHULUAN A. .Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................ 6 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 6 D. Tujuan Penelitian ................................................................ 7 E. Manfaat Penelitian .............................................................. 8
BAB II
: KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an .................................... 9 1.
Pengertian Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ............ 9
2.
Guru Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an .13
3.
Anak Didik Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an .......................................................................17
4.
Lingkungan Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an .......................................................................19
5.
Strategi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ................21
6.
Evaluasi Pembelajaran Al-Qur’an dengan Menggunakan Metode Iqra’...................................................................23
B. Macam-Macam Metode Membaca Al-Qur’an ....................24 1.
Metode Qaidah Baghdadiyah........................................26
2.
Metode Qira’ati ...........................................................28
3.
Metode Iqra’..................................................................30
C. Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ....................36 D. Kerangka Berpikir ................................................................41
v
E. Hipotesis Penelitian .............................................................42
BAB III
: METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................43 B. Variabel Penelitian ..............................................................43 C. Metode Penelitian ................................................................44 D. Populasi dan Sampel ............................................................44 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................45 F. Teknik Pengolahan Data .....................................................47 G. Teknik Analisis Data ...........................................................48
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMK Triguna Utama .............................50 B. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Alqur’an di SMK Triguna Utama Ciputat ........................................................53 C. Deskripsi Data .....................................................................55 D. Analisis Data ........................................................................83 E. Interpretasi Data ...................................................................87
BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................88 B. Saran.....................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 90 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL 1. .. Kisi-Kisi Kuesioner......................................................................................... 44 2. .. Kriteria Penilaian Angket ............................................................................... 45 3. .. Indeks Korelasi................................................................................................ 47 4. .. Sarana dan Prasarana SMK Triguna Utama.................................................... 49 5. .. Data Guru Tahun Ajaran 2009/2010 ............................................................. 50 6. .. Data Siswa SMK Triguna Utama Tahun Ajaran 2009/2011 .......................... 51 7. .. Dalam membaca siswa tidak mengeja bacaan ................................................ 54 8. .. Guru tidak banyak menuntun, namun sesekali hanya memberi contoh .......... 55 9. .. Apabila ada bacaan yang tidak jelas, guru langsung memberi penjelasan ..... 56 10. Guru menyimak bacaan siswa satu persatu ..................................................... 56 11. Buku/modul Iqra’ digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an ........................................................................................ 57 12. Ketika membaca siswa tidak langsung berhadapan dengan guru ................... 58 13. Siswa tidak membaca satu halaman jika bacaannya sudah fasih dan lancar .. 58 14. Guru memberikan reward pada siswa yang bagus bacaannya untuk menyimak bacaan siswa yang lain .................................................................................... 59 15. Ketika mengajar guru mempraktekkan bacaan pada siswa dan tidak memberi banyak penjelasan secara teori ........................................................................ 60 16. Guru tidak memberi kesempatan siswa untuk menyimak bacaan siswa yang lain ................................................................................................................... 61 17. Karena simpelnya bentuk modul Iqra’, sehingga memudahkan siswa untuk membawanya dan membacanya dimanapun siswa inginkan .......................... 61 18. Alasan modul Iqra’ digunakan karena materinya diawali dengan yang mudah dan gampang ................................................................................................... 62 19. Agar cepat naik pada jilid yang lebih tinggi siswa menjadi rajin mengikuti pelajaran .......................................................................................................... 63 20. Guru menyemangati siswa dengan memberikan modul Iqra’ yang beragam warnanya sehingga membuat siswa tertarik untuk membacanya ................... 63 21. Guru memberikan sanjungan dan pujian jika bacaan siswa lancar ................. 64
vii
22. Guru selalu menganjurkan siswa untuk menggunakan modul Iqra’ untuk awal permulaan belajar Al-Qur’an .......................................................................... 65 23. Guru tidak menegur siswa ketika bacaannya salah dan keliru ........................ 65 24. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa, maka guru mengacak bacaan yang sama dengan pokok bacaan siswa misalnya siswa baca A dan Bam aka guru menunjuki huru-huruf itu untuksiswa baca ............................. 66 25. Guru menugaskan siswa agar menulis setiap selesai membaca ...................... 66 26. Tulisan huruf Al-Qur’an (Arab) siswa menjadi bagus karena sering menulis huruf Al-Qur’an .............................................................................................. 67 27. Guru selalu mengajak para siswa untuk membaca shalawat setiap selesai pembelajaran membaca Al-Qur’an ................................................................. 68 28. Karena guru sering menyampaikan cerita-cerita Islami, siswa jadi memiliki pengetahuan tentang sejarah Islam.................................................................. 68 29. Ketika siswa membaca, guru sering mengajak barmain tebak huru hijaiyah . 69 30. Guru Al-Qur’an tidak pernah mengadakan kuis interaktif masalah tajwid dengan siswa dalam setiap pembelajaran Al-Qur’an di kelas ......................... 69 31. Guru menegur siswa yang membuat gaduh di kelas dan memberikan hukuman bagi yang melanggar ....................................................................................... 70 32. Guru menganjurkan siswa untuk rajin membaca Al-Qur’an agar bacaan siswa menjadi lancar dan bagus ................................................................................ 71 33. Guru tidak memberikan penjelasan secara praktis pada siswa yang memiliki kesulitan membaca Al-Qur’an ........................................................................ 72 34. Guru Al-Qur’an tidak memberikan evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran ......................................................................................................................... 73 35. Guru memulai pembelajaran dengan hal-hal yang mudah difahami, disesuaikan dengan kemampuan siswa ........................................................... 73 36. Guru menyiapkan alat-alat mengajar yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan ................................................................................................. 74 37. Guru tidak menggunakan metode Iqra’ dalam pelaksanaan pembelajaran AlQur’an ............................................................................................................. 74 38. Guru tidak mengajak siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran .................. 75
viii
39. Saya memiliki semangat yang besar untuk mengikuti pembelajaran Al-Qur’an ......................................................................................................................... 76 40. Siswa membawa alat-alat ketika belajar Al-Qur’an misalnya mushaf AlQur’an, modul Iqra’ dan buku panduan .......................................................... 76 41. Sebelum masuk kelas siswa melancarkan bacaan Al-Qur’an ......................... 77 42. Siswa selalu melanggar aturan yang dibuat oleh sekolah dan guru, misalnya sering dating terlambat, membuat gaduh di kelas, tidak mengulang-ulangi bacaan dan sebagainya .................................................................................... 78 43. Siswa mengetahui bentuk tanda baca seperti syakal (harakat) dan syiddah ... 78 44. Siswa berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid .................... 79 45. Siswa tidak mengetahui huruf hijaiyah dimulai dari hamzah ( )أsampai iya ()ي sehingga guru harus menjelaskan dari awal .................................................... 80 46. Dengan adanya buku /modul Iqra’ dari jilis 1 sampai 6, siswa jadi semangat belajar Al-Qur’an ............................................................................................ 80 47. Dengan kelas yang sejuk dan nyaman, siswa tetap malas mengikuti pelajaran Al-Qur’an ........................................................................................................ 81 48. Siswa belajar Al-Qur’an hanya di sekolah saja, tidak belajar di tempat lain .. 82 49. Siswa malas membaca Al-Qur’an walaupun mereka melihat orang tua sering membaca Al-Qur’an ........................................................................................ 83 50. Analisis korelasi variabel metode Iqra’ dan variabel efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an ........................................................................................ 84
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Setiap muslim menyadari bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan pedoman hidup dan dasar setiap langkah. Dalam surat Al-Isra ayat 9 Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu‟min yang mengerjakan amal saleh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS. Al-Isra: 9)1 Bagi umat Islam, Al-Qur’an mengatur hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Al-Qur’an mengatur dan memimpin semua segi kehidupan manusia untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Al-Qur’an diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada umat manusia.
1
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994), h. 425-426
1
2
Al-Qur’an dianjurkan untuk dibaca, dipelajari, difahami, diamalkan, disyiarkan dan dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap sikap, tindakan, ucapan, dan perbuatan seorang muslim harus sesuai dengan ajaran Al-Qur’an. Mengamalkan ajaran Al-Qur’an adalah suatu kewajiban bagi umat Islam. Untuk bisa mengamalkan Al-Qur’an dengan baik, paling tidak harus melalui beberapa tahapan dintaranya yaitu membacanya dengan baik dan benar,menghafal, mengerti makna ayat-ayatnya dan mengamalkannya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al„Alaq: 1-5)2 Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa Allah SWT mengajar manusia dengan perantara membaca. Setiap muslim harus bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Sebagaimana dalam surat Al-‘Alaq ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Iqra‟ yang artinya bacalah. Ayat tersebut menunjukkan bahwa membaca sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Dengan membaca manusia terbebas dari buta huruf dan kebodohan yang memang tidak pantas dimiliki oleh semua orang khususnya seorang muslim. Dalam konteks Indonesia, pemerintah memberikan perhatiannya terutama dalam kemampuan membaca Al-Qur’an dikalangan umat Islam dengan mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI no.128/44 Tahun 1982 tentang peningkatan membaca Al-Qur’an 2
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya…, h. 1079
3
serta instruksi Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 3 Tahun 1991 Tentang Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dikalangan umat Islam.3 Sejalan dengan hal tersebut sesuai muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan menengah, pemerintah menyebutkan bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah harus menempatkan kemampuan membaca Al-Qur’an sebagai salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik karena salah satu manfaat dari membaca Al-Qur’an ialah akan mendapatkan syafa’at di hari kiamat. Sebagaimana hadits rasulullah SAW:
هلل عَّلَيْ ًِ وَسَّلَ َم ُ هلل صَّلَى ا ِ لا َ ت رَسُ ْو ُ ْ سًمِع:َهلل عَىًُْ قَال ُ يأ َض ِ َي أُمَامَ َة ر ْ ه أَ ِب ْ َع )ي يَوْ َم اْلقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَا بِ ًِ (رواي مسّلم ْ اِقْرَؤُوا الْقُرْأَنَ فَاِوَ ًُ يَأْ ِت:ُيَقُ ْول “Dari Abu Umamah ra, ia berkata: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bacalah Al-Qur‟an karena sesungguhnya Al-Qur‟an itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberi syafa‟aat kepada orang yang membacanya.” (HR. Muslim)4 Pemerintah juga memberikan peluang kepada sekolah, guru dan peserta didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, managerial dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas dan profesionalisme yang dimiliki. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Kegiatan ini akan mengakibatkan peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien.5
3
Syamsul Bahri, Cepat Pintar Membaca Menulis Al-Qur‟an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 23 4 Abdul Baaqi’, Shahih Muslim, Juz I, (Beirut: Dar al-fikr, 1995), Ma‟rifai Al-rak‟ataini Allataini Kana, no. 54, h. 553 5 Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: CV. Citra Media, 1996), h. 99
4
Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kemampuan hasil belajar AlQur’an yang diperoleh siswa dengan diperlihatkannya setelah mereka menempuh pembelajaran. Kemampuan membaca Al-Qur’an dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah metode yang digunakan guru dalam pembelajaran. Guru harus mampu memilih metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dalam setiap pertemuan guru dapat menggunakan beberapa macam metode. Keserasian penggunaan metode itu sangat bergantung pada pengetahuan guru tentang metode yang di uji oleh pengalaman guru itu sendiri. Dalam pelaksanaanya kadangkala metode yang digunakan tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan. Bila kenyataan seperti ini dialami oleh guru, maka guru harus sabar dan berusaha memecahkan kesulitannya yakni dengan berusaha memperkaya dirinya dengan pengetahuan metode sehingga dalam mengajar guru dapat meningkatkan lagi pengajarannya melalui berbagai macam metode yang ia kuasai dan mengganti metode yang kurang sesuai dengan metode lain yang menurut anggapannya lebih sesuai. Penggunaan metode yang tepat oleh seorang guru dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar pula terhadap efektifitas pembelajaran dan implikasinya terhadap kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an Salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan siswa membaca Al-Qur’an adalah dengan metode Iqra’. Metode Iqra’ adalah suatu metode atau cara cepat belajar membaca Al-Qur’an yang disusun secara sistematis dimulai dari bacaan yang sederhana kemudian meningkat setahap demi setahap sehingga terasa ringan bagi yang mempelajarinya. Metode ini memiliki buku panduan yang terdiri dari 6 jilid.
Dalam implementasinya, SMK Triguna Utama sebagai sekolah swasta yang bukan berbasis agama menginginkan para siswanya dapat membaca Al-Qur’an sehingga sekolah tidak terlepas dari upayanya yakni dengan mengadakan pembelajaran membaca Al-Qur’an di sekolah yang diperuntukkan kepada seluruh siswa. Sekolah ingin melihat para siswanya setelah lulus dari sekolah, selain mereka mendapatkan ilmu pengetahuan umum yang sesuai dengan
5
kejuruan, mereka juga mendapatkan tambahan ilmu yang sangat berharga untuk kehidupan di dunia dan akhirat yakni ilmu membaca Al-Qur’an. Dengan ilmu ini para siswa dapat menjalani hidupnya sesuai ajaran agama Allah SWT yaitu agama Islam serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam praktiknya, pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an dilakukan setiap hari dan dibimbing oleh seorang guru yang memiliki kompetensi dalam bidang Al-Qur’an. Guru selalu memberikan motivasi dan bimbingan langsung kepada para siswa agar mereka mampu untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Sekolah SMK Triguna telah menyediakan sarana dan prasarana yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan salah satunya dalam proses pembelajaran membaca
Al-Qur’an. Selain itu, untuk mengefektifkan
pembelajaran Al-Qur’an guru juga menggunakan metode pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan oleh guru ialah metode Iqra’, tanpa metode suatu pesan pembelajaran tidak akan berproses secara efektif ke arah yang ingin dicapai. Guru menganggap bahwa metode inilah yang cocok diaplikasikan dalam mengajarkan para siswa karena dalam metode ini terdapat beberapa prinsip yang dapat diaplikasikan dalam praktek pembelajaran membaca AlQur’an sehingga memudahkan para siswa untuk mampu membacanya dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid. Namun, dalam realita sehari-hari tampak jelas bahwa siswa memiliki perbedaan dalam hal motivasi dan kemampuan dalam membaca Al-Qur’an yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya sehingga menyebabkan adanya implikasi serius pada proses pembelajaran yang menghambat tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang sesuai dengan harapan dan perbedaan pada hasil kemampuan belajar yang dicapai oleh siswa. Berdasarkan hasil pemikiran di atas, penulis akan membahas satu permasalahan
yakni
tentang
”EFEKTIFITAS
PEMBELAJARAN
MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN MENGGUNAKAN METODE IQRA’ (Studi Kasus di SMK Triguna Utama Ciputat)”.
6
B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau masalah atau variabel yang akan diteliti. Terkait dengan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang berkaitan dengan efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang menghambat pembelajaran membaca Al-Qur'an di SMK Triguna Utama Ciputat 2. Faktor-faktor yang mendukung pembelajaran membaca Al-Qur’an di SMK Triguna Utama Ciputat 3. Efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar lebih terarah dan terfokus, penulis membatasi permasalahan pada dua titik fokus yaitu: a. Efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an Yang dimaksud efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an di sini ialah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran membaca Al-Qur’an yang telah direncanakan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana proses dan hasil yang ditimbulkan
dari
pembelajaran
Al-Qur’an
terhadap
kemampuan
membaca Al-Qur’an para siswa. Siswa yang akan diteliti yaitu siswa kelas X (sepuluh) yang masih membaca ditingkatan Iqra’.
7
b. Metode Iqra’ Metode Iqra’ adalah salah satu metode belajar mengajar Al-Qur’an yang disusun secara sistematis dan praktis.6 Metode ini digunakan dalam kegaiatan belajar mengajar Al-Qur’an. Dalam metode Iqra’ ada modul yang terdiri dari 6 jilid dengan masing-masing jilid terdiri dari 32 s/d 33 halaman. Metode Iqra’ memiliki beberapa pedoman prinsip yang harus digunakan dalam pengajaran, diantara prinsip-prinsip itu ialah prinsip privatisasi, modul, CBSA, praktis, asistensi, variatif, komunikatif, bacaan langsung, sistematis dan fleksibel. Penggunaan metode Iqra' dipilih karena terdapat kemudahan dalam menggunakannya. 2. Perumusan Masalah Kemampuan membaca Al-Qur’an dapat dikenali dari hasil belajar peserta didik yang diasumsikan sebagai efek dari pembelajaran. Namun, pembelajaran dapat efektif jika metode yang digunakan tepat guna. Metode merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh
besar dalam
tercapainya tujuan pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar membaca Al-Qur’an. Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah ”Bagaimana efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat?
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini antara lain ialah: 1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an di SMK Triguna Utama Ciputat. 2. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat.
6
Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟ Yang Mudah dan Menyenangkan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Madani, 2008), Cet. I, h. 11
8
E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain ialah: 1. Untuk memberikan kontribusi teoritik berupa penyajian informasi ilmiah untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ 2. Sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai pembanding dalam penelitian-penelitian lebih lanjut yang sejenis, 3. Untuk menambah pemahaman bagi penulis dalam penerapan ilmu pendidikan di dalam dunia nyata, khususnya dalam mengefektifitaskan pembelajaran membaca Al-Qur’an .
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an 1. Pengertian Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Belajar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia terlahir sebagai makhluk lemah yang tidak mampu berbuat apaapa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai berbagai skill (kemahiran/keterampilan) maupun pengetahuan. Belajar merupakan suatu terminologi yang menggambarkan suatu proses perubahan
melalui
pengalaman.
Proses
tersebut
mempersyaratkan
perubahan yang relatif permanen berupa sikap, pengetahuan, informasi, kemampuan, dan keterampilan melalui pengalaman. Menurut Moh. Uzer Usman belajar adalah “proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya”. 1 Namun secara umum menurut Kochhar yang dikutip dari buku karangan Dede Rosyada menyatakan bahwa belajar akan sukses jika memenuhi dua persyaratan, antara lain ialah:
1
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
h. 5
9
10
a. Belajar merupakan sebuah kegiatan yang dibutuhkan oleh siswa yakni siswa merasa perlu akan belajar. Semakin kuat keinginan siswa untuk belajar, maka akan semakin tinggi tingkat keberhasilannya. b. Ada kesiapan untuk belajar yakni kesiapan siswa untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru, baik pengetahuan maupun keterampilan.2 Sedangkan arti dari Pembelajaran adalah “proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah orang yaitu peserta didik melakukan proses belajar dengan baik sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan”. 3 Pembelajaran juga merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah “suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.4 Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran adalah sebuah proses belajar mengajar yang melibatkan banyak komponen baik dari segi material, sumber daya manusia, fasilitas-fasilitas yang mendukung dan lingkungan untuk mencapai sebuah tujuan yaitu perubahan tingkah laku positif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada baik bersifat profesional, ekonomi atau bidang-bidang lainnya. Karena belajar adalah sebuah pengalaman yang dialami secara langsung atau tidak langsung oleh seorang individu. Kata “baca” merupakan kata kerja yang memiliki arti melihat serta memaknai isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati. Membaca menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata qara‟a. masdarnya adalah qira‟at yang berati bacaan. Arti membaca adalah 2
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. III, h. 99 3 Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet. IV, h. 14 4 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. VIII, h. 57
11
mengamati, mengucapkan kalimat yang tersusun atas kata. Membaca yang dimaksud dalam pengertian ini ialah bagaimana seorang siswa mengamati, mengucapkan huruf-huruf hijaiyah, baik yang berdiri sendiri maupun yang digabung (gandeng) dengan huruf-huruf yang lain yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Dasar penguasaan oleh siswa yang ditanamkan adalah dengan mengenali huruf-huruf Al-Qur’an yang tertuang. Al-Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan”, berasal dari kata “qara‟a” yang artinya membaca. Adapun pengertian Al-Qur’an menurut istilah antara lain yaitu : a. Kitab yang hanya berisi firman Allah semata. Tidak ada didalamnya perkataan siapapun. Seperti dalam surat An Nisaa ayat 82:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur‟an? kalau kiranya Al-Qur‟an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisaa: 82).5 b. Kitab yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril dengan bahasa Arab. Sebagaimana firman Allah dalam surat Asy-Syu’ara ayat 192-195:
“Sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS.As-Syu‟ara: 192-195).6
5 6
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya …, h. 132 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya …, h. 192-195
12
c. Kitab yang diturunkan sebagai pedoman hidup untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Sebagaimana firman Allah dalam surat Az Zumar ayat 41:
“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al-Qur‟an) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka”. (QS. Az-Zumar: 41)7 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Quran adalah kitab yang hanya berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad melalui malaikata Jibril dengan menggunakan bahasa Arab dan dijadikan sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Qara‟a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, sedangkan qira‟ah ialah menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang tersusun rapi. Al-Qur’an dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, sehingga AlQur’an menjadi nama khas kitab itu sebagai nama diri dan secara keseluruhan mencakup penamaan ayat-ayatnya. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 17-18:
“Sesungguhnya atas tanggunga Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu (18)”.(QS. AlQiyamah: 17-18)8 7 8
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya …, h. 751 Departemen Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya …, h. 999
13
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan melibatkan beberapa unsur diantaranya yaitu pendidik, peserta didik, alat pendidikan, bahan/materi dan sebagainya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Membaca, mempelajari, memahami serta mengajarkan Al-Qur’an adalah ibadah yang sangat tinggi nilainya.
2. Guru yang Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam dimensi dunia pendidikan, guru adalah sosok manusia yang mempunyai tanggung jawab besar yaitu membawa siswanya pada satu taraf kematangan tertentu. Guru adalah salah satu variabel terpenting dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Profil guru sangat menentukan bagi keberhasilan proses belajar mengajar dalam sebuah aktifitas pendidikan. Karena itulah peran guru selalu dilirik dan dicermati dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia (anak didik) di sebuah lembaga pendidikan. Menurut Syaiful Bahri dalam bukunya Guru dan Anak Didik “guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik”. 9 Sedangkan Mohammad Uzer Usman mendefinisikan istilah “guru sebagai jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus”.10 Dalam konsep Islam guru adalah “sumber ilmu dan moral.Ia merupakan tokoh identifikasi dalam hal keluasan ilmu dan keluhuran akhlaknya, sehingga siswanya berupaya untuk mengikuti langkah-langkahnya.”11 Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa guru adalah sosok manusia mulia yang memiliki tugas sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan
9
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 30 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 5 11 Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1998), Cet.I, h. 167 10
14
pemberi informasi kepada peserta didik. Ia juga perencana, pembimbing, pelatih, pengelola kelas dan sebagai motivator dalam mengembangkan kepribadian anak didik, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk menjadi seorang guru diperlukan adanya syarat-syarat dan keahlian khusus, demikian pula seorang guru Al-Qur’an, ia harus benarbenar menguasai seluk-beluk pendidikan khususnya dalam pengajaran AlQur’an dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui pendidikan. Kedudukan seorang guru yang mengajarkan membaca Al-Qur’an adalah mulia. Sebagaimana sabda Rasululullah SAW:
هلل عَّلَيْ ِو ُ هلل صَّلَى ا َ لا ُ ل رَسُ ْو َ قَا:َ قَال،ُهلل عَنْو ُ ًا َض ِ َن ر َ ه عَفَّا ِ ْن ب َ ه عُثْمَا ْ َوَع )ن وَعَّلَمَ ُو (رواه البخاري َ َه تَعَّلَ َم الْقُرْأ ْ َ خَيْرُكُ ْم م:َوَسَّلَم “Dari Utsman bin Affan ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur‟an.” (HR. Bukhari)12 Menurut beberapa pendapat tokoh Muslim terdahulu di antaranya yaitu Imam Al-Ghazaly, Al-Nahlawy, Al-Abrasy menyatakan bahwa: Seorang guru yang professional harus mempelajari kehidupan psikis (tabiat, minat, kemampuan dan sebagainya) anak didik selaras dengan masa perkembangannya, menguasai bidang yang diajarkan serta berusaha mendalami dan mengembangkannya, mempunyai kemampuan mengajar, tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan kehidupan yang dapat mempengaruhi tingkah laku peserta didik serta mampu memberikan solusinya secara Islami.13 Mendidik atau mengajar adalah tugas guru yang sangat luhur. Sehingga sebagai pendidik seorang guru harus mempunyai kesenangan bekerjasama dengan orang lain khususnya dengan peserta didik dan memiliki sifat sosial yang besar. Diantara tugas guru yang lain, menurut Mahmud Yunus ialah: 12
Abu Abdillah Muhammad, Shahih Bukhori, juz III, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), Khoirukum man Ta‟allam Al-Qur‟an wa „Allamahu, no. 5.027, h. 244 13 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), Cet.3, h. 116
15
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki masyarakat. Gurulah salah satu sosok yang dapat menanamkan adat istiadat yang baik dalam jiwa anak didik dan memasukkan pendidikan akhlak dan keagamaan dalam hati sanubari anak-anak. Sekolah adalah sumber untuk tiap-tiap perbaikan dan guru yang ikhlas dapat mengangkat derajat umat.” 14 Imam Al-Ghazali melukiskan “betapa penting kepribadian bagi seorang guru dalam mengamalkan ilmunya, lalu perkataannya, jangan membohongi perbuatannya karena sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat dengan mata hati sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala.15 Dari statemen di atas dapat dilihat bahwa amal perbuatan, perilaku, akhlak dan kepribadian seorang guru, khususnya guru yang mengajarkan Al-Qur’an adalah sangat penting, mungkin lebih penting daripada ilmu pengetahuan yang dimilikinya karena kepribadian seorang pendidik yang mengajarkan Al-Qur’an akan diteladani dan ditiru oleh anak didiknya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. M. Jawad Ridha mengemukakan tentang beberapa prinsip dasar kode etik seorang guru antara lain yaitu: a. Keharusan ilmu dibarengi dengan pengamalannya b. Menyayangi anak didiknya c. Menghindarkan diri dari ketamakan dan komersialisasi ilmu, yakni tidak menjadikan ilmunya itu sebagai sarana mencapai tujuan dunia semata. d. Bersikap toleran dan pemaaf. e. Bersikap adil, selalu memiliki kesadaran dan rasa empati. f. Bersikap jujur dan tulus dalam menghadapi suatu persoalan.16 Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai seorang guru, maka mereka juga dituntut untuk mempunyai seperangkat prinsip keguruan yang nantinya akan memudahkan mereka untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Diantara prinsip keguruannya ialah: 14
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), Cet.1, h. 53 15 Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali…, h. 56 16 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. III, h. 124-125
16
a. Memperhatikan kesiapan, kemampuan, pertumbuhan, dan perbedaan anak didik b. Membangkitkan semangat belajar pada anak didik. c. Menumbuhkan bakat dan sikap anak didik yang baik. d. Mengatur proses belajar mengajar dengan baik. e. Memperhatikan
perubahan-perubahan
kecenderungan
yang
mempengaruhi proses mengajar. f. Menciptakan hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.17 Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, maka kehadiran guru yang berkualitas dan professional serta memiliki pikiran-pikiran yang kreatif dan terpadu itu sangat dibutuhkan, khusunya seorang guru yang berkompeten dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an. Dalam hal ini ada beberapa macam sifat dan sikap guru yang ideal dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an diantaranya yaitu hendaknya guru mengajarkan membaca Al-Qur’an sesuai tingkat kemampuan intelektual dan daya serap anak didiknya sehingga tidak membebankan siswa yang memang memiliki daya serap lemah, memiliki kesabaran dan kesungguh-sungguhan dalam mengajar, berperilaku sopan santun dan bertutur kata yang baik, memiliki pengetahuan yang mendalam tentang materi yang akan diajarkan yakni pengetahuan tentang ilmu Al-Qur’an diantaranya yaitu ilmu tajwid, makhraj huruf, qira’at serta dapat menanamkan kecintaan terhadap AlQur’an ke dalam jiwa anak didik sehingga mereka semakin rajin membaca Al-Qur’an dan dapat mengamalkan ajaran Islam.
3. Anak Didik yang Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Anak didik merupakan faktor yang penting dalam interaksi belajarmengajar. Karena tujuan dari interaksi edukatif adalah membantu siswa dalam mengarahkan perubahan tingkah laku secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan. 17
Muhaimin, dkk, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahnman Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan Islam, (Pustaka Dinamika, 1999), Cet. I, h. 114
17
Imam Al-Ghazali menggunakan istilah anak dengan beberapa kata, seperti As-Shabiy (kanak-kanak), al-muta‟allim (pelajar), dan thalabul „ilmi (penuntut ilmu pengetahuan). Oleh sebab itu, istilah anak didik dapat diartikan sebagai anak yang sedang mengalami perkembangan jasmani dan rohani sejak awal terciptanya dan merupakan obyek utama dari pendidikan (dalam arti yang luas).18 Dilihat dari kedudukannya, menurut Abudin Nata bahwa anak didik adalah: Makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menuju fitrahnya masing-masing. Dalam pandangan yang lebih modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan. Yakni dengan cara melibatkan mereka dalam proses kegiatan belajar mengajar.19 Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa serta faktor sifat yang dimiliki siswa. Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin, tempat kelahiran, tempat tinggal, tingkat sosial ekonomi keluarga dan lain sebagainya. Misalnya saja siswa yang berasal dari keluarga yang tidak biasa menerapkan anaknya untuk mencintai dan mempelajari Al-Qur’an sejak kecil, maka siswa tersebut akan kesulitan ketika mengikuti pembelajaran Al-Qur’an. Sedangkan melihat dari sifat anak didik, Wina sanjaya berpendapat bahwa: Di lihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan dan sikap. Tidak disangkal bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda, yang dapat dikelompokkan kepada siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini tentunya akan menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam pengelompokan siswa maupun perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar.20 Demikian pula halnya mengenai tingkat pengetahuan anak didik. Seorang anak didik yang memiliki pengetahuan mengenai dasar ilmu AlQur’an (ilmu tajwid) misalnya akan memudahkan proses pembelajaran 18
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali…, h. 64 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I, h. 79 20 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet.I, h. 200 19
18
mereka, dibandingkan dengan anak didik yang belum memiliki pengetahuan dasar ilmu Al-Qur’an. “Dalam pandangan Islam hakikat ilmu berasal dari Allah sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru. Karena ilmu itu dari Allah maka membawa konsekuensi perlunya seorang anak didik mendekatkan diri kepada Allah dan menghiasi dirinya dengan akhlak yang baik.”21 Dalam hubungan ini muncullah aturan normatif tentang perlunya kesucian jiwa bagi seseorang yang sedang menuntut ilmu. Asma Hasan Fahmi menyebutkan beberapa akhlak yang harus dimiliki oleh peserta didik, diantaranya yaitu: a. Peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa sebelum ia menuntut ilmu. b. Harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa dengan sifat keutamaan dan mendekatkan diri kepada Allah c. Peserta didik harus sabar dalam memperoleh ilmu. d. Seorang peserta didik harus menghormati guru dan selalu berusaha untuk memperoleh kerelaan dan keridhoan dari guru atas ilmu yang sudah diberikannya.22 Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa seorang anak didik yang hendak menuntut ilmu khususnya menuntut ilmu Al-Qur’an mereka harus menyiapkan diri dan hati mereka dengan meluruskan niat untuk benar-benar menuntut ilmu, memiliki kesabaran karena belajar itu butuh proses untuk menjadi sukses dan menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik sehingga ilmu yang akan kita pelajari akan mudah difahami dan diamalkan dalam kehidupan.
4. Lingkungan yang Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Lingkungan sebagai salah satu sumber belajar. “Lingkungan adalah tempat atau ruangan yang dapat mempengaruhi belajar siswa.” 23 Menurut 21 22
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 80 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 82-83
19
Oemar Hamalik lingkungan adalah “segala sesuatu di sekitar yang bermakna/ memberikan pengaruh terhadap individu, baik positif atau negatif.” 24 Menurut sartain, sebagaimana yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam bukunya psikologi pendidikan beliau membagi lingkungan menjadi beberapa bagian diantaranya yaitu: lingkungan alam atau luar (eksternal or physical environment) dan lingkungan sosial (social environment).25 a. Lingkungan alam atau luar Yang dimaksud dengan lingkungan alam atau luar ialah “segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini yang bukan manusia.” 26 Hal-hal yang termasuk lingkungan alam atau luar diantaranya yaitu gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Lingkungan alam atau luar dapat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran Al-Qur’an, misalnya saja kurangnya pencahayaan dan suasana yang bising akan mengakibatkan terganggunya siswa dalam menerima pembelajaran Al-Qur’an. Suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan
semangat
belajar
siswa.
Sedangkan
kurangnya
pencahayaan pada gedung dan suasana yang bising dapat menghambat efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an. Di dalam menciptakan lingkungan atau iklim belajar yang menyenangkan,
perlu
diperhatikan
beberapa
hal.
Diantaranya
pencahayaan harus terang, sarana dan prasarana memadai, jauh dari kebisingan. b. Lingkungan sosial Yang dimaksud dengan lingkungan sosial menurut Ngalim Purwanto yaitu: 23
Abudin Nata, Persepektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. I, h. 298 24 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran…, h. 98 25 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 16, h. 72 26 Ngalim Purwanto, Imu Pendidikaan Teoritis dan Praktis…, h. 72
20
Semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti pergaulan dengan orang lain, dengan keluarga, teman-teman, kawan sekolah, dan sebagainya. Sedangkan pengaruh tidak langsung, melalui radio, telivisi, dan sebaginya dan dengan berbagai cara.27 Lingkungan sosial sekolah seperti para guru dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar anak didik. Seorang guru yang selalu memperlihatkan suri tauladan yang baik khususnya dalam kecintaannya dalam mempelajari Al-Qur’an dapat menjadi daya dorong positif bagi kegiatan belajar anak didik. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa seperti keluarga, masyarakat, perkumpulan dan juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan
siswa
tersebut.
Kondisi
masyarakat
yang
terus
melestarikan pelajaran Al-Qur’an seperti dilanggar atau di masjid, hal itu juga dapat mempengaruhi aktivitas dan memotivasi anak didik untuk mempelajari dan semakin mencintai Al-Qur’an. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar Al-Qur’an siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. “Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang paling dikenal oleh anak didik. Oleh karena itu, keluarga disebut sebagai primary community yaitu sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama.”28 Sifat dan perilaku orang tua dapat memberikan dampak baik maupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa. Contoh: kebiasaan yang diterapkan orang tua membaca Al-Qur’an setelah shalat misalnya, secara tidak langsung akan ditiru oleh anak, sehingga anak akan berusaha untuk senantiasa membaca dan mencintai Al-Qur’an. lingkungan keluarga merupakan dasar dari pendidikan anak. Hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat. 27
Ngalim Purwanto, Imu Pendidikaan Teoritis dan Praktis…, h. 73 M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h. 22 28
21
5. Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Secara umum strategi mempunyai pengertian yakni “suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.”
29
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi dapat
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Muhibbin Syah menerangkan dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, bahwa “strategi mengajar adalah sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.” 30 Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut: a. Mengidentifikasi serta menerapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana diharapkan. b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. c. Memilih dan menerapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya. d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk menyempurnakan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.31
29
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. II, h. 6 30 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet. 9, h. 214 31 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…, h. 6
22
Jika seseorang ingin berhasil dalam proses belajar mengajar, ia harus pandai memilih strategi dan metode penyampaian yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Salah satu faktor keberhasilan guru dalam menyampaikan materi adalah dengan pemilihan strategi dan metode yang tepat, di samping faktor lain yang juga harus dikuasai. Tujuan utama pemilihan strategi adalah untuk memberikan kemudahan kepada siswa untuk belajar sehingga siswa meyakini bahwa dengan belajar dirinya akan menjadi terampil, menjadi pandai melakukan segala hal dalam rangka mempermudah melakukan berbagai aktifitas kehidupan. 6. Evaluasi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dengan Metode Iqra’ Guru mengetahui keisapan murid sebelum pembelajaran dimulai dengan cara bertanya, menyelidiki, mengetes (pre test) yang disebut dalam satu istilah appersepsi. Guru ingin mengetahui hasil proses belajar mengajar yang baru saja dilakukan dengan mengadakan post test. Sedangkan apabila guru ingin mengetahui hasil pelaksanaan pendidikan pada umumnya dengan mengadakan evaluasi. Evaluasi adalah suatu istilah yang sering digunakan di sekolah. Selain istilah evaluasi, sering juga digunakan istilah-istilah lain seperti tes, pengukuran, penilaian dan lain-lain. Jadi, pengertian evaluasi yaitu penilaian terhadap kemampuan murid dalam menguasai bahan pengajaran yang telah diberikan.32 Adapun evaluasi yang dilakukan antara lain ialah: a. Evaluasi awal adalah evaluasi yang berfungsi sebagai penjajakan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan siswa yang baru masuk dan akan ditempatkan untuk memulai Iqra’ berapa. b. Evaluasi harian atau sewaktu-waktu dilakukan karena siswa akan pindah halaman, pindah jilid dari buku Iqra’ 1-6 dan juga untuk melaksanakan evaluasi terhadap hafalan para siswa. 32
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. IX, h. 40
23
c. Evaluasi persemester dilaksanakan untuk mengisi raport materi yang diteskan berbentuk lisan dan tulisan. Setiap kegiatan pembelajaran selalu menghendaki adanya hasil. Guru selalu berharap bahwa hasil yang diperoleh sekarang lebih memuaskan dari hasil yang diperoleh sebelumnya. Untuk menentukan dan membandingkan antara satu hasil dengan lainnya dioerlukan adanya evaluasi. Seorang guru melakukan evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Untuk mengetahui peserta didik yang mana yang terpandai dan kurang pandai di kelasnya. b. Untuk mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah dimiliki oleh peserta didik atau belum. c. Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik. d. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mengalami didikan dan ajaran. e. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih materi, metose dan berbagai penyesuaian dalam kelas. f. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport, ijazah, piagam dan sebagainya.33 Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh guru untuk mengetahui hasil dari pembelajaran. Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan peserta didik dapat dipantau melalui penilaian.
B. Macam-Macam Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani metodos. Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu metha yang berarti melewati atau melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. “Metode berarti suatu jalan yang dilalui
33
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Cet. VII, h. 239.
24
untuk mencapai tujuan.” 34 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud.” 35 Menurut Abudin Nata metode adalah “cara-cara atau langkah-langkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai ilmu terkait.”36 Jadi, dapat dijelaskan bahwa metode membaca Al-Qur’an adalah suatu cara atau langkah untuk mengucapkan dan melafadzkan kalimat-kalimat atau ayat-ayat Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai aturan yang terdapat dalam kaidah ilmu Tajwid. Metode mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar. Apabila proses pendidikan itu tidak menggunakan metode yang tepat, maka sulit sekali untuk mengharapkan hasil yang maksimal. Kesadaran akan pentingnya sebuah metode sudah diakui oleh semua aktifitas yang sistematis dan terencana dalam proses pembelajaran karena lewat metode yang digunakan akan dapat diprediksi dan dianalisis sampai sejauh mana keberhasilan suatu proses tersebut. Baik atau tidaknya sebuah metode tergantung pada beberapa faktor seperti faktor keadaan dan kesesuaian metode dengan materi. Jika metode tersebut kurang sesuai dan kurang tepat, maka kemungkinan tujuan yang hendak dicapai tidak dapat terwujud. Oleh karena itu, dalam hal ini guru Al-Qur’an harus pandai-pandai memilih metode khususnya metode dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an agar tercapai tujuan yang diinginkan yakni meningkatkan kemampuan membaca AlQur’an dan meningkatkan minat para siswa agar gemar dan membiasakan diri untuk membaca Al-Qur’an. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa macam metode dalam membaca Al-Qur’an.
34
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. I, h. 40 35 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. 4, h. 652 36 Abuddin Nata, Persefektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran …, h. 176
25
1. Metode Qaidah Bagdhadiyah a. Pengertian Metode Qaidah Bagdhadiyah Metode
Al-Baghdady
adalah
metode
tersusun
(tarkibiyah),
maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan metode alif, ba‟, ta‟. Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “. Secara didaktik materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit kepada yang abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci ( khusus ). 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap belajar.37 Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia. 38 Metode ini berasal dari Baghdad Iraq masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah dan dianggap sebagai metode tertua. b. Sistem Pengajaran Metode Qaidah Baghdadiyah Terdapat beberapa sistem yang digunakan dalam metode ini, antara lain yaitu: 1) Hafalan Sebelum siswa diberi materi, terlebih dahulu harus menghafal huruf-huruf hijaiyah yang berjumlah 28 huruf dari alif ( ) اsampai ya’ ( )يditambah dengan huruf hamzah ( ) ءdan lam alif ( )ال. 2) Eja Maksud dari eja yaitu, sebelum santri membaca per kalimat terlebih dahulu membaca huruf secara eja, misalnya: alif fathah a ( ) ا, ba’ fathah ba ( َ ) بdan seterusnya. 3) Modul Siswa yang lebih dahulu menguasai materi, dapat melanjutkan kepada materi/halaman berikutnya tanpa harus menunggu siswa atau temannya yang lain. 37
Komari, “Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur‟an”, dari http://www.google.co.id. 8Januari 2011 38 Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksaan Pendidikan Agama Islam Pada SD, (Jakarta: CV. Multiyasa, 1986), Cet. VI, h. 126
26
4) Tidak Variatif Pada metode ini tidak disusun menjadi beberapa jilid buku, melainkan hanya 1 jilid buku saja 5) Pemberian contoh yang Absolut Seorang ustadz/ustadzah dalam memberikan bimbingan, terlebih dahulu memberikan contoh kemudian santri mengikutinya, sehingga santri tidak diperlukan untuk bersikap aktif. c. Keunggulan dan Kelemahan yang Terdapat dalam Metode Qaidah Baghdadiyah Beberapa keunggulan metode Qaidah Baghdadiyah antara lain yaitu: 1) 30 huruf hijaiyah hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema sentral, sehingga anak-anak mengetahui dan hafal huruf hijaiyah tersebut 2) Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi. 3) Keterampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri. 4) Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah. 5) Anak didik akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah. 6) Anak didik yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.39 Beberapa kekurangan metode Qaidah baghdadiyah antara lain. yaitu: 1) Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf hijaiyah dahulu dan cara membacanya harus dieja. 2) Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam membaca. 3) Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.
39
40
Komari, “Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur‟an”…, 8 Januari 2011 Label Qur’an, “Macam-Macam Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur‟an”, dari http://qashthaalhikmah.blogspot.com, 8 Januari 2011. 40
27
2. Metode Qira’ati a. Latar Belakang Munculnya Metode Qira’ati Metode Qira'ati ditemukan oleh KH. Dahlan Salim Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang, Jawa Tengah. Metode ini disebarkan sejak awal 1970-an. Sejak tahun1963, KH. Dachlan Salim .Zarkasyi adalah seorang guru mengaji dan beliau suka mengamati keadaan kelas-kelas mengaji di manapun beliau berkunjung. Sebagaimana biasa sebagai seorang guru mengaji, beliau menggunakan kaedah yang biasa dikenali dengan Muqaddam atau Turutan atau biasa juga disebut kaedah Baghdadiyah. Hasil daripada pengalaman dan pengamatan beliau, anak-anak murid yang beliau ajar ternyata sebahagian besar mereka hanya mampu menghafal huruf bukan mengerti huruf. Dan jika dapat membaca pun ternyata bacaannya tidak tartil seperti apa yang dikehendaki dalam bacaan Al-Qur’an yang baik. Dan biasanya waktu bagi murid-murid untuk menguasai bacaan tartil diperlukan waktu yang lama. Tidak puas dengan hasil tersebut, beliau mencoba alternatif lain dengan membeli buku-buku kaedah baca Al-Qur’an dan menelitinya dengan tujuan agar dapat mencapai hasil yang lebih memuaskan. Namun, setelah mengamati semua kaedah yang ada ternyata beliau masih belum menemukan kepuasan. Beliau tidak yakin dengan kejayaan kaedah-kaedah tersebut karena berbagai sebab, seperti menggunakan contoh-contoh perkataan yang bukan dari bahasa Arab atau dari AlQur’an bahkan ada yang berbunyi bahasa Indonesia atau bahasa Jawa.41 Karena tidak ditemukan buku yang dikehendaki, tercetuslah gagasan untuk menyusun metode yang berbeda dengan metode-metode yang sudah ada sebelumnya yakni metode Qira’ati.
Dalam
penyususnan
metode ini dibutuhka proses yang sangat panjang serta dilakukan dengan penelitian, pengamatan, dan percobaan. Pada tahun 1970-an, buku
41
Santri Mbeling, “Sejarah Singkat http://qiraati.wordpress.com , 8 Januri 2011
Penemuan
Metode
Qira‟ati”,
dari
28
Qiraati ditashih dan mendapatkan restu dari ulama besar Al-Qur'an yakni K.H.Arwani Amin. b. Sistem Pengajaran Metode Qira’ati Secara umum metode pengajaran Qira'ati adalah : 1) Bacaan Langsung Yang dimaksud bacaan langsung ialah bacaan tanpa di eja. 2) CBSA (cara belajar siswa aktif) CBSA diartikan sebagai sistem belajar mengajar yang menekankan pada siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar. 3) Privat Siswa diharuskan berhadapan langsung pada guru, agar dapat mengetahui bagaimana mengucapkan huruf-huruf sesuai kaidah makhraj. 4) Modul Yaitu siswa dalam menyelesaikan program qira’ati tergantung kemampuan dan usahanya sendiri, tidak berdasarkan kemampuan kelas atau temannya. 5) Variatif c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Qiraati Diantara keunggulan yang dimiliki metode Qira’ati ialah: 1) Anak didik walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa membaca Al-Qur'an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur'an dengan tajwidnya itu fardlu ain. 2) Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan anak didik. Prinsipprinsip yang di pegang oleh guru antara lain ialah Tiwagas (teliti, waspada, dan tegas), dan Daktun (tidak boleh menuntun). Prinsip yang harus di pegang oleh anak didik yaitu CBSA dan LCTB (lancar, cepat, tepat, benar). 3) Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan gharib.
29
4) Anak didik yang sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnnya, setelah itu santri akan mendapatkan syahadah. Diantara kekurangan metode Qira’ati yaitu: 1) Bagi anak didik yang tidak lancar bacaannya maka akan lama kelulusanna karena metode ini kelulusan tidak ditentukan oleh bulan/tahun. 2) Metode ini hanya dapat diajarkan oleh para guru yang sudah pernah ikut pelatihan Qira’ati dan memiliki syahadah/ ijazah Qira’at. 3) Metode ini kurang fleksibel karena metode ini hanya dapat diajarkan pada tingkatan SD sampai perguruan tinggi, dan tidak dapat diajarakan pada orang yang sudah tua.
3. Metode Iqra’ a. Latar belakang munculnya metode Iqra’ KH. As’ad Humam bersama kawan-kawannya yang dihimpun dalam wadah Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus AMM) Yogyakarta, telah mencari bentuk baru bagi sistem pengelolaan dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an. Setelah melalui studi banding dan ujicoba, maka pada tanggal 21 Rajab 1408 H (16 Maret 1988) didirikanlah Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA) “AMM” Yogyakarta. Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16 Ramadhan 1409 H (23 April 1989) didirikan pula Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) “AMM” Yogyakarta. Bersamaan dengan didirikannya TKA-TPA, KH. As’ad Humam tekun menulis dan menyusun buku Iqra’ Cara Cepat Belajar Membaca Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal sebagai Metode Iqra‟. Metode Iqra’ adalah sebuah metode pengajaran Al-Qur’an dengan menggunakan buku Iqra’ yang terdiri dari enam jilid dan dapat dipergunakan untuk balita sampai manula. 42 Metode Iqra’ semakin 42
Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqra‟ dengan Benar, (Jakarta: CV. Tunas Utama, 2009), Cet. I, h. 13
30
berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an dan metode Iqra’ sebagai program utama perjuangannya. b. Prinsip-Prinsip Pengajaran Metode Iqra’ Menurut KH. As’ad Humam penyusun buku Iqra’, prinsip-prinsip metode Iqra’ ada 10 macam yaitu: 1) Dibaca langsung (tidak dieja) Anak didik langsung membaca huru-huruf, tanpa mengeja satu huruf dengan huruf lainnya. Siswa tidak diperkenalkan Alif fathah A, Ba fathah Ba, Kha fathah Kha, dan sebagainya. akan tetapi langsung diperkenalkan dengan bunyi huruf A, Ba, Ta, Tsa dan seterusnya. 2) CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) Maksudnya guru menerangkan pokok-pokok bahasan setelah itu siswa aktif membaca sendiri, guru hanya sebagai penyimak dan motivator, jangan
sampai menuntun kecuali hanya memberikan
contoh saja. Atau dapat dikatakan bahwa CBSA ini adalah belajar yang menekankan pada keaktian para siswa, sedangkan guru membimbing dan mengarahkan. 3) Privat Maksudnya guru menyimak seorang demi seorang secara bergantian dengan bertatap muka. Tujuannya agar para siswa dapat mengetahui dengan benar bagaimana mengucapkan huruf-huruf secara tepat sesuai dengan kaidah makhraj. 4) Modul Maksudnya
buku
Iqra’
disusun
berdasarkan
tahapan-
tahapan/pokok-pokok bahasan tertentu sehingga akan terasa mudah serta ringan dalam mempelajarinya. Jadi bagi siswa yang dianggap sudah benar maka boleh membacanya diloncat-diloncat tidak perlu utuh tiap halaman.
31
5) Praktis Yang dimaksud dalam prinsip ini ialah guru langsung memberi contoh bacaannya, jadi tidak perlu banyak penjelasan karena tujuan buku Iqra’ adalah bagaimana mengajarkan membaca dengan mudah dan cepat, sehingga hal-hal yang bersifat teoritis diajarkan setelah siswa mampu membaca Al-Qur’an. Dan dengan menggunakan buku Iqra’ siswa lebih mudah untuk mempelajarinya karena mudah dibawa kemana-mana dan buku Iqra’ mudah ditemukan di toko-toko terdekat. 6) Variatif Materi Iqra’ disajikan dalam buku yang terdiri dari 6 jilid. Setiap jilid diberi sampul yang berbeda dengan jilid lainnya dan diberi warna-warni indah, sehingga menarik perhatian para siswa untuk saling berlomba dalam mencapai warna-warni jilid berikutnya. Mereka berlomba-lomba untuk cepat menyelesaikan satu buku dan berganti dengan buku lainnya, sehingga hal ini dapat menghindari kejenuhan para santri. 7) Komunikatif Maksudnya yaitu guru tidak diam saja apabila siswa membaca huruf atau kata dengan benar, akan tetapi guru memberikan sanjungan atau penghargaan umpamanya dengan kata-kata: bagus, betul, pintar dan sebagainya. Guru juga akan menegur siswa yang keliru bacannya dengan kata-kata: Awas, Stop, Eee, dan sebagainya.43 8) Fleksibel Metode Iqra’ dapat dipergunakan untuk berbagai tingkat usia, dari mulai balita, TK, SD, SMP, SLTA dan dewasa. Berdasarkan sifat dan karakteristik dari metode Iqra’ tersebut, tingkat keberhasilan dan kemudahan dalam proses belajar mengajar membaca Al-Qur’an dapat tercapai dengan baik. Disamping itu, siapapun yang sudah bisa membaca Al-Qur`an pasti bisa mengajarkannya, bahkan yang baru 43
Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟ Yang Mudah dan Menyenangkan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Madani, 2008), Cet. I, h. 14-15
32
tamat jilid 2 pun, bisa mengajar bagi yang baru jilid 1, sehingga bisa menumbuhkan suasana asyik saling ajar mengajar. 9) Sistimatis Maksudnya adalah buku Iqra’ yang terdiri dari enam jilid disusun dari mulai materi yang mudah sampai materi yang sulit 10) Asistensi Dalam sistem ini artinya Iqra’ diajarkan boleh menggunakan guru bantu, sekalipun guru bantu itu diambil dari anak didik, dengan catatan anak didik tersebut membacanya sudah bagus dan fasih. 44 Pola privat yang bersiat individual memungkinkan secara optimal taraf perkembangan siswa. Begitu juga pola CBSA, pola modul dan pola lainnya sangat memungkinkan siswa belajar membaca Al-Qur’an dengan cepat dan optimal. Demikianlah 10 prinsip yang dapat digunakan dalam mengajar membaca Al-Qur’an dengan metode Iqra’, karena
prinsip-prinsip
tersebut dapat menjadi salah satu tolak ukur untuk melihat efektfinya pembelajaran membaca Al-Qur’an selain faktor- faktor yang lain. c. Metode Penunjang Buku Iqra’ Dalam buku Iqra’ telah terdapat 10 sifat prinsip keunggulan, maka tidak
menutup
kemungkinan
dalam
mengajarkan
Iqra’
terus
dikembangkan melalui beberapa kreatifitas dan improvisasi diantaranya yaitu: 1) Metode Menyanyi/Shalawat Menyanyi merupakan rekreasi batin yang indah, para siswa akan hanyut dalam nyanyian yang indah. Mereka akan merasa senang dan tidak merasa dibebani sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi gembira dan menyenangkan 2) Metode Cerita Cerita merupakan media efektif untuk menanamkan nilai-nilai yang luhur, yang bersumber dari nilai akidah/tauhid dan nilai akhlak. Nilai44
Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqra‟ dengan Benar…, h. 14
33
nilai ini diharapkan dapat membentuk karakter anak sesuai dengan apa yang diceritakan. 3) Metode Bermain Dunia anak adalah dunia bermain maka bermainlah dengan mereka dengan penuh kegembiraan karena mereka merupakan sosok manusia yang kaya akan imajinasi (khayalan). 4) Metode Random (Acak) Dalam metode ini guru mengajarkan pokok-pokok bahasan, kemudian guru mengacak/ mencari kalimat atau contoh yang sama dengan pokok bahasan dengan tujuan supaya siswa lebih faham. 5) Metode Tahsinul Kitabah Tahsinul Kitabah yaitu menulis bagus, benar dan indah yang disesuaikan
dengan
kemampuan
siswa.
Menulis
merupakan
pendamping membaca buku Iqra’ dan juga sebagai sarana untuk melatih serta membiasakan siswa menulis angka atau huruf AlQur’an. Selain itu, menulis berfungsi untuk menertibkan dan menenangkan siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.45 Dari pemaparan di atas mengenai metode yang dapat menunjang dan membantu efektifnya pengajaran Iqra’, maka guru dianjurkan dapat menggunakan beberapa metode penunjang tersebut agar tujuan dalam pembelajaran Al-Qur’an dapat tercapai dengan mudah. d. Klasifikasi Kemampuan Siswa dalam Membaca Buku Iqra’ Dalam membaca buku Iqra’, kompetensi atau kemampuan siswa terbagi dalam tiga kategori, diantaranya yaitu: 1) Siswa Daya Tangkap Cepat Siswa kelompok ini mempunyai ciri-ciri yakni konsentrasi sangat baik, pengucapan jelas, dan cepat memahami pelajaran. Bagi siswa seperti ini boleh diloncat-loncatkan dalam bacannaya tidak perlu utuh satu halaman.
45
Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟…, h. 18-24
34
2) Siswa Daya Tangkap Sedang Siswa ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut; konsentrasi cukup baik, pengucapan cukup, terkadang suka lupa dan agak lamban dalam memahami pelajaran. Bagi siswa ini sebaiknya buku Iqra’ dibaca utuh satu halaman dan ditambahkan dengan metode-metode penunjang di atas. 3) Siswa Daya Tangkap Kurang Siswa dalam kelompok ini memiliki ciri-ciri yakni kurang konsentrasi, pengucapan kurang jelas, sering lupa dan lamban dalam memahami pelajaran. Bagi siswa ini maka cara penanganannya seperti siswa yang daya tangkapnya sedang dan ditambah dengan kesabaran serta perhatian.46 e. Keunggulan Metode Iqra’ Secara garis besar, keunggulan metode iqra’ yang membuat para peserta didik menjadi tertarik untuk belajar membaca Al-Qur’an disebabkan beberapa modivikasi yang telah dilakukan, diantaranya yaitu: 1) Sistimatis, disusun dari yang mudah sampai yang susah. 2) Praktis, mudah dibawa kemana-mana. 3) Metode ini sangat Variatif dan fleksibel, dapat digunakan mulai dari balita sampai manula. 4) Guru mengajar dengan pendekatan yang komunikatif yakni setiap iqra’ ada kata-kata instruksi sebagai bahasa komunikasi. 5) Penggunaan sistem pembelajaran yang variatif dengan cerita dan nyanyian religius sehingga para murid tidak merasa jenuh47. 6) Siswa langsung diajarkan tajwid secara praktis tidak secara teori. f. Kekurangan Metode Iqra’ Beberapa kekurangan dari metode Iqra’ antara lain yaitu: 1) Bacaan-bacaan tajwid secara teori tak dikenalkan sejak dini. 2) Tidak dikenalkan huruf asli 46 47
Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟…, h. 25-26 Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqro‟ dengan Benar…,h. 13
35
3) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal. C. Efektifitas Pembelajaran Membaca Alqur’an Efektifitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, mujarab, berlaku atau mengesankan”.48dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata efektif berarti “dapat membawa hasil, berhasil guna”.49 Menurut bahasa, “kata efektivitas berarti dapat membawa hasil. Sehingga sesuatu dapat dikatakan efektif, bila berhasil dan dapat mencapai tujuan sebagaimana telah dirumuskan atau direncakan sebelum melakukan hal tersebut”. 50 Efektifitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana apa yang telah diprogramkan itu dapat terlaksana atau tercapai dengan baik. Efektifitas juga menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektifitasnya. Menurut E. Mulyasa, efektifitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran ini terdapat dua istilah yang diperhatikan yaitu validasi dan evalusi. Validasi dapat dilihat dari dua sisi yakni intern dan ekstern. Validasi intern merupakan serangkaian tes dan penilaian yang rancang untuk mengetahui secara pasti apakah suatu program pendidikan telah mencapai sasaran yang telah ditentukan. Adapun validasi eksternal merupakan serangkaian tes dan penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pasti apakah sasaran prilaku dari suatu persiapan mengajar secara intern telah valid. Sedangkan evaluasi dapat digunakan untuk mengukur tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan. Selanjutnya ditegaskan bahwa evaluasi yang baik dilaksanakan hanya apabila didasarkan pada rencana yang baik pula. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi dalam kaitannya dengan efektifitas harus mengukur untung rugi, tidak hanya mengukur pencapaian sasaran belaka.51
48
John M Echols dan Hasan Shadily, An-English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), Cet. XXIII, h. 207 49 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. I, h. 284 50 G. B Yuwono, Pedoman Umum Ejaan Indonesia yang Telah Disempurnakan, (Surabaya: Indah, 1987), Cet. I, h. 39 51 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004…, h. 90
36
Pembelajaran efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Pemanasan dan Persepsi Pemanasan dan persepsi perlu dilakukan untuk menjajagi pengetahuan anak didik, memotivasi mereka dengan menyajikan materi yang menarik, dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru. Pemanasan dan apersepsi ini dapat dilakukan sebagai berikut: a. Mulailah pembelajaran dengan hal-hal yang diketahui dan memahami peserta didik. b. Memotivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi kehidupan mereka. c. Gerakkan anak didik agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru. 2. Eksplorasi Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan pelajaran dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki anak didik. Hal tersebut dapat ditempuh sebagai berikut: a. Perkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimilki oleh anak didik. b. Katakana materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan yang sudah dimiliki oleh anak didik. c. Pilihlah metode yang paling tepat, gunakan secara bervariasi untuk meningkatkan penerimaan anak didik terhadap materi standar dan kompetensi baru. 3. Konsolidasi Pembelajaran Konsolidasi merupakan kegiatan utnuk mengaktifkan anak didik dalam pembentukan
kompetensi,
dengan
mengaitkan
kompetensi
dengan
kehidupan anak didik. Konsolidasi pembelajaran ini dapat dilakukan sebagai berikut:
37
a. Libatkan anak didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi standar dan kompetensi baru b. Libatkan anak didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah (problem solving), terutama dalam masalah-masalah actual. c. Pilihlah metodologi yang paling tetapt sehingga materi standar dapat diproses menjadi kompetensi anak didik. 4. Pembentukan Kompetensi, Sikap dan Perilaku Pembentukan kompetensi, sikap, dan perilaku anak didik dilakukan sebagai berikut: a. Doronglah anak didik untuk menerapkan konsep, pengertian, dan kompetensi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. b. Praktekkan pembelajaran secara langsung, agar anak didik dapat membangun kompetensi, sikap, dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasrakan pengertian yang dipelajari. c. Gunakan metodologi yang tepat agar terjadi perubahan kompetensi, sikap dan perilaku anak didik.52 Dalam dunia pendidikan efektfitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi efektifitas mengajar guru dan segi efektifitas belajar ,murid. Efektifitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegaiatn belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektifitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajarn yang diinginkan telah tercapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.53 Suatu proses belajar dapat dikatakan efektif
jika telah diuji melalui
beberapa kriteria efektifitas, baik efektifitas bagi guru, maupun bagi siswa. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya bahwa demi ketetapan dan keobjektian dalam pengamatan dan penilaian terhadap proses belajar mengajar seorang guru, maka perlu digunakan sebuah daftar pertimbangan dan penilaian efektifitas
52
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004…, h. 119-120 Madya, Eko Susilo, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang: Effhar Offsetm Cet. I, h. 63 53
1990),
38
mengajar yang berisi sepuluh (10) kriteria efektifitas mengajar yang perlu diperhatikan oleh para pengajar, diantaranya yaitu: 1.
Persiapan seperti peralatan mengajar, buku pegangan dan sebagainya
2.
Sikap guru harus berwibawa dan suara di dalam harus jelas
3.
Perumusan kompetensi dasar harus dinyatakan secara konkrit
4.
Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
5.
Menguasai bahan pelajaran
6.
Penguasaan situasi kelas
7.
Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar
8.
Penggunaan alat pengajaran
9.
Jalan pengajkaran atau proses pengajaran haruslah efektif dan efisien
10. Teknik evaluasi yang harus disesuaikan dengan perubahan tingkah laku murid yang diharapkan.54 Menurut Nana Sudjana, indikator-indikator efektifitas pembelajarn meliputi: 1. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum 2. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru 3. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa 4. Interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa 5. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran 6. Motivasi siswa meningkat 7. Keterampilan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi 8. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.55 Sedangkan indikator-indikator efektifitas dalam pembelajaran Al-Qur’an adalah: 1. Anak didik dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat dan bertajwid 2. Siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dalam waktu 7 bulan 3. Siswa mampu membaca Al-Qur’an tanpa ditunjuk dalam waktu yang singkat.56 54
Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulm PBM, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. V, h. 164-166 55 Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), Cet. III, h. 60-63
39
Dari penjelasan di atas mengenai indikator keefektifan pembelajaran, penulis dapat mengmbil kesimpulan bahwa suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila terpenuhinya indikator-indikator yang telah disebutkan di atas, sedangkan mengenai keefektifan pembelajaran membaca Al-Qur’an menurut penulis sama saja seperti indikator-indikator yang telah disebutkan di atas. Namun, di dalam penulisan ini keefektifan pembelajaran Al-Qur’an yang dimaksud adalah tercapainya tujuan dan target yang ingin di capai dari pembelajaran Al-Qur’an dengan metode Iqra’ yakni tumbuhnya kemampuan para siswa dalam membaca Al-Qur’an dalam waktu yang singkat dengan hasil belajar yang memuaskan.
D. Kerangka Berpikir Kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an dapat dipandang sebagai suatu proses selama siswa mengalami pengalaman-pengalaman pendidikan untuk mencapai suatu tujuan belajar (hasil belajar) yaitu memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, sedangkan untuk mencapai kemampuan yang diharapkan diperlukan suatu dukungan pembelajaran yang berkualitas. Makin berkualitas pembelajaran yang dilakukan, maka tingkat keberhasilannya akan semakin tinggi. Sebaliknya, makin rendahnya kualitas pembelajaran yang dilakukan, maka tingkat keberhasilannya tidak akan memuaskan. Efektifitas adalah tercapainya atau terlaksananya suatu tujuan yang sudah direncanakan atau diinginkan sebelumnya. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari pengaruh metode. Metode diartikan sebagai suatu cara yang sistematis yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran agar tercapainya tujuan dari suatu pembelajaran dan merupakan dasar yang paling meyakinkan demi meningkatkan motivasi siswa.
56
Endang, “Efektifitas penggunaan metode Aba Ta Tsa dan Metode Iqra‟ dalam pembelajaran Al-Qur‟an”, Skripsi Sarjana Strata I Pendidikan Agama Islam UIN Syari Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, s2007), h. 22
40
Metode memegang peranan sangat penting dalam proses belajar mengajar. Metode merupakan salah satu aspek pembelajaran yang akan menentukan berhasil atau tidaknya materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didik. Bagaimanapun baiknya seperangkat materi pelajaran, jika metode yang dipakai tidak tepat dan ketidak tahuan terhadap penerapan metode yang benar, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan terwujud sesuai harapan. Jadi pemilihan dan pelaksanaan metode yang tepat akan memudahkan bahan pengajaran untuk diterima peserta didik. Pembelajaran yang berkualitas berhubungan erat dengan beberapa aspek pembelajaran dan prinsip-prinsip yang terdapat di dalam metode yang digunakan. Dalam hal ini, metode yang dimaksud ialah metode Iqra’. Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa untuk mengefektifkan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan metode Iqra’, maka prinsip-prinsip yang terdapat di dalam metode tersebut harus diperhatikan dan dipraktekkan dalam pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an.
E. Hipotesis Penelitian Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini terdapat hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho). Adapun rumusan kedua hipotesis tersebut adalah sebagai berikut: Ha: Adanya hubungan yang signifikan antara efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ Ho: Tidak adanya hubungan yang signifikan antara efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’
41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan dijadikan objek penelitian ditetapkan di SMK Triguna Utama Ciputat.
Adapun waktu yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data-data yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu dimulai dari bulan Februari- Maret 2011.
B. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dijadikan sebagai acuan dalam pengamatan, guna memperoleh data dan kesimpulan empiris mengenai kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’. Variabelnya antara lain yaitu: 1. Variabel X (variabel yang mempengaruhi) yaitu metode Iqra’ 2. Variabel Y (Variabel yang dipengaruhi) yaitu efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h. 118.
41
42
C. Metode Penelitian Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan dan menjelaskan permasalahan tentang efektifitas pembelajaran membaca AlQur’an dengan menggunakan metode Iqra’. Penulis menggunakan penelitian kuanitatif dengan metode deskriptif analisis. Menurut Margono dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan menyatakan bahwa ”Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui”.2 Di dalam metode deskriptif analisis terdapat upaya untuk menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Dengan tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. 3
D. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X yang terdiri dari 11 kelas dan terdiri dari lima kejuruan. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan populasi yang diambil sebanyak 443 siswa. Dan dalam pengambilan sampel penulis berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa “apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau 20%-25%”.4 Berdasarkan hal tersebut maka, penulis mengambil sampel sebanyak 12% dari populasi keseluruhan yang berjumlah siswa yaitu sebanyak 55 siswa yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.
2
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), Cet. VI, h. 105. 3 Sukardi , Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. VII, h. 157. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ..., h. 134.
43
Adapun teknik penarikan sampel dilakukan secara ordinal (tingkatan sama). Karena sampel hanya 55 siswa sedangkan populasinya 443, maka besarnya sampel yang digunakan ialah seperdelapan dari populasi.
E. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data, yaitu sebagai berikut: 1. Angket Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
efektifitas
pembelajaran
membaca
Al-Qur’an
dengan
menggunakan metode Iqra’. Jenis angket yang digunakan bersifat tertutup yaitu pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih. Angket disebarkan berkaitan pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode Iqra’ kepada sampel penelitian yaitu kelas X (sepuluh). 2. Wawancara Untuk mendalami data tentang hasil-hasil jawaban yang diperoleh melalui angket dan observasi maka diperlukan wawancara. Wawancara ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data mengenai efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’. 3. Observasi Observasi ini digunakan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap fakta-fakta yang berkaitan dengan efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’. Alat pengumpul data berupa angket memiliki 43 item pertanyaan. Adapun kisi-kisi instrumen angket ialah sebagai berikut:
44
Tabel 1 Kisi-Kisi Kuesioner Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dengan Menggunakan Metode Iqra’ Variabel Metode Iqra’
Dimensi 1. Prinsip-
(+)
(-)
Total
a. Bacaan langsung
1
-
1
b. CBSA
2, 3
-
2
c. Privatisasi
4
6
2
d. Modul
5, 7
-
2
e. Asistensi
8
10
2
f. Praktis
9, 11
-
2
g. Sistematis
12,13
-
2
h. Variatif
14
-
1
i. Komunikatif
15
17
2
j. Fleksibel
16
-
1
a. Random (acak)
18
-
1
Penunjang
b. Tahsin al-kitabah
19,20
-
2
Iqra’
c. Menyanyi/ shalawat
21
-
1
d. Bercerita
22
-
1
e. Bermain
23
24
2
27,28
4
31,32
4
36
4
39
3
Prinsip Iqra’
2. Metode
Efektifitas
No Item
Indikator
1. Aspek Guru
a. Memberikan perhatian 25,26
Pembelajaran
kepada siswa
Membaca Al-
b.
Qur’an
Mengelola
proses 29,30
pembelajaran 2. Aspek Murid
a.
Memiliki untuk
persiapan 33,34 mengikuti 35
pembelajaran b. Memiliki pengetahuan 37,38 dasar dalam membaca
45
Al-Qur’an 3. Lingkungan
a. Lingkungan luar atau 40
41
2
42,43
2
dalam b. Lingkungan sosial
-
Jumlah
30
13
43
F. Teknik Pengolahan Data Untuk menganalisa data yang diperoleh dan mengetahui bagaimana efektivitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat, maka data-data yang telah penulis sebarkan diolah melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing yakni semua angket diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran pengisian angket sehingga terhindar dari kesalahan dan kekeliruan. 2. Skoring Memberikan skor untuk setiap alternatif jawaban pada angket. Untuk skor tertinggi bernilai 4 dan diberikan pada jawaban yang dianggap sangat tepat. Tabel 2 Kriteria Penilaian Angket Alternatif Jawaban
Pernyataan Positif
Negatif
Sangat setuju/ Selalu
4
1
Setuju/ Sering
3
2
Tidak setuju/ Kadang-Kadang
2
3
Sangat tidak setuju/ Tidak Pernah
1
4
3. Koding, Teknik ini digunakan penulis untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macam-macamnya.
46
4. Tabulating Tahap selanjutnya yaitu pengolahan data dengan memindahkan jawaban responden yang terdapat di dalam angket
ke dalam format yang telah
tersusun rapi dan rinci dalam bentuk tabel.
G. Tehnik Analisis Data Setelah data-data diperoleh, maka tahap selanjutnya data tersebut dianalisis dengan analisa kuantitatif secara deskriptif, dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi : P = F x 100% N Kemudian, untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara penggunaan metode Iqra’ (variabel X) terhadap efektifitas pembelajaran membaca AlQur’an (variabel Y), maka digunakan rumus “r” product moment, yaitu dengan rumus: rxy =
NXY – (X) (Y)______ √[NX2 – (X)2] [NY2 – (Y)2]
rxy
= Korelasi “r” product moment person
N
= Jumlah responden
X
= Jumlah skor metode Iqra’
Y
= Jumlah skor efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an
X Y
= Jumlah hasil perkalian antara variabel Xdan variabel Y
Untuk memberikan interpretasi terhadap rxy digunakan interpretasi kasar atau sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi product moment seperti dalam besarnya “r” product moment.
47
Tabel 3 Indeks Korelasi
(rxy)
Interpretasi
0,00 – 0,20
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, akan tetapi sangat lemah atau sangat rendah. Sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dengan variabel Y
0.20 – 0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah
0,40 – 0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup
0,70 – 0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
Selanjutnya, untuk mengukur besarnya kontribusi / sumbangan dari variabel X terhadap variabel Y berdasarkan angka indeks korelasi (rxy) atau “r” hitung dapat
dihitung dengan menggunakan
“Koefisien Determinasi”
yakni
merupakan hasil kuadrat dari koefisien sederhana yang dinyatakan dengan rumus: KD = r2 x 100%
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah SMK Triguna Utama 1. Latar Belakang Sejarah Berdirinya Sekolah SMK Triguna Utama Sekolah Triguna Utama Ciputat Tangerang berdiri semenjak tahun 1972 yang didirikan oleh Depertemen Agama dengan nama STM YPMII dan dipegang oleh Majlis Muallimin dari Depertemen Agama, kebanyakan dari mereka dari kalangan Dosen UIN yang dulunya IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian pada tahun 1986 berubah nama menjadi STM Triguna Jaya, dan selanjutnya terjadi pergantian pengurus yayasan pada tahun 1995 yang diketuai oleh bapak Ibrahim. Berdasarkan surat keputusan kepala dinas Kabupaten Tangerang dengan No. 421. 1/420. 4/1127/ Dis Dik. Pada tanggal 20 Juli 2003 berganti nama menjadi SMK Triguna Utama yang diketuai oleh bapak Nurdin Idris. Lokasi SMK Triguna Utama berada dijalan Ir. H. Djuanda Ciputat Tangerang dengan bantuan masyarakat dan swadaya murni, SMK Triguna Utama dibangun diatas lahan seluas 2800 m2 dengan luas bangunan sebesar 1291 m2. Searah dengan tuntunan kebutuhan dunia
usaha dan dunia
industri pada saat ini. Ada lima jurusan yang dibuka, yaitu jurusan Tehnik Kelistrikan Instalansi, Tehnik Mekanik Otomotif, Tehnik Mekanik Industri, Akademi Perkantoran dan Akutansi.
48
49
2. Visi dan Misi SMK Triguna Utama SMK Triguna Utama memiliki visi yaitu “Menghasilkan Tenaga Menengah yang terampil, unggul dan berakhak mulia dalam Era Globalisasi yang penuh Kompetitif 2008 – 2020”. Sedangkan misi SMK Triguna antara lain ialah: 1. Mendidik dan melatih siswa menjadi tenaga terampil yang siap bersaing. 2. Memiliki kemampuan yang unggul dalam persaingan pasar. 3. Menjadikan Sekolah sebagai kebanggan masyarakat. 4. Menjadikan Lingkungan sekolah merupakan pencerminkan Dunia Usaha dan Industri. 5. Berbudi luhur, beriman dan bertaqwa ke pada tuhan Yang Maha Esa.
3. Sarana dan Prasarana Pada dasarnya setiap sekolah untuk mewujudkan tujuannya harus didukung oleh segala sarana dan prasarana yang memadai. Dengan sarana dan prasarana yang memadai proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan berhasil sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hingga saat ini sarana dan prasarana yang terdapat di SMK Triguna Utama sudah cukup lengkap, meliputi kecukupan ruang belajar dalam jumlah dan perlengkapannya, laboratorium
baik
laboratorium
laboratorium
computer,
tempat
pendidikan ibadah,
bidang
lapangan
studi olah
maupun
raga,
perpustakaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4 Sarana dan Prasarana SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang No.
Nama Bangunan
Jumlah
1
Ruang belajar
21 Ruang Kelas
2.
Ruang kepala sekolah TU
1 Ruangan
3
Ruang perpustakaan
1 Ruangan
4
Ruang guru
1 Ruangan
5
Ruang kantor
1 Ruangan
dan
50
6
Ruang koperasi
1 Ruangan
7
Laboratorium bahasa
1 Ruangan
8
Laboratorium computer
1 Ruangan
9
Ruang WC guru
9 Ruangan
10
Ruang WC murid
1 Ruangan
11
Mushola
6 Ruangan
12
Bengkel
1 Ruangan
13
Lapangan oleh raga
1 Ruangan
14
Kantin
3 Ruangan
15
Ruang PMR
1 Ruangan
16
Gudang sekolah
1 Ruangan
4. Keadaan Siswa dan Guru Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memiliki tanggung jawab yang urgen untuk kemajuan sekolah. Adapaun jumlah guru di sekolah SMKTriguna Utama ialah 36 orang. Data tentang tenaga pengajar di SMK Triguna Utama dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5 Data Guru Tahun Ajaran 2009/2010
Status Guru Keadaan Tata Usaha Guru td Guru Tetap Guru DPK Jumlah Tetap Td Tetap PenjagaPesuruh Jumlah tetap 35 1 36 4 2 2 4 12 Mengenai keadaan siswa-siswi SMK Triguna Utama data statistic tahun ajaran 2009/2010 keseluruhan siswa berjumlah 999 orang dengan keterangan sebagai berikut: kelas X (sepuluh) berjumlah 455 orang, kelas XI (sebelas) berjumlah 305 orang, dan kelas XII (dua belas) berjumlah 239 orang. Untu lebih jelasnya keadaan siswa-siswi SMK Triguna Utama dapat dilihat pada tabel berikut:
51
Tabel 6 Data siswa SMK Triguna Utama tahun ajaran 2009/2011
I
Akutansi Perkantoran Listrik Mesin Otomotif
1 2 2 1 5
Jumlah siswa Awal Bulan L P 11 26 15 53 69 48 232 1
II
Akutansi Perkantoran Listrik Otomotif Mesin
1 1 1 4 1
8 10 42 160 37
III
Listrik Otomotif Mesin
2 3 1
66 129 43
1
25
870
129
Kelas
Jurusan
Jumlah
Jumlah Kelas
Keluar L
P
L
22 26
0
Jumlah Akhir Bulan Jumlah P L P 11 26 37 15 53 68 69 0 69 48 0 48 232 1 233 Jumlah siswa kelas I 455 8 22 30 10 26 36 42 0 42 160 0 160 37 0 37 Jumlah siswa kelas II 305 66 0 66 129 1 130 43 0 43 Jumlah siswa kelas III 239 0 870 129 999
Masuk
0
0
Keterangan
11 kelas
8 kelas
6 kelas
B. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dengan Menggunakan Metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Bentuk pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan metode Iqra’ di SMK Triguna adalah dalam bentuk proses belajar mengajar di dalam kelas. Aspek yang terkait dalam pelaksaan pembelajaran dengan metode Iqra’ adalah sebagai berikut: 1. Guru Al-Qur’an Guru yang dimaksud adalah guru yang mengajarkan membaca Qur’an
dengan
menggunakan
metode
Iqra’.
Dalam
Al-
pelaksanaan
pembelajaran, guru selalu membuat rencana sebelum kegiatan belajar mengajar
berlangsung,
guru
menyiapkan
alat-alat
pelajaran
yang
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, guru membimbing siswa satu persatu saat proses pembelajaran, guru melakukan evaluasi secara continue untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang dicapai dalam tujuan pembelkajaran, guru selalu memotivasi siswa untuk rajin membaca AlQur’an dan dalam menggunakan metode Iqra’, guru mengaplikasikan sepuluh prinsip yang sangat mendasar yang ada di dalam metode Iqra’. Namun dalam pelaksaannya, guru Al-Qur’an mengalami beberapa kendala diantaranya yaitu dalam hal waktu/ jam pelajaran. Terkadang waktu yang digunakan tidak cukup untuk menyelesaikan pembelajaran. Diantara
52
kendala yang lain ialah timbul dari para siswa. Terkadang siswa datang terlambat dan tidak membawa alat-alat pembelajaran misalnya modul Iqra’ dan buku pedoman yang digunakan dalam pembelajaran dan ada juga para siswa yang tidak melancarkan bacaaan sebelum masuk ke dalam kelas. 2. Siswa (peserta didik) Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini ialah siswa kelas X yang bacaannya masih Iqra’ jilid 1-6. Dalam kegiatan belajar di kelas, siswa harus membawa modul Iqro’ dan buku panduan, siswa harus melancarkan bacaan sebelum menghadap guru, seselai membaca siswa diharuskan menuliskan bacaannya ke dalam buku tulis. Bagi siswa yang tidak membaca, menulis dan membawa buku panduan maka akan dikenakan sanksi berupa menulis kalimat Istigfar. 3. Metode Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru Al-Qur’an bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an ialah metode Iqra’. Menurut guru Al-Qur’an yakni Drs. Robbani, AR menyatakan bahwa metode Iqra’ lah yang masih sesuai digunakan dalam membaca Al-Qur’an karena dalam metode tersebut ada beberapa prinsip mendasar yang dapat memudahkan para siswa untuk mampu membaca AlQur’an dengan mudah. Diantara prinsip-prinsip tersebut ialah privatisasi, CBSA, asistensi, modul, praktis, komunikatif, fleksibel, variatif, bacaan langsung dan sistematis. Bapak Robbani juga menambahkan bahwa untuk menunjang keefektifan metode Iqra’, perlu ditambah lagi beberapa metode sebagai penunjangnya, diantaranya yaitu: a. Metode menulis b. Metode bernyanyi/ bershalawat, dan sebagainya. Selain metode-metode yang telah disebutkan di atas, guru Al-Qur’an juga memberikan contoh teladan yang baik seperti halnya bertingkah laku dan berpakaian yang sopan, bertutur kata yang baik serta pembiasaan shalat berjamaah.
53
4. Sarana dan prasarana Mengenai sarana dan prasarana telah dipaparkan pada gambaran umum SMK Triguna Utama. Namun, dari hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa diantara sarana yang menunjang terlaksannya pembelajaran membaca Al-Qur’an diantaranya yaitu: a. Tersedianya ruang kelas yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar. b. Tersedianya modul Iqra’ dan mushaf Alqur’an. c. Tersedianya media elektronik misalnya televisi, radio dan kaset-kaset AlQur’an.
C. Deskripsi Data Data-data penelitian tentang efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ diperoleh melalui Observasi, wawancara, dan angket. Adapun observasi yang dilakukan yakni dengan mengikuti kegiatan pembelajaran secara langsung di dalam kelas selama 1 bulan. Adapun wawancara yang penulis lakukan yaitu dengan Kepala Sekolah dan Guru AlQur’an. Sedangkan angket diberikan kepada siswa kelas X yang mengikuti pelajaran membaca Al-Qur’an yang tingkatnya masih membaca Iqra’. Jumlah siswa yang dijadikan objek dalam penelitian ini sebanyak 443 siswa yang terdiri dari kelas X AP, X AK, X Otomotif dan X Elektro. Dari jumlah 443 siswa, penulis mengambil sampel penelitian sebesar 12% dari jumlah tersebut. Maka diperoleh hasil 55 siswa yang menjadi sampel penelitian ini. Kemudian, penulis memberikan angket kepada tiap responden dengan jumlah item pertanyaan sebanyak 43 butir. Butir soal tersebut terdiri dari 24 soal untuk pertanyaan variabel X dan 19 soal untuk pertanyaan variabel Y. Setelah data diperoleh dari hasil angket yang telah disebarkan kepada responden, maka langkah selanjutnya yaitu menghitung hasil angket dengan mencari angka prosentase. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari angka prosentase tersebut adalah: P
F x100 % N
54
Data-data dalam angket diolah dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis sebagai berikut: 1. Angket Metode Iqra’ (Variabel X) Tabel 7 Dalam Membaca Siswa Tidak Mengeja Bacaan Misalnya Membaca Alif Fathah A, Ba Fathah Ba, dan Seterusnya (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
42
76,4%
2
Setuju
13
23,6%
3
Tidak Setuju
0
0%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0%
55
100%
Jumlah
Data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa ketika membaca tidak mengeja bacaannya (76,4%) dan sebagian lagi dari para siswa mengatakan setuju jika dalam membaca mereka tidak mengeja bacaan (23,6%). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah mampu membaca kalimat-kalimat Al-Qur’an yang terdapat di dalam modul iqra’ dengan tidak mengeja. Dengan cara ini maka waktu pembelajaran akan lebih efisien karena guru Al-Qur’an tidak perlu lagi mengajarkan satu persatu huruf kepada para siswa ketika mereka membaca. Hal ini juga menunjukkan bahwa prinsip metode Iqra’ yakni tidak mengeja dalam membaca sudah diaplikasikan dengan baik. Tabel 8 Guru Tidak Banyak Menuntun Namun Sesekali Hanya Memberi Contoh (+) No. 1
Alternatif Jawaban Sangat Setuju
Frekuensi
Prosentase
40
72,7%
55
2
Setuju
14
25,5%
3
Tidak Setuju
1
1,8%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0%
55
100%
Jumlah
Dari tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa hampir setengah dari jumlah siswa menjawab sangat setuju jika guru tidak banyak menuntun ketika mengajar (72,7%), sebagian lagi mengatakan setuju bahwa ketika membaca, guru tidak banyak menuntun (25,5%) dan sebagian kecil dari jawaban siswa merasa tidak setuju bahwa guru tidak banyak menuntun bacaan (1,8%). Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas dapat diketahui bahwa ketika mengajar membaca Al-Qur’an, guru tidak banyak menuntun siswa dan hanya sesekali memberi contoh bacaan kepada siswa ketika mereka tidak bisa membacanya. Dengan hal ini siswa merasa diberi kesempatan berpikir sendiri ketika membaca Al-Qur’an dan bisa lebih percaya diri untuk mengekspolarikan kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an. Namun, walaupun guru tidak banyak menuntun ketika siswa membaca, guru tetap memperhatikan bacaan para siswa ketika mereka salah atau tidak bisa dalam membaca sebuah kalimat. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip dalam metode Iqra’ sudah dilaksanakan. Tabel 9 Apabila Ada Bacaan yang Tidak Jelas, Guru Langsung Memberikan Penjelasan (+) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
33
60%
2
Setuju
14
25,5%
3
Tidak Setuju
8
14,5%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0%
55
100%
Jumlah
56
Dari jawaban siswa pada tabel 9 tentang guru langsung memberikan penjelasan ketika ada bacaan yang tidak jelas. Sebagian siswa menjawab sangat setuju bahwa ketika ada bacaan yang tidak jelas guru langsung memberikan penjelasan (60%) dan sebagian lagi mengatakan setuju (25,5%) sedangkan sebagian kecil mengatakan tidak setuju jika ada bacaan yang tidak difahami para siswa bertanya pada guru (14,5%). Hasil data di atas dapat dijelaskan bahwa ketika ada bacaan yang tidak jelas guru langsung memberikan penjelasan, sehingga tidak membuat siswa menjadi bingung Tabel 10 Guru Menyimak Bacaan Siswa Satu Persatu (+) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Selalu
38
69,1%
2
Sering
15
27,3%
3
Kadang-Kadang
2
3,6%
4
Tidak Pernah
0
0%
55
100%
Jumlah
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa banyaknya jawaban siswa yang menjawab selalu sebanyak 69,1%, jawaban sering sebanyak 27,3%, kadangkadang sebesar 3,6%. Berdasarkan hasil jawaban para siswa di atas bahwa dalam kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an, guru Al-Qur’an sudah mempraktekkan prinsip privatisasi yakni guru menyimak bacaan siswa satu persatu. Hal ini terbukti dari sebagian besar siswa yang menjawab selalu bahwa dalam mengajar guru menyimak bacaan siswa satu persatu. Dengan cara ini, guru Al-Qur’an dapat mengajarkan dan mempraktekkan bacaan Al-Qur’an secara langsung kepada para siswa. Tabel 11 Buku/Modul Iqra’ Digunakan Oleh Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an (+) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
57
1
Selalu
39
70,9%
2
Sering
16
36,4%
3
Kadang-Kadang
0
0%
4
Tidak Pernah
0
0%
55
100%
Jumlah
Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden siswa menjawab selalu (70,9%) dan sebagiannya lagi menjawab sering menggunakan buku Iqro’ (36,4%) dan tidak ada responden yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Berdasarkan hasil jawaban responden di atas dapat dijelaskan dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an guru dan siswa menggunakan modul Iqra’ dari jilid 1-6. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pembelajaran membaca Al-Qur’an dapat terbantu dengan adanya buku/modul Iqro’ sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik serta para siswa juga dapat mudah berlatih membaca sendiri dimanapun mereka inginkan. Tabel 12 Ketika Mengajar Membaca, Guru Tidak Berhadapan Langsung dengan Siswa (-) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
1
1,8%
2
Setuju
1
1,8%
3
Tidak Setuju
8
14,5%
4
Sangat Tidak Setuju
45
81,8%
55
100%
Jumlah
Pada tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa dalam masalah privatisasi banyak para siswa yang menyatakan sangat tidak setuju jika ketika membaca guru tidak berhadapan langsung dengan siwa (81,8%), sebagian
58
lagi memberikan jawaban tidak setuju (14,5%) dan sebagian kecil para siswa menjawab setuju dan sangat setuju (1,8%). Dari hasil jawaban di atas menjelaskan bahwa ketika belajar membaca Al-Qur’an, guru selalu berhadapan dengan para siswa secara langsung. Kemungkinan hal ini dilakukan agar siswa terhindar dari kesalahan pemahaman dan cara melafazkan kalimat-kalimat Al-Qur’an yang kurang tepat. Hasil tabel di atas juga menggambarkan bahwa prinsip privatisasi yang terdapat di dalam metode Iqra’ sudah dilaksanakan dengan efektif. Tabel 13 Siswa tidak membaca satu halaman jika bacaannya sudah fasih dan lancar (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
18
32,7%
2
Setuju
20
36,4%
3
Tidak Setuju
10
18,2%
4
Sangat Tidak Setuju
7
12,7%
55
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak 32,7%, yang menjawab setuju sebanyak 36,4%, yang menjawab tidak setuju sebanyak 18,2% dan yang menjawab sangat tidak setuju” sebanyak 12,7%. Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an, sebagian para siswa bisa lebih cepat naik pada jilid yang lebih tinggi dengan waktu yang cepat. Karena jika para siswa sudah fasih bacaannya, mereka hanya membaca sebagian kalimat saja dari satu halaman yang ada di dalam modul Iqra’.
59
Tabel 14 Guru Memberikan Reward Pada Siswa yang Bagus Bacaannya Untuk Menyimak bacaan Siswsa yang Lain (+) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
28
50,9%
2
Setuju
17
30,9%
3
Tidak Setuju
8
14,5%
4
Sangat Tidak Setuju
2
3,6%
55
100%
Jumlah
Dari tabel 14 tentang privatisasi diperoleh hasil jawaban siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak (50,9%), yang menjawab setuju (30,9%), yang menjawab tidak setuju (14,5%) dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak (3,6%). Pada hasil jawaban di atas dapat dilihat bahwa sebagian kecil siswa yang menjawab sangat tidak setuju dan sebagian kecil lagi menjawab tidak setuju. Hal ini dapat dijelaskan bahwa proses belajar mengajar di kelas yang menggunakan privatisasi sudah di praktekkan oleh guru. Kemungkinan, hal ini dilakukan oleh guru tujuannya agar terjalin hubungan yang baik diantara para siswa. Siswa yang mampu membaca Al-Qur’an dapat mengajarkan temannya yang kurang mampu membaca Al-Qur’an dan sebaliknya siswa yang kurang mampu mau belajar kepada temannya yang mampu membaca Al-Qur’an. Tabel 15 Ketika Mengajar Guru Mempraktekkan Bacaan Pada Siswa Dengan Jelas dan Tidak Banyak Memberi penjelasan secara teori (+) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Selalu
38
69,1%
2
Sering
13
23,6%
3
Kadang-Kadang
2
3,6%
60
4
Tidak Pernah Jumlah
2
3,6%
55
100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketika mengajar guru tidak banyak memberikan penjelasan secara teori tetapi ketika ingin menjelaskan guru langsung memberi contoh secara praktis. Hal ini dibuktikan dari sebagian besar siswa menjawab selalu (69,1%), sebagian lagi menjawab sering (23,6%) dan sebagian kecil menjawab kadang-kadang dan tidak pernah (3,6%). Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas dapat dijelaskan bahwa dalam mengajarkan Al-Qur’an, guru lebih banyak memberikan penjelasan materi secara praktis daripada teori. Mungkin dengan cara mengajar seperti ini siswa diharapkan lebih awal mampu untuk bisa mengenal huruf dan cara melafazkannya sesuai aturan ilmu tajwid. Materi teori bisa didapatkannya setelah mereka sudah bisa melafazkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dengan baik dan fasih. Tabel 16 Guru Tidak Memberi Kesempatan Siswa Untuk Menyimak Bacaan Siswa Yang Lain (-) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
2
3,6%
2
Setuju
9
16,4%
3
Tidak Pernah
18
32,7%
4
Sangat Tidak Setuju
26
47,3%
55
100%
Jumlah
Dari tabel 16 di atas tentang kesempatan yang tidak diberikan oleh guru kepada para siswa untuk menyimak bacaan siswa yang lain. Dalam tabel didapatkan hasil jawaban siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak (3,6%), menyatakan setuju (16,4%), menyatakan tidak pernah (32,7%) dan yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 47,3%. Berdasarkan data di
61
atas, guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyimak bacaan siswab yang lain. Kemungkinan, hal ini dilakukan untuk menanamkan dalam diri para siswa rasa saling tolong menolong antara sesama, sehingga terjalin hubungan yang harmonis diantara para siswa dan akan memberi dampak positif dalam pelaksanaan pembelajaran. Tabel 17 Karena Simpelnya Bentuk Modul Iqra’, Sehingga Memudahkan Saya Untuk Membawanya dan Membacanya Dimanapun Saya Inginkan (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
34
61,8%
2
Setuju
19
34,5%
3
Tidak Setuju
2
3,6%
4
Sangat Tidak Setuju
-
-
55
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa buku/modul Iqra’ mudah dibawa kemanapun mereka inginkan. Hal ini berlandaskan jawaban para siswa 61,8% memberikan jawaban sangat setuju, 34,5% memberikan jawaban setuju, 3,6% memberikan jawaban tidak setuju dan tidak ada yang memberikan jawaban sangat tidak setuju”. Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa penggunaan media pembelajaran berupa buku/modul Iqra’ yang guru Al-Qur’an lakukan akan memudahkan para siswa dalam proses memiliki kemampuan membaca AlQur’an. Dengan kemudahan mereka membawa buku Iqra’ sehingga mereka dapat lebih sering berlatih membaca dimanapun mereka inginkan. Tabel 18 Alasan Modul Iqro’ Digunakan Karena Materinya di Awali dengan Yang Mudah dan Gampang (+) No. 1
Alternatif Jawaban Sangat Setuju
Frekuensi
Prosentase
34
61,8%
62
2
Setuju
21
38,2%
3
Tidak Setuju
0
0%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0%
55
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel 18 di atas tentang alasan penggunaan modul Iqra’ karena diawali dengan materi yang mudah. Hal ini dibuktikan dari sebagian besar jawaban siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak 61,8% dan sebagian lagi menjawab setuju sebanyak 38,2%. Data di atas dapat menerangkan bahwa dengan penggunaan media pembelajaran berupa modul Iqra’ dari jilid 1 sampai 6 yang didalamnya diawali dengan materi-materi yang mudah sehingga para siswa merasa senang menggunakannya. Hal seperti ini memungkinkan timbulnya dampak positif terhadap semangat para siswa dan dalam kegiatan pembelajaran AlQur’an di sekolah. Tabel 19 Agar Cepat Naik Pada Jilid Yang Lebih Tinggi Siswa Menjadi Rajin Mengikuti Pelajaran (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
38
65,5%
2
Setuju
16
29,1%
3
Tidak Setuju
1
1,8%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0%
55
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan 65,5% jawaban siswa yang menyatakan sangat setuju, 29,1% yang menyatakan setuju, dan 1,8% yang menyatakan tidak setuju. Data di atas menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan bacaan dari jilid awal kepada jilid yang lebih tinggi yang diberikan oleh guru kepada
63
siswa, hal tersebut membuat mereka menjadi termotivasi mengikuti pembelajaran membaca Al-Qur’an. Tabel 20 Guru Menyemangati Siswa Dengan Memberikan Modul Iqra’ Yang Beragam Warnanya Sehingga Membuat Siswa tertarik Untuk membacanya (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
20
36,4%
2
Setuju
25
45,4%
3
Tidak Setuju
7
12,7%
4
Sangat Tidak Setuju
3
5,4%
55
100%
Jumlah
Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan cover Iqra’ yang berwarnawarni yang diberikan oleh guru yang bertujuan untuk menarik minat siswa untuk rajin membacanya. Hal ini dibuktikan dengan jawaban siswa sebanyak 38,2%
yang menjawab “Sangat Tidak Setuju”, 45,5%
jawaban”Tidak Setuju”, 12,7% yang menjawab “Setuju” dan 3,6% yang menjawab “Sangat Setuju”. Tabel 21 Guru Memberikan Sanjungan dan Pujian Jika Bacaan Saya Lancar dan Benar (+) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
32
58,2%
2
Setuju
20
36,4%
3
Tidak Setuju
2
3,6%
4
Sangat Tidak Setuju
1
1,8%
55
100%
Jumlah
Tabel ke 21 di atas menunjukkan bahwa dalam hal pemberian reward guru kepada para siswanya berupa sanjungan dan pujian, para siswa
64
sebagian besar menjawab selalu (58,2%), sebagiannya lagi menjawab sering (36,4%), sebagian kecil menjawab kadang-kadang (3,6%) dan sangat sedikit siswa menjawab tidak pernah (1,8%). Berdasarkan hasil data di atas dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an para siswa merasa sering mendapatkan sanjungan dan pujian dari guru jika bacaan baik. Hal ini dilakukan guru mungkin untuk menyenangkan hati para siswa dan menyemangati mereka. Tabel 22 Guru Selalu Menganjurkan Siswa Untuk Menggunakan Modul Iqra’ Untuk Awal Permulaan Belajar Al-Qur’an(+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
43
78,2%
2
Setuju
10
18,2%
3
Tidak Setuju
2
3,6%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0%
55
100%
Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jawaban responden tentang guru yang menganjurkan siswa untuk menggunakan modul Iqra’ untuk awal permulaan belajar Al-Qur’an dibuktikan dengan hasil jawaban yang menyatakan “Sangat Setuju” sebanyak 78,2%, yang menyatakan “Setuju” sebanyak 18,2%, yang menyatakan “Tidak Setuju” sebanyakn 3,6%, Tabel 23 Guru Tidak Menegur Siswa Ketika Bacaannya Salah dan Keliru (-) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
0
0%
2
Setuju
5
9,1%
3
Tidak Setuju
15
27,3%
4
Sangat Tidak Setuju
35
63,6%
55
100%
Jumlah
65
Tabel di atas menunjukkan 63,6% responden yang menyatakan “Sangat Tidak Setuju”, 27,3% yang menyatakan “Tidak Setuju”, 9,1%..Dari tabel di atas dapat dideskripsikan hasilnya yakni bahwa sebagian besar siswa menyatakan kalau guru Al-Qur’an selalu menegur para siswa jika bacaan mereka salah dan keliru. Hal ini menyatakan bahwa guru memberikan perhatian yang besar kepada para siswa dalam proseskegiatan belajar mengajar. Tabel 24 Untuk Mengetahui sejauh Mana Kemampuan Siswa, Maka Guru Mengacak Bacaan Yang Sama Dengan Pokok Bacaan Siswa. Misalnya Ssiswa baca A dan Ba Maka Guru Menunjuki Huruf-Huruf Itu Untuk Siswa Baca (+) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Selalu
20
36,4%
2
Sering
18
32,7%
3
Kadang-Kadang
8
14,5%
4
Tidak Pernah
9
16,4%
55
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat jawaban responden yang menyatakan “Selalu” sebanyak 36,4%, yang menyatakan “Sering” sebanyak 32,7%, yang menyatakan “Kadang-Kadang” sebanyak 14,5%, dan responden yang menyatakan “Tidak Pernah” sebanyak 16,4%. Dari hasil tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa terkadang guru menggunakan metode penunjang Iqra’ yakni metode acak. Metode ini berguna untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an Tabel 25 Guru Menugaskan Siswa Agar Menulis Huruf Arab Setiap Selesai Membaca(+) No. Alternatif Jawaban 1
Selalu
Frekuensi
Prosentase
46
83,6%
66
2
Sering
9
12,7%
3
Kadang-Kadang
0
0%
4
Tidak Pernah
0
0%
55
100%
Jumlah
Pada tabel ke 25 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menjawab kalau guru Al-Qur’an selalu menugaskan siswa menulis setelah selesai membaca (83,6%) dan sebagian lagi menyatakan kalau guru AlQur’an itu sering menugaskan para siswa untuk membaca Al-Qur’an. Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa setiap para siswa selesai membaca maka guru menugaskan untuk menyalin bacaan mereka ke dalam buku tulis, tujuannya mungkin agar para siswa dapat menulis huruf Arab (Al-Qur’an) dengan indah. Tabel 26 Tulisan Huruf Al-Qur’an (Arab) Siswa Menjadi Bagus Karena Sering Menulis Huruf Al-Qur’an (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
37
67,3%
2
Setuju
18
32,7%
3
Tidak Setuju
0
0%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0%
55
100%
Jumlah
Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan adanya tugas menulis huruf Arab (AlQur’an) yang diberikan oleh guru, siswa merasa tulisan mereka menjadi indah dan bagus karena terbiasa menulis. Hal ini dibuktikan dari hasil jawaban responden 63,6% yang menjawab “Sangat Setuju”, 36,6% yang menjawab “Setuju”, dan tidak ada responden yang menjawab Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju”.
67
Tabel 27 Guru Selalu Mengajak Para Siswa Untuk Membaca Shalawat Setiap zSelesai Pembelajaran Membaca Al-Qur’an (+) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
33
60%
2
Setuju
22
40%
3
Tidak Setuju
0
0%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0%
55
100%
Jumlah
Dari tabel di atas tentang kegiatan siswa dalam belajar Al-Qur’an yakni dengan bershalawat dan bernyanyi. Sebagian siswa menjawab sangat setuju jika dalam kegiatan belajar Al-Qur’an di isi juga dengan membaca shalawat (60%) dan sebagiannya lagi menjawab setuju jika dikatakan bahwa dalam kegiatan belajar Al-Qur’an selain membaca Al-Qur’an juga diisi dengan membaca shalawat (40%).
Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan
bahwa selain guru mengajarkan para siswanya membaca Al-Qur’an, guru juga membiasakan para siswa untuk selalu membaca shalawat. Tujuannya agar para siswa dapat selalu ingat dan mencintai Rasulullah. Tabel 28 Karena Guru Sering Menyampaikan Cerita-Cerita Islami, Siswa Jadi Memiliki Pengetahuan Tentang Sejarah Islam (+) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
10
18,2%
2
Setuju
25
45,4%
3
Tidak Setuju
15
27,3%
4
Sangat Tidak Setuju
5
9,1%
55
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru sering menceritakan kisahkisah Islami kepada para siswa agar mereka dapat mengambil tauladan yang
68
baik dari kisah-kisah tersebut. Hal ini dibuktikan dari hasil jawaban responden yang menjawab “Sangat Setuju” sebesar 18,2%, yang menjawab “Setuju” sebesar 45,4%, yang menjawab “Tidak Setuju” sebesar 27,3%, dan yang menjawab “Sangat Tidak Setuju” sebesar 9,1%. Tabel 29 Ketika Siswa Membaca, Guru Sering Mengajak Bermain Tebak Huruf Hijaiyah (+) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
25
45,5%
2
Setuju
23
41,8%
3
Tidak Setuju
5
9,1%
4
Sangat Tidak Setuju
2
3,6%
55
100%
Jumlah
Pada tabel ke 29 tentang siswa sering bermain tebak huruf hijaiyah bersama guru. Sebagian siswa menjawab sangat setuju kalau dalam pembelajaran Al-Qur’an guru dan siswa bermain tebak huruf (45,5%), sebagian lagi menjawab setuju (41,8%), sebagian kecil menjawab tidak setuju kalau guru dan siswa bermain tebak huruf dalam pembelajaran AlQur’an (9,1%) dan sedikit sekali siswa yang menjawab sangat tidak setuju kalau dalam pembelajaran diadakan permainan tebak huruf hijaiyah (3,6%). Tabel 30 Guru Al-Qur’an Tidak Pernah Mengadakan Kuis Interaktif Masalah Tajwid Dengan Siswa Dalam Setiap Pembelajaran Al-Qur’an Di Kelas (-) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
5
9,1%
2
Setuju
10
18,2%
3
Tidak Setuju
20
36,4%
4
Sangat Tidak Setuju
20
36,4%
55
100%
Jumlah
69
Berdasarkan tabel ke 30 tentang guru Al-Qur’an yang tidak pernah mengadakan kuis interaktif masalah tajwid dalam pembelajaran Al-Qur’an. Terdapat hasil yang sama antara jawaban siswa yang menjawab sangat tidak setuju dan tidak setuju dengan hasil 36,4%. Adapun siswa yang menjawab setuju sebanyak 18,2% dan siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak 9,1%. Hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran dan untuk menarik minat para siswa, guru mengadakan kuis interaktif yang berkaitan tentang ilmu tajwid. Misalnya, dalam satu kelas dibentuk beberapa kelompok dan dari kelompok-kelompok tersebut ditugaskan untuk menyebutkan hukum nun mati. Bagi yang benar jawabannya akan mendapakant nilai, namun bagi yang salah maka tidak akan mendapatkan nilai. Hal ini dilakukan agar para siswa lebih semangat untuk mempelajari Al-Qur’an khususnya masalah ilmu tajwid .
2. Angket Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
(Variabel Y)
Tabel 31 Guru Menegur Siswa Yang Membuat Gaduh Di Kelas Dan Memberikan Hukuman Bagi Yang Melanggar (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
40
72,7%
2
Setuju
15
27,3%
3
Tidak Setuju
0
0%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0%
55
100%
Jumlah
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar dari para siswa menjawab sangat setuju apabila di dalam kelas terjadi kegaduhan maka guru langsung menegur dan memberikan hukuman bagi yang melanggar tata tertib di kelas (72,7%), dan sebagiannya lagi menjawab setuju (27,3%).
70
Berdasarkan hasil tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran selain mengajarkan para siswa membaca AlQur’an, guru juga memperhatikan kondisi kelas dengan menegur para siswa jika mereka membuat gaduh di dalam kelas. Tabel 32 Guru Menganjurkan Siswa Untuk Rajin Membaca Al-Qur’an Agar Bacaan Al-Qur’an Siswa menjadi Semakin Lancar dan Bagus (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
46
83,6%
2
Setuju
6
10,9%
3
Tidak Setuju
2
3,6%
4
Sangat Tidak Setuju
1
1,8%
55
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel ke 32 tentang guru yang menganjurkan para siswa agar rajin membaca Alqur’an. Sebagian besar para siswa merasa bahwa guru selalu menganjurkan mereka untuk rajin membaca Al-Qur’an, hal ini sesuai dengan jawaban mereka yang mengatakan sangat setuju (83,6%). Sebagian lagi mengatakan setuju tentang anjuran dari guru untuk rajin membaca AlQur’an (10,9%). Sebagian kecil dari siswa mengatakan tidak setuju (3,6%) dan hanya satu orang siswa saja yang mengatakan sangat tidak setuju kalau guru menganjurkan mereka agar rajin membaca Al-Qur’an (1,8) Hasil tabel di atas menggambarkan betapa perhatiannya guru kepada para siswa dengan senantiasa menganjurkan mereka agar selalu membaca AlQur’an agar bacaan mereka semakin lancar dan bagus. Tabel 33 Guru Tidak Memberi Penjelasan Secara Praktis Pada Siswa Yang Memiliki Kesulitan Membaca Al-Qur’an (-)
No 1
Alternatif Jawaban Sangat Setuju
Frekuensi
Prosentase
0
0%
71
2
Setuju
1
1,8%
3
Tidak Setuju
8
14,5%
4
Sangat Tidak Setuju
46
83,6%
55
100%
Jumlah
Dari tabel di atas tentang tidak adanya bantuan secara praktek dari guru kepada siswa yang memiliki kesulitan membaca Al-Qur’an. Hal ini dapat dilihat bahwa tidak ada siswa yang menjawab sangat setuju tentang hal diatas. Ada satu orang siswa yang menjawab setuju tentang guru yang tidak memberi bantuan kepada siswa yang sulit membaca Al-Qur’an (1,8%). Namun, ada sebagian besar dari siswa yang menjawab sangat tidak setuju kalau murid yang sulit membaca Al-Qur’an tidak dibantu oleh guru dengan penjelasan secara praktis (83,6%) dan sebagia lagi menjawab tidak setuju (14,5%). Berdasarkan keterangan data di atas dapat dijelaskan bahwa betapa pedulinya guru kepada para siswanya, guru memberikan bantuan berupa pengajaran di kelas ataupun di luar kelas pada siswa yang belum bisa membaca Al-Qur’an. Tabel 34 Guru Al-Qur’an Tidak Memberikan Evaluasi Pada Awal dan Akhir Pembelajaran (-) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
1
1,8%
2
Setuju
1
1,8%
3
Tidak Setuju
11
20%
4
Sangat Tidak Setuju
42
76,4%
55
100%
Jumlah
Dari hasil tabel di atas tentang guru Al-Qur’an yang tidak memberikan evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar para siswa menganggap guru selalu memberikan
72
eveluasi setiap pembelajaran, hal ini sesuai dengan jawaban mereka yang menjawab sangat tidak setuju (76,4%), sebagiannya lagi menjawab tidak setuju (20%). Namun, ada sedikit dari siswa yang mengatakan bahwa guru tidak memberikan nilai setiap pelajaran selesai, hal ini sesuai dengan jawaban mereka yang mengatakan sangat setuju dan setuju (1,8). Tabel 35 Guru memulai pembelajaran Dengan Hal-Hal Yang Mudah Difahami, Disesuaikan Dengan Kemampuan Siswa(+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
35
63,6%
2
Setuju
16
29,1%
3
Tidak Setuju
9
16,4%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0%
55
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Guru selalu memulai pembelajaran denga hal-hal atau materi yang mudah difahami oleh siswa. Hal ini terbukti dari hasil jawaban siswa yang menjawab “Sangat Setuju” 63,6%. Adapun yang menjawab “Setuju” 29,1%, yang menjawab “Tidak Pernah” 16,4% dan tidak ada siswa yang menjawab “Sangat Tidak Setuju”. Tabel 36 Guru Menyiapkan Alat-Alat Mengajar Yang Disesuaikan Dengan Materi Yang Akan Diajarkan (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
33
60%
2
Setuju
20
36,4%
3
Tidak Setuju
2
3,6%
4
Sangat Tidak Setuju
1
1,8%
55
100%
Jumlah
73
Berdasarkan tabel ke 36 di atas dapat dilihat jawaban siswa yang menjawab “Sangat Setuju” sebanyak 60%. Adapun yang menjawab “Setuju” 36,4%, yang menjawab “Tidak Setuju” berjumlah 3,6% dan yang menjawab “Sangat Tidak Setuju” berjumlah 1,8%. Dari hasil tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap pembelajaran akan dilaksanakan, guru sellau memperispkan alat-alat yang dibutuhkan yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Tabel 37 Guru tidak Menggunakan Metode Iqra’ Dalam Pelaksaan Pembelajaran AlQur’an(-) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
0
0%
2
Setuju
3
5,5%
3
Tidak Setuju
20
36,4%
4
Sangat Tidak Setuju
32
58,2%
55
100%
Jumlah
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian siswa menjawab sangat tidak setuju jika guru dikatakan tidak menggunakan metode Iqra’ dalam proses pembelajaran (58,2%), sebagiannya lagi menjawab tidak setuju (36,4%). Adapun siswa yang menjawab setuju jika dikatakan guru tidak menggunakan metode Iqra’ dalam proses pembelajaran membaca AlQur’an (5,5%) dan tidak ada siswa yang menyatakan sangat setuju. Berdasarkan hasil jawaban para siswa maka dapat dilihat bahwasanya dalam proses pembelajaran membaca Al-Qur’an, guru selalu menggunakan metode Iqra’. Tabel 38 Guru Tidak mengajak Siswa Untuk Ikut Aktif Dalam Pembelajaran (-) No. Alternatif Jawaban 1
Sangat Setuju
Frekuensi
Prosentase
0
0%
74
2
Setuju
4
7,3%
3
Tidak Setuju
30
54,6%
4
Sangat Tidak Setuju
21
38,1%
55
100%
Jumlah
Dari tabel di atas tentang guru yang tidak mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat hasilnya bahwa responden yang menjawab “Sangat Tidak Setuju” hanya 38,1%, yang menjawab “Tidak Setuju” sebesar 54,6%, yang menjawab “Setuju” hanya 7,3 %, dan tidak ada responden yang menjawab “Sangat Setuju”. Hal ini membuktikan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru mengajak para siswanya untuk aktif dan perperan dalam proses belajar mengajar. Tabel 39 Saya Meniliki Semangat Yang Besar Untuk Mengikuti Pembelajaran Al-Qur’an (+) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
23
41,8%
2
Setuju
27
49,1%
3
Tidak Setuju
3
5,5%
4
Sangat Tidak Setuju
2
3,6%
55
100%
Jumlah
Pada tabel 39 di atas tentang para siswa yang memiliki semangat yang besar untuk mengikuti pembelajarn Al-Qur’an. Dalam hal ini sebagian siswa menjawab sangat setuju jika dikatakan mereka semangat mengikuti pembelajaran Al-Qur’an (41,8%), sebagian lagi menyatakan setuju (49,1%). Namun, ada sebagian kecil dari para siswa menyatakan tidak setuju jika dikatakan bahwa mereka memiliki semangat yang besar dalam mengikuti pembelajaran Al-Qur’an (5,5%) dan sedikit siswa yang menyatakan sangat tidak setuju (3,6%).
75
Tabel 40 Siswa Mempersiapkan Alat-Alat Yang Diperlukan Dalam Belajar Al-Qur’an, misalnya: modul Iqra’ dan buku panduan (+) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Selalu
20
36,4%
2
Sering
20
36,4%
3
Kadang-Kadang
10
18,2%
4
Tidak Pernah
5
9,1%
55
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas para siswa selalu mempersiapkan alat-alat yang digunakan ketika pelajaran Al-Qur’an misalnya modul Iqro’ dan buku panduan (36,4%), sebagian lagi menyatakan sering (36,4%), sedikit dari siswa yang menyatakan kadang-kadang mereka mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam pembelajaran Al-Qur’an (18,2%) dan sedikit dari mereka yang menjawab tidak pernah (9,1%). Dari data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa masih ada para siswa yang tidak mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an. Tabel 41 Sebelum Masuk Kelas Siswa Melancarkan Bacaan Al-Qur’an (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Selalu
20
36,4%
2
Sering
17
30,9%
3
Kadang-Kadang
9
16,4%
4
Tidak Pernah
9
16,4%
55
100%
Jumlah
Pada tabel ke 41 tentang sikap siswa yang melancarkan bacaannya sebelum masuk ke dalam kelas. Sebagian siswa menyatakan selalu melancarkan bacaan Al-Qur’annya sebelum masuk ke dalam kelas (36,4%),
76
sebagian lagi menyatakan sering melancarkan bacaannya sebelum masuk kelas (30,9%) dan sebagian kecil ada yang menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah melancarkan bacaannya sebelum masuk ke dalam kelas (16,4%). Tabel 42 Siswa Selalu Melanggar Aturan Yang Dibuat Oleh Sekolah Dan Guru, Misalnya Sering Datang Terlambat, membuat Gaduh Di Kelas, Tidak Mengulang-Ulang Bacaan dan sebagainya. (-) No. Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
15
27,3%
2
Setuju
15
27,3%
3
Tidak Setuju
10
18,2%
4
Sangat Tidak Setuju
15
27,3%
55
100%
Jumlah
Berdasarkan data di atas bahwa sebagian besar dari para siswa menyatakan sangat tidak setuju jika dikatakan sering melanggar aturan sekolah dan guru (27,3%), sebagian lagi menyatakan tidak setuju (18,3%), sebagian lagi manyatakan sangat setuju dan setuju (27,3%). Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak para siswa yang melanggar tata tertib yang dibuat oleh guru dan sekolah. Tabel 43 Siswa Mengetahui Bentuk Tanda Baca Seperti Syakal (Harakat) Dan Syiddah (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
34
61,8%
2
Setuju
20
36,4%
3
Tidak Setuju
1
1,8%
4
Sangat Tidak Setuju
-
-
55
100%
Jumlah
77
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa mengetahui bentuk tanda baca yang terdapat di dalam Al-Qur’an, hal ini dibuktikan dari jawaban responden yang menjawab “Sangat Setuju” sebesar 63,6%, adapun yang menjawab “Setuju” sebesar 34,5%, yang menjawab “Tidak Setuju” sebesar 1,8%, dan tidak ada responden yang menjawab “Sangat Tidak Setuju”. Tabel 44 Siswa Berusaha Membaca Al-Qur’an Sesuai Kaidah Ilmu Tajwid (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Selalu
20
36,4%
2
Sering
25
45,5%
3
Kadang-Kadang
9
16,4%
4
Tidak Pernah
1
1,8%
55
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian siswa selalu berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid (36,4%), sebagian lagi menjawab sering berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid (45,5%), sebagian kecil menjawab kadang-kadang membaca AlQur’an sesuai kaidah ilmu tajwid (16,4%), dan sedikit sekali siswa yang menyatakan tidak pernah berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid (1,8%). Hasil data di atas menyatakan bahwa kebanyakan para siswa akan berusaha untuk membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid. Hal ini membuktikan bahwa ada semangat yang besar dalam diri siswa untuk memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik.
78
Tabel 45 Siswa Tidak Mengetahui Huruf Hijaiyah Dimulai Dari Hamzah ( )أSampai Iya ( )يSehingga Guru Harus Menjelaskan Dari Awal (-) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
4
7,3%
2
Setuju
6
10,9%
3
Kurang Setuju
20
36,4%
4
Sangat Tidak Setuju
25
45,5%
55
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jawaban para siswa mengenai pengetahuan tentang huruf hijaiyah, terbukti sebagian para siswa menyatakan sangat tidak setuju jika dikatakan mereka tidak mengetahui huruf hijaiyah (45,5%), sebagian lagi menyatakan kurang setuju (36,4). Namun, sedikit dari mereka yang menjawab setuju (10,9%), dan sangat setuju (7,3%) apabila mereka dikatakan tidak memiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur’an.
Hal ini membuktikan bahwa sebelum belajar
membaca Al-Qur’an lebih mendalam, mereka sudah memiliki persiapan awal yakni sudah mengenal dan mengetahui huruf-huruf hijaiyah yang dimulai dari hamzah ( )أsampai iya ()ي Tabel 46 Dengan adanya Modul Iqra’ Dari Jilid 1-6, Siswa Jadi Semangat Belajar AlQur’an (+) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
40
72,7%
2
Setuju
13
23,6%
3
Tidak Setuju
2
3,6%
4
Sangat Tidak Setuju
0
0%
55
100%
Jumlah
79
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dengan buku atau modul Iqro’ yang terdiri dari enam jilid membuat siswa semangat mengikuti pelajaran Al-Qur’an, hal ini dibuktikan dengan jawaban para siswa yang menjawab “Sangat Setuju” sebesar 72,7%, yang menjawab “Setuju” sebanyak 23,6%, yang menjawab “Tidak Setuju” sebanyak 3,6%, dan tidak ada yang menjawab sangat tidak setuju. Data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan adanya modul Iqra’ yang terdirin dari jilid 1 sampai 6, membuat mereka semakin semangat dan senang dalam mengikuti pembelajaran membaca Al-Qur’an. Hal ini menandakan bahwa lingkungan luar berupa sarana media Iqra’ bisa dikatakan efektif. Tabel 47 Dengan Kelas Yang Sejuk Dan Nyaman, Siswa Tetap Malas Mengikuti Pelajaran Al-Qur’an (-) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
0
0%
2
Setuju
2
3,6%
3
Tidak Setuju
27
49,1%
4
Sangat Tidak Setuju
26
47,3%
55
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lingkungan kelas yang nyaman membuat siswa menjadi semangat mengikuti pelajaran Al-Qur’an Hal ini terbukti dari jawaban siswa yang menyatakan sangat tidak setuju apabila siswa dikatakan malas belajar Al-Qur’an sekalipun suasana kelas sejuk dan nyaman (47,3%), sebagian lagi menyatakan tidak setuju (49,1%). Namun, hanya sedikit sekali dari siswa yang menyatakan tidak setuju jika dikatakan malas belajar Al-Qur’an sekalipun suasana kelas sejuk dan nyaman (3,6%).
80
Tabel 48 Siswa Belajar Al-Qur’an Hanya Di Sekolah Saja, Tidak Belajar Di Tempat Lain (-) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
0
0%
2
Setuju
2
3,6%
3
Tidak Setuju
18
32,7%
4
Sangat Tidak Setuju
35
63,6%
55
100%
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa banyak siswa yang menyatakan sangat tidak setuju jika dikatakan mereka belajar Al-Qur’an hanya disekolah saja dan tidak belajar ditempat lain misalnya Majlis Ta’lim atau TPQ disekitar rumah mereka (63,6%), sebagian lagi menyatakan tidak setuju jika dikatakan belajar Al-Qur’an hanya disekolah saja tidak ditempat lain (32,7%) dan sedikit sekali siswa yang menyatakan setuju jika dikatakan hanya disekolah saja mereka belajar membaca Al-Qur’an (3,6%). Dari hasil jawaban responden dapat dijelaskan bahwa lingkungan sosial yang baik dan mendukung maka akan memberikan pengaruh positif kepada siswa dalam membaca Al-Qur’an. Maksudnya yaitu jika dilingkungan tempat tinggal siswa ada sebuah tempat yang mengajarkan Al-Qur’an misalnya seperti TPQ atau majelis ta’lim, maka siswa yang tinggal di daerah tersebut akan ikut bergabung untuk belajar Al-Qur’an. Tabel 49 Siswa Malas Membaca Al-Qur’an Walaupun Mereka Melihat Orang Tua Sering Membaca Al-Qur’an (-) No.
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Prosentase
1
Sangat Setuju
1
1,8%
2
Setuju
0
0%
3
Tidak Setuju
15
27,3%
81
4
Sangat Tidak Setuju Jumlah
39
70,9%
55
100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban siswa tentang siswa yang malas membaca Al-Qur’an walaupun mereka melihat orang tua sering dan rajin membaca Al-Qur’an. Dalam hal ini sebagian besar para siswa menyatakan sangat tidak setuju jika dikatakan siswa tetap malas membaca Al-Qur’an sekalipun mereka melihat orang tua di rumah rajin membaca AlQur’an (70,9%), sebagian lagi menyatakan tidak setuju (27,3%) dan sangat sedikit siswa yang menyatakan sangat setuju apabila mereka melihat orang tua yang rajin membaca Al-Qur’an tetapi mereka tetap malas membaca AlQur’an (1,8%). Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa lingkungan luar yang berasal dari keluarga memberikan pengaruh besar pada anak. Hasil tabel diatas membuktikan bahwa orang tua yang sering membaca Alqur’an akan memberikan contoh positif pada anak. Anak yang awalnya malas membaca Al-Qur’an, tapi dengan melihat kedua orangtuanya rajin membaca AlQur’an maka anak tersebut akan meniru kebiasaan orang tuanya untuk rajin tadarus Al-Qur’an.
D. Analisis Data Setelah diperoleh angka prosentase dari angket sebagaimana terlampir, maka langkah selanjutnya yaitu mencari angka pengaruh antara variabel X (Metode Iqra’) dan variabel Y (Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an) dengan menggunakan rumus Product Moment sebagai berikut: Tabel 50 Analisis Korelasi Variabel metode Iqra’ (X) dan Variabel Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an (Y) Responden 1 2
X
Y
X2
Y2
XY
86
70
7396
4900
6020
85
70
7225
4900
5950
82
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
83
67
6889
4489
5561
83
70
6889
4900
5810
80
65
6400
4225
5200
85
62
7225
3844
5270
83
67
6889
4489
5561
85
70
7225
4900
5950
80
65
6400
4225
5200
84
69
7056
4761
5796
83
63
6889
3969
5229
83
67
6889
4489
5561
85
64
7225
4096
5440
86
72
7396
5184
6192
82
66
6724
4356
5412
88
68
7744
4624
5984
81
65
6561
4225
5265
82
66
6724
4356
5412
82
65
6724
4225
5330
83
65
6889
4225
5395
86
69
7396
4761
5934
84
71
7056
5041
5964
83
68
6889
4624
5644
86
67
7396
4489
5762
85
68
7225
4624
5780
81
63
6561
3969
5103
81
67
6561
4489
5427
86
68
7396
4624
5848
82
64
6724
4096
5248
83
66
6889
4356
5478
75
67
5625
4489
5025
79
67
6241
4489
5293
89
68
7921
4624
6052
85
66
7225
4356
5610
89
69
7921
4761
6141
83
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 Jumlah
83
64
6889
4096
5312
82
62
6724
3844
5084
84
69
7056
4761
5796
84
67
7056
4489
5628
82
64
6724
4096
5248
87
69
7569
4761
6003
81
67
6561
4489
5427
83
70
6889
4900
5810
77
64
5929
4096
4928
82
61
6724
3721
5002
83
68
6889
4624
5644
84
68
7056
4624
5712
80
67
6400
4489
5360
82
63
6724
3969
5166
79
65
6241
4225
5135
87
70
7569
4900
6090
74
61
5476
3721
4514
87
65
7569
4225
5655
74
62
5476
3844
4588
84
64
7056
4096
5376
4562
3654
378962
243144
303325
Untuk mengetahui korelasi antara variabel X dengan variabel Y, data di atas akan diuji dengan menggunakan rumus product moment, yaitu:
rxy
rxy
N
N X
2
XY X Y X N Y Y 2
2
55 x 303325
55 x 378962
4562
2
2
4562 3654
55 x 243144
3654
2
84
rxy
rxy
rxy
rxy
20842910
16682875 20811844
16669548
13372920
13351716
13327
31066 21204 13327 658723464
13327 25665 ,6
rxy 0 , 519 Dari perhitungan di atas diketahui bahwa korelasi antara efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama sebesar 0,519 Selanjutnya untuk menguji kebenaran / kepalsuan dari hipotesa yang telah diajukan, dengan jalan membandingkan besarnya ”r” yang telah diperoleh di dalam perhitungan (r hitung) dengan besarnya ”r” yang tercantum dalam tabel ”r” product moment. Dengan terlebih dahulu mencari ”df” (degrees of freedom), yang rumusnya sebagai berikut: df = N - nr = 55 – 2 = 53 Setelah perhitungan dengan menggunakan rumus “df”, maka diperoleh ”df” yaitu 53. Maka dapat dicari besarnya ”r” yang tercantum dalam tabel nilai ”r” product moment, pada taraf signifikansi 5% dan taraf signifikansi 1%. Seperti yang telah diketahui bahwa rxy = 0,519 dengan melihat tabel nilai ”r” product moment pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0,273 dan 1% sebesar 0,354. Dengan demikian ”rxy” atau r hitung pada taraf signifikansi 5% dan taraf signifikansi 1% lebih besar dari r tabel (0,519 > 0,273 dan 0,354), maka Ho
85
ditolak dan Ha disetujui atau diterima. Dengan demikian pada taraf signifikansi 5% dan 1% terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Nilai indeks koefisien korelasi sebesar 0,519 ternyata terletak antara 0,40 – 0,70. Berdasarkan pedoman yang telah dikemukakan sebelumnya, dikatakan bahwa Angka 0,519 dalam kategori tingkat korelasi yang tergolong sedang atau cukup. Dengan demikian secara sederhana dapat diberikan kesimpulan bahwa terdapat korelasi positif antara efektiitas pembelajaran membaca AlQur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama. Selanjutnya, untuk mengukur besarnya kontribusi atau sumbangan dari variabel X terhadap variabel Y berdasarkan angka indeks korelasi (rxy) atau “r” hitung sebesar = 0,519 tersebut diinterpretasikan “Berapa prosentase variansi variabel pertama berasosiasi dengan variansi variabel kedua? Artinya, berapa persen variansi penggunaan metode Iqra’ (Variabel X) berasosiasi dengan variansi efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an (Variabel Y). Ini dapat
dihitung dengan menggunakan
“Koefisien Determinasi”
yakni
merupakan hasil kuadrat dari koefisien sederhana yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: KD
= r2 x 100% = 0,5192 x 100% = 0,26 x 100% = 26 %
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui besar koefisien determinasi yaitu 26% yang berarti bahwa penggunaan metode Iqra’ mempunyai pengaruh sebesar 26% terhadap efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an.
E. Interpretasi Data Berdasarkan hasil analisa di atas dapat diinterpretasikan bahwa antara efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama terdapat hubungan positif yang signifikan, dan korelasi tersebut adalah korelasi yang sedang atau cukup.
86
Kontribusi hubungan efektifitas pembelajaran membaca Alqur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat sebesar 26%. Faktor keterkaitan yang diberikan dalam kategori sedang dan masih terdapat 74% faktor-faktor lain yang memiliki keterkaitan dengan efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an siswa di SMK Triguna Utama Ciputat. Diantara faktor-faktor lain tersebut antara lain ialah pengaruh lingkungan sekolah, motivasi dari dalam diri siswa, pengaruh dari sarana dan prasarana, dan sebagainya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data, hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama ternyata hasilnya efektif. Hal ini ditandai dengan hasil yang diperoleh dari perhitungan perolehan koefisien korelasi sebesar 0, 519 yang berada pada indeks korelasi pada taraf 0,40-0,70 yang menyatakan bahwa terdapat korelasi yang sedang atau cukup antara efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’. Keefektifan ini juga dapat terwujud karena guru mampu melaksanakan program pembelajaran yang sudah direncanakan dengan baik. 2. Dalam pelaksanaannya, guru selalu membuat perencanaann pembelajaran dan mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan yang disesuaikan dengan materi pelajaran Al-Qur’an, misalnya saja modul Iqra’, kartu huruf hjaiyah dan sebagainya. Guru juga selalu mengadakan evaluasi membaca Al-Qur’an kepada siswa secara bertahap, hal ini dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an setelah mereka mengikuti pembelajaran dan untuk mengetahui keefektifan dari metode yang digunakan. Para siswa juga diajak untuk aktif dalam pembelajaran yakni dengan menyimak bacaan temannya yang lain. Kegiatan ini dapat membuat
87
88
keadaan kelas menjadi lebih kondusif dan pembelajaran dapat berlangsung efektif. 3. Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh guru Al-Qur’an dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu datang dari para siswa. Siswa terkadang merasa jenuh mengikuti pembelajaran Al-Qur’an dan dalam kegiatan belajar mengajar, siswa masih sering telat hadir di dalam kelas dan mereka tidak membawa alat-alat pembelajaran. Diantara siswa juga masih ada yang belum menyadari bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an adalah suatu hal penting yang harus dimiliki oleh setiap orang muslim. B. Saran Dengan terdapatnya hubungan yang signifikan antara pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi pimpinan SMK Triguna Utama Ciputat diharapkan senantiasa memberikan motivasi dan pembinaan kepada guru Al-Qur’an agar guru dapat menjalankan tugasnya dengan tetap semangat, amanah dan berusaha untuk melaksanakan program pembelajaran Al-Qur’an yang lebih baik dan bagi pimpinan sekolah diharapkan untuk lebih meningkatkan peraturan tata tertib yang berlaku di sekolah. 2. Untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran membaca Al-Qur’an di SMK Triguna Utama Ciputat, sudah seharusnya kepada guru Al-Qur’an hendaknya meningkatkan kualitas cara mengajar dan dapat menguasai berbagai macam metode, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar para siswa tidak merasa bosan dan jenuh. 3. Bagi para siswa di SMK Triguna Utama Ciputat yang mengikuti pembelajaran Al-Qur’an agar dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran dapat belajar dengan sungguh-sungguh dan lebih serius, sehingga mereka dapat memperoleh kemampuan dalam membaca Al-Qur’an dengan mudah dan para siswa diharapkan dapat lebih disiplin dalam mematuhi peraturan sekolah, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat beralangsung efektif .
DAFTAR PUSTAKA Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, Cet. I, 2002. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. XIII, 2006. Azra, Azyumardi, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, Cet. I, 1998 Bahri,
Syamsul, Cepat Pintar Aksara, 1993
Membaca
Menulis
Al-qur‟an,
Jakarta:
Bumi
Baaqi’, Abdul, Shahih Muslim, Juz I, Beirut: Dar al-fikr, Ma‟rifai Al-rak‟ataini Allataini Kana, no. 54, 1995. Darka, Ahmad, Bagaimana Mengajar Iqro‟ dengan Benar, Jakarta: CV. Tunas Utama, Cet. I, 2009. Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahannya, Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994. Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Madarsah Tsanawiyah, Jakarta: t.p, 2004. Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksaan Pendidikan Agama Islam Pada SD, Jakarta: CV Multiyasa, Cet. VI, 1996. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1998. Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 2002. E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Echols, John M, dan Hasan Shadily, An-English-Indonesia Dictionary, Jakarta: PT. Gramedia Pestaka Utama, Cet. XXIII, 1996. Endang, “Efektifitas penggunaan metode Aba Ta Tsa dan Metode Iqra‟ dalam pembelajaran Al-Qur‟an”, Skripsi Sarjana Strata I Pendidikan Agama Islam UIN
91
92
Syari Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Gunawan, Arif, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqro‟ Yang Mudah dan Menyenangkan, Jakarta: Yayasan Wakaf Madani, Cet. I, 2008. Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VIII, 2008. Komari, “Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur‟an”, dari http://www.google.co.id, Januari 2011
8
Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2007. Mbeling, Santri, “Sejarah Singkat Penemuan http://qiraati.wordpress.com, 8 Januri 2011
Metode
Qira‟ati”,
dari
Muhaimin, dkk, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahnman Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan Islam, Pustaka Dinamika, Cet. I, 1999. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Rosdakarya, Cet. III, 2004. Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: CV. Citra Media, 1996. Muhammad, Abu Abdillah, Shahih Bukhori, Juz III, Beirut: Dar al-Fikr, man Ta‟allam Al-Qur‟an wa „Allamahu, no. 5.027, 1995.
Khoirukum
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I, 1997. Persepektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. I, 2009. Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. XVI, 2004. Qur’an, Label “Macam-Macam Metode Pembelajaran Membaca Alqur’an”, http://qashthaalhikmah.blogspot.com, 8 Januari 2011
dari
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. VII, 2008. Rasyad, Aminuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Uhamka Press, IV, 2003.
Cet.
93
Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana, Cet. III, 2007. Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I, 1999. Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, Cet. I, 2008 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. VI, 2007. Sudjana, Nana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. III, 1991. Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Sukardi , Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VII, 2009. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. IX, 2004. Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. IX, 2007. Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik Kurikulm PBM, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. V, 1993 Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. XXIII, 2009. Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 1991.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ANGKET PENELITIAN TENTANG EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN MENGGUNAKAN METODE IQRA’ DI SMK TRIGUNA UTAMA CIPUTAT TAHUN AJARAN 2010/2011
Nama
:
Kelas
:
Jenis Kelamin
:
Tingkatan Bacaan
:
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c dan d sesuai dengan pilihanmu. Pertanyaan-pertanyaan 1. Ketika membaca saya tidak mengeja bacaan, misalnya Alif fathah A, Ba Fathah Ba, dan seterusnya a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
2. Guru tidak banyak menuntun bacaan namun sesekali hanya memberi contoh a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d.Sangat Tidak Setuju
3. Apabila ada bacaan yang tidak jelas, guru langsung memberikan penjelasan a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tudak Setuju
4. Guru menyimak bacaan siswa satu persatu secara bergantian a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
5. Buku/modul Iqra’ digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
6. Ketika mengajar membaca, guru tidak berhadapan langsung dengan siswa a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
7. Saya tidak membaca 1 halaman penuh jika bacaan saya sudah lancar dan fasih a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
8. Guru memberikan reward pada siswa yang bagus bacaannya untuk menyimak bacaan siswa yang lain a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d.Sangat Tidak Setuju
9. Ketika mengajar, guru mempraktekkan bacaan pada siswa dengan jelas dan tidak banyak memberi penjelasan secara teori a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
10. Guru tidak memberikan kesempatan siswa untyuk menyimak bacaan siswa yang lain a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
11. Karena simpelnya bentuk modul Iqra’, sehingga memudahkan saya untuk membawanya dan membacanya dimanapun saya inginkan a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b.Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
12. Alasan modul Iqra’ digunakan oleh guru Al-Qur’an karena diawali dengan materi yang mudah dan gampang a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. SangatTidak Setuju
13. Agar cepat naik pada jilid dan tingkatan yang lebih tinggi, saya menjadi rajin mengikuti pelajaran Al-Qur’an a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d.Sangat Tidak Setuju
14. Guru menyemangati saya dengan memberikan modul Iqra’ yang beragam warnanya, sehingga membuat saya tertarik untuk membacanya a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
15. Guru memberikan sanjungan dan pujian jika bacaan saya lancar dan benar a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
16. Guru selalu menganjurkan saya untuk menggunakan modul Iqra’ untuk awal permulaan belajar Al-Qur’an a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d.Sangat Tidak Setuju
17. Guru tidak menegur ketika bacaan saya salah dan keliru a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
18. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan saya, maka guru mengacak dan mencari bacaan yang sama dengan pokok bacaan saya. Misalnya saya baca A dan Ba maka guru menunjuki huruf-huruf itu untuk saya baca a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
19. Guru menugaskan saya menulis huruf Arab setiap selesai membaca a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
20. Tulisan huruf Al-Qur’an saya menjadi bagus karena sering menulis a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d.Sangat Tidak Setuju
21. Guru selalu mengajak siswa untuk membaca shalawat setiap selesai pembelajaran Al-Qur’an a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d.Tidak Pernah
22. Karena penyampaian guru tentang cerita-cerita Islami, saya jadi punya pengetahuan tentang sejarah Islam
a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
23. Ketika saya membaca, guru sering bermain tebak huruf hijaiyah a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
24. Guru Al-Qur’an tidak pernah mengadakan kuis interaktif masalah tajwid dengan siswa dalam setiap pembelajaran Al-Qur’an di kelas. a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
25. Guru menegur siswa yang membuat gaduh di kelas dan memberikan hukuman bagi yang melanggar a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
26. Guru mengingatkan siswa untuk rajin membaca Al-Qur’an agar bacaan AlQur’an siswa menjadi semakin lancar dan bagus a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
27. Guru tidak memberikan penjelasan secara praktis, pada siswa yang memiliki kesulitan membaca Al-Qur’an a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
28. Guru Al-Qur’an tidak memberikan evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
29. Guru memulai pembelajaran dengan hal-hal yang mudah difahami, disesuaikan dengan kemampuan siswa a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
30. Guru menyiapkan peralatan mengajar yang disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
31. Guru tidak menggunakan metode Iqra’ dalam mengajar a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
32. Guru tidak mengajak siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
33. Saya memiliki semangat yang besar untuk mengikuti pembelajaran Al-Qur’an a. Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
34. Saya mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam belajar Al-Qur’an misalnya modul Iqra’ dan buku panduan. a.Selalu
c. Kadang-Kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
35. Sebelum masuk kelas, saya melancarkan bacaan saya a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d.
Sangat
Tidak
Setuju 36. Saya selalu melanggar aturan yang dibuat oleh guru, misalnya sering datang terlambat, membuat gaduh di kelas, tidak mengulang-ulang bacaan dan sebagainya. a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
37. Saya mengetahui bentuk tanda baca , seperti syakal dan syiddah a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
38. Saya berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
39. Saya tidak mengetahui huruf hijaiyah dimulai dari hamzah ( )أsampai iya () ي sehingga guru harus menjelaskan dari awal
a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
40. Dengan adanya modul Iqra’ dari jilid 1-6, saya jadi makin semangat belajar Al-Qur’an a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d.Sangat Tidak Setuju
41. Dengan kelas yang sejuk dan nyaman, saya tetap malas mengikuti pelajaran Al-Qur’an a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d. Sangat Tidak Setuju
42. Saya belajar Al-Qur’an hanya di sekolah saja tidak belajar ditempat yang lain a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d.Sangat Tidak Setuju
43. Saya malas membaca Al-Qur’an sekalipun saya melihat orang tua sering membaca Al-Qur’an a. Sangat Setuju
c. Tidak Setuju
b. Setuju
d.Sangat Tidak Setuju
Analisa Data Hasil Angket Penggunaan Metode Iqro' di SMK Triguna Utama Ciputat (Variabel X) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Responden Abdul Majid Ahmad Fauzi.L Ahmad Firdaus Albaraka Aldhi Aulia Ananda Surya Andika Yulianto Anggoro Agung Aprilianto. K Ardi Wijayanto Asih Wulandari Bagus Purwandi Bayu Purnomo Buang. S Candra Mas. BP Darsono Debby Septia Didit Handika Dody Setianto Edi Julianto EvanWidiyanto Febri Andrean Fenti F. Astuti Fikri Suryadi Firgy. R Guntur. W Indra P.Tarigan Indra Setiawan Irfan Maulana Khairul. R
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4
2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3
3 4 3 4 2 2 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4
5 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3
6 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3
7 4 4 3 2 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 3 3 2 2 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4
8 4 4 3 4 3 3 4 4 2 2 2 4 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 4 4 3 2 4 4 4 4
9 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3
10 1 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 3 4 4 4 4 4 3 2 2 3 4
11 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4
12 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4
13 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
14 4 4 3 2 3 4 4 2 3 2 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 3
15 2 3 3 1 3 3 3 4 3 4 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3
16 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
17 4 3 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 2 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3
18 1 1 3 4 1 1 2 1 3 3 4 1 3 4 4 3 1 4 1 2 4 1 3 4 3 4 4 4 4 2
19 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3
20 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3
21 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4
22 3 3 3 4 4 2 4 4 1 2 4 3 3 3 3 4 3 2 4 4 3 1 1 4 3 1 4 3 1 3
23 3 4 3 3 2 3 2 2 4 3 4 3 3 2 1 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 2 4 3 4 4
24 4 4 3 3 3 4 2 4 4 2 3 4 4 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 1 1 3 1 3 1 3
∑X 86 85 83 83 80 85 83 85 80 84 83 83 85 86 82 88 81 82 82 83 86 84 83 86 85 81 81 86 82 83
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Kuat Rivaldi M. Abdul Latif M. Danil M. Fauzan M. Rifa'i. W M. Rif'at. R M. Yusuf Nanda Rakasiwi Nia Septiyani Nur Atim Pramantyo. N Putri Winarti Reza. F Rico Ramadhan Riki Darmawan Rija Gumilar Ririn Indriani Septian Dwi. C Setiawan Soni Putra Supardiana Taufiq Hidayat Yanwar Sapri. S Yanna Tuhu. W Yogha. P Total
3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3
3 2 4 2 3 3 3 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 2 2 3 3
3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 3 4
3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4
3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4
3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 1 1 1 3 1 1 1 4 1 2 2 2
3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 1 3 4 1 4 4 4
3 3 4 2 3 4 4 3 4 4 4 3 4 1 1 4 2 3 4 4 3 4 4 3 4
3 2 4 3 4 4 2 2 1 4 4 3 2 4 2 3 4 2 3 4 4 4 4 3 4
3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 2 4 2 4 3 4
3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4
4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3
3 4 4 4 3 4 3 4 4 1 3 4 1 3 4 4 1 4 4 3 3 4 4 4 3
4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
2 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
4 2 4 3 4 4 4 4 3 2 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 4
4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 4 2 2 4 3 2 3 2 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4
4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3
3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3
2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3
4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 1 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3
1 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 2 2 2 2 4 4 2
75 79 89 85 89 83 82 84 84 82 87 81 83 77 82 83 84 80 82 79 87 74 87 74 84
207 204 190 201 204 209 159 181 197 178 197 199 202 174 193 206 195 159 211 202 198 150 181 165 4562
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Nama Responden Abdul Majid Ahmad Fauzi. L Ahmad Firdaus Albaraka Aldhi Aulia Ananda Surya Andika Yulianto Anggoro Agung. Aprilianto. K Ardi Wijayanto Asih Wulandari Bagus Purwandi Bayu Purnomo Buang Sungkowo Candra Mas. BP Darsono Debby Septia Didit Handika Dody Setianto Edi Julianto EvanWidiyanto Febri Andrean Fenti Febri Astuti Fikri Suryadi Firgy. R Guntur. W Indra P.Tarigan Indra Setiawan Irfan Maulana
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4
26 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 2 4 3 4 4 4 2 4 1 4
27 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
28 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4
29 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4
30 4 4 3 4 4 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4
31 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 2
32 1 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3
33 4 4 4 4 4 2 4 4 2 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 1 3 3 4 4 3 3 4 3 3
34 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3
35 4 4 3 2 2 2 3 4 2 3 1 4 4 4 4 1 2 2 2 3 4 3 3 3 3 2 4 4 4
36 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 4
37 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3
38 4 3 1 4 2 3 2 2 2 4 3 2 4 4 2 4 4 2 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3
39 2 3 4 4 2 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 4 2
40 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 4 4
41 4 4 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2
42 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3
43 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 1 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4
∑y 70 70 67 70 65 62 67 70 65 69 63 67 64 72 66 68 65 66 65 65 69 71 68 67 68 63 67 68 64
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
Khairul. R Kuat Rivaldi M. Abdul Latif M. Danil M. Fauzan M. Rifa'i. W M. Rif'at. R M. Yusuf Nanda Rakasiwi Nia Septiyani Nur Atim Pramantyo. N Putri Winarti Reza Firmansyah Rico Hari.R Riki Darmawan Rija Gumilar Ririn Indriani Septian Dwi. C Setiawan Soni Putra Supardiana Taufiq Hidayat Yanwar Sapri. S Yanna Tuhu. W Yogha P Total
4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 20 5
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 20 6
4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 21 0
4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 20 5
4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 2 4 4 2 4 2 4 19 6
3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 19 6
3 4 4 4 1 3 4 2 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 1 3 1 18 8
3 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 18 1
4 4 3 3 3 4 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 18 1
4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 20 5
4 2 4 4 1 3 1 2 1 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 1 4 1 3 1 1 15 7
4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 1 4 3 3 4 3 3 3 4 19 7
4 4 4 2 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 19 8
4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 17 4
3 3 1 1 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 1 4 4 4 4 4 3 1 4 3 3 17 1
1 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 1 4 3 4 4 4 3 4 19 5
4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 18 9
4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 19 8
3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 20 2
66 67 67 68 66 69 64 62 69 67 64 69 67 70 64 61 68 68 67 63 65 70 61 65 62 64 365 4
PEDOMAN WAWANCARA
Nama
: Drs. Mardias
Jabatan
: Kepala Sekolah SMK Triguna Utama
Hari/Tanggal : Jum’at, 25 Februari 2011 Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Waktu
: 09.00 WIB s/d selesai
Pokok Pertanyaan 1. Sejak kapan pelajaran membaca Alqur’an diberlakukan di seolah ini? Jawab: pelajaran membaca Alqur’an mulai diadakan dan dimasukkan ke dalam muatan lokal sejak tahun 2005 2. Apa yang melatarbelakangi pelajaran membaca Alqur’an dijadikan sebagai muatan lokal di sekolah ini? Jawab: ada 2 alasan yang melatarbelakangi diadakannya pelajaran membaca Alqur’an diantaranya yaitu: a. Sebagai bentuk keprihatinan sekolah karena melihat anak-anak Islam yang memang berlatar belakang Islam tapi tidak dapat membaca Alqur’an dan belum bisa membaca bacaan shalat. b. Diantara tujuan dalam shalat itu ialah mencegah perbuatan keji dan munkar. Hal ini juga bersesuaian dengan tujuan yang diinginkan oleh sekolah yaitu agar akhlak dan budi pekerti siswa menjadi baik dengan mampunya para siswa membaca Alqur’an yang nantinya akan diaplikasikan di dalam bacaan shalat. Dengan begitu jika shalatnya baik maka akan baik pula seluruh perbuatan yang dilakukan para siswa. Oleh karena itu pelajaran membaca Alqur’an dipisahkan dari pelajaran pendidikan agama Islam karena melihat kepentingan/urgensi yang ada dalam membaca Alqur’an.
3. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah agar pembelajaran membaca Alqur’an dapat terlaksana dengan efektif? Jawab: diantaranya yaitu mushaf Alqur’an, modul Iqro’ (jilid 1 sampai 6), media proyektor, OHP, LCD, dan sebagainya. 4. Apakah selama ini bapak sudah puas dengan pelaksanaan pembelajaran membaca Alqur’an di sekolah ini? Jawab: belum puas, karena saya merasa bahwa waktu yang disediakan masih kurang untuk pelaksanaan pembelajaran ini, namun jika ditambahkan lagi waktunya itu tidak memungkinkan karena akan banyak lagi jadwal yang akan berubah.
Jakarta, 25 Februari 2011
Interviewer
Interviewee
Lailatu Baroah
Drs. Mardias
PEDOMAN WAWANCARA
Nama
: Drs. Robani, AR
Jabatan
: Guru Alqur’an
Hari/Tanggal
: Jum’at, 25 Februari 2011
Tempat
: SMK Triguna Utama (Ruang Guru)
Waktu
: 13.00 WIB s/d selesai
Pokok Pertanyaan 1. Sejak kapan Bapak bertugas sebagai guru Alqur’an di sekolah ini? Jawab: Sejak tahun 2003 yakni ketika masuk pertengahan semester kedua tepatnya pada tahun ajaran 2004/2005 2. Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran membaca Alqur’an di sekolah ini? Jawab: Proses pembelajaran membaca Alqur’an dilaksanakan dengan tetap mengacu pada petunjuk dan arah yang telah ditentukan dan digariskandalam kurikulum. Keunggulan pembelajaran Alqur’an di sekolah ini ialah pembelajaran dilakukan setiap hari di semua kelas X, XI dan XII di SMK Triguna Utama dan merupakan salah satu dari muatan lokal. 3. Apa saja penunjang yang menjadikan pembelajaran membaca Alqur’an di sekolah ini terlaksana dengan baik? Jawab: Diantara faktor yang menunjang pembelajaran ini antara lain yaitu adanya dukungan besar dari pihak yayasan dan sekolah dengan menyediaka berbagai macam sarana dan media yang diperlukan misalnya mushaf Alqur’an, Modul Iqro’ dari jilid 1-6, kelas yang luas dan ber-AC, musholla, Multimedia, LCD, dan Proyektor. Ditambah lagi dengan adanya kerjasama dari para orang tua siswa yang mengontrol dan selalu mengingatkan anak-anak mereka agar tidak lupa membawa alat alat yang digunakan dalam pembelajaran membaca Alqur’an. Diantara faktor yang lain yakni penggunaan metode yang disesuaikan
dengan
pembelajaran
Alqur’an dan berbagai macam strategi yang mendukungsehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. 4. Apa saja faktor yang menghambat terlaksananya pembelajaran membaca Alqur’an di sekolah ini? Jawab: Diantara faktor yang menghambat pembelajaran yakni datang dari para siswa yang terkadang masih kurang semangat mengikuti pelajaran membaca Alqur’an. Hal itu terjadi karena masih kurangnya kesadaran dari para siswa tentang pentingnya memiliki kemampuan membaca Alqur’an. 5. Langakah apa saja yang Bapak lakukan
untuk mengatasi hambatan
tersebut? Jawab: Untuk mengatasi hambatan tersebut, saya sebagai guru Alqur’an selalu memberi nasehat dan membangun semangat para siswa dengan selalu memberikan sharing dan berbagi cerita, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dan memberikan tauladan dengan sikap-sikap yang baik dalam interaksi sehari-hari. 6. Apa saja strategi yang Bapak lakukan dalam mengefektifkan pembelajaran membaca Alqur’an dengan metode Iqro’? Jawab: Strategi yang saya lakukan agar pembelajaran Alqur’an dengan metode Iqro dapat efektif diantaranya yaitu dengan strategi tahsinul kitabah dan shalawat atau bernyanyi. Setiap anak-anak selesai membaca di hadapan guru, siswa diperintahkan untuk menulis bacaan mereka. Dan dalam kegiatan pembelajaran setiap awal dan akhir pembelajaran selalu bernyanyi dengan melantunkan shawalat. 7. Menurut Bapak, apakah metode Iqro’ yang digunakan telah memadai dan efektif sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai? Jawab: Menurut saya dengan metode iqro’ pembelajaran menjadi efektif dan tujuan dapat tercapai. Hal ini terbukti dari kemampuan para siswa yang telah mengikuti pembelajaran, yang awalnya mereka tidak dapat membaca dan mengenal huru, namun setelah mengikuti pembelajaran mereka mereka sedikit-sedikit sudah bisa membaca Alqur’an. Sekalipun mereka belum mengenal secara teori tentang hukum bacaan tajwid, namun
mereka sudah mampu mempraktekkannya secara langsung ketika membaca. 8. Berdasarkan metode pembelajaran yang dilakukan, apakah terdapat perbedaan
dari
segi
peningkatan
kemampuan
siswa
sebelum
dilaksanakannya pembelajaran membaca Alqur’an dan sesudahnya? Jawab: Jelasnya ada, itu kan dapat dilihat dari siswa yang sebelumnya kurang dan tidak mampu membaca dan menulis huruf-huruf Alqur’an, setelah mengikuti pembelajaran siswa mulai lancar membaca dan mampu menulis huruf-huruf Alqur’an serta pengetahuannya menjadi bertambah. 9. Bagaimana perhatian kepala sekolah dalam pembelajaran membaca Alqur’an? Jawab: Kepala Sekolah sangat memberikan perhatian yang cukup besar dalam pelaksanaan pembelajaran membaca Alqur’an, hal ini dibuktikan dari penyediaan sarana dan media dari sekolah yang memadai sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Jakarta, 25 Februari 2011
Interviewer
Lailatu Baroah
Interviewee
Drs. Robani, AR