METODE MEMBACA AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF METODE QIRÂ’ATÎ DENGAN METODE IQRA’) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S. Ud)
Oleh: Indriyani Sukmana 105034001208
JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini Saya Menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saaya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 17 juni 2010
(Indriyani Sukmana)
KATA PENGANTAR
Segala Puja dan Puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat, hidayat, karunia, serta inayah-Nya kepada semua makhluk tanpa ada perbedaa. Shalawat serta salam semoga senantiasa dicurahkan kepada Rasul pilihan, Nabi besar Muhammadsaw, berkat perjuangan beliau meneggelamkan kegelapan demi menumbuhkan pancaran iIlahi, sehingga kedamaian cinta dan kasih sayang dapat tersebar keseluruh penjuru dunia. Skripsi yang berjudul “Metode Membaca Al-Qur’an Study Komparatif Metode Qirâ’ati Dengan Metode Iqra’” disusun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana (S1) pada Jurusan Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini dapat tertulis dengan baik berkat dukungan materi, moril, dan spiritual dari Ayahanda Iman Tedja Sukmana dan Ibunda Neneng Maryani, dengan penuh kasih sayang beliau membimbing penulis dalam menghadapi segala kesulitan, tanpa pamrih beliau curahkan segenap cinta, dengan segala daya dan upaya beliau senantiasa berjuang demi kesuksesan penulis, semoga Allah akan selalu menjaga beliau dan tidak ada pahala yang layak buat mereka berdua kecuali surga. Selain itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada segenap pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.
i
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih secara khusus kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. Zainun Kamal, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Dr. Bustamin, M.A, selaku ketua Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Rifqi Muhammad Fatkhi, M.A. Selaku Sekretaris Jurusan TafsirHadis Fakultas Ushuluddin Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Ibu Dr. Lilik Ummi Kultsum, M.Ag Selaku Pembimbing penulis. Terima kasih atas bimbingan serta waktu luangnya yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
5.
Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ushuluddin yang telah mencurahkan ilmunya kepada penulis.
6.
Kepala dan segenap pengelola Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Perpustakaan Iman Jama’
yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam
mengadakan studi kepustakaan. 7.
Teristimewa My Lovely, Syarif Hidayat Al-Aswadi yang selalu mendampingi penulis dalam suka maupun duka, serta selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Semoga kita selalu bersama, Amin.
8.
Segenap keluarga, kakak-kakak sepupuku tercinta A’ Ikin beserta Istri, K’ Yeyet, adik-adiku tersayang Ilmar Sukmana, Ichyar Sukmana, Imalia Sukmana dan Leni Desita.
ii
9.
Sahabat-sahabatku: Neneng, li2, Itoh, B’dah, pipit, Ulvah, Zie, Layli, Venti, Ulva TH C, Sumi, Asep, Vitri (PPI), Dita, Dayah, Ustadz Rozi, Ida Farida, Ustadz Abdussalam, Mba Hana, Marisa, Juanda dan Ilham. Walaupun skripsi ini telah mendapat dukungan serta bimbingan yang
cukup banyak dari berbagai pihak, namun kekurangan tidak mustahil masih akan ditemukan. Penulis secara pribadi bertanggungjawab sepenuhnya terhadap segala kekurangan itu semua. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini terutama untuk pengembangan profesionalis para penulis untuk masa yang akan datang sangat diperlukan. Demikianlah ucapan terima kasih penulis sampaikan teriring do’a “Jazakumullah ahsanal Jaza’. Semoga Allah memberikan ganjaran yang setimpal atas segal amal baiknya.
Ciputat, Juni 2010
Penulis
iii
PEDOMAN TRANSLITERASI Huruf Arab ا ب ت ث ج ح خ
Huruf Latin b t ts j h kh
Keterangan Tidak dilambangkan Be Te te dan es je h dengan garis bawah ka dan ha
د
d
de
ذ
dz
de dan zet
ر
r
er
ز
z
zet
س
s
es
ش
sy
es dan ye
ص
s
es dengan garis di bawah
ض
d
de dengan garis di bawah
ط
t
te dengan garis di bawah
ظ
z
zet dengan garis di bawah
ع
‘
koma terbalik di atas hadap kanan
غ
gh
ge dan ha
ف
f
ef
ق
q
ki
ك
k
ka
ل
l
el
م
m
em
ن
n
en
و
w
we
هـ
h
ha
ء
'
apostrof
ي
y
ye
iv
Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong atau vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
__َ__
a
Fathah
---ِ---
i
kasrah
__ُ__
u
dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut: Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
__َ__ ي
ai
a dan i
__َ__ و
au
a dan u
Vokal panjang Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab
Tanda Vokal Latin
Keterangan
ــَﺎ
â
a dengan topi di atas
ْـِـﻲ
î
i dengan topi di atas
ْـُـﻮ
û
u dengan topi di atas
Kata sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ال, dialihaksarakan menjadai huruf /l/, baik diikuti huruf
v
Syaddah (Tasysdîd) Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah (ّ), dalam alih aksar ini dilambangkan dengan huruf, yaituyaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu terletak setelah kta sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata اﻟﻀﺮورة tidak ditulis “ad-darûrah”, melainkan “al-darurah”, demikian seterusnya.
Ta Marbutah Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbutah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh dibawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbutah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbutah tersebut diikuti oleh kata benda (ism), maka hhuruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3). No
Kata Arab 1 2 3
Alih Aksara
ﻃﺮﻳﻘﺔ
Tarîqah
اﻟﺠﺎ ﻣﻌﺔ اﻻﺳﻼ ﻣﻴﺔ وﺣﺪة اﻟﻮﺟﻮد
al-Jam’i ah al-Islâmiyyah Wahdat al-Wujûd
vi
Untuk
Pedoman transliterasi, yang digunakan adalah pedoman
transliterasi CeQDa tahun 2007 dan Pedoman akademik Fakultas Ushuluddin tahun 2005/2006. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................
i
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................
iv
DAFTAR ISI................................................................................................
vii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................
7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................
7
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................
8
E. Metodologi Penelitian ...........................................................
9
F. Sistematika Penulisan ...........................................................
10
SEJARAH
MUNCULNYA
METODE
QIRA’ATI
DAN
METODE IQRA’. A. Metode Qirâ’ati....................................................................
12
1. Sejarah Perkembangan Qirâ’ati......................................
14
2. Klasifikasi Metode Qirâ’ati ............................................
18
3. Metode Qirâ’ati dan Hubungannya dengan al-Qur’an ...
20
B. Metode Iqra’.........................................................................
21
1. Sejarah Perkembangan Iqra’...........................................
23
vii
2. Klasifikasi Metode Iqra’ .................................................
29
3. Metode Iqra’dan Hubungannya dengan al-Qur’an .........
30
BAB III ANALISA METODE QIRA’ATI DAN IQRA’
BAB IV
A. Materi ....................................................................................
33
B. Metode Pengajarannya ..........................................................
41
C. Target yang Harus Dicapai....................................................
52
ANALISA KOMPARATIF METODE QIRÂ’ATI DAN METODE IQRA’ A. Persamaan Metode Qirâ’ati dan Metode Iqra’ ....................
58
B. Perbedaan Metode Qirâ’ati dan Metode Iqra’.....................
62
BAB V PENUTUP.....................................................................................
69
A. Kesimpulan ..............................................................................
69
B. Saran-saran...............................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
71
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan metode membaca al-Qur’an memang banyak, seperti Iqra’, Qirâ’ati, Al-Bayan, An-nur, dan lainnya. Pada tahun 1988 Metode Iqra’ yang disusun oleh As’ad Humam dari Kotagede Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid dan Mushala) Yogyakarta, semakin menyebar secara merata di Indonesia, ada pula metode Qirâ’ati ditemukan KH. Dachlan Salim Zarkasyi yang disebarkan sejak awal 1970an, memungkinkan anak-anak mempelajari al-Qur’an secara cepat dan mudah. Pada masa awal Islam di Indonesia, metode pengajaran baca tulis alQur’an menggunakan metode bagdadiyah disebut juga dengan metode eja, berasal dari Baghdad masa pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan pasti siapa penyusunnya dan telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air. Materi-materinya diurutkan dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci (khusus). Beberapa kekurangan qoidah bagdadiyah antara lain: Qoidah Bagdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah mengalami modifikasi kecil, penyajian materi terkesan menjemukan dan memerlukan waktu yang lama untuk mampu membaca al-Qur’an. 1
1
Qashtalhikmah, Macam-Macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an, artikel diakses pada 10 Maret 2010 dari http://qashtalhikmah.blogspot.com/2010/01/macam-macam-metode pembelajaran-al-Qur’an.html
1
2
Munculnya beragam metode pembelajaran diperlukan metode yang efektif dan efesien seperti 8 jam bisa membaca al-Qur’an, 10 jam bisa membaca al-Qur’an. Akan tetapi yang terjadi saat ini adalah kurangnya minat belajar membaca al-Qur’an dengan baik dan bertajwid di kalangan umat Islam Indonesia, dan mereka mencari jalan pintas untuk cepat membaca al-Qur’an tanpa aturan tajwid, oleh karena itu pengetahuan tentang cara-cara membaca al-Qur’an dengan baik dan benar sangat diperlukan yang sesuai dengan petunjuk al-Qur’an. Maka dalam menghadapi tantangan hidup, umat Islam berusaha mengharapkan petunjuk dan pedoman dari apa yang diatur dalam al-Qur’an, selain itu Allah juga membenarkan bahwa al-Qur’an diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad, agar dia menjadi hamba-Nya yang mampu memberikan petunjuk dan peringatan kepada seluruh umatnya. Sebagaimana firman Allah SWT :
☺ ☺ ☺ ☺ Artinya : ”Dan supaya Aku membacakan al-Qur’an (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk, Maka Sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa yang sesat Maka Katakanlah: "Sesungguhnya Aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan". (QS. An-Naml: 92) Menurut M. Quraish Shihab, ayat ini menerangkan tentang Nabi Muhammad yang diperintahkan oleh Allah, agar membaca untuk dirinya sendiri dan seluruh umatnya, Nabi pula diutus oleh Allah untuk
3
menyampaikan kabar gembira dan hanya memberi peringatan kepada orangorang yang enggan memperhatikan tuntunan al-Qur’an sehingga mereka sesat. Allah tidaklah rugi dengan kesesatan mereka, mereka sendirilah yang rugi, dan para Rasul itu tidak dapat memberi mereka petunjuk. 2 Ada juga pendapat dari Hasbi Ash-Shidieqi, mengenai ayat ini yaitu Nabi Muhammad diperintahkan untuk membaca al-Qur’an pada sebagian malam dan sebagian siang hari, agar terbukalah rahasia yang terpendam di dalamnya dan kemudian dilimpahi rahmat Ilahi, barang siapa yang mengikuti Rasulallah, mengambil petunjuknya, beriman kepada Allah dan agamaNya, maka mereka berada dijalan yang lurus dan dijauhi dari siksa Allah di dunia dan azab Allah di akhirat nanti. Dan barang siapa menyimpang dari jalan yang lurus karena mendustakan Rasulallah dan agamanya, maka mereka sendiri yang memikul resikonya. 3 Sedangkan menurut Hamka, Nabi Muhammad melaksanakan perintah Tuhan agar menjadi seorang yang berserah diri, lalu membacakan al-Qur’an untuk umatnya. Maka barang siapa yang mencari petunjuk, mereka adalah pencari petujuk untuk dirinya sendiri, hidup di dunia harus ada petunjuk, jika tidak ada maka akan tersesatlah dalam perjalanan itu, petunjuk-petunjuk yang diberikan kepada Allah dengan perantaraan Rasul ialah untuk keselamatan manusia dunia dan akhirat, jika di langgarnya petunjuk itu, yang akan celaka adalah mereka juga. 4
2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbas: Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an, (Lentera Hati, November 2002), cet ke- 1, h. 292-293 3 Teungku Muhammad Hasbi Ash- Shiedieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An- Nuur, (Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2000) cet ke- 4, h. 3036-3037 4 Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta, Pustaka Panji Mas, 1984), juz 20, cet: agustus 1999, h. 39-40
4
Dengan memperhatikan penafsiran-penafsiran di atas, telah jelas bahwa siapa yang memperoleh petunjuk maka janganlah dia merasa telah memberi jasa kepada Allah, karena manfaat perolehan petunjuk itu, kembali kepada dirinya sendiri dan siapa yang sesat, maka hendaklah dia mengetahui bahwa rasul tidak mampu memberinya petunjuk, tetapi beliau hanya memberi peringatan, sebagaimana para rasul yang lalu yang memberi peringatan kepada umat-umatnya, mereka tidak dapat memberi petunjuk sehingga Allah membinasakan orang-orang yang sesat. Sebagai kitab pedoman, al-Qur’an harus dibaca dengan benar, harus dengan tartil sebagaimana telah dicontohkan oleh malaikat Jibril yang membawanya kepada Rasul, seperti dalam al-Qur’an di sebutkan Artinya :
⌧ ”Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah al-Qur’an itu dengan perlahanlahan.” ( QS. Al-Muzzammil, 73:4) Menurut Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan tentang, selain dari mengerjakan shalat malam, baik dari dua pertiga malam, atau separuh malam ataupun sepertiga malam, dan bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan yaitu bacalah al-Qur’an itu tidak tergesa-gesa, cara itu akan membantu seseorang dalam memahami al-Qur’an dan mentadaburinya dan cara seperti inilah yang dilakukan Rasul. 5
5
Muhammad Nasib Rifai, Kemudahan Dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta, Gema Insani Press, 2000), Jilid 4, h 838-839
5
Sedangkan Menurut Hasbi Ash-Shidieqi, beribadahlah separuh malam atau kurang sedikit dari itu yakni sepertiga malam atau lebih sedikit itu, yakni dua pertiga malam, Bacalah al-Qur’an dengan perlahan-lahan agar dapat lebih memahami maknanya dan memperhatikan isinya. Perintah ini ditujukan kepada Nabi dan ummatnya, perintah Allah kepada Nabi agar melaksanakan tugas ini, karena beliau akan memikul beban yang berat. 6 Maksud ayat ini ialah agar membaca al-Qur’an dengan perlahan-lahan sehingga membantu pemahaman dan perenungan terhadap al-Qur’an. Demikianlah cara Nabi SAW membaca al-Qur’an. Sebagaimana dijelaskan Aisyah R.A bahwa Rasullullah membaca al-Qur’an dengan tartil sehingga bacaan yang seharusnya dibaca panjang memang dibaca panjang. 7 Memperhatikan ayat di atas, telah jelas bahwa Allah menurunkan alQur’an agar dibaca oleh lidah-lidah manusia, didengarkan oleh telinga mereka, direnungkan oleh pikiran mereka, dan menjadi ketenangan bagi hati mereka, selain itu dianjurkan pula untuk mengerjakan shalat malam dan membaca al-Qur’an secara perlahan dan hati-hati, dan membaca dengan jelas huruf-huruf dan menjauhkan dari sikap berlebihan dalam melagukannya, sebab al-Qur’an bukan Kitab biasa namun ia adalah kalam Allah SWT, yang harus dihormati dan dimuliakan sesuai dengan kedudukannya. 8 Sebagaimana yang telah diketahui, mempelajari dan mengajarkan alQur’an merupakan ibadah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : 6
Teungku Muhammad Hasbi Ash- Shiedieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An- Nuur, (Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2000) cet ke- 5, h. 4388-4389 7 Lihat Tafsir Qur’anil Azhim, h. 142 8 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, (Jakarta, Gema Insani Press, 1999), cet ke- 1, h. 225
6
ﻋﱠﻠ َﻤ ُﻪ َ ن َو َ ﺧﻴْ ُﺮ ُآﻢْ َﻣﻦْ َﺗ َﻌﱠﻠ َﻢ اْﻟ ُﻘﺮْا َ ” Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang suka mempelajari alQur’an dan mengajarkannya” , (HR. Al-Bukhari). 9 Cara terbaik dalam mempelajari al-Qur’an yaitu berhadapan langsung antara guru dan siswa, tidak akan dapat seseorang membenarkan atau menyalahkan bacaan tanpa mendengarnya. Dalam membaca al-Qur’an terdapat kaidah-kaidah dalam pengucapan huruf hijaiyah (hukum tajwid) yang harus dimengerti dan dipahami oleh pembaca al-Qur’an tetapi pada prakteknya sering tidak diperhatikan, banyak yang hanya sekedar membaca tanpa mengetahui hukumnya. Untuk sebuah hasil yang baik harus ditentukan dengan metode membaca al-Qur’an, dari beragam metode tersebut, penulis hanya meneliti dua metode, yaitu metode Iqra’ dan metode Qirâ’ati, kedua metode ini secara realitas mampu mengontruksi cara baca al-Qur’an yang baik. Sehingga peserta didik dapat dengan mudah terampil membaca al-Qur’an secara fasih, lancar dan benar. Masing-masing metode tersebut memiliki perbedaan dan persaman. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis perlu melakukan perbandingan antara metode Qir’aati dengan metode Iqra’, untuk mengetahui persamaan sisi dari masing-masing metode. Dengan mengetahui persamaan dan perbedaan, seseorang dapat menentukan metode yang lebih tepat untuk diterapkan. Penentuan metode membaca al-Qur’an juga dapat mempengaruhi minat membaca al-Qur’an. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis
9
Shahih Bukhari, Fadhail Qur’an Bab 21, (Beirut, Dar Fikr) Juz 5. h. 131
7
memberi judul skripsi ini dengan “Metode Membaca Al-Qur’an, Studi Komparatif Metode Qirâ’ati dengan Metode Iqra’”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Dari banyaknya metode membaca al-Qur’an, penulis membatasi dengan meneliti dua metode saja, yaitu metode Qirâ’ati dan metode Iqra’, karena komparatif yang penulis lakukan bukan menentukan metode mana yang terbaik, karena setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangannya, komparatif ini terfokus pada materi, metode pengajaran dan hasil yang harus dicapai. Bukan termasuk sejarah, kondisi lapangan, atau evaluasi hasil TPATPA Qirâ’ati dan Iqra’. Berdasarkan permasalahan di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah dengan rumusan sebagai berikut: Apa perbedaan dan persamaan metode Qirâ’ati dengan metode Iqra’ baik ditinjau dari metode pengajaran, ataupun materi pelajaran dan target yang harus dicapai?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah: 1. Mengetahui metode yang praktis dalam membaca al-Qur’an 2. Mengetahui persamaan dan perbedaan metode Qirâ’ati dan metode Iqra’ 3. Menambah khazanah keilmuan dalam mencari metode membaca al-Qur’an umat Islam khususnya dan dunia pendidikan umumnya.
8
D. Tinjauan Pustaka Untuk mendukung kepustakaan di atas, penulis pun melakukan tinjauan pustaka atas beberapa karya tulis yang membahas tema yang sama atau mempunyai kemiripan dengan yang dibahas oleh penulis. (Dalam hal ini skripsi) penulis mendapatkan skripsi yang ditulis oleh: 1. Uun yusufa (1983514911) skripsi jurusan Tafsir Hadis Fakultas Usuluddin dan Filsafat yang berjudul (Tradisi Tahfidz Al-Qur’an Dalam Kajian AlQur’an di Indonesia: Study Kasus Pondok Pesantren Al-Munawwir, Sunan Pandan Aran dan Nurul Ummah di Yogyakarta)”. Skripsi ini membahas masalah proses tahfidz al-Qur’an menjadi suatu tradisi dalam kajian alQur’an di Indonesia dipengaruhi oleh tradisi menghafal al-Qur’an pada umat Islam terdahulu yang dimulai oleh Rasul, Sahabat, Generasi-Generasi sesudahnya untuk memelihara al-Qur’an di dalam hati. Kemudian, skripsi yang ditulis oleh: 2. Danial (1983415441) skripsi jurusan Tafsir Hadis Fakultas Usuluddin dan Filsafat yang berjudul (Metode Penerjemahan Al-Qur’an Study Tentang Penulisan al-Qur’an Al-Karim Bacaan Mulia Karya HB Jassin)”. Skripsi ini membahas salah satu urgensi sebuah metode adalah untuk mengetahui tahapan-tahapan yang diambil ketika melakukan sesuatu, dari sini bisa dijadikan tolak ukur keprofesionalitasan seseorang dalam melakukan penerjemahan. Kemudian, skripsi yang ditulis oleh: 3. Fajriah (203011001498) skripsi jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang berjudul (Efektifitas Penggunan Metode Iqra’ Dalam Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Al-Qur’an Di TPA
9
Nurussa’adah)”. skripsi ini membahas tentang kualitas penggunaan metode Iqra’ yang sangat efektif dan sangat memuaskan dibandingkan dengan metode lain. Kemudian, skripsi yang ditulis oleh: 4. Siti Zuhro (104011002208) skripsi jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang berjudul (Penerapan Program Qirâ’ati Di SDIT Pondok Pesantren Darul Muttaqien, Parung Bogor)”. Skripsi ini membahas tentang minat membaca al-Qur’an siswa di SDIT meningkat, hal ini membuktikan bahwa penerapan program Qirâ’ati berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang diinginkan Sementara yang membedakan skripsi penulis adalah membandingkan dua metode membaca al-Qur’an antara metode Iqra’ dan metode Qirâ’ati dengan melihat sisi persamaan dan perbedaan antara kedua metode tersebut. Ditinjau dari materi pelajaran, metode pengajaran dan hasil yang harus dicapainya.dan mencari metode pendidikan yang tepat dalam mempelajari alQur’an, agar anak mampu membaca al-Qur’an secara mujawwad dan murattal yang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
E. Metodologi Penelitian 1. Metode penelitian Dalam pengumpulan data penelitian ini, penulis menggunakan metode: a. Library research, yaitu penelitian yang dilakukan melalui perpustakaan dengan membaca dan menelaah teks-teks yang berkaitan dan atau mendukung pembahasan tersebut.
10
b. Field research, yaitu penelitian yang dilakukan melalui wawancara untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Metode Pembahasan Adapun metode pembahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif
analisis,
artinya
pembahasan
ini
berupaya
menggambarkan sedemikian rupa perbedaan dan persamaan metode Qirâ’ati dan metode Iqra’ baik ditinjau dari metode pengajaran, ataupun materi pelajaran dan target yang harus dicapai. 3. Metode Penulisan Teknik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini mengacu kepada aturan penulisan dalam buku CeQDa tahun 2007 dan Pedoman akademik Fakultas Ushuluddin tahun 2005/2006.
F. Sistematika Penulisan Dalam skripsi ini penulis membahas beberapa bab yang diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab Pertama, Merupakan bab Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab Kedua, Menguraikan tentang sejarah munculnya metode Qirâ’ati dan metode Iqra’. Bab Ketiga, Menganalisa metode Qirâati dan Iqra’, yang terdiri dari materinya, metode pengajarannya, target yang harus dicapai.
11
Bab Keempat, Menganalisa komparatif Persamaan dan Perbedaan metode Qirâ’ati dan metode Iqra’. Bab Kelima, Merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan yang telah dibahas sebelumnya dan dilengkapi dengan saran-saran yang bersifat membangun serta pada akhirnya adalah daftar pustaka menjadi rujukan penulis.
BAB II SEJARAH MUNCULNYA METODE QIRÂ’ATI DAN METODE IQRA’
Setelah pada pendahuluan dipaparkan mengenai latar belakang penulisan skripsi, maka pada bab ini penulis akan sedikit menguraikan tentang sejarah munculnya metode Qirâ’ati dan metode Iqra’, menjelaskan tentang klasifikasi metode Qirâ’ati dan metode Iqra’, juga menjelaskan bagaimana hubungan metode Qirâ’ati dan metode Iqra’ dengan al-Qur’an.
A. Metode Qirâ’ati. 1 Sejarah dan penyusunan metode Qirâ'ati membutuhkan perjalanan masa yang cukup lama dengan usaha, penelitian, pengamatan dan uji coba selama bertahun-tahun. Dengan penuh ketekunan dan kesabaran KH. Dachlan Salim Zarkasyi selalu mengadakan pengamatan dan penelitian pada majelis pengajaran al-Qur’an di mushala-mushala, masjid-masjid ataupun majelis tadarus al-Qur’an. 2 Sebelum menemukan metode Qirâ’ati KH. Dachlan Salim Zarkasyi 3 adalah seorang guru ngaji yang menggunakan kaidah yang biasa dikenali dengan teturutan atau biasa juga disebut kaidah bagdadiyah. Namun ternyata 1
Ustadz Abdussalam, Koordinator Pentashih Cabang JABODETABEKA, Wawancara Pribadi, Jakarta, 15 Desember 2009, Lihat Pula Qirâ’ati, Kaidah Praktis Membaca Al-Qur’an, artikel diakses pada 03 desember 2009 dari http : // www.Qirâ’ati.com/content/view/13/26/ 2 Abu Bakar Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu Dan Bapak TK Al-Qur’an, Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, Semarang, h.53 3 Pendiri TK al-Qur’an yang pertama di Indonesia, yang beralamat di kampung kebon arum 73 Semarang. Sekalipun KH. Dachlan Salim Zarkasyi telah lama mengajarkan al-Qur’an yaitu sejak tahun 1963, namun berdirinya TK al-Qur’an baru dimulai pada tanggal 1 Juli 1986. Baca Pak Dachlan Pembaharu Dan Bapak TK Al-Qur’an, Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, Semarang, h.67
12
13
hasil dari pengalaman dan pengamatan beliau, dalam menggunakan teturutan sebagian besar mereka hanya mampu menghafal huruf bukan mengerti huruf dan biasanya waktu bagi siswa-siswa untuk menguasai bacaan tartil diperlukan waktu yang lama. Berdasarkan pengalaman inilah beliau mencoba untuk mencari alternatif lain dengan cara membeli buku-buku kaidah baca al-Qur’an dengan maksud, agar dapat mencapai hasil yang lebih memuaskan. Setelah mengamati semua kaidah yang ada, ternyata beliau belum menemukan kepuasan, beliau tidak yakin dengan kejayaan kaidah-kaidah tersebut karena berbagai sebab seperti menggunakan contoh-contoh perkataan yang bukan dari bahasa arab atau dari al-Qur’an bahkan ada yang berbunyi bahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Sejak
itulah
beliau
mencoba
memperkenalkan
huruf
dengan
harakatnya seperti (َا, ب َ ,ت َ ) dengan cara bacaan yang lancar dan cepat. Dalam waktu yang sama anak-anak diperkenalkan dengan huruf-huruf yang tidak ada harakatnya seperti (ا, ب, )تhanya bedanya dengan sistem yang lama, kaidah Qirâ’ati tidak mewajibkan anak murid mengeja huruf ketika membaca sebuah perkataan. Pada tahun 1972, Qirâ’ati dicetak lebih banyak, tidak hanya di Semarang, Kotagede termasuk kota yang memesan Qirâ’ati dalam jumlah banyak. Diterbitkan oleh Toha Putra Semarang, pada tahun 1980 dicetak oleh Penerbit Al Alawiyyah. Sedangkan Qirâ’ati ditulis oleh Sahlan asal Kudus, dan diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin. 4
4
Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu, h.69
14
Setelah uji coba berulang kali, beliau mendapatkan tehnik susunan seperti yang sekarang ini, metode Qirâ’ati ini bukan berupa satu paket buku langsung jadi melainkan hasil pengamatan, penelitian, dan percobaan. Sehingga metode Qirâ’ati ini mempunyai gerak yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan. 1. Sejarah Perkembangan Qirâ’ati Metode Qirâ’ati ditemukan KH. Dachlan Salim Zarkasyi di lahirkan di semarang, tepatnya di Pekojan tanggal 28 agustus 1928 5 dan wafat tanggal 20 januari 2001M. Metode yang disebarkan sejak awal 1970an, ini memungkinkan anak-anak mempelajari al-Qur’an secara cepat dan mudah. Kiai Dachlan menerbitkan sebuah buku (enam jilid), dengan judul “pelajaran membaca al-Qur’an untuk TK al-Qur’an” untuk anak usia 4-6 tahun. Buku ini pertama terbit pada 1 juli 1986, bertepatan dengan berdirinya TK al-Qur’an yang pertama di bumi Indonesia. Pada awalnya terdiri dari 10 jilid, lalu menjadi 8 jilid kemudian diringkas menjadi 6 jilid pada tahun 1963. 6 Seiring dengan perkembangan dan mobilitas masyarakat yang semakin hari semakin mencari al-Qur’an, perkembangan Qirâ’ati tidak bisa dipungkiri lagi, sehingga untuk memperpendek jarak antara KH. Dachlan salim zarkasyi dengan pengguna Qirâ’ati di daerah, maka ditunjuklah seseorang yang dapat meneruskan amanah beliau yang disebut
5
Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu, h.1 Dachlan Salim Zarkasyi, Kata Pengantar Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an, (Semarang, yayasan pendidikan al-Qur’an raudhatul mujawwidin, 1990) cet, 1-6 6
15
koordinator.
Koordinator
inilah
yang
membantu
beliau
yang
mengembangkan Qirâ’ati. Dari tahun ke tahun perkembangan Qirâ’ati makin meluas ke seluruh pelosok negeri bahkan di negara asing sampai tahun 2000 telah masuk ke negara Australia, Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura. Dari perkembangan tersebut beliau tidak terlalu gembira bahkan merasa khawatir karyanya ini dimanfaatkan untuk bisnis belaka. Untuk itu pada tahun 1990 beliau mengundang seluruh kepala TKA/TPA dan lembaga yang mempergunakan Qirâ’ati pada suatu acara Silatnas Nasional untuk mentashih ulang para kepala TKA/TPA dan pengelola Qirâ’ati, sekaligus menunjuk koordinator tingkat Propinsi dan Kota Besar yang ada di Indonesia. 7 Tujuan Qirâ’ati yaitu sebagai berikut: 1. Menjaga dan memelihara kehormatan atau kesucian al-Qur’an dari segi bacaan yang benar (tartil) sesuai dengan kaidah tajwid. 2. Menyebarkan ilmu baca al-Qur’an bukan menjual buku. Jika hanya menjual buku buat apa bapak Dachlan Salim Zarkasyi, susah-susah membentuk
koordinator, sebarkan saja ke toko-toko
buku, selesai. 3. Mengigatkan guru ngaji agar berhati-hati dalam mengajar al-Qur’an. 4. Meningkatkan mutu (kwalitas) pendidikan atau pengajaran al-Qur’an. 8
7
Muhammadhaidar, Sejarah Qirâ’ati, artikel diakses pada 11 Januari 2010 dari http://muhammadhaidar.blogspot.com/2008/07/sejarah-Qirâ’ati.html 8 Bunyamin Dachlan, Memahami Qirâ’ati, Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, Semarang, h.2
16
Ciri-ciri Qirâ’ati: a. Tidak dijual secara bebas (tidak ada di toko-toko), karena KH. Dachlan Salim Zarkasyi mengajarkan bahwa distribusi kitab Qirâ’ati merupakan sebuah amanat. yang harus diketahui bahwa distribusinya tidak mengandung motivasi komersial. Pada prinsipnya amanat kitab Qirâ’ati hanya diberikan kepada siswa yang telah lulus tashih. b. Guru yang mengajarkan Qirâ’ati telah diuji untuk mendapatkan syahadah (sertifikat atau ijin mengajar), agar guru ngaji memiliki kompetensi yang memadai dalam mengajarkan al-Qur’an sekaligus menjaga kaidah-kaidah pembacaan yang mujawwad murattal (bacaan yang sesuai dengan tajwid). 9 c. Kelas TKQ/TPQ dalam disiplin yang sama, sistem pendidikan dan pengajarannya berpusat pada siswa dan kenaikan kelas atau jilid tidak ditentukan oleh bulan/ tahun dan tidak secara klasikal, tetapi secara individual (perseorangan). siswa dapat pindah ke jilid berikutnya dengan syarat sudah menguasai materi dan lulus tes yang telah di ujikan oleh koordinator setempat. 10 Prinsip-prnsip dasar Qirâ’ati yaitu: 1. Prinsip-prinsip yang harus ditaati oleh guru yaitu: a. Tiwagas (teliti, waspada, tegas) Guru diwajibkan untuk teliti dan waspada dalam menyimak
9
Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu, h.iii Qashtalhikmah, Macam-Macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an, artikel diakses pada 10 Maret 2010 dari http://qashtalhikmah.blogspot.com/2010/01/macam-macam-metode pembelajaran-al-Qur’an.html 10
17
bacaan siswa dan tegas dalam memberi pelajaran kepada siswanya. b. Daktun (tidak boleh menuntun) Guru tidak boleh menuntun siswa dalam membaca al-Qur’an. 2. Prinsip-prinsip yang harus ditaati oleh siswa yaitu: a. CBSA: Cara belajar santri aktif b. LTCB: Lancar, cepat, tepat dan benar Siswa diwajibkan untuk membaca al-qur’an secara lancar, cepat, tepat dan benar, misalnya (َ )ﻳَﻨْﻔَﻌُﻮْنsiswa harus membaca dengan samar dan ditekan. 11 Ada dua wasiat yang disampaikan oleh Dachlan Salim Zarkasyi untuk para guru al-Qur’an (khususnya guru Qirâ’ati) sewaktu beliau masih di rumah sakit yaitu: 1. Bahwa guru ngaji harus melaksanakan tiga hal utama yaitu: a.
Guru ngaji harus sabar dan ikhlas Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, seorang guru ngaji harus sabar dalam menghadapi anak didiknya serta harus ikhlas memberikan ilmu yang dimilikinya kepada anak didiknya.
b.
Guru ngaji harus sering tahajjud Seorang guru ngaji, untuk memperkuat ilmu pengetahuan yang dimilikinya, selain shalat 5 waktu. Ia juga harus sering tahajud agar ilmu pengetahuannya tidak mudah hilang.
11
Dydododo, Penerapan Metode Qirâ’ati Dalam Pembelajaran al-Qur’an, artikel diakses pada 25 Maret 2010 dari http://dydydodo.wordpress.com/2010/01/07/penerapan-metode-Qirâ’atidalam-pembelajaran-al-Qur’an/
18
c. Guru ngaji harus sering tadarus al-Qur’an Agar mudah dalam menghafal, guru ngaji harus sering membaca al-Qur’an. 12 2. Bahwa Qirâ’ati tidak boleh disodor-sodorkan, Qirâ’ati hanya diberikan kepada yang mau, jangan diberikan kepada yang tidak mau, maksudnya mereka yang mau adalah mereka yang mengikuti aturan main yang saya (KH. Daclan Salim Zarkasyi) terapkan, mereka yang tidak mau adalah mereka yang tidak megikuti aturan mainnya, semaunya sendiri, walaupun mereka telah memakai Qirâ’ati cukup lama. 13 KH. Dachlan Salim Zarkasyi pernah berkata : a.
Jangan wariskan al-Qur’an yang salah, karena yang benar itu mudah.
b.
Tidak semua orang boleh mengajar Qirâ’ati, tetapi semua orang boleh diajari Qirâ’ati.
c.
Dalam 100 siswa/ santri 1 yang bodoh, jika ada lebih dari 1 yang bodoh maka yang perlu dipertanyakan adalah gurunya. 14
2. Klasifikasi Metode Qirâ’ati yaitu: a.
Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an Untuk TKA Buku ini disusun untuk pengajaran membaca al-Quran bagi anak didik yang berusia taman kanak-kanak (4-6 tahun)
b.
12
Metode Praktis Belajar Membaca Al-Qur’an Untuk Sekolah Dasar
Dachlan, Memahami Qirâ’ati, h.1 Makalah Penyegaran Qirâ’ati Kepala dan Wakil Kepala, Dokumentasi Ustadz Abdussalam, kordinator Pentashih Cabang JABOTABEKA, h. 12. 14 Dachlan, Memahami Qirâ’ati, h.16 13
19
Buku ini disiapkan untuk mengikuti kurikulum dalam sekolah dasar, sehingga diharapkan selesainya pelajaran ini sampai dengan gharib/musykilat beserta tajwidnya bersamaan dengan kurikulum SD. c.
Metode Praktis Membaca Al-Qur’an Untuk Dewasa Buku ini yang tidak terlalu banyak memuat materi driil atau latihan dan disesuaikan dengan ukuran font yang tidak perlu besar mendukung penyusunan buku ini. Buku ini sangat cocok diterapkan dalam dua semester Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) perguruan tinggi.
d.
Pelajaran Gharib/ Musykilat Buku ini memuat pengecualian-pengecualian dari bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Âashim. Buku ini merupakan lanjutan dari buku metode praktis, untuk TK, SD, maupun dewasa perlu melanjutkan materi pelajaran
e.
Pelajaran ilmu Tajwid Setelah para siswa berhasil menyelesaikan semua materi dalam Qirâ’ati (TK, SD, Dewasa), maka para siswa melanjutkan materi pengetahuan istilah-istilah dalam hukum bacaan al-Qur’an atau yang lebih dikenal dengan ilmu tajwid. Buku ini memuat materimateri ilmu tajwid yang sekaligus merupakan materi terakhir dalam kurikulum Qirâ’ati. 15
15
Admin , Metode Cepat Membaca Kitab. Artikel diakses pada 03 Desember 2009 dari http:/www.Qirâ’ati.org/pusat/index.php/tentang-Qirâ’ati/featuresmetode cepat
20
3. Metode Qirâ’ati dan hubungannya dengan al-Qur’an. Metode Qirâ’ati adalah sebuah cara mengajar baca al-Qur’an secara baik dan benar (mujawwad, murattal), dengan mempertahankan mutu pengajaran dan mutu pengajar melalui mekanisme sertifikasi / syahadah. Metode ini terangkum dalam bentuk buku-buku kecil berkelompok yang disesuaikan dengan kaidah ilmu tajwid. Sedangkan Al-Qur’an telah diyakini kebenarannya oleh kaum muslim, surat demi surat, ayat demi ayat, kata demi kata, bahkan huruf demi huruf. Semuanya telah disampaikan secara utuh kepada Nabi Muhammad yang kemudian memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk menuliskan, menghafalkan dan mempelajarinya. Berdasarkan kutipan di atas jelas bahwa al-Qur’an sebagai petunjuk kepada manusia untuk kebahagian hidupnya di dunia dan di akhirat. Di sini jelas ada hubungan yang erat sekali metode Qirâ’ati sebagai alat media membaca al-Qur’an, al-Qur’an juga dipahami dan diyakini umat Islam sebagai satu kitab yang menjadi pedoman hidup. Menurut KH. Ahmad al-wafa’ wajih, (seorang amanah metodologi koordinator cabang gresik), ada kemiripan dalam sejarah Qirâ’ati dengan sejarah al-Qur’an antara lain: a. Al-Qur’an bukan karya tulis tetapi wahyu sedangkan sedangkan buku Qirâ’ati bukan karya tulis tetapi inayah dan hidayah atau ilham dari Allah. b. Al-Qur’an turun kepada Nabi ummi (tidak bisa baca tulis) sedangkan Qirâ’ati diberikan Allah kepada seorang yang belum tamat SD.
21
c. Mushaf al-Qur’an awalnya menyebar bebas, kemudian pada zaman khalifah sayyidina Utsman RA, al-Qur’an disebarkan harus melalui gurunya atau qorynya sedangkan buku Qirâ’ati awalnya juga bebas beredar di toko, kemudian pada akhirnya Qirâ’ati hanya boleh diajarkan oleh guru yang lulus tashih. 16 Metode adalah suatu cara membaca al-Qur’an, jika tidak ada metode membacanya maka tidak bisa membaca al-Qur’an. Jika bacaannya keliru, maka akan keliru pula arti dan makna suatu ayat, disini jelas ada hubungannya antara metode Qirâ’ati dan al-Qur’an yaitu menjaga supaya tidak ada kekeliruan dalam membaca al-Qur’an dan mempercepat kemampuan dalam membaca al-Qur’an. Disamping itu pula metode Qirâ’ati memperhatikan adanya kehati-hatian dalam membaca al-Qur’an Qirâ’ati artinya ‘bacaanku’ secara bahasa arab merupakan kata dasar atau masdar. Masdar yang disandarkan pada ya (al yaa u) mutakallim, artinya ‘bacaanku’, bacaanku mempunyai arti sudah disetujui oleh beberapa para ahli al-Qur’an. 17
B. Metode Iqra’ Berawal dari sekelompok anak-anak muda yang tergabung dalam Team tadarus angkatan muda masjid dan mushala (Amm) Yogyakarta, mengadakan pengamatan seperti salah satu masalah umat Islam Indonesia yang cukup mendasar dan ada beberapa faktor yang mendasari hal tersebut yaitu: (1)
16 17
Dachlan, Pak Dachlan Pembaharu, h.ix Ibid, h. 61
22
Banyaknya generasi muda Islam yang tidak mampu membaca al-Qur’an, padahal hal tersebut merupakan salah satu modal dasar upaya pemahaman dan pengamalan al-Qur’an, (2) Sepinya rumah keluarga muslim dari alunan bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, (3) Kaidah Bagdadiyah yang menjadi metodologi pengajaran membaca al-Qur’an sudah waktunya untuk ditinjau dan disempurnakan kembali. 18 Dengan adanya faktor-faktor tersebut, membuat team AMM melakukan study banding di berbagai lembaga pendidikan al-Qur’an antara lain ke pondok pesantren “Mamba’ul Hisan” Sedayu Gresik, TK al-Qur’an “Mujawwidin” Semarang, maka team AMM mencoba bentuk baru bagi sistem dan metode pengajaran membaca al-Qur’an, yang mampu mengatasi masalah umat muslim Indonesia. 19 Sejak tahun lima puluhan, Bapak As’ad Humam telah berkecimpung dalam dunia mengajar membaca al-Qur’an dengan menggunakan berbagai metode. Dalam perjalanan mengajar al-Qur’an beliau merasa bahwa metodemetode yang selama ini masih banyak kekurangannya. Kemudian atas desakan rekan-rekan team tadarus angkatan muda masjid dan mushala (AMM) di berbagai penjuru, maka disusunlah buku Iqra’. 20
18
Ali Sunhaji, Salah Satu Penataran Depot Iqra’ Lembaga Da’wah Al Qolam, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2010. 19 Metode Iqra’, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan Dan Pengembangan TKA-TPA Indonesia, (Yogyakarta, Team Tadarus Amm, 1992) h. 2 20 As’ad Humam, Kata Pengantar Buku Iqra’, Cara Cepat Membaca Al-Qur’an, (Yogyakarta, Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus Amm, 2000)
23
1. Sejarah Perkembangan Iqra’ 21 Metode Iqra’ disusun oleh As’ad Humam dari Kotagede Yogyakarta, lahir tahun 1933, beliau wafat pada awal Februari tahun 1996 dalam usia 63 tahun. 22 Dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid dan Mushala) Yogyakarta. Team AMM ini berdiri sekitar Tahun 1984, dengan kegiatannya memotivasi agar setiap masjid dan mushala terselenggara jamaah tadarus yang diikuti oleh angkatan mudanya (putra maupun putri) dengan pola kegiatan yang sama. Team AMM kemudian mendirikan TK al-Qur’an pada tanggal 16 maret 1988 oleh Drs. H. Djunaidi (Kepala Bidang Penerangan Agama Islam Kanwil Depag DIY) selaku pengurus LPTQ DIY. Metode Iqra’ semakin berkembang dan menyebar secara merata di Indonesia setelah Musyawarah Nasional V Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) yang menjadikan TK al-Qur’an dan metode Iqra’ sebagai program nasional tepatnya pada 27-30 Juni 1989 di Surabaya. Setelah TK al-Qur’an AMM berlangsung selama 1 tahun dan menunjukkan hasil yang baik, maka atas desakan dari orangtua yang memiliki putra-putri SD yang belum mampu membaca al-Qur’an, maka tepat pada tanggal 16 Ramadhan 1409 dibukalah Taman Pendidikan Al-
21
Ustadz Maman, Pengurus Metode Iqra’ Yayasan Mabdail Falakh, Wawancara Pribadi, Jakarta, 10 Januari 2010. Lihat juga Komari, Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an, artikel diakses pada 29 Desember 2009 http://studyofislamiccenter.blogspot.com/2009/11/metodepengajaran-baca-tulis-al-quran1.html 22 Hidayatulamin, Mengenang 14 Tahun Wafatnya KH. Asad Humam, artikel diakses pada 25 maret 2010 dari http://hidayatulamin .wordpress.com/2010/02/28mengenang-14tahunwafatnya-k-h-as’ad-humam
24
Qur’an (TPA) AMM. Secara garis besarnya memiliki sistem dan metode pengajaran yang sama. Dalam waktu yang singkat, rata-rata 6-9 bulan anak-anak TK dan SD telah mampu membaca al-Qur’an. Karena keberhasilan inilah yang mendorong LPTQ Munas yang ke VI di Yogyakarta telah menetapkan Team Tadarus AMM yang mengelola TKA-TPA sehingga Balai Penelitian dan Pengembangan Pengajaran Baca Tulis Al-Qur’an (keputusan LPTQ Tingkat Nasional No 1 tahun1991 tertanggal 7 Februari ) diresmikan oleh Menteri Agama Munawir Syadzali. 23 Metode Iqra’ dari awal penyusunannya sudah terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna. 10 sifat buku Iqra’ adalah: a. Bacaan langsung: tanpa dieja, tidak usah dikenalkan nama huruf, tidak ada hafalan hijaiyah. Jadi tidak dikenalkan huruf alif, tanda baca fathah, kemudian dieja alif fathah A, dan seterusnya, tetapi langsung diajarkan bunyi huruf A, Ba, Ta dan seterusnya. b. CBSA: (cara belajar santri/ siswa aktif) biarkan peserta aktif membaca/ menulis/ berlatih, guru cukup menyimak dan menegur kalau ada kesalahan dan jangan sampai menuntun. Siswa harus didorong untuk aktif dan guru hanya membimbing dan menerangkan pokok pelajaran saja. Sesudah siswa jelas dan bisa mengulangi dengan baik, maka siswa 23
h.3
Iqra’, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan Dan Pengembangan TKA-TPA Indonesia,
25
disuruh membaca sendiri bacaan-bacaan berikutnya dan guru hanya menyimak saja. c. Private: siswa berhadapan langsung dengan guru. Dalam belajar membaca al-Qur’an, siswa harus berhadapan langsung dengan gurunya, agar siswa mengetahui bagaimana mengucapkan huruf-huruf sesuai dengan makhrajnya, karena itulah siswa disimak satu persatu secara bergantian. d. Modul: siswa belajar sesuai dengan kemampuannya. Siswa dalam menyelesaikan materi Iqra‘ tergantung dari kemampuan dan usahanya sendiri, tidak berdasarkan kemampuan kelas atau orang lain. Jadi cepat dan lambatnya dalam menyelesaikan Iqra‘ tergantung dari kemampuan masing-masing siswa, sehingga meskipun mulainya bersama-sama akan tetapi selesainya bervariasi. 1. Listening skill: melatih mendengar bunyi huruf dan kata. 2. Oral drill: latihan lisan, mengucapkan yang didengar. 3. Reading skill: membaca huruf yang didengarkan dan diucapkan. e. Asistensi: siswa senior dijadikan asisten untuk membantu mengajar (mengatasi kekurangan guru). Jika terpaksa kekurangan tenaga guru, maka bisa menunjuk siswa-siswa terpilih untuk menjadi asisten penyimak bagi siswa yang lain yang tingkat jilidnya berada dibawahnya. f. Praktis: teori ilmu tajwid diajarkan setelah santri mampu membaca alQur’an. Buku Iqra’ disusun dan diajarkan secara praktis, langsung
26
menekankan praktek, tanpa mengenalkan istilah-istilah ilmu tajwidnya, jadi langsung diajarkan bagaimana pengucapannya. g. Sistematis: diajarkan secara bertahap. Disusun secara lengkap dan sempurna, terencana serta terarah, dimulai dari pelajaran yang dasar dan sederhana, dengan rangkaian huruf demi huruf, sedikit demi sedikit, tahap demi tahap akhirnya ketingkat suatu kalimat yang bermakna. h. Variatif: buku Iqra’ 6 jilid berwarna. Disusun secara berjilid-jilid terdiri dari 6 jilid dengan sampul yang warna-warni, sehingga menarik selera siswa untuk saling berlomba dalam mencapai warna-warna jilid berikutnya. i. Komunikatif: dalam buku Iqra’ terdapat rambu petunjuk yang akrab dan mudah
dipahami.
Ungkapan
kata
rambu-rambu
petunjuk,
menyenangkan bagi pembaca dan yang mempelajarinya, juga diikuti ungkapan kata dalam bahasa indonesia yang terasa akrab dan mudah dipahami. j. Fleksibel: cocok untuk segala usia, dari balita taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah umum, sampai orang dewasa. Buku Iqra’ bisa dipelajari oleh anak usia TK, SD, SMP, SMU, mahasiswa serta orang-orang tua (manula) disamping itu, siapa
pun
yang
sudah
bisa
membaca
al-Qur’an
pasti
bisa
mengajarkannya. 24
24
Fitriinsani, Metode-Metode Baca Tulis Al-Qur’an Di Indonesia, artikel diakses pada 10 Maret 2010 dari http://fitriinsani.wordpress.com/2009/12/12/metode-metode-baca-tulis-al-Qur’andi-indonesia/
27
Tujuan Iqra’ yaitu sebagai berikut: 1. Menjaga kesucian dan kemurnian al-Qur’an dari segi bacaannya, yang sesuai dengan kaidah tajwid. 2. Menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi yang Qur’ani, yaitu generasi yang mencintai al-Qur’an dan menjadikan al-Qur’an sebagai bacaan dan pandangan hidup sehari-hari. 3. Dapat melakukan shalat dengan baik dan terbiasa hidup dalam suasana yang Islami. 4. Meningkatkan kembali para guru ngaji agar lebih hati-hati dalam mengajarkan al-Qur’an 5. Anak dapat menghafal surat-surat pendek. 6. Anak dapat membaca ayat-ayat pilihan. 7. Anak dapat menulis huruf al-Qur’an. 25 Buku bacaan Iqra’ ialah buku bacaan yang sangat populer selain mudah praktik membaca dan menghafal al-Qur’an, tidak hanya di Indonesia tapi juga di sebagian negara Asia Selatan Timur. Guru Agama lokal pengajian Qur’an di Kotagede, Yogyakarta Jawa Tengah membuat buku bacaan Iqra’ pada akhir 1980an dan mendirikan TPA dan sekolah al-Qur’an untuk anak-anak SD. Metode buku Iqra’
telah diperkenalkan kepada masyarakat
melalui jaringan Mahasiswa Muslim Universitas sepanjang dan seluruh
25
6
Iqra’, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan Dan Pengembangan TKA-TPA Indonesia, h.
28
Indonesia, karena investor dari buku Iqra’ mencakup pendidikan al-Qur’an pada masyarakat Yogyakarta dan bekerja sama dengan mahasiswa. Perhatian dan usaha untuk mempelajari al-Qur'an bukan hanya dipelajari oleh para pemeluk agama Islam di Jazirah Arab saja, tetapi juga berkembang sampai ke negara-negara pinggiran Islam, seperti dunia Melayu yang mencakup Malaysia dan
Indonesia. Di Indonesia, buku
pegangan pembelajaran al-Qur'an (pengajaran baca-tulis huruf al-Qur'an) yang umum diajarkan kepada anak-anak adalah buku Iqra’. Adapun penggunaan
buku
Iqra’
dalam
pembelajaran
bertujuan
untuk
mempermudah para siswa dalam membaca al-Qur'an. Dalam pembelajaran al-Qur’an di Indonesia, metodologi Iqra’ menjadi pilihan populer oleh Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA). Hal ini tidak dapat dilepaskan dari beberapa alasan: pertama, sosialisasi Iqra’ oleh KH. As’ad Humam bersama balai litbang LPTQ Nasional dan team tadarus Amm Yogyakarta sebagai metodologi yang sistematis, terstruktur dan mengandalkan cara cepat belajar membaca al-Qur’an secara nasional merupakan yang pertama dari pada metodologi yang lain. Kedua, buku panduan Iqra’ mudah didapat di pasaran, dan tidak melalui prosedur yang rumit untuk membelinya. Ketiga, pengajarnya tidak harus ada persyaratan ujian, maka siapapun yang bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, bisa mengajar baca Qur’an dengan buku Iqra’. Keempat, dari segi pembelajaran, Iqra’ merupakan metode yang simpel dan mudah. Kelima,
29
para instruktur TPA saat ini sebagian besar pernah mengalami pembinaan dari Iqra’, minimal pernah mengajar dengan metodologi ini. 26 Keberhasilan suatu Pendidikan, khususnya dalam pengajaran alQur’an tidak lepas dari penggunaan sistem pengajaran yang baik yang digunakan dalam pengajaran, karena sistem pengajaran merupakan salah satu hal terpenting dalam pendidikan. 2. Klasifikasi Metode Iqra’ a. Metode Iqra’ untuk anak-anak b. Metode Iqra’ untuk dewasa Pada awalnya As’ad Humam hanya menyusun Iqra’ jilid 1 sampai 6 itu untuk (TKA) Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an. Yaitu lembaga pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak-anak usia dini (4 sampai 6 tahun) dan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) yaitu lembaga pendidikan dan pengajaran Islam untuk anak-anak usia SD ( 7 sampai 12 tahun) Sebagaimana telah penulis jelaskan sebelumnya. Pada tahun 1992, Tasyrifin Karim dari Kalimantan Selatan mengembangkan pengajian untuk orang dewasa dengan menggunakan metode Iqra’ dewasa. Ternyata hasilnya cukup memuaskan antara 10-20 kali pertemuan yang tadinya buta huruf al-Qur’an hingga menjadi mampu membaca al-Qur’an. Perbedaan antara metode Iqra’ untuk anak-anak dengan metode Iqra’ dewasa dari prinsip-prinsip pengajarannya saja seperti: 26
Ali Sunhaji, Salah Satu Penataran Depot Iqra’ Lembaga Da’wah Al Qolam, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2010.
30
1. Usahakan sebelum memulai pelajaran mengulang-ulang bacaan lengkap huruf hijaiyah baik secara urut maupun acak serta mengulangulang huruf yang sering keliru bacaan maupun makhrajnya baik dengan irama atau tidak. 2. Buku panduan praktis belajar baca tulis al-Qur’an (metode Iqra’ terpadu) digunakan saat tatap muka, khususnya pada saat klasikal, sementara pada saat privat bila masih ada waktu yang cukup sebaiknya dilengkapi dengan buku Iqra’ yang halamannya disesuaikan dengan pokok bahasan. 3. Pada pertemuan V-VI dan seterusnya (kelompok lanjut) pada saat klasikal boleh diberikan penjelasan tentang harakat, sukun, tasydid, panjang pendek, maupun bacaan tanwin sesuai dengan pelajaran yang akan dibahas berikutnya, serta materi surat-surat pendek maupun doadoa harian seperlunya. 4. Dianjurkan kepada peserta untuk banyak berlatih membaca maupun menulis diluar waktu belajar mengajar yang sudah disepakati. 27 Dalam hal ini, penulis hanya meneliti metode Iqra’ yang disusun oleh As’ad Humam saja. 3. Metode Iqra’ dan Hubungannya Dengan Al-Qur’an Membahas metode Iqra’ dan hubungannya dengan al-Qur’an untuk itu harus mengetahui arti kedua kata tersebut. Metode Iqra’ adalah suatu metode membaca al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan
27
Karim dan Sulaiman, Panduan Praktis Belajar Baca Tulis Al-Qur’an, h. v
31
membaca. 28 Metode Iqra’ juga, suatu cara membaca al-Qur’an yang mendahulukan bacaan idzhar, yaitu bacaan yang terang dan jelas. Buku bacaan yang dimulai dengan mengucapkan huruf-huruf Arab dan kata-kata yang mudah, di dalamnya sudah diberi harokat atau tanda baca. Jadi akan memudahkan pembacanya dalam menghafalkan kata-katanya. Buku
bacaan
ini
memudahkan
anak-anak
membaca
dan
menghafalnya dari pada mereka harus mengulang-ulang bacaannya, seperti metode Bagdadiyah. Dengan menggunakan buku bacaan Iqra’ anak-anak usia 5-6 tahun, bisa membaca al-Quran dalam waktu 6 bulan. Sedangkan al-Qur’an secara harfiah berarti bacaan atau hafalan. Bisa juga diartikan sebagai kitab yang berisi firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dalam bahasa arab kepada umatnya melalui periwayatan yang tidak terputus. 29 Dari segi bahasa, banyak pendapat para ahli tentang penulisan lafal al-Qur’an, ada yang berpendapat al-Qur’an dibubuhi lafal hamzah, yang dibaca al-Qur’an, akan tetapi menurut Asy-syafi’i, Al-farra dan Al-asy’ari termasuk di antara para ulama yang berpendapat bahwa lafal al-Qur’an ditulis tanpa huruf hamzah. 30 Berdasarkan kutipan di atas jelas bahwa al-Qur’an sebagai petunjuk kepada manusia untuk kebahagian hidupnya di dunia dan di akhirat, al-Qur’an dalam mengarahkan pendidikannya kepada manusia 28
Qashtalhikmah, Macam-Macam Metode Pembelajaran Al-Qur’an, artikel diakses pada 10 Maret 2010 dari http://qashtalhikmah.blogspot.com/2010/01/macam-macam-metode pembelajaran-al-Qur’an.html 29 Muhammad Hasyim Kamali, Prinsip Dan Teori-Teori Hukum Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1996), h.17 30 Subhi Ash-shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (terj), Tim Pustaka Firdaus, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1991, h.10
32
menghadapi dan memperlakukan mahluk tersebut. Sejalan dengan unsur penciptaannya yaitu jasmani, akal dan jiwa, oleh karena itu materi-materi pendidikan yang disajikan al-Qur’an, selalu mengarah kepada jiwa, akal dan raga manusia. 31 Metode pengajaran adalah cara atau jalan yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan yaitu untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan. 32 Jika tidak ada metode membacanya maka tidak bisa membaca al-Qur’an. Jika bacaannya keliru, maka akan keliru pula arti dan makna suatu ayat, di sini jelas ada hubungannya antara metode Iqra’ dan al-Qur’an yaitu menjaga supaya tidak ada kekeliruan dalam membaca al-Qur’an dan mempercepat kemampuan dalam membaca al-Qur’an. Apabila ditinjau dari sudut bahasa, jelaslah bahwa metode Iqra’ dan al-Qur’an mempunyai hubungan yang erat sekali, metode Iqra’ merupakan alat atau media untuk dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Allah menciptakan al-Qur’an sebagai sumber utama dalam Islam untuk mengaji, mengkaji dan mengamalkannya, sedangkan buku Iqra’ merupakan sarana ibadah untuk belajar membaca al-Qur’an. Dinamakan Iqra’ karena sesuai dengan ayat pertama turun yaitu surat alalaq, dimana mempunyai arti bacaan.
31
Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Penamadani, Agustus 2005) cet: ke-3, h. 158 32 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta, Bina Aksara, 1998), cet 1, h.84
BAB III ANALISA METODE QIRÂ’ATI DAN IQRA’
Pada bab sebelumnya telah diuraikan sejarah munculnya metode Qirâ’ati dan metode Iqra’, yaitu meliputi klasifikasi metode Qirâ’ati dan metode Iqra’, juga menjelaskan bagaimana hubungan metode Qirâ’ati dan metode Iqra’ dengan al-Qur’an. Pada bab ini penulis menganalisa metode Qirâ’ati dan Iqra’ yaitu menguraikan materinya, menjelaskan metode pengajarannya, dan memaparkan target yang harus dicapainya. A. Materi 1. Materi Qirâ’ati Setiap siswa dianggap khatam pendidikan apabila telah menyelesaikan seluruh materi yaitu, khatam buku Qirâ’ati 6 jilid, khatam al-Qur’an 30 juz (yang bisa dibaca berulang-ulang dengan bacaan fasih, tartil dan lancar tanpa salah baca), hatam buku gharib, hatam buku pelajaran ilmu tajwid. Sedangkan materi-materi penunjangnya meliputi: hafalan surat-surat pendek, bacaan shalat, dan doa harian. a. Qirâ’ati jilid 1, berisi huruf-huruf berharakat fathah yang dibaca َ ب َ َاdengan mulut terbuka. langsung tanpa mengeja seperti: ب Memperkenalkan huruf hijaiyah seperti: ي........, خ, ح, ج, ث, ت, ب,ا. Dibaca langsung huruf hidup dua-dua huruf atau tiga-tiga huruf, dengan cepat dan tidak memanjangkan suara huruf yang pertama atau huruf yang terakhir, pelajaran dalam kotak baris paling bawah, dibaca
menurut kelompok huruf (alif, ba, ta, tsa). Jangan dipisah-pisah. Materi penunjangnya yaitu mengahafal surat-surat pendek seperti: alashr, an-naas dan al-kautsar. Bacaan shalat seperti: doa keluar masjid, bacaan salam dan niat shalat dhuhur. Doa hariannya seperti: doa kebaikan di dunia dan di akhirat, isti’adah (mohon perlindungan dari setan), basmalah, tahmid dan penyerahan diri kepada Allah 1 Misi Jilid 1 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an yang samarsamar. Caranya dengan membiasakan baca huruf berharokat ‘a’ atau ‘u’ dengan mulut terbuka lebar dan suara yang keras. b. Qirâ’ati jilid 2, berisi bacaan pendek seperti ( ) ِﺮِﺮhuruf-huruf hijaiyah berharakat kasrah, dhummah, tanwin, dibaca langsung huruf hidup, tidak diurai. Setiap tulisan dalam kotak baris bawah, termasuk pelajaran yang harus dibaca, pengenalan nama harakat dan angka arab dari 1-99, halaman 25 sampai akhir, pelajaran mad. (mad dengan alif, ya, wawu) dan setiap murid membaca mad seperti ( )دَاﺨِل, agar jelas panjang dan pendeknya, apabila telah lancar dalam membaca tanpa ada salah, dilanjutkan ke jilid berikutnya. 2 Materi penunjangnya yaitu mengahafal surat-surat pendek seperti: al-falaq, al-lahab dan annashr. Bacaan shalat seperti: doa sesudah wudhu, doa adzan dan niat shalat ashar. Doa hariannya seperti: tasbih, tahlil, takbir, hauqalah, kalimat syahadah, doa ampunan orangtua, doa makan, dan doa setelah makan. 1
Lihat Materi-Materi Penunjang/ Tambahan TKQ/ TPQ Metode Qira’ati, h. 43 Imam Murjito, Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Qur’an Qira’ati, Koordinator Pendidikan Al-Qur’an, Cabang Kota Semarang, h. 31 2
Misi Jilid 2 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an yang sembrono, caranya dengan membiasakan kasroh atau dhummah yang bagus (i-in, u-un, tidak dibaca e’-en, o-on) dan di ajarkan agar cermat baca panjang pendeknya. c. Qirâ’ati jilid 3, berisi bacaan mad thabi’i yang belum diajarkan pada jilid 2, memperkenalkan tanda sukun, antara lain: ﻞdan bacaan alQamariyah, س, م, ر, perbedaan يdengan عdan ﻒmempelajari bacaan huruf-huruf sukun diatas, menperkenalakan bacaan harfu liin wawu sukun dan ya sukun. 3 Juga diajarkan cara membaca huruf-huruf: ْء-ع, ْف. Materi penunjangnya yaitu mengahafal surat-surat pendek seperti: al-kâfirûn, al-mâ’ûn dan quraisy. Bacaan shalat seperti: doa mendengar adzan, bacaan ruku’ dan niat shalat maghrib. Doa hariannya seperti: doa keluar rumah, doa sudah berada di rumah, doa tidur, doa bangun tidur, doa salam kepada orang lain, menjawab doa salam dari orang lain, doa ketika berjanji, dan doa ketika bersin. Misi jilid 3 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an yang di seretseret, caranya dengan di ajarkan baca sukun di tekan atau tidak di panjangkan dan tidak tawallud, contoh: all…dibaca alle…dan dengan membiasakan baca mad thabi’I normal satu alif atau dua harokat. d. Qira’ati jilid 4, berisi pengenalan huruf nun sukun langsung dengan bacaan tajwid, setiap tanwin harus dibaca dengung sebab suara tanwin sama dengan suara nun sukun, memperkenalkan mad wajib dan mad 3
Huruf liin terjadi ketika huruf wawu dan ya dalam keadaan bersukun dengan huruf sebelumnya berharakat fathah, dibaca washal atau tidak di waqafkan.
jaiz, agar dibaca panjang yang nyata, pelajaran makhraj sin dan syin, ha (cha) dan kha (kho) agar dibaca dengan makhraj yang benar. Mengenalkan semua huruf-huruf yang bertasydid supaya ditekan membacanya termasuk bacaan syamsiyah, mengenalkan huruf wawu yang tidak dibaca sebab tidak ada tanda harokat, setiap mim sukun tidak boleh dibaca dengung, kecuali mim sukun berhadapan dengan huruf mim harus dibaca dengung, setiap nun sukun jika berhadapan dengan huruf mim, suara nun sukun hilang. Ditukar dengan suara mim sukun, setiap nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf lam atau ro, suara nun atau tanwin hilang, ditukar dengan suara lam atau ro sukun, dan pelajaran dalam kotak baris paling bawah, harus dibaca. 4 Materi penunjangnya yaitu mengahafal surat-surat pendek seperti: alfiil, al-humazah dan al-qaari’ah. Bacaan shalat seperti: doa sesudah adzan, bacaan sujud dan niat shalat isya. Doa hariannya seperti: doa merasa kagum, doa ketika mengalami musibah, doa masuk dan keluar wc, doa masuk dan keluar kamar mandi, doa memakai dan membuka baju, dan doa bercermin. Misi Jilid 4 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an yang yang tidak bertajwid, caranya dengan membiasakan bacaan nun sukun dengan dengung yang lama lebih dari satu alif. e. Qira’ati jilid 5, berisi memperkenalkan bacaan idghom bighunnah untuk huruf ya dan wawu. setiap nun sukun atau tanwin, jika
4
Lihat Qira’ati Jilid 4, h. 25, Lihat Juga Makalah Materi Qira’ati Masjid Fathullah.
berhadapan dengan salah satu huruf yang empat yaitu ( و, م, ن,) ي memperkenalkan bacaan iqlab ialah apabila nun bersukun atau tanwin bertemu dengan huruf ba, maka keduanya ditukar kepada mim, tetapi hanya dalam bentuk suara tidak dalam tulisan, memperkenalkan bacaan ikhfa syafawi apabila huruf ba berada setelah mim yang bersukun dan idzhar syafawi apabila mim sukun bertemu dengan huruf hijaiyah selain ba dan mim.
5
Mengetahui cara menghentikan bacaan,
mengenalkan cara pengucapan huruf (makhorijul huruf: غ, ﺚ, ) ه, memperkenalkan cara membaca lafadz Allah, bacaan qalqalah seperti ( َ )ﻤِﻦْ ﻘَﺒْﻠِﻚdan bacaan mad lazim mutsaqqal kalimi seperti (ٌ )ﮔﺎ ﻔﱠﺔ. Materi penunjangnya yaitu mengahafal surat-surat pendek seperti: al‘aadiyaat, al-zalzalah dan al-bayyinah. Bacaan shalat seperti: bacaan iqamat, bacaan I’tidal dan doa iftitah. Doa hariannya seperti: doa naik kendaraan, doa panjang umur, doa lapang dada, doa mengalami kesulitan, doa menghilangkan kesedihan dan doa ketika sakit. Misi Jilid 5 yaitu: memberantas bacaan al-Qur’an yang tidak bertajwid, (melanjutkan misi jilid 4). f. Qira’ati jilid 6, yaitu inti pelajaran jilid enam ini, khusus bacaan idzhar halqi, yaitu nun sukun atau tanwin, tidak boleh dibaca dengung jika berhadapan dengan huruf ﺀ, ا, ح, خ, ع, غ, ه. Pengenalan cara membaca ( )اِﻻﱠyang sebaliknya dibaca washal (dibaca terus) dan cara membaca tulisan ( ) اَﻨَﺎdibaca pendek ketika dibaca washal. Mulai
5
Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, h. 71
jilid 6 ini siswa dapat dilatih membaca mushaf al-Qur’an dari juz 1. 6 Materi penunjangnya yaitu mengahafal surat-surat pendek seperti: attiin, al-insyirah dan adh-dhuhaa. Bacaan shalat seperti: niat shalat subuh, bacaan tahiyat akhir dzikir dan shalawat. Doa hariannya seperti: doa akan belajar, doa mohon kecerdasan, doa menetapkan agama Islam, istighfar, dan doa memohon kesembuhan. Misi jilid 6 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an tidak bertajwid meneruskan jilid 5. 2. Materi Iqra’. 7 Setiap pengajaran al-Qur’an diperlukan adanya materi pelajaran, yang mampu memenuhi kebutuhan siswanya untuk menjadi anak yang baik sesuai harapan orangtua. Materi Iqra’ dibedakan menjadi dua macam yaitu materi pokok dan materi tambahan (penunjang). Materi pokok harus dikuasai oleh setiap siswa dan materi tambahan seperti hafalan bacaan shalat, surat-surat pendek, do’a sehari-hari dan ayat-ayat pilihan. 8 Adapun materi pokok metode Iqra’ diklasifikasikan menjadi 6 jilid. g. Iqra’ jilid 1, berisi bacaan langsung ا, ب, ت, tidak perlu di urai atau di eja, dibaca dengan suara pendek, memperkenalkan bacaan huruf-huruf tunggal seperti: ي........, خ, ح, ج, ث, ت, ب, اpengenalan angka arab 1-10, dan membedakan bacaan huruf-huruf tertentu seperti:
6
Murjito, Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Qur’an Qira’ati, h. 54 Ali Sunhaji, Salah Satu Penataran Depot Iqra’ Lembaga Da’wah Al Qolam, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2010. 8 Metode Iqra’, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan Dan Pengembangan TKA-TPA Indonesia, (Yogyakarta, Team Tadarus Amm, 1992) h. 8 7
أ- ع, ج- ز, ذ- ﻆ, ﻄ- ﺾ9 Dan materi tambahannya berisi doa pembuka 1, doa pembuka 2, senandung doa al-Qur’an dan doa iftitah. h. Iqra’ jilid 2, berisi pengenalan tanda panjang seperti huruf-huruf hijaiyah berharakat fathah, pengenalan huruf sambung sebaiknya dibaca bersambung, seperti: ﻄﺄ َﺧ َ ﺟ َﻌﻞ َو َ dan membedakan bunyi huruf dan panjang pendek seperti: ﻋ َﻘ َٰﺪ َ
10
Dan materi tambahannya berisi doa
penutup, doa kebaikan dunia dan akhirat, doa kedua orangtua, doa akan tidur dan bangun tidur, mampu membaca al-fatihah, dan bacaan ruku’ dan sujud. i. Iqra’ jilid 3, berisi tanda baca kasroh, dhummah, dan tanda baca panjang sekaligus memperkenalkan tanda sukun seperti: ْ ِﻧﻲ,ْ ِﺑﻲ, ٳ,ِ ﮦ, mengenalkan nama ْ يatau يmati dan juga mengenalkan ْ ﻧﻮatau و mati. 11 Dan materi tambahannya doa keluar rumah, doa mau makan, doa selesai makan, membaca surat an-nas, surat al-falaq, dan doa duduk diantara dua sujud. j. Iqra’ jilid 4, berisi bacaan tanwin seperti: ٌب ب ٍ ب ً , pengenalan nun bersukun dan tanwin seperti: ﻴﻨﺤﺘﻮﻦmemperjelas qolqolahnya 12 seperti,
َْ َٲ ب, َْأَج, أ ْﺪ, َأْﻂ, ْ أَﻖDan harus jelas perbedaannya seperti, َﺘَﺄ,َْﺘَﻊ
9
Lihat Kurikulum TK Al-Qur’an Garis-Garis Besar Pedoman Pengajaran (GBPP), (Yogyakarta, Team Tadarus Amm, 1992) 10 Lihat Iqra’ 2, h. 16 11 Lihat Iqra’ 3, h. 4 12 Qalqalah menurut bahasa berarti bergerak dan gemetar, sedangkan menurut istilah ialah suara tambahan atau pantulan yang kuat dan jelas yang terjadi pada huruf yang bersukun setelah menekan pada huruf yang lima seperti: د, ج, ب, ط,ق
,ْ َﺗَﻚ,ْ ﺗََﻖdan pengenalan perbedaan hamzah bersukun, ‘ain bersukun, kaf bersukun dan qof bersukun. 13 Dan materi tambahannya doa masuk wc, doa keluar wc, surat al-ikhlash, ayat kursyi dan tahiyat. k. Iqra’ jilid 5, berisi tanda waqof atau berhenti, seperti: ﻧﺴﺘﻌﻴﻦdan bila waqof tanwin ( ً ) dihilangkan dan dibaca panjang seperti: َا َﺑ ًَﺪ. Pengenalan bacaan panjang 5-6 harakat, seperti: ﻵ َاﻋْ َﺒ ُﺪ. Setiap bacaan yang menghadap tasydid agar ditekan dan ditahan 2 harokat, seperti:ﻦﱠ ِ اdan pengenalan alif lam syamsiyah ( َ )ا ﻠﺼّﺪِﻘُوْﻦdan alif lam qomariyah seperti (ِ )ا ﻠْﺒَﺮ َﻴّﺔ14 Dan materi tambahan latihan membaca al-Qur’an, doa dengar azan, membaca ayat (1-11) surat al-mukminun, dan ayat (12-19) surat luqman. l. Iqra’ jilid 6, berisi pengenalan nun sukun atau tanwin bila bertemu dengan huruf wau dibaca dengan dengung seperti: َْ َانْ ﻴُﻮْ ﺻَﻞ,ِﻣﻦْ َو ﺤِد Mengenalkan nun sukun atau tanwin bila bertemu dengan huruf ba ُ ْﻌِﺪ ﺒِﻤَﺎ ﺮَ ﺴُو ْ َِﻣﻦْ ﺒ seperti mim mati, seperti: ل ﺒِﻤَﺎ Memperkenalkan huruf-huruf waqof seperti Boleh berhenti juga boleh terus ج Bukan tempat waqof utama terus ﻻ Dibaca terus lebih utama ﺻﻠﻲ Harus berhenti م 13
Lihat Kurikulum TK Al-Qur’an Garis-Garis Besar Pedoman Pengajaran (GBPP). Dalam Tajwid alif lam syamsiyah disebut juga idhgam syamsiyah. Hukum alif lam syamsiyah terjadi apabila alif lam bertemu dengan salah satu huruf syamsiyah yang ke empat belas yatu: ﻞ, ﺰ, ﻈ, ﺶ, ﺲ, ﻦ, ﺪ, ﺬ, ﺾ, ﺖ, ر, ﺺ, ﺚ,ﻄ Alif lam qamariyah disebut juga idhzar qamariyah. Hukum alif lam qamariyah terjadi apabila alif lam bertemu dengan salah satu huruf qamariyah yang ke empat belas yatu: ي, ف, ﻩ, م, ع,ق, و, ك, خ, ج, ح, غ, ﺐ,ﺀ 14
Berhenti lebih utama ﻗﻠﻲ Boleh wakof · · 15 g. Buku tajwid praktis berisi pengenalan saktah ialah menahan suara pada suatu kalimat tanpa bernafas, dengan niat melanjutkan kembali bacaan, pengenalan isymam ialah memonyongkan dua bibir tanpa bersuara dan bernafas tanpa mengiringi huruf yang bersukun, dan pengenalan tashil ialah meringankan ucapan dengan mengeluarkan suara antara hamzah dan alif. 16 2. Materi Qira’ati Setiap siswa dianggap khatam pendidikan apabila telah menyelesaikan seluruh materi yaitu, khatam buku Qira’ati 6 jilid, khatam al-Qur’an 30 juz (yang bisa dibaca berulang-ulang dengan bacaan fasih, tartil dan lancar tanpa salah baca), hatam buku gharib, hatam buku pelajaran ilmu tajwid. Sedangkan materi-materi penunjangnya meliputi: hafalan surat-surat pendek, bacaan shalat, dan doa harian. a. Qira’ati jilid 1, berisi huruf-huruf berharakat fathah yang dibaca langsung tanpa mengeja seperti: ب َ ب َ َاdengan mulut terbuka. Memperkenalkan huruf hijaiyah seperti: ي........, خ, ح, ج, ث, ت, ب,ا. Dibaca langsung huruf hidup dua-dua huruf atau tiga-tiga huruf, dengan cepat dan tidak memanjangkan suara huruf yang pertama atau huruf yang terakhir, pelajaran dalam kotak baris paling bawah, dibaca menurut kelompok huruf (alif, ba, ta, tsa). Jangan dipisah-pisah. 15
Lihat Iqra’ 6, h. 21 Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, (Bandung: Dipenogoro, 2004) h. 193, 199, 197 16
Materi penunjangnya yaitu mengahafal surat-surat pendek seperti: alashr, an-naas dan al-kautsar. Bacaan shalat seperti: doa keluar masjid, bacaan salam dan niat shalat dhuhur. Doa hariannya seperti: doa kebaikan di dunia dan di akhirat, isti’adah (mohon perlindungan dari setan), basmalah, tahmid dan penyerahan diri kepada Allah 17 Misi Jilid 1 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an yang samarsamar. Caranya dengan membiasakan baca huruf berharokat ‘a’ atau ‘u’ dengan mulut terbuka lebar dan suara yang keras. b. Qira’ati jilid 2, berisi bacaan pendek seperti ( ) ِﺮِﺮhuruf-huruf hijaiyah berharakat kasrah, dhummah, tanwin, dibaca langsung huruf hidup, tidak diurai. Setiap tulisan dalam kotak baris bawah, termasuk pelajaran yang harus dibaca, pengenalan nama harakat dan angka arab dari 1-99, halaman 25 sampai akhir, pelajaran mad. (mad dengan alif, ya, wawu) dan setiap murid membaca mad seperti ( ) َداﺨِل, agar jelas panjang dan pendeknya, apabila telah lancar dalam membaca tanpa ada salah, dilanjutkan ke jilid berikutnya. 18 Materi penunjangnya yaitu mengahafal surat-surat pendek seperti: al-falaq, al-lahab dan an-nashr. Bacaan shalat seperti: doa sesudah wudhu, doa adzan dan niat shalat ashar. Doa hariannya seperti: tasbih, tahlil, takbir, hauqalah, kalimat syahadah, doa ampunan orangtua, doa makan, dan doa setelah makan. Misi Jilid 2 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an yang sembrono, caranya dengan membiasakan kasroh atau dhummah yang 17
Lihat Materi-Materi Penunjang/ Tambahan TKQ/ TPQ Metode Qira’ati, h. 43 Imam Murjito, Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Qur’an Qira’ati, Koordinator Pendidikan Al-Qur’an, Cabang Kota Semarang, h. 31 18
bagus (i-in, u-un, tidak dibaca e’-en, o-on) dan di ajarkan agar cermat baca panjang pendeknya. c. Qira’ati jilid 3, berisi bacaan mad thabi’i yang belum diajarkan pada jilid 2, memperkenalkan tanda sukun, antara lain: ﻞdan bacaan alQamariyah, س, م, ر, perbedaan يdengan عdan ﻒmempelajari bacaan huruf-huruf sukun diatas, menperkenalakan bacaan harfu liin wawu sukun dan ya sukun. 19 Juga diajarkan cara membaca huruf-huruf: ْء-ع, ْف. Materi penunjangnya yaitu mengahafal surat-surat pendek seperti: al-kaafiruun, al-maa’uun dan quraisy. Bacaan shalat seperti: doa mendengar adzan, bacaan ruku’ dan niat shalat maghrib. Doa hariannya seperti: doa keluar rumah, doa sudah berada di rumah, doa tidur, doa bangun tidur, doa salam kepada orang lain, menjawab doa salam dari orang lain, doa ketika berjanji, dan doa ketika bersin. Misi jilid 3 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an yang di seretseret, caranya dengan di ajarkan baca sukun di tekan atau tidak di panjangkan dan tidak tawallud, contoh: all…dibaca alle…dan dengan membiasakan baca mad thabi’I normal satu alif atau dua harokat. d. Qira’ati jilid 4, berisi pengenalan huruf nun sukun langsung dengan bacaan tajwid, setiap tanwin harus dibaca dengung sebab suara tanwin sama dengan suara nun sukun, memperkenalkan mad wajib dan mad jaiz, agar dibaca panjang yang nyata, pelajaran makhraj sin dan syin, ha (cha) dan kha (kho) agar dibaca dengan makhraj yang benar. 19
Huruf liin terjadi ketika huruf wawu dan ya dalam keadaan bersukun dengan huruf sebelumnya berharakat fathah, dibaca washal atau tidak di waqafkan.
Mengenalkan semua huruf-huruf yang bertasydid supaya ditekan membacanya termasuk bacaan syamsiyah, mengenalkan huruf wawu yang tidak dibaca sebab tidak ada tanda harokat, setiap mim sukun tidak boleh dibaca dengung, kecuali mim sukun berhadapan dengan huruf mim harus dibaca dengung, setiap nun sukun jika berhadapan dengan huruf mim, suara nun sukun hilang. Ditukar dengan suara mim sukun, setiap nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf lam atau ro, suara nun atau tanwin hilang, ditukar dengan suara lam atau ro sukun, dan pelajaran dalam kotak baris paling bawah, harus dibaca. 20 Materi penunjangnya yaitu mengahafal surat-surat pendek seperti: alfiil, al-humazah dan al-qaari’ah. Bacaan shalat seperti: doa sesudah adzan, bacaan sujud dan niat shalat isya. Doa hariannya seperti: doa merasa kagum, doa ketika mengalami musibah, doa masuk dan keluar wc, doa masuk dan keluar kamar mandi, doa memakai dan membuka baju, dan doa bercermin. Misi Jilid 4 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an yang yang tidak bertajwid, caranya dengan membiasakan bacaan nun sukun dengan dengung yang lama lebih dari satu alif. e. Qira’ati jilid 5, berisi memperkenalkan bacaan idghom bighunnah untuk huruf ya dan wawu. setiap nun sukun atau tanwin, jika berhadapan dengan salah satu huruf yang empat yaitu ( و, م, ن,) ي memperkenalkan bacaan iqlab ialah apabila nun bersukun atau tanwin
20
Lihat Qira’ati Jilid 4, h. 25, Lihat Juga Makalah Materi Qira’ati Masjid Fathullah.
bertemu dengan huruf ba, maka keduanya ditukar kepada mim, tetapi hanya dalam bentuk suara tidak dalam tulisan, memperkenalkan bacaan ikhfa syafawi apabila huruf ba berada setelah mim yang bersukun dan idzhar syafawi apabila mim sukun bertemu dengan huruf hijaiyah selain ba dan mim. 21 Mengetahui cara menghentikan bacaan, mengenalkan cara pengucapan huruf (makhorijul huruf: غ, ﺚ, ) ه, memperkenalkan cara membaca lafadz Allah, bacaan qalqalah seperti ( َ )ﻤِﻦْ ﻘَﺒْﻠِﻚdan bacaan mad lazim mutsaqqal kalimi seperti (ٌ )ﮔﺎ ﻔﱠﺔ. Materi penunjangnya yaitu mengahafal surat-surat pendek seperti: al‘aadiyaat, al-zalzalah dan al-bayyinah. Bacaan shalat seperti: bacaan iqamat, bacaan I’tidal dan doa iftitah. Doa hariannya seperti: doa naik kendaraan, doa panjang umur, doa lapang dada, doa mengalami kesulitan, doa menghilangkan kesedihan dan doa ketika sakit. Misi Jilid 5 yaitu: memberantas bacaan al-Qur’an yang tidak bertajwid, (melanjutkan misi jilid 4). f. Qira’ati jilid 6, yaitu inti pelajaran jilid enam ini, khusus bacaan idzhar halqi, yaitu nun sukun atau tanwin, tidak boleh dibaca dengung jika berhadapan dengan huruf ﺀ, ا, ح, خ, ع, غ, ه. Pengenalan cara membaca ( )اِﻻﱠyang sebaliknya dibaca washal (dibaca terus) dan cara membaca tulisan ( ) اَﻨَﺎdibaca pendek ketika dibaca washal. Mulai jilid 6 ini siswa dapat dilatih membaca mushaf al-Qur’an dari juz 1. 22 Materi penunjangnya yaitu mengahafal surat-surat pendek seperti: at21 22
Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, h. 71 Murjito, Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Qur’an Qira’ati, h. 54
tiin, al-insyirah dan adh-dhuhaa. Bacaan shalat seperti: niat shalat subuh, bacaan tahiyat akhir dzikir dan shalawat. Doa hariannya seperti: doa akan belajar, doa mohon kecerdasan, doa menetapkan agama Islam, istighfar, dan doa memohon kesembuhan. Misi jilid 6 yaitu: untuk memberantas bacaan al-Qur’an tidak bertajwid meneruskan jilid 5.
B. Metode Pengajarannya Metode pengajaran Iqra’ ialah sebagai berikut: 1. Petunjuk Mengajar jilid 1 a. Sistem 1) CBSA: (cara belajar santri/ siswa aktif) biarkan peserta aktif membaca/ menulis/ berlatih, ustadz cukup menyimak dan menegur kalau ada kesalahan dan jangan sampai menuntun. 2) Private: siswa berhadapan langsung dengan guru 3) Asistensi: siswa senior dijadikan asisten untuk membantu mengajar (mengatasi kekurangan guru). Catatan: Bila terpaksa klasikal, siswa dikelompokkan menurut kemampuan buku pelajaran. Buku hanya menerangkan pokok-pokok pelajaran secara bersama-sama, dan sebagai penguji bagi siswa yang sudah sampai EBTA. Jadi antara siswa harus ada saling ajar mengajar. b. Mengenai pokok pelajaran, guru langsung memberi contoh bacaannya.
Jadi tidak perlu banyak komentar. 23 c. Sekali huruf di baca betul, tidak boleh atau jangan diulangi lagi. Contohnya: ( َ )ﺐَ ﺖdibaca dengan benar. d. Jika siswa keliru panjang-panjang dalam membaca huruf, maka guru harus lebih tegas memperingatkan (sebab yang betul dengan bacaan yang pendek-pendek) seperti ( َ)جَ ج. e. Bila siswa keliru membaca huruf, cukup betulkan huruf-huruf yang keliru saja, dengan cara: 1) Isyarah: umpamanya dengan kata-kata “eee…awas…stop…”. 2) Bila dengan isyarah masih tetap keliru, berilah sedikit ingatan. Umpamanya siswa lupa baca huruf ( )زguru cukup mengingatkan titiknya, yaitu bila tidak ada titiknya di baca ( )رdan seterusnya. 3) Bila masih tetap lupa barulah ditunjukkan bacaan yang sebenarnya. f. Pelajaran satu ini berisi pengenalan huruf berfathah maka sebelum dikuasai benar, jangan naik ke jilid berikutnya. Sedangkan bila kemampuan maksimal tetap belum fasih, maka Sementara boleh: شlebih diarahkan ke bunyi “sy” dari pada keliru س ضlebih diarahkan ke bunyi “d” (kendor) dari pada keliru ظ ظlebih diarahkan ke bunyi ( ذdi baca dengan bibir agak maju) قlebih diarahkan ke bunyi “q” dari pada keliru خ
23
Setiap huruf atau kata baca betul, guru jangan diam saja, tetapi agar
mengiyakan, umpama dengan kata-kata: “Bagus, betul, ya” dan sebagainya.
Jadi bisa naik ke pelajaran dua dengan “her” pada huruf-huruf tertentu. g. Bagi siswa yang betul-betul menguasai pelajaran dan sekiranya mampu berpacu dalam menyelesaikan belajarnya, maka membacanya boleh meloncat-loncatkan, tidak harus utuh sehalaman. h. Untuk EBTA, sebaiknya ditentukan guru pengujinya. 24 2. Petunjuk Mengajar jilid 2 a. Petunjuk mengajar jilid I nomor: 1,2,3,5,7,8 masih berlaku dengan jilid II. b. Bila pada pelajaran yang lalu ada “her” pada huruf-huruf tertentu, maka dalam mempelajari jilid II ini bisa sambil menyempurnakan bacaan huruf yang “her” tersebut. c. Mengenai judul huruf yang dirangkai, guru tidak perlu menerangkankan, umpama: ini “ba” di muka, ini “ba” di tengah, ini “ba” di akhir. Sebab biasanya siswa susah paham dalam membacanya. Jadi guru hanya menyimak saja. d. Mulai halaman 16 bacaan mad (panjang), sementara panjangnya boleh 2 harakat, yang penting harus jelas yang pendek dan yang panjang. e. Membaca tetap putus-putus saja yaitu walaupun hurufnya bersambung. f. Mulai halaman 16, bila dengan bacaan putus-putus siswa cendrung keliru baca panjang, yang mestinya harakat maka di bacanya agar di rangkai saja dengan huruf berikutnya. Bila siswa keliru baca panjang (yang mestinya pendek) guru cukup menegur “mengapa dibaca panjang?” dan bila siswa keliru baca pendek (yang mestinya panjang) guru cukup menegur pula
24
Lihat Iqra’ 1, Petunjuk Mengajar Jilid 1, h. 1
“mengapa di baca pendek?” 25 3. Petunjuk Mengajar jilid 3 a. Petunjuk mengajar jilid I nomor: 1,2,3,4,7,8 dan jilid II nomor: 4 & 6 tetap berlaku pula untuk jilid III. b. Bila siswa sering memanjangkan bacaan (yang semestinya putus-putus) maka tegurlah dengan: “membacanya putus-putus saja!” dan kalau perlu huruf di depannya di tutup dulu agar tidak berpikir. c. Guru tidak boleh memberi contoh satu kalimat yang menimbulkan anak ingin meniru lancarnya si guru. Bila ini terjadi siswa akan terbebani berpikir membaca kalimat yang panjang, sehingga membacanya banyak kesalahan (panjang-pendek, mengulang dan sebagainya), sedangkan pedoman mengajar siswa hanya diajak berfikir per-huruf atau dua/ tiga huruf (bila melalui bacaan mad/ idgham dan seterusnya). d. Bila siswa mengulang-ulang bacaan (karena sambil berpikir bacaan di depannya). 26 4. Petunjuk Mengajar jilid 4 a. Petunjuk mengajar jilid I nomor: 1,2,3,8 dan jilid II nomor: 6 serta jilid III nomor: 3 dan berlaku untuk jilid IV ini. b. Mulai jilid IV ini sudah boleh dikenalkan nama-nama huruf (lihat jilid I halaman 36). Dan tanda-tanda seperti dibawah ini: Dhammah= ُ kasrah = ِ fathah= َ tanwin= ٌ sukun= ْ c. Bila siswa keliru baca di tengah/ di akhir kalimat maka betulkanlah yang 25 26
Lihat Iqra’ 2, Petunjuk Mengajar Jilid 2, h. 1 Lihat Iqra’ 3, Petunjuk Mengajar Jilid 3, h. 3
keliru itu saja, membacanya tidak perlu diulang lagi dari awal kalimat. Setelah selesai sehalaman, agar mengulangi kalimat yang ada kekelirun tersebut. d. Untuk memudahkan ingatan huruf-huruf Qalqalah: boleh singkatan baju di Thoqo. e. Agar menghayati bacaan yang panjang dan untuk membuat semarak, siswa diajak membaca bersama-sama, yaitu hal 3, 9, 11, 19 dan 23. f. Untuk menentukan bacaan yang betul pada halaman 23 (hamzah, sukun dan seterusnya) siswa diajak membaca dengan harakat fathah dulu dengan berulang-ulang dan baru dimatikan. َ َڌكْ َڌكْ َڌdan seterusnya. 27 Contoh: ك 5. Petunjuk Mengajar jilid 5 a. Petunjuk mengajar jilid I nomor: 1, 2, 3, 8 dan jilid II nomor: 6, jilid III nomor: 3 dan, jilid IV nomor: 3 semuanya tetap berlaku pada jilid V ini. b. Halaman 23 adalah surat Al-Mu’minun ayat 1-11 sebaiknya siswa diajarkan menghafalkan, lebih bagus dengan artinya. c. Bila ada beberapa siswa yang sama tingkat pelajarannya boleh system tadarus, secara bergiliran membaca sekitar 2 baris, sedang lainnya menyimak. d. Siswa tidak harus mengenal istilah-istilah tajwid seperti idgham, ikhfa, dan sebagainya, yang penting secara praktis betul bacaannya. e. Agar menghayati bacaan yang penting dan untuk membuat suasana
27
Lihat Iqra’ 4, Petunjuk Mengajar Jilid 4, h. 2
menarik, siswa diajak membaca bersama-sama yaitu halaman 16 s/d 19 (tiga garis di atas). 28 6. Petunjuk Mengajar jilid 6 a. Petunjuk mengajar jilid I nomor: 1, 2, 8 dan jilid II nomor: 6, jilid III nomor: 3 dan 4, jilid IV nomor: 3, jilid V nomor: 3dan 4 semua tetap berlaku pada jilid VI ini. b. Materi hafalan EBTA ini sebaliknya dihafalkan, lebih bagus di mengerti terjemahnya. c. Walaupun telah jilid VI, pedoman membaca “pelan asal benar“ tetap berlaku. Jadi tidak apalah andai kata ada siswa yang membaca sangat lamban/ tersendat-sendat/ seperti banyak saktah atau terhenti, asalkan setiap yang di baca betul semuanya. Mengenai kelancarannya besok akan terwujud setelah tadarus beberapa juz. d. Siswa jangan diajari bacaan berlagu walaupun dengan irama tartil. Sedangkan irama bacaan tartil dalam kaset yang dikeluarkan team tadarus AMM, dimaksud, hanya untuk materi hafalan saja. Jadi tidak untuk pengajaran Iqra’. Perlu diketahui bahwa pengajaran buku Iqra’ jilid I s/d jilid VI) sudah dengan pelajaran tajwid praktis, santri akan bisa membaca dengan sesuai ilmu tajwid. Bila betul-betul telah lulus EBTA jilid VI, maka harap langsung tadarus Al-Qur’an dengan di simak mulai juz 1, 2, 3 dan seterusnya. Setelah beberapa juz mulai lancar sambil diajarkan ilmu
28
Lihat Iqra’ 5, Petunjuk Mengajar Jilid 5, h. 2
tajwid (bisa dengan buku tajwid Team Tadarus AMM). 29 Adapun metode pengajaran Qira’ati, adalah sebagai berikut: 1. Petunjuk mengajar jilid 1, yaitu: a. Guru menjelaskan pokok pelajaran atau dilanjutkan memberikan contoh membaca sekedar satu atau dua baris, tanpa di urai. Dibaca langsung dua huruf atau tiga huruf, dengan cepat dan tidak memanjangkan suara huruf yang pertama atau huruf yang terakhir supaya dibaca panjang pendek setiap hurufnya. b. Mengajarkan buku ini tidak dibenarkan menuntun, siswa harus mampu baca sendiri sejak jilid satu sampai membaca al-Qur’an. c. Pelajaran dalam kotak baris paling bawah, (huruf hijaiyah) dibaca menurut kelompok huruf (….) jangan di pisah-pisah. 30 2.
Petunjuk mengajar jilid 2, yaitu: a. Dibaca langsung huruf hidup, tidak diurai. b. Setelah guru menjelaskan pokok pelajaran siswa baca sendiri. c. Setiap tulisan dalam kotak baris bawah, termasuk pelajaran, yang harus dibaca oleh siswa. d. Agar siswa mengerti nama-nama harakat, maka guru seharusnya menanyakan nama harakat. e. Pelajaran angka arab tidak harus berbahasa arab, terserah guru. f. Guru harus berusaha agar setiap siswa dapat membaca lancar, tanpa salah baca. 29
Lihat Iqra’ 6, Petunjuk Mengajar Jilid 6, h. 2 Lihat Qira’ati 1, Petunjuk Mengajar Jilid 1, h. 1
30
g. Halaman 25 sampai terakhir, pelajaran mad (mad dengan alif, ya, wawu). Dan setiap murid membaca mad, agar jelas panjang pendeknya. 31 3. Petunjuk mengajar jilid 3, yaitu: a. Jika siswa belum dapat membaca lancar dan banyak salah dalam membaca, maka tidak diperbolehkan pindah kehalaman berikutnya. b. Buku ini terdiri dari 13 pokok pelajaran (yang diberi garis bawah) perhatikan halaman 1, 2, 4, 6, 10, 15, 19, 26, 28, 31, 35, 38, 41. Setiap siswa diharuskan menguasai pokok pelajaran, dan guru jangan memindahkan ke pokok peljaran berikutnya jika siswa belum lancar membaca dan banyak salah dalam membaca. c. Garis paling bawah (dalam kotak) halaman 13, 14, 17, 18, 20, 21, 22, 24, 29, 30, 32 dibaca menurut bacaan hijaiyah tanpa panjang. 32 4. Petunjuk mengajar jilid 4, yaitu: a. Mengenalkan huruf nun sukun langsung dengan bacaan tajwid. (setiap huruf nun sukun harus dibaca dengung). (lihat halaman 1). b. Mengenalkan setiap tanwin harus dibaca dengung sebab, suara tanwin sama dengan suara nun sukun. (Lihat halaman 5). Perlu diketahui oleh para guru, siswa lebih banyak lupa membaca dengungnya tanwin dari pada dengungnya nun sukun. Maka guru harus waspada diwaktu siswa membaca tanwin. c. Mengenalkan bacaan mad wajib atau mad jaiz. Agar dibaca panjang yang nyata. (lihat halaman 7). 31
Lihat Qira’ati 2, Petunjuk Mengajar Jilid 2, h. 1 Lihat Qira’ati 3, Petunjuk Mengajar Jilid 3, h. 1
32
d. Pelajaran makhraj sin dan syin, ha (ha) dan kha (kho). Setiap guru harus berusaha agar siswa dapat membaca dengan makhraj sebaik mungkin. (lihat halaman 10 dan 16). e. Mengenalkan setiap huruf nun dan mim bertasydid agar dibaca ghunnah nyata. (lihat halaman 12 dan 13). f. Mengenalkan semua huruf-huruf yang bertasydid, supaya ditekan membacanya. Termasuk bacaan syamsiyah. (lihat halaman 19 dan 23). g. Mengenalkan huruf وyang tidak dibaca, sebab tidak ada tanda harakat. Pelajaran ini tidak sulit. (lihat halaman 25). h. Setiap ْ مtidak boleh dibaca dengung, kecuali berhadapan dengan huruf م maka ْ مdibaca dengung. (lihat halaman 32). i. Setiap nun sukun atau tanwin jika berhadapan dengan huruf لatau ر, suara nun sukun atau hilang, diganti dengan suara لatau ر. (lihat halaman 36 dan 39). j. Pelajaran dalam kotak baris paling bawah, harus dibaca oleh setiap murid. (di setiap halaman). 33 5. Petunjuk mengajar jilid 5, telah terdapat di setiap halaman bagian dalam kotak. 34 6. Petunjuk mengajar jilid 6, yaitu: a. Inti pelajaran jilid 6 ialah khusus bacaan idzhar halqi. b. Mengajar jilid 6 ini, dimulai juga pelajaran membaca al-Qur’an dari juz satu sebagai latihan. 33
Lihat Qira’ati 4, Petunjuk Mengajar Jilid 4, h. 1 Lihat Qira’ati 5, Petunjuk Mengajar Jilid 5, h. 1
34
c. Siswa dibolehkan pindah kelas khusus pelajaran al-Qur’an, jika siswa telah dapat membaca jilid enam ini tanpa ada yang salah baca dalam hal tajwid. (bacaan ikhfa, izhar, idhgam, iqlab, ikhfa syafawi, ghunnah dan lain-lain). d. Cara mengajar halaman 5, 6, 10, 11, 16, 17, 21, 22, 27, 28, 29, 30, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, diawali seluruh siswa membaca bersama, dilanjutkan setiap siswa membaca satu ayat, sampai selesai satu halaman, jika masih ada waktu sebaiknya dilanjutkan ke halaman berikutnya. 35 7. Petunjuk mengajar gharib atau musykilat dan hati-hati dalam al-Qur’an yaitu: a. Buku bacaan gharib atau musykilat dan bacaan yang perlu hati-hati dapat diajarkan di TK atau TPA al-Qur’an, di tempat pengajian al-Qur’an dan untuk setiap orang yang belum memahaminya. b. Untuk mengajar di TK atau TPA al-Qur’an, sebaiknya diajarkan secara klasikal sekedar satu halaman sekali mengajar. Dan sebaiknya diajarkan bersama mengajar al-Qur’an. c. Cara mengajar untuk tempat pengajian dan orang dewasa, sebaiknya secara individu atau perorangan. d. Dengan membaca pelajaran di dalam kotak di setiap halaman, siswa nantinya pasti akan bisa, bahkan mungkin hafal tanpa menghafal. 36 8.
Petunjuk mengajar ilmu tajwid praktis yaitu: a. Mengajar ilmu tajwid sebaiknya sedikit demi sedikit (bab per bab)
35 36
Lihat Qira’ati 6, Petunjuk Mengajar Jilid 6, h. 1
Lihat Pelajaran Bacaan Gharib-Musykilat dan Hati-Hati Dalam Al-Qur’an, Petunjuk Mengajar, h. 1
b. Mengajar membaca al-Qur’an, sebaiknya secara kelompok atau klasikal seperti tadarus (di baca beberapa ayat, dilanjutkan dengan siswa yang lain). c. Mengajar ilmu tajwid digabung dengan pelajaran membaca al-Qur’an. Caranya: Awal pelajaran ilmu tajwid, dilanjutkan pelajaran membaca alQur’an. Setiap siswa diwaktu membaca al-Qur’an terdapat pelajaran ilmu tajwid yang telah diajarkan maka langsung ditanyakan nama tajwidnya. d. Setiap selesai pelajaran, diakhiri dengan soal tanya jawab ilmu tajwid secara hafalan. e. Lebih utama siswa sebelum menerima pelajaran ilmu tajwid, diberikan ilmu gharib, sedikit demi sedikit. f. Setelah siswa mahir ilmu bacaan gharib dan sudah hafal, selanjutnya diajarkan ilmu tajwid. 37
C. Hasil yang Harus Dicapai 1. Metode Iqra’. 38 a. Iqra’ jilid 1, siswa mampu: 1) Membaca huruf hijaiyah sesuai makhraj. 2) Menulis huruf al-Qur’an dengan benar. 3) Menghafal tiga doa dan satu bacaan shalat dengan tepat. b. Iqra’ jilid 2, siswa mampu: 1) Menguasai jilid 1. 37 38
Lihat Pelajaran Ilmu Tajwid Praktis, Petunjuk Mengajar, h. iv-v Lihat Kurikulum TK Al-Qur’an Garis-Garis Besar Pedoman Pengajaran (GBPP).
2) Membedakan pengucapan yang panjang dengan yang pendek dan mampu membaca langsung tanpa dieja. 3) Menguasai tanda-tanda baca, fathah (َ ), kasrah (ِ ), dhummah (ُ ), fathah tanwin (ً ), kasrah tanwin (ٍ ), dhummah tanwin (ٌ ), sukun (ْ ), tasydid (ّ ). 4) Menghafal tiga doa dan satu surat pendek serta satu bacaan shalat. 5) Menulis huruf sambung dengan benar dan Penguasaan huruf bersambung (َ) ﺒَﻴْﻦ. 39 c. Iqra’ jilid 3, siswa mampu: 1) Menguasai jilid 2. 2) Mengenal harakat (tanda baca) fathah (َ ), kasrah (ِ ), dhummahِ (ُ ), fathah tanwin (ً ), kasrah tanwin (ٍ ), dhummah tanwin (ٌ ), sukun (ْ ), tasydid (ّ ) 3) Menguasai bacaan mad (panjang) dengan huruf ( )ﻨُوْ ﺤِﻴْﻬَﺎdan dengan harakat ( ْ)ﺪِي 4) Menguasai tanwin (baris ganda) seperti () ﺤِﺴَﺎ ﺒًﺎ d. Iqra’ jilid 4, siswa mampu: 1) Menguasai jilid 3. 2) Mengenal sukun (mati) seperti ( َ)ﻤِﻨْﻬَﺎ ا ﻠْﺒُﻂُﻮْﻦ 3) Menguasai bacaan qalqalah (memantul) seperti (ُ)ﻴَﺒْﺨَﻞ 4) Menghafal dua doa, satu surat pendek, satu ayat pilihan dan satu bacaan shalat. 39
Ustadz Maman, Pengurus Metode Iqra’ Yayasan Mabdail Falakh, Wawancara Pribadi, Jakarta, 02 Mei 2010.
5) Menguasai alif lam qomariyah (ُ )َا ﻠَﻢْ ﻨَﺸْﺮَﻩ. 40 e. Iqra’ jilid 5, siswa mampu: 1) Menguasai jilid 4. 2) Membaca dan mengetahui tanda waqof, bacaan panjang 5/ 6 harakat. 3) Mengenal tasydid (huruf ganda) seperti ( ْ)ﻤَﻦْ ﺨَﻔﱠﺖ 4) Menguasai alif lam syamsiyah ( ُ) اَﻠﺴﱠﻟَﻢ 5) Menguasai alif lam qomariyah (ُ ﻻَ ﺒَْﺘَﺮ َ )ا f. Iqra’ jilid 6, siswa mampu: a. Menguasai jilid 5. b. Menguasai bacan nun sukun dan tanwin ( َ) ﻟِﻘَﻮْﻢٍ ﻴُﻮْﻘِﻨُﻮْﻦ c. Tadarus al-Qur’an, hafal satu doa dan ayat-ayat pilihan. d. Mengetahui cara waqof (berhenti) dan tanda-tandanya. 2. Metode Qira’ati ini memiliki beberapa target, sebagai berikut: a. Qira’ati jilid I, siswa mampu: 1) Membaca suku kata secara LCTB (lancar, cepat, tepat, benar). 2) Membedakan alif sampai dengan ya. 3) Mengerti dan hafal huruf hijaiyah. b. Qira’ati jilid 2, siswa mampu: 1) Memenuhi target jilid I. 2) Mengerti dan paham nama-nama harakat seperti fathah (َ ), kasrah (ِ ), dhummahِ (ُ ), fathah tanwin (ً ), kasrah tanwin (ٍ ), dhummah tanwin (ٌ), 40
Supriyanto, Efektivitas Pengajaran Membaca Al-Qur’an Dengan Menggunakan Buku Iqra’ Di TPQ Miftahul Khairat Sumbersari Malang, artikel diakses pada 24 Maret 2010 dari http://sastra .um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/Efektivitas-Pengajaran-Membaca-Al-Qur’anDengan-Menggunakan-Buku-Iqra’-di-TPQ-Miftahul-Khairat-Sumbersari-Malang-Supriyanto2006.pdf.
sukun (ْ ), tasydid (ّ ). 3) Membedakan antara huruf-huruf yang dibaca mad seperti (َ )أَ ﻠﱠِذ ﻴْﻦ dengan huruf yang dibaca pendek seperti ( ﺐ ِ )ﮔ َﺘ 4) Membaca kalimat yang terdiri dari dua suku kata dengan lancar. 5) Membaca kata-kata dengan huruf-huruf berharakat, fathah (َ ), kasrah (ِ ), dhummah (ُ ), fathah tanwin (ً ), kasrah tanwin (ٍ ), dhummah tanwin (ٌ), sukun (ْ ), tasydid (ّ ) dengan baik dan benar. 6) Mengenal angka arab 1-90. c. Qira’ati jilid 3, siswa mampu: 1) Memenuhi target Qira’ati 2. 2) Membaca huruf-huruf sukun pada huruf-huruf: ( ْف,ْ س,ْ م,ْ ر,ْ) ل, tanpa ada suara tawallud (suara tambahan berbunyi ‘e’). 3) Membedakan suara antara huruf (ْ ْ ء, ع,ْ ) ﻚdengan baik dan benar. 4) Melafalkan bunyi huruf hijaiyah secara benar (Makharijul huruf) dan sifat-sifat huruf nya untuk huruf ( ﻚ, ع, ء, ر, ف, س, م,) ل 5) Membaca dengan lancar pada satu kalimat atau ayat yang terdiri lebih dari dua suku kata. 6) Mengerti dan paham angka-angka arab ratusan. 7) Membaca bacaan harfu lin ( ْﻮdan ْ)ي 8) Mengerti dan paham huruf-huruf (Huruf fawatihussuwar).
d. Qira’ati jilid 4, siswa mampu: 1) Memenuhi target jilid 3.
2) Membaca ikhfa yaitu mim sukun bertemu ba (ﺖ َ ْ )َٲ ﻧ. 3) Membaca ghunnah yaitu setiap nun atau mim yang bertasydid() ﺜُﻢ ﱠ 4) Membaca huruf bertasydid dan asy-syamsiyah ﴾ ُ) َا ﻠﺷﱠﻤْﺲ 5) Membaca Idgham bigunnah yaitu nun sukun atau tanwin bertemu salah satu huruf ن, ﻢ, ﻮ,) ا َنْ ﻴَﺘُﻮْ ﺐَ ( ي 6) Membaca idhgam bilagunnah yaitu nun sukun atau tanwin bertemu ﻞ atau )ﻤِنْ ﻟَ ُد ﻨْﻚَ ( ﺮ 7) Membaca huruf-huruf pembuka surah (huruf Fawatihussuwar). 8) Cara membaca ( ) ُا ﻮyang dibaca pendek. 9) Membaca Bacaan pendek (ﺼ ُﺮ ُ ْ )َ َﻳﻨMembaca idgham mitsli yaitu mim sukun bertemu mim (َ )ﻟَﻬُﻢْ ﻤَﺎ ﻴَﺗَﻘُﻮْﻦidzhar yaitu nun sukun atau tanwin bertemu hamzah , ه, غ, ع, خ, ح,) ﻜُﻔُﻮً اا َﺤَدٌ ( ا 10) Membaca mad jaiz yaitu mad thabi’I bertemu hamzah di lain kalimat (ْ)ﻮَﻤﺎَاﻤِﺮُﻮ, mad thabi’I yaitu fathah diikuti alif, kasrah, dhummah diikuti wawu (ْ ) ﺪُﻮ41 e. Qira’ati jilid 5, siswa mampu: 1) Memenuhi target jilid 4. 2) Membaca idgham bighunnah yaitu nun sukun atau tanwin bertemu ُ ) salah satu huruf ي, و, م, ﻮُﺠُﻮْﻩ ﻴَﻮْﻤَﺌِذٍ( ن 3) Membedakan lafadh Allah antara tafkhim yaitu jika lafadh Allah didahului harakat fathah atau dhummah, (ُ) َو ﷲ, dan tarqiq jika lafadh Allah didahului harakat kasrah, ( ِ)ﺒﺎِ ﷲ 41
Ummulaila, Oleh-Oleh Pembekalan Methodologi, artikel diakses pada 24 Maret 2010 dari http://ummulaila.blogspot.com/2008/07/oleh-oleh-pembekalan-methodologi.html
4) Membaca iqlab yaitu nun sukun atau tanwin bertemu ب, seperti: (ِ ) ﻤِنْ ﺒَﺎ ﻘِﻴَﺔ 5) Membedakan antara qalqalah shugra yaitu huruf qalqalah yang matinya asli (ُ) ﻴَﻄْﻬَﺮ, dan qalqalah kubro yaitu huruf qalqalah yang matinya mendatang, disebabkan dibaca waqof (ْ)اَﺤَﺪ, huruf qalqalah yaitu ق, ﻄ, ب, ج, ﺪ 6) Membaca nun idzhar yaitu bacaan nun yang jelas ( ُ) ﻤِﻦْ ﺤَﻴْﺚ. 7) Membaca mad lazim mutsaqqal kalimi yaitu mad thabi’i bertemu tasydid dan panjangnya 3 alif, (َ) َو ﻵ ا ﻠﻀﱠا ِﻠﻴْﻦ 8) Mengetahui bacaan waqof. 9) Melafalkan huruf-huruf ( غ
, ث, ه, د, ج, ب, ﻄ, ) ﻖsecara benar
(makhrijul huruf). 42 f. Qira’ati jilid 6, siswa mampu: 1) Memenuhi target jilid 5. 2) Membaca idzhar halqi yaitu nun sukun atau tanwin, tidak boleh dibaca dengung jika berhadapan dengan huruf ﺀ, ا, ح, خ, ع, غ, ه. contohnya ( ْ)ﻋَﺎﺪٍاَﺨَﺎهُﻢ 3) Membaca idgham yaitu nun sukun atau tanwin itu dimasukan menjadi satu dengan huruf sesudahnya atau ditasydidkan dengan mendengung ( َ) ﻠَﻬُﻢْ ﻤَﺎ ﻴَﺘﱠﻘُﻮْﻦ. 4) Mengerti dan memahami cara membaca ا ﻨاdan
ِا ﻻ ﱠ
5) Membaca al-Qur’an dengan tartil.
42
Murjito, Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Qur’an Qira’ati, h. 50
BAB IV ANALISA KOMPARATIF METODE QIRÂ’ATI DAN METODE IQRA’
Pembelajaran al-Qur’an merupakan suatu masalah yang menjadi perhatian, baik dalam masyarakat yang sudah maju ataupun masyarakat yang masih terbelakang dalam syariat Islam. Setiap muslim wajib mempelajari dan memahami al-Qur’an, karena ayat-ayatnya tidak diturunkan hanya untuk orangorang Arab di zaman Rasulullah saja, tetapi al-Qur’an untuk seluruh manusia sejak dari zaman turunnya hingga hari kiamat kelak. Manusia diperintahkan untuk memikirkan isi al-Qur’an sesuai dengan akal mereka.1 Banyak sekali metode yang menjanjikan penggunanya dapat membaca al-Qur’an dengan cepat baik berupa buku maupun kaset cd (compact disc). Metode yang cepat belum menjamin seseorang mampu membaca al-Qur’an sesuai kaidah tajwid. Pada bab sebelumnya telah diuraikan materi Qirâ’ati dan Iqra’, menjelaskan metode pengajarannya dan target yang harus dicapainya. Maka di sini penulis ingin menganalisa komparatif metode Qirâ’ati dan metode Iqra’ dengan memaparkan keunggulan dan kelemahan metode Qirâ’ati dan metode Iqra’. A. Persamaan Metode Qirâ’ati dan Metode Iqra’ 1. Persamaan metode Qirâ’ati dan Iqra’ dilihat dari segi materinya, sebagai berikut:
1
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kedudukan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994) h. 57
58
59
a. Materi yang diajarkan bertahap, mulai dari yang mudah sampai kepada materi yang lebih sulit dengan disesuaikan pada fase perkembangan anak. Sehingga siswa-siswi tidak mengalami kesulitan dalam belajar. b. Materi yang diajarkan langsung dibaca tanpa dieja. c. Materi pelajaran berkesinambungan (saling terkait satu sama lain) materi pelajaran di susun dari yang mudah kemudian menuju ke yang sulit, lalu dari yang umum ke yang khusus. d. Dalam materi Iqra’, setiap pokok bahasan diterapkan ilmu tajwid, tetapi lebih ditekan pengucapan cara membacanya, tidak memperhatikan penamaan istilah-istilahnya. Sedangkan materi Qirâ’ati, setiap pokok bahasan sudah diterapkan ilmu tajwid. Sehingga siswa bisa membaca alQur’an secara tajwid, meski tidak kenal istilah-istilahnya sebagaimana telah dijelaskan dalam bab 3 materi-materinya. e. Materi yang diajarkan menekankan pada banyaknya latihan membaca. Sehingga siswa akan mampu dan terbiasa membaca dengan fasih. f. Setiap pokok pembahasan dilengkapi dengan petunjuk mengajar. Sehingga mempermudah guru untuk memberi pelajaran. g. Materi yang diajarkan sesuai dengan kesiapan dan kemampuan siswa, Bagi yang tidak lancar lulusnya akan lama karena metode ini lulusnya tidak ditentukan oleh bulan atau tahun. Dampak penerapannya siswa yang lambat lulusnya maka akan lama pula selesainya, menerapkan kemampuan sendiri tidak tergantung kepada orang lain.
60
h. Tidak ada buku yang khusus untuk latihan harian dan bulanan. Sehingga sulit mengetahui perkembangan siswa sehari-hari. 2. Persamaan metode Qirâ’ati dan Iqra’ dilihat dari segi metode pengajarannya, sebagai berikut: a. Menggunakan metode CBSA (cara belajar santri/ siswa aktif), jadi bukan guru yang aktif melainkan siswa yang dituntut aktif. Dampak penerapannya yaitu siswa mampu membaca sendiri dan lebih aktif, guru hanya menjelaskan pokok pelajarannya saja. b. Dalam penerapannya menggunakan klasikal (membaca secara bersama) dan privat yaitu siswa bergiliran membaca satu persatu. Dengan menggunakan
cara
seperti
ini
siswa
mengetahui
bagaimana
mengucapkan huruf-huruf sesuai dengan makhrajnya. c. Dapat dipelajari oleh siapa saja dari usia kanak-kanak, sampai dengan orang
dewasa
dan
orang
lanjut
usia.
Dampak
penerapannya
mempermudah dalam mempelajari al-Qur’an. d. Dapat diterapkan pada beberapa jenis jenjang pendidikan sekolah formal seperti TK, SD, SLTP, SLTA penggunaan metode ini dipadukan dengan kurikulum yang disusun berdasarkan standar kurikulum yang telah ditetapkan. e. Klasikal berhadapan langsung antara siswa dan guru. Dampak penerapannya, siswa lebih menyimak bacaan orang lain, sehingga mengetahui letak kesalahannya.
61
f. Disusun secara berjilid-jilid terdiri dari 6 jilid dengan sampul yang berwarna-warni. Dampak penerapannya siswa lebih termotivasi untuk saling berlomba dalam memcapai warna-warna jilid berikutnya. 3. Persamaan metode Qirâ’ati dan Iqra’ dilihat dari segi target yang harus dicapainya, sebagai berikut: a. Menjaga kesucian dan kemurnian al-Qur’an dari segi bacaannya yang sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid. Dampak penerapannya, siswa dapat membaca al-Qur’an dengan fasih dan benar. b. Menyiapkan anak didiknya agar menjadi generasi yang Qur’ani yaitu generasi yang mencintai al-Qur’an sebagai bacaan dan pandangan hidup. Dampak penerapannya yaitu terciptanya generasi yang gemar membaca al-Qur’an dan menjadikan al-Qur’an tidak hanya sebagai bacaan saja akan tetapi sebagai sumber hukum dalam kehidupan seharihari. c. Meningkatkan kembali para guru ngaji agar lebih berhati-hati dalam mengajar al-Qur’an. Dampak penerapannya guru akan lebih teliti dalam mengajar al-Qur’an, tidak hanya asal member materi saja. d. Menyebarkan ilmu al-Qur’an bukan menjual buku. Dampak bagi Iqra’ yaitu buku dijual secara bebas, semua orang bisa mengajar buku Iqra’ tanpa harus diuji terlebih dahulu bacaan al-Qur’annya. Sedangkan dengan metode Qirâ’ati harus ditashih atau diuji terlebih dahulu agar dapat mengajar dan memiliki buku Qirâ’ati agar tidak terciptanya unsur komersil.
62
e. Siswa mengerti shalat, bacaan dan praktisnya. Dampak penerapannya, terciptanya anak yang taat dalam beribadah, mengikuti perintahnya dan menjauhi larangannya. f. Siswa hafal surat-surat pendek, minimal sampai adh-dhuha. Dampak penerapannya siswa lebih rajin menghafal surat-surat pendek dalam alQur’an. g. Siswa hafal doa-doa pendek (doa sehari-hari), dari bangun tidur sampai tidur kembali. Dampak penerapannya siswa lebih mengetahui dan menghafal doa-doa sehari-hari. h. Siswa mampu menulis Arab dengan baik dan benar. Dampak penerapannya siswa mampu membaca dan menulis huruf arab. 2 i. Siswa dapat mengerti dan paham angka-angka arab. j. Siswa merasa cepat dalam belajar, sehingga tidak merasa bosan dan menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan mengusainya dalam waktu singkat.
B. Perbedaan Metode Qirâ’ati dan Metode Iqra’ 1. Perbedaan metode Qirâ’ati dan metode Iqra’ dilihat dari segi materinya, sebagai berikut: a. Metode Qirâ’ati’ langsung menekankan praktek tajwid pada setiap halaman, sedangkan metode Iqra’ kurang menekankan praktek tajwid pada setiap halaman.
2
Dachlan, Memahami Qirâ’ati, h. 4
63
b. Bagi Qirâ’ati harus di perkenalkan nama-nama huruf hijaiyah agar siswa mengetahui huruf al-muqaththa’ah yaitu huruf yang terletak di awal surat, seperti ( ﮔﻬﻴﻌﺺkaf, ha, ya, a’in, sod) tidak dibaca (ka-haya-‘a-sha). Sedangkan metode Iqra’ memperkenalkan huruf-huruf hijaiyah yang langsung berharakat fathah. c. Dalam materi Qirâ’ati, kata dan kalimatnya tidak keluar dari ayat-ayat al-Qur’an, sedangkan materi Iqra’, kata dan kalimatnya keluar dari ayat-ayat al-Qur’an (baju di Thoqo). ب, ج, د, ط, ق. d. Metode Qirâ’ati, dilengkapi buku gharib, dan musykilat. Sehingga siswa bisa berhati-hati dalam membaca al-Qur’an sedangkan materi Iqra’, tidak dilengkapi dengan buku gharib, dan musykilat. e. Metode Qirâ’ati siswa mampu melanjutkan ke tingkat hafalan karena dari awal sudah harus menguasai materi sebelum pindah ke jilid berikutnya, sedangkan dengan metode Iqra’ belum bisa melanjutkan ketingkat hafalan karena masih dalam proses belajar membaca. f. Metode Qirâ’ati sudah diterapkan materi tajwidnya pada tiap jilid sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab 3, sedangkan Materi tajwid belum diterapkan pada metode Iqra’, sehingga siswa tidak mampu membaca dengan mujawwad. g. Tidak ada buku panduan khusus cara pengajaran al-Qur’an mengikuti kaidah Iqra’, akan tetapi Qirâ’ati memiliki buku panduan metodologi pengajarannya yang harus dimiliki di tiap TPQ Qirâ’ati.
64
h. Dengan menggunakan metode Qirâ’ati siswa hafal dan faham ilmu tajwid praktis, karena setelah jilid 6 siswa melanjutkan ke bacaan gharib dan musykilat setelah itu diajarkan tajwid dan dilanjutkan dengan al-Qur’an. Karena menjadi syarat wisuda atau khatam dalam Qirâ’ati. Sedangkan dengan menggunakan metode Iqra’, siswa tidak hafal dan faham ilmu tajwid praktis,
karena Iqra’ setelah jilid 6
langsung pindah ke Qur’an. i. Dengan menggunakan metode Qirâ’ati siswa mengenal bacaan gharib dan bacaan musykilat. Karena ada panduan atau buku khusus yang harus dipelajari dan di baca di depan guru, sedangkan metode Iqra’, siswa tidak mengenal bacaan gharib dan bacaan yang musykilat. 2. Perbedaan metode Qirâ’ati dan metode Iqra’ dilihat dari segi metode pengajarannya, sebagai berikut: a. Dalam metode pengajaran Qirâ’ati guru dituntut untuk waspada dalam menyimak bacaan siswanya. Terbukti dari adanya materi khusus mad thabi’I pada jilid 3 halaman 6 dan dibedakan pada mad wajib pada jilid 4 halaman 7. Sedangkan dengan menggunakan metode Iqra’, kurangnya kewaspadaan guru terhadap bacaan siswa, terutama dalam bacaan mad thabi’i. b. Dalam metode pengajaran Qirâ’ati guru diwajibkan tegas terhadap siswanya, Sedangkan dengan menggunakan metode Iqra’, guru terlalu bertoleransi kepada siswa.
65
c. Metode Qirâ’ati tidak ada asistensi, dan yang boleh mengajar Qirâ’ati hanya yang berijazah. Sedangkan metode Iqra’ menggunakan sistem asistensi (siswa yang lebih tinggi jilidnya dapat menyimak bacaan temannya yang berjilid rendah), dampak menerapkannya siapa saja bisa menjadi guru tanpa harus ada ujian terlebih dahulu. d. Metode Qirâ’ati harus menguasai dan harus lulus tes untuk pindah ke jilid berikutnya. Yang memberikan ujian atau tes harus kepala sekolah atau selain guru kelasnya, Sedangkan metode Iqra’ tidak ada tes untuk pindah ke jilid berikutnya. Dampak penerapannya yaitu siswa akan sungguh-sungguh dalam menguasai materi. e. Dengan menggunakan metode Qirâ’ati, harus selalu dilakukan evaluasi setiap siswa selesai mempelajari satu halaman atau satu materi pelajaran, karena menekankan pada kemampuan membaca. Sedangkan bagi Iqra’ tidak ada evaluasi setelah mempelajari satu halaman atau satu materi pelajaran. f. Metode Qirâ’ati memiliki prinsip-prinsip untuk guru dan siswa, sedangkan metode Iqra’ tidak memiliki prinsip-prinsip untuk guru dan siswa, Dampak penerapannya guru akan lebih waspada dalam menyimak bacaan al-Qur’an siswanya. g. Metode Qirâ’ati dengan mempertahankan mutu pengajaran dan mutu pengajar
melalui
mekanisme
sertifikasi/
syahadah.
Sehingga
terciptanya guru-guru yang mempunyai kompetensi dalam dirinya.
66
Sedangkan metode Iqra’ tidak ada mutu pengajaran dan mutu pengajar, jadi siapa saja boleh mengajar Iqra’. h. Dalam metode Qirâ’ati jika siswa sudah lulus 6 jilid dan gharibnya, maka ditest bacaannya kemudian setelah itu siswa mendapatkan syahadah jika lulus test. Sedangkan metode Iqra’, jika siswa sudah selesai 6 jilid tidak ada test bacaannya dan tidak dapat ijazah. i. Buku Qirâ’ati tidak di jual secara bebas (tidak ada di toko-toko), hanya diberikan kepada siswa yang memang berminat mau mengaji Qirâ’ati dan mentaati segala tata tertib Qirâ’ati. Sedangkan Buku Iqra’ mudah didapat, sehingga siapa saja bisa membelinya di tokotoko, sekaligus siapa saja bisa mengajarkan ke siapa saja. j. Bagi Qirâ’ati siswa diharuskan membaca dengan cepat agar tidak salah
dalam
membaca
panjang
dan
pendeknya,
guru
harus
memperhatikan kecepatan siswa dalam membaca al-Qur’an. Contoh nashara metode Iqra’ boleh membaca dengan na (berhenti), sha (berhenti) ra (berhenti), sedangkan metode Qirâ’ati tidak boleh harus dibaca dengan cepat, tepat nashara dan siswa harus mau mengulangulang. Dengan menerapkan strategi mengajar khusus. Sebagaimana dalam bab 3 baca “ pelan asal banar” Bagi Iqra’ cukup dengan menyimak siswa dalam membaca yang benar, guru tidak perlu memperhatikan kecepatan siswa dalam membaca. k. Klasikal individu. Qirâ’ati guru menyimak bacaan siswa dan meluangkan sebagian waktunya untuk menjelaskan materi pokok
67
pelajarannya, sedangkan bagi Iqra’ guru cukup menyimak bacaan siswa saja tidak harus meluangkan sebagian waktunya untuk menjelaskan materi pokok pelajarannya. l. Dalam metode pengajaran Qirâ’ati sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat. Contoh lamhatin bagi Iqra’ boleh lam..(berhenti) hatin, sedangkan tidak boleh bagi Qirâ’ati harus memantulkan, ditekan, cepat dan tepat lamhatin. Sedangkan metode Iqra’, siswa tidak ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat. m. Tidak semua orang mengetahui metode Qirâ’ati, karena metode ini sangat mengedepankan prinsip atau mengutamakan kualitas bukan kuantitas. Jadi hanya orang-orang yang mau mengikuti peraturan tata tertib dari KH. Dachlan Salim Zarkasyi saja. 3. Perbedaan metode Qirâ’ati dan metode Iqra’ dilihat dari segi hasil yang harus dicapainya, sebagai berikut: a. Dengan menggunakan metode Qirâ’ati siswa mampu membaca alQur’an dengan fasih, sedangkan sebaliknya dengan menggunakan metode Iqra’, siswa tidak mampu membaca al-Qur’an dengan fasih. b. Menggunakan metode Qirâ’ati siswa cepat mengenal huruf, baris dan tanda dalam al-Qur’an, sedangkan menggunakan metode Iqra’, siswa dapat membaca huruf berharakat akan tetapi siswa tidak mengenal nama huruf.
68
c. Menggunakan metode Qirâ’ati siswa bisa membaca al-Qur’an secara tajwid. Karena setiap jilid ada pokok materi tajwid meski tanpa istilah tajwid, sedangkan menggunakan metode Iqra’ tidak semua siswa mengerti tajwid karena terpisah di materi atau buku ngaji. d. Menggunakan metode Qirâ’ati, siswa dapat membaca sesuai dengan makhrajnya dan sifat-sifat hurufnya. Karena dari awal mengaji siswa dituntut membaca sesuai dengan makhrajnya. Sedangkan dengan menggunakan metode Iqra’, siswa hanya mampu membaca saja tanpa memperhatikan makhraj dan sifat-sifat hurufnya. Karena dari awal tidak dituntut untuk membaca dengan makhrajnya yang penting bisa membaca dulu. e. Menggunakan metode Qirâ’ati, siswa mengerti dan paham huruf-huruf fawatihus-suwar (pembuka ayat), sedangkan dengan menggunakan metode Iqra’, siswa tidak secara langsung mengerti huruf-huruf fawatihus-suwar. Karena tidak kenal nama huruf ﻋﺴﻖ, ﺤﻢdibaca hama, ‘asaqa. f. Menggunakan metode Qirâ’ati, siswa dapat menghentikan bacaan (waqaf) secara baik dan benar, karena guru sudah berijazah harus selalu memberi contoh satu nafas. Sedangkan menggunakan metode Iqra’ siswa tidak dapat menghentikan bacaan secara baik dan benar, karena siapa saja bisa ngajar dan tidak ada penekanan satu nafas dalam satu ayat.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, Haji Abdul Malik, Abdul Karim. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1983, 1984, 1988. Ali, Ahmad Nawawi. Pedoman Membaca Al-Qur’an (ilmu tajwid), Jakarta: Mutiara Jakarta, 1983. Ali, Ahmad Nawawi. Pedoman Membaca Al-Qur’an (ilmu tajwid), Jakarta: Mutiara Jakarta, 1983. Ali Sunhaji, Salah Satu Penataran Depot Iqra’ Lembaga Da’wah Al Qolam, Wawancara Pribadi, Jakarta, 14 Mei 2010 Abdussalam. Koordinator Pentashih Cabang JABODETABEKA, Wawancara Pribadi, Jakarta, 15 Desember 2009. Abdurohim, Acep Lim. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, Bandung: Dipenogoro, 2004. Buchori, Didin Saefuddin. Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an. Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005. Denffer, Ahmad Von. Ilmu Al-Qur’an, Pengenalan Dasar. Jakarta: Cv Rajawali, 1988 Dachlan, Abu Bakar. Pak Dachlan Pembaharu Dan Bapak TK Al-Qur’an, Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin. Dachlan, Bunyamin. Memahami Qirâ’ati, Semarang: Yayasan Pendidikan AlQur’an Raudhatul Mujawwidin. Dt Tombak Alam, Sei h. Metode Membaca dan Menulis Al-Qur’an 5 Kali Pandai, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992. ---------------------, -----. Metode Menerjemahkan Al-Qur’anul Hakim 100 Kali Pandai, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1983 Gholib, Ahmad. Study Islam Pengantar, Memahami Agama, Al-Hadis dan Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Faza Media 2005. Al Hafidz, Ahsin w. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Jakarta: Bumi Aksara, 1994.
71
72
BA, Hadis. Cara Termudah Belajar Membaca Al-Qur’an Dilengkapi Dengan Tajwid, Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1993. Humam, As’ad Kata Pengantar Buku Iqra’, Cara Cepat Membaca Al-Qur’an, Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional Team Tadarus Amm, 2000 Harun, Salman. Belajar Bahasa Arab Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1993. Imam Murjito, Imam. Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Qur’an Qirâ’ati, Cabang Kota Semarang: Koordinator Pendidikan Al-Qur’an Metode Iqra’, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan Dan Pengembangan TKA-TPA Indonesia, Yogyakarta: Team Tadarus Amm, 1992. Maman, Pengurus Metode Iqra’ Yayasan Mabdail Falakh, Wawancara Pribadi, Jakarta, 10 Januari 2010. Nasuhi, Hamid. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah; Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta: CeQDA Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. An-Nawawiy, Imam. Menjaga Kemulian Al-Qur’an, Adab dan Tata Caranya. Bandung: Al-Bayan, 1996. Qardhawi, Yusuf. Berinteraksi Dengan Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press, 1999. Al-Qarni, A’idh Bin Abdullah. 391 Hadits Pilihan: Mendasari Kehidupan SehariHari. Jakarta: Darul Haq, 2007. R.I, Departemen Agama. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: proyek pengadaan kitab suci al-Qur’an, 1984-1985. Riyadh, Sa’d. Agar Anak Mencintai dan Hafal Al-Qur’an. Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007. Ash-Shidieqi, Muhammad Hasbi, Teungku. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000 Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2002. --------, ------------------------. Wawasan Al-Qur’an:Tafsir Maudhu’i Atas Berbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan, 1996.
73
Shihab, Umar. Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Penamadani, 2005. Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Bina Aksara, 1998. As-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985. Zen, H.A.Muhaimin. Tata Cara Problematika Menghafal Al-Qur’an dan petunjuk-petunjuknya. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985. .
Di bawah ini contoh bagannya sebagai berikut: No
Sifat buku
1.
Membaca langsung
√
√
Memudahkan
(tanpa di eja)
(ya)
(ya)
menghafal.
Di perkenalkan nama-
−−
√
Bagi
(ya)
membaca langsung tanpa harus
2.
Iqra’
nama huruf hijaiyah.
(tidak)
Qirâ’ati
Dampak penerapannya
Iqra’
siswa
untuk
cukup
dengan
memperkenalkan
huruf-huruf
hijaiyah. Bagi Qirâ’ati harus di perkenalkan, mengetahui
agar
siswa
huruf-huruf
al-
muqaththa’ah. 3.
CBSA (cara
belajar
siswa
√
√
Siswa lebih aktif, siswa mampu
(ya)
(ya)
membaca sendiri. Guru hanya
aktif)
menerangkan pokok pelajarannya saja.
4.
private
√
√
Siswa
lebih
mengetahui
(ya)
(ya)
bagaimana mengucapkan hurufhuruf sesuai dengan makhrajnya.
5.
Asistensi
√
−−
Bagi
(ya)
(tidak)
kekurangan tenaga guru, maka
Iqra’
jika
terpaksa
bisa memilih siswa-siswa yang tingkat jilidnya lebih tinggi. Bagi Qirâ’ati,
siapa
saja
boleh
mengajar dengan syarat mau di uji.
6.
7.
8.
Modul
Praktis
Diperkenalkan
istilah-
istilah tajwidnya.
√
√
Siswa yang tidak lancar lulusnya
(ya)
(ya)
akan lama.
√
√
Siswa
(ya)
(ya)
mempelajarinya.
−−
√
Bagi
(tidak)
(ya)
pengucapannya, teori ilmu tajwid
lebih
mudah
lansung
Iqra’
dalam
diajarkan
diajarkan setelah siswa mampu membaca.
Sedangkan
bagi
Qirâ’ati, sejak awal siswa dituntut membaca dengan lancar secara mudah
dan
praktis
bacaan
bertajwid secara baik dan benar. 9.
variatif
√
√
Siswa lebih termotivasi dalam
(ya)
(ya)
berlomba dalam mencapai warnawarna jilid berikutnya.
10. Sistematis
√
√
Dengan susunan yang lengkap dan
(ya)
(ya)
sempurna,
siswa
lebih
mudah
dalam membaca. 11. Flexibel
√
√
Mudah dipelajari oleh siapa saja
(ya)
(ya)
dari usia kanak-kanak, sampai dengan orang dewasa dan lanjut usia.
12. Klasikal baca simak
√
√
Siswa lebih menyimak bacaan
(ya)
(ya)
orang
lain.
Sehingga
tidak
mengalami kesalahan membaca.
13. Klasikal baca simak
√
√
Siswa mampu membaca dengan
(ya)
(ya)
fasih sesuai dengan kaidah ilmu tajwidnya.
14. Komunikatif
√
−−
Bagi Iqra’ ungkapan kata rambu-
(ya)
(tidak)
rambu
petunjuk
membuat
yang
akrab
pembaca
mudah
dipahami. Bagi Qirâ’ati, tidak perlu
adanya
rambu-rambu
ungkapan petunjuk,
kata karena
guru hanya membimbing saja. 15. Tiwasgas (teliti, waspada, tegas)
−−
√
Bagi Iqra’ kurangnya ketelitian
(tidak)
(ya)
dan kewaspadaan bagi guru karena tidak
mempunyai
prinsip.
Sedangkan bagi Qirâ’ati, diharuskan
mempunyai
guru prinsip
yang teliti, waspada, dan tegas. 16. Menjaga kesucian dan kemurnian dari yang
segi
al-qur’an
√
√
Siswa mampu membaca dengan
(ya)
(ya)
tartil sesuai dengan kaidah ilmu
bacaannya
sesuai
tajwid
dengan
kaidah-kaidah tajwid. 17. Menyiapkan
anak
didiknya agar menjadi
√
√
Terciptanya generasi yang gemar
(ya)
(ya)
membaca
menjadikan
Qur’an sebagai sumber hukum.
generasi yang Qur’ani. 18. Mampu menulis arab
dan
√
√
Siswa mampu menulis arab
al-
19. Anak dapat membaca
√
√
Siswa mampu membaca ayat-ayat
ayat-ayat pilihan.
(ya)
(ya)
pilihan
√
√
Siswa lebih rajin dalam menghafal
(ya)
(ya)
surat-surat pendek.
√
√
Terciptanya
(ya)
(ya)
beribadah dan membiasakan diri
20. Mampu
menghafal
surat-surat pendek 21. Mampu
melakukan
shalat dengan baik dan
anak
yang
taat
dalam nuansa yang Islami.
terbiasa hidup dalam suasana yang Islami. 22. Adanya bacaan yang gharib dan musykilat
−−
√
Bagi Iqra’ bacaan gharib dan
(tidak)
(ya)
musykilat diajarkan setelah siswa mampu
membaca
al-Qur’an,
sedangkan Qirâ’ati, siswa harus membedakan
dan
berhati-hati
dalam membaca al-Qur’an.