PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MOTIVATOR GURU DI SMK TRIGUNA UTAMA, CIPUTAT TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: Miftakur Rohmat NIM: 106018200762
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
ABSTRAK Miftakur Rohmat KI-Manajemen Pendidikan 106018200762 “Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Guru di SMK Triguna Utama, Ciputat Timur” Penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Guru di SMK Triguna Utama, Ciputat Timur, karena penulis melihat adanya beberapa permasalahan yang ada di sekolah, yaitu masih kurangnya fasilitas fisik di sekolah, suasana kerja masih kurang mendukung, kurangnya pelaksanaan disiplin di sekolah, kurangnya pemberian dorongan atau motivasi terhadap para guru, kurangnya pemberian penghargaan bagi para guru, dan pusat sumber belajar yang belum digunakan secara maksimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan peran kepala sekolah sebagai motivator guru di SMK Triguna Utama, Ciputat Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data penelitian didapatkan melalui wawancara dan dokumentasi, sedangkan angket digunakan sebagai pelengkap gunanya untuk mengklasifikasi dan menjustifikasi kesimpulan dari data wawancara dan dokumentasi. Penyebaran angket diberikan kepada para guru yang berjumlah 35 orang. Jumlah item sebanyak 20 soal pertanyaan. Hasil penelitian mengenai dimensi dalam penelitian ini yang terdiri dari pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan atau motivasi, penghargaan, pengembangan pusat sumber belajar (PSB), yaitu sebagai berikut. Pertama, pengaturan lingkungan fisik, mendapat nilai rata-rata 83,8%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti pengaturan lingkungan fisik oleh kepala sekolah dengan indikator ruang kerja, ruang belajar, dan lingkungan sekolah memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. Kedua, pengaturan suasana kerja, mendapat nilai rata-rata 78,21%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti pengaturan suasana kerja oleh kepala sekolah dengan indikator hubungan kerja dan suasana kerja memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. Ketiga, disiplin, mendapat nilai rata-rata 86,06%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti disiplin yang telah diterapkan oleh kepala sekolah dengan indikator disiplin, strategi membina disiplin, dan teladan memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. Keempat, dorongan atau motivasi, mendapat nilai rata-rata 75,7%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti dorongan atau motivasi oleh kepala sekolah dengan indikator pemberian motivasi dan pemenuhan kebutuhan memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. Kelima, penghargaan, mendapat nilai rata-rata 75,7%. Dengan demikian kategorinya Sangat memotivasi. Hal ini berarti penghargaan oleh kepala sekolah
i
dengan indikator pemberian kompensasi dan penghargaan kepada para guru sesuai dengan tugas dan prestasi kerja memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. Keenam, pengembangan pusat sumber belajar (PSB), mendapat nilai ratarata 85,47%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti pengembangan pusat sumber belajar (PSB) oleh kepala sekolah dengan indikator sarana pembelajaran, media audio visual, dan peralatan di bengkel memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. Selanjutnya, hasil penelitian ini menyimpulkan, peran kepala sekolah sebagai motivator guru mendapat nilai rata-rata 82,12%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti peran kepala sekolah sebagai motivator guru dengan dimensi pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan atau motivasi, penghargaan, dan pengembangan pusat sumber belajar (PSB) memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MOTIVATOR GURU DI SMK TRIGUNA UTAMA, CIPUTAT TIMUR. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada. 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga selaku Dosen Penasihat Akademik dan Dosen Proposal Skripsi. 3. Bapak Drs. Muarif SAM, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 4. Bapak Akbar Zainudin, MM., pembimbing penulisan skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis. 5. Bapak Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil, dan Bapak Zahrudin, Lc., M.Pd, penguji uijan skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam menguji dan membimbing penulis. 6. Bapak dan Ibu Dosen yang telah membimbing penulis selama kuliah di Jurusan/Program Studi Kependidikan Islam/Manajemen Pendidikan. 7. Seluruh
Staf
Jurusan/Program
Studi
Kependidikan
Islam/Manajemen
Pendidikan. 8. Bapak Drs. Mardias Kepala Sekolah SMK Triguna Utama, Ciputat Timur, Bapak Nirachmat, S.Pd., Wakil Kepala Sekolah, beserta Dewan Guru dan para Pegawai yang bersedia menerima dan membantu penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini.
iii
9. Ayahanda Kunderi dan Ibunda Khodijah tercinta, satu dari sekian harapan Ayahanda dan Ibunda telah ananda penuhi, semoga harapan-harapan Ayahanda dan Ibunda yang lain dapat ananda wujudkan. Tidak ada kata yang pantas lagi ananda ucapkan selain ucapan terima kasih yang sedalamdalamnya atas segala pengorbanan, kasih sayang, dukungan dan bimbingan kalian serta kesabaran yang tak terhingga. 10. Kakandaku, kak Sya’roni, mba’ Musbiha, mba’ Sofiyah, adikku Rohmatul Ummah, serta seluruh kerabatku, ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala dukungan dan bantuannya, semoga Kalian sukses selalu. 11. Teman-teman seperjuangan di Jurusan KI-Manajemen Pendidikan angkatan 2006, khususnya Hasan, Dafi, Sri, Saidah, Latifah, Reta, Azizah, Hamnasari, Candra, Vivi, Khomsah, Mardiyah, Retno, Sobri, Soleh, Qorib, serta temanteman lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu 12. Teman-teman kostan, yaitu bang Acep, bang Agung, Paisal, Jamal yang telah memberikan semangat dan bantuannya selama ini. Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak, baik berupa moril maupun materil penulis panjatkan doa, semoga Allah SWT. memberikan balasan yang berlipat ganda dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca. Amin.
Jakarta, 16 Maret 2011
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iii
DAFTAR ISI ................................................................................................
v
DAFTAR TABEL .......................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Identifikasi Masalah ................................................................
4
C. Pembatasan Masalah ...............................................................
5
D. Perumusan Masalah ...............................................................
5
E. Tujuan Penelitian ....................................................................
5
F. Manfaat Penelitian ...................................................................
6
KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Peran .....................................................................
7
B. Pengertian Kepala Sekolah .....................................................
8
C. Motivasi 1. Pengertian Motivasi ..........................................................
9
2. Fungsi Motivasi ................................................................
9
3. Faktor Terjadinya Tingkah Laku .......................................
10
D. Kepala Sekolah sebagai Motivator ..........................................
10
1. Pengaturan Lingkungan Fisik ............................................
11
2. Pengaturan Suasana Kerja .................................................
11
3. Disiplin .............................................................................
12
4. Dorongan (Motivasi) .........................................................
14
a. Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik ...............................
16
b. Teori Kebutuhan Abraham Maslow .............................
17
5. Reward dan Punishment ....................................................
18
v
BAB III
BAB IV
BAB V
6. Pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB) .....................
20
E. Guru .......................................................................................
21
F. Kerangka Berfikir ...................................................................
23
METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ...................................................................
26
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................
26
C. Populasi dan Sampel ...............................................................
26
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................
27
E. Instrumen Penelitian ...............................................................
29
F. Teknik Pengolahan Data .........................................................
32
G. Teknik Analisis Data .............................................................
33
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK Triguna Utama, Ciputat Timur ..........
35
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...............................................
36
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................
47
PENUTUP A. Simpulan ................................................................................
51
B. Saran ......................................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
54
LAMPIRAN - LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 :
Ikhtisar elemen kunci mengoptimalkan motivasi kerja …….
15
Tabel 2 :
Skala likert ………………………………………………….
28
Tabel 3 :
Kisi-kisi instrumen penelitian
29
tentang ‘Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Guru’ …. Tabel 4 :
Kriteria Penilaian Data
34
Tabel 5 :
Aturan kepala sekolah tentang ruang kerja guru …………...
36
Tabel 6 :
Aturan kepala sekolah tentang ruang belajar di kelas ……...
37
Tabel 7 :
Kenyamanan lingkungan di sekolah ………………………..
37
Tabel 8 :
Tercipta rasa kebersamaan ………………………………….
38
Tabel 9 :
Kenyamanan suasana kerja ………………………………....
39
Tabel 10 :
Disiplin diperuntukkan untuk seluruh karyawan …………...
39
Tabel 11 :
Keadilan dalam penegakan disiplin ………………………...
40
Tabel 12 :
Strategi kepala sekolah membina displin …………………..
41
Tabel 13 :
Kepala sekolah melaksanakan aturan di sekolah …………..
41
Tabel 14 :
Pemberian motivasi kepala sekolah kepada guru ………….
41
Tabel 15 :
Pengikutsertaan guru dalam pelatihan ……………………..
42
Tabel 16 :
Pemberian kompensasi …………………………………….
42
Tabel 17 :
Penghargaan kepala sekolah atas prestasi guru …………….
43
Tabel 18 :
Penghargaan kepala sekolah atas penugasan guru …………
44
Tabel 19 :
Aturan kepala sekolah tentang sarana pembelajaran ………
44
Tabel 20 :
Kelengkapan sarana pembelajaran …………………………
45
Tabel 21 :
Aturan kepala sekolah tentang media audio video ………...
45
Tabel 22 :
Kelengkapan media audio video …………………………...
46
Tabel 23 :
Aturan kepala sekolah tentang peralatan di bengkel ……….
46
Tabel 24 :
Kelengkapan peralatan di bengkel …………………………
46
Tabel 25 :
Nilai Rata-Rata Dimensi Pengaturan Lingkungan Fisik
47
Tabel 26 :
Nilai Rata-Rata Dimensi Pengaturan Suasana Kerja
48
Tabel 27 :
Nilai Rata-Rata Dimensi Disiplin
48
Tabel 28 :
Nilai rata-rata dimensi Dorongan atau Motivasi
49
vii
Tabel 29 :
Nilai rata-rata dimensi Penghargaan
49
Tabel 30 :
Nilai Rata-Rata Dimensi Pengembangan Pusat Sumber
49
Belajar (PSB) Tabel 31 :
Deskripsi Data Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Guru
viii
50
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Angket Penelitian .....................................................................
56
2. Lampiran Wawancara ...............................................................................
59
3. Lampiran Analisis Butir Angket Guru.......................................................
63
4. Lampiran Profil Kepala Sekolah SMK Triguna Utama .............................
65
5. Lampiran Data Guru SMK Triguna Utama 2010/2011 .............................
66
6. Lampiran Struktur Organisasi SMK Triguna Utama 2010/2011 ...............
68
7. Lampiran Sarana dan Prasarana SMK Triguna Utama ..............................
69
8. Lampiran Foto di SMK Triguna Utama ....................................................
70
9. Lampiran Foto Sarana dan Prasarana di SMK Triguna Utama (1) .............
71
10. Lampiran Foto Sarana dan Prasarana di SMK Triguna Utama (2) ...........
72
11. Daftar Buku Uji Referensi ......................................................................
73
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut
Andrew
J.
Dubrin,
“kepemimpinan
adalah
cara
mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah.” 1 Selanjutnya, Bedjo Sujanto menjelaskan, “...kepemimpinan yakni perilaku seorang pemimpin untuk mengarahkan, mempengaruhi, dan menjelaskan kepada bawahan, berinisiasi dan memelihara kekompakan kelompok, sikap konsisten agar setiap anggota kelompok dapat memberikan sumbangan secara efektif kepada organisasi demi tercapainya tujuan....”2 Pemimpin sekolah mengkoordinasikan upaya untuk meningkatkan pembelajaran yang bermutu. bertanggung jawab mengkoordinasikan upaya bersama mencapai tujuan pendidikan pada level masing-masing, dan bertanggung
jawab
menciptakan
lingkungan
yang
kondusif,
yang
memungkinkan anggotanya mendayagunakan potensinya seoptimal mungkin. Kepala sekolah harus memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik, misalnya dalam menyusun program sekolah, organisasi personalia, dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal. Selain itu, harus mampu mendorong kepada para tenaga pendidik untuk sama-sama melaksanakan hal tersebut. 1 Andrew J. Dubrin, The Complete Ideal’s Guides; Leadership. Penerjemah Tri Wibowo BS. (Jakarta: Prenada, 2006), Cet. 2, h. 4. 2 Bedjo Sujanto, Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah; Model Pengelolaan Sekolah di Era Otonomi Daerah (Jakarta: CV. Sagung Seto, 2007), Cet.1, h. 68.
1
2
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “motivasi ialah usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau untuk mendapat kepuasan dengan perbuatannya.” 3 Dalam hal ini, kepala sekolah perlu mendorong para tenaga pendidik untuk mencapai tujuan sekolah. Setiap orang menghendaki lingkungan yang baik untuk bekerja, seperti lampu yang terang, ventilasi udara yang baik, bebas dari gangguan suara gaduh, kalau mungkin ada latar belakang musik, dan sebagainya. Lingkungan dan suasana kerja yang baik akan mendorong para tenaga pendidik senang bekerja dan meningkatkan tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah produktivitas. Manusia sebagai makhluk sosial dalam bekerja tidak semata-mata hanya mengejar penghasilan saja, tetapi juga mengharapkan bahwa dalam bekerja dia dapat diterima dan dihargai oleh orang lain. Dia pun juga akan lebih berbahagia apabila dapat menerima dan membantu orang lain. Survei terhadap para pekerja secara konsisten mengindikasikan faktor-faktor motivasi penting, yaitu prestasi 40%, pemahaman 33%, pekerjaan itu sendiri 26%, tanggung jawab 23%, promosi 20% dan gaji 15%.4 Memotivasi para tenaga pendidik merupakan hal penting bagi perkembangan sekolah. Pilihan hadiah atau hukuman digunakan untuk memotivasinya. Jadi, kepala sekolah perlu secara bijak dalam menggunakan pemberian hadiah atau hukuman. Zakiyah Daradjat mengatakan, “...guru adalah orang yang memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat memudahkan dalam melaksanakan peranannya dalam membimbing muridnya, ia harus sanggup menilai diri sendiri tanpa berlebih-lebihan, sanggup berkomunikasi dan bekerja sama
3 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Ed. III, Cet. 4, h. 756. 4 Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management; Analisis Teori dan Praktik (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2009), h. 726.
3 dengan orang lain....”5 Selain itu, guru juga harus senantiasa belajar karena untuk menyesuaikan pengetahuannya dengan perkembangan zaman. Kesejahteraan guru merupakan aspek penting yang harus diperhatikan pemerintah dalam menunjang terciptanya kinerja yang semakin baik di kalangan para tenaga pendidik. Berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 14 s.d 16 disebutkan, “...tentang Hak dan Kewajiban di antaranya, bahwa hak guru memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, mendapatkan promosi dan penghargaan, berbagai tunjangan seperti tunjangan profesi, dan lain-lain....”6 Tingkat penghasilan yang memadai dapat menimbulkan konsentrasi kerja. Disamping itu, kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktifitas. Kompensasi diberikan oleh dinas pendidikan dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan semangat kerja para tenaga pendidik. Jika jaminan sosial para tenaga pendidik mencukupi maka akan menimbulkan kesenangan bekerja, yang mendorong pemanfaatan seluruh kemampuannya untuk meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya mutu pendidikan Indonesia. Permasalahan kesejahteraan guru biasanya akan berdampak pada kinerja yang dilakukannya dalam bekerja. Menurut pengalaman penulis selama praktek mengajar atau PPKT di SMK Triguna Utama, Ciputat Timur, dari bulan Februari s.d Mei tahun 2010 dan dari hasil bertanya kepada para guru pada bulan November tahun 2010, yaitu tentang kondisi yang ada di sekolah, maka penulis menemukan beberapa permasalahan yang ada di sekolah, hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh E. Mulyasa. Adapun beberapa di antaranya sebagai berikut. Pertama, kurangnya fasilitas fisik di sekolah, misalnya di ruang kerja dan ruang belajar. Di ruang belajar masih sedikit terdapat media LCD, padahal media tersebut sangat baik untuk proses pembelajaran. 5
Zakiyah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. I, h. 266. 6 Rivai dan Murni, Education Management, h. 31.
4
Kedua, suasana kerja masih kurang mendukung, misalnya dalam hubungan kerja dan menciptakan rasa kebersamaan. Dalam menciptakan rasa kebersamaan belum tercipta kekeluargaan yang solid di antara para guru Ketiga, kurangnya pelaksanaan disiplin di sekolah, misalnya dalam proses pembelajaran, mengawas ujian, dan kehadiran di sekolah. Tentang kehadiran di sekolah terkadang terdapat guru yang tidak masuk kerja dengan alasan yang tidak terlalu penting sehingga dalam sehari terdapat beberapa kelas yang tidak ada gurunya, sehingga para murid dalam hari itu tidak mendapatkan pengetahuan. Keempat, kurangnya pemberian dorongan terhadap para guru. Dalam hal ini, baik dalam hal pemberian motivasi maupun dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan guru. Dalam hal pemenuhan kebutuhan guru terdapat minimnya pengikutsertaan guru dalam pelatihan. Kelima, kurangnya pemberian penghargaan bagi para guru, misalnya dalam pemberian kompensasi dan penghargaan atas guru yang berprestasi. Selain itu, masih kurangnya pemberian penghargaan atas penugasan terhadap para guru. Keenam, Langkah dan upaya kepala sekolah dalam memberikan motivasi kepada guru belum maksimal. Baik yang berkaitan dengan motivasi instrinsik maupun ekstrinsik. Ketujuh, pusat sumber belajar yang belum digunakan secara maksimal, misalnya untuk sarana pembelajaran, media audio video dan peralatan di bengkel. Di bengkel, terdapat gudang barang yang belum dimaksimalkan secara penuh. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul, “Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Guru di SMK Triguna Utama, Ciputat Timur”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah di identifikasikan sebagai berikut.
5
1. Kurangnya fasilitas fisik di sekolah. 2. Suasana kerja masih kurang mendukung. 3. Kurangnya pelaksanaan disiplin di sekolah. 4. Kurangnya pemberian dorongan terhadap para guru. 5. Kurangnya pemberian penghargaan bagi para guru. 6. Langkah dan upaya kepala sekolah dalam memberikan motivasi kepada guru belum maksimal. 7. Pusat sumber belajar yang belum digunakan secara maksimal.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, faktor motivasi dibatasi pada beberapa hal, ─penelitian ini mengacu kepada teori E. Mulyasa dengan alasan konsep ini dikembangkan menjadi kerangka berpikir dalam penelitian ini─ yaitu. 1. Bagaimana kepala sekolah mengatur lingkungan fisik. 2. Bagaimana kepala sekolah mengelola suasana kerja. 3. Bagaimana kepala sekolah menerapkan disiplin. 4. Bagaimana kepala sekolah memberi dorongan. 5. Bagaimana kepala sekolah memberi penghargaan. 6. Bagaimana kepala sekolah mengembangkan pusat sumber belajar.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut, “bagaimana Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Guru di SMK Triguna Utama, Ciputat Timur?”
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan peran kepala sekolah sebagai motivator guru di SMK Triguna Utama, Ciputat Timur.
6
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak antara lain. 1. Kepala sekolah, agar dapat dijadikan sebagai masukan dalam memberikan motivasi kepada guru. 2. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Jurusan Kependidikan Islam, Program Studi Manajemen Pendidikan, untuk dapat dijadikan sebagai bahan daftar pustaka. 3. Peneliti dan pembaca, diharapkan dapat menambah wawasan dalam memberikan motivasi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Peran Menurut kamus Oxford Dictionary, “peran atau role adalah actor’s part; one’s task or function, yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi. Karena itulah, ada yang disebut dengan role expectation, yaitu harapan mengenai peran seseorang atas harapan dari si pemberi tugas dan harapan dari orang yang menerima manfaat dari pekerjaan tersebut.” 1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “...peran berarti perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat....”2 Selanjutnya Veithzal Rivai dan Sylviana Murni menjelaskan, “peran adalah perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu.”3 Berdasarkan definisi-definisi di atas penulis menarik simpulan, peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat atau sebuah lembaga. Dalam hal ini, kepala sekolah perlu menjalankan perannya sesuai dengan hak dan kewajibannya.
1 Artikel diakses pada 16 Januari 2011 dari http://Digilib.sunanampel.ac.id/.../hubptaingdl-mohasroful-7712-3-babii.pdf. 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Ed. III, Cet. 4, h. 854. 3 Veithzal Rivai dan Sylviana Murni, Education Management; Analisis Teori dan Praktik (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2009), h. 745.
7
8
Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan sekolah, maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) suatu posisi, diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan sikap tanggung jawab dan profesional dari pemegang peran tersebut.
B. Pengertian Kepala Sekolah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “kepala sekolah adalah orang (guru) yang memimpin suatu sekolah; guru kepala.” 4 Untuk itu, kepala sekolah perlu mengetahui bagaimana menjadi pemimpin yang baik. Selanjutnya, menurut Wahyosumidjo, “kepala sekolah ialah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.”5 Berdasarkan definisi-definisi di atas penulis menarik simpulan, kepala sekolah ialah seseorang (guru) yang secara formal memimpin suatu sekolah. Dalam hal ini, kepala sekolah perlu menjadi pemimpin yang mampu mendayagunakan semua sumber daya untuk mencapai visi dan misi sekolah. Veithzal Rivai dan Sylviana Murni mengatakan, “...kepala sekolah harus memiliki keyakinan atau pendirian berikut ini agar ia dapat berkinerja sebagaimana yang diharapkan, yaitu. a) Kepala sekolah harus meyakini tentang pentingnya pengikutsertaan seluruh anggota sekolah. b) Kepala sekolah harus meyakini bahwa belajar berlangsung sepanjang hayat (life long learning). Ia menunjukan keterbukaan dan penerimaan gagasan baru, tidak jadi soal dari mana pun datangnya gagasan itu, dan c) Kepala sekolah meyakini bahwa keragaman anggota sekolah memperkaya. Tindakannya menunjukkan pengakuan itu dengan tidak memberi peluang praktik diskriminatif di sekolahnya.....” 6
4
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. III, Cet. 4, h. 546. Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: PT. RajaGarafindo Persada, 2007), Ed. 1, h. 83. 6 Rivai dan Murni, Education Management, h. 304 ─ 305. 5
9
C. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Istilah motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang berarti menggerakan (to move).7 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.”8 Menurut John W. Santrock, “motivasi ialah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.” 9 Abin Syamsuddin Makmun mengatakan, “motivasi merupakan, (a) suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy), dan (b) suatu keadaan yang kompleks dan kesiapse diaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.” 10 Oleh karena itu, motivasi perlu diarahkan dan didorong untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan definisi-definisi di atas penulis menarik simpulan, motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku seseorang untuk mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Untuk itu, kepala sekolah diharapkan mampu menjadi pendorong bagi para tenaga pendidik agar mereka dapat melaksanakan tugas dengan baik. 2. Fungsi Motivasi Motivasi akan senantiasa menentukan intensitas (keadaan tingkatan atau ukuran intensnya) usaha atau kegiatan seseorang. Motivasi berkaitan dengan suatu tujuan. Zikri Neni Iska menjelaskan, “...ada tiga fungsi motivasi, yaitu (a) mendorong manusia untuk berbuat, (b) menentukan arah perbuatan,
7 Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen (Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2008), h. 1. 8 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. III, Cet. 4, h. 756. 9 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua ( Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 2, h. 510. 10 Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. 5, h. 37.
10
dan (3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan secara serasi guna mencapai tujuan....”11 3. Faktor Terjadinya Tingkah Laku Faktor terjadinya tingkah laku (determinan), sebagaimana yang dijelaskan oleh Zikri Neni Iska, yaitu karena (a) lingkungan (kegaduhan, desakan, dan lain-lain), (b) dalam diri seseorang (harapan, cita-cita, emosi, keingin-an, dan lain-lain), dan (3) tujuan atau nilai dari suatu objek (kepuasan kerja, tanggung jawab, status, uang, dan lain-lain).”12 Untuk itu, kepala sekolah perlu mengetahui faktor terjadinya tingkah laku dari para tenaga pendidik agar dapat menggerakkan tingkah laku mereka untuk mencapai tujuan sekolah.
D. Kepala Sekolah sebagai Motivator Wahyosumidjo mendefinisikan, “kepala sekolah ialah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.” 13 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “motivator adalah orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu; pendorong; penggerak.”14 Berdasarkan definisi-definisi di atas penulis menarik simpulan, kepala sekolah sebagai motivator ialah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah yang mendorong pada tenaga kependidikan untuk melaksanakan tugas-tugas kependidikannya. Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga pendidik sehingga mereka dapat melakukan berbagai tugas dan fungsinya dengan baik. E. Mulyasa menjelaskan, “motivasi dapat ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan 11
Iska, Psikologi; Pengantar Pemahaman Diri, h. 42 ─ 43. Ibid,. h. 44 ─ 45. 13 Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, h. 83. 14 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. III, Cet. 4, h. 756. 12
11
fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan atau motivasi, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar (PSB).”15 Penjelasan lengkap adalah sebagai berikut.
1. Pengaturan Lingkungan Fisik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengaturan lingkungan fisik berasal dari tiga kata yaitu pengaturan, lingkungan dan fisik. “...Kata pengaturan berarti proses, cara, perbuatan mengatur.16 Lingkungan adalah daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk di dalamnya.17 Sedangkan, fisik ialah jasmani; badan; jasmaniah; badaniyah....” 18 Dengan demikian, pengaturan lingkungan fisik adalah perbuatan mengatur terhadap suatu daerah (kawasan) yang berkaitan dengan hal-hal fisik. Lingkungan yang kondusif akan menumbuhkan motivasi para tenaga pendidik dalam melaksanakan tugasnya. Pengaturan lingkungan fisik, meliputi ruang kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, bengkel, serta lingkungan sekolah yang nyaman dan menyenangkan.19 Untuk itu, kepala sekolah diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang kondusif agar para tenaga pendidik merasa nyaman berada di sekolah.
2. Pengaturan Suasana Kerja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengaturan suasana kerja berasal dari tiga kata yaitu pengaturan, suasana dan kerja. “...Kata pengaturan berarti proses, cara, perbuatan mengatur.20 Suasana adalah (1) hawa; udara; (2) keadaan sekitar sesuatu atau dalam lingkungan sesuatu; dan (3) keadaan
15
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) Cet. 3, h. 120. 16 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Ed. IV, Cet. 1, h. 99. 17 Ibid,. h. 831. 18 Ibid,. h. 393. 19 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. h. 120. 20 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. IV, Cet. 1, h. 99.
12 suatu peristiwa.21 Sedangkan, kerja ialah (1) kegiatan melakukan sesuatu; yang dilakukan (diperbuat); (2) sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah; mata pencaharian; (3) pekerjaan; dan (4) v cak bekerja....” 22 Dengan demikian, pengaturan suasana kerja adalah proses mengatur terhadap suatu keadaan dalam lingkungan pekerjaan. Suasana kerja yang baik akan mendorong para tenaga pendidik senang bekerja sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan para tenaga pendidik, serta menciptakan suasana kerja yang nyaman dan menyenangkan.23
3. Disiplin Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”...disiplin berarti (1) tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dan sebagainya); dan (2) ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya)....” 24 Kepala sekolah harus menegakkan disiplin kepada semua bawahannya. Melalui disiplin ini diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif, serta dapat meningkatkan produktifitas sekolah.25 Menurut E. Mulyasa, “beberapa strategi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dalam membina disiplin para tenaga pendidik, yaitu (1) membantu para tenaga pendidik dalam meningkatkan standar perilakunya, dan (2) melaksanakan semua aturan yang telah disepakati bersama.”26 Dalam hal ini, kepala sekolah diharapkan menegakkan disiplin di sekolah dan menjadi teladan dalam hal kedisiplinan. Lebih lanjut, E. Mulyasa mengatakan, “pentingnya disiplin yaitu untuk menanamkan, (a) rasa hormat terhadap kewenangan, (b) upaya untuk menanamkan kerjasama, (c) kebutuhan untuk berorganisasi, dan (d) rasa 21
Ibid,. h. 1344. Ibid,. h. 681. 23 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. h. 120. 24 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. IV, Cet. 1, h. 333. 25 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. h. 120. 26 Ibid,. h. 120. 22
13 hormat terhadap orang lain.”27 Maka dari itu, disiplin perlu ditegakkan seoptimal mungkin agar sekolah dapat berjalan secara maksimal. Menurut Soelaeman yang dikutip E. Mulyasa, mengatakan, “kepala sekolah berfungsi sebagai pengemban ketertiban, yang patut diteladani, tapi tidak bersikap otoriter.”28 Dalam hal ini, kepala sekolah yang demokratis akan lebih baik daripada yang otoriter. E. Mulyasa mengutip dari Reisman and Payne, mengatakan, “...strategi umum membina disiplin sebagai berikut. a. Konsep diri (self concept), strategi ini menekankan bahwa konsepkonsep diri masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumbuhkan konsep diri, pemimpin disarankan bersikap empati, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga para tenaga pendidik dapat mengeksplorasi pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah. b. Ketrampilan berkomunikasi (communication skill), pemimpin harus menerima semua perasaan para tenaga pendidik dengan komunikasi yang dapat menimbulkan kepatuhan dari dalam dirinya. c. Konsekuensi logis dan alami (natural and logical consequences), perilaku-perilaku yang salah terjadi karena para tenaga pendidik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnya perilaku-perilaku salah yang disebut misbehavior. Untuk itu, kepala sekolah perlu menunjukkan secara tepat perilaku mereka yang salah sehingga membantu mereka dalam mengatasi perilakunya. d. Klarifikasi nilai (values clarification), strategi ini dilakukan untuk membantu para tenaga pendidik dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri. e. Latihan keefektifan pemimpin (leader effectiveness training), tujuan metode ini adalah untuk menghilangkan metode refresif, misalnya hukuman dan ancaman melalui sebuah model komunikasi tertentu. f. Terapi realitas (reality therapy), pemimpin perlu bersikap positif dan bertanggung jawab. Sikap positif perlu diterapkan sehingga akan menghasilkan suasana kerja yang kondusif....” 29 Untuk
menerapkan
strategi
tersebut,
kepala
sekolah
perlu
mempertimbangkan berbagai situasi, dan perlu memahami faktor-faktor yang
27
Ibid,. h. 141 ─ 142. Ibid,. h. 142 29 Ibid,. h. 142 ─ 143. 28
14
mempengaruhinya. Selain itu, dia perlu mengevaluasi strategi tersebut untuk mengetahui berhasil tidaknya strategi tersebut. 4. Dorongan (Motivasi) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”...dorongan berarti (1) tolakan; sorongan; dan (2) desakan; anjuran yang keras....” 30 Keberhasilan suatu sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun yang datang dari lingkungan. Dari berbagai faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah efektifitas kerja.31 Bahkan, motivasi sering dinamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah. Motivasi merupakan suatu bagian yang penting dalam suatu sekolah. Para tenaga pendidik akan bekerja dengan sungguh-sungguh jika memiliki motivasi yang tinggi. Apabila mereka memiliki motivasi yang tinggi, maka akan memperlihatkan minat, dan ingin ikut serta dalam suatu tugas atau kegiatan. Dengan kata lain, mereka akan melakukan semua pekerjaannya dengan baik apabila ada faktor pendorongnya (motivasi). Dalam hal ini, kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan membangkitkan motivasi mereka sehingga mereka dapat meningkatkan kinerjanya. Motivasi merupakan salah satu alat kepala sekolah agar para tenaga pendidik mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan tentang pola motivasi membantu dia memahami sikap kerja mereka. Dia dapat memotivasi mereka dengan cara yang berbedabeda. Menurut E. Mulyasa, terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah untuk mendorong para tenaga pendidik agar mereka mau dan mampu meningkatkan profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
30 31
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. IV, Cet. 1, h. 341. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. h. 143.
15
a. Para tenaga pendidik akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan. b. Kepala sekolah perlu menyusun tujuan kegiatan dengan jelas dan menginformasikan kepada para tenaga pendidik sehingga mereka mengetahui tujuan bekerja. c. Kepala sekolah harus selalu memberitahu kepada para tenaga pendidik tentang hasil dari setiap pekerjaan mereka. d. Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktuwaktu hukuman juga diperlukan. e. Kepala sekolah perlu memenuhi kebutuhan para tenaga pendidik dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukan bahwa dia memperhatikan mereka.32 Veithzal Rivai dan Sylviana Murni menjelaskan tentang ikhtisar elemen kunci mengoptimalkan motivasi kerja, yaitu. Tabel 1 Ikhtisar Elemen Kunci Mengoptimalkan Motivasi Kerja33 Karakteristik Optimal pada Motivasi Kerja Tipe tujuan
Motivasi pencapaian
Kepercayaan pada
Realistik, sasaran
Karakteristik yang Mengurangi Motivasi Kerja Sasaran sangat sulit atau
menantang
sangat mudah
Motivasi demi
Motivasi demi
pencapaian
menghindari kegagalan
Perlakuan adil dan sopan
Perlakuan tidak adil dan
kepemilikan Sumber motivasi
tidak hormat Instrinsik: sifat pekerjaan
Ektrinsik: faktor
itu menantang, menarik,
lingkungan seperti
dan menyenangkan
hadiah, tekanan sosial, dan hukuman
32 33
Ibid,. h. 121 ─ 122. Rivai dan Murni, Education Management, h. 219.
16
a. Motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik Pada prinsipnya motivasi merupakan hal yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Ada dua jenis motivasi yaitu instrinsik dan ekstrinsik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “motivasi instrinsik adalah dorongan atau keinginan yang tidak perlu disertai dengan perangsang dari luar. Sedangkan, motivasi ekstrinsik ialah dorongan yang datangnya dari luar diri seseorang.”34 Zikri Neni Iska mengatakan, “...motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif karena adanya dorongan dari dalam setiap individu. Sedangkan, motivasi ektrinsik adalah motif-motif yang aktif karena adanya perangsang dari luar....”35 Menurut Owen yang dikutip E. Mulyasa, “...motivasi instrinsik adalah motivasi yang datang dari dalam diri seseorang. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik berasal dari lingkungan di luar diri seseorang, misalnya para tenaga pendidik bekerja karena ingin mendapat pujian atau hadiah dari kepala sekolah....”36 Berdasarkan definisi-definisi di atas penulis menarik simpulan, motivasi instrinsik adalah dorongan yang datang dari dalam diri seseorang. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik ialah dorongan yang datangnya dari luar diri seseorang. Motivasi instrinsik pada umumnya lebih menguntungkan karena biasanya dapat bertahan lama. Motivasi instrinsik muncul dari dalam diri para tenaga pendidik, sedang motivasi ekstrinsik dapat diberikan oleh kepala sekolah dengan jalan mengatur kondisi dan situasi yang tenang dan menyenangkan. Dalam hal ini, kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan memotivasi kepada para tenaga pendidik agar mereka mau dan mampu mengembangkan dirinya secara optimal. 34
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. III, Cet. 4, h. 756. Zikri Neni Iska, Psikologi; Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008) Cet, 2, h. 41. 36 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. h. 144. 35
17
b. Teori Kebutuhan Abraham Maslow Teori kebutuhan sebagaimana yang dijelaskan oleh Abraham Maslow, yaitu “...kebutuhan-kebutuhan fisiologis (faali), kebutuhan keselamatan, kebutuhan rasa memiliki dan rasa cinta, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan perwujudan diri....”37 Selanjutnya, teori kebutuhan tersebut dijelaskan secara sederhana oleh Zikri Neni Iska, yaitu sebagai berikut. 1. Kebutuhan fisiologis, maksudnya kebutuhan dasar yang bersifat primer yang menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan pangan, sandang papan, kesehatan fisik serta kebutuhan seks. 2. Kebutuhan rasa aman dan pelindungan, misalnya terjaminnya keamanan, terlindung dari bahaya, ancaman penyakit, kemiskinan, kelaparan, dan perlakuan tidak adil. 3. Kebutuhan rasa memiliki dan cinta, misalnya kebutuhan akan cinta, rasa setia kawan dan kerja sama. 4. Kebutuhan harga diri, misalnya kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan serta status atau pangkat. 5. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya kebutuhan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki, kreatifitas dan ekspresi diri38 Dalam al-Qur’an ditemukan beberapa statement baik secara eksplisit (gamblang) maupun implisit (tersirat) yang menunjukkan beberapa dorongan yang mempengaruhi manusia. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sûrah Ali ‘Imran/3:14 berikut.
.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia.”
37
Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian. Penerjemah Nurul Iman (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993) Cet. 4, h. 43 ─ 56. 38 Iska, Psikologi; Pengantar Pemahaman Diri, h. 47.
18
Dan juga sebagaimana yang dijelaskan dalam sûrah al-Qiyamah/75:20 berikut.
”Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia39.” Ayat pertama menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya memiliki kecintaan yang kuat terhadap dunia, yang terwujud dalam kesukaan terhadap perempuan, anak, dan harta kekayaan. Dalam ayat kedua dijelaskan larangan untuk menafikan kehidupan dunia karena sebenarnya manusia diberikan keinginan dalam dirinya untuk mencintai dunia itu. 5. Reward dan Punishment a. Reward (Penghargaan) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”penghargaan adalah perbuatan (hal dan sebagainya) menghargai; penghormatan.” 40 Kepala sekolah harus berusaha menggunakan penghargaan ini secara tepat, efektif, dan efesien, untuk menghindari dampak negatif yang bisa ditimbulkannya. Penghargaan
(rewards)
sangat
penting
untuk
meningkatkan
profesionalisme para tenaga pendidik dan untuk mengurangi kegiatan yang kurang produktif. Melalui penghargaan ini mereka dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerjanya secara positif dan produktif. Kepala sekolah perlu menyusun sistem penghargaan bagi para tenaga pendidik secara tepat. Sistem ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja dari mereka. Oleh karena itu, sistem penghargaan yang dikembangkan harus bersifat proporsional, adil dan transparan. Adapun contoh dari penghargaan kepada para tenaga pendidik adalah pemberian kompensasi. Masalah kompensasi selain sensitif karena menjadi pendorong para tenaga pendidik untuk bekerja, juga berpengaruh terhadap moral dan disiplin 39
Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 3, h. 196. 40 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. IV, Cet. 1, h. 483.
19
mereka. Oleh karena itu, setiap sekolah pada jenjang pendidikan, seharusnya dapat memberikan kompensasi yang seimbang dengan beban kerja yang dipikul mereka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”...kompensasi ialah imbalan berupa uang atau bukan uang, yang diberikan kepada karyawan dalam perusahaan atau organisasi....41 Selanjutnya, menurut Mulyasa, “kompensasi adalah balas jasa yang diberikan dinas pendidikan dan sekolah kepada tenaga kependidikan, yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecendrungan diberikan secara tetap. Pemberian kompensasi, selain dalam bentuk gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan dan lain-lain.”42 Masalah kompensasi merupakan salah satu bentuk tantangan yang harus dihadapi manajemen sekolah. Dikatakan tantangan karena imbalan oleh para tenaga pendidik tidak lagi dipandang semata-mata sebagai alat pemuas kebutuhan materialnya, akan tetapi sudah dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya, sekolah cenderung melihatnya sebagai beban yang harus dipikul oleh sekolah tersebut, dalam rangka mencapai tujuan. Dalam menerapkan suatu sistem imbalan tertentu, kepentingan sekolah dan para tenaga pendidik perlu senantiasa diperhitungkan. Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 40 disebutkan, “...pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh, (a) penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai, dan (b) penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja....”43 Untuk itu, kepala sekolah perlu memberikan kompensasi atau penghargaan yang pantas untuk para tenaga pendidik.
41 42
43
Ibid,. h. 719. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. h. 156.
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), Cet. 3, h. 52.
20
b. Punishment (Hukuman) Hukuman (bahasa Inggris: punishment) adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.44 Secara umum hukuman dalam hukum adalah sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan. Hukuman mengajarkan tentang apa yang tidak boleh dilakukan. Ada tiga fungsi penting dari hukuman yang berperan besar bagi pembentukan tingkah laku yang diharapkan, yaitu (1) membatasi perilaku. Hukuman menghalangi terjadinya pengulangan tingkah laku yang tidak diharapkan, (2) bersifat mendidik, dan (3) memperkuat motivasi untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang tidak diharapkan.45 6. Pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan pusat sumber belajar berasal dari empat kata, yaitu pengembangan, pusat, sumber, dan belajar. “...Kata pengembangan adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan.46 Pusat ialah pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan), hal, dan sebagainya.47 Sumber yaitu tempat keluar (air atau zat cair).48 Sedangkan belajar adalah (1) berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; (2) berlatih; dan (3) berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman....” 49 Dengan demikian, pengembangan pusat sumber belajar adalah proses mengembangkan terhadap hal-hal yang menjadi pusat atau sumber dalam memperoleh kepandaian atau sebuah ilmu. 44
Artikel diakses pada 16 Maret 2011 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Hukuman Ibid,. 46 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. IV, Cet. 1, h. 662. 47 Ibid,. h. 1120. 48 Ibid,. h. 1353. 49 Ibid,. h. 23. 45
21
Pengembangan PSB dapat memperkaya kegiatan pembelajaran, misalnya melalui penggunaan media audio visual, laptop, internet, dan peralatan di bengkel. Semua ini harus dipahami oleh kepala sekolah agar hal tersebut dapat mendorong visi dan misi sekolah.50 Kualitas sarana pembelajaran berpengaruh terhadap peningkatan produktifitas. Sarana yang dipakai secara tepat akan membuat pembelajaran berjalan secara efektif dan efesien, sedangkan sarana yang tidak baik akan menimbulkan ketidakefektifan.51
E. Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “guru ialah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.” 52 Mengajar merupakan hal yang utama karena untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Selanjutnya, Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 disebutkan, “guru adalah pendidik profesional
dengan
tugas
utama mendidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.”53 E. Mulyasa menjelaskan, “guru sebagai fasilitator yang bertugas mengkondisikan lingkungan atau kelas untuk memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik.”54 Selain itu, menurut Haidar Putra Daulay, “...guru adalah salah satu di antara faktor pendidikan yang memiliki peranan yang paling strategis, sebab gurulah sebetulnya pemain yang paling menentukan di dalam terjadinya proses belajar mengajar....”55
50
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. h. 122. Ibid,. h. 140. 52 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. III, Cet. 4, h. 377. 53 Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 1, h. 227. 54 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional. h. 53. 55 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2004), Ed. 1, Cet. 1, h. 75. 51
22
Berdasarkan beberapa definisi di atas penulis menarik simpulan, guru ialah tenaga pendidik, tenaga pengajar, yang bekerja pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam hal ini, guru diharapkan bekerja dengan profesional. Merujuk kepada pola kependidikan Rasulullah SAW. guru menjadi posisi kunci dalam membentuk kepribadian muslim yang sejati. Keberhasilan Rasulullah SAW. dalam mengajar dan mendidik umatnya, lebih banyak menyentuh aspek perilaku, yaitu contoh teladan yang baik dari Rasulullah (uswatun hasanah). Hal ini, bukan berarti aspek-aspek lain selain perilaku diabaikan. Dengan demikian, betapa penting aspek perilaku (teladan yang baik) bagi proses pembelajaran. Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 14 disebutkan, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak. a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja. c. Memperoleh perlindungan dalam menghasilkan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi. e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan. f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, dan atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan perundang-undangan.56 Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya mutu pembelajaran. Permasalahan kesejahteraan guru biasannya akan berdampak pada kinerja yang dilakukannya dalam melakukan proses pembelajaran. Tentang rendahnya kesejahteraan guru, hal itu akan mengakibatkan perang batin dalam diri para guru atau para tenaga pendidik, kalau perang batin itu tidak dapat segera diatasi, mereka akan mengalami suatu rasa
56
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, h. 229.
23
kekecewaan yang amat mendalam karena tujuan yang dikehendakinya tak kunjung tercapai. Dan sikap kekecewaan ini tidak diharapkan karena akan mengganggu proses pembelajaran. Kalau akal sehatnya berani menghadapi kenyataan, pada akhirnya (mungkin dengan bantuan pihak dan cara tertentu; konselor, teman dekat, ulama dan sebagainya) mereka dapat mengambil keputusan atau tindakan penyesuaian yang sehat secara rasional sehingga tujuannya tercapai. Cara yang dapat dilakukan oleh mereka, yaitu sebagai berikut. a. Aktif (mereka mengubah lingkungan, mungkin mencari dan mengubah alternatifnya, namun sampai kepada tujuan yang dikehendaki. b. Pasif (mereka mengubah dirinya, mungkin mengadakan modifikasi aspirasinya sehingga menetapkan tujuannya secara realistik dan bertindak secara realistik pula.57 Namun, jika akal sehatnya itu tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya, perilaku yang bersangkutan dikendalikan oleh hasrat emosional. Di antaranya dapat dikemukakan di sini jenisnya, yaitu (a) agresi marah, (b) kecemasan tak berdaya, (e) represi (penekanan), (f) rasionalisasi (mencari alasan), dan (g) proyeksi (melemparkan kesalahan itu kepada lingkungan). 58
F. Kerangka Berpikir Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Guru Kondisi Nyata - Kurangnya fasilitas fisik di sekolah. - Suasana kerja masih kurang mendukung. INPUT
- Kurangnya pelaksanaan disiplin di sekolah. - Kurangnya pemberian dorongan terhadap para guru. - Kurangnya pemberian penghargaan bagi para guru. - Pusat sumber belajar yang belum digunakan secara maksimal.
57 58
Makmun, Psikologi Kependidikan, h. 43. Ibid,. h. 43.
24
Masalah Kurangnya peran kepala sekolah sebagai motivator guru dalam mengatur
lingkungan
menerapkan
fisik,
disiplin,
mengelola
memberi
suasana
kerja,
penghargaan,
dan
mengembangkan pusat sumber belajar.
Strategi - Memberi kesempatan kepada para guru untuk meningkatkan kompetensi - Meminta masukan dari para tenaga pendidik dan melibatkan PROSES
mereka di dalam keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka. - Menegakkan disiplin. - Menghargai para tenaga pendidik karena pekerjaan mereka yang baik secara umum. - Memberi penghargaan atas prestasi guru. - Memastikan apakah para tenaga pendidik mempunyai sarana kerja yang terbaik.
Hasil OUTPUT
Kepala sekolah berperan sebagai motivator guru yang handal
Penjelasan hal di atas, bahwa terdapat beberapa permasalahan yang ada di sekolah, yaitu di antaranya masih kurangnya fasilitas fisik di sekolah, suasana kerja masih kurang mendukung, kurangnya pelaksanaan disiplin di sekolah, kurangnya pemberian dorongan atau motivasi terhadap para guru, kurangnya pemberian penghargaan bagi para guru, dan pusat sumber belajar yang belum digunakan secara maksimal.
25
Dari beberapa permasalahan tersebut sehingga dapat diketahui bahwa terdapat kurangnya peran kepala sekolah sebagai motivator guru dalam mengatur lingkungan fisik, mengelola suasana kerja, menerapkan disiplin, memberi penghargaan, dan mengembangkan pusat sumber belajar. Selanjutnya, strategi yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk memecahkan permasalahan tersebut, yaitu dengan memberi kesempatan kepada para guru untuk meningkatkan kompetensi, meminta masukan dari para tenaga pendidik dan melibatkan mereka di dalam keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka, menegakkan disiplin, menghargai para tenaga pendidik karena pekerjaan mereka yang baik secara umum, memberi penghargaan atas prestasi guru, Memastikan apakah para tenaga pendidik mempunyai sarana kerja yang terbaik. Dari strategi tersebut, diharapkan akan tercipta kepala sekolah yang berperan sebagai motivator guru yang handal.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah pelaksanaan penelitian yang menekankan pada deskripsi fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan. Deskriptif ialah penelitian untuk memberi uraian mengenai fenomena sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang aspek-aspek masalah, baik satu variabel atau lebih berdasarkan indikator-indikator dari aspek masalah yang diteliti.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penulis melaksanakan penelitian di SMK Triguna Utama, Ciputat Timur. Sekolah tersebut merupakan tempat dimana penulis melaksanakan praktek mengajar (PPKT), yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda Km. 2 Rt. 02/RW. 04 Desa Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kab/Kota Tangerang
Selatan,
Provinsi
Banten,
Kode
Pos
15412.
Lokasinya
bersebelahan dengan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
C. Populasi dan Sampel Populasi ialah seluruh subyek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representatif. Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
26
27
penelitian populasi sampel. Oleh karena subyek penelitian ini (guru) berjumlah dibawah 100 orang, yaitu 35 orang, maka penulis menggunakan populasi sampel. D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data, teknik utama dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan dokumentasi, sedangkan teknik angket digunakan sebagai pelengkap gunanya untuk mengklasifikasi dan menjustifikasi kesimpulan dari data wawancara dan dokumentasi. Tekniknya sebagai berikut. a. Wawancara Wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi atau data dari terwawancara (interviewe). Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah SMK Triguna Utama, Ciputat Timur, yaitu Bapak Drs. Mardias. b. Dokumentasi Dalam penelitian ini, data dokumentasi berupa profil sekolah. Data ini dapat dimanfaatkan untuk sebuah data serta untuk menafsirkan terhadap permasalahan yang diteliti. c. Angket atau Koesioner Angket atau koesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi atau data dari responden baik tentang pribadinya, hal yang terkait masalah penelitian atau hal-hal yang ia ketahui. Dalam penelitian ini, angket diisi oleh para guru SMK Triguna Utama, Ciputat Timur, yang berjumlah 35 orang. Angket ini mengandung 20 butir item pertanyaan. Setiap butir pertanyaan memiliki 4 alternatif jawaban yaitu, point a skor = 4, point b skor = 3, point c skor = 2, dan point d = 1. Skala pengukuran dalam angket menggunakan skala likert, yaitu mengukur sikap pendapat seeorang atau sekelompok orang tentang fenomena
28
sosial yang terjadi. Yang berupa bentuk pertanyaan atau pernyataan yang akan dijawab oleh responden berbentuk gradasi, yaitu dari sangat positif sampai sangat negatif. Skala likert dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel 2 Skala Likert Pernyataan Sangat memotivasi
Skor
Deskripsi
4
- Kebijakan, peraturan dan keteladanan oleh kepala sekolah memberikan motivasi tinggi kepada para guru dalam bekerja. - Secara eksternal menumbuhkan motivasi para guru untuk bekerja lebih keras, contohnya guru tanpa motivasi dari kepala sekolah tetap termotivasi untuk bekerja dengan baik. - Pelaksanaan oleh kepala sekolah memberikan motivasi tinggi kepada para guru untuk bekerja.
Cukup memotivasi
3
- Secara eksternal menumbuhkan motivasi kepada para guru untuk bekerja, contohnya motivasi hanya datang dari pihak guru.
Tidak memotivasi
2
- Secara internal dan eksternal tidak menumbuhkan motivasi kepada para guru untuk bekerja.
Sangat tidak memotivasi
1
- Para guru tidak hanya tidak mempunyai motivasi, tetapi malah bersikap acuh taacuh.
29
E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian, penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai peran kepala sekolah sebagai motivator guru di SMK Triguna Utama, Ciputat Timur, adalah berbentuk angket. Angket yang digunakan terdiri dari 20 butir soal yang disebarkan kepada 35 orang guru. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam menyusun instrumen penelitian, yaitu sebagai berikut. a. Mengidentifikasikan variabel-variabel (sesuatu yg dapat berubah; faktor atau unsur yg ikut menentukan perubahan) yang diteliti. b. Menjabarkan variabel menjadi dimensi-dimensi. c. Mencari indikator (sesuatu yg dapat memberikan/menjadi petunjuk atau keterangan) setiap dimensi. d. Mendeskripsikan kisi-kisi instrumen. e. Merumuskan item-item pertanyaan atau pernyataan instrumen. f. Petunjuk pengisian instrumen. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian yang penulis gunakan dalam pembuatan angket adalah sebagai berikut. Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tentang Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Guru Variabel
Dimensi
Indikator
Teori
Penelitian
Pengaturan
Ruang kerja
lingkungan Peran
fisik
Pengaturan
No.
Juml
Butir
ah
Soal
item
1
1
2
1
3
1
4
1
lingkungan fisik Ruang belajar
Kepala
meliputi ruang kerja yang kondusif, ruang
Sekolah
Lingkungan
belajar serta
sebagai
sekolah
lingkungan sekolah
Motivator
yang nyaman
Guru
(Bab II, hal. 11) Pengaturan
Hubungan kerja
Kepala sekolah harus
30
suasana kerja
mampu menciptakan Suasana kerja
hubungan kerja yang
5
1
6,7
2
8
1
9
1
10
1
11
2
harmonis, serta menciptakan suasana kerja yang nyaman (Bab II, hal. 12) Disiplin
Disiplin
Kepala sekolah harus menegakkan disiplin kepada semua bawahannya (Bab II, hal. 12)
Strategi
Strategi umum
membina
membina disiplin
disiplin
(Bab II, hal. 13)
Teladan
Kepala sekolah pengemban ketertiban, yang patut diteladani (Bab II, hal. 13)
Dorongan
Motivasi
Motivasi merupakan
atau
suatu faktor yang
Motivasi
cukup dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah efektifitas kerja (Bab II, hal. 14)
Pemenuhan
Teori kebutuhan
kebutuhan
meliputi kebutuhan
31
fisiologis, kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan aktualisasi diri (Bab II, hal. 16) Penghargaan
Kompensasi
Kompensasi adalah
12
1
13,14
2
15,16
2
17,18
2
balas jasa yang diberikan dinas pendidikan dan sekolah kepada tenaga kependidikan, yang dapat dinilai dengan uang (Bab II, hal. 19)
Penghargaan
Berdasarkan UU RI
sesuai dengan
No.20/2003. Pasal 40
tugas dan
Ayat b, yang berisi,
prestasi kerja
penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja (Bab II, hal. 19)
Pengembang
Sarana
Kualitas sarana
an pusat
pembelajaran
pembelajaran
sumber
berpengaruh terhadap
belajar
peningkatan
(PSB)
produktifitas (Bab II, hal. 21)
Media audio
Pengembangan PSB
32
visual
melalui penggunaan media audio visual (Bab II, hal. 20)
Peralatan di
Pengembangan PSB
bengkel
melalui penggunaan
19,20
2
peralatan di bengkel (Bab II, hal. 20) Jumlah
20
F. Teknik Pengolahan Data Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, langkah selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data. Adapun teknik pengolahan data, sebagai berikut. 1. Editing Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Jadi, setelah angket diisi oleh responden dan diserahkan kepada penulis, kemudian penulis memeriksa satu persatu angket tersebut. Bila ada jawaban yang diragukan atau terdapat pertanyaan yang belum terjawab, maka penulis menghubungi kembali responden yang bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya. Tujuan daripada editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin. 2. Coding Yang dimaksud dengan koding adalah mengklasifikasikan jawabanjawaban dari para responden ke dalam kategori-kategori, biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Jadi, setelah data-data tersebut diedit, selanjutnya penulis melakukan pengkodean dan pengelompokan data-data tersebut berdasarkan kategori pembahasan.
33
3. Tabulasi Tabulasi adalah pekerjaan membuat tabel jawaban-jawaban yang sudah diberi kode. Kategori jawaban kemudian diolah dalam bentuk tabel. G. Teknik Analisis Data 1. Teknik analisis data Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau gambaran variabel yang diteliti berdasarkan tanggapan dari responden. Teknik analisanya dengan menggunakan statistik persentase dengan rumus. P = F x 100% N Keterangan : P : Angka persentase. F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya N : Number of Cases (Jumlah frekuensi atau banyaknya individu) 2. Teknik interpretasi data Untuk menentukan persentase, digunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah. a. Menentukan nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item dengan skor tertinggi b. Menghitung nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian. c. Menentukan kategorinya, yaitu dengan rumus: NS P=
x 100% NH
Setelah melakukan perhitungan persentase, maka selanjutnya peneliti melakukan interpretasi data. Dalam memberikan interpretasi atas nilai ratarata yang diperoleh, digunakan pedoman interpretasi sebagai berikut.
34
Tabel 4 Kriteria Penilaian Data No.
Kriteria
Penilaian Data
1.
75-100%
Sangat memotivasi
2.
50-74%
Cukup memotivasi
4.
25-49%
Tidak memotivasi
5.
0-24%
Sangat tidak memotivasi
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Triguna Utama, Ciputat Timur SMK Triguna Utama bertempat di Jalan Ir. H. Juanda Km. 2 Rt. 02/RW. 04, Desa Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur, Kab/Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Kode Pos 15412, bersebelahan dengan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdiri di atas tanah seluas 2800 m2 dengan luas bangunan sebesar 1291 m2. 1. Visi Sekolah Menghasilkan tenaga menengah yang terampil, unggul dan berakhak mulia dalam era globalisasi yang penuh kompetitif. 2. Misi Sekolah a. Mendidik dan melatih siswa menjadi tenaga terampil yang siap bersaing. b. Memiliki kemampuan yang unggul dalam persaingan pasar. c. Menjadikan sekolah sebagai kebanggaan masyarakat. d. Menjadikan lingkungan sekolah merupakan pencerminan dunia usaha dan industri. e. Berbudi luhur, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3. Tujuan Sekolah a. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan Tujuan
pendidikan
menengah
kejuruan
adalah
meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk
35
36
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. b. Tujuan SMK Triguna Utama 1) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha/dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan kompetensi keahlian pilihannya. 2) Membekali peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam
berkompetisi,
beradaptasi
di
lingkungan
kerja
dan
mengembangkan sikap profesional dalam kompetensi keahlian yang diminatinya. 3) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan angket yang diisi oleh para guru SMK Triguna Utama, Ciputat Timur, yang berjumlah 35 orang. Angket ini mengandung 20 butir item pertanyaan. Setiap butir pertanyaan memiliki 4 alternatif jawaban yaitu, point a skor = 4, point b skor = 3, point c skor = 2, dan point d = 1 Data hasil penelitian yang dikumpulkan melalui angket diolah ke dalam
distribusi
frekuensi
persentase.
Untuk
memudahkan
dalam
menganalisis setiap jawaban item soal dibuatkan tabulasi dan kemudian dihitung nilai prosentasenya.
1. Dimensi Pengaturan Lingkungan Fisik Tabel 5 Aturan Kepala Sekolah tentang Ruang Kerja Guru No 1
Alternatif Jawaban Sangat memotivasi Cukup memotivasi
Frekuensi
Persentase
11 24
31% 69%
37
Tidak memotivasi Sangat tidak memotivasi Jumlah
35
0% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan aturan kepala sekolah tentang ruang kerja guru, sebanyak 11 guru (31%) menjawab sangat memotivasi, dan 24 guru (69%) menjawab cukup memotivasi. Data ini menunjukkan bahwa aturan kepala sekolah tentang ruang kerja guru memberikan motivasi yang kuat (jumlah cukup dan sangat memotivasi sebanyak 100%) bagi para guru. Dari hasil wawancara disebutkan, kebijakan kepala sekolah dalam pengaturan ruang kerja agar kondusif yaitu dengan menyediakan meja, rak, dan loker di ruang kerja. Selain itu, memberi kepada para guru sebuah kredit laptop tanpa bunga sehingga sekarang ini semua guru sudah mempunyai laptop.1 Tabel 6 Aturan Kepala Sekolah tentang Ruang Belajar di Kelas No 2
Alternatif Jawaban Sangat memotivasi Cukup memotivasi Tidak memotivasi Sangat tidak memotivasi Jumlah
Frekuensi
Persentase
13 20 1 1 35
37% 57% 3% 3% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan aturan kepala sekolah tentang ruang belajar di kelas, sebanyak 13 guru (37%) menjawab sangat memotivasi, 20 guru (57%) menjawab cukup memotivasi, 1 guru (3%) menjawab tidak memotivasi, dan 1 guru (3%) menjawab sangat tidak memotivasi. Data ini menunjukkan bahwa aturan kepala sekolah tentang ruang belajar di kelas memberikan motivasi yang kuat (jumlah cukup dan sangat memotivasi sebanyak 94%) bagi para guru. Tabel 7 Kenyamanan Lingkungan di Sekolah
1
Wawancara Pribadi dengan Kepala Sekolah SMK Triguna Utama, Ciputat Timur, Jakarta, 04 Maret 2011.
38
No 3
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat nyaman Cukup nyaman Tidak nyaman Sangat tidak nyaman Jumlah
16 19 35
46% 54% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan kenyamanan lingkungan di sekolah, sebanyak 16 guru (46%) menjawab sangat nyaman, dan 19 guru (54%) menjawab cukup nyaman. Data ini menunjukkan bahwa lingkungan di sekolah memiliki kenyamanan yang kuat (jumlah cukup dan sangat nyaman sebanyak 100%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru. Dari hasil wawancara disebutkan, pengaturan lingkungan sekolah yaitu dengan mengatur lingkungan sekolah agar nyaman, tetapi dengan tetap memperhatikan kondisi keterbatasan dari lahan yang ada. Salah satu contoh yaitu dengan mengadakan penghijauan di sekolah, berupa penyediaan beberapa tanaman dalam pot di dalam sekolah.2
2. Dimensi Pengaturan Suasana Kerja Tabel 8 Tercipta Rasa Kebersamaan No 4
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sering Cukup sering Tidak pernah Sangat tidak pernah Jumlah
9 21 4 1 35
26% 60% 11% 3% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan terciptanya rasa kebersamaan di sekolah, sebanyak 9 guru (26%) menjawab sering, 21 guru (60%) menjawab cukup sering, 4 guru (11%) menjawab tidak pernah, dan 1 guru (3%) menjawab sangat tidak pernah. Data ini menunjukkan bahwa sering tercipta
2
Ibid,.
39
rasa kebersamaan dengan kuat (jumlah cukup sering dan sering sebanyak 86%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru. Tabel 9 Kenyamanan Suasana Kerja No 5
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat nyaman Cukup nyaman Tidak nyaman Sangat tidak nyaman Jumlah
11 22 2 35
31% 63% 6% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan kenyamanan suasana kerja, sebanyak 11 guru (31%) menjawab sangat nyaman, 22 guru (63%) menjawab cukup nyaman, dan 2 guru (6%) menjawab tidak nyaman. Data ini menunjukkan bahwa suasana kerja di sekolah memberikan kenyamanan yang kuat (jumlah cukup dan sangat nyaman sebanyak 94%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru. Dari hasil wawancara disebutkan, kebijakan kepala sekolah dalam menciptakan hubungan kerja yang harmonis yaitu dengan menciptakan rasa kekeluargaan di antara anggota sekolah. Semua anggota mempunyai tanggung jawab dan mempunyai rasa saling memiliki. Jika dalam pelaksanaan terdapat hubungan kerja yang tidak harmonis, maka dicari jalan keluarnya. Tidak mungkin jika suatu permasalahan tidak ada solusinya.3
3. Dimensi Disiplin Tabel 10 Disiplin Diperuntukkan untuk Seluruh Karyawan No 6
3
Alternatif Jawaban Sangat setuju Cukup setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah Ibid,.
Frekuensi
Persentase
30 3 1 1 35
86% 8% 3% 3% 100%
40
Dari tabel di atas menunjukkan disiplin diperuntukkan untuk seluruh karyawan, sebanyak 30 guru (86%) menjawab sangat setuju, 3 guru (8%) menjawab cukup setuju, 1 guru (3%) menjawab tidak setuju, dan 1 guru (3%) menjawab sangat tidak setuju. Data ini menunjukkan bahwa disiplin diperuntukkan untuk seluruh karyawan dilaksanakan dengan kuat (jumlah sangat dan cukup setuju sebanyak 94%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru. Dari hasil wawancara disebutkan, kebijakan kepala sekolah dalam menegakkan disiplin yaitu dengan membuat aturan/komitmen bersama dengan para guru. Aturan tersebut dicetuskan dalam rapat guru. idenya berasal dari para guru, lalu diambil keputusan bersama. Selanjutnya, tinggal melaksanakan aturan tersebut secara bersama-sama. Jika dalam pelaksanaan terdapat ketidakdisiplinan, maka dikasih teguran kepada guru yang bersangkutan, selanjutnya jika guru tersebut tetap tidak mempunyai komitmen maka diambil langkah yang tegas.4 Tabel 11 Keadilan dalam Penegakan Disiplin No 7
Alternatif Jawaban Sangat setuju Cukup setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
Frekuensi
Persentase
23 11 1 35
66% 31% 0% 3% 100%
Dari tabel di atas keadilan dalam penegakan disiplin, sebanyak 23 guru (66%) menjawab sangat setuju, 11 guru (31%) menjawab cukup setuju, dan 1 guru (3%) menjawab sangat tidak setuju. Data ini menunjukkan bahwa keadilan dalam penegakan disiplin di sekolah dilaksanakan dengan kuat (jumlah sangat dan cukup setuju sebanyak 97%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru.
4
Ibid,.
41
Tabel 12 Strategi Kepala Sekolah Membina Displin No 8
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat efektif Cukup efektif Tidak efektif Sangat tidak efektif Jumlah
4 29 2 35
11% 83% 6% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan strategi kepala sekolah dalam membina disiplin, sebanyak 4 guru (11%) menjawab sangat efektif, 29 guru (83%) menjawab cukup efektif, dan 2 guru (6%) menjawab tidak efektif. Data ini menunjukkan bahwa strategi kepala sekolah dalam membina disiplin memiliki keefektifan yang kuat (jumlah cukup dan sangat efektif sebanyak 94%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru. Tabel 13 Kepala Sekolah Melaksanakan Aturan di Sekolah No 9
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sering Cukup sering Tidak pernah Sangat tidak pernah Jumlah
15 17 3 35
43% 49% 8% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan kepala sekolah melaksanakan aturanaturan di sekolah, sebanyak 15 guru (43%) menjawab sering, 17 guru (49%) menjawab cukup sering, dan 3 guru (8%) menjawab tidak pernah. Data ini menunjukkan bahwa kepala sekolah melaksanakan aturan-aturan di sekolah dengan kuat (jumlah cukup sering dan sering 92%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru.
4. Dimensi Dorongan atau Motivasi Tabel 14 Pemberian Motivasi Kepala Sekolah kepada Guru
42
No 10
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
10 24 1 35
29% 68% 0% 3% 100%
Sangat memotivasi Cukup memotivasi Tidak memotivasi Sangat tidak memotivasi Jumlah
Dari tabel di atas menunjukkan pemberian motivasi kepala sekolah kepada guru, sebanyak 10 guru (29%) menjawab sangat memotivasi, 24 guru (68%) menjawab cukup memotivasi, dan 1 guru (3%) menjawab sangat tidak memotivasi. Data ini menunjukkan bahwa pemberian motivasi memberikan motivasi yang kuat (jumlah cukup dan sangat memotivasi sebanyak 97%) bagi para guru. Tabel 15 Pengikutsertaan Guru dalam Pelatihan No 11
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sering Cukup sering Tidak pernah Sangat tidak pernah Jumlah
10 13 8 4 35
29% 37% 23% 11% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan pengikutsertaan guru dalam pelatihan, sebanyak 10 guru (29%) menjawab sering, 13 guru (37%) menjawab cukup sering, 8 guru (23%) menjawab tidak pernah, dan 4 guru (11%) menjawab sangat tidak pernah. Data ini menunjukkan bahwa pengikutsertaan guru dalam pelatihan dilaksanakan dengan kuat (jumlah cukup dan sangat sering sebanyak 66%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru, namun dari sepertiganya belum kuat (karena masih ada 24% yang menyatakan tidak pernah dan sangat tidak pernah). 5. Dimensi Penghargaan Tabel 16 Pemberian Kompensasi No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
43
12
Sangat puas Cukup puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
10 23 2 35
28% 66% 6% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan pemberian kompensasi, sebanyak 10 guru (28%) menjawab sangat puas, 23 guru (66%) menjawab cukup puas, dan 2 guru (6%) menjawab tidak puas. Data ini menunjukkan bahwa pemberian kompensasi memberikan kepuasan yang kuat (jumlah cukup dan sangat puas sebanyak 94%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru. Dari hasil wawancara disebutkan, dalam kebijakan pemberian kompensasi yaitu hal tersebut dibahas pada waktu awal tahun masuk sekolah. Setelah itu, tinggal dilaksanakan saja. Dalam pemberian kompensasi tidak pernah terjadi adanya keterlambatan pembayaran.5 Tabel 17 Penghargaan Kepala Sekolah atas Prestasi Guru No 13
Alternatif Jawaban Sangat puas Cukup puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
Frekuensi
Persentase
7 17 10 1 35
20% 48% 29% 3% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan penghargaan kepala sekolah atas prestasi guru, sebanyak 7 guru (20%) menjawab sangat puas, 17 guru (48%) menjawab cukup puas, 10 guru (29%) menjawab tidak puas, dan 1 guru (3%) menjawab sangat tidak puas. Data ini menunjukkan bahwa penghargaan kepala sekolah atas prestasi guru memberikan kepuasan yang kuat (jumlah cukup dan sangat puas sebanyak 68%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru, namun dari sepertiganya belum kuat (karena masih ada 32% yang menyatakan menyatakan tidak puas dan sangat tidak puas). Dari hasil wawancara disebutkan, kebijakan kepala sekolah dalam memberi penghargaan atas prestasi guru yaitu mengadakan pemilihan guru 5
Ibid,.
44
teladan, yang memilih hal itu bukan hanya dari unsur pimpinan, tapi semua siswa juga ikut menentukan pilihannya. Hal tersebut agar para guru lebih semangat dalam bekerja. Hal itu, dilaksanakan pada perayaan hari guru6. Tabel 18 Penghargaan Kepala Sekolah atas Penugasan Guru No 14
Alternatif Jawaban Sangat puas Cukup puas Tidak puas Sangat tidak puas Jumlah
Frekuensi
Persentase
5 25 5 35
14% 72% 14% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan penghargaan kepala sekolah atas penugasan guru, sebanyak 5 guru (14%) menjawab sangat puas, 25 guru (72%) menjawab cukup puas, dan 5 guru (14%) menjawab tidak puas. Data ini menunjukkan bahwa penghargaan kepala sekolah atas penugasan guru memberikan kepuasan yang kuat (jumlah cukup dan sangat puas sebanyak 86%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru.
6. Dimensi Pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB) Tabel 19 Aturan Kepala Sekolah tentang Sarana Pembelajaran No 15
Alternatif Jawaban Sangat memotivasi Cukup memotivasi Tidak memotivasi Sangat tidak memotivasi Jumlah
Frekuensi
Persentase
15 20 35
43% 57% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan aturan kepala sekolah tentang sarana pembelajaran, sebanyak 15 guru (43%) menjawab sangat memotivasi, dan 20 guru (57%) menjawab cukup memotivasi. Data ini menunjukkan bahwa aturan
6
Ibid,.
45
kepala sekolah tentang sarana pembelajaran memberikan motivasi yang kuat (jumlah cukup dan sangat memotivasi 100%) bagi para guru. Dari hasil wawancara disebutkan, kebijakan kepala sekolah dalam menyediakan sarana pembelajaran yaitu dengan menyediakan alat multimedia untuk di kelas-kelas. Telah dibeli 5 buah LCD, yang sebelumnya sekolah hanya mempunyai 3 LCD. Jadi, total semua ada 8 LCD yang ada di kelaskelas.7 Tabel 20 Kelengkapan Sarana Pembelajaran No 16
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat lengkap Cukup lengkap Tidak lengkap Sangat tidak lengkap Jumlah
18 16 1 35
51% 46% 3% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan kelengkapan sarana pembelajaran, sebanyak 18 guru (51%) menjawab sangat lengkap, 16 guru (46%) menjawab cukup lengkap, dan 1 guru (3%) menjawab tidak lengkap. Data ini menunjukkan bahwa kelengkapan sarana pembelajaran memiliki kelengkapan yang kuat (jumlah sangat dan cukup lengkap sebanyak 97%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru. Tabel 21 Aturan Kepala Sekolah tentang Media Audio Video No 17
Alternatif Jawaban Sangat memotivasi Cukup memotivasi Tidak memotivasi Sangat tidak memotivasi Jumlah
Frekuensi
Persentase
15 19 1 35
43% 54% 3% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan aturan kepala sekolah tentang media audio video, sebanyak 15 guru (43%) menjawab sangat memotivasi, 19 guru
7
Ibid,.
46
(54%) menjawab cukup memotivasi, dan 1 guru (3%) menjawab tidak memotivasi. Data ini menunjukkan bahwa aturan kepala sekolah tentang media audio video memberikan motivasi yang kuat (jumlah cukup dan sangat memotivasi sebanyak 97%) bagi para guru. Tabel 22 Kelengkapan Media Audio Video No 18
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat lengkap Cukup lengkap Tidak lengkap Sangat tidak lengkap Jumlah
11 21 3 35
31% 60% 9% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan kelengkapan media audio video, sebanyak 11 guru (31%) menjawab sangat lengkap, 21 guru (60%) menjawab cukup lengkap, dan 3 guru (9%) menjawab tidak lengkap. Data ini menunjukkan bahwa kelengkapan media audio video memiliki kelengkapan yang kuat (jumlah cukup dan sangat lengkap sebanyak 91%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru. Tabel 23 Aturan Kepala Sekolah tentang Peralatan di Bengkel No 19
Alternatif Jawaban Sangat memotivasi Cukup memotivasi Tidak memotivasi Sangat tidak memotivasi Jumlah
Frekuensi
Persentase
16 19 35
46% 54% 0% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan aturan kepala sekolah tentang peralatan di bengkel, sebanyak 16 guru (46%) menjawab sangat memotivasi, dan 19 guru (54%) menjawab cukup memotivasi. Data ini menunjukkan aturan kepala sekolah tentang peralatan di bengkel memberikan motivasi yang kuat (jumlah cukup dan sangat memotivasi sebanyak 100%) bagi para guru. Tabel 24 Kelengkapan Peralatan di Bengkel
47
No 20
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase
Sangat lengkap Cukup lengkap Tidak lengkap Sangat tidak lengkap Jumlah
19 15 1 35
54% 43% 3% 0% 100%
Dari tabel di atas menunjukkan kelengkapan peralatan di bengkel, sebanyak 19 guru (54%) menjawab sangat lengkap, 15 guru (43%) menjawab cukup lengkap, dan 1 guru (3%) menjawab tidak lengkap. Data ini menunjukkan bahwa peralatan di bengkel memiliki kelengkapan yang kuat (jumlah sangat dan cukup lengkap sebanyak 97%) sehingga memberikan motivasi yang kuat bagi para guru.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Setelah data ditabulasikan dan dianalisis setiap item soal, selanjutnya dicari nilai persentase rata-rata keseluruhan untuk menarik suatu kesimpulan sesuai dengan data angket yang diperoleh, angket diberikan kepada responden guru yang berjumlah 35 orang dengan 20 item pertanyaan. Untuk mendapatkan nilai persentase dalam menentukan kategorinya, digunakan perhitungan dengan rumus: P = NS x 100% NH
Nilai skor (NS), nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.
Nilai harapan (NH), nilai ini dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item dengan skor tertinggi.
a. Hasil per Dimensi Tabel 25 Nilai Rata-Rata Dimensi Pengaturan Lingkungan Fisik Item
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
NS x 100% NH
Kategori
48
1
3 x 4 = 12
352 : 35 = 10,057
10,057 x 100% = 83,8% 12
Sangat Memotivasi
Dari tabel di atas, berdasarkan nilai rata-rata dimensi pengaturan lingkungan fisik mendapat nilai rata-rata 83,8%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti pengaturan lingkungan fisik oleh kepala sekolah dengan indikator ruang kerja, ruang belajar, dan lingkungan sekolah memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. Tabel 26 Nilai Rata-Rata Dimensi Pengaturan Suasana Kerja Item
1
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
2x4=8
219 : 35 = 6,257
NS x 100%
Kategori
NH 6,257 x 100% = 78,21% 8
Sangat Memotivasi
Dari tabel di atas, berdasarkan nilai rata-rata dimensi pengaturan suasana kerja mendapat nilai rata-rata 78,21%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti pengaturan suasana kerja oleh kepala sekolah dengan indikator hubungan kerja dan suasana kerja memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. Tabel 27 Nilai Rata-Rata Dimensi Disiplin Item
1
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
4 x 4 = 16
482 : 35 = 13,771
NS x 100%
Kategori
NH 13,771 x 100% = 86,06% 16
Sangat Memotivasi
Dari tabel di atas, berdasarkan nilai rata-rata dimensi disiplin mendapat nilai rata-rata 86,06%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti disiplin yang telah diterapkan oleh kepala sekolah dengan indikator
49
disiplin, strategi membina disiplin, dan teladan memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. Tabel 28 Nilai rata-rata dimensi Dorongan atau Motivasi Item
1
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
2x4=8
212 : 35 = 6,057
NS x 100%
Kategori
NH 6,057 x 100% = 75,7% 8
Sangat Memotivasi
Dari tabel di atas, berdasarkan nilai rata-rata dimensi dorongan atau motivasi mendapat nilai rata-rata 75,7%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti dorongan atau motivasi oleh kepala sekolah dengan indikator pemberian motivasi dan pemenuhan kebutuhan memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. Tabel 29 Nilai rata-rata dimensi Penghargaan Item
1
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
3 x 4 = 12
318 : 35 = 9,085
NS x 100%
Kategori
NH 9,085 x 100% = 75,7% 12
Sangat Memotivasi
Dari tabel di atas, berdasarkan nilai rata-rata dimensi penghargaan mendapat nilai rata-rata 75,7%. Dengan demikian kategorinya Sangat memotivasi. Hal ini berarti penghargaan oleh kepala sekolah dengan indikator pemberian kompensasi dan penghargaan kepada para guru sesuai dengan tugas dan prestasi kerja memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. Tabel 30 Nilai Rata-Rata Dimensi Pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB) Item
1
Nilai Harapan
Nilai Skor
(NH)
(NS)
6 x 4 = 24
718 : 35 =
NS x 100%
Kategori
NH 20,514 x 100% = 85,47%
Sangat
50
20,514
12
Memotivasi
Dari tabel di atas, berdasarkan nilai rata-rata dimensi pengembangan pusat sumber belajar (PSB) mendapat nilai rata-rata 85,47%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti pengembangan pusat sumber belajar (PSB) oleh kepala sekolah dengan indikator sarana pembelajaran, media audio visual, dan peralatan di bengkel memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja.
b. Hasil Variabel Penelitian. Tabel 31 Deskripsi Data Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Guru Item
1
Nilai Harapan (NH) 20 x 4 = 80
Nilai Skor (NS)
NS x 100% NH
Kategori
2301 : 35 = 65,7
65,7 x 100% = 82,12% 80
Sangat Memotivasi
Dari data persentase di atas, dapat ditarik simpulan bahwa peran kepala sekolah sebagai motivator guru mendapat nilai rata-rata 82,12%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti peran kepala sekolah sebagai motivator guru dengan dimensi pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan atau motivasi, penghargaan, dan pengembangan pusat sumber belajar (PSB) memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijalankan mengenai peran kepala sekolah sebagai motivator guru, dengan dimensi yang meliputi pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan atau motivasi, penghargaan, dan pengembangan pusat sumber belajar (PSB), dipaparkan temuan sebagai berikut. 1. Pengaturan lingkungan fisik, mendapat nilai rata-rata 83,8%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti pengaturan lingkungan fisik oleh kepala sekolah dengan indikator ruang kerja, ruang belajar, dan lingkungan sekolah memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. 2. Pengaturan suasana kerja, mendapat nilai rata-rata 78,21%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti pengaturan suasana kerja oleh kepala sekolah dengan indikator hubungan kerja dan suasana kerja memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. 3. Disiplin, mendapat nilai rata-rata 86,06%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti disiplin yang telah diterapkan oleh kepala sekolah dengan indikator disiplin, strategi membina disiplin, dan teladan memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja.
51
52
4. Dorongan atau motivasi, mendapat nilai rata-rata 75,7%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti dorongan atau motivasi oleh kepala sekolah dengan indikator pemberian motivasi dan pemenuhan kebutuhan memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. 5. Penghargaan,
mendapat
nilai
rata-rata
75,7%.
Dengan
demikian
kategorinya Sangat memotivasi. Hal ini berarti penghargaan oleh kepala sekolah dengan indikator pemberian kompensasi dan penghargaan kepada para guru sesuai dengan tugas dan prestasi kerja memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. 6. Pengembangan pusat sumber belajar (PSB), mendapat nilai rata-rata 85,47%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti pengembangan pusat sumber belajar (PSB) oleh kepala sekolah dengan indikator sarana pembelajaran, media audio visual, dan peralatan di bengkel memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja. Selanjutnya, hasil penelitian ini menyimpulkan, peran kepala sekolah sebagai motivator guru mendapat nilai rata-rata 82,12%. Dengan demikian kategorinya sangat memotivasi. Hal ini berarti peran kepala sekolah sebagai motivator guru dengan dimensi pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana
kerja,
disiplin,
dorongan
atau
motivasi,
penghargaan,
dan
pengembangan pusat sumber belajar (PSB) memberikan motivasi yang tinggi kepada para guru dalam bekerja.
B. Saran Berdasarkan simpulan penelitian, peneliti memberikan saran sebagai berikut. 1. Pengaturan lingkungan fisik; hendaknya gudang barang yang tidak rapi di ruang praktik bengkel untuk dirapikan.
53
2. Pengaturan suasana kerja; hendaknya koordinasi di antara para guru dalam bekerja ditingkatkan, hendaknya untuk pemilihan guru dalam menjabati bidang tertentu sesuai dengan kemampuannya. 3. Disiplin; hendaknya jika terdapat guru yang tidak masuk mengajar untuk digantikan dengan guru lain dan perlunya pengawasan dalam keadaan ini karena biasanya siswa jarang yang memberitahukan hal ini kepada para guru. 4. Dorongan atau motivasi; hendaknya mengikutsertakan guru dalam pelatihan agar kualitas guru bertambah. 5. Penghargaan; hendaknya memberikan penghargaan lebih atas prestasi guru agar mereka lebih semangat dalam bekerja. 6. Pengembangan pusat sumber belajar (PSB); hendaknya menambah media pembelajaran misalnya komputer di lab. komputer, LCD di kelas-kelas, dan peralatan di bengkel, hal itu agar pembelajaran bisa berjalan lebih optimal.
54
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. Daradjat, Zakiyah. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996. Daulay, Haidar Putra. Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2004. Dubrin, Andrew J..The Complete Ideal’s Guides; Leadership. Penerjemah Tri Wibowo BS. Jakarta: Prenada, 2006. Iska, Zikri Neni. Psikologi; Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Jakarta: Kizi Brother’s, 2008. Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press, 2010. Makmun, Abin Syamsuddin. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Maslow, Abraham H.. Motivasi dan Kepribadian. Penerjemah Nurul Iman. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993. Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004. ―――. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
55
Rivai, Veithzal dan Murni, Sylviana. Education Management; Analisis Teori dan Praktik. Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2009. Santrock, John W.. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta: Kencana, 2008. Shaleh, Abdul Rahman. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana, 2008. Sujanto, Bedjo. Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah; Model Pengelolaan Sekolah di Era Otonomi Daerah. Jakarta: CV. Sagung Seto, 2007. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2007. ―――. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. Wahyosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT. RajaGarafindo Persada, 2007. Winardi.
Motivasi
dan
Pemotivasian
RajaGrafindo, 2008.
Internet. http://Digilib.sunan-ampel.ac.id http://id.wikipedia.org
dalam
Manajemen.
Jakarta:
PT.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
56
LAMPIRAN ANGKET PENELITIAN (Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Guru di SMK Triguna Utama, Ciputat Timur) A. Data Responden Nama
: ......................................................
Jenis Kelamin
: (L/P)
Mengajar Bidang Studi
: ......................................................
B. Petunjuk Pengisian 1. Bacalah angket ini terlebih dahulu dengan teliti. 2. Pilihlah salah satu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu. 3. Angket ini tidak akan mempengaruhi Bapak/Ibu dan akan dijamin kerahasiannya. 4. Harap dijawab dengan jujur. 1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kepala sekolah membuat aturan tentang ruang kerja guru? a. Sangat memotivasi
b. Cukup memotivasi
c. Tidak memotivasi
d. Sangat tidak memotivasi
2. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kepala sekolah membuat aturan tentang ruang belajar di kelas? a. Sangat memotivasi
b. Cukup memotivasi
c. Tidak memotivasi
d. Sangat tidak memotivasi
3. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kenyamanan lingkungan di sekolah? a. Sangat nyaman
b. Cukup nyaman
c. Tidak nyaman
d. Sangat tidak nyaman
4. Seberapa sering terdapat kegiatan yang menciptakan rasa kebersamaan? a. Sering
b. Cukup sering
c. Tidak pernah
d. Sangat tidak pernah
5. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kenyamanan suasana kerja sekarang ini? a. Sangat nyaman
b. Cukup nyaman
c. Tidak nyaman
d. Sangat tidak nyaman
57
6. Apakah setuju aturan tentang disiplin diperuntukkan untuk seluruh karyawan? a. Sangat setuju
b. Cukup setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
7. Apakah setuju Bapak/Ibu bila selama ini terdapat keadilan dalam penegakan disiplin? a. Sangat setuju
b. Cukup setuju
c. Tidak setuju
d. Sangat tidak setuju
8. Seberapa efektif strategi kepala sekolah dalam membina displin? a. Sangat efektif
b. Cukup efektif
c. Tidak efektif
d. Sangat tidak efektif
9. Seberapa sering kepala sekolah melaksanakan aturan di sekolah? a. Sering
b. Cukup sering
c. Tidak pernah
d. Sangat tidak pernah
10. Menurut Bapak/Ibu, Bagaimana kepala sekolah memberikan motivasi kepada guru? a. Sangat memotivasi
b. Cukup memotivasi
c. Tidak memotivasi
d. Sangat tidak memotivasi
11. Seberapa sering kepala sekolah mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam suatu pelatihan? a. Sering
b. Cukup sering
c. Tidak pernah
d. Sangat tidak pernah
12. Seberapa puas Bapak/Ibu atas pemberian kompensasi/gaji? a. Sangat puas
b. Cukup puas
c. Tidak puas
d. Sangat tidak puas
13. Seberapa puas Bapak/Ibu atas penghargaan kepala sekolah terhadap prestasi guru? a. Sangat puas
b. Cukup puas
c. Tidak puas
d. Sangat tidak puas
14. Seberapa puas Bapak/Ibu atas penghargaan kepala sekolah dalam penugasan guru? a. Sangat puas
b. Cukup puas
c. Tidak puas
d. Sangat tidak puas
58
15. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kepala sekolah membuat aturan tentang sarana pembelajaran? a. Sangat memotivasi
b. Cukup memotivasi
c. Tidak memotivasi
d. Sangat tidak memotivasi
16. Seberapa lengkap sarana pembelajaran? a. Sangat lengkap
b. Cukup lengkap
c. Tidak lengkap
d. Sangat tidak lengkap
17. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kepala sekolah membuat aturan tentang media audio video? a. Sangat memotivasi
b. Cukup memotivasi
c. Tidak memotivasi
d. Sangat tidak memotivasi
18. Seberapa lengkap media audio video? a. Sangat lengkap
b. Cukup lengkap
c. Tidak lengkap
d. Sangat tidak lengkap
19. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kepala sekolah membuat aturan tentang peralatan di bengkel? a. Sangat memotivasi
b. Cukup memotivasi
c. Tidak memotivasi
d. Sangat tidak memotivasi
20. Seberapa lengkap peralatan di bengkel? a. Sangat lengkap
b. Cukup lengkap
c. Tidak lengkap
d. Sangat tidak lengkap
TERIMA KASIH BANYAK ATAS KERJASAMA YANG BAPAK/IBU BERIKAN
59
LAMPIRAN WAWANCARA (Peran Kepala Sekolah sebagai Motivator Guru di SMK Triguna Utama, Ciputat Timur)
Nama Interviewe
: Bapak Drs. Mardias
Jabatan
: Kepala Sekolah
Hari/Tanggal wawancara
: Jum’at, 04 Maret 2011
Waktu
: Pukul 14.00 ─ 14.30 WIB
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah SMK Triguna Utama
1. P = Apa kebijakan Bapak dalam memotivasi para guru dalam bekerja? J = Untuk memotivasi mereka, salah satunya dengan memperhatikan kesejahteraan mereka dan memikirkan kesehatan mereka. 2. P = Bagaimana jika dalam pelaksanaan terdapat guru yang tidak mempunyai motivasi, tindakan apa yang Bapak ambil? J = Kalau ada keluh kesah dari teman-teman tentang hal itu, pasti akan ditinjaklanjuti. Seandainya (yang dimaksud) masih mau berkomitmen dengan kebijakan yang kita bikin bersama, ya kita masih pakai, tapi kalau sudah tidak punya komitmen, ya kita persilahkan karena sekolah ini merupakan swasta murni, bukan sekolah negeri. 3. P = Apa kebijakan Bapak dalam pengaturan ruang kerja agar kondusif? J = Yaitu dengan menyediakan meja, rak, dan loker. Kita beri guru kredit laptop tanpa bunga. Sekarang semua guru sudah memakai laptop. 4. P = Apa kebijakan Bapak dalam pengaturan lingkungan sekolah? J = Yaitu dengan mengatur lingkungan sekolah agar nyaman dengan tetap memperhatikan kondisi keterbatasan lahan yang ada. Salah satu contohnya adalah dengan penghijauan, yaitu berupa penyediaan beberapa tanaman dalam pot di sekolah. 5. P = Apa kebijakan Bapak dalam menciptakan hubungan kerja yang harmonis?
60
J = Yaitu dengan menciptakan rasa kekeluargaan. Kita sudah cukup membina hal itu. Semuanya mempunyai tanggung jawab dan mempunyai rasa saling memiliki. Sekolah itu bukan milik kepala sekolah dan juga bukan milik yayasan, tapi milik kita bersama. 6. P = Bagaimana jika dalam pelaksanaan terdapat hubungan kerja yang tidak harmonis, tindakan apa yang Bapak ambil? J = Kita mencari permasalahannya apa? tidak mungkin masalah tidak dapat diselesaikan. Setelah itu, kita mencari jalan keluarnya. 7. P = Apa kebijakan Bapak dalam menegakkan disiplin? J = Kita membikin aturan/komitmen bersama. Aturan kita cetuskan dalam rapat guru. Jadi, ide datangnya dari para guru, lalu diambil keputusan bersama. Jadi, bukan dari kepala sekolah tapi dari para guru. Keinginan para guru apa? mau dibawa kemana sekolah ini. Kepala sekolah tidak pernah memaksa harus begini atau begitu. Maju mundurnya sekolah tergantung pada gurunya. 8. P = Bagaimana jika dalam pelaksanaan terdapat ketidakdisiplinan, tindakan apa yang Bapak ambil? J = Kita kasih teguran. 9. P = Apa kebijakan Bapak dalam memberi teladan dalam disiplin? J = Tentunya sebagai kepala sekolah harus memberikan teladan terlebih dahulu. Guru datang pagi, saya juga datang pagi, begitu juga dalam hal lainnya. Jadi pimpinan itu menjadi contoh dalam semua hal. Kalau pemimpin rusak maka semuanya akan rusak. 10. P = Apa kebijakan Bapak dalam memenuhi kebutuhan guru dalam bekerja? J = Kebutuhan apapun dari guru asal untuk kegiatan belajar mengajar, maka kita akan penuhi semua karena komitmen kita seperti itu. 11. P = Apa kebijakan Bapak dalam memberikan kompensasi? J = Pemberian kompensasi kita sudah jelas. Setiap awal pelajaran kita cetuskan ini, setelah itu kita tinggal melaksanakan saja.
61
12. P = Bagaimana jika dalam pelaksanaan terdapat kompensasi yang keluarnya terlambat, tindakan apa yang Bapak ambil? J = Alhamdulillah, kompensasi kita tidak pernah terlambat, sebelum tanggal 1, duit sudah kita masukkan dalam bank untuk ditransfer kepada para guru. Kita membayar hal itu sebelum keringat mereka kering, prinsip kita seperti itu. Jangan sampai mereka sudah selesai bekerja, tapi pembayaran-nya telat, hal itu jangan sampai terjadi. Malah, terkadang sebelum mereka bekerja upah sudah diberikan terlebih dahulu. Hal itu, agar mereka sema-ngat dalam bekerja. 13. P = Apa kebijakan Bapak dalam penghargaan atas prestasi guru? J = Setiap tahun, kita mengadakan pemilihan guru teladan, yang memilih hal itu tidak hanya dari unsur pimpinan, tapi semua siswa juga ikut menentukan pilihannya. 14. P = Bagaimana jika dalam pelaksanaan terdapat suatu penghargaan yang belum sesuai dengan keinginan para guru, tindakan apa yang Bapak ambil? J = Namanya manusia selalu tidak ada puasnya, yang penting kita tanamkan rasa bersyukur. Kalau kita bersyukur atas nikmat dari Tuhan, maka nikmat itu akan ditambah. Akan tetapi, kalau kita tidak mensyukurinya, maka Tuhan akan mengambil lagi nikmat tersebut 15. P = Apa kebijakan Bapak dalam menyediakan sarana pembelajaran? J = Kita sediakan alat multimedia. Kemaren kita membeli 5 LCD untuk tambahan di kelas-kelas. Jadi, kita sudah punya 8 kelas yang memakai LCD. Nanti setiap tahunnya akan ada penambahan untuk hal itu. 16. P = Apa kebijakan Bapak dalam menyediakan peralatan untuk pembelajaran di bengkel? J = Karena sekolah kita merupakan sekolah kejuruan, maka kita primadonakan hal itu. Yang pertama kita penuhi adalah kebutuhankebutuhan di bengkel terlebih dahulu. Semua kebutuhan di bengkel harus terpenuhi.
62
63
LAMPIRAN ANALISIS BUTIR ANGKET GURU Item Responden
+ 1
+ 2
+ 3
+ 4
+ 5
+ 6
+ 7
+ 8
+ 9
+ 10
+ 11
+ 12
+ 13
+ 14
+ 15
+ 16
+ 17
+ 18
+ 19
+ 20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3
3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 1 3 2 3 3 4 3 4
4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 1 3 2 4 3 4
3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 4 4 4 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 1 3 4 4 4 4
3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 1 4 4 4 3 4
3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3
4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 2 4 3 4
3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 4 3 3
2 2 4 3 3 3 4 4 3 4 3 2 4 4 1 3 2 1 3 1 3 2 2
3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3
3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2
3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 2 4 3 2 2 2 3 3 3
4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3
4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3
4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 4 3 3
4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 4 4 2
4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4
4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 2 4 3 4
64
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Jumlah
3
4
4
3
3
4
4
3
4
3
4
4
3
3
4
2
4
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4 3 3 3 3 3 3 4 4 3
4 3 3 3 3 3 3 4 3 3
4 3 4 3 3 3 4 4 3 3
3 3 3 3 2 2 4 3 3 3
4 3 3 3 3 2 4 3 3 4
4 4 4 4 4 3 4 3 4 4
4 3 3 4 4 3 4 3 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 3 4 3 3 2 3 3 4 3
3 3 3 3 3 3 3 4 4 3
3 3 3 4 4 2 1 2 3 3
4 3 3 3 4 3 3 4 3 3
3 3 3 3 4 2 1 2 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 3 4 3 4 3 3 4 3 4
4 3 4 4 4 4 3 4 3 3
4 3 4 3 4 3 3 4 3 3
3 3 4 3 3 3 3 4 3 3
3 3 3 4 3 3 3 4 3 3
3 3 4 4 4 3 3 4 3 3
116
115
121
108
111
132
126
107
117
113
113
100
105
120
122
119
113
121
123
99
3
65
LAMPIRAN PROFIL KEPALA SEKOLAH SMK TRIGUNA UTAMA
Nama
: Drs. Mardias
TTL
: Solok, 22 Oktober 1968
Jabatan
: Kepala SMK Triguna Utama
Mengajar
: Injeksi bahan bakar
Pendidikan
:
Pengalaman
Tamat SDN 52 Padang 1981
Tamat SMPN 2 Padang 1984
Tamat STMN 2 Padang 1987
Tamat IKIP Padang 1992
Staf Pengajar di SMK Adi Luhur
Staf Pengajar di SMK Mahardika
Staf Pengajar di SMK Triguna Utama
Diangkat sebagai Guru Bantu di DKI Jakarta
Wakasek Bidang Kurikulum di SMK Triguna Utama
Pembina OSIS di SMK Triguna Utama
Kepala Sekolah di SMK Triguna Utama Tahun 2008 s.d 2011
TOP Manager pada Sistem Managemen ISO 9001:2008
:
Tahun 2010 Minat
: - Melakukan pekerjaan yang menantang demi kemajuan - Belajar - Membaca - Olahraga
66
LAMPIRAN DATA GURU SMK TRIGUNA UTAMA 2010/2011 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
NAMA
JAB.
Drs..Mardias Nirachmat, S.Pd Choirudin, S.Pd Winarno, S.Pd Syamsu Rijal, S.Pd. MM Ir. Ferial Gunawan Khuzaeni, M.AK
Kasek PKS.1 PKS.2 Kp. Oto Kp. TPTL Kp..Mes. Kp.B&M
Drs. Dede Sumarna Dafitri Andri, S.Pd Eli Bahtra Sitepu, BA Drs.Bambang T.A Haryono, B.Sc
Ka. Lab. Lab.Ingr. P.Osis
MATA PELAJARAN Injeksi Bahan Bakar Hidrolik, Gambar Kewirausahaan Powetrain, Kelistrikan ED,RPD,PED,PERLI ST Mes,2,3 Lapalo.Perm. Akutansi & Perkantoran KKPI Lab Inggris Kimia
Guru Guru
Inst.Listrik Industri Fab.Logam
Budi Utomo, Sag.M.Pd Drajad Sapto Wahono Hamdan, Amd
Guru Guru
Fisika 1,2 &Seni Budaya Penjaskes,1,2,3
Guru
PwTrain-1,Sus
Duma Morita.N S.Pd
Guru
B.Inggris
Syamsu S.Pd
Guru
Siti Khuswatul K. S.Pd Ahyadi, S.Pd
Guru
Holid S.Pd
Guru
Drs. Ismanto
Guru
Drs. Kardiman M. Dj Guru
RPL,PPRT,PDTR,RP D Akutansi & Perkantoran Kelsitr.P.Dingin/PDT M Engine Blok & Kelsitrikan GTL,PMDK,ILRT,IL I PKn/IPS
Koko Supardi, S.Pd
Guru
Bhs. Indonesia
Machfudzi, S.Ag
Guru
Pend. Agama
Pardjono
Guru
Penjaskes-1,2
12 13 14 15 16 17 18
Guru
19 20 21 22 23 24 25
PENDIDIKAN IKIP Padang IKIP Yogya STKIP Jakarta IKIP Padang IKIP Padang
S1 S1 S1 S1 S1
STT Jakarta Unmuh Jakarta
S1 S2
Univ.Trisakti UIN Jakarta IKIP Medan
S1 S1 DIII
IKIP Padang P3GT Bandung Univ. S. Gama
S1 DIII S1
IKIP Jakarta
D
TEDC Bandung Univ.M. Sumut IKIP U Pandang IKIP Yogya
DIII S1 S1 S1
Univ. Neg.JKT Unv. N Surabaya Univ.T.Siswa
S1
STKIP PGRI Jakarta Univ. M Hamka In.PTIQ Jakarta PGSMTPN.1
S1
S1 S1
S1 S1 D
67
26 27 28 29
Guru Guru Guru
Alqur'an dan Agama Engine PKn
Sumiyati, S.Pd. Si Erningsih, S.Pd
Guru Guru
Wilson.S B.Sc
Guru
Kimia/IPA Akutansi & Perkantoran PDTM, Maintc.
Abdul Latif, S.Si Wasnila,S.Pd Aminati Arum, S.Pd
Guru Guru Guru
Matematika Matematika Bahasa Indonesia
Siti Mustasyrifah, S.Pd Didit. S,S.Pd
Guru
Matematika
Univ. Proklamasi Univ.Syafiiyah UIN Jakarta IKIP Semarang UIN Jakarta
Guru
Fisika
STKIP JKT
30 31 32 33 34 35 36
JKT IAIN Syahid IKIP Yogya Univ.M Hamka Univ. N Jogya Univ.N JKT
Drs. Robani AR Drs. Desminanto Sumiati, S.Pd
S1 S1 S1 S1 S1 DIII S1 S1 S1 S1 S1
68
LAMPIRAN STRUKTUR ORGANISASI SMK TRIGUNA UTAMA 2010/2011 Struktur Organisasi Yayasan Perguruan Triguna Utama Ketua : DR. Azis Fahrur Rozi Sekertaris : Drs. Bambang Tri Agus Direktur Pendidikan : Haryono, B.Sc
Pejabat dan Karyawan SMK Triguna Utama Kepala SMK : Drs. Mardias PKS Kurikulum SMK : Nirachmat, S.Pd PKS Kesiswaan SMK : Choirudin, S.Pd Koord. Keolahragaan dan BP : Pardjono Pembina Osis : Ahyadi, S.Pd Kaprog. Otomotif : Holid S.Pd Kaprog. Mekanik Industri : Ir. Ferial Gunawan Kaprog. Elektro : Syamsu Rijal, S.Pd., MM Koord. Lab. Komputer : Dede Sumarna, ST Koord. Lab. Bahasa : Dafitri Andry, S.Pd Ka. TU SMK : Nasatyo Tri Widodo, S.Si Bendahara SMK : Naarip Staf TU SMK : Ria Dias Fitri, Amp Petugas Perpustakaan : Maulidia, S,Ag Toolman Otomotif : Febriandi Mariadinata Toolman Mekanik Industri : Jaelani Toolman Elektro : Rusdi Satpam : Rudi Satpam : Agus S Pesuruh : Munadih Pesuruh : Firhasanih Pesuruh : Yusuf Pesuruh : Agus
69
LAMPIRAN SARANA DAN PRASARANA SMK TRIGUNA UTAMA No.
Nama Ruang
Jumlah Ruang
A
Administrasi
1
Ruang Kepala Sekolah
1
2
Ruang Guru
1
3
Ruang Pelayanan Administrasi
1
B
Kegiatan Belajar
1
Ruang Kelas
25
2
Ruang Praktek/Bengkel/Workshop
8
3
Ruang Lab. Fisika/Kimia/Biologi
1
4
Ruang Lab. Bahasa
1
5.
Ruang Praktek Komputer
2
6.
Moving Class
2
C
Penunjang Pendidikan
1
Ruang Perpustakaan
1
2
Ruang Unit Produksi
4
3
Ruang BP, Koperasi, UKS dll
2
4
Masjid
1
D
Penunjang Lainnya
1
Hall/Gedung Serbaguna
1
2
Ruang Kantin Sekolah
1
3
Ruang Toilet
4
4
Ruang Gudang
2
70
LAMPIRAN FOTO DI SMK TRIGUNA UTAMA
Kepala Sekolah
Penghargaan kepada Para Guru yang Berprestasi
Foto Bersama di antara Para Guru
71
LAMPIRAN FOTO SARANA DAN PRASARANA DI SMK TRIGUNA UTAMA (1)
Ruang Kantor
Ruang Guru
Ruang Kelas
Ruang Praktek/Bengkel/Workshop
Ruang Praktek Komputer
Ruang Lab. Fisika/Kimia/Biologi
72
LAMPIRAN FOTO SARANA DAN PRASANA DI SMK TRIGUNA UTAMA (2)
Ruang Bengkel Otomotif
Ruang Bengkel Mekanik
Masjid
Perpustakaan
Lingkungan Sekolah
Ruang Internet
73
74
75
76
77
78
79