PERAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MOTIVATOR DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMPN 131 JAKARTA SELATAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: EVITA MAWIRIANTI 1110018200003
PROGAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK Evita Mawirianti (NIM: 1110018200003). Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan. Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah dalam memberikan dorongan dan arahan melalui motivasi. Penulis melakukan penelitian di SMPN 131 Jakarta Selatan Karena ada kinerja guru yang meningkat dari tahun ke tahun dibuktikan dengan semakin banyaknya jumlah siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan subyek penelitian kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan 10 orang guru dari 42 guru yang ada. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan sudah mampu meningkatkan kinerja guru meskipun kepala sekolah belum sepenuhnya memberikan motivasi secara maksimal. Peningkatan kinerja guru tersebut dibuktikan dengan data rekapitulasi penilaian kinerja guru tahun 2013-2014 yang menunjukkan bahwa kinerja guru sudah baik dan mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Kata kunci : kepala sekolah, motivasi, kinerja guru
i
ABSTRACT
Evita Mawirianti ( NIM : 1110018200003 ). The role of Principle as a Motivator in Increasing Teachers’ Performance in SMPN 131 Jakarta Selatan. Thesis Program Tier One (S-1) Faculty of Tarbiyah and Teaching Science Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta in 2014. The objective of this study is to find out the role of the principle leadership in giving encouragement and direction though motivation. The reason that the writer took the study in SMPN 131 Jakarta Selatan is the increasing of teachers’ performances shown by increasing the number of students in that school. This study used qualitative descriptive approach. Technique in collecting the data used observation, interview and dokumentation. The subjects of the study are the principle, vice-principle, 10 teachers out of 42 teachers. The result shows that the role of principle as a motivator in SMPN 131 Jakarta Selatan has been able to increase teachers’ performances even though the principle has not given the motivation maximally. The enhancement of teachers’ performances proved by teachers’ performance scoring in 2013-2014 that is show the performances are already good and grow every year. Key words : principle, motivation, teachers’ performances.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan” ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada. Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.
Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan.
3.
Masyhuri AM., M. Pd. Sebagai dosen pembimbing yang telah sabar meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4.
Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar.
5.
Pimpinan dan Staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pelayanan dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis untuk meminjam buku-buku yang diperlukan dalam rangka menyelesaikan skripsi ini.
6.
Kepala SMPN 131 Jakarta Selatan Drs. Djoko Towo HB, M. Pd dan wakil kepala SMPN 131 Jakarta Selatan Pracoyo Agus Sumbodo, S. Pd yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi dan
ii
membantu penulis dalam memenuhi kebutuhan data dalam penyelesaian skripsi. 7.
Ayahanda terhormat Asmawih Yahya dan Ibunda tercinta Rusmini yang telah menyayangi setulus hati dan mendidik penulis dengan penuh kesabaran serta selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
8.
Kakek H. Yahya dan Nenek Hj. Fatimah serta keluaga besar kami yang selalu mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9.
Eki Adi Putra tersayang yang selalu setia menemani dan memotivasi penulis.
10. Kakak-kakak yang aku sayangi Tri Februa Andrian, Muhammad Soleh, Hanasir Bumi, Marta, Regay, Sandi Rosadi, yang selalu menghibur dan memberikan semangat kepada penulis. 11. Adik-adik yang aku sayangi Kaman Daka, Firda Zahra, Reni Astuti, yang selalu memberikan semangat serta doanya kepada penulis agar diberi kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Sahabat Sejatiku Ayuwah, Dwi lembut, Nanda, Echa, Nuri, Mpie, Nur Azizah yang sampai detik ini selalu setia memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 13. Teman terdekatku Jeani Kartika, Rizky Nurmeida Sobari, Silvia Khairunnisa, dan Sholahuddin Misbah, Yusuf Amrullah, Miftahudin, Faiz Bi’amrillah, Irfan Ardian, Faris Hadi yang selalu menemani, memberi saran dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi. 14. Seluruh sahabat Saung (Febrian Wulandari, Mardhiyah, Sripurwanti, Ainul rachmah, Julian Eka Riyanti, Alpina Ilham, Aditia Rini Kusuma Wardani, Wulan Sari, Dwi Stianingsih, Triwahyuni) yang selalu ada suka maupun duka dan selalu memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 15. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan kelas A Angkatan Tahun 2010 yang selalu menghibur dan memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 16. Teman-teman pengajian remaja Al-Ikhlas yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi.
iii
17. Teman-teman alumni Al-Karimiyah Angkatan Tahun 2007 yang selalu mendoakan penulis dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi.
Dengan segala kerendahan hati, dan ketulusan nurani, penyusun hanya dapat berdo’a kepada Allah SWT semoga semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan imbalan yang agung dan mulia dari-Nya. Amin. Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, penulis tetap berharap semoga skripsi ini tetap dapat memberikan manfaaat terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Jakarta, 19 September 2014
Evita Mawirianti NIM. 1110018200003
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ...................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. BAB I PENDAHULUAN
i ii v vii viii ix
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6 C. Pembatasan Masalah ................................................................ 6 D. Perumusan Masalah .................................................................. 6 E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7 F. Kegunaan Penelitian ................................................................. 7 BAB II
KAJIAN TEORI A. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator ................................ 8 1. Pengertian Kepala Sekolah ................................................ 8 2. Tugas Profesional Kepala Sekolah sebagai EMASLIM .... 10 3. Kepala Sekolah Sebagai Motivator .................................... 12 B. Motivasi .................................................................................... 15 1. Pengertian Motivasi ........................................................... 15 2. Teori Motivasi .................................................................... 17 3. Fungsi Motivasi.................................................................. 19 4. Jenis-jenis Motivasi ........................................................... 20 5. Asas-asas Motivasi ............................................................ 21 C. Kinerja Guru ............................................................................. 24 1. Pengertian Guru ................................................................. 24 2. Pengertian Kinerja Guru .................................................... 25 3. Ruang Lingkup Kinerja Guru ............................................ 26 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ........... 28 5. Kopetensi Kinerja Guru..................................................... 29 D. Hasil Penelitian yang Relevan .................................................. 32 E. Kerangka Berfikir ..................................................................... 33 v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 36 B. Metodelogi Penelitian ............................................................... 37 C. Sumber Data Penelitian ............................................................ 37 D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 37 E. Teknik Analisis Data ................................................................ 40 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................... 41 1. Sejarah Sekolah .................................................................. 41 2. Letak Geografis Sekolah .................................................... 42 3. Visi dan Misi Sekolah ........................................................ 42 4. Kultur Sekolah ................................................................... 45 5. Program Unggulan Sekolah ............................................... 46 6. Keadaan Guru..................................................................... 46 7. Keadaan Siswa .................................................................. 49 8. Sarana dan Prasarana Sekolah ............................................ 50 9. Ekstrakurikuler ................................................................... 53 10. Data Prestasi Sekolah/Siswa .............................................. 55 B. Deskripsi Data .......................................................................... 56 1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator di SMPN 131 .... 56 2. Faktor pendukung dan Penghambat..................................... 64 3. Peningkatan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta ................ 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan ............................................................................... 75
B.
Saran ......................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 36
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ................................................. 39
Tabel 4.1
Keadaan Kepala Sekolah ........................................................... 46
Tabel 4.2
Keadaan Guru ............................................................................ 47
Tabel 4.3
Nama Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan ................................ 47
Tabel 4.4
Keadaan Siswa .......................................................................... 50
Tabel 4.5
Sarana dan Prasarana ................................................................. 50
Tabel 4.6
Ekstrakurikuler .......................................................................... 54
Tabel 4.7
Evaluasi Diri Sekolah ................................................................ 66
Tabel 4.8
Data Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru Tahun 2013-2014 ... 73
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran......................................................35
viii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Hasil Wawancara Kepala Sekolah
Lampiran 2
Hasil Wawancara Kepala Sekolah
Lampiran 3
Hasil Wawancara Kepala Sekolah
Lampiran 4
Hasil Wawancara Guru Prakarya/Tata Busana Kelas VII
Lampiran 5
Hasil Wawancara Guru Bahasa Inggris Kelas VII/1 dan VII/2
Lampiran 6
Hasil Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam Kelas IX
Lampiran 7
Hasil Wawancara Guru IPS
Lampiran 8
Hasil Wawancara Guru Matematika
Lampiran 9
Hasil Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam
Lampiran 10
Hasil Wawancara Guru IPA
Lampiran 11
Hasil Wawancara Guru PLKJ
Lampiran 12
Hasil Wawancara Guru Pkn
Lampiran 13
Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia
Lampiran 14
Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah
Lampiran 15
Jadwal Mengajar Guru
Lampiran 16
Penilaian Kinerja Guru
Lampiran 17
Data Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru 2014/2015
Lampiran 18
Uji Referensi
Lampiran 19
Dokumentasi Keadaan Sekolah
Lampiran 20
Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 21
Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 22
Surat Permohonan Izin Observasi
Lampiran 23
Surat Permohonan Izin Wawancara
Lampiran 24
Surat Keterangan Observasi
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah “Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik”.1 Sekolah sebagai birokrasi yang mana di dalamnya terdapat adanya pimpinan lembaga yaitu kepala sekolah serta badan pembantu seperti wakil kepala sekolah, staf-staf dan para guru yang kesemuanya itu menunjukkan adanya hirarki. Semuanya saling berhubungan dan mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu sekolah juga dikatakan sebagai sistem sosial, karena di dalamnya terdapat sekelompok orang-orang yang masing-masing mempunyai tujuan, kemudian kelompok tersebut membentuk menjadi sebuah komunitas dari lingkungan masyarakat untuk menyatukan tujuan tersebut, dan untuk mencapai tujuan tersebut maka di dalamnya berlaku norma atau ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan kerja sama antara orang yang satu dengan orang yang lain. Untuk itu sekolah harus bisa menerima berbagai lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang. Dengan demikian sekolah terbuka untuk memperoleh input dan selanjutnya mentransformasikan sebagai produksi. Hal tersebut menunjukkan sekolah sebagai sistem terbuka. Sekolah juga merupakan agen perubahan, yaitu sekolah harus siap untuk berperan melaksanakan fungsinya di dalam situasi kerja yang kemungkinan akan mengalami suatu perubahan. Selain itu sekolah merupakan lembaga yang 1
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), Cet.7, h.81.
1
2
melakukan proses perubahan anak didik yang semula tidak tahu menjadi tahu. Dengan peranannya sebagai agen perubahan diharapkan sekolah mampu mewujudkan nilai-nilai sikap, pola pikir, prilaku intelektual, keterampilan dan wawasan para siswa sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Sekolah sebagai wawasan wiyatamandala, sekolah tidak terlepas dari kehidupan masyarakat yang mana sekolah lahir dari kebutuhan hidup berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara.2 Maka tata kehidupan yang berkembang dalam masyarakat ikut mewarnai gerak langkah sekolah, baik ekonomi, sosial, budaya, maupun bidang kehidupan yang lain. Oleh sebab itu sekolah berperan sebagai sarana dalam mewujudkan salah satu tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa sekolah merupakan lembaga yang bersifat kompleks dan unik yaitu bersifat kompleks dalam artian sekolah sebagai organisasi terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan bersifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lainnya. Ciri tersebut menjadikan sekolah mempunyai ciri khas yang unik. Sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Dalam menciptakan koordinasi yang baik maka diperlukan seorang pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain di lingkungannya untuk mau bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian kehidupan suatu organisasi sangat ditentukan oleh peran seorang pemimpin. Pemimpin dalam lembaga pendidikan adalah kepala sekolah. Untuk itu dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung atas kemampuan kepala sekolah dalam memimpin lembaga pendidikannya.
2
Ibid., h.174.
3
Hal tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan, karena itu kepala sekolah harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik. Bila kita cermati hal tersebut menunjukkan bahwa tugas dan fungsi kepala sekolah tidak sedikit karena dia merupakan orang yang paling berpengaruh dalam mencapai suatu tujuan organisasi (lembaga pendidikan). Menurut Euis Karwati dan Donni Juni Priansa bahwa “tugas profesional kepala sekolah adalah sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator atau disingkat dengan EMASLIM”.3 Namun dalam hal ini yang paling berpengaruh pada peningkatan kinerja guru adalah kepala sekolah sebagai motivator. Yaitu bagaimana kepala sekolah meningkatkan kinerja guru melalui motivasi yang diberikannya. Karena motivasi berfungsi untuk mengarahkan, mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan yang dalam hal ini akan dapat menghasilkan peningkatan pada kinerja guru. Untuk itu kepala sekolah harus mempunyai strategi yang tepat dalam memberikan motivasi kepada tenaga kependidikan agar mereka dapat meningkatkan kinerjanya. Guru merupakan kunci utama dalam meningkatkan prestasi siswa, karena gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanannya. Maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa dipengaruhi oleh kinerja guru yang maksimal. Menurunnya prestasi peserta didik bisa disebabkan karena melemahnya kinerja guru. Dengan demikian keberhasilan yang dicapai guru dalam bekerja dapat ditentukan oleh motivasi yang dimilikinya. Guru yang memiliki motivasi kerja tinggi cenderung hasil kerjanya pun akan maksimal dan sebaliknya guru yang motivasinya rendah, maka hasil kerjanya pun tidak akan maksimal. Hal ini karena 3
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah : Membangun Sekolah yang Bermutu, (Jakarta : ALFABETA, 2013), Cet. 1, h.116.
4
motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, sering terjadi guru yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk bekerja sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Hal ini sejalan dengan Wina Sanjaya yang mengatakan bahwa perilaku atau tindakan yang ditunjukan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motive yang dimilikinya.4 Oleh karena itu kepala sekolah harus dapat memahami sikap kerja bawahanya masing-masing. Sehingga kepala sekolah dapat memotivasi guru dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Motivasi merupakan salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan.5 Karena ada bawahan yang baru mau bekerja setelah dimotivasi atasannya. Rutinitas pekerjaan sering menimbulkan kejenuhan mendalam yang dapat menurunkan motivasi berprestasi, yang diperparah oleh kondisi kerja yang tidak mendukung. Dengan adanya motivasi yang kuat penulis meyakini bahwa seseorang akan berungguh-sungguh dalam bekerja. Karena motivasi kerja berdampak pada prestasi kerja, disiplin, dan kualitas kerjanya. Pada guru yang terpenuhi motivasinya maka kinerjanya akan meningkat dan kemungkinan akan berdampak positif pada hasil kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas pendidikan tersebut. Sebagaimana yang dipaparkan Sutermeister yang dikutip oleh Rusman bahwa “produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja dan 10% tergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan, prestasi kerja itu sendiri untuk 80-90% bergantung pada motivasinya untuk bekerja, 10-20% bergantung pada kemampuannya, dan motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial, 40% bergantung pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung pada kondisi-
4
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet.1, h. 250. 5
Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), Cet. 2, h. 249.
5
kondisi fisik.6 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja guru akan memiliki pengaruh terhadap produktivitas pendidikan. SMPN 131 Jakarta Selatan merupakan sekolah yang sudah berstandar Nasional dan sudah berakreditas A. Sekolah yang sudah berdiri selama kurang lebih 35 tahun lamanya, merupakan sekolah yang sudah dikenal sukses dalam mencetak lulusan yang berkualitas, sehingga banyak diminati oleh masyarakat sekitar. Hal ini terbukti dari lulusannya yang berprestasi dan jumlah murid yang setiap tahunnya selalu meningkat. Ini semua tentunya tidak lepas dari peran kepala sekolah dan prestasi kinerja guru. Namun dalam mengoptimalkan kinerja guru, kepala sekolah harus dapat memberikan semangat dan arahan serta menjalin komunikasi yang baik kepada guru. Akan tetapi kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan jarang sekali berada di sekolah, karena selain menjadi kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan beliau juga menjadi kepala sekolah di SMP 239. Dengan jarangnya keberadaan kepala sekolah tersebut, tentunya dapat memberi jarak komunikasi antara kepala sekolah dengan guru. Komunikasi yang kurang dari kepala sekolah akan dapat mempengaruhi motivasi kerja guru, karena kurangnya arahan langsung dari kepala sekolah sebagai sarana motivasi bagi guru. Sehingga guru akan enggan untuk meningkatkan kinerjanya. Padahal keberhasilan yang dicapai guru dalam bekerja ditentukan oleh motivasi yang dimilikinya. Sedangkan untuk menjadikan sekolah agar dapat mencetak lulusan yang berkualitas diperlukan kinerja yang baik dari guru untuk dapat meningkatkan produktivitas di sekolah tersebut. Sehingga terdapat pertanyaan disini apakah kinerja guru yang baik tersebut dikarenakan motivasi kinerja guru yang tinggi dalam bekerja, ataukah ada peran kepala sekolah di dalamnya? Dan timbul pertanyaan lagi apakah kinerja tinggi dalam mengajar dikarenakan adanya peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru. Untuk menjawab semua itu maka diperlukan penelitian yang lebih mendalam.
6
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 320
6
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sebagai upaya bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta dengan judul “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru”.
B. Identifikasi Masalah Merujuk pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah pokok sebagai berikut : 1.
Belum optimalnya peran kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan.
2.
Belum optimalnya kinerja guru dalam proses belajar mengajar di SMPN 131 Jakarta Selatan.
3.
Belum maksimalnya kepala sekolah dalam memberikan motivasi terhadap kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.
C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah yang terdapat di SMPN 131 Jakarta Selatan, maka dalam penelitian ini dibatasi pada Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan idenfikasi masalah yang diuraikan, maka penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan dasar penelitian sebagai berikut: 1.
Bagaimana peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan?
2.
Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dihadapi kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan?
3.
Bagaimana peningkatan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan?
7
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui peran motivasi kepala sekolah terhadap kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan. 2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pemberian motivasi kepala sekolah terhadap guru di SMPN 131 Jakarta Selatan. 3. Mengetahui peningkatan kinerja guru atas motivasi yang diberikan kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan.
F. Kegunaan penelitian 1.
Bagi peneliti, hasilnya dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil pengamatan langsung khususnya terkait dengan peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru, dan sebagai suatu pengalaman yang tak pernah ditemui sebelumnya sehingga dapat menambah wawasan pada peneliti.
2.
Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan, bahan pertimbangan dan sumber data guna perbaikan, pengembangan dan peningkatan dalam dunia pendidikan khususnya dalam meningkatkan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.
3.
Bagi pembaca, berguna sebagai sebuah informasi dan bahan masukan bagi perumusan konsep tentang peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.
BAB II KAJIAN TEORI A. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator 1. Pengertian Kepala Sekolah Faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan adalah kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. “Pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada dilingkungannya pada situasi tertentu, agar orang lain mau bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab demi tercapaianya tujuan yang telah ditetapkan”.1 Dengan demikian, kepala sekolah merupakan pimpinan satuan pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah serta mempunyai pengaruh yang besar pula dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun definisi kepala sekolah menurut Wahjosumidjo bahwa “kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”.2 Tugas tersebut seharusnya dapat 1
Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta : Balai AksaraYudhistira, 1982), cet.1. h. 5-6. 2
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010), Cet. 7. h. 83.
8
9
dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan baik, agar kepala sekolah dapat menjadikan sekolahnya menjadi sekolah yang berkualitas. Menurut James M Lipham yang dikutip oleh Euis Karwati dan Donni Juni Priansa dalam bukunya kinerja dan profesionalisme kepala sekolah mengatakan bahwa “kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka dan mereka yang menentukan irama bagi sekolah mereka”.3 Kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin sekaligus mengorganisir dan mengelola pelaksanaan program belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah yang dipimpinnya. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang akan dilaksanakan oleh bawahannya agar sasaran dari tujuan yang ingin dicapai dalam suatu program yang dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik dan menghasilkan hasil yang baik pula sehingga tercapailah tujuan tersebut. Hal ini menunjukkan pula bahwa kepala sekolah adalah orang yang menentukan arah dari tercapainya tujuan tersebut. Sedangkan menurut Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala Sekolah Profesional, mengatakan bahwa “kepala sekolah adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.4 Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kepala sekolah adalah pemimpin di suatu lembaga pendidikan yang mempunyai kekuasaan penuh untuk menentukan irama bagi lembaga yang di ampunya dan mempunyai tanggung jawab penuh untuk mengelola segala kegiatan di lembaga tersebut berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan guna pencapaian tujuan bersama.
3
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah : Membangun Sekolah yang Bermutu, (Jakarta: ALFABETA, 2013), cet. 1, h. 37. 4
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 11, h. 37.
10
2. Tugas Profesional Kepala Sekolah sebagai EMASLIM Untuk mencapai suatu keberhasilan tentunya kepala sekolah harus menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Adapun tugas profesional kepala sekolah Menurut Euis Karwati dan Donni Juni Priansa bahwa “tugas profesional kepala sekolah adalah sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator atau disingkat dengan EMASLIM”.5 a. Kepala sekolah sebagai edukator, ia harus mampu berperan sebagai pendidik. Yaitu dapat membimbing staf, dan pegawai lainnya untuk dapat bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing dan juga mampu membimbing
peserta
didik,
mengikuti
kemajuan
IPTEK
serta
kemampuan memberikan contoh dan teladan yang baik kepada semua warga sekolah. Kepala sekolah sebagai edukator dalam menumbuhkan motivasi yaitu dengan cara memberikan saran atau masukan kepada guru, dan juga memberikan arahan sekaligus bimbingan kepada guru atas motivasi yang diberikannya dalam upaya meningkatkan kinerja guru. Sebagaimana fungsi motivasi tersebut yaitu untuk mengarahkan pada suatu sasaran atau tujuan yang diinginkan. b. Kepala sekolah sebagai manajer, ia harus mampu mengatur SDM yang ada di hal-hal yang terkait dalam pencapaian tujuan seperti menyusun program di sekolah, menyusun organisasi kepegawaian yang tepat, kemampuan menggerakkan staf untuk lebih giat dalam melaksanakan tugas, kemampuan mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer dalam menumbuhkan motivasi yaitu dengan cara mengatur program kerja dengan baik, sesuai dengan kemampuan guru dalam melaksanakan beban kerja yang diberikan dan dapat menggerakkan guru untuk giat melaksanakan tugasnya seperti, menyusun RPP (Rencana Program Pembelajaran),
5
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, op. cit., h.116.
11
menilai hasil belajar siswa dan lain-lain. Dalam hal ini hasil yang ingin dicapai yaitu untuk mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan. c. Kepala sekolah sebagai administrator, ia harus dapat mengelola administrasi proses belajar mengajar dan bimbingan konseling, mengelola administrasi kesiswaan, mengelola administrasi keuangan yang diwujudkan dalam kelengkapan dan akuntabilitas tentang penggunaan dan laporan keuangan. Serta mampu mengelola administrasi sarana dan prasarana, dan juga mengelola administrasi persuratan. Dengan kemampuan kepala sekolah dalam mengelola administrasi tersebut maka kebutuhan guru akan terpenuhi sehingga guru akan termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya. d. Kepala sekolah sebagai supervisor, ia harus mampu melaksanakan program supervisi pendidikan yang baik, serta memanfaatkan hasil supervisi pendidikan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Dalam hal ini untuk memotivasi guru kepala sekolah harus mampu melakukan penilaian kinerja terhadap guru dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) hasil penilaian tersebut akan mempengaruhi guru untuk meningkatkan kinerjanya bila dirasa adanya penurunan pada kinerjanya. e. Kepala sekolah sebagai leader, ia harus mampu memimpin sekolah atau madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal. Kepala sekolah sebagai leader dalam menumbuhkan motivasi dapat
dilihat dari peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
memberikan dorongan dan arahan melalui motivasi. f. Kepala sekolah sebagai innovator, ia harus mampu mencari dan menemukan gagasan-gagasan baru untuk pembaharuan di sekolah serta kemampuan untuk melaksanakan pembaharuan di sekolah. Untuk menumbuhkan motivasi kepada guru kepala sekolah harus mau menerima saran dan kritik baik itu dari guru, staf dan pegawai lainnya agar mereka termotivasi untuk memberikan ide, saran ataupun kritik terkait pengembangan sekolah.
12
g. Kepala sekolah sebagi motivator, ia harus mampu mengatur lingkungan kerja agar kondusif, mengatur suasana kerja menjadi nyaman dan tenang dan dapat menimbulkan kreatifitas dan ide-ide yang cemerlang dari warga sekolah, memberikan penghargaan bagi semua warga sekolah yang berprestasi dan memberikan hukuman kepada warga sekolah yang melanggar aturan yang telah ditetapkan bersama.
3. Kepala Sekolah Sebagai Motivator Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.6 Dorongan tersebutlah yang menjadi penggerak untuk melakukan sebuah tindakan nyata dalam pemenuhan suatu kebutuhan tersebut. Seorang pemimpin pendidikan tentunya harus bisa menjadi penggerak di lembaganya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekolah, penggerak disini dalam artian memberikan dorongan atau motivasi kepada bawahannya dalam rangka memenuhi kebutuhan sekolah tersebut demi tercapainya tujuan sekolah. Tugas dan fungsi kepala sekolah tentunya tidak sedikit salah satunya adalah sebagai motivator yang kita artikan disini adalah sebagai pendorong atau penggerak yaitu bagaimana kepala sekolah dapat mendorong atau menggerakkan bawahannya (tenaga pendidik dan kependidikan) dalam pemenuhan tugas. Tugas tersebut tentunya dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan dikerjakan semaksimal mungkin dalam rangka mencapai suatu keberhasilan bersama yaitu keberhasilan dalam melaksanakan visi dan misi sekolah yang telah disepakati bersama. Kepala
sekolah
harus
mampu
memotivasi
atau
mendorong
bahawahannya (tenaga pendidik dan kependidikan) untuk senantiasa eksis terhadap pekerjaan yang dijalankannya. Sebagai motivator kepala sekolah 6
Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), cet. 5, h. 3.
13
harus mampu menciptakan suasana yang dapat merangsang bawahannya (tenaga pendidikan dan kependidikan) untuk tetap bersemangat dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Dalam hal ini kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat dalam memberikan motivasi kepada bawahannya, motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui : pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).7 Pengaturan lingkungan fisik, lingkungan adalah salah satu faktor terpenting dalam memenuhi rasa nyaman dan aman pada diri seseorang. Oleh karenanya pengaturan lingkungan fisik dapat berpengaruh pada motivasi kerja seseorang. Untuk itu kepala sekolah harus dapat membangkitkan semangat tenaga kependidikan, agar dapat menjalankan tugasnya secara optimal. Dengan demikian diperlukan pengaturan lingkungan fisik yang baik untuk dapat memberikan rasa nyaman dan aman kepada bawahannya dalam bekerja, guna mendorong penyelesaian kerja yang optimal. Adapun pengaturan lingkungan fisik menurut mulyasa, yaitu mencangkup ruang kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakana, ruang laboratorium, bengkel,
serta
mengatur
lingkungan
sekolah
yang
nyaman
dan
menyenangkan. 8 Pengaturan suasana kerja, dalam bekerja tentunya seseorang membutuhkan suasana yang nyaman untuk dapat bekerja dengan baik. Nyaman dalam artian suasana yang dapat mendukung terlaksananya suatu pekerjaan atau tugas yang akan dilaksanakan. Lingkungan yang kondusif kiranya dapat menumbuhkan motivasi seseorang dalam bekerja atau dalam melaksanakan tugasnya. Karena dengan lingkungan yang kondusif seseorang dapat merasa nyaman dan pada akhirnya terdorong atau tergerak untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga akan membangkitkan semangat kerja para tenaga 7
Mulyasa. op. cit., h. 120.
8
Ibid.
14
kependidikan. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang baik atau harmonis dengan bawahannya serta menciptakan
lingkungan
yang
kondusif
yaitu
nyaman,
aman
dan
menyenangkan. Hal tersebut dilakukan agar bawahan mau bekerja dengan penuh semangat dan secara optimal. Disiplin, dalam meningkatkan taraf kerja yang baik kiranya kepala sekolah perlu menanamkan kedisiplinan kepada semua bawahan termasuk pada dirinya sendiri. Dengan pemberian tauladan atau contoh berdisiplin yang baik pada bawahan dapat memotivasi bawahan untuk selalu disiplin dalam bekerja salah satunya dalam penyelesaian tugas. Melalui disiplin tersebut diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif dan efesien, serta dapat meningkatkan produktivitas sekolah. Dorongan, untuk menggerakkan bawahan agar mau bekerja secara optimal dan penuh dengan rasa semangat tentunya kepala sekolah harus terus memotivasi bawahannya. Karena ada bawahan yang mau bekerja setelah dimotivasi. Setiap orang pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga
memerlukan
perhatian
dan
pelayanan
khusus
pula
dari
pemimpinnya, khusunya pada pemberian motivasi. Oleh karena itu untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, kepala sekolah harus terus memperhatikan motivasi tenaga kependidikan. Penghargaan. Penghargaan dapat berfungsi untuk meningkatkan prestasi kerja para tenaga kependidikan. Melalui penghargaan ini para tenaga kependidikan dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerja secara positif dan produktif. Karena ada orang yang mau meningkatkan kinerjanya untuk meraih suatu penghargaan tersebut. Penghargaan tersebut bisa berupa pujian, hadiah dan sebagainya yang diberikan atas dasar prestasi kerja yang baik. Penyediaan sumber belajar, untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang efektif, kepala sekolah harus menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan sekolah. Dengan sumber belajar yang memadai tentunya kegiatan belajar mengajar akan terlaksana dengan baik.
15
Dengan demikian diharapkan kepala sekolah mampu menjadi motivator yang baik dan mampu meningkatkan kemauan tenaga kependidikan dalam menjalankan serta menyelesaikan tugas dan fungsinya. Adapun peran kepala sekolah menurut Euis Karwati dalam meningkatkan motivasi kerja yaitu : a) b) c) d) e) f)
Menerapkan manajemen yang terbuka Penerapan deskripsi pekerjaan dengan tugas dan fungsi yang jelas Menerapkan hubungan vertikal kebawah Pemetaan program dan kegiatan peningkatan motivasi kerja Pengawasan yang berkelanjutan dan menyeluruh Evaluasi.9 Berbagai kegiatan tersebut diharapakan dapat meningkatkan motivasi,
yang selanjutnya akan memberi dampak positif terhadap upaya dalam meningkatkan kinerja guru. Dengan demikian, kepala sekolah memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan motivasi
B. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Menurut Isbandi Rukminto Adi yang dikutip oleh Hamzah B. Uno “Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat”.10 Maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan dalam diri individu tersebutlah yang menjadi pendorong dirinya untuk melakukan suatu kegitan tertentu dalam pencapaian tujuan. Hal ini biasa disebut sebagai motivasi instrinsik yaitu motivasi yang datang dari dalam diri individu sendiri. Menurut Wina Sanjaya, “motivasi adalah dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan
9
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, op. cit., h. 91. Hamza B. Uno, loc. Cit.
10
16
tertentu”.11 Ini berarti bahwa ada kondisi yang mendorong atau yang menyebabkan manusia melakukan tindakan dengan sadar. Kondisi yang demikian itu dapat diciptakan oleh pribadi manusia itu sendiri atau oleh manusia lain. Hal tersebut sejalan dengan pendapat J. Winardi, bahwa motivasi adalah “suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang diri manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkannya oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif”.12 Adapun menurut N. Manulang yang dikutip oleh Suhendra dan Murdiyah Hayati dalam bukunya manajemen sumber daya manusia mendefinisikan motivasi sebagai “pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan karyawan agar mereka bersemangat dan dapat mencapai hasil sebagaimana dikehendaki”. 13 Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi adalah kekuatan atau dorongan yang timbul pada dalam diri seseorang sehingga orang tersebut bertindak atau berbuat sesuatu tertentu untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu pula dan motivasi ini juga dapat ditimbulkan oleh orang lain seperti kepala sekolah yaitu dengan memberika semangat dan inspirasi yang bertujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain motivasi merupakan sesuatu yang sangat pokok yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja. Inti pemberian motivasi adalah menumbuhkan kesadaran diri pada karyawan bahwa bekerja merupakan suatu kebutuhan.
11
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. 1, h. 250. 12 J. Winardi, Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 6. 13 Suhendra dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta : Lembaga Penelian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), cet. 1, h. 91.
17
2. Teori Motivasi Berikut dikemukakan beberapa teori tentang motivasi, antara lain : a. Teori Maslow Maslow merupakan tokoh yang mencetuskan teori hierarki kebutuhan. Menurut Maslow hierarki kebutuhan sesungguhnya dapat digunakan untuk mendeteksi motivasi manusia. Hierarki itu didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima tingkat kebutuhan yaitu : 1. Kebutuhan fisiologikal (fisiological needs). Kebutuhan dasar yang harus dipenuhi manusia. Contoh kebutuhan ini adalah kebutuhan akan sandang, pangan, papan, istirahat, rekreasi, tidur, dan hubungan seks. Untuk memenuhi kebutuhan ini manusia biasanya berusaha keras untuk mencari rezeki. 2. Kebutuhan keselamatan (safety needs, security needs). Setelah kebutuhan fisiologikal terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan manusia, yaitu kebutuhan akan keselamatan atau rasa aman. Contoh kebutuhan ini antara lain menabung, mendapatkan tunjangan pensiun, memiliki ansuransi, memasang pagar, teralis pintu, dan jendela. 3. Kebutuhan berkelompok (social needs, love needs, belonging needs, offection needs). Setelah kebutuhan keselamatan atau rasa aman terpenuhi maka muncul pula kebutuhan baru yang diinginkan manusia, yaitu kebutuhan hidup berkelompok, bergaul, bermasyarakat, ingin mencintai dan dicintai, serta ingin memiliki dan dimiliki. 4. Kebutuhan penghargaan (esteem needs, egoistic needs), setelah kebutuhan berkelompok terpenuhi maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan manusia, yaitu kebutuhan akan penghargaan atau ingin berprestasi 5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs, self-realization needs, self-fulfillment
needs,
self-expression
needs).
Setelah
kebutuhan
penghargaan terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan manusia, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri atau realisasi diri, atau
18
pemenuhan kepuasan atau ingin berprestise. Contoh kebutuhan ini antara lain memiliki sesuatu bukan hanya karena fungsi tetapi juga gengsi, mengoptimalkan potensi dirinya secara kreatif dan inovatif, ingin mencapai taraf hidup yang serba sempurna atau derajat yang setinggitingginya.14 b. Teori Herzberg Teori Motivasi Herzbergs : menurut teori ini motivasi yang ideal adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan. Menurutnya ada dua faktor penting yang mempengaruhi produktivitas kerja seseorang, yakni faktor pemeliharaan dan faktor motivator.15 a. Faktor pemeliharaan: yang menghubungkan dengan hakikat pekerja yang ingin memperoleh ketenangan badaniah. Dalam bekerja kebutuhan dapat disamakan dengan kebutuhan akan gaji, kepastian pekerja dan supervisi yang bik. Jadi faktor-faktor ini bukanlah sebagai motivator, akan tetapi merupakan keharusan bagi perusahaan. b. Faktor-faktor motivasi: faktor-faktor ini merupakan faktor-faktor motivasi yang menyangkut kebutuhan psikologi yang berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkitan dengan pekerjaan, misalkan ruangan yang nyaman, penempatan kerja yang sesuai dan lainnya. c. Teori McCelland McCelland mengetengahkan teori motivasi yang berhubungan erat dengan teori belajar. McCelland berpendapat bahwa banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan. Tiga dari kebutuhan McCelland ialah : 1. Kebutuhan akan prestasi (need of achievement). Motivasi berprestasi ialah dorongan dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan.
14
Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), cet. 2, h, 255-258. 15
Suhendra dan Murdiyah Hayati, op. cit., h. 95.
19
2. Kebutuhan akan afiliasi (need of affilition). Motivasi afiliasi ialah dorongan untuk berhubungan dengan orang lain atau dorongan untuk memiliki sahabat sebanyak-banyaknya. 3. Kebutuhan akan kekuasaan (need of power). Motivasi berkuasa ialah dorongan untuk memengaruhi orang lain agar tunduk kepada kehendaknya.16 d. Teori McGregor Teori yang dikembangkannya dikenal dengan teori X dan teori Y. Teori ini beranggapan bahwa menejer terori X memandang para pekerja sebagai pemalas yang tidak dapat diperbaiki. Sedangkan manajer teori Y memandang bekerja harus seimbang dengan istirahat dan bermain, dan bahwa pada orangorang pada dasarnya cenderung untuk bekerja keras dan melakukan pekerjaan dengan baik. Dengan demikian teori ini menjelaskan bahwa seorang manajer itu mengayomi akan dengan jelas memengaruhi cara mereka menangani dan memotivasi bawahan.17
3. Fungsi Motivasi Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita. Karena motivasi mempunyai dua fungsi, yaitu : (1) mengarahkan, (2) mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan.18 1) Mengarahkan (directional function) Motivasi dapat berfungsi mengarahkan apabila sesuatu sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, sehingga motivasi berperan mendekatkan individu pada pencapaian suatu tujuan. 2) Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing finction) Motivasi dapat berfungsi mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan apabila motivasi yang didapat besar atau kuat, maka seseorang akan 16
Husaini Usman, op. cit., h. 264. Hamzah B. Uno, op. cit., h. 45. 18 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 5, h. 62. 17
20
melakukan suatu kegiatan dengan sungguh-sungguh, terarah dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi berfungsi mengarahkan, apabila seseorang mempunyai keinginan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Arahan tersebutlah yang nantinya diharapkan dapat membawa pada suatu keberhasilan. Selain itu motivasi juga berfungsi mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan, apabila dalam suatu kegiatan didalamnya terdapat motif yang kuat, dan kekuatan tersebutlah yang menjadi pendorong atau penggerakkan dalam menjalankan suatu kegiatan sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.
4. Jenis-jenis Motivasi Bila dilihat dari fungsinya tentunya motivasi sangat penting bagi kehidupan kita, karena motivasi dapat menjadi penggerak yang dapat mengarahkan kepada suatu hasil (tujuan). Terlebih lagi pada dunia pendidikan, hendaknya kepala sekolah harus dapat memberikan motivasi kepada guru agar guru terdorong untuk semangat dalam menyelesaikan tugas dan fungsinya. Untuk itulah motivasi dapat dibedakan menjadi : a. Menurut sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik. 1) Motif intrinsik, motivasi yang memang telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya. 2) Motif ekstrinsik, timbul karena ada rangsangan dari luar individu. Yang memotivasi adalah orang lain bukan dari dalam diri sendiri.19 b. Menurut sifatnya motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu : 1) Motivasi takut atau fear motivation, individu melakukan sesuatu perbuatan karena takut. 2) Motivasi insentif atau incentive motivation, individu melakukan suatu perbuatan untuk mendapatkan suatu insentif.
19
Hamzah B. Uno, op. cit., h. 4.
21
3) Sikap atau attitude motivation atau self motivation. Motivasi ini lebih bersifat intrinsik, muncul dalam diri individu.20 c. Menurut prakteknya motivasi dibedakan atas dua jenis antara lain (biasanya dipraktekkan pada perusahaan) : 1) Motivasi
Positif,
manajer
memotivasi
bawahannya
dengan
memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. 2) Motivasi
Negatif,
manajer
memotivasi
bawahannya
dengan
memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik motivasi.21
Dalam uraian tersebut maka dalam hal ini penulis mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya motivasi ini dapat dibedakan menjadi dua bagian penting, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Namun demikian antara motivasi tersebut, motivasi intrinsiklah yang paling berpengaruh dan tahan lama serta dapat memberikan hasil yang memuaskan pada diri seseorang, karena motivasi ini timbul atas dasar kesadaran sendiri untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
5. Asas-asas Motivasi Suatu
program
motivasi
akan
berhasil
dengan
baik
apabila
memperhatikan asas-asas motivasi sebagai berikut : 1) Asas mengikut sertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. 2) Asas komunikasi, artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakan dan kendala-kendala yang dihadapi.
20
Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h.63.
21
Suhendra dan Murdiyah Hayati, op. cit., h. 93.
22
3) Asas pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat secara wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya. 4) Asas wewenang yang didelegasikan, artinya memberi kewenangan, dan kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik. 5) Asas adil dan layak, artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas “keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan. Contohnya pemberian hadian atau hukuman terhadap semua karyawan harus adil dan layak kalau masalahnya sama. 6) Asas perhatian timbal balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi, atau dapat disebut sebagai kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah pihak.22
Selain asas-asas motivasi adapun prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan untuk memotivasi tenaga kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan kinerjanya, diantaranya : 1) Tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukan menarik, dan menyenangkan. 2) Tujuan kegiatan harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja. Tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut. 3) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiap pekerjaannya. 4) Pemberian hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.
22
Ibid.
23
5) Memanfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu tenaga kependidikan. 6) Usahakan
untuk
memperhatikan
perbedaan
individual
tenaga
kependidikan, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap mereka terhadap pekerjaannya. 7) Memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa pimpinan memperhatikan mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap
tenaga
kependidikan
pernah
memperoleh
kepuasan
dan
penghargaan.23
Menurut Verma yang dikutip oleh Husaini Usman ada teknik motivasi lainnya yang dapat dilakukan terhadap bawahan, yaitu yang disebut dengan prinsip MOTIVATE. M
= Manifes artinya bangkitkan rasa percaya diri ketika pendelegasian tugas = Open artinya bangkitkan percaya diri ketika pendelegasian tugas. = Tolerance artinya toleransi terhadap kegagalan, mau dan boleh belajar dari kesalahan karena pengalaman adalah guru yang terbaik (tingkatkan kreativitas). = Involve artinya semua pihak terkait dalam pekerjaan (meningkatkan rasa diterima dan komitmen). = value artinya nilai yang diharapkan dan diakui dalam kinerja yang baik (hadiah apa yang akan didapat dan bagaimana cara mendapatkannya). = Align artinya menyeimbangkan sasaran pekerjaan (proyek) dengan sasaran individu (orang-orang bersemangat mencapai kepuasan yang mereka inginkan). = Trust artinya kejujuran setiap anggota tim (vital dalam memotivasinya) = Empower artinya berdayakan setiap anggota tim sewajarnya (khusunya dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan).24
O T
I V
A
T E
Dari uraian tersebut nampaknya jelas bahwa untuk mendukung terciptanya suasana kerja yang baik kepala sekolah perlu menggunakan asas, prinsip atau 23
Mulyasa, op. cit., h. 149.
24
Husaini Usman, op. cit., h. 273.
24
tekni tersebut dalam pemenuhan perannya sebagai motivator. Karena sesuai dengan fungsinya sebagai motivator kepala sekolah harus mampu mendorong dan menggerakkan semangat kerja bawahannya dalam mencapai suatu tujuan. Dan juga harus mampu menciptakan suasana yang dapat merangsang tenaga kependidikan untuk tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai mana mestinya.
C. Kinerja Guru 1. Pengertian Guru Istilah guru berasal dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang memiliki arti orang yang mengajar. Dengan demikian orang-orang yang profesinya mengajar disebut guru.25 Selain mengajar guru juga dituntut untuk mendidik siswanya. Pengertian pendidik tersebut menurut Langeveld yang dikutip oleh M. Alisuf Sabari adalah “orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak”. 26 Menurut Jejen Musfah “guru merupakan organisator pertumbuhan pengalaman siswa. Guru harus dapat merancang pembelajaran yang tidak semata menyentuh aspek kognitif, tetapi juga dapat mengembangkan keterampilan dan sikap siswa”.27 Adapun Menurut Kunandar “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.28
25
Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya : PT Temprina Media Grafika, 2011), cet. 1, h. 1. 26 M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), cet. 1, h. 8. 27 Jejen Musfah, Peningkatan Kopetensi Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar, Teori dan Praktik, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), cet, 1. h. 32. 28 Kunandar, Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Raya Grafindo Persada, 2007), h.54.
25
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik profesional yang bertanggung jawab atas pendidikan atau pendewasaan seorang anak melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap.
2. Pengertian Kinerja Guru Menurut Anwar Prabu Mangkunegara “Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.29 Menurut Husaini Usman “kinerja adalah produk yang dihasilkan oleh seorang pegawai dalam satuan waktu yang telah ditentukan dengan kriteria tertentu pula. Produknya dapat berupa layanan jada dan barang. Satuan waktu yang ditentukan bisa satu tahun, dua tahun, bahkan lima tahun atau lebih”.30 Adapun menurut Abdullah Munir “kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi lembaga”.31 Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kinerja guru adalah suatu wujud prilaku yang dimiliki guru dengan orientasi prestasi, prestasi tersebut dalam artian keberhasilan yang ingin dicapai, dan wujud prilaku dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang
guru
merencanakan
pemebelajaran,
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran.
29
Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 10, h. 67. 30 Husaini usman, op. cit., h. 489. 31 Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2010), cet. 3, h. 30
26
3. Ruang Lingkup Kinerja Guru Guru mempunyai peranan yang sangat penting didalam meningkatkan mutu sekolah. Tentunya peranan tersebut tidak lepas dari tugas yang begitu berat sehingga keberhasilan dalam penyelesaian tugas sangat tergantung pada kinerja guru tersebut. Dengan demikian tentunya kita perlu memahami ruang lingkup kinerja guru dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. “Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa tugas guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan”.32 “Adapun indikator kinerja guru menurut Rusman yaitu menyusun program kegiatan pembelajaran (tujuan pembelajaran khusus, pokok materi yang akan disajikan, kegiatan pembelajaran, alternatif penggunaan media dan sumber pembelajaran, dan alat evaluasi yang digunakan), melaksanakan kegiatan pembelajaran (mengelolaan kelas, menggunaan media dan sumber belajar, serta menggunaan metode pembelajaran), mengevaluasi kegiatan pembelajaran”. 33 Dapat disimpulkan bahwa sebelum mengajar hendaknya guru menyusun suatu program pembelajaran yang biasa disebut dengan membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), guru harus merencanakan kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Mulai dari merencanakan materi yang akan disampaikan, metode yang akan digunakan, dan sumber atau alat yang akan digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Kemudian guru juga harus menyeimbangkan antara waktu yang diberikan untuk mengajar dengan kegiatan tersebut. Semua itu harus dirancang sedemikian rupa oleh guru agar dapat mencapai tujuan dari proses pembelajaran tersebut. Setelah
kegiatan
tersebut
sudah
dilaksanakan,
guru
juga
harus
mengevaluasi kembali kegiatan pembelajaran tersebut guna perbaikan dan pengembangan. Apakah sesuai dengan harapan atau sebaliknya. Bila sudah 32
Euis Karwati, op. cit., h. 39. Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 75. 33
27
tentunya rencana tersebut perlu dikembangkan, dan bila belum tentunya perlu ada perbaikkan pada program tersebut atau pada pelaksanaannya. Hal ini dilaksanakan
semata-mata
untuk
kepentingan
siswa
dalam
proses
pembelajaran. Agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan guru dan dapat mengambil sebuah pelajaran untuk dirinya sendiri ke arah yang lebih baik yaitu dalam arah pendewasaan diri. Karena tugas guru bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik. Didikan tersebutlah yang akan membawa anak pada proses pendewasaannya. Dari semua ini yang melakukannya adalah guru. Sejalan dengan salah satu tugasnya yaitu membimbing dan melatih. Membimbing terlaksananya proses pembelajaran tersebut kemudian melatih kemampuan siswa untuk mendewasakan dirinya yaitu dari hal-hal yang belum diketahuinya sampai mengetahui dan memahami hal-hal tersebut. Dalam penjelasan tersebut kiranya dapat dipahami bahwa guru mempunyai tugas utama. Adapun Undang-Undang yang menyebutkan yaitu pada “Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 1 ayat 1 ditegaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pasal 2 menyatakan pula bahwa salah satu kewajiban profesional guru adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, serta meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni”.34 Disimpulkan bahwa tugas utama guru tersebut hendaknya dijalankan sesuai dengan perkembangan zaman. karena dengan berkembangnya zaman maka berkembang pula ilmu pengetahuan, teknologi dan juga seni. Perkembangan inilah yang menuntut guru untuk lebih mempunyai pengetahuan lebih dan luas. Dalam artian guru harus lebih tahu dari pada siswanya dan guru harus mempunyai pengalaman, karena pengetahuan yang luas berasal dari pengalaman-pengalaman. Untuk itu pula guru harus terus
34
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, op. cit., h. 39
28
mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya agar guru dapat menambah ilmu dan wawasan. Sejalan dengan ketentuan tersebut, “peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, Pasal 52 Ayat (1) menegaskan pula tentang tugas pokok guru, yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru”. 35 Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa ruang lingkup kinerja guru sangatlah luas cangkupannya yaitu mendidik, mengajar, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi serta meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu
pengetahuan,
teknologi
dan
seni
atau
sesuai
perkembangan zaman.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).36 Dengan demikian ada dua hal yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja seseorang termaksud guru. Pertama, pada faktor kemampuan. Guru harus ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya, dalam artian ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Karena ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Misalnya guru yang ahli pada bidang matematika, maka sebaiknya guru tersebut mengajar matematika bukan mengajar pelajaran agama atau yang lainnya. Bila hal itu terjadi tentunya akan berpengaruh pada hasil kinerja guru tersebut. Kedua, pada faktor motivasi. Motivasi bisa berasal dari intern dan ekstern. Dari intern yaitu guru harus mempunyai motivasi atau semangat 35 36
Ibid. Anwar Prabu Mangkunegara, loc. cit.
29
mengajar yang kuat yang timbul dari hati nurani bukan hanya mengejar gaji yang dihasilkan dari profesinya. Dan dari ektern yaitu kepala sekolah sebagai pemimpin harus terus memperhatikan motivasi guru sebagaimana perannya sebagai motivator. Bila guru mempunyai motivasi yang lemah baik dari intern atau ekstern, maka hal tersebut akan mempengaruhi kinerja guru karena guru akan kurang bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan.
5. Kompetensi Guru Untuk mencapai suatu keberhasilan seorang guru harus memiliki kemampuan dasar dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan tersebut berarti mengkaji kopetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, merumuskan empat jenis kopetensi guru, yaitu : kopetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.37 Dengan demikian diharapkan guru dapat menjalankan tugasnya secara profesionl dengan memiliki dan menguasai keempat kopetensi tersebut. 1.
Kemampuan pedagogik “Pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya
terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kemampuan pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa”. 38 Kemampuan pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: a) b) c) d) e) f)
Memberi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; Memberi Pemahaman terhadap peserta didik; Mengembangakan kurikulum atau silabus; Merancangan pembelajaran; Melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; Mengevaluasi hasil belajar, dan
37 38
Jejen Musfah, op. cit., h. 25
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesional Guru, (Jakarta : Gaung Persada, 2009), cet. 1, h.33.
30
g) Mengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.39 2.
Kemampuan personal (kepribadian) Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur
psikis dan fisik. Dalam artian seluruh sikap dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara sadar yang kemudian menjadi satu gambaran dari kepribadian orang tersebut. Kepribadian merupakan unsur yang menentukan interaksi guru dengan siswa sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, karena guru adalah mitra siswa dalam kebaikan. Dengan guru yang baik maka siswa pun akan menjadi baik. Kemampuan pribadi merupakan kemampuan kepribadian yang; (a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan.40 Kemampuan pribadi menjadikan guru dapat mengelola dan berinteraksi secara baik serta mengelola proses belajar mengajar, guru juga harus mempunyai kepribadian yang utuh karena bagaimanapun guru merupakan suri tauladan bagi anak didiknya. 3. Kemampuan sosial Kemampuan sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk; (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.41
39
Jejen Musfah, op. cit., h. 31.
40
Jejen Musfah, op. cit., h. 260
41
Ibid.
31
Inti dari pada kemampuan sosial adalah kemampuan guru melakukan interaksi sosial melalui komunikasi. Guru dituntut berkomunikasi dengan sesama guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar, dll. Jadi guru dituntut mengenal banyak kelompok sosial. Sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik
adalah
tugas memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah penceramah zaman. 4. Kemampuan Profesional Kemampuan profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi; a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; c) hubungan konsep antara mata pelajaran terkait; d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, dan e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.42 Profesionalisme guru kiranya merupakan kunci pokok kelancaran dan kesuksesan proses pembelajaran di sekolah. Karena hanya guru yang profesional yang bisa menciptakan situasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.43 Kemampuan profesional guru sangat penting hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa karena proses belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulumnya. Akan tetapi ditentukan juga oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing siswa tersebut.
42
Ibid.
43
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, op. cit., h. 51.
32
D. Hasil Penelitian yang Relevan Untuk melengkapi data dan pengetahuan dalam proses penelitian ini, ada data penelitian yang relevan dengan tema yang penulis angkat, yaitu : Sekripsi yang disusun oleh Emha Dzia’ul Haq, Jurusan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2013) dengan judul skripsi “peran kepala sekolah sebagai motivator dan
supervisor terhadap kinerja guru di SDIT Bina Anak Islam Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta”. Fokus sekripsi ini adalah pada upaya kepala sekolah sebagai motivator dan supervisor dalam meningkatkan kinerja guru di SDIT Bina Anak Islam Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta. Kesimpulan sekripsi ini yaitu bahwa cara yang dilakukan kepala sekolah dalam pemenuhannya sebagai motivator antara lain yaitu rasa hormat (respect), informasi (information), hukuman (punishment), perilaku (behavior), perintah (comand), perasaan (sence). Sedangkan untuk meningkatkan kinerja guru di SDIT kepala sekolah menggunakan dua teknik atau strategi yaitu teknik individu dan kelompok. Teknik individu meliputi : kunjungan kelas dan percakapan pribadi. Dan teknik kelompok meliputi rapat guru, orientasi pertemuan guru-guru, lokakarya, adanya diklat, atau pelatihan untuk guru, sarana dan prasarana dilengkapi untuk menunjang pembelajaran, adanya pegangan guru berupa buku, kedisiplinan guru-guru yang tertera pada tata tertib di SDIT Yogyakarta.44 Sekripsi yang disusun oleh Kardani jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2007) dengan judul skripsi “Kinerja Guru Kelas di SD Negri Cempaka Baru I Ciputat”. Fokus sekripsi ini adalah pada upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru kelas di SD Negri Cempaka Baru I Ciputat. Kesimpulan sekripsi ini yaitu bahwa kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru melalui pemberian kompensasi, dan memberikan penilaian terhadap prestasi kinerja guru. kompensasi merupakan alat yang digunakan kepala sekolah
44
Emha Dzia’ul Haq, “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dan Supervisor terhadap Kinerja Guru di SDIT Bina Anak Islam Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, h.89, tidak dipublikasikan.
33
dalam meningkatkan kinerja guru. Karena pemberian kompensasi sangat dibutuhkan
dalam
meningkatkan
produktifitas
seseorang,
tanpa
adanya
kompensasi maka kinerja seorang guru akan menurun. Selain itu dengan memberikan penilaian terhadap prestasi kerja guru kepala sekolah dapat mengetahui kelemahan-kelemahan
guru dalam bekerja, apabila kualitas
pelaksanaan kerja selama ini dibawah standar, maka guru tersebut akan diberi bimbingan dan perhatian khusus untuk meningkatkan kinerjanya.45 Sekripsi diatas secara umum hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu membahas tentang motivasi dan kinerja guru. Berbeda dengan kedua penelitian yang sudah ada diatas tadi, penelitian ini lebih menekankan pada upaya kepala sekolah dalam memberikan motivasi untuk meningkatkan kinerja guru, alasan mengangkat tema ini karena kinerja guru tidak bisa lepas dari motivasi seorang kepala sekolah. Kinerja yang baik tentunya butuh dorongan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan prestasi kerja agar mencapai hasil yang optimal. Bila kebutuhan motivasi kerja guru dalam mengajar terpenuhi maka akan memberikan kemajuan yang pesat pada perkembangan mutu pendidikan khususnya pada lembaga pendidikan itu sendiri, karena dampak positifnya adalah kepada prestasi siswa yang akan meningkat dan memajukan mutu pendidikan tersebut.
E. Kerangka Berpikir Lembaga pendidikan sebagaimana organisasi pasti mempunyai visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat mengarahkan jalannya organisasi. Pemimpin dalam lembaga pendidikan adalah kepala sekolah. Dengan demikian Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan berada ditangan kepemimpinan kepala sekolah. Namun dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah tidak dapat melaksanakan seorang diri. Kepala sekolah memerlukan badan pembantu seperti guru dan staf untuk membantu program kegiatan organisasi atau lembaga pendidikan. 45
Kardani, “Kinerja Guru Kelas : SD Cempaka Baru I Ciputat, “Skripsi pada Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2007, h. 53, tidak dipublikasikan.
34
Dalam membawa sebuah keberhasilan tentunya kepala sekolah harus menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Adapun 7 tugas dan fungsi kepala sekolah yaitu sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator. Kepala sekolah sebagai motivator harus memberikan semangat dan motivasi kepada guru dalam meningkatkan kinerja guru. Motivasi yang diberikan kepala sekolah sangatlah penting bagi guru karena menjadi penggerak yang dapat mengarahkan kepada suatu hasil (tujuan). Kepala sekolah harus mampu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, suasana kerja yang baik dan harmonis agar dapat merangsang guru untuk semangat dalam bekerja sehingga tujuan pendidikan yang dikehendaki dapat tercapai dan terlaksana sesuai visi dan misi bersama. Sebaliknya jika kepala sekolah sebagai motivator tidak berperan aktif dan efektif, maka semangat guru dalam bekerja akan menurun. Menurunnya semangat kerja guru akan berdampak pada prestasi siswa karena guru merupakan satusatunya orang yang mentransferkan ilmu pada siswa, terjadinya proses belajar mengajar dikelas digerakkan oleh guru. Sehingga gurulah yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas siswanya untuk dapat pula meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya. Dalam hal ini kepala sekolah, harus dapat membina hubungan baik dengan para guru. Peran kepala sekolah sebagai motivator adalah salah satu alat untuk meningkatkan kinerja guru, dengan pemberian motivasi yang baik oleh kepala sekolah diharapkan guru akan meningkatkan kinerjanya secara maksimal sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai dengan baik. Adapun gambar kerangka berfikir yang dapat memberi gambaran mengenai permasalahan tersebut yaitu dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini sebagai berikut.
35
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Input
Proses Kondisi awal
Kepala sekolah jarang berada di sekolah. Kurangnya komunikasi antara guru dan kepala sekolah. Kurangnya arahan dari kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru. Kurangnya motivasi yang diberikan kepala sekolah Guru enggan meningkatkan kinerjanya.
Output
Strategi
Masalah Rendahnya motivasi kerja guru
Feedback
Mengatur lingkungan fisik agar tercipta lingkungan yang kondusif. Mengatur suasana kerja yang baik dan harmonis Menanamkan kedisiplinan Memberikan dorongan Memberikan penghargaan atas dasar prestasi kerja yang baik. Penyediaan sumber belajar yang memadai
Tujuan Akhir Meningkat -nya kinerja guru.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 131 Jakarta Selatan yang beralamat di Jl. RM. Kahfi I Kel. Cipedak Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Pelaksanaan Penelitian No
Jenis Kegiatan
Bulan 2
1.
Pemilihan Judul
2.
Konsultasi
3.
Pendekatan ke
3
4
sekolah 4.
Meminta izin ke sekolah
36
5
6
7
8
9
37
5.
Pengumpulan data
6.
Pengelolaan data
B. Metodelogi Penelitian Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis melalui penelitian lapangan, yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya sehingga memberi gambaran yang jelas tentang situasi-situasi di lapangan. Alasan penulis memilih pendekatan penelitian ini karena menurut penulis pendekatan kualitatif ini dapat lebih mudah menjawab permasalahan yang timbul. Karena penelitian ini akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan dengan grant question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas.
C. Sumber Data Penelitian Dalam penelitian tentang peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan ini, sumber datanya yaitu : Kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan 10 orang guru sebagai sample (yang dipandang cukup mewakili dari 42 guru) yang ada di SMPN 131 Jakarta Selatan.
D. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis memerlukan beberapa teknik. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah : 1.
Observasi (pengamatan) Dalam tahap ini, penulis tidak ambil bagian dalam kegiatan belajar
mengajar. Metode ini dilakukan untuk mengetahui proses interaksi antara kepala sekolah dengan guru di SMPN 131 Jakarta Selatan. Pengamatan
38
dilakukan di SMPN 131 Jakarta Selatan baik dalam ruangan atau luar ruangan sekolah. Data yang akan dikumpulkan melalui teknik observasi meliputi: proses pemberian motivasi yang paling utama, letak geografis dan keadaan lingkungan, sarana prasarana, tata ruang kerja. Pengumpulan data dengan teknik ini dimaksudkan agar penulis dapat melihat langsung kondisi yang ada pada SMPN 131 Jakarta Selatan yaitu melihat bagaimana kepala sekolah berperan sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru.
2.
Wawancara Metode ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai peran
kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan. Dalam hal ini peneliti akan mewawancarai pihak-pihak terkait yang dapat memberikan informasi, yakni kepala sekolah atau wakil kepala sekolah serta beberapa guru. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada subjek-subjek yang telah ditetapkan untuk mencari data-data yang dibutuhkan. Penulis menggunakan wawancara bebas terpimpin maksudnya wawancara ini dilaksanakan dengan menggunakan kerangka pertanyaan yang sudah dipersiapkan penulis untuk diajukan kepada responden, akan tetapi cara penyampaian pertanyaan tidak terlalu formal dan tidak kaku sekalipun sudah ada kerangka pertanyaan yang sudah disiapkan oleh penulis. Adapun kisi-kisi wawancara, dapat dilihat pada tabel 3. 2.
39
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Dimensi
Ditunjukkan
Indikator
kepada 1. Peran kepala sekolah
Kepala
sebagai motivator
Sekolah dan guru
Pengaturan lingkungan fisik
pengaturan suasana kerja dan disiplin
pemberian dorongan,
pemberian penghargaan secara efektif
penyediaan berbagai sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar
2. Upaya kepala sekolah dalam meningkatkan
Kepala
Sekolah
motivasi kerja
3. Kinerja guru kelas
Kepala
Sekolah dan Guru
upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru. faktor pendukung dan penghambat dalam memotivasi guru. Merencanakan kegiatan pembelajaran (KBM)
Menilai hasil proses pembelajaran
3. Dokumentasi Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data tertulis seperti sejarah singkat, visi dan misi, letak geografis sekolah, Jumlah guru dan siswa, sarana
40
dan prasarana, rekapitulasi penilaian kinerja guru tahun 2013-2014, dan datadata lain yang dapat dipergunakan sebagai kelengkapan data dalam penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap selanjutnya adalah tahap analisis. Pada tahap ini data diolah dan dianalisis sehingga dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian. Pada penelitian
ini (kualitatif) analisis data dilakukan secara induktif.
Penelitian tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris. Penelitian terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan.67 Analisis data dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data yang dibutuhkan dan kemudian temuan penelitian di lapangan dibentuk ke dalam bangunan teori bukan dari teori yang telah ada, melainkan dikembangkan dari data lapangan. Aktivitas analisis data yang penulis lakukan sejalan dengan Miles dan Hurberman yaitu mereduksi data, penyajian data dan verifikasi atau menarik kesimpulan. Mereduksi data yaitu mengumpulkan data dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci, setelah data direduksi selanjutnya yaitu menyajikan data untuk memahami dan memudahkan kerja selanjutnya, dan yang terakhir adalah verifikasi atau menarik sebuah
kesimpulan.
Penarikan
kesimpulan
tidak
lepas
dari
fenomena
permasalahan yang diteliti.
1
h. 38.
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), Cet. 6,
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMPN 131 Jakarta Selatan SMPN 131 Ciganjur Jakarta Selatan, beralamat di Jl. RM. Kahfi I No. 50 Kel. Cipedak Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan dengan status sekolah Negri dan nilai akreditas sekolah A (baik). Didirikan pada tanggal 9 September tahun 1979. Pada tahun 1979-2000an sekolah 131 ini masih terbilang kumuh dalam artian ruang kelas belum memadai, sarana pembelajaran belum lengkap, penataan lingkungan belum ada, disiplin siswanya pun masih rendah dan kinerja guru belum maksimal. Kemudian mulai di rehab pada tahun 2000 s.d 2002. Tahun 2002 mulai menempati gedung baru. Tahun 2002 s.d 2005 mulai penataan sekolah, 2005 s.d 2007 penataan semua komponen sekolah, kemudian meningkatnya prestasi akademis dan non akademis, menjadi juara lomba – lomba ektrakurikuler dan lomba mata pelajaran, dan pada tahun 2007 sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan masuk menjadi Sekolah Rintisan SSN (Standar Sekolah Nasional). Sejak sekolah 131 berdiri sampai sekarang sudah mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak 8 kali yaitu : 1) Drs. AM. Salah Bintana
(1979-1985)
41
42
2) Dr. Anom Kerti
(1985-1990)
3) Ismail, B. A
(1990-1995)
4) Rahman Hanafi PA, B. A
(1995-1997)
5) Ratna Komala, B. A
(1997-2002)
6) Drs. Shaleh Ibrahim
(2002-2005)
7) Drs. Sahminan Lubis
(2005-2008)
8) Drs. H. Diponogoro Usul, M.Pd
(2008-2012)
9) Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd
(2012-sekarang)
2. Letak Geografis Komitmen segenap faktor eksternal SMPN 131 Jakarta merupakan energi utama yang ditanamkan untuk meraih produktivitas tinggi dan membangun atmosfer kebersamaan, sehingga terselenggara layanan pendidikan yang baik. Berbagai faktor eksternal tersebut diantaranya adalah kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang cukup baik stratanya; kondisi geografis SMPN 131 Jakarta terbilang strategis karena berada dipinggir jalan utama menuju ke pusat kota. Kondisi demografis sekolah yang cukup menunjang proses pendidikan dengan dukungan masyarakat sekitar, sehingga keamanan lingkungan SMPN 131 Jakarta relatif stabil.
3. Visi, dan Misi SMPN 131 Jakarta Selatan a. Visi “Unggul dalam prestasi berdasarkan imam dan taqwa serta berjiwa kreatif, inovatif dan kompetitif”. Indikator-indikator visi : 1. Unggul dalam pengembangan kurikulum 2. Unggul dalam perangkat pembelajaran 3. Unggul dalam PBM 4. Unggul dalam kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan 5. Unggul dalam pengembangan fasilitas pendidikan
43
6. Terwujudnya sistem penilaian yang kontinu 7. Terwujudnya MBS yang sinergis 8. Terwujudnya Income Generating Activities 9. Unggul dalam prestasi akademik dan non akademik 10. Meningkatnya implementasi IMTAQ sebagai landasan pergaulan 11. Terwujudnya suasana lingkungan yang aman, asri dan kondusif 12. Terwujudnya team work yang kompak, cerdas, dan kreatif 13. Unggul dalam kecakapan hidup
b. Misi Sekolah 1. Melaksanakan pengembangan pemetaan kurikulum 2. Melaksanakan pengembangan silabus 3. Melaksanakan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 4. Melaksanakan pengembangan sistem penilaian 5. Melaksanakan pembelajaran CTL 6. Melaksanakan pengembangan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan 7. Melaksanakan peningkatan kompetensi guru 8. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga TU 9. Mengadakan monitoring dan evaluasi oleh kepala sekolah terhadap kinerja guru dan tenaga TU. 10. Melaksanakan peningkatan kuantitas tenaga kependidikan 11. Melaksanakan pengembangan model pembelajaran 12. Melaksanakan pengembangan strategi pembelajaran 13. Melaksanakan pengembangan model penilaian. 14. Melaksanakan pengembangan bahan, sumber pembelajaran. 15. Melaksanakan pengembangan media pembelajaran. 16. Melaksanakan pengembangan sarana pendidikan 17. Melaksanakan pengembangan prasarana pendidikan
44
18. Melaksanakan penataan lingkungan sebagai pusat komunitas belajar. 19. Melaksanakan pengembangan Income Generating Activities. 20. Melaksanakan pengembangan standar pencapaian ketuntasan kompetensi. 21. Meningkatkan standar kelulusan tiap tahunnya. 22. Mengikuti lomba-lomba akademik dan non akademik 23. Melaksanakan pengembangan dan melengkapi administrasi sekolah ( yang wajib dan tidak wajib) 24. Melaksanakan Implementasi MBS 25. Melaksanakan monitoring dan evaluasi oleh sekolah tentang kinerja sekolah. 26. Melaksanakan supervisi klinis oleh kepala sekolah 27. Melaksanakan pengembangan sekolah menuju ketercapaian SPM 28. Melaksanakan penggalangan pastisipasi masyarakat 29. Mengadakan jaringan informasi akademik di internal sekolah. 30. Membuat jaringan kerja secara vertikal dan horisontal. 31. Melaksanakan pendayagunaan potensi dan lingkungan sekolah untuk pengembangan standar biaya pendidikan 32. Melaksanakan sistem subsidi silang. 33. Melaksanakan pengembangan perangkat model-model peniliaian pembelajaran. 34. Melaksanakan Implementasi model evaluasi pembelajaran : ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas. 35. Melaksanakan pengembangan instrumen atau perangkat soal-soal untuk berbagai evaluasi 36. Melaksanakan pengembangan lomba-lomba atau uji coba dalam rangka peningkatan standar nilai. 37. Melaksanakan penerapan model-model pembelajaran bagi anak : berprestasi, bermasalah, dan kelompok anak lainnya.
45
4. Kultur Sekolah a. 30 menit sebelum belajar (pukul 06.00 – 07.00 WIB) seluruh siswa dan siswi serta guru di SMPN 131 Jakarta Selatan wajib melaksanakan tadarusan bersama. Bagi siswa diruang kelasnya masing-masing dan untuk guru diruangan khusus yang disediakan sekolah. b. Seluruh warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf dan juga siswa di SMPN 131 Jakarta Selatan wajib melaksanakan 5 S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santun terhadap orang tua (wali murid), maupun terhadap tamu yang berkunjung kesekolah. c. Peduli dan berbudaya lingkungan. Para guru setiap hari jumat wajib menggunakan baju khas betawi untuk memperingati kebudayaan pada lingkungan sendiri. d. Hidup bersih (lingkungan sekolah bebas sampah). Seluruh warga sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf dan juga siswa di SMPN 131 Jakarta Selatan wajib membuang sampah pada tempat yang telah di sediakan dan wajib menjaga kebersihan sekolah. Upaya sekolah dalam hal ini yaitu kepala sekolah telah menyediakan tempat sampah pada setiap sudut sekolah, juga pada tiap kelas dan ruangan tertentu seperti kantor. e. Infak setiap hari jumat. Tiap masing-masing kelas dimintakan infak seikhlasnya tanpa ada paksaan dari siapapun. Kemudian hasil infak tersebut diumumkan setiap upacara hari senin. Uang infak tersebut akan digunakan untuk pemeliharaan musholah, dan kegiatan keagamaan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan rasa peduli terhadap sesama. f. Sholat juhur berjamaah. Untuk siswi dilaksanakan di musholah sekolah dan untuk siswa di masjid dekat sekolah. g. Gebyar jumsih (jumat bersih) dan senam. Setiap hari jumat pagi sekolah mengadakan senam bersama untuk seluruh siswa dan juga guru, kemudian setelah itu kerja bakti bersama. Dan kelas yang tidak
46
ada jadwal senam melaksanakan kegiatan pembinaan wali kelas. Kegiatan ini dilakukan sesuai jadwal yang sudah disepakati bersama.
5. Program Unggulan SMPN 131 Jakarta Selatan mempunyai program unggulan dalam meningkatkan kualitas sekolahnya yaitu : a. Moving kelas pendalaman materi b. Adiwiyata (sekolah peduli dan berbudaya lingkungan) c. Sekolah Standar Nasional (SSN)
6. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan Untuk menunjang kelancaran kegiatan pembelajaran perlu didukung tenaga pengajaran yang memadai sesuai dengan kebutuhan sekolah. SMPN 131 Jakarta Selatan memiliki jumlah pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan dalam standar, hal ini dibuktikan dengan jumlah tenaga pendidik yang cukup untuk menangani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Adapun tenaga pengajar yang terdapat di SMPN 131 Jakarta Selatan berjumlah 42 orang, 1 kepala sekolah dan wakil kepala sekolah. Dari data guru yang ada terdapat 3 guru honorer dan 41 guru tetap. Adapun uraiannya dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4. 1 Keadaan Kepala Sekolah Nama
Jabatan
Jenis
Usia
Kelamin Drs. Djoko Towo HB, M. M.Pd
Pracoyo Agus Sumbodo,SPd
Pend.
Masa
Akhir
Kerja
Kepala Sekolah
L
54
S2
2
Wakil Kepala
L
51
S1
31
Sekolah
47
Tabel 4. 2 Keadaan Guru Pendidikan
Guru D1/D2
D3
Jumlah
S1/D4
S2/S3
IPA
5
Matematika
4
Bahasa Indonesia
3
3
3
4
Pendidikan Agama
2
2
IPS
3
Penjaskes
3
3
Seni Budaya
2
2
PKN
3
3
TIK/Keterampilan
2
2
BK
4
4
Tata Busana
1
1
PLKJ
2
2
Bahasa Inggris
Jumlah
1
1
5 2
2
37
4
Tabel 4. 3 Nama Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan No
Nama Guru
Mata Pelajaran
1
Drs. H. Muslim Suhedi
PKn
2
Dra. Siti Rokhimah
Bahasa Indonesia
3
Tohiron
Penjasorkes
4
Drs. Hari Fadjar S
Matematika
5
Nurhabibah, S. Pd
BK
6
Drs. Harwiyoto
Penjasorkes
7
Surta Ully Sirait, S. Pd
Matematika
8
Sriani, S. Pd
Matematika
9
Ririen Asrini, S. Pd
Bahasa Inggris
6
5
42
48
10
Drs. Lerman Sitindaon
Seni Budaya
11
Faridah, S. Pd
IPS
12
Ace Setiarukardi, SH
PKn
13
Drs. Anang Triyuni A, MM
Matematika
14
HJ. Halimah, S. Pd
Bahasa Indonesia
15
Slamet Riyadi, S. Pd
IPA
16
Hambali, S. Pd
IPS
17
Erlina Rosmaida, S. Pd
IPA
18
Suhainah, S. Pdi
Pendidikan Agama Islam
19
Dini Trianti, S. Pd
IPS
20
Drs. M. Kozin
Prakarya
21
Nurhidayah, S. Pd
IPA
22
Drs. Agus Setyadi W, M. Pd
IPS
23
Devi Triana J, S. Pd
IPA
24
Arfioni, S. Pd
Matematika
25
Murti Iriyani, S. Pd
PLKJ
26
Amathus Bujari, M, Pd
IPS
27
Hj. Adriyati AR, S. Pdi
Pendidikan Agama Islam
28
Dra. Mirdawani
Bahasa Inggris
29
Yani Yuniartini, S. Pd
BK
30
Drs. Purwanto
PKn
31
Sri Mulyani, S.Pd
BK
32
Nurhasanah, S. Pd
Bahasa Indonesia
33
Drs. Endang Sutisna
PLKJ
34
Harriy Ramudianto
IPA
35
M. Ridwan
TIK
36
Dra. Lilis Riwayati
Prakarya/Tata Busana
37
Kombali, S. Pd
Bahasa Inggris
38
Takdirsyah I, S. Pd
Seni Budaya
39
Rochwayuningsih
Prakarya/Tata Busana
49
40
Noviyanti, M. Pd
Bahasa Indonesia
41
Dra. Naili Rahmasari, MM
Pendidikan Agama Islam
42
Mai Riya Suzanna, S. Pd
Bahasa Inggris
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari 42 orang guru di SMPN 131 Jakarta Selatan terdiri dari 37 orang yang berijazah S. 1 dan 5 orang berijazah S. 2 semuanya bersertifikat pendidik. Maka dapat diketahui bahwa 92% guru di SMPN 131 Jakarta Selatan memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.
Adapun tenaga kependidikan di SMPN 131 Jakarta Selatan yaitu : 1. Tenaga administrasi : berjumlah 8 orang dengan latar belakang pendidikan SLTA 2. Pustakawan : berjumlah 2 orang dengan latar belakang pendidikan SLTA, sekarang sedang menempuh jenjang S. 1 3. Pramubhakti/pesuruh : berjumlah 4 orang, terdiri dari 2 orang pendidikan SLTA, 2 orang pendidikan SLTP 4. Satpam : berjumlah 2 orang dengan latar belakang pendidikan SLTA
7. Keadaan Siswa SMPN 131 Jakarta Selatan telah memenuhi standar dalam hal jumlah peserta didik pada setiap rombongan belajar. Diketahui SMPN 131 Jakarta Selatan memiliki 18 rombongan belajar yang terdiri dari 6 rombel kelas setiap jenjangnya. Adapun jumlah siswa di SMPN 131 Jakarta Selatan pada tahun 2013/2014 seluruhnya berjumlah 648 orang, terdiri dari 36 siswa tiap kelasnya. Adapun jumlah peserta didik menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
50
Tabel 4. 4 Keadaan siswa di SMPN Jakarta Selatan menurut jenis kelamin tahun ajaran 2013/2014 No
8.
Kelas
Siswa
Jumlah
L
P
1.
VII
90
126
216
2
VIII
96
120
216
3
IX
87
129
216
Sarana Prasarana Sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan adalah sekolah milik Pemda DKI (bukti kepemilikan sertifikat no 208 tanggal 4 September 1984). Dengan luas lahan sekolah 3395 meter persegi dan luas bangunan gedung 2520 meter persegi dan intalasi listrik 32000 watt. Adapun sarana prasarana SMPN 131 Jakarta dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4. 5 Sarana dan Prasarana SMPN 131 Jakarta Selatan NO
1
2
Sarana dan Prasarana
Ruang kelas, terdiri dari :
Jumlah
Keterangan
18
Semua ruangan memenuhi rasio minimum 2 meter persegi per peserta didik dan kondisi ruangan baik
1.
Kelas VII
6
2.
Kelas VIII
6
3.
Kelas IX
6
Perabot ruang belajar lainnya, terdiri dari : 1.
Perpustakaan
1
Luas 72 meter persegi, letak strategis dan sarana ruang perpustakaan yang tersedia lengkap 75% memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
51
7
2.
Lab. IPA
1
Luas ruangan 93 meter persegi. Sarana lab. IPA 100% memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
3.
Lab. Komputer
1
Luas bangunan 28 meter persegi. Sarana prasarana 85% memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
4.
Lab. Bahasa
1
Luas bangunan 72 meter persegi. Sarana prasarana 100% memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
5.
Lab. IPS
1
Luas bangunan 56 meter persegi. Sarana prasarananya 65% memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
6.
Audio Visual
1
Luas bangunan 84 meter persegi. Sarana prasarana 80% lengkap.
Ruang kantor , terdiri dari : 1.
Ruang kepala sekolah
1
Luas bangunan 42 meter persegi. Sarana prasarana 100% memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
2.
wakil kepala sekolah
1
Luas bangunan 21 meter persegi. Sarana prasarana 100% memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
3.
Guru
1
Luas bangunan 84 meter persegi. Sarana prasarana 100% memenuhi SNP (Standar
52
Nasional Pendidikan)
4.
8
Tata usaha
1
Luas bangunan 56 meter persegi. Sarana prasarana 100% memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
Ruang penunjang, terdiri dari : 1.
UKS
1
Luas bangunan 21 meter persegi. Sarana prasarana lengkap
2.
OSIS
1
Luas bangunan 21 meter persegi. Sarana prasarana 65% memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
3.
Sanggar
1
Luas bangunan 21 meter persegi. Sarana prasarana 70% memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
4.
WC
2
Memiliki 4 WC guru dan 16 WC peserta didik, bangunan permanen. Sarana prasarana 95% memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
5.
BK
1
Luas bangunan 30 meter persegi. Sarana prasarana 100% memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
6.
Kantin Sekolah
1
Memiliki 7 kantin dan 1 ruang koperasi dan memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan)
53
7.
Gudang
1
Luas bangunan persegi
35
meter
8.
Dapur
1
Luas bangunan persegi
35
meter
9.
Mushollah
1
Luas bangunan 54 meter persegi dan bangunan lantai 2
1
Dengan kondisi baik
1
Luas 352 meter persegi. Sarana
10. Rumah penjaga/pos
9
Lapangan, terdiri dari :
Lapangan olahraga
prasarana belum sepenuhnya
a. b. c. d. e.
terpenuhi,
Basket Futsal Volly Ball Bulu Tangkis. tenisMeja
55%
terpenuhi.
Kondisi lapangan baik.
Lapangan upacara
Selain itu sekolah juga menyediakan WIFI, OHP 2 buah, INFOCUS 9 buah, HANDICAM, CD untuk pembelajaran bahasa Inggris, MIPA, IPS dalam rangka menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang efektif. Dengan demikian dari data tersebut dapat diketahui bahwa sarana prasaran di SMPN 131 Jakarta Selatan 92% kurang lebih sudah memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan) dan sekitar 95% calon siswa dikecamatan mendapat akses belajar disekolah tersebut dengan baik.
9. Ekstrakurikuler SMPN 131 Jakarta Selatan sudah menyediakan beberapa kegiatan ektrakurikuler bagi peserta didik. Sekolah juga telah memberikan bimbingan
secara
umum
dalam
hal
pemilihan
jenis
kegiatan
54
ekstrakurikuler
dan
keterampilan
bagi
peserta
didik.
Kegiatan
ekstrakurikuler di SMPN 131 Jakarta Selatan ada 12 jenis kegiatan yang alhamdulillah semuanya masih aktif dijalankan. Adapun uraian kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut. Tabel 4. 6 Ekstrakurikuler di SMPN 131 Jakarta Selatan
No
Ekstrakurikuler
Pembina
Peminat
1.
Bola volly putra
Drs. Endang Sutisna
2 tim
2.
Bola volly putri
Ita setiyawati
2 tim
3.
Basket putra
Drs. Endang Sutisna
2 tim
4.
Basket putri
Drs. Endang Sutisna
2 tim
5.
Silat
Royani
85 orang
6.
Pramuka pasus
Hambali dan Nurhasanah
Semua siswa
7.
PMR dan Paskibra
Yani Yuniartini
4 regu
8
Futsal
Aris Munandar
2 tim
9.
Bulu tangkis
Hambali
16 orang
Hari Pramudya
32 orang
11. English club
Mirdawani
60 orang
12. Seni lukis
Takdirsyah
36 orang
13. Vocal group
Lerman
70 orang
14
Suhainah
85 orang
10. Karya ilmiyah remaja
Rohis
55
Dari ekstrakurikuler tersebut terdapat ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti oleh peserta didik yaitu pramuka. Karena pada kegiatan pramuka di dalamnya terdapat banyak pendidikan karakter. Kegiatan ekstrakurikuler di SMPN 131 Jakarta Selatan diorganisir secara terprogram yang terdiri ada perencanaan, catatan kegiatan dan lainlain. Beberapa kegiatan tersebut pun sudah ada yang diikut sertakan dalam beberapa perlombaan dan mejuarai perlombaan tersebut seperti voly, futsal, pramuka, vocal group, karya ilmiyah remaja, dan juga silat.
10.Prestasi Sekolah/Siswa 2006/2007 Prestasi akademik a. Lomba melukis
: juara 2 tingkat provinsi
b. Lomba eksamble
: juara 3 tingkat kabupaten/kota
c. Karya ilmiyah
: juara 1 tingkat kabupaten/kota
2006/
d. Bahasa Inggris
: juara 3 tingkat kabupaten/kota
2007
e. Lobojari
: juara 3 tingkat provinsi
f. Lomba MTK dan IPA : juara 1 tingkat kota Jakarta Selatan (2011) g. KIR IPS
: juara 2 tingkat kota DKI (2012)
h. Peringkat 1 berturut-turut UN tingkat Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan dari 33 SMP di DKI (2010-sekarang). Prestasi non akademik 1) Turnamen futsal
: juara 1 sejabotabek
2) Turnamen futsal
: juara 2 tingkat kabupaten/kota
3) Yel pramuka
: juara 1 tingkat provinsi
4) Penggalang putra
: juara 2 tingkat provinsi
2006/
5) Penggalang putri
: juara 2 tingkat provinsi
2007
6) Turnamen voly
: juara 2 tingkat kabupaten/kota
7) Bazar
: juara 1 tingkat kabupaten/kota
8) LKBB hari pramuka
: juara 1 tingkat provinsi
9) Pramuka pansus
: juara 1 sejabotabek (2012)
56
10) Silat
: juara 1 nasional tingkat SMP (2012)
11) Paduan suara
: juara 1 tingkat kota DKI (2013)
Bila kita lihat dari data prestasi siswa, penulis menyimpulkan bahwa prestasi siswa di SMPN 131 Jakarta Selatan setiap tahunnya mengalami peningkatan, baik prestasi akademik maupun prestasi di bidang non akademik. Prestasi akademik peserta didik mengalami peningkatan yang berarti dibuktikan dengan peringkat dalam Ujian Nasional (UN) mulai dari peringkat 4 ke peringkat 2 dan kemudian meningkat lagi ke peringkat 1. Sedangkan di bidang non akademik peningkatan yang dibuktikan dengan bertambahnya piala, piagam penghargaan baik tingkat kecamatan, kota dan provinsi. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran kepala sekolah dan juga guru.
B. Deskripsi Data Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Wawancara disusun berdasarkan pada pokok materi penelitian yaitu “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan. Wawancara dilakukan kepada kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan 10 orang guru dengan bidang mengajar yang berbeda yang dipandang cukup mewakili. Setelah didapat data hasil observasi, wawancara, dan studi dokumen maka hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan Peran kepala sekolah sebagai motivator sangat penting pengaruhnya bagi peningkatan kinerja guru. Karena selain dorongan dari dalam diri guru juga memerlukan dorongan dari luar untuk dapat meningkatkan kualitas kerjanya. David Mc.Celland, menjelaskan bahwa setiap orang memiliki
57
kebutuhan yang mendorong kemauan berprestasi yaitu dorongan kerja untuk berprestasi. Untuk itu kepala sekolah harus senantiasa memperhatikan motivasi kerja guru, agar guru dapat terus giat mengajar dan mengoptimalkan kinerjanya. Adapun peran kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan berdasarkan wawancara penulis dengan kepala sekolah, yaitu : Pertama, Kepala sekolah menumbuhkan motivasi kerja guru dengan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif yaitu dengan mengatur lingkungan kerja fisik yang meliputi ukuran ruang kerja yang sesuai dengan kebutuhan, penerangan yang cukup, pengendalian tingkat kebisingan yang mana SMPN 131 Jakarta Selatan berada dipinggir jalan, menjaga kebersihan tempat kerja seperti memberi himbauan yang melibatkan partisipasi karyawan, guru dan siswa untuk selalu menjaga lingkungan sekolah agar tetap rapi dan bersih sehingga kegiatan belajar mengajar dapat kondusif, serta tersedianya peralatan kerja.1 Dengan hal tersebut diharapkan guru akan merasa nyaman ketika bekerja sehingga guru termotivasi untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Kedua, menumbuhkan suasana kerja yang baik dan harmonis. Kepala sekolah melakukan pendekatan terhadap guru yaitu dengan menumbuhkan rasa kebersamaan, kekompakaan, dan kerja sama yang baik terhadap guru dengan rasa kekeluargaan.2 Kepala sekolah juga menumbuhkan sifat keterbukaan terhadap guru yaitu dengan bersikap ramah tamah terhadap guru, salam dan sapa terhadap guru tanpa pandang pangkat.3 Dengan demikian diharapkan guru tidak merasa takut karena menganggap kepala sekolah sebagai atasan dengan bawahan, akan tetapi guru dapat menganggap kepala sekolah sebagai orang yang mempunyai tujuan yang sama yang kemudian dapat bersatu untuk mencapai tujuan bersama tersebut. 1
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal 3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB. 2 Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal 3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB. 3 Hasil Wawancara dengan ibu Ace Setiarukardi (Guru Pkn), pada hari Rabu, tanggal 20 Agustus 2014, Pukul 09.00-10.30 WIB.
58
Selain itu untuk menciptakan suasana yang baik dan harmonis kepala sekolah selalu membiasakan kepada seluruh warga sekolah untuk menanamkan 5S yaitu
senyum, salam, sapa, sopan dan santun.4 Karena
ketika kepala sekolah, dewan guru juga para siswa bertemu mereka tidak sungkan untuk saling menyapa, bersalaman dan tidak lupa tersenyum. Hal ini juga dilakukan kepada tamu yang berkunjung kesekolah seperti kepada peneliti. Ketiga, menanamkan kedisiplinan. Kepala sekolah memotivasi guru dengan cara menegakkan kedisiplinan yaitu dengan membuat peraturanperaturan yang wajib dilaksanakan oleh guru.5 Karena terkadang motivasi itu timbul dari sebuah paksaan atau peraturan yang mengikat. Dalam menanamkan kedisiplinan kepada guru, kepala sekolah juga menjadikan dirinya sebagai tauladan bagi guru yaitu dimulai dari mencontohkan hal kecil seperti disiplin pada waktu masuk kesekolah. Kepala sekolah selalu datang kesekolah sebelum peserta didik hadir di sekolah melakukan pendekatan kepada peserta didik dengan menyapa dan bersalaman di depan halaman sekolah. Meskipun kepala sekolah mempunyai kegiatan lain di luar sekolah, kepala sekolah selalu menyempatkan diri untuk hadir kesekolah sebelum peserta didik hadir.6 Dengan hal tersebut para guru mengakui termotivasi untuk selalu datang kesekolah sebelum peserta didik hadir di sekolah. Keempat, memberikan penghargaan kepada guru atas dasar prestasi kerja yang baik. Kepala sekolah memberikan sesuatu pada guru secara perorangan atau kelompok yang mempunyai kinerja baik atau melakukan suatu keunggulan dibidang tertentu. Penghargaan tersebut biasanya berupa sertifikat dan kadang-kadang disertai dengan pemberian hadiah berupa uang.7 4
Hasil Wawancara dengan ibu Naili Rahmasari (guru Pend. Agama Islam), pada hari Rabu, tanggal 13 Agustus 2014, pukul 09.30-10.30 WIB. 5
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal 3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB. 6
Hasil Wawancara dengan ibu Nurhasanah (guru Bahasa Indonesia), pada hari Rabu, tanggal 20 Agustus 2014, pukul 12.00-13.00 WIB. 7
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal 3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB.
59
Contohnya seperti pada guru bidang matematika kelas VII, VIII, dan IX yang telah dapat meningkatkan prestasi belajar siswanya dalam mata pelajaran matematika dengan nilai yang melebihi standar kelulusan. Dengan hal tersebut kepala sekolah memberikan penghargaan berupa sertifikat dan uang sebagai penghargaan atas dasar prestasi kerja yang baik. Kemudian mengumumkan secara resmi prestasi guru tersebut kepada seluruh warga sekolah dalam kegiatan upacara hari senin.8 Pemberian penghargaan tersebut selain untuk memotivasi guru dalam bekerja juga untuk menghargai usaha yang telah dilakukan oleh guru dalam upaya meningkatkan kinerjanya.9 Sehingga guru akan terus berlomba-lomba untuk meningkatkan kinerjanya dengan cara bersungguh-sungguh dalam bekerja. Kelima, melakukan dorongan secara individual. Kepala sekolah memotivasi guru secara individual dengan memperhatikan masing-masing guru kemudian memberikan motivasi sesuai kebutuhan. Bila dirasa ada salah satu guru yang mulai menurun kinerjanya. Maka kepala sekolah akan memanggil
guru
tersebut
dan
kemudian
mengajaknya
berdiskusi,
menanyakan masalah yang sedang timbul sehingga guru dapat menceritakan keluh kesahnya kepada kepala sekolah dan masalah tersebut diharap dapat diatasi dengan mencari solusi bersama. Keenam, menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Kepala sekolah berusaha menyediakan kebutuhan guru dalam menunjang proses belajar mengajar yang efektif. Seperti menyediakan sumber belajar, media dan alat pembelajaran. Pada sumber belajar kepala sekolah telah menambah referensi buku, mendatangkan orang yang ahli pada bidang tertentu sesuai kebutuhan dalam mengajar, menyediakan alat seperti INFOCUS, Radio, alat peraga untuk lab. IPA. Sarana dan prasarana di SMPN 131 Jakarta Selatan
8
Hasil Wawancara dengan ibu Naili Rahmasari (guru Pend. Agama Islam), pada hari Rabu, tanggal 13 Agustus 2014, pukul 09.30-10.30 WIB. 9
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal 3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB.
60
92% kurang lebih sudah sesuai dengan SNP (Standar Nasional Pemerintah).10 Untuk menjaga keutuhan sarana prasarana, kepala sekolah melakukan pengecekan sarana dan prasarana secara konvensional sekolah setiap 2 tahun sekali, yaitu mengadakan pengecatan, untuk pemeliharaan bersifat insidentil (rusak langsung diperbaiki) dan menghimbau kepada seluruh warga sekolah untuk menjaga sarana dan prasarana tersebut dengan merawatnya agar tidak cepat rusak. Dan dalam pemenuhan kebutuhan proses belajar mengajar kepala sekolah sedang berupaya untuk membangun ruang praktek prakarya serta alat prakteknya dalam pemenuhan mata pelajaran prakarya, yaitu dengan mencari dana untuk mengatasi hal tersebut.11 Dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru kepala sekolah melakukan beberapa upaya lain yaitu pertama, kepala sekolah melakukan penyesuain penempatan jabatan. Penempatan jabatan disesuaikan dengan karakteristik pribadi individual guru dilihat dari latar belakang pendidikan, ijazah, keahlian, pengalaman kerja yang diminati dan sikap serta kepribadiannya.12 Dalam hal ini kepala sekolah menempatkan guru dalam posisi yang tepat, sehingga mereka merasa senang, serta potensinya dapat dimanfaatkan dan pelaksanaan pendidikan dapat dipertanggung jawabkan. Karena jika penempatan jabatan tidak sesuai dengan kemampuannya, maka kinerja guru tidak akan maksimal. Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan 92% memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya, hal ini dinyatakan oleh wakil kepala sekolah saat wawancara. Kedua, menerima saran dan keritik. Kepala sekolah menerima saran maupun kritik yang muncul dari semua pihak baik itu guru, staf, dan pegawai lainnya. Dengan demikian diharapkan guru, staf dan pegawai lainnya akan termotivasi
untuk
memberikan
ide,
saran
ataupun
kritik
terkait
10
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal 3 Juni 2014, Pukul 09.30-11.00 WIB. 11
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Kamis, tanggal 5 Juni 2014, Pukul 09.00-11.00 WIB. 12
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Kamis, tanggal 5 Juni 2014, Pukul 09.00-11.00 WIB.
61
pengembangan sekolah yang kemudian di musyawarahkan bersama untuk pengambilan keputusan. Keempat, kepala
sekolah mengadakan
program
kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan melalui penyetaraan latar belakang pendidikan guru dengan mengikuti beberapa program dari Depdiknas seperti : Penataran, Diklat dan Metode Pengajaran, Lokakarya atau sejenisnya, atau diluar Depdiknas seperti : mengikuti seminar, mengundang ahli dalam bidang tertentu kesekolah misalnya ahli bidang kurikulum yaitu untuk menjelaskan kurikulum 2013. Hal ini dilakukan kepala sekolah untuk memotivasi guru agar dapat meningkatkan kemampuannya melalui kegiatan yang dilakukan kepala sekolah. kegiatan tersebut akan dapat menambah pengetahuan kepada guru untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Kelima, melakukan pengawasan yang berkelanjutan dan menyeluruh yaitu kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap guru dalam melaksanakan suatu kegiatan, juga material dalam pemenuhan kebutuhan, dan hambatan-hambatan yang terjadi. Pengawasan tersebut dilakukan agar kepala sekolah dapat mengetahui kesalahan, kekurangan dan hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. Keenam, kepala sekolah melakukan evaluasi dengan cara melakukan penilaian kinerja terhadap seluruh guru di SMPN 131 Jakarta Selatan yang dilakukan setiap akhir semester. Kemudian memberikan masukan apabila terdapat kesalahan atau kekurangan sesuai dengan kriteria yang diharapkan dan memberikan solusi bila ada hambatan-hambatan yang dirasa oleh guru. Ketujuh, perbaikan suasana kerja. kepala sekolah senantiasa memperbaiki suasana kerja agar tetap terjaga suasana kerja yang baik dan harmonis yaitu dengan cara : 1.
Kepala
sekolah
melakukan
pendekatan
tidak
langsung dalam
menciptakan motivasi, melalui suasana organisasi yang mendorong para tenaga kependidikan lebih produktif.
62
2.
Menjadikan suasana organisasi yang membaik dalam artian suasana organisasi yang diciptakan berdasarkan keseragaman, tangung jawab, transparansi, penghargaan dan semangat kelompok dalam bekerja.
3.
Memperbaiki kepercayaan di dalam organisasi yaitu kepala sekolah berusaha menciptakan suasana saling percaya untuk membangun hubungan yang lebih baik antara kepala sekolah dengan tenaga kependidikan dalam penyelesaian tugas.13
Peran kepala sekolah sebagai motivator selama ini sudah cukup baik namun kepala sekolah masih belum melaksanakannya secara optimal. Yaitu masih ada sarana prasarana yang belum memadai dalam menunjang terlaksananya proses belajar mengajar seperti belum adanya ruang praktek dan alat praktek dalam pemenuhan mata pelajaran prakarya.14 Dengan hal ini sedikit mempersulit guru mata pelajaran prakarya dalam memberikan materi pembelajaran. Adapun kekurangan lainnya yaitu tentang kedisiplinan guru dalam mengajar yaitu masih adanya guru yang telat datang kekelas ketika bel pergantian mata pelajaran dengan alasan yang berbeda-beda sehingga anak murid yang memanggil guru tersebut untuk mengajar. Meskipun guru selalu datang sebelum peserta didik hadir di sekolah, namun masih ada guru yang telat datang kekelas. Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dari kepala sekolah terhadap guru karena kepala sekolah jarang berada di tempat. Kurang optimalnya kepala sekolah terjadi karena kepala sekolah sering melimpahkan wewenang kepada wakilnya dalam penyelesaian tugas. Hal ini terjadi karena kondisi kepala sekolah yang jarang berada di tempat. Kondisi tersebut mulai dirasa oleh wakil kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan ketika kepala sekolah menjabat di dua tempat dengan jabatan yang sama yaitu menjadi kepala sekolah di SMP 239 daerah Tanjung Barat. Kondisi seperti ini
13
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Kamis, tanggal 5 Juni 2014, Pukul 09.00-11.00 WIB. 14
Hasil Wawancara dengan ibu Rochwayuningsih (guru Prakarya/Tata Busana Kls. VII), pada hari Selasa., tanggal 5 Agustus 2014, pukul 09.30-10.30 WIB.
63
ternyata baru terjadi selama 2 bulan. Terjadi karena kepala sekolah di SMP 239 pensiun dan belum mendapat kepala sekolah baru sebagai pengganti kepala sekolah lama. Kemudian menurut informasi dari wakil kepala sekolah ada kebijakan yang memperbolehkan bahwa bila belum ada kepala sekolah pengganti maka kepala sekolah yang terdekatlah yang ditunjuk untuk menjadi kepala sekolah sementara sebagai pelaksana tugas kepala sekolah lama di sekolah tersebut. Alasan kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan ditunjuk sebagai pengganti kepala sekolah lama atau sebagai pelaksana di sekolah tersebut karena beliaulah yang menjadi ketua sanggar 032 Jakarta Selatan atau ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan.15 Dengan hal tersebutlah kiranya kepala sekolah menjadi sibuk diluar sekolah, akan tetapi kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan mengaku selalu siap dengan kondisi demikian karena ketika dibutuhkan kepala sekolah selalu mengupayakan dirinya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan wakil kepala sekolah pun tidak merasa keberatan, karena mereka sering mendiskusikan hal tersebut terkait dengan pembagian tugas dan waktu dalam penyelesaian tugasnya. Jadi menurut mereka hal tersebut tidak menjadi masalah besar yang harus dikhawatirkan selagi masih adanya komunikasi yang baik antara kepala sekolah dengan wakilnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya hasil dari upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dan juga wakilnya yaitu sudah dapat menghasilkan peningkatan yang baik pada kinerja guru, meskipun upaya tersebut sering dijalankan oleh wakil kepala sekolah dan ditambah dengan kesejahteraan guru yang baik. Karena hampir seluruh guru di SMPN 131 Jakarta Selatan sudah bersertifikat pendidik, sehingga menjadi pendukung kepala sekolah dalam menjalankan tugasnya sebagai motivator untuk meningkatkan kinerja guru. Beban kerja yang diterima guru telah sesuai dengan kemampuan dan gaji yang diberikan sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja guru untuk mengoptimalkan kinerjanya. Dengan 15
Hasil Wawancara dengan Pracoyo Agus Sumbodo, S.Pd (wakil kepala sekolah), pada hari Senin., tanggal 29 September 2014, pukul 09.30-10.30 WIB.
64
terpenuhinya kesejahteraan guru tersebut, maka akan timbul motivasi dalam diri guru untuk giat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja. Sehingga guru akan terus meningkatkan kinerjanya. Dengan demikian guru di SMPN 131 Jakarta Selatan memiliki motivasi kenerja yang baik pada dirinya, meskipun kepala sekolah tidak secara langsung memberikan motivasi kepada guru di sekolah tersebut. Namun guru di SMPN 131 Jakarta Selatan tetap bersemangat dalam menjalankan tugasnya, hal ini terjadi karena terpenuhinya kebutuhan guru terutama kebutuhan pribadi yaitu kesejahteraannya.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam menjalankan perannya sebagai motivator kepala sekolah menemukan beberapa faktor penghambat dan pendukung diantaranya yaitu: 1. Faktor Pendukung 1. Lingkungan kerja yang kondusif. 2. Sarana dan prasarana yang memadai. 3. Seluruh guru sudah sertifikasi. 4. Kesejahteraan yang baik. 2. Faktor Penghambat 1. Masih adanya guru yang malas dalam bekerja. Perpektif kepala sekolah : guru dalam bekerja biasanya terjadi karena status guru yang tidak lama lagi akan pensiun. 2. Minimnya kemauan guru untuk meningkatkan kinerjanya. Perspektif kepala sekolah : terkadang seseorang bekerja ada yang dari hati dan ada pula karena tuntutan hidup. Orang yang bekerja dari hati pasti berbeda dengan orang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup saja. profesi guru adalah pekerjaan yang didasari oleh panggilan jiwa. Karena tugasnya bukan hanya mengajar anak tetapi juga mendidik anak. Oleh karenanya guru adalah pekerjaan yang paling mulia karena prosesnya adalah memanusiakan manusia lainnya. Perannya sebagai guru karena
65
panggilan jiwa, pasti akan bekerja dengan penuh ketulusan hati dan semangat dalam mencapai suatu tujuan. Berbeda dengan guru yang hanya mengharapkan gaji. karena dia bekerja hanya untuk memenuhi suatu kebutuhan hidup dan hanya menggugurkan suatu kewajiban tanpa ada keinginan untuk meningkatkan kinerjanya.16
3. Peningkatan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan atas Motivasi yang di berikan Kepala Sekolah Guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi siswa karena gurulah yang sering turun langsung berhadapan dengan siswa. Oleh karena itu guru juga mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas dan mutu sekolah. Dengan demikian rasanya peranan tersebut tidak lepas dari tugas yang begitu berat sehingga keberhasilan dalam penyelesaian tugas sangat tergantung pada kinerja guru tersebut. Maka dengan itu perlu adanya penggerak untuk meningkatkan kemauan pada guru, agar dapat bekerja dengan baik. Guru di SMPN 131 Jakarta selatan sudah melaksanakan pekerjaannya dengan baik walaupun belum di kerjakan secara maksimal. Kinerja yang baik adalah harapan bagi setiap sekolah untuk dapat menciptakan peningkatan di dalamnya. Untuk meningkatkan kinerja tersebut kepala sekolah telah memberikan motivasi sebagaimana perannya sebagai motivator, yang mana peran tersebut telah penulis paparkan pada alinea sebelumnya. Adapun peningkatan kinerja yang dirasa guru atas motivasi yang diberikan kepala sekolah berdasarkan hasil wawancara penulis kepada guru yaitu guru lebih giat dalam bekerja (KBM/Kegiatan Belajar Mengajar) yaitu dalam membuat perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa, pemberian metode 16
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah (Bpk. Djoko Towo), pada hari Selasa, tanggal 10 Juni 2014, Pukul 10.00-11.30 WIB.
66
yang bervariasi, pemberian tugas-tugas kepada siswa, mengelola kelas, melakukan penilaian dan evaluasi serta dapat mengimplementasikan kurikulum 2013.17 Hal tersebut dapat dibuktikan pada data evaluasi diri sekolah (SMPN 131 Jakarta Selatan) yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.7 Evaluasi Diri Sekolah (SMPN 131 Jakarta Selatan) Ringkasan Deskripsi Sekolah
Indikator Pencapaian
Menurut Indikator dan Berdasarkan Bukti Silabus
100% (44 orang) pendidik di Silabus sudah dikembangkan SMPN
131
Jakarta
Selatan
dengan situasi dan kondisi
memiliki silabus.
Silabus
oleh sekolah dan disesuaikan
dikembangkan
sekolah.
didasarkan pada standar isi, SMPN 131 Jakarta Selatan
standar kompetensi lulusan, dan
selalu
kurikulum tingkat sekolah.
kesesuaian
Silabus
mengarah
pada
mata
pelajaran dan komponennya
dan kegiatan Silabus selalu dikaji setiap tahun Program pembelajaran sudah relevan untuk disesuiakan dengan perubahan pembelajaran
kebutuhan
dengan tingkat usia dan minat peserta didik.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
17
antara
dalam penyusunan silabus.
pencapaian SKL.
mempertimbangkan
Hasil Wawancara dengan 10 orang guru mata pelajaran.
67
100% (42 orang) pendidik di Guru-guru di sekolah SMPN SMPN
131
menyusun
Jakarta
program
Selatan semester
100%
(42
SMPN
131
orang) Jakarta
RPP
berdasarkan
pendidik Selatan
Semester
(PROSEM)
dan
di
131
silabus.
memiliki Rencana Pelaksanaan Guru-guru
RPP
dikaji/direview
setiap
Selatan
mempertimbangkan
berbagai
kebutuhan pembelajaran yang
tahun.
SMPN
Jakarta
Pembelajaran (RPP).
Program
tahunan (PROTA), Program
dan program tahunan.
131 Jakarta Selatan membuat
RPP
mencangkup/memuat
berbeda
dan
merencanakan
identitas mata pelajaran, SK,
pembelajaran
KD,
kebutuhan tersebut.
indikator
pencapaian,
berdasarkan
materi Guru-guru di SMPN 131 Jakarta Selatan mengkaji ulang ajar, alokasi waktu, metode RPP setelah mengajar untuk pembelajaran, kegiatan membantu merencanakan pembelajaran, penilaian hasil tujuan
pembelajaran,
pembelajaran,
dan
sumber
pembelajaran selanjutnya.
belajar Pelaksanaan Proses Pembelajaran
Selain teks, pendidik di SMPN Guru-guru 131
Selatan
Jakarta
SMPN
Selatan
menggunakan sumber belajar
menggunakan
lainnya yaitu panduan guru,
dalam
buku pengayaan, buku referensi,
memperbaharuinya.
dan
Jakarta
di
buku
sember
alat
pembelajaran
131 selalu peraga dan
belajar Beberapa (sekitar 40%) guru di
lainnya.
SMPN 131 Jakarta Selatan
Guru di SMPN 131 Jakarta
cukup kreatif dalam memilih
Selatan
bahan yang sesuia.
lingkungan
memanfaatkan sebagai
sumber Sebagian (sekitar 70%) besar
68
belajar.
guru di SMPN 131 Jakarta Selatan
mendapatkan
bahan
penunjang pembelajaran dalam jumlah yang cukup. Sebagaian besar (sekitar 90%) guru di SMPN 131 Jakarta Selatan memakai hasil karya peserta
didik
peraga
sebagai
dalam
alat proses
pembelajaran. Pelaksanaan Pembelajaran
Kehadiran peserta didik 99 s.d
SMPN
131
Jakarta Selatan secara teratur
didik memiliki motivasi dan
menggunakan
terlibat
pembelajaran yang beragam.
aktif
dalam
proses
Guru-guru
metode
di
SMPN
131
pembelajaran
Jakarta Selatan melaksanakan
100% guru di SMPN 131
pembelajaran secara bertahap
Jakarta
dan menarik.
Dalam
proses
Selatan
menerapkan
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif
dan
(eksploratif,
di
100% setiap harinya dan peserta
pembelajaran.
Guru-guru
menyenangkan kolaboratif,
Guru-guru
di
SMPN
131
Jakarta Selatan tidak hanya mengarahkan
pembelajaran,
konfirmatif)
tapi juga memberi kesempatan
100% guru di SMPN 131
bagi
Jakarat Selatan mengelola kelas
menyampaikan pendapat dan
dengan efektif, mengatur tempat
terlibat secara aktif.
duduk sesuai dengan karakter
peserta
didik
untuk
Sebagian besar (sekitar 90%)
mata pelajaran, memajang hasil
peserta
karya siswa.
motivasi
didik dan
memiliki
terlibat
aktif
dalam proses pembelajaran.
69
Perencanaan Proses Pembelajaran & Implementasi Proses Pembelajaran
Pada
perencanaan
proses
pendidik
dalam
belajar, menyusun
Rencana
Pembelajaran segala
memperhatikan
perbedaan
kebutuhan
Pada belajar, SMPN
implementasi 100% 131
proses
pendidik
Jakarta
menggabungkan
di
Selatan
pendekatan
merencanakan
pembelajaran yang sesuai. di
dan
131
melaksanakan
pembelajaran
yang
berkesinambungan, dan sesuai
peserta didik.
lintas
SMPN
Jakarta Selatan merencanakan
keanekaragaman
tingkat
kemampuan
Guru-guru
di
100% pendidik di SMPN 131
Jakarta
Selatan
Jakarta
SMPN
131
memiliki
Selatan
menawarkan
kebijakan dalam memberikan
atau
penjelasan
kesempatan yang sama kepada
tambahan bagi sebagian peserta
peserta didik dan menjamin
didik setelah jam sekolah.
pelaksanaannya.
bantuan
berusaha
dengan
dan
perbedaan
kemampuan peserta didik dan
tematis dan memperhatikan isu
budaya.
memperhatikan
Guru-guru
peserta didik.
Guru-guru di sekolah kami
100% pendidik di SMPN 131 Jakarta Selatan memberi respon positif terhadap pendapat yang dikemukakan peserta didik. Pelaksanaan Pembelajaran
100% pendidik di SMPN 131
Guru-guru
Jakarta Selatan dalam proses
Jakarta
pembelajaran
konsisten
menciptakan
selalu hubungan
baik
antara pendidik dan peserta
di
SMPN
Selatan
penghargaan
131 secara
memberikan kepada
pesera
didik pada saat yang tepat, dan
70
didik.
melakukan berbagai cara untuk
Semua peserta didik kami di
menilai keberhasilan.
perlakukan dengan baik dan diharapkan
menunjukkan
sesuai
mencapai
100% pendidik di SMPN 131
sesuai
Jakarta
mereka.
Selatan
selalu
peserta
didik
yang
prestasi dengan
Peserta didik dan pendidik di
dengan baik.
Jakarta
Selatan
kecakapan
guru, peserta didik, dan tenaga kependidikan
131
belajar
Hubungan timbal balik antara
memiliki kelebihan.
terpelihara
Semua peserta didik di SMPN
memiliki keinginan berprestasi
131
100% pendidik di SMPN 131
perlakukan dengan adil dan
Jakarta
dihargai pendapatnya.
Selatan
selalu
memberikan penguatan terhadap hasil belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran
berlangsung. Kehadiran peserta didik selalu dipantau setiap hari dan 99 s.d 100% hadir dalam setiap hari
hadir
bagi sesama peserta didik.
SMPN
kami
jadwal, berperilaku baik, dan
kepada
sekolah
tanggung jawab dan dukungan
memberikan pujian/penghargaan
Pada umumnya peserta didik di
Prestasi siswa selalu tercatat baik prestasi akademik maupun non akademik dan setiapa hari senin diumumkan apabila ada kejuaraan peserta didik yang didapat. Hal ini dilakukan untuk memotivasi peserta didik yang
Jakarta
Selatan
di
71
lainnya.
Sistem Penilaian
100% pendidik di SMPN 131 Jakarta
Selatan
membuat
selalu
peserta didik melalui observasi
dituangkan dalam (kisi-kisi soal,
dan penilaian secara berkala. Guru-guru
di
SMPN
131
penilaian).
Jakarta Selatan melaksanakan
100% pendidik di SMPN 131
penilaian
Jakarta Selatan menyusun KKM
silabus dan RPP. Guru-guru
sesuai
di
dengan
SMPN
131
di ujikan dan KKM terpampang
Jakarta Selatan memberikan
di setiap kelas.
informasi kepada peserta didik
100% pendidik di SMPN 131
mengenai KKM.
Selatan
menginformasikan penilaian
dan
rubic
KKM
kepada
peserta didik. 100% pendidik di SMPN 131 Jakarta Selatan melaksanakan ulangan secara berkala sesuai dengan rencana untuk setiap mata pelajaran.
Selatan
131
pencapaian peserta didik yang
Jakarta
SMPN
memantau kemajuan belajar
untuk mata pelajaran yang akan
Jakarta
di
perencanaan penilaian terhadap
kartu soal, kunci jawaban, rubic
Guru-guru
100% pendidik di SMPN 131 Jakarta berbagai
Selatan teknik
menerapkan dan
jenis
72
penilaian
untuk
memonitor
K perkembangan dan berbagai e kesulitan peserta didik (test b
observasi,
penugasan,
unjuk
e
kerja, diskusi, kerja kelompok).
n Penilaian oleh Guru
a r a n
100% pendidik di SMPN 131 Guru-guru
di SMPN 131
Jakarta Selatan selalu mencatat
Jakarta Selatan mengkaji ulang
p
kemajuan peserta didik yang
tingkat kemajuan semua peserta
e
sudah sesuai dengan target yang
didik pada setiap akhir semester
n
ditentukan dan akan mengulang
dan
i
kepada peserta didik yang belum
tersebut untuk merencanakan
n
sesuai
program
g
ditentukan.
k a
100% pendidik di SMPN 131 Guru-guru Jakarta Selatan mengkaji ulang
Jakarta
t
kemajuan peserta didik pada
kesempatan
a
setiap
dan
didik untuk mengkaji ulang
n
melaporkan kepada orang tua
kemajuan belajar mereka untuk
peserta didik, dan menggunakan
menetapkan target pembelajaran
k
informasi
selanjutnya.
i
merencanakan
n
pembelajaran berikutnya.
e
K
dengan
akhir
target
yang
menggunakan
informasi
pembelajaran
selanjutnya.
semester
tersebut
untuk program
di SMPN 131 Selatan kepada
memberi peserta
73
Kebenaran peningkatan kinerja guru juga dapat dilihat dari data rekapitulasi penilaian kinerja guru pada tahun pelajaran 2013-2014 yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap 43 guru. Menyatakan bahwa nilai PKG (Program Kerja Guru) rata-rata adalah A dalam keterangan baik dan bertangung jawab. Adapun uraiannya sebagai berikut (terlampir) : Tabel 4. 8 Data rekapitulasi penilaian kinerja guru tahun pelajaran 2013-2014 NILAI
KETERANGAN
JUMLAH GURU
A+
Sangat baik dan tangung jawab
7 guru
A
Baik dan tanggung jawab
23 guru
B
Baik, kurang maksimal dalam tugas
12 guru
B-
Mau pensiun, tidak maksimal
1 guru
PKG
Jumlah guru
43 guru
Peningkatan kinerja guru juga dapat menghasilkan kemajuan yang baik terhadap peningkatan prestasi peserta didik. Sebagian besar (sekitar 90%) peserta didik di SMPN 131 Jakarta Selatan menunjukkan kemajuan yang baik dalam mencapai target yang ditetapkan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, peserta didik mulai mampu menjadi pembelajar yang mandiri juga memiliki rasa percaya diri dan mampu mengekspresikan diri dan mengungkapkan pendapat mereka. 100% peserta didik di SMPN 131 Jakarta Selatan berprilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, potensi minat peserta didik telah berkembang melalui partisipasi mereka dalam berbagai jenis kegiatan. Peningkatan tersebut dibuktikan dengan hasil Ujian Nasional dan Ujian Sekolah yang memiliki rata-rata nilai diatas ketuntasan belajar nasional untuk seluruh mata pelajaran setiap tahunnya dan juga peningkatan pada prestasi bidang non akademik yang dibuktikan
74
dengan bertambahnya piala, piagam penghargaan baik tingkat kecamatan, kota dan juga provinsi. Dengan peningkatan kinerja guru tersebut sekolah mampu meluluskan 100% peserta didiknya dengan standar lulusan yang mengacu pada SSN (Standar Sekolah Nasional)
dan rata-rata lulusannya dapat melanjutkan
kesekolah negri. Dengan menghasilkan lulusan yang berkualitas tersebut, sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan menjadi salah satu sekolah yang banyak diminati oleh masyarakat. Peserta didik yang mau masuk ke SMPN 131 Jakarta Selatan lebih banyak dibandingkan dengan daya tampung yang tersedia, yaitu 7 : 1, dengan daya tampung 240 sedangkan pendaftar 1600 orang. Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa peran kepala sekolah sebagai motivator dapat mempengaruhi kinerja guru terutama dalam meningkatkan kinerja guru dan kinerja guru akan memiliki pengaruh terhadap produktivitas pendidikan. Oleh karena itu peran kepala sekolah sebagai motivator sangat di butuhkan guna peningkatan kinerja pada guru.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil analisis data dan hasil temuan penelitian di SMPN 131 Jakarta Selatan dapat ditarik kesimpulan terkait “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kineraja Guru” yaitu : 1. Peran kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan selama ini sudah cukup baik walaupun kepala sekolah masih belum bisa melaksanakannya secara optimal. Belum optimalnya kepala sekolah dalam memberikan motivasi kepada guru di SMPN 131 Jakarta Selatan dikarenakan kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan menggantikan kepala sekolah yang pensiun di SMP 239
Tanjung Barat (sebagai
pelaksana) dan juga menjadi ketua sanggar 032 Jakarta Selatan atau ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan. 2. Adapun upaya yang dilakukan kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru yaitu : kepala sekolah telah berusaha menciptakan lingkungan kerja secara kondusif, menumbuhkan suasana kerja yang baik dan harmonis, menanamkan kedisiplinan, memberikan penghargaan kepada guru atas dasar prestasi kerja yang baik, melakukan dorongan secara individual terhadap guru, menyediakan sarana 75
76
prasarana yang cukup memadai. Hal inilah yang membuat kondisi nyaman dalam bekerja. 3. Selain itu kepala sekolah juga melakukan penyesuain penempatan jabatan, menerima kritik dan saran dari semua pihak terkait perkembangan sekolah, mengadakan program kegiatan untuk meningkatkan kemampuan
guru,
melakukan pengawasan yang berkelanjutan dan menyeluruh, melakukan evaluasi melalui penilaian kinerja guru, dan melakukan perbaikan suasana kerja agar senantiasa terciptanya suasana kerja yang baik dan harmonis. 4. Dalam pemberian motivasi terhadap guru nyatanya terdapat faktor pendukung dan penghambat yang dirasakan kepala sekolah, adapun faktor pendukungnya yaitu : lingkungan kerja yang kondusif, sarana dan prasarana yang memadai, kesejahteraan yang baik. Sedangkan faktor penghambatnya yaitu masih adanya guru yang malas dalam bekerja karena mau pensiun, minimnya kemauan guru untuk meningkatkan kinerjanya. 5. Motivasi yang dilakukan kepala sekolah telah menghasilkan peningkatan yang baik pada kinerja guru diantaranya yaitu kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa, pemberian metode yang bervariasi, pemberian tugas-tugas kepada siswa, kemampuan mengelola kelas, kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi serta kemampuan mengimplementasikan kurikulum 2013.
B. Saran Berdasarkan temuan dan kesimpulan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut : a. Untuk kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan 1. Agar bervariasi lagi dalam memberikan motivasi kepada guru, tentunya sesuai dengan kebutuhan masing-masing guru, karena masih banyak upaya-upaya yang dapat diterapkan oleh kepala sekolah dalam memotivasi guru.
77
2. Tidak lelah untuk selalu memotivasi guru, memberikan semangat dan mengingatkan guru untuk selalu meningkatkan kinerjanya. 3. Faktor pendukung dalam memotivasi harus dioptimalkan dan untuk faktor-faktor penghambatnya agar dicari lagi solusi yang terbaiknya. Agar hambatan tersebut tidak menjadi penghalang lagi dalam memotivasi guru untuk meningkatkan kinerjanya. b. Untuk guru di SMPN 131 Jakarta Selatan Agar selalu tetap istiqamah dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik, mencintai pekerjaan sendiri, meningkatkan kedisiplinan dalam bekerja, meningkatkan kemauan pada diri untuk selalu giat dalam bekerja dan dapat menghargai upaya yang telah dilakukan kepala sekolah dalam rangka memotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmara, Husna. Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Balai AksaraYudhistira, 1982. Kunandar. Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : PT Raya Grafindo Persada, 2007. Karwati, Euis., dan Priansa, Donni Juni. Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah : Membangun Sekolah yang Bermutu. Jakarta: ALFABETA, 2013. Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, 2007. Mulyasa.
Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung:
PT Remaja
Rosdakarya, 2011. Munir, Abdullah. Menjadi Kepala Sekolah Efektif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010. Musfah, Jejen. Peningkatan Kopetensi Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar, Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Rusman, Manajemen Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009. Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007. Sabri, M. Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999
Suhendra dan Hayati, Murdiyah. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Penelian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006. Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009. Sulhan, Najib. Karakter Guru Masa Depan. Surabaya: PT Temprina Media Grafika, 2011. Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Saudagar, Fahcruddin dan Idrus, Ali. Pengembangan Profesional Guru. Jakarta: Gaung Persada, 2009. Usman, Husaini. Manajemen Teoritik, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010. Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Winardi, J. Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.
Lampiran 2. Hasil Wawancara Kepala sekolah
Hari/tanggal penelitian
: Kamis/5 Juni 2014
Waktu
: 09.00-11.00 WIB
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Interviewe
: Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah
Pokok pembicaraan : 1. Upaya apa yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan motivasi kerja guru? pertama, kepala sekolah melakukan penyesuain penempatan jabatan. Penempatan jabatan disesuaikan dengan karakteristik pribadi individual guru dilihat dari latar belakang pendidikan, ijazah, keahlian, pengalaman kerja yang diminati dan sikap serta kepribadiannya. Kedua, kepala sekolah senantiasa akan terus selalu memperhatikan sarana dan prasarana di sekolah untuk mendukung terlaksananya proses kerja yang optimal. Untuk itu kepala sekolah melakukan pengecekan sarana dan prasarana sekolah setiap tahun ajaran baru dan menghimbau kepada seluruh warga sekolah untuk menjaga sarana dan prasarana tersebut dengan merawatnya agar tidak cepat rusak. Dan dalam pemenuhan kebutuhan proses belajar mengajar kepala sekolah sedang berupaya untuk membangun ruang praktek prakarya serta alat prakteknya dalam pemenuhan mata pelajaran prakarya. Yaitu dengan mencari dana untuk mengatasi hal tersebut. Ketiga, Kepala sekolah selalu menerima saran maupun kritik yang muncul dari semua pihak baik itu guru, staf, dan pegawai lainnya. Dengan demikian diharapkan guru, staf dan pegawai lainnya akan termotivasi untuk memberikan ide, saran ataupun kritik terkait pengembangan sekolah yang kemudian di musyawarahkan bersama untuk pengambilan keputusan. Keempat,
kepala
sekolah
mengadakan
program
kegiatan
untuk
meningkatkan kemampuan melalui penyetaraan latar belakang pendidikan guru dengan mengikuti beberapa program dari Depdiknas seperti:
Penataran, Diklat dan Metode Pengajaran, Lokakarya atau sejenisnya, atau diluar Depdiknas seperti: mengikuti seminar, mengundang ahli dalam bidang tertentu kesekolah misalnya ahli bidang kurikulum yaitu untuk menjelaskan kurikulum 2013. Kelima, kepala sekolah melakukan pengawasan terhadap guru dalam melaksanakan suatu kegiatan, juga material dalam pemenuhan kebutuhan, dan hambatan-hambatan yang terjadi. Pengawasan tersebut dilakukan agar kepala sekolah dapat mengetahui kesalahan, kekurangan dan hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan. Keenam, kepala sekolah melakukan evaluasi dengan cara melakukan penilaian kinerja terhadap seluruh guru di SMPN 131 Jakarta Selatan yang dilakukan setiap akhir semester. Kemudian memberikan masukan apabila terdapat kesalahan atau kekurangan sesuai dengan kriteria yang diharapkan dan memberikan solusi bila ada hambatan-hambatan yang dirasa oleh guru. Ketujuh, kepala sekolah senantiasa memperbaiki suasana kerja agar tetap terjaga suasana kerja yang baik dan harmonis yaitu dengan cara : kepala sekolah melakukan pendekatan tidak langsung dalam menciptakan motivasi, menjadikan suasana organisasi yang membaik dalam artian suasana organisasi yang diciptakan berdasarkan keseragaman, tangung jawab, transparansi, penghargaan dan semangat kelompok dalam bekerja, kepala sekolah berusaha menciptakan suasana saling percaya.
Mengetahui, Kepala SMPN 131 Jakarta
Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd NIP. 196011081981121002
Lampiran 3. Hasil Wawancara Kepala sekolah
Hari/tanggal penelitian
: Selasa/10 Juni 2014
Waktu
: 10.00-11.30 WIB
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Interviewe
: Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah
Pokok pembicaraan : 1.
Bagaimana kinerja guru selama mengajar? Alhamdulillah baik, karena guru dapat meningkatkan nilai siswa melebihi standar kelulusan.
2.
Apakah guru selalu mengembangkan RPP? Iya, karena guru tidak boleh menggunakan RPP lamanya. Jadi setiap awal semester guru harus sudah membuat RPP baru nya dan dikumpulkan kepada wakil kepala sekolah.
3.
Bagaimana cara bapak mengetahui kinerja guru? Biasanya untuk mengetahui kinerja guru saya melakukan pengawasan secara berkelanjutan terhadap guru, kemudian melakukan penilaian kinerja guru.
4.
Masalah apa yang sering muncul dalam iklim kerja disekolah ini? Dan bagaimana solusinya? Selama ini alhamdulillah tidak ada masalah dan baik-baik saja.
5.
Seberapa sering para guru mendiskusikan masalah mereka? Kalau masalah tentang mengajar jarang, tetapi kalau masalah tentang pribadi sering seperti masalah keluarga. Karena gurunya pada curhat.
6.
Faktor pendukung apa yang mempermudah bapak sebagai motivator? Lingkungan kerja yang kondusif, sarana dan prasarana yang memadai, dan kesejahteraan yang baik.
7.
Faktor penghambat apa yang mempersulit bapak sebagai motivator? Masih adanya guru yang malas bekerja karena mau pensiun, dan minimnya keinginan guru untuk meningkatkan kinerjanya. terkadang seseorang bekerja ada yang dari hati dan ada pula karena tuntutan hidup.
Orang yang bekerja dari hati pasti berbeda dengan orang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup saja. profesi guru adalah pekerjaan yang didasari oleh panggilan jiwa. Karena tugasnya bukan hanya mengajar anak tetapi juga mendidik anak. Oleh karenanya guru adalah pekerjaan yang paling mulia karena prosesnya adalah memanusiakan manusia lainnya. Perannya sebagai guru karena panggilan jiwa, pasti akan bekerja dengan penuh ketulusan hati dan semangat dalam mencapai suatu tujuan. Berbeda dengan guru yang hanya mengharapkan gaji. karena dia bekerja hanya untuk memenuhi suatu kebutuhan hidup dan hanya menggugurkan suatu kewajiban tanpa ada keinginan untuk meningkatkan kinerjanya.
Mengetahui, Kepala SMPN 131 Jakarta
Drs. Djoko Towo HB, M. M. Pd NIP. 196011081981121002
Lampiran 4. Hasil Wawancara Guru
Hari/tanggal penelitian
: Selasa/5 Agustus 2014
Waktu
: 09.30-10.30 WIB
Tempat
: Ruang Kantor Guru
Interviewe
: Rochwayuningsih
Jabatan
: Guru Prakarya/Tata Busana Kelas VII
Pokok pembicaraan : 1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar? Alhamdulillah baik-baik saja. Saya bisa menyelesaikan tugas secara benar dan tepat waktu. Namun pada kurikulum 2013 saya masih merasa kesulitan, tetapi kepala sekolah telah mengadakan kegiatan untuk pelatihan kurikulum 2013 dengan mengundang ahli bidang kurikulum. Sehingga sekarang saya sudah bisa menerapkan kurikulum 2013 walaupun belum secara maksimal. 2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah? Jam 6.30 pagi dan biasanya pulang jam 3 sore. 3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja? Ada, yaitu tidak adanya ruang praktek dan alat praktek dalam pemenuhan mata pelajaran prakarya. Sehingga saya sedikit kesulitan dalam memberikan materi pembelajaran. Namun sekarang kepala sekolah sedang membangun ruang praktek prakarya. 4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah? Ketika rapat guru, yaitu kepala sekolah memperbolehkan semua guru untuk memberikan saran dan menanyakan kesulitan kami selama mengajar. Kemudian bila ada permasalahan akan didiskusikan bersama untuk mencari solusinya. 5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak? Iya, dalam hal KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Seperti kepala sekolah selalu menanyakan perkembangan peserta didik dan berusaha memenuhi sarana prasarana untuk kebutuhan guru dalam mengajar. 6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah?
Dalam meningkatkan kemampuan mengajar, biasanya kepala sekolah mengikut sertakan guru untuk mengikuti pelatiahan-pelatihan dari Depdiknas seperti penataran, bisa luar Depdiknas seperti mengikuti seminar, atau bisa juga kepala sekolah mengundang ahli kurikulum untuk memotivasi guru memahami dan dapat mengimplementasika kurikulum 2013. 7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala sekolah? Ada, kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar, memberikan metode yang bervariasi, kemampuan mengelola kelas, melakukan penilaian. Paham kurikulum 2013.
Mengetahui,
Rochwayuningsih
Lampiran 5. Hasil Wawancara Guru
Hari/tanggal penelitian
: Rabu/6 Agustus 2014
Waktu
: 09.30-10.30 WIB
Tempat
: Ruang Kantor Guru
Interviewe
: Mai Ria Suzanna, S. Pd, M. Hum
Jabatan
: Guru Bahasa Inggris Kelas VII/1 dan VII/2
Pokok pembicaraan : 1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar? Selama ini baik. Karena saya mengerjakan tugas saya tepat waktu. Seperti setiap awal tahun ajaran baru saya selalu membuat RPP baru dan selalu saya kembangkan. 2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah? Jam 6.30 pagi, pulang jam 3 sore. Sesuai jadwal yang sudah ditetapkan saja. 3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja? Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Saya kurang begitu paham, karena kurikulum ini terbilang baru diterapkan oleh guru-guru di sekolah. Namun kepala sekolah sudah menghadirkan ahli bidang kurikulum untuk menjelaskan dan membantu kami untuk mengimplementasikannya di kelas ketika sedang mengajar nanti. Sehingga alhamdulillah pengetahuan saya mengenai kurikulum 2013 sudah bertambah dan saya sudah bisa mengimplementasikannya di kelas walaupun belum secara maksimal. 4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah? Ketika rapat guru. Biasanya ketika rapat diakhir pembicaraan inti kepala sekolah selalu menanyakan kesulitan pada guru. kemudian akan dibahas bersama untuk dicari solusinya. 5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak? Iya, dalam hal KBM (Kegiatan belajar Mengajar) yaitu selalu mengingatkan akan tugas
sebagai guru dan dengan memperhatikan
kebutuhan guru dalam mengajar saya rasa itu juga merupakan bentuk motivasi kepala sekolah kepada kami.
6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah? Penyediaan sumber belajar yang sedang dibutuhkan untuk membantu dalam proses mengajar, lingkungan kerja yang kondusif sehinggga adanya kenyamanan, mengikuti kegiatan pelatihan-pelatihan atau seminar pendidikan. Kepala sekolah mengundang ahli bidang kurikulum kesekolah utuk memotivasi guru dan memberikan pemahaman kepada guru terkait kurikulum 2013. 7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala sekolah? Ada, kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar, penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa, kemampuan mengelola kelas, kemampuan dalam memberikan metode yang berfariasi, dalam memberikan tugas-tugas kepada siswa, kemampuan memberikan penilaian dan evaluasi.
Mengetahui,
Mai Ria Suzanna, S. Pd, M. Hum
Lampiran 6. Hasil Wawancara Guru
Hari/tanggal penelitian
: Kamis/7 Agustus 2014
Waktu
: 09.30-10.30 WIB
Tempat
: Ruang Kantor Guru
Interviewe
: Suhainah, S. Pdi
Jabatan
: Guru Pend. Agama Islam Kelas IX
Pokok pembicaraan : 1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar? Baik-baik saja, karena saya bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan benar. 2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah? Biasanya saya dari rumah Jam 6. 00 pagi dan pulang dari sekolah sampai jam 3 sore. 3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja? Ada yaitu pada Kurikulum 2013. Masih asing menurut saya. Tetapi dengan kepala sekolah mengadakan kegiatan pelatihan kurikulum 2013 sekarang saya sudah bisa menerapkannya di dalam proses pembelajaran walaupun belum sepenuhnya saya kerjakan secara optimal. 4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah? Ketika rapat dan terdapat kendala dalam proses KBM saya suka berdiskusi secara empat mata dengan kepala sekolah, kemudian kepala sekolah memberi masukan atau saran terkait masalah saya. 5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak? Iya, dalam menunjang kegiatan KBM yaitu kepala sekolah selalu memenuhi kebutuhan guru dalam proses mengajar. 6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah? Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, lingkungan kerja yang kundusif, mengadakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan guru seperti mengundang ahli kurikulum dalam rangka memberi pengetahuan kepada guru terkait kurikulum 2013.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala sekolah? Ada, bekerja lebih giat karena nyaman sehingga fokus, dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang efektif, kemampuan merencanakan dan mempersiapkan bahan ajar, kemampuan mengelola kelas dan paham dengan kurikulum 2013.
Mengetahui,
Suhainah, S. PdI
Lampiran 7. Hasil Wawancara Guru
Hari/tanggal penelitian
: Senin/11 Agustus 2014
Waktu
: 09.30-10.30 WIB
Tempat
: Ruang Kantor Guru
Interviewe
: Faridah, S.Pd
Jabatan
: Guru IPS
Pokok pembicaraan : 1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar? Baik karena saya bisa melaksanakan tugas saya sebagai guru dengan baik dan benar. Kemudian saya selalu mencoba untuk mengembangkan RPP dan memberikan metode yang beragam agar siswa tidak bosen ketika belajar. 2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah? Jam 6 lewat 30 menit dan pulang jam 3 sore. 3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja? Pada kurikulum 2013. Saya belum memahami betul. Namun kepala sekolah telah mengundang ahli bidang kurikulum kemudian menjelaskan kepada kami tentang Kurikulum 2013 baik dalam pemahaman dan cara dalam mengimplementasinya di kelas. Sehingga sekarang saya sudah bisa mengimplementasikannya dalam kegiatan KMB meskipun belum secara maksimal. 4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah? Ketika rapat. Kepala sekolah mengadakan diskusi untuk memecahkan masalah kami misalnya dalam kurikulum 2013. 5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak? Iya, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas kepala sekolah memenuhi kebutuhan saya dalam mengajar. 6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah? Kepala sekolah melakukan pengawasan, dan menilai kinerja guru. Mendatangkan ahli kurikulum untuk mendiskusikan kurikulum 2013.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala sekolah? Ada. Giat dalam mengajar, paham dengan kurikulum 2013. Merencanakan KBM, memberikan metode yang beragam, mengelola kelas secara efektif, menilai hasil belajar siswa. Sehingga saya dapat meningkatkan nilai siswa setiap tahunnya dengan melebihi standar kelulusan.
Mengetahui,
Faridah, S.Pd
Lampiran 8. Hasil Wawancara Guru
Hari/tanggal penelitian
: Selasa/12 Agustus 2014
Waktu
: 09.30-10.30 WIB
Tempat
: Ruang Kantor Guru
Interviewe
: Sriani, S. Pd
Jabatan
: Guru Matematika
Pokok pembicaraan : 1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar? Alhamdulillah baik karena bisa melaksanakannya dengan baik dan tepat waktu dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa setiap tahunnya. Sehingga nilai siswa pertahunnya mengalami peningkatan dan selalu melebihi standar kelulusan. 2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah? Jam 06.00 s/d 15.00 WIB 3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja? Belum ada, karena saya sudah terbiasa mengajar sehingga bentuk kesulitan yang saya alami tidak saya jadikan beban tetapi dibawa santai saja. 4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah? Ketika rapat. Kepala sekolah selalu menanyakan kesulitan kami dalam KBM bila ada maka akan dicarikan solusinya secara bersama. Selain itu kepala sekolah juga mau menerima saran terkait perkembangan sekolah. 5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak? Iya, dalam hal KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Seperti dalam membuat RPP, dalam mengajar di kelas. Kepala sekolah memperhatikannya dengan cara melakukan penilaian kinerja kepada kami setiap akhir semester. 6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah? Mengikut sertakan guru dalam seminar, kepala sekolah mengundang ahli kurikulum untuk menjelaskan kurikulum 2013. 7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala sekolah?
Ada, saya jadi paham dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang saya dapat kepada proses mengajar terutama pada kurikulum 2013.
Mengetahui,
Sriani, S. Pd
Lampiran 9. Hasil Wawancara Guru
Hari/tanggal penelitian
: Rabu/13 Agustus 2014
Waktu
: 09.30-10.30 WIB
Tempat
: Ruang Kantor Guru
Interviewe
: Dra. Naili Rahmasari, MM
Jabatan
: Guru Pend. Agama Islam
Pokok pembicaraan : 1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar? Menurut saya sudah baik, karena saya selalu mencoba melaksanakan tugas secara optimal dan total. Dibuktikan dengan nilai kinerja saya yang setiap tahunnya selalu meningkat dan nilai siswa yang melebihi standar kelulusan. 2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah? Jam 06.30 s/d 15.00 WIB 3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja? Selama ini belum ada. Karena sudah terbiasa mengajar dan anak-anak disini baik-baik. 4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah? Ketika rapat. Kepala sekolah mendiskusikan masalah kami dan dicari solusi bersama. 5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak? Iya, yaitu dengan menyediakan kebutuhan kami dalam KBM. 6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah? Menciptakan hubungan yang baik dengan guru yaitu dengan membiasakan 5S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santu, menanamkan kedisiplinan dalam bekerja, memberikan penghargaan misalnya pada guru matematika yang sudah berhasil meningkatkan prestasi akademik siswanya yaitu pada mata pelajaran matematika dengan nilai yang melebihi standar kelulusan. 7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala sekolah?
Ada, lebih giat dalam bekerja yaitu dalam mengajar dan bersungguhsungguh dalam menyelesaikan tugas.
Mengetahui,
Dra. Naili Rahmasari, MM
Lampiran 10. Hasil Wawancara Guru
Hari/tanggal penelitian
: Kamis/14 Agustus 2014
Waktu
: 09.30-10.30 WIB
Tempat
: Ruang Kantor Guru
Interviewe
: Devi Triana J, S.Pd
Jabatan
: Guru IPA
Pokok pembicaraan : 1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar? Alhamdulillah baik dan lancar. Mengajar sesuai dengan RPP dan mencoba menerapkan kurikulum 2013 walaupun belum maksimal. karena masih baru dan masih perlu proses untuk menerapkannya di kelas dalam proses pembelajaran karena butuh penyesuaian. 2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah? Jam 06.30 s/d 15.00 WIB. Ini sudah menjadi ketetapan sekolah. 3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja? Tidak. Semuanya baik-baik saja. 4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah? Ketika rapat guru, yaitu kelapa sekolah mendiskusikan segala yang terkait pada sekolah dalam rangka mengembangkan sekolah kami. Dengan menerima saran dan kritik. 5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak? Iya, dalam mengimplementsikan kurikulum 2013. Kepala sekolah mengundang ahli untuk membantu kami memahami kurikulum baru yang diterapkan pemerintah. 6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah? Sering mengikuti guru seminar dan pelatihan-pelatihan, memberikan dorongan secara individual biasanya kalau saya lagi kelihatan kurang bersemangat dalam mengajar kepala sekolah menegur saya langsung. 7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala sekolah?
Ada, saya jadi lebih giat bekerja dan selalu melakukan penilaian kepada siswa. Biasanya kan guru ada yang malas dalam menilai hasil belajar siswa.
Mengetahui,
Devi Triana J, S.Pd
Lampiran 11. Hasil Wawancara Guru
Hari/tanggal penelitian
: Selasa/19 Agustus 2014
Waktu
: 09.30-10.30 WIB
Tempat
: Ruang Kantor Guru
Interviewe
: Murti Iriani, S.Pd
Jabatan
: Guru PLKJ
Pokok pembicaraan : 1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar? Baik.
Misalnya saya selalu membuat RPP baru dan tentunya
dikembangkan dari RPP lama saya, menyesuaikan materi dengan metode belajar. Dan selama ini alhamdulillah selama ini siswa yang saya ajarkan nilainya rata-rata sudah melebihi standar kelulusan dan mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. 2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah? Saya datang kesekolah setiap hari jam setengah tujuh pagi dan biasanya pulang jam 3 atau disesuaikan dengan jadwal mengajar saya. 3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja? Sejauh ini belum ada kesulitan besar masih bisa diatasi sendiri. Karena sudah terbiasa mengajar jadi merasanya sudah menjadi sebuah kebiasaan dalam hidup. 4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah? Biasanya ketika rapat guru. 5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak? Iya, dalam hal pengembangan kemampuan guru. kepala sekolah mengundang ahli bidang kurikulum untuk memberi pengetahuan kepada guru terkait kurikulum 2013. 6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah? Lingkungan kerja yang nyaman, sumber belajar yang memadai, menegakkan kedisiplinan dalam bekerja, adanya penghargaan. Walaupun sekolah ini dibawah naungan pemerintah tetapi tetap saja kepala sekolahlah yang mengaturnya.
7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala sekolah? Ada. Lebih disiplin lagi dalam bekerja. Karena kepala sekolah selalu datang pagi jadi saya termotivasi untuk kerja tepat pada waktunya begitu juga dalam menjalankan tugas sebisa mungkin saya mengerjakannya tepat waktu.
Mengetahui,
Murti Iriani, S.Pd
Lampiran 12. Hasil Wawancara Guru
Hari/tanggal penelitian
: Rabu/20 Agustus 2014
Waktu
: 09.30-10.30 WIB
Tempat
: Ruang Kantor Guru
Interviewe
: Ace Setiarukadi, SH
Jabatan
: Guru Pkn
Pokok pembicaraan : 1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar? Alhamdulillah sejauh ini baik-baik saja. semua tugas saya kerjakan tepat waktu dan selalu memperhatikan pengembangan siswa. 2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah? Jam 06.30 WIB dan pulang jam 15.00 WIB 3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja? Kurikulum 2013. Masih baru jadi masih asing. Namun kepala sekolah telah mengadakan kegiatan yaitu dengan mengundang ahli bidang kurikulum
untuk
pengimplementasian
memberi pemahaman kepada kurikulum
2013.
guru-guru dalam
Hasilnya
saya
jadi
bisa
menerapkannya di kelas dalam KBM walaupun belum maksimal. 4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah? Bila ada kepala sekolah kita sering ngobrol bareng, dan saya biasanya curhat. Karena kepala sekolah disini orangnya mau terbuka dengan siapa saja,
dalam artian tidak pandang pangkat. Bekerja dengan rasa
kekeluargaan dan mau menerima keluh kesah guru. 5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak? Iya. Dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti memberi himbauan kepada guru untuk giat mengajar. 6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah? Kepala sekolah menumbuhkan hubungan kerja yang baik. Yaitu dengan bertegur sapa dengan guru. Kemudian bila dalam bekerja guru ada salah kepala sekolah mau memberi masukan atau contoh kepada guru untuk memperbaiki kesalahan. Misalnya pada kurikulum 2013, jujur saja saya
masih belum paham tetapi kepala sekolah selalu memberi masukanmasukan terkait tentang kurikulum 2013. Kemudian kepala sekolah mengundang ahli dalam bidang kurikulum untuk memberi penjelasan kepada guru terkait kurikulum 2013 agar guru lebih paham. 7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala sekolah? Ada,
yaitu dalam kemampuan membuat perencanaan dan persiapan
mengajar, dan kemampuan dalam mengelola kelas.
Mengetahui,
Ace Setiarukadi, SH
Lampiran 13. Hasil Wawancara Guru
Hari/tanggal penelitian
: Rabu/20 Agustus 2014
Waktu
: 12.00-13.00 WIB
Tempat
: Ruang Kantor Guru
Interviewe
: Nurhasanah, S. Pd
Jabatan
: Guru Bahasa Indonesia
Pokok pembicaraan : 1. Bagaimana kinerja bapak/ibu selama ini dalam mengajar? Menurut saya sudah baik, karena saya selalu bekerja dengan total. 2. Jam berapa biasanya bapak/ibu datang kesekolah? Pulang dari sekolah? Jam 06.30 WIB s/d 15.00 WIB 3. Adakah kesulitan-kesulitan yang bapak/ibu rasakan dalam bekerja? Tidak ada. 4. Seberapa sering bapak/ibu berdiskusi kepada kepala sekolah? Paling ketika rapat guru baru saya banyak berdiskusi dengan kepala sekolah. 5. Apakah kepala sekolah memperhatikan motivasi kerja ibu/bapak? Iya, misalnya dalam hal disiplin dalam bekerja. Kepala sekolah selalu datang sebelum siswa hadir disekolah. Dengan hal tersebut saya jadi termotivasi untuk disiplin dalam bekerja terutama dalam kehadiran di sekolah. 6. Motivasi apa yang bapak/ibu dapat dari kepala sekolah? Kepala sekolah telah menyediakan sarana dan prasarana yang memadai seperti adanya lab.Bahasa. Sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar yang efektif. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif sehingga saya fokus bekerja karena tidak ada gangguan dan nyaman. Mengadakan kegiatan untuk meningkatkan motivasi kerja misalnya penghargaan bagi guru yang berprestasi dalam bekerja. 7. Apakah ada peningkatan kinerja bapak/ibu setelah ada motivasi dari kepala sekolah?
Iya, saya jadi terdorong dan tergerak untuk meningkatkan kinerja saya. Misalnya dengan mencari metode belajar yang bervariasi. Biasanya saya suka baca-baca buku tentang metode belajar. Apa lagi sudah tersedia lab. Bahasa sehingga saya merasa terbantu dalam memberikan materi atau tugas kepada siswa.
. Mengetahui,
Nurhasanah, S. Pd
Lampiran 14. Hasil Wawancara Wakil Kepala sekolah
Hari/tanggal penelitian
: Senin/29 September 2014
Waktu
: 09.30-11.00 WIB
Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Interviewe
: Pracoyo Agus Sumbodo, S.Pd
Jabatan
: Wakil Kepala Sekolah
Pokok pembicaraan : 1.
Apakah benar kepala sekolah jarang berada di sekolah? Iyah, terjadi karena kepala sekolah menjabat menjadi kepala sekolah juga di SMP 239 di Tanjung Barat. Kondisi seperti ini terjadi baru 2 bulan. Terjadi karena kepala sekolah di SMP 239 pensiun dan belum mendapat kepala sekolah baru sebagai pengganti kepala sekolah lama. Kemudian ada kebijakan yang memperbolehkan bahwa bila belum ada kepala sekolah pengganti maka kepala sekolah yang terdekatlah yang ditunjuk untuk menjadi kepala sekolah sementara sebagai pelaksana tugas kepala sekolah lama di sekolah tersebut. Alasan kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan ditunjuk sebagai pengganti kepala sekolah lama atau sebagai pelaksana
di sekolah tersebut karena beliaulah yang menjadi ketua
sanggar 032 Jakarta Selatan atau ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan. Jadi selain sibuk di SMP 239 juga sibuk sebagai ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah). 2.
Bagaimana bapak menyikapi hal tersebut? Saya menyikapinya dengan santai, karena setiap harinya kepala sekolah selalu menyempatkan hadir setiap pagi kesekolah, untuk pembagian tugas bila dirasa beliau tidak bisa menyelesaikannya dan ini menjadi terbiasa bagi saya. Selama saya masih bisa mengerjakannya dan bila saya merasa kesulitan saya akan mencoba mendiskusikannya dengan kepala sekolah.
3.
Bagaimana kinerja kepala sekolah selama beliau menjabat? Yah bertugas sebagaimana mestinya, walaupun sering sekali pekerjaan saya yang mengerjakannya. Tetapi, kepala sekolah selalu memberikan
bimbingan dan arahan. Jadi pekerjaan bisa dibilang bagi dua lah. Tapi alhamdulillah selama ini bisa terselesaikan dengan baik. 4.
Masalah apa yang sering bapak temui? Yang namanya masalah pasti ada saja tapi selama ini alhamdulillah belum menemukan masalah yang besar. Masih bisa diatasi dan dibawa santai.
5.
Bagaimana kepala sekolah memberikan motivasi terhadap bawahannya selama beliau menjabat? Kalau motivasi secara langsung si sering mengajak berdiskusi, memberikan penghargaan kepada guru yang berprestasi, menyediakan sarana prasarana yang lengkap, dan lain-lain.
6.
Apakah motivasi yang diberikan dapat meningkatkan kinerja bapak? Iya cukup memotivasi saya misalnya dengan mengajak berdiskusi saya jadi bersemangat mengerjakan pekerjaan saya karena saya paham dengan tugas yang harus saya kerjakan.
Mengetahui, Kepala SMPN 131 Jakarta
Pracoyo Agus Sumbodo, S.Pd