PENGARUH TAYANGAN OPERA VAN JAVA TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU KEKERASAN DI SMA TRIGUNA UTAMA CIPUTAT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh: NURI RAHMAH FAJRIA NIM. 107051003387
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
PENGARUH TAYANGAN OPERA VAN JAVA TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU KEKERASAN DI SMA TRIGUNA UTAMA JAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
NURI RAHMAH FAJRIA NIM. 107051003387
Pembimbing:
NOOR BEKTI NEGORO. SE, STP, M.Si NIP. 19650301 199903 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1932 H/2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Pengaruh Tayangan Opera Van Java Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat”. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Juni 2011 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 17 Juni 2011 Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota
Sekertaris Merangkap Anggota
Drs. Jumroni, M.Si.
Umi Musyarrofah, MA
Nip: 19630515 199203 1 006
Nip: 19710816 199703 2 002 Anggota
Penguji I
Penguji II
Drs. Study Rizal LK, M.Ag
Drs. Adi Badjuri, MM
Nip: 19640428 199303 1 002
Nip: 19440828 19800 3 001
Pembimbing
Noor Bekti Negoro, SE, STP, M.Si Nip: 19650301 199903 1 001
ABSTRAK Nuri Rahmah Fajria, Pengaruh Tayangan Opera Van Java Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat, di bawah bimbingan Noor Bekti Negoro. SE, STP, M.Si. Membicarakan efek media khususnya televisi, juga memerlukan pembedaan yang jelas antara yang dimaksud sebagai efek segera (immediate effect) ataukah efek yang baru kelihatan kemudian (deleyed effect). Efek yang segera merupakan akibat langsung yang terjadi sesudah seseorang mengkonsumsi media massa. Tentu saja membatasi efek hanya selama berkaitan dengan pesan media, akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri. Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience akibat keterpaan pesan-pesan media. Efek yang berkaitan dengan pesan diantaranya kognitif dan afektif. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh komunikasi massa (pada media massa khususnya televisi) dalam perubahan perilaku kekerasan Siswa-siswi usia menengah atas. Mendeskripsikan, menganalisis dan memberi solusi dari efek tayangan hiburan yang disisipkan adegan kekerasan yang disiarkan oleh stasiun televisi di Indonesia saat ini. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan apakah tayangan Opera Van Java memiliki daya yang membentuk perbuatan (negatif atau positif) bagi Siswa-siswi kususnya Siswa-siswi SMA Triguna Utama, Ciputat. Penelitian ini menggunakan metode analisis data deskriptif kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Data yang diperoleh menggunakan kuesioner (skala likert) kemudian dilakukan pengujian analisis regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan yang ada diantara variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Uji simultan dengan uji F ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama yaitu variabel independen terhadap variabel dependen. T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Hasil yang ditemukan, yaitu: Pada tayangan Opera Van Java (variable kognitif dan variabel afektif) tidak mempengaruhi perubahan perilaku kekerasan. Meskipun variabel kognitif memiliki kecenderungan kepada perubahan perilaku kekerasan, namun jika pada variabel afektif bersifat negatif terhadap perubahan perilaku kekerasan, maka tidak akan ada bentuk perubahan perilaku kekerasan yang terjadi setelah menonton tayangan tersebut. Karena faktor dari perasaan/afektif itu sendiri dapat mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang dalam perubahan. Sedang hasil akhir penelitian ini afektif sendiri berhubungan negatif dengan perubahan perilaku kekerasan yang ada.
i
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah peneliti haturkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Pengasih, tanpa inayah-Nya tak mungkin peneliti bisa mancapai pendidikan sampai S1. Shalawat serta salam semoga tetap teriring keharibaan junjungan Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Atas doa dan usaha, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan salah satu tugas penting ini. Dengan kerendahan hati, peneliti tentu sadar bahwa skripsi ini tidak mengkin dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
DR. H. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan Bid. Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan Bid. Administrasi Umum dan Keuangan, dan Drs. Study Rizal, LK, MA, selaku Pembantu Dekan Bid. Kemahasiswaan yang juga sebagai penguji I sidang/munaqosah.
2.
Drs. Jumroni, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang juga sebagai ketua sidang/munaqosah dan Umi Musyarrofah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang juga sebagai sekretaris sidang/munaqosah.
3.
Noor Bekti Negoro, SE, STP, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah membimbing peneliti dengan penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
4.
Drs. Adi Badjuri, MM, sebagai penguji II sidang/munaqosah.
5.
Segenap dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan mendidik peneliti dengan penuh kesadaran.
ii
6.
Segenap Siswa-siswi SMA Triguna Utama, yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Kepala Sekolah dan segenap Guru-guru SMA Triguna Utama yang telah memberikan kesempatan pada peneliti melakukan penelitian di SMA Triguna Utama. Terutama Bapak Syaiful selaku Wakil Kurikulum yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian.
7.
Teristimewa kepada Ayahanda H. M. Amin Nashir (Alm), meski raga kita telah terpisah oleh kematian namun jiwa semangatmu masih terasa mengalir dalam nadiku, dengan cita dan cintamu membesarkan dan mendidikku, meski berat rasanya meniti pendewasaanku tanpa dirimu di sisi. Sampai jumpa kembali ayahku semoga Allah mempertemukan kita kembali di Surga-Nya. Juga Umminda Hj. Hayati Mujidtaba yang telah mendidik dan selalu memberikan doa. Kalian adalah teladan dan harta yang paling berharga bagi peneliti. Semoga kalian selalu dalam perlindungan, kasih sayang, dan keridhoan Allah SWT.
8.
Buat ka Dian, ka Elis, ka Ima, ka Opa, ka Tia, ka Nida yang telah mendukung dengan moril dan materilnya, terimakasih kalian selalu ada menemani langkahku.
9.
Bang Abi dan bang Aris atas dorongan dan segala bentuk protect-nya dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Guru spiritualku Ummi Hj. Firdaus Hanim yang selalu memotivasi menyelesaikan skripsi ini. 11. Dear Ahmad Khumaidi terimakasih segala dukungan, yang telah menjadi motivator bagi peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman KPI A angkatan 2007, yang telah sama-sama berbagi ilmu, berdiskusi, bercanda, dan berbagi rasa. Terutama buat sahabat The Undurs: Suci, Upay, Aah, Mila, Faizah, Bongki. 13. Ita, Dewi, Ani, Siska atas tumpangan menginap menyelesaikan skripsi ini. Jakarta, 24 Juni 2011 Nuri Rahmah Fajria NIM. 107051003387
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa: 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa ini bukan hasil karya saya, atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2011
Nuri Rahmah Fajria
DAFTAR ISI Hal. ABSTRAK ............................................................................................................. i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii BAB I:
PENDAHULUAN …………………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah ………..…...…………………..........….. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………..……............... 6 1.
Pembatasan Masalah ……………….………..….…............... 7
2.
Perumusan Masalah …………………………………......…... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………….............. 8 1.
Tujuan Penelitian …………………………………................. 8
2.
Manfaat Penelitian ……………………………...…............... 8
D. Tinjauan Pustaka ………………………………...............………. 9 E. Kerangka Pemikiran ………………………………….............… 11 F. Sistematika Penulisan …………………………................……... 12 BAB II: LANDASAN TEORI ……..……………………………………….. 14 A. Televisi ………………………..….…………………………….. 14 B. Efek Komunikasi Massa ………….….………..……………...… 16 C. Hippodermic Needle Theory ……………………..………..….… 17 D. Teori Imitasi dan Peniruan …………………..…….………….... 19 E. Perilaku Agresif ……………………………………………….... 21 F. Social Learning Theory ………………………………...………. 23 1.
Proses Perhatian (Attention) ………….…….…………….... 24
2.
Poses Mengingat (Retention) ………………………….…… 25
3.
Proses Reproduksi Motoris (Motoris Reproductin) ….......... 25
4.
Proses Motivasional (Motivational) …….……………......... 25 iv
G. Tayangan Kekerasan Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan .. 25 1.
Tayangan Kekerasan ……..………………………….......… 26
2.
Pengaruh Tayangan Kekerasan …..……………………...… 27
3.
Perilaku Kekerasan ……………………………….......….… 32 3.1. Kekerasan Fisik dan Psikologis ………..…………...… 33 3.2. Pengaruh Positif dan Negatif ……………........…..…… 33 3.3. Ada Objek atau Tidak …………………………....….… 33 3.4. Ada Subjek atau Tidak ……….……………............….. 33 3.5. Sengaja atau Tidak …………………………....…....…. 34 3.6. Nyata (Manifest) Tersembunyi (Laten) …………......… 34 3.7. Kekerasan Personal atau Kekerasan Langsung …….…. 34 3.8. Kekerasan Struktural atau Kekerasan Tidak Langsung . 35
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN …………………………………... 36 A. Pendekatan dan Desain Penelitian …..…………..……………… 36 B. Ruang Lingkup Penelitian …………………….……………..… 37 1.
Subjek dan Objek Penelitian ….………….……………...… 37
2.
Waktu dan Tempat Penelitian ………………………..…..... 37
C. Metode Penentuan Sampel ……………………………..……… 38 1.
Populasi ………..………………………………………...… 38
2.
Sampel …………………………….……………….………. 38
D. Variabel Penelitian ……………………………….…………….. 39 E. Hipotesis Penelitian ..………………………………..………….. 40 F. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian …..…..... 40 G. Teknik Pengumpulan Data …………………………………....... 40 1.
Data Primer ……………..………………………………..… 41
2.
Data Sekunder ……………….………………….…………. 41
H. Uji Instrumen ……………………………………..……..…….... 41
I.
1.
Uji Validitas ……………….....……….…………….…...…. 41
2.
Uji Reliabilitas ………………………...………………….... 42
Metode Analisis Data ………….…………………..………….... 43 1.
Uji Regresi Linier Berganda ………...…………………..…. 44
v
2.
Uji Koefisien Determinasi …………………………..…...… 45
3.
Uji F-test ………………………………………..……….…. 45
4.
Uji T-test ………………………………………..……….…. 46
BAB IV: GAMBARAN UMUM …………………………………………...… 48 A. Gambaran Tayangan Opera Van Java Trans 7 ............................. 48 B. Gambaran SMA Triguna Utama Ciputat …………..…………… 50 1.
Sejarah Singkat SMA Triguna Utama Ciputat …...………... 50
2.
Visi, Misa dan Tujuan Pendidikan SMA Triguna Utama ..... 52
3.
Daftar Nama Kepala Sekolah ………………….………..… 54
4.
Struktur Organisasi SMA Triguna Utama tahun 2010/2011 . 55
5.
Sarana dan Prasarana SMA Triguna Utama …………...…... 56
BAB V: PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ….…………………………. 57 A. Pengolahan Uji Instrumen ……...………………………………. 57 1.
Deskripsi Data Responden Penelitian ………..……………. 57
2.
Deskripsi Kuesioner Penelitian ……………………….….... 59
B. Analisis Data Penelitian …………………….……………..…… 68 1.
Uji Validitas …………….……………………….……....…. 68
2.
Uji Regresi Linier Berganda ………………….………….… 68
3.
Uji Koefisien Determinasi ……………………………...….. 69
4.
Uji F-test ………………………………………………...…. 70
5.
Uji T-test …………………………………………….......…. 71
BAB VI: PENUTUP ………………………………………………………….. 72 A. Kesimpulan ………………..……..……………………………... 72 B. Saran …………………..………………..………………………. 73 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….... 74 LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL Hal. 1.
Skala Likert ………………………………………………………………... 43
2.
Respon Siswa-siswi SMA Triguna Utama terhadap variabel kognitif ….… 60
3.
Respon Siswa-siswi SMA Triguna Utama terhadap variabel afektif ……... 62
4.
Rekapitulasi rata-rata skor variabel pengaruh tayangan Opera Van Java ..…64
5.
Respon Siswa-siswi SMA Triguna Utama terhadap perubahan perilaku kekerasan ………………………………………………………………...… 65
6.
Coefficients ………………………………………………….……….. 68 &71
7.
Model summary ……………………………………………………………. 69
8.
ANOVA …………………………………………………………………… 70
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Komunikasi Massa berawal dari Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1946 di gedung Perguruan Tinggi Hunter New York Amerika Serikat. Agenda sidang organisasi terbesar di dunia itu adalah membahas kelangsungan keamanan dunia paska Perang Dunia II. Dari sidang itulah televisi sebagai salah satu media komunikasi massa di perkenalkan. Ribuan pengamat politik, pers dan masyarakat biasa dapat menyaksikan sidang penting itu melalui televisi dari luar gedung yang di jaga ketat oleh aparat keamanan Amerika. Sejak saat itu, televisi mulai berkembang ke seluruh penjuru dunia. Amerika Serikat merupakan negara pertama yang mengembangkan teknologi televisi secara besar-besaran. Bahkan pada tahun 2003 di negara tersebut, tidak kurang 750 stasiun siaran televisi telah didirikan. Jumlah ini pasti lebih ditahun 2007. Dewasa ini televisi telah menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Hampir di seluruh rumah-rumah penduduk baik di Indonesia maupun di negara lainnya, telah terdapat televisi. Ini menunjukkan televisi telah menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia. Sedangkan di Indonesia sendiri, televisi baru diperkenalkan pada tahun 1962. Sebagaimana pola komunikasi lainnya, komunikasi massa dari waktu ke waktu terus berubah mengikuti perkembangan zaman. Perubahan ini dapat di lihat
1
2
dari jumlah stasiun televisi dan program siaran yang di tawarkan ke publik. Dahulu pada awalnya, Indonesia hanya memiliki satu stasiun televisi, saat itu hanya Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang memancarkan siaran. Untuk Indonesia, paska di cabutnya SIUPP (Surat Izin Penerbitan Pers) tahun 1998, negeri ini telah memiliki sepuluh stasiun siaran televisi baik swasta dan pemerintah.1 Kemajuan teknologi komunikasi massa secara visual juga di tampakkan dengan semakin menariknya tayangan yang di sajikan. Bukan itu saja, program siarannya pun kini semakin bervariasi. Dari siaran komedi sampai siaran pariwisata. Dari siaran pendidikan sampai siaran hiburan dan dari siaran yang mengandung nilai humor sampai ke siaran yang mengandung kekerasan. Semuanya di rangkum oleh televisi kita saat ini. Semakin banyaknya stasiun televisi yang bermunculan di Indonesia maka seharusnya semakin maju pula negeri ini. Hal ini di karenakan acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan rasa penasaran para penonton. Kemampuan media televisi untuk “membius” penontonnya tidak dapat di ragukan. Secara psikologi, jika ada seseorang yang terharu, menangis atau bahkan menjerit saat menonton salah satu program televisi yang di siarkan adalah hal yang wajar.2 Persaingan antar stasiun televisi sendiri di Indonesia semakin ketat. Semua stasiun televisi berlomba-lomba untuk membuat program unggulan yang sedang di minati oleh masyarakat. Tujuannya, agar para pemasang iklan juga 1
Bataviase.co.id, Sejarah Perkembangan Televisi Indonesia, Google.Com.
2
R. Mar’at, (Universitas Padjadjaran Bandung). Google.Com
3
mengiklankan produk mereka di stasiun televisi tersebut. Stasiun televisi jika tidak memiliki penonton, alamat stasiun televisi tersebut tidak akan mendapatkan iklan. Akibatnya, tidak akan ada pemasukan perusahaan. Bahkan tidak jarang, jika telah mengalami penurunan jumlah pemasang iklan, Perusahaan televisi akan meniru program yang di tayangkan oleh salah satu televisi yang sedang naik daun. Inilah wajah pertelevisian di Indonesia. Kantong perusahaan menjadi nomor satu. Sedangkan program siaran dan efeknya menjadi samar dengan tujuan awal dari Perusahaan Televisi di negeri ini. Secara umum semua Televisi di negeri ini bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini juga terdapat dalam batang tubuh pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.3 Namun, fakta berbicara lain. Untuk mengeruk keuntungan sebesarbesarnya sebagaimana prinsip ekonomi, perusahaan televisi mulai melupakan tujuan utamanya. Tayangan kekerasan mulai marak di siarkan di Indonesia. Seluruh stasiun televisi memiliki program acara jenis ini. Termasuk dalam hal ini penulis mengambil studi kasus pada Tayangan Televisi Opera Van Java di Trans 7 yang menampilkan kekerasan dibaluti humor. Meningkatnya angka kriminalitas dewasa ini cendrung di tuding televisilah sebagai biangkeroknya. Mungkin kita masih ingat sebuah SMU di Colorado Amerika Serikat dibanjiri darah 25 siswanya. Mereka tewas dibantai dua siswa yang berulah seperti Rambo. Dengan wajah dingin tanpa balas kasihan, mereka memberondong temannya sendiri dengan timah panas. Kejadian ini sungguh menggemparkan dan banyak pakar yang menuding tayangan kekerasan 3
2005).
Jajang Jamaluddin, et al, Panduan Hukum Untuk Jurnalis, (Jakarta: AJI Jakarta,
4
di televisi atau komputer (game dan internet) sebagai biangkerok tindak kekerasan yang terjadi di kalangan anak.4 Kasus lainnya adalah pelaku pencurian kendaraan bermotor di Sleman, Yogyakarta. Usia pelaku kriminal itu masih sangat muda, sekitar 17 tahun. Dalam sehari pria ini bisa mencuri satu sampai dua kendaraan bermotor. Lalu, si pelaku tindak pencurian ini mengaku, untuk mencuri dia mengikuti jejak dari Tayangan Patroli Indosiar.5 Bermula dari tayang seminggu sekali, lalu meningkat seminggu dua kali kini program komedi Opera Van Java (OVJ) muncul lima kali dalam sepekan. Aksi kocak yang dilakukan Parto, Sule, Aziz gagap, Nunung, juga Andre Taulany membuat Opera Van Java menempati urutan pertama dalam hal rating. Kekocakan para pelawak itu semakin menjadi lucu ketika ada adegan saling pukul dan saling hantam dengan benda yang menyertainya. Namun adegan kekerasan itu dianggap tidak berbahaya karena jenis barang yang digunakan untuk memukul dibuat dari bahan Styrofoam. Dengan berbalut humor, dan menjadikan alasan Styrofoam sebagai alat yang tidak berbahaya, OVJ menayangkan tayangan kekerasan. Penayangan OVJ yang menggunakan Styrofoam untuk menayangkan kekerasan, mengabaikan nilainilai etika dan moralitas. Sebenarnya bukan Styrofoam yang dijadikan masalah, namun tindakan kekerasan itu sendiri yang akan mempengaruhi prilaku masyarakat ke arah kekerasan.6
4
Goggle.Com, Kasus Kriminalita Akibat Tayangan Kekerasan Agitasi dan Propaganda, (Rabu, Januari 13, 2010 10:18 AM). 5 Indira Purnama Hadi , (Produser PATROLI Indosiar), Google.Com. 6 A.S. Haris Sumardiana, Dosen dan Ketua Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Google.Com.
5
Lalu inikah yang di sebut mendidik dari siaran Televisi? Bukan hanya itu, Perubahan pola tingkah laku remaja saat ini juga di kait-kaitkan dengan tayangan televisi. Artinya, banyak kalangan menilai televisi mampu merubah perilaku manusia. Kemudaratan yang dimunculkan televisi memang tidak sedikit, baik yang disebabkan karena terapan kesannya, maupun kehadirannya sebagai media fisik terutama bagi pengguna televisi tanpa dibarengi dengan sikap selektif dalam memilih berbagai acara yang disajikan. Dalam konteks semacam ini maka kita dapat melihat beberapa kemudaratan itu sebagai berikut: 1.
Menyia-nyiakan waktu dan umur
2.
Melalaikan tugas dan kewajiban
3.
Menumbuhkan sikap hidup konsumtif
4.
Mengganggu kesehatan
5.
Memutuskan silaturahmi
6.
Mempengaruhi dan menurunkan prestasi belajar murid Salah satu diantara kemudaratan yang dimunculkan oleh televisi adalah
menjadi alat transportasi kejahatan dan kebejatan moral. Sudah merupakan fitrah, bahwa manusia memiliki sifat meniru, sehingga manusia yang satu akan meniru cenderung untuk mengikuti manusia yang lain, baik dalam sifat, sikap maupun tindakannya. Dalam hal adanya berbagai sajian program dan acara yang disiarkan di televisi misalnya, film, sinetron, musik, drama dan lain sebagainya yang paling dikhawatirkan adalah jika tontonan tersebut merupakan adegan dari kebejatan
6
moral contohnya dari mulai pemukulan, pembunuhan, pemerkosaan, pornografi yang tentu saja sedikit atau banyak akan ditiru oleh para pemirsa sesuai fitrahnya. Dalam hal ini penelitian dilangsungkan pada SMA Triguna Utama, Ciputat. Sebab usia SMA merupakan usia remaja yang sangat membutuhkan kawan-kawan. Karena adanya kecenderungan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya atau bahkan meniru untuk dapat diterima dalam pergaulan. Bicara masalah meniru seorang remaja pasti mencari sesuatu yang sedang menjadi bahan yang sedang trend dizamannya. Sedang tindak meniru adegan tayangan televisi dikalangan remaja akhir-akhir ini sudah mulai terasa, baik yang bersifat verbal ataupun non-verbal. Maka, seberapa besar pengaruh tayangan Opera Van Java dalam pergaulan dalam hal ini perubahan perilaku kekerasan siswa-siswi di sekolah, dengan penanaman budi pekerti yang ada di dalamnya. Sehingga kita dapat lebih memperhatikan lagi, mendidik atau tidaknya sebuah tayangan dalam perkembangan akhlak dan moral remaja khususnya remaja usia SMA yakni usia transisi dari remaja menuju dewasa. Maka, dengan alasan itulah dalam hal ini penulis mengambil Judul: “Pengaruh Tayangan Opera Van Java Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan. Agar lebih terarah
dan
sinkronisasi
antara
masalah
yang
dikemukakan
dengan
pembahasannya, maka perlu diberikan pembatasan dan perumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
7
1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih fokus dan terarah serta tidak terjebak pada pembahasan yang terlalu luas, maka penulis membatasi masalah Pengaruh Tayangan Opera Van Java (OVJ) pada Siswa-siswi SMA Triguna Utama, Ciputat. Objek penelitiannya yaitu fokus kepada Siswa-siswi kelas x (sepuluh) SMA Triguna Utama, Ciputat. Juga mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka batasan masalah yang hendak dikaji dalam Skripsi ini adalah sebagai berikut: a.
Tayangan yang diamati hanya tayangan Opera Vana Java di Trans 7, yang merupakan tayangan yang memiliki rating yang tinggi dalam tayangan hiburan berbentuk komedi/lawakan dengan unsur-unsur kekerasan verbal maupun non-verbal yang ada.
b.
Penelitian tidak pada semua usia sekolah, tetapi hanya siswa-siswi kelas x (sepuluh) SMA Triguna Utama, Ciputat.
2. Perumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang penulis kemukakan adalah: a.
Bagaimana efek kognitif dan afektif pada SMA Triguna Utama Ciputat terhadap tayangan Opera Van Java (OVJ) Trans 7?
b.
Bagaimana pengaruh perubahan perilaku kekerasan (verbal dan nonverbal) dari aspek behavioral siswa-siswi SMA Triguna Utama Ciputat setelah menonton tayangan Opera Van Java (OVJ) Trans 7?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka tujuan yang di hasilkan adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis dan Mendeskripsikan efek
komunikasi massa (pada
media massa khususnya televisi) dari aspek kognitif dan afektif siswasiswi usia menengah atas. Khususnya pada siswa-siswi SMA Triguna Utama Ciputat. 2. Mendeskripsikan, menganalisis efek behavioral setelah menyaksikan tayangan Opera Van Java (OVJ) Trans 7 akan pengaruh perubahan kekerasan yang tampak dari tayangan tersebut pada siswa-siswi usia menengah atas. Khususnya pada siswa-siswi SMA Triguna Utama Ciputat. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan apakah tayangan Opera Van Java memiliki daya yang membentuk perbuatan (negatif atau positif) bagi siswa-siswi kususnya Siswa-siswi SMA Triguna Utama, Ciputat. 2. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Akademis Menurut penulis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan dokumentasi ilmiah untuk perkembangan
ilmu
pengetahuan terutama dalam bidang ilmu dakwah, bagaimana mengeksplor ilmu dakwah dalam membentuk akhlak siswa dengan baik
9
ditinjau dari Tayangan Kekerasan Media Massa Televisi demi terbentuknya generasi yang baik untuk Negara Indonesia. 2. Kegunaan Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat
membawa wawasan baru
khususnya bagi penulis tentang penerapan tayangan yang sesuai dengan tata krama dan akhlak yang baik sesuai dengan sopan santun yang diajarkan oleh agama Islam. D. Tinjauan Pustaka Dalam berbagi tulisan, para ahli mengemukakan bahwa media massa merupakan saluran bagi bermacam-macam ide, gagasan, dan konsep yang menimbulkan sekian banyak efek bagi masyarakat. Efek tersebut ada yang bersifat langsung artinya mengenai mereka yang dikenai (exposured) media massa yang bersangkutan, tapi ada pula yang bersifat tidak langsung. Pada skripsi Yulie Happy Maria dengan NIM. 103051028562 yang berjudul “Pengaruh Tayangan Acara Reality Show Pacar Pertama Di SCTV Terhadap Perilaku Komunikasi Murid SMK Negeri 3 Kota Bekasi. Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2008. Menjelaskan pada pengaruh tayangan televisi terhadap perilaku komunikasi, yakni pengaruh kognitif mengenai pengetahuan tambahan tentang pacaran remaja yang sifatnya negatif. Selain itu juga pengaruh sikap dan tindakan setelah menonton tayangan tersebut. Sedangkan pada skripsi Eriz Rahmadania dengan NIM. 104051001824 yang berjudul “Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Penonton Sinetron Para Pencari
10
Tuhan Di Majelis Taklim Al-Amin RT 005 Rw 06 Di Kelurahan Mekarsari Depok Jawa Barat. Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2008. Membahas pengaruh motivasi dan kepuasan dari para penonton sinetron para pencari Tuhan dari tayangan televisi. Yang mendekati penelitian ini adalah pada skripsi Sofia Nurfitriani dengan NIM. 103051028550 yang berjudul “Pengaruh Tayangan Smackdown Terhadap Perilaku Anak (Studi Kasus MI Nurul Falah kelas V dan VI, Cimanggis Depok. Mahasiswi Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2008. Karena sama-sama membahas atau mengangkat tentang Pengaruh tayangan kekerasan televisi, dalam judul saudari Sofia Nurfitriani tersebut mengambil responden setingkat anak usia sekolah dasar yakni MI Nurul Falah. Namun dalam hal ini yang membedakan peneliti mencoba mengkaji dari sebuah Tayangan Hiburan yang mensisipkan unsur-unsur kekerasan dan mengungkap perubahan perilaku kekerasan remaja, khususnya pada remaja usia sekolah menengah atas (SMA) yang mengambil responden dari siswa-siswi yang bersekolah di SMA Triguna Utama, Ciputat.
11
E. Kerangka Pemikiran Adapun kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut : Gambar 1 Pengaruh Tayangan Opera Van Java terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan Pengaruh Tayangan Opera Van Java
Kognitif Afektif
F. (Variabel X)
Perubahan Perilaku Kekerasan
Behavioral
(Variabel Y)
Efek perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek diketahui melalui tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan sebagai umpan balik (feed back). Jadi, umpan balik merupakan sarana untuk mengetahui efek. Dalam perilaku khalayak jelas amat dipengaruhi oleh media massa, hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya isi media massa dapat memberikan dua pengaruh pada khalayak. Isi media massa yang disukai khalayak cenderung akan ditiru oleh masyarakat, sebaliknya bila isi media massa itu tidak disukai khalayak, maka khalayak pun akan cenderung untuk menghindarinya. Dari penelitian inilah penulis menelaah sisi pengaruh dan sikap dari efek kognitif dan afektif yang ada. Bahaw tayangan Opera Van Java di sini akan cenderun ditiru ataukah sebaliknya malah dihindari.
12
G. Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan dalam VI BAB. Dari masing-masing BAB terdapat sub-sub BAB, adapun pembahasan tersebut ditulis secara sistematis sebagai berikut: BAB I
: Pendahuluan Yang
meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Kerangka Pemikiran, dan Sistematika Penulisan. BAB II
: Landasan Teori Televisi: Efek Komunikasi Massa, Hipodermic Needle Theory, Teori Imitasi dan Peniruan, Perilaku Agresif: Teori Social Learning, Tayangan Kekerasan Televisi Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan.
BAB III
: Metodelogi Penelitian Meliputi Pendekatan dan Desain Penelitian, Ruang Lingkup Penelitian, Metode Penentuan Sampel, Variabel Penelitian, Hipotesis Penelitian, Devinisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Uji Instrumen, Metode Analisis Data.
BAB IV
: Gambaran Umum Mengenai SMA Triguna Utama, Ciputat.
13
BAB V
: Penemuan dan Pembahasan Pengolahan Uji Instrumen, Analisis Data Penelitian.
BAB V
: Penutup Meliputi Kesimpulan dan Saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Televisi Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar alam dan gambar hidup suara melalui kabel atau ruang.1 Karakteristik televisi menurut Darwanto Sastro Subroto adalah dapat merekam dan menyiarkan peristiwa atau kejadian aktual yang sedang terjadi bersamaan waktunya dengan saat menonton, disamping itu para penonton diseluruh belahan bumi secara bersamaan mendapat informasi yang sama. Hal ini berarti bahwa televisi mampu menghadirkan sesuatu yang aktual dan secara serempak dapat diterima oleh khalayak penontonnya. Televisi memiliki daya tarik tersendiri, televisi menggabungkan unsur audio (pendengaran) dengan unsur visual (penglihatan) karena menampilkan gambar hidup dan warna. Kedua aspek ini membuat televisi menarik perhatian masyarakat dan menghabiskan sebagain besar waktunya untuk menonton. Muh. Labib mengutip John Fiske, Marshal Mac Lauhan, dan Jalalludin Rakhmat, mengatakan bahwa “televisi dikonstruksi dan merupakan hasil dari pilihan manusia, keputusan-keputusan budaya-budaya dan tekanan-tekanan sosial. “Dia melihat televisi dari dua sudut pandang, dari sudut pandang isi dan cara penyajiannya. Dari sisi isi pernyataan Marshal Mac Lauhan, bahwa televisi adalah “review mirrorism” artinya televisi merupakan media baru yang mapu mengeksploitasi potensi-potensinya, dalam arti media ini melakukan proses 1
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h.50.
14
15
pergantian terhadap realitas. Ada benarnya dalam istilah Jalaluddin Rahmat disebut “realitas tangan kedua”.2 Televisi sebagai media komunikasi untuk penyampaian informasi, pendidikan dan hiburan, adalah salah satu media audio-visual dengan jangkauan yang sangat luas. Kartikasari mengutip pernyataan Sudrajat yang menjelaskan bahwa “pengertian televisi sesungguhnya adalah suatu perlengkapan elektronik yang pada dasarnya adalah sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara”.3 Mengingat cakupannya yang terbuka, maka cakupan pemirsanya tidak mengenal usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat. Luas jangkauan dan cakupan pemirsanya, menjadikan media televisi sebagai media pembawa informasi yang besar dan cepat pengaruhnya terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku anggota masyaraka, serta perubahan sistem dan tata nilai yang telah ada. Media televisi pun dapat menjadi penangkap ampuh yang mampu membuat anak-anak duduk pasif selama berjam-jam setiap hari ia bisa menjadi “pengganti” babby sitter yang andal tanpa perlu digaji. Televisi juga bisa membuat mata anakanak kelelahan karena kurang istirahat akibat terus-menerus digunakan untuk menonton. Dengan demikian pesawat televisi mampu mengendalikan, jika tidak mampu mengendalikan pesawat televisi, ia akan mengendalikannya.4
2
Muh. Labib, Potret Sinetron Indonesia Antara Realitas Sosial Virtual dan Realitas Sosial, (Jakarta: PT Mandar Utama Tiga Books Divission, 2002), cet. ke-1, h. 14. 3 Tatiek Kartikaari, et al, op cit, h. 30. 4 E. B Surbakti, Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anda, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), h. 45-50.
16
B. Efek Komunikasi Massa Efek adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience akibat keterpaan pesan-pesan media. David Berlo mengklasifikasikan efek atau perubahan dalam ranah pengetahuan, sikap dan perilaku nyata. Perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap, dan perubahan sikap biasanya didahului oleh perubahan pengetahuan. Efek diketahui melalui tanggapan khalayak (response audience) yang digunakan sebagai umpan balik (feed back). Jadi, umpan balik merupakan sarana untuk mengetahui efek.5 Membicarakan efek media khususnya televisi, juga memerlukan pembedaan yang jelas antara yang dimaksud sebagai efek segera (immediate effect) ataukah efek yang baru kelihatan kemudian (deleyed effect). Efek yang segera merupakan akibat langsung yang terjadi sesudah seseorang mengkonsumsi media massa.6 Tentu saja membatasi efek hanya selama berkaitan dengan pesan media, akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffee, ini pendekatan pertama dalam melihat efek media massa. Pendekatan kedua ialah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa. Berupa penerimaan informasi, perubahan perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku, atau dengan istilah lain, perubahan kognitif,
5
Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Garsindo, 2000), h. 9. Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Pusat Penerbitan Universitas Terbuka), h. 73. 6
17
afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang dikenal efek komunikasi massa-indivisu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa.7 Dalam penelitian ini, pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kedua dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada khalayak komunikasi massa. Yaitu apakah tayangan Opera Van Java memengaruhi kognitif (penerimaan
informasi),
afektifnya
(perasaan),
sehingga
mempengaruhi
behavioral (sikap atau perilaku) siswa-siswi kelas x (sepuluh) SMA Triguna, Ciputat. C. Hipodermic Needle Theory Efek komunikasi massa telah lama diperbincangkan dalam khasanah kajian Ilmu Komunikasi. Bahkan, efek ini di kaji secara ilmiah oleh para pemikir atau ilmuan komunikasi. Salah satunya yang membahas tentang efek media adalah Wilbur Schraam. Schraam mencetuskan teori Jarum Hipodermik (hypodermic needle theory) dalam istilah indonesia teori ini di kenal dengan teori peluru atau teori tolak peluru. Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan di anggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Pesanpesan komunikasi massa yang di sampaikan kepada khalayak yang heterogen dapat di terima secara langsung tanpa memiliki filter sama sekali. Artinya, komunikan sangat terbius oleh suntikan pesan yang di sampaikan media massa. Suntikan pesan ini masuk ke dalam saraf dan otak serta melakukan tindakan sesuai dengan pesan komunikasi massa tersebut. Pendapat Schramm di dukung 7
h. 218.
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya), cet. ke-21,
18
oleh Paul Lazarzfeld dan Raymond Bauer .8 Meski ada beberapa pakar yang menolaknya, seperti Stewart Hall. Mereka pakar yang menganggap penerima pesan sebagai khalayak yang aktif menentukan makna dari pesan yang disampaikan.9 Media di Indonesia tampaknya memang menganut teori yang satu ini. Dimana dalam kasus Tayangan Kekerasan semua media memiliki tayangan jenis ini dengan nama yang berbeda. Bukan hanya tayangan kekerasan berita yang di tampilkan seperti Patroli, Sergap, Sidik dan Buser. Namun, tayangan kekerasan lainnya yang dibaluti oleh humor seperti Opera Van Java (OVJ). Media massa punya pengaruh terhadap khalayak ramai, yang langsung, segera, dan sangat kuat. Model ini didukung oleh perkembangan Mass Society di Amerika Serikat 1930-1940, yaitu kecenderungan masyarakat mengikuti pesan dalam media massa seperti dalam berpakaian, pola pembicaraan, tingkah laku dan nilai-nilai sosial.10 Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan pengaruh dalam kehidupan manusia baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sebagaimana yang dikatakan M. Bahri Ghazali dalam bukunya dakwah komunikatif, “laju perkembangan zaman memacu tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi semakin canggih, tidak terkecuali teknologi
8 9
McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Erlangga, 1987).
Andi Faisal Bakti, Communication and Family Planning in Islam in Indonesia (Leiden-Jakarta: INIS, 2004). 10 Seperti yang dikutip A. M. Hoeta Soehoet, Teori Komunikasi 2, (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta-IISIP, 2002), h. 31.
19
komunikasi sebagai sebuah sarana yang dapat menggabungkan masyarakat di suatu tempat dalam masyarakat di tempat lain. Kecanggihan teknologi pun ikut memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia.11 D. Teori Imitasi atau Peniruan Media massa dapat menimbulkan efek peniruan atau imitasi, khususnya yang menyangkut delinkuesi dan kejahatan, bertolak dari besarnya kemungkinan atau potensi pada tiap anggota masyarakat untuk meniru apa-apa yang ia peroleh dari media massa. Kemudahan isi media massa untuk dipahami memungkinkan khalayak untuk mengetahui isi media massa dan kemudian dipengaruhi oleh isi media tersebut. Perilaku khalayak jelas amat dipengaruhi oleh media massa, hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya isi media massa dapat memberikan dua pengaruh pada khalayak. Isi media massa yang disukai khalayak cenderung akan ditiru oleh masyarakat, sebaliknya bila isi media massa itu tidak disukai khalayak, maka khalayak pun akan cenderung untuk menghindarinya. Pernyataan diatas menimbulkan pertanyaan apakah kekerasan di televisi menyebabkan perilaku kekerasan pada khalayak atau tidak. Situasi ini memang kompleks karena terdapatnya kepentingan yang bertentangan yang menyebabkan metode, hasil dan interprestasi yang juga saling bertentangan. Kalangan pendidik umumnya berpendapat bahwa isi yang negatif pada media massa akan berdampak negatif pula pada khalayak. Sedangkan pihak media cenderung untuk bertahan dan menyatakan bahwa apa-apa yang mereka siarkan itu tidak berbahaya bagi 11
1, h.33.
M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu, 1997), cet. ke-
20
masyarakat. Mereka bahkan berpendapat bahwa dengan menyaksikan kekerasan di televisi, Kita dapat mensublimasikan tekanan (tension) dan frustasi yang dialami, Jadi mengurangi kemungkinan untuk melakukan tindakan agresif atau kekerasan. Jadi khalayak yang melihat kekerasan di televisi pun akan mencoba menghindari tindakan kekerasan tersebut pada kehidupan sehari-harinya. Usahausaha untuk mengkaji perilaku meniru secara umum dikaitkan dengan adanya dorongan pembawaan (innate urges) atau kecenderungan yang dimiliki oleh setiap manusia. Menurut pandanga umum ini, manusia cenderung untuk meniru perbuatan orang lain semata-mata karena hal itu merupakan bagian dari sifat biologis (part of biological “nature”) mereka untuk melakukan hal tersebut. Seorang sosiolog bernama Gabriel Tarde (1903) berpendapat bahwa semua orang memiliki kecenderungan yang kuat untuk menandingi (menyamai atau bahkan melebihi) tindakan orang disekitarnya. Ia berpendapat bahwa mustahil bagi dua individu yang berinteraksi dalam waktu yang cukup panjang untuk tidak menunjukan peningkatan dalam peniruan perilaku secara timbal balik. Ia juga memandang imitasi memainkan perana yang sentral dalam tranmisi kebudayaan dan pengetahuan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Dengan pengamatannya tersebut, Tarde sampai pada pernyataanya yang mengatakan bahwa “society is imitation…”. Pernyataan ini didukung oleh penulis buku teks psikologi yang pertama, Mc Dougal (1908), bahwa peniruan merupakan suatu dorongan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir, seperti yang dikutip Nasution.12
12
Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, h. 54.
21
Pandangan
Tarde
tersebut
banyak
dikritik
belakangan
ini
kerena
kecenderungan manusia meniru orang lain sebagai suatu bawaan sejak lahir tidak cocok dengan kenyataan, karena seringkali pengamatan terhadap orang lain justru membuat kita menghindari untuk meniru perilaku tersebut. Pandangan ini menganggap bahwa pernyataan Tarde tidak dipertegas dengan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya peniruan, cara seseorang dalam memilih model tertentu yang akan ditirunya, ataupun jenis perilaku yang akan disamainya itu. Hal tersebut membuat teori yang dikemukakan Tarde ditinggalkan secara perlahan-lahan di lingkungan psikologi dan digantikan oleh teori yang berpendapat bahwa kecenderungan untuk meniru orang lain adalah sesuatu yang dipelajari (learned), atau diperoleh melalui suatu proses pengkondisian agar orang melakukan peniruan terhadap perilaku tertentu. Dalam teori ini, tayangan Opera Van Java (OVJ) merupakan tayangan yang banyak ditonton oleh kalangan remaja dan dewasa. Adegan-adegan kekerasan baik verbal maupun non-verbal yang ditampilkan dalam tayangan tersebut dengan mudah ditiru dan dipraktekkan dalam pergaulan mereka sehari-hari. Dalam penelitian ini akan terlihat apakah faktor peniruan ini melalui diri penonton atau sisi kecenderungan yang dibawa melalui proses pengkondisian media agar orang melakukan peniruan terhadap perilaku tertentu. E. Perilaku Agresif Agresif sebenarnya merupakan perilaku sosial yang kompleks karena menyangkut aspek biologis, sosial, dan elemen kognisi. Ada pendapat yang mengatakan bahwa perilaku agresif haruslah dipahami sebagai tindakan liar
22
manusia yang dilampiaskan terhadap sesama. Jadi semacam energi biologis manusia yang ingin dipuasakan.13 Tujuan perilaku agresif adalah untuk mencederai atau melukai korbannya. Dengan demikian perilaku agresif dapatlah disimpulkan sebagai kemarahan yang meluap-luap dan melampiaskannya dalam bentuk penyerangan yang tidak wajar dengan tujuan untuk melukai seseorang secara fisik dan psikis. Perilaku agresif acapkali ditimbulkan oleh kegagalan sehingga menimbulkan reaksi primitif berupa kemarahan dan emosi yang meledak-ledak. Kemarahan tek terkendali menyebabkan fungsi penalaran atau intelegansi terganggu sehingga menyebabkan fungsi penalaran atau intelegansi terganggu sehingga menyebabkan seseorang bertindak sewenang-wenang.14 Kekerasan dan agresivitas tampaknya dua variabel yang selalu berhubungan erat dan terpisahkan. Keduanya menyatu ibarat dua sisi mata uang sehingga dimana ada kekerasan di situ ada agresivitas. Sebaliknya, di mana ada agresivitas, pasti di situ kekerasan berkembang dengan subur. Aksioma ini dalam kenyataan hidup sehari-hari memang hampir tak terbantahkan kebenarannya. Artinya, pengalaman empiris menunjukkan bahwa kekerasan selalu diikuti oleh tindakan agresif, demikian juga perilaku agresif selalu diikuti oleh tindak kekerasan.15 Perilaku agresif bisa juga dijelaskan dari sisi kognitif. Jika seorang anak terlalu sering menonton tayangan kekerasan, kekerasan akan menjadi hal biasa bagi sang anak. Akibatnya, si anak akan kehilangan kepekaan (desensitized),
13
E. B Surbakti, Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anda, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008), h. 130. 14 Ibid., h. 131. 15 Ibis., h. 131-132.
23
terhadap perbuatan yang bisa mengakibatkan orang lain mengalami cedera (Berkowitz, 1984). Jika kepekaan anak-anak telah hilang, otomatis hal tersebut menyebabkan mereka tidak lagi memiliki perasaan bersalah atau takut untuk melakukan kekerasan.16 F. Social Learning Theory Diketahui bahwa anak-anak mempelajari sejumlah perilaku melalui tayangan, anak-anak mempelajari sejumlah perilaku melalui tayangan yang ditampilkan. Selanjutnya mereka mendasarkan perilaku mereka dengan meniru apa yang mereka saksikan sebelumnya. Anak-anak yang percaya bahwa tayangan kekerasan yang ditampilkan adalah realitas hidup yang sebenarnya akan bertindak lebih agresif. Demikian halnya, anak-anak yang memiliki perhatian demikian besar terhadap tayangan kekerasan, akan termotivasi lebih agresif (Huesmann, Lagerspetz & Eron, 1984).17 Teori yang digagas oleh Albert Bandura, yakni pakar psikologi ini. Mengemukakan bahwa manusia belajar tidak hanya melalui pengalaman langsung, melainkan juga melalui peniruan (modelling). Bandura berpijak pada pemikiran bahwa perilaku seseorang adalah gabungan hasil faktor-faktor kognisi dan lingkungan. Mengemukakan pendapatnya melalui Social Learning Theory, Bandura lebih jauh mengatakan bahwa seorang anak dapat mempelajari perilaku agresif melalui media. selanjutnya dalam kondisi tertentu mendasarkan perilakunya pada karakter-karakter yang ditonjolkan oleh media tersebut. Dalam
16 17
Ibid., h. 134. Ibid., h. 136.
24
posisi inilah media menghasilkan suatu idola bagi perilaku agresif (Hjelle, Ziegler, 1981: 237-274).18 Ketika anak-anak menonton tayangan film-film misteri yang menakutkan secara terus menerus,mereka cenderung akan menjadi penakut. Sedang jika mereka menonton tayangan kekeraan, mereka terinspirasi melakukan tindakan agresif. Sebaliknya ketika mereka menonton tayangan yang baik, mereka terinspirasi untuk melakukan perbuatan yang baik.19 Dalam proses belajar sosial (Social Learning Process), Albert Bandura menggagas bahwa media massa merupakan agen sosialisasi utama selain orang tua, keluarga besar, guru, sekolah, sahabat, dan seterusnya. Bandura membagi prosesnya ke dalam empat tahapan, yakni:20 1.
Proses Perhatian (Attention) Pada tahapan ini seorang anak mengamati peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Peristiwa atau kejadian dapat saja berupa tindakan tertentu, misalnya pemikiran (abstract modelling) seperti sikap, nilai-nilai atau pandangan hidup. Anak dapat mengamati peristiwa tersebut mungkin dari orang tuanya, guru atau media. meskipun ada ratusan peristiwa yang dialami setiap hari, namun hanya beberapa saja yang menarik perhatian mereka adalah kejadian yang mudah diingat, sederhana, menonjol, menarik, dan terjadi berulang-ulang. Tidak mengherankan tayangan kekerasan atau sejenisnya yang menonjolkan agresivitas sangat menarik perhatian mereka
18
Ibid., h. 142-143. Ibid., h. 143. 20 Ibid., h. 144-145. 19
25
karena mudah diingat, sangat menarik perhatian, apalagi jika disiarkan berulang-ulang. 2.
Proses Mengingat (Retention) Dari tahapan perhatian terhadap peristiwa, seorang anak akan menyimpan peristiwanya ke dalam memorinya dalam bentuk imajinasi atau lambang secara verbal sehingga menjadi ingatan (memory) yang sewaktu-waktu dapat dipanggil kembali. Dengan kata lain, gambaran membanting atau memukul disimpan dalam visual imajinari, bahasa, dan suatu saat dapat dipanggil kembali.
3.
Proses Reproduksi Motoris (Motoris Reproductin) Pada tahapan ini, anak menyatakan kembali pengalaman-pengalaman yang sebelumnya perseptual. Hasil ingatan tadi akan meningkat menjadi bentuk perilaku. Dengan kata lain, tayangan kekerasan yang tersimpan dalam imajinasi dinyatakan kembali sehingga menghasilkan perilaku agresif.
4.
Proses Motivasional (Motivational) Suatu motivasi sangat tergantung kepada peneguhan (reinforcement) yang mendorong perilaku seorang anak ke arah pemenuhan tujuan tertentu. Perilaku akan terwujud apabila ada nilai peneguhan, misalnya self reinforcement adalah rasa puas diri.
G. Tayangan Kekerasan Televisi Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan Kepustakaan komunikasi mencatat banyaknya studi yang menunjukkan bahwa kekerasan dalam media menimbulkan efek agresi pada khalayak. Perhatian studi-studi tersebut terpusat pada efek kekerasan di televisi. Riset umumnya
26
adalah menunjukkan adanya hubungan antara kekerasan yang tampil di layar dengan perilaku kekerasan. Walaupun sejumlah studi menunjukkan pengaruh itu kecil. Umumnya studi seperti ini disponsori oleh industri televisi dan film. Namun, ada lebih dari tiga ribu studi yang menyimpulkan bahwa menonton film kekerasan meningkatkan perilaku kekerasan.21 Dalam program-programnya televisi banyak menampilkan kekerasan. Di Amerika Serikat, sejak tahun 1950-an para peneliti tertarik pada hubungan antara adegan kekerasan yang ditonton dengan perilaku agresi. Studi-studi semacam itu sebagian lahir karena kecemasan akibat meningkatnya proporsi adegan kekerasan dalam televisi. Pada tahun 1977 misalnya riset membuktikan bahwa 9 dari 10 program televisi mengandung kekerasan.22 Secara universal penyelenggaraan siaran televisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Mampu memberi informasi (informatif) 2. Mampu mendidik penonton (edukatif) 3. Mampu mempengaruhi penonton (persuasif) 4. Mampu menghibur penonton (entertaining) 5. Mampu menakuti penonton 1.
Tayangan Kekerasan Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian tayangan adalah (1) sesuatu yang ditayangkan (dipertunjukkan), dan (2) Pertunjukkan (film, dsb); 21
Yayah Khisbiyah, et. al, Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000, h. 96. 22 Ibid., h. 97.
27
persembahan. Untuk memebuat satu definisi yang utuh tentang kekerasan karena adanya pandangan objektif dan subjektif manusia, yang masingmasing mempunyai penilaian berbeda dalam apa saja yang dapat dimasukkan dalam kategori kekarasan. 2.
Pengaruh Tayangan Kekerasan Kekerasan bisa timbul karena adanya motivasi-motivasi serta keinginan dalam diri manusia. Ketika motivasi serta keinginan dalam diri pelaku tidak terpenuhi, maka dia akan mencari jalan untuk itu. Pada saat dialog pun menemui jalan buntu, kekerasan menjadi cara yang paling efektif untuk mengabulkan niat si pelaku. Selain itu, nasution juga mengutip Thomas Hobbes yang percaya, bahwa manusia adalah makhluk yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasional, anarkis, saling iri dan membenci sehingga menjadi jahat, kasar, buas, dan pendek pikir. Dengan kata lain manusia menurut Hobbes adalah Homo Homini Lupus, manusia yang saling memangsa sesamanya.23 Penonton televisi manjadi makhluk sosial yang dinamik, bisa saja terpengaruh oleh rangsangan simbolik secara langsung, tetapi dalam beberapa tindakan sosial segalanya masih diperhitungkan konsep diri dan rangsangan simbolik yang berasal dari lingkungan sosial terdekat. Antara aspek komersial dan aspek pendidikan cukup sulit dikorelasikan karena
salah
satu
sisi
televisi
swasta
membentuk
dana
untuk
pengoperasiannya. Di lain sisi, televisi sebagai fungsinya untuk penerangan
23
Al & Awh, Kekerasan Sebuah Pengantar, h. 1.
28
hiburan dan pendidikan harus tetap dijalankan. Begitu banyak siaran mengajukan judul-judul acara kekerasan di mana-mana akan menciptakan perilaku masyarakat yang keras pula.24 Hal yang dikhawatirkan dari tayangan kekerasan di televisi ialah dampak perilaku pemirsa yang negatif serta keluar batas dari realitas sosial karena ingin mengidentifikasikan diri dengan kenyataan tayangan acara media televisi (film, iklan, musik, dan sinetron). Namun pemirsa harus siap menerima dampak acara televisi di tengah-tengah masih rendahnya tingkat pendidikan serta terpusatnya media massa di kota-kota besar.25 Kalau dampak perubah sikap yang diharapkan tidak sesuai bahkan berlawanan (negatif) dari kenyataan yang diinginkan, pihak pengelola dan perencana siaran acara televisi perlu meninjau kembali program atau paket yang disajikan kepada pemirsa.26 Televisi sanggup mengubah sikap penontonnya. Ini disebabkan informasi yang diulang secara terus menerus dan menimbulkan kesan menyenangkan akan sanggup menarik perhatian seseorang. Pada proses selanjutnya timbul dorongan untuk mempraktekkan apa-apa yang telah diperhatikan itu. Menurut Santoso
anak-anak
lebih
rentan
meniru
apa-apa
yang
dilihatnya
menyenangkan, entah itu baik atau buruk, berbahaya atau tidak.27
24
Tatiek Kartikasari, et al, Pesan-pesan Budaya Film Anak-anak dalam Tayangan Televisi, (Studi Tentang Pengaruh System Modern Terhadap Perilaku Sosial Remaja Cianjur), (Depdikbud; Jakarta: CV. Eka Putra, 1995), h. 58. 25 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), cet. ke-1, h. 102. 26 Ibid., h. 103. 27 Ibid.
29
Dulu adegan kekerasan adalah bumbu sebuah berita tayangan, kini ketika pertelevisian bersaing ketat, kekerasan dan kriminalitas menjadi menu favorit yang dikemas, dijual, dan diberi acara tersendiri. Selama ratingnya tinggi pengelola televisis seakan merasa “sah” menayangkan kekerasan dan kriminal. Menurut berbagai studi, tayangan televisi terbukti mempunyai pengaruh kuat, dengan melihat lebih percaya apa yang tampak di televisi dianggap sebagai realitas bermakna. Gebner dalam Growing up Television, juga Porter dalam media on Violence menuturkan tayangan kekerasan di televisi memiliki efek segera atau jangka pendek dan jangka panjang.28 Pada
dasarnya
komunikasi
digunakan
untuk
menciptakan
meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau
atau
kelompok, dari
hubungan yang ada tersebut lahirlah suatu pengaruh yang dapat dinilai dari aspek jenis komunikasi yang ada. Jenis komunikasi itu sendiri terdiri dari: 1) Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ; a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti,
karena
itu
olah
kata
menjadi
penting
dalam
berkomunikasi. b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. 28
Juni 2004).
Henry Subiyakto, “Kekerasan di TV dan Aturan KPI”, (www.kompas.com: Jum’at, 4
30
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan sehingga pesan akan menjadi lain artinya
secara dramatik
bila diucapkan dengan
intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi. d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satusatunya selingan dalam berkomunikasi. e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti. f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang
bersedia untuk
berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan. 2) Komunikasi Non Verbal Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan komunikasi non verbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Yang termasuk komunikasi non verbal : a. Ekspresi wajah Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
31
b. Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan
kemauan
untuk
memperhatikan
bukan
sekedar
mendengarkan. Melalui kontak mata juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya c. Sentuhan adalah bentuk komunikasi personal mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan. d. Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya. e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas. f. Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan selama berbicara
32
menunjukkan seseorang dalam keadaan stress bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress. 3.
Perilaku Kekerasan Menurut Galtung, kekerasan terjadi bila manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah realisasi potensialnya. Dalam definisai yang luas ini, kekerasan bukan hanya soal memukul, melukai, menganiaya, sampai membunuh, tetapi lebih luas dari itu.29 Lingkungan eksternal (dalam hal ini tayangan televisi) sangat potensial membentuk
perilaku
orang.
Kekerasan
yang
ditampilkan
televisi
dikhawatirkan “menular”, membuat orang menerapkannya dalam kehidupan. Peneliti LIPI pada tahun 1998 yang dilakukan di empat kota (Medan, Ujungpandang, Bogor, dan Bekasi) menyimpulkan bahwa tingkat keseringan menonton film laga dan televisi berkorelasi positif dengan tingkat kekerasan. Dalm temuan LIPI terungkap bahwa setelah menonton film laga di televisi, respon dan memiliki persepsi bahwa “hidup ini keras”. Efek yang kemudian terbentuk adalah senang berkelahi atau mesti bersikap keras dalam menghadapi perbedaan.30
29
Yayah Khisbiyah, et. al, Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 13. 30 Ibid., h. 97.
33
Galtung memberi perspektif yang luas atas fenomena kekerasan yang barangkali kelihatannya sederhana:31 a.
Kekerasan Fisik dan Psikologis Orang yang dilukai merasakan sakit secara fisik. Meskipun yang dilukai fisiknya, yang “sakit” atau yang ”terlukai” juga perasaan atau batinnya. Dengan demikian, baik fisik maupun mental sikologisnya kena, dan sebaliknya. Jadi kedua dimensi kekerasan ini saling mempengaruhi
b. Pengaruh Positif dan Negatif Partai-partai politik yang mempunyai banyak uang, tidak jarang melakukan kekerasan jenis ini dengan cara membagi-bagikan uang atau memberikan barang dengan maksud merekrut pengikut. Yang perlu dilihat apakah pemberian itu dengan maksud murni, jujur, tanpa pamrih, ataukah cendrung manipulatif, represif. c.
Ada Objek atau Tidak Kalau kita menembak membabi buta ditengah jalan atau dipasar, entah ada sasaran yang jelas atau tidak, jelas itu tindak kekerasan. Dengan tindakan itu, orang-orang yang ada dijalan atau dipasar jelas mengalami ketakutan, ketidakbebasan.
d. Ada Subjek atau Tidak Jika kita menemukan pelaku (manusia) tindak kekerasan, apalagi pelaku konkrit yang terang-terangan dan sengaja melakukan kekerasan. Patokannya bukan ada subjek atau tidak, tetapi adakah bagian dari 31
Ibid., h. 14-18.
34
masyarakat kita, yang sengaja atau tidak, menjadi korban atau dikorbankan. Kalau iya, berarti tinjauan kekerasan harus masuk kesana. e.
Sengaja atau Tidak Pemahaman yang hanya mementingkan atau memeperhitungkan unsur sengaja, tidak cukup untuk melihat kekerasan yang diakibatkan oleh ketidaksengajaan padahal kita tahu bahwa akibat ketidaksengajaan ini bukan perkara yang kecil. Sengaja atau tidak jika itu mengakibatkan atau memakan korban manusia dipihak lain, tetap kekerasan.
f.
Nyata (Manifes) Tersembunyi (Laten) Kekerasan, baik personal maupun struktural, dapat tersembunyi. Seperti, dua petinju beberapa hari atau beberapa jam sebelum bertanding diatas ring, sebenarnya sudah terhadi “perang” urat syaraf, batin. Secara tersebunyi dalam ketegangan, kecemasan, ketakutan.
g.
Kekerasan Personal atau Kekerasan Langsung Kita sudah menyinggung kekerasan ini ketika kita berbicara mengenai pelaku konkret yang dapat dilihat atau ditemukan. Karena jenis kekerasan inilah yang setiap hari kita lihat ditelevisi, kita baca dikoran atau kebetulan kita saksikan sendiri. Disebut personal karena dilakukan oleh individu atau kelompok massa yang konkret, terindentifikasi dengan jalas siapa meraka. Kekerasan jenis ini disebut juga kekerasan langsung karena kita dapat menemukan hubungan subjek (pelaku) dan objek (manusia yang menjadi korban), ada hubungan kausal yang langsung dapat kita temukan baik pelaku maupun korbannya.
35
h. Kekerasan Struktural atau Kekerasan Tidak Langsung Jenis kekerasan ini hanya dapat ditemukan jika orang melihat situasi
secara
menyeluruh
dan
mencari
adakah
unsur-unsur
penyimpangan, ketidakadilan, kecurangan, KKN, teror, pemaksaan, represi, dan seterusnya. Jiaka ada unsur-unsur itu berarti ada yang menjadi korban (atau sengaja dikorbankan.
Kekerasan yang melanda negeri ini dapat dicirikan, pertama, jumlahnya semakin banyak; kedua, kualitas tindak kekerasannya semakin semena-mena; dan ketiga, kompleksifikasi, yaitu bercampurnya berbagai unsur dalam tindakan kekerasan: 1) Eskalasi kekerasan sudah mencapai titik jenuh (jumlah kekerasan yang tak berkurang malah bertambah). 2) Ada semacam sofistifikasi kekerasan (cara-cara melakukan kekerasan). 3) Tindakan kekerasan semakin kompleks, ada semacam kompleksifikasi (unsur-unsur yang melatarbelakangi kekerasan).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diminati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data kuantitatif.1 Sedangkan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu metode yang berusaha mencari gambaran menyeluruh tentang data, fakta, peristiwa sebenarnya mengenai objek penelitian.2 Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengukuran data yang pokok.3 Jenis survei ini digunakan untuk menggambarkan populasi yang sedang diteliti. Fokus riset ini adalah perubahan
1
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 184. 2 J. Vrendenbergt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1980), h. 34. 3 Masri Singrimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei. (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. ke-2, h. 3.
36
37
perilaku kekerasan yang sedang terjadi (what exist at the moment) dan terdiri dari satu variabel.4 B. Ruang Lingkup Penelitian 1. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah kumpulan blog yang dapat memberikan informasi tentang tayangan Opera Van Java yang dimaksud. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Tayangan Opera Van Java Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama Ciputat”. 2. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret 2011 sampai Juni 2011. Dengan jadwal penelitian sebagai beikut: Gambar 2 Waktu Penelitian No
Kegiatan
1
Penyusunan Proposal Seminar Proposal Observasi Penelitian
2 3 4
5 6
Jan
Feb
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Pengolahan dan Analisis Data Penyusunan Laporan Sidang Skripsi
4
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 59.
38
Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Triguna Utama, yakni di Ciputat . C. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi adalah sekumpulan elemen atau unsur yang menjadi objek penelitian. Populasi bisa berbentuk lembaga, individu, kelompok, dokumen atau konsep. Sehingga objek-objek ini bisa menjadi sumber data penelitian.5 Populasi menunjukkan pada sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam satu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu penelitian khusus.6 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi SMA Triguna Utama, Ciputat. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian. Sampel juga merupakan sejumlah cuplikan yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara profesional.7 Menurut Suharmisi Arikunto “apabila subjek atau populasi kurang dari 100 (seratus) orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Selanjutnya apabila jumlah populasi besar dapat diambil antara 10-15 % atau lebih, tergantung
5
M. Burhan, Metodelogi penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada, Media Group), cet. ke-3, h. 99. 6 Ahmad Jamili dan Sari Winahjoe, Dasar-dasar Riset Pemasaran, (Yogyakarta: Media Widya Mandala, 1992), cet. ke-1, h. 73. 7 Ibid., h. 75.
39
setidak-tidaknya dari segi waktu, tenaga dan dana”.8 Dalam hal ini penulis mengambil perwakilan dari satu angkatan yang ada, yakni siswa-siswi kelas x (sepuluh), yang berjumlah 40 orang. Karena populasi dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi kelas x (sepuluh) SMA Triguna Utama, Ciputat. Maka peneliti mengambil System Sample Purposive, yakni pengambilan sample secara sengaja sesuai persyaratan
(sifat-sifat,
karakteristik,
ciri,
kriteria)
sample
yang
mencerminkan populasinya. Dengan cara mangambil perwakilan satu angkatan berjumlah satu kelas yang penulis tentukan sendiri, dengan jumlah sampel 40 orang Siswa-siswi SMA Triguna Utama, Ciputat. D. Variabel Penelitian Berdasarkan kerangka teori dalam penelitian ini, maka penelitian tentang “Pengaruh Tayangan Opera Van Java Terhadap Perubahan Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama, Ciputat”. Menetapkan dua variabel yaitu variabel terpengaruh (variable dependen) dalam penelitian ini adalah pengaruh kekerasan (tinggi, sedang, rendah) siswa-siswi SMA Triguna Utama, Ciputat. Sedangkan variabel pengaruh (variable independen) dalam penelitian adalah perubahan perilaku kekerasan (verbal dan non-verbal) dari tayangan Opera Van Java (OVJ). Maka variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah variabel bebas (variabel independen) dalam penelitian ini adalah tayanagn Opera Van Java yang diproduksi oleh Trans 7 (Variabel X). Variabel terikat (variabel dependen) dalam penelitian ini adalah perubahan perilaku kekerasan (Variabel Y).
8
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara 1996).
40
E. Hipotesis Penelitian Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula dengan hipotesis alternative (Ha).9 Adapun hipotesis penelitian ini adalah: Ho: βo = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan Opera Van Java terhadap perubahan perilaku kekerasan. Ha: βo ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan Opera Van Java terhadap perubahan perilaku kekerasan.
F. Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian Devinisi operasional semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur variabel.10 Definisi operasional variabel adalah pengertian variabel (yang diungkap dalam definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Definisi operasional (seperti telah dijelaskan sebelumnya), sangat erat kaitannya dengan indikator. Berbicara Indikator adalah berbicara tentang ukuran dan bagaimana mengukurnya.11 (Lampiran 1) G. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapat data yang akurat, peneliti menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder sebagai berikut:
9
Singgih Santoso, SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: Penerbit PPM, 2002), cet. ke-2, h. 22-23. 10 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1995), cet. ke-2, h. 46. 11 Aridha Prassetya, Definisi Operasional Variabel dan Indikator, (www.google.com: Papan Putih, 14 Desember 2010).
41
1.
Data Primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian,12 antara lain: a. Angket, sebagai alat pengumpul data yang berupa serangkaian daftar pertanyaan penulis yang disusun secara sistematis yang disampaikan untuk dijawab responden penelitian melalui penelitian lapangan. Pertanyaan dalam angket dijawab oleh para responden setelah menonton satu tayangan Opera Van Java dengan satu tema yang sama. b. Wawancara, sebuh proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai. Penulis melakukan wawancara dengan Siswasiswi SMA Triguna Utama.
2.
Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan, untuk mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah data pendukung skripsi ini seperti buku-buku, artikel, internet, surat kabar dan literatur yang berkaitan dengan judul penelitian.
H. Uji Instrumen 1.
Uji Validitas Uji validitas adalah akurasi alat ukur terhadap yang diukur walaupun dilakukan berkali-kali dan dimana-mana. Untuk mencapai 12
M. Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2009), cet. ke-4, h. 120.
42
tingkat validitas instrumen penelitian, maka alat ukur yang dipakai dalam instrumen juga harus memiliki tingkat validitas yang baik.13 Jika seorang peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data, maka kuesioner yang disusunnya harus dapat mengukur apa yang diukurnya. Sementara itu, jenis validitas pengukuran dalam penelitian ini terkait dengan validitas konstruksi, yang lebih terarah pada pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya diukur oleh pengukur yanga ada.14 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan Software SPSS 17.0 for Windows Release. 2.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah kesesuaian alat ukur dengan yang diukur, sehingga alat ukur itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Jika suatu alat ukur dapat dipakai untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konstan, maka alat pengukur tersebut dikatakan raliabel atau dapat diandalkan.15 Pada uji instrumen ini peneliti menggunakan Realibility Analysis dengan metode Cronbach Alpha dan menggunakan Software SPSS 17.0 for Windows Release. Dengan metode ini, koefisien keandalan alat ukur dapat dihitung dengan rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
=
13
1 + ( − 1)
M. Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2009), cet. ke-4, h. 97. 14 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, Manajemen Pemasaran Jasa, (Jakarta: Salemba Empat, 2006), h. 241. 15 Ibid., h. 241.
43
Keterangan: α
: Koefisien Keandalan Alat Ukur
K
: Jumlah Variabel
R
: Koefisien Rata-rata Koefisien antar Variabel
I. Metode Analisis Data Analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yaitu analisis yang
dilakukan
terhadap
data
yang
berwujud
angka
dengan
cara
mengklasifikasikan, mentabulasikan, dan dilakukan dengan menghitung data statistik. Metode analisis kuantitatif ini yang akan penulis gunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tayangan Opera Van Java terhadap perubahan perilaku kekerasan (verbal, non-verbal) di SMA Triguna Utama Ciputat. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tayangan terhadap perubahan perilaku kekerasan (verbal, non-verbal) yang dilakukan dengan skala likert menggambarkan prosedur pengukuran dengan skala. Tabel 1 Skala Likert Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Setuju
Sangat Setuju
(STS)
(TS)
(S)
(SS)
1
2
4
5
Keuntungan menggunakan skala likert dari tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan yaitu adanya keragaman skor sebagai akibat penggunaan skala
1-5,
dengan
dimensi
yang
tercermin
dalam
daftar
pertanyaan
44
memungkinkan responden mengekspresikan tingkat pendapat mereka dalam pengaruh tayangan Opera Van Java terhadap perubahan perilaku kekerasan. Dari segi statistik, skala dengan lima tingkatan (1-5) lebih tinggi keandalaannya dibandingkan dengan dua tingkatan “ya” atau “tidak”. Selanjutnya data yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner, di mana hasil analisisnya akan dipresentasikan dalam tabel dianalisis berdasarkan variabel pengaruh tayangan Opera Van Java (kognitif dan afketif) yang selanjutnya dapat dilihat pengaruhnya terhadap perubahan perilaku kekerasan (siswa-siswi kelas x/sepuluh) SMA Triguna Utama. Setelah dilakukan perhitungan atas hasil kuesioner pengolahan data kuantitatif yang didapat mengenai pengaruh tayanan Opera Van Java (kognitif dan afektif),
digunakan
pengujian
analisis
regresi
linear
berganda
dengan
menggunakan Software SPSS 13.0 for Windows. Software ini digunakan untuk mengolah variabel analisis yang diperoleh melalui kuesioner. 1.
Uji Regresi Linear Berganda Regrensi linear berganda untuk mengetahui hubungan yang ada diantara variabel independen dengan variabel dependen. Persamaan umum regresi linear berganda adalah:16
Y=α+b X +b X
16
Singgih Santoso, SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1999). h. 43.
45
Keterangan: Y : Variabel Dependen (perubahan perilaku kekerasan) α : Konstanta b
: Koefisien regresi parsial variabel kognitif; b : Koefisien regresi parsial afektif
X : Variabel kognitif; X : Variabel afektif 2.
Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summary dan tertulis R Square. Namun untuk regresi berganda sebaiknya menggunakan R Square yang telah disesuaikan (Adjusted R Square), karena disesuaikan dengan jumlah variabel independen yang digunakan dalam penelitian. Nilai R Square dikatakan baik jika di atas 0.5 karena nilai R Squarw berkisar antara 0 sampai 1. Pada umumnya sampel dengan deret waktu (time series) memiliki R Square maupun Adjusted R Square dikatakan cukup tinggi dengan nilai di atas 0,5.17
3.
Uji F-test Uji simultan dengan uji F ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama yaitu variabel independen terhadap variabel dependen.18 Adapun nilai taraf signifikansinya sebesar α = 1 % sampai dengan 10 %.
17
Singgih Santoso, SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1999), h. 50-51. 18 Ibid,. h. 53.
46
Untuk melakukan pengujian hipotesis, maka ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, yaitu merumuskan: Ho: βo = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan Opera Van Java terhadap perubahan perilaku kekerasan. Ha: βo ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara tayangan Opera Van Java terhadap perubahan perilaku kekerasan.
Jika sig F > 0,1, maka artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig F < 0,1 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. 4.
Uji T-test (Parsial) T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen.19 Adapun nilai taraf signifikannya sebesar α = 1 % sampai dengan 10 %. Untuk melakukan uji hipotesis, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan, yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus disertai pula dengan hipotesis alternatif (Ha). Seperti berikut ini: a) Variabel Kognitif (Variabel X ): Ho: βo = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kognitif terhadap perubahan perilaku kekerasan.
19
Ibid., h. 54.
47
Ha: βo ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel kognitif terhadap perubahan perilaku kekerasan. b) Variabel Kognitif (Variabel X ): Ho: βo = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel afektif terhadap perubahan perilaku kekerasan. Ha: βo ≠ 0 Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel afektif terhadap perubahan perilaku kekerasan. Jika sig t > 0,1, maka artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Jika sig t < 0,1 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen.
BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Tayangan Opera Van Java Trans 7 Bermula dari tayang seminggu sekali, lalu meningkat seminggu dua kali, kini program komedi Opera Van Java (OVJ) muncul lima kali dalam sepekan. Itu menandakan acara milik Trans7 tersebut makin digemari pemirsa. Seperti apa pembuatan tayangan yang mengandalkan kepiawaian melucu Parto, Sule, Azis Gagap, Nunung, juga Andre Taulany itu? Yang suka menonton OVJ pasti kenal dengan pantun ini. “Di sana gunung, di sini gunung, di tengahnya Pulau Jawa. Wayangnya bingung, lha.. dalah dalangnya juga bingung, yang penting bisa ketawa. Ketemu lagi di Opera Van Java. Yaa… Eeee…!” Pantun khas tersebut selalu diucapkan oleh Ki Dalang Parto ketika mengawali pertunjukan. Setelah itu, keluarlah suara merdu sinden cantik yang membawakan lagu-lagu masa kini diiringi musik gendang dan gamelan. Opera Van Java adalah sebuah acara komedi di stasiun televisi Indonesia, Trans 7. Ide acara ini adalah seperti pertunjukan wayang orang pada kebudayaan Jawa. Para wayang itu diperankan oleh beberapa pelawak terkenal, seperti Nunung Srimulat, Azis Gagap, dan Sule. Selain wayang, juga terdapat dalang yang diperankan oleh Parto Patrio serta para pemain gamelan dan sinden. Uniknya, hanya dalang yang mengetahui jalan ceritanya. Bintang tamu juga kerap ditampilkan pada tiap episodenya.
48
49
Walaupun ide dasarnya adalah pewayangan, namun cerita yang diangkat tak melulu cerita-cerita rakyat Indonesia, tapi bisa juga cerita dari negara lain, seperti Cinderella dan Sun Go Kong. Pada akhir acara, Ki Dalang Parto Patrio selalu mengucapkan kalimat terakhir khas Opera Van Java yang berbunyi: Di sana gunung, di sini gunung, di tengahnya Pulau Jawa. Wayangnya bingung, dalangnya juga bingung, yang penting bisa ketawa. Ketemu lagi di Opera Van Java... Yaa... Eeee...! Dalam Opera Van Java, Parto berperan sebagai seorang dalang yang mempunyai wewenang untuk mengatur alur cerita di setiap adegan. Sedangkan para pemain yang bertindak sebagai wayang, harus menuruti semua perintah yang diucapkan oleh dalang, oleh karena itu, para pemain dituntut untuk melakukan improvisasi adegan dan dialog dengan cepat. Selain itu, program ini adalah alur ceritanya yang hanya diketahui oleh sang dalang, sehingga reaksi dan aksi spontan para pemain Opera Van Java ini akan mengalir dengan sendirinya. Yang lucu dan menarik dari program ini adalah para wayang dapat protes jika merasa tidak sesuai dengan perintah/petunjuk dalang. Parto Patrio yang memerankan tokoh dalang memang suka memberi perintah yang aneh-aneh, misalnya nangis sampai berguling-guling atau marah sambil melotot ke kanan dan kiri yang notabene harus diikuti oleh wayang. Selama pertunjukan wayang manusia ini berlangsung, Parto akan ditemani oleh Sinden tetap acara tersebut Dewi Gita yang ditemani satu sinden undangan lainnya akan memberikan komentar terhadap para pemain serta menyanyikan
50
beberapa buah lagu dengan gaya khas seorang sinden, sedangkan Sule, Andre, Aziz Gagap dan Nunung akan hadir di setiap episode OVJ sebagai pemain wayang tetap. B. Gambaran SMA Triguna Utama Ciputat 1.
Sejarah Singkat SMA Triguna Utama Ciputat SMA Triguna Utama dalah salah satu lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Yayasan Triguna Utama. Yayasan ini didirikan oleh Departemen Agama tahun 1957. Dulu yayasan ini bernama Yayasan Pembangunan Madrasah Islam dan Ihsan (YPMII). Yayasan ini mempunyai misi untuk mengembangkan pusat studi Islam. Setelah membeli tanah, yayasan ini mulai membangun gedung kuliah, rumah dosen, dan asrama putra. Selain itu yayasan ini mendirikan SMP, SMA dan SMK yang sebagain besar ada di Pademangan Timur dan sebagian lagi ada di Ciputat. Pada tahun 1988 sampai dengan tahun 1994 sekolah-sekolah ini mulai dikelola oleh Yayasan Triguna Jaya. Pada tahun 1988 Yayasan Triguna Jaya berubah namanya menjadi Yayasan Triguna Utama dan menaungi sekolah-sekolah di bawahnya, yaitu SMA dan SMK, sedangkan untuk SMP dihilangkan. Dikarenakan beberapa pertimbangan antara lain visi, misi dan tujuan ke depannya tidak efektif dan efisien, adanya peraturan pemerintah tentang wajib belajar sembilan tahun, dan siswa peminat SMP tersebut tidak terlalu banyak. Dalam masih banyak lagi pertimbangan.
51
SMA Triguna Utama terletak di jalan Ir. H. Juanda Km 2 Ciputat RT 02/RW 04, Kampung Utan, Cempaka Putih, Kecamatan: Ciputat, Kota: Tangerang Selatan, Provins: Banten. Terletak sekitar 8 Km dari Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Selatan. Secara Topografi SMA Triguna Utama Ciputat berada pada ketinggian 44 M dari permukaan laut. SMA Triguna Utama Ciputat berbatasan dengan: 1) Sebelah Barat, berbatasan dengan Kecamatan Pamulang. 2) Sebelah Timur, berbatasan dengan DKI. 3) Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Pondok Aren. 4) Sebalah Selatan, berbatasan dengan Kecamayan Pamulang. SMA Triguna Utama Ciputat terletak di wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah bisnis penyediaan barang dan jasa serta berdekatan dengan UIN (Universitas Islam Negeri) yang merupakan pusat pendidikan Islam. Letaknya yang strategis berada dalam wilayah Kecamatan Ciputat berpotensi menjadi wilayah inti dari pengembangan kota serta pengembangan pendidikan karena lokasi yang sangat berdekatan dengan UIN Syarif Hidayatullah sebagai Universitas Negeri tertua dan satu-satunya di kota Tangerang Selatan. Jika ditinjau dari sudut sejarah dan sudut struktural, bahwa SMA Triguna Utama merupakan binaan Departemen Agama Republik Indonesia. Sebagai kota yang cakupan wilayahnya sangat luas, Ciputat menjadi salah satu alternatif pilihan bagi industri perdagangan dan bisnis jasa serta
52
pengembangan pendidikan. Selain itu Ciputat juga wilayah yang banyak terdapat sarana pelayanan publik, tempat tinggal, masjid, rumah sakit, sekolah, perkantoran. Sedang dalam bidang pendidikan banyak terdapat sekolah dari SD/MI hingga SMA dan Perguruan Tinggi. Mutu pendidikan pada umumnya cukup tinggi, daya saing pun cukup tinggi dengan mata pencaharian penduduk yang sebagian besar adalah Pegawai/Karyawan dan Wiraswasta. Berlokasi strategis, berstatus swasta dan memiliki gedung yang permanen sebanyak tiga unit. Saat ini SMA Triguna Utama Ciputat diketuai oleh Sajiko SPd. Hakikat dan jati diri dari SMA Triguna Utama Ciputat antara lain mengandung pesan: 1) Pengelolaan Sekolah secara profesional sebagai jaminan mutu. 2) Pelaksanaan
jiwa
Islami,
dan
semangat
nilai-nilai
1945,
pengembangan IPTEK dan keterampilan pembangunan. 3) Kegiatan yang berorientasi kepada Pancasila, UUD 1945 dan citacita 17 Agustus 1945. 2.
Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan SMA Triguna Utama Ciputat a.
Visi Pendidikan Perkembangan
dan
tantangan
masa
depan
seperti:
perkembanagn ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi yang sangat cepat, era informasi, dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan memicu sekolah untuk merespon tantangan sekaligus peluang itu. SMA Triguna Utama memiliki citra
53
moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa datang yang diwujudkan dalam visi sekolah berikut: MENGHASILKAN LULUSAN YANG BERMUTU DALAM PENGUASAAN IPTEK DAN MEMILIKI INTEGRITAS MORAL YANG TINGGI Visi tersebut mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian, sesuai dengan norma dan harapan masyarakat. b. Misi Pendidikan Untuk mewujudkan, sekolah menentukan langkah-langkah strategis yang dinyatakan dalam Misi berikut: 1) MENGHASILKAN BERSAING
LULUSAN
UNTUK
YANG
MEMASUKI
PTN
MAMPU YANG
BERKUALITAS 2) MEWUJUDKAN
LINGKUNGAN
BELAJAR
YANG
BERNUANSA AKADEMIK 3) MEMILIKI
KEMAMPUAN
DALAM
PENGUASAAN
IPTEK YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN 4) MEMILIKI BUDI PEKERTI LUHUR SEBAGAI BEKAL KEHIDUPAN DI MASYARAKAT c.
Tujuan Pendidikan Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, skhlak
54
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri mengikuti pendidikan lebih lanjut, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) MENINGKATKAN KUALITAS LULUSAN 2) MENINGKATKAN
KUALITAS
PROSES
PEMBELAJARAN 3) MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA PENDIDIK 4) MENINGKATKAN KEGIATAN KEAGAMAAN TENAGA PENDIDIK 5) MENINGKATKAN
KEGIATAN
KEAGAMAAN
DI
SEKOLAH 3.
Daftar Nama Kepala Sekolah Di bawa ini adalah daftar personil yang pernah dan sedang menjabat kepala sekolah SMA Triguna Utama: Gambar 3 Daftar yang Pernah Menjabat Kepala Sekolah SMA Triguna Utama NAMA
PERIODE TUGAS
1. Drs. M. Ramli Zakaria
Tahun 1982 s.d 1985
2. Suharyanto. SH
Tahun 1985 s.d 1990
3. Drs. Nurmidanto
Tahun 1990 s.d 1995
4. Drs. Supriyadi Hernowo
Tahun 1995 s.d 2000
5. Dra. Harsining
Tahun 2000 s.d 2003
6. Drs. Nurmidanto
Tahun 2003 s.d 2007
7. Sofwan Aswari. SPd
Tahun 2007 s.d 2009
8. Sajiko. SPd
Tahun 2009 s.d Sekarang
55
4.
Struktur Organisasi SMA Triguna Utama Tahun 2010/2011 Gambar 4 Struktur Organisasi SMA Triguna Utama Kepala Sekolah
BKOS Sajiko, S.Pd
KA. Tata Usaha Jupriono
KA. Tata Usaha
KA. Tata Usaha
Jupriono
Jupriono
Bid. Kurikulum
Bid. Kesiswaan
Ase Saepul Karim, S.Pd
Ase Saepul Karim, S.Pd
Wali Kelas/ Guru
OSIS - Siswa
BP/BK
56
Sarana Dan Prasarana SMA TRIGUNA UTAMA
1. Laboratorium IPA 2. Laboratorium Bahasa 3. Laboratorium Komputer Akuntansi 4. Laboratorium Adm. Perkantoran 5. Ruang Kelas Full AC 6. Perpustakaan 7. Moving Class 8. Ruang Audio Visual 9. Masjid 10. Hall Bulu Tangkis 11. Sarana & Prasarana Olahraga Lengkap
BAB V PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengolahan Uji Instrumen Dalam mendapatkan data primer dilakukan penyebaran kuesioner kepada siswa-siswi SMA Triguna Utama sebanyak 40 responden yang dianggap dapat mewakili dari siswa-siswi SMA yang ada. Mendapatkan data primer telah dilakukan penyebaran kuesioner kepada Siswa-siswi kelas x (sepuluh) SMA Triguna Utama Ciputat sebanyak 40 responden yang dianggap dapat mewakili dari Siswa-siswai SMA yang ada. Berdasarkan pengujian reliabilitas uji instrumen keseluruhan dengan menggunakan software SPSS 17.0 for windows diperoleh bahwa nilai reliabilitas uji instrumen sebesar 0.924 (lihat lampiran 2). Nilai tersebut menunjukan tingkat keandalan alat ukur yang baik. Dengan kata lain uji terhadap 40 responden dengan memberikan 64 butir pertanyaan secara keseluruhan dianggap valid dan reliabel. 1.
Deskripsi Data Responden Penelitian Dari hasil analisis data dari profil responden diperoleh data, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Jenis Kelamin Dari 40 responden telah diperoleh jenis kelamin responden pada penelitian ini dengan hasil seimbang yaitu dari laki-laki berjumlah 20 siswa atau 50 % dan perempuan berjumlah 20 siswi atau 50 %.
57
58
b. Usia Terkait usia responden, diperoleh usia-usia responden dengan usia 14 tahun sebanyak 1 orang atau sebesar 2,5 %, sedangkan usia 15 sebanyak 17 orang atau 42,5 %, lalu usia 16 tahun sebanyak 21 orang atau 52,5 % dan usia 17 tahun sebanyak 1 orang atau 2,5%. c. Agama Dalam hal agama diperoleh dari responden siswa-siswi SMA Triguna Utama kelas x (sepuluh) bahwa sebagian besar beragama Islam dengan jumlah 39 orang atau 97,5 %. Dan yang beragama Kristen dengan jumlah 1 orang atau 2,5 %. d. Keaktifan Berorganisasi Dari keaktifan berorganisasi responden dalam hal ini siswa-siswi SMA Triguna kelas x (sepuluh), telah diperoleh siswa-siswi yang aktif berorganisasi dengan jumlah 15 orang atau 37,5 %. Diantaranya: 3 orang aktif paskibra, 1 orang aktif tari saman, 7 orang aktif pada OSIS, 2 orang aktif sepak bola/futsal, 1 orang korlap Jak Mania, 1 orang korlap Ciputat. Sedangkan siswa siswi yang tidak aktif berorganisasi dengan jumlah 25 orang atau 62,5 % e. Pendidikan Sebelum SMA Sebagian besar siswa-siswi SMA Triguna Utama kelas x (sepuluh) sebelum duduk di bangku SMA Triguna Utama sebagian besar memiliki background pendidikan di SMP dengan jumlah 36 orang atau 90 %, dan 4 orang lainnya berasal dari Madrasah/MTs atau 10 %.
59
f. Nilai Pelajaran Agama Dari hasil kuesioner, telah diketahui pada kelas x (sepuluh) SMA Triguna Utama yang memiliki nilai 9 untuk mata pelajaran agama diperolah oleh 1 orang atau 2,5 %, sedangkan rata-rata kelas memiliki nilai 8 untuk mata pelajaran agama dengan jumlah anak 22 orang atau 55 %, kemudian nilai 7 untuk 15 orang atau 37,5 %, dan nilai 6 untuk 2 orang atau 5 %. 2.
Deskripsi Kuesioner Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh data responden adalah sebagai berikut: a. Perngaruh Tayangan 1. Kognitif Hasil penghitungan data penelitian yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh responden dari variabel kognitif, didapatkan hasil dengan skoring dan ranking pada tabel 2 sebagai berikut:
60
Tabel 2 Respon Siswa-siswi SMA Triguna Utama Terhadap Variabel Kognitif NO 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17
18 19 20
PERTANYAAN Saya suka nonton televisi Saya suka nonton tayangan Opera Van Java di Trans 7 Saya sering menonton tayangan Opera an Java di Trans 7 Menurut saya tayangan Opera Van Java merupakan tayangan hiburan Menonton tayangan Opera Van Java sudah menjadi kebutuhan Menonton tayangan Opera Van Java menjadi tuntutan dalam pergaulan, karena temanteman saya juga nonton tayangan tersebut Tayangan Opera Van Java acaranya bagus Materi acaranya sesuai dengan kehidupan remaja sekarang Saya tahu pemeran-pemeran tayangan Opera Van Java Pemeran-pemeran dalam tayangan ini adalah idola saya Tayangan tersebut menampilkan hal-hal yang berkaitan dengan gaya pergaulan remaja zaman sekarang Waktu tayang Opera Van Java sesuai dengan waktu luang saya Saya selalu menyaksikan acara tersebut sampai habis Peran Parto sebagai dalang dalam acara ini bagus Peran Dewi Gita sebagai seinden acara ini baik Dalam setiap tayangannya terdapat tematema cerita yang berbeda Saya mengerti isi cerita dalam setiap tematema yang ada dalam tayangan Opera Van Java tersebut Saya tahu dan mengeriti tema-tema yang ada dalam tayangan tersebut Tayangan Opera Van Java terinspirasi dari wayang orang kebudayaan Jawa Tayangan tersebut sudah seperti wayang orang pada kebudayaan Jawa
STS 0 0
TS 2 2
S 26 22
SS 12 16
Skor 168 172
Rank 7 4
1
7
18
14
157
9
0
1
17
22
180
1
3
22
13
2
99
19
4
19
15
2
102
18
0 1
0 15
23 19
17 5
177 132
2 14
1
9
14
16
155
10
4
17
13
6
116
17
2
12
24
2
122
16
1
14
15
10
139
13
4
13
16
7
129
15
0
2
22
16
172
4
0
1
28
11
169
6
1
0
22
17
174
3
1
9
24
6
145
11
0
12
23
5
141
12
1
1
22
16
171
5
1
5
23
11
158
8
61
Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa respon siswa-siswi SMA Triguna Utama terhadap variabel kognitif yang menempati ranking pertama adalah tayangan Opera Van Java yang merupakan tayangan hiburan. Hal tersebut menunjukan bahwa pengaruh sajian komedi dalam tayangan tersebut yang bertujuan menghibur pemirsa dirasakan siswa-siswi SMA Triguna Utama telah mendatangkan hiburan, sehingga tayangan tersebut sudah benar dapat disebut tayangan hiburan. Hal ini diduga bahwa pada tayangan Opera Van Java ini telah memenuhi kriteria sebagai tayangan hiburan dengan komedi-komedi yang ada yang mengandalkan kepiawaian para pemain yang sukses menghibur pemirsa. Sedangkan respon siswa-siswi SMA Triguna Utama terhadap variabel kognitif yang menempati ranking terakhir adalah Menonton tayangan Opera Van Java sudah menjadi kebutuhan. Hal tersebut menunjukan bahwa menonton tayangan Opera Van Java bukanlah suatu tuntutan kebutuhan. Hal ini diduga para siswa-siswi tidak menaruh besar perhatian dalam tayangan tersebut sebagai kebutuhan khusus tertentu. 2. Afektif Hasil penghitungan data penelitian yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh responden dari variabel afektif, didapatkan hasil dengan skoring dan ranking pada tabel 3 sebagai berikut:
62
Tabel 3 Respon Siswa-siswi SMA Triguna Utama Terhadap Variabel Afektif NO
PERTANYAAN
STS
TS
S
SS
Skor
Rank
21
Saya merasa senang dan terhibur dengan tayangan Opera Van Java Saya suka pemeran-pemeran Opera Van Java karena terkenal Nama tayangan Opera Van Java sesuai dengan isi acaranya Tema-tema dalam tayangan Opera Van Java banyak memberikan pesan moral Dalam tema-tema tayangan Opera Van Java tidak terdapat edukasi penting yang berharga Alur cerita dalam setiap tema dalam tayangan Opera Van Java menarik Alur cerita pada tema-tema dalam tayangan tersebut membuat saya masuk dalam suasana Dalam tayangan ini, saya merasa kerja yang dilakukan para Team Creative sudah maksimal Tayangan Opera Van Java memiliki tema-tema yang bagus dan menarik Dalam tema “Swat” saya menyukai peran yang dimainkan oleh Sule Dalam tema “Swat” saya menyukai peran yang dimainkan oleh Andre Dalam tema “Swat” saya menyukai peran yang dimainkan oleh Nunung Dalam tema “Swat” saya menyukai peran yang dimainkan oleh Ajiz Dalam tema “Swat” saya menyukai peran yang dimainkan oleh Dede Dalam tema “Swat” saya menyukai peran yang dimainkan oleh Uut Permatasari (sebagai bintang tamu) Dalam tema “Swat” saya menyukai Parto yang seperti biasanya menjadi dalang (pembawa acara) Saya menyukai sinden-sinden yang bernyanyi di awal dan akhir segmen acara Persepsi anda berubah setelah menonton tayangan Opera Van Java bahwa memukul datau mendorong adalah hal yang biasa
0
1
20
19
177
1
0
8
24
8
152
9
1
6
21
12
157
7
0
8
26
6
150
11
2
30
8
0
94
20
0
2
25
13
169
2
0
10
19
11
151
10
1
10
20
9
146
13
0
4
23
13
165
4
1
3
28
8
159
5
1
5
24
10
157
7
2
6
27
5
147
12
1
7
20
12
155
8
3
9
21
7
140
15
3
13
20
4
129
16
1
2
24
13
166
3
1
3
29
7
158
6
7
14
15
4
115
17
22 23 24 25
26 27
28
29 30 31 32 33 34 35
36
37
38
63
39
40
41
42
Tayangan Opera Van Java memperkuat persepsi anda yang ada tentang kekerasan (fisik atau non-fisik) yang ada adalah hal yang biasa Saya merasa kesal bila menonton tayangan tersebut karena acaranya sangat merusak moral remaja Hati saya miris dan sedih, melihat tayangan yang menggambarkan perilaku kekerasan fisik dan non fisik Anda pernah berbagi informasi dengan teman setelah menonton tayangan tersebut
12
11
14
3
105
19
12
21
5
2
84
21
4
22
10
4
108
18
2
8
26
4
142
14
Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa respon siswa-siswi SMA Triguna Utama terhadap variabel afektif yang menempati ranking pertama adalah perasaan senang dan terhibur dengan tayangan Opera Van Java. Hal tersebut menunjukan bahwa upaya yang dikeluarkan dengan berbagai konsep hiburan diperoleh pemirsa sesuai dengan harapan pemirsa khususnya siswa-siswi SMA Triguna Utama. Sedangkan
respon siswa-siswi SMA Triguna Utama terhadap variabel afektif yang menempati ranking terakhir adalah perasaan kesal bila menonton tayangan tersebut karena acaranya sangat merusak moral remaja. Hal tersebut menunjukan bahwa perasaan para responden tidak cenderung kesal dengan yang diberikan dari tayangan tersebut yang dianggap merusak moral remaja. Hal ini diduga responden tidak mendapati dan mengalami pengaruh yang khusus mengenai kerusakan moral yang dimaksud.
64
Dari variabel pengaruh tayangan dilakukan rekapitulasi rata-rata skor variabel dan diperoleh ranking pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4 Rekapitulasi rata-rata skor variabel pengaruh tayangan OVJ No
Variabel Pengaruh
Rata-rata Skor
Ranking
Tayangan OVJ 1
Kognitif
595,6
2
2
Afektif
687,7
1
Dari tabel 4 dapat diketahui, rekapitulasi rata-rata variabel pengaruh tayangan Opera Van Java (OVJ) yang menempati ranking pertama yaitu variabel afektif, yang terdiri dari perasaan siswa-siswi SMA Triguna Utama yang merasa senang dengan tayangan tersebut dengan konsep hiburan yang dikemas secara modern dan menarik dengan tema-tema yang disajikan sesuai dengan tayangan hiburan yang diharapkan. Hal ini diduga pengaruh afektif yang disugestikan kepada pemirsa khususnya responden SMA Triguna Utama telah diserap dan dicerna dengan baik. Adapun rekapitulasi rata-rata variabel pengaruh tayangan Opera Van Java yang menempati ranking kedua yaitu variabel kognitif, yang terdiri dari keabsahan informasi yang dirasakan kurang diperhatikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh yang dimiliki variabel kognitif dengan informasi dari mulai konsep hiburan yang mencontoh kebudayaan wayang orang dengan peran-peran sinden, dalang dan
65
wayang orang yang dikemas secara modern dengan tema-tema yang disajikan sebatas formalitas semata, intinya pada responden menilai bentuk-bentuk informasi dan pengetahuan yang ada mengenai tayangan ini cukup mengesankan, yang utama khususnya sebagai hiburan. b. Perubahan Perilaku Kekerasan Hasil penghitungan data penelitian yang telah diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh responden dari variabel behavioral, didapatkan hasil dengan skoring dan ranking pada tabel 5 sebagai berikut: Tabel 5 Respon Siswa-siswi SMA Triguna Utama Terhadap Variabel Behavioral NO 43
44
45
46
47 48
49
50
PERTANYAAN Anda tahu, jika tayangan tersebut tidak mendidik bagi remaja usia sekolah seperti anda, tetapi anda tetap menontonnya Anda mengidentifikasikan/mengidolakan pemeran-pemeran dalam tayangan tersebut Anda pernah menirukan gaya bicara (termasuk yang bersifat kasar) dengan teman setelah menonton tayangan tersebut Anda pernah menirukan sikap (termasuk yang bersifat kasar) dengan teman setelah menonton tayangan tersebut Anda sering membahas acara tersebut dengan teman-teman di sekolah Anda mengikuti gaya yang dilakukan oleh pemeran, seperti: mendorong, memukul, mengatai, mengejek dan mengolok-olok teman-teman anda Anda teringat dengan pemeran dalam tayangan Opera Van Java setiap kali teman anda menirukannya Anda sangat mengingat kejadian-kejadian yang sangat mengesankan anda dalam tayangan tersebut
STS 7
TS 21
S 11
SS 1
Skor
Rank
98
15
4
9
22
5
135
5
11
15
12
2
99
14
12
20
5
3
87
17
6
13
16
5
121
10
13
19
7
1
84
18
4
15
15
6
124
8
4
8
22
6
138
4
66
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
Anda mengingat dan terkesan adeganadegan memukul, melempar dengan Styrofoam pada tayangan tersebut Anda menunggu kembali adegan-adegan memukul, melempar dengan Styrofoam pada tayangan tersebut Dalam tema “Swat” anda merasa sikap Sule yang memukul kepala Dede ketika sedang ber-acting menjadi patung adalah hal yang biasa Dalam tema “Swat” anda merasa bahwa perilaku yang dilakukan Parto, Sule dan Andre menimpuk Dede yang sedang memanjat hingga terjatuh sudah di luar batas kewajaran Dalam tema “Swat” anda setuju dengan sikap yang diperankan oleh Sule dan Andre yang memaksa Nunung masuk ke dalam “tong” Dalam tema “Swat” anda suka dengan gaya Sule dan Andre yang memukul kepala dan mendorong Dede Dalam tema “Swat” anda menyukai adegan ketika Sule dan Andre memainkan tali yang sedang dipanjat oleh Dede Dalam tema “Swat” anda setuju ketika Nunung meludah ke arah Dede yang sedang ber-acting sebagai wartawan Sebelum anda menonton tayangan Opera Van Java, anda memang biasa dan bergaul dekat dengan teman-teman secara wajar Sebelum anda menonton tayangan Opera Van Java, anda memang beranggapan bahwa menyapa dengan kasar dan bersikap kasar adalah suatu hal yang biasa Setelah menonton tayangan Opera Van Java anda beranggapan bertindak kasar pada teman adalah hal yang wajar Setelah menonton tayangan Opera Van Java pergaulan anda dengan teman-teman di sekolah maupun di luar sekolah memang tanpa batasan Setelah menonton tayanga Opera Van Java, saya lebih berani menunjukkan sikap dan bahasa yang kasar dengan teman-teman di depan orang Anda puas setelah mencontoh gaya-gaya yang mengingatkan anda akan tayangan tersebut
3
12
19
6
133
6
5
18
12
5
114
12
5
11
19
5
128
7
1
23
12
4
115
11
1
10
24
5
142
3
4
15
17
4
122
9
1
9
24
6
145
2
10
16
11
3
101
13
1
4
25
9
154
1
12
18
8
2
90
16
11
21
6
2
87
17
13
19
8
0
83
19
17
18
4
1
74
20
6
16
14
4
114
12
67
Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa respon siswa-siswi SMA Triguna Utama terhadap variabel perubahan perilaku kekerasan yang menempati ranking pertama adalah Sebelum menonton tayangan Opera Van Java, memang biasa dan bergaul dekat dengan teman-teman secara wajar. Hal
tersebut menunjukan bahwa responden telah biasa bergaul secara wajar sebelum menyaksikan tayangan Opera Van Java. Hal ini diduga bahwa pergaulan mereka baik dan seimbang sesuai dengan etika. Sedangkan respon siswa-siswi SMA Triguna Utama terhadap variabel perubahan perilaku kekerasan yang menempati ranking terakhir adalah Setelah menonton tayanga Opera Van Java, lebih berani menunjukkan sikap dan bahasa yang kasar dengan teman-teman di depan orang. Hal tersebut menunjukan
bahwa pengaruh yang diberikan dari kekerasan yang terdapat dalam tayangan tersebut tidak ada, responden tidak lebih berani menunjukkan sikap dan bahasa yang kasar dengan teman-teman di depan orang. Hal ini diduga sikap dan perilaku kekerasan yang terjadi setelah menonton tayangan Opera Van Java tersebut tidak dicontoh setelahnya. Ini berarti tidak ada pengaruh dalam proses peniruan, semakin responden sering menonton tayangan tersebut, semakin responden dapat menilai mana yang baik dan yang tidak baik.
68
B. Analisis Data Penelitian 1. Uji Validitas Dalam uji instrumen terdapat hasil (lampiran) dan ditemukan jumlah variabel yang valid dari uji validitas, maka uji terhadap 40 responden keseluruhan dianggap valid dan reliabel. Selanjutnya pada uji instrumen tersebut peneliti menggunakan Software SPSS 17.0 for Windows Release. 2. Uji Regresi Linear Berganda Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
diolah
dengan
menggunakan software SPSS 17.0 for windows, maka didapatkan hasil pada tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model D a1 (Constant) r Variabel X1 i Variabel X2
B
Std. Error
Beta
Correlations t
Sig.
Zero-order
.600
.781
.768
.447
.052
.018
.604 2.956
.005
.477
-.012
.014
-.178 -.870
.390
.254
Partial
.437
Part
.423
-.142 -.124
a. Dependent Variable: Variabel Y
t Y= 0,600 + 0,052 X1 - 0,012 X2 Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa koefisien arah regresi dengan variabel kognitif ( 0,052
) dengan nilai koefisien regresi sebesar
mempunyai pengaruh positif terhadap perubahan perilaku
kekerasan. Namun variabel afektif (
), dengan nilai koefisien regresi
sebesar -0,012 mempunyai pengaruh negatif terhadap perubahan perilaku kekerasan.
69
Hal ini menunjukan bahwa koefisien regresi antara variabel kognitif dan variabel afektif tidak mempengaruhi perubahan perilaku kekerasan. Ketika variabel kognitif memiliki kecenderungan kepada perubahan perilaku kekerasan, namun jika pada variabel afektif bersifat negatif terhadap perubahan perilaku kekerasan, maka tidak akan ada bentuk perubahan perilaku kekerasan yang terjadi setelah menonton tayangan tersebut. 3. Uji Koefisien Determinasi Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
diolah
dengan
menggunakan software SPSS 17.0 for windows, maka didapatkan hasil pada tabel 7 sebagai berikut: Tabel 7 T
Model Summary
a b
Model 1e
Change Statistics Adjusted R Std. Error of R Square R
R Square b
.493
.243
Square
the Estimate Change
.202
.71470
Sig. F F Change df1 df2
.015
.756
1
Change
37
.390
b. Predictors: (Constant), Variabel X1, Variabel X2
l
Tabel 7 koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0,202 artinya bahwa tayangan (kognitif, afektif) berpengaruh terhadap perubahan perilaku kekerasan sebesar 20,2 yang masih terbilang sangat kecil, atau sangat kecil kemungkinan terdapat perubahan
perilaku
kekerasan.
Sedangkan
sisanya
sebesar
79,8
dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang digunakan oleh penulis.
70
Hasil penelitian ini mendapatkan R= 0,493 menunjukan R hampir mendekati angka 1, artinya bahwa tayangan (kognitif, afektif) mendekati kepada tidak ada perubahan perilaku kekerasan. Besar kemungkinan tidak akan ada perubahan perilaku kekerasan setelah menonton tayangan Opera Van Java, dan sangat kecil kemungkinan perubahan perilaku kekerasan itu terjadi setelah menonton tayangan tersebut. 4.
Uji F-test (Simultan) Berdasarkan
hasil
penelitian
yang
telah
diolah
dengan
menggunakan software SPSS 17.0 for windows, maka didapatkan hasil pada tabel 8 sebagai berikut: Tabel 8 ANOVAc Model
Sum of Squares
Mean Square
df
1 Regression
6.076
2
3.038
Residual
18.899
37
.511
Total
24.975
39
F 5.947
Sig. .006b
b. Predictors: (Constant), Variabel X1, Variabel X2 c. Dependent Variable: Variabel Y
Pada tabel 8 menunjukan bahwa nilai signifikannya sebesar 0,06 dimana angka tersebut lebih kecil 0,1 ini berarti variabel independen (kognitif dan afektif) secara bersama-sama berpengaruh positif, tetapi tidak secara signifikan terhadap variabel dependen (perubahan perilaku kekerasan). Sebab pada variabel afektif memiliki hasil negatif dan tidak signifikan terhadap perubahan perilaku kekerasan.
71
5.
Uji T-test (Parsial) Berdasarkan hasil uji t-test dilihat pada Tabel 9 coefisient dapat dijelaskan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen pada tabel 9 sebagai berikut: Tabel 9 a
Coefficients Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. Error
Beta
Correlations
Model
B
t
Sig.
Zero-order
1 (Constant)
.600
.781
.768
.447
Variabel X1
.052
.018
.604 2.956
.005
.477
Variabel X2
-.012
.014
-.178 -.870
.390
.254
Partial
.437
Part
.423
-.142 -.124
a. Dependent Variable: Variabel Y
a.
Variabel (kognitif) Berdasarkan nilai signifikannya sebesar 0.05 dimana angka tersebut
menunjukkan bahwa variabel
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap perubahan perilaku kekerasan. b.
Variabel (afektif) Berdasarkan nilai signifikannya sebesar 0,390 dimana angka
tersebut menunjukkan bahwa variabel
berpengaruh positif tetapi tidak
secara signifikan terhadap perubahan perilaku kekerasan.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpul, sebagai berikut: 1. Tayangan Opera Van Java (kognitif dan afektif) berpengaruh negatif terhadap perubahan perilaku kekerasan. Hal ini diperkuat dengan hasil uji F-test (simultan) dari variabel independen (kognitif dan afektif) secara bersamasama berpengaruh positif, tetapi tidak secara signifikan terhadap variabel dependen (perubahan perilaku kekerasan). Sebab pada variabel afektif memiliki hasil negatif dan tidak signifikan terhadap perubahan perilaku kekerasan. Sedangkan, berdasarkan uji T-test (parsial) hanya variabel kognitif yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan perilaku kekerasan. Sedangkan variabel afektif berpengaruh tetapi tidak secara signifikan terhadap perubahan perilaku kekerasan. 2. Pada tayangan Opera Van Java (variable kognitif dan variabel afektif) tidak mempengaruhi perubahan perilaku kekerasan. Ketika variabel kognitif memiliki kecenderungan kepada perubahan perilaku kekerasan, namun jika pada variabel afektif bersifat negatif terhadap perubahan perilaku kekerasan, maka tidak akan ada bentuk perubahan perilaku kekerasan yang terjadi setelah menonton tayangan tersebut. 72
73
B. Saran Kemajuan teknologi yang semakin pesat dan arus globalisasi yang semakin padat, membuat kita untuk selalu kritis. Terutama terhadap perkembangan tayangan hiburan di Indonesia, saat ini tayangan hiburan di Indonesia mengalami kemajuan dalam segi kuantitas akan tetapi mengalami kemunduran dalam segi kualitas. Karena dari tayangan tersebut terdapat suatu dampak yang dapat mempengaruhi masyarakat. Dari hasil penelitian dapat diketahui Tayangan Opera Van Java Trans 7 telah membuat kemasan tayangan hiburan dengan baik. Namun realitanya ada beberapa yang perlu diperbaiki agar terus dapat mengantisipasi melonjaknya angka perilaku kekerasan, ada beberapa saran dari penulis, diantaranya : 1. Hendaknya pemirsa khususnya umat Islam tidak menjadi konsumen pasif terhadap tayangan hiburan di Indonesia saat ini, tetapi harus menjadi pelaku aktif. Mempelajari pengetahuan tentang prosedur dan etika dalam sebuah tayangan, sehingga tidak hanya menghasilkan tayangan hiburan yang sekedar menghibur tetapi juga berkualitas. 2. Sudah saatnya masyarakat khususnya mahasiswa menyadari akan pentingnya media massa. Kedatangan media yang tidak dapat dibendung harus dibarengi dengan kesadaran bahwa media massa, yang termasuk didalamnya tayangan televisi, film, media cetak dan lain-lain merupakan hasil konstruksi. Pemaknaan kritis yang didapat dari isi tayangan, agar masyarakat khususnya mahasiswa tidak mudah terperosok ke dalam pembentukan makna suatu tayangan.
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara 1996. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Bakti, Andi Faisal. Communication and Family Planning in Islam in Indonesia Leiden-Jakarta: INIS, 2004. Bungin, M. Burhan. Metodelogi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009. Denis, McQuail. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga, 1987. Ghazali, M. Bahri. Dakwah Komunikatif. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu, 1997. Jamaluddin, Jajang, et al. Panduan Hukum Untuk Jurnalis. Jakarta: AJI Jakarta, 2005. Jamili, Ahmad dan Sari Winahjoe. Dasar-dasar Riset Pemasaran. Yogyakarta: Media Widya Mandala, 1992. Kartikasari, Tatiek, et al. Pesan-pesan Budaya Film Anak-anak dalam Tayangan Televisi, (Studi Tentang Pengaruh System Modern Terhadap Perilaku Sosial Remaja Cianjur). Depdikbud; Jakarta: CV. Eka Putra, 1995. Khisbiyah, Yayah, et. Al. Melawan Kekerasan Tanpa Kekerasan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000. Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006). Kuswandi, Wawan. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi). Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996. Labib, Muh. Potret Sinetron Indonesia Antara Realitas Sosial Virtual dan Realitas Sosial. Jakarta: PT Mandar Utama Tiga Books Divission, 2002. Lupiyoad, Rambat dan A. Hamdani. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat, 2006. Nasution, Zulkarimein. Sosiologi Universitas Terbuka.
Komunikasi
Massa.
Pusat
Penerbitan
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. Metode Penelitian Kuantitati. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
74
75
Rahmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya. Santoso, Singgih. SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 1999. Santoso, Singgih. SPSS: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Penerbit PPM, 2002. Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 1995. Soehoet, A. M. Hoeta. Teori Komunikasi 2. Jakarta: Yayasan Kampus TercintaIISIP, 2002. Surbakti, E. B. Awas Tayangan Televisi: Tayangan Misteri dan Kekerasan Mengancam Anda. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2008. Vrendenbergt, J. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia, 1980. Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Garsindo, 2000.
Refersensi Website: Al & Awh. Kekerasan Sebuah Pengantar. Google.Com A.S. Haris Sumardiana. Dosen dan Ketua Jurusan Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Google.Com. Bataviase.co.id. Sejarah Perkembangan Televisi Indonesia, Google.com. Goggle.com. Kasus Kriminalita Akibat Tayangan Kekerasan Agitasi dan Propaganda, (Rabu, Januari 13, 2010 10:18 AM). Indira Purnama Hadi. (Produser PATROLI Indosiar), Google.Com. Prassetya, Aridha. Definisi Operasional Variabel (www.google.com: Papan Putih, 14 Desember 2010).
dan
Indikator,
R. Mar’at, (Universitas Padjadjaran Bandung). Google.Com Subiyakto, Henry. “Kekerasan di TV dan Aturan KPI”. www.kompas.com: Jum’at, 4 Juni 2004.
Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian
Variabel Dimensi 1. Kognitif. Pengaruh Tayangan 2. Afektif. Opera Van Java (OVJ) (Variabel X)
Indikator 1. Penerimaan Informasi. 2. Perasaan.
Perubahan 3. Behavioral: Perilaku 1. Proses Perhatian (Attention). Kekerasan Mengamati peristiwa secara (Variabel Y) langsusng (berupa pemikiran: sikap, nilai-nilai atau pandangan hidup.
3. 1. 2. 3. 4. 5.
Sikap atau Perilaku: Kejadian yang mudah diingat. Kejadian yang sederhana. Kejadian yang menonjol. Kejadian yang menarik. Kejadian yang berulangulang.
2. Proses Mengingat (Retention). Menyimpan peristiwa ke dalam memori dalam bentuk imajinasi dan lambang secara verbal.
6. Gambaran tentang mendorong. 7. Gambaran tentang memukul. 8. Gambaran tentang melempar. 9. Gambaran tentang mengolokolok. 10. Gambaran tentang menghina.
3. Proses Reproduksi Motoris (Motoris Reproductin). Pengalaman yang perseptual sebelumnya meningkat menjadi bentuk perilaku.
11. Perilaku mendorong. 12. Perilaku memukul. 13. Perilaku melempar. 14. Perilaku mengolok-olok. 15. Perilaku menghina.
4. Proses Motivasional 16. Nilai Peneguhan/self (Motivational). Peneguhan reinforcement (Rasa Puas yang mendorong perilaku ke Diri). arah pemenuhan tujuan tertentu.
Fenomena kekerasan: 1. Kekerasan Fisik dan Psikologi.
17. Hal yang saling mempengaruhi antara fisik dengan psikologi (kekerasan fisik juga bagian dari kekerasan psikologis).
2. Pengaruh Positif dan Negatif.
18. Penilaian baik atau buruknya suatu prilaku.
3. Ada Objek atau Tidak.
19. Ada yang menjadi sasaran.
4. Ada Subjek atau Tidak.
20. Ada yang menjadi pelaku.
5. Sengaja atau Tidak.
21. Unsur yang mengakibatkan atau memakan korban manusia dipihak lain.
6. Nyata (Manifes) Tersembunyi (Laten).
22. Ada yang nampak atau tidak.
7. Kekerasan Personal atau Kekerasan Langsung.
23. Kekerasn personal individu atau kelompok yang konkret, dan teridentifikasi.
8. Kekerasan Struktural atau 24. Pelaku yang tersembunyi Kekerasan Tidak Langsung. namun akibat-akibatnya nyata di alami.
DATA RESPONDEN PENELITIAN Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Frequency 20 20 40
Precent 50 % 50 % 100 %
Usia 14 15 16 17
Frequency 1 17 21 1 40
Precent 2,5 % 42,5 % 52,2 % 2,5 % 100 %
Agama Islam Kristen
Frequency 39 1 40
Precent 97,5 % 2,5 % 100 %
Frequency 15 25 40
Precent 37,5 % 62,5 % 100 %
Usia
Agama
Keaktifan Berorganisasi Keaktifan Berorganisasi Ya Tidak
Pendidikan Sebelum SMA Pendidikan Sebelum SMA SMA MTs
Nilai Pelajaran Agama Nilai Pelajaran Agama 6 7 8 9
Frequency 36 4 40
Frequency 1 22 15 2 40
Precent 90 % 10 % 100 %
Precent 2,5 % 55 % 37,5 % 5% 100 %
Output SPSS 17.0 Uji Instrumen Penelitian Case Processing Summary N Cases
Valid Excludeda Total
% 40
100.0
0
.0
40
100.0
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.885
64
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Item-Total Statistics Scale Mean if Item
Scale Variance if
Corrected Item-
Cronbach's Alpha if
Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Item Deleted
VAR00001
178.4250
380.251
.401
.883
VAR00002
178.3250
374.020
.605
.881
VAR00003
178.7000
371.190
.432
.882
VAR00004
178.1250
386.215
.192
.885
VAR00005
179.9000
360.605
.674
.878
VAR00006
179.8250
370.404
.424
.882
VAR00007
178.2000
379.754
.588
.882
VAR00008
179.3250
367.763
.493
.881
VAR00009
178.7500
364.910
.526
.881
VAR00010
179.6250
361.471
.554
.880
VAR00011
179.3250
364.020
.617
.879
VAR00012
179.1500
368.900
.425
.882
VAR00013
179.4000
358.041
.619
.879
VAR00014
178.3250
382.994
.281
.884
VAR00015
178.4000
384.092
.312
.884
VAR00016
178.2750
380.666
.358
.883
VAR00017
179.0000
376.205
.337
.884
VAR00018
179.1000
379.682
.258
.885
VAR00019
178.3500
377.669
.414
.883
VAR00020
178.6750
382.738
.195
.885
VAR00021
178.2000
378.369
.513
.882
VAR00022
178.8250
375.071
.401
.883
VAR00023
178.7000
374.472
.382
.883
VAR00024
178.8750
373.035
.476
.882
VAR00025
180.2750
395.281
-.133
.889
VAR00026
178.4000
378.810
.448
.883
VAR00027
179.2250
360.897
.669
.878
VAR00028
178.9750
374.333
.349
.883
VAR00029
178.5000
373.897
.511
.882
VAR00030
178.6500
368.131
.683
.880
VAR00031
178.7000
366.574
.626
.880
VAR00032
178.9500
372.767
.435
.882
VAR00033
178.7500
367.269
.538
.881
VAR00034
179.1250
368.163
.457
.882
VAR00035
179.4000
363.938
.555
.880
VAR00036
178.4750
370.974
.594
.881
VAR00037
178.6750
377.148
.414
.883
VAR00038
179.7500
368.756
.399
.883
VAR00039
180.0000
367.128
.408
.883
VAR00040
180.5250
410.974
-.454
.895
VAR00041
179.9250
404.379
-.289
.894
VAR00042
179.0750
373.404
.403
.883
VAR00043
181.3250
393.456
-.119
.887
VAR00044
181.3500
391.772
-.028
.886
VAR00045
181.3250
387.456
.208
.885
VAR00046
181.2750
393.179
-.077
.888
VAR00047
181.2750
394.051
-.147
.887
VAR00048
181.3500
389.464
.101
.886
VAR00049
181.2750
394.615
-.176
.887
VAR00050
181.3750
393.215
-.111
.887
VAR00051
181.2000
390.062
.059
.886
VAR00052
181.2500
385.269
.310
.884
VAR00053
181.1000
386.503
.237
.885
VAR00054
181.3250
390.071
.065
.886
VAR00055
181.1000
387.015
.211
.885
VAR00056
181.1500
387.515
.186
.885
VAR00057
181.0500
387.587
.184
.885
VAR00058
181.2250
393.563
-.119
.887
VAR00059
181.4750
390.666
.047
.886
VAR00060
181.3750
387.010
.247
.885
VAR00061
181.4000
396.759
-.324
.888
VAR00062
181.3250
389.404
.101
.886
VAR00063
181.4500
393.485
-.142
.887
VAR00064
181.2250
383.974
.373
.884
Output SPSS 17.0 Regression Coefficientsa Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
Std. Error
1 (Constant)
.600
.781
Variabel X1
.052
.018
Variabel X2
-.012
.014
Correlations
Beta
t
Sig.
Zero-order
Partial
Part
.768
.447
.604
2.956
.005
.477
.437
.423
-.178
-.870
.390
.254
-.142
-.124
a. Dependent Variable: Variabel Y
Model Summary Change Statistics Adjusted R Std. Error of R Square Model 1
R
R Square
.493b
.243
Square
the Estimate Change
.202
.71470
F
Sig. F
Change
.015
df1 df2
.756
1
37
b. Predictors: (Constant), Variabel X1, Variabel X2
ANOVAc Model
Sum of Squares
df
Mean Square
1 Regression
6.076
2
3.038
Residual
18.899
37
.511
Total
24.975
39
b. Predictors: (Constant), Variabel X1, Variabel X2 c. Dependent Variable: Variabel Y
F 5.947
Sig. .006b
Change .390
DAFTAR ANGKET UNTUK SISWA-SISWI SMA TRIGUNA UTAMA, JAKARTA
Assalamua’alaikum. Wr. Wb Salam sejahtera, semoga berkah rahmat Ilahi mengiringi perjuangan kita semua. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Nuri Rahmah Fajria, Mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Semester 8 (delapan), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Saya ingin mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Tayangan Opera Van Java Terhadap Perubaan Perilaku Kekerasan di SMA Triguna Utama, Jakarta”. Saya ucapkan terimakasih atas kesediaan teman-teman siswa-siswi SMA Triguna Utama, Jakarta dalam membantu saya menyelesaikan tugas akhir (skripsi) dengan menjawab pertanyaan ini. A. Petunjuk Pengisian Sebelum menjawab atau mengisi, mohon untuk dibaca dan dipahami terlebih dahulu, kemudian isi dengan jujur dan benar, lalu Isilah dalam kolom yang telah disediakan dengan memberikan tanda contreng pada salah satu dari pilihan dibawah ini! STS = Sangat Tidak Setuju TS = Tidak Setuju S
= Setuju
SS = Sangat Setuju B. Pertanyaan Tentang Identitas Responden 1. Nama
:
2. Jenis Kelamin : (Laki-laki – Perempuan) 3. Umur
:
4. Agama
:
5. Alamat
:
6. Pendidikan sebelum masuk SMA Triguna Utama Jakarta: a. SMP
b. MTs
7. Nilai rata-rata pelajaran agama di sekolah: a. 6 (enam)
b. 7 (tujuh)
c. 8 (delapan)
d. 9 (sembilan)
C. Pernyataan Tentang Penerimaan Informasi (Efek Kognitif) NO
PERTANYAAN
1
Saya suka nonton televisi
2
Saya suka nonton tayangan Opera Van Java di Trans 7
3
Saya sering menonton tayangan Opera an Java di Trans 7
4
Menurut saya tayangan Opera Van Java merupakan tayangan hiburan
5
Menonton tayangan Opera Van Java sudah menjadi kebutuhan
6
Menonton tayangan Opera Van Java menjadi tuntutan dalam pergaulan, karena teman-teman saya juga nonton tayangan tersebut
7
Tayangan Opera Van Java acaranya bagus
8
Materi acaranya sesuai dengan kehidupan remaja sekarang
9
Saya tahu pemeran-pemeran tayangan Opera Van Java
10
Pemeran-pemeran dalam tayangan ini adalah idola saya
11
Tayangan tersebut menampilkan hal-hal yang berkaitan dengan gaya pergaulan remaja zaman sekarang
12
Saya tahu jam tayang Opera Van Java
13
Saya selalu menyaksikan acara tersebut sampai habis
14
Saya tahu bahwa parto berperan sebagai dalang
15
Saya tahu bahwa Dewi Gita sebagai sinden acara tersebut
16
Dalam setiap tayangannya terdapat tema-tema cerita yang berbeda
17
Saya mengerti isi cerita dalam setiap tema-tema yang ada dalam tayangan Opera Van Java tersebut
18
Anda tahu dan mengeriti tema-tema yang ada dalam tayangan tersebut
19
Tayangan Opera Van Java terinspirasi dari wayang orang kebudayaan Jawa
20
Tayangan tersebut sudah seperti wayang orang pada kebudayaan Jawa
STS
TS
S
SS
D. Pernyataan Tentang Perasaan Responden (Efek Afektif) NO
PERTANYAAN
21
Anda merasa senang dan terhibur dengan tayangan Opera Van Java
22
Saya suka pemeran-pemeran Opera Van Java karena terkenal
23
Nama tayangan Opera Van Java sesuai dengan isi acaranya
24
Tema-tema dalam tayangan Opera Van Java banyak memberikan pesan moral
25
Dalam tema-tema tayangan Opera Van Java tidak terdapat edukasi penting yang berharga
26
Alur cerita dalam setiap tema dalam tayangan Opera Van Java menarik
27
Alur cerita pada tema-tema dalam tayangan tersebut membuat saya masuk dalam suasana
28
Dalam tayangan ini, saya merasa kerja yang dilakukan para Team Creative sudah maksimal
29
Tayangan Opera Van Java memiliki tema-tema yang bagus dan menarik
30
Dalam tema “Swat” saya menyukai peran yang dimainkan oleh Sule
31
Dalam tema “Swat” saya menyukai peran yang dimainkan oleh Andre
32
Dalam tema “Swat” saya menyukai peran yang dimainkan oleh Nunung
33
Dalam tema “Swat” saya menyukai peran yang dimainkan oleh Ajiz
34
Dalam tema “Swat” saya menyukai peran yang dimainkan oleh Dede
35
Dalam tema “Swat” saya menyukai peran yang dimainkan oleh Uut Permatasari (sebagai bintang tamu)
36
Dalam tema “Swat” saya menyukai Parto yang seperti biasanya menjadi dalang (pembawa acara)
STS
TS
S
SS
NO
PERTANYAAN
STS
37
Saya menyukai sinden-sinden yang bernyanyi di awal dan
TS
S
SS
TS
S
SS
akhir segmen acara 38
Persepsi anda berubah setelah menonton tayangan Opera Van Java bahwa memukul datau mendorong adalah hal yang biasa
39
Tayangan Opera Van Java memperkuat persepsi anda yang ada tentang kekerasan (fisik atau non-fisik) yang ada adalah hal yang biasa
40
Saya merasa kesal bila menonton tayangan tersebut karena acaranya sangat merusak moral remaja
41
Hati saya miris dan sedih, melihat tayangan yang menggambarkan perilaku kekerasan fisik dan non fisik
42
Anda pernah berbagi informasi dengan teman setelah menonton tayangan tersebut
E. Pernyataan Tentang Sikap dan Perilaku Responden (Efek Behavioral) NO
PERTANYAAN
STS
43
Anda tahu, jika tayangan tersebut tidak mendidik bagi remaja usia sekolah seperti anda, tetapi anda tetap menontonnya
44
Anda
mengidentifikasikan/mengidolakan
pemeran-
pemeran dalam tayangan tersebut 45
Anda pernah menirukan gaya bicara (termasuk yang bersifat kasar) dengan teman setelah menonton tayangan tersebut
46
Anda pernah menirukan sikap (termasuk yang bersifat kasar) dengan teman setelah menonton tayangan tersebut
47
Anda sering membahas acara tersebut dengan teman-teman di sekolah
NO
PERTANYAAN
STS
48
Anda mengikuti gaya yang dilakukan oleh pemeran, seperti: mendorong, memukul, mengatai, mengejek dan mengolok-olok teman-teman anda
49
Anda teringat dengan pemeran dalam tayangan Opera Van Java setiap kali teman anda menirukannya
50
Anda sangat mengingat kejadian-kejadian yang sangat mengesankan anda dalam tayangan tersebut
51
Anda mengingat dan terkesan adegan-adegan memukul, melempar dengan Styrofoam pada tayangan tersebut
52
Anda
menunggu
kembali
adegan-adegan
memukul,
melempar dengan Styrofoam pada tayangan tersebut 53
Dalam tema “Swat” anda merasa sikap Sule yang memukul kepala Dede ketika sedang ber-acting menjadi patung adalah hal yang biasa
54
Dalam tema “Swat” anda merasa bahwa perilaku yang dilakukan Parto, Sule dan Andre menimpuk Dede yang sedang memanjat hingga terjatuh sudah di luar batas kewajaran
55
Dalam tema “Swat” anda setuju dengan sikap yang diperankan oleh Sule dan Andre yang memaksa Nunung masuk ke dalam “tong”
56
Dalam tema “Swat” anda suka dengan gaya Sule dan Andre yang memukul kepala dan mendorong Dede
57
Dalam tema “Swat” anda menyukai adegan ketika Sule dan Andre memainkan tali yang sedang dipanjat oleh Dede
58
Dalam tema “Swat anda setuju ketika Nunung meludah ke arah Dede yang sedang ber-acting sebagai wartawan
59
Sebelum anda menonton tayangan Opera Van Java, anda memang biasa dan bergaul dekat dengan teman-teman secara wajar
TS
S
SS
NO
PERTANYAAN
STS
60
Sebelum anda menonton tayangan Opera Van Java, anda memang beranggapan bahwa menyapa dengan kasar dan bersikap kasar adalah suatu hal yang biasa
61
Setelah menonton tayangan Opera Van Java anda beranggapan bertindak kasar pada teman adalah hal yang wajar
62
Setelah menonton tayangan Opera Van Java pergaulan anda dengan teman-teman di sekolah maupun di luar sekolah memang tanpa batasan
63
Setelah menonton tayanga Opera Van Java, saya lebih berani menunjukkan sikap dan bahasa yang kasar dengan teman-teman di depan orang
64
Anda
puas
setelah
mencontoh
gaya-gaya
mengingatkan anda akan tayangan tersebut
yang
TS
S
SS