e-newsletter Volume February 2014
What’s On “Asyiiiiik, Punya Tas Sekolah Lagi!” Cuci Tangan Pakai Sabun Pola Hidup Sehat Pasca Banjir. Yang Selalu Ku Tunggu TAITRA peduli literasi Perjuangan Anak Desa untuk Melanjutkan Kuliah Pekan Aksi Global untuk Kesehatan “Survive 5”
“Asyiiiiik, Punya Tas Sekolah Lagi!”
S There’s no exercise better for the heart than reaching down and lifting people up.
“
“
John Holmes Wahana Visi Indonesia
@WahanaVisi_ID
Wahana Visi Indonesia www.wvindonesia.org |
[email protected] T. (021) 3907818 | F. (021) 3910514
1 | WVI e-Newsletter | February 2014
atu bulan telah berlalu, namun jejakjejak banjir bandang masih terlihat di berbagai wilayah. Sampah masih menggunung, tertumpuk di sepanjang jalan. Setidaknya hampir 80 ribu masyarakat terdampak berdasarkan data yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat. Rumah mereka rusak, rumah mereka hanyut, rumah mereka penuh lumpur. Tercatat 112 gedung sekolah rusak, terendam lumpur dan masih belum bisa beroperasi normal. Di salah satu sekolah, seorang guru bercerita bahwa banjir biasanya hanya sekitar 20 cm, namun kali ini hingga 3 meter. Dari catatan Dinas Pendidikan Kota Manado kerugian yang dialami gedung sekolah sewaktu banjir melanda mencapai Rp 33 miliar. Wahana Visi Indonesia, mitra lokal World Vision, memiliki kerinduan besar untuk membantu pemulihan anak-anak di kota Manado atas banjir bandang yang melanda rumah mereka. Penyaluran bantuan diberikan dalam bentuk peralatan sekolah anak, paket keluarga, dan paket khusus bayi/balita. Distribusi dimulai pada hari Rabu, 5 Februari 2014. Fokus hari ini pada pemberian bantuan perlengkapan sekolah berisi; 1 tas sekolah, 10 buku tulis, 2 pulpen, 5 pensil, 1 penghapus, 1
pengasah pensil, dan 1 tempat pensil. Jadwal lokasi distribusi hari ini adalah Sekolah Satu Atap (TK, SD, SMP) Soegiyopranoto di Dendengan Dalam, Kecamatan Paal 2; dan melalui Gereja Bethany di Wanea. Vania Walangitan (9) murid kelas 3 SD Sekolah Satu Atap Soegiyopranotosangat antusias menunggu bantuan perlengkapan sekolah. Vania bercerita bahwa rumahnya hancur terkena banjir bandang. Rumahnya penuh lumpur, banyak perabotan yang rusak, dan sampai sekarang sampah masih bertumpuk di depan rumahnya. “Tas dan peralatan sekolah Vania sudah rusak dan banyak yang hilang,” ujarnya. Dia khawatir tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik. Itulah sebabnya dia begitu antusias ketika mendengar kabar dari guru kelasnya bahwa pada hari ini akan datang bantuan peralatan sekolah. “Asyik, punya tas sekolah lagi!” ujar Vania tersenyum manis sambil mendekap erat tas barunya. Terima kasih Wahana Visi Indonesia, terima kasih sponsor! (Penulis : Angel CP Supit adalah staf Wahana Visi Indonesia)
www.wvindonesia.org
Tjahjono Soerjodibroto, National Director World Vision Indonesia, berbagi cerita dengan anak-anak korban bencana Sinabung di Posko Anak Ceria yang dibangun di beberapa tempat pengungsian.
Cuci Tangan Pakai Sabun Pola Hidup Sehat Pasca Banjir “ku cuci tanganku Ku gosok dengan sabun Tidak lupa jari jari ku Sampai ke kuku kuku ku Lalu ku basuh air bersih”
A
n Anak-anak menirukan lagu dan gaya cuci tangan pakai sabun yang diperagakan oleh ibu Yani, kader kesehatan. Tak hanya anak, para orang tua yang ikut datang menemani juga ikut menyanyikan lagu ini. Sebanyak 50 orang anak-anak dari usia balita sampai sekolah menengah ikut hadir dalam kegiatan Cuci Tangan Pakai Sabun yang dilakukan pada Kamis, 23 Januari 2014 lalu. Sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan warga yang tinggal sementara di posko evakuasi banjir RW 04 Cilincing, Jakarta Utara. Hujan deras yang melanda Jakarta sebelumnya, membuat tempat tinggal mereka tergenang air sampai setinggi pinggang orang dewasa. Wahana Visi Indonesia, melakukan aktivitas tanggap bencana berupa Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). Pada saat bencana, kebutuhan gizi bayi dan anak seringkali terlupakan. Staf Wahana Visi Indonesia dibantu oleh kader juga relawan, memasak dan mendistribusikan makanan sehat seperti bubur sayur dan bubur kacang hijau untuk anak. Makanan ini ini mengandung zat-zat yang dibutuhkan seperti karbohidrat, protein,
2 | WVI e-Newsletter | February 2014
Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu cara tepat menghindari penyakit menular seperti diare dan flu
Anak-anak sangat senang bernyanyi dan mengikuti gaya Cuci Tangan Pakai Sabun
mineral, lemak dan air. Kombinasi sayur dan bahan makanannya pun dibuat bervariasi. Kegiatan di atas juga diintegrasikan dengan program sanitasi lewat gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Dipandu oleh Pedaman Halawa, kordinator Clean Project untuk CTPS, anak-anak diberi informasi pentingnya mencuci tangan disertai tanya jawab berhadiah. Sukriah, ibu dua anak yang mengikuti kegiatan CTPS mengatakan bahwa acara seperti ini bagus untuk pengetahuan anak-anak dan orang dewasa. Afifah yang aktif di Forum Semper Barat, mengatakan bahwa penyuluhan seperti ini penting untuk kesadaran anak-anak. “Biasanya kan kalau cuci tangan, asal asalan sekedar hanya cuci tangan. Tapi dari sini jadi tahu (pentingnya cuci tangan pakai sabun)”, ujarnya. Remaja 14 tahun ini menyadari bahwa banjir yang langganan datang ke daerahnya, selain disebabkan oleh padatnya rumah penduduk di bantaran kali
juga perilaku warga membuang sampah sembarangan. Setelah mengetahui cara dan pentingnya cuci tangan pakai sabun, anak-anak diajak untuk praktek langsung menggunakan ember air bersih dan sabun yang telah tersedia. Acara ditutup dengan simbolisasi penyerahan lima ember cuci tangan kepada kepala RW 04 Cilincing, Jakarta Utara. Jumlah pengungsi yang tinggal di posko evakuasi banjir yang terletak di sekolah Yaspi, Cakung Cilincing, Jakarta Utara mencapai 700 orang. Mereka menempati ruang-ruang kelas sekolah Yaspi ketika sedang tidak dilakukan kegiatan belajar mengajar. Jumlah pengungsi menurun pada tanggal 23 Januari 2014 menjadi tinggal 100 orang. Mereka kembali ke lingkungan masingmasing untuk membersihkan lumpur juga sampah tertinggal sisa banjir
www.wvindonesia.org
Yang Selalu Ku Tunggu
A
pa yang paling ditunggu dari orangorang yang menjadi bagian hidup kita, apalagi jika mereka berada jauh di seberang pulau dan di lokasi yang jauh di pedalaman, selain sebuah KABAR ? Ya, kabar dari merekalah yang selalu aku tunggu, dari 3 anak binaanku di bawah Wahana Visi Indonesia. Surat yang mereka tuliskan pada bulan April yang lalu, baru aku terima kurang lebih 2 minggu yang lalu. Aldo Iwan tinggal di Sambas dan sudah duduk di Kelas 1 SD, suka bermain bola walau kesehatannya kurang baik karena sakit amandelnya. Soni Wisono tinggal di Singkawang dan juga sudah duduk di Kelas 1 SD, sudah mulai belajar menulis dan selalu mengirimkan goresan tangan dalam gambarnya. Marshanda Lala juga tinggal di Singkawang, tinggal bersama Ibu dan Kakaknya, mulai suka
dan rajin belajar dan mulai menulis sendiri suratnya kepadaku. Mereka bertiga tinggal di Kalimantan Barat, karena lokasinya yang cukup jauh, kadang kabarnya kuterima pun sangat lambat tibanya. Minimal mereka menulis surat pada ku dua kali dalam setahun, saat pertengahan tahun dan ucapan Selamat Tahun Baru. Sering aku berharap komunikasi ini berjalan lebih lancar dan mereka bebas menuliskan atau menggambar apa saja untuk ku tapi kadang aku harus cukup puas dengan sesedikit apapun yang mereka kirimkan. Puji Tuhan kalau mereka semua dalam keadaan baik dan masih bersekolah, karena banyak anak seumur mereka berhenti sekolah untuk ikut membantu orangtuanya di ladang, menderes getah karet atau pekerjaan yang lain.
Semoga Tuhan selalu menyertai mereka untuk hidup senang dan bahagia sebagai Anak Indonesia.
Seperti dikutip dari laraswati.com Diadjeng Laraswati, adalah sponsor Wahana Visi Indonesia selama hampir 3 tahun dan mensponsori 3 anak dari Kalimantan Barat.
TAITRA peduli Literasi Manager TAITRA, Mr. Wen Lee, kepada ketua PMC Ibu Rukmiyati serta perwakilan pemerintah Kecamatan Cilincing. “Semoga CSR TAITRA ini dapat memberikan anak-anak kegiatan yang positif, meningkatkan minat baca mereka supaya mereka mendapatkan pendidikan lebih baik. Kami percaya Wahana Visi Indonesia merupakan mitra yang tepat untuk mengimplementasikan CSR ke empat TAITRA ini di Indonesia”, ungkap Mr. Wen Lee. Motor Perpustakaan Keliling akan membantu meningkatkan minat baca dan memberikan pilihan bacaan bermutu untuk anak
M
emperbanyak buku bacaan dan menghadirkan sudut bacaan menjadi salah satu kegiatan yang dilakukan Pemberdayaan Masyarakat Cilincing (PMC) untuk mewujudkan Cilincing kota layak anak. Upaya ini didukung oleh Taiwan External Trade Development Council (TAITRA) melalui
DID YOU KNOW?
Corporate Social Responsibility (CSR) bertajuk Taiwan Excellence Cares. Lewat pemberian donasi kepada Wahana Visi Indonesia berupa motor perpustakaan keliling bagi anak anak di Cilincing Jakarta Utara. Senin, 20 Januari 2014, serah terima motor perpustakaan keliling dilakukan langsung oleh
Motor Perpustakaan Keliling ini akan melayani buku-buku bacaan anak untuk RW 4 dan RW 8 wilayah Cilincing, Jakarta Utara. PMC Srikandi akan melakukan koordinasi operasional. Tujuan dari Motor Perpustakaan Keliling adalah menjangkau anak-anak di wilayah gang sempit yang tidak bisa dilewati kendaraan roda empat. Penyediaan buku bacaan yang menarik dapat meningkatkan minat baca anak serta menambah wawasan orang tua dalam membagikan pengetahuan bagi anak-anak mereka.
Indonesia berada di jalur Cincin Api Sirkum Sabuk Pasifik. Terdiri dari 130 rangkaian gunung berapi yang memiliki aktivitas seismik atau gempa bumi, di sekitar tepi laut Pasifik.
3 | WVI e-Newsletter | February 2014
www.wvindonesia.org
Perjuangan Anak Desa untuk Melanjutkan Kuliah
S
aSamuel Gelambu (20) adalah anak ke-enam dari tujuh bersaudara. Dia mempunyai empat saudara lakilaki dan dua saudara perempuan. Keluarga ini hidup sederhana di desa yang jauh dari kota. Perjalanan menuju desa dari kota terdekat di daerah Merauke di provinsi Papua butuh waktu sekitar dua jam berjalan kaki, melewati jalan yang tidak beraspal dan berlumpur pada musim hujan. Ayah Samuel, Petrus Gelambu (46), seharihari bekerja sebagai petani dan meramu hasil hutan. Sementara ibunya, Rufina Basik (38), adalah ibu rumah tangga yang sering membantu pekerjaan suami. Tetapi jangan dipandang sebelah mata. Di tengah-tengah keluarga yang sederhana itu ada sosok anak yang mempunyai cita-cita tinggi menjadi seorang guru. Dia adalah Samuel yang biasanya disapa Sam. Sam adalah salah seorang anak sponsor Wahana Visi Indonesia. Dia merasa bersyukur karena ada sponsor yang mendukungnya secara moril dan materiil. Sejak Sam duduk di bangku SD sampai SMA, sponsornya tidak berhenti mengirimkan dukungan. Lewat surat-menyurat, Sam berhubungan dengan sponsornya dan menceritakan pengalaman hidupnya.
4 | WVI e-Newsletter | February 2014
Setiap uang yang diberikan sponsornya digunakan untuk membeli seragam sekolah, buku tulis, dan sepatu untuk menunjang sekolahnya. Sikap Sam yang sabar dan penuh semangat membuatnya menjadi pribadi kuat menghadapi tantangan. Pada waktu lulus dari SMP, Sam mulai melanjutkan Sekolah Menengah Atas di kota. Karena orangtuanya kurang mampu, Sam menumpang di rumah orang lain. Ia tidak malu tinggal di rumah orang karena berpikir tentang impiannya menjadi seorang guru. Meskipun jarak rumah keluarga yang ditumpangi menuju sekolahnya sangat jauh (kurang lebih 15 km) ia tetap berusaha untuk bisa ke sekolah. Baik saat hujan maupun terik matahari yang menyengat sekujur tubuhnya, Sam tetap mengayunkan langkah berjalan kaki serta menunggu mobil yang bersedia ditumpangi atau angkutan menuju sekolah. Sam yakin, bahwa sekolah adalah kunci untuk meraih cita-cita. Selepas SMA, Sam sempat ragu dan khawatir untuk mendaftar ke perguruan tinggi karena tingginya biaya yang diperlukan. Melalui konsultasi dengan staf Wahana Visi, Sam mendapatkan motivasi untuk melanjutkan kuliah. Kini Sam sudah kuliah di salah satu perguruan tinggi di Maro dengan mengambil
Samuel bercita-cita menjadi guru
jurusan Keguruan. Dia berhasil mendapat beasiswa bagi mahasiswa dari keluarga kurang mampu. Semangat yang tumbuh dalam jiwa Sam bisa membawa dirinya menghadapi segala rintangan. Dengan penuh kesabaran, keyakinan dan rasa syukur mengantarkan Sam untuk menggapai cita-cita.
(Penulis: Adrian J. Heatubun, staf Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Maro | Editor: Hendro Suwito, Senior Editor World Vision Indonesia)
Pekan Aksi Global untuk Kesehatan “Survive 5” (5 Tahun Pertama Usia Anak) 1 – 8 Mei 2014
P
ekan Aksi Global untuk Kesehatan (Global Week of Action) 2014 merupakan kali kedua Aksi World Vision yang melibatkan staf, mitra organisasi, penyandang dana, dan masyarakat dengan tujuan menginspirasi publik melakukan aksi untuk kesehatan anak. Aksi yang dilaksanakan 1 – 8 Mei 2014 diharapkan menggerakkan kita mengambil tindakan dan memikirkan dukungan atas upaya menyelamatkan 6,6 juta anak balita setiap tahunnya dari kematian karena penyakit yang dapat dicegah. Mengapa Harus Diadakan? World Vision mengadakan Pekan Aksi Global untuk Kesehatan, keterkaitan publik untuk kesehatan dengan advokasi tingkat dunia dalam Sidang Kesehatan sedunia yang diadakan pada Mei 2014. Pekan Aksi Global menyadarkan pentingnya dukungan untuk perempuan dan anak. Para pemimpin dunia perlu diingatkan komitmen Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) pada tahun 2000 dan Strategi Sekretaris Jenderal PBB pada tahun 2010 untuk Perempuan dan Kesehatan Anak, yang dikenal sebagai ‘Every Woman, Every Child’. MDGs dan Strategi SekJen PBB memiliki target meningkatkan kesehatan perempuan dan anak-anak pada tahun 2015.
Mengapa 5 Tahun Pertama? Lima tahun pertama usia anak adalah tonggak kehidupan yang memberi pengaruh sampai anak tersebut dewasa. Kenyataannya 6,6 juta anak balita di dunia tidak bisa menikmati hidupnya sampai ulang tahun ke-5. Bahkan hampir 3 juta anak meninggal di bulan pertama mereka dilahirkan (sumber: http://www.who.int/ mediacentre/factsheets/fs178/en/). Dalam Pekan Aksi Global yang merupakan bagian dari Kampanye Child Health Now, masih ada harapan, anak – anak mampu merayakan ulang tahun ke 5, ke 6, ke 7, ke 8 dan selanjutnya. Anda Harus Terlibat ! Caranya ? Sangat mudah dan banyak kreatifitas! Bisa sendiri, melibatkan rekan, keluarga, mitra
organisasi, seperti gereja, institusi pendidikan, organisasi lain, dan pemerintah. Apapun Kegiatan yang dilakukan, sebagai bukti mendukung Pekan Aksi Global untuk Kesehatan Anak, yang tidak boleh terlewat adalah: • Foto menggunakan aksesoris (selendang/ topi/ rompi/ jaket/dll) berwarna oranye, dengan aksi angkat tangan atau membawa potongan pesan kesehatan dan gizi ibu dan anak. • Sebarkan foto tersebut melalui media sosial Aksi kampanye melalui foto adalah penyampai pesan kesehatan ibu dan anak merupakan masalah yang harus diatasi. AKSI BERSAMA Mampu Membuat PERUBAHAN Informasi lebih lanjut childhealthnow.org