e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS BERBAHASA INDONESIA MELALUI AKTIVITAS MENGANALISIS KESALAHAN DALAM PENGAJARAN MENULIS SISWA DI KELAS VIIIA SMP KATOLIK SANTO PAULUS SINGARAJA Ida Ayu Made Oka Dwijayanti¹, I Nengah Suandi¹, I Nyoman Seloka Sudiara² Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected]¹,
[email protected]¹,
[email protected]²}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dapat/tidaknya aktivitas analisis kesalahan dalam pembelajaran menulis, meningkatkan kualitas berbahasa Indonesia pada siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja, mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran menulis melalui aktivitas analisis kesalahan, dan mendeskripsikan respons siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja terhadap aktivitas analisis kesalahan dalam pembelajaran menulis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi; rancangan penelitian tindakan kelas (PTK); penelitian ini dilaksanakan di kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja; subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja, sedangkan objek penelitian ini adalah kualitas bahasa Indonesia, langkah-langkah aktivitas analisis kesalahan dalam pembelajaran menulis, serta respons siswa terhadap aktivitas menganalisis kesalahan; penelitian ini dilaksanakan dalam multi siklus; data yang dikumpulkan berupa data kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode tes, obeservasi, kuesioner, dan wawancara; kriteria keberhasilan tindakan ini adalah apabila siswa mencapai nilai minimal di atas ≥76. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hasil yang dicapai pada siklus II adalah ketuntasan klasikal sebanyak 83,3% dan respons positif siswa sebanyak 83,3%, telah memenuhi kriteria keberhasilan. Oleh sebab itu, penelitian dihentikan sampai siklus II. Dapat disimpulkan bahwa penerapan aktivitas analisis kesalahan dalam pembelajaran menulis dinyatakan berhasil karena adanya peningkatan kualitas berbahasa Indonesia siswa dan mendapat respons positif sebanyak 83,3%. Kata kunci: analisis kesalahan, menulis, berbahasa Indonesia Abstract The study aimed to find out whether the activity is able to improve the error analysis in writing, improving the quality of using bahasa Indonesia toward the VIIIA grade of SMP Katolik Santo Paulus Singaraja, describing the steps of writing through error analysis activity, and describing the students’ response of VIIIA grade SMP Katolik Santo Paulus Singaraja toward errror analysis activity in writing. The method used in this study including: Classroom Action Research (CAR); this study conducted at VIIIA grade SMP Katolik Santo Paulus Singaraja; the subject of this study is bahasa Indonesia teacher and VIIIA students at SMP Katolik Santo Paulus Singaraja, meanwhile the object of this study is improving the quality of bahasa Indonesia, the steps of error analyzing, along with the students’ response toward error analyzing activity; This study conducted in multi cycles; the data collected in form of qualitative and quantitative data through test method, observation, questionnaire, and interview; the achievement action criteria is if the student achieved the minimun score above ≥76. This study conducted in two cycles. The result achieved at cycle II is classical achievement a number of 83.3 % and students’ positive response a number of 83.3%, already fulfil the achivement criteria. Because of the achievement, the study stopped at the end of cycle II. Furthermore, in can be concluded that the implementation of error analysis activity in writing is achieved due to the improvement of students’ bahasa Indonesia quality and achieved the positive response a number of 83.3%. Keywords: error analysis, writing, using bahasa Indonesia
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia (dalam setiap jenis dan jenjang sekolah) adalah agar siswa mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun secara tertulis. Pengetahuan bahasa Indonesia menyangkut pengetahuan tentang lafal, ejaan, istilah, dan kaidah bahasa Indonesia. Pengertian bahasa Indonesia yang baik dan benar itu dapat disejajarkan dengan bahasa Indonesia baku atau bahasa Indonesia standar. Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar secara tertulis telah dibina dan dikembangkan secara formal melalui pembelajaran menulis di sekolah. Proses menuntut ilmu, khususnya bahasa Indonesia, erat kaitannya dengan kegiatan menulis. Dengan demikian, keterampilan menulis juga perlu dilatih di samping keterampilan berbahasa lainnya, seperti menyimak, berbicara, dan membaca. Menulis sangat berperan penting sebagai bentuk komunikasi tidak langsung serta melatih siswa untuk berpikir kritis dalam menanggapi segala sesuatu. Produk keterampilan menulis, yakni tulisan (catatan) merupakan dokumentasi yang akan sangat membantu seseorang untuk mengingat peristiwa dan gagasan yang tertuang di dalamnya. Disamping itu, keterampilan menulis digunakan untuk memproduksi dan mengekspresikan .ide, pikiran, atau gagasan. Pentingnya pembelajaran bahasa Indonesia ini telah diwujudkan oleh pemerintah melalui kebijakan bahwa pelajaran bahasa Indonesia wajib ditempatkan pada seluruh jenjang sekolah, dari TK sampai dengan perguruan tingggi. Kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar secara tertulis dapat dibina dan dikembangkan secara formal melalui pembelajaran menulis (mengarang), khususnya menulis wacana ilmiah di sekolah. Keadaan ini sejalan dengan fungsi bahasa Indonesia standar, yang salah satunya adalah digunakan dalam wacana teknis, seperti dalam karangan-karangan ilmiah, buku-buku pelajaran, dan laporan resmi (Suharianto dalam Sudiara, 2002:1). Penguasaan keterampilan menulis tampak pada kemampuan seseorang dalam
menyusun, mengembangkan, dan menghasilkan tulisan yang baik. Tulisan yang bagus merupakan tulisan yang bermakna jelas atau lugas dan merupakan kesatuan yang bulat, singkat, padat, serta memenuhi kaidah-kaidah gramatikal, termasuk kohesi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam menulis dituntut penggunaan bahasa yang baik dan benar. Berdasarkan pandangan di atas, pemahaman terhadap kaidah-kaidah bahasa Indonesia baku sangat penting dalam upaya menganalisis kesalahan karena bahasa Indonesia baku merupakan tolok ukur atau kerangka acuan benar-salah suatu penggunaan bahasa Indonesia (Moeliono dalam Sudiara, 2002:8). Dengan wawasan yang memadai tentang ragam kesalahan dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia baku, subjek didik diharapkan dapat mengurangi, bahkan meniadakan sama sekali, kesalahan-kesalahan dalam tulisan dalam rangka meningkatkan kualitas berbahasa Indonesia mereka. Kenyataan yang peneliti temukan di lapangan menunjukkan penerapan kaidah kebahasaan tidak semudah yang dibayangkan. Meskipun telah mengetahui kaidah yang benar, tidak jarang ditemukan beragam kesalahan dalam bahasa tulis. Berdasarkan pengumpulan data awal, peneliti memperoleh keterangan bahwa dari 19 siswa hanya ada 10 siswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), sedangkan 9 siswa lainnya masih belum mencapai KKM, yaitu sebesar 75. Selain penilaian dari hasil belajar, pada proses pembelajaran yang mencakup aspek keaktifan, perhatian, dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa masih cukup rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa masih kurang aktif serta mengalami kesulitan selama proses pembelajaran. Kenyataan tersebut peneliti temukan di dalam tulisan siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja. Dalam tulisan siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja ditemukan beragam kesalahan berbahasa, seperti kesalahan kalimat, struktur dan isi kalimat yang ditulis siswa banyak yang rancu, tidak mengandung satuan pikiran yang jelas, dan tidak efisien (berlebih-
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) lebihan, yang tidak perlu, atau pleonastis). Dalam kaitannya dengan diksi, siswa sering salah dalam penggunaan kosakata yang tidak efektif serta pemilihan kata yang tidak tepat. Dalam kaitannya dengan penggunaan EYD, siswa sering melupakan tanda baca, pemakaian huruf kapital, dan penulisan kata yang benar. Beragam kesalahan berbahasa yang ditemukan dalam tulisan siswa disebabkan oleh bermacam-macam faktor. Salah satunya adalah faktor dari diri siswa sendiri, yakni sikap bahasa siswa, ketidaktahuan dan ketidakmautahuan siswa tentang kaidah kebahasaan, dan pembelajaran kaidah kebahasaan belum eksplisit. Sikap siswa yang menganggap bahasa Indonesia “gampang, merepotkan, dan tidak keren” telah memicu keengganan siswa untuk menggunakan bahasa Indonesia baku. Faktor tidak tahu, belum diajarkan, dan tidak ada keinginan mempelajari kaidah kebahasaan kemungkinan juga menjadi pemicu beragam kesalahan berbahasa siswa dalam tulisan mereka. Setelah melakukan wawancara dengan guru bahasa dan sastra Indonesia, Nengah Seken, peneliti memperoleh data bahwa guru telah menyelipkan pembelajaran kaidah kebahasaan setiap pembelajaran di kelas. Guru menyampaikan kesalahan yang ditemukan dalam tulisan siswa dan mengajak siswa untuk memperbaikinya berdasarkan kaidah yang sesuai. Namun, kesalahan yang sama kembali dilakukan oleh siswa. Agaknya penjelasan dari gurunya tidak terlalu bermakna bagi siswa. Akibatnya, siswa tidak mengaplikasikan sepenuhnya pembelajaran kaidah-kaidah kebahasaan yang diberikan oleh guru. Pemahaman terhadap kaidah kebahasan saja tidaklah cukup, harus disertai dengan aplikasi langsung untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menyikapi hal tersebut, peneliti mencoba menggunakan aktivitas menganalisis kesalahan untuk meningkatkan kualitas bahasa Indonesia dalam kegiatan menulis. Aktivitas menganalisis kesalahan tersebut diharapkan dapat menjadi upaya membelajarkan siswa agar memahami di
mana ia salah, mengapa salah, dan siswa mampu menentukan bagaimana semestinya memperbaiki kesalahankesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam karya tulis mereka. Dengan kesadaran akan kaidah-kaidah bahasa Indonesia, diharapkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan mereka dapat diminimalkan, bahkan dihilangkan.. Cara yang peneliti tawarkan utnuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan aktivitas analisis kesalahan berbahasa dalam setiap pembelajaran menulis. Dengan cara ini, diharapkan kesalahan berbahasa siswa dapat diminimalisasi atau bahkan dihilangkan sama sekali. Melalui pembelajaran menulis yang diintegrasikan dengan aktivitas menganalisis kesalahan berbahasa, siswa dapat mengetahui dan menemukan jenis kesalahan berbahasa dalam tulisan mereka. Tulisan siswa didata dan dianalisis kesalahannya oleh siswa lain. Kesalahankesalahan tersebut akan diberi tanda koreksi tidak langsung oleh siswa yang memeriksa untuk diinterpretasikan oleh siswa yang memiliki tulisan tersebut. Kemudian, guru akan memberikan materi sejalan dengan jenis kesalahan yang ditemukan. Berdasarkan penjelasan guru, siswa diberikan kesempatan untuk memperbaiki tulisan yang dibuat serta menyalinnya menjadi draf akhir. Melalui langkah-langkah tersebut, siswa tidak sekadar diajak berteori, tetapi langsung mengaplikasikan dan memahami teori kebahasaan. Meminimalisasi kesalahan berbahasa tersebut akan menjadi cerminan dari kualitas bahasa Indonesia siswa dalam pembelajaran menulis. Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, dapat dirumuskan bahawa apabila dalam pembelajaran menulis diterapkan aktivitas menganalisis kesalahan berbahasa, kesalahan berbahasa Indonesia siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja dapat diminimalkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dapat tidaknya aktivitas analisis kesalahan dalam pembelajaran menulis, meningkatkan kualitas berbahasa Indonesia pada siswa kelas VIIIA SMP
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) Katolik Santo Paulus Singaraja; mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran menulis melalui aktivitas menganalisis kesalahan pada siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja; serta mendeskripsikan respons siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja terhadap aktivitas menganalisis kesalahan dalam pembelajaran menulis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau manfaat, antara lain; dari segi manfaat teoretis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk mengeksistensikan keberadaan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, khususnya penggunaan aktivitas menganalisis kesalahan untuk meningkatkan kualitas penggunaan bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis. Sedangkan dari segi manfaat praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu; bagi para siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap kaidah kebahasaan dalam penggunaan ragam bahasa Indonesia tulis, sehingga dapat meningkatkan kualitas bahasa Indonesia siswa dalam keterampilan menulis; bagi para guru bahasa Indonesia, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif dalam rangka mengajarkan keterampilan menulis atau mengarang sebagai upaya membiasakan siswa menggunakan kaidah kebahasaan yang benar dalam aktivitas menulis; bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung dalam menerapkan strategi aktivitas menganalisis kesalahan dalam upaya meningkatkan kualitas berbahasa Indonesia siswa. Sebagai calon guru, peneliti dapat menggunakan pengalaman selama penelitian dan hasil penelitian dalam mengajar kelak; bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan pijakan dan referensi untuk mengadakan penelitian sejenis atau yang berkaitan dengan menganalisis kesalahan. METODE Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Rancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan tindakan yang dilakukan guru saat terjadi permasalahan terkait dengan proses pembelajaran di dalam kelas, seperti kurang tertariknya siswa dengan metode serta strategi pengajaran yang telah dilakukan, motivasi siswa kurang dalam mengikuti pelajaran, siswa sering mengalami miskonsepsi tentang pelajaran yang telah diberikan, dan siswa kurang aktif dalam proses belajar di kelas. Sesuai dengan karakteristik PTK, penelitian ini dilaksanakan dalam multisiklus atau tahap. Setiap siklus meliputi refleksi awal, perncanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, obeservasi/evaluasi, dan refleksi. Siklus yang dilaksanakan dalam penelitian sangat bergantung pada kriteria keberhasilan penelitian itu sendiri. Jika kriteria keberhasilan sudah tercapai dalam dua siklus, penelitian dapat dihentikan. Jika dalam dua siklus, kriteria keberhasilan belum tercapai, harus dilakukan siklus selanjutnya. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja. Saat kegiatan PPL-Real pada semester ganjil 2013/2014, peneliti mengikuti PPL di sekolah ini dan mengajar di kelas VIII. Berdasarkan hasil observasi, peneliti menemukan hasil tulisan siswa kelas VIII, khususnya VIIIA, masih mengandung banyak kesalahan bahasa. Pemilihan kelas VIIIA ini didasarkan atas kemampuan siswanya yang merata (kemampuan siswa tidak terlalu mencolok). Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonsia dan siswa kelas VIIIA SMP Katolik Santo Paulus Singaraja yang mengalami permasalahan dalam hal kesalahan berbahasa Indonesia siswa dalam pembelajaran menulis. Objek penelitian yang mencerminkan proses adalah langkahlangkah (proses) menganalisis kesalahan dalam pembelajaran menulis. Sementara itu, objek yang mencerminkan produk adalah meningkatnya kualitas bahasa Indonesia (meminimalisasi kesalahan berbahasa indonesia) dalam pembelajaran menulis dan respons atau tanggapan siswa
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) terhadap aktivitas menganalisis kesalahan dalam pembelajaran menulis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa kesalahan-kesalahan bahasa yang terdapat pada karangan siswa (kesalahan kalimat, diksi, ataupun ejaan), ketepatan penerapan skenario tindakan dan reaksi siswa dalam pembelajaran (hasil observasi dan wawancara). Sementara itu, data kuantitatif dalam penelitian ini berupa jumlah kesalahan bahasa Indonesia siswa dalam karangan pada pembelajaran menulis. Untuk mengumpulkan data secara akurat dalam suatu penelitian, perlu dirumuskan metode pengumpulan data yang tepat. Oleh karena itu, metode atau teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode tes, observasi, kuesioner, dan wawancara. Data penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Analisis data deskriptif kualitatif dilakukan dengan menggunakan kata-kata (verbal), sedangkan analisis data deskriptif kuantitatif dilakukan dengan mengolah data berupa angka-angka statistik. Pengolahan seluruh data yang diperoleh dilakukan setelah tindakan selesai dilaksanakan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai kekurangan atau kelebihan tindakan yang dilaksanakan. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut, dilakukan refleksi sebagai tindakan untuk melangkah ke tindakan selanjutnya. Kriteria keberhasilan tindakan ini dilihat dari keberhasilan proses dan keberhasilan produk. Indikator dari keberhasilan proses ini adalah apabila minimal 75% dari jumlah siswa memberikan respon positif. Sedangkan indikator keberhasilan produk adalah apabila kualitas pemakaian bahasa Indonesia dalam tulisan siswa berada di atas KKM. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada siklus I, hasil yang diperoleh, antara lain dari 18 orang siswa yang mengumpulkan karangan, terdapat 13 orang siswa (72,2%) yang memperoleh
skor di atas KKM yang ditetapkan sekolah dan 5 orang siswa (27,7%) mendapat skor di bawah KKM. Dari ke-13 orang yang mencapai kriteria KKM, terdapat 2 orang siswa (11,1%) yang memperoleh skor 95; 3 orang siswa (16,6%) yang memperoleh skor 90; 5 orang siswa (27,7%) yang memperoleh skor 87; 3 orang siswa (16,6%) yang memperoleh skor 80; dari 5 orang siswa yang mencapai skor di bawah KKM, 2 orang siswa (11,1%) memperoleh skor 75; 1 orang siswa (5,5%) yang memperoleh skor 73; dan 2 orang siswa (11,1%) yang memperoleh skor 72. Dari hasil evaluasi tersebut, skor terendah yang diperoleh siswa adalah 72; sedangkan skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 95. Dari jumlah pemerolehan skor, skor rata-rata kelas VIIIA adalah 83,4. Melalui hasil pengeskoran tersebut terlihat secara klasikal, bahwa ketuntasan siswa dari segi kualitas penggunaan bahasa Indonesia adalah sebanyak 13 orang siswa, yakni sebesar 72,2%. Sedangkan hasil analisis angket siklus I, terdapat 5 orang siswa (27,7%) memberikan respons sangat positif, 10 orang siswa (55,5%) memberikan respons positif, dan 4 orang siswa (22,2%) memberikan respons cukup positif. Sementara itu, tidak satu pun siswa memberikan respons negatif terhadap tindakan yang diberikan guru. Berdasarkan jumlah tersebut, sebanyak 15 orang siswa atau 78,9% siswa memberikan respons positif terhadap penerapan aktivitas menganalisis kesalahan dalam pembelajaran menulis. Jumlah ini diperoleh dengan menjumlahkan siswa yang memberikan respons sangat positif dan positif. Persentase tersebut menunjukkan bahwa pemberian tindakan oleh guru dengan aktivitas menganalisis kesalahan dalam pembelajaran menulis mendapat tanggapan yang positif dari siswa. Tabel 1 Hasil Siklus I
KKM + -
Hasil yang Dicapai Siswa 13 5
Persentase 72,2% 27,7%
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) Mengacu pada hasil siklus I yang diperoleh, guru bersama dengan peneliti melakukan refleksi. Pada refleksi terungkap bahwa adanya keterbatasan waktu dan ketidakcukupan pengetahuan siswa untuk dapat mengaplikasikan teori ragam kesalahan yang diterangkan guru menjelang aktivitas mengoreksi kesalahan mengakibatkan hasil yang kurang maksimal. Dalam kaitannya dengan faktor penyebab ini, peneliti menyadari bahwa mengoreksi kesalahan bahasa tulis siswa tidak cukup hanya dengan mendengar penjelasan mengenai beberapa ragam kesalahan dari guru; apalagi kualitas dan kelengkapan penjelasan guru masih kurang memadai. Oleh karena itu, untuk menambah pengetahuan siswa dalam rangka mengoreksi bahasa karangan temannya, sekaligus memperbaiki tulisannya sendiri, disepakati untuk menyiapkan panduan perbaikan kesalahan bahasa tulis dan lembar identifikasi kesalahan bahasa pada siklus II nanti. Melalui panduan dan lembar indentifikasi ini, diharapkan siswa dapat lebih mudah mengidentifikasi dan mengklasifikasi kesalahan bahasa yang ada serta lebih lancar dan efektif melaksanakan pengoreksian. Pada siklus II, hasil yang diperoleh, antara lain dari 18 orang siswa yang mengumpulkan karangan, terdapat 15 orang siswa (83,3%) yang memperoleh skor di atas KKM yang ditetapkan sekolah dan 3 orang siswa (16,6%) mendapat skor di bawah KKM. Dari ke-15 orang yang mencapai kriteria KKM, terdapat 4 orang siswa (22,2%) yang memperoleh skor 95; 1 orang siswa (5,5%) yang memperoleh skor 90; 6 orang siswa (33,3%) yang memperoleh skor 87; 4 orang siswa (22,2%) yang memperoleh skor 80; dari 3 orang siswa (16,6%) yang mendapat di bawah KKM, semuanya memperoleh skor 75. Skor terendah yang diperoleh siswa adalah 75; sedangkan skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 95. Dari jumlah pemerolehan skor, skor rata-rata kelas VIIIA adalah 85,3. Melalui hasil pengeskoran tersebut terlihat secara klasikal, bahwa ketuntasan siswa dari segi kualitas penggunaan bahasa Indonesia adalah sebanyak 15 orang siswa, yakni
sebesar 83,3%. Ketuntasan klasikal yang dicapai tersebut sudah memenuhi salah satu kriteria keberhasilan penerapan tindakan, yakni 75% siswa memperoleh skor ≥ 76. Sedangkan hasil analisis angket siklus II, dari 18 angket yang disebarkan, 5 siswa (27,7%) memberikan respons sangat positif, 10 siswa (55,5%) memberikan respons cukup positif, dan 3 siswa (16,6%) memberikan respons cukup positif. Berdasarkan jumlah tersebut, 15 siswa (83,3%) telah memberikan respons positif terhadap penerapan aktivitas analisis kesalahan dalam pembelajaran menulis. Tabel 2 Hasil Siklus II
KKM + -
Hasil yang Dicapai Siswa 15 3
Persentase 83,3% 16,6%
Melihat hasil tes, respons siswa, dan hasil wawancara, pelaksanaan penelitian pada siklus II ini telah berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang diharapkan, walaupun masih ada siswa yang belum tuntas. Sebagian besar siswa, baik yang tuntas maupun yang belum tuntas, masih banyak membuat kekeliruan dalam pemakaian ejaan (EYD). Evaluasi yang dilakukan peneliti bersama guru menunjukkan bahwa ±70% siswa masih keliru dalam pemakaian ejaan, khususnya pemakaian tanda baca, huruf kapital, kata depan, serta penulisan singkatan, dan akronim. Selain itu, terdapat kekeliruan tentang penempatan kata depan (di, ke). Wajar jika masih ada kekeliruan siswa dalam menggunakan ejaan karena baru mendapat penjelasan bagaimana yang benar dan belum terbiasa menggunakan yang benar. Dalam hal ini, siswa perlu dibiasakan untuk penggunaan bahasa Indonesia sesuai EYD dalam bahasa tulisnya. Kelemahan siswa tersebut merupakan bagian dari ketidakberhasilan pembelajaran. Ketidakberhasilan tersebut menjadi refleksi bagi guru agar pada pembelajaran selanjutnya, penjelasan dan pelatihan menggunakan EYD lebih diintensifkan. Menurut peneliti, penjelasan
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) guru mengenai kaidah ejaan, terutama membedakan pemakaian di sebagai kata depan dan di- sebagai awalan belum maksimal. Untuk selanjutnya guru perlu memberikan interpretasi operasional saat menjelaskan perbedaan pemakaian di sebagaian kata depan dan di- sebagai awalan. Salah satunya dengan menyejajarkan pemakaian di sebagai kata depan dengan kata depan ke dan dari, sedangkan pemakaian di- sebagai awalan dengan pemakaian awalan me-. Meskipun demikian, pada kriteria keberhasilan telah ditetapkan bahwa penelitian ini dapat diakhiri jika 75% siswa mampu memperoleh skor ≥76 (ketuntasan klasikal) dan 75% siswa memberikan respons positif terhadap pemberian tindakan. Jika dikaitkan dengan hasil yang sudah dicapai (skor yang diperoleh dan respons siswa), hasil penelitian pada siklus II ini telah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Oleh karena itu, dapat diputuskan bahwa penelitian ini dapat dihentikan sampai siklus II. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, fokus penelitian yang dilakukan, antara lain adalah dapat tidaknya aktivitas analisis kesalahan meningkatkan kualitas bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis dan langkah-langkah pembelajaran menulis yang diintegrasikan dengan metode menganalisis kesalahan. Berdasarkan hal tersebut, dalam siklus I dan siklus II, peneliti mendapatkan temuan-temuan yang berharga (baik temuan yang berfokus pada penelitian maupun temuan tambahan). Temuan pertama, yakni aktivitas analisis kesalahan dapat meningkatkan kualitas bahasa Indonesia siswa dalam pembelajaran menulis. Dari pemberian tindakan yang sudah dilakukan, siswa telah merasakan manfaat yang diperoleh setelah menganalisis tulisannya sendiri. Manfaat tersebut dapat dilihat dari peningkatan hasil tes klasikal siklus I ke siklus II. Kesalahan yang dimaksud dalam penelitian jni mencakup error (kesalahan) dan mistake (kekeliruan), sebab keduanya ada di dalam tulisan siswa. Keduanya menjadi bagian yang diperbaiki pada penelitian ini sehingga kualitas bahasa Indonesia siswa dapat ditingkatkan. Temuan yang sama juga tampak pada penelitian yang dilakukan oleh
Sudiara (2002). Pada penelitian tersebut, Sudiara menyimpulkan bahwa aktivitas menganalisis kesalahan yang dibantu dengan panduan kesalahan lebih efektif bagi siswa dalam meminimalkan kesalahan bahasa tulisnya. Pada siklus I, siswa sudah mulai menunjukkan perubahan dari segi kualitas bahasa Indonesia dalam karangan mereka. Hal tersebut dapat terlihat saat draf awal dikumpulkan dan ditukarkan secara acak. Siswa lalu menganalisis dan mengoreksi kesalahan berbahasa dalam karangan temannya. Terlihat bahwa siswa sudah mulai memperbaiki dan memperhatikan penggunaan kaidah kebahasaan yang kurang tepat yang terdapat dalam karangan tersebut dan karangan miliknya setelah draf tersebut dikembalikan ke pemiliknya masing-masing. Pemberian tindakan pada siklus II menunjukkan hasil yang lebih baik daripada siklus I. Dengan adanya modifikasi, yakni tambahan berupa panduan kesalahan bahasa dan lembar identifikasi kesalahan bahasa, siswa ternyata lebih mudah memahami dan mengoreksi kesalahan berbahasa dalam tulisannya. Kesamaan hasil tersebut juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Sudiara (2002). Hasil penelitian Sudiara ini membuktikan bahwa aktivitas menganalisis kesalahan mampu meminimalkan kesalahan bahasa tulis siswa. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian Sudiara sejenis dengan tujuan penelitian yang peneliti rancang. Dalam penelitian Sudiara, tulisan siswa dianalisis oleh siswa lain (bukan pemilik tulisan) terkait kesalahan dan perbaikannya. Oleh karena itu, dalam penelitian yang dirancang, peneliti menyepakati penggunaan tanda-tanda tidak langsung dengan siswa, sehingga siswa dapat memahami, menjelaskan, dan memperbaiki kesalahan pada tulisan temannya maupun tulisannya sendiri serta pemeriksaan akhir akan dilakukan oleh guru terhadap tulisan siswa. Dengan begitu, siswa akan mendapat cukup banyak masukan dari koreksi teman, guru, serta mengetahui cara mengoreksi kesalahan temannya. Menganalisis kesalahan dalam tulisan memberikan pemahaman bagi siswa tentang tiga hal: di mana letak
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) kesalahannya, mengapa salah, dan bagaimana perbaikan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku. Tidak hanya bagi siswa, aktivitas menganalisis kesalahan juga bermanfaat bagi guru sebagai umpan balik yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan penyusunan materi dan strategi pembelajaran di kelas. Untuk dapat meningkatkan kualitas bahasa Indonesia siswa, penerapan aktivitas analisis kesalahan ini juga didukung oleh respons positif siswa terhadap penerapan tindakan di kelas. Untuk menyaring respons tersebut, peneliti menyebarkan angket/kuesioner sesuai jumlah murid yang ada setelah pemberian tindakan. Pada siklus I, 78,9% siswa memberikan respons positif terhadap penerapan aktivitas menganalisis kesalahan. Sementara itu, terjadi peningkatan pada siklus II, yakni menjadi 83,3% siswa yang memberikan respons positif. Temuan kedua, yakni dalam pembelajaran menulis yang diintegrasikan dengan metode menganalisis kesalahan, ada beberapa langkah yang harus diikuti. Langkah-langkah tersebut, adalah sebagai berikut; Guru mengarahkan siswa untuk mengembangkan topik tertentu menjadi sebuah paragraf (draf awal); Paragraf yang ditulis siswa dikumpulkan untuk dianalisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesianya oleh peneliti. Guru memaparkan atau membahas kesalahan yang dibuat siswa di depan kelas; Guru membagikan draf awal paragraf awal yang dihasilkan siswa untuk diidentifikasi kesalahannya oleh siswa lain; Hasil identifikasi siswa lain itu diserahkan kembali kepada pemilik paragraf; Siswa penulis paragraf merevisi draf awal paragrafnya masing-masing dan menyalinnya menjadi draf akhir; Yang terakhir, peneliti mengevaluasi draf akhir paragraf yang telah dikumpulkan siswa. Pada tahap ini, siswa tidak sekadar mendapat penjelasan dari guru, tetapi juga ikut serta dalam aktivitas menganalisis kesalahan tersebut. Hal ini menjadi langkah penting dalam pengembangan pengetahuan siswa, apalagi selama pemberian tindakan tersebut, siswa
difasilitasi dengan panduan perbaikan kesalahan berbahasa yang sudah disiapkan oleh guru. Hal yang sama juga dilakukan oleh Sudiara (2002) dan Sariani (2013), bahwa dengan menambahkan panduan perbaikan kesalahan berbahasa, siswa menjadi lebih mudah dalam menganalisis kesalahan yang ada dalam tulisan temannya. Meskipun masalah dan tujuan penelitian Sariani (2013) hampir mirip dengan penelitian yang peneliti rancang. Perbedaaannya terletak pada menganalisis kesalahan dari penelitian Sariani adalah sebagai metode, sedangkan pada penelitian yang dirancang peneliti menggunakan analisis sebagai strategi aktivitas. Kelemahan penelitian ini adalah siswa menunggu hasil evaluasi dari gurunya lalu setelah itu mengoreksi kesalahan-kesalahan tulisan yang telah ditandai oleh gurunya, sedangkan pada penelitian yang dirancang oleh peneliti, siswa diberikan kesempatan untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan yang bisa ia temukan dan sadari pada tulisan temannya maupun tulisannya sendiri, sehingga siswa akan lebih cepat mengingat penulisan bahasa Indonesia yang benar. Walaupun sudah memenuhi kriteria keberhasilan, bukan berarti penelitian ini sudah sempurna. Penelitian ini masih memiliki kekurangan karena belum secara maksimal meningkatkan kualitas ejaan dalam tulisan siswa. Hal ini disebabkan oleh luasnya cakupan teori tata bahasa yang ada, termasuk ejaan, sedangkan waktu pembelajaran terbatas. Menurut peneliti, hal tersebut disebabkan oleh kualitas penjelasan guru sehingga pada siklus I dan siklus II, kesalahan ejaan masih mendominasi. Dengan demikian, diperlukan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengingat setiap pembelajaran tentang kaidah kebahasaan ini. Dalam hal ini, peneliti dan guru belum mampu merancang serta melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan untuk melekatkan pengetahuan ejaan pada siswa. Akibatnya kesalahan ejaan menempati frekuensi tertinggi dan menjadi butir kebahasaan yang rawan dalam penelitian ini.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) SIMPULAN DAN SARAN Adapun simpulan yang diperoleh berdasarkan rumusan masalah dan hasil pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut; (1) Penerapan aktivitas analisis kesalahan dapat meningkatkan kualitas bahasa Indonesia siswa kelas VIIIA dalam pembelajaran menulis. Peningkatan kualitas tersebut terlihat pada peningkatan ketuntasan klasikal yang dicapai, yakni 72,2% pada siklus I menjadi 83,3% pada siklus II. (2) Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam penerapan metode menganalisis kesalahan dalam pembelajaran menulis. (3) Guru mengarahkan siswa untuk mengembangkan topik tertentu menjadi sebuah paragraf (draf awal). (4) Paragraf yang ditulis siswa dikumpulkan untuk dianalisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesianya oleh peneliti. (5) Guru memaparkan atau membahas kesalahan yang dibuat siswa di depan kelas. (6) Guru membagikan draf awal paragraf awal yang dihasilkan siswa untuk diidentifikasi kesalahannya oleh siswa lain. (7) Hasil identifikasi siswa lain itu diserahkan kembali kepada pemilik paragraf. (8) Siswa penulis paragraf merevisi draf awal paragrafnya masing-masing dan menyalinnya menjadi draf akhir. (9) Peneliti mengevaluasi draf akhir paragraf yang telah dikumpulkan siswa. Meningkatnya kualitas bahasa tulis dalam karangan siswa dapat terlihat pada respons siswa terhadap pelaksanaan tindakan di kelas. Melalui penyebaran angket yang dilakukan, sebanyak 78,9% siswa memberikan respons positif pada siklus I, kemudian meningkat menjadi 83,3% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di atas, ada beberapa hal yang dapat peneliti sarankan, yakni (1) Guru bahasa Indonesia hendaknya menjadikan penelitian ini sebagai salah satu strategi peningkatan kualitas bahasa Indonesia siswa dalam pembelajaran menulis. (2) Dalam penerapan aktivitas analisis kesalahan, guru hendaknya menerapkan juga metode diskusi di dalamnya, mengingat dalam penelitian ini sudah terbukti bahwa metode diskusi akan sangat membantu penyerapan pengetahuan oleh
siswa. Dengan diskusi siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya, sehingga pengetahuan yang didapatnya bisa lebih sempurna. Selain itu, guru juga disarankan untuk dapat memotivasi siswa, sehingga timbul dorongan dalam diri siswa untuk memperbaiki cara belajarnya. (3) Bagi sekolah, temuan penelitian ini dapat dijadikan acuan pembelajaran mata pelajaran lain, agar mutu pembelajaran mata pelajaran bersangkutan di sekolah tersebut juga menjadi meningkat. (4) Bagi peneliti lain, aktivitas analisis kesalahan dapat dicobakan pada strategi pembelajaran yang lain, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa mengenai aspek pembelajaran yang bersangkutan dapat meningkat, terutama dalam bidang ejaan. UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur dipanjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha kuasa, karena berkat rahmat-Nya, penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan. Peneliti menyadari bahwa hasil penelitiannya tidak akan terwujud tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh sebab itu, melalui kesempatan ini, disampaikan ucapan terimakasih kepada Prof. Dr. I Nengah Suandi, M. Hum. selaku pembimbing I Serta Dr. I Nyoman Seloka Sudiara, M. Pd., selaku pembimbing II sekaligus pembimbing akademik, yang telah memberikan semangat dan bantuan yang begitu berarti dalam penelitian ini. Terimakasih juga disampaikan kepada I Nengah Seken selaku guru bahasa Indonesia, yang telah memberikan partisipasi dan kerjasamanya yang maksimal sebagai mitra peneliti. Selain itu pula, tidak lupa peneliti ucapkan terima kasih kepada Kepala SMP Katolik Santo Paulus Singaraja yang telah memfasilitasi penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Sariani, Ni Komang Dewi. 2013. “Penerapan Metode Menganalisis Kesalahan untuk Meningkatkan Kualitas Bahasa Indonesia Siswa Kelas XI IA 2 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja dalam Pembelajaran Menulis”. Skripsi
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014) (tidak diterbitkan). Singaraja: PBSI, FBS, Undiksha. Sudiara, I Nyoman Seloka. 2002. “Upaya Meminimalkan kesalahan Bahasa Tulis Siswa Melalui Aktivitas
Menganalisis Kesalahan dalam Pembelajaran Menulis”. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.