e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
KUALITAS BUTIR SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL BAHASA INDONESIA KELAS IX SMP NEGERI 2 SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DITINJAU DARI SEGI TARAF KESUKARAN, DAYA BEDA, DAN FUNGSI PENGECOH Grace Diana Uli Sidabutar, Ida Bagus Putrayasa, I Nengah Martha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
[email protected] [email protected] [email protected] Abstrak Penelitian bertujuan mendeskripsikan (1) kualitas butir soal ulangan akhir semester ganjil Bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 dari segi taraf kesukaran, (2) kualitas butir soal ulangan akhir semester ganjil Bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 dari segi daya beda, (3) kualitas butir soal ulangan akhir semester ganjil Bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 dari segi fungsi pengecoh, dan (4) kendala yang dihadapi oleh guru Bahasa Indonesia dalam penyusunan soal. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX dan objeknya adalah kualitas butir soal serta kendala yang dihadapi oleh guru Bahasa Indonesia dalam penyusunan soal. Pengolahan data dalam penelitian diteliti satu persatu dengan bantuan Microsoft Excel dan manual yang kemudian dijelaskan dengan rinci pada bagian hasil dan pembahasan, sedangkan data yang bersifat kualitatif akan dijabarkan dengan kata-kata atau uraian singkat. Temuan dalam penelitian adalah butir soal yang memiliki taraf kesukaran dan daya beda yang berkualitas sedangkan butir soal memiliki fungsi pengecoh yang belum berkualitas karena tidak mampu merangsang siswa untuk memilih distractor, dan kendala yang dihadapi oleh guru dalam penyusunan soal yaitu dari segi teknis seperti penyusunan option, pembatasan materi, dan penentuan waktu saat pelaksanaan ulangan akhir semester. Saran yang disampaikan peneliti adalah agar memperbaiki pengecoh yang belum berfungsi dalam soal, soal yang sudah berkualitas agar dipertahankan, memperhatikan kaidah penyusunan soal, dan melakukan perencanaan yang matang sebelum penyusunan tes dilakukan. Kata kunci : kualitas, butir soal, bahasa Indonesia Abstract This study aimed to describe (1) the quality of the final exam items bahasa Indonesia class IX SMP Negeri 2 Singaraja in the academic year 2016/2017 in terms of difficulty index, (2) the quality of the final exam items bahasa Indonesia class IX SMP Negeri 2 Singaraja in the academic year 2016/2017 in terms of different power, (3) ) the quality of the final exam items bahasa Indonesia class IX SMP Negeri 2 Singaraja in the academic year 2016/2017 in terms of the function of detractors, and the constraints encountered by teacher of bahasa Indonesia in preparation of final exam questions. To achieve that goal, this research is descriptive quantitative and qualitative descriptive. The subject of this study is the final exam items bahasa Indonesia class IX and and the object is the quality of the final exam items and and the constraints encountered by teacher of bahasa Indonesia in the preparation of final exam questions semester. Data processed by Microsoft Excel and manual then explained with detail in the results and discussion, also the qualitative data will be describe by words. The suggestion submitted is to
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
improve the detractors who have not functioned in the matter, the qualified matter to be maintained if need be improved, and teacher have to do the planning carefully before the preparation of the test. Keywords : quality, item, Indonesian language
PENDAHULUAN Evaluasi hasil belajar merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi mengenai hasil belajar siswa yang telah mengikuti kegiatan-kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini sangat perlu dilakukan untuk mengukur sejauhmana keberhasilan seorang siswa sebagai peserta didik dan pendidik, satuan pendidikan serta pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan sehingga hasil penilaian harusnya menjadi acuan bagi semua pihak terkait untuk saling intropeksi dan melakukan perbaikan serta peningkatan yang lebih baik. Sudjana (2013) menjelaskan bahwa kegiatan penilaian bertujuan untuk menjamin pelaksanaan pembelajaran agar sesuai terhadap kompetensi yang telah direncanakan, kemudian pelaksanaan penilaian yang profesional serta pelaporan terhadap hasil penilaian tersebut secara objektif dan akuntabel. Pelaksanaan penilaian menggunakan suatu alat atau instrumen yang disebut butir soal. Butir soal merupakan sekumpulan pertanyaan tentang materi-materi pelajaran yang akan diukur atau diujikan, butir soal terdapat beberapa jenis namun umumnya butir soal yang sering digunakan adalah butir soal pilihan ganda dan uraian. Butir soal adalah salah satu instrumen untuk melakukan penilaian, terutama penilaian Ujian Akhir Semester (UAS) sehingga suatu butir soal harus betul-betul memiliki kualitas baik dulu agar hasil penilaian benarbenar terukur (Sukardi, 2012). Dalam pelaksanaan ulangan akhir semester ganjil mata pelajaran bahasa Indonesia, guru juga
dilibatkan dalam pembuatan tes. Dalam pelaksanaan ulangan akhir semester ganjil, tes yang digunakan oleh guru yakni tes objektif dan tes uraian (essay). Tes yang berkualitas baik akan mampu mencerminkan dengan baik hasil belajar yang sesungguhnya dari siswa itu sendiri, begitu pula dengan sebaliknya. Salah satu cara untuk mengetahui kualitas tes, terutama tes objektif pilihan ganda yakni dengan menganalisis kualitas setiap butir soal. Kegiatan menganalisis kualitas butir soal merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu soal yang telah ditulis. Nurgiyantoro (1988:190) menyatakan analisis butir soal adalah estimasi kualitas butir-butir soal sebuah alat tes atau yang dimaksudkan untuk menguji efektivitas butir-butir soal. Analisis kualitas butir soal dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni taraf kesukaran soal, daya pembeda soal, dan fungsi pengecoh. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2 Singaraja, peneliti memperoleh beberapa informasi terkait dengan pelaksanaan evaluasi pembelajaran, khususnya dalam pelaksanaan ulangan akhir semester (UAS) ganjil. Peneliti mewawancarai salah satu guru Bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja yang bernama Made Sukiasih. Beliau belum pernah melakukan analisis terhadap kualitas tes, baik dari segi tingkat kesukaran soal, daya pembeda soal, dan fungsi pengecoh soal. Selain itu guru atau pihak sekolah belum memiliki bank soal. Dari beberapa masalah yang ditemukan tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
kualitas soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia. Kualitas tes yang dimaksud yakni menganalisis tiap butir soal dengan memperhatikan taraf kesukaran, daya pembeda, dan fungsi pengecoh. Analisis butir soal ulangan akhir semester ganjil yang akan dianalisis yakni sebanyak 50 butir soal dan jumlah lembar jawaban siswa kelas IX-1 sebanyak 36 lembar. Alasan utama peneliti memilih menganalisis kualitas butir soal dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kekurangankekurangan butir soal yang telah dibuat oleh guru dalam pelaksanaan ulangan akhir semester ganjil. Menganalisis kualitas butir soal bertujuan untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi atau membuang soal yang tidak efektif. Selain itu, analisis kualitas butir soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek. Arikunto (2009) menyebutkan bahwa suatu tes dikatakan sebagai alat pengukur yang baik harus memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis. Tes tertulis adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk tertulis. Menurut Arifin (2009:125) tes tertulis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengetahui kualitas tes yang dibuat yakni dengan menganalisis tiap butir soal. Beliau menyatakan analisis butir soal (item analysis) adalah penilaian kualitas butir-butir soal sebuah alat tes yang dimaksudkan untuk menguji efektivitas butir-butir soal. Dengan adanya analisis kualitas soal, maka dapat diperoleh informasi tentang bagaimana kualitas tes atau soal yang telah dibuat, sehingga dijadikan petunjuk untuk mengadakan perbaikan. Ada
penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Winata (2014) dengan judul “Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Singaraja”. Penelitian tersebut dirancang dalam bentuk penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian tersebut terdiri atas tiga berkas soal ulangan umum semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Objek penelitian ini adalah (1) kesesuaian kisi-kisi, (2) penerapan kaidah penulisan soal pada butir soal pilihan ganda, dan (3) penggunaan kaidah bahasa Indonesia pada butir soal pilihan ganda mata pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, penelitian sejenis lainnya dilakukan oleh Dwipayani (2013) dengan judul “Analisis Validitas dan Reliabilitas Butir Soal Ulangan Akhir Semester Bidang Studi Bahasa Indonesia Kelas X.D SMA N 1 Terhadap Pencapaian Kompetensi”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bersifat evaluatif. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi, uji tingkat kesukaran, uji daya beda, dan uji efektivitas opsion, uji reliabilitas, uji tingkat ketercapaian siswa dalam menjawab benar dan salah tes/soal ulangan. Kedua penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Persamaan tersebut adalah samasama menganalisis tes yang digunakan dalam pelaksanaan evaluasi. Perbedaan yang ditemui antara kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah terletak pada subjek dan objek penelitian, lokasi penelitian, dan tentunya rumusan masalah penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
ajaran 2016/2017. Objek penelitiannya adalah kualitas butir soal dari segi taraf kesukaran soal, daya pembeda soal, fungsi distraktor/pengecoh, dan kendalakendala yang dihadapi oleh guru Bahasa Indonesia dalam penyusunan soal. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memandang perlu dilakukan penelitian dengan judul “Kualitas Butir Soal Ulangan Akhir Semester Ganjil Bahasa Indonesia Kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2016/2017 dari Segi Taraf Kesukaran, Daya Pembeda, dan Fungsi Pengecoh”. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan mneyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan. Hal ini didukung dengan pendapat Arikunto (2009:207) menyatakan soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menujukkan bahwa soalnya terlalu mudah. Sudijono (2005:386) mengatakan bahwa daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan testee yang berkemampuan rendah sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang kemampuannya rendah untuk
menjawab butir tes tersebut sebagian besar tidak dapat menjawab item dengan betul. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi disingkat D (daya pembeda ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Tanda negative pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukkan kualitas testee, yaitu anak pandai disebut anak bodoh dan anak bodoh disebut anak pandai. Dalam soal pilihan ganda, kita sering mendengar istilah option atau alternatif. Option atau alternative tersebut jumlahnya tiga sampai lima buah dan ada kemungkinan jawaban yang betul terpasang di dalam pilihan tersebut sedangkan yang lain bertindak sebagai jawaban yang salah. Jawaban yang salah tersebut dikenal dengan istilah pengecoh atau distractor. Daryanto (2005:192) mengatakan fungsi pengecoh/pola jawaban adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban atau option a, b, c, d, atau e dan dari kemungkinan-kemungkinan jawaban yang terpasang pada setiap butir item itu, salah satu di antaranya adalah jawaban betul atau kunci jawaban, sedangkan sisanya merupakan jawaban salah. Jawaban-jawaban salah itulah yang biasa dikenal dengan istilah distractor atau pengecoh. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee itu berarti pengecoh itu jelek, terlalu mencolok dan menyesatkan. Sebaliknya, sebuah pengecoh dikatakan dapat berfungsi dengan baik apabila daya tarik yang besar bagi pengikut tes
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan. Adapun tujuan penelitian inii adalah (1) menganalisis kualitas butir soal ulangan akhir semester ganjil Bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 dari segi taraf kesukaran soal, (2) menganalisis kualitas butir soal ulangan akhir semester ganjil Bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 dari segi daya beda soal, (3) menganalisis kualitas butir soal ulangan akhir semester ganjil Bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 dari segi fungsi pengecoh, dan (4) mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru Bahasa Indonesia dalam penyusunan soal ulangan akhir semester ganjil kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja. METODE PENELITIAN Rancangan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui kualitas butir soal ulangan tengah semester bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja dari segi taraf kesukaran, daya pembeda, dan fungsi pengecoh yang akan menghasilkan data berupa angkaangka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang diketahui. Selanjutnya, rancangan penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung dan mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi guru bahasa Indonesia dalam penyusunan soal ulangan akhir semester ganjil kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja dengan apa adanya, tanpa unsur rekayasa. Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa
Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017. Untuk membantu menganalisis butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX, peneliti menggunakan hasil ulangan siswa dari lembar jawaban siswa. Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) kualitas butir soal dari segi taraf kesukaran, (2) kualitas butir soal dari segi daya beda soal, (3) kualitas butir dari segi fungsi pengecoh, dan (4) kendala-kendala yang dihadapi oleh guru Bahasa Indonesia dalam penyusunan soal ulangan akhir semester ganjil kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja. Guna mendapatkan data yang relevan, maka dalam pencarian data peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, Peneliti menggunakan dua metode untuk mengumpulkan data, yaitu metode dokumentasi dan metode wawancara. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama, kedua, dan ketiga. Metode wawancara digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang keempat. Mengingat penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan deskriptif, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif-kuantitatif dan deskriptifkualitatif. Data yang bersifat kuantitatif akan diteliti satu persatu dengan bantuan Microsoft Excel dan manual yang kemudian dijelaskan dengan rinci pada bagian hasil dan pembahasan, sedangkan data yang bersifat kualitatif akan dijabarkan dengan kata-kata atau uraian singkat berdasarkan temuan pada saat wawancara. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa tahapan yang dilaksanakan peneliti dalam menganalisis kualitas butir soal dan memaparkan data kendala yang dihadapi guru saat menyusun soal. HASIL DAN PEMBAHASAN
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
Hasil penelitian ini mencakup kualitas butir soal ulangan tengah semester bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja dari segi taraf kesukaran, daya pembeda, dan fungsi pengecoh. Berdasarkan hasil penelitian dari segi taraf kesukaran, butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX didominasi dengan kreteria sedang. Untuk lebih jelasnya, data tersebut akan disajikan tabel taraf kesukaran butir soal ulangan akhir semester bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja. Tabel 4.2 Rekapitulasi Taraf Kesukaran Butir Soal Ulangan Akhir Semester Ganjil Bahasa Indonesia Kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja Indeks Kesukara n 0,00-0,30 0,31-0,70 0,71-1,00
Kriteria
Jlh
%
Sukar Sedan g Mudah
9 27
18% 54%
14
28%
Dari hasil analisis, diketahui bahwa taraf kesukaran butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 dibedakan menjadi tiga kategori indeks kesukaran, yakni soal dengan kategori sukar, sedang, dan mudah. Butir soal yang masuk dalam kategori sukar dengan indeks kurang dari 0,30 berjumlah 9 soal dengan persentase sebesar 18%. Butir soal yang masuk dalam kategori sedang dengan indeks kesukaran 0,31 sampai dengan 0,70 berjumlah 27 soal dengan persentase sebesar 54% dan butir soal yang masuk dalam kategori mudah dengan indeks kesukaran 0,71 sampai dengan 1,00 berjumlah 14 soal dengan persentase sebanyak 28%. Hasil penelitian dari
segi taraf kesukaran butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX didominasi dengan kreteria sedang. Dari 50 soal sebanyak 27 soal termasuk dalam kreteria sedang. Soal tersebut sudah dapat dikatakan baik karena sudah mengikuti skala penyusunan tes yang seimbang yang terlihat dari proporsi dengan jumlah soal dengan taraf kesukaran yang sukar, sedang, dan mudah. Arifin (2012) mengatakan bahwa jika suatu soal dengan memiliki taraf kesukaran seimbang (proporsional), dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Taraf kesukaran yang seimbang berarti 25% untuk soal dengan kriteria mudah, 50% untuk soal sedang, dan 25% untuk soal sukar. Skala penyusunan tersebut dijadikan salah salu instrument evaluasi. Dengan skala tersebut, guru dapat memperkirakan nilai yang diperolah oleh siswa, baik itu nilai minimum maupun maksimum. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, soal dikatakan baik apabila soal tersebut memiliki taraf kesukaran sedang dan sudah mengikuti skala penyusunan tes, dalam artian memiliki tingkat kesukaran seimbang. Soal yang masuk dalam kategori sedang dengan indeks kesukaran 0,31 sampai dengan 0,70 berjumlah 27 soal dengan persentase sebesar 54%. Hal ini didukung oleh pendapat Arikunto (2009:207) yang menyatakan bahwa taraf kesukaran soal yang baik adalah taraf kesukaran soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Itu berarti bahwa soal dengan taraf kesukaran baik beradapada kreteria soal sedang dengan jumlah soal tersebut sebanyak setengah dari keseluruhan soal. Meskipun soal yang baik atau berkualitas berada pada taraf kesukaran sedang, bukan berarti soal dengan taraf mudah dan sukar tidak diperlukan lagi pada
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
penyusunan tes sumatif khususnya pada butir soal ulangan akhir semester ganjil. Soal dengan taraf tersebut harus ada dalam tes sumatif sesuai dengan skala penyusunan yang telah ditentukan. Sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro (1988) membagi taraf kesukaran soal berdasarkan jenis tes, yakni tes sumatif menggunakan taraf kesukaran sedang, tes penempatan/seleksi menggunakan taraf kesukaran sukar, dan tes diagnostik menggunakan taraf kesukaran mudah. Temuan ini didukung dengan penelitian Harsi (2015) dengan judul “Analisis Kualitas Butir Soal Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di SMK Kelas X Teknik Komputer Jaringan Kota Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa soal yang digunakan dikategorikan sebagai soal yang sulit. Dari 50 soal yang diteliti, sebanyak 29 butir soal atau 58% soal didominasi soal yang sulit. Soal tersebut belum dikatakan bisa dikatakan baik karena jumlah soal dengan kreteria sedang sangat sedikit dan belum memenuhi 50% dari keseluruhan soal. Jika dibandingkan dengan hasil tersebut, butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 dapat dikatakan lebh baik karena jumlah soal dengan kreteria sedang diperoleh lebih banyak. Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi (pandai) dengan testee yang berkemampuan rendah. Daya beda butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 dapat diketahui dari D
atau indeks diskriminasi yang dihitung dengan Microsoft Excel dan manual. Klasifikasi yang digunakan untuk mengintrepretasikan hasil perhitungan daya pembeda butir soal yaitu, kategori jelek, cukup atau sedang, baik, baik sekali, dan indeks diskriminasi bertanda negatif. Untu lebih jelasnya, data tersebut disajikan dalam tabel. Tabel 4.5 Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal Ulangan Akhir Semester Ganjil Bahasa Indonesia Kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja Daya J D beda % soal soal > 0.20
Jelek
17
34%
0.20-0.40 0.40-0.70 Bertanda negative
Cukup Baik
25 5
50% 10%
Dibuang
3
6%
Berdasarkan tabel, butir soal yang memiliki daya pembeda jelek dengan indeks diskriminasi kurang dari 0,20 berjumlah 17 soal dengan persentase sebanyak 34%. Soal yang memiliki daya beda cukup atau sedang dengan indeks diskriminasi antara 0,20 sampai dengan 0,40 berjumlah 25 soal dengan persentase sebanyak 50%. Butir soal yang memiliki daya beda baik dengan indeks diskriminasi antara 0,40 sampai dengan 0,70 berjumlah 5 dan butir soal yang memiliki daya beda dibuang dengan persentase 6% sebanyak 3 soal dengan nomor soal 16, 25, dan 45. Dilihat dari hasil penelitian, butir soal ulangan akhir semester ganjil ini didominasi dengan kategori cukup atau sedang (berjumlah 25 soal dengan persentase sebanyak 50%). Sesuai dengan hasil, jumlah soal yang dapat dikatakan memadai ada 30 soal. Faktor yang menyebabkan soal tersebut memiliki daya beda yang
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
berkualitas dibedakan menjadi 2, yakni kualitas soal yang dibuat oleh guru dan kemampuan siswa dalam menjawab soal. Dari segi kualitas soal, hal yang menyebabkan soal memiliki daya beda yang baik yakni soal yang diberikan tidak begitu sulit, sehingga siswa yang berada di kelompok atas (pintar) ataupun kelompok bawah dapat menjawab soal tersebut dengan benar. Selain itu, bahan yang dijadikan soal sesuai dengan materi yang selama ini diberikan oleh guru. Hal tersebut mengakibatkan siswa dapat menjawab soal dengan benar. Praduga guru bahwa soal yang dibuat dapat dijawab oleh beberapa siswa yang berada di kelompok atas terbukti, sehingga banyak siswa yang benar dalam menjawab soal. Hal tersebutlah yang mengakibatkan soal yang dibuat memiliki daya beda yang memadai. Dari segi kemampuan siswa dalam menjawab, kelonpok atas dan kelompok bawah hampir menjawab benar meskipun ada beberapa siswa yang kelompok atas salah dalam menjawab begitupun sebaliknya. Hal tersebut disebabkan karena motivasi dan kesiapan siswa dalam menghadapi ulangan atau ujian lebih matang, sehingga mereka berpeluang untuk mendapatkan skor yang bagus. Sudijono (2005) menyatakan bahwa daya pembeda soal dikatakan memadai jika berada pada indeks diskriminasi antara 0,20 sampai dengan 1,00 yang terletak pada daya pembeda soal cukup dan baik. Berdasarkan jumlah soal yang memadai tersebut, daya beda butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX tahun pelajaran 2016/2017 dapat dikatakan berkualitas. Hal tersebut didukung pendapat Zainul (2001) semakin sedikit jumlah soal yang memilki daya beda baik, maka semakin kurang berkualitas butir soal tersebut dan sebaliknya
semakin banyak jumlah soal yang memiliki daya beda jelek, maka butir soal itu dianggap tidak baik atau kurang berkualitas. Daya beda soal dapat dikatakan berkualitas jika minimal 50% soal sudah masuk dalam kreteria memadai. Dari hal tersebut jelas bahwa soal yang berkualitas atau memilki daya beda tinggi ditandai dengan banyaknya soal yang masuk dalam kreteria soal cukup dan sedang, serta banyaknya kelompok atas yang menjawab benar. Temuan ini didukung dengan penelitian Anissa (2014) dengan Analisis Butir Soal Ujian Akhir Semester Ganjil Bahasa Indonesia Tahun Ajaran 2013/2014 Kelas X SMA Adabiah Padang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan soal tersebut memiliki daya pembeda yang cukup/sedang. Hal tersebut terlihat dari 27 soal dari 50 sal dikategorikan sedang/cukup. Hasil penelitian tersebut didukung dengan penelitian peneliti, yakni daya beda soal secara keseluruhan sama-sama berkualitas karena jumlah soal dengan kreteria sedang memilki daya beda yang memadai. Dalam menganalisis fungsi pengecoh sering disebut juga dengan menganalisis pola penyebaran item. Pola penyebaran item tersebut dapat menggambarkan bagaimana testee menentukan pilihan jawabannya terhadap kemungkinan-kemungkinan option yang telah dipasangakan pada setiap butir item. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berfungsi tidaknya jawaban yang tersedia. Dalam pelaksanaan ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja terdapat 50 butir soal dan jumlah jawaban yang harus disiapkan yakni 50 buah. Setiap soal terdiri atas empat pilihan jawaban, maka alternatif jawaban yang harus dibuat dari keseluruhan soal tersebut
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
sebanyak 150 buah yang berfungsi sebagai pengecoh. Sebanyak 150 fungsi pengecoh yang dipasang, 58 pengecoh atau 39% sudah berfungsi dengan baik dan 92 pengecoh atau 61% belum berfungsi dengan baik Berdasarkan hal tersebut, analisis terhadap testee yang memilih option yang berfungsi sebagai pengecoh pada butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 ada beberapa alternatif jawaban yang dipasang setiap butir soal sudah berfungsi dengan baik. Akan tetapi, jumlah pengecoh yang belum berfungsi dengan baik lebih banyak daripada jumlah pengecoh yang sudah berfungsi dengan baik. Pengecoh dikatakan berfungsi dengan baik atau belum yakni jumlah siswa yang memilih atau tidak memilih pengecoh tersebut sebanyak 5% dari jumlah keseluruhan pengikut tes. Pengecoh yang belum memadai disebabkan oleh jumlah siswa yang memilih pengecoh kurang dari 5% dari jumlah keseluruhan pengikut tes. Sejalan dengan pendapat Daryanto (2005) yang menyatakan bahwa pengecoh yang tidak berkualitas adalah pengecoh yang jumlah siswa yang memilih pengecoh kurang dari 5% dari jumlah pengikut tes, begitu juga sebaliknya, pengecoh yang berkualitas adalah pengecoh yang dapat dipilih oleh siswa dengan jumlah lebih dari 5% dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa semakin banyak jumlah siswa yang memilih pengecoh, maka semakin berkualitas pengecoh tersebut dan dapat menjalankan fungsinya sebagai pengecoh yang baik begitupun sebaliknya, semakin sedikit jumlah siswa yang memilih pengecoh maka semakin tidak berkualitas pengecoh tersebut.
Ada beberapa faktor yang mengakibatkan pengecoh yang dipasang tidak memiliki daya tarik sehingga berdampak pada kualitas pengecoh itu sendiri. Faktor tersebut yakni kualitas distraktor yang dibuat sangat lemah dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa cukup tinggi. Pengecoh yang berkualitas berhubungan dengan penyusunan option yang baik. Untuk menjadi pengecoh yang berfungsi dengan baik, guru harus mengikuti kaidahkaidah dalam penyusunan option, salah satunya homogenitas option. Beberapa guru kurang memiliki wawasan yang cukup terhadap hal tersebut, sehingga kemampuan guru mengemas option yang berfungsi sebagai pengecoh menjadi kurang memiliki daya tarik agar dipilih oleh siswa. Selain itu, kemampuan siswa yang cukup tinggi dalam menjawab soal menjadi penyebab distraktor yang dipasang tidak mampu mengecoh siswa untuk menjawab. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan siswa dalam memahami materi dengan baik, sehingga siswa dengan mudah memilih jawaban dengan benar. Ini yang menyebabkan kualitas pengecoh pada butir soal ulangan akhir semester ganjil kelas IX dikategorikan belum berkualitas. Temuan ini didukung oleh penelitian Dwipayani (2008) dengan judul penelitian “Analisis Validitas dan Reliabilitas Butir Soal Ulangan Akhir Semester Bidang Studi Bahasa Indonesia Kelas X.D SMA N 1 Terhadap Pencapaian Kompetensi”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 24% pengecoh tidak berfungsi dengan baik. Jumlah pengecoh yang tidak berfungsi dalam penelitian tersebut lebih sedikit jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan peneliti. Dari hal tersebut, dapat dikatakan bahwa butir soal dalam
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
penelitian tersebut memiliki pengecoh yang sudah berkualitas. Dari hasil wawancara, kendala yang ditemukan adalah saat penyusunan soal ulangan akhir semester bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja. Kendalakendala dalam konteks ini adalah faktor yang membatasi atau mengahalangi dalam penyusunan soal sebagai instrument evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi oleh guru bahasa Indonesia dalam penyusunan soal yakni dari segi teknis penyusunan soal. Pertama, kendala yang dihadapi oleh guru dalam penyusunan soal yakni dari segi teknis penyusunan soal, seperti penyusunan option maupun pembatasan materi. Kendala lainnya dari segi teknis adalah susahnya materi yang dijadikan bahan dalam penyusunan soal. Setiap bab memilki materi yang cukup luas dan harus tercermin pada pelaksanaan evaluasi ulangan akhir semester ganjil. Namun, karena terlalu luasnya materi di setiap bab mengakibatkan guru kesusahan umtuk mengeluarkan materi yang mana akan digunakan sebagai soal. Kendala ini yakni susahnya membatasi materi yang dijadikan bahan dalam penyusunan soal. Semakin banyak materi, semakin banyak soal yang bisa dibuat. Akan tetapi, tidak semua materi yang ada bisa diterapkan dalam soal karena faktor jumlah soal yang dibuat tidak terlalu banyak. Hal tersebutlah yang sering menjadi kendala bagi guru dalam membatasi materi dalam penyusunan soal. Membuat soal dengan materi representatif sebenarnya cukup sulit namun soal yang dibuat nantinya akan mampu mewakili semua materi yang sudah dijelaskan. Sependapat dengan Arikunto (2009) bahwa salah satu sumber penyebab dalam
pengukuran hasil belajar yakni susahnya membatasi materi dalam penyusunan soal. Mengingat hal itu, perlu adanya perencanaan guru lebih matang dalam penyusunan tes agar semua soal yang dibuat mampu mewakili materi yang sudah diajarkan. Selain kendala yang di atas, kendala yang dihadapi oleh guru adalah waktu pelaksanaan tes. Kemampuan siswa yang berbedabeda dalam menjawab soal menyebabkan waktu yang diberikan harus benar-benar diperhitungkan. Seringkali siswa memprotes karena waktu yang diberikan terlalu sedikit sehingga ada beberapa siswa belum selesai menjawab soal tersebut. Kendala terakhir yaitu menentukan waktu pelaksanaan tes dengan jumlah soal yang telah disusun. Mengingat soal yang disusun memilki tingkat kesukaran yang berbeda-beda dan dengan kemampuan siswa yang berbedabeda pula guru sering kesulitan menentukan waktu yang benarbenar sesuai diberikan kepada siswa yang mengerjakan soal. Selain itu, jika perolehan nilai siswa tidak memuaskan mereka protes karena waktunya terlalu sedikit. Selain itu, kurangnya perencanaan yang matang dan uji coba soal sebelum tes tersebut diberikan. Thoha (2003) mengatakan bahwa baik dalam pelaksanaan tes lisan maupun tes tertulis, soal hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengukur dengan baik kemampuan peserta. Dalam tes lisan, soal atau pertanyaan yang diajukan oleh pengajar hendaknya mencakup materi yang telah dibahas sebelumnya dan pertanyaan yang diajukan bersifat penguatan sehingga tidak terlalu mendalam. Berbeda dengan tes tertulis, dimana dalam pelaksanaan tes tersebut telah dipersiapkan sebelumnya, sehingga soal atau pertanyaan yang
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
dibuat dapat mencakup materi secara keseluruhan dengan pertanyaan yang mendalam, tergantung dari apa yang mau diukur. Secara umum, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan soal, yaitu mengikuti langkah-langkah dan prosedur yang benar, mengikuti berbagai kaidah yang ada agar soal-soal yang dihasilkan membentuk perangkat tes yang valid, dan mengikuti syaratsyarat dalam penyusunan soal. Bentuk soal pilhan ganda paling banyak digunakan dalam melakukan tes secara massal dengan cakupan materi yang cukup banyak. Dalam penyusunan soal pilihan ganda, kaidah umum yang berlaku diperhatikan dari segi materi, kontruksi, dan bahasa. Jika dilihat dari butir soal ulangan akhir semester ganjil kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja bahwa kendala penyusunan tes itu berasal dari guru itu sendiri, yakni kurangnya pemahaman guru terhadap kaidah penyusunan soal. Kendala yang dhadapi tersebut berdampak pada kualitas soal yang dibuat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengecoh yang belum berfungsi dengan baik. Untuk hal tersebut, guru perlu memperhatikan kaidah dalam penyusunan soal dan melakukan perencanaan yang matang sebelum penyusunan tes dilakukan. PENUTUP Simpulan dalam penelitian ini. Pertama, butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 layak dikategorikan sebagai soal yang baik karena sebagian dari jumlah keseluruhan soal tersebut masuk dalam kategori sedang. Kedua, daya beda butir soal ulangan akhir semester ganjil bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2016/2017 memilki
daya beda soal yang bisa dikategorikan berkualitas. Ketiga, sebanyak 150 fungsi pengecoh yang dipasang, 58 pengecoh atau 39% sudah berfungsi dengan baik dan 92 pengecoh atau 61% belum berfungsi dengan baik. Keempat, kendala yang dihadapi dalam penyusunan soal ulangan akhir semester bahasa Indonesia kelas IX SMP Negeri 2 Singaraja ditemukan kendala dari segi teknis penyusunan soal. Berdasarkan simpulan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu (1) taraf kesukaran tes yang berkualitas perlu dipertahankan dan bisa ditingkatkan. Dengan begitu, soal yang dibuat sebagai instrument evaluasi dapat lebih berkualitas, (2) soal yang sudah memiliki daya pembeda yang baik hendaknya dimasukkan atau dicatat dalm buku bank soal. Butir tersebut dapat dikeluarkan lagi karena kualitasnya cukup memadai. Sedangkan butirbutir soal yang daya pembedanya masih rendah baiknya ditelusuri kemudian diperbaiki dan untuk soalnya yang bertanda negatif sebaiknya tidak dikeluarkan lagi karena kualitasnya sangat jelek, (3) hasil analisis terhadap fungsi pengecoh adalah distractor yang belum berfungsi dengan baik hendaknya diperbaiki atau diganti dengan pengecoh lain. Untuk membuat pengecoh yang lebih berkualitas, hendaknya guru berpedoman pada kaidah penyusunan option, (4) hal yang perlu dilakukan untuk menghadapi kendala guru dalam penyusunan soal adalah melakukan perencanaan yang matang sebelum penyusunan tes dilakukan. Selain itu, kegiatan yang dapat dilakukan guru yaitu mengikuti pelatihan mengenai penyusunan instrument evaluasi agar dapat menambah wawasan atau pengalaman guru dalam penyusunan soal.
e-Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha Volume : Vol: 7 No: 2 Tahun:2017
DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasardasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Dwipayani, Anak Agung. 2013. Analisis Validitas dan Reliabilitas Butir Soal Ulangan Akhir Semester Bidang Studi Bahasa Indonesia Kelas X.D SMA N 1 Terhadap Pencapaian Kompetensi. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha. Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Yogyakarta: BPFE. Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sukardi. 2012. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Yogyakarta: Bumi Aksara. Thoha, M.Chabib. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Wendra, I Wayan. 2011. Buku Ajar Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Undiksha. Winata, Putu Sintya. 2014. Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMK Negeri 3 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha. Zainul, Nasution. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.