DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA SUKU BADUY LUAR YANG BERSEKOLAH DI LUAR BADUY
Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh : Sofwatillah Amin 1112052000015
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2016 M
DUKUNGAN SOSIAL DAN KEⅣ LR/1PUAN PENYESUAIAN DIRIREⅣ 麟LJA SUKU BADUY LUAR YANG BERSEKOLAⅡ
DILUAR BADUY Skfipsi
Di
aj
ukan untuk memenuhi
p
ersyaratan memp ero I eh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
01ch: Soivatillah Anin ll12052000015
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN BIPIIBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTASILⅣ EU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITASISLAPI NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438/2016
LEⅣIBAR
Dengan ini saya menyatakan bahwa
1.
PERNYATAAN
:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
di UIN
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
ini telah saya
di UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta. 3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,01 Januari 2017
ABSTRAK Sofwatillah Amin, (1112052000015), Dukungan Sosial Dan Kemampuan Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy Luar yang Bersekolah di Luar Baduy, dibawah Bimbingan Artiarini Puspita Arwan, M.Psi Suku Baduy adalah salah satu suku di Indonesia yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Perkembangan dan kemajuan zaman tidak mempengaruhi gaya hidup Suku Baduy. Sebut saja dari cara mereka berpakaian. Di tengah-tengah maraknya pakaian modis dan stylish, Suku Baduy tetap dengan pakaian serba putih, bercelana pendek lengkap dengan ikat kepala putihnya. Itu bukti bahwa mereka sangat menjaga adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun.Suku Baduy terbagi dalam dua wilayah, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Salah satu peraturan adat yang tidak boleh dilanggar adalah mengenyam pendidikan (sekolah). Remaja Suku Baduy khususnya baduy luar terpaksa sekolah secara diam-diam demi bersembunyi dari kepala adat atau yang disebut dengan Pu’un. Remaja dalam keadaan seperti ini membutuhkan dukungan-dukungan dari orang-orang terdekatnya yang disebut dengan dukungan sosial. Istiqomah Wibowo dkk dalam bukunya Psikologi Komunitas menyebutkan dimensi dalam dukungan sosial, yaitu Dukungan Emosional yang meliputi dukungan semangat, nasehat, penghargaan dan dukungan kepercayaan, Dukungan Informasional dan Dukungan Nyata yang meliputi pemberian bantuan finansial dan dukungan dari kelompok sosial. Pada umumnya dukungan orang tua, perhatian dan semangat sangat membantu individu dalam berkomunikasi dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, begitu juga halnya dengan remaja Suku Baduy luar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan desain deskriptif. Penentuan sumber data atau informan menggunakan metode Non-Probablity Sampling artinya tidak memberikan kesempatan yang sama pada setiap unsur untuk dipilih menjadi sampel, kemudian menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu informan atau sumber data ditentukan dengan kriteria yang dibuat oleh peneliti menyesuaikan pada tujuan penelitian atau tujuan tertentu. Adapun informan dalam penelitian ini adalah empat orang remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar baduy Dari hasil observasi dan wawancara, dukungan sosial sangat mendukung kemampuan penyesuaian diri, artinya setiap dimensi dukungan sosial yang didapatkan memberikan dampak tersendiri. Dukungan Informasional membuat remaja Suku Baduy Luar mudah mendapatkan informasi tentang sekolah, Dukungan Emosional membuat mereka mampu mengendalikan emosi, begitu juga Dukungan Finansial yang mereka dapatkan membuat mereka lebih mudah menjalani keseharian di lingkungan sekolah. Kata Kunci : Dukungan Sosial, Penyesuaian Diri, Suku Baduy, Remaja.
i
KATA PENGANTAR بسم اهلل الرحمن الرحيم Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Dukungan Sosial dan Kemampuan Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy Luar yang Bersekolah di Luar Baduy”. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarganya, para sahabatnya, para pengemban risalahnya dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman. Pada penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu dengan hati terbuka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dikemudian hari. Adapun dalam penyusunan penelitian ini tidak semata-mata hasil kerja sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak yang telah membantu, baik secara materi maupun secara spiritual. Untuk itu dalam kesempatan kali ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih terutama kepada kedua orang tua penulis Ayah, H. Afifuddin Amin dan Ibu Hj. Solahiyah, BA yang telah mengantarkan penulis sampai pada titik ini. Selain itu tentu penulis juga sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian ini yang diantaranya:
ii
1.
Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Roudhonah, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si dan Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. 3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan tenaga, waktu dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwan dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Kakak-kakak penulis, H. Fawaz Amin, SH, H. Fauzan Amin, M.Si dan Arofatillah Amin, S.Pd juga untuk adik-adik tercinta, Siti Abasiah, Fitrotunnajiah dan Rijalullah Amin. Karena do’a dan dukungan merekalah penulis mampu melewati semua kesulitan selama penyusunan skripsi ini. 6. Pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi periode 2014-2015 yang telah menemani penulis baik suka maupun duka. 7. Seluruh kader dan pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Cabang Ciputat yang telah memberikan ruang bagi penulis untuk sama-sama berkader di Himpunan tercinta ini.
iii
8. Seluruh Keluarga Besar BPI UIN Jakarta yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih telah memberi banyak arti kehidupan dan menemani penulis baik suka maupun duka. 9. Pemerintah perbatasan Desa Kanekes yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian pada remaja Suku Baduy luar 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih. Semoga semua bantuan dan perhatian yang tercurah mendapat balasan pahala berlipat ganda dari Allah SWT. Selain itu semoga apa yang menjadi cita-cita dan impian kita semua terwujud di masa depan serta mendapat ridha dan keberkahan dari Allah SWT, Aamin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berharap adanya masukan, kritikan dan saran yang membangun supaya menjadi acuan pembelajaran yang baik bagi penulis. Akhir kata semoga skripsi ini dapat menjadi manfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Sofwatillah Amin
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................
1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ...............................................................
8
1.
Batasan Masalah ...............................................................................
8
2.
Rumusan Masalah .............................................................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................
10
1.
Tujuan Penelitian ..............................................................................
10
2.
Manfaat Penelitian ............................................................................
10
D. Metodologi Penelitian ..............................................................................
11
1.
Pendekatan Penelitian .......................................................................
11
2.
Subjek dan Objek Penelitian .............................................................
12
3.
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................
13
4.
Penentuan Sumber Data ....................................................................
13
5.
Teknik Pengumpulan Data ................................................................
16
6.
Teknik Analisis Data .........................................................................
18
E. Tinjauan Pustaka ......................................................................................
20
v
F. Sistematika Penulisan ..............................................................................
23
BAB II TINJAUAN TEORI A. Dukungan Sosial ......................................................................................
25
1.
Pengertian Dukungan Sosial .............................................................
25
2.
Jenis Dukungan Sosial ......................................................................
26
3.
Sumber Dukungan Sosial ..................................................................
28
4.
Dukungan Sosial dan Kesehatan Mental ..........................................
30
B. Penyesuaian Diri ......................................................................................
33
1.
Pengertian Penyesuaian Diri .............................................................
33
2.
Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri ......................................................
34
3.
Aspek-Aspek Penyesuaian Diri ........................................................
35
4.
Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri .................................
38
5.
Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental ..........................................
44
C. Masa Remaja ............................................................................................
46
1.
Pengertian Remaja ............................................................................
46
2.
Ciri-ciri masa remaja .........................................................................
48
3.
Tugas Perkembangan Remaja ...........................................................
51
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Masyarakat Suku Baduy Luar ................................................
53
1.
Latar Belakang Masyarakat Baduy ...................................................
54
2.
Letak Geografis Masyarakat Baduy ..................................................
57
vi
3.
Keadaan Masyarakat Baduy .............................................................
57
4.
Lingkungan Pendidikan Di Sekitar Baduy .......................................
59
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENELITIAN A. Temuan Penelitian ...................................................................................
61
1.
Data Partisipan Penelitian .................................................................
61
2.
Deskripsi Informan 1 ........................................................................
62
3.
Deskripsi Informan 2 ........................................................................
69
4.
Deskripsi Informan 3 ........................................................................
73
5.
Deskripsi Informan 4 ........................................................................
79
B. Analisis Inter Subject ...............................................................................
86
1.
Bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar baduy ...................................................
2.
Gambaran penyesuaian diri yang dilakukan remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar baduy ...................................................
3.
86
88
Pengaruh dukungan sosial terhadap kemampuan penyesuaian diri pada Remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar baduy .........
92
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..............................................................................................
97
B. Saran ........................................................................................................
98
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
100
vii
LAMPIRAN Lampiran 1 Data Informan dan Pedoman Wawancara Lampiran 2 Tabel Kategori Dukungan Sosial dan Penyesuaian Diri Lampiran 3 Dokumentasi Foto Lampiran 4 Surat-surat Penelitian
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam perjalanan hidupnya selalu mengalami perubahanperubahan, mulai dari perubahan usia, cuaca, lingkungan dan sebagainya. Semua perubahan itu dapat dilalui dengan baik jika manusia bisa menyesuaikan dirinya (beradaptasi) dengan segala perubahan yang mungkin terjadi, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan. Jika
sudah
demikian
individu
akan
mudah
berkomunikasi
dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Penyesuaian diri dalam ilmu jiwa adalah proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dan lingkungannya.1 Setiap tindakan seseorang dalam berhubungan dengan alam sekitar yang dilakukan manusia tidak keluar dari apa yang disebut dengan “Penyesuaian diri makhluk terhadap lingkungannya” demi menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhannya.2 Demikian pula halnya dengan manusia, yang dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materil maupun sosial tidak keluar dari Penyesuaian diri terhadap lingkungan. Penyesuaian seperti itu dinamakan dengan “Adjusment‟‟3.
1
Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah Darajat dalam Penyesuaian Diri Pengertian dan Peranannya dalam kesehatan mental ( Jakarta :Bulan Bintang, 1982 ) h. 14 2 Abdul Aziz-Quussiy, Asasusshihhah An-nafsiyah alih bahasa oleh Zakiah Darajat dalam Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental (Jakarta : Bulan bintang. 1974), h. 10 3 Ibid h. 10
1
2
Sejatinya, manusia pasti melalui fase-fase perkembangan dalam hidupnya. Salah satunya adalah masa remaja. Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja akhir.4 Dalam setiap periode peralihan status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.5 Menurut para ahli Psikologi, setiap anak biasanya mengalami dua masa pancaroba atau krisis yang lazim disebut trotz.6 Masa troatz ini terjadi dalam dua periode, yakni: a.
Troatz periode ke-1 atau krisis pertama, terjadi pada usia 2 sampai 3 tahun, dengan ciri utama anak menjadi egois, selalu bersikap dan bertingkah laku mendahulukan kepentingan diri sendiri:
b.
Troatz periode ke-2 atau krisis kedua terjadi pada umur antara 14 sampai 17 tahun dengan ciri utama sering membantah orang tuanya sendiri dalam mencapai identitas diri.7 Berbagai kesukaran pada trotzaller (usia keras kepala) di atas,
timbul pada saat-saat tertentu dengan tidak ada sebab-musabab dari luar. Oleh karena itu masa menentang tadi dianggap sebagai masa pancaroba, suatu masa yang penuh badai emosi yang tidak menentu dan dorongan impuls yang
4
F.J. Monks dkk, Psikologi Perkembangan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), h. 262. 5 E B. Hurlock Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,(Jakarta : Erlangga, 1997), h. 207 6 Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung : Pustaka Setia, 2003 ) h. 143 7 Ibid, h. 143
3
meledak-ledak. Karena itu troatzer tersebut juga disebut sebagai periode sturm und drang (periode badai dan paksaan/desakan batin).8 Menurut Peneliti, dari masa-masa yang harus dilewati remaja termasuk masa sturm und drang adalah masa yang paling sulit dalam melakukan penyesuaian diri, karena masa itu adalah masa transisi secara biologis, Psikologis dan sosiologis. Selain itu pertumbuhan fisik dan mental yang cepat saat masa remaja juga membutuhkan penyesuaian mental dan penyesuaian diri yang cepat. Remaja sangat rentan sekali dengan kegagalan dalam melakukan proses
penyesuaian
diri
atau
sering
dikemukakan
dengan
istilah
„‟maladjusment‟‟, yang artinya tidak punya kemampuan menyesuaikan diri.9 Jika itu terjadi maka akan menyebabkan tanda bahaya, seperti tidak bertanggung jawab yang tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran, sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri, perasaan tidak aman yang menyebabkan remaja patuh mengikuti standar-standar kelompok, merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal, perasaan menyerah, terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari, mundur ke tingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya disenangi dan diperhatikan dan menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi, proyeksi, berkhayal dan memindahkan.10
8
Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung : Pustaka Setia, 2003 ) h. 144 Ibid, h. 523 10 E B. Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ). h. 239 9
4
Masa transisi pada remaja tidak hanya mencakup perubahan usia dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, tetapi juga dalam hal lingkungan terdekatnya, baik keluarga ataupun sekolah yang terjadi pada saat mereka pindah atau naik tingkatan dalam jenjang pendidikan. Dari pendidikan dasar ke pendidikan menengah dari menengah ke pendidikan tinggi dan seterusnya. Perpindahan Remaja dari satu lingkungan ke lingkungan lain merupakan hal yang bisa dirasakan oleh siapa saja, tetapi untuk mampu menyesuaikan diri dan berhubungan baik dengan lingkungan yang baru tidak bisa dilalui dengan mudah begitu saja. Masa transisi tersebut juga sangat berpotensi untuk mengakibatkan depresi dan stress, hal itu timbul karena transisi berlangsung pada suatu masa ketika banyak perubahan pada individu yaitu fisik, sosial dan Psikologis yang mengakibatkan individu melampiaskan kepada hal-hal yang berlawanan dengan lingkungannya11. Menurut Sunarto dan Hartono penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkunganya.12 Dari pendapat tersebut sangatlah jelas bahwa dalam diri remaja harus ada kesinambungan antara dirinya dan lingkungannya untuk mencapai kenyamanan dan kesehatan mental yang baik. Liberman (1992) mengungkapkan bahwa secara teoritis adanya dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang mengakibatkan stress. Dukungan sosial akan mengubah persepsi individu
11
Santrock J W, Life Span Development (Dallas : Brown and Benchmark, 2002 ) alih bahasa oleh Benedictine Widyasinta dalam Perkembangan Masa Hidup ( Jakarta : Erlangga, 2002 ). h.16. 12 Sunarto dan Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.222
5
pada kejadian yang menimbulkan stressfull dan oleh karena itu akan mengurangi potensi terjadinya stress pada individu yang bersangkutan. 13 Dari pemaparan di atas, menurut Peneliti penyesuaian diri sangat erat kaitannya dengan dukungan sosial, karena dalam melakukan proses penyesuaian diri terutama remaja ia sangat membutuhkan dukungandukungan dari orang-orang sekitarnya atau disebut dengan dukungan sosial. Dalam buku Psikologi Komunitas karya Istiqomah Wibowo dkk, segala bantuan atau pertolongan yang didapat sepanjang kehidupan seseorang disebut sebagai „‟dukungan sosial„‟, secara umum dukungan sosial bertujuan untuk membantu seseorang mencapai kebahagiaan.14 Pendapat lain dalam jurnal Tazkiya of Psychology yang menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan kumpulan informasi yang menyebabkan individu percaya bahwa ia diperhatikan, bernilai, dan akan mendapat pertolongan ketika ia membutuhkan. Dukungan sosial terdiri dari atas dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan emosi, dan dukungan penghargaan.15 Menurut John Moritsugu dalam bukunya Community Psychology „‟social suport might be usefully re-conceptualized as coping assistance, or the active participation of significant others in an individual‟s stress management efforts. Thus social support might work like coping by assisting the person to change the situation, to change the meaning of the situation, to change the emotional reaction to the situation, or to chane all three‟‟.16
13.
Lieberman, The Effect of Social Support on Respond on Stress. Dalam Bretnitz & Golberger (Eds). Handbook of Stress : Theoritical & Clinical Aspects (London: Collier Mac Millan Publisher, 1992) 14 Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 33 15 Amalia Dianah & Ratri Virianita, Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anak dalam Journal Tazkiya of psychology (Fakultas Psikologi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 212. 16 John Moritsugu , Community Psycologi, (United States of America : Pearson Education Inc, 2010)
6
Dukungan
Sosial
mungkin
berguna
untuk
kembali
mengkonseptualisasikan mekanisme seseorang dalam menghadapi masalah (Coping) atau sebagai partisipasi aktif dari orang lain dalam upaya manajemen stress. Sehingga dukungan sosial mungkin bekerja seperti pengatasan masalah dengan membantu seseorang untuk mengubah situasi, mengubah makna dari situasi dan untuk mengubah reaksi emosional terhadap situasi. Jadi, kebahagiaan dan tujuan hidup seseorang bisa tercapai dengan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya asalkan ia mampu menyesuaikan diri dengan baik dan tentunya juga mendapakan dukungan sosial dari lingkungan dimana ia hidup. Dalam proses penyesuaian diri remaja hal yang paling dibutuhkan adalah dukungan sosial, namun sayangnya hal tersebut tidak sepenuhnya didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar di Lebak-Banten, karena adat isitadat mereka yang melarang mereka untuk mengenyam pendidikan. Oleh karena itu mereka harus sembunyi-sembunyi dari Pu‟un17 untuk bersekolah ditambah lagi para Remaja juga dituntut untuk menghadapi perubahan lingkungan dari lingkungan dimana mereka tinggal (di dalam Suku Baduy) ke lingkungan yang kurang mereka kenal (lingkungan sekolah) tanpa dukungan sosial yang utuh di belakang mereka. Hal inilah yang menyebabkan para Remaja Suku Baduy Luar, Lebak-Banten sulit berkembang dan berkomunikasi. Sehingga mereka sedikit terhambat dalam proses penyesuaian diri. Padahal jika mereka mendapatkan dukungan sosial sepenuhnya dan mampu menyesuaikan diri dengan baik
17
Pu‟un adalah istilah untuk kepala adat di Suku Baduy
7
maka mereka akan mudah mengembangkan potensi yang mereka miliki. karena menurut informasi yang Peneliti dapatkan dengan melakukan wawancara pada salah seorang warga asli Baduy, berikut kutipan hasil wawancara saya dengan warga asli Baduy : “suku kami (Baduy) sangat memegang erat adat setempat, kepala suku/ Pu‟un melarang warganya untuk mengenyam pendidikan di sekolah, meskipun keadaan lingkungan sekitar tidak mendukung tapi hal itu tidak membuat anak-anak di sini mengurungkan niat mereka, bahkan para pelajar/siswa yang berasal dari Suku Baduy harus berjibaku dan bersembunyi-sembunyi untuk bisa bersekolah. Ada 33 Remaja seperti saya yang setiap harinya saat kami ingin pergi ke sekolah harus melewati kebunkebun dan ladang secara sembunyi-sembunyi dengan berpakaian ala petani agar terlihat seperti sedang melakukan aktivitas sehar-hari (bertani), sesampainya di kebun kami mengganti pakaian kami dengan seragam sekolah, begitupun saat kami pulang sekolah.”18 Suku Baduy adalah masyarakat tradisional yang dimiliki oleh Provinsi Banten yang masih memegang teguh adat tradisi. Suku Baduy tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Banten. Suku Baduy dibagi kedalam dua wilayah, yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Sebutan Baduy diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti belanda yang menyamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang selalu berpindahpindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut.19 Suku Baduy terkenal dengan kolot dan menolak dunia luar, kendatipun demikian tidak memutuskan harapan para remaja-remaja yang
18
Hasil wawancara singkat dengan Aat Rodiyat warga asli Baduy yang sekolah di luar baduy pada Tgl, 05 April 2016, Pkl : 13.00 WIB 19 Hasil wawancara singkat dengan Aat Rodiyat warga asli Baduy yang sekolah dengan sembunyi-sembunyi. Tgl, 05 April 2016, Pkl : 13.30 WIB
8
bersekolah secara diam-diam di sekolah di luar Baduy. Keadaan lingkungan sosial seperti itu tentu memilki pengaruh terhadap keberlangsungan komunikasi mereka terhadap dunia luar dan tentunya proses penyesuaian diri mereka untuk menggali potensi yang mereka miliki. Hal yang demikian tentu sangat erat kaitannya dengan peristiwa „‟ Maladjusment„‟ yang menyebabkan para remaja sulit untuk berkomunikasi dan berkembang, oleh karena itu Peneliti beranggapan bahwa perlu dilakukan penelitian dan peninjauan lebih mendalam tentang dukungan sosial dan kaitanya dengan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang sekolah di luar Baduy dalam sebuah skripsi yang berjudul “DUKUNGAN SOSIAL DAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA SUKU BADUY LUAR YANG BERSEKOLAH DI LUAR BADUY”
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1.
Batasan Masalah Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah maka Peneliti membatasi Penelitian skripsi ini hanya difokuskan pada bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy, Proses Penyesuaian Diri dan pengaruh dukungan sosial terhadap kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy, pembatasannya sebagai berikut: a.
Dukungan Sosial adalah segala bantuan atau pertolongan yang didapat sepanjang kehidupan seseorang, yang terdiri dari: 1.
Dukungan emosional (semangat, nasehat, penghargaan)
9
b.
2.
Pemberian informasi (petunjuk atau pengetahuan)
3.
Dukungan nyata.
Penyesuaian Diri Remaja adalah kemampuan menyesuaikan diri individu pada perubahan lingkungannya, mencakup lingkungan alamiah, lingkungan sosial dan budaya dan manusia sendiri, sehingga individu mampu mengimbangi perubahan yang ada dan tidak mengalami maladjusment yang kemudian individu tersebut mudah menyerah, mengalami konflik dan frustasi, dan sulit menggali potensi yang ada.
c.
Fokus penelitian ini pada Remaja asli Baduy luar yang mengenyam pendidikan di luar wilayah Suku Baduy dengan sembunyisembunyi dari kepala adat (Pu‟un).
2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy?
2.
Bagaimana proses penyesuaian diri yang dilakukan remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy?
3.
Bagaimana pengaruh dukungan sosial terhadap kemampuan penyesuaian diri pada Remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian a.
Untuk mengetahui dukungan sosial seperti apa yang para Remaja Suku Baduy luar
b.
Untuk mengetahui Proses Penyesuaian Diri yang dilakukan remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy
c.
Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap
kemampuan
penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar, Lebak-Banten 2.
Manfaat Penelitian a.
Manfaat Akademis 1) Manfaat penelitian ini diharapkan menjadi khazanah ilmu pengetahuan dalam Proses penyesuaian diri Remaja Suku Baduy, Lebak-banten selama ia mengenyam pendidikan di sekolah dan tentunya sebagai khazanah literasi tentang dukungan sosial adat budaya Suku Baduy yang melarang penduduknya untuk sekolah. Dapat memberikan kontribusi akademis berupa pengembangan teori-teori mata kuliah jurusan Bimbingan
dan
Penyuluhan
islam
khususnya
Psikologi
komunitas dan kesehatan mental yang dalam hal ini adalah penyesuaian diri. 2) Penelitian ini diharapkan bisa memicu kesadaran para akademisi Bimbingan dan Penyuluhan Islam akan pentingnya mengkaji tentang Penyesuaian Diri, karena Penyesuaian diri sebenarnya menjadi salah satu problem yang tak disadari yang menghambat
11
perkembangan
individu
dalam
berkomuniasi
dan
mengaktualisasikan diri. 3) Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pemicu warga Suku Baduy luar untuk meningkatkan dukungan sosial kepada remaja Suku Baduy luar. b.
Manfaat Praktis Agar lebih memahami dan mendalami ilmu pengetahuan Peneliti di bidang ilmu dakwah dan komunikasi khususnya dalam hal bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai pengruh dukungan sosial suku adat Baduy,lebak-Banten terhadap kemampuan penyesuaian diri Remaja.
D. Metodologi Penelitian 1.
Pendekatan Penelitian Dalam Penelitian ini Peneliti menggunakan Pendekatan Kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif.20 Menurut
Samiaji
Sarosa
dalam
bukunya
Dasar-dasar
Penelitian Kualitatif Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium) dimana peneliti tidak berusaha untuk
20
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : PT Bumi Aksara ), 2013, h. 85
12
memanipulasi fenomena yang diamati (Leedy & Ormord 2005 ; Paton 2001; Saunders, Lewis & Thornhill 2007)21 Metode Kualitatif digunakan bila : a. Masalah Penelitian belum jelas, kompleks dan dinamis b. Untuk memahami makna dibalik data yang tampak c. Untuk memahami interaksi sosial d. Memahami perasaan orang22 Menurut Peneliti masalah yang akan diteliti bersifat kompleks dan dinamis, oleh karenanya dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif guna mengetahui lebih dalam secara fenomenologis permasalahan yang ada. 2.
Subjek dan Objek Penelitian a.
Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini Peneliti menetapkan beberapa kriteria tertentu dalam menentukan subjek penelitian, yaitu: Remaja Suku Baduy, Lebak-Banten.
b.
Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah “Dukungan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy.”
21
Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif ( Jakarta : PT Indeks ), 2012, h.7. Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian ( Bandung : CV Mandar Maju), 2011, h. 200. 22
13
3.
Lokasi dan Waktu Penelitian Peneliti memiliki beberapa alasan untuk melakukan Penelitian pada Remaja Suku Baduy luar yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Banten, yaitu : a.
Peneliti belum menemukan hasil penelitian tentang
pengaruh
dukungan sosial terhadap kemampuan penyesuaian diri pada Remaja Suku Baduy luar yang sekolah di luar Baduy. b.
Suku Baduy yang masih sangat memegang erat adat istiadatnya, bahkan Baduy dalam menolak keras adat luar Baduy sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi Peneliti untuk meneliti tentang Dukungan Sosial Suku Baduy luar.
c.
Banyaknya Remaja dari Suku Baduy luar yang berjuang keras dan rela melewati perkebunan untuk pergi ke sekolah meski tanpa restu dari kepala adat Suku Baduy. Adapun waktu pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu pada
bulan 28 Juni 2016 sampai dengan 28 Oktober 2016. 4.
Penentuan Sumber Data Pada umumnya sumber data pada penelitian didapat dari daerah atau sekumpulan orang yang biasa disebut dengan populasi, kemudian dari populasi tersebut diambil sampel untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Lain halnya dalam penelitian kualitatif, populasi diartikan sebagai wilayah
generalisasi yang terdiri atas subjek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
14
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi tersebut.23 Dalam
penelitian
kualitatif
tidak
menggunakan
istilah
populasi, penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajianya tidak akan diberlakukan pada populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.24 Sampel pada penelitian kualitatif bukan dinamakan responden tetapi nara sumber, atau partisipan, informan, teman, guru atau konsultan dalam penelitian. Karena mereka tidak hanya menjawab pertanyaanpertanyaan secara pasif tetapi secara aktif berinteraksi secara interaktif dengan peneliti seperti yang peneliti ciptakan.25 Populasi atau sampel pada pendekatan kualitatif lebih tepat disebut sumber data pada situasi sosial (Social Situaton) tertentu yang menjadi subjek penelitiannya adalah benda, hal atau orang yang padanya melekat data tentang objek penelitian. Penentuan sumber data pada penelitian kualitatif dilakukan secara Purposive, yaitu ditentukan dengan menyesuaikan pada tujuan penelitian atau tujuan tertentu.26 Sampel dalam penelitian kualitatif adalah semua orang, dokumen dan peristiwa-peristiwa (yang ditetapkan oleh peneliti) untuk diamati, diobservasi atau diwawancarai sebagai sumber informasi yang
23
Djam‟an Satori dan Aan Komariah, metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung : Alfabeta ), 2013, h. 48 24 Ibid, h. 48 25 Djam‟an Satori dan Aan Komariah, metodologi Penelitian Kualitatif, ( bandung : Alfabeta), 2013 h.48. 26 Ibid, h. 50.
15
dianggap ada hubungannya dengan permasalahan penelitian.27 Prosedur penentuan reponden dalam penelitian kualitatif menampilkan beberapa karakteristik (Sarantoks, 1993 dalam Purwondari 2005), yaitu : a.
Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian.
b.
Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.
c.
Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa acak, melainkan pada kecocokan konteks. Menurut Lofland (1984:47) sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.28 Kemudian sumber data dalam penelitian ini disebut dengan Informan. Dari pemaparan di atas, maka dalam menentukan informan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Nonprobablity sampling. Teknik ini merupakan teknik sampling yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dalam nonprobablity sampling peneliti menggunakan metode purposive Sampling, artinya penetapan informan didasarkan atas kriteria-kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut : 1. Remaja Suku Baduy Luar, usia (11/12-20/21 tahun) 27 28
Ibid, h. 52. Lexy, J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya ), 2009, h. 157
16
2. Remaja tersebut
mengenyam
pendidikan baik
SMP/sederajat,
SMA/sederajat dan Perguruan Tinggi. Penelitian kualitatif dilakukan sampai penelitian tersebut mencapai titik jenuh (Saturation Point), saat dimana penambahan data dianggap tidak lagi memberikan tambahan informasi baru dalam analisis (Saranta-kos, 1993).29 Jika dalam penelitian ini sudah ditemukan calon informan dan sudah terpenuhinya gambaran relatif utuh dari objek studi, maka informan tidak perlu ditambahkan lagi. Karena pada dasarnya, dalam penelitian kualitatif menekankan pada penghayatan Informan dan bukan pada jumlah Informan. 5.
Teknik Pengumpulan Data a.
Observasi Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan.30
Pada
tahap
pengumpulan
ini
peneliti
mengumpulkan data dari beberapa kategori, yaitu data yang berupa verbal, visual dan teks. Pada tahap ini juga peneliti memungkinkan merasakan apa yang subjek penelitian rasakan. Dalam tahap ini peneliti juga menggunakan observasi/pengamatan dengan konsep pengamatan keterlibatan pasif, yaitu peneliti dalam kegiatan pengamatannya tidak terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh
29
Purwondari, E, Kristi, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia ( Depok :LPSP3 UI ), 2005, h. 94 30 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : PT Bumi Aksara ), 2013, h.143.
17
para pelaku yang diamatinya dan dia juga tidak melakukan sesuatu bentuk interaksi sosial dengan pelaku. Keterlibatan peneliti dengan para pelaku terwujud dalam bentuk keberadaanya dalam arena kegiatan yang diwujudkan oleh tindakan-tindakan31. Menurut peneliti dengan menggunakan konsep tersebut akan membuat subjek penelitian merasa lebih nyaman dan tidak terganggu, karena sangat tidak memungkinkan bagi peneliti untuk terlibat secara penuh kepada kegiatan-kegiatan subjek penelitian yang dalam hal ini adalah Remaja Suku Baduy Luar, karena sangat memicu kecanggungan dan keterbukaan subjek penelitian. b.
Wawancara Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka (Face to face) antara Pewawancara (Interviewer) dan yang diwawancarai (Interviewee) tentang masalah yang diteliti. Dalam tahap ini peneliti menggunakan metode wawancara mendalam. Dalam wawancara mendalam berlangsung diskusi terarah antara peneliti dan informan menyangkut masalah yang teliti, oleh karena itu pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan terbuka yang memungkinkan peneliti mendapatkan informasi yang lebih banyak dan informan diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara lebih luas.
31
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : PT Bumi Aksara ), 2013 h. 155.
18
Peneliti akan mendeskripsikan hasil wawancara dengan cara deskripsi naratif dengan memperhatikan beberapa hal berikut : fase waktu, momentum hidup informan dan mengkategorikan data primer (yang berhubungan dengan masalah penelitian) dan data sekunder. 6.
Teknik Analisis Data Untuk menganalisis data dilakukanlah langkah-langkah yang meliputi bagian-bagian sebagai berikut : a.
Reduksi data (Data Reduction) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan semakin, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.32 Pada penelitian kali ini, peneliti melakukan reduksi data (Data Reduction) yang merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting dan mencari data yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.
b.
Paparan data (Data display) Paparan data (Data display) adalah pemaparan data sebagai kumpulan informasi tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles &
32
Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta, 2010 ),h.92
19
Huberman, 1992 : 17). Penyajian data dilakukan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasus dan sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart. Dalam hal ini Miles and Huberman (1984) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.33 Begitu juga dalam penelitian ini, peneliti akan menyajikan data secara naratif sehingga memudahkan peneliti untuk menarik kesimpulan dari data yang ada c.
Conclusion Drawing / verification Langkah ketiga dalam analisis kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi 34. Jadi pada langkah ini peneliti menarik kesimpulan dari semua data yang telah didapatkan dan dianalisis. Dalam penelitian kualitatif pada langkah kesimpulan ini dapat diperoleh temuan yang berupa deskripsi atau gambaran umum suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
33
Sugiyono, memahami Penelitian Kualitatif , h. 94. Ibid , h. 95
34
20
E. Tinjauan Pustaka Peneliti menemukan beberapa literatur dan tema yang menunjang dengan penelitian yang ditulis oleh Peneliti sendiri, diantaranya sebagai berikut: 1. Nama Peneliti
: Rahmat Irfan (NIM. 9919016078)
Judul Penelitian : Penyesuaian Diri santri di Pondok Pesantren terhadap kegiatan Pesantren (Studi Kasus di Pondok Pesantren Daarunnajah). Penelitian yang dilakukan mahasiswa Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara santri baru untuk menyesuaikan diri dengan kegiatan pondok pesantren selama ia bermukim di pondok pesantren. Diperoleh hasil bahwa pada umumnya santri baru membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan diri terhadap kegiatan di lingkungan pesantren. 2. Nama Peneliti
: Nur Faizah (NIM. 1110070000093)
Judul Penelitian : Pengaruh Dukungan Sosial dan Forgivevess terhadap Berkurangnya Efek Kekerasan Seksusal pada Remaja. Penelitian yang dilakukan mahasiswi Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Forgiveness dan dukungan sosial terhadap kekerasan seksual remaja. Dimensi yang digunakan dari variabel dukungan sosial dalam penelitian tersebut menggunakan teori Cohen, yaitu Appraisal Support, Tangible Assistance, Informational Support dan Emotional Support. Ternyata, hasil penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama pada variabel dukungan sosial seperti, Appraisal Support, Tangible Assistance,
21
Informational Support dan Emotional Support dan Forgiveness seperti Avoidance Motivation, Revenge Motivation, Benevolence Motivation terhadap kekerasan seksual Remaja. 3. Nama Penulis
: Ani Nur Sayyidah ( NIM. 10250020 )
Judul Penelitian : Dinamika Penyesuaian Diri Penyandang Disabilitas di Tempat Magang Kerja. Penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Psikologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini bertujuan untuk mengetahui dinamika Psikologis penyesuaian diri yang dialami klien penyandang disabilitas di tempat magang kerja. Dalam penelitian ini diketahu bahwa para penyandang disabilitas kurang mampu melakukan penyesuaian diri selama magang, salah satu penyebabnya adalah tempat kerja yang kurang aksesibel terhadap penyandang disabilitas. 4. Nama Penulis
: Hanny Rufaidah ( NIM. 109070000152 )
Judul Penelitian : Pengaruh Religiusitas dan Dukungan Sosial terhadap Optimisme Penyandang Tunadaksa. Penelitian yang dilakukan mahasiswi Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Variabel
Religiusitas (keyakinan, praktik agama, penghayatan, pengertahuan agama dan pengalaman) dan dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental, interaksi sosial yang positif dan dukungan kasih sayang) terhadap Optimisme Penyandang Tunadaksa. Hasil penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan religiusitas (keyakinan, praktik agama, penghayatan, pengetahuan agama dan
22
pengalaman), dan dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental, interaksi sosial yang positif dan dukungan kasih sayang) terhadap optimisme Penyandang Tunadaksa dengan varian sebesar 26,5 %. 5. Nama Peneliti
: Malini Ulfah ( NIM. 106070002258 )
Judul penelitian : Pengaruh Dukungan Teman Sebaya dan Motivasi Belajar terhadap Penyesuaian Diri Santri. Penelitian yang dilakukan mahasiswi Fakultas Psikologi, UIN Syarif Hidayatullah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan teman sebaya dan motivasi belajar terhadap penyesuaian diri santri. Diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa dimensi amotivation dari variabel motivasi belajar yang secara signifikan memberikan pengaruh terhadap penyesuaian diri. Jadi dari sembilan hipotesis minor, ada satu hipotesis minor yang diterima. Dari beberapa tinjauan pustaka di atas belum pernah ada yang membahas penyesuaian diri hubungannya dengan dukungan sosial, oleh karenanya di penelitian ini peneliti lebih berfokus pada pengaruh dukungan sosial terhadap penyesuaian diri. Ditambah lagi belum ada yang membahas tentang penyesuaian diri remaja, padahal telah di singgung sebelumnya bahwa masa remaja adalah masa-masa sulit seseorang karena di dalamnya terdapat masa transisi dan cenderung labil, maka dari itu peneliti tertarik untuk meninjau lebih mendalam tentang dinamika penyesuaian diri dan hubungannya dengan dukungan sosial yang dialami oleh remaja Suku Baduy luar di lingkungan sekolah.
23
F. Sistematika Penulisan Dalam penelitian skripsi ini peneliti mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya Hamid Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Sistematika penulisan dalam penelitian ini terbagi dalam lima bab yaitu: BAB I : PENDAHULUAN. Isi BAB I merupakan pendahuluan dari keseluruhan BAB yang ada pada skripsi ini. BAB I terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Peneitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI. Dalam BAB ini akan dipaparkan mengenai teori-teori ataupun pembahasan yang berkaitan dengan Dukungan Sosial. Selain itu, di deskripsikan pula tentang Penyesuaian Diri dan Remaja. BAB III : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Isi BAB III ini terdiri dari Gambaran Umum Lembaga yang meliputi Latar Belakang Masyarakat Suku Baduy Luar, Letak Geografis Suku Baduy Luar, Keadaan Masyarakat Baduy dan Lingkungan Pendidikan di Sekitar Baduy. BAB IV : TEMUAN DAN ANALISA DATA. Isi BAB Temuan dan Analisa yang meliputi Analisis Intra Subjek, Analisis Inter Subjek, Bentuk Dukungan Sosial yang didapatkan Remaja Suku Baduy Luar, Proses Penyesuaian Diri yang Dilakukan Remaja Suku Baduy Luar dan Pengaruh Dukungan Sosial terhadapa Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy Luar.
24
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN. Pada BAB ini disajikan kesimpulan penelitian dan saran dari hasil pembahasan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Dukungan Sosial 1.
Pengertian Dukungan Sosial Seorang individu merupakan organisme yang bergerak aktif dan dinamis. Dalam hidupnya ia dituntut untuk berhubungan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya, oleh karena itu dalam kesehariannya seorang individu membutuhkan dukungan-dukungan dari orang-orang dan lingkungan terdekatnya atau dalam hal ini disebut dengan dukungan sosial. Dalam Psikologi komunitas, segala bantuan atau pertolongan yang didapat sepanjang kehidupan seseorang disebut sebagai dukungan sosial.35 Dukungan Sosial didefinisikan oleh Gottlieb (1983) sebagai berikut : „‟Social Support consist of the verbal and / or non-verbal information or advice, tangible aid, or action that is proffed by social intimates or inferred by their presence and has benefical emotional or behavioral effect on teh recipient‟‟. Dukungan sosial terdiri dari informasi verbal atau nonverbal atau
nasehat, bantuan yang nyata atau terlihat, atau tingkah laku yang
diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Sarason (dalam smet 1994 : 135) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya interaksi interpersonal yang ditunjukan dengan 35
Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.
33.
25
26
memberikan bantuan pada individu lain, dimana bantuan itu umumnya diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi, bantuan tingkah laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, dinilai dan dicintai. Beberapa penulis meletakkan dukungan sosial terutama dalam konteks hubungan yang akrab atau „‟ kualitas hubungan‟‟. Menurut Banrt Smet perkawinan dan keluarga barangkali merupakan sumber dukungan sosial yang paling penting. Selain itu dijelaskan bahwa dukungan sosial sehubungan dengan hubungan-hubungan intim.36 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang diterima oleh individu dari orangorang terdekat atau orang-orang yang berada di lingkungannya sepanjang rentang kehidupan yang membuat penerima dukungan atau bantuan tersebut merasa dianggap keberadaanya, dicintai dan diperhatikan serta membantu individu untuk mencapai keselarasan antara dirinya dan lingkungannya. 2.
Jenis Dukungan Sosial Dukungan sosial seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya adalah dukungan dari orang-orang terdekat, mulai dari keluarga, teman/kerabat dekat, keluarga jauh, tetangga, sampai lingkungan dimana ia tinggal bahkan adat dan budaya yang dapat membuat individu merasa dicintai, diperhatikan dan dianggap ada. Dukungan sosial memiliki peran
36
Bart Smet, Psikologi Kesehatan, ( Jakarta : PT Grasindo, 1994 ), h. 133-134.
27
penting bagi individu untuk membantunya dalam proses penyesuian dirinya terhadap diri sendiri dan lingkungannya yang nantinya akan berimbas pada kesehatan mental individu tersebut. Istiqomah Wibowo dkk, mengemukakan pendapat dalam bukunya „‟ Psikologi Komunitas ‟‟ yang menyebutkan dimensi dalam dukungan sosial yang terdiri dari: a.
Dukungan emosional, semangat, nasehat, penghargaan.
b.
Pemberian informasi, petunjuk, atau pengetahuan
c.
Berupa dukungan nyata. 37 Dukungan atau dorongan dapat diperoleh dari keluarga atau
teman dekat. Informasi merupakan dukungan yang diberikan lewat nasehat atau bimbingan yang menekankan pada aspek kognitif daripada aspek emosional. Dukungan nyata merupakan dukungan sosial yang diberikan langsung dan dapat digunakan secara nyata, seperti uang atau barang yang dibutuhkan.38 Sedangkan sumber lain yang dikemukakan oleh Orford (1992) memilah dukungan sosial kedalam 2 komponen utama, yaitu : dukungan instrumental dan dukungan emosional. Dukungan instrumental berupa pertolongan dan bantuan materi, sifatnya nyata kasat mata. Dukungan emosional adalah fungsi yang memberi „‟warna „‟ pada bantuan dalam bentuk
pengekspresian
emosi.
Dukungan
emosional
mencakup
pemberian dorongan, semangat, perhatian, kehangatan hubungan, cinta, rasa sayang, kepercayaan, empati, atau kepedulian.39
37
Istiqomah, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI Cet-1 ), h. 35 Ibid, h. 35. 39 Istiqomah, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI Cet-1 ) h. 36. 38
28
Dari pemaparan di atas, sangat jelas bahwa semua jenis dari dukungan sosial sangat penting bagi remja Suku Baduy luar. Kehidupan mereka di lingkungan sekolah sangat rentan akan hal-hal baru baik berupa hubungan sosial, interaksi antar sesama teman dan tentunya dengan guru-guru mereka di sekolah. Proses komunikasi mereka di lingkungan sekolah tentu adalah hasil dari pola komunikasi mereka di lingkungan terdekat mereka atau dalam hal ini adalah Suku Baduy luar itu sendiri, oleh karenanya semua jenis dukungan sosial sangat penting untuk membantu proses penyesuian diri mereka selama mereka di sekolah. 3.
Sumber Dukungan Sosial Kahn dan Antonucci (1980) membuat diagram dari barisan orang-orang yang berperan memberi dukungan sosial sepanjang kehidupan subyek/pelaku. Terdapat 3 lapisan barisan, seperti terlihat dalam diagram berikut :
29
Individu
keluarga dekat
Tetangga, kaum kerabat keluarga jauh, teman sekantor, lingkungan sekitar ( sekampung/satu desa )
Diagram 1.0 : Diagram lapisan dukungan sosial40 Lapisan pertama terdiri dari orang- orang yang membentuk barisan dukungan sosial dengan mantap/stabil, hubungan subyek sangat dekat dengan mereka, dukungan yang diberikan setiap saat secara pribadi kepada subyek (terlepas dari apapun jabatan yang disandang subyek). Contoh : hubungan suami istri, keluarga dan hubungan dengan teman – teman dekat.41 Lapisan kedua terdiri dari sejumlah orang ada hubungan dengan subyek namun sifat hubungan tersebut terbatas pada hubungan kerja atau hubungan kekerabatan. Suatu hubungan yang mudah berubah sewaktu-waktu. Lapisan ketiga terdiri dari orang-orang berhubungan dengan subyek melalui jalur profesi, bertetangga atau sekampung, keluarga jauh, teman sekerja dan hubungan dengan atasan di kantor yang
40
Istiqomah Wibowo, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.
35. 41
Ibid, h.35.
30
sifat hubunganya kurang akrab dan sangant mudah berubah dari waktu ke waktu.42 Dari pemaparan di atas, ketiga lapisan sumber dukungan sosial juga seharusnya didapatkan secara menyeluruh oleh remaja Suku Baduy luar, tetapi remaja Suku Baduy justru tidak mendapat dukungan penuh untuk mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Oleh karenanya mereka mengalami kesulitan dalam melakukan proses penyesuian diri mereka, maka dari itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang peneysuian diri dan dukungan sosial yang dialami oleh remaja Suku Baduy luar, Lebak, Banten. 4.
Dukungan Sosial dan Kesehatan Mental Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh
antara
fungsi-fungsi
jiwa,
serta
mempunyai
kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.43 Pengertian kesehatan mental yang dikemukakan oleh Sigmund Freud membatasi pengertian kesehatan mental itu pada “rasa tanggung jawab‟‟ seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan menurut Marie Jahoda kesehatan mental tidak hanya terbatas kepada absennya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Tetapi memiliki sifat atau karakteristik seperti : memiliki sikap kepribadian terhadap diri
42 43
Istiqomah Wibowo, dkk, Psikologi Komunitas (Depok : LPSP3 UI, 2013, Cet. III ), h.35 Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 2001), h. 4-6.
31
sendiri dalam arti ia mengenal dirinya dengan baik, memiliki pertumbuhan, perkembangan dan perwujudan diri.44 Menurut peneliti, proses seseorang dalam mengenal dirinya dan memperoleh kebahagiaan sangat erat kaitannya dengan orang-orang sekelilingnya, mulai dari orang-orang terdekat, anggota keluarga, teman sebaya sampai lingkungan terbesar masyarakat. Karena kesehatan mental sejatinya dibutuhkan untuk mendapatkan kebahagiaan dan keselarasan hidup seseorang, selain itu kesehatan mental juga berperan penting dalam menyelesaikan masalah atau yang biasa disebut dengan mekanisme Coping seseorang. Salah satu sumber kekuatan dari coping adalah dukungan sosial. Serupa
dengan
temuan
Campbell
dkk.,
di
Indonesia
kebanyakan orang menyatakan dan percaya bahwa hidup rukun dengan pasangan (suami/istri), dalam keluarga, dengan sahabat dan tetangga serta berbadan sehat akan menciptakan perasaan damai dan tenang. Perasaan
ini
selanjutnya
akan
mendatangkan
ketentraman
dan
kebahagiaan dalam hidup, jadi kepuasan hidup juga bisa dinyatakan dalam status relasi dengan orang lain, bukan hanya bagaimana seseorang memaksimalkan kemampuan dirinya. 45 Pada dasarnya penyesuaian diri yang merupakan indikator dari kesehatan mental seseorang adalah proses yang melibatkan individu dan lingkungannya. Lingkungan dimana individu tinggal sangat berperan penting dalam menentukan kesehatan mental seseorang atau dalam hal 44
Jalaludin & Ramayunis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta : PT Kalam Mulia, 1993 ), Cet. I, h. 76. 45 Istiqomah, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI Cet-2 ), h. 33.
32
ini adalah penyesuaian diri, jadi dukungan dari lingkungan dimana seseorang berinteraksi mengambil peran penting bagi individu dalam melakukan penyesuaian diri. Dalam salah satu jurnal Psikologi diungkapkan bahwa, ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja. Hal ini dikarenakan apabila remaja mendapatkan cukup banyak dukungan sosial baik dari pengasuh maupun teman-teman dalam bentuk apapun akan membuatnya mampu mengembangkan kepribadian yang sehat dan memiliki pandangan positif, sehingga dirinya memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan.46 Remaja membutuhkan dukungan dari lingkungan. Jika individu diterima dan dihargai secara positif, maka individu tersebut cenderung mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan lebih menerima dan menghargai dirinya sendiri. Sehingga remaja mampu hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat luas secara harmonis (Kartika, D, 1986,dalam jurnal Psikologi, Vol.1 No.2, h.1-12). Dari pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa upaya seseorang untuk memiliki kesehatan mental yang baik akan menghadapi kesulitan-kesulitan tersendiri, karena pada dasarnya manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk mencapai kebahagiaanya, oleh karenanya manusia membutuhkan mekanisme coping yang baik, salah
46
Fani Kumalasari & Latifah Nur Aliyani, Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian diri Remaja di Panti Asuhan ( Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus, 2012), Vol. 1 No.1
33
satu sumber kekuatan dari coping adalah dukungan sosial, jadi kesehatan mental dan dukungan sosial memiliki hubungan yang sangat erat.
B. Penyesuaian Diri 1.
Pengertian Penyesuaian Diri Manusia
dalam
hidupnya
tidak
pernah
terlepas
dari
hubungannya dengan orang lain, baik manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk lainnya. Dalam hal ini peneliti beranggapan bahwa manusia dalam melakukan proses hubunganya dengan manusia lain membutuhkan penyesuian diri yang baik agar terciptanya hubungan yang harmonis, seperti yang telah peneliti paparkan di atas bahwa manusia membutuhkan kemampuan penyesuaian diri yang baik agar mempunyai hubungan interpersonal dan intersosial yang memuaskan. Penyesuaian diri dalam ilmu jiwa adalah proses dinamika yang bertujuan untuk mengubah kelakuannya agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara dirinya dan lingkunganya.
47
Lingkungan ini mempunyai
tiga segi, yaitu lingkungan alami dan materi, lingkungan sosial, kemudian individu dengan segala komponenya, bakat, pembawaan dan pikirannya tentang dirinya.48 Pendapat lain mengemukakan bahwa penyesuaian diri yang berarti adaptasi dapat mempertahankan eksistensi atau bisa „‟survive„‟ dan memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan lingkungan 47 48
Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah Darajat, h. 14. Ibid, h. 14.
34
sosial.49 Dalam istilah Psikologi, penyesuaian diri (adaptasi dalam istilah biologi) disebut dengan istilah Adjusment. Adjusment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991). Dari berbagai definisi di atas, peneliti beranggapan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan menyesuaikan diri individu pada perubahan lingkungannya, mencakup lingkungan alamiah, lingkungan sosial dan budaya dan manusia sendiri, sehingga individu mampu mengimbangi perubahan yang ada dan tidak mengalami maladjusment. 2.
Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri Fatimah (2006:195), menyatakan bahwa terdapat pembagian pada penyesuaian diri, yaitu : a.
Penyesuaian diri yang positif Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan perilaku individu dalam menghadapi tuntutan dirinya dan masyarakat, mampu menemukan manfaat dari situasi baru dan memenuhi segala kebutuhan secara sempurna dan wajar.50
b.
Penyesuaian diri yang negatif Individu dengan penyesuaian diri yang negatif adalah tidak mampu mengarahkan dan mengatur dorongan-dorongan dalam
49
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan ( perkembangan peserta didik ), ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 194. 50 Putri Rosalia Ningrum, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian Diri Remaja ( Studi pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di Kota Samarinda ), ( Jurnal Psikologi, 2013), h.73
35
pikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan perilaku individu dalam menghadapi tuntutan dirinya dan masyarakat, serta tidak mampu menemukan manfaat dari situasi baru dalam memenuhi segala kebutuhan secara sempurna dan wajar.51 Menurut peneliti, dari kedua bentuk penyesuaian diri tersebut, keduanya sangat mungkin dialami oleh remaja Suku Baduy luar yang sekolah di luar Baduy, selain lingkungan sekolah adalah lingkungan yang baru bagi mereka, juga karena kurangnya dukungan sosial yang mereka dapatkan. Oleh karena itu, menurut peneliti positif dan negatifnya penyesuaian diri seseorang akan sangat dipengaruhi oleh seberapa besar dukungan sosial yang ia dapatkan. 3.
Aspek-Aspek Penyesuaian Diri Pada dasarnya, penyesuaian diri memiliki dua aspek, yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.52 a.
Penyesuaian Pribadi Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungan sekitarnya.53 Ia menyatakan sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekuranganya dan mampu bertindak objective sesuai dengan kondisi dan potensi dirinya.
51
Putri Rosalia Ningrum, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian Diri Remaja ( Studi pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di Kota Samarinda )h. 74. 52 Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan ( perkembangan peserta didik ), ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 207 53 Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan ( perkembangan peserta didik ) h. 207
36
Penerimaan individu atas kekurangan dan kelebihan yang ia miliki adalah bentuk dari penyesuaian pribadi yang baik, meskipun dalam pelaksanaanya tidak semua individu dapat melakukan itu, karena konflik dan guncangan bisa dialami oleh siapa saja
tinggal
bagaimana
individu
tersebut
menghadapi
dan
melewatinya. Salah satu konflik atau guncangan tersebut adalah kecemasan yang sangat rentan dialami oleh seorang individu. Kecemasan itu bisa berupa ketidak yakinan pada kemampuan sendiri, terlalu memandang rendah diri sendiri, tidak memiliki keberanian untuk memperlihatkan dirinya yang sebenarnya sampai akhirnya memiliki kesulitan dalam menyesuaikan diri yang dalam ilmu Psikologi disebut dengan Maladjustmen. Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh tidak adanya rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari dari kenyataan atau tidak percaya pada potensi dirinya.54 kehidupan kejiwaanya ditandai oleh sunyi dari kegoncangan dan keresahan jiwa yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan ratapan terhadap nasib sendiri. 55 Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penyesuaian diri pribadi adalah sikap menerima seseorang atas dirinya sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ia miliki. Penyesuaian diri pribadi tidak ada kaitanya dengan lingkungan atau
54
Ibid, h.207 Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah Darajat dalam Penyesuaian Diri Pengertian dan Peranannya dalam kesehatan mental ( Jakarta :Bulan Bintang, 1982 ), h. 20. 55
37
orang-orang sekitar, melainkan lebih kepada internal individu dalam menerima pemberian sang maha kuasa pada dirinya sendiri yang apa adanya. b.
Penyesuaian Sosial Manusia hidup sebagai makhluk sosial, oleh karenanya seorang individu tidak akan pernah terlepas dari lingkungan sekitarnya yang dalam hal ini adalah masyarakat. Pembawaan diri dalam ber-masyarakat harus sesuai dan selaras dengan norma sosial yang berlaku. Masyarakat indonesia yang majemuk tentu memiliki norma sosial yang berbeda antara masyarakat satu daerah dengan masyarakat daerah lainnya, oleh karenanya selain penyesuaian pribadi,
seorang
individu
juga
membutuhkan
kemampuan
penyesuaian sosial yang baik. Dalam kehidupan di masyarakat terjadi proses saling mempengaruhi satu sama lain yang terus menerus dan silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan pola tingkah laku yang sesuai dengan aturan, hukum, adat istiadat, nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini dikenal dengan penyesuaian sosial.56 Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengannya. Hubunganhubungan tersebut baik dalam masyarakat, keluarga, sekolah, teman-
56
Enung Fatimah, Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan (perkembangan peserta didik), ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2006 ), h. 207
38
teman ataupun masyarakat luar secara umum.57 Segala aspek dan sifat sosial yang diserap oleh individu belum cukup untuk menyempurnakan penyesuaian pribadi dan sosial kecuali dengan mematuhi batas-batas berikut : a.
Mematuhi akhlak masyarakat
b.
Mematuhi kaidah – kaidah pengontrol sosial Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
penyesuaian sosial adalah kemampuan individu dalam melakukan penyesuaian secara eksternal, artinya jika penyesuaian pribadi adalah proses penyesuaian internal atau hanya berhubungan dengan dirinya sendiri maka penyesuiaian sosial adalah proses dinamis individu dalam melakukan penyesuaian di luar dari dirinya, baik keluarga, sekolah atau masyarakat secara luas agar terciptanya hubungan yang harmonis antara dirinya dan lingkungannya. 4.
Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Proses penyesuaian diri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan kepribadian itu sendiri, baik internal maupun eksternal (Enung Fatimah, 2006 : 199-203) Faktor- faktor itu dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Faktor fisiologis Kondisi fisiki, seperti struktur fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara instrinsik berkaitan erat dengan susunan tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa
57
Mustahafa Fahmy Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Zakiah Darajat dalam Penyesuaian Diri Pengertian dan Peranannya dalam kesehatan mental ( Jakarta :Bulan Bintang, 1982 ), h. 24.
39
terdapat korelasi yang positif antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipetipe tempramen (Moh. Surya, 1977). Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi yang primer bagi tingkah laku, dapat diperkirakan bahwa sistem syaraf, kelenjar dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat dicapai dalam konsisi kesehatan jasmaniah yang baik pula. Ini berarti bahwa gangguan jasmaniah yang diderita oleh seseorang dapat mengganggu proses penyesuaian dirinya. b. Faktor Psikologis Banyak faktor Psikologis yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri seperti pengalaman, hasil belajar, kebutuhankebutuhan, aktualisasi diri, frustasi, depresi dan sebagainya. Menurut peneliti, faktor Psikologi adalah faktor yang paling tidak bisa ditebak, pasalnya faktor ini tidak nampak mata. Seseorang yang sedang mengalami pengalaman yang buruk, depresi, stress dan lain sebagainya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, tetapi harus dengan penelaahan yang mendalam dan pemahaman kepribadian yang ekstra menyeluruh untuk memperbaiki proses penyesuaian dirinya. c. Faktor Perkembangan dan Kematangan Dalam proses perkembangan, dengan berambahnya usia, perubahan dan perkembangan respons tidak hanya diperoleh melalui proses belajar, tetapi juga perbuatan individu telah matang untuk melakukan respons dan ini menentukan pola penyesuaian dirin. Sesuai
40
dengan hukum perkembangan, tingkat kematangan yang dicapai individu berbeda-beda, sehingga pola-pola penyesuaian dirinya juga akan bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya. d. Faktor Lingkungan Berbagai lingkungan, seperti keluarga, sekolah, masyarakat, kebudayaan dan agama berpengaruh kuat terhadap penyesuaian diri seseorang. 1) Pengaruh lingkungan keluarga Ada banyak faktor yang mengondisikan penyesuaian diri, pengaruh lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting karena keluarga merupakan media sosialisasi bagi anakanak. Proses sosialisasi dan interaksi sosial yang pertama dan utama dijalani individu di lingkungan keluarga. Hasil sosialisasi tersebut kemudian dikembangkan di lingkungan sekolah dan masyarakat umum. 2) Pengaruh hubungan dengan orang tua Pola
hubungan
antara
orang
tua
dengan
anak
mempunyai pengaruh yang positif terhadap proses penyesuaian diri. Menurut peneliti hubungan antara anak dan orang tua harus diikuti dengan konsep saling pengertian antara satu sama lain, artinya orang tua menerima keadaan anak dan anak juga menerima segala peraturan yang diberikan orang tua selama masa perkembanganya. Kedua-duanya harus menurunkan ego masing-
41
masing demi terciptanya hubungan antara orang tua dan anak yang harmonis, karena akan mempengaruhi proses penyesuaian diri anak di lingkungan yang lebih luas. 3) Hubungan Saudara Hubungan saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati,
penuh
kasih
sayang,
berpengaruh
terhadap
penyesuaian diri yang lebih baik, sebaliknya permusuhan, perselisihan, iri hati, kebencian, kekerasan, dan sebagainya dapat menimbulkan kesulitan dan kegagalan anak dalam melakukan penyesuaian dirinya. 4) Lingkungan Masyarakat Keadaan lingkungan masyarakat tempat individu berada menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Menuru peneliti, segala sumber dari salah suai atau perilaku menyimpang yang terjadi pada anak-anak atau remaja dalam pergaulannya adalah lingkungan masyarakatnya, jika saja lingkungan masyarakat tempat individu melakukan proses sosialisasi ia lalui dengan baik, maka pola pergaulan dan proses penyesuaian individu juga akan baik. 5) Lingkungan Sekolah Lingkungan sekolah berperan sebagai media sosialisasi, yaitu mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral. Suasana di sekolah baik sosial maupun Psikologis akan mempengaruhi proses dan pola penyesuaian diri para siswanya.
42
Sebagaimana penelitian yang akan dilakukan dalam skripsi ini yang membahas tentang Remaja Suku Baduy luar yang merasakan lingkungan sekolah yang asing. Selain karena sekolah adalah lingkungan yang baru tetapi juga sebagai salah satu mediator para Remaja Suku Baduy luar dalam melakukan proses penyesuaian diri mereka yang akan mempengaruhi perkembangan masa remaja mereka. 6) Faktor Budaya dan Agama Proses penyesuaian diri seseorang, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor kultur dan agama. Lingkungan kultural tempat individu berada dan berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian dirinya. Remaja Suku Baduy Luar sangat akrab dengan hal seperti ini, Pu‟un yang memegang penuh segala bentuk kebijakan di Suku Baduy sangat melarang anak-anak di sana untuk mengikuti gaya hidup modern apalagi bersekolah seperti anak-anak pada usia mereka pada umumnya. Hal yang lebih menarik lagi adalah meskipun secara adat sangat dilarang keras, tetapi tidak melunturkan niat mereka untuk berekolah, karena ternyata orang-orang terdekat mereka masih mendukung mereka untuk sekolah. Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang dukungan sosial di Suku Baduy luar.
43
1.
Kriteria / karakteristik Penyesuaian Diri yang Sehat Dalam
kenyataanya
tidak
semua
individu
mampu
melakukan penyesuaian diri dengan baik. hal itu disebabkan adanya hambatan atau konflik tertentu yang membuat individu sulit atau bahkan gagal dalam melakukan penyesuaian diri mereka. Individu yang tergolong mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai dengan hal-hal sebagai berikut. a.
Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional yang berlebihan.
b.
Tidak menunjukan adanya mekanisme pertahanan yang salah.
c.
Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi.
d.
Memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri.
e.
Mampu belajar dari pengalaman .
f.
Bersikap realistik dan objektif.58 Selanjutnya ada 6 penyesuaian diri yang harus dilakukan
remaja yaitu : a.
Menerima dan mengeintegrasikan pertumbuhan badannya dalam kepribadiannya.
b.
Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang ada dalam kebudayaan dimana ia berada
c.
Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan
d.
58
Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat
Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan ( perkembangan peserta didik ), ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2006), h. 195.
44
e.
Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas dan nilainilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan.
f.
Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dan dalam kaitanya dengan lingkungan.59
5.
Penyesuaian Diri dan Kesehatan Mental Menurut Drs. H. Abdul Aziz Akhyadi, ada 3 prinsip dalam kesehatan mental, yaitu: a.
Prinsip yang didasarkan pada kodrat manusia. 1) Kesehatan
mental
dan
adjusment
menghendaki
adanya
kesehatan badan dan integritas ( kesatuan ) organisme. Manusia bukanlah penjumlahan badan dan jiwa melainkan satu keutuhan jiwa raga (Psychosomatic). Dengan demikian gangguan jasmaniyah
juga
merupakan
gangguan
mental,
begitu
sebaliknya. 2) Kesehatan
mental
dan
Adjusment
menghendaki
suatu
pengertian yang sehat tentang diri sendiri yang mencakup penerimaan diri sendiri ( self aceptence ) dan penilaian yang realistis terhadap status dan harga dirinya. b.
Prinsip yang didasarkan pada hubungan manusia dengan manusia lain dan lingkunganya.
c.
Prinsip
yang
didasarkan
pada
hubungan
manusia
dengan
Tuhannya.60
59
Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994) h.15 Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001), h.117 60
45
Prof. Dr. Zakiah Darajat, salah seorang guru besar emeritus dalam bidang kesehatan mental atau perawatan jiwa mengungkapkan setidaknya ada empat ciri seseorang dapat dikatakan sehat mental yaitu, pertama Bebas dari neurosis dan psikosis. Neurosis adalah gangguan kesehatan mental yang dalam pandangan Zakiah Drajat dapat disembuhkan dengan ragam tekhnik terapi dan perawatan. Sedangkan psikosis adalah penyakit jiwa yang relatif sulit untuk disembuhkan. Kedua, Ada harmoni antara pikiran, perasaan dan perbuatan. Ketiga, Mampu melakukan penyesuaian diri. Dan keempat, Mampu mengembangkan minat dan bakat.61 Seperti
yang
telah
peneliti
paparkan
sebelumnya,
bahwa
penyesuaian diri mempunyai dua aspek, yaitu aspek penyesuaian pribadi dan aspek penyesuaian sosial. Dari prinsip-prinsip dan ciri-ciri seseorang dapat dikatakan memiliki kesehatan mental yang baik, peneliti beranggapan bahwa proses penyesuaian diri tidak pernah bisa dipisahkan dari kesehatan mental, hal ini dibuktikan dengan prinsip kesehatan mental yang menyatakan bahwa kesehatan mental ditentukan dengan penerimaan terhadap diri sendiri (Self Acceptence) dan didasarkan pada hubungannya dengan lingkungan sekitarnya. Selain itu, penyesuaian diri juga merupakan salah satu indikator seseorang memiliki kesehatan mental yang baik, maka penyesuaian diri dan kesehatan mental tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Begitu juga yang peneliti lakukan dalam penelitian kali ini yang membahas tentang penyesuaian diri para 61
Gazi dan Faojah, Psikologi Agama Memahami Pengaruh Agama terhadap Perilaku Manusia ( Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 ), h. 120.
46
remaja Suku Baduy luar yang bergaul di lingkungan sekolah luar Baduy, oleh karenanya sangat erat kaitannya dengan keilmuan Bimbingan dan Peyuluhan Islam.
C. Masa Remaja 1.
Pengertian Remaja Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.62 Menurut Konopka, masa remaja ini meliputi (a) remaja awal : 12-15 tahun ; (b) remaja madya : 15-18 tahun dan (c) remaja akhir : 19-22 tahun.63 Piaget mengungkapkan bahwa secara Psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama sekurangkurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial
62
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011 ), h. 184. 63 Ibid, h. 184.
47
orang dewasa yang kenyataanya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.64 Dalam ilmu kedokteran dan ilmu biologi remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik di mana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya.
65
Remaja dalam arti „‟ adolesence‟‟
(inggris) berasal dari kata latin „‟adolescere‟‟ yang artinya tumbuh ke arah kematangan. Kematangan di sini tidak hanya berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial-Psikologis.66 Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria biologik, Psikologik dan sosial ekonomi, Remaja adalah suatu masa di mana : a.
individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b.
Individu mengalami perkembangan Psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c.
Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.67 Elisabeth
B.
Hurlock
dalam
bukunya
Developmental
Psychology mengadakan tahapan perkembangan mulai dari masa (1) Pre
64
Elizabeth B Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ) h. 206. 65 Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994), h. 6 66 Ibid, h. 8 67 Sarlito W Sarwono, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo, 1994)h.9.
48
natal ( sebelum lahir), (2) natal (saat lahir) yang terdiri dari infancy (dari lahir sampai 14 hari), masa bayi (antara 2 minggu sampai 2 tahun), masa anak (2 -10/11 tahun). (3) Masa Remaja (11/12-20/21 tahun) dan (4) masa Dewasa yang terbagi atas dewasa awal (21-40 tahun) dan dewasa menengah (40-60 tahun)68 Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masa remaja pada usia 13-17 tahun dengan melihat beberapa pertimbangan yang ada di lapangan. 2.
Ciri-ciri masa remaja Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan dan sesudahnya. Ciri-ciri terebut adalah sebagai berikut : 1) Masa Remaja sebagai Periode yang Penting Ada beberapa periode yang lebih penting daripada beberapa peridode lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku dan adalagi yang penting karena akibat-akibat jangka panjangnya. Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan adalagi karena akibat Psikologis. Pada periode remaja keduanya sama-sama penting.69 2) Masa Remaja sebagai Periode Peralihan
68
Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung : Pustaka Setia, 2003 ), h. 134. E.B, Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ) h. 207 69
49
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.70 Menurut peneliti peralihan berarti masa transisi seseorang dari satu masa perkembangan ke masa perkembangan selanjutnya. Seseorang dalam masa ini bukanlah seorang anakanak juga bukan seorang yang dewasa, terlalu besar untuk disebut anak-anak tapi juga terlalu kecil untuk disebut dewasa. Oleh karenanya masyarakat pada umumnya menyebut masa remaja adalah masa labil karena belum mantap dalam melakukan pilihan dan tindakan serta sangat rentan akan perubahan, itulah mengapa masa remaja disebut dengan masa peralihan. 3) Masa Remaja sebagai Periode Perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat tingkat perubahan fisik. Ada lima perubahan selama masa remaja. Pertama. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan Psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial. Ketiga, menimbulkan masalah baru. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tampaknya lebih
70
Ibid, h. 207
50
banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya.71 Keempat, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Kelima, sebagian besaar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggungjawab akan akibatnya dan meragukan
kemampuan
mereka
untuk
dapat
mengatasi
tanggungjawab tersebut.72 4) Masa Remaja sebagai Masa mencari Identitas Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok
masih tetap penting bagi anak laki-laki dan
perempuan. Lambat laun mereka mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dengan segala hal. 73 Menurut peneliti, pencarian idenitas pada masa remaja adalah saat dimana remaja tidak mau lagi disamakan dengan remaja lainnya, ia ingin dilihat, diperhatikan dan jadi role model bagi sesamanya yang kemudian akan ia menganggap bahwa yang dilakukannya adalah yang paling benar dan jadikan sebagai piihan jalan hidup. Masa ini adalah 71
E.B, Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, h. 207. 72 Ibid, h. 207. 73 E.B, Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan, h. 208.
51
masa yang sangat sulit, karena sedikit saja ia salah memilih jalan dan tidak ada dukungan penuh dari lingkunganya, maka ia akan rentan sekali mengalami Maladjusment. 3.
Tugas Perkembangan Remaja Tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst adalah sebagai berikut : a.
Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
b.
Mencapai peran sosial pria dan wanita
c.
Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
d.
Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
e.
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang- orang dewasa lainnya
f.
Mempersiapkan karier ekonomi
g.
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
h.
Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.74 Dari beberapa tugas perkembangan masa remaja di atas,
peneliti beranggapan bahwa untuk menunaikan tugas perkembangan tersebut remaja sangat membutuhkan dukungan sosial yang baik yang nantinya akan berimbas pada proses penyesuaian diri remaja, terlebih 74
E.B, Hurlock, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ) h. 10
52
lagi remaja Suku Baduy dihadapkan dengan lingkungan sekolah yang benar-benar asing di mata mereka. Maka penyesuaian diri yang baik akan sangat membantu mereka dalam melewati masa remaja yang dapat memenuhi tugas perkembanganya.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Masyarakat Suku Baduy Luar 1.
Latar Belakang Masyarakat Baduy Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504
pulau,75 oleh karenanya indonesia disebut sebagai „‟
Nusantara „‟. Dari Sabang sampai Merauke berjajah pulau-pulau, salah satu lirik lagu yang sangat familiar di telinga bangsa Indonesia, setiap pulau memiliki suku, adat dan budaya dengan keunikanya masingmasing, salah satunya adalah Suku Baduy yang ada di Lebak, Banten. Baduy adalah masyarakat tradisional yang dimiliki oleh Provinsi Banten yang menerapkan isolasi dari dunia luar, artinya kemajuan zaman dan perkembangan teknologi sama sekali tidak merubah gaya hidup mereka yang sangat memegang erat adat istiadat setempat. Bahkan akses kendaraan hanya bisa dijangkau sampai Desa Ciboleger, Desa yang lokasinya persis berada di perbatasan antara Suku Baduy dan warga luar Baduy. Dari desa ini para pengunjung berjalan kaki untuk masuk ke dalam Baduy. Banyak sekali informasi mengenai asal-usul suku ini, Salah satu informasi yang peneliti dapatkan adalah Suku Baduy berasal dari suku Pangawinan, artinya dari percampuran suku-suku yang berasal dari daerah Cirebon, Bogor, Priangan dan tentunya Banten. Jadi kebanyakan 75
Brigjen TNI Dody Usodo Hargo, www.DKN.GO.ID, Jumlah Pulau di Indonesia, yang diunggah pada 23-02-2016 dan diakses pada 04 Oktober 2016
53
54
mereka terdiri dari orang-orang yang melanggar adat, oleh karenanya dibuangoleh Prabu Siliwangi dan Prabu Pucuk ke suatu daerah tertentu.76 Saat itu warga Baduy terpencar ke dalam beberapa wilayah, ada yang tinggal di Guradog Kecamatan Maja, Cisungsang kecamatan Bayah, serta ada yang menetap di kampung Sobang dan kampong Citujah kecamatan Muncang. Adapun sisanya sebagian lagi mereka terpencar mengikuti/menyusuri sungai Ciberang, Ciujung dan sungai Cisimeut.77 Masing-masing menuju ke hulu sungai, dan akhirnya golongan inilah yang menetap di 27 perkampungan di Baduy Panamping (Baduy Luar) desa Kanekes kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak dengan cirri-cirinya ; berpakaian serba hitam, ikat kepala batik biru tua, boleh bepergian dengan naik kendaraan, Suku Baduy luar inilah yang sudah mulai mengikuti perkembangan zaman, dari kepemilikan telephone genggam sampai mengenyam pendidikan, meskipun masih harus bersembunyi-sembunyi dari Jaro.78 Baduy dalam terdiri dari 3 kampung, yaitu Cibeo, Cikeusik dan Cikartrawana. Setiap kampung memiliki Tangtunya masing-masing, Tangtu satu berada di Kampung Cibeo, tangtu dua berada di Cikartrawana, dan Tangtu tiga berada di Kampung Cikeusik. Tangtu
76
Wawancara Pribadi dengan Jamali,salah satu warga asli Suku Baduy luar yang bekerja di perbatasan baduy luar dan desa Ciboleger pada 05 Oktober 2016. 77 Ibid 78 Wawancara Pribadi dengan Jamali,salah satu warga asli Suku Baduy luar yang bekerja di perbatasan baduy luar dan desa Ciboleger pada 05 Oktober 2016.
55
berasal dari bahasa sunda, yaitu Tangtuin yang berarti ditentukan ( ditentuin ).79 Pada dasarnya, Baduy luar dan Baduy Dalam memiliki kesamaan dalam hal adat dan budayanya, Secara Struktural 3 Tangtu yang
menjadi
pimpinan
Baduy
secara
keseluruhan
atau
jika
disederhanakan merekalah yang memiliki jabatan tertinggi secara struktural di Suku Baduy. sedangkan secara aspek pemerintahan Suku Baduy dipimpin oleh seorang Jaro80, yaitu jaro Saija. Dialah yang peneliti temui saat pertama kali meminta izin untuk melakukan penelitian ini. Segala hal yang berkaitan dengan pemerintahan haruslah melalui Jaro Saija, dimulai dari segala perijinan perpindahan warga Suku Baduy, segala kebijakan setempat dan menjadi mediator antara Suku Baduy dan pemerintah kabupaten Lebak, Banten. jabatan seorang jaro bukan didapatkan dari hasil demokrasi seperti yang kita bayangkan, tetapi berdasarkan hati nurani 3 Tangtu Baduy dalam untuk menentukan siapa yang pantas menjadi jaro.81 Suku
Baduy
Dalam
sangat
mengedepankan
kesucian
warganya, artinya mereka yang suci adalah mereka yang masih menjaga dan menaati peraturan adat dari turun temurun yang telah lama mereka warisi. Karenanya Suku Baduy saat ini masih memegang erat adat dan
79
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodat, salah satu remaja Suku Baduy luar, pada 06 Oktober 2016 80 Istilah ketua dalam Suku Baduy 81 Wawancara Pribadi dengan Jamali,salah satu warga asli Suku Baduy luar yang bekerja di perbatasan baduy luar dan desa Ciboleger pada 07 Oktober 2016.
56
budaya mereka demi menjaga kesucian diri mereka. Dulu banyak ditemui kasus para pengunjung yang dengan iseng meyentuh payudara wanita dari warga Suku Baduy dalam, wanita itu langsung dipindahkan ke Baduy luar karena dianggap sudah tidak suci lagi, demi menjaga agar hal-hal seperti itu tidak terjadi lagi, maka saat ini sudah tidak diperbolehkan bagi para pengunjung untuk bermalam lebih dari 2-3 malam, kalaupun untuk keperluan penelitian yang memerlukan waktu lama, maka setiap 3 hari sekali pengunjung harus keluar dari wilayah Baduy dalam dan kembali lagi, begitu seterusnya.82 Suku Baduy sendiri terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka. Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam. Yaitu kelompok Baduy yang paling ketat mengikuti adat mereka. Terdapat tiga kampung pada kelompok Baduy dalam yaitu: Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Ciri khas orang Baduy Dalam adalah mereka mengenakan pakaian yang berwarna putih alami dan biru tua serta mengenakan ikat kepala putih.83 Kelompok yang kedua adalah Baduy Luar atau dikenal sebagai kelompok masyarakat panamping. Yang berciri mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam. Dan tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Lain halnya kelompok ketiga disebut dengan Baduy Dangka.
82
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016 83 Ibid
57
Mereka tinggal di luar wilayah Kanekes tidak seperti Baduy Dalam dan Luar. dan saat ini hanya 2 kampung yang tersisa yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam).84 2.
Letak Geografis Masyarakat Baduy Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6o27‟‟27- 6030‟0‟‟ LS dan 10803‟9‟‟ – 10604‟55‟‟ BT. Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kenekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten. Wilayah yang merupakan bagian dari Pegunungan Kenekes dengan ketinggian 300-600 meter di atas permukaan laut (DPL) tersebut mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai 45% .85 Wilayah kanekes bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten LebakRangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Tidak heran bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa sunda dialek Sunda-Banten. Namun mereka juga lancar menggunakan Bahasa Indonesia ketika berdialog dengan penduduk luar.
3.
Keadaan Masyarakat Baduy Keadaan Masyarakat Baduy tentu sangat jauh dari hiruk pikuk dunia luar yang semakin hari semakin tidak bisa terlepas dari teknologi, bahkan ada ungkapan yang menyatakan bahwa „‟ yang pendek tidak
84
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016 85 Wawancara Pribadi dengan Jamali,salah satu warga asli Suku Baduy luar yang bekerja di perbatasan baduy luar dan desa Ciboleger pada 08 Oktober 2016.
58
boleh disambung dan yang panjang tidak boleh dipotong‟‟, artinya masyarakat Baduy melakukan segala sesuatunya sesuai dengan keadaan alamiahnya, misalkan, warga Baduy ada yang membangun rumah dan struktur tanahnya tidak merata atau miring, maka langkah yang diambil bukan meratakan tanah, tapi memanjangkan kayu penyangga agar tidak merusak yang sudah ada.86 Kepercayaan Suku Baduy atau masyarakat kanekes sendiri sering disebut dengan Sunda Wiwitan yang berdasarkan pada pemujaan nenek moyang, namun semakin berkembang dan dipengaruhi oleh agama lainnya seperti agama Islam, Budha dan Hindu. Namun inti dari kepercayaan itu sendiri ditunjukkan dengan ketentuan adat yang mutlak dengan adanya “pikukuh” (kepatuhan) dengan konsep tidak ada perubahan sesedikit mungkin atau tanpa perubahan apapun. Saat ini tidak sedikit warga Baduy yang memiliki Kartu Tanda Penduduk, namun pada kolom Agama mereka lebih memilih dikosongkan, karena mereka tidak beredia jika harus dituliskan dengan Animisme.
87
Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. masyarakatnya mengunjungi lokasi tersebut dan melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan kalima. Hanya ketua adat tertinggi puun dan rombongannya yang terpilih saja yang dapat mengikuti rombongan tersebut. Di daerah arca tersebut terdapat batu lumping yang dipercaya 86
Wawancara Pribadi dengan Aat rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar pada 02 Oktober 2016. 87 Wawancara Pribadi dengan Atmajaya ,salah satu warga asli Suku Baduy luar pada 02 Oktober 2016.
59
apa bila saat pemujaan batu tersebut terlihat penuh maka pertanda hujan akan banyak turun dan panen akan berhasil, dan begitu juga sebaliknya, jika kering atau berair keruh pertanda akan terjadi kegagalan pada panen.88 Mata pencaharian masyarakat Baduy adalah bertani dan menjual buah-buahan yang mereka dapatkan dari hutan. Selain itu Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba yang masih rutin diadakan setahun sekali dengan mengantarkan hasil bumi kepada penguasa setempat yaitu Gubernur Banten. Mereka mampu secara mandiri dengan cara bercocok tanam dan berladang (ngahuma), menjual hasil kerajinan tangan khas Baduy, seperti yang peneliti liat saat turun ke lapangan para perempuan Baduy Luar dengan asyik sedang menenun pakaian dari kain di depan rumah mereka.89 4.
Lingkungan Pendidikan Di Sekitar Baduy Suku Baduy Luar berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung yang merupakan pusat kota dari Kabupaten Lebak. Keadaan tersebut membuat jarak tempuh menuju Suku Baduy ± dua jam perjalanan dari kota Rangkasbitung. Meskipun jarak tempuh yang lumayan jauh tetapi sarana dan prasaran pendidikan sudah sampai ke Desa Ciboleger yang tidak lain adalah perbatasan antara Suku Baduy dan masyarakat luar Baduy. Di sanalah tempat terakhir pemberhentian kendaraan bermotor, baik mobil ataupun motor.
88
Wawancara Pribadi dengan Saiman salah satu Pemandu Peneliti selama di Baduy Luar pada 02 Oktober, 2016. 89 Ibid
60
Sekolah Dasar Negeri Ciboleger adalah salah satu sekolah dasar yang berada tepat sebelum gapura perbatasan antara Ciboleger dan Suku Baduy. Saat peneliti melakukan observasi ke Baduy luar banyak anak-anak masyarakat luar Baduy yang berlalu lalang layaknya suasana sekolah pada umumnya. Terlebih saat hari minggu, meskipun hari libur sekolah tapi masih banyak anak-anak yang bermain di lingkungan perbatasan. Oleh karenanya remaja Suku Baduy bisa berinteraksi dengan anak-anak luar Baduy seperti yang terjadi pada Atmajaya yang menjadi momentum baginya untuk mendapatkan informasi mengenai sekolah. Menurut Aat salah satu Informan dalam penelitian ini, keseluruhan wilayah Baduy luar seperti lingkaran. Jika di awal Baduy luar ada Desa Ciboleger sebagai perbatasan, maka di ujung wilayah Baduy luar juga terdapat perbatasan, yaitu Desa Sobang. Di perbatasan inilah remaja Suku Baduy memupuk mimpi mereka untuk mengenyam pendidikan lewat Sekolah Dasar Hariang 4 yang berjarak satu kilo meter dari Baduy luar. Remaja Suku Baduy luar memerlukan waktu 40 menit dengan berjalan kaki untuk sampai ke SD Hariang 4. Tidak berhenti disitu. Perjuangan remaja Suku Baduy luar berlanjut saat mereka mulai masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). SMP Satu Atao berjarak sekitar sepuluh kilometer dari perbatasan. Butuh waktu sampai satu jam untuk sampai ke SMP tersebut. Sangat terllihat sekali perjuangan remaja Suku Baduy luar untuk bersekolah ditambah lagi mereka melewati perkebunan dan persawahan hanya dengan berjalan kaki.
BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA PENELITIAN A. Temuan Penelitian Fokus temuan pada penelitian ini adalah dukungan sosial dan proses penyesuaian diri yang dilakukan oleh remaja suku Baduy Luar. Dukungan sosial meliputi dukungan emosional, dukungan informasional dan dukungan nyata 1.
Data Partisipan Penelitian Berikut tabel data personal tiap-tiap informan pada penelitian ini : Tabel 1.0
Informan
Alamat
Tanggal
Orang
Jumlah
Sekolah
Lahir
Tua
Saudara
saat ini
Aat
Kp. Sukadame,
11-11-
Jali dan
Anak ke 2
SMA
Rodiyat
Ds. Hariang, Kec.
1998
Isah
dari 3
Rangks
Sobang Eman
bersaudara bitung
Kp. Cisaban, Ds. 18-04-
Asmain
Anak ke 4
SMP
Kanekes
dan
dari 7
Satu
Sainah
bersaudara Atap
2001
Sobang .
Atmajaya
Kp. Cisaban, Ds
08 -01-
Dairan
Anak ke 1
SMP
Kanekeus, Lebak
2002
dan Asih
dari 2
Satu
bersaudara Atap dan 1 adik
Sobang
angkat Suna
Ds. Cisaban,
Hermawan Leuwidamar,
14-092002
Lebak
Sarmain
Anak ke 2
SMP
dari 3
Satap
bersaudara Sobang
61
62
2.
Deskripsi Informan 1 Sejak tahun 80-an memang sudah banyak anak-anak Baduy yang memutuskan untuk sekolah di luar Baduy, tapi sudah lama sejak saat itu tidak ada lagi yang mengikuti mereka. Mulailah sejak Aat Rodiyat memutuskan untuk bersekolah di luar Baduy remaja-remaja yang lainnya seakan mendapatkan figur baru bagi mereka yang ingin bersekolah di luar Baduy. Bahkan bisa dibilang Aat adalah Role Model bagi remaja-remaja Baduy setelah lama mereka kehilangan generasi yang mempunyai niat yang sama untuk bersekolah. Dimulai dari Aatlah banyak remaja Baduy yang mengikutinya untuk sekolah di luar Baduy.90 Secara adat, warga Suku Baduy luar dilarang untuk mengenyam
pendidikan,
tapi
keinginannya
untuk
mengikuti
perkembangan dan kemajuan zaman benar-benar menjadikanya seorang yang melihat jauh ke depan (visioner), berawal dari keresahanya karena sering mendengar dari khalayak luas yang selalu underestimate terhadap Suku Baduy. “Orang Baduy banyak yang bilang katro dan ketinggalan zaman, saya nggak betah denger itu terus dari orang-orang” Begitu tuturnya saat wawancara. Perjalanan spiritualnya sangat rumit, Aat justru belajar pertama kali mengaji saat dia masuk kelas 1 SMP, orang tua Aat sangat mendukung aat untuk sekolah meskipun itu melanggar adat Baduy, tapi sangat melarang untuk masuk Islam. 90
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016
63
“Nggak papa sekolah, tapi jangan masuk Islam” begitulah ilustrasi yang diberikan Aat saat orang tuanya melarang Aat masuk Islam, oleh karena itu, prosesi perpindahan Agamanya sengaja tidak memberi tahu kedua orang tua dan keluarganya, saat itu Aat langsung memberikan kabar kepada keluarganya lewat telephone genggam saat ia baru lulus SD. „‟ Pak, Aat udah masuk Islam „‟ „‟ Oh yaudah nggak papa „‟ Bukan dengan nada senang atau bahagia bapaknya menjawab, tapi karena memang tidak ada pilihan lain, pasalnya jika seorang Baduy sudah masuk Islam secara otomatis dia harus keluar dari Baduy dan tidak lagi diperbolehkan untuk menjadi warga Suku Baduy meskipun suatu hari nanti dia memutuskan untuk meninggalkan Islam. Selama dia mengenyam pendidikan Sekolah Dasar, ia harus mengasingkan diri di salah satu kampung perbatasan Baduy luar dan Baduy dalam, karena menurut keteranganya Baduy luar memiliki sekitar 30-40 kampung. Kampung Sobang adalah kampung paling ujung atau perbatasan Baduy luar itu, di sanalah ia menetap untuk sementara waktu selama ia sekolah SD. „‟ Baduy dalem itu ibarat lingkaran, di ujung Baduy luar ada kampung yang masih di luar lingkaran tersebut, itu kampung Sobang, disanalah saya tinggal untuk sementara waktu. „‟ tuturnya singkat. Kampung Sobang dipilihnya sebagai alternative paling baik yang ia miliki karena kampung tersebut memiliki akses yang paling
64
memungkinkan untuk Sekolah Dasar. Keterasinganya tersebut berhasil ia tutupi dari kepala adat, karena ia selalu hadir saat acara-acara Adat Suku Baduy. Dan sekarang Aat Rodiyat telah duduk di bangku kelas 3 di salah satu
Sekolah
Menengah
Pertama
Rangkasbitung,
Lebak
tanpa
sepengetahuan kepala adat Suku Baduy.91 a.
Gambaran Dukungan Sosial Informan 1 Aat Rodiat mulai sekolah di luar Baduy saat ia duduk di bangku Sekolah Dasar. Ia mendapatkan izin dari orang tuanya untuk bersekolah di luar Baduy asalakan ia tidak masuk Islam sebelum menyelesaikan Sekolah Dasar. Perjalanan sekolah Aat dimudahkan dengan ikut andilnya Bapak Aat untuk mendapatkan informasi tentang sekolah yang saat itu sulit sekali Aat dapatkan. Bapaknya yang hanya seorang petani terus mencari informasi tentang pendaftaran sekolah, sampai pada satu hari Bapaknyalah yang mendaftarkan Aat untuk sekolah. Selain itu Aat juga dipercayai oleh keluarganya untuk sekolah dan melanggar adat Baduy karena caranya dalam menyampaikan keinginan untuk sekolah yang polos dan apa adanya, seperti yang diungkapkan Aat saat wawancara : “Saya meyakinkan mereka dengan menyampaikan keresahankeresahan saya. Saat banyak pengunjung di Baduy saya sering mendengar bahwa menurut mereka orang-orang Baduy itu katro, bodoh dan ketinggalan zaman. Saya terus menyampaikan itu pada keluarga saya dengan apa adanya dan mereka mendengarkan, akhirnya mereka memberikan kepercayaan kepada saya untuk sekolah”
91
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016
65
Demi mendapatkan akses yang lebih mudah, Aat rela tinggal di perbatasan Baduy luar dan Sobang. Selama dua tahun Aat tinggal di salah satu rumah warga yang juga guru ngaji Aat. Menurut keteranganya, selama ia tinggal di lingkungan baru tersebut ia mendapatkan banyak bantuan dari tetangga-tetangga dan kerabat guru ngaji. Tidak sedikit dari mereka yang memberikan uang jajan dan perlengkapan sehari-hari, jadi selain dukungan dari keluarga, Aat kecil juga mendapatkan dukungan dari orang-orang sekitarnya yang ikut berempati. Hal seperti itu juga Aat dapatkan saat ia mulai beranjak remaja. Saat ini Aat Rodiyat duduk di bangku SMA Rangkasbitung. Keputusanya untuk masuk Islam dan keluar dari Suku Baduy membuatnya harus Survive di dunia luar. Aat dan keluarganya resmi meninggalkan Suku Baduy karena ingin lebih maju dan mengikuti perkembangan dunia luar. Saat wawancara Aat tidak mau menceritakan secara spesifik kronologi perpindahanya tersebut, tapi yang jelas keluarga Aat juga ikut masuk Islam lima bulan setelah Aat memutuskan untuk masuk islam. Ringkasnya keputusan Aat dan keluarganya untuk masuk Baduy secara otomatis membuat mereka harus keluar dari Suku Baduy, oleh karena itu Aat dan keluargnya meminta izin kepada Pu‟un untuk keluar dan melanjutkan hidup mereka yang baru di tempat yang baru. Selama Aat sekolah di SMA Rangkasbitung pihak
66
sekolah memerlakukan Aat degan baik dan tanpa memandang latar belakang Aat sebagai suuk Baduy. Dukungan-dukungan yang Aat dapatkan selama ia mengenyam pendidikan membuatnya lebih mudah berkembang dan mengasah potensi yang ia miliki, salah satunya dalam bidang kesenian. Aat sering dipercaya untuk tampil di pentas seni yang diadakan oleh sekolah dengan memerankan jati diri seorang Aat yang berasal dari Suku Baduy. Tidak jarang ia mendapatkan tepuk tangan yang meriah saat tampil sama seperti anak-anak luar Baduy lainnya. b. Proses Penyesuaian Diri Informan 1 Manusia pada umumnya memerlukan proses dalam melakukan penyesuaian diri dalam hidupnya. Hal itulah yang Aat rasakan saat pertama kali sekolah di SMA Rangkasbitung. hal itu dibuktikan dengan ungkapan Aat Rodiyat sebagai berikut : “Awalnya saya merasa sangat canggung dan menutup diri, karena memang sangat sedikit anak-anak yang menerima orang Baduy untuk berbaur dengan mereka, tak terkecuali teman-teman sekolah saya waktu itu. Tapi saya melewati itu dengan sabar, akhirnya saya bisa duduk di kelas 3 SMA seperti sekarang ini‟‟92 Dalam wawancara itu Aat juga mengungkapkan bahwa ia butuh waktu setidaknya dua sampai tiga minggu untuk bisa bergaul dengan teman-teman sekolahnya. Seiring berjalanya waktu Aat menyadari banyak perubahan yang ia alami, salah satunya dalam hal pergaulan. Berangkat dari pedalaman menuju keramaian bukan hal
92
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu warga asli Suku Baduy luar yang sekolah di luar baduy, pada 07 Oktober 2016
67
mudah baginya, tapi pergaulan yang baru membuatya mampu merasakan kehadiran semangat baru untuk mewujudkan mimpinya mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik. Suasana di sekolah tentu menghadirkan warna baru dalam hidup seorang Aat Rodiyat. Mulai dari teman-teman yang berbeda agama, bahasa, suku sampai cara berbicara dan guru-guru sebagai pengganti orang tua di sekolah. Dalam menghadapi perbedaan yang ia jumpai, Aat mengaku sedikit bingung untuk berkomunikasi dengan mereka, tapi dengan nasehat dan semangat yang terus ia terima dari keluarga dan para tetangga memberikanya energi postif untuk terus mencari hal-hal baru salah satunya adalah perbedaan. Aat pernah mengalami keadaan yang hampir membuatnya kehilangan rasa percaya dirinya untuk bergabung dengan temanteman sebayanya. Saat itu Aat mengikuti pelajaran Agama di sekolahnya yang membahas tentang Baca Tulis al-Qur‟an. Membaca kitab suci memang bukan hal yang baru bagi Aat, tapi di usianya yang sudah remaja seharusnya anak laki-laki seumuranya sudah lancar membaca al-Qur‟an dan Aat tidak memiliki itu. Aat masih terbata-bata untuk membaca al-Qur‟an tidak seperti teman-temanya yang lain. Dalam kondisi seperti itu justru Aat tidak mendapat tekanan dan olok-olok dari teman-temanya tapi ia mendapatkan dukungan semangat untuk percaya diri membacakan al-Qur‟an di depan guru Agama. Kemampuan Aat dalam
68
menyeimbangkan diri membantu Aat dalam kondisi-kondisi tertekan selama di sekolah. Sesekali Aat sering mengingat kesalahan-kesalahanya selama ia berada dalam Suku Baduy, salah satunya adalah keputusanya untuk sekolah di luar Baduy. Ia sadar betul apa yang ia lakukan adalah melanggar adat yang seharusnya ia jaga turun temurun, tapi keresahanya dengan pandangan miring orang-orang luar terhadap Suku Baduy membuatnya tetap mempertahankan keinginannya tersebut. Ditambah dengan dukungan-dukungan yang ia terima selama ia bersekolah di luar Baduy membuatnya semakin bersemangat. Aat mengaku dirinya adalah pribadi yang introvert dan susah menerima orang-orang baru untuk bergaul. Saat itu baginya yang terpenting adalah berusaha untuk menyeimbangkan dengan teman-teman barunya. Proses menyeimbangkan tersebut bisa dibilang ia lalui dengan mudah, pasalnya dukungan-dukungan yang ia dapatkan mulai dari dukungan keluarga, orang-orang sekitar sampai dukungan emosional memberikan dorongan tersendiri untuk terus bertahan di lingkungan yang baru dan itu berhasil.
69
3.
Deskripsi Informan 2 Eman dikenal dengan anak yang cerdas, dulu saat ia duduk di Sekolah Dasar Eman selalu masuk 3 besar di kelasnya. 93 Ayahnya yang bernama Asmin selalu mengajarinya bagaiamana cara berusaha untuk terus maju, didukung dengan bu Saniah seorang ibu yang telah melahirkanya dan mengenalkan Eman tentang pentingnya dunia pendidikan. Sebelum menjadi Eman yang sekarang, Eman pernah merasakan kebingungan saat memutuskan untuk sekolah. Awalnya Eman merasakan kebingungan karena untuk menuliskan nama sendiri saja ia tidak mampu. “Awalnya saya bingung, saya mau nulisin nama sendiri aja saya enggak bisa”‟ tuturnya saat wawancara. 94 Setelah melalui perjalanan sekolahnya dengan sekelumit permasalahan, Eman berubah menjadi anak yang cerdas. Sangat terlihat sekali dari cara bicaranya saat peneliti mewawancarainya. Menurutnya Suku Baduy melarang warganya untuk mengenyam pendidikan adalah karena satu hal, „‟ intinya nggak boleh ada yang pinterlah, takut minteran „‟ , tuturnya saat wawancara.95 Dari kutipan kalimat di atas dapat diketahui bahwa larangan Suku Baduy bagi warganya untuk mengenyam pendidikan adalah langkah preventif
agar tidak terjadi pembodohan. Menurut peneliti,
asumsi tersebut bisa menjadi landasan Suku Baduy karena melihat 93
Wawancara Pribadi dengan Aat Rodiyat, salah satu remaja Suku Baduy luar yang sekolah di luar baduy, pada 10 Oktober 94 Wawancara Pribadi dengan Eman, salah satu remaja Suku Baduy luar yang sekolah di luar baduy, pada 10 Oktober 95 Ibid
70
banyak fakta yang terjadi di negara kita. Orang-orang pintar yang memiliki kekuasaan dan tingkat intelektual yang lebih tinggi cenderung membodohi masyarakat kalangan bawah. a.
Gambaran Dukungan Sosial Informan 2 Eman adalah salah satu anak yang paling banyak bicara yang penelti temui di lapangan. Cara berbicaranya jauh lebih tertata dibanding teman-teman yang lainya, hal inilah yang memudahkanya dalam berkomunikasi. Awal perjalananya untuk bisa bersekolah juga melibatkan orang lain selain keluarganya, H. Kasmin. Kalau anakanak yang lain melewati perkebunan dan berganti pakaian di antara semak-semak Eman menggantinya di rumah H. Kasmin. Menurut keteranganya H. Kasmin masih memiliki hubungan darah meskipun jika ditelusuri memang sangat jauh hubungan darahnya. Setiap kali Eman pergi ke sekolah ia selalu dibekali titipan ucapan terimakasih dari orang tuanya untuk H. Kasmin. Jadi selain dukungan dari keluarga terdekat Eman juga mendapatkanya dari keluarga jauh. Baginya nasehat orang tua adalah penyemangat utama untuk menyelesaikan sekolah. Ada satu nasehat yang sering sekali ia ulang-ulang saat wawancara. “Kalau ada masalah atau apapun itu, sikapi dengan baik. kan kamu itu sekolah bukan cari musuh, tapi cari teman dan sahabat‟‟96 Orang tua Eman yang berprofesi sebagai pedagang membuatnya sering ditinggal ke luar Baduy. Setiap ke luar Baduy
96
Wawancara Pribadi dengan Eman Remaja Suku Baduy Luar yang sekolah di luar baduy, pada tanggal 10 Oktober, 2016
71
ayah dan ibunya selalu melihat orang-orang luar dengan kehidupan yang jauh lebih baik. Setelah mencoba menelusuri ternyata salah satu penyebab keberhasilan mereka adalah dengan mengenyam pendidikan. Mulai saat itulah kedua orang tua Eman setiap kali keluar selalu mencari informasi tentang sekolah. Dari situlah Eman mendapatkan dukungan informasi tentang sekolah. Kepercayaan yang diberikan keluarga dan kerabatnya terbayar dengan prestasi yang diraih oleh Eman di dalam kelas. Selama mendapatkan rangking di kelas Eman mendapatkan perilaku yang sama dengan anak-anak lainya perihal pemberian penghargaan, keluarganyapun ikut memberinya selamat. Baginya dukungandukungan itulah yang membuatnya tenang selama belajar sehingga dengan mudah ia berkomunikasi dan menggali potensi yang ia miliki. b. Proses Penyesuaian Diri Informan 2 Keputusan Eman untuk sekolah di luar Baduy sudah dipikirkan dengan matang-matang. Eman dan keluarganya sangat menyadari sekolah adalah melanggar adat Baduy, tapi ia abaikan dan terus berjuang untuk
sekolah. Perjuanganya
untuk sekolah
mendapatkan dukungan dari orangtuanya yang sudah lama memimpikan anak-anaknya mendaptkan kehidupa yang lebih layak. Eman bercita-cita menjadi seorang dokter. Keinginanya tersebut bukan tanpa perhitungan. Menurutnya ia memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami pelajaran IPA daripada
72
yang lainnya. Keinginanya selalu ia ukur dengan kemampuanya begitu juga dengan jalan hidupnya. Ia berani sekolah di luar Baduy karena ia yakin kalau ia dan keluarganya mampu untuk melakukan itu. Nasehat dan didikan orang tuanya menjadikan Eman pribadi yang penuh dengan optimisme yang menjadikannya orang yang siap menanggung konsekuensi dari segala hal yang ia lakukan. Salah satunya adalah keputusanya untuk sekolah di luar Baduy. Eman tahu akan konsekuensi bagi yang melanggar adat Baduy, tapi dia memilih untuk tidak memikirkanya. Dia hanya ingin fokus menggapai cita-citanya. Seperti yang ia ungkapkan saat wawancara „‟Ya saya tahu, kokolot di Baduy bahkan membahasakan bahwa sekolah itu sangat dilarang. tapi di sisi lain juga pernah mengatakan bahwa kita ini harus mencari ilmu, kan sekolah itu juga menuntut ilmu, jadi bagi saya meskipun saya memang melanggar adat Baduy yang penting saya selalu berusaha untuk mengambil halhal yang positif dan membuang yang negatifnya, karena dengan sekolah wawasan kita jadi semakin luas.‟‟97 Dari kutipan wawancara di atas, peneliti berpendapat bahwa Eman adalah anak yang selalu memandang positif atas apa yang ia alami. Kekurangan dan kelebihan yang ia miliki ia jadikan sebagai motivasi untuk terus belajar dan memberikan yang terbaik untuk kehidupan keluarganya. Eman juga pernah merasakan kegagalan atas apa yang ia inginkan, baginya itu semua adalah motivasi untuk mencapai yang lebih baik lagi.
97
Wawancara pribadi dengan Eman, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang bersekolah di luar Baduy, pada 10 oktober 2016.
73
Hari pertama sekolah adalah hari yang menegangkan bagi Eman. Eman yang biasanya hanya berkomunikasi sesama anak Suku Baduy, saat itu ia dituntut untuk berkomunikasi dengan orang-orang baru dan lingkungan yang baru. Perbedaan sangat ia rasakan apalagi dalam hal komunikasi. Eman mengaku minder dengan anak-anak yang lainnya. Keadiranya banyak mengundang tanya teman-temanya saat itu, mulai dari asal rumah, kenapa terlihat kaku dan lain sebagainya. Menghadapi pertanyaan-pertanyaan itu Eman mencoba jujur dan apa adanya, akhirnya justru membuat teman-temanya nyaman bersama Eman. Eman anak yang ekstrovert. Dalam menghadapi masalah ia memilih untuk bercerita kepada teman-temanya. Itu membuatnya mudah dalam menghadapi masalah-masalah terutama saat ia berada di sekolah. Keberadaaya di sekolah membuatnya semakin dekat dengan cita-citanya. Dukungan yang ia dapatkan dari keluarga dan orang-orang terdekatnya membuatnya tenang selama berada di sekolah. Dukungan teman-temanya juga sangat memberikan dorongan positife untuk mengembangkan diri. 4.
Deskripsi Informan 3 Atma jaya, seorang anak asli Baduy luar yang sudah mulai sekolah di luar Baduy saat dia duduk di Bangku Sekolah Dasar. SD Hariang yang menjadi pijakan awalnya, SD itu terletak di Kampung Sobang perbatasan Baduy luar dan Baduy Dalam. SD tersebut menjadi langkah awal baginya untuk menimba Ilmu. Jika dibahasakan dengan
74
ungkapan Atma, sekolahnya „‟ di dug-dag „‟, artinya Atma dengan kaki kecilnya pulang-pergi setiap hari ke Sekolah Dasar. Berangkat pagi dan lagnsung pulang seusai sekolah. Perjalanan hidupnya juga tidak dibilang mudah, hukun adat yang mengharuskan warganya memakai celana pendek setiap kali beraktivitas masih ia turuti meskipun saat berangkat sekolah. Tiap pagi ia selalu berpakaian sesuai adat dari depan rumahnya, apalagi saat ada razia dari Baduy dalam, dibahasakan razia bukan berarti seperti razia-razia yang biasa polisi lakukan. Hanya saja tujuan dilakukanya razia itu samasama untuk menertibkan. Razia itu terjadi saat Tangtu98 dari Baduy Dalam secara tibatiba mengunjungi Baduy Luar, saat itulah Atmajaya kecil tetap berperilaku sesuai adat dan sesampainya di perkebunan ia keluarkan seragam sekolah yang sudah ia siapkan di dalam tas dan berangkat ke sekolah dengan seragam lengkap, begitu seterusnya setiap berangkat sekolah.99 a.
Gambaran Dukungan Sosial Informan 3 Atma terlahir dari keluarga Suku Baduy asli. Sejak kecil pergaulan seorang Atma sangat terbatas dengan gapura pemisah Baduy luar dan Desa Ciboleger. Keinginanya untuk melihat dunia luar membuatnya penasaran dan sering ke luar dari wilayah Baduy luar. Secara adat hal itu tidak melanggar asalkan tidak memakai kendaraan, seperti motor dan mobil. Maka tidak jarang kita
98
Penjelasan tentang Tangtu sudah dijelaskn di BAB III dalam Skripsi ini. Wawancara Pribadi dengan Atmajaya, salah satu remaja Suku Baduy luar yang sekolah di luar baduy, pada 08 Oktober 2016 99
75
menemukan orang dengan pakaian serba putih bercelana pendek lengkap dengan ikat kepalanya. Itulah mereka Suku Baduy yang mencoba mencari penghasilan ke kota dengan berjualan madu dan berjalan kaki tak peduli seberapa jauh perjalanan itu. Seringnya Atma melihat dunia luar membuatnya ingin juga merasakan hal yang sama. Sampai pada satu hari ia menyampaikan keinginanya untuk sekolah kepada kedua orang tuanya. Beruntung Atma memiliki Ayah yang luar biasa yang langsung mendukung keinginan tersebut. Dukungan pak Dairan sang Ayah ternyata tidak membuat keinginan Atma berjalan mulus. Sang ibu justru menolak keinginanya. Kekhawatiran dan rasa kasihan adalah alasan sang Ibu melarang Atma untuk sekolah. Selain harus melewati perkebunan, Atma juga terkadang harus kucing-kucingan dengan Tangtu Baduy dalam saat pergi ke sekolah. Keadaaan ini sempat membuat Atma ragu untuk bersekolah, satu sisi sang Ayah mendukung untuk sekolah tapi di sisi lain Ibu melarangnya karena alasan khawatir terjadi apa-apa di perjalanan menuju sekolah. Superioritas pak Dairan sangat terlihat saat membela Atma untuk tetap sekolah di depan Ibunya. Meskipun dukungan dari sang Ayah tidak juga meluluhkan hati sang Ibu, akhirnya Atma memberanikan diri untuk berbicara langsung kepada Ibunya dan mengutarakan keinginanya untuk sekolah. Atma menyampaikan
76
keinginanya tersebut dengan sepenuh hati. Saat wawancara Atma mengungkapkan: „‟ Saya hanya bilang seadanya saja. sesuai niat awal saya, yaitu pengen belajar „‟ 100 Berkat kejujuran dan keinginan Atma yang gigih sang Ibunda akhirnya mengizinkan Atma untuk sekolah di luar Baduy. Dukungan semangat dari sang Ayah dan dukungan kepercayaan dari sang Ibu ia jadikan sebagai motivasi utama untuk sekolahnya. Atma juga adalah seorang Siswa yang memiliki prestasi di bidang olahraga. Bidang yang ia geluti adalah Bola Voli. Prestasinya kian terlihat saat dia berhasil menjadi salah satu bagian dari tim inti bola voli di sekolahnya. Saat itu Atma bersama timnya berhasil memenangkan kompetisi bola voli antar SMP se-Rangkasbitung. Saat meraih prestasi itu Atma tidak merasakan dirinya dibedabedakan dengan anak satu timnya. Menurut Atma penghargaan yang diberikan sekolah sama dengan anak yang lainnya. Prestasi itu disambut hangat oleh keluarga dan orang-orang terdekatnya di Suku Baduy. b. Proses Penyesuaian Diri Informan 3 Prestasi yang Atma raih sebagai pemain voli disambut hangat oleh teman-teman sekolahnya. Setelah presatsi yang mengharumkan nama sekolahnya itu ia dan rekan-rekan satu timnya mencoba ke jenjang yang lebih tinggi lagi dengan mengikuti kualifikasi untuk menjadi perwakilan Kabupaten, namun Atma dan 100
Wawancara Pribadi dengan Atmajaya, salah satu remaja Suku Baduy luar yang sekolah di luar baduy
77
timnya mengalami kegagalan. Baginya dukungan dari teman-teman dan dewan gurulah yang membuatnya tetap optimis untuk menerima kegagalan sebagai pelajaran dan
mencoba lagi di tahun depan.
Bahkan menurutnya kalau bukan karena mereka mungkin Atma sudah keluar dari tim inti tersebut. Atma menyadari kemampuanya bermain voli sejak ia masih
kecil,
hanya
memungkinkanya
saja
untuk
lingkungan melatih
diri
Baduy
yang
membuatnya
tidak harus
mengurungkan keinginanya untuk menjadi pemain voli yang terlatih. Maka saat itu Atma memilih menjalani hidup dengan apa adanya tanpa merencanakan sesuatu hal yang ingin ia capai. Keadaan berbeda ia temui saat ia mulai mengenal lingkunga sekolah. Fasilitas dan banyaknya orang-orang yang memiliki hobi yang sama membuatnya menjadi lebih bersemangat untuk mengasah kemampuanya dalam bermain voli. Awalnya Atma mengalami kendala dalam komunikasi pada lingkungan barunya. Atma mengaku paling katro saat awalawal masuk sekolah. tapi bagi Atma itu adalah hal yang biasa dan ia berhasil melewati masa-masa sulit itu dengan dukungan yang ia dapatkan dari teman-teman dan dewan guru. Atma memang anak yang apa adanya dan cenderung lugu, saat wawancara ia mengaku bahwa kekurangan yang ia miliki lebih banyak daripada kemampuan yang ia miliki. Baginya kekurangankekurangan itu sedikit demi sedikit terhapus seiring ia mengenyam
78
pendidikan di sekolah. Banyak perubahan yang ia rasakan sebelum dan sesudah sekolah di luar Baduy. Tapi di luar itu semua Atma memiliki optiimisme yang tinggi dengan kemampuan yang ia miliki. Ia mengungkapkan : “Saya sih ya gini aja, enggak ada kelebihannya, ya biasa aja gitu. Paling kelebihanya ya di olah raga voli, saya juga masuk tim utama voli di SMP sekarang” „‟Iya saya yakin, saya yakini semua itu dengan belajar. Karena percuma kalau kemampuan yang dimiliki hanya didorong keyakinan saja tanpa usaha, yang jelas saya yakin dan mau usaha.‟‟101 Dari kutipan wawancara di atas bisa dilihat Atma adalah seorang yang optimis dengan kemampuan yang ia miiliki. Sekecil apapun kemampuan yang ia miliki ia selalu punya cara sendiri untuk mengoptimalkannya dengan cara belajar. Baginya belajar bukan hanya dalam kelas, itu ia buktikan saat ia selalu merasa iri jika melihat ada orang yang lebih baik darinya, baik dari segi pelajaran ataupun kemampuan lainnya. Sama halnya saat ia dikalahkan oleh tim lawan saat kualifikasi voli tingkat kabupaten. Baginya mereka bukan musuh atau penghalang baginya untuk meraih apa yang ia inginkan, tapi mereka adalah motivasi untuk menjadi lebih baik lagi, hal senada diungkapkanya pada saat wawancara : „‟Ya pasti pengenlah, bisa dibilang cemburu. „‟ Kok orang hebat yah, tapi saya enggak „‟, tapi kan itu sesuai dengan usaha dan latihanya. Seperti yang saya bilang tadi, di Voli kami memang pernah berprestasi tapi ternyata ada yang lebih baik lagi dari kami, ya saya sangat iri dan mengakui kelebihan mereka. Justru saya dan teman-teman 101
Wawancara Pribdi dengan Atma jaya salah satu sumber data pada penelitian ini pada tanggal : 08 Oktober 2016
79
jadi terpacu untuk latihan lebih gigih lagi dan menjadikan mereka sebagai motivasi untuk jadi yang lebih baik lagi.‟‟102 Kesadaran Atma terhadap kekuranganya membuatnya tahu apa yang harus ia perbuat untuk menutupi kekurangan tersebut, salah satunya dalam hal komunikasi. Saat pertama ia masuk sekolah prinsipnya hanya satu „‟Tampil apa adanya „‟ tanpa menutup-nutupi asal usul dirinya. Keterbukaanya itu mendapatkan respon positif dari teman-teman sekolahnya. Perbedaan suku, Agama, dan latar belakang tidak membuat atma pilih-pilih dalam bergaul. Kesadaranya yang tinggi akan kekuranganya juga membuatnya tahu kapan ia merasa berada dalam kesedihan dan sebaliknya. Saat merasa dalam keadaan terpuruk Atma memilih untuk memendamnya sendiri, baginya teman-teman dan keluarganya cukup memberikan dukungan dan semangat saja. Selebihnya untuk masalah yang ia hadapi ia lebih senang memendam dan menyelesaikannya sendiri. Baginya keberhasilanya dalam berhubungan dengan orang-orang baru dan menggali potensi yang ia miliki adalah berkat dari dukungan keluarga, kerabat dan teman-teman yang ia miliki. 5.
Deskripsi Informan 4 Suna Hernawan berperawakan paling kecil diantara yang lainnya. Saat ditemui di rumahnya ada seorang wanita tua yang sedang bertenun kain di depan rumah, awalnya saya kira itu adalah neneknya, ternyata itu adalah ibu kandungnya. Melihat Suna yang berbadan kecil
102
Wawancara pribadi dengan Atmajaya, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di luar baduy pada 08 Oktober, 2016 di lingkungan baduy luar.
80
tentu sangat masuk akal jika saya pikir itu adalah neneknya, ternyata bukan. Suna sesekali juga membantu Ibunya menenun kain di depan rumahnya, saat wawancarpun ia sedang bersiap menenun. Menenun kain adalah kebiasaanya sejak kecil, ia mengaku mengungkapkan keinginannya untuk sekolahpun saat menenun, dari situlah perjalanannya untuk mengenyam pendidikan dimulai. Sempat mendapat tolakan dari ibunya, tapi Suna kecil tidak berhenti di situ. Ia coba berkomunikasi dengan ayahnya dan akhirnya membuahkan hasil. Suna pernah mengalami kejadian yang tidak bisa ia lupakan. Pernah satu hari ia pulang dari sekolah mengenakan baju seragam, sesampainya di kebun ia ingin mengganti pakaian seragamnya, namun na‟as pakaian adatnya hilang dari tas, seketika Suna kaget dan mencari-car baju adatnya, karena sangat tidak mungkin kembali ke rumah dengan seragam lengkap, untung waktu itu ada teman sekelasnya yang juga dari Baduy secara kebetulan meninggalkan baju adatnya di semak-semak dan ia selamat. Suna Hermawan saat ini sudah duduk di kelas 3 SMP, perjuanganya tentu tidak mudah. SMP Satu Atap yang letaknya di perbatasan mempunyai cerita tersendiri untuk dilalui, bahkan menurutnya cerita yang paling menyenangkan adalah saat pagi-pagi harus berjalan kaki dan mengganti pakaian di perkebunan, begitupun saat pulang. a.
Gambaran Dukungan Sosial Informan 4 Desa Ciboleger yang terletak persis di perbatasan Baduy luar menjadi bangunan bersejarah bagi Suna. Di desa itulah Seorang
81
Suna Hermawan mendapatkan informasi pertamanya mengenai sekolah. Sang Ibu yang dari awal sudah mendukung niatnya untuk sekolah diam-diam mencari informasi tentang hari pendaftaran murid baru. Ibu melakukan hal itu secara diam-diam selain karena peraturan adat yang melarang sekolah juga karena faktor lain, yaitu Pak Sarmain sang Ayah. Pengorbanan Suna untuk bisa bersekolah di luar Baduy sangat besar. Hal itu ia ungkapkan saat wawancara. Dia sempat merasa tidak pantas sekolah karena baginya sekolah pernah memecahbelah hubungan Ayah dan Ibunya. Sarmain, Ayah kandung dari Suna adalah orang yang paling melarang Suna untuk sekolah. Pak Sarmain memang terkenal orang yang taat akan adat istiadat setempat, baginya sekolah hanya akan merepotkan saja. Dia takut setelah sekolah anaknya memiliki pola pikir yang macam-macam. Baginya yang terpenting adalah menaati peraturan adat agar tidak dibilang durhaka. Hal berbeda justru ditunjukan oleh sang Ibu. Keinginan Suna untuk sekolah disambut baik oleh sang Ibu. Ternyata niat sang Ibu belum bisa membuka hati pak Sarmain sang Ayah. Diam - diam Suna disekolahkan oleh sang Ibu. Lambat laun identitas Suna sebagai siswa SD diketahui oleh Ayahnya. Mau-tidak mau akhirnya pak Sarmain menerima kenyataan itu, hal itu diungkapkan oleh Suna saat wawancara :
82
„‟ Ya namanya juga sama anak, akhirnya ya bapak juga ikut dukung „‟103 Hal itu berlanjut pada nasehat-nasehat yang sering kedua orangtuanya sampaikan. Pernah satu waktu kehadiran Suna di lingkungan barunya (sekolah) SMP Satu Atap Sobang sedikit menghebohkan anak-anak di sekolah tersebut. Suna disebut-sebut sebagai anak yang paling katro. Banyak celotehan seperti itu yang ia dengar dan ia tanggapi dengan serius. Suna semakin merasa terpojok dan ia luapkan itu dengan penuh emosi sampai terjadi pertengkaran antara dirinya dan teman-temanya di sekolah. Kejadian itu berlanjut saat Suna pulang ke rumah. Ternyata benar dukungan nasehat yang diberikan orangutanya terkait kejadian yang dialami Suna sangat berpengaruh positif. Hal itu diungkapkan Suna saat wawancara : „‟ Ibu sama bapak waktu itu nasehati panjang lebar. Kata mereka jangan cepet marah siapa tau mereka tidak niat menghina, hanya bercanda„‟ Keesokan harinya Suna langsung meminta maaf dan menyadari kalau apa yang ia perbuat adalah kesalahan. Bagi Suna nasehat-nasehat dari orang tuanya sangat mempengaruhi caranya menyikapi kehidupan yang baru dengan teman-temanya di lingkungan sekolah. Dukungan dari keluarga terutama kedua orang tuanya telah berhasil mendorong Suna meraih tiga besar dalam kelasnya. Prestasi membanggakan itu mendapatkan sambutan hangat dari keluarganya. Suna mendapatkan penghargaan yang sama dari pihak 103
Wawancara pribadi dengan Suna Hermawan, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di luar baduy pada : 09 Oktober 2016 di lingkungan baduy luar
83
sekolah, karena memang diadakan acara khusus untuk penobatan juara-juara kelas. Di atas panggunglah Suna menerima penghargaan itu, jadi menurutnya ia juga mendapatkan kesempatan yang sama untuk meraih prestasi dan mendapatkan penghargaan dengan anakanak lainnya. Saat ini warga Suku Baduy luar sudah mulai mengerti akan teknologi, menurut Suna sudah banyak warga asli Suku Baduy luar yang memiliki akun Facebook. Masuknya kehidupan moderen ke dalam Suku Baduy terutama Baduy luar ikut memberikan dorongan tersendiri bagi mereka untuk ikut mengenyam pendidikan. Oleh karena itu Suna mendapatkan dukungan yang positif dari warga Suku Baduy luar meskipun itu melanggar adat Suku Baduy. b. Proses Penyesuaian Diri Informan 4 Dukungan-dukungan
yang
didapatkan
oleh
Suna
menjadikanya pribadi yang lebih mementingkan masa depan dibanding bermain-main seperti anak seumuranya. Oleh karena itu Suna selalu memperhitungkan kemauan dan kemampuanya. Bagi Suna yang terpenting adalah mau memaksimalkan kemampuan yang ada tapi juga harus diingat sampai mana kemampuan kita. Karena menurutnya setiap individu memiliki kemampuanya masing-masing. Keputusanya untuk sekolah di luar Baduy membuatnya semakin mengerti arti dari perjuangan. Langkahnya yang sempat terhenti karena larangan dari sang Ayah tidak membuatnya putus asa begitu saja. Dukungan dari sang Ibu menjadi faktor utama Suna tetap
84
pada pendirinya. Sekolah di luar Baduy secara adat sudah sangat melampaui batas tapi niat suna yang didorong oleh keluarga dan Ibunya berhasil menjadikan sekolah sebagai keinginan yang sesuai dengan kemampuan. Saat ini menuntut ilmu adalah prioritas utama seorang Suna Hermawan. Saat ditemuipun ia selalu mengatakan bahwa keinginanya sekolah hanya untuk menuntut ilmu meskipun ia tahu tindakanya akan menimbulkan banyak konsekuensi yang akan ia tanggung karena telah melanggar adat. Prinsip yang ia pegang adalah ungkapan yang sering ia dengar dari kokolot
104
yaitu „‟Menuntut
Ilmu„‟. Satu sisi dilarang untuk sekolah tapi di sisi lain dianjurkan juga untuk menuntut ilmu. Dilema tersebut sempat membuat Suna berpikir ulang. Ia mengaku sempat merasa stress apalagi saat ingin melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama. Lagi-lagi dukungan kedua orang tua, keluarga dan kerabat mennjadikanya mampu mengatasi masalah tersebut. Terkadang Suna juga menceritakan masalah-masalah yang ia hadapi dengan teman-teman terdekatnya, baginya dorongan dari orang-orang terdekat sangat berpengaruh saat ia berada dalam masalah. Suna menggambarkan dirinya masih banyak kekurangan. Hal senada diungkapkanya saat wawancara :
104
Kokolot adalah istilah untuk orang-orang Suku Baduy yang dianggap sepuh dan ditokohkan.
85
„‟Mmmm nggak tau yah, perasaan sayamah gini-gini aja. Kekurangan sih jelas ada. Kadang saya merasa paling kurang pas di sekolah‟‟ 105 Dari kutipan wawancara di atas Suna tergambarkan sebagai anak yang sangat mengenali kekurangan dirinya. Tapi setelah melakukan perbincangan denganya ternyata Suna adalah anak yang sangat menyadari kekurangan dan mau memaksimalkan kemampuan yang ia miliki. Dalam wawancara ia mengungkapkan : “Sangat yakin, karena semuanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tinggal kitanya saja bagaimana caranya untuk memanfaatkan yang kita miliki. Selebihnya berusaha sekeras mungkin‟‟106 Keyakinanya pada kemampuan dan potensi yang ia miliki membuatnya selalu merasa cemburu dengan prestasi dan apa yang dimiliki
oleh
orang
lain.
Cemburu
dalam
arti
positif.
Kecemburuanya ia jadikan sebagai pemicu untuk menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi dengan berusaha memaksimalkan apa yang ia miliki. Hubunganya dengan orang lain sangat terbantu dengan teman-teman yang selalu mendukung Suna baik di dalam sekolah maupun di lingkungan Baduy luar. Perbedaan-perbedaan yang ia temui membuatnya semakin ingat akan nasehat kedua orangtuanya yang selalu berpesan untuk menjaga bicaranya apalagi dengan orang-orang yang lebih dewasa. Nasehat itu ia tanamkan dan ia
105
Wawancara pribadi dengan Suna Hermawan, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di luar baduy pada : 09 okober, 2016 di lingkungan baduy luar 106 Wawancara pribadi dengan Suna Hermawan, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di luar baduy pada : 09 okober, 2016 di lingkungan baduy luar
86
terapkan selama ia di sekolah, akhirnya Suna mampu bersosialisasi dengan baik dengan siapapun.
B. Analisis Inter Subject 1.
Bentuk dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy Dukungan Sosial dari sudut pandang Psikologi komunitas merupakan suatu proses spesifik yang berlangsung dalam kehidupan komunitas.107 Barker (1968) menjelaskan bahwa perilaku seseorang dalam sebuah setting dapat diprediksi dengan memperhatikan pola perilaku menetap dari orang-orang yang berada dalam seting tersebut, bukan dari perilaku masing-masing individu.108 Artinya kenyaman dan perilaku seseorang dalam satu lingkungan sangat dipengaruhi oleh perilaku orang- orang yang berada di sekitarnya. Peneliti berpendapat bahwa perilaku orang-orang yang berada dalam lingkungan tertentu akan sangat mempengaruhi individu dalam hal kenyamanan, interaksi antar personal atau dalam hal ini adalah kemampuan penyesuaian diri. Seperti yang terjadi pada remaja Suku Baduy luar. Mereka mencoba keluar dari zona nyaman menuju lingkungan baru. Memang secara adat tidak dilarang bagi mereka untuk keluar kawasan Suku Baduy, tapi akan sangat berbeda jika mereka dihadapkan dengan lingkungan sekolah yang menuntut mereka untuk
107 108
Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 33 Ibid, h. 33.
87
terus berinteraksi secara spesifik dengan orang-orang baru di lingkungan yang baru. Barker (1968) juga memandang
bahwa setting-perilaku
sebagai suatu kesatuan didasari pada ketergantungan masing-masing bagiannya : kejadian di bagian-bagian yang berbeda di dalam seting mempunyai pengaruh besar satu sama lain daripada kejadian yang serupa di luar setting. Dalam menjelaskan sistem otoritas, Barker menggunakan analogi kesatuan bersarang (nested assembiles), yaitu sistem dalam sistem, seperti kotak Cina, satu sistem bersarang di dalam sistem yang lebih besar darinya.109 Dari pemaparan di atas, maka seorang individu dalam sebuah lingkungan membutuhkan perilaku positif dari orang-orang yang berada di sekitarnya atau disebut dengan dukungan sosial. Remaja Suku Baduy luar
dalam
perjuangan
mereka
untuk
mengenyam
pendidikan
membutuhkan dukungan sosial yang akan membantu mereka melakukan penyesuaian diri saat mereka berada di lingkungan sekolah yang nantinya akan berimbas pada pola komunikasi dan kenyamanan mereka selama bersekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Eman : „‟ Saya akui ini memang melanggar adat, tapi kami tetap butuh dukungan supaya tenang belajar di sekolah, untungnya saya mendapatkan hal itu dari keluarga dan teman-teman saya di sekolah„‟110 Hal senada juga diungkapkan oleh Aat Rodiyat : „‟ Semakin kesini saya semakin sadar, kalau saja sekolah itu tidak melanggar adat mungkin saya tidak usah repot-repot membawa seragam ke dalam tas lalu menggantinya di tengah-tengah kebun seperti maling. 109
Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 27. Wawancara pribadi dengan Eman, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang bersekolah di luar Baduy, pada 10 oktober 2016. 110
88
Untungnya keluarga selalu ada memberikan semangat dan orang-orang luar Baduy juga tidak sedikit yang membantu. „‟111 Demikian pula yang disampaikan oleh Suna Hermawan : „‟ Setiap pagi saya harus berjalan kaki, jaraknya lumayan jauh. Itulah sebabnya orang tua saya awalnya melarang sekolah. Tapi setelah saya jelaskan keinginan saya untuk sekolah akhirnya orang tua dan keluarga memberikan kepercayaan kepada saya. Pernah juga saya minder di sekolah, tapi karena teman-teman sekolah sering mempercayakan saya untuk jadi petugas upacara akhirnya saya bisa mengimbangi mereka, jadi saya bersyukur mendapat dukungan seperti itu. „‟ Dari kutipan wawancara di atas, memberikan pengertian kepada peneliti bahwa Remaja Suku Baduy Luar tetap mendapatkan dukungan-dukungan sosial berupa dukungan emosional, informasional, dukungan nyata dan kelompok sosial. Meskipun dukungan kelompok sosial tidak mereka dapatkan secara utuh karena terbentur dengan adat istiadat yang mengangggap bahwa sekolah itu hanya akan membodohi orang lain, atau yang mereka bahasakan dengan „‟ intinya nggak boleh ada yang pinterlah, takut minteran „‟112 2.
Proses Penyesuaian Diri yang dilakukan remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy Dari keempat Informan yang menjadi sumber data peneliti menemukan bahwa mereka tetap dalam kondisi baik selama mereka berada dalam lingkungan sekolah. Kondisi baik dalam hal menjalankan kewajiban mereka sebagai siswa meskipun mereka semua mengaku selalu teringat akan adat Suku Baduy.
111
Wawancara pribadi dengan Aat rodiyat, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang bersekolah di luar Baduy, pada 07 oktober 2016. 112 Berasal dari bahasa Sunda yang artinya „‟ intinya tidak boleh ada yang pinter takut membodohi„‟
89
Larangan adat Suku Baduy bagi anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan ternyata tidak jadi halangan untuk warga Suku Baduy luar mendukung keempat Informan untuk terus menuntut Ilmu. Faktanya mereka masih bisa menyadari potensi yang mereka miliki dan mengembangkannya dengan cara mereka masing-masing. Tentu hal itu bisa terjadi karena mereka memiliki citra diri yang positif. Dukungan-dukungan yang mereka dapatkan bukan hanya berasal dari lingkungan dimana mereka tinggal, tapi juga berasal dari lingkungan sekolah khususnya teman-teman dan dewan guru. Hal itu diungkapkan oleh Eman saat wawancara : „‟ Saya tidak begitu suka dengan curhat, kecuali masalah itu terus berlarut-larut dan sekiranya saya tidak bisa menyelesaikanya sendiri. Maka saya akan berkomunikasi guru-guru di sekolah‟‟113 Hal senada diungkapkan oleh Atmajaya : „‟ Saya punya masalah dalam hal baca al-Qur‟an. Pernah diminta untuk baca al-Qur‟an didepan guru Agama. Tapi guru itu memaklumi dan tidak memojokkan saya karena saya berasal dari Baduy, justur saya diberi semangat „‟114 Dari kutipan wawancara di atas bisa dilihat bahwa setiap individu membutuhkan proses dalam melakukan penyesuaian diri. Hanya saja setiap individu memilki proses yang berbeda-beda. Salah satu yang menentukan proses penyesuaian diri seseorang adalah dukungan dari orang orang sekitar. Baik lingkungan dimana ia tinggal maupun lingkungan dimana ia berinteraksi.
113
Wawancara Pribadi dengan Eman salah satu sumber data peneliti, pada : 10 Oktober,
2016 114
Wawancara Pribadi dengan Atmajaya salah satu sumber data peneliti, pada : 08 Oktober, 2016
90
Penelitian yang dilakukan oleh Diana Baumrind dan Glen Elder memperlihatkan bahwa pengaruh orang tua mempunyai hubungan dengan strategi penyesuaian diri selama masa remaja, terutama remaja laki-laki. Orang tua yang otoratif, biasanya akan mengajak anak-anaknya terlibat dalam memecahkan masalah keluarga. Orang tua juga selalu menjawab setiap pertanyaan anak dan menjelaskannya dengan baik. Agar anak-anak mereka membentuk sikap mandiri, anak-anak diberi kesempatan untuk mengalami setiap kejadian apapun yang secara bertahap di bawah bimbingan orang tua.115 Orang tua yang otoratif Juga memberikan kesempatan kepada anak untuk mulai bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Anak lakilaki dari keluarga seperti ini biasanya pada masa remajanya akan memperlihatkan rasa percaya diri yang cukup besar, bebas dan sangat menghargai dirinya, dapat berkomunikasi dengan baik dengan seluruh anggora keluarganya.116 Sedangkan orang tua yang otoritarian lebih mementingkan hukuman, memaksakan taktik tertentu bila sedang terjadi konflik pada diri anaknya. Mereka mengutamakan kepatuhan total.117 Di pihak lain yang juga ekstrem adalah orang tua yang laissez faire yaitu segala perbuatan anaknya dibenarkan, jarang memberikan tanggung jawab pada anak. Laki-laki remaja dari kedua jenis keluarga ini biasanya akan menghadapi kesulitan penyesuaian diri.118
115
Linda L Davidov, Psikologi Suatu Pengantar edisi ke dua alih bahasa oleh Mari Juniati (Jakarta: Erlangga, 1988), h, 195. 116 Ibid, h. 195. 117 Ibid, h. 195 118 Ibid, h. 195.
91
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, remaja Suku Baduy memiliki orang tua yang otoratif. Mereka sebagai anak selalu diajarkan bagaimana menyelesaikan masalah yang ada melalu nasehat-nasehat yang mereka dapatkan. Selain itu mereka juga diberi kesempatan untuk ikut andil dalam menyelesaikan konflik, termasuk keputusan mereka untuk sekolah di luar Baduy. Proses penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar dalam lingkungan sekolah sangat bervariasi tapi masih dalam kondisi yang sangat baik. Dari keempat sumber data yang peneliti jumpai saat melakukan observasi mereka semua sama-sama memantaskan diri mereka untuk berada dalam lingkungan sekolah. Sehingga perbedaan latar belakang tidak menjadi momok yang menakutkan bagi mereka. Mereka mampu mengendalikan diri saat pertama masuk ke lingkungan sekolah. Tentu bukan hal yang mudah bagi remaja Suku Baduy luar untuk berinteraksi di tengah-tengah orang baru. Ejekan dan pertanyaan-pertanyaan aneh ditujukan kepada mereka saat itu. tapi mereka mampu mengatasi konflik dan emosi tersebut. Tentunya karena dukungan yang mereka dapatkan dari lingkungan terdekat mereka, yaitu keluarga dan Suku Baduy luar. Dari pemaparan di atas peneliti berpendapat bahwa fakta-dakta tersebut sangat relevan dengan indikator penyesuaian diri yang baik, diantaranya adalah persepsi yang akurat terhadap realitas, kemampuan mengatasi stress dan kecemasan, citra diri yang positif dan hubungan interpersonal yang baik dengan orang yang berbeda latar belakang.
92
Ditambah lagi mereka mampu menggali potensi yang mereka miliki dengan dukungan-dukungan yang mereka dapatkan. 3.
Pengaruh dukungan sosial terhadap kemampuan penyesuaian diri pada Remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy Penyesuaian diri adalah salah satu indikator bagi terciptanya kesehatan mental yang baik. Penyesuaian diri juga menuntut kemampuan remaja untuk hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkunganya, sehingga remaja merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkunganya (Will, 2005).119 Sayangnya, dalam proses melakukan penyesuaian diri yang baik, remaja Suku Baduy luar harus dihadapkan dengan kondisi yang membingungkan, satu sisi mereka harus menaati adat istiadat Suku Baduy yang telah dijaga turun temurun sebagai warisan, tapi di sisi lain mereka juga membutuhkan pendidikan demi masa depan. Dalam kondisi seperti ini remaja Baduy sangat membutuhkan dukungan dari lingkunganya, baik berupa dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan penghargaan ataupun dukungan nyata. Karena dengan mendapatkan dukungan positif dari lingkunganya remaja akan merasa nyaman dan cenderung melakukan pengembangan diri yang positif dan tentunya mampu berkomunikasi dengan baik dengan lingkungan barunya, baik di sekolah ataupun di masyarakat luas. Suku Baduy Luar sudah mulai terjamah oleh kemajuan zaman dan perkembangan teknologi. Sebut saja handphone, selama peneliti melakukan observasi di Baduy luar tidak sedikit yang sudah memiliki
119
Fani Kumalasari dan Latifah Nur Ahyani, Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan, ( Jurnal Psikologi pitutur, Juni 2012 ), Vol. 1, No. 1, h.21.
93
handphone dan media sosial. Kebanyakan dari mereka menggunakan Facebook,
tapi
itu
semua
tentu
dilakukan
diam-diam
tanpa
sepengetahuan Jaro Saija. lagi-lagi terbentur dengan adat istiadat Suku Baduy. Begitu juga yang terjadi dengan mereka yang ingin mengenyam pendidikan di sekolah. Sebagaimana diungkapkan oleh Aat Rodiyat : „‟ Semakin kesini saya semakin sadar, kalau saja sekolah itu tidak melanggar adat mungkin saya tidak usah repot-repot membawa seragam ke dalam tas lalu menggantinya di tengah-tengah kebun seperti maling. Untungnya keluarga selalu ada memberikan semangat dan orang-orang luar Baduy juga tidak sedikit yang membantu. „‟120 Menurut Kahn dan Antonucci (1980), ada 3 lapisan orangorang yang berperan memberi dukungan sosial sepanjang kehidupan subyek/pelaku. Terdapat 3 lapisan barisan, lapisan pertama terdiri dari orang- orang yang membentuk barisan dukungan sosial dengan mantap/stabil, hubungan subyek sangat dekat dengan mereka, dukungan yang diberikan setiap saat secara pribadi kepada subyek (terlepas dari apapun jabatan yang disandang subyek). Contoh : hubungan suami istri, keluarga dan hubungan dengan teman – teman dekat.121 Lapisan kedua terdiri dari sejumlah orang ada hubungan dengan subyek namun sifat hubungan tersebut terbatas pada hubungan kerja atau hubungan kekerabatan. Suatu hubungan yang mudah berubah sewaktu-waktu. Lapisan ketiga terdiri dari orang-orang berhubungan dengan subyek melalui jalur profesi, bertetangga atau sekampung, keluarga jauh, teman sekerja dan hubungan dengan atasan di kantor yang
120
Wawancara pribadi dengan Aat rodiyat, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang bersekolah di luar Baduy, pada 07 oktober 2016. 121 Wawancara pribadi dengan Aat rodiyat, Salah satu remaja Suku Baduy Luar yang bersekolah di luar Baduy, pada 07 oktober 2016, h.35.
94
sifat hubunganya kurang akrab dan sangant mudah berubah dari waktu ke waktu.122 Remaja Suku Baduy luar sangat membutuhkan ketiga lapisan dukungan sosial
tersebut, meskipun mereka tidak mendapatkan
dukungan sosial secara utuh dari lingkungan sosial yang terbentur oleh adat istiadat. Tapi proses komunikasi, kenyamanan dan citra diri positif mereka selama mereka berada di sekolah masih sangat baik, hal senada diungkapkan oleh Atmajaya : „‟Saya sangat menyadari ini melanggar adat, tapi saya tetap optimis dan nggak mau ribet, yang penting saya harus sekolah dan berubah. Masalah sanksi itu urusan belakangan, bagi saya yang penting keluarga sudah mendukung dan teman-teman disekolah juga mendukung „‟123 Dari kutipan wawancara di atas, tentu saja seorang Atmajaya mampu membuat dirinya nyaman di tengah-tegah lingkungan sekolahnya karena dia mendapatkan dukungan dari keluarga, baik dukungan emosional, dukungan informasional dan dukungan nyata, seperti yang diungkapkan oleh Aat Rodiyat : „‟ Semenjak saya menyampaikan keinginan saya untuk sekolah di luar Baduy, bapaklah yang semangat mencari informasi tentang sekolah, sampai akhirnya dia juga yang mendaftarkan saya sekolah. „‟ Hubungan interpersonal yang baik, persepsi yang akurat terhadap realitas dan beberapa indikator laninya dalam penyesuaian diri sangat sulit untuk didapatkan oleh remaja Suku Baduy di masa-masa transisi mereka dari lingkungan rumah ke lingkungan sekolah dan itu terjadi saat hari-hari pertama mereka sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Eman : 122
Ibid, h. 35 Wawancara pribadi dengan Atmajaya, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di luar baduy pada 08 Oktober, 2016 di lingkungan baduy luar. 123
95
„‟Awalnya saya sangat canggung untuk berkomunikasi dan membuat diri saya nyaman di lingkungan sekolah, saya butuh 1-2 minggu untuk merasa nyaman di lingkungan yang baru, mungkin itu masa-masa penyesuaian saya, itupun saya dapatkan karena teman-teman saya sangat menghargai meskipun saya berasal dari Baduy, selain itu guruguru di sekolah juga tidak berhenti-berhentinya memberikan saya nasehat agar saya tetap sekolah „‟124 Remaja Suku Baduy luar di usia ini mereka berada pada masa peralihan, oleh karenanya sangat rentan sekali mengalami kegoncangan dalam diri mereka. Maka dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap kepribadian mereka. Seorang individu bisa memberi dukungan kepada orang-orang lain yang disebut dengan „‟dukungan keluar„‟, dan apabila individu tersebut menerima dukungan sosial dari orang-orang lain, maka disebut dengan „‟ dukungan masuk „‟. Bila proporsi „‟dukungan masuk„‟ dibanding dengan proporsi „‟ dukungan keluar „‟ tidak seimbang, keadaan ini dikenal sebagai suatu hubungan tidak simetri.125 Saat seseorang mengalami hubungan tidak simetri pada dukungan sosialnya, maka ia akan mengalami kesulitan dalam melakukan proses penyesuaian diri dan bisa mengakibatkan terjadinya Maladjusment pada diri individu tersebut, dan hal itu tidak terjadi pada remaja Suku Baduy, hal senada diungkapkan oleh Suna Hermawan : „‟ Semuanya mendukung. Keluarga, teman di sekolah, guru-guru dan pastinya orang-orang Baduy luar. Larangan adat untuk tidak sekolah rasanya tidak menjadi halangan. Berkat dukungan mereka saya bisa tenang sekolah, bebas bergaul asalkan positif, dan yang paling penting saya bisa terus meningkatkan kemampuan saya khususnya di bidang olah raga „‟126
124
Wawancara pribadi dengan Eman, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di luar baduy pada 12 Oktober, 2016 di lingkungan baduy luar. 125 Istiqomah Wibowo dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), h. 34. 126 Wawancara pribadi dengan Suna Hermawan, salah satu remaja Suku Baduy yang bersekolah di luar baduy pada , 2016 di lingkungan baduy luar
96
Dari pemaparan di atas, terlihat bahwa kemampuan seseorang dalam melakukan penyesuaian diri berbanding lurus dengan dukungan sosial yang ia dapatkan, semakin besar dukungan sosial yang ia dapatkan, maka semakin mudah ia melakukan penyesuaian diri di lingkungan barunya. Remaja Suku Baduy luar membutuhkan rentang waktu yang relatif singkat untuk melakukan penyesuaian diri dilihat dari indikator penyesuaian diri yang berhasil mereka raih. Dari beberapa kutipan wawancara di atas juga mencerminkan bahwa remaja Suku Baduy memang telah melanggar peraturan adat, tapi jika dilihat dari perspektive Psikologi yang dalam hal ini adalah kaitanya dengan kesehatan mental, pengaruh dukungan sosial sangat mendukung kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy. Dari dukungan sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar dukungan dari orang tualah yang memiliki pengaruh paling besar dalam mendukung penyesuaian diri yang efektif. Mereka
mampu
berkomunikasi
dengan
baik
dengan
lingkungan sekolahnya, mampu bergaul tanpa pilih-pilih dan mampu mengatasi masalah yang ada. Hal itu juga terlihat dari semangat mereka untuk meningkatkan kemampuan diri mereka ke arah positif. Itu membuktikan bahwa dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar. Tabel Kategori Dukungan Sosial dan Penyesuaian Diri dapat dilihat di lampiran dalam Skripsi ini
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di Baduy Luar, Lebak-Banten tentang Dukungan Sosial dan Kemampuan Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy Luar yang Bersekolah di Luar Baduy dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Remaja Suku Baduy Luar yang bersekolah di luar Baduy tetap mendapatkan dukungan sosial, berupa dukungan emosional, dukungan informasional, dan dukungan nyata, meskipun secara adat mereka tidak mendapatkan dukungan dari Jaro.127
2.
Proses penyesuaian diri yang dilakukan oleh remaja Suku Baduy luar sangat terbantu dengan dukungan sosial yang mereka dapatkan. Proses tersebut mereka lalui dengan baik dengan beberapa indikator yang peneliti temukan, yaitu persepsi yang akurat terhadap realitas, kemampuan mengatasi stress dan kecemasan, citra diri yang positif, kemampuan
untuk
mengekspresikan
perasaan
dan
hubungan
interpersonal yang baik. 3.
Dukungan Sosial yang didapatkan oleh remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy mendukung proses penyesuaian diri yang efektif. Jadi semakin banyak dukungan sosial yang remaja Suku Baduy luar dapatkan maka semakin baik proses penyesuaian diri yang mereka lalui. Hal ini terlihat dari kemampuan mereka dalam mengatasi masalah
127
Kepala adat Suku Baduy
97
98
termasuk rasa canggung yang mereka alami saat pertama kali berada di lingkungan sekolah dan mampu menyelaraskan antara keinginan dan kemampuan, serta menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang berbeda latar belakang oleh remaja Suku Baduy luar sebagaimana indikator seseorang yang mampu melakukan penysuaian diri yang baik seperti, persepsi yang akurat terhadap realitas, kemampuan mengatasi stress dan kecemasan, citra diri yang positif, kemampuan untuk mengekspresikan perasaan dan hubungan interpersonal yang baik.
B. Saran Dari hasil pengamatan peneliti mengenai dukungan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy, peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1.
Hendaknya lebih ditingkatkan lagi dukungan yang diberikan dari warga Suku Baduy luar mengingat remaja yang bersekolah di luar Baduy sesekali masih mengingat akan adat Suku Baduy yang melarang mereka untuk sekolah.
2.
Hendaknya para orang tua remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy terus meningkatkan dukungan berupa nasehat-nasehat mengingat dukungan yang paling berpengaruh terhadap penyesuaian diri remaja Suku Baduy luar adalah dukungan dari orang tua
3.
Lebih ditingkatkan lagi pemahaman akan indahnya kebersamaan tanpa memandang perbedaan oleh sekolah-sekolah yang memiliki siswa-siswi yang berbeda latar belakang guna meningkatkan kenyamanan bagi
99
mereka yang minoritas, salah satunya remaja Suku Baduy luar yang bersekolah di luar Baduy. 4.
Hendaknya remaja Suku Baduy luar terus meningkatkan semangat untuk mencapai cita-cita dengan meningkatkan potensi yang telah mereka temukan selama di sekolah dengan bantuan dukungan-dukungan yang mereka dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA Ahyadi, Abdul Aziz, Psikologi Agama: Kepribadian
Muslim Pancasila,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2001) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002) D. Kartika, (dalam jurnal Psikologi, 1986) Vol.1 No.2, h.1-12 Darajat, Zakiah, Kesehatan Mental, (Jakarta : PT Toko Gunung Agung, 2001) Davidov, L Linda, Psikologi Suatu Pengantar Edisi ke dua dst. Psikologi Suatu Pengantar edisi ke dua alih bahasa oleh Mari Juniati (Jakarta: Erlangga, 1988), Dianah, Amalia & Ratri Virianita, Dukungan Sosial dan Konsep Diri Pekerja Anak dalam Journal Tazkiya of psychology (Fakultas Psikologi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011) Dwi, Ita Lestari, Pengaruh Status Ekonomi Orang Tua Terhadap Perilaku Merokok Anak di SMK Averus Jakarta Selatan, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi, Universitas
Islam
Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015) Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, ( Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2010 ) Fatimah, Enung,
Psikologi Perkembangan ( Perkembangan Peserta Didik ),
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2006 ), Cet. I Fahmy, Musthafa Attakayyuf Annafsy alih bahasa oleh Prof.Dr. Zakiah Darajat dalam Penyesuaian Diri Pengertian dan Peranannya dalam kesehatan mental ( Jakarta : Bulan Bintang, 1982 ). Gazi dan Faojah, Psikologi Agama Memahami Pengaruh Agama terhadap Perilaku Manusia ( Jakarta : Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 ), Cet. I.
100
101
Ghozali, Imam,
Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program SPSS,
(Semarang: UNDIP, 2003) Gottlieb, Benjamin H, 1983, Social Support Strategies : Gudelines For Mental Health Practice. Beverly Hills California : Sage Publication Inc, London Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : Bumi Aksara ) Haber, A & Runyon, R.P. ( 1984 ). Psycology of adjusment. Illinois : The Dorsey Press. Hariwijaya, M dan Triton P.B, Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Skripsi, Yogyakarta: Tugu Publisher, 2007 , Cet. Ke-1 Hurlock, B Elizabeth, Developmental psycology a life span approach alih bahasa oleh Istiwidayanti dkk dalam Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan,( Jakarta : Erlangga, 1997 ) Jalaludin & Ramayunis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, ( Jakarta : PT Kalam Mulia, 1993 ), Cet. I Katkovsky, W & Gorlow, L. ( 1976 ). Psychological of Adjusment ; Current concept and application. United Stated of America ; McGraw-Hill, Inc Kriyanto, Rahmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana, 2009 Kumalasari, Fani & Latifah Nur Aliyani, Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian diri Remaja di Panti Asuhan ( Fakultas Psikologi Universitas Muria Kudus, 2012), Vol. 1 No.1 Moritsugu, John, Community Psycologi, (United States of America : Pearson Education Inc, 2010) Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010). Monk, FJ, dkk, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), Cet. XVI
102
Ningrum, Putri Rosalia, Perceraian Orang tua dan Penyesuaian Diri Remaja (Studi pada Remaja Sekolah Menengah Atas/Kejuruan di Kota Samarinda), (Jurnal Psikologi, 2013) Quussiy. Abdul Aziz-, Asasusshihhah an-nafsiyah alih bahasa oleh Prof. Dr. Zakiah Darajat dalam Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental ( Jakarta : Bulan bintang. 1974 ) Samiaji Sarosa, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif ( Jakarta : PT Indeks ), 2012 Santrock J W, Life Span Development (Dallas : Brown and Benchmark, 2002 ) Sarafino, E.P. ( 1990 ) Health Psychology : biopsycological interaction. Second edition. New york: John Wiley & Son. Sarafino, Edward.P. ( 1998 ) Health Psychology : biopsycological interaction. Third edition. USA : John Wiley & Son Sarwono, Sarlito, W, Psikologi Remaja ( Jakarta : PT Raja Grafindo ), 1994 Cet. III Satori, Djam‟an dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Alfabeta ), 2013. Schneiders, Alexander A. ( 1964 ). Personal adjusment and mental health. New York : Holt, Rineharr and Wisnton Sedarmayanti, Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian ( Bandung : CV Mandar Maju ), 2011 Smet, Bart, Psikoogi Kesehatan, ( Jakarta : PT Grasindo, 1994 ) Sobur, Alex, M.Si Psikologi Umum ( Bandung : Pustaka Setia, 2003 ) Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, ( Bandung: Alfabeta, 2014. ) Sunarto dan Hartono, Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011 ). Cet. Ke-12.
103
Wibowo ,Istiqomah, dkk, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2013 ), Cet. 2 ____________________, Psikologi Komunitas ( Depok : LPSP3 UI, 2011 ), Cet. 1
LAMPIRAN A LEMBAR DATA PARTISIPAN DATA DIRI Nama (inisial) : Aat Rodiyat Tempat, Tanggal Lahir : Lebak, 11 Nopember, 1998 Agama : Islam Pendidikan Terakhir : SDN Hariang 4, Desa Sobang Alamat : Kp. Sukadame, Ds. Hariang, Kec. Sobang No Telepon : 08577728606 Pekerjaan :Siswa SMA Rangkasbitung. DATA KELUARGA Nama Ibu : Isah Nama Ayah : Jali
LAMPIRAN B PEDOMAN WAWANCARA Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman dan penghayatan tentang kehidupan remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar baduy tentang bagaimana kemampuan penyesuaian diri mereka yang dalam satu sisi mereka tidak mendapatkan dukungan sosial secara utuh. Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam : Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta kesediaan adik-adik untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta izin pada adik-adik untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya menjamin kerahasiaan wawancara ini. Apakah adik-adik bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini? Pedoman Wawancara ‘’ Dukungan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar baduy 1. Dukungan Sosial A. Dukungan emosional a. Dukungan semangat 1. Bisakah anda menceritakan bagaimana dukungan semangat yang diberikan oleh keluarga dan teman-teman anda di sekolah saat anda memutuskan untuk sekolah di luar Baduy? ‘’ Keluarga saya sangat mendukung saya untuk sekolah, pada saat itu saya bimbang, karena satu sisi saya mau masuk islam
dan sekolah tapi hanya mendapat dukungan untuk sekolah saja, tidak dengan masuk Islam. Lantas saya memaksakan kehendak saya untuk masuk Islam, tanpa sepengetahuan keluarga saya, saya diam-diam membaca dua kalimat syahadat, barulah setelah itu saya memberi kabar kedua orang tua saya. Saat itu masih jarang yang punya handphone, bisa dibilang remaja baduy luar baru saya saja yang punya handphone, saya memberi kabar mereka lewat itu, dan bapak saya Cuma jawab ‘’ yaudah tidak apa-apa, abis mau gimana lagi kamu udah masuk Islam ‘’. Setelah itu saya menetap di luar baduy tanpa sepengetahuan kepala adat. b. Dukungan nasehat 2. Siapa yang menasehati anda saat anda berada dalam masalah dan memutuskan sekolah di luar baduy? kemudian bagaimana dia memberikan nasehatnya ? ‘’di tempat saya menetap jarang yang memberikan saya nasehat, karena memang sibuk masing-masing. Keluarga saya memberikan nasehat ‘’ jangan masuk Islam sebelum lulus SD ‘’, nasehat yang sedikit membuat saya tidak terima, kalau saya baru masuk Islam setelah SD pasti saya telat untuk belajar membaca al-Quran, oleh karenanya saya memaksakan kehendak saya untuk masuk Islam. c. Dukungan Penghargaan 3. Saat anda meraih prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan anda, apakah anda mendapatkan penghargaan ? Bagaimana penghargaan itu diberikan ? Saya pernah mendapat ranking 3 saat sekolah dasar dan saya mendapatkan penghargaan sama seperti teman-teman saya yang juga berprestasi pada saat itu. Penghargaan itu diberikan sama seperti mereka memberikan penghargaan pada yang lainnya. d.
Dukungan kepercayaan
4. Bagaimana cara anda meyakinkan keluarga anda untuk mempercayai anda untuk sekolah di luar baduy? Saya meyakinkan mereka dengan menyampaikan keresahankeresahan saya, saat banyak pengunjung di baduy saya sering mendengar bahwa menurut mereka orang-orang baduy itu katro,
bodoh
dan
ketinggalan
zaman,
saya
terus
menyampaikan itu pada keluarga saya meskipun saya baru menginjak
remaja
dan
akhirnya
mereka
memberikan
kepercayaan kepada saya untuk sekolah. 5. Bisakah anda menceritakan, bagaimana teman-teman di sekolah anda mempercayai anda, karena anda berasal dari suku Baduy? Awalnya teman-teman saya mencibir dan tidak sedikit yang bertanya ‘’ ngapain sekolah di sini ? ‘’ ‘’ dasar cilok ‘’, tapi itu hanya terjadi saat awal-awal saja, selanjutnya teman-teman dan guru-guru bersikap adil antara saya ‘’ orang baduy ‘’ dan teman-teman yang lainnya ‘’ luar baduy’’ B. Dukungan Informasional a. Pemberian Petunjuk / Informasi 6. Sejak kapan anda mulai mendapatkan informasi tentang sekolah di luar baduy? Bagaimana anda mendapatkan informasi tersebut ? Semenjak saya menyampaikan keinginan saya untuk sekolah di luar baduy, bapaklah yang semangat mencari informasi tentang sekolah, sampai akhirnya dia juga yang mendaftarkan saya sekolah. Pada dasarnya dia sangat mendukung untuk sekolah tapi tidak dengan masuk Islam. C. Dukungan Nyata a. Pemberian bantuan finansial 7. Bisakah anda menceritakan bagaimana cara anda mendapatkan uang jajan ?
Selama saya menetap di sini ‘’ di luar baduy ‘’ untuk sekolah banyak tetangga-tetangga di tempat saya tinggal memberikan bantuan berupa ‘’ uang jajan ‘’, banyak sekali yang memberikan bantuan itu, karena memang mereka juga sangat mendukung dan peduli pada remaja baduy seperti saya. Selain itu kedua orang tua juga mendukung niat saya untuk sekolah. b. Pemberian Sarana dan Prasarana 8. bagaiamana anda mendapatkan alat-alat tulis dan perlengkapan sekolah ? keluarga saya terutama orang tua mendukung penuh i’tikad baik saya untuk sekolah, jadi dari merekalah saya bisa mendapatkan alat-alat tulis dan perlengkapan sekolah. 9. bagaimana akses dari tempaat tinggal ke sekolah ? apakah anda menggunakan alat transportasi ? selama saya tinggal di guru ngaji saya, saya hanya membutuhkan jalan kaki karena memang lokasinya tidak begitu jauh dengan Sekolah Dasar, dan saat SMA pun seperti sekarang ini saya tinggal di rangkas bitung di rumah kenalan orang tua saya yang jaraknya tidak jauh dari SMA. D. Dukungan dari Kelompok Sosial 10. Bagaimana tanggapan suku Baduy luar saat anda memutuskan untuk sekolah di luar baduy ? apakah mereka mendukung ? Mendukung, karena anak-anak merekapun sama dengan saya sedang berjuang untuk melanjutkan pendidikan. Jadi kami saling menutupi satu sama lain, begitupun yang dilakukan keluarga saya di dalam baduy. 2. Penyesuaian Diri A. Persepsi yang akurat terhadap realitas a. Merencanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan 11. Apakah bersekolah di luar baduy sesuai dengan kemampuan anda? Secara personal sesuai kemampuan, tapi sebenarnya keluarga saya masih belum mampu untuk membiayai, kendatipun demikian
keluarga saya sangat mendukung sehingga memaksakan dan mengupayakan segala daya untuk seberlangsungan pendidikan saya. 12. Apakah keiginan anda sesuai dengan kemampuan anda dan bagaimana anda mewujudkannya? Tidak sesuai kemampuan juga sih, ada juga yang memaksakan. Seperti sekarang saya sekolah SMA, padahal keuangan orang tua tidak begitu besar, tapi entah kenapa selalu saja ada jalan, karena seperti yang saya bilang tadi, orang-orang sekitar sangat peduli dengan remaja baduy yang ingin sekolah di luar baduy seperti saya ini. b. Mengenali konsekuensi setiap tindakan 13. Apakah anda tahu sanksi apa yang akan anda dapatkan jika Pu’un mengetahui bahwa anda sekolah di luar baduy? Mungkin bahasanya bukan sanksi ya, hanya saja dia yang melanggar adat disebut durhaka dan tidak suci. Ya saya tahu betul itu, tapi bagaimanapun dukungan keluarga dan masyarakat baduy luar membuat saya tidak takut. 14. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan bahwa anda harus sekolah di luar baduy dengan semua resikonya ? Saya sudah sangat resah dengan semua sebutan yang dinisbatkan kepada kami ‘’ warga baduy ‘’ sebagai orang katro dan bodoh, kekesalan dan keresahan itu membuat saya lupa akan laranganlarangan itu, yang ada dalam pikiran saya saat ini hanyalah bagaimana caranya sebutan itu tidak lagi dinisbatkan pada kami ‘’ warga baduy ‘’. Jadi saya yakin saja bahwa niat baik tidak akan berujung kejelekan. B. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan a. mampu mengatasi konflik atau masalah yang ada 15. Apa yang anda lakukan jika anda ditimpa oleh masalah yang sangat berat ? Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah tersebut ?
Masalah si banyak, tapi saya nggak biasa untuk sibuk-sibuk mikirin masalah itu, ya biasa aja, jalanin aja gitu. Nanti juga beres sendiri.
b. Bisa menerima keadaan dan puas meski gagal mencapai tujuan yang direncanakan
16. Pernahkan anda gagal dalam merencanakan sesuatu ? Apakah anda bisa menerima kegagalan tersebut ? bagaimana cara anda menerimanya ? Pernah, ya terima-terima aja gitu. Kalau dulu sih masih suka ngeluh mungkin kalau bahasa anak sekarang ‘’ galau’’, tapi semenjak saya belajar Agama Islam ane sedikit tenang kalau ada masalah. Seenggaknya saya inget Allah udah bikin agak lega.
c.
Tetap tenang meski dalam keadaan genting atau terpuruk
17. Bagaimana jika anda berada dalam keadaan terpuruk atau genting, seperti belum mengerjakan PR dari sekolah atau ada yang ingin melaporkan ke Pu’un bahwa anda sekolah di luar baduy ? Kalau untuk dilaporkan ke Jaro atau Pu’un sih kayaknya nggak mungkin, soalnya sesama warga baduy juga sekarang sudah mulai pengen maju, pengen sama kayak orang-orang di luar sana. Kalaupun dalam situasi genting atau dalam masalah di sekolah saya biasanya diemin masalah itu, pernah waktu itu ada yang menghina saya berlebihan di SMP Rangkas, saya diemin beberapa hari untung besoknya dia nggak ngulangin lagi, mungkin kalau dia ngulangin saya nggak bisa tahan diri saya, bisa aja orang itu saya ‘’ tonjok’’, biasanya orang pendiem lebih galak kalau udah marah.
Pernah satu waktu, saat itu saya belum bisa baca alQura’an, semua anak diminta membawa al-Qur’an untuk dites membaca di depan guru agama, bisa dibayangkan bagaimana perasaan saya saat itu, saya hanya bisa duduk paling belakang dan terus menghindar saat guru agama
melihat ke belakang. Keadaan saya sangat terpuruk waktu itu, karena harus jadi orang yang satu-satunya tidak bisa membaca al-Qur’an, saya sangat resah dan bingung mau bicara dengan saiapa, ditambah sikap saya yang memang seorang pendiam. Saya sangat gugup dan resah jika dihadapkan dalam keadaan genting seperti itu. C. Citra diri yang positif a. Mengakui dan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri 18. Bisakah anda menceritakan apakah anda tahu apa kekurangan dan kelebihan anda ? Saya sih kayaknya gini-gini aja yah, masi ngerasa banyak kekurangan aja gitu, apalgi saya berasal dari baduy yang kata orang masih terbelakang, yah pokoknya kekuranganya banyaklah, salah satunya ya saya suka minder kalau untuk bilang ke orang yang baru kenal saya ini orang baduy, butuh proses untuk bilang ke orang kalau saya ini berasal dari baduy. Kalaupun untuk kelebihan kayaknya saya Cuma punya satu kelebihan, yaitu semangat. b.
Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri ( Optimis ) 19. Apakah anda merasa yakin dengan kemampuan dan semua yang anda miliki saat ini ? mengapa ? Sangat yakin, soalnya meskipun saya berasal dari baduy, buktinya saya masih bisa bertahan samapa sekarang dengan segala kekurangan dan kelebihan yang saya miliki saat ini. Intinya sih saya orangnya mau asalkan itu buat kebaikan. 20. Bagaimana perasaan anda saat melihat sesuatu hal yang jauh dari kemampuan anda, seperti teman ada lebih pintar dari pada anda ? apakah anda akan berusaha sekuat tenaga atau diam dan menerima kekurangan yang ada ? Sering sih liat yang seperti itu, teman-teman kelas yang memang berasal dari keluarga berada selalu terlihat lebih segalanya dari
saya, belum lagi juara-juara kelas yang selalu jadi andalan guruguru saat ada perlombaan cerdas cermat atau semacamnya. Ditambah karena saya suka olahraga ternyata di sekolah banyak anak yang jauh lebih hebat dalam olah raga, untuk menyikapinya saya selalu sadar bahwa kita punya kemampuan masing-masing tapi saya selalu berlatih dan berusaha untuk menyusul mereka. Saya punya prinsip, kalau mereka bisa kenapa saya tidak bisa. D. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan a. Peka/ memikirkan tentang perasaan diri sendiri 21. Perubahan apa saja yang anda alami setelah anda bersekolah di luar baduy ? dan bagaimana perasaan anda ? Perubahan sih banyak, terutama dalam hal pergaulan. Saya memang termasuk anak yang senang bergaul selama tinggal di baduy luar, ternyata keadaanya sangat berbeda saat saya mulai bergaul dengan orang luar baduy di sekolah. Tapi perubahanperubahan itu terus berusaha saya imbangi sekuat mungkin. Yang jelas perubahan-perubahan yang saya alami tidak mengubah sikap saya terhadap remaja baduy luar yang belum sekolah. Perasaan
saya
tentu
senang,
tapi
sebelum
saya
bisa
mengucapkan itu ‘’ senang ‘’ banyak suka duka yang saya lalui selama bersekolah di luar baduy, terutama awal-awal saya sekolah. Semuanya terasa baru. Awalnya saya merasa sangat canggung dan menutup diri, karena memang sangat sedikit anak-anak yang menerima orang baduy untuk berbaur dengan mereka, tak terkecuali teman-teman sekolah saya waktu itu. Tapi saya melewati itu dengan sabar, akhirnya saya bisa duduk di kelas 3 SMA seperti sekarang ini. b. Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara terbuka dan jujur
22. Apakah anda menyadari kapan anda merasa marah, sedih, kecewa, dan bahagia ? Sangat menyadari. 23. Apakah anda mengungkapkan/curhat semua masalah dan apa yang anda rasakan terhadap orang lain ? Saya lebih senang memendam perasaan saya sendiri, saya termasuk anak yang pendiam kalau masalah perasaan.
E. Hubungan interpersonal yang baik a. Merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain 24. Apakah anda merasa nyaman saat berinteraksi dan bergaul dengan teman-teman sekolah anda ? Awalnya
tentu
sangat
tidak
nyaman,
apalagi
untuk
berkomunikasi dengan orang-orang luar baduy selama di sekolah, tapi lambat laun merekapun bisa menerima keberadaan saya, apalagi saya anaknya nggak banyak bertingkah. 25. Apakah anda betah saat berada di sekolah ? Sangat betah, karena ternyata di sekolah yang saya tempati sangat menghargai orang-orang baduy, bahkan tidak sedikit dari mereka yang justru menganggap unik kalau bisa berteman denga orang Baduy seperti saya. Tidak jarang mereka menyebut saya Aat Baduy. b. Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama, usia ,jenis kelamin dan lain sebagainya 26. Apakah anda pilih-pilih teman dalam bergaul ? Saya tidak pilih-pilih dalam bergaul, siapa saja saya berteman denganya, selama dia baik, ya kenapa tidak saya berteman denganya.
27. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang yang berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama dan usia yang lebih tua dan lebih muda?
Apakah anda menemui
kendala ? bagaimana cara anda menghadapinya ? Kendalanya sangat banyak, salah satunya dikucilkan saat pertama masuk sekolah, tapi di luar itu mereka semua menyambut hangat orang baduy seperti saya, asalkan kita mau untuk berbaur dan berbuat baik. Saya sudah masuk Islam dan mayoritas lingkungan SMA saya juga orang Islam jadi nggak ada masalah sih, tapi nggak sedikit juga yang beragama
non-Islam
dan
saya
menyikapinya
dengan
penerimaan seperti halnya teman-teman saya yang menerima saya yang dari baduy, mungkin itu juga salah satu manfaatnya sekolah, pikiran kita lebih terbuka. c. Tidak
membuat
orang
lain
merasa
terganggu
dengan
kehadirannya 28. Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri anda ? Sepertinya dalam pikiran mereka saya ini orang yang unik, karena memang jarang sekali teman-teman saya di sekolah berteman dengan orang baduy. Saya juga seringkali dipercaya untuk menjadi penampil saat sekolah mengadakan pentas seni, bahkan tidak jarang saya menampilkan tokoh asli saya ‘’ baduy ‘’ dalam salah satu drama, dan hasilnya sangat memuaskan, semuanya tertawa. Jadi dari situ saya menganggap bahwa orang lain melihat saya sebagai pribadi yang lucu dan unik, satu lagi wajib dilestarikan menurut pendapat teman saya di sekolah. d. Bisa berkomunikasi dengan verbal dan non-verbal 29. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan mereka ‘’ teman-teman anda di sekolah ‘’ ? Saya coba terus mengimbangi mereka, terlebih awal-awal masuk sekolah saya masih kaku untuk berhubungan dengan
orang selain suku baduy. Awalnya malu-malu tapi lama kelamaan teman-teman sekitar saya mulai mengerti saya dan mereka juga mencoba mengimbangi saya, bahkan tak sedikit yang memberikan saya semangat untuk terus sekolah.
LAMPIRAN C PEDOMAN OBSERVASI Tanggal : 07, Oktober 2016 Jam : 12. 45 WIB Wawancara ke : Satu Tempat : Desa Ciboleger, Perbatasan Baduy Luar Catatan Lapangan : 1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain) : Hari itu cuaca sangat mendung. Di tengah-tengah wawancara hujan turun cukup deras. Suara percakapan kami menjadi samar karena air hujan yang turun dengan angin yang cukup kencang, sehingga Aat harus sedikit mengangkat suaranya agar jelas terdengar. Awalnya suara Aat sangat kecil sekali, menurut peneliti dia sedikit malu menceritakan kisahnya tentang sekolah di luar baduy. Tapi karena kondisi perbatasan berangsur sepi karena hujan Aat bisa dengan santai menceritakan kisahnya ditambah tidak ada pihak lain di sekitar kami. 2. Gambaran fisik dan penampilan subyek : Aat Rodiyat bertubuh sedikit gempal, berkulit putih. Mungkin bagi orang awam tidak akan percaya kalau dia berasal dari baduy, tapi setelah mendengarnya berbicara barulah tau sebenarnya. Saat wawancara ia memakai sweeter coklat dan topi abu-abu lengkap dengan celana hitam panjang.
3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara, intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, kontak mata, keterbukaan subyek, dll) Awalnya Aat Rodiyat merasa sedikit canggung untuk bercengkrama dan menceritakan
kisah
tentang
sekolahnya.
Barulah
di
pertengahan
wawancara Aat merasa sedikit santai, oleh karena itu peneliti sempat mengulang beberapa pertanyaan yang dianggap belum sampai pada fokus penelitian. Setiap kalimat yang ia ucapkan selalu terputus putus kata per kata. Beberapa kali peneliti harus terlebih dahulu mengalihkan inti wawancara ke pembicaraan lain untuk mencairkan suasana. Volume suaranya selalu rendah, kadang-kadang peneliti harus mendekatkan telinga ke informan untuk bisa mendengarkan jawaban dari informan. Bahkan kadang informan merasa dirinya sedang diinterogasi oleh pihak berwajib. ‘’ aduh kok jadi tegang amat ini mas wawancaranya ‘’ ungkapanya saat merasa semakin gugup. Informan juga sering sekali menjawab pertanyaan peneliti dengan senyuman sambil menundukkan kepala, entah malu atau nervous, tapi setelah diajak berbicara lebih santai ternyata Informan merasa tidak nyaman bahkan takut jika identitasnya harus terbongkar sebagai orang baduy yang sekolah di luar baduy, tapi peneliti berhasil mengajaknya berbicara lebih rileks dengan mengajaknya berjalan berkeliling sekitar baduy luar dengan candaan candaan ringan yang membuat Informan kembali mau diajak wawancara dan menjawab semua pertanyaan dari peneliti. 4. Gangguan atau hambatan selama wawancara :
Sempat ada pihak lain selama wawancara berlangsung, tapi saat ada pihak lain peneliti berusaha untuk mengalihkan terlebih dahulu pembicaraan ke arah yang lebih umum. Barulah setelah pihak lain itu pergi peneliti mengembalikan pembicaraan ke fokus penelitian. 5. Catatan khusus selama wawancara : 1. Berusaha untuk tidak ada yang mendengar mengenai fokus penelitian, antisipasi untuk menjaga identitas Informan dari Jaro.1 2. Terkadang Informan menjawab dengan bahasa sunda yang peneliti kurang dimengerti. 3.
Di luar itu semua Informan terlihat mencoba bekerjasama sebisa mungkin dengan Peneliti.
1
Istilah kepala adat Suku Baduy.
INFORMAN 2 LEMBAR DATA PARTISIPAN DATA DIRI Nama (inisial) : Atmajaya Tempat, Tanggal Lahir : 08 Januari, 2002 Pendidikan Terakhir : SDN Hariang 4, Desa Sobang Alamat : Kp. Cisaban, Leuwidamar, Lebak No Telepon : 081517732434 Pekerjaan :Siswa SMP Satu Atap ( Satap ) Ds. Sobang. Nama Ayah : Dairan
LAMPIRAN B PEDOMAN WAWANCARA Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman dan penghayatan tentang kehidupan remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar baduy tentang bagaimana kemampuan penyesuaian diri mereka yang dalam satu sisi mereka tidak mendapatkan dukungan sosial secara utuh. Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam : Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta kesediaan adik-adik untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta izin pada adik-adik untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya menjamin kerahasiaan wawancara ini. Apakah adik-adik bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini? Pedoman Wawancara ‘’ Dukungan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar baduy ‘’ Informan 2 Atmajaya 1. Dukungan Sosial A. Dukungan emosional a. Dukungan semangat 1. Bisakah anda menceritakan bagaimana dukungan semangat yang diberikan oleh keluarga dan teman-teman anda di sekolah saat anda memutuskan untuk sekolah di luar Baduy?
Kalau Bapak sih sangat mendukung dan menyemangati, tapi Ibu masih sedikit merasa takut dan mengkhawatirkan saya, karena Ibu saya sangat tidak mau kalau saya harus berangkat sekolah tiap pagi dengan cara sembunyi-sembunyi, takut ada apa-apa, katanya. Tapi selebihnya sih Ibu mendukung, Cuma khawatir aja, b. Dukungan nasehat 2. Siapa yang menasehati anda saat anda berada dalam masalah dan memutuskan sekolah di luar baduy ? kemudian bagaimana dia memberikan nasehatnya ? Kebetulan selama saya sekolah saya punya kenalan dekat SMP, di rumahnya saya sering singgah untuk sekedar melepas lelah, pemilik rumah itulah yang selau menasehati saya untuk tetap terus sekolah apapun yang terjadi. c. Dukungan Penghargaan 3. Saat anda meraih prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan anda, apakah anda mendapatkan penghargaan ? Bagaimana penghargaan itu diberikan ? Waktu itu pernah saya masuk tim Voly di smp dan menang lomba voli antar SMP se-Rangkasbitung. Setelah itu coba untuk kualifikasi lagi untuk mengikuti ajang yang lebih tinggi tapi gagal. Selama saya menjadi bagian dari tim volli yang berprestasi itu Alhamdulillah pihak sekolah memperlakukan sama antara saya dengan yang lainnya ‘’ siswa non baduy ‘’ dan memberikan penghargaan yang sama dengan yang lainnya. d.
Dukungan kepercayaan 4. Bagaimana cara anda meyakinkan keluarga anda untuk mempercayai anda untuk sekolah di luar baduy? Saya hanya bilang seadanya saja, sesuai niat awal saya, yaitu pengen belajar, tidak lebih dari itu. Memang pada saat itu juga orang tua sangat mendukung, paling yang dikhawatirkan adalah pulang-pergi dari sekolah itu karenamemang jaraknya yang sangat jauh dan melewati perkebunan.
5. Bisakah anda menceritakan, bagaimana teman-teman di sekolah anda mempercayai anda, karena anda berasal dari suku Baduy? Kalau saya itunganya jauh lebih mudah, karena sebelum saya sudah ada Aat yang sekolah di tempat yang sama, jadi teman-teman sekolah juga langsung terbiasa dengan kehadiran saya meskipun saya dari Baduy. B. Dukungan Informasional a. Pemberian Petunjuk / Informasi 6. Sejak kapan anda mulai mendapatkan informasi tentang sekolah di luar baduy? Bagaimana anda mendapatkan informasi tersebut ? Dari dulu saat saya kecil memang saya memang sudah suka main ke luar baduy, dari situ saya suka tanya-tanya sama orang luar tentang sekolah, jadi saya yang nyari sendiri informasinya, ditambah lagi Aat sudah sekolah sebelumnya. C. Dukungan Nyata a. Pemberian bantuan finansial 7. Bisakah anda menceritakan bagaimana cara anda mendapatkan uang jajan ? Untuk hal itu orang tua saya yang masih menanggungnya, puji syukur orang tua saya masih mampu untuk membiayai sekolah saya meskipun memang pas-pasan. b. Pemberian Sarana dan Prasarana 8. bagaiamana anda mendapatkan alat-alat tulis dan perlengkapan sekolah ? Sama seperti uang jajan, alat-atal dan perlengkapan sekolah juga saya dapatkan dari kedua orang tua saya. 9. bagaimana akses dari tempaat tinggal ke sekolah ? apakah anda menggunakan alat transportasi ? Jalan kaki, sama seperti Aat dulu waktu dia sekolah SMP, hanya saja sekarang temen-temen yang sama sama sekolah di luar baduy juga memiliki satu tempat yang sama untuk ganti baju, ya biasa sih
tempatnya cuma gubug aja, yang penting cukup buat kita pas di tengah kebun buat ganti baju. D. Dukungan dari Kelompok Sosial 10. Bagaimana tanggapan suku Baduy luar saat anda memutuskan untuk sekolah di luar baduy ? apakah mereka mendukung ? Kalau Jaro sih jelas melarang warganya untuk sekolah, untuk warganya biasa aja sih mas, tapi yang jelas mereka juga sama-sama nutupin biar kita semua nggak ketahuan sama Jaro apalagi 3 tangtu itu. Jadi intinya mereka sih mendukung yang penting kita di sini bener-bener belajar aja. Di luar dari itu saya juga orangnya cukup cuek apalagi masalah lingkungan sekitar, yang jelas mereka tidak mengusik, saya juga tidak akan mengusik mereka 2. Penyesuaian Diri A. Persepsi yang akurat terhadap realitas a. Merencanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan 11. Apakah bersekolah di luar baduy sesuai dengan kemampuan anda? Sesuai kemampuan sih, tapi awalnya ibu sedikit khawatir takut kenapa-kenapa di jalan, tapi ya sekarang-sekarang udah biasa aja. 12. Apakah keiginan anda sesuai dengan kemampuan anda dan bagaimana anda mewujudkannya? Kalau punya keinginan sih saya coba terus kejar itu, terus latihan. Keinginan sih banyak tapi sedikit-sedikit lah saya capai itu. Terus saya juga orangnya sambil jalan aja sih, artinya ya kalau untuk mencapai sesuatu saya jarang bikin target, yang penting saya usaha dulu sekuat mungkin. b. Mengenali konsekuensi setiap tindakan 13. Apakah anda tahu sanksi apa yang akan anda dapatkan jika Pu’un mengetahui bahwa anda sekolah di luar baduy? Tahu sih, tapi saya orangnya nggak mau ribet yah, yang penting saya harus sekolah dan berubah, masalah sanksi itu urusan belakangan.
14. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan bahwa anda harus sekolah di luar baduy dengan semua resikonya ? Saya orangnya cuek, bagi saya yang penting keluarga sudah mendukung, selebihnya terserah deh. B. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan a. mampu mengatasi konflik atau masalah yang ada 15. Apa yang anda lakukan jika anda ditimpa oleh masalah yang sangat berat ? Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah tersebut ? Ya sabar aja sih, lagian mau gimana lagi, namanya jga hidup ya pasti ada masalahkan. Saya lebih senang untuk tidak memikirkan masalah, biar deh itu terus ada yang penting saya terus fokus sama sekolah saya, saya udah nggak mau ketinggalan lagi. cukup orang-orang tua saya yang ketinggalan, saya jangan. b. Bisa menerima keadaan dan puas meski gagal mencapai tujuan yang direncanakan 16. Pernahkan anda gagal dalam merencanakan sesuatu ? Apakah anda bisa menerima kegagalan tersebut ? bagaimana cara anda menerimanya ? Pernah sih, tapi saya orangnya tipe yang sambil jalan aja, nggak ada target yang tinggi-tinggi, ya jalanin aja gitu. Bisa, soalnya bagi saya yang pentingkan mau usaha dulu, kalau untuk hasil ya gimana nanti aja. Ditambahkan saya orangnya nggak suka dikejar target, tetap menargetkan tapi ya nggak begitu menuntut dan memaksakan kehendak. Pernah waktu itu saya dan tim saya jadi ututsan sekolah untuk lomba volli antar sekolah se Rangkasbitung dan kami kalah, bagi saya tidak jadi masalah yang penting setelah itu mau lagi latihan dan melihat ke depan. c. Tetap tenang meski dalam keadaan genting atau terpuruk
17. Bagaimana jika anda berada dalam keadaan terpuruk atau genting, seperti belum mengerjakan PR dari sekolah atau ada yang ingin melaporkan ke Pu’un bahwa anda sekolah di luar baduy ? Jelas sih deg-degan, tapikan ada temen jadi kadang kadang saya langsung minta tolong ke temen kalau ada masalah, itupun jarang. Kalau untuk masalah saya suka pilih-pilih mana temen yang pas buat diajak bicara dan dimintai tolong. C. Citra diri yang positif a. Mengakui dan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri 18. Bisakah anda menceritakan apakah anda tahu apa kekurangan dan kelebihan anda ? Saya sih ya gini aja, enggak ada kelebihannya, ya biasa aja gitu. Paling kelebihanya ya di olah raga Volli, saya juga masuk tim utama volli di SMP sekarang. b.
Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri (Optimis) 19. Apakah anda merasa yakin dengan kemampuan dan semua yang anda miliki saat ini ? Iya saya yakin, saya yakini semua itu dengan belajar, karena percuma kalau kemampuan yang dimiliki hanya didorong keyakinan saja tanpa usaha, yang jelas saya yakin dan mau usaha. 20. Bagaimana perasaan anda saat melihat sesuatu hal yang jauh dari kemampuan anda, seperti teman ada lebih pintar dari pada anda ? apakah anda akan berusaha sekuat tenaga atau diam dan menerima kekurangan yang ada ? Ya pasti pengenlah, bisa dibilang cemburu. ‘’ Kok orang hebat yah, tapi saya enggak ‘’, tapi kan itu sesuai dengan usaha dan latihanya, sperti yang saya bilang tadi, di Volli kami memang pernah berprestasi tapi ternyata ada yang lebih baik lagi dari kami, ya saya sangat iri dan mengakui kelebihan mereka. Justru saya dan teman-teman jadi terpacu
untuk latihan lebih gigih lagi dan menjadikan mereka sebagai motivasi untuk jadi yang lebih baik lagi. D. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan a. Peka/ memikirkan tentang perasaan diri sendiri 21. Perubahan apa saja yang anda alami setelah anda bersekolah di luar baduy ? dan bagaimana perasaan anda ? Banyak ya perubahannya, dari dulu tidak tahu sekarang jadi tahu, apalagi maslah pelajaran yang diajarkan di sekolah, semuanya memberikan perubahan bagi diri saya, saya harap ini terus begitu biar saya bisa ngasih perubahan ke keluarga saya dan yang lainnya. b. Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara terbuka dan jujur 22. Apakah anda menyadari kapan anda merasa marah, sedih, kecewa, dan bahagia ? Iya, sangat menyadari. Kadang-kadang saya kalau lagi nggak enak perasaan untuk main saya lebih milih menyendiri, berarti itu tandanya saya lagi ada masalah dan ada yang salah sama perasaan saya. 23. Apakah anda mengungkapkan/curhat semua masalah dan apa yang anda rasakan terhadap orang lain ? Saya lebih senang untuk memendamnya sendiri, saya tidak mau orang lain juga merasakah kesulitan yang sedang saya alami, apalgi kedua orang tua saya. Bagi saya sudah cukuplah mereka memberikan dukungan saya untuk sekolah, selebihnya masalah-masalah yang saya hadapi biar saya saja yang tahu. E. Hubungan interpersonal yang baik a. Merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain 24.
Apakah anda merasa nyaman saat berinteraksi dan bergaul dengan teman-teman sekolah anda ? Baik-baik saja kok. Mereka semuanya baik, mau nerima saya, jadi saya juga enak untuk komunkasi ke merekanya. Paling
awalnya aja, pertama-tama masuk sekolah kayak yang orang asing di mata mereka, selebihnya sudah bisa main bareng dan becanda bareng. 25. Apakah anda betah saat berada di sekolah ? Betah, karena di sekolah bisa nambah teman, nambah ilmu pastinya meskipun saya paling katro waktu awal-awal masuk sekolah. b. Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama, usia ,jenis kelamin dan lain sebagainya 26. Apakah anda pilih-pilih teman dalam bergaul ? Tidak, gabung-gaubung saja dengan semua orang, saya justru kurang suka jia harus berteman dengan berkelompokkelompok. Saya memang bisa dibilang orang yang sangat pendiam, otomatis saya jarang sekali bicara, tapi untuk teman saya tidak pilih-pilih, selama mereka baik dan tidak macemmacem ya saya berteman dengan mereka. 27. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang yang berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama dan usia yang lebih tua dan lebih muda?
Apakah anda menemui
kendala ? bagaimana cara anda menghadapinya ? Kendala sih pasti ada, tapi selama ini yang paling susah itu untuk komunikasi sama orang yang lebih tua, apalagi guru. Waktu guru nanya saya sering nggak jawab, biasanya cuma geleng-gelen kepala sama nunduk aja, mulut kayaknya berat untuk ngomong, ya saya mulai belajar buat beraniin diri, sekarang sudah lumayan bisa buat ngomong ke orang yang lebih tua, ya itu juga berkat sekolah. Kalau untuk perbedaan suku sih itu nggak masalah ya, awalnya aja saya nggak berani, itupun karena sayanya dulu yang ngerasa minder sama yang lain, ngerasa paling beda sama yang lain, padahal mereka siap nerima saya.
Sampe sekarang saya belum masuk Islam, beda sama Aat yang udah mutusin masuk Islam tapi untuk sekedar bergaul dan ngobrol-ngobrol sama mereka saya belum nemuin hambatan. c.
Tidak
membuat
orang
lain
merasa
terganggu
dengan
kehadirannya 28. Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri anda ? Untuk yang seperti itu saya jarang sih memerhatikan, paling-paling kalaupun ada yang bilang saya pendiem ya saya diemin aja, mungkin memang bagi mereka ada hal yang kurang disuka dari saya, waktu itu juga pernah di skeolah ujian BTA ( Baca Tulis al-Qur’an ) terus saya ditanya sama guru ‘’ Kamu mau ikut ujian nggak ? Kamu bisa bacanya ? ‘’. Waktu itu saya cuma bisa diem aja, tapi temen-temen saya yang jawab ‘’ Ujian aja bu, Atma orangnya rajin kok belajarnya, walaupun masih sedikitsedikit bisa baca al-Qur’anya ‘’. Mungkin itu bisa jadi pandangan temen-temen terhadap saya.
Jadi ya mereka
nggak bisa dibilang tidak terganggu dengan kehadiran saya, kalau sudah waktu belajar, ya saya juga nggak macemmacemlah, Cuma perhatiin apa yang ada di papan tulis dan guru yang menjelaskan di depan. d.
Bisa berkomunikasi dengan verbal dan non-verbal 29. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan mereka ‘’ teman-teman anda di sekolah ‘’ ? Awalnya saya takut untuk bergabung dengan mereka, sangat canggung. Selanjutnya ya biasa sih saya ngobrol-ngobrol kaya orang lain, suka ngumpul-ngumpul dan maen bareng
LAMPIRAN C PEDOMAN OBSERVASI Tanggal : 08, Oktober, 2016 Jam : 16 : 44 WIB Wawancara ke : Dua Tempat : Baduy Luar di dekat kediaman Jaro Saija. Catatan Lapangan : 1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain) : Hari itu Kondisi Baduy Baduy Luar sedikit ramai oleh pengunjung, kami berdua memilih tempat yang jarang dilalui oleh pejalan kaki yang lalu lalang. Beberapa meter dari kami ada seorang perempuan yang sedang menenun, tapi dia tidak memedulikan kegiatan kami dan terus asyik menenun kainnya. Awalnya seperti mau turun hujan, tapi sampai wawancara selesai hujan tak kunjung turun. Pihak lain hanya lalu lalang itupun masih bisa dihitung oleh jari. Pihak lain yang menetap hanya seorang perempuan yang menenun itu dan tidak mengganggu. 2. Gambaran fisik dan penampilan subyek : Atmajaya dengan tinggi badan sekitar 155 cm dengan badan sedikit kurus yang mungkin bisa merepresentasikan remaja suku baduy luar lengkap dengan kulitnya yang gelap. Saat wawancara ia memakai celana pendek hitam sesuai dengan adat suku baduy.
3.
Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara, intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, kontak mata, keterbukaan subyek, dll) : Atmajaya sangat pendiam, sangat sulit untuk diajak bicara. Sesekali ia diam dan terlihat berpikir tentang percakapan kami. Tapi ia terlihat berusaha keras untuk menceritakan semuanya. Dia juga mengakui hal itu, jadi peneliti membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk wawancara tersebut, tapi dia sangat terbuka untuk informasi hanya saja dia memiliki sedikit masalah dalam berbicara.
4. Gangguan atau hambatan selama wawancara : 1. Atmajaya anak yang pendiam membuat peneliti menalami kesulitan saat berkomunikasi denganya. 2. Sesekali Atma meninggalkan peneliti karena dipanggil oleh orang tuanya yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat kami wawancara. 5. Catatan khusus selama wawancara : 1. Di tengah-tengah wawancara Atmajaya sempat memutuskan untuk berhenti, tapi peneliti berhasil membujuknya dan mau melanjutkan wawancara. 2. Berusaha untuk tidak ada yang mendengar mengenai fokus penelitian, antisipasi untuk menjaga identitas Informan dari Jaro.
LEMBAR DATA PARTISIPAN DATA DIRI Nama (inisial) : Eman Tempat, Tanggal Lahir : Lebak, 18 April, 2001 Pendidikan Terakhir : SDN Hariang 4, Desa Sobang Alamat : Kp. Sukadame, Ds. Hariang, Kec. Sobang Pekerjaan : SMP Satu Atap ( Satap ), Sobang. Nama Ibu : Saniah Nama Ayah : Asmin
LAMPIRAN B PEDOMAN WAWANCARA Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman dan penghayatan tentang kehidupan remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar baduy tentang bagaimana kemampuan penyesuaian diri mereka yang dalam satu sisi mereka tidak mendapatkan dukungan sosial secara utuh. Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam : Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta kesediaan adik-adik untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta izin pada adik-adik untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya menjamin kerahasiaan wawancara ini. Apakah adik-adik bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini? Pedoman Wawancara ‘’ Dukungan sosial dan kemampuan penyesuaian diri remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar baduy ‘’ 1. Dukungan Sosial A. Dukungan emosional a. Dukungan semangat 1. Bisakah anda menceritakan bagaimana dukungan semangat yang diberikan oleh keluarga dan teman-teman anda di sekolah saat anda memutuskan untuk sekolah di luar Baduy? Semangat tentu saja dari orang tua saya, selain itu ada juga pak H. Kasmin, dia memang masih punya hubungan darah sama Ibu saya
walaupun hubungan saudara jauh, tapi dia juga sangat membantu saya untuk sekolah. Rumahnya yang selalu jadi persinggahan sementara saya saat pulang dan pergi sekolah. Di rumahnyalah saya biasa mengganti pakaian dan seragam saya. b. Dukungan nasehat 2. Siapa yang menasehati anda saat anda berada dalam masalah dan memutuskan sekolah di luar baduy ? kemudian bagaimana dia memberikan nasehatnya ? Saya jadi inget masalah saya, dulu saya buat nulisin nama saya aja masih bingung, saya nggak bisa, saya buta huruf, tapi saat itu orang tua saya terus support saya, Satu nasehat yang saya ingat dari orang tua saya ‘’ Kalau misalkan kamu udah pinter, ngapain kamu sekolah ? ‘’ kalimat yang membuat saya semangat, nasehat-nasehat seperti itulah yang membuat saya bangkit dan mau untuk sekolah, selain keluarga pak H. Kasmin juga ikut menasehati saya tentang keputusan saya untuk sekolah di luar Baduy. Sepulang sekolahpun orang tua selalu berpesan satu atau dua kalimat untuk menyemangati saya di sekolah, pernah saya punya masalah dengan teman saya, orang tua saya hanya bilang ‘’ Kalau ada masalah atau apapun itu, sikapi dengan baik. kan kamu itu sekolah bukan cari musuh, tapi cari teman dan sahabat c. Dukungan Penghargaan 3. Saat anda meraih prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan anda, apakah anda mendapatkan penghargaan ? Bagaimana penghargaan itu diberikan ? Kebetulan saya satu tim dengan Atma di tim volli sekolah. Pihak sekolah sama sekali tidak membedakan kami dengan anak-anak lainnya yang bukan berasal dari baduy. Pihak sekolah juga memberikan hadiah yang sama kepada saya dan Atma saat menang lomba volli, saya rasa semuanya disikapi oleh dewan guru sacara adil
d.
Dukungan kepercayaan 4. Bagaimana cara anda meyakinkan keluarga anda untuk mempercayai anda untuk sekolah di luar baduy? Saya sudah terus meyakinkan keluarga saya semenjak saya duduk di Sekolah Dasar. Saya bersikap sebaik mungkin saat sekolah dasar di SDN Hariang 4, Desa Sobang. Mungkin kalau sikap saya tidak sesuai dengan apa yang orang tua harapkan saya tidak mungkin bisa duduk di SMP seperti sekarang ini. Akhirnya dengan siap baik yang saya buktikan sejak SD, orang tua saya jadi mudah mempercayai anaknya untuk sekolah dan bercampur dengan anak non-baduy. Dan sampai sekarang saya masih menjaga kepercayaan itu dengan tidak ikut-ikutan merokok dan hal-hal negative lainnya. 5. Bisakah anda menceritakan, bagaimana teman-teman di sekolah anda mempercayai anda karena anda berasal dari suku Baduy? Banyak sekali pertanyaan yang ditujukan kepada saya, mulai dari mengapa saya sedikit berbeda sampai kenapa saya sekolah. Saya jawab semuanya dengan apa adanya, ternyata jawaban saya tentang dari mana saya berasal ‘’ Baduy ‘’ berhasil menarik perhatian teman-teman saya, awalnya saya kira mereka tidak menerima saya, ternyata sebaliknya. Dari situ mereka langsung memercayai saya untuk hadir di tengahtengah mereka.
B. Dukungan Informasional a. Pemberian Petunjuk / Informasi 6. Sejak kapan anda mulai mendapatkan informasi tentang sekolah di luar baduy? Bagaimana anda mendapatkan informasi tersebut ? Kalau saya sih dapet informasinya dari pak H. Kasmin, dia yang memberitahu saya kalau saya harus sekolah biar jadi orang. Beliau juga berasal dari Baduy, tapi dulu juga dia sembunyi-
sembunyi untuk sekolah dan akhirnya berhasil mendapatkan kehidupan yang jauh lebih layak. Selain itu orang tua saya sejak kecil sudah berkeliling kota untuk mengantarkan beras, dari perjalananya itulah mereka sering melihat orang-orang dengan pendidikan yang lebih tinggi selalu mendapatkan kehidupan yang lebih layak, oleh karena itu mereka terus memberikan pengarahan pada saya untuk sekolah demi mendapatkan masa depan yang lebih baik. C. Dukungan Nyata a. Pemberian bantuan finansial 7. Bisakah anda menceritakan bagaimana cara anda mendapatkan uang jajan ? Kalau untuk itu masih saya dapatkan dari orang tua, kata mereka tugas saya hanya belajar dan membuat diri saya sendiri bangga akan keberhasilan saya nanti. b. Pemberian Sarana dan Prasarana 8. bagaiamana
anda
mendapatkan
alat-alat
tulis
dan
perlengkapan sekolah ? sama seperti uang jajan, itupun saya dapatkan dari kedua orang tua saya dan pihak sekolahpun memberikan saya sarana dan prasarana yang sama dengan anak-anak yang dari luar baduy. 9. bagaimana akses dari tempaat tinggal ke sekolah ? apakah anda menggunakan alat transportasi ? sangat terjal, saya kesana dengan jalan kaki. Prosesnya ya seperti yang saya ceritakan tadi, saya harus sembunyisembunyi dari jaro, caranya saya selalu memakai pakaian adat saat berangkat sekolah sesampainya di perkebunan saya mengganti pakaian saya dengan seragam yang sudah saya siapkan di tas saya, begitu setiap hari. D. Dukungan dari Kelompok Sosial
10.
Bagaimana tanggapan suku Baduy luar saat anda memutuskan untuk sekolah di luar baduy ? apakah mereka mendukung ? Sepulang sekolah justru keluarga saya selalu menyambut dengan senang, karena mereka tau perjuangan saya untuk pergi ke sekolah apalagi untuk sembunyi-sembunyi menghindari Tangtu dan Jaro suku kami. Begitu juga tanggapan tetangga dan kerabat dekat, semuanya bangga dengan perjuangan saya dan yang pasti juga mendukung.
2. Penyesuaian Diri A. Persepsi yang akurat terhadap realitas a. Merencanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan 11. Apakah bersekolah di luar baduy sesuai dengan kemampuan anda? Kalau
untuk
merencanakan
sesuatu
yang
tidak
sesuai
kemampuan sih kayaknya nggak ya, saya lebih senang merencanakan sesuatu yang sekiranya saya mampu untuk mencapainya. Kalau untuk sekolah di luar baduy itu sesuai dengan kemampuan saya dan sejalan dengan keinginan orang tua saya untuk anaknya menjadi lebih baik lagi. 12. Apakah keinginan anda sesuai dengan kemampuan anda dan bagaimana anda mewujudkannya? Ya sesuai, saya mewujudkanya dengan terus berusaha sekeras mungkin, tidak peduli bagaiamana keadaanya, yang jelas saya berusaha sekuat mungkin.. b. Mengenali konsekuensi setiap tindakan 13. Apakah anda tahu sanksi apa yang akan anda dapatkan jika Pu’un mengetahui bahwa anda sekolah di luar baduy? Ya saya tahu, kokolot di baduy bahkan membahasakan bahwa sekolah itu sangat dilarang. tapi di sisi lain
juga pernah
mengatakan bahwa kita ini harus mencari ilmu, kan sekolah itu juga menuntut ilmu, jadi bagi saya meskipun saya memang melanggar adat baduy yang penting saya selalu berusaha untuk
mengambil hal-hal yang positif dan membuang yang negatifnya, karena dengan sekolah wawasan kita jadi semakin luas. 14. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan bahwa anda harus sekolah di luar baduy dengan semua resikonya ? Saya terus bulatkan tekad, lagipula memang keluarga saya sangat mendukung, karena mereka sudah liat bukti kalau yang berpendidikan itu hidupnya lebih baik. B. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan a. mampu mengatasi konflik atau masalah yang ada 15. Apa yang anda lakukan jika anda ditimpa oleh masalah yang sangat berat ? Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah tersebut ? Kalau untuk itu jarang sih, tapi namanya manusia kan pasti ada masalahnya, paling saya ke temen saya aja buat cerita itu. Selebihnya saya selesaikan masalah itu sampe beres.
b.
Bisa menerima keadaan dan puas meski gagal mencapai tujuan yang direncanakan
16. Pernahkan anda gagal dalam merencanakan sesuatu ? Apakah anda bisa
menerima
kegagalan
tersebut
?
bagaimana
cara
anda
menerimanya ? Pernah waktu itu saya ikut lomba tarung derajat dan saya dapet juara 3 di tingkat propinsi, lalu beberapa bulan kemudian saya kembali menjadi utusan sekolah saya untuk bidang olah raga tarung derajat, pelatih menargetkan saya untuk mendapatkan medali emas, dan saya merencakan itu dari jauh-jauh hari dengan berlatih dengan serius, sayangnya rencana saya tidak dapat saya raih, saya hanya meraih medali perak. Saya anggap kegagalan itu sebagai pembelajaran dan untuk meningkatkan kita belajar.
c. Tetap tenang meski dalam keadaan genting atau terpuruk 17. Bagaimana jika anda berada dalam keadaan terpuruk atau genting, seperti belum mengerjakan PR dari sekolah atau ada yang ingin melaporkan ke Pu’un bahwa anda sekolah di luar baduy ? Khawatir sih pasti ada, tapi saya masih bisa mengontrol.
C. Citra diri yang positif
a. Mengakui dan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri 18. Bisakah anda menceritakan apakah anda tahu apa kekurangan dan kelebihan anda ? Saya pendiem, terus saya juga masih nganggep saya itu banyak kekuranganya, terus kalau emosi saya sudah tidak terkontrol lagi biasanya
saya
berlebihan
mengungkapkan
emosi,
jadi
kekurangan saya itu kurang bisa ngontrol emosi kalau udah benar-benar marah. Kalau kelebihan saya, saya itu orangnya mau berusaha, mau berlatih buat hal-hal yang saya inginkan. Jujur saja salah satu cita-cita saya want to be a docter, memang sih terlalu jauh tapi dari sekarang saya udah mulai untuk banyak baca-baca dan belajar tentang
pelajaran pelajaran yang
berhubungan dengan kedokteran, seperti IPA dan Biologi. b.
Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri ( Optimis ) 19. Apakah anda merasa yakin dengan kemampuan dan semua yang anda miliki saat ini ? Yakin nggak yakin sih, soalnya memori ingatan saya sedikit lemah dan pengetahuan saya yang terbatas, jadi masih banyak yang harus saya lakukan agar lebih yakin dengan kemampuan diri saya. 20. Bagaimana perasaan anda saat melihat sesuatu hal yang jauh dari kemampuan anda, seperti teman ada lebih pintar dari pada anda ? apakah anda akan berusaha sekuat tenaga atau diam dan menerima kekurangan yang ada ? Kalau saya sih mereka yang lebih pintar dan memiliki kemampuan lebih dari saya, saya jadikan sebagai motivasi. ‘’ Mereka aja bisa masa sih saya nggak bisa’’.
D. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan a. Peka/ memikirkan tentang perasaan diri sendiri 21. Perubahan apa saja yang anda alami setelah anda bersekolah di luar baduy ? dan bagaimana perasaan anda ?
Banyak sekali perubahan yang saya rasakan, dari pengetahuan yang bertambah dan yang lebih penting lagi saya merasa lebih lega, karena di baduy semuanya serba diatur dan terbatas, jadi di sekolah saya merasa lebih plong. b. Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara terbuka dan jujur 22. Apakah anda menyadari kapan anda merasa marah, sedih, kecewa, dan bahagia ? Menyadari, kalau misalkan saya dalam keadaan sedih kadang saya suka berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan kebahagiaan dan tidak sedih lagi, kadang juga pengen kaya orang-orang di luar sana yang bisa mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik dan sejahtera, jadi saya sangat memikirkan dan menyadari atas apa yang saya dan keluarga saya rasakan. 23. Apakah anda mengungkapkan/curhat semua masalah dan apa yang anda rasakan terhadap orang lain ? Untuk curhat sih saya nggak begitu suka, kecuali masalah itu terus
berlarut-larut
dan
sekiranya
saya
tidak
bisa
menyelesaikanya sendiri, paling saya ceritanya ke guru-guru saya di sekolah. E. Hubungan interpersonal yang baik a. Merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain 24. Apakah anda merasa nyaman saat berinteraksi dan bergaul dengan teman-teman sekolah anda ? Saya butuh 2-3 bulan sih untuk merasa nyaman di lingkungan yang baru, mungkin itu masa-masa penyesuaian saya, tapi setelahnya saya merasa baik-baik saja untuk berada di temngah-tengah mereka. 25. Apakah anda betah saat berada di sekolah ? Saya betah di sekolah, teman-teman sekolah semuanya baik.
b. Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama, usia ,jenis kelamin dan lain sebagainya 26. Apakah anda pilih-pilih teman dalam bergaul ? Kalau untuk bergaul biasanya saya lebih dulu melihat kebiasaan sehari-hari orang tersebut, terus sikap dan pergaulannya. Intinya saya suka bergaul dengan orang-orang yang berperilaku baik, syukurnya di SMP saya sekarang semuanya baik, jadi tidak ada masalah dalam pergaulan sehari-hari saya.
27. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang yang berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama dan usia yang lebih tua dan lebih muda? Apakah anda menemui kendala ? bagaimana cara anda menghadapinya ? Masalah sih nggak ada yah, karena saya sudah dibiasakan untuk menghormati orang tua dan orang lain, jadi saat bergabung dengan anak-anak yang lain saya sedikit-sedikit bisa ngimbangin, begitu juga dengan orang yang berbeda usia, agama dan budaya. c. Tidak membuat orang lain merasa terganggu dengan kehadirannya 28.
Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri anda ? Awal
kehadiran
saya
di
tengah-tengah
siswa
dan
siswi
menimbulkan banyak pertanyaan, seperti : ‘’ man kamu dari mana sih ‘’ ‘’ man kok kamu orangnya kaya gini ? ‘’ ‘’ kok kamu sedikit beda sama yang lainnya ?‘’ Pertanyaan itu awalnya sering ditujukan kepada saya yang memang sedikit berbeda dengan yang lainnya, tidak hanyya teman sebaya tapi guru-guru juga menanyakan hal yang sama. Pertanyaan-pertanyaan itu saya jawab apa adanya, saya bilang saya dari baduy dan memang saya adalah anak yang berbeda dari yang lainnya, saya akui semua itu. Ternyata kejujuran saya mengakui asal saya dari Baduy justru memunculkan pertanyaanpertanyaan lainnya tentang Baduy dan memahami perbedaan
yang saya miliki. Mereka justru penasaran dan menganggap perkenalan dengan saya adalah hal unik dan menarik, begitulah mereka menerima keunikan saya. tapi di luar itu semua sampai saat ini orang-orang sudah menganggap saya sebagai bagian dari mereka dan bukan orang asing lagi. d. Bisa berkomunikasi dengan verbal dan non-verbal 29. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan mereka ‘’ teman-teman anda di sekolah ‘’ ? Saya sih lebih suka berterus terang tentang asal saya dan kebiasaan saya di Baduy. Untuk komunikasinya saya selalu memulai terlebih dahulu dengan penyesuaian dengan mereka, awalnya
mungkin
saya
memilih
memerhatikan
dulu
bagaimana mereka berkomunikasi dan berhubungan satu sama lain, setelah itu baru saya menyesuaika dengan cara mereka berkomunikasi dan berhubungan, begitu seterusnya. Intinya saya lebih memeilih diam dulu dan mempelajari apa yang sekiranya baru bagi saya, baru setelah itu saya masuk ke dalam untuk bercengkrama langsung dan berhubungan dengan mereka, begitulah cara saya berkomunikasi.
LAMPIRAN C PEDOMAN OBSERVASI Tanggal : 10 Oktober, 2016 Jam : 09:30 WIB Wawancara ke : Tiga Tempat : Kediaman Eman, Lingkungan Baduy Luar Catatan Lapangan : 1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain) : Pagi itu hujan sudah turun lebat, kondisi tanah yang sedikit licin menjadi hambatan kecil bagi peneliti untuk menuju rumah Eman dari Desa Ciboleger perbatasan. Intonasi suaranya sangat lantang karena memang Eman adalah anak yang cerdas. Sangat terlihat dari cara bicaranya lugas dan sangat mendalam tentang fokus penelitian. Tidak ada pihak lain pada saat wawancara, hanya sekali Ibunya muncul untuk memberikan kopi yang khas, karena kopi hitam itu memakai gula aren ( gula merah ) yang dibuat di baduy. 2. Gambaran fisik dan penampilan subyek : Atmajaya berbadan cukup tinggi, kira-kira 170 Cm dengan badan sedikit kurus lengkap dengan kulit sawo matangnya. Penampilanya sederhana dan menaati peraturan adat suku baduy.
3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara, intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, kontak mata, keterbukaan subyek, dll) Untuk anak seumuranya Eman termasuk anak yang pandai dalam berkomunikasi. Untuk anak asli suku baduy dia juga termasuk anak yang pintar. Dia sangat antusias kepada interviewer. Terlihat dari setiap jawabanya, ia selalu menjawabnya dengan gamblang, seakan sedang menyampaikan keresahanya selama ini lengkap dengan kontak mata yang tak pernah lepas dari interviewer membuat suasana semakin interaktif. 4. Gangguan atau hambatan selama wawancara : 1. Dari sisi personal relatif tidak ada hambatan, hanya saja eman sangat sering keluar dari fokus penelitian, jadi tugas tersendiri bagi peneliti saat proes Conclusion Drawing / verification 5. Catatan khusus selama wawancara : 1. Terkadang Informan menjawab dengan bahasa sunda kurang dimengerti oleh peneliti. Tapi saat melakukan reduksi data peneliti menanyakan ke beberapa teman yang mengerti bahasa sunda baduy sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan reduksi data. 2. Informan sangat koperatif saat wawancara.
LAMPIRAN A LEMBAR DATA PARTISIPAN DATA DIRI Nama : Suna Hermawan TTL : Cisaban, 14 September, 2002 Alamat : Ds. Cisaban, Kanekes, Leuwidamar, Lebak-banten Pendidikan terakhir : SDN 4 Hariang, Sobang. Sekolah saat ini : SMP Satu Atap (Satap), Sobang, Lebak.
LAMPIRAN B PEDOMAN WAWANCARA Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pemahaman dan penghayatan tentang kehidupan remaja suku baduy luar yang bersekolah di luar baduy tentang bagaimana kemampuan penyesuaian diri mereka yang dalam satu sisi mereka tidak mendapatkan dukungan sosial secara utuh. Izin untuk wawancara dan penggunaan alat perekam : Penelitian ini dijalankan dan data yang telah didapat akan diolah oleh saya pribadi, serta diperiksa dan diuji oleh dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Oleh karena itu, saya minta kesediaan adik-adik untuk bersedia direkam dalam wawancara ini, serta meminta izin pada adik-adik untuk menulis ulang wawancara dalam bentuk tertulis. Saya menjamin kerahasiaan wawancara ini. Apakah adik-adik bersedia untuk diwawancara dalam penelitian ini? 1. Dukungan Sosial A. Dukungan emosional a. Dukungan semangat 1. Bisakah anda menceritakan bagaimana dukungan semangat yang diberikan oleh keluarga dan teman-teman anda di sekolah saat anda memutuskan untuk sekolah di luar Baduy? Bisa. Awalnya saya mendapatkan tentangan dari keluarga saya terutama dari bapak. Bagi bapak yang penting kita nurut sama adat biar nggak dibilang ‘’Durhaka’’. Kalau udah kenal dunia luar nanti repot bisa-bisa kerjanya cuma membodohi orang. Beruntung ibu saya mengerti, diam-diam saya disekolahkan dengan ibu saya. Akhirnya lama kelamaan bapak tahu dan mau mengalah untuk
mengizinkan saya. Setelah itu bapak dan ibu justru mendukung semua yang berhubungan dengan sekolah saya. Kalau untuk temanteman semuanya sih nerima aja. Badan saya yang kecil ini justru jadi penyebab utama teman-teman saya akrab dengan saya, mungkin karena bisa dijadikan bahan lucu-lucuan. Tapi itu saya anggap biasa saja, justru saya merasa beruntung dengan badan kecil ini. b.
Dukungan nasehat 2. Siapa yang menasehati anda saat anda berada dalam masalah dan memutuskan sekolah di luar baduy ? kemudian bagaimana dia memberikan nasehatnya ? Tentu kedua orangtua saya. Mereka selalu bilang jangan khawatir untuk masalah biaya dan alat-alat sekolah, sekuat tenaga akan mereka usahakan demi sekolah saya. Pernah waktu itu saya merasa dipojokkan dengan teman-teman sekelas saya. Banyak dari mereka yang bilang saya ini kampungan. Saya menyikapi itu dengan serius, tanpa pikir panjang saya marahmarah dengan teman saya. Ternyata benar apa kata ibu kalau mereka hanya bercanda dan sekadar menyapa. Untung ibu memberikan saya pengertian dan keesokanya saya langsung meminta maaf kepada teman-teman saya. Nggak tau kenapa saya lebih senang mendengar nasehat dari ibu daripada dari bapak saya. Mungkin karena bapak jarang bertemu jadi bawaanya lebih nyama dengan Ibu. Sesekali bapak juga suka menasehati saya untuk rajin belajar.
c. Dukungan Penghargaan 3.
Saat anda meraih prestasi baik di sekolah maupun di lingkungan anda, apakah anda mendapatkan penghargaan ? Bagaimana penghargaan itu diberikan ? Wah, kedua orang tua saya sangat senang sekali saat mendengar kabar bahwa saya masuk tiga besar di dalam kelas, meskipun itu hanya terjadi satu kali tapi itu cukup membuat keduanya senang
bukan main. Waktu itu saya juga mendapatkan hadiah yang sama. Tiga besar dikelas saya diminta untuk maju kedepan kelas dan satu persatu diberikan hadiah yang sama sesuai rangkingnya. Saya senang sekali mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak lainnya. d.
Dukungan kepercayaan 4. Bagaimana
cara
anda
meyakinkan
keluarga anda untuk
mempercayai anda untuk sekolah di luar baduy? Setiap pagi saya harus berjalan kaki, jaraknya lumayan jauh. Itulah sebabnya bapak saya awalnya melarang sekolah. Tapi setelah saya jelaskan keinginan saya untuk sekolah akhirnya orang tua dan keluarga memberikan kepercayaan kepada saya. Pernah juga saya minder di sekolah, tapi karena teman-teman sekolah sering mempercayakan saya untuk jadi petugas upacara akhirnya saya bisa 5. Bisakah anda menceritakan, bagaimana teman-teman di sekolah anda mempercayai anda karena anda berasal dari suku Baduy? Mmm gimana ya, saya juga bingung sih kenapa mereka mau menerima saya. Tapi yang saya alami ya saya merasa percaya diri bergaul dengan mereka ditambah lagi saya mendapatkan dukungan dari keluarga saya. Kadang mereka juga banyak yang bertanya
tentang
baduy,
mungkin
bagi
mereka
baduy
menimbulkan banyak pertanyaan. Pernah saya diminta untuk menjelaskan tentang baduy, belum saya jelaskan teman-teman satu kelas justru tertawa, mungkin karena badan saya yang kecil ditambah suara saya yang seperti ini ‘’Cempreng’’. Mulai dari situ saya merasa lebih dekat dengan teman-teman. B. Dukungan Informasional a.
Pemberian Petunjuk / Informasi 6. Sejak kapan anda mulai mendapatkan informasi tentang sekolah di luar baduy? Bagaimana anda mendapatkan informasi tersebut ?
Kalau untuk informasi saya tahu dari bapak saya. Karena di Ciboleger juga ada Sekolah Dasar jadi kadang Ibu saya yang memberitahu tentang itu. Sejak kecil saya didik untuk mandiri tapi nggak tahu kenapa perihal sekolah Ibu saya jauh lebih perhatian. C. Dukungan Nyata a.
Pemberian bantuan finansial 7.
Bisakah anda menceritakan bagaimana cara anda mendapatkan uang jajan ? Kalau uang jajan saya dapet dari orangtua saya. Meskipun paspasan ya tidak masalah. Segitu saja sudah sukur. Yang penting ada pegangan seperak dua perak’’
b.
Pemberian Sarana dan Prasarana 8.
bagaimana anda mendapatkan alat-alat tulis dan perlengkapan sekolah ? Sama sih dari orang tua juga, tapi kadang-kadang saudarasaudara saya juga ngasih sekedarnya.’’
9.
bagaimana akses dari tempaat tinggal ke sekolah ? apakah anda menggunakan alat transportasi ? Ya jalan kaki mas. Di baduy kan dilarang pake kendaraan. Pengunjung juga bisa masukin kendaraanya cuma sampe ciboleger. Kan banyak tuh yang ngarahin. Dari sana jalan kaki ke baduy luar dan kalau mau terus ya sekitar 3-4 jam buat sampe ke Baduy Dalem.
D. Dukungan dari Kelompok Sosial 10. Bagaimana tanggapan suku Baduy luar saat anda memutuskan untuk sekolah di luar baduy ? apakah mereka mendukung ? Ya mendukung, soalnyakan sekarang-sekarang udah pada tahu gimana dunia luar. Banyak juga kok yang udah punya akun facebook, jadi udah banyak yang mau berubah tapi ya terbentur sama adat dan kami juga harus menghormati peraturan yang udah dibuat turun temurun.
2. Penyesuaian Diri A. Persepsi yang akurat terhadap realitas a. Merencanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan 11. Apakah bersekolah di luar baduy sesuai dengan kemampuan anda? Kalau kemauan sih banyak ya, tapi saya juga ukur-ukur diri juga sampai mana kemapuan saya. Kalau sekolah di luar baduy ya jelas sesuai kemampuan, justru nanti saya pengen lanjut sampai kuliah kalau ada rezeki. 12. Apakah keiginan anda sesuai dengan kemampuan anda dan bagaimana anda mewujudkannya? Yang jelas saya kalau punya keinginan saya mau berusaha sekuat mungkin tentunya atas izin orangtua. b. Mengenali konsekuensi setiap tindakan 13. Apakah anda tahu sanksi apa yang akan anda dapatkan jika Pu’un mengetahui bahwa anda sekolah di luar baduy? Tahu kok. Bagi yang melanggar adat memang dibilangnya sudah tidak suci lagi bahkan durhaka. Tapi kokolot juga pernah bilang kalau kita wajib nuntut ilmu, jadi bagi saya sekolah jugakan nuntut ilmu. Apa salahnya kalau nuntut ilmu itu di sekolah. 14. Bagaimana cara anda untuk tetap mempertahankan bahwa anda harus sekolah di luar baduy dengan semua resikonya ? Yakin aja kok. Semua kebaikan pasti dibalas kebaikan. Saya berpikir seperti ini saya dapatkan dari sekolah. B. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan a. mampu mengatasi konflik atau masalah yang ada 15. Apa yang anda lakukan jika anda ditimpa oleh masalah yang sangat berat ? Bagaimana cara anda untuk mengatasi masalah tersebut ?
Kadang
saya
ceritakan
ke
orangtua
saya,
karena
bagaimanapun saya masih butuh nasehat mereka. Tapi sebelumnya pasti saya cerita dulu ke temen-temen deket
saya. Tapi liat-liat dulu sih masalahnya gimana, kalau sekiranya pantes buat dicertain ke orang-orang rumah ya saya ceritakan, kalau sekiranya membebani mereka pasti saya simpan sendiri. Sebenernya ga ada cara khusus sih, ya saya jalani aja apa adanya nanti juga lupa sendiri. b. Bisa menerima keadaan dan puas meski gagal mencapai tujuan yang direncanakan.
16. Pernahkan anda gagal dalam merencanakan sesuatu ? Apakah anda bisa menerima kegagalan tersebut ? bagaimana cara anda menerimanya ? Tentu pernah. Saya selalu ingat perjuangan keluarga saya untuk makan sehari-hari. Kalau sudah ingat itu saya langsung semanget lagi.
c.
Tetap tenang meski dalam keadaan genting atau terpuruk
17.
Bagaimana jika anda berada dalam keadaan terpuruk atau genting, seperti belum mengerjakan PR dari sekolah atau ada yang ingin melaporkan ke Pu’un bahwa anda sekolah di luar baduy ? Rasanya nggak mungkin banget kalau ada yang laporan ke Jaro Saija. Soalnya udah banyak juga warga baduy yang mulai sekolah jadi kita sama-sama menjagalah. Kalau keadaan mepet sih pernah, tapi saya tetep kalem kok, lagian emang sifat saya gini ‘’ nggak mau repot’’.
C.
Citra diri yang positif a.
Mengakui dan menyadari kelebihan dan kekurangan diri sendiri 18.
Bisakah anda menceritakan apakah anda tahu apa kekurangan dan kelebihan anda ? Mmmm nggak tau yah, perasaan sayamah gini-gini aja. Kekurangan sih jelas ada. Kadang saya merasa paling kurang pas di sekolah. Anak-anak yang lain kalau pulang enak tinggal pulang. Kalau saya ribet soalnya harus ganti pakaian lagi di jalan. Tapi yang jelas sih saya terus berusaha buat jadi orang pinter biar dapet kehidupan yang lebih baik kaya orang-orang.
b. Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri (Optimis) 19. Apakah anda merasa yakin dengan kemampuan dan semua yang anda miliki saat ini ? Yakin dong pasti, kan semuanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tinggal itanya aja gimana caranya manfaatin yang kita punya. Selebihnya berusaha sekeras mungkin. 20. Bagaimana perasaan anda saat melihat sesuatu hal yang jauh dari kemampuan anda, seperti teman ada lebih pintar dari pada anda ? apakah anda akan berusaha sekuat tenaga atau diam dan menerima kekurangan yang ada ? Pasti iri dan saya pengen seperti mereka. Sama seperti di dalam kelas banyak yang lebih pinter dari saya. Saya sih ikirnya gini aja ‘’ kalau mereka bisa masa saya nggak bisa ‘’, ya pokoknya usahalah. D. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan a.
Peka/ memikirkan tentang perasaan diri sendiri 21.
Perubahan apa saja yang anda alami setelah anda bersekolah di luar baduy ? dan bagaimana perasaan anda ? Banyak sekali perubahanya, apalagi temen. Saya punya banyak temen di sekolah. Banyak pergaulan. Yang penting pesen orang tua bisa milih-milih aja mana yang baik dan mana yang tidak.
b.
Mampu mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi secara terbuka dan jujur 22. Apakah anda menyadari kapan anda merasa marah, sedih, kecewa, dan bahagia ? Ya taulah. Saya kadang murung sendiri kalau lagi ada yang nggak enak di hati. 23. Apakah anda mengungkapkan/curhat semua masalah dan apa yang anda rasakan terhadap orang lain ?
Tergantung masalahnya sih. Kalau kira-kira masalahnya cocok buat diceritain ke ibu atau bapak ya saya ceritain. Kalau sekiranya cocoknya ke temen ceritanya ya saya ceritanya ke temen. Kalau masalahnya masih bisa saya tangani sendiri ya saya selesaikan. Jadi sayamah tergantung masalahnya sih. E. Hubungan interpersonal yang baik a.
Merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain 24. Apakah anda merasa nyaman saat berinteraksi dan bergaul dengan teman-teman sekolah anda ? Nyaman kok. Kalo awal-awal saya canggung saya rasa semua orang juga ngalamin itu. 25. Apakah anda betah saat berada di sekolah ? Betah kok. Terlebih banyak teman baru di sana.
b.
Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama, usia ,jenis kelamin dan lain sebagainya 26. Apakah anda pilih-pilih teman dalam bergaul ? Saya kalau untuk berteman nggak pilih-pilih. Yang jelas mana yang baik itu yang saya temani.
27. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan orang yang berbeda latar belakang, baik suku, budaya, agama dan usia yang lebih tua dan lebih muda?
Apakah anda menemui
kendala ? bagaimana cara anda menghadapinya ? Untuk itu sih masalah pasti ada, tapi nggak begitu besar. Berkat nasehat-nasehat yang sering diberikan orang tua saya, jadi saya lebih hati-hati untuk komunikasi kata bapak hati-hati takut menyinggung perasaan. Selebihnya semuanya berjalan baik. c.
Tidak membuat orang lain merasa terganggu dengan kehadirannya 28. Bagaimana pandangan orang lain terhadap diri anda ?
Kayaknya orang melihat saya sebagai orang yang lucu. Karena ya itu tadi badan saya kecil jadi gampang digendong dan jadi bahan candaan. Tapi saya nikmatin itu kok. Buktinya temanteman saya malah pada betah buat ngobrol san main sama saya. d. Bisa berkomunikasi dengan verbal dan non-verbal 29. Bagaimana cara anda berkomunikasi dengan mereka ‘’ teman-teman anda di sekolah ‘’ ? Ya biasa aja. Karena rata-rata jugakan mereka pakai bahasa sunda jadi saya masih ngerti. Paling kalau untuk bahasa Indonesai saya masih agak kaku. Jadi buat mereka yang ngomongnya
masih
pake
bahasa
indonesia
komunikasinya kadang pakai bahasa hutan ‘’isyarat’’.
saya
LAMPIRAN C PEDOMAN OBSERVASI Tanggal : 09, Oktober 2016 Jam : 16.40 WIB Wawancara ke : Tiga Tempat : Desa Ciboleger, Perbatasan Baduy Luar Catatan Lapangan : 1. Kondisi tempat wawancara (cuaca, suara, dan kehadiran pihak lain) : Cuaca pada saat itu sangat dingin dengan angin yang lumayan kencang tanpa turun hujan. Pada awal wawancara ada pihak lain yaitu bapaknya yang juga ikut menyambut kedatangan peneliti. Bapaknya menyuguhkan kopi hitam dengan gula aren (gula merah) yang asli dibuat di dalam baduy. Peneliti sempat menunggu beberapa saat agar pak Sarmain pergi dari lokasi, tapi tidak juga beranjak. Katanya ingin menikmati kopi bersama peneliti. Akhirnya peneliti memutuskan untuk memulai wawancara dengan cara tersirat. Maksudnya
peneliti mengajak Suna bercengkrama yang
berkaitan dengan fokus penelitian dan Suna merespon dengan baik. barulah di tengah-tengah wawancara pak Sarmain bapak dari Suna masuk ke dalam rumahnya. Suara Suna sempat membuatpeneliti tertawa karena suaranya mirip anak kecil yang belum Baligh tapi itu tidak mengganggu secara konten pada fokus penelitian. 2. Gambaran fisik dan penampilan subyek
Suna berbadan mungil. Untuk seumurannya dia terbilang sangat kecil. Saat wawancara rambutnya sedikit kusam, entah karena wawancara diambil saat ia baru pulang sekolah atau memang model rambutnya yang seperti itu. 3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara, intonasi, penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, kontak mata, keterbukaan subyek, dll) Tangan Suna tidak mau diam, selalu saja membenahi rambutnya yang mudah tertiup angin. Sesekali ia justru mengalihkan pembicaraan pada keadaan sekitar, seperti cuaca, angin yang kencang dan hujan yang sering turun akhir-akhir ini. Sikapnya sopan meskipun sesekali di sela-sela wawancara justru ia balik bertanya pada peneliti, seperti penelitian ini untuk apa, laporan dari penelitian ini diserahkan kepada siapa sampai asal sekolah peneliti. Suna sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, terlebih saat peneliti memberitahu bahwa peneliti berasal dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, ternyata Suna punya keinginan untuk merantau ke Jakarta. 4. Gangguan atau hambatan selama wawancara : Suna seringkali mengalihkan pembicaraan pada objek pembicaraan yang ia suka, seperti sepak bola, tentang pemain-peain eropa dan lain sebagainya. Peneliti coba mengikuti arah pembicaraanya sambil berusaha mengembalikan topik pembicaraan pada fokus penelitian. Inilah yang menjadi hambatan peneliti saat melakukan reduksi data. Peneliti harus
menyesuaikan rekaman dengan nomor urut pertanyaan pada pedoman wawancara. 5. Catatan khusus selama wawancara : a. Suasana dingin dengan angin kencang yang membuat peneliti sesekali kehilangan fokus karena kondisi peneliti yang kurang fit saat wawancara. b. Informan meminta imbalan berupa uang setelah selesai wawancara.
Lampiran 2 TABEL KATEGORI DUKUNGAN SOSIAL DAN PENYESUAIAN DIRI Tabel 1 Dukungan Sosial
Dukungan Semangat
Eman Eman mendapatkan dukungan semangat dari orang tua dan H.Kasmin. Rumah H. Kasmin menjadi tempat Eman untuk mengganti baju seragamnya
Dukungan Emosional Atmajaya Bapak Atma sangat mendukung, tapi Ibunya khawatir karena akses ke sekolah yang jauh melewati hutan
Dukungan Nasehat
Eman mendapatkan Atma mendapatkan nasehat dari kedua orang nasehat dari teman tuanya dan pak H. Kasmin dekatnya di SMP.
Dukungan Penghargaan
Eman mendapatkan penghargaan yang sama dengan anak lainnya ‘’ luar baduy’’ saat dia berprestasi
Dukungan Kepercayaan
Eman mendapatkan kepercayaan karena dia menujukkan sikap yang baik selama sekolah,
Atma menjadi salah satu pemain Volly sekolahnya yang menjadi juara antar SMP dan dia mendapatkan penghargaan yang sama dengan yang lainnya. Atma mendapatkan dukungan kepercayaan dari keluarganya setelah ia mengutarakan apa
Aat Rodiyat Aat mendapatkan dukungan semangat dari keluarga untuk masuk sekolah asalkan tidak masuk Islam.
Suna Hermawan Awalnya Suna hanya mendapat dukungan dari Ibunya saja. Tapi Suna memberanikan diri mengutarakan keinginanya dan berhasil. Dia juga mendapatkan semangat dari kerabat dan orangorang terdekat. Aat mendapatkan Suna mendapatkan nasehati dari nasehat dari kedua orang keluarganya saat berada tuanya. dalam masalah Aat mendapatkan Suna mendapatkan penghargaan yang sama penghargaan yang sama dengan anak yang saat dia masuk tiga besar lainnya saat ia meraih di kelasnya. Suna juga peringkat 3 di mendapatkan ucapan sekolahnya. selamat dari keluarganya. Aat mendapatkan Suna mendapatkan kepercaya dari kepercayaan dari kedua keluarganya dengan orangtuanya dan dari menyampaikan teman-temanya saat
teman-teman sekolahnya adanya tentang niatnya keresahanya yang juga mempercayainya untuk sekolah. sering mendengar karena sikap jujurnya bahwa baduy itu katro dan bodoh, dia juga mendapatkan kepercayaan dari teman-temanya di sekolah. Dukungan Informasional Pemberian Eman mendapatkan Sejak kecil Atma sering Aat mendapatkan petunjuk/informasi Informasi dari H. Kasmin bermain di luar Baduy, Informasi dari dan orang tuanya yang oleh karena itu dia bapaknya, bahkan sering keluar baduy untuk mencari informasi sekolah bapaknya yang berjualan. sendiri. Orangtuanya juga mendaftarkan dia ke memberikan informasi. sekolah. Dukungan Nyata Pemberian bantuan Eman mendapatkan Atma mendapatkan Aat mendapatkan finansial bantuan finansial dari dukungan finansial dari dukungan finansial dari kedua orang tuanya dan kedua orang tuanya,dia tetangga-tetangga pihak sekolahpun mendapatkan sarana dan sekitar dan kedua orang memberikanya sarana dan pra-sarana dari tuanya. Aat juga pra-sarana yang sama sekolahnya seperti anak- diberikan sarana dan dengan anak lainnya. anak yang lainnya. prasarana yang sesuai selama ia di sekolah. Dukungan dari Tetangga dan kerabat Lingkungan Atma sangat Aat mendapatkan Kelompok Sosial Eman mendukungnya mendukung, meskipun dukungan dari untuk sekolah meskipun Pu’un melarang kelompok sosial Pu’un melarang hal itu. meskipun tanpa dukungan dari kepala adat.
berada di sekolah.
Suna mendapatkan dukungan Informasi dari Bapak dan keluarganya.
Suna mendapatkan dukungan finansial dari kedua orangtuaya. Pihak sekolah juga memberikan sarana dan prasaran yang sama kepada Suna . Suna mendapatkan dukungan dari kelompok sosial meskipun melanggar adat.
Tabel 2. Penyesuaian Diri Persepsi yang akurat terhadap realitas Eman Merencanakan Eman selalu merencankan sesuatu sesuai sesuatu sesuai dengan dengan kemampuan kemampuan, ia mengukur antara kemampuan dan keinginanya.
Atmajaya Atma selalu menyesuaikan antara keinginan dan kemampuanya. Selain itu Atma juga lebih suka menjalankan apa yang ada sambil terus berusaha
Aat Rodiyat
Aat selalu menyesuaikan antara rencana, tapi keinginanya juga ada yang tidak sesuai kemampuan dan ia mewujudkanya dengan keyakinan. Mengenali Eman tahu konsekuensi Atma mengetahui Aat mengenali konsekuensi setiap untuk sekolah di luar konsekuensinya, baginya konsekuensi setiap tindakan baduy, tapi itu ia abaikan yang penting keluarga tindakanya, salah dan terus membulatkan mendukungnya untuk satunya sanksi disebut tekadnya untuk sekolah di sekolah durhaka karena luar baduy sekolah, tapi ia tetap sekolah demi masa depanya. Kemampuan mengatasi stres dan kecemasan Mampu mengatasi Eman sangat jarang Atma memilih bersabar Aat mengatasi masalah konflik atau masalah mendapatkan masalah, ia saat ada masalah, tak dengan tidak terlalu yang ada akan bercerita pada jarang ia memilih cuek membebankan masalah temanya untuk sharing jika dan fokus ke sekolahnya. tersebut. masalah itu membuatnya
Suna Hermawan Suna menyesuaikan antara keinginan dan kemampuan yang ia miliki
Suna mengenali konsekuensi setiap tindakanya termasuk keputusannya untuk sekolah di luar baduy.
Suna mampu mengatasi masalah yang ada dengan mengerti terlebih dahulu titik permasalahanya dan ia memutuskan kepada
hampir menyerah, lalu ia pecahkan masalah itu dengan sendiri Bisa menerima Eman pernah merasakan Atma pernah mengalami keadaan dan puas kegagalan, tapi itu ia kegagalan, ia lebih meski gagal jadikan sebagai motivasi memilih menjalani mencapai tujuan semuanya seakan tanpa yang direncanakan beban
Tetap tenang meski Eman mengaku khawatir dalam keadaan jika dihadapkan dengan genting atau terpuruk keadaan seperti itu, tapi ia
masih bisa mengontrol diri.
Mengakui menyadari kelebihan kekurangan sendiri
dan Eman menyadari tenang kelebihan dankekurangan dan yang ada dalam dirinya diri
Tidak memandang remeh/lemah terhadap diri sendiri ( Optimis )
Eman ragu-ragu akan kemampuanya, tapi dia mau teru berusaha. Lalu eman selalu menjadikan temanya yang lebih darinya
siapa ia akan bercerita.
Aat pernah mengalami kegagalan, tapi semenjak mengenal Islam ia lebih tenang menghadapinya.
Suna pernah mengalami kegagalan, dalam keadaan seperti itu ia selalu mengingat perjuangan keluarganya, lalu ia kembali bersemangat Atma mengaku was-was, Aat mengaku gugup Suna lebih memeilih untuk itu kadang ia dan resah saat dalam cuek terhadap masalah meminta tolong kepada keadaan genting, jika yang ia hadapi teman-temanya. demikian ia meminta temanya untuk membantu. Citra diri yang positif Atma menganggap dirinya Aat mengaku dirinya Secara tersurat Suna lebih banyak memiliki masih banyak tidak mengemukakan kekurangan kekurangan, kelebihanya, tapi dalam kelebihanya hanya satu, wawancara ia yaitu semangat. mengungkapkan kelebihan dan kekuranganya secara tersirat. Atma yakin dengan Aat sangat yakin Suna yakin dengan kemampuanya dengan dengan kemampuan kemampuan yang ia cara terus belajar. yang dimilikinya, Aat miliki, ia akan selalu Atma selalu merasa iri selalu yakin setiap berusaha keras utuk saat melihat ada orang orang dianugerahi memaksimalkan potensi
sebagai motivasi.
yang lebih baik darinya, ia dengan kemampuanya yang ia miliki mengaku akan berusaha masing-masing, tinggal untuk jadi seperi mereka. usaha saja. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan
Peka/ memikirkan Eman memikirkan perasaan tentang perasaan dirinya sendiri, buktinya diri sendiri dia menyadari banyak perubahan setelah sekolah di luar baduy dan mengerti tentang perasaanya sendiri selama bersekolah.
Atma menyadari banyak perubahan setelah ia sekolah, ia juga sangat mengerti tentang perasaan sendiri.
Aat lebih senang tidak menceritakan yang dia rasakan pada seseorang, ia menyadari prasaanya. Buktinya ia menyadari banyak perubahan yang ia alami setelah sekolah.
Suna mampu mengungkapkan emosinya sesuai pada tempatnya. Ia juga sangat memikirkan tentang dirinya sendiri, bahkan ia menyadari perubahan sebeum dan sesudah ia sekolah
Hubungan interpersonal yang baik Merasa nyaman Eman butuh waktu 1-2 saat berinteraksi minggu untuk penyesuaian dengan orang lain diri, selebihnya dia merasa nyaman dan betah di sekolahnya
Atma baik-baik saja dalam berkomunikasi dengan orang lain, sehingga dia merasa betah selama di sekolah.
Menghargai dan mampu bersosialisasi dengan orang yang berbeda latar belakang, baik suku, budaya,
Atma tidak pilih-pilih dalam bermain, ia mengaku memiliki kendala saat berkomunikas, tapi seiring berjalanya waktu ia mulai terbasa, baginya itu berkat
Eman tidak pilih-pilih teman dalam bergaul dan dia tidak memiliki kendala saat berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda latar belakang.
Aat termasuk anak yang tidak banyak tingkah, itulah mengapa orang disekitarnya mudah menerimanya yang membuat ia betah di sekolah. Aat tidak pilih-pilih dalam memilih teman, tapi ia juga menemui kendala saat berkomunikasi, tapi Aat terus mencoba berbaur dan berhasil.
Awalnya Suna engaku canggung untuk komunikasi, tapi itu hanya berlangsung sesaat. Itu dia anggap sebagai proses dan ia berhasil melewati itu Suna selalu mengingat nasehat orangtuanya untuk menjaga bicara selama bergaul dengan orang baru dan itu ia terapkan, akhirnya Suna tidak memiliki kendala
agama, usia ,jenis kelamin dan lain sebagainya Tidak membuat orang lain merasa terganggu dengan kehadirannya
pendidikan.
saat berhubungan dengan orang yang berbda latar belakang
Kehadiran Eman di sekolah Orang lain tidak merasa Aat sering tampil di sempat menimbulkan terganggu dengan Pentas Seni, itu bukti banyak pertanyaan dari kehadiran Atma bahwa orang lain tidak teman-temanya, tapi merasa terganggu. setelah Eman menjawab dengan apa adanya ia membuat teman-temanya merasa nyaman berada di sekitarnya
Bisa berkomunikasi Eman selalu apa adanya dengan verbal dan dalam berkomunikas, itu non-verbal justru membuatnya mudah beradaptasi dan berkomunikas baik verbal maupun non verbal dengan teman-tamnnya di sekolah
Atma mengaku canggung pada awal-awal masa sekolahnya, tapi itu hanya sementara, selanjutnya Atma lancar dalam berkomunikasi.
Aat mengaku malu untuk berkomunikasi, tapi Aat terus mencoba untuk mengimbangi dan berhasil.
Kehadiran Suna justru menjadi warna baru dalam pergaulanya. Tubuhnya yang kecil membuatnya jadi pelengkap dengan teman-temanya. Itu membuatnya selalu memiliki tempat di tengah-tengah teman barunya. Suna mampu berkomunikasi dengan verbal dan non vebal. Salah satunya saat ia berbicara dengan orang yang berbahasa Indonesia karena Suna belum begitu lancar berbahasa Indonesia pada saat itu.
Lampiran 3 DOKUMENTASI FOTO
Gerbang Selamat Datang Kawasan Wisata Baduy dengan Siswa SD Ciboleger Perbatasan
Salah satu warga Baduy Luar sedang menenun di depan rumah
Salah satu warga Baduy Luar sedang menenun di depan rumah
Suasana Baduy Luar
Suasana Kantor perbatasan Baduy Luar : Tampak petugas perbatasan masih mengenakan celana pendek sesuai adat meskipun sedang bertugas
Sekolah Dasar Ciboleger di perbatasan Ciboleger dan Baduy Luar.
Tugu selamat datang di kawasan Baduy Luar
Gerbang perbatasan Ciboleger dan Baduy Luar
Kegiatan masyarakat Baduy Luar
Bersilaturahmi dengan Jaro Saija Kepala adat Suku Baduy
Berpose bersama warga Baduy dalam saat mereka berada di perbatasan
Keadaan Baduy Luar dari kediaman Jaro Saija
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAⅣ I NEGERI(UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARL
FAKULTAS ILPIIU DAKWAH DAN ILPIIU KOMUNIKASI Jl.II II.Juanda No.95 Ciputat 15412 1ndonesia
Tclp/Fax:(62-21)7432728/74703580
lVebsitc:― ‐ fdkuiniakarta.ac.id
Emaill dakvyall@l‐ dk.uittakarta ac.id
Nomor: Un.01/F5/PP.00.9/2492/2016
Jakarta,28 Juni 2016
Lamp :l(satu)bundel Hal
: Birnbingan Skripsi
Kepada Yth.
Artiarini Puspita Arwan, M.Psi Dosen FakLrltas [[rnr-r Dakwah dan IIntLr Kor-nLrnikasi tJIN S,varif I l iclayatr-rllah .lakarta
Ass'alcrmu'01 qiku
m Wr.
Wb.
Bersarna ini kami sampaikan outline dar.r naskah proposal skripsi yang clia.jukan olelr rnahasiswa FakLrltas IlrnLr Dakwah dan llrnr-r Kc.nrunikasi UIN Syarif l{idayatLrllah Jakarta sebagai berikurt. Nama
Sofヽ vatiHahノ ヘnlin
Nonror Pokok
II12052000015
.lurusan Semester
Binlbillgan da1l Penyuluhan lslanl
VHI(Delapan) 085770326320
Telp. Judul Skripsi
Kartri trohon
Pensaruh Dukungan Sosial Ter1ladap Kemalnpuan Penyesuaia11 Diri pada Renllia Suku Baduy Luar di Lcbak Banten. keseciizranrrr
a untuk nrenrbinrbing ntahasiswa tersebut dalar-r'r
penyusunall dan penyelesaian skripsinya selama Desember 2016.
6
bulan dari tanggal 28.[r-uri s.d. 28
Demikiart, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terinra kasih. Ifuss'u| umu' ulu i ht
nt Wr.
Wb.
Dekan,
Subhan,1ソlA
110199303 'i
I
cnrbusan
:
l)ekan
2. Ketua .lurusan Bimbingau dan Penyuluhan Islanr
(Bpl)
│
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITASISLAM NEGERI(UIN) SYARIF HIDA■ ■TULLAH JAKARTA FAKULTASILMU DAK磯ゝH DANILMU KO卜IUNIKASI --.l.ll .l\ e lI Irrrr: ir': I I ) l:nlril Ilrikr,rrt (r uinikl lll i(l
'l
Jl ll H Juanda No 95、 〔liputat 1 54 1 2.Indoncsia Vcbsilc:、 、、11ldkom uinikt aC id ヽ
Nomor Lampiran
:Un 01′ F5ノ PP 00 9′ 98 /2016 psi : 1(Satu)Berkas sk‖ 'ル
Hal
l Uilan skripsi
Jakarla,X) November
20
1
--.1-(),1iSr)
6
Kepada Yth i l Dra RinlLai‖
P‖ halnil
M Si
Ketua/Penguli Sekertaris Penguli Fenguji Pembimbing
2 NoorBek‖ Ne9orol M Si 3.Abdul Rahman,M.Si 4. Naslchah,MA 5 Artianni Puspita Attran,M.Psi di
Jakarta Assal a mu' al a ik u m Wr.Wb
Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah JakarE menunjuk BapaUlbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi,
Nama Tempat Tanggal lahir
: Sofrvatillah Amin : Serang, 20 Desember'1992
NIM
:1112052000015
Jurusan Judul Skripsr
. Bimbingan dan Penyuluhan lslam (BPl)
, Dukungan Sosial & Kemampuan Penyesuaian Diri Remaja Suku Baduy Luar yang Bersekolah di Luar Baduy.
Ujian tersebut akan dilaksanakan pada
.
:Kamis,l Desember 2016
HarirTanggal
: Pk 1000sd ll.00 WiB
ktu
丁empat
: Ruang Munaqasyah Lt 7A
Untuk menunjang kelancaran ulian dimaksud, bersama ini kami kirirnkan naskah skripsi yang akan
d
iujikan, gu na dipelajarilditeliti sebagaimana mestinya.
Demikian penunjukan ini disampaikan Atas perhatian Bapak/lbu, kami ucapkan terima kasih Wassalam,
Tembusan 1. Dekan 2. Kasubbag. Umum Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi
Ajkd/Ml
PMRINTAH DAERAII KABUPATEN「 LEBAK KECAMATAN LEUWIDAMAR KANTOR KEPALA DESA Kmム EKES θ〃θθ′ И:αttα ちκα″′ α K響 ″αDω αKαηι tts巧 らKαどルr″gR″ Жッθ “
Kanekes, 04 0ktober 2016 Nomor Lampiran Perihal
:141/′ gF/Ds― Kal1/2001X/2016
:聰
″ α″ Jgra力 ′
`erα “
"clα
ル″ル″ Pe″ clttα “ “
Yang ber tanda tangan dibawah ini Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten,Menerangkan bahwa: Narna Nomor Poko Te,mpat/Ianggal Lahir Semester Jurusan/tr(onsentrasi A1amat
somatllah A血 1112052000015 Semg 20 Descmber 1992
―
Ⅸ (Sembil叫
Bimbingan dan Penyuluhan lslam Jl.Raya Cilegolll Banten
Benar Telatr melakukan penelitian
di
Desa Kanekes Kecamatan Leuwidarnar Kabupaten
Lebak- Banten, untuk Kepentingan Tugas /Slaipsi .Dengan Judul:
t'Dukungan Sosial dan Kemampuan Penyesacian Diri Remaja Warga Masarako-t Desa Kanekes (Baduy
Luar)"
Demikian surat keterangan ini,Jcami buat dengan sebenarnya atas dasar permohonan tersebut diatas sebagai tanda bukti telah melakukakan penelitian di Desa Kanekes. Dan agar dapat dipergunakan seperlunya.
Kanekes, 04 Oktober 2016 Kepala Desa Kanekes
200606.2040